LAMPIRAN II
HASIL ANALISA SWOT
Lampiran II. ANALISA SWOT Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu perencanaan. Keempat faktor itulah yang membentuk istilah SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan pemangku kepentingan masing – masing sektor dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru. Adapun tahapan pelaksanaan analisis SWOT adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) 2. Dilakukan FGD penyepakatan bobot masing – masing faktor dengan menggunakan softwhare expert choice. Dalam penentuan bobot isu – isu yang ada dengan menggunakan analytical hierarchy process (AHP). Tahapan yang digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metode AHP adalah :
Definisi masalah, merupakan tahapan dimana suatu permasalahan yang akan diselesaikan dapat didefinisikan.
Dekomposisi (Decomposition), yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsur dibawahnya.
Comparative Judgement, prinsip ini dilakukan dengan membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Hasil dari penilaian ini dituliskan dalam matriks yang disebut dengan matriks pairwise comparison.
Synthesis Of Priority, dengan melakukan langkah sebagai berikut : a. Menentukan matriks yang telah dinormalisasi dari matriks pairwise comparison. b. Menentukan logical consistensy dari masing-masing penilaian, yaitu mengukur seluruh konsistensi penilaian dengan menggunakan Consistency Ratio (CR) c. Menentukan bobot prioritas dari masing-masing elemen.
3. Menentukan tingkat pengaruh dari masing – masing isu 4. Menyusun matrik Internal Factor Analysis Summary (IFAS) dan Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS) 5. Membuat kuadran posisi pengelolan sub sektor, yaitu dengan menempatkan nilai IFAS sebagai vektor X dan nilai EFAS sebagai vektor Y sebagaimana gambar berikut ini.
Gambar 4.1 Kuadran hasil SWOT
O Kuadran 3
Kuadran 1
W
S
Kuadran 4
Kuadran 2 T
Keterangan :
Kuadran 1 : Mendukung strategi Growth (Pertumbuhan)
Kuadran 2: Mendukung strategi Diversification (Pertukaran Usaha)
Kuadran 3: Mendukung strategi Stabilisation (Stabil)
Kuadran 4: Mendukung strategi Survive (Bertahan)
6. Membuat matrik strategi SWOT
2.1
Strategi SO : Gunakan "kekuatan" untuk manfaatkan "peluang"
Strategi WO : Benahi "kelemahan" untuk manfaatkan "peluang"
Strategi ST : Gunakan "kekuatan" untuk hadapi "ancaman"
Strategi WT : Benahi "kelemahan" untuk atasi "ancaman"
AIR LIMBAH DOMESTIK Permasalahan pengelolaan air limbah di Kabupaten Kudus masih perlu untuk mendapatkan perhatian. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang BABS sebanyak 19.877 KK di Kabupaten Kudus. Pengelolaan limbah tinja dalam instalasi pengolahan lumpur tinja juga masih terdapat permsalahan, dimana faktor kelembagaan dan pendanaan masih menjadi permasalahan utama di Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang. A. Identifikasi isu – isu strategis Dengan melihat permasalahan pengelolaan air limbah tersebut, dilakukan identifikasi isu – isu strategis yang mempengaruhi permasalahan pengelolaan limbah di Kabupaten Kudus. Adapun isu – isu pengelolaan air limbah adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Isu – Isu strategis pengelolaan air limbah NO ELEMEN INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS) KEKUATAN (STRENGTH) 1 Adanya program USRI dalam pembangunan IPAL komunal 2 Sudah memiliki IPLT 3 Sudah memiliki mobil sedot tinja 4 Memiliki Perda penyedotan kakus 5 Adanya program STBM KELEMAHAN (WEAKNESS) 1 Jumlah truk tinja yang masih kurang (hanya 2 unit) 2 Kondisi IPLT belum berfungsi secara optimal Belum adanya lembaga di SKPD yang mengurusi air limbah rumah tangga secara 3 spesifik 4 Rendahnya alokasi pendanaan dari Pemerintah