LANDASAN TEORI
2.1
Limbah Limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu aktivitas manusia
atau proses alam yang tidak atau belom mempunyai nilai ekonomi, tetapi justru memiliki dampak negatif. Dampak negatif yang dimaksud alah proses penimbunan dan pembersihannya memerlukan biaya serta efeknya dapat mencemari lingkungan. Umumnya, limbah terdiri dari limbah padat, cair, dan gas. Limbah padat dapat juga diartikan sampah yang jika dibiarkan akan menjadi masalah. (Wildan Djaja, 2008)
2.1.1
Air Limbah Air limbah (wastewater) adalah kotoran dari masyrakat dan rumah tangga dan
juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum. (Sugiharto, 1987)
2.1.2
Karakteristik Limbah Menurut (Perdana Ginting, 2007) Dalam menentukan karakteristik limbah maka
ada tiga jenis sifat yang harus diketahui yaitu:
6 http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
1. Sifat Fisik Sifat fisik suatu limbah ditentukan berdasarkan jumlah pdatan terlarut, tersuspensi dan total padatan, alkalinitas, kekeruhan, warna, salinitasi, daya hantar listrik, bau dan temperatur. 2. Sifat Kimia Karakteristik kimia air limbah ditentukan oleh biochemical oksigen demand (BOD), chemical oksigen demand, (COD) dan logam logam berat yang terkandung dalam air limbah. 3. Sifat Biologis Bahan bahan organik dalam air terdiri dari berbagai macam senyawaan. Protein adalah salah satu senyawa kimia organik yang membentuk rantai komples, mudah terurai menjadi senyawa-senyawa lain seperti asam amin. Sebagai gen sulfur dan phosphor.
2.2
Instalasi Pengolahan Air Limbah (Wastewater Treatment Plant) Fasilitas pengolahan limbah cair didesain untuk mempercepat proses pengolahan
alami yang terjadi di dalam unit pengolahan limbahdan untuk menyisihkan kontaminan di dalam limbah yang mungkin menggangu proses alami di dalam badan penerima air (sungai atau danau). Pengendalian pencemaran yang dikenal masyarakat adalah menggunakan instalasi pengolahan limbah. Instalasi pengolahan limbah pada prinsipnya bagai sebuah sistem pabrik dimana tersedia sejumlah input untuk diolah menjadi output. Dalam kaitan ini adanya limbah sebagai bahan baku yang diolah dalam sistem kemudian hasilnya adalah limbah yang memenuhi syarat baku mutu. Instalasi pengolahan limbah mempunyai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
spesifikasi tertentu dengan kriteria-kriteria teknsi seperti tingkat efisiensi, beban persatuan luas, Waktu penahan hidrolis, waktu penahanan lumpur dan lain-lain. (Perdana Ginting, 2007)
2.2.1 Pengolahan Air Limbah (Wastewater Treatment) Wastewater treatment merupakan pengolahan air limbah dengan bantuan peralatan misalnya dilakukan dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang mengarah kepada pengolahan yang bersifat mekanis maupun kimiawi yang mengikutsertakan pemurnian air, baik suspensi organik maupun anorganiknya. Wastewater Treatment menjadi suatu alternatif untuk menghilangkan kandungankandungan zat berbahaya yang terdapat pada air limbah sehingga pelepasan air limbah tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. Metode alternatif didalam pengolahan limbah domestik secara sederhana dibagi ke dalama tiga kategori utama yaitu: (Perdana Ginting, 2007)
Pengolahan Primer (proses fisika)
Pengolahan Sekunder (proses biologi dan
Pengolahan Tersier atau advance (Kombinasi proses fisika kimia dan biologi)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
2.2.2 Proses Pengolahan Air Limbah
Gambar 2.1. Diagram Alir Proses Pengolahan Limbah Cair (Perdana Ginting, 2007)
1.
