LAPORAN AKHIR TAHUN 2012
PENGKAJIAN TEKNOLOGI PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN JERUK GERGA DI LEBONG
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012
i
LAPORAN AKHIR TAHUN 2012 PENGKAJIAN TEKNOLOGI PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN JERUK GERGA DI LEBONG
Oleh: Sri Suryani M.Rambe Arry Supriyanto Afrizon Irma Calista Lina Ifanti Kusmea Dinata Bunaiyah Honorita Robiyanto
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012
ii
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul 2.
Unit Kerja
3. 4. 5. 6.
Alamat Unit Kerja Sumber Dana Status Kegiatan Penanggung Jawab a. Nama b. Pangkat/golongan c. Lokasi 7. Agroekosistem 8. Jangka Waktu 9. Tahun dimulai 10. Biaya
: Pengkajian Teknologi Pembungaan dan Pembuahan Jeruk Gerga di Lebong : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu : Jalan Irian Km 6,5 Bengkulu 38119 : DIPA BPTP TA. 2012 : Baru : : : : : : :
Ir. Sri Suryani M.Rambe, M.Agr Pembina Utama Muda/IVc Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu. Lahan Kering 1 (satu) tahun 2012 Rp. 150.000.000 (Seratus Lima Puluh Juta Rupiah).
Mengetahui, Kepala Balai,
Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002
Penanggung Jawab,
Ir. Sri Suryani M.Rambe, M.Agr NIP. 19630805 198703 2 007
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan
Akhir
Tahun
Kegiatan
Pengkajian
Teknologi
Pembungaan
dan
Pembuahan Jeruk Gerga di Lebong dapat tersusun. Laporan ini berisi rangkaian kegiatan dan hasil-hasil kegiatan pengkajian mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2012. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi dan membantu pelaksanaan kegiatan ini. Semoga Laporan ini bermanfaat.
Bengkulu, Desember 2012
Penyusun
iv
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL................................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................ iv DAFTAR ISI .......................................................................................... v DAFTAR TABEL...................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRA.. ............................................................................... viii RINGKASAN........................................................................................... ix I.
PENDAHULUAN................................................................................ 1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1.2. Tujuan....................................................................................... 1.3. Keluaran....................................................................................
1 1 1 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
3
III. METODE PELAKSANAAN .................................................................. 3.1. Lokasi Kegiatan.......................................................................... 3.2. Cakupan Kegiatan...................................................................... 3.3. Metode Pengkajian..................................................................... 3.4. Pengumpulan Data..................................................................... 3.5. Analisis Data ............................................................................. 3.6. Parameter yang Diukur...............................................................
7 7 7 7 9 9 9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 4.1. Profil Lokasi Pengkajian................................................................ 4.2. Status Hara Tanah dan Penentuan Dosis Pupuk............................. 4.3. Keragaan Vegetatif Tanaman Jeruk RGL pada Pengkajian Pemangkasan dan Pemupukan..................................................... 4.3.1. Keragaan Vegetatif Tanaman Jeruk RGL..................................... 4.3.2. Keragaan Generatif Tanaman Jeruk RGL..................................... 4.3.3. Pengaruh pemangkasan pada kualitas buah............................... 4.3.4. Serangan OPT pada Jeruk RGL.................................................. 4.3.5. Analis Usahatani Jeruk RGL....................................................... 4.4. Kajian Saat Petik Buah Optimal...................................................... 4.5. Pelaksanaan Temu Lapang..........................................................
10 10 10 13 13 14 16 16 17 16 18
V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 5.1. Kesimpulan................................................................................. 5.2. Saran..........................................................................................
20 20 20
VI.KINERJA HASIL ..................................................................................
22
VII. DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
23
LAMPIRAN..............................................................................................
24
v
DAFTAR TABEL Tabel 1.
Halaman Perlakuan pada kajian pemangkasan dan pemupukan jeruk Gerga Lebong....................................................... ......
8
2. Penambahan tinggi tanaman jeruk RGL sebelum dan setelah perlakuan pemangkasan dan pemupukan................................
12
3. Penambahan diameter tajuk tanaman jeruk RGL sebelum dan setelah perlakuan pemangkasan dan pemupukan.....................
12
4. Penambahan lingkar batang tanaman jeruk RGL sebelum dan setelah perlakuan pemangkasan dan pemupukan.....................
13
5. Stadia pembungaan/pembuahan pada pertanaman jeruk setelah pemangkasan dan pemupukan pertama...................................
14
6. Stadia pembungaan dan pembuahan jeruk RGL setelah pemupukan kedua (kondisi Desember 2012).............................
15
7. Serangan hama penyakit pada pertanaman jeruk RGL di Rimbo Pengadang ............................................................................
16
8. Perkembangan pembungaan/pembuahan tanaman jeruk RGL umur 6 tahun di Desa Rimbo pengadang..................................
17
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.
Keragaan vegetatif tanaman jeruk RGL dengan perlakuan pemangkasan dan pemupukan........................................
13
2.
Keragaan generatif tanaman jeruk RGL dengan perlakuan pemangkasan dan pemupukan.........................................
15
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Halaman
Hasil analisis tanah sebelum dan setelah pemberian kapur dan kompos pada lahan pengkajian jeruk Gerga di Desa Rimbo Pengadang tahun 2012............................................................
2.
23
Hasil analisis tanaman pada pengkajian jeruk Gerga di Desa Rimbo Pengadang tahun 2012.................................................
24
3.
Kriteria kecukupan hara jeruk berdasarkan konsentrasinya dalam daun ......................................................................................
25
4.
Curah Hujan di Kecamatan Rimbo Pengadang tahun 2008 sampai dengan tahun 2011..................................................................
26
5.
Analisa Usahatani Jeruk RGL di Lebong....................................
27
6.
Rangkaian Foto Kegiatan Pengkajian pembungaan dan pembuahan jeruk Gerga lebong di Provinsi Bengkulu..................
28
Laporan Pelaksanaan Temu Lapang...........................................
30
7.
viii
RINGKASAN Jeruk RGL merupakan komoditas unggulan Kabupaten Lebong karena mempunyai keunggulan kompetitif yaitu buahnya berwarna kuning-orange dan berbuah sepanjang tahun. Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengembangan jeruk RGL yang ditemui di lapangan pada proses produksi jeruk RGL di Lebong, diantaranya adalah belum ada dosis pupuk yang spesifik lokasi, biaya pupuk dan pestisida yang tinggi dan penampilan sebagian kulit buah pucat dan tidak mulus atau burik/kusam. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian dengan tujuan meningkatkan kuantitas dan kualitas jeruk. Pengkajian dilaksanakan pada tahun 2012 di Kelurahan Rimbo Pengadang, Kecamatan Rimbo Pengadang, Kabupaten Lebong. Ruang lingkup pengkajian yaitu: 1) pengkajian pemangkasan dan pemupukan jeruk RGL dan 2) kajian saat petik buah jeruk yang optimal. Pengkajian pemangkasan dann pemupukan menggunakan RAK faktorial 2 faktor dengan faktor ke-1 adalah pemangkasan yang terdiri dari 2 perlakuan pangkas yaitu (1) pemangkasan rekomendasi dan (2) pemangkasan cara petani (kontrol). Faktor ke-2 adalah pemupukan yang terdiri dari 3 perlakuan pupuk yaitu: (1) berdasarkan hasil panen terangkut; (2) berdasarkan analisis tanah dan tanaman dan (3) berdasarkan teknologi petani (kontrol). Jumlah kombinasi perlakuan ada 6 dengan ulangan sebanyak 4 kali. Pengamatan yang dilakukan meliputi keragaan vegetatif tanaman, jumlah/produktivitas buah, dan hama penyakit utama yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas buah. Kajian saat petik buah optimal menggunakan RAL dengan 7 perlakuan saat petik yang diulang 3 kali dengan pengambilan buah menurut kuadran. Perlakuan saat petik : 32, 34, 36, 38, 40, 42, 44 minggu setelah bunga mekar. Parameter yang diukur adalah kualitas buah (nilai brix). Data yang diperoleh dianalisis secara statistik. Hasil pengkajian selama 2 kali pemupukan memperlihatkan bahwa perlakuan pemupukan berdasarkan analisis tanah dan tanaman dengan pemangkasan rekomendasi (rutin) maupun cara petani menghasilkan jumlah buah yang lebih banyak yaitu masing-masing 95 dan 133 buah/pohon. Penampilan buah yang terbaik pada pohon yang dipangkas secara rutin. Dari kajian saat petik buah yang optimal belum diperoleh umur buah yang tepat untuk memperoleh kualitas buah yang tinggi, karena pemetikan buah baru dilakukan 2 kali. Nilai brix yang diperoleh adalah 11. Kajian masih berlangsung hingga Februari 2013. Kata kunci: Jeruk RGL, pemupukan spesifik lokasi, pemangkasan tanaman,
umur petik jeruk.
ix
x
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Salah satu jenis jeruk yang dikembangkan di Provinsi Bengkulu adalah jeruk Gerga Lebong (RGL). Jeruk tersebut merupakan komoditas unggulan Kabupaten Lebong karena mempunyai keunggulan kompetitif, yaitu buahnya berwarna kuning-orange, berbuah sepanjang tahun, ukuran buah besar 200-350 gram dan kadar sari buah tinggi (Suwantoro, 2009). Dirjen hortikultura mulai tahun 2011 telah menetapkan keprok jeruk Rimau Gerga Lebong ini sebagai prioritas nasional untuk dikembangkan dari sekitar 6 ha tahun 2010 menjadi kawasan agribisnis hortikultura/ jeruk di eks lahan tidur seluas 6000 ha lima tahun mendatang. Masalah utama yang dihadapi dalam pengembangan jeruk ini adalah masih terbatasnya dokumentasi
informasi dan komponen teknologi hasil
penelitian tentang jeruk RGL yang dapat dirakit menjadi
teknologi budidaya
spesifik lokasi. Hambatan yang ditemui di lapangan pada proses produksi jeruk RGL di Lebong, diantaranya: 1) Belum ada dosis pupuk yang spesifik lokasi, 2) biaya pupuk dan pestisida yang tinggi dan 3) penampilan sebagian kulit buah pucat dan tidak mulus atau burik/kusam. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dikaji lebih mendalam beberapa aspek yang berpengaruh terhadap pembungaan dan pembuahan jeruk Gerga seperti periode pembungaan/pembuahan, pemangkasan, pemupukan, hama penyakit utama dan waktu petik/panen buah yang tepat. Dari hasil kajian tersebut
akan
diperoleh
komponen
teknologi
spesifik
lokasi
sehingga
produktivitas yang optimal, penampilan dan mutu/kualitas buah yang tinggi dapat tercapai.
1.2.
Tujuan
1. Meningkatkan produktivitas buah jeruk Gerga lebong melalui pemangkasan dan pemupukan 2. Meningkatkan mutu buah jeruk Gerga Lebong berdasarkan umur buah. 1
1.3.
