VIII.
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PENDUDUK UNTUK MELAKUKAN TINDAKAN PENCEGAHAN AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH Pertambahan jumlah penduduk yang semakin tinggi di Kota Bekasi
mengakibatkan kebutuhan air bersih juga akan semakin besar. Menurut Putranto et al. (2009), kebutuhan air bersih yang besar mendorong masyarakat untuk beralih menggunakan sumber air tanah untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-harinya akibat sumber air permukaan yang selama ini mereka gunakan tidak lagi mencukupi dan cenderung telah tercemar. PDAM yang diandalkan sebagai salah satu penyedia kebutuhan air bersih masih belum mampu menjangkau seluruh kebutuhan masyarakat karena keterbatasan volume air bersih dan jangkauan perpipaan yang tersedia. Saat ini ekstraksi air tanah besar-besaran yang dilakukan baik oleh industri maupun domestik secara kolektif di Kelurahan Harapan Jaya telah menyebabkan penurunan pada muka air tanah akibat semakin keringnya sumber air tanah. Selain itu, perkembangan pemukiman penduduk yang semakin pesat dan tidak teratur juga telah merusak kualitas air tanah. Menurut Saeni (1997), permasalahan kualitas air tanah ini muncul akibat rapatnya pemukiman penduduk, sehingga jarak antara sarana pembuangan limbah dengan air sumur warga cenderung saling berdekatan dan berakibat pada rawannya sumber air bersih warga terhadap perembesan zat pencemar dari limbah yang berasal dari aktivitas domestik. Pencemaran yang terjadi pada sumber air tanah ini merupakan kerugian bagi penduduk setempat karena berkurangnya sumber air bersih yang dapat mereka manfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Adapun untuk mengurangi resiko terhadap kesehatan akibat kondisi air tanah yang tercemar
tersebut, maka rumah tangga responden akan melakukan berbagai tindakan pencegahan dengan membeli alat penjernih air (water treatment devices), ataupun mengganti sumber air minum mereka dengan air galon jenis AMIU dan AMDK. Pada bab ini akan dikaji faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan penduduk dalam melakukan tindakan pencegahan akibat tercemarnya sumber air tanah. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap pengambilan keputusan penduduk dianalisis menggunakan model regresi logistik. Variabel independen yang menjadi faktor-faktor yang diduga berpengaruh adalah penggunaan sumber air tanah (GRO), tingkat pendapatan (INC), tingkat pendidikan (EDU), lama tinggal (LIV), status kepemilikan tempat tinggal (STA), dan kekhawatiran penduduk terhadap kondisi air tanah (AWR). Variabel dependen dalam model ini adalah keputusan penduduk untuk melakukan tindakan pencegahan akibat adanya pencemaran air tanah (ACT) yang bernilai “satu” dan keputusan penduduk untuk tidak melakukan tindakan pencegahan akibat adanya pencemaran air tanah yang bernilai “nol”. Adapun tindakan pencegahan yang akan dilihat adalah berupa tindakan pencegahan oleh penduduk atas pembelian air galon yang diasumsikan dapat mewakili tindakan pencegahan yang dilakukan oleh rumah tangga responden secara keseluruhan. 8.1
Fungsi Keputusan Penduduk Untuk Pencegahan Akibat Pencemaran Air Tanah Adapun