Sistem pengolahan awal (preliminiary) Sistem preliminary didesain untuk menyisihkan atau memperkecil materil
tersuspensi atau terapung yang besar, dan menyisihkan padatan anorganik yang berat serta minyak dan lemak. Tujuan unit preliminary adalah untuk melindungi peralatan pompa dan unit unit selanjutnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
2.
Sistem pengolahan primer Tujuan pengolahan primer adalah untuk mengurangi kecepatan aliran limbah cair
sehingga padatan tersuspensi dapat mengendap. Material- material yang mengapung juga disisihkan melalui alat penyisir (skimmer). Dengan demikian, unit pengolahan primer dapat disebut sebagai tangki (kolam) pengendapan Pengolahn primer biasanya dilakukan di dalam kolam pengendapan yang besar. Padatan yang mengendap kemudian di kumpulkan dengan sistem mekanik (scraper) kedalam penampung (hopper) dan di pompa menuju unit pengolahan lumpur. 3.
Sistem pengolahan sekunder Setelah melalui proses pengolahan primer, limbah cair masih mengandung bahan
organik dalam bentuk tersuspensi, koloidal dan terlarut. Bahan-bahan ini harus dipisahkan sebelum limbah dibuang ke badan air, untuk menghindari kontaminasi bagi pemakai air. Walaupun pemisahan bahan terlarut dan koloidal tersebut dapat dilakukan melalui proses fisika-kimia, pengolahan sekunder sering dilakukan melalui proses biologi Pengolahan biologi menggunakan proses alami yang dikendalikan. Didalam proses ini sejumlah besar mikroorganisme mengkonsumsi bahan bahan organik tersuspensi, koloidal dan terlarut dair limbah cair didalam tangki yang relatif kecil dalam waktu yang singkat. Peralatan pengolahan sekunder dapat dibagi kedalam dua kelompok yaitu proses pertumbuhan tersuspensi (suspended growth) dan media terhambat (attached growth). Pertumbuhan tersuspensi termasuk sistem lumpur aktif (active sludge dan modifikasinya, contact stabilization (aeration) tank, sequenching batch reactor, aerobic dan anaerobic digestor, anaerobic filter, stabilization ponds, dan aerated lagoon.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
4.
Sistem Pengolahan Lanjutan (advance treatment) Pengolahan limbah cair lanjutan didefinisikan sebagi metode atau proses proses
yang digunakan untuk menyishkan kontaminan-kontaminan yang lain yang berasal dari keluaran pengolahan konvensional. Istilah pengolahan lanjut digunakan untuk sistem pengolahan setelah proses sekunder. Tujuan unit proses ini untuk menyisihkan nitrogen, phosfor dan suspended solid (termasuk BOD) untuk mencapain kriteria standard yang di tetapkan.
2.3
Limbah Lumpur dan Pemanfaatannya Khususnya pada Instalasi Pengolahan Air Bersih (Wastewater Treatment Plant)
sistem biologis, sludge organik yang berasal dari kolam pengedap awal (primary settling tank) dan kolam pengendap akhir (secondary settling tank). Sludge dari primary settling tank disebut primary sludge yang merupakan endapan padatan yang ikut mengalir bersama air limbah, sedangkan sludge dari secondary settling tank disebut secondary sludge, merupakan endapan mikroba sisa yang dibuang dari unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (Wastewater Treatment Plant). (Ikbal dkk, 2006)
Gambar 2.2. Asal limbah lumpur (sludge)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
Salah satu upaya penanganan jumlah lumpur yang semakin meningkat adalah dengan cara mengolah sampah menjadi kompos (Djuarnani dkk, 2008). Limbah baru merupakan masalah utama dari penerapan metode lumpur aktif. Limbah yang berasal dari kelebihan endapan lumpur hasil proses lumpur aktif memerlukan penanganan khusus. Limbah ini selain mengandung berbagai jenis mikroorganisme juga mengandung berbagai jenis senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Pemanfaatan lumpur sebagai pupuk tanaman merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk pengelolaan lingkungan. Namun demikian diperlukan serangkaian penelitian sehubungan dengan penggunaan lumpur tersebut, mengingat lumpur yang digunakan dalam industri pangan yang berbeda akan mempunyai sifat kimia yang berbeda, sementara untuk sifat fisika dan biologinya cenderung sama. Pemberian limbah lumpur dengan frekuensi yang sering pada lahan budi daya dapat memberikan manfaat, yaitu tersedia nya bahan organik dan nitrogen pada tanah. Hal ini dapat diketahui jika dilakukan pemeriksaan, yaitu adanya peningkatan kandungan senyawa organik yang komples, walaupun proses dekomposisinya, sangat lambat proses tersebut membutuhkan daur waktu yang cukup lama dalam penyimpanan bahan organik dan unsur unsur hara seperti N, S, dan P walaupun lumpur dapat digunakan sebagai pupuk, tetapi harus hati-hati karena kandungan lumpur yang sangat bervariasi, terutama adanya kandungan logam berat. (Untung Suwahyono, 2011)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
2.4
Pupuk Akar Pupuk akar ialah segala macam pupuk yang diberikan ke tanaman melalui akar.