Daerah Kudus Masih kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya pengelolaan air limbah rumah 5 tangga EKSTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS) PELUANG (OPPORTUNITY) 1 Banyaknya perusahaan yang dapat memberikan CSR untuk pembangunan sanitasi 2 Adanya jasa penyedotan tinja swasta 3 Adanya program 100 - 0 - 100 4 Adanya DAK untuk pengelolaan air limbah domestik 5 Sudah terbentuk forum masyarakat pengelola IPAL komunal ANCAMAN (THREATH) 1 Masih terdapat masyarakat yang memiliki akses terhadap jamban yang tidak sehat 2 Masih adanya praktek Buang Air Besar Sembarangan (BABS) 3 Belum tertariknya sektor swasta untuk melakukan investasi disektor air limbah 4 Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah rumah 5 tangga Sumber : FGD POKJA SANITASI 2015 B. Pembobotan Pembobotan dilakukan dengan cara melakukan FGD untuk melakukan pembobotan dengan menggunakan softwhare expert choice, Adapun hasil pembobotan adalah sebagai berikut :
1. Pembobotan kekuatan Gambar 4.2 Pembobotan kekuatan air limbah
Sumber : Olah data hasil FGD POKJA Sanitasi, 2015 Dari hasil FGD dan pengolahan penilaian pembobotan dengan program expert choice diperoleh hasil : Tabel 4.2 Hasil pembobotan issue strategis kekuatan air limbah No
Isue Kekuatan
1 Adanya program USRI dalam pembangunan IPAL komunal 2 Sudah memiliki IPLT 3 Sudah memiliki mobil sedot tinja 4 Memiliki Perda penyedotan kakus 5 Adanya program STBM Sumber : Hasil olah data Pokja Sanitasi, 2015
Penilaian pembobotan terhadap issue strategis 56,1 % 24,5 % 5,3 % 11,8 % 2,3 %
2. Pembobotan kelemahan Gambar 4.3 Pembobotan kelemahan air limbah
Sumber : Olah data hasil FGD POKJA Sanitasi, 2015 Berdasarkan hasil olah data terhadap pembobotan kelemahan air limbah, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.3 Hasil pembobotan issue strategis kelemahan air limbah No
Isue Kelemahan
1 2
Jumlah truk tinja yang masih kurang (hanya 2 unit) Kondisi IPLT belum berfungsi secara optimal Belum adanya lembaga di SKPD yang mengurusi air limbah rumah tangga secara spesifik Rendahnya alokasi pendanaan dari Pemerintah Daerah Kudus Masih kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya pengelolaan air limbah rumah tangga
3 4 5
Sumber : Hasil olah data Pokja Sanitasi, 2015
Penilaian pembobotan terhadap issue strategis 2,3 % 10,8 % 55,8 % 26,3 % 4,9 %
3. Pembobotan peluang Gambar 4.4 Pembobotan peluang air limbah
Sumber : Olah data hasil FGD POKJA Sanitasi, 2015 Dari hasil FGD dan olah data tersebut, diperoleh hasil prosentase pembobotan issue peluang air limbah sebagai berikut : Tabel 4.4 Hasil pembobotan issue strategis peluang air limbah No
Isue Peluang
4
Banyaknya perusahaan yang dapat memberikan CSR untuk pembangunan sanitasi Adanya jasa penyedotan tinja swasta Adanya program 100 - 0 - 100 Adanya DAK untuk pengelolaan air limbah domestik
5
Sudah terbentuk forum masyarakat pengelola IPAL komunal
1 2 3
Sumber : Hasil olah data Pokja Sanitasi, 2015
Penilaian pembobotan terhadap issue strategis 4,7 % 2,1 % 60,9 % 22,1 % 10,2 %
4. Pembobotan ancaman Gambar 4.5 Pembobotan ancaman air limbah
Sumber : Olah data hasil FGD POKJA Sanitasi, 2015 Berdasarkan hasil FGD dan olah data terhadap issue ancaman air limbah, diperoleh nilai pembobotan terhadap issue ancaman sebagai berikut : Tabel 4.5 Hasil pembobotan issue strategis ancaman air limbah No
Isue Ancaman
1 2 3 4
Masih terdapat masyarakat yang memiliki akses terhadap jamban yang tidak sehat Masih adanya praktek Buang Air Besar Sembarangan (BABS) Belum tertariknya sektor swasta untuk melakukan investasi disektor air limbah Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah rumah tangga
5
Sumber : Hasil olah data Pokja Sanitasi, 2015
