Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
i
KATA PENGANTAR Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan Rahmat-Nya Laporan Akhir Kajian Potensi SDA dalam Rangka Promosi Investasi di Kabupaten Sumbawa Barat ini dapat diselesaikan dengan baik. Kajian ini merupakan kerjasama antara Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kabupaten Sumbawa Barat dengan Lembaga Riset, Publikasi dan Pengabdian pada Masyarakat (LRP2M) Universitas Cordova-Indonesia. Penyusunan kajian ini dilakukan dengan tujuan agar Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat dapat merencanakan dan mengimplementasikan program yang berkaitan dengan pemanfaatan SDA dengan sebaik-baiknya sehingga dapat meningkatkan iklim investasi dan menarik minat para investor untuk berinvestasi pada sektor SDA di Kabupaten Sumbawa Barat. Selain itu, pada kesempatan ini kami Lembaga Riset, Publikasi dan Pengabdian pada Masyarakat (LRP2M) Universitas Cordova-Indonesia selaku pihak pelaksana kajian mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kabupaten Sumbawa Barat atas kerjasama dan kepercayaan yang diberikan untuk melakukan Kajian Potensi SDA dalam Rangka Promosi Investasi di Kabupaten Sumbawa Barat ini. Semoga dengan adanya kajian ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat khususnya kepada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) dan masyarakat pada umumnya. Taliwang, 5 Oktober 2016 Ketua LRP2M Universitas Cordova-Indonesia
Johan Wahyudi, S.IP.,M.A
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I. PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Tujuan
2
1.3. Manfaat
2
1.4. Sasaran Kegiatan
3
1.5. Output Kegiatan
3
1.6. Ruang Lingkup Pekerjaan
3
1.7. Landasan Hukum
4
BAB II. METODE PENELITIAN
6
2.1. Lokasi dan Waktu Studi
6
2.2. Desain Studi
6
2.3. Tipe Studi
6
2.4. Teknik Pengumpulan Data
6
2.5. Metode Analisis
7
2.5.1. Analisi Statistik Dasar
7
2.5.2. Metode Location Quotient (LQ)
7
2.5.3. Analytic Hierarchy Process (AHP)
8
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
iii
2.5.4. Geographical Information System (GIS) BAB III. GAMBARAN UMUM WILAYAH
10 12
3.1. Geografi
12
3.2. Topografi
14
3.3. Geologi: Struktur dan Kareakteristik Batuan
15
3.4. Jenis Tanah
16
3.4.1. Alluvial Kelabu sampai Kelabu Tua (Entisol)
16
3.4.2. Alluvial Cokelat sampai Cokelat Kelabu
17
3.4.3. Tanah Litosol dan Mediteran Cokelat
17
3.4.4. Tanah Litosol, Mediteran Cokelat Kemerahan dan
18
Mediteran Cokelat (Alfisols) 3.5. Klimatologi
19
3.6. Jenis dan Penggunaan Lahan
19
3.7. Sumber Daya Manusia
22
3.7.1. Kependudukan
22
3.7.2. Pendidikan
26
3.7.3. Kesehatan
29
3.8. Sumber Daya Fisik
31
3.8.1. Kondisi Jalan
31
3.8.2. Transportasi
32
3.9. Kondisi Perekonomian Daerah
34
3.9.1. Keuangan Daerah
34
3.9.2. Perkembangan Ekonomi Regional
35
3.9.3. Struktur Perekonomian
37
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
iv
3.9.4. Pertumbuhan Ekonomi 3.10. Sumber Daya Alam
38 39
3.10.1. Energi
39
3.10.2. Mineral
41
3.10.3. Pariwisata
44
3.10.4. Hidrologi
48
3.10.5. Pulau-pulau Kecil
49
3.11. Gambaran Umum Komoditas Pertanian
50
3.11.1. Tanaman Pangan
50
3.11.2. Perkebunan
57
3.11.3. Peternakan
64
3.11.4. Perikanan
69
3.11.5. Kehutanan
75
BAB IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Penentuan Komoditas Basis Menggunakan LQ
78 78
4.1.1. Analisis sektor basis (LQ) Tanaman Pangan
78
4.1.2. Analisis sektor basis (LQ) Tanaman Perkebunan
80
4.1.3. Analisis sektor basis (LQ) Tanaman Peternakan
82
4.1.4. Analisis sektor basis (LQ) Tanaman Perikanan
84
4.2. Penentuan Prioritas komoditas Unggulan Pertanian
86
Menggunakan AHP 4.2.1. Penentuan Prioritas komoditas Unggulan Tanaman Pangan
88
4.2.2. Penentuan Prioritas komoditas Unggulan Tanaman
90
Perkebunan 4.2.3. Penentuan Prioritas komoditas Unggulan Peternakan
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
92 v
4.2.4. Penentuan Prioritas komoditas Unggulan Perikanan
94
4.2.5. Penentuan Prioritas komoditas Unggulan Kehutanan
96
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan 5.2. Rekomendasi
99 99 100
DAFTAR PUSTAKA
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
vi
DAFTAR TABEL Tabel 2.1
Pembobotan Untuk Setiap Tingkat dalam Hirarki
9
Tabel 3.1
Nama Kecamatan, Jumlah Desa/Kelurahan dan Luas Wilayah di KSB Tahun 2015
Tabel 3.2
Luas Lahan Menurut Kemiringan dan Kegunaannya di KSB Tahun 2015
Tabel 3.3
Jenis dan Penggunaan Lahan di KSB Tahun 2011-2015
Tabel 3.4
Luas Tanah/Lahan Sawah dan Lahan Kering di KSB Tahun 2011-2015
Tabel 3.5
Luas penggunaan Lahan Kering Untuk Pertanian dan Hutan KSB tahun 2011-2015
Tabel 3.6
Luas
Wilayah,
Jumlah
Penduduk,
Rumah
13 15 20 21 22
Tangga,
Kepadatan Penduduk, dan Rata – Rata Anggota Rumah
23
Tangga Menurut Kecamatan di KSB Tahun 2015 Tabel 3.7
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di KSBTahun 2015
Tabel 3.8
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Menurut Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.9
Jumlah Angkatan Kerja di KSB tahun 2015
Tabel 3.10
Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Taman Kanak-Kanak (TK) di KSB Tahun 2015
Tabel 3.11
Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Dasar (SD/MI) di KSB Tahun 2015
Tabel 3.12
Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP/MTs) di KSB Tahun 2015
Tabel 3.13
Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Menengah Umum (SMU) di KSB Tahun 2015
Tabel 3.14
Nama Perguruan Tinggi, Jumlah Mahasiswa, Jumlah Dosen, Ratio Mahasiswa dan Dosen di KSB Tahun 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
24 25 25 26 27 27 28 29 vii
Tabel 3.15
Jumlah dan Persebaran Beberapa Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.16
Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja di KSB Tahun 2015
Tabel 3.17
Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di KSB Tahun 20122015 (Km)
Tabel 3.18
Banyaknya
Kendaaran
Angkutan
Umum
Bermotor
Berdasarkan Jenis di KSB Tahun 2014-2015
30 30 31 32
Tabel 3.19
Realisasi Pendapatan Pemerintah KSB tahun 2015
34
Tabel 3.20
Realisasi Belanja Pemerintah KSB tahun 2015
35
Tabel 3.21
Perkembangan PDRB (ADHB) KSB Tahun 2012-2015 (juta rupiah)
36
Tabel 3.22
Struktur PDRB (ADHB) KSB Tahun 2012-2015 (%)
37
Tabel 3.23
Laju Pertumbuhan Ekonomi KSB Tahun 2012-2015
38
Tabel 3.24
Produksi dan Penggunaan Listrik di KSB Tahun 2015
39
Tabel 3.25
Jumlah Pelanggan Listrik Menurut Kecamatan di KSB Tahun 2011-2015
40
Tabel 3.26
Jenis Sumber Listrik Non PLN di KSB Tahun 2015
41
Tabel 3.27
Jenis dan Potensi Bahan Galian Logam di KSB Tahun 2015
42
Tabel 3.28
Jenis dan Potensi Bahan Galian Nonlogam dan Batuan di KSB Tahun 2015
43
Tabel 3.29
Potensi Destinasi Wisata di KSB Tahun 2015
45
Tabel 3.30
Jumlah Wisatawan di KSB Tahun 2015
47
Tabel 3.31
Jumlah hotel/Restoran, Kamar, dan Tempat Tidur di KSB Tahun 2015
Tabel 3.32
Daerah Aliran Sungai Menurut Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.33
Jumlah, Luas dan Potensi Pengembangan Pulau-pulau Kecil di KSB Tahun 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
47 48 49
viii
Tabel 3.34
Luas Panen, Produksi Padi dan Palawija di KSB Tahun 2015
Tabel 3.35
Luas Panen, Produktivitas, Produksi Padi Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.36
Luas Panen, Produktivitas, Produksi Jagung Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.37
Luas Panen, Produktivitas, Produksi Kedelai Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.38
Luas Panen, Produktivitas, Produksi Ubi Kayu Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.39
Luas Panen, Produktivitas, Produksi Ubi Jalar Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.40
Luas
Panen,
Produktivitas,
Produksi
Kacang
Hijau
Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Tabel 3.41
Luas
Panen,
Produktivitas,
Produksi
Kacang
Tanah
Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Tabel 3.42
Luas Panen, Produksi Tanaman Holtikultura di KSB Tahun 2015
Tabel 3.43
Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.44
Luas Area Produksi Kelapa Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.45
Luas Area Produksi Jambu Mete dan Tebu Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.46
Luas Area Produksi Jarak Pagar
dan Sisal Berdasarkan
Kecamatan di KSB Tahun 2015 Tabel 3.47
Luas Area Produksi Kopi dan Lada Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.48
Luas
Area Produksi Kakao dan
Kapuk
Kecamatan di KSB Tahun 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
Berdasarkan
51 52 53 53 54 54 55 55 56 58 59 59 60 60 61
ix
Tabel 3.49
Luas
Area
Produksi
Asam
dan
Aren
Berdasarkan
Kecamatan di KSB Tahun 2015 Tabel 3.50
Luas Area Produksi Kemiri dan Jarak Kepyer Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.51
Luas Area Produksi Vanili, dan Tembako Virginia Luas
Area
Produksi
Tembakau
Rakyat
dan
62 62
Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Tabel 3.52
61
Pinang
Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Tabel 3.53
Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di KSB Tahun 2015
Tabel 3.54
Jumlah Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pengembalaan Peternakan Sapi Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun
63 64 65
2015 Tabel 3.55
Jumlah Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pengembalaan peternakan Kerbau Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun
66
2015 Tabel 3.56
Jumlah Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pengembalaan peternakan Kambing Berdasarkan Kecamatan di KSB
66
Tahun 2015 Tabel 3.57
Jumlah Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pengembalaan peternakan Domba Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun
67
2015 Tabel 3.58
Jumlah Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pengembalaan peternakan Kuda Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun
67
2015 Tabel 3.59
Populasi Ternak Unggas Menurut Jenis di KSB Tahun 2015
Tabel 3.60
Produksi Perikanan Tangkap Per Kecamatan dan Jumlah Nelayan di KSB tahun 2015
Tabel 3.61
Jenis dan Jumlah Ikan Laut Tangkapan Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
68 69 70
x
Tabel 3.62
Luas Potensi Areal, Pemanfaatan dan Jumlah Produksi Rumput Laut di KSB Tahun 2010-2014
Tabel 3.63
Produksi, Potensi dan Termanfaatkan Areal Budidaya Rumput Laut Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.64
Luas Potensi Areal, dan Produksi Perikanan Air Payau dan Tawar Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.65
Produksi, Potensi dan Termanfaatkan Areal Tambak Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.66
Produksi, Potensi dan Termanfaatkan Areal Kolam Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015
Tabel 3.67
Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsinya di KSB Tahun 2014
71 72 73 74 74 76
Tabel 3.68
Produksi Hutan di KSB Tahun 2014
76
Tabel 3.69
Potensi Rotan KSB Tahun 2015
77
Tabel 4.1.
Hasil Analisis LQ Tanaman Pangan di KSB Tahun 2015
78
Tabel 4.2.
Hasil Analisis LQ Tanaman Perkebunan di KSB Tahun 2015
80
Tabel 4.3.
Hasil Analisis LQ Peternakan Hewan Besar di KSB Tahun 2015
82
Tabel 4.4.
Hasil Analisis LQ Peternakan Unggas di KSB Tahun 2015
83
Tabel 4.5.
Hasil Analisis LQ Perikanan di KSB Tahun 2015
85
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
xi
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1.
Struktur Heirarki dalam AHP
Gambar 3.1.
Proporsi Pembagian Wilayah di Kabupaten Sumbawa Barat
Gambar 3.2.
Peta Administrasi Kabupaten Sumbawa Barat
Gambar 3.3.
Grafik Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di KSB Tahun
Gambar 3.4.
Peta Infrastruktur Kabupaten Sumbawa Barat
Gambar 3.5.
Peta Potensi Pertambangan Galian Logam di KSB tahun 2015
Gambar 3.6.
Peta Potensi Pertambangan Galian Non Logam dan Batuan di KSB tahun 2015
Gambar 3.7.
Peta Potensi Destinasi Pariwisata di KSB Tahun 2015
Gambar 3.8.
Grafik Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi di KSB Tahun 2011-2015
Gambar 3.9.
Grafik Luas Panen, Produktivitas, Produksi Palawija di KSB Tahun 2014-2015
Gambar 3.10.
Grafik Produksi Tanaman Hortikultura di KSB Tahun 2015
Gambar 3.11.
Peta Potensi Tanaman Pangan di KSB Tahun 2015
Gambar 3.12.
Grafik Luas Tanam, Produksi Tanaman Perkebunan di KSB Tahun 2011 – 2015
Gambar 3.13.
Peta Potensi Tanaman Perkebunan di KSB Tahun 2015
Gambar 3.14.
Grafik Populasi Ternak Besar di KSB Tahun 20112015
10 13 14 24 33 42 44 46 51 52 56 57 58 63 65
Gambar 3.15.
Grafik Populasi Unggas di KSB Tahun 2011-2015
68
Gambar 3.16.
Peta Potensi Peternakan di KSB Tahun 2015
69
Gambar 3.17.
Grafik Produksi Perikanan Tangkap di KSB Tahun
71
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
xii
2011–2015 Gambar 3.18.
Grafik Luas Potensi Areal, Pemanfaatan dan Jumlah Produksi Rumput Laut di KSB Tahun 2011-2015
Gambar 3.19.
Grafik Luas Potensi Areal, dan Produksi Perikanan Air Payau dan Tawar di KSB Tahun 2015
Gambar 3.20.
Peta Luas Areal dan Produksi Perikanan di KSB
Gambar 3.21.
Peta Potensi Kehutanan Rotan di KSB Tahun 2015
Gambar 4.1.
Peta
Unggulan
Tanaman
Pangan
Berdasarkan Hasil LQ Gambar 4.2.
Peta Komoditas Unggulan Tanaman Perkebunan Berdasarkan Hasil LQ
Gambar 4.3.
Peta
Komoditas
Unggulan
Peternakan
Besar
Berdasarkan Hasil LQ Gambar 4.4.
Peta Komoditas Unggulan Peternakan Unggas Berdasarkan Hasil LQ
Gambar 4.5.
Peta Komoditas Unggulan Perikanan Berdasarkan Hasil LQ
Gambar 4.6.
Hierarki Penentapan Komoditas Unggulan Tanaman Pangan
Gambar 4.7.
Diagram
Bobot
Prioritas
Komoditas
74 75
Tahun 2015 Komoditas
72
77 79 81 82 83 85 89
Unggulan
Tanaman Pangan Berdasarkan Seluruh Kriteria yang
89
Dipertimbangkan Gambar 4.8.
Hierarki Penetapan Prioritas Komoditas Unggulan Perkebunan
Gambar 4.9.
Diagram
Bobot
Perkebunan
Prioritas
Berdasarkan
Komoditas Seluruh
91
Unggulan
Kriteria yang
91
Hierarki Penetapan Prioritas Komoditas Unggulan
93
Dipertimbangkan Gambar 4.10.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
xiii
Peternakan Gambar 4.11.
Diagram
Bobot
Peternakan
Prioritas
Berdasarkan
Komoditas Seluruh
Unggulan
Kriteria
yang
93
Dipertimbangkan Gambar 4.12.
Hierarki Penentapan Komoditas Unggulan Perikanan
Gambar 4.13.
Diagram Perikanan
Bobot
Prioritas
Berdasarkan
Komoditas Seluruh
95
Unggulan
Kriteria
yang
95
Dipertimbangkan Gambar 4.14.
Hierarki Penetapan Komoditas Unggulan Kehutanan
Gambar 4.15.
Diagram Kehutanan
Bobot
Prioritas
Berdasarkan
Komoditas Seluruh
97
Unggulan
Kriteria
yang
97
Dipertimbangkan Gambar 4.16.
Peta Prioritas Komoditas Unggulan Pertanian Berdasarkan Hasil AHP di Kabupaten Sumbawa Barat
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
98
xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) merupakan salah satu kabupaten dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat sehingga menjadikan KSB sebagai pintu gerbang bisnis dan industri di Wilayah Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat. Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi ini
tidak terlepas dari adanya kebijakan-kebijakan
pemerintah daerah yang terus mendorong dan meningkatkan pertumbuhan. Salah satu kebijakan yang dilakukan adalah meningkatkan iklim investasi di KSB terutama investasi pada bidang Sumber Daya Alam (SDA). Dimana KSB merupakan salah satu kabupaten di Provinsi NTB yang sangat kaya akan SDA yang meliputi sektor pertambangan, pertanian
(pertanian
tanaman
pangan,
perikanan
dan
kelautan,
kehutanan,
perkebunan, peternakan), pariwisata, industri, perdagangan, perhubungan dan lain sebagainya. SDA dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia. Keberadaan potensi SDA yang cukup besar di KSB merupakan modal besar guna mendukung perencanaan, pelaksanaan, percepatan dan pemerataan pembangunan daerah. Akan tetapi, Salah satu yang menjadi kelemahan dasar pemerintah daerah dalam upaya mengembangkan dan mempromosikan potensi SDA untuk meningkatkan iklim investasi daerah adalah kurangnya informasi detail tentang potensi SDA yang dimiliki, sehingga menyulitkan bagi instansi teknis untuk dapat memanfaatkan potensi ini guna kepentingan pelaksanaan pembangunan daerah khususnya di bidang pembangunan dan penyediaan infrastruktur dasar. Informasi detail yang terintegrasi tentang potensi SDA sangat diperlukan oleh Pemerintah Daerah KSB sehingga dapat mempromosikan dan mengembangkan potensi SDA pada berbagai sektor seperti sektor pertanian (pertanian tanaman pangan, perikanan dan kelautan, kehutanan, perkebunan, peternakan), pariwisata, industri, perdagangan, perhubungan dan lain sebagainya.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
1
Sebagai langkah awal perlu dilakukan suatu upaya identifikasi dan inventarisasi melalui kajian pemetaan potensi SDA dalam rangka promosi investasi dan peranannya terhadap pembangunan perekonomian di wilayah KSB. Kajian ini nantinya bertujuan untuk mengetahui potensi dan tingkat pemanfaatan SDA serta menentukan komoditas unggulan pertanian KSB
yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah
daerah dalam menetapkan kebijakan-kebijakan untuk pembangunan daerah terutama dalam hal menarik minat investor guna berinvestasi di wilayah KSB. 1.2. Tujuan Tujuan dari kajian potensi SDA dalam rangka promosi investasi di Kabupaten Sumbawa Barat ini adalah: 1) Tersedianya data-data detail tentang potensi SDA yang disajikan dalam bentuk profil potensi SDA dan peta. 2) Tersedianya data-data tentang potensi SDA eksisting dan kondisi pemanfaatan. 3) Untuk menentukan komoditas unggulan pertanian yang meliputi subsektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. 1.3.
Manfaat Manfaat kajian potensi SDA dalam rangka promosi investasi di Kabupaten
Sumbawa Barat adalah sebagai berikut: 1) Sebagai
referensi
bagi
Pemerintah
daerah
KSB
dalam
mengelolah
dan
memanfaatkan SDA. 2) Sebagai acuan bagi para
investor (penanam modal) untuk berinvestasi pada
pengembangan dan pengelolaan SDA di KSB. 3) Sebagai bahan referensi dan pertimbangan Pemerintah Daerah KSB dalam mengembangkan potensi SDA dan komoditas unggulan pertanian.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
2
1.4.
Sasaran Kegiatan Sasaran yang ingin dicapai pada kajian potensi SDA dalam rangka promosi
investasi di Kabupaten Sumbawa Barat ini antara lain: 1) Terinventarisasinya data, informasi dan peta mengenai potensi SDA di KSB. 2) Identifikasi awal terhadap aspek kewilayahan yang terdiri dari kondisi umum (Geografis) wilayah, penggunaan lahan (land use), kondisi infrastruktur wilayah, perekonomian, potensi wilayah, sektor/ komoditas unggulan pertanian, peluang investasi, serta informasi pendukung lainnya. 1.5.
