BAB III HAKEKAT SAKARATUL MAUT Dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa sakaratul maut datang pada setiap manusia dengan sebenar-benarnya. Tidak ada satupun manusia yang dapat menghindarinya. Orang-orang kafir ketika berada dalam sakaratul maut, maka para malaikat mencabutnya dengan azab, belenggu dan kemurkaan yang dahsyat. Hal ini sebagai ganjaran yang telah dilakukan orang-orang kafir yang telah mendustakan Allah dan tinggi hati sehingga tidak mau mengikuti ayat-ayat Allah dan mematuhi rasul-rasul-Nya. Demikian juga sebaliknya orang-orang mukmin ketika berada dalam sakaratul maut, maka para malaikat mencabutnya dengan lemah lembut. Hal ini sebagai ganjaran yang telah dilakukannya. Karena mereka telah mengikuti ayat-ayat Allah dan mematuhi rasul-rasul-Nya. Ayat-ayat Al-Qur'an tentang sakaratul maut menjelaskan bahwa semua manusia akan menemui kematian dan akan merasakan betapa sakitnya mati. Pada saat itu mereka menemukan akibat perbuatannya dengan segala konsekwensinya. Mereka akan menerima pahala apabila perbuatannya bernilai ibadah dan akan mendapat siksa apabila perbuatannya bernilai mafsadah. Oleh karenanya sakaratul maut ini merupakan peristiwa yang mampu mendatangkan keyakinan mereka tentang apa yang diragukannya.1 A. Penafsiran Ayat Al-Qur'an dan penjelasan hadis tentang sakaratul maut Agar pembahasan lebih komprehensif penulis perlu melakukan usaha penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an yang berbicara tentang sakaratul maut. Adapun ayat-ayat tersebut ada yang menjelaskan secara langsung dan ada juga yang menjelaskan secara tidak langsung.
1
Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqi, Tafsir Al-Qur'anul Majid An-Nur, PT. Pustaka Riski Putra, Semarang , 1995, Jilid V, hlm. 3810 -3811
24
25
a. Tasfir ayat Al-Qur'an. Sebelum penulis menjelaskan tentang penafsiran ayat-ayat ini, penulis akan memberikan gambaran umum tentang masing-masing surat. 1. Ayat yang secara langsung menjelaskan sakaratul maut
Gambaran umum surat Qof Tema utama surat ini adalah uraian tentang dakwah Islamiah yang berbicara tentang peringatan menyangkut hari kebangkitan serta penolakan kaum musyrikin terhadap keniscayaan karena
mereka
menduga
bahwa
kematian
memusnahkan
kepribadian seseorang dan mengalihkannya menjadi tanah. Ibnu Asyur mengemukakan banyak hal atau persoalan yang diuraikan ayat ini. Persoalan-persoalan tersebut antara lain menyangkut keutamaan Al-Qur'an dan penolakan kaum musyrikin terhadapnya,
pembuktian
tentang
kebenaran
kiamat,
serta
penenangan hati Nabi dan pujian terhadap kaum beriman dan kemahaluasan ilmu Allah SWT. Tujuan
utama
surat
ini
menurut
al-Biqa'i
adalah
pembenaran terhadap risalah Nabi Muhammad SAW. Risalahnya tersebut diantaranya berbicara tentang keniscayaan kebangkitan. Lebih
lanjut
masih
menurut
al-Biqa'I,
tujuannya
adalah
membuktikan betapa luas kuasa Allah yang merupakan kesimpulan dari apa yang dikemukakan dari akhir surat yang lalu (al-Hujurat) tentang keluasan ilmu-Nya. Ini mengantar kepada penjelasan tentang adanya kebangkitan manusia setelah kematiannya pada hari kebangkitan nanti, dimana Dia Yang Maha Kuasa itu akan memberi putusan kepada hamba-hamba-Nya dengan adil. Itulah rahasia kekuasaan sekaligus rahasia wujud ini. Bahkan Sayyid Quthub menilai bahwa surat ini adalah satu surat yang sangat menakutkan dan sangat keras kesannya melalui hakekat-hakekat yang ditampilkannya, redaksinya, gambaran, serta bunyi yang dimunculkan oleh akhir-akhir ayatnya. Dia menguasai
26
jiwa manusia, mengejarnya pada gerak dan bisikan hatinya, pada rahasia dan hidup nyatanya, pada lahir dan batinnya serta mengejarnya dengan pengawasan Allah. Pengawasan itu tidak mengabaikan sesaat pun, sejak kelahiran hingga kematiannya sampai pada kebangkitan, kemudian penggiringan kepada mahsyar dan perhitungan Ilahi. Semua itu dalam bentuk pengawasan yang sangat ketat sempurna dan menyeluruh terhadap makhluk manusia yang lemah ini. Setiap nafas dihitung, setiap bisikan hati diketahui, setiap kata yang diucapkan dicatat, setiap gerak diperhitungkan tidak ada suatu persoalan kecil atau besar yang diabaikan. Adapun ayat 19 masuk dalam surat Qof karena ada kaitannya dengan masalah kematian yang mana setiap kematian ada sakaratul maut.
Ayat 19 surat Qof
ﺪ ﺗﺤِﻴ ﻨﻪﺖ ِﻣ ﺎ ﻛﹸﻨﻚ ﻣ ﻖ ﹶﺫِﻟ ﺤ ﺕ ﺑِﺎﹾﻟ ِ ﻮ ﻤ ﺮﺓﹸ ﺍﹾﻟ ﺳ ﹾﻜ ﺕ ﺎﺀﻭﺟ
Terjemahan "Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya".2
Tafsir Mufrodat (ﺕ ِ ﻮ ﻤ ﺮﺓﹸ ﺍﹾﻟ ﺳ ﹾﻜ ﺕ ﺎﺀﻭﺟ ) adalah yaitu meminjam kata (ﺮﺓﹸ ﺳ ﹾﻜ ) untuk mengungkapkan dahsyatnya kematian.3 (ﺤﻖﱢ َ ) ِﺑ ﺎ ْﻟartinya dengan sebenarnya.4 (ﻚ َ ) َذ ِﻟartinya mati.5 ( ) َﺗﺤِﻴ ُﺪartinya menyimpang dan berpaling.6
2 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur'an, Toha Putra, Semarang, 1998, hlm. 853 3 Dr. Wahbah Az-Zahili, Tafsir Al-Munir fil Aqidah was Syari'ah wal Manhaj, Darul Fikr, Beirut, t.th., Juz XXV, hlm. 292 4 Mustafa Al-Maraghi, Taffsir Al-Maraghi, Darul Fikr, Beirut 1993, Juz. XXVI, hlm. 256 5 Dr. Wahbah Az-Zahili, loc. cit., hlm 292 6 Mustafa Al-Maraghi, loc. cit., hlm. 256
27
Terjemah Tafsiriyah Bila telah datang sakaratul maut, terbukalah kenyataan yang sebenarnya hari kebangkitan itu, sakaratul maut benar-benar membuka tabir, yang selalu mereka hindari. Sekarang bagi mereka tidak ada tempat berlindung atau pelarian lagi.7
Penjelasan Ayat ini berbicara tentang adanya sakaratul maut. Ahmad Musthafa Al-Maraghi menyatakan, bahwa setelah Allah SWT menceritakan anggapan orang-orang kafir yang menolak adanya Yaumul
Ba'ats, maka Allah memberitahukan kepada mereka
bahwa mereka akan mendapatkan kebenaran tersebut ketika maut datang. Firman-Nya: () وﺟﺎءت ﺳﻜﺮة اﻟﻤﻮت ﺑﺎﻟﺤﻖ Dan penderitaan ketika mati itu, akan menyingkap keyakinan yang telah didustakan, dan bahwa kebangkitan adalah hal yang tidak perlu diragukan. () ذاﻟﻚ ﻣﺎ آﻨﺖ ﻣﻨﻪ ﺗﺤﻴﺪ Kebenaran yang kamu hindari itu benar-benar telah datang kepadamu, maka tidak ada tempat berlari dan tidak ada tempat berpaling, tidak ada tempat menghindar dan tidak ada tempat untuk menyelamatkan diri. Dalam sebuah hadits sahih dinyatakan bahwa Nabi SAW, ketika telah diliputi oleh maut, maka beliau mengusap keringat dari wajahnya
seraya
"Subhanallah, penderitaannya''.
bersabda:
sesungguhnya Dan
( إن ﻟﻠﻤ ﻮت ﻟﺴ ﻜﺮات,) ﺳ ﺒﺤﺎن اﷲ maut
sangkakala
itu
ada
ditiupkan
penderitaan-
dengan
tiupan
kebangkitan, dan saat yang sangat mengerikan adalah hari yang diancamkan oleh Allah terhadap orang-orang kafir. Dan pada hari itu Dia akan mengazab mereka.8 7
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Tafsirnya, PT. Citra Effhar, Semarang, 1993, Jilid. IX, hlm. 464 8 Musthafa Al-Maraghi., op.cit., hlm. 269-270
28
2. Ayat yang tidak secara langsung menjelaskan tentang sakaratul maut.
Gambaran umum surat Al-An'am Tidak ada surat panjang yang turun sekaligus kecuali surat al-An'am ini. Hal ini untuk menanggapi sebagian kaum musyrik yang
menghendaki
Al-Qur'an
turun
sekaligus.
