LAPORAN KEGIATAN REPORT OF PEMETAAN RESIKO BERMACAM BAHAYA LINGKUNGAN DI KELURAHAN KAMPUNG MELAYU, CIPINANG BESAR UTARA DAN PENJARINGAN PROPINSI DKI JAKARTA MULTI RISK HAZARD MAPPING IN KELURAHAN KAMPUNG MELAYU, CIPINANG BESAR UTARA AND PENJARINGAN IN DKI JAKARTA PROVINCE
Action Contre la Faim Disaster Preparedness Programme Jl. Darmawangsa IX No. 120 Kebayoran Baru Jakarta Selatan – Indonesia Telp. +62 (021) 7257320, 7220775 Fax. +62 (021) 7248768 Email :
[email protected] atau
[email protected]
Reported by : Eka Rianta S. Surveyor
: Indonesian Disaster Preparedness Team Action Contre la Faim – Jakarta - Eka Rianta S. - Puja Deta Priaga - Agus Mustafa
Address
: Action Contre la Faim Jl. Darmawangsa IX No. 120 Kebayoran Baru Jakarta Selatan Jakarta – Indonesia : +62 (021) 7257320 , 7220775 : +62 (021) 7248768
Phone Fax
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Action Contre la Faim (ACF) dengan dukungan pendanaan dari DIPECHO / UNI EROPA
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari program kesiapsiagaan bencana yang dilakukan oleh Action Contre la Faim (ACF) sebuah Lembaga kemanusiaan internasional, non agama dan non politis, yang didirikan di Paris - Perancis tahun 1979 dan telah berkembang di 40 negara, yang secara khusus memfokuskan pada upaya memerangi kelaparan dan berkomitmen untuk melindungi hak asasi manusia yang berada dalam bahaya bencana. Kegiatan yang dikembangkan oleh ACF antara lain pada tahap penanggulangan/penyaluran bantuan untuk korban bencana, serta penanganan paska bencana yang dalam konteks ini termasuk penanganan diskriminasi dan kerusakan (sosial, ekonomi dan politik) yang menimbulkan penderitaan serta mengancam martabat bagi banyak umat manusia. ACF mempunyai 5 (lima) program utama yakni; Program Perbaikan Nutrisi Terpadu, Program Sanitasi dan Air Bersih, Program Ketahanan Pangan, Program Kesehatan dan Program Advokasi. ACF telah mengembangkan kegiatannya di Indonesia sejak tahun 1998, didasari atas permohonan dari Kanwil Departemen Kesehatan Irian Jaya. Program sanitasi air bersih dan perbaikan nutrisi yang berdurasi satu tahun telah dilaksanakan di Kab. Paniai. Dengan adanya krisis kerusuhan di Maluku, ACF kemudian mengembangkan kegiatan penyaluran bantuan di Maluku yang dimulai April 1999. Program ini kemudian dikembangkan secara lebih luas dalam beberapa fase termasuk program rehabilitasi paska konflik yang berakhir pada tahun 2004. Pada kurun waktu yang hampir sama, sesudah banjir besar di Jakarta tahun 2002, sebuah Proyek Kesiapsiagaan Bencana berdurasi satu tahun telah dikembangkan untuk menguatkan kapasitas pemerintah setempat dan masyarakat dalam memonitor dan menanggulangi bahaya banjir di daerah kumuh di Kampung Melayu. Fase pertama proyek ini telah berakhir pada Maret 2004 dan dilanjutkan kembali pada Juli 2005. Program Peningkatan Kesiagaan Bencana Banjir yang berlangsung saat ini (20052008) diperluas aktivitasnya di 2 kelurahan lain selain Kelurahan Kampung Melayu, yaitu: Cipinang Besar Utara - Jakarta Timur dan Penjaringan – Jakarta Utara. Berlatarbelakang terbatasnya ketersediaan data dan informasi khususnya peta-peta bencana yang dalam hal ini diberi tema peta resiko bermacam bahaya dalam skala detil – operasional – tingkat Kelurahan serta terbatasnya kemampuan masyarakat mengenal daerahnya sendiri yang berpotensi resiko bermacam bahaya maka ACF melakukan kegiatan Pemetaan Resiko Bermacam Bahaya Lingkungan khususnya Bahaya Banjir, Kebakaran dan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang merupakan bahaya-bahaya yang dominan atau memakan korban di wilayah DKI Jakarta khususnya. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menentukan wilayah resiko bermacam bahaya lingkungan khususnya banjir, kebakaran, dan Penyakit DBD di Kelurahan Kampung Melayu, Cipinang Besar Utara dan Penjaringan serta menentukan jumlah penduduk yang tercakup di dalam wilayah resiko bermacam bahaya lingkungan di ketiga Kelurahan tersebut. Kegunaan kegiatan ini antara lain agar masyarakat kelurahan dan institusi terkait mengetahui lokasi wilayah resiko tersebut dan mengantisipasinya dan menjadi masukan instansi terkait untuk kebijakan dan perencanaan serta meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap ancaman bahaya tersebut. Pemetaan ini menggunakan teknik atau teknologi pemetaan yang berbasis Sistem Informasi Geografis (GIS) dan Penggunaan Citra satelit dilengkapi dengan cek lapangan untuk perolehan data primer. Selain itu dibantu juga dengan data sekunder dan referensi. Analisis data yan digunakan adalah dengan sistem pengharkatan dan skoring serta beberapa analisis GIS. Pemetaan resiko juga mengacu pada prinsip resiko itu sendiri yang tersusun atas 3 unsur pokok yang membentuknya yaitu : Bahaya, Kerentanan dan Kapasitas. Parameter atau variabel yang digunakan dalam kegiatan ini dapat diolah dan digunakan dengan baik sehingga
iii
menghasilkan peta-peta yang akurat dan dapat digunakan untuk jangka panjang. Parameterparameter tersebut antara lain : Bahaya Banjir : 1. Peta Ketinggian/Kontur (bahaya) 2. Daerah Hempasan air sungai (kerentanan) 3. Keberadaan Tanggul Permanen (kapasitas) 4. Keberadaan Pompa air (kapasitas) 5. Bahan/ Kuaitas Bangunan/permukiman (kerentanan) Bahaya Kebakaran : 1. Jenis Penggunaan lahan (kerentanan) 2. Kepadatan Bangunan (kerentanan) 3. Bahan/ Kualitas Bangunan (kerentanan) 4. Lebar jalan masuk untuk Mobil Pemadam (kapasitas) 5. Sumber air untuk pemadaman (kapasitas) 6. Jarak terhadap pos pemadaman (kapasitas) Bahaya Penyakit DBD : 1. Alamat Penderita DBD (bahaya) 2. Kualitas Permukiman (kerentanan) Hasil kegiatan yang berupa peta (tematik) dan data jumlah penduduk yang tercakup di dalam wilayah resiko bermacam bahaya lingkungan. Peta yang dibuat dalam berbagai skala tergantung Kelurahannya. Kelurahan Kampung Melayu 1 : 2.000, Cipinang Besar Utara 1 : 2.500, dan Penjaringan 1 : 6.000. Peta-peta tersebut antara lain : 1. Peta Penggunaan Lahan 2. Peta Resiko Bahaya Banjir 3. Peta Resiko Bahaya Kebakaran 4. Peta Resiko Bahaya Penyakit DBD 5. Peta Resiko Bermacam Bahaya Lingkungan Dari Analisis Peta yang dihasilkan, menunjukkan bahwa Pola Penggunaan Lahan di ketiga wilayah kelurahan berbeda dimana Kelurahan Kampung Melayu dan Cipinang Besar Utara didominasi Perumahan/permukiman tidak teratur (64% di Kampung Melayu dan 61% di Cipinang Besar Utara) sedangkan di Penjaringan didominasi oleh Industri (26%). Hal ini dikarenakan sejarah perkembangan wilayahnya dimana Penjaringan merupakan daerah pesisir yang terbangun secara terencana sedangkan yang lainnya merupakan daerah permukiman urban yang relatif kurang berkembang. Resiko Bahaya Banjir di ketiga kelurahan berbeda, Kampung Melayu dan Cipinang Besar Utara memiliki resiko banjir yang tinggi (46% di Kampung Melayu dan 26% di Cipinang Besar Utara) sedangkan Penjaringan resikonya sedang (21%). Hal ini disebabkan di Kampung Melayu dan Cipinang Besar Utara memiliki potensi bahaya banjir yang besar dimana letaknya di pinggir sungai besar yang membelah kota Jakarta ditambah lagi kerentanan fisik berupa kualitas permukiman yang buruk di pinggir sungai serta kapasitas fisik yang kurang. Lain halnya di Penjaringan, walaupun memiliki potensi bahaya banjir/genangan yang cukup besar namun dengan adanya kapasitas berupa instalasi pompa air (terbesar di Indonesia) sehingga resiko tersebut dapat dikurangi menjadi kecil. Jumlah Penduduk Kampung Melayu yang tercakup dalam wilayah resiko banjir tingkat tinggi sebesar 19.136 Jiwa dalam 4.619 KK, atau sebesar 85 % dari total jumlah penduduk 22.577 jiwa (2006). Penduduk Kampung Melayu tersebut tersebar di 96 RT di seluruh RW yang ada, dari total 112 RT yang ada. Wilayah tersebut sebagian besar terletak di Kampung Pulo (RW 01, 02 dan 03) serta wilayah Tanah Rendah (RW 07 dan 08). Sedangkan Cipinang Besar Utara sebesar 23.217 Jiwa atau sekitar 60 % dari total jumlah penduduk 39.182 jiwa (2006). Penduduk Cipinang Besar Utara tersebut tersebar di 8 RW dari 14 RW yang ada. Wilayah tersebut terletak di pinggir Sungai Cipinang khususnya RW 01, 02, 04, 05, 12 dan 14 Untuk Kelurahan Penjaringan sebanyak 16.488 jiwa atau 30 % dari total jumlah penduduk 55.780 jiwa (2006). Mereka tersebar di 5 RW dari 17 RW yang ada. Wilayah tersebut terletak di RW 01, 03, 04 dan 17. Resiko bahaya Kebakaran di Ketiga Kelurahan relatif hampir sama dan tergolong cukup tinggi, yaitu antara 54 – 93 %. Hal ini dikarenakan kepadatan bangunan yang tergolong tinggi diperparah dengan kualitas bangunan yang rendah. Selain itu kendala pemadaman terutama akses yang sulit dijangkau oleh peralatan mobil pemadam kebakaran. Jumlah
iv
penduduk yang tercakup dalam wilayah resiko bahaya kebakaran tingkat tinggi di Kampung Melayu sebesar 20.985 Jiwa dalam 5.097 KK, atau sebesar 93 % dari total penduduk, yang tersebar di 107 RT di seluruh RW yang ada, dari total 112 RT yang ada. Wilayah tersebut terletak di Kampung Pulo (RW 02 dan 03) serta Tanah Rendah (RW 07 dan 08). Sedangkan di Cipinang Besar Utara sebesar 21.158 Jiwa atau sekitar 54 % dari total penduduk dan tersebar di 11 RW dari 14 RW yang ada. Wilayah tersebut terletak di RW 02, 04, 05, 09, 12, dan 14. Untuk Kelurahan Penjaringan sebanyak 50.722 Jiwa atau 91 % dari total penduduk dan tersebar di 15 RW dari 17 RW yang ada. Wilayah tersebut terletak di RW 03, 07, 08, 12 dan 17. Resiko bahaya penyakit DBD relatif rendah sampai menengah (58 – 68%). Hal ini dikarenakan rasio jumlah kasus relatif tidak begitu tinggi yaitu berkisar antara 1 : 346 sampai 1 : 580 jiwa selama setahun. Jumlah penduduk yang tercakup kedalam wilayah resiko bahaya Penyakit DBD tingkat menengah di Kampung Melayu sebesar 6.611 Jiwa atau 29 % dari total penduduk. Wilayah tersebut tersebar di 51 RT menyebar di seluruh RW yang ada. Sedangkan Cipinang Besar Utara 13.883 Jiwa atau 35 %. Wilayah tersebut terbar di 10 RW (02, 04, 05, 06, 07, 09, 10, 11, 12, dan 14). Untuk Kelurahan Penjaringan 33.604 Jiwa atau 60 %, tersebar di 10 RW (01, 02, 03, 04, 08, 12, 13, 14, 16, dam 17). Resiko gabungan 3 bahaya atau resiko bermacam bahaya lingkungan di ketiga kelurahan tersebut tergolong tinggi (38 - 58 %). Penjaringan 58 %, Kampung Melayu 50 %, dan Cipinang Besar Utara 38 %. Jumlah penduduk yang tercakup kedalam wilayah resiko bermacam bahaya lingkungan tingkat tinggi di Kampung Melayu sebesar 11.131 Jiwa dalam 2.682 KK, atau sebesar 50 % dari total penduduk, yang tersebar di 53 RT di seluruh RW yang ada. Di Cipinang Besar Utara 15.009 Jiwa atau sekitar 38,3 % dari total penduduk, yang tersebar di 5 RW dari 14 RW yang ada. Untuk Kelurahan Penjaringan sebanyak 32.621 Jiwa atau 58 % dari total penduduk, yang tersebar di 10 RW dari 17 RW yang ada. Hasil Kegiatan pemetaan resiko bermacam bahaya lingkungan ini telah dipresentasikan di Kantor Bapeda pada Tanggal 1 Februari 2007 yang dihadiri oleh beberapa instansi terkait seperti: Bapeda Provinsi DKI Jakarta, Satkorlak DKI Jakarta, Dinas Trantib Prov DKI Jakarta, Dinas PU Propinsi DKI Jakarta, Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta, Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Timur dan Utara, Suku Dinas Pertanahan dan Pemetaan Jakarta Timur dan Utara, Lurah dan Wakil Masyarakat di 3 Kelurahan. Selain di Bapeda, presentasi juga dilakukan di Kantor Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Timur pada Tanggal 3 April 2007 atas permintaan kantor setempat. Dalam memperoleh feedback atau masukan, selain presentasi di atas juga dilakukan wawancara langsung dengan instansi terkait yaitu : Dinas PU Provinsi, Suku Dinas Pertanahan dan Pemetaan, serta Dinas Pemadam Kebakaran. Hasil akhir kegiatan yang berupa peta dan laporan akan disebarluaskan di instansi-instansi terkait di atas.
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan Kasih dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan Pemetaan Resiko Bermacam Bahaya Lingkungan di Kelurahan Kampung Melayu, Cipinang Besar Utara dan Penjaringan Propinsi DKI Jakarta. Kegiatan ini mungkin tergolong pioneer atau pertama kali dilakukan khususnya di Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka penyediaan data dan informasi mengenai daerah yang beresiko bermacam bahaya lingkungan di 3 Kelurahan yang merupakan daerah pengembangan Program Kesiapsiagaan Bencana (Disaster Preparedness Programme) yang dilaksanakan oleh Action Contre la Faim (ACF) pada Tahun 2006 – 2008. Kegiatan ini juga didukung terutama oleh Pemerintah Kelurahan di 3 Kelurahan di atas dan Bapeda propinsi DKI Jakarta. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada para pihak yang telah membantu kelancaran kegiatan telah dilaksanakan pada bulan Juli 2006 – Maret 2007, antara lain: 1. Pemerintah Kelurahan dan masyarakat di 3 Kelurahan (Kampung Melayu dan Cipinang Besar Utara – Jakarta Timur serta Penjaringan – Jakarta Utara) atas segenap informasi dan penerimaan yang akrab terhadap kehadiran Tim ACF. 2. Badan Perencanaan Daerah Propinsi DKI Jakarta atas dukungan dan kerjasama terutama dalam penyelengaraan presentasi kegiatan ini yang menggunakan fasilitas Bapeda. 3. Instansi terkait (Suku Dinas Pertanahan dan Pemetaan Jakarta Timur dan Utara, Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta, Suku Dinas Kesehatan Masyarkat Jakarta Timur dan Utara) yang telah memberikan data dan referensi untuk bahan masukan kegiatan ini. 4. Satkorlak DKI Jakarta yang turut mendukung program ACF secara keseluruhan di 3 Kelurahan di DKI Jakarta. 5. Tim Program Kesiapsiagaan Bencana ACF Jakarta (Sdr. Edward Turvill, Sdr. Edy Marbyanto, Sdr. Raymond Kotambunan, Sdr. Moeh. Halim, Sdri. Nurely Yudha, Sdr. Martius Marzuki, Sdri Erma Maghfiroh dan Sdr. Arde Wisben) atas partisipasinya dalam kegiatan ini dan masukan untuk laporan ini. 6. Volunteer dari Kertakayu Kelurahan Kampung Melayu (Puja Deta Priaga dan Agus Mustafa) yang telah ikut dalam survey cek lapangan dan bagian lain dalam kegiatan ini. 7. Staf Pendukung (supporting staff) ACF Jakarta serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan pelayanan untuk kelancaran kegiatan seleksi ini. Disadari bahwa laporan ini mungkin masih belum sempurna, oleh karenanya penulis berharap adanya masukan dari para pembaca yang terhormat. Semoga Laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, 9 April 2007 Penulis
Eka Rianta S. Risk and Vulnerability Database and Mapping Officer Action Contre la Faim
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................... KATA PENGANTAR .............................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................................ DAFTAR TABEL .................................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................................
i iii vi vii ix x
BAB I. I.1. I.2. I.3. I.4.
PENDAHULUAN ............................................................................ Latar Belakang ................................................................................. Tujuan .............................................................................................. Kegunaan Hasil Kegiatan ................................................................ Lokasi Kegiatan ................................................................................
1 1 2 2 2
BAB II. II.1. II.2. II.3.
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... Kejadian Bencana ............................................................................. Kebutuhan Peta Bencana .................................................................. Konsepsi Pengurangan Resiko Bencana ...........................................
3 3 3 4
BAB III. III.1. III.2. III.3. III.4. III.5. III.6. A. B. C. III.7. III.8. III.9 III.10. III.11. III.12. III.13.
METODE .......................................................................................... Metode Kajian ................................................................................... Penyiapan Referensi dan Data .......................................................... Telaah Referensi ............................................................................... Konversi Data ................................................................................... Interpretasi Penggunaan Lahan ......................................................... Interpretasi Parameter Bencana ........................................................ Bencana Banjir .................................................................................. Bencana Kebakaran .......................................................................... Bencana Penyakit DBD .................................................................... Survey Lapangan .............................................................................. Pemodelan Bencana Banjir ……………………………………....... Pemodelan Bencana Kebakaran ……………………………........... Pemodelan Bencana Penyakit DBD ……………………………….. Peta Resiko Bermacam Bahaya …………………………………… Pemodelan Peta Resiko Bermacam Bahaya ..................................... Layout dan Pencetakan Peta .............................................................
5 5 5 5 6 6 6 7 8 9 10 11 12 12 13 13 13
BAB IV. HASIL KEGIATAN ......................................................................... IV.1. Hasil Pemrosesan Data Awal ............................................................ IV.1.1. Interpretasi Penggunaan Lahan …………………………………… IV.1.2. Interpretasi Parameter Bencana …………………………………… IV.2. Hasil Pemrosesan Lanjut …………………………………………... IV.2.1. Cek Lapangan ……………………………………………………... IV.2.2. Pemodelan Resiko Bahaya Banjir …………………………………. IV.2.3. Pemodelan Resiko Bahaya Kebakaran ……………………………. IV.2.4. Pemodelan Resiko Bahaya Penyakit DBD ………………………... IV.2.5. Pemodelan Resiko Bermacam Bahaya Lingkungan ……………….
