|
227
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 227 | MARET 2015
“Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” [Roma 6:23]
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email:
[email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 227: Alex Lim, Alfred Jobeanto, Andree Kho, Bambang Tedjokusumo, Frengky Yohanes Abi, Haryono Wong, Ie David, Liem Sien Liong, Musa Akbar HIM, Liona Margareth, Olivia Carroline, Otniol H. Seba, Rohani, Sahala Marpaung Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL Mengingat Kembali Karya Tuhan
S
halom para pembaca PERSPEKTIF yang dikasihi Tuhan. Pada kesempatan ini, kami mengajak para pembaca untuk merenungkan dan mengingat kembali karya Tuhan dalam hidup kita. Mengapa!? Pada dasarnya kita adalah orang-orang yang mudah melupakan peristiwa masa lalu, apalagi jika hal itu berkaitan dengan kebaikan orang lain; kecuali itu adalah kenangan tentang keberhasilan dan kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain. Ini ironi kebanyakan orang masa kini. Jika kita diminta untuk menyebutkan kebaikan orang lain, kita akan berkata, “Wah terlalu banyak, udah lupa.” Namun jika diminta untuk menyebutkan kebaikan diri sendiri, kita akan mudah menyebutkanya. Problema ini bukan hanya terjadi antara kita dengan sesama kita, tetapi juga antara kita dengan Tuhan. Coba sebutkan hal-hal yang Tuhan sudah kerjakan dalam kehidupan Anda, minimal 5 peristiwa?!! Tentu Anda akan berpikir keras untuk mengingatnya, bukan? Mengapa demikian? Jawabannya, karena kita adalah orang-orang yang mudah melupakan kebaikan orang lain dan terlalu mudah melupakan sejarah yang telah kita lewati. Para pembaca PERSPEKTIF, marilah kita belajar untuk tidak melupakan peristiwa masa lalu, terutama berkaitan dengan karya yang Tuhan sudah kerjakan dalam hidup kita. Mengapa ini penting bagi kita, karena: (1) Jika hari ini kita sedang menghadapi pergumulan hidup, ingatlah bahwa kita memiliki Tuhan yang pernah menolong kita; dan Tuhan yang sama juga akan menolong kita pada masa kini. (2) Jika kita mendapat keberhasilan pada masa kini, janganlah kita membanggakan diri kita, sebab itu semua terjadi karena kemurahan dan karya Tuhan yang pernah Ia lakukan pada masa lalu. Jadi, dengan mengingat karya Tuhan, kita menjadi tidak kuatir dan sekaligus tidak membanggakan diri. Mari kita selalu mengingat karya Tuhan, Amin.
01 MINGGU
MARET 2015
“Pinehas, anak Eleazar, anak imam Harus, telah menyurutkan murka-Ku dari pada orang Israel, … sehingga tidak Kuhabisi orang Israel dalam cemburu-Ku.” (Bilangan 25:11)
Bacaan hari ini: Bilangan 25:1-18 Bacaan setahun: Bilangan 23-25
HORMATI KEKUDUSAN TUHAN
S
itim adalah suatu tempat perkemahan terakhir bangsa Israel sebelum mereka menyeberangi Sungai Yordan. Letaknya di wilayah perbatasan Moab, dekat Sungai Yordan. Ketika mereka berada di tempat itu, seharusnya mereka mempersiapkan diri dengan baik untuk menyeberangi Sungai Yordan dan tetap menjaga hidup benar di hadapan Tuhan, yang telah menuntun mereka mendekati tanah Kanaan, tanah yang Tuhan janjikan. Namun yang terjadi tidak demikian. Mereka justru “mengkhianati Tuhan” dengan berlaku tidak setia kepada-Nya dan menyembah dewa bangsa Moab, “Baal-Peor.” Kesalahan ini terjadi ketika bangsa Israel mengawini perempuan-perempuan Moab yang akhirnya menjerat mereka untuk menyembah allah mereka. Akibatnya, Tuhan sangat murka kepada bangsa Israel dan menghukum mereka dengan tulah. Ketika membaca kisah tentang penghukuman bangsa Israel dengan tulah, tindakan Pinehas yang menombak seorang perempuan Midian, dan Musa yang memerintahkan untuk menangkap dan menggantung para pemimpin Israel yang telah menyembah Baal Peor ini, membuat kita bertanya, “kok begitu sadis, ya? Apakah tidak ada cara penghukuman yang lebih manusiawi?” Kita yang hidup pada “masa anugerah” ini mungkin sulit memahami tindakan penghukuman tersebut. Namun jika kita hidup pada masa itu, maka kita akan mengerti, mengapa Tuhan begitu murka kepada bangsa Israel!? Israel telah melanggar kekudusan Tuhan, padahal Tuhan ada bersama mereka. Pengkhianatan mereka dengan menyembah ilah lain, sungguh-sunguh adalah perbuatan yang melecehkan dan merendahkan Pribadi Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan menulahi mereka. Pelajaran bagi kita hari ini adalah marilah kita menghormati kekudusan Tuhan, baik dalam kehidupan kita pribadi, pelayanan, dan bermasyarakat. Hiduplah setia kepada perintah-Nya, niscaya kita akan mendapatkan kebaikan dan kemurahan-Nya, sama seperti Pinehas yang telah membela kehormatan Tuhan di depan bangsa Israel (ay. 12). STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan begitu murka kepada bangsa Israel yang telah menyembah Baal-Peor? (2) Pelajaran apa yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita? Berdoalah bagi para pelayan Tuhan dan aktivis yang melayani Tuhan agar mereka melayani Tuhan tidak sembarangan, tetapi melakukannya dengan menghormati kekudusan Tuhan.
02 SENIN
MARET 2015
“Ambillah Yosua bin Nun, seorang yang penuh roh, letakanlah tanganmu atasnya.” (Bilangan 27:18)
Bacaan hari ini: Bilangan 27:12-23 Bacaan setahun: Bilangan 26-27
SUKSESI PEMIMPIN ISRAEL
S
uksesi kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting, baik dalam perusahaan, organisasi kemasyarakatan, gereja, dsbnya. Namun sungguh ironis bahwa, sekalipun hal ini penting, tidak jarang banyak pemimpin tidak mempersiapkan dan memikirkannya secara serius. Ketika Musa akan mengakhiri tugas dan tanggung jawab pelayanannya dalam menuntun Israel memasuki tanah perjanjian, ia tidak melalaikan hal ini. Itulah sebabnya ketika Tuhan berkata, bahwa ia akan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya, Musa segera mengutarakan kepeduliannya yang besar tentang suksesi kepemimpinan kepada Tuhan. Maka Tuhan pun menunjuk Yosua bin Nun untuk menggantikan segala tugasnya. Dari kisa ini kita dapat memahami, bahwa: (1) Kepemimpinan adalah sesuatu yang harus ada, karena tanpa kepemimpinan akan terjadi kekacauan, seperti “domba tanpa gembala.” Demikian pula seorang pemimpin harus mampu “menggembalakan,” yang artinya mengarahkan, mendorong, menguatkan dan menuntun mereka yang dipimpin kepada suatu tujuan yang jelas, dan bersama-sama mereka mengerjakan dan mencapainya. Itulah Musa dan Yosua! (2) Kepemimpinan harus disiapkan dengan baik, dan yang memimpin harus “penuh dengan roh.” Artinya, seorang pemimpin bersemangat untuk menolong yang dipimpinnya dan menghormati kekudusan Tuhan. Karena kepemimpinan Yosua berhubungan dengan perintah Tuhan, maka kepemimpinan itu harus mengikuti kehendak dan tujuan Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan memerintahkan Musa untuk mensharingkan segala kehendak, visi, dan rencana-Nya pada Yosua, sebab seorang pemimpin rohani yang tidak dapat menangkap kehendak dan maksud Tuhan, akan membahayakan mereka yang dipimpinnya. Bagaimana dengan kita hari ini? Jika kita berkecimpung dan terlibat dalam kepemimpinan, marilah kita memperhatikan kisah sukses kepemimpinan bangsa Israel dari Musa kepada Yosua ini, agar kitapun dapat menjadi pemimpin yang bertanggung jawab dan bijaksana. STUDI PRIBADI: (1) Apakah Musa melihat kepemimpinan bangsa Israel sebagai sesuatu yang penting? Sebutkan alasannya! (2) Bagaimana kepemimpinan yang baik dilakukan? Kita berdoa bagi para pemimpin rohani kita, baik itu para pendeta, penginjil, majelis maupun pengurus, agar mereka menjadi pemimpin yang mengerti kehendak Tuhan dan menggembalakan jemaat dengan benar.
03 SELASA
MARET 2015
“Pada waktu itu haruslah kamu mempersembahkan sebagai korban bakaran kepada Tuhan sebagai bau yang menyenangkan ...” (Bilangan 29:8)
Bacaan hari ini: Bilangan 29:7-11 Bacaan setahun: Bilangan 28-30
HARI PERDAMAIAN
T
uhan memerintahkan umat-Nya untuk melakukan berbagai korban demi kebaikan mereka. Tuhan juga menentukan hari dan bentuk korban yang harus mereka persembahkan; artinya, mereka tidak boleh melakukan seenaknya tanpa petunjuk Tuhan. Misalnya, pada ayat 7, di hari yang ke sepuluh bulan yang ke tujuh, haruslah mereka mengadakan pertemuan yang kudus dan merendahkan diri serta berpuasa, juga tidak diperkenan untuk melakukan suatu pekerjaan. Tuhan ingin agar mereka mendisiplin diri di hadapan Tuhan. Apa yang mereka lakukan bukanlah sekadar ritual agama, karena semua perintah Tuhan apabila dilakukan akan membawa pembaruan bagi keadaan mereka. Korban penghapus dosa adalah salah satu korban yang penting yang Tuhan ingin agar mereka lakukan. Tanpa korban penghapus dosa mereka tidak mungkin mendapat pengampunan dari Tuhan. Jika mereka ingin luput dari segala hukuman Tuhan, tidak ada cara lain, selain mereka melakukan apa kehendak Tuhan. Permintaan korban penghapus dosa memang cukup terperinci, mulai seekor lembu jantan muda, seekor domba jantan, tujuh ekor domba berumur setahun,—haruslah yang tidak bercela. Hal ini juga melambangkan Kristus sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa manusia (Yoh. 1:29). Kita disadarkan, tanpa korban penghapus dosa, kita tidak mungkin ditahirkan dari dosa-dosa kita. Orang yang mau melakukan korban persembahan penghapus dosa menunjukkan kerendahan hati dan mengakui bahwa hanya Tuhan yang dapat menguduskan mereka. Korban pembawa pendamaian. Kambing domba dan lembu jantan atau muda yang telah ditentukan Tuhan, baik jumlah, kualitas dan kuantitas maupun caranya, harus diikuti serta tidak boleh dikurangi atau ditambahi. Cara Tuhan mempunyai makna rohani, umat-Nya tidak berhak mengubah cara yang Allah kehendaki, mereka dituntut untuk taat penuh kepada-Nya. Dengan demikian apa yang mereka persembahkan kepada Tuhan adalah bau-bauan yang menyenangkan dan membawa pendamaian. Sudahkah Anda mendapatkan pendamaian yang sejati dari Kristus Yesus? STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana cara Allah mendamaikan atau menyucikan umat-Nya dari dosa menurut PL? (2) Apa hubungannya dengan kematian Tuhan Yesus di atas kayu salib? Berdoalah bagi setiap orang yang belum percaya kepada Kristus, agar melalui pelayanan misi atau pemberitaan Injil secara pribadi, mereka dapat mengenal dan menerima pengampunan-Nya.