Ini
untuk
membuktikan bahwa Allah mampu menurunkannya sekaligus tanpa berbeda mutu. Tetapi Dia tidak menurunkan demikian, karena kemaslahatan menuntut diturunkannya sedikit demi sedikit Tujuan surat ini adalah memantapkan tauhid, dan ushuluddin atau prinsip-prinsip ajaran agama. Ajaran tauhid menggambarkan ke-Esaan Allah dan kekuasaannya. Allah SWT yang
mewujudkan
dan
mematikan
dan
Dia
juga
yang
membangkitkan dari kematian. Disamping persoalan keesaan Allah dan keniscayaan hari kiamat, ayat-ayat surat ini mengandung penegasan
tentang
hal-hal
yang
diharamkan-Nya
sambil
membatalkan apa yang diharamkan manusia atas dirinya. Sebab, hanya Dia sendiri yang berwenang menetapkan hukum dan membatalkannya, termasuk membatalkan apa yang ditetapkan manusia, seperti yang dilakukan oleh kaum musyrik menyangkut binatang dan sebagainya. Adapun ayat 93 dimasukkan dalam surat al-An'am karena ada kaitannya dengan kematian. Yang mana orang-orang dzalim, yang selalu mengatakan terhadap Allah yang tidak benar dan selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. Ketika dalam tekanan sakaratul maut, mereka dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan. Ayat 93 surat Al-An'am
ﻲ ٌﺀ ـﻴ ِﻪ ﺷﺡ ِﺇﹶﻟ ﻮﻢ ﻳ ﻭﹶﻟ ﻲ ﻲ ِﺇﹶﻟ ﻭ ِﺣ ﻭ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺃﹸ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟﹼﻠ ِﻪ ﹶﻛﺬِﺑﹰﺎ ﹶﺃ ﻯﺘﺮﻤ ِﻦ ﺍ ﹾﻓ ِﻣﻦ ﹶﺃ ﹾﻇﹶﻠﻢ ﻣ ﻭ ﺕ ِ ﻮ ـﺕ ﺍﹾﻟﻤ ِ ﺍﻤﺮ ﻮ ﹶﻥ ﻓِﻲ ﹶﻏﻯ ِﺇ ِﺫ ﺍﻟﻈﱠﺎِﻟﻤﺗﺮ ﻮ ﻭﹶﻟ ﻪ ﺰ ﹶﻝ ﺍﻟﻠﹼﺎ ﹶﺃﻧﺳﺄﹸﻧ ِﺰﻝﹸ ِﻣﹾﺜ ﹶﻞ ﻣ ﻦ ﻗﹶﺎ ﹶﻝﻭﻣ
29
ـﺎـﻮ ِﻥ ِﺑﻤﺏ ﺍﹾﻟﻬ ﻋﺬﹶﺍ ﻭ ﹶﻥ ﺰ ﺠ ﻡ ﺗ ﻮ ﻴ ﺍﹾﻟﺴﻜﹸﻢ ﻮﹾﺍ ﺃﹶﻧﻔﹸﺧ ِﺮﺟ ﻢ ﹶﺃ ﻳﺪِﻳ ِﻬﺎ ِﺳﻄﹸﻮﹾﺍ ﹶﺃﻶِﺋ ﹶﻜﺔﹸ ﺑﺍﹾﻟﻤﻭ ﻭ ﹶﻥﺘ ﹾﻜِﺒﺮﺴ ﺗ ﺎِﺗ ِﻪﻦ ﺁﻳ ﻋ ﻢ ﺘﻭﻛﹸﻨ ﻖ ﺤ ﺮ ﺍﹾﻟ ﻴﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟﹼﻠ ِﻪ ﹶﻏ ﺗﻘﹸﻮﻟﹸﻮ ﹶﻥ ﻢ ﺘﻛﹸﻨ Terjemah Dan siapa yang lebih zalim dari orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada
saya",
padahal
tidak
ada diwahyukan sesuatupun
kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah." Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat diwaktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata) :"Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya".9
Tafsir Mufrodat ( ) اﻓﺘ ﺮى: membuat-buat dusta. Membuat-buat dusta terhadap Allah adalah meriwayatkan perkataan dari Allah yang tidak pernah difirmankan-Nya, atau menjadikan sekutu-sekutu.10 ( ) ﻏﻤ ﺮاتialah bentuk jamak dari kata ( ) ﻏﻤ ﺮة. Ia terambil dari akar kata ( ) ﻏﻤ ﺮyang Artinya meliputi atau memenuhi sesuatu, atau menutupi dan menghilangkan bekas-bekasnya.11 ( ) اﻟﻴ ﻮمmasa tertentu.
Disini
dimaksudkan
hari
kiamat,
saat
Allah
membangkitkan manusia untuk dihisab dan diberi balasan.12 ( ) اﻟﻬﻮن: kehinaan, seperti firman Allah Ta'ala:
9
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahan, op.cit., hlm. 202 Mustafa Al-Maraghi, op.cit., Juz VII, hlm. 332 11 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an), Lentera Hati, Jakarta, 2003, hlm. 196 12 Mustafa Al-Maraghi, op.cit., hlm. 333 10
30
ﺏ ِ ﺍﺘﺮﻪ ﻓِﻲ ﺍﻟ ﺪﺳ ﻳ ﻡ ﻮ ٍﻥ ﹶﺃﻋﻠﹶﻰ ﻫ ﺴﻜﹸﻪ ِ ﻤ ﹶﺃﻳ "Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?". (An-Nahl, 16: 59).13
Terjemah Tafsiriyah "Dan tiada yang lebih zalim daripada orang yang mengadaadakan kebohongan kepada Allah." Yakni, tiada seorang pun yang lebih zalim daripada orang yang berdusta kepada Allah, lalu dia menetapkan sekutu dan anak kepada Allah, atau dia mengaku bahwa Allah mengutus dia. Oleh karena itu Allah berfirman, "Atau dia mengatakan, 'telah diwahyukan kepada saya' padahal tidak ada sesuatu pun yang diwahyukan kepadanya". "Dan orang yang mengatakan, 'saya akan menurunkan seperti yang diturunkan Allah'". Yakni, dia menentang wahyu yang diturunkan dari sisi Allah dengan mengada-ada." Jika kamu melihat tatkala orangorang zalim itu berada dalam kedahsyatan maut" yakni tengah sakaratul
maut
membentangkan
dan
bencananya,
tangan-tangannya,
"sedang 'keluarkan
para
malaikat
nyawa-nyawa
kalian'" yakni, para malaikat memukul mereka hingga nyawa mereka keluar dari jasadnya. Hal itu karena apabila orang kafir sekarat maka para malaikat menyambutnya dengan azab, bencana, belenggu, neraka jahim, air yang bergolak, dan kemurkaan yang dahsyat dan hebat, lalu nyawa si kafir itu membandel, berpindahpindah dalam tubuh si kafir, dan menolak untuk keluar. Maka para malaikat pun memukul mereka hingga nyawa kaum kafir keluar dari tubuhnya. Pada saat memukul, para malaikat berkata, '"keluarkanlah nyawa-nyawamu!'" Pada hari itu kamu dibalas dengan azab yang menghinakan karena apa yang dahulu kamu katakan terhadap Allah secara tidak benar." Yakni, pada hari ini 13
Ibid.,
31
kamu dihinakan dengan sehebat-hebatnya lantaran kamu dahulu telah mendustakan Allah dan tinggi hati sehingga tidak mau mengikuti ayat-ayat Allah dan mematuhi rasul-rasul-Nya.14
Penjelasan Ayat ini berbicara tentang keadaan orang yang sedang sakaratul maut
()ﻭﻣﻦ ﺍﻇﻠﻢ ﳑﻦ ﺍﻓﺘﺮﻯ ﻋﻠﻰ ﺍﷲ ﻛﺬﺏ Tidak ada seorang pun yang lebih zhalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah, seperti mereka yang berkata, "Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia", atau menjadikan sekutu atau anak bagi Allah.15
( ) ﺃﻭﻗﺎﻝ ﺃﻭﺣﻲ ﺇﱄ ﻭﱂ ﻳﻮﺡ ﺇﻟﻴﻪ ﺷﻴﺊ Atau yang berkata, "Telah diwahyukan kepadaku, padahal tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya, seperti: Musailamah, sang pendusta yang mengaku-aku kenabian di Yamamah, Aswad Al-'Ansa yang mengaku-aku kenabian di Yaman, Thulaihah AlAsadi yang mengaku-aku kenabian di Bani Asad, dan selain mereka yang telah atau akan mengaku-akuinya disetiap zaman.16
() ﻭﻣﻦ ﻗﺎﻝ ﺳﺄﻧﺰﻝ ﻣﺜﻞ ﻣﺎﺃﻧﺰﻝ ﺍﷲ Dan orang yang mengaku-aku kuasa untuk menurunkan seperti apa yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, seperti orangorang musyrik yang berkata:
ﻟﻮ ﻧﺸﺄ ﻟﻘﻠﻨﺎ ﻣﺜﻞ ﻫﺬﺍ "Jika kami mau, tentu kami mengatakan seperti ini".
14
Muhammad Nasib ar-Rifa'i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Terj. Shihabuddin, Gema Insani Press, Jakarta, 1999, Jilid II, hlm. 251-252 15 Musthafa Al-Maraghi, op.cit., hlm. 334 16 Ibid., hlm. 335
32
Diriwayatkan dari Nadhr bin Harits, bahwa dia berkata; "Al-Qur'an ini adalah dongeng orang-orang terdahulu, dan ia adalah syair; kalau kami mau, tentu kami dapat mengatakan yang seperti itu". Kemudian Allah Ta'ala menerangkan ancaman-Nya bagi orang-orang yang zalim, karena besarnya dosa mereka. Allah berfirman:
( ) ﻭﻟﻮ ﺗﺮﻯ ﺇﺫ ﺍﻟﻈﺎﳌﻮﻥ ﰱ ﻏﻤﺮﺍﺕ ﺍﳌﻮﺕ Mula-mula, khitab ini ditujukan kepada Rasulullah SAW, kemudian kepada setiap orang yang mendengar atau membacanya. Yakni sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang zhalim, baik mereka yang telah disebutkan di dalam ayat maupun selain mereka yang berada dalam sakaratul maut, yaitu berbagai penderitaan dan kengerian menjelang mati yang meliputi mereka.17
() ﻭﺍﳌﻼﺋﻜﺔ ﺑﺎﺳﻄﻮﺍ ﺃﻳﺪﻫﻢ Para malaikat membentangkan tangan-tangannya untuk mencabut nyawa mereka yang buruk dengan keras dan memukulnya, sebagaimana firman-Nya:
(ﻢ ﻫ ﺭ ﺎﺩﺑ ﻭﹶﺃ ﻢ ﻬ ﻫ ﻮﻭﺟ ﻮ ﹶﻥﻀ ِﺮﺑ ﻳ ﻼِﺋ ﹶﻜﺔﹸ ﻤ ﹶ ﻢ ﺍﹾﻟ ﻬ ﺘﻮﱠﻓ ﺗ ﻒ ِﺇﺫﹶﺍ ﻴ)ﹶﻓ ﹶﻜ "Bagaimana (keadaan mereka) apabila malaikat maut mencabut nyawa mereka seraya memukul muka dan punggung mereka?" (Muhammad, 47: 27) Kemudian, Allah menceritakan perintah para malaikat kepada mereka yang disampaikan dalam gaya mencela, yaitu ketika mereka membentangkan tangan-tangannya untuk mencabut nyawa mereka.
() ﺃﺧﺮﺟﻮﺍ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ 17
Ibid.,
33
Keluarkanlah nyawa kalian dari tempatnya, jika memang kalian bisa melakukannya. Atau, keluarkanlah nyawa itu dari badan kalian.18 M. Quraish Shihab memahami kalimat keluarkanlah nyawa kamu, bukan dalam arti ucapan, karena kematian dan kehidupan bukanlah sesuatu yang berada dalam wilayah kemampuan manusia untuk meraih atau menampiknya. Atas dasar itu, perintah diatas dapat dipahami sebagai gambaran dari keengganan seseorang untuk meninggal dunia.19
)ﺍﻟﻴﻮﻡ ﲡﺰﻭﻥ ﻋﺬﺍﺏ ﺍﳍﻮﻥ ﲟﺎﻛﻨﺘﻢ ﺗﻘﻮﻟﻮﻥ ﻋﻠﻰ ﺍﷲ ﻏﲑ ﺍﳊﻖ ﻭﻛﻨـﺘﻢ (ﻋﻦ ﺍﻳﺎﺗﻪ ﺗﺴﺘﻜﱪﻭﻥ Di saat kematian, para malaikat berkata kepada mereka, "pada hari ini kalian akan menerima azab kehinaan sebagai balasan atas kezaliman kalian terhadap diri kalian sendiri, karena berbuatbuat kedustaan terhadap Allah. Seperti, perkataan "Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia'',''sesungguhnya telah diwahyukan kepadaku", padahal tidak ada sesuatupun yang diwahyukan
kepadanya.
