PANDANGAN HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN MAYAT (Putusan Pengadilan Negeri Purbalingga Nomor 31/Pid.B/2003/PN.Pbg(
Disusun oleh : DEWI MAYA SARI NIM : 107045103409
KOSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI PANDANGAN HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN MAYAT (Putusan Pengadilan Negeri Purbalingga Nomor 31/Pid.B/2003/PN.Pbg(
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.Sy)
Oleh
DEWI MAYA SARI NIM : 107045103409
Di bawah Bimbingan
Dr. Abdurrahman Dahlan, M.A NIP : 195811101988031001
JURUSAN PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul Pandangan Hukum Pidana Positif Dan Hukum Pidana Islam Tentang Tindak Pidana Pencurian Mayat (Putusan Pengadilan Negeri Purbalingga Nomor 31/Pid.B/2003/PN.Pbg( telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi Jinayah Siyasah Konsentrasi Kepidanaan Islam (Jinayah Syar’iyyah). Jakarta, 2011 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP 195505051982031012 PANITIA UJIAN 1. Ketua
: Dr. Asmawi, MAg NIP 197210101997031008
2. Sekretaris
: Afwan Faizin, M.Ag NIP 197210262003121001
3. Pembimbing
: Dr. Abdurrahman Dahlan, M.A NIP 195811101988031001
4. Penguji I
: Sri Hidayati, M.Ag NIP 197102151997032002
6. Penguji II
: Iding Rosyidin, S.Ag, M.Si NIP 197010132005011003
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu memperoleh gelar strata 1 (S 1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Sarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil dari jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UlN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 November 2011
Dewi Maya Sari
i
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمن الرحيم
Assalamu’alaikum Wr.Wb. Puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT yang telah menciptakan manusia dengan kesempurnaan sehingga dengan izin dan berkah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh rasa tanggung jawab kepada Allah SWT dan seluruh umat manusia yang mencintai ilmu. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW, atas tetesan darah dan air mata beliaulah kita mampu berdiri dengan rasa bangga sebagai umat Islam yang menjadi umat yang terbaik diantara semua kaum. Tidak lupa kepada keluarga, para sahabat, serta yang mengamalkan sunnahnya dan menjadi pengikut setia hingga akhir zaman. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari akan pentingnya orang-orang yang telah memberikan pemikiran dan dukungan secara moril maupun spiritual sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai yang diharapkan karena adanya mereka segala macam halangan dan hambatan yang menghambat penulisan skripsi ini menjadi mudah dan terarah. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat Bapak : 1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, M.A., Selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
2. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan pembantu Dekan I, II, dan III yang telah membimbing Penulis. 3. Dr. Asmawi, M.Ag., Ketua Program Studi Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Afwan Faizin, MA., Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah yang telah banyak membantu penulis untuk melengkapi berbagai macam keperluan berkas-berkas persyaratan untuk menggapai studi strata 1 dengan sebaikbaiknya. 5. Ibu Sri Hidayati, M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dalam proses pembuatan proposal skripsi ini sehingga skripsi dapat diseminarkan dengan baik. 6. Dr. Abdurrahman Dahlan, M.A., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan, petunjuk dan nasehat yang berguna bagi penulis, “Terimakasih banyak ya pak telah sabar dan tidak bosan-bosannya membimbing maya selama penulisan skripsi ini” 7. Segenap Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum yang dengan Ikhlas menyalurkan ilmu dan pengetahuannya secara ikhlas dalam kegiatan belajar mengajar yang penulis jalani.
