Kristus Turun Dalam Kerajaan Maut – Ev. Wiwi Suwanto
KRISTUS TURUN DALAM KERAJAAN MAUT Oleh: Ev. Wiwi Suwanto (1997)
Penulis adalah Alumnus Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili Indonesia
Ungkapan "Kristus turun dalam kerajaan maut" tidak terdapat di dalam Alkitab, tetapi terdapat dalam Pengakuan Iman Rasuli. Di dalam pengakuan tersebut, kalimat ini ditempatkan antara penguburan dan kebangkitan Yesus. Sebenarnya kalimat ini tidak terdapat dalam Pengakuan Iman Rasuli yang paling awal, melainkan ditambahkan pada sekitar tahun 300-an. Kita tidak mengerti mengapa ada orang yang menambahkannya, tetapi kita yakin bahwa ia hendak menambahkan sebuah ajaran. Ajaran mengenai apakah itu? Ajarannya bahwa setelah Yesus mati dan dikuburkan, jiwa-Nya melayanglayang ke neraka (penjara orang mati) untuk memberitakan Injil sehingga mereka boleh diselamatkan. Si penambah mempunyai keyakinan bahwa orang yang sudah mati, dapat memperoleh kesempatan untuk diselamatkan dengan mendengarkan berita Injil yang diberitakan Tuhan Yesus. Dan Tuhan Yesus memberitakan ketika Ia dikubur. Itulah sebabnya si penambah meletakkan kalimat ini di antara penguburan dan kebangkitan Yesus. Si penambah berusaha memasukkan pendapat pribadinya ke dalam pengakuan iman tersebut. Kita tentu bertanya, "Dengan dasar apa, ia
Kristus Turun Dalam Kerajaan Maut – Ev. Wiwi Suwanto
berani memasukkan ajaran ini?" Si penambah memiliki tiga ayat dukungan dari Alkitab untuk memperkuat pendapat pribadinya ini.
(1) Efesus 4:9 Bukankah "Ia telah naik"? berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah?
Menurut si penambah, ayat ini menunjukkan bahwa Yesus turun ke bagian bumi yang paling bawah, yaitu penjara bagi orang-orang yang sudah meninggal. Si penambah menafsirkan ‘bagian bumi yang paling bawah’ sebagai tempat bukan di permukaan bumi ini, melainkan suatu tempat lain. Namun pengertian ini harus dipertanyakan, dimana Alkitab pernah menegaskan bahwa Yesus turun ke suatu tempat lain selain di bumi? Jawabannya adalah tidak ada! Alkitab mencatat bahwa Yesus turun ke bumi, yakni: lahir dari anak dara Maria. Dalam Efesus 4:8 ditegaskan bahwa Yesus sudah naik ke sorga, dan Paulus ingin menegaskan kalauYesus sudah naik ke sorga, pastilah Ia pernah turun dari sorga. Alkitab mencatat bahwa Yesus turun dari sorga ke bumi dan bukan ke suatu tempat lain. Maka Efesus 4:9 tidak menunjuk kepada Yesus turun ke suatu tempat lain, melainkan menunjukkan inkarnasi Yesus Kristus.
(2) Petrus 3:18,19 Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara
Kristus Turun Dalam Kerajaan Maut – Ev. Wiwi Suwanto
Si penambah begitu yakin bahwa ayat ini membuktikan Yesus memberitakan Injil kepada orang yang sudah meninggal sejak zaman Nuh agar mereka boleh diselamatkan. Namun penafsirannya harus dipertanyakan apakah ayat ini menunjuk kepada peristiwa Yesus dikubur? Jelas sekali dari ayat 18 (band. Roma 1:4) bahwa ini menunjuk kepada peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus. Petrus mengatakan bahwa kematian dan kebangkitan Yesus adalah untuk membenarkan kita dihadapan Allah. Kata ‘Roh’ dalam ayat 18 dan 19 bukan menunjuk kepada jiwa Yesus yang melayang-layang selama Ia dikubur, melainkan menunjuk kepada Roh Kudus. Dengan kuasa Roh Kuduslah, Yesus bangkit dari kematian (Roma 1:4). Dan kata ‘roh-roh’ pada ayat 19 bukan menunjuk kepada roh orang yang sudah meninggal melainkan kepada iblis. Dalam 1 Yohanes 3:1-6, rasul Yohanes membedakan antara Roh Kudus dan roh antikristus, yakni si iblis dan para pengikutnya. Dengan kata lain, setelah Yesus bangkit, Ia mengumandangkan kemenangan-Nya atas kuasa iblis dan maut. Ia bukan memberitakan injil seperti yang tercatat dalam ayat 19 dalam Alkitab terjemahan bahasa Indonesia. Dalam bahasa aslinya, bukan ‘memberitakan injil’ melainkan hanya ‘memproklamirkan’. Yesus bukan memberitakan injil melainkan memproklamirkan kemenangan-Nya atas iblis. Kemenangan Yesus atas iblis bukan berita sukacita (injil) bagi si iblis, melainkan berita dukacita karena kuasanya telah dipatahkan oleh kebangkitan Yesus Kristus.
(3) Mazmur 16:10 Sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. Si penambah menegaskan bahwa ayat ini membuktikan Yesus pernah masuk dalam dunia orang mati, bersama-sama dengan roh mereka yang sudah meninggal (kata ‘Orang Kudus’ menunjuk kepada Tuhan Yesus). Namun karena Allah Mahabaik, maka Ia tidak membiarkan Yesus terus tinggal dalam dunia orang mati, melainkan membangkitkan-Nya dari kubur. Terhadap ayat ini, kita harus berani membandingkannya dengan
Kristus Turun Dalam Kerajaan Maut – Ev. Wiwi Suwanto
Perjanjian Baru, yakni Kisah Rasul 2:30-32. Dalam ayat ini, Petrus menegaskan bahwa ketika Daud mengatakan dalam Mazmur 16:10, Daud sedang mengatakan mengenai kebangkitan Yesus. Lalu apa artinya Allah tidak membiarkan Yesus ke dalam dunia orang mati? Sederhana saja, artinya Yesus tidak akan terbaring mati, melainkan hari ketiga Ia akan bangkit dari kematian tersebut.
Jelaslah dari ketiga ayat yang diajukan si penambah, tidak ada satu pun yang kuat. Kita merasakan bahwa si penambah terlalu memaksakan ajarannya dan mencari ayat-ayat dukungan. Ternyata ayat-ayatnya bukan memperkuat, bahkan memperlemah pendapat si penambah. Mengapa demikian? Karena memang ajaran si penambah bukan ajaran Alkitab melainkan sekadar tradisi manusia. Kalau demikian, kita tidak boleh memegang ajarannya dan harus kembali kepada Firman Tuhan. Setelah menolak ajaran si penambah, kita kembali pada pertanyaan "di manakah (Roh) Yesus ketika Ia dikubur?" Jika si penambah menegaskan bahwa Roh Yesus melayang-layang di dunia orang mati, maka kita mengatakan tidak demikian. Sesuai perkataan Yesus yang terakhir di atas kayu salib "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku" (Lukas 23:46). Roh Yesus berada aman ditangan Allah Bapa ketika Ia mati. Jikalau berada ditangan Bapa, berarti Roh Yesus beristirahat dengan damai dan bukan berjalan-jalan di dunia orang mati. Ia telah sukses menjalankan amanat Bapa-Nya untuk menderita dan mati disalib. Kini Ia boleh beristirahat dengan damai sampai hari ketiga Yesus bangkit dari kematian. Sebagai orang percaya, kita yakin apabila kita meninggal, roh kita bukan berjalan-jalan di kubur atau dunia orang mati, melainkan berada ditangan Allah Bapa (Pengkhotbah 12:7). Jikalau Yesus telah bangkit, maka kita yang sudah meninggal atau masih hidup, sama-sama rindu menantikan kebangkitan tubuh kita pada kedatangan Yesus kedua kalinya. Jikalau kita sudah mengerti semua ini, masih bolehkah kita mengucapkan kalimat "turun ke dalam kerajaan maut?" Jawabannya boleh, tetapi tidak boleh seperti penafsiran si penambah. Yesus turun ke dalam kerajaan maut bukan berarti roh-Nya melayang-layang di dunia orang mati. Kata "kerajaan maut" digunakan dalam Alkitab (band. Wahyu 20:13,14) untuk
Kristus Turun Dalam Kerajaan Maut – Ev. Wiwi Suwanto
menunjukkan suatu kuasa yang menguasai manusia, yakni kuasa maut. Jadi kerajaan maut bukanlah suatu tempat melainkan suatu keadaan dimana manusia ditaklukan oleh maut. Itulah sebabnya dalam Wahyu 20:11-15, semua yang tercatat disitu mengalami kebinasaan selamalamanya. Artinya tidak ada orang Kristen yang tercatat dalam bagian itu karena orang Kristen tidak dikuasai oleh maut. Kalimat "Yesus turun ke dalam kerajaan maut" berarti Yesus pernah mengambil tempat orang-orang berdosa yang layak dibinasakan agar kita yang seharusnya binasa, tidak binasa dan beroleh hidup kekal. Ini terjadi karena Yesus menggantikan posisi kita untuk ‘dikalahkan maut’. Jadi peristiwa Yesus turun dalam kerajaan maut terjadi bukan waktu Ia dikubur, melainkan sejak di Getsemani, Yesus mengatakan bahwa Ia merasa seperti mau mati. Kuasa maut begitu menyerang Yesus untuk mengalahkan-Nya dan disinilah Yesus berhadapan dengan kerajaan maut. Kapan Yesus selesai turun ke dalam kerajaan maut? Bukan pada waktu kebangkitan-Nya, melainkan ketika Yesus mengatakan ‘sudah selesai’ di atas kayu salib. Disitulah Yesus selesai menanggung maut dan kesengsaraan yang seharusnya kita tanggung. Ia ‘turun ke dalam kerajaan maut’ (dikalahkan sementara oleh maut) agar kita dilepaskan dari kerajaan dan kuasa maut dan setelah itu, Yesus mengalahkan maut sampai selamalamanya. Dapat disimpulkan bahwa Juruselamat turun ke dalam kerajaan maut, berarti Juruselamat telah mati dengan cara yang sangat hina di atas salib. Mengapa sangat hina? Karena di atas salib, kita hanya melihat orang yang ditolak oleh Allah dan ditolak manusia. Paulus mengatakan "Terkutuklah orang yang tergantung di atas kayu salib" (Galatia 3:13). Yesus menanggung kutuk Allah, ditolak oleh Allah namun bukan karena dosaNya tetapi karena dosa kita. Begitu dalamnya penderitaan dan pengorbanan Juruselamat kita sampai Ia mau ‘turun ke dalam kerajaan maut’, yaitu mati dengan cara yang sangat hina, agar kita boleh mati dengan cara mulia. Yesus mati dengan cara terhina agar kita mati tidak mengalami maut dan kebinasaan. Semua kutuk dosa telah ditanggung Yesus melalui kematianNya, sehingga kita tidak menanggung kutuk saat kita mati. Sebagai orang Kristen, kematian bukan sesuatu yang memalukan melainkan suatu
Kristus Turun Dalam Kerajaan Maut – Ev. Wiwi Suwanto
kemuliaan dan keuntungan (Filipi 1:21). Mati adalah suatu keuntungan karena kita langsung bersama-sama dengan Yesus begitu kita mati, tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Betapa besarnya kasih Juruselamat kita. Setiap kali kita mengucapkan ‘Yesus turun ke dalam kerajaan maut’, kita harus mengingat betapa beratnya penderitaan Kristus demi kita. Dengan demikian kita bisa berkata, "Saya selalu membawa kematian Kristus dalam diri saya, saya hendak semakin serupa dengan Dia di dalam kematian-Nya agar saya beroleh kebangkitan dari antara orang mati." Bagaimana caranya supaya saya serupa dengan Dia dalam kematian-Nya? Apakah dengan cara saya disalib? Tidak. Caranya adalah mematikan segala dosa-dosa manusia lama kita, supaya semua kedagingan itu disalibkan mati bersama Kristus. Tujuannya agar manusia baru dibangkitkan bersama dengan Kristus. Manusia baru artinya manusia yang diperbarui oleh Roh Kudus untuk semakin serupa dengan Kristus. Itulah penghayatan terdalam ketika kita mengucapkan ‘Yesus turun ke dalam kerajaan maut’. Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan: Dikutip dari http://www.geocities.com/thisisreformed/artikel/kturun.html