Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016
1
Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016
Kata Pengantar Laporan bulanan ini merupakan bagian dari upaya pertanggungjawaban Kedeputian Gubernur DKI Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup kepada publik, yang berisikan keseluruhan laporan hasil kegiatan Kedeputian Gubernur DKI Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, baik kegiatan internal, kegiatan eksternal, maupun komunikasi publik. Kami mengucapkan terima kasih atas segala partisipasi dan dukungan kepada pihak yang terlibat dalam kegiatan Kedeputian serta dalam penyelesaian laporan ini.
Jakarta,
Juni 2016
Deputi Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
DR. Ir. Oswar M. Mungkasa, MURP
2ii
Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................................................................ iii DAFTAR TABEL......................................................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 5 BAB II RENCANA KERJA DAN PENCAPAIAN....................................................................................... 6 2.1 Pencapaian Kegiatan ....................................................................................................................... 6 2.2 Rencana Kerja ................................................................................................................................... 7 BAB III KEGIATAN BIDANG TATA RUANG DAN LINGKUNGAN HIDUP....................................... 8 3.1 Kegiatan Internal Bidang Tata Ruang ........................................................................................ 8 3.1.1 Rapat Konsolidasi Internal Tim Reklamasi DKI Jakarta ..........................................................8 3.1.2 Rapat Lanjutan Evaluasi Survei Pengumpulan Data Ruang Terbuka Hijau (RTH) ...........9
3.2 Kegiatan Internal Bidang Lingkungan Hidup .......................................................................... 9 3.2.1 3.2.2 3.2.3 3.2.4
Penyusunan Lokakarya Grand Design Green Building.............................................................9 Lokakarya Grand Design Green Building .....................................................................................10 Persiapan Lokakarya Jakarta Menuju Kota Berkelanjutan ....................................................11 Penyusunan Key Performance Indicator (KPI) untuk Para Sekda, Para Deputi, Para Asisten Sekda, dan Asisten Deputi Gubernur Pemprov. DKI Jakarta .........................12 3.3 Kegiatan Eksternal Bidang Tata Ruang ..................................................................................... 12 3.3.1 Rapat Pembahasan Tim Teknis Komite Bersama Reklamasi Pantura Jakarta..................12 3.3.2 Rapat Pembahasan Persiapan Scooping KLHS dan Review Kebijakan NCICD ....................13 3.3.3 Sebagai Narasumber pada Acara Quick Response Analysis (QRA) .........................................14 3.3.4 Mewakili Gubernur Peluncuran Hasil Penelitian Restatement pada Hukum Pidana, Hukum Perdata dan Hukum Tata Usaha Negara .........................................14 3.3.5 Menindaklanjuti Analisa Perundangan Dan Mapping Perizinan Lebih Detail dengan Mereviu Dokumen Izin yang Tersedia dari Kementerian Perhubungan KLHK dan Pemprov. DKI Jakarta ....................................................................................................14 3.3.6 Rapat Gabungan Pembahasan Kelayakan Teknis Dan Lingkungan, Persiapan Konsultasi Publik dan Kemajuan Pengawasan ...........................................................................15 3.3.7 Video Conference terkait Terpilihnya DKI Jakarta dalam 100 Resilient City .....................15 3.3.8 Rapat dengan IAP terkait Peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi (RDTR &PZ) DKI Jakarta ............................................................................................................................................16 3.4 Kegiatan Eksternal Bidang Lingkungan Hidup ..............................................................................16 3.4.1 Program Master Meter di DKI Jakarta kerjasama Pemerintah DKI Jakarta dan USAID ( IUWASH) ................................................................................................................................ 16 3.4.2 Rencana aplikasi konsep Waste To Energy (Listrik Kerakyatan) dan hasil kunjungan kerja di Kelurahan Pondok Kopi Jakarta Timur ...................................................17 3.4.3 Acara FGD "Revitalisasi Air Minum Indonesia" di Kemenko Perekonomian .....................18 3.4.4 Pertemuan dengan PT. CNOOC tentang Injection Water ............................................................... 19
3.5 Komunikasi Publik Bidang Tata Ruang ..................................................................................... 19 3.5.1 Rapat Pembahasan Permohonan PT Anggana Development tentang Pelampauan KLB Rusunami Menara Kebon Jeruk Jakarta Barat ..........................................19 3.5.2 Launching Peninjauan Kembali RTRW dan RDTR PZ DKI Jakarta ........................................20
3.6 Komunikasi Publik Bidang Lingkungan Hidup ....................................................................... 20 3.6.1 Pengembangan Waste to Energy (WTE) Skala Komunitas .................................................. 20 BAB IV KENDALA DAN PERMASALAHAN ........................................................................................... 21
iii 3
Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016
DAFTAR TABEL Tabel 1. Pencapaian Kegiatan Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup .......................... 6 Tabel 2. Rencana Kegiatan Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup ................................ 7
iv 4
Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016
BAB I PENDAHULUAN Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup merupakan salah satu kedeputian yang membantu Gubernur dalam penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 85 Tahun 2008 tentang tugas, fungsi, tanggung jawab, dan tata kerja Deputi Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Deputi Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup memiliki tugas untuk membantu Gubernur dalam menyelenggarakan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta di bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup. Deputi Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup memiliki fungsi antara lain: 1. Pemberian saran dan pertimbangan kepada Gubernur di bidang tata ruang dan lingkungan hidup; 2. Pengoordinasian, pemantauan, dan evaluasi atas pelaksanaan tugas di bidang tata ruang dan lingkungan hidup; 3. Pelaksanaan komunikasi publik sesuai bidang dan tugasnya; 4. Pelaksanaan komunikasi antar lembaga sesuai bidang tugasnya; 5. Pelaksanaan tugas untuk mewakili Gubernur sesuai bidang tugasnya; 6. Pelaksanaan tugas lainnya yang diserahkan oleh Gubernur; dan 7. Penyampaian laporan atas pelaksanaan tugasnya kepada Gubernur. Ruang lingkup tugas Deputi yaitu: a. Tugas dan fungsi Deputi bukan merupakan lingkup tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah/unit kerja perangkat daerah. b. Deputi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, melakukan koordinasi dengan Lembaga serta dapat melakukan konsultasi dengan pakar atau kelompok pakar/profesi yang terkait dengan bidang tugas masing-masing. c. Dalam melaksanakan koordinasi dan konsultasi, Deputi berkoordinasi dengan Sekretaris Daerah. d. Fungsi pengoordinasian, pemantauan dan evaluasi yang dilaksanakan Deputi adalah dalam rangka memperoleh data dan informasi sebagai bahan penyusunan saran, pertimbangan, dan laporan Deputi kepada Gubernur. Deputi Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup memiliki dua asisten deputi yaitu Asisten Deputi Bidang Tata Ruang dan Asisten Deputi Bidang Lingkungan Hidup. Asisten deputi tersebut bertugas membantu Deputi Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya. Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup memiliki 2 jenis kegiatan yaitu kegiatan internal dan kegiatan eksternal. Kegiatan internal merupakan kegiatan yang menjadi tanggung jawab Deputi/Asdep, baik mencakup bidang tata ruang maupun lingkungan hidup. Sedangkan, kegiatan eksternal merupakan kegiatan yang bukan menjadi tanggung jawab langsung Deputi/Asdep, tetapi Deputi/Asdep ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Pada laporan ini dijelaskan secara rinci pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan selama Bulan Januari 2016 oleh Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup. Laporan ini bertujuan untuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi yang diberikan kepada Kedeputian Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup dalam membantu Gubernur DKI Jakarta menyelenggarakan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta di bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup.
5
Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016
BAB II RENCANA KERJA DAN PENCAPAIAN 2.1
Pencapaian Kegiatan Pencapaian kegiatan merupakan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan baik internal maupun eksternal selama bulan Mei 2016. Tabel 1. Pencapaian Kegiatan Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup No. 1
2 3 4
5
6
Kegiatan Utama Peluncuran peninjauan kembali RTRW 2030 dan RDTR-PZ DKI Jakarta Rapat Grand Design RTH Rapat Konsolidasi Sub Tim Reklamasi Pantura Jakarta Rapat Pembahasan Permohonan PT Anggana Development tentang Pelampauan KLB Rusunami Menara Kebon Jeruk Jakarta Barat Pengembangan Destinasi Wisata Kepulauan Seribu sebagai salah satu Nasional
6
Uji Publik Kosep Grand design Green Building
7
Kerjasama Pemrov DKI Jakarta dengan Singapura
8
Pembuatan Konsep Grand Design Green Building
Sub Kegiatan Peninjauan kembali RTRW 2030 dan RDTR-PZ DKI Jakarta
Target Publik mengetahui peninjauan kembali RTRW 2030 dan RDTR-PZ DKI Jakarta
Waktu 13 Mei 2016 di Balai Agung
Melaporkan hasil pengumpulan data RTH oleh DPP Pelaporan hasil rapat tim teknis bersama reklamasi pantura Pembahasan kasus pelampauan KLB
Data terkumpul mencapai target H rencana dari DPK
19 2016
Kesiapan Pemprov. DKI Jakarta dalam menjawab setiap pertanyaan pihak lain Penyelesaian kasus pelampauan KLB
Setiap hari jumat
Rapat Koordinasi Tindak Lanjut Hasil Pembahasan dan Komitmen Percepatan Pembangunan Destinasi Pariwisata Prioritas Nasional di Kawasan Kota Tua dan Kepulauan Seribu DKI Jakarta Lokakarya Grand Design Green Building di Balai Agung , Lantai 5 dan Lantai 22 Blok G
Koordinasi dalam pembuatan Master Plan Destinasi Wisata Kepulauan seribu sebagai prioritas nasional
4 Mei 2016
untuk mewujudkan Kota Jakarta sebagai “Centre of Excellence” Bangunan Hijau di Indonesia dan penghematan konsumsi energi dan penggunaan air tanah dan penurunan emisi gas rumah kaca sampai dengan tahun 2030 Membahas kesiapan lokakarya "Jakarta Menuju Kota Berkelanjutan dan Layak Huni” Membahas arahan Gubernur tentang tindak lanjut pembangunan rusun Daan Mogot berkonsep Green Building sebanyak 7 tower
18 2016
Mei
20 2016
Mei
24 2016
Mei
Rapat Persiapan Lokakarya Jakarta Menuju Kota Berkelanjutan dalam Rangka World Cities Summit Rapat Evaluasi Lokakarya dan Pembuatan Laporan hasil pelaksanaan Lokakarya serta Implementasi Rusun GB
10 2016
Mei
Mei
Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016
2.2
Rencana Kerja Rencana kerja merupakan kegiatan yang akan dilaksanakan pada periode mendatang terutama kegiatan internal, namun tidak tertutup kemungkinan juga menyangkut kegiatan eksternal. No.