Tujuannya jelas, yaitu mengisi tanah dengan hara yang dibutuhkan tanaman agar tumbuh subur dan memberikan hasil maksimal (Marsono, 2006).
2.4.1
Jenis Pupuk Berdasarkan asal pembuatannya, pupuk terdiri dari dua kelompok, yaitu
pupuk anorganik dan pupuk organik. A. Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi, misalnya pupuk urea berkadar N45-46% (setiap 100kg urea terdapat 4546 kg hara nitrogen). 1. Jenis Pupuk Anorganik a. Pupuk Tunggal dikatakan pupuk tunggal karena hara yang dikandungnya hanya satu. b. Pupuk Majemuk pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang disengaja dibuat oleh pabrik dengan cara mencampurkan dua arau lebih unsur hara B. Pupuk Organik Pupuk organik tidak lain adalah bahan yang dihasilkan dari pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Ada beberapa kelebihan dari pupuk organik ini sehingga sangat disukai petani, diantaranya sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
a) Memperbaiki Struktur Tanah. b) Menaikan daya serap terhadap air c) Menaikan kondisi kehidupan didalam tanah d) Sebagai sumber zat makanan bagi tanaman
1. Jenis pupuk Organik. Kalau jenis pupuk anorganik ditentukan oleh kadar haranya maka jenis pupuk organik ini ditentukan oleh asal bahan terbentuknya. a. Pupuk Kandang Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak baik berupa kotoran padat (feses) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urine). Itulah sebabnya pupuk kandang terdiri dari dua jenis, yaitu padat dan cair. b. Kompos Kompos Merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan, jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota, dan sebagainya. Prosesnya pelapukan bahan-bahan tersebut dapat dipercepat melalui bantuan manusia. Oleh karena itu, siapa pun dapat membuat kompos asalkan tahu caranya. c. Pupuk Hijau Disebut pupuk hijau karena yang dimanfaatkan sebagai pupuk adalah hijauan, yaitu bagian-bagian seperti daun, tangkai, dan batang tanaman tertentu yang masih muda. Tujuannya, untuk menambah bahan organik dan unsur-unsur lainnya ke dalam tanah, terutama nitrogen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
d. Humus Humus adalah sisa tumbuhan berupa daun, akar, cabang, dan batang yang sudak membusuk secara alami lewat bantuan mikroorganisme (di dalam tanah) dan cuaca (di atas tanah). Lapisan atas tanah di hutan banyak terbentuk humus. Menurut (Wildan Djaja, 2008) perbedaan pupuk organik dan pupuk anorganik dalam tabel 2.1. Kompos (pupuk organik)
(pupuk anorganik)
Mengandung unsur hara makro dan mikro Hanya mengandung beberapa unsur hara yang lengkap tetapi dalam jumlah sedikit
saja, tetapi dalam jumlah banyak
Memperbaiki stuktur (menggemburkan)
Tidak memperbaiki struktur tanah,
tanag dan meningkatkan bahan organik
bahkan penggunaan jangka panjang mengakibatkan tanah mengeras
Harga relatif murah
Harga relatif mahal
Menambah daya serap air
Tidak menambah daya serap air
Memperbaiki kehidupan mikrooganisme
Tidak memperbaiki kehidupan
dalam tanah
mikrooganisme dalam tanah
Dapat dibuat sendiri
Dibuat oleh pabrik
Tabel 2.1. Perbedaan Kompos (Pupuk Organik) dan Pupuk Anorganik
2.5
Kompos Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan organik
seperti tanaman, hewan, atau limbah organik lainnya. Kompos yang digunakan sebagai pupuk disebut pula pupuk Organik karena penyusunnya terdiri dari bahan-bahan organik. (Wildan Djaja, 2008)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
2.5.1 Proses Pengomposan Berdasarkan penggunaan oksigen, dalam proses pengomposan terdapat 2 proses, yaitu: proses aerob dan anaerob (Gaur, 1983). Pengomposan dengan sistem aerob maksudnya terdapat oksigen yang terlibat dalam proses dekomposisi oleh bakteri di dalam tumpukan kompos. Reaksi proses aerob adalah sebagai berikut:
Sedangkan pengomposan dengan sistem anaerob maksudnya tidak terdapat oksigen yang terlibat dalam proses dekomposisi yang menyebabkan bau karena terbentuknya H2S dan CH4. Reaksi proses anaerob adalah sebagai berikut:
2.5.2
Proses Pengomposan Aerobik Mekanisme Proses pengomposan secara umum berawal dari mikroorganisme
yang mengambil air, oksigen dari udara dan makanan dari bahan organik. Bahan organik ini akan dikonversi menjadi produk seperti CO2, H2O, sebagian humus dan energi. Sebagian energi digunakan untuk pertumbuhan dan dibebaskan menjadi panas. Akibatnya tumpukan bahan kompos tersebut menurut (Daizell et al., 1987) melewati tiga tahapan yang berkaitan dengan suhu yang diamati, yaitu tahap penghangatan (mesophilic), suhu puncak (thermophilic), dan pendinginan (cooling). Pada tahap awal, suhu akan naik menjadi 40 ⁰C dengan adanya bakteri mesophilic. Selanjutnya suhu akan semakin meningkat hingga tahap suhu puncak yang berkisar antara 45⁰C– 70⁰C dimana bakteri pada tahap sebelumnya akan digantikan dengan bakteri thermophilic. Tahap selanjutnya adalah tahap pendinginan ditandai dengan turunnya aktivitas mikroorganisme. Selama
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
tahap pendinginan terjadi stabilisasi pH dan pembentukan humus. Mekanisme proses pengomposan secara umum juga dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 2.3. Mekanisme proses pengomposan (Dimodifikasi dari Daizell et al, 1987)
Pengomposan bisa terjadi karena adanya mikroorganisme aktif yang mengontrol proses pengomposan seperti bakteri, actynomicetes, jamur dan protozoa (Sullivan 2010). Mikrorganisme ini secara alami tersedia pada bahan organik termasuk limbah makanan, tanah, dedaunan dan limbah organik lainnya (Rahman dan Ali 2004). Beberapa elemen penting yang perlu diperhatikan dalam pengomposan adalah kandungan hara seperti Carbon (C), Nitrogen (N), Phosphor (P), Sulfur (S), dan hara lainnya. Karbon berfungsi sebagai sumber energi sedangkan nitrogen sebagai pertumbuhan populasi mikroba. Agar efektif, C/N ratio yang tepat diperlukan untuk pengomposan yang efisien. Apabila C/N terlalu rendah, maka akan kehilangan amonia (NH3), sedangkan jika C/N terlalu tinggi maka pelambatan dekomposisi terjadi (Buffiere et al.2008).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
2.5.3 Bahan Baku Kompos
Kotoran kambing Meskipun kotoran ternak ini memiliki sejumlah manfaat bagi kesuburan tanah dan
tanaman, tetapi dalam penggunaan hendaknya berhati-hati. Kotoran yang baru dikeluarkan oleh ternak belum dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, tetapi masih sebagai kotoran ternak. Jika kotoran ternak ini diberikan pada tanaman, maka yang terjadi pada tanaman tersebut tidak akan menambah kesuburan, tetapi sebaliknya dapat menyebabkan tanaman layu atau bahkan mati. Hal ini disebabkan kotoran ternak masih mentah atau menurut istilah petani masih panas (Xie et al. 2006). (Nazif, 2011) menyatakan kandungan hara khusus kotoran kambing ditunjukkan pada Tabel di bawah ini Kandungan Hara C – Organik
Nilai 3.77
Satuan %
N – Total P2O5
0.55
%
0.44
%
K2O
0.32
%
CaO
2.00
%
MgO
0.44
%
Fe
0.77
%
Mn
0.053
%
Zn
152
ppm
Co
3
ppm
Tabel 2.2. Kandungan hara kotoran kambing Sumber: Nazif (2011)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Serbuk Gergaji Serbuk
gergaji
cukup
baik
digunakan,
walaupun
tidak
seluruh
komponennya dapat dirombak dengan sempurna. Serbuk gergaji ada yang berasala dari kayu lunak dan ada pula dari kayu keras. Kekerasan jenis kayu menentukan lamanya proses pengomposan akibat kandungan lignin di dalamnya. (Wildan Djaja, 2008). Hanya serbuk gergaji dari bahan kayu lunak yang direkomendasikan untuk bahan penolong proses dekomposisi bahan organik. Tujuan penambahan serbuk gergaji sebesar adalah untuk memperbaiki aerasi bahan organik yang akan didekomposisi.
2.5.4 Aktivator Kompos Aktivator adalah bahan tambahan yang mampu meningkatkan penguraian mikrobiologis dalam tumpukkan bahan organik (Gaur, 1983). Salah satu aktivator kompos adalah EM4.
Effective Microorganisme 4 (EM4) Effectife Microorganism 4 (EM4) merupakan suatu cairan berwarna
kecoklatan dan beraroma manisasam (segar) yang di dalamnya berisi campuran beberapa
mikroorganisme
hidup
yang
menguntungkan
bagi
proses
penyerapan/persediaan unsur hara dalam tanah. Mikroorganisme fermentasi dan sintetik yang terdiri dari asam laktat (Lactobacillus sp), actinomycetes sp, streptomycetes sp, ndan yeast (ragi) (Rahayu, M.S., dan Nurhayati, 2005).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Selain berfungsi dalam proses fermentasi dan dekomposisi bahan organik. EM4 juga mempunyai manfaat yang lain sebagai berikut. (Yovita, 2011) 1. Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. 2. Menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. 3. Menyehatkan tanaman, meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi. Faktor yang memengaruhi proses Pengomposan
2.5.5
Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri. (Isroi, 2008)
Rasio C/N Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat. Umumnya, masalah utama pengomposan adalah pada rasio C/N yang tinggi, terutama jika bahan utamanya adalah bahan yang mengandung kadar kayu tinggi (sisa gergajian kayu, ranting, ampas tebu, dsb). Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
perlakuan khusus, misalnya menambahkan mikroorganisme selulotik (Toharisman, 1991) atau dengan menambahkan kotoran hewan karena kotoran hewan mengandung banyak senyawa nitrogen.
Ukuran Partikel Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
Aerasi Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan (kelembapan). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
Kelembaban Kelembapan memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembapan 40 - 60% adalah kisaran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembapan di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembapan 15%. Apabila kelembapan lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
Temperatur/suhu Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60⁰C menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60⁰C akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma. pH Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.
