Bidang Unggulan: Good Governance
LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN HIBAH BERSAING INSTITUSI BATCH I TAHUN ANGGARAN 2012
Judul
: Studi Penguatan Jejaring Kelembagaan Sosial Ekonomi di Kawasan Wisata Jawa Timur Sebagai Upaya Peningkatan Kapasitas Usaha Kecil Mikro (UKM) dan Ekonomi Lokal
Ketua
:
Dr. Khusnul Ashar, SE., MA
Anggota
:
1. Setyo Tri Wahyudi, SE., M.Ec., Ph.D 2. Supartono, SE., SU
Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Melalui DIPA Universitas Brawijaya nomor : 0636/02304.2.16/15/2012, tanggal 9 Desember 2011, dan berdasarkan SK Rektor Universitas Brawijaya Nomor : 366/SK/2012 tanggal 13 Agustus 2012
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Brawijaya 2012
ABSTRAK Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor penggerak pertumbuhan ekonomi bagi beberapa daerah di Jawa Timur, khususnya Kota Batu dan Kabupaten Malang. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi kelembagaan sosial ekonomi dalam upaya meningkatkan ekonomi lokal masyarakat di kawasan wisata di Jawa Timur. Daerah penelitian meliputi kawasan wisata Jatim Park di Kota Batu dan kawasan wisata pantai Balekambang di Kabupaten Malang. Menggunakan metodologi penelitian kaji tindak (action research), responden terbagi menjadi pelaku usaha kecil mikro, wisatawan, dan pengelola kawasan wisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) pelaku UKM di kawasan wisata Jatim Park maupun pantai Balekambang masih didominasi oleh penduduk setempat, hal ini berarti bahwa keberadaan objek wisata mampu memberikan lapangan kerja dan pendapatan bagi masyarakat sekitar, 2) wisatawan masih didominasi oleh wisatawan lokal serta wisatawan dari kota-kota di Jawa Timur, dan 3) pengelola kawasan wisata terus melakukan perbaikan pengelolaan objek wisata supaya mampu meningkatkan minat kunjungan wisatawan. Kapasitas ekonomi yang dilihat dari aksesibilitas permodalan menunjukkan bahwa masih banyak pelaku UKM yang belum mendapatkan akses permodalan dari sektor perbankan, khususnya bagi pelaku UKM di daerah kawasan wisata pantai Balekambang. Sebaliknya, sebagian besar pelaku UKM di Jatim Park telah mampu mendapatkan akses permodalan dari sektor perbankan. Sementara, paguyuban pedagang kawasan wisata telah berkembang dan mampu memberikan manfaat bagi anggota sehingga mendukung penguatan kelembagaan ekonomi lokal. Kata kunci: usaha kecil mikro, kelembagaan, kawasan wisata
ABSTRACT The tourism sector is the important sector to boost of economic growth for some regions in East Java, especially for Batu City and Malang Regency. The purpose of research is to identify the socioeconomic institutions in order to improve the local economy in the tourist area in East Java. The sample of research include Jatim Park tourism in Batu City and coastal resorts Balekambang in Malang Regency. Using the methodology of action research, respondents were divided into small micro businesses, tourists, and managers of tourist areas. The results showed that 1) SMEs in the Jatim Park and Balekambang beaches is dominated by the local actors, this means that the existence of attraction is able to provide employment and income for local communities, 2) the tourist is still dominated by local tourists as well as tourists from cities in East Java, and 3) managing the continuous improvement of the management in order to attract the interest of tourists. Economic capacity which measure by accessibility of capital suggests that many SMEs do not have access to capital from the banking sector, especially for SMEs in the coastal resorts Balekambang. In contrast, most of the SMEs in Jatim Park have been able to gain access to capital from the banking sector. Meanwhile, the tourist community of traders has grown and able to provide benefits to members that support the institutional strengthening of the local economy. Keywords: micro small businesses, institutions, tourist areas