15 15 15 17 18 18 19 20 20 21 vii
IV.2.6. Jumlah Penduduk yang terpengaruh Resiko ……………………… 22 BAB V. V.1. V.2.
KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….. 24 Kesimpulan ……………………………………………………….. 24 Saran ……………………………………………………………… 26
REFERENSI ………………………………………………………………………. 28 LAMPIRAN Peta-peta Foto-foto Kegiatan Data Atribut
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Kelas dan Kriteria Penggunaan lahan dalam Kaitan Bencana Kebakaran............................................................................................
Tabel 2.
6
Kelas dan Kriteria Daerah Hempasan Air Sungai untuk Bencana Banjir...................................................................................................
7
Tabel 3.
Kelas dan Kriteria Tanggul untuk Bencana Banjir ...........................
7
Tabel 4.
Kelas dan Kriteria Pompa Air untuk Bencana Banjir ........................
7
Tabel 5.
Kelas dan Kriteria Bahan/kualitas bangunan untuk Bencana Banjir…
8
Tabel 6.
Kelas dan Kriteria Kepadatan Bangunan ………………..…….......
8
Tabel 7.
Kelas dan Kriteria Bahan/kualitas bangunan untuk Bencana Kebakaran …………………………………………………………..
8
Tabel 8.
Kelas dan Kriteria Lebar Jalan masuk……………………………….
9
Tabel 9.
Kelas dan Kriteria Sumber Air Pemadam Kebakaran……………….
9
Tabel 10.
Kelas dan Kriteria Jarak terhadap Pos Pemadam Kebakaran………..
9
Tabel 11.
Kelas Penilaian Bahaya Penyakit DBD berdasarkan Kejadian (Alamat Penderita)…………………………………………………...
10
Tabel 12.
Kelas dan Kriteria Kualitas Permukiman untuk Penyakit DBD……..
10
Tabel 13.
Kelas dan Kriteria Penilaian Resiko Bencana Banjir………………..
11
Tabel 14.
Nilai Harkat dan Pembobot Parameter Bencana Banjir .....................
11
Tabel 15.
Kelas Penilaian Resiko Bencana Banjir..............................................
11
Tabel 16.
Nilai Harkat dan Pembobot Parameter Bencana Kebakaran .............
12
Tabel 17.
Kelas Penilaian Resiko Bencana Kebakaran……………………….
12
Tabel 18.
Nilai Harkat dan Pembobot Parameter Bahaya Penyakit DBD……
12
Tabel 19.
Kelas Penilaian Resiko Bahaya Penyakit DBD…………………….
12
Tabel 20.
Nilai Harkat untuk Peta Resiko Bermacam Bahaya…………………
13
Tabel 21.
Kelas Penilaian Peta Resiko Bermacam Bahaya................................
13
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Resiko Bencana……………………………………………
4
Gambar 2. Diagram Alir Kegiatan........................................................................
14
Gambar 3. Diagram Luas Wilayah Jenis Penggunaan lahan di Kampung Melayu...............................................................................................
15
Gambar 4. Diagram Luas Wilayah Jenis Penggunaan lahan di Cipinang Besar Utara...................................................................................................
16
Gambar 5. Diagram Luas Wilayah Jenis Penggunaan lahan di Penjaringan.......
16
Gambar 6. Diagram Luas Wilayah Resiko Bahaya Banjir di Kampung Melayu, Cipinang Besar Utara dan Penjaringan................................................
19
Gambar 7. Diagram Luas Wilayah Resiko Bahaya Kebakaran di Kampung Melayu, Cipinang Besar Utara dan Penjaringan..................................
20
Gambar 8. Diagram Luas Wilayah Resiko Bahaya Penyakit DBD di Kampung Melayu, Cipinang Besar Utara dan Penjaringan..................................
21
Gambar 9. Diagram Luas Wilayah Resiko Bermacam Bahaya Lingkungan di Kampung Melayu, Cipinang Besar Utara dan Penjaringan.................
22
x
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bencana merupakan sesuatu musibah yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan dapat menimbulkan korban jiwa. Bencana sering kita dengar dan atau pernah rasakan misalkan: banjir, kebakaran, gempa bumi, longsor dan yang lainnya. Suatu kejadian dapat dikatakan bencana jika “merugikan manusia” dan atau bahkan “memakan korban” manusia. Bencana yang umum terjadi baik tiba-tiba maupun memakan waktu proses adalah gempa bumi, banjir, longsor, kekeringan, letusan gunung api, tsunami, angin topan, badai, wabah penyakit, kegagalan teknologi maupun kejadian angkasa seperti meteor jatuh. Setidaknya ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan terjadinya bencana, antara lain : Kurang pemahaman terhadap karakteristik bahaya (hazard), Sikap atau perilaku yang mengakibatkan penurunan kualitas sumberdaya alam (vulnerability), Kurang informasi/ peringatan dini (early warning) yang menyebabkan ketidaksiapan, Ketidakberdayaan/ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya. Pemerintah atau instansi terkait dan juga dibantu oleh organisasi lain telah berupaya untuk mengurangi dampak dari bencana melalui program penanggulangan bencana, akan tetapi penanganan bencana masih kurang optimal. Salah satu upaya untuk mengurangi dampak bencana adalah meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan. Dalam kesiapsiagaan bencana diperlukan suatu pengetahuan atau pengenalan akan karaketeristik bencana itu sendiri dan yang lebih diketahui adalah pengenalan akan wilayah atau daerah dimana mereka tinggal. Pengetahuan akan wilayahnya sendiri sebenarnya telah ada dan berkembang seiring dengan kehidupan mereka yang selalu dinamis atau beraktivitas di dalam atau disekitar wilayahnya. Oleh karena itu diperlukan pengenalan akan wilayahnya melalui media berupa peta yang mudah dibaca dan ditafsirkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Peta yang baik adalah peta yang dapat digunakan oleh pengguna dengan baik. Ketersediaan peta bencana di tingkat pemerintahan administrasi paling kecil yaitu Kelurahan biasanya sedikit jumlahnya bahkan tidak ada dan kurang akurat serta kurang update. Disamping itu peta tersebut kurang mengenai sasaran, oleh karena itu diperlukan suatu Peta Resiko Bahaya Lingkungan yang sederhana dan mudah dibaca. Bencana yang sering melanda Jakarta adalah Bencana Banjir, Kebakaran, Demam Berdarah Dengue (DBD) serta ada wabah penyakit baru yaitu Flu Burung (Avian Influenza). Bencana yang lain jarang sekali terjadi di Jakarta seperti longsor, kegagalan teknologi, gempa, dan lain-lain, oleh karena itu dibutuhkan suatu peta yang menggambarkan bermacam bencana dalam satu wilayah untuk diketahui oleh masyarakat. Peta tersebut berupa Peta Resiko Bermacam Bahaya Lingkungan (Multi Hazard Risk Map) Action Contre la Faim (ACF) sebagai lembaga International di bidang Kemanusiaan telah memiliki pengalaman dalam kegiatan kesiapsiagaan banjir di Kampung Melayu pada Tahun 2003 – 2004 dan dilanjutkan pada Tahun 2005 dan telah melebarkan wilayah program di 2 Kelurahan lain di DKI Jakarta, yaitu kelurahan Penjaringan dan Cipinang Besar Utara. Namun dalam program sebelumnya,
1
belum dibuat sebuah Peta Resiko Bermacam Bahaya Lingkungan. Oleh karena itu pada kesempatan ini ACF ingin melakukan kegiatan Pemetaan tersebut. I.2. Tujuan Adapun tujuan dilakukan kegiatan Pemetaan Resiko Bermacam Bahaya Lingkungan adalah : 1. Menentukan lokasi Potensi Resiko Bermacam Bahaya Lingkungan khususnya Banjir, Kebakaran, Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Kampung Melayu, Kelurahan Penjaringan dan Kelurahan Cipinang Besar Utara. 2. Menentukan jumlah penduduk yang tercakup dalam wilayah resiko bermacam bahaya lingkungan di ketiga Kelurahan. I.3. Kegunaan Hasil Kegiatan 1. Masyarakat Kelurahan setempat dan Instansi terkait dapat mengenali/ mengetahui sebaran potensi resiko bermacam bahaya lingkungan yang ada di 3 (tiga) Kelurahan secara terpisah. 2. Menjadi masukan bagi instansi pemerintah terkait dan pengambil keputusan atau kebijakan dalam perencanaan wilayah khususnya dalam tingkat skala Kelurahan. 3. Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat setempat dan instansi terkait dalam menghadapi bencana
I.4. Lokasi Kegiatan Obyek lokasi kegiatan adalah 3 (tiga) tempat terpisah yang merupakan lokasi Program Kesiapsiagaan Bencana – Action Contre la Faim di Jakarta, yaitu : 1. Kelurahan Penjaringan (Jakarta Utara) 2. Kelurahan Cipinang Besar Utara (Jakarta Timur) 3. Kelurahan Kampung Melayu (Jakarta Timur) Lokasi ini dipilih karena selain merupakan area program dan juga daerah ini memiliki karakteristik keragaman bencana yang berbeda tiap Kelurahan baik itu Bencana Banjir,Kebakaran maupun Penyakit DBD.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kejadian Bencana Jakarta sebagai salah satu megapolitan dan sebagai pusat pemerintahan Indonesia juga tidak luput dari bencana. Bencana yang sering terjadi di Jakarta adalah banjir, kebakaran dan penyakit endemik Demam Berdarah Dengue (DBD). Bencana banjir selalu menjadi langganan bagi kota Jakarta dan dalam periode 5 tahunan terjadi banjir besar seperti yang terjadi pada akhir Tahun 1996 dan awal Tahun 2002 dan yang baru terjadi banjir terbesar Februari Tahun 2007. Dari data Satkorlak dan Bakornas, banjir telah mengenangi sekitar 60 % wilayah Jakarta atau 199 Kelurahan dari total 265 Kelurahan di 41 Kecamatan. Jumlah Pengungsi 432.002 Jiwa, 48 Orang meninggal akibat banjir besar ini. Serta kerusakan fisik akibat banjir tersebut yang cukup parah. Banjir Jakarta pada Tahun 2007 juga menggenangi 78 area rawan genangan yang tersebar di hampir seluruh Jakarta terutama di Jakarta Utara, Jakarta Timur dan Jakarta Barat dan sebagian kecil di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.1). Sedangkan untuk kejadian Kebakaran di Jakarta berdasarkan data dari Dinas Pemadaman Kebakaran Tahun 2003, dalam 5 Tahun terakhir terjadi peningkatan frekwensi terjadinya kebakaran dari 725 Kejadian pada Tahun 1999 meningkat menjadi 837 Kejadian pada Tahun 2002.2). Sedangkan untuk kasus Penyakit Endemik DBD di DKI Jakarta dapat digolongkan merupakan salah satu penyakit menular yang cukup dominan. Pada Bulan Oktober Tahun 2006 jumlah penderita DBD sebanyak 700 orang dengan prosentase 34 % dari total jumlah penderita penyakit menular dan merupakan penyakit yang memakan korban meninggal. Berdasar data Bulan Oktober 2006 ada 1 orang meninggal di DKI Jakarta karena penyakit DBD 3. Berdasar data kasus DBD Kotamadya Jakarta Utara dari Awal Bulan Januari 2006 sampai dengan tanggal 10 Agustus 2006 terdapat 3.235 Penderita dengan korban meninggal 2 orang.4 Pada Tahun 2003 DKI Jakarta pernah dinyatakan sebagai KLB (Kejadian Luar Biasa) Penyakit DBD. II.2. Kebutuhan Peta Bencana Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) telah menghimbau daerah membuat sendiri peta rawan bencana. Pemetaan itu berguna untuk mengantisipasi dan evakuasi bila bencana datang (14 Agustus 2006). “Kita harapkan tiap daerah punya produk–produk seperti pemetaan rawan bencana dan evakuasi sehingga bila bencana datang daerah bisa mengambil tindakan cepat. jangan hanya bergantung kepada pusat” kata Kepala BAKOSURTANAL RW. Matindas. BAKOSURTANAL tidak melakukan pemetaan itu karena peta dasar rupa bumi yang diproduksi terbatas pada skala 1 : 25.000. Sedangkan untuk perencanaan antisipasi dan evakuasi bencana alam daerah diperlukan peta yang lebih detil yaitu skala 1 : 1
Peta Kawasan Rawan Genangan DKI Jakarta Tahun 2005, Dinas Pekerjaan Umum Propinsi DKI Jakarta 2 “Siapa Takut Kebakaran” Who is fearless of fire?, Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta, 2003. 3 Web Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta 4 Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Utara
3
2.500.5 Oleh karena itu pemetaan skala detil pada lingkup wilayah administrasi kecil misalnya Kecamatan sampai Kelurahan diperlukan dalam rangka untuk kesiapsiagaan bencana. Peta Resiko Bermacam Bahaya Lingkungan dapat dikatakan hampir sama dengan peta rawan bencana namun dalam terminologi maksud Peta Resiko lebih didasarkan pada berbagai aspek tidak hanya aspek “rawan” / rentan namun aspek kapasitas juga diperhitungkan. Selama ini peta tersebut belum banyak dimiliki oleh instansi terkait, kalaupun ada itu tidak lengkap dan kurang update serta kurang akurat, lebih-lebih peta resiko bahaya dalam skala detil pada tingkat Kelurahan. II. 3. Konsepsi Pengurangan Resiko Bencana Dalam disiplin penanganan bencana (disaster management), resiko bencana adalah interaksi antara tingkat kerentanan daerah dengan ancaman bahaya (hazards) yang ada. Ancaman bahaya, khususnya bahaya alam bersifat tetap karena bagian dari dinamika proses alami pembangunan atau pembentukan roman muka bumi baik dari tenaga internal maupun eksternal, sedangkan tingkat kerentanan daerah dapat dikurangi, sehingga kemampuan dalam menghadapi ancaman tersebut semakin meningkat. Secara umum, resiko dapat dirumuskan sebagai berikut : Resiko = Bahaya x Kerentanan_____ Kemampuan atau Kapasitas Gambar 1. Diagram Resiko Bencana
Dengan demikian maka semakin tinggi bahaya, kerentanan dan ketidakmampuan, maka semakin besar pula resiko bencana yang dihadapi. Resiko bencana pada wilayah Indonesia yang tinggi disebabkan oleh potensi bencana/ hazards yang dimiliki wilayah-wilayah tersebut yang memang sudah tinggi, ditambah dengan tingkat kerentanan yang sangat tinggi pula. Sementara faktor lain yang mendorong semakin tingginya resiko bencana ini adalah menyangkut pilihan masyarakat (public choice). Banyak penduduk yang memilih atau sengaja tinggal di kawasan yang rawan / rentan terhadap bencana dengan berbagai alasan seperti kesuburan tanah, atau peluang (opportunity) lainnya yang dijanjikan oleh lokasi tersebut. 5
Artikel “Kerawanan Peta Rawan Bencana dan Kesiapan Menghadapi Bencana” dalam GeoInformatika vol 12 No.1, Agustus 2006.