Keluaran
1. Diperolehnya peningkatan produktivitas jeruk Gerga lebong melalui pemangkasan dan pemupukan 2. Diperolehnya peningkatan mutu buah jeruk Gerga Lebong berdasarkan umur buah yang tepat
2
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Di antara berbagai jenis jeruk komersial yang ada, yang cukup banyak dikembangkan oleh petani adalah jeruk siam, jeruk keprok, pamelo dan jeruk manis. Produktivitas jeruk nasional berkisar 17-25 ton/ha sedangkan potensinya mencapai 25-40 ton per ha (Badan Litbang Pertanian, 2005). Produksi jeruk pada tahun 2007 mencapai lebih 2.625.884 ton dengan luas panen mencapai 67.592 ha (Ditjen Hortikultura, 2008). Pada tahun 2009 produksi jeruk menjadi 2.131.768 ton dengan luas panen 60.191 ha (Ditjen Buah, 2010). Rata-rata produktivitas jeruk pada tahun 2007 mencapai 38,85 ton/ha, sedangkan produktivitas jeruk pada tahun 2009 menjadi 35,42 ton/ha. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kontribusi jeruk terhadap nilai produk domestik bruto (PDB) cenderung meningkat. Pada tahun 2007, PDB jeruk siam mencapai Rp. 10.278,96 Milyar dan Pamelo mencapai Rp. 236,17 Milyar (Ditjen Hortikultura, 2008). Tahun 2008 diperkirakan konsumsi jeruk per kapita di Indonesia 2,60 – 3,07 kg/tahun. Dengan jumlah penduduk di Indonesia saat ini sekitar 220 juta dan seperempat persen diantaranya mengkonsumsi jeruk, maka diperkirakan kebutuhan jeruk segar di Indonesia pada tahun 2010 berkisar antara 143 - 168 juta ton. Impor buah jeruk saat ini mencapai 209.615 ton (9,8% total produksi nasional dan 34,8% dari total impor buah. Ekspor buah jeruk sebesar 503 ton (0,02% total ekspor buah). Dengan kondisi produksi yang dicapai hingga saat ini, maka masih terbuka peluang pasar yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan jeruk segar setiap tahunnya untuk pasar domestik. Pemenuhan kebutuhan jeruk dalam jumlah yang besar membutuhkan pengembangan teknologi produksi yang optimal. Rekomendasi teknologi produksi berbeda pada berbagai jenis/varietas jeruk dan juga bersifat spesifik lokasi. Untuk memenuhi kondisi yang optimal bagi pertumbuhan dan produksi tanaman jeruk, beberapa hal perlu diperhatikan, diantaranya tersedianya bibit yang unggul, pemilihan lokasi lahan, persiapan lahan, sanitasi lahan, pemangkasan, pengairan, pemupukan, pengendalian organisme pengganggu tanaman dan pemanenan. Nilai ekonomi tanaman jeruk termasuk tinggi dan dapat mengangkat tingkat kesejahteraan petaninya menjadi relatif lebih baik dibandingkan dengan 3
petani komoditas buah yang lain maupun tanaman pangan. Panen jeruk yang umumnya dapat dimulai pada tahun ketiga atau keempat setelah tanam dapat memberikan keuntungan selama siklus hidupnya rata-rata lebih dari 30 juta rupiah/ha/tahun. Selama periode enam tahun terakhir terjadi peningkatan produksi buah jeruk di Indonesia rata-rata lebih 20% per tahun. Secara umum produksi buah jeruk di tingkat petani masih dilakukan secara tradisional dan belum/tidak menerapkan manajemen produksi mutu sehingga mutu buah rendah seperti kulit buah burik, kotor, tidak mulus, warna buah tidak menarik/pucat, rasa buah beragam, dan sebagainya). Selain itu, penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) yang disebabkan oleh bakteri Liberobacter asiaticus hingga saat belum diketemukan obatnya jika tanaman terserang
sehingga
penyakit
tersebut
masih
menghantui
setiap
usaha
pengembangan jeruk di Indonesia. Guna mendukung pengembangan jeruk di Indonesia
khususnya
memformulasikan
untuk
strategi
menanggulangi
pengendaliannya
CVPD,
yang
Lolit
disebut
jeruk
telah
dengan
PTKJS
(Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat). Fenomena mutu buah jeruk nasional yang belum memuaskan dan munculnya gejala kekurangan hara pada daun yang bermuara pada kemerosotan kesehatan tanaman jeruk di beberapa sentra produksi menunjukkan bahwa usaha menjaga kesuburan lahan yang dilakukan oleh petani melalui pemupukan masih belum sesuai dengan kebutuhan tanaman. Agar pupuk dapat diserap tanaman secara efisien dan efektif, sebelum memupuk perlu memahami paling sedikit 4 hal, yaitu apa saja nutrisi yang dibutuhkan, berapa dosisnya, kapan waktu dibutuhkan, dan bagaimana cara aplikasinya (Sutopo, 2010). Hasil-hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
tanaman
jeruk
selain
memerlukan hara makro seperti N, P, K, Mg juga memerlukan hara mikro seperti Zn dan Mn. Pemberian hara mikro dapat dilakukan melalui tanah maupun daun dengan intensitas sekali setahun pada fase vegetatif optimal. Takaran untuk hara mikro adalah 0,4 % (sebagai pupuk daun), 1% melalui tanah dalam bentuk TSP+ . Magnesium diberikan dalam bentuk dolomit sebanyak 2 - 5 t/ha, tetapi bila pH mendekati netral, takaran yang diberikan hanya 200 kg/ha. Sebagai pupuk daun Mg diberikan dalam bentuk MgSO4 dengan konsentrasi 1 %. Dengan memakai pupuk berimbang hasil yang dapat di peroleh dapat meningkat sebesar 21,8 58,1 % (Djoemaijah, 1994). Metode penentuan kebutuhan pupuk pada tanaman 4
jeruk yang paling ideal adalah berdasarkan hasil percobaan pemupukan. Namun karena masih terbatasnya lokasi percobaan pemupukan kebutuhan hara tanaman jeruk berdasarkan analisis tanah yang digabungkan dengan analisis jaringan merupakan pendekatan yang dapat dipertimbangkan (Muhammad dan Idaryani, 2009). Hama dan penyakit merupakan salah satu kendala utama dalam peningkatan produksi jeruk baik kualitas maupun kuantitas. Pengenalan hama dan penyakit serta gejala serangannya adalah sangat penting untuk menentukan strategi
pengendaliannya
yang
tepat.
Kekeliruan
identifikasi
jenis
OPT
(Organisme Pengganggu Tanaman) yang menyerang tanaman jeruk serta pengenalan gejala serangan berakit pada kekeliruan strategi pengendalian sehingga akan berdampak negatif. Penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) tergolong salah satu penyakit penting pada tanaman jeruk yang telah berkembang luas dan menjadi kendala utama usaha pengembangan dan peningkatan produksi jeruk di Bali. Penyebab penyakit CVPD yang juga disebut citrus greening atau huanglongbin adalah bakteri Liberobacter yang tergolong dalam subdivisi Protobacteria (Sandrine et al., 1996). Bakteri Liberobacter hidup dalam floem tanaman jeruk dan menimbulkan gejala yang khas, bakteri tersebut belum bisa dibiakkan pada media buatan (Wirawan, 2001).Penularan penyakit CVPD dilakukan oleh serangga vektor Diaphorina citri Kuw. (Homoptera : Psyllidae) (Tirtawidjaja & Suharsojo, 1990; Wirawan, 2000). Penularan penyakit CVPD di alam bergantung pada kepadatan populasi D. citri sebagai serangga vektor dan keberadaan sumber inokulum (Chen, 1998). Guna mendukung pengembangan jeruk di Indonesia
khususnya
memformulasikan
untuk
strategi
menanggulangi
pengendaliannya
CVPD,
yang
Lolit
disebut
jeruk
telah
dengan
PTKJS
(Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat). Berdasarkan
pola
respirasinya, buah
dikelompokkan
menjadi
dua
kelompok yaitu buah klimakterik dan non klimakterik. Buah klimakterik adalah buah yang mengalami kenaikan produksi CO2 secara mendadak, kemudian menurun secara cepat. Buah klimakterik mengalami peningkatan laju respirasi pada akhir fase kemasakan, sedang pada buah non klimakterik tidak terjadi peningkatan laju respirasi pada akhir fase pemasakan. Buah jeruk termasuk non 5
klimaterik, sebaiknya panen dilakukan sebelum akhir fase kemasakan buah agar daya simpannya lebih lama (Sutopo, 2010). Masa berbunga sampai menjadi buah masak sekitar 6-7 bulan tergantung varietas jeruk. Tanaman jeruk dapat berbuah setelah berumur 3 tahun dan buah paling banyak pada tanaman yang berumur lebih dari 5 tahun (Purnomosidhi et
al., 2007). Di Magetan, musim panen berlangsung pada Februari-November dengan panen raya antara April-Juni. Sekitar 7-8 bulan sejak bunga mekar, umumnya buah telah matang secara fisiologis. Ciri buah siap petik, antara lain warna kulit mulai agak menguning, ujung buah agak rata, kulit buah terasa lebih halus, bulu pada kulit mulai hilang, dan bila buah ditimang-timang terasa berisi (Sutopo, 2010). Hasil penelitian Kirnoprasetyo, I.(2005) menunjukkan pemberian ethanol 0,06 ppm pada tanaman jeruk memeberikan perbedaan yang nyata terhadap kecepatan pembungaan, jumlah bunga, dan jumlah cluster. Hasil penelitian Pangestuti et al. (2007) menunjukkan saat panen jeruk keprok Soe yang optimum dicapai pada umur panen 31-32 minggu setelah bunga mekar. Pada umur tersebut buah sudah memenuhi standar internasional di mana rasa buah enak, warna kulit buah 50-80% oranye, rasio PTT/KAT > 6.5, kandungan jus 37-38%, dan kandungan vitamin C 38-43 mg/100g, serta memiliki umur simpan 3 minngu pada suhu kamar (27-300C) dan 8 minggu pada suhu dingin (9-110C).
6
III. METODOLOGI PENGKAJIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pengkajian dilakukan pada pertanaman jeruk di Kelurahan Rimbo Pengadang, Kecamatan Rimbo Pengadang, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu. Pengkajian jeruk Gerga Lebong dilaksanakan mulai Januari s/d Desember 2012. 3.2. Ruang Lingkup Pengkajian Kegiatan pengkajian dilaksanakan di lahan kering dataran tinggi
800 -
1000 m dpl. Luas pertanaman jeruk di lokasi pengkajian adalah 1,5 ha yang ditanami 300 pohon jeruk Gerga Lebong. Lingkup kegiatan pengkajian jeruk Gerga
Lebong
yaitu:
1)
kajian
pemangkasan
dan
pemupukan
untuk
meningkatkan produktivitas jeruk Gerga Lebong dan 2) kajian saat petik yang optimal untuk meningkatkan kualitas/mutu buah. Dalam kajian pemangkasan dan pemupukan, tanaman yang digunakan adalah tanaman jeruk RGL yang sudah berbuah (pada awal pengkajian tanaman berumur sekitar 2 tahun). Kajian saat petik buah yang optimal dilakukan pada tanaman jeruk Gerga Lebong dengan kisaran umur 6 tahun. 3.3. Metode Pengkajian 1)
Kajian
pemangkasan
dan
pemupukan
untuk
meningkatkan
produktivitas jeruk Gerga Lebong. Rancangan yang digunakan adalah RAK 2 faktor. Faktor 1 adalah perlakuan pemangkasan dan faktor 2 adalah perlakuan pupuk maka didapatkan 6 kombinasi
perlakuan
dengan
4
ulangan.
