Kutipan Wawancara dengan Wartawan Waspada yang Meliput Demo Mahasiswa terkait Kenaikan Harga BBM
Nama Wartawan
: Surya
Hari/ Tanggal
: Rabu/ 26 Nopember 2008
Waktu Wawancara
: 10.00-10.30 WIB
Keterangan : P = Pewawancara, N = Narasumber P:
Bagaimana proses kerja wartawan dalam meliput aksi mahasiswa?
N:
Mulanya kita dapat kabar, misalnya ada kabar demo di DPR jam 9. Nah, sebelum itu kita sudah ada di situ.
P:
Berarti tiap berita yang akan diliput tidak selalu dirapatkan dulu dalam proyeksi?
N:
Kalau berita yang diproyeksi itu biasanya berita-berita yang terencana, kalau peristiwa yang tiba-tiba seperti demo atau kebakaran kita taunya juga mendadak jadi langsung meliput ke lokasinya.
P:
Bagaimana pendapat abang tentang aksi mahasiswa?
N:
Aksi demo bagus karena membawa suara rakyat miskin.
P:
Lalu bagaimana dengan aksi mahasiswa yang berakhir ricuh? Itu kan sudah menyimpang fungsinya?
N:
Ya, bisa juga merusak citra mahasiswa karena kalau bentrok pasti ada yang memulainya, ada yang memancing kericuhan. Biasanya itu dua, kalau ga pendemo, pihak keamanannya.
P:
Menurut abang pribadi, apakah demo bisa merubah keputusan pemerintah? Misalnya karena demo menolak kenaikan BBM, akhirnya pemerintah tidak jadi menaikkan harga BBM
N:
Bisalah! Kalau demo itu besar-besaran, lalu alasan kita kuat, bisa mengubah keputusan pemerintah. Jadi bukan demo yang asal-asalan.
P:
Menurut abang, apakah keputusan pemerintah menaikkan harga BBM bulan Mei lalu sudah tepat?
N:
Belum tepatlah, belum saatnya BBM dinaikkan. Kondisi masyarakat dan kondisi ekonomi kita yang sedang terpuruk begini, belum tepatlah. Masih
Universitas Sumatera Utara
ada sektor lain yang bisa dinaikkan misalnya pajak-pajak perusahaan. Kalau masalah BBM ini kan langsung mengena ke masyarakat kecil. P:
Apakah wartawan Waspada sendiri bisa memasukkan pendapat pribadinya dalam berita yang ditulis?
N:
Kalau pantauan terhadap fakta bisa, tapi kalau sekedar pendapat pribadi ga bisa.
P:
Abang fotografer ya bang?! Dalam meliput aksi-aksi demo, angle-angle atau moment apa yang abang ambil untuk ditampilkan dalam berita?
N:
Selain keramaian demo, abang juga ambil ekspresi pendemo, misalnya teriakan-teriakan mereka, lalu simbol atau spanduk yang menandakan aksi mereka..
P:
Lalu bagaimana saat mengambil gambar situasi yang ricuh, misalnya aksi lempar-lemparan batu?
N:
Kalau aksi masih dorong-dorongan, biasanya abang dekat dengan mereka ngambil gambarnya, tapi kalau udah lempar-lemparan biasa pake lensa zoom aja
P:
Apakah seorang fotografer bisa menulis berita juga, atau hanya mengambil gambar? Dan lalu abang sendiri, apakah abang menulis sendiri berita untuk gambar yang abang ambil?
N:
Fotografer yang bagus itu yang bisa menulis berita juga. kalau abang ikut juga nulis, tapi itu ada koordinasi dengan reporternya, kerja sama. Misalnya ga ada reporter abang bisa nulis.
P:
Jadi dalam meliput suatu berita itu reporter harus selalu bersama dengan fotografer?
N:
Ga selalu bersama, kadang aja misalnya untuk acara-acara besar. Kalau acara lainnya sendiri-sendiri
P:
Berita yang diambil dari kantor berita lain, diedit dulu atau diambil bulatbulat?
N:
Harus diedit. Kalau ga diedit, bisa-bisa beritanya sama dengan yang lain. Judul, leadnya bisa diganti tapi isi atau topiknya harus tetap sama, ga boleh diubah.
Universitas Sumatera Utara
P:
Misalkan posisi abang sebagai masyarakat biasa, ketika melihat berita demo mahasiswa yang ricuh. Tanggapan abang gimana?
N:
Ya itulah, mahasiswa kan masyarakat juga. kalau ada yang memberatkan rakyat dia yang akan meyampaikan pendapat rakyat. Dia harus peka dengan masalah yang dihadapi rakyat. Tapi kalau ricuh ga boleh lah.
Universitas Sumatera Utara
Kutipan Wawancara dengan Wartawan Analisa yang Meliput Demo Mahasiswa terkait Kenaikan Harga BBM
Nama Wartawan
: War Djamil
Hari/ Tanggal
: 27 Nopember 2008
Waktu Wawancara
: 10.00-11.00 WIB
Keterangan : P = Pewawancara, N = Narasumber
P:
Bagaimana proses kerja wartawan Analisa dalam meliput aksi demo BBM?
N:
Ada dua cara. Satu, berita yang sifatnya inisiatif, artinya wartawan yang bertugas di bagian tersebut dengan inisiatif sendiri meliput berita yang di luar itu. Kedua, berita yang diproyeksikan oleh redaksi, wartawan meliput berita seperti poin-poin yang diberikan redaktur untuk diliput. Prosesnya setelah diliput, beritanya dibuat/ ditulis lalu diserahkan ke redaktur untuk diedit, diputuskan dimuat atau harus dilengkapi lagi.
P:
Apakah setiap berita yang akan diliput dibicarakan dulu dalam rapat proyeksi?
N:
Oh ya. Kalau beritanya tergolong peristiwa besar dan kita dapat informasi lebih awal, itu diproyeksikan dahulu. Tapi kalau ada peristiwa yang tibatiba atau mendadak, kita ga bisa proyeksikan tapi kita spontan turun ke lapangan
P:
Seperti apa kriteria berita yang laik muat bagi harian Analisa? Apakah kriteria tersebut juga berlaku bagi berita yang diambil dari kantor-kantor berita?
N:
Ada beberapa kriteria: aktual , menarik, ada rasa ingin tahu dari masyarakat, bermanfaat, informasi, akurat, dan punya news value (nilai berita). Begitu juga dengan berita yang diambil dari kantor berita. Berita yang diambil dari kantor berita itu juga diedit, dikurangi, tapi tanpa merubah isi.
Universitas Sumatera Utara
P:
Apakah wartawan bisa memasukkan analisa/ pendapat pribadinya dalam berita yang ditulis?
N:
Tidak bisa! Karena itu namanya sudah opini. Opini wartawan yang menjadi berita, itu harus pakai nama si wartawan dan menjadi tanggung jawab dia. Berbeda dengan kalau tidak ada nama, itu menjadi tanggung jawab korannya. Bedakan lagi dengan pengamatan wartawan, pengamatan atas fakta bisa dimasukkan, dan tetap berdasarkan fakta.
P:
Bagaimana pendapat bapak pribadi tentang aksi mahasiswa dan tentang kerusuhan dalam aksi menolak BBM?
N:
Demo bisa berdampak positif jika sasarannya juga positif, latar belakang demo, materinya jelas. Bisa juga berdampak negatif kalau sasarannya tidak jelas, latar belakangnya juga tidak jelas.
P:
Menurut bapak, apakah keputusan pemerintah menaikkan harga BBM beberapa waktu lalu sudah tepat?
N:
Untuk kenaikan BBM kemarin, media menganggap keputusan itu tepat. Karena kita lihat situasi saat itu, harga minyak dunia sangat mahal, dan Negara tetangga yang lain juga menaikkan harga BBM mereka. Jadi dampak mahalnya minyak dunia itu juga dirasakan Negara yang lain
P:
Lalu menurut Bapak, apakah demo mampu mengubah keputusan pemerintah?
N:
Tergantung. Bisa saja isi demo menjadi bahan pertimbangan/ masukan bagi eksekutif Negara. Masukan itu bisa ditinjau pemerintah sehingga misalnya harga minyak dinaikkan tapi tidak terlalu mahal, atau bahkan tidak mengabulkan materi demo dengan tetap menaikkan BBM seperti rencana mereka sebelumnya. Dan ini menjadi tanggung jawab pemerintah. Saya sendiri yakin pemerintah tdak mungkin membuat kebijakan yang menyusahkan rakyat. Kalau BBM harus dinaikkan, itu berarti tidak ada cara lain yang lebih tepat.
P:
Terkait isu tentang aksi menolak kenaikan BBM ini, Analisa membuat 1 beritanya dengan bentuk feature news, apa alasan membuat seperti itu? padahal kan hampir semua media membuat berita demo ini berbentuk straight news.
Universitas Sumatera Utara
N:
Itu karena ada nilai yang menarik dari berita itu jadi bisa diolah menjadi karangan khas, walau asalnya dari berita straight. Dengan menulisnya menjadi berita ringan lewat penggunaan kata-katanya, orang akan lebih tertarik membacanya.
P:
Bagaimana Bapak memandang aksi mahasiswa yang berakhir ricuh, dan bagaimana image mahasiswa yang ditimbulkan?
N:
Mahasiswa adalah warga kampus dan tergolong kalangan intelektual. Pers tetap melihat aksi kalangan kampus sebagai hal yang positif. Kalau ada aksi yang rusuh, yang dianalisis pers adalah kenapa menjadi rusuh? Apakah karena tidak dilayani oleh pemerintah/ rektor? Atau mungkin ada 1-2 orang mahasiswa yang bandal, yang membuat rusuh sehingga mengganggu/ mencemari sasaran awal aksi. Namun pers tidak pernah memandang aksi sebagai hal negatif.
Universitas Sumatera Utara