04 RABU
MARET 2015
“Kecuali Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, dan Yosua bin Nun, sebab keduanya mengikut Tuhan dengan sepenuh hatinya.” (Bilangan 32:12)
Bacaan hari ini: Bilangan 32:1-13 Bacaan setahun: Bilangan 31-33
MURKA TUHAN
J
ika umat Israel dan suku-sukunya mengerti maksud baik Tuhan, pasti mereka dapat menikmati segala berkat-Nya. Sebaliknya jika mereka tidak mengerti maksud, bahkan mencurigai pimpinan Tuhan, mereka akan mengalami berbagai kesulitan dan penderitaan; apalagi bertindak menurut cara sendiri dan tidak mempedulikan perintah-perintah Tuhan. Memilih kesuburan demi kepentingan diri, daripada takut akan Tuhan mengakibatkan murka Tuhan atas mereka. Ternak Bani Ruben dan Bani Gad banyak, bahkan banyak sekali (Bil. 32:1). Seharusnya lebih daripada cukup apa yang mereka miliki. Namun apakah mereka puas dengan berkat Tuhan? Mereka menginginkan lebih, memilih cara yang tidak diperkenan Tuhan. Mereka lebih mementingkan diri untuk memilih tanah yang subur bagi mereka sendiri. Ketika Tuhan melihat sikap mereka demikian, maka bangkitlah murka Tuhan terhadap mereka, “Bahwasanya orang-orang yang telah berjalan dari Mesir, yang berumur dua puluh tahun ke atas, tidak akan melihat negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub, karena mereka mengikut Aku dengan sepenuh hatinya” (Bil. 32:11). Seringkali, kita juga bersikap demikian sehingga menimbulkan murka Allah. Kiranya kita diberi ke-sensitif-an untuk lebih memilih takut akan Tuhan, daripada tidak. Kaleb dan Yosua mengikut Tuhan dengan sepenuh hati. Ini merupakan pelajaran rohani yang sangat penting bagi kita. Tuhan tidak segan-segan menghukum umat-Nya yang tidak mengikut Dia dengan sepenuh hati. Namun Tuhan akan memberkati orang yang mau melakukan apa yang benar di mata Tuhan, seperti Kaleb dan Yosua. Mereka bukan hanya hidup takut akan Tuhan, mereka juga diperkenan masuk ke tanah perjanjian yang berlimpah madu dan susu, lebih daripada kekayaan Ruben dan Gad. Kiranya Tuhan menolong kita memahami pimpinan dan kehendak-Nya dalam hidup ini. Tuhan tidak pernah salah memimpin umat-Nya selama kita mengikut dengan sepenuh hati, Ia akan melimpahkan berkat-berkat-Nya, seperti yang ada di Kanaan. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang dituntut Tuhan dari umat-Nya? (2) Siapakah dua orang yang dapat menjadi teladan bagi kita untuk belajar setia di hadapan Tuhan? Berdoalah bagi gereja Tuhan di segala tempat agar mereka mengerti dan benar-benar rindu mengerjakan kehendak Tuhan, sehingga kabar sukacita dari Tuhan di dengar banyak orang.
05 KAMIS
MARET 2015
“Keenam kota itu haruslah menjadi tempat perlindungan bagi orang Israel dan bagi orang asing… yang telah membunuh seseorang dengan tidak segaja…” (Bilangan 35:15)
Bacaan hari ini: Bilangan 35:9-34 Bacaan setahun: Bilangan 34-36
KOTA-KOTA PERLINDUNGAN
D
i tahun-tahun 70-80an muncul film-film silat produk Hong Kong yang sempat digemari banyak orang. Film-film yang dibuat berdasarkan cerita tentang dunia persilatan itu, umumnya mempunyai satu tema yang sama, yaitu balas dendam. Ada sepasang suami-istri yang dibunuh penjahat, lalu anaknya pergi mencari guru silat yang hebat dan setelah itu dia mulai mencari pembunuh orang tuanya. Film silat memang dibuat berdasarkan cerita fiksi, tetapi sesungguhnya menggambarkan realitas kehidupan sepanjang sejarah; tentang pembunuhan dan balas dendam. Alkitab sejak awal mencatatkan peristiwa pembunuhan Kain terhadap adiknya, Habil, ini ialah awal dari tindakan pembunuhan manusia terhadap sesama manusia lainnya. Sejak awal Alkitab juga telah menetapkan suatu standar hukum bagi pembunuhan, yaitu bahwa orang yang membunuh sesamanya, akan dihukum setimpal atas perbuatannya tersebut (Kej. 9:6; Im. 24:17,21). Penumpah darah, darahnya akan ditumpahkan. Ini adalah hukum keadilan demi perlindungan, demi kemanusiaan; bahwa nyawa manusia bernilai! Manusia tidak berhak menghilangkan nyawa orang lain! Di sisi lain, kita juga melihat fakta bahwa ketika seseorang terbunuh, maka itu seringkali menyulut kemarahan keluarga korban sehingga tidak jarang telah mendorong tindakan pembalasan yang membabi buta. Karena itu, dalam lingkungan masyarakat bangsa Israel, Allah memerintahkan Musa untuk mendirikan 6 kota perlindungan, supaya jika terjadi kematian yang disebabkan karena kecelakaan, artinya tanpa kesengajaan, maka orang ini akan mendapatkan perlindungan untuk dihindarkan dari amukan keluarga korban atau orang lain yang ikut ambil kesempatan. Jika benar kematian tersebut terjadi tanpa ada unsur kesengajaan, maka penyebab kematian bisa terhindar dari pembalasan sampai nyawanya sendiri hilang. Ini adalah kemurahan Allah, sekaligus keadilan untuk diterapkan dalam kehidupan manusia yang sudah cemar dosa. Dengan hukum ini, nilai kemanusiaan dan keadilan mendapat keseimbangan dalam masyarakat umat Allah. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Allah dapat menyeimbangkan antara nilai keadilan dan kemanusiaan dalam kehidupan bangsa Israel? (2) Apa yang kita bisa pelajari darinya? Berdoa bagi jemaat agar mereka dapat memperlakukan sesama berdasar nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan yang sesuai firman Tuhan, sehingga kehidupan iman Kristen dapat menjadi kesaksian yang baik.
06 JUMAT
MARET 2015
“Inilah perkataan-perkataan yang diucapkan Musa kepada seluruh orang Israel di seberang sungai Yordan …” (Ulangan 1:1)
Bacaan hari ini: Ulangan 1-2 Bacaan setahun: Ulangan 1-2
MEMAHAMI KARYA ALLAH DI MASA LALU 40 tahun perjalanan di padang gurun sudah hampir berakhir, demikian juga masa pelayanan Musa sebagai pemimpin umat. Sebelum memasuki negeri perjanjian, Musa kembali menjabarkan semua hal penting yang telah terjadi supaya pengalaman masa lalu yang penuh kegagalan itu tidak sia-sia, tetapi melaluinya, generasi yang baru ini dapat memahami bagaimana TUHAN senantiasa berkarya di tengah-tengah mereka. Peristiwa pengangkatan hakim-hakim menunjukkan, Musa bukanlah seorang pemimpin yang suka memegang kuasa tunggal; sekalipun sudah ditunjuk oleh TUHAN sebagai pemimpin atas umat, tapi dia tidak kemaruk kuasa. Dia rindu Allah memberkati perkembangan umat-Nya seribu lipat, tapi dia tidak tergoda untuk mencuri kemuliaan sebagai pemimpin tunggal. Dia mendengar nasihat mertuanya Yitro agar melibatkan banyak pemimpin dari perwakilan suku, sehingga kebutuhan umat tertangani dengan baik. Riwayat 12 pengintai diangkat untuk mengajar generasi yang baru ini, adalah penyebab utama kehidupan penuh sengsara yang dijalani orangtua mereka selama 40 tahun, di padang belantara. Bahwa TUHAN yang telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir dengan kuasa-Nya yang dahsyat, akan memberikan tanah yang sudah dijanjikan-Nya pada mereka, dan sudah terbukti bahwa hasil tanahnya begitu baik. Tapi merekalah yang menolak, karena tidak beriman, tidak percaya bahwa Allah ada bersama mereka. Alasan itulah yang menyebabkan mereka dimurkai Allah dan tidak diijinkan memasuki tanah perjanjian. Pengalaman peperangan mereka mengajarkan hal penting, yaitu; bahwa mereka akan dipakai oleh TUHAN untuk menghukum kejahatan dan dosa musuh-musuh mereka. Mereka tidak pernah boleh berperang atas kemauan mereka sendiri! Bangsa-bangsa berperang, yang satu bangkit menyerang yang lain karena keserakahan dan motivasi dosa, namun umat Allah tidak berperang demi alasan itu! Umat Allah berperang, sebagai alat TUHAN untuk menghukum kejahatan yang sudah menumpuk sampai saatnya penghakiman ilahi dinyatakan. STUDI PRIBADI: Apakah yang membuat Musa harus mengulang segala peristiwa, baik itu kemenangan atau kegagalan bangsa Israel, sebelum masuk tanah perjanjian? Jelaskan! Berdoalah bagi para pemimpin gereja dan jemaat supaya selalu mengingat bahwa keberhasilan yang telah mereka capai adalah karena kemurahan dan semata-mata adalah pertolongan Tuhan.
07 SABTU
MARET 2015
“Maka sekarang, hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan…” (Ulangan 4:1)
Bacaan hari ini: Ulangan 4:7, 33-35 Bacaan setahun: Ulangan 3-4
HIDUP SESUAI STATUS
M
ulai pasal 4 dst-nya, Musa menyampaikan semua pengajaran dan pengalaman yang penting, mengajak generasi yang baru ini untuk menangkap, mengingat dan sungguh-sungguh melakukannya, karena hanya dengan selalu mengutamakan TUHAN dan selalu berfokus kepada Dia, umat hidup dalam berkat dan kedamaian. Tuntutan itu bukan suatu pemaksaan, juga bukan karena Allah sangat membutuhkan ketaatan dari mereka. Tuntutan itu adalah hal yang memang sangat logis adanya. TUHAN adalah pencipta; sumber kehidupan dan segala hal yang baik lainnya. Tapi, dosa telah memisahkan manusia dari Dia dan kebaikan-Nya. Terpisah dari Allah sang Pencipta, manusia menentukan jalan hidupnya sendiri, merumuskan aturan hidup sendiri, membuat standar kebenaran sendiri. Hidup dalam kebutaan, menyebabkan manusia semakin menjauh dari kebenaran, menyebabkan manusia saling berebut, saling bertengkar, saling menindas, sampai saling membunuh. Manusia telah kehilangan jati dirinya, nilai dan tujuan hidupnya, arah hidupnya. Ke tengah-tengah kenyataan hidup seperti demikian, TUHAN sang Pencipta telah menyatakan diri-Nya kepada satu umat, keturunan Abraham yang dijanjikan. Allah menebus mereka, menjadikannya umat kesayanganNya, membawa mereka mewarisi negeri perjanjian. Ini bukan sekadar pengalaman mistis yang aneh/spektakuler. Ini adalah pengalaman nyata; mereka mengalami lawatan Allah, dan lebih daripada itu, penyertaan Allah secara dekat. Tidak pernah ada bangsa lain, pernah mengalaminya! Sebagai umat pilihan-Nya, generasi yang akan mewarisi negeri perjanjian ini harus benar-benar menyadari keutamaan status mereka, bahwa ini adalah kehormatan yang begitu tinggi bagi mereka. Allah telah berkenan untuk menyelamatkan mereka, menyatakan diri kepada mereka, memberikan hukum dan peraturan untuk memandu dan mengarahkan hidup mereka. Ini merupakan kehormatan besar bagi mereka. Karena itu, menaati ketetapan Allah sama sekali bukan pemaksaan, tapi justru adalah kebijakan tertinggi (ps. 4:6). STUDI PRIBADI: (1) Mengapa bangsa Israel harus hidup sesuai atauran dan ketetapan yang TUHAN telah berikan kepada mereka? (2) Pelajaran apa yang kita dapatkan dari kisah ini? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka hidup sesuai kebenaran firman Tuhan dan tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain, melainkan menjadi berkat dan saksi kebenaran.