Perlakuan
pemangkasan
yaitu
pemangkasan sesuai rekomendasi dan pemangkasan cara petani. Pemangkasan rekomendasi adalah pemangkasan yang dilaksanakan secara rutin 1-2 minggu sekali. Pemangkasan yang dilakukan adalah pemangkasan cabang/ranting/tunas yang tidak produktif dan buah yang tidak tumbuh sempurna/kecil. Pemangkasan cara petani adalah pemangkasan yang dilakukan jika ada dahan/ranting yang rusak. Pemangkasan jarang dilakukan dan tidak rutin. Perlakuan pemupukan
7
yang yang dikaji adalah berdasarkan: 1) hasil panen yang terangkut; 2) analisis tanah/jaringan tanaman dan 3) perlakuan petani. Pusat penelitian dan pengembangan Hortikultura menggunakan metode penentuan dosis pupuk berdasarkan jumlah buah yang dipanen tahun sebelumnya, yaitu 3 % dari total bobot buah tiap pohon dalam bentuk NPK (3:1:2) bersama pupuk kandang. Metode penentuan pupuk berdasarkan hasil analisis tanah dan tanaman bertolak pada suatu kaidah bahwa pemupukan dilakukan jika jumlah unsur hara di dalam tanah lebih rendah dari pada yang dibutuhkan tanaman dan tanaman itu sendiri sebagai pengekstrak unsur hara dari tanah, sehingga untuk mengetahui kebutuhannya perlu menganalisis jumlah unsur hara yang di ekstrak atau diserap tanaman tersebut dan jumlah unsur hara yang tersedia di dalam tanah. Teknologi pemupukan existing (yang dilakukan petani) adalah pemberian pupuk 1 kg campuran
Urea dan NPK dengan
perbandingan 1:5 dan 2 kg pupuk kandang per tanaman untuk sekali pemupukan. Jenis kandungan NPK pupuk dan dosis yang diberikan pada pemupukan susulan bisa berubah sesuai hasil pengamatan petani terhadap pertumbuhan tanaman. Semua perlakuan diberi pupuk setiap 3 (tiga) bulan sekali. Tabel 1. Perlakuan pada kajian pemangkasan dan pemupukan jeruk RGL Kombinasi Perlakuan 1 Pangkas rekomendasi + pupuk 1 Kombinasi Perlakuan 2
Pangkas cara petani + pupuk 1
Kombinasi Perlakuan 3
Pangkas rekomendasi + pupuk 2
Kombinasi Perlakuan 4
Pangkas cara petani + pupuk 2
Kombinasi Perlakuan 5
Pangkas rekomendasi + pupuk 3
Kombinasi Perlakuan 6
Pangkas cara petani + pupuk 3
2) Kajian saat petik buah yang optimal untuk meningkatkan kualitas/ mutu buah. Kajian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 7 perlakuan saat petik yang diulang 3 kali dengan pengambilan buah menurut kuadran. Perlakuan saat petik : 32, 34, 36, 38, 40, 42, 44 minggu setelah bunga mekar.
Pengendalian OPT dilakukan saat terjadi serangan OPT yang berpengaruh terhadap pembungaan dan pembuahan untuk mencegah dan mengendalikan 8
OPT yang
menyebabkan kerusakan pada buah seperti lalat buah, penggerek
buah dan kutu/tungau. Pengkajian ini merupakan kegiatan lapangan dan dilengkapi dengan analisis tanah/jaringan tanaman di laboratorium. 3.4. Pengumpulan Data Data primer dikumpulkan melalui pengamatan langsung dilapangan dan berdasarkan hasil wawancara atau melalui kuesioner. Data sekunder diperoleh dari dinas/instansi terkait seperti Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, BP4K, dan BPPK. 3.5. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan uji statistik dan dilanjutkan dengan DMRT dan juga ditampilkan analisis deskriptif. Analisa ekonomi dilakukan untuk mendukung kajian tersebut. 3.6. Parameter yang di Ukur
Parameter yang di ukur dalam kajian pemupukan dan pemangkasan adalah komponen vegetatif tanaman (tinggi tanaman, diameter atau lingkar pohon, diameter atau lebar tajuk) dan komponen generatif tanaman (persen fruitset, jumlah/berat buah dan diameter buah)
Parameter yang di ukur dalam kajian saat petik buah adalah waktu bunga mekar, berat buah, diameter buah, dan kualitas mutu buah
Data iklim yang dikumpulkan: curah hujan, hari hujan, suhu
rata-rata,
minimum dan maksimum, kelembaban udara dari stasiun klimatologi terdekat.
9
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Lokasi Pengkajian Kecamatan Rimbo Pengadang berjarak 65 km dari ibukota Kabupaten Lebong di Tubei serta 185 km dari Ibu kota Provinsi Bengkulu. Berdasarkan topografinya wilayah tersebut mempunyai topografi bergelombang sampai berbukit dengan ketinggian 500-900 m dpl. Luas wilayah Kelurahan Rimbo Pengadang 7300 ha. Jumlah penduduk 340 KK yang terdiri dari 650 laki-laki dan 695 perempuan. Kecamatan Rimbo Pengadang merupakan dataran tinggi yang sesuai untuk pertanaman
jeruk, baik jeruk RGL maupun jenis jeruk lainnya
seperti jeruk siam. Luas pertanaman jeruk RGL yang ada saat ini mencapai 75 ha, sedangkan yang sudah berproduksi seluas 60 ha. Hingga akhir tahun 2012 ditanam 100 ha jeruk RGL
dan 200 ha lagi pada tahun 2013. Hal ini
memperlihatkan bahwa program Pemerintah Daerah Lebong yang didukung oleh Dirjen Hortikultura diterima dengan baik oleh masyarakat Lebong. Ketinggian lokasi pengkajian sekitar 835 dpl. Keadaan iklim rata-rata harian pada siang hari antara 28-32 oC dan pada malam hari 22-25 oC. Tipe iklim berdasarkan Schmidt dan Ferguson mempunyai tipe iklim B dengan curah hujan 2500-4500 mm/tahun. Data curah hujan disajikan pada Lampiran 4. Selama pengkajian berlangsung, curah hujan yang ada bervariasi, beberapa minggu tidak turun hujan, tetapi hujan yang terus menerus turun dengan jumlah curah hujan yang tinggi
juga terjadi. Hal ini mempengaruhi
pembungaan dan pembuahan dari pertanaman jeruk di lokasi pengkajian.
4.2. Status Hara Tanah dan Penentuan Dosis Pupuk Hasil analisis tanah kebun jeruk RGL di lokasi pengkajian sebelum dan setelah dilakukan aplikasi pengapuran dan pemberian kompos pada tanaman jeruk RGL disajikan pada Lampiran 1. Hasil analisis tanaman (daun dan buah) jeruk RGL secara rinci disajikan pada Lampiran 2.
10
Dari hasil analisis tanah di lokasi pengkajian dapat dinyatakan bahwa kandungan unsur Nitrogen (N) relatif rendah, Fosfor (P) rendah dan Kalium (K) sedang. Dari hasil analisis daun jeruk terlihat bahwa kecukupan hara tanaman jeruk untuk unsur N sedang, sedangkan unsur P dan K rendah. Setelah dilakukan aplikasi pengapuran dan pemberian pupuk kandang pada tanaman jeruk RGL dengan aplikasi perlakuan pemupukan berdasarkan hasil analisis tanah/tanaman dan berdasarkan hasil panen, maka terjadi peningkatan kandungan unsur hara tersedia. Aplikasi pengapuran tidak dilakukan pada perlakuan pupuk cara petani. Dosis petani adalah 167 gr Urea dan 833 gr NPK/tanaman/3 bulan. Dari hasil analisis tanah terlihat bahwa pemberian kapur dan kompos menyebabkan adanya peningkatan jumlah Fosfor tersedia dan Kalium yang dapat dipertukarkan. Berdasarkan hasil analisis tanah setelah perlakuan pengapuran dan pemberian kompos maka dosis pupuk yang diberikan yaitu 60 gr Urea dan 300 gr NPK/tanaman/3 bulan. Berdasarkan hasil analisis buah jeruk maka dosis pupuk yang digunakan berdasarkan hasil panen
adalah 250 gr Urea dan 300 gr
NPK/tanaman/3 bulan. 4.3. Keragaan Vegetatif Tanaman Jeruk RGL pada Pengkajian Pemangkasan dan Pemupukan 4.3.1.
Keragaan Vegetatif Tanaman Jeruk RGL Keragaan tanaman (umur 2 tahun) yang diamati pada awal pengkajian
adalah tinggi tanaman, lingkar batang dan lebar tajuk. Hasil pengamatan awal keragaan tanaman jeruk RGL umur 2 tahun (Maret 2012) dan keragaan pertanaman jeruk setelah diberi perlakuan pemangkasan dan pemupukan (Desember 2012) disajikan pada Tabel 2 s/d 4. Tabel 2. Penambahan tinggi tanaman jeruk RGL sebelum dan setelah perlakuan pemangkasan dan pemupukan Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) Maret Des Penambahan tinggi P1D1 201,0 278,0 77,0 P1D2 236,7 275,7 39,0 P1D3 225,0 233,3 8,3 P2D1 233,0 250,7 17,7 P2D2 193,7 236,7 43,0 P2D3 236,7 262,7 26,0 11
Ket:
P1D1: pangkas rekomendasi+pupuk berdasarkan hasil panen; P1D2: pangkas rekomendasi+pupuk berdasarkan analisis tanah/tanaman; P1D3: pangkas rekomendasi +pupuk cara petani; P2D1: pangkas cara petani+pupuk berdasarkan hasil panen; P1D2: pangkas cara petani +pupuk berdasarkan analisis tanah/tanaman; P1D3: pangkas cara petani +pupuk cara petani.
Keragaan tanaman (umur 2 tahun) yang diamati pada awal pengkajian adalah tinggi tanaman, lingkar batang dan lebar tajuk. Rata-rata tinggi tanaman berkisar antara 192,75 cm sampai dengan 233,75 cm, diameter tajuk berkisar antara 135, 375 cm sampai dengan 150,375 cm. Pertambahan tinggi tanaman, lingkar batang dan diameter tajuk diamati secara berkala. Tabel 3. Penambahan diameter tajuk tanaman jeruk RGL sebelum dan setelah perlakuan pemangkasan dan pemupukan Perlakuan Maret P1D1 P1D2 P1D3 P2D1 P2D2 P2D3
142,3 150,7 158,8 153,8 136,7 155,0
Diameter Tajuk (cm) Des Penambahan tajuk 271,7 129,3 244,0 93,3 264,0 105,7 268,0 114,7 250,0 113,3 253,7 98,7
Tabel 4. Penambahan lingkar batang tanaman jeruk RGL sebelum dan setelah perlakuan pemangkasan dan pemupukan Perlakuan Maret P1D1 P1D2 P1D3 P2D1 P2D2 P2D3
18,50 17,50 18,75 18,75 16,50 17,75
Lingkar batang (cm) Des Penambahan lingkar batang (cm) 25,00 6,50 24,75 7,25 25,25 6,50 25,50 6,75 23,75 7,25 24,25 6,50
Dari hasil pengamatan terlihat bahwa kisaran rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman berkisar antara 8,3 s/d 77 cm dan penambahan diameter tajuk 12
93,3 s/d 129,3 cm. Terlihat bahwa penambahan tinggi tanaman sejalan dengan penambahan diameter tajuk tanaman. 140 120 100 Penambahan tinggi 80
60
Penambahan lingkar batang
40
Penambahan tajuk
20 0 P1D1
P1D2
P1D3
P2D1
P2D2
P2D3
Gambar 1. Keragaan vegetatif tanaman jeruk RGL dengan perlakuan pemangkasan dan pemupukan 4.3.2. Keragaan Generatif Tanaman Jeruk RGL Hasil pengamatan pada pembungaan tanaman jeruk RGL setelah pemangkasan dan pemupukan pertama (pada bulan Juni 2012) memperlihatkan keragaman dari keenam kombinasi perlakuan. Rata-rata jumlah kuncup bunga berkisar 0 s/d 4, bunga mekar 0 s/d 2,75, fruitset 0,25 s/d 12,25 dan pentil 20,25 s/d 109. Perlakuan P2D2 menghasilkan jumlah fruitset dan pentil buah jeruk yang tertinggi yaitu 12,25 fruitset dan 109 pentil buah. Hasil pengamatan pertanaman jeruk Gerga Lebong setelah diberi perlakuan pemangkasan dan pemupukan disajikan pada Tabel 5 dan 6. Tabel 5. Stadia pembungaan/pembuahan pada pertanaman jeruk setelah pemangkasan dan pemupukan pertama Stadia pembungaan dan pembuahan No Perlakuan Bunga Kuncup Fruitset Pentil mekar 1 P1D1 0 0 2,5 20,5 2 P1D2 1,75 0,25 0,25 20,25 3 P1D3 0,5 0,25 1,5 35,25 4 P2D1 5 1,5 6,25 27,25 5 P2D2 0,25 0 12,25 109 6 P2D3 4 2,75 11,25 63,25 13
Setelah aplikasi pemupukan kedua maka perbedaan dalam stadia pembungaan dan pembuahan pada masing-masing perlakuan semakin bervariasi (Tabel 6). Tabel 6. Stadia pembungaan dan pembuahan jeruk RGL setelah pemupukan kedua (kondisi Desember 2012) Stadia Pembungaan dan Pembuahan Perlakuan Bunga Buah Buah Buah Fruitset Pentil Jumlah Mekar Kecil Sedang Besar Buah P1D1 0 4,00 40,00 3,50 1,25 29,5 3 33,75 P1D2 0 6,75 26,00 8,25 78,75 10 6 94,75 P1D3 0 10,00 71,25 0,00 12,5 71,25 8,25 92 P2D1 0 52,50 17,75 1,75 32 34,25 2,75 69 P2D2 0 2,75 27,50 0,00 44,25 88,5 0,25 133 P2D3 0 6,75 19,50 1,00 19 49 6,5 74,5 140
120 100 80 60 40 20 0
P1D1
P1D2
P1D3
P2D1
P2D2
Bunga Mekar
Fruitset
Pentil
Buah Sedang
Buah Besar
Jumlah buah
P2D3 Buah Kecil
Gambar 2. Keragaan generatif tanaman jeruk RGL dengan teknologi pemupukan dan pemangkasan Perlakuan P2D2 menghasilkan jumlah buah rata-rata yang terbanyak yaitu 133 buah dan perlakuan P1D2 menghasilkan
jumlah buah rata-rata
sebanyak 94,75 buah. Pada hasil pengamatan kajian yang baru dilaksanakan selama 2 kali pemupukan (Maret/April dan November) terjadi kecenderungan peningkatan jumlah buah yangn lebih tinggi pada perlakuan dengan dosis pupuk
14
berdasarkan
hasil
analisis
tanah/tanaman
baik
dengan
pemangkasan
rekomendasi maupun pemangkasan cara petani. Untuk memperoleh data produktivitas buah yang optimal, masih diperlukan waktu sampai panen (buah jeruk RGL umumnya dipanen sekitar 9-10 bulan setelah bunga mekar). Oleh karena itu, pengamatan akan dilanjutkan hingga panen. Untuk saat ini yang bisa diambil datanya adalah jumlah buah yang berada pada tanaman (yang paling besar baru berumur 7 bulan). Kajian perlakuan pemupukan akan dilanjutkan hingga satu tahun (4 kali periode pemupukan). Pada masa pengkajian khususnya setelah pemupukan pertama, curah hujan hanya sedikit sehingga kurang mendukung terjadinya pembungaan dan juga banyak bunga yang gugur, sedangkan setelah pemupukan kedua, curah hujan tinggi yang juga menyebabkan sebagian bunga gugur. 4.3.3. Pengaruh Pemangkasan pada Kualitas Buah Dengan aplikasi dua perlakuan pemangkasan terlihat bahwa ada pengaruh pemangkasan terutama karena kelembaban yang menyebabkan penampilan/kualitas buah beragam.
Buah yang kusam (penampilan kurang
menarik) banyak terjadi pada sampel dengan pangkasan cara petani dimana sebagian buah ternaungi dan sedikit memperoleh sinar matahari. 4.3.4. Serangan OPT pada Jeruk Pengamatan OPT pada tanaman jeruk dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap gejala serangan atau keberadaan OPT pada pertanaman jeruk. Untuk monitoring serangga hama telah dipasang perangkap atraktan lalat buah untuk menangkap lalat jantan dan pemasangan perangkap likat kuning untuk memerangkap lalat betina dan beberapa serangga hama lainya. Dari hasil pengamatan OPT pada tanaman jeruk sampel pengkajian pemangkasan dan pemupukan terdapat serangan hama lalat buah, penggerek buah, peliang daun. Intensitas serangan penggerek buah berkisar antara 5 11%, lalat buah
2,25 - 4,75% dan peliang daun sekitar 5 - 10% (Tabel 7).
Serangan penyakit antraknosa 0-10%. Fluktuasi serangan hama penyakit terjadi seiring dengan terjadinya fluktuasi curah hujan di lokasi pengkajian. 15
Tabel 7. Serangan hama penyakit pada pertanaman jeruk RGL di Rimbo Pengadang Perlakuan
Peliang daun
Lalat buah
P1D1 P1D2 P1D3 P2D1 P2D2 P2D3
5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 10,00
3,00 0,75 3,00 3,50 4,75 2,25
4.3.5.
Penggerek buah 11,00 5,00 6,25 10,00 12,75 10,75
Antraknose 10,00 5,00 0 10,00 10,00 5,00
Analisa Usahatani Jeruk RGL Biaya yang dikeluarkan untuk 325
batang Jeruk Gerga pada tahun
pertama adalah sebesar Rp. 34.148.700,-. Yang terdiri dari bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Biaya yang dikeluarkan untuk 325 batang Jeruk Gerga pada tahun kedua lebih kecil dibandingkan dengan biaya pada tahun pertama, yaitu sebesar Rp. 19.014.400,-. Biaya untuk pembelian bibit serta tenaga kerja pada saat pengolahan tanah dan pembuatan lubang tanam tidak dimasukkan lagi pada tahun kedua. Biaya usahatani Jeruk Gerga di tahun kedua, terdiri dari pupuk, pestisida dan tenaga kerja (secara rinci disajikan pada Lampiran 5). Pemanenan sudah bisa dilakukan pada saat Jeruk Gerga berumur 2 tahun.
Produksi rata-rata 5 kg dengan harga jual di tingkat petani Rp.
30.000/kg.
Sehingga, penerimaan dan pendapatan yang diperoleh adalah
sebesar Rp.
48.750.000,- dan Rp. 29.735.600,-.
Petani diasumsikan
memperoleh keuntungan pada tahun kedua, dengan nilai R/C dan B/C adalah 2,56 dan 1,56. Nilai tersebut menunjukkan bahwa Usahatani Jeruk Gerga layak dari segi ekonomi (nilai R/C dan B/C usahatani Jeruk Gerga > 1). Dihitung secara keseluruhan, dari tahun pertama (memulai usahatani) hingga tahun kedua (panen awal), penerimaan yang diterima belum menutupi modal (total biaya) yang dikeluarkan dengan selisih Rp. 4.413.100,-. Namun, selisih tersebut akan tertutupi dengan penerimaan pada tahun-tahun berikutnya. 4.4.
Kajian Saat Petik Buah yang Optimal Hasil pengamatan awal pertanaman jeruk RGL umur 6 tahun disajikan
pada Tabel 8.
