L a p o r a n Ta h u n a n
2012
KEPERCAYAAN DAN KOMITMEN BERSAMA
Daftar Isi Sambutan Komisaris Utama
1
Laporan Manajemen
3
Profil Perusahaan
5
Visi, Misi dan Motto
6
Komposisi Pemegang Saham
7
Manajemen
8
Ikhtisar Keuangan
9
Analisa dan Pembahasan Manajemen
10
Struktur Kelompok Usaha
17
Kepemilikan Komisaris, Direksi dan Pemegang Saham dalam Kelompok Usaha Bank
17
Kebijakan dan Strategi Manajemen
18
Manajemen Risiko
20
Permodalan
34
Produk dan Jasa
34
Pelaksanaan Good Corporate Governance
37
Komite-Komite dibawah Direksi
49
Fungsi Kepatuhan
50
Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank
51
Perubahan Penting yang Terjadi dalam Bank dan Kelompok Usaha
51
Kejadian Setelah Tanggal Neraca
51
Dewan Komisaris
51
Direksi
52
Pejabat Eksekutif
53
Tanggung jawab Pelaporan Keuangan
53
Struktur Organisasi PT Bank Multiarta Sentosa
54
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, berkat dan karunia yang diberikan kepada kita semua sehingga tahun 2012 dapat dilalui dengan baik, aman dan lancar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2012 hanya mencapai 6,23% dimana pertumbuhan terjadi pada semua sektor ekonomi. Pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 9,98% dan yang terendah di sektor perbankan dan penggalian 1,49%. Realisasi tersebut turun dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2011 sebesar 6,5% dan pertumbuhan ekonomi berada dibawah target pemerintah sebesar 6,5%. Namun pertumbuhan dinilai cukup baik karena perekonomian mampu tumbuh diatas 6,0% sebagai batas psikologis bawah. Diproyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2013 berkisar 6,3% - 6,8% dan dinilai cukup realistis. Pertumbuhan dana perbankan akan berkisar 17,0% - 19,0%, permintaan kredit tetap akan tumbuh tinggi terutama didorong oleh proyek-proyek infrastruktur skala besar yang diinisiasi oleh pemerintah Saat ini sistem perbankan Indonesia dalam kondisi kondusif seiring perbaikan ekonomi, terbukti perbankan mencatat kinerja keuangan yang semakin membaik. Dimana suku bunga acuan (BI Rate) yang diterapkan Bank Indonesia tetap dipertahankan sejak Februari 2012 di posisi 5,75% dan inflasi dibawah 5,00% konsisten dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014 sebesar 4,5% plus minus 1,00%, sehingga sudah seharusnya perbankan memberikan ruang pertumbuhan lebih cepat. Meskipun pertumbuhan perekonomian Indonesia tahun 2012 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, namun stabilitas politik yang lebih baik modal asing tetap masuk ke pasar uang dan investasi ke sektor ekonomi riil dan nilai rupiah menguat menjadi Rp.9.670,- per USD pada akhir tahun 2012. Kinerja PT Bank Multiarta Sentosa (Bank MAS) pada tahun 2012 dinilai cukup baik dengan pertumbuhan Aset sebesar 8,64 % menjadi Rp.882.710 juta dibanding tahun sebelumnya Rp.812.534 juta dan diikuti pertumbuhan laba bersih sebesar 16,47 % menjadi Rp.14.449 juta dari tahun 2011 Rp.12.406 juta. Kredit yang diberikan tumbuh 25,91% menjadi Rp.632.135 juta dan kredit yang disalurkan untuk Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebesar Rp.401.766 juta atau 63,56% dari jumlah kredit. Ekspansi kredit tetap memperhatikan dan mempertahankan prinsip kehati-hatian dan penyaluran kredit tetap fokus pada sektor usaha yang selama ini ditekuni terutama perdagangan. Dana Pihak Ketiga tumbuh 9,17% menjadi Rp.674.477 juta dengan komposisi Giro dan Tabungan sebesar 28,95% dan Deposito 71,05%. Rasio Kredit yang diberikan terhadap Dana Pihak Ketiga (LDR) sebesar 93,72% dan pencapaian Rasio Kecukupan Modal (CAR) 28,16% diatas ketentuan Bank Indonesia. Pencapaian kinerja keuangan tidak terlepas dari tata kelola perusahaan yang baik serta dipatuhinya seluruh ketentuan dalam pelaksanaan kegiatan operasional Bank serta komitmen, loyalitas, dukungan nasabah dan peran aktif seluruh jajaran pada setiap tingkatan manajemen. Pada kesempatan ini perkenankan saya atas nama Pemegang Saham dan Dewan Komisaris PT Bank Multiarta Sentosa mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bank Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kami. 2. Instansi Pemerintah yang telah membantu menyelesaikan seluruh hal-hal kedinasan dan kemasyarakatan dalam menunjang kelancaran usaha.
3. Semua nasabah dan relasi bisnis yang mempercayakan aktivitas transaksi dan usahanya kepada kami, sehingga kita dapat saling mendukung untuk kemajuan bersama. 4. Bank mitra usaha baik Devisa maupun Non Devisa. 5. Direksi, staf dan segenap karyawan dengan sepenuh hati menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sehingga Bank MAS dapat terus berkembang. Dengan tekad, semangat dan kerja keras bersama, tahun 2013 dan tahun-tahun mendatang akan menghadirkan keberhasilan dan kesuksesan yang lebih baik.
Juwita Ekawati Winoto Komisaris Utama
Laporan Manajemen Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan karunia dan rahmatNya, sehingga PT Bank Multiarta Sentosa (Bank MAS) dapat melalui tahun 2012 dengan baik. Hal ini tidak terlepas dari komitmen, loyalitas, semangat dan kerja keras dari seluruh jajaran Bank MAS. Pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2012 sebesar 6,23% dan laju inflasi 4,35% namun Indonesia tetap mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi pada level 6,00% karena kepercayaan bisnis di Indonesia yang masih tinggi dan kinerja ekspor yang membaik. Selain itu dampak ekonomi global yang mengalami slow down tidak akan terlalu berdampak. Indonesia dalam hal ini diuntungkan oleh tingginya konsumsi masyarakat yang menjadi kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Indonesia akan didukung oleh pertumbuhan investasi yang tetap tinggi dan perbaikan kinerja ekspor. Kinerja ekonomi Indonesia tetap sangat baik, karena terjadinya rebalancing dalam sumber pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekspor yang melemah digantikan dengan pertumbuhan investasi, baik swasta maupun pemerintah. Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia termasuk Indonesia mengalami perlambatan sebagai imbas dari berlanjutnya krisis utang Eropa dan krisis keuangan di Amerika Serikat. Melambatnya pertumbuhan ekonomi global dan Asia akan menggerus Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Pertumbuhan ekonomi dunia masih akan terus mengalami perlambatan meskipun tidak dalam angka penurunan yang signifikan. Meskipun ancaman krisis utang Eropa yang dapat berbuntut pada perlambatan ekonomi global dan dengan dukungan politik yang stabil maka perekonomian tahun 2012 terus tumbuh karena perbankan merupakan lembaga intermediasi bagi nasabah untuk menempatkan dan atau meminjam dana serta investasi barang modal Tahun 2012 Bank MAS mencapai kinerja yang cukup memuaskan dengan laba bersih sebesar Rp.14.449 juta meningkat sebesar 16,47% dari tahun sebelumnya Rp.12.406 juta, diikuti peningkatan perolehan laba sebelum pajak sebesar 15,34% menjadi Rp.19.430 juta, Net Interest Margin (NIM) 5,38%, Return On Asset (ROA) 2,34% dan Return On Equity (ROE) 7,89%. Total Aset Bank MAS akhir tahun 2012 tumbuh menjadi Rp.882.710 juta atau naik 8,64% dibanding tahun sebelumnya Rp.812.534 juta dengan kualitas yang lebih baik. Manajemen tetap menjaga kualitas dengan menurunkan kredit bermasalah, dengan NPL (Gross) menjadi 0,66% dari 3,30% diikuti penurunan NPL (Netto) menjadi 0,35% dari 2,40%. Selain itu posisi permodalan tetap terjaga, tercermin dari rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 28,16% diatas ketentuan Bank Indonesia yang berlaku. Kredit yang diberikan akhir tahun 2012 tumbuh 25,91% menjadi Rp.632.135 juta dari Rp.502.064 juta dengan.kredit yang disalurkan untuk sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Rp.401.766 juta atau 63,56% dari jumlah kredit. Rasio Kredit yang diberikan terhadap Dana Pihak Ketiga (LDR) sebesar 93,72%. Dana Pihak Ketiga tumbuh 9,17% menjadi Rp.674.477 juta dengan komposisi Giro Rp.154.241 juta, Tabungan Rp.40.987 juta dan Deposito Rp.479.249 juta atau masing-masing sebesar 22,87%, 6,08% dan 71,05% dari jumlah penghimpunan dana. Dana giro mencatat pertumbuhan 26,46%, tabungan tumbuh 49,16% dan deposito tumbuh 2,32% dari tahun sebelumnya. Penghimpunan dana tetap lebih diutamakan pada dana murah (giro dan tabungan). Bank MAS akan terus meningkatkan efisiensi biaya dengan BOPO tahun 2012 76,54% agar suku bunga kredit lebih rendah. Bank MAS tetap mengalokasikan dana pendidikan untuk pelatihan dan pengembangan keterampilan pada semua jenjang untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manuasia (SDM) melalui in-house training maupun bekerjasama dengan pihak lain (out-house training) yang berpengalaman dalam bidang pengembangan sumber daya manusia.
Dalam hal penerapan kebijakan tata kelola perbankan yang baik dan sehat, kami selaku Direksi selalu berpedoman pada Peraturan Bank Indonesia, agar memberikan hasil kerja dan keseimbangan dalam organisasi Bank menjadi lebih baik. Sejalan dengan visi dan misi Bank MAS yang menekankan pada keunggulan layanan maupun kinerja maka kebijakan strategis yang akan dilakukan : a. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik yang berpedoman pada prinsip TARIF yaitu Keterbukaan (Transparancy), Akuntanbilitas (Accountability), Tanggung jawab (Responsibility), Independen (Independency), Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness). b. Meningkatkan daya saing segmen perbankan SME (kecil dan menengah). c. Menanamkan semangat untuk memberikan layanan nasabah dan kinerja terbaik. d. Menyesuaikan perubahan terhadap pemberian layanan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah. e. Memperluas jaringan distribusi dan menyempurnakan infrastruktur jaringan unit kerja sesuai dengan kebutuhan dan skala usaha. f. Menata kembali program pengembangan SDM Bank MAS ke arah peningkatan layanan dan kinerja. g. Menata kembali struktur organisasi agar lebih efektif dan profesional. h. Menerapkan prosedur pengelolaan risiko yang ketat dan berhati-hati dengan penekanan pada pencapaian pelayanan dan kinerja. i. Menjalin aliansi strategis dalam penyaluran kredit dengan berbagai perusahaan atau lembaga (linkage program). j. Efektivitas dan efisiensi biaya operasional di seluruh jajaran unit kerja. k. Meningkatkan aktivitas remedial untuk meminimalkan kerugian. Berpegang pada komitmen dan semangat kerja diatas, Bank MAS diharapkan akan terus tumbuh dan berpartisipasi dalam dunia perbankan nasional. Akhir kata, Direksi mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bank Indonesia atas dukungan yang diberikan, seluruh relasi bisnis dan nasabah yang telah menjalin kerjasama selama ini, Pemegang Saham atas arahan dan kepercayaan yang telah diberikan serta kesetiaan, loyalitas dan dukungan dari seluruh jajaran karyawan Bank MAS sehingga tahun 2012 dapat dilalui dengan baik.
Nurjani Djunaedi Direktur Utama
Budi Afandi Winoto Direktur
Iwan Yuda Pramudhi Direktur
Profil PT Bank Multiarta Sentosa (Bank MAS) Nama
PT Bank Multiarta Sentosa
Aktivitas
Bank Umum Komersial
Kantor Pusat
Jalan Suryopranoto Nomor 24 A Jakarta 10130
Telepon
(021) 6335140 ; 6335150 (Hunting)
Facsimile
(021) 6314559
E-mail
[email protected]
Homepage /Website
www.bankmas.co.id
Modal dan Saham Modal Dasar
Rp. 600.000.000.000,-
Modal Ditempatkan
Rp.155.000.000.000,-
Modal Disetor
Rp.155.000.000.000,-
Jumlah Saham
155.000.000 Lembar
Nilai Nominal Saham
Rp.1.000,-
Kepemilikan
PT Danabina Sentana
70%
PT Multi Anekadana Sakti
25%
PT Halim Sakti Jumlah Kantor
9 Kantor
Jumlah Karyawan
191 Karyawan
Total Aset
Rp.882.710 Juta
5%
BANK MAS didirikan berdasarkan Akta Notaris H. Saidus Sjahar, SH Nomor 201 tanggal 28 Juli 1992 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan Nomor C2-6998.HT.01.01.Th92 tanggal 25 Agustus 1992. Kantor Pusat Bank MAS berkedudukan di Jalan Suryopranoto No.24A, Jakarta Pusat, memperoleh ijin usaha sebagai Bank Umum Non Devisa melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1093/KMK/017/1992 tanggal 15 Oktober 1992 dan ijin usaha Perdagangan Valuta Asing melalui Surat Keputusan Direktur Perizinan dan Informasi Perbankan Bank Indonesia Nomor5/4/KEP.Dir.PIP/2003 tanggal 24 Desember 2003. Hingga akhir tahun 2012 Bank MAS telah memiliki 2 (dua) kantor cabang berlokasi di Jakarta dan Surabaya, 6 (enam) kantor cabang pembantu berlokasi di Jakarta dan Tangerang.
Visi, Misi dan Motto
Visi Menjadi Bank Fokus Terpercaya
Misi Meningkatkan Produktivitas Sumber Daya dan Kualitas Layanan Melalui Tata Kelola Yang Sehat Berdasarkan Prinsip Kehati-hatian.
Motto Kepercayaan dan Komitmen Bersama
Komposisi Pemegang Saham Berdasarkan akta Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham terakhir dengan Akte Notaris Dr. Irawan Soerodjo, SH, MSi Nomor 88 tanggal 21 Juli 2009 Pemegang Saham dan persentase kepemilikan saham tanggal 31 Desember 2012 sebagai berikut :
Pemilik PT Danabina Sentana
Lembar Saham
Rupiah
108.500.000
108.500.000.000
70 %
38.750.000
38.750.000.000
25 %
7.750.000
7.750.000.000
5%
155.000.000
155.000.000.000
100 %
PT Multi Anekadana Sakti PT Halim Sakti Jumlah
%
Pemegang saham pengendali Bank MAS adalah PT Danabina Sentana yang memiliki 70 % saham Bank MAS, dimana pemegang sahamnya adalah sebagai berikut :
Pemegang Saham PT Danabina Sentana
Kepemilikan Saham (%)
Juwita E Winoto
11,33%
Dwiyanti Winoto
11,25%
Indriawati Winoto
11,32%
Suryani Winoto
11,25%
Hendra G. Winoto
29,85%
Budi A. Winoto
25,00%
Jumlah
100,00%
Manajemen Bank MAS dalam menjalankan operasionalnya mensinergikan semua sumber daya yang ada, didukung manajemen yang solid dan berpengalaman pada bidangnya. Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Nomor 03 tanggal 7 Oktober 2011 oleh Notaris Tjhong Sendrawan, SH, Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Bank MAS sebagai berikut :
KOMISARIS Komisaris Utama
Juwita Ekawati Winoto
Komisaris
Tommy Mukdani
DIREKSI Direktur Utama
Nurjani Djunaedi
Direktur
Budi Afandi Winoto
Direktur
Iwan Yuda Pramudhi
Ikhtisar Keuangan (dalam jutaan Rp) 2012
2011
2010
2009
2008
Total Aset
882,710
812,534
750,925
654,554
545,692
Kredit - Gross
632,135
502,064
479,853
412,847
408,647
Kredit - Bersih
623,463
492,963
470,616
404,422
402,433
8,672
9,101
9,237
8,425
6,214
154,241
121,967
108,999
24,982
24,401
40,987
27,479
26,025
23,675
19,806
- Deposito Berjangka
479,249
468,368
434,523
435,395
385,335
Ekuitas
197,177
182,728
170,322
159,941
105,124
Pendapatan Bunga
77,852
73,630
71,101
72,297
60,540
Beban Bunga
34,999
37,612
33,760
43,700
33,579
Laba Sebelum Pajak
19,430
16,846
14,001
5,558
7,854
Laba Bersih
14,449
12,406
10,381
3,817
5,262
93
80
67
25
75
Dividen Tunai
-
-
-
35,000
-
Dividen per saham (dalam rupiah)
-
-
-
500
-
Laba Bersih terhadap Aktiva Rata-Rata (ROA)
2.34%
2.21%
2.06%
0.88%
1.48%
Laba Bersih terhadap Modal Rata-Rata (ROE)
7.89%
7.23%
6.00%
2.53%
5.16%
Net Interest Margin (NIM)
5.38%
5.02%
5.78%
4.88%
5.49%
NERACA
PPA Dana Pihak Ketiga -Giro - Tabungan
LAPORAN LABA RUGI
Laba per Saham (dalam rupiah)
RASIO KEUANGAN UTAMA
Kredit terhadap Dana Pihak Ketiga (LDR)
93.72%
81.26%
84.25%
85.29%
95.14%
Kecukupan Modal (CAR)
28.16%
29.95%
32.20%
37.62%
31.51%
0.69%
2.71%
3.04%
2.96%
3.79%
99.48%
88.75%
100.00%
100.00%
100.00%
76.54%
79.28%
80.44%
92.23%
87.74%
Kredit Bermasalah terhadap Total Kredit (NPL) - Gross
0.66%
3.30%
4.40%
4.73%
4.05%
Kredit Bermasalah terhadap Total Kredit (NPL) - Net
0.35%
2.40%
3.34%
3.50%
3.22%
Aktiva Produktif Diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif PPAP yang telah Dibentuk terhadap PPAP yang Wajib Dibentuk Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional
Analisa dan Pembahasan Manajemen
Total Aset
812,534
882,710
750,925
Total Aset meningkat Rp.70.176 juta atau 8,64% menjadi Rp.882.710 juta bila dibandingkan posisi yang sama tahun 2011 Rp.812.534 juta karena peningkatan penghimpunan dana.
654,554 545,692
2008
2009
2010
2011
2012
Dana Pihak Ketiga
617,814
Dana Pihak Ketiga terdiri dari Giro, Tabungan dan Deposito Berjangka dengan komposisi 22,87%, 6,08% dan 71,05% dari jumlah dana. Bank MAS mencatat pertumbuhan dana sebesar 9,17% atau Rp.56.663 juta menjadi Rp.674.477 juta dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp.617.814 juta. Pertumbuhan terjadi pada ketiga jenis produk tersebut dengan pertumbuhan terbesar secara persentase pada produk tabungan yang tumbuh 49,16% diikuti giro tumbuh 26,46% dan deposito 2,32%.
674,477
569,547 484,052 429,542
2008
2009
2010
2011
2012
Giro (dalam jutaan Rp.) Keterangan
2012
2011
Pertumbuhan
Rekening Giro Nasabah Pihak Terkait Pihak Ketiga Saldo kredit Rekening Kredit
124.854 22.560 6.827
83.345 30.565 8.057
41.509 (8.005) (1.230)
Giro
154.241
121.967
32.274
Penghimpunan dana giro akhir tahun 2012 Rp.154.241 juta meningkat 26,46% atau Rp.32.274 juta dari posisi yang sama tahun sebelumnya Rp.121.967 juta. Dana dari pihak berelasi dengan Bank akhir tahun 2012 sebesar Rp.124.854 juta atau 80,95% dari total giro, lebih besar dibanding posisi yang sama tahun sebelumnya Rp.83.345 juta atau 68,33%.
Tabungan (dalam jutaan Rp.) Keterangan
2012
2011
Pertumbuhan
Pihak Terkait
3.806
3.255
551
Pihak Ketiga
30.002
19.363
10.639
Pihak Terkait
2.489
533
1.956
Pihak Ketiga
4.690
4.328
362
Total Tabungan
40.987
27.479
13.508
SIMASTER
MASSaving
Tabungan yang terhimpun Rp.40.987 juta meningkat Rp.13.508 juta atau 49,16% dari posisi yang sama tahun sebelumnya Rp.27.479 juta. Dana dari pihak berelasi dengan Bank akhir tahun 2012 sebesar Rp.6.295 juta atau 15,36%, lebih besar dibanding akhir tahun sebelumnya Rp.3.788 juta atau 13,79%. Deposito Berjangka (dalam jutaan Rp.) 2012
2011
Pertumbuhan
Pihak Terkait
146.945
100.899
46.046
Pihak Ketiga
332.304
367.469
(35.165)
479.249
468.368
10.881
Keterangan Deposito Berjangka
Total Deposito Berjangka
Deposito berjangka akhir tahun 2012 Rp.479.249 juta naik 2,32% atau Rp.10.881 juta dibanding tahun sebelumnya Rp.468.368 juta. Dana dari pihak berelasi dengan Bank akhir 479,249 468,368 tahun 2012 Rp.146.945 juta atau 30,66% lebih besar dibanding posisi yang sama tahun sebelumnya Rp.100.899 juta atau 21,54% dari total deposito. Deposito berjangka waktu sampai dengan 1 2011 (satu) bulan akhir tahun 2012 sebesar 121,967 154,241 2012 Rp.423.807 juta atau 88,43% naik dibanding 27,479 40,987 posisi yang sama tahun sebelumnya Rp.389.396 juta atau 83,14%. Giro
Tabungan
Deposito
Klasifikasi Deposito Berjangka berdasarkan Jangka Waktu (dalam jutaan Rp.) Jangka Waktu
2012
2011
Pertumbuhan
Deposito Berjangka Sampai dengan 1 bulan
423.807
389.396
34.411
Diatas 1 bulan s.d. 3 bulan
18.173
31.003
(12.830)
Diatas 3 bulan s.d. 6 bulan
536
6.883
(6.347)
36.733
41.086
(4.353)
479.249
468.368
10.881
Diatas 6 bulan s.d. 12 bulan Total Deposito Berjangka
Berdasarkan jangka waktu, deposito 1 (satu) bulan pada akhir tahun 2012 sebesar 88,43% dari total deposito sedangkan akhir tahun sebelumnya 83,14% berarti terjadi pergeseran komposisi penempatan dari yang berjangka diatas 1 (satu) bulan menjadi 1 (satu) bulan, namun deposito tersebut selalu diperpanjang bila jatuh tempo. Loan to Deposit Ratio (LDR) LDR akhir tahun 2012 sebesar 93,72% mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya 81,26% karena pertumbuhan kredit diberikan lebih besar dibanding pertumbuhan dana pihak ketiga, dan masih lebih tinggi dari rata-rata LDR perbankan. Kredit yang diberikan Kredit yang diberikan akhir tahun 2012 Rp.632.135 juta meningkat 25,91% atau Rp.130.071 juta, dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya Rp.502.064 juta. Kredit disalurkan pada sektor usaha mikro, kecil dan menengah, pemberian kredit dilakukan secara selektif, diberikan pada sektor usaha yang layak dibiayai dan berpedoman pada prinsip kehatihatian.
632,135 479,853 408,647
2008
502,064
412,847
2009
2010
2011
2012
Penyaluran Kredit berdasarkan Jenis Kredit (dalam jutaan Rp.) Jenis Kredit
2012
2011
Pertumbuhan
9.891
10.082
Modal Kerja : Pihak Berelasi
(191)
Pihak Tidak Berelasi
419.485
332.968
86.517
Total Kredit Modal Kerja
429.376
343.050
86.326
-
-
-
Investasi Pihak Berelasi Pihak Tidak Berelasi
156.933
120.915
36.018
Total Kredit Investasi
156.933
120.915
36.018
879
1.604
(725)
Pihak Tidak Berelasi
44.811
36.330
8.481
Total Kredit Konsumsi
45.690
37.934
7.756
136
165
(29)
632.135
502.064
130.071
Konsumsi Pihak Berelasi
Lain-lain Total Kredit Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Total Kredit – CKPN
(8.672)
(9.101)
429
623.463
492.963
130.500
Jumlah kredit yang disalurkan bagi pihak berelasi dengan Bank akhir tahun 2012 sebesar Rp.10.770 juta atau 1,70% dari total kredit yang diberikan Rp.632.135 juta, lebih kecil dibanding posisi yang sama tahun sebelumnya Rp.11.686 juta atau 2,33% dari total kredit yang diberikan Rp.502.064 juta, karena pelunasan dan pembayaran angsuran.
Penyaluran Kredit berdasarkan Sektor Usaha (dalam jutaan Rp.) Jenis Kredit
2012
2011
Pertumbuhan
Perindustrian
106.356
81.869
24.487
Perdagangan, restoran, hotel dan jasa lainnya
312.980
281.417
31.563
2.366
1.888
478
39.168
32.481
6.687
6.795
8.155
(1.360)
45.088
43.446
1.642
Pertanian & Perikanan Konstruksi Pertambangan Pengangkutan, pergudangan, komunikasi dan penyediaan makan dan minum Lain-lain Total Kredit
119.382
52.808
66.574
632.135
502.064
130.071
Kredit disalurkan sesuai dengan sektor usaha yang selama ini ditekuni terutama perdagangan sebesar Rp.312.980 juta atau 49,51% dari kredit yang disalurkan meningkat dibanding posisi yang sama tahun sebelumnya Rp.281.417 juta atau 56,05% dari total kredit yang diberikan. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Penyaluran Kredit pada sektor UMKM menjadi perhatian Bank. Kredit UMKM yang disalurkan pada akhir tahun 2012 Rp.401.766 juta atau 63,56% dari total kredit yang diberikan, meningkat Rp.95.040 juta atau 30,99% dari kredit UMKM tahun sebelumnya sebesar Rp.306.726 juta atau 61,09% karena ekpansi kredit.
2011
2012
38.91%
36.44% 61.09% 63.56%
UMKM Koperasi Kolektibilitas Kredit (dalam jutaan Rp.) 2012
2011
621.877
470.588
151.289
6.106
14.895
(8.789)
Kurang Lancar
-
-
-
Diragukan
-
-
-
4.152
16.581
(12.429)
632.135
502.064
130.071
Kolektibilitas Lancar Dalam Perhatian Khusus
Macet Total Kredit
Pertumbuhan
Total kredit bermasalah akhir tahun 2012 Rp.4.152 juta turun dibanding posisi yang sama tahun sebelumnya Rp.16.581 juta karena penyelesaian kredit bermasalah. Hal ini berdampak positif terhadap rasio kredit bermasalah terhadap total kredit yang disalurkan karena membaiknya rasio NPL (gross) menjadi 0,66% dari 0,35%, yang masih dibawah ketentuan Bank Indonesia yang berlaku. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) Tidak terdapat pelanggaran dan pelampauan BMPK pada tahun 2012 dan tahun 2011 dalam operasional Bank. Jumlah kredit yang disalurkan bagi pihak yang berelasi dengan Bank MAS pada akhir tahun 2012 sebesar Rp.10.770 juta atau 5,55% dari Modal Bank atau 1,70 % dari total kredit diberikan turun dibanding posisi yang sama tahun sebelumnya Rp.11.685 juta atau 6,60% dari Modal Bank atau 2,33% dari total kredit diberikan, karena adanya pelunasan kredit. Seluruh kredit yang diberikan kepada pihak berelasi tergolong dalam kategori Lancar. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) CKPN Kredit yang telah dibentuk pada akhir tahun 2012 sebesar Rp.8.672 juta, turun Rp.429 juta atau 4,71% dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp.9.101 juta. Penurunan CKPN karena penyelesaian kredit bermasalah dan penerapan standar baru PSAK 50 & 55 (revisi 2010 & 2011). Penempatan pada Bank Indonesia Salah satu kebijakan manajemen dalam mengelola likuiditas adalah terkait dengan cadangan sekunder. Dana masyarakat yang terhimpun dan belum disalurkan pada kredit untuk sementara ditempatkan dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan atau penempatan lain pada Bank Indonesia. Akhir tahun 2012 penempatan pada Bank Indonesia Rp.180.989 juta turun 24,79% atau Rp.59.643 juta dibanding posisi yang sama tahun sebelumnya Rp.240.632 juta. Aktiva Produktif Bank selalu memelihara, menjaga dan meningkatkan kualitas aktiva produktif yang dimiliki, untuk meningkatkan profitabilitas. Aktiva Produktif akhir tahun 2012 sebesar Rp.818.103 juta, naik 9,29% atau Rp.69.518 juta, bila dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya Rp.748.585 juta, dengan perkembangan sebagai berikut:
2012
SBI 5.62%
Lainnya 0.28%
Penempatan BI 16.51% Kredit 77.27% Kredit 67.07% ABA 0.33%
(dalam jutaan Rp.) Aset Produktif Sertifikat Bank Indonesia Penempatan pada Bank Indonesia Giro pada Bank Lain Penempatan pada Bank Lain Kredit yang Diberikan
2012
2011
Pertumbuhan
45.947
36.864
9.083
135.042
203.768
(68.726)
2.712
3.274
(562)
-
-
-
632.135
502.064
130.071
Rekening Administratif
2.267
2.615
(348)
Total Aset Produktif
818.103
748.585
69.518
Peningkatan penghimpunan dana dan perolehan laba pada tahun 2012 diikuti pertumbuhan aset produktif menjadi Rp.818.103 juta, naik Rp.69.518 juta bila dibanding posisi yang sama tahun sebelumnya Rp.748.585 juta
Kolektibilitas Aset Produktif (dalam jutaan Rp.) Kolektibilitas
2012
2011
807.832
717.109
90.723
6.119
14.895
(8.776)
Kurang Lancar
-
-
-
Diragukan
-
-
-
4.152
16.581
(12.429)
818.103
748.585
69.518
Lancar Dalam Perhatian khusus
Macet Total Aset Produktif
Pertumbuhan
Jumlah aset bermasalah akhir tahun 2012 sebesar Rp.4.152 juta lebih kecil dibanding tahun sebelumnya Rp.16.581 juta adalah merupakan kredit bermasalah dan aset produktif lain merupakan aset lancar. Transaksi dengan Pihak yang berelasi Dalam melaksanakan operasionalnya, Bank tidak terlepas dari transaksi dengan pihak yang berelasi / mempunyai hubungan istimewa atau pihak terafiliasi, yaitu pihak yang mempunyai keterkaitan langsung maupun tidak langsung dengan pemilik dan pengurus Bank MAS. Jenis transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa meliputi pemberian kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga sebagai berikut: Pemberian kredit dan penghimpunan dana dari pihak berelasi (dalam jutaan Rp.) Keterangan
2012
%*
2011
%*
Pertumbuhan
10.770
1,70
11.686
2,33
(916)
Aset Kredit Total
10.770
11.686
(916)
Liabilitas Giro
124.854
80,95
83.345
68,33
41.509
Tabungan
6.295
15,36
3.788
13,79
2.507
Deposito
146.945
30,66
100.899
21,54
46.046
Total
278.094
188.032
90.062
* Persentase terhadap jumlah masing-masing pos yang bersangkutan Jumlah kredit yang disalurkan bagi pihak yang berelasi dengan Bank MAS pada akhir tahun 2012 sebesar Rp.10.770 juta turun dibanding posisi yang sama tahun sebelumnya Rp.11.686 juta karena pelunasan kredit. Seluruh kredit yang diberikan kepada pihak berelasi tergolong dalam kategori Lancar. Jumlah dana pihak ketiga terhimpun dari pihak yang berelasi dengan Bank MAS pada akhir tahun 2012 sebesar Rp.278.094 juta naik Rp.90.062 juta dibanding posisi yang sama tahun sebelumnya Rp.188.032 juta, kenaikan terbesar terjadi pada deposito. Ekuitas Total Ekuitas akhir tahun 2012 naik sebesar 7,91% menjadi Rp.197.177 juta dibanding posisi yang sama tahun sebelumnya Rp.182.728 juta karena peningkatan perolehan laba bersih.
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) akhir tahun 2012 setelah memperhitungkan risiko kredit dan risiko operasional sebesar 28,16% lebih kecil dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya 29,95%, karena kenaikan ATMR sebesar 16,66% menjadi Rp.689.380 juta. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) Pemberian kredit kepada pihak yang berelasi dengan Bank sebesar Rp.10.770 juta atau 5,55% dari Modal Bank Rp.194.162 juta, dan sebesar 1,70% dari total kredit yang diberikan akhir tahun 2012 Rp.632.135 juta, yang mana masih dibawah ketentuan Bank Indonesia sebesar 10%. Pendapatan Bunga Bersih Jumlah pendapatan bunga bersih akhir tahun 2012 Rp.42.853 juta lebih besar18,98% dibanding posisi yang sama tahun sebelumnya Rp.36.018 juta karena peningkatan pendapatan bunga. Pendapatan (Beban) Operasional Pendapatan operasional pada akhir tahun 2012 mencapai Rp.79.559 juta lebih kecil Rp.145 juta atau 0,18% dibanding posisi yang sama sebelumnya Rp.79.704 juta karena penurunan suku bunga rata-rata kredit. Beban operasional pada akhir tahun 2012 mencapai Rp.60.875 juta lebih kecil Rp.2.304 juta atau 3,65% dibanding posisi yang sama sebelumnya Rp.63.179 juta karena penurunan suku bunga dana pihak ketiga. Pendapatan operasional bersih tahun 2012 Rp. 18.685 juta naik Rp. 2.160 juta dibanding tahun sebelumnya Rp. 16.525 juta.
79,704 79,559
63,179
60,875
42,853 36,018
16,846
Pendapatan Bunga bersih
Pendapatan Operasional
Biaya Operasional 2011
19,430
Laba Kotor
12,406 14,449
Laba Bersih
2012
Laba Bersih Operasional Diakhir tahun 2012 Bank MAS berhasil membukukan laba sebelum pajak Rp.19.430 juta lebih besar 15,34% atau Rp.2.584 juta dari tahun sebelumnya Rp.16.846 juta. Dan perolehan laba bersih sebesar Rp.14.449 juta naik 16,47% dibanding posisi yang sama tahun sebelumnya Rp.12.406 juta.
