Lampiran 7: Dokumentasi Gambar ……………………………………………….. 73
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Desa Sari Makmur merupakan desa transmigrasi perkebunan kelapa sawit
yang terletak di Kecamatan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Daerah Riau sendiri dikenal sebagai wilayah dengan perkebunan kelapa sawit yang sangat luas. Menurut data Dinas Perkebunan (disbun) Provinsi Riau, luas perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau mencapai 2.103.176 hektare pada tahun 2010. Kabupaten Pelalawan sendiri memiliki luas perkebunan kelapa sawit 64.253 hektare sedangkan Luas wilayah Kabupaten Pelalawan secara keseluruhan adalah 13.256,7 km 2 (132.567 hektare), yang artinya luas wilayah yang dimanfaatkan sebagai lahan
perkebunan sawit di Kabupaten Pelalawan adalah 48,468% dari keseluruhan luas wilayah. Penduduk desa Sari Makmur sebagian kecil adalah penduduk lokal dan sebagian besarnya berasal dari Pulau Jawa yang datang ke Riau melalui proses transmigrasi yang programnya diprakarsai oleh pemerintahan semasa orde baru. Penduduk transmigrasi datang ke Desa Sari Makmur secara bergelombang mulai sejak tahun 1990. Tujuan dari transmigrasi penduduk dari pulau jawa ke Sumatera dikarenakan padatnya penduduk pulau Jawa dan sempitnya lahan pertanian di pulau tersebut, maka demi meningkatkan kesejahteraan rakyat dan pemerataan penduduk diadakanlah program Perkebunan Inti Rakyat Transmigrasi (PIR Trans) sebagai alternatif untuk mencapai tujuan tersebut. Dimana perkebunan yang dimaksudkan adalah pengelolaan hutan untuk dijadikan lahan perkebunan sawit. Oleh karena itu sebagian besar masyarakat di Desa Sari Makmur mata pencahariannya adalah sebagai petani kelapa sawit dan buruh perkebunan kelapa sawit plasma maupun buruh petani perkebunan kelapa sawit mandiri. Dari data desa dapat diketahui jumlah penduduk desa Sari Makmur pada tahun 2011 adalah 1.857 Jiwa dengan rincian 968 penduduk laki-laki dan 889 penduduk wanita, dengan jumlah kepala keluarga sebesar 435 Kk. Mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah petani kelapa sawit baik plasma maupun petani kelapa sawit mandiri, dan seluruh penduduk bermukim ditengah-tengah lahan perkebunan itu sendiri. Lokasi pemukiman yang berada didalam area perkebunan membuat warga harus memanfaatkan air dari lokasi perkebunan itu sebagai sumber air minum dan air bersih guna memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Dari 435
kepala keluarga di Desa Sari Makmur hanya satu keluarga yang memiliki sumur bor sebagai sumber air bersih dan air minumnya, sementara penduduk yang lain memanfaatkan air sumur gali untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Riau tahun 2007, persentase Rumah tangga yang memanfaatkan sumur gali sebagai sumber air minum di Kabupaten Pelalawan adalah 54,5%. 41,2% diantaranya menggunakan sumur terlindung dan 13,3% lainnya menggunakan air sumur tak terlindung sebagai sumber air minumnya. Dengan perbandingan antara masyarakat yang memiliki akses terhadap air bersih dengan masyarakat yang aksesnya kurang terhadap air bersih adalah 48% berbanding 52%. Dari hasil observasi awal pada bulan November 2011, diketahui bahwa penanaman kelapa sawit plasma sejak tahun 1989 dan penanaman kelapa sawit secara mandiri sejak tahun 1997-1998 telah menyumbangkan kontribusi pupuk ke dalam tanah selama bertahun-tahun yang akhirnya memengaruhi kualitas air sumur gali penduduk setempat. Sejak penanamannya kelapa sawit sudah memerlukan sejumlah besar pupuk untuk mendukung pertumbuhan dan produksi buahnya. Jenis pupuk yang dipakai oleh masyarakat untuk memupuk tanaman perkebunan mereka adalah pupuk TSP (triple super phospate), Urea, KCL (kalium chlorida), dan NPK (nitrogen, phospor dan kalium). Pemberian pupuk biasanya diberikan masing-masing jenis untuk setiap periode pemupukan maupun kombinasi beberapa jenis pupuk dalam sekali periode pemupukan kelapa sawit.