Penilaian pembobotan terhadap issue strategis 22,6 % 59,7 % 4,8 % 2,2 % 10,7 %
C. Pembuatan matrik IFAS dan EFAS Tabel 4.6 Matriks IFAS dan EFAS
NO
ELEMEN
INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS) KEKUATAN (STRENGTH) Adanya program USRI dalam pembangunan IPAL 1 komunal 2 Sudah memiliki IPLT
BOBOT
PERKALIAN BOBOT TINGKAT DAN PENGARUH TINGKAT PENGARUH
56.10%
4
2.244
24.50%
4
0.98
3
Sudah memiliki mobil sedot tinja
5.30%
4
0.212
4
Memiliki Perda penyedotan kakus
11.80%
4
0.472
5
Adanya program STBM
4
0.092 4
1
Total KELEMAHAN (WEAKNESS) Jumlah truk tinja yang masih kurang (hanya 1 unit)
2.30% 100% 2.30%
4
0.092
2
Kondisi IPLT belum berfungsi secara optimal
10.80%
4
0.432
3
Belum adanya lembaga di SKPD yang mengurusi air limbah rumah tangga secara spesifik
55.80%
3
1.674
26.30%
4
1.052
4.90%
3
0.147
4 5
Rendahnya alokasi pendanaan dari Pemerintah Daerah Kudus Masih kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya pengelolaan air limbah rumah tangga
Total Selisih Kekuatan dan Kelemahan EKSTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS) PELUANG (OPPORTUNITY) Banyaknya perusahaan yang dapat memberikan 1 CSR untuk pembangunan sanitasi
100%
3.397 0.603
4.70%
4
0.188
2
Adanya jasa penyedotan tinja swasta
2.10%
4
0.084
3
Adanya program 100 - 0 - 100 Adanya DAK untuk pengelolaan air limbah domestik Sudah terbentuk forum masyarakat pengelola IPAL komunal Total ANCAMAN (THREATH) Masih terdapat masyarakat yang memiliki akses terhadap jamban yang tidak sehat
60.90%
4
2.436
22.10%
4
0.884
10.20%
4
0.408
4 5
1
100% 22.60%
4 4
0.904
NO 2 3 4 5
ELEMEN
BOBOT
Masih adanya praktek Buang Air Besar Sembarangan (BABS) Belum tertariknya sektor swasta untuk melakukan investasi disektor air limbah Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah rumah tangga
PERKALIAN TINGKAT BOBOT DAN PENGARUH TINGKAT PENGARUH
59.70%
4
2.388
4.80%
3
0.144
2.20%
4
0.088
10.70%
4
0.428
100%
Total Selisih Peluang dan Ancaman
3.952 0.048
Sumber : Hasil FGD dan olah data Pokja Sanitasi, Kudus 2015 D. Kuadran posisi pengelolan air limbah Dalam membuat tabel kuadran ini adalah dengan menempatkan hasil selisih kekuatan dan kelemahan sebagai vektor X dan hasil selisih peluang dan ancaman sebagai vektor Y. Adapun hasil olah data adalah sebagai berikut. Gambar 4.6 Kuadran posisi pengelolaan air limbah di Kabupaten Kudus Peluang 1
Kelemahan
(0,603 : 0,048)
1
Kekuatan 1
1
Ancaman
Sumber : Hasil FGD dan olah data Pokja Sanitasi, Kudus 2015
Dari hasil olah data diatas, terlihat bahwa posisi pengelolaan air limbah saat ini berada di kuadran 1 yang berarti diharapkan untuk kedepan semua program dan kegiatan harus mendukung strategi pertumbuhan dari pembangunan yang telah dikerjakan saat ini. E. Matrik strategi SWOT Berdasarkan hasil analisis SWOT, posisi pengelolaan air limbah domestik masuk di kuadran I, sehingga strategi yang direkomendasikan adalah strategi kekuatan (strength) dan Peluang (opportunity) atau dikenal dengan strategi SO, yaitu gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Tabel 4.7 Matrik strategi pengelolaan air limbah domestik No 1 2 3
Strategi Kerjasama pengelolaan IPAL komunal dengan lembaga pengelola masyarakat Kerjasama penyedotan tinja dengan fihak swasta Sosialisasi Perda sedot kakus kepada fihak swasta Pelaksanaan program pengelolaan air limbah dengan forum masyarakat pengelola 4 IPAL komunal Melibatkan fihak swasta melalui program CSR dalam pelaksanaan program 5 pengelolaan air limbah Memanfaatkan program 100 – 0 – 100 dalam mencapai target pengelolaan air 6 limbah dalam program STBM 7 Mengakses dana DAK untuk pencapaian target pengelolaan air limbah Sumber : FGD POKJA SANITASI Kudus, 2015 2.2
PENGELOLAAN PERSAMPAHAN Permasalahan persampahan di Kabupaten Kudus terutama berkaitan dengan cakupan wilayah pelayanan, dimana sampai saat ini jumlah sampah yang terangkut baru 39 % dari jumlah timbulan sampah. Hal ini terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana persampahan yang perlu untuk terus ditingkatkan. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dilakukan identifikasi isu – isu terkait pengelolaan persampahan di Kabupaten Kudus. A. Identifikasi isu – isu strategis POKJA SANITASI telah membuat daftar isu – isu strategis yang berpengaruh terhadap pengelolaan persampahan. Adapun isu – isu pengelolaan persampahan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8 Isu – Isu strategis pengelolaan persampahan NO
ELEMEN
INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS) KEKUATAN (STRENGTH) Sudah memiliki TPA 1 Sudah ada Perda retribusi pelayanan sampah 2 Sudah ada TPST 3R 3 Tersedia sarpras pengelolaan sampah 4 Sudah ada SDM pengelola sampah 5 Tersedia APBD untuk pengelolaan sampah 6 Memiliki instalasi pupuk granule 7 KELEMAHAN (WEAKNESS) Kontainer sampah perlu ditambah 1 Kapasitas TPA sudah mulai penuh 2 Masih kurangnya SDM petugas lapangan penyapuan jalan 3 Dinas masih berfungsi sebagai operator dan regulator 4 Belum adanya kebijakan yang jelas terkait hubungan kerjasama dengan pihak 5 swasta ataupun investor dalam pengelolaan persampahan Masih kecilnya dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Daerah untuk sektor 6 persampahan Potensi masyarakat dalam mengelola sampah belum dikembangkan secara 7 sistematis EKSTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS) PELUANG (OPPORTUNITY) 1 Bank sampah oleh masyarakat 2 Pengelolaan TPST 3R oleh masyarakat 3 Adanya dana DAK dalam pengelolaan sampah 4 Pengelolaan sampah secara swadaya oleh masyarakat 5 Lomba kota Adipura 6 Adanya usaha sampah (rosok) ANCAMAN (THREATH) Kesadaran untuk pemilahan sampah rumah tangga masih rendah 1 2 Masih banyak sampah yang dibakar sehingga menyebabkan polusi 3 Masih banyak warga yang membuang sampah di sungai Pengelolaan 3R belum optimal 4 Masih rendahnya investasi dunia usaha ataupun pihak swasta 5 Sumber : FGD POKJA SANITASI 2015 B. Pembobotan Pembobotan dilakukan dengan cara melakukan FGD untuk melakukan pembobotan dengan menggunakan software Expert Choice, Adapun hasil pembobotan adalah sebagai berikut :
1.
Pembobotan kekuatan Gambar 4.7 Pembobotan kekuatan persampahan
Sumber : Olah data hasil FGD POKJA Sanitasi, 2015 Dari hasil pengolahan data diatas, diperoleh nilai pembobotan kekuatan persampahan sebagai berikut :
No 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 4.9 Hasil pembobotan issue strategis kekuatan persampahan Penilaian pembobotan Isue Kekuatan terhadap issue strategis Sudah memiliki TPA 10,8 % Sudah ada Perda retribusi pelayanan sampah 5,9 % Sudah ada TPST 3R 7,6 % Tersedia sarpras pengelolaan sampah 23,8 % Sudah ada SDM pengelola sampah 9,7 % Tersedia APBD untuk pengelolaan sampah 41,0 % Memiliki instalasi pupuk granule 1,0 %
Sumber : Hasil olah data Pokja Sanitasi, 2015
2. Pembobotan kelemahan Gambar 4.8 Pembobotan kelemahan persampahan
Sumber : Olah data hasil FGD POKJA Sanitasi, 2015 Dari hasil pengolahan data diatas, diperoleh nilai pembobotan kelemahan persampahan sebagai berikut : Tabel 4.9 Hasil pembobotan issue strategis kelamahan persampahan No 1 2 3 4 5 6 7
Isue Kelemahan Kontainer sampah perlu ditambah Kapasitas TPA sudah mulai penuh Masih kurangnya SDM petugas lapangan penyapuan jalan Dinas masih berfungsi sebagai operator dan regulator Belum adanya kebijakan yang jelas terkait hubungan kerjasama dengan pihak swasta ataupun investor dalam pengelolaan persampahan Masih kecilnya dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Daerah untuk sektor persampahan Potensi masyarakat dalam mengelola sampah belum dikembangkan secara sistematis
Sumber : Hasil olah data Pokja Sanitasi, 2015
Penilaian pembobotan terhadap issue strategis 1,9 % 1,2 % 29,3 % 5,3 % 3,5 % 28,1 % 30,7 %
3. Pembobotan peluang Gambar 4.9 Pembobotan peluang persampahan
Sumber : Olah data hasil FGD POKJA Sanitasi, 2015 Berdasarkan kesepakatan dalam FGD Pokja Sanitasi dan dilakukan pengolahan data, diperoleh nilai pembobotan sebagai berikut : Tabel 4.10 Hasil pembobotan issue strategis peluang persampahan No
Isue Peluang
1 Bank sampah oleh masyarakat 2 Pengelolaan TPST 3R oleh masyarakat 3 Adanya dana DAK dalam pengelolaan sampah 4 Pengelolaan sampah secara swadaya oleh masyarakat 5 Lomba kota Adipura 6 Adanya usaha sampah (rosok) Sumber : Hasil olah data Pokja Sanitasi, 2015
Penilaian pembobotan terhadap issue strategis 12,9 % 3,2 % 6,9 % 24,2 % 51,1 % 1,7 %
4. Pembobotan ancaman Gambar 4.10 Pembobotan ancaman persampahan
Sumber : Olah data hasil FGD POKJA Sanitasi, 2015 Dari hasil pengolahan data diatas, diperoleh nilai pembobotan ancaman persampahan sebagai berikut : Tabel 4.11 Hasil pembobotan issue strategis ancaman persampahan No
Isue Ancaman
Kesadaran untuk pemilahan sampah rumah tangga masih rendah 1 2 Masih banyak sampah yang dibakar sehingga menyebabkan polusi 3 Masih banyak warga yang membuang sampah di sungai Pengelolaan 3R belum optimal 4 Masih rendahnya investasi dunia usaha ataupun pihak swasta 5 Sumber : Hasil olah data Pokja Sanitasi, 2015
Penilaian pembobotan terhadap issue strategis 26,0 % 15,6 % 10,6 % 30,3 % 17,5 %
C. Pembuatan matrik IFAS dan EFAS Tabel 4.12 Matriks IFAS dan EFAS
NO
ELEMEN
INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS) KEKUATAN (STRENGTH) 1 Sudah memiliki TPA
PERKALIAN BOBOT TINGKAT BOBOT DAN PENGARUH TINGKAT PENGARUH
10.80%
4
0.432
3 2
0.177 0.152
2 3
Sudah ada Perda retribusi pelayanan sampah Sudah ada TPST 3R
5.90% 7.60%
4
Tersedia sarpras pengelolaan sampah
23.80%
4
0.952
5
Sudah ada SDM pengelola sampah
9.70%
3
0.291
6
Tersedia APBD untuk pengelolaan sampah
41.00%
4
1.64
7
Memiliki instalasi pupuk granule
1.00% 100%
2
0.02 3.664
1.90% 1.20%
4 4
0.076 0.048
29.30%
4
1.172
5.30%
4
0.212
3.50%
4
0.14
28.10%
4
1.124
30.70% 100%
4
1.228 4.000 -0.336
12.90% 3.20% 6.90%
4 3 4
0.516 0.096 0.276
24.20% 51.10%
4 4
0.968 2.044
Total KELEMAHAN (WEAKNESS) 1 Kontainer sampah perlu ditambah 2 Kapasitas TPA sudah mulai penuh Masih kurangnya SDM petugas lapangan 3 penyapuan jalan Dinas masih berfungsi sebagai operator dan 4 regulator Belum adanya kebijakan yang jelas terkait hubungan kerjasama dengan pihak swasta 5 ataupun investor dalam pengelolaan persampahan Masih kecilnya dana yang dialokasikan oleh 6 Pemerintah Daerah untuk sektor persampahan Potensi masyarakat dalam mengelola sampah 7 belum dikembangkan secara sistematis Total Selisih Kekuatan dan Kelemahan EKSTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS) PELUANG (OPPORTUNITY) 1 Bank sampah oleh masyarakat 2 Pengelolaan TPST 3R oleh masyarakat 3 Adanya dana DAK dalam pengelolaan sampah Pengelolaan sampah secara swadaya oleh 4 masyarakat 5 Lomba kota Adipura
NO
ELEMEN
Adanya usaha sampah (rosok) Total ANCAMAN (THREATH) Kesadaran untuk pemilahan sampah rumah tangga 1 masih rendah Masih banyak sampah yang dibakar sehingga 2 menyebabkan polusi Masih banyak warga yang membuang sampah di 3 sungai 4 Pengelolaan 3R belum optimal Masih rendahnya investasi dunia usaha ataupun 5 pihak swasta Total Selisih Peluang dan Ancaman 6
PERKALIAN BOBOT TINGKAT BOBOT DAN PENGARUH TINGKAT PENGARUH 1.70% 3 0.051 100% 3.951
26.00%
4
1.04
15.60%
4
0.624
10.60%
4
0.424
30.30%
4
1.212
17.50% 100%
1
0.175 3.475 0.476
Sumber : Hasil FGD dan olah data Pokja Sanitasi, Kudus 2015 D. Membuat kuadran posisi pengelolan sub sektor Persampahan Gambar 4.11 Kuadran posisi pengelolaan persampahan di Kabupaten Kudus Peluang 0,5 (- 0,336 ; 0,476)
Kelemahan
Kekuatan
0,5
0,5
0,5 Ancaman
Sumber : Hasil FGD dan olah data Pokja Sanitasi, Kudus 2015
Dari hasil perhitungan matriks IFAS dan EFAS, diperoleh hasil untuk Selisih Kekuatan dan Kelemahan sebesar – 0,336 dan Selisih Peluang dan Ancaman sebesar 0,476. Hal ini apabila digambarkan dalam kuadran SWOT akan masuk dalam kuadran 3 dengan rekomendasi mendukung strategi stabilization (stabil). E. Matrik strategi SWOT Berdasarkan hasil analisis SWOT, posisi pengelolaan persampahan masuk di kuadran 3, sehingga strategi yang direkomendasikan adalah strategi weakness and opportunity (WO) dengan rekomendasi benahi kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Tabel 4.13 Matrik strategi pengelolaan persampahan No 1 2 3 4
Strategi Penambahan kontainer sampah dengan memanfaatkan dana DAK Mengurangi jumlah timbulan sampah di TPA dengan pendampingan pengelolaan bank sampah dan pengelolaan TPST 3R oleh masyarakat Mendorong pengelolaan sampah secara swadaya oleh masyarakat Mendorong penyusunan regulasi kerjasama fihak ketiga dalam pengelolaan sampah
5
Memanfaatkan dana DAK untuk pembiayaan pembangunan persampahan
6
Melibatkan masyarakat dalam pengelolaan persampahan
Sumber : FGD Pokja Sanitasi Kudus, 2015 2.3
PENGELOLAAN DRAINASE Kondisi geografis Kabupaten Kudus sangat rentan terhadap terjadinya genangan, terutama pada musim hujan. Dengan adanya Sungai Wulan dan Sungai Juana menyebabkan resiko terjadinya genangan, terutama akibat limpasan air sungai pada musim hujan. Hal ini ditambah dengan aliran air dari lereng Gunung Muria kea rah selatan menambah resiko terjadinya genangan semakin besar. Dengan melihat hal tersebut, POKJA Sanitasi telah membuat isu – isu strategis yang berkaitan dengan permasalahan pengelolaan drainase di Kabupaten Kudus. A. Identifikasi isu – isu strategis POKJA SANITASI telah membuat daftar isu – isu strategis yang berpengaruh terhadap pengelolaan drainase. Adapun isu – isu pengelolaan drainase adalah sebagai berikut :
Tabel 4.14 Isu – Isu strategis pengelolaan drainase NO
ELEMEN
INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS) KEKUATAN (STRENGTH) Sudah ada jaringan primer dan sekunder 1 Sudah ada anggaran untuk drainase 2 Sudah memiliki masterplan drainase 3 Sudah ada SDM bidang drainase 4 Adanya dokumen RPIJM sektor drainase 5 KELEMAHAN (WEAKNESS) Area cakupan wilayah yang luas terbentur SDM yang terbatas 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Anggaran masih rendah Belum ada alat bantu untuk optimalisasi Tidak ada area / lahan luas untuk menampung air Rehabilitasi saluran mengacu pada ruas jalan sedangkan kebutuhannya adalah dari hulu sampai hilir Belum ada penataan drainase kawasan lingkungan / individu Kurangnya sosialisasi dan kampanye tentang pengelolaan drainase Pada umumnya sistem drainase masih menjadi satu antara pembuangan air hujan dan saluran limbah rumah tangga (grey water) Saluran air belum ideal sehingga terjadi sedimentasi
Belum ada analisa elevasi pada ruas jalan 10 Tidak ada area bebas untuk membuat main drain 11 Kurangnya sarana dan prasarana 12 EKSTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS) PELUANG (OPPORTUNITY) Adanya swadaya masyarakat membangun drainase 1 Adanya program 100 - 0 - 100 2 Adanya dana CSR perusahaan 3 Partisipasi masyarakat dalam perawatan drainase 4 Adanya DAK untuk drainase 5 ANCAMAN (THREATH) Masih banyak sampah yang dibuang diselokan 1 Banjir dan genangan yang terjadi setiap tahun 2 Kepedulian masyarakat dalam memelihara saluran drainase 3 kurang Bangunan diatas drainase 4 Daya dukung drainase dengan air yg masuk tidak memadai 5 pemukiman tidak memiliki saluran drainase 6 Area resapan semakin berkurang 7 Sumber : FGD POKJA SANITASI 2015
