IMPLEMENTASI INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN JERUK SIAM (Implementation of Innovation Processing Techniques of Citrus cv. Siam) Setyadjit dan Sulusi Prabawati BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN
ABSTRAK Implementasi inovasi teknologi pengolahan jeruk siam dalam rangka membangun sebuah model agroindustri pengolahan jeruk siam telah dilakukan di Citrus Center, Tebas, Sambas, Kalbar. Inovasi utama pengolahan jeruk adalah pada formula untuk menurunkan rasa pahit pada jus jeruk yang didukung oleh cara produksi skala pilot yakni proses pencucian, pemerasan, penyaringan, pencampuran, pasteurisasi dan pengemasan, dalam satu rangkaian. Evaluasi dilakukan pada unit usaha citrus center dan aliansi usaha pengolahan jeruk siam. Aspek produksi, menejemen, promosi dan pemasaran pada unit usaha telah berjalan namun perlu peningkatan kompetensi SDM pada perencanaan, praktek usaha dan pemasaran. Usaha aliansi aspek non penelitian, steering committee dan working group berperan aktif dalam proses implementasi. Namun demikian masih kurang dalam pengembangan norma dan standar serta berdirinya unit usaha. Dalam aspek penelitian, dalam praktek inovasi teknologi perlu perbaikan dan modifikasi, namun masih dalam taraf terkontrol. Penelitian mengacu pada pohon industri dan uji preferensi menjamin keberhasilan usaha. Model agroindustri pengolahan jeruk berada pada fase akhir, sudah bisa digunakan sebagai arena untuk belajar dari sentra yang lain, yang secara nyata sudah mulai mengadopsi. Kata kunci : Pascapanen, inovasi penghilang rasa pahit, model agroindustri pengolahan, jeruk siam. ABSTRACT An innovative processing technique of citrus cv. Siam has been implemented in Citrus Centre, Tebas, West Kalimantan. The main innovation was at the formula integrated to the process to produce less bitter and more edible juice. The innovation has also been supported by scale up processes. Evaluation has been done on the performance of citrus center as a commercial unit and alliance citrus processing industry. Management, production and marketing aspect indicated the unit is active but it still requires further training in business planning, practice and marketing for the people in charge. Alliance citrus processing industry at non-research aspect, the steering committee and working group have actively supported the implementation; but it still needs development of policy, regulation and standard and more attention to the commercial unit. On the research aspect the innovation required an adjustment during application but it is still under control. Research to gain further innovative techniques and preference test still required to reach success. An agro100
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
industry processing of citrus has reached the last phase of development and has been adopted by other production center. But it still requires further supportive program to guarantee the sustainability. Keywords : Post harvest, bitterness reducer innovation, agro-industry of processing model, citrus cv. Siam. PENDAHULUAN Hasil penelitian pengelolaan jeruk siam asal Sambas, Kalimantan Barat (Setyadjit et al., 2005; 2006) menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan yakni bisa mengurangi kepahitan jeruk siam bahkan bisa menyamai produk komersial seperti merek Bvt dan produk jus jeruk yang lain yang ada di pasaran. Pada hal bahan yang dipergunakan jelas berbeda karena untuk jus komersial hingga saat ini berasal dari jeruk impor jenis Valencia