08 MINGGU
MARET 2015
“Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Ulangan 6:5)
Bacaan hari ini: Ulangan 6:1-25 Bacaan setahun: Ulangan 5-7
KASIHILAH TUHAN
K
etika membaca kisah Musa memberikan perintah kepada bangsa Israel untuk mengasihi TUHAN, apa kita pernah mempertanyakan, mengapa Tuhan begitu peduli dan begitu serius agar bangsa Israel mengasihi diri-Nya? Apakah Tuhan itu adalah Pribadi yang senang dikasihi/ membutuhkan kasih sayang (perhatian)? Tentu saja, tidak! Tuhan menuntut mereka mengasihi diri-Nya bukan karena Tuhan butuh kasih sayang atau perhatian, karena Tuhan adalah kasih (sumber kasih, sifat-Nya adalah kasih, 1Yoh. 4:16). Jadi, untuk apa Tuhan meminta umat-Nya untuk mengasihi diri-Nya? Pertama, Dia adalah “Allah kita.” Musa berkata kepada bangsa Israel, “Kasihilah TUHAN (Yahweh), Allahmu...” Istilah “Allamu” ini menyatakan bahwa hanya TUHAN lah yang menjadi sesembahan dan kepada-Nya saja bangsa Israel harus mengabdi/berbakti; karena Dialah yang Empunya Israel. Karena itu, sangat beralasan (reasonable) bagi bangsa Israel untuk mengasihi TUHAN, karena Dia adalah Allah mereka; Allah yang telah menyelamatkan mereka dari perbudakan di tanah Mesir (bdk. Rm. 12:1-2). Kedua, istilah “kasihilah” dalam frase ini tidak berarti bahwa TUHAN membutuhkan kasih sayang dari kita. Istilah ini adalah wujud dan sikap pemberian yang terbaik, yang selayaknya diberikan kepada-Nya. Kasih itu harus diikuti dengan “segenap hatimu, segenap jiwamu, dan segenap kekuatanmu,” yang berarti “mengasihi Tuhan bukan hanya secara totalitas, tetapi juga mengusahakannya dengan kekuatan, hati dan jiwa kita.” Jika kita sanggup mengasihi Allah dengan cara demikian, maka kita akan dapat menaati kehendak-Nya (bdk. Yoh.14:15). Karena alasan ini, Tuhan menghendaki kita mengasihi Dia, karena dengan mengasihi Dia, kita akan dimampukan untuk mengerjakan perintah-Nya. Jadi, ada dua pelajaran dari bacaan ini, yaitu: (1) mengasihi Tuhan adalah sesuatu yang sangat beralasan, karena kita adalah milik-Nya dan Dialah Allah yang telah menyelamatkan kita; (2) mengasihi Dia adalah sikap dan landasan bagi kita untuk bisa taat dan mengerjakan perintah-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa bangsa Israel/kita harus mengasihi TUHAN? (2) Apa yang dimaksud “kasihilah TUHAN Allahmu dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan”? Berdoalah bagi pertumbuhan iman jemaat agar mereka menjadi umat Tuhan yang mengasihi Tuhan dan mau melakukan segala perintah-Nya, sehingga mereka hidup dalam kebahagiaan Tuhan.
09 SENIN
MARET 2015
“Jadi ketahuilah, bukan karena jasa-jasamu, TUHAN, Allahmu, memberikan kepadamu negeri yang baik itu untuk di duduki…” (Ulangan 9:6)
Bacaan hari ini: Ulangan 9:1-6 Bacaan setahun: Ulangan 8-10
TUHANLAH YANG MEMBUAT BERHASIL
T
idak dapat disangkali bahwa natur kita adalah senang mendapatkan pujian; apalagi sesuatu yang telah kita capai, kita dapatkan dengan bersusah payah. Paling tidak, kita ingin mendapatkan penghargaan, jika orang lain tidak memberi kita pujian. Musa mengingatkan bangsa Israel, jika mereka bisa memasuki tanah Kanaan atau tanah Perjanjian, itu bukan karena keberanian mereka, atau jasa-jasa mereka, melainkan karena Tuhan. Sekalipun merekalah yang melakukan peperangan melawan orang Enak, atau suku-suku di Kanaan; namun itu semua terjadi karena TUHAN memberikan kemenangan atau menghalau musuh-musuh mereka. Melalui Musa, TUHAN menyatakan dua realitas mengapa kemenangan mereka adalah kemurahan TUHAN. Pertama, jika berdasarkan pertimbangan kekuatan perang bangsa Israel, tentulah mereka tidak akan dapat mengalahkan musuh-musuhnya, bahkan “kebenaran hati” mereka tidaklah layak di hadapan TUHAN, karena mereka adalah orang-orang yang tegar tengkuk. Dengan kata lain, tanpa TUHAN memberikan kemenangan atau kemurahan-Nya, bangsa Israel tidak akan bisa masuk tanah Kanaan. Kedua, jika TUHAN memberi kemenangan kepada Israel, itu karena TUHAN memakai bangsa Israel untuk menyatakan hukuman-Nya kepada musuh mereka, oleh karena kefasikan mereka. Jadi, kekalahan musuhmusuh Israel adalah hukuman bagi mereka. Karena itu, bangsa Israel tidak boleh memegahkan diri dan menganggap karena jasa-jasanya, mereka dapat mengalahkan musuh-musuhnya dan menduduki tanah Kanaan. Hal ini mengingatkan kita, bahwa: (1) Segala keberhasilan kita adalah kemurahan dan pertolongan TUHAN, (2) Janganlah kita meninggikan diri dengan apa yang telah kita kerjakan, melainkan berkatalah: “Itu semua karena TUHAN!” Perjalanan bangsa Israel memasuki tanah Perjanjian, mengingatkan kita, bahwa keberhasilan kita memasuki “tanah Perjanjian rohani” (Surga), juga bukan karena kelayakan kita, tetapi karena anugerahNya. Karena itu, hiduplah dengan rendah hati di hadapan TUHAN. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa bangsa Israel tidak diperbolehkan TUHAN membanggakan jasa-jasanya? (2) Pelajaran apakah yang dapat kita ambil dari kisah ini? Berdoalah bagi jemaat agar mereka hidup rendah hati di hadapan TUHAN dan tidak meninggikan diri mereka sendiri, sehingga hidupnya senantiasa memperkenankan hati TUHAN.
10 SELASA
MARET 2015
“Haruslah engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia kewajibanmu terhadap Dia ...” (Ulangan 11:1)
Bacaan hari ini: Ulangan 11 Bacaan setahun: Ulangan 11-13
MENGASIHI TUHAN
P
ada bagian ini Musa mengingatkan bangsa Israel agar mereka mengasihi Tuhan terutama ketika mereka nanti sudah hidup di tanah Perjanjian/Kanaan. Apa maksudnya “mengasihi Tuhan?” Pertama, mengasihi Tuhan berarti melakukan kehendak dan perintahNya. Mengasihi bukan sekadar suatu perasaan atau perkataan semata, tapi harus diwujudnyatakan dalam kehidupan. Ketika bangsa Israel diminta untuk mengasihi Tuhan maka seharusnyalah mereka melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan, sebagaimana yang telah Tuhan nyatakan lewat Musa. Mengapa mereka harus mengasihi Tuhan selamanya? Ini tak lepas dari apa yang Tuhan lakukan dalam kehidupan Israel. Ayat 2-7 menyatakan semua yang telah Tuhan lakukan, suatu perbuatan besar dalam kehidupan mereka. Kedua, mengasihi Tuhan berarti menjadikan Tuhan segalanya dalam kehidupan, mereka tidak bisa hidup tanpa Tuhan. Ini diwujudkan dalam kehidupan bangsa Israel dengan jangan sampai mereka melupakan Tuhan dengan menyembah berhala atau allah lain (ay. 16). Menyembah allah lain adalah sama dengan berada pada jalan hidup yang salah. Juga, mereka harus mengajar anak-anak dan keturunan mereka untuk hidup mengasihi Tuhan (ay. 18-21). Terlebih dari semua itu adalah, bangsa Israel harus menyadari bahwa mereka sekarang adalah umat kepunyaan Tuhan yang telah memilih dan melepaskan mereka dari Mesir. Bagaimanakah aplikasinya dalam kehidupan kita? (1) Kita harus lebih dulu menyadari akan apa yang Tuhan sudah lakukan dalam kehidupan kita di dalam Kristus. Dia telah melepaskan kita dari dosa melalui kematian dan kebangkitan Kristus, dan memberikan kehidupan yang kekal di dalam Dia. (2) Marilah kita mempersembahkan hidup kita untuk melakukan kehendakNya sesuai firman-Nya. (3) Jangan kita melupakan Tuhan dan menyembah allah lain. Menyembah allah lain bisa berarti kita lebih menyandarkan hidup kita kepada kekuatan kita sendiri, uang/materi, atau orang lain. (4) Kita harus “mewariskan” iman kita ini kepada anak cucu kita; sehingga mereka tidak pernah melupakan Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan tidak menghendaki umat-Nya mendua hati terhadapNya? (2) Bagaimana caranya mewujudkan kasih kita kepada Tuhan? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka bertumbuh dalam kasih kepada Tuhan dan diperteguh imannya ketika menjalani kehidupan di tengah dunia ini, sehingga mampu hidup setia kepada-Nya.
11 RABU
MARET 2015
“Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu, dan engkau dipilih TUHAN untuk menjadi umat kesayangan-Nya...” (Ulangan 14:2)
Bacaan hari ini: Ulangan 14:1-21 Bacaan setahun: Ulangan 14-16
HEWAN YANG HALAL DAN HARAM
M
engapa seseorang memakan daging hewan yang ini dan bukan yang itu? Ada beberapa jawaban yang bisa diberikan. Bisa jadi karena memang daging dari beberapa hewan tertentu tidak sehat untuk dimakan. Bisa juga karena perasaan “tidak tega,” yang membuat beberapa orang tidak mau mengonsumsi daging hewan yang dianggapnya tidak pantas untuk diolah menjadi makanan. Ada juga karena larangan untuk memakan daging hewan tersebut. Dalam hal ini, seperti larangan dari Tuhan yang ditunjukkan dalam kehidupan bangsa Israel sebagai umat pilihan Tuhan. Lalu bagaimana kita mengaplikasikan bagian firman Tuhan ini dalam kehidupan kita yang hidup pada zaman ini? Perlu diingat, kita tidak boleh terjebak dalam masalah “boleh-tidak” memakan daging hewan tertentu yang akhirnya menjadikan kita sebagai orang legalis seperti orang Farisi dan ahli Taurat yang ditegur Tuhan Yesus. Harus diingat bahwa kita adalah umat pilihan yang telah ditebus Tuhan dari dosa dan menjadi milik Tuhan di dalam Kristus. Sebagai umat Tuhan, kita diminta untuk hidup kudus dan tidak menjadi seperti dunia yang berdosa ini. Hidup kudus sebagai umat Tuhan bukan semata-mata masalah beribadah dan memberikan persembahan saja. Tetapi juga sampai hal terkecil, yaitu makanan, seperti yang ditunjukkan dalam bagian firman Tuhan ini. 1 Korintus 6:20 juga mengingatkan kita agar memuliakan Allah dengan tubuh kita. Itu berarti bagaimana cara kita menjaga dan memperlakukan tubuh kita, adalah termasuk dalam hidup kudus di hadapan Tuhan. Karena itu, kita diingatkan untuk tidak sembarangan dalam memilih makanan. Ada dua bahaya dalam hal makan ini, yaitu bahaya merusak tubuh kita dengan sembarangan makan, dan bahaya akan dosa kerakusan ketika kita menjadi orang yang memuaskan diri dengan makan berlebihan. Apalagi pada zaman sekarang ini, banyak fasilitas yang diberikan dunia untuk memuaskan nafsu kita akan makanan ini. Karena itu sebagai umat Tuhan (orang percaya), marilah kita memuliakan Tuhan melalui cara dan sikap hidup kita yang memuliakan Dia. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Allah memberikan berbagai aturan hidup bagi umat-Nya? (2) Bagaimana kita memuliakan Tuhan melalui tubuh dan makanan? Berdoa bagi jemaat Tuhan agar ditolong dan dimampukan untuk hidup kudus dan memuliakan Tuhan dalam segenap aspek kehidupan mereka, sehingga apapun yang mereka lalukan, berkenan di hadapan-Nya.
