FENOLOGI DAN PENGATURAN PEMBUNGAAN PADA JERUK SIAM (Penology and Bloom regulation on Tangerine cv Siam) Suhariyono, Retno Pangestuti, Sutopo, Arry Supriyanto dan Emi Budiyati BALAI PENELITIAN TANAMAN JERUK DAN BUAH SUBTROPIKA
ABSTRAK Fenologi tahunan jeruk siam penting diketahui untuk mengelola pembungaan, panen dan teknik budidaya lainnya. Penelitian fenologi jeruk siam tahun pertama ini dilakukan mulai bulan April sampai Desember 2006 di Desa Sendang-Kecamatan Jambon Ponorogo, Jawa Timur dengan tujuan untuk mendapatkan fenologi pertumbuhan dan pembungaan tanaman jeruk siam dilengkapi dengan pemasangan kaca rizotron, serta kegiatan manipulasi fisik tanaman dengan perlakuan pemangkasan akar dan cabang di Kebun Percobaan Tlekung, Balitjeruk dengan tujuan mendapatkan gambaran perubahan fisiologi pembungaan yang terjadi akibat pemangkasan akar dan cabang tanaman. Hasil penelitian di Ponorogo menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman pada bulan Mei hingga September 2006 pada fase perkembangan buah yang mencapai diameter buah maksimal sebesar 5,3 cm dengan bobot 79,65 gram/buah. Perkembangan buah ini juga diikuti oleh fenomena pertumbuhan akar yang muncul pada kaca rizotron pada bulan Juni sampai Desember 2006 dengan ratarata jumlah akar sebanyak 18 akar dengan panjang akar maksimal mencapai 57,6 cm. Panen 4 Oktober 2006 dengan produksi 24 kg/pohon. Hujan pertama pada tanggal 29 Nopemer diikuti hujan lebat selama bulan Desember 2006 dengan total curah hujan 1135 mm memicu pertumbuhan flush/tunas, bunga dan buah yang terbentuk/fruitset, namun curah hujan yang tinggi mengakibatkan kerontokan bunga dan buah muda mencapai 90% pada akhir Desember 2006. Kata kunci : Fenologi, jeruk siam. ABSTRACT Annual penology of tangerine cv. Siam is important to know in order to manage bloom, harvest and other cultivation technique. This first year phenology study of tangerine cv. Siam was conducted starting on April until December 2006 at Sendang Village - Jambon Sub-District, Ponorogo, East Java. It aimed to obtain growth penology and bloom on the plant of mandarin cv. Siam furnished by rizotron glass installation, and plant physical manipulation activity with the treatment of root and branch pruning at Tlekung Experimental Field - ICISFRI which aimed to find out description of bloom physiology change occurred resulted from root and branch pruning. Research result in Ponorogo showed that plant growth on May until September 2006 in fruit development stage reached maximum fruit diameter by 5.3 cm with 79.65 gr/fruit in weight. This fruit development was also followed by root growth phenomena emerging on rizotron glass over June until December 2006 with 18 roots average number and maximum root length reached 57.6 cm.
310
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
Harvest was carried out on October 2006 with 24kg/tree in production. First rain that took place on November 29 followed by heavy rain during December 2006 by total rainfall at 1135 mm triggered shoot growth, flower and fruit in fruit set type, but higher rainfall caused flower and young fruit dropped approximately 90 percent at the end of December 2006. Keywords : Penology, tangerine cv. Siam. PENDAHULUAN Jeruk merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan nasional, hal ini dapat dilihat dari total produksi, luas areal tanam dan konsumsi dalam negeri yang sangat besar. Total produksi jeruk sekitar 968.132 ton/th (tahun 2002), dengan produktifitas dan kualitas yang masih rendah dan beragam. Produktifitas jeruk secara nasional 20,2 ton/ha masih jauh dibandingkan potensi hasil yang dapat mencapai 40 ton/ha. Selain itu permintaan pasar dalam negeri belum dapat terpenuhi (5,1 kg/tahun per kapita) sehingga masih diperlukan