Pemupukan kelapa sawit biasanya dilakukan oleh masyarakat dengan frekuensi dua sampai tiga kali dalam setahun, tergantung dari kebutuhan dan kemampuan petani. Dalam satu kali periode pemupukan petani bisa menghabiskan sekitar 400 kg pupuk/hektare, yang artinya dalam satu tahun pupuk yang dilimpahkan kelahan pertanian bisa mencapai 800 kg sampai 1.200 kg perhektare. Pemberian pupuk dilakukan pada musim hujan dengan tujuan agar pupuk dapat dibawa air kedalam tanah dan diserap dengan baik oleh akar kelapa sawit. Pemberian pupuk pada musim kemarau adalah suatu kesia-siaan karena pupuk akan menguap dan tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Menurut Jacks dan Sharma dalam WHO (2007) tanah pertanian yang mendapat limpahan pupuk yang tinggi akan mengakibatkan tingginya konsentrasi nitrat pada air permukaan. Sebagai contoh, konsentrasi nitrat dapat mencapai 1500 mg / L ditemukan dalam air tanah diwilayah pertanian India. Nitrat dan nitrit dalam jumlah besar didalam badan air dapat menyebabkan gangguan GI (Gastrointestina), diare campur darah , disusul oleh konvulsi, koma dan bila tidak tertolong akan menyebabkan kematian. Keracunan kronis akan mengakibatkan depresi, sakit kepala dan gangguan mental. Terutama nitrit akan bereaksi dengan hemoglobin membentuk methemoglobin (metHb). Dalam jumlah melebihi normal metHb akan menimbulkan Methemoglobinaemia. Pada bayi Methemoglobinaemia sering ditemui karena enzim pembentukan enzim pengurai metHb menjadi Hb masih belum sempurna. Sebagai akibat Methemoglobinaemia,
bayi akan kekurangan oksigen, mukanya akan tampak membiru dan karenanya penyakit ini dikenal sebagai penyakit ‘blue babies’ (Soemirat, 2002). Pada tahun 2011 di Desa Sari Makmur terjadi satu kematian bayi dengan ciriciri methemoglobinaemia, kematian bayi yang masih berusia tiga bulan itu ditandai dengan tubuh yang membiru terutama pada bagian wajahnya. Namun dikarenakan kebudayaan masyarakat setempat yang masih kurang mempercayakan pengobatan pada pihak medis menyebabkan kematian bayi itu tidak dapat didiagnosa dengan tepat. Sehingga tidak dapat dipastikan bahwa bayi itu meninggal karena diakibatkan oleh Methemoglobinemia yang disebabkan oleh tingginya konsentrasi nitrat dalam darah bayi yang bersumber dari air minum atau disebabkan oleh sebab lain. Oleh karena konsentrasi nitrat yang tinggi didalam air minum dapat menimbulkan dampak kesehatan bagi masyarakat, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ‘Analisa Kandungan Nitrat Pada Sumur Gali Penduduk Desa Sari Makmur Kecamatan pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan provinsi Riau tahun 2012’. 1.2.
Rumusan Masalah Penggunaan pupuk dalam jumlah berlebihan pada perkebunan sawit yang
mengelilingi pemukiman penduduk, memungkinkan adanya pencemaran nitrat pada air sumur gali penduduk Desa Sari Makmur Kecamatan pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan provinsi Riau. Sementara itu, masyarakat setempat pada umumnya menggunakan air sumur gali sebagai sumber air minumnya. 1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui kadar nitrat pada air sumur gali penduduk di perkebunan kelapa sawit Desa Sari Makmur Kecamatan pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan provinsi Riau. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui karakteristik sumur gali penduduk Desa Sari Makmur Kecamatan pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan provinsi Riau (dinding sumur, bibir sumur, lantai sumur, jarak sumur dari septik tank, jarak sumur dari kandang ternak, jarak sumur dari tempat sampah, jarak sumur dari tempat penyimpanan pupuk). 2. Untuk mengetahui kadar nitrat air sumur gali penduduk.
1.4
Manfaat Penelitian 1. Sebagai sumber informasi bagi pemerintah/instansi terkait agar melakukan pengelolaan air bersih, jika konsentrasi nitrat tinggi pada air sumur gali. 2. Sebagai sumber informasi kepada masyarakat tentang kandungan nitrat pada sumur gali mereka. 3. Sebagai
sumber
referensi/masukan
bagi
peneliti
berikutnya
tentang
Kandungan Nitrat Pada Sumur Gali Penduduk Desa Sari Makmur Kecamatan pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan provinsi Riau.