Laporan Kegiatan Workshop Penyusunan Protokol Penelitian “Pemetaan Kebijakan AIDS dan Sistem Kesehatan di Tingkat Nasional dan Daerah”
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 2014
A. Pendahuluan Mengawali serangkaian kegiatan penelitian multi-center Kebijakan dan Program HIVAIDS Dalam Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia, Tim Inti dari PKMK FK UGM dan PPH Atma Jaya Jakarta menyelenggarakan Workshop Penyusunan Protokol Penelitian Pemetaan Kebijakan AIDS dan Sistem Kesehatan di Tingkat Nasional dan Daerah. Workshop ini dihadiri oleh perwakilan dari 9 universitas mitra, dari 8 propinsi (Universitas Cendrawasih; Universitas Papua; Universitas Nusa Cendana; Universitas Udayana; Universitas Hasanuddin; Universitas Airlangga; Universitas Indonesia; Universitas Sumatera Utara) serta 5 orang perwakilan anggota Consultative Group. Workshop dilaksanakan di Hotel Santika, Yogyakarta selama 3 hari yaitu tanggal 28– 30 Januari 2014. Dengan mempertimbangkan efektifitas pertemuan, tim Inti sebelumnya telah mengembangkan draft protokol penelitian yang berisi 11 komponen, yaitu Pendahuluan, Tujuan, Konseptual Model, Metode, Instrumen, Analisa, Durasi Penelitian, Pengelolaan Penelitian, Pengelolaan Resiko / Antisipasi Permasalahan, Ketentuan Diseminasi dan Publikasi Hasil Penelitian serta Etika Penelitian. Draft protokol penelitian tersebut sebelumnya telah diedarkan kepada para peserta untuk dipelajari dan mempermudah diskusi.
B. Tujuan Penyusunan protokol penelitian ini dimaksudkan untuk membuat panduan di masingmasing daerah dalam pelaksanaan penelitian tahap pertama yaitu Pemetaan Kebijakan AIDS dan Sistem Kesehatan di Tingkat Nasional dan Daerah, yang rencananya akan dilakukan pada bulan Maret – Juli 2014. Secara detail tujuan dari pertemuan ini yaitu: 1. Diskusi dan finalisasi draft protokol penelitian tahap 1 : Pemetaan Kebijakan AIDS dan Sistem Kesehatan di Tingkat Nasional dan Daerah. 2. Merencanakan pelatihan metode analisis : Pemetaan Kebijakan AIDS dan Sistem Kesehatan di Tingkat Nasional dan Daerah. 3. Pembagian peran dan membuat jadwal penelitian
C. Agenda Kegiatan Acara workshop dibuka oleh Ignatius Praptoraharjo, PhD selaku Ketua Tim Penelitian sekaligus sebagai perwakilan dari PKMK FK UGM. Dilanjutkan oleh Astrid Kartika dan Debbie Murheid yang merupakan perwakilan dari DFAT (Department of Foreign Affairs and Trade, Australian Government). Sebuah pertanyaan reflektif menjadi pembuka acara workshop, apakah sistem kesehatan memperkuat kebijakan AIDS di Indonesia atau Page | 2
sebaliknya? Pertanyaan ini sebenarnya yang melatarbelakangi dilakukan penelitian multicenter Kebijakan dan Program HIV-AIDS di Dalam Kerangka Sistem Kesehatan di Indonesia, kerjasama antara PKMK FK UGM, PPH Universitas Atma Jaya dan 9 universitas dengan pendanaan sepenuhnya oleh DFAT. Alasan mendasar mengapa kemudian DFAT mau mendanai penelitian ini adalah bahwa selama ini di Indonesia dalam pengembangan sebuah program penanggulangan HIV-AIDS kebanyakan masih menganut model donor-driven. Sangat sedikit bahkan hampir tidak ada gerakan grassroot dari masing-masing daerah. Selain itu, seringkali program bersifat vertikal atau centralistic, dengan demikian program tersebut menjadi tidak terintegrasi dengan program kesehatan lain, misal program Prevention from Mother to