atau konsentrat yang berasal dari jeruk yang sama yang diimpor baik dari Amerika Serikat maupun Brasilia. Inovasi teknologi yang didapatkan pada penelitian jeruk siam tersebut adalah adanya formula penghilang pahit (Pendaftaran Paten No. S00200700110). Dengan formula ini memungkinkan jeruk siam diolah menjadi jus yang tidak pahit. Formula ini terintegrasi dengan pengolahan bahan yakni pengupasan dengan kimia. Selanjutnya jus yang dihasilkan dicampurkan dengan formula antara lain terdiri dari gula buah, komponen penyerap pahit, serta bahan pengawet. Dengan cara ini jus buah rasanya dapat diperbaiki. Paten dilakukan agar stakeholders (kelompok tani dan gapoktan) dapat terlindung dari intervensi dari kelompok usaha modal kuat. Kesiapan inovasi ini didukung dengan proses skala pilot mulai dari pencucian, pengupasan, pemisahan jus, pemompaan ke dalam pompa penyaring, penyaringan, pemompaan ke dalam mixing tank, pencampuran dengan bahan formula, pemompaan ke dalam pasteurizer, pasteurisasi, pengisian. Proses ini adalah rangkaian tertutup. Selanjutnya sesudah pengisian adalah pengemasan, dimana proses pengisian dan pengemasan masih merupakan proses manual. Inovasi penghilangan rasa pahit skala pilot ini perlu diimplementasikan di lapangan agar model agroindustri pengolahan jeruk dapat terbangun dan bisa digunakan sebagai contoh untuk sentra jeruk yang lain. Paper ini membahas bagaimana inovasi teknologi ini dicoba untuk diterapkan di lapangan, sampai sejauh mana penerapan teknologi ini dan kebutuhan apalagi yang diperlukan agar inovasi dapat terealisasi di lapangan.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
101
BAHAN DAN METODE Definisi Definisi inovasi teknologi pengolahan jeruk siam adalah suatu teknologi yang dihasilkan dari penelitian yang mengandung suatu kebaruan dibanding teknologi yang ada, bisa dalam skala laboratorium maupun skala lebih besar. Model pengolahan apabila suatu inovasi dapat berproduksi dengan kapasitas produksi skala pilot atau skala IKM (industri kecil menengah), atau skala Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani). Model Agroindustri (MAI) pengolahan jeruk siam adalah suatu model yang sudah berproduksi, memasarkan produknya dan kembali berproduksi. MAI sudah berorientasi kepada keuntungan, dibuat hanya satu; untuk bisa dicontoh dan dikembangkan di sentra produksi yang lain, atau di sentra produksi yang sama. Observasi Penelitian pengolahan jeruk mendukung program pengembangan jeruk di Kalimantan Barat adalah suatu penelitian aksi yang dimulai dari tahun 2005 dan akan segera berakhir tahun 2007. Pelaksanaan penelitian ini merupakan bahan untuk di evaluasi dan disimpulkan sampai sejauh mana penelitian ini telah memenuhi persyaratan sebagai model agroindustri atau suatu unit komersial. Evaluasi di dilakukan pertahun secara mikro yakni harapan beroperasinya sebuah unit produksi pengolahan di Citrus Centre; dan kedua, secara makro yakni bagaimana mengembangkan suatu usaha aliansi atau aliansi supply-chain. Dalam suatu unit produksi pengolahan jeruk siam perlu dievaluasi sampai seberapa jauh kinerja unit pengolahan yakni dalam hal aktivitas produksi, menejemen, aktivitas promosi dan pemasaran. Sedangkan dalam evaluasi kinerja aliansi adalah melihat sisi non-penelitian dan aspek penelitian. Semua evaluasi dilakukan secara deskriptif, beberapa perhitungan yang sifatnya statistik dan analisis lain seperti perhitungan ekonomi dilakukan dalam publikasi yang lain dan akan diulas hasil dan kesimpulannya, namun tidak secara terperinci.