Output Kegiatan Output yang dihasilkan pada kajian potensi SDA dalam rangka promosi investasi di
Kabupaten Sumbawa Barat ini adalah: 1) Buku profil potensi SDA dalm rangka promosi invstasi di KSB yang berisi data potensi, eksisting, kondisi pemanfaatan, aksesibilitas dan sarana penunjang lainnya. 2) Peta sebaran potensi SDA dan komoditas unggulan pertanian di KSB. 3) Hasil analisis dan peta komoditas unggulan pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan) di KSB. 1.6. Ruang Lingkup Pekerjaan Adapun ruang lingkup kajian potensi SDA dalam rangka promosi investasi di Kabupaten Sumbawa Barat ini adalah sebagai berikut: 1) Penyusunan instrument pengumpulan data/informasi SDA dan komoditas unggulan pertanian; 2) Pengumpulan data sekunder dan survey lapangan ke wilayah studi dalam rangka melengkapi data dan informasi serta mengidentifikasi potensi SDA dan penentuan komoditas unggulan pertanian 3) Kajian literatur terhadap sumber data dan informasi; 4) Melakukan pemetaan terhadap kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
3
5) Pengelolaan dan analisis data dan informasi potensi SDA, kondisi dan karakteristik wilayah. 6) Menganalisis secara komprehensif, integrative secara spasial terhadap alternative kondisi dan potensi SDA yang mencakup antara lain: analisis potensi SDA, analisis komoditas unggulan pertanian, analisis ekonomi, dan sumber daya fisik. 1.7.
Landasan Hukum Kajian potensi SDA dalam rangka promosi investasi ini disusun bedasarkan pada
ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku secara nasional maupun di daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Adapun landasan hukum kajian ini adalah sebagai berikut: 1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air 2) Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai 3) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah 4) Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota 5) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi 6) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan 7) Undang-Undang
Nomor
25
Tahun
2004
tentang
Sistem
Perencanaan
Pembangunan Nasional 8) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan 9) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 - 2025 10) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 11) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 12) Peraturan presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2009-2014. 13) Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang perubahan atas Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
4
14) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 15) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 16) Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat 17) Peraturan Daaerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil 18) Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2005-2025
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
5
BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Lokasi dan Waktu Studi Lokasi kajian potensi SDA dalam rangka promosi investasi ini yaitu di KSB yang terdiri atas 8 kecamatan yaitu Kecamatan Sekongkang, Maluk, Jereweh, Taliwang, Brang Ene, Brang Rea, Seteluk dan Poto Tano. Studi kajian dilakukan selama 3 (tiga) bulan 60 hari kerja mulai dari tanggal 15 Agustus sampai dengan 13 Oktober 2016, mulai dari persiapan sampai dengan pengumpulan laporan akhir kajian. 2.2. Desain Studi Dalam penyusunan kajian potensi SDA ini dilakukan dengan membuat desain studi berupa outline pelaksanaan kegiatan dan instrumen‐instrumen penyusunan sebagai pegangan dalam melaksanakan kegiatan ini. 2.3. Tipe Studi Berdasarkan tujuan studi pada kajian potensi SDA dalam rangka promosi investasi ini, maka studi kajian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif akan menjelaskan dan menggambarkan data dan informasi, analisis komoditas unggulan dan peta spasial tentang potensi-potensi SDA di KSB. 2.4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan pada kajian potensi SDA dalam rangka promosi investasi ini adalah sebagai berikut : 1. Studi dokumentasi (dokumentation research) Studi dokumentasi bertujuan untuk mendapatkan data sekunder dari sejumlah instansi
terkait
seperti
Badan
Perencanaan
dan
Pembangunan
Daerah
(BAPPEDA), Badan Pusat Statistik (BPS) KSB dan instansi lainnya yang berhubungan dengan SDA.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
6
2. Studi lapangan (field research) Studi lapangan bertujuan untuk mendapatkan data primer dari sejumlah narasumber atau Tim Pakar yang berkaitan dengan potensi-potensi SDA dan komoditas unggulan pertanian di KSB. Studi lapangan dapat dilakukan melalui
Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara mendalam (indepth-interview) dengan pemangku-pemangku kepentingan (stakeholder) terkait poetensi SDA. 2.5. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan untuk menentukan komoditas unggulan dan menggambarkan potensi SDA di KSB adalah metode analisis statistik dasar, Location
Quotient (LQ), Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Geographical Information System (GIS). 2.5.1. Analisis Statistik Dasar Analisis statistik dasar yang digunakan meliputi perhitungan rataan, kisaran suatu data, dan uji t, untuk menentukan gambaran umum tentang sebaran data kuantitatif dan kualitatif yang sudah dikuantitatifkan. Data kuantitatif dapat berupa data produksi komoditas tertentu, data kependudukan, data jala, sedangkan untuk data kualitatif dapat berupa pendapat atau persepsi ahli (kualitatif) yang kemudian ditranformasikan dengan cara memberikan skor atau nilai (kuantitatif). 2.5.2. Metode Location Quotient (LQ) Analisis LQ digunakan untuk menentukan sektor/sub sektor unggulan dan atau ekonomi
basis
dalam
perekonomian
wilayah
sektor/subsektor
unggulan
yang
berkembang dengan baik tentunya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan daerah. Nilai LQ akan memberikan indikasi kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan suatu komoditas. Metode perhitungan penentuan sektor basis menggunakan LQ mengacu pada formula sebagai berikut:
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
7
LQ =
𝑥𝑖 /𝑥𝑡 𝑋𝑖/𝑋𝑡
Dimana:
xi : total produksi komoditas/luas area i pada tingkat kecamatan xt : total produksi subsektor/luas area t pada tingkat kecamatan Xi : total produksi komoditas/luas area i pada tingkat kabupaten Xt : total produksi subsektor/luas area t pada tingkat kabupaten Perhitungan LQ menghasilkan tiga kriteria yaitu: LQ > 1; artinya komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah. LQ = 1; komoditas itu tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor. LQ < 1; komoditas ini juga termasuk non basis. Produksi komoditas di suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar. 2.5.3. Analytic Hierarchy Process (AHP) Pemilihan prioritas komoditas unggulan pertanian di KSB dilakukan dengan menggunakan
metode
Analytic Hierarchy Process (AHP). Metode AHP dapat
dikelompokkan ke dalam dua kategori utama yaitu (1) choice (pilihan), yang merupakan evaluasi atau penetapan prioritas dari berbagai alternatif tindakan yang ada, dan (2)
forecasting (peramalan), yaitu evaluasi terhadap berbagai alternatif hasil di masa yang akan datang. Dengan metode ini para pembuat keputusan nantinya dapat menguraikan permasalahan yang kompleks ke dalam struktur berjenjang yang menunjukkan hubungan antara goal (tujuan), objective (kriteria), subobjective (sub-kriteria), dan alternatif komoditas yang akan diprioritaskan. Adapun Langkah-langkah dalam metode AHP pada kajian potensi SDA dalam rangka promosi investasi ini adalah sebagai berikut:
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
8
1. Menentukan tujuan, kriteria, dan alternatif yang kemudian disusun dalam sebuah hirarki. Pada kajian ini, tujuan dari AHP adalah untuk menentukan prioritas komoditas unggulan pertanian di KSB. Kriteria yang dimasukkan pada pemilihan adalah Kontribusi terhadap Pendapatan Masyarakat (KPM), kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (KPAD), peluang pasar (PP), Peluang Investasi (PI), kesesuaian lahan (KL), ketersediaan sarana produksi (KSP), kebijakan pemerintah daerah (KPD), dan Penyerapan Tenaga Kerja(PTK). 2. Melakukan pembobotan terhadap kriteria dengan perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Pembobotan dilakukan untuk setiap tingkatan dalam hirarki. Bobot yang digunakan adalah skala yang dibangun oleh Saaty dengan nilai 1 sampai dengan 9. Nilai bobot menggambarkan tingkat kepentingan masing-masing kriteria. Nilai 1 menggambarkan bahwa dua kriteria yang dibandingkan memiliki tingkat kepentingan yang sama, sedangkan nilai 9 menggambarkan tingkat kepentingan yang mutlak. Berikut disajikan tabel pembobotan untuk setiap tingkat dalam hirarki.
Nilai Bobot 1
Tabel 2.1 Pembobotan untuk Setiap Tingkat dalam Hirarki Kriteria Keterangan Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari Elemen yang lain
5
Elemen yang satu lebih penting dari Elemen yang lain
7
Elemen yang satu jelas lebih penting dari Elemen yang lain Elemen yang satu mutlak lebih penting dari Elemen yang lain
9
2, 4, 6, 8
Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu elemen dibanding elemen yang lain Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibanding elemen yang lain Satu elemen dengan kuat didukung dan dominan terlihat dalam praktek Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan Nilai ini diberikan bila ada kompromi di antara dua Pilihan
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
9
3. Menyusun prioritas unsur keputusan dan pengaruh setiap unsur dalam tingkatan hirarki tertentu terhadap tujuan utama. 4. Menguji keabsahan nilai matriks berpasangan dengan menghitung nilai rasio konsistensi. Pada umumnya nilai inkonsistensi sebesar 10% masih dapat diterima, meskipun pada beberapa kasus toleransinya lebih dari angka itu.
GOAL
CRITERIA
ALTERNATIVES
Gambar 2.1. Struktur Hierarki dalam AHP 2.5.4. Geographical Information System (GIS)
Geographical Information System (GIS) merupakan wadah peta-peta dalam bentuk digital. GIS dapat membantu memecahkan permasalahan geografi, suatu sistem pendukung keputusan spasial, inventarisasi fasilitas yang tersebar secara geografis, alat untuk mengungkapkan sesuatu yang tidak tampak dalam informasi geografi, alat untuk melakukan operasi terhadap data geografi yang terlalu banyak atau mahal atau tidak akurat jika dilakukan dengan tangan.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
10
Data geografi di dalam GIS nantinya akan ditransformasikan ke dalam bentuk informasi geografi. Data geografi dimulai sebagai data feature mentah yang memiliki posisi dan atribut, selanjutnya ditumpang-tindihkan (overlay) dengan data set lainnya yang kemudian membentuk hubungan (relasi) bersama. Data dan hubungan dianalisis, dilakukan proses geoprocessing, dan kemudian disajikan sebagai produk informasi geografi. Produk informasi geografi ini biasanya merupakan aplikasi perangkat lunak interaktif yang digunakan untuk membantu manusia dalam pengambilan keputusan.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
11
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH 3.1. Geografi KSB merupakan salah satu daerah dari sembilan kabupaten/kota yang berada di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Sumbawa pada tahun 2003 berdasarkan Undang-undang No. 30 Tahun 2003 tentang Pembentukan KSB. Secara geografis, KSB terletak antara 08o 29‟ dan 9o07‟ LS dan antara 116
o
42‟ – 117
o
05‟ BT. Posisi KSB ini tergolong cukup strategis
karena merupakan „Pintu Gerbang‟ dari Pulau Lombok menuju Pulau Sumbawa. Sedangkan secara administrasi, KSB memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Alas Barat dan Kecamatan Alas Kabupaten Sumbawa.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Batu Lanteh dan Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia.
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Alas. Luas wilayah KSB sekitar 1.849,02 km2, dengan ketinggian antara 0-1.730 meter
di atas permukaan laut. KSB dibagi menjadi 8 kecamatan dan 65 desa. Kecamatan yang memiliki jumlah desa terbanyak adalah Kecamatan Taliwang (15 desa), sedangkan yang jumlah desanya paling sedikit adalah Kecamatan Jereweh hanya memiliki 4 desa. Secara lebih rinci luas wilayah per kecamatan disajikan pada Tabel 3.1 berikut ini.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
12
No
Tabel 3.1 Nama Kecamatan, Jumlah Desa/Kelurahan dan Luas Wilayah di KSB Tahun 2015 Banyaknya Luas Wilayah Kecamatan Proporsi (%) Desa/Kelurahan (Km2)
1
Pototano
8
158,88
8.59
2
Seteluk
10
236,21
12.77
3
Taliwang
15
375,93
20.33
4
Brang Ene
6
140,90
7.62
5
Brang Rea
9
212,07
11.47
6
Jereweh
4
260,19
14.07
7
Maluk
5
92,42
5.00
8
Sekongkang
8
372,42
20.14
65
1.849,02
Jumlah Sumber : BPS KSB, 2016
8.59%
20.14%
12.77%
14.07% 11.47% 7.62%
5.00% 20.33%
Sekongkang
Jerew eh
Maluk
Taliw ang
Brang Ene
Brang Rea
Seteluk
Poto Tano
Gambar 3.1. Proporsi Pembagian Wilayah di Kabupaten Sumbawa Barat
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
13
Gambar 3.2. Peta Administrasi Kabupaten Sumbawa Barat 3.2.
Topografi Keadaan Topografi di Wilayah Kabupaten Sumbawa Barat sangat beragam, mulai
topografi datar, bergelombang, curam dan sangat curam dengan ketinggian berkisar antara 0 sampai 1.730 meter dari permukaan laut (mdpl), meliputi: a) Tofografi Datar: Kemiringan lahan 0-2% dengan luas sebesar 21.822 Ha (11.80%) b) Topografi Bergelombang: Kemiringan lahan 2.01-15% dengan luas sebesar 16.369 Ha (8.85%) c) Topografi Curam: Kemiringan lahan 15.01-40% dengan luas sebesar 53.609 Ha (28.99%) d) Topografi sangat curam: kemiringan lahan di atas 40% dengan luas sebesar 93.102 Ha (50.36%) Ketinggian ibu kota pada setiap kecamatan di KSB berkisar antara 7-31 mdpl. Topografi datar dan bergelombang sebagian besar dipergunakan untuk kawasan
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
14
pemukiman dan lahan pertanian, sedangkan topografi curam sampai dengan sangat curam sebagian besar merupakan kawasan hutan lindung yang berfungsi untuk melindungi kawasan sekitarnya yang lebih rendah. Tabel 3.2 Luas Lahan Menurut Kemiringan dan Kegunaannya di KSB Tahun 2015 Luas Kemiringan Persentase Topografi Lahan Kegunaan (%) (Ha) (Ha) Datar 0-2 21.822 11.80 Pemukiman, Lahan Pertanian Bergelombang
2.01-15
16.369
8.85
Pemukiman, Lahan Pertanian
Curam Sangat curam
15.01-40
53.609
28.99
Kawasan Hutan
>40
93.102
50.36
Kawasan Hutan
Sumber: BPS KSB, 2016 3.3.
Geologi: Struktur dan Karakteristik Batuan Morfologi KSB terdiri atas beberapa satuan morfologi, yaitu pedataran yang
meliputi 20%-30% KSB. Wilayah yang termasuk pada satuan morfologi pedataran ini diantaranya beberapa wilayah di pesisir pantai dan sekitar
sungai besar
dengan
batuan-batuan penyusunnya adalah batuan kuarter sebagai hasil sedimentasi dari sungai dan pantai (aluvium). Satuan morofologi perbukitan bergelombang-dan terjal mendominasi morfologi wilayah KSB. Morfologi perbukitan ini tersusun oleh batuanbatuan gunung api/produk vulkanik seperti lava, breksi, tuff, dan batuan lain adalah batu gamping terumbu hasil pengendapan laut. Pembagian morfologi KSB didasarkan atas perbedaan morfografi, morfogenesis dan morfokronologi, dipisahkan menjadi: Morfologi Vulkanik Tua, Morfologi perbukitan sedimen dan morfologi tambora. Morfologi vulkanik tua terdapat di sekitar G. Tambora dan
G. Labumbum, dicirikan dengan tingkat erosi sedang-kuat, batuan pembentuk
berupa lava dan endapan aliran piroklastik yang sudah mengalami pelapukan tingkat lanjut. Morfologi Perbukitan Sedimen, terdapat di sebelah utara G. Tambora, dicirikan
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
15
dengan pola aliran sungai relatif paralel dengan tingkat erosi sedang-kuat, batuan penutup berupa batugamping; Morfologi Tambora, menempati bagian tengah, memperlihatkan bentuk kerucut terpancung. Pada bagian puncaknya terdapat kaldera berdiameter 6x7 km dengan tinggi kaldera sekitar 900-960 m. Dasar kaldera merupakan daerah datar yang terkadang digenangi air dan di bagian selatan tenggaranya terdapat kerucut kecil Doro Api Toi. Di Morfologi Kerucut Luar (Kerucut Sinder dan Kerucut Lava), tersebar hampir di sekeliling tubuh G. Tambora, pada umumnya berdimensi kecil berstruktur kawah di bagian puncaknya dengan tingkat erosi rendah-sedang, batuan pembentuk berupa lava, endapan jatuhan piroklastik (preatik dan preatomagmatik). Batuan yang tersingkap yang tersebar di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat didominasi oleh batuan-batuan hasil dari proses vulkanisme Gunung Tambora yang berumur Miosen. Batuan-batuan lainnya adalah hasil sedimentasi kuarter – miosen berupa batupasir, batulempung tufan, batugamping 3.4.
Jenis Tanah Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Sumbawa Barat terbagi atas 4 jenis tanah
menurut Pusat Penelitian Tanah Bogor (1965) diantara kelompok tanah alluvial kelabu sampai kelabu tua (entisol), alluvial cokelat sampai coklat kelabuan, litosol dan mediteran coklat, Tanah litosol, mediteran cokelat kemerahan dan mediteran cokelat (Alfisols). 3.4.1. Alluvial Kelabu sampai Kelabu Tua (Entisol) Tanah ini entisol disebut juga tubuh tanah endapan atau recent deposits, yang belum memiliki perkembangan profil yang baik. Tanah berwarna kekelabu-kekelabuan. Tekstur tanah liat atau liat berpasir dengan kandungan pasir kurang dari 50 %. Strukturnya pejal atau tanpa struktur, sedangkan konsistensinya keras waktu kering dan teguh waktu lembab. Kandungan unsur haranya relatif kaya dan banyak tergantung kepada bahan induknya. Bahan induknya berasal dari bahan alluvial dan koluvial
dengan
kandungan
bahan
organik
yang
rendah,
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
sedangkan
reaksi 16
kemasamannya bervariasi dari masam, netral sampai basa. Permeabilitasnya lambat atau drainasenya rata-rata sedang sampai cukup peka terhadap gejala erosi. Proses pembentukan tanah adalah alterasi lemak atau tanpa pembentukan. Secara keseluruhan tanah ini mempunyai sifat-sifat fisika yang kurang baik sampai sedang, sifat kimianya sedang sampai baik, oleh sebab itu produktivitasnya rendah sampai tinggi. Wilayah penyebarannya terdapat di berbagai keadaan iklim dengan ketinggian yang beragam, tetapi umumnya di dataran rendah dengan Fisiografi dataran dengan bentuk wilayah datar dan sering tergenang. 3.4.2. Alluvial Coklat sampai Coklat Kelabuan Tanah ini disebut juga sebagai tubuh tanah endapan atau recent deposits, yang belum memiliki perkembangan profil yang baik. Tanah berwarna kekelabu-kekelabuan sampai kecoklat-coklatan. Tekstur tanahnya liat atau liat berpasir dengan kandungan pasir kurang dari 50 %. Strukturnya pejal atau tanpa struktur, sedangkan konsistensinya keras waktu kering dan teguh waktu lembab. Kandungan unsur haranya relatif kaya dan banyak tergantung kepada bahan induknya. Bahan induknya berasal dari bahan alluvial dan koluvial dengan kandungan bahan organik yang rendah, sedangkan reaksi kemasamannya bervariasi dari masam, netral sampai basa. Permeabilitasnya lambat atau drainasenya rata-rata sedang sampai cukup peka terhadap gejala erosi.
Proses pembentukan tanah adalah alterasi lemak atau tanpa
pembentukan. Secara keseluruhan
tanah ini mempunyai sifat-sifat fisika yang kurang baik
sampai sedang, sifat kimianya sedang sampai baik, oleh sebab itu produktivitasnya rendah sampai tinggi. Wilayah penyebarannya terdapat di berbagai keadaan iklim dengan ketinggian yang beraneka ragam, tetapi umumnya di dataran rendah dengan fisiografi dataran dengan bentuk wilayah datar. 3.4.3. Tanah Litosol dan Mediteran Cokelat Tanah ini merupakan solum tanah yang sangat tipis bahkan sampai tidak ada. Oleh karena itu, tanah ini merupakan lapisan bahan induk dengan pecahan-pecahan batuan yang telah mengalami pelapukan dimana di bagian bawahnya terdapat batuan
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
17
induk pejal. Kandungan bahan organic tanah rendah sampai tidak ada, warna tanah dan konsistensinya bervariasi. Kandungan unsure hara, ph, dan permeabilitasnya bervariasi. Tekstur tanah umunya kasar (berpasir atau berkerikil). Sedangkan Struktur tanah tidak ada atau butir lepas. Proses pembentukan tanah hamper tidak ada atau termasuk alterasi lemah. Secara umum tanah ini mempunyai sifat fisik dan kimia yang tidak baik dan produktivitasnya rendah. Bahan batuan tanah terdiri dari batuan beku dan batuan endapan pejal. Tanah jenis ini masih dapat ditanami dengan rerumputan pakan ternak, tegalan dengan palawija atau tanaman keras. Peyebaran tanah bervariasi yaitu dari fisiografi lipatan dengan bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit. 3.4.4. Tanah Litosol, Mediteran Cokelat Kemerahan dan Mediteran Cokelat (Alfisols) Tanah ini disebut juga tanah kapur merah dengan bahan induknya batu kapur, batuan endapan dan tuf volkan. Tanah ini memiliki lapisan solum tanah yang cukup tebal yaitu 90-120 cm. warnah tanah berwarna cokelat sampai merah. Tekstur tanah agak bervariasi dari lempung sampai liat, dengan struktur gumpal sampai gumpal bersudut, konsistensinya dari gembur sampai teguh. Kandungan bahan organik tanah ini dari sangat rendah sampai rendah dengan ph tanah sekitar 6.0-7.5. kadar unsur hara tanah ini tergolong tinggi tergantung pada bahan induknya. Daya menahan air dan permeabilitas tanah sedang dan terkadang air pada tanah ini merupakan pembatas utama. Secara umum tanah ini mempunyai sifat fisik mulai dari sedang sampai baik, sifat kimianya tergolong baik. Oleh karena itu tanah ini memiliki produktivitas mulai dari sedang sampai tinggi. Penyebaran tanah ini bervariasi mulai dari ketinggian 0-400 meter dpl, dengan fisiografi lipatan wilayah berbukit sampai bergunung. Penggunaan tanah ini berupa lahan padi sawah, baik yang irigasi maupun tadah hujan, perkebunan, hortikultura, tegalan dan padang rumput.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
18
3.5.