Child Transmission (PMTCT) di layanan kesehatan ibu dan anak. Lebih lanjut, dikemukakan dua alasan utama yang melatarbelakangi penelitian ini, pertama DFAT ingin membantu pemerintah Indonesia (Kemenkes dan KPAN) mencari cara untuk keberlanjutan program AIDS di Indonesia, serta menginisiasi pengembangan knowledge management and hub dari tim inti dengan tim peneliti universitas untuk membangun dan memperluas jejaring yang dapat memperkuat sisi kebijakan. Selanjutnya selama 3 hari pelaksanaan workshop, hampir selama 2,5 hari dipergunakan untuk kerja kelompok untuk mendiskusikan bagian per bagian yang ada di dalam Draft Protokol Penelitian. Proses diskusi dalam forum pleno difasilitasi oleh Iko Safika, PhD sebagai salah satu Principal Investigator dari PPH Universitas Atma Jaya, Jakarta. Agenda secara rinci seperti tersebut di bawah ini :
Hari ke 1 : Selasa, 28 Januari 2014 08.30 – 09.30 : Pembukaan (Ignatius Praptoraharjo, PhD dan Astrid Kartika) 09.30 – 10.00 : Update Penelitian (Eviana Hapsari Dewi) 13.30– 12.00 : Presentasi Hasil Desk Review (Drs. M. Suharni,M.A) 13.30– 17.00 : Presentasi Draft Protokol Penelitian (Iko Safika, PhD) & Kerja Kelompok : Kelompok I (Pendahuluan, Tujuan, Konseptual Model); Kelompok II (Metode, Desain, Pengumpulan Data); Kelompok III (Etika, Diseminasi, Publikasi)
Hari ke 2 : Rabu, 29 Januari 2014 08.30 – 12.00
: Presentasi dan Diskusi : Kelompok I, II dan III
13.30 – 17.00
: Kerja Kelompok : Kelompok I (instrumen 1 dan 2); Page | 3
Kelompok II (instrumen 3 dan 4); Kelompok III (instrumen 5 dan 6); Kelompok IV (instrumen 7, analisa data dan pelaporan).
Hari ke 3 : Kamis, 30 Januari 2014 08.30 – 12.00 : Presentasi dan Diskusi : Kelompok I, II, III dan IV 13.30 – 15.30 : Rencana Tindak Lanjut 15.30 – 16.00 : Penutupan
D. Pembahasan Draft Protokol Penelitian Kerja kelompok tahap pertama, peserta dibagi menjadi 3 kelompok untuk membahaskan bagian-bagian dari draft protokol, Kelompok I (Pendahuluan, Tujuan, Konseptual Model); Kelompok II (Metode, Desain, Pengumpulan Data); Kelompok III (Etika, Diseminasi, Publikasi). Kerja kelompok tahap kedua dikhususkan untuk membahas instrumen (panduan pertanyaan) yang merupakan 7 sub sistem dalam Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia. Setiap kelompok ditentukan ketuanya untuk mempresentasikan hasil dan menindaklanjuti penyempurnaan bagian yang menjadi tanggung jawabnya. Metode kerja kelompok dan pemaparan hasil kerja kelompok dirasa merupakan cara yang cukup efektif untuk mendapatkan masukan dari para peserta dengan perspektif yang berbeda-beda. Selama proses diskusi, peserta diarahkan untuk menghasilkan kesepakatan-kesepakatan dan diminta untuk langsung melakukan perbaikan dalam dokumen draft protokol penelitian. Finalisasi akhir dari kelompok diserahkan kepada Ketua Kelompok masing-masing. Diskusi awal dipicu dari pertanyaan Debbie Murheid yang mempertanyakan apa sebenarnya yang menjadi pertanyaan penelitian. Beberapa tanggapan yang muncul dari peserta workshop adalah bahwasanya penelitian ini dilakukan dengan latar belakang isu HIVAIDS menjadi eksklusif untuk masuk ke dalam kerangka sistem kesehatan nasional. Untuk itu perlu ditelaah posisi kebijakan HIV-AIDS dalam Sistem Kesehatan Nasional. Diskusi kemudian berkembang untuk memformulasikan pertanyaan penelitian yang perlu ditambahkan dalam protokol penelitian. Disepakati bahwa sebagai pertanyaan penelitian umumnya adalah “Bagaimana posisi kebijakan penanggulangan HIV dan AIDS dalam kerangka Sistem Kesehatan di Indonesia?” Sedangkan yang menjadi pertanyaan penelitian khususnya adalah