Kebijakan dan Strategi Manajemen Hasil usaha yang telah dicapai pada tahun sebelumnya, memacu karyawan untuk terus meningkatkan dan mengoptimalkan kinerja perusahaan dengan terus melanjutkan strategi dan kebijakan secara konsisten dan berkesinambungan. Tetap memperhatikan serta mengevaluasi kondisi terkini, baik secara makro maupun mikro ekonomi dan kondisi internal dengan segala peluang dan kemungkinan ancaman, maka Manajemen telah menetapkan kebijakan dan strategi untuk tahun 2012 diantaranya: 1. Kebijakan Manajemen (Policy Statement) Sejalan dengan visi dan misi Bank MAS yang menekankan pada keunggulan layanan maupun kinerja maka kebijakan strategis berikut ini merupakan kesinambungan (sustainable) dari kebijakan strategis sebelumnya yaitu : a. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik yang berpedoman pada prinsip TARIF yaitu Keterbukaan (Transparancy), Akuntanbilitas (Accountability), Tanggung jawab (Responsibility), Independen (Independency), Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness). b. Meningkatkan daya saing segmen perbankan SME (kecil dan menengah). c. Menanamkan semangat untuk memberikan layanan nasabah dan kinerja terbaik. d. Menyesuaikan perubahan terhadap pemberian layanan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah. e. Memperluas jaringan distribusi dan menyempurnakan infrastruktur jaringan unit kerja sesuai dengan kebutuhan dan skala usaha. f. Menata kembali program pengembangan SDM Bank MAS ke arah peningkatan layanan dan kinerja. g. Menata kembali struktur organisasi agar lebih efektif dan profesional. h. Menerapkan prosedur pengelolaan risiko yang ketat dan berhati-hati dengan penekanan pada pencapaian pelayanan dan kinerja. i. Menjalin aliansi strategis dalam penyaluran kredit dengan berbagai perusahaan atau lembaga (linkage program). j. Efektivitas dan efisiensi biaya operasional di seluruh jajaran unit kerja. k. Meningkatkan aktivitas remedial untuk meminimalkan kerugian. 2. Kebijakan Manajemen Risiko dan Kepatuhan Bank MAS menyadari bahwa risiko usaha dibidang perbankan penuh dengan berbagai risiko yang perlu untuk diantisipasi dan di manage agar tidak menimbulkan kerugian bagi stakeholder Bank dikemudian hari. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009 Tentang Perubahan Atas PBI No. 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum maka manajemen menetapkan kebijakan manajemen risiko yang mengacu pada PBI tersebut yang mengatur pengawasan dan pengelolaan atas 8 (delapan) jenis risiko yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko kepatuhan, risiko hukum, risiko reputasi dan risiko strategis. Dalam pelaksanaan fungsi kepatuhan, Bank menetapkan rencana kerja jangka pendek bidang kepatuhan, dimana dalam rencana tersebut tersaji pokok-pokok tugas yang menjadi fokus bidang kepatuhan Bank.Uraian rencana kerja kepatuhan. 3. Strategi Pengembangan Bisnis Walaupun dari tahun ke tahun, persaingan bisnis akan semakin ketat namun di tahun 2013 mendatang, Bank memiliki keyakinan positif terhadap kondisi fundamental Indonesia sebagai salah satu pasar perbankan yang paling menarik di Asia dan Bank akan terus memperbaiki daya saing di masa depan. Beberapa hal yang menjadi prioritas adalah peningkatan efisiensi proses internal, pengembangan infrastruktur pengelolaan risiko, pengembangan infrastruktur untuk menunjang layanan ke nasabah, peningkatan pendapatan operasional dan treasury, memperkuat organisasi, meningkatkan pelayanan ke nasabah serta berfokus penyaluran kredit ke sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM). 4. Strategi Pengembangan Teknologi Informasi Untuk mencapai visi dan misi Bank, untuk mendukung pertumbuhan dan pengembangan usahanya ditahun mendatang serta untuk memenuhi ketentuan-ketentuan dan atau peraturan-peraturan yang berlaku maka aplikasi perbankan (Core Banking System/CBS) akan terus dikembangkan dan lebih disempurnakan, diantaranya pengembangan produk, penyempurnaan laporan intern dan eksternal termasuk kepada Bank Indonesia
5. Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kebijakan Remunerasi Strategi yang diterapkan Bank MAS untuk pengembangan sumber daya manusia antara lain : a. Menyempurnakan struktur organisasi perusahaan sehingga lebih efektif dan efesien. b. Menyempurnakan kebijakan dan ketentuan terkait dengan SDM termasuk didalamnya proses rekruitment dan penempatan karyawan. c. Memberikan pendidikan dan pelatihan/training baik secara inhouse maupun outhouse yang memadai kepada karyawan, baik karyawan baru maupun karyawan lama guna menambah wawasan dan pengetahuan. d. Mengadakan program pendidikan dan pelatihan karyawan secara lebih intensif. Pendidikan dan pelatihan lebih difokuskan pada kebutuhan riil dan spesifik, mengacu pada pengembangan bisnis, antara lain : analisa kredit, kredit sindikasi, selling skill, peningkatan kemampuan negosiasi dan komunikasi, Risk Management, PSAK. e. Melakukan rotasi dan mutasi, dengan maksud untuk penyegaran, mencegah kebosanan rutinitas dan meningkatkan pengetahuan/keahlian. f. Penyediaan sarana kerja yang memadai, termasuk penyempurnaan program-program bantu untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan karyawan. g. Melibatkan seluruh karyawan dalam penggalangan dana maupun aktivitas terkait bisnis usaha perbankan. h. Memberikan apresiasi kepada karyawan sesuai dengan kinerja masing-masing dan memberikan sanksi bagi karyawan yang melanggar ketentuan. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia Guna meningkatkan kompetensinya, secara terus menerus dan berkesinambungan, Bank membekali seluruh karyawan yang ada dengan kemampuan teknis yang relevan dengan bidang tugasnya. Selain itu juga menerapkan mutasi antar bagian sehingga karyawan semakin kaya akan wawasan perbankan pada berbagai bidang, sehingga jika sewaktuwaktu diperlukan untuk mengisi posisi tersebut tidak membutuhkan waktu lama untuk masa orientasinya. Pemberian ketrampilan bidang perbankan tersebut bekerjasama dengan berbagai institusi pelatihan.Rencana pemberian pelatihan pada tahun 2013 tidak berbeda jauh dengan pelaksanaan pelatihan pada tahun 2012, dimana bidang-bidang operasional perbankan masih menjadi pilihan utama untuk meningkatkan keahlian karyawan. Bank juga merencanakan memberikan pelatihan yang bersifat non-skill seperti Leadership, Negotiation, Budaya Perusahaan/Kode Etik dan lain-lain baik yang diselenggarakan secara in-house training maupun di lembaga pelatihan terkemuka lainnya. Rencana pemberian training juga terkait dengan rencana pengambilan sertifikasi bidang manajemen risiko untuk pejabat terkait serta program penyegaran dan pemeliharaan sertifikasi manajemen risiko. Sejalan dengan pemberian training secara rutin kepada karyawan, Bank akan menyempurnakan Kebijakan Training maupun berbagai kebijakan terkait dengan bidang SDM. Dengan demikiandimasa mendatang perencanaan dan pelaksanaan training bagi karyawan Bank MAS dapat lebih terprogram dan tertata rapi. Kebijakan Nominasi dan Remunerasi Bank telah menunjuk pejabat-pejabat terkait untuk duduk dalam kepengurusan Komite Nominasi dan Remunerasi, dimana Komite bertugas menetapkan berbagai kebijakan strategis terkait ketenagakerjaan meliputi: a. Penetapan Range gaji dan jasa produksi bagi pengurus dan karyawan bank sesuai dengan kemampuan bank dan peraturan yang berlaku. b. Penetapan pemberian fasilitas untuk Pengurus dan Karyawan sebagai berikut: 1. Pengurus Bank berupa : a. Kendaraan sebagai sarana transportasi. b. Tunjangan komunikasi untuk keperluan operasional bank. 2. Karyawan dengan jabatan Kepala Divisi, Pemimpin Cabang / Cabang Pembantu dan Kepala Bagian berupa : a. Tunjangan Jabatan. b. Tunjangan komunikasi untuk keperluan operasional Bank. 3. Karyawan dengan jabatan Kepala Divisi, Pemimpin Cabang dan Pemimpin Cabang Pembantu berupa Kendaraan sebagai sarana transportasi. c. Pengajuan rekomendasi atas calon pengurus dan Pejabat Eksekutif. 6. Strategi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) Strategi yang akan dilakukan agar kebijakan dan peraturan yang ada dilaksanakan dan diterapkan dengan baik dan benar adalah : a. Melakukan audit secara risk based. b. Peningkatan kemampuan auditor melalui pelatihan yang dilakukan secara berkesinambungan. c. Melakukan pemeriksaan pada seluruh kantor dengan menetapkan prioritas cakupan audit
Manajemen Risiko Pengelolaan usaha dibidang perbankan sangat rentan terhadap beberapa Risiko, hal ini dikarenakan hampir disetiap proses kegiatan usaha Bank termasuk pengembangannya baik produk maupun jasa terdapat unsur Risiko yang melekat (inheren). Sehubungan dengan hal tersebut, Bank MAS secara berkesinambungan terus melakukan evaluasi terhadap mekanisme prosedur kerja, serta menyempurnakan Kebijakan, Sistem dan Prosedur Pengelolaan Risiko,termasuk menyempurnakan Core Banking System (CBS) menjadi lebih baik lagi, dengan tujuan penerapan Manajemen Risiko dapat berlangsung secara berkala dan terus menerus melalui tahapan proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan Pengendalian. Selain memenuhi ketentuan regulator, penerapan manajemen risiko di Bank MAS juga telah memberikan nilai kepada bisnis antara lain melalui peningkatan kualitas aset. a. Risk Governance Bank MAS Agar penerapan manajemen risiko dapat berjalan secara efektif, diperlukan suatu Risk Governance sebagai bagian dari sistem Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) yang fokus pada struktur, proses dan pendekatan pengelolaan risiko dalam upaya pencapaian tujuan bisnis. Risk Governance mengatur dengan jelas peran dan tanggung jawab, proses pengambilan keputusan, keterkaitan antar fungsi-fungsi pengelolaan risiko, serta penetapan kebijakan yang memastikan bahwa risiko dikelola dengan baik. Risk Governance dijabarkan lebih detail melalui fungsi sebagai berikut: a. Fungsi Pengawasan. Menyetujui strategi dan kebijakan manajemen risiko serta memastikan bahwa penerapan manajemen risiko telah memadai dan sesuai dengan karakteristik, kompleksitas dan profil risiko. Bank dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Komite Pemantau Risiko. b. Fungsi Pengawasan dan Eksekusi. Bertanggung jawab menyusun strategi dan kebijakan manajemen risiko serta menerapkan manajemen risiko secara memadai dan sesuai dengan karakteristik, kompleksitas dan profil risiko Bank. c. Fungsi Eskalasi. Membantu Direksi dalam penetapan kebijakan, pengembangan dan implementasi pengelolaan risiko serta eskalasi permasalahan/keputusan ke Direksi. d. Fungsi Implementasi dan Mekanisme Kontrol. Dalam mengimplementasikan pengelolaan risiko, sesuai dengan masing-masing perannya, Bank MAS menerapkan model Three Lines of Defense sebagai berikut: a. Risk Owner (risk taking) mengelola risiko yang melekat di bisnis dan fungsinya masing-masing (day to day risk management and control). b. Risk Control, menyusun framework, kebijakan prinsip dan metodologi pengelolaan risiko Bank. c. Risk Assurance, menilai secara independen terhadap efektivitas proses penerapan manajemen risiko dan pengendalian intern. b. Proses Manajemen Risiko Bank MAS Proses manajemen risiko di Bank MAS terdiri dari 5 (lima) building block proses manajemen risiko yang menyeluruh, meliputi tata kelola manajemen risiko (governance), identifikasi dan pengukuran risiko, pemantauan risiko, pengendalian risiko serta keterbukaan kepada manajemen dan pihak eksternal (disclosure). Bank MAS Risk Management Process, meliputi: a. Menerapkan pengendalian risiko secara efektif. b. Memantau kejadian risiko untuk mendeteksi dan mencegah kerugian. c. Mencegah Bank dari kerugian yang tidak terduga melalui pengukuran risiko, yang mencakup: 1. Mengidentifikasi risiko pada proses dan aktivitas perbankan yang ada dan proses dan aktivitas perbankan baru. 2. Mengukur potensi risiko. 3. Mengukur kerugian aktual.
d. Menyampaikan laporan risiko, yang mencakup: 1. Laporan Manajemen Risiko kepada Direksi. 2. Laporan Informasi Manajemen Risiko kepada publik (Disclosure). e. Menetapkan governance dan kebijakan manajemen risiko, yang mencakup: 1. Penetapan Kerangka Kerja Manajemen Risiko. 2. Penetapan Risk Appetite dan Risk Tolerance. 3. Penetapan Pedoman Penerapan Manajemen Risiko Secara Umum. c. Permodalan Permodalan yang kuat sangat diperlukan untuk menunjang ekspansi bisnis dan mempertahankan market share, selain untuk memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Struktur permodalan Bank MAS secara individu didominasi oleh modal inti (96,58% dari total modal), yang terdiri dari modal disetor dan cadangan tambahan modal. Realisasi modal Bank MAS posisi Desember 2012 adalah Rp.194.162 juta, dengan rasio KPMM sebesar 28,16% memenuhi ketentuan KPMM Bank Indonesia yang berdasarkan profil risiko minimal 10,00%. Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk menghitung rasio kecukupan modal tersebut dilakukan dengan metode sebagai berikut: 1. Risiko Kredit dengan Metode Standar. 2. Risiko Pasar dengan Metode Standar. 3. Risiko Operasional dengan Pendekatan Indikator Dasar. Berdasarkan jumlah modal dan ATMR serta hasil perhitungan rasio KPMM tersebut, posisi permodalan Bank MAS dapat dikategorikan sangat kuat dan mampu mendukung pertumbuhan bisnis Bank MAS saat ini maupun yang akan datang melalui ekspansi kredit dan bisnis yang berkualitas. d. Eksposur Risiko dan Penerapan Manajemen Risiko Penerapan Manajemen Risiko Bank MAS diatur dalam Pedoman Penerapan Manajemen Risiko secara umum yang mencakup 4 (empat) pilar sebagai berikut: 1. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi. Pengawasan aktif Dewan Komisaris Bank MAS antara lain tercermin dari persetujuan dan evaluasi Dewan Komisaris atas kebijakan manajemen risiko yang disusun oleh Direksi, serta evaluasi pelaksanaan kebijakan manajemen risiko melalui forum Rapat Direksi dan Komisaris secara berkala. Dalam pelaksanaannya, pengawasan aktif Dewan Komisaris tersebut juga didukung oleh Komite Pemantau Risiko. Pengawasan aktif Direksi Bank MAS antara lain dilaksanakan melalui penyusunan, penerapan serta evaluasi atas kebijakan dan prosedur manajemen risiko. Pelaksanaan pengawasan aktif juga dilakukan melalui forum Rapat Direksi serta Komite Pemantau Risiko dan Komite Pemantau Audit. Sebagai bagian dari pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai merupakan salah satu aspek penting dalam penerapan manajemen risiko. Pemenuhan kualitas SDM tersebut antara lain dilakukan melalui pengembangan program pendidikan dan pelatihan pegawai seperti program Sertifikasi Manajemen Risiko serta program pelatihan/sosialisasi internal dengan materi Manajemen Risiko. Selain itu sebagai soft variable proses manajemen risiko, terus dilakukan pengembangan Budaya Risiko dengan tujuan agar segenap insan Bank MAS menyadari, wellequipped dan termotivasi untuk melakukan risk-return assessment secara optimal. 2. Kecukupan Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit. Penerapan Manajemen Risiko yang efektif di Bank MAS didukung dengan kebijakan dan prosedur Manajemen Risiko yang komprehensif.
Kebijakan Manajemen Risiko di Bank MAS terdiri dari: a. Pedoman Penerapan Manajemen Risiko secara Umum. b. Pedoman Penerapan Manajemen Risiko untuk 8 (delapan) jenis Risiko yaitu Risiko Kredit, Pasar, Operasional, Likuiditas, Hukum, Stratejik, Kepatuhan dan Reputasi. c. Pedoman Penilaian Profil Risiko. d. Pedoman Sistem Pengendalian Intern. Kebijakan Manajemen Risiko tersebut lebih rinci dijabarkan dalam Standard Operating Procedure (SOP) untuk delapan jenis risiko. 3. Kecukupan Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, dan Pengendalian Risiko, serta Sistem Informasi Manajemen Risiko. Proses Manajemen Risiko Bank MAS meliputi identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian terhadap 8 (delapan) jenis risiko serta Sistem Informasi Manajemen Risiko.Bank mengidentifikasi risiko dengan menganalisis seluruh sumber risiko yang melekat pada bisnis (produk/portofolio/aktivitas) Bank dan kemudian mengukur secara kuantitatif dan/atau kualitatif sesuai metode pengukuran yang ditetapkan oleh Regulator atau metode alternatif seperti metode internal (khusus untuk pengukuran Risiko Kredit dan Risiko Pasar). Selanjutnya proses pemantauan Risiko dilakukan oleh Risk Owner Unit dan Risk Control Unit, dan disajikan dalam laporan berkala seperti Laporan Profil Risiko dan Laporan Pemantauan Bulanan. Demikian pula untuk pengendalian Risiko dilakukan oleh Risk Owner Unit bekerja sama dengan Risk Control Unit. Sistem Informasi Manajemen Risiko Bank MAS digunakan untuk mendukung pelaksanaan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Risiko. Bank MAS telah membangun beberapa aplikasi manajemen risiko, seperti Scoring System. 4. Sistem Pengendalian Intern. Sistem pengendalian intern dikembangkan dan diimplementasikan dengan menggunakan model Three Lines of Defense yang terdiri atas: a. First Line of Defense: Risk Owner/Taking Unit. Pengendalian intern dilakukan dengan koordinasi antar Three Lines of Defense yang saling melengkapi, terkoordinasi dan terjalin komunikasi yang baik antar line of defense. Risk Owner/Taking Unit merupakan unit yang melaksanakan aktivitas bisnis dan proses operasional bisnis sehari-hari sebagai first line of defense. Dalam implementasi di Bank MAS, unit ini sebagai risk owner atas aktivitas yang dilaksanakannya. Unit ini merupakan unit yang paling bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan pengendalian risiko atas aktivitas harian yang dilakukannya. b. Second Line of Defense: Risk Control Unit. Pada second line of defense atau Risk Control terdapat Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko Bank yang membawahi Bagian Sistem Prosedur dan Compliance, Bagian Manajemen Risiko dan Bagian Sumber Daya Manusia. c. Third Line of Defense: Risk Assurance Unit. ebagai third line of defense atau Risk Assurance Unit, Bank MAS memiliki Satuan Kerja Audit Internal yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Risk Assurance memastikan bahwa kebijakan dan prosedur Manajemen Risiko telah memadai dan penerapan manajemen risiko telah sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang berlaku (termasuk melakukan kaji ulang secara berkala terhadap penerapan manajemen risiko) serta verifikasi kecukupan dan akurasi informasi. e. Penerapan Manajemen Risiko Bank MAS untuk masing-masing Risiko Sesuai dengan kriteria penerapan Manajemen Risiko, sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009 tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum. Dalam mengelola risiko secara komprehensif dan efektif diperlukan infrastruktur risiko yang mencakup Tata Kelola dan Organisasi (termasuk SDM), Kebijakan dan Prosedur, Proses Manajemen Risiko, Perangkat dan Metode Pengukuran (termasuk Kuantifikasi Model Risiko), yang didukung oleh Teknologi Informasi dan Budaya Risiko yang kuat.Maka Pengelolaan dan Pengendalian Risiko Bank MAS mencakup 8 (delapan) Risiko, yang terdiri dari:
1. Risiko Kredit Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan Debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. Selama tahun 2012 Bank MAS berhasil mengelola dan membatasi risiko kreditnya dengan baik dimana portofolio kredit tumbuh dan rasio kredit bermasalah secara gross (Gross Non Performing Loan) menurun. Tata Kelola dan Organisasi Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kredit, proses analisa kredit memisahkan fungsi antara unit bisnis a(Bagian Marketing) dengan unit risiko/fungsi analisa kredit (Bagian Analisa Kredit).Selanjutnya, proses persetujuan kredit dilakukan dalam Komite Kredit yaitu forum bersama Pejabat pemutus kredit yang berwenang memutus kredit sesuai dengan limit yang ditetapkan.Unit bisnis dan unit risiko bisnis berperan sebagai first line of defence atau risk owner yang mengelola dan mengendalikan risiko kredit pada kegiatan operasional harian unit tersebut. Sedangkan untuk second line of defense atau Risk Control telah diatur kebijakan terhadap proses kredit oleh Bagian Sistem Prosedur dan Complianceserta internal scoring system oleh Bagian Manajemen Risiko sesuai dengan limit yang telah ditentukan. Kebijakan dan Prosedur Dalam rangka mendukung target bisnis dengan tetap menjaga kualitas portofolio, Bank MAS telah memiliki Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) sebagai panduan kebijakan terkait aktivitas perkreditan. Kebijakan Perkreditan Bank ini diterjemahkan menjadi Kebijakan Perkreditan yang diputus oleh Forum Komite Risiko dan atau Keputusan Direksi serta dituangkan dalam Standard Operating Procedure (SOP) yang lebih detil. Proses Proses manajemen risiko kredit berlangsung secara berkesinambungan dalam suatu proses identifikasi, pengukuran, pemantauan hingga pengendalian. Pada tataran eksposur individu, proses manajemen risiko kredit dilaksanakan oleh unit bisnis dan unit Risiko Bisnis melalui identifikasi (antara lain verifikasi kebenaran data), pengukuran (menggunakan perangkat analisa kredit), pemantauan (melalui kunjungan berkala kepada nasabah dan review rating nasabah) dan pengendalian (antara lain melalui penetapan limit-limit). Sedangkan pada tataran eksposur portofolio, eksposur kredit senantiasa dipantau dan dilaporkan secara berkala kepada Manajemen antara lain melalui Laporan Portofolio Pinjaman, melakukan evaluasi atas pencapaian target, penetapan langkah-langkah dan koordinasi tindak lanjut perbaikan, serta evaluasi atas efektivitas langkah-langkah perbaikan yang telah dilakukan. Perangkat dan Metode Untuk mendukung proses bisnis dan pengelolaan risiko kredit, Bank MAS masih menggunakan beberapa perangkat manajemen risiko kredit yang ada baik pada tataran eksposur portofolio maupun individu, seperti Scoring System. Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) Penurunan nilai adalah suatu kondisi dimana nilai tercatat dari suatu aset melebihi dari nilai yang dapat dipulihkan dari aset yang bersangkutan.Bank MAS melakukan evaluasi penurunan nilai terbatas pada eksposur kredit yang mengalami penurunan nilai, berdasarkan ketentuan yang berlaku, seperti bukti objektif. Bukti objektif tersebut adalah bukti terjadinya peristiwa yang merugikan sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut, dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal. Adapun bukti objektif aset keuangan terjadi penurunan nilai sebagai berikut: a. Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau debitur. b. Pelanggaran kontrak yaitu terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran kewajiban debitur baik pokok, bunga dan denda. c. Bank MAS dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan dengan kesulitan keuangan yang dialami pihak peminjam, memberikan keringanan (konsesi) pada pihak peminjam yang tidak mungkin diberikan jika pihak peminjam tidak mengalami kesulitan keuangan tersebut.
d. Terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya. e. Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan. f. Data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan sejak pengakuan awal aset keuangan tersebut, meskipun penurunan belum dapat diidentifikasi terhadap aset keuangan secara individual dalam kelompok aset keuangan tersebut. Apabila Nilai Tercatat Aset Keuangan tersebut lebih besar daripada nilai yang dapat dipulihkan (recoverable amount) maka atas aset tersebut dibentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). Adapun assessment penurunan nilai (perhitungan CKPN) di Bank MAS menggunakan 2 (dua) metode yaitu assessment secara individual dan assessment secara kolektif. Perhitungan CKPN dilakukan secara individual apabila suatu aset keuangan yang signifikan mempunyai bukti obyektif mengalami penurunan nilai. Aset yang dikategorikan sebagai signifikan adalah aset keuangan dari segmen Korporasi dan Usaha Menengah, serta kepemilikan surat berharga. CKPN secara individual dihitung dengan menggunakan metode nilai kini dari estimasi arus kas suatu aset keuangan. Proses estimasi arus kas untuk pinjaman dilakukan langsung oleh pejabat yang mengelola masingmasing debitur. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai secara kolektif dihitung dengan menggunakan data kerugian historis (perhitungan Incurred Loss berdasarkan estimasi Probability of Default dan Loss Given Default) dari masingmasing kelompok kredit yang diberikan.Perhitungan CKPN secara kolektif dilakukan terbatas pada eksposur kredit, yang: a. Tidak dievaluasi secara individual, seluruh eksposur kredit. b. Tidak terdapat bukti obyektif penurunan nilai dari aset keuangan yang dievaluasi, yaitu pinjaman dalam segmen korporasi dan usaha menengah yang tidak terdapat bukti objektif penurunan nilai. c. Terdapat bukti obyektif penurunan nilai dari eksposur kredit yang dievaluasi secara individual namun tidak terdapat kerugian penurunan nilai. Dalam perhitungan CKPN secara kolektif ini, metode perhitungan PD dan LGD untuk CKPN Kolektif tersebut menggunakan migration analysis denganperiode observasi data selama 3 tahun.Penerapan Pengukuran Risiko Kredit dengan Pendekatan Standar Penggunaan Peringkat dari Lembaga Pemeringkat Eksternal. Kebijakan penggunaan Peringkat dalam Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) mengacu pada Surat Edaran Bank Indonesia No.13/6/DPnP tanggal 18 Februari 2011 yaitu: a. Peringkat suatu perusahaan hanya berlaku untuk perusahaan tersebut sehingga walaupun berada dalam satu kelompok usaha peringkat suatu perusahaan tidak dapat digunakan untuk menetapkan bobot risiko dari perusahaan lain. b. Peringkat domestik (Pefindo, Fitch Indonesia dan ICRA Indonesia) hanya digunakan untuk penetapan bobot risiko tagihan dalam mata uang Rupiah sedangkan peringkat internasional(Moody’s, S&P dan Fitch) digunakan untuk penetapan bobot risiko tagihan dalam valuta asing. c. Penetapan bobot risiko atas tagihan dalam bentuk surat berharga didasarkan pada peringkat dari surat berharga dimaksud (issue rating). Dalam hal surat berharga tidak memiliki peringkat maka penetapan bobot risiko didasarkan pada bobot risiko dari tagihan tanpa peringkat. Penetapan bobot risiko atas tagihan dalam bentuk selain surat berharga, didasarkan pada peringkat debitur (issuer rating). Apabila tagihan dalam bentuk selain surat berharga tidak memiliki peringkat maka penetapan bobot risiko didasarkan pada bobot risiko dari tagihan tanpa peringkat. d. Peringkat jangka pendek digunakan untuk penetapan bobot risiko dari surat berharga yang memiliki peringkat jangka pendek dan diterbitkan oleh pihak yang termasuk dalam cakupan Tagihan kiepada Bank atau Tagihan kepada Korporasi. Dalam hal tagihan jangka pendek tidak mempunyai peringkat jangka pendek maka penetapan bobot risiko menggunakan peringkat jangka panjang. e. Apabila suatu eksposur mempunyai lebih dari satu peringkat yang eligible maka yang digunakan adalah peringkat yang memberikan bobot risiko terendah ke-dua.
Dalam hal ini apabila hanya terdapat dua peringkat maka yang digunakan adalah peringkat yang terendah. Penentuan bobot risiko berdasarkan peringkat ekposur sebagaimana tersebut di atas hanya diberlakukan untuk kategori portofolio sebagai berikut: a. Tagihan Kepada Pemerintah Negara lain. b. Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik. c. Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional. d. Tagihan Kepada Bank (Jangka Panjang dan Jangka Pendek). e. Tagihan Kepada Korporasi (Jangka Panjang dan Jangka Pendek). Peringkat yang digunakan adalah peringkat terkini yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/31/DPNP tanggal 22 Desember 2011 perihal Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia. Daftar lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui sebagaimana diakses pada website Bank Indonesia pada tanggal 31 Desember 2012 sebagai berikut: a. Fitch Ratings. b. Moody’s Investor Service. c. Standard and Poor’s. d. PT Fitch Ratings Indonesia. e. PT ICRA Indonesia. f. PT Pemeringkat Efek Indonesia. Penerapan Teknik Mitigasi Risiko Kredit dengan Pendekatan Standar Jenis agunan utama yang diterima dalam rangka mitigasi risiko kredit adalah objek yang dibiayai oleh Bank. Sedangkan sebagai pelengkap, Bank dapat menerima agunan tambahan. Jenis agunan utama dan tambahan pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi: a. Agunan, yang dapat berupa aset fisik (tanah, bangunan, mesin, peralatan, dan lain sebagainya) maupun aset keuangan (cash collateral, marginal deposit, emas, piutang, surat hutang maupun surat berharga lainnya). Dalam teknik mitigasi risiko kredit, aset fisik tidak diperhitungkan sebagai teknik mitigasi risiko kredit. b. Garansi, yang diterima dari Pemerintah Republik Indonesia, Bank koresponden maupun perusahaan Asuransi. Dalam teknik mitigasi risiko kredit, garansi yang diperhitungkan hanya garansi yang diterbitkan oleh pihak yang termasuk dalam cakupan kategori Tagihan kepada Pemerintah Indonesia, Tagihan kepada Pemerintah Negara Lain, Tagihan kepada Bank serta lembaga penjaminan/asuransi dengan memperhatikan pemenuhan persyaratan garansi dan penerbit garansi. c. Asuransi Kredit yang diterbitkan oleh perusahaan asuransi dengan memperhatikan pemenuhan persyaratan polis asuransi, penerbit asuransi dan kategori portofolio penerima asuransi. Bank MAS mengatur kebijakan, prosedur dan proses untuk menilai dan mengelola agunan berdasarkan jenis eksposur dan skim pembiayaan yang diberikan. Penilaian kecukupan agunan yang diterima telah memperhitungkan adanya cash equivalent value. Untuk eksposur kredit (loan), penilaian agunan harus dilakukan minimum setiap 24 bulan. Penerbit jaminan/garansi yang diakui dalam perhitungan teknik mitigasi risiko kredit pada umumnya adalah bank koresponden yang memenuhi persyaratan sebagai prime bank ataupun berstatus Badan Usaha Milik Negara.Penggunaan garansi sebagai salah satu bentuk teknik mitigasi risiko masih terbatas pada transaksi jasa perdagangan. Pengungkapan tagihan bersih Bank secara individu dan konsolidasi berdasarkan bobot risiko setelah memperhitungkan dampak mitigasi risiko kredit. Eksposur Sekuritisasi Bank tidak memiliki eksposur yang menimbulkan risiko kredit akibat kegagalan setelmen, sekuritisasi dan unit usaha syariah.
2. Risiko Pasar Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar. Sebagian besar Risiko Pasar Trading Book bersumber dari aktivitas bisnis Tresuri dalam negeri dan luar negeri, sementara Risiko Pasar Banking Book, khususnya Interest Rate Risk in Banking Book dan Posisi Devisa Neto (PDN) bersumber dari seluruh aktivitas perusahaan. Namun untuk saat ini Bank MAS belum melakukan pengukuran terhadap Risiko Pasar sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 tanggal 24 September 2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, hal tersebut dikarenakan Bank MAS bukan Bank Devisa dan tidak memiliki instrumen keuangan berupa surat berharga dan atau transaksi derivatif suku bunga dalam trading book sebesar Rp.25.000.000.000 (dua puluh lima milyar rupiah) atau lebih. Tata Kelola dan Organisasi Dalam rangka pengembangan organisasi yang independen dan obyektif, organisasi Tresuri dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu Dealer dan Settlement. Dealer melakukan aktivitas bisnis dan berhubungan dengan Bank Lain. Dalam melakukan aktivitasnya, Bagian Treasuri dibatasi dengan Risk Tolerance dan Risk Limit yang ditetapkan oleh unit independen yaitu Bagian Manajemen Risiko Bank, Bagian Sisdur dan Compliance. Settlement melakukan aktivitas penyelesaian atas aktivitas bisnis yang dilakukan oleh Dealer, sedangkan aktivitas pembukuan dan settlement dilakukan oleh Bagian Operasional sebagai back office. Kebijakan dan Prosedur Dalam rangka mendukung target bisnis dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian, Bank MAS telah memiliki Pedoman Kebijakan dan Prosedur Bagian Treasuri. Proses Identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko pasar dilakukan oleh Bagian yang independen dari unit bisnis.Identifikasi Risiko Pasar terutama dilakukan untuk setiap produk atau aktivitas baru. Bank MAS melakukan pengukuran Risiko Pasar dengan menggunakan Metode Standar dan Metode Internal. Metode Standar digunakan untuk menghitung Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Risiko Pasar, sementara pengelolaan Risiko Pasar terutama menggunakan Model Internal (Value at Risk). Cakupan portofolio yang dihitung dalam KPMM dengan menggunakan Metode Standar adalah portofolio trading book dan banking book untuk risiko nilai tukar. Eksposur risiko pasar (Value at Risk) senantiasa dipantau secara harian dan disampaikan kepada manajemen secara mingguan dan bulanan. Perangkat dan Metode Untuk mendukung proses bisnis dan sejalan dengan pengelolaan risiko pasar, Bank MAS hanya melihat kepada data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Untuk mengelola potensi kerugian Risiko Pasar telah ditetapkan limit-limit sebagai berikut: a. Value at Risk Limit (VaR Limit) yang merupakan maksimum potensi kerugian yang mungkin terjadi pada waktu tertentu di masa datang dengan tingkat kepercayaan tertentu. b. Loss limit yang dipergunakan untuk membatasi realisasi kerugian aktivitas bisnis. c. Limit pembelian surat berharga yang digunakan untuk membatasi konsentrasi pembelian surat berharga korporat berdasarkan rating dan jenis mata uang surat berharga. d. Asset and liability repricing gap limit untuk membatasi risiko suku bunga dalam banking book. 3. Risiko Operasional Risiko Operasional adalah Risiko akibat ketidak cukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank.
Dengan meningkatnya keragaman dan kompleksitas produk serta aktivitas perbankan yang ditawarkan kepada nasabah, perkembangan sistem dan teknologi pendukung yang sangat cepat serta meningkatnya ekspektasi nasabah akan pelayanan yang diberikan oleh bank maka pengelolaan risiko operasional menjadi hal yang sangat penting. Tata Kelola dan Organisasi Tata kelola manajemen risiko operasional telah diimplementasikan di segenap unit bisnis dan unit pendukung sebagai Risk Owner atau Risk Taking Unit yang merupakan first line of defense. Implementasi tersebut didukung dengan pertahanan second line of defense yang dijalankan oleh Bagian Manajemen Risiko Bank serta Bagian Sisdur dan Compliance sebagai Risk Control Unit dan third line of defence yaitu Bagian Satuan Kerja Audit Internal sebagai Risk Assurance Unit. Kebijakan dan Prosedur Bagian Manajemen Risiko Bank telah memiliki Kebijakan Manajemen Risiko Operasional untuk mendukung implementasi manajemen risiko operasional pada segenap unit, yang dijabarkan lebih rinci dalam Standard Operating Procedure transaksi dan operasional yang prudent untuk menjalankan aktivitas bisnis sehari-hari. Proses Proses manajemen risiko operasional Bank MAS terdiri dari 5 (lima) proses utama yang berkesinambungan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yaitu identifikasi, penilaian, pengukuran, pemantauan dan pengendalian. a. Identifikasi Risiko Mekanisme identifikasi risiko operasional dilakukan dengan menerapkan pengelompokkan atas proses kerja/aktivitas masing-masing unit untuk menangkap potensi risiko operasional. b. Penilaian Risiko Dilakukan oleh masing-masing unit pemilik risiko melalui metode report operational risk mencakup peristiwa/kejadian penilaian atas dampak, frekuensi dan penyebab risiko serta solusinya. c. Pengukuran Risiko Sesuai dengan aturan Bank Indonesia, pengukuran risiko operasional menggunakan Pendekatan Indikator Dasar (Basic Indicator Approach). d. Pemantauan Risiko Dilakukan oleh Bagian Manajemen Risiko dengan melakukan evaluasi dan feedback atas penilaian risiko berdasarkan hasil self assessment. e. Pengendalian Risiko Mekanisme mitigasi risiko operasional tergambar pada proses pengendalian internal, dengan terus melakukan pengukuran hingga melakukan penyempurnaan kebijakan Risiko Operasional yang meliputiprosedur pengendalian, prosedur penyelesaian transaksi, prosedur akuntansi, prosedur penyimpanan aset, prosedur penyediaan produk dan prosedur pencegahan fraud. Perangkat dan Metode Untuk membantu proses pengelolaan risiko operasional yang dilakukan oleh setiap unit kerja Bank, Bank telah terus mengembangkan kertas kerja perangkat manajemen risiko operasional (Operational Risk Management tool). Business Continuity Management Gangguan atau bencana yang diakibatkan oleh faktor alam, perbuatan manusia, maupun sistem dapat terjadi pada fungsi-fungsi usaha Bank MAS yang kritikal sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas bisnis dan layanan Bank MAS. Untuk mengantisipasi kejadian tersebut maka Bank MAS telah menerapkan Manajemen Keberlangsungan Usaha/Business Continuity Management (BCM) yang diharapkan dapat meminimalisir risiko operasional pada saat terjadinya kondisi darurat atau bencana. Pengembangan perangkat tersebut sejalan dengan peraturan Bank Indonesia yang mewajibkan bank untuk melaksanakan proses pengendalian risiko untuk mengelola risiko yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank serta selaras dengan persyaratan pada dokumen
Basel II yang mewajibkan Bank untuk memiliki rencana keberlangsungan usaha dan rencana darurat (business continuity management dan contingency management), guna memastikan kemampuan Bank untuk dapat tetap beroperasi dan membatasi kerugian jika terjadi gangguan terhadap aktivitas bisnisnya. Tata Kelola dan Organisasi Dalam kondisi bencana (disaster), Bank MAS telah menyiapkan organisasi spesifik yang terdiri dari Kepala Divisi sebagai koordinator penanggulangan bencana yang memiliki level kewenangan dan efektif sejak Crisis Management Team (CMT) yang beranggotakan Direksi menyatakan kondisi status bencana. Kebijakan dan Prosedur Terkait dengan implementasi Business Continuity Plan (BCP), Bank MAS telah menetapkan Kebijakan Rencana Penanggulangan Bencana, Panduan Penyusunan, Panduan Pengujian dan Pemeliharaan BCP serta penyusunan standarisasi petunjuk (signage) keselamatan gedung. Selain itu Bank MAS juga telah memiliki Gedung BCP di tempat tertentu, sebagai lokasi alternatif untuk kelangsungan bisnis Bank apabila terjadi bencana pada Kantor Pusat sehingga aktivitas operasional pada Kantor Pusat tidak dapat dilakukan. Proses Setiap langkah Recovery Strategy dan Proses Recovery yang dilaksanakan dipantau dan dilaporkan ke Crisis Management Team (CMT) sampai kondisi dinyatakan normal kembali. Untuk memastikan tingkat kesiapan dan evaluasi BCP (Business Continuity Plan), Bank MAS telah melakukan pengujian atas implementasi BCP di seluruh unit operasional.Hal ini dilakukan secara rutin tiap tahun untuk mengetahui tingkat kesiapan masing-masing unit, ditinjau dari segi organisasi maupun infrastruktur BCP yang dimilikinya. Hasil dari evaluasi dan pengujian rutin tersebut terlihat dari penanganan yang sistematis dan terarah dalam menghadapi bencana baik yang disebabkan oleh manusia, alam, maupun oleh sistem sehingga aktivitas operasional Bank MAS di lokasi bencana dapat tetap berjalan pada tingkatan tertentu walaupun beberapa sarana dan prasarana penunjang aktivitas bisnis mengalami gangguan. Perangkat dan Metode Perangkat BCM dilengkapi berbagai tools analysis untuk mengevaluasi dampak, Business Impact Analysis (BIA), Recovery Time Analysis (RTA), Recovery Tools dan berbagai Recovery Standard Operating Procedure (SOP) bagi setiap unit. Selain itu, Bank MAS telah memiliki gedung BCP yang berlokasi di tempat tertentu, sebagai alternatif kelangsungan bisnis Bank jika terjadi bencana (disaster) di Kantor Pusat Bank MAS.Gedung BCP tersebut dilengkapi dengan Disaster Recovery Center, Back-up Infrastucture dan Back-up Peralatan Komputer yang dibutuhkan dalam penanggulangan bencana. 4. Risiko Likuiditas Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank. Pengelolaan risiko likuiditas ini bertujuan untuk meminimalkan kemungkinan ketidakmampuan Bank dalam memperoleh sumber pendanaan arus kas dan membangun kekuatan likuiditas struktural neraca bank untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang yang berkesinambungan. Tata Kelola dan Organisasi Manajemen Risiko Likuiditas dilakukan oleh Divisi Keuangan dan Treasury. Kebijakan Manajemen Risiko Likuiditas beserta Standard Operating Procedure disusun oleh Bagian Sisdur dan Compliance, selanjutnya dilaksanakan oleh Divisi Tresuri yang dijabarkan ke dalam manajemen strategi likuiditas. Bagian Manajemen Risiko Bank juga melakukan monitoring terhadap pelaksanaan manajemen likuiditas yang dilakukan oleh Divisi Tresuri tersebut.