F. Pembobotan Pembobotan dilakukan dengan cara melakukan FGD untuk melakukan pembobotan dengan menggunakan program expert choice, Adapun hasil pembobotan adalah sebagai berikut :
1. Pembobotan kekuatan Gambar 4.12 Pembobotan kekuatan drainase
Sumber : Olah data hasil FGD POKJA Sanitasi, 2015 Dari hasil FGD pembobotan kekuatan drainase, diperoleh nilai pembobotan sebagai berikut : Tabel 4.15 Hasil pembobotan issue strategis kekuatan drainase No
Isue Kekuatan
Sudah ada jaringan primer dan sekunder 1 Sudah ada anggaran untuk drainase 2 Sudah memiliki masterplan drainase 3 Sudah ada SDM bidang drainase 4 Adanya dokumen RPIJM sektor drainase 5 Sumber : Hasil olah data Pokja Sanitasi, 2015
Penilaian pembobotan terhadap issue strategis 8,8 % 40,6 % 29,7 % 3,7 % 17,2 %
2. Pembobotan kelemahan Gambar 4.13 Pembobotan kelemahan drainase
Sumber : Olah data hasil FGD POKJA Sanitasi, 2015 Berdasarkan pengolahan data, diperoleh nilai pembobotan kelemahan drainase sebagai berikut : Tabel 4.16 Hasil pembobotan issue strategis kelemahan drainase No 1 2 3 4
Isue Kelemahan Area cakupan wilayah yang luas terbentur SDM yang terbatas Anggaran masih rendah Belum ada alat bantu untuk optimalisasi Tidak ada area / lahan luas untuk menampung air
Penilaian pembobotan terhadap issue strategis 5,5 % 6,0 % 5,8 % 8,3 %
No 5 6 7 8 9
Isue Kelemahan Rehabilitasi saluran mengacu pada ruas jalan sedangkan kebutuhannya adalah dari hulu sampai hilir Belum ada penataan drainase kawasan lingkungan / individu Kurangnya sosialisasi dan kampanye tentang pengelolaan drainase Pada umumnya sistem drainase masih menjadi satu antara pembuangan air hujan dan saluran limbah rumah tangga (grey water) Saluran air belum ideal sehingga terjadi sedimentasi
Belum ada analisa elevasi pada ruas jalan 10 Tidak ada area bebas untuk membuat main drain 11 Kurangnya sarana dan prasarana 12 Sumber : Hasil olah data Pokja Sanitasi, 2015
Penilaian pembobotan terhadap issue strategis 11,2 % 4,8 % 5,3 % 21,5 % 12,8 % 3,3 % 12,7 % 2,8 %
3. Pembobotan peluang Gambar 4.14 Pembobotan peluang drainase
Sumber : Olah data hasil FGD POKJA Sanitasi, 2015 Berdasarkan pengolahan data, diperoleh nilai pembobotan peluang drainase sebagai berikut : Tabel 4.17 Hasil pembobotan issue strategis peluang drainase No
Isue Peluang
Adanya swadaya masyarakat membangun drainase 1 Adanya program 100 - 0 - 100 2 Adanya dana CSR perusahaan 3 Partisipasi masyarakat dalam perawatan drainase 4 Adanya DAK untuk drainase 5 Sumber : Hasil olah data Pokja Sanitasi, 2015
Penilaian pembobotan terhadap issue strategis 5,7 % 26,4 % 11,1 % 8,0 % 48,7 %
4. Pembobotan ancaman Gambar 4.15 Pembobotan ancaman drainase
Sumber : Olah data hasil FGD POKJA Sanitasi, 2015 Berdasarkan pengolahan data, diperoleh nilai pembobotan peluang drainase sebagai berikut : Tabel 4.18 Hasil pembobotan issue strategis ancaman drainase No 1 2 3 4 5
Isue Ancaman Masih banyak sampah yang dibuang diselokan Banjir dan genangan yang terjadi setiap tahun Kepedulian masyarakat dalam memelihara saluran drainase kurang Bangunan diatas drainase Daya dukung drainase dengan air yg masuk tidak memadai
pemukiman tidak memiliki saluran drainase 6 Area resapan semakin berkurang 7 Sumber : Hasil olah data Pokja Sanitasi, 2015
Penilaian pembobotan terhadap issue strategis 23,4 % 4,8 % 16,5 % 11,9 % 15,7 % 9,4 % 18,4 %
G. Pembuatan matrik IFAS dan EFAS Tabel 4.19 Matriks IFAS dan EFAS
NO
ELEMEN
BOBOT
TINGKAT PENGARUH
PERKALIAN BOBOT DAN TINGKAT PENGARUH
8.80%
2
0.176
40.60% 29.70% 3.70% 17.20% 100%
3 3 1 2
1.218 0.891 0.037 0.344 2.666
5.50%
2
0.11
6.00%
3
0.18
5.80%
2
0.116
8.30%
3
0.249
11.20%
3
0.336
4.80%
2
0.096
5.30%
1
0.053
INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS) KEKUATAN (STRENGTH) 1 2 3 4 5
Sudah ada jaringan primer dan sekunder Sudah ada anggaran untuk drainase Sudah memiliki masterplan drainase Sudah ada SDM bidang drainase Adanya dokumen RPIJM sektor drainase Total KELEMAHAN (WEAKNESS)
1 2 3 4 5 6 7
Area cakupan wilayah yang luas terbentur SDM yang terbatas Anggaran masih rendah Belum ada alat bantu untuk optimalisasi Tidak ada area / lahan luas untuk menampung air Rehabilitasi saluran mengacu pada ruas jalan sedangkan kebutuhannya adalah dari hulu sampai hilir Belum ada penataan drainase kawasan lingkungan / individu Kurangnya sosialisasi dan kampanye tentang pengelolaan drainase
8
Pada umumnya sistem drainase masih menjadi satu antara pembuangan air hujan dan saluran limbah rumah tangga (grey water)
21.50%
3
0.645
9
Saluran air belum ideal sehingga terjadi sedimentasi
12.80%
3
0.384
10
Belum ada analisa elevasi pada ruas jalan
3.30%
2
0.066
11
Tidak ada area bebas untuk membuat main drain
12.70%
3
0.381
12
Kurangnya sarana dan prasarana
2.80%
1
0.028
Total
100%
2.644
Selisih Kekuatan dan Kelemahan
0.022
EKSTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS) PELUANG (OPPORTUNITY) 5.70%
3
2 3
Adanya swadaya masyarakat membangun drainase Adanya program 100 - 0 - 100 Adanya dana CSR perusahaan
26.40% 11.10%
4 2
0.171 1.056 0.222
4
Partisipasi masyarakat dalam perawatan drainase
8.00%
3
0.24
5
Adanya DAK untuk drainase
48.70%
4
1.948
1
Total
3.637
100%
ANCAMAN (THREATH) 1 2
Masih banyak sampah yang dibuang diselokan Banjir dan genangan yang terjadi setiap tahun
23.40% 4.80%
3 2
0.702 0.096
3 4 5 6 7
Kepedulian masyarakat dalam memelihara saluran drainase kurang Bangunan diatas drainase Daya dukung drainase dengan air yg masuk tidak memadai pemukiman tidak memiliki saluran drainase Area resapan semakin berkurang Total
16.50%
3
0.495
11.90%
2
0.238
15.70%
3
0.471
9.40% 18.40%
3 4
0.282 0.736 3.02
100%
Selisih Peluang dan Ancaman
0.617
Sumber : Hasil FGD dan olah data Pokja Sanitasi, Kudus 2015 H. Membuat kuadran posisi pengelolan sub sektor drainase Gambar 4.15 Kuadran posisi pengelolaan drainase di Kabupaten Kudus Peluang (0,022 ; 0,607) 0,5
Kelemahan
Kekuatan 0,5
0,5
0,5
Ancaman
Sumber : Hasil FGD dan olah data Pokja Sanitasi, Kudus 2015 Dari hasil perhitungan matriks IFAS dan EFAS, diperoleh hasil untuk Selisih Kekuatan dan Kelemahan sebesar 0,022 dan Selisih Peluang dan Ancaman sebesar 0,607. Hal ini apabila digambarkan dalam kuadran SWOT akan masuk dalam kuadran 1 dengan rekomendasi mendukung strategi pertumbuhan. I.
Matrik strategi SWOT Berdasarkan hasil analisis SWOT, posisi pengelolaan drainase masuk di kuadran I, sehingga strategi yang direkomendasikan adalah strategi kekuatan (strength) dan Peluang (Oportunity) atau dikenal dengan strategi SO, yaitu gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
Tabel 4.20 Matrik strategi pengelolaan drainase No
Strategi Memperluas wilayah cakupan sistem drainase sesuai yang tertuang dalam 1 RPIJM dengan anggaran dari APBD, APB Prop. dan APBN. 2 Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM bidang drainase 3 Pemeliharaan jaringan drainase yang telah ada. Pendampingan kepada program 100 – 0 – 100 mengenai rencana 4 pengembangan sistem drainase yang tertuang dalam masterplan drainase Kerjasama pengembangan sistem drainase dengan fihak swasta melalui dana 5 CSR Kerjasama pengembangan sistem drainase dengan masyarakat melalui dana 6 swadaya Sumber : Hasil FGD Pokja Sanitasi Kudus, 2015