4
BAB III METODE III.1. Metode Kajian Metode kajian atau cara melaksanakan kegiatan ini adalah dengan menggunakan metode teknik pemetaan dengan dibantu pengolahan data citra satelit. Adapun langkah-langkah atau proses kegiatan dapat diurutkan dalam beberapa Tahap sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan - Pengumpulan Referensi Kajian Bencana - Pengumpulan Data spasial terkait bencana - Telaah Referensi Kajian Bencana - Konversi Data spasial 2. Tahap Pemrosesan Awal - Interpretasi Peta Penggunaan Lahan (land use) - Interpretasi parameter bencana 3. Tahap Pemrosesan Lanjut - Survey lapangan (Validasi dan Perolehan data primer) - Pemodelan parameter bencana Banjir - Pemodelan parameter bencana Kebakaran - Pemodelan parameter bencana Penyakit DBD - Pemodelan Resiko Bermacam Bahaya 4. Tahap Akhir - Pembuatan layout Peta - Pencetakan dan Dokumentasi Peta Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam diagram alir kegiatan pada halaman 14 III.2. Penyiapan Referensi dan Data Referensi merupakan suatu kajian, pandangan atau teori yang telah dipublikasikan sebelumnya. Referensi yang digunakan dalam kegiatan ini adalah dokumentasi yang berkaitan dan menunjang kegiatan ini yang antara lain diperoleh dari Dinas Pemadam Kebakaran, dan Dinas Pekerjaan Umum. Penyiapan Data sebagai bahan masukan untuk proses kegiatan telah dilakukan dengan mencari ketersediaan Peta Kontur Ketinggian 1 m, Peta Penggunaan Tanah. Peta tersebut diperoleh di Dinas terkait yaitu: Suku Dinas Pertanahan dan Pemetaan Jakarta Utara dan Jakarta Timur. Tidak semua bahan Peta dapat langsung diproses karena data masih berupa hardcopy, selain itu terdapat data yang belum terkoreksi geografis atau belum berkoordinat. Oleh sebab itu diperlukan konversi data dari data analog ke digital kerena integrasi pemrosesan dengan menggunakan komputer (digital). Pengumpulan data juga dilakukan untuk bahaya Penyakit DBD, karena dalam proses pemetaan bahaya penyakit DBD pemasukan data sekunder berupa data atribut alamat penderita DBD. III.3. Telaah Referensi Telaah referensi kajian disini adalah bertujuan untuk menentukan parameter atau variabel apa saja yang akan dimasukkan dalam proses pemetaan. Dari hasil telaah kajian diperoleh 3 kelompok bencana secara terpisah, yaitu :
5
a. Bencana Banjir - Garis Kontur Ketinggian (Bahaya) - Arah aliran sungai/ Daerah Hempasan air sungai (Kerentanan) - Keberadaan Tanggul Sungai (Kapasitas) - Keberadaan Pompa Air (Kapasitas) - Bahan / Kualitas Bangunan (Kerentanan) b. Bencana Kebakaran - Penyebab Kebakaran : - Kepadatan Bangunan (Kerentanan) - Bahan/ Kualitas Bangunan (Kerentanan) - Kendala Pemadaman : - Aksesibilitas mobil Pemadam, Lebar Jalan Masuk (Kapasitas) - Sumber Air untuk Pemadaman (Kapasitas) - Jarak terhadap Pos Pemadam Kebakaran (Kapasitas) c. Bencana Endemik DBD - Alamat Penderita/Pasien DBD (Bahaya) - Kualitas Permukiman (Kerentanan) III.4. Konversi Data Konversi data dilakukan jika format data tidak dapat diproses lebih lanjut. Format data yang tidak dapat diproses adalah format berupa kertas/hardcopy. Selain format tersebut juga format proyeksi data/peta yang digunakan haruslah seragam. Konversi data dari format hardcopy menjadi digital dilakukan dengan digitasi. Sebelum digitasi terlebih dahulu peta di-scanning karena digitasi dilakukan secara onscreen. Selain itu juga dilakukan penyeragaman format proyeksi data dilakukan terhadap data-data yang belum atau tidak berproyeksi UTM. III.5. Interpretasi Penggunaan Lahan Interpretasi merupakan penafsiran terhadap gambar. Gambar yang dimaksud disini adalah Citra Satelit Quickbird dan IKONOS yang memiliki resolusi spasial atau kenampakan terkecil yang ditampilkan adalah 0,6 meter dan 1 meter. Interpretasi ini ditujukan untuk menentukan jenis penggunaan lahan yang termasuk dalam kategori rentan terhadap bencana kebakaran, seperti kelas Permukiman, Gudang, Pabrik dan Gedung bertingkat. Tabel 1. Kelas dan Kriteria Penggunaan lahan dalam Kaitan Bencana Kebakaran Jenis Penggunaan Lahan Kerentanan Permukiman, Hunian Bertingkat Sangat Rentan dan mengandung resiko (Ruko, Apartemen, Rusun), Pompa tinggi Bensin, Gudang, Pabrik, Pasar, Perkantoran Sarana transportasi, Taman, Daerah Tidak Rentan dan resiko rendah Hijau Sungai/Kali, Waduk, Situ Tidak dapat terbakar Sumber Keterangan
Harkat 4
1 0
: Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta, 2006. dengan analisis. : Semakin besar Harkat semakin besar pengaruh Kriteria jenis Penggunaan Lahan terhadap terjadinya Kebakaran
III.6. Interpretasi Parameter Bencana Selain Interpretasi Penggunaan Lahan juga dilakukan Interpretasi parameter bencana. Interpretasi ini bertujuan untuk mengetahui nilai dari suatu wilayah yang diukur berdasarkan interval parameter yang digunakan. Interpretasi
6
dilakukan di atas cira satelit dengan melihat atau mengukur kenampakan obyek yang berhubungan dengan parameter. A. Bencana Banjir Dari kelima parameter banjir, hanya parameter kontur yang tidak diinterpretasi lewat citra satelit. Parameter kontur diolah dengan pemodelan GIS yang dapat membantu untuk mengetahui interval ketinggian secara otomatis. A.1. Identifikasi Arah Aliran Sungai (Daerah Hempasan Air Sungai) Arah aliran sungai perlu diketahui untuk menentukan daerah hempasan luapan air sungai yang mengarah ke lahan pada kelokan/belokan sungai. Arah vektor aliran mengarah pada daerah yang mudah tergenang akibat hempasan, umumnya di daerah pinggir sungai yang berkelok-kelok (meander river). Kriteria Penilaian adalah sebagai berikut : Tabel 2. Kelas dan Kriteria Daerah Hempasan Air Sungai untuk Bencana Banjir Daerah Hempasan Kriteria Tambahan Di dalam daerah hempasan Daerah di dalam area kelokan (meander) sungai air sungai Di luar daerah hempasan air Daerah di luar area kelokan (meander) sungai sungai Sumber Keterangan
harkat 2 1
: Analisis Data : Semakin besar Harkat semakin besar pengaruh Kriteria Daerah Hempasan terhadap penilaian resiko banjir
A.2. Identifikasi Tanggul Permanen Sungai Identifikasi tanggul permanen sungai bertujuan untuk mengetahui keberadaan tanggul sungai dimana tanggul tersebut sebagai penghambat laju aliran atau luapan sungai dan melindungi wilayah di belakangnya. Tabel 3. Kelas dan Kriteria Tanggul untuk Bencana Banjir Keberadaan Tanggul Kriteria Tambahan Daerah dipinggir sungai atau di dalam daerah Daerah di dalam area hempasan air sungai yang TIDAK dilindungi oleh kelokan (meander) sungai tanggul permanen atau hanya dilindungi tanggul SEMENTARA Daerah dipinggir sungai atau di dalam daerah Daerah di luar area hempasan air sungai yang dilindungi oleh tanggul kelokan (meander) sungai permanen Sumber Keterangan
harkat -1
-2
: Analisis Data : Semakin kecil Harkat semakin besar pengaruh Kriteria Keberadaan Tanggul terhadap penilaian resiko banjir
A.3 Identifikasi Instalasi Pompa Air Identifikasi Pompa Air ini dapat dilakukan lewat interpretasi citra satelit dan atau melalui data/ informasi yang lain. Pompa Air disini dibatasi untuk Instalasi Pompa Air yang permanen dan bukan yang portabel, karena Instalasi pompa air permanen lebih memiliki kemampuan menyedot air dalam volume skala besar dan lebih berfungsi optimal dibanding dengan portabel. Keberadaan pompa air berfungsi untuk menyedot air yang berlebihan untuk menghindari banjir. Untuk itu perlu dilakukan pengamatan lapangan mengenai keberadaan pompa air dan cakupan wilayah yang memanfaatkan pompa air tersebut. Tabel 4. Kelas dan Kriteria Instalasi Pompa Air untuk Bencana Banjir Keberadaan Pompa Air Daerah yang tidak tercakup oleh wilayah kerja dari Pompa Air permanen Daerah yang tercakup oleh wilayah kerja dari Pompa Air permanen Sumber Keterangan
harkat -1 -2
: Analisis Data : Semakin kecil Harkat semakin besar pengaruh Kriteria Pompa Air terhadap penilaian resiko banjir
7
A.4. Bahan/Kualitas Bangunan Bahan bangunan sangat identik dengan kualitas bangunan. Jadi jika bahan bangunan yang terbuat dari kayu (wood) atau tripleks (plywood) atau tidak permamen, maka kualitas bangunan tergolong rentan terhadap kerusakan ataupun hanyutnya bangunan akibat genangan air maupun hempasan / tekanan air sungai. Tabel 5. Kelas dan Kriteria bahan/kualitas bangunan untuk Bencana Banjir Bahan/Kualitas bangunan Ukuran bangunan Tata letak/Pola Kayu, semen kualitas Kecil Miring/ tidak rendah, atap genting kualitas (< 50 m2) teratur / tidak rendah atau asbes seragam Semen kualitas sedang, Sedang Agak miring/ semi sedikit beton, atap genting (50 – 100 m2) teratur / kurang biasa atau asbes seragam Beton / kualitas baik, atap Besar Sejajar/ teratur / genting kualitas baik (beton) (>100 m2) Seragam Bukan Bangunan (Non Building) Sumber Keterangan
Harkat 3
2
1 0
: Fatkhurohman, 1984 dengan modifikasi untuk Kota Jakarta. : Semakin besar Harkat semakin besar Pengaruh Kriteria Bahan/Kualitas Bangunan terhadap penilaian resiko banjir
B. Bencana Kebakaran B.1. Kepadatan Bangunan Kepadatan Bangunan merupakan faktor yang cukup berpengaruh dalam bencana kebakaran karena faktor “penjalaran” atau perluasan wilayah kebakaran lebih mudah pada daerah padat bangunan/permukiman. Kepadatan Bangunan adalah perbandingan antara luas bangunan (atap) dengan luas blok permukiman. Tabel 6. Kelas dan Kriteria Kepadatan Bangunan (%) Kepadatan Kepadatan Bangunan > 75 % Tinggi (rapat) 50 – 75 % Sedang (agak rapat) < 50 % rendah Bukan Bangunan (Non bangunan)
Jarak Rata-rata antar bangunan <1m 1–3m >3m -
harkat 3 2 1 0
Sumber : Ditjen Cipta Karya Pekerja Umum (1979) dengan perubahan. Keterangan : Semakin besar Harkat semakin besar pengaruh Kriteria Kepadatan Bangunan terhadap penilaian resiko kebakaran
B.2. Bahan/Kualitas Bangunan Seperti pada Bencana Banjir, Parameter Bahan / Kualitas Bangunan juga digunakan dalam Bencana Kebakaran. Bahan bangunan sangat identik dengan kualitas bangunan. Jadi jika bahan bangunan yang terbuat dari kayu (wood), tripleks (plywood) atau atap rumah berupa asbes dan sejenisnya maka kualitas bangunan tergolong tidak baik dan mudah terbakar. Tabel 7. Kelas dan Kriteria bahan/kualitas bangunan untuk Bencana Kebakaran Bahan/Kualitas bangunan Ukuran bangunan Tata letak/Pola Kayu, semen kualitas Kecil (< 50 m2) Miring/ tidak teratur / rendah, atap genting kualitas tidak seragam rendah atau asbes Semen kualitas sedang, Sedang (50 – 100 m2) Agak miring/ semi teratur sedikit beton, atap genting / kurang seragam biasa atau asbes Beton / kualitas baik, atap Besar (>100 m2) Sejajar/ teratur / Seragam genting kualitas baik (beton)
Harkat 3
2
1
8
Bukan Bangunan (Non Building)
-
-
0
Sumber : Fatkhurohman, 1984 dengan modifikasi untuk Kota Jakarta. Keterangan : Semakin besar Harkat semakin besar pengaruh Kriteria Bahan / Kualitas Bangunan terhadap penilaian resiko kebakaran
B.3. Lebar Jalan Masuk Parameter ini digunakan karena terkait kendala pemadaman yaitu akses ke tempat sasaran yang pada umumnya permukiman padat yang dibelah oleh jalan/gang kecil. Lebar jalan/gang yang dapat dimasuki oleh mobil/ alat pemadam kebakaran adalah minimal 3,5 meter (sumber : Dinas Pemadam Kebakaran). Tabel 8. Kelas dan Kriteria Lebar Jalan masuk Buffer Jarak dari Jalan yang Akses ke sasaran memiliki lebar > 3,5m > 100 m Mobil Pemadam tidak bisa masuk dan di luar jangkauan ( >100 m ) selang maks. pemadam kebakaran 25 m – 100 m Mobil Pemadam tidak bisa masuk, namun dapat menggunakan selang yang bersambungan < 25 m Mobil Pemadam bisa masuk dengan hanya menggunakan 1 selang saja Sumber Keterangan
harkat -1
-2
-3
: Dinas pemadam Kebakaran DKI Jakarta, 2006. dengan analisis. : Semakin kecil Harkat semakin besar pengaruh Kriteria Lebar Jalan Masuk terhadap penilaian resiko kebakaran
B.4. Sumber Air Parameter sumber air terkait dalam kemudahan dalam pemadaman kebakaran. Semakin jauh atau tidak tersedianya sumber air untuk pemadaman maka pemadaman kebakaran juga terkendala. Sumber air yang dapat digunakan dalam pemadaman yaitu : Waduk, Situ, Rawa, Sungai/ Kali / Selokan, Pompa Hidrant, Kolam Air (renang). Khusus pompa hidrant kurang optimal digunakan untuk pemadaman, karena debit airnya kecil. Tabel 9. Kelas dan Kriteria Sumber Air Pemadam Kebakaran. Jarak Radius Sumber Air harkat > 3 km -1 100 m – 3 km -2 < 100 m -3 Sumber : Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta, 2006 dengan analisis. Keterangan : Semakin kecil Harkat semakin besar pengaruh Kriteria Lebar Jalan Masuk terhadap terjadinya Kebakaran.
B.5. Jarak terhadap Pos Pemadam Kebakaran Parameter Jarak terhadap Pos Pemadam Kebakaran merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi penilaian dalam pemetaan resiko bahaya kebakaran bangunan. Hal ini dikarenakan kecepatan respon dalam pemadaman kebakaran dipengaruhi oleh keberadaan mobil pemadam kebakaran. Tabel 10. Kelas dan Kriteria Jarak terhadap Pos Pemadam Kebakaran Jarak Radius Pos Pemadam harkat Kebakaran > 3 km -1 500 m – 3 km -2 < 500 m -3 Sumber Keterangan
: Analisis Data Sekunder : Semakin kecil Harkat semakin besar pengaruh Kriteria Jarak terhadap Pos Pemadam Kebakaran terhadap terjadinya Kebakaran.
C. Penyakit DBD Bencana Penyakit DBD menggunakan 2 parameter yang diperoleh dari data kejadian dan data fisik. 9
C.1. Jumlah Penderita DBD Penderita DBD yang masuk RS akan tercatat di dalam data Rumah Sakit dimana penderita berobat dan kemudian data kasus didokumentasikan di Dinas Kesehatan masyarakat setempat. Data tersebut memuat atribut alamat penderita. Berikut merupakan tabel penilaian bahaya DBD berdasarkan Kejadian (Alamat Penderita). Tabel 11. Kelas Penilaian Bahaya Penyakit DBD berdasarkan Kejadian (Alamat Penderita) Kelas Kriteria dalam Lingkup Desa/ Kejadian dalam Lingkup RT Harkat Penilaian Kelurahan Rawan I Terjangkit Penyakit DBD dalam 3 Dalam satu RT terjadi lebih dari 3 (Endemis) tahun terakhir setiap tahun 3 Penderita DBD yang masuk berturut-turut RS dalam setahun terakhir Rawan II Terjangkit Penyakit DBD dalam 3 Dalam satu RT terjadi antara 2 2 (Sporadis) tahun terakhir namun tidak tidak 3 Penderita DBD yang masuk setiap tahun RS dalam setahun terakhir Rawan III Tidak terjangkit Penyakit DBD Dalam satu RT terjadi 1 1 (Potensial) dalam 3 Tahun terakhir namun Penderita DBD yang masuk RS penduduknya padat, mempunyai dalam setahun terakhir hub transportasi baik dengan wilayah lain. Bebas Daerah dengan ketinggian > 1000 Dalam satu RT tidak pernah 0 m dpal atau Daerah tidak padat terjangkit dalam setahun terakhir penduduk Sumber Keterangan
: Ditjen P2M dan PLP, Depkes R.I., 1992b dengan tambahan (modifikasi) untuk lingkup RT : Semakin besar Harkat semakin besar pengaruh Kriteria Kejadian Penderita DBD terhadap bahaya penyakit DBD.
C.2. Kualitas Permukiman Parameter Kualitas Permukiman yang digunakan dalam bencana Penyakit DBD identik sama seperti parameter Bahan / Kualitas Bangunan dalam Bencana Banjir dan Kebakaran. Kualitas Permukiman merupakan faktor yang mencerminkan kerentanan, yaitu kualitas hidup dan lingkungannya. Tabel 12. Kelas dan Kriteria Kualitas Permukiman untuk Penyakit DBD Bahan/Kualitas bangunan Ukuran bangunan Tata letak/Pola Kayu, semen kualitas Kecil Miring/ tidak rendah, atap genting kualitas (< 50 m2) teratur / tidak rendah atau asbes seragam Semen kualitas sedang, Sedang Agak miring/ semi sedikit beton, atap genting (50 – 100 m2) teratur / kurang biasa atau asbes seragam Beton / kualitas baik, atap Besar Sejajar/ teratur / genting kualitas baik (beton) (>100 m2) Seragam Bukan Bangunan (Non Building)
Harkat 3
2
1 0
Sumber : Fatkhurohman, 1984 dengan modifikasi untuk Kota Jakarta. Keterangan : Semakin besar Harkat semakin besar Pengaruh Kriteria Kualitas Permukiman terhadap terjangkitnya Penyakit DBD atau semakin RENTAN terhadap terjangkitnya Penyakit DBD
III.7. Survey Lapangan Survey lapangan dilakukan untuk memverifikasi/ validasi atau mengecek kebenaran dari apa yang telah diinterpretasi di atas citra satelit dan juga untuk memperoleh data langsung yang tidak atau sulit diperoleh melalui interpretasi. Ada 10 Kegiatan atau parameter / variabel yang diverifikasi atau diperoleh dalam kegiatan survey lapangan, antara lain : a. Mengecek atau memvalidasi interpretasi penggunaan lahan. b. Mengukur derajat arah aliran sungai di Kelokan Sungai. c. Mengecek dan mengamati keberadaan dan kondisi Tanggul
10
d. e. f. g. h. i. j.
Mengecek dan mengamati keberadaan dan kondisi Pompa Air Memvalidasi parameter Kepadatan Bangunan Memvalidasi parameter Lebar Jalan Masuk Mengecek keberadaan Sumber Air Pemadaman dan Pompa Hidrant Memvalidasi parameter Bahan/kualitas bangunan Mengecek keberadaan Pos Pemadam Kebakaran. Identifikasi Kejadian Banjir dengan mengecek kondisi ketinggian banjir atau daerah yang menjadi batas banjir terbesar (Tahun 2002)
III.8. Pemodelan Bencana Banjir Pemodelan Bencana banjir dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (GIS). Software yang digunakan adalah ArcView 3.3 dengan ekstension 3D Analyst, Spatial Analyst, Image Analyst, Grid Analyst atau ArcInfo 9.1 ArcGIS Desktop. Pemodelan pertama adalah membuat peta potensi (bahaya) banjir kemudian parameter-parameter banjir lainnya. Pengkelasan pemodelan potensi banjir dengan GIS dilakukan berdasar kelas dan kriteria penilaian sebagai berikut : Tabel 13. Kelas dan Kriteria Penilaian Potensi Banjir (Bahaya) Kriteria Potensi banjir (Bahaya) Tingkat Harkat Bahaya Banjir Kampung Melayu Cipinang Besar Utara Penjaringan Ketinggian (-1) – 1 m Ketinggian 0 - 1 m dari Ketinggian (-1) – 0 m Sangat Tinggi 5 dari muka air sungai muka air sungai dari muka air laut Ketinggian (1 – 3 m) Ketinggian 1 – 2 m Ketinggian 0 – ½ m Tinggi 4 dari muka air sungai dari muka air sungai dari muka air laut Ketinggian (3 – 5 m) Ketinggian 2 – 3 m Ketinggian ½ - 1 ½ m Sedang 3 dari muka air sungai dari muka air sungai dari muka air laut Ketinggian (5 – 7 m) Ketinggian 3 – 4 m Ketinggian 1 ½ - 2 m Rendah 2 dari muka air sungai dari muka air sungai dari muka air laut Ketinggian > 7 m dari Ketinggian > 4 m dari Ketinggian > 2 m dari Sangat Rendah 1 muka air sungai muka air sungai muka air laut Sumber : Analisis data sekunder Keterangan : Semakin besar Harkat semakin besar pengaruh Kriteria Potensi Banjir terhadap penilaian resiko banjir
Tabel 14. Nilai Harkat dan Pembobot Parameter Bencana Banjir Parameter Bobot Harkat Bobot x Harkat (a) (b) (ab) Potensi Banjir (Bahaya) 3 1-5 3 - 15 Keberadaan Tanggul 1 (-2) – (-1) (-2) – (-1) Permanen (Kapasitas) Keberadaan Pompa Air 4 (-8) – (-4) (-2) – (-1) (Kapasitas) Keberadaan Daerah Hempasan 1 1-2 1-2 (Kerentanan) Bahan / Kualitas bangunan 1 0-3 0-3 (Kerentanan) Sumber Keterangan
Total Nilai (Min – Max)
(-6) - 15
: Analisis data sekunder : - Semakin Besar Bobot semakin besar pengaruh parameter tersebut terhadap resiko banjir. - Semakin Besar Harkat dan Nilai Total semakin besar resiko banjir.
Tabel 15. Kelas Penilaian Resiko Bencana Banjir Kelas Resiko Banjir Interval Nilai Total Sangat Tinggi 11 - 15 Tinggi 7 - 10 Sedang 3-6 Rendah (-1) – 2 Sangat Rendah (-6) – (-2) Sumber Keterangan
: Analisis data sekunder : Semakin Besar Nilai Total semakin besar resiko banjir.