iii
8. Buat Ayahanda (H.M Gusnadi) dan Ibunda (HJ. Nila Efrida, S.Pd) yang sangat maya cintai, terimakasih banyak papa dan mama sudah membesarkan maya dengan penuh kasih sayang dan tidak pernah lelah untuk menjaga dan merawat maya dari kecil hingga menjadi wanita yang dewasa seperti sekarang ini, tanpa doa dan dukungan dari papa dan mama mungkin maya tidak bisa bertahan untuk menjalani semua kehidupan ini dan yang selalu mendoakan maya agar tetap semangat menyelesaikan kuliah hingga selesai menulis skripsi ini. 9. Buat kakak ku tersayang Diana Intan Sari, SE.i., terimakasih atas dukungan selama ini dan selalu menyemangati maya untuk menyelesaikan skripsi ini. 10. Buat abang ku tersayang Alfian Gusnadi, S.E., terimakasih atas supportnya selama ini dan tidak pernah bosan-bosannya untuk membuat maya tersenyum. 11. Buat My Lovely M. Idham Ferdiansyah, S.Hi., terimakasih atas semangatnya ya sayang, tanpa dukungan dan bantuan abang maya tidak bisa menyelesaikan skripsi ini dengan mudah dan tidak pernah lelah menemani maya dan menghibur maya disaat pusing mikirin skripsi. 12. Buat orang-orang sekitar maya yang selalu mendukung untuk menyelesaikan skripsi ini terutama Idham, Ai opah, Unie Novi, Hurry, Echa, Febri, dan teman-teman lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
iv
Tiada cita dapat terwujud dengan sendirinya kecuali dengan pertolongan Allah SWT sehingga penulis dapat memberikan kontribusinya dalam ilmu pengetahuan. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya serta menjadi amal baik disisi Allah SWT. Akhirnya semoga setiap bantuan, doa, motivasi yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT. Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Jakarta, 29 November 2011
Penulis
v
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................ i DAFTAR ISI .............................................................................................................. v BAB I :
Pendahuluan A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................ 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................7 D. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 8 E. Metode Penelitian ........................................................................ 10 F. Sistematika Penulisan .................................................................. 12
BAB II :
Tinjauan Umum Tentang Pencurian A. Menurut Hukum Pidana Positif.................................................... 15 1. Pengertian Menurut Teologi dan Etimologi .......................... 15 2. Unsur-unsur Pencurian .......................................................... 15 3. Jenis dan Sanksi Hukum Pencurian ...................................... 20 B. Menurut Hukum Pidana Islam .................................................... 25 1. Pengertian Menurut Teologi dan Etimologi ..........................25 2. Kriteria dan Unsur-unsur pencurian ...................................... 26 3. Jenis Pencurian dan Sanksi Hukum ...................................... 33
vi
BAB III :
Tindak Pidana Pencurian Mayat A. Pengertian Mayat ..................................................................... 43 B. Motif Pencurian Mayat .............................................................44 C. Sanksi Hukum ......................................................................... 49
BAB IV :
Pandangan Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Pengadilan Purbalingga Tentang Pencurian Mayat A. Kronologi Perkara Di Pengadilan Purbalingga ............................ 52 B. Analisis Putusan Hakim Pengadilan Purbalingga Tentang Pencurian Mayat menurut Hukum Pidana Positif ........................ 54 C. Analisis Putusan Hakim Pengadilan Purbalingga Tentang Pencurian Mayat menurut Hukum Pidana Islam ......................... 56
BAB V :
Penutup A. Kesimpulan ................................................................................. 60 B. Saran-saran .................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 64 Lampiran :
Putusan Pengadilan Negeri Nomor 31/Pid.B/200
