PENGARUH PEMUPUKAN DAN PEMANGKASAN TERHADAP KUALITAS BUAH JERUK GERGA LEBONG Sri Suryani M Rambe1) dan Lina Ivanti2) 1) 2)
Penyuluh Pertanian Madya, BPTP Bengkulu Calon Peneliti, BPTP Bengkulu Jl. Irian km. 6.5 Bengkulu e-mail :
[email protected]
ABSTRAK Jeruk Gerga (RGL) adalah salah satu komoditas utama di Kabupaten Lebong yang memiliki keunggulan kompetitif antara lain buah berwarna kuning-oranye, memiliki kandungan jus yang tinggi dan rasa yang khas, serta mampu berbuah sepanjang tahun. Kajian ini bertujuan untuk memperoleh kualitas buah jeruk Gerga yang baik melalui perlakuan pemupukan dan pemangkasan. Kajian dimulai pada bulan April 2012 s/d Maret 2013. Lokasi pengkajian di Kelurahan Rimbo Pengadang, Kabupaten Lebong. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok 2 faktor, faktor 1 perlakuan pemangkasan (dengan pemangkasan dan tanpa pemangkasan) dan faktor 2 perlakuan pemupukan (berdasarkan hasil panen terangkut, analisis tanah, dan teknologi petani) dengan tiga ulangan. Hasil kajian memperlihatkan bahwa perlakuan pemupukan dan pemangkasan berpengaruh nyata terhadap diameter dan bobot buah, dengan diameter terbesar pada perlakuan namun tidak berpengaruh nyata terhadap kadar jus dan total padatan terlarut pada taraf kepercayaan 95% (P<0.05).Kandungan jus buah jeruk RGL telah memenuhi standar internasional pasar jeruk Bali dan standar CODEX jeruk mandarin. Kata kunci :jeruk Gerga, pemupukan, pemangkasan, kualitas buah
PENDAHULUAN Diantara berbagai jenis jeruk komersial yang ada, yang cukup banyak dikembangkan oleh petani adalah jeruk siam, jeruk keprok, pamelo dan jeruk manis. Produksi jeruk nasional pada tahun 2012 sebesar 1.972.000 (Dirjen Hortikultura, 2012). Jumlah produksi ini meningkat 8.44% dibandingkan produksi tahun 2011. Seiring dengan peningkatan produksi buah jeruk nasional, pertumbuhan impor jeruk juga terjadi. Setiap tahun impor buah jeruk meningkat sebesar 11% selama sepuluh tahun ini (Hanif dan Zamzami, 2012). Hal ini menunjukkan semakin membanjirnya jeruk impor di pasar domestik. Oleh karena itu, agar dapat membendung jeruk impor, perlu ditingkatkan produksi dan kualitas jeruk lokal. Salah satu jenis jeruk lokal yang dikembangkan di Provinsi Bengkulu adalah jeruk RGL atau lebih dikenal dengan nama jeruk Gerga. JerukRGL kini menjadi komoditas unggulan Kabupaten Lebong karena mempunyai keunggulan kompetitif, yaitu buahnya berwarna kuning-orange, berbuah sepanjang tahun, ukuran buah besar 200-350 gram, kadar sari buah tinggi dan mempunyai potensi pasar yang baik. Jeruk RGL berbuah sepanjang masa, satu pohon ada 4-6 generasi, dalam satu pohon ada bunga, buah muda sampai buah siap panen (Rambe et al, 2012). Dibandingkan dengan jenis jeruk keprok lainnya, jeruk RGL memiliki spesifikasi diantaranya ukuran daun besar dan kaku serta kulit buahnya tebal. Tanaman jeruk ini menghasilkan buah dengan berat perbuah 173-347 gram. Kulit buah jeruk RGL berwarna kuning oranye dan daging buah berwarna oranye yang bercitarasa manis, asam, segar. Lebih spesifik, buah jeruk RGL memiliki karakteristik fisik diantaranya Total Padatan Terlarut (TPT) berkisar antara 12-16oBrix (BPSB). Sementara ditinjau dari karakteristik kimia, buah jeruk RGL mengandung 89,20% air, 0.92% asam, dan 18.34 vitamin C. Sejak tahun 2011, jeruk RGL telah ditetapkan sebagai komoditas prioritas nasional untuk dikembangkan. Namun, salah satu kendala