Pengingkaran
segolongan
manusia
terhadap sifat-sifat yang telah ditetapkan Allah bagi diri-nya, menjadikan anak lelaki dan perempuan bagi Allah, dan keengganan untuk mengakui ayat-ayat yang telah diturunkan oleh Allah, karena ingin menghina orang yang telah Allah muliakan dengan ditampakkan ayat-ayat itu melalui lidah dan tangannya.20
Gambaran umum surat al-Waqi'ah Tema utama surat ini adalah uraian tentang hari kiamat serta penjelasan tentang apa yang akan terjadi di bumi, kenikmatan yang akan terjadi di bumi, serta kenikmatan yang akan diperoleh
18
Ibid., hlm. 336 M. Quraish Syihab, op.cit., hlm. 197 20 Musthafa Al-Maraghi, op.cit., hlm. 337 19
34
orang-orang bertakwa dan apa yang akan dialami oleh para pendurhaka. Al-Biqo'i berpendapat bahwa surat ini merupakan penjelasan dari apa yang diuraikan pada surat ar-Rahman yakni surat yang lalu. Menurutnya dalam surat itu ada uraian menyangkut tiga kelompok: pertama, orang-orang yang dekat kepada arRahman yang tampil mendahului orang-orang taat yang lain. Kelompok kedua, adalah uraian tentang orang-orang taat selain mereka dan kelompok ketiga, adalah mereka yang secara terangterangan melakukan kedurhakaan dan bersifat munafik baik dari kelompok manusia maupun jin. Maksudnya ialah bahwa pada surat ar-Rahman disebut dua tingkat surga, yang pertama akan dihuni oleh mereka yang mendahului orang-orang taat dan dalam surat ini dinamai as-Sabiqun, surga kedua dihuni oleh Ash-hab al-Yamin. Dan para pendurhaka akan menerima balasan neraka yang disini dinamai Ash-hab al-Masy'amah dan dalam surat ar-Rahman diperingatkan dengan bermacam-macam siksa Ilahi. Adapun ayat 83 dimasukkan kedalam surat al-Waqi'ah karena ada hubungannya dengan hari kiamat. Yang mana orang munafik tidak percaya kepada hari kiamat dan hari pembalasan. Kemudian Allah memberikan salah satu bukti kuasa-Nya untuk melakukan pembalasan dan ganjaran itu adalah kuasa-Nya mencabut nyawa secara paksa. Sebaliknya bagi orang yang percaya pada hari kiamat dan hari pembalasan, maka ketika dicabut nyawanya secara lemah lembut. Ayat 83 surat Al-Waqi'ah :
ﻡ ﺤ ﹾﻠﻘﹸﻮ ﺖ ﺍﹾﻟ ِ ﻐ ﺑﹶﻠ ﻻ ِﺇﺫﹶﺍﹶﻓﹶﻠﻮ
Terjemahnya "maka mengapa ketika nyawa sampai ke kerongkongan"21
21
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, op cit., hlm. 897
35
Tafsir Mufrodat ( )ﻟ ﻮﻻyaitu kata-kata (huruf) yang berarti menganjurkan terjadinya sesuatu yang disebutkan sesudahnya, sebagai sesuatu yang dianggap baik atau wajib.22 ( )اﻟﺤﻠﻘ ﻮمartinya kerongkongan (saluran makanan).23
Terjemah Tafsiriyah Bagaimanakah sikapmu kelak apabila maut telah datang menghampirimu dan nyawamu telah sampai ke kerongkongan, karena panggilan telah tiba / dapatkah kamu berusaha melepaskan diri pada waktu itu ?24
Penjelasan Ayat ini berbicara tentang keadaan orang yang sedang sakaratul maut. Mereka tidak percaya pada Allah akan datangnya hari kebangkitan dan hari pembalasan. Akan tetapi ketika nyawa telah sampai di kerongkongan mereka tidak dapat mengembalikan nyawa itu kepada jasad yang bersangkutan untuk dapat hidup seperti sedia kala25
Gambaran umum surat al-Qiyamah Didalam surat ini Allah memberi peringatan kepada manusia tentang hidup itu sendiri, melalui berbagai gelombang hidup, sejak masih dari kandungan sampai menjadi insan yang hidup dimuka bumi, dan sampai pula akan datangnya maut yang tidak dapat dielakkan, semua digambarkan dalam surat ini. Maka diterangkanlah bahwa manusia bukanlah didatangkan Allah ke dunia ini hanya untuk semata-mata datang. Bahkan ditunjukkan pula kepadanya jalan yang harus ditempuhnya, agar dia selamat. Karena hidup pasti akan ditutup dengan kematian. Dan perjalanan
22
Mustofa Al-Maraghi, op cit., Juz 27, hlm. 280 Ibid. 24 Prof. DR. Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Nasional, Pte Ltd, Singapura, 1999, Jilid IX, hlm. 7150 25 M. Quraish Syihab, op.cit., hlm. 581 23
36
bukanlah semata-mata mati saja. Dibalik mati ada lagi kehidupan yaitu hari kebangkitan, yang disebut hari kiamat. Dari pangkal surat ini diberi peringatan kepada manusia bahwa bukan saja Allah Maha Kuasa menyusun tulang kembali, yaitu tulang-tulang yang telah hancur beribu-ribu tahun didalam tanah, bahkan ujung jaripun akan dikembalikan seperti sedia kala. Diujung surat ini diperingatkan sekali lagi tentang kejadian manusia, bahwa asal mulanya hanyalah setitik mani, kemudian mani itu setelah terletak didalam rahim berangsur menjadi 'alaqoh, yaitu segumpal darah, dan dari segumpal darah itu berangsur naik sampai membentuk menjadi tubuh manusia, lalu diberi nyawa, kemudian lahir ke dunia ini dan menjadi manusia. Maka dengan mengambil kesaksian pada kejadian setitik mani dalam masa sembilan bulan dapat menjelma menjadi manusia, sedang kita sama sekali tidak tahu bagaimana rahasia perkembangan kejadian itu, apakah tidak merupakan suatu perbuatan orang yang bodoh kalau kita tidak mau percaya bahwa makhluk akan dibangkitkan kembali, karena kita belum pernah melihatnya.
Sedangkan
yang
selalu
kita
lihatpun
dapat
mengherankan kita, apalagi kekuasaan-kekuasaan lain yang belum diperlihatkan kepada kita. Adapun ayat 26 dimasukkan kedalam surat al-Qiyamah karena ada hubungannya dengan kematian. Yang mana didalam surat ini dijelaskan bahwa kehidupan akan diakhiri dengan kematian, dan setiap kematian pasti ada proses pencabutan nyawa.
Ayat 26 surat Al-Qiyamah
ﻲ ﺍِﻗﺘﺮﺖ ﺍﻟﺑﹶﻠﻐ ﻼ ِﺇﺫﹶﺍ ﹶﻛ ﹼ
37
Terjemah "Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan".26
Tafsir Mufrodat ( ) ﺗﺮاﻗ ﻲbentuk jamak dari ( ) ﺗﺮﻗ ﻮةyaitu tulang yang terletak antara saluran leher dan tengkuk.27
Terjemah Tafsiriyah Apabila ruh dicabut dari jasadnya dan telah sampai ke kerongkongan.28
Penjelasan Ayat ini berbicara tentang keadaan orang yang dalam keadaan sakratul maut. ( )آ ﻼkata untuk mencela dan melarang. Ingat dan perhatikanlah kematian yang ada dihadapanmu. Lepaskanlah kecintaan akan dunia diatas kecintaan akan akhirat; karena hubunganmu dengan dunia ini akan terputus, dan kamu akan berpindah ke alam akhirat yang kekal abadi di dalamnya.29 ()اذا ﺑﻠﻐﺖ اﻟﺘﺮاﻗ ﻲ, yaitu dengan datangnya sakaratul maut atau yang disebut juga naza, ketika akan meninggalkan, menurut biasanya bahwa maut itu naik sejak dari kaki. Ujung-ujung dari itulah yang mati lebih dahulu, lalu naik keatas demi keatas, sehingga yang bagian bawah berangsur dingin, sampai seluruh kaki tidak bergerak lagi. Kemudian naik ke pinggang, ke perut dan ke dada, sehingga akhirnya yang terakhir bergerak adalah urat-urat leher dan bibir yang menarik sisa-sisa nafas yang masih tertinggal dalam paru-paru manusia.30
26
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, op cit., hlm. 1000 Muhammad Nasib ar-Rifa'i, op cit., hlm. 871 28 Ibid. 29 Musthafa Al-Maraghi, op.cit., hlm. 252 30 Prof. DR. Hamka, op.cit., hlm. 7771 27
38
Untuk memahami sakaratul maut dalam Al-Qur'an yang terdapat dalam empat surat dan empat ayat ini, penulis akan memberikan kesimpulan yang utuh mengenai hal tersebut. Sakaratul maut merupakan peristiwa yang pasti adanya. Peristiwa ini datang dengan sebenar-benarnya tidak ada satupun manusia yang luput dari sakaratul maut. Ketika maut telah datang menghampiri, dan nyawa telah sampai di kerongkongan, tak ada satupun manusia yang dapat berusaha melepaskan diri pada waktu itu. Orang-orang kafir ketika berada dalam sakaratul maut, maka para malaikat mencabutnya dengan azab, bencana, belenggu dan kemurkaan yang dahsyat. Hal ini sebagai ganjaran yang telah dilakukan orang-orang kafir yang mendustakan Allah dan tinggi hati sehingga tidak mau mengikuti ayat-ayat Allah dan mematuhi rasul-rasul-Nya. b. Penjelasan hadis nabi : Allâhumma a'inni 'alâ sakarâtil maut Sebagaimana uraian di depan bahwa setiap kematian mempunyai beberapa kesengsaraan (sekarat) dapat dipahami dari teks hadis yang berbunyi ( ) اﻟﻠﻬ ﻢ أﻋﻨ ﻰ ﻋﻠ ﻰ ﺳ ﻜﺮات اﻟﻤ ﻮت. Teks hadis tersebut terdapat dalam kitab sunan Ibnu Majah, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal dan sunan Tirmidzi. Berikut hadis tersebut beserta penjelasannya. a. Teks hadist 1. Teks hadis pada kitab sunan Ibnu Majah
ﻋﻦ ﻳﺰﻳﺪ ﺑﻦ، ﺛﻨﺎ ﻟﻴﺚ ﺑﻦ ﺳﻌﺪ. ﺛﻨﺎ ﻳﻮﻧﺲ ﺑﻦ ﳏﻤﺪ.ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ ﺃﰊ ﺷﻴﺒﺔ : ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ؛ ﻗﺎﻟـﺖ، ﻋﻦ ﺍﻟﻘﺎﺳﻢ ﺑﻦ ﳏﻤﺪ، ﻋﻦ ﻣﻮﺳﻰ ﺑﻦ ﺳﺮﺟﺲ،ﺃﰉﺣﺒﻴﺐ ﻓﻴـﺪﺧﻞ.ﺭﺃﻳﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻫﻮ ﳝﻮﺕ ﻭﻋﻨﺪﻩ ﻗﺪﺡ ﻓﻴﻪ ﻣﺎﺀ .( ﰒ ﳝﺴﺢ ﻭﺟﻬﻪ ﺑﺎﳌﺎﺀ ﰒ ﻳﻘﻮﻝ )ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻋﲎ ﻋﻠﻰ ﺳﻜﺮﺍﺕ ﺍﳌﻮﺕ،ﻳﺪﻩ ﰲ ﺍﻟﻘﺪﺡ Artinya: "Menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah. Menceritakan kepada kami Yunus bin Sa'd dari Yazid bin
39
