Laporan Akhir Kegiatan Demonstrasi Teknologi Tindak Lanjut Farming System Analisis (FSA) di Kabupaten Ende Propinsi Nusa Tenggara Timur
Oleh : Don Bosco Meke Ujang Ahyar Andreas Ila
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NTT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
DEPARTEMEN PERTANIAN 2008
Laporan Akhir Kegiatan Demonstrasi Teknologi Tindak Lanjut Farming System Analisis (FSA) di Kabupaten Ende Propinsi Nusa Tenggara Timur Don Bosco Meke, Ujang Ahyar, Andreas Ila
I.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kabupaten Ende memiliki karakteristik usahatani yang spesifik lahan kering, ciri usahatani yang dijalankan petani adalah : usahataninya membentuk suatu sistem yang khas memadukan berbagai komoditas yang diintegrasikan dalam satu kesatuan usaha. Pola umum yang dibentuk dalam sistem usahatani adalah tanaman pangan + ternak + tanaman tahunan dan atau kombinasi dari dua atau tiga komoditas utama tersebut, yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan disekitarnya (fisik, biologi, sosial budaya). Dari beberapa komoditas yang diusahakan petani ada komoditas yang diunggulkan atau diandalkan dalam perekonomian keluarga, sehingga muncul penciri usahatani berbasis komoditas. Tanaman kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang diunggulkan di Kabupaten Ende memiliki luas areal tanaman perkebunan kakao 5.215 ha yang tersebar di 16 kecamatan total produksi 1.061 ton. Dengan produktivitas 474 kg/ha. (Disbun Ende, 2004), dan masih tergolong rendah. Rendahnya produksi dan produktivitas ini disebabkan petani masih menjalankan usahatani kakao secara tradicional seperti tanpa pemberian pupuk, pengendalian OPT yang belum optimal dan juga pemeliharaan dan pemangkasan belum dilaksanakan bahkan tanamannyapun sudah berumur tua. Di lain pihak teknologi usahatani kakao sudah banyak dihasilkan namun penyebaran ditingkat petani belum optimal (Yusuf, dkk 2003) (Yusuf, dkk 2004). Hal ini disebabkan adanya kesenjangan antara sumber penghasil teknologi dengan pengguna oleh karenanya diperlukan penyederhanaan penyampaian hasil penelitian yang antara 2
lain melakukan demonstrasi teknologi budidaya kakao. Berdasarkan hasil survey oleh Tim Farming System Analisis (FSA) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur (NTT) di Kabupaten Ende tahun 2008 (Yusuf dkk 2008), juga berdasarkan kondisi biofisik, sosial ekonomi dan análisis masalah tanaman kakao, maka alternatif intervensi paket teknologi yang akan didemonstrasikan adalah sebagai berikut : (i) peremajaan tanaman kakao dengan metode sambung samping dan pucuk menggunakan klon-klon kakao unggul, (ii) pemangkasan, pemupukan, panen sering, dan sanitasi (P3S), (iii) perangsang bunga dan buah.
II. II.1.
TUJUAN DAN LUARAN
Tujuan 1. Mendorong percepatan penerapan teknologi budidaya kakao dan petani berkesempatan untuk menilai keunggulan dan kelemahan teknologi tersebut dengan teknologi exsisting. 2. Memperbaiki sikap, pengetahuan dan ketetrampilan petani dalam penerapan teknologi budidaya kakao.
II.2.
Luaran Luaran yang diharapkan :
1. Petani dapat menerapkan teknologi budidaya dan berkesempatan menilai keunggulan dan kelemahan teknologi tersebut dengan teknologi exsisting.
2. Terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam penerapan teknologi budidaya kakao.
II.3.
Dasar Pertimbangan Masalah yang ada oleh petani kakao di Kabupaten Ende adalah petani masih
menjalankan usahatani kakao secara tradicional sehingga terjadi produksinya rendah. Hal ini disebabkan tanaman kakao sudah berumur tua, pemangkasan tidak tepat sesuai waktu yang ditentukan, pemupukan dan pengendalian H/P tidak dilakukan juga pasca panen tidak tepat waktu. Untuk itu diperlukan demonstrasi teknologi usahatani lahan kering berbasis tanaman kakao di tempat petani, dimana petani diberi kesempatan untuk menilai 3
keunggulan dan kelemahanan teknologi tersebut dibandingkan dengan teknologi eksistingnya.
III.
III.1.
PROSES PERENCANAAN DAN KOORDINASI KEGIATAN (METODA)
Peserta Kelompok tani sebagai peserta terpilih melakukan demonstrasi adalah di Desa
Ndetu Zea Kecamatan Nangapenda Kabupaten Ende.
III.2.
Prosedur Pelaksanaan
a. Koordinasi dan Indentifikasi Masalah : Sasaran kegiatan ini adalah lembaga pemerintah tingkat kabupaten, kecamatan, desa dan kelompok tani serta toko masyarakat, data yang dikumpulkan meliputi : i) data usahatani, ii) karakteristik petani, iii) tanggapan petani kooperator dan non kooperator, iv) kesesuaian teknologi dengan kondisi biofisik dan sosial ekonomi setempat.
b. Lokasi dan Waktu : Lokasi pelaksanaan demonstrasi teknologi tindak lanjut Farming System Analisis (FSA) dilaksanakan di Desa Ndetu Zea Kecamatan Nangapenda Kabupaten Ende dengan luas areal 0,50 ha. Penentuan desa dengan pertimbangan : i) berdasarkan hasil survey oleh tim FSA Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT, ii) memiliki kelompok tani yang dapat diajak kerjasama, mengikuti aturan pelaksanaan serta berpartisipasi bersama penyuluh dan peneliti menerapkan teknologi. Waktu pelaksanaan pada TA.2008
c. Kelompok Tani Kooperator : Kelompok tani yang dipilih adalah : i) kelompok tani yang eksis di desa, ii) masing-masing anggota memiliki lahan usaha, iii) mau dan mampu bekerja sama dalam menerapkan teknologi. d. Pendampingan pelaksanaan demonstrasi teknologi : Pendampingan dalam pelaksanaan demonstrasi dilakukan bersama-sama antara penyuluh, peneliti dan teknisi BPTP NTT ditambah petugas lapangan (PPL) dan petugas Dinas.
4
Dalam
proses
pendampingan
teknologi
yang
didemonstrasikan
disampaikan secara bertahap, sehingga petani dapat memahami dan memiliki pengetahuan, kemampuan/ketrampilan untuk menjalankan teknologi tersebut. Untuk
memudahkan
pemahaman
petani
terhadap
teknologi
yang
didemonstrasikan dibuat petunjuk teknis pelaksanaan demonstrasi teknologi tersebut.
e. Penerapan Paket Teknologi : Berdasarkan hasil survey Tim FSA Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT, sesuai dengan kondisi biofisik, sosial ekonomi dan análisis masalah, alternatif intervensi teknologi sistem usahatani kakao di Desa Ndetu Zea Kecamatan Nangapenda Kabupaten Ende maka perbaikan paket teknologi yang disarankan adalah : tanaman kakao dengan metode sambung samping klon
i) peremajaan
dan pucuk menggunakan
kakao unggul, ii) pemangkasan, pemupukan, panen sering dan sanitasi
(P3S), iii) pasca panen secara tepat, juga dilakukan perangsang bunga dan buah dengan menggunakan senyawa organik.
f. Penyebarluasan Kegiatan : Penyebarluasan kegiatan dilaksanakan melalui beberapa metode penyuluhan antara lain penyuluhan ke petani kooperator, kunjungan petani kooperator ke lokasi petani kakao lain yang telah menerapkan metode sambung samping dan pucuk serta P3S, memasang papan nama kegiatan di lokasi demonstrasi dan diharapkan petani-petani non kooperator akan mengunjungi dan melihat langsung tentang penerapan teknologi yang dilakukan.
g. Pengumpulan dan Analisis Data : Data yang dikumpulkan meliputi : tingkat penerapan teknologi data usahatani dan pendapatan usahatani, tanggapan petani kooperator dan non kooperator, perubahan sikap, pengetahuan dan ketrampilan petani, serta membandingkan hasil demonstrasi dengan petani disekitarnya.