dalam pengembangan tanaman jeruk lokal ini adalah mutu hasil buah yang masih rendah, ditandai dengan kulit buah burik, kotor, tidak mulus, warna buah tidak menarik/pucat, rasa buah beragam, dan sebagainya. Fenomena tersebut selain disebabkan oleh hama penyakit tanaman, juga karena usaha untuk menjaga kesuburan lahan yang dilakukan oleh petani melalui pemupukan masih belum sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Pemupukan yang tidak memadai dapat menyebabkan kemunduran lahan diantaranya semakin menurunnya kesuburan, kerusakan sifat fisik dan biologis serta menipisnya ketebalan tanah. Hal tersebut dapat terjadi seiring dengan budidaya tanaman yang dilakukan secara terus menerus. Upaya peningkatan kesuburan tanah dapat dilakukan dengan pemberian pupuk. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara tertentu di dalam tanah yang tidak cukup bagi kebutuhan tanaman. Terdapat kecenderungan peningkatan jumlah (dosis) dan jenis (macam unsur hara) pupuk yang harus diberikan seiring dengan semakin lamanya budidaya tanaman pada sebidang lahan. Pemupukan sebaiknya dilakukan berdasarkan azas keseimbangan. Pemberian pupuk yang mengandung unsur hara tertentu secara berlebihan akan menggangu penyerapan unsur hara lainnya. Tujuan penelitian pemupukan dan pemangkasan adalah untuk memperoleh kualitas buah Jeruk RGL yang terbaik berdasarkan pemupukan dan perlakuan pemangkasan.
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Pengkajian Pengkajian dilaksanakan di Kelurahan Rimbo Pengadang, Kecamatan Rimbo Pengadang, Kabupaten Lebong pada lahan kering dataran tinggi 830 m dpl dengan luas pertanaman jeruk di lokasi pengkajian adalah 1,5 ha. Jarak tanam yang digunakan 4 x 6,5 m yang ditanam secara zigzag. Tanaman jeruk RGL yang digunakan merupakan tanaman yang sudah berbuah (pada awal pengkajian tanaman berumur 2 tahun). Sampel buah jeruk RGL diambil pada umur petik 34 minggu setelah bunga mekar.
Metode Rancangan yang digunakan adalah RAK faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah perlakuan pemangkasan pemeliharaan (dipangkas dan tanpa dipangkas). Faktor kedua adalah perlakuan pemupukan yang ditentukan berdasarkan 1) hasil panen yang terangkut dan 2) analisis tanah/tanaman, serta 3) perlakuan petani (Tabel 1). Tabel 1. Perlakuan pemupukan. Dasar Penentuan Dosis Pupuk Hasil panen yang terangkut tahun sebelumnya : 3% dari bobot buah tiap pohon dalam bentuk NPK (3:1:2) dan pupuk kandang Analisis tanah dan analisis tanaman Teknologi existing petani
Dosis Pupuk 325 kg Urea dan 390 kg NPK/ha/tahun
78 kg Urea dan 390 kg NPK/ha/tahun 217 kg Urea dan 1083 kg NPK/ha/tahun
Aplikasi tambahan Pengapuran dan pemberian kompos sebelum pemupukan Pengapuran dan pemberian kompos sebelum pemupukan Tanpa pengapuran
Cara pemupukan Diberikan pada 5 buah lubang yang digali di sekeliling tajuk tanaman Diberikan pada 5 buah lubang yang digali di sekeliling tajuk tanaman Disebar di permukaan tanah di bawah tajuk tanaman
Ket: Pemupukan yang dilakukan setiap 3 bulan sekali
Perlakuan pemangkasan Bagian-bagian tanaman yang dipangkas pada pangkas pemeliharaan meliputi bagian : tunas yang tumbuh searah batang pokok, ranting yang tumbuh ke dalam, ranting yang bertumpang tindih, ranting yang mulai mengering dan sudah mati, ranting yang sudah tumbuh pada batang bawah, cabang yang tumbuh dekat dengan tanah, dan cabang yang menunduk ke bawah.