12 KAMIS
MARET 2015
“Haruslah engkau hidup dengan tidak bercela di hadapan TUHAN, Allahmu.” (Ulangan 18:13)
Bacaan hari ini: Ulangan 18:9-22 Bacaan setahun: Ulangan 17-19
HIDUP KUDUS
A
pa artinya hidup kudus? “Kudus” mempunyai pengertian dipisahkan untuk hidup berbeda/tidak bercela. Ketika Israel diminta untuk hidup kudus bagi Tuhan, mereka adalah bangsa yang dipisahkan dari bangsa-bangsa lain di dunia, untuk hidup tidak bercela bagi Tuhan. Mereka tidak boleh hidup seperti bangsa-bangsa lain di sekitar mereka yang hidup tanpa takut akan Tuhan. Demikian juga kita. Kita telah diselamatkan dalam Tuhan Yesus, dengan demikian hidup kita tidak lagi sama dengan dunia ini. Karena itu, kita diminta untuk hidup kudus bagi Tuhan. Bagian firman Tuhan hari ini menunjukkan ada dua hal mewujudkan hidup kudus. Pertama adalah hidup yang berserah dan bergantung kepada Tuhan. Bangsa-bangsa lain mempunyai kebiasaan mencari petunjuk kepada para pelihat atau peramal. Mereka ingin mengerti hidup mereka dengan jelas melalui hal-hal seperti itu. Tujuan mereka adalah agar mereka dapat menguasai dan mengatur hidup mereka sendiri seperti yang mereka kehendaki. Bahayanya adalah, mereka tidak memahami bahwa mereka justru sedang berada dalam kesalahan hidup. Umat Israel adalah umat milik Tuhan yang sudah diselamatkan dan hidup di dalam Dia. Karena itu, hendaknya mereka menghindari tingkah laku seperti bangsa lain tersebut. Demikian juga dalam hidup kita, hendaknya kita tidak mencari peramal atau dukun untuk mengetahui tentang kehidupan kita. Si Setan dapat bermainmain dalam hal seperti itu untuk menjatuhkan dan menjauhkan kita dari Tuhan. Hendaknya kita belajar untuk bergantung kepada Tuhan bagi hidup dan masa depan kita. Kedua adalah hidup dekat dengan firman Tuhan. Bagaimana berserah dan bergantung kepada Tuhan? Melalui hidup yang taat dan melakukan firman Tuhan. Tuhan mengingatkan bangsa Israel agar berhati-hati dengan para nabi palsu, yaitu mereka yang bernubuat demi nama Tuhan, padahal tidak demikian. Pada zaman ini, terkadang ada orang-orang yang memakai nama Tuhan demi keuntungan mereka. Hindarilah para nabi palsu yang ingin menyesatkan kita. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa umat Tuhan tidak boleh mempercayai dan meminta petunjuk peramal? (2) Bagaimana kita dapat hidup kudus di hadapan Tuhan sesuai firman-Nya? Berdoalah bagi jemaat Tuhan yang saat ini sedang mengalami kekuatiran/ kesulitan dalam hidup mereka supaya selalu bersandar kepada Tuhan dan bukan mencari allah lain.
13 JUMAT
MARET 2015
“… Janganlah engkau takut kepadanya, sebab TUHAN, Allahmu, yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir, menyertai engkau” (Ulangan 20:1)
Bacaan hari ini: Ulangan 20:1-9 Bacaan setahun: Ulangan 20-22
MEMIMPIN BERARTI MENULARKAN
P
emimpin identik dengan sebuah “jabatan, kedudukan dan status sosial” tertentu. Karena itu, banyak orang menginginkannya. Di satu sisi, “jabatan, kedudukan dan status sosial” memberikan prestise (kebanggaan) dan “kepuasan” bagi seseorang. Namun kita harus sadar, bahwa “memimpin itu berarti menularkan” atau “memberikan pengaruh.” Apabila seorang pemimpin tidak lagi memberi pengaruh yang baik, pasti dirinya memberi pengaruh yang tidak baik. “Kebanyakan orang tidak pergi meninggalkan organisasinya, mereka pergi meninggalkan pemimpinnya.” Kitab Ulangan yang telah kita baca, juga menunjukkan betapa penting memberikan sebuah pengaruh yang baik dan positif kepada bawahan kita (orang yang berada di sekitarnya). Kitab Ulangan menceritakan ulang akan peristiwa pembebasan yang dilakukan Allah terhadap diri bangsa Israel dari perbudakan bangsa Mesir, ketika mereka memasuki tanah perjanjian (Kanaan). Allah terus-menerus mengingatkan bangsa Israel bahwa “Tuhan Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir, menyertai engkau.” Termasuk juga dalam kondisi ketika bangsa Israel menghadapi pertempuran untuk menduduki tanah Perjanjian tersebut. Dari sini kita melihat bagaimana sebuah pengaruh yang baik dapat memberikan semangat dan kekuatan untuk bertahan serta berjuang dalam sebuah pertempuran. Musa menulis, bahwa Allah sendiri yang memastikan penyertaan-Nya (ay. 1b); ada juga seorang imam yang memberikan pengaruhnya kepada bangsa Israel untuk berperang dengan semangat yang luar biasa dan mengalahkan segala kegentaran serta ketakutan (ay. 2-4); juga dituliskan bahwa peran pengatur pasukan dan kepala pasukan yang memimpin para tentara juga “harus berbicara kepada tentara,” hal ini menunjukkan sebuah pengaruh semangat yang ditularkan kepada para tentaranya (ay. 5-9). Bagaimana dengan kita, sebagai murid Tuhan? Menghadirkan Kristus dan membawa orang lain kepada kedewasaan rohani dalam Kristus, adalah ciri khas dari seorang Murid Kristus. STUDI PRIBADI: (1) Memimpin itu sebenarnya untuk mencapai sebuah kebanggaan pribadi atau mempengaruhi orang lain untuk menjadi lebih baik? (2) Berikan contohnya! Berdoa bagi para pemimpin gereja agar mereka dapat memberikan teladan yang baik bagi jemaat yang dipimpinnya, dan membawa mereka bertumbuh dalam iman mereka kepada Tuhan.
14 SABTU
MARET 2015
“Empat puluh kali harus orang itu dipukuli, jangan lebih…” (Ulangan 25:3).
Bacaan hari ini: Ulangan 25:1-4 Bacaan setahun: Ulangan 23-25
MENENTANG KEKERASAN YANG SEWENANG-WENANG
P
ada era demokrasi, masyarakat berjuang menentang kekuasaan yang berlaku sewenang-wenang. Akibat dari tindakan kekuasaan yang sewenang-wenang hanyalah ketidakadilan dan kekerasan yang tidak manusiawi. Karena itu tidaklah mengherankan, apabila kita dapat melihat berbagai demo yang mengaspirasikan penolakan terhadap kesewenang-wenangan itu. Ketika bangsa Israel memasuki tanah Perjanjian, Allah memberikan arahan (tuntunan) kepada mereka untuk menjauhi kehidupan yang penuh kekerasan (kekuasaan) yang sewenang-wenang. Tuntutan ini membawa bangsa Israel memiliki kehidupan yang berbeda dengan bangsa-bangsa sekitarnya. (1) Supaya bangsa Israel memperlakukan sesamanya dengan adil, bukan dengan kekerasan yang sewenang-wenang. Perlakuan yang adil harus nyata di dalam setiap proses pengadilan yang dilakukan. Setiap proses harus bersih dari kekuasaan yang sewenang-wenang. (2) Supaya bangsa Israel menjalankan hukum dengan tidak membeda-bedakan orang yang terhukum. Itu berarti, yang telah diputuskan bersalah oleh pengadilan, harus menjalani hukumannya. Keadilan yang dinyatakan adalah mewakili sifat Allah yang adil, yang membenci dosa dan menghukum orang yang berdosa. Karena itu, perlu untuk menghargai segala keputusan pengadilan yang telah diputuskan. (3) Supaya pengadilan tidak memberikan hukuman yang sewenang-wenang terhadap orang yang bersalah. Artinya, ada batas maksimal untuk menjatuhi dan memberi hukuman terhadap mereka yang bersalah. Untuk kasus perselisihan pada waktu itu, Musa mencatat “empat puluh kali, jangan lebih.” (4) Supaya bangsa Israel belajar memperlakukan saudaranya sebagaimana mestinya, dan bukan merendahkannya karena kesalahan yang telah diperbuatnya. Sikap yang mau mengampuni dan memulihkan orang yang bersalah dan menjalani hukumannya, akan lebih memungkinkan untuk membangun kehidupannya dengan lebih baik lagi. Bagaimana dengan kita? Kiranya hikmat Tuhan selalu memenuhi dan menguasai hati kita untuk bersikap adil! STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Allah memberikan peraturan sedemikian rupa dalam melaksanakan hukuman, apa tujuannya? (2) Apa pendapat Anda tentang cara Allah ini? Berdoalah bagi orang Kristen agar dapat berlaku adil dalam setiap tindakan mereka dan tidak merugikan yang pihak lain, sehingga orang Kristen dapat menjadi teladan dalam hidupnya.
15
MINGGU
MARET 2015
“Pada hari ini TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau melakukan ketetapan dan peraturan ini; lakukanlah semuanya itu dengan setia, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu” (Ulangan 26:16)
Bacaan hari ini: Ulangan 26:16-19 Bacaan setahun: Ulangan 26-27
KESETIAAN DAN JANJI TUHAN
K
esetiaan semakin lama menjadi semakin langka ditemukan di muka bumi ini. Alangkah sulit mencari orang yang bisa benar-benar setia dalam waktu yang panjang, baik itu dalam sebuah hubungan cinta, pekerjaan dan sebagainya. Hampir setiap hari, kita menyaksikan orangorang yang tidak menganggap kesetiaan sebagai sesuatu hal yang penting lagi untuk dipertahankan dan dipegang teguh. Dalam bagian firman ini, Musa kembali menantang umat Israel untuk menyatakan kesetiaaannya kepada Tuhan (Kel. 19-24). Tuhan berjanji, bahwa Ia akan menjadi Allah Israel dan Israel menjadi umat Tuhan, asal Israel melakukan segala ketetapan dan peraturan yang Dia berikan kepada mereka. Apabila mereka setia dan taat kepada Tuhan dengan segenap hati dan jiwa (ay. 16b), maka kepemilikan penuh atas tanah perjanjian itu akan terwujud, sekalipun banyak musuh berusaha mengalahkan mereka. Dan bagi umat yang setia kepada Tuhan, maka tidak akan ada satu musuh pun yang dapat mengalahkan mereka, karena Allah berjanji akan mengangkat mereka di atas segala bangsa-bangsa yang lain, yang ada di muka bumi, untuk menjadi terpuji, ternama, terhormat dan mereka akan menjadi umat kudus bagi Allah (ay. 19). Ini telah dibuktikan, Allah telah menggenapi janjiNya kepada Israel. Sebagai umat Tuhan, kita harus percaya sungguh-sungguh kepada Tuhan, sang Pemberi janji. Sebuah janji tidak akan bermakna apa-apa jika sang pemberi janji bukanlah pribadi yang layak dipercaya. Janji Tuhan kita adalah “ya dan amin” dalam hidup ini; jangan pernah meragukan akan janjiNya. Dan sambil menantikan janji Allah, bersandarlah kepada kehendak Tuhan, bukan pada pengertian diri sendiri. Serta berjalanlah terus, sesuai dengan rencana Tuhan. Ketika kita percaya kepada Tuhan, itu berarti kita sedang menuju penggenapan janji Tuhan. Kita perlu terus-menerus belajar berjalan sesuai dengan rencana Tuhan dan bukan pendapat kita sendiri. Jadilah pribadi yang setia kepada Tuhan dan sesama, karena Tuhan telah terlebih dahulu setia kepada kita. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa kita seringkali ragu terhadap janji dan kesetiaan Tuhan? (2) Bagaimana mengatasi sikap yang ragu dan menjadi umat yang setia terhadap janji Tuhan? Berdoalah bagi jemaat gereja agar mereka hidup setia kepada Tuhan dan percaya akan tiap janji yang Tuhan berikan, sehingga mereka tidak menjadi bimbang dalam mengikuti Tuhan.
16 SENIN
MARET 2015
“Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya …” (Ulangan 29:29)
Bacaan hari ini: Ulangan 29:16-29 Bacaan setahun: Ulangan 28-29
KETAATAN YANG SEMPURNA “Susahnya aku taat, lebih mudah tidak taat, susahnya ‘ku diatur, lebih mudah ‘ku mengatur.” Secuplik lagu sekolah minggu ini menggambarkan hati manusia yang cenderung tidak taat, memberontak, dan mengatur daripada diatur. Padahal, ketaatan seringkali membawa berkat. Seseorang akan mendapatkan berkat justru karena ketaatannya di dalam menjalani semuanya itu. Perikop yang kita baca memberitahukan bahwa Allah mengingatkan bangsa Israel untuk taat kepada Dia. Ia membawa bangsa Israel keluar dari Mesir menuju Kanaan, tanah yang dijanjikan Tuhan, dengan kuat kuasaNya. Di dalam perjalanan tersebut, berkat demi berkat, dinyatakan Allah untuk menunjukkan Dialah Allah di atas segala allah. Bangsa Israel dipilih secara spesial oleh Allah menjadi umat-Nya. Ia menuntut ketaatan dari bangsa Israel untuk menunjukkan lebih banyak berkat-Nya (Ul. 28). Bangsa Israel dituntut untuk tunduk dan taat kepada Allah secara sempurna. Kendati mereka adalah bangsa pilihan Allah, mereka tidaklah luput dari hukuman ketika mereka tidak taat. Sekali lagi Allah mengingatkan dalam ayat yang ke-18, jangan ada seorangpun yang meninggalkan Allah, atau seorang hatinya untuk menyembah allah-allah lain. Ketika mereka melakukan itu, Allah akan membumi-hanguskan mereka. Sebaliknya, ketika mereka taat dan melakukan apa yang diperintahkan-Nya, mereka akan mendapatkan berkat yang tersembunyi dari Allah (ay. 29). Allah akan memberikan yang terbaik bagi mereka. Janji Allah ini masih berlaku pada hari ini. Ketaatan yang sempurna dituntut pada kita. Kita diminta untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, akal budi, dan kekuatan kita. Ketika kita mau dan sedang melakukannya, maka Allah akan memberikan berkatnya kepada kita, sebaliknya ketika kita ingkar dan memberontak kepada-Nya, Allah dapat memberikan hukuman kepada kita. Namun yang perlu diingat, berkat Allah tidak melulu soal materi melainkan juga berkat rohani yang kita dapatkan, ketika kita mau mengikut Dia dengan taat kepada-Nya secara sempurna. STUDI PRIBADI: (1) Apakah tujuan ketaatan kita adalah untuk mendapatkan berkat Tuhan, atau ketaatan ialah wujud dari kasih kita kepada-Nya, sehingga kita percaya berkat-Nya? Berdoa untuk jemaat Tuhan agar mereka memiliki ketaatan kepada Allah di dalam kondisi apapun, dan tetap percaya pada pemeliharaan Tuhan dalam kehidupan mereka.
17 SELASA
MARET 2015
“Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini:… Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu.” (Ulangan 30:19)
Bacaan hari ini: Ulangan 30:11-20 Bacaan setahun: Ulangan 30-31
LOYALITAS UNTUK MELAKUKAN FIRMAN
K
esetiaan ialah salah satu karakter yang diperlukan ketika seseorang ingin berhasil. Seorang yang setia terhadap negaranya, membawa negara itu menjadi lebih baik dengan sungguh-sungguh membangun negaranya. Seorang yang setia dengan pekerjaannya, akan bekerja dengan sungguh-sungguh sehingga ia berhasil. Demikian dengan bangsa Israel. Mereka dituntut untuk setia kepada Tuhan dengan melakukan firman-Nya, sungguh-sungguh. Melakukan hal tersebut bukanlah sesuatu yang terlampau sulit atau mustahil (ay. 11) jika dengan pertolongan Tuhan. Firman itu dikatakan sangat dekat dengan mulut dan hati, maksudnya adalah, ketika bangsa Israel membiasakan diri dengan firman, memperkatakan dalam kehidupannya dan menyimpannya dalam hati, maka perilaku mereka menjadi perilaku yang sesuai dengan firman Tuhan. Ketika bangsa Israel melakukan firman Tuhan dengan sungguh-sungguh, maka janji Tuhan bagi mereka, digenapi. Mereka akan menerima kehidupan dalam Tuhan (ay. 19-20) dengan limpah; sebaliknya, apabila mereka memberontak maka mereka akan menerima kematian. Loyalitas atau kesetiaan melakukan firman menjadi kunci kehidupan mereka dan bukti bahwa mereka mencintai Tuhan dengan setulus hati. Di sisi lain, Tuhan mengingatkan bangsa Israel yang tidak menjaga firman-Nya dengan setia. Kutukan, juga hukuman pasti akan menimpa mereka (ay. 18). Kematian, kebinasaan, ketidakberuntungan menjadi jalan hidup yang dijalani orang-orang Israel yang mbalelo. Orang-orang Israel ini membuktikan bahwa diri mereka tidak mencintai Tuhan dengan sungguhsungguh. Mereka hanya ikut-ikutan saja. Kini, loyalitas untuk melakukan firman ditujukan untuk setiap kita, orang yang percaya. Jikalau kita berkata kita mencintai Tuhan dengan sungguh-sungguh, maka kita tidak hanya setia datang ke gereja saja, lebih dari itu, kita juga akan setia melakukan firman Tuhan. Pilihlah kehidupan dengan setia kepada-Nya, membiasakan diri dengan membaca firman, merenungkan, dan melakukannya! STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Musa menuntut komitment bangsa Israel untuk mentaati dan mengasihi Tuhan? (2) Apakah komitmen diperlukan bagi orang yang mengasihi Tuhan? Berdoa bagi jemaat Tuhan agar mereka sungguh-sungguh mencintai firman Tuhan, mempelajari dan melakukannya di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kemajuan iman mereka semakin nampak.
18 RABU
MARET 2015
“… perhatikanlah …supaya kamu memerintahkannya kepada anak-anakmu untuk melakukan dengan setia segala perkataan hukum Taurat ini.” (Ulangan 32:46)
Bacaan hari ini: Ulangan 32:44-47 Bacaan setahun: Ulangan 32-34
TIGA HAL PERINTAH MUSA
S
eringkali orangtua kita memberitahukan agar kita memperhatikan pesan-pesan mereka, seperti pengajaran, teguran, atau bahkan pendidikan. Seorang anak disebut berbahagia adalah ketika ia dapat memperhatikan pesan-pesan tersebut. Demikian halnya ketika kita dapat memperhatikan pesan Tuhan. Dengan mengingat pesan-pesan-Nya, kita akan selalu ingat kasih setia-Nya yang tidak pernah meninggalkan kita. Sebelum kematiannya, Musa memberitahukan tiga hal pada bangsa Israel, supaya diperhatikan: (1) Memperhatikan. Musa menasihati bangsa Israel untuk memperhatikan Taurat TUHAN (ay. 46). Musa meminta bangsa Israel agar tetap memperhatikan dan mengingat perintah Allah. Firman Allah berkata: “Siapa mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan, tetapi siapa mengabaikan teguran, tersesat” (Ams. 10:17). Seorang yang memperhatikan/mengindahkan Firman Tuhan tidak akan tersesat, tetapi seorang yang mengabaikan teguran Firman Tuhan, akan tersesat. (2) Memerintahkan. Musa meminta pada bangsa Israel agar memerintahkan Taurat bagi anak-anak mereka (“supaya kamu memerintahkannya kepada anak-anakmu”). Musa mengehendaki agar Taurat juga diajarkan kepada anak-anak mereka, sehingga ketika kelak mereka bertumbuh dewasa, mereka tetap mengingat kasih setia Tuhan terhadap Israel. Jika Taurat tidak diajarkan sejak dini, maka generasi selanjutnya akan bertumbuh menjadi generasi yang tidak mengenal Allah. (3) Melakukan. Hal yang paling penting dan tidak boleh dilupakan adalah melakukan segala yang tertulis di dalam Taurat (“melakukannya dengan setia”). Ketika bangsa Israel telah memperhatikan dan mengajarkannya kepada anak-anak mereka, maka sebagai respon atas Taurat adalah melakukan atau mempraktikkan Taurat di dalam hidup mereka. Bagaimana dengan kita? Kecenderungan banyak orang ialah, hanya mendengar firman Tuhan, namun tidak melakukannya dalam kehidupannya sehari-hari. Perkataan Musa ini mengingatkan kita agar firman Tuhan bukan hanya perintah yang sekadar didengar, tetapi juga harus dilakukan. STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang Musa kehendaki agar bangsa Israel memperhatikannya dengan sungguh-sungguh? (2) Apa yang dapat kita pelajari dari pesan Musa tersebut? Berdoalah bagi jemaat agar mereka tidak hanya menjadi pendengar firman Tuhan, tetapi juga dimampukan menjadi pelaku firman-Nya, sehingga iman mereka bertumbuh semakin dewasa di dalam Tuhan.
19 KAMIS
MARET 2015
“Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka untuk diberikan kepada mereka.” (Yosua 1:6)
Bacaan hari ini: Yosua 1:1-18 Bacaan setahun: Yosua 1-3
TUHAN TIDAK INGKAR JANJI
K
ematian Musa telah membuat bangsa Israel kehilangan seorang pemimpin yang mereka banggakan dan harapkan untuk memimpin mereka meraih janji yang Tuhan berikan. Keterhilangan pemimpin tersebut membuat mereka lemah, kurang semangat dan bahkan merasa hopeless atau putus asa dalam melanjutkan perjalanan mereka memasuki tanah yang Tuhan janjikan bagi mereka. Dalam situasi dan kondisi seperti itu, TUHAN tidaklah tinggal diam. Ia yang telah berjanji untuk membawa mereka ke tanah perjanjian, tidak akan pernah lupa, apalagi ingkar akan apa yang telah dijanjikan-Nya. TUHAN tetap setia akan janji-Nya, bahkan Ia meneguhkan apa yang telah dijanjikan-Nya. Tuhan menetapkan Yosua untuk meneruskan dan mewujudkan apa yang telah Tuhan janjikan pada umat Israel (ayat 2-4). Tuhan memberikan kekuatan dan semangat kepada Yosua. Bahkan Tuhan sendiri berjanji akan menyertai dan menuntun Yosua dalam membawa bangsa Israel meraih tanah perjanjian yang sudah Tuhan siapkan untuk mereka (ayat 6-8). Janji penyertaan dan kekuatan yang berasal dari Tuhan, membuat Yosua segera menaati apa yang telah TUHAN perintahkan kepadanya. Yosua langsung bergerak dan melaksanakan apa yang Tuhan perintahkan kepadanya (ayat 10-15). Terlebih, seluruh masyarakat Israel menyambut dan mendukung Yosua sebagai pemimpin, sesuai yang telah TUHAN tetapkan untuk memimpin mereka meraih janji Tuhan atas mereka, yaitu memasuki tanah Kanaan, tanah yang Tuhan telah janjikan kepada mereka (ayat 16-18). Demikianlah Tuhan kita. Ia tidak pernah lupa, apalagi ingkar akan janjiNya. Apa yang telah dijanjikan-Nya pastilah akan digenapi-Nya. Walaupun kadangkala, oleh karena berbagai hal, kita merasa tidak mungkin terjadi, tetapi bagi Tuhan, tidak ada yang tidak mungkin. Ia sanggup melakukan, bahkan memakai siapapun untuk menggenapkan apa yang dijanjikan-Nya kepada umat-Nya. Marilah kita tetap setia memegang janji Tuhan. Tuhan pasti akan menggenapi-Nya! STUDI PRIBADI: (1) Setelah Musa mati, mengapa perjalanan Israel ke tanah perjanjian tetap berlanjut? (2) Mengapa Tuhan memilih Yosua untuk melanjutkannya? Di tengah-tengah situasi dan kondisi dunia yang tidak menentu ini, berdoalah agar Tuhan menolong orang-orang percaya untuk dapat tetap setia dan teguh berpegang pada janji-janji Tuhan.
20
JUMAT
“Supaya semua bangsa di bumi tahu, bahwa kuat tangan TUHAN, dan supaya mereka selalu takut kepada TUHAN, Allahmu.” (Yosua 4:24) MARET 2015 Bacaan hari ini: Yosua 4:1-24 Bacaan setahun: Yosua 4-6
CERITAKAN PERBUATAN-NYA YANG BESAR
P
erjalanan Yosua dalam memimpin bangsa Israel memasuki tanah perjanjian, tidaklah mulus. Di depan mereka, ada sungai Yordan menghalangi perjalanan mereka. Bila mereka semua terus berjalan, maka resikonya, mereka semua akan hanyut dan mati dibawa oleh arus air sungai tersebut. Rintangan sungai Yordan ini bisa saja membuat Yosua menjadi gentar dan tawar hati melanjutkan perjalanan membawa bangsa Israel menuju tanah perjanjian. Namun, karena ada janji dan penyertaan Tuhan, Yosua tidak takut dan gentar, apalagi tawar hati dalam menghadapi tantangan tersebut. Ia percaya bahwa Tuhan ada di tengah-tengah mereka dan Tuhan akan membawa mereka menyeberangi sungai Yordan tersebut. Dengan kuasa-Nya yang besar, Tuhan membawa bangsa Israel menyeberangi sungai Yordan. Ketika kaki para pembawa tabut perjanjian menginjakkan kakinya ke dalam sungai Yordan, berhentilah air mengalir (Yos. 3:16). Demikianlah Tuhan membuat air sungai Yordan menjadi kering sehingga seluruh bangsa Israel berjalan menyeberangi sungai Yordan yang telah menjadi kering tersebut. Setelah seluruh bangsa Israel menyeberangi sungai Yordan, TUHAN memerintahkan Yosua agar memilih dua belas orang, dari tiap-tiap suku untuk mengangkat dua belas batu dari tengah-tengah sungai Yordan. Batubatu yang harus diangkat itu harus dari tempat berjejaknya kaki para imam. Tuhan meminta agar kedua belas batu itu diletakkan di tempat mereka bermalam. Demikianlah dilakukan Yosua. Setelah mereka menyeberang, maka ia menegakkan kedua belas batu tersebut di Gilgal (Yos. 4:1-4, 20). Mengapa Tuhan memerintahkan hal tersebut? Karena Tuhan ingin agar anak cucu mereka selalu mengingat perbuatan tangan Tuhan yang telah mengeringkan sungai Yordan dan takut akan Dia. Bagaimana dengan kita? Sebagai orang yang telah mengalami keselamatan dalam Tuhan Yesus, sudah seharusnya kita juga menceritakan kabar sukacita sorga ini kepada anak-cucu kita; juga kepada mereka yang belum mengenal Tuhan Yesus, agar mereka diselamatkan (1Ptr. 2:9). STUDI PRIBADI: Mengapa Tuhan memerintahkan Yosua memilih dua belas orang, dari tiaptiap suku untuk mengangkat dua belas batu dari tengah-tengah sungai Yordan? Jelaskan! Marilah kita berdoa agar lebih banyak orang Kristen mengingat dan memberitakan kasih Tuhan yang telah menyelamatkan jiwanya, sehingga hidupnya menjadi berkat dan teladan yang berkenan di hadapan-Nya.
21
SABTU
MARET 2015
“...kamu tidak akan dapat bertahan menghadapi musuhmu, sebelum barang-barang yang dikhususkan itu kamu jauhkan dari tengah-tengah kamu.” (Yosua 7:13)
Bacaan hari ini: Yosua 7:1-26 Bacaan setahun: Yosua 7-9
DOSA DAN AKIBATNYA BAGI UMAT TUHAN
S
etelah mengalami berbagai perbuatan Tuhan yang besar dan ajaib, mulai dari menyeberang sungai Yordan sampai meraih kemenangan yang besar atas Yerikho, kini bangsa Israel mengalami pengalaman yang pahit. Kepahitan itu mereka alami saat mereka dikalahkan oleh orangorang Ai. Padahal orang-orang Ai itu sangat sedikit sekali jumlahnya, tetapi mereka dapat membuat pasukan Israel yang kira-kira tiga puluh ribu orang itu, melarikan diri membelakangi orang-orang Ai. Mereka dikejar-kejar dan dipukul kalah. Peristiwa tersebut membuat hati bangsa Israel menjadi amat sangat tawar (ay. 3-5). Apa gerangan yang menyebabkan peristiwa tersebut terjadi? Yosua pun menjadi sangat berduka atas peristiwa tersebut dan ia pun sujud menghadap Tuhan, dan menyampaikan perasaan duka dan tawar hatinya (ay. 6-10). Tuhan pun menjawab Yosua dengan memberitahukan penyebabnya. Tuhan memberitahukan, sesungguhnya orang Israel telah berbuat dosa. Ada di antara mereka yang telah melanggar perjanjian yang telah Tuhan perintahkan kepada mereka. Mereka telah mengambil sesuatu dari barang-barang jarahan yang telah dikhususkan untuk dimusnahkan. Agar tidak ketahuan, mereka menyembunyikan dan menaruhnya di antara barang-barang mereka. Perbuatan dosa mereka itu telah menyebabkan orang Israel tidak dapat bertahan menghadapi musuhnya. Karena itu, Tuhan menyuruh Yosua bangun dan memerintahkannya untuk menguduskan bangsa itu dan menyampaikan apa yang Tuhan ingin firmankan kepada mereka. Tuhan berfirman, agar orang Israel menjauhkan dari tengah-tengah mereka, barang-barang yang telah dikhususkan. Dan apabila tidak taat, mereka tidak akan pernah dapat bertahan menghadapi musuh mereka (ay. 13). Bagian ini memberikan satu pelajaran kepada kita, bahwa dosa dapat mengakibatkan berkat-Nya berkurang, terhalang, atau hilang sama sekali dari kita. Apabila dosa itu dibiarkan dan tidak ditegur, maka pada akhirnya akan mendatangkan hukuman bagi kita (ay. 13). STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan begitu serius dengan dosa? (2) Apa yang Tuhan telah perintahkan kepada Yosua, berkenaan dengan dosa di tengah-tengah umat Israel? Berdoa agar anak-anak Tuhan menjauhkan diri dari dosa dan dimampukan hidup dalam kekudusan. Jika mereka telah melakukan pelanggaran, kiranya mereka cepat menyadarinya dan segera bertobat.
22
MINGGU
MARET 2015
“Demikianlah Yosua merebut seluruh negeri itu sesuai dengan segala yang difirmankan TUHAN kepada Musa. Dan Yosua pun memberikan negeri itu kepada orang Israel…” (Yosua 11:23)
Bacaan hari ini: Yosua 11:21-23 Bacaan setahun: Yosua 10-12
TANAH KANAAN DIREBUT
K
itab Yosua adalah salah satu kitab yang menceritakan penaklukan tanah Kanaan oleh bangsa Israel, sebagaimana telah difirmankan TUHAN kepada Musa (ay. 23a). Secara umum, “penaklukan” dapat dimengerti pada zaman itu, namun gambaran tentang kekejaman perang (bdk. Yos. 10:41; 11:12, dsb) menjadi suatu kontroversi yang tidak dapat dipahami pada masa kini. Mengapa bangsa Israel yang disebut umat Allah digambarkan melakukan hal demikian? Bukankah TUHAN menghendaki agar umat-Nya mengasihi sesamanya, dan bukan memusuhinya? Menjawab pertanyaan ini, kita haruslah memahami latar belakang konsep dan konteks pada waktu itu. Pada waktu Israel dituntun TUHAN dari Mesir menuju tanah Kanaan, TUHAN menghendaki agar bangsa Israel menjadi bangsa yang kudus dan hanya menyembah TUHAN saja, bukan allah atau dewa-dewa bangsa lain. Bangsa Israel diberikan sepuluh Hukum TUHAN untuk mengatur seluruh kehidupan dalam hubungannya dengan TUHAN dan dengan sesamanya. Dalam perjalanan menunju tanah Kanaan, suku-suku bangsa di sekitar tanah Kanaan maju berperang dengan bangsa Israel. TUHAN mengizinkan bangsa Israel berperang dengan suku-suku bangsa tersebut. TUHAN memakai mereka untuk menghukum dan membinasakan bangsa-bangsa lain yang memusuhi dan berperang dengan bangsa Israel (bdk. Yos. 11:20). Melalui pertempuran demi pertempuran, bangsa Israel bisa memperoleh kemenangan, keamanan dan ketentraman hidup di tanah perjanjian. Kisah ini mengajarkan kepada orang-orang Kristen masa kini bahwa TUHAN menggenapi janji-Nya kepada umat Israel, yaitu memberikan tanah Kanaan; TUHAN juga yang menjamin keamanan dan ketentraman umat-Nya untuk hidup di tanah perjanjian yang pernah difirmankan-Nya kepada Musa. Meskipun secara manusia, kadang kita sulit untuk mengerti dan memahami cara TUHAN menjamin keamanan dan ketentraman hidup umat-Nya. Yang terpenting bagi umat Tuhan adalah, belajar percaya dan mempercayakan hidup kita kepada TUHAN. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa TUHAN mengizinkan bangsa Israel menaklukkan suku-suku bangsa di Kanaan? (2) Pelajaran rohani apakah yang dapat kita ambil dari kisah ini? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka mampu hidup dalam kekudusan dan menjauhkan diri dari kebiasaan-kebiasan buruk orang-orang yang tidak mengenal kebenaran firman Tuhan.
23
SENIN
MARET 2015
“...Sedang saudara-saudaraku, yang bersama-sama pergi ke sana dengan aku, membuat tawar hati bangsa itu, aku tetap mengikuti TUHAN, Allahku, dengan sepenuh hati” (Yosua 14:8)
Bacaan hari ini: Yosua 14:6-15 Bacaan setahun: Yosua 13-15
KESETIAAN KEPADA ALLAH
K
isah ini memberikan gambaran kehidupan Kaleb bin Yefune paska pendudukan tanah Kanaan oleh bangsa Israel. Kaleb memperoleh apa yang pernah dijanjikan Musa padanya. TUHAN, melalui Musa memberikan Hebron kepada Kaleb menjadi milik pusakanya. Hal ini sesuai dengan firman yang disampaikan Musa, 45 tahun sebelumnya. Mengapa bisa terjadi demikian? Alasan utamanya adalah, karena Kaleb (dan Yosua) setia dan percaya penuh kepada Tuhan. Tatkala mereka memasuki tanah Kanaan, Musa memerintahkan Kaleb dan Yosua bersama dengan sepuluh pengintai lainnya pergi ke Kanaan, dan mengintai negeri itu. Ketika mereka kembali kepada Musa, hanya Kaleb dan Yosua yang memberikan respons yang positif terhadap apa yang mereka lihat. Kaleb dan Yosua berkata: “Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka” (bdk. Bil.14:8-9). Ini menyatakan kesetiaan dan percaya sepenuh hati mereka pada TUHAN. Sebaliknya, respons dari 10 pengintai lainnya melemahkan iman dari umat Israel (bnd. Bil. 13:31-33). Inilah yang membuat Tuhan marah pada bangsa Israel dan menghukum mati seluruh angkatan dari umat Israel pada waktu itu, kecuali Kaleb dan Yosua yang hidup dan masuk ke dalam tanah Kanaan. Setelah 45 tahun dari peristiwa itu (Kaleb berumur 85 tahun), Tuhan memelihara Kaleb dan memberikan kepadanya tanah Hebron, sebagai milik pusakanya. Memang kita tidak hidup pada zaman Kaleb, dimana kesetiaan kepada TUHAN langsung mendapatkan imbalan yang sesuai dengan apa yang diyakininya. Namun ketika kita sungguh-sungguh percaya kepada TUHAN dan setia kepada-Nya, maka TUHAN akan melimpahkan segala kebaikanNya di dalam hidup kita untuk dinikmati. STUDI PRIBADI: Apa yang membuat Yosua dan Kaleb dapat menikmati segala janji TUHAN, setelah mereka menyelesaikan perjalanan dari Mesir ke Kanaan? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka hidup dengan tidak bercela dan setia hanya kepada perintah serta hukum Tuhan sampai akhir hidup, sebagai olahragawan yang memenangkan pertandingan.