Page | 4
1. Bagaimana kebijakan penanggulangan dan program HIV dan AIDS pada tingkat pusat dan daerah terkait dengan pencegahan, PDP, dampak mitigasi dalam sistem kesehatan? 2. Bagaimana pengaruh desentralisasi dalam pengembangan kebijakan dan program HIV –AIDS di tingkat nasional dan daerah? 3. Bagaimana pengaruh interaksi dan kesenjangan seluruh sub-sistem terhadap kebijakan serta program HIV-AIDS? 4. Bagaimana pengaruh interaksi antara stakeholder terhadap pencapaian tujuan penanggulangan HIV dan AIDS? 5. Kebijakan apa saja yang dapat dikembangkan dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang lebih efektif dan efisien setelah tahun 2015?
Agenda workshop hari kedua diawali dengan presentasi hasil kerja kelompok di hari
pertama.
memaparkan
Kelompok revisi
pada
pertama bagian
pendahuluan, tujuan, dan konseptual model. Hal-hal yang menjadi sorotan pada diskusi Gambar 1 : Suasana Diskusi Kelompok
kelompok ini adalah perlunya pencantuman referensi dari sumber yang kredibel berkaitan dengan data kasus, isu stigma dan diskriminasi yang berkaitan dengan isu institusional. Perlu menambahkan penjelasan kebijakan yang merujuk pada isu stigma, mengingat isu stigma tidak pernah terintegrasi secara institusional dalam sistem kesehatan nasional. Dinamika diskusi pada kelompok dua tidak kalah ramai dengan kelompok pertama. Kelompok dua membahas bagian metode, desain, dan pengumpulan data. Catatan yang ditambahkan oleh kelompok dua dalam draft protokol penelitian terkait dengan pemilihan lokasi pengumpulan data. Perlu ada kriteria pemilihan lokasi untuk pengumpulan data. Peserta kemudian mengembangkan kriteri-kriteria pemilihan lokasi (Kabupaten / Kota) yang didasarkan pada daftar 137 kabupaten/kota yang termasuk dalam prioritas SRAN. Kriteriakriteria yang dikembangkan oleh para peserta antara lain, seperti apa data epidemiologi pada daerah tersebut; apakah ada pendanaan atau tidak; apakah ada peraturan daerah baik yang mendukung atau yang bertentangan dengan upaya penanggulangan HIV-AIDS di daerah. Responden yang akan dilibatkan dalam pengumpulan data terdiri dari unsur KPAP / Kota, SKPD dan OMS / OBM. Dalam proses diskusi ada perbedaan antara jenis SKPD di Page | 5
masing-masing daerah. Peneliti universitas diminta untuk menuliskan jenis-jenis responden dari SKPD di daerah masing-masing berdasarkan 7 sub sistem dalam sistem kesehatan nasional. Dikarenakan keterbatasan waktu, hasilnya tidak sempat dipresentasikan. Diskusi kelompok tiga membahas topik etika penelitian, diseminasi, publikasi kebijakan, timeline penelitian, format laporan penelitian. Catatan yang menjadi sorotan oleh diskusi kelompok tiga adalah pengelolaan risiko dan antisipasi permasalahan. Pengelolaan resiko dipakai ketika kapasitas peer reviewer lemah atau bilamana terjadi adanya indikasi persaingan kepentingan diantara peer reviewer. Hal yang juga dibahas adalah pentingnya menentukan responden yang mempunyai kompetensi. Kompetensi responden untuk diwawancara membuat
dilakukan
kriteria
terutama untuk
dengan
inklusi responden
dan
cara eklusif
perorangan.