impor jeruk yang cukup besar, yaitu rata-rata mencapai 43.341 ton per tahun dengan nilai sekitar Rp. 180 milyar dan diperkirakan terus meningkat (Supriyanto, 2004). Masalah yang sering muncul dalam agribisnis jeruk di Indonesia khususnya jeruk siam yang diusahakan lebih dari 18 propinsi di Indonesia adalah musim panen jatuh bersamaan sehingga harga rendah, ketersediaan buah jeruk relatif singkat dan tidak terpenuhinya buah secara berkesinambungan serta produktifitas tanaman dan mutu buah belum optimal. Salah satu cara mengatasi hal tersebut adalah dengan melakukan pengaturan pembungaan dan panen jeruk. Beberapa teknik pengaturan yang dapat dilakukan pada tanaman jeruk diantaranya strangulasi/girdling/pencekikan batang (Yumanishi & Hasegawa, 1995; Susanto et al., 2002), stress air (Southwich & Davenport 1986, 1987; Djoma'ijah et al., 1996; Pangestuti et al., 2004) serta penggunaan hormon dan nutrisi (Goldschmidt et al., 1985; Prahardini et al., 1989; Sagee & Erner. 1991). Cara-cara manipulasi lain perlu dikaji dan dieksplorasi lebih lanjut, termasuk caracara yang secara existing telah dilakukan petani. Di Indonesia, meskipun belum tertata dengan baik, beberapa cara manipulasi lingkungan untuk mengatur pembungaan telah dilakukan seperti penggunaan hormon tumbuh, penggunaan pupuk urea oleh petani di Jember dan pengaturan pemberian air. Pada daerah dengan curah hujan merata sepanjang tahun seperti di Pontianak Kalbar dan Mamuju Sulbar, pembentukan bunga dapat terjadi sepanjang tahun. Manipulasi tanaman seperti pemangkasan akar pada daerah pasang surut Kalsel dan pemangkasan tunas atau bunga telah pula dilakukan di beberapa daerah, meskipun hasilnya belum terlalu memuaskan.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
311
Untuk dapat memilih teknik mana yang tepat pada suatu daerah, diperlukan pemahaman fenologi baik jangka pendek maupun panjang. Selain itu siklus fenologi juga diperlukan untuk menentukan kapan dan teknik produksi apa yang dapat dilakukan dalam pengelolaan kebun untuk meningkatkan produksi tanaman. Pemetaan interaksi pertumbuhan dan lingkungan dalam dimensi waktu akan memperlihatkan pola siklus fenologi tanaman tersebut. Kondisi lahan budidaya yang berbeda diduga akan memunculkan fenomena pertumbuhan dan pembungaan yang berbeda, sehingga perlu dilakukan pengamatan pada jeruk dengan kondisi lahan yang berbeda. BAHAN DAN METODE Pendekatan Pengaturan pembungaan dan panen jeruk Siam pada kondisi lahan yang berbeda perlu didasari pemahaman terhadap fenologi pertumbuhannya. Pemahaman terhadap fenologi tanaman khususnya fenologi pembungaan akan bermanfaat dalam memilih saat dan cara manipulasi yang dilakukan. Pengamatan fenologi tanaman jangka panjang idealnya dilakukan dalam jangka waktu 10-20 tahun dan jangka pendek dalam waktu 3-5 tahun, karena berbagai keterbatasan, pada penelitian ini fenologi jangka panjang diamati selama 4 tahun mulai 2006-2009, sedang fenologi jangka pendek diamati selama 1 tahun. Sebagai simulasi dilakukan manipulasi fisik berupa pemangkasan akar dan tajuk pada tanaman jeruk dikebun percobaan. Data fenologi tahun pertama selanjutnya akan digunakan sebagai landasan dalam melakukan pengamatan teknik, unsur-unsur dan hormon yang berpengaruh dalam proses pembungaan jeruk siam pada tahun-tahun berikutnya. Metode Analisis Fenologi Tahunan Jeruk Siam: Kegiatan penelitian mengacu pada penelitian fenologi yang dilakukan Lomas dan Burd (1983) pada beberapa jeruk komersial di Israel. Bahan pengamatan pada masingmasing lokasi berupa 8 tanaman jeruk Siam usia 3-5 tahun, masing-masing diambil sampel 4 cabang yang menghadap ke utara, selatan, timur dan barat, pengamatan perakaran. Pengamatan meliputi pengamatan komponen tanaman, iklim dan teknik budidaya yang dilakukan.
