BAB II PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK MENJADI KOMPOS
2.1
Pengenalan Tentang Sampah
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. (Tim Penebar Swadaya, 2010:5).
Berdasarkan sifat kepenguraiannya sampah dibagi menjadi dua, yaitu (Hasim & Hedianto, 2010:58):
Sampah organik atau sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti dedaunan dan sampah dapur. Sampah organik dapat mengalami perubahan atau terurai secara alami (degradable-waste).
Sampah anorganik, berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui secara alami atau memerlukan waktu yang sangat lama untuk terurai. Bahan – bahan ini meliputi mineral, logam, dan minyak bumi atau bahan – bahan lain hasil proses industri. Ada beberapa dari sampah anorganik yang tidak terdapat di alam seperti plastik dan styrofoam. Sampah anorganik disebut juga sampah yang tidak atau sulit terurai (non degradable – waste).
5
Proses penguraian sampah oleh mikroorganisme disebut dekomposisi (decomposition). Tabel berikut menerangkan waktu dekomposisi yang diperlukan berbagai sampah.
Nama sampah
Waktu dekomposisi
Kulit pisang
1 – 2 bulan
Kantong kertas
1 bulan
Cardboard / kardus
2 bulan
Kertas buku tulis
3 bulan
Wool, kaos kaki dsb.
1 tahun
Kulit jeruk
2 tahun
Filter rokok
12 tahun
Kantong plastic
20 – 100 tahun
Sepatu kulit
45 tahun
Kaleng
50 – 100 tahun
Botol plastic
450 tahun
Diapers / Pembalut
550 tahun
Cangkir / bungkus polystyrene
500 tahun
Gelas / kaca
1 – 2 juta tahun
Ban mobil, Styrofoam
Tidak dapat / sulit terdekomposisi
Tabel 2.1 Waktu dekomposisi berbagai sampah [Sumber: QLPA dan CRA]
2.2
Jenis – jenis Pengolahan Sampah
Terdapat berbagai jenis pengolahan sampah, yang mahal hingga yang murah, atau yang beresiko tinggi hingga yang beresiko kecil.
6
2.2.1 Pengolahan Sampah Berskala Besar
Pengolahan sampah berskala besar yang dilakukan di Indonesia ada beberapa cara, yaitu (Tim Penebar Swadaya, 2010:31):
1. Open Dumping Cara pembuangan yang umum dilakukan di Indonesia dan dilakukan secara sederhana dimana sampah dihamparkan di suatu tempat terbuka tanpa penutupan dan pengolahan. Akan tetapi sampah yang tidak mendapat perlakuan apapun ini dapat mengakibatkan bau busuk dan penyakit.
2. Sanitary Landfill Sampah diletakkan pada lokasi cekung, kemudian pada ketebalan tertentu diurug dengan tanah. Pada bagian atas urugan digunakan lagi untuk menimbun sampah lalu diurug lagi dengan tanah sehingga berbentuk lapisan-lapisan sampah dan tanah. Bagian dasar konstruksi sanitary landfill dibuat lapisan kedap air yang dilengkapi dengan pipa pengumpul dan penyalur air lindi (leachate) yang terbentuk dari proses penguraian sampah organik. Metode ini yang digunakan sekarang di TPA Sarimukti yang digunakan sekarang.
7
3. Pembakaran (Incineration) Cara pembakaran dapat dilakukan pada skala kecil, akan tetapi hal itu merupakan tindakan yang melanggar peraturan pemerintah karena mengganggu hak pengguna jalan yang melewati tempat pembakaran. Untuk skala besar proses ini menggunakan alat bernama Incinerator, alat ini dapat membakar hingga suhu 600 – 800 0C pada ruang bakar pertama, massa sampah akan tereduksi hingga 70 – 75 %. Pada ruang bakar kedua, suhu ditingkatkan menjadi 800 – 1.100 0C untuk mengoksidasi senyawa – senyawa gas yang belum teroksidasi sempurna pada ruang bakar pertama. Untuk menerapkan cara ini juga harus diperhatikan karena pada proses ini bisa menghasilkan polusi debu, asap, dan partikulat yang dapat mengganggu kesehatan dan aktivitas masyarakat.
Senyawa
yang
berbahaya
dari
proses
pembakaran adalah dioxin, dioxin dapat menyebebkan kanker.