IV.
KEGIATAN YANG TELAH DILAKSANAKAN DAN HASIL YANG DIPEROLEH
IV.1. Paket Teknologi yang diterapkan Kakao telah dikenal oleh ptani di Kabupaten Ende, pola usahatani yang dilakukan adalah ditanam bersama dengan tanaman lain, teknologi yang digunakan masih 5
sederhana, tanpa pemupukan, pengendalian hama/penyakit dan pemeliharaan lain yang diperlukan tidak pernah dilakukan juga kondisi tanamannya pun sudah berumur (tua) + 20-25 tahun sehingga produk dari tanaman kakaonya rendah. Kegiatan demonstrasi ini ingin memperbaiki manajemen produksi tanaman kakao petani sehingga dapat meningkat. Kegiatan tersebut meliputi : i) sambung samping dan pucuk pada kakao tua dengan menggunakan klon-klon unggul, ii) pemangkasan, iii) pemupukan, iv) panen sering dan sanitasi juga, iv) merangsang pembentukan bunga/ buah.
A. Penyambungan Kakao a.1. Sambung Samping Sambung samping merupakan teknik rehabilitasi tanaman kakao yang dilakukan dengan cara menyisipkan batang atas klon-klon unggul yang dikehendaki sifat baiknya pada sisi batang bawah (A. Adi prawoto, 2007). Teknik sambung samping bertujuan untuk mengatasi dan meningkatkan produktivitas kakao dengan cara merehabilitasi tanaman tanpa harus memusnakan tanaman pokok melalui perbanyak secara vegetatif dengan keuntungan adalah dapat meningkatkan tanaman kakao dengan percabangan rendah dan dapat dibuat lebih dari satu sambungan pada setiap batang bawah, juga biaya operasionalnya cukup murah, mudah dilaksanakan dan lebih cepat menghasilkan (Liptan BPTP Papua, 2005. Teknik Sambung Samping
Hal yang perlu diperhatikan dalam peraktek sambung samping adalah : 1) Harus tersedia entres tanaman unggul yang berasal dari kebun entres atau kebun petani yang telah terseleksi, 2) Entres yang diperoleh sebaiknya dari cabang samping atau cabang primer berwarna hijau atau hijau kecoklatan, ukuran cabang sebesar pensil dan panjang sekitar 40-50 cm, 3) Pengambilan entres sebaiknya dilakukan awal musim hujan,karena pada saat itu tanaman sedang bertunas dan cambium tumbuh aktif hingga kulit batang mudah terkelupas, 4) Alat dan bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan sambung samping yaitu:gunting pangkas, pisau okulasi,pelastik.tali rafiah dan batang bawah. a. Perlakuan batang bawah
6
Pilih batang bawah yang sehat,batang bawah yang akan disayat setinggi 40-60 cm dari permukaan tanah, panjang sayatan 5 cm dan diameter disesuaikan dengan besar entres,dari keratan dibuat dua torehan vertical sepanjang 2-4 cm dengan jarak antara torehan 1-2 cm setelah itu keratan kulit diungkit agar ter bentuk lidah untuk menyisipkan entres. b. Pelakuan pada batang entres Entres diambil dari cabang samping yang terseleksi berupa cabang plagiotroph berwarna hijau keco klatan atau coklat,pengambilan batang entres sebesar pensil dengan panjang 40-50 cm terdiri dari 15 mata tunas dimana 2 mata tunas dibagian pangkal dan 3 mata tunas bagian ujung dibuang, batang entres dipotong 10- 12 cm (terdapat 3-4 tunas) dan entres yang digunakan harus dalam keadaan segar.
c. Cara penyungkupan dan pengikatan Entres yang sudah disayat disisipkan pada batang bawah dimana sisi yang runcing menghadap batang bawah lalu lidah kulit ditutup setelah itu sambungan ditutup dengan pelastik kemudian diikat tali rafiah,penutupan entres harus sempurna karena keberhasilan sambungan ditentukan oleh sejauh mana entres terhindar dari penguapan. d. Cara pembukaan tutup entres Pembukaan tutup entres dilakukan setelah sambungan tumbuh baik,entres dibuka secara bertahap dan tali pertautan dibiarkan tidak terlepas, sambungan dianggap berhasil bila entres tetap segar setelah 3 – 4 minggu sesudah penyabungan. e. Perawatan hasil sambungan Dua minggu setelah penyambungan tanaman diamati perkembangannya jika panjang tunas men capai 2-3 cm,tutup entres dibuka agar tunas tidak terhambat dan busuk, perlu juga diperhatikan tunas-tunas air yang tumbuh disekitar batang atas agar dipangkas seperlunya sedangkan waktu pemangkasan tajuk batang bawah dipangkas 3 bulan setelah penyambungan.Batang pokok dapat dipot ong pada saat batang atas sudah tumbuh kuat dan berbuah dengan arah potongan miring pada ketinggian 60 – 90 cm diatas pertautan,luka bekas potongan dioles dengan parafin,cat atau ter,jika perlu sebagian tajuk batang bawah dipangkas 3 bulan setelah penyambungan. a.2. Sambung pucuk 7
Sambung pucuk umumnya dilakukan pada kebun pembibitan kakao, sambungan ini merupakan salah satu alternatif perbanyakan disamping okulasi dan stek,keberhasilan usaha penyambungan bibit kakao dipengaruhi oleh banyak factor misalnya, kondisi tanaman dan lingkungan,kandungan nutrisi batang bawah,keadaan hormon, kelembapan udara dan intensitas penyinaran. Teknik sambung pucuk Persaratan teknik sambung pucuk hampir sama dengan teknik sambung samping kakao,perbedaannya hanya pada cara penyambungan dimana penyambungan dilakukan pada pucuk batang, sedangkan untuk batang bawah pada umur pertumbuhannya 2 bulan sudah dapat dilakukan penyambungan dengan cara memotong pucuk batang dan disayat menjadi dua belahan,kemudian entres 2 atau 3 mata tunas yang sudah disayat pada 2 sisi disisipkan pada belahan pucuk batang tadi lalu diikat dan kemudian diberi kerodong kantong pelastik yang berukuran 15x5 cm.untuk keberhasilan sambungan juga dipenngaruhi oleh daun pada batang bawah yang mampu mengadakan foto sintesis sehingga dihasilkan karbohidrat yang menunjang keberhasilan sambungan.
B. Teknologi Pemangkasan
•
Tanaman belum menghasilkan ( TBM ) Kondisi tanaman ini dilakukan pemangkasan dengan rumus 3n yakni dengan memelihara 3 cabang pertama dan masing-masing 3 cabang ke dua, selanjutnya cabang-cabang yang rusak tumbuh kearah dalam dan cabang air lainnya dihilangkan.
•
Tanaman yang telah menghasilkan ( TM ) Tanaman ini dilakukan pangkasan yaitu pangkasan pemendekan tajuk dan pangkasan pemeliharaan, pangkasan pemendekan tajuk adalah dengan memotong tajuk yang tinggi sehingga ketinggian tajuk maksmal 4 m,pangkasan pemeliharaan berfungsi untuk membuat air asi lngkungan mikro dalam tajuk kakao cukup baik untuk mendukung pembungaan serta mengurangi kelembapan serta kegelapan sehingga tidak cocok untuk perkembangan hama dan penyakit, pangkasan pemeliharaan dilakukan dengan cara memangkas tunas-tunas air, cabang yang mengarah kedalam tajuk, cabang-cabang rusak dan cabang yang tertutup tajuk.
8
Bahan dan alat yang digunakan : •
Gunting Gala
•
Gergaji pangkas
•
Gunting pangkas
•
Tangga.