312
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
Pengamatan komponen iklim dilakukan bekerja sama dengan stasiun pengamat iklim setempat meliputi curah hujan, suhu dan kelembaban (jika ada). Data pelengkap berupa teknik budidaya yang dilakukan meliputi pemangkasan (waktu, cara), penyiraman (waktu, volume, cara) dan pemupukan (waktu, dosis, cara) yang dilakukan mengacu pada teknik umum yang dilakukan di daerah setempat khususnya pada kebun yang digunakan sebagai tempat penelitian. Cakupan Kegiatan Fenologi Tahunan Jeruk Siam: Penelitian dilakukan pada kebun jeruk siam Ponorogo, Jawa Timur. Hasil kegiatan tahun pertama, dapat digunakan sebagai gambaran untuk merancang penelitian aplikatif tahun berikutnya. Bahan pengamatan penelitian di kebun jeruk Ponorogo berupa 8 tanaman jeruk Siam usia 3-5 tahun, masing-masing diambil sampel 4 cabang yang menghadap ke utara, selatan, timur dan barat. Pengamatan meliputi pengamatan terhadap komponen tanaman, iklim dan teknik budidaya yang dilakukan di masing-masing daerah. Pengamatan komponen tanaman meliputi saat munculnya akar (root flush), flush, kuncup (bud), kuncup mekar (opening bud), bunga, buah dan saat panen. Fluktuasi pertambahan dan gugur kuncup, kuncup mekar, bunga, dan buah dihitung seminggu sekali. Pengamatan terhadap hormon utama yang berpengaruh pada pembungaan jeruk siam (auksin, giberelin dan sitokinin) dilakukan dengan mengambil sampel pucuk, kuncup dan bunga pada saat sebelum, saat dan setelah bunga mekar.Pengamatan komponen iklim meliputi curah hujan, suhu dan kelembaban, bekerja sama dengan stasiun pengamat iklim setempat. Data teknik budidaya meliputi pemangkasan, penyiraman dan pemupukan yang dilakukan. Kegiatan simulasi manipulasi fisik berupa pemangkasan akar dan pucuk dilakukan di KP Tlekung. Fenologi kedua perlakuan itu dibandingkan dengan tanaman kontrol. Kegiatan ini menggunakan 6 tanaman jeruk siam berumur 2- tahun, 3 tanaman dilengkapi dengan rizotron untuk pengamatan komponen perakaran. Pengamatan lainnya menggunakan 3 tanaman yang ditanam di dalam pot. Pengamatan dilakukan terhadap perubahan saat munculnya akar (root flush), pertambahan panjang akar, flush, kuncup (bud), bunga, buah dan saat panen akibat perlakuan manipulasi yang dilakukan.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
313
Parameter yang Diamati Fenologi Tahunan Jeruk Siam: 1. Saat munculnya flush, kuncup (bud), kuncup mekar (opening bud), bunga, buah dan saat panen ditentukan saat 30-50% telah muncul dari keseluruhan sampel cabang yang diamati. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan hand counter. Fluktuasi pertambahan dan gugur kuncup, kuncup mekar, bunga dan buah. Dihitung setiap minggu sekali mulai muncul hingga tidak terjadi keguguran atau pertambahan yang berarti pada sampel cabang yang diamati. 2. Pengamatan komponen iklim dilakukan bekerja sama dengan stasiun pengamat iklim setempat meliputi curah hujan, suhu dan kelembaban (jika ada). Data pelengkap berupa teknik budidaya yang dilakukan meliputi pemangkasan (waktu, cara), penyiraman (waktu, volume, cara) dan pemupukan (waktu, dosis, cara) yang dilakukan mengacu pada teknik umum yang dilakukan di daerah setempat khususnya pada kebun yang digunakan sebagai tempat penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Fenologi pertumbuhan tanaman jeruk Siam di Ponorogo Pengamatan terhadap komponen pertumbuhan tanaman dilakukan pada 4 tanaman yang telah dipasang rizotron dan 4 tanaman lain yang tidak dipasang rizotron pada tanggal 2 Mei 2006. Pemasangan rizotron dimaksudkan untuk pengamatan perkembangan akar. Rizotron ditempatkan pada tanaman dan sisi yang berbeda sesuai arah mata angin yaitu menghadap utara, barat, timur dan selatan. Selain itu untuk pengamatan perumbuhan dan perkembangan buah sampai dengan panen masing-masing rizotron dan tanaman sampel tanpa rizotron diambil sampel 4 cabang yang menghadap ke utara, selatan, timur dan barat. Hasil pengamatan komponen tanaman pada masing masing-masing rizotron sejak Mei sampai 4 Oktober 2006 seperti tertera pada tabel 1.