24
SELASA
MARET 2015
“Lalu Yosua membuang undi bagi mereka di Silo, di hadapan TUHAN, dan di sanalah Yosua membagikan negeri itu kepada orang Israel, sesuai dengan pembagian mereka.” (Yosua 18:10)
Bacaan hari ini: Yosua 18:1-10 Bacaan setahun: Yosua 16-18
MEMBUANG UNDI
S
etelah bangsa Israel memasuki dan menguasai sebagian tanah Kanaan, dilakukanlah pengundian untuk menentukan batas wilayah masing-masing suku dari bangsa Israel. Kemudian masing-masing suku menduduki wilayah sebagaimana yang mereka dapatkan dari hasil pengundian tersebut; meskipun ada wilayah yang dikuasai bukan karena pengundian (mis. Hebron – Yos. 14:6-13). Memang harus diakui bahwa Alkitab, khususnya Perjanjian Lama dan ada sedikit catatan Perjanjian Baru, memakai cara membuang undi untuk menetapkan sebuah keputusan atas suatu persoalan. Berikut ini beberapa contoh “membuang undi” yang dipakai di dalam Alkitab: (a) Pembagian wilayah: membuang undi berkaitan dengan pembagian wilayah tersebut dan diizinkan TUHAN (Yos. 14:2, bdk. 13:6; Yos. 18:6, 8,10, dst); (b) Penetapan Pemimpin: membuang undi untuk menetapkan pemimpin yang akan menyelenggarakan ibadah dari kelompok orang Lewi (bdk. 1Taw. 24:3-5); (c) Penyelesaian masalah: menyelesaikan persoalan di antara pemimpin (bnd. Ams. 18:18); (d) Menentukan siapa yang bersalah atas suatu malapetaka (bdk. Yun. 1:7)—cara ini tidak lazim dipakai; (e) Menentukan siapa yang bertugas di Bait Suci (bdk. Luk. 1:9); (f) Menentukan posisi rasul pengganti Yudas (bdk. Kis. 1:26). Dari sejumlah contoh penggunaan “membuang undi” ini dapat kita simpulkan bahwa ini adalah salah satu cara yang tidak bertentangan dengan Alkitab, yang dipakai umat TUHAN pada masa lalu untuk mengambil suatu keputusan, meskipun sampai hari ini cara tersebut tidak lazim digunakan di dalam kekristenan, baik itu di dalam gereja ataupun di dalam organisasi dan instansi Kristen lainnya. Bagi kekristenan masa kini, cara “membuang undi” untuk mengambil sebuah keputusan penting terkait dengan pelayanan gerejawi atau menentukan siapa yang memimpin, tidak lagi digunakan sebagaimana pada zaman PL dan permulaan PB. Pada zaman ini Tuhan menuntun umatNya untuk mengambil keputusan yang tepat dengan cara yang sesuai dengan konteks dan situasi zamannya. STUDI PRIBADI: Mengapa pada masa bangsa Israel dalam Perjanjian Lama, bahkan dalam Kisah Para Rasul, membuang undi menjadi pilihan untuk menentukan sesuatu? Jelaskan! Berdoalah bagi jemat Tuhan agar mereka dimampukan untuk mengambil keputusan dengan bijak dan bergantung sepenuhnya kepada kedaulatan Tuhan dalam segala langkah hidup mereka.
25
RABU
MARET 2015
“...Tentukanlah bagimu kota-kota perlindungan, ...sehingga kota-kota itu menjadi tempat perlindungan bagimu terhadap penuntut tebusan darah.” (Yosua 20:2-3)
Bacaan hari ini: Yosua 20:1-9 Bacaan setahun: Yosua 19-21
KOTA PERLINDUNGAN
S
etelah diadakan pembagian tanah di antara suku-suku Israel, maka Tuhan memerintahkan kepada Yosua untuk menentukan kota-kota perlindungan. Kota perlindungan merupakan tempat berlindung bagi mereka yang tidak sengaja melakukan pembunuhan (ay. 3); dimana sang pelaku pembunuhan itu harus diterima oleh para tua-tua kota dan dilindungi di kota itu sampai ia dihadapkan kepada rapat jamaah untuk diadili, sampai imam besar di kota itu, mati. Maka, barulah pembunuh itu boleh pulang ke kotanya dan ke rumahnya, ke kota dari mana ia melarikan diri (ay. 6). Keberadaan kota-kota perlindungan ini memperlihatkan kepada kita adanya keadilan dan kemurahan; dimana diharapkan supaya orang yang tidak sengaja melakukan kesalahan, dapat diadili dengan baik dan tidak diperlakukan semena-mena (main hakim sendiri). Apabila orang tersebut dinyatakan tidak bersalah, maka ia boleh tinggal di kota tersebut, tetapi apabila salah, maka ia akan dilepas untuk dihukum oleh penuntut darah. Kota perlindungan merupakan gambaran tentang Yesus Kristus yang menjadi tempat perlindungan bagi kita (bdk. Ibr. 6:18-20, Mzm. 18:3, Ams. 18:10, dst.). Ketika orang berdosa datang dan berlindung kepada Tuhan Yesus, ia aman. Tetapi di luar Tuhan Yesus, maka ia binasa. Bahkan, bukan hanya itu, Daud dalam Mazmur 9:10 berkata, “Demikianlah Tuhan adalah tempat perlindungan bagi orang yang terinjak, tempat perlindungan pada waktu kesesakan.” Sungguh satu penggambaran yang sangat indah, dimana kita yang percaya kepada-Nya, memiliki tempat untuk bersandar dan berharap. Kita bukan saja memiliki tempat perlindungan yang memberikan keselamatan bagi jiwa kita, tetapi juga memberikan kelegaan. Di tengah pergumulan dan tantangan hidup yang tidak mudah, yang bahkan seringkali membuat kita merasa sesak, Tuhan menjanjikan perlindungan dan pengharapan bagi kita yang mau datang kepada-Nya. Seberapa berat pergumulan hidup kita hari ini, jangan berputus asa. Datanglah kepada-Nya, yang adalah tempat perlindungan kita. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang bisa kita pelajari tentang kota perlindungan dalam kaitannya dengan Yesus Kristus, tempat perlindungan kita? (2) Sudahkah Anda mengalaminya? Berdoalah agar jemaat hanya datang dan bersandar kepada Tuhan ketika menghadapi kesulitan hidupnya, sehingga mereka menemukan pembelaan dan kelegaan yang nyaman dari Tuhan.
26
KAMIS
MARET 2015
“… takutlah akan Tuhan dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah... dan beribadahlah kepada Tuhan.” (Yosua 24:14)
Bacaan hari ini: Yosua 24:1-28 Bacaan setahun: Yosua 22-24
BERIBADAHLAH KEPADA TUHAN
D
alam hidup ini, kita tidak lepas dari yang namanya membuat pilihan. Dalam setiap pilihan yang kita lakukan, memiliki efek/konsekuensi. Ketika kita memilih untuk hidup sehat dengan makan makanan yang sehat dan juga berolahraga, hal itu tentu akan memiliki efek yang baik bagi kesehatan tubuh kita. Pada akhir hidupnya, Yosua mengumpulkan semua suku orang Israel di Sikhem. Lalu dengan panjang lebar ia menyampaikan firman Tuhan dan mengingatkan mereka kembali akan apa yang telah Tuhan lakukan kepada mereka. Bagaimana Tuhan membebaskan mereka dari musuh-musuh mereka, bagaimana Tuhan menuntun dan mencukupi semua kebutuhan mereka. Setelah itu, di ayat 14, Yosua dengan tegas berkata, “Oleh sebab itu, takutlah akan Tuhan dan beribadahlah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah... dan beribadahlah kepada Tuhan.” Bahkan di ayat 15, Yosua menantang mereka untuk memilih dan memutuskan kepada siapa mereka akan beribadah. Dan bukan hanya sekadar menasihati dan menantang orang Israel, di hadapan orang Israel, Yosua juga menegaskan pilihan imannya, bahwa ia dan seisi rumahnya akan beribadah kepada Tuhan. Pada akhirnya, mereka semua sehati menentukan sikap dengan berkata, “Kepada TUHAN, Allah kita, kami akan beribadah, dan firman-Nya akan kami dengarkan” (ay. 24). Bagaimana dengan Anda? Sepanjang kita mengikuti Tuhan, tentu kita sudah merasakan tuntunan dan pemeliharaan Tuhan yang ajaib. Tapi ketika ada godaan, pencobaan, bahkan ujian iman yang sulit, apakah kita tetap memilih untuk beribadah kepada-Nya dan dengan setia melayani-Nya? Kita harus berani mengambil sikap tegas. Pilihan apapun yang kita buat, akan menentukan masa depan kita. Ketika kita sudah memutuskan untuk beribadah kepada-Nya, hidup takut akan Dia, maka jalanilah pilihan itu dengan setia; sebab Tuhan yang telah menuntun dan memelihara hidup kita di masa yang lalu, tidak akan pernah membiarkan kita menghadapi masa depan, sendirian. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Yosua dengan tegas memilih untuk beribadah pada Tuhan? (2) Apa konsekuensinya ketika memilih untuk beribadah kepada Tuhan? (ay. 19 dstnya) Berdoa agar jemaat Tuhan dan seluruh isi keluarganya, dimampukan untuk hidup setia beribadah kepada Tuhan, dan hidup bagi kemuliaan nama-Nya. Kiranya Tuhan menaungi kita dengan perlindungan tangan-Nya.
27
JUMAT
MARET 2015
“… supaya dengan perantaraan bangsa-bangsa itu Aku mencobai orang Israel, apakah mereka tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, ...” (Hakim-Hakim 2:22)
Bacaan hari ini: Hakim-Hakim 2:1-23 Bacaan setahun: Hakim-Hakim 1-3
KESAKSIAN HIDUP
K
itab Hakim-hakim adalah kitab yang menceritakan masa-masa dimana Kerajaan Israel tidak memiliki Raja. Tuhan adalah Raja, namun Israel menolak menaati-Nya. Ketidaktaatan mereka menuntun kepada kekalahan dan hukuman. Hakim-hakim pasal dua ini berkisah mengenai beberapa kesempatan yang Tuhan berikan, namun tidak mereka manfaatkan dengan baik untuk kembali beribadah dan menyembah Tuhan. Setiap kali Tuhan memberikan hakim untuk menolong mereka, mereka taat, namun jika hakim itu mati, mereka berbuat jahat lagi (ay. 18-19). Umat Israel mengabaikan kesempatan untuk menjadi saksi bagi bangsa-bangsa yang di sekitar mereka, yang hidup dalam ketidaktaatan dan amoralitas; orang-orang yang perlu mendengar tentang kebenaran, melihat contoh kebenaran dan mengenal Tuhan. Bagaimana umat Israel dapat melakukan panggilan itu, jika kehidupan mereka dijerat dengan penyembahan berhala? Kecenderungan untuk mengabaikan kesempatan yang Allah berikan dalam mengerjakan panggilan kita sebagai saksi di tengah dunia sebagai garam dan terang dunia (Matius 5:13-16), tidak hanya terjadi pada zaman umat Israel. Beberapa waktu yang lalu, di jejaring sosial diberitakan tentang seorang pemuda Kristen melakukan tindakan tercela kepada seorang remaja putri yang seharusnya menjadi adik bimbingnya. Dampak perilaku tersebut adalah, banyak orang di luar Kristen, akhirnya mencela orang Kristen. Pemuda ini memberikan kesaksian yang tidak baik. Hal yang sama juga dapat terjadi dalam kehidupan kita ketika kita hanya sekadar berfokus pada kenyamanan diri sendiri, dan mengabaikan panggilan sebagai garam dan terang dunia, kemudian kita berkompromi dengan dosa. Mohonlah Tuhan untuk menguatkan kita menghormati setiap kesempatan ibadah dan bersekutu, sehingga kita terus dikuatkan dalam mengatasi setiap godaan dan menghargai tiap kesempatan untuk menjadi saksi kebenaran bagi sesama, sehingga kita dapat membawa orang lain untuk mengenal Tuhan dan menerima keselamatan dalam Kristus. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimanakah perilaku Israel terhadap Tuhan, yang membuat mereka sering mendapat penderitaan? (2) Apa hubungan menjadi saksi Tuhan dan perilaku hidup? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka dapat hidup benar dan takut akan Tuhan, sehingga hidup mereka menjadi kesaksian yang baik dan nama Tuhan dimuliakan di antara orang-orang yang belum percaya.