untuk
memperoleh
Melakukan
variabel-variabel
Tindakan
independen
yang
berpengaruh nyata terhadap keputusan penduduk untuk melakukan tindakan pencegahan akibat pencemaran air tanah dilakukan pengujian model regresi
93
logistik dengan menggunakan program Minitab 14.0 for Windows yang dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Hasil Regresi Logistik Keputusan Penduduk untuk Melakukan Tindakan Pencegahan Akibat Pencemaran Air Tanah Predictor
Coef
Constant Penggunaan Sumber Air Tanah (GRO) Pendapatan (INC)
Z
P
Odds Ratio
21,542
0,00
0,999
20,977
0,00
0,997
0,0000017
2,16
0,031*
1,01
- 0,437
-1,52
0,129
0,65
Pendidikan (EDU)
Lama Tinggal (LIV) -0,002 -0,03 0,979 Status Kepemilikan Tempat -18,727 -0,00 0,999 Tinggal (STA) Kekhawatiran terhadap kondisi 3,465 1,74 0,082** air tanah (AWR) Log-Likelihood = -7,949 Test that all slopes are zero: G = 17,691, DF = 6, P-Value = 0,007
1,29x10-9
1,00 0,00 31,97
Goodness-of-Fit Tests Method Pearson Deviance Hosmer-Lemeshow
Chi-Square DF 19,9180 13,1253 1,5147
82 82 8
P 1,000 1,000 0,992
Sumber : Data Primer Diolah (2011)
Keterangan : * **
nyata pada taraf nyata nyata pada taraf nyata
Berdasarkan hasil pengujian model regresi logistik tersebut, maka diperoleh fungsi keputusan penduduk untuk melakukan tindakan pencegahan akibat pencemaran air tanah, yaitu: ACTi = 21,542 + 20,977 GRO + 0,0000017 INC - 0,437 EDU - 0,002 LIV 18,727 STA + 3,465 AWR 8.2
Pengujian Hipotesis Berdasarkan analisis regresi logistik dilakukan uji Likelihood Ratio, uji
Goodness of fit dan uji Wald. Dari ketiga uji statistik tersebut akan diperoleh
94
beberapa hasil mengenai pengaruh dari variabel independen (penggunaan air tanah, tingkat pendapatan, pendidikan, lama tinggal, status kepemilikan tempat tinggal, dan kekhawatiran terhadap kondisi air tanah) terhadap variabel dependennya
(keputusan
untuk
melakukan
tindakan
pencegahan
akibat
pencemaran air tanah). 8.2.1 Uji Likelihood Ratio Uji Likelihood Ratio bertujuan untuk menguji kelayakan model menggunakan statistik G untuk mengetahui peran variabel-varibel independen dalam model secara simultan atau bersama-sama. Pengujian dapat dilakukan dengan membandingkan antara nilai G dengan nilai Chi-square (χ2) tabel pada taraf nyata (α) tertentu dengan derajat bebas (k-1), namun jika menggunakan paket pada program Minitab 4.0 dapat dilihat melalui nilai P (p-value). Berdasarkan hipotesis yang dibuat sebelumnya yakni jika p-value dari statistik G lebih kecil dari taraf nyata (α = 0,1), maka keputusannya adalah menolak H0 yang artinya setidak-tidaknya terdapat satu variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya. Hasil olahan data pada Tabel 24 menunjukan bahwa nilai Log-Likelihood sebesar –7,949 menghasilkan nilai G sebesar 17,691 dengan p-value yaitu 0,007. Hasil tersebut menunjukan bahwa pvalue memiliki nilai yang lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan (0,007 < 0,1), sehingga keputusannya adalah menolak H0 yang artinya variabel independen yang digunakan dalam model tersebut secara bersama-sama dapat menjelaskan keputusan penduduk untuk melakukan tindakan pencegahan akibat pencemaran air tanah.