Dioxin terbentuk pada proses pembakaran senyawa yang mengandung khlor dengan hidrokarbon dengan temperatur rendah sekitar 2500 C.
8
2.2.2 Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat
Pengelolaan sampah yang dapat dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan mempraktekan gerakan 3R (Reduce, Reuse dan Recycle).
Reduce, mengurangi produksi sampah dan tidak melakukan pola konsumsi yang berlebihan atau melakukan konsumsi berdasarkan kebutuhan bukan keinginan.
Reuse, menggunakan kembali barang – barang yang masih layak pakai. Berarti megurangi kebiasaan konsumtif dan mengurangi potensi menumpuknya sampah.
Recycle, mengolah kembali yaitu kegiatan yang memanfaatkan barang bekas atau sampah dengan cara mengolah materinya untuk dapat digunakan lebih lanjut. Recycle merupakan alternatif terakhir jika reduce dan reuse sudah tidak dapat dipraktekan lagi terhadap suatu barang atau sampah (Hasim & Hedianto, 2010:69).
Perlakuan untuk sampah organik dan anorganik itu berbeda dalam melakukan proses recycle. Berikut ini merupakan pengelolaan sampah dengan menerapkan sistem recycle (daur ulang):
9
Sampah
Organik,
dapat
diolah
menjadi
(Tim
Penebar
Swadaya, 2010:35):
1.
Kompos,
merupakan
hasil
penguraian
atau
penghancuran dari campuran bahan – bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial (buatan manusia) dengan
meningkatkan
populasi
berbagai
mikroba,
cacing, atau jamur dalam kondisi lingkungan yang hangat dan lembab. 2.
Pupuk Cair, sifatnya lebih mudah diserap oleh tanaman karena unsur – unsur di dalamnya sudah terurai. Tidak hanya menyerap unsur hara dari dalam tanah tetapi bisa juga menyerap unsur hara dari daun jika disemprotkan pada daun tersebut. Bahan baku pupuk cair dapat berasal dari pupuk padat dengan proses perendaman.
3.
Briket, merupakan padatan yang umumnya berasal dari limbah pertanian. Briket dapat berguna sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak untuk memasak. Bahan baku yang digunakan untuk membuat briket beragam dari mulai kayu, dedaunan kering, serbuk gregaji dan batok kelapa.
Sedangakan sampah Anorganik biasanya diolah menjadi benda – benda yang memiliki nilai kreatifitas tinggi seperti bungkus sabun cuci menjadi tas, topi dan berbagai macam 10
benda lainnya yang memiliki nilai pakai. Selain merubahnya menjadi benda – benda yang beralih fungsi, sampah anorganik juga bisa tetap memiliki fungsi yang sama dengan sebelumnya tetapi mengalami perubahan kualitas seperti, pecahan kaca kembali diolah menjadi kaca atau botol, sampah botol plastik dapat diolah menjadi botol kembali akan tetapi dijadikan biji plastik terlebih dahulu dan sebagainya.
Sampah anorganik memiliki nilai jual pada setiap jenisnya, berikut tabel harganya:
Jenis Sampah Anorganik
Harga Sampah
Kaca tidak pecah
Rp
150,00 / lempengan
Botol air mineral
Rp 2.000,00 /kg
Gelas plastik
Rp 4.500,00 /kg
Plastik sintetis
Rp
500,00 /kg
Blowing (mainan, tempat shampo)
Rp
500,00 /kg
Kertas berwarna
Rp
900,00 /kg
Kertas koran
Rp 1.000,00 /kg
Kardus
Rp
900,00 /kg
Duplek (seperti dus kue)
Rp
350,00 /kg
Kaleng Alumunium
Rp 8000,00 /kg
Untuk styrofoam dan tisu tidak memiliki nilai jual
Tabel 2.2 Harga sampah anorganik [Sumber: PD. Kebersihan Kota Bandung]
11
Dapat terlihat dari data tabel diatas bahwa sampah anorganik memiliki
nilai
jual
yang
cukup
menguntungkan
untuk
menghasilkan uang. Karena sampah anorganiklah beberapa orang di Indonesia dapat menyambung hidupnya.
2.3
Kompos
Pengolahan sampah yang difokuskan adalah mengenai pengolahan sampah organik menjadi kompos.