Cara kerja : •
Pada awal semua tanaman kakao diharapkan memiliki tajuk tertinggi 4 meter,tajuk tanaman yang lebih dari 4 meter dipangkas.
•
Pada TM lakukan pangkas pemeliharaan dengan memotong semua tunas air,cabang-cabang yang mengrah kedalam tajuk,cabang-cabang rusak dan cabang- cabang yang tertutup tajuk
•
Pada TBM lakukan pangkas bentuk.
C. Teknologi Pemupukan Pemupukan bagi tanaman kakao yang belum berproduksi adalah untuk menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan vegetative, dengan pertumbuhan vegetatif yang baik dapat diharapkan bahwa pada fase prtumbuhan generative terjadi pembungaan dan pembuahan yang baik. Tujuan pemupukan pada lahan tanaman kakao yang sudah produksi adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah juga supaya produktivitas kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit dan diharapkan agar produksi lebih lama. Pemupukan N (urea) dan P (SP36) dilakukan pada semua tananaman kakao pada areal terpilih. Bahan dan alat : •
Pupuk urea dan TSP
•
Cangkul dan sekop
•
Ember
•
Timbangan kue
Cara kerja :
9
•
Pemupukan dilakukan dengan cara mengintari tanaman kakao sejauh tajuk ter luar tanaman dengan cara membuat lubang / larikan sedalam 15 – 20 cm; urea dan TSP diberikan terpisah.
•
•
Dosis pupuk urea dan TSP tergantung umur tanaman,dapat dlihat dibawah ini: -
0-1 tahun
: 25 gr /phn/tahun
-
1-2 tahun
: 45 gr /phn/tahun
-
2-3 tahun
: 90 gr /phn/tahan
-
3-4 tahun
: 180 gr/phn/tahun
-
> 4 tahun
: 280 gr/phn/tahun.
Aplikasi pemupukan dilakukan 2 kali setahun yaitu awal dan akhir musim hujan dengan masing-masing setengah dosis diatas.
D. Panen sering dan sanitasi Pekerjaan ini merupakan pencegahan dan pengendalian penyakit. Beberapa usaha dapat dilakukan untuk mencegah atau memberantas timbulnya penyakit pada tanaman kakao, adalah sebagai berikut : i) buah kakao yang terserang diambil secara teratur tiap 2 hari sekali dan dibakar atau dipendam, ii) kulit atau daging buah yang terserang setelah diambil bijinya harus segera dibakar atau dipendam. Selain itu mengurangi kelembaban kebun dapat dilakukan antara lain : memperbaiki drainase, melakukan
pemangkasan
ranting-ranting,
pemengkasan
pohon-pohon
pelindung,
pemberantasan gulma dan lain sebagainya. E. Perangsang bunga/buah Perlakuan perangsang bunga/buah dilakukan dengan cara menyemprot seluruh daun dan batang tanaman. Alat dan bahan : •
Super bionik
•
Air
•
Ember
•
Pompa spreyer
Cara kerja : •
Dilakukan pada tanaman kakao yang siap berbuah 10
•
Siapkan sprayer dan perangsang bunga / buah
•
Dosis pemberian disesuaikan dengan label pada kemasan
•
Semprot pada daun
•
Perhatikan arah angin pada saat penyemprotan dan kebersihan tangan danpakean setelah penyemprotan
IV.2. Keadaan Kelompok Tani Kelompok tani yang dijadikan sebagai kelompok kooperator dalam kegiatan demonstrasi adalah kelompok tani yang telah eksis di desa dan di dalam kegiatan Demonstrasi ini diikuti oleh 42 orang petani sebagai perwakilan dari kelompok tani masing-masing . Di Desa Ndetu Zea memiliki 1 Gapoktan yaitu Gapoktan Impala (Ingin Merobah Pandangan Lama) yang terdiri dari 7 kelompok tani yaitu : (1) kelompok Tau Tei, 2) Poto Utu, 3) Su’u Sama, 4) Kema Ngena, 5) Watu Ripo 1, 6) Watu Ripo 2, 7) Sa’ate dengan jumlah anggota 124 orang. Kegiatan yang dilakukan kelompok tani dalam kesehariannya adalah bersamasama secara gotong royong menyelesaikan pekerjaan usahatani tanaman pangan dengan dikoordinasi oleh ketua Gapoktan misalnya persiapan lahan, penanaman, penyiangan dan panen, kegiatan pada usahatani perkebunan adalah pembersihan tanaman.
IV.3. Karakteristik Petani Kooperator Karakteristik petani kooperator Desa Ndetu Zea terukur dari beberapa ítem pengukuran baik bersifat ekonomi maupun sosial, Data ekonomi berupa pendapatan dan sumber pendapatan, kepemilikan lahan pertanaian dan komoditas usahatani yang diusahakan, data sosial berupa umur kepala keluarga dan tingkat pendidikan serta usaha sampingan. Tabel 3.1. Karakteristik petani kooperator Desa Ndetu Zea Kecamatan Nandapenda Kabupaten Ende No.
Nama Petani
Umur (Tahun)
Pendidikan
1
2
3
Jenis Pekerjaan Pokok
Sampingan
4
5
6
Petani Petani
1
Abu Gedu
46
SLA
2
Adnan Karim
43
SMP
3
Rusli A. Rai
45
Petani
4
Ismail Kebi
58
SD SD
5
Dhlan Ibrahim
47
SD
Petani
Pedagang
Petani
11
6
A. Rasyid
40
SD
Petani
7
Dhlan M.
47
SD
Petani
8
Dhlan Juma
48
SD
Petani
9
Maknun Wasa
51
SD
Petani
10
Umar Ibrahim
47
SD
Petani
11
Sulama Ismail
40
SD
Petani
12
Amir Pase
47
SD
Petani
13
Ibrahim Penda
50
SD
Petani
14
Maktarum M. Taher
42
SD
Petani
15
Mintari
39
SD
Petani
16
Pita Dila
45
SD
Petani
17
Muhamad Ali Papu
45
SD
Petani
3
4
5
1
2
18
Syti Syarah Yusuf
42
SD
Petani
19
Elias Wake
45
SD
Petani
20
Wahyudin
46
SD
Petani
21
Kadir Hamid
48
SD
Petani
22
Feta
46
SD
Petani
23
Yunus
39
SD
Petani
24
Ali Papa
49
SD
Petani
25
Usman
52
SD
Petani
26
Arba’a
46
SD
Petani
27
Ramdan
47
SD
Petani
28
Soeleman Ismail
44
SD
Petani
29
Jainudin Juda
43
SD
Petani
30
Tamrin
39
SD
Petani
31
Ruslin
45
SD
Petani
32
Amir
46
SD
Petani
33
Ali Usna
43
SD
Petani
34
Kasim
48
SD
Petani
35
Ahmadu
49
SD
Petani
36
Mikael Ma
42
SD
Petani
37
Sharil Gani
45
SD
Petani
38
Usman Ga
47
SD
Petani
39
Yusuf Ngasi
46
SD
Petani
40
Said Karo
42
SD
Petani
6
12
41
Rasid Toma
48
SD
Petani
42
Husni
36
SMA
Petani
Rerata
45
Sumber : Data Primer 2008
Rerata umur petani kooperator 45 tahun, berkisar antara 39 tahun sampai 58 tahun, tingkat pendidikan tergolong renda hada sekitar 91% adalah yang tamat SD, 4,5% tamat SMP dan 4,5% lainnya tamat SMA. Pekerjaan pokoknya adalah bertani dan ada beberapa orang memiliki pekerjaan lainnya yakni sebagai pedagang. Untuk mengukur tingkat ekonomi keluarga dapat dilelaah dari kepemilikan aset pertanin dan produktivitas disajikan pada tabel berikut ini. Petani kooperator memiliki kebun campuran dengan rerata luas 152 are dengan kisaran 75 are sampai paling luas 300 are kebun campuran ini biasanya ditanami berbagai macam tanaman baik tanaman tahunan maupun hortikultura. Ladang hampir semua dimiliki oleh petani kooperator dengan luas yang lebih kecil dengan rerata hanya memiliki 13 are pada ladang biasa ditanami tanaman pangan seperti jagung, kacangkacangan dan ubi kayu sedangkan sawah tidak ada yang memiliki. Tabel 3.2. Luas kepemilikan dan penguasaan lahan pertanian dan ternak Luas Lahan (Are) No.