Hasil penelitian akan didiseminasikan pada Gambar 2 : Suasana Workshop Hari Ketiga
level nasional, provinsi, kabupaten dan
kota. Pada bagian akhir diskusi, dibahas mengenai pentingnya informed consent terkait dengan etika penelitian. Informed consent biasanya dipakai dalam indepth interview dan apabila memberikan informasi yang sifatnya confidential. Memang apabila melihat instrument penelitian ini, tidak ada data yang terkait dengan individu sehingga dimungkinkan eligible untuk meminta “waiver” dengan persetujuan dari komite etik karena data yang disampaikan bersifat publik. Di hari ketiga Workshop Penyusunan Protokol diawali dengan presentasi dan diskusi hasil kerja kelompok tentang instrumen penelitian. Setiap kelompok membahas dua sub sistem dari Sistem Kesehatan Nasional. Diskusi awal membahas mengenai terminologi dan definisi blok atau sub sistem yang sebaiknya menjadi acuan. Apakah akan mengacu pada Buku Health System Rapid Assessment dari WHO atau Lampiran Peraturan Presiden No. 72 tahun 2012 tentang SKN? Peserta workshop kemudian mensepakati acuan yang dipergunakan adalah Lampiran Peraturan Presiden No. 72 tahun 2012 mengingat penelitian ini dilakukan di lingkup nasional Indonesia. Penggunaan istilah blok kemudian diganti dengan sub sistem agar konsisten. Selain diskusi mengenai referensi yang dipergunakan, definisi operasional dan konsistensi penggunaan istilah, perbincangan juga membahas mengenai perlunya dibuat daftar istilah untuk setiap istilah yang digunakan dalam protokol penelitian, agar ada persepsi yang sama. Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat analisa dihilangkan, karena analisa akan dilakukan oleh peneliti bukan dijawab oleh peserta. Page | 6
Tabel pengumpulan hasil data sekunder disepakati untuk direvisi dengan menampilkan trend selama tiga tahun mulai dari 2011-2013, sehingga memudahkan proses analisa.
E. Rencana Tindak Lanjut Dengan keterbatasan waktu yang ada, tidak semua perbaikan dalam draft protokol dapat dilakukan dalam kesempatan ini. Untuk itu tiap Ketua Kelompok yang telah terpilih bertanggung jawab untuk melakukan proses finalisasi sesuai dengan bagiannya masingmasing dengan anggota kelompoknya melalui mekanisme komunikasi email. Ketua Kelompok akan mengirimkan hasil revisi finalnya melalui email kepada Koordinator Riset (Eviana Hapsari Dewi) pada hari Jumat, 7 Februari 2014. Untuk selanjutnya Tim Inti akan melakukan kompilasi semua revisi yang ada pada draft protokol dan akan difinalisasi pada hari Jumat, 14 Februari 2014.
F. Penutup Workshop
ditutup
penjelasan
mengenai
Lanjut.
Salah
dengan Rencana
Tindak
adalah
rencana
satunya
pelatihan
metode
kesehatan
bagi
beberapa
analisis
seluruh
kebijakan
peneliti
yang
terlibat, termasuk kegiatan tatap muka Gambar 3 : Presentasi RTL oleh Ignatius Praptoraharjo
mengawali kursus jarak jauh. Para peserta
workshop juga ditawarkan kesempatan untuk menjadi salah satu fasilitator dalam kegiatan ini. Selain itu, peserta diharapkan mengirimkan abstrak kebijakan AIDS sebelum tanggal 6 Februari 2014 terkait dengan Konferensi AIDS Internasional di Melbourne, Australia pada tanggal 20 – 25 juli 2014.
Page | 7