95
8.2.2 Uji Goodness of Fit Uji Goodness of Fit terhadap keseluruhan model dilakukan dengan memperhatikan nilai sebaran chi-square dari Hosmer-Lameshow. Berdasarkan hipotesis yang dibuat sebelumnya yakni jika p-value dari statistik HosmerLameshow tersebut lebih besar dari taraf nyata (α = 0,1), maka keputusannya adalah terima H0 yang artinya model tersebut cukup layak untuk digunakan dalam prediksi. Hasil olahan data sebelumnya menunjukan bahwa p-value dari statistik Hosmer-Lameshow memiliki nilai yang lebih besar dari taraf nyata yang digunakan (0,992 > 0,1), sehingga keputusannya adalah terima H0 yang artinya model tersebut cukup layak untuk digunakan dalam prediksi. 8.2.3 Uji Wald Uji Wald bertujuan untuk menguji secara parsial faktor-faktor mana saja dari variabel independen yang berpengaruh nyata secara statistik terhadap pilihan keputusan pada variabel dependennya. Berdasarkan hipotesis yang dibuat sebelumnya yakni jika p-value dari statistik W lebih kecil dari taraf nyata (α = 0,1), maka keputusannya adalah menolak H0 artinya variabel independen tersebut berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependennya. Hasil olahan data pada Tabel 27 menunjukan bahwa dengan menggunakan uji Wald terdapat dua variabel dependen yang berpengaruh nyata secara signifikan dengan level of significant atau α yang berbeda. Variabel tingkat pendapatan signifikan pada α = 5%. Hal ini berarti variabel tingkat pendapatan tersebut 95% secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan penduduk untuk melakukan tindakan pencegahan akibat pencemaran pada air tanah. Adapun variabel kekhawatiran penduduk terhadap kondisi air tanah berpengaruh
96
signifikan pada taraf uji 10%. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa variabel tersebut 90% secara parsial mempunyai pengaruh nyata terhadap keputusan penduduk untuk melakukan tindakan pencegahan akibat pencemaran pada air tanah. Berdasarkan analisis hasil uji Wald yang dilakukan, terdapat empat variabel independen yang ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya. Keempat variabel tersebut adalah penggunaan air tanah, tingkat pendidikan, lama tinggal, dan status kepemilikan tempat tinggal penduduk. Hal tersebut dikarenakan p-value dari keempat variabel independen tersebut lebih besar dari α yang digunakan (α = 0,1), sehingga tidak memenuhi syarat signifikan. 8.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Penduduk untuk Melakukan Tidakan Pencegahan Akibat Pencemaran Pada Air Tanah Berdasarkan hasil regresi logistik, dapat dilakukan penafsiran mengenai
variabel-variabel yang diduga menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan penduduk untuk melakukan tindakan pencegahan akibat pencemaran air tanah. Dalam hasil analisis regresi logistik, interpretasi dilakukan dengan melihat nilai pvalue dan odds ratio. Nilai p-value menentukan variabel-variabel yang berpengaruh nyata dalam model. Odds ratio menggambarkan estimasi seberapa besar kecendrungan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien variabel independen yang bernilai porsitif akan memiliki nilai odds ratio lebih dari satu, sedangkan koefisien yang bernilai negatif akan menghasilkan nilai odds ratio kurang dari satu.
97
8.3.1 Variabel yang Bepengaruh Signifikan Berikut ini merupakan pembahasan mengenai variabel-variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan penduduk untuk melakukan tindakan pencegahan akibat pencemaran air tanah.: 1) Tingkat Pendapatan Variabel tingkat pendapatan pada penelitian ini signifikan pada taraf uji 5%. Hal tersebut dikarenakan tingkat pendapatan merupakan faktor penting bagi rumah tangga untuk melakukan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan yang dilakukan akan menyebabkan rumah tangga harus rela mengeluarkan sebagian dari pendapatannya untuk mencegah atau mengurangi dampak negatif yang akan terjadi akibat adanya pencemaran pada sumber air tanah mereka. Berdasarkan hasil olahan regresi logistik diperoleh bahwa variabel tingkat pendapatan memiliki korelasi yang positif dan nilai odds ratio sebesar 1,01. Adapun penafsirannya adalah peluang rumah tangga untuk melakukan tindakan pencegahan akibat pencemaran air tanah lebih besar 1,01 kalinya dibandingkan dengan rumah tangga yang tidak melakukan tindakan pencegahan apabila pendapatan rumah tangga tersebut meningkat satu satuan (rupiah), ceteris paribus. Oleh karena itu, semakin tinggi pendapatan suatu rumah tangga, maka akan lebih mudah bagi rumah tangga tersebut untuk mengeluarkan biaya-biaya untuk melakukan tindakan pencegahan akibat pencemaran air tanah yang terjadi. 