314
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
Tabel 1. Pengamatan Komponen Tanaman Pada Rizotron di Ponorogo, 2006. (Observation Component of Plant on Rizotron at Ponorogo, 2006) Komponen Pengamatan Jumlah buah awal juni 2006
Tanaman Rizotron A
Tanaman Rizotron B
Tanaman Rizotron C
Tanaman Rizotron D
Rata-rata
340
366
523
477
426,5
Jumlah cabang skunder
2
2
2
3
2,7
Jumlah cabang tersier
7
5
3
8
5,7
Jumlah cabang kuarter utara
8
5
6
8
6,7
Jumlah cabang kuarter selatan
6
15
11
8
10
Jumlah cabang kuater timur
8
13
4
3
7
Jumlah cabang kuarter barat
8
11
9
11
9,7
Jumlah cabang kuarter
30
44
30
30
41
Diameter batang (cm)
4,9
5,2
5,4
5,4
5,2
Tinggi tanaman (cm)
200
250
230
267
236.7
Lebar canopi utara-selatan (cm)
248
265
295
250
264,5
Lebar canopi barat-timur (cm)
290
300
310
227
281,7
Jumlah buah saat panen okt .2006
311
329
447
419
376,5
Bobot buah saat panen (kg/pohon)
22,10
23,30
30,90
29,70
26,50
Sedangkan hasil pengamatan komponen tanaman pada 4 tanaman sampel tanpa rizotron sejak Mei sampai 4 Oktober 2006 seperti tertera pada tabel 2.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
315
Tabel 2. Pengamatan Komponen Tanaman di Ponorogo, 2006. (Observation Component of Plant at Ponorogo, 2006) Komponen Pengamatan Jumlah buah awal juni 2006
Tanaman A
Tanaman B
Tanaman C
Tanaman D
Rata-rata
247
456
308
395
351.5
Jumlah cabang skunder
3
2
3
3
3,7
Jumlah cabang tersier
9
5
7
9
7,5
Jumlah cabang kuarter utara
15
12
9
17
13.3
Jumlah cabang kuarter selatan
13
10
20
7
12,5
Jumlah cabang kuater timur
8
10
31
16
16,3
Jumlah cabang kuarter barat
20
16
5
11
13.0
Jumlah cabang kuarter
56
48
65
41
53 .1
Diameter batang (cm)
5,5
6,3
4,7
4,7
5,3
Tinggi tanaman (cm)
225
230
220
280
238,7
Lebar canopi utara-selatan (cm)
90
290
310
270
240.0
Lebar canopi barat-timur (cm)
230
280
270
190
242,5
Jumlah buah saat panen okt .2006
221
387
283
347
309,5
Bobot buah saat panen (kg/pohon)
15,20
26,70
19,80
24,50
21,55
Hasil pengamatan rara-rata 8 pohon baik yang dipasang rizotron maupun tanpa rizotron menunjukan bahwa pada umur 3 tahun Jeruk Keprok Siam Ponorogo rata-rata memiliki tinggi tanaman 237,3 cm, lebar canopi utara selatan 258 cm, lebar kanopi barattimur 309 cm, diameter batang 5,25 cm, jumlah cabang kuarter sebanyak 47 cabang dan rata -rata mampu menghasilkan buah saat panen sebanyak 343 buah dengan bobot 24,0 kg per pohon. Pengamatan tunas/flush yang muncul sejak Mei hingga Oktober 2006 tidak ada pertumbuhan tunas baru karena kondisi lingkungan yang kering dan tidak ada hujan sama sekali. Namun pada pengamatan perkembangan buah diameter buah pada sampel buah yang telah ditentukan sesuai arah ata angin dan pengamatan perkembangan akar pada masing-masing rizotron menujukan hasil pekembangan buah dan pertambahan jumlah akar yang muncul serta jumlah akar bervariasi menarik seperti yang tertera pada masing masing rizotron seperti gambar 1, 2, 3 dan 4:
316
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
6,00 5,00
diameter buah (cm) Sisi utara)
4,00
diameter buah (cm) (Sisi barat)
3,00
Diameter buah (cm) Sisi seltan)
2,00
diameter buah (cm) Sisi timur)
1,00 0,00 Mei
Juni
Juli
Agt
Sep
Okt
Rizotron A 0 -5
Juni
Juli Agus Sept Okt
-10 -15
Nop Des
Panjang kar (cm) sisi Utara Rizotron A Jml akar sisi Utara Rizotron A
-20 -25 -30 -35 -40
Gambar 1. Grafik Perkembangan Diameter Buah dan Pertumbuhan Akar Pada Rizotron A (menghadap utara). (Development Chart of Fruit Diameter and Root Growth on Rizotron A (north side))