RINGKASAN Tujuan jangka panjang dari studi ini adalah terbukanya peluang yang luas bagi Usaha Kecil Mikro (UKM) di kawasan wisata Jawa Timur untuk menjadi bagian dari industri pariwisata yang ada tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan alam serta tanpa mengganggu tatanan sosial budaya masyarakat. Tujuan tersebut dicapai melalui suatu penguatan jejaring kelembagaan sosial ekonomi setempat dalam bentuk peningkatan interaksi sosial dan transaksi ekonomi yang bertumpu pada sektor pariwisata. Kelembagaan ini memungkinkan tergalinya potensi UKM untuk menghasilkan produk-produk kreatif berbasis kearifan seni-budaya lokal. Dengan demikian akan terbangun suatu industri pariwisata berbasis masyarakat lokal yang mantap dan berkelanjutan. Industri pariwisata mempunyai potensi besar sebagai sarana pengentasan kemiskinan karena pada umumnya industri ini berlokasi di wilayah perdesaan (pegunungan, pantai, situs-situs peninggalan budaya kuno). Target khusus yang ingin dicapai adalah: (1) menemukan dan memantapkan model kelembagaan yang mampu meningkatkan potensi sumberdaya manusia dan modal sosial setempat melalui pelatihan ketrampilan, akses permodalan, dan penguatan jaringan sosial-ekonomi sehingga terbuka peluang yang lebih besar bagi usaha kecil mikro dan rumah tangga miskin untuk ikut terlibat dalam industri pariwisata; baik sebagai pemasok kebutuhan barang dan jasa, sebagai karyawan maupun sebagai pelaku bisnis pariwisata skala kecil. (2) membuktikan bahwa dengan model kelembagaan yang sesuai, industri pariwisata yang selama ini dianggap hanya sebagai mesin ekonomi penghasil pajak dan devisa, mampu berperan sebagai sarana penanggulangan kemiskinan tanpa harus mengorbankan tujuan komersialnya dan tidak perlu membuat kaum miskin menjadi penerima derma, karena mereka akan aktif terlibat dalam berbagai UKM yang produktif. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan sebuah studi yang menjadi landasan dibangunnya sebuah penguatan jejaring kelembagaan pariwisata berbasis masyarakat lokal yang berpihak pada kaum miskin. Pada tahap awal, dilakukan sebuah riset dengan sasaran mengungkap sejauh mana peluang kerja dan berusaha pada industri pariwisata yang bisa diisi oleh usaha mikro kecil; mengukur kapasitas sumberdaya manusia rumah tangga miskin; dan mengidentifikasi kekuatan modal sosial dan potensi modal kapital yang tersedia. Berdasarkan temuan tersebut, pada tahap berikutnya dibentuk sebuah kelembagaan yang pada hakekatnya mengoptimalisasi kerjasama lembaga sosial-ekonomi lokal untuk peningkatan modal ketrampilan, modal kapital dan modal sosial. Kelembagaan ini sangat diperlukan karena UKM dan masyarakat miskin seringkali tidak memiliki institusi yang kuat untuk melakukan berbagai tindakan demi kepentingan bersama. Yaitu kelembagaan yang bisa mengurangi penyakit kronis UKM berupa rendahnya ketrampilan dan permodalan, sekaligus mampu membangun penguatan modal sosial. Metodologi penelitian yang diterapkan adalah metode kaji tindak (action research), dimulai dari perencanaan model dengan melibatkan unsur-unsur pemangku kepentingan (masyarakat miskin, pengusaha wisata, pemerintah dan tokoh masyarakat), tahap implementasi, monitoringevaluasi, dan penyempurnaan-pemantapan model. Objek penelitian adalah Jatim Park di Kota Batu dan pantai Balekambang di Kabupaten Malang. Responden penelitian yang terdiri dari pelaku UKM, wisatawan, dan pimpinan kawasan wisata menunjukkan bahwa 1) pelaku UKM di masing-masing daerah masih didominasi oleh penduduk setempat, hal ini berarti bahwa keberadaan objek wisata mampu memberikan pendapatan bagi masyarakat sekitar, 2) wisatawan masih didominasi oleh wisatawan lokal dan kota-kota di Jawa Timur, artinya objek wisata masih belum banyak diminati oleh wisatawan luar propinsi, dan 3) pengelola kawasan wisata terus memperbaikan pengelolaan objek wisata supaya mampu meningkatkan minat kunjungan wisatawan. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor penggerak utama pertumbuhan ekonomi di daerah penelitian. Tumbuhnya sektor tersebut telah menumbuhkan sektor-sektor yang terkait dengan pengelolaan kawasan wisata. Misalnya, tingginya kunjungan wisatawan telah berdampak pada meningkatkatnya penjualan produk-produk pariwisata. Namun demikian, masih tingginya ketergantungan barang-barang yang dipasok dari luar daerah belum mampu meningkatkan pendapatan daerah serta peluang terbukanya lapangan kerja bagi penurunan pengangguran dan kemiskinan.