Klimatologi Kabupaten Sumbawa Barat merupakan daerah yang beriklim trofis yang ditandai
dengan dua musim, yaitu musim panas dan musim penghujan. Musim penghujan berlangsung antara bulan Mei – September. Rata-rata hari hujan di Kabupaten sumbawa barat Tahun 2015 berkisar antara 6,6 sampai dengan 12,81 hari
dengan
tingkat curah hujan rata-rata mencapai 69.4 sampai dengan 145.72 mm/tahun setiap bulannya dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan desember sebesar 380 mm/tahun. Sedangkan musim panas atau kemarau berlangsung antara bulan November-April. Akan tetapi karena perubahan adanya pemanasan global maka sering terjadi pergeseran musim, yang berpengaruh terhadap waktu pergantian musim. Sedangkan untuk suhu udara di Kabupaten Sumbawa Barat pada pagi hari berkisar antara 18 - 23 oC, sedangkan pada siang hari suhu udara berkisar antara 27 - 35 oC, dengan kelembaban udara rata-rata 80%. 3.6.
Jenis dan Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di KSB dibagi menjadi penggunaan lahan sawah dan lahan
kering. Berdasarkan data BPS KSB tahun 2015 penggunaan lahan untuk lahan kering sebesar 173.165 hektar. sedangkan untuk lahan sawah sebesar 11.737 hektar. Penggunaan lahan sawah terbagi atas sawah irigasi dan sawah tanah hujan. Dimana luas areal sawah irigasi sebesar 9.100 hektar dan sawah tadah hujan sebesar 2.637 hektar. Sedangkan penggunaan lahan untuk lahan kering meliputi tegal/kebun dengan luas 6.317 hektar, ladang/huma 2.394 hektar, perkebunan 5.232 hektar, ditanami pohon/hutan rakyat sebesar 2.879 hektar, padang rumput/pengembalaan sebesar 2.685 hektar, sementara tidak diusahakan sebesar 2.334 hektar dan lain-lain (pekarangan, hutan Negara, sungai, dan lain-lain) sebesar 151.324 hektar. Secara jelas jenis dan penggunaan lahan di KSB tahun 2011-2015 disajikan pada Tabel 3.3. di bawah ini:
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
19
No A. 1. 2. 3. B.
Tabel 3.3 Jenis dan Penggunaan Lahan di KSB Tahun 2011-2015 Jenis Lahan 2011 2012 2013 2014 Tanah Sawah: 9.705 11.105 11.149 11.625 Sawah Irigasi 7.750 8.780 8.279 9.100
2015 11.737 9.100
1.
Sawah Tadah Hujan Rawa Lebak Tanah Kering/Bukan sawah: Tegal/Kebun
2.
Ladang/Huma
2.946
2.396
1.859
2.394
2.394
3.
Perkebunan
5.332
5.332
5.581
5.232
5.232
4.
Ditanami pohon/Hutan Rakyat Padang Rumput/ Penggembalaan Sementara tidak diusahakan
3.179
2.879
2.880
2.879
2.879
2.610
2.685
2.679
2.685
2.685
2.307
2.307
2.733
2.334
2.334
151.463
151.468
151.466
151.324
184.902
184.902
5. 6. 7.
Lain-lain
Jumlah Sumber: BPS KSB, 2016
1.955 0
2.325 0
2.805 0
2.525 0
173.797
173.753
173.277
7.360
6.730
6.555
6.429
6.317
175.197
184.902 184.902
2.637 0 173.165
151.324 184.902
Melihat Potensi pengembangan kawasan pertanian dalam arti luas. Penggunaan Lahan sawah tahun 2011 seluas 9,705 Ha (5,23% dari luas wilayah daratan), tahun 2015 seluas 11 737 Ha (6,60 %), sehingga laju perkembangan 6,01 % per tahun, serta prediksinya tahun 2020 seluas 16.461 Ha. Sedangkan penggunaan lahan kering tahun 2011 seluas 175.211 Ha (94,76 % dari luas daerah daratan), tahun 2015 seluas 172.698 Ha (93,40 %), sehingga laju perkembangan turun 0,36 % per tahun, serta prediksinya tahun 2020 seluas 168.441 Ha.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
20
No
Tabel 3.4 Luas Tanah/Lahan Sawah dan Lahan Kering di KSB Tahun 2011-2015 Kondisi Tahun (Ha) Luas Daratan/Lahan
2011
2012
2013
2014
2015
1
Luas Lahan Sawah
9.705
11.105
11.365
11.625
11 737
2
Luas Lahan Kering
175.179
173.797
173.537
173.277
173 165
3
Total
184.902
184.902
184.902
184.902
184.902
Sumber : BPS KSB, 2016 Penggunaan lahan kering untuk pertanian dalam arti luas (tanaman, pangan, perkebunan dan peternakan) tahun 2011 seluas 18.248 Ha (9,87 % dari luas wilayah daratan), tahun 2015 seluas 16.829 Ha (9,10 %), sehingga laju perkembangan turun 1,97 % pertahun, serta prediksinya tahun 2020 seluas 15.616 Ha (8,45 %). Lahan kering berupa kawasan hutan (Hutan Lindung dan Hutan Produksi) : Tahun 2011 total kawasan hutan 126.261 Ha (68,29 % dari luas wilayah daratan), hutan lindung 68,331 Ha (36,96 %) hutan produksi 57.930 Ha (31,33 %), tahun 2015 total kawasan hutan 126.261 Ha, hutan lindung 68.275 Ha, sehingga laju perkembangan htan lindung turun 0,02 % pertahun, serta prediksinya tahun 2020 untuk hutan lindung 68.212 Ha dan Hutan produksi 58.057 Ha. Sedangkan untuk penggunaan lainnya pada tahun 2011 sebesar 30.688 Ha dan tahun 2015 sebesar 29.609 Ha.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
21
Tabel 3.5 Luas penggunaan Lahan Kering Untuk Pertanian dan Hutan KSB tahun 2011-2015 No. Penggunaan Kondisi pada Tahun Lahan Kering 1
Untuk Pertanian
2
Untuk Kawasan Hutan
3
Untuk Penggunaan Lainnya
Total Luas Lahan Kering
2011
2012
2013
2014
2015
18.248
17.068
16.774
16.740
16.829
126.261
126.261
126.261
126.261
126.261
30.688
30.468
30.502
30.276
29.609
175.179 173.797 173.537 173.277 173 165
Sumber : BPS KSB, 2016 3.7.
Sumber Daya Manusia
3.7.1. Kependudukan Jumlah penduduk KSB pada tahun 2015 tercatat sebanyak 133.391 jiwa yang terdiri dari 67.525 (50,62%) jiwa penduduk laki-laki dan 59.814 (49,38%) jiwa penduduk perempuan dengan kepadatan penduduk rata-rata mencapai 75 jiwa/km², artinya rata-rata setiap kilometer persegi wilayah KSB dihuni oleh 75 jiwa penduduk dengan luas wilayah KSB 1.849,02 km². Dari kedelapan wilayah kecamatan di KSB, Kecamatan Maluk merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu 148 jiwa/km² kaarena merupakan wilayah lingkar tambang sehingga banyak penduduk yang mendiami wilayah tersebut. Sedangkan untuk wilayah yang penduduknya jarang adalah Kecamatan Sekongkang yaitu sebanyak 25 jiwa/km². Hal ini dikarenakan lokasi yang cukup jauh dari Ibukota Kabupaten serta aksesibilitas yang belum memadai menyebabkan kondisi kepadatan penduduk masih jarang. Secara rinci jumlah penduduk dan kepadatan menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
22
No
Tabel 3.6 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rumah Tangga,Kepadatan Penduduk, dan Rata-Rata Anggota Rumah Tangga (ART) Menurut Kecamatan di KSB Tahun 2015 Luas Jumlah Rumah Rata-Rata Kecamatan Wilayah Kepadatan Penduduk Tangga ART (Km2)
1
Pototano
158,88
10.829
2.632
68
4
2
Seteluk
236,21
18.001
4.488
76
4
3
Taliwang
375,93
51.203
12.855
136
4
4
Brang Ene
140,90
5.951
1.548
42
4
5
Brang Rea
212,07
14.582
3.576
69
4
6
Jereweh
260,19
9.734
2.353
37
4
7
Maluk
92,42
13.655
4.119
148
3
8
Sekongkang
372,42
9.436
2.473
25
4
1.849,02
133.391
34.044
75
4
Jumlah
Sumber : BPS KSB, 2016 Berdasarkan komposisi penduduknya, jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan jumlah penduduk perempuan, ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin (rasio jumlah penduduk laki-laki terhadap jumlah penduduk perempuan) sebesar 103. Hal ini berarti, dari seratus penduduk perempuan terdapat 103 penduduk laki-laki. Dengan rasio jenis kelamin, maka dapat dilihat besarnya jumlah penduduk laki-laki per seratus penduduk perempuan. Secara rinci jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 3.7. berikut ini.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
23
Tabel 3.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di KSB Tahun 2015 Penduduk Rasio No Kecamatan Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 1
Pototano
5.485
5.344
103
2
Seteluk
9.068
8.933
102
3
Taliwang
25.752
25.451
101
4
Brang Ene
2.998
2.953
102
5
Brang Rea
7.446
7.136
104
6
Jereweh
4.843
4.891
99
7
Maluk
7.123
6.532
109
8
Sekongkang
4.810
4.626
104
67.525
65.866
103
Jumlah Sumber : BPS KSB, 2016
Gambar 3.3. Grafik Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di KSB Tahun 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
24
Tabel 3.8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di KSB Tahun 2015 Kelompok Laki-Laki Perempuan Jumlah Umur 0-4 8.103 7.861 15.964 5-9 7.352 6.840 14.192 10-14 5.729 5.317 11.046 15-19 4.909 4.467 9.376 20-24 5.921 4.582 10.503 25-29 5.783 5.672 11.455 30-34 6.241 6.558 12.799 35-39 5.553 5.654 11.207 40-44 4.935 4.782 9.717 45-49 3.653 3.695 7.348 50-54 2.727 2.892 5.619 55-59 2.239 2.408 4.647 60-64 1.586 1.734 3.320 65-79 1.276 1.410 2.686 70-74 715 934 1.649 >75 803 1.060 1.863 Jumlah 67.525 65.866 133.391 Sumber : BPS KSB, 2016
Kelompok Umur
Tabel 3.9 Jumlah Angkatan Kerja di KSB Tahun 2015 Angkatan Kerja
Tidak/belum sekolah Tidak/belum tamat SD Sekolah Dasar (SD) Sekolah Menengah Pertam (SMP) Sekolah Menengah Atas (SMA) Diploma I/II/III/Akademi Universitas Jumlah Sumber : BPS KSB, 2016
Bekerja
Pengangguran
Jumlah
1.344 3.325 11.005
1.987 2.588 7.627
3.331 5.913 18.632
Bukan Angkatan Kerja 3.023 4.125 5.596
6.294
3.125
9.419
8.930
12.920
6.252
19.172
5.140
957 4.168 40.013
703 3.423 25.705
1.660 7.591 65.718
87 59 26.960
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
25
3.7.2. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu indikator utama untuk mengukur kualitas sumberdaya manusia. Semakin baik kualitas pendidikan di suatu daerah maka semakin baik pula kualitas sumberdaya manusia di wilayah tersebut. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan diperlukan sarana dan prasarana serta regulasi yang mendukung perkembangan pendidikan ke arah yang lebih baik. Pada Tahun 2015 secara keseluruhan kecamatan yang ada di KSB telah memiliki bangunan sekolah untuk tingkat Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD/MI), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP&MTs) dan Sekolah Menengah Umum (SMA/SMK/MA) yang secara keseluruhan berjumlah 273 buah, dengan jumlah murid sebanyak 32.502 orang, dan guru sebanyak 3.176 orang. Adapun secara jelas jumlah sekolah, murid dan guru di KSB disajikan pada table-tabel berikut ini. Tabel 3.10 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Taman Kanak-Kanak (TK) di KSB Tahun 2015 No
Kecamatan
Sekolah
Murid
Guru
Rasio
1
Pototano
8
398
25
16
2
Seteluk
15
793
86
9
3
Taliwang
32
1962
199
10
4
Brang Ene
7
310
24
13
5
Brang Rea
15
720
88
8
6
Jereweh
6
456
33
14
7
Maluk
7
511
54
9
8
Sekongkang
9
230
25
9
99
5.380
534
10
Jumlah Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
26
Tabel 3.11 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Dasar (SD/MI) di KSB Tahun 2015 No
Kecamatan
Sekolah
Murid
Guru
Rasio
1
Pototano
12
1.388
135
10
2
Seteluk
15
2.137
170
13
3
Taliwang
35
6.242
492
13
4
Brang Ene
7
676
72
9
5
Brang Rea
13
1.618
146
11
6
Jereweh
7
1.236
84
15
7
Maluk
7
1.701
100
17
8
Sekongkang
10
1.229
111
11
Jumlah
106
16.227
1.310
12
Sumber : BPS KSB, 2016 Tabel 3.12 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP/MTs) di KSB Tahun 2015 No
Kecamatan
Sekolah
Murid
Guru
Rasio
1
Pototano
5
366
46
8
2
Seteluk
6
1.006
134
8
3
Taliwang
14
2.701
334
8
4
Brang Ene
2
225
23
10
5
Brang Rea
5
671
75
9
6
Jereweh
3
403
44
9
7
Maluk
3
455
52
9
8
Sekongkang
6
419
61
7
Jumlah
44
6.246
769
8
Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
27
Tabel 3.13 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK/MA) di KSB Tahun 2015 No
Kecamatan
Sekolah
Murid
Guru
Rasio
1
Pototano
1
315
38
8,29
2
Seteluk
2
698
61
11,44
3
Taliwang
13
2.044
274
7,46
4
Brang Ene
1
168
35
4.8
5
Brang Rea
3
513
79
6,49
6
Jereweh
1
396
12
33
7
Maluk
1
307
27
11,37
8
Sekongkang
2
208
37
5,62
24
4.649
563
8.26
Jumlah Sumber : BPS KSB, 2016
Berdasarkan jenjang sekolah, rata-rata jumlah guru per sekolah untuk TK sebanyak 5 orang, sedangkan rata-rata murid per sekolah sebanyak 54 orang. Dengan demikian, rasio murid-guru TK sebesar 10, sementara SD rata-rata guru per sekolah sebanyak 12 orang, murid 153 orang dengan rasio 12. Sedangkan SLTP sebanyak 17 orang guru, murid 142 orang dengan rasio 8, dan SMU sebanyak 23 orang guru, murid 189 dengan rasio sebanyak 8. Sedangkan untuk jenjang Pendidikan Tinggi di KSB terdapat tiga (3) perguruan tinggi yaitu Universitas Cordova-Indonesia (UNDOVA), Akademi Komunitas Negeri (AKN) Sumbawa Barat dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Sumbawa Barat. Keseluruhan perguruan tinggi yang ada di KSB terdapat di Kecamatan Taliwang. Jumlah mahasiswa perguruan tinggi di KSB tahun 2015 sebanyak 2.156 mahasiswa, 136 dosen dengan ratio mahasiswa dan dosen sebesar 15,85.
Adapun secara jelas mengenai
nama perguruan tinggi, jumlah mahasiswa, jumlah dosen dan ratio mahasiswa dan dosen perguruan tinggi disajikan pada tabel berikut ini:
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
28
Tabel 3.14 Nama Perguruan Tinggi, Jumlah Mahasiswa, Jumlah Dosen, Ratio Mahasiswa dan Dosen di KSB Tahun 2015 No Nama Perguruan Tinggi Mahasiswa Dosen Ratio 1.
Universitas Cordova
1.689
102
16,56
2.
STIKES Sumbawa Barat
42
19
2,21
3.
AKN Sumbawa Barat
425
15
28,33
2.156
136
15,85
Jumlah
Sumber: UNDOVA, AKN, STIKES KSB, 2016 3.7.3. Kesehatan Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Semakin baik tingkat kesehatan di wilayah tersebut maka semakin baik pula kualitas penduduk yang ada di wilayah tersebut. Ketersediaan fasilitas dan pelayanan kesehatan yang baik merupakan syarat mutlak tercapainya kualitas kesehatan yang baik. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat telah banyak dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan melakukan penyuluhan kesehatan, menambah tenaga kesehatan dan penyediaan fasilitas kesehatan seperti puskesmas, posyandu, pos obat desa serta penyediaan sarana air bersih. Pada tahun 2015 di KSB terdapat 1 buah rumah sakit, 9 pukesmas yang tersebar di masing-masing kecamatan, 212 posyandu dan 62 poskesdes yang ada di seluruh desa/kelurahan dengan demikian diharapkan pelayan kesehatan dapat menjangkau seluruh masyarakat Sumbawa Barat. Adapun secara rinci jumlah dan persebaran beberapa fasilitas kesehatan di KSB tahun 2015 disajikan pada Tabel 3.15.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
29
Tabel 3.15 Jumlah dan Persebaran Beberapa Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan di KSB Tahun 2015 Rumah Kecamatan Puskesmas Poskesdes Posyandu Apotik Sakit Sekongkang 2 3 18 1 Jereweh 1 4 19 1 Maluk 1 5 15 3 Taliwang 1 1 16 64 7 Brang Ene 1 6 9 Brang Rea 1 9 32 1 Seteluk 1 11 35 1 Poto Tano 1 8 20 Jumlah 1 9 62 212 14 Sumber : BPS KSB, 2016 Selain ketersediaan fasilitas yang memadai keberadaan tenaga kesehatan (Dokter, Perawat, Bidan, Farmasi dll) yang mumpuni termasuk dalam syarat terwujudnya pelayan kesehatan yang berkualitas. Pada tahun 2015 terdapat 40 orang dokter, 280 orang perawat, 250 orang bidan, 23 orang farmasi dan 21 ahli gizi yang tersebar di 10 unit kerja yang ada di KSB. Secara lebih rinci jumlah tenaga kesehatan di KSB disajikan pada Tabel 3.16 berikut ini. Tabel 3.16 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja di KSB Tahun 2015 Unit Kerja Dokter Perawat Bidan Farmasi Ahli Gizi Tongo 2 8 9 1 1 Sekongkang 3 9 9 1 1 Jereweh 2 19 22 2 1 Maluk 3 17 15 1 1 Taliwang 4 39 48 5 4 Brang Ene 1 15 19 0 1 Brang Rea 3 24 20 0 2 Seteluk 3 37 26 1 2 Poto Tano 2 19 29 1 2 RSUD As-syifa 27 93 53 11 6 Jumlah 23 21 40 280 250 Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
30
3.8.
Sumber Daya Fisik
3.8.1. Kondisi Jalan Kegiatan perekonomian dapat dipastikan memanfaatkan jalan sebagai salah satu prasarana transportasi darat. Peran prasarana jalan propinsi di kabupaten ini sangat besar untuk memperlancar kegiatan bisnis. Panjang jalan yang melintasi KSB sepanjang 481,84 km, yang terbagi menjadi jalan negara (72,10 km), jalan propinsi (76,20 km), dan jalan kabupaten (338,69 km). Ditinjau dari jenis permukaan jalan, 267,45 km (54,92%) berupa jalan beraspal,kerikil dan tanah sebesar 219,54 km. Keadaan/kondisi jalan baik 212,06km (0,44%), sedang 79,48 (0,16%), dan rusak 195,87 (0,40%). Sedangkan ditinjau dari kelas jalan yang melintasi KSB (338,69 km) termasuk dengan kelas III. Tabel 3.17 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di KSB Tahun 2012-2015 (Km) Panjang Jalan Kondisi Jalan 2012 2013 2014 2015
Jalan Negara
Jalan Provinsi
Jalan Kabupaten
Baik
66,33
52,40
66,34
52,04
Sedang
5,77
20,07
5,77
20,07
Rusak
0
0
0
0
72,10
72,47
72,11
72,11
Baik
34,10
30,25
34,10
30,25
Sedang
0,00
8,06
0,00
8,06
Rusak
42,10
37,89
42,10
37,89
76,20
76,20
76,20
76,20
Baik
78,43
85,60
120,46
129,41
Sedang
48,38
51,36
49,49
51,30
Rusak
197,81
196,58
166,68
157,98
324,62
333,54
336,63
338,69
Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
31
3.8.2. Transportasi Transportasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting yang tidak dapat dipisahkan dalam pembentukan dan pembangunan suatu kota. Secara garis besar, sistem transportasi kota terbentuk dari adanya keterkaitan antara sistem kegiatan yang ada, sistem jaringan dan sistem pergerakan. Dalam pengembangan wilayah KSB, transportasi
memegang
peran
yang
sangat
penting.