Abi Khabib, dari Musa bin Sarjis, dari Qasim bin Muhammad, dari 'Aisyah berkata: saya melihat Rasulullah SAW dan ketika beliau akan meninggal dan di sampingnya terdapat gelas yang di dalamnya berisi air. Lalu nabi memasukkan tangan ke dalam gelas tersebut, kemudian mengusap wajahnya dengan air. Kemudian beliau berkata (Ya Allah mudahkanlah kepada saya sakaratul maut)".31 2. Teks hadis pada kitab musnad Imam Ahmad bin Hanbal
، ﻋﻦ ﺍﻟﻘﺎﺳﻢ ﺑﻦ ﳏﻤﺪ،ﺛﻨﺎ ﻳﻮﻧﺲ ﻗﺎﻝ ﺛﻨﺎ ﻟﻴﺚ ﻋﻦ ﻳﺰﻳﺪ ﻋﻦ ﻣﻮﺳﻰ ﺑﻦ ﺳﺮﺟﺲ ﺭﺃﻳﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻫﻮ ﳝـﻮﺕ ﻭﻋﻨـﺪﻩ:ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ؛ ﻗﺎﻟﺖ ﰒ ﳝﺴﺢ ﻭﺟﻬﻪ ﺑﺎﳌﺎﺀ ﰒ ﻳﻘﻮﻝ )ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻋﲎ، ﻓﻴﺪﺧﻞ ﻳﺪﻩ ﰲ ﺍﻟﻘﺪﺡ.ﻗﺪﺡ ﻓﻴﻪ ﻣﺎﺀ .(ﻋﻠﻰ ﺳﻜﺮﺍﺕ ﺍﳌﻮﺕ Artinya: "Ahmad berkata kepada kami Yunus, ia berkata: menceritakan kepada kami Laits dari Yazid dari Musa bin Sarjis dari Qosim bin Muhammad dari 'Aisyah berkata: saya melihat Rasulullah SAW dan ketika beliau akan meninggal dan di sampingnya terdapat gelas yang di dalamnya berisi air, lalu nabi memasukkan tangan ke dalam gelas tersebut, kemudian mengusap wajahnya dengan air. Kemudian beliau berkata (Ya Allah mudahkanlah kepada saya sakaratul maut)".32 3. Teks hadis pada kitab sunan Tirmidzi
ﻋﻦ ﺍﻟﻘﺎﺳﻢ ﺑﻦ، ﻋﻦ ﻣﻮﺱ ﺑﻦ ﺳﺮﺟﺲ، ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﻟﻠﻴﺚ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﺍﳍﺎﺩ.ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻗﺘﻴﺒﺔ ﺭﺃﻳﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻫﻮ ﺑـﺎﳌﻮﺕ: ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ؛ ﻗﺎﻟﺖ،ﳏﻤﺪ : ﰒ ﻳﻘﻮﻝ، ﰒ ﳝﺴﺢ ﻭﺟﻬﻪ ﺑﺎﳌﺎﺀ،ﻭﻫﻮ ﻳﺪﺧﻞ ﻳﺪﻩ ﰲ ﺍﻟﻘﺪﺡ.ﻭﻋﻨﺪﻩ ﻗﺪﺡ ﻓﻴﻪ ﻣﺎﺀ ()ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻋﲎ ﻋﻠﻰ ﻏﻤﺮﺍﺕ ﺍﳌﻮﺕ ( ﺃﻭ )ﺳﻜﺮﺍﺕ ﺍﳌﻮﺕ Artinya: "Menceritakan kepada kami Qutaiban. Menceritakan kepada kami Laits dari Ibni Had, dari Musa bin Sarjis, dari Qosim bin Muhammad, dari 'Aisyah. 'Aisyah berkata: saya melihat Rasulullah SAW dan ketika beliau akan 31
Al-Khafid Abi 'Abdillah Muhammad bin Yazid Al-Qozwiniyyi, Sunan Ibnu Majah, Darul Fikr, Beirut, 1994, Juz I, hlm. 519 32 Imam Abu Abdullah bin Muhammad bin Hanbal al-Marwazy, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, Darul Fikr, Beirut, t.th., Juz VI, hlm. 64
40
meninggal dan di sampingnya terdapat gelas yang di dalamnya berisi air, lalu nabi memasukkan tangan ke dalam gelas tersebut, kemudian mengusap wajahnya dengan air. Kemudian beliau berkata (Ya Allah mudahkanlah kepada saya sakaratul maut).33 b. Nilai Sanad hadis Dalam hal ini akan kami uraikan secara singkat rawi-rawi dari seluruh jalan berikut untuk menilai kesinambungan hadis dan yang paling penting nantinya bahwa seluruh hadis tersebut berasal dari 'Aisyah.
33
Abu 'Isa Muhammad bin 'Isa bin Sauroh, Al-Jami' As-Shohih Sunan Tirmidzi, Darul Fikr, Beirut, t.th., Juz III, hlm. 308
41
1. Bagan Sanad hadis Riwayat Ibnu Majah, Ahmad bin Hanbal dam Tirmidzi
ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻟﺖ
ﻋﺎﺋﺸﺔ
ﻋﻦ
)21
)20
ﺍﻟﻘﺎﺳﻢ ﺑﻦ ﳏﻤﺪ
)7, 13 dan 19
ﻋﻦ
ﻣﻮﺳﻰ ﺑﻦ ﺳﺮﺟﺲ
)6, 12 dan 18
ﻋﻦ
ﺍﺑﻦ ﺍﳍﺎﺩ
ﻳﺰﻳﺪ
)17
)5 dan 11
ﻋﻦ
ﺍﻟﻠﻴﺚ
)4, 10 dan 16
ﺛﻨﺎ
ﻗﺘﻴﺒﺔ
ﻳﻮﻧﺲ ﺑﻦ ﳏﻤﺪ
)15
ﺛﻨﺎ
ﺣﺪﺛﻨﺎ
ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻯ
)3 dan 9
)14
ﺃﺑﻮﺑﻜﺮ ﺑﻦ ﺃﰉﺷﻴﺒﺔ
)2
ﺣﺪﺛﻨﺎ
ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ
)1
ﺍﲪﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ
)8
42
2. Penilaian terhadap rijal hadis a. Dari jalur Ibnu Majah 1) Ibnu Majah Nama
lengkapnya
adalah
Abu
Abdullah
Muhammad Ibn Yazid al-Qazwini yang terkenal dengan nama Ibnu Majah. Majah adalah gelar ayahnya (Yazid). Ibnu Majah dilahirkan pada tahun 207 H (824 M) di Qazwen. Ibnu Majah mempelajari ilmu sejak masa mudanya.34 Sebagaimana halnya para Muhadditsin dalam mencari hadis-hadis memerlukan perantauan ilmiyah, maka beliaupun berkeliling di beberapa negeri untuk menemui dan berguru hadis kepada para 'ulama hadis. Dari tempat perantauannya itu, beliau bertemu dengan murid-murid Imam Malik dan Al-laits, dan dari beliau-beliau inilah, banyak memperoleh hadis-hadis. Hadis-hadis beliau banyak di riwayatkan oleh orang banyak.35 Al-Khalili berkata:
. ﻟﻪ ﻣﻌﺮﻓﺔ ﻭﺣﻔﻆ, ﳏﺘﺞ ﺑﻪ, ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ,ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﺛﻘﺔ ﻛﺒﲑ "Ibnu Majah yang tsiqqah yang besar, yang disepakati tentang kepercayaannya, yang diambil hujjah dengan pendapat-pendapatnya. Dia mempunyai pengetahuan yang luas dan hafalan yang banyak.36 Ibnu Majah wafat hari Selasa, bulan Ramadhan, tahun 273 H (887 M).37
34
Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadis, PT. Bulan Bintang, Jakarta, 1987, Jilid 1, hlm. 199 35 Drs. Faturrahman, Ikhtisar Musthalahul Hadis, PT. Al-Ma'arif, Bandung, 1991, hlm. 335 36 Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, loc. cit., hlm. 199 37 Drs. Fathur Rahman, op.cit., hlm. 334
43
2) Abu Bakar bin Abi Syaibah Beliau wafat di bulan Ramadhan tahun 265 H. Disebutkan bahwa salah satu gurunya adalah Hafs bin Aun dan lain-lain, sedangkan salah seorang yang mengambil hadis darinya adalah Ibnu Majah.38 Menurut Abi Hatim ia adalah rawi yang jujur. Sedangkan menurut Al-Khalili dan Muslimatun, ia adalah orang yang tsiqoh. Al-Aqliyi dan Shalih Ath-Tharubilisi menilainya tidak ada masalah.39 Adapun terhadap Ibnu Majah sebagai murid, kita mendapatkan keterangan yang jelas bahwa Ibnu Majah adalah muridnya. Dilihat dari kualitas periwayat, Abu Bakar bin Abi Syaibah oleh para ulama hadis digolongkan kepada
periwayat
yang
tsiqoh.
Dengan
begitu
periwayatannya bisa diterima. 3) Yunus bin Muhammad Nama lengkapnya adalah Yunus bin Muhammad bin Muslim al-Baghdadi, disebut juga Abu Muhammad alMuaddah. Guru dan muridnya dibidang periwayatan hadis: Guru-gurunya sangat banyak, diantaranya Harb Ibn Maimun, Hammad Ibnu Zaid, Hammad Ibnu Salamah dan Dawud Ibn Abi Farrat. Murid-muridnya juga banyak, diantaranya Husain Ibn Isa al-Basthamiy, 'Abdun Ibn Humaid, 'Ali Ibn al-Madini dan Muhajid Ibn Musa. Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya: 'Utsman Ibn Sa'id al-Darimi dari Yahya Ibnu Ma'in berkata: "Dia itu tsiqoh", Abu Hatim menyatakan bahwa dia dapat dipercaya, Ibn Hibban memasukkannya dalam 38
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Tahdzibut Tahdzib, Darul Fikr, Beirut, 1984, Juz I, hlm. 118 Ibid., hlm. 119
39
44
kitab al-Tsiqat. Dia berkata bahwa Yunus Ibn Muhammad wafat pada tahun 207 H, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Hisan al-Ziyadi.40 Dari beberapa kritikus hadis diatas tidak ada yang mencela pribadinya, mereka memujinya dengan pujian tertinggi. 4) Laits bin Sa'ad Nama lengkapnya adalah Laits bin Sa'ad bin Abdurrahman al-Fahmi.41 Beliau lahir tahun 94 H dan wafat tahun 175 H.42 Guru beliau adalah Yazid bin Abi Habib, Yahya bin Sa'id, Hisyam bin 'Urwah, Yazid bin Had dan lain sebagainya. Murid beliau adalah Su'aib, Hisam bin Sa'id, Marwan bin Muhammad dan lain sebagainya. Menurut Ahmad bin Sa'ad az-Zuhri, ia adalah rawi yang tsiqah lagi dhabit. Sementara Abdullah bin Ahmad dari Anas berpendapat bahwa Laits adalah orang yang paling tahu dengan perinci hadis yang diriwayatkan dari Abi Hurairah dan dari jalur ayahnya yang dari Abu Hurairah. Sementara menurut Abu Dawud yang mendengar dari Ahmad berkata bahwa tidak ada pada diri mereka yakni ahli hadis dari Mesir yang lebih sahih hadisnya dari Laits. Adapun Amr bin Harits hampir menyamainya. Komentar yang lain hampir senada, yang intinya adalah penilaian positif terhadap Laits.43
40
Ibid., Juz. VI, hlm. 402 Ibnu Hajar Al-Asqalani, op.cit., hlm. 412 42 Ibid., hlm. 416 43 Ibid., hlm. 413 41
45
Adapun mengenai kualitas pribadi Laits, beliau adalah rawi yang tsiqah berdasarkan penilaian para ulama, sehingga periwayatannya bisa diterima. 5) Yazid bin Abi Habib Nama aslinya adalah Suwaid Al-Azdi. Guru beliau antara lain 'Abdullah bin Harits bin Jaza' Az-Zabidi, Abi Tufail, Aslam bin Yazid, abi Imron, Ibrahim bin 'Abdullah bin Hunain dan lain-lain. Muridnya
adalah
Sulaiman
At-Taimiyyi,
Muhammad bin Ishak, Ziyad bin Abi Anisah, 'Amr Ibnu Harits dan lain sebagainya. Ibnu Hiban berpendapat tsiqoh. Ibnu Sa'ad berpendapat tsiqoh. Beliau wafat pada tahun 128 H.44 6) Musa bin Sarjis Guru beliau adalah Qosim dan Muhammad bin Abi Bakar as-Sidiq dan Ismail bin Abi Hakim. Murid beliau adalah Yazid bin Abdullah bin Had, dan Yazid bin Abi Habib. Tirmidi berkata hadis yang diriwayatkan dari Qosim dari 'Aisyah, tentang sakaratul maut adalah hadis gharib.45 7) Qosim bin Muhammad Nama lengkapnya adalah A-Qosim bin Muhammad bin Abu Bakar al-Sidiq Abu Muhammad. Guru beliau antara lain adalah Aisyah, Abu Hurairah, dan lain-lain. Murid beliau antara lain Yahya, alZuhri, Musa bin Sarjis, dan lain-lain. Komentar ulama terhadap al-Qosim:
44
Ibid., Juz XI, hlm. 278 Ibid., Juz X, hlm. 307
45
46
Menurut Ibn Sa'ad, dihadapan Ibnu atau anaknya mengatakan, al-Qosim yang sebagai ketua adalah tsiqoh, tinggi ilmu fiqihnya, imam yang wira'i serta hadisnya banyak.