11
III.9. Pemodelan Bencana Kebakaran Pemodelan Bencana Kebakaran juga dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (GIS). Pemodelan ini merupakan analisis tumpang susun dari penilaian parameter-parameter yang telah diukur. Tabel 16. Nilai Harkat dan Pembobot Parameter Bencana Kebakaran Parameter Bobot Harkat Bobot x Harkat (a) (b) (ab) Jenis Penggunaan lahan 2 0-8 0-4 (Kerentanan) Kepadatan Bangunan (Kerentanan) 2 0-6 0 -3 Bahan/Kualitas Bangunan 3 0-9 (Kerentanan) Lebar Jalan Masuk (Kapasitas) 3 (-9) – (-3) Sumber Air (Kapasitas) 2 (-6) – (-2) (-3) – (-1) Pos Pemadam Kebakaran 2 (-6) – (-2) (Kapasitas) Sumber Keterangan
Total Nilai (Min – Max)
(-21) – 16
: Analisis data sekunder : - Semakin Besar Bobot semakin besar pengaruh parameter tersebut terhadap resiko Kebakaran - Semakin Besar Harkat dan Nilai Total semakin besar resiko kebakaran
Tabel 17. Kelas Penilaian Resiko Bencana Kebakaran. Kelas Resiko Kebakaran Interval Nilai Total Sangat Tinggi 10 - 16 Tinggi 2-9 Sedang (-6) - 1 Rendah (-14) – (-7) Sangat Rendah (-21) – (-15) Sumber Keterangan
: Analisis data sekunder : Semakin Besar Nilai Total semakin besar resiko kebakaran
III.10. Pemodelan Bencana Penyakit DBD Pemodelan Bencana Penyakit DBD juga dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis (GIS). Parameter Penderita DBD yang memuat atribut RT dilakukan Geocoding alamat penderita. Selanjutnya dilakukan tumpang susun antara parameter Kejadian DBD per RT dengan parameter Kualitas Permukiman. Tabel 18. Nilai Harkat dan Pembobot Parameter Bahaya Penyakit DBD Parameter Bobot Harkat Bobot x Harkat (a) (b) (ab) Jumlah Penderita DBD per RT 2 0-3 0-6 Kualitas Permukiman 1 0-3 0-3
Total Nilai (Min – Max) 0-9
Sumber : Analisis data sekunder Ket : - Semakin Besar Bobot semakin besar pengaruh parameter tersebut terhadap resiko DBD - Semakin Besar Harkat dan Nilai Total semakin besar resiko DBD
Tabel 19. Kelas Penilaian Resiko Bahaya Penyakit DBD Kelas Resiko Penyakit DBD Interval Nilai Total Tinggi 7-9 Sedang 3-6 Rendah 0-2 Sumber : Analisis data sekunder Keterangan : Semakin Besar Nilai Total semakin besar resiko Penyakit DBD
12
III.11. Peta Resiko Bermacam Bahaya Peta Resiko bermacam Bahaya Lingkungan merupakan Gabungan (union) antara Peta Resiko Bahaya Banjir, Peta Resiko Bahaya Kebakaran dan Peta Resiko Bahaya Penyakit DBD. Peta ini merupakan peta hasil turunan (derived) dari ketiga peta tersebut. Dari Peta ini dapat dilihat kecenderungan suatu wilayah memiliki resiko bermacam bahaya (lebih dari satu bahaya) sehingga penanganan bermacam bahaya tersebut dapat dilakukan secara integral atau terpadu pada wilayah tersebut. III.12. Pemodelan Peta Resiko Bermacam Bahaya Pemodelan Peta Resiko Bermacam Bahaya Lingkungan hampir sama dengan pemodelan Peta Resiko bahaya-bahaya yang diproses sebelumnya yang menggunakan Analisis GIS dengan sistem skoring. Pemodelan ini tidak lebih dari menggabungkan 3 (tiga) Peta Resiko Bahaya yang telah dibuat. Adapun pengharkatan atau penilaiannya adalah sebagai berikut : Tabel 20. Nilai Harkat untuk Peta Resiko Bermacam Bahaya Jenis Bahaya Harkat Total Nilai (Min – Max) Banjir 1-5 3 - 13 Kebakaran 1-5 Penyakit DBD 1-3 Sumber : Analisis data sekunder Ket : - Semakin Besar Harkat dan Nilai Total semakin besar resiko bermacam bahaya
Tabel 21. Kelas Penilaian Peta Resiko Bermacam Bahaya Kelas Resiko Bermacam Interval Nilai Total Bahaya Tinggi 10 - 13 Sedang 7-9 Rendah 3-6 Sumber : Analisis data sekunder Keterangan : Semakin Besar Nilai Total semakin besar resiko bermacam bahaya
III.13. Layout dan Pencetakan Peta Layout peta merupakan tata letak dari isi peta. Penampilan layout sangat mempengaruhi dari hasil peta yang akan digunakan oleh pengguna. Layout yang sederhana dan mudah dibaca merupakan tujuan dari pembuatan peta. Layout peta juga telah di-konvensi-kan atau diatur dalam suatu kaidah kartografis (Cartographic Rule). Namun yang lebih penting pembuatan peta harus mengacu pada siapa pengguna atau yang membaca.
13
Gambar 2. Diagram Alir Kegiatan DIAGRAM ALIR KEGIATAN PEMETAAN RESIKO BERMACAM BAHAYA LINGKUNGAN PETA KONTUR
PETA ADMIN
CITRA SATELIT
PETA PENGGUNAAN LAHAN
DATA DBD
SCAN, DIGITASI REFERENSI
INTERPRETASI PETA KONTUR DIGITAL
3D MODELLING
ANALISIS GRID
PETA TENTATIF PENGGUNAAN LAHAN
PETA RESIKO BAHAYA BANJIR
GEOCODING ALAMAT PASIEN PENYAKIT DBD
CEK LAPANGAN
PETA PENGGUNAAN LAHAN
PEMODELAN (ANALISIS GIS) RESIKO BANJIR
PETA TENTATIF PARAMETER BENCANA
PETA PARAMETER BENCANA
PEMODELAN (ANALISIS GIS) RESIKO KEBAKARAN
PETA RESIKO BAHAYA KEBAKARAN
PEMODELAN (ANALISIS GIS) RESIKO DBD
PETA RESIKO BAHAYA PENYAKIT DBD
PETA POTENSI BERMACAM BAHAYA
14
BAB IV HASIL KEGIATAN IV.1. Hasil Pemrosesan Data Awal Hasil Pemrosesan Data awal sebagai mana telah diuraikan pada bab sebelumnya dalam metode pengkajian terdiri atas: Interpretasi Penggunaan Lahan dan Interpretasi Parameter-parameter bencana. Interpretasi Penggunaan Lahan berguna untuk mengetahui dan menggali unsur-unsur yang dapat dijadikan faktor bahaya, kerentanan dan kapasitas. IV.1.1. Interpretasi Penggunaan Lahan Interpretasi penggunaan lahan menggunakan Citra/ Gambar satelit Quickbird dan Ikonos yang beresolusi tinggi dengan resolusi Quickbird 0.6 m untuk daerah Kampung Melayu dan IKONOS 1 m untuk daerah Cipinang Besar Utara dapat dilakukan dengan relatif mudah. Kemudahan interpretasi didukung oleh resolusi citra yang tergolong sangat detil atau rinci dan kenampakan seperti warna obyek sebenarnya. Klasifikasi Interpretasi Penggunaan lahan yang digunakan mengacu atau berdasarkan klasifikasi penggunaan lahan dalam Peta Penggunaan Tanah yang dibuat oleh Dinas Pertanahan dan Pemetaan Propinsi DKI Jakarta. Hasil Interpretasi Penggunaan Lahan berupa Peta Tentatif Penggunaan Lahan. Peta ini akan diverifikasi atau di cek kebenarannya di lapangan. Peta Penggunaan Lahan dan data atributnya dapat dilihat dalam Lampiran. Dari Hasil Peta Penggunaan Lahan dapat dilihat bahwa komposisi luas wilayah jenis dan karakteristik penggunaan lahan di ketiga daerah berbeda. Kelurahan Kampung Melayu dan Cipinang Besar Utara memiliki kesamaan yaitu didimonasi oleh Perumahan Tidak Teratur (Kampung Melayu 63 % dan Cipinang Besar Utara 60 %), kemudian disusul penggunaan lahan perdagangan umum(13 %) di Kampung Melayu dan Jasa Pemerintahan (14 %) Gambar 3. Diagram Luas Wilayah Jenis Penggunaan lahan di Kampung Melayu
Diagram Luas Wilayah Jenis Penggunaan Lahan di Kelurahan Kampung Melayu
Jasa Pendidikan Jasa Pemerintahan Jasa Kesehatan
2%
Taman
1% Pergudangan
5% 2%
5%
Perdagangan Umum
1% 13%
Prasarana Transportasi Perumahan Teratur
0% 64%
7%
Perumahan Tidak Teratur Tanah Kosong
15
Gambar 4. Diagram Luas Wilayah Jenis Penggunaan lahan di Cipinang Besar Utara Diagram Luas Wilayah Jenis Penggunaan Lahan di Kelurahan Cipinang Besar Utara
Akomodasi, Rekreasi, Hiburan Jasa Pendidikan Jasa Pemerintahan Jasa Peribadatan Taman
0% 2%
0%3%
Kuburan
2%
14%
Industri
4%
Pergudangan
2%
Perdagangan Umum
61%
0%
Jalan Raya
4%
Jalan Tol
5%
Perumahan Teratur
2%
Perumahan Tidak Teratur
1%
Tanah Kosong
Kelurahan Penjaringan memiliki perbedaan dominasi dan karakteristik penggunaan lahan dibandingkan dengan kedua kelurahan lainnya. Penggunaan Lahan di Penjaringan lebih kompleks dan lebih teratur. Hal ini dikarenakan Wilayah ini merupakan daerah yang dibangun dengan perencanaan yang cukup baik. Sebagian daerah dulu berupa lahan kosong atau rawa dan ada bagian yang direklamasi. Penggunaan Lahan yang dominan adalah Industri (26 %) kemudian perumahan tidak teratur (20 %) disusul lahan kosong (13 %), jalan raya (10 %) dan pergudangan (9 %). Hal ini dapat dilihat bahwa kawasan industri berdiri di blok bagian barat dan utara (pantai) kelurahan Penjaringan. Blok bagian utara merupakan Kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman. Sedangkan Permukiman tidak teratur terletak di Daerah Tanah Pasir, Rawa Bebek, Luar Batang dan Muara Baru. Gambar 5. Diagram Luas Wilayah Jenis Penggunaan lahan di Penjaringan. Diagram Luas Wilayah Jenis Penggunaan Lahan di Kelurahan Penjaringan
Akomodasi, Rekreasi, Hiburan Jasa Pendidikan Jasa Pemerintahan Jasa Kesehatan Jasa Peribadatan Taman Industri Pergudangan Instalasi Pompa Bensin Perdagangan Umum Jalan Raya Jalan Tol Bantaran Rel KA Perumahan Teratur Perumahan Tidak Teratur Bank, Perkantoran, Apartemen Pasar Rawa / Tambah / Empang Tanah Kosong
1% 1% 2% 1% 2%
0% 13%
1%
0%
1%
26%
20% 3% 0% 2%
10%
7%
0%
9%
16
IV.1.2. Interpretasi parameter bencana Interpretasi parameter bencana dilakukan setelah interpretasi penggunaan lahan. Pemisahan bangunan dan non bangunan dilakukan setelah diperoleh Peta Penggunaan Lahan sehingga nantinya dapat dilakukan interpretasi lanjut untuk kepadatan bangunan dan kualitas bangunan. Selain itu juga menggolongkan jenis penggunaan lahan berdasarkan kemudahan terbakar dari bahan yang dimiliki oleh jenis penggunaan lahan. Juga memisahkan kenampakan sungai untuk interpretasi arah aliran hempasan sungai dan identifikasi tanggul serta memisahkan kenampakan jalan masuk untuk mengukur lebar jalan di atas citra satelit. Secara umum interpretasi parameter-parameter bencana yang ada dilakukan relatif mudah namun ada beberapa yang sulit dilakukan dan harus dilakukan pengecekan lapangan. Dari beberapa interpretasi bencana yang ada dapat diuraikan beberapa hasil berikut : a. Interpretasi Sumber Air untuk Pemadaman. Interpretasi ini relatif lebih mudah karena kenampakan sungai, selokan besar, kolam air mudah diidentifikasi lewat citra satelit. Letak sumber air tersebut tidak jauh dari jalan atau lahan yang dapat di akses oleh mobil pemadam kebakaran. Karena asumsi pemadaman masih didominasi oleh mobil pemadam kebakaran walaupun ada bantuan dari warga yang ikut memadamkan namun mereka terbatas tenaga, peralatan dan sumber air. b. Interpretasi Arah aliran Sungai (Hempasan Sungai) Interpretasi ini cukup sulit dilakukan namun kita dapat mengikuti dari kecenderungan arah aliran air pada tali arus. Selain itu juga dipertimbangkan dalam membatasi daerah hempasan dengan mengetahui ketinggian daerah yang ditutup oleh lekukan (meander) sungai. Karena daerah tersebut dapat tertutup oleh genangan air akibat hempasan. Kasus ini terjadi di daerah Kampung Pulo (RW 02 dan RW 03) bagian ujung dimana daerah tersebut memiliki ketinggian yang relatif rendah dengan kemiringan kecil atau relatif datar. Sehingga jika ada luapan sungai maka air akan masuk melalui daerah kelokan yang menjadi pintu masuk air luapan tersebut ke daerah hempasan. Untuk daerah Cipinang Besar Utara ada daerah hempasan namun tidak seluas di Kampung Pulo. Namun di Penjaringan tidak terdapat daerah hempasan. Hal ini dikarenakan sebagian besar sungai telah ditanggul dan kecepatan aliran sungai tidak secepat daerah Kampung Melayu dan Cipinang Besar Utara yang terletak antara daerah hilir dan hulu yang memiliki slope atau kemiringan sehingga kecepatan air di sungai relatif besar. Lain halnya dengan daerah Penjaringan yang terletak di hilir atau muara, dimana relatif datar dan hampir tidak ada kemiringan, sehingga faktor hempasan tidak terjadi bahkan dihalangi oleh tanggul permanen yang cukup tinggi serta adanya pasang air laut. c. Interpretasi Jalan yang dapat dilalui oleh Mobil Pemadam Kebakaran Interpretasi ini dilakukan dengan mengukur lebar jalan di atas gambaran citra satelit. Pengukuran di atas citra satelit sangat membantu untuk mengidentifikasi awal jalan mana saja yang dapat dilewati oleh mobil pemadam kebakaran. Sebelumnya telah diukur lebar mobil pemadam kebakaran maksimum sekitar 3 m, namun dari hasil interview dengan para personel pemadam kebakaran mereka memerlukan lebar jalan minimal 3,5 m untuk memasuki wilayah target. Hal tersebut dikarenakan pada waktu mobil pemadam kebakaran akan membelok memasuki jalan atau gang dibutuhkan lebar jalan mimimal 3,5 m. Namun banyak jalan / gang yang berdiri bangunan atau barang yang menghambat mobil pemadam untuk masuk, misalnya PKL (pedagang kaki lima)
17
yang seenaknya memakan badan jalan seperti di Kampung Melayu. Sehingga hal itu menghambat masuknya mobil pemadam yang dipacu oleh waktu. d. Interpretasi Tanggul dan Instalasi Pompa Air. Interpretasi Tanggul dan Pompa air memang cukup sulit hal ini dilakukan karena obyek tanggul yang relatif vertikal dan sehingga sulit untuk diidentifikasi dari citra satelit yang merekam obyek dari atas namun kita dapat melihat kemungkinan keberadaan tanggul pada kelokan sungai yang memiliki beban untuk menahan arus sungai. Jadi pengecekan lapangan untuk identifikasi tanggul sangat perlu dilakukan. Sedangkan interpretasi Pompa Air lebih sulit lagi karena bangunan-bagunan intalasi pompa air tidak seragam walaupun dapat didekati dengan interpretasi kenampakan ujung sungai atau waduk yang ujungnya seperti dibendung. Namun perlu dicek di lapangan apakah bangunan tersebut pompa air atau bendungan atau bangunan instalasi air lainnya. Seperti bagunan instalasi pompa air di Penjaringan tepatnya di Waduk Pluit, dimana bangunan tersebut cukup besar dan memiliki karakteristik seperti bendungan. Perlu dilakukan pengenalan bagian bangunan yang menjadi kunci kenampakan yang mencirikan bangunan instalasi pompa air IV.2. Hasil Pemrosesan Lanjut Pemrosesan lanjut dilakukan setelah dilakukan interpretasi pada citra satelit. Hasil interpretasi tersebut kemudian diverifikasi atau dicek kebenarannya dilapangan dengan melakukan kegiatan cek lapangan. IV.2.1. Cek Lapangan Cek lapangan dilakukan selama seminggu untuk ketiga daerah Kelurahan tersebut. Cek lapangan melibatkan volunteer dari masyarakat yang telah dilatih/ training pemetaan. Sebagai informasi, ACF telah melakukan pelatihan untuk anggota masyarakat Kampung Melayu pada akhir Tahun 2005. Sebagian besar peserta terdiri dari unsur pemuda karena Pelatihan tersebut menggunakan komputer dan software GIS. Dengan dibantu oleh volunteer dari masyarakat pemetaan ini dapat dikatakan mengandung unsur partisipatif. Persiapan material atau bahan untuk cek lapangan harus dilakukan dengan cermat dan lengkap, karena untuk keakuratan dan efisiensi dalam survey, seperti : skala peta, format peta, properti peta, dan lain-lain. Peta lebih baik dicetak dalam ukuran besar dan dilapisi plastik transparan untuk menjaga dari cuaca dan untuk menandai (marking) keterangan di atasnya. Penentuan titik sampel juga dilakukan berdasarkan faktor keterwakilan atau representatif data dan faktor aksesibilitas, karena waktu yang tidak begitu lama serta luasnya wilayah cakupan. Cek lapangan yang dilakukan meliputi seluruh unsur dari cek lapangan yaitu : a. Observasi / Pengamatan / Pengecekan b. Pengukuran c. Wawancara Pengamatan dan Pengecekan lebih berdasarkan pada validasi atau verifikasi dari hasil interpretasi. Pengecekan ini dibantu dengan alat GPS (Global Positioning System). Alat ini merupakan alat untuk mengetahui posisi absolut atau posisi secara geografis di lapangan. Dengan menggunakan alat ini kita dapat mengetahui posisi kita berada dan diplotkan dalam peta. Sedangkan pengukuran dilakukan khususnya untuk mengukur lebar jalan yang dapat dilalui mobil pemadam kebakaran. Wawancara yang dilakukan untuk memperoleh informasi yang tidak kita dapatkan dan informasi referensi seperti 18