16
Tabel 8. Perkembangan pembungaan/pembuahan tanaman jeruk RGL umur 6 tahun di Desa Rimbo pengadang
No
1 2 3 4 5 6
Stadia Pembungaan dan pembuahan
Rata-rata Jumlah stadia pembungaan dan pembuahan
Kuncup Fruitset Pentil Buah kecil Buah sedang Buah besar
38.33 30.66 30.33 30 29.66
Persentase perkembangan pembungaan dan pembuahan Buah jadi 79.99 98.92 98.91 98.87 -
Buah Gugur Juni 2012
Des 2012
20.01 1.08 1.09 1.13 -
50
Dari hasil pengamatan hingga bulan Juni 2012 terlihat bahwa rata-rata jumlah kuncup bunga jeruk Gerga Lebong pada awal pengamatan sebanyak 38,33. Pada periode pengamatan 2 mingguan, kuncup berkembang menjadi bunga mekar dan fruitset dengan jumlah menurun menjadi 30,6. Hal ini berarti terjadi gugur bunga sehingga kuncup yang menjadi fruitset sekitar 79,8%. Fruitset yang berkembang menjadi pentil sebanyak 99% dan menjadi buah 98,9%. Hingga bulan Desember 2012 jumlah buah berkurang hingga 50%. Hal ini terjadi karena adanya serangan hama lalat buah, penggerek buah dan sejenis keong kecil. Tingkat serangan hama tinggi disebabkan oleh tingginya curah hujan pada bulan Desember 2012. Berdasarkan pengamatan tanaman, jumlah stadia pembungaan dan pembuahan pada pertanaman jeruk RGL umur 6-7 tahun di lokasi pengkajian Kelurahan Rimbo Pengadang berjumlah 6 stadia. Hal tersebut berarti pada satu tanaman jeruk RGL terdapat kuncup/bunga mekar/fruitset, pentil, buah kecil, buah sedang dan buah besar (masih hijau) dan buah siap panen (warna oranye) secara bersamaan. Pada kajian umur petik buah optimal, pemetikan buah jeruk RGL baru terlaksana 2 kali yaitu pada bulan Desember saat umur buah 32 dan 34 minggu setelah bunga mekar (SBM). Pemetikan buah akan berlangsung selama 7 kali (hingga bulan Maret 2013). Nilai brix (tingkat kemanisan) yang diperoleh pada buah umur 32 dan 34 minggu SBM berkisar pada nilai 11. Berdasarkan pengalaman petani, buah jeruk RGL dapat bertahan hingga umur 11 bulan di pohon. Petani/pengusaha akan memetik buah jeruk RGL sesuai 17
dengan permintaan pasar. Jika belum ada permintaan maka buah belum dipetik meskipun umurnya sudah diatas 10 bulan. Jika terlalu lama di pohon maka akan terjadi over ripe (terlalu masak) sehingga rasa buah menjadi berubah, tidak segar lagi. Buah terasa lebih manis pada saat umur buah mencapai 9 hingga 10 bulan. 4.5. Pelaksanaan Temu Lapang Temu Lapang Peningkatan produktivitas dan mutu Jeruk Gerga (RGL) di Lebong dilaksanakan pada bulan Desember 2012 di kebun jeruk petani kooperator Kel. Rimbo Pengadang. Peserta yang diundang berjumlah 80 orang yang terdiri dari petani jeruk dari 7 kelompok tani (Kecamatan Rimbo Pengadang), pengusaha (swasta), petugas lapang, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab. Lebong, BP4K Kab. Lebong, BP3K, Lurah dan BPTP Bengkulu. Materi
yang
disampaikan
pada
acara
Temu
Lapang
Peningkatan
produktivitas dan mutu Jeruk Gerga (RGL) di Lebong adalah: 1) Program pengembangan Jeruk RGL oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebong; 2) Dukungan BPTP Bengkulu dalam pengembangan Jeruk RGL; 3) Hasil Pengkajian Teknologi pemangkasan dan pemupukan tanaman jeruk RGL; 4) Agribisnis jeruk RGL Lebong dan 5) Pengalaman petani jeruk RGL. Demonstrasi yang diperagakan adalah cara pemangkasan, pemupukan dan aplikasi
teknologi
pengendalian hama utama jeruk yang mempengaruhi kualitas buah yaitu aplikasi perangkap likat kuning dan perangkap steiner untuk hama serangga. Pada pelaksanakan Temu Lapang tersebut, peserta menunjukkan respon yang baik dengan memberikan perhatian penuh saat berlangsungnya acara dari awal hingga penutupan. Petani jeruk, pengusaha, petugas lapang dan stakeholder mendukung adanya kegiatan pengkajian dari BPTP Bengkulu. Selain itu mereka juga mengharapkan adanya Tim Teknis yang ahli dalam budidaya jeruk RGL yang berdomisili di sekitar wilayah Kecamatan Rimbo Pengadang. Petugas mengharapkan adanya kajian-kajian lain tentang jeruk RGL terutama kajian pupuk carenkali (asal Jerman) yang dinyatakan mampu membuat buah menjadi manis. Pupuk tersebut dulu dikirim dari Medan dan digunakan oleh pengusaha untuk meningkatkan kemanisan buah jeruk. 18
Pupuk tersebut kini sulit diperoleh sehingga perlu dicarikan alternatif pupuk yang setara. Peserta Temu Lapang mengharapkan adanya pendampingan yang terus menerus
oleh
BPTP
Bengkulu
dalam
aspek
teknologi
pengembangan jeruk RGL di Kabupaten Lebong bisa berhasil.
19
agar
program
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN 1.
Pada kajian pemangkasan dan pemupukan tanaman jeruk RGL umur 2 tahun di Kel. Rimbo Pengadang Kabupaten Lebong, perlakuan pemberian pupuk berdasarkan hasil analisis tanah/tanaman (dolomit 450 gr/m2, kompos 40 kg, Urea 240 gr dan NPK 1200 gr/pohon/tahun menghasilkan jumlah buah relatif
lebih
banyak,
baik
dengan
cara
pemangkasan
yang
rutin
(rekomendasi) ataupun cara pemangkasan petani (jarang dipangkas). Cara pemberian pupuk dengan membuat 4-5 lubang disekeliling bawah tajuk tanaman. Jumlah buah jeruk RGL yang dihasilkan masing-masing 95 dan 133 buah. 2.
Buah jeruk yang dihasilkan pada pertanaman yang dipangkas secara teratur mempunyai kualitas yang lebih baik (warna oranye cerah).
3.
Pada kajian umur petik buah optimal, pemetikan buah baru terlaksana 2 kali yaitu umur buah 32 dan 34 minggu. Pemetikan buah akan berlangsung hingga bulan Februari 2013. Nilai brix (tingkat kemanisan) yang diperoleh berkisar pada nilai 11.
4.
Hama penyakit yang menyerang pertanaman jeruk Gerga lebong di lokasi pengkajian antara lain hama lalat buah, penggerek buah, peliang daun, kutu merah, dan kutu daun. Penyakit yang ditemukan yaitu antraknose dan burik.
5.
Petani, pengusaha (swasta) dan stakeholder pada saat dilaksanakannya Temu Lapang jeruk di Kabupaten Lebong menunjukkan respon yang baik dan mendukung adanya kegiatan pengkajian dari BPTP Bengkulu serta mengharapkan adanya pendampingan dalam aspek teknologi agar program pengembangan jeruk RGL bisa berhasil.
5.2. SARAN 1.
Kajian pemangkasan dan pemupukan tanaman jeruk RGL perlu dilanjutkan hingga 4 kali pemupukan (1 tahun) untuk memperoleh dosis pupuk tanaman umur 2 hingga 3 tahun agar tanaman dapat mencapai produktivitas optimal.
20
2.
Kajian saat petik buah jeruk RGL yang optimal akan diteruskan hingga pemetikan buah yang ke-7 (bulan Februari 2013) untuk memperoleh umur buah yang tepat (kualitas buah terbaik).
3.
Kajian-kajian lain tentang jeruk RGL masih diperlukan terutama untuk meningkatkan kualitas buah, antara lain aplikasi pupuk Carenkali yang diduga dapat meningkatkan kemanisan buah.
21
VI.
KINERJA HASIL
Dari hasil pengkajian teknologi pembungaan dan pembuahan jeruk RGL di Lebong diperoleh beberapa komponen teknologi yang dapat meningkatkan kuantitas maupun kualitas buah jeruk RGL di Lebong. Dengan pemupukan berdasarkan hasil analisis tanah dan tanaman dan pemangkasan yang teratur dapat diperoleh jumlah buah yang lebih banyak dan penampilan buah yang menarik (warna oranye cerah) sehingga diharapkan harga jual menjadi lebih tinggi dan keuntungan sekaligus pendapatan petani meningkat. Pelaksanaan kajian saat petik buah jeruk optimal masih berlangsung (baru 2 kali pemetikan buah dari total 7 kali pemetikan) sehingga hingga akhir Desember 2012 belum dapat disimpulkan umur buah yang tepat untuk menghasilkan kualitas buah yang terbaik.
22
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang, 2005. Prospek dan arah pengembangan Agribisnis jeruk. Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian. BPS. 2010. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Loka Penelitian Jeruk dan Hortikultura Subtropik. 2003. Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat, Strategi Pengendalian Penyakit CVPD. Puslitbang Hortikultura. Muhammad, H. dan Idaryani. 2009. http://sulsel.litbang.deptan.go.id/Metode penentuan kebutuhan hara pada tanaman jeruk, diakses tanggal 7 April 2011. Purnomosidhi P, Suparman, JM Roshetko dan Mulawarman. 2007. Perbanyakan dan budidaya tanaman buah-buahan: durian, mangga, jeruk, melinjo, dan sawo. Pedoman lapang, edisi kedua. World groforestry Centre (ICRAF) dan Winrock International. Bogor, Indonesia.42p. Puslitbang Hortikultura, 2003. Pedoman umum penelitian dan pengkajian penerapan perbaikan pengelolaan tanaman (PTT) jeruk. 11 hlm Retno Pangestuti dan Arry Supriyanto. 2009. http://www.bsn.go.id/bsn success story.php?id= 1337. Jurnal Standardisasi Vol 11 No.2 Tahun 2009. Badan Standardisasi Nasional. Iakses tanggal 27 Oktober 2011. Sutopo, 2010. http://kcpri.go.id/ Teknologi budidaya jeruk sehat, diakses tanggal 9 April 2011. Suwantoro, B., 2010. Mengenal jeruk rimau gerga lebong lebih dekat. Balai benih hortikultura Rimbo Pengadang. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lebong . Tirtawidjaja, S. & R. Suharsojo. 1990. Penyakit CVPD merupakan bahaya laten bagi tanaman jeruk di Indonesia. Perlindungan Tanaman Menunjang Terwujudnya Pertanian Tangguh dan Kelestarian Lingkungan. PT. Agricon. hlm 299 – 310. Wirawan, I.G.P. 2000. Isolasi Resisten terhadap CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) dengan Metode Transformasi Menggunakan Agrobacterium tumefaciens. Laporan Riset Unggulan Terpadu V. Universitas Udayana. Denpasar. Wirawan, I. G. P. 2001. Bioteknologi Menjawab Tantangan Pembangunan Berbasis Teknologi. Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Tetap Universitas Udayana. Universitas Udayana. Denpasar.