2.3.1 Pengertian Kompos
Kompos merupakan hasil penguraian atau penghancuran dari campuran bahan – bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial (buatan manusia) dengan meningkatkan populasi berbagai mikroorganisme dan cacing dalam kondisi lingkungan yang hangat dan lembab.
Pengomposan mengalami
adalah
proses
dimana
penguraian
secara
biologis,
bahan
organik
khususnya
oleh
mikroba – mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. (Hasim & Hedianto, 2010:71).
12
2.3.2 Manfaat Kompos
Manfaat kompos dapat dirasakan oleh berbagai aspek, yaitu (Hasim & Hedianto, 2010:72):
1.
Aspek Lingkungan: •
Mengurangi
polusi
udara
karena
pembakaran
sampah. •
Mengurangi kebutuhan lahan untuk menimbun.
•
Memperpanjang umur TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
2.
Aspek Pertanian: •
Meningkatkan kesuburan tanah.
•
Memperbaiki struktur dan karakristik tanah.
•
Meningkatkan kapasitas serap air.
•
Meningkatkan aktivitas mikroba dan cacing dalam tanah.
•
Meningkatkan kwalitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen).
•
Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman.
•
Menekan pertumbuhan atau serangan penyakit tanaman.
•
Meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah.
13
•
3.
Mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia.
Aspek ekonomi: •
Menghemat biaya transportasi / penimbunan limbah.
•
Mengurang volume / ukuran limbah.
•
Memiliki nilai jual lebih tinggi daripada bahan asalnya.
•
Membuka lapangan pekerjaan bila dikelola secara profesional.
2.3.3 Ciri – ciri Kompos
Ciri ciri dari kompos yang baik adalah (Tim Penebar Swadaya, 2010:37):
1.
Warna, Warna kompos coklat kehitaman.
2.
Aroma, kompos yang baik tidak mengeluarkan aroma yang
menyengat, tetapi mengeluarkan aroma lemah
seperti bau tanah atau bau humus hutan. 3.
Apabila
dipegang
atau
dikepal
kompos
akan
menggumpal, sedangkan apabila ditekan dengan lunak gumpalan kompos akan hancur dengan mudah.
14
2.3.4 Bahan – bahan Yang Dapat Dijadikan Kompos
Hampir semua bahan organik dapat dijadikan bahan utama untuk membuat kompos, seperti (Hasim & Hedianto, 2010:73): •
Limbah organik pertanian, contohnya sisa hasil panen, batang ranting tanaman, daun – daunan, dan jerami.
•
Sampah rumah tangga, contohnya sisa sayuran dan makanan.
•
Limbah pasar, contohnya sayur – sayuran dan buah – buahan busuk.
•
Limbah ternak, contohnya kotoran dan sisa pakan.
•
Limbah industri yang organik, contohnya serbuk gergaji, ampas tebu, limbah pengolaan tepung kanji, kelapa sawit dan lain sebagainya.
Sedangakan tempat untuk membuat kompos dapat dibuat menggunakan drum bekas, dus bekas yang sebelumnya telah dilapisi plastik atau karung, ember bekas, atau bisa dengan menggali lubang di pekarangan rumah. Tetapi ada juga keranjang – keranjang yang khusus dibuat untuk membuat kompos agar hasilnya maksimal.
15
2.3.5 Prosedur Pembuatan Kompos
Agar mendapatkan kompos yang baik, ada prosedur yang harus dilaksanakan dengan cermat, yaitu (Hasim & Hedianto, 2010:75):
1.
Pemilahan sampah Sampah haruslah dipisahkan antara sampah organik (bahan dasar kompos) dan anorganik (plastik, kaca, kaleng). Kualitas kompos yang baik adalah kompos yang tidak tercampur dengan sampah anorganik, karena jika tercampur dengan sampah anorganik hasilnya tidak akan maksimal.
2.
Pencacahan bahan organik Sampah organik dicacah atau dipotong – potong sehingga menjadi bagian – bagian yang lebih kecil, proses ini dilakukan agar sampah dapat dengan mudah dan cepat terurai menjadi kompos.
3.
Penyusunan Penyusunan bahan dasar kompos bisa bervariasi, bahan dasar kompos biasanya disusun dengan komposisi sampah organik sebagai bahan dasar sebanyak 70 – 80 persen, tanah 10 – 15 persen dan bahan tambahan 10 – 15 persen, bahan tambahan ini dapat berupa gabah, 16
dedak, kotoran ternak atau kompos yang sudah jadi sebelumnya.
4.
Pencampuran / pengadukan Proses ini dilakukan setiap satu minggu sekali, dengan cara membalikkan sampah yang ada pada lapisan bawah ke bagian atas kemudian mengaduknya hingga rata. Hal ini berguna untuk membuang panas berlebihan, memasukkan
udara
segar
ke
dalam
tumpukan,
meratakan proses pelapukan, meratakan pemberian air dan membantu menghancurkan bahan organik secara efektif.
5.
Penyiraman Tumpukan
kompos
harus
terjaga
dalam
kondisi
kelembaban yang cukup, maka dari itu dilakukanlah proses penyiraman ketika tumpukan kompos terlalu kering. Cara mengecek kelembaban kompos hanya dengan menggenggamnya, jika ketika diperas tidak mengeluarkan air maka tumpukan bahan kompos tersebut harus disiram air secukupnya. Menyiram menggunakan air cucian beras akan lebih baik karena dapat menambah unsur glukosa dalam kompos.
17
6.
Pematangan Proses pematangan kompos beragam tergantung bahan dasar organik pembuat kompos, cuaca dan pengolahan yang dilakukan. Proses pematangan berkisar antara 20 – 40 hari dengan menggunakan aktivator, sedangkan sekitar 2 – 6 bulan jika ditimbun secara alami. Ketika tumpukan bagian atas terlihat mulai lapuk, volume sampah akan menyusut kurang lebih 30 – 40 persen dari volume awal dan kompos berwarna kehitaman, jika ciri – ciri
kompos yang baik sudah terlihat maka kompos
sudah siap di panen.
7.
Penyaringan Proses penyaringan dilakukan untuk memisahkan antara bahan jadi dengan bahan yang belum terurai.
8.
Kompos siap digunakan Kompos yang baik adalah kompos yang terurai dengan sempurna, tidak berbau den berwarna cokelat kahitaman seperti tanah juga berefek baik jika diaplikasikan pada tanah.
18
2.4
Peran Pemerintah
Pemerintah memiliki andil yang sangat besar dalam kegiatan pengolahan sampah suatu daerah, dalam hal ini adalah PD. Kebersihan Kota Bandung memiliki kewajiban untuk menangani permasalahan sampah di kota Bandung. Karena masalah TPA Sarimukti yang hampir ditutup dan PLTSa masih terjadi kontro versi dalam pembangunannya maka dari itu karena masalah tersebut pemerintah sering mengadakan penyuluhan ke tiap – tiap tempat mengenai Reduce, Reuse, dan Recycle. Penyuluhan diberikan kepadan pelajar tingkat SD, SMP, SMA, hingga Universitas dan juga diberikan kepada masyarakat di tinggkat kelurahan yang ada di Kota Bandung.
Penyuluhan atau sosialisasi di tingkat pelajar,yaitu di sekolah dasar, menggunkan buku panduan dari Jepang sedangkan keadaan geografis, jenis sampah pun berbeda. Maka dari itu dibutuhkan sebuah rancangan buku untuk mendukung sosialisasi pemerintah agar masyarakat turut ikut serta dalam menjaga lingkungan. Dalam hal ini tujuan sosialisasi pada masyarakat, adalah agar sampah yang dikirim ke TPA berkurang jumlahnya dari biasnya, jika hal itu terjadi maka umur TPA akan lebih lama.
19
2.4.1 Data Pemerintah
Melihat dari data persentase timbulan sampah, sampah yang berasal dari pemukiman memiliki persentasi yang lebih lebih besar dibandingkan dengan sampah yang berasal dari tempat lain, berikut tabel persentasenya:
No
Sumber
Persentase (%)
1
Pemukiman
65,56
2
Pasar
18,77
3
Jalan
5,52
4
Daerah Komersil
5,99
5
Institusi
2,81
6
Industri
1,35
Jumlah
100
Tabel 2.3 Sumber dan persentase timbulan sampah kota Bandung [Sumber: PD. Kebersihan Kota Bandung]
Sampah yang dihasilkan oleh kota Bandung anatara organik dan anorganik menurut data hampir memiliki jumlah persentase yang sama akan tetapi jumlah sampah organik akan lebih banyak karena sampah anorganik banyak yang mengolahnya.
20
Komposisi Rerata Timbulan Sampah (% Volume)
Organik Sisa Makanan
1.17%
Kertas
1.55% 1.03%
Gelas/Botol kaca/kaca
1.66%
Plastik daur ulang
4.82%
2.12% 11.75%
40.29%
Plastik bukan daur ulang Logam / kaleng Tekstil Karet Sty rofoam
11.86%
Sisa elektronik
2.94% 10.52%
10.28%
Lain-lain
Tabel 2.4 Komposisis rata – rata timbulan sampah kota Bandung [Sumber: PD. Kebersihan Kota Bandung]
2.4.2 Metode Penelitian dan Hasil Riset
Hipotesa awal mengenai kampanye ini ditujukan pada target audiens dengan status ekonomi menengah kebawah dan berumur di atas 20 tahun. Maka dilakukan riset lapangan untuk membuktikan kebenaran hipotesa, dengan menggunakan metode angket, berikut datanya: •
Target usia
:
•
Tempat penyebaran angket
: Gg. Sunda (dekat
20 – 40 tahun
Paskal Hypersquere), karena melihat dari lingkungannya merupakan kalangan ekonomi menengah kebawah.
21
•
Tingkat ekonomi
: Menengah kebawah
•
Rata – rata pekerjaan
: Buruh
•
Jumlah responden
: 30 orang
Kesimpulan dari penyebaran angket adalah masyarakat hanya 10 % yang mengetahui jenis sampah organik dan anorganik, tetapi responden
yang mengetahui
jenis
sampah
tidak
melakukan pemilahan karena tidak memiliki waktu dan memiliah merupakan hal yang menyulitkan karena harus menyediakan dua tempat sampah dan berfikir sebelum membuang. Pada tempat itu masyarakatnya lebih memilih sampah yang memiliki nilai jual saja. Dari hasil kuisioner tersebut maka hipotesa peneliti tidak tepat mengenai target audiens maka target audiens dialihkan pada target audiens lain yang lebih tepat untuk diberikan kebiasaan dasar seperti membuang sampah, memilah sampah, dan mengolah sampah.
2.5
Pengertian Kampanye
Definisi kampanye yaitu: Menurut Roger Storey dalam (Venus ,2004:7) Kampanye ialah serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan
22
mendapatkan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.
Sedangkan menurut Charles U. Larson dalam (Venus ,2004:11), Kampanye
dibedakan
menjadi
beberapa
kategori,
salah
satu
diantaranya ialah ideologically oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada tujuan – tujuan yang bersifat khusus, dan seringkali berdimensi perubahan sosial, karena itu kampanye jenis ini sering disebut sebagai change campaigns, yaitu kampanye yang ditujukan untuk menangani masalah – masalah sosial perubahan sikap dan perilaku publik yang terkait.
Menurut Pfau dan Parrot dalam (Venus, 2004:10), apapun ragam dan tujuannya, komunikasi dalam kampanye harus dapat menciptakan upaya perubahan yang selalu terkait dengan aspek pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan perilaku (behavioral). Maka dari itu komunikasi pesan kampanye ini diharapkan dapat memberikan efek menggugah kesadaran dan perhatian warga negara untuk lebih mengetahui dan memahami.
2.5.1 Jenis – jenis Kampanye
Dari uraian diatas, maka kampanye dapat dibedakan menurut jenisnya menjadi empat macam yaitu (Venus, 2004:12):
23
1. Kampanye Sosial Adalah
suatu
kegiatan
berkampanye
yang
mengkomunikasikan pesan – pesan yang berisi tentang masalah sosial kemasyarakatan dan bersifat non komersil. Tujuan dari kampanye sosial adalah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan gejala – gejala sosial yang sedang terjadi.
2. Kampanye Bisik Yaitu kampanye yang dilakukan melalui gerakan untuk melawan atau mengadakan aksi secara serentak dengan jalan menyiarkan kabar angin.
3. Kampanye Promosi Adalah kegiatan kampanye yang dilaksanakan dalam rangka promosi untuk meningkatkan atau mempertahankan penjualan dan sebagainya.