sewaktu wawancara dengan petugas pemadam kebakaran di pos pemadam kebakaran di Pluit Mega Mall, Kebon Manggis dan Cipinang. IV.2.2. Pemodelan Resiko Bahaya Banjir Dari Hasil Pemodelan dengan sistem penilaian skoring maka diperoleh Peta Resiko Bahaya Banjir. Peta tersebut dan data atributnya dapat dilihat dalam Lampiran. Dari Peta Resiko Bahaya Banjir memperlihatkan bahwa Resiko Banjir di ketiga Kelurahan cukup besar. Resiko banjir paling tinggi terdapat di Kelurahan Kampung Melayu (46 % tinggi-sangat tinggi). Juga di Cipinang Besar Utara (26 % tinggi-sangat tinggi), sedangkan Penjaringan (21 % tinggi-sangat tinggi). Hal ini disebabkan wilayah bahaya banjir di Kampung Melayu cukup luas dttambah lagi kerentanan berupa kualitas permukiman yang kurang. Sedangkan di Penjaringan walaupun bahaya atau potensi banjir/genangan cukup besar namun karena kapasitas pompa air yang sangat besar sehingga dapat mencegah banjir. Gambar 6. Diagram Luas Wilayah Resiko Bahaya Banjir di Kampung Melayu, Cipinang Besar Utara dan Penjaringan Prosentase Luas Wilayah Resiko Bahaya Banjir di Kelurahan Kampung Melayu 16%
0%
Kelas Resiko 1 (Sangat Rendah)
15%
Kelas Resiko 2 (Rendah) Kelas Resiko 3 (Sedang) Kelas Resiko 4 (Tinggi)
30%
39% Kelas Resiko 5 (Sangat Tinggi)
Prosentase Luas Wilayah Resiko Bahaya Banjir di Kelurahan Cipinang Besar Utara Kelas Resiko 1 (Sangat Rendah)
5% 0% 21%
Kelas Resiko 2 (Rendah)
45% Kelas Resiko 3 (Sedang) Kelas Resiko 4 (Tinggi)
29%
Kelas Resiko 5 (Sangat Tinggi)
Prosentase Luas Wilayah Resiko Bahaya Banjir di Kelurahan Penjaringan 20%
Kelas Resiko 1 (Sangat Rendah)
1%2% 36%
Kelas Resiko 2 (Rendah) Kelas Resiko 3 (Sedang) Kelas Resiko 4 (Tinggi)
41% Kelas Resiko 5 (Sangat Tinggi)
19
VI.2.3. Pemodelan Resiko Bahaya Kebakaran Dari Hasil Pemodelan dengan sistem penilaian skoring maka diperoleh Peta Resiko Bahaya Kebakaran. Peta tersebut dan data atributnya dapat dilihat dalam Lampiran. Dari hasil itu dapat dilihat bahwa resiko bahaya kebakaran di ketiga daerah tersebut tergolong relatif besar, hal ini dikarenakan kepadatan bangunan yang pada umumnya tergolong rapat (jarak antar bangunan kurang dari 1 m bahkan banyak yang berimpit) sehingga memudahkan penjalaran api ditambah lagi kualitas bangunan yang rendah seperti atap yang terbuat dari asbes dan dinding rumah terbuat dari kayu (Penjaringan), tripleks yang mudah sekali terbakar. Selain itu kendala pemadaman terutama akses yang sulit dijangkau oleh peralatan mobil pemadam kebakaran. Gambar 7. Diagram Luas Wilayah Resiko Bahaya Kebakaran di Kampung Melayu, Cipinang Besar Utara dan Penjaringan Prosentase Luas Wilayah Resiko Bahaya Kebakaran di Kelurahan Kampung Melayu 2%
6%
Kelas Resiko 1 (Sangat Rendah)
5%
Kelas Resiko 2 (Rendah)
33% Kelas Resiko 3 (Sedang) Kelas Resiko 4 (Tinggi)
54%
Kelas Resiko 5 (Sangat Tinggi)
Prosentase Luas Wilayah Resiko Bahaya Kebakaran di Kelurahan Cipinang Besar Utara 3%
Kelas Resiko 1 (Sangat Rendah)
10% 7%
Kelas Resiko 2 (Rendah) Kelas Resiko 3 (Sedang)
51%
29%
Kelas Resiko 4 (Tinggi) Kelas Resiko 5 (Sangat Tinggi)
Prosentase Luas Wilayah Resiko Bahaya Kebakaran di Kelurahan Penjaringan 1%
21%
20%
Kelas Resiko 1 (Sangat Rendah) Kelas Resiko 2 (Rendah)
12%
Kelas Resiko 3 (Sedang) Kelas Resiko 4 (Tinggi)
46%
Kelas Resiko 5 (Sangat Tinggi)
VI.2.4. Pemodelan Resiko Bahaya Penyakit DBD Dari Hasil Pemodelan dengan sistem penilaian skoring maka diperoleh Peta Resiko Bahaya Penyakit DBD. Peta tersebut dan data atributnya dapat dilihat dalam Lampiran. Dari hasil itu dapat dilihat bahwa resiko bahaya Penyakit DBD di ketiga daerah tersebut relatif rendah-menengah, hal ini dikarenakan rasio jumlah pasien 20
DBD dalam setahun (2006) ada 39 Kasus, jumlah Penduduk Kampung Melayu (2006) 22.577 jiwa. Jadi rasio berkisar 1 : 580 Jiwa. Sedangkan di Cipinang Besar Utara ada 103 Kasus, jumlah Penduduk Cipinang Besar Utara (2006) 39.182 jiwa. Jadi rasio berkisar 1 : 380 jiwa. Sedangkan di Penjaringan ada 161 kasus, jumlah penduduk Penjaringan (2006) 55.780 Jiwa (yang terdaftar, banyak penduduk musiman dan ilegal). Jadi rasio berkisar 1 : 346 jiwa. Gambar 8. Diagram Luas Wilayah Resiko Bahaya Penyakit DBD di Kampung Melayu, Cipinang Besar Utara dan Penjaringan Prosentase Luas Wilayah Resiko Bahaya Penyakit DBD di Kelurahan Kampung Melayu 0% 42% Kelas Resiko 1 (Rendah) Kelas Resiko 2 (Sedang)
58%
Kelas Resiko 3 (Tinggi)
Prosentase Luas Wilayah Resiko Bahaya Penyakit DBD di Kelurahan Cipinang Besar Utara 2% 30% Kelas Resiko 1 (Rendah) Kelas Resiko 2 (Sedang) Kelas Resiko 3 (Tinggi)
68%
Prosentase Luas Wilayah Resiko Bahaya Penyakit DBD di Kelurahan Penjaringan 4% 32% Kelas Resiko 1 (Rendah) Kelas Resiko 2 (Sedang) Kelas Resiko 3 (Tinggi)
64%
VI.2.5. Pemodelan Resiko Bermacam Bahaya Lingkungan Pemodelan ini merupakan gabungan dari ketiga macam resiko bahaya yang dibuat yaitu Resiko Bahaya Banjir, Kebakaran dan Penyakit DBD. Dari Hasil Pemodelan dengan sistem penilaian skoring maka diperoleh Peta Resiko Bermacam Bahaya Lingkungan. Peta tersebut dan data atributnya dapat dilihat dalam Lampiran. Dari hasil Peta Resiko Bermacam Bahaya lingkungan di ketiga daerah tersebut dapat dilihat kecenderungan yang hampir sama yaitu resiko sedang – tinggi. Resiko bermacam bahaya lingkungan paling tinggi ada di Kampung Melayu.
21
Gambar 9. Diagram Luas Wilayah Resiko Bermacam Bahaya Lingkungan di Kampung Melayu, Cipinang Besar Utara dan Penjaringan Prosentase Luas Wilayah Resiko Bermacam Bahaya Lingkungan di Kelurahan Kampung Melayu 11%
26%
Kelas Resiko 1 (Rendah) Kelas Resiko 2 (Sedang) Kelas Resiko 3 (Tinggi)
63%
Prosentase Luas Wilayah Resiko Bermacam Bahaya Lingkungan di Kelurahan Cipinang Besar Utara 15% 31% Kelas Resiko 1 (Rendah) Kelas Resiko 2 (Sedang) Kelas Resiko 3 (Tinggi)
54%
Prosentase Luas Wilayah Resiko Bermacam Bahaya Lingkungan di Kelurahan Penjaringan 8% 43% Kelas Resiko 1 (Rendah) Kelas Resiko 2 (Sedang) Kelas Resiko 3 (Tinggi)
49%
VI.2.6. Jumlah Penduduk yang terpengaruh Resiko Sebuah perencanaan untuk mengantisipasi bahaya di dalam suatu wilayah sangat erat kaitannya dengan jumlah jiwa atau penduduk yang bermukim di wilayah tersebut. Oleh sebab itu penulis mencoba menganalisis peta-peta resiko yang dihasilkan dengan data jumlah penduduk. Perencanaan di atas lebih terkait dalam hal anggaran baik sebelum maupun setelah terjadinya bencana. Dari hasil overlay antara peta resiko bahaya banjir dengan data penduduk dalam batasan RT maupun RW menunjukkan bahwa Jumlah penduduk Kelurahan Kampung Melayu yang terpengaruh oleh resiko tinggi bahaya banjir sebesar 19.136 Jiwa dalam 4.619 KK, atau sebesar 85 % dari total jumlah penduduk 22.577 jiwa (2006). Penduduk Kampung Melayu tersebut tersebar di 96 RT di seluruh RW yang ada, dari total 112 RT yang ada. Sedangkan di Cipinang Besar Utara, jumlah penduduk yang terpengaruh oleh resiko tinggi bahaya banjir sebesar 23.217 Jiwa atau sekitar 60 % dari total jumlah penduduk 39.182 jiwa (2006). Penduduk Cipinang Besar Utara tersebut tersebar di 8 RW dari 14 RW yang ada. Untuk Kelurahan Penjaringan sebanyak 16.488 jiwa atau 30 % dari total jumlah penduduk 55.780 jiwa (2006). Mereka tersebar di 5 RW dari 17 RW yang ada. 22
Untuk Resiko bahaya kebakaran menunjukkan jumlah penduduk Kelurahan Kampung Melayu yang terpengaruh oleh resiko tinggi bahaya kebakaran sebesar 20.985 Jiwa dalam 5.097 KK, atau sebesar 93 % dari total jumlah penduduk 22.577 jiwa (2006). Penduduk Kampung Melayu tersebut tersebar di 107 RT di seluruh RW yang ada, dari total 112 RT yang ada. Sedangkan di Cipinang Besar Utara, jumlah penduduk yang terpengaruh oleh resiko tinggi bahaya kebakaran sebesar 21.158 Jiwa atau sekitar 54 % dari total jumlah penduduk 39.182 jiwa (2006). Penduduk Cipinang Besar Utara tersebut tersebar di 11 RW dari 14 RW yang ada. Untuk Kelurahan Penjaringan sebanyak 50.722 Jiwa atau 91 % dari total jumlah penduduk 55.780 jiwa (2006). Mereka tersebar di 15 RW dari 17 RW yang ada. Untuk Resiko bahaya Penyakit DBD menunjukkan jumlah penduduk Kelurahan Kampung Melayu yang terpengaruh oleh resiko tingkat sedang-tinggi bahaya Penyakit DBD sebesar 10.673 Jiwa dalam 2.642 KK, atau sebesar 47 % dari total jumlah penduduk 22.577 jiwa (2006). Penduduk Kampung Melayu tersebut tersebar di 51 RT di seluruh RW yang ada, dari total 112 RT yang ada. Sedangkan di Cipinang Besar Utara, jumlah penduduk yang terpengaruh oleh resiko tingakt sedang-tinggi bahaya Penyakit DBD sebesar 28.364 Jiwa atau sekitar 72 % dari total jumlah penduduk 39.182 jiwa (2006). Penduduk Cipinang Besar Utara tersebut tersebar di 10 RW dari 14 RW yang ada. Untuk Kelurahan Penjaringan sebanyak 33.508 Jiwa atau 60 % dari total jumlah penduduk 55.780 jiwa (2006). Mereka tersebar di 10 RW dari 17 RW yang ada. Dari ketiga bahaya tersebut telah dihasilkan Peta Resiko bermacam bahaya lingkungan dan setelah dioverlay dengan data penduduk maka jumlah penduduk Kelurahan Kampung Melayu yang terpengaruh oleh resiko tinggi bermacam bahaya lingkungan sebesar 11.131 Jiwa dalam 2.682 KK, atau sebesar 50 % dari total jumlah penduduk 22.577 jiwa (2006). Penduduk tersebut tersebar di 53 RT di seluruh RW yang ada. Sedangkan di Cipinang Besar Utara, jumlah penduduk yang terpengaruh oleh resiko tinggi bermacam bahaya lingkungan sebesar 15.009 Jiwa atau sekitar 38,3 % dari total jumlah penduduk 39.182 jiwa (2006). Penduduk tersebut tersebar di 5 RW dari 14 RW yang ada. Untuk Kelurahan Penjaringan sebanyak 32.621 Jiwa atau 58 % dari total jumlah penduduk 55.780 jiwa (2006). Mereka tersebar di 10 RW dari 17 RW yang ada.
23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Berdasarkan proses dan hasil yang diperoleh dalam kegiatan Pemetaan Resiko Bermacam Bahaya Lingkungan di Kelurahan Kampung Melayu, Cipinang Besar Utara dan Penjaringan Propinsi DKI Jakarta dapat ditarik beberapa buah kesimpulan sebagai berikut : 1. Teknik Penginderaan Jauh dengan interpretasi/penafsiran citra satelit dan Sistem Informasi Geografis (GIS) dapat dimanfaatkan dengan baik untuk Pemetaan Resiko Bermacam Bencana Lingkungan, yaitu dengan analisis dan menilai parameter-parameter yang berpengaruh terhadap resiko bermacam bahaya lingkungan. Analisis yang digunakan adalah Interpretasi Penggunaan lahan dan Interpretasi Parameter-parameter Bencana. Penilaian akhir menggunakan sistem pengharkatan dan skoring dengan menggunakan analisis GIS. 2. Penilaian Resiko Bahaya Banjir dalam kegiatan ini dapat digunakan parameter/ variabel dengan baik. Parameter-parameter tersebut antara lain: - Ketinggian wilayah (Potensi Banjir) – segi Bahaya - Keberadaan Tanggul Permanen – segi Kapasitas - Keberadaan Instalasi Pompa Air – segi Kapasitas - Keberadaan Daerah Hempasan air sungai – segi Kerentanan - Bahan / Kualitas Bangunan – segi Kerentanan Juga untuk Penilaian Resiko Bahaya Kebakaran yang menggunakan parameter antara lain : - Jenis Penggunaan lahan – segi Kerentanan - Kepadatan Bangunan – segi Kerentanan - Bahan/ Kualitas bangunan – segi Kerentanan - Lebar Jalan Masuk – segi Kapasitas - Sumber Air Pemadaman – segi Kapasitas - Keberadaan Pos Pemadam Kebakaran – segi Kapasitas Serta Penilaian Resiko Bahaya Penyakit DBD yang menggunakan parameter antara lain : - Alamat Penderita DBD – segi Bahaya - Kualitas Permukiman – segi kerentanan 3. Resiko Bahaya Banjir : Hasil Kegiatan menunjukkan bahwa Kelurahan Kampung Melayu dan Cipinang Besar Utara memiliki Resiko bahaya banjir cukup besar namun Penjaringan beresiko kecil. Kampung Melayu paling besar resikonya dibandingkan dengan yang lain. Hal ini dikarenakan hampir seluruh wilayah Kampung Melayu memiliki potensi bahaya dan kerentanan yang cukup besar namun kapasitas yang dimiliki kecil sehingga menyebabkan resiko yang timbul besar. Lain halnya dengan Penjaringan yang walaupun potensi bahaya banjir/genangan cukup besar namun karena adanya kapasitas yang besar yang dimiliki oleh Instalasi Pompa Air Waduk Pluit maka resikonya menjadi kecil. Jumlah Penduduk Kampung Melayu yang tercakup dalam wilayah resiko banjir tingkat tinggi sebesar 19.136 Jiwa dalam 4.619 KK, atau sebesar 85 % dari total jumlah penduduk 22.577 jiwa (2006). Penduduk Kampung Melayu tersebut tersebar di 96 RT di seluruh RW yang ada, dari total 112 RT yang 24
ada. Wilayah tersebut sebagian besar terletak di Kampung Pulo (RW 01, 02 dan 03) serta wilayah Tanah Rendah (RW 07 dan 08). Sedangkan Cipinang Besar Utara sebesar 23.217 Jiwa atau sekitar 60 % dari total jumlah penduduk 39.182 jiwa (2006). Penduduk Cipinang Besar Utara tersebut tersebar di 8 RW dari 14 RW yang ada. Wilayah tersebut terletak di pinggir Sungai Cipinang khususnya RW 01, 02, 04, 05, 12 dan 14 Untuk Kelurahan Penjaringan sebanyak 16.488 jiwa atau 30 % dari total jumlah penduduk 55.780 jiwa (2006). Mereka tersebar di 5 RW dari 17 RW yang ada. Wilayah tersebut terletak di RW 01, 03, 04 dan 17. 4. Resiko Bahaya Kebakaran : Hasil Kegiatan menunjukkan Ketiga Kelurahan memiliki prosentase wilayah resiko bahaya kebakaran yang relatif tinggi (sedang – tinggi) dengan kisaran resiko tinggi-sangat tinggi antara 54 - 93 %, Hal ini dikarenakan kepadatan bangunan yang tergolong tinggi diperparah dengan kualitas bangunan yang rendah. Selain itu kendala pemadaman terutama akses yang sulit dijangkau oleh peralatan mobil pemadam kebakaran. Jumlah penduduk yang tercakup dalam wilayah resiko bahaya kebakaran tingkat tinggi di Kampung Melayu sebesar 20.985 Jiwa dalam 5.097 KK, atau sebesar 93 % dari total penduduk, yang tersebar di 107 RT di seluruh RW yang ada, dari total 112 RT yang ada. Wilayah tersebut terletak di Kampung Pulo (RW 02 dan 03) serta Tanah Rendah (RW 07 dan 08). Sedangkan di Cipinang Besar Utara sebesar 21.158 Jiwa atau sekitar 54 % dari total penduduk dan tersebar di 11 RW dari 14 RW yang ada. Wilayah tersebut terletak di RW 02, 04, 05, 09, 12, dan 14. Untuk Kelurahan Penjaringan sebanyak 50.722 Jiwa atau 91 % dari total penduduk dan tersebar di 15 RW dari 17 RW yang ada. Wilayah tersebut terletak di RW 03, 07, 08, 12 dan 17. 5. Resiko Bahaya Penyakit DBD : Hasil Kegiatan menunjukkan bahwa prosentase luas wilayah resiko bahaya Penyakit DBD di ketiga daerah tersebut relatif rendah-menengah dengan kisaran antara 58 - 68 %, hal ini dikarenakan rasio jumlah kasus relatif rendah yaitu berkisar antara 1 : 346 sampai 1 : 580 jiwa selama setahun. Jumlah penduduk yang tercakup kedalam wilayah resiko bahaya Penyakit DBD tingkat menengah di Kampung Melayu sebesar 6.611 Jiwa atau 29 % dari total penduduk. Sedangkan Cipinang Besar Utara 13.883 Jiwa atau 35 %. Kelurahan Penjaringan 33.604 Jiwa atau 60 %. 6. Resiko Bermacam Bahaya Lingkungan (gabungan Banjir, Kebakaran dan Penyakit DBD) : Hasil Kegiatan Menunjukkan kecenderungan ketiga kelurahan memiliki prosentase luas wilayah resiko bermacam bahaya lingkungan cukup tinggi dengan kisaran tingkat resiko tinggi sebesar 38 - 58 %. Penjaringan 58 %, Kampung Melayu 50 %, dan Cipinang Besar Utara 38 %. Jumlah penduduk yang tercakup kedalam wilayah resiko bermacam bahaya lingkungan tingkat tinggi di Kampung Melayu sebesar 11.131 Jiwa dalam 2.682 KK, atau sebesar 50 % dari total penduduk, yang tersebar di 53 RT di seluruh RW yang ada. Di Cipinang Besar Utara 15.009 Jiwa atau sekitar 38,3 % dari total penduduk, yang tersebar di 5 RW dari 14 RW yang ada. Untuk Kelurahan Penjaringan sebanyak 32.621 Jiwa atau 58 % dari total penduduk, yang tersebar di 10 RW dari 17 RW yang ada.
25
V.2. Saran Kegiatan pemetaan resiko bermacam bahaya lingkungan ini telah dipresentasikan di Kantor Bapeda pada Tanggal 1 Februari 2007 yang dihadiri oleh beberapa instansi terkait seperti: Bapeda Provinsi DKI Jakarta, Satkorlak DKI Jakarta, Dinas Trantib Prov DKI Jakarta, Dinas PU Propinsi DKI Jakarta, Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta, Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Timur dan Utara, Suku Dinas Pertanahan dan Pemetaan Jakarta Timur dan Utara, Lurah dan Wakil Masyarakat di 3 Kelurahan. Selain di Bapeda, presentasi juga dilakukan di Kantor Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Timur pada Tanggal 3 April 2007 atas permintaan kantor setempat. Dalam memperoleh feedback atau masukan, selain presentasi di atas juga dilakukan wawancara langsung dengan instansi terkait yaitu : Dinas PU Provinsi, Suku Dinas Pertanahan dan Pemetaan, serta Dinas Pemadam Kebakaran. Setelah melalui tahap awal kegiatan sampai akhir, maka dapat diutarakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Sebelum melakukan kegiatan pemetaan resiko bahaya yang menggunakan berbagai parameter/ variabel dan kompleks apalagi belum pernah dibuat pemodelannya maka perlu dilakukan suatu skenario atau proses yang berpengaruh terhadap penilaian suatu pemetaan. Misalnya dengan melihat skenario proses pemadaman kebakaran di lingkungan permukiman yang memiliki faktor-faktor kendala yang kompleks, baik dari segi prasarana fisik maupun sosial masyarakat. 2. Pemetaan bencana khususnya pemetaan resiko bermacam bahaya lingkungan akan lebih berhasil guna jika dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan masyarakat setempat sebagai subyek dan obyek pemetaan. Namun jika hal itu tidak dapat dilakukan maka kita dapat menggali informasi dari masyarakat melalui interview. 3. Pemetaan Resiko Bahaya lebih baik dibuat dalam skala detil atau skala sekitar 1 : 2.500 – 5.000. Skala pemetaan ini mencakup wilayah satu Desa/Kelurahan sampai satu Kecamatan. Hal ini dikarenakan Peta Resiko Bahaya dituntut lebih detil karena menyangkut ancaman harta dan jiwa dimana persil harta dan jiwa sangat kecil ukurannya sehingga perencanaan lebih diarahkan pada pengurangan resiko dan dampak bencana pada unit persil. Skala ini dapat dikatakan sebagai akala operasional. 4. Karena sifat penyakit DBD yang selalu berpindah, maka tidak tertutup kemungkinan untuk dapat membuat Peta Monitoring Resiko Bahaya Penyakit DBD selain Peta Resiko Bahaya Penyakit DBD. Dengan menggunakan data dinamis yang setiap berapa minggu atau bulan berubah atau terbaharui seperti data angka bebas jentik. maka Peta Monitoring tersebut dapat dibuat. Bahkan dapat membuat peta prediksi resiko bahaya penyakit DBD. 5. Pemetaan serupa dapat diterapkan di wilayah lain dengan menambah variabel atau parameter bencana khususnya bencana penyakit DBD yang belum memasukkan parameter dari sisi kapasitas. Juga perlu dikembangkan dengan memasukkan parameter sosial yang dapat diukur dan dipetakan, sehingga pemetaan resiko semakin akurat dan lebih sempurna hasilnya.
26
6. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini dapat dijadikan masukan untuk perencana atau pengambil kebijakan dalam membuat Peta Resiko untuk tingkat Makro atau skala lebih global sehingga dapat menjadi acuan perencanaan di tingkat daerah. 7. Pemetaan Resiko Bahaya Lingkungan yang termasuk salah satu Pemetaan Tematik. Pemetaan resiko di wilayah perkotaan yang perkembangannya sangat dinamis menuntut adanya updating atau pembaharuan peta dalam jangka waktu antara 3 – 5 Tahun. Sedangkan untuk wilayah pedesaan 10 – 25 Tahun. Semua tergantung dari pola perubahan penggunaan lahan dan teknologi.
27
ANNEX
FOTO-FOTO KEGIATAN
Salah satu kegiatan persiapan survey lapangan yaitu mendeliniasi batas-batas pemetaan ke atas plastic transparan.
Mengecek antara kondisi lapangan dan hasil interpretasi dengan bantuan peta dan GPS
Kenampakan Kampung Melayu dan Cipinang Besar Utara dari angkasa melalui Citra Satelit Quickbird
Tanggul Permanen yang dibuat oleh warga di Sungai Ciliwung Di Kelurahan Kampung Melayu
Daerah Hempasan Luapan air Sungai Cipinang Di Kelurahan Cipinang Besar Utara
Salah satu permukiman padat dan kumuh yang rentan terhadap kebakaran di Kel. Penjaringan
Salah satu pos pemadam kebakaran yang terdapat di RW 06 Kelurahan Penjaringan sebagai kapasitas mengurangi resiko bahaya
Salah satu permukiman kumuh di pinggir Waduk Pluit, Kel. Penjaringan yang sangat beresiko bermacam Bahaya lingkungan (Banjir, Kebakaran, Penyakit DBD)
Instalasi Pompa Air terbesar di Indonesia di Waduk Pluit Kel. Penjaringan yang memiliki kapasitas 50 m3 / detik
Presentasi Hasil Kegiatan di Kantor Bapeda Propinsi DKI Jakarta
PETA ADMINISTRASI KELURAHAN KAMPUNG MELAYU 13
12
8 9
1
9
10
7
4 SMP 26 7
12 11
14
3
RW 05
1
9 10
RW 08
6 11
13
10 12
11
4
5
2
Kel. BALIMESTER
7
9
RW 04
9
16
14
10
12
1
3 6
9312500
11 13
5
8
8 7
6
i
2
8
13 2
5
1
ñ
18
4
UTARA
Kantor Lurah
Ú
6
15 3
400 Meter
3 4
2
RW 07
1
300
9312750
8
200
2
16
3
17
RW 06
100
6
5 4
0
11
7
5
SKALA 1 : 2.000
10
14
9313000
Kel. KEBON MANGGIS
14
3
4 15
1
2 1
5 7
8
4 5
9
17
10
RW 03
2
3
6
9312250
Kel. BUKIT DURI
6
11
8
S. Cili wu ng
13
10
RW 02
9
Ú
i
1 7
Santa Maria
14
RW 01
15
10
LEGENDA
Ú
Masjid
12 15
ñ Kantor Lurah/Camat i
RS Hermina
11
13
16
ñ Kantor Pemerintahan Rumah Sakit
14
9312000
12
Ñ
Ñ
13
16Ú
Bangunan Penting :
rat
11
a ra B ega atin Jl. J
7
12
9 8
Sekolah Batas RW Batas RT
i
ñ
1, 2, 3..dst Nomor Urut RT Rel Kereta Api Jalan / Gang Sungai
9311750
Gedung Pemda JakTim
Wilayah Kelurahan
Sumber : Peta Dasar, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Timur
6
Diolah : Action Contre la Faim, Jakarta Th. 2007 Peta ini disusun atas dukungan Pemerintah Kelurahan Kampung Melayu
705500
705750
706000
706250
esar Melayu B
9311500 mU
ung Jl. Kamp
Proyeksi Peta : SUTM 48 Datum : WGS 1984
706500 mT
PETA RESIKO BAHAYA PENYAKIT DBD KELURAHAN KAMPUNG MELAYU 13
12
8 9
1
9
10
7
4 SMP 26 7
12 11
14
1
9 10
RW 08
6 11
13
1
3 10
6
12
11
4
5
2
Kel. BALIMESTER
7
9
RW 04
9
16
14
10
12
13
3
RW 05
9312500
11
5
8
8
6
i
2
8
13 2
7
1
ñ
18
4 5
UTARA
Kantor Lurah
Ú
6
15 3
400 Meter
3 4
2
RW 07
1
300
9312750
8
200
2
16
3
17
RW 06
100
6
5
5
0
11
7
4
SKALA 1 : 2.000
10
14
9313000
Kel. KEBON MANGGIS
14
3
4 15
1
2 1
5 7
8
4 5
9
17
10
RW 03
2
3
6
9312250
Kel. BUKIT DURI
6
11
8
S. Cili wu ng
13
10
RW 02
9
Ú
i
1 7
Santa Maria
i
10
12
Masjid Sekolah
Ñ
13
16Ú
Rumah Sakit
ñ Kantor Lurah/Camat Ú
RW 01
14
9312000
ñ Kantor Pemerintahan Ñ
11
15
Bangunan Penting :
rat
14
LEGENDA
a ra B ega atin Jl. J
7
12
RS Hermina
11
13 12
16 15
Batas RW Batas RT
1, 2, 3..dst Nomor Urut RT
9
Rel Kereta Api Jalan / Gang
8
i
Sungai
ñ Gedung Pemda JakTim
Sumber : 1. Peta Dasar, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Timur 2. Data Penderita DBD, Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Timur 3. Interpretasi Citra Satelit Quickbird Th 2003 4. Cek Lapangan, Interview Nov 2006 5. GIS Analisis dan Modeling
9311750
Tingkat Resiko Bahaya Kebakaran : Rendah Sedang Tinggi
6
Diolah : Action Contre la Faim, Jakarta Th. 2007 Peta ini disusun atas dukungan Pemerintah Kelurahan Kampung Melayu
705500
705750
706000
706250
Besar
9311500 mU
yu ung Mela Jl. Kamp
Proyeksi Peta : SUTM 48 Datum : WGS 1984
706500 mT
PETA RESIKO BAHAYA KEBAKARAN KELURAHAN KAMPUNG MELAYU 13
12 0
8 9
1
9
10
7
4
2
i 5
8 1
9 10
8
3
RW 05
6 11
13
1
3 10
6
11
5
2
Kel. BALIMESTER
7
9
12
4
RW 04
|
9312500
RW 08
|
9
16
14
10
12
13
1
2
8
13
4
11
UTARA
ñ
18 3
6
SMP 26 7
12 11
14
7
1
Kantor Lurah
Ú
6
15
5
RW 06
3 4
2
RW 07
400 Meter
9312750
8
300
2
16
3
17
200
6
5
5
100
11
7
4
SKALA 1 : 2.000
10
14
9313000
Kel. KEBON MANGGIS
|
14
3
4
15
1
2 1
5 7
8
4 5
9
17
10
RW 03
2
3
6
9312250
Kel. BUKIT DURI
6
11
Ú
Masjid
S. Cili wu ng
Rumah Sakit
ñ Kantor Lurah/Camat
RW 02
7
Santa Maria
14
Sekolah
9312000
Pompa Hidrant
14
RS Hermina
11
13 12
16 15
Jalan yang dapat dilewati Mobil Pemadam Kebakaran
Pos Pemadam Kebakaran
Ñ
13 12
Sungai Sumber Air untuk Mobil Pemadam Kebakaran
þ
RW 01 10
16Ú
Rel Kereta Api Jalan / Gang
â
11
15
Batas RW Batas RT 1, 2, 3..dst Nomor Urut RT
|
10
i
1
t Bara gara
Ñ
13
Ú
9
e atin Jl. J
8
ñ Kantor Pemerintahan i
7
12
LEGENDA Bangunan Penting :
9 8
Tingkat Resiko Bahaya Kebakaran : Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
i
ñ
Sumber : 1. Peta Dasar, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Timur 2. Data lokasi Pompa Hidrant, Dinas Pemadam Kebakaran Prop. DKI Jakarta 3. Interpretasi Citra Satelit Quickbird Th 2003 4. Cek Lapangan, Interview Nov 2006 5. GIS Analisis dan Modeling
9311750
Gedung Pemda JakTim
6
Diolah : Action Contre la Faim, Jakarta Th. 2007 Peta ini disusun atas dukungan Pemerintah Kelurahan Kampung Melayu
Proyeksi Peta : SUTM 48 Datum : WGS 1984
705500
705750
706000
ung Jl. Kamp 706250
esar Melayu B
9311500 mU
|
706500 mT
13
àà
9
10
7
2
5
8 1
9 10
8
3
RW 05
9
6 11
13
1
3 10
6
5
2
11
RW 04
10
à
14
à
14
à
à
à
16
à
à 3
4
à
15
Kel. BALIMESTER
7
9
12
4
9312500
RW 08
12
13
i
2
8
13
4
11
SMP 26 7
12
1
ñ
18 3
6
4
11
14
7
1
Kantor Lurah
Ú
6
15
5
UTARA
RW 06
3 4
2
RW 07
400 Meter
9312750
8
300
2
16
3
200
6
5
17
100
11 9
1
5
0
8 7
4
SKALA 1 : 2.000
12
10
14
9313000
PETA RESIKO BAHAYA BANJIR KELURAHAN KAMPUNG MELAYU
Kel. KEBON MANGGIS
1
2 1
5 7
8
4 5
9
17
10
RW 03
2
3
6
9312250
Kel. BUKIT DURI
6
11
7
12
LEGENDA
S. Cili wu ng
Bangunan Penting :
ñ Kantor Pemerintahan Rumah Sakit
Ú
Masjid
11
7
Santa Maria
RW 01
15
10
Sekolah
14
9312000
12
Rel Kereta Api Jalan / Gang
Ñ
13
16Ú
Batas RW Batas RT 1, 2, 3..dst Nomor Urut RT
RS Hermina
11
13 12
16 15
Sungai
Ë à
RW 02
i
1
14
ñ Kantor Lurah/Camat i
10
Ú
rat
Ñ
13
9
a ra B ega atin Jl. J
8
Instalasi Pompa Air Tanggul Permanen
9 8
Tingkat Resiko Bahaya Banjir : Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
i
ñ
Sumber : 1. Peta Dasar, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Timur 2. Peta Kontur, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Timur 3. Peta Kawasan Rawan Genangan DKI Jakarta (78 Titik Rawan Genangan) Tahun 2005 4. Interpretasi Citra Satelit Quickbird Th 2003 5. Cek Lapangan, Interview Nov 2006 6. GIS Analisis dan Modeling
9311750
Gedung Pemda JakTim
6
Diolah : Action Contre la Faim, Jakarta Th. 2007 Peta ini disusun atas dukungan Pemerintah Kelurahan Kampung Melayu
Proyeksi Peta : SUTM 48 Datum : WGS 1984
705500
705750
706000
706250
9311500 mU
r yu Besa ung Mela p m a K l. J
706500 mT
PETA PENGGUNAAN LAHAN KELURAHAN KAMPUNG MELAYU 13
0
8 9
4
Ú
6 7
SMP 26 7
12 11
14 15
2
3
RW 05
1
9 10
11
RW 08
6 11
13
10 12
11
4
5
2
Kel. BALIMESTER
7
9
RW 04
9
16
14
10
12
1
3 6
9312500
7
13
5
8
8
6
i
2
8
13
4 5
1
ñ
18 3
UTARA
1
Kantor Lurah
4
2
10
RW 06
3
16
RW 07
14
3
4 15
1
2 1
5
LEGENDA
ñ Kantor Pemerintahan Ñ Ú
Masjid
Kel. BUKIT DURI
7
8
4 5
9
17
10
RW 03
ñ Kantor Lurah/Camat
2
3
6
11
7
12
Sekolah
8
Batas RW Batas RT
S. Cili wu ng
13
1, 2, 3..dst Nomor Urut RT Rel Kereta Api Jalan / Gang
10
RW 02
9
Ú
i
1 7
Santa Maria
14
Sungai
11
RW 01
15
Jenis Penggunaan Lahan :
10
Ñ
13
16Ú 12
14
9312000
Akomds, Rekre, Hburan Jasa Pendidikan Jasa Pemerintahan Jasa Kesehatan Jasa Peribadatan Lap. Olah Raga Taman Kuburan Industri Pergudangan Instalasi Pompa Bensin Perdagangan Umum Prasarana Transport. Jalan Raya Jalan Tol Bantaran Rel KA Perumahan Teratur Permhan Tdk Teratur Bank, Perktoran, Apartm Pasar Sungai / Danau Rawa/Tmbak/Empang Laut Tanah Kosong
arat ra B ega atin Jl. J
i
6
9312250
Bangunan Penting : Rumah Sakit
400 Meter
9312750
9
300
2
4 3
200
6
5 1
17
100
11
7
8
SKALA 1 : 2.000
12
10
14
5
9313000
Kel. KEBON MANGGIS
RS Hermina
11
13 12
16 15
9 8
i
ñ
Sumber : 1. Peta Dasar, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Timur 2. Interpretasi Citra Satelit Quickbird Th 2003 3. Cek Lapangan, Interview Nov 2006 4. GIS Analisis dan Modeling
9311750
Gedung Pemda JakTim
6
Diolah : Action Contre la Faim, Jakarta Th. 2007 Peta ini disusun atas dukungan Pemerintah Kelurahan Kampung Melayu
705500
705750
706000
706250
9311500 mU
u Besar ng Melay u p m a K Jl.