Parameter pengamatan: 1. Komponen generatif buah jeruk RGL (jumlah buah, produktivitas, diameter, dan bobot buah) 2. Kadar jus dan Total Padatan Terlarut (TPT) buah Jeruk RGL ο· Kadar jus buah jeruk Gerga dihitung berdasarkan persentase volume ekstrak buah terhadap bobot buah jeruk.
πΎππππ π½π’π = ο·
ππππ’ππ πΈππ π‘πππ π΅π’π β π½πππ’π π΅ππππ‘ π΅π’π β π½πππ’π
x 100 %
Total Padatan Terlarut (TPT) diukur menggunakan refraktometer (AOAC, 1995)
Metode Analisis Data Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95% (P<0.05) lalu dilanjutkan dengan uji beda nyata (Duncan).
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Pengkajian Kecamatan Rimbo Pengadang, Kabupaten Lebong, memiliki topografi bergelombang sampai berbukit dengan ketinggian 500-900 m dpl. Luas wilayah Kelurahan Rimbo Pengadang 7300 ha. Luas pertanaman jeruk RGL yang ada saat ini sekitar 170 ha tanaman jeruk RGL dan direncanakan untuk dikembangkan 200 ha lagi pada tahun 2013. Ketinggian lokasi pengkajian sekitar 835 dpl, sehingga sesuai untuk pertanaman jeruk. Jenis jeruk yang banyak dibudidayakan di Kecamatan Rimbo Pengadang adalah jeruk RGL dan jeruk siam. Pertanaman jeruk di wilayah ini juga didukung dengan kondisi iklim iklim rata-rata harian pada siang hari antara 28-32 oC dan pada malam hari 22-25 oC. Tipe iklim berdasarkan Schmidt dan Ferguson mempunyai tipe iklim B dengan curah hujan 2500-4500 mm/tahun.
Gambaran Umum Penerapan Teknologi Budidaya Jeruk Komponen teknologi budidaya jeruk anjuran dibandingkan dengan yang diterapkan petani (Tabel 2). Tabel 2. Teknologi budidaya jeruk keprok. Komponen Teknologi Benih Batang Bawah Pemangkasan ο· Bentuk ο· Pemeliharaan ο· Produksi Pengendalian Hama/Penyakit ο· Diplodia ο·
CVPD
ο·
Penggunaan perangkap Pemupukan
Pola Tanam Jarak Tanam Pengendalian Gulma Panen Sumber: SOP jeruk keprok Balitjestro.
Teknologi Anjuran*)
Teknologi Petani
Okulasi JC
Okulasi JC
dilakukan dilakukan dilakukan
Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pelaburan bubur kalifornia pada batang Disemprot menggunakan insektisida untuk pengendalian serangga penular Dengan atraktan
Tidak dilakukan
Menggunakan pupuk kandang dan pupuk NPK (pupuk kandang 25 kg/pohon/tahun, NPK 200 gram/pohon) Jeruk-tanaman sela 4mx5m Dilakukan 4 kali setahun dengan herbisida dan secara manual
Menggunakan pupuk kandang 20 kg/pohon + 217 kg Urea dan 1.083 kg NPK yara/ha/tahun.
Petik optimal
Tidak dilakukan serangan) Tidak dilakukan
(tidak
ada
Monokultur 3.5mx7m dan 4 mx 6,5 m Dilakukan 4 kali dalam setahundengan herbisida dan secara manual Tergantung pasar
Ditinjau dari aspek penerapan teknologi oleh petani, dapat diketahui bahwa tingkat penerapan komponen teknologi budidaya oleh petani jeruk di Kelurahan Rimbo Pengadang belum optimal. Kondisi tersebut menyebabkan produktivitas maupun kualitas buah jeruk yang diperoleh belum optimal.