2.6
Khasiat Unsur Hara Pada Tanaman Telah disebutkan bahwa unsur hara didalam tanah terbagi dalam unsur makro dan unsur mikro. Mengenai faedah atau kegunaan unsur-unsur hara tersebut bagi tanaman menurut (Marsono, 2006): a) Nitrogen (N) Peranan utama Nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang petumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya. b) Fosfor (P) Unsur
fosfor
bagi
tanaman
berguna
untuk
merangsang
pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu fosfor berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu; membantu asimilasi dan pernafasan, serta mempercepat pembungaan, pemasakan bij, dan buah. c) Kalium (K) Fungsi Utama Kalium ialah membantu pembentukan dan karbonhidrat. Kalium pun beperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur. Yang tak bias dilupakam ialah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
kalium pun merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit. d) Besi (Fe) Untuk pernapasan tanaman dan pembentukan hijau daun merupakan peran dari besi. Kehadirannya tidak boleh dianggap enteng. Sekali tidak ada terutama pada tanah yang mengandung banyak kapur, tanaman akan langsung merana. e) Mangan (Mn) Peran mangan tak jauh beda dengan unsur besi. Selain sebagai komponen untuk memperlancar proses asimilasi, unsur ini pun merupakan komponen penting dalam berbagai enzim f) Karbon (C) Penting sebagai pembangun bahan organik karena sebagian besar bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik, diambil tanaman berupa C02. g) Nikel (Ni) Nikel Pada tanaman Keras/tumbuhan tingkat tinggi sebagai aktivasi urease (enzim yang berperan dalam metabolisme Nitrogen untuk proses perombakan urea h) Alumunium (Al) Alumunium sebenarnya merupakan unsur beracun bagi tanaman. Walaupun demikian, tanaman mempunyai daya ketegangan tertentu terhadap alumunium. Dalam keadaan tertentu tanaman dapat membatasi serapan alumunium, sehingga terhindar dari keracunan. Tanaman dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
membentuk dinding tebal pada akar rambut dengan ujung akar yang membengkak menyerupai kail. Kelarutan alumunium sangat dipengaruhi oleh pH tanah.
2.7
Logam Pencemar (Timbal) Timbal mempunyai efek racun pada susunan saraf pusat, terutama pada kanak-
kanak (balita). Input asupan timbal ke dalam tubuh selain melalui pernafasan dalam bentuk partikulat, dapat juga melalui absorpsi oleh kulit dan saluran makanan. Dan pada orang dewasa efek yang ditimbulkan hemoglobin, pusing, dan pada dosis yang tinggi dapat encelophaty (Suprihanto Notodarmojo, 2005)
2.8
Kompos Matang Ciri ciri kompos yang telah jadi menurut (Widan Djaja,2008) Sebagai berikut :
1. Kompos setidaknya berumur satu bulan. Hal termudah untuk menentukan matang atau tidaknya kompos adalah menggenggamnya dengan tangan untuk merasakan temperatur kompos jika terasa dingin berarti kompos sudah jadi 2. Volume bahan menyusut menjadi sepertiga dari awal 3. Kompos sangat berbeda alias tidak memperlihatkan bentuk awalnya 4. Kompos berkualitas naik ciri-cirinya adalah berwarna cokelat gelap hingga hitam berbau tanah, partikelnya halus, ph normal, dan tidak mengadung logam, kaca, ataupun plastik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Kompos yang telah matang berbau seperti tanah, karena materi yang dikandungnya sudah menyerupai materi tanah dan berwarna coklat kehitam-hitaman, yang terbentuk akibat pengaruh bahan organik yang sudah stabil. Sedangkan bentuk akhir sudah tidak menyerupai bentuk aslinya karena sudah hancur akibat penguraian alami oleh mikroorganisme yang hidup di dalam kompos. Hal ini sesuai dengan standar SNI 197030-2004. Indonesia telah memiliki standar kualitas kompos, yaitu SNI 19-7030-2004. Di dalam SNI ini termuat batas-batas maksimum atau minimun sifat-sifat fisik atau kimiawi kompos. Termasuk di dalamnya adalah batas maksimum kandungan logam berat. Untuk mengetahui seluruh kriteria kualitas kompos ini memerlukan analisa laboratorium.
http://digilib.mercubuana.ac.id/