Tabel 2. Rencana Kegiatan Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kegiatan Utama Sub Kegiatan Target Waktu
1
Rapat Grand Design RTH
2
Rapat reviu peninjauan kembali RTRW dan RDTR-PZ
3
4
Evaluasi hasil identifikasi RTH di DKI Jakarta oleh DPP
Membahas secara rutin perkembangan peninjauan kembali RTRW dan RDTR-PZ Rapat konsolidasi Membahas hasil internal tim Reklamasi rakornis gabungan tim Pantura DKI Jakarta teknis reklamasi Pantura Diskusi dan saling bertukar informasi dan data terbaru Kerjasama Pemprov Lokakarya Jakarta DKI Jakarta dengan menuju Kota Negara Singapura Keberlanjutan dalam dalam rangka World rangka World Cities Cities Summit Summit
5
Pembuatan Grand Design Green Building
Peluncuran Konsep Greand Design Green Building
6
Implementasi Pengelolaan Sampah Waste to Energy
Lokakarya penyempurnaan konsep Waste to Energy skala komunitas
7
Identifikasi RTH di DKI Jakarta mencapai target rencana H DPK Analisis hasil identifikasi RTH di DKI Jakarta RTRW dan RDTR-PZ selesai ditinjau kembali
kondisional
KLHS Pantura dan NCICD
kondisional
Dapat mengadopsi masukan Narasumber dari Singapura (CLC) untuk membantu permasalahan terkait isu Integrated Master Plan Transoportation, Sustainabiliy Water Management , Waste Management dan Green Building. Selesainya konsep Grand Desain Green Building, yang memuat visi, misi, strategi, roadmap dan rencana aksi yang menjadi komitmen para pemangku kepentingan Untuk mengatasi masalah sampah di DKI Jakarta melalui percepatan pembangunan Pembangkit listrik berbasis sampah di Jakarta
1 Juni 2016
kondisional
kondisional
kondisional
Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016
BAB III KEGIATAN BIDANG TATA RUANG DAN LINGKUNGAN HIDUP 3.1 Kegiatan Internal Bidang Tata Ruang 3.1.1 Rapat Konsolidasi Internal Tim Reklamasi DKI Jakarta Pada Hari Rabu, 4 Mei 2016, telah dilaksanakan rapat konsolidasi sub tim reklamasi DKI Jakarta untuk bertukar informasi antar sub tim teknis komite DKI Jakarta yang telah menghadiri Rapat Pembahasan Tim Teknis Komite Bersama Reklamasi Pantura Jakarta setiap Hari Kamis. Disepakati rapat konsolidasi internal tim reklamasi DKI Jakarta ini dilaksanakan rutin setiap Jum’at. Pada Selasa, 3 Mei 2016, Kepala Bappeda memaparkan perkembangan terakhir Dermaga KCN, Pulau O,P, dan Q, dan Port of Jakarta. Kepala Bappeda mengusulkan bahwa perlu disusun dua Perpres (1) untuk mengatur Kawasan Timur (Port of Jakarta) dan (2) untuk penyelarasan reklamasi Pulau A-N (penyempurnaan Keppres No. 52 Tahun 1995). Terkait bidang lingkungan, pengawasan pelaksanaan reklamasi perlu ditingkatkan oleh BPLHD dan membuat tabel penjelasan untuk paparan KKP. DKPKP perlu melakukan kajian terhadap dokumen RZWP3K dan Perda No. 11 Tahun 1992. Selain itu, masih terdapat kekosongan regulasi, apabila reklamasi dilakukan bukan di wilayah KSP maka pihak yang mengajukan reklamasi perlu membuat perencanaan reklamasi sesuai dengan Perpres No. 122 Tahun 2012 pada Bab 2 Pasal 3. Pada Hari Jum’at 13 Mei 2016, beberapa saran dan tindak lanjut yang disepakati yaitu tiap tim teknis reklamasi harus ada perwakilan yang menjadi sekretariat. Tim komite I bidang lingkungan diwakili oleh BPLHD, tim komite II bidang teknis dan kebijakan diwakili oleh DKPKP, dan tim komite III bidang perizinan dan penyelarasan peraturan diwakili oleh biro PKLH. Terkait terjadinya penundaan penyelesaian Raperda RZWP3K dan raperda RTR KSP Pantura, disarankan agar dimintakan fatwa hukum ke Mahkamah Agung. Untuk itu, Biro Hukum menyiapkan draft surat dari Gubernur DKI Jakarta. Dinas Penataan Kota memberikan penjelasan kepada publik terkait bangunan di Pulau C dan D tidak dibongkar. Perlu menyusun dua Perpres yang mengatur tentang Port of Jakarta (Kawasan Timur Reklamasi) dan Perpres tentang penyelesaian 17 Pulau Reklamasi. Kemudian, meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan maupun pemanfaatan pulau hasil reklamasi. Kemudian, pada Hari Jum’at 20 Mei 2016, BPLHD melaporkan bahwa pengawasan reklamasi Pantura sudah mulai dilakukan melalui survei lapangan yang dipimpin oleh Kepala BPLHD sendiri. Hal ini sebagai respon dari diterbitkannya SK Menteri LHK tanggal 10 Mei 2016 dan upaya peningkatan pengawasan pelaksanaan maupun pemanfaatan reklamasi Pantura. Perwakilan Bappeda memaparkan hasil kajian mengenai kronologis perubahan bentuk pulau reklamasi Pantura dan tabel rekomendasi dari Balitbang KP. Bappeda mengoordinir tanggapan terhadap Tabel hasil kajian Balitbang KKP dari masing-masing SKPD. Selain itu, Pemprov. DKI Jakarta perlu memberikan saran terhadap tim KLHS NCICD terkait memasukkan beberapa skenario yaitu (1) KLHS reklamasi dan Tanggul A, (2) KLHS reklamasi dan Tanggul A dan B, dan (3) KLHS reklamasi dan Tanggul A, B, dan C. Pada Hari Jum’at, 27 Mei 2016, rapat membahas hasil tanggapan tim BPLHD terhadap dokumen AMDAL yang dievaluasi oleh KemenLHK. Tim BPLHD menjelaskan adanya beberapa kejanggalan dari table kriteria kelengkapan analisis dokumen AMDAL reklamasi Pantura. Selain itu, terdapat perbedaan persepsi atas AMDAL antara KemenLHK dengan Pemprov. DKI. Pemprov. DKI Jakarta menggunakan dua AMDAL yakni AMDAL pelaksanaan reklamasi dan AMDAL pemanfaatan reklamasi. Sementara KemenLHK menggunakan satu AMDAL yakni hanya AMDAL pemanfaatan reklamasi yang mencakup AMDAL untuk bangunan diatas lahan hasil reklamasi sesuai Perpres No. 122 Tahun 2012. Menurut Pemprov DKI Jakarta aturan lingkungan reklamasi tidak hanya menggunakan AMDAL terdapat aturan lain yakni Pergub DKI Jakarta No. 146 Tahun 2014 dan Pergub DKI Jakarta No. 121 Tahun 2012. Sehingga disarankan BPLHD perlu membuat tabel kriteria AMDAL dua tahap yaitu tahap pelaksanaan dan tahap 8
Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016
pemanfaatan reklamasi. Kriteria yang digunakan untuk AMDAL pelaksanaan reklamasi hanya empat dari enam kriteria KemenLHK. Selain itu, BPLHD perlu melengkapi dan merevisi diagram alur system pencegahan dampak lingkungan reklamasi di Prov. DKI Jakarta. Sementara DKPKP perlu membuat tabel tanggapan seperti BPLHD, khususnya terkait dampak reklamasi terhadap nelayan dan reklamasi di depan Pulau H. Serta Biro PKLH juga perlu membuat tabel tanggapan perihal perizinan-perizinan dan aturan reklamasi Pantura. Hal ini diperlukan sebagai bahan bagi Pemprov. DKI Jakarta dalam menjawab pertanyaan pihak luar dan menjelaskan adanya berbagai perbedaan persepsi dalam rapat koordinasi tim teknis reklamasi. 3.1.2 Rapat Lanjutan Evaluasi Survei Pengumpulan Data Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pada Hari Kamis, 19 Mei 2016, telah dilaksanakan rapat lanjutan evaluasi survei pengumpulan data Ruang Terbuka Hijau (RTH). Rapat ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan identifikasi RTH yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan hasil survei, jumlah H yang sudah disurvei belum mencapai target H yang direncanakan oleh DPK. Masih terdapat perbedaan peta antara eksisting dengan rencana DPK. Oleh karena itu, disarankan sebagian data hasil identifikasi RTH yang sudah tersurvei perlu segera dianalisis oleh DPK, tidak perlu menunggu data terkumpul semua (system paralel). Peta sebaiknya didigitasi per kecamatan sesuai dengan batas administrasinya. Hal ini meminimalisir pergeseran koordinat peta. Perlu adanya pelatihan dan pendampingan saat survei, sehingga seurveyor tidak bingung dan lebih paham dengan lokasi yang akan disurvei. 