Nama Petani
1
Jenis Ternak
Kabun
Ladang
Sawah
Pekarangan
Sapi
Kambing
Ayam
2
3
4
5
6
7
8
9
1
Abu Gedu
75
-
3
Adnan Karim
250
20,6
-
6
2
-
3
Rusli A. Rai
250
-
Ismail Kebi
300
-
6 6
-
4
15,7 26
8 7
5
Dhlan Ibrahim
150
10,8
-
4
-
6
A. Rasyid
100
15
-
5
-
-
7
Dhlan M.
100
16
-
4
-
5
8
Dhlan Juma
150
15
-
5
2
7
9
Maknun Wasa
200
15
-
4
-
6
10
Umar Ibrahim
200
20
-
5
-
6
11
Sulama Ismail
100
15
-
4
-
12
Amir Pase
100
-
-
4
-
4
13
Ibrahim Penda
250
20
-
4
-
6
14
Maktarum M. Taher
300
20
-
6
-
4
-
1
2
2
10
4
8
13
15
Mintari
100
15
-
4
-
8
16
Pita Dila
75
15
-
4
-
6
17
Muhamad Ali Papu
200
15
-
4
-
4
18
Syti Syarah Yusuf
100
10
-
5
2
5
19
Elias Wake
100
10
-
5
-
6
20
Wahyudin
100
15
-
5
2
6
21
Kadir Hamid
200
15
-
5
-
4
22
Feta
200
17
-
5
-
5
23
Yunus
100
10
-
4
2
24
Ali Papa
200
15
-
4
-
6
25
Usman
80
10
-
4
-
4
26
Arba’a
150
10
-
5
-
6
27
Ramdan
200
10
-
5
-
4
28
Soeleman Ismail
100
15
-
5
-
3
4
3
5 -
6 5
7 3
8
9 2
1
2
3
6
29
Jainudin Juda
100
4 10
30
Tamrin
150
10
-
5
-
4
31
Ruslin
250
10
-
4
-
4
32
Amir
100
10
-
5
-
6
33
Ali Usna
100
10
-
5
-
6
34
Kasim
100
10
-
5
-
7
35
Ahmadu
100
10
-
6
-
8
36
Mikael Ma
200
15
-
6
-
10
37
Sharil Gani
200
10
-
4
-
38
Usman Ga
150
10
-
5
-
6
39
Yusuf Ngasi
200
15
-
5
-
7
40
Said Karo
100
10
-
5
-
6
41
Rasid Toma
100
15
-
4
-
7
42
Husni
100
10
-
7
-
2
6
152
13
5
0,2
0,35
6
Rerata
2
12
Sumber : Data Primer 2008
Produktivitas pendapatan dari berbagai sumber pendapatan keluarga terhadap pembentukan ekonomi rumah tangga petani sebagai berikut. Tabel 3.3. Produktivitas dan pendapatan setahun dari beberapa sumber pendapatan keluarga petani kooperator Desa Ndetu Zea Kecamatan Nangapenda Kabupaten Ende Produktivitas (kg/tahun) No.
Nama Petani
1
2
1
Abu Gedu
Kebun 3 Kakao :
Ladang 4
5
75 Jagung :
Sawah 6 25
7
Pendapatan (Rp.) Non Pertanian Total Pertanian 8 9 10 2.450.000
500.000
2.950.000
Keterangan (Harga komoditi/Rp/kg) 11 - kakao : 15000
14
Kelapa : Pisang : 2
3
4
5
1 6
7
8
9
10
11
12
Adnan Karim
Rusli A. Rai
Ismail Kebi
Dh. Ibrahim
2 A. Rasyid
Dhlan M.
Dhlan Juma
Maknun W.
Umar Ibrahim
S. Ismail
Amir Pase
14
Ibrahim Penda
Maktarum M. Taher
50
- Kopra : 3000
50
- Pisang : 1000
Kakao :
100 Jagung :
25
Kelapa :
300 Ubikayu :
50
Pisang :
100
Kakao :
100 Jagung :
50
Kelapa :
400 Ubikayu :
50
Pisang :
100
Kakao :
125 Jagung :
50
Kelapa :
400 Ubikayu :
50
Pisang :
100
Kakao :
100 Jagung :
50
Kelapa :
300 Ubikayu :
50
Pisang :
100
3
4
2.750.000
-
2.750.000
- Jagung : 2000 - Ubikayu : 1000
2.900.000
2.900.000
3.325.000
3.325.000 -
5
6
Kakao :
75 Jagung :
50
Kelapa :
200 Ubikayu :
50
Pisang :
100
Kakao :
75 Jagung :
50
Kelapa :
150 Ubikayu :
50
Pisang :
100
Kakao :
100 Jagung :
50
Kelapa :
250 Ubikayu :
50
Pisang :
100
Kakao :
100 Jagung :
100
Kelapa :
150 Ubikayu :
60
Pisang :
100
Kakao :
100 Jagung :
100
Kelapa :
200 Ubikayu :
75
Pisang :
100
Kakao :
75 Jagung :
50
Kelapa :
200 Ubikayu :
50
Pisang :
100
Kakao :
100 Jagung :
Kelapa :
100 Ubikayu :
Pisang : 13
400 Ubikayu :
2.650.000
7
8
2.650.000
9
10
97.5000
97.5000
1.825.000
1.825.000
2.500.000
2.500.000
2.310.000
2.310.000
2.475.000
2.475.000
1.975.000
1.975.000
1.875.000
1.875.000
3.400.000
3.400.000
3.700.000
3.700.000
11
75
Kakao :
150 Jagung :
50
Kelapa : Pisang :
300 Ubikayu : 100
50
Kakao :
150 Jagung :
50
15
15
Mintari
16
Pita Dila
17
M. Ali Papu
18
Syti Y. Yusuf
19
Elias Wake
20
2 Wahyudin
21
Kadir Hamid
22
Feta
23
24
25
26
27
Yunus
Ali Papa
Usman
Arba’a
Ramdan
28
S. Ismail
29
Jainudin Juda
30
Tamrin
Kelapa : Pisang : Kakao : Kelapa : Pisang : Kakao : Kelapa : Pisang : Kakao : Kelapa : Pisang : Kakao : Kelapa : Pisang : Kakao : Kelapa : Pisang : 1 Kakao : Kelapa : Pisang : Kakao : Kelapa : Pisang :
400 Ubikayu : 100 75 Jagung : 200 Ubikayu : 75 Jagung : 75 Ubikayu : 150 100 Jagung : 200 Ubikayu : 100 75 Jagung : 100 Ubikayu : 100 75 Jagung : 100 Ubikayu : 100 4 5 80 Jagung : 125 Ubikayu : 100 150 Jagung : 200 Ubikayu : 100
Kakao : Kelapa :
50 50 50
1.950.000
1.950.000
50 50
1.800.000
1.800.000
50 50
2.350.000
2.350.000
50 50
1.675.000
1.675.000
50 50
1.675.000
1.675.000
6 60 50
7
8 1.845.000
9
10 1.845.000
50 50
3.100.000
3.100.000
100 Jagung :
30
2.135.000
2.135.000
150 Ubikayu :
50 1.565.000
1.565.000
2.310.000
2.310.000
1.615.000
1.615.000
1.595.000
1.595.000
1.985.000
1.985.000
Pisang :
75
Kakao :
75 Jagung :
20
Kelapa :
100 Ubikayu :
25
Pisang :
75 Jagung :
Kakao :
100 Ubikayu :
40
Kelapa :
200
30
Pisang :
100
Kakao :
75 Jagung :
30
Kelapa :
100 Ubikayu :
30
Pisang :
100
Kakao :
75 Jagung :
20
Kelapa :
100 Ubikayu :
30
Pisang :
100
Kakao :
100 Jagung :
40
Kelapa : Pisang : Kakao : Kelapa : Pisang : Kakao : Kelapa : Pisang : Kakao :
100 75 75 100 75 75 75 75 100
Ubikayu :
30
Jagung : Ubikayu :
50 25
1.550.000
1.550.000
Jagung : Ubikayu :
40 20
1.525.000
1.525.000
Jagung :
40
2.105.000
2.105.000
11
16
31
Ruslin
Kelapa : Pisang :
150 Ubikayu : 50
25
Kakao :
200 Jagung :
50
Kelapa :
100 Ubikayu :
25
Pisang : 32
33
Amir
Ali Usna
34
Kasim
35
Ahmadu
1
2
36
Mikael Ma
Sharil Gani
Kakao :
75 Jagung :
25
Kelapa :
100 Ubikayu :
25
Pisang :
30
Kakao :
\75
Jagung :
20
Kelapa :
100 Ubikayu :
25
Pisang : Kakao : Kelapa : Pisang : Kakao : Kelapa : Pisang : 3
40 100 100 50 75 100 60 4
Kakao :
125 Jagung :
40
Kelapa :
150 Ubikayu :
30
Usman Ga
40
Yusuf Ngasi
Said Karo
41
Rasid Toma
42
Husni
1.530.000
1.530.000
1.530.000
30 25
1.960.000
1.960.000
Jagung : Ubikayu :
30 30
1.575.000
1.575.000
5
6
7
8
9
10
2.485.000
2.485.000
1.940.000
1.940.000
1.955.000
1.955.000
2.065.000
2.065.000
1.515.000
1.515.000
25 25
1.625.000
1.625.000
1.910.000
1.910.000
11
50 100 Jagung :
30
Kelapa :
100 Ubikayu :
30
50
Kakao :
100 Jagung :
40
Kelapa :
100 Ubikayu :
25
Pisang : 39
1.530.000
Jagung : Ubikayu :
Kakao : Pisang :
38
3.455.000
50
Pisang : 37
3.455.000
50
Kakao :
100 Jagung :
50
Kelapa :
130 Ubikayu :
25
Pisang :
50
Kakao :
85 Jagung :
20
Kelapa :
100 Ubikayu :
20
Pisang :
100
Kakao : Kelapa :
80 Jagung : 100 Ubikayu :
Pisang :
50
Kakao :
100 Jagung :
20
Kelapa : Pisang :
100 Ubikayu : 50
20
Sumber : Data Primer 2008
IV.4. Kondisi Exsisting Pertanaman Kakao IV.4.1. Desa Ndetu Zea 4..4.1.1. Desa Ndetu Zea berada di wilayah Kecamatan Nangapenda Kabupaten Ende dengan batas administrasi sebagai berikut : 17
Sebelah Utara dengan Desa Kerirea Sebelah Selatan dengan Kelurahan Ndorurea Sebelah Timur dengan Desa Pengga Jawa Sebelah Barat dengan Kelurahan Ndorurea Jarak ke ibukota kecamatan 3 km dengan lama tempu 30 menit, sedangkan jarak ke ibukota Kabupaten Ende 33 km dengan waktu tempu 90 menit. 4.4.1.2.
Pemilihan Lahan Pertanian Jumlah keluarga yang memiliki lahan pertanian sebanyak 101 keluarga dan yang tidak memiliki lahan 55 keluarga. Sedangkan yang memiliki 1 ha sebanyak 37 keluarga, memiliki 1,0 – 5,0 ha 26 keluarga dan yang memiliki 5.0 - 10.0 ha ada 15 keluarga.
4.4.1.3.
Keadaan Tanaman Kakao Penciri umum dari usaha tanaman perkebunan di Desa Ndetu Zea, sama hal dengan desa-desa lainnya, yakni mengusahakan lebih dari satu jenis tanaman perkebunan dalam satu lahan, di Desa Ndetu Zea umumnya Kakao ditanam diantara tanaman kelapa, pisang, mangga dan nenas dimana jarak antara tanaman tidak beraturan berkisar antara 3-4 meter untuk tanaman kakao dan tanaman lainnya disisipkan diantaranya.
Tabel 3.4. Luas Lahan dan Jumlah tanaman kakao petani Kooperator Desa Ndetu Zea, Kecamatan Nangapenda Kabupaten Ende Jumlah Tanaman
No.
Nama Petani
Luas Lahan (are)
TBM
TM
Total
Keterangan Umur TM (thn)
1
2
3
4
5
6
7
1
Abu Gedu
75
56
100
156
10-15
2
Adnan Karim
250
20
235
255
20-24
3
Rusli A. Rai
250
16
220
236
15-20
4
Ismail Kebi
300
50
400
450
20-24
5
Dhlan Ibrahim
150
25
100
125
15-20
6
A. Rasyid
100
15
120
135
10-20
7
Dhlan M.
100
30
150
180
15-20
8
Dhlan Juma
150
10
150
160
15-20
9
Maknun Wasa
200
26
265
291
10-20
10
Umar Ibrahim
200
30
200
230
15-20
11
Sulama Ismail
100
35
125
160
15-20
12
Amir Pase
100
25
175
200
10-15
18
13
Ibrahim Penda
250
50
250
300
15-24
14
Maktarum M. Taher
300
25
350
375
20-24
15
Mintari
100
35
150
185
10-15
16
Pita Dila
75
25
100
125
10-15
17
Muhamad Ali Papu
200
25
200
225
10-20
18
Syti Syarah Yusuf
100
25
100
125
10-15
19
Elias Wake
100
50
150
200
15-20
20
Wahyudin
100
25
125
150
10-15
21
Kadir Hamid
200
50
200
250
15-20
22
Feta
200
25
200
225
10-20
23 24 25
Yunus Ali Papa Usman
100 200 80
50 50 25
150 300 100
200 350 125
10-15 10-15 10-20
3
4
5
6
7
1
2
26
Arba’a
150
50
150
200
15-20
27
Ramdan
200
25
200
225
15-20
28
Soeleman Ismail
100
50
125
175
15-20
29
Jainudin Juda
100
50
175
225
15-20
30
Tamrin
150
25
150
175
10-15
31
Ruslin
250
50
250
300
10-15
32
Amir
100
30
150
180
10-15
33
Ali Usna
100
50
125
175
15-20
34
Kasim
100
20
115
135
10-15
35
Ahmadu
100
30
150
180
15-20
36
Mikael Ma
200
30
175
205
10-15
37
Sharil Gani
200
20
200
220
10-15
38
Usman Ga
150
50
150
200
10-20
39
Yusuf Ngasi
200
30
150
180
10-20
40
Said Karo
100
50
100
150
10-15
41 42
Rasid Toma Husni
100 100
50 50
125 100
175 150
15-20 10-15
6.380
1.458
7.205
8.663
Jumlah Sumber : Data Primer, 2008
Total lahan kakao yang dimiliki oleh petani kooperator Desa Ndetu Zea 6.380 are atau 63 ha dengan rata-rata pemilikan 152 are setiap petani luas lahan terkecil yang dimiliki adalah 75 are dan lahan terluas 300 are dan umumnya petani mimiliki lahan kakao lebih dari satu persil rerata memiliki 2-3 persil. Jumlah tanaman kakao pada petani kooperator adalah 8.663 pohon terdiri atas 1.458 tanaman yang belum menghasilkan (TBM) atau sekitar 17%. Dari keseluruhan 19
tanaman kakao yang ada, sekitar 7.205 tanaman yang telah menghasilkan (TM) atau sekitar 83% dengan umur tamaman kakao 10-24 tahun. Rerata produksi kakao 7-12 buah perpohon setiap kali panen. Jenis hama dan penyakit tanaman yang menyerang buah kakao adalah kepik penghisap buah kakao (Helopeltis,sp), kutu putih serta penyakit busuk buah diplodia.