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah keberadaan dan peradaban manusia senantiasa menjadi bagian tak terpisahkan dari proses hidup sampai mati dalam kehidupan manusia, oleh karena hukum sebagai perwujudan dari nilai-nilai keadilan, kemanfaatan dan kemanusiaan. Di samping itu norma-norma hukum sebagai perwujudan dari nilai-nilai keadilan, kemanfaatan dan kemanusiaan. Di samping itu hukum sebagai alat yang dipakai untuk mengatur masyarakat sehingga senantiasa berusaha mencapai tujuan1. Untuk itu hukum pidana harus benar-benar ditegakkan terhadap kasus-kasus kejahatan pencurian, baik pencurian yang sifatnya yang selektif dan ruang geraknya yang lebih luas, sampai pada kejahatan pencurian yang ringan. Pencurian merupakan suatu pelanggaran norma yang hidup di masyarakat yaitu norma agama dan norma hukum. Agama manapun melarang suatu tindakan pencurian
karena
hal
tersebut
merupakan
suatu
dosa
yang
harus
di
pertanggungjawaban oleh pelakunya di akhirat nanti. Hukum juga melarang suatu tindakan pencurian, karena merugikan orang lain dan melanggar hak-hak pribadi dari setiap orang, salah satunya adalah hak untuk memiliki setiap benda.2 Perkembangan zaman yang semakin maju pesat dan unik ternyata tidak 1
Sabri Samin, Pidana Islam Dalam Politik Hukum Pidana Indonesia Efektisme dan Pandangan Non Muslim, (Jakarta, Kholam Publising) 2 Sabri Samin, Pidana Islam Dalam Politik Hukum Pidana Indonesia Efektisme dan Pandangan Non Muslim, (Jakarta, Kholam Publising)
2
membuat tingkat kejahatan di lingkungan masyarakat menurun, melainkan kejahatan tersebut semakin meningkat dengan timbulnya modus baru, terutama dalam tindak pidana pencurian. Adapun objek dari tindak pidana pencurian tidak hanya dalam bentuk barang seperti rumah, televisi, radio, dan barang-barang lainnya yang memiliki nilai ekonomis, tetapi pencurian tersebut sekarang sudah mengarah ke mayat. 8 Tahun yang lalu kita telah dihebohkan media elektronik dan cetak masalah pencurian mayat yang terjadi di Sumanto telah mencuri mayat Mbah Rinah di kuburan Desa Majatengah, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga, pada Januari 2003. Jasad itu dipotong-potong dengan golok, lalu dimakannya mentah-mentah. Sebagian lagi digoreng serta dipanggang atau disate,3 dan baru-baru ini juga telah digemparkan peristiwa pencurian jasad anak balita yang beberapa hari terakhir marak di sidoarjo, Jawa Timur, diduga terkait dengan ulah para calo yang berupaya mengeruk keuntungan melalui mal praktek jual beli mayat.4 Menurut ketentuan Kitab Undang-undang Pidana (KUHP), perbuatan tersebut termasuk melanggar Pasal 180 KUHP yang berbunyi : Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum diambil, menggali atau mengambil jenazah atau memindahkan atau mengangkut jenazah yang sudah digali atau diambil, diancam dengan pidana penjara selama-lamanya satu tahun empat bulan. Atau pidana denda paling banyak
3 4
Di Akses pada tanggal 6 juni 2011 dari www.Majalah Tempo.com Di Akses pada tanggal 6 Juni 2011 dari www.Kompas com
3
empat ribu lima ratus rupiah.5 Dalam ketentuan Pasal 180 KUHP hanya membicarakan tentang perbuatan yang dengan sengaja melawan hukum mengeluarkan, mengambil, atau memindahkan mayat dari kuburan. Sedangkan memakan daging mayat tidak diatur secara khusus dalam ketentuan undang-undang, hanya merupakan perbuatan yang tidak manusiawi. Jadi, perbuatan yang dilakukan oleh Sumanto dapat dijerat dengan pasal tersebut.6 Yang diartikan mayat ialah tubuh orang yang sudah mati dan masih utuh ataupun tinggal sebagian. Bagian itu merupakan yang terbesar. Bagian yang hanya berupa dua buah tangan saja tidak dapat diartikan mayat. Jadi, apabila ada orang yang mengambil, memindahkan, atau membawa mayat dengan melawan hukum, maka merupakan suatu tindak pidana, tetapi apabila ada orang yang mengambil, memindahkan, atau membawa mayat dari rumah sakit disertai surat keterangan dokter tidak diancam dengan sanksi pidana.7 Sedangkan bila seseorang mengambil mayat manusia dari kamar mayat sebuah rumah sakit, padahal ia bukan keluarganya dan tidak dapat kuasa dari keluarganya untuk mengambilnya atau mengambilnya dari liang kubur dan kemudian dituduh melakukan pencurian mayat, tidak dapat membela diri dengan mengatakan bahwa ia tidak melakukan pencurian mayat dengan alasan bahwa seseorang selama hidupnya tidak memiliki tubuh manusia lain. Karena itu, tidak seorang pun dapat
5
Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, edisi revisi 2008, Jakarta, Rineka Cipta Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, edisi revisi 2008, Jakarta, Rineka Cipta 7 Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, edisi revisi 2008, Jakarta, Rineka Cipta 6