3.2 Kegiatan Internal Bidang Lingkungan Hidup 3.2.1 Penyusunan Lokakarya Grand Design Green Building Saat ini dunia sedang menghadapi issue pemanasan global (global warming), suatu keadaan meningkatnya suhu rata-rata atmosfer dan emisi gas karbon yang salah satunya disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca dari aktivitas manusia pada bangunan gedung. Bangunan berkontribusi terhadap sekitar 40% dari pengeluaran emisi karbon yang mempercepat perubahan iklim. Dampak dari perubahan iklim adalah meningkatnya frekuensi kekeringan, banjir, ancaman ketahanan pangan, penurunan mata pencaharian, ketersediaan air bersih dan keberlangsungan kehidupan. Umumnya untuk bangunan dan gedung di Jakarta, sistem pencahayaan merupakan satu dari konsumsi energi terbesar sampai dengan 30 % dari total sistem pengkondisian udara. Dengan desain yang tepat, fitur yang efisien, dan kontrol pencahayaan berpotensi mengurangi energi sebesar 15%. Saat ini Pemprov. DKI berdasarkan Peraturan Gubernur DKI No. 38/2012 tentang Bangunan Gedung Hijau telah menerapkan konsep Green Building. Konsep Green Building atau Bangunan Hijau merupakan penerapan tingkat efesiensi bangunan gedung dalam memanfaatkan sumber daya energi, air dan bahan-bahan material lain untuk mengurangi dampak negatif bangunan gedung bagi lingkungan. Per Juni 2015, berdasarkan hasil survey ditemukan bahwa 112 bangunan Gedung Hijau dengan total luasan 7 juta m2 di Provinsi DKI Jakarta telah mengikuti Peraturan Gubernur DKI No. 38/2012 yang setara dengan total pengurangan Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 255.968 metric ton /tahun CO2 = total penghematan energi sebesar 375.130 Mwh/tahun dan total penghematan biaya listrik US $ 30.010.434. Pada dasarnya hasil ini belum optimal, terutama disebabkan oleh belum terlibatnya berbagai pemangku kepentingan dalam penerapan konsep Green Building. Salah satu faktor yang menjadi penyebabnya adalah belum tersedianya Grand Design Green Building, yang memuat visi, misi, strategi, roadmap dan rencana aksi yang menjadi komitmen para pemangku kepentingan. Sejak 3 (tiga) bulan yang lalu kami berinisiatif untuk mulai menyusun rancangan Grand Design Green Building bersama dengan para pemangku kepentingan diantaranya Kementerian PUPR, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian ESDM, Dinas Penataan Kota, Dinas Perindustrian dan Energi, BPLHD, Bappeda, Dewan Riset Daerah, Green Building Council lndonesia, PT Telekomunikasi Indonesia, Tim Ahli Bangunan Gedung, International 9
Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016
Finance Corporation, Green Product Council Indonesia, Jakarta Property Institute. Pada saat ini draft tersebut telah siap diuji publik. Sehubungan dengan hal itu, Deputi Tata Ruang dan Lingkungan Hidup bersama SKPD terkait bermaksud mengadakan uji publik dalam bentuk Lokakarya 1 (satu) hari. Keluaran dari lokakarya ini adalah perbaikan terhadap draft awal Grand Design Green Building. 3.2.2 Lokakarya Grand Design Green Building Lokakarya yang telah diadakan pada tanggal 18 Mei 2016 diikuti oleh 90 peserta dari elemen Pemerintah, Lembaga, dan Swasta ini bermaksud untuk mewujudkan Kota Jakarta sebagai “Centre of Excellence” Bangunan Hijau di Indonesia dengan tujuan kedepannya bisa melakukan penghematan konsumsi energi dan penggunaan air tanah serta penurunan emisi gas rumah kaca sampai dengan 30% pada tahun 2030 di DKI Jakarta. Lokakarya Grand Design Green Building dibuka oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta dan ditutup oleh Gubernur DKI Jakarta dihadiri oleh 140 peserta, terdiri dari para staf unggulan dari tiap SKPD yang disiapkan untuk memformulasikan rencana aksi berdasarkan gagasan dan berbagi pengalaman dengan ahli atau narasumber dari Dinas Penataan Kota, Praktisi/Tim Ahli Tata bangunan dan Gedung, dan PT. Telkom. Pelaksanaan lokakarya dibagi menjadi 3 (tiga) sesi yaitu: a) Sesi Pertama adalah paparan dari Narasumber mengenai (a) Green Building oleh DR Jatmika (Akademisi), (b) Teknologi Smart Building, oleh Iskandar Z dari PT. Telkom dan (c) Grand Design Green Building oleh Dinas Penataan Kota. b)
Sesi Kedua adalah pembagian peserta lokakarya kedalam 4 (empat) kelompok untuk mengikuti salah satu track secara paralel yaitu (a) Kelompok Kebijakan dan Regulasi, (b) Kelompok Pengingkatan Kapasitas dan Perangkat Kerja, (c) Kelompok Pemberdayaan Masyarakat dan (d) Kelompok Pengendalian dan Pengawasan.
c)
Sesi Ketiga adalah penyampaian paparan hasil diskusi kelompok kepada Bapak Gubernur sekaligus penutupan lokakarya.
a)
Kesimpulan dan rekomendasi diskusi grup dari 4 kelompok adalah sebagai berikut : Kelompok 1 : Kebijakan dan Regulasi Perlu adanya revisi Pergub Nomor 38 Tahun 2012 tentang Bangunan Hijau untuk memperbesar impact, seperti Luasan minimal bangunan yang terkena peraturan, Parameter teknis disesuaikan dengan perkembangan teknologi terbaru, Tambahan parameter (misalnya: green product, greenery requirements), Rumah tinggal dengan self assessment, dan Konsep green neighbourhood. Intensif Integrasi implementasi
b)
Kelompok 2 : Peningkatan Kapasitas Tujuan yang jelas dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah (Top Down Direction) Peraturan yang jelas dan konsisten dari Pemerintah Pusat/Daerah Sosialisasi Peraturan yang terkait melalui media elektronik, seperti jakarta.go.id, SosMed, Twitter, dll Insentif dari pemerintah kepada pelaku green building yang akan meningkatkan partisipasi dari pengembang Punishment sebagai bagian dari regulation enforcement Center of Excellence for Resource (Resource Center) untuk Peraturan Pemerintah, Pengetahuan Umum tentang Green Building, Rating Tools Kerjasama Research dengan Universitas/Kajian akademis lebih ditingkatkan, bekerjasama dengan pemerintah dan pengembang sebagai masukan untuk peraturanperaturan pemerintah Lembaga Sertifikasi Profesi : Sertifikasi profesi untuk Green Building Professional Kerjasama dengan dinas pendidikan untuk edukasi “Green Concept” dari mulai pendidikan dasar untuk mengubah “perilaku” masyarakat
10
Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016
c)
Kelompok 3 : Pemberdayaan Masyarakat Kampanye Green Building (Apa, bagaimana, siapa, dan dimana) Edukasi tentang Green Building kepada semua pihak (Mulai dari tingkat dasar hingga Perguruan Tinggi) Partisipasi masyarakat terhadap prinsip Green Building (contoh : Bangunan dan Kampung Iklim/Kampung Sehat) Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Insentif dan Disinsentif)
d) Kelompok 4 : Pengendalian dan Pengawasan Pengawasan dan Kebijakan : Pengawasan terintegrasi, sederhana, mudah, dan sinergi dengan pemilik bangunan. Audit Bangunan : Parameter BGH, keterbatasan SDM, kemudahan pemeriksaan dan kompetensi Pemeriksa. Penegakan Hukum : Transformasi masyarakat, Sanksi, Insentif, dialog lintas institusi. Sistem Informasi IT : Format IT yang mudah, verifikatif, transparan, penyediaan infrastruktur. Hasil dari diskusi kelompok yang telah dipaparkan oleh Kepala Dinas Penataan Kota pada saat penutupan lokakarya telah di tindak lanjut langsung oleh Gubernur DKI Jakarta melalui perintah beliau kepada Kepala Dinas Perumahan dan Gedung Pemda untuk membangun Rumah Susun Daan Mogot sebanyak 7 tower dengan konsep Green Building. 3.2.3 Persiapan Lokakarya Jakarta Menuju Kota Berkelanjutan Sebagai ibu kota Indonesia, Jakarta dipadati oleh 10 juta penduduk pada malam hari dan sekitar 12,7 juta pada siang hari. Meskipun pertumbuhan populasi di DKI Jakarta terus menurun dari tahun ke tahun, proses urbanisasi akan terus ada seiring dengan ketimpangan ekonomi yang masih terjadi di Indonesia. Hal ini menjadikan DKI Jakarta tujuan penduduk yang ingin hijrah ke daerah perkotaan. Selain itu, untuk rencana pembangunan jangka panjang DKI Jakarta 2005-2025 menyebutkan visi dan misi DKI Jakarta untuk membangun kota yang makmur, produktif, berkelanjutan dan menyediakan lingkungan yang kompetitif bersamaan dengan membangun “Jakarta Baru” sebagai kota yang rapi, layak huni, humanis, berbudaya dan modern. Untuk mewujudkan tujuan rencana pembangunan tersebut, pemerintah DKI Jakarta mengadakan Lokakarya “Jakarta Menuju Kota Berkelanjutan dan Layak Huni” untuk mendiskusikan empat isu utama: 1) Integrated Transportation Masterplan, 2) Pengelolaan Air yang Berkelanjutan, 4) Pengelolaan Sampah, dan 4) Bangunan Hijau. Pada tahun 2012, pemerintah DKI Jakarta menyusun peraturan tentang rencana tata ruang menuju tahun 2030 yaitu Peraturan Daerah No 1/2012 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah 2030. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa rencana tata ruang DKI Jakarta bertujuan untuk membangun DKI Jakarta sebagai Ibu Kota serta pusat industri jasa yang juga merupakan kota yang menciptakan lingkungan hidup yang layak dan seimbang sehingga menciptakan lingkungan yang dapat mendorong produktivitas. Selain itu, strategi-strategi kota yang terintegrasi melibatkan berbagai elemen, termasuk sistem transportasi masal melalui sistem Transit Oriented Development (TOD), sistem sanitasi air, pengelolaan sampah, lingkungan dan perubahan cuaca, populasi, dan elemen sosial ekonomi. Sebagai lanjutan dari peraturan daerah, pemerintah DKI Jakarta menjelaskan rencana detail tata ruang dan zonasi si tahun 2014. Peraturan tersebut menyantumkan zonasi terperinci untuk setiap kecamatan hingga kabupaten yang diperuntukkan untuk zonasi yang khusus, seperti: area hijau, taman kota, zona rekreasi, pemerintah pusat, pemerintah daerah, perumahan menengah, perumahan vertikal, perkantoran, perdagangan dan jasa, multiguna, layanan publik dan sosial, dan area biru. Saat ini DKI Jakarta mempunyai lima kecamatan, yaitu: Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara. Tujuan dari lrencana okakarya ini adalah untuk membahas, menyampaikan dan menampung pendapat untuk menyusun rencana aksi (action plan), kebijakan-kebijakan dan koordinasi antardepartement di tubuh DKI Jakarta untuk menciptakan DKI Jakarta yang 11
Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016
berkelanjutan, layak hidup dan cerdas. Lokakarya ini juga akan mengundang pembicara dari Center for Livable Cities (CLC) dari Singapura sebagai nara sumber contoh pada penerapan tata ruang dan pembangunan perkotaan di Singapura. Lokakarya yang akan dilakukan satu hari ini akan menyentuh empat topik utama, antara lain: Master Plan Transportasi Terintegrasi Sustainable Water Management Pengelolaan Sampah Gedung Hijau (Green Building) Adapun hasil yang diharapkan adalah Action Plan untuk setiap topik dalam rangka mendukung DKI Jakarta yang berkelanjutan dan layak huni. 3.2.4 Penyusunan Key Performance Indicator (KPI) untuk Para Sekda, Para Deputi, Para Asisten Sekda, dan Asisten Deputi Gubernur Pemprov. DKI Jakarta Terkait pergantian Peraturan Gubernur No. 193 Tahun 2016 tentang TKD, maka melalui Pergub 108 Tahun 2016, maka perhitungan Tunjangan Kinerja Daerah khusus jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama telah ditetapkan KPI sebagai salah satu ukuran kuantitatif yang digunakan Pemprov. DKI Jakarta sekarang ini untuk mengukur atau membandingkan kinerja untuk memenuhi tujuan strategis dan operasional. Adapun Bobot penilaian Prestasi Kinerja untuk Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama adalah KPI 60%, TL arahan Gubernur 10%, TL aduan 10%, dan serapan anggaran 20%. Di dalam lingkup kerja Gubernur, Deputi dan Asisten Deputi, unsur-unsur yang dapat di KPI kan yaitu Nota Dinas, Laporan Rekapitulasi dan Rekapitulasi Rapat yang sudah dilaksanakan. Sehubungan dengan hal di atas KPI Deputi dan Asisten Deputi telah ditetapkan targetnya selama 1 tahun dan telah diinput pada sistem eTKD. Sedangkan terkait bobot serapan anggaran sebesar 20%, Deputi dan Asisten Deputi tidak berkenan apabila Serapan Perkiraan Sendiri (SPS) tergantung pada penyerapan anggaran Biro Administrasi Keuangan dan Aset Setda, karena para Deputi dan Asisten Deputi tidak dilibatkan langsung pada perencanaan anggaran Biro AKAS. Oleh sebab itu Biro AKAS akan berkoordinasi dengan BKD, KOMINFOMAS, BAPPEDA untuk mencari solusinya. 3.3 Kegiatan Eksternal Bidang Tata Ruang 3.3.1 Rapat Pembahasan Tim Teknis Komite Bersama Reklamasi Pantura Jakarta Pada Hari Selasa, 3 Mei 2016, telah dilaksanakan rapat konsolidasi data untuk persiapan KLHS dan reviu kebijakan NCICD. Isu-isu yang mengemuka diantaranya KLHS reklamasi tahun 2011 belum terintergrasi dengan KLHS NCICD, KLHS belum mencakup keseluruhan pulau reklamasi, kabel bawah laut, pipa gas dan alur laut perlu dipertimbangkan dalam melakukan reklamasi Pantura, KLHS reklamasi perlu mempertimbangkan peta bawah laut (dishidros). Diharapkan hasil dari rapat yang akan dilaksanakan rutin seminggu sekali ini dapat menjadi bahan untuk konsultasi publik akhir mei mendatang. Untuk itu, sangat penting diperhatikan yakni aspek pengawasan pelaksanaan maupun pemanfaatan reklamasi Pantura. BPLHD diberikan kewenangan dalam hal pengawasan pelaksanaan maupun pemanfaatan reklamasi Pantura. Kemudian, pada Hari Kamis 12 Mei 2016, menindaklanjuti hasil rapat tanggal 3 Mei 2016 berupa pembahasan persiapan penetapan rencana kerja tim dan pengumpulan data sebagai bahan masukan kebijakan penanganan reklamasi 17 Pulau dan pengembangan NCICD. Beberapa hal yang mengemuka diantaranya : 1) Perlu adanya persamaan persepsi terkait perizinan pelaksanaan reklamasi; 2) Penghentian sementara pembangunan Pulau C,D, dan G; 3) Terjadi tumpang tindih terhadap bangunan yang ada; 4) Ketegasan dalam pengurusan izin/wewenang reklamasi; 5) Kajian Amdal disusun secara komprehensif antar pulau dengan memerhatikan kajian PLN, Pertamina, Dishidros,dan terintegrasi dengan NCICD; 6) Hasil kajian reklamasi Pantura Jakarta dapat menjadi pedoman bagi reklamasi di daerah lain. Saran dan
12
Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016
tindak lanjut : beberapa temuan dan analisis dari K/L akan diklarifikasi dalam pertemuan masing-masing sub komisi. Pada Hari Kamis, 19 Mei 2016, menindaklanjuti hasil rapat tanggal 12 Mei 2016 berupa pembahasan hasil kajian masing-masing tim kenis komite I, II, dan III reklamasi Pantura Jakarta. Hasil rapat berupa komite Bid. Lingkungan : 1) Menteri LHK menerbitkan SK Menteri No. 354, 355, dan 356; 2) Dalam waktu 120 hari dokumen terkait lingkungan harus selesai terhitung sejak tanggal 10 mei 2016; 3) Aspek pengawasan pelaksanaan dan pemanfaatan reklamasi masih lemah; 4) perlu merumuskan prediksi dampak dan integrasi sosial; 5) perlu menyepakati isu strategis Komite Bid. Teknis dan kebijakan : 1) temuan-temuan di Pulau E, F,G, H, dan P perlu mempertimbangkan aktivitas nelayan; 2) perlu mempertimbangkan pipa dan kabel bawah laut; 3) perlu adanya pengerukan rutin. Komite Bid. perundangan reklamasi : Perlu memperhatikan regulasi, persyaratan teknis, peruntukan 17 pulau, kaitan dengan NCICD, keberadaan mangrove, sedimentasi. Adapun saran dan tindak lanjut yaitu Komite Bid. Lingkungan : 1) Tim 1 dan 2 digabung; 2) perlu melakukan simulasi pembangunan NCICD; 3) membentuk tim kecil guna menyamakan persepsi; 4) KLHK dan Pemprov DKI perlu bekerja sama dalam mengawasi pelaksanaan reklamasi. Komite Bid. Teknis dan Kebijakan : 1) perlunya mempertimbangkan aspek aktivitas nelayan, alur laut, pipa dan kabel laut, dan integrasi kebijakan NCICD dan KLHK. Komite Bid. Perundangan: 1) analisis lebih lanjut atas perundangan terkait reklamasi; 2) izin-izin perlu diperbaiki sebelum melangkah untuk melakukan pengerukan dan pelaksanaan reklamasi. 3.3.2 Rapat Pembahasan Persiapan Scooping KLHS dan Review Kebijakan NCICD Pada Hari Senin, 9 Mei 2016, telah dihadiri rapat persiapan scooping KLHS dan reviu kebijakan NCICD. Rapat membahas terkait evaluasi dan penyesuaian KLHS yang telah ada dengan kebijakan NCICD. KLHS reklamasi pantura harus terintegrasi dengan KLHS NCICD sesuai amanat Perpres 54 Tahun 2008. Reviu KLHS tahun 2011 yang telah ada perlu disesuaikan juga dengan kondisi saat ini. Sehingga dapat memilih isu strategis yang kini berkembang. Kemudian pada Hari Senin, 16 Mei 2016, dilaksanakan rapat lanjutan pembahasan persiapan scooping KLHS dan reviu kebijakan NCICD. Rapat ini membahas 1) KLHS harus selesai dan dapat memberikan rekomendasi sebelum akhir Bulan Juni; 2) Perlu menentukan waktu dan tempat untuk pelaksanaan public hearing; 3) Menyamakan persepsi dan mestrukturkan alur pikir dan isu strategis; 4) Disepakati ada 18 isu strategis. Saran dan tindak lanjut : 1) Perlu dilakukan pembahasan terkait rencana pembiayaan NCICD; 2) Perlu memastikan kembali 18 isu strategis yang sudah disepakati tadi benar-benar fakta bukan hanya gosip; 3) perlu memasukkan isu strategis yang positif juga, jangan hanya yang negatif saja; 4) isu positif juga harus diberikan penjelasan dan menambahkan isu baru yang berkembang saat ini; 5) pertemuan selanjutnya, perlu membawa draft Raperda RTR Pantura dan hasil strukturisasi isu strategis. Pada Hari Senin, 23 Mei 2016, telah dilaksanakan rapat untuk membahas isu-isu terkait KLHS Kawasan Strategis Pantura dan Pembangunan Tanggul A NCICD sebagai bahan public hearing yang direncanakan akan dilaksanakan pada akhir Mei atau awal juni 2016. Diharapkan dalam pembahasan ini adalah persiapan stakeholders yang akan dilibatkan dalam konsultasi publik ke-1 (direncanakan pada akhir Mei atau awal Juni 2016). Kepala BPLHD telah melaksanakan peninjauan lapangan bersama KLHK pada hari Jumat, 20 Mei 2016, dan telah di tindak lanjut oleh pengembang terkait pengerukan sedimentasi dan pembuatan kanal lateral di Pulau C dan D.