Al-Bukhari
berkata:
"Pada
waktu
ayahnya
terbunuh, al-Qosim seorang yatim dan diasuh oleh Aisyah r.a. di Hijr. Abdullah bin Syauzab serta Yahya Ibnu Said berkata, kami tidak pernah bertemu seseorang di Madinah yang
lebih
saya
utamakan
kecuali
al-Qosim
bin
Muhammad. Abu Zunad berkata saya tidak pernah melihat seseorang yang lebih alim hadis-hadisnya dan tidak ada seseorang yang kuat ingatannya kecuali al-Qosim bin Muhammad. Menurut Khalid bin Nizar, bahwa manusia yang lebih mengetahui hadisnya 'Aisyah ada tiga yaitu alQosim, Urwah, Umroh. Menurut Malik bahwa beliau adalah seorang yang sedikit dalam meriwayatkan hadis dan fatwa. Ibnu Wahab serta Malik mengatakan al-Qosim adalah fuqaha bagi umat ini, tsiqah, laki-laki yang suci dan shalih. Beliau wafat tahun 122 H.46 Berdasarkan penilaian para ulama tersebut diatas maka
kami
menyimpulkan
bahwa
al-Qosim adalah
periwayat yang tsiqoh. b. Dari Jalur Ahmad bin Hanbal 8) Ahmad bin Hanbal Nama lengkapnya adalah Imam Abu 'Abdullah bin Muhammad bin Hanbal Al-Marwazy, beliau adalah ulama hadis terkenal kelahiran Baghdad. Beliau lahir pada bulan Rabi'ul Awal, tahun 164 H (780 M).47 Ahmad
meriwayatkan
hadis
dari
Basyr
al
Muffadldlal Ar-Raqasyi, Sufyan Ibn 'Uyainah, Yahya ibn 46
Ibid., Juz XIII, hlm. 299-300 Drs. Fathur Rahman, op.cit., hlm. 325
47
47
Sa'id Al Qath-than, Abdur Razzaq Ibnu Hammam AshShan'ani, Sulaiman Ibnu Daud Ath Thayalisi, Ismail Ibn 'Ulaiyah, Mu'tamir ibn Sulaiman Al Basri dan lain-lain.48 Diantara yang meriwayatkan hadis dari padanya, ialah al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, Waki' ibn Yarzah, Yahya ibn Adam Al-Kufi, Ali Ibnul Madini dan Ibnu Mahdi.49 Para ulama telah sepakat menetapkan keimanan, ketaqwaan, kewara'an dan kezuhudan beliau, disamping keahliannya dalam bidang perhadisan. Menurut Abu Zur'ah, beliau mempunyai tulisan sebanyak 12 macam yang semuanya sudah dikuasai diluar kepala. Juga beliau mempunyai hafalan matan hadis sebanyak 1.000.000 buah.50 Karya-karya
beliau
yang
sangat
gemilang
diantaranya adalah Musnadu'l Kabir. Kitab musnad ini merupakan satu-satunya kitab musnad yang terbaik dan terbesar diantara kitab-kitab musnad yang pernah ada. Kitab ini berisikan 40.000 buah hadis, yang sepuluh ribu dari jumlah tersebut merupakan hadis ulangan.51 Beliau pulang ke rahmatullah pada hari Jum'at, bulan Rabi'ul Awal, tahun 241 H (855 M) di Baghdad dan dimakamkan di Marwa.52 9) Yunus Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan rijalul hadis dari jalur Ibnu Majah.
48
Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, op.cit., hlm. 202 Ibid., 50 Drs. Fathur Rahman, op.cit., hlm. 326 51 Ibid., hlm. 326 52 Ibid., 49
48
10) Laits Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan rijalul hadis dari jalur Ibnu Majah. 11) Yazid Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan rijalul hadis dari jalur Ibnu Majah. 12) Musa bin Sarjis Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan rijalul hadis dari jalur Ibnu Majah. 13) Qosim bin Muhammad Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan rijalul hadis dari jalur Ibnu Majah. c. Dari Jalur At-Tirmidzi 14) At-Tirmidzi Nama lengkapnya adalah Abū 'Īsa Muhammad ibn ' Īsa bin Tsawrah Ibn Mūsā Ibn-Dhahāk al-Sulamī al-Būghī al-Tirmidzi. Ahmad Muhammad Syakir menambah dengan sebutan al-Dharir, karena ia mengalami kebutaan di masa tuanya.53 Beliau lahir pada tahun 200 H (824 M).54 Guru-guru dan muridnya: Beliau mengambil hadis dari ulama hadis yang terkenal, seperti Qutaibah bin Sa'id, Is-haq bin Musa, AlBukhary dan lain-lainnya. Orang-orang banyak yang belajar hadis pada beliau dan diantara sekian banyak muridnya dapat disebutkan antara lain Muhammad bin Ahmad bin Mahbub.55
53
Dr.Ahmad Sutarmadi, Al-Imam Al-Tirmidzi (Peranannya dalam Pengembangan Hadis dan Fiqh), PT. Logos Wacana Ilmu, Ciputat, 1998, hlm. 49 54 Drs. Fathur Rahman, op.cit., hlm. 333 55 Ibid.,
49
Beliau wafat di Turmudz pada akhir Rajab tahun 279 H (892 M) komentar para ulama terhadapnya, antara lain: -
al-Khalily menilai dia tsiqoh muttafaq alaih.
-
Al-Idris menilainya sebagai tokoh dalam ilmu hadis.
-
Imam bin Illan menyebutnya sebagai orang yang paling alim dan wira'i di Khurazan.56
15) Qutaibah Nama lengkapnya adalah Qutaibah bin Sa'id bin Jamil bin Tharif bin Abdullah ats-Tsaqafy. Nama lainnya adalah Abu raja' al Baghlany. Beliau wafat tahun 240 H. Gurunya dalam bidang hadis adalah Malik al-Laits, Ismail bin Ja'far, Ismail bin Ulyah. Sedangkan muridnya adalah Jama'ah kecuali Ibn Majah. Pendapat para ulama hadis tentang beliau: Nasa'I dan Ibn Hatim berpendapat siqah, shaduq. Sedangkan alHakim berpendapat siqah.57 Dari penilaian para kritikus hadis, mayoritas ulama menilanya siqoh. 16) Laits Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan rijalul hadis dari jalur Ibnu Majah dan Ahmad bin Hanbal. 17) Ibni Hād Nama lengkapnya adalah Yazid bin Abdullah bin Asamah bin Had al-Laisi, julukannya Abu Abdullah alMadani. Wafat tahun 139 H. Guru-gurunya antara lain: Tsa'labah bin Abi Malik, Mu'az bin Rafa'ah, Abdullah bin Dinar, Muhammad bin Ka'ad dan lain sebagainya. 56
Ibnu Hajar Al-Asqalani, op.cit., Juz IX, hlm. 344-345 Ibid., hlm. 311
57
50
Murid-muridnya antara lain: Yahya bin Sa'id, Ibrahim bin Sa'ad, Malik bin Abdul 'Azis ad-Darawardi, Nafi' bin Yazid, Haiwab bin Syarih, dan lainnya. Penilaian para kritikus hadis tentang pribadinya, Ibnu Mu'in dan an-Nasa'i menilai siqah. Ibnu Hibbah berpendapat siqah dan banyak hadisnya. Yaqub bin Sufyan menilai siqah dan baik hadistnya.58 18) Musa bin Sarjis Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan rijalul hadis dari jalur Ibnu Majah dan Ahmad bin Hanbal 19) Qosim bin Muhammad Pembahasannya sebagaimana dalam pembahasan rijalul hadis dari jalur Ibnu Majah dan Ahmad bin Hanbal d. Sumber dari Rasulullah 20) 'Aisyah Siti (as-Sayidah) 'Aisyah r.a. dilahirkan di Mekah pada tahun keenam kenabian. 'Aisyah tumbuh dan dibesarkan di lingkungan Arab yang masih murni. Beliau dilamar oleh Rasulullah SAW. Pada usia enam tahun dan kemudian membangun mahligai rumah tangga dengan Rasulullah SAW pada bulan Syawal, ketika itu beliau berusia sembilan tahun.59 Keluarga Siti 'Aisyah merupakan keluarga Arab tertua dan terhormat. Ia adalah keluarga Abu Bakar ashShiddiq bin Abi Quhafah 'Utsman bin 'Amir bin 'Amar bin Ka'ab bin Sa'ad bin Tayim bin Murrah bin Ka'ab bin Luay. Jelas bahwa keturunan Abu Bakr ash-Shiddiq bertemu dengan garis keturunan nabi Muhammad SAW. Pada 58
Ibid., Juz XI, hlm. 295-298 Dr. 'Abdullah Abu as-Su'ud Badr, Tafsir Umm al-Mu'minin 'Aisyah Radhiallahu 'Anha, Terj. Gazi Saloom dan Ahmad Syaikhu, PT. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2000, hlm. 15 59
51
Murrah bin Ka'ab. Oleh karena itu, Siti 'Aisyah berasal dari keturunan yang mulia.60 Ibu Siti 'Aisyah adalah Umm Rauman Zainab binti 'Amir bin Uwaimir bin 'Abd Syams bin 'Itab bin Uzainah bin Dahman bin al-Harits bin Ghanam bin Malik bin Kinanah.61 Kepribadian Siti 'Aisyah yang sejati terdiri dari unsur-unsur akhlak yang bersifat khas dan berbeda dengan yang lain. Kejujuran dianggap unsur yang paling menonjol dalam kepribadian Siti 'Aisyah dan menjadi warna dasar akhlak-akhlaknya. Dalam hal kejujuran, ia benar-benar mewarisi sifat ayahnya, Abu Bakar ash-Shiddiq. Ayahnya terkenal jujur, dan Siti 'Aisyah pun orang yang jujur seperti ayahnya. Barangkali yang paling tepat menjelaskan kejujurannya adalah keteguhan sikapnya dalam masalah hadis palsu (maudhu'), khususnya tentang politik dan yang berkaitan dengan perang saudara serta peristiwa-peristiwa terkait yang menghangat pada saat itu. Meskipun Siti 'Aisyah enggan terlibat dalam pertempuran-pertempuran dan perseteruan-perseteruan demi membela kebenaran yang diyakininya, tetapi dalam masalah konflik politik, ia tetap tegas dan sengit, yang bahkan bisa dikatakan sampai pada tingkat konfrontasi. Kendati demikian, dalam kancah peristiwa berdarah dan pertempuran yang mengerikan itu, ia tidak pernah mengemukakan hadis palsu. Ia tidak pernah menambahkan
satu
huruf
pun
untuk
memperkuat
dakwaannya sendiri atau untuk menjatuhkan dakwaan
60
Ibid., hlm. 17 Ibid., hlm. 19
61
52
musuh-musuhnya. Ia juga tidak pernah mengubah atau meletakkan satu kata pada tempat yang tidak semestinya.62 Bahkan, lebih hebat dari itu, jika suatu hadis diriwayatkan dihadapannya, atau sampai ketelinganya, atau sempat diketahui, lalu ia mendapatkan pemahaman yang salah dalam riwayat itu atau seakan-akan terdengar rancu, ia
tidak
membiarkannya
mengingatkan
kekeliruan
begitu
saja.