23
Lampiran 1 . Hasil analisis tanah sebelum dan setelah pemberian kapur dan kompos pada lahan pengkajian jeruk Gerga di Desa Rimbo Pengadang tahun 2012 EKSTRAK 1:5
TEKSTUR HCl 25% NO
KODE
KA
P
PASIR
DEBU
LIAT
K -------------%--------------
%
mg 100g
BAHAN ORGANIK
pH
H2O
TERHADAP CONTOH TANAH KERING 105C
KCl
-1
C
N
----%-----
NILAI TUKAR KATION (NH4ACETAT 1N, pH7)
BRAY 1 P
K
K-dd
Na-dd
Ca-dd
Mg-dd
KTK
----- me/100 gr ------
ppm
Hasil analisis sampel tanah pertama atau sebelun perlakuan pemupukan 1
0 – 20 cm
12.90
16.27
6.38
-
-
-
3.92
3.89
-
0.09
9.87
-
0.20
-
1.95
0.09
36,68
2
20 – 40 cm
13.80
28.57
4.42
-
-
-
3.75
3.14
-
0.05
8.84
-
0.13
-
1.48
0.07
27.02
Hasil analisis sampel tanah setelah perlakuan pemupukan menggunakan kapur dan kompos 1
0 – 20 cm
12.28
8.98
7.77
-
-
-
4.48
3.94
-
0.73
16.26
-
0.26
-
0.04
1.08
37.14
2
20 – 40 cm
13.04
8.11
7.50
-
-
-
4.29
3.96
-
0.51
1.05
-
0.16
-
0.03
0.73
27.02
24
Lampiran 2 . Hasil analisis tanaman pada pengkajian jeruk Gerga di Desa Rimbo Pengadang tahun 2012 No
Nama Contoh
1
Daun jeruk
2
Buah jeruk
Terhadap Contoh Asal K Ca Mg Na %
Kadar Air %
N
P
0
0.29
0.16
-
1.16
0.33
85,05
9,25
0,01
0,15
0,16
0,01
25
Fe
Mn Cu ppm
Zn
-
145
105
9
22
0,6
2
4
0,4
0,2
B
2
Lampiran 3 . Kriteria kecukupan hara jeruk berdasarkan konsentrasinya dalam daun
Unsur hara
Konsentrasi kritis dalam daun Kahat
Optimum
Berlebih
Nitrogen (N)
< 2.4
2.4-2.6
> 3.0
Fosfor (P)
< 0.10
0.14-0.16
> 0.25
Kalium (K)
< 0.7
0.9-1.2
> 1.7
Kalsium (Ca)
< 2.5
3.0-6.0
> 7.0
Magnesium (Mg)
< 0.16
0.25-6.0
> 1.2
Sulfur (S)
< 0.14
0.2-0.4
> 0.5
Natrium (Na)
-
< 0.16
> 0.25
Klor (Cl)
-
< 0.3
> 0.7
Mangan (Mn)
< 16
25-200
> 300
Besi (Fe)
< 36
60-120
> 200
Seng (Zn)
< 16
25-100
> 300
Tembaga (Cu)
< 3.6
5-10
> 15
Boron (B)
< 15
30-100
> 250
Hara makro (%)
Hara mikro (ppm)
Sumber : Anonim (2004)
26
Lampiran 4. Curah Hujan di Kecamatan Rimbo Pengadang tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 TAHUN N0
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
BULAN
2 JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBER
2008 JUMLAH JUMLA mm³ H HARI
3
4
395 305 241 186 312 343 258 115 141 418 515 283
23 19 22 18 18 18 14 15 15 22 21 22
2009 JUMLAH JUMLAH mm³ HARI
5
6
480 108 150 245 177 244 163 10 42 26 153 300
23 19 18 19 14 17 14 2 8 2 19 22
2010 JUMLAH JUMLAH mm³ HARI
7
8
697 180 204 229 174 139 142 187 228 391 304 135
27 12 17 22 18 13 16 12 16 23 20 22
27
2011 JUMLAH JUMLAH mm³ HARI
9
10
138 159 271 293 63 203 83 326 250 236 298 426
18 12 17 19 12 16 12 18 24 20 22 28
2012 JUMLAH JUMLAH mm³ HARI 89 284 159 407 270 131 136 30,5 84,5 161,5
15 20 13 26 15 10 15 6 7 9
Lampiran 5. Analisa Usahatani Jeruk RGL di Lebong ANALISIS USAHATANI JERUK GERGA LEBONG 1. Biaya yang dikeluarkan untuk 325 batang Jeruk Gerga pada tahun pertama adalah sebesar Rp. 34.148.700,-. Terdiri dari : a. Bibit (325 batang)
= Rp. 16.250.000,-
b. Pupuk (Organik, Urea, & NPK Phonska)
= Rp. 11.548.700,-
c. Pestisida
= Rp. 4.105.000,-
d. Tenaga Kerja
= Rp. 6.350.000,-
2. Biaya yang dikeluarkan untuk 325 batang Jeruk Gerga pada tahun kedua lebih kecil dibandingkan dengan biaya pada tahun pertama, yaitu sebesar Rp. 19.014.400,-. Biaya untuk pembelian bibit serta tenaga kerja pada saat pengolahan tanah dan pembuatan lubang tanam tidak dimasukkan lagi pada tahun kedua. Biaya usahatani Jeruk Gerga di tahun kedua, terdiri dari : a. Pupuk (Organik, Urea, & NPK Phonska)
= Rp. 13.264.400,-
b. Pestisida
= Rp. 4.105.000,-
c. Tenaga Kerja
= Rp. 5.750.000,-
3. Pemanenan sudah bisa dilakukan pada saat Jeruk Gerga berumur 2 tahun. Produksi rata-rata 5 kg dengan harga jual di tingkat petani Rp. 30.000/kg. Sehingga, penerimaan dan pendapatan yang diperoleh adalah sebesar Rp. 48.750.000,- dan Rp. 29.735.600,-.
Petani diasumsikan memperoleh
keuntungan pada tahun kedua, dengan nilai R/C dan B/C adalah 2,56 dan 1,56. Nilai tersebut menunjukkan bahwa Usahatani Jeruk Gerga layak dari segi ekonomi (nilai R/C dan B/C usahatani Jeruk Gerga > 1). 4. Dihitung secara keseluruhan, dari tahun pertama (memulai usahatani) hingga tahun kedua (panen awal), penerimaan yang diterima belum menutupi modal (total biaya) yang dikeluarkan dengan selisih Rp.
4.413.100,-.
Namun,
selisih tersebut akan tertutupi dengan penerimaan pada tahun berikutnya (tahun ketiga).
28
Lampiran 6. Rangkaian Foto Kegiatan Pengkajian teknologi pembungaan dan pembuahan jeruk RGL di Lebong
Gambar 1. Pertemuan tim pengkajian BPTP dengan petugas lapang dan petani
Gambar 2. Pengambilan contoh tanah untuk analisis di laboratorium
29
Gambar 3. Tim pengkajian jeruk BPTP, PPL dan petani jeruk (kooperator)
Gambar 4. Pemasangan papan perlakuan
30
Gambar 5. Pembuatan kompos dengan bahan dasar kotoran sapi
Gambar 6. Pemangkasan pemeliharaan tanaman jeruk RGL
31
Gambar 7. Pembuatan lubang di sekeliling bawah tajuk tanaman
Gambar 8. Pemupukan tanaman jeruk RGL
32
Gambar 9. Pemasangan perangkap likat kuning untuk hama serangga
Gambar 10. Pengamatan vegetatif tanaman jeruk RGL
33
Gambar 11. Pembukaan acara Temu Lapang Jeruk RGL di Kel. Rimbo Pengadang
Gambar 12. Peserta Temu Lapang Jeruk RGL di Kel. Rimbo Pengadang
34
Gambar 13. Keragaan tanaman jeruk RGL umur 3 tahun dengan aplikasi pupuk berdasarkan hasil analisis tanah/tanaman
Gambar 14. Keragaan tanaman jeruk RGL umur 7 tahunpada kajian umur petik optimal 35
Lampiran 7. Laporan Pelaksanaan Temu Lapang
LAPORAN PELAKSANAAN TEMU LAPANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN MUTU JERUK GERGA (RGL) DI LEBONG MELALUI PEMANGKASAN DAN PEMUPUKAN
BENGKULU, 4 Desember 2012
KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2012
36
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Temu Lapang Peningkatan produktivitas dan mutu Jeruk Gerga (RGL) di
Lebong melalui pemangkasan dan pemupukan telah tersusun. Kegiatan Temu Lapang ini merupakan salah satu kegiatan dalam Pengkajian Teknologi Pembungaan dan Pembuahan Jeruk Gerga di Lebong. Laporan ini berisi rangkaian acara yang telah dilakukan selama pelaksanaan kegiatan Temu Lapang di Kel. Rimbo Pengadang, Kec. Rimbo Pengadang, Kabupaten Lebong. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi dan membantu pelaksanaan kegiatan ini. Semoga Laporan ini bermanfaat.
Bengkulu, Desember 2012 Mengetahui:
Penanggung Jawab,
Ir. Sri Suryani M.Rambe, M.Agr Nip. 19630805 198705 2 007
37
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL................................................................................. KATA PENGANTAR .............................................................................. DAFTAR ISI ........................................................................................ DAFTAR TABEL.................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
i ii iii iv v
I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1.2. Tujuan.........................................................................................
1 1 1
II. METODE PELAKSANAAN . ...................................................................
2
3.1. Lokasi dan Waktu........................................................................ 3.2. Materi Temu Lapang.................................................................... 3.3. Peserta Temu Lapang..................................................................
2 2 2
III. PELAKSANAAN TEMU LAPANG............................................................ 3.1. Pendaftaran................................................................................ 3.2. Acara Pembukaan........................................................................ 3.3. Penyampaian Materi Temu Lapang ............................................... 3.4. Diskusi......................................................................................... 3.5. Demonstrasi pemangkasan, pemupukan dan penggunaan Perangkap................................................................................... 3.6. Penutupan....................................................................................
4 4 4 5 7 8 9
IV. PENUTUP...........................................................................................
10
LAMPIRAN..............................................................................................
11
38
DAFTAR TABEL
Tabel 9.
Halaman Peserta Temu Lapang Jeruk Gerga di Lebong Tahun 2012....................................................................
39
3
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
8.
Surat Perintah Tugas Kepala BPTP Bengkulu tentang Temu Lapang...................................................................................
11
9.
Jadwal Temu Lapang Peningkatan produktivitas dan mutu jeruk Gerga Lebong (RGL).......................................................
12
10.
Rangkaian Foto Kegiatan Pengkajian pembungaan dan pembuahan jeruk Gerga lebong di Provinsi Bengkulu..................
13
40
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Salah satu jenis jeruk yang dikembangkan di Provinsi Bengkulu adalah jeruk Gerga Lebong (tahun 2012 telah didaftarkan sebagai jeruk varietas RGL). Jeruk tersebut merupakan komoditas unggulan Kabupaten Lebong karena mempunyai keunggulan kompetitif, yaitu buahnya sepanjang
tahun.
Pemda
Lebong
berwarna kuning-orange dan berbuah
didukung
oleh
Dirjen
hortikultura
sedang
mengembangkan komoditas jeruk RGL di Kecamatan Rimbo Pengadang menjadi kawasan agribisnis hortikultura khususnya jeruk. Dalam usahatani jeruk RGL masih ditemui beberapa hambatan antara lain produktivitas yang beragam, mutu buah rendah seperti kulit buah burik, kotor, tidak mulus, warna buah tidak menarik/pucat, rasa buah beragam, dan sebagainya. Pengkajian pemangkasan dan pemupukan jeruk RGL untuk memperoleh komponen teknologi spesifik lokasi telah dilakukan untuk mencapai produktivitas yang optimal, penampilan dan mutu/kualitas buah yang tinggi.
Hasil kajian tersebut perlu
disampaikan kepada pengguna. 1. 2. Tujuan Tujuan Temu Lapang untuk menyampaikan konsep peningkatan produktivitas dan mutu buah jeruk RGL melalui pemangkasan dan pemupukan agar pengguna dapat memahami dan mau menerapkan komponen teknologi budidaya jeruk RGL.
II.
METODE PELAKSANAAN
2.1. Dasar Pelaksanaan Kegiatan Temu Lapang Peningkatan produktivitas dan mutu Jeruk Gerga (RGL) di Lebong melalui pemangkasan dan pemupukan dilaksanakan berdasarkan Surat Perintah Tugas (SPT) Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu tanggal 26 November No.3011/KP.340/I.12.4/11/2012 (Lampiran 1). Kegiatan Temu Lapang ini merupakan bagian dari kegiatan Pengkajian Teknologi Pembungaan dan Pembuahan Jeruk Gerga di Lebong. 2.2. Lokasi dan Waktu Temu Lapang Peningkatan produktivitas dan mutu Jeruk Gerga (RGL) di Lebong melalui pemangkasan dan pemupukan dilaksanakan di kebun jeruk RGL di Kelurahan Rimbo Pengadang, Kecamatan Rimbo Pengadang Kabupaten Lebong
tanggal 4
Desember 2012. 2.3. Materi Temu Lapang Materi yang disampaikan pada acara Temu Lapang Jeruk adalah: 1) Program pengembangan Jeruk RGL oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebong 2) Dukungan BPTP Bengkulu dalam pengembangan Jeruk RGL 3) Hasil Pengkajian Teknologi pemangkasan dan pemupukan tanaman jeruk RGL 4) Agribisnis jeruk RGL Lebong dan 5) Pengalaman petani jeruk RGL. Acara
dilanjutkan
dengan
demonstrasi
pemangkasan,
pemupukan
dan
penerapan teknologi pengendalian hama utama jeruk yang mempengaruhi kualitas buah yaitu aplikasi perangkap likat kuning dan perangkap steiner untuk hama serangga. 2.4. Peserta Temu Lapang Peserta Temu Lapang Jeruk RGL tanggal 4 Desember 2012 di Kelurahan Rimbo Pengadang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Peserta Temu Lapang Jeruk Gerga di Lebong Tahun 2012 No. Instansi 1
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab. Lebong dan
Jumlah (orang) 5
BP4K Kab. Lebong 2
BPTP Bengkulu
8
3
Korluh, PPK, PPL, Lurah Rimbo Pengadang
6
4
Petani Jeruk
61
Jumlah
80
III.
PELAKSANAAN TEMU LAPANG
3.1. Pendaftaran Peserta Sebelum acara dimulai, dilakukan registrasi peserta. Peserta yang hadir berjumlah sekitar 80 orang yang terdiri dari petani kelompok Tani Rimba Lestari Kel. Rimbo Pengadang dan petani dari 6 kelompok tani jeruk lainnya yang berasal dari Kel. Rimbo Pengadang dan desa sekitarnya di Kecamatan Rimbo Pengadang, petugas lapang (PPL, PPK, Kepala balai Benih Hortikultura), Lurah Rimbo Pengadang, pejabat dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab. Lebong, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kab. Lebong dan rombongan, pengusaha/swasta dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. 3.2. Acara Pembukaan Kata sambutan Kepala BPTP Bengkulu yang diwakili oleh Wilda Mikasari, STP, MSi mengawali acara pembukaan Temu lapang. Beliau menyampaikan permohonan maaf dari Kepala BPTP Bengkulu karena tidak bisa hadir pada kegiatan temu lapang ini. BPTP Bengkulu merupakan UPT dari Badan Litbang Pertanian dengan tupoksi antara lain melakukan pengkajian yang menghasilkan teknologi spesifik lokasi. Teknologi yang dicari adalah teknologi yang paling mudah dan murah yang bisa diterapkan petani. BPTP harus merespon permintaan dinas arau instansi terkait antara lain pengkajian Jeruk RGL. Dalam melaksanakan pengkajian, BPTP Bengkulu selalu berkonsultasi dengan Pusat Penelitian Hortikultura, Balai Penelitian Jeruk dan Tanaman Sub Tropika maupun Balai Penelitian Tanah. BPTP selalu melaksanakan temu lapang pada kegiatan pengkajian yang telah dilakukan.
Temu Lapang
dilaksanakan di Kabupaten Lebong, karena adanya kegiatan pengkajian Teknologi Pembungaan dan Pembuahan Jeruk Gerga di Desa Rimbo Pengadang. Hasil kajian yang telah diperoleh wajib di diseminasikan kepada petani kooperator dan petani sekitarnya, petugas lapang dan stakeholder dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan serta dapat memotivasi petani. Teknologi yang diperoleh diharapkan dapat tersampaikan dan diterapkan oleh petani sehingga produktivitas jeruk RGL dapat ditingkatkan. Selanjutnya Kepala BP4K bahwa
menyampaikan kata sambutan yang intinya adalah
kegiatan pengkajian teknologi pembungaan dan pembuahan Jeruk RGL ini
adalah untuk menjaga mutu/kualitas buah sehingga dapat bersaing di pasar serta
meningkatkan produktivitas jeruk RGL karena jeruk RGL sudah dikenal di luar provinsi, menjadi salah satu komoditas unggulan dan diharapkan dapat menjadi kecamatan agribisnis jeruk di Kabupaten Lebong. Temu lapang ini diharapkan dapat memajukan kelompok tani, merubah perilaku petani tentang teknologi budidaya jeruk. Setelah menyampaikan kata sambutannya, beliau membuka acara Temu Lapang. 3.3. Penyampaian Materi Temu Lapang Materi pertama adalah Program Pengembangan Jeruk Gerga (RGL) di Kabupatenn Lebong oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lebong yang diwakili oleh Adil Tarigan, SP. Beliau menyampaikan bahwa tanaman jeruk RGL yang sudah berproduksi di Kecamatan Rimbo Pengadang sekitar 60 ha yang terdiri dari 40 ha milik pengusaha dan 20 ha kebun petani (Maharani dan Syamsul). Pada tahun 2011, telah dilakukan pengembangan pertanaman jeruk RGL seluas 100 ha. Tahun 2012 juga seluas 100 ha, dan pada tahun 2013, direncanakan diprogramkan seluas 200 ha untuk wilayah Desa Rimbo Pengadang dan Tapus. Sekarang sudah masuk pada tahap CPCL. Program ini, didukung secara antusias oleh Pemda Lebong, Dirjen Hortikultura maupun masyarakat Lebong secara (baik teknis maupun non teknis) sehingga diharapkan dapat terlaksana dengan baik serta dapat bermanfaat bagi petani.
Program ini adalah dari kita, oleh kita, dan untuk kita.
Direncanakan akan ada tanaman sela (tumpang sari) Jeruk RGL dengan tanaman rempah-rempahan (seperti jahe, kunyit, dan kencur) serta tanaman pisang. Materi kedua adalah Peluang agribisnis Jeruk RGL yang disampaikan oleh pengusaha jeruk (Selviana). Beliau sudah berpengalaman selama 7 tahun dalam berusahatani jeruk RGL. Pemasaran Jeruk RGL sudah sampai ke pusat dan wilayah lainnya seperti Maluku dan Kalimantan.
Melalui program pengembangan agribisnis
Jeruk RGL ini, petani diharapkan dapat berkerjasama dengan baik, untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama. Yang harus diingat bersama adalah bahwa usahatani Jeruk RGL ini membutuhkan kedisiplinan dan ketekunan dalam pelaksanaannya. Kunci keberhasilan agribisnis hortikultura adalah kerja keras, serius, disiplin, jangan putus asa dan mau berkorban. Beliau mengharapkan bimbingan dan pendampingan dari BPTP Bengkulu. Demikian juga dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, BP4K Kabupaten Lebong dan instansi terkait diharapkan dapat terus berlangsung, sehingga usahatani Jeruk RGL di wilayah ini dapat semakin berhasil.
Materi ketiga adalah pengalaman petani dalam berusahatani jeruk RGL yang dibawakan oleh petani kooperator (Pak Maharani). Beliau menyampaikan sejarah Jeruk RGL yang berasal dari Isarel dan dibawa orang Thailand ke negaranya. Lalu ditanam di Brastagi Sumatera Utara, lalu dibawa ke Bengkulu. Petani tersebut sudah berpengalaman selama 6 tahun dalam usahatani Jeruk RGL ini. Beliau menyatakan bahwa Jeruk RGL sesuai untuk dibudidayakan di Kelurahan Rimbo Pengadang dan Desa Tapus karena cocok dengan daerah yang tinggi dengan suhu rata-rata 19-290 C. Dari umur 0-2 tahun, usahatani Jeruk RGL membutuhkan biaya yang cukup besar. Budidaya Jeruk RGL
tidak terlalu susah jika dipelihara dengan sebaik-baiknya dan
tentunya adanya dukungan dari pihak BPTP. Materi keempat adalah Dukungan BPTP terhadap pengembangan Jeruk RGL yang disampaikan oleh Wilda Mikasari, STP, MSi yang mewakili Kepala BPTP Bengkulu. Beliau menyampaikan bahwa BPTP merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Badan Litbang Pertanian dan ada di setiap provinsi di Indonesia. BPTP memiliki tupoksi menghasilkan teknologi spesifik lokasi serta mendiseminasikan hasil pengkajian spesifik lokasi yang efektif dan efisien kepada pengguna serta dapat diterapkan oleh petani. Pemilihan komoditas Jeruk RGL dikarenakan Jeruk RGL merupakan salah satu komoditi unggulan di Kabupaten Lebong. BPTP bekerjasama dengan Balitjestro dan puslit lainnya serta instansi terkait untuk meningkatkan teknologi budidaya di tingkat petani. BPTP memberikan dukungan teknologi dan Dinas dalam bentuk dana. Materi yang terakhir adalah Hasil Pengkajian Teknologi Pembungaan dan Pembuahan Jeruk Gerga (RGL) yang disampaikan oleh Ir. Sri Suryani M. Rambe,M.Agr. Dalam pelaksanaan pengkajian selama 8 bulan pada tahun 2012 telah dilakukan 2 kali pemupukan tanaman jeruk. Terdapat pengaruh pemupukan terhadap jumlah buah jeruk. Dosis pemupukan berdasarkan analisis tanah/tanaman (Dolomit, kompos, 120 gr Urea dan 1200 gr NPK/pohon/tahun yang diberikan setiap 3 bulan), baik dengan pemangkasan rekomendasi ataupun cara petani menghasilkan jumlah jeruk yang lebih banyak yaitu berkisar 95 s/d 133 buah. Pengaruh pemangkasan yang teratur terlihat pada penampilan buah.Buah-buah dengan pemangkasan rekomendasi lebih cerah warnanya dibandingkan tanaman yang jarang dipangkas yang terlihat berwarna pucat. Diharapkan petani dapat menerapkan teknologi tersebut di lahannya masing-masing. Disarankan agar petani membandingkannya dengan cara sebelumnya yang pernah dilakukan untuk melihat perbedaan hasilnya.
3.4. Diskusi Acara diskusi dipandu oleh Drs. Afrizon,MSi dari BPTP Bengkulu. Peserta Temu Lapang aktif bertanya. Penanya pertama adalah Bustami (Rimbo Pengadang). Pertama-tama
beliau
menyampaikan
apresiasi
kepada
Pak
Maharani,
petani
kooperator karena terobosan yang dilakukan untuk pengembangan jeruk RGL. Pertanyaan dan tanggapannya adalah 1) berapa kebutuhan biaya usahatani Jeruk RGL per tahun; 2) mohon dukungan dari Pemda dan BPTP dalam pengembangan Jeruk RGL; dan 3) petani masih menggunakan teknik sederhana, dan adakah dukungan dari pemerintah untuk teknologinya? Penanya kedua adalah Hason (Ketua Kelompok Tani Maju Bersama). Tanggapannya yaitu 1). Pengalaman berusahatani Jeruk RGL sudah 1 tahun dan baru mengenal tentang pemangkasan. Bagaimana teknis di lapangannya?; 2) secara teknis dan ekonomi usahatani jeruk belum terjangkau petani , karena dalam 1 tahun biaya untuk berusahatani jeruk RGL sudah mencapai 16 juta. Penanya ketiga adalah Ariyanto (Rimbo Pengadang). Beliau sangat mengharapkan bantuan teknologi dari BPTP Bengkulu. Pertanyaannya adalah 1) bagaimana cara mengendalikan hama pada tanaman jeruk tanpa menggunakan pestisida; 2) diharapkan ada tim teknis yang mendampingi budidaya jeruk yang tinggal dekat dengan lokasi atau dengan Desa Rimbo Pengadang. Pemateri menjawab pertanyaan ketiga penanya. Pak Maharani menyatakan bahwa biaya usahatani Jeruk RGL pada saat tanaman berumur 0-1 tahun adalah Rp. 90.000/batang. Tahun ke 2, Rp. 180.000/batang. Tahun ke 3, Rp. 300.000/batang/ tahun.
Sampai dengan tahun ke 5, pendapatan yang diperoleh belum mencukupi
pengeluaran yang telah dilakukan. Pendapatan yang diperoleh diputar atau dijadikan modal kembali untuk pemeliharaan tanaman. Pada saat tanaman berumur 6-8 tahun, sudah ada keuntungan yang diperoleh. Pemangkasan perlu dilakukan. Pemangkasan petani baru dilakukan pada saat tanaman berumur 2 tahun dan seterusnya. Pengusaha (Selviana) menyampaikan bahwa kunci dari keberhasilan usahatani jeruk adalah
berani
berkorban.
Pemupukan
yang dilakukan
harus
sesuai
dengan
rekomendasi, pemangkasan perlu dilakukan dan harus dilakukan tepat pada waktunya agar tajuknya tidak bersinggungan. Pada umur tanaman jeruk RGL 7 tahun, bunga/buahnya dua kali lipat daripada jeruk siam. Dari BPTP Bengkulu (Sri Suryani M. Rambe) menyatakan bahwa petani bisa membandingkan dan melihat sendiri hasilnya, antara tanaman yang dipangkas dengan yang tidak. Buah yang berwarna oranye cerah diperoleh pada tanaman yang
dipangkas teratur sesuai rekomendasi, sedangkan buah yang pucat (penampilan kurang menarik) dihasilkan pada tanaman yang jarang dipangkas.
BPTP Bengkulu
siap memberi dukungan dalam aspek teknologi. Ahli hama penyakit tanaman BPTP Bengkulu (Kusmea Dinata) menyampaikan bahwa pengendalian hama tanaman jeruk dapat dilakukan dengan pengendalian hama terpadu. Penggunaan benih yang bebas penyakit, pemeliharaan tanaman seperti pemangkasan dan pemupukan sesuai rekomendasi, penggunaan perangkap likat kuning dan perangkap steiner untuk pengendalian hama penggerek buah dan lalat buah. Penggunaan pestisida harus dilakukan secara bijaksana, tepat waktu dan dosis dengan melakukan monitoring terhadap populasi dan gejala serangan di lapangan. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lebong menyarankan agar dari BP4K dapat memprogramkan petugas/penyuluh secara khusus untuk mendampingi petani jeruk di Desa Rimbo Pengadang. Dinas juga sudah membuat program studi banding petugas yang berkaitan dengan pengembangan jeruk ke daerah sentra produksi jeruk. Kepala Balai Benih Induk Hortikultura Kabupaten Lebong (Bambang Suwantoro) menyampaikan bahwa pada tahun 2013, rencananya Balit Jestro akan melakukan pendampingan SOP (Standar Operasional Prosedur) langsung di lapangan. Perlu penelitian khusus tentang pupuk Karenkali yang digunakan pemilik kebun swasta almarhum Gelora yang bisa menyebabkan buah menjadi manis.Pupuk ini sukar didapat sehingga perlu ada alternatif pupuk lainnya. Kepala BP4K Kabupaten Lebong menyatakan bahwa tupoksi penyuluh adalah melakukan pendampingan. Permasalahan yang ada di lapangan, akan dicari solusinya ke BP4K ataupun ke BPTP Bengkulu. Setelah diskusi, peserta Temu Lapang mengikuti acara demonstrasi yang diperagakan oleh Tim dari BPTP Bengkulu. 3.5. Demonstrasi pemangkasan, pemupukan dan penggunaan perangkap Materi demonstrasi cara yang dilakukan adalah aspek-aspek yang berkaitan dengan
peningkatan
kuantitas
dan
kualitas/penampilan
buah.
Demonstrasi
pemangkasan dilaksanakan agar peserta memahami cara memangkas yang baik, bagian-bagian tanaman yang perlu dipangkas dan pengaruh pemangkasan terhadap penampilan buah. Demonstrasi cara memupuk yang baik dilakukan agar peserta memahami cara memupuk dengan membuat 4 - 5 lubang disekeliling tanaman dibawah tajuk terluar. Demonstrasi penggunaan perangkap likat kuning dan
perangkap steiner untuk menangkap hama serangga seperti lalat buah dan penggerek buah. Peserta Temu Lapang mengikuti acara dengan seksama baik karena sebagian besar peserta belum memahami dan menerapkan cara pemangkasan dan pemupukan yang benar dan belum
menggunakan perangkap hama dalam mengendalikan
serangga hama. 3.6. Acara Penutupan Setelah melakukan demonstrasi serta diskusi maka acara Temu Lapang berakhir. Saat penutupan terlihat bahwa peserta masih lengkap dan tetap bersemangat. Acara Temu Lapang ditutup oleh Kepala BP4K Kabupaten Lebong.
IV.
PENUTUP
Kegiatan Temu Lapang berjalan dengan lancar dengan jumlah peserta 80 orang. Semua acara dapat terlaksana dan respon petani, petugas lapang, pengusaha maupun stakeholder sangat baik. Keberadaan BPTP Bengkulu sangat diharapkan dalam mendukung pengembangan tanaman jeruk RGL di Kabupaten Lebong.
Lampiran 1. Surat Perintah Tugas Kepala BPTP Bengkulu tentang Temu Lapang Peningkatan produktivitas dan mutu Jeruk Gerga (RGL) di Lebong melalui pemangkasan dan pemupukan
SURAT PERINTAH TUGAS Nomor : 3011/KP.340/I.12.4/11/2012
I. Dasar 1. Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Nomor : 2174/01809.2.01/08/2012 tanggal 9 Desember 2011. 2. Surat Keputusan Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Nomor 74/Kpts/.KP.440/I.12.9/01/12 tanggal 6 Januari 2012, tentang Pengangkatan Penanggung Jawab dan Anggota Tim Pengkajian dan Diseminasi Tahun 2012. II. Menugaskan Kepada : No. Nama 1. Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP 2. Ir. Sri Suryani M Rambe, M.Agr 3. Kusmea Dinata, SP 4. Irma Calista, ST 5. Drs. Afrizon, MSi 6. Lina Ivanti, STP 7. Bunaiyah Honorita, SP 8. Ina Hartati 9. Robiyanto III.
Uraian Tugas Pengarah Penanggung Jawab kegiatan Ketua Pelaksana Sekretaris Urusan Umum Urusan Materi Anggota Urusan Materi Urusan Keuangan Urusan Perlengkapan
Melaksanakan Temu lapang kegiatan Pengkajian Pembungaan dan Pembuahan Jeruk Gerga Lebong yang akan dilaksanakan pada tanggal 4 Desember 2012. Surat Perintah Tugas ini berlaku sejak diterbitkan sampai selesai pelaksanaan dan penyusunan laporan Temu Lapang ini. Demikian Surat Perintah Tugas ini dibuat untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Bengkulu, 27 November 2012
Lampiran 2. Jadwal Temu Lapang Peningkatan produktivitas dan mutu jeruk Gerga Lebong (RGL) Tanggal : 4 Desember 2012 NO.
WAKTU/JAM
1
09.00 - 10.00
Pendaftaran peserta
2
10.00 – 10.45
3
10.45 - 11.15
Pembukaan Program pengembangan Jeruk Gerga (RGL)
4
11.15 – 11.45
Peluang agribisnis Jeruk RGL
5
11.45 – 12.15
Pengalaman petani berusahatani jeruk
6
12.15 - 12.45
URAIAN
Dukungan BPTP Bengkulu pengembangan Jeruk RGL
NARASUMBER
Panitia Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebong Pengusaha swasta
dalam
Petani jeruk
Kepala BPTP Bengkulu
12.45 – 13.15
Ishoma
13.15 – 14.15
Hasil Pengkajian Teknologi Pembungaan BPTP Bengkulu dan Pembuahan Jeruk Gerga (RGL)
9
14.15 – 15.15
Demo dan Diskusi
10
15.15 - Selesai
Penutupan
7 8
KETERANGAN
Panitia
BPTP Bengkulu Kepala BP4K Kab. Lebong
Panitia
Lampiran 3. Rangkaian kegiatan temu lapang jeruk gerga (RGL) di Kabupaten Lebong
Acara pembukaan Temu Lapang Jeruk RGL di Kel.Rimbo Pengadang tanggal 4 Desember 2012
Sambutan Kepala BPTP Bengkulu yang diwakili oleh Wilda Mikasari, SPT,MSi pada acara pembukaan Temu Lapang Jeruk di Kel.Rimbo Pengadang
Sambutan Kepala BP4K Kab.Lebong, Syapiul Kolbi, SP pada acaraTemu Lapang Jeruk di Kel.Rimbo Pengadang
Pengusaha (Selviana) sedang menyampaikan peluang agribisnis jeruk RGL pada Temu Lapang Jeruk
Peserta Temu Lapang Jeruk di Kel. Rimbo Pengadang
Peserta Temu Lapang Jeruk di Kel. Rimbo Pengadang
53
Petani jeruk dari Kel. Rimbo Pengadang mengajukan pertanyaan saat acara diskusi
Demonstrasi cara pemangkasan yang diperagakan oleh Robiyanto dari BPTP Bengkulu
Demonstrasi cara pemupukan yang dipandu oleh Ir. Sri Suryani M.R., M.Agr dari BPTP Bengkulu
Demonstrasi aplikasi perangkap hama yang diperagakan oleh Kusmea Dinata, SP dari BPTP Bengkulu