Kebijakan dan Prosedur Bagian Sisdur dan Compliance menyusun Kebijakan Manajemen Risiko Likuiditas berupa Pedoman Pelaksanaan Manajemen Risiko Likuiditas, yang lebih lanjut dijabarkan ke dalam Standard Operating Procedure panduan pelaksanaan manajemen risiko likuiditas, antara lain berupa: 1. Ketersediaan Alat Likuid, Giro Wajib Minimum, Secondary Reserve, Indikator Peringatan Dini dan lain-lain. 2. Pengukuran Risiko Likuiditas: Rasio Likuiditas, Proyeksi Arus Kas, Profil Maturitas, Stress testing dan lain-lain. 3. Pemantauan. 4. Pengendalian. 5. Penetapan Limit Likuiditas. Proses Selain menjaga dan mempertahankan Primary Reserves, Bank MAS juga menjaga dan mempertahankan Secondary Reserves untuk memastikan likuiditas berada pada level yang aman. Sebagai cadangan Secondary Reserves, Bank MAS menjaga dan mempertahankan Tertiary Reserves. Penetapan dan pemantauan limit yaitu limit Secondary Reserve Ideal (SR Ideal) yang secara berkala oleh Bagian Manajemen Risiko Bank. Sedangkan ketersediaan atas keseluruhan reserves dipantau secara harian, mingguan dan bulanan oleh Divisi Tresuri. Perangkat dan Metode Dalam mengelola risiko likuiditas, Bank MAS menggunakan proyeksi arus kas harian dan profil maturitas bulanan, baik secara kontraktual maupun behavioral, agar dapat menetapkan strategi yang sesuai dan akurat untuk mengantisipasi kondisi likuiditas bank di masa mendatang. Perhitungan profil maturitas tersebut sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Indikator Peringatan Dini Indikator peringatan dini dijabarkan dalam indikator Secondary Reserve pada kondisi normal atau kondisi tight baik untuk Rupiah maupun valuta asing, antara lain dengan melihat tren tingkat suku bunga BI Rate, JIBOR, SIBOR, LIBOR, suku bunga rata-rata Deposito Bank Pesaing yang naik signifikan sesuai batasan yang telah ditetapkan, tren dana nasabah besar yang masuk dalam 10 besar yang cenderung menurun secara signifikan sesuai batasan yang telah ditetapkan, dan lain-lain.Penetapan SR Ideal dalam kondisi tight dapat dipertimbangkan apabila salah satu kondisi/indikator atau parameter terjadi. Penetapan dilakukan oleh Divisi Tresuri selaku unit bisnis dengan berpedoman pada indikator-indikator di atas atau hal-hal lain sesuai dengan adjustment Divisi Tresuri dan selanjutnya diinformasikan kepada Direksi. Selanjutnya penetapan tersebut akan memberlakukan Liquidity Contigency Plan (LCP) SR Ideal yang tight. Indikator-indikator di atas dapat di-review sesuai perkembangan kondisi eksternal maupun internal yang dipicu oleh perkembangan ekonomi baik nasional, regional maupun global oleh Unit Kerja Manajemen Risiko. 5. Risiko Hukum Risiko Hukum adalah Risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Tata Kelola dan Organisasi Manajemen risiko hukum dilakukan oleh Bagian Legal dan Administrasi Kredit, dibawah pengawasan Direktur Utama. Bagian Legal dan Administrasi Kredit berfungsi sebagai ‘legal watch’ yang menyediakan analisis/advis hukum kepada seluruh unit kerja pada setiap jenjang organisasi. Dalam hal Bank akan mengeluarkan produk/aktivitas baru, Bagian Legal bekerja sama dengan Bagian Manajemen Risiko Bank dan Bagian terkait untuk menilai dampak produk/aktivitas baru tersebut terhadap eksposur Risiko Hukum dan merekomendasikan mitigasi risikonya. Selain itu, secara berkala Bagian Legal bekerjasama dengan Bagian Manajemen Risiko Bank dalam menilai dan memantau secara berkala implementasi manajemen risiko hukum. Kebijakan dan Prosedur Implementasi manajemen risiko hukum mengacu pada Pedoman Penerapan manajemen risiko hukum serta Kebijakan dan Prosedur terkait lainnya.
Proses Proses manajemen risiko hukum dilakukan melalui penilaian/assessment berupa kajian yuridis atas produk dan aktivitas baru atau penambahan/perubahan fitur produk dan aktivitas Bank yang sudah ada saat ini, serta advis hukum dan/atau pendampingan hukum terkait aktivitas operasional Divisi/Satuan/Unit/ Proyek/Cabang/Sentra Kredit. Dalam melakukan pengelolaan Risiko Hukum, Bagian Legal dan Administrasi Kredit bekerja sama dengan Bagian Manajemen Risiko juga melakukan review secara berkala terhadap kontrak dan perjanjian/agreement antara Bank dengan pihak lain, khususnya untuk perjanjian non standar atau perjanjian yang belum dibakukan dalam Pedoman Perusahaan. 6. Risiko Stratejik Risiko Strategis adalah Risiko akibat ketidak tepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan strategis serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Tata Kelola dan Organisasi Pengelolaan Manajemen Risiko Stratejik dilakukan oleh Divisi Keuangan dan Treasury, di bawah pengawasan aktif Direktur Utama. Manajemen Risiko Stratejik dilakukan melalui serangkaian proses perencanaan strategis (planning and budgeting) yang mencakup penyelarasan strategi perusahaan dengan strategi unit serta cascading target bankwide menjadi target unit. Dokumen perencanaan strategis meliputi: a. Corporate Plan, disusun 3 (tiga) tahun sekali. b. Kebijakan Umum Direksi (KUD), disusun 1 (satu) tahun sekali. c. Business Plan (BP), disusun 1 (satu) tahun sekali. Mekanisme penyusunan dokumen perencanaan strategis yaitu Corporate Plan disusun sebagai acuan penetapan target dan strategi Kebijakan Umum Direksi dan selanjutnya Kebijakan Umum Direksi tersebut akan menjadi panduan dalam penyusunan Business Plan Perusahaan. Tahap berikutnya, Kebijakan Umum Direksi dan Business Plan Perusahaan akan menjadi acuan penyusunan Business Plan seluruh Kantor. Melalui mekanisme tersebut, dapat dipastikan bahwa proses alignment strategi akan tetap terjaga mulai dari level corporate sampai dengan level cabang (unit terendah). Kebijakan dan Prosedur Implementasi manajemen risiko stratejik mengacu pada Pedoman Penerapan Manajemen Risiko Stratejik serta Kebijakan dan Prosedur terkait lainnya. Proses Proses manajemen risiko stratejik yang efektif dibutuhkan dalam mengidentifikasi dan merespon perubahan lingkungan bisnis eksternal maupun internal. Dokumen Business Plan yang disusun 3 (tiga) tahun sekali, wajib di-review setiap tahun untuk disesuaikan dengan perubahan lingkungan yang ada. Demikian pula dengan dokumen Kebijakan Umum Direksi serta Business Plan Perusahaan dan Unit dapat direview pada Semester I dan bahkan jika terjadi perubahan lingkungan yang signifikan dapat di-review dalam waktu yang lebih pendek. Mekanisme untuk mengukur kemajuan yang dicapai dari rencana bisnis yang ditetapkan dilakukan dengan membandingkan target dengan realisasi bisnis perusahaan secara bulanan, triwulanan, dan semesteran, yaitu: a. Pemantauan untuk mengevaluasi kinerja dan strategi perusahaan (bankwide) dilakukan secara bulanan. b. Pemantauan kinerja seluruh Kantor dilakukan secara bulanan. c. Pemantauan pencapaian kinerja perusahaan dan seluruh unit dilakukan secara semesteran dalam forum Business Review di Kantor Pusat dan Kantor Wilayah.
7. Risiko Kepatuhan Risiko Kepatuhan adalah Risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundangundangan dan ketentuan yang berlaku. Tata Kelola dan Organisasi Manajemen Risiko Kepatuhan dilakukan oleh Divisi Kepatuhan, di bawah pengawasan aktif Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko. Kebijakan dan Prosedur Implementasi Manajemen Risiko Kepatuhan mengacu pada Pedoman Penerapan Manajemen Risiko Kepatuhan serta Kebijakan dan Prosedur terkait lainnya. Proses Dalam rangka efektivitas pelaksanaan fungsi kepatuhan untuk mendukung pertumbuhan bisnis Bank MAS yang sehat dan berkelanjutan, Divisi Kepatuhan melakukan proses manajemen risiko kepatuhan berupa aktivitas-aktivitas sebagai berikut: a. Pemberian Pendapat/Analisis Kepatuhan. Untuk memastikan penyusunan kebijakan dan prosedur telah sesuai dengan standar yang berlaku secara umum, ketentuan dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku, dilakukan hal-hal berikut ini: 1. Melakukan pendapat terhadap rancangan kebijakan dan prosedur yang diajukan oleh unit organisasi pembuat kebijakan. 2. Memberikan pendapat kepatuhan dan atau manajemen risiko. 3. Melakukan analisis dampak peraturan eksternal. 4. Melakukan review terhadap kecukupan kebijakan. 5. Melakukan analisa kepatuhan terhadap rancangan produk/aktivitas baru. b. Review Preventif. Divisi Kepatuhan melakukan serangkaian upaya yang bersifat preventif melalui penilaian Kepatuhan (Compliance Review): 1. Credit Compliance Review (C2R) atas usulan Perangkat Aplikasi Kredit (PAK). 2. Compliance Review atas usulan Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa. c. Review Kegiatan Usaha Bank. Dalam rangka memastikan kegiatan usaha yang dilakukan Bank telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Divisi Kepatuhan melalui Compliance Officer (CO) di seluruh Divisi/ Kantor Wilayah/Cabang/ Sentra Kredit melakukan review atas pelaksanaan kegiatan operasional dan memberikan rekomendasi perbaikan kualitas sistem internal control dan manajemen risiko. Adapun jenis review terbagi atas: 1. Review secara berkala atas kegiatan usaha berdasarkan tingkat risiko (risk mapping) pada setiap unit (Divisi/Kantor Cabang/Bagian). 2. Review Issue, dilakukan apabila terdapat issues tertentu yang memerlukan tindak lanjut dengan segera. Mekanisme pemantauan dan pengendalian Risiko Kepatuhan merupakan bagian dari Proses Tata Kelola - Aktivitas Kepatuhan 2012. 8. Risiko Reputasi Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank. Tata Kelola dan Organisasi Manajemen risiko reputasi dilakukan oleh Divisi Kepatuhan, Sekretaris dan Bagian Legal Bank dengan tanggung jawab kepada Direktur Utama.
Beberapa hal yang dilakukan dalam mengelola Risiko Reputasi yaitu Divisi Kepatuhan dan Kesekretariatan melakukan manajemen pemberitaan (news management), bekerjasama dengan Bagian Marketing dan Bagian Operasional untuk melakukan pengelolaan dalam monitoring opini/komentar di new media atau social media terhadap komplain/keluhan nasabah. Kebijakan dan Prosedur Implementasi manajemen risiko reputasi mengacu pada Pedoman Penerapan Manajemen Risiko Reputasi serta Kebijakan dan Prosedur terkait lainnya. Proses Proses yang dilakukan dalam mengelola risiko reputasi yaitu: a. Evaluasi secara harian, mingguan, bulanan, triwulan dan tahunan atas risiko reputasi yang dihadapi Bank MAS yang dituangkan dalam Laporan Media Monitoring. b. Pengklasifikasian media massayang ada ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan sirkulasi dan cakupan geografis. Masing-masing kelompok media ini ditangani secara berbeda sesuai dengan dampak risiko reputasi yang ditimbulkannya. c. Standardisasi kompetensi staf kehumasan/hubungan media di Kantor Cabang/Bagian agar memiliki kemampuan dan kepekaan merespon isu dan opini yang berkembang di daerah. d. Monitoring dan evaluasi atas komentar, keluhan, dan masukan yang berkembang di new media atau social media, dan pemilihan strategi merespon opini yang berkembang di social media. e. Menetapkan Service Level Agreement (SLA) sebagai standar kecepatan melakukan respon atas komplain nasabah. f. Pengukuran dan pemantauan jumlah komplain dan tingkat penyelesaian komplain. Pengelolaan Risiko Reputasi pada saat krisis dilakukan melalui penetapan standar crisis contingency plan yang akan diimplemetasikan ketika terjadi krisis dari skala ringan hingga skala berat. Crisis contegency plan tersebut, terdiri dari: a. Review masalah atau kronologis. b. Alur informasi. c. Penentuan personal in charge. d. Penetapan juru bicara. e. Jadwal aktivitas penanganan krisis; f. Alternatif strategi komunikasi. f. Penerapan Manajemen Risiko Konsolidasi Dalam framework manajemen risiko di Bank MAS telah mengimplementasikan 4 (empat) pilar penerapan manajemen risiko yaitu: 1. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi antara lain tercermin dari pembentukan Komite Manajemen Risiko pada level Komisaris maupun Direksi. Terdapat 2 (dua) Komite Manajemen Risiko pada level Direksi yang beranggotakan Direksi dan pemimpin Divisi terkait yaitu Komite Kebijakan dan Risiko serta Komite Asset & Liability Management (ALMA). Pengawasan aktif Dewan Komisaris juga tercermin dari persetujuan serta evaluasi yang dilakukan atas kebijakan dan pertanggungjawaban Direksi sehubungan dengan pelaksanaan manajemen risiko. Direksi bertanggung jawab terhadap penetapan kebijakan dan strategi manajemen risiko serta mengimplementasikannya dalam aktivitas sehari-hari. Struktur organisasi satuan kerja manajemen risiko membidangi pengelolaan risiko pembiayaan, risiko pasar, operasional dan lainnya serta pengelolaan integrasi risiko. 2. Kecukupan kebijakan prosedur dan penetapan limit. Kebijakan Manajemen Risiko Bank MAS telah disesuaikan dengan masing-masing risiko dan dijabarkan secara detail dalam prosedur dan juklak serta limit-limit yang menjadi dasar dalam menjalankan aktivitas bisnis.
3. Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan Pengendalian serta Sistem Informasi Manajemen Risiko. Proses manajemen risiko antara lain tercermin dalam parameter profil risiko, laporan pemantauan secara rutin serta penetapan parameter limit yang dilakukan secara berkala. Proses manajemen risiko juga tercermin dalam hasil penilaian profil risiko yang dilaporkan setiap triwulan. 4. Pengendalian intern yang menyeluruh. Dalam rangka pelaksanaan pengendalian internal terhadap pelaksanaan manajemen risiko, telah dibentuk Satuan Kerja Audit Internal yang berada di bawah koordinasi Direktur Utama yang antara lain bertugas memastikan implementasi manajamen risiko di setiap unit. Risiko Utama Risiko utama yang dihadapi Bank MAS adalah Risiko Kredit dan Risiko Pasar.Terkait denganrisiko kredit, kualitas penerapan manajemen risiko kredit secara umum cukup memadai.Sedangkan terkait dengan risiko pasar, kualitas penerapan manajemen risiko pasar yang memadai dapat meminimalisir kemungkinan kerugian Bank, sehingga kinerja Bank membaik.
Permodalan Guna memperkuat dan meningkatkan rasio permodalan Bank pada tahun 2008, seluruh Pemegang Saham telah mematuhi Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/15/PBI/2005 tanggal 1 Juli 2005 tentang Pemenuhan Modal Inti Minimum Bank Umum, dimana Modal Inti Bank MAS akhir tahun 2008 sudah memenuhi ketentuan Modal Inti Minimum yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar Rp.100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah). Komposisi Modal pada akhir tahun 2012 dan 2011 sebagai berikut: Rasio Kecukupan Modal (dalam jutaan Rp.) Keterangan A. Modal Inti 1. Modal Disetor 2. Cadangan Tambahan Modal a. Rugi tahun-tahun lalu b. Laba tahun-tahun lalu c. Laba tahun berjalan setelah Pajak (50 %) d. PPAP yang diperhitungkan Total Modal Inti B. Modal Pelengkap (maksimum 100 % modal inti) Cadangan umum penyisihan penghapusan aktiva produktif / PPAP (maksimum 1,25 % dari ATMR) Total Modal Pelengkap Total Modal Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) - Aktiva Tertimbang menurut risiko Kredit - Aktiva Tertimbang menurut risiko Operasional Rasio Kewajiban Modal Minimum yang tersedia (%) Rasio Kewajiban Modal Minimum yang diwajibkan (%)
2012
2011
155.000
155.000
26.822 7.224 (1.523) 187.523
13.662 6.203 (2.283) 172.582
6.639 6.639 194.162 689.380 621.200 68.180 28,16% 8,00%
4.409 4.409 176.991 590.932 529.171 61.761 29,95% 8,00%
Produk dan Jasa Produk : Penghimpunan Dana Giro Tabungan MASSaving Simaster Deposito Berjangka & Deposit On Call Jasa: Kliring. Transfer Dana (RTGS). Pembayaran Gaji (Payroll Service). Penukaran Valuta Asing (Money Changer). Bank Garansi. Dan Lain-Lain.
Penyaluran Dana Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi
Tingkat Suku Bunga Penetapan kebijakan suku bunga diberikan dengan tetap mempertimbangkan kondisi yang berlaku di pasar. Kebijakan Manajemen dalam menetapkan suku bunga pinjaman dilakukan dengan mempertimbangkan biaya bunga, biaya tenaga kerja, umum dan administrasi serta persentase risiko yang diperkirakan terjadi serta margin yang diharapkan. Perkembangan Perekonomian dan Target Pasar Ditengah persaingan perbankan, Bank tetap optimis namun antisipatif dalam menyongsong tahun anggaran 2013. Perkembangan perekonomian nasional tahun 2013 diprediksi akan tumbuh lebih baik dari tahun sebelumnya. Dengan memperhatikan kondisi mikro dan makro ekonomi, moneter dan perbankan serta perkembangan ekonomi secara keseluruhan, Bank berupaya terus mengembangkan usaha pada tahun mendatang. Berkaitan dengan target pasar, Bank akan fokus pada pembiayaan sektor usaha kecil, menengah dan korporasi. Jaringan Kerja dan Mitra Usaha Bank tetap menjaga dan menjalin hubungan yang harmonis dengan seluruh mitra usaha, relasi bisnis dan semua lembaga yang turut mendukung jalannya perusahaan. Salah satu langkah yang tetap dipegang teguh oleh Bank adalah terus meningkatkan pelayanan, menjalin hubungan kemitraan yang harmonis dan mensinergikan hubungan yang telah terjalin selama ini. Dengan misi saling mendukung untuk perkembangan bersama maka Bank membuka jaringan kerja dan kemitraan yang seluas-luasnya guna menjadi Bank fokus terpercaya. Jaringan Kantor Jaringan kantor yang dimiliki sampai dengan tahun 2012 adalah 1 (satu) Kantor Pusat, 2 (dua) Kantor Cabang dan 6 (enam) Kantor Cabang Pembantu yang terletak di Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Utara, Tangerang dan Surabaya. Sumber Daya Manusia Bank terus berupaya meningkatkan keterampilan dan kualitas sumber daya manusia pada semua lini kerja termasuk mengikut sertakan dalam program sertifikasi Manajemen Risiko, meningkatkan kompetensi kecakapan kerja, meningkatkan kualitas pelayanan serta daya saing dalam menghadapi perkembangan dunia perbankan saat ini. Bank menyadari bahwa penempatan dan dukungan sumber daya manusia yang cakap pada bidangnya merupakan langkah yang harus diambil guna menunjang eksistensi dan kelangsungan usaha ditengah persaingan ketat. Untuk itu Bank MAS tetap mengalokasikan dana pendidikan untuk pelatihan dan pengembangan keterampilan pada semua jenjang, baik yang diselenggarakan secara in-house training maupun bekerjasama dengan pihak lain (out-house training) yang berpengalaman dalam bidang pengembangan sumber daya manusia. Profil Sumber Daya Manusia Menurut Level
31 Des 2012
31 Des 2011
Manajemen Madya Manajemen Pelaksana Karyawan Staf Karyawan Dasar Total
3 22 112 54 191
3 22 118 53 196
Menurut Pendidikan Strata Dua Strata Satu Diploma Tiga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas < Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Total
2 72 13 90 14 191
2 77 16 86 15 196
Teknologi Informasi Untuk menunjang operasional Bank, meningkatkan pelayanan dan mengantisipasi transaksi perbankan yang semakin berkembang maka pada tahun 2011telah dilakukan penggantian Core Banking System lama ke Core Banking SystemTeradata dan modul-modul yang ada akan terus dikembangkan sesuai dengan Rencana Bisnis Bank dan regulasi yang berlaku. Seluruh transaksi antarkantor telah terintegrasi sehingga dapat meningkatkan pelayanan dan memudahkan nasabah dalam bertransaksi disetiap kantor Bank MAS. Pengawasan Untuk menjaga dan memastikan kegiatan usaha Bank berjalan dengan baik Bank MAS telah membentuk Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) yang melaksanakan fungsi pengawasan dengan mengacu pada Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB). Organisasi Satuan Kerja Audit Intern Bank MAS dibentuk untuk membantu semua tingkatan manajemen dalam menjalankan fungsi pengendalian yang diharapkan mampu menjaga perkembangan Bank kearah yang lebih baik. Pembentukan Satuan Kerja Audit Intern membawa misi audit, yakni terpenuhinya pengendalian intern dalam rangka menjaga kepentingan Bank, masyarakat penyimpan dana dan seluruh stakeholder guna mewujudkan Bank yang sehat, berkembang secara wajar yang pada akhirnya diharapkan dapat menunjang perekonomian nasional.
Pelaksanaan Good Corporate Governance Pelaksanaan tata kelola yang baik (Good Governace) dalam menjalankan kegiatan usaha menjadi suatu keharusan, kewajiban dan impian bagi setiap institusi bisnis baik secara struktur (Governance Structure) maupun proses pengelolaannya (Governance Process) harus lebih transparan, akuntabel, berkeadilan dan taat hukum serta dapat dipertanggungjawabkan kepada stakeholder. Oleh karena itu Bank MAS dalam menjalankan aktifitas kegiatan usaha senantiasa berupaya untuk melaksanakan tata kelola yang baik (Good Governace) untuk memberikan perlindungan terhadap kepentingan stakeholder serta melaksanakan fungsi kepatuhan terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku sesuai prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Bank MAS berupaya menanamkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance sebagai bagian dari budaya perusahaan yang senantiasa dipelihara, dijaga dan terus ditingkatkan kualitasnya dalam rangka pencapaian visi, misi dan nilai-nilai perusahaan dan memiliki komitmen untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik (Good Governace) serta menerapkan prosedur dan kebijakan berdasarkan best practice. Kebijakan dan prosedur yang ada dan diberlakukan di Bank MAS pada dasarnya diarahkan untuk memastikan bahwa perusahaan telah bekerja untuk kepentingan para pemangku kepentingan (stakeholders). Bank telah menyusun pedoman tata kelola perusahaan yang mengatur aspek-aspek utama dan bertujuan antara lain mendorong dan meningkatkan pengelolaan Bank MAS secara profesional, transparan dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ/fungsi-fungsi dalam organisasi. Organ/fungsi-fungsi organisasi dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya senantiasa dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku. Sehingga proses pengelolaannya (Governance Process) dapat meningkatkan daya saing Bank MAS yang kuat secara nasional. Pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance di Bank MAS berpedoman pada prinsip-prinsip keterbukaan (transparancy), akuntabilitas (accountability), tanggung jawab (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness) yang meningkatkan nilai (value), yang diharapkan oleh para stakeholder, yang dapat dipertanggungjawabkan dan transparan sehingga Bank MAS dapat mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Adapun kerangka dan struktur tata kelola (Governance Structure) berpedoman pada ketentuan dan peraturan perundangundangan yang berlaku, Bank MAS menjabarkannya sebagai berikut: a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) RUPS sebagai organ organisasi tertinggi yang mempunyai wewenang dan telah diselenggarakan dengan baik sehingga dapat mengambil keputusan sesuai dengan kepentingan Bank dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. RUPS memiliki wewenang antara lain untuk mengangkat dan memberhentikan anggota Dewan Komisaris dan Direksi, mengevaluasi kinerja Dewan Komisaris dan kinerja Direksi, menyetujui perubahan Anggaran Dasar, menyetujui laporan tahunan dan menetapkan bentuk dan jumlah imbalan, tunjangan dan fasilitas bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi, menetapkan penggunaan laba dan penunjukan akuntan publik. Dalam RUPS ini dapat juga dibahas strategi, kebijakan serta hal-hal penting lainnya yang diusulkan oleh Direksi, Dewan Komisaris ataupun Pemegang Saham. RUPS Tahunan diadakan 1 (satu) tahun sekali sebagai forum dimana Direksi dan Dewan Komisaris melaporkan dan mempertanggungjawabkan kinerja dan pengawasan Bank MAS kepada Pemegang Saham. Selain RUPS Tahunan, Bank MAS juga dapat menyelenggarakan RUPS Luar Biasa sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.
Bank MAS memberikan perlakuan yang setara terhadap semua Pemegang Saham. Oleh karenanya, berkaitan dengan penyelenggaraan RUPS, panggilan RUPS mencakup informasi mengenai setiap mata acara dalam agenda RUPS, termasuk usul yang direncanakan oleh Direksi untuk diajukan dalam RUPS, sehingga memungkinkan Pemegang Saham berpartisipasi dalam RUPS dan memberikan suara secara bertanggung jawab. Pada tahun 2012, Bank MAS melaksanakan RUPS Tahunan pada tanggal 15 Juni 2012, dimana diputuskan hal-hal sebagai berikut: 1. Menyetujui dan mengesahkan Laporan pertanggungjawaban Direksi atas kinerja Perseroan untuk Tahun Buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011. 2. Menyetujui dan mengesahkan Laporan Keuangan Perseroan untuk Tahun Buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Husni, Mucharam & Rasidi sebagaimana tercantum dalam laporannya No.LAI/GA/12007 tanggal 16 Maret 2012. 3. Memberikan kewenangan dan pembebasan tanggungjawab kepada Direksi atas tindakan pengurusan perseroan dan pelaksanaan pengawasan yang telah dijalankan Dewan Komisaris selama Tahun Buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011. 4. Menyetujui tidak adanya pembagian deviden kepada Pemegang Saham untuk Tahun Buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dan menyetujui laba tahun 2011 dibukukan sebagai “laba ditahan” Perseroan. 5. Menyetujui dan memberikan wewenang dan kuasa kepada Dewan Komisaris untuk menunjuk Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik dalam rangka audit laporan keuangan Perseroan untuk tahun buku 2012 berdasarkan rekomendasi Komite Audit, serta menetapkan honorarium bagi Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik tersebut termasuk untuk melakukan segala sesuatunya berkenaan dengan penunjukan Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 6. Menyetujui dan memberikan wewenang kepada Dewan Komisaris untuk menetapkan gaji, honorarium, dan/atau tunjangan lainnya termasuk tapi tidak terbatas antara lain gratifikasi, hadiah, manfaat, asuransi serta tunjangan dalam bentuk apapun lainnya bagi Dewan Komisaris dan Direksi untuk Tahun 2013. Dalam tahun 2012, Bank MAS telah melaksanakan RUPS Luar Biasa sebanyak 1 (satu) kali, yakni pada tanggal 15 Juni 2012, dimana diputuskan hal-hal sebagai berikut: 1. Mengangkat Sdr. H. Haryono Waskito, SH sebagai anggota Dewan Komisaris Independen perseroan, efektif setelah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia. 2. Memberhentikan dengan hormat seluruh anggota Dewan Komisaris dan Direksi dengan mengucapkan banyak terima kasih atas segala jasa, tenaga serta pemikiran yang telah diberikan kepada perseroan selama menjabat, efektif pada saat penutupan RUPS ini. 3. Mengangkat kembali anggota Dewan Komisaris yaitu Sdri. Juwita Ekawati Winoto sebagai Komisaris Utama dan Sdr. Tommy Mukdani sebagai Komisaris Independen, serta anggota Direksi yaitu Sdri. Nurjani Djunaedi sebagai Direktur Utama, Sdr. Budi Afandi Winoto dan Sdr. Iwan Yuda Pramudhi masing-masing sebagai Direktur, efektif pada saat penutupan RUPS ini, sehingga susunan pengurus perseroan setelah RUPS Luar Biasa ditutup adalah sebagai berikut: Dewan Komisaris : Komisaris Utama Komisaris Independen Komisaris Independen
: Juwita Ekawati Winoto : Tommy Mukdani : H. Haryono Waskito, SH *)
Direksi : Direktur Utama : Nurjani Djunaedi Direktur : Budi Afandi Winoto Direktur : Iwan Yuda Pramudhi *) Masa jabatan anggota Dewan komisaris Independen yaitu Sdr. H.Haryono Waskito, SH berlaku efektif setelah mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia. Masa jabatan anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi yang baru akan berakhir pada saat penutupan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan kedua setelah tanggal pengangkatan mereka.
b. Dewan Komisaris Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris dilengkapi dengan Komite Audit yang bertugas antara lain melakukan evaluasi atas hasil temuan pemeriksaan satuan kerja audit intern Bank MAS dalam rangka pengendalian umum sebagaimana ditetapkan dalam Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Dewan Komisaris juga dibantu oleh dua komite lainnya yaitu Komite Remunerasi dan Nominasi serta Komite Pemantau Risiko. Pada akhir tahun 2012, jumlah dan komposisi Dewan Komisaris Bank MAS tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu minimal 3 (tiga) orang dan Bank hanya memiliki 2 (dua) orang anggota komisaris sehingga dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya menjadi kurang efektif. Dalam upaya pemenuhan ketentuan, jumlah dan komposisi Dewan Komisaris akan segera dilengkapi pada tahun 2013. Susunan Dewan Komisaris Bank MAS per 31 Desember 2012 terdiri dari: Komisaris Utama : Juwita Ekawati Winoto Komisaris Independen : Tommy Mukdani Pengaturan implementasi Good Corporate Governance (GCG) untuk tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris sebagai berikut : 1. Melakukan pengawasan untuk memastikan terselenggaranya pelaksanaan prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan usaha Bank pada seluruh jenjang organisasi. 2. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi. 3. Memberi arahan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis Bank. 4. Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan keputusan kegiatan operasional Bank, kecuali dalam penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana yang melebihi kewenangan Direksi. 5. Memastikan Direksi telah menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari SKAI, auditor eksternal dan hasil pengawasan Bank Indonesia/otoritas lainnya. Dewan Komisaris memberitahukan kepada Bank Indonesia paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak ditemukan, setiap pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang keuangan dan perbankan, dan keadaan atau perkiraan keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank. 6. Membentuk Komite Audit, Komite Pemantau Risiko dan Komite Remunerasi dan Nominasi dan memastikan Komite telah berfungsi efektif. 7. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara independen, memiliki pedoman dan tata tertib kerja dan telah menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara optimal. Untuk menjalankan fungsinya Dewan Komisaris menyelenggarakan rapat secara berkala minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan dan tahun 2012 Komisaris telah melakukan 19 (sembilan belas) kali pertemuan. Beberapa Komite yang dibentuk Komisaris adalah: 1. Komite Audit Komite Audit bertugas memberikan pendapat profesional yang independen kepada Komisaris mengenai laporan dan informasi lain yang disampaikan oleh Direksi, dan mengidentifikasikan hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris. Seluruh anggota Komite Audit bersifat independen terhadap Direksi maupun auditor eksternal, dan beranggotakan sekurang-kurangnya seorang Komisaris Independen yang menjabat sebagai Ketua Komite Audit. Susunan keanggotaan Komite Audit per 31 Desember 2012 sebagai berikut: Ketua : Tommy Mukdani Anggota : Haryadi Anggota : L. Arwoko
Masing-masing anggota Komite Audit mempunyai kompetensi dan pengalaman dalam bidang akuntansi, keuangan, hukum dan perbankan. Semua anggota komite bertindak secara independen terhadap Direksi dan auditor ekstern, serta melaporkan kegiatannya kepada Dewan Komisaris berupa rekomendasi atas hasil evaluasi dan identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian khusus dalam bidang laporan keuangan dari Direksi, laporan dari auditor internal dan auditor eksternal serta ketaatan pada peraturan perundang-undangan dan pelaksanaan manajemen risiko. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, fungsi Komite Audit adalah membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan fungsi pengawasannya dan sesuai dengan fungsi tersebut, tugas utama dari Komite Audit adalah menyakini bahwa: a. Sistem pengendalian internal Bank MAS telah dapat dilaksanakan dengan baik. b. Pelaksanaan audit internal maupun eksternal telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing yang berlaku, dan c. Tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen. Dalam menjalankan tugasnya, Komite Audit melakukan interaksi yang intens dengan Direksi, SKAI dan Auditor Ekstern. Selama tahun 2012, Komite Audit melakukan 6 (enam) kali rapat dan telah melaksanakan kegiatan-kegiatan antara lain sebagai berikut: 1. Evaluasi atas efektivitas pelaksanaan pemeriksaan laporan keuangan dari Kantor Akuntan Publik. Melakukan evaluasi atas efektivitas audit, termasuk menelaah independensi dan objektivitas auditor ekstern serta menelaah kecukupan pemeriksaan yang dilakukannya untuk memastikan bahwa semua risiko sudah dipertimbangkan. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, Komite Audit berkesimpulan bahwa independensi dan objektivitas akuntan publik dalam mengaudit laporan keuangan telah sesuai dengan Standar Pemeriksaan yang berlaku. Dari hasil penelaahan atas kecukupan pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan publik, dapat disimpulkan pula bahwa pemeriksaan yang dilakukannya telah memberikan dasar yang cukup untuk memberikan pendapat. 2. Pemantauan dan pengevaluasian atas perencanaan dan pelaksanaan audit serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit. Berkaitan dengan pelaksanaan tugas SKAI, dari hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa SKAI telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan perencanaan audit yang telah ditetapkan. Pelaksanaan audit dan pelaporannya telah dilakukan sesuai dengan Standard Pelaksaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB). Terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan, Komite Audit berpendapat bahwa proses tindak lanjut telah dilakukan oleh manajemen. Berdasarkan penelaahan dan pembahasan dalam pertemuan-pertemuan yang telah dilakukan, komite Audit berpendapat bahwa penyajian laporan keuangan telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Bank MAS telah memiliki kebijakan dan sistem pengendalian intern yang memadai dalam melakukan pemantauan atas kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 3. Mengevaluasi dan memberikan rekomendasi penunjukkan Akuntan Publik untuk tahun buku 2012. 4. Menyempurnakan Pedoman dan tata tertib kerja dari Komite Audit Frekuensi Pertemuan: Komite Audit Tommy Mukdani Haryadi L. Arwoko Edi Soerjantoro Handojo Judoprajitno
Jumlah Rapat 6 5 5 1 1
Jumlah Kehadiran 6 5 5 1 1
% Kehadiran 100 100 100 100 100
2. Komite Pemantau Risiko Komite Pemantau Risiko dibentuk oleh Dewan Komisaris dengan tanggung jawab untuk memberikan masukan kepada Dewan Komisaris mengenai isu-isu manajemen risiko, guna mengevaluasi manajemen risiko dan sistem pengawasan intern serta menyediakan berbagai informasi bagi Dewan Komisaris dalam rangka mengantisipasi risiko.
Susunan Komite Pemantau Risiko per 31 Desember 2012 sebagai berikut: : Vacant Ketua Anggota : L. Arwoko Anggota : Haryadi Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, tugas dan tanggung jawab komite antara lain: a. Memberi masukan kepada Dewan Komisaris dalam penyusunan dan perbaikan kebijakan manajemen risiko. b. Mendiskusikan pelaksanaan kebijakan manajemen risiko dan membahasnya dalam rapat Dewan Komisaris. c. Mempelajari dan mengkaji ulang kebijakan dan peraturan-peraturan internal tentang kebijakan manajemen risiko. d. Mengevaluasi laporan triwulanan profil risiko Bank MAS dan menyampaikan masukan kepada Dewan Komisaris atas hal-hal yang perlu ditindaklanjuti. Selama tahun 2012, Komite Pemantau Risiko telah menjalankan tugas dan fungsinya sesuai ketentuan yang berlaku antara lain telah melakukan rapat 5 (lima) kali dan membahas pengelolaan risiko di Bank MAS berikut profil risikonya dengan pihak-pihak terkait lainnya. Frekuensi Pertemuan: Komite Pemantau Risiko L. Arwoko Haryadi
Jumlah Rapat 5 5
Jumlah Kehadiran 5 5
% Kehadiran 100 100
3. Komite Remunerasi dan Nominasi Komite Remunerasi dan Nominasi bertugas untuk membantu Dewan Komisaris mengevaluasi dan menetapkan jumlah dan komposisi Dewan Komisaris dan Direksi, kriteria untuk seleksi anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang baru, calon yang akan ditunjuk sebagai anggota Dewan Komisaris dan Direksi dan sistem remunerasi yang tepat bagi Dewan Komisaris dan Direksi. Pembentukan Komite telah disesuaikan dengan Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006, Peraturan Bank Indonesia No.8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 dan SE BI No.9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum, sehingga Komite Remunerasi dan Nominasi terdiri dari 1 (satu) orang anggota Komisaris Independen sebagai ketua dan merangkap anggota, 1 (satu) orang anggota Komisaris sebagai anggota dan 1 (satu) orang anggota perwakilan karyawan. Susunan Komite Remunerasi dan Nominasi per 31 Desember 2012 sebagai berikut: Ketua : Tommy Mukdani Anggota : Juwita Ekawati Winoto Anggota : Rudyono Atmadja Berdasarkan ketentuan yang berlaku, salah satu tanggung jawab Komite Remunerasi dan Nominasi adalah melakukan evaluasi dan mengusulkan kebijakan remunerasi bagi Direksi dan anggota Dewan Komisaris serta karyawan yang sepadan dengan kinerjanya. Dalam pengusulan tersebut, komite harus memastikan bahwa kepentingan manajemen tersebut sejalan dengan kinerja Bank MAS dan kepentingan stakeholders. Tugas dan tanggung jawab dari komite nominasi dan remunerasi tidak hanya terbatas pada kebijakan nominasi dan remunerasi yang meliputi: a. Melakukan evaluasi atas kebijakan remunerasi serta memberikan rekomendasi kepada Dewan omisaris atas: 1. Kebijakan remunerasi bagi Dewan Komisaris dan Direksi untuk disampaikan dalam RUPS. 2. Kebijakan remunerasi bagi seluruh Pejabat Ekekutif dan karyawan Bank untuk disampaikan kepada Direksi. Rekomendasi diberikan berdasarkan kinerja keuangan, prestasi kerja serta pertimbangan sasaran dan strategi jangka panjang.
b. Menyusun dan merekomendasikan atas kebijakan dan sistem prosedur penggantian anggota Dewan Komisaris dan Direksi untuk disampaikan kepada RUPS. c. Memberikan rekomendasi mengenai calon anggota Dewan Komisaris, Direksi dan pihak independen sebagai anggota komite kepada Dewan Komisaris. Selama tahun 2012, Komite nominasi dan remunerasi telah melakukan proses nominasi yang sistematis dan obyektif serta mempertimbangkan tanggung jawab pengelolaan Bank sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada tahun yang sama, juga direkomendasikan anggota komite remunerasi dan nominasi dan usulan kenaikan gaji/honorarium bagi Direksi/Dewan Komisaris kepada Dewan Komisaris untuk disampaikan dalam RUPS Tahunan serta kenaikan gaji/honorarium seluruh karyawanBank untuk disampaikan kepada Direksi. Dalam tahun 2012, Komite nominasi dan remunerasi juga telah memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris untuk menetapkan kebijakan terkait dengan: 1. Rekomendasi usulan skema pemberian bonus kepada karyawan dan pengurus Bank MAS. 2. Rekomendasi usulan penggajian untuk karyawan dan pengurus Bank MAS. 3. Rekomendasi tunjangan jabatan non struktural. 4. Fasilitas kendaraan, diberikan kepada karyawan tertentu. 5. Menyempurnakan Pedoman dan tata tertib kerja dari Komite Remunerasi dan Nominasi Frekuensi Pertemuan: Komite Remunerasi dan Nominasi Tommy Mukdani Juwita E. Winoto Rudyono Atmadja Sarimey S. Ang Lydia
Jumlah Rapat 6 6 5 1 1
Jumlah Kehadiran 6 6 5 1 1
% Kehadiran 100 100 100 100 100
c. Pola Hubungan Dewan Komisaris dan Direksi Kepengurusan Perseroan selama ini menganut sistem Dua Dewan (two board system) yaitu Dewan Komisaris dan Direksi yang masing-masing mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai dengan tanggung jawab dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan. Komisaris Utama memimpin anggota Dewan Komisaris sebagai lembaga pengawasan dan Direktur Utama memimpin anggota Direksi yang bertanggung jawab atas kepengurusan Bank MAS. Namun demikian, keduanya mempunyai tanggung jawab untuk memelihara kesinambungan usaha Bank MAS dalam jangka panjang. Dewan Komisaris/Direksi Dewan Komisaris Juwita Ekawati Winoto Sarimey Sembiring Tommy Mukdani Direksi Nurjani Djunaedi Budi Afandi Winoto Iwan Yuda Pramudi
Rapat Direksi Jadual Hadir -
-
15 15 15
15 13 15
Rapat Dewan Komisaris Jadual Hadir 16 7 19
-
16 7 19
-
d. Direksi Direksi bertanggung jawab mengelola Bank MAS, merumuskan dan melaksanakan strategi dan kebijakan bisnis, memelihara dan mengelola aktiva, memastikan pencapaian sasaran dan tujuan usaha serta terus berupaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya. Untuk itu, sesuai Anggaran Dasar Bank MAS, Direksi berhak mewakili Bank MAS di dalam dan di luar Pengadilan tentang segala hal dan dalam segala kejadian, mengikat Bank MAS dengan pihak lain dan pihak lain dengan Bank MAS serta menjalankan segala tindakan dengan pembatasan tertentu. Susunan Direksi per 31 Desember 2012 terdiri sebagai berikut: Direktur Utama : Nurjani Djunaedi Direktur : Budi Afandi Winoto Direktur Kepatuhan : Iwan Yuda Pramudhi Pada tahun 2012, Direksi terdiri dari seorang Direktur Utama dan dua Direktur dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, salah seorang anggota Direksi ditunjuk sebagai Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko yang tidak membawahi kegiatan operasional dan bertugas memastikan bahwa Bank MAS mematuhi seluruh ketentuan, peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam menjalankan tugasnya, Direksi dibantu oleh komite eksekutif yang dibentuk Direksi untuk membantu pelaksanaan tugas Direksi pada bidang-bidang tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan pendapat berdasarkan asas profesionalisme dan four eyes principle sebagai wujud penerapan aspek independensi dan transparansi. Bank MAS telah memiliki beberapa komite eksekutif dibawah Direksi yaitu: 1. Komite Kebijakan Perkreditan Bank Tugas dan tanggung jawab Komite Kebijakan Perkreditan Bank: a. Menetapkan Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) secara umum yang mencakup prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, kebijakan persetujuan kredit, dokumentasi dan administrasi kredit, pengawasan kredit serta penyelesaian kredit bermasalah. b. Memberikan masukan dalam penyusunan KPB terutama yang berkaitan dengan prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, antara lain: 1. Kebijakan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). 2. Kebijakan Penyediaan Modal Minimum (CAR). 3. Kebijakan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP). 4. Kebijakan Kualitas Aktiva Produktif (KAP). 5. Kebijakan Akuntansi Perkreditan dan lain sebagainya. c. Membuat petunjuk pelaksanaan atas KPB. d. Mengawasi agar KPB diterapkan dan dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten. e. Merumuskan pemecahan apabila terdapat hambatan/kendala dalam penerapan KPB. f. Melakukan kajian terhadap penerapan kebijakan perkreditan dan secara berkala memberikan saran/perubahan/perbaikan KPB sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. 2. Komite Kredit Tugas dan tanggung jawab Komite Kredit dalam proses pemberian kredit adalah mengevaluasi, menganalisa dan me-review seluruh aspek pemberian kredit dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian, sesuai kebijakan, sistem dan prosedur, serta ketentuan yang berlaku dan memberi rekomendasi kepada pejabat pemutus kredit dalam Credit Memorandum. 3. Komite Pengarah Teknologi Informasi (Steering Committee TSI) Tugas dan tanggung jawab Komite Pengarah Teknologi Informasi: a. Menyusun Rencana Strategis Teknologi Informasi yang sesuai dengan Rencana Strategis kegiatan usaha Bank MAS. b. Merumuskan Kebijakan dan Prosedur utama Teknologi Informasi. c. Mengevaluasi kesesuaian proyek-proyek Teknologi Informasi yang telah disetujui dengan Rencana Strategis Teknologi Informasi.
d. Mengevaluasi kesesuaian Teknologi Informasi dengan kebutuhan Sistem Informasi Manajemen Bank MAS. e. Mengevaluasi kinerja Teknologi Informasi. f. Memberikan rekomendasi kepada manajemen terhadap pelaksanaan pengadaan perangkat atau proyek Teknologi Informasi dalam jumlah tertentu. g. Memberi rekomendasi kepada manajemen untuk penyelesaian berbagai masalah terkait Teknologi Informasi. h. Komite bertanggung jawab dan melaporkan hasil kegiatannya kepada Direksi. 4. Komite Manajemen Risiko Tugas dan tanggung jawab Komite Manajemen Risiko: a. Menyusun kebijakan, strategi dan penerapan Manajemen Risiko dan contingency plan. b. Melakukan perbaikan atau penyempurnaan pelaksanaan Manajemen Risiko berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan. c. Menetapkan hal-hal yang terkait dengan keputusan bisnis yang menyimpang dari prosedur normal. 5. ALCO (Assets and Liability Committee) Bank MAS dalam mengelola asset dan liability yang dimilikinya telah memiliki Kebijakan Asset Liability Management (ALMA) sebagai pedoman dalam penerapan manajemen risiko khususnya dalam melaksanakan fungsi pengendalian risiko suku bunga dan risiko likuiditas. Guna melaksanakan kebijakan ALMA, Bank MAS membentuk ALCO yang memiliki fungsi, tugas dan tanggung jawab: a. Menetapkan arah, kebijakan, strategi, manajemen struktur neraca, likuiditas, suku bunga, profitabilitas dan pertumbuhan dengan memegang teguh prinsip kehati-hatian. b. Pengelolaan neraca dan likuiditas serta risiko yang terkandung di dalamnya melalui proses identifikasi, pengukuran eksposur risiko, monitoring serta penetapan strategi pengelolaan liquidity. Selama tahun 2012, ALCO mengadakan 11 (sebelas) kali rapat dengan keputusan penting antara lain, penyesuaian tingkat bunga pada produk-produk aset dan liabilitas, menjaga likuiditas pada tingkat yang baik dan aman dan menjaga keseimbangan komposisi neraca. 6. Komite Sumber Daya Manusia (SDM) Tugas dan tanggung jawab Komite Sumber Daya Manusia: a. Melakukan evaluasi terhadap kebijakan remunerasi dan memberikan rekomendasi kepada Direksi mengenai kebijakan remunerasi Pejabat Eksekutif dan Karyawan secara keseluruhan. b. Memberikan rekomendasi mengenai sistem dan prosedur pengangkatan Pejabat Eksekutif. c. Melakukan evaluasi terhadap penilaian Kinerja Karyawan. d. Memberikan pertimbangan sasaran dan strategi untuk peningkatan sumber daya manusia dalam jangka panjang. e. Fungsi Kepatuhan Sepanjang tahun 2012 Bank MAS berhasil menjaga kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan standar-standar kepatuhan lainnya yang telah ditetapkan. Fungsi kepatuhan yang telah berjalan dengan baik, secara berkesinambungan akan terus dikembangkan dengan meningkatkan kualitas pemahaman terhadap ketentuan yang berlaku, peningkatan pemantauan dan pengujian terhadap rencana keputusan dan atau kebijakan manajemen. Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko senantiasa melakukan pemantauan atas implementasi prinsip kepatuhan termasuk didalamnya adalah pelaksanaan tindakan koreksi yang harus dilakukan, hasil dari pemantauan dituangkan dalam laporan secara berkala. Untuk menggalang komitmen dalam pelaksanaan prinsip kepatuhan, Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko mengadakan rapat dengan Direksi serta Pimpinan unit terkait yang dikoordinasikan oleh Bagian Sistem dan Prosedur, dan Kepatuhan termasuk melakukan komunikasi dan sosialisasi mengenai hal-hal yang terkait dengan hukum, peraturan dan standar baru yang berlaku.
Untuk mendukung tugas dan fungsi kepatuhan ini, Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko dibantu oleh Bagian Sistem dan Prosedur, dan Kepatuhan dengan fungsi pokok memastikan kepatuhan kegiatan operasional pada setiap unit usaha terhadap kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan dan penerapan program Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) yang disesuaikan dengan Peraturan Bank Indonesia No.14/27/PBI/2012 tanggal 28 Desember 2012 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT) bagi Bank Umum sebagai bagian dari upaya Bank dalam gerakan anti pencucian uang. Selain itu, Bagian Sisdur dan Kepatuhan juga melakukan uji kepatuhan atas setiap rancangan kebijakan dan prosedur. Berkaitan dengan kepatuhan terhadap prinsip kehati-hatian pada akhir tahun 2012, pencapaian CAR Bank MAS adalah 28,16% diatas persyaratan minimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 8,00%. Giro Wajib Minimum (GWM) mencapai 8,03%. Tidak ada kredit kepada pihak terkait maupun pihak tidak terkait yang melanggar dan/atau melampaui ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), Rasio Kredit Bermasalah kotor (NPL Gross) sebesar 0,66% dan Rasio Kredit Bermasalah Bersih (NPL Netto) sebesar 0,35%. f. Fungsi Manajemen Risiko Pengembangan manajemen risiko di Bank MAS senantiasa berpedoman pada Peraturan Bank Indonesia tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum. Sepanjang tahun 2012 Bank MAS terus memperbaiki kemampuan manajemen risiko dengan memperluas tata kelola perusahaan, memperbaiki kebijakan, prosedur dan proses manajemen risiko, serta terus meningkatkan kompetensi sumber daya manusia. Komite Pemantau Risiko dibentuk pada tahun 2008 untuk memperkuat organisasi tata kelola risiko yang sudah ada. Komite ini bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris, dengan tugas utama memberikan masukan kepada Dewan Komisaris mengenai masalah-masalah manajemen risiko, mengevaluasi sistem pengawasan manajemen risiko dan pengawasan intern, serta menyediakan informasi kepada Dewan Komisaris dalam kaitan untuk mengantisipasi berbagai potensi risiko. Sebagai bagian dari proses yang terus berjalan dan untuk mencapai standar internasional dibidang pengelolaan risiko, Bank MAS senantiasa mengembangkan dan menyempurnakan kerangka sistem pengelolaan risiko dan pengendalian internal yang terpadu dan komprehensif, sehingga dapat memberikan informasi secara dini dan mengambil langkah-langkah perbaikan untuk meminimalkan risiko. Kerangka pengelolaan risiko ini dituangkan dalam bentuk kebijakan, prosedur, limit transaksi dan kewenangan serta berbagai perangkat pengelolaan risiko lain yang berlaku bagi segenap aktivitas bisnis. Untuk memastikan kebijakan dan prosedur tersebut sesuai dengan perkembangan yang ada, dilakukan evaluasi dan perubahan parameter secara berkala sesuai dengan perubahan bisnis. g. Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) Pembentukkan Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) berfungsi sebagai tim pemeriksa dalam rangka menciptakan sistem pengendalian intern yang memadai dalam pelaksanaan operasional Bank. Secara keseluruhan kualitas sistem pengendalian intern telah menunjukkan hasil yang cukup baik. Pada tahun 2012 ini Bank MAS berupaya agar sistem pengendalian intern dapat berjalan lebih efektif dan efisien, antara lain dengan melaksanakan sistem dan prosedur pengawasan secara konsisten serta mempertahankan kondisi lingkungan kerja yang kondusif. Fungsi pengawasan intern dilaksanakan dengan pendekatan risk based sehingga prioritas pengawasan akan dilakukan terhadap proses atau unit kerja yang memiliki risiko lebih besar. SKAI bertanggung jawab melakukan pemeriksaan secara independen terhadap segenap unit operasional. SKAI bekerja berdasarkan suatu rencana audit tahunan yang sebelumnya telah disetujui oleh Dewan Komisaris dan Direktur Utama. Hasil temuan SKAI dilaporkan langsung kepada Direktur Utama dengan tembusan kepada Komite Audit, yang kemudian melaporkan hasil-hasil tersebut kepada Dewan Komisaris beserta rekomendasi untuk tindak lanjutnya. Selanjutnya, Dewan Komisaris akan memantau dan mengkonfirmasi apakah manajemen telah mengambil langkahlangkah yang memadai atas hasil temuan audit tersebut. Pelaksanaan audit dilakukan pada seluruh kantor, dengan memberikan prioritas aktivitas pengawasan yang disesuaikan dengan tingkat risiko, yang meliputi pemeriksaan pada Kantor Pusat, Kantor Cabang, dan Kantor Cabang Pembantu.
h. Auditor Independen Dewan Komisaris berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh RUPS Tahunan telah menunjuk Kantor Akuntan Publik Drs. Heroe, Pramono & Rekan untuk mengaudit laporan keuangan Bank MAS untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2012. Akuntan Publik tersebut memberikan pernyataan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan Bank MAS. Laporan keuangan Bank MAS telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia i. Transparansi dan Hubungan Keuangan, Kepengurusan dan Keluarga Mayoritas anggota Direksi dan Komisaris Independen tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya, Direksi dan/atau Pemegang Saham pengendali, atau hubungan dengan Bank yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. 50,00% anggota Dewan Komisaris tidak memiliki hubungan keluarga sampai derajat kedua dengan sesama anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi. Anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris yang memiliki saham yang mencapai lebih dari 5,00% pada Bank MAS sebagai berikut: PT Danabina Sentana
PT Multi Anekadana Sakti
7.93%
6.25%
17.50%
-
Dewan Komisaris Juwita Ekawati Winoto Direksi Budi Afandi Winoto
j. Kebijakan/Paket Remunerasi bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi Remunerasi bagi Dewan Komisaris dan Direksi selama tahun 2012 sebagai berikut:
Jenis Remunerasi dan Fasilitas Lain I.
Remunerasi (Gaji, Bonus, Tunjangan rutin, tantiem, dan fasilitas lainnya dalam bentuk no-natura)
II.
Fasilitas lain dalam bentuk natura (transportasi, asuransi kesehatan dan sebagainya) yang : a. dapat dimiliki : b. tidak dapat dimiliki TOTAL
Jumlah remunerasi per orang dalam 1 tahun yang diterima secara tunai diatas Rp. 2 miliar diatas Rp. 1miliar s/d Rp. 2miliar diatas Rp. 500 juta s/d Rp. 1miliar Rp. 500 juta kebawah
Jumlah Diterima dalam 1 Tahun Dewan Komisaris Direksi orang jutaan Rp orang jutaan Rp 3 2.320 2 827
2 2 2
8 84 919
3 3 3
12 108 2.440
Jumlah Direksi (satuan orang
Komisaris (satuan orang)
2 1
1 1
k. Rasio Gaji Tertinggi dan Terendah KETERANGAN
RASIO
Rasio gaji karyawan staff yang tertinggi dan terendah Rasio gaji Direksi staff yang tertinggi dan terendah Rasio gaji Komisaris staff yang tertinggi dan terendah Rasio gaji Direksi tertinggi dan karyawan staff tertinggi
17,73 kali 1,85 kali 2,00 kali 2,04 kali
l. Internal Fraud Selama tahun 2012 tidak terdapat internal fraud yang terjadi di Bank yang mempengaruhi kondisi keuangan Bank secara signifikan dengan dampak penyimpangan lebih dari Rp.100 juta. m. Permasalahan Hukum Permasalahan hukum yang dihadapi Bank selama tahun 2012 sebagai berikut:
Permasalahan Hukum Telah selesai (telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap) Dalam proses penyelesaian Total
Jumlah Pidana -
Perdata 3 3
Sebagian besar dari perkara perdata tersebut terkait dengan upaya penyelesaian kredit bermasalah. n. Transaksi Benturan Kepentingan Selama tahun 2012 tidak terdapat transaksi yang mengandung benturan kepentingan baik yang dilakukan oleh anggota Dewan Komisaris, Direksi maupun Pejabat Eksekutif. o. Pemberian Dana untuk Kegiatan Sosial Selama tahun 2012 Bank MAS ikut berpartisipasi pemberian dana untuk masyarakat disekitar kantor dan lembaga keagamaan, antara lain tempat ibadah. p. Penyediaan Dana Kepada Pihak Berelasi dan Penyediaan Dana Besar Penyediaan dana kepada pihak berelasi dan debitur inti telah dilakukan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan selama tahun 2012 tidak terdapat pelanggaran/pelampauan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) Per 31 Desember 2012, penyediaan dana kepada pihak berelasi dan debitur inti sebagai berikut:
Jumlah Penyediaan Dana 1. Kepada Pihak Berelasi 2. Kepada Debitur Inti : a. Individu b. Group
13
Nominal (Jutaan Rupiah) 10,770
4 6
65,885 94,215
Debitur
q. Rencana Strategis Bank Sesuai dengan kebijakan jangka pendek dan menengah, maka langkah-langkah strategis yang akan dilaksanakan sejalan dengan kebijakan tersebut antara lain: 1. Rencana Jangka Pendek a. Melakukan perubahan struktur organisasi perseroan. Guna memperkuat jajaran manajemen direncanakan melakukan perubahan struktur organisasi antara lain Pemenuhan anggota Dewan Komisaris terutama Komisaris Independen dan penambahan Kepala Divisi antara lain Kepala Divisi Kredit dan Marketing. Diharapkan dengan adanya perubahan struktur organisasi ini, operasional perseroan dapat lebih efisien, efektif dan terkelola dengan baik.
b. Review dan mengkaji ulang Kebijakan Remunerasi dan Nominasi untuk meningkatkan benefit/kesejahteraan bagi karyawan. c. Optimalisasi jaringan kerja dan kantor. Direncanakan untuk membuka kantor cabang pembantu dan merelokasi cabang pembantu yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas perusahaan secara keseluruhan. d. Peningkatan kemampuan dan keahlian Sumber Daya Manusia. Pemberian pelatihan/training baik inhouse maupun outhouse pada berbagai lembaga pelatihan terkemuka, diharapkan dalam jangka pendek dapat meningkatkan kompetensi dan keahlian karyawan. e. Peningkatan Risk Awareness dan Budaya Kepatuhan. Peningkatan risk awareness dan budaya kepatuhan terus menerus akan disosialisasikan kepada seluruh karyawan sehingga tujuan sesuai dengan visi dan misi bank akan tercapai dengan selalu mengedepankan tata kelola yang baik. f. Menjaga tingkat kesehatan bank. Penilaian tingkat kesehatan secara periodik baik secara self assessment maupun berdasarkan pemeriksaan dari Bank Indonesia diharapkan berada pada Peringkat Komposit 2 (dua) atau lebih baik. Untuk itu, dari sisi finansial, indikator-indikator keuangan utama akan diupayakan terus membaik antara lain dengan pencapaian target-target finansial. Sementara dari sisi manajerial, akan terus dikembangkan pengawasan internal yang semakin baik sehingga dapat meminimalkan terjadinya kesalahan/pelanggaran. g. Penyempurnaan penerapan program PSAK 50 dan 55. Menyempurnakan penerapan program PSAK 50 dan 55 termasuk kebijakan, prosedur dan perangkat penunjang. h. Efisiensi biaya dan operasional di segala bidang. Penerapan pola efisiensi pada seluruh unit kerja diharapkan dapat menurunkan biaya overhead dan pada akhirnya akan meningkatkan perolehan laba. Untuk strategi disisi pendanaan yaitu meningkatkan low cost deposits ratio dengan memberikan skema jasa giro yang menarik bagi nasabah dan mencari giro korporasi. i. Peningkatan kualitas dan jenis layanan. Menerapkan standar pelayanan nasabah termasuk peningkatan kualitas dan pengetahuan frontliners, peningkatan kecepatan penyelesaian pengaduan nasabah, penataan ruangan yang lebih baik, sarana dan prasarana yang lebih memadai. j. Memperluas jaringan kerjasama antar bank, baik bank lokal maupun bank asing. k. Rencana untuk mencari investor strategik untuk memperkuat struktur permodalan sesuai peraturan/ketentuan yang berlaku untuk mendukung kegiatan usaha bank agar dapat lebih bersaing. 2. Rencana Jangka Menengah Terkait Kebijakan Sumber Daya Manusia, direncanakan antara lain: a. Peningkatan kompetensi dan keahlian dari karyawan melalui pemberian pelatihan baik inhouse maupun outhouse. b. Peningkatan kesejahteraan bagi karyawan. r. Kepatuhan Terhadap Ketentuan Selama tahun 2012 tidak terdapat pelanggaran terhadap ketentuan dibidang keuangan dan perbankan serta keadaan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank yang wajib dilaporkan oleh Dewan Komisaris ke Bank Indonesia. s. Transparansi Kondisi Keuangan dan non Keuangan Bank Penyusunan dan penyajian laporan keuangan maupun non keuangan telah dilakukan dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku. t. Shares Option Bank tidak memiliki kebijakan dan/atau program shares option dalam bentuk Employee Share Option Program (ESOP) atau Management Share Option Program (MSOP) kepada anggota Dewan Komisaris, Direksi dan Pejabat Eksekutif.
Hasil Self Assessment: Berdasarkan self assesment yang dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku, menghasilkan peringkat per masing-masing faktor sebagai berikut:
NO 1
2
3
4 5 6 7 8
9
10
ASPEK YANG DINILAI Pelaksanaan Tugas Dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Pelaksanaan Tugas Dan Tanggung Jawab Direksi
BOBOT (a)
10.00%
PERINGKAT (b)
2.7
NILAI (a) x (b)
CATATAN *)
0.27
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris cukup memenuhi prinsip GCG. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi cukup memenuhi prinsip GCG dan cukup efektif.
20.00%
2.5
0.50
Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite
10.00%
2.6
0.26
Penanganan Benturan Kepentingan
10.00%
2.7
0.27
Penanganan Benturan Kepentingan cukup memadai.
Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank
5.00%
2.5
0.13
Penerapan fungsi Kepatuhan berjalan cukup efektif.
Penerapan Fungsi Audit Intern
5.00%
2.5
0.13
Penerapan fungsi Audit Intern berjalan cukup efektif.
Penerapan Fungsi Audit Ekstern
5.00%
1.5
0.08
Penerapan fungsi Audit Ekstern telah berjalan efektif.
0.20
Penerapan fungsi Manajemen Risiko termasuk Sistim Pengendalian Intern berjalan cukup efektif.
Penerapan Fungsi Manajemen Risiko dan Pengendalian Intern Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait Dan Debitur Besar Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank, Laporan Pelaksanaan GCG dan Laporan Internal
11 Rencana Strategis Bank Nilai Komposit
7.50%
7.50%
15.00%
5.00%
2.7
2.8
0.21
Komite Audit , Komite Pemantau Risiko dan Komite Remunerasi & Nominasi telah berjalan cukup efektif.
Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait dan Penyediaan Dana Besar telah dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku. Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan, Laporan Pelaksanaan GCG dan Pelaporan Internal telah berjalan cukup efektif.
2.6
2.7
100.00%
0.39
0.14
Penyusunan Rencana Strategis Bank cukup realistis dengan realisasi cukup sesuai.
2.56
PK 3 (CUKUP BAIK)
* ) berisikan penjelasan mengapa penilai memberikan peringkat sebagaimana pada kolom (b)
Komite – Komite dibawah Direksi Komite Kredit Diketuai Direktur Marketing dan Kredit dan anggota Pemimpin Cabang, Pemimpin Cabang Pembantu, Kepala Bagian Marketing dan Kredit dan Kepala Bagian Analisa Kredit. Bertugas untuk mengevaluasi, menganalisa dan me-review seluruh aspek dalam proses pemberian kredit sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku serta memberi rekomendasi kepada pejabat pemutus kredit dalam Credit Memorandum.
Komite Kebijakan Perkreditan Bank Diketuai Direktur Utama, Wakil Ketua Direktur Marketing dan Kredit dan anggota Direktur Operasional, Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko, Kepala Bagian Marketing dan Kredit, Kepala Bagian Analisa Kredit, Kepala Bagian Legal dan Admin Kredit, Kepala Bagian Credit Control and Review, Kepala Satuan Kerja Audit Intern, Kepala Bagian Manajemen Risiko dan Kepala Bagian Sisdur dan Compliance. Bertugas untuk menetapkan Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) dan memberi masukan dalam penyusunan KPB terutama yang berkaitan dengan prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, membuat petunjuk pelaksanaan KPB, mengawasi agar KPB diterapkan dan dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten, merumuskan pemecahan bila terdapat hambatan/kendala dalam penerapan KPB, mengkaji penerapan kebijakan perkreditan dan secara berkala memberi saran/perubahan/ perbaikan KPB sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Komite Pengarah Teknologi Informasi (Steering Committee TSI) Diketuai Direktur Operasional dengan anggota Kepala Divisi Operasional, Kepala Divisi Keuangan & Treasury, Kepala Bagian Teknologi Sistim Informasi, Kepala Bagian Analisa Kredit, Kepala Bagian Legal & Administrasi Kredit, Kepala Bagian Manajemen Risiko, Kepala Bagian Sisdur & Compliance dan Kepala Satuan Kerja Audit Intern. Tugas dan tanggung jawab antara lain menyusun, merumuskan dan mengevaluasi kebijakan dan strategi pemeliharaan dan pengembangan teknologi informasi Bank, mengevaluasi kinerja sistem secara periodik, mengevaluasi tahapan implementasi rencana kerja dan memberikan rekomendasi kepada manajemen terhadap pelaksanaan pengadaan perangkat atau proyek teknologi informasi dalam jumlah tertentu. Komite Manajemen Risiko Diketuai Direktur Kepatuhan & Manajemen Risiko dengan anggota Direktur Operasional, Direktur Marketing & Kredit, Kepala Divisi Keuangan, Kepala Divisi Operasional, Kepala Bagian Marketing dan Kredit, Kepala Bagian Analisa Kredit, Kepala Bagian Manajemen Risiko dan Kepala Satuan Kerja Audit Intern. Wewenang dan tanggung jawab Komite anata lain menyusun kebijakan dan strategi penerapan manajemen risiko dan contingency plan, memperbaiki/menyempurnakan pelaksanaan manajemen risiko berdasarkan hasil evaluasi dan menetapkan hal-hal yang terkait dengan keputusan bisnis yang menyimpang dari prosedur normal. ALMA (Assets Liability Management) Diketuai Direktur Utama dengan anggota Direksi, Kepala Divisi, Pemimpin Cabang /Cabang Pembantu, Kepala Bagian Kredit dan Marketing dan Kepala Bagian Akuntansi dan Pelaporan. Dengan tugas antara lain me-review strategi assets dan liability management, mengevaluasi posisi risiko suku bunga Bank, me-review penetapan harga aktiva dan kewajiban Bank dan me-review deviasi realisasi anggaran dan Rencana Bisnis Bank. Komite Sumber Daya Manusia Diketuai Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko dengan anggota Kepala Divisi Keuangan dan Treasury, Kepala Bagian Sumber Daya Manusia, Kepala Satuan Kerja Audit Intern dan Atasan Langsung. Dengan tugas dan tanggung jawab antara lain mengevaluasi kebijakan remunerasi, memberikan rekomendasi kepada Direksi mengenai kebijakan remunerasi dan nominasi karyawan, merekomendasi sistem dan prosedur pengangkatan Pejabat Eksekutif, melakukan evaluasi terhadap Penilaian Kinerja Karyawan dan memberi pertimbangan sasaran dan strategi peningkatan sumber daya manusia jangka panjang.
Fungsi Kepatuhan Kepatuhan terhadap seluruh ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku telah dilaksanakan dengan baik dengan beberapa kekurangan minor yang dapat segera diperbaiki dalam periode yang sama, sementara pemenuhan komitmen Bank dengan pihak otoritas yang berwenang telah dilaksanakan dengan baik, seperti penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan Bank Indonesia per 31 Desember 2011 yang seluruhnya telah diselesaikan sampai dengan akhir tahun 2012.
Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank Penyusunan dan penyajian laporan keuangan dan non keuangan telah dilakukan dan disampaikan kepada Bank Indonesia sesuai ketentuan yang berlaku. Laporan keuangan dan laporan lainnya disampaikan kepada Bank Indonesia serta stakeholder (pemangku kepentingan)sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Laporan yang disampaikan antara lain Laporan kondisi keuangan, Laporan Publikasi Triwulanan yang dipublikasikan pada media cetak, Laporan Tahunan disampaikan kepada Bank Indonesia dan lembaga lain sesuai dengan peraturan yang ditetapkan Bank Indonesia.
Perubahan Penting yang terjadi dalam Bank dan Kelompok Usaha Perubahan susunan pengurus dengan pengunduran diri Bapak Maxen Bastian Nggadas sebagai Direktur Kepatuhan terhitung tanggal 21 Januari 2012 dan pengunduran diri Ibu Sarimey Sembiring sebagai Komisaris Independen terhitung tanggal 16 Juni 2012. Berdasarkan Akta Notaris No, 39 dari Notaris Setiawan, SH tanggal 06 Juli 2012 terdapat pengangkatan anggota Dewan Komisaris, sehingga susunan Komisaris dan Pengurus menjadi: Dewan Komisaris Komisaris Utama Wakil Komisaris Utama Komisaris Independen Komisaris Independen
: : : :
Tahun 2012 Juwita Ekawati Winoto Tommy Mukdani -
Tahun 2011 Sucahyo Winoto Sugiarto Kurniawan Sarimey Sembiring Tommy Mukdani
: : :
Tahun 2012 Nurjani Djunaedi Budi Afandi Winoto Iwan Yuda Pramudhi
Tahun 2011 Nurjani Djunaedi Budi Afandi Winoto Maxen Bastian Nggadas
Dewan Direksi Direktur Utama Direktur Direktur
Kejadian Setelah Tanggal Neraca Tidak terdapat kejadian penting setelah tanggal neraca yang mempengaruhi laporan keuangan.
DEWAN KOMISARIS Juwita Ekawati Winoto - Komisaris Utama Memulai kariernya di perbankan sejak tahun 1975 di PT Bank Perkembangan Pelayaran Indonesia, Jakarta dengan posisi sebagai Wakil Direktur. Tahun 1978 sebagai Wakil Presiden Komisaris di PT Overseas Express Bank, Jakarta.Tahun 1988 sebagai Tim Pencari Fakta di PT Overseas Express Bank, Jakarta. Selanjutnya bergabung dengan PT Bank Multiarta Sentosa Jakarta dari tahun 1993 sebagai Kepala Divisi Operasional dan sejak tanggal 15 Maret 2012 sampai saat ini sebagai Komisaris Utama PT Bank Multiarta Sentosa.
Tommy Mukdani - Komisaris Dilahirkan di Banjarmasin tahun 1961. Lulusan Universitas Padjajaran Bandung tahun 1988. Perjalanan karier dibidang perbankan dimulai tahun 1989 - 2000 dengan bergabung bersama PT Bank Tamara, Tbk sebagai Pemimpin Cabang. Kemudian bulan Maret 2001 sampai dengan Juli 2009 bergabung dengan PT Bank Ekonomi Raharja, Tbk sebagai Pemimpin Cabang dan Bisnis Support Wilayah. Selanjutnya pertengahan Juli 2009 sampai dengan Desember 2009 bergabung dengan PT Bank Mayapada International Tbk sebagai Pemimpin Cabang. Pelatihan dan training yang pernah diikuti diantaranya Credit Marketing, Cash Flow Management, Monetary Policy & Banking Indonesia, Supervisory Management, Marketing Orientation, Leadership In Action. Sejak Mei 2010 hingga saat ini bergabung dengan PT Bank Multiarta Sentosa, Jakarta sebagai Komisaris.
Direksi Nurjani Djunaedi - Direktur Utama Dilahirkan di Semarang tahun 1964. Lulusan Fakultas Hukum Universitas Diponegoro tahun 1988. Perjalanan karier dibidang perbankan dimulai tahun 1988 - 1999 dengan bergabung bersama PT Bank Utama (d/h PTOverseas Express Bank) dengan jabatan terakhir sebagai Group Head Marketing & Anggota Komite Kredit. Pelatihan dan training yang pernah diikuti diantaranya Excecutive Development Program, Management Supervisor, Total Quality Management.Tahun 1999 – 2003 bergabung dengan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai Deputy Senior Manager Risk Management. Tahun 2004 - 2005 bergabung dengan perusahaan Multifinance PT Asia Multidana sebagai Pemimpin Cabang. Sejak April 2005 hingga saat ini bergabung dengan PT Bank Multiarta Sentosa, Jakarta sebagai Direktur Utama. Budi Afandi Winoto - Direktur Dilahirkan di Jakarta tahun 1960.Lulusan Master of Business Administration dari Golden Gate University, San Fransisco, USA tahun 1984. Perjalanan karier dimulai tahun 1985 di Wothern Bank & Trust, Arkansas, USA.Tahun 1986 bergabung dengan PT Bank Central Asia, New York, USA.Tahun 1987 menjabat sebagai Direktur PT Sari Busanaprana Internasional. Tahun 1993 sebagai Direktur Utama PT Bank Multiarta Sentosa dan tahun 2003 menjabat sebagai Direktur Bank Multiarta Sentosa hingga saat ini. Iwan Yuda Pramudhi - Direktur Dilahirkan di Jakarta tahun 1965 Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Persada Indonesia “YAI” tahun 1995. Perjalanan Karier dibidang perbankan di Panin Bank tahun 1989 - 1995, tahun 1996 - 2000 bergabung di Bank Dharmala sebagai Corporate Planning Officer, tahun 2000 - 2005 di BPPN sebagai Corporate Secretary Officer, tahun 2005 - 2011 di Bank Swadesi dengan jabatan terakhir sebagai Direktur Kepatuhan dan tahun 2012 hingga saat ini bergabung dengan PT Bank Multiarta Sentosa, Jakarta sebagai Direktur Kepatuhan.
Pejabat Eksekutif Kepala Divisi Keuangan & Treasury Arijanti Lukito. Pemimpin Cabang Krekot Bunder Indriawati Winoto. Pemimpin Cabang Surabaya Heru Njotoprawiro. Kepala Bagian Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) Toki Aslyanto. Kepala Bagian Marketing dan Kredit Hendra Wijaya (Andra). Kepala Bagian Manajemen Risiko Iin Sutedja. Kepala Bagian Sumber Daya Manusia Rudyono Atmadja. Kepala Bagian Sisdur & Compliance Roddy M. Silooy. Kepala Bagian Logistik/Umum Tan Yelan. Kepala Bagian Akuntansi & Pelaporan Jusak Elia. Kepala Bagian Analisa Kredit Andi Yuliadi. Kepala Bagian Legal dan Administrasi Kredit Jatiro Malau. Kepala Bagian Teknologi System Informasi (TSI) Agust Setijo. Kepala Bagian Operasional Kantor Pusat Heng Lie. Kepala Bagian Operasional Cabang Krekot Hadi Kusuma. Kepala Bagian Operasional Cabang Surabaya Endang Suhartiningsih
Tanggung Jawab Pelaporan Keuangan Laporan Tahunan ini beserta laporan keuangan dan informasi terkait lainnya, merupakan tanggung jawab dari Manajemen PT Bank Multiarta Sentosa dan telah disetujui oleh seluruh anggota Dewan Komisaris dan Direksi dengan membubuhkan tanda tangannya dibawah ini :
Dewan Komisaris
Juwita Ekawati Winoto
Tommy Mukdani
Komisaris Utama
Komisaris
Direksi
Nurjani Djunaedi
Budi Afandi Winoto
Iwan Yuda Pramudhi
Direktur Utama
Direktur
Direktur
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 1. UMUM
a. Pendirian dan Informasi Umum Bank PT Bank Multiarta Sentosa (“Bank”) didirikan berdasarkan Akte Notaris H. Saidus Sjahar, S.H. No.201 tanggal 28 Juli 1992 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusannya No. C2-6998. HT.01.01.TH92 tanggal 25 Agustus 1992. Anggaran Dasar Perseroan tersebut telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir sesuai dengan Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dengan Akta Notaris No.88 tanggal 21 Juli 2009 oleh Dr. Irawan Soerodjo, S.H., M.Si. Notaris di Jakarta dan telah mendapatkan persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.AHU-40564.AH.01.02. Tahun 2009 tanggal 20 Agustus 2009. Bank telah memperoleh ijin usaha sebagai Bank Umum Non Devisa melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.1093/KMK/017/1992 tanggal 15 Oktober 1992, dan Surat Keputusan Direktur Perijinan Dan Informasi Perbankan Bank Indonesia No.5/4/KEP.Dir.PIP/2003 tanggal 24 Desember 2003 tentang pemberian ijin usaha sebagai perdagangan valuta asing. Sesuai dengan pasal 3 Perubahan Anggaran Dasar PT Bank Multiarta Sentosa, maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan adalah berusaha dalam bidang Bank umum dengan cara: menghimpun dana dalam bentuk simpanan, memberikan kredit, menerbitkan surat pengakuan hutang, penempatan dana dari atau pada Bank lain, menerima pembayaran atas tagihan surat berharga, melakukan kegiatan lain yang lazim digunakan Bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang perseroan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bank berkedudukan di Jalan Suryopranoto No.24 A Jakarta Pusat – 10130 dan melakukan usaha sebagai Bank umum dan perdagangan valuta asing dengan jumlah karyawan sebanyak 191 orang pada tahun 2012 dan 196 orang pada tahun 2011. Bank memiliki dua kantor cabang di wilayah Krekot Bunder dan Surabaya, serta enam kantor cabang pembantu di wilayah Sawah Besar, Kelapa Gading, Tangerang, Mangga Dua, Muara Karang dan Tanjung Duren. b. Komposisi Manajemen Bank Tahun 2011 dengan Akta Notaris No.03 dari Notaris Tjhong Sendrawan, S.H. tanggal 7 Oktober 2011 terdapat pengunduran diri Anggota Dewan Direksi. Tahun 2012 dengan Akta Notaris No.39 dari Notaris Setiawan, S.H. tanggal 06 Juli 2012 terdapat pengangkatan Anggota Dewan Komisaris, sehingga komposisi manajemen Bank per 31 Desember 2012 dan 2011:
Dewan Komisaris:
Tahun 2012
Komisaris Utama
:
Wakil Komisaris Utama
:
Komisaris
:
Komisaris
:
Nyonya Juwita E. Winoto Tuan Tommy Mukdani -
Tahun 2011 Tuan Sucahyo Winoto Tuan Sugiarto Kurniawan Nyonya Sarimey Sembiring Tuan Tommy Mukdani
Halaman 6
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 1. UMUM (lanjutan)
Dewan Direksi: Direktur Utama Direktur Direktur
: : :
Tahun 2012 Nyonya Nurjani Djunaedi Tuan Budi Afandi Winoto Tuan Iwan Yuda Pramudhi
Tahun 2011 Nyonya Nurjani Djunaedi Tuan Budi Afandi Winoto Tuan Maxen B. Nggadas
Komite Audit: Ketua Anggota
: :
Tuan Tommy Mukdani Tuan Haryadi
Tuan Tommy Mukdani Tuan Edi Soerjantoro
Anggota
:
Tuan L. Arwoko
Tuan Handojo Judoprajitno
Komite Pemantau Risiko: Ketua Anggota
: :
Tuan L.Arwoko
Nyonya Sarimey Sembiring Tuan Edi Soerjantoro
Anggota
:
Tuan Haryadi
Tuan Handojo Judoprajitno
Komite Remunerasi dan Nominasi: Ketua : Tuan Tommy Mukdani
Tuan Tommy Mukdani
Anggota Anggota
Nyonya Lai Lifi Tuan Sugiarto Kurniawan
: :
Nyonya Juwita Ekawati Winoto Tuan Rudyono Atmadja
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING Kebijakan akuntansi yang penting, yang diterapkan secara konsisten dalam penyusunan laporan keuangan Bank untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut: Indeks Kebijakan Akuntansi: a. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan b. Penggunaan Pertimbangan, Estimasi, dan Asumsi c. Penjabaran Mata Uang Asing d. Kelangsungan Usaha e. Aset dan Kewajiban Keuangan f. Giro pada Bank Indonesia dan Bank Lain g. Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain h. Efek-efek i. Kredit yang Diberikan j. Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai dari Aset Keuangan k. Aset Tetap l. Agunan yang Diambil Alih (AYDA)
Halaman 7
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) m. n. o. p. q. r. s.
Penyisihan kerugian penurunan nilai atas aset yang bukan aset keuangan Simpanan dari Nasabah Imbalan Kerja Pengakuan Pendapatan dan Beban Bunga Pengakuan Pendapatan Provisi dan Komisi Pajak Penghasilan Badan Transaksi dengan Pihak Berelasi.
a. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun berdasarkan konsep biaya historis, kecuali untuk sebagai berikut: •
instrumen keuangan derivatif dinilai berdasarkan nilai wajar
•
instrumen keuangan pada nilai wajar melalui laporan laba rugi diukur pada nilai wajar
•
tersedia untuk dijual aset keuangan dinyatakan sebesar nilai wajar
•
aset keuangan diakui dan kewajiban keuangan yang dikategorikan sebagai unsur yang dilindungi nilainya dalam kualifikasi nilai wajar hubungan lindung nilai disesuaikan dengan perubahan nilai wajar yang berhubungan dengan risiko yang dilindung nilai
•
kewajiban untuk imbalan pasti diakui sebesar nilai tunai dari seluruh didefinisikan manfaat kewajiban kurang bersih dari aktiva program, ditambah keuntungan aktuarial, kurang biaya jasa lalu yang belum diakui dan kerugian aktuarial yang belum diakui.
Laporan keuangan disajikan dalam Rupiah penuh, kecuali dinyatakan lain pada setiap catatan atas laporan keuangan. Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Untuk tujuan laporan arus kas, kas dan setara kas mencakup kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, aset keuangan yang dimiliki untuk perdagangan dan investasi efek yang jatuh tempo sampai dengan tiga bulan sejak tanggal perolehan, selama tidak sedang digunakan sebagai jaminan atas pinjaman atau dibatasi penggunaannya. b. Penggunaan Pertimbangan, Estimasi, dan Asumsi Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia mengharuskan manajemen untuk membuat pertimbangan, estimasi dan asumsi yang mempengaruhi penerapan kebijakan akuntansi dan jumlah aset, kewajiban, pendapatan, dan beban. Walaupun estimasi ini dibuat berdasarkan pengetahuan terbaik manajemen atas kejadian dan kegiatan terkini, hasil yang timbul mungkin berbeda dengan estimasi tersebut. Estimasi dan asumsi yang mendasari ditelaah secara berkelanjutan. Perubahan estimasi akuntansi diakui dalam periode dimana estimasi tersebut diubah dan dalam periode yang akan datang yang dipengaruhi oleh perubahan estimasi tersebut.
Halaman 8
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) c. Penjabaran Mata Uang Asing Laporan keuangan dinyatakan dalam Rupiah, yang merupakan mata uang pelaporan Bank. Transaksi dalam mata uang asing dijabarkan dalam Rupiah dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal transaksi. Pada tanggal pelaporan, aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam Rupiah dengan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut. Keuntungan dan kerugian selisih kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dan dari penjabaran aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing, diakui pada laporan laba rugi tahun berjalan. d. Kelangsungan Usaha Laporan keuangan Bank telah disusun dengan anggapan Bank akan melanjutkan usahanya secara berkelanjutan. Manajemen Bank telah melakukan pengukuran atas kondisi Bank saat ini, dan hasil pengukuran tersebut menyimpulkan bahwa tidak terdapat kondisi, peristiwa, dan ketidakpatuhan yang menyebabkan Bank tidak dapat melanjutkan atau diberhentikan usahanya. Manajemen Bank berkeyakinan bahwa Bank memiliki kemampuan dan sumber daya yang cukup untuk melanjutkan usahanya secara berkelanjutan. e. Aset dan Kewajiban Keuangan Aset keuangan Bank terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, efek-efek, pinjaman yang diberikan, dan aset lain-lain (piutang bunga dan piutang lain-lain). Liabilitas keuangan Bank terdiri dari simpanan nasabah dan liabilitas lain-lain. Efektif sejak 1 Januari 2012, Bank menerapkan PSAK No.50 (Revisi 2010), ”Instrumen Keuangan: Penyajian”, PSAK No.55 (Revisi 2011), “Instrumen keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”, dan PSAK No.60, ”Instrumen Keuangan: Pengungkapan”. PSAK No.50 (Revisi 2010), berisi persyaratan penyajian dari instrumen keuangan dan pengidentifikasian informasi yang harus diungkapkan. Persyaratan penyajian tersebut diterapkan terhadap klasifikasi instrumen keuangan, dari perspektif penerbit dalam aset keuangan, kewajiban keuangan dan instrumen ekuitas; pengklasifikasian yang terkait dengan suku bunga, dividen, kerugian dan keuntungan, dan keadaan dimana aset keuangan dan kewajiban akan saling hapus. PSAK ini mensyaratkan pengungkapan, antara lain informasi mengenai faktor yang mempengaruhi jumlah, waktu dan tingkat kepastian arus kas masa depan suatu entitas terkait dengan instrumen keuangan dan kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk instrumen tersebut. PSAK No.55 (Revisi 2011) menetapkan prinsip untuk pengakuan dan pengukuran aset keuangan, kewajiban keuangan dan kontrak pembelian atau penjualan item-item nonkeuangan. PSAK ini memberikan definisi dan karakteristik derivatif, kategori-kategori dari masing-masing instrument keuangan, pengakuan dan pengukuran, akuntansi lindung nilai dan penetapan dari hubungan lindung nilai. PSAK No.60 mensyaratkan pengungkapan signifikansi atas masing-masing instrumen keuangan untuk posisi keuangan dan kinerjanya, serta sifat dan tingkat risiko yang timbul dari instrument keuangan yang dihadapi Bank selama periode berjalan dan pada akhir periode pelaporan, dan bagaimana Bank mengelola risiko tersebut.
Halaman 9
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) e. Aset dan Kewajiban Keuangan (lanjutan) Bank menerapkan PSAK No.55 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran” dan PSAK No.50 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan” sejak tanggal 1 Januari 2010. Penerapan awal PSAK No.50 (Revisi 2006) dan PSAK No.55 (Revisi 2006) dan dampaknya lihat pada Catatan 32 1) Klasifikasi: Berdasarkan PSAK No.55 (Revisi 2006), aset keuangan diklasifikasikan dalam kategori sebagai berikut pada saat pengakuan awal: a) Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, b) Aset keuangan tersedia untuk dijual, c) Aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo, dan d) Pinjaman yang diberikan dan piutang. Liabilitas keuangan diklasifikasikan ke dalam kategori sebagai berikut pada saat pengakuan awal: a) Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi b) Liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi. Klasifikasi ini tergantung dari tujuan perolehan aset keuangan tersebut. Manajemen menentukan klasifikasi aset keuangan tersebut pada saat awal pengakuannya. Pada posisi tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, Bank memiliki aset keuangan dalam kategori tersedia untuk dijual, dimiliki hingga jatuh tempo serta pinjaman yang diberikan dan piutang. a) Aset Keuangan Dimiliki Hingga Jatuh Tempo Investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, serta manajemen mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo, kecuali: (1) Investasi yang pada saat pengakuan awal ditetapkan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi; (2) Investasi yang ditetapkan oleh entitas dalam kelompok tersedia untuk dijual; dan (3) Investasi yang memiliki definisi pinjaman yang diberikan dan piutang. Pada saat pengakuan awal, aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo diakui pada nilai wajarnya ditambah biaya transaksi dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif. Pendapatan bunga dari investasi dimiliki hingga jatuh tempo dicatat dalam laporan laba rugi dan diakui sebagai “Pendapatan Bunga”. Ketika penurunan nilai terjadi, kerugian penurunan nilai diakui sebagai pengurang dari nilai tercatat investasi dan diakui didalam laporan keuangan sebagai “Cadangan Kerugian Penurunan Nilai” (CKPN). b) Pinjaman yang Diberikan dan Piutang Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi dipasar aktif, kecuali: (1) Yang dimaksudkan oleh Bank untuk dijual dalam waktu dekat, yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan, serta yang pada saat pengakuan awal ditetapkan sebagai diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi; Halaman 10
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) e. Aset dan Kewajiban Keuangan (lanjutan) (2) Yang pada saat pengakuan awal ditetapkan dalam kelompok tersedia untuk dijual; atau (3) Dalam hal pemilik mungkin tidak akan memperoleh kembali investasi awal secara substansial kecuali yang disebabkan oleh penurunan kualitas pinjaman yang diberikan dan piutang. Pada saat pengakuan awal, pinjaman yang diberikan dan piutang diakui pada nilai wajarnya ditambah biaya transaksi dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Pendapatan dari aset keuangan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang dicatat didalam laporan laba rugi dan dilaporkan sebagai “Pendapatan bunga”. Dalam hal terjadi penurunan nilai, kerugian penurunan nilai dilaporkan sebagai pengurang dari nilai tercatat dari aset keuangan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang, dan diakui dalam laporan laba rugi sebagai “Cadangan Kerugian Penurunan Nilai” (CKPN). 2) Pengakuan Entitas menggunakan akuntansi tanggal penyelesaian untuk mencatat transaksi aset keuangan yang lazim (reguler). Aset keuangan yang dialihkan kepada pihak ketiga tetapi tidak memenuhi syarat penghentian pengakuan disajikan didalam neraca sebagai “Aset yang dijaminkan”, jika pihak penerima memiliki hak untuk menjual atau mentransfer kembali. 3) Penghentian Pengakuan Aset Penghentian pengakuan aset keuangan dilakukan ketika hak kontraktual untuk atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir, atau ketika aset keuangan tersebut telah ditransfer dan secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset telah ditransfer (jika, secara substansial seluruh risiko dan manfaat tidak ditransfer, maka Bank melakukan evaluasi untuk memastikan keterlibatan berkelanjutan atas kontrol yang masih dimiliki tidak mencegah penghentian pengakuan). Kewajiban keuangan dihentikan pengakuannya ketika kewajiban telah dilepaskan atau dibatalkan atau kadaluarsa. Bank mengklasifikasikan kewajiban keuangan dalam kategori: a) Kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi Kategori ini terdiri dari dua subkategori, yaitu: Kewajiban keuangan diklasifikasikan sebagai diperdagangkan dan kewajiban keuangan yang pada saat pengakuan awal telah ditetapkan Bank untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Kewajiban keuangan diklasifikasikan sebagai diperdagangkan jika diperoleh terutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat atau jika merupakan bagian dari portfolio instrumen keuangan tertentu yang dikelola bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek yang terkini. Derivatif diklasifikasikan sebagai kewajiban diperdagangkan kecuali ditetapkan dan efektif sebagai instrumen lindung nilai. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar kewajiban keuangan yang diklasifikasikan sebagai diperdagangkan dicatat dalam laporan laba rugi sebagai “keuntungan/kerugian dari perubahan nilai wajar instrumen keuangan”. Beban bunga dari kewajiban keuangan diklasifikasikan sebagai diperdagangkan dicatat di dalam “Beban bunga”. Jika Bank pada pengakuan awal telah menetapkan instrumen hutang tertentu sebagai nilai wajar melalui laporan laba rugi (opsi nilai wajar), maka selanjutnya, penetapan ini tidak dapat diubah. Berdasarkan PSAK 55 instrumen hutang yang diklasifikasikan sebagai opsi nilai wajar, terdiri dari kontrak utama dan derivatif melekat yang harus dipisahkan.
Halaman 11
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) e. Aset dan Kewajiban Keuangan (lanjutan) Perubahan nilai wajar terkait dengan kewajiban keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi diakui di dalam ”Keuntungan/kerugian dari perubahan nilai wajar instrumen keuangan”. b) Kewajiban keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi. Kewajiban keuangan yang tidak diklasifikasikan sebagai kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dikategorikan dan diukur dengan biaya perolehan diamortisasi. Setelah pengakuan awal, Bank mengukur seluruh kewajiban keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.
4) Saling hapus Aset dan liabilitas keuangan dapat saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan jika, dan hanya jika, Bank memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut dan berniat untuk menyelesaikan secara netto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitasnya secara simultan. Pendapatan dan beban disajikan dalam jumlah bersih hanya jika diperkenankan oleh standar akuntansi.
5) Pengukuran nilai wajar Nilai wajar adalah nilai dimana suatu aset dapat dipertukarkan, atau suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction) pada tanggal pengukuran. Jika tersedia, Bank mengukur nilai wajar instrumen keuangan dengan menggunakan harga kuotasi di pasar aktif untuk instrumen tersebut. Suatu pasar dianggap aktif jika harga kuotasi sewaktu-waktu dan secara berkala tersedia dan mencerminkan transaksi pasar yang aktual dan rutin dalam suatu transaksi yang wajar. Jika pasar untuk suatu instrumen keuangan tidak aktif, Bank menentukan nilai wajar dengan menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian mencakup penggunaan transaksi pasar terkini yang dilakukan secara wajar oleh pihak-pihak yang memahami, berkeinginan, dan jika tersedia, referensi atas nilai wajar terkini dari instrumen lain yang secara substansial sama, penggunaan analisa arus kas yang didiskonto dan penggunaan model penetapan harga opsi (option pricing model). Teknik penilaian yang dipilih memaksimalkan penggunaan input pasar, dan meminimalkan penggunaan estimasi yang bersifat spesifik dari Bank memasukkan semua faktor yang akan dipertimbangkan oleh para pelaku pasar dalam menetapkan suatu harga dan konsisten dengan metodologi ekonomi yang diterima dalam penetapan harga instrumen keuangan. Input yang digunakan dalam teknik penilaian secara memadai mencerminkan ekspektasi pasar dan ukuran atas faktor risiko dan pengembalian (risk-return) yang melekat pada instrumen keuangan. Bank mengkalibrasi teknik penilaian dan menguji validitasnya dengan menggunakan hargaharga dari transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi untuk instrumen yang sama atau atas dasar data pasar lainnya yang tersedia yang dapat diobservasi.
Halaman 12
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) e. Aset dan Kewajiban Keuangan (lanjutan) Bukti terbaik atas nilai wajar instrumen keuangan pada saat pengakuan awal adalah harga transaksi, yaitu nilai wajar dari pembayaran yang diberikan atau diterima, kecuali jika nilai wajar dari instrumen keuangan tersebut ditentukan dengan perbandingan terhadap transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi dari suatu instrumen yang sama (yaitu tanpa modifikasi atau pengemasan ulang) atau berdasarkan suatu teknik penilaian yang variabelnya hanya menggunakan data dari pasar yang dapat diobservasi. Jika harga transaksi memberikan bukti terbaik atas nilai wajar pada saat pengakuan awal, maka instrumen keuangan pada awalnya diukur pada harga transaksi dan selisih antara harga transaksi dan nilai yang sebelumnya diperoleh dari model penilaian diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian setelah pengakuan awal tergantung pada masing-masing fakta dan keadaan dari transaksi tersebut namun tidak lebih lambat dari saat penilaian tersebut didukung sepenuhnya oleh data dari pasar yang dapat diobservasi atau saat transaksi ditutup. Nilai wajar mencerminkan risiko kredit atas instrumen keuangan dan termasuk penyesuaian yang dilakukan untuk memasukkan risiko kredit Bank dan pihak lawan, mana yang lebih sesuai. Estimasi nilai wajar yang diperoleh dari model penilaian akan disesuaikan untuk mempertimbangkan faktor-faktor lainnya, seperti risiko likuiditas atau ketidakpastian model penilaian, sepanjang Bank yakin bahwa keterlibatan suatu pasar pihak ketiga akan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dalam penerapan harga suatu transaksi. Aset keuangan dan posisi long diukur menggunakan harga penawaran, liabilitas keuangan dan posisi short diukur menggunakan harga permintaan. Jika Bank memiliki posisi aset dan liabilitas dimana risiko pasarnya saling hapus, maka Bank dapat menggunakan nilai tengah dari harga pasar sebagai dasar untuk menentukan nilai wajar posisi risiko yang saling hapus tersebut dan menerapkan penyesuaian terhadap harga penawaran atau harga permintaan terhadap posisi terbuka netto (net open position), mana yang lebih sesuai.
f.
Giro pada Bank Indonesia dan Giro Bank Lain Giro pada Bank Indonesia disajikan pada saldo penempatan. Giro pada Bank Lain disajikan sebesar saldo penempatan sebesar biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga dikurangi penyisihan kerugian penurunan nilai pada tahun 2010, sedangkan sejak tahun 2011 tidak dikurangi penyisihan penurunan nilai. Giro pada Bank Indonesia dan Bank Lain diklasifikasikan sebagai kredit yang diberikan dan piutang. Pada tanggal 4 Oktober 2010, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No.12/19/PBI/2010 tentang Giro Wajib Minimum (GWM) Bank Umum pada Bank Indonesia dalam rupiah dan valuta asing dan perubahannya PBI No.13/10/PBI/2011 tanggal 9 Februari 2011. Bank wajib memenuhi : a. GWM dalam Rupiah terdiri dari: GWM Primer, sebesar 8% dari DPK dalam Rupiah GWM Sekunder, sebesar 2,5% dari DPK dalam Rupiah GWM LDR, sebesar perhitungan antara Parameter Disinsentif Bawah atau Parameter Disinsentif Atas dengan selisih antara LDR Bank dan LDR Target dengan memperhatikan selisih antara KPMM Bank dan KPMM Insentif.
Halaman 13
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) f.
Giro pada Bank Indonesia dan Giro Bank Lain (lanjutan) Besaran dan parameter yang digunakan dalam perhitungan GWM LDR dalam rupiah ditetapkan sebagai berikut: 1) Batas bawah LDR Target sebesar 78% (tujuh puluh delapan persen). 2) Batas atas LDR Target sebesar 100% (seratus persen). 3) KPMM Insentif sebesar 14% (empat belas persen). 4) Parameter Disinsentif Bawah sebesar 0,1 (nol koma satu). 5) Parameter Disinsentif Atas sebesar 0,2 (nol koma dua). b. GWM dalam valuta asing sebesar 8% dari DPK dalam valuta asing. Tata cara pemenuhan Giro Wajib Minimum berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.12/19/PBI/2010 tanggal 4 Oktober 2010:
Pemenuhan GWM Primer dalam Rupiah dihitung dengan membandingkan saldo Rekening Giro Bank pada Bank Indonesia setiap akhir hari dalam 1 (satu) masa laporan terhadap rata-rata harian jumlah DPK dalam 1 (satu) masa laporan pada 2 (dua) masa laporan sebelumnya.
Pemenuhan GWM Sekunder dalam Rupiah dihitung dengan membandingkan jumlah SBI, SUN, SBSN dan/atau Exess Reserve setiap akhir hari dalam 1 (satu) masa laporan terhadap rata-rata harian jumlah DPK dalam 1 (satu) masa laporan pada 2 (dua) masa laporan sebelumnya.
g. Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain Penempatan pada Bank Indonesia disajikan sebesar saldo penempatan setelah dikurangi bunga diterima dimuka, serta penempatan pada Bank Lain dinyatakan sebesar saldo penempatan. Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain diklasifikasikan sebagai aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo dan tidak dibentuk penyisihan kerugian penurunan nilai. h. Efek-Efek Efek-efek yang dimiliki oleh Bank berupa Sertifikat Bank Indonesia (“SBI”). Efek-efek diklasifikasikan sebagai aset keuangan dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo. Efek-efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo pada awalnya diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi dan setelah pengakuan awal dicatat sesuai dengan klasifikasi sebagai dimiliki hingga jatuh tempo. Pendapatan bunga diakui dalam laporan laba rugi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Setelah pengakuan awal, efek-efek yang diklasifikasikan dimiliki hingga jatuh tempo dicatat pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif. Bila terjadi penjualan atau reklasifikasi dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan dari efek-efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo yang belum mendekati tanggal jatuh tempo, maka hal ini akan menyebabkan reklasifikasi atas semua efek-efek yang dimiliki hingga jatuh tempo ke dalam kelompok tersedia untuk dijual, dan Bank tidak diperkenankan untuk mengklasifikasikan efek-efek sebagai dimiliki hingga jatuh tempo untuk tahun berjalan dan untuk kurun waktu dua tahun mendatang. Efek-efek yang diklasifikasikan ke dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo disajikan pada laporan posisi keuangan berdasarkan harga perolehan setelah amortisasi premi atau diskonto. Amortisasi premi/diskonto untuk efek-efek dimiliki hingga jatuh tempo dilakukan sejak tanggal perolehan sampai dengan tanggal jatuh tempo berdasarkan metode suku bunga efektif.
Halaman 14
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) i.
Kredit yang Diberikan Pinjaman yang diberikan pada awalnya diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dan merupakan biaya tambahan untuk memperoleh aset keuangan tersebut. Berdasarkan PSAK 55/50 kredit dinyatakan sebesar nilai perolehan yang diamortisasi (amortized cost) yaitu nilai wajar kredit yang diukur pada saat pengakuan awal dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif. Pinjaman dalam rangka pembiayaan bersama (kredit sindikasi) dinyatakan sebesar biaya perolehan diamortisasi sesuai dengan porsi risiko yang ditanggung oleh Bank. Pinjaman yang diberikan dihapusbukukan ketika tidak terdapat prospek yang realistis mengenai pengembalian pinjaman. Pinjaman yang tidak dapat dilunasi dihapusbukukan dengan mendebit penyisihan kerugian penurunan nilai. Penerimaan kemudian atas pinjaman yang diberikan yang telah dihapusbukukan, pada tahun berjalan dikreditkan dengan menyesuaikan pada akun cadangan. Penerimaan kembali atas pinjaman yang diberikan yang telah dihapusbukukan pada tahun sebelumnya dicatat sebagai pendapatan operasional lainnya.
j.
Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai dari Aset Keuangan Pada setiap tanggal neraca, Bank mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan penurunan nilai telah terjadi, jika dan hanya jika, terdapat bukti yang obyektif mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut (peristiwa yang merugikan) dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal. Kriteria yang digunakan oleh entitas untuk menentukan bukti obyektif dari penurunan nilai adalah sebagai berikut: 1) Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak debitur; 2) Pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga; 3) Pihak pemberi pinjaman, dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan dengan kesulitan keuangan yang dialami pihak debitur, memberikan keringanan (konsensi) pada pihak peminjam yang tidak mungkin diberikan jika pihak peminjam tidak mengalami kesulitan tersebut; 4) Terdapat kemungkinan bahwa pihak debitur akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya; 5) Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan; atau 6) Data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan sejak pengakuan awal aset dimaksud, meskipun penurunannya belum dapat diidentifikasi terhadap aset keuangan secara individual terhadap kelompok aset tersebut, termasuk: a) Memburuknya status pembayaran pihak debitur dalam kelompok tersebut; dan b) Kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan wanprestasi atau aset dalam kelompok tersebut.
Halaman 15
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) j.
Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai dari Aset Keuangan (lanjutan) Estimasi periode antara terjadinya peristiwa dan teridentifikasinya kerugian ditentukan oleh manajemen untuk setiap portofolio diidentifikasi. Pada umumnya, periode tersebut bervariasi antara 3 dan 12 bulan, untuk kasus tertentu diperlukan periode yang lebih lama. Bank pertamakali menentukan apakah terdapat bukti obyektif penurunan nilai secara individual, dan secara individual atau kolektif untuk aset keuangan yang tidak signifikan secara individual. Jika Bank menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, terlepas aset keuangan tersebut signifikan atau tidak maka Bank memasukkan aset tersebut ke dalam aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan nilainya dinilai secara individual, dan untuk itu penurunan nilai diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif. Jumlah penurunan nilai diukur berdasarkan selisih antara nilai tercatat nilai kini aset keuangan dengan estimasi arus kas masa datang yang didiskontokan menggunakan tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Nilai tercatat aset tersebut dikurangi melalui akun Cadangan Kerugian Penurunan Nilai dan beban Cadangan Kerugian Penurunan Nilai diakui pada laporan laba rugi. Jika kredit yang diberikan atau investasi dimiliki hinggga jatuh tempo memiliki suku bunga variabel, maka diskonto yang digunakan untuk mengukur setiap penurunan nilai adalah suku bunga efektif yang berlaku ditetapkan dalam kontrak. Sebagai panduan praktis, Bank dapat mengukur penurunan nilai berdasarkan nilai wajar instrumen dengan menggunakan harga pasar yang dapat diobservasi. Jika persyaratan kredit, piutang atau efek yang dimiliki hingga jatuh tempo dinegosiasi ulang atau dimodifikasi karena debitur atau penerbit mengalami kesulitan keuangan, maka penurunan nilai diukur dengan suku bunga efektif awal yang digunakan sebelum persyaratan diubah. Kerugian penurunan nilai atas aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi diukur sebesar selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini estimasi arus kas masa datang yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Perhitungan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan dengan agunan (collateralized financial aset) mencerminkan arus kas yang dapat dihasilkan dari pengambilalihan agunan dikurangi biaya-biaya untuk memperoleh dan menjual agunan, terlepas apakah pengambilalihan tersebut berpeluang terjadi atau tidak. Kerugian yang terjadi diakui pada laporan laba rugi konsolidasian dan dicatat pada akun penyisihan kerugian penurunan nilai atas aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi. Pendapatan bunga atas aset keuangan yang mengalami penurunan nilai tetap diakui atas dasar suku bunga yang digunakan untuk mendiskonto arus kas masa datang dalam pengukuran kerugian penurunan nilai. Ketika peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai menyebabkan jumlah kerugian penurunan nilai berkurang, kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan dan pemulihan tersebut diakui pada laporan laba rugi. Ketika kredit yang diberikan tidak tertagih, kredit tersebut dihapusbuku dengan menjurnal balik Cadangan Kerugian Penurunan Nilai. Kredit tersebut baru dapat dihapusbuku setelah semua prosedur yang diperlukan telah dilakukan dan jumlah kerugian telah ditentukan. Beban penurunan nilai yang terkait dengan kredit yang diberikan dan efek-efek serta Obligasi Pemerintah (di dalam kategori dimiliki hingga jatuh tempo dan pinjaman yang diberikan dan piutang) diklasifikasikan kedalam “Cadangan Kerugian Penurunan Nilai” (CKPN). Jika, pada periode berikutnya, jumlah penurunan nilai berkurang dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai diakui (seperti meningkatnya peringkat kredit debitur), maka penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan, dengan menyesuaikan akun cadangan. Jumlah pemulihan aset keuangan diakui pada laporan laba rugi. Halaman 16
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) j.
Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai dari Aset Keuangan (lanjutan) Masa Transisi: Pada tanggal 8 Desember 2009, Bank Indonesia mengeluarkan surat edaran No.11/33/DPNP yang mengatur mengenai estimasi penurunan nilai kolektif kredit yang diberikan dengan keterbatasan pengalaman kerugian spesifik. Bagi Bank yang belum dapat melakukan estimasi yang memadai dan belum memiliki data kerugian historis yang memadai untuk menentukan besarnya penurunan nilai atas kredit yang diberikan secara kolektif sesuai persyaratan dalam PSAK 55 (revisi 2006) dan PAPI, maka pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai dapat menggunakan estimasi yang didasarkan pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai “Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum”. Pembentukan penyisihan penghapusan aktiva berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 tetang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No.11/2/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009 dan penyempunakan dengan peraturan Bank Indonesia No.14/15/PBI/2012 Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum tanggal 24 Oktober 2012. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia tersebut Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) yang dibentuk terdiri dari cadangan umum dan cadangan khusus dengan maksud menutup risiko kemungkinan kerugian. Tarif yang digunakan dalam pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif sekurang-kurangnya: 1) Cadangan Umum paling kurang sebesar 1% dari Aktiva Produktif dengan kualitas lancar. 2) Cadangan Khusus paling kurang sebesar:
5% dari Aktiva Produktif dengan kualitas dalam perhatian khusus setelah dikurangi nilai agunan
15% dari Aktiva Produktif dengan kualitas kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan
50% dari Aktiva Produktif dengan kualitas diragukan setelah dikurangi nilai agunan
100% dari Aktiva Produktif dengan kualitas macet setelah dikurangi nilai agunan.
Perhitungan penyisihan penghapusan aktiva untuk tahun buku 2012 dan 2011 seluruhnya mengacu pada Peraturan Bank Indonesia No.7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No.11/2/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009 dan terakhir dengan peraturan Bank Indonesia No.14/15/PBI/2012 Tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum tanggal 24 Oktober 2012. k. Aset Tetap Aset tetap pada awalnya dinyatakan sebesar harga perolehan. Setelah pengukuran awal, aset tetap diukur dengan model biaya, dicatat pada harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi penurunan nilai. Tanah dinyatakan sebesar harga perolehan dan tidak disusutkan. Harga perolehan mencakup harga pembelian dan semua beban yang terkait secara langsung untuk membawa aset tersebut ke lokasi dan kondisi yang diperlukan untuk memungkinkan aset tersebut beroperasi sebagaimana ditentukan oleh manajemen.
Halaman 17
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) k. Aset Tetap (lanjutan) Penyusutan aset tetap selain tanah dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method) untuk mengalokasikan harga perolehan hingga mencapai nilai sisa sepanjang estimasi masa manfaatnya sebagai berikut: Tarif penyusutan Bangunan Perangkat lunak mini komputer Inventaris kantor dan peralatan kantor Kendaraan Komputer Perangkat keras mini komputer
5% 25% 12,5% & 25% 12,5% & 25 % 25% 25%
Apabila aset tetap tidak digunakan lagi atau dijual, maka nilai tercatat dan akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari laporan posisi keuangan, dan keuntungan atau kerugian yang terjadi diakui dalam laporan laba rugi tahun berjalan. Beban perbaikan dan pemeliharaan dibebankan ke dalam laporan laba rugi tahun berjalan. Beban pemugaran dan penambahan yang jumlahnya signifikan dicatat sebagai bagian dari nilai tercatat aset yang bersangkutan apabila kemungkinan besar Bank akan mendapatkan manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut yang melebihi standar kinerja yang diperkirakan sebelumnya. Apabila nilai tercatat aset lebih besar dari nilai yang dapat diperoleh kembali, nilai tercatat aset diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali, yang ditentukan sebagai nilai tertinggi antara harga jual neto dan nilai yang dipakai. Pada setiap tanggal neraca, Bank melakukan penelaahan untuk menetapkan sisa masa manfaat, mengindentifikasi apakah terjadi perubahan di dalam nilai residu dan metode akuntansi, serta untuk memutuskan apakah terdapat indikasi penurunan nilai. Sebelum 1 Januari 2012, aset tetap tanah dicatat sesuai dengan PSAK No.47, “Akuntansi Tanah”, semua biaya dan beban yang terjadi sehubungan dengan perolehan hak atas tanah, antara lain, biaya perizinan, biaya survei dan pengukuran lokasi, biaya notaris dan pajakpajak yang berhubungan dengan hal tersebut, ditangguhkan dan disajikan secara terpisah dari biaya perolehan hak atas tanah. Biaya perolehan hak atas tanah yang ditangguhkan tersebut disajikan sebagai bagian dari akun “Aset Lain-lain” dalam laporan posisi keuangan dan diamortisasi selama masa manfaat hak atas tanah yang bersangkutan dengan menggunakan metode garis lurus. Selain itu, PSAK No.47 juga menyatakan bahwa hak atas tanah tidak diamortisasi kecuali memenuhi kondisi-kondisi tertentu yang telah ditentukan. Sejak 1 Januari 2012, telah diberlakukan PSAK 16 (revisi 2011) “Aset Tetap” dan ISAK 25 “Hak Atas Tanah”. Biaya perolehan hak atas tanah dalam bentuk hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai diakui sebagai aset tetap. Biaya perolehan tersebut merupakan biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk memperoleh hak atas tanah tersebut termasuk biaya pengurusan legal hak atas tanah ketika tanah diperoleh pertama kali. Hak atas tanah dalam bentuk hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai tidak disusutkan, kecuali terdapat bukti yang mengindikasikan bahwa perpanjangan atau pembaruan hak atas tanah tersebut kemungkinan besar atau pasti tidak diperoleh.
Halaman 18
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) l.
Agunan yang Diambil Alih (AYDA) Agunan yang diambil alih (AYDA) adalah aset yang diperoleh Bank, baik melalui pelelangan maupun diluar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual diluar lelang dari pemilik agunan dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada Bank. AYDA merupakan jaminan kredit yang diberikan yang telah diambil alih sebagai bagian dari penyelesaian kredit yang diberikan dan disajikan pada “Aset Lain-lain”. Aset yang tidak digunakan adalah aset tetap dalam bentuk properti yang dimiliki Indonesia tetapi tidak digunakan untuk kegiatan usaha operasional Bank. AYDA dan properti disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi (net realizable value). Nilai bersih yang dapat direalisasi adalah nilai wajar agunan yang diambil alih dikurangi dengan estimasi biaya untuk menjual AYDA tersebut. Kelebihan saldo kredit yang diberikan yang belum dilunasi oleh peminjam di atas nilai dari AYDA, dibebankan terhadap cadangan kerugian penurunan nilai kredit yang diberikan. Selisih antara nilai bersih yang dapat direalisasi dengan hasil penjualan AYDA diakui sebagai keuntungan atau kerugian tahun berjalan pada saat dijual. Beban-beban yang berkaitan dengan pemeliharaan AYDA dan properti dibebankan ke laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan pada saat terjadinya. Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, maka nilai tercatatnya dikurangi untuk mengakui penurunan tersebut dan kerugiannya dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan.
m. Penyisihan kerugian penurunan nilai atas aset yang bukan aset keuangan Nilai tercatat dari aset yang bukan aset keuangan milik Bank, kecuali aset pajak tangguhan, ditelaah setiap tanggal pelaporan untuk menentukan apakah terdapat indikasi penurunan nilai. Jika indikasi tersebut ada, maka nilai yang dapat dipulihkan dari aset tersebut akan diestimasi. Untuk goodwill dan aset tak berwujud yang memiliki masa manfaat yang tidak dapat ditentukan atau tidak tersedia untuk digunakan, maka nilai yang dapat dipulihkan harus diestimasi setiap tahunnya pada saat yang sama. Nilai yang dapat diperoleh kembali dari suatu aset atau unit penghasil kas adalah sebesar jumlah yang lebih tinggi antara nilai pakainya dan nilai wajar aset atau unit penghasil kas dikurangi biaya untuk menjual. Dalam menilai nilai pakai, estimasi arus kas masa depan didiskontokan ke nilai sekarang dengan menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak yang mencerminkan penilaian pasar saat ini terhadap nilai kas kini dan risiko spesifik terhadap aset tersebut. Untuk tujuan pengujian penurunan nilai, aset yang tidak dapat diuji secara individual akan digabungkan dalam kelompok yang lebih kecil yang memberikan arus kas masuk dari penggunaan berkelanjutan yang sebagian besar independen terhadap arus kas masuk atas aset lainnya atau kelompok aset (“unit penghasil kas” atau “UPK”). Penyisihan penurunan nilai diakui jika nilai tercatat dari suatu aset atau UPK melebihi nilai yang dapat diperoleh kembali. Penyisihan penurunan nilai diakui pada laporan laba rugi tahun berjalan. Penyisihan penurunan nilai yang diakui pada tahun sebelumnya dinilai pada setiap tanggal pelaporan untuk melihat adanya indikasi bahwa kerugian telah menurun atau tidak ada lagi. Kerugian penurunan nilai dijurnal balik jika terdapat perubahan estimasi yang digunakan dalam menentukan nilai yang dapat dipulihkan. Penyisihan kerugian penurunan nilai dijurnal balik hanya hingga nilai tercatat aset tidak melebihi nilai tercatat yang telah ditentukan, dikurangi dengan depresiasi atau amortisasi, jika penyisihan penurunan nilai tidak pernah diakui. Sejak tanggal 1 Januari 2011, Bank tidak diwajibkan lagi untuk membentuk penyisihan penghapusan aset untuk aset non produktif, namun Bank tetap harus menghitung cadangan kerugian penghapusan nilai mengacu pada standar akuntansi yang berlaku.
Halaman 19
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) n. Simpanan dari Nasabah Simpanan nasabah pada awalnya diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dan setelah pengakuan awal diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Giro merupakan simpanan nasabah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat melalui cek, pemindahbukuan dengan bilyet giro, atau sarana perintah pembayaran lainnya. Giro dinyatakan sebesar nilai kewajiban kepada pemegang giro. Tabungan merupakan simpanan nasabah yang penarikannya, hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati. Tabungan dinyatakan sebesar nilai kewajiban kepada pemilik tabungan. Deposito berjangka merupakan simpanan nasabah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai dengan perjanjian dengan penyimpan/deposan. Deposito berjangka dinyatakan sebesar nilai nominal sesuai dengan perjanjian dengan deposan. o. Imbalan Kerja Imbalan kerja jangka pendek: Imbalan kerja jangka pendek diakui pada saat terhutang kepada karyawan berdasarkan metode akrual. Imbalan pasca kerja: Bank membukukan kewajiban estimasi manfaat karyawan sesuai dengan kebijakan Bank dan Undang-undang Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003 serta PSAK No.24 (Revisi 2010) tentang Imbalan Kerja. Kewajiban program imbalan pasti yang diakui di laporan posisi keuangan dihitung sebesar nilai kini dari estimasi kewajiban imbalan pasca-kerja di masa depan yang timbul dari jasa yang telah diberikan oleh karyawan pada masa kini dan masa lalu, dikurangi dengan nilai wajar aset bersih dana pensiun. Perhitungan dilakukan oleh aktuaris independen dengan metode projected-unit-credit. Ketika imbalan pasca-kerja berubah, porsi kenaikan atau penurunan imbalan sehubungan dengan jasa yang telah diberikan oleh karyawan pada masa lalu dibebankan atau dikreditkan ke dalam laporan laba rugi dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method) selama rata-rata sisa masa kerja karyawan hingga imbalan pasca kerja menjadi hak karyawan (vested). Imbalan pasca kerja yang telah menjadi hak karyawan diakui segera sebagai beban dalam laporan laba rugi tahun berjalan. Keuntungan atau kerugian aktuaria diakui sebagai pendapatan atau beban apabila akumulasi keuntungan atau kerugian aktuaria bersih yang belum diakui pada akhir tahun pelaporan sebelumnya melebihi 10% dari nilai kini imbalan pasca-kerja pada tanggal tersebut. Keuntungan atau kerugian diakui dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method) selama sisa masa kerja rata-rata karyawan. Jika tidak, keuntungan atau kerugian aktuaria tidak diakui. p. Pengakuan Pendapatan dan Beban Bunga Pendapatan dan beban bunga untuk semua instrumen keuangan dengan interest bearing dicatat dalam pendapatan bunga dan beban bunga di dalam laporan laba rugi menggunakan metode suku bunga efektif.
Halaman 20
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) p. Pengakuan Pendapatan dan Beban Bunga (lanjutan) Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga selama periode yang relevan. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mengdiskontokan estimasi pembayaran atas penerimaan kas di masa datang selama perkiraan umur dari instrumen keuangan, atau jika lebih tepat digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari aset keuangan atau kewajiban keuangan. Pada saat menghitung suku bunga efektif, entitas mengestimasi arus kas dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrumen keuangan tersebut (seperti pelunasan dipercepat, opsi beli (call option) dan opsi serupa lainnya), namun tidak mempertimbangkan kerugian kredit di masa datang. Perhitungan ini mencakup seluruh komisi, provisi, dan bentuk lain yang dibayarkan atau diterima oleh para pihak dalam kontrak yang merupakan bagian tak terpisahkan dari suku bunga efektif, biaya transaksi dan seluruh premi atau diskon lainnya. Jika aset keuangan atau kelompok aset keuangan serupa telah diturunkan nilainya sebagai akibat penurunan nilai, maka pendapatan bunga yang diperoleh setelahnya diakui berdasarkan suku bunga yang digunakan untuk mendiskonto arus kas masa datang dalam menghitung penurunan nilai. q. Pengakuan Pendapatan Provisi dan Komisi Pendapatan provisi dan komisi diakui menggunakan basis akrual pada saat jasa telah diberikan. Pendapatan provisi atas komitmen memberikan pinjaman yang akan dicairkan (bersama-sama dengan biaya transaksi lain yang terkait langsung) diakui sebagai penyesuaian atas suku bunga efektif atas pinjaman yang diberikan. Pendapatan provisi atas pinjaman sindikasi diakui sebagai pendapatan ketika proses sindikasi telah selesai dan Bank tidak ambil bagian dalam pinjaman sindikasi atau telah mengambil bagian atas pinjaman sindikasi dengan suku bunga efektif yang sama dengan peserta lainnya. Pendapatan provisi dan komisi yang timbul dari negosiasi, partisipasi dalam negosiasi atas transaksi dengan pihak ketiga diakui pada saat penyelesaian transaksi yang mendasarinya. Portofolio dan jasa manjemen lainnya serta pendapatan jasa diakui berdasarkan kontrak yang berlaku, dan pada umumnya berdasarkan time apportionate. Pendapatan jasa wealth management, perencanaan keuangan dan jasa kustodian yang terus diberikan selama jangka waktu tertentu diakui secara berimbang sepanjang periode penyediaan layanan tersebut. Pendapatan yang dikaitkan dengan kinerja atau pendapatan komponen diakui ketika kriteria kinerja tersebut dipenuhi. r. Pajak Penghasilan Badan Beban pajak terdiri dari beban pajak kini dan beban (manfaat) pajak tangguhan. Beban pajak diakui pada laporan laba rugi kecuali untuk item yang langsung diakui di komponen ekuitas lainnya, dimana beban pajak yang terkait dengan item tersebut diakui di pendapatan komprehensif lain. Beban pajak kini adalah utang pajak yang ditentukan berdasarkan laba kena pajak untuk tahun yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku atau yang secara substansial telah berlaku pada tanggal pelaporan.
Halaman 21
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) r.
Pajak Penghasilan Badan (lanjutan) Bank menerapkan metode aset dan liabilitas dalam menghitung beban pajaknya. Dengan metode ini, aset dan liabilitas pajak tangguhan diakui pada setiap tanggal pelaporan sebesar perbedaan temporer aset dan liabilitas untuk tujuan akuntansi dan tujuan pajak. Metode ini juga mengharuskan pengakuan manfaat pajak di masa akan datang, jika kemungkinan realisasi manfaat tersebut di masa mendatang cukup besar (probable). Tarif pajak yang berlaku atau yang secara substansial telah berlaku digunakan dalam menentukan pajak penghasilan tangguhan. Aset pajak tangguhan diakui apabila terdapat kemungkinan besar bahwa jumlah laba fiskal pada masa datang akan memadai untuk mengkompensasi perbedaan temporer yang menimbulkan aset pajak tangguhan tersebut. Pajak tangguhan dibebankan atau dikreditkan dalam laporan laba rugi, kecuali pajak tangguhan yang dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas. Perubahan terhadap kewajiban perpajakan dicatat pada saat diterimanya surat ketetapan, atau apabila dilakukan banding, ketika hasil banding diterima.
s.
Transaksi dengan Pihak Berelasi Dalam menjalankan usahanya, Bank melakukan transaksi dengan pihak-pihak berelasi seperti yang didefinisikan dalam PSAK No.7 (Revisi 2010) tentang “Pengungkapan Pihakpihak Berelasi”. PSAK revisi ini mensyaratkan pengungkapan hubungan, transaksi dan saldo pihak-pihak berelasi, termasuk komitmen, dalam laporan keuangan konsolidasian. Suatu pihak dianggap berelasi dengan Bank jika: i. suatu pihak yang secara langsung, atau tidak langsung yang melalui satu atau lebih perantara, suatu pihak (i) mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada dibawah pengendalian bersama, dengan Bank; (ii) memiliki pengaruh signifikan atas Bank; atau (iii) memiliki pengendalian bersama atas Bank; ii. suatu pihak yang berada dalam kelompok usaha yang sama dengan Bank; iii. suatu pihak yang merupakan ventura bersama di mana Bank sebagai venturer; iv. suatu pihak adalah anggota dari personil manajemen kunci Bank; v. suatu pihak adalah anggota keluarga dekat dari individu yang diuraikan dalam butir (i) atau (iv); vi. suatu pihak adalah entitas yang dikendalikan, dikendalikan bersama atau dipengaruhi signifikan oleh beberapa entitas, langsung maupun tidak langsung, individu seperti diuraikan dalam butir (i) atau (v); vii. suatu pihak adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk imbalan kerja dari Bank atau entitas terkait Bank. Transaksi ini dilakukan berdasarkan persyaratan yang disetujui oleh kedua belah pihak, dimana persyaratan tersebut mungkin tidak sama dengan transaksi lain yang dilakukan dengan pihak-pihak yang tidak berelasi. Seluruh transaksi dan saldo yang material dengan pihak-pihak berelasi diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan yang relevan telah disajikan dalam Catatan 27 atas laporan keuangan.
Halaman 22
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 3. KAS Kas terdiri dari:
2012
Kas Rupiah Kas Valuta Asing Jumlah 4.
2011
2.890.874.550 2.890.874.550
1.928.376.275 1.301.418 1.929.677.693
GIRO PADA BANK INDONESIA 2012 Giro pada Bank Indonesia Jumlah
2011
51.443.852.532
49.141.637.090
51.443.852.532
49.141.637.090
Sesuai dengan perubahan terakhir yakni Peraturan Bank Indonesia No.12/19/PBI/2010 tanggal 4 Oktober 2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing, setiap Bank di Indonesia diwajibkan mempunyai saldo giro minimum di Bank Indonesia untuk cadangan likuiditas sebesar 8% dari Dana Pihak Ketiga dalam Rupiah ditambah cadangan minimum yang wajib dipelihara berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara (SUN), dan/atau Excess Reserve sebesar 2,5% dari Dana Pihak Ketiga dalam rupiah. GWM Primer dalam Rupiah pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 masing-masing sebesar Rp51.250 juta dan Rp48.966 juta. GWM Sekunder dalam Rupiah pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 masing-masing sebesar Rp16.016 juta dan Rp15.302 juta. Bank telah memenuhi GWM sekunder sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Pada posisi 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011, Bank telah memenuhi giro wajib minimum yang harus disediakan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. 5. GIRO PADA BANK LAIN 2012 PT Bank Central Asia Tbk. PT Bank CIMB NIAGA PT Bank Ekonomi Subjumlah Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Jumlah
2011
1.261.397.030 1.158.018 1.449.746.089 2.712.301.137 2.712.301.137
1.768.076.729 201.039.837 1.305.417.575 3.274.534.141 3.274.534.141
Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 tidak terdapat penempatan giro dalam mata uang asing dan pada pihak berelasi. Perubahan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai adalah sebagai berikut: 2012 Saldo awal Penambahan Cadangan Pengurangan Cadangan Saldo akhir
2011
22.018.651 10.726.990 (32.745.641) -
Berdasarkan hasil penelaahan dan evaluasi manajemen Bank, kolektibilitas atas seluruh giro pada Bank lain pada tahun 2012 dan 2011 tergolong Lancar. Halaman 23
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 6. PENEMPATAN PADA BANK INDONESIA DAN BANK LAIN Berdasarkan jenis: Call Money – TERM DEPOSIT Deposito Berjangka Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Jumlah Penempatan
2012 135.042.465.608 135.042.465.608
2011 203.768.638.977 203.768.638.977
Pada tanggal-tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 tidak terdapat penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain dalam bentuk mata uang asing serta pada pihak berelasi. Suku bunga efektif rata-rata tertimbang setahun pada Call Money untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 adalah 4,41% dan 5,92%. Pada tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 tidak terdapat penempatan deposito pada Bank Lain, Perubahan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai adalah sebagai berikut: 2012 2011 Saldo awal 100.000.000 Penambahan Cadangan Pengurangan Cadangan 100.000.000 Saldo akhir Berdasarkan hasil penelaahan dan evaluasi manajemen Bank, kolektibilitas atas seluruh penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain pada tahun 2012 dan 2011 digolongkan Lancar. Tidak terdapat dana yang diblokir atau belum dapat dicairkan pada Bank bermasalah. Cadangan kerugian penurunan nilai untuk penempatan pada bank lain pada tahun 2012 dan 2011 nihil, sedangkan untuk penempatan pada Bank Indonesia tidak dibentuk cadangan kerugian penurunan nilai. 7. EFEK-EFEK Seluruh efek-efek diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang dimiliki hingga jatuh tempo. Efekefek berdasarkan jenisnya terdiri atas: 2012 2011 Pihak terkait Pihak tidak terkait: Sertifikat Bank Indonesia 46.472.000.000 38.000.000.000 Diskonto yang belum diamortisasi (525.522.300) (1.136.348.968) Sertifikat Bank Indonesia – Bersih 45.946.477.700 36.863.651.032 Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.12/19/PBI/2010 tanggal 4 Oktober 2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing, GWM dalam rupiah terdiri dari GWM Primer sebesar 8% dari DPK dalam Rupiah yang mulai berlaku 1 November 2010, GWM Sekunder sebesar 2,5% dari DPK Rupiah dan GWM LDR yang mulai berlaku tanggal 1 Maret 2011. Sedangkan untuk GWM dalam mata uang asing ditetapkan sebesar 1,00% dari DPK dalam mata uang asing, serta Surat Edaran No.11/29/ DPNP tanggal 16 Oktober 2009 tentang perhitungan Giro Wajib Minimun (GWM) Sekunder dalam Rupiah. GWM sekunder yang wajib ditempatkan dalam bentuk SBI atau SUN pada posisi 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp16.016 juta dan pada posisi 31 Desember 2011 sebesar Rp15.302 juta. Seluruh efek-efek diterbitkan oleh Bank Indonesia. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku, efek-efek digolongkan Lancar. Tidak dibentuk penyisihan kerugian penurunan nilai atas efek-efek yang dimiliki. Tingkat bunga rata–rata per tahun untuk Sertifikat Bank Indonesia tahun 2012 sebesar 4,64% dan tahun 2011 sebesar 6,57%. Halaman 24
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 8. KREDIT YANG DIBERIKAN
Kredit yang diberikan berdasarkan jenis, sektor usaha, jangka waktu dan kualitas terdiri dari: 1). Jenis (dalam rupiah): 31 Desember 2012
Lancar
Dalam Perhatian Khusus
Modal Kerja
421.433.751.514
4.735.605.322
-
-
Investasi
156.396.677.787
536.680.370
-
Konsumsi
43.909.953.921
834.191.925
-
136.782.690
-
-
-
-
136.782.690
621.877.165.912
6.106.477.617
-
-
4.151.669.125
632.135.312.654
Karyawan Subjumlah CKPN Jumlah
Kurang Lancar
Diragukan
Macet
Jumlah
3.206.634.616
429.375.991.452
-
-
156.933.358.157
-
945.034.509
45.689.180.355
(6.638.800.547)
(68.392.549)
-
-
(1.964.973.204)
(8.672.166.300)
615.238.365.365
6.038.085.068
-
-
2.186.695.921
623.463.146.354
Lancar
Dalam Perhatian Khusus
31 Desember 2011 Kurang Lancar
Diragukan
Macet
Jumlah
15.635.974.912
343.049.644.018
Modal Kerja
322.830.011.509
4.583.657.597
-
-
Investasi
110.708.783.970
10.206.589.963
-
-
-
120.915.373.933
Konsumsi
36.883.807.447
104.972.270
-
-
945.034.509
37.933.814.226
Karyawan
165.086.532
-
-
-
-
165.086.532
470.587.689.458
14.895.219.830
-
-
16.581.009.421
502.063.918.709
(4.408.926.806)
(160.209.139)
-
-
(4.532.342.592)
(9.101.478.537)
466.178.762.652
14.735.010.691
-
-
12.048.666.829
492.962.440.172
Macet
Jumlah
Subjumlah CKPN Jumlah
2). Sektor Ekonomi (dalam rupiah): Lancar
31 Desember 2012 Dalam Perhatian Khusus
Kurang Lancar
Diragukan
Industri
106.355.826.460
-
-
-
-
106.355.826.460
Perdagangan, restoran, hotel dan jasa lainnya
305.146.166.916
4.626.826.335
-
-
3.206.634.616
312.979.627.867
Perikanan
1.716.074.515
-
-
-
-
1.716.074.515
Pertanian
649.816.027
-
-
-
-
649.816.027
39.168.581.104
-
-
-
-
39.168.581.104
6.795.137.924
-
-
-
-
6.795.137.924
44.442.188.552
645.459.357
-
-
-
45.087.647.909
Konstruksi Pertambangan Pengangkutan, perdagangan, komunikasi, dan penyediaan makan minum Lain-lain
117.603.374.414
834.191.925
-
-
945.034.509
119.382.600.848
Subjumlah
621.877.165.912
6.106.477.617
-
-
4.151.669.125
632.135.312.654
(6.638.800.547)
(68.392.549)
-
-
(1.964.973.204)
(8.672.166.300)
615.238.365.365
6.038.085.068
-
-
2.186.695.921
623.463.146.354
CKPN Jumlah
Halaman 25
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 8. KREDIT YANG DIBERIKAN (lanjutan)
31 Desember 2011 Dalam Perhatian Khusus
Lancar Industri Perdagangan, restoran, hotel dan jasa lainnya
Kurang Lancar
Diragukan
Macet
Jumlah
79.937.117.186
1.932.268.898
-
-
-
81.869.386.084
260.657.590.085
12.706.863.630
-
-
8.051.902.313
281.416.356.028
Perikanan
1.858.361.460
-
-
-
-
1.858.361.460
Pertanian
-
30.000.000
-
-
-
30.000.000
32.481.208.462
-
-
-
-
32.481.208.462
8.154.690.899
-
-
-
-
8.154.690.899
35.740.807.212
121.115.032
-
-
7.584.072.599
43.445.994.843
-
Konstruksi Pertambangan Pengangkutan, perdagangan, komunikasi, penyediaan minum Lain-lain Subjumlah CKPN Jumlah
dan makan
51.757.914.154
14.895.219.830
-
470.587.689.458
14.895.219.830
-
-
16.581.009.421
945.034.509
502.063.918.709
(4.408.926.806)
(160.209.139)
-
- (4.532.342.592)
(9.101.478.537)
466.178.762.652
14.735.010.691
-
-
12.048.666.829
52.807.920.933
492.962.440.172
Dari jumlah tersebut, terdapat penyaluran kredit kepada pihak berelasi dengan PT Bank Multiarta Sentosa yakni: 2011
2012 Jumlah kredit pihak berelasi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Jumlah
10.769.695.568 (111.927.372)
11.685.124.882 (95.153.787)
10.657.768.196
11.589.971.095
3) Pinjaman yang direstrukturisasi: Pinjaman yang direstrukturisasi meliputi antara lain penjadwalan ulang pembayaran pokok pinjaman dan bunga, penyesuaian tingkat suku bunga, pengurangan tunggakan bunga dan penambahan fasilitas pinjaman. 2012 Jumlah kredit direstrukturisasi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Jumlah
2011
3.044.229.381 (34.095.369)
5.533.313.555 (54.740.689)
3.010.134.012
5.478.572.866
4) Perubahan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai adalah sebagai berikut: 2012 Saldo awal tahun Penambahan Cadangan Reklasifikasi dari rekening administratif Kelebihan koreksi Cadangan Penghapusan selama tahun berjalan Saldo akhir
2011
9.101.478.537
9.236.996.182
179.858.143
381.718.794
-
-
(96.569.702) (512.600.677)
(517.236.439) -
8.672.166.300
9.101.478.537
Halaman 26
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 8. KREDIT YANG DIBERIKAN (lanjutan)
Manajemen berpendapat bahwa jumlah Cadangan Kerugian Penurunan Nilai yang telah dibukukan adalah cukup untuk menutup kerugian yang mungkin timbul akibat tidak tertagihnya kredit yang diberikan. 5)
Informasi penting lainnya: Informasi penting yang berkaitan dengan kredit yang diberikan adalah sebagai berikut: a. Fixed Loan, Pinjaman Rekening Koran, dan Pinjaman Dengan Angsuran terdiri dari: Kredit Modal Kerja adalah kredit jangka pendek dengan jangka waktu maksimal 1 (satu) tahun yang diberikan untuk membiayai keperluan modal kerja Debitur yang bersangkutan seperti pengadaan/persediaan barang, piutang termasuk untuk bidang usaha properti, agrobisnis, dan lain-lain. Kredit Investasi adalah kredit jangka menengah/panjang yang diberikan untuk membiayai pembelian barang-barang modal dan jasa yang diperlukan guna rehabilitasi, modernisasi, ekspansi dan relokasi proyek, dan atau pendirian usaha baru termasuk untuk bidang usaha properti dan agrobisnis. Kredit Konsumsi adalah pemberian Kredit untuk keperluan konsumsi seperti membeli, memugar (renovasi), dan lain-lain yang pengembaliannya dilakukan secara angsuran berkala dalam jangka waktu tertentu. b. Kredit kepada karyawan Bank merupakan kredit untuk membeli kendaraan, rumah dan keperluan lainnya yang dibebani bunga sebesar 6% - 10,06% per tahun dengan jangka waktu 6 bulan sampai dengan 10 tahun yang dibayar kembali melalui pemotongan gaji tiap bulan. c. Suku bunga efektif rata-rata tertimbang setahun untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 adalah 11,83% dan 12,02%. d. Kredit yang diberikan dijamin dengan agunan tunai (deposito), tanah, bangunan, kendaraan, serta agunan lain yang diterima oleh perbankan pada umumnya. Agunan yang berbentuk tunai telah dilakukan pemblokiran, demikian juga untuk agunan dalam bentuk tanah dan bangunan telah diikat dengan hak tanggungan dan surat kuasa untuk menjual. Agunan dalam bentuk kendaraan telah dikuasai Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotornya dengan surat kuasa untuk menjual kendaraan tersebut. Jumlah kredit yang diberikan yang dijamin dengan agunan tunai pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 masing-masing sebesar Rp29.127.135.051 dan Rp29.561.523.456. e. Rasio kredit usaha mikro kecil terhadap kredit yang diberikan pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebesar 3,15% dan 3,79%. f. Kredit yang dihapus buku pada tahun 2012 sebesar Rp512.600.677 dan tidak terdapat kredit yang dihapusbukukan selama tahun 2011. g. Kebijakan pemberian kredit ditetapkan dan dilaksanakan melalui proses analisis kredit yang mengacu pada prinsip kehati-hatian, kecukupan agunan kredit, asas-asas perkreditan yang sehat, ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit serta pemantauan dan evaluasi. h. Persetujuan pemberian kredit dilakukan oleh Pejabat Pemutus Kredit yang terdiri dari Direksi dan Komisaris (sesuai limit) melalui suatu komite (komite kredit) yang melibatkan, Kepala Bagian Marketing dan Kredit, Pemimpin Cabang, Pemimpin Cabang Pembantu dan Kepala Bagian Analisa Kredit. Pengajuan persetujuan kepada Komite Kredit dilakukan setelah data dari nasabah sudah diperoleh secara lengkap. i.
Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), tidak terdapat pelampauan dan pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit per 31 Desember 2012 dan 2011. Halaman 27
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 9. ASET TETAP
Aset Tetap adalah sebagai berikut:
Harga Perolehan: Tanah Bangunan Perangkat lunak mini komputer Kendaraan Komputer Perangkat keras mini komputer Inventaris dan peralatan kantor Partisi bangunan AkumulasiPenyusutan: Bangunan Perangkat lunak mini komputer Kendaraan Komputer Perangkat keras mini komputer Inventaris dan peralatan kantor Partisi bangunan Nilai Buku
Saldo 31 Des 2011
31 Desember 2012 Penambahan
Pengurangan
Saldo 31 Des 2012
4.063.027.000 6.591.692.345 2.757.303.040 7.687.835.000 1.534.842.784 2.684.695.701 4.103.847.895 1.396.601.974 30.819.845.739
144.253.725 167.783.430 346.350.000 271.864.290 170.303.500 433.756.651 218.350.000 1.752.661.596
29.056.697 254.219.900 2.430.650.000 262.812.010 356.366.164 99.069.507 3.432.174.278
4.063.027.000 6.706.889.373 2.670.866.570 5.603.535.000 1.543.895.064 2.498.633.037 4.438.535.039 1.614.951.974 29.140.333.057
1.607.222.234 2.636.987.750 3.678.509.044 1.243.477.875 2.522.777.453 2.754.640.760 969.483.080 15.413.098.196 15.406.747.543
174.447.322 95.980.164 457.231.465 189.966.556 134.236.710 541.668.967 101.771.251 1.695.302.435
20.600.258 254.219.900 1.721.976.506 251.122.859 356.366.164 95.834.812 2.700.120.499
1.761.069.298 2.478.748.014 2.413.764.003 1.182.321.572 2.300.647.999 3.200.474.915 1.071.254.331 14.408.280.132 14.732.052.925
31 Desember 2011
Harga Perolehan: Tanah Bangunan Perangkat lunak mini komputer Kendaraan Komputer Perangkat keras mini komputer Inventaris dan peralatan kantor Partisi bangunan AkumulasiPenyusutan: Bangunan Perangkat lunak mini komputer Kendaraan Komputer Perangkat keras mini komputer Inventaris dan peralatan kantor Partisi bangunan Nilai Buku
Saldo 31 Des 2010
Penambahan
4.063.027.000 6.547.450.045 2.716.623.040 7.425.570.000 1.415.034.659 2.659.853.236 3.824.067.645 1.363.671.974 30.015.297.599
44.242.300 40.680.000 1.016.800.000 122.588.125 44.054.350 332.832.750 32.930.000 1.634.127.525
754.535.000 2.780.000 19.211.885 53.052.500 829.579.385
4.063.027.000 6.591.692.345 2.757.303.040 7.687.835.000 1.534.842.784 2.684.695.701 4.103.847.895 1.396.601.974 30.819.845.739
1.434.308.084 2.551.451.693 3.906.878.808 1.088.976.182 2.388.176.461 2.267.668.770 879.283.743 14.516.743.741 15.498.553.858
172.914.150 85.536.057 526.165.236 157.281.693 153.812.877 537.102.615 90.199.337 1.723.011.965
754.535.000 2.780.000 19.211.885 50.130.625 826.657.510
1.607.222.234 2.636.987.750 3.678.509.044 1.243.477.875 2.522.777.453 2.754.640.760 969.483.080 15.413.098.196 15.406.747.543
Pengurangan
Saldo 31 Des 2011
Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat indikasi terjadinya penurunan nilai permanen aset tetap. Pengurangan aset tetap merupakan penjualan aset dan penghapusan dengan rincian sebagai berikut: 2012 Hasil penjualan Nilai Buku Keuntungan penjualan aset tetap
1.709.700.000 (708.673.494) 1.001.026.506
2011 434.100.000 434.100.000
Aset tetap, kecuali tanah, telah diasuransikan terhadap risiko kerugian kebakaran, kebanjiran dan risiko lainnya dengan nilai pertanggungan sejumlah Rp20.332.000.000 dan Rp20.054.000.000 masing-masing untuk tahun 2012 dan 2011. Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut sudah memadai. Halaman 28
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 10. ASET LAIN-LAIN Akun ini terdiri dari:
2012 Uang muka Tagihan lainnya Agunan yang diambil alih Pendapatan yang masih harus diterima Biaya dibayar dimuka Persediaan perlengkapan kantor Cadangan kerugian penurunan nilai Jumlah
2011
206.624.010 17.644.000 1.975.779.016 1.891.715.749 1.290.977.366 349.248.974
3.337.234.729 51.811.525 1.975.779.016 1.407.021.808 1.211.128.856 297.967.654
-
-
5.731.989.115
8.280.943.588
Manajemen berpendapat bahwa jumlah penyisihan kerugian penurunan nilai atas aset lain-lain telah memadai. Perubahan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai adalah sebagai berikut: 2012 2011 Saldo awal 3.298.981.576 Penambahan Cadangan Pengurangan Cadangan (3.298.981.576) Saldo akhir Sesuai dengan Surat Bank Indonesia (BI) No.13/658/DPNP/DPnP tanggal 23 Desember 2011, Bank tidak diwajibkan lagi untuk membentuk penyisihan penghapusan aset untuk aset non produktif, namun Bank tetap harus menghitung cadangan kerugian penghapusan nilai mengacu pada standar akuntansi yang berlaku. Saldo awal penyisihan kerugian penurunan nilai aset lainlain sebesar Rp3.298.981.576 telah dibebankan dalam laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011. 11. LIABILITAS SEGERA Liabilitas yang harus segera dibayar oleh Bank per 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut: 2012 2011 Bunga Yang Masih Harus Dibayar 161.330.066 268.847.165 Rekening Perantara Transfer 727.868 Jumlah 162.057.934 268.847.165 12. SIMPANAN NASABAH Simpanan dari nasabah seluruhnya dalam mata uang Rupiah. Berdasarkan jenis, simpanan dari nasabah terdiri dari: 2012 2011 Pihak Berelasi: Giro termasuk kredit bersaldo kredit 124.854.355.040 83.345.455.752 Tabungan Simaster 3.805.429.717 3.254.905.825 Mas Saving 2.489.274.478 533.277.597 Deposito Berjangka 146.944.915.111 100.898.601.767 278.093.974.346 188.032.240.941 Jumlah simpanan pihak berelasi
Halaman 29
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 12. SIMPANAN NASABAH (lanjutan)
2012 Pihak Ketiga: Giro termasuk kredit bersaldo kredit Tabungan Simaster Mas Saving Deposit on Call Deposito Berjangka Jumlah simpanan pihak ketiga Jumlah
2011
29.386.360.465
38.621.451.764
30.002.001.743 4.690.308.772 100.000.000 332.204.132.200 396.382.803.180
19.362.819.399 4.327.803.476 500.000.000 366.969.583.429 429.781.658.068
674.476.777.526
617.813.899.009
Berdasarkan Undang-Undang No.3 Tahun 2008 sebagai pengganti Undang-undang No.24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyatakan bahwa LPS menjamin simpanan nasabah Bank yang berbentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.66 Tahun 2008 tentang Besaran Nilai Simpanan Yang Dijamin Lembaga Penjamin Simpanan, Pasal 1 menyatakan bahwa nilai simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu Bank yang semula ditetapkan paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah) menjadi paling banyak Rp2.000.000.000 (dua miliar rupiah). Beban premi penjaminan Pemerintah yang dibayar selama tahun 2012 dan 2011 masing-masing sebesar Rp1.252.753.831 dan Rp1.142.988.141. Jangka waktu penjaminan tersebut telah dilanjutkan oleh Pemerintah Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.179/KMK.017/2000 pada tanggal 26 Mei 2000 yang menyatakan bahwa jangka waktu program penjaminan diperpanjang dengan sendirinya untuk jangka waktu enam bulan berikutnya secara terus menerus, kecuali apabila Menteri Keuangan mengumumkan pengakhiran dan atau perubahan Program Penjaminan dalam waktu enam bulan sebelum berakhirnya jangka waktu Program Penjaminan tersebut untuk diketahui oleh umum. Atas penjaminan ini pihak Bank melakukan pembayaran premi kepada Pemerintah (LPS). Suku bunga efektif rata-rata tertimbang setahun untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut: Giro Tabungan Simaster Tabungan Mas Saving Deposito
2012 2,03% 4,05% 3,06% 6,42%
2011 2,76% 4,50% 3,50% 7,42%
Simpanan yang diblokir dan dijadikan jaminan atas pinjaman yang diberikan per 31 Desember 2012 dan 2011 masing-masing sebesar Rp39.635.460.668 dan Rp40.993.073.501. Rincian deposito berjangka menurut jangka waktunya adalah sebagai berikut: 2012 Sampai dengan 1 bulan Di atas 1 bulan s.d. 3 bulan Di atas 3 bulan s.d. 6 bulan Di atas 6 bulan s.d. 12 bulan Jumlah
423.807.080.142 18.173.141.774 536.023.950 36.732.801.445 479.249.047.311
2011 389.396.156.671 31.003.238.202 6.883.050.190 41.085.740.133 468.368.185.196
Halaman 30
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 13. UTANG PAJAK a. Hutang Pajak:
2012 Pajak Penghasilan pasal 21 Pajak Penghasilan pasal 23 dan 26 Pajak Penghasilan pasal 25 Pajak Penghasilan pasal 29 Pajak Penghasilan pasal 4 ayat 2 Jumlah
486.631.945 157.732 354.427.000 1.091.031.689 537.754.214 2.470.002.580
2011 396.017.452 1.290.556 304.597.000 455.901.650 630.197.683 1.788.004.341
b. Beban Pajak: 2012 Beban pajak penghasilan kini Manfaat pajak tangguhan Jumlah c.
4.822.071.250 159.309.037 4.981.380.287
2011 3.686.405.500 753.786.811 4.440.192.311
Pajak Penghasilan Badan: Rekonsiliasi antara laba sebelum pajak penghasilan menurut laporan laba rugi dengan taksiran laba fiskal yang dihitung oleh Bank untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut: 2012 2011 Laba sebelum pajak penghasilan menurut 19.430.232.807 16.846.423.261 laporan laba rugi Koreksi fiskal terdiri dari: Beda tetap: Sumbangan 282.128.422 308.007.800 Beban Makan dan Minum 99.274.171 115.764.280 Beban BBM, Pemeliharaan dan Perbaikan Kendaraan 26.756.555 73.800.308 Beban Pajak dan Surat-surat Kendaraan 6.835.500 20.667.500 Beban Premi Asuransi Kendaraan 5.212.625 15.116.950 Beban Rekreasi dan Olahraga 9.333.800 2.336.000 Beban Denda dan Sanksi 22.000.000 650.000 Beban Lain Perusahaan 16.240.900 30.360.650 Beban Rupa-rupa Operasional Lain 27.506.479 37.615.450 495.288.452 604.318.938 Beda waktu: Penyusutan Aset Tetap Cadangan Manfaat Karyawan Realisasi Penggantian Hak Karyawan Penyisihan Penghapusan AYDA Taksiran Laba Fiskal Tahun Berjalan
(267.484.353) 1.249.610.556 (1.619.362.350) (637.236.147)
(332.379.636) 1.056.323.727 (130.082.700) (3.298.981.576) (2.705.120.185)
19.288.285.112
14.745.622.014
Dikenakan tarif 25%: Tahun 2011: 25% x Rp 14.745.622.000 Tahun 2012: 25% x Rp 19.288.285.000
4.822.071.250
Pajak dibayar dimuka: - PPh Pasal 25
3.731.039.561
3.230.503.850
Pajak penghasilan terhutang
1.091.031.689
455.901.650
3.686.405.500
Halaman 31
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 13. UTANG PAJAK (lanjutan)
d. Rekonsiliasi antara laba sebelum pajak penghasilan menurut laporan laba rugi dengan beban pajak penghasilan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut: 2012 2011 Laba sebelum pajak penghasilan menurut 16.846.423.261 laporan laba rugi 19.430.232.807 Beban pajak dengan tarif pajak maksimum yang berlaku 4.857.558.174 4.211.605.815 Pengaruh pajak atas beda tetap pada tarif pajak maksimum yang berlaku 123.822.113 151.079.731 Pengaruh pajak atas beda waktu pada tarif pajak maksimum yang berlaku ( 159.309.037) (676.280.046) Pengaruh pajak atas pajak tangguhan 159.309.037 753.786.811 Beban Pajak Penghasilan 4.440.192.311 4.981.380.287 e. Pajak Penghasilan Tangguhan:
31 Des 2011 Aset pajak tangguhan: - Penyusutan Aset tetap - Kewajiban Manfaat karyawan Jumlah
31 Des 2012
(83.094.909) 989.155.875
(66.871.088) (92.437.949)
(149.965.997) 896.717.926
906.060.966
(159.309.037)
746.751.929
31 Des 2010 Aset pajak tangguhan: - Penyusutan Aset tetap - Kewajiban Manfaat karyawan - Penyisihan Penghapusan AYDA Jumlah
2012 Dikreditkan ke Laporan Laba Rugi
2011 Dikreditkan ke Laporan Laba Rugi
31 Des 2011
77.506.765 757.595.618
(160.601.674) 231.560.257
(83.094.909) 989.155.875
824.745.394 1.659.847.777
(824.745.394) (753.786.811)
906.060.966
14. ESTIMASI KERUGIAN KOMITMEN DAN KONTINJENSI Estimasi kerugian atas transaksi komitmen dan kontinjensi yang lazim dalam kegiatan usaha Bank, dibentuk sebagai berikut: 2012 2011 Estimasi kerugian transaksi komitmen dan kontinjensi dari kegiatan usaha Bank: - Longgar Tarik dan Bank Garansi Jumlah Perubahan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai adalah sebagai berikut: 2012 Saldo awal CKPN yang dibentuk Reklasifikasi Saldo Akhir
-
2011 906.613.681 (906.613.681) Halaman 32
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 14. ESTIMASI KERUGIAN KOMITMEN DAN KONTINJENSI (lanjutan) Berdasarkan Surat Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia No. 13/658/DPNP/IDPnP tanggal 23 Desember 2011 perihal Penyesuaian Pelaporan di LBU, Penyajian di Laporan Keuangan, dan Perhitungan KPMM terkait dengan Penerbitan SE No. 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 mengenai Laporan Keuangan Publikasi Triwulan dan Bulanan Bank Umum, Bank Indonesia tidak lagi mewajibkan untuk membentuk penyisihan penghapusan aset atas transaksi rekening administratif. Bank menghitung cadangan kerugian penurunan nilai mengacu pada standar akuntansi yang berlaku yaitu PSAK No.57 mengenai Provisi Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi. Berdasarkan pengalaman tahun-tahun yang lalu, Bank belum pernah mengalami kerugian akibat transaksi rekening administratif tersebut, sehingga pada posisi 31 Desember 2012 dan 2011 Bank tidak membentuk cadangan kerugian penurunan nilai atas transaksi rekening administratif. Kolektibilitas atas transaksi komitmen dan kontinjensi dalam kegiatan usaha Bank yang mempunyai risiko kredit pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 digolongkan sebagai Lancar. 15. LIABILITAS LAIN-LAIN Kewajiban Estimasi Manfaat Karyawan (Catatan 26) Jasa Produksi Penampungan Bunga Deposito Pendapatan Bunga yang Ditangguhkan Penampungan Hadiah Mas Saving Provisi Pinjaman Jasa Profesional Provisi Bank Garansi Notaris Sertifikat Hak Tanggungan Akta Pembebanan Hak Tanggungan Cek Sertifikat Surat Kuasa Memasang Hak Tanggungan Lain-lain Jumlah
2012 3.586.871.706 1.673.919.300 1.362.309.562 195.632.615 450.676.786 148.166.663 59.730.000 12.454.282 11.725.700 8.375.000 8.200.000 2.000.000 1.960.000 901.674.125 8.423.695.739
2011 3.956.623.500 1.686.839.700 1.528.833.878 846.482.454 422.263.950 81.250.003 75.075.000 26.338.785 11.725.700 8.375.000 8.200.000 2.000.000 1.960.000 1.279.087.166 9.935.055.136
Penampungan bunga deposito merupakan beban bunga Deposit on Call dan Deposito Berjangka bukan Bank yang masih harus dibayar sebesar Rp1.362.309.562 pada tahun 2012 dan sebesar Rp1.528.833.878 pada tahun 2011. 16. MODAL SAHAM Berdasarkan akta Notaris Drs. Haji SAIDUS SJAHAR, S.H. No.201 tanggal 28 Juli 1992 dan Berita Negara Republik Indonesia No.84 tanggal 20 Oktober 1992 Tambahan No.5242/1992, modal dasar Bank adalah Rp50.000.000.000 yang terbagi atas 50.000.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp1.000 perlembar. Dari modal dasar tersebut telah ditempatkan dan disetor penuh sebesar Rp10.000.000.000. Berdasarkan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 20 Juli 1994 yang telah diaktakan oleh Notaris Paulus Widodo Sugeng Haryono, S.H. dengan akta No.13 tanggal 4 Januari 1995, telah disetujui peningkatan modal disetor dari Rp10.000.000.000 menjadi Rp12.000.000.000. Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 2 Desember 1994, yang telah diaktakan oleh Notaris Paulus Widodo Sugeng Haryono, S.H. dengan akta No.72 tanggal 22 Maret 1995 telah disetujui inbreng saham-saham milik perorangan kedalam perseroan terbatas PT Dana Bina Sentana, PT Multi Anekadana Sakti dan PT Halim Sakti. Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham dengan akta Notaris Paulus Widodo Sugeng Haryono, S.H. No.29 tanggal 9 Januari 1998, telah disetujui peningkatan modal setor dari Rp12.000.000.000 menjadi Rp12.500.000.000. Halaman 33
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 16. MODAL SAHAM (lanjutan)
Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 4 Februari 2004 yang telah diaktakan oleh Notaris Paulus Widodo Sugeng Haryono, S.H. dengan akta No.22 tanggal 11 Februari 2004 dan dengan Berita Negara Republik Indonesia No.44 tanggal 1 Juni 2004 Tambahan No.426, telah disetujui peningkatan modal disetor dari Rp12.500.000.000 menjadi Rp20.000.000.000. Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 21 Nopember 2006 yang telah diaktakan oleh Notaris Setiawan, S.H. dengan akta No.162 tanggal 28 Desember 2006 yang salinan aktanya telah diterima dan dicatat didalam database Sisminbakum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan suratnya No.W7-HT.01.10.12537 tanggal 10 September 2007 telah disetujui peningkatan modal setor dari Rp20.000.000.000 menjadi Rp27.500.000.000. Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 21 September 2007 yang telah diaktakan oleh Notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., M.Si. dengan akta No.199 tanggal 25 September 2007 yang salinan aktanya telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusannya No.C-00984.HT.01.04-TH.2007 tanggal 23 Oktober 2007, Modal Dasar dari Rp50.000.000.000 menjadi Rp220.000.000.000 dan Modal Setor dari Rp27.500.000.000 menjadi Rp55.000.000.000. Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 26 Desember 2007 yang telah diaktakan oleh Notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., M.Si. dengan akta No.49 tanggal 14 Januari 2008 yang salinan aktanya telah diterima dan dicatat didalam database Sisminbakum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan suratnyaNo.AHUAH.01.10-3479 tanggal 13 Februari 2008 dari Rp55.000.000.000 menjadi Rp70.000.000.000. Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham dengan akta Notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., M.Si. No.76 tanggal 9 Juli 2008 yang salinan aktanya telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusannya No.AHU86847.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 17 Nopember 2008, Modal Dasar dari Rp220.000.000.000 menjadi Rp280.000.000.000. Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 29 Juni 2009 yang telah diaktakan oleh Notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., M.Si. dengan akta No.88 tanggal 21 Juli 2009 yang salinan aktanya telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusannya No.AHU-40564.AH.01.02.Tahun 2009 tanggal 20 Agustus 2009, Modal Dasar dari Rp280.000.000.000 menjadi Rp600.000.000.000 dan Modal Disetor dari Rp70.000.000.000 menjadi sebesar Rp155.000.000.000. Penambahan Modal Disetor sebesar Rp85.000.000.000 tersebut berasal dari dividen Rp35.000.000.000 dan sisanya Rp50.000.000.000 secara tunai. Susunan pemegang dan kepemilikan saham per 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut: Saham Nominal Pemegang Saham (lembar) Rp % PT Danabina Sentana PT Multi Anekadana Sakti PT Halim Sakti Jumlah
108.500.000 38.750.000 7.750.000 155.000.000
108.500.000.000 38.750.000.000 7.750.000.000 155.000.000.000
70% 25% 5% 100%
Halaman 34
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 17.PENDAPATAN BUNGA
Pendapatan bunga terdiri dari hasil bunga, provisi dan komisi yang berhubungan dengan aktivitas perkreditan, sebagai berikut: 2012 Pendapatan Bunga Berasal Dari Bank Indonesia: - Sertifikat Bank Indonesia - Call Money – FASBI - Jasa Giro GWM Penempatan Pada Bank Lain: - Call Money - Deposito Kredit yang Diberikan Jumlah
2011
2.406.219.675 6.754.956.057 316.863.080
3.698.332.806 9.490.040.013 296.543.335
164.335.279 68.209.397.445 77.851.771.536
26.700.416 329.861.110 59.788.871.167 73.630.348.847
Selama tahun 2012 dan 2011, amortisasi dari pendapatan yang terkait langsung dari perolehan nasabah (“pendapatan transaksi”) sebesar Rp3.384.373.363 dan Rp2.470.900.823 disajikan sebagai penambah pendapatan bunga. 18. BEBAN BUNGA Beban Bunga Berasal Dari: Beban Bunga-Pihak Ketiga bukan Bank: - Jasa Giro - Deposito Berjangka - Deposit on Call - Tabungan Hadiah tabungan Premi Penjaminan Simpanan Jumlah
2012
2011
2.579.153.337 29.866.649.297 7.433.285 1.238.581.910
2.985.333.036 32.235.693.589 39.401.494 1.153.757.607
54.164.836
54.803.271
1.252.753.830 34.998.736.495
1.142.988.141 37.611.977.138
19. PENDAPATAN OPERASIONAL LAINNYA 2012 Ongkos yang Diperhitungkan Administrasi Produk Provisi Bank Garansi Denda Jasa Lainnya Jumlah
91.264.375 1.007.239.998 35.032.754 22.485.435 551.412.552 1.707.435.114
2011 93.111.480 902.327.404 26.026.940 45.408.203 544.051.107 1.610.925.134
Halaman 35
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 20. PENDAPATAN (BEBAN) KERUGIAN PENURUNAN NILAI ASET KEUANGAN DAN NON KEUANGAN - BERSIH 2012 Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan: Pendapatan (Beban) CKPN Kredit Yang Diberikan Koreksi kelebihan CKPN Kredit Yang Diberikan Pendapatan (Beban) CKPN Penempatan Pada Bank Lain Koreksi kelebihan CKPN Penempatan Pada Bank Lain Subjumlah Kerugian Penurunan Nilai Aset Non Keuangan: Pendapatan (Beban) CKPN Aset Non Produktif Penyisihan Penghapusan AYDA Subjumlah Jumlah
2011
179.858.144 (96.569.702)
381.718.793 (517.236.439)
-
(89.273.010)
83.288.442
(32.745.641) (257.536.297)
-
(3.298.981.576) (3.298.981.576) (3.556.517.873)
2012 1.695.302.435 2.366.227.522 727.538.885 503.569.927 1.167.180.970 253.608.135 279.914.807 200.802.385 249.465.592 230.266.309 141.330.646 127.710.000 99.274.171
2011 1.723.011.965 1.107.594.819 639.422.233 501.422.191 459.948.350 291.035.024 289.149.978 263.069.322 251.166.100 237.568.210 173.823.772 143.075.000 115.764.280
88.166.400 89.729.871 56.458.299 57.984.154 72.402.500 74.600.000 74.339.400 59.998.840 6.586.000 46.813.619 35.908.040 26.203.000 16.340.060 13.951.800 12.573.124 7.905.000 3.858.950 9.333.800 61.829.100 392.774.305 9.249.948.046
108.200.800 95.118.407 92.811.501 75.077.865 74.534.000 70.000.000 55.966.750 45.487.991 42.795.500 39.217.426 33.523.320 29.419.900 15.260.896 12.549.500 7.503.000 7.174.000 2.744.200 2.336.000 4.834.250 277.828.466 7.288.435.016
21.BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI Penyusutan Aset tetap Jasa Pengolahan TSI Sewa gedung kantor Listrik Pendidikan Bahan bakar Telepon, teleks dan modem Iklan/reklame/pengembangan usaha Keamanan bangunan kantor Pemakaian materai tempel/alat tulis kantor Pemeliharaan dan perbaikan kendaraan Jasa professional Makanan dan minuman Kendaraan kantor lain (Surat kendaraan, pajak dan parkir) Beban asuransi Administrasi Bank Pemeliharaan inventaris kantor Pakaian seragam pegawai Iuran Perjalanan dinas Perlengkapan dan peralatan kantor Pemeliharaan dan perbaikan bangunan kantor Fotocopy/penjilidan/laminating Pajak Bumi dan Bangunan Representasi Air dan gas Koran dan majalah Pengiriman dokumen Pendingin ruangan Survey dan penelitian Rekreasi dan olahraga Beban lain perusahaan Lain-lain Jumlah
Halaman 36
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 22.BEBAN TENAGA KERJA
2012 Gaji Karyawan Jasa Produksi Tunjangan Hari Raya Estimasi Manfaat Karyawan Jamsostek Upah Kerja Lembur Tunjangan Lainnya Jumlah
2011
10.651.365.456 1.673.919.300 803.891.521 1.249.610.556 345.617.223 209.384.850 1.608.649.554
11.514.072.461 1.686.839.700 954.032.073 1.056.323.727 386.041.482 270.666.400 2.411.138.673
16.542.438.460
18.279.114.516
23. PENDAPATAN BUKAN OPERASIONAL 2012 Laba Penjualan Aset Tetap Lain-lain Jumlah
1.001.026.506 123.615.849 1.124.642.355
2011 434.100.000 359.673.342 793.773.342
24. BEBAN BUKAN OPERASIONAL 2012 Rugi Penghapusan Aset Tetap Denda-denda Beban Lainnya Jumlah
2011
23.380.285 22.000.000
2.921.875 650.000
333.824.470 379.204.755
468.657.071 472.228.946
25. TAGIHAN DAN KEWAJIBAN KOMITMEN DAN KONTINJENSI 2012 Komitmen Kewajiban komitmen: Komitmen kredit yang belum ditarik Jumlah komitmen-bersih Kontinjensi Tagihan kontinjensi: - Pendapatan bunga kredit dalam penyelesaian - Tagihan kontinjensi lain – titipan kliring Kewajiban kontinjensi: Garansi yang diterbitkan Jumlah kontinjensi-bersih Jumlah
2011
(157.639.766.751) (157.639.766.751)
(121.324.810.173) (121.324.810.173)
2.216.117.278 15.803.336.935
5.772.389.644 9.820.322.155
(2.266.518.000) 15.752.936.213 (141.886.830.538)
(2.615.063.240) 12.977.648.559 (108.347.161.614)
Halaman 37
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 26. KEWAJIBAN ESTIMASI MANFAAT KARYAWAN Bank telah menyelenggarakan program kewajiban estimasi uang jasa karyawan (post - retirement benefit) sesuai dengan peraturan perusahaan. Tidak ada pendanaan yang dilakukan sehubungan dengan program manfaat karyawan tersebut. Tingkat kematian (mortalita) Commissioners Standard Ordinary (CSO)1980 Tingkat pengunduran dini usia 18 - 54 tahun Kenaikan gaji Bunga teknis Metode
5% per tahun 10% per tahun 5% per tahun Projected Unit Credit
Perhitungan rekonsiliasi aset program dan kewajiban estimasi imbalan pasca kerja yang diakui di Neraca per 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut: 2012 2011 Nilai kini liabilitas imbalan karyawan Nilai pasar aktiva program
6.597.839.610
6.128.317.327
(Surplus)/Defisit
6.597.839.610
6.128.317.327
Biaya jasa lalu yang belum diakui
(401.742.388)
(430.751.712)
(2.609.225.516)
(1.740.942.115)
3.586.871.706
3.956.623.500
Keuntungan/(kerugian) aktuaria belum diakui Liabilitas Imbalan Kerja Karyawan
Komponen beban imbalan pasca kerja karyawan tahun 2012 dan 2011 terdiri dari: Beban jasa kini
2012 717.977.799
2011 614.488.133
Beban bunga
306.415.866
282.724.839
29.009.324
29.009.324
196.207.567
130.101.431
1.249.610.556
1.056.323.727
Amortisasi dari perubahan asumsi Recognized Actuarial G/L Beban Imbalan Karyawan
Rekonsiliasi perubahan saldo kewajiban imbalan pasca kerja untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut: 2012 2011 Saldo Awal
3.956.623.500
3.030.382.473
Beban selama tahun berjalan
1.249.610.556
1.056.323.727
(1.619.362.350)
(130.082.700)
3.586.871.706
3.956.623.500
Pembayaran selama tahun berjalan Saldo akhir
Beban imbalan pasca kerja disajikan sebagai beban tenaga kerja (Catatan 22).
Halaman 38
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 27. TRANSAKSI-TRANSAKSI DAN SALDO DENGAN PIHAK-PIHAK BERELASI Dalam kegiatan usaha normal, Bank melakukan transaksi usaha dan keuangan dengan pihakpihak yang berelasi. Pihak Berelasi PT Danabina Sentana PT Halim sakti PT Multi Anekadana Sakti Karyawan Kunci:
Sifat hubungan berelasi
Transaksi
Pemegang Saham Pemegang Saham Pemegang Saham Direksi, Komisaris, Pemimpin Cabang, Kepala Divisi serta anggota keluarga dekat dengan orang-orang tersebut
giro, deposito giro, deposito giro giro, tabungan, deposito
Dalam kegiatan usahanya, Bank juga mengadakan transaksi-transaksi tertentu dengan pihakpihak berelasi. Transaksi-transaksi pada saldo tersebut meliputi: Kredit yang Diberikan: Lainnya Jumlah Persentase terhadap total kredit Giro: PT Danabina Sentana PT Halim Sakti PT Multi Anekadana Sakti Karyawan Kunci Lainnya Jumlah Persentase terhadap total giro Tabungan: Karyawan Kunci Lainnya Jumlah Persentase terhadap total tabungan Deposito: PT Halim Sakti Karyawan Kunci Lainnya Jumlah Persentase terhadap total deposito Lihat Catatan nomor 8 dan 12.
2012
2011
10.769.695.568 10.769.695.568 1,70%
11.685.124.882 11.685.124.882 2,33%
175.570.033 153.693.863 202.996 200.000 124.524.688.148 124.854.355.040 80,95%
33.920.041 32.098.288 202.996 442.901 83.278.791.526 83.345.455.752 68,33%
633.776.105 5.660.928.090 6.294.704.195 15,36%
208.772.802 3.579.410.620 3.788.183.422 13,79%
7.035.395.205 22.929.615.905 116.979.904.001 146.944.915.111 30,66%
11.685.905.999 2.387.050.330 86.825.645.438 100.898.601.767 21,54%
Halaman 39
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 28. ASET DAN KEWAJIBAN KEUANGAN
Tabel berikut ini merupakan nilai tercatat dan nilai wajar dari aset keuangan dan liabilitas keuangan pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011: Tahun 2012 Aset dan Liabilitas Keuangan
Dimiliki hingga jatuh tempo
Pinjaman dan Piutang
Tersedia untuk Dijual
Biaya Perolehan diamortisasi lainnya
Nilai tercatat
Nilai wajar
ASET KEUANGAN Kas
2.890.874.550
2.890.874.550
51.443.852.532
2.890.874.550
51.443.852.532
51.443.852.532
2.712.301.137
2.712.301.137
2.712.301.137
135.042.465.608
135.042.465.608
135.042.465.608
45.946.477.700
45.946.477.700
45.946.477.700
623.463.146.354
623.463.146.354
674.476.777.526
674.476.777.526
674.476.777.526
Biaya Perolehan diamortisasi lainnya
Nilai tercatat
Nilai wajar
Giro pada BI Giro pada Bank Lain Penempatan pada BI dan Bank Lain Efek-Efek Kredit yang Diberikan
623.463.146.354
LIABILITAS KEUANGAN Simpanan dari Nasabah
Tahun 2011 Aset dan Liabilitas Keuangan
Dimiliki hingga jatuh tempo
Pinjaman dan Piutang
Tersedia untuk Dijual
ASET KEUANGAN Kas
1.929.677.693
1.929.677.693
49.141.637.090
1.929.677.693
49.141.637.090
49.141.637.090
3.274.534.141
3.274.534.141
3.274.534.141
203.768.638.977
203.768.638.977
203.768.638.977
36.863.651.032
36.863.651.032
36.863.651.032
492.962.440.172
492.962.440.172
617.813.899.009
617.813.899.009
Giro pada BI Giro pada Bank Lain Penempatan pada BI dan Bank Lain Efek-Efek Kredit yang Diberikan
492.962.440.172
LIABILITAS KEUANGAN Simpanan dari Nasabah
617.813.899.009
Metode dan asumsi yang digunakan adalah bahwa nilai wajar aset keuangan dan liabilitas keuangan mendekati nilai tercatatnya karena mempunyai jangka waktu tempo yang singkat atas instrumen keuangan tersebut dan/atau suku bunganya ditinjau ulang. 29. BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, tidak terdapat pelanggaran dan pelampauan BMPK kepada pihak terkait maupun pihak tidak terkait. Sesuai dengan peraturan BI No.7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum, batas maksimum penyediaan dana kepada pihak terkait, satu peminjam yang bukan pihak terkait dan satu kelompok peminjam yang bukan pihak terkait masing-masing tidak melebihi 10%, 20% dan 25% dari modal Bank. Halaman 40
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 30. MANAJEMEN RISIKO
Bank telah menerapkan manajemen risiko yang independen dan sesuai dengan standar yang merujuk pada ketentuan Bank Indonesia serta best practices yang diterapkan seperti Bank Lain pada umumnya, serta telah mengacu kepada Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tangal 1 Juli 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, agar sejalan dengan rencana penerapan Basel II accord secara bertahap di Indonesia. Dalam hal bagian dari proses yang berjalan, sehingga untuk mencapai standar terbaik dibidang pengelolaan risiko, Bank senantiasa mengembangkan dan menyempurnakan kerangka sistem pengelolaan risiko dan pengendalian internal yang terpadu dan komprehensif, agar memberikan informasi secara dini dalam mengambil langkah-langkah perbaikan guna meminimalisir risiko. Kerangka sistem pengelolaan risiko ini dituangkan dalam bentuk kebijakan, prosedur, limit transaksi dan kewenangan serta perangkat lainnya yang berlaku bagi segenap aktivitas bisnis dengan tetap melakukan evaluasi dan perubahan parameter secara berkala sesuai dengan perubahan bisnis. Hasil dari pengelolaan risiko tersebut, telah diatur berbagai kebijakan agar manajemen risiko berfungsi sebagai business enabler, sehingga berperan meningkatkan pertumbuhan bisnis dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian melalui penerapan proses manajemen risiko yang ideal dengan cara identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko pada semua level organisasi. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi terhadap aktivitas manajemen risiko Bank diimplementasikan melalui pembentukan Komite Manajemen Risiko untuk meningkatkan fungsi komite dalam rangka mengambil langkah-langkah persiapan pelaksanaan proses dengan membentuk Komite Pemantau Risiko, Komite Pemantau Audit dan Komite Remunerasi dan Nominasi. Komite yang dibentuk bertanggung jawab kepada Komisaris, dengan tugas utama memberikan masukan kepada Komisaris mengenai masalah-masalah manajemen risiko, mengevaluasi sistem pengawasan manajemen risiko dan pengawasan intern serta menyediakan informasi kepada Komisaris hal-hal yang berkaitan dalam mengantisipasi potensi risiko. Berpedoman terhadap kebijakan Peraturan Bank Indonesia, Bank telah menetapkan suatu kebijakan Manajemen Risiko, melalui Surat Keputusan Direksi Nomor SK/DIR/658/062012 tanggal 18 juni 2012 tentang Kebijakan Manajemen Risiko Bank MAS. Sedangkan untuk penerapan risiko, Bank telah menetapkannya dalam Surat Edaran Direksi Nomor SE/DIR/535/062012 tanggal 18 Juni 2012 tentang Penetapan dan Penerapan Limit Risiko terhadap Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Kepatuhan, Risiko Hukum, Risiko Reputasi dan Risiko Strategis dengan kategori peringkat Komposit mencakup risiko inheren dan Kualitas Penerapan Manajemen Risiko. Bank telah menetapkan Kebijakan Manajemen Risiko serta telah menyusun Profil Risiko untuk posisi 31 Desember 2012, dengan Peringkat Komposit Rendah (Low) dan Tingkat Kualitas Penerapan manajemen Risiko Memadai (Satisfactory) 1. Jenis-Jenis Risiko: a. Risiko Kredit Adalah risiko akibat kegagalan Debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. Sesuai dengan karakteristiknya, kredit yang ada di Bank saat ini terbagi dalam kredit produktif dan kredit konsumtif. Untuk mengelola risikonya, Bank mengukur risiko kredit yang ada baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Halaman 41
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 30. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan)
Berikut risiko kredit terhadap aset pada laporan posisi keuangan tanggal 31 Desember 2012, sebagai berikut: ( dalam jutaan rupiah) Posisi 31 Desember 2012 No.
Kategori Fortofolio
1
2
Saldo
Jatuh Tempo ≤ 1 bulan 4
3
> 1 bln s.d 3 bln 5
> 3 bln s.d 6 bln 6
> 6 bln s.d 12 bln 7
> 12 bulan 8
I NERACA A Aset 1 Kas 2 Penempatan pada Bank Indonesia 3 Penempatan pada bank lain 4 Surat Berharga 5 Kredit yang diberikan 6 Tagihan lainnya 7 Lain-lain
2.891 232.433 2.712 632.135 3.756
2.891 187.984 2.712 18.321 1.765
24.849 75.246 741
14.763 87.394 750
4.837 244.753 500
206.421 -
Total Aset
873.927
213.673
100.836
102.907
250.090
206.421
B Kewajiban 1 Dana Pihak Ketiga 2 Kewajiban pada Bank Indonesia 3 Kewajiban pada bank lain 4 Surat Berharga yang Diterbitkan 5 Pinjaman yang diterima 6 Kewajiban lainnya 7 Lain-lain
674.477 11.056
623.504 3.869
37.011 1.525
2.618 1.025
11.344 1.050
3.587
Total Kewajiban
685.533
627.373
38.536
3.643
12.394
3.587
Selisih Aset dengan Kewajiban dalam Neraca
188.394
(413.700)
62.300
99.264
237.696
202.834
II REKENING ADMINISTRATIF A Tagihan Rekening Administratif 1 Komitmen 2 Kontijensi
-
2.216
50
100
150
200
1.716
Total Tagihan Rekening Administratif
2.216
50
100
150
200
1.716
B Kewajiban Rekening Administratif 1 Komitmen 2 Kontijensi
157.640 2.267
5.560 438
21.249 -
34.909 -
95.922 1.829
-
Total Kewajiban Rekening Administratif
159.907
5.998
21.249
34.909
97.751
-
Selisih Tagihan dan Kewajiban dalam Rekening Administratif
(157.691)
(5.948)
(21.149)
(34.759)
(97.551)
1.716
Selisih (IA-IB)+(IIA-IIB)
30.703
(419.648)
41.151
64.505
140.145
204.550
Selisih Kumulatif
30.703
(419.648)
(378.497)
(313.992)
(173.847)
30.703
Tabel di atas menggambarkan eksposur untuk aset laporan posisi keuangan, berdasarkan nilai tercatat bersih seperti yang diungkap pada laporan keuangan. Manajemen yakin akan kemampuan Bank dalam mengendalikan dan memelihara eksposur risiko kredit yang berasal dari kredit yang diberikan, berdasarkan hal-hal sebagai berikut: -
Bank telah memiliki pedoman tertulis mengenai kebijakan dan proses kredit yang mencakup seluruh aspek pemberian kredit yang dilakukan, dimana setiap pemberian kredit mengacu kepada kebijakan tersebut.
-
Bank telah memiliki sistem deteksi dini setiap permasalahan melalui “early warning system” dan pemantauan yang berkelanjutan.
Halaman 42
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 30. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan)
Pengungkapan Tagihan Bersih berdasarkan wilayah - Bank secara Individual :
No.
Kategori Fortofolio
1
2
( dalam jutaan rupiah) Posisi 31 Desember 2012 Tagihan Bersih berdasarkan wilayah
1 Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik 3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional 4 Tagihan Kepada Bank 5 Kredit Beragun Rumah Tinggal 6 Kredit Beragun Properti Komersial 7 Kredit Pegawai/Pensiunan 8 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel 9 Tagihan Kepada Korporasi 10 Tagihan Yang Telah Jatuh Tempo 11 Aset Lainnya 12 Eksposur di Unit Syariah ( apabila ada )
Total
wilayah 1 3
wilayah 2 4
wilayah 3 wilayah 4 5 6
Total 7 232.433 2.712 28.271 23.773 440 68.047 509.343 2.187 21.464 -
232.433 2.712 20.220 13.949 282 45.591 346.326 1.163 12.954 -
3.250 153 5.278 77.483 1.024 -
4.006 493 5 10.543 35.904 343 -
795 9.331 6.635 49.630 8.167 -
675.630
87.188
51.294
74.558 888.670
Pengungkapan Tagihan Bersih berdasarkan Sisa Jangka Waktu Kontrak - Bank secara Individual : ( dalam jutaan rupiah) Posisi 31 Desember 2012 Tagihan Bersih berdasarkan Sisa Jangka Waktu Kontrak
No. Kategori Fortofolio 1
2
1 Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik 3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional 4 Tagihan Kepada Bank 5 Kredit Beragun Rumah Tinggal 6 Kredit Beragun Properti Komersial 7 Kredit Pegawai/Pensiunan 8 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel 9 Tagihan Kepada Korporasi 10 Tagihan Yang Telah Jatuh Tempo 11 Aset Lainnya 12 Eksposur di Unit Syariah ( apabila ada )
Total
≤ 1 tahun 3
232.433 2.712 313 9.331 152 55.155 361.323 2.891 664.310
>1 thn s.d 3 thn >3 thn s.d 5 thn 4 5
> 5 thn 6
Non-Kontraktual 7
2.191 529 211 3.098 33.003 -
6.845 77 4.386 60.834 -
18.922 13.913 5.408 54.183 -
2.187 18.573 -
Total 8 232.433 2.712 28.271 23.773 440 68.047 509.343 2.187 21.464 -
39.032
72.142
92.426
20.760
888.670
Halaman 43
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 30. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan)
Pengungkapan Tagihan Bersih berdasarkan Sektor Ekonomi - Bank secara Individual : No.
Sektor Ekonomi
1
2 Posisi 31 Desember 2012
( dalam jutaan rupiah) Tagihan Tagihan Tagihan Kepada Bank Tagihan Kredit Kredit Kredit Tagihan Kepada Tagihan Tagihan Yang Aset Eksposur di Kepada Pembangunan Kepada Kepada Beragun Beragun Pegawai/ Usaha Mikro, Kepada Telah Jatuh Lainnya Unit Syariah Rumah Properti Pensiuna Usaha Kecil dan Korporasi ( apabila Multilateral dan Pemerintah Entitas Bank Tempo Sektor Lembaga Internasional Tinggal Komersia n Portofolio Ritel ada ) 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Pertanian, perburuan dan Kehutanan 2 Perikanan 3 Pertambangan dan Penggalian 4 Industri Pengolahan 5 Listrik, Gas dan Air 6 Konstruksi 7 Perdagangan Besar dan Eceran 8 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 10 Perantara Keuangan 11 Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa
-
-
-
-
795 -
-
-
-
-
-
19.163
-
566
12 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
-
-
-
-
-
-
-
-
13 Jasa Pendidikan 14 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 15 Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya,
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
153
-
16 Jasa Perorangan yang Melayani Rumah
-
-
-
-
-
-
17 Badan Internasional dan Badan Ekstra
-
-
-
-
-
-
-
232.433
-
-
2.712
27.323
4.610
155 285
232.433
-
-
2.712
28.271
23.773
440
Perusahaan
dan Jaminan Sosial Wajib
Hiburan dan perseorangan lainnya Tangga
Internasional Lainnya
18 Kegiatan yang belum jelas batasannya 19 Bukan Lapangan Usaha 20 Lainnya TOTAL
-
-
655 1.721 6.807 9.873 96.750 195 11.327 5.250 34.026 39.153 220.575 2.097 29.685 1.849 11.599 910
1.242 -
-
-
41.652
-
-
-
-
-
-
-
1.071 -
32.879
-
-
-
-
4.674
11.338
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3.319
9.419
945
21.464
-
68.047 509.343
2.187
21.464
-
Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan Wilayah - Bank secara Individual : No. Kategori Fortofolio 1
2 1 Tagihan 2 Tagihan yang mengalami penurunan nilai ( impaired )
a. Belum jatuh tempo b. Telah jatuh tempo 3 Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN)-Individual 4 Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN)-Kolektif 5 Tagihan yang dihapus buku
( dalam jutaan rupiah) Posisi 31 Desember 2012 Tagihan Bersih berdasarkan wilayah wilayah 1 wilayah 2 wilayah 3 wilayah 4 Total 3 4 5 6 7
675.630 3.096 3.096 1.933 4.649 513
87.188 1.056 1.056 32 792 -
51.294 529 -
74.558 737 -
888.670 4.152 4.152 1.965 6.707 513
Halaman 44
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 30. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan)
Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan Sektor Ekonomi - Bank secara Individual : ( dalam jutaan rupiah) Cadangan Cadangan Tagihan kerugian kerugian yang Belum Jatuh Tempo Telah Jatuh Tempo penurunan nilai penurunan nilai dihapus (CKPN) Individual (CKPN) Kolektif buku 4 5 6 7 8 Tagihan Yang Mengalami Penurunan Nilai
No.