13
Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016
3.3.3 Sebagai Narasumber pada Acara Quick Response Analysis (QRA) Pada Hari Selasa 17 Mei 2016, Deputi Gubernur Bidang TRLH berkesempatan menjadi narasumber pada Acara Quick Response Analysis (QRA). Rapat ini membahas fenomena ketimpangan: penguasaan dan pemilikan tanah skala besar oleh Korporasi. Beberapa isu yang mengemuka : 1) Aspek keadilan dalam konteks penguasaan dan pemilikan tanah di DKI Jakarta saat ini menggunakan konsep Surat Izin Penujukan Penggunaan Tanah (SIPPT); 2) SIPPT hanya diatur dalam KepGub DKI Jakarta No. 41 Tahun 2001, sehingga SIPPT dipandang masih lemah; 3) Lemahnya aturan SIPPT berdampak pada Pemprov. DKI Jakarta mengalami kesulitan dalam menagih perihal penyerahan kewajiban pengembang perumahan berupa fasos/fasum. Padahal, SIPPT dan surat izin mendirikan bangunan (IMB) sudah dikeluarkan oleh Pemprov. DKI Jakarta; 4) Konsep hunian berimbang 1:2:3 di DKI Jakarta belum sepenuhnya diterapkan dan belum ada regulasi daerah yang mengatur hal tersebut. Untuk itu, disarankan : 1) Aspek keadilan dalam konteks penguasaan dan pemilikan tanah di DKI Jakarta saat ini menggunakan konsep Surat Izin Penujukan Penggunaan Tanah (SIPPT); 2) SIPPT hanya diatur dalam KepGub DKI Jakarta No. 41 Tahun 2001, sehingga SIPPT dipandang masih lemah; 3) Lemahnya aturan SIPPT berdampak pada Pemprov. DKI Jakarta mengalami kesulitan dalam menagih perihal penyerahan kewajiban pengembang perumahan berupa fasos/fasum. Padahal, SIPPT dan surat izin mendirikan bangunan (IMB) sudah dikeluarkan oleh Pemprov. DKI Jakarta; 4) Konsep hunian berimbang 1:2:3 di DKI Jakarta belum sepenuhnya diterapkan dan belum ada regulasi daerah yang mengatur hal tersebut. 3.3.4 Mewakili Gubernur Peluncuran Hasil Penelitian Restatement pada Hukum Pidana, Hukum Perdata dan Hukum Tata Usaha Negara Pada Hari Selasa, 17 Mei 2016, telah dihadiri acara peluncuran hasil penelitian restatement dengan tiga tema yaitu 1) Pidana; sifat melawan hokum dalam ranah korupsi, (2) Perdata; perlindungan hukum terhadap pembelian tanah beritikad baik; (3) TUN; asas-asas umum pemerintahan yang baik. Selain itu, sebagai media diskusi dan bertukar pendapat diantara para peserta dalam mengkritisi hasil, metode, hingga rekomendasi dari hasil penelitian ketiga restatement tersebut. Nantinya, restatement ini akan digunakan sebagai bahan referensi, rujukan bagi hakim, jaksa, dan advokat ketika menangani kasus yang salah dan juga pelengkap bahan ajar. AUPB saat ini berfungsi AUPB sebagai pedoman penyelenggaraan pemerintahan. AUPB ini terdiri dari 23 asas. Asas yang sering digunakan ada 13 yakni 1). Asas Kepastian Hukum, 2) Asas Kepentingan Umum, 3) Asas Keterbukaan, 4) Asas Kemanfaatan,5) Asas Persamaan/ Non diskriminasi,6) Asas Kecermatan, 7) Asas Tidak Menyalahgunakan wewenang, 8) Asas Pelayanan yang baik, 9) Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, 10) Asas Akuntabilitas,11) Asas Proporsionalitas/ keseimbangan,12) Asas Profesionalitas, dan 13) Asas Keadilan. Sedangkan, asas tambahan lainnya ada 10 yakni 1) Asas Motivasi, 2) Asas Fair Play, 3) Asas Larangan Detournement de Pouvoir, 4) Asas Keadilan, 5) Asas Kebebasan, 6) Asas Integritasi, 7) Asas Tujuan Nyata, 8) Asas Efektivitas, 9) Asas Partisipasi, 10) Asas Pemberdayaan. AUPB tersebut sebaiknya dapat diterapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan DKI Jakarta, guna mendukung terwujudnya pemerintahan yang baik (good governance). Dengan diberlakukannya AUPB di DKI Jakarta, maka terdapat alat kontrol untuk mencvegah tindakan administratif yang menimbulkan kerugian. 3.3.5 Menindaklanjuti Analisa Perundangan Dan Mapping Perizinan Lebih Detail dengan Mereviu Dokumen Izin yang Tersedia dari Kementerian Perhubungan KLHK dan Pemprov. DKI Jakarta Pada Hari Selasa, 24 Mei 2016, telah dihadiri rapat untuk menindaklanjuti analisa perundangan dan mapping perijinan dengan mereview dokumen izin Kementerian Pehubungan, KLHK dan Pemprov. DKI Jakarta. Beberapa hal yang mengemuka diantaranya: 1) Berdasarkan UU No.17 tahun 2008, PP 5 /2010, Dan PP 61/2009, Menteri diberikan 14
Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016
kewenangan untuk mengeluarkan izin pekerjaan reklamasi di dalam DLKr/DLKp pelabuhan; 2) Berdasarkan Keppres 52/1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta, Pemprov DKI telah mengeluarkan persetujuan prinsip untuk pulau A-Q. dan izin pelaksanaan reklamasi untuk pulau C, D, E, F, G, H, I, K; 3) Izin pekerjaan reklamasi yang dikeluarkan oleh Kemenhub dianalogikan /sama secara administratif dan teknis dengan persetujuan prinsip dan izin pelaksanaan reklamasi yang dikeluarkan oleh pemprov DKI; 4) Berdasarkan poin 1, seharusnya kewenangan izin pekerjaan reklamasi di wilayah perairan utara Jakarta merupakan kewenangan Kementerian Perhubungan dan bukan kewenangan Pemerintah DKI Jakarta. Untuk itu, disarankan: masing–masing pemangku kepentingan dan kewenangan perizinan agar dapat memberikan data sesuai izin reklamasi pantura yang telah dikeluarkan untuk sebagai bahan masukan analisa perundang-undangan pada Tim 3 Bidang Kajian Perizinan dan Penyelarasan Peraturan Perundang-undangan. 3.3.6 Rapat Gabungan Pembahasan Kelayakan Teknis Dan Lingkungan, Persiapan Konsultasi Publik dan Kemajuan Pengawasan Pada Hari Rabu, 25 Mei 2016 telah dilaksanakan rapat gabungan pembahasan kelayakan ntuk membahas kelayakan teknis dan lingkungan, persiapan konsultasi publik dan kemajuan pengawasan. Adapun pembahasan dalam rapat ini sebagai berikut : 1) hasil reviu dokumen perenc. : reklamasi sebenarnya dimulai dari tahun 1985, saat itu pembukaan green belt Jakarta Utara untuk reklamasi; 2) tahun 2002 kualitas perkotaan sudah sangat rendah akibat banjir; 3) KLHS 17 pulau dan KLHS NCICD belum dapat menjawab masalah; 4) isu aktual : kerusakan wilayah hulu -> adanya limpasan dan sedimentasi sistem sungai -> Jakarta berada di bawah permukaan laut -> menimbulkan pendangkalan dan penurunan kualitas teluk; 5) peta jalan assessment : adanya kombinasi lokasi, luas, bentuk dan besaran dari reklamasi pulau, tanggul, pelabuhan dan pembangkit listrik; 6) Hasil evaluasi dokumen Amdal reklamasi Pantura : pada dokumen Amdal reklamasi banyak hal yang tidak dimasukkan. Saran dan tindak lanjut : 1) perlu dilakukan uji silang antara KLHS NCICD dengan KLHS 17 pulau reklamasi; 2) pada rapat selanjutnya, perlu diundang otoritas pelabuhan, KSOP Tanjung Priok, Sunda Kelapa; 3) melakukan normalisasi sungai dan pengerukan secara rutin guna mengurangi segala dampak dari reklamasi; 4) memperhatikan cakupan layanan PDAM; 5) menyamakan persepsi istilah banjir dan kenaikan muka air laut; 6) Banyak pernyataan dalam Amdal yang perlu dikaji kembali 3.3.7 Video Conference terkait Terpilihnya DKI Jakarta dalam 100 Resilient City Dengan terpilihnya DKI Jakarta sebagai salah satu kota yang bergabung dalam jaringan 100 Resilient Cities untuk membangun ketahanan kota, maka pada 25 Mei 2016 Deputi Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, Oswar Mungkasa sebagai perwakilan Pemprov. DKI Jakarta melakukan video conference dengan Daniel Butschek, salah satu anggota Rockefeller Foundation yang menjadi pelopor acara ini. Nantinya, jaringan program 100RC akan membantu DKI Jakarta berupa perangkat, pendanaan, sumbangan keahlian teknis, dan sumberdaya lain dalam menghadapi tantangan ketahanan kota seperti banjir, kemacetan, dan penurunan muka tanah. Menurut Oswar, sebuah resilience framework (kerangka ketahanan) adalah ketika kita membahas mengenai shocks dan stresses. Stresses adalah kejadian yang dihadapi selalu berulang seperti kemacetan, banjir, dan kekeringan. Sedangkan shocks adalah kejadian yang dihadapi secara mendadak atau tiba-tiba seperti gempa bumi, gunung meletus, dan tsunami. Dalam beberapa bulan kedepan, sebagai bagian dari jaringan program 100RC, DKI Jakarta akan resmi menerima dana hibah yang dapat digunakan untuk menunjuk dan melantik seorang Chief Resilience Officer, yang akan menjadi penanggung jawab dalam memimpin proses pembangunan ketahanan kota dan berinteraksi dengan pemangku kepentingan dari berbagai 15
Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016
badan pemerintahan, sektor publik serta beragam komunitas untuk menampung kritikan dan masukan mengenai kotanya. Sehingga Pemprov. DKI Jakarta harus memilih seseorang yang berhak menjadi CRO tersebut. 3.3.8 Rapat dengan IAP terkait Peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi (RDTR &PZ) DKI Jakarta Pada Hari Jum’at 27 Mei 2016, telah dihadiri rapat dengan Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) guna memberikan masukan sebagai bahan dalam rangka penyusunan peninjauan kembali RTRW/RDTRPZ DKI Jakarta. Dalam pertemuan IAP dan Dinas Penataan Kota saling memberikan informasi terkait isu-isu yang terjadi dalam penyusunan Peninjauan Kembali agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan kembali ke prinsip dasar RTRW 2030. Peninjauan Kembali RTRW/RDTRPZ seharusnya dilakukan minimal 5 Tahun sekali dan disetujui oleh DPRD dan IAP pada prinsipnya akan tetap mendukung Pemprov DKI Jakarta dan tidak terganggu secara politis. Dalam pembangun Jakarta harus dilakukan secara transparan dan jelas perencanaannya. 3.4 Kegiatan Eksternal Bidang Lingkungan Hidup 3.4.1 Program Master Meter di DKI Jakarta kerjasama Pemerintah DKI Jakarta dan USAID ( IUWASH) Program IUWASH (Indonesia Urban Water, Sanitation, and Hygiene) adalah program Air, Sanitasi, dan Kebersihan Perkotaan Indonesia lima tahun yang didanai oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat atau (United States Agency for International Development-USAID). IUWASH berupaya membantu Pemerintah Indonesia meraih kemajuan untuk mencapai target Millenium Development Goals (MDG) melalui perluasan akses terhadap air bersih dan layanan sanitasi yang aman. IUWASH juga mendukung terwujudnya tujuan dari Kemitraan Komprehensif AS-Indonesia dengan meingkatkan pelayanan air dan sanitasi perkotaan sebagai salah satu cara dalam meningkatkan kesehatan di Indonesia. Dalam mencapai tujuannya IUWASH bekerja sama dengan masyarakat, pemerintah daerah dan penyedia layanan. Meningkatkan jumlah pipa sambungan pribadi selalu menjadi tantangan yang berat bagi PDAM. Khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, biaya pemasangan pipa sambungan yang besar membuat mereka enggan untuk mengajukan permohonan pemasangan sambungan air baru, ditambah lagi persyaratan administrasi yang kadang mereka tidak mengerti. Salah satunya adalah kesulitan mereka untuk menunjukkan dokumen kepemilikan tanah yang sah seperti bukti PBB meskipun mereka telah tinggal di lokasi tersebut selama puluhan tahun. Kebanyakan masih mengandalkan penjual air keliling yang dijual dengan harga rata-rata Rp 1000 per 20 liter. Dengan sistem tersebut, mereka menghabiskan sekitar Rp 50.000 per meter kubik air, jauh lebih mahal daripada harga air PDAM yang hanya berkisar sekitar Rp 7.000 per meter kubik air. Dari perspektif teknis PDAM, pemenuhan standar teknis juga merupakan tantangan besar, khususnya di lokasi dengan jalan-jalan sempit dan padat penduduk. Selain itu, resiko adanya sambungan ilegal yang mengakibatkan air yang hilang akibat banyaknya air tak berekning. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan PAM Jaya telah berupaya untuk mengurangi jumlah air yang hilang karena pipa sambungan ilegal yang sebagian besar terjadi di daerah kumuh perkotaan. Selama tidak terdapat alternatif sumber air yang lain, masyarakat akan terus mencuri dari pipa sambungan milik PDAM. Salah satu solusi adalah dengan menyediakan pipa sambungan komunal dengan memasang master meter. Beberapa contoh sistem ini di Jakarta adalah sistem yang dipasang oleh proyek USAID lain, Environmental Service Program dan juga Mercy Corps. 16
Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016
Master meter menggunakan komponen teknis yang sederhana, dimana PDAM mengalirkan air bersih melalui (master) meter air komunal. Masyarakat setempat kemudian akan mendistribusikan air bersih untuk rumah tangga masing-masing melalui jaringan pipa distribusi di areanya. Total penggunaan air akan dicatat oleh master meter dan anggota masyarakat secara kolektif dapat membayar tagihan air untuk PDAM sesuai dengan jumlah air yang digunakan oleh masing-masing rumah tangga. Program master meter untuk DKI Jakarta ini merupakan upaya kerja sama antara PAM Jaya, PT PAM Lyonnnaise Jaya (PALYJA), PT Aetra Air Jakarta, IUWASH dan Asian Development Bank (ADB). Program ini diharapkan dapat direplikasi dan membangun kapasitas PAM Jaya/operator untuk menginternalisasi skema dan melaksanakan program master meter sebagai bagian dari layanan reguler untuk masyarakat berpenghasilan rendah. IUWASH dan ADB bersama-sama mendanai pengembangan masyarakat dan pemasangan jaringan sambungan pelayanan di delapan kelompok masyarakat, sementara PAM Jaya, PALYJA dan Aetra akan berkolaborasi dalam memberikan air termasuk master meter air dan sistem perpipaan ke pipa distribusi terdekat. 3.4.2 Rencana aplikasi konsep Waste To Energy (Listrik Kerakyatan) dan hasil kunjungan kerja di Kelurahan Pondok Kopi Jakarta Timur Sehubungan dengan penyelenggaran komunikasi publik mengenai Pengembangan WTE Skala Komunitas pada hari Kamis 12 Mei 2016 dan tinjauan lapangan pilot project Pengembangan WTE Skala Komunitas di Pondok Kopi, hari Jumat tanggal 20 Mei 2016. Pada tahun 2015 volume sampah di DKI Jakarta sudah mencapai sekitar 7.000 ton per hari. Tingginya volume sampah di DKI Jakarta mengakibatkan meningkatnya anggaran pengelolaan sampah yang terutama diakibatkan oleh meningkatnya biaya angkut sampah ke TPA Bantar Gebang, dan kebutuhan truk sampah. Selain itu, banyaknya truk sampah setiap hari menuju TPA Bantar Gebang merupakan salah satu penyumbang kemacetan dan polusi udara. Disamping itu, volume sampah TPA Bantar Gebang telah melampaui kapasitas normal. Untuk menangani masalah akibat tingginya volume sampah di Indonesia termasuk DKI Jakarta, Presiden Joko Widodo menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 18 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis Sampah di Provinsi DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Surabaya, dan Kota Makasar. Disadari sepenuhnya bahwa jika timbulan sampah dapat dikurangi pada sumbernya, maka dampak keberadaan timbulan sampah dapat tereliminir. Menyadari hal ini, banyak pihak telah berusaha melakukan upaya untuk mengurangi sampah pada sumbernya. Salah satu upaya tersebut telah dilaksanakan dalam bentuk proyek percontohan di Kelurahan Pondok Kopi berupa penerapan konsep Waste to Energy (WTE) skala komunitas sebagai konsep baru dalam pengelolaan sampah. Konsep Waste to Energy skala komunitas yang dikembangkan oleh Supriyadi Legino, Direktur STTN PLN Jakarta merupakan model penyediaan dan pengembangan energi listrik yang terdiri dari bauran pembangkit sederhana skala kecil dari energi bersih yang tersedia di sekitar komunitas sehingga dapat dibangun sendiri. Sumber energi tersebut berasal dari pengolahan sampah Dengan menerapkan konsep Waste to Energy skala komunitas, diharapkan dapat membantu mengurangi timbulan sampah pada sumbernya. Dengan demikian dapat mengurangi volume sampah yang terangkut ke TPA, mengurangi transportasi sampah ke TPA, dan masalah daya tampung TPA Bantar Gebang. Dalam upaya mencari jalan keluar pengolahan sampah di DKI Jakarta, Kedeputian TRLH kemudian pada tanggal 20 Mei 2016 menugaskan Asisten Deputi Bidang Lingkungan Hidup bersama dengan Kepala Dinas Kebersihan dan jajarannya, serta perwakilan BPLHD, DPE, DPP, dan DRD melakukan kunjungan lapangan/Pilot Project ke Pengolahan Sampah Terpadu di Kelurahan Pondok Kopi, Jakarta Timur untuk melihat secara 17
Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016
langsung penerapan Waste to Energy skala komunitas di Kelurahan tersebut. Konsep WTE skala komunitas ini menggunakan teknologi BioMethaGreen sebagai alternatif pengelolaan sampah, yang menggunakan sampah khususnya sampah organik. Adapun hasil hasil kunjungan Pilot Project : Tahapan Uji Coba : (a) Tahapan Uji Coba 1 dilakukan di LPS Pondok Kopi dan uji coba 2 di Kampus STT PLN dengan volume 1 ton sampah campuran dengan kandungan sekitar 100 kg sampah organik telah berhasil menjadi listrik dan mengurangi bau sampah, (b) Listrik yang dihasilkan dari 1 ton sampah campuran hanya sekitar 2 kWH sehingga perlu diperbanyak lagi digester yang dapat disebar di berbagai komunitas seperti pasar, mal, sekolah, kantor, dan pemukiman, (c) Perlu dukungan Pemda untuk menambah jumlah digester dan melakukan pelatihan agar lebih banyak “champion” LK di Pondok Kopi. Uji Coba Tuntas Pondok Kopi : (a) Untuk mendapatkan gas tambahan bisa dilakukan dengan memanfaatkan limbah manusia dan hewan sekaligus mengurangi penggunaan septic tank secara bertahap, (b) Tahapan “massive solution” yang sedang dilakukan adalah membuat “emas hitam” berupa briket yang berasal dari sampah campuran untuk bahan bakar pembangkit listrik dengan kapasitas 20 kW, (c) Uji Coba di Kelurahan Pondok Kopi sampai saat ini didanai sepenuhnya dari anggaran penelitian STT PLN yang jumlahnya terbatas sehingga perlu bantuan dari Pemerintah ataupun sponsor agar percontohan penanggulangan sampah di Kelurahan Pondok Kopi secara tuntas dapat terlaksana dengan cepat. Penanganan sampah dengan skema WTE skala komunitas dapat menjadi salah satu pilihan dengan mempertimbangkan pengurangan polusi udara, beban transportasi dari truk sampah, sekaligus berpotensi mengurangi sampah di DKI Jakarta yang dikirim ke tempat TPA Bantar Gebang sehingga dapat memperpanjang usia TPA Bantar Gebang. Adapun dukungan yang diperlukan dari Pemerintah adalah : (a) Penetapan Feed in Tarif khusus untuk LK yang kapasitasnya dibawah 100 kW, (b) Penetapan kebijakan yang memberikan kewenangan bagi PLN Wilayah untuk menetapkan dan menandatangani PPA dengan IPP LK, (c) Penetapan tarif pengolahan sampah (tipping fee) yang menarik dari Pemerintah Daerah setempat, (d) Mencanangkan WTE skala komunitas sebagai kebijakan pemerintah yang didukung dengan fasilitas pinjaman dana murah seperti KUR bunga rendah untuk kemudahan investasi bagi pengusaha lokal. Proyek percontohan dapat direplikasi pada beberapa lokasi lain dengan terlebih dahulu melakukan penyempurnaan terhadap aspek kelembagaan, financial, dan regulasi. Diharapkan segera dapat ditemukan beberapa protipe yang sesuai dengan kondisi Jakarta. 3.4.3 Acara FGD "Revitalisasi Air Minum Indonesia" di Kemenko Perekonomian Sehubungan dengan telah dihadirinya Focus Group on Discussion (FGD) Revitalisasi Air Minum yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada tanggal 25 Mei 2016. Akses air minum merupakan hak semua rakyat. Dalam 2 tahun terakhir pencapaian akses air minum Indonesia mencapai kenaikan sebesar 6.1 %, Saat ini akses air minum Indonesia berada di posisi 73.7 % (BPS, 2015). Dibutuhkan peningkatan sebesar 26.3 % dalam 4 tahun ini untuk memenuhi target akses universal pada tahun 2019 sebagaimana amanat RPJM 2015-2019. Belum optimalnya pencapaian target 100 % akses air minum dipengaruhi oleh beberapa kendala, terkait ketersediaan sumber air baku dan teknis pengolahan, kelembagaan penyelenggaraan SPAM, finansial, kebijakan, pelayanan dan masalah lainnya yang belum teridentifikasi. Dalam menghadapi tantangan dan permasalahan tersebut pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, PDAM dan lembaga lainnya telah melakukan beberapa program, namun diperlukan strategi dan kebijakan untuk mempercepat target 100 akses air minum mengingat target tersebut harus dicapai pada tahun 2019.
18
Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016
Untuk mempercepat pencapaian target universal tersebut, Kemenko Perekonomian menyelenggarakan FGD Revitalisasi Penyediaan Air Minum Indonesia, dengan tujuan : Menggali informasi tentang permasalahan dan hambatan dalam upaya pencapaian akses air minum di Indonesia, Mengetahui aspirasi dari para penyelenggara Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) diantaranya PDAM, Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, NGO dan masyarakat, Menyusun kebijakan inovatif yang dapat mendukung pencapaian target 100 % akses air minum 2019 dan Meningkatkan komunikasi dan komitmen penyelenggara SPAM untuk mendorong percepatan pencapaian akses air minum Indonesia 100 %. FGD ini telah mengidentifikasi beberapa informasi tentang permasalahan dan hambatan dalam upaya akses air minum di Indonesia, mengetahui aspirasi dari penyelenggara SPAM, meningkatkan komunikasi dan komitmen penyelenggara SPAM dan usulan perbaikan kebijakan dan regulasi untuk mendukung pencapaian target 100 %. 3.4.4 Pertemuan dengan PT. CNOOC tentang Injection Water Pada hari Selasa, tanggal 10 Mei 2016 telah dilaksanakan pertemuan dengan PT. CNOOC. Pertemuan ini membahas tentang pentingnya air tanah bagi berlangsungnya kehidupan masyarakat. Air tanah juga merupakan sumber utama air minum baik di perkotaan dan pedesaan. Selain itu, sebagai sumber air untuk pertanian dan sektor industri. Menjadi sangat penting dan integral dari siklus hidrologi, karena ketersediaannya tergantung pada kondisi curah hujan dan isian. Permintaan air telah meningkat selama bertahun-tahun dan ini telah menyebabkan Kelangkaan air di berbagai belahan dunia. Krisis air tawar terutama disebabkan oleh manajemen yang tidak tepat sumber daya air dan degradasi lingkungan, yang telah mengakibatkan kurangnya akses untuk memasok air bersih bagi jutaan orang. Pemompaan yang berlebihan, baik untuk kebutuhan pribadi, pertanian, industri air mineral dan lainnya, menyebabkan krisis air semakin parah. Oleh karenanya PT. CNOOC menawarkan metode Injection Water yang terbukti dapat : (a) diimplementasikan untuk meningkatkan ketersediaan air tanah di daerah perkotaan, (b) meningkatkan kesinambungan pasokan air di daerah perkotaan, (c) dapat meningkatkan kualitas air limbah melalui filtrasi alami, dan (d) dapat mirip dengan sistem injeksi air di industri minyak dan gas. Adapun keuntungan dengan menggunakan Injection Water adalah : (a) ketersediaan air tanah terkontrol, (b) menghambat laju penurunan muka air tanah, (c) menghambat laju intrusi air laut, (d) dukungan dalam mitigasi banjir, dan (d) meningkatkan air limbah kualitas bakteriologis dengan penyaringan alami. 3.5 3.5.1
Komunikasi Publik Bidang Tata Ruang Rapat Pembahasan Permohonan PT Anggana Development tentang Pelampauan KLB Rusunami Menara Kebon Jeruk Jakarta Barat Pada Hari Selasa, 10 Mei 2016, telah dilaksanakan rapat yang membahas permohonan PT Anggana Development tentang Pelampauan KLB. PT Anggana Development ditunjuk KemenPUPR untuk membangun rusunami Menara Kebon Jeruk yang terletak di Jalan Arjuna Utara, Kebon Jeruk guna mendukung program pembangunan 1000 Menara Rumah Susun bagi MBR. Akan tetapi, rusunami tersebut melampaui KLB yang seharusnya 5 menjadi 5,45 dan harus menyesuaikan dengan Perda No.1 Tahun 2014. Sehingga PT Anggana Development mengajukan permohonan pelampauan KLB tersebut kepada Gubernur DKI Jakarta, namun tidak disetujui. PT Anggana Development merujuk pada Pergub DKI Jakarta No. 136 Tahun 2007 pasal 6 ayat 3 dan 4 yang menjelaskan bahwa pembangunan rusunami dapat diberikan kelonggaran berupa pelampauan KLB sampai dengan 6,0. Berdasarkan penjelasan kasus tersebut, DPK perlu melakukan kajian mendalam untuk menyelesaikan kasus tersebut. Agar 19
Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016
permohonan pelampauan KLB oleh PT. Anggana Development dapat diputuskan boleh atau tidaknya. Apabila boleh, maka PT. Anggana Development perlu menyelesaikan hal perizinan dengan BPTSP dan apabila tidak boleh, maka lantai yang melanggar aturan perlu disegel dan dibongkar. 3.5.2 Launching Peninjauan Kembali RTRW dan RDTR PZ DKI Jakarta Pada Hari Jum’at, 13 Mei 2016, telah dilaksanakan launching peninjauan kembali RTRW DKI Jakarta 2030 dan RDTR-PZ DKI Jakarta. Acara ini diselenggarakan sebagai upaya dalam sosialisasi dasar hukum pelaksanaan proyek strategis nasional Pemerintah Pusat dan Pemprov. DKI Jakarta kepada masyarakat luas. Dengan adanya peninjauan kembali RTRW dan RDTR-PZ ini diharapkan dapat mengakomodir perubahan-perubahan yang terdapat dalam Perda terkait proyek pemerintah seperti kereta cepat, LRT, MRT, tanggul, dan lain-lain. Dengan melibatkan banyak stakeholder mulai dari Pemerintah Pusat, Pemprov. DKI Jakarta, asosiasi, swasta hingga masyarakat, maka secara tidak langsung membuka kesempatan bagi seluruh aspek tata ruang di DKI Jakarta untuk dapat memberikan masukan, ikut serta mengawasi, dan menambah pengetahuan. 3.6 3.6.1
Komunikasi Publik Bidang Lingkungan Hidup Pengembangan Waste to Energy (WTE) Skala Komunitas Pada hari Kamis 12 Mei 2016 dan tinjauan lapangan pilot project Pengembangan WTE Skala Komunitas di Pondok Kopi, hari Jumat tanggal 20 Mei 2016. Pada tahun 2015 volume sampah di DKI Jakarta sudah mencapai sekitar 7.000 ton per hari. Tingginya volume sampah di DKI Jakarta mengakibatkan meningkatnya anggaran pengelolaan sampah yang terutama diakibatkan oleh meningkatnya biaya angkut sampah ke TPA Bantar Gebang, dan kebutuhan truk sampah. Selain itu, banyaknya truk sampah setiap hari menuju TPA Bantar Gebang merupakan salah satu penyumbang kemacetan dan polusi udara. Disamping itu, volume sampah TPA Bantar Gebang telah melampaui kapasitas normal. Untuk menangani masalah akibat tingginya volume sampah di Indonesia termasuk DKI Jakarta, Presiden Joko Widodo menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 18 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis Sampah di Provinsi DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Surabaya, dan Kota Makasar. Disadari sepenuhnya bahwa jika timbulan sampah dapat dikurangi pada sumbernya, maka dampak keberadaan timbulan sampah dapat tereliminir. Menyadari hal ini, banyak pihak telah berusaha melakukan upaya untuk mengurangi sampah pada sumbernya. Salah satu upaya tersebut telah dilaksanakan dalam bentuk proyek percontohan di Kelurahan Pondok Kopi berupa penerapan konsep Waste to Energy (WTE) skala komunitas sebagai konsep baru dalam pengelolaan sampah. Konsep Waste to Energy (WTE) skala komunitas yang dikembangkan oleh Supriyadi Legino, Direktur STTN PLN Jakarta merupakan model penyediaan dan pengembangan energi listrik yang terdiri dari bauran pembangkit sederhana skala kecil dari energi bersih yang tersedia di sekitar komunitas sehingga dapat dibangun sendiri. Sumber energi tersebut berasal dari pengolahan sampah. Dengan menerapkan konsep Waste to Energy (WTE) skala komunitas, diharapkan dapat membantu mengurangi timbunan sampah pada sumbernya. Dengan demikian dapat mengurangi volume sampah yang terangkut ke TPA, mengurangi transportasi sampah ke TPA, dan masalah daya tampung TPA Bantar Gebang. Dalam upaya mencari jalan keluar pengolahan sampah di DKI Jakarta, Kedeputian TRLH kemudian pada tanggal 20 Mei 2016 menugaskan Asisten Deputi Bidang Lingkungan Hidup bersama dengan Kepala Dinas Kebersihan dan jajarannya, serta perwakilan BPLHD, DPE, DPP, dan DRD melakukan kunjungan lapangan/Pilot Project ke Pengolahan Sampah Terpadu di Kelurahan Pondok Kopi, Jakarta Timur untuk melihat secara langsung penerapan Waste to Energy skala komunitas di Kelurahan tersebut. Konsep WTE skala komunitas ini menggunakan teknologi BioMethaGreen sebagai alternatif pengelolaan sampah, yang menggunakan sampah khususnya sampah organik. 20
Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016
Adapun hasil kunjungan Pilot Project ke Pengolahan Sampah Terpadu di Kelurahan Pondok Kopi, Jakarta Timur aladh : (a) Tahapan Uji Coba 1 dilakukan di LPS Pondok Kopi dan uji coba 2 di Kampus STT PLN dengan volume 1 ton sampah campuran dengan kandungan sekitar 100 kg sampah organik telah berhasil menjadi listrik dan mengurangi bau sampah, (b) Listrik yang dihasilkan dari 1 ton sampah campuran hanya sekitar 2 kWH sehingga perlu diperbanyak lagi digester yang dapat disebar di berbagai komunitas seperti pasar, mal, sekolah, kantor, dan pemukiman, (c) Perlu dukungan Pemda untuk menambah jumlah digester dan melakukan pelatihan agar lebih banyak “champion” LK di Pondok Kopi. Uji Coba Tuntas Pondok Kopi : (a) Untuk mendapatkan gas tambahan bisa dilakukan dengan memanfaatkan limbah manusia dan hewan sekaligus mengurangi penggunaan septic tank secara bertahap, (b) Tahapan “massive solution” yang sedang dilakukan adalah membuat “emas hitam” berupa briket yang berasal dari sampah campuran untuk bahan bakar pembangkit listrik dengan kapasitas 20 kW, (c) Uji Coba di Kelurahan Pondok Kopi sampai saat ini didanai sepenuhnya dari anggaran penelitian STT PLN yang jumlahnya terbatas sehingga perlu bantuan dari Pemerintah ataupun sponsor agar percontohan penanggulangan sampah di Kelurahan Pondok Kopi secara tuntas dapat terlaksana dengan cepat. Penanganan sampah dengan skema WTE skala komunitas dapat menjadi salah satu pilihan dengan mempertimbangkan pengurangan polusi udara, beban transportasi dari truk sampah, sekaligus berpotensi mengurangi sampah di DKI Jakarta yang dikirim ke tempat TPA Bantar Gebang sehingga dapat memperpanjang usia TPA Bantar Gebang. Dukungan yang diperlukan dari Pemerintah adalah : (a) Penetapan Feed in Tarif khusus untuk LK yang kapasitasnya dibawah 100 kW, (b) Penetapan kebijakan yang memberikan kewenangan bagi PLN Wilayah untuk menetapkan dan menandatangani PPA dengan IPP LK, (c) Penetapan tarif pengolahan sampah (tipping fee) yang menarik dari Pemerintah Daerah setempat, (d) Mencanangkan WTE skala komunitas sebagai kebijakan pemerintah yang didukung dengan fasilitas pinjaman dana murah seperti KUR bunga rendah untuk kemudahan investasi bagi pengusaha lokal. Proyek percontohan dapat direplikasi pada beberapa lokasi lain dengan terlebih dahulu melakukan penyempurnaan terhadap aspek kelembagaan, financial, dan regulasi. Diharapkan segera dapat ditemukan beberapa protipe yang sesuai dengan kondisi Jakarta.
21
Laporan Kegiatan Bulan Mei 2016
BAB IV KENDALA DAN PERMASALAHAN Masih belum memadainya jumlah Staf Teknis di Kedeputian Bidang TRLH Kehadiran SKPD dalam rapat yang diadakan Kedeputian Bidang TRLH hanya diwakili oleh staf yang tidak kompeten Sulitnya memperoleh data dan informasi dari SKPD terkait.
22