Pada Rizotron A menghadap utara menunujukkan perkembangan buah didominasi pada cabang sisi selatan kemudian diikuti sisi timur, sisi utara dan sisi barat serta rata-rata perkembangan akar pada bulan Juni muncul 12 akar sepanjang 5,6 cm, Juli 18 akar sepanjang 8,3 cm, Agustus 18 akar sepanjang 18,7 cm, September 18 akar sepanjang 26,4 cm, Oktober 19 akar sepanjang 32,4 cm dan Nopember 19 akar sepanjang 35,4 dan Desember 20 akar sepanjang 36,1 cm. Rata-rata pekembangan panjang akar pada Rizotron A ini setiap bulannya mencapai 5,17cm. Sedangkan selama 7 bulan pertambahan diameter buah rata-rata setiap bulannya sebesar 0,70 cm.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
317
6,00 5,00
diameter buah (cm) Sisi Utara
4,00
diameter buah (cm) Sisi Barat
3,00 Diameter buah (cm) Sisi Selatan
2,00
diameter buah (cm) Sisi Timur
1,00
0,00 Mei
Juni
Juli
Agt
Sep
Okt
Rizotron B 0 -10
Jml akar sisi Barat Rizotron B
-20
Panjang kar (cm) sisi Barat Rizotron B
Juni
Juli
Agus
Sept
Okt
Nop
Des
-30 -40 -50 -60
Gambar 2. Grafik Perkembangan Diameter Buah dan Pertumbuhan Akar Pada Rizotron B (menghadap barat). (Development Chart of Fruit Diameter and Root Growth on Rizotron B (west side))
Pada Rizotron B menghadap barat menunjukkan perkembangan buah didominasi pada cabang sisi utara kemudian diikuti sisi barat sisi timur dan sisi selatan serta rata-rata perkembangan akar pada bulan Juni muncul 6 akar sepanjang 4,7 cm, Juli 9 akar sepanjang 7,2 cm, Agustus 9 akar sepanjang 26,6 cm, September 11 akar sepanjang 40,5cm, Oktober 15 akar sepanjang 50,5 cm dan Nopember 15 akar sepanjang 51,8 dan Desember 16 akar sepanjang 52,8 cm. Rata-rata perkembangan panjang akar pada Rizotron B ini setiap bulannya mencapai 7,54 cm. Sedangkan selama 7 bulan pertambahan diameter buah ratarata setiap bulannya sebesar 0,76 cm.
318
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
6,00 5,00
diameter buah (cm) Sisi Utara diameter buah (cm) Sisi Barat Diameter buah (cm) Sisi Selatan diameter buah (cm) Sisi Timur
4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 Mei
Juni
Juli
Agt
Sep
Okt
Rizotron C 0 Juni Juli Agus Sept Okt -10
Nop Des
-20
Panjang kar (cm) sisi Selatan Rizotron C
-30
Jml akar sisi Selatan Rizotron C
-40 -50 -60
Gambar 3. Grafik Perkembangan Diameter Buah dan Pertumbuhan Akar Pada Rizotron A (menghadap utara). (Development Chart of Fruit Diameter and Root Growth on Rizotron A (north side))
Pada Rizotron C menghadap selatan menunjukkan perkembangan buah didominasi pada cabang sisi selatan kemudian diikuti sisi timur, sisi utara dan sisi barat serta rata-rata perkembangan akar pada bulan Juni muncul 3 akar sepanjang 8.4 cm, Juli 6 akar sepanjang 10,7 cm, Agustus 10 akar sepanjang 21,0 cm, September 16 akar sepanjang 24,9, Oktober 16 akar sepanjang 43,1 cm dan Nopember 19 akar sepanjang 49,6 dan Desember 19 akar sepanjang 55,5 cm. Rata-rata perkembangan panjang akar pada Rizotron C ini setiap bulannya mencapai 7,92 cm. Sedangkan selama 7 bulan pertambahan diameter buah ratarata setiap bulannya sebesar 0,68 cm.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
319
6,00 5,00
diameter buah (cm) Sisi Utara
4,00
diameter buah (cm) Sisi Barat
3,00
Diameter buah (cm) Sisi Selatan
2,00
diameter buah (cm) Sisi Timur
1,00 0,00 Mei
Juni
Juli
Agt
Sep
Okt
Rizotron D 0 -10 -20 -30
Juni
Juli
Agus Sept
Okt
Nop
Des
Panjang kar (cm) sisi Timur Rizotron D Jml akar sisi Timur Rizotron D
-40 -50 -60 -70