Peran
tersebut
adalah
memudahkan interaksi antara wilayah. Semakin mudah interaksi wilayah maka akan diperoleh manfaat ekonomi, sosial dan kewilayahan (membuka keterisolasian dengan wilayah lain). Sistem transportasi di KSB meliputi angkutan darat, laut dan udara. Transportasi
darat umumnya digunakan
untuk
mempermudah
mobilitasi
masyarakat dalam kegiatan sehari-hari. Jumlah kendaraan di KSB pada Tahun 2015 sebanyak 37.672 kendaraan yang terdiri dari 28 kendaraan angkutan umum, kendaraan pribadi dan kendaraan dinas. Keberadaan angkutan umum ini kebanyakan digunakan untuk memudahkan akses antar Kecamatan, Kabupaten maupun Provinsi. Tabel 3.18 berikut akan menyajikan banyaknya angkutan umum berdasarkan jenisnya. Tabel 3.18 Banyaknya Kendaaran Angkutan Umum Bermotor Berdasarkan Jenis di KSB Tahun 2014-2015 2014 2015 Jenis Angkutan
Banyaknya
Tarif
Banyaknya
Tarif
(Unit)
(Rp)
(Unit)
(Rp)
Bus Trayek Maluk-Mataram
6
85.000
7
85.000
Bus Trayek Taliwang-Sumbawa
16
30.000
16
30.000
Minibus Trayek Taliwang-Maluk
5
25.000
5
25.000
27
140.000
28
140.000
Jumlah Sumber: BPS KSB, 2016
Selain transportasi darat, KSB juga memiliki transportasi laut yang meliputi sarana pelabuhan atau sub sistem pelabuhan dan kapal angkutan penumpang maupun
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
32
barang. Di KSB terdapat 3 (dua) buah pelabuhan yang terdiri dari Pelabuhan Pototano, Pelabuhan Benete dan Pelabuhan Barang Labuan Lalar. Pelabuhan laut Poto tano dapat mendukung keberadaan KSB sebagai kawasan pesisir serta dan membuka keterisolasian
daerah - daerah
yang
selama
ini sulit
dijangkau oleh transportasi darat. Untuk Pelabuhan Benete merupakan pelabuhan khusus milik PT. NNT (Newmont Nusa Tenggara). Sedangkan untuk pelabuhan Labuan Lalar diarahkan untuk pelabuhan barang dalam mendukung perekonomian di KSB. Selain transportasi darat dan laut, KSB juga memiliki sarana transportasi udara yaitu Bandara Sekongkang seluas 11 hektar yang berlokasi di Kecamatan Sekongkang. Bandara ini merupakan bandara perintis yang dapat digunakan untuk aktivitas pemerintah daerah, perusahaan, dan masyarakat khususnya wisatawan domestik maupun mancanegara
yang akan melakukan kunjungan wisata di KSB. Bandara
dengan panjang run way sebesar 820 m ini akan menjalin kerjasama dengan PT Alfa Air Indonesia dengan kapasitas Pesawat Alfa Air 9-12 orang atau maksimum < 30 orang penumpang.
Gambar 3.4. Peta Infrastruktur Kabupaten Sumbawa Barat
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
33
3.9. Kondisi Perekonomian Daerah 3.9.1. Keuangan Daerah Dalam perencanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pemerintah KSB menganut prinsip anggaran berimbang dan dinamis. Berimbang berarti harus diusahakannya keseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran sedang prinsip dinamis berarti makin meningkatnya jumlah anggaran dan tabungan pemerintah untuk mencapai daerah yang mandiri. Pada tahun 2015 pendapatan daerah mencapai Rp.717.820.585.540.960 yang bersumber
dari pendapatan asli daerah, dana
perimbangan dan pendapatan lain yang sah. Sedangkan untuk pengeluarannya mencapai
Rp.697.655.124.536.000 yang terdiri dari belanja langsung dan tidak
langsung. Secara lebih rinci jumlah pendapatan dan pengeluaran daerah KSB tahun 2015 disajikan dalam Tabel 3.19 dan Tabel 3.20 berikut ini. Tabel 3.19 Realisasi Pendapatan Pemerintah KSB tahun 2015 Sumber Pendapatan Jumlah (Ribu Rp)
No. 1.
Pendapatan asli daerah (PAD)
49.802.801.952,25
-
Pajak Daerah
19.674.504.706,00
-
Retribusi Daerah
10.643.258.121,00
-
Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
-
Lain-lain PAD yang sah
4.233.682.420,00 15.251.356.705,25
2.
Dana Perimbangan
540.797.463.900,00
3.
Pendapatan lain yang sah
127.220.319.688,71
Jumlah
717.820.585.540,96
Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
34
Tabel 3.20 Realisasi Belanja Pemerintah KSB tahun No. Jenis Belanja 1. Belanja Tidak langsung - Belanja Pegawai - Belanja Hibah - Belanja Bantuan Sosial - Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/ Kabupaten/Kota - Belanja Tidak Terduga 2. Belanja Langsung - Belanja Pegawai - Belanja Barang dan Jasa - Belanja Modal Jumlah Sumber : BPS KSB, 2016
2015 Jumlah (Ribu Rp) 325.761.178.617,00 260.417.060.003,00 23.682.231.902,00 2.266.552.275,00 22.298.444.072,00 17.624.965.061,00 80.148.779,00 371.893.945.919 12.876.655.574 135.173.314.319 223.843.976.026 697.655.124.536
Kemajuan perekonomian suatu daerah diukur dari besarnya nilai Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan atau berlaku, tingkat pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun, besar jumlah pendapatan perkapita per tahun, laju insflasi dan perkembangan jumlah penduduk. 3.9.2. Perkembangan Ekonomi Regional Perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) dari tahun 2015 sebesar Rp. 21.213.904 juta. Dari total PDRB tersebut sekitar 18.237.694 juta (85,97%) dihasilkan oleh sektor pertambangan dan penggalian. Sektor terbesar berikutnya adalah pertanian yang memberikan andil sekitar 3,53% persen (748.899 juta) dan sektor perdagangan sebesar 2,87% (609.767 juta). Sedangkan sektor lainnya memiliki sharing dibawah dua persen. Mengingat dominasi sektor pertambangan dan penggalian (khususnya sub sektor pertambangan non migas) cukup besar bagi pembentukan nilai tambah, sehingga pertumbuhan sektor ini berdampak besar bagi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di KSB. Secara rinci perkembangan PDRB KSB dalam kurun waktu 4 tahun terakhir disajikan pada Tabel 3.21 berikut ini.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
35
Tabel 3.21 Perkembangan PDRB (ADHB) KSB Tahun 2012-2015 (juta rupiah) No Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 Pertanian, 1 kehutanan dan 567.155,50 588.723,60 655.522,42 748.898,81 perikanan 2 Pertambangan dan 8.118.256,24 7.582.255,85 6.788.846,53 18.237.693,97 Penggalian 3 Industri Pengolaham 38.902,45 40.799,74 42.891,33 46.801,36 Listrik, Gas dan Air 4 2.057,13 2.105,07 2.525,62 2.653,11 Bersih Pengadaan Air, PengelolaanSampah 5 1.447,18 1.712,61 1.943,55 2.206,67 , Limbah dan Daur Ulang 6 Konstruksi 290.723,86 307.591,18 344.682,18 386.428,53 Perdagangan Besar 7 dan Eceran Reparasi 446.733,99 487.069,66 546.337,15 609.767,07 Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan 8 240.798,37 264.522,36 288.168,75 318.259,39 Pergudangan Penyediaan 9 Akomodasi 41.693,25 49.426,57 57.409,27 62.964,74 danMakan Minum Informasi dan 10 39.679,81 42.252,04 46.810,04 50.387,98 Komunikasi Jasa Keuangan dan 11 56.175,73 60.881,85 67.712,76 74.854,55 Asuransi 12 Real Estate 104.511,00 115.954,97 133.703,87 146.967,24 13 Jasa Perusahaan 5.117,75 5.481,67 5.947,88 6.450,66 Administrasi 14 Pemerintahan 160.868,87 175.156,47 213.724,56 239.270,94 Pertahanan dan Jaminan Sosial 15 Jasa Pendidikan 123.625,00 135.643,00 149.750,94 169.657,01 Jasa Kesehatan dan 16 35.112,00 37.712,08 41.528,79 46.152,33 Kegiatan Sosial 17 Jasa Lainnya 50.299,18 53.642,62 56.824,85 64.489,19 Jumlah 10.323.157,31 9.950.931,34 9.444.330,49 21.213.903,55 Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
36
3.9.3. Struktur Perekonomian Berdasarkan komposisi PDRB atas dasar harga berlaku yang terbentuk dari setiap sektor serta besarnya kontribusi yang diberikan oleh masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB, sektor pertambangan masih merupakan leading sektor pembentuk PDRB KSB dengan share sebesar 85,97%, kemudian diikuti sektor pertanian sebesar 3.53% dan sektor perdagangan 2.87%. Sedangkan untuk sektor lainnya kontribusi terhadap pembentukan PDRB KSB masih releratif kecil yaitu di bawah 2%. Secara jelas struktur perekonomian KSB dapat dilihat pada Tabel 3.22 berikut: Tabel 3.22 Struktur PDRB (ADHB) KSB Tahun 2012-2015 (%) No Lapangan Usaha 2012 2013 2014 1 Pertanian, kehutanan dan perikanan 5,49 5,92 6,94 2 Pertambangan dan Penggalian 78,64 76,20 71,88 3 Industri Pengolaham 0,38 0,41 0,45 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,02 0,02 0,03 Pengadaan Air, Pengelolaan 5 0,01 0,02 0,02 Sampah, Limbah dan Daur Ulang 6 Konstruksi 2,82 3,09 3,65 Perdagangan Besar dan Eceran 7 4,33 4,89 5,78 Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8 Transportasi dan Pergudangan 2,33 2,66 3,05 Penyediaan Akomodasi dan Makan 9 0,40 0,50 0,61 Minum 10 Informasi dan Komunikasi 0,38 0,42 0,50 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,54 0,61 0,72 12 Real Estate 1,01 1,17 1,42 13 Jasa Perusahaan 0,05 0,06 0,06 Administrasi Pemerintahan 14 1,56 1,76 2,26 Pertahanan dan Jaminan Sosial 15 Jasa Pendidikan 1,20 1,36 1,59 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,34 0,38 0,44 17 Jasa Lainnya 0,49 0,54 0,60 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
2015 3,53 85,97 0,22 0,01 0,01 1,82 2,87 1,50 0,30 0,24 0,35 0,69 0,03 1,13 0,80 0,22 0,30 100,00
37
3.9.4. Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi KSB selama tahun 2011 hingga 2015 sangat fluktuatif. Dimana laju pertumbuhan PDRB KSB tahun 2011 mengalami penurunan hingga Mencapai -28,18 persen, begitu juga pada tahun 2012 mengalami kontraksi sebesar -26,27 persen. Namun pada tahun 2013 perekonomian KSB sudah mulai tumbuh sebesar 3,53 persen. Akan tetapi tahun 2014 perekonomian KSB kembali mengalami perlambatan dengan laju pertumbuhan hanya sebesar -1,32 persen. Pada tahun 2015 perekonomian KSB meningkat pesat hingga mencapai 107,07 persen dibandingkan tahun 2014. Kenaikan pertumbuhan ekonomi KSB merupakan kenaikan pertumbuhan ekonomi yang tertinggi se-Indonesia pada tahun 2015.
No 1 2 3 4
Tabel 3.23 Laju Pertumbuhan Ekonomi KSB Tahun 2012-2015 Lapangan Usaha 2012 2013 2014 Pertanian, kehutanan dan perikanan
Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Pengadaan Air, Pengelolaan 5 Sampah, Limbah dan Daur Ulang 6 Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran 7 Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8 Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan 9 Minum 10 Informasi dan Komunikasi 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 12 Real Estate 13 Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan 14 Pertahanan dan Jaminan Sosial 15 Jasa Pendidikan 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17 Jasa Lainnya Jumlah Sumber : BPS KSB, 2016
2015
6,72
2,11
5,68
6,06
-31,34 4,87 14,60
3,19 4,40 21,10
- 2,75 3,77 18,95
133,65 3,64 - 7,85
11,33
11,84
4,64
8,94
5,19
4,87
6,05
4,97
8,69
6,91
4,50
4,94
8,70
7,36
0,68
3,25
7,27
5,20
0,34
2,13
14,38 11,02 6,69 4,99
6,09 5,45 5,16 3,13
7,70 5,86 5,29 -1,13
8,49 6,82 5,58 3,31
0,55
4,25
2,24
2,20
7,32 5,65 4,17 - 26,27
6,31 6,06 5,52 3,53
7,20 5,31 2,71 - 1,32
7,20 6,11 6,31 107,07
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
38
3.10. Sumber Daya Alam 3.10.1. Energi Kebutuhan listrik di KSB terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kegiatan ekonomi masyarakat. kebutuhan listrik selama ini masih disuplai oleh PLN (persero) pada rating PLN di KSB. Produksi listrik di KSB pada tahun 2015 sebesar 57.888.078 KWH dengan daya terpasang sebesar 143.432 KW, daya tersambung sebesar 143.432 KW, daya mampu sebesar 140.500 KW dan beban puncak sebesar 115.317 KW, produksi tersebut menurun dari pada tahun sebelumnya sebesar 61.224.151 KWH Tahun 2014. Tabel 3.24 Produksi dan penggunaan Listrik di KSB Tahun 2015 Daya Terpasang (KW)
Daya Tersambung (KW)
Daya Mampu (KW)
Beban Puncak (KW)
12.036
12.036
11.850
10.050
Januari
Produksi Listrik (KWH) 4.919.992
Februari
4.034.921
12.036
12.036
11.850
9.410
Maret
4.471.996
12.036
12.036
11.850
8.650
April
4.424.661
12.036
12.036
10.350
8.900
Mei
4.691.197
12.036
12.036
12.050
9.300
Juni
4.686.079
12.036
12.036
12.050
9.200
Juli
4.597.603
12.036
12.036
12.050
8.437
Agustus
4.654.851
12.036
12.036
12.050
8.770
September
4.660.538
12.036
12.036
11.850
9.400
Oktober
5.391.146
11.036
11.036
10.850
10.900
November
5.654.411
13.036
13.036
12.850
11.400
5.700.683
11.036 143432
10.850 140500
10.900 115317
Bulan
Desember Total 57888078 Sumber: BPS KSB, 2016
11.036 143432
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
39
Berdasarkan jumlah pelanggan listrik tahun 2015 berjumlah sebanyak 29.121 pelanggan meningkat (10,55%) dari 26.342 pelanggan tahun 2014. Jika dilihat dari jumlah pelanggannya, Taliwang memiliki pelanggan terbanyak yakni sebesar 10.935 pelanggan. Sementara itu kecamatan Poto Tano mempunyai pelanggan yang terkecil yakni hanya sebanyak 620 pelanggan dengan jumlah daya terpasang 143.432 KWH. Tabel 3.25 Jumlah Pelanggan Listrik Menurut Kecamatan di KSB Tahun 2011-2015 No
Kecamatan
2011
2012
2013
2014
2015
774
979
1 229
1 325
1 227
1
Sekongkang
2 3
Jereweh Maluk
2 371 810
2 494 1 069
2 844 1 219
2 950 1 290
3 600 2 153
4
Taliwang
7 559
7 989
9 839
11 978
10 935
5
Brang Ene
925
1 205
1 632
1 687
1 970
6
Brang Rea
1 755
2 032
2 362
2 407
3 199
7
Seteluk
3 318
3 595
4 030
4 205
5 417
8
Poto Tano Jumlah/Total
295 17.807
315 445 19.678 23.600
500 620 26.342 29.121
Sumber: BPS KSB, 2016 Selain dari listrik PLN, di KSB juga memiliki sumber energi listrik lainnya yang sudah dan akan dikembangkan seperti PLTU di Labuan Kertasari, PLTU PT Newmont Nusa Tenggara, PLTS di Kecamatan Sekongkang dan Potensi PLTA Bintang Bano di Kecamatan Brang Rea. Adapun secara lebih rinci mengenai potensi sumber listrik selain PLN di KSB disajikan pada tabel berikut:
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
40
Tabel 3.26 Jenis dan Kapasitas dan Lokasi Sumber Listrik Non PLN di KSB Tahun 2015 Jenis Sumber Listrik Kapasitas Produksi Lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
2 x 7 MW 112 MW 40 MW 5 KW
Labuan Kertasi, Kecamatan Taliwang PT NNT, Kecamatan Maluk Bendungan Bintang Bano, Kecamatan Brang Rea Desa Talonang Baru, Kecamatan Sekongkang
Sumber: Dinas ESDM KSB, 2016 3.10.2. Mineral KSB berdasarkan tatanan stratigrafinya mempunyai beberapa jenis bahan galian. Potensi bahan galian yang terdapat di wilayah KSB terbagi atas bahan galian logam, non logam dan batuan. Jenis bahan galian logam yang ada di KSB yaitu emas, tembaga, biji besi, galena, ferro manganese, mangan. Sedangkan jenis bahan non logam dan batuan terdiri atas andesit/sirtu, tanah urug, dolmit, gypsum, kaolin, batu gamping, chert/rijang, karsedon, oniks, silika, marmer dan fosfat. Potensi bahan galian logam di KSB pada tahun 2015 berupa emas sebesar 0,5-5 g/ton emas, tembaga sebesar 40.000 M3, biji besi sebesar 24.000 M3, galena sebesar 53.000 M3, ferro manganese sebesar 4.000 M3, dan mangan sebesar 109.000 M3. Sedangkan untuk potensi bahan galian non logam dan batuan di KSB tahun 2015 mencapai sebesar 110.404.000 M3. Secara jelas mengenai potensi bahan galian logam, non logam dan batuan di KSB tahun 2015 disajikan pada tabel-tabel di bawah ini:
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
41
Tabel 3.27 Potensi Bahan Galian Logam di KSB Tahun 2015 No Kecamatan Bahan Galian Cadangan Emas 0,5-5 g/ton 1 Poto Tano Biji Besi 16.000 M3 Emas 0,5-5 g/ton 2 Seteluk Galena 10.000 M3 Emas 0,5-5 g/ton 3 Taliwang Tembaga 10.000 M3 Galena 23.000 M3 Emas 0,5-5 g/ton 4 Brang Rea Tembaga 10.000 M3 Galena 23.000 M3 Emas 0,5-5 g/ton 5 Brang Ene Tembaga 20.000 M3 Emas 0,5-5 g/ton 6 Jereweh Ferro Manganese 4.000 M3 Mangan 100.000 M3 Emas 0,5-5 g/ton 7 Sekongkang Biji Besi 8.000 M3 Mangan 9000 M3 Sumber : Dinas ESDM KSB, 2016
Gambar 3.5. Peta Potensi Pertambangan Bahan Galian Logam di KSB Tahun 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
42
No
Tabel 3.28 Potensi Bahan Galian Non Logam dan Batuan di KSB Tahun 2015 Kecamatan Bahan Galian Cadangan 10.400.000 M3
Andesit/Sirtu 1
Poto Tano
Tanah Urug
300.000 M3
Dolomit
300.000 M3
Gipsum
3.000 M3 10.000 M3
Kaolin 2
Seteluk
Batu Gamping
3.000.000 M3
Batu Gamping
6.000.000 M3 35.000.000 M3
Andesit/sirtu 3
Taliwang
Tanah Urug
400.000 M3
Chert/rijang
10.000 M3 9.000 M3
Kalsedon
4
Brang Rea
Oniks
50.000 M3
Silika
50.000 M3
Batu Gamping
3.000.000 M3
Andesit/sirtu
5.000.000 M3 50.000 M3
Marmer
5.000.000 M3
Andesit/Sirtu
100.000 M3
Lempung/Tanah Liat 5
Brang Ene
Chert/Rijang
10.000 M3
Marmer
10.000 M3
Silika
50.000 M3 19.000.000 M3
Batu Gamping 6
Jereweh
Andesit/Sirtu
250.000 M3
Lempung/Tanah Liat
100.000 M3 2.000 M3
Fosfat 7
Sekongkang
Total Sumber: Dinas ESD KSB, 2016
3.000.000 M3
Batu Gamping
19.300.000 M3
Andesit/sirtu
110.404.000 M3
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
43
Gambar 3.6. Peta Potensi Pertambangan Galian Non Logam dan Batuan di KSB tahun 2015 3.10.3.
Pariwisata
Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat penting untuk dikembangkan khususnya di KSB karena memiliki potensi pariwisata yang sangat menarik.
Potensi-potensi
pariwisata
tersebut
terdiri
atas
wisata
pantai/laut,
danau/sungai/gunung/gua, Pulau-pulau kecil, dan seni-budaya masyarakat. Saat ini di KSB terdapat sekitar 45 lokasi destinasi wisata dan 10 lokasi potensial untuk wisata, dimana terdiri atas wisata alam berbentuk pantai yang sangat indah, pulau-pulau kecil, danau, wisata budaya dan wisata buatan yang sangat menarik. Adapun lokasi dan jenis destinasi pariwisata di KSB dapat dilihat pada Tabel 3.29 berikut:
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
44
Table 3.29 Potensi Destinasi Wisata di KSB Tahun 2015 Jumlah Kecamatan Objek Wisata Jenis Wisata (unit) a. Poto Batu 6 Pantai b. Pantai Balat Pantai c. Pantai kertasari Pantai Taliwang d. Danau Lebo Danau e. Pulau Krata Pulau f. Pulau Puyung Pulau a. Makam Seran 2 Kuburan Keramat Seteluk b. Makam Datu Kuburan Keramat a. Pantai Poto Tano 13 Pantai b. Pantai Poto Tano pantai c. Pantai pasir putih pantai d. Desa Budaya Mantar Desa Budaya e. Paralayang Mantar Olahraga f. Pulau Kenawa Pulau Poto Tano g. Pulau Paserang Pulau h. Pulau Kalong Pulau i. Pulau ular Pulau j. Pulau mandiki Pulau k. Pulau belang Pulau l. Pulau namo Pulau m. Pulau kambing Pulau a. Pantai Jelenga 5 pantai b. Air terjun Air terjun Kalela/Jantub/Seporo Jereweh n Tangkil/Ai Koa c. Gua Kalela Gua d. Gua Serunga Gua e. Makam matu maga Kuburan Keramat a. Pantai Maluk 3 pantai Maluk b. Pantai Benete Pantai c. Kawasan NNT Wisata Tambang a. Gua Air Terjun 13 Air Terjun samporennisa b. Air pernang slan Air Terjun c. Air terjun rarak rungis Gua Brang Rea d. Gua bidayang Gua e. Gua bilik jangi Gua f. Gua selarong Gua g. Gua persembunyian Gua undru 1 Gua
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
Keterangan Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Potensi Potensi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Potensi Potensi Potensi Potensi Potensi Potensi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi 45
Brang ene
Sekongkang
h. Gua persembunyian undru 2 i. Gua liang duri j. Dam tiu kaleta k. Dusun talbir l. Dam Tiu Aleta m. Gua Mumber a. Air Terjun Penujan b. Dam Kalimantong 1 a. Pantai Sekongkang b. Pantai Pesin c. Pantai tropi d. Pantai rantung e. Pantai lawar f. Pantai yoyo g. Cagar Alam Pedau h. Air terjun sekuteng i. Wisata tambang batu hijau j. Pulau Baban k. Pulau Rantung
2 11
Gua
Destinasi
Gua Dam Desa Budaya Dam Gua Air terjun Dam Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Cagar alam Air terjun Kawasan Tambang Pulau Pulau
Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Destinasi Potensi Potensi
Sumber: Dinas ESDM dan Pariwisata KSB, 2016
Gambar 4. Peta Potensi Destinasi Pariwisata di KSB Tahun 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
46
Pariwisata yang indah dan mempesona yang ada di KSB telah mampu menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara untuk berkunjung. Pada tahun 2015, jumlah wisatawan yang berkunjung ke KSB mencapai 14.840 wisatawan yang terdiri dari 13.757 wisatawan mancanegara dan 1.083 wisatawan domestik. Sektor pariwisata di KSB juga sangat didukung oleh sarana dan prasarana yang cukup memadai seperti sarana hotel/restoran. Pada tahun 2015 terdapat 20 hotel yang memiliki 349 kamar dengan 503 buah tempat tidur. Adapun secara rinci mengenai jumlah wisatawan, hotel/restoran di KSB tahun 2015 disajikan pada tabel-tabel berikut ini:
No 1. 2.
Kecamatan Sekongkang Jereweh
Tabel 3.30 Jumlah Wisatawan di KSB Tahun 2015 Wisatawan Domestik Mancanegara 677 574 124 51
Total 1.251 175
3.
Maluk
184
3.119
3.303
4.
Taliwang
98
10.013
10.111
5.
Brang Ene
0
0
0
6.
Brang Rea
0
0
0
7.
Seteluk
0
0
0
8.
Poto Tano
0
0
0
Total Sumber: BPS KSB, 2016
13.757
1.083
14.840
No 1. 2.
Tabel 3.31 Jumlah hotel/Restoran, Kamar, dan Tempat Tidur di KSB Tahun 2015 Kecamatan Hotel Kamar Tempat Tidur Sekongkang 5 86 117 3 20 24 Jereweh
3.
Maluk
5
82
106
4.
Taliwang
7
161
256
5.
Brang Ene
0
0
0
6.
Brang Rea
0
0
0
7.
Seteluk
0
0
0
0
0
0
20
349
503
8.
Poto Tano Total
Sumber: BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
47
3.10.4.
Hidrologi
Sungai besar yang ada di KSB terdiri dari Sungai Rea dan Sungai Jereweh yang termasuk Sub-SWS Sumbawa, dan terdapat 41 Daerah Aliran Sungai (DAS). Selain sungai, KSB juga memiliki danau (lebo) dengan luas sebesar 819,20 Ha, yang merupakan kawasan konservasi sumberdaya hayati flora dan fauna, dan berfungsi sebagai kawasan wisata alam. Disamping itu, KSB juga masih memiliki sumber mata air yang banyak yang tersebar di hampir setiap kecamatan. Berdasarkan data yang ada, potensi sumber mata air yang ada di KSB secara keseluruhan dapat menghasilkan minimum 8.883,50 m3 dan maksimum 16.308,51 m3, dan rata-rata keseluruhan 12.596,01 m3. Rata-rata debit air untuk wilayah KSB 75,43 m3/dt.
No
Tabel 3.32 Daerah Aliran Sungai Menurut Kecamatan di KSB Tahun 2015 Kecamatan Nama DAS Luas (Ha)
1.
Taliwang
DAS Rea, DAS Penusak, DAS Selupi, DAS Nangaperia, DAS Jereweh
15.195,64
2.
Jereweh
DAS Rea, DAS Beh, DAS Telonang, DAS Bontong, DAS Tatar, DAS Nangaene, DAS Tongoloka, DAS Sejorong, DAS Balas, DAS Benete, DAS Nusu, DAS Batu Keriti, DAS Jereweh
51.792,22
3.
Maluk
DAS Sekongkang, DAS Balas, DAS Sauaruar, DAS Benete, DAS Nusu, DAS Batu Keriti, DAS Jereweh DAS Sepang, DAS Telonang, DAS Bontong, DAS Tatar, DAS Nanganene, DAS Tongoloka, DAS Sejorong, DAS Sekongkang, DAS Balas DAS Rea, DAS Penusak, DAS Selupi, DAS Remo, DAS Tuananga, Das Aiboro, DAS Mantar, DAS Kuangbusir, DAS Sagena, DAS Senayan, DAS Tubaka, DAS Nangaperia, DAS Belang.
4.
Sekongkang
5.
Pototano
6.
Seteluk
DAS Rea, DAS Penusak, DAS Mapin
7.
Brang Rea
DAS Rea, DAS Mapin, DAS Beh
8.
Brang Ene
DAS Rea, DAS Beh, DAS Tatar, DAS Jereweh
3.905,49 27.874,44
13.679,55 10.388,80 32.485,53 18.873,82
Sumber: Dinas PU KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
48
3.10.5. Pulau-pulau Kecil Pulau-pulau kecil (small island) yang terdapat di KSB berjumlah sebanyak 16 pulau kecil. Pulau kecil terbanyak berada pada wilayah Kecamatan Poto Tano yaitu sebanyak 8 pulau kecil (disebut Gili Balu‟) dengan luas daratan dan perairannya mencapai 6.005,20 Ha. Pulau-pulau kecil lainnya berada pada wilayah Kecamatan Taliwang sebanyak 6 pulau kecil, dan 2 pulau kecil terdapat di Kecamatan Sekongkang. Pulau-pulau kecil yang ada di KSB ini selanjutnya akan dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai tempat wisata, konsevasi, perikanan tangkap dan budidaya perikanan. Dimana beberapa diantaranya seperti pulau kenawa, paserang sudah dijadikan sebagai Taman Wisata Bahari. Secara rinci jumlah luas dan potensi pengembangan pulau-pulau kecil di KSB dapat dilihat pada Tabel 3.33 berikut: Tabel 3.33 Jumlah, Luas dan Potensi Pengembangan Pulau-pulau Kecil di KSB Tahun 2015 No Kecamatan Pulau Kecil Potensi Pengembangan Luas (Ha) Pariwisata a. Pulau Kalong 196.80 Budidaya perikanan Pariwisata b. Pulau Namo 190.90 Budidaya perikanan Pariwisata c. Pulau Kenawa 13.80 Konsevasi Pariwisata d. Pulau Ular 2.19 Perikanan tangkap Pariwisata 1. Poto Tano e. Pulau Mandiki 0.24 Konservasi Pariwisata f. Pulau paserang 45.77 Konservasi Pariwisata Konservasi g. Pulau Kambing 5.05 Budidaya perikanan Perikanan tangkap Pariwisata h. Pulau Belang 492.65 Konservasi Konservasi a. Pulau Dua Rea 14.16 Perikanan tangkap Konservasi b. Pulau Dua Ode 2.38 2. Taliwang Perikanan tangkap Pariwisata c. Pulau Krata 2.81 Konservasi
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
49
d. Pulau sarang e. Pulau Satu f. Pulau Puyung a. Pulau Baban 3.
Sekongkang b. Pulau Rantung
Jumlah Sumber: DKPP KSB, 2016
Konservasi sarang walet Budidaya perikanan Perikanan tangkap Konservasi Perikanan tangkap Pariwisata Budidaya perikanan Perikanan tangkap Pariwisata Perikanan tangkap Pariwisata Budidaya perikanan Perikanan tangkap
16
24.63 23.23 0.76 0.36 0.58 1.016,31
3.11. Gambaran Umum Komoditas Pertanian 3.11.1.
Tanaman Pangan
Pertanian tanamanan pangan merupakan bidang pencaharian dari mayoritas penduduk di KSB. Subsektor pertanian tanaman pangan memiliki potensi yang cukup bervariasi meliputi padi, jagung, kacang tanah, kacang hijau, kedelai, dan umbi-umbian, namun sebagian besar masih sangat tergantung pada cuaca terutama curah hujan atau lamanya musim penghujan yang terjadi, sehingga jumlah produksi tanaman pangan cukup fluktuatif dari tahun ke tahun. Sektor pertanian merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan dengan sifatnya sebagai SDA yang dapat diperbaharui (renewable). Sektor pertanian di KSB merupakan salah satu penopang utama perekonomian masyarakat dan harus terus dikembangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat. Padi sawah dan jagung merupakan komoditas utama pertanian tanaman pangan. Jumlah produksi padi tahun 2015 sebesar 98.917 ton. Produksi padi tersebut mengalami peningkatan sebesar 10,28% jika dibandingkan tahun 2014 yang hanya sebesar 90.006 ton. Peningkatan produksi padi tersebut dikarenakan luas panen yang bertambah sehingga produksi yang dihasilkan meningkat. Sementara itu, untuk tanaman palawija yang cukup potensial untuk dikembangkan adalah jagung dan kedelai.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
50
Produksi jagung pada tahun 2015 sebesar 29.597 ton, mengalami penurunan sebesar 29,65 % jika dibandingkan dengan produksi tahun 2014 yang mencapai 42.071 ton. Penurunan ini dipengaruhi oleh luas areal produksi yang mengalami penurunan dari seluas 6.235 ha pada tahun 2014 menjadi seluas 5.893 ha pada tahun 2016. Disamping itu juga penurunan intensitas penanaman oleh masyarakat karena faktor harga yang tidak menentu. Sedangkan produksi kedelai tahun 2015 sebesar 3.483 ton, kacang hijau sebesar 537 ton dan kacang tanah sebesar 123 ton. Secara rinci luas panen padi dan palawija di KSB tahun 2015 disajikan pada Tabel 3.34 berikut ini. Tabel 3.34 Luas Panen, Produksi Padi dan Palawija di KSB Tahun 2015 Luas Panen Produksi No Jenis Lahan (Ha) (Ton) Padi Sawah 19.319 98.276 1 Padi Ladang 153 641 Jumlah 19.472 98.917 2 Ubi Kayu 5 78 3 Ubi Jalar 15 328 4 Jagung 5.893 29.597 5 Kedelai 3.150 3.483 6 Kacang Tanah 98 123 7 Kacang Hijau 617 537 Jumlah 9.778 34.146 Sumber: BPS KSB, 2016
Gambar 3.8. Grafik Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi di KSB Tahun 2011-2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
51
Gambar 3.9. Grafik Luas Panen, Produktivitas, Produksi Palawija di KSB Tahun 2014-2015 Adapun luas panen dan produksi padi dan palawija di KSB tahun 2015 berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini: Tabel 3.35 Luas Panen, Produktivitas, Produksi Padi Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Kecamatan Potensi Lahan Luas Panen Produksi Produktivitas (Ha) (hektar) (ton) (ton/ha) Sekongkang 1119 813 4.056 4,99 Jereweh 1274 954 4.672 4,90 Maluk 271 199 940 4,72 Taliwang 2423 5.995 30.810 5,14 Brang Ene 834 1.404 7.250 5,16 Brang Rea 2777 5.723 28.922 5,05 Seteluk 2476 3.961 20.223 5,11 Poto Tano 563 423 2.044 4,83 Jumlah 11.737 19.472 98.917 5,08 2 014 16.097 90.006 5,59 2 013 18.193 86.660 4,76 2 012 17.884 95.548 5,34 2 011 16.538 87.818,1 5,31 Sumber: BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
52
Tabel 3.36 Luas Panen, Produktivitas, Produksi Jagung Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Kecamatan Potensi Lahan Luas Panen Produksi Produktivitas (Ha) (hektar) (ton) (ton/ha) 1119 240 846 3,53 Sekongkang 1961 66 300 4,55 Jereweh 271 131 536 4,09 Maluk 4490 660 3.122 4,73 Taliwang 1161 7 38 5,43 Brang Ene 3018 17 77 4,53 Brang Rea 2588 856 4.405 5,15 Seteluk 4890 3.916 20.273 5,18 Poto Tano Jumlah 19.498 5.893 29.597 5,02 2 014 6.235 42.071 6,75 2 013 5.486 30.882 5,63 2 012 5.113 27.462 5,37 2 011 5.284 26.432 5,00 Sumber: BPS KSB, 2016 Tabel 3.37 Luas Panen, Produktivitas, Produksi Kedelai Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Kecamatan Potensi Lahan Luas Panen Produksi Produktivitas (Ha) (hektar) (ton) (ton/ha) 1119 Sekongkang 155 169 1,09 1961 Jereweh 153 166 1,08 271 Maluk 74 79 1,07 4490 Taliwang 988 1.092 1,11 1161 Brang Ene 80 85 1,06 3018 Brang Rea 193 208 1,08 2588 Seteluk 811 911 1,12 4890 Poto Tano 696 773 1,11 Jumlah 19.498 3.150 3.483 1,11 2 014 475 785 1,65 2 013 2 1 0,50 2 012 1.469 1.457 0,99 2 011 701 1.099 1,57 Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
53
Tabel 3.38 Luas Panen, Produktivitas, Produksi Ubi Kayu Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Potensi Lahan Luas Panen Produksi Produktivitas Kecamatan (Ha) (hektar) (ton) (ton/ha) 1119 Sekongkang 0,43 7 16,28 1961 Jereweh 0,61 10 16,39 271 Maluk 0,0 0 0,00 4490 Taliwang 0,2 3 15,00 1161 Brang Ene 0,22 3 13,64 3018 Brang Rea 0,33 5 15,15 2588 Seteluk 0,97 15 15,46 4890 Poto Tano 2,24 35 15,63 Jumlah 19.498 5 78 15,60 2 014 20 231 11,55 2 013 Na Na 0,00 2 012 104 1.376 13,23 2 011 40 586 14,65 Sumber : BPS KSB, 2016
Tabel 3.39 Luas Panen, Produktivitas, Produksi Ubi Jalar Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Potensi Lahan Luas Panen Produksi Produktivitas Kecamatan (Ha) (hektar) (ton) (ton/ha) Sekongkang 1119 1 27 27,00 Jereweh 1961 2 31 15,50 Maluk 271 2 35 17,50 Taliwang 4490 3 58 19,33 Brang Ene 1161 0 0 0,00 Brang Rea 3018 1 27 27,00 Seteluk 2588 3 93 31,00 Poto Tano 4890 3 57 19,00 Jumlah 19.498 15 328 21,87 2 014 60 539 8,98 2 013 Na Na 0,00 2 012 10 119 11,90 2 011 23 284 12,35 Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
54
Tabel 3.40 Luas Panen, Produktivitas, Produksi Kacang Hijau Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Potensi Lahan Luas Panen Produksi Produktivitas Kecamatan (Ha) (hektar) (ton) (ton/ha) 1119 Sekongkang 7 9 1,29 1961 Jereweh 2 2 1,00 271 Maluk 2 2 1,00 4490 Taliwang 10 13 1,30 1161 Brang Ene 1 1 1,00 3018 Brang Rea 3 4 1,33 2588 Seteluk 5 6 1,20 4890 Poto Tano 68 86 1,26 Jumlah 19.498 1,26 98 123 2 014 145 175 1,21 2 013 265 300 1,13 2 012 166 161 0,97 2 011 208 196 0,94 Sumber : BPS KSB, 2016 Tabel 3.41 Luas Panen, Produktivitas, Produksi Kacang Tanah Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Potensi Lahan Luas Panen Produksi Produktivitas Kecamatan (Ha) (hektar) (ton) (ton/ha) 1119 Sekongkang 6 6 1,00 1961 Jereweh 79 68 0,86 271 Maluk 10 9 0,90 4490 Taliwang 190 165 0,87 1161 Brang Ene 86 75 0,87 3018 Brang Rea 119 104 0,87 2588 Seteluk 109 95 0,87 4890 Poto Tano 18 15 0,83 19.498 Jumlah 617 537 0,87 2 014 2 013
665 536
94 606
0,14 1,13
2 012
1871
2381
1,27
2 011 Sumber : BPS KSB, 2016
1079
1263
1,17
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
55
Tabel 3.42 Luas Panen, Produksi Tanaman Holtikultura di KSB Tahun 2015 Luas Panen Produksi No Jenis Tanaman (Ha) (Ton) 1 Bayam 1 2 2 Buncis 1 1 3 Kacang Panjang 85 161 4 Terung 47 80 5 Tomat 20 38 6 Cabe Besar 17 40 7 Cabe rawit 47 103 8 Kembang Kol 2 10 9 1 2 Kangkung 221 437 Jumlah Sumber : BPS KSB, 2016
Gambar 9. Grafik Luas Panen dan Produksi Tanaman Hortikultura di KSB Tahun 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
56
Gambar 3.11. Peta Potensi Tanaman Pangan di KSB Tahun 2015 3.11.2. Perkebunan Sektor perkebunan merupakan salah satu sektor yang dikembangkan oleh di KSB. Jenis-jenis tanaman perkebunan yang dikembangkan di antara lain:kelapa, sisal, jambu mete, kopi, jarak pagar, aren, dan lainnya yang merupakan gabungan dari beberapa tanaman perkebunan. Luas potensi areal perkebunan di KSB tahun 2015 sebesar 36.200 ha dengan luas areal termanfaatkan sebesar 3.541,17 ha dan yang belum termanfaatkan sebesar 32.658,83. Produksi tanaman perkebunan di KSB tahun 2015 mencapai sebesar 2.247,545 ton. Dimana porsi terbesar baik untuk luas tanaman maupun produksi ditunjukkan oleh tanaman kelapa yang produksinya mencapai 1.251,36 ton dari luas areal 1.352 ha. Produksi perkebunan terbesar kedua adalah Sisal dengan produksi sebesar 310.455 ton dan luas areal 127,47 hektar, kemudian terbesar ketiga adalah jambu mete dengan produksi sebesar 151,92 ton dari luas tanaman 984 ha. Selain Kelapa, sisal dan jambu mete masyarakat KSB juga mengusahakan tanaman perkebunan lainnya dengan nilai produksi masih relatif kecil. Meskipun demikian jika dilihat dari potensi areal tanaman perkebunan, pengembangan tanaman perkebunan masih sangat luas. Secara rinci produksi, luas dan potensi areal berdasarkan jenis tanaman perkebunan di KSB disajikan pada Tabel 3.43 berikut ini.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
57
Tabel 3.43 Jumlah Produksi, Luas dan Potensi Areal Tanaman Perkebunan di KSB Tahun 2015 Potensi Belum Produksi Termanfaatkan No JenisTanaman Areal Termanfaatkan (Ton) (Ha) (Ha) (Ha) 1251 5186 1352 1 Kelapa 3834 2 Tembakau Rakyat 7.4 131 12 119 4.9 168 7 3 Tembakau Virginia 161 139.4 840 13.7 4 Kopi 826.3 40.6 136 126 5 Kapuk 10 1.8 636 119 6 Kako 517 95.23 5622 130 7 Asam 5492 2.62 249 24 8 Lada 225 85.3 1550 147 9 Aren 1403 151.92 6143 984 10 Jambu Mete 5159 9.08 40 35 11 Pinang 5 42.98 9680 389 12 JarakPagar 9291 1 1926 3 13 Jarak Kepyer 1923 14 Sisal 127.47 310.455 2796 2668.53 56.5 491 23 15 Tebu 468 47.36 450 46 16 Kemiri 404 0 156 3 17 Vanili 153 Total 2247.545 36200 3541.17 32658.83 Sumber: BPS KSB, 2016; BPMPPT, 2016
Gambar 3.12. Grafik Luas Tanam, Produksi Tanaman Perkebunan di KSB Tahun 2011 – 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
58
Adapun luas areal dan produksi tanaman perkebunan di KSB tahun 2015 berdasarkan kecamatan disajikan pada tabel-tabel berikut ini: Tabel 3.44 Luas Area Produksi Kelapa Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Produksi Potensi Area Luas Area Kecamatan (ton) (Ha) (Ha) Sekongkang 32,20 1875 99 Jereweh 160,88 325 145 Maluk 63,75 275 90 Taliwang 490,50 664 441 Brang Ene 122,38 500 122 Brang Rea 103,23 597 74 Seteluk 181,60 450 219 Poto Tano 96,82 500 162 Jumlah 1.251 5.186 1.352 Sumber : BPS KSB, 2016 Tabel 3.45 Luas Area Produksi Jambu Mete dan Tebu Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Potensi Luas Potensi Luas Produksi Produksi Kecamatan Area Area Area Area (ton) (ton) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) Sekongkang 3,11 809 166 18 9 7 Jereweh 19,40 1105 109 11 250 5 Maluk 16,72 715 76 0,00 25 0,00 Taliwang 21,28 509 48 7,2 90 3 Brang Ene 18,48 550 88 8,1 67 3 Brang Rea 41,93 697 254 0,00 0,00 0,00 Seteluk 12,40 1023 75 5,6 20 2 Poto Tano 18,60 735 168 6.6 30 3 Jumlah 151,92 6.143 984,00 56,50 491 23 Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
59
Tabel 3.46 Luas Area Produksi Jarak Pagar dan Sisal Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Potensi Luas Potensi Luas Produksi Produksi Kecamatan Area Area Area Area (ton) (ton) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) Sekongkang 6,20 1900 42 310.455 750 93.43 Jereweh 1,27 780 14 0.00 0,00 0.00 Maluk 1,48 650 8 0.00 200 0.00 Taliwang 8,40 800 94 0.00 46 0.00 Brang Ene 2,64 1050 29 0.00 0,00 0.00 Brang Rea 7,36 1300 64 0.00 0,00 0.00 Seteluk 7,80 1400 68 0.00 300 0.00 Poto Tano 7,83 1800 70 0.00 1500 34.04 Jumlah 42,98 9.680 389 127.47 310.455 2.796 Sumber : BPS KSB, 2016 Tabel 3.47 Luas Area Produksi Kopi dan Lada Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Potensi Luas Potensi Luas Produksi Produksi Kecamatan Area Area Area Area (ton) (ton) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) Sekongkang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Jereweh 0,00 200 0,00 0,00 0,00 0,00 Maluk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Taliwang 0,00 0,00 0,00 1,13 29 12 Brang Ene 4,65 240 10 0,84 70 9 Brang Rea 134,75 400 3,7 0,65 150 3 Seteluk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Poto Tano 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Jumlah 139,4 840 13,7 2,62 249 24,00 Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
60
Tabel 3.48 Luas Area Produksi Kakao dan Kapuk Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun Potensi Luas Potensi Produksi Produksi Kecamatan Area Area Area (ton) (ton) (Ha) (Ha) (Ha) Sekongkang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Jereweh 0,00 50 0,00 4,73 15 Maluk 0,00 0,00 0,00 4,68 25 Taliwang 0,30 100 29,00 6,24 16 Brang Ene 0,00 0,00 0,00 8,17 21 Brang Rea 0,60 86 36,00 10,38 32 Seteluk 0,90 400 54,00 3,08 12 Poto Tano 0,00 0,00 0,00 3,32 15 Jumlah 1,80 636 119,00 40,6 136 Sumber : BPS KSB, 2016
2015 Luas Area (Ha) 0,00 15 15 16 21 32 12 15 126,0
Tabel 3.49 Luas Area Produksi Asam, dan Aren Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Potensi Luas Potensi Luas Produksi Produksi Kecamatan Area Area Area Area (ton) (ton) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) Sekongkang 8,65 25 12,00 4,38 200 5,00 Jereweh 10,50 780 12,00 4,38 150 5,00 Maluk 10,45 25 11,00 0,00 50 0,00 Taliwang 12,75 17 17,00 9,63 250 13,00 Brang Ene 11,90 200 14,00 29,75 500 59,00 Brang Rea 25,30 125 40,00 33,86 300 61,00 Seteluk 4,18 318,5 7,00 3,30 100 4,00 Poto Tano 11,50 4450 17,00 0,00 0,00 0,00 Jumlah 95,23 5.622 130,00 85,30 1.550 147,00 Sumber : BPS KSB, 2016, PT.PSA, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
61
Tabel 3.50 Luas Area Produksi Kemiri dan Jarak Kepyer Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Potensi Luas Potensi Luas Produksi Produksi Kecamatan Area Area Area Area (ton) (ton) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) Sekongkang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Jereweh 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Maluk 0,00 0,00 0,00 0,28 650 1 Taliwang 0,00 0,00 0,00 0,00 63 0,00 Brang Ene 16,16 250 18 0,00 110 0,00 Brang Rea 31,20 200 28 0,72 109 2 Seteluk 0,00 0,00 0,00 0,00 400 0,00 Poto Tano 0,00 0,00 0,00 0,00 594 0,00 Jumlah 47,36 450 46 1,00 1.926 3,00 Sumber : BPS KSB, 2016 Tabel 3.51 Luas Area Produksi Vanili, dan Tembako Virginia Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Potensi Luas Potensi Luas Produksi Produksi Kecamatan Area Area Area Area (ton) (ton) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) Sekongkang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Jereweh 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Maluk 0,00 0,00 0,00 4,9 9 7 Taliwang 0,00 46 0,00 0,00 100 0,00 Brang Ene 0,00 60 0,00 0,00 57 0,00 Brang Rea 0,00 50 3 0,00 0,00 0,00 Seteluk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Poto Tano 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Jumlah 0,00 156 3 4,9 168 7 Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
62
Tabel 3.52 Luas Area Produksi Tembakau Rakyat, Pinang, Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Potensi Luas Potensi Luas Produksi Produksi Kecamatan Area Area Area Area (ton) (ton) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) Sekongkang 0,60 18 1 0,00 0,00 0,00 Jereweh 1,30 18 2 1,25 8 5,00 Maluk 0,00 20 0,00 0,00 0,00 0,00 Taliwang 1,25 20 2 1,40 17 4,00 Brang Ene 1,20 20 2 1,20 7 4,00 Brang Rea 1,25 22 2 3,58 16 16,00 Seteluk 1,80 13 3 1,65 0,00 6,00 Poto Tano 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Jumlah 9,08 48 35,00 7.4 131 12 Sumber : BPS KSB, 2016
Gambar 3.13. Peta Potensi Tanaman Perkebunan di KSB Tahun 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
63
3.11.3. Peternakan Peternakan merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan di wilayah KSB. Sistem budidaya ternak khususnya ternak besar seperti sapi, kerbau dan kuda lebih spesifik dibandingkan daerah lain, karena daerah ini sangat dominan pemeliharaan ternak di padang pengembalaan (LAR). Banyaknya padang penggembalaan menjadikan usaha peternakan dapat berkembang dengan baik. Jenis ternak di Kabupaten Sumbawa Barat terdiri atas ternak besar, kecil dan unggas. Ternak besar dan kecil terdiri dari sapi, kerbau, kambing, domba dan kuda.
Populasi ternak sapi pada tahun 2015
sebesar 61.813 ekor, kerbau sebesar 12.174 ekor, kambing sebesar 12.349 ekor, domba sebesar 223 ekor, dan kuda sebesar 5.301 ekor.
Populasi Ternak Besar Menurut Sapi No Kecamatan (Ekor) 1 Pototano 11.082 2 Seteluk 12.969 3 Taliwang 11.160 4 Brang Ene 4.381 5 Brang Rea 4.474 6 Jereweh 2.647 7 Maluk 10.531 8 Sekongkang 4.569 Jumlah 61.813 2015 61.128 2014 55.827 2013 54.393 2012 48.710 Sumber : BPS KSB, 2016
Tabel 3.53 Jenis Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Kerbau Kambing Domba Kuda (Ekor) (Ekor) (Ekor) (Ekor) 1.082 5.980 58 340 4.303 465 1.175 2.130 353 22 1.330 691 204 299 2.546 1.034 39 1.306 128 779 91 1.214 1.532 60 566 80 2.002 44 194 12.174 12.349 223 5.301 13.846 7.967 194 6.006 12.479 13.180 1.714 5.783 13.264 16.149 1.816 5.787 12.049 16.649 2.745 6.227
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
64
Gambar 3.14. Grafik Populasi Ternak Besar di KSB Tahun 2011 – 2015 Dilihat dari potensi pengembangan peternakan, KSB memiliki potensi padang pengembalaan yang cukup luas yaitu mencapai sebesar 11.250 Ha. Dimana potensi areal pengembalaan peternakan sapi sebesar 11.250 ha, peternakan kerbau sebesar 11.250 ha, peternakan kambing sebesar 11.150 ha, peternakan domba sebesar 11.150 ha dan peternakan kuda sebesar 8.900 ha. Adapun potensi areal pengembalaan peternakan sapi, kerbau, kambing, domba, dan kuda di KSB disajikan pada tabel-tabel berikut ini: Tabel 3.54 Jumlah Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pengembalaan Peternakan Sapi Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Lahan Pengembalaan Populasi Kecamatan Potensi (Ha) (Ekor) Termanfaatan (Ha) Poto Tano 11.082 1500 1500 Seteluk 12.969 2000 2000 Taliwang 11.160 1150 1150 Brang Ene 4.381 1500 1500 Brang Rea 4.474 2000 2000 Jereweh 2.647 1000 1000 Maluk 10.531 1100 1100 Sekongkang 4.569 1000 1000 Total 61.813 11.250 11.250 Sumber: DKPP, 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
65
Tabel 3.55 Jumlah Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pengembalaan Peternakan Kerbau Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Lahan Pengembalaan Populasi Kecamatan (Ekor) Potensi (Ha) Termanfaatkan (Ha) Poto Tano 1500 1500 1.082 Seteluk 2000 2000 4.303 Taliwang 1150 1150 2.130 Brang Ene 1500 1500 691 Brang Rea 2000 2000 2.546 Jereweh 1000 1000 128 Maluk 1100 1100 1.214 Sekongkang 1000 1000 80 Total 11.250 11.250 12.174 Sumber: DKPP, 2015 Tabel 3.56 Jumlah Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pengembalaan Peternakan Kambing Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Lahan Pengembalaan Populasi Kecamatan (Ekor) Potensi (Ha) Termanfaatkan (Ha) Poto Tano 2000 2000 5.980 Seteluk 1200 1200 465 Taliwang 1150 1150 353 Brang Ene 900 900 204 Brang Rea 1000 1000 1.034 Jereweh 1000 1000 779 Maluk 900 900 1.532 Sekongkang 3000 3000 2.002 Total 11.150 11.150 12.349 Sumber: DKPP, 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
66
Tabel 3.57 Jumlah, Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pengembalaan Peternakan Domba Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Lahan Pengembalaan Populasi Kecamatan (Ekor) Potensi (Ha) Termanfaatkan (Ha) Poto Tano 2000 2000 58 Seteluk 1200 1200 Taliwang 1150 1150 22 Brang Ene 900 900 Brang Rea 1000 1000 39 Jereweh 1000 1000 Maluk 900 900 60 Sekongkang 3000 3000 44 Total 11.150 11.150 223 Sumber: DKPP, 2015 Tabel 3.58 Jumlah Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pengembalaan Peternakan Kuda Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Lahan Pengembalaan Populasi Kecamatan (Ekor) Potensi (Ha) Termanfaatkan (Ha) Poto Tano 1000 1000 340 Seteluk 900 900 1.175 Taliwang 1000 1000 1.330 Brang Ene 900 900 299 Brang Rea 1100 1100 1.306 Jereweh 1000 1000 91 Maluk 1000 1000 566 Sekongkang 2000 2000 194 Total 8.900 8.900 5.301 Sumber: DKPP, 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
67
Sedangkan untuk ternak unggas terdiri atas ayam buras, ayam ras, itik, entok/angsa dan merpati. Populasi ternak unggas pada tahun 2015 untuk ayam buras sebesar 86.385 ekor, ayam ras sebesar
5.790 ekor, itik sebesar 5.337ekor,
entok/angsa sebesar 3.299 ekor, dan merpati sebesar 617 ekor. Secara rinci populasi ternak besar, kecil dan unggas di KSB dapat disajikan pada tabel-tabel berikut ini: Tabel 3.59 Populasi Ternak Unggas Menurut Jenis Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Ayam Entok/Angsa/ Ayam Ras Itik Merpati No Kecamatan Buras Kalkun (Ekor) (Ekor) (Ekor) (Ekor) (Ekor) 1 Pototano 29.959 0 58 159 113 2 Seteluk 9.476 300 838 287 92 3 Taliwang 4.414 1040 497 53 4 Brang Ene 4.051 0 497 5 Brang Rea 14.541 0 1281 1.328 19 6 Jereweh 5.577 3150 440 572 120 7 Maluk 9.816 0 471 412 220 8 Sekongkang 8.551 1300 1.255 541 Jumlah 86.385 5.790 5.337 3.299 617 2013 72 8 7 1 395 2012 69.125 500 9.409 5.088 385 2011 85.149 2000 8.578 4.336 375 2010 173.100 25.710 8.264 5.205 514 Sumber : BPS KSB, 2016
Gambar 3.15 Grafik Populasi Unggas di KSB Tahun 2011 – 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
68
Gambar 15. Peta Potensi Peternakan di KSB Tahun 2015 3.11.4. Perikanan Potensi sektor perikanan di KSB cukup besar yang terdiri dari perikanan tangkap dan budidaya (laut dan tawar). Produksi perikanan tangkap tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 8,56% dari jumlah produksi pada tahun 2014 sebesar 2.661 ton menjadi 3.542,02 ton yang tersebar di 5 kecamatan yaitu Poto tano, Taliwang, Jereweh, Maluk dan Sekongkang. Jenis ikan tangkap paling banyak meliputi ikan kembung, tembang, layang, tongkol krai,gurita, kerapu, tenggiri dan selar. Adapun jenis dan produksi perikanan di KSB tahun 2015 disajikan pada tabel-tabel berikut ini: Tabel 3.60 Produksi Perikanan Tangkap Per Kecamatan dan Jumlah Nelayan Berdasarkan Kecamatan di KSB tahun 2015 Perikanan Jumlah No Kecamatan Desa Tangkap Nelayan (ton) 1 Pototano Pototano, Kiantar, Tua Nanga, 1.416,96 613 Senayan, Tambak Sari 2 Taliwang Labuhan Kertasari, Batu Putih, 1.204,37 261 Banjar,Telaga Bertong 3 Jereweh Labuhan Lalar, Beru, Benete 283,35 586 4 Maluk Pasir Putih 389,52 57 5 Sekongkang Ai Kangkung, Tongo, Sekongkang 247,88 74 Atas, Sekongkang Bawah Jumlah 3.542,02 1.591 Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
69
Tabel 3.61 Jenis dan Jumlah Ikan Laut Tangkapan Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Jenis Ikan Sekongkang Jereweh Maluk Taliwang Poto Total (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) Tano (Ton) (Ton) Ekor Kuning 8.15 9.31 12.8 39.57 46.56 116.39 Selar Layang Bentong Kakap Putih
10.68 9.7 8.35 1.5
12.21 11.08 9.54 1.72
16.79 15.23 13.12 2.36
51.88 47.09 40.56 7.31
61.04 55.4 47.72 8.6
152.6 138.5 119.29 21.49
Kakap Merah Tembang
4.51 21.45
5.16 24.52
7.09 33.71
21.93 104.21
25.8 122.6
64.49 306.49
Lemuru Teri Tongkol Krai Cakalang Kembung
12 7.96 14.03 9.46 22.35
13.71 9.09 16.07 10.81 25.54
18.85 12.51 22.09 14.86 35.12
58.27 38.66 68.3 45.93 108.56
68.56 45.48 80.36 54.04 127.72
171.39 113.7 200.85 135.1 319.29
Tenggiri Kerapu Karang/Bebek/ Lumpur/sunu Baronang
7.27
8.3
11.41
35.29
41.52
103.79
9.22
10.54
14.48
44.77
52.68
131.69
4.46
5.1
7.01
21.69
25.52
63.78
Baronang Kuning
2.14
2.45
3.36
10.4
12.24
30.59
Udang Putih
0.4
0.45
0.63
1.94
2.28
5.7
Udang Windu
0.25
0.29
0.39
1.22
1.44
3.59
Udang karang
0.58
0.66
0.91
2.82
3.32
8.29
Kepiting
0.49
0.56
0.77
2.38
2.8
7
Rajungan
0.62
0.71
0.98
3.03
3.56
8.9
Cumi-cumi
3.03
3.46
4.76
14.72
17.32
43.29
19.99 82.08 283.35
27.49 112.8 389.52
84.97 348.87 1204.37
99.96 410.44 1416.96
249.9 1025.98 3542.08
Gurita 17.49 Lain-lain 71.79 Total 247.88 Sumber: BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
70
Gambar 3.17. Grafik Produksi Perikanan Tangkap di KSB Tahun 2011–2015 Selain perikanan tangkap, budidaya laut juga sangat potensial dikembangkan di wilayah KSB. Budidaya laut yang dikembangkan di KSB adalah rumput laut. Luas potensi areal untuk budidaya rumput laut tahun 2015 sebesar 1.550 ha, dengan tingkat pemanfaatan 350,70 ha dan produksi yang dihasilkan sebesar 43,457 ton. Budidaya rumput laut yang ada di KSB diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan adanya program PIJAR (program pengembangan sapi, jagung dan rumput laut) dari pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam hal peningkatan produksi yang salah satu komoditi unggulannya adalah rumput laut. Secara rinci luas potensi, pemanfaatan perairan dan produksi rumput laut selama 4 (empat) tahun terakhir 20122015 di KSB disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 3.62 Luas Potensi Areal, Pemanfaatan dan Jumlah Produksi Rumput Laut di KSB Tahun 2012-2015 Tahun Potensi Areal Budidaya Luas Pemanfaatan Produksi (Ha) (Ha) (Ton) 2012 1.550 290 37,325 2013 1.550 290 54,939 2014 1.550 295 66,431 2015 1.550 350.7 43,457 Sumber : DKPP KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
71
66,431
70000 54,939
60000 50000
43,457 37,325
40000 30000 20000 10000
1550 290
1550 290
1550 295
1550 350.7
0 2012 Potensi Areal Budidaya
2013
2014
Luas Pemanfaatan (Ha)
2015 Produksi (Ton)
Gambar 3.18. Grafik Luas Potensi Areal, Pemanfaatan dan Jumlah Produksi Rumput Laut di KSB Tahun 2011-215 Tabel 3.63 Produksi, Potensi dan Termanfaatkan Areal Budidaya Rumput Laut Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Kecamatan Produksi (Ton) Potensi Area (Ha) Termanfaatkan (Ha) Sekongkang 0,00 40 0,00 Jereweh 0,00 210 0,00 Maluk 0,00 100 0,00 Taliwang 39373 835 295.7 Brang Ene 0,00 0,00 0,00 Brang Rea 0,00 0,00 0,00 Seteluk 0,00 0,00 0,00 Poto Tano 4084 365 55 Total 43457 1550 350.70 Sumber: DKPP;BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
72
Sementara itu untuk potensi luas areal perikanan air payau dan air tawar di KSB cukup besar yaitu sebesar 1.986 ha untuk perikanan air payau dengan tingkat pemanfaatan sebesar 634,5 ha dan perikanan air tawar sebesar 2.073 ha dengan tingkat pemanfaatan sebesar 65,63 ha. Produksi masing-masing perikanan air payau dan tawar yaitu
845,39 ton dan 43,21 ton. Wilayah potensial untuk pertambakan
terdapat di Kecamatan Poto tano, Taliwang dan Jereweh. Sedangkan untuk perikanan air tawar potensial untuk dibudidayakan di semua kecamatan. Secara rinci potensi areal dan produksi perikanan payau dan tawar disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 3.64 Luas Potensi Areal, dan Produksi Perikanan Air Payau dan Tawar Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Produksi (Ton) Potensi Area (Ha) Termanfaatkan(Ha) Kecamatan Perikanan Perikanan Perikanan Perikanan Perikanan Perikanan Air Payau Air Tawar Air Payau Air Tawar Air Payau Air Tawar Pototano 0.00 0.00 10 50 4 0.14 Seteluk 0.00 563 120 0.89 20 0.52 Taliwang 0.00 0.00 0.00 44 0.00 0.05 Brang Ene 318 1158 1.5 16.77 95.5 10.22 Brang Rea 0.00 0.00 200 0.00 6.29 14.05 Jereweh 0.00 0.00 232 0.00 20.15 26.02 Maluk 0.00 0.00 0.00 230 0.00 11.66 Sekongkang 0 1095 39 843 515 2.97 845.39 43.21 1986 2073 634,5 65.63 Sumber : BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
73
3000 2000 1000
1986
2073
845.39
634.5 65.63
43.21
0 Produksi (Ton)
Potensi Area (Ha)
Perikanan Air Payau
Termanfaatkan (Ha)
Perikanan Air Tawar
Gambar 3.19. Grafik Luas Potensi Areal, dan Produksi Perikanan Air Payau dan Tawar di KSB Tahun 2015 Tabel 3.65 Produksi, Potensi dan Termanfaatkan Areal Tambak Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Kecamatan Produksi (Ton) Potensi Area (Ha) Termanfaatkan (Ha) Sekongkang 0 10 4 Jereweh 0.89 563 20 Maluk 0 Taliwang 1.5 318 95,5 Brang Ene 0 Brang Rea 0 Seteluk 0 Poto Tano 843 1095 515 Total 845.39 1986 634,5 Sumber: DKPP;BPS KSB, 2016 Tabel 3.66 Produksi, Potensi dan Termanfaatkan Areal Kolam Berdasarkan Kecamatan di KSB Tahun 2015 Kecamatan Produksi (Ton) Potensi Area (Ha) Termanfaatkan (Ha) Sekongkang 0 50 0.14 Jereweh 0 120 0.52 Maluk 0 44 0.05 Taliwang 16.77 1158 10.22 Brang Ene 6.29 200 14.05 Brang Rea 20.15 232 26.02 Seteluk 0 230 11.66 Poto Tano 0 39 2.97 Total 43.21 2073 65.63 Sumber: DKPP;BPS KSB, 2016
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
74
Gambar 3.20. Peta Luas Areal dan Produksi Perikanan di KSB Tahun 2015 3.11.5. Kehutanan Hutan merupakan SDA yang sangat besar potensinya bagi wilayah di bawahnya. Luas kawasan hutan di KSB sebesar 125.335,8 ha yang terdiri dari kawasan suaka alam dan pelestarian alam, hutan lindung, hutan produksi terbatas dan hutan produksi. Sedangkan untuk produksi hasil hutan, pada tahun 2014 tercatat sebanyak 4 661.32 m3 yang terdiri dari kayu bulat sebanyak 2 484.22 m3, kayu olahan 2177.1 m3 dan hasil hutan ikutan (non kayu) berupa rotan pada tahun 2014 sebanyak 80 ton per tahun. Potensi hasil hutan berupa rotan pada tahun 2015 di KSB sebesar 13.915,02 ton dengan potensi areal sebesar 6.957,51 ha yang tersebar di tiga wilayah yaitu wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Mataiyang, KPHL Brang Rea dan Kesatuan pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Sejorong. Adapun data luas kawasan hutan, jumlah potensi areal dan produksi hasil hutan di KSB tahun 2015 disajikan pada tabel-tabel berikut ini.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
75
Tabel 3.67 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsinya di KSB Tahun 2014 No
Kawasan Hutan
1
Kawasan suaka alam dan pelestarian alam a. hutan cagar alam b. hutan taman nasional c. hutan wisata alam d. suaka alam laut dan daratan e. suaka alam perairan 2 Hutan lindung 3 Hutan produksi terbatas 4 Hutan produksi Jumlah Sumber : BPS KSB, 2015
Hasil Hutan 1 Kayu Bulat : Indah rimba campuran Meranti Merbau Jati 2 Kayu Olahan : Indah rimba campuran Meranti Merbau Jati 3 Rotan Jumlah
Tabel 3.68 Produksi Hutan di KSB Tahun 2014 Produksi 2011 2012 2013 22323.37 19033.4 6786.43 3153.91 1803.44 665.4 17307.61 16020.12 5847.64 1029.5 873.22 238.94 766.23 271.14 34.45 66.12 65.48 0 18582.36 16248.15 2443.11 2574.03 1532.86 230.11 14385.48 13617.02 2131.73 838.62 742.19 81.27 618.06 230.44 0 56.17 55.64 0 110 140 115 40 905.73 35 351.55 9 344.54
Luas (Ha) 524 819,2 3 718,8 66.931,97 34 690,68 18 651,11 125.335,76
2014 2484.22 57.36 2275.4 131.65 19.81 0 2177.1 43.02 1840.5 98.73 14.85 0 80 4 561.32
Satuan M3 M3 M3 M3 M3 M3 M3 M3 M3 M3 Ton
Sumber : BPS KSB, 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
76
Tabel 3.69 Potensi Rotan KSB Tahun 2015 Wilayah KPHL Mataiyang KPHL Brang Rea KPHP Sejorong
Kepemilikan Tanah Kawasan Hutan Kawasan Hutan Kawasan Hutan Kawasan Hutan Kawasan Hutan Kawasan Hutan Kawasan Hutan Kawasan Hutan Areal pinjam pakai PT NNT
Total Sumber: Dishutbuntan, 2016
Kawasan
Luas (Ha)
HL HPT HP HL HPT HP HL HPT HP
3.872,58 724,48 373 350,60 250,50 210 230,50 275,85 670
Potensi Alam (Ton) 7.745,16 1.448,96 746 701,20 501 420 461 551,70 1.340
6.957.51
13.915,02
Gambar 3.21. Peta Potensi Kehutanan Rotan di KSB Tahun 2015
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
77
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Penentuan Komoditas Basis Menggunakan LQ 4.1.1. Analisis Sektor Basis (LQ) Tanaman Pangan Analisis Location Quotient (LQ) menggambarkan bahwa aktivitas pangsa produksi tanaman pangan suatu kecamatan terhadap pangsa kabupaten. Nilai LQ > 1 artinya sektor basis dengan kata lain komoditas x di suatu wilayah memiliki keunggulan komparatif (produksinya melebihi kebutuhannya sehingga dapat dijual ke luar wilayah); LQ = 1 artinya sektor bukan basis; komoditas x di suatu wilayah tidak memiliki keunggulan (produksi hanya cukup untuk konsumsi sendiri); dan LQ < 1 artinya sektor bukan basis; komoditas x pada suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan dari luar wilayah. Adapun hasil analisis LQ untuk komoditas tanaman pangan di KSB disajikan pada Tabel di Bawah ini: Hasil Kecamatan
Padi
Sekongkang Jereweh Maluk Taliwang Brang Ene Brang Rea Seteluk Poto Tano
1.07 1.20 0.79 1.18 1.31 1.33 1.06 0.12
Tabel 4.1 Analisis LQ Tanaman Pangan di KSB Ubi Jagung Kedelai Kayu 0.74 1.26 2.33 0.26 1.21 3.25 1.51 1.89 0.00 0.40 1.18 0.15 0.02 0.44 0.69 0.01 0.27 0.29 0.77 1.35 0.99 3.91 1.27 2.56
Tahun 2015 Ubi Kacang Jalar Hijau 2.14 1.90 2.40 0.41 8.87 1.35 0.67 0.40 0.00 0.15 0.37 0.15 1.47 0.25 0.99 4.00
Kacang Tanah 0.29 3.21 1.39 1.16 2.49 0.88 0.91 0.16
Berdasarkan data pada Tabel 4.1 tanaman padi merupakan komoditas basis dengan jumlah kecamatan terbanyak yaitu basis pada 6 kecamatan, sedangkan untuk komoditas lainnya seperti jagung merupakan komoditas basis pada 2 kecamatan, kedelai merupakan komoditas basis pada 5 kecamatan ubi kayu dan kacang hijau merupakan komoditas basis pada 3 kecamatan, ubi jalar dan kacang tanah merupakan komoditas basis pada 4 kecamatan.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
78
Sedangkan berdasarkan hasil analisis LQ tanaman pangan pada masing-masing kecamatan menunjukkan bahwa: 1. Kecamatan sekongkang merupakan basis sektor untuk komoditas padi, kedelai, ubi kayu, ubi jalar dan kacang hijau 2. Kecamatan jereweh merupakan basis sektor untuk komoditas padi, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah 3. Kecamatan maluk merupakan basis sektor untuk komoditas jagung, kedelai, ubi jalar, kacang hijau dan kacang tanah 4. Kecamatan taliwang merupakan basis sektor untuk komoditas padi, kedelai dan kacang tanah 5. Kecamatan brang ene merupakan basis sektor untuk komoditas padi dan kacang tanah 6. Kecamatan brang rea merupakan basis sektor untuk komoditas padi 7. Kecamatan seteluk merupakan basis sektor untuk komoditas padi, kedelai dan ubi jalar 8. Kecamatan poto tano merupakan basis sektor untuk komoditas jagung, kedelai, ubi kayu dan kacang hijau
Gambar 4.1. Peta Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Berdasarkan Hasil LQ
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
79
4.1.2. Analisis Sektor Basis (LQ) Tanaman Perkebunan Berdasarkan data analisis LQ pada table diperoleh bahwa untuk tanaman perkebunan komoditas basis dengan jumlah kecamatan terbanyak yaitu kapuk yang merupakan komoditas basis pada 5 kecamatan yaitu jereweh, Maluk, Bran gene, Brang Rea dan Poto Tano. Sedangkan untuk kelapa, jambu mete, asam, tembakau rakyat, tebu dan pinang merupakan komoditas basis pada 4 kecamatan, untuk jarak pagar, aren dan lada merupakan komoditas basis pada 3 kecamatan, kakao, jarak kepyer, dan kemiri merupakan komoditas basis pada 2 kecamatan dan tembakau virginia dan kopi merupakan komoditas basis pada 1 kecamatan. Tabel 4.2 Hasil Analisis LQ Tanaman Perkebunan di KSB Tahun 2015 Jambu Jarak Jarak Kecamatan Kelapa Kakao Kopi Sisal Mete Pagar kepyer 0.682 0.542 3.821 0.000 0.000 0.000 6.059 Sekongkang 1.160 1.152 0.267 0.000 0.000 0.000 Jereweh 0.000 0.965 2.085 0.652 5.305 0.000 0.000 Maluk 0.000 1.356 0.485 0.676 0.000 0.577 0.000 Taliwang 0.000 0.840 1.045 0.528 0.000 0.000 0.287 Brang Ene 0.000 0.405 1.354 0.840 3.533 1.636 4.744 0.000 Brang Rea 1.265 0.711 1.582 0.000 4.358 0.000 Seteluk 0.000 1.036 1.640 2.440 0.000 0.000 0.000 Poto Tano 0.000 Lanjutan Tabel 4.2 Hasil Analisis LQ Tanaman Perkebunan di KSB Tahun Tembakau Tembakau Kecamatan Asam Aren Kapuk Rakyat Virginia 2.148 Sekongkang 2.406 1.360 0.000 0.000 0.995 0.463 1.051 1.585 Jereweh 0.000 2.079 0.000 2.184 0.000 18.946 Maluk 0.463 0.391 0.532 0.584 Taliwang 0.000 1.074 2.997 1.729 1.393 Brang Ene 0.000 1.304 1.948 1.255 0.829 Brang Rea 0.000 0.383 0.337 0.661 2.120 Seteluk 0.000 1.617 0.000 1.095 0.000 Poto Tano 0.000
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
Tebu 8.439 1.757 0.000 0.441 1.232 0.000 0.864 1.564
2015 Pinang
Lada
0.000 1.242 0.000 0.533 1.136 1.935 1.584 0.000
0.000 0.000 0.000 1.492 2.755 1.217 0.000 0.000
Kemiri 0.000 0.000 0.000 0.000 2.932 3.233 0.000 0.000
80
Berdasarkan hasil analisis LQ tanaman perkebunan pada masing-masing kecamatan menunjukkan bahwa: 1. Kecamatan Sekongkang merupakan basis sektor untuk komoditas jarak pagar, asam, aren, sisal, tebu dan tembakau rakyat 2. Kecamatan Jereweh merupakan basis sektor untuk komoditas Kelapa, jambu mete, kapuk, tembakau rakyat, tebu dan pinang 3. Kecamatan Maluk merupakan basis sektor untuk jarak kepyer, tembakau Virginia, jambu mete dan kapuk 4. Kecamatan Taliwang merupakan basis sektor untuk komoditas kelapa dan lada 5. Kecamatan Brang Ene merupakan basis sektor untuk komoditas jambu mete, asam, aren, kapuk, tembakau rakyat, tebu, kemiri, pinang dan lada 6. Kecamatan Brang Rea merupakan basis sektor untuk komoditas jambu mete, kakao, kopi, asam, aren, kapuk, kemiri, pinang dan lada 7. Kecamatan seteluk merupakan basis sektor untuk komoditas kelapa, jarak pagar, kakao, tembakau rakyat dan pinang 8. Kecamatan poto tano merupakan basis sektor untuk komoditas kelapa, jambu mete, jarak pagar, asam, tebu, dan kapuk.
Gambar 4.2. Peta Komoditas Unggulan Tanaman Perkebunan Berdasarkan Hasil LQ
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
81
4.1.3. Analisis Sektor Basis (LQ) Peternakan Berdasarkan data table hasil analisis LQ untuk Peternakan besar diperoleh bahwa sapi, kerbau, domba, dan kuda adalah ternak besar yang merupakan komoditas basis paling banyak yaitu komoditas basis pada 4 kecamatan. Sedangkan untuk ternak domba merupakan sektor basis pada 1 kecamatan yaitu kecamatan Sekongkang. Tabel 4.3 Hasil Analisis LQ Peternakan Hewan Besar di KSB Tahun 2015 Kecamatan Sapi Kerbau Kambing Domba Sekongkang Jereweh Maluk Taliwang Brang Ene Brang Rea Seteluk Poto Tano
0.7708 0.6129 1.3267 1.6618 1.3533 0.5266 1.3561 0.7097
0.0685 0.1505 0.7765 1.6105 1.0838 1.5215 2.2845 0.3518
1.6905 0.9029 0.9660 0.2631 0.3154 0.6092 0.2434 1.9168
2.0575 0.000 2.0951 0.9081 0.000 1.2723 0.000 1.0295
Kuda 0.3816 0.2457 0.8314 2.3094 1.0770 1.7924 1.4327 0.2539
Gambar 4.3. Peta Komoditas Unggulan Peternakan Besar Berdasarkan Hasil LQ
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
82
Tabel 4.4 Hasil Analisis LQ Peternakan Unggas di KSB Tahun 2015 Ayam Kecamatan Ayam ras Itik Entok/Angsa Buras Sekongkang Jereweh Maluk Taliwang Brang Ene Brang Rea Seteluk Poto Tano
1.0322 0.9241 0.8848 0.4703 0.8954 1.2246 0.7090 1.3728
2.3413 7.7871 1.6533 0.3349 -
2.4521 1.1800 0.6872 0.8572 1.7781 1.7462 1.0149 0.0430
1.7100 2.4817 0.9725 2.9286 0.5623 0.1908
Merpati 2.7838 2.7766 0.7907 0.2240 0.9637 0.7249
Dari data analisis LQ pada Tabel 4.4 untuk peternakan unggas diperoleh bahwa itik merupakan ternak unggas yang merupakan komoditas basis terbanyak yaitu komoditas basis pada 5 kecamatan, sedangkan ternak unggas ayam buras, ayam ras, entok merupakan komoditas basis pada 3 kecamatan dan ternak unggas merpati merupakan komoditas basis pada 2 kecamatan.
Gambar 4.4. Peta Komoditas Unggulan Peternakan Unggas Berdasarkan Hasil LQ
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
83
Berdasarkan
hasil
analisis
LQ
peternakan
pada
masing-masing
kecamatan
menunjukkan bahwa: 1. Kecamatan sekongkang merupakan basis sektor untuk peternakan kambing, domba, ayam buras, ayam ras, itik dan entok/angsa 2. Kecamatan jereweh merupakan basis sektor untuk peternakan ayam ras, itik, entok/angsa dan merpati 3. Kecamatan maluk merupakan basis sektor untuk peternakan sapi, domba dan merpati 4. Kecamatan taliwang merupakan basis sektor untuk peternakan sapi, kerbau, kuda, dan ayam ras 5. Kecamatan brang ene merupakan basis sektor untuk peternakan
sapi, kerbau,
kuda, dan itik 6. Kecamatan brang rea merupakan basis sektor untuk peternakan kerbau, domba, kuda, ayam buras, itik, dan entok/angsa 7. Kecamatan seteluk merupakan basis sektor untuk peternakan sapi, kerbau, kuda, dan itik 8. Kecamatan poto tano merupakan basis sektor untuk peternakan kambing, domba dan ayam buras. 4.1.4. Analisis Sektor Basis (LQ) Perikanan Berdasarkan data tabel menunjukkan bahwa hasil analisis LQ untuk subsektor perikanan yang merupakan komoditas basis terbanyak yaitu kolam yang merupakan komoditas basis pada 5 kecamatan, kemudian budidaya laut 3 kecamatan sedangkan perikanan umum dan tambak merupakan komoditas basis pada 2 kecamatan.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
84
Tabel 4.5 Hasil Analisis LQ Perikanan di KSB Tahun 2015 Kecamatan Budidaya Laut Perairan Tambak Kolam Umum Sekongkang 1.73 0.00 0.34 1.62 Jereweh 1.02 0.00 2.13 0.44 Maluk 3.01 0.00 0.00 0.99 Taliwang 1.25 1.23 0.37 1.30 Brang Ene 0.00 0.00 0.00 3.24 Brang Rea 0.00 0.00 0.00 3.24 Seteluk 0.00 0.00 0.00 3.24 Poto Tano 0.78 1.57 1.83 0.06 Berdasarkan hasil analisis LQ komoditas perikanan pada masing-masing kecamatan menunjukkan bahwa: 1. Kecamatan Sekongkang basis sektor untuk komoditas budidaya laut dan kolam 2. Kecamatan Jereweh basis sektor untuk komoditas budidaya laut dan tambak 3. Kecamatan Maluk merupakan basis sektor untuk komoditas budidaya laut 4. Kecamatan Taliwang basis sektor untuk budidaya laut, perairan umum dan kolam 5. Kecamatan Brang Ene merupakan basis sektor untuk komoditas kolam 6. Kecamatan Brang Rea merupakan basis sektor untuk komoditas kolam 7. Kecamatan Seteluk basis sektor untuk komoditas kolam 8. Kecamatan Poto Tano basis sektor untuk komoditas perairan umum dan tambak
Gambar 4.5. Peta Komoditas Unggulan Perikanan Berdasarkan Hasil LQ
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
85
4.2. Penentuan Prioritas Komoditas Unggulan Pertanian Menggunakan AHP
Analytic hierarchy process (AHP) digunakan untuk menentukan dan memilih prioritas komoditas unggulan pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan) di KSB berdasarkan hirarki masalah yang disusun dari hasil studi pustaka dan pendapat pakar atau ahli. Kriteria yang digunakan dalam AHP penentuan prioritas komoditas unggulan pertanian ini meliputi Kontribusi Terhadap Pendapatan Masyarakat (KPM), Kontribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah (KPAD), peluang pasar (PP), Peluang Investasi (PI), Kesesuaian Lahan (KL), Ketersediaan Sarana Produksi (KSP), Kebijakan Pemerintah Daerah (KPD), Penyerapan Tenaga Kerja (PTK).
Kriteria Kontribusi Terhadap Pendapatan Masyarakat (KPM) Kriteria ini berhubungan dengan pendapatan yang diterima oleh masyarakat dari
hasil usaha pada bidang pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan). Pendapatan ini menjadi pendapatan pokok bagi masyarakat atau petani.
Kriteria Kontribusi Terhadap Pendapatan Daerah (KPD) Kriteria ini untuk melihat share usaha pada bidang pertanian (tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan) terhadap pendapatan daerah. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian di KSB masih merupakan salah satu sektor sumber pendapatan daerah setelah pertambangan.
Peluang Pasar (PP) Kriteria ini untuk mengetahui kemampuan pasar dalam menyerap produksi usaha
pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan). Saat ini tanaman pangan seperti padi, jagung, sapi dan rumput laut masih menjadi komoditas pertanian utama sumber bahan makanan utama dan bahan baku industri sehingga menjamin peluang pasar yang luas.