28
SABTU
MARET 2015
“Jawab Barak kepada Debora: Jika engkau turut maju akupun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju akupun tidak maju.” (Hakim-Hakim 4:8)
Bacaan hari ini: Hakim-Hakim 4:1-24 Bacaan setahun: Hakim-Hakim 4-6
KEPEMIMPINAN YANG MENGUATKAN
D
ebora adalah seorang hakim wanita di Israel. Debora berarti “lebah”, adalah seorang nabiah dan satu-satunya hakim perempuan dari zaman pra-kerajaan Israel dalam Perjanjian Lama. Tuhan menyampaikan pesan kepada Barak, melalui Debora, di tengah zaman yang sangat mengagungkan kepemimpinan laki-laki. Kisahnya diceritakan dalam dua pasal Kitab Hakim-hakim, yakni pasal 4 dan 5. Respons yang diberikan Barak pada saat itu adalah, ia gentar untuk mengerjakan kehendak Tuhan dalam menghadapi musuh, sehingga ia menginginkan agar Debora pergi menyertainya. Sebagai jawaban atas permintaan Barak itu, maka Debora mengatakan bersedia, namun Barak tidak akan mendapatkan kehormatan dalam perjalanan itu. Kenyataannya adalah, bukan Barak yang mengalahkan musuh ketika mereka pergi berperang. Allah justru memakai seorang wanita bernama Yael untuk mengalahkan panglima pasukan Kanaan, Sisera, yang saat itu menjadi lawan bangsa Israel. Peperangan berhasil dimenangkan, namun yang mengalahkan Sang Panglima musuh itu adalah seorang wanita, yang dalam budaya pada waktu itu dianggap sebagai seorang yang tidak layak diperhitungkan dalam peperangan. Kehormatan jatuh ke tangan Yael, istri Heber, seorang tukang tenda suku Keni. Yael membunuh Sisera dengan memakukan paku tenda di kepala Sisera ketika ia tidur. Barak melakukan kehendak Tuhan untuk pergi berperang melawan tentara yang dipimpin Panglima Sisera. Kitab Ibrani 11 tetap memasukkan nama Barak sebagai pahlawan iman. Dan Tuhan memakai Debora untuk menguatkannya. Debora mengerjakan perannya, mengarahkan orang lain mengerjakan tugasnya dengan benar, tanpa mengambil alih tugas orang tersebut. Menjadi seorang pemimpin yang demikian membutuhkan hikmat dan kesediaan mengerjakan lebih dari sekadar mengatakan kehendak Allah, namun sekaligus menyediakan waktu dan tenaga untuk menguatkan orang tersebut mengerjakan perintah Allah. Lalu, bagaimana dengan kita? Marilah kita meneladani sikap Debora! STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Debora dalam menempatkan kepemimpinannya? (2) Apakah sikap kepemimpinan Debora hanya berlaku bagi wanita saja atau juga pria? Berdoalah bagi para pemimpin gereja, baik itu pengurus maupun aktivis agar mereka dapat bekerjasama dengan baik dan tidak saling berebut kekuasaan atau kepentingan pribadi.
29 MINGGU
MARET 2015
“Dengan ketiga ratus orang yang menghirup itu akan kuselamatkan kamu: Aku akan menyerahkan orang Midian ke dalam tanganmu;...” (Hakim-Hakim 7:7)
Bacaan hari ini: Hakim-Hakim 7:1-9 Bacaan setahun: Hakim-Hakim 7-8
TUHAN PUNYA CARA UNTUK MENOLONGMU
S
etiap orangtua tentu “punya cara” untuk menolong anaknya yang sedang dalam masalah. Apalagi TUHAN ALLAH, Dia “punya cara” untuk menolong umat-Nya yang sedang dijajah oleh bangsa Midian. Mengapa bangsa Israel dijajah oleh bangsa Midian selama tujuh tahun? (Hak. 6:1). Bukankah Israel adalah umat pilihan ALLAH? Sekalipun Israel adalah umat pilihan, namun jika mereka berbuat dosa, TUHAN tetap akan menghukum mereka. Jadi, karena bangsa Israel telah menyembah berhala (Hak. 2:11-12), maka TUHAN mengizinkan bangsa Midian untuk menjajah mereka (Hak. 6:1). Karena itu, bangsa Israel berseru kepada TUHAN, dan TUHAN punya cara menolong umat-Nya. Pertama, TUHAN memilih orang yang “kecil.” Dia adalah Gideon. Dia adalah Anak Yoas yang berasal dari kaum Abiezer; satu kaum yang sangat kecil dari suku Efraim (Hak. 8:1-2). Mungkin kita adalah orang yang “kecil” dalam pandangan manusia, tetapi tidak dalam pandangan TUHAN. Dia sanggup memakai dan memampukan kita. Di sisi lain, ketika kita dalam persoalan, atau masalah, TUHAN pun dapat memakai “orang kecil” untuk menolong kita. Apa yang tidak mungkin bagi kita, bagi TUHAN, tidak ada yang tak mungkin. Kedua, Tuhan menyertai. Penyertaan TUHAN itu cukup. Jumlah orang Midian, orang Amalek dan semua orang dari Timur itu tidak dapat terhitung. Jumlah mereka sangat banyak, seperti belalang banyaknya (Hak. 7:12). Sedangkan jumlah orang Israel yang maju berperang hanyalah tiga ratus orang (dari 30.000 orang. Baca: Hak. 7:2-7). Jadi, dengan tiga ratus orang, TUHAN mengalahkan bangsa Midian dan membebaskan serta memberi kemenangan kepada orang Israel. Ini artinya, penyertaan TUHAN itu cukup bagi bangsa Israel. Apa artinya mempunyai segalanya, tapi TUHAN tidak menyertai? Daud pernah berkata: sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku (Mzm. 23:3a). Dengan “cara-Nya”, TUHAN YESUS menolong dan menyelamatkan hidup kita, bukan dengan cara kita. IMANUEL. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana cara Tuhan mengasihi umat-Nya yang selalu menyakiti hatiNya? (2) Pelajaran apakah yang dapat kita terapkan dalam hidup kita sebagai umat-Nya? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka tidak memandang rendah diri sendiri, tetapi menempatkan diri sesuai pandangan Tuhan dan rela melayani bagi kemajuan kerajaan Tuhan di muka bumi ini.
30 SENIN
MARET 2015
“Demikianlah Allah membalaskan kejahatan yang dilakukan oleh Abimelekh kepada ayahnya, yaitu pembunuhan atas ketujuh puluh saudaranya.” (Hakim-Hakim 9:56)
Bacaan hari ini: Hakim-Hakim 9 Bacaan setahun: Hakim-Hakim 9-10
KESERAKAHAN ABIMELEKH
A
bimelekh bin Yerubaal, artinya Abimelekh anak Gideon. Abimelekh adalah anak dari gundiknya atau “istri” simpanan yang berasal dari Sikhem. Ketika ayahnya mati, tentu harus ada yang menggantikan. Dan yang seharusnya menggantikan kedudukan Gideon adalah salah satu dari tujuh puluh orang anak laki-lakinya, yakni anak dari istri sahnya, bukan anak dari “istri” simpanannya. Namun karena keserakahan Abimelekh, ia menghalalkan segala cara demi tercapai keinginannya, yaitu: “menjadi raja atas Sikhem”. Pertama, Abimelekh pergi ke keluarganya di Sikhem untuk mendapat dukungan. Ia berhasil mempengaruhi keluarganya. Maka keluarganya pun melakukan apa yang dinginkan Abimelekh, yaitu memberitahukan kepada orang-orang seluruh kota Sikhem untuk mendukungnya menjadi raja atas Sikhem. Dan seluruh warga kota itu pun menyetujuinya, dengan alasan: karena Abimelekh adalah saudara kita. Abimelekh mendapatkan support finansial dari warga kota itu, sebanyak tujuh puluh uang perak. Kedua, Abimelekh membayar orang supaya bersama-sama dengan dirinya pergi ke Ofra, rumah Gideon, dan membunuh tujuh puluh anak lakilaki Gideon (Yotam, anak bungsu Gideon, selamat). Selama tujuh puluh anak Gideon itu masih hidup, itu merupakan ancaman bagi Abimelekh. Jadi supaya aman, mereka semua harus ditewaskan. Akibat dari semua yang dilakukan Abimelekh, mendatangkan kebinasaan bagi dirinya, keluarganya dan bangsanya (bdk. Hak. 9:22-57). Orang yang serakah adalah yang tidak mensyukuri apapun yang telah Tuhan berikan. Dia menginginkan lebih dan lebih. Bahkan ia merasa bahwa kehidupan dan kesuksesan orang lain merupakan ancaman besar baginya, sehingga ia nekat membunuh demi tercapainya keinginannya. Marilah kita menjadi pribadi yang selalu mau bersyukur kepada TUHAN YESUS, untuk segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, baik dalam suka maupun dalam duka. Kikislah keserakahan itu dengan suka memberi. Tuhan tahu bagaimana memberkati kita. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang terjadi pada Abimelekh, sebagai konsekuensi keegoisannya? (2) Dari kisah ini, apa yang perlu kita waspadai sebagi seorang pemimpin? Berdoalah bagi setiap pemimpin Kristen, baik yang ada di gereja maupun di luar gereja, agar mereka mewaspadai sikap dan sifat egois atau serakah, yang hanya akan merusak diri sendiri dan orang lain.
31 SELASA
MARET 2015
“... TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tanganku …” (Hakim-Hakim 12:3)
Bacaan hari ini: Hakim-Hakim 11-12 Bacaan setahun: Hakim-Hakim 11-12
PENYERTAAN TUHAN ATAS YEFTA
P
ada zaman itu, TUHAN memilih para pemimpin khusus yang disebut “hakim-hakim” untuk memimpin suku-suku Israel mengalahkan musuh-musuh mereka. Agar bangsa Israel dapat bertahan hidup sebagai satu bangsa, mereka harus setia dan taat kepada hukum Taurat, dan beribadat hanya kepada TUHAN Allah mereka. Apabila mereka setia, mereka akan tetap tinggal di tanah Kanaan dan menerima berkat TUHAN (Ul. 7:1-15). Akan tetapi, jika mereka beribadat kepada ilah-ilah lain, dimana bangsa Israel telah melanggar perjanjiannya, TUHAN akan membiarkan mereka dikalahkan oleh musuh-musuhnya (Hak. 2: 1-3). Maka untuk yang kesekian kalinya bangsa telah berbuat dosa kepada TUHAN dengan beribadah kepada para Baal dan para Asytoret dan kepada allah-allah lain, sehingga bangkitlah murka TUHAN terhadap mereka. Dalam tahun itu juga bangsa Israel ditindas dan diinjak oleh bangsa Amon selama delapan belas tahun. Lalu berserulah bangsa Israel dan memohon pengampunan. Akhirnya, TUHAN tidak dapat lagi menahan hati-Nya melihat kesukaran mereka, maka TUHAN membangkitkan Yefta. Yefta, seorang yang hidupnya takut akan TUHAN (Hak. 11:11, 39) dan ditunjuk oleh TUHAN sebagai seorang pembebas atau hakim atas Israel untuk memimpin orang Israel dalam pertempuran melawan musuh-musuh mereka. Meskipun Yefta adalah anak dari seorang perempuan sundal dan yang telah dibuang oleh saudara-saudaranya, bahkan para tua-tua bangsa Gilead, sehingga Yefta hidup sebagai perampok dengan para petualang, ternyata TUHAN telah memproses dan mempersiapkannya untuk berperang melawan bangsa Amon. Akhirnya, bangsa Israel hidup dalam pimpinan TUHAN selama enam tahun lamanya dan Yefta mati. Pelajaran apa yang kita dapatkan dari kisah ini? Jika kita dipanggil Tuhan menjadi alat-Nya, janganlah berkecil hati, tetapi percayalah bahwa Allah menyertai dan menolong kita dalam setiap tugas yang kita lakukan. Hanya saja, tetaplah taat dan setia hanya kepada-Nya, sehingga kita bisa diperkenan-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan membiarkan bangsa Israel ditindas bani Amon? (2) Siapakah orang yang dibangkitkan Tuhan, memimpin Israel? Bagaimanakah orangnya? Berdoalah bagi setiap para aktivis yang melayani Tuhan agar mereka hidup setia dan taat kepada kehendak Tuhan, baik di dalam pelayanan mereka, maupun kehidupan sehari-hari mereka.
Catatan...
“Haruslah engkau hidup dengan tidak bercela di hadapan TUHAN, Allahmu.” (Ulangan 18:13)