LAMPIRAN
Gambar 1. Pakaian Karate-Do (Uwagi dan Zubon)
Gambar 2. Dojo sebagai tempat latihan
54 Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Rei-Shiki (upacara penghormatan)
Gambar 4. Posisi duduk Sei-Za
55 Universitas Sumatera Utara
Gambar 5. Kihon pada Dachi Waza (posisi kuda-kuda)
Gambar 6. Kihon pada Te Waza dan Ashi Waja
56 Universitas Sumatera Utara
Gambar 7. Kihon pada Nage Waza (teknik bantingan)
Gambar 8. Posisi siap (Yoi) “sebelum memainkan Kata”
57 Universitas Sumatera Utara
Gambar 9. Penghormatan dalam posisi berdiri (Rei) “sesudah memainkan Kata”
Gambar 10. Arena pertandingan karate.
58 Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK UNSUR-UNSUR YANG DIPERLUKAN DALAM KARATE-DO
Karate-Do merupakan salah satu cabang olahraga yang terkenal di seluruh dunia yang berasal dari Jepang. Dengan mempelajari Karate-Do kita dapat melindungi diri sendiri dan orang lain. Karate-Do juga dapat membentuk pribadi diri menjadi lebih baik, berdisiplin, menghormati orang yang lebih tua, dan dapat menyehatkan badan. Karate-Do ialah salah satu olahraga yang menarik untuk dipelajari dan untuk mengetahui etika-etika Budo yang terdapat di Jepang. Dalam kertas karya ini penulis akan mencoba untuk memaparkan tentang unsur-unsur Karate-Do. Untuk itu penulis memberi judul pada Kertas Karya ini “Unsur-Unsur Yang Diperlukan Dalam Karate-Do”. Karate-Do
terdiri
dari
tiga
kata,
yaitu
Kara
yang
berarti
kosong/hampa/tidak berisi, Te yang berarti tangan (secara keseluruhan), Do yang berarti jalan menuju suatu tujuan/pedoman. Kita mengatakan bahwa istilah Karate lebih cocok dipakai untuk mengacu pada penegasan unsur olahraganya saja. Sedangkan istilah Karate-Do lebih cocok dipakai sebagai sebuah penegasan terhadap keseluruhan ruang lingkup yang berkaitan dengan seni beladiri. Karate-Do memiliki unsur-unsur khusus sebagai pembentuk identitas khasnya, di mana unsur tersebut tidak boleh tidak tersedia.
59 Universitas Sumatera Utara
Unsur penggerak dalam Karate-Do, yaitu para murid dan guru yang belajar bersama dalam suatu Dojo. Terdapat berbagai macam tingkatan dalam Karate-Do, yaitu tingkat Kyu : disebut Kohai yang memakai ikat pinggang yang bewarna putih. Dan tingkat Dan disebut Yudansha yang memakai ikat pinggang bewarna hitam. unsur sarana penunjang adalah yang meliputi pakaian, tempat, dan alat. Pakaian Karate-Do disebut dengan Uwagi yang terdiri dari semacam jaket berlapis dua. Celana Karate-Do disebut dengan zubon yang panjang dan longgar, serta ikat pinggang berwarna sesuai tingkatan. Tempat disebut dengan Dojo, yang berarti “tempat untuk mempelajari”. Lalu ada alat sebagai pelengkap latihan seperti makiwara (samsak). Selanjutnya ialah unsur program permanen yang maksudnya adalah rangkaian proses kegiatan yang harus ada dan berlangsung secara berurutan dalam latihan Karate-Do dalam Dojo. Unsur-unsur tersebut ialah Rei-Shiki, Taiso, Kihon, Kata, Kumite, Mondo, Taiso penutup, dan Rei-Shiki penutup. Rei-Shiki ialah upacara atau penghormatan pembuka. Duduk dengan posisi Sei-Za (posisi duduk tukang jahit). Rei-Shiki pembuka dan Rei-Shiki penutup sama bentuknya. Taiso ialah persiapan seluruh anggota tubuh seoptimal mungkin sebelum maupun sesudah pelaksaan rangkaian kegiatan teknik-teknik yang menjadi substansi dasar dari seni beladiri tersebut.
60 Universitas Sumatera Utara
Kihon ialah bentuk-bentuk baku yang menjadi acuan dasar dari semua teknik/gerakan yang mungkin dilakukan berbagai macam teknik. Kihon dilakukan dalam posisi seluruh tubuh dalam kondisi Shijentai yang berarti tanpa ketegangan sedikitpun. Kata ialah latihan khusus yang menjadi intisari dari sebuah jenis seni beladiri yang ditampilkan dalam rangkaian beberapa buah teknik yang disusun sedemikian rupa dalam sebuah standardisasi. Kumite ialah tangan-tangan yang beradu. Dalam pemahaman Karate-Do, Kumite didefinisikan sebagai bentuk latihan dimana dua orang yang saling berhadapan dalam sebuah arena dan saling berusaha keras dan sportif untuk saling menunjukkan teknik terbaik mereka kepada lawannya dengan tetap tunduk kepada aturan yang sangat ketat. Mondo ialah pertemuan resmi antara guru dengan para siswanya dalam sebuah Dojo. Pada saat mondo dilakukan mereka mendiskusikan pokok bahasan latihan yang telah diberikan. Lalu guru akan mengakhirinya dengan frasa/koan singkat yang memiliki arti fisiolofis. Saat latihan selesai para siswa melakukan Taiso penutup dan Rei-Shiki penutup. Lalu, para murid meninggalkan Dojo tanpa meninggalkan barangnya didalam Dojo.
61 Universitas Sumatera Utara