102
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
HASIL DAN PEMBAHASAN Unit Produksi Pengolahan di Citrus Centre Aktivitas produksi Aktivitas produksi yang dilakukan masih dalam rangka pameran antara lain untuk kunjungan Gubernur, peresmian citrus centre, serta TTG yang berlokasi di Kalimantan Barat. Selanjutnya terdapat keluhan sehingga dirasa perlu untuk menerapkan standar yang lebih ketat. Hingga akhirnya dilakukan uji produksi untuk preferensi yang pertama dengan hasil yang masih belum terlalu meyakinkan tingkat penerimaannya. Perbaikan penerapan standar diperketat lagi sehingga pada akhirnya penerimaan mencapai lebih besar dari 90%. Selanjutnya produk dikirim ke laboratorium Badan POM di Pontianak tetapi Angka Lempeng Total masih melebihi sandar. Pada uji produksi selanjutnya untuk pameran Agro Food Expo dilakukan juga uji ke Laboratorium Badan POM dan hasilnya bisa lulus. Prestasi dari unit produksi makin terlihat nyata dengan kejadian ini. Aspek produksi lain yang sangat penting adalah belanja bahan di toko terdekat, tetapi hal ini masih sangat sulit dilakukan. Dari hasil survei di Pontianak beberapa bahan dapat diperoleh secara local kecuali kardus. Bahan lain yang masih harus dibuat di Jakarta/Bogor adalah pembuatan label dan bahan penutupnya. Kinerja output dan outcome aktivitas produksi mencapai 80% dari harapan. Manajemen Manajemen secara de facto telah terbentuk dengan diserahkannya produksi pada pengelolaan citrus centre, pegawai citrus centre MBR bertindak sebagai manajer umum dengan membawahi bagian produksi sekaligus melakukan pemasaran. Sebagai bagian produksi diserahi untuk mesin adalah SPTN sedangkan untuk proses yang diserahi adalah Aw. SPTN selain sebagai orang yang mahir dalam mengoperasikan mesin juga sebagai Sekretaris Gapoktan Sumber Anugerah, Desa Segedong. Namun demikian secara de yure perlu diresmikan agar bisa memberikan motivasi dalam menjalankan kegiatan ini. Kelompok kerja (working group) pengolahan masih terus melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap kegiatan menejemen unit produksi. Dirasa sangat perlu untuk memberikan pengalaman dengan pelatihan manajemen seperti pembuatan bisnis plan, pembukuan agar bisa mengelola unit produksi dengan baik di masa datang.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
103
Prestasi dari manajemen unit produksi yang sudah mulai bisa berdiri sendiri adalah telah didapatkannya nomor PIRT Nomor. 2.13.61.01.10.041. tanpa pengawalan dari BB Litbang Pascapanen, tetapi bekerjasama langsung dengan Dinas Indag Kop Kab Sambas. Kinerja output dan out come aspek manajemen unit usaha citrus center mencapai 70% dari harapan. Aktivitas promosi dan pemasaran Aktivitas pemasaran baru berdasarkan permintaan, sehingga ke depan perlu kegiatan pemasaran yang lebih aktif. Untuk itu perlu diberikan pelatihan khusus pemasaran. Kinerja output dan outcome aspek promosi dan pemasaran unit usaha citrus center mencapai 60% dari harapan. Aliansi Usaha Pengolahan Jeruk di Kalimantan Barat Menurut Wheatly et al. (2003), kebutuhan penelitian aksi untuk meningkatkan kinerja rantai pasokan dalam suatu komoditas adalah perlunya undang-undang dan peraturan, penelitian dan pengembangan (pemasaran, pengembangan supply-chain, teknologi pascapanen, kualitas dan keamanan pangan), peningkatan sumber daya manusia, peningkatan rantai pasokan di tingkat lokal, dan penyediaan infrastruktur. Dalam kasus pengembangan pengolahan jeruk di Kalimantan Barat, karena kasusnya agak berbeda maka akan dimulai dari keberadaan undang-undang dan peraturan, steering committee, pembiayaan starter, pemasaran, dan penelitian dan pengembangan. Pada penelitian dan pengembangan maka diperlukan champion, kesiapan teknologi (produksi, HACCP), penelitian pemasaran. Non penelitian: • Undang-undang dan peraturan Belum ada undang-undang dan peraturan baru dibuat atau dimodifikasi berkenaan dengan penanganan dan pengolahan jeruk siam. Undang-undang yang ada dianggap masih relevan yakni undang-undang tentang pangan. Standard seperti SNI juga masih bisa digunakan. Namun kedepan akan memerlukan paling tidak standar khusus untuk jeruk siam, baik standar higienis, maupun standar mutunya. Sebagai perbandingan di Amerika memberikan standar yang berbeda untuk jeruk Valencia atau Grapefruit. Kinerja output dan outcome aspek undang-undang dan peraturan mencapai 60% dari harapan.
104
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
• Steering Committee Steering Committee telah dibentuk dengan ditanda tanganinya MoU antara Badan Litbang pertanian dengan instansi daerah Kabupaten Sambas; dan Pemprov yakni Dinas pertanian, Bakomapin, dan Dinas Indag. Kemudian disusun TOR yang merupakan terjemahan secara teknis kegiatan tersebut. Hal yang lebih teknis ini oleh Wheatly et al. 2003 juga diterjemahkan sebagai working group. Mapping pada supply chain jeruk secara keseluruhan belum dilakukan dan ke depan bisa dilakukan untuk melihat permasalahan dengan lebih nyata agar fasilitas, maupun kebutuhan lainnya bisa terlaksana dengan baik. Cara melihat permasalahn bisa menggunakan antara lain seperti six principles (Woods 2003; Setyadjit et al., 2003), atau melihat transaction cost, kepuasan, kepercayaan dan ketergantungan (Batt 2003), atau dengan penelitian aksi (Wheatly and Peters, 2003). Penelitian ini juga berhubungan dengan program lain yang ada di lokasi seperti PRIMA Tani yang berlokasi di desa yang sama. Kinerja output dan outcome pada steering committee dan working group mencapai 90% dari harapan. • Pembiayaan starter Pembiayaan starter dilakukan secara patungan antara berbagai pihak antara lain BB Besar Pascapanen pada teknologi dan sebagian mesin, BPTP Kalbar pada program penelitian kelembagaan, Dinas pertanian kabupaten pada beberapa mesin dan penyediaan solar, Dinas pertanian propinsi pada bangunan, Dinas indag kop kabupaten pada penyediaan bahan baku. Ke depan berbagai kegiatan mungkin akan mengarah ke pembiayaan antara lain dengan makin aktifnya Bank Iindonesia dan jeruk termasuk salah satu agenda untuk membentuk lembaga penjamin agar untuk lebih mudah dalam mengakses kredit. Kinerja output dan outcome pembiayaan starter mencapai 90% dari harapan. • Promosi dan pemasaran Pemasaran hingga saat ini masih dibantu dengan rapat steering committee antara lain seperti agro food expo, Peda, Penas. Selain itu juga akan menargetkan beberapa kantor untuk bisa digunakan sebagai konsumsi rapat di kantor-kantor pemerintah. Bupati juga akan membantu untuk mengirimkan surat pada gubernur agar jus jeruk siam juga bisa diterima di airline. Pelaksanaan kegiatan ini menunggu perbaikan-perbaikan baik pada label maupun pengetatan standar lainnya. Kinerja output dan outcome aspek promosi dan pemasran unit usaha aliansi mencapai 80% dari harapan.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
105
Pengalaman kegagalan bisa saja dialami oleh kegiatan penelitian seperti yang dilakukan oleh Lim-Camacho et al. (2005) dalam memasarkan bunga Backhousia ke Jepang. Pada pemasaran pertama mengalami kegagalan karena daya simpan produk yang belum diketahui dengan baik hingga terjadi pencoklatan pada bunga pada saat sampai pada rantai distribusi. Penelitian: • Champions Champions banyak digunakan dan telah banyak memberikan keberhasilan seperti yang dilaporkan oleh Hofman and Ledger (2005) pada kultivar mangga dan alpokat di Queensland, Australia sedangkan Setyadjit et al. (2005) melaporkan juga penggunaan champion di MAI puree mangga di Cirebon, Jawa Barat. Keberhasilan champion dalam mengadopsi bahkan menjalankan usaha untuk puree mangga masih bisa disaksikan. Beberapa instansi meminta champion ini untuk mendemonstrasikan serta menggunakan CV. PU sebagai contoh di lapangan. Untuk kasus Kalimantan Barat pertama menggunakan champion, dengan pembiayaan KSO (kerjasama operasional) namun kenyataannya hingga tahun 2006 realisasi dari PT SKP sangat minim. Sehingga steering committee memutuskan untuk sementara meninggalkan PT SKP dulu dan menjalankan penelitian aksi hingga tahap menguntungkan. Akhirnya ditunjuk petugas dari dinas pertanian provinsi yang berdomisili di Citrus centre. Champion baru ini bekerja aktif sejak awal 2007, dan saat ini diserahi untuk bertindak sebagai unit produksi (Lihat unit produksi di citrus centre). Kinerja output dan outcome keberadaan champion mencapai 80% dari harapan. • Inovasi teknologi Inovasi teknologi dimulai dari formulasi yang didapat tahun 2005 dan disempurnakan tahun 2006. Hingga akhir 2006 formulasi yang ada sudah final. Kegiatan skala pilot sudah terelokasi di lapangan sejak tahun 2005; dalam pengujian untuk produksi mengalami beberapa perbaikan dan penyesuaian. Perbaikan dan penyesuaian dimaksudkan agar kinerja alat lebih baik. Perbaikan dan penyesuaian tersebut antara lain pada tahun 2006 dilakukan perbaikan grader dengan dudukan lebih lebar, penyaring diberikan perbaikan pada saringan yakni yang lebih halus sehingga yang biasanya memerlukan 3 hingga 4 kali penyaringan, hanya memerlukan 1 kali penyaringan. Per dan baut yang belum SS (stainless steel) diganti dengan SS karena
106
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
terjadi pengkaratan. Pompa dari mixing ke pasteurizer perlu diberikan relieve dengan pipa balik ke mixing bila terjadi over flow. Terakhir terjadi kelemahan motor hingga motor diganti baru namun demikian problem berulang kembali yang disebabkan oleh as yang bengkok. Motor diganti dengan peningkatan tenaga kuda (menjadi 1,5 pk) pelurusan kembali as, pengecilan ukuran ulir dan penutupan lubang pada as. Uji coba produksi dilakukan kembali. Untuk meningkatkan rasa, maka alat penyaring air berupa membrane juga dipasangkan dilokasi untuk menyaring air agar air yang digunakan untuk proses rasanya lebih enak dan lebih higienis. Masih dalam upaya agar lebih higienis maka peralatan penutup cup aqua semi otomatis juga digunakan di citrus centre. Alat pulper jeruk (Pendaftaran paten S 00200400044) juga telah dicoba dibandingkan dengan kinerja alat pemeras SQR-01-JR. Dalam hal ini Alat pemeras jeruk dapat memeras dengan rendemen 58 % dari buah utuh sedangakan alat SQR-01JR hanya mencapai 14,5%. Belum lagi kelemahan kualitas yang lain seperti total mikroba, dan organoleptik yang lain, dimana alat pemeras SQR-01-JR tidak dapat menggantikan alat pulper jeruk. Detail penelitian ini dipublikasikan di tempat lain. Pada analisis HACCP telah ditentukan bahwa CCP (Critical Control Point) berada pada titik pasteurisasi, sterilisasi botol dan tutup serta penyimpanan. Detail penentuan HACCP dipublikasikan di tempat lain. Kelemahan untuk penerapan HACCP secara penuh terhalang dengan belum dibangunnya bangunan pengolahan yang rencananya dilakukan pada tahun 2006 tetapi kemudian diundurkan hingga tahun 2007. Kinerja output dan outcome aspek inovasi teknologi mencapai 80% dari harapan. • Pohon industri Pembuatan pohon industri dimaksudkan untuk mengantisipasi apabila teknologi yang diterapkan yakni formulasi memerlukan diversifikasi olahan akibat bervariasinya konsumen. Untuk itu dilakukan pada pembuatan konsentrat baik dengan membran, dengan evaporator maupun gabungan dari keduanya. Dilakukan juga pembuatan pektin dari pulp dan minyak dari kulit buah untuk tujuan pembuatan flavor. Kinerja output dan outcome aspek penelitian mencapai pohoon industri yang ditargetkan mencapai 80% dari harapan.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
107
• Preferensi Penelitian pemasaran ditargetkan untuk daerah pemasaran yang akan dijalankan yang pertama adalah di kantor-kantor pemerintah. Di Kalimantan Barat penerimaan sebesar 65,9% sedangkan di Bogor sebesar 71,9%. Hasil uji preferensi belakangan sesudah penerapan SOP yang lebih ketat menunjukkan penerimaan lebih besar 90% untuk Sambas. Kinerja output dan outcome aspek preferensi konsumen mencapai 90% dari harapan. Adopsi Teknologi Adopsi teknologi di sentra produksi lain berjalan sangat cepat; antara lain terjadi di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan pada tahun 2006. Beberapa perangkat keras juga mulai diadopsi di Kabupaten Barabay dan Kabupaten Tapin, Kalimantan Barat. Pada tahun 2007 di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara serta Tarakan Kalimantan Timur. Kerjasama dengan beberapa LSM dalam rencana adopsi di Mamuju Utara, Sulawesi Barat. Bahkan beberapa pihak swasta juga telah menunjukkan antusiasnya, walaupun adopsi untuk swasta penuh masih lamban. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada unit usaha bila dilihat dari aspek menejemen telah teralokasi sumber daya manusia untuk mengurus; kegiatan aktivitas produksi, menejemen dan pemasaran menunjukkan aktivitas yang sudah berjalan; namun direkomendasikan suatu peningkatan kompetensi pengurus dan pekerja agar mencapai benchmark suatu Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang mandiri dan aktif berusaha. Pada usaha aliansi non penelitian terdapat suatu dukungan terhadap implementasi yang kuat; namun direkomendasikan untuk lebih tanggap terhadap perkembangan unit usaha dan pengembangan perangkat perundangan, norma dan standar. Pada usaha aliansi penelitian inovasi teknologi masih memerlukan perbaikan dan penyesuaian agar dapat operasional di lapangan; maka penelitian dalam alur pohon industri, serta preferensi pada target pasar direkomnendasikan untuk dilanjutkan agar usaha bisa terjamin. Model Agroindustri pengolahan jeruk siam berada pada fase akhir, telah mulai diadopsi oleh sentra lain; direkomendasikan untuk diberikan program dukungan agar usaha yang telah mulai berjalan ini dapat terus hidup dan berkembang.
108
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
DAFTAR PUSTAKA Batt,, P.J. 2003. Incorporating measures of satisfication, trust and power dependence into an analysis of agribusiness supply chain. Eds. Johnson, G.I. and Hofman, P.J. Agriproduct Supply-Chain Management in Developing Countries. ACIAR Proceedings No.119. Pp. 27-43. Hofman, P.J. and Ledger, S.N. 2005. Using a supply chain approach to guide R and D. Ed. Batt, P.J. Proceedings of the first international symposium on improving the performance of supply chains n the transitional economies. Acta Horticulturae No. 699. Pp. 219-226. Lim-Camacho, L. Dunne, T. and Firrel, C. 2005. The backhousia project: a value chain alliance for an Australian native cut flower to Japan. Ed. Batt, P.J. Proceedings of the first international symposium on improving the performance of supply chains n the transitional economies. Acta Horticulturae No. 699.Pp.269-275. Setyadjit et al. 2003. Analysis of the constraints to banana industry development in Indonesia using supply chain concept. Eds. Johnson, G.I. and Hofman, P.J. Agriproduct Supply-Chain Management in Developing Countries. ACIAR Proceedings No.119. Pp. 59-68. Setyadjit et al. 2005. Pengembangan teknologi penanganan dan pengolahan jeruk. Laporan Akhir Tahun, BB Litbang Pascapanen, Badan Litbang Pertanian. Setyadjit et al. 2006. Pengembangan teknologi pengolahan jeruk. Laporan Akhir Tahun, BB Litbang Pascapanen, Badan Litbang Pertanian. Setyadjit, Thahir, R. and Prabawati, S. 2005. Characteristics of farmer-trader-processor collaboration product processing and trade. Ed. Batt, P.J. Proceedings of the first international symposium on improving the performance of supply chains n the transitional economies. Acta Horticulturae No. 699.Pp. 383-389. Wheatly, C., Best, R., Peters, D., and Connell, J. 2003. Supply-chain management and agro-enterprise development:CIAT's approach in Southeast Asia. Wheatly, C. Pp.164-172. Wheatly, C. and Peters, D. 2003. Who benefits from enhanced management of agri-food supply chains p.188-194 In. Johnson, G.I. and Hofman, P.J. (eds.) Agriproduct Supply-Chain Management in Developing Countries. ACIAR Proceedings No.119. Wheatly, C., Woods, E.J. and Setyadjit. 2003. The benefits of supply chain practice in developing countries-conclusions from an international workshop. Agriproduct Supply-Chain Management in Developing Countries. ACIAR Proceedings No.119. p.188-194. Woods, E.J. 2003. Supply-chain management understanding concept and its implications in developing countries. P. 18-26 in. Johnson, G.I. and Hofman, P.J. (eds.) Agriproduct SupplyChain Management in Developing Countries. ACIAR Proceedings No.119.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
109