yang
Segera
ada,
ia
sekaligus
memberitahukan ilmu yang dikandung hadis tersebut. Cukup menakjubkan betapa masruq, bila meriwayatkan hadis dari 'Aisyah, selalu berkata, "Kami diceritakan oleh perempuan jujur putri pria jujur. Padahal, masruq adalah lawan politik yang menentang perlawanan 'Aisyah terhadap Ali.63 Kecerdasan Siti 'Aisyah memungkinkan dirinya menyerap
seribu
meriwayatkannya
hadis dengan
lebih
dari
penuh
Rasulullah
ketelitian,
dan
bahkan
menyerap substansi fatwa Rasulullah dalam berbagai masalah agama. Di sisi lain, Siti 'Aisyah sangat memahami dan menguasai sunnah nabi: Ia, karenanya, menjadi sumber rujukan pokok dan mendasar dalam masalah sunah nabi. Ia guru yang bisa menjadi tempat bertanya ilmu dan pemahamannya sangat disegani oleh para sahabat nabi. Ia bisa menjelaskan kepada mereka sejumlah hadis yang sulit dipahami atau hadis yang tidak jelas. Ia bisa meluruskan kesalahan
pemahaman
mereka
atau
kesimpulan salah yang telah mereka tarik.
62
Ibid., hlm. 21 Ibid., hlm. 21
63
memperbaiki
53
Kelebihan lain Siti Aisyah adalah: -
Pengetahuannya yang banyak sunah nabi, dimana ia meriwayatkan dari nabi sekitar seribu hadis yang mencakup sebagian besar masalah fikih dan hukum.
-
Pemahamannya yang teliti terhadap sunnah, yang menyebabkan menjadi narasumber ilmiah pertama dan utama bagi tokoh-tokoh sahabat dalam berbagai masalah hukum dan fatwa. Dengan itu, ia telah memberikan kontribusi kepada at-turats al-Islami (khazanah perdaban Islam) dalam bentuk koreksi beliau atas mereka.
-
Kemampuannya mengungkap sisi khusus kehidupan Rasulullah di rumahnya, baik seorang laki-laki, suami maupun selaku manusia biasa.
-
Prestasinya sebagai duta nabi kepada dunia perempuan untuk menjelaskan masalah-masalah detail keagamaan. Beliau menyelesaikan masalah sulit yang berkaitan dengan keperempuanan.64
Siti 'Aisyah wafat pada malam Selasa, sembilan belas hari setelah bulan puasa berlalu, tahun 58 H.65 Uraian dan pembahasan beberapa hadis tentang "sakaratul maut" yang diteliti, dapat diambil kesimpulan bahwa hadis tersebut disandarkan kepada nabi SAW, dengan demikian disebut hadis marfu'.66 Dilihat dari perawinya, hadis tersebut terdiri dari satu orang rawi, yaitu 'Aisyah, dan ini disebut hadis gharib.67
64
Ibid., hlm. 33-34 Ibid., hlm. 40 66 Dr. Nuruddin 'itr, 'Ulum Al-Hadis 2, Terj. Drs. Mujiyo, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994, hlm. 99 67 Drs. Fatchur Rahman, Ikhtisar Mustalahul Hadis, PT. Al Ma'arif, Bandung, 1991, hlm. 77 65
54
Setelah semua periwayat yang terdapat dalam sanad ibnu Majah, Ahmad bin Hanban dan Tirmidzi diteliti mulai dari sanad pertama sampai kepada sanad terakhir 'Aisyah, semuanya menunjukkan sebagai periwayat yang berkualitas siqah. Disamping itu juga tidak ditemukan adanya syad dan 'illat. Di tinjau dari segi bersambungnya sanad hadis Ibnu Majah, Ahmad bin Hanbal dan Tirmidzi tersebut dari sanad pertama sampai akhir dalam keadaan bersambung. Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas serta berdasarkan unsur-unsur kaidah kesahihan sanad, maka dapat dinyatakan bahwa hadis riwayat tersebut diatas dari sanad-sanadnya berkualitas shahih lidzatihi,
yaitu hadis
yang karena keadaannya sendiri sudah shahih dan sudah memiliki syarat-syarat sebagai hadis shahih. 3. Penilaian Terhadap Matan Hadis Suatu matan hadis dapat diterima sebagai hadis yang sahih apabila telah memenuhi klasifikasi suatu hadis sahih, yaitu tidak cacat artinya tidak bertentangan dengan Al-Qur'an, rasio, dan prinsip-prinsip ajaran Islam. Ketiga
hadis
(matan)
tersebut
secara
keseluruhan
merupakan hadis yang menyangkut masalah-masalah sakaratul maut. Dari ketiga macam tersebut secara jelas menyebut lafadz yang sama, yang menjelaskan tentang keadaan nabi ketika akan wafat dan sakaratul maut menghampiri, maka nabi minta pertolongan kepada Allah dari sakitnya sakaratul maut. Demikian sedikit analisa tentang sakaratul maut sebagai suatu produk pemahaman hadis nabi yang berbunyi "Allâhumma a'inni 'alâ sakarâtil maut". Semoga dari hasil pengkajian tadi memberikan gambaran yang sebenarnya dari teks hadis yang dimaksud
sehingga
diperoleh
pemahaman
yang
mendekati
55
kebenaran, artinya sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam yang termuat dalam Al-Qur'an dan dapat dijangkau oleh pemikiran yang rasional. Untuk memahami sakaratul maut menurut hadis yang telah di takhrij, penulis mengambil kesimpulan bahwa peristiwa tersebut akan datang pada setiap manusia. Tak ada satupun yang luput dari hal tersebut, meski dia seorang nabi utusan dan kekasih Allah sekalipun. Hal ini dibuktikan oleh nabi Muhammad SAW. Meskipun beliau seorang nabi kekasih Allah, ketika akan wafat nabipun merasakan adanya sakratul maut. Pada saat itu nabi berkata "Ya Allah mudahkanlah kepada saya sakaratul maut". Keluarbiasaan rasa sakit dalam sakaratul maut tidak dapat diketahui
dengan
pasti
kecuali
oleh
orang
yang
telah
merasakannya. Sedangkan orang yang belum pernah merasakannya hanya bisa menganalogikannya dengan rasa sakit yang benar-benar pernah di alaminya, atau dengan cara mengamati orang lain yang sedang berada dalam keadaan sakaratul maut. Adapun untuk memahami sakaratul maut dalam Al-Qur'an dan hadis, penulis akan memberikan sebuah kesimpulan yang utuh mengenai hal tersebut. Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, bahwa ayat-ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tentang sakaratul maut terdapat dalam empat surat, yaitu surat Qof, surat al-An'am, surat al-Waqi'ah dan surat al-Qiyamah. Dan hadis yang menjelaskan tentang kejadian tersebut, penulis mencantumkan hadis yang berbunyi "Allâhumma a'inni 'alâ sakarâtil maut". Peristiwa sakaratul maut tidak bisa lepas dari kematian. Hal ini benar-benar ada. Datangnya sakaratul maut atau yang disebut juga naza, ketika akan meninggalkan, menurut biasanya bahwa maut itu naik sejak dari kaki. Ujung-ujung dari itulah yang mati
56
lebih dahulu, lalu naik keatas demi keatas, sehingga yang bagian bawah berangsur dingin, sampai seluruh kaki tidak bergerak lagi. Kemudian naik kepinggang, keperut dan kedada, sehingga akhirnya yang terakhir bergerak adalah urat-urat leher dan bibir yang menarik sisa-sisa nafas yang masih tertinggal dalam paruparu manusia Semua manusia pasti akan merasakannya dan tidak ada kecuali, meskipun dia seorang nabi utusan Allah. Sebagaimana hadis yang telah penulis teliti dan ditakhrij, disini hadis tersebut menjelaskan tentang keadaan nabi ketika akan meninggal dan nabi berkata "Ya Allah mudahkanlah kepada saya sakaratul maut". Dari hadis tersebut jelas bahwa seorang nabi kekasih Allah, juga menghadapi sakaratul maut dan beliau meminta kemudahan dalam menghadapinya, lebih-lebih manusia biasa yang banyak dosa pastikan menghadapi hal tersebut. Maka dari itu lepaskanlah kecintaan akan dunia diatas kecintaan akan akhirat, karena hubungannya dengan dunia ini akan terputus, dan akan berpindah ke alam akhirat yang kekal abadi didalamnya Sakaratul maut dapat menyingkap keyakinan orang-orang kafir yang tidak percaya kepada hari pembalasan dan hari kebangkitan yang telah mereka dustakan. Orang-orang kafir ketika berada dalam sakaratul maut, para malaikat mencabutnya dengan azab, bencana dan kemurkaan yang dahsyat. Demikianlah kesimpulan utuh tentang sakaratul maut dalam Al-Qur'an dan hadis yang telah penulis bahas. B. Perdebatan para Ulama Tentang Sakaratul Maut Dalam hal ini penulis memaparkan pendapat-pendapat para ulama tentang sakaratul maut, yang bukan tidak mungkin antara ulama yang satu
57
dengan ulama yang lain mempunyai pendapat yang berbeda tentang sakaratul maut itu sendiri. Berikut pemaparannya. M. Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Misbah berpendapat bahwa Allah mengatakan: jika orang yang mati itu termasuk orang yang didekatkan kepada Allah yakni as-Sabiqun maka dia memperoleh kenyamanan dan ketentraman dari segala kegelisahan, penyakit dan yang mengeruhkan perasaan, dan juga rezeki yakni rahmat yang melimpah dan memuaskan, atau penyambutan dengan kembang-kembang yang beraroma harum serta surga kenikmatan ukhrawi yang tidak terlukiskan atau tertampung oleh kata-kata. Dan adapun jika yang mati termasuk golongan kanan, yakni ash-hab-almaimanah yang kedudukannya relatif lebih rendah dari golongan yang diatas, maka keselamatan dan kesejahteraan serta penghormatan baginya secara khusus dari rekan-rekan Ash-hab al-Yamin. Dan dengan demikian engkau tidak memperoleh kecuali keharmonisan hubungan dengan mereka.68 (Q.S. Al-Waqi'ah ayat 88-91). M. Quraish Shihab dalam kitab yang sama juga berpendapat bahwa orang mukmin pada saat malaikat maut datang mengambil nyawanya, mereka akan melihat tempatnya kelak di surga. Jadi, ketika itu jiwa mereka tenang dan senang bertemu dengan Allah, Allah pun senang bertemu dengannya. Sedangkan orang durhaka, diperlihatkan padanya pada saat sekarat tempatnya yang akan dihuni di neraka, sehingga hatinya gusar dan tidak ingin mati.69 Masih dalam kitab yang sama M. Quraish Shihab berpendapat bahwa sakaratul maut datang pada saat kedua malaikat (Raqib dan 'Atid) itu hadir untuk bertemu dan menjemput nyawa yang sedang mengalami sakaratul itu. Ada malaikat yang duduk di arah kanan apabila nyawa akan yang akan dijemputnya itu adalah nyawa orang bertakwa, dan diarah kiri apabila yang akan dijemputnya adalah nyawa pendurhaka.70 Ahmad Musthafa Al-Maraghi menyatakan bahwa sakaratul maut dapat menyingkap keyakinan orang-orang kafir yang tidak percaya adanya hari 68
M. Quraish Shihab, op.cit., hlm. 583 Ibid., hlm. 197 70 Ibid., hlm. 295 69
58
pembalasan dan hari kebangkitan. Pada saat itulah Allah memberitahukan kepada mereka bahwa kebangkitan adalah hal yang tidak perlu diragukan.71 Dalam kitab yang sama Al-Maraghi juga berpendapat bahwa orangorang yang zalim, ketika berada dalam sakaratul maut mereka merasakan berbagai penderitaan dan kengerian karena malaikat mencabut nyawa mereka dengan keras.72 Hal ini diperkuat oleh M. Nasib Ar-Rifai dalam kitab Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir yang berpendapat bahwa orang kafir ketika sekarat maka malaikat mencabutnya dengan azab, bencana, belenggu, neraka jahim, air yang bergolak, dan kemurkaan yang dahsyat, dan hebat, lalu nyawa si kafir itu membandel dan menolak untuk keluar dari tubuhnya.73 Zayd Ibn Aslam berkata, jika masih ada dosa pada diri seorang mukmin yang tidak tersentuh oleh amalannya, maka akan disulitkan baginya kematian dengan sakaratul maut dan dengan kesulitannya itu dia dapat mencapai derajat surga. Dan sesungguhnya jika orang kafir telah baik di dunia, maka akan dimudahkan kematiannya, yaitu untuk menebus pahala kebaikannya di dunia, untuk selanjutnya menuju ke neraka.74 Nuruddin berpendapat bahwa keluarnya nyawa dari badan seseorang berbeda-beda. Sebagian ada yang mendapat kemudahan sehingga tidak merasa kesakitan bahkan merasa senang. Sebaliknya sebagian lagi mendapat kesulitan sehingga merasa kesakitan. Dan menurut Nuruddin proses pencabutan roh orang-orang mukmin dilakukan dengan "penuh hormat". Ibn Abi Hatim meriwayatkan bahwa al-Rabi' ibn Anas, ketika menafsirkan surat an-Nazi'at ayat 1 dan 2, "Demi malaikat-malaikat yang mencabut nyawa dengan keras, dan demi malaikat-malaikat yang mencabut nyawa dari ujung jari-jari dan persendian," berkata, "kedua ayat ini berbicara
71
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, op.cit., hlm. 289-270 Ibid., hlm. 335 73 M. Nasib Ar-Rifa'i, op.cit., hlm. 252 74 Al-Imam Jalaluddin as-Suyuthi, Muhammad Hasan al-Hamsyi (ed.), Ziarah ke Alam Barzah, Pustaka Hidayah, 2000, hlm. 46 72
59
mengenai kafir. Roh mereka dicabut secara kasar dan keras.75 Mengenai dua ayat berikutnya, "Dan demi malaikat-malaikat yang turun dari langit dengan cepat, dan malaikat-malaikat yang mendahului dengan kencang, "al-Rabi' ibn Anas berkata "Dua ayat ini berbicara mengenai pencabutan roh orang muslim.76 Dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh imam Muslim bahwa Abu Hurairah berkata, "Apabila roh orang mukmin keluar dari tubuhnya, maka ia disambut oleh dua orang malaikat, keduanya membawa naik ke langit dan menyebut-nyebut kebaikannya. Penduduk langit berkata, 'Sebuah roh yang baik datang dan juga kepada tubuh yang anda tempati sebelumnya!' mereka membawanya menghadap Tuhan. Dan apabila roh orang kafir keluar dari tubuhnya, maka disebut-sebut bau busuk dan laknat yang diterimanya.77 Setelah beberapa ulama diatas mengemukakan pendapat-pendapatnya, maka dapat ditarik kesimpulan dari sebagian ulama yang menyatakan apabila orang yang perbuatannya baik semasa hidup di dunia, maka akan mengalami sakaratul maut dengan tenang, sedangkan bagi orang yang amal perbuatannya buruk selama hidup di dunia, maka akan menghadapi sakaratul maut dengan tegang dan azab yang pedih. Hal ini didasarkan pada firman Allah surat anNahl ayat 32 dan surat Rum ayat 10. Surat an-Nahl ayat 32 yang artinya: "Orang-orang yang diwafatkan oleh malaikat dalam keadaan baik (kepada mereka dikatakan): "Selamatlah kamu". Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan amal baik yang telah kamu kerjakan". Surat ar-Rum ayat 10 yang artinya: "Kemudian, kesudahan orangorang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang paling buruk, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan selalu memperolok-oloknya". Adapun ulama yang lain berpendapat bahwa seorang mukmin yang masih mempunyai dosa yang tidak tersentuh oleh amalnya, maka akan 75
Jalal al-Din al-Suyuthi, Kemenangan Besar Berjumpa Sang Maha Benar, Serambi Ilmu Semesta, 1994, hlm. 63 76 Ibid., 77 Ibid., hlm. 64
60
disulitkan ketika sakaratul maut dan dengan kesulitan itu, dapat mencapai derajat surga. Dan apabila orang kafir pernah berbuat baik di dunia, maka akan dimudahkan sekaratnya, yaitu untuk menebus pahala kebaikannya di dunia dan selanjutnya menuju ke neraka. Hal ini dipertegas oleh hadis sahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dari 'Aisyah r.a. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya "Tiada Tuhan melainkan Allah, sesungguhnya mati itu mempunyai beberapa kesengsaraan". Dan tidak lama setelah itu Rasulullah wafat. Hadis diatas menjelaskan tentang keadaan Nabi ketika mendekati ajal, kemudian beliau berdo'a kepada Allah untuk dimudahkan dari sakratul maut. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa Rasulullah SAW ketika mendekati ajal, beliau juga merasakan sakitnya maut. Padahal beliau adalah kekasih Allah, lebih-lebih manusia biasa yang berlumuran dosa, mustahil apabila tidak merasakan sakitnya sekarat. Ibnu Majah juga meriwayatkan dari 'Aisyah r.a. bahwa Rasulullah SAW berkata, "Muslim mendapat pahala dari segalanya, bahkan dari rasa sakit pada waktu sekarat.78 Demikianlah pemaparan atas pendapat-pendapat para ulama tentang sakaratul maut, yang mana antara ulama yang satu dengan ulama yang lain ada perbedaan pendapat, akan tetapi semua hanyalah kembali kepada Allah Yang Maha Benar Dan Maha Mengetahui. C. Pelajaran Yang Dapat Diambil Oleh Manusia Yang Masih Hidup Dari Sakaratul Maut Setiap peristiwa seperti apapun bentuk dan wujudnya pasti mengandung pelajaran. Dalam hal ini penulis akan menguraikan tentang pelajaran yang dapat diambil bagi orang yang masih hidup, dari peristiwa sakaratul maut. Mengingat sakaratul maut adalah kejadian yang luar biasa dahsyatnya yang pasti datang kepada orang yang akan mati.
78
M. Nasib Ar-Rifa'i, op.cit., Jilid I, hlm. 558
61
Adapun pelajaran yang dapat diambil oleh orang yang hidup dari sakaratul maut adalah sebagai berikut:
Mengingat Mati Dengan menyaksikan sakaratul maut secara langsung ataupun hanya mendengar kata-kata sakaratul maut, maka otomatis kita akan ingat kematian yang bakal menimpa semua yang bernyawa. Islam
menyuruh
umatnya
untuk
sering
mengingat
mati.
Sebagaimana Rasulullah dalam hadisnya mengatakan bahwa orang yang paling banyak mengingat mati itulah yang dianggap sebagai orang yang pintar dan cerdas.
ﻭﺍﺣﺴﻨﻬﻢ ﳌﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﺍﺳﺘﻌﺪﺍﺩﺍ ﺃﻟﺌﻚ ﺍﻷ ﻛﻴﺎﺱ، ﻓﺄﻯ ﺍﳌﺆﻣﻨﲔ ﺃﻛﻴﺲ؟ ﺃﻛﺜﺮﻫﻢ ﻟﻠﻤﻮﺕ ﺫﻛﺮﺍ:ﻗﺎﻝ Artinya: "Sahabat bertanya: seperti apakah mukimin yang paling cerdas itu? nabi menjawab (yaitu orang-orang mukmin yang paling paling banyak mengingat mati dan paling banyak persiapannya. Merekalah manusia yang paling pintar dan cerdas)."79 Sebab, orang yang paling banyak mengingat mati itulah orang yang paling lengkap persediaannya untuk mati, sehingga dialah orang yang mendapat kemuliaan di dunia dan kehormatan di akhirat nanti.80 Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a, Rasulullah pernah berkata:
ﺃﻛﺜﺮﻭﺍ ﺫﻛﺮ ﻫﺎﺫﻡ ﺍﻟﻠﺬﺍﺕ Artinya: "Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan, yaitu mati."81 Tetapi jangan sekali-kali salah arti, bahwa anjuran agama Islam untuk sering mengingat mati diartikan bahwa kita disuruh mencita-citakan
79
Al-Khaafidz Abi 'Abdillah Muhammad bin Yazid Al-Qoazniwiniyyi, op.cit., Juz II,
hlm. 1423
80
H. Anwar Harahap, Menuju Hari Abadi, PT. Pustaka Widyasarana, Jakarta, 1993, hlm.
101
81
Imam Abu Abdirrahman Ahmad Ibnu Syu'aib Ibnu Ali Ibnu Sinan Ibnu Bahran Nas'i, Sunan Nasai, Darul Fikr, Beirut, 1999, Juz IV, hlm. 5
62
lekas mati. Sebaliknya dalam agama Islam kita dilarang bercita-cita lekas mati. Rasulullah SAW bersabda:
ﻭﺗﻮ، ﺍﻟﻠﻬﻢ! ﺃﺣﻴﲏ ﻣﺎﻛﺎﻧﺖ ﺍﳊﻴﺎﺓ ﺧﲑﺍ ﱄ:ﻻﻳﺘﻤﻨﲔ ﺍﺣﺪ ﻛﻢ ﺍﳌﻮﺕ ﻟﻀﺮ ﻧﺰﻝ ﺑﻪ ﻭﻟﻴﻘﻞ .ﻓﲏ ﺍﺫ ﻛﺎﻧﺖ ﺍﻟﻮﻓﺎﺓ ﺧﲑﺍ ﱄ Artinya: "Sekali-sekali janganlah salah satu diantara kamu bercita-cita supaya lekas mati karena salah satu malapetaka yang sedang menimpa dirinya, dari bercita-cita mati, lebih baik berkata (berdo'a): Ya Allah! hidupkanlah aku sekiranya hidup lebih baik bagiku dan wafatkanlah aku sekiranya wafat lebih baik untukku".82 Dalam kitab Mau'idhotul Mukmin Min Ihya 'Ulumuddin dijelaskan bahwa manusia terbagi menjadi tiga golongan dalam kaitannya dengan mengingat mati, yaitu: a. Orang yang tenggelam dalam kenikmatan duniawi. Orang seperni ini tidak akan pernah mengingat mati. Kalaupun ia mengingatnya, tidak lain karena merasa susah harus berpisah dengan kesenangan duniawinya pada suatu saat nanti, sehingga ia pun tak habis-habisnya mencela kematian ini hanya semakin menjauhkan dari rahmat Allah. b. Orang
yang
bertaubat.
Ia
banyak
mengingat
mati
untuk
membangkitkan di dalam hatinya rasa takut dan getar terhadap Allah, sehingga dengan demikian sempurnalah taubatnya. c. Orang yang sadar betul akan kepastian kematiannya. Orang ini selamanya mengingat mati, karena kematian adalah waktu yang dijanjikan kepadanya untuk bertemu dengan kekasihnya. Dan seseorang itu tidak akan pernah melupakan waktu perjanjian untuk bertemu dengan kekasihnya.83 Bila mati dikatakan satu hal yang paling hebat dan pasti terjadi atas diri tiap manusia, maka melupakan mati adalah benar-benar satu kebodohan, satu perbuatan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.
82
Bey Arifin, Mengenal Tuhan, Bina Ilmu, Surabaya, hlm. 173 Syeh Muhammad Jalauddin Al-Qasimy Ad Dimsyaqi, Mau'idhotul Mukmin Min Ihya 'Ulumuddin, CV. Asy Syifa', Semarang, 1993, hlm. 815-816 83
63
Mengingat akan satu perkara yang paling hebat dan pasti menimpa diri kita, bukanlah satu kebodohan, tetapi merupakan satu kesadaran, satu pengertian tentang diri dan satu pengertian tentang hidup. Mengingat mati dengan pengertian dan kesadaran, serta keyakinan dan kepercayaan, tidak mungkin menyebabkan seseorang menderita kesengsaraan batin karena takut dan khawatir terus menerus. Mereka yang menderita kesengsaraan batin dengan perasaan takut dan khawatir terus menerus, ialah orang yang tidak pernah mengingat mati, dan orang yang tidak mempunyai pengertian tentang mati itu. Orang yang sama sekali tidak pernah memikirkan dan mempelajari masalah mati dalam hidupnya dan tidak percaya kepada Tuhan terlalu berat penderitaan dan kesengsaraannya menghadapi mati. Mati gelap baginya, keadaan sesudah mati adalah lebih gelap lagi baginya.84 Adapun mengingati mati juga mempunyai faedah atau kegunannya, yang antara lain: 1. Mengingati mati menjadikan kita lebih berani, bukan lebih penakut. Ada dua golongan manusia, yang satu amat berbeda dengan lainnya dalam hal mengingat mati. Golongan pertama, ialah yang tak punya kepercayaan dalam hidup. Hidup baginya ialah makan dan minum, kawin dan berketurunan. Orang ini bahkan tidak percaya dibalik hidup yang sekarang ini ada kehidupan yang kekal di akhirat nanti. Bagi orang yang begini, mengingat mati adalah satu kesengsaraan batin. Sebab itu mereka selalu menghindarkan diri dari mengingati mati, lebih-lebih bila salah seorang teman atau keluarga sendiri meninggal dunia. Mereka jadi kaget, takut, ngeri. Mereka menderita
dengan
penderitaan
yang
sehebat-hebatnya
dikala
mendengar salah seorang teman, kenalan atau keluarganya meninggal dunia. Mereka merasakan siksa mati sebelum mereka mati.
84
Bey Arifin, op.cit., hlm. 174-176
64
Golongan
kedua,
ialah
orang-orang
yang
mempunyai
kepercayaan dalam hidup, kepercayaan bahwa dibalik hidup yang sekarang ini ada lagi kehidupan lain yang kekal dan abadi di alam akhirat. Buat mereka mati hanyalah perpisahan sementara dengan semua orang yang ditinggalkan. Mereka sedih menghadapi mati, tetapi tidaklah sesedih orang yang tidak mempunyai kepercayaan. Bahkan ada orang yang beriman ini yang tidak sedih dan takut sama sekali akan mati, bahkan mereka amat rindu kepada mati. Mereka ini ialah mereka yang suci, mereka yang merasa diri tidak takut, tidak gentar, tidak sedih menghadapi mati. Kalau
kita
orang
biasa
yang
mengakui
mempunyai
kepercayaan atau iman, masih merasa sedih, takut dan lainnya menghadapi mati, itu adalah satu tanda keimanan kita belum sempurna, sebab itu kita harus selalu berikhtiar menyempurnakan keimanan itu. Itu juga menjadi tanda bahwa kita masih punya dosa, sebab itu kita harus selalu berikhtiar melenyapkan dosa itu dengan memperbanyak ibadat, minta ampun dan tobat. Seiring mengingat mati, akan melatih jiwa kita menghadapi mati, akhirnya berkuranglah ketakutan kepada mati, hilanglah kesedihan mengadapi mati. Menempuh mati bagi orang yang sering menginsyafi mati adalah sesuatu yang sudah diketahui. Disamping menahan pengetahuan dan kepercayaan tentang agama dan akhirat, ada baiknya kalau kita sering pergi menjenguk kawan kita yang sedang sakit keras, apalagi kalau dikirakan sakitnya akan membawa kepada kematian. Dan kalau ada kawan yang meninggal
dunia,
mengantarkannya
ke
hendaklah
kita
datang
kubur.
Kalau
dapat
bertakziyah turut
dan
memandikan
jenazahnya, turut menyembahyangkan dan turut memasukkannya ke liang kubur. Semua itu membawa faedah yang amat besar artinya bagi kita yang dapat melakukannya.
65
Bukan saja akan menyebabkan kita tambah berani menghadapi maut, tetapi dengan sering melihat orang sakit, sering bertakziah dan mengantarkan orang ke kubur, menyebabkan empuknya qalbu dan jiwa kita, sehingga qalbu dan jiwa kita itu mudah untuk menerima taufik dan hidayah Tuhan. Kita akan hidup lebih hati-hati, sehingga selalu ingat kepada Tuhan, ingat akan kebenaran, sehingga akhlak dan jiwa kita menjadi lebih baik, akhirnya kita menjadi manusia yang disenangi oleh Tuhan. Orang yang merasa dirinya disenangi oleh Tuhan, adalah orang yang paling berbahagia di dunia ini. Kebalikannya, yang paling celaka ialah manusia yang merasa dirinya tidak disenangi oleh manusia dan tidak disenangi oleh Tuhan. Dan juga termasuk orang yang berbahagia adalah sekalipun tidak disenangi oleh manusia, tetapi merasa dirinya disenangi oleh Tuhan. 2. Mengingat mati menjadikan seorang rendah hati, tidak sombong, tidak angkuh, tidak terlalu mewah dalam hidupnya, menjadi tenang tidak resah. Orang yang sering mengingat mati, adalah orang yang sering memikirkan masalah besar, masalah yang tinggi, masalah yang suci. Orang yang sombong, angkuh dan hidup mewah itu, adalah orang yang pendek pemikirannya, mati adalah obat semujarab-mujarabnya buat melenyapkan kesombongan dan keangkuhan. Apalagi kalau orang itu sering melihat orang yang sakit keras, sering mengantarkan orang mati ke kubur, sering memandikan orang mati, sering melihat atau memasukkan jenazah ke liang kubur, sedikit demi sedikit akan tertanam ke dalam jiwanya sedalam-dalamnya artinya manusia, artinya hidup, artinya harta, artinya pangkat, dan lain sebagainya. Apalagi kalau melihat seseorang dalam keadaan kaya raya atau berkuasa penuh, meninggal dunia, dimandikan orang, dimasukkan ke liang kubur. Akan menetes kedalam jiwanya pengertian yang amat
66
tinggi tentang hidup, tentang kesehatan, tentang harta, tentang pangkat dan lain sebagainya. Sungguh semua itu adalah pelajaran yang amat tinggi, pelajaran yang tidak dapat dicapai dengan perantaraan seorang guru atau profesor dan lain sebagainya.85 3. Menyembuhkan angan-angan yang berkepanjangan Faktor penyebab berpanjang angan-angan dan cita-cita serta cara menyembuhkannya. Panjang angan-angan disebabkan oleh kecintaan terhadap dunia, dan ketidaktahuan akan datangnya kematian secara tiba-tiba. Ia tidak menyadari bahwa kematian itu dekat-dekat saja datangnya. Karena kematian itu tidak tertentu datangnya, apakah dimasa muda, masa tua, atau masa renta. Menurut Al-Ghazali ada dua faktor penyebab panjang anganangan, yaitu kebodohan dan cinta duniawi. Cinta duniawi adalah jika seseorang mulai menggemari dunia beserta hawa nafsunya, kesenangankesenangan dan pemikat-pemikatnya, tentu dia akan merasa enggan berfikir akan kematian yang menjadi perpisahan itu, karena siapa yang membenci sesuatu pasti akan menghindar darinya.86 Apabila manusia sudah dihinggapi perasaan cinta terhadap dunia dan kemegahannya, maka lamunan serta angan-angan yang panjang pun bermunculan, yakni mempunyai sebuah hayalan dirinya akan kekal, memiliki harta, keluarga, teman, kendaraan, dan semuanya yang dibutuhkan di dunia ini. Hingga hatinya disibukkan hal diatas. Ingatan akan kematian pun dikesampingkan, kalaupun dia mengingatnya diapun berusaha menunda dan berjanji pada hatinya dan berkata, "masih banyak waktu dimasa depan sampai kamu menjadi dewasa dan matang, setelah itu kamu bisa bertobat". Demikianlah dia terus mengulur-ulur waktu dan terlibat dalam suatu kesibukan duniawi yang untuk menuntaskannya, 85
Ibid., hlm. 177-179 Al-Ghazali, Metode Menjemput Maut, Terj. Ahsin Mohammad, Mizan Bandung, hlm.
86
40-41
67
justru terjebak dalam sebuah kesibukan duniawi lain, yang melalaikan dirinya hingga kematian datang sebelum adanya sebuah persiapan. Akar dari semua angan-angan adalah perasaan cinta kepada dunia dan bersenang-senang didalamnya. Mengenai kebodohan hal itu terkandung dalam sikap orang yang terlalu menaruh kepercayaan terhadap usia muda dan beranggapan bahwa kesehatannya akan membawa dirinya dari kematian dan mengabaikan kemungkinan terjadinya mati mendadak. Namun hal semacam itu bukan hal yang mustahil. Kalaupun seandainya mati mendadak itu kurang mungkin, maka sakit mendadak dan kedatangannya yang mendadak itu sering kali membawa kematian.87 Masih menurut Al-Ghazali bahwa cara mengatasi adanya anganangan yang panjang adalah menghilangkan kedua penyebab tersebut. Kebodohan bisa dihilangkan melalui perenungan yang jernih dari hati yang tulus atau dengan cara mendengarkan kata-kata bijak dari orangorang berhati suci. Sedangkan perasaan cinta kepada dunia agak sukar ditinggalkan dari hati sebab merupakan penyakit kronis yang jarang bisa disembuhkan baik oleh orang-orang terdahulu maupun oleh orang-orang modern, tidak ada obatnya kecuali iman kepada hari akhir dan yang ada didalamnya dari kebesaran pahala atau siksa.88 Demikianlah penjelasan tentang pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa sakaratul maut bagi manusia yang belum pernah mengalaminya, akan tetapi ada yang pernah menyaksikannya. Dan semoga kita digolongkan menjadi manusia yang dimudahkan Allah dalam sakratul maut. Amin.
87
Ibid., hlm. 41-42 Ibid., hlm. 43
88