4
memiliki mayat manusia karena mayat itu tidak ada yang memiliki.8 Jadi, bila kita kaji dari aspek hukum pidana, tindakan mencuri jenazah atau mayat dapat dikategorikan melakukan tindak pidana pencurian sebagaimana diatur dalam Pasal 362 KUHP. Dan karena dilakukan pada malam hari, bisa dijerat dengan Pasal 363 KUHP yang ancaman pidananya selama 7 tahun, sehingga berdasarkan Pasal 21 Ayat (4) KUHAP sub (a), maka dia bisa ditahan karena ancaman pidananya lebih dari 5 tahun.9 Sedangkan dalam Islam sendiri menerangkan dalam suatu keadilan sebagai tujuan syariat (maqosidu syar‟i.) Yang mana telah ditegaskan dalam Al-Qur‟an ٌىِٛضٌ حَكًََُِٚٓا جَضَاءً تًَِا َكّسَثَا َكَاالً يٍَِ انهَ ِّ َٔانهَُّ ػَضِْٚذَٚق َٔانّسَاسِقَحُ فَا ْقطَؼُٕا أ ُ َٔانّسَا ِس “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri potonglah tangan keduany (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan, dan siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Al-Maidah : 38)10
Larangan melakukan mencuri di tegaskan pula dalam Hadits Rasulullah : ) َ ُذُِ ( أخش جّ انثخا س٘ ٔ يّسهىٚ ُّسْ ِشقُ انْحَثْمَ فَتُ ْقطَغَٚ َٔ ُِ َ ُذٚ ُضَحَ فَتَ ْقطًغَّٛسْ ِشقُ انْثَٚ ،َنَؼٍََ اهللُ انّسَّا ِسق Artinya :
”Allah melaknat pencuri yang mencuri sebutir telur kemudian tangannya dipotong, dan mencuri seutas tali kemudian tangannya
8
Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, edisi revisi 2008, Jakarta, Rineka Cipta Skripsi tentang putusan No : 32/Pid.B/2003/PN.Pbg. dengan terdakwa Sumanto PUTRA FAJAR SUNJAYA, Universitas Pancasakti Tegal. 10 Ahmad Mukri Aji, Rasional Ijtihad Ibnu Rusdyh.-Pustaka Pena Ilahi, B ogor 2010, h. 193 9
5
dipotong”.11 Ayat dan Hadits tadi menunjukkan bahwa perbuatan mencuri adalah perbuatan tercela dalam pandangan Islam. Tindakan pencurian dilarang, karena dapat menggoncang stabiliitas keamanan masyarakat. Pencurian baru diancam dengan hukuman Had jika memenuhi beberapa unsur. Unsur-unsur itu adalah tindakan mengambil secara sembunyi-sembunyi, unsur benda yang di ambil berupa harta, unsur benda yang di ambil adalah hak orang lain, dan unsur kesengajaan berbuat kejahatan.12 Sedangkan menurut Ibn Rusyd memberikan pengertian memenuhi beberapa unsur di dalam delik pencurian yaitu :13 a) Perbuatan mengambil harta orang lain secara diam-diam (mustatir) adalah harta atau barang milik orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya, dan tanpa kerelaannya. Misalnya : Seseorang mengambil harta atau barang dari rumah orang lain ketika penghuninya sedang tidur. b) Barang yang dicuri adalah berupa harta (al-mal). Yang dimaksud dengan harta disini adalah harta yang bergerak, berharga, memiliki tempat penyimpanan yang layak dan sampai nishab. c) Harta yang dicuri merupakan milik orang lain.
11
Al-Bukhari, Shahih Bukhari, juz VI, h. 2493, hadits nomor 6414 dan al-Nishaburi, Shahih Muslim, h. 1311, Hadits nomor 1687 12 Muhammad amin suma, Pidana Islam di Indonesia; peluang, prospek, dan tantangan, cet 1, 2001, Pustaka Firdaus, h. 112 13 Ahmad Mukri Aji, Rasionalitas Ijtihad Ibn Rusyd, Kajian Fiqh Jinayat dalam Kitab “ Bidayatul Mujtahid wa Nilhayat al-Mustashid,Cet 1,( Bogor, 2010, Pustaka Pena Ilahi),
6
d) Adanya kesengajaan melakukan perbuatan pencurian.14 Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengeksplorasi lebih jauh mengenai perbuatan pencurian mayat yang dikriminalisasi beserta sanksinya bagi para pelaku, Oleh karena itu penulis menyusun skripsi dengan judul : “PANDANGAN HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN MAYAT”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Seperti telah penulis uraikan dalam dasar pemikiran, agar dalam pembahasan ini tidak melebar dan keluar dari pokok pembahasan di samping keterbatasan yang penulis miliki maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan ini sebagai berikut : 1. Skripsi ini hanya membahas pada pencurian mayat
menurut hukum
pidana positif maupun hukum pidana Islam beserta sanksi-sanksinya dan membahas keabsahan putusan Pengadilan Negeri Purbalingga ditinjau dari hukum pidana positif maupun hukum pidana Islam. 2. Hukum Pidana Positif yang penulis maksud adalah KUHP (Kitab Undangundang Hukum Pidana) yang telah diatur di dalam Pasal 179, 180 dan 181 tentang mayat.