4.5.
Demonstrasi Teknologi Teknologi yang didemonstrasi dalam kegiatan ini adalah teknologi sambung
samping dan pucuk, pemangkasan, pemupukan, panen sering dan sanitasi (P3S) serta perangsang bunga dan buah. Kegiatan demonstrasi ini dilakukan disalah satu kebun kakao milik anggota kelompok. 4.5.1. Sambung Samping dan Pucuk Tanaman kakao di Desa Ndetu Zea pada umumnya sudah berumur tua yaitu 15-24 tahun, dengan produktivitas menurun serta kurang perawatan dan untuk itu perlu adanya rehabilitasi tanaman kakao dengan metode sambung samping yang adalah teknik rehabilitasi tanaman kakao dilakukan dengan cara menyisipkan batang atas klon-klon unggul yang dikehendaki sifat baiknya pada sisi batng bawah. Klon-klon unggul yang digunakan adalah ICCRI 03, ICCRI 04, KW 162, KW 163, KW 165 diambil dari Desa Hobatua Kecamatan Lio Timur Kabupaten Ende (Hasil sambung samping). Faktor penting yang harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil sambung yang tinggi adalah pelaksanaan sambung samping yang benar, tenaga trampil, pemeliharaan tanaman setelah sambung samping terutama siwingan tajuk batang bawah dan pemotongan batang bawah, sedangkan untuk metode sambung pucuk juga dilakukan pada lokasi demonstrasi sebanyak 5 tanaman dari tunas air (sebagai batang bawah) ini disebabkan tidak banyak tunas air yang tumbuh dan memenuhi syarat untuk sambung pucuk, keberhasilan usaha penyambungan bibit kakao di pengaruihi oleh banyak faktor misalnya : kondisi tanaman dan lingkungan, kandungan nutrisi batang bawah, keadaan hormon, kelembapan udara dan intensitas penyinaran (Fx. Susanto, 1994), juga kondisi kesehatan entres. Tabel 3.4. Jumlah Tanaman yang dilakukan sambung samping dan pucuk serta berhasil tumbuh pada lokasi demonstrasi dan lokasi kebun kakao petani lainnya Sambung Sambung Berhasil Tumbuh (phn) Prosentasi (%) samping Pucuk Sambung Sambung SS SP (phn) (phn) samping Pucuk
No.
Lokasi
1.
Demplot Demonstrasi
52
5
26
3
50
60
2.
Kebun Petani
286
11
68
6
24
54
20
Jumlah
338
16
94
9
Sumber : Data Primer, 2004
Keterangan : - Sambung Samping (SS) - Sambung Pucuk (SP) Dari tabel diatas pada lokasi demplot demonstrasi dari 52 pohon yang dilakukan sambung samping yang berhasil tumbuh 26 pohon atau 50% tumbuh,sedangkan untuk sambung pucuk dari 5 pohon dilakukan sambung yang berhasil tumbuh 3 atau 60% tumbuh.kegiatan Ini dilakukan oleh petani sendiri setelah diberikan arahan dan contoh oleh Tim pendamping pelaksanaan demonstrasi. Sedangkan pada lokasi kebun kakao petani, dimana petani diberikan 297 batang entres untuk mencobah melakukan penyambungan sendiri di kebun masing-masing sesuai dengan petunjuk yang sudah disampaikan pada kegiatan demontrasi dan hasilnya dapat dilihat pada tabel diatas dimana dari 286 pohon kakao yang dilakukan sambung samping yang berhasil tumbuh 68 pohon atau 24% sedangkan untuk sambung pucuk dari 11 pohon disambung yang berhasil tumbuh 6 pohon atau 54%.Dari hasil sambung samping dan pucuk kakao yang sudah dilakukan oleh petani diatas maka tim telah memberikan motifasi kepada para petani untuk tetap mencobah terus-menerus melakukan kegiatan ini terlebih pada perlakuan batang bawah, batang entres, cara penyungkupan dan pengikatan. 4.5.2. Pemangkasan Pada demplot lokasi demonstrasi pemangkasan dilakukan pada tanaman yang telah
menghasilkan
(TM),
dilakukan
pemangkasan
pemeliharaan
dan
produksi
pemangkasan pemeliharaan dilakukan dengan pemendekan tajuk yang tinggi sehingga tinggi tanaman maksimal yang diperlihara setinggi 4 meter, pemangkasan pemeliharaan yaitu menciptakan aerasi lingkungan mikro tanaman menjadi lebih baik, tidak melembab untuk menekan serangan hama/penyakit yakni dengan menghilangkan tunas-tunas air, cabang yang mengarah kedalam dan cabang rusak/mati, sedangkan pemangkasan produksi bertujuan untuk mendorong tanaman agar memiliki kemampuan berproduksi secara maksimal, pemangkasan ini dilakukan dengan mengurangi kelebatan, yaitu dengan membuang daun-daun yang terlindung oleh sinar matahari dengan tujuan adalah sinar matahari dapat ke tajuk yang lebih dalam sehingga sumber makanan dari daun dapat meningkat pada tanaman yang belum menghasilkan (TBM) adalah pemangkasan bentuk yakni dengan memelihara 3 cabang pertama dan 3 cabang kedua kemudian cabang-cabang yang rusak atau yang tumbuh kearah dalam dan cabang air dihilangkan.
21
Tabel 3.5. Jumlah Tanaman kakao yang dipangkas pada lokasi demplot demonstrasi dan lokasi kebun petani No.
Lokasi
Pemangkasan/ Pemeliharaan (TM) / (Pohon)
Pemangkasan Bentuk (TBM) / (Pohon)
Total (Pohon)
1.
Demplot Demonstrasi
52
3
55
2.
Kebun Petani
102
-
102
154
3
157
Jumlah Sumber : Data Primer, 2008
Dari tabel diatas selain pemangkasan dilakukan pada demplot demonstrasi juga diikuti 3 orang petani telah melakukan pemangkasan pemeliharaan pada kebun kakao mereka sejumlah 102 pohon yang telah berumur 15 - 24 tahun sesuai dengan petunjuk yang disampaikan. 4.5.3. Pemupukan Pada lokasi demplot demonstrasi pemupukan dilakukan pada awal musim hujan yaitu pada tanggal 11 Oktober 2008. Kegiatan ini dilakukan oleh petani sendiri setelah mendapat arahan/contoh dari Tim pendamping. Dosis pemupukan disesuaikan dengan umur tanaman, tanaman yang berumur <1 tahun dosis yang dianjurkan 25 gr/ph/tahun, pada tanaman yang berumur 1-2 tahun dianjurkan 45 gr/ph/tahun, tanaman yang berumur 2-3 tahun dosis yang dianjurkan 90 gr/ phn/thn, tanaman yang berumur 3-4 tahun dosis yang dianjurkan 180 gr/phn/thn tanaman yang lebih dari 4 tahun dosis yang dianjurkan 280 gr/phn/thn. Tabel 3.6. Jumlah Tanaman kakao yang dipupuk pada lokasi demonstrasi dan lokasi kebun petani No.
Lokasi
1.
Demplot Demonstrasi
2.
Kebun Petani Jumlah
Waktu Pemupukan (pohon) 11 Oktober
10 Desember
Total (Pohon)
52
3
55
-
-
-
52
3
55
Sumber : Data Primer, 2008
Dari tabel 3.6 diatas dapat dilihat bahwa pada kebun petani tanaman kakao tidak pernah diberi pupuk.
4.5.4. Panen Sering dan Sanitasi 22
Bagi para petani kakao di Desa Ndetu Zea bahkan petani kakao di Kabupaten Ende jarang sekali melakukan panen sering dan sanitasi, sebenarnya hal ini sangat penting, ini merupakan pencegahan dan pengendalian penyakit dan untuk mencegah timbulnya penyakit pada tanaman kakao. Salah satu kegiatannya adalah buah kakao yang terserang diambil secara teratur tiap 2 hari sekali dan dibakar atau dipendam hal lain juga melakukan perbaikan darinasi, pemangkasan ranting-ranting pemangkasan pohon-pohon pelindung, pemberantasan gulma dan lain sebagianya. Kegiatan ini sudah dilakukan percontohan pada lokasi demonstrasi.
4.5.5. Perangsang Bunga Buah Perangsang bunga dilakukan dengan menggunakan super bionik. Penyemprotan dilakukan dnegan sprayer pompa tembak yang diaplikasikan pada batang dan daun tanaman kakao. Jumlah tanaman kakao yang disemprot 52 pohon. Kegiatan ini dilakukan pada lokasi demplot demonstrasi dan dilakukan oleh petani sesuai dengan petunjuk (contoh dari tim pendamping).
4.6.
Dampak Terhadap Produksi Pengamatan yang bersifat sementra pada tanggal 11 Desember 2008 sebagai
dampak penerapan teknologi pada lokasi demonstrasi.
Pengamatan Terhadap Bunga Pengamatan terhadap munculnya bunga cukup banyak, pada setiap cabang kakao juga pada batang kakao yang tadinya bantalan buah banyak yang rusak akibat dari cara panen yang salah yaitu memetik buah dengan cara memuntir.
4.7.
Respon Petani terhadap Teknologi yang diharapkan Petani memberikan respon yang positif terhadap beberapa ítem teknologi
manajemen produksi kakao yang didemonstrasikan. Respon terhadap masing-masing ítem teknologi adalah sebagai berikut : 4.7.1. Respon terhadap teknologi sambung samping dan pucuk
23
Petani memberikan respon yang positif terhadap manfaat sambung samping dan pucuk. Petani telah mengerti bahwa tamaman yang sudah berumur dan tidak lai produksi perlu diremajakan dengan tanaman yang unggul. Teknologi sambung samping tidak mengganggu tanaman induk dimana tanaman induk tetap menghasilkan buah sebelum tanaman pada sambung samping berbuah dan setelah itu tanaman induk bisa ditebang. Ini dibuktikan dengan petani mau melakukan sendiri sambung samping dan pucuk di lokasi kebun mereka dan meminta entres dari tim pendamping.
4.7.2. Respon terhadap teknologi Pemangkasan Petani memberi respon yang positif terhadap pemanfaatan pemangkasan, petani telah mengerti bahwa pada tanaman kakao yang terlalu banyak naungan dan cabangcabang yang tidak produktif tidak memberikan hasil yang baik, untuk pemangksan bentuk, pemeliharaan dan produksi umumnya petani telah mengerti hal ini ditunjukkan dengan petani telah melakukan pemangkasan pada lokasi kebun kakao mereka. Diakui oleh petani
kooperator
selama
berusaha
kakao
mereka
belum
pernah
melakukan
pemangkasan dan kegiatan ini sangat bermanfaat bagi petani. 4.7.3. Respon terhadap Pemupukan Petani telah menyadari bahwa pentingnya pemupukan, dalam kegaitan ini petani didampingi dan diajarkan dosis pemupukan, cara pemberian dan waktu pemberian, petani mengerti akan manfaat dan cara memupuk tersebut, persoalannya adalah petani masih sulit untuk mengeluarkan uangnya untuk membeli pupuk sendiri secara mandiri, artinya bahwa usaha tani kakao tersebut untuk membiayai pemupukan kakao pada dengan perhitungan ekonomi dari input-output kakao dapat dilakukan (layak) hanya petani mengalami kesulitan secara psikologis untuk mengeluaran sejumlah uang membeli pupuk. Dalam persoalan ini petani memilih antara melakukan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan harian rumah tangga dan kebutuhan sosial yang cukup besar atau membeli pupuk, pilihan utama pasti jatuh pada pemenuhan kebutuhannya. 4.7.4. Respon terhadap panen sering dan Sanitasi Pekerjaan panen sering dan sanitasi adalah merupakan pencegahan dan pengendalian penyakit, petani sudah menyadari itu, ini dilihat dari ada beberapa petani yang sudah melakukan : pengambilan buah kakao yang terserang penyakit dan dikuburkan serta perbaikan drainase pada kebun mereka diharapkan agar perkembangan penyakit terhambat. 24
4.7.5. Respon terhadap Perangsang Bunga/Buah Dampak dari adanya penyemprotan untuk merangsang keluarnya bunga telah dipahami oleh petani, petani telah melihat hasil dari penyemprotan tersebut dengan adanya tanaman kakao banyak berbunga. respon positif dari petani dengan adanya penyemprotan ini petani bersedia untuk membeli pupuk organik perangsang bunga dan buah kakao sehingga hasilnya akan menjadi lebih baik.
4.7.6. Respon Petani Non Kooperator Dengan adanya demonstrasi budidaya kakao dan posisi lokasinya yang strategis yaitu dipinggir jalan umum yang mudah dilihat, juga dipasangkan papan nama kegiatan maka beberapa petani Desa tetangga (Non kooperator) turut hadir dalam kegiatan demonstrasi tersebut bahkan ikut melakukan penyambungan samping tanaman kakao. Dan disampaikan juga oleh mereka bahwa mereka akan mencoba melakukan kegiatan ini di kebun mereka dengan menggunakan entres diambil dari tanaman kakao yang sehat dan produksi tinggi pada kebun mereka sendiri.
4.8. Teknologi pengolahan kelapa dan pisang Dalam kegiatan demonstrasi teknologi budidaya kakao sebagai kegiatan utama ada beberapa komoditas lain yang memiliki potensi untuk meningkatkan pendapatan petani di Desa Ndetu Zea Kecamatan Nangapenda yaitu kelapa dan pisang. Untuk itu perlu juga diadakan demonstrasi dan pelatihan bagi petani khususnya wanita tani. Teknologi yang didemonstrasi dan pelatihan adalah teknologi : i) Pengolahan minyak kelapa dengan cara fermentasi, ii) Teknologi pembuatan sirup dari air kelapa, iii) Teknologi pembuatan saos cabe Pisang.
4.8.1. Teknologi Pembuatan Minyak Kelapa Fermentasi Minyak kelapa adalah minyak makan yang merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam keluarga, pada daerah sentra kelapa buah kelapa umumnya dijual dalam bentuk butiran,kopra atau minyak kelapa. Minyak makan yang dibuat dari buah kelapa umumnya secara tradisional dengan mutu yang masih rendah, salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu minyak kelapa adalah pembuatan minyak secara fermentasi dengan bantuan ragi tempe, keunggulan dari minyak kelapa fermentasi 25
ini adalah lebih baik dari pada minyak kelapa tradisional tahan lama dan dapat menghemat bahan bakar. Teknik pembuatan minyak kelapa fermentasi : 1. Pilih buah kelapa yang tua dan banyak mengandung santan,untuk membuat minyak kelapa sebanyak 1 kg diperlukan kurang lebih 10 butir kelapa 2. Kupas daging kelapa lalu diparut,hasil dari larutan kemudian di timbang 3. Hasil parutan ditambah dengan air,perbandingan kelapa parut dengan air 1: 1,5 (1 kg kelapa parut ditambah 1,5 liter air ) dan selanjutnya diperas. 4. Santan hasil perasan ditambah ragi tempe dengan perbandingan 1 : 500 (1 kg santan kelapa : 2 gram ragi tempe) selanjutnya ditutup dan simpan atau difermentasi selama satu malam 5. Setelah difermentasi terjadi pemisahan antara lapisan bakal minyak dengan air, selanjutnya prsahkan lapisan tersebut denga membuang air dengan selang atau kran. 6. Lapisan minyak yang tertinggal selanjutnya dimasak atau dipanasi pakai kuali dan diaduk sampai mendidih menjadi minyak lebih kurang 15 – 30 menit. 7. Untuk mendapatkan minyak yang jernih dilakukan penyringan dengan kain kasa (pemisahan blondo dan minyak ) 8. Minyak yang sudah jadi dapat disimpan kedalam botol. Alat dan bahan 1. Mesin parut kelapa
6. botol
2. A lat pres daging kelapa
7. Ragi tempe
3. Tacu penggoreng
8. Kelapa
4. Sutel
9. Air bersih
5. Ember transparan dan penutup
11. Kompor
10. Selang waterpas
4.8.2. Pengolahan sirup dari air kelapa Air kelapa merupakan hasil sampingan dari buah kelapa yang sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan oleh petani kelapa,air kelapa dapat diolah menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomi yaitu sirup.
26
Cara pembuatan : 1. Air buah kelapa yang masih baru ( warna putih dan tidak berbau ) disaring kemudian ditambahkan gula pasir sebanyak 75 % dan CMC 1% ( dihitung berdasarkan jumlah air kelapa yang digunakan ) 2. Campuran gula dan air kelapa dimasak sampai mendidih selama 15 menit sambil diaduk lalu disaring 3. Hasil saringan ditambah asam sitrat 1% ( dihitung berdasarkan jumlah air kelapa , 1 liter air kelapa menggunakan 1 gram asam sitrat ) pewarna dan essence 4. Agar dapat tahan lama sirup yang telah dingin ditambahkan 0,5 – 1 gr natrium benzoate dalam 1 kg sirup 5. Sirup air kelapa kemudian masukan kedalam botol 6. Selanjutnya dilakuakan sterilisasi dalam dandang selama 15 – 30 menit (direbus ) 7. Sirup selanjutnya diletakan dalam posisi terbalik untuk mengetahui apakah ada sirup yang bocor/merembes dari botol 8. Sebelum dipasarkan sebaiknya buatkan label ( komposisi,waktu kedaluwarsa,waktu produksi,alamat produsen,teknik penyajian,izin Depkes dll ) Bahan dan alat :
-
Panci
- Pengaduk
-
Botol
- Penutup/pres botol
-
Kompor
- Timbangan
-
Gelas ukur
- Corong
-
Air kelapa
- Gula peasir
-
Essence
- Perwarna makanan
-
Asam sitrat
- CMC
4.8.3. Teknologi Pengolahan Saos Cabe Pisang Saos cabai dibutuhkan untuk berbagai jenis masakan antara lain : mie ayam, mie bakso, mie goreng, ayam goreng, masakan food dll. Bahan baku utama yang digunakan untuk pembuatan saos cabai antara lain cabai besar, cabai keriting, cabai rawit merah. Saos cabai dapat dibuat dari cabai murni, ataupun dicampur dengan bahan lainnya
27
seperti buah pisang, nenas, pepaya matang, mangga, ubi merah, atau tepung kasava (Suyanti, 2007). Dalm kegiatan demonstrasi atau pelatihan ini pembuatan aos bahan baku yang digunakan adalah cabe keriting dan pisang kapok. Teknik pembuatan Saos Cabai berbahan campuran buah pisang 1. Siapkan bahan yang akan digunakan (cabai keriting, buah pisang, bawang putih, gula, garam dan cuka). 2. Buat bubur cabai, yakni dengan memblender cabai merah dan bawang putih yang telah dicuci bersih dan telah dikukus.
3. Buat bubur bahan campuran yakni dengan cara memblender buah pisang tua yang sudah direbus + 20 menit (untuk memudahkan diblender buah pisang diptong kecil-kecil). 4. Campurkan bubur cabai kedalam adonan bubur pisang 5. Masak adonan bubur cabai dan pisang diatas api sedang 6. Tambahkan gula pasir dan garam sesuai takaran 7. Aduk-aduk adonan saos cabai dan pisang hingga tercampur rata, untuk mengetahui adonan telah masak, tuang sedikit adonan dengna menggunakan sodet, jika adonan tidak segerah jatuh, bertanda adonan saos cabai telah siap untuk dikemas. 8. Kemas ke dalam botol yang telah disterilisasi 9. Saos cabai berbahan campuran pisang pun siap digunakan atau disimpan. Bahan dan Alat Bahan: Bahan
Takaran
Cabai rawit merah, cabai keriting/cabai besar
1.000
gr
Daging pisang (dianjurkan pisang kapok)
1.000
gr
200
gr
Air
2.000
cc
Gula pasir
1.000
gr
200
gr
Bawang putih
Garam dapur
28
Cuka
112
cc
Alat:
-
Wajan
- Literan plastik
-
Pisau stanlistil
- Gelar ukur
-
Sodet
- Ember plastik
-
Blender
- Baskom
-
Dandang
- Timbangan
-
Kompor
V.
•
BEBERAPA HAL YANG PERLU MENDAPAT PERHATIAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN KE DEPAN
Demplot demonstrasi budidaya kakao perlu dilakukan pada setiap kecamatan yang memiliki perkebunan kakao untuk pendekatan teknologi ke pengguna/petani.
•
Demonstrasi teknologi budidaya kakao dapat memperbaiki sikap, pengetahuan dan keterampilan petani jika petani diikut-sertakan dalam kegiatan.
•
Teknologi pemupukan agak sulit diterapkan petani karena dimana kemampuan dan kemauan membeli pupuk masih rendah, disebabkan oleh berbagai kebutuhan hidup keluarga lainnya yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Dalam menghadapi masalah ini, diharapkan Pemda dalam hal ini Dinas terkait bekerja sama dengan pemerintah kecamatan dan desa dapat memberdayakan kelompok dengan suntikan modal dan pendampingan oleh petugas.
•
Diharapkan PPL yang ikut dalam pelatihan budidaya kakao agar tetap mendampingi para petani hingga benar-benar mandiri untuk kegiatan ke depan.
VI. •
PENUTUP
Demonstrasi teknologi budidaya kakao yaitu sambung samping dan pucuk, pemangkasan, pemupukan, panen sering dan sanitasi serta perangsang bunga dan buah memberi manfaat yang positif dimana mndorong percepatan penerapan teknologi ke tingkat petani. 29
•
Demonstrasi teknologi budidaya kakao dapat memperbaiki sikap, pengetahuan dan keterampilan petani.
DAFTAR PUSTAKA A. Adi. Prawoto 2007. Review Hasil Penelitian Sambung Samipung Tanaman Kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia disampaikan pada Seminar Nasional Pengembangan Inovasi pertanian Lahan Marjinal di Palu, 24-25 Juli 2007. Dinas Perkebunan (Disbun) Ende, 2004. Laporan Tahunan. Don Bosco Meke dan Ujang Ahyar, 2008. Petunjuk Teknis Demonstrasi Teknologi Tindak Lanjut FSA di kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Budidaya Kakao dan Pengolahan Pasca Panen Kelapa dan Pisang. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Fx. Susanto, 1994. Tanaman Kakao. Budidaya Kakao, penerbit Kanisus Yogyakarta. Liptan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Papau, 2005. Peningkatan produksi Kakao melalui teknik sambung samping. Suyanti, 2007. Membuat Aneka Olahan Cabai, Penerbit Swadaya Jakarta. Yusuf dkk, 2003. PRA Pengembangan Inovasi dan Diseminasi Teknologi Pertanian untuk Pemberdayaan petani Miskin di Kabupaten Ende, NTT. Laporan BPTP NTT. Yusuf dkk, 2004. PRA Pengembangan Inovasi dan Diseminasi Teknologi Pertanian untuk Pemberdayaan petani Miskin di Kabupaten Ende, NTT. Laporan BPTP NTT. Yusuf dkk, 2008. Survey Farming System Analisis (di 6 Kabupaten lokasi FEATI di NTT) Laporan BPTP NTT.
Lampiran : Foto Kegiatan
30
31
Foto Kegiatan Pengolahan
32
33