Proyeksi Peta : SUTM 48 Datum : WGS 1984
706500 mT
13
9
7
2
1
1
5
2
3
RW 05
9
13
10
6
5
2
11
RW 04
10
à
14
à
14
| à
à
à
16
|
3
4 1
2 1
5
LEGENDA Bangunan Penting : Rumah Sakit
ñ
Kantor Lurah/Camat
Ú
Masjid
i
|
4 5
9
17
10
RW 03
2
3
6
11
Sekolah
7
12
Instalasi Pompa Air
8
Tanggul Permanen Sumber Air untuk Mobil Pemadam Kebakaran Pompa Hidrant Pos Pemadam Kebakaran
10
RW 02
i
1 7
Santa Maria
14
Jalan yang dapat dilewati Mobil Pemadam Kebakaran
11
RW 01
15
10
12
Rel Kereta Api Jalan / Gang
Ñ
13
16Ú
14
RS Hermina
11
13 12
16
Sungai
9312000
Batas RW Batas RT 1, 2, 3..dst Nomor Urut RT
rat
þ
â
13
Ú
9
a ra B ega atin Jl. J
Ë à
7
8
S. Cili wu ng
Ñ
Kel. BUKIT DURI
6
9312250
ñ Kantor Pemerintahan
| à
à
à
15
Kel. BALIMESTER
7
9
12
4
9312500
9
6 11
1
3 8
10
RW 08
12
13
i
8
8 11
SMP 26 7
12
13
4
UTARA
ñ
18 3
6
4
11
14
7
1
Kantor Lurah
Ú
6
15
5
RW 06
3 4
2
10
400 Meter
2
16
RW 07
300
9312750
8
200
6
1
3
17
100
11 9
5
5
0
8 7
4
SKALA 1 : 2.000
10
14
àà
12
9313000
PETA RESIKO BERMACAM BAHAYA (BANJIR, KEBAKARAN & PENYAKIT DBD) KELURAHAN KAMPUNG MELAYU
Kel. KEBON MANGGIS
15
Tingkat Resiko Bermacam Bahaya (Multi Risk Hazard Level) Banjir, Kebakaran dan Penyakit DBD Rendah Sedang Tinggi
9 8
i
ñ Gedung Pemda JakTim
9311750
Sumber : 1. Peta Dasar, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Timur 2. Peta Kontur, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Timur 3. Peta kawasan Rawan Genangan DKI Jakarta (78 Titik Rawan Genangan) Tahun 2005 Dinas Pekerjaan Umum Prop. DKI Jakarta 4. Data lokasi Pompa Hidrant, Dinas Pemadam Kebakaran Prop. DKI Jakarta 5. Data Penderita DBD, Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Timur 6. Interpretasi Citra Satelit Quickbird Th 2003 7. Cek Lapangan, Interview Nov 2006 8. GIS Analisis dan Modeling
6
Diolah : Action Contre la Faim, Jakarta Th. 2007 Peta ini disusun atas dukungan Pemerintah Kelurahan Kampung Melayu
705500
705750
706000
ung Jl. Kamp 706250
esar Melayu B
9311500 mU
| Proyeksi Peta : SUTM 48 Datum : WGS 1984
706500 mT
9312750 mU
Kel. PISANGAN TIMUR JL. BEKASI TIMUR RAYA
Gg. Remaja 1-5 02 05
03
r6 i Timu
07
03 01
05
10
04 02
01
RW 06
07
06 008
Kel. RAWA BUNGA
10 Remaja 1-7 01 02
13 14
02
RW 02
11
06 09 10
10
12
08
15 13
06
07
RW 04 05
03 01
i li C Ka
14
g an pin
Kel. CIPINANG BESAR SELATAN
04
05
10
07
11
Jalan Tol / Jalan Raya Jalan Kampung / Gang Besar Jalan Kecil / Gang Kecil
12
JL. BASUKI RACHMAT
Sungai Saluran Air Besar Saluran Air Kecil Wilayah Kelurahan
06
04
05
9311500
03
Batas RW Batas RT Rel Kereta Api
10
RW 01
LEGENDA
1,2,3..dst Nomor Urut RT
08
09
09
07
04
06
012
05
9311750
03
11
01
11
12
03
08
RW 12
11
03
09
TPU Prumpung
08
11
12
10
Remaja 4 11
15
03
06
Prumpung Utara
11
03
09
02
04
15 01
9312000
17 16
07
09
013
RW 05
04
07
UTARA
02
10
04
05
02 Cipinan g Pulo 14
02
08 09
07
01
05
01
02
03
RW 10
06
04
05
02
Sumber : Peta Dasar, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Timur Diolah : Action Contre la Faim, Th. 2007
01
Peta ini disusun atas dukungan Pemerintah Kelurahan Cipinang Besar Utara
Jl. Cip. Besar
Proyeksi : SUTM 48 Datum : WGS 1984
707500
200
12
12 14
11
10
Cipinang Pulo Maja
09
06
RW 03
Swadaya 1-4
03
13
09
Pru
06
08
04
02
mp ung
08
Pendawa 05
01
Ten g
07
01
Bekas ah
RW 08
05
012
100
13
15
03 08
11 07
08
Kantor Lurah
14
09
08 06
07
06
RW 11
10
07
04
07
05
RW 14
06
SKALA 1 : 2.500 0
9312250
11
13
04
11
13
10
02
mur Prumpung Ti
JL. MAYJEN. D.I. PANJAITAN
09
Bekasi Timur 4
10 12
09
15
14
013
01
12
04
14
LP Cipinang
10
02
02
03
RW 07
14
12
15
05 03
15
05
06
Swadaya
03
04
Cipinang Pulo
11
09
Lembaga Pemasyarakatan Cipinang
9312500
RW 09
01
07
12
ang Jaya JL. Cipin
07
RW 13
Cip. Pemasy.
10
06
PETA ADMINISTRASI KELURAHAN CIPINANG BESAR UTARA
11 Cip. Latihan
Bks Timur 5
09
09
Jatinegara Flyover
08
03
08
707750
708000
708250
708500
708750 mT
300 Meter
9312750 mU
Kel. PISANGAN TIMUR JL. BEKASI TIMUR RAYA
01 03
07
07
01
05
10
01
RW 06
07 09 008
Kel. RAWA BUNGA
10 Remaja 1-7 01 02
13 14
02
07
09 10
12
08
15 13
06
07
RW 04 05
03 01
li Ka
LEGENDA 14
ng ina p i C
Kel. CIPINANG BESAR SELATAN
Batas RW Batas RT 1,2,3..dst Nomor Urut RT
Rel Kereta Api
04
09
10
RW 01 11
Tingkat Resiko Bahaya Penyakit DBD : Rendah Sedang Tinggi
12
JL. BASUKI RACHMAT 06
04
05
9311500
03
Jalan Tol / Jalan Raya Jalan Kampung / Gang Besar Jalan Kecil / Gang Kecil Sungai Saluran Air Besar Saluran Air Kecil
08
09
07
05
10
05
10
08
04
06
012
11 06
9311750
03
RW 02
11
08
RW 12
01
11
12
Pulo
11
03
09
TPU Prumpung
03
15 01
02
12
10
Remaja 4 11
15
11
Prumpung Utara
11
03
02
04 03
06
02
9312000
04 02
07
07
09
013
RW 05
17
06
02
10
04
05
04
16
14
05
09
06
01
RW 10
01
02
03
Cipinang Pulo Maja
Cipinan g
UTARA
12
12 14
11
10
06
04
05
200
13
Swadaya 1-4
09
100
Cipinang Pulo
Bekas Ten gah
02
07
08
03
13
08
03
RW 03
01
09 08
04
Gg. Remaja 1-5 02 05
06
Pendawa 05
05
i Timur
6
08 06
012
Pru mp ung
08
11
15
03 08
RW 14
06
Kantor Lurah
14
09
07
13
10
SKALA 1 : 2.500 0
9312250
04
07
07
06
RW 11
10
RW 08
11
13
05
Swadaya
09
04
11
07
09
02
ur Prumpung Tim
JL. MAYJEN. D.I. PANJAITAN
12
Bekasi Timur 4
10
15
14
013
01
12
04
14
RW 07
LP Cipinang
10
02
02
03
06
05
14
12
15
04
03
15
05
03
09
Lembaga Pemasyarakatan Cipinang
9312500
11
07
12
ang Jaya JL. Cipin
RW 09
01
RW 13
Cip. Pemasy.
10
06
07
11 Cip. Latihan
Bks Timur 5
Jatinegara Flyover
08
03
08
09
09
PETA RESIKO BAHAYA PENYAKIT DBD KELURAHAN CIPINANG BESAR UTARA
02
Sumber : 1. Peta Dasar, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Timur 2. Data Penderita DBD, Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Timur 3. Interpretasi Citra Satelit Ikonos Th. 2004 4. Cek Lapangan, Interview Nov. 2006 5. GIS Analisis dan Modelling Diolah : Action Contre la Faim, Th. 2007
01
Peta ini disusun atas dukungan Pemerintah Kelurahan Cipinang Besar Utara
Jl. Cip. Besar
Proyeksi : SUTM 48 Datum : WGS 1984
707500
707750
708000
708250
708500
708750 mT
300 Meter
9312750 mU
Kel. PISANGAN TIMUR JL. BEKASI TIMUR RAYA
01
06
03
02
01
05
10
02
01
RW 06
07 09 008
Kel. RAWA BUNGA
04 03
06
11
Remaja 4 11
01
10 Remaja 1-7 01 02
13 14
02
RW 02
11
07
Cipinang Pulo
06 09 10
10
08
09
11
06
07
RW 04 05
03 01
i li C Ka
14
g an pin
Kel. CIPINANG BESAR SELATAN
Sungai Saluran Air Besar Saluran Air Kecil
|
04
06
04
|
05
9311500
03
Sumber Air untuk Mobil Pemadam Kebakaran Jalan yang dapat dilewati Mobil Pemadam Kebakaran
þ
Pompa Hidrant
â
Pos Pemadam Kebakaran
Tingkat Resiko Bahaya Kebakaran : Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
|
12
JL. BASUKI RACHMAT
Rel Kereta Api Jalan Tol / Jalan Raya Jalan Kampung / Gang Besar Jalan Kecil / Gang Kecil
10
RW 01
Batas RW Batas RT 1,2,3..dst Nomor Urut RT
|
08
09
07
05
05
10
08
04
06
012
11
9311750
03
08
RW 12
15 13
11
12
15 01
Pulo
11
03
09
TPU Prumpung
03
02
LEGENDA 12
12
10
15
09
Prumpung Utara
11
03
02
|
9312000
04
07
07
013
RW 05
17
Cipinan g
02
01
Sumber : 1. Peta Dasar, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Timur 2. Data lokasi Pompa Hidrant, Dinas Pemadam Kebakaran prop. DKI Jakarta 3. Interpretasi Citra Satelit Ikonos Th. 2004 4. Cek Lapangan, Interview Nov. 2006 5. GIS Analisis dan Modelling Diolah : Action Contre la Faim, Th. 2007 Peta ini disusun atas dukungan Pemerintah Kelurahan Cipinang Besar Utara
Jl. Cip. Besar| Proyeksi : SUTM 48 Datum : WGS 1984
707500
200
UTARA
02
10
04
05
04
05
14 02
RW 10 07
04
16
01
05
08
07
03
Cipinang Pulo Maja
09
03
06
11
10
06
13
100
12
12 14
01
02
06
RW 03
01
09 08
04
Gg. Remaja 1-5 02 05
|
Pendawa 05
05
i Timur
6
08 06
Bekas
ah
08
Ten g
|
07
03
13
09
08
07
08
Swadaya 1-4
03
09
11
15
012
Pru mp ung
04
07
RW 11
RW 14
06
Kantor Lurah
14
13
10
SKALA 1 : 2.500 0
9312250
11
13
07
06
09
|
02
05
10
07
15
14
013
01
04
11
RW 08
LP Cipinang
10
ur Prumpung Tim
JL. MAYJEN. D.I. PANJAITAN
09
Bekasi Timur 4
10 12
|
12
04
14
05
02
02
03
RW 07
14
12
15
06
03
15
05
04
Swadaya
03
09
Lembaga Pemasyarakatan Cipinang
9312500
11
07
12
ang Jaya JL. Cipin
RW 09
01
RW 13
Cip. Pemasy.
10
06
07
11 Cip. Latihan
Bks Timur 5
Jatinegara Flyover
08
03
08
09
09
PETA RESIKO BAHAYA KEBAKARAN KELURAHAN CIPINANG BESAR UTARA
707750
708000
708250
708500
708750 mT
300 Meter
9312750 mU
Kel. PISANGAN TIMUR JL. BEKASI TIMUR RAYA
01 03
02
01
05
10
01
RW 06
07
04 03
06
11
12
013
10
10 Remaja 1-7 01 02
13 14
02
RW 02
11
07
Cipinang Pulo 09 10
10
08
09
Batas RW Batas RT 13
06
07
RW 04 05
03 01
i li C Ka
14
g an pin
Rel Kereta Api
Kel. CIPINANG BESAR SELATAN
Jalan Tol / Jalan Raya Jalan Kampung / Gang Besar Jalan Kecil / Gang Kecil
04
11
Sungai Saluran Air Besar Saluran Air Kecil
Ë à
Instalasi Pompa Air Tanggul Permanen
Tingkat Resiko Bahaya Banjir : Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
10
RW 01
LEGENDA
1,2,3..dst Nomor Urut RT
08
09
07
06
05
10
08
04
06
012
05
9311750
03
11
15
11
12
08
RW 12
01
09
TPU Prumpung
03
15 01
Pulo
11
03
12
Remaja 4 11
15
07
09
Prumpung Utara
11
03
09 008
02
07
02
9312000
04 02
Cipinan g
UTARA
02
10
04
04
05
14 02
RW 10 07
05
17
01
05
RW 05
16
03
Cipinang Pulo Maja 06
04
Kel. RAWA BUNGA
11
08
03
06
13
200
12
12
10
09
07
03
14
01
02
06
RW 03
01
09 08
04
Gg. Remaja 1-5 02 05
06
Pendawa 05
05
i Timur
6
08
08 06
Bekas
ah
07
Swadaya 1-4
09
08 Ten g
04
07
012
100
13
15
03
09
RW 08
11 07
08
Kantor Lurah
14
RW 11
10
07
07
06
RW 14
06
SKALA 1 : 2.500 0
9312250
11
13
05
Pru mp ung
09
04
11
13
10
02
ur Prumpung Tim
JL. MAYJEN. D.I. PANJAITAN
12
Bekasi Timur 4
10
09
15
14
013
01
12
04
14
RW 07
LP Cipinang
10
02
02
03
05
14
12
15
06
03
15
05
04
Swadaya
03
09
Lembaga Pemasyarakatan Cipinang
9312500
11
07
12
ang Jaya JL. Cipin
RW 09
01
RW 13
Cip. Pemasy.
10
06
07
11 Cip. Latihan
Bks Timur 5
Jatinegara Flyover
08
03
08
09
09
PETA RESIKO BAHAYA BANJIR KELURAHAN CIPINANG BESAR UTARA
12
JL. BASUKI RACHMAT 06
04
à à àà à 05
02
9311500
03
Sumber : 1. Peta Dasar, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Timur 2. Peta Kontur, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Timur 3. Peta Kawasan Rawan Genangan DKI Jakarta ( 78 Titik Rawan Genangan) Tahun 2005 4. Interpretasi Citra Satelit Ikonos Th. 2004 5. Cek Lapangan, Interview Nov. 2006 6. GIS Analisis dan Modelling Diolah : Action Contre la Faim, Th. 2007
01
Peta ini disusun atas dukungan Pemerintah Kelurahan CIpinang Besar Utara
Jl. Cip. Besar
Proyeksi : SUTM 48 Datum : WGS 1984
707500
707750
708000
708250
708500
708750 mT
300 Meter
9312750 mU
Kel. PISANGAN TIMUR JL. BEKASI TIMUR RAYA
01 03
02
02
01
05
10
008
11
12
10
10 Remaja 1-7 01 02
13 14
02
06
012
07
Cipinang Pulo
1,2,3..dst Nomor Urut RT 10
10
Rel Kereta Api Jalan Tol / Jalan Raya Jalan Kampung / Gang Besar Jalan Kecil / Gang Kecil
08
13
06
07
RW 04 05
03 01
i li C Ka
14
g an pin
Kel. CIPINANG BESAR SELATAN
04
08
09
09
10
RW 01 11
07
09
05
10
08
04
Batas RW Batas RT
06
9311750
03
RW 02
11
05
LEGENDA
11
15
11
12
08
RW 12
01
09
TPU Prumpung
03
15 01
Pulo
11
03
12
Remaja 4 11
15
03
06
Prumpung Utara
11
03
09
04
02
9312000
RW 06
07
02
07
07
09
013
RW 05 01
Cipinan g
UTARA
02
10
04
04
05
14 02
RW 10 07
04 02
01
05
05
17
03
Cipinang Pulo Maja 06
04
16
Kel. RAWA BUNGA
11
08
03
06
13
12
JL. BASUKI RACHMAT
Sungai Saluran Air Besar Saluran Air Kecil Jenis Penggunaan Lahan : Akomds, Rekre, Hburan Jasa Pendidikan Jasa Pemerintahan Jasa Kesehatan Jasa Peribadatan Lap. Olah Raga Taman Kuburan Industri Pergudangan Instalasi Pompa Bensin Perdagangan Umum Prasarana Transport. Jalan Raya Jalan Tol Bantaran Rel KA Perumahan Teratur Permhan Tdk Teratur Bank, Perktoran, Apartm Pasar Sungai / Danau Rawa/Tmbak/Empang Laut Tanah Kosong
06
04
05
9311500
03
200
12
12
10
09
07
03
14
01 06
RW 03
01
09 08
04
Gg. Remaja 1-5 02 05
06
Pendawa 05
05
i Timur
6
08
08 06
Bekas
ah
07
Swadaya 1-4
09
08 Ten g
04
07
012
100
13
15
03
09
RW 08
11 07
08
Kantor Lurah
14
RW 11
10
07
07
06
RW 14
06
SKALA 1 : 2.500 0
9312250
11
13
05
Pru mp ung
09
04
11
13
10
02
ur Prumpung Tim
JL. MAYJEN. D.I. PANJAITAN
12
Bekasi Timur 4
10
09
15
14
013
01
12
04
14
RW 07
LP Cipinang
10
02
02
03
05
14
12
15
06
03
15
05
04
Swadaya
03
09
Lembaga Pemasyarakatan Cipinang
9312500
11
07
12
ang Jaya JL. Cipin
RW 09
01
RW 13
Cip. Pemasy.
10
06
07
PETA PENGGUNAAN LAHAN KELURAHAN CIPINANG BESAR UTARA
11 Cip. Latihan
Bks Timur 5
09
Jatinegara Flyover
08
03
08
09
02
Sumber : 1. Peta Dasar, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Timur 2. Peta Kontur, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Timur 3. Interpretasi Citra Satelit Ikonos Th. 2004 4. Cek Lapangan, Interview Nov. 2006 5. GIS Analisis dan Modelling Diolah : Action Contre la Faim, Th. 2007
01
Peta ini disusun atas dukungan Pemerintah Kelurahan Cipinang Besar Utara
Jl. Cip. Besar Proyeksi : SUTM 48 Datum : WGS 1984
707500
707750
708000
708250
708500
708750 mT
300 Meter
9312750 mU
Kel. PISANGAN TIMUR JL. BEKASI TIMUR RAYA
01
06
03
02
01
05
10
02
01
RW 06
07
008
Kel. RAWA BUNGA
04 03
06
11
12
Remaja 4 11
01
11 10
12
Remaja 1-7 01 02
13 14
02
RW 02
11 012
07 09
Cipinang Pulo
06 09
LEGENDA 10
10
Batas RW Batas RT 1,2,3..dst Nomor Urut RT
08
11
06
Sungai Saluran Air Besar Saluran Air Kecil
06
07
RW 04 05
03 01
i li C Ka
14
g an pin
Kel. CIPINANG BESAR SELATAN
Ë
04
à à àà à
|
Sumber air untuk Mobil Pemadam Kebakaran
þ
Pompa Hidrant
â
Pos Pemadam Kebakaran Jalan yang dapat dilewati Mobil Pemadam Kebakaran
Rendah Sedang Tinggi
| | 9311500
02
Instalasi Pompa Air
à Tanggul Permanen
05
03
Jalan Tol / Jalan Raya Jalan Kampung / Gang Besar Jalan Kecil / Gang Kecil
Tingkat Resiko Bermacam Bahaya (Multi Risk Hazard Level) Banjir, Kebakaran dan Penyakit DBD
12
JL. BASUKI RACHMAT
Rel Kereta Api
|
10
RW 01
04
05
08
09
07
11
05
10
08
04
06
08
RW 12
9311750
03
15 01
Pulo
15 13
09
TPU Prumpung
03
02
11
03
12
10
15
09
Prumpung Utara
11
03
09
02
|
9312000
16
07
07
013
RW 05 04
Cipinan g
200
UTARA
02
10
04
05
04
05
14 02
RW 10 07
04
17
01
05
08
07
03
Cipinang Pulo Maja
09
03
06
11
10
06
13
100
12
12 14
01
02
06
RW 03
01
09 08
04
Gg. Remaja 1-5 02 05
|
Pendawa 05
05
i Timur
6
08 06
Bekas
ah
08
Ten g
|
07
03
13
09
08
07
08
Swadaya 1-4
03
09
11
15
012
Pru mp ung
04
07
RW 11
RW 14
06
Kantor Lurah
14
13
10
SKALA 1 : 2.500 0
9312250
11
13
07
06
09
|
02
05
10
07
15
14
013
01
04
11
RW 08
LP Cipinang
10
ur Prumpung Tim
JL. MAYJEN. D.I. PANJAITAN
09
Bekasi Timur 4
10 12
|
12
04
14
05
02
02
03
RW 07
14
12
15
06
03
15
05
04
Swadaya
03
09
Lembaga Pemasyarakatan Cipinang
9312500
11
07
12
ang Jaya JL. Cipin
RW 09
01
RW 13
Cip. Pemasy.