14
Muhammad amin suma, Pidana Islam di Indonesia; peluang, prospek, dan tantangan, , 2001, Pustaka Firdaus h.113
7
3. Hukum Pidana Islam yang penulis maksud adalah Fiqih Jinayah tentang pencurian mayat. 4. Putusan yang penulis maksud adalah Kajian (Putusan Pengadilan Negeri Nomor 31/Pid.B/2003/PN.Pbg).
2. Rumusan Masalah Dari masalah pokok di atas dapat diuraikan menjadi 3 (tiga) : Sub masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan penelitian (research questions), yaitu : 1) Bagaimana Pandangan Hukum Pidana Positif tentang Pencurian Mayat dan sanksi bagi pelakunya? 2) Bagaimana Pandangan Hukum Pidana Islam tentang Pencurian Mayat dan sanksi bagi pelakunya? 3) Bagaimana analisis Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam terhadap putusan Pengadilan Negeri Purbalingga tentang tindak pidana Pencurian Mayat? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui pengertian pencurian mayat. b. Untuk mengetahui sanksi bagi pelaku pencurian mayat menurut Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam. c. Untuk mengetahui faktor dan motif apa di balik pencurian mayat.
8
2. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Manfaat teoritis adalah dapat menambah khazanah keilmuan dalam mengetahui pengertian pencurian mayat, hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi kalangan pelajar, mahasiswa, dan akedemisi lainnya. b. Manfaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kalangan pelajar, mahasiswa, dan akedemisi lainnya. Manfaat kebijakan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penegak hukum dalam penerapan hukum tentang pencurian mayat.
D. Penelitian Terdahulu Di dalam penulisan skripsi ini penulis menemukan beberapa skripsi yang dapat dijadikan kajian terdahulu bagi penulis di antaranya sebagai berikut : 1) Skripsi KHASNAN ZAKKI, E. 0001170, mengenai “TINJAUAN HUKUM PIDANA
TERHADAP
PUTUSAN
HAKIM
DALAM
PERKARA
TINDAK PIDANA PENCURIAN MAYAT (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Purbalingga)”. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta (Skripsi). 2005.” Dalam skripsinya ia membahas tentang pertanggungjawaban dan sanksi pidana
dalam pencurian mayat. Terhadap terdakwa Sumanto.
(1) Penafsirkan mayat sebagai barang, (2) Tindak pidana yang dilakukan terdakwa Sumanto Bin Nuryadikarta dikategorikan ke dalam tindak pidana pencurian berkualifikasi (pengenaan Pasal 363 ayat (1) Ke-5 Kitab UndangUndang Hukum Pidana), (3). Kesimpulan hakim bahwa terdakwa sehat secara
9
rohani. Dari hasil analisis, (Tingkat Pertama) putusan tersebut sudah sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.15 2) Skripsi oleh Putra Fajar Sunjaya, “TINJAUAN HUKUM PIDANA TERHADAP
PUTUSAN
HAKIM
DALAM
PERKARA
TINDAK
PIDANA PENCURIAN MAYAT (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Purbalingga, Pengadilan Tinggi Negeri Semarang, Mahkamah Agung)”. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta (Skripsi). Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap permasalahan yang penulis teliti, dapat disimpulkan dalam 3 bagian : )1(. Tindak pidana pencurian mayat dalam Hukum Pidana Positif di Indonesia diatur pada Pasal 180 KUHP. Tindak pidana yang diatur dalam Pasal 180 KUHP ini merupakan bentuk tindak pidana khusus dari tindak pidana pencurian sebagaimana diatur dalam Pasal 362 KUHP; (2(. Pertanggungjawaban pidana terhadap tindak pidana pencurian mayat dalam Tingkat Akhir (KASASI) Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1979 K/Pid/2003 Jis. Tingkatan Kedua (Banding) Putusan Pengadilan Tinggi Semarang No. 162/Pid/2003/PT.Smg, Tingkat Pertama Putusan Pengadilan Negeri Purbalingga No. 31/Pid.B/2003/PN.Pbg. berupa pidana penjara selama 5 (lima) tahun; (3) Sebelum menjatuhkan putusan pemidanaan terhadap Terdakwa judex facti sebagaimana yang dