LAPORAN
EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAH RAGA
Direktorat Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Deputi Bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2007
Kata Pengantar Pembangunan nasional dilaksanakan sebagai upaya untuk mensejahterakan
bangsa yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan. Peraturan Presiden No.
7
Tahun 2005 menetapkan Rencana Pembangunan ]angka Menengah
Nasional (RPJIvIN) tahun 2004
-
2009 yang merupakan acuan bagi bagi pelaksanaan
pembangunan nasional untuk kurun waktu lima tahun. RPJMN 2004-2009 ir:tl dijabarlkan lebih lanjut ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RIG) yang merupakan rencana tahunan dan merupakan satu kesatuan dengan RAPBN untuk tahun yang bersangkutan.
Pelaksanaan program-program RPJMN 2004-2009 memasuki paruh waktu
pada tahun 2007. Untuk itu pada tahun 2007 dilakukan evaluasi untuk mengetahui capaian atau keberhasilan suafu program/kegiatan berdasarkan sasarErn yang telah
ditetapkan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor: 39 Tahun 2006 tentang Tatacara
Pengendalian
dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan, evaluasi
merupakan rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (tryut), keluaran (output) dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Evaluasi merupakan suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara obyektif atas pencapaian hasil-hasil
pelaksanaan (program) yaog telah direncanakan sebelumnya dan dilakukan secara sistematis dan obyektif dengan menggunakan metode evaluasi yang relevan.
Sesuai dengan kedudukary tugas dan fungsi Bappenas, seperti yang tertuang
dalam Peraturan Menneg PPN/Kepala Bappenas No. 01/M.PPN/09/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Menneg PPN/Badan Perencanaan Pembangunan Nasiona, salah satu fungsi yang harus dilaksanakan adalah evaluasi, pemantauan
dan penilaian pelaksanaan perencnnaan pembangunan nasional. Untuk itu maka pada tahun anggaran QA) 2007 kegiatan evaluasi yang dilaksanakan oleh Direktorat
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga difokuskan pada paruh waktu pelaksanaan RPJM 2004-2009 khususnya untuk program pembangunan nasional bidang Kebudayaaru Pariwisata, Pemuda dan Olah raga.
Pelaksanaan evaluasi perencanaan pembangunan bidang kebudayaan,
pariwisata, pemuda dan olah raga melibatkan berbagai pihak, baik
di
lingkup
internal Bappenas maupun eksternal mitra kerja yaitu Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Kementerian Pemuda dan Olah Raga serta Perpustakaan Nasional. Pada
ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam kegiatan evaluasi perencanaan pembangunan bidang kesempatan
kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olah raga hingga tersusunnya laporan ini.
Saran dan
kritik yang membangun sangat kami harapkan, demi
pelaksanaan evaluasi dan penyusunrn laporan yang lebih baik
terwujudnya
di masa yang akan
datang.
Jakarta, Desember
2007
Direktur Kebudayaary Pemuda dan OIah Raga, Bappenas
TIM
SUSUNAN KEANGGOTAAN EVALUASI PEMBANGUNAI\ BIDANG KEBUDAYAAN. PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAII RAGA
Deputi Bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan
Penanggung lawab Kegiatan
Tim Penyusun Rekomendasi Kebijakan (TPRK) Ketua
Direktur Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda danOlah Raga
Anggota
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Aris Subiyono, SH Dra. EstiNurhayati" M.M. Dra. Sri Rahayu, M.Ed Tatang Muttaqinr S.Sos, M.Ed. Vivi Andriani, S.T. Desy Anisya Farmaciawatf , S.Si
C.
TenagaPendukung
llt
7.
Didik Darmanto,
L. 2. 3.
Esther Gloria Norita Sarwoto
Tommy Bahtiar
S.Sos
i
I(ataPengantar Susunan Keanggotaan Tim Evaluasi
lll
Daftar Isi BAB I
BAB II
BAB
III
iv
PENDAIil'LULUAN
1.1 t.2 1.3 r.4 1.S r.6
METODOLOGI
2.r 2.2 2.3 2.4
Disain Studi Evaluasi DatayangDiperlukan Pengumpulan Data Pendekatan yang Digunakan
3 3
3
4 4 4 6 6 6
6 7
RENCANA PEMBANGT]NAIV JANGKA MENENGAH
NASIOI{AL (RPJMN zoo4-eoo9)
9.1 9.2 3.3
BAB IV
1
Latar Belakang Tujuan Sasaran Ruang Lingkup Keluaran dan Manfaat Sistematika Penulisan Laporan
Bidang Kebudayaan Bidang Pariwisata Bidang Pemuda dan Olahraga
8 8 11
16
PEI-AI(SANAAMARUH WAKTU RPJMN zo o 420Og
3.1 5.2 8.3 BABV
Bidang Kebudayaan Bidang Pariwisata Bidang Pemuda dan Olah Raga
KESIMPI.]I.AN DAI\ REKOMEI\DASI
5.1 5.2
Kesimpulan Rekomendasi
L9 19
37 54 77 77 79
II\MPIRAN Tabel Evaluasi Bidang Kebudayaan Tabel Evaluasi Bidang Pariwisata Tabel Evaluasi Bidang Pemuda dan Olah Raga
l1
8r 9o 101
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan suatu upaya unfuk mencapai cita-cita luhur
mensejahterakan bangsa seperti yang telah diamanatkan oleh UUD 1945. Untuk
mewujudkan cita-cita tersebut pembangunan bangsa dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Rencana Pembangunan ]angka Panjang Nasional (RPIMN) 20052025 memuat rumusan
visi lrdonesia yaitu tercapainya hrdonesia yang mandiri,
maju, dan makmur. Selanjutnya melalui Peraturan Presiden No.
7
Tahun
2005
ditetapkan Rencana Pembangunanlangka Menengah Nasional (RPIM Nasional) tahun 2004
-
2009, yang merupakan acuan bagi pelaks.rnaan pembangunan nasional untuk
kurun waktu lima tahun. Dalam pelaksanaannya RPJM Nasional dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang bersifat tahunan dan merupakan acuan dalam
penyusunan RAPBN pada tahun yang bersangkutan. Di dalam RKP dicantumkan
prioritas pembangunan nasionaL perencanaan makro, sasaran, arah kebijakan, program dan kegiatan pokok yang akan dicapai dalam program tersebut.
Untuk mengetahui pelaksanaan paruh waktu program-program RPJMN 20042009 diperlukan suatu evaluasi untuk mengetahui capaian atau keberhasilan suatu
program/kegiatan berdasarkan sasaran dan indikator yang telah ditetapkan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor: 39 Tahun 2006 tentang Tatacara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunary evaluasi merupakan rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (tn?ut), keluaran (output) dan hasil (outcome) terhadap rencarur
dan standar. Evaluasi merupakan suafu usaha untuk
rnengukur dan memberi nilai secara obyektif atas pencapaian hasil-hasil pelaksanaan (program) yang telah direncanakan sebelumnya dan dilakukan secara sistematis dan
obyektif dengan menggunakan metode evaluasi yang relevan. Kegiatan evaluasi dilakukan baik sebelum suatu program/kegratan dilaksanakan (ex-ante eoaluation), pada saat berlangsung (on-going evaluation), maupun setelah program/kegiatan selesai dilaksanakan (ex-post
anluation). Evaluasi juga dapat dilakukan terhadap
pelaksanaan RPJM Nasional untuk menilai efisiensi, efektivitas, dampak dan keberlanjutan dari suatu program.
Laporan Eaaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan OIah Raga 2007
Kegiatan evaluasi yang dilaksanakan oleh Direktorat Kebudayaan, Pariwisata, pemuda dan Olah Raga pada tahun anggaran (TA) 2007 difokuskan pada paruh waktu pelaksanaan RPJM 20M-2009 khususnya untuk proglam Proglam Pembangunan nasional di bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah raga.
di bidang kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olah raga selama ini telah mengalami berbagai kemaiuan. Di bidang Kebudayaan, Pelaksanaan pembangunan
upaya yang telah dilakukan melalui revitalisasi dan reaktualisasi nilai budaya dan pranata sosial kemasyarakatan telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan.
Hal tersebut ditandai dengan semakin berkembangnya berbagai dialog lokal nasional
dan internasional, fumbuhnya pemahaman atas keberagaman, serta menurunnya eskalasi konflik lokal horizontal di dalam masyarakat.
Pembangunan pariwisata mempunyai peranan yang cukup penting, terutama dalam menghasilkan devisa.Industri pariwisata bersifat multi sektor sehingga kinerja pembangunan pariwisata sangat dipengaruhi oleh dukungan sektor lairg seperti
kondisi ekonomi makro yang stabil, iklim usaha yang kondusrf, jaminan keamanan,
dan infrastruktur yang memadai. Selama tiga tahun terakhir kinerja pariwisata nasional sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keamanan dan isu bencana
alam serta
flu burung,
bahkan peristiwa bom Bali
II
pada bulan Oktober
2005
nampaknya masih berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke tanah air terutama pada tahun 2006.
Pembangunan pemuda dan olah raga juga mempunyai peran strategis dalam mendukung peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Pemuda
merupakan generasi penerus, penanggungjawab dan pelaku pembangunan masa depan. Kekuatan bangsa
di masa mendatang tercermin dari kualitas sumber
daya
pemuda saat ini. Untuk itu, pemuda harus disiapkan dan diberdayakan agar mampu
memiliki kualitas dan keunggulan daya saing guna menghadapi tuntutan, kebutuhan, serta tantangan dan persaingan di era global. Pembangunan olah raga bertujuan untuk
menciptakan manusia yang sehat ulet, dan berjiwa sportif. Dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan
di bidang
keolahragaan merupakan upaya
meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia secara jasmaniah" rohaniah, dan sosial serta membentuk watak dan kepribadian bangsa yang bermartabat. Undang-
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Paiwisata, Pemuda dan OIah Raga 2007
Undang Nomor 3 tahun 2005 tmtang Sistem Keolahragaan Nasional mengamanatkan bahwa tujuan keolahragaan nasional adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia,
sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persafuan dan kesafuan bangs4
memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa.
Oleh sebab itu, untuk mengetahui capaian kinerja program pada bidang-bidang tersebut dilakukan evaluasi agar hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai bahan
dan masukan unfuk perencanaan tahun berikutnya
agar
kualitas perencduran
semakin efektif dan efesien.
1.2. TUJUAN Kegiatan
ini
bertujuan untuk melakukan evaluasi paruh waktu (mid-term
rniew) RPJMN 2004-2009 atas pelaksanaan program-program pembangunan di bidang KebudayaarL Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga serta melakukan penilaian atas pencapaian tujuan/sasaran program sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.
1.3. SASARAN Tercapainya evaluasi yang menyeluruh atas perkembangan pelaksanaan
program RKP 2006 Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga, mencakup:
1.
Teridentifikasinya tingkat pencapaian kinerja program paruh waktu (mid-term
reaiaa) RPJMN 2004-2009 dengan mengacu kepada rencana program pembangunan dan indikator kinerjanya;
2.
Teridentifikasinya masalah-masalah
yang dijumpai dalam perencarul€rn,
pelaksanaan dan pemantauan program pembangunan dibidang Kebudayaan, Pariwisata, Pernuda dan Olah Raga;
3.
Tersusunnya penilaian paruh waktu (mid-term raiew\ terhadap pelaksanaan
program-program RPJMN 2004-2009 Bidang Kebudayaary Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga.
Laporan Eoaluasi Pa nbangunan Bidang KebudayaaA Pariwisata, Pemuda dan OIah Raga 2007
1.4. RUANG LINGKUP Ruang lingkup kegiatan evaluasi ini adalah
1.
Melakukan pengumpulan data dan informasi kegiatan, pendanaan, output
dan dampak
Program-Program dalam RPJMN 2004-2009 Bidang
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga.
Melakuan kajian literatur, rapat, diskusi tentang capaian progtam dan kunjungan lapangan
Menyusun laporan hasil evaluasi dan melakukan pembelajaran terhadap
hasil evaluasi untuk dijadikan masukan dalam
Perencana€ul tahap
selanjutnya.
1.5.
KELUARAN DAN MANFAAT Keluaran dari kegiatan ini adalah tersusunnya hasil evaluasi paruh wakua (mid-
term rniew) RPJMN 2004-2009 atas pelaksanaan Program-Program pembangunan di bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan OIah Raga'
L.6. SISTEMATIKAPENULISANLAPORAN Laporan pendahuluan ini memaparkan perkembangan pelaksanaan kegiatan pada triwulan pertama, dengan skema uraian sebagai berikut: BAB 1
Pendahuluan. Bagian ini akan menjelaskan tentang latar belakang, tujuan evaluasi, sasarzrn, ruang lingkup, keluaran dan manfaat.
BAB
2
Metodologi.
Bagian
ini
menjelaskan tentang desain studi evaluasi, data yang
diperlukan, pengumpulan data, dan pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan evaluasi pelaksanaan program pembangunan dalam
Tahun 2005, Tahun 2006 dan Tahun 2007 untuk bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga sebagai indikator evaluasi programProgram.
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan OInh Raga 2007
BAB 3
Rencana Pembangunan jangka Menengah Nasional (RPIMN) 200& 2009.
Bagian ini menjelaskan tentang kondisi umurn, sasaran, arah kebijakan,
program pembangunan dan kegiatan-kegiatan pokok untuk bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga.
BAB 4
Pelaksanaan Paruh Waktu RPJMN 200&2009 Bidang Kebudayaatl Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga.
Bagian
ini
akan menielaskan tentang capaian pelaksanaan kegiatan
yang sudah dilaksanakan paruh waktu RPJMN 2004-2009 bidang Kebudayaan, Pariwisata Pemuda, dan Olah Raga.
BAB 5
Kesimpulan dan Rekomendasi
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemudn dan OIah Raga 2007
METODOLOGI Untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan, maka langkah-langkah yang akan dilakukan antara lain:
2J.
Disain Studi Evaluasi Evaluasi paruh waktu pelaksanaan Rencana Pembangunan ]angka Menengah
Nasional (RPJMN) merupakan kegiatan evaluasi program-program dalam RPJMN 2004-2009 yang dilaksanakan pada tahun 2005, 2006 dan Semester I
tahun 20A7. Program-program RPJMN tersebut dalam
pelaksanaannya
diturunkan menjadi rencana kerja tahunan berupa Rencana Kerja Pemerintah
itu evaluasi ini dilakukan terhadap pelaksanaan kegiatan RKP Tahun 2005,2006, dan Semester I tahun 2007 khususnya Bidang Kebudayaan, (RKP). Untuk
Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga.
2.2. Datayangdiperlukan Data yang diperlukan dalam kegiatan evaluasi ini berupa data kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari beberapa sumber. Data yang dimaksud adalah (1)
lingkup perencanaan kegiatan Program-program di Bidang
Kebudayaan,
Pariwisata Pemuda dan Olah Raga; (2) Iingkup pelaksanaan kegiatan Programprogram di Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga; (3) capaian pelaksanaan kegiatan Program-program
di Bidang Kebudayaan,
Pariwisata,
Pemuda dan Olah Raga; dan (4) kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam
pelaksanaan kegiatan Program-program
di Bidang Kebudayaan,
Pariwisata,
Pemuda danOlah raga.
2.3. Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam rangka kegiatan evaluasi ini dilakukan melalui dua
teknik Pengumpulan data yaitu studi dokumentasi dan wawancara dengan sumber data, khususnya dengan staf terkait di lingkungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Perpustakaan Nasional, Kementerian Pemuda dan Olah Raga serta institusi lain baik di tingkat pusat maupun daerah.
Laporan Eoaluasi Petnbangunmr Bidang Y'ebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan
olah
Raga 2007
2.4.
Pendekatan yang digunakan
Pendekatan
yang digunakan dalam melakukan evaluasi paruh waktu
pelaksanaan program-program dalam RPIMN 2004-2009 khususnya Bidang Kebudayaan, Pariwisat+ Pemuda dan Olah raga adalah melalui analisis data sekunder, rapat koordinasi, workshop dan diskusi dengan para nara sumber. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a.
Melakukan identifikasi peta keterkaitan antara sasarar1 arah kebijakan, dan
kegiatan pokok dalam RPJMN 2004-20A9 dengan RKP 2005, RIG Tahun 2006, danRKP tahun 2007.
Melakukan pengumpulan data sekunder terkait dengan pelaksanaan kegiatan dan pencapaian kinerja bidang kebudayaan, pariwisata, pemuda
dan olah raga khususnya di Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Perpustakaan Nasional dan Kementerian Pemuda dan OIah Raga. Di
samping
itu iuga
dilakukan penelaahan terhadap berbagai sumber
referensi.
c.
Melakukan pertemuan dan dialog dengan institusi terkait pelaku bidang kebudayaao pariwisata, pemuda dan olah raga, sebagai sarana unfuk mensinergikan dan konfirmasi pelaksanaan kegiatan pembangunan.
d.
Menganalisis temuan-temuan pelaksanaan pembangunan berdasarkan data yang telah diperoleh dan didiskusikan dengan instansi terkait, untuk dapat dipetakan keterkaitarurya dengan perencanaan pembangunan.
Merumuskan hasil yang mencakup pencapaian kinerjo permasalahan, dan peta keterkaitan, sebagai bahan masukan unfuk pelaksanaan perencanaan tahun selanjutrya.
Laporan Eaaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, pariwisata, pemuda dan
olah
Raga 2007
BAB
III
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASTONAL (RPIMN) 2004-200e BIDANG KEBUDAYAAN (PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN PADA NILAI-NILAI LUHUR)
A. PERMASALAHAN Lemahnya kemampuan bangsa dalam mengelola keragaman budaya. Gejala tersebut dapat dilihat dari menguatrya orientasi kelompok, etnik, dan agama yang berpotensi menimbulkan konflik sosial dan bahkan disintegrasi bangsa. Fenomena itu
mengkhawatirkan karena Indonesia terdiri dari sekitar 520 suku bangsa. Masalah ini
juga semakin serius akibat dari makin terbatasnya ruang publik yang dapat diakses dan dikelola bersama masyarakat multikultur untuk penyaluran aspirasi. Dewasa ini
muncul kecenderungan pengalihan ruang publik ke ruang privat karena desakan ekonomi.
Terjadinya krisis
iati diri
(identitas) nasional. Nilai-nilai solidaritas sosial
kekeluargaan, keramahtamahan sosial, dan rasa cinta tanah air yang pernah dianggap sebagai kekuatan pemersatu dan
ciri khas bangsa Indonesia, makin pudar bersamaan
dengan menguatnya nilai-nilai materialisme. Demikian pula kebanggaan atas jati
diri
bangsa seperti penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar, semakin terkikis
oleh
nilainilai yang dianggap lebih unggul. Identitas nasional meluntur oleh
PenyeraPan budaya global yang negatif, serta
cepahrya
tidak mampunya bangsa Indonesia
mengadopsi budaya global yang lebih relevan bagi upaya pembangunan bangsa dan
karakter bangsa (nation and character building).Iajunya pembangunan ekonomi yang
kurang diimbangi oleh pembangunan karakter bangsa telah mengakibatkan krisis budaya yang selanjutnya memperlemah ketahanan budaya
Kurangnya kemampuan bangsa dalam mengelola kekayaan budaya yang kasat mata (tangible) dan yang tidak kasat mata (intangibtel. Dalam era otonomi daeratg pengelolaan kekayaan budaya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Kualitas Laporan ktaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, pariwisata, pemuila ilan
olah
Raga 2007
pengelolaan yang rendah tidak hanya disebabkan oleh kecilnya kapasitas fiskal, namun juga kurangnya pemahaman, apresiasi, kesadaran, dan komihen pemerintah daerah terhadap kekayaan budaya. Pengelolaan kekayaan budaya
ini juga
masih
belum sepenuhnya menerapkan prinsip tata pemerintahan yang baik (good gwernonce). Sementara
itu, apresiasi dan kecintaan masyarakat terhadap budaya dan produk
dalam negeri masih rendalv antara lain karena keterbatasan informasi.
B. SASARAN
Sasaran pengembangan kebudayaan yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur adalah:
1. 2.
Menurunnya ketegangan dan ancaman konflik antar kelompok masyarakat.
Semakin kokohnya Negara Kesatuan Republik trdonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Bhinneka Tunggal lka;
3.
Semakin berkembangnya penerapan nilai baru yang positif dan produktif dalam
rangka memantapkan budaya nasional yang terwujud dalam setiap aspek kebijakan pembangunan; dan
4.
Meningkatrya pelestarian dan pengembangan kekayaan budaya.
C. ARAH
KEBIIAKAN
Arah kebijakan pengembangan kebudayaan yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur adalah:
1.
Mengembangkan modal sosial dengan mendorong terciptanya ruang yang terbuka dan demokratis bagi dialog kebudayaan;
2.
Mendorong percepatan Proses modernisasi yung dicirikan dengan terwujudnya Negara kebangsaan Indonesia modern yang berkelanjutan, dan menguatrya
masyarakatsipi!
3.
Reaktualisasi nilai-nilai kearifan lokal sebagai salah satu dasar pengembangan etika pergaulan sosial untuk memperkuat identitas nasiona| dan
4.
Meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap budaya dan produk-produk dalam negeri.
Laporan Eaaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, pafiwisata, pemadn dan
olah
Raga 2007
D. PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN
1. PROGRAM PENGELOLAAN KERAGAMAN BUDAYA Program ini bertujuan untuk menciptakan keserasian hubungan antarunit sosial dan antarbudaya dalam rangka menurunkan ketegangart dan ancaman konflik sekaligus
memperkuatNKRI.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan antara lain adalah:
1. 2.
Pelaksanaan dialog antarbudaya yang terbuka dan demokratis;
Pengembangan pendidikan multikultural untuk meningkatkan toleransi dalam
masyaraka!
3.
wujud ikatan kebangsaan antara lain melalui pengembangan infrastruktur untuk meningkatkan akses transportasi dan Pengembangan berbagai
komunikasi lintas daerah dan lintas budaya;
4.
Pelestarian dan pengembangan ruang publik untuk memperkuat modal sosia} serta
5.
Peningkatan penegakan hukum untuk menciptakan rasa keadilan antarunit budaya dan antarunit sosial.
2. PROGRAM Program
PENGEMBANGAN NILAI BUDAYA
ini bertujuan untuk memperkuat iati diri bangsa (identitas nasional)
dan
memantapkan budaya nasional. Tujuan tersebut dicapai antara lain melalui upaya
memperkokoh ketahanan budaya nasional sehingga mampu menangkal penetrasi budaya asing yang bernilai negatif dan memfasilitasi proses adopsi dan adaptasi budaya asing yang bernilai positif dan produktif. Di samping itu, diupayakan pula pembangunan moral bangsa yang mengedepankan
nilainilai kejujuran,
amanah"
keteladanan, sportivitas, disiplin, etos kerja, gotong-royong, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu dan tanggungjawab. Tujuan tersebut dilaksanakan pula melalui pengarusutamaan nilai-nilai budaya pada setiap aspek pembangunan.
Kegiatan pokok yang akan ditempuh antara lain adalah aktualisasi nilai moral dan agama, revitalisasi dan reaktualisasi budaya lokal yang bernilai
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidang kbudayaan, Pariwisata, pemuda dan
olah
luhur termasuk di
Raga 2007
dalamnya pengembangan budaya maritim, dan transformasi budaya melalui adopsi
dan adaptasi nilai-nilai baru yang positif untuk memperkaya dan memperkokoh khasanah budaya bangsa, seperti: orientasi pada peningkatan kinerja budaya kritis,
akuntabilitas dan penerapan iptek.
3.
PR,OGRAM PENGELOLAAN KEKAYAAN BUDAYA
Program
ini bertujuan untuk meningkatkan
apresiasi dan kecintaan masyarakat
terhadap budaya dan produk dalam negeri yang bersifat kasat mata (tangible) mavpvn
tidak kasat mata Qntangible).
Kegiatan pokok yang akan ditempuh antara lain:
7.
Pelestarian kekayaan budaya yang meliputi sejarah, kepurbakalaan, dan benda cagar budaya;
2.
Pengembangan sistem informasi dan database bidang kebudayaan antara lain peta budaya dan dokumen arsip negara;
3. 4.
Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia pengelola kekayaan budaya;
Peningkatan kapasitas kelembagaan melalui pembenahan sistem manajerial lembaga-lembaga yang mengelola kekayaan budaya sehingga memenuhi kaidah tata pemerintahan yang baik (good guternance);
5.
Pengembangan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan kekayaan
budaya misalnya melalui pengembangan film kompetitif, dan pengembangan pola insentif;
6.
Rersiew
peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan kekayaan budaya;
dan
7.
Transkripsi dan transliterasi naskah-naskah kuno.
3.2
BIDANG PARIWISATA
A.Permasalahan
Dalam konteksnya yang lebih luas, penurunan perolehan devisa ekspor (jasa) juga terjadi pada sektor pariwisata. Sampai dengan tahun 2002 panwisata merupakan penyumbang devisa kedua terbesar setelah ekspor migas. Oleh karenanya, sektor ini
Laporan Eaaluasi P*nbanganan Bidang Kebudayaan, Pariwisata, pemuda dan olahRaga 2007
11
mampu berperan penting dalam penyerapan kesempatan kerja serta menopang pertumbuhan ekonomi yang sampai saat itu masih lambat. Pada tahun 2003, jumlah
wisman hanya mencapai 4,46 juta orang dengan perolehan devisa sekitar USD 4,04
miliar atau menurun sekitar L0,2 persen dari tahun 2002. Meskipun demikian, sektor pariwisata masih merupakan penyumbang devisa keempat terbesar setelah ekspor migas, ekspor kelompok komoditi mesin elektrik dan elektronik, dan ekspor dari
tekstil dan produk tekstil TPT). kelembagaan pelayanan publik terkait untuk menjarvab tuntutan kebutuhan dunia usaha.
Komihen yang kuat dari pemerintah di
segala tingkatan akan menjadi faktor penentu utama.
Penurunan kinerja d.aya saing pariwisata disebabkan oleh
beberapa
permasalahan yang berkenaan dengan:
l.
Kurang kondusifnya kondisi keamanan dan ketertiban dalam negeri akhirakhir ini terutama dengan maraknya berbagai aksi terorisme seperti pemboman yang memberikan citra buruk bangsa Indonesia.
Maraknya hambatan dari bermunculannya berbagai regulasi baik di pusat mauPun daerah sebagai dampak masa transisi pelaksanaan otonomi daerah. Keadaan
ini
memberatkan pelaku industri pariwisata yang tercermin dari
menurunnya minat dunia usaha di dalam pengembangan obyek wisata potensial dan infrastruktur yang berkenaan dengan kepariwisataan.
Masih lemahnya pengelolaan sebagian besar daerah tuiuan wisata dan
aset-
aset warisan budaya sehingga kurang atraktif dan kurang mampu bersaing dengan obyek-obyek wisata terutama dengan negara-negara ASEAN.
Belum efektifnya kelembagaan pengelolaan pemasaran dan promosi pariwisata terutama ke masyarakat internasional.
Dengan permasalahan-permasalahan
di
atas, penciptaan
iklim investasi yang
mendukung peningkatan daya saing Indonesia (baik di sektor barang maupun jasajasa) menjadi tantangan yang mendesak ke depan. Dengan stabilitas ekonomi dan
politik yang terjaga, vPaya tersebut akan memberi perluasan kesempatan kerj+ peningkatan pendapatan, peningkatan devisa, dan pada akhimya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam kaitan itu, prioritas diletakkan pada perkuatan uPaya penegakan hukum demi terciptanya kepastian usaha serta pengembangan kapasitas
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidang kbudayaan, pariwisata, pemuda dnn olahRaga2aaT
12
B.
Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai dalam upaya meningkatkan investasi dan ekspor non-migas adalah sebagai berikut:
7.
Meningkafirya kontribusi pariwisata dalam perolehan devisa menjadi sekitar USD 10 miliar pada tahun 2009, sehingga sektor pariwisata diharapkan mampu menjadi salah satu penghasil devisa besar.
2.
Meningkatrya kontribusi kiriman devisa dari tenaga kerja lrdonesia yang berada di luar negeri dari perkiraan sekarang yang berkisar sekitar US$ 1 miliar.
C.Arah Kebiiakan
Arah kebijakan pengembangan pariwisata dalam 5 (lima) tahun ke depan adalah meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara dengan fokus pada upaya:
1.
Peningkatan efektivitas kelembagaan promosi pariwisata, baik di dalam maupun
di luar negeri;
2.
Pengembangan
jenis dan kualitas produk-produk wisata,
terutama
pengembangan wisata bahari yang potensinya sangat besar dengan tetap memperhatikan pembangunan yang berkelanjutaru
3.
Ffarmonisasi dan simplifikasi berbagai perangkat peraturan yang terkait di
dalam mendukung pengembangan pariwisata, termasuk
di
dalamnya wisata
bahari; dan
4.
Optimalisasi dan sinkronisasi dalam pengelolaan jasa pelayanan pariwisata, terutama yang melibatkan lebih dari satu moda transportasi.
D.
.1..
PROGRAM-PROGRAMPEMBANGUNAN
PROGRAMPENGEMBANGANPEMASARANPARIWISATA
Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata difujukan untuk menciptakan promosi
pariwisata yang efektif dengan pendekatan profesional, kemitraan antara swasta,
pemerintah, dan masyarakat dan memperkuat jaringan kelembagaan. Untuk mewujudkan tuiuan di atas, kegiatan-kegiatan pokok yang akan dilakukan adalah:
Laporan Eoaluasi Punbangunan Bidnng Kebudayaan, Pariwisata, pemuila dan
olah
Raga 2007
13
'/-,.
Optimalisasi kegiatan pameran baik yang bertaraf nasional maupun internasional
baik di dalam maupun di luar negeri baik pada negara-negara mitra pariwisata potensial maupun negara-negara yang memilki kedekatan secara historis dan
kultural dengan hrdonesia, seperti Asia Timur, India dan Timur Tengafu
2. 3.
Fasilitasi pemasaran paket-paket wisata dan jaringan disbibusinya;
Fasilitasi kerjasama pemasaran antar negara, antar pusat dengan daerah, dan antar pelaku indusfri pariwisata dalam bentuk aliansi strategis, seperti kerjasama
antat traoel agent dan antar tour operator, atrtara pelaku pariwisata dengan perusahaan transportasi udara, laut dan daraf
4.
Peningkatan sadar wisata
di
kalangan masyarakat, baik sebagai tuan rumah
maupun sebagai calon wisatawan;
5. 6. 2.
Memotivasi dan memberikan kemudahan bagi perjalanan wisata domestik; Pengembangan sistim informasi yang efisien dan efektif.
PROGRAM PENGEMBANGAN DESTINASI PARTWISATA
Program Pengembangan Destinasi Pariwisata ditujukan untuk meningkatkan pengelolaan destinasi wisata dan aset-aset warisan budaya menjadi obyek daya tarik
wisata yang atraktif dengan pendekatan profesional, kemitraan swasta, pemerintatr,
dan masyarakat dan memperkuat jaringan kelembagaan serta mendorong investasi.
Untuk mewujudkan tujuan di atas, kegiatan-kegiatan pokok yang akan dilakukan dalam lima tahun ke depan adalah:
1.
Mendorong pertumbuhan dan perkembangan investasi dalam industri pariwisata melalui penyederhanaan perizinan dan insentif perpajakan bagi investor
2.
Mendorong pengembangan daya tarik wisata unggulan di setiap propinsi ("one proaince one
yimary touism
destination") secara bersama dengan pemerintah
daeratr, swasta dan masyaraka!
3.
Pengembangan paket-paket wisata yang kompetitif
di masing-masing destinasi
pariwisata;
4.
Peningkatan kualitas pelayanan dan kesiapan daerah tujuan wisata dan aset-aset
warisan budaya sebagai obyek daya tarik wisata yang kompetitif;
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidang Kebudoyann, Pariwisata, Petwda dan olahRaga2007
14
5.
Revitalisasi dan pembangUnan kawasan pariwisata baru, termasuk Pula prasararur dan sarana dasamya (seperti jaringan jalan,
listrik, telekomunikasi, air
bersih dan sarana kesehatan);
Pemberian insentif dan kemudahan bagi pelaku usaha pariwisata dalam membangun produk pariwisata (daya tarik dan sarana pariwisata);
Pemberian perhatian khusus kepada pengembangan kawasan ekowisata dan wisata bahari, terutama di lokasi-lokasi yang mempunyai potensi obyek wisata alam bahari yang sangat besar; 8.
Pengembangan pariwisata yang berdaya saing melalui:
(")
terbangunnya
komitnen nasional agar sektor-sektor di bidang keamanan, hukum, perbankan; perhubungary dan sektor terkait lairurya dapat memfasilitasi berkembangnya
kepariwisataan terutama pada wilayah-wilayah yang memiliki destinasi pariwisata unggulan; (b) Harmonisasi dan simplifikasi perangkat peraturan baik
di tingkat pusat
daerah dan antara pusat dan daerah; (c) memformulasi,
menerapkan, dan mengawasi standar industri pariwisata yang dibufuhkan.
3. PROGRAM PENGEMBANGAN KEMITRAAN
Tujuan program
ini
adalah untuk mengembangkan dan memperkuat jaringan
kerjasama antara Pemerintah (pusat-kabupaten/kota)- swasta - masyarakat dan pelaku
industri budaya dan pariwisata
di dalam maupun di luar negeri dalam bidang
penelitian, sumber daya manusia, dan kelembagaan dan sekaligus mengembangkan pariwisata yang berbasis budaya. Dalam rangka pencapaian tujuan di atas, kegiatankegiatan pokok yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
7.
Pembangunan dan perkuatan jaringan database dan informasi kebudayaan dan
kepariwisataary
baik di dalam negeri (antara pusat-propirui, dan
kabupaten/kota) dan luar negeri termasuk pengembangan SDM-nya;
2.
Pengembangan Litbang dan pengembangan SDM dalam bentuk
joint
dual-training serta aliansi strategis terutama dengan lembaga sejenis
research,
di
luar
negeri;
3.
Fasilitasi pembentukan forum komunikasi antar pelaku industri budaya dan pariwisata dan pelaku sosio-ekonomi lainnya.
Laporan Eaaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Paiwisata, Pemuda dan OIah Raga 2007
15
3.3 BIDANG PEMUDA DAN OLAH RAGA
A.
Permasalahan
Rendahnya kualitas pemuda. Pemuda adalah penduduk usia 15-35 tahun. Berdasarkan Susenas 2003, sekitar 2 persen iumlah pemuda tidak pemah sekolah, 16 persen masih bersekolah, dan 82 persen sudah tidak bersekolah lagi. Dari keseluruhan
jumlah pemuda, sekitar 2,36 persen di antaranya buta huruf. Selanjutnya, jika dilihat menurut jenjang pendidikan yang ditamatkaru masing-masing sekitar 34,7 perce+269 persen, 24,4 persen, dan 3,73 persen pemuda yang tamat SD, SLTP, SMU, dan
perguruan tinggr. Sementara itu, pemuda yang tidak berpendidikan (tidak pernah sekolah dan tidak tamat SD) sekitar 1Q36 persen. Masalah lainnya adalah rendahnya
minat membaca di kalangan pemuda yaitu sekitar 37,5 persery rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) pemuda yaitu sekitar 65,9 persery belum serasinya
kebijakan kepemudaan
di tingkat
nasional dan daerah; tingginya tingkat
pengangguran terbuka pemuda yang mencapai sekitar 19,5 perseni dan maraknya masalah-masalah sosial
di
kalangan pemuda, seperti kriminalitas, premanisme,
narkotika, psikotropika zat adiktif (NAPZA), dan Hry/AIDS. Fakta
di
atas
menunjukkan bahwa peran dan partisipasi pemuda dalam pembangunary terutama yang berkaitan dengan kewirausahaan dan ketenagakerjaan masih rendah.
Rendahnya budaya olahraga. Hal ini tercermin dari tingkat kemajuan pembangunan olahraga Indonesia yang hanya mencapai 34 persen (Sports Dmelopment Index/SDI)
pada tahun 2004. Indeks
ini dihitung
berdasarkan angka indeks partisipasi, ruang
terbuka, sumber daya manusia, dan kebugaran. Dalam rangka menumbuhkan budaya
olahraga untuk meningkatkan kemajuan pembangunan olahraga beberapa permasalahan yang harus diatasi adalah: belum terwujudnya peraturan perundang-
undangan tentang keolahragaary rendahnya kesempatan untuk beraktivitas olahraga
karena semakin berkurangnya lapangan dan fasilitas untuk berolahraga, dan lernahnya koordinasi lintaslembaga dalam hal penyediaan ruang pubtik untuk lapangan dan fasilitas olahraga bagi masyarakatumum dan tempat permukiman.
Prestasi Olahraga Indonesia semakin tertinggal. Hal
ini tercermin dari menurunnya
prestasi olahraga dalam eaent-eaent internasional. Jika pada SEA GAMES XIV tahun
Laporan Eualuasi Panbangunan Bidang Kebudayaan, Pariwisata, pemuda dan
okh
Raga 2007
16
7987 danSEA GAMES XV tahun 1989 lrdonesia selalu menduduki juara umum, maka
pada SEA GAMES )OOI tahun 2003 prestasi olahraga Indonesia terlampaui oleh
thailand, Malaysia, dan Vietram. Permasalahannya adalah pemerintah baru mampu membina 17 cabang olahraga khusus dalam penyediaan bibit-bibit olahraga tingkat
pelajar dan baru membina
1 (satu) cabang olahraga prestasi tingkat
mahasiswa.
Permasalahan lain adalah jumlah dan mutu sumber daya manusia (SDM) olahraga
masih rendah yang ditunjukkan dengan indeks dimensi SDM (salah satu komponen SDI) hanya 0,715; kekurangan guru pendidikan jasmani lebih dari 70.000 guru; sarana
dan prasarana tidak lagi memenuhi standar latihan, lemahnya koordinasi antarpemangku kepentingan (staktholder) olatuaga baik di tingkat nasional dan daeralu serta belum serasinya kebijakan olahraga di tingkatnasional dan daerah.
B. SASARAN
Untuk pembangunan pemuda dan olahraga dalam lima tahun mendatang, disusun tiga sasaran pokok sebagai berikut
1.
Meningkatnya keserasian berbagai kebijakan pemuda
di tingkat
nasional dan
daerafu
2. 3.
Meningkatrya kualitas dan partisipasi pemuda di berbagai bidang pembangunan;
Meningkatrya keserasian berbagai kebijakan olahraga
di tingkat nasional
dan
daerafu
4.
Meningkatrya kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat serta prestasi olahraga; dan
5.
Mengembangkan dukungan sarana dan prasarana olahraga bagi masyarakat sesuai dengan olahraga unggulan daerah.
C. ARAH
KEBIIAKAN
Kebijakan pembangunan pemuda dan olahraga diarahkan untuk meningkatkan partisipasi pemuda dalam pembangunan dan menumbuhkan budaya olahraga dan prestasi guna meningkatkan kualitas manusia Indonesia melalui:
1. 2.
Mewujudkan keserasian kebijakan pemuda di berbagai bidang pembangunan; Memperluas kesempatan memperoleh pendidikan dan keterampilan;
Laporan Eoaluasi Pernbangunan Bidang Kebudayaary Pariwisata, Pemuda dan OIah Raga 2007
17
3.
Meningkatkan peran serta pemuda dalam pembangunan sosial, politik,ekonomi, budaya dan agama;
4.
Meningkatkan potensi pemuda dalam kewirausahaan, kepeloporan dan kepemimpinan dalam pembangunan;
Melindungi segenap generasi muda dari bahaya penyalahgunaan NAPZA, minuman keras, penyebaran penyakit HIV/AID9 dan penyakit menular seksual di kalangan pemuda; Mengembangkan kebijakan dan manajemen olahraga dalam upaya mewuiudkan
penataan sistem pembinaan dan pengembangan olahraga secara terpadu dan berkelanjutan; 7.
Meningkatkan akses dan partisipasi masyarakat secara lebih luas dan merata unfuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani serta membentuk watak bangsa;
Meningkatkan sarana dan prasarana olahraga yang sudah tersedia untuk mendukung pembinaan olahraga; 9.
Meningka&an upaya pembibitan dan pengembangan prestasi olahraga secara sistematik, berjenjang dan berkelanjutan;
1.0.
Meningkatkan pola kemitraan dan kewirausahaan dalam upaya menggali potensi ekonomi olahraga melalui pengembangan industri olahraga; dan
LL.
Mengembangkan sistem penghargaan dan meningkatkan kesejahteraan atle! pelatih, dan tenaga keolahragaan.
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaary Pariroisata, Pemudn dan
olah
Raga 2007
BAB IV
PELAKSANAAN PARUH WAKTU RPIMN
2004-2009
BIDANG KEBUDAYAAN, PARTWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA 4.1.
BIDANG KEBUDAYAAN
A.Kondisi Umum
Sesuai dengan Rencana Pembangunan ]angka Menengah (RPIlvI) 2005
-
2009,
pembangunan kebudayaan merupakan bagian dari Agenda Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai, yaitu pengembangan kebudayaan yang berlandaskan pada
nilai-nilai luhur.
Pembangunan bangsa
/an
karakter bangsa (nation and character building)
merupakan prasyarat untuk memperkuat negara modem yang dikenal dengan negara
bangsa sehingga seiak awal kemerdekaan para pendiri bangsa (founding father\ menggarisbawahi pentingnya usaha ini. Upaya tersebut sudah menunjukkan hasilnya
yang ditandai dengan semakin solidnya elemen bangsa untuk memilih kebangsaan sebagai alternatif
negara
final Negara Kesatuan Republik Lrdonesia. Hal ini
menunjukkan keberhasilan nation building. Meskipun pembangunan bangsa sudah
semakin solid, namun upaya pembangunan karakter (character buitding\ masih membutuhkan upaya keras yang persisten dan konsisten sehingga mampu mengejar
ketertinggalan. Belum berhasilnya pembangunan karakter
ini
dapat terlihat dari
semakin melunturnya kebanggaan terhadap berbagai identitas bangsa, seperti: nilai,
budaya, dan bahasa. Melemahnya kebanggaan terhadap identitas bangsa akan berdampak pada menurunnya modal sosial yang ada dalam suatu bangs4 dalam
wujud kepercayaan {trust). Degradasi modal sosial akan berdampak
langsung
menurunnya daya saing bangsa.
Kondisi obyektif bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang ditandai dengan keragaman budaya, suku dan agama. Keragaman suatu bangsa bisa menjadi suatu potensi karena kalau dioptimalkan akan mampu mengkombinasikan
Laporan Ersaluasi Pembangunan Bidang lQbudayaan, Paiwisata, Pemuda dan ol"ah Raga 2007
19
berbagai kekuatan menuju kekuatan maksimal, tetapi dapat juga menjadi ancaman apabila tidak dikelola dengan baik sehingga terjadi persaingan dan konflik yang tidak
sehat. Kondisi obyektif saat
ini menunjukkan bahwa kita belum terampil
mengelola keragaman budaya
dalam
etrik dan agama sehingga alih-alih menjadi kekuatan
malah menjadi anc,rmurn disharmoni dan disintegritas bangsa yang ditunjukkan oleh berkembangnya konflik sosial horizontal dan konflik politik vertikal. Oleh sebab itu,
diperlukan upaya untuk memperkuat kemampuan dalam mengelola keragaman budaya melalui perkuatan kelembagaan dan pemberdayaanpartisipasi masyarakat.
Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi
yang mengakibatkan hilangnya sekat antarbangsa mengakibatkan derasnya arus informasi yang berisi nilai, budaya dan teknologi, dibutuhkan ketahanan budaya yang kokoh sehingga dapat mengoptimalkan hasil persilangan budaya tersebut. Sayangnya, ketahanan budaya bangsa Indonesia masih lemah yang ditandai dengan cepatrya penyerapan budaya global yang negatif dibandingkan dengan penyerapan budaya global yang positif dan konstruktif. Di samping itu terpaan proses globalisasi yang begitu deras dapat memperlemah ikatan kebangsaan sehingga diperlukan usaha untuk
menata dan membenahi kembali berbagai pranata sosial kemasyarakatan dan kenegaraan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menjunjung kembali nilai-nilai
solidaritas sosial, kekeluargaary keramahtamahan sosial, kebanggaan terhadap identitas kebangsaan, dan rasa cinta tanah air.
Perkembangan masyarakat yang sangat cepat sebagai akibat globalisasi dan pesatrya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi membutuhkan penyesuaian tata nilai dan perilaku. Dalam suasana dinamis tersebut, pengembangan kebudayaan
diharapkan dapat memberikan arah bagi perwujudan identitas nasional dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Di samping
y*g
sesuai
itu pengembangan kebudayaan
dimaksudkan untuk menciptakan iklim kondusif dan harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal mampu merespon modernisasi secara positif dan produktif sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan.
Identitas keberadaban sebuah bangsa tidak dapat dilepaskan dari peninggalan budaya dan sejarah bangsa. Upaya untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap sejarah dan pelestarian Benda Cagar Budaya (BCB) yang memiliki nilai
Laporm Eoaluasi Pembangunan Bidnng Kebudayam, Pairpisata, pemuda dan olah Raga 2007
luhur masih belum berkembang secara optimal namun pemahaman dan minat masyarakat terhadap sejarah dan BCB sudah mulai meningkat. Di sisi lain, kualitas pemeliharaan kekayaan budaya bangsa seperti sifus, candi, museum dan taman
budaya sangat beragam
di era otonomi daerah.
Dengan demikian, vpaya untuk
meningkatkan kualitas pengelolaan kekayaan budaya menjadi suatu keniscayaan
sehingga simbol identitas keberadaban dapat dialihgenerasikan
secara
berkesinambungar Terkait dengan hal tersebut, pemberdayaim masyarakat dalam pengelolaan kekayaan budaya menjadi suatu hal yang tidak dapat dikesampingkan.
B.Sasaran
Pembangunan Bidang Kebudayaan pada tahun 2005 diarahkan untuk mencapai sasanln sebagai berikut.
'1.
Terwujudnya struktur sosial, kreativitas budaya dan daya dukung lingkungan yang kondusif bagi pembentukan jati diri bangsa;
Terwuiud dan tersebamya pola pengembangan modal budaya (cultural resources) dan modal sosial (social capital) yang dapat ditransformasikan sebagai
kekuatan sejarah untuk meningkatkan martabat manusia; 3.
Meningkatrya budaya pembelajar (leaming culture) yang berorientasi iptek dan kesenian sehingga mampu mendukung upaya untuk peningkatan peradaban manusia;
4.
Terwujudnya pengelolaan aset budaya yang dapat dijangkau secara adil bagi masyarakat luas sehingga dapat berfungsi sebagai sarana edukasi, rekreasi dan pengembangan kebudayaan secara optimal dan berkelanjutan;
5.
Terwujudnya kebijakan pengelolaan keragaman budaya yang komprehensif, sistematis dan berkelanjutan untuk memperkokoh integrasi bangsa.
Pada tahun 2006 diarahkan untuk mencapai
7.
:
Terwuiudnya upaya menemukenali akar ketegangan/konflik, solusi dan antisipasinya;
2.
Terlaksananya identifikasi nilai-nilai kebangsaan dan strategi perkuatannya
untuk memperkokoh NKRI;
Laporan Eoaluasi Panbangunan Bidang Kebudayaan, Pariwisatq Pemuda dan olahRaga 2007
21
Terlaksananya kompilasi nilai-nilai positif
dan produktif d.alam rangka
memantapkan kebudayaan nasional yang terwuiud dalam setiap aspek kebiiakan pembangunan; dan Terlaksananya pemetaan seluruh pemangku kepentingan dalam pelestarian dan
pengembangan kebudayaan sehingga dapat menyamakan PersePsi terhadap permasalahan dan rekomendasi kebijakannya.
Sementara itu pada tahun 2002 sasaran yang hendak dicapai adalah
1.
Terwujudnya aktualisasi nilai-nilai luhur budaya bangsa dan penguatan ketahanan budaya dalam menghadapi derasnya arus budaya global sehingga
dapat menyeleksi penyerapan budaya global positif dan konstruktif yang bermanfaat untuk pembangunan dan karakter bangsa.
2.
Tersosialisasikannya nilai-nilai kebangsaan dan strategi penguatarurya untuk memperkukuh NKRI.
3.
Terwujudnya kerja sama yang sinergis antar berbagai pemangku kepentingan dalam pengelolaan kekayaan budaya,
Terwujudnya masyarakat lndonesia yang berkepribadian, berbudi luhur dan sejahtera dengan pengamalan nilai-nilai dan pemanfaatan kekayaan budaya.
C.
Arah Kebijakan
Untuk menjawab permasalahan dan tantangan yang muncul di tahun 2005, arah kebijakan pembangunan kebudayaan yang berlandaskan pada nilai-nilai Luhur adalah sebagai berikut:
Dalam upaya pemberantasan KKN untuk mempercepat proses
reformasi,
pembangunan kebudayaan diarahkan untuk mengembangkan budaya kritis masyarakat secara konstruktif sehingga dapat menumbuhkan kontrol sosial yang
produktif. Selain itu, juga akan dilakukan upaya untuk mempercepat sosialisasi dan kulturisasi Etika Kehidupan Berbangsa.
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat pembangunan bidang kebudayaan diarahkan pada upaya untuk mengembangkan minat baca masyarakat
dan mempercepat tumbuhnya budaya kewirausahaan yang bersifat progresif dan
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Paiwisata, Pemuila ilan OlahRaga 2007
22
berorientasi pada
ilmu
pengetahuan
dan teknologi. Selain itu
iuga
akan
dikembangkan industri-industri budaya, termasuk didalamnya adalah uPaya revitalisasi modal sosial dan modal budaya untuk keperluan pengembangan usaha perekonomian.
Dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dalam
bidang budaya akan dilakukan upaya untuk mengembangkan dan memperkuat jatidiri bangsa pengelolaan keragaman budaya, dan pengembangan berbagai wujud ikatan kebangsaan. Pengembangan jatidiri bangsa terutama akan dilakukan melalui "nation and character building" berdasarkan nilai-nilai Pancasila dengan menerapkan format dan metode yang tepat yang disesuaikan dengan dinamika yang berkembang
di
dalam masyarakat. Pengelolaan keragaman budaya ditujukan selain untuk
mengembangkan budaya lokal dan interaksi harmonis-produktif antar unit budaya iuga unfuk memupuk dan memperkuat perasaan dansemangat kelndonesiaan. Untuk
itu, juga akan dilakukan upaya untuk mengembangkan berbagai wujud ikatan kebangsaary baik yang bersifat normatif maupun pragmatis.
Sedangkan pada tahun 2006, kebijakan pembangunan kebudayaan yang berlandaskan pada nilai-nilai Luhur diarahkan pada upaya untuk:
7. 2.
Mengembangkan kreasi metodologis berbagai dialog kebudayaan;
Memperluas ragam pendekatan dalam memperkokoh ikatan kebangsaan baik secara emosional maupun rasional; dan
3.
Mengupayakan mekanisme pengarusutamaan budaya pada berbagai aspek pembangunan.
Arah Kebijakan pada tahun 2007 adalah untuk:
1.. 2.
Menyelesaikan peraturan perundang-undangan di bidang kebudayaan.
Menyaring masuknya kebudayaan yang berdampak negatif terhadap fisik, psikologis, moral generasi muda khususnya dan masyarakat pada umumnya, dan terhadap martabat bangsa.
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidang kbudayaary Pariwisata, Pemuila dan OIahRaga 2007
g.
Mmyelaraskan pembangunan ekonomi dan sosial serta pengembangan teknologi dengan nilai-nilai budaya dan warisan budaya yang ad4 baik fisik mauPun nonfisrk (atltur al
4.
b as e d
dm el opment).
Mengembangkan pola kemitraan pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam melestarikan benda cagar budaya dan warisan budaya serta warisan alam.
D.
hogram-programPembangunan
1. Program Pengembangan
Nilai Budaya
7.7. Tujuan dan Sasaran Program ini ditujukan untuk memperkokoh jatidiri dan ketahanan budaya rursional sehingga mampu berperan sebagai filter terhadap penetrasi budaya
global dalam arti mampu menangkal penetrasi budaya asing yang bemilai negatif dan mampu memfasilitasi teradopsinya budaya asing yang bernilai
positif dan produktif.
Sasaran yang hendak dicapai dalam program ini adalah terwujudnya proses
sosialisasi
dan kulturisasi nilai-nilai luhur yang diperlukan
dalam
mewujudkan jatidiri bangsa yang tangguh dan kompetitif.
7.2.
Pelaksanaan
Tahun 2005
(i.) Hasil yang Dicapai Hasil-hasil yang telah dicapai dalam upaya untuk mengembangkan
nilai budaya adalah (1) penerbitan pedoman Etika Kehidapan
Berbangsa:
Rumusan dan Program Aksi yang merupakan penjelasan operasional dari
TAP MPR-RI No. VI/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa sebagai tanggapan terhadap situasi krisis moral dan etika saat
inl
(2) sosialisasi
pedoman Etikn Kehidupan Berbangsa: Rumusan dan Program Aksi di berbagai daerah yang mencakup etika sosial budaya, etika politik dan pemerintahan, etika ekonomi dan bisnis, etika hukum yang berkeadilan,
dan etika keilmuan; (3) penyusunan Inpres 16 Tahun 2005 tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata yang menjadi
Laporan Eaaluasi Pembangunm Bidang Kebudayaan, Paritnisata, Pemud.a ilan OIahRaga2007
24
panduan langkah terpadu oleh sektor yang terkait (4) penganugerahan penghargaan kebudayaan untuk mendorong partisipasi aktif pelaku
dan pemerhati dalam
pengernbangan kebudayaan nasional (5)
penulisan naskah "sejarah Indonesia lilid VIII'yang dilengkapi dengan berbagai temuan baru dalam bidang sejarah hasil penulisan tesis dan
disertasi yang komprehensif; dan (6) penyelenggaraan Musyawarah
Keria Nasional Sejarah untuk membahas berbagai aspek muatan kesejarahan dalam kurikulum pendidikan, (7) pengkajian nilai-nilai budaya, (8) pengenalan nilai-nilai budaya dalam rangka Nation and Qwracter Buitrding, (9) penyiapan berbagai kegiatan untuk memperingati
"L00 Tahun Kebangkitan Nasional" pada tahun 2008 dengan nama
kegiatan "Satu Abad Indonesia Bangkit", (10) Tersusunnya draft rancangan undang-undang perpustakaan nasional, (11) Pembahasan
draft rancangan undang-undang perpustakaan nasional pemerintah legislatif, (12) Sosialisasi/peningkatan minat dan budaya baca masvarakat.
(ii)
Faktor penuniang/?enghambat -
Faktor yang menjadi penghambat program
adalah semakin
melunfu rnva identitas nasional
(ii|
Tindak laniut
Untuk mengatasi permasalahan yang masih akan dihadapi di
masa
mendatang, tindak lanjut yang diperlukan dalam pengembangan nilai
kebudayaan adalah:
(1)
Penguatan nilai-nilai budaya dalam
memantapkan ketahanan budaya bangsa; (2) Aktualisasi nilai moral
sebagai perwujudan
nilai luhur bangsa dalam memperkuat
etika
pergaulan sosial melalui pemasyarakatan dan internalisasi pedoman
etika kehidupan berbangsa; dan (3) Revitalisasi dan
reaktualisasi
budaya lokal yang bernilai luhur sehingga mampu menjadi rujukan identitas lokal dan nasional yang konshuktif bagi pembangunan watak dan jati
diri bangsa.
Laporan Eaaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemada dan OlahRaga2O|7
25
Tahun2006
(0
Hasil yangDicapai (1) pelaksanaan Festival Seni Budaya Indonesia 2006 melalui kegiatan Gelar Budaya Sulawesi Selatan di Makassar, Gelar Budaya Spiritual di Denpasar dan Festival Nasional Musik Tradisi Nusantara
di
Taman
Mini Indonesia Indah di Jakarta yang diikuti oleh wakil kelompok musik tradisional dari seluruh Indonesia; (2) penyusunan revisi UU
No.8 Tahun 7992 tenhng Perfilman sebagai dasar pengembangan Perfilman Nasional
di
masa yang akan datang; (3) penganugerahan
penghargaan kebudayaan bagi pelaku dan pemerhati kebudayaan
untuk mendorong partisipasi aktif dalam pengembangan kebudayaan nasiona| (4) penyelenggaraan Perkemahan Budaya Nasional di Bumi Perkemahan Paneki Donggala Sulawesi Tengah; (5) pergelaran Gita Bahana Nusantara; (6) kampanye Hidup
Rukun dalam Keragaman
Budaya/Multikultur; (7) pelalaanaan Musyawarah Nasional tentang Pelajaran Sejarah dalam rangka mendukung pembentukan kepribadian
bangsa utamanya dalam konteks multikultur; (8) bimbingan Pamong Budaya Spiritual dan Kepercayaan Komunitas Adat serta perekaman
dan penyiaran Kegiatan Budaya Spiritual dan Upacara Adat; penyelenggara.rn Arung Sejarah Bahari
I
(Ajari
(9)
I) untuk memupuk
semangat nasionalisme dan cinta lingkungan alam khususnya bahari
yang didukung oleh kapal TNI Angkatan Laut Tanjung Kambani; (10) gelar Dongeng Anak-anak Nusantara dan pesta permainan tradisional
anak; (11) penyelenggaraan Pameran Kebudayaan Islam untuk meningkatkan cika peradaban Islam di Indonesia yang berjudul "Crescent Moon: Islamic Arts and Ciailization
of South
East
Asia" di
Adelaide dan Canberra, Australia; (72) sosialisasi dan promosi "lndonesia Performtng Arts Mart (IPAM)"; (13) pengiriman misi kesenian
di berbagai acara intemasionaf sepertt di Australia Performing Arts Mart (APAM), World Summit on Art and Culture di New Castle, UK dan China Sanghai lnternastional Arts Festioal
(ii)
.
Faktor penunj ang/Penghambat
Laporan Eoaluasi Pembangunm Bidnng kbudayaan, Pariwisatq Pemuda dan OInh Raga 2007
26
Faktor yang menjadi penghambat program
ini
adalah (1) belum
optimalnya pelaksanaan intemalisasi nilai budaya bangsa, dan
(2)
masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap uPaya pelestarian nilai-nilai budaya dan kearifan budaya lokal.
(iii)
Tindak lanjut
Untuk mengatasi permasalahan yang masih akan dihadapi di
masa
mendatang, tindak lanjut yang diperlukan dalam pengembangan nilai kebudayaan adalah (1) peningkatan pembangunan karakter dan pekerti
bangsa; (2) pelestarian dan pengaktualisasian nilai-nilai badisi; (3)
pengembangan masyarakat pengembangan nilai budaya
adat; (4) pelaksanaan
kebijakan
di seluruh Indonesia; (5) pendukungan
pengembangan nilai budaya daerah;
(6)
penyelenggaraan pelayanan
perpustakaan dan informasi kepada masyarakaf dan
(4
pemanfaatan
naskah kuno nusantara.
Untuk mengatasi permasalahan yang masih akan dihadapi di
masa
mendatang, tindak lanjut yang diperlukan dalam pengembangan nilai kebudayaan adalah:
a.
Penguatan nilai-nilai budaya dalam memantapkan ketahanan budaya bangsa;
b.
Aktualisasi nilai moral sebagai perwujudan nilai luhur bangsa dalam memperkuat etika pergaulan sosial melalui pemasyarakatan dan intemalisasi pedoman etika kehidupan berbangsa;
c.
Revitalisasi dan reaktualisasi budaya lokal yang bernilai luhur sehingga mampu menjadi rujukan identitas lokal dan nasional yang
konstruktif bagi pembangunan watak dan jati diri bangsa
Tahun 2007
(i)
Hasil yang Dicapai
(1) Penyusunan potret industri budaya inventarisasi aspek-aspek tradisi, dan inventarisasi masyarakat ada! (2) Penganugerahan penghargaan kebudayaan bagi pelaku dan pemerhati kebudayaan
untuk mendorong partisipasi aktif dalam pengembangan kebudayaan
Laporan Eaaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan OIahRaga 2007
27
nasionab
(3) Kampanye hidup rukun dalam kemajemukan;
(4)
Pergelaran Gita Bahana Nusantara; (a) Bimbingan Pamong Budaya
Spirifual dan Kepercayaan Komunitas Adat serta perekaman dan penyiaran Kegiatan Budaya Spiritual dan Upacara AdaU (5) Sosialisasi
pasar tradisional pada era hipermarkef (6) Festival Nasional Musik Tradisional untuk anak-anak; (7) Pengiriman misi kesenian ke berbagai
acara internasional, seperti Australia Performing Arts Mart (APAM), World Summit on Art and Culture di New Castle, UK dan Clina Sanghni lnternastional Arts Festiaal; (7) Penyelenggaraan
"
lndonesian
Night' dr
Beijing dan |inan, Cina yang bekerja sama dengan perkumpulan Indonesia-Tionghoa (INTI); (8) Penyelenggaraan Hari Raya Waisak Internasional
di
kompleks Candi Borobudur dengan menampilkan
serangkaian kegiatan berupa pergelaran kolaborasi penari-penari dari enam negara, yaifu Indonesia, Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, dan
Viefiram serta peluncuran prangko dan buku"Trail of Civilization" yarrg
berisi informasi mengenai bangunan-bangunan Budha dari
enam
negara tersebu! dan (8) Pawai Budaya Nusantara.
(ii)
Faktorpenuniang/Penghambat
Faktor yang menjadi penghambat program
ini
adalah (1) belum
memadainya pembentukan sikap moral dan penanaman nilai budaya
yang
mengakibatkan adanya kecenderungan semakin menguatnya
nilai-nilai materialisme; dan (2) lemahnya sikap dan daya kritis sebagian
besar masyarakat yang mengakibatkan kurangnya kemampuan masyarakat dalam menyeleksi nilai dan budaya global sehingga terjadi pengikisan nilai-nilai budaya nasional yang positif.
(iii)
Tindak lanjut
Tindak lanjut yang diperlukan dalam pengembangan nilai budaya adalah (1) Revitalisasi nilai luhur, budi pekerti dan karakter bangsa; (2) Pelestarian dan pengaktualisasian nilai-nilai tradisi; (3) Pelestarian dan
aktualisasi adat dan tradisi; (4) Pelaksanaan kebiiakan pengembangan
nilai budaya di seluruh Indonesia; (5) Pendukungan pengembangan nilai budaya daerah; (6) Penyelenggaraan pelayanan perpustakaan dan
Laporan Er.taluasi Panbangunan Bidang
kbudtyaaa Paiwisata, Pemuila ilan olah
Raga 2007
28
informasi kepada masyaraka! dan (7) Pemanfaatan naskah kuno nusantara.
2. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya
2.1. Tujuan
dan Sasaran
Program ini ditujukan untuk meningkatkan apresiasi masyarakat, termasuk
aparat pemerintah terhadap aset budaya serta merringkatkan sistem pengelolaan, termasuk sistem pembiayaannya, agar aset budaya, termasuk
seni dan film, sebagai sararur edukasi, rekreasi dan
pengembangan
kebudayaan dapat berfungsi optimal.
Sasaran yang hendak dicapai dalam program
ini
adalah terwujudnya
pengembangan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan kekayaan budaya dan berkembangnya industri budaya.
2.2.
Pelaksanaan
Tahun 2005
(i).
Hasil yang dicapai Hasil yang telah dicapai dalam upaya pengelolaan kekayaan budaya adalah (1) penetapan Tana Toraja, Jatiluwitr, Pakeran, dan Pura Taman Ayun dalam daftar nominasi Warisan Dunia (UNESCO World Herttuge List); (2) pembangunan gedung B Museum Nasional Tahap 1
telah memasuki tahap penyelesaian pembangunan dan diharapkan Pembangunan Museum Nasional Tahap 2
ini akan
segera diresmikan
pada tahun 2005; (3) penyelenggaraan Art Summit Indonesia
merupakan festival internasional lndonesia Performing
Art Mart
lV
yang
di bidang seni kontemporer
dan
@) penyelenggaraan pentas seni multimedia "Megalitikum Kuantum" yang merupakan perpaduan ZO05;
dari latar belakang budaya dan jenis musik; dan (5) pementasan opera "IT-a, Galtgo" yang merupakan inspirasi dari naskah kuno beraksara Bugis dari Sulawesi Selatan, Sureq Galigo, di panggung seni paling bergengsi
di dunia: Lincoln &nter, dan di Gedung
Asia Society, New
York; (6) penyelenggaraan Festival Film Indonesia 2004 dan 2005 yang
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Pariwisata, pemuda dan
olah
Raga 2007
29
merupakan sarana untuk memberikan penghargaaan tertinggi bagi insan perfibnan setelah terhenti lebih dari 12 tahun; (7) penyiapan RUU Perfilnan sebagai pengganti UU Perfilman No. 8/1992 dan PP
No. 7/1994 tentang Penyensora$ (8) partisipasi dan
mendapat
penghargaan dalam Festival Film Asia Osian's Cinefan Ke-7 di New
Delhi, India; (9) melakukan kerja sama perfilman dengan pertukaran
film dan melakukan produksi bersama (joint production)
dengan India;
dan (10) transkripsi, transliterasi, dan ahh media naskah kuno,
(11)
Ditetapkannya keris sebagai warisan dunia pada tahun 2005.
(i0.
Faktor penunjang/Penghambat
Faktor yang menjadi penghambat program
ini
adalah rendahnya
kualitas pengelolaan kekayaan budaya
(iii).
Tindak laniut Tindak lanjut yang diperlukan dalam pengelolaan kekayaan budaya adalah:
a.
Pengembangan sistem informasi dan database bidang kebudayaan
yang mampu memberikan gambaran peta
pembangunan
kebudayaan;
b.
Peningkatan sinergi lintas pelaku pembangunan kebudaya.rn dalam pengelolaan kekayaan buday a;
c.
Penyusunan sistem dan mekanisme yang lebih komprehensif
tentang kerja sama penelitian dengan pihak asing untuk mencegah berulangnya kasus temuan fosil manusia Flores;
d.
Transkipsi dan transliterasi naskah-naskah kuno melalui upaya pemetaan dan penetapan skala prioritas.
Tahun 2006
(i)
Hasil yangtelah dicapai
Dalam upaya pengelolaan kekayaan budaya adalah (1) penulisan Sejarah Kebudayaan Indonesia dan penulisan Sejarah Pemikiran untuk
memperkaya pengetahuan kita tentang kebudayaan Lrdonesia; (2) penyusunan Pedoman Kajian Geografi Sejarafu (3) penyetenggaraan
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaary Pariwisata, Pemuda dan OIahRaga2007
30
pendidikan multikultur di daerah konflik melalui dialog dalam rangka meningkatkan rasa saling menghargai sebagai bangsa yang multietnis;
(4) pelaksanaan kegiatan Lawatan Sejarah
di
Makassar dengan tema
"Pelayaran Makassar Selayar merajut simbol-simbol Maritim Perekat Bangsa"; (5) pemetaan Sejarah Kota Yogyakarta dan Klaten Pasca Gempa; (6) penulisan Sejarah Kebudayaan Indonesia, dan penyusunan Ensiklopedi Sejarah Perkembangan Iptek; (7) pelaksanaan koordinasi penanganan perlindungan benda cagar budaya (BCB) dan Suwey
Arkeologi Bawah Air; (8) penyelenggaraan Konferensi Nasional Sejarah
VIII; (9)
penyelenggaraan Sidang ke40 ASEAN-Committee on Culture
and Information (ASEAN-COCI)
di
Mataram; (10) Lawatan Sejarah
Nasional IV di Bangka Belitung dengan tema "Pangkal Pinang Kota
Pangkal Kemenangan; (11) penyusunan Pedoman Museum Situs sebagai landasan bagi pemda kabupaten/kota dan masyarakat dalam
mendirikan museum; (72) pelaksanaan koordinasi dalam rangka Ratifikasi UNESCO: Conaantion on The Protection of Underwater Cultural Heritage untuk mengetahui posisi
RI dalam menentukan kebijakan
pelestarian dan pengelolaan peninggalan bawah air; (13) pembuatan
Komik Purbakala dengan judul "Petualangan Arki2: Arki
dan
Kemegahan Candi" untuk segmentasi siswa Sekolah Dasar (SD) dan
Sekolah Menengah Pertama (SMP); (74) sosialisasi/kampanye Peningkatan Apresiasi Masyarakat Terhadap Museum yang diselenggarakan
di
Museum Kartini Jepara
dan
Museum Kraton
Kasepuhan Cirebon; (15) dialog interaktif kepurbakalaan
di
RRI
Nasional Pro-3 Jakarb, yffiE direlay oleh 58 stasiun RRI daerah dalam
rangka menyebarluaskan informasi tentang kebijakan,
upaya
pelestariary dan pemanfaatan BCB, situs dan kawasary (16) pemberian
bantuan kepada Museum
NTT
berupa penataan dan pameran tetap
beserta sarananya tentang Manusia Purba Flores (Homo Floresiensis); dan
(77 penggalian dan penelitian situs Trowulan yang dilanjutkan dengan
kegiatan pameran Peninggalan Sejarah dan Purbakala Situs Trowulan
bekerjasama dengan Yayasan Kebudayaan hdonesia-Jepang (NIHINDO); (18) penyusunan Pedoman Pengembangan Museum Situs Cagar Budaya; (19) konservasi dan rehabilitasi Istana Tua Sumbawa
Laporan Eoaluasi Pembangtnan Bidang Kebudayaan, Parfu)isata, Pemuda dan OIah Raga 2007
31
beserta kawasannya; (20) penyusunan revisi Undang-Undang Nomor 5
Tahun 7992 tentang Benda Cagar Budaya.
(ii)
Faktorpenuniang/Penghambat
Faktor yang menjadi pmghambat program
ini
adalah (1) masih
rendahnya kemampuan sumber daya manusia (SDM) dalam bidang koruervasi dan preservasi Benda Cagar Budaya (BCB) sehingga banyak
BCB yang tidak terawat; (2) masih rendahnya kualitas pengelolaan kekayaan budaya; dan (3) terlambatnya penyelesaian revisi UndangUndang No.5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya mengakibatkan banyaknya BCB yang diselundupkan ke luar negeri.
(iii)
Tindak lanjut
Tindak lanjut yang diperlukan dalam pengelolaan kekayaan budaya adalah: (L) pengembangan nilai sejarah; (2) pengembangan geografi sejarah; (3) pengelolaan peninggalan kepurbakalaan;
(4)
pengelolaan
peninggalan bawah afu; (5) pengembangan/ pengelolaan permuseuman; (6) pengembangan pemahaman kekayaan budaya; (7) pendukungan pengelolaan museum daerah; pengembangan kekayaan budaya daerafu
kandungan naskah kuno;
(10)
(9)
(8)
pendukungan
pelestarian fisik dan
perekaman dan digitalisasi bahan
pustaka; (11) pengelolaan koleksi deposit nasiona| dan
(12)
pengembangan statistik perpustakaan dan perbukuan.
Tahun 2007
(i)
Hasil yangtelah dicapai
(1) Pemberian bantuan advokasi terhadap penanggulangan
kasus
pelanggaran benda cagar budaya dan perumgarvrn perlindungan benda
cagat budaya bawah
air; (2) Peningkatan kualitas
SDM bidang
peninggalan bawah air; (3) Lawatan sejarah tingkat nasiona| (4) Penyelenggaraan Musyawarah Kerja Nasional Pengajaran Sejarah:
"Pendidikan Sejarah untuk Pembentukan Kepribadian Bangsa dalam Konteks Multikultural"; (5) Kajian pemekaran wilayah
di
Sulawesi
dalam Perspektif Sejarafu (6) Penyusunan Pedoman Kajian Geografi
Laporan Eoaluasi Panbangunan Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga 2007
32
Sejarah dan Pedoman Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Sejarah; (7) Pemetaan
S"j*uh Kota Yogyakarta dan Klaten Pascagempa;
(8) Perencanaan pendirian Museum Sejarah Nasiona! (9) Penyusunan Konsep Museum Maritim; (10) Penyusunan Pedoman Pengembangan
Museum Situs Cagar Budaya;
(11)
Pemberian bantuan kepada 21
Museum Daeralu (12) Trail of Ciailization on Cultural Heritage Tourism Cooperation among Cambodia, Indonesia, Lao
PD& Myanmar, Thailand,
and Viefiram; (13) Penyusunan detail desain (DED) Pelestarian dan Pengembangan Situs Sangiran yang meliputi zonasi kawasan Sangiraru tata ruang kawasan, keserasian tata ruang dan kelestarian ekologi, serta
(14) Pengembangan pariwisata sejarah dan budaya (Cultural Heritage Tqurism Management).
(ii)
Faktorpenuniang/Penghambat
Faktor yang menjadi penghambat program
ini
adalah (1) belum
optimalnya kegiatan pelestarian kekayaan budaya yang disebabkan
oleh kurangnya pemahamary apresiasi, kesadararL dan komitnen pemerintah dan masyaraka! dan
(2)
terbatasnya kemampuan
pemerintah daerah dalam pengelolaan kekayaan budaya, baik kemampuan fiskal maupun kemampuan manajerial.
(ii|
Tindak lanjut
Tindak lanjut yang diperlukan dalam pengelolaan kekayaan budaya adalah:
(1) Pengembangan nilai sejarah (2) Penyusunan buku
dan geografi sejarah nasiona| (3)
sejarah
Pengelolaan peninggalan
kepurbakalaan; (4) Fasilitasi penyelamatan pusaka bawah Pengembangan/pengelolaan perrnuseum.rry
(6)
air; (5)
Pengembangan
pemahaman kekayaan budaya; (7) Pendukungan pengelolaan museum daerah; (8) Pendukungan pengembangan kekayaan budaya daeratr; (9)
Pelestarian fisik dan kandungan naskah kuno; (10) Perekaman dan
digitalisasi bahan pustaka; (11) Pengelolaan koleksi deposit nasiona| dan (12) Pengembangan statistik perpustakaan dan perbukuan.
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Pariwisatq Pemuda dan OIah Raga 2007
33
3.
Program Pengelolaan Keragaman Budaya
3.1. Tuiuan dan Sasaran Program ini ditujukan untuk menciptakan keserasian hubungan baik antara
unit sosial dan
budaya yang ada mauPun antara kepentingan
mengembangkan budaya lokal dan memantapkan budaya nasional, yang
kesemuanya dilakukan dalam bingkai tujuan memperkokoh keutuhan NKRI.
ini adalah berkembangnya berbagai model keterikatan rasional mauPun emosional dalam Sasaran yang hendak dicapai dalam program
memperkokoh ikatan kebangsaan.
3.2.
Pelaksanaan
Tahun 2005
(i). Hasil yang dicapai Hasil-hasil yang telah dicapai dalam upaya pengelolaan keragaman
budaya adalah (1) pelaksanaan kegiatan strategis dalam rangka mengatasi persoalan bangsa melalui pendekatan budaya antara lain
pengkajian terhadap temuan nilai-nilai budaya khususnya yang mencerminkan kebersamaan dan integrasi; (2) pelaksanaan antisipasi terhadap konflik sosial di masa depan melalui kampanye hidup rukun dan analisis tentang konsep masyarakat multikultural; (3) penyusunan
"Pedoman Penulisan Sejarah Lokal" yang akan menjadi acuan bagi
pemerintah daerah dalam menulis buku Sejarah Lokal/Daerah. Penerbitan pedoman
ini
merangsang berbagai daerah dalam
memperlihatkan keragaman sejarah masyarakat yang dapat menjadi
perekat bangsa dalam bingkai NKRI; dan (4) penyelenggaraan kunjungan sifus-situs sejarah, penulisary dan diskusi dengan tema "Lawatan Sejarah: Merajut Simpul-Simpul Perekat Bangsa" baik di tingkat lokal dan nasional.
(ii). Faktor penunjang/Penghambat
Laporan Eoaluasi Pembangunm Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pernuda dan OIah Raga 2007
34
Faktor yang menjadi penghambat program
ini
adalah semakin
melemahnya kendali negara dalam mengelola keragaman sehingga
berbagai konflik sosial dan konflik horizontal yang berpotensi meng.rncam integrasi nasional
(iii).Tindak laniut Tindak lanjut yang diperlukan dalam pengelolaan keragaman budaya adalah:
a.
Pelaksanaan transformasi budaya melalui adopsi dan adaptasi nilai-
nilai baru yang positif untuk memperkaya dan memperkukuh khazanah budaya bangsa.
b.
Pelaksanaan dialog antarbudaya yang terbuka dan demokratis sehingga terjadi kesepahaman yang akan rnemperkukuh NKRI;
Pengembangan pendidikan multikultural
untuk meningkatkan
toleransi dalam masyarakat sehingga perbedaan dapat disikapi secara arif dan positif;
d. Pelestarian dan pengemb:rngan ruang publik sebagai modal sosial
untuk memperkuat interaksi dan komunikasi antarmasyarakat.
Tahun 2006 (i.) Hasil yangDicapai
Hasil-hasil yang telah dicapai dalam upaya pengelolaan keragaman budaya adalah : (1) pelaksanaan dialog antarbudaya yang terbuka dan demokratis dalam rangka mengatasi persoalan bangsa khususnya dalam
rangka kebersamaan dan integrasi; (2) pelaksanaan kegiatan Jelajah Budaya di Provinsi NAD untuk meningkatkan apresiasi masyarakat
terhadap keanekaragam€ur budaya pasca tragedi Tsunami;
(3)
penyusunan Peta Budaya Indonesia secara digital dalam program database
berikut pelatihan khusus melalui training of trainers (ToT) bagi tenaga operatornya untuk melayani kabupaten/kota; (a) pembuatan Direktori
Perfilman Indonesia; (5) pembuatan film kolosal "Syekh Yusuf" untuk memberikan pemahanan bagi generasi muda mengenai perjuangan Syekh
Yusuf dalam melawan penjajah dan membela bangsa;
(6)
penyelenggaraan Festival Film Indonesia (FFI); (7) persiapan Festival
Laporan Eaaluasi Panbangunm Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan
Okh
Raga 2007
35
International"Art Summit lndonesia" (ASI ke V Tahun 2007); (8) persiapan untuk mengikuti Festival Film Internasional di Busan, Korea Selatan dan Taiwan; (9) koordinasi Pembuatan Film Non Cerita Asi.g di lndonesia.
(ii)
Faktor penunjang/Penghambat Faktor yang menjadi penghambat program ini adalah masih rendalmya
perhatian pemerintah daerah dalam mengelola keragaman budaya sehingga masih dijumpai berbagai konflik sosial dan konflik horizontal yang berpotensi mengancam integrasi nasional.
(iii)
Tindaklanjut Tindak lanjut yang diperlukan dalam pengelolaan keragaman budaya
adalah: (1) penyelenggaraan berbagai dialog kebudayaan kebangsaan;
(2) pengembangan dan
dan
pelestarian kesenian;
(3)
pengembangan galeri nasional; (4) pengembangan perfilman nasiona| (5)
peningkatan sensor film; (6) pendukungan pengembangan keragaman budaya daerah;
(4
pendukungan pengelolaan taman budaya daerah;
dan (8) optimalisasi koordinasi pengembangan nilai budaya, seni dan film. Tahun 2007
(0
Hasil yangDicapai
Hasil-hasil yang telah dicapai dalam upaya pengelolaan keragaman budaya adalah
(1)
Pelaksanaan dialog antarbudaya yang terbuka dan
demokratis dalam rangka mengatasi persoalan bangsa khususnya dalam
rangka kebersamaan dan integrasi; (2) Penyelenggara.rn program film
kompetitif untuk memotivasi para sineas membuat film cerita;
(3)
Penyusunan Peta Kesenian Indonesia; (4) Penyusunan konsep dasar Neraca Satelit Kebudayaan Nasional (Nesbudnas); (5) Pelaksaaan sensor
film sebanyak
320
judul film dan 29.500 judul video; (6) Koordinasi Tim
Pembuatan Film Non Cerita Asing
di Indonesia yang bertujuan untuk
menjadikan Indonesia sebagai lokasi syuting film dunia; pengiriman film Indonesia ke Festival Film Internasional dan fasilitasi kerja sama asosiasi
pembuat
film
internasiona|
(n
Sosialisasi dan promosi "Indonesia
Laporan Eaaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan OIah Raga 2007
36
Performing Arts Mart (IPAM)"; (8) Konservasi lukisan
di
Museum Le
Mayeur; penyelenggaraan lomba Lukis dan Cipta Puisi Anak-anak; (9) Penyusunan revisi UU No. 8 Tahun 1992 tentang Perfilman sebagai dasar pengembangan perfilman nasional di masa yang akan datang.
(ir)
Faktorpenuniang/Penghambat
Faktor yang menjadi penghambat program
ini
adalah (1) belum
memadainya kemampuan bangsa dalam mengelola keragaman budaya;
dan (2) timbulnya kerawanan sosial dan ketegangan antarkelompok masyarakat serta menurunnya nilai-nilai solidaritas sosial kekeluargaan,
keramah tamahan sosial dan rasa cinta tanah air; yartg berpotensi merusak integrasi bangsa.
(iii)
Tindaklanjut Tindak lanjut yang diperlukan dalam pengelolaan keragaman budaya
adalah
(1)
Penyelenggaraan berbagai dialog kebudayaan dan
kebangsaan; (2) Pengembangan kesenian dan perfilman nasiona| (3) Pengembangan galeri nasional (4) Pelaksanaan komunikasi, informasi
dan edukasi (KfQ bidang perfilman; (5) Peningkatan sensor film;
(6)
Stimulasi perfilman melalui Lomba Film Kompetitif dan Festival Film Indonesia lfFI); (7) Fasilitasi penyelenggaraan festival budaya daerah; (8) Pendukungan pengelolaan taman budaya daerah; dan (9) Optimalisasi koordinasi pengembangan nilai budaya, seni dan film.
3.2 BIDANG PARIWISATA A.Kondisi Umum
Industri pariwisata memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi nasional dan merupakan salah satu penghasil utama devisa. Namun mengingat industri pariwisata bersifat multisektor maka kinerja pembangunan pariwisata sangat dipengaruhi oleh dukungan sektor lain, seperti kondisi ekonomi makro yang stabil, iklim usaha yang kondusif, jaminan keamanan, dan infrastruktur yang memadai.
Laporan Eoaluasi Pembangunm Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan OIah Raga 2007
37
Pada tahun 2006 industri pariwisata masih dihadapkan pada isu-isu negatif seperti terorisme, flu burung, dan bencana alam yang mempengaruhi minat wisatawan mancanegara
untuk berkunjung ke Indonesia. Kondisi tersebut diperparah dengan
terjadinya tragedi gempa Jateng-DIY dan bencana tsunami
di
Pangandaran, lawa
Barut, yang mengakibatkan kerusakan beberapa destinasi unggulan seperti Candi Prambanan, Candi Plaosan, Candi Sojiwan yang baru dalam tahap pemugaran, Makam Raja Imogiri, Komplek Keraton Yogyakarta, dan destinasi unggulan lainnya. Semuanya itu berdampak pada menurunnya penerimaan devisa dari sektor pariwisata
dari USD 4,52 miliar pada tahun 2005 menjadi sebesar VSD 4,44 miliar pada tahun 2006 atau
turun sekitar 7,77 persen.
Perkembangan Wisatawan dan Perolehan Devisa
2003
4,90
5r32
20'-,0
2004
5,32
4,8O
2041
2005
5,01
4,52
2!3,3
2006
4fi7
4,44
2L6Ps1
jan- Agustus 2006
2,62
n.a
2,97
n.a.
Jan-Agustus 20O7
Sumber: Bf€ dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Keterangan:
r)Wisman : Wisatawan Mancanegara z)
Wisnus :
Wisatawan Nusantara
s)Angka sementara
n.a. Data tidak tersedia
B.Sasaran
Sasaran pembangunan pariwisata pada tahun 2005 adalah meningkatrya jumlah
wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik. Peningkatan jumlah kunjungan
Laporan Eaaluasi Pembangunatr Bidang Kebudayaan, Pariwisatq Pemuda dan OIahRaga2007
3B
tersebut akan berpengaruh pada penerimaan negara dan gerak ekonomi masyarakat
sekitar pariwisata. Difilik dari aspek ketenagakerjaan, pembangunan pariwisata diharapkan dapat memperluas lapangan kerja sehingga berkontribusi dalam mengurangi kemiskinan dan pengangguran. Sedangkan pada tahun 2006 jumlah wisman yang akan berkunjung ke Indonesia diharapkan meningkat meniadi 7 juta orang dengan jumlah devisa negara yang dihasilkan sekitar US $ 6,3 miliar. Sementara
itu, untuk pariwisata domestik, diharapkan dalam tahun 2006 mampu mencapai jumtah perjalanan sebanyak 209 jrrt^ perjalanan.
C.
Arah Kebiiakan
Dalam rangka mencapai sasaran tahun 2005 dilakukan pengembangan pemasar.rn pariwisata pariwisata.
dan program
Di samping itu, untuk mengantisipasi
Program
pengembangan produk
berbagai gangguan temporer,
dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan daya tarik wisatawan mancanegara melalui: (1) peningkatan aksesibilitas bagi wisatawan m,mcaneg,ua tintuk berkunjung
ke lndonesia, dengan diberlakukannya Visa on Arrival (VoA) tambahan kepada negara mitra utama
11.
di bidang pariwisata; (2) penyederhanaan prosedur di bidang
pariwisata bahari dan pengembangan pulau-pulau kecil guna mendorong peningkatan
iklim investasi di bidang usaha pariwisata. Pada tahun 2006 arah kebijakan di sektor pariwisata meliputi:
1.
Meningkatkan strategi dan efektifitas promosi baik
di dalam maupun di luar
negeri;
2.
Mengembangkan dan meningkatkan jenis dan daya saing produk-produk wisata,
yang mempunyai potensi sangat besar, terutama pengembangan wisata bahari dengan tetap memperhatikan
3.
prinsipprinsip pembangunan berkelanjutan;
Meningkatkan efektifitas kemitraan dan koordinasi antar pelaku pariwisata dan antara pelaku pariwisata dan pelaku ekonomi dan sosial lainnya terutama yang berkaitan dengan penyediaan fasilitas jasa, sarana dan prasarana yang mendukung pembangunan pariwisata;
4.
Mensinergikan dan menyederhanakan regulasi, terutama yang berkaitan dengan pembangunan pariwisata.
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan OIah Raga 2007
39
D.
Program-program Pembangunan
1. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
\.L.
Tujuan dan Sasaran
Program
ini
bertujuan untuk meningkatkan pangsa pasar industri
pariwisata Indonesia melalui berbagai upaya pemas:u€rn dan promosi terpadu, baik yang dilaksanakan di dalam maupun di luar negeri. Sementara
itu
Sasaran yang
ingin dicapai adalah meningkatrya jumlah wisatawan
m.Lncanegara (wisman) dan pasar pariwisata serta meningkatrya jumlah
perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) antar daerah dan wilayah. Untuk mencapai sasar€ul tersebut akan dilakukan upaya unfuk memantapkan citra
Indonesia
di dunia
internasional mupun domestik melalui kegiatan-
kegiatan:
a. b.
Pengembangan dan penyusunan kebijakan pemas.ran; Pengembangan dan pemantapan promosi pariwisata baik yang bersifat nasional maupun intemasional, di dalam dan di luar negeri, terutama di pasar utama dan baru;
c. d.
Pengembangan dan pemantapan informasi pasar; dan
Pengembangan pasar produk industri pariwisata Indonesia dengan menggunakan market intelligent dan analisis pasar.
1.2.
Pelaksanaan
Tahun2005
(i.)
Hasil yang Dicapai
Berbagai kegiatan promosi
dan
pemasaran pariwisata sudah
dilaksanakary seperti .pembentukan citra pariwisata (brand image) melalui penayangan iklan Indonesia di televisi internasional; promosi pemasar:rn langsung melalui roadshow
dan pamer:rn
pariwisata
internasionaf serta penyebarluasan informasi pariwisata melalui media yang bervariasi.
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Paiwisata, Pemuda ilan
olah
Raga 2007
40
(ii.)
Faktorpenunjang/Penghambat
Upaya pemasaran pariwisata yang dilaksanakan saat
kelanjutan
dari upaya
sebelumnya sehingga
ini merupakan
lebih
bersifat
'mengingatkan kembali'. Promosi yang dilakukan masih bersifat 'pendahuluan' yang diperkuat dengan berbagai promosi pemasaran yang dilakukan oleh dunia usaha pariwisata. Sinergi antara pemerintah
dan dunia usaha sudah terjalin dengan baik sehingga bersifat saling melengkapi dan memperkuat. Upaya promosi dan pemasaran yang dilaksanakan pemerintah masih sangat terbatas. Untuk
itu diperlukan prioritasi pemasaran sehingga
efektif dan efisien. Sayangnya belum ada peta dan analisis khalayak yang memadai untuk menilai efektivitas promosi dan pemasaran.
(iii.) Tindaklanjut Diperlukan pemetaan sasaran yang terfokus sehingga efektivitas promosi dan iklan terjamin. Efektivitas promosi dan pemasaran akan berkontribusi pada jumlah kunjungan wisatawan yang pada akhirnya
akan meningkatkan pendapatan devisa negara. Untuk mendorong dunia usaha dalam melakukan promosi dan pemasaran Indonesia di dunia, pemerintah perlu memberikan insentif (penghargaan) terhadap para pekerja dan pengusaha pariwisata.
Tahun 2006
(i)
Hasil yang Dicapai Pada tahun 2006 telah dilaksanakan berbagai kegiatan promosi baik di
dalam dan luar negeri, dalam rangka peningkatan kesadaran tentang daya tarik destinasi wisata Indonesia, pemulihan dan peningkatan citra
pariwisata Indonesia, dan peningkatan devisa
dari
kunjungan
wisatawan mancanegara. Promosi dilaksanakan dalam bentuk penyelenggaraan ataupun partisipasi pada berbagai event tingkat regional maupun intemasional seperti pamerarL bursa pariwisata (sellers meet buyers),
joint promotion programm4
sales mission,
road show dan lainnva.
press conference, tourism forum,
Laporan ktaluasi Pembanganan Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuila dan olahRaga2007
41
Kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain: (1) berpartisipasi dalam penyelenggaraan
41.
event di luar negeri seperti, Enchanting Indonesian
Ptoduct Expo (EIPEX) di Kuala Lumpur-Malaysia; ASEAN Tourism Fair (ATF) di Davao, Philiphines; Association of Tour & Travel Agents Interational Trade Fair (MATTA-M[F), lrcmtive Travel & Convention Meeting Asia (ITCMA) di Pattaya, Thailand, International Ecotourism Business Forum (Ecotourbiz)
di
Yogyakarta, hrdonesia, Guangzhou
International Travel Fair (GITF) di China; Wedding Expo Autumn 2006 (WEDDEX) di Seoul, Korea; lntemational travel Mart (IfM) di Mumbai,
India; Indonesia Solo Exhibition (Program Tourism, Trade & trvestnent/TTl) di Shanghai, China; Seatrade Cruise Shipping and Convention (Seatrade) di Florida USA; y) Asia Pacific Ineentives & Meetings Expo (AIME) di Melboume Australia; c) Diving Equipment
and Marketing
Association (DEMA Show)
di Florida, USA,
lnternationale Tourismus Borse (ITB) di Berlin, Jerman; Otdyl,& Travel Leisure di Moskow, Rusia, Sales Mission ]eddah-Saudi Arabia; Tourism,
Trade and Inveshnent di Johannesburg dan Capetowrg Afrika Selatan; Festival Indonesia di Teherarv lranSales Mission Qatar; Indonesia Solo
Exhibition di Dubai, Uni Emirat Arab; (2) kerjasama internasional dalam
benfuk
sales cooperatiory visa integration dan penambahan frekuensi
penerbangan dengan Singapur4 Malaysia, serta Thailand dalam menjaring pasar asal Cina, India dan Timur Tengah; (3) menetapkan 12
pasar utama yakni Singapura, Malaysia, Jepan& Australia, Taiwary Korea Selatan, Amerika Selatan, China/Hongkong, Thailand, India Eropa, Rusia dan Negara Timur Tengah.
Sementara
itu
dalam rangka mendorong minat masyarakat untuk
melakukan perjalanan wisata dalam negeri, telah dilaksanakan berbagai
promosi antara lain a) Promosi Wisata Nusantara di Jakarta Surabaya dan Medan; b) partisipasi pada Majapahit Travel Fair ke-7 di Surabaya; partisipasi pada Kejuaraan Nasional Time Rally Seri I; c) Wisata kampus dan Sarasehan di Denpasar; d) Siaran TV Gebyar Wisata Nusantara di
TPI (Televisi Pendidikan Indonesia); e) pembuatan Film Promosi dan Promosi Wisata Nusantara 'Kenali Negerimu, Cintai Negerimu'; f)
Laporan Eoafuasi Petnbangtnm Bidang Kebudayaary Pariwisata, Pemuda dan
olah
Raga 2007
42
Pameran Promosi Pariwisata Se-Sumatera;
g)
Familiarization Trip
dengan melibatkan kalangan media cetak dan elekkonik dalam negeri;.h) Festival Kemilau Nusantara di Bandung; i) Festival Lembah
Baliem
di
Papua;
j)
Kemilau Sulawesi
Extuavaganza di Jakarta; dan
di
l) dukungan
di
Makassar;
k)
Bomeo
1000 tahun Gunung Merapi
Yogyakarta. Dalam rangka peningkatan efktivitas promosi telah
disusun Cetak Biru Pemasaran Pariwisata Nasional, yang berisi analisa
tren pasar dalam dan luar negeri; peta produk pariwisata, obyek dan daya tarik wisata sarana pendukung pariwisata; dan analisis SWOT pasar wisata.
Terkait dengan pengembangan sarana untuk mendukung promosi pariwisata di dalam dan luar negeri telah dilaksanakan a) pencetakan bahan promosi dalam bentuk leaflet, booklet dan tourist map dalam bahasa Inggris, lepang, Mandariru Korea, ]ermary Rusia, Prancis,Italia
Arab dan hrdonesia; b) pembuatan film-film promosi yang dikemas dalam bentuk CD, VCD DVD, CD-ROM Interaktif; dan c) perekaman event pariwisata dan keindahan obyek wisata di 10 (sepuluh) daerah.
(ii)
Faktorpenunjang/Penghambat
Faktor yang menjadi penghambat program
ini
antara lain kurang
fokusnya pelaksanaan promosi pariwisata terutama pada pasar utama
dan pasar yang kontribusinya besar dalam meningkatkan kunjungan wisman ke Indonesia dan belum optimalnya pemanfaatan media masa,
media cetak dan elektronik serta teknologi infomasi sebagai sarana promosi; serta belum tersebarnya bahan promosi bandara-bandara.
(iii)
Tindak lanjut
Tindak lanjut yang diperlukan agar sasarErn dapat tercapai adalah: mengoptimalkan media cetak, elektronik, dan teknologi informasi sebagai sarana promosi, dan mengoptimalkan koordinasi promosi antara stakesholders.
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidang Kebudryaan, Pariwisata, Pemuda dan OIah Raga 2007
43
Tahun 2007
(i)
Hasil yang Dicapai Kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain: (1) memberikan fasilitas kemudahan kedatangan wisman dengan menambah kapasitas tempat
duduk; (2) memberikan fasilitas Visa Kunjungan Saat Kedatangan atau
Visa on Arrioal (VoA)
bug 52
negara;
(3) memulihkan citra
kepariwisataan Indonesia melalui (a) familiarization
trip ke
daerah
wisata Indonesia yang diikuti oleh tour operator/jurnalis, travel writer, wholesaler, retailer, dan airlines dari kawasan Eropa, USA, Australia
Afrika, China, India, Timur Tengah, Asia Jepang, dan ASEAN; (b) partisipasi pada kegiatan promosi di luar negeri, antara lain, dalam Enchanting Indonesian Product Expo (EPEX)
Malaysia; ASEAN Tourism Fair (ATF)
di
di
Kuala Lumpur-
Davao, Philiphines;
Association of Tour & Travel Agents hrterational Trade Fair
MITF), Incentive Travel
&
(MAfiA-
Convention Meeting Asia (ITCMA) di
Pattaya, Thailand; Guangzhou International Travel Fair (GIT$ di China;
International Travel Mart (ITM)
di
Mumbai, India; Indonesia Solo
Exhibition (Program Tourism, Trade & Investmen/fT\ di Shanghai, China; Seatrade Cruise Shipping and Convention (Seatrade) di Florida, USA; Asia Pacific Incentives
& Meetings Expo (AIME) di Melbourne,
Australia; Diving Equipment and Marketing Association (DEMA Show)
di Florida, USA, Intemationale Tourismus Borse 0TB) di BerlirU Jerman; OtdylJr Travel Leisure di Moskow, Rusia; Sales Mission Jeddah-Saudi Arabia; Tourism, Trade and Investrnent di Johannesburg dan Capetowrl
Afrika Selatan; Festival hdonesia di Teheran, Iran;
Sales Mission Qatar,
dan Uni Emirat Arab; (3) kerjasama pemasaran internasional dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand dalam menjaring wisatawan asal
Cina, India, dan Timur Tengatr" dalam bentuk sales cooperation, oisa integration dan penambahan frekuensi penerbangan dengan Singapura,
Malaysia, serta Thailand dalam menjaring pasar asal Cina, India dan
Timur Tengah; (4) menetapkan 12 pasar utama yang mendatangkan wisman untuk berkunjung ke Indonesia, yaitu Singapura Ma1aysi4
]epang, Australia Taiwaru Korea Selatan, Amerika
Selatan,
China/Hongkong, Thailand, India, Eropa, Rusia, dan Negara Timur
Laporan Eaaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Petnuila dan otah Raga 2007
44
Tengah; (5) . menetapkan tahun 2008 sebagai Tahun Kunjungan Indonesia (Visit Indonesia Year 2008); (6) mendorong minat masyarakat
untuk melakukan perjalanan wisata dalam negeri melalui: Promosi Wisata Nusantara di Jakarta, Surabaya dan Medan; partisipasi pada
Majapahit Travel Fair ke-7 Nasional Time Rally Seri
I;
di
Surabaya; partisipasi pada Kejuaraan
Siaran TV Gebyar Wisata Nusantara di TPI
(Televisi Pendidikan Indonesia); pembuatan Film Promosi dan Promosi Wisata Nusantara'Kenali Negerimu, Cintai Negerimu'; Familiarization
Trip dengan melibatkan kalangan media cetak dan elektronik dalam negeri; Festival Lembah Baliem
di
Papua; Kemilau Sulawesi di
Makassar; Borneo Exfravaganza di Jakarta; dan dukungan 1000 tahun Gunung Merapi di Yogyakarta.
(ii)
Faktor penuni ang/Penghambat
Faktor yang menjadi penghambat program
ini antara lain belum
fokusnya pelaksanaan promosi pariwisata terutama pada pasar utama
dan pasar yang kontribusinya besar dalam meningkatkan kunjungan wisman ke Indonesia dan belum optimalnya pemanfaatan media masa,
media cetak dan elektronik serta teknologi infomasi sebagai sarana promosi; serta belum tersebarnya bahan promosi bandara-bandara.
(ii0 Tindaklanjut Tindak lanjut yang diperlukan dalam program ini untuk mencapai sasaran antara
lain adalah (1) pengembangan sarana dan prasarana
promosi pariwisata; (2) peningkatan promosi pariwisata ke luar negeri;
(3) peningkatan promosi pariwisata dalam negeri; (4) pengembangan informasi pasar wisata; (5) pendukungan pengembangan kebijakan pemasaran dan promosi pariwisata daerah; dan (6) optimalisasi koordinasi pelaksanaan pemasaran pariwisata.
Laporan htaluasi Pembangunmt Bidang Kebudcyaan, Pariwisata, Pemuda dan OIah Raga 2007
45
2. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
2.L. Tuiuan dan Sasaran Program ini bertujuan untuk menumbuhkembangkan dan meningkatkan daya saing global destinasi, produk dan usaha pariwisata nasional.
Sasaran yang ingin dicapai adalah bertambahnya daerah tujuan wisata yang
menjadi tujuan utama wisata dunia selain lawa dan Bali dan berkembangnya wisata bahari, MICE dan ekowisata. Untuk mencapai sasaran tersebut kegiatan pokok yang akan dilakukan adalah:
a.
Memantapkan kebijakan nasional pengembangan produk dan usaha
pariwisata yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat lokal dan pada potensi serta keunggulan kompetitif destinasi;
Mengembangkan daerah tujuan utama wisata dunia selain Pulau fawa
danBali; Mengembangkan wisata nusantara; Mengembangkan daya saing usaha pariwisata nasional; e.
Penyusunan standar dan sistem akreditasi usaha pariwisata; serta
t.
Mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan yang berkaitan
dengan standarisasi, akreditasi dan sertifikasi produk pariwisata Indonesia.
2.2.
Pelaksanaan
Tahun 2005
(i.)
Hasil yangDicapai Pada tahun 2005 telah terlaksananya upaya peningkatan kemampuan
SDM, koordinasi dan sinkronisasi pengembangan destinasi
di
dua
lokasi destinasi pariwisata dan tersusunnya pedoman pengembangan destinasi pariwisata. Selanjutrya telah tersusun dan terlaksana pula
tujuh jenis Standar Kompetensi dan Usaha Pariwisata, terciptanya diversifikasi produk wisata yaitu ekowisata, bahari, mice, belanja dan budaya di tujuh destinasi pariwisata, terwujudnya pola kemitraan dan
partisipasi masyarakat dalam kepariwisataan
di
empat destinasi
pariwisata, terwujudnya pola pengembangan pariwisata nusantara
Laporan Eaaluasi Pembangunmt Bidang Kebudayaan, Pariwisata, pemuda dan olahRaga 2007
46
dan sadar wisata di empat destinasi pariwisata, terwujudnya pola pengembangan usaha pariwisata dan tata niaga usaha pariwisata di
enam destinasi pariwisata, terciptangan diversifikasi produk pariwisata yaitu green tourism dan bahari/pulau kecil di lima destinasi pariwisata.
(ii.)
Faktor penuniang/Penghambat
Tersedianya lembaga pemerintah yang melakukan pendidikan
pariwisata berkontribusi dalam meningkatkan kualitas
SDM
Pariwisata sehingga SDM pariwisata Indonesia cukup diperhitungkan.
Namun ketersediaan SDM tersebut masih terbatas dibandingkan dengan pertumbuhan pariwisata nasional sehingga masih terjadi kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan SDM.
Globalisasi dalam dunia pariwisata memberikan peluang bagi semua bangsa untuk bersaing sehingga dibutuhkan strategi optimalisasi dan
proteksi SDM pariwisata lokal. Belum memadainya peraturan yang ada di Indonesia memberikan peluang yang mudah bagi SDM asing
masuk namun SDM Indonesia tidak gampang masuk ke dalam dunia
pariwisata asing karena belum mapannya sistem standarisasi dan sertifikasi SDM lokal.
(iii.) Tindak lanjut Memfasilitasi terbentuknya asosiasi profesi pariwisata yang dapat membantu meningkatkan kompetensi SDM pariwisata. Diperlukan suatu standarisasi kompetensi yang mampu mengukur dan menjadi alat seleksi SDM pariwisata di era global.
Tahun 2005
(i)
Hasil yang Dicapai
Dalam pengembangan destinasi pariwisata telah dilaksanakan
a)
di Gombong dan Gunung Sewu; b) pengembangan wisata ziarah Islami Wali Songo; c) pengembangan pariwisata kawasan karst
pengembangan pasar pesiar; d) penyusunan Blue Print Pengembangan
Laporan Evaluasi Pembangunan Bidang Kebud.ayaan, Pariwisata, Pemuda dan OlahRaga 2007
47
Destinasi Pariwisata Indonesia; Pengembangan Pariwisata
e)
penyusurum Rencana Induk
di Acetu Nias, Toraja dan Raja Ampa!
dukungan pengembangan Equatorial Park
di
Q
Riau; g) dukungan
pengembangan Taman Bertema Bafu di Banten;
Dalam rangka pengembangan standarisasi pariwisata
telah
dilaksanakan a) penyusunan standar usaha pariwisata; b) penyusunan
standar kompetensi SDM pariwisata; c) kerja sama pengembangan standarisasi nasional dan intemasional melalui penyusunan Mutual Recognition Arrangement (MRA) untuk ASEAN Common Competency
Standard Tourism for Professional (ACCSTP) dan ASEAN Trade Force
on Tourism Standard; d) diseminasi standar usaha dan standar kompetensi di 12 (dua belas) daerah; e) Kampanye Nasional Pencegahan Eksploitasi Anak (PESKA) di Bali dan NTB; dut 0 penyusunan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUD bidang pariwisata.
(ii)
Faktor penunj ang/Penghambat
Faktor yang menjadi penghambat program
ini
adalah a) belum
optimaLrya pengembangan pariwisata nusantara; b) masih kurangnya koordinasi antar daerah dalam pengembangan pariwisata; dan c) belum
optimalnya dukungan bidang lain dalam pengembangan destinasi
pariwisata, khususnya transportasi, telekomunikasi, dan
sarana
pendukung lainnya.
{iii)
Tindak lanjut
Tindak lanjut yang diperlukan antara lain: sinkronisasi pada tingkat perencanaarv dan pelaksanaan kebijakan di pusat dan daerah dan antar
bidang; mengoptimalkan pemanlaatan sumber dana yang ada secara terpadu, penguatan database destinasi pariwisata.
Laporan Eoaluasi Punbangunan Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan OIah Raga 2007
48
Tahun 2007
(i)
Hasil yang Dicapai
Kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2007 antara lain: mendukung pengembangan daya tarik destinasi antara lain:
(1)
di Gombong dan Gunung Sewu;
(2)
pengembangan kawasan karst
pengembangan wisata ziarah Islami Wali Songo; (3) pengembangan
kapal pesiar; (4) pengembangan Equatorial Park
di Riau; dan (5)
pengembanganTaman Bertema Batu di Banten.
(iii)
Faktor penuniang/Penghambat
Faktor yang menjadi penghambat program ini antara lain adalah (1) belum meratanya pembangunan pariwisata, terutama antara kawasan Barat dan Timur masih perla ditingkatkan,
dan
(2) belum optimalnya
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi intralembaga dan antar lembaga maupun pusat dan daerah dalam pengembangan destinasi dan promosi pariwisata.
(iii)
Tindak lanjut Tindak lanjut yang diperlukan antara lain : (1) fasilitasi pengembangan destinasi pariwisata unggulan; (2) pendukungan pengembangan daya
tarik pariwisata daeratu (3) perintisan pengembangan
destinasi
pariwisata; (4) pengembangan usaha dan investasi pariwisata;
(5)
pemberdayaan masyarakat di destinasi pariwisata; (6) pengembangan standardisasi pariwisata; dan (7) optimalisasi koordinasi pembangunan pariwisata.
3. Program Peningkatan Kerjasama Kebudayaan dan Pariwisata
3.1. Tujuan
dan Sasaran
Program
ini
bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya dan
kerjasama antarlembaga guna mendukung pembangunan kebudayaan dan
pariwisata nasional.
Laporan Eaaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuila dan olahRaga2007
49
Sasaran yang
ingin dicapai dari program ini adalah meningkahrya bentuk-
bentuk kerjasama multilateral, bilateral, dan regionaf meningkatrya realisasi kerjasama serta terwujudnya SDM yang profesional dan berdaya saing tinggi.
Untuk mencapai sasaran tersebut akan dilakukan kegiatan pokok adalah:
a.
Mengembangkan dan memantapkan kebijakan kerjasama kebudayaan
dan pariwisata baik yang bersifat bilateral, multilateraf maupun regiona! Meningkatkan profesionalisme dan daya saing SDM pariwisata melalui:
(a) penyelenggaraan diklag (b) pengembangan mutu prasarana dan
sarana lembaga pendidikan dan pelatihan (Sekolah Ti.ggr Pariwisata/STP
dan Akademi Pariwisata/Akpar) di
lingkungan
Kementerian Budpar; (c) pengembangan standar kompetensi SDM kebudayaan dan pariwisata; serta
(d) bimbingan teknis
aparatur
pemerintahan di bidang kebudayaan dan pariwisata; Meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan kebudayaan dan pariwisata; d.
Mengembangkan kerjasama promosi bidang Trade, Tourism and lnaestment
e.
(Til); aur,
Meningkatkan partisipasi kerjasama internasional (bilateral, regional dan sub regional) dan nasional di bidang kebudayaan dan pariwisata.
Pada tahun 2006 program
ini
bernama Program Pengembangan
Kemitraaru seperti pada RPJMN 2004-2009.
Tahun 2005
(i.)
Hasil yang Dicapai Berbagai kerja sama bilateral dan multilateral telah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas pariwisata nasional. Kerja sama
tersebut dilakukan dalam bentuk pelatihan,
standarisasi
(funchmarking), promosi, partisipasi kegiatan, penelitian dan pengembangan.
Laporan Eaaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, pariwisatq pemuda dan
olah
Raga 2007
50
(ii.)
Faktor penuniang/Penghambat
Ketersediaan pelatihan
dan sumber daya manusia di
bidang
pariwisata berkontribusi positif dalam meningkatkan kualitas layanan
pariwisata nasional. Secara bertahap, SDM pariwisata nasional ikut berpartisipasi berinteraksi dan belajar dengan mitranya di negara lain sehingga mampu melakukan penyesuaian.
Belum terbentuknya lembaga dan sistem standarisasi profesi dalam
dunia pariwisata mengakibatkan tidak tersedianya sertifikasi yang massif dalam SDM pariwisata nasional.
(iii.)
Tindak laniut Perlunya kelembagaan standarisasi yang'mapan' yang kredibel dalam menguji dan menyeleksi SDM pariwisata nasional.
4. Program Pengembangan Kemitraan
4.L
Tujuan dan Sasaran Program pengembangan Kemitraan ditujukan untuk mengembangkan dan memperkuat jaringan informasi dan kelembagaan antara pusat dan
daerah dan antar lembaga, meningkatkan daya saing SDM, dan meningkatkan kompetensi Litbang Pariwisata dan Kebudayaaru
Pada RKP tahun 2005 program
ini
masih disebut sebagi Program
Peningkatan Kerjasama Kebudayaan dan Pariwisata.
Terselenggaranya jaringan sistem inforamsi kebudayaan dan pariwisata antar pusat dan daerah, terlaksananya litbang dan terciptanya SDM yang
profesional yang mampu mendukung peningkatkan
kapasitas
pengelolaan kepariwisataan nasional dan daerah, serta terselenggaranya
forum komunikasi antara pelaku industri budaya dan pariwisata.
Pada tahun 2005 program
ini
masih bernama Program Peningkatan
Kerjasama Kebudayaan dan Pariwisata. Program
ini
berubah nama
Laponn Eoaluasi Pembangunan Bidnng kbudayaan, Pariwisata, Pemudn dan Olah Raga 2007
51
menjadi Program Kemitraan seperti tertuang dalam Perpres No. 7 Tahun 2005 tentang RPIMN 2004-2009.
4.2. Pelaksanaan
Tahun 2006
(i)
Hasil yang Dicapai Dalam tahun 2006 telah dilaksanakan berbagai kegiatan dengan hasil-
hasil yang telah dicapai antara lain: (1) tersusunnya berbagai hasil penelitian kebudayaan dan pariwisata antara lain : penelitian dampak sosial budaya
di destinasi, penelitian pelestarian keragaman
budaya,
penelitian pariwisata berbasi alam., penetitian pengembangan wisata
religt penelitian pengembangan wisata pelajar; (2) berkembangnya data spasial potensi budpar; (3) tersusunnya hasil penelitian Arkeologi di 10
Balai Arkeologi; (4) tersusunnya Master PIan Pengembangan Sumber
Daya Kebudayaan dan Pariwisata; (5) Tersusunnya
pedoman
penyusunan dan pengembangan kurikulum pendidikan dan latihan teknis: dan (6) tersusunnya standar kompetensi SDM.
(ii)
Faktor penunj anglPenghambat
Faktor yang menjadi penghambat program
ini
antara lain belum
memadainya data dan informasi, belum optimalnya jaringan kemitraan
antar stakeholders pariwisata, dan belum optimalnya sinergi antar lembaga.
(iii)
Tindak laniut Tindak lanjut yang diperlukan antara lain: pengoptimalan iaringan kerja antar pelaku dan antar bidang dan antara pelaku pariwisata dan masyarakat (Public-Pioate P artnership).
Tahun 2007
(i)
Hasil yang Dicapai
(1) mengembangkan standarisasi antara lain melalui: penyusunan standar kompetensi SDM pariwisata; (2) kerja sama pengembangan standarisasi
Laporan Eaaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan OIahRaga 2007
52
nasional dan intemasional melalui Penyusunan Mutual Recognition Arrangement (MRA) untuk ASEAN Common Competency Standard Tourism for Professional (ACCSTP) dan ASEAN Trade Force on Tourism standard; (3) IGmpanye Nasional Pencegahan Eksploitasi Anak (PESKA)
di Bali dan NTB; (4) penyusunan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLtII) bidang pariwisata; (5) mengembangkan dan meningkatkan mutu SDM kepariwisataan melalui: penyusunan Mastet PIan Pengembangan
Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata; Penyusunan pedoman penyusunan dan pengembangan kurikuium pendidikan dan latihan teknis
dan penyusunan standar kompetensi SDM; (6) Penelitian-penelitian tentang: dampak sosial budaya
di
destinasi, pelestarian keragaman
budaya pariwisata berbasis alam, pengembangan wisata pengembangan wisata pelajar; dan penelitian Arkeologi
religr,
di 10 Balai
Arkeologi; (7) pengembangan data spasial potensi Kebudyaaan dan Pariwisata.
(ii)
Faktor penuni ang/?enghamb at
Faktor yang menjadi penghambat program
ini
antara lain belum
memadainya data dan informasi, belum optimalnya jaringan kemitraan antar stal<ekholderspariwisata, dan belum optimalnya sinergi antar lembaga.
(ii0 Tindak laniut Tindak lanjut yang diperlukan untuk mencapai sasaran dalam program ini antara lain: (1) pengembangan kebijakan SDM kebudayaan dan pariwisata
(2) peningkatan litbang kebudayaan; (3) peningkatan litbang pariwisata; (4) peningkatan profesionalisme dan daya saing SDM
nasiona!
kebudayaan dan pariwisata; (5) pengembangan arkeologi nasional; (6)
pendukungan pengembangan kapasitas pengelolaan kebudayaan dan kepariwisataan daerah;
dan (n optimalisasi koordinasi
kemitraan
kebudayaan dan pariwisata.
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Paiwisata, Pemuda dan OInh Raga 2007
53
j
3.3. BIDANG PEMUDA DAN OLAH RAGA A.Kondisi Umum
Pembangunan pemuda dan olah raga memiliki peran yang sangat penting dalam
mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional terutama dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan Human Deoelopment Report 2005, kualitas sumber daya manusia Indonesia yang diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (ITumnn Danelopment Index) hanya menempati peringkat ke-110 dari 177 negara di dunia.
Pemuda merupakan generasi penerus, penanggungjawab pembangunan masa depan. Kekuatan bangsa
di
dan
pelaku
masa mendatang tercermin dari
kualitas sumber daya pemuda saat ini. Fokus pembangunan pemuda bukan hanya karena peran strategis pemuda di masa mendatang, tetapi juga disebabkan pula oleh
proporsi jumlah penduduk usia muda yang relatif besar dalam struktur kependudukan. Berdasarkan data BI€, pada tahun 2005 jumlah pemuda usia 15-35 tahun mencapai 81,30 juta orang ataa 37,28 persen dari seluruh jumlah penduduk Indonesia dan terdiri 40,29 juta pemuda laki-laki dan 4L,01 juta pemuda perempuan.
Data
ini menunjukkan bahwa pemuda merupakan kelompok usia produktif yang
jumlahnya paling besar, sehingga merupakan aset pembangunan bangsa. Oleh karena
itu, potensi bangsa tersebut harus dikelola dengan baik sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, bermoral, berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi pembangunan bangsa.
Pembangunan olah raga bertujuan unfuk menciptakan manusia yang sehat,
dan berjiwa sportif sehingga dapat mewujudkan SDM yang berkualitas.
ule!
uu No. 3
Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional mengamanatkan bahwa tujuan keolahragaan nasional adalah memelihara
dan meningkatkan kesehatan
dan
kebugaran, Pfiestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia,
sportivitas, disiplirg mempererat dan membina persatuan dan kesafuan bangsa,
memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkaf martaba! dan kehormatan bangsa. Lebih lanjut, Undang Undang tersebut memberikan perhatian terhadap pentingnya nilai-nilai olahraga untuk meningkatkan kesejahteraan individu,
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Parittisata, Pemuila ilan Olah Raga 2007
54
kelompok, atau masyarakat yang perlu ditumbuhkembangkan melalui proses yang terencana
dan sistematik demi mencapai kualitas hasil yang
berkelanjutan.
Pembangunan olahraga mencakup bidang olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan
olahraga prestasi. Ketiga bidang ini saling berinteraksi, bersinergi, dan berlangsung secara sistematik berjenjang, dan berkelanjutan
mulai dari tahap pemassalan,
pembibitan sampai pada pencapaian prestasi yang maksimal sehingga membentuk sebuah bangunan sistem pembinaan dan keolahragaan nasional.
B.
Sasaran
Sasaran umum pembangunan bidang pemuda dan olah ragayangakan dicapai
pada tahun 2005 adalah:
a. Meningkatrya kualitas dan partisipasi pemuda di
berbagai bidang
pembangunan;
b.
Meningkatrya kesehatan jasmani masyarakat dan prestasi olahraga.
Pada tahun 2006 pembangunan pemuda dan olah raga diarahkan untuk mencapai sasaran sebagai berikut
'J..
Meningkatrya koordinasi antarinstansi
di tingkat nasional dan daerah, untuk
mengembangkan sistem perencanaan, pelaksanaary
dan
pengendalian
pembangunan kepemudaan;
2. 3. 4. 5.
TersusunnyaRancanganUndang-UndangtentangKepemudaan; Dikembangkannya sistem informasi manajemen kepemudaan berbasis e-youttg Disahkannya Undang-Undang tentang Keolahragaan;
Meningkatrya prestasi olahraga pelajar, mahasiswa, dan masyarakat di tingkat nasional dan daerah;
6.
Terselenggaranya kompetisi olahraga secara
teratur, berjenjang,
dan
berkesinambungan bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakag
7.
Meningkatrya kualitas dan kuantitas sDM olahraga, baik
di
lingkungan
pemerintatg maupun masyaraka! di tingkat nasional dan daeralu dan
8.
Meningkatrya peran dunia usaha, lembaga pemerintalg dan masyarakat dalam pembangunan sarana dan prasarana olahraga di provinsi dan kabupaten/kota,
baik untuk olahraga pelajar, olahraga masyarakat, olafuaga prestasi, maupun industri olahraga.
Laporan Eoaluasi Pembanguwm Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda ilan OIah Raga
2007
55
C.
Arah Kebijakan
Sesuai dengan prioritas pembangunan nasional, pembangunan SDM diarahkan
untuk mendukung upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. Di samping itu pembangunan SDM diarahkan untuk meningkatkan kualitas SDM yang dilakukan
melalui peningkatan akses, pemerataan, relevansi, dan mutu pelayanan sosial dasar, termasuk pendidikan, kesehatan dan keseiahteraan sosiaf seiring dengan upaya pengendalian jumlah dan laiu pertumbuhan penduduk, serta penataan persebaran dan
mobilitas penduduk yang mengikuti pembangunan wilayah dan sesuai dengan daya
dukung dan daya tampung lingkungan, untuk mencapai terwujudnya manusia Indonesia yang sehat cerdas, produktif, dan beraktrlak mulia. Secara khusus, arah kebijakan pembangunan SDM bidang pemuda dan olah raga adalah:
a.
Peningkatan kualitas pemuda, melalui peningkatan partisipasi pemuda di
berbagai bidang pembangunan, serta pengembangan sikap keteladanan, kemandiriaru aktrlak mulia, dan disiplin dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
b.
Pembinaan olahraga untuk meningkatkan budaya olahraga, kesehatan jasmani
dan mental masyarakat membentuk watak dan kepribadian, disiplin
dan
sportivitas yang tinggi, serta peningkatan prestasi olafuaga dalam kaitannya dengan pembangunan sosial dan ekonomi, yang mampu membangkidcan rasa kebanggaan nasiona[
Selain itu, untuk menjawab permasalahan dan tantangan yang masih muncul di
tahun 2006, kebijakan pembangunan pemuda dan olah raga diarahkan pada upaya untuk:
1,.
Mewujudkan kebijakan kepemudaan yang serasi
di
berbagai bidang
pembangunan; 2.
Meningkatkan pendidikan dan keterampilan bagi pemuda;
3.
Meningkatkan kewirausahaan, kepeloporan, dan kepemimpinan bagi pemuda;
4.
Melindungi segenap generasi muda dari masalah penyalahgunaan NAPZA, minuman keras, penyebaran penyakit HIV/AIDS, dan penyakit menular seksual
di kalangan pemuda;
Laporan Ezsaluasi Pembangunan Bidang kbudryaan, Pariwisata, Pemuda dan OInIt Raga 2007
56
5.
Mewujudkan kebijakan dan manajemen olahraga dalam upaya mewujudkan penataan sistem pembinaan dan pengembangan olahraga secara terpadu dan berkelanjutan termasuk landasan hukum yang mendukung;
6.
Meningka&an budaya dan prestasi olahraga secara berjenjang termasuk pemanduan bakag pembibitan dan pengembangan baka!
7. 8. 9.
Memberdayakan dan mengembangkan iptek dalam pembangunan olahraga; Meningkatkan pemberdayaan organisasi olahraga; dan
Meningkatkan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat termasuk dunia usaha dalam mendukung pembangunan olahraga.
D.
Program-program Pembangunan
1. PROGRAM PENGEMBANGAN DAN KESERASIAN KEBIIAKAN PEMUDA
1.1. Tuiuan
dan Sasaran
Program
ini ditujukan untuk mewujudkan
keserasian berbagai kebijakan
pembangunan bidang pemuda di tingkatnasional dan daerah.
Sasaran yang
ingin dicapai adalah terumuskannya dan
terlaksananya
kebijakan kepemudaan bagi peningkatan kualitas dan peranan pemuda di berbagai bidang pembangunan. Program
ini dijabarkan melalui
kegiatan-
kegiatan:
a. b.
Merumuskankebijakanpendidikankepemudaan;
Merumuskan kebijakan kepemudaan yang dapat memperluas dan meningkatkan partisipasi pemuda di berbagai bidang pembangunan;
c.
Meningkatkan integrasi kebijakan kepemudaan
di tingkat
nasional"
propinsi dan kabupaten/kota; dan
d.
Meningkatkan dukungan administrasi dan operasional program.
Laporan Evaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaary Pariwisata, Pemuda dan OIah Raga 2007
57
L.2.
Pelaksanaan
Tahun 2005
(i).
Hasil yang Dicapai
Hasil yang telah dicapai
dalam
program
ini
adalah: (1) telah
diselesaikannya naskah akademis draft RUU tentang Kepemudaan;
dan (2) telah
dilaksanakannya
Rakomas Kepemudaan yang
menghasilkan deklarasi Jakarta dan MOU antarpropinsi, serta
keputusan bersama dengan instansi terkait dalam
rangka
pembangunan kepemudaan dan keolahragaan.
(ii).
Faktor Penuniang/Penghambat Beberapa faktor masih menjadi kendala dalam upaya pencapaian sasaran program
ini, yaitu antara lain
operasionalisasi kebijakan
tentang kepemudaan yang belum memadai dan belum terlihat dalam upaya untuk meningkatkan partisipasi pemuda dalam pembangunan.
(iii). Tindak lanjut Tindak lanjut yang akan dilaksanakan melalui program ini antara lain:
(1)
menyelesaikan
draft
Rancangan Undang-Undang tentang
Kepemudaan, (2) meningkatkan koordinasi antarinstansi
di
tingkat
pusat dan daerah, dalam rangka mengembangkan sistem perencanaary
pelaksanaan
dan pengendalian pembangunan kepemudaan; (3)
menyusun kebijakan pengkaderan kepemimpinan pemuda;
(4)
melakukan penelitian dan/atau pengkajian kebijakan pembangunan kepemudaan di berbagai bidang pembangunary dan (6) merumuskan kebijakan kewirausahaan bagi pemuda
Tahun 2006
(i). Hasil yangDicapai Hasil yang telah dicapai dalam program ini adalah: (1) penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Kepemudaary dan (2)
pelaksanaan koordinasi sinergis tentang pemberdayaan pemuda dengan 127 OKP, Organisasi Kemahasiswaan, Yayasargdan LSM.
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Pariwisatq Pemuda dan OIah Raga 2007
58
(ii).
Faktor Penuniang/Penghambat
Faktor yang masih menjadi kendala dalam uPaya pencapaian sasaran
program
ini
antara lain belum serasinya kebijakan kepemudaan di
tingkat nasional dan daerah.
(iii). Tindak lanjut Tindak lanjut yang akan dilaksanakan melalui Program ini, antara lain: (1) mempercepat penetapan RUU Pembangunan Kepemudaan meniadi UU tentang Kepemudaan; dan (2) mewujudkan kebijakan kepemudaan yang serasi di berbagai bidang pembangunan.
Tahun 2007
(i). Hasil yangDicapai Hasil yang telah dicapai dalam program ini adalah: (1) Ditetapkannya
RUU Kepemudaan menjadi Undang-Undang; (2) Disosialisasikannya
UU tentang Kepemudaan ke Kementerian/Lembaga (K/L) terkait, pemerintah daerah, dan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OXp); (g)
Diperkuatrya kinerja 46 OKP, baik dalam pelaksanaan administrasi organisasi, regulasi dan penyelenggaraan program; (a) Meningkatrya
koordinasi dalam upaya keserasian kebijakan pemuda antar Kemenegpora dengan 33 Dinas Tingkat Provinsi dan 33 Dinas Kabupaten /Kota, serta 18 K/L penyelenggara program kepemudaan.
(ii). Faktor Penuniang/Penghambat Faktor yang masih menjadi kendala dalam upaya pencapaian sasaran
program
ini
antara lain belum serasinya kebijakan kepemudaan di
tingkat nasional dan daerah.
(iii).Tindak lanjut Tindak tanjut yang akan dilaksanakan melalui program ini, antara lain:
(1) Peningkatan keserasian kebijakan pemuda, (2) Penyusunan dan pengkajian peraturan perundang-undangan
di bidang kepemudaary
dan (3) Pembinaan dan penyelenggaraan kerjasama internasional di bidang kepemudaan.
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidnng Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga 2007
59
PROGRAM PEMBINAAN DAN PENINGKATAN PARTISIPASI PEMUDA
2.1. Tujuan dan Sasaran Program ini dituiukan untuk meningkatkan kualitas pemuda sebagai insan pelopor, penggerak pembangunan, dan sumberdaya manusia yang mamPu
menghadapi berbagai tantangan dan memanfaatkan peluang untuk berperan serta dalam pembangunan.
Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatrya kualitas hidup pemuda
melalui peningkatan partisipasi pemuda di bidang ekonomi, sosial" agama,
dan budaya serta meningkatrya pengembangan sikap keteladanan, kemandirian, akhlak mulia dan disiplin dalam bermasyarakat dan bernegara.
Kegiatan pokok dilaksanakan antara lain dengan:
a. b.
Mengembangkan sentra pemberdayaan pemuda;
Mengembangkan kreativitas pemuda
di
berbagai bidang
pembangunan; c.
Meningkatkan keterampilan bekerja dan/atau berusaha pemuda;
d.
Mengembangkan wawasan kebangsaan pemuda;
e.
Melakukan upaya preventif yang dapat menjauhkan pemuda dari
masalah sosial seperti narkoba, miras, penyebaran penyakit HIV/ AID$ dan kriminalitas; t.
Memperluas dan meningkatkan per.rn serta pemuda terdidik dalam pembangunan di pedesaan;
g.
Memperluas kesempatan kepada lembaga kepemudaan untuk meningkatkan aktivitas dan layanarurya kepada pemuda; dan Meningkatkan dukungan administrasi dan operasional program.
Laporan Eaaluasi Pembangunan Bidnng Kebudayaan, Pariwisata, Pernuda dan OlahRaga 2007
60
2.2.
Pelaksanaan
Tahun 2005
(i.)
Hasil yangDicapai
Hasil yang dicapai dalam Program ini adalah: (1) dilaksanakarnya pelatihan kepemimpinan berbagai organisasi kepemudaan di berbagai tingkatan organisasi; (2) dilaksanakannya pelatihan kepemimpinan pemuda terhadap sekitar 200 orang TOT dari pusat dan daerah setiap
bulan; (3) dilaksanakannya hubungan kerjasama bidang kepemudaan dengan berbagai negara di antaranya: Kanada, Australia, Cina, Jepang,
Korea Selataru dan negara-negara ASEAN; dan (a) dikukuhkannya upaya bersama untuk mencegah penyalahgunaan NAPZA, HIV/AIDS, dan bahaya deshuktif lairurya, khususnya untuk generasi muda di 32
Provinsi.
(ii.)
Faktor Penuniang/Penghambat
Kendala dalam meningka&an partisipasi pemuda adalah belum adanya rencana aksi pada tataran operasional yang dapat dengan tepat dan efisien diimplementasikan di masyarakat.
(iii.) Tindaktanjut Tindak lanjut yang akan dilaksanakan melalui program ini antara lain:
(1) men)msun
rancangan
pola kemitraan antara pemuda
dan
masyarakaf (2) menyusun Rancangan Aksi Nasional dan Rancangan Aksi Daerah bidang kepemudaaru dalam rangka menindaklanjuti hasil
Rakornas Pemuda
dan
Olahraga;
(3)
meningkatkan upaya
penanggulangan masalah-masalah sosial generasi muda, seperti pencegahan penyalahgunaan
NAPZ& penyakit menular HIV/AID$
dan bahaya destruktif lairurya, termasuk anti pornografi
dan
pornoaksi; (4) meningkatkan upaya penumbuhan kewirausahaan dan
kecakapan hidup pemuda; (5) meningkatkan jaringan kemitraan pemerintah dengan masyarakat untuk mengembangkan kualitas dan kemandirian pemuda; dan (6) memperluas pengerahan tenaga terdidik dalam upaya percepatan dan penggerakan pembangunan perdesaan.
Laporan Eaaluasi Panbangunan Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga 2007
61
Tahun2006
(i).
Hasil yang Dicapai
Hasil yang dicapai dalam Program ini adalah: (1) pelatihan kepemimpinan pemuda di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; (2) optimalisasi peran 1.500 orang sarjana penggerak pembangunan di perdesaan (SP3) di 33 provinsi; (3) pertukaran pemuda
antar provinsi bagi 1.024 orang dan antar negara bagi 79 orang; (4)
pelatihan kelompok pemuda sebaya dalam rangka
mencegah
penyalahgunaan NAPZA, HIV/AIDS, dan bahaya destruktif lairurya di
33 provinsi; (5)
pelaksanaan kemah kesatuan pemuda dengan
melibatkan 1.075 orang pemuda Indonesia dan ASEAN; (5) pelaksanaan pemberdayaan keterampilary olahraga, dan seni terhadap 600 pemuda berstatus narapidana di LP Paledang Bogor; (7) pemberdayaan pemuda
dalam mempertahankan NKRI antara lain dengan memberdayakan 21
orang pemuda perbatasan Indonesia-Filipina (Miangas) untuk dilatih
keterampilan, melaksanakan orientasi pendidikan kesadaran bela negara kepada L00 orang pemuda yang berasal dari DPP KNPI dan
OI(P tingkat nasional, serta melaksanakan lemhannas tingkat nasional
bagi 30 orang pemuda; (8) dilaksanakannya pengembangan model pemberdayaan pemuda jalanan
di
provinsi DKI ]akarta;
(9)
dilaksanakannya sosialisasi tentang bahaya narkoba, pornografi dan pornoaksi, di 10 kota besar yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya Padang, Palembang, Medan, Makassar, Mataram, dan Yogyakarta; (10)
dibentuknya 5.000 or.rng kader mitra pemuda bersih narkoba "Pantas
luara" di ]akarta, Medan,
Makassar,
dan
Denpasar;
(11)
dilaksanakannya pelatihan kepemimpinan bagi 500 pemuda di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan nasiona| (12) dicanangkannya "Gerakan Nasional Kewirausahaan Pemuda" bekerja sama dengan KADIN dan
KADINDA untuk menciptakan sejuta wirausaha muda; (13) disusunnya 20
modul kewirausahaan pemuda;
$$
dikembangkannya model-model
diklat kewirausahaan pemuda bahari di 10 lokasi; (15) dijalinnya kerja sama dengan instansi terkait untuk melatih kader wirausaha muda
untuk dikirimkan ke Malaysia dan Korea sebanyak 1000 orang; (16) dilaksanakannya kompetisi antar kelompok usaha pemuda produktif di
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidnng Kebudayaan, Paiwisata, Pemuda dan OIah Raga 2007
62
33
provinsi; (17) dijalinnya kerja sama dengan Kwamas Pramuka dalam
melaksanakan jambore Nasional Pramuka diJawa Barat.
(ii).
FaktorPenunjang/Penghambat
Kendala dalam meningkatkan partisipasi pemuda adalah: (1) masih
rendahnya akses dan kesempatan pemuda untuk memperoleh pendidikan; (2) masih rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja
pemuda; (3) rendahnya kemampuan kewirausahaan
di
kalangan
pemuda; (a) tingginya tingkat pengangguran terbuka pemuda; dan (5)
maraknya masalah-masalah sosial
di
kalangan pemuda, seperti
kriminalitas, premanisme, NAPZA, dan HIV/AIDS
(iii).
Tindak lanjut Tindak lanjut yang akan dilaksanakan melalui program ini antara lain: (1) meningkatkan akses dan kesempatan pemuda untuk memperoleh
pendidikan dan kesempatan keqa; (2) meningkatkan kewirausahaan, kepeloporan, kepemimpinan, dan kecakapan hidup pemuda; dan (3)
melindungi segenap generasi muda dari masalah penyalahgunaan NAPZA, minuman keras, penyebaran penyakit HIV/AIDS, dan bahaya destruktif yang lain, termasuk pornografi dan pornoaksi.
Tahun 2007
(i).
Hasil yang Dicapai
Hasil yang telah dicapai dalam program ini adalah: (1) Diikutsertakarurya 1.056 orang pemuda dalam Pertukaran pemuda Antar Provinsi (PPAP) dari 33 provinsi; (2) Tertaksananya pelatihan 150
orang pemuda tentang Kesadaran Bela Negara; (3) Terlaksananya pemberdayaan keterampilan, olah raga, dan seni terhadap 1.000 orang
pemuda
di berbagai lembaga pemasyarakatary
(4) Terpilihnya
Pemuda Pelopor tingkat nasional dari 440 kabupaten/kota
440
di
33
provinsi; (5) Terlaksananya pengiriman delegasi pemuda dalam rangka mengikuti eoent internasional, antara lain: ASEAN-ROK youth visit to Korea sejumlah 10 orang, ASEAN-chinayouth Camp sejumlah B orang, dan lnternational Youth Performing
Art
Festhsal 2007
Laporan Etnluasi Pembangunan Bidang Kebudryaan, Pariwisata, pemuda dnn
olah
di Lahore sejumlah
Raga 2007
63
30 orang; (6) Terbentuknya enam model pengembangan olah mental pemuda Indonesia di 33 provirui; (7) Terlaksananya pelatihan 250 tutor
kepemudaan
yang siap
mensosialisasikan pencegahan dan
penanggulangan faktor destruktif bagi pemuda kepada 25.000 pemtrda
di 33 provinsi; (8) Terbentuknya delapan lembaga kepemudaan yang memiliki kepedulian terhadap moral bangsa/budi pekerti yang mewadahi 400 orang tokoh pemuda di 33 provinsi; (9) Terbentuknya 5.000 kader pemuda mitra kamtibmas anti narkoba; (10) Terbentuknya
lembaga kepemudaan di bidang kewirausahaan kelautan di 33 provinsi; (11) Terpilihnya 5 pemuda penerima Anugerah Youth National Science
and Technology Award dan 10 pemuda nominator, serta 100 karya pemuda
di
bidang iptek dan imtaq; (12) Terlaks.rnanya pelatihan
kepemimpinan bagi 500 pemuda di tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.
(ii). Faktor Penunjang/Penghambat Kendala dalam meningkatkan partisipasi pemuda adalah: (1) masih
rendahnya akses dan kesempatan pemuda untuk memperoleh pendidikan; (2) masih rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja pemuda; (3) rendahnya kemampuan kewirausahaan
di
kalangan
pemuda; (a) tingginya tingkat pengangguran terbuka pemuda; dan (5)
maraknya masalah-masalah sosial
di
kalangan pemuda, seperti
kriminalitas, premanisme, NAPZA, dan HIV/AIDS.
(iii).Tindak lanjut Tindak lanjut yang akan dilaksanakan melalui program ini antara lain: (1) Peningkatan dialog pemuda tingkat kabupaten/kota, regional, dan
nasional;
Q)
Peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan
kecakapan hidup pemuda; (3) Perluasan pengerahan tenaga terdidik dalam upaya percepatan dan penggerakan pembangunan perdesaan; (4) Perluasan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba dan bentuk-
bentuk bahaya destruktif serta perilaku negatif lainnya
di
kalangan
pemuda; (5) Peningkatan kepeloporan dan kepemimpinan pemuda; dan
Laporan Eoaluasi Pernbangunan Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga 2007
(6) Penyelenggaraan kemitraan untuk meningkatkan kualitas
dan
kemandirian pemuda.
3. Program Pengembangan
Kebijakan dan Manajemen Olahraga
3.1. Tujuan dan Sasaran Program ini ditujukan untuk
mengembangkan dan menyerasikan berbagai
kebijakan pembangunan olahraga serta memperkuat kelembagaan olahraga
di tingkat nasional dan daerah; meningkatkan iumlah dan mutu
pelatih,
peneliti, praktisi, dan teknisi olahraga; dan meningkatkan jumlatu efektivitas dan efisiensi pembiayaan olahraga.
Sasaran yang
ingin dicapai adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan olahraga.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan antara lain meliputi:
a.
Melaksanakan penelitian dan/atau pengkajian kebijakan-kebijakan pembangunan di bidang olahraga;
b.
Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan olahraga;
c.
Mengembangkan sistem informasi olahraga melalui pengaturan sistem informasi yang komprehensif, terpadu, dan berkelanjutan;
d. e. 3.2.
Melakukan pembinaan manajemen olahraga; dan Meningkatkan dukungan administrasi dan operasional program.
Pelaksanaan
Tahun 2005
(0
Hasil yang Dicapai
Hasil yang dicapai dalam program ini adalah telah ditetapkannya Undang-Undang No.
3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional sebagai payung hukum untuk menjamin terciptanya tatanan
pembinaan keolahragaary kemudian dipersiapkan pendukungnya
untuk
kebiiakan
pembenahan institusi dalam mendukung
pelaksanaan pembinaan olahraga secara operasional
Laporan Eaaluasi Pembangunan Bidang Y'ebudoyaan, Pariwisata, Pemuda d.an Olah Raga
2007
65
(ii)
FaktorPenuniang/Penghambat
Kendala yang masih dihadapi antara lain adalah belum cukup efisiennya manajemen dan tatanan pembinaan yang dilakukan saat ini
yang dapat mendukung pembangunan dan kemajuan keolahragaan nasional.
(ii|
Tindak laniut Tindak lanjut yang akan dilaksanakan melalui program ini antara lain:
(1)
pengkajian kebijakan-kebijakan pembangunan olahraga;
penyusunan
dan
(2)
sosialisasi peraturan perundangan tentang
keolahragaan; (3) pembinaan manajemen organisasi olahraga; dan
()
penyusunan pola kemitraan pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan dan pengembangan industri olahraga
Tahun 2006
(0.
Hasil yang Dicapai
Hasil yang dicapai dalam program sosialisasi Undang-Undang
ini
adalah telah dilakukarnya
No. 3 Tahun 2005 tentang
Sistem
Keolahragaan Nasional sebagai payung hukum untuk menjamin
terciptanya tatanan pembinaan keolahragaarg serta dipersiapkannya kebijakan pendukung
untuk
telah
pembenahan institusi
dalam mendukung pelaksanaan pembinaan olahraga secara operasional
{ii). Faktor Penuniang/Penghambat Kendala yang masih dihadapi antara lain adalah lemahnya koordinasi antarpemangku kepentingan (stakeholder) olah raga baik
di tingkat
nasional dan daerah dan belum serasinya kebijakan olah raga di tingkat
nasional dan daerah serta masih lemahnya kelembagaan dan manajemen pembinaan olah raga.
(iii). Tindak lanjut Tindak lanjut yang akan dilaksanakan melalui program ini antara lain adalah: (1) melakukan sosialisasi lanjutan UU No.3 Tahun 2005 tentang
Laporan Evaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Pariwisatq Pemuda dan Olah Raga 2007
66
Sistem Keolahragaan Nasional dan peraturan pelaksanaannya serta melakukan sosialisasi budaya olah raga ke berbagai lapisan masyarakat,
bahwa olah raga adalah untuk kesehatan, kebugaran, kesejahteraan,
dan meningkatkan semangat untuk berprestasi; (2) mewujudkan kebijakan dan manajemen olah raga dalam uPaya mewujudkan penataan sistem pembinaan dan pengembangan olah raga secara terpadu dan berkelanjutan termasuk landasan hukum yang mendukung; (3) meningkatkan koordinasi antar stakeholder baik di
tingkat pusat dan daerah dalam rangka mengembangkan sistem perencanaarL pelaksanaan dan pengendalian pembangunan keolahragaan.
Tahun 2007
(i).
Hasil yang Dicapai Hasil yang telah dicapai dalam program ini adalah: (1) Terlaksananya pengkajian sentra-sentra olah raga pelajar/junior diikuti oleh Dinas Pendidikan, Dinas Pemuda dan Olah Raga, Badan Pemuda dan Olah Raga
di 33 provirui, Pengurus Pusat (PP)/Pengurus Besar (PB) cabang
olah raga, Komite Olah Raga Nasional Indonesia (KONI)
Pusat,
Depdiknas, dan Kemenegpora; (2) Tersusururya Rancangan Pedoman Akreditasi lembaga Sertifikasi Kompetensi Tenaga Keolahragaan.
(ii).
FaktorPenunjang8enghambat Kendala yang masih dihadapi antara lain adalah
:
(1) lemahnya
kelembagaan dan manajemen pembinaan olah raga; dan (2) lemahnya
koordinasi antarpemangku kepentingan (stakeholder) olah raga baik di
tingkat nasional dan daerah dan belur,n serasinya kebijakan olah raga di tingkat nasional dan daerah serta masih lemahnya kelembagaan dan manajemen pembinaan olah raga.
(ii!.
Tindaklaniut Tindak lanjut yang akan dilaksanakan melalui program ini antara lain adalah (1) Peningkatan mutu organisasi dan tenaga keolahragaan; (2\
Pengembangan sistem sertifikasi
dan standardisasi profesi;
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidang kbudayann, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga 20Q7
67
(3)
Pengembangan perencanaan olah raga terpadu; (4) Penyelenggaraan
penelitian dan pengkajian kebijakan keolahragaan; (5) Penyusunan
peraturan pelaksana
UU No. 3 tahun 2005 tentang
Sistem
Keolahragaan Nasional.
4. Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olaluaga
4J.
TujuandanSasaran Program
ini ditujukan untuk
meningkatkan budaya olahraga, kesehatan
jasmani, mental dan rohani masyarakat dan peserta
didft, mulai dari
pendidikan dasar, menengah hingga tinggi; mendorong dan menggerakkan masyarakat agar lebih memahami dan menghayati langsung hakikat dan
manfaat olahraga sebagai kebutuhan hidup; meningkatkan kegiatan olahraga, termasuk olahraga masyarakat
dan olahraga
tradisiona}
meningkatkan upaya pemanduan bakat dan pembibitan olahraga sejak usia
dini
dan mendukung upaya pencapaian prestasi olahraga yang setinggi-
tingginya dalam kaitannya dengan pembangunan sosial dan ekonomi, untuk meningkatkan citra bangsa dan kebanggaan nasional.
Sasaran yang
ingin dicapai adalah: (1) meningkatnya kualitas fisik manusia
Indonesia; (2) meningkatrya prestasi belajar, prestasi olahraga, dan produktivitas kerja; (3) memperoleh bibit olahragawan yang berpotensi dalam berbagai cabang olahraga; (4) meningkatrya pertandingan yang berjenjang, yang dilakukan mulai tingkat desa sampai tingkat nasional,
termasuk pertandingan antar sekolah, perguruan ti^ggi, ataupun masyarakat luas; (5) meningkahrya penerapan dan pemanfaatan iptek olahraga dalam pelaksanaan pemanduan dan pembibitan olahraga, dan peningkatan prestasi olahraga; (6) meningkatorya prestasi olahragawan, baik
di tingkat daerah, nasional, regionaf maupun
internasional, termasuk
olahragawan penyandang cacaf dan (7) meningkatrya dukungan dunia usaha dan masyarakat dalam pendanaan dan pembinaan olafuaga.
Kegiatan pokok dilaksanakan dengan
a.
:
Melakukan pemasalan olahraga bagi pelajar, mahasiswa, dan masyaraka!
b.
Meningkatkan pemanduan bakat dan pembibitan olahraga;
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Paiwisata, Pernuda ilan OIah Raga 2007
68
c. d. e. f.
Meningkatkanprestasiolahraga; Membina olahraga yang berkembang di masyaraka! Membina olahraga untuk kelompok khusus;
Melakukan penataran dan pelatihan jangka pendek dan paniang termasuk magang;
g. h.
Meningkatkan profesionalisme pelatih dan manajer olahraga; Mengembangkan pengetahuan iptek dan meningkatkan keahlian yang strategis bagi pelatih, peneliti, praktisi, dan teknisi olahraga;
i.
Menyelenggarakan pertandingan-pertandingan
yang berjenjang,
terrnasuk pertandingan antarsekolah, antarperguruan tinggl, ataupun masyarakat luas; dan
j.
Meningkatkan dukungan administrasi dan operasional program.
Pelaksanaan
Tahun 2005
(i)
Hasil yang Dicapai
Hasil yang dicapai dalam program ini antara lain: (1) diadakannya lomba lari 10 K bekerjasama dengan Kapolda Metro Jaya, GEMA NUSA
(AA Gym) dan berbagai elemen masyarakat dalam upaya untuk menggairahkan semangat dan budaya olahraga di masyarakat, yang diikuti oleh sekitar 65 ribu orang; (2) diikutsertakannya kontingen Indonesia
untuk
berpartisipasi dalam pertandingan olahraga antarnegara anggota Asia Euro Meeting (ASEM) dan kejuaraan antarpelajar ASEAN
di rhailand; (3) diselenggarakannya
kejuaraan
sepakbola antar-PPLP se-Indonesia di Jakarta; (4) diselenggarakannya
kejuaraan
tinju
antar-PPLP se-lrdonesia
di Ambon; dan
(5)
diselenggarakannya POPNASVIII di Medan, Sumatera Utara.
(ii)
Faktor penunjang/Penghambat
Adanya peningkatan budaya olahraga, kesehatan jasmani, mental dan rohani di masyarakat telah cukup baik, akan tetapi masih perlu adanya upaya peningkatan kesadaran terhadap hal dimaksud, sehingga dapat mendorong dan menggerakkan masyarakat untuk lebih memahami dan menghayati langsung hakikat dan manfaat olahraga sebagai kebutuhan
Lnporan Eoaluasi Pembangtnan Bidang Kebudayaan, paiwisata, pemuda dan
olah
Raga 2007
69
hidup, dapat meningkatkan kegiatan olahraga, termasuk olahraga masyarakat dan olahraga badisional, dapat meningkatkan uPaya pemanduan bakat dan pembibitan olahraga sejak usia dini dan dapat
mendukung upaya pencapaian prestasi olaluaga yfrrg setinggttinggrnya dalam kaitarutya dengan pembangunan sosial dan ekonomi,
untuk meningkatkan citra bangsa dan kebanggaan nasional.
(iii) Tindak lanjut Tindak lanjut yang akan dilaksanakan melalui Program ini antara lain: (1) menindaklanjuti kesepakatan bersama dengan 12 perguruan tinggi
tentang pembinaan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan IPTEK bidang keolahragaan; (2) mengembangkan olahraga rekreasi, termasuk
olahraga bahari (s?frt and tourism); (3) mengembangkan sistem pemberian penghargaan bagi insan olahraga yang berdedikasi dan berprestasi; (4) meningkatkan jumlah dan kualitas serta kompetensi
pelatih, peneliti, praktisi, dan teknisi olahraga; (5) mengembangkan pengetahuan IPTEK olahraga sebagai pendorong peningkatan prestasi olahraga; dan (6) meningkatkan SDM pembina olahraga, baik tingkat pemerintah maupun masyarakat.
Tahun2006
(i). Hasil yang Dicapai Hasil yang telah dicapai dalam program ini adalah: (1) dicapainya prestasi di kancah internasional antara lain bulutangkis dan bowling di
Asian Games 2006 di Doha serta gelar juara dunia tinju profesional versi
WBA kelas bulu dan kelas terbang mini versi IBF;
(2)
diselenggarakannya pemberian penghargaan kepada olahragawan dan
pelaku olah raga; (3) diperolehnya data potensi olah raga pendidikan
mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi serta pendidikan luar sekolah pada L3 kabupaten/kota; ( ) disusunnya model pelatihan dalam rangka peningkatan mutu sumber daya manusia baik
pembina dan penggerak olahraga pada jenjang pendidikan dasar
hampir di seluruh provinsi; (5) diselenggarakannya diklat SMP/SMA Negeri Ragunan untuk membina 200 olahragawan junior untuk
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidnng Kebudayaaa Paiwisatq Pemuila dan Olah Raga 2007
70
12
cabang olah raga; (6) diselenggarakannya Pemusatan latihan nasional6 cabang olah raga dengan jumlahgT orang atlet dan pelatih; (7) diraihnya
juara umum pada kejuaraan tenis meja pelajar Asean di Jakarta;
(8)
diselenggarakannya kejuaraan nasional pelajar antar pembinaan dan
latihan olah raga pelajar (PPLP) dan pembinaan dan latihan olah raga daerah (PPLD) untuk 5 cabang olah raga; (9) dikirimnya olahragawan
iunior 4 cabang olahraga ke Brunei Darussalam, Jakarta, Chiangmai, Penang; (10) dilaksanakannya invitasi Olah raga antar mahasiswa dengan mempertandingkan 3 cabang olahraga yang diikuti oleh 34
Perguruan Tinggi
dari seluruh Indonesia; (11)
dilaksanakannya
kejuaraan bolavoli pantai antar kelompok olahraga prestasi (KOP) usia 20 tahun yang diselenggarakan di Kota Singkawang
- Kalimantan
Barat
dan diikuti oleh seluruh perwakilan KOP provinsi; diselenggarakannya penguatan SDM keolahragaan;
(12) (13)
diselenggarakarurya Festival Intemasional Pemuda dan Olahraga Bahari
di Makassar untuk menggairahkan semangat dan budaya olahraga di
masyarakat diantaranya; (14) Dipersiapkannya pembangunan pusat pembinaan olah raga nasional
percepatan
di Sentul
dan
Karawang serta asrama atlet untuk mendukung PPLP di 12 provinsi; (15) diberikannya bantuan untuk pembinaan prestasi.
(ii). Faktor Penuni anglPenghambat Kendala yang masih dihadapi antara lain adalah: (1) menurururya prestasi olah raga di berbagai kejuaraan intemasional
y*g
antara lain
disebabkan oleh kurang intensifnya pembibitan dan pembinaan prestasi
olahraga dalam pengembangan olahraga yang berjenjang dan berkelanjutary (2) masih rendahnya budaya olah raga
di
kalangan
masyarakat yang antara lain disebabkan oleh semakin sempitrya ruang
publik untuk olah raga masyarakat karena beralih fungsinya sarana dan prasarana umum untuk olah raga menjadi pusat perdagangan dan
fasilitas lainnya; dan (3) masih rendahnya penghargaan dan kesejahteraan aflet pelatih, dan tenaga keolahragaan.
Laporan Evaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaary Paiwisata, Pemuda dan OIaItRaga2007
71
(iii). Tindak laniut Tindak lanjut yang akan dilaksanakan melalui Program ini antara lain: (1) pembinaan dan pemassalan olah raga; (2) pengembangan olah raga
pendidikan, rekreasi, dan prestasi; (3)
-
pengembangan olah raga
kelompok khusus; (4) peningkatan kesegaran jasmani dan kebugaran masyarakaf (5) pelaksanaan identifikasi dan pengembangan olah raga unggulan; (6) pelaksanaan identifikasi bakat dan potensi pelajar dalam
olah raga;
0
pembibitan dan pembinaan olahragawan berbakat
berdasarkan cabang olah raga prioritas daerah melalui wadah-wadah pembinaan; (8) pembinaan cabang olah raga prestasi prioritas di tingkat daeratr, nasional dan internasiona! (9) penyelenggaraan kompetisi olah
raga secara teratur, berjenjang dan berkesinambungan bagi pelaiat, mahasiswa,
dan masyaraka! (10) pemberian
penghargaan dan
peningkatan kesejahteraan olahragawan dan pelaku olah raga yang berprestasi; (11) peningkatan kualitas olah raga dan pelaku olah raga; (12) peningkatan dan pengembangan iptek di bidang keolahragaan; dan (13) pembinaan dan pengembangan
industri olah raga.
Tahun 2007
(i). Hasil yangDicapai Hasil yang telah dicapai dalam program ini adalah: (1) Meningkatnya
minat negara lain terhadap olah raga tradisional Indonesia;
(2)
meningkatnya penayangan olah raga tradisional melalui media televisi; (3) Terwujudnya pemberdayaan dan peningkatan kinerja olahragawan
di tigu provinsi; (4') Terselenggaranya Raga Unggulan (tallent identifcation) di 20
melalui bimbingan teknis pemanduan Bakat Olah
provinsi dengan target 4.000 calon atlet berbakat junior;
(5)
Terselenggaranya pemberian penghargaan bidang olah raga kepada
mantan olahragawan, olahragawan, pelatitu wasit, pembina, guru pendidikan jasmani, dan lembaga;
dan
(6) Diraihnya prestasi pada
beberapa cabang olah raga di SEA Games Tahun 2007 di Bangkok.
Laporan Epaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaary Pariwisata, Pemuda dan Okh Raga 2007
72
(ii). Faktor Penuni angl?enghambat Adanya peningkatan budaya olahraga, kesehatan jasmani, mental dan rohani di masyarakat telah cukup baik, akan tetapi masih perlu adanya upaya peningkatan kesadaran terhadap hal dimaksud, sehingga dapat mendorong dan menggerakkan masyarakat untuk lebih memahami dan menghayati langsung hakikat dan manfaat olahraga sebagai kebutuhan
hidup dapat
meningkatkan kegiatan olahraga, termasuk olahraga
masyarakat dan olahraga tradisional, dapat meningkatkan uPaya pemanduan bakat dan pembibitan olahraga sejak usia dini dan dapat
mendukung upaya pencapaian prestasi olahraga yang setinggi tingginya dalam kaitarurya dengan pembangunan sosial dan ekonomi, untuk meningkatkan citra bangsa dan kebanggaan nasional.
(iii).Tindak laniut Tindak lanjut yang akan dilaksanakan melalui program ini antara lain: (1) Pemasyarakatan dan pembinaan olah nga; Q) Peningkatan olah raga
masyaraka! (3) Peningkatan kesegaran jasmani dan rekreasi;
(4)
Pelaksanaan identifikasi dan mengembangkan olah raga unggulan daerah; (5) Pelaksanaan identifikasi bakat dan potensi pelajar dalam olah rcga; (6) Pembibitan dan pembinaan olahragawan berbakat berdasarkan cabang olah raga prioritas daerah melalui wadah-wadah pembinaan;
Pembinaan cabang olah raga prestasi prioritas
A
di tingkat daerah,
nasional dan internasional; (B) Penyelenggaraan kompetisi olah raga
secara teratur, berjenjang dan berkesinambungan bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakaf (9) Pembinaan olah raga yang bersifat nasional dan intenasional; (10) Pemberian penghargaan dan peningkatan kesejahteraan olahragawan dan pelaku olahraga.
5. PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA OLAHRAGA
5.1. Tuiuan
dan Sasaran
Program ini ditujukan untuk menyediakary mengadakan, dan membangun sarana dan prasarana olahraga unfuk mendukung kegiatan pembinaan dan pengembangan olahraga, serta pencapaian prestasi olahraga.
Laporan Et:aluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Paiwisata, Pemuda dan OIah Raga 2007
73
yang ingin dicapai adalah meningkatrya penyediaan dan pembangunan sarana dan prasarana olahraga masyarakat dengan Sasaran
mendorong peningkatan peran serta masyarakat, termasuk dunia usaha' Kegiatan pokok dilaksanakan antara lain dengan:
a.
Meningkatkan partisipasi dunia usaha
dan
masyarakat untuk
mendukung pendanaan dan pembinaan olahraga;
b.
Meningkatkan pembangunan sararut dan prasarana olahraga di propinsi dan kabupaten/kota, sesuai dengan cabang olahraga prioritas daerah; dan
c.
Meningkatkan dukungan administrasi dan operasional program.
Pelaksanaan
Tahun 2005
(i)
Hasil yangDicapai
Hasil-hasil yang telah dicapai dalam program ini, antara lain adalah terlaksananya pembangunan Pusat Pembinaan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP)
di DI Yogyakarta, Sumatera Utara, Acetu Bengkulu,
Sulawesi
Utara, Sulawesi Tengah, NTT, NTB, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Bali
(ii)
Faktor penuniang8enghambat
Masih cukup baiknya partisipasi dunia usaha dan masyarakat terkait dukungan pendanaary menggambarkan masih kurangnya kesadaran
bahwa pembinaan keolahragaan adalah tanggung jawab
bersama
seluruh komponen bangsa, tidak saja tanggung jawab
sektor
pemerintah.
(iii) Tindaklanjut Tindak laniut yang akan dilaksanakan melalui program ini antara lain: (1) peningkatan peran dunia usaha dalam pengembangan sarana dan prasarana olahraga; dan (2) peningkatan kerjasama pola kemitraan antara pemerintah dan masyarakat untuk pembangunan sarana dan prasarana olahraga
di propinsi, dan kabupaten/kota untuk
olahraga
pelajar, olahraga masyarakat dan olahraga prestasi.
Laporan Eaaluasi Pembangunan Bidang kbudayaan, Paiwisata, Pemuda dan OlahRaga 2007
74
Tahun 2006
(0
Hasil yang Dicapai Hasil-hasil yang telah dicapai dalam Program ini, antara lain adalah (1)
diselenggarakannya pemberian bantuan peralatan /renovasi /pembangunan prasarana dan sarana diantaranya (a) perawatan dan pemelihara€m asrama PPLP di 24 provinsi, pembangunan asrama baru
diklat pembibitan olah raga di Jambi, (b) renovasi/pembangunan prasararur dan sarana olahraga di 10 kabupaten/kota, (c) peralatan olahraga di 94 PPLP dan 15 PPLM, peralatan olah raga untuk 76 pondok pesantren; dan (2) peralatan olah raga untuk 5 wilayah penyelenggara pekan olah raga pelajar tingkat wilayah (POPWL).
(ii).
Faktor Penuniang/Penghambat
Faktor penghambat/kendala yang masih dihadapi antara lain belum terstandarnya sarana dan prasarana olah raga di klub, sekolah"
dan perguruan tinggi serta masih lemahnya pola kemitraan dalam pembangunan olah raga.
(iii). Tindaklanjut Tindak lanjut yang akan dilaksanakan melalui program ini antara lain:
(1) peningkatan kerja sama pola kemitraan antara pemerintah dan masyarakat unfuk pembangunan sarana dan prasarana olah raga di
provinsi, dan kabupaten/kota untuk olah raga pendidikan, olah raga rekreasi dan olah raga prestasi; dan (2) peningkatan pembangunan sar.ura dan prasarana olah raga.
Tahun 2007
(i). Hasil yangDicapai Hasil yang telah dicapai dalam program ini adalah tersusunnya mnster planuntuk pembangunan satu unit rumah sakit (RS) Cidera Olah Raga.
(ii).
Faktor Penunjang/Penghambat Faktor penghambat/kendala yang masih dihadapi antara lain (1) belum terstandarnya sarana dan prasarana olah raga
di klub, sekolah, dan
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Parizlisata, Pemuda dan OIah Raga 2007
perguruan ting$, dan (2) masih cukup baiknya partisipasi dunia usaha dan masyarakat terkait dukungan pendanaan, menggambarkan masih
kurangnya kesadaran bahwa pembinaan keolahragaan adalah tanggung jawab bersama seluruh komponen bangsa, tidak saia tanggung jawab sektor pemerintah.
(iii). Tindaklaniut Tindak lanjut yang akan dilaksanakan melalui Program ini antara lain: peningkatan kerja sama dan pola kemitraan antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam pembangunan sar.rna dan prasarana olah
raga di provinsi, dan kabupaten/kota untuk olah raga pelajar, olah raga
masyarakat dan olah raga prestasi.
Inporan Eaaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaarc, Pariwisata, Pemuda dan OIahRaga 2007
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1
Kesimpulan
l.
Secara umum pelaksanaan program-program pembangunan
di
bidang
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga di kementerian/lembaga
pada paruh waktu pelaksanaan RPIMN 2004-2009 telah mengacu pada program di RPJMN 2004-2009 dan RKP 2005, 2006 dan 2007. Pengumpulan data yang dilakukan dalam pelaksanaan evaluasi ini bersumber dari data sekunder yang telah dihimpun oleh Departemen Kebudayaal dan Pariwisata,
Kementerian Pemuda dan Olah Raga serta Perpustakaan Nasional sampai dengan pertengahan tahun 2007.
2.
Evaluasi paruh waktu (mid term rniew) pembangunan di bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga dilakukan sebagai upaya
identifikasi isu-isu, permasalahan dan tantangan yang akan menjadi masukan dan penyempurnaan dalam perencanaan kebijakan pembangunan Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda danOlah Raga kedepan.
3.
Sasaran pembangunan bidang kebudayaan dalam RPJMN 2004-2009 bersifat
kualitatif sehingga rumusan sasaran tahunan bersifat kualitatif pula dengan menyelaraskan sasaran yang tertuang dalam RPIMN tersebut. Kegiatan
yang dilaksanakan pada setiap program yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) diupayakan untuk mencapai sasaran
dalam RPJMN
2004-2009. Meskipun demikiary pembangunan bidang
kebudayaan masih menghadapi beberapa kendala antara lain adalah (a)
masih rendahnya kualitas pengelolaan kekayaan budaya dan rendahnya kualitas sDM bidang konservasi dan preservasi benda cagar budaya (BcB) sehingga banyak BCB yang tidak terawat atau hilang; (b) masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap upaya pelestarian nilai budaya dan kearifan
lokal dan (") masih rendahnya perhatian pemerintah daerah
dalam
mengelola keragaman budaya sehingga masih dijumpai berbagai konflik sosial dan konflik horizontal yang berpotensi mengancam integrasi nasional. Laporan Eoaluasi Pembangunm Bidang kbudayaan, Pariwisata, pemuda dan
olah
Raga 2007
4-
Untuk pembangunan bidang pariwisat4 sampai dengan bulan Agustus 2007 sekitar 3 juta orang atau meningkatl3,47 Persen dibanding jumlah wisman pada periode yang sama tahun 2006, yaitu sebesar 2,62 juta' orang. Jumlah
wisnus mencapai sekitar A9,8 juta perjalanan. Dalam RPIMN 200+2009 sasaran yang hendak dicapai adalah meningkaktya kontribusi pariwisata
dalam perolehan devisa menjadi sekitar USD 10 miliar pada tahun 2009. Upaya untuk mewujudkan sasaran pembangunan bidang pariwisata seperti yang tertuang dalam RPJMN 2004-2009 dilakukan melalui berbagai kegiatan
baik pada Program Pengembangan Destinasi Pariwisata maupun Program Pengembangan Destinasi Pariwisata. Terkait dengan pemasaran pariwisata upaya yang dilakukan antara
lain merrcakup
prasarana promosi pariwisata;
(b)
(a) pengembangan sarana dan
pengembangan promosi pariwisata ke
luar negeri; (c) pengembangan promosi pariwisata dalam negeri;
(d)
pengembangan informasi pasar wisata; (e) pendukungan pengembangan kebijakan pemasaran dan promosi pariwisata daerah; dan (f) optimalisasi
koordinasi pelaksanaan pariwisata. Sedangkan untuk pengembangan
lain dilakukan melalui (u) fasilitasi destinasi pariwisata unggulan; (b) pendukungan
destinasi pariwisata antara pengembangan
pengembangan daya tarik pariwisata daerah; (c) perintisan pengembangan
destinasi pariwisata; (d) pengembangan usaha dan investasi pariwisata; (e)
pemberdayaan masyarakat
di
destinasi pariwisata;
(0
pengembangan
standardisasi pariwisata; dan (g) optimalisasi koordinasi pembangunan pariwisata.
5.
Meskipun pembangunan bidang pariwisata dilakukan untuk mencapai sasar€rn
yang telah ditetapkan dalam RPIMN namun masih dijumpai
berbagai kendala antara lain: (a) belum fokusnya pelaksanaan promosi pariwisata terutama pada pasar utama dan pasar yang kontribusinya besar dalam meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke brdonesia; (b)
belum meratanya pembangunan pariwisata antar wilayah Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (I(TI); dan (c) belum
optimalnya dukungan bidang
lain dalam pengembangan
destinasi
pariwisata khususnya sarana transportasi, komunikasi dan sarana prasarana pendukung lainnya.
Laporan Evaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Paiwisata, Pemuila dan OlnhRaga 2007
78
6.
Di bidang pemuda dan olah taga, apaya yang dilakukan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam RPJMN 2AM-2009 dilakukan dengan menetapkan sasaran tahunan dan kegiatan pokok pada setiap program dalam RKP. Meskipun pelaksanaan pembangunan bidang pemuda dan olah
raga pada paruh waktu RPJMN 2004-2009 sudah mengalami berbagai kemajuan, namun dalam pelaksanaannya masih dijumpai berbagai kendala.
Kendala di bidang pembangunan pemuda, antara lain adalah belum adanya rencana aksi pada tataran pemerintah yang tepat dan efisien untuk dapat
dilaksanakan oleh masyarakat Sedangkan di bidang olah raga kendala yang
dihadapi antara lain adalah menurunnya prestasi olah raga di berbagai
kejuaraan internasional yang disebabkan oleh kurang intensifnya pembibitan dan pembinaan prestasi olah raga secara berjenjang dan berkelanjutan.
5.2
Rekomendasi
Dengan memperhatikan pelaksanaan kegiatan yang dicapai sampai dengan pertengahan tahun 2007 maka dapat direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut.
7.
Mengingat RPJMN 2004-2009 telah dituangkan dalam rencana tahunan berupa Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang menjadi landasan dalam menyusun RAPBN tahun yang bersangkutan maka RKP sudah disusun sampai dengan tahun 2008. Dengan memperhatikan realisasi pelaksanaan
program sampai dengan pertengahan tahun 2007 hasil-hasil yang dicapai
sampai dengan periode tersebut, menjadi landasan utama
dalam
Irnyususnan RKP 2009. RKP 2009 harus mampu merefleksikan upaya untuk mencapai sasaran RPJMN 200+2009 yang belum dicapai sampai dengan tahun 2008.
2.
Meskipun sasaran pembangunan bidang kebudayaan berupa
sasaran
kualitatif, namun ke depan harus mulai disusun database yang bersifat kuantitatif agar pencapaian sasaran dapat diukur.
Laporan Eoaluasi Punbangunan Bidang Kebudayaan, Pariruisata, Pemuila ilan OInh Raga 2007
79
3.
Pembangunan bidang pariwisata masih menghadapi kendala menurunnya
citra kepariwisataan nasional, sebagai akibat dari isu-isu negatif seperti terorisme,
flu burung, dan bencana alam sehingga memPengaruhi minat
wisatawan mancanegara (wisman) untuk berkunjung ke hrdonesi& namun
upaya untuk menarik wisman harus tetap dilakukan unfuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam RPJMN 2004-2009.
4.
Sasaran pembangunan
di bidang pemuda dan olah raga yang ditetapkan
dalam RPJMN 20C4-2009 bersifat kualitatif, namun untuk memberikan gambaran peningkatan kualitas pemuda Indonesia pada akhir tahun 2009
maka dapat dilakukan dengan menunjukkan data kuantitatif. Demikian
pula untuk bidang olah raga seperti peningkatan budaya olah raga yang ditunjukkan melalui Sport Development Index (SDI). Untuk itu inventarisasi
data bidang pemuda dan olah raga merupakan kebutuhan mendesak sehingga pada evaluai pelaksanaan RPJMN data tersebut sudah tersedia.
Laporan Eoaluasi Pembangunan Bidang Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga 2007
80
00
f-
el F.r
M tv. g\
t
r+ GI
=
|! F{
tv.
\0
F( r-
(J=
t\
ll/NFz
*zZ f-r D
X tv.
<1
1frU
1*X Ei' F1 >') 5 #
ati #>ca Ei< rl c2 F-l
tV'
z
HSEE
.EF*
EF 8EeE-*#€ = €s *E-*FFg:rsEs Ha E$rEE$gEEE[$ $H €gEgEE,FEEFoEE caagEssEgcgE$sEg .b5EN€E.bF€E.bEFRF€
z
F-SZ dFJ
tv.
0 0
=F'OJ
')F
O.iO€
O.ll
E- -5e€-,se*+' :g-u rn
(\
gE€uF€€€B€$a€g,gggEB€
€
E
g't'
va tv.
g€$ggggg€FEBgg$sFFiFs FggEg€
z ty.
0
gt;cE ,$ SscE le Te gAEE 3FE€A ;:
V)
E Fr tV
$t 98.;€ HE SsE E q g€ $rg$ €aEti €g
*HgFs itiJ €€rE, e*Ese €FEe€
$$ g€
gE ;F:S5 s€€EB Eil
*s
'o.
d.I5
sErEE 'F! E-ir f-
[Eg;E
N
ir€Et
X tv.
€
f tE
R,
Ee$EE
.:l
o0d-
€
-y c ..-
c\l 00
E d €e'E EE s s $fls EE'R.tlF =g -b,==-H= -otrH H5 g
F !EE g,:8"€'a F;: isH [SEis:
.E€
!$Fg,;.s€p€g€Es a+SF.P F F*E€
H* s.E F
EE€ig;e €F€fleffgEEgEETTg
g.E H€ gEE
bo
e
l4H
eq
z
z z ,) (9 z
tr(tcdtr (!.V
FEI
loi:: tr:'i a 804 €?5 t'o tr4 7,= E7 .E XEE H€ !lxoo H,€
A v',! tv.
o!lo= JS&
tY.
daO 6q6=E
14 v,.
z-
!E:vibo
;.fE
== EE
AEAEE
* B"x a a'E E R'=
€'gE * ;€ ?"g.EE gE e.F.$e.= bE ? = EEE€EETEg E"Eg:E
E
'60 g.
ci
e{
V-
sf
Fl rq
=$ .Y
r-'l oz
t Fg
tV.
E
trcJ i tr 6-E
Fl rh
eoc 3* :'=ESi
a bOli (EH()
cl r|t
Hs E igE *EggEEI€ EE* e'Et.sE*Ee 5E =* €€ iEgFFEsfi *a EH EiE€EEtE BE
E_9
\o
oo
*c Eiqc
*k
F)
F-
F
pE .Ftr l-(
co!+ia\O
N
I
& A
to
tv.
.s aE o46
E €g;*€
.8EE
*inEEEAg
botJ cd =.F tr,C
v*.
s..9
*
8. $E daE'
tl.
x6c)
Fr
E
F#;
#AgE
';
x En;
B HaI iE
=(:X
6l rn
F
@xBd
=a bo
3$ggEEg$€
.BE€85 HEg F 9,
oi
d;
$ * €==te I* Ee *.
EcE€rg€Ei€*E6i€ FE aeE
':€g:-ESEg;E i$i€EE€$€gE $EEs$Es *EEEETEg IEg:EEHE H:
'to
9,
oi
d
+
,;
ca
a
&;
c.i
c.i
+
\o
vi
t-
a
3
bo(6-
E,
oi r;
€*E
+
.o
€ ;tE E:g; -e**uu
gg€ ggg3gigg{gsEgEgggE , FEE E$ E $FF€ggAF ;FH
E
&:..i-i+r;
EHg€i,
F od
o(
E
ggE
tt
s
s@
$**
ggsg
.E e *a ?€. F g$E B,€E , E E
€gigEEg iEE€ flI a;E €ggEE Hg
,Yd
(J
z
m
s.F.9 tr >.9
cEaH li=}r>r
E5 Eg d,D
-u
6
-^.E .:J O. -' 4!id dsaE
c.i
E rEi tg frE g* E OFtrbOa E(t,=
t-
Fgr
(O
9.E€; d.a E
sE KE * g3I;A H.b;.+ F CAFJa!.O
..j
r;
€, F*=_$iAEE'FF 7 'F+
.b,.r
o>.Jo
o tl.
\o
ESG
FI
tl. r|l
ri
E'e
9;
a?
r--l
zri
c'i+
;E
Hs*
.+ht}F
\J
oi
*
'i 3o €g)
Fl
e,
X.i
Lf 'F i€'E n e€$eg€ gE &E { EEg =6F"s'F EqR'EgsEEt 83 E F iiFEE s;it a€ F F: PEnt;* iE x * *g S [*'a€ Ffi 5" E F E*.i q*O''a 6 H.tE 'Ad€fi5€E€ eE 93.*g
P6 E"
zH z
a
t,Egs €a$ €€sgEE€ .F"fi 8.ffEfl&Ef;3& &H&
*
6H
-
cdJ!
E ,ij t:Es5..xs :' H:sst EltF
gtr
FA
(!
€ *H,E$
cg
J d= !c E(d
o p
e;X
i
EE .:! .28 .:9.b0?YEk.=.ocFEo:E€K:gE fr'A E€ .PH:o'FE6.-'€?!
€sc3!
BE#E€#PgPtE"
;HE=gH "$ai;$u€tE:$* g* E E E.'IE S!' SE:E
EE PFE F E-F€ H.U€ g'E5EEE:8.E8 bE F ep*E$ $.e g5.&e&x e: gg€ E E*EE [g gE € E E F.E E E E E B0 x; oi .'; d + vt
;tg
(!(s
q
€ -;q =IS bx * ,o'F 6'5 s
-n
g€
E sEr r€sE g*EssFi;e€
Xg=FF€EF€.d if .=€E c = *.iE
...;:t ^F"F€rs *€€Eil!tF€fiSg E'r's PF€€ 6E E.: gei;is€* }gE.rg F
'54< E
gst
E E-ts E
3!
K
in
oo
c.i
&;
d
ri
+
\o
t-
: Et€$e€ fE €EF*€ ggs$gg+gEiggat ,$*
? g;
g
Fggegg'gg ci
oi
+
r;vi
o<;
F.
eE.-EFg
t€ .$5 s$-g x s .gf
o. I
q*tt E= s$
gEgE€Fg*-€',g*i gggsEB$Eic=gi gga' , &,
*'uuggE
oi
'g€
g'gggBFSEgE g'FE,
".i + d '.i F
=
cd
o\
I
€
EEF=t €€s
uFgFi$*'€ n
=
S
E\.
o1
4 d
e H€ c E&€ ^ -E:;nb E sa'r
$tE ea
";
Z-3.sFE*
5; FdE$ ge:
sE:H AgE
€€E
EEFFE6 gEs
iSsE EE - € $€6tE EP€H* E q E€ E€igfi fi> 8.8.aE
FE E
E
cii -9€
'€
PF
c4U
Fd SF v\:
s.5 E .--sJl
z
o.Jo6 (€ Y!
-
H:EE €)6@L-L9
c .E
I
oo-V
Sb
Fsz
.=t
sE
_g: -bh d.-.ixs
Fr .: E); F
M rq M
si ks
z
r\.S
H €, ;EErtxEggE=sh,.P.n$$
Fl ,o
s €se' gsi E €$
6
Fl
p
"s
E*l'ti Ii
X.v;;
!p€a';'n'E [i E'= fq* E
Eg$ fgEESEFE FF$gt F$gFgr ca
.+
$$E€. ji trcF
R
a E ag€E 3$= a c{;E'tt E f; rEEn
EtEFsFc Fs EsEgFtBEFa.E
gEEpEEgE€ =
€
F-
gggE
Fl frl rA
zr-'l
E & rh
o
E
& A
oo
c.i
o\
8.*E
+
*EE E* E - (!^<
F +E;$E F >.5€ Sts # n.9 t SS O
()
v(g
o.
-rh
EEX€
Ftt-3 L x
-! ?i:cE
I F s€ ga b.s
*s!
$
g.3F; d 5
F
bI s g' eE**S ^b0v
.H& E E.E
\o oo
ir g F - gE E * H, f;s E"* * _e :E I F 2i E -E :n iP ro $ € {E E ; €gggieEErcE. E'f'- 5E E S s H .g E€gH?:Es.-sE$E ='ilq-E g E lEEEE EE E $ ; .E€'. o e g l-bo.E f,_J E :S _9 aEd =cdo-c,c.-c 3 E {;BE E T3gE tSS3H3$ES F =EE € c ei 'F555E5.EFE gP eE# PsE s 5 Ei R'i-E >' 4'6 4 cn
roo
E
E
i
E
EEgFgFgggFgE
iEEEqE-BH-B$€f €5$ s€*s_ $E gEE E E E : e€ n.xE i c AE€ E€ BEE '9':o-icj *.-Nca
\O
$lr)
0O
f-
O\
i
g $g EErsi'HaHi
H
I
EgE$
gcfi H
ggggg,ggggaggggg-ggE€
Eag.t
EE€€ ss s€*CEgEg$s $-$ Fn EsnzeE E E EEEEIE aE HgEEE€EgE
X-.:
.i
E
c'j
*S
EE-r€
+
d
vj
F- o
F-
e:
uE= € E gEF €u
€Ecge;EgEc€Ets€g s H E,Es $€ aTiis€ K f,;
tE FE
'$ff
Ega
gE E
+
E X"e€ B.eE
V-j
o,i
,";
E$fr$5BgEa g_E En Ee
.+ vi
Ee F. 6
s€ xssE=;* E E€ FS s F.E Esfl sxI €E€E$Eg esEs "+E nBggE€'$
i$+#a$s ";t :e€ .[** rs€"F eqi* r* F
€5gg€g€
$g.gFg$g,$g$gg$g$gE $EgsF. s
\4*
,
-: e.r
ca
+
h
\O
E E E
gg t-
oi
'atE
(sd !cd (U6lCr
oo 00
g $ge g* s.;
*s
F
-E :5E
O
-=ctd =v>r€ 6 trE
o)
E 8o-B:
EaeF
h s:E 'aE EE€ .E e 8.3 s. ?C):
n
ca.rf
.*H€Ed.ra:
u*co E
r-
\o
ca
c.l
oo
!s
E E q E -H E 3.E E- e f ,3 8ss * qE-$SEE €5$ ESE $ ;EE* F.Es E E$'* ;g-€g* f_t gEE lr EigH StFb"f €Etr&a"^QF iE$,Ff"E SEE gcEscg
gEEaE Ee€a EetsE$g*F€ggg trlz g €- 'FnE 6;?d iiii X5 5 F 6 c ? o'F Q;
EF:
tr,-'i^96
^n S e'o
FE$€E $EBe"*g8$€gEgg€6F$= F:HS* q
o
,f s'u'*'u E
&;
oi d;
*gE#$ +
g
E=
E
i $#'=
v; \o
'
F
A# od oi I
'*'g
E'EE}
=F''$u =
6=
o=
P3 ez '=> o-
e eE=Rc=€i E ss Egs-f,gggE Eg*€ E
E
E.p
JH
EF
gsggsgggggaggEsgggg g,t g
69 !? >r >r 4()0
E** q)
C
-.:.i
,ggFgg$gsps, N
io \o
6
g EF 'FN Ae
o\ oo
SE
P
egd-sS" ri$ E Es S-
F€3'[; HPgE $$e |d;{s Fo E f fisEE$ g_€
E
R
Pg P€'s E-e-s-sd3E !+
o{ ,g$i
Ez FgE E.*FE ,;
E_cE
gg,geE.aaau:esggg6 *ggg
l*=i E$gEBEfi€Eg€EiEu *r,;riu H,s €
$# o.l
,v o bo
:-.
qE ooo o00 ag
x9?
trt
^qB t'-
S
Sg co
ggg $
EgE
E \o
f E FFe c-
gE
gF$
3e 00
g
FE $
js
drn-C
.9
cd
h
€s
lE sEf;es
te CI
o o\
;sscR E.E I H.A ;1€Fg
€E'tcE EU: H9 'E.- gF.H a
gE
E.Hc,
a
*FhoSs
g\
5r ti EF3 ** X !: sq.X =
q
os
SEqB " ii'-a P E: € S,p€ 6 r
c|
E
\o
& E
cl
F"H oOq*
s'i s.i S .: -'':i'F! EE EsEE€g
X
F( r'-
E
SHgisSsn
PT
. EEE',$t;eS g Eg H€€3"8U
2zF
aH
Ezf >=<
4.2 ,t
nRz -?a caiA
i>-
FIrr) =<
frE
v)t PV aa ra
=h0 o= 0,).:
at
(ns kr 8F c)= oVi
g
X
z
E3
()= @!Y
z
;ijvQ EE d
EP ft Fq A FiE
o o
ua 'tE-e e
H.qs =
-'P
E:8.
E
€.3.E
JF€E E: sj:= ?9n
€ e6 s *9D w-
ijiab F'=Eli^ ;; li
C6.n
A SEEF =
HN i.-nE
bO Ci
a
H'Fg F,
FE
$EE+E* gHEg
gE
EE
F.
N
E.s
F
*H5
Ae lF<E#^gF,Er
*gi.gn.s*r"*$giu
HR
g =I E ^^-E 8o g€
'=tr aq (d=
9-j E'5
EsESE3
z
A
\o
.. g E;g E it= sP Fo'aEE
F
s ; E'E g.E E
H.
FaEEc=Bi-€afgH tr tr E (g-F rbE'Ex'F
F
= h E E=E
-,/-avaa
6l
X
:4.€E;*i; RE 1g EH
E F F€'TEE (,
fr<)a
3
€
o
.iE
o\
E $g€'H'EE $FE$:=.r e .Sf; Eff-EdEd tdg EEg. 9; c.i cd + v; vt
E s FE s€ a€EE s &..1
E
? 'tg ''g 8. F.e * { E E€ ; Ese g E a'f*€g
EgRB;cEEB FE;EE$SgF 'S s ER
X
.d
E'E E
5
$FE:A
b
$EESF$E6E$EEEg
CN
E
r-l
z z
E€E€E"aP6 UgfrgEaF ggHEE€ E,$ifigEg:g {l
M
Ff
i rg=;E t Egg
zl-l
'.l
c.i
tr q E€
ra N
-.;
eEEsgf€ qe9*E Es.FEiAeE E*Eit E sl'fgaEc sEg'€ t,E E€ oo
9*
c.i
cd +
F ='.€.EF € E gs* gE 3EE ge * F EE E PPJ f,H 5S 3 E F!
FtaE+egeEFtaag* ;€s+Egg $$Efgi:t#€€ 'Bl,ds E € S 8.2 E fi'E € e
X -.:
-q
e.i
N o\ F N M
& a o q)
I
\o t\l Fi
X
$
c
Ge
S
.gEE,"$E- s F E EsE'6EEfiE*-F .E'F e€'e*Es9!*€.g€E E
F^
fifl ts3 sE
Bsiegge€E{E€.q
rarE€i€i59EEf,
rg ggg€gE;E€g€EE ru af $€g Es $E€ A-€:ss
g€€gEFggE?qFE
"E
;EiFEE.if;E: EE Pg€ a€ gH$EE€ € g E: E E> F€ Es sEEE E EgE€gf
.r
cd+vi\d
FiEHeE E 3EE,$ gF _:
.€5 't'6
rn
va
tr
Etr€sF ggEtgssggtgggte,€s E
E
&
E*
geg€Ea€€gg E:E FYS g= E I g =gF*EH€gest c $E E AqE }'F€.; Ea a€€ flgssA€
ol
C'F -(g5.=(q
g$€€fiflE*.* I
sE.EE
=EE
s
fi€eag.ECiEEE$BBEEE$.q cd+dto
E
ca
o\
t-
(\
v
\o GI
v
co
ra o
6l
X
E Fr
&
t
\f,
o\ tN F.r
X
d.h:
-q4
\o
cl
X &
gggg
ggggg*;g--
-g
g
Eg +..;\oF-odoi==S
rn FI
M
:t?
F E
3
Hs -E *uE= .E E E;s.84+:E E=#x€n*scg€H€ ai EE=HooF.,*6'-sE .iE E EgB€ Ea EXef; E : ..9 E:E.E qFFg$gF!g tF sggE $agEEgfiEggEEEEE$ g
Eg
E'
gggggggE
cg--
r
o\ c-
cl
*
E
Eg -Es
oS
Hs Et*; 2.? g5S g oE8g.3: \o
cl
EEtS-
s eE € ee $itg; Fg gH$B"EE€g
X
cgE€€$ggEfFig€g ;EEg# gEFs€ af €ie c.;
t< I t-t I I
t<
la
IB
t3 la l< tz IF
F a
z z r-l
rlr
zt-l
ra
cl
E
M
al
E
i, bgs
'];,6ao
r. Gl
i;
E d EE EFFEE
\o o\
B
afi
grg.€A i ig:t€f,.$"s:i$f";E $sFEf,
Hfi EF FE €FgF€FE3a 9; oi cd s .'; \o r--
EEF r
EE?
trc
ri
EsE$ €s'5no^
(d
cn
'r#
;$ ":F EEg EE; €g*€ fr3ra
3E gEsR' E:i'"" EE€*€ E€g$ $$e€s g$ 'EH Ffi9oe€Ee rEB[ ,*gHs gg-6Eg€ E nEs EE FH: f,€ EEf E ag€E EE $
\o o|
A X
ggggg' gggiE*gggFgg gegFgggeE *F
ra
cd
e.i :id
S€
EE :
$Eu$€E +
d
\ct
g
F
.i
EE= HEE
*
sf; EE €E g6 EE*E* ES8.tE EE EH EEHEry EE g5"€:=.Eg#_
6l
I gE €.SEE*.9;** * E a€ *= " * =g$Bgg$F€*g$EEgFE€E€ I$g E# IFE€E ?F E{ $gEggFEf a F o F l1u*EEgS .44 *o.p.o. 9*
a oi
[E*9,
cd=r v;
s.x s
\o
s€ s Sa . -E E nE E -$.9^ -EEsa g* gE€ BE*$* €sf€€ $-g*'E Egts* ee*E E E .E 9E flae€€€ EgE #E feF 4fi Eq$i€F:; fr *EFgEF fls'EEEg F5e, .g{gsg s:z€'xtgEHEE ;E€g,sFEEEu€i +eF- E'€*ige*eqnsgF€f H E Fgesi s*; i .E g BgEE 9,
:.gH c *$c c a'eg E En; cj .';
A.E EE
fl=Etfi$$ E Ed€ rE r +
FE;€€€:=E
dE.u Etr-Bce EB ,.; \o
F-
o\ F-
N
X &
$"S Ii' -€E li EgE {- sE ti*
.E
\o 6l
u**EgEgB€g'€g'*F€ }E 5:gd.I,pEE*E
X E E E x.rTj
EE
H;€
i:
E
igfg#€*#.E€soras€s= sE $ $$HE $;c; EE*^gg€E g'fl # &,8 E s E * * EE E EF€ E.E
ra
N Fr
X
-EoH B
H F s-*EE e-E :-,
E
€€EEEg$ d - tr -:= d tr
EEEgEaEEgiiEgEEgEEE g€EFg€€ga€E
EARS:bS
:ic;E
00
o\
tr ol ts
& a a ()
:E g*
g*5
F H
Ecs€Ea(dE F*ag;cg€ Ei ;
u€ E a=e EE*$apcE g g ggfl JESEEF€€ €*FEE€*Eg€ RF €E-E E at : r'€z E'5 S$gE3"E3'FF3 eE E*E:= E.fiE,ue E; ErE aEEsEn HEFEa$ a&q ***FE ti:E*qF
\o
al
gFt"€
sggE FE g F'aFA sE E S gs H 4 g E E f s
c.t+
r.)
r s. s 5 $'s Dp
OrO.t =SOH6l &*
c.l
\o
F*
co
o\
i
u.€ *Al E*g,'E f,EEEg= $E€ q E E:3 Egg E;gg,$= $s:= $ $ n
ln N
=
raEHa€ae{ €€gaEcg€Ee€EE E
5Fs 6E EEE EFgE$€E
&;
E
d
c.i
cd +
,ri
E€E
g€F€FFgEaF€gE \o
r-
*
€ E$E =€€ a:i' * *FE g.E gEfl E ;u, Er
F
glF'{ot*'i
N
X
r $€€
E8
$$B*€€ i a$$E F E'ar * €E s EEPE [EgEEg€TE 9,
EE ca bb
A *E v (.1
q. i) uJ FV
z
=C K.E
F ET a
cV
E
.l€ EI 3:H99 .xH e;r s i.:z
oi c.i +d
\o
gESg*$ sss**Ex
eq5 V :A
u) rq vo.
FH
go
x'o
\o
o\ o\
3,-E'E
#€Eg
g
ri
z z
c.i FI
.$gg$fggEss;;eee Hf,$gEgFFEgE$g€$;
9,
cj
c.i
z
gggaEEs[EaE€$€EEBgafl
E rr1
N V d;
- ggg
EFgFi **
E
c
&
EgEgggEgg$F* Fa c'i
c.;
sE$e FE n€:$* E€*c ss ax-sg EE€eE aga'E E
EEm€;Ec* $$€EE!Ef *g gf ggE gEf; *sHFEE$f €EA 9;
c.i
c,;
+
o rN
g a
6t 4) q)
&
E s EE$" 'E .E g _g s F F',E-E=
d
3EE HSE n
€ss€asgg e €*if€A€€g $gE€$$€E E frE$€ggF€€
\o N
eFE
*
s
i;i$3 R' $;$R'F $_8";
gEE g€
FE$E sE e E $gE C'I
dgb0 E'T'
-H (g
6 E5 in N
.9'3"! c 'a99E e A*.X I €.gEEE g a AHS q tr q5s gv"-E
lM !,6iAv
I{
E
E
sSE ss= E r E jE E>.s e-v .r;
c
tr:p rs ,= E.F S H€ -:u vE,^trEt =siXiFE-q;q F*'s 3 g I H So 9{==a#R'He
Hi.FF5.H".8 E -a-v-.7iY.o a *E tr14G-4,.:Z
E€E*:.EE
F E"
$EBFEqgg -Z'6gEH:E.-rF E S.s sq.3 t i 8.E X._J,<+.8 F_ = ?#=bo.=92ttr0) UE E FF frd P EErq tr i: o.JJ a.di" 6
cq
'+
v.)
F
geE \O
a
F. GI
gggg g-ggggg,gggggggg, gsggiggggg
&
(\
€\
o
$ s E
firY
o
al
sgggg,gggg i*igggggggggggsgtgts
E=4 z!lF.
if: z;< >
E
z
<1= .)tgf'
EA> lr-frl
q)
fu rs
u)
x{Fr (f)
seZ Fl U)A rfl N Pr
ts
0
u*u' su E'Fge*g3u* €u;u*u'**€EE
'€ 3
'E8o
E b o.
t{lQ
&
oo
\o
=
z
\o
€,Fr*,8a .E ig-€g$g.g*a*$n
al
z
!+
EE
E 10 -==-e
s; vi
dE .g* 5.:
E
S
E$--xEgc r-H gF F 8€
*,EE $= g,€ g,H
u)
F
E
&
g asg
E
s
e s gcgF
€
€g _: E ,€cE $EcgB gE€EE $3F€
sa;Fa€g€;!Eg;ss
g$E g€gE$E
$
EggEB
i
N
o
gc, $u s F-
(\ )1
f,u5$e
i H€€ E€ E 5E€ E$ $$ gEEg€ge"ig€gtg:E
;E$g$ggggBEEEE+ o.i
h0
\o
g
6l
E
a
to
o N 9r
v
CdJ
ceF^
Fgs
?bo
-O ecd*-I'X o (€5
cO .o tr
J4 !?
tr
t-
E
-g (€;i
d->"
al
D
F $c b
figB9 d JH 6'ts:LX
\l
ca
tr#
E
"s.= E $ A
B€i Hi;u
F.FEfr.$gAE
;=&€E-efls
v) a
'E*
-
E
z v z a
z
V)
e
'Et
g
\o
€E Er€E €F
E
€E
b s't; J4 A6
x3F
5 b0=
s tr5 f,o5 E
EgEggEggg,EiEgggEEEBg
'=€ 9o gE€gE g3*.q +3Fs 3$€ $sas sH E !r.v F E:E H Br& rE&& E&ssiss Hx e s'e gssa V)a
z
coS
Utr c.e
z
.aq o)6
t*:" >,3 grz€ =
: c'A fr H'a
ro
t*"&"
N
b.E i etrs1
c 9"
€*d
E.<
-i
:i
.='o o
v &
z
z
H
f; ..,f; F .=,. €E ! E- *B s
'aZAc)
q
z z
d+6
SE
Eq9 a -:!
N \l
t\.l
v
sSs 3s-s: HFFE -#€ aa LtrtrXX
r.b Bb F F lZ O. O.
(r1
Dr
o\
+
s $€gE -Es€$
tH EF€Hg;$EIgg=rg-I [,E
E
H
*+ [EEF€f"gE€ g sFaFs5 'l(
o
q
e€,E
c.i .';
9;
F€s € + d
'' $*'* €
€g $cE$ EE s
Eg*c*H*E, ,il c Eesr$€€€Er EgaggEg eE*€e ov v
.l(
ti
Eo
EP
gFg€f
b0 q)
$FFgS ESgFF .aS
,; F '3'F
S Sc!
- ?sH
*Eg*FE€ 8. Eg€ eE"l
5 5;:'EE€$,, gsg€
F eEs fl *t F p's=E; -*E !JFJF.:EgFE*; E
4€9.6n6oizn5i:F ^l ? E E E E.+F gE-o bo':r
5€F€p€€EF;€[ anAxaE o.aa-u'oa o fl-,
e.i Efl-; c(!
.^.i
d;
+
q
E
16 -cc
F€9 Vf E
E
EF& 4 dc tr eFE€ S 6.F^::.-
c)
3 a
qpH F€ n He 3 E -9 fFSc=FXA_?do H€'F! E gf -VG c-
*5EE&sEeag
FritE
F 3s s o c d !u c a(!.l]'o !.YEEaPc6ooqq 9E==(s=S'iic
*.8
dois
ff
8.&
F o.
fS:
E F ^-.= c tr _ c Ja-v.= iJ t SSS.H's? F ;! aq tr ts E c ts tr-g i: tr_:9
;t€ .E
h0
()
X-:
doE
€ 8.fl €.E & 8.
c.i
d;
+
gF
FI$I
Fs €
trd
- 'E'd E $- E g-g 5egg* ,€E*g* .g " iE? E'isBE€HEE$8fi$
'6 €e EdOX.: FE d
i
.t *s FE EgS q'X
F.
H
E.E
cE
€ e
al
**"E€g$e ,FEfigEEggFEEgEBFFB ? ci
&.i e,i
5gE€ggEg
d
bo t@ crtr
F
:
5€;EiE
u)
E
FE EE F g gE E.Y; J !P-V c 3-l
EEeF'EE H EF
AFi)!^
EoS be * :E
E
FaE
&;
Ag
g
G.i
.s
Jd
:1 tr
€ FE €g [;
CR
?e9iri 3'g a; g ! E ii b00 F 3'a
JU
-Y'
g Es
o ir
a{
X
gggiggggggg,g;
z z z
a Ad
z z
tE EE f cs
z
E FESggE
E
*g$EE€F.
c.t
N
qg *o g :€ *
€
ra
al
g
E€csit &e X'1 €€ € aq F3*
€s$$E
H
fiEEE;€$E #EEEgE6€i &-r ..i
ri
E
\o
t
€S Ef;:E
r-
,gg;E€f
H€'FEEt:E' oz 0. o Elz'o
+
r)
E # F=E *Es € s$ E ti&g.EEE -tE EE s.sF*€fi€fiFs g;* ae €E*aEAEE*aeixE
'tt
SFs F O..5cH
r? g'o
3Ee JFS
s 6H c*-
. $:Egaa*lrHiicFHEE
E F'E E E'i
I od .--EES 'liXr
[5 Eti ?
HgEgggEgBgEgBggFEEa
9,
*g SIg E* :? .FE OES E= €F aBg.cE. Hg
;g
FEF€.s9F
,Fs$
EFF€iFE€a
s
Et.g€g€gFa
HH€ aFEgA# {t
\O
F.
o
d
o:
\o
,E s -E F EE tE :s ;EE* r= qe.€ €E EEi flc Fg ,€fEt ?sFg Fi ;9€ ;Ee;$ €'€gF= g
2
E
c,; +
c'i
FE
X-j
oi
*$g€B g€$
d;
+
$gF€€
$E BE
$E# EE EHE ,ri
\o
F : - F BA sF
g€ g t-
6
'50
c.i c.; +
9;
c|.=,
,r;
\o
-
KF
c
3*p^: .ES *e{g$ 6:H€ Eia;&=*s S* 1E:€ ;TEEF! iE ?c :F€$Fff-E5&, F
es$sass;€gE:gFs e.= E.E- fr i t.E- EN.g F =.E= EE EEg [E IEE [>E gI il
M-.:
<.i
d;
+
ui
Hg(d 5 ;:e
?+E€ .gAisJz €):
trrz SoE
E b.E
E
EtEg f€ggEBE'g
I g Et 5=Ef e* 'a'; E I -:> s-flsE f 4 'n€BF"E sc;fit FF€A €E E
[E
=
gE$€'i'€ gEE
x('(c o.Y-v -v 9>
aA (sct OP
geagaEEEfaE€sFE€-cs .s esEF$ $Fs{rEEtF$€EE i-rtE F-u HE i
E
c,o .5>
c3
g e,t g arsEs E g € tS €. EsS
I
OE
F
od
E'='6
E ibg
3EE >r-.E F"c
FEq
*'4
E
F.E;
'aE &8 .EEEE ?q
\o
o
s* -s:$a "c€ *t$Si g i €g; $ E- ;-€; gggEglgggggigssa€*gsggi ggsig gggt
ag EI
E*=g
a* ecE
g.
s*epgggEs ;
gE$SEEE
EgE HE aEEg$e aEE
gg
FF
:
eE
r)
*;*$--€A H-Hs-ss E-B'$3,$- g3 gg $F
efl rre;gE -3frf,sEi*E€EEq$€sE *sE$B rsr
gg*Ei gg3ggiggii{FE BggggEggggE*g$SFE-g!* s tra$ * $*
s'
g
ggE gE
sE€ $FSEEEBE'EE 00
!! sd(i=
-td
gg ICE:
-Q
ES=:
u€aeeEF€ggg *E€ *E $gs $Fs i sfF$FEgBgBgE3F5
€EE$EFFgugi
E€c
lq€
:g
€gi
.eA
€
€{*€EF* -s€FgE-€ (\t
!
u€ :qCcS €= E€A H€ -gE€*a€€EEe€i$€Fg*g $€€ EIEBE gF 3E€?E$ cE
E$ass FEgag€ cgE
-joic-i+d\c;r.-
€
g
*
g
IEE
ags
g
" .rep Ecs
E
JAq
*€
5A dg 9px kF
F'
5s Ot
\t
e.:.
t.-
E F E
i as s€E€
q)
E* .€lz;
g$frEE $E EE €E$gE ' gH-gtE cEEe'aEEHRE
9PE
g-B €
\o
z
X
g
g$E
rE
z z
a;
:
E€EE FFEg aT
bo
$a4s;
E
r;
ai cd +
\o
g tges €SE5;EEH E €
Ec os
€c$€
E
*tsEb$FE E
$f,
sq..6 {EE -iZ E 5o ;!.=srq-5=
- 6EE [*$EESE- E g iegg*$a$Fgi $gB €s IEsEs€E€gEs€ .B'
AA
V -j
EEc.
tf*
.ri
gf,
E
9,
e GI
o
c
ft
88. rn
cbo I,rs
. cF€gE$
= K8bo .= >tr
(,
dJ
rgHa6F $a e; a E aE F '* sP€ 1s€i 5: F5'E'*E€ .E& B.fl E &i;d€ B.&'E Ld 8.
fEggef i€E E E;EE Bf;,9E;e€ FE
z
z
E
\o
n $ g xF,s.€$sE s€-E E$ ?€€€ist q seSgEi's,
gE gE.
s.{
.Fd
tr
E
z
IE,|
EEEEtgE
E3'r E-E€€g gEE,*E€€;
al
o1 cd .+ ,ri ts9 .C;Y
g E E Ea-€a€Ec
FI
z
g;
.*g 'a *E E €a
o
g
E
H
=.EH EE6$ d;> E g
()
*.t eE;
;EEEgEggEEa
rdg
-o -x
g$g
- E5$ A E*F
EE B E AA
c'i
oi
'+
r.;
s.q c(g
Jbo
.-G _PE
C
'. " s [ $Ea E lF:xF r .EE.S FE€ FE Eg .= j< s'wcdu= = *'o E,SEFF a.o c.o o. = 6 S - 9g = i'f*Ees ; ;€HesE ;i:J .i: E X 6 i'=gFEBS.-ib.EeFS4€ H
Pi
H 9Pd
is;U
q
"?-o
9 6:5€ F* E€ X€'= YoX AE aE&E e& &t&i&E &i& B aa
gE
.= ts* h0! \l(n
c{
c.r +
rn
EE. e ,P* S r*H,*i E H H; t.s H'nE tr EE s $ l5.EF5Y?AB,EEE
o bo
,
gt$€'5 ig?E$** o 6.Pdi ..5 *'a j g F$
q
i$F$I^Hsss*E# q;.;'E
E;Ze;X€i
st
a >r ..
3EE€EIFBEFE$g E ..i &;
-t EFE
:$-F; $xc u s$ $, :g{ €€* B€iHE Ifr
g.E
qp$ Agg H;; Ei: - C d U E;3"S.E-?= -= tr O.C !)5 X.ds
EE
iE'ag;EgS
gfi*.rq?EE sF{E FEE i sEE$gsEg
5:? 3t $E 2;SE&=Ec:Ef
6*:
:Y G
bos? = i:.g g fi9E azE
rl
z
EEFsggEgEEBg€g*€E 53$E5*€ *€S€$ $*H$€
F
E.
FFfi f;E
pf;gE:-asaas
gfi g$gE
U)
E
E
a CE. V) d
z 6
z
.Eid
F'"E t s€c E E q E a'Ex* E T^M{F986.5'
HFE S€-=
gf :g
E
a
'a g P
ral
\O
t--
aggE
0O
olr
E-.y
s-" &;e € .f55 E :$ d-
tb-ae HEqr*FEE,,$6u
H
=
EEgEg€*SEFF$EEEE€
B"
+
E€egf
E
E€EEg!EEA
b0
c
ci t+
g€FSE
soe
rin HE s Sl $ Fo: o Dca is€ $&"*AE€
z
.*
a.l
FEEE
g€gggu*g$*u$gaEgggE 8;oiri+r;6
E
ie g E ,BE,€ es*g $*gg*;€
ga
g€ laF 3'$E ; E'; ag
- sF -9€
5eF€"8 *FE5EE.E
gE $€ $€ $'€.f Ff sE 9;"1 d; + d \o F-
#= e.s $ B. Eg g EE EE 5 €r;' Eg
g$E gH-CEEr; gggC gE€g
.FF
E3 E€
€ d€ F,g€ 'H .;'4 t .q * 9€F
6 ,$
o
SEEEEE
gggggggag$EgFE
E
*€€cH"*
: f,E flflEgEEEf E': EEgEEEgrygsEEE
\r
Fr
v
X-i
v;
c.ic.i +
\o
€
Et -v '' g*: ."8 E EE s^HE tiF F EE i E.A *g: €t x €:E €e €:E*el E EE E t Eg B.F" s" €€
(ds
'o9tr
856
()cc
E
"r*€
-uF.rflgF€EH$€€E Es'sEE'ggtE$ Fgs
'aEF 8E rn-
sd
E.^3* = 3E* 6:o€ F';11.3*s'a .F ?gq+E.E a E.Eg €:$&3E 5E'=
EFB€=g
EgE (\.l
9p
S C
SoE
=80
*E 3F ;i'1, (d F dcEE a )rEZ
-u E
* g:
SE $.E htb -E'F sg oa F E o.
FE 'to
EgEgE
EEri 2 tY-SZ 6
9,
c..i
EE
c,i
E€ 3E $E
g$ g E
+ vi
vt
s-FF R'* gtsE $ s F,".8 E ii.y .i6 FH ** ;t: €sgE giE.^rs.EE *E gk!iz
?il $e $B $gs,"E t€ i€ +€i"€E Fg iEEEEx$E€FE,F;;E AF€E€E€ gET
s
E
AEESE!E EEEEE :
'Fo
q).= * V ci
C''l
cA <J-
h
\O
E
*"E
sE g
s Ea € g g5
H:
;ea*g€,* s
c\l
E
F
e Es *$€ggg$€ -gcg
xgafaE$Eg€$$$FiF$F$ odoinis:
Fc=.-,EE'a .oEg e=^ H F gC" i _ .aE$_, :E q g€ er EE E.
€
$ €.E
g
'.
E+
g;" gg He scsi s5gg$cggaE€ ;g ggFEE eeB s€ €g-e'$€ s $: * a $ p i$ a5 "
€FgE$s$ EE?Ef EFE $ €F$EFgfi FgEFEFFfa c..l
F-
-E:3 : € I"g; *E =
e q-y
.=
q
.E
f .cBE ;$€a c* €*sEe E Hcss€e sPEs i ii3: E-E s g$€5E,'Hgg"aEEF E
EJgE$€gEEggEg cr
cET+"*a
EF"E$gE'FgFg st9.Esl.-or
.E; EEESFSS E€ E.=6:E.E€.8 E b lgs*: s* Q.ea;i
*
o E c_ b d !dc H E:9E'6oc PE:z
*E&59*€.ER$
$E€€
or.) $flg-E"g or) t"^.= =-: -E^ = bov o -() j: d i: fD d x,() o tror o..va o >,o.Q{!!
g (c
an
v
c.
Eg
Er
g
gsiE€FEE-FBFg,FgEEgFis di
oi
$,
+
grE$ € q€e
vi
c
,gE
cg;er Es *Bga €Ee*,EEg EsaggE€€5 iE g€ i.F H;: sEgE*
-s',-Eug.*g'gEEiE FFSESF''g,gf
, F* BBi E $$EFgggFE$E &;
c.i
c'i
gFg$g,gE r;
+
agi E.^=B= ,*"s$ 8.,2.-rs FU _gFE€€t
6!
H
"iEgERE:I;EEHEF€? H= s:e =a?*E E; $F*l1S g'ii g'E
ES
$gg
I
s *Er ;E E F * r
$
EgiEg€gE€geagE€EgE
,*$;FF€Es€*'t.c$EgE*$ 3€€E 5tS F'6 FE Ei5>
.Ei53S'-r
c.l
a.l
\o
'E*E €E iFEg$EE Fg$gE r- od
oi
E
€: dt
€
sf
tr
c'c,
d E
E E ox E.E E H
; $f F* r
t
$5d g*, E'=
'.-E
^ s.€ESE
g
;F[{E€E
g=e
bi E
-e $sl
cE
E
E
Egg*gt*eatge,Fgggg € jeicd+vi
g
$E
B.SE gE
H
z
;-gg€: s F sFE*€qe€ E€€g€€ggE5-g
F
: F s€gEE $Es 'ES E td .Ytrog> gq ETESH
FI
H$g€I
bb9E g abb-
YF
o
5g€V E6.0f,€gE FE o: O *AgE E -V
a.i =6
F€
FEd=(d/:J
Fr
& v)
F; E* s'd
z - gf,Eg$gBE $ A
z
A€s€ Is o
Ar
ol
o
z
:{
z zH
nr
=-6 h6 Ff* ai:tr -o!ss F f BE
s il€ v
cdJ
g 6
F€ TE g"F FF KH 6 E
'(feOru !)dQ=
Fi r.)
dSbb xh-o*
.E-E ES 6 Pl c H k'= H 8oX #g H€ E
H€E€
F5
U-VH .Ee 6 tr9q 'o
q -E
$.:
E r.d S S,I.F E H -9
a
€
3E H e€t
F
a a ii bOE i:
d
&o
A-C
e
H€;:: s $. 8E a:,i5 € :
bt)
€;cE€-E3*iE ig$sFBgBgF
gE€ErfEsgs {)
X..; a
oi
;$
3EE5T"$ E F;'".4.E E: E'E*€
g€ € F Hs Hsc; ES€ i$SsHstE :'F X..ii .F H € .E * e.
.EeE.€eEE.€EE B! I
Mi
>rtr= 505
'a E
aoGo
b a*ti'1f o:'i
:\ k = -e -= F F(
E fts.-E:r, =HL
ca FgBgFi: :P^ e€ u€€€
.1 tr
d 5:a
qJ bl)o
j:
o 3 O.
bo
()
V -:
c.i
c'; bI)
r ryl' *€€ EET
HHA
: H S s F€* E*E F"'a'e
H
€EE. E*gE
;8.ES F;*.E a*9.: 9 e! = +gFE $* E fi E.g ! € - r H 3g .8,6F66-?gts botrr {)
! o.'<, u o.lz o
-.:
(.i
Fr$; E 8.6 ii
'2
?e53Ec.f;Ia ..H*.e6iE5F= .!tH:tE<'E#'; o (! P: cd - E scs a !6EHEF€$6H E.= tr (!.= b o.F.! x .Eg€Eg s€€g€
a€ , aaa
$t
g$E€$$*fi gIFE$Es
K
E=€ s.s F."q€ ;EEF"A€iEC .&J.E H.3* B $g .€EE€:A€!9"
p;
€ H€€ 3€g$€EE€
c
3 5g H€ I
b
€3 FFEE*Fi EE
e.i
*€b0 € .icr F D aoolE c-d
V
O.\J
A-
E x0E FH-6gibg *E Ee gE * F aiiE€ a
3 P€ -= E
S::"r k€bb -ocd
?<
E*E .EEF€*.d F
Fk *.s \tr
-v, d U i! b -E ^= t*
rn
F
-dl-E.-
ESsgqE ?
a? a
*"F
E
.av;-^._
F-€"
S s,E c a
FE;EEE rs E # q€
EEEflE3E g'edEAZg