Pengaruh Pemupukan dan Pemangkasan Terhadap Kualitas Buah Jeruk Gerga Jumlah buah jeruk dan produktivitas tanaman yang dihasilkan dari kajian ini disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Pengaruh perlakuan pemangkasan dan pemupukanterhadap jumlahbuah dan produktivitas jeruk Gerga. Perlakuan
Rata-rata Jumlah buah
Pangkas + dosis pupuk berdasarkan hasil panen yang terangkut Pangkas + dosis pupuk berdasarkan analisis tanah Pangkas+dosis pupuk petani Tanpa pangkas + dosis pupuk berdasarkan hasil analisis tanah Tanpa pangkas + dosis pupuk berdasarkan analisis tanah Tanpa pangkas + dosis pupuk petani
33.75c
Produktivitas kg/pohon/tahun 9.03a
94.75a 92ab 69c
23.53a 18.53a 15.23a
133a
24.77a
74.5ab
18.03a
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan pupuk berdasarkan analisis tanah baik dengan pemangkasan maupun tanpa pemangkasan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada taraf kepercayaan 95% (P<0.05), serta menghasilkan jumlah buah yang tertinggi (94,75 dan 133 buah), sedangkan perlakuan pupuk berdasarkan hasil panen yang terangkutmenghasilkan jumlah buah terkecil (33,75 dan 69 buah). Namun, apabila dilihat dari ukuran buah (tabel 4), diameter dan bobot buah terbesar justru dihasilkan dari kombinasi perlakuan pemangkasan dan dosis pemupukan berdasarkan hasil panen yang terangkut, yakni diameter buah 80,57 mm dan bobot buah 203,20 gram. Sementara itu, bobot dan diameter buah terkecil dihasilkan dari pemberian pupuk dosis pupuk petani dikombinasikan dengan perlakuan pemangkasan. Berdasarkan hasil tersebut, bisa dikatakan pemangkasan tidak menentukan jumlah dan ukuran buah jeruk RGL yang dihasilkan. Namun, menurut Sugiyatno, et al. (2004) dalam Suyanto (2010), pemangkasan berpengaruh nyata terhadap diameter cabang primer beberapa spesies jeruk komersial di lahan kering. Sementara, pemupukan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan buah karena dengan pemberian pupuk, ketersediaan hara di dalam tanah menjadi seimbang. Tabel 4. Pengaruh perlakuan pemangkasan dan pemupukanterhadap kualitasbuah jeruk Gerga. Perlakuan
Pangkas + dosis pupuk berdasarkan hasil panen yang terangkut Pangkas + dosis pupuk berdasarkan analisis tanah Pangkas+dosis pupuk petani Tanpa pangkas + dosis pupuk berdasarkan panen yang terangkut Tanpa pangkas + dosis pupuk berdasarkan analisis tanah Tanpa pangkas + dosis pupuk petani
Diameter Buah (mm) 80.57c
Parameter Kualitas Bobot Buah Kadar Jus (gram) (%) 203.20b 41.61a
TPT (%) Brix 8.33a
74.50ab
165.56ab
46.04a
9.33ab
71.66a 70.86a
154.79a 152.22a
55.50a 52.46a
9.33ab 8.80ab
74.61ab
166.02ab
44.58a
9.67b
78.12bc
175.60ab
44.73a
9.73b
Keterangan : nilai yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyatauji Duncan Ξ± = 5%)
Hasil pengukuran komponen generatif buah jeruk RGL disajikan pada tabel 4. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap diameter dan bobot buah, dapat diketahui bahwa ukuran buah jeruk Gerga seluruh perlakuan masih bisa dikategorikan dalam kelas mutu A (SNI 01-3165-1992) (Tabel5).