Usaha di sektor wisata tidak hanya memerlukan kreativitas namun juga permodalan yang mencukupi untuk mengembangkan usaha. Kondisi di daerah penelitian menunjukkan bahwa aksesibilitas permodalan sudah banyak diperoleh pelaku UKM di Jatim Park, sebaliknya belum mampu diakses oleh pelaku UKM di Balekambang. Ini menunjukkan bahwa kapasitas ekonomi lokal yang diukur dari aksesibilitas permodalan masih menunjukkan kondisi yang berbeda. Kelembagaan ekonomi lokal di kedua daerah penelitian dapat ditunjukkan dari masih tingginya kekerabatan dan keeratan hubungan diantara pelaku UKM yang tergabung dalam suatu wadah paguyuban pedagang. Silaturahmi, dan semangat kekeluargaan masih terus dijaga. Sehingga tidak mengherankan jika tidak pernah ada permasalahan yang muncul karena sistem musyawarah masih digunakan. Jaringan kerjasama digalakkan melalui kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh paguyuban.
SUMMARY
The long term goal of this study is opening vast opportunities for Small and Micro Enterprises (SMEs) in East Java tourist area to be part of the existing tourism industry without causing damage to the natural environment and culture as well as without disturbing the social order of society. The purpose is achieved through a network of institutional strengthening of the local economy in the form of social interaction and social improvement of economic transactions that rely on the tourism sector. This enables the realization of potential institutional SMEs to produce creative products which based on the local wisdom, art and culture. Thus, it will wake up a local community-based tourism industry a steady and sustainable. The tourism industry has great potential as a means of poverty alleviation because most industries are located in rural areas (mountains, beaches, sites of ancient cultural relics). Specific targets of the research that need to be achieved are: (1) discover and strengthen institutional model that is able to increase the human resource potential and the local social capital through skills training, access to capital, and strengthening social and economic networks that open greater opportunities for small businesses and home micro poor households to get involved in the tourism industry, either as a supplier of the goods and services, as well as employees of small tourism businesses. (2) Giving the prove that with an appropriate institutional model, the tourism industry that is considered only as an economic engine generating taxes and foreign exchange, have capable of acting as a means of poverty reduction without compromising commercial purposes and do not need to make the poor become recipients of charity, as they will actively involved in various productive SMEs. To achieve these objectives, we conduct a study on which the construction of a network of institutional strengthening of local community-based tourism pro-poor. In the early stages, we conduct a research with the goal of uncovering the extent of job opportunities and seek the tourism industry that could be filled by a small micro; measure human resource capacity of poor households, and identify strengths and potential of social capital and capital availability. Based on these findings, the next stage is formed a substantially optimize institutional cooperation of local socio-economic institutions for capital improvement skills, and capital and social capital. Institutions are necessary because the SMEs and the poor often do not have strong institutions to take action for the common good. Those institutional SMEs can reduce chronic diseases such as low skill and capital, as well as be able to build social capital strengthening. The research methodology adopted is a method of action research, starting from the planning model with elements involving stakeholders (the poor, tourism businessmen, governments and community leaders), the implementation phase, monitoring-evaluation and refinement-stabilization model. The sample of study is a Jatim Park in Batu City and Balekambang beach of Malang Regency. The respondents comprised of SMEs, tourists, and the tourist area leadership demonstrate that 1) SMEs in each region is dominated by the local actors, this means that the existence of tourism was give attraction to provide income for local communities, 2) the tourist rating is still dominated by local and also cities in East Java, and 3) management of the tourist attractions continue to maintain the management in order to attract the interest of tourists. The tourism sector is one important sector as the main driver of economic growth in the study area. The growth of this sector has been growing related sectors to the management of the tourist area. For example, the high of tourist have an impact on sales of tourism products. However, the high dependence on goods supplied from outside the region has not been able to increase revenue and opening employment opportunities for reduction of unemployment and poverty. Businesses in the tourism sector require not only creativity but also sufficient capital to develop the business. Conditions in the study area indicate that the accessibility of capital has gained a lot of SMEs in Jatim Park, on the contrary has not been able to be accessed by SMEs in Balekambang. This suggests that the capacity of the local economy as measured by the accessibility of capital still shows different conditions.
Local economic institutions in both areas of the research can be shown from the high kinship and closeness of the relationship between SMEs who joined in a container merchant community. Friendship and family spirit is still maintained. So it is not surprising that there is never a problem arises because the system is still in use deliberation. Network cooperation is encouraged through activities organized by the association.