2) Kekhawatiran penduduk terhadap kondisi air tanah Variabel kekhawatiran penduduk terhadap kondisi pencemaran air tanah pada penelitian ini signifikan pada taraf nyata 10%. Kekhawatiran penduduk
98
terhadap kondisi air tanah ditunjukan melalui wawancara langsung atas jawaban ya atau tidak terkait kekhawatiran mereka terhadap kondisi air tanah yang mereka gunakan. Berdasarkan hasil olahan regresi logistik diperoleh bahwa variabel kekhawatiran penduduk memiliki korelasi yang positif dan nilai odds ratio sebesar 31,97. Adapun penafsirannya adalah peluang keputusan rumah tangga untuk melakukan tindakan pencegahan akibat pencemaran air tanah bagi rumah tangga yang sangat khawatir terhadap kondisi air tanah 31,97 kalinya lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga yang sedikit atau sama sekali tidak khawatir terhadap kondisi air tanah terhadap kesehatan keluarganya, ceteris paribus. Hal ini berarti kecendrungan rumah tangga yang sangat khawatir terhadap kondisi air tanahnya lebih tinggi untuk melakukan tindakan pencegahan dibandingkan dengan rumah tangga yang sedikit atau tidak sama sekali khawatir terhadap kondisi air tanahnya untuk melakukan tindakan pencegahan. 8.3.2 Variabel yang Tidak Berpengaruh Signifikan Terdapat empat variabel independen dalam model yang secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya karena memiliki pvalue yang lebih besar dari taraf nyata yang digunakan (α = 0,1), sehingga tidak memenuhi syarat signifikan. Keempat variabel tersebut adalah penggunaan air tanah, tingkat pendidikan, lama tinggal, dan status kepemilikan tempat tinggal penduduk. Berikut ini adalah penejalasan mengenai ketidak-signifikan-an variabel-variabel tersebut terhadap keputusan rumah tangga untuk melakukan tindakan pencegahan akibat pencemaran air tanah.
99
1) Penggunaan Air Tanah Dalam kasus ini variabel penggunaan air tanah tidak mempengaruhi keputusan rumah tangga melakukan tindakan pencegahan. Hal tersebut dapat disebabkan karena sebagian besar rumah tangga yang masih menggunakan air tanah sebagai
sumber
utama pemenuhan
kebutuhan air bersihnya
beranggapan bahwa kondisi sumber air tanahnya tidak terlalu buruk sehingga menurut mereka tindakan pencegahan tidak diperlukan. 2) Tingkat Pendidikan Dalam kasus ini variabel tingkat pendidikan tidak mempengaruhi keputusan rumah tangga untuk melakukan tindakan pencegahan akibat pencemaran air tanah. Kondisi ini dapat disebabkan karena tingginya tingkat pendidikan kepala keluarga dalam rumah tangga menyebabkan kepala keluarga tersebut akan cenderung lebih rasional dalam mempertimbangkan tindakan yang perlu ataupun tidak perlu dilakukan terkait keputusannya untuk melakukan tindakan pencegahan akibat pencemaran air tanah. 3) Lama Tinggal Dalam kasus ini variabel lama tinggal tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan rumah tangga untuk melakukan tindakan pencegahan. Hal ini dapat disebabkan karena penduduk yang baru tinggal pun juga akan melakukan tindakan pencegahan apabila ditempat sebelumnya penduduk tersebut telah mengalami kondisi air tanah yang tercemar, sehingga lamanya seseorang tinggal di lokasi yang sumber air tanahnya tercemar tidak mempengaruhi
100
keputusan rumah tangga untuk melakukan tindakan pencegahan akibat pencemaran pada air tanah. 4) Status Kepemilikan Tempat Tinggal Dalam kasus ini variabel status kepemilikan rumah penduduk tidak mempengaruhi keputusan rumah tangga untuk melakukan tindakan pencegahan. Hal ini dapat disebabkan karena baik rumah tangga yang memiliki status tempat tinggal milik sendiri ataupun bukan milik sendiri, sama-sama akan melakukan tindakan pencegahan apabila sumber air tanah yang mereka gunakan telah tercemar.
101