Gambar 4. Grafik Perkembangan Diameter Buah dan Pertumbuhan Akar Pada Rizotron D (menghadap timur). (Development Chart of Fruit Diameter and Root Growth on Rizotron D (east side))
Pada Rizotron D menghadap timur menunjukkan perkembangan buah didominasi pada cabang sisi selatan kemudian diikuti sisi timur, sisi utara dan sisi barat serta rata-rata perkembangan akar pada bulan Juni muncul 8 akar sepanjang 2,1 cm, Juli 8 akar sepanjang 2,3 cm, Agustus 9 akar sepanjang 19,9 cm, September 15 akar sepanjang 22,8 cm, Oktober 15 akar sepanjang 36,7 cm dan Nopember 16 akar sepanjang 48,9 dan Desember 17 akar sepanjang 57,6 cm. Rata-rata pekembangan panjang akar pada Rizotron D ini setiap bulannya mencapai 8,22 cm. Sedangkan selama 7 bulan pertambahan diameter buah ratarata setiap bulannya sebesar 0,74 cm.
320
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
Gambar 5. Penampilan Tanaman yang Berbuah dan Profil Pertumbuhan Akar Rizotron di Ponorogo, Oktober 2006. (Bearing Fruit Tree Performance and Root Growth Profile at Ponorogo)
Hasil penagamatan jumlah akar selama 7 bulan yang muncul pada rizotron di Ponorogo sangat bervariasi sekali mulai dari 16 s/d 20 titik menunjukan fenomena pertumbuhan akar belum dapat dipantau dengan jelas karena keadaan tanaman yang dipasang rizotron belum stabil/masih dalam masa penyesuaian, namun hingga 7 bulan setelah pemasangan terlihat telah terjadi pertumbuhan akar-akar baru pada tanaman. Pertumbuhan akar baru yang nampak pada kaca rizotron tersebut hanya terjadi pada akar yang terputus akibat terpotong pada saat pemasangan rizotron. Fenomena perkembangan buah dan akar pada keempat rizotron tersebut menunjukkan bahwa selama pertumbuhan buah sampai dengan saat panen ada terjadi pertumbuhan akar, pekembanagan diameter buah selama 7 bulan terjadi proses pertambahan diameter buahnya rata-rata mencapai 0,72 cm setiap bulannya dan pertambahan panjang akar selama proses perkembangan buah panjang akar bertambah setiap bulannya rata-rata sepanjang 7,20 cm sedangkan jumlah akar yang muncul pada setiap rizotron selama 7 bulan antara 16 sampai dengan 20 akar. Perkembangan akar ini didukung oleh keadaan kondisi tanah di Desa Sendang Kecamatan Jambon sebagian besar bertekstur lempung berpasir dengan solum tanah yang cukup dalam. Pada saat penggalian lubang rizotron diketahui bahwa sampai kedalaman tanah mencapai 1 m masih kelihatan bertekstur remah dan tanah bersolum dalam. Disamping itu kondisi tanaman yang dalam kondisi berbuah menyebabkan hasil fotosisntesis sebagian besar digunakan untuk mendukung pertumbuhan buah dan pertumbuhan akar.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
321
Selama proses perkembangan buah dilokasi penelitian pada bulan Agustus dan September karena kondisi tanah sangat kering oleh petani dilakukan pengairan dari air sumur pompa setiap minggu sekali, air pengairan sumur pompa ini dimaksudkan untuk membantu perkembangan buah agar mencapai ukuran yang optimal, namun karena buah setiap pohonnya begitu lebat dan tidak dilakukan penjarang mencapai rata-rata pada 354 buah perpohon maka perkembagan diameter buah tidak bisa optimal, selain fenomena pemberian air tentu akan memicu pertumbuhan flush/tunas-tunas baru, namun kenyataan dilalapang tidak bisa memicu flush/tunas baru yang muncul karena kondisi lingkunan di lokasi penelitian terjadi kemarau panjang, air menjadi faktor pembatas bagi tanaman. Kondisi kekurangan air ini mempengaruhi terhadap pertumbuhan tanaman, baik perkembangan batang, buah maupun pertumbuhan akar. Tunas tunas/flush baru