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, S (2012), Resort Economy and Direct Economic Linkages, Annal of Tourism Research, Vol. XX, 1470-1494 Agarwal, S & Brunt, P (2006). Social Exclusion and English Seaside resort, Tourism Management, 27(4). Ashley, Caroline (2000), The Impact of Tourism on Rural Livelihoods: Namibia’s Experience, ODI Working Paper no. 128. London, ODI. Badan Pusat Statistik, (2010), Statistik Indonesia, Jakarta : Badan Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, (2010), Jawa Timur Dalam Angka, Surabaya : Badan Pusat Statistik. Cattarinich, Xavier (2001), Pro-poor Tourism Initiatives in Developing Countries: Analysis of secondary case studies, PPT Working Papner o. 8, Department of Sociology, University of Alberta, Canada Chaniago, Andrianof A., 2001, “Gagalnya Pembangunan; Kajian Ekonomi Politik Terhadap Akar Krisis Indonesia,” Jakarta: LP3ES, Coleman, J.S, 1988, Social Capital in The Creation of Human Capital”, The American Journal of Socioloty: 94 (Supplement): S95 – S120. _______ 1990, “Foundations of Social Theory “Cambridge, Mass: Harvard Univeristy Press. Cox, Eva, 1995, “A Trully Civil Society”, Sydney: ABC Books. Damanik, Janianton (2005), Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata, Yogyakarta, Kepel Press Errington, A & Courtney, P (2000), The Role of Small Town in the local Economy and some implication for development policy. Local Economy, 15(4), 280-301 Fernando, Nimal A., 2004, “Microfinance Outreach to the Poorest: A Realistic Objective”, ADB Finance for the Poor, Volume 5 No. 1 (March), 11 – 18. Francois, P., 2002, “Social Capital and Economic Development”, London: Routledge. Fukuyama, Francis, 1998, “The End of History and the Last Man (Introduction Reproduced 2005)”, Penguin. ________________ 2001, “Social capital, civil society, and development”, Third World Quarterly, 22 (1): 7 – 20. Hastuti, dan Nina Toyamah, 2005, “Dampak Sosial-Ekonomi Program Kredit Mikro SAADP”, Lembaga Penelitian (Research Institution) SMERU, No. 13 (Januari-Maret): 11-15. Harrison, Lawrence and Hutington, Samuel, 2000, “Cultere Matters”, New York: Basic Books. Jackson. Leonard. A., (2006). Ameliorating The Negative Impact of Tourism: a Caribbean Prespective. Journal International of Contemporary Hospitality Management. 18(7): 574582 Krugman, P (1995), Development, Geography and economic theory. Cambridge, MA : MIT Press. Kusworo, H.A. (2000). Dampak Ekonomi dan Sosial Budaya Pengembangan Pariwisata Alam. Lokakarya Pengembangan Eco-Tourism di Taman Nasional, Bogor. 1-2 November 2000 Manenta, Mara. (2000). Tourism Consumption and Interregional Economic Impact in Italy. Journal International of Contemporary Hospitality Management. 12(7): 417-423 Mulyaningrum. (2005). Eksternalitas Ekonomi Dalam Pembangunan Wisata Alam Berkelanjutan (Studi Kasus Pada Kawasan Wisata Alam Baturaden-Purwokerto, Kabupaten Banyumas Propemsi Jawa Tengah. Jurnal Penelitian UNIB. 11(1):9-20 Purwadi, Budi. 2006. Pengukuran Dampak Pariwisata Terhadap http://www.labora.ac.id/buka=jurbisutama&id=3. Desember, 28, 2006
Perekonomian
Pribadi, K.N. 1993. Dampak Ekonomi Pengembangan Pariwisata Indonesia. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. 7(1): 32-40 Shuib, A. Wan, S.W.M., Abdullah. M., Zahid, E. 1986, The Local Economic Impact of The Development of Taman Negara Malaysia. Didalam B. Stecker. 1986. Ecotourism: Potential for Conservation and Sustainable Use of Topical Forest. Eschom: Deutsche Gesellschaft furTechnische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH Sudiarditha, I.K,. Suman, A, dan Kusnadi. 2001. Analisis Pengembangan Sektor Industri Pariwisata Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Dan Pendapatan Rumah Tangga Petani. Jurnal Wacana. 3(2) :125-133 Spillane, J.J. 2001. Ekonomi Pariwisata: Jakarta. Penerbit Kanisius. Tjokrowinoto, dan Muljarto. 2004, Pengurangan Kemiskinan Melalui Pariwisata : Perspektif Kebijakan Publik. Makalah dalam Pertemuan Nasional Koordinasi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pariwisata: Jakarta. Kementrian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat