BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Pengertian wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela dan bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata (UU No.9 Tahun 1990 pasal 1). Sektor wisata merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa dan juga telah menjadi industri terbesar di dunia. Indonesia menaruh harapan pada sektor wisata yang mampu menggantikan peranan migas. Harapan ini sangat beralasan, karena Indonesia memiliki potensi pariwisata yang besar, baik dari segi alam dan sosial budaya. Promosi sektor wisata Indonesia dilakukan dalam program Visit Indonesia
Year.
Menurut
Departemen
Kebudayaan
dan
Pariwisata
(Depbudpar) program Visit Indonesia Year dari tahun ke tahun dinilai mampu menggerakkan setiap daerah untuk semakin bergairah membangun pariwisata wilayahnya, sehingga sukses mendatangkan wisatawan mancanegara (wisman) untuk berkunjung ke Indonesia, tercatat jumlah kunjungan 6,4 juta wisman pada 2008 dengan jumlah devisa mencapai 7,5 juta dolar AS. Tabel 1.1. Jumlah Kedatangan (kiri) dan Rata-rata Lama Tinggal(kanan) Wisatawan Mancanegara ke Indonesia 2002-2008
TAHUN 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
TOTAL 5033400 4467021 5321165 5002101 4871351 5505759 6234497
TAHUN 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
TOTAL 9.79 9.69 9.47 9.05 9.09 9.02 8.58
Sumber data: Departemen Budaya dan Priwisata, Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (Statistics Indonesia)
“PANGANDARAN BEACH RESORT HOTEL” DI PANGANDARAN
I-1
Dari data Tabel 1.1 dapat dilihat kenaikkan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang berwisata ke Indonesia dari tahun ke tahun, hal tersebut harus didukung dengan penyediaan fasilitas dan sarana yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan salah satunya adalah sarana akomodasi hotel. Hal ini dapat menjadi sebuah peluang untuk melakukan bisnis usaha wisata, selain menguntungkan para investor juga dapat mempengaruhi peningkatan lama tinggal wisatawan mancanegara pada suatu obyek wisata. Namun menurunnya lama tinggal wisatawan mancanegara di Indonesia menjadi tugas setiap daerah untuk lebih mengembangkan sektor pariwisata dan dan fasilitas dan sarana penunjang di wilayah masing-masing. A. Pariwisata Kabupaten Ciamis Jawa Barat Budaya dan alam yang dimiliki, Jawa Barat menawarkan berbagai daya tarik wisata. Obyek wisata Jawa Barat beraneka ragam, dilihat dari daya tarik wisata maupun fasilitas penunjang yang didukung jaringan transportasi yang terus berkembang sehingga mempermudah akses dan kenyamanan dalam berwisata. Daya tarik wisata Jawa Barat terdiri dari daya tarik yang bersifat berwujud, seperti daya tarik wisata gunung, laut, pantai, sungai dan museum. Juga yang bersifat tidak terwujud, seperti sejarah, seni, budaya masyarakat tradisional, maupun events (peristiwa pariwisata). Obyek-obyek wisata alam di Jawa Barat, yaitu Gunung Tangkuban Perahu, Kebun Raya Bogor, Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Danau Kawah Putih Gunung Patuha, juga beberapa pantai yang indah seperti Pantai Pelabuhan Ratu dan Pantai Pangandaran. Kabupaten Ciamis terletak di ujung Selatan bagian timur Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi pariwisata dengan jenis yang beraneka ragam. Di wilayah selatan terdapat obyek-obyek wisata unggulan, antara lain obyek wisata alam Pantai Pangandaran, Batu Karas, Batu Hiu, Cukang Taneuh (green canyon), Tirtawinaya juga obyek wisata budaya yaitu Karang Kamulyan dan Situ Lengkong.
“PANGANDARAN BEACH RESORT HOTEL” DI PANGANDARAN
I-2
Pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Ciamis terbesar diperoleh dari sektor pariwisata disamping potensi-potensi lainnya yang dimiliki oleh Kabupaten Ciamis. Dari Tabel 1.2 dapat dilihat objek wisata Pantai Pangandaran memiliki tingkat arus wisatawan dan pendapatan yang paling tinggi dibandingkan obyekobyek wisata lainnya di Kabupaten Ciamis. Oleh karena itu objek wisata Pantai Pangandaran menjadi obyek wisata unggulan di Kabupaten Ciamis. Tabel 1.2. Daftar Jumlah Arus Kunjungan dan Pendapatan Wisata Tahun 2009. JUMLAH OBJEK WISATA PENDAPATAN WISATAWAN 1. PANGANDARAN 591,004 Rp. 1.388.938.900,00 2.BATU HIU 48,674 Rp. 122.999.000,00 3.BATU KARAS 55,048 Rp. 59.647.975,00 4.KARANG KAMULYAN 21,521 Rp. 26.092.300,00 5.CUKANG TANEUH 58,685 Rp. 136.503.500,00 6.TIRTAWINAYA 13,004 Rp. 26.304.700,00 7. SITULENGKONG 326,246 Rp. 280.358.960,00 Sumber data: Dinas Pariwisata Kabupaten Ciamis
Dapat dikatakan bahwa Pantai Pangandaran adalah kawasan wisata pantai yang paling terkenal di Jawa Barat, terkenalnya pantai Pangandaran ini ditunjang antara lain oleh panoramanya yang indah, pantainya yang lebar dan landai yang dihiasi dengan perahu nelayan berwarna-warni, masyarakatnya yang ramah, akomodasi yang lengkap dan murah, hidangan lautnya yang lezat, taman nasionalnya dan dapat melihat terbit dan tenggelamnya matahari dari satu tempat yang sama. Pangandaran memiliki pantai yang berpasir hitam, dan karena ombaknya yang besar serta arusnya yang kuat terkadang sangat berbahaya untuk berenang, namun demikian tempat ini merupakan tempat yang menarik untuk dijelajahi. Jika ingin berenang dengan aman terdapat bagian pantai yang memiliki ombak yang lebih tenang.
“PANGANDARAN BEACH RESORT HOTEL” DI PANGANDARAN
I-3
Gambar 1.1. Objek Wisata Pantai Pangandaran Sumber data: http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Locator_kabupaten_ciamis.png. 01-02- 2010.
B. Fasilitas dan Sarana di Kawasan Obyek Wisata Pantai Pangandaran Enam komponen k pariwisata adalah atraksi dan aktivitas yang menarik, akomodasi, fasilitas inap wisatawan serta sarana pendukung, fasilitas dan pelayanan lain, fasilitas pelayanan transport, infrastruktur kota dan pelayanan institusional. Inskeep (1991) 91) dalam Vera Vardhani (2000). Kawasan obyek wisata Pantai Pangandaran memiliki fasilitas dan sarana wisata yang sudah tersedia. Untuk tempat penginapan yaitu 1 hotel berbintang, 92 hotel kelas melati, dan losmen dan pondok wisata dengan jumlah 71 penginapan. penginapan. Fasilitas obyek wisata lainnya pun tersedia, diantaranya adalah rumah makan, pasar wisata (pasar ikan dan pasar seni), tempat parkir, tempat ibadat, sarana telekomunikasi dan taman. Bila dilihat sekilas, bermacam bermacam-macam fasilitas dan sarana tersebut terlihat lengkap. Namun, setelah bbencana gempa dan tsunami terjadi penurunan jumlah fasilitas dan sarana wisata. Bencana encana gempa dan tsunami pada Tahun 2006 di kkawasan obyek wisata Pantai Pangandaran berdampak langsung terhadap pengembangan pariwisata. Hal tersebut ditandai dengan menurunnya
“PANGANDARAN BEACH RESORT HOTEL” DI PANGANDARAN
I-4
jumlah kunjungan wisata hingga 70%. Pada Tahun 2004 jumlah kunungan wisatawan (Winus dan Wisman) tercatat 971.574 orang, kemudian
semakin
menurun
dengan dengan
Tahun
2007
sebanyak
257.244orang orang dan meningkat kembali pada Tahun 2008 sebanyak 470.450 orang dan pada Tahun 2009 sebanyak 591004 orang.
Gambar 1.2. Jumlah Kunjungan Wisatawan Wisatawan Di Kawasan Pantai Pangandaran, 2010. Sumber data: BPSK Ciamis
Penurunan enurunan jumlah fasilitas dan sarana wisata di kkawasan obyek wisata Pantai Pangandaran menjadi sebuah masalah, terutama pada saat hari raya dan perayaan Tahun Baru kesan semrawut timbul karena wisatawan yang meningkat jumlahnya.. Banyaknya kendaraan yang parkir di pinggir jalan karena banyak penginapan tidak memiliki lahan parkir yang mencukupi. mencuk Kondisi tersebut dapat mempengaruhi wisatawan tidak nyaman berlama-lama berlama di Kawasan Obyek Wisata Pantai Pangandaran. Pangandaran Usaha saha rekonstruksi dan pengembangan Kawasan Obyek Wisata Pantai Pangandaran sampai saat ini masih dilakukan dengan dukungan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Ciamis, serta pihak-pihak pihak pihak lain seperti Lembaga Dunia (United United Nation World Tourism Organization, Java Recontruction Fund/ JRF) JRF dan lain-lain. Pengembangan bidang kepariwisataan ini memiliki iki visi “mengembangkan kawasan wisata isata pantai Ciamis yang memiliki fasilitas pendukung wisata yang lengkap, mandiri, dan “PANGANDARAN BEACH RESORT HOTEL” DI PANGANDARAN
I-5
terintegrasi.” Tujuannya antara lain adalah meningkatkan lama tinggal kunjungan wisata dengan memaksimalkan fasilitas dan sarana pariwisata, menciptakan varian wisata baru dan menambah pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Ciamis. Oleh pihak konsultan Kawasan Obyek Wisata Pantai Pangandaran telah memiliki sebuah master plan yang mengatur penataan tata ruang fasilitas dan sarana wisata.
Gambar 1.3. Ilustrasi Rencana Pengembangan Pusat Utama Wisata Kawasan Pangandaran 2008-2023 Sumber data: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis
Keterangan: : Zona Desa Wisata dan Single-Unit Hotel (bungalow/villa) : Zona Hotel Skala Menengah Besar : Zona Pantai Semi-Privat : Zona Rekreasi Non-Air (mini golf, jogging, playground) : Zona Rekreasi Air (berenang, memancing dan volley pantai) : Zona Hutan Pantai dan Restoran Terbuka : Zona Desa Karya (penginapan, home stay) : Zona Pasar Karya : Zona Pelayanan Publik (rumah sakit, akademi & penelitian) : Zona Komersial Terbatas “PANGANDARAN BEACH RESORT HOTEL” DI PANGANDARAN
I-6
: Zona Administrasi dan servis (kantor polisi, kantor admin) : Zona Transportasi (terminal,stasiun,pergudangan)
Dari penataan zona pengembangan Kawasan Obyek Wisata Pantai Pangandaran memiliki beraneka ragam kegiatan wisata. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis berinisiatif membangun sebuah sarana akomodasi resort hotel bintang tiga yang akan memenuhi kebutuhan pengunjung untuk beristirahat dan memanjakan diri setelah menikmati bermacam-macam kegiatan wisata. Dengan letak tapak di zona hotel skala menengah besar yang terencana di Kawasan Obyek Wisata Pantai Pangandaran.
1.1.2. Latar Belakang Permasalahan Pangandaran Beach Resort Hotel sebagai nama untuk sebuah fasilitas inap wisatawan di kawasan obyek wisata Pangandaran yang mempunyai pengertian sebagai berikut: a. Pangandaran: terkait dengan nama pantai di kawasan tersebut. b. Beach
: terkait dengan letak akomodasi
c. Resort
: terkait dengan kegiatan wisata.
d. Hotel
: terkait dengan akomodasi penginapan.
Pangandaran Beach Resort Hotel ini merupakan akomodasi penginapan yang mengutamakan potensi alam dan pantai sebagai daya tariknya dan juga tempat beristirahat yang menawarkan kenyamanan bagi pengunjungnya, untuk itu dibutuhkan suasana yang tenang dan rekreatif. Suasana tenang disuguhkan dari penataan ruang, menjaga privasi setiap pengunjung dan suara deburan ombak memiliki karakter bunyi yang khas sehingga menimbulkan suasana yang berbeda dan mampu menenangkan pikiran. Suasana yang rekreatif disuguhkan dari beragamnya fasilitas di dalam Pangandaran Beach Resort Hotel, sehingga setiap pengunjung tidak merasa bosan.
“PANGANDARAN BEACH RESORT HOTEL” DI PANGANDARAN
I-7
Perancangan dan perencanaan suatu bangunan akan lebih baik jika memiliki ciri khas dari suatu daerah setempat sehingga selain dapat memberikan suasana berbeda bagi wisatawan juga dapat melestarikan arsitektur tradisional daerah tersebut. Kawasan wisata Pantai Pangandaran terletak di Jawa Barat yang tidak lain merupakan tanah Sunda, maka Pangandaran Beach Resort Hotel menggunakan pendekatan Arsitektur Sunda. Penggunaan material alam yang merupakan ciri khas Arsitektur Sunda, contohnya bambu, kayu, batu bata dan sebagainya. Juga konsep tata ruang dan hirarki ruang dari konsep Arsitektur Sunda menjadi pendekatan perancangan. Pantai Pangandaran memiliki iklim tropis basah. Usaha untuk menyeimbangkan antara iklim dan arsitektur, dilakukan dengan memanfaatkan unsur-unsur iklim yang ada, seperti angin, suhu udara, dan lain-lain, sehingga manusia dapat memperoleh kenyamanan yang diharapkan. Kenyamanan dapat dihadirkan melalui kenyamanan termal, akustik atau audial dan visual. Kenyamanan termal didapatkan dari bukaan atau ventilasi yang ditampilkan
pada
rumah
tradisional
Sunda
dalam
penerapan
penghawaan alami, selain itu dinding bangunan dibuat tebal dengan material yang mempunyai time lag rendah (cepat panas, cepat dingin) seperti bata merah. Untuk menciptakan suasana yang nyaman untuk beristirahat diperlukan suasana yang menenangkan, damai dan tenang dengan meminimalkan kebisingan dari ruang-ruang yang berdekatan dan dari sumber gangguan eksternal (seperti jalan lalu lintas). Maka penataan ruang dan material yang baik diaplikasikan untuk menghasilkan kenyamanan audial di Pangandaran Beach Resort Hotel. Kenyamanan visual terdapat tapak yang menghadap ke Pantai Pangandaran yang merupakan view utama, juga membuat view buatan dalam bangunan agar seluruh bagian Pangandaran Beach Resort Hotel memiliki view yang baik. “PANGANDARAN BEACH RESORT HOTEL” DI PANGANDARAN
I-8
1.2.
Rumusan Masalah Bagaimana wujud rancangan Pangandaran Beach Resort Hotel di Kawasan Wisata Pantai Pangandaran Kabupaten Ciamis dengan pendekatan Arsitektur Tradisional Sunda melalui penataan ruang dan tampilan bangunan?
1.3.
Tujuan dan Sasaran a. Tujuan Mewujudkan rancangan Pangandaran Beach Resort Hotel yang rekreatif dan nyaman bagi penghuninya dan diwadahi dalam suatu wujud rancangan karakter Arsitektur Sunda. b. Sasaran
Pendekatan perancangan dengan kondisi alam sekitar, yaitu pantai.
Pendekatan rancangan pada karakter Arsitektur Sunda, dilakukan pada penataan zona ruang, bahan bangunan, warna dan lain sebagainya.
Pendekatan Pangandaran Beach Resort Hotel dengan lokasi yang terkait dengan kenyamanan bagi penghuninya. Kenyamanan termal, akustik atau audial dan visual.
Pengadaan fasilitas-fasilitas yang ada dapat memenuhi kebutuhan pengunjung.
1.4.
Lingkup Studi Pembahasan dibatasi pada masalah dalam lingkup disiplin ilmu arsitektur yaitu pada pola perencanaan arsitektur, pendekatan perilaku dalam arsitektur serta pembahasan mengenai konsep sebuah akomodasi penginapan wisatawan di kawasan wisata Pantai Pangandaran melalui pendekatan karakter Arisektur Sunda pada penataan ruang dan tampilan bangunan.
“PANGANDARAN BEACH RESORT HOTEL” DI PANGANDARAN
I-9
1.5.
Metoda Studi Menggunakan metoda pengumpulan dan menganalisa data. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung di lokasi, studi literatur tentang beach resort hotel dan pengambilan data dari Dinas Perhubungan dan Pariwisata, BAPPEDA, serta Dinas Ciptakarya Kebersihan dan Tata Ruang Kabupaten Ciamis. Menganalisa data untuk mengidentifikasi permasalahan yang timbul, dikaitkan dengan fungsi, persyaratan dan peraturan yang ada dengan pendekatan karakter Arsitektur Sunda. Cara ini digunakan sebagai pedoman dalam menyelesaikan permasalahan pada Pangandaran Beach Resort Hotel.
1.6.
Kerangka Pemikiran
“PANGANDARAN BEACH RESORT HOTEL” DI PANGANDARAN
I-10
1.7.
Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang pengadaan proyek, latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan dan sasaran, lingkup bahasan, lingkup studi, metodologi studi serta sistematika pembahasan. BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG RESORT HOTEL Berisi tentang pengertian pariwisata, unsur dalam pariwisata, pengertian, klasifikasi dan karakteristik hotel. BAB III. PANGANDARAN BEACH RESORT HOTEL Berisi tentang tinjauan umum Kabupaten Ciamis, kondisi umum Pantai Pangandaran, penentuan lokasi untuk dan gambaran Pangandaran Beach Resort Hotel. BAB IV. TINJAUAN TENTANG KARAKTER ARSITEKTUR SUNDA Berisi tentang karakter Arisitektur Tradisional Sunda yang dan nuansa nyaman yang dibutuhkan dalam Pangandaran Beach Resort Hotel melalui kenyamanan termal, akustik atau audial dan visual. BAB V. ANALISA PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Analisis pelaku dan kegiatan, analisis besaran ruang, analisis konsep bangunan, analisis struktur dan utilitas. Analisis permasalahan yang diangkat dari pendekatan konsep yang akan diaplikasikan ke dalam bentuk arstektural perencanaan dan perancangan Pangandaran Beach Resort Hotel. BAB VI. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisi tentang konsep perancangan dan perancangan Pangandaran Beach Resort Hotel berdasarkan pendekatan penerapan konsep dan hasil analisis.
“PANGANDARAN BEACH RESORT HOTEL” DI PANGANDARAN
I-11