Peluang Investasi (PI) Kriteria ini untuk melihat prospek pengembangan produksi pertanian. Iklim
pertanian yang semakin kondusif dan didukung oleh kebijakan pemerintah daerah
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
86
diharapkan akan meningkatkan minat investor untuk berinvestasi pada bidang pertanian dan SDA di KSB.
Kesesuaian Lahan (KL) Kriteria kesesuaian lahan untuk melihat aspek teknis karena dalam usaha
pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan) perlu memperhatikan kondisi lahan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Kesesuaian lahan sangat beragam tergantung dari karakteristik komoditas pertanian. Namun secara umum kesesuaian lahan yang ada di KSB sangat mendukung pengembangan usaha pertanian.
Ketersediaan Sarana Produksi (KSP) Kriteria ini melihat ketersediaan sarana produksi untuk usaha pertanian seperti
benih/bibit unggul, pupuk, obat-obatan, alat dan mesin pertanian. Kriteria ini menjadi aspek penting karena dalam usaha pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan) untuk menghasilkan produksi yang optimal diperlukan sarana produksi yang memadai. Saat ini ketersediaan sarana produksi di KSB untuk usaha pertanian masih tergolong cukup tersedia dan perlu pendistribusian yang baik agar petani dapat menggunakannya tepat waktu.
Kebijakan Pemerintah Daerah (KPD) Kriteria ini untuk melihat dukungan pemerintah daerah terhadap sektor pertanian
dalam arti luas (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan) sebagai sektor pembangunan dan penyedia utama sumberdaya alam perlu mendapat perhatian serius untuk dikelolah dan dikembangkan dengan baik sehingga mampu memberikan hasil yang optimal dan nilai tambah terhadap daerah dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Penyerapan Tenaga Kerja (PTK) Kriteria ini menunjukkan besarnya tenaga kerja yang diserap oleh sektor
pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan). Saat ini sektor pertanian masih menjadi sektor utama penyerapan tenaga kerja di KSB karena sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani dan nelayan. Untuk sistem pengupahan tenaga kerja pada saat tanam dan panen biasanya borongan atau upah
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
87
harian dengan tenaga kerja dari luar keluarga, ada juga sebagian kecil masyarakat yang masih menggunakan sistem tolong menolong atau yang dikenal dengan istilah “basiru”. Sedangkan untuk pemeliharaan masih menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. 4.2.1. Penentuan Prioritas Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Penentuan prioritas komoditas unggulan tanaman pangan menggunakan AHP disusun berdasarkan kriteria Kontribusi terhadap Pendapatan Masyarakat (KPM), kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (KPAD), peluang pasar (PP), Peluang Investasi (PI), kesesuaian lahan (KL) , ketersediaan sarana produksi (KSP), kebijakan pemerintah daerah (KPD), Penyerapan Tenaga Kerja (PTK). Sedangkan alternatif komoditas yang dipilih adalah padi, jagung, kedelai, kacang hijau dan kacang tanah. Dari AHP penentuan komoditas unggulan tanaman pangan diketahui bahwa kriteria kontribusi terhadap pendapatan masyarakat (KTM) menempati peringkat pertama dengan nilai 0,137, diikuti oleh Penyerapan Tenaga Kerja (PTK) dengan nilai 0.134, kebijakan pemerintah daerah (KPD) dengan nilai 0.131, kesesuaian lahan (KL) dengan nilai 0.128, peluang pasar (PP) dengan nilai 0.126, Peluang Investasi (PI) dengan nilai 0.121, ketersediaan sarana produksi (KSP) dengan nilai 0.118 dan terakhir kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (KPAD) dengan nilai 0.106. Berdasarkan hasil analisis AHP dengan tujuan penentuan prioritas komoditas unggulan tanaman pangan dari berbagai kriteria tersebut maka diperoleh bahwa padi merupakan komoditas dengan prioritas pertama dengan nilai 0,288, kemudian diikuti dengan komoditas jagung dengan nilai 0,285, kedelai dengan nilai 0.158, kacang hijau dengan nilai 0.150 dan peringkat kelima kacang tanah dengan nilai 0.119. secara rinci dapat dilihat pada Gambar.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
88
Komoditas Unggulan Tanaman Pangan
KPM 0.137
KPAD 0.106
PP 0.126
PI 0.121
KL 0.128
KSP 0.118
KPD 0.131
PTK 0.134
Padi
Jagung
Kedelai
Kacang Hijau
Kacang Tanah
0.288
0.285
0.158
0.150
0.119
Gambar 4.6. Hierarki Penetapan Prioritas Komoditas Unggulan Tanaman Pangan
Kacang Tanah
0.119
Kacang Hijau
0.150
Kedelai
0.158
Jagung
0.285
Padi
0.288
0.000
0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
0.300
0.350
Gambar 4.7. Diagram Bobot Prioritas Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Berdasarkan Seluruh Kriteria yang Dipertimbangkan
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
89
4.2.2. Penentuan Prioritas Komoditas Unggulan Tanaman Perkebunan Penentuan prioritas komoditas unggulan tanaman perkebunan menggunakan AHP disusun berdasarkan kriteria-kriteria seperti Kontribusi terhadap Pendapatan Masyarakat (KPM), kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (KPAD), Peluang Pasar (PP), Peluang Investasi (PI), Kesesuaian Lahan (KL) , Ketersediaan Sarana Produksi (KSP), Kebijakan Pemerintah Daerah (KPD), Penyerapan Tenaga Kerja (PTK). Sedangkan alternatif prioritas komoditas unggulan tanaman perkebunan yang dipilih adalah kelapa, sisal, jambu mete, kopi dan kakao. Dari hasil analisis AHP pada penentuan komoditas unggulan tanaman perkebunan diperoleh bahwa kriteria peluang investasi (PI) berada pada peringkat pertama dengan nilai 0.146, diikuti dengan kriteria peluang pasar (PP) dengan nilai 0.142, kesesuaian lahan (KL) dengan nilai 0.137, kebijakan pemerintah daerah (KPD) dengan nilai 0.130, ketersediaan sarana produksi (KSP) dengan nilai 0.116, kontribusi terhadap pendapatan masyarakat (KTM) dengan nilai 0.113, Penyerapan Tenaga Kerja (PTK) dengan nilai 0.109, dan terakhir kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (KPAD) dengan nilai 0.105. Berdasarkan hasil analisis AHP dengan tujuan penentuan prioritas komoditas unggulan tanaman perkebunan dari berbagai kriteria tanaman perkebunan tersebut maka diperoleh bahwa kelapa merupakan komoditas dengan prioritas pertama dengan nilai 0.253, kemudian diikuti dengan komoditas sisal dengan nilai 0,239, kopi dengan nilai 0.203, jambu mete dengan nilai 0.215 dan terakhir kakao dengan nilai 0.090. secara rinci dapat dilihat pada Gambar.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
90
Komoditas Unggulan Tanaman Perkebunan
KPM 0.113
KPAD 0.105
PP 0.142
Kelapa 0.253
PI 0.146
Sisal 0.239
KSP 0.116
KL 0.137
Jambu Mete 0.203
KPD 0.130
Kopi 0.215
PTK 0.109
Kakao 0.090
Gambar 4.8. Hierarki Penetapan Prioritas Komoditas Unggulan Perkebunan
Kakao
0.090
Kopi
0.215
Jambu Mete
0.203
Sisal
0.239
Kelapa 0.000
0.253 0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
0.300
Gambar 4.9. Diagram Bobot Prioritas Komoditas Unggulan Perkebunan Berdasarkan Seluruh Kriteria yang Dipertimbangkan
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
91
4.2.3. Penentuan Prioritas Komoditas Unggulan Peternakan Penentuan prioritas komoditas unggulan peternakan menggunakan AHP disusun berdasarkan kriteria yang terdiri atas Kontribusi terhadap Pendapatan Masyarakat (KPM), kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (KPAD), Peluang Pasar (PP), Peluang Investasi (PI), Kesesuaian Lahan (KL), Ketersediaan Sarana Produksi (KSP), Kebijakan Pemerintah Daerah (KPD), Penyerapan Tenaga Kerja (PTK). Sedangkan untuk alternatif prioritas peternakan unggulan yang dipilih adalah sapi, kerbau, kambing, kuda dan ayam ras. Dari hasil analisis AHP pada penentuan komoditas unggulan peternakan diperoleh bahwa kriteria kesesuaian lahan (KL) berada pada peringkat pertama
dengan nilai
0.144, diikuti dengan kriteria peluang investasi (PI) dengan nilai 0.135, peluang pasar (PP) dengan nilai 0.132, ketersediaan sarana produksi (KSP) dengan nilai 0.129, kebijakan pemerintah daerah (KPD) dengan nilai 0.127, kontribusi terhadap pendapatan masyarakat (KTM) dengan nilai 0.115, Penyerapan Tenaga Kerja (PTK) dengan nilai 0.113, dan terakhir kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (KPAD) dengan nilai 0.106. Berdasarkan hasil analisis AHP dengan tujuan penentuan prioritas komoditas unggulan peternakan dari berbagai kriteria tersebut maka diperoleh bahwa sapi merupakan komoditas peternakan dengan prioritas pertama yang harus dikembangkan di KSB. Dimana peternakan sapi memiliki nilai 0,267, kemudian diikuti dengan ayam dengan nilai 0,213, kerbau dengan nilai 0.194, kambing dengan nilai 0.186 dan terakhir kuda dengan nilai 0.141. secara rinci dapat dilihat pada Gambar.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
92
Komoditas Unggulan Peternakan
KPM 0.115
KPAD 0.106
PP 0.132
Sapi
PI 0.135
Kerbau
0.267
0.194
KSP 0.129
KL 0.144
Kambing
KPD 0.127
Kuda
0.141
PTK 0.113
Ayam
0.186
0.213
Gambar 4.10. Hierarki Penetapan Prioritas Komoditas Unggulan Peternakan
Ayam Ras
0.213
Kambing
0.186
Kuda
0.141
Kerbau
0.194
Sapi 0.000
0.267 0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
0.300
Gambar 4.11. Diagram Bobot Prioritas Komoditas Unggulan Peternakan Berdasarkan Seluruh Kriteria yang Dipertimbangkan
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
93
4.2.4. Penentuan Prioritas Komoditas Unggulan Perikanan Penentuan prioritas komoditas unggulan perikanan menggunakan AHP disusun berdasarkan kriteria-kriteria diantaranya Kontribusi terhadap Pendapatan Masyarakat (KPM), kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (KPAD), Peluang Pasar (PP), Peluang Investasi (PI), Kesesuaian Lahan (KL), Ketersediaan Sarana Produksi (KSP), Kebijakan Pemerintah Daerah (KPD), Penyerapan Tenaga Kerja (PTK). Sedangkan untuk alternatif prioritas pengembangan komoditas unggulan perikanan yang dipilih adalah rumput laut, kerapu, udang, mutiara dan perikanan darat. Dari hasil analisis AHP pada penentuan komoditas unggulan perikanan diperoleh bahwa kriteria peluang investasi (PI) dan peluang pasar (PP) berada pada peringkat pertama dengan nilai 0.139, diikuti dengan kriteria kebijakan pemerintah daerah (KPD) dengan nilai 0.136, kesesuaian lahan (KL) dengan nilai 0.133, kontribusi terhadap pendapatan masyarakat (KTM) dengan nilai 0.124, Penyerapan Tenaga Kerja (PTK) dengan nilai 0.120, ketersediaan sarana produksi (KSP) dengan nilai 0.106, dan terakhir kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (KPAD) dengan nilai 0.103. Berdasarkan hasil analisis AHP dengan tujuan penentuan prioritas komoditas unggulan perikanan dari berbagai kriteria tersebut maka diperoleh bahwa komoditas rumput laut merupakan komoditas perikanan dengan prioritas pertama yang harus dikembangkan di KSB. Dimana menurut penilaian ahli atau pakar pada AHP, komoditas rumput laut memiliki nilai 0,289, kemudian diikuti dengan udang dengan nilai 0,222, perikanan darat dengan nilai 0.178, mutiara dengan nilai 0.159 dan terakhir perikanan kerapu dengan nilai 0.151. secara rinci dapat dilihat pada Gambar.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
94
Komoditas Unggulan Perikanan
KPM 0.124
KPAD 0.103
PP 0.139
Rumput Laut 0.289
PI 0.139
Kerapu
Udang
0.151
KSP 0.106
KL 0.133
KPD 0.136
Mutiara
0.222
PTK 0.120
Perikanan Darat
0.159
0.178
Gambar 4.12. Hierarki Penetapan Komoditas Unggulan Perikanan
Perikanan Darat
0.178
Mutiara
0.159
Udang
0.222
Kerapu
0.151
Rumput Laut 0.000
0.289 0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
0.300
0.350
Gambar 4.13. Diagram Bobot Prioritas Komoditas Unggulan Perikanan Berdasarkan Seluruh Kriteria yang Dipertimbangkan
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
95
4.2.5. Penentuan Prioritas Komoditas Unggulan Kehutanan Penentuan prioritas komoditas unggulan kehutanan menggunakan AHP disusun berdasarkan kriteria-kriteria diantaranya Kontribusi terhadap Pendapatan Masyarakat (KPM), kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (KPAD), peluang pasar (PP), Peluang Investasi (PI), kesesuaian lahan (KL) , ketersediaan sarana produksi (KSP), kebijakan pemerintah daerah (KPD), Penyerapan Tenaga Kerja (PTK). Sedangkan untuk alternatif prioritas pengembangan komoditas unggulan kehutanan yang dipilih berdasarkan analisis data studi dan pendapat pakar adalah rotan, jati, madu, mahoni dan gaharu. Dari hasil analisis AHP pada penentuan komoditas unggulan kehutanan diperoleh bahwa kriteria Peluang Investasi (PI) berada pada peringkat pertama dengan nilai 0.157, diikuti dengan kriteria peluang pasar (PP) dengan nilai 0.151, kesesuaian lahan (KL) dengan nilai 0.150, kebijakan pemerintah daerah (KPD) dengan nilai 0.143, Penyerapan Tenaga Kerja (PTK) dengan nilai 0.115, ketersediaan sarana produksi (KSP) dengan nilai 0.111, kontribusi terhadap pendapatan masyarakat (KTM) dengan nilai 0.088, dan terakhir kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (KPAD) dengan nilai 0.085. Berdasarkan hasil analisis AHP dengan tujuan penentuan prioritas komoditas unggulan kehutanan dari berbagai aspek kriteria tersebut maka diperoleh bahwa komoditas rotan masih merupakan komoditas kehutanan dengan prioritas pertama yang harus dikembangkan di KSB. Dimana menurut penilaian ahli atau pakar pada AHP, komoditas rotan memiliki nilai 0,258, kemudian diikuti dengan komoditas jati dengan nilai 0,233, madu dengan nilai 0.182, mahoni dengan nilai 0.179 dan terakhir komoditas gaharu dengan nilai 0.149. secara rinci dapat dilihat pada Gambar.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
96
Komoditas Unggulan Kehutanan
KPM 0.088
KPAD 0.085
PP 0.151
Madu
PI 0.157
Jati
0.182
KSP 0.111
KL 0.150
Rotan
0.233
KPD 0.143
Mahoni
0.258
PTK 0.115
Gaharu
0.179
0.149
Gambar 4.14. Hierarki Penetapan Komoditas Unggulan Kehutanan
Gaharu
0.149
Mahoni
0.179
Rotan
0.258
Jati
0.233
Madu 0.000
0.182 0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
0.300
Gambar 4.15. Diagram Bobot Prioritas Komoditas Unggulan Kehutanan Berdasarkan Seluruh Kriteria yang Dipertimbangkan
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
97
Gambar 4.16. Peta Prioritas Komoditas Unggulan Pertanian Berdasarkan Hasil AHP di Kabupaten Sumbawa Barat
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
98
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada kajian potensi SDA dalam rangka promosi investasi maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Potensi SDA dalam rangka mendukung investasi di KSB meliputi sektor pertanian, pertambangan, sumberdaya air, sumberdaya manusia, pariwisata, pulau-pulau kecil dan sumberdaya alam dengan ketersediaan, potensi areal, potensi pengembangan masing-masing sektor yang sangat mendukung. 2. Sumberdaya pariwisata di KSB sebanyak 45 lokasi destinasi wisata dan 10 lokasi potensial untuk wisata yang terbagi atas wisata pantai, gua, air terjun, pulaupulau, danau, dam/bendungan, peninggalan sejarah, wisata budaya, cagar budaya, dan wisata paralayang. 3. Potensi bahan galian logam di KSB berupa emas sebesar 0,5-5 g/ton emas, tembaga sebesar 40.000 M3, biji besi sebesar 24.000 M3, galena sebesar 53.000 M3, ferro manganese sebesar 4.000 M3, dan mangan sebesar 109.000 M3. Sedangkan untuk potensi bahan galian non logam dan batuan mencapai sebesar 110.404.000 M3. 4. Pulau-pulau kecil di KSB terdapat sebanyak 16 pulau yaitu 8 pulau kecil di Kecamatan Poto Tano, 6 pulau kecil di Kecamatan Taliwang, dan 2 pulau kecil di Kecamatan Sekongkang dengan luas daratannya sebesar 1.016,31 Ha. Potensi pengembangan pulau-pulau kecil di KSB akan diarah sebagai kawasan pariwisata, perikanan tangkap, budidaya perikanan, dan konsevasi. 5. Komoditas unggulan pertanian di KSB yang merupakan peluang investasi adalah komoditas padi, jagung, kedelai, kacang hijau, dan kacang tanah untuk komoditas tanaman pangan, komoditas kelapa, sisal, kopi, jambu mete, dan kakao untuk komoditas tanaman perkebunan, kemudian komoditas sapi, ayam ras, kerbau, kambing dan kuda untuk peternakan, untuk komoditas perikanan meliputi rumput laut, udang, perikanan darat, mutiara dan kerapu. Sedangkan
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
99
untuk komoditas kehutanan meliputi komoditas rotan, jati, madu, mahoni dan gaharu. 6. Peluang investasi KSB sangat besar melihat ketersediaan SDA yang meliputi ketersediaan lahan, potensi pengembangan pariwisata, pengembangan pulaupulau kecil, dan pengembangan sentra pertanian unggulan. 5.2. Rekomendasi Berdasarkan hasil yang diperoleh pada kajian potensi SDA dalam rangka promosi investasi ini maka: 1. Diperlukan dukungan pemerintah dalam pengembangan dan pengelolaan potensi SDA di KSB. Pemerintah daerah harus memfokuskan pengembangan SDA dan komoditas unggulan pertanian di sentra potensi dan pengembangan. 2. Pemerintah daerah harus dapat mendorong upaya peningkatan iklim investasi dengan meningkatkan promosi dan menerapkan kebijakan-kebijakan strategis guna menarik minat investor untuk berinvestasi pada sektor SDA di KSB. 3. Upaya ekstensifikasi dan peningkatan
produktivitas
intensifikasi lahan
pertanian
melalui
seperti
perluasan
program-program
area,
peningkatan
kemampuan petani, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana penunjang produksi pertanian, dan penguatan permodalan perlu dilakukan agar dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. 4. Diperlukan
kajian
lebih
lanjut
mengenai
strategi
pengembangan
dan
keberlanjutan potensi SDA dan komoditas unggulan pertanian untuk masa yang akan datang.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
100
DAFTAR PUSTAKA BAPEDDA KSB, 2016. Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2016-2020 (RPJMD KSB Tahun 2016-2020). Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat: Sumbawa Barat. BPS KSB, 2016. Kabupaten Sumbawa Barat dalam Angka Tahun 2016. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa Barat: Sumbawa Barat. DKPP KSB, 2016. Laporan Potensi, Pemanfaatan dan Produksi Perikanan di Kabupaten Sumbawa Barat. Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan Sumbawa Barat: Sumbawa Barat. Dinas ESDM KSB, 2016. Data Bahan Galian Logam, Non Logam dan Batuan di Kabupaten Sumbawa Barat. Dinas Ekonomi Sumberdaya Mineral dan Pariwisata Kabupaten Sumbawa Barat: Sumbawa Barat. Dinas ESDM KSB, 2016. Data Objek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Sumbawa Barat. Dinas Ekonomi Sumberdaya Mineral dan Pariwisata Kabupaten Sumbawa Barat: Sumbawa Barat. DISHUTBUNTAN KSB, 2016. Laporan penggunaan lahan dan luas tanam. Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Pertanian Kabupaten Sumbawa Barat: Sumbawa Barat. DISHUTBUNTAN KSB, 2016. Laporan Rekapitulasi lahan dan Produksi Tanaman Perkebunan Semusim dan Tahunan di Kabupaten Sumbawa Barat. Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Pertanian Kabupaten Sumbawa Barat: Sumbawa Barat. Neuman, W.L. 2007. Basics of Social Research: Qualitative and Quantitative Approaches (2nd Ed.): Pearson Education Inc. Boston. Prahasta, E. 2005. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Informatika: Bandung. Saaty, T.L. 1980. The Analytical Hierarchy Process: Planning, Priority Setting, Resource Allocation. McGraw-Hill: New York. Tarigan, R. 2003. Ekonomi Regional: Bumi Aksara. Medan.
Laporan Kajian Potensi SDA Dalam Rangka Promosi Investasi
101