Tabel5. Kriteria kelas jeruk keprok (SNI 01-3165-1992). Kelas A B C D
Bobot (gram/buah) β₯ 151 101-150 51-100 β€50
Diameter (mm) β₯71 61-70 51-60 40-50
Berbeda dengan komponen generatif buah, kadar jus dan Total Padatan Terlarut buah hasil pemupukan dan pemangkasan menunjukkan adanya keragaman antarperlakuan pada taraf kepercayaan 95% (P<0.05) (tabel 4). Hal ini juga mengindikasikan bahwa pada pengkajian ini, banyak sedikitnya volume ekstrak buah tidak ditentukan oleh ukuran diameter dan bobot buah. Selain itu, kemungkinan telah terjadi pengurangan kandungan air pada buah jeruk RGL sehingga buah menjadi βngapasβ yakni ukurannya besar namun bobotnya ringan. Pengkajian ini menggunakan buah yang dipetik pada umur 34 minggu setelah bunga mekar. Menurut Pangestuti dan Supriyanto (2008), bobot buah jeruk keprok SoE masih mengalami peningkatan sampai umur 34 minggu setelah bunga mekar. Selanjutnya, akan terjadi penurunan bobot buah karena pertumbuhan daging buah telah terhenti. Selain itu, buah yang baru saja dipetik secara signifikan memiliki kandungan jus yang lebih rendah dibandingkan buah yang dipanen sebelumnya kemudian disimpan (Pailly, et all., 2004). Menurut Wutscher dan Smith (1996) dalam Suyanto dan Irianti (2011), buah yang tidak berair dapat terjadi karena ketidak seimbangan hara. Kahat fosfor (P) dapat menyebabkan rasa hambar dan buah tidak berair, sedangkan kahat K dapat menyebabkan aroma buah kurang kuat dan rasanya asam. Taufik et al (2005) dalam Suyanto dan Irianti (2011) menyatakan bahwa kekahatan K pada pertanaman jeruk berkaitan dengan tingginya kandungan kalsium (Ca) dalam tanah. Kedua unsur tersebut bersifat antagonis. Tanah dengan pH rendah menyebabkan unsur P kurang tersedia dalam tanah karena dijerap tanah. Kecukupan unsur hara Kalium (K) juga berhubungan dengan hasil, ukuran buah, peningkatan konsentrasi asam askorbat dan padatan terlarut, perbaikan warna buah, meningkatkan umur penyimpanan dan kualitas pengiriman dari banyak tanaman hortikultura (Kanai et al. (2007) dalam Suyanto dan Irianti, 2011). Dibandingkan jeruk keprok yang lain, jeruk Gerga lebih unggul karena ukurannya yang besar. Selain itu, kandungan jus buah yang dihasilkan dari pengkajian ini yakni berkisar antara 41.6055.50%, telah melampaui standar minimum kandungan jus buah jeruk Bali jenis β Star Rubyβ untuk pemasaran yakni 35% (CODEX alimentarius). Kandungan jus jeruk RGL juga telah memenuhi standar internasional untuk jeruk jenis mandarin yang ditetapkan United Nation/ Economic and Social Council (2000) diacu dalam Pangestuti dan Supriyanto yaitu sebesar 33%.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Produktivitas tanaman jeruk Gerga dengan pemangkasan dan pemberian pupuk berdasarkan analisis tanah adalah yang tertinggi (28, 88 kg/pohon/tahun), tetapi belum menghasilkan kualitas jeruk yang terbaik. 2. Perlakuan pemupukan dan pemangkasan berpengaruh nyata terhadap diameter dan bobot buah, namun tidak berpengaruh nyata terhadap kadar jus dan total padatan terlarut. 3. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui sifat organoleptik dan kandungan nutrisi jus jeruk gerga.
DAFTAR PUSTAKA Badan Litbang, 2005.Prospek dan arah pengembangan Agribisnis jeruk. Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian. CODEX alimentarius. 1999. CODEX standard for grapefruits CODEX STAN 219-1999. http://www.codexalimentarius.net/standard_list.asp. [17 Desember 2013] Dirjen Hortikultura. 2012. LAKIP Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2012. Kementerian Pertanian Didiek, A.B., C.Y. Bora, M. Bambang, H. Da Silva, dan Y. Ngongo. 2004. Pengkajian dan Pengembangan Usaha Agribisnis Jeruk Keprok SoEdalam Suyanto, A. dan Irianti, T. P. 2011. Studi Hubungan Karakteristik Tipologi Lahan yang Digunakan Terhadap Kualitas Hasil Jeruk Siem (Citrus Nobilis Var. Microcarpa) di Kabupaten Sambas. J. Tek. Perkebunan dan PSDL. Vol (1). No. 2 : 42-48