4. Kampanye Politik Yaitu kampanye yang menyampaikan pesan – pesan kepada masyarakat agar masyarakat memperoleh informasi tentang apa dan bagaimana suatu partai, program maupun visinya. Dengan demikian masyarakat dapat memahami maksud dan tujuan dari partai tersebut untuk menentukan dipilih atau tidak.
24
2.5.2 Fungsi Kampanye
Adapaun fungsi kampanye sendiri adalah untuk menyampaikan suatu pesan yang berisi tentang ajaran kepada masyarakat atau mempengaruhi masyarakat agar dapat mengerti maksud dan tujuan dari apa yang akan dikomunikasikan, berdasarkan keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa unsur – unsur yang terkait pada suatu kampanye adalah: 1. Adanya suatu aksi, dalam hal ini yang dimaksud adalah demonstrasi
yang
dilakukan
secara
serentak
untuk
menuntut apa yang mereka inginkan kepada pihak yang bersangkutan. 2. Pesan dalam suatu kampanye. Pesan adalah hal yang sangat
erat
kaitannya
karena
apabila
pesan
yang
disampaikan tidak jelas atau tidak sampai pada khalayak sasaran, maka kampanye tersebut gagal. 3. Unsur persaingan dalam suatu perebutan kedudukan maka dilakukan kampanye yang bertujuan agar mereka terpilih dalam
massa
serta
mendapatkan
kedudukan
yang
diinginkan. 4. Promosi merupakan salah satu unsur yang terkandung dalam kampanye karena promosi merupakan bagian dari kampanye, seperti dalam penjualan suatu produk atau produk iklan (Ruslan, 2008).
25
2.6 Indikator Target Audiens
Untuk memahami karakter target audiens, maka perlu untuk mengetahui
lebih
dalam
mengenai
Demografis,
Psikografis,
Geografis, dan Kebiasaan target audiens.
1.
Demografis, Usia
: 6 – 12 tahun.
Jenis Kelamin
: Laki – laki dan Perempuan.
Pendidikan
: SD (Sekolah Dasar), Disesuaikan pendidikan
pula yang
dengan dapat
tingkat
menunjang
kebiasaan ini. Status Ekonomi
2.
: Menengah.
Psikografis Menurut Ayuningsih (2010:18), pada masa 6 – 12 tahun (masa kanak – kanak akhir) adalah tahap terpenting bagi anak – anak untuk mengembangkan aspek – aspek yang ada pada dirinya seperti aspek afektif, kognitif, psikomotorik, maupun aspek psikososial untuk menyongsong ke masa remaja. Masa ini anak diharapkan untuk memperoleh pengetahuan dasar yang dipandang sangat penting (esensi) bagi persiapan, dan penyesuian diri terhadap kehidupan dimasa dewasa. Oleh
26
karena itu, anak diharapkan mempelajari keterampilan – keterampilan tertentu. Antara lain: •
Keterampilan membantu diri sendiri (self help skill)
•
Keterampilan bermain (play skill)
•
Keterampilan sekolah (school skill)
•
Keterampilan sosial (social help skill)
Pada umur 6 sampai 12 tahun, pada umumnya karakteristik anak masih terus berkembang, hal tersebut dikarenakan anak berada dalam proses belajar, untuk memahami dan mengerti. Sifat dan kebiasaan yang muncul seperti: •
Rasa ingin tahu yang tinggi.
•
Suka akan hal-hal baru yang belum diketahui.
•
Peka terhadap informasi.
•
Memerlukan informasi yang lebih jauh.
•
Cara berfikir: Banyak pertanyaan, karena berada dalam proses rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang dianggap baru.
•
Menghadapi hidup: Masih bergantung kepada orang tua, karena sejak kecil anak dituntut untuk patuh kepada orang tua.
27
•
Gaya hidup: Pada umumnya sederhana, karena masih dala proses pertumbuhan, belum banyak memikirkan sesuatu yang lebih jauh atau sesuatu yang berat.
3. Geografis, Bertempat tinggal di kota - kota besar dan dikhususkan yang tinggal di kota Bandung.
4.
Kebiasaan, Aktivitasnya ringan masih berupa bermain, belajar dan mengikuti berbagai macam keterampilan.
28