BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang dan sebagainya. Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Dalam air limbah domestik terdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan penyakit lainnya. Air limbah domestik tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan serta dikelola untuk mengurangi pencemaran (Direktorat Perumahan, Ditjen Cipta Karya-Departemen Pekerjaan Umum, 2009). Limbah domestik memiliki karakteristik fisika, kimia dan biologi. Karakteristik fisika berupa zat yang tersuspensi dan terlarut yang umumnya adalah senyawa-senyawa organik hasil dari aktivitas rumah tangga seperti sisa minyak, makanan dan detergen. Zat-zat organik tersebut di dalam air dapat terurai menjadi senyawa organik yang lebih sederhana. Senyawa organik merupakan media yang sangat baik untuk perkembangan bakteri. Dan dalam proses peruraiannya bahan organik dapat menggunakan oksigen dan menjadi senyawa yang berbahaya bagi makhluk hidup.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan pasal 4 Kepmen No. 112 Tahun 2003, Baku Mutu Air Limbah Domestik berlaku bagi : semua kawasan permukiman (real estate), kawasan perkantoran, kawasan perniagaan, dan apartemen; rumah makan (restauran) yang luas bangunannya lebih dari 1000 meter persegi; dan asrama yang berpenghuni 100 (seratus) orang atau lebih. Parameter yang masuk dalam Baku Mutu Air Limbah adalah pH (Derajat Keasaman), BOD (Biochemical Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solid), Minyak dan Lemak. Sedangkan pada kenyataannya di Sumatera Utara hanya memiliki dua Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yaitu IPAL Tanjung Gading dan IPAL Cemara yang dioperasikan oleh PDAM Tirtanadi Medan. Kota Tanjung gading yang diresmikan pemakaiannya tanggal 20 Januari 1982, adalah pemukiman yang ditata sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan perumahan bagi karyawan PT Inalum Pabrik Peleburan Kuala Tanjung serta badanbadan terkait dengan kegiatan seperti Pegawai Pemerintahan, Kontraktor, dan sebagainya. Kota ini dibangun di atas tanah seluas 200 Ha, dengan garis elevasi antara 12 – 18 meter dari permukaan laut, yang terletak di daerah Perkebunan SiparePare, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, berjarak ± 17 Km dari Pabrik Peleburan Aluminium Kuala Tanjung. Pengolahan air limbah atau air buangan Kota Tanjung Gading yang bertujuan untuk mengurangi sampai sekecil mungkin kadar-kadar zat-zat pencemar (pollutant) yang terdapat di dalam air buangan, sehingga dapat dibuang ke badan penerima air yaitu bagian Hilir Sungai Sipare-Pare, agar tidak sampai menimbulkan efek
Universitas Sumatera Utara
sampingan terhadap lingkungan sekitarnya, sebab sungai ini masih digunakan oleh penduduk sekitar untuk irigasi pertanian, mencuci dan mandi. Sungai Sipare-Pare tempat keluarnya air hasil olahan IPAL perumahan Tanjung Gading terletak pada dua desa, yaitu Desa Sipare-Pare yang masuk dalam wilayah Kecamatan Air Putih dan Desa Simodong yang masuk dalam wilayah Kecamatan Sei Suka. Proses yang dipakai pada proses pengolahan air limbah domestik Tanjung Gading adalah cara Aerobik (sistem pengudaraan). Proses pengolahannya terdiri dari 2 Proses, Pertama, pengolahan air limbah, yang setelah diolah dialirkan secara overflow ke badan Hilir Sungai Sipare-Pare. Sedangkan Proses Kedua yaitu pengolahan lumpur menjadi kompos atau kepingan lumpur. Air limbah domestik yang telah diolah oleh IPAL perumahan Tanjung Gading telah sesuai dengan Baku Mutu Air Limbah Domestik menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003, berdasarkan hasil analisis IPAL Tanjung Gading (Lampiran 1). Akan tetapi, pada kenyataannya air hasil olahan yang keluar ke badan Sungai Sipare-pare secara organoleptik (secara visual) masih berwarna dan sedikit berbusa. Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka penelitian ini dimaksudkan ingin mengetahui kualitas air hasil olahan IPAL Tanjung Gading dan bagaimana persepsi masyarakat di sekitar Sungai Sipare-Pare yang menggunakan air tersebut menilai kualitas air hasil olahan IPAL Tanjung Gading.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Perumusan Masalah Dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana kualitas air hasil olahan IPAL perumahan Tanjung Gading 2. Bagaimana pengaruh air hasil olahan IPAL perumahan Tanjung Gading terhadap kualitas air Sungai Sipare-pare 3. Bagaimana persepsi masyarakat yang tinggal di pinggiran Sungai Sipare-pare yang menggunakan air Sungai Sipare-pare terhadap kualitas air hasil olahan IPAL perumahan Tanjung Gading
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kualitas air hasil olahan IPAL perumahan Tanjung Gading untuk parameter pH, BOD, TSS dan Minyak/Lemak berdasarkan Kepmen LH No. 112 Tahun 2003 2. Untuk mengetahui perbandingan kualitas air Sungai Sipare-pare sebelum dan setelah tempat keluarnya (outlet) air hasil olahan IPAL perumahan Tanjung Gading berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 kelas II 3. Untuk mengetahui persepsi masyarakat yang tinggal di pinggiran Sungai Siparepare yang menggunakan air Sungai Sipare-pare terhadap kualitas air hasil olahan IPAL perumahan Tanjung Gading
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan masukkan kepada pihak PT. Inalum tentang persepsi masyarakat yang menggunakan air Sungai Sipare-pare terhadap kualitas air hasil olahan IPAL mereka. 2. Sebagai bahan acuan bagi perumahan atau pemukiman lain yang belum memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik sendiri. 3. Memberikan informasi tentang kualitas air limbah domestik Tanjung Gading dan kualitas air Sungai Sipare-pare.
Universitas Sumatera Utara