Kanai, S., K. Ohkura, JJ. Adu-Gyamfii, PK. Mohaputra, NT. Nguyen, H. Saneoka, K. Fujita. 2007. Depression of sink activity precedes the inhibition of biomass production in tomato plants subjected to potassium deficiency stressdalamSuyanto, A. dan Irianti, T. P. 2011. Studi Hubungan Karakteristik Tipologi Lahan yang Digunakan Terhadap Kualitas Hasil Jeruk Siem (Citrus Nobilis Var. Microcarpa) di Kabupaten Sambas. J. Tek. Perkebunan dan PSDL. Vol (1). No. 2 : 42-48
Loka Penelitian Jeruk dan Hortikultura Subtropik. 2003. Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat, Strategi Pengendalian Penyakit CVPD. Puslitbang Hortikultura. Muhammad, H. dan Idaryani. 2009.Metode penentuan kebutuhan hara pada tanaman jeruk. http://sulsel.litbang.deptan.go.id/ [ 7 April 2011]. Pangestuti, R. Dan Supriyanto, A. 2012. Upaya Mendapatkan dan Mempertahankan Mutu Jeruk Keprok SoE Melalui Optimasi Umur Panen dan Penyimpanan Suhu Dingin. http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/536.html [17 Desember 2013] Pailly, O., Gilles, T., Audric, A. 2004. Harvest time and storage conditions of βStar Rubyβ grapefruit (Citrus paradisi Macf.) for short distance summer consumption. Journal Postharvest Biology and Technology Vol (34) : 65-73. Purnomosidhi P, Suparman, JM Roshetko dan Mulawarman. 2007. Perbanyakan dan budidaya tanaman buahbuahan: durian, mangga, jeruk, melinjo, dan sawo. Pedoman lapang, edisi kedua. World groforestry Centre (ICRAF) dan Winrock International. Bogor, Indonesia.42p.
Puslitbang Hortikultura, 2003. Pedoman umum penelitian dan pengkajian penerapan perbaikan pengelolaan tanaman (PTT) jeruk. 11 hlm
Pangestuti, R dan Supriyanto, A. 2009. http://www.bsn.go.id/bsn success story.php?id= 1337. Jurnal Standardisasi Vol 11 No.2 Tahun 2009. Badan Standardisasi Nasional [27 Oktober 2011]. Rambe, S.S.M.R., A. Supriyanto, Afrizon, I. Calista, L. Ifanti, K. Dinata, B. Honorita dan Robiyanto. 2012. Laporan Akhir Pengkajian Teknologi Pembungaan dan Pembuahan Jeruk Gerga di lebong. Balai Pengkajian teknologi Pertanian Bengkulu. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian. Sutopo, 2010.Teknologi budidaya jeruk sehat. http://kcpri.go.id/ [ 9 April 2011]. Suyanto, A. dan Irianti, T. P. 2011. Studi Hubungan Karakteristik Tipologi Lahan yang Digunakan Terhadap Kualitas Hasil Jeruk Siem (Citrus Nobilis Var. Microcarpa) di Kabupaten Sambas. J. Tek. Perkebunan dan PSDL. Vol (1). No. 2 : 42-48. Taufik, M. Nurjanani, H. Muhamad, M. Thamrin dan M. Basir. 2000. Analisis financial dan pemupukan berimbang mendukung program rehabilitasi jeruk keprok di Kabupaten Selayar dalamSuyanto, A. dan Irianti, T. P. 2011. Studi Hubungan Karakteristik Tipologi Lahan yang Digunakan Terhadap Kualitas Hasil Jeruk Siem (Citrus Nobilis Var. Microcarpa) di Kabupaten Sambas. J. Tek. Perkebunan dan PSDL. Vol (1). No. 2 : 4248 Wutscher, H. K. and P.K. Smith. 1996. Citrus dalam Suyanto dan Iriani (2011). Studi Hubungan Karakteristik Tipologi Lahan yang Digunakan Terhadap Kualitas Hasil Jeruk Siem (Citrus Nobilis Var. Microcarpa) di Kabupaten Sambas. J. Tek. Perkebunan dan PSDL. Vol (1). No. 2 : 42-48 United Nation/Economic and Social Council. 2000. UN/ECE Standard for Citrus Fruit (FFV-14 concerning the marketing and commercial quality controldalamPangestuti, R. Dan Supriyanto, A. 2012. Upaya Mendapatkan dan Mempertahankan Mutu Jeruk Keprok SoE Melalui Optimasi Umur Panen dan Penyimpanan Suhu Dingin. http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/536.html [17 Desember 2013]