1
Sektor Ekonomi
Tagihan
2 Posisi 31 Desember 2012
3
655 1.721 6.807 106.623 11.522 39.276 263.730 31.782 13.448 910
-
3.207 -
1.965 -
61.381
-
-
-
658
-
-
-
13 Jasa Pendidikan 14 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 15 Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya,
1.071 32.879
-
-
-
11 366
-
16.165
-
-
-
181
-
16 Jasa Perorangan yang Melayani Rumah
-
-
-
-
-
-
17 Badan Internasional dan Badan Ekstra
-
-
-
-
-
1 Pertanian, perburuan dan Kehutanan 2 Perikanan 3 Pertambangan dan Penggalian 4 Industri Pengolahan 5 Listrik, Gas dan Air 6 Konstruksi 7 Perdagangan Besar dan Eceran 8 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 10 Perantara Keuangan 11 Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan
12 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Hiburan dan perseorangan lainnya Tangga
155 302.510
-
945
890.635
-
4.152
Internasional Lainnya
18 Kegiatan yang belum jelas batasannya 19 Bukan Lapangan Usaha 20 Lainnya TOTAL
7 19 76 985 128 439 2.832 355 150 10
2 488
1.965
6.707
513 -
513
Penungkapan Rincian Mutasi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai - Bank secara Individual : ( dalam jutaan rupiah) Posisi 31 Desember 2012
No. Katerangan 1
2 1 Saldo awal CKPN 2 Pembentukan (pemulihan) CKPN pada periode berjalan (Net)
2.a Pembentukan CKPN pada periode berjalan 2.b Pemulihan CKPN pada periode berjalan 3 CKPN yang digunakan untuk melakukan hapus buku atas tagihan pada periode berjalan 4 Pembentukan (pemulihan) lainnya pada periode berjalan Saldo Akhir CKPN
CKPN Individual 3
CKPN Kolektif 4
4.692 (2.214) 2.214 513 -
4.409 2.298 2.298 -
1.965
6.707
Halaman 45
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 30. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan)
Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Kategori Portofolio dan Skala Peringkat - Bank secara Individual : (dalam jutaan rupiah) Posisi Tanggal 31 Desember 2012 Tagihan Bersih Lembaga Pemeringkat Kategori Portofolio
Peringkat Jangka Pendek
AAA
AA+ s.d AA-
A+ s.d A-
BBB+ s.d BBB-
BB+ s.d BB-
B+ s.d B-
Kurang dari B-
A-1
A-2
AAA
AA+ s.d AA-
A+ s.d A-
BBB+ s.d BBB-
BB+ s.d BB-
B+ s.d B-
Kurang dari B-
F1+ s.d F1
F2
F3
Kurang dari F-3
Moody's
Aaa
Aa1 s.d Aa3
A1 s.d A3
Baa1+ s.d Baa3
Ba1+ s.d Ba3
B1+ s.d B3
Kurang dari B3
P-1
P2
P3
Kurang dari P-3
F2(idn)
F3(idn)
Kurang dari F3-(idn)
PT.Fitch Ratings Indonesia
AAA (idn) AA+(idn) s.d AA-(idn)
A+(idn) s.d A-(idn)
BBB+(idn) s.d BBB-(idn)
BB+(idn) s.d BB-(idn) B+(idn) s.d B-(idn) Kurang dari B-(idn) F1+(idn) s.d F1(idn)
PT.ICRA Indonesia
(idr) AAA
(idr)AA+ s.d (idr)AA-
(idr)A+ s.d (idr)A-
(idr)BBB+ s.d (idr)BBB-
(idr)BB+ s.d (idr)BB-
id AAA
idAA+ s.d idAA-
idA+ s.d idA-
id BBB+ s.d id BBB-
id BB+ s.d id BB-
id B+ s.d id B-
Kurang dari id B-
id A1
4
5
6
8
9
10
11
PT Pemeringkat Efek Indonesia 1
Peringkat Jangka Panjang
Standard and Poor's Fitch Rating
2
3
7
A-3
Kurang dari A-3
(idr)B+ s.d (idr)B- Kurang dari (idr)B- (idr)A1 s.d (idr)A1 (idr)A2+ s.d (idr)A2 (idr)A3+ s.d (idr)A3 idA2
idA3 s.d id A-1
Kurang dari id AA
13
14
12
Tanpa Peringkat
Total
15
16
Kurang dari (idr)A3
1
Tagihan Kepada Pemerintah
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2
Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
232.433 -
3
Tagihan Kepada Bank Pembangunan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
232.433 -
Multilateral dan Lembaga Internasional
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1.262
-
-
-
-
-
-
-
4
Tagihan Kepada Bank
1.450
2.712
5
Kredit Beragun Rumah Tinggal
28.271
28.271
6
Kredit Beragun Properti Komersial
23.773
23.773
7
Kredit Pegawai/Pensiunan
440
8
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
9
Tagihan kepada Korporasi
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10
Tagihan yang Telah Jatuh Tempo
11 12
440
68.047
Aset Lainnya Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1.262
-
-
-
-
-
-
68.047
-
-
509.343
509.343
2.187
2.187
21.464
21.464
-
-
ada) TOTAL
887.408
888.670
Pengungkapan Tagihan Bersih berdasarkan Bobot Risiko setelah Memperhitungkan Dampak Mitigasi Risiko Kredit - Bank secara Individual : No.
Kategori Fortofolio
1
2
0%
20%
35%
40%
45%
50%
75%
100%
150%
Lainnya
3
4
5
6
7
8
9
10
11
A Eksposur Neraca 1 Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik 3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional 4 Tagihan Kepada Bank 5 Kredit Beragun Rumah Tinggal 6 Kredit Beragun Properti Komersial 7 Kredit Pegawai/Pensiunan 8 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel 9 Tagihan Kepada Korporasi 10 Tagihan Yang Telah Jatuh Tempo 11 Aset Lainnya 12 Eksposur di Unit Syariah ( apabila ada ) Total Eksposur Neraca
232.433 3.295 25.832 2.891 -
1.450 -
264.451
B Eksposur Kewajiban Komitmen/Kontinjensi pd Transaksi Administratif 1 Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik 3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional 4 Tagihan Kepada Bank 5 Kredit Beragun Rumah Tinggal 6 Kredit Beragun Properti Komersial 7 Kredit Pegawai/Pensiunan 8 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel 9 Tagihan Kepada Korporasi 10 Tagihan Yang Telah Jatuh Tempo 11 Eksposur di Unit Syariah ( apabila ada ) Total Eksposur TRA
261 1.164 -
C Eksposur akibat kegagalan Pihak Lawan ( Counterparty Credit Risk) 1 Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik 3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional 4 Tagihan Kepada Bank 5 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel 6 Tagihan Kepada Korporasi 7 Eksposur di Unit Syariah ( apabila ada ) Total Eksposur Counterparty Credit Risk
( dalam jutaan rupiah) Beban ATMR Modal
Posisi 31 Desember 2012 Tagihan Bersih berdasarkan wilayah
-
-
9.432
17.901
-
-
1.450
9.432
17.901
-
-
-
938
938
-
1.262
-
-
-
12
13
-
-
-
-
-
-
-
921 10.884 23.773 220 48.564 483.511 2.808 19.561
74 871 1.902 18 3.885 38.681 225 1.565
23.773
-
64.752
-
483.511 945 16.597
-
-
-
-
-
1.702
64.752
524.826
3.218
-
590.242
47.221
-
-
-
-
-
-
-
440
5.648
-
14
332
-
-
26.390
-
1.242 1.976
332 4.236 26.390
27 339 2.111
-
-
1.425
-
-
-
-
-
5.648
26.722
-
-
30.958
2.477
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Halaman 46
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 30. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan)
Pengungkapan Tagihan Bersih berdasarkan dan Teknik Mitigasi Risiko Kredit – Bank secara Individual : ( dalam jutaan rupiah) No. 1
Kategori Fortofolio 2
A Eksposur Neraca 1 Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik 3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional 4 Tagihan Kepada Bank 5 Kredit Beragun Rumah Tinggal 6 Kredit Beragun Properti Komersial 7 Kredit Pegawai/Pensiunan 8 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel 9 Tagihan Kepada Korporasi 10 Tagihan Yang Telah Jatuh Tempo 11 Aset Lainnya 12 Eksposur di Unit Syariah ( apabila ada ) Total Eksposur Neraca B Eksposur Kewajiban Komitmen/Kontinjensi pd Transaksi Administratif 1 Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik 3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional 4 Tagihan Kepada Bank 5 Kredit Beragun Rumah Tinggal 6 Kredit Beragun Properti Komersial 7 Kredit Pegawai/Pensiunan 8 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel 9 Tagihan Kepada Korporasi 10 Tagihan Yang Telah Jatuh Tempo 11 Eksposur di Unit Syariah ( apabila ada ) Total Eksposur TRA C Eksposur akibat kegagalan Pihak Lawan ( Counterparty Credit Risk) 1 Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik 3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional 4 Tagihan Kepada Bank 5 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel 6 Tagihan Kepada Korporasi 7 Eksposur di Unit Syariah ( apabila ada ) Total Eksposur Counterparty Credit Risk Total ( A+B+C)
Posisi 31 Desember 2012 Bagian yang dijamin dengan
Tagihan Bersih
Agunan
Garansi
3
4
5
Bagian yang
Asuransi kredit Lainnya 6
7
Tidak dijamin 8
232.433 2.712 28.271 23.773 440 68.047 509.343 2.187 21.464 -
3.295 25.832 -
-
-
-
888.670
29.127
-
-
-
232.433 2.712 28.271 23.773 440 64.752 483.511 2.187 21.464 859.543
332 5.909 27.554 33.795
261 1.164 1.425
-
-
-
332 5.648 26.390 32.370
-
-
-
-
-
-
922.465
30.552
-
-
-
891.913
Halaman 47
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 30. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan)
Pengungkapan Eksposur Aset di Neraca :
No.
Kategori Fortofolio
1
2
( dalam jutaan rupiah) Posisi 31 Desember 2012 Tagihan ATMR Sebelum ATMR Setelah Bersih
MRK
MRK
3
4
5
A Eksposur Neraca 1 Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik 3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional 4 Tagihan Kepada Bank 5 Kredit Beragun Rumah Tinggal 6 Kredit Beragun Properti Komersial 7 Kredit Pegawai/Pensiunan 8 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel 9 Tagihan Kepada Korporasi 10 Tagihan Yang Telah Jatuh Tempo 11 Aset Lainnya
232.433
Eksposur
Kewajiban
No.
Kategori Fortofolio
921 10.884 23.773 220 48.564 483.511 2.808 19.561
888.670
598.984
590.242
transaksi
rekening
1
2
Komitmen/Kontinjensi
A Eksposur Neraca 1 Tagihan Kepada Pemerintah 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik 3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional 4 Tagihan Kepada Bank 5 Kredit Beragun Rumah Tinggal 6 Kredit Beragun Properti Komersial 7 Kredit Pegawai/Pensiunan 8 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel 9 Tagihan Kepada Korporasi 10 Tagihan Yang Telah Jatuh Tempo
TOTAL
-
921 10.884 23.773 220 51.035 509.343 2.808 -
TOTAL
Pengungkapan Administratif :
-
2.712 28.271 23.773 440 68.047 509.343 2.187 21.464
pada
-
( dalam jutaan rupiah) Posisi 31 Desember 2012 Tagihan ATMR Sebelum ATMR Setelah Bersih MRK MRK 3
4
5
332 5.909 27.554 -
332 4.432 27.554 -
332 4.236 26.390 -
33.795
32.318
30.958
Pengungkapan Total Pengukuran Risiko Kredit :
TOTAL ATMR RISIKO KREDIT TOTAL FAKTOR PENGURANG MODAL
( dalam jutaan rupiah) Posisi 31 Desember 2012 621.200
Halaman 48
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 30. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan)
b. Risiko Pasar Adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option. c. Risiko Likuiditas Adalah risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank. Risiko likuiditas Bank per 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut: 2012 Kurang
ASET Kas Giro pada Bank Indonesia Giro pada Bank Lain Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain Ef ek-ef ek
Lebih
dari 1 bulan
> 1- 3 bulan
(Rp)
(Rp)
Bunga yang masih harus diterima Aset lain-lain Jumlah Aset
> 12- 60 bulan
(Rp)
dari 60 bulan
(Rp)
(Rp)
Liabilitas segera Simpanan Simpanan dari bank lain Utang pajak Liabilitas Lain-lain Jumlah Liabilitas Jumlah Aset (liabilitas) – bersih
(Rp)
-
-
-
-
2.890.874.550
51.443.852.532
-
-
-
-
51.443.852.532 2.712.301.137
2.712.301.137
-
-
-
-
130.074.535.989
4.967.929.619
-
-
- 135.042.465.608
6.465.730.313
19.881.529.167
19.599.218.220
-
-
45.946.477.700
75.246.129.930 332.146.654.851 110.504.998.220 91.964.395.464 632.135.312.654
1.891.715.749
-
-
-
-
1.891.715.749
206.624.010
17.644.000
349.248.974
2.286.756.382
980.000.000
3.840.273.366
217.958.768.469 100.113.232.716 352.095.122.045 112.791.754.602 92.944.395.464 875.903.273.296
Kurang
LIABILITAS
Jumlah
2.890.874.550
22.273.134.189
Kredit
> 3- 12 bulan
Lebih
dari 1 bulan
> 1- 3 bulan
> 3- 12 bulan
> 12- 60 bulan
dari 60 bulan
Jumlah
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
162.057.934
-
-
-
-
623.503.222.083
37.010.748.884
13.962.806.559
-
- 674.476.777.526
162.057.934
-
-
-
-
-
-
2.470.002.580
-
-
-
-
2.470.002.580
482.937.483
207.413.475
941.678.039
3.204.795.036
3.586.871.706
8.423.695.739
626.618.220.080
37.218.162.359
14.904.484.598
3.204.795.036
3.586.871.706 685.532.533.779
(408.659.451.611)
62.895.070.357 337.190.637.447 109.586.959.566 89.357.523.758 190.370.739.517
Halaman 49
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 30. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan) 2011 Kurang
ASET Kas Giro pada Bank Indonesia Giro pada Bank Lain Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain
Lebih
dari 1 bulan
> 1- 3 bulan
> 3- 12 bulan
> 12- 60 bulan
dari 60 bulan
Jumlah
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
1.929.677.693
-
-
-
-
1.929.677.693
49.141.637.090
-
-
-
-
49.141.637.090
3.274.534.141
-
-
-
-
3.274.534.141
30.967.523.070
89.269.683.362
83.531.432.545
-
- 203.768.638.977
-
-
36.863.651.032
-
-
Ef ek-ef ek
38.220.980.388
Kredit
61.393.001.851 248.282.849.203
36.863.651.032
96.180.541.278 57.986.545.989 502.063.918.709
Bunga yang masih harus diterima
1.407.021.808
-
-
-
-
1.407.021.808
Aset lain-lain
1.062.105.777
3.842.756.987
989.059.016
980.000.000
-
6.873.921.780
126.003.479.967 154.505.442.200 369.666.991.796
97.160.541.278 57.986.545.989 805.323.001.230
Kurang
LIABILITAS Kewajiban segera Simpanan Simpanan dari bank lain Hutang pajak
Lebih
dari 1 bulan
> 1- 3 bulan
> 3- 12 bulan
> 12- 60 bulan
dari 60 bulan
Jumlah
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
268.847.165
-
-
-
-
544.537.387.640
47.695.407.371
25.581.103.998
-
- 617.813.899.009
268.847.165
-
-
-
-
-
-
1.788.004.345
-
-
-
-
1.788.004.345 9.935.055.136
2.984.120.188
1.585.715.556
985.354.665
1.610.228.277
2.769.636.450
Jumlah Liabilitas
549.578.359.338
49.281.122.927
26.566.458.663
1.610.228.277
2.769.636.450 629.805.805.655
Jumlah Aset (liabilitas) – bersih
-423.574.879.371 105.224.319.273 343.100.533.133
Kewajiban Lain-lain
95.550.313.001 55.216.909.539 175.517.195.575
Pengungkapan Profil Maturitas Rupiah - Bank secara Individual : ( dalam jutaan rupiah) Posisi 31 Desember 2012 No.
Kategori Fortofolio
1 I
II
2
Saldo
Jatuh Tempo ≤ 1 bulan 4
3
> 1 bln s.d 3 bln 5
> 3 bln s.d 6 bln 6
> 6 bln s.d 12 bln 7
> 12 bulan 8
NERACA A Aset 1 Kas 2 Penempatan pada Bank Indonesia 3 Penempatan pada bank lain 4 Surat Berharga 5 Kredit yang diberikan 6 Tagihan lainnya 7 Lain-lain
2.891 232.433 2.712 632.135 3.756
2.891 187.984 2.712 18.321 1.765
24.849 75.246 741
14.763 87.394 750
4.837 244.753 500
206.421 -
Total Aset
873.927
213.673
100.836
102.907
250.090
206.421
B Kewajiban 1 Dana Pihak Ketiga 2 Kewajiban pada Bank Indonesia 3 Kewajiban pada bank lain 4 Surat Berharga yang Diterbitkan 5 Pinjaman yang diterima 6 Kewajiban lainnya 7 Lain-lain
674.477 11.056
623.504 3.869
37.011 1.525
2.618 1.025
11.344 1.050
3.587
-
Total Kewajiban
685.533
627.373
38.536
3.643
12.394
3.587
Selisih Aset dengan Kewajiban dalam Neraca
188.394
(413.700)
62.300
99.264
237.696
202.834
REKENING ADMINISTRATIF A Tagihan Rekening Administratif 1 Komitmen 2 Kontijensi
2.216
50
100
150
200
1.716
Total Tagihan Rekening Administratif
2.216
50
100
150
200
1.716
B Kewajiban Rekening Administratif 1 Komitmen 2 Kontijensi
157.640 2.267
5.560 438
21.249 -
34.909 -
95.922 1.829
-
Total Kewajiban Rekening Administratif
159.907
5.998
21.249
34.909
97.751
-
Selisih Tagihan dan Kewajiban dalam Rekening Administratif
(157.691)
(5.948)
(21.149)
(34.759)
(97.551)
1.716
Selisih (IA-IB)+(IIA-IIB)
30.703
(419.648)
41.151
64.505
140.145
204.550
Selisih Kumulatif
30.703
(419.648)
(378.497)
(313.992)
(173.847)
30.703
Halaman 50
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 30. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan)
d. Risiko Operasional Adalah risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Pengungkapan Kuantitatif Risiko Operasional - Bank secara Individual:
No.
Pendekatan yang Digunakan
( dalam jutaan rupiah) Posisi 31 Desember 2012 Pendapatan Bruto ( Rata-rata Beban Modal ATMR 3 tahun terakhir )
1
1
2
3
4
5
Pendekatan Indikator Dasar
36.363
5.454
68.180
Total
36.363
5.454
68.180
e. Risiko Hukum Adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. f. Risiko Kepatuhan Adalah risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang belaku. g. Risiko Strategis Adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan strategis serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. h. Risiko Reputasi Adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank. 2. Kualitas Penerapan Manajemen Risiko a. Bank wajib menerapkan manajemen risiko secara efektif. b. Penerapan manajemen risiko paling kurang mencakup: 1) Tata Kelola Risiko (Risk Governance). 2) Kerangka Manajemen Risiko. 3) Proses Manajemen Risiko, Sistem Informasi dan Sumber Daya Manusia. 4) Sistem Pengendalian Risiko. c. Pengelolaan 8 (delapan) risiko: 1) Bank wajib melakukan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko terhadap seluruh faktor-faktor risiko (Risk Factors) yang bersifat material. 2) Profil Risiko dikelola oleh Unit Kerja Manajemen Risiko. 3) Pelaksanaan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko wajib didukung oleh: Sistem informasi manajemen yang akurat dan tepat waktu. Pengalaman yang dimiliki Bank dalam mengelola risiko terhadap tingkat risiko yang akan diambil (Risk Appetite). Laporan yang akurat dan informatif mengenai kondisi keuangan Bank, kinerja aktivitas fungsional dan eksposur risiko Bank.
Halaman 51
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 30. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan)
d. Kategori peringkat risiko bagi Bank umum, mencakup: 1) Risiko Inheren, adalah risiko yang melekat pada suatu bisnis atau aktivitas Bank yang timbul dari eksposure (dampak) dan ketidakpastian serta kemungkinan terjadinya kejadian yang merugikan Bank di masa yang akan datang. Peringkat risiko inheren: Rendah (Low) Cukup Rendah (Low to Moderate) Cukup Tinggi (Moderate) Tinggi (Moderate to High) Sangat Tinggi (High)
Dengan mempertimbangkan aktivitas bisinis yang dilakukan Bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko tergolong Sangat Rendah, selama periode waktu tertentu di masa mendatang. Dengan mempertimbangkan aktivitas bisinis yang dilakukan Bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko tergolong Rendah, selama periode waktu tertentu di masa mendatang. Dengan mempertimbangkan aktivitas bisinis yang dilakukan Bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko tergolong Cukup tinggi, selama periode waktu tertentu di masa mendatang. Dengan mempertimbangkan aktivitas bisinis yang dilakukan Bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko tergolong Tinggi, selama periode waktu tertentu di masa mendatang. Dengan mempertimbangkan aktivitas bisinis yang dilakukan Bank, kemungkinan kerugian yang dihadapi Bank dari Risiko tergolong Sangat Tinggi, selama periode waktu tertentu di masa mendatang.
2) Tingkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko, adalah serangkaian sistem yang dilakukan Bank dalam rangka mengendalikan risiko atau meminimalkan dampak negatif risiko terhadap kondisi dan kinerja keuangan Bank. Peringkat Pengendalian Risiko: Tidak Memadai (Unstatisfactory) Kurang Memadai (Marginal) Cukup Memadai (Fair) Memadai (Satisfactory) Sangat Memadai (Strong)
Kualitas Penerapan Manajemen Risiko tidak memadai. Terdapat kelemahan signifikan pada beberapa aspek Manajemen Risiko dimana penyelesaiannya diluar kemampuan manajemen. Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Kurang Memadai. Terdapat kelemahan signifikan pada beberapa aaspek Manajemen Risiko yang membutuhkan tindakan korektif segera. Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Cukup Memadai. Meskipun persyaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan yang membutuhkan perhatian manjemen. Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Memadai. Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kerlemahan tersebut dapat diselesaikan pada aktivitas bisnis normal. Kualitas Penerapan Manajemen Risiko Sangat Memadai. Meskipun terdapat kelemahan minor, tetapi kerlemahan tersebut tidak signifikan sehingga dapat diabaikan.
Halaman 52
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 30. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan)
3. Penilaian Risiko (Risk Assesment) a. Penilaian risiko adalah keseluruhan proses dari Identifikasi Risiko, Analisa Risiko dan Evaluasi Risiko yang dihadapi oleh Bank. Penilaian Risiko mencakup keseluruhan risiko yang dihadapi Bank, yaitu Risiko Kredit, Pasar, Operasional, Likuiditas, Hukum, Strategis, Reputasi dan Kepatuhan. b. Tahapan dalam Penilaian Risiko (Risk Assesment) adalah: 1) Identifikasi Risiko Adalah proses dimana Bank mendeteksi risiko yang berpotensi merugikan finansial Bank akibat dari suatu kasus-kasus tertentu terhadap pelaksanaan aktivitas bisnisnya. 2) Penilaian Risiko Inheren Adalah proses dimana Bank mengukur aktivitas atau bisnis yang melekat didalamnya dengan level risiko dari aktivitas lainnya, sehingga dapat memberikan hasil yang dapat membantu dalam penilaian efektifitas sistem pengendalian risiko. 3) Penilaian Sistem Pengendalian Risiko Adalah proses mengukur kemampuan dan peran aktif Manajemen dalam memenuhi kecukupan seluruh kebijakan, Sistem Informasi Manajemen Risiko dan pengendalian intern yang menyeluruh. 4) Penilaian Risiko Komposit Adalah proses penilaian akhir dari hasil penggabungan penilaian risiko inheren dan Kualitas Penerapan Manajemen Risiko. c. Dalam penilaian risiko terdapat dua hal yang menjadi pedoman, yaitu: 1) Kuantitas Risiko, mencakup frekuensi dan dampaknya serta probability. 2) Kualitas Sistem Pengendalian Risiko (Risk Control System), berupa judgement yang mencakup 4 (empat) pilar, adalah:
Tata Kelola Risiko (Risk Governance). Kerangka Manajemen Risiko. Proses Manajemen Risiko, Sistem Informasi dan Sumber Daya Manusia Sistem Pengendalian Risiko.
31. MANAJEMEN MODAL Sejak tahun 2007, Bank diwajibkan untuk memenuhi kerangka kerja Basel II dalam hal permodalan Bank dengan mengikuti road map implementasi Basel II di Indonesia yang dipimpin oleh Bank Indonesia. Penerapan Bank atas risiko pasar, risiko kredit dan risiko operasional dalam permodalan adalah sebagai berikut: a. Risiko Pasar Sejak November 2007, Bank sudah menerapkan pendekatan standar untuk mengelola risiko pasar sesuai dengan PBI Nomor 9/13/PBI/2007 tanggal 1 November 2007. b. Risiko Kredit Sesuai dengan Surat Edaran BI Nomor 7/10/DPNP tanggal 31 Maret 2005, saat ini Bank masih menggunakan pendekatan Basel I untuk mengelola risiko kredit. Bank menerapkan pendekatan standar untuk mengelola risiko kredit mulai 1 Januari 2012 sesuai dengan Surat Edaran BI Nomor 13/6/DPNP tanggal 18 Februari 2011. Halaman 53
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 31. MANAJEMEN MODAL (lanjutan) d.
Risiko Operasional Untuk pengelolaan risiko operasional Bank menerapkan pendekatan indikator dasar sesuai dengan Surat Edaran BI Nomor 11/3/DPNP tanggal 27 Januari 2009. Berdasarkan SE ini, beban modal untuk risiko operasional sebesar 5%, 10% dan 15% dari rata-rata pendapatan kotor selama tiga tahun terakhir masing-masing efektif tanggal 1 Januari 2010, 1 Juli 2010 dan 1 Januari 2011.
Bank Indonesia menganalisa modal dalam dua tingkatan: 1. Modal Tier 1 terdiri dari modal saham biasa, agio saham, obligasi perpetual (yang diklasifikasikan sebagai surat berharga inovatif Tier 1), saldo laba, selisih penjabaran laporan keuangan, dan kepentingan non-pengendali setelah dikurangi goodwill dan aset takberwujud dan penyesuaian lainnya sehubungan dengan item yang termasuk dalam modal tetapi diperlakukan secara berbeda untuk kepentingan kecukupan modal. 2. Modal Tier 2 terdiri dari pinjaman subordinasi yang memenuhi syarat dan cadangan umum (maksimum 1,25%). Posisi rasio kecukupan modal (CAR) Bank tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 masingmasing sebesar 28,16% dan 29,95%dengan rincian sebagai berikut:
I. Komponen Modal A. Modal Inti 1. Modal Disetor 2. Cadangan Tambahan Disetor a. Rugi tahun - tahun lalu b. Laba tahun - tahun lalu c. Laba tahun berjalan setelah pajak (50%) d. PPA yang diperhitungkan B. Modal Pelengkap (maksimum 100% modal inti) Cadangan Umum Penyisihan Penghapusan Aktiva produktif/CKPN (maksimum 1,25% ATMR) II. Total Modal III. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) IV. Rasio Kewajiban Modal Minimum yang Tersedia (%) V. Rasio Kewajiban Modal Minimum yang Diwajibkan (%)
2012 dalam jutaan (Rp)
2011 dalam jutaan (Rp)
155.000
155.000
26.822 7.224 (1.523)
13.662 6.203 (2.283)
6.639 194.162 689.380 28,16% 8%
4.409 176.991 590.932 29,95% 8%
Halaman 54
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 31. MANAJEMEN MODAL (lanjutan)
Pengungkapan Kuantitatif Struktur Permodalan Bank Umum : KOMPONEN MODAL 1 I KOMPONEN MODAL A Modal Inti 1 Modal disetor 2 Cadangan Tambahan Modal 3 Modal Inovatif 4 Faktor Pengurang Modal Inti 5 Kepentingan Non Pengendali
2
B Modal Pelengkap 1 Level Atas ( Upper Tier 2) 2 Level Bawah ( Lower Tier 2) maksimum 50 % Modal Inti 3 Faktor Pengurang Modal Pelengkap C Faktor Pengurang Modal Inti dan Modal Pelengkap Eksposur Sekuritisasi D Modal Pelengkap Tambahan Yang Memenuhi Persyaratan (Tier 3) E MODAL PELENGKAP TAMBAHAN YANG DIALOKASIKAN UNTUK MENGANTISIPASI RISIKO PASAR II TOTAL MODAL INTI DAN MODAL PELENGKAP (A+B-C) III TOTAL MODAL INTI, MODAL PELENGKAP DAN MODAL PELENGKAP TAMBAHAN YANG
31 Des 2012 Bank 3
(dalam jutaan) 31 Des 2011 Bank 4
187.523 155.000 32.523 -
172.582 155.000 17.582 -
6.639 6.639 -
4.409 4.409 -
194.162 194.162
176.991 176.991
621.200 68.180 -
529.171 61.761 -
28,16%
29,95%
28,16%
29,95%
DIALOKASIKAN UNTUK MENGANTISIPASI RISIKO PASAR (A+B+C+E)
IV ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) UNTUK RISIKO KREDIT V ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) UNTUK RISIKO OPERASIONAL VI ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) UNTUK RISIKO PASAR A Metode Standar B Metode Internal VII RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM UNTUK RISIKO KREDIT DAN RISIKO OPERASIONAL (II:(IV+V)
VII RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM UNTUK RISIKO KREDIT,RISIKO OPERASIONAL DAN RISIKO PASAR (III:(IV+V+VI)
Halaman 55
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 32. PENERAPAN AWAL STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 55 DAN 50 (REVISI 2006) PSAK No.50 (Revisi 2006), "Instrumen Keuangan : Penyajian dan Pengungkapan", berisi persyaratan penyajian dari instrumen keuangan dan pengidentifikasian informasi yang harus diungkapkan. Persyaratan penyajian tersebut diterapkan terhadap klasifikasi instrumen keuangan, dari perspektif penerbit, dalam aset keuangan kewajiban keuangan dan instrumen ekuitas; pengklasifikasian yang terkait dengan suku bunga, dividen, kerugian dan keuntungan; dan keadaan dimana aset keuangan dan kewajiban keuangan saling hapus. Persyaratan ini mensyaratkan pengungkapan, antara lain, informasi mengenai faktor yang mempengaruhi jumlah, waktu dan tingkat kepastian arus kas masa datang yang terkait dengan instrumen keuangan dan kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk instrumen tersebut. PSAK No.50 (Revisi 2006) ini menggantikan PSAK No.50 "Akuntansi Investasi Efek Tertentu" dan diterapkan prospektif untuk laporan keuangan. PSAK No.55 (Revisi 2006), "Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran", mengatur prinsip-prinsip dasar pengakuan dan pengukuran aset keuangan, kewajiban keuangan dan kontrak pembelian dan penjualan item non keuangan. Pernyataan ini, antara lain, memberikan definisi dan karakteristik terhadap derivatif, kategori dari instrumen keuangan, pengakuan dan pengukuran, akuntansi lindung nilai dan penetapan dari hubungan lindung nilai. PSAK No.55 (Revisi 2006) ini menggantikan PSAK No.55 "Akuntansi Instrumen Derivatif dan Akuntansi Lindung Nilai", dan diterapkan prospektif untuk laporan keuangan. Ikatan Akuntan Indonesia melalui surat No.1705/DSAK/IAI/XII/2008, tanggal 30 Desember 2008, mengumumkan perubahan tanggal efektif PSAK No.50 (Revisi 2006) dan PSAK No.55 (Revisi 2006), dari semula tanggal 1 Januari 2009 menjadi 1 Januari 2010. Penerapan lebih dini diperkenankan dan harus diungkapkan. Bank mengevaluasi dampak dari PSAK revisi tersebut terhadap penetapan nilai wajar kredit yang diberikan sebesar Rp3.000.000.000 dikategorikan sebagai kredit individual serta penetapan tingkat materialitas provisi kredit diatas Rp5.000.000. Pada tanggal 27 Januari 2009, Bank Indonesia menerbitkan Surat Edaran Nomor 11/4/DPNP perihal Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) yang merupakan petunjuk pelaksanaan yang berisi penjabaran lebih lanjut dari beberapa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), yaitu PSAK No.50 (Revisi 2006) dan PSAK No.55 (Revisi 2006). Ketentuan dalam Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2010. Efektif sejak 1 Januari 2012, Bank menerapkan PSAK No.50 (Revisi 2010), ”Instrumen Keuangan: Penyajian”, PSAK No.55 (Revisi 2011), “Instrumen keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”, dan PSAK No.60, ”Instrumen Keuangan: Pengungkapan”.
33. INFORMASI PENTING LAINNYA Sehubungan adanya rencana perubahan Pemegang Saham Pengendali Terakhir (PSPT) pada PT Bank Multiarta Sentosa, Bank telah menginformasikan ke Bank Indonesia yang ditujukan ke Departemen Pengawasan Bank 3 dan Departemen Perijinan dan Informasi Perbankan sesuai surat yang masing-masing tertanggal 31 Oktober 2012, 9 Nopember 2012,19 Nopember 2012 dan 22 Nopember 2012 tentang adanya rencana perubahan Pemegang Saham Pengendali Terakhir (PSPT) dan kelengkapan dokumen Pemegang Saham dalam PT Bank Multiarta Sentosa.
Halaman 56
PT BANK MULTIARTA SENTOSA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
Laporan No : LT/012/HPR-1/III/2013
(Dinyatakan dalam Rupiah penuh) 34. TANGGUNGJAWAB MANAJEMEN ATAS LAPORAN KEUANGAN Laporan keuangan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia, dan telah disetujui untuk diterbitkan oleh Direksi pada tanggal 28 Maret 2013.
35. PERISTIWA SETELAH TANGGAL PELAPORAN Tidak terdapat kejadian penting setelah tanggal neraca yang mempengaruhi laporan keuangan bank.
Halaman 57
PRODUK DAN JASA Penghimpunan Dana : • Tabungan
: - MAS Saving - Simaster
• Rekening Giro • Deposito
Penyaluran Dana : • • • • •
Kredit Rekening Koran Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Dll.
Jasa-jasa : • • • • • • •
Transfer dana (RTGS) Pembayaran gaji (Payroll Service) Pick Up Service Penukaran Valuta Asing (Money Changer) Kliring Bank Garansi Dll.
Kantor Pusat Jalan Suryopranoto Nomor 24A, Jakarta Pusat 10130 Telp. (021) 6335140, (021) 6335150 (Hunting) Fax. (021) 6314559 E-mail:
[email protected] Homepage/website : www.bankmas.co.id
Kantor Cabang Pembantu Kelapa Gading Jalan Boulevard Raya Blok LA 4 Nomor 6 Kelapa Gading, Jakarta Utara 14240 Telp. (021) 45854280 (Hunting) Fax. (021) 45854289
Kantor Cabang Krekot Bunder Jalan Krekot Bunder Raya Nomor 61, Jakarta 10710 Telp. (021) 3519612, (021) 3519822, (021) 3519231 (Hunting) Fax. (021) 3457461
Kantor Cabang Pembantu Tangerang Jalan Merdeka Nomor 110 B Tangerang, Banten Telp. (021) 55773366 (Hunting) Fax. (021) 55776263
Kantor Cabang Surabaya Jalan Slompretan No.28, Surabaya 60161 Telp. (031) 3554812 (Hunting) Fax. (031) 3554821
Kantor Cabang Pembantu Mangga Dua Gedung Pusat Perdagangan Grosir Mangga Dua Blok KA Nomor 3 Lantai 2, Jakarta Utara Telp. (021) 62203808 (Hunting) Fax. (021) 62203809
Kantor Cabang Pembantu Sawah Besar Jalan Sukarjo Wiryopranoto Nomor 48A D/H Sawah Besar Jakarta 10210 Telp. (021) 3507080 (Hunting) Fax. (021) 3458101
Kantor Cabang Pembantu Muara Karang Jalan Muara Karang Raya Blok CC5 Selatan Nomor 38 Jakarta Utara Telp. (021) 66694786 (Hunting) Fax. (021) 66694785