muncul pada akhir Desember 2006 karena adanya curah hujan pertama pada tanggal 29 Nopember sebesar 75 mm disusul curah hujan selama bulan Desember yang tinggi yaitu sebanyak 1135 mm selama 17 hari hujan bunga-bunga yang muncul dan telah terjadi fruit set sebagian besar rontok mencapai 90%. Kerontokan bunga dan buah yang terjadi pada akhir Desember 2006 diperparah kondisi lingkungan dimana terhitung tanggal 31 Desember 2006 sampai dengan 17 Januari 2007 tidak ada hujan sama sekali mengakibatkan fruit set yang terbentuk kering dan rontok mencapai 99%, sehingga tanaman jeruk siem di Ponorogo di lokasi penelitian ini pada tahun 2007 tidak berbuah. KESIMPULAN Hasil penelitian di Ponorogo menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman pada bulan Mei hingga September 2006 pada fase perkembangan buah yang mencapai diameter buah maksimal sebesar 5,3 cm dengan bobot 79,65 gram/buah. Perkembangan buah ini juga diikuti oleh fenomena pertumbuhan akar yang muncul pada kaca rizotron pada bulan Juni sampai Desember 2006 dengan rata-rata jumlah akar sebanyak 18 akar dengan panjang akar maksimal mencapai 57,6 cm. Panen 4 Oktober 2006 dengan produksi 24 kg/pohon. Hujan pertama pada tanggal 29 Nopember diikuti hujan lebat selama bulan Desember 2006 dengan total curah hujan 1135 mm memicu pertumbuhan flush/tunas, bunga dan buah yang terbetuk/fruit set mengakibatkan kerontokan mencapai 90% pada akhir Desember 2006.
322
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
DAFTAR PUSTAKA Djoema'ijah, G.Pratomo dan M. Sugiyarto. 1996. Pengaruh lama pengeringan terhadap pembungaan dan pembuahan Jeruk Keprok Siem. Jurnal Hortikultura. 6(2): 156-160. Goldschmidt N., Aschkenazi, Y. Herzanu, A.A. Schaffer and S.D. Monselise.1985. A Role for carbohydrate levels in the control of flowering in citrus. Scientia Hortikulturae. 26 : 119 - 166. Lomas , J and P. Burd. 1983. Prediction of the commencement and duration of the flowering period of citrus. Agricultural Meteorology. 28: 387 - 396 Pangestuti, R. Sutopo, Suhariyono, Sakur dan Hanafi. 2004. Pengaturan Produksi Pamelo di Luar Musim Dengan Perlakuan Cekaman Air. Laporan Akhir. Bagian Proyek Litbang Jeruk dan Hortikultura Subtropik Tlekung. Prahardini, P.E.R, Al Budijono, B Tegopati dan Muhadjir. 1989. Penyemprotan CEPA dan KNO3 untuk induksi pembungaan jeruk keprok Siem (Citrus reticulata B). J. Hortikultura. 26 : 67 - 74. Roy, P.S. and E.E. Goldschmidt. 1996. Biology of Citrus. Cambrige University Press. Sagee, O and Y Erner, 1991. Gibberellins and abscisic acid contents during floering ang fruit set of 'Shamaouti' orange. Scientia Horticulturae. 48 : 29-39. Southwich, S.M and T.L. Davenport.1987. Modification of water Stress-induced floral response in Tahiti Lime. J. Amer. Soc.HortSci. 112(2):231-236 Supriyanto, A., 2004. Penelitian dan Pengkajian Penerapan Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat. Laporan Lokakarya Evaluasi dan Pengembangan Model Inovasi Agribisnis Jeruk dan Cabai Merah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Susanto, S., S. minten dan A. Mursyada. 2002. Pengaruh strangulasi terhadap pembungaan Jeruk Besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) Kultivar Nambangan. Jurnal Agrotropika. Submitted. Yumanishi, O.K., and K.Hasegawa.1995. Trunk strangulation responds to the mental effect of heavy shade on fruit size and quality of 'Tosa Butan' Pummelo. J.Hort.Sci.70(6):875-887.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
323