10
06
07
11 Cip. Latihan
Bks Timur 5
Jatinegara Flyover
08
03
08
09
09
PETA RESIKO BERMACAM BAHAYA (BANJIR, KEBAKARAN & PENYAKIT DBD) KELURAHAN CIPINANG BESAR UTARA
Sumber : 1. Peta Dasar, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Timur 2. Peta Kontur, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Timur 3. Data Penderita DBD, Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Timur 4. Interpretasi Citra Satelit Ikonos Th. 2004 5. Cek Lapangan, Interview Nov. 2006 6. GIS Analisis dan Modelling Diolah : Action Contre la Faim, Th. 2007
01
Peta ini disusun atas dukungan Pemerintah Kelurahan Cipinang Besar Utara
Jl. Cip. Besar|
Proyeksi : SUTM 48 Datum : WGS 1984
707500
707750
708000
708250
708500
708750 mT
300 Meter
9326000 mU
PETA ADMINISTRASI KELURAHAN PENJARINGAN SKALA 1 : 6.000 0
250
500
750
1000 Meter
ñ Perum Prasarana Perkn. Samudra ñ
UTARA
Pasar Grosir Ikan
Ö
LAUT JAWA Ú 9325000
Kawasan Industri
Pusat Pemasaran Ikan
ñBBPMHP LEGENDA
ñ Kantor Pemerintahan Ö
9324000
RW 17
Bangunan Penting :
Pasar
n
Ruko/Rukan
Ñ
Rumah Sakit
Ú
Masjid
l
Apartemen
Kawasan Industri
ñ Kantor Lurah/Camat i Sekolah
Æ Hotel P U Pompa Bensin Æ Batas RW
Muara Baru
WADUK PLUIT
Jalan Tol Jalan Selokan Laut / Waduk / Kali Besar Wilayah Kelurahan
9323000
Sumber : Peta Dasar, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Utara
KEL. PLUIT
Diolah : Action Contre la Faim, Jakarta Th. 2007
RW 03
Peta ini disusun atas dukungan Pemerintah Kelurahan Penjaringan
i
Proyeksi : SUTM 48 Datum : WGS 1984
l i Ú Kantor Lurah n U ñÆ Ruko Pluit Mall
Pluit Selatan Ñ
Wisma ADR
li Ka
ñ Ñ Rumah Sakit Pluit Rumah Sakit Atmajaya ñ Kantor Camat Penjaringan Pluit Raya
Kr
RW 07
iÚ i Taman Indah
U Æ
n
Tanah Pasir
Museum Bahari
P Æ
Mitra Bahari
uku t
l l
Ú
RW 10
Rawa Bebek
RW 13
Griya Permai
P Æ
i Kertajaya
RW 15
i i
Raja Kuring
RW 05
KEL. ROA MALAKA
KEL. PEKOJAN
PLN
ñ
698000
699000
ñGalangan Ged.
anjang Tol Gd. P
RW 14
RW 16
ñOld Tower
ñ
RW 11
RW 12
ñ
Menara Ú Mitrañ Bahari
RW 04
RW 09 RW 06
KEL. ANCOL
Ö
RWn 01
Ú
Tol Jembatan Tiga
KEL. PEJAGALAN
RW 02
Luar Batang
700000 mT
9322000
Kawasan Industri
RW 08
Ú
9326000 mU
PETA RESIKO BAHAYA PENYAKIT DBD KELURAHAN PENJARINGAN ñ Perum Prasarana Perkn. Samudra ñ
SKALA 1 : 6.000 0
250
500
750
1000 Meter
Pasar Grosir Ikan
Ö
LAUT JAWA
UTARA
Ú 9325000
Kawasan Industri
LEGENDA
Pusat Pemasaran Ikan
Bangunan Penting :
ñ Kantor Pemerintahan Ö
Pasar Ruko/Rukan
Ñ
Rumah Sakit
Ú
Masjid
l
Apartemen
ñBBPMHP
ñ Kantor Lurah/Camat
RW 17
9324000
n
i Sekolah Kawasan Industri
Æ Hotel P U Pompa Bensin Æ Batas RW Jalan Tol Jalan Selokan Laut / Waduk / Kali Besar
Muara Baru
WADUK PLUIT
Tingkat Resiko Bahaya Penyakit DBD : Rendah Sedang Tinggi
9323000
Sumber : 1. Peta Dasar, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Utara 2. Data Penderita DBD, Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Utara 3. Interpretasi Citra Satelit Ikonos Th. 2004 4. Cek Lapangan, Interview Nov 2006 5. GIS Analisis dan Modeling
KEL. PLUIT
Diolah : Action Contre la Faim, Jakarta Th. 2007
RW 03
Peta ini disusun atas dukungan Pemerintah Kelurahan Penjaringan
i
Proyeksi : SUTM 48 Datum : WGS 1984
l i Ú Kantor Lurah n U ñÆ Ruko Pluit Mall
Pluit Selatan Ñ
Wisma ADR
li Ka
ñ Ñ Rumah Sakit Pluit Rumah Sakit Atmajaya ñ Kantor Camat Penjaringan Pluit Raya
Kr
RW 07
iÚ i Taman Indah
U Æ
n
Tanah Pasir
Museum Bahari
P Æ
Mitra Bahari
uku t
l l
Ú
RW 10
Rawa Bebek
RW 13
Griya Permai
P Æ
i Kertajaya
RW 15
i i
Raja Kuring
RW 05
KEL. ROA MALAKA
KEL. PEKOJAN
PLN
ñ
698000
699000
ñGalangan Ged.
anjang Tol Gd. P
RW 14
RW 16
ñOld Tower
ñ
RW 11
RW 12
ñ
Menara Ú Mitrañ Bahari
RW 04
RW 09 RW 06
KEL. ANCOL
Ö
RWn 01
Ú
Tol Jembatan Tiga
KEL. PEJAGALAN
RW 02
Luar Batang
700000 mT
9322000
Kawasan Industri
RW 08
Ú
9326000 mU
PETA RESIKO BAHAYA KEBAKARAN KELURAHAN PENJARINGAN ñ Perum Prasarana Perkn. Samudra ñ
SKALA 1 : 6.000 0
250
500
750
1000 Meter
Pasar Grosir Ikan
Ö
UTARA
â
LAUT JAWA
þ þ
Ú 9325000
LEGENDA
Kawasan Industri
Bangunan Penting :
ñ Kantor Pemerintahan Ö
Pasar
n
Ruko/Rukan
Ñ
Rumah Sakit
Ú
Masjid
l
Apartemen
ñ Kantor Lurah/Camat Pusat Pemasaran Ikan
i Sekolah
Æ Hotel P U Pompa Bensin Æ
ñBBPMHP
Sumber Air untuk Mobil Pemadam Kebakaran
þ
â
Pompa Hidrant Pos Pemadam Kebakaran
Kawasan Industri
Batas RW Jalan Tol Jalan Selokan Laut / Waduk / Kali Besar
Tingkat Resiko Bahaya Kebakaran :
WADUK PLUIT
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
KEL. PLUIT
Diolah : Action Contre la Faim, Jakarta Th. 2007
RW 03
Peta ini disusun atas dukungan Pemerintah Kelurahan Penjaringan
i
Proyeksi : SUTM 48 Datum : WGS 1984
l i Ú Kantor Lurah n U ñÆ Ruko Pluit Mall
Pluit Selatan Ñ
Wisma ADR
li Ka
ñ Ñ Rumah Sakit Pluit Rumah Sakit Atmajaya ñ Kantor Camat Penjaringan Pluit Raya
Kr
RW 07
iÚ i Taman Indah
U Æ
n
â
RW 08 Tanah Pasir
P Æ
l l
RW 04
RW 10 RW 13
i Kertajaya
RW 15
i i
698000
þ
RW 05
KEL. ROA MALAKA
KEL. PEKOJAN
þ 699000
ñGalangan Ged.
Raja Kuring
PLN
ñ
ñOld Tower
anjang Tol Gd. P
RW 14
RW 16
ñ
Menara Ú Mitrañ Bahari
ñ
Rawa Bebek
P Æ
Museum Bahari
Ú
Tol Jembatan Tiga Griya Permai
KEL. ANCOL
Ö
RWn 01
Ú
RW 11
RW 12
RW 02
Luar Batang
Mitra Bahari
uku t
RW 09 RW 06
Ú
700000 mT
9322000
Kawasan Industri
KEL. PEJAGALAN
9323000
Sumber : 1. Peta Dasar, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Utara 2. Data lokasi Pompa Hidrant, Dinas Pemadam Kebakaran Prop. DKI Jakarta 3. Interpretasi Citra Satelit Ikonos Th. 2004 4. Cek Lapangan, Interview Nov 2006 5. GIS Analisis dan Modeling
Muara Baru
â
9324000
RW 17
Jalan yang dapat dilewati Mobil Pemadam Kebakaran
9326000 mU
PETA RESIKO BAHAYA BANJIR KELURAHAN PENJARINGAN SKALA 1 : 6.000 0
250
500
750
ñ Perum Prasarana Perkn. Samudra ñ
1000 Meter
Pasar Grosir Ikan
Ö
UTARA
LAUT JAWA Ú
ñ Kantor Pemerintahan Ö
9325000
Kawasan Industri
LEGENDA Bangunan Penting :
à
à
Pasar
n
Ruko/Rukan
Ñ
Rumah Sakit
à
ñ
Kantor Lurah/Camat
Ú
Masjid
l
Apartemen
Pusat Pemasaran Ikan
Ë
i Sekolah
Æ Hotel P U Pompa Bensin Æ
ñBBPMHP
Bangunan / Instalasi Banjir :
à
Batas RW
9324000
RW 17
Ë Instalasi Pompa Air à Tanggul Permanen
Kawasan Industri
Jalan Tol Jalan Selokan Laut / Waduk / Kali Besar
Tingkat Resiko Bahaya Banjir : Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Sumber : 1. Peta Dasar, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Utara 2. Peta Kontur, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Utara 3. Peta Kawasan Rawan Genangan DKI Jakarta (78 Titik Rawan Genangan) Tahun 2005 Dinas Pekerjaan Umum Prop. DKI Jakarta 4. Interpretasi Citra Satelit Ikonos Th. 2004 5. Cek Lapangan, Interview Nov 2006 6. GIS Analisis dan Modeling
Muara Baru
WADUK PLUIT
à
RW 03
Peta ini disusun atas dukungan Pemerintah Kelurahan Penjaringan
i
Proyeksi : SUTM 48 Datum : WGS 1984
l i Ú Kantor Lurah n U ñÆ Ruko Pluit Mall
Pluit Selatan Ñ
Wisma ADR
ñ Ñ Rumah Sakit Pluit Rumah Sakit Atmajaya ñ Kantor Camat Penjaringan
àà
li Ka
Pluit Raya
RW 07
iÚ i Taman Indah
U Æ
n
RW 08 Tanah Pasir
à Ú
RW 02 Ö
RWn 01
Museum Bahari
P Æ
àKrà uku
Mitra Bahari
l l
t
Ú
Ú
RW 10
Rawa Bebek
RW 13
Tol Jembatan Tiga Griya Permai
P Æ
i Kertajaya
RW 15
i i
Raja Kuring
RW 05
KEL. ROA MALAKA
KEL. PEKOJAN
PLN
ñ
698000
699000
ñGalangan Ged.
anjang Tol Gd. P
RW 14
RW 16
ñOld Tower
ñ
RW 11
RW 12
ñ
Menara Ú Mitrañ Bahari
àRW 04
RW 09 RW 06
KEL. ANCOL
Luar Batang
700000 mT
9322000
Kawasan Industri
KEL. PEJAGALAN
9323000
KEL. PLUIT
Diolah : Action Contre la Faim, Jakarta Th. 2007
9326000 mU
PETA PENGGUNAAN LAHAN KELURAHAN PENJARINGAN SKALA 1 : 6.000 0
250
500
750
1000 Meter
ñ Perum Prasarana Perkn. Samudra ñ
UTARA
Pasar Grosir Ikan
Ö
LAUT JAWA Ú 9325000
LEGENDA Bangunan Penting :
ñ Kantor Pemerintahan Ö
Pasar
n
Ruko/Rukan
Ñ
Rumah Sakit
ñ
Kantor Lurah/Camat
Ú
Masjid
l
Apartemen
Kawasan Industri
i Sekolah
Æ Hotel P U Pompa Bensin Æ
Pusat Pemasaran Ikan
Batas RW Jalan Tol Jalan Selokan Laut / Waduk / Kali Besar
ñBBPMHP
Jenis Penggunaan Lahan :
9324000
RW 17
Akomds, Rekre, Hburan Jasa Pendidikan Jasa Pemerintahan Jasa Kesehatan Jasa Peribadatan Lap. Olah Raga Taman Kuburan Industri Pergudangan Instalasi Pompa Bensin Perdagangan Umum Prasarana Transport. Jalan Raya Jalan Tol Bantaran Rel KA Perumahan Teratur Permhan Tdk Teratur Bank, Perktoran, Apartm Pasar Sungai / Danau Rawa/Tmbak/Empang Laut Tanah Kosong
Kawasan Industri
9323000
Sumber : 1. Peta Dasar, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Utara 2. Interpretasi Citra Satelit Ikonos Th. 2004 3. Cek Lapangan, Interview Nov 2006 4. GIS Mapping
Muara Baru
WADUK PLUIT
KEL. PLUIT RW 03
Diolah : Action Contre la Faim, Jakarta Th. 2007 Peta ini disusun atas dukungan Pemerintah Kelurahan Penjaringan
i
Proyeksi : SUTM 48 Datum : WGS 1984
l i Ú Kantor Lurah n U ñÆ Ruko Pluit Mall
Pluit Selatan Ñ
Wisma ADR
KaliKrukut
ñ Ñ Rumah Sakit Pluit Rumah Sakit Atmajaya ñ Kantor Camat Penjaringan Pluit Raya
i Taman Indah
U Æ
n
Tanah Pasir
Museum Bahari
P Æ
l l
Ú
RW 10
Rawa Bebek
RW 13
Griya Permai
P Æ
i Kertajaya
RW 15
i i
Raja Kuring
RW 05
KEL. ROA MALAKA
KEL. PEKOJAN
PLN
ñ
698000
699000
ñGalangan Ged.
anjang Tol Gd. P
RW 14
RW 16
ñOld Tower
ñ
RW 11
RW 12
ñ
Menara Ú Mitrañ Bahari
RW 04
Ú
Tol Jembatan Tiga
KEL. PEJAGALAN
Ö
RWn 01
RW 09 RW 06
KEL. ANCOL
700000 mT
9322000
Kawasan Industri
RW 08
RW 02
Luar Batang
Mitra Bahari
RW 07
iÚ
Ú
9326000 mU
PETA RESIKO BERMACAM BAHAYA (BANJIR, KEBAKARAN & PENYAKIT DBD) KELURAHAN PENJARINGAN SKALA 1 : 6.000 0
250
500
750
1000 Meter
ñ Perum Prasarana Perkn. Samudra ñ
UTARA
Pasar Grosir Ikan
Ö
â
LEGENDA
LAUT JAWA
þ þ
ñ Kantor Pemerintahan Ö
Pasar
n
Ruko/Rukan
Ñ
Rumah Sakit
Ú
Masjid
Kawasan Industri
ñ Kantor Lurah/Camat i
l
à
9325000
Bangunan Penting :
Ú
à
Sekolah Apartemen
Æ Hotel P U Pompa Bensin Æ Ë à
Instalasi Pompa Air
þ
Pompa Hidrant
â
à Pusat Pemasaran Ikan
Ë
Tanggul Permanen Pos Pemadam Kebakaran
ñBBPMHP
Sumber Air untuk Mobil Pemadam Kebakaran Jalan yang dapat dilewati Mobil Pemadam Kebakaran
à 9324000
RW 17
Batas RW Jalan Tol Jalan Selokan Laut / Waduk / Kali Besar
Kawasan Industri
Tingkat Resiko Bermacam Bahaya (Multi Risk Hazard Level) Banjir, Kebakaran dan Penyakit DBD Rendah Sedang Tinggi
â
Sumber : 1. Peta Dasar, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Utara 2. Peta Kontur, Suku Dinas Pertanahan & Pemetaan Jakarta Utara 3. Peta Kawasan Rawan Genangan DKI Jakarta (78 Titik Rawan Genangan) Tahun 2005 Dinas Pekerjaan Umum Prop. DKI Jakarta 4. Data lokasi Pompa Hidrant, Dinas Pemadam Kebakaran Prop. DKI Jakarta 5. Data Penderita DBD, Suku Dinas Kesehatan Masyarakat Jakarta Utara 6. Interpretasi Citra Satelit Ikonos Th. 2004 7. Cek Lapangan, Interview Nov 2006 8. GIS Analisis dan Modeling
Muara Baru
WADUK PLUIT
à 9323000
KEL. PLUIT
Diolah : Action Contre la Faim, Jakarta Th. 2007
RW 03
à
Peta ini disusun atas dukungan Pemerintah Kelurahan Penjaringan
i
Proyeksi : SUTM 48 Datum : WGS 1984
l i Ú Kantor Lurah n U ñÆ Ruko Pluit Mall
Pluit Selatan Ñ
Wisma ADR
ñ Ñ Rumah Sakit Pluit Rumah Sakit Atmajaya ñ Kantor Camat Penjaringan
àà
li Ka
Pluit Raya
RW 07
iÚ i Taman Indah
U Æ
n
â
Tanah Pasir
àRW 04
RW 10 RW 13
P Æ
i Kertajaya
RW 15
i i
Raja Kuring
þ
RW 05
KEL. ROA MALAKA
KEL. PEKOJAN
PLN
ñ
698000
þ 699000
ñGalangan Ged.
anjang Tol Gd. P
RW 14
RW 16
ñOld Tower
ñ
Rawa Bebek Griya Permai
ñ
Menara Ú Mitrañ Bahari
Ú
Tol Jembatan Tiga
KEL. PEJAGALAN
l l
Ú
RW 11
RW 12
Museum Bahari
Mitra Bahari
t
KEL. ANCOL
Ö
RWn 01
P Æ
àKrà uku
RW 09 RW 06
RW 02
Luar Batang
700000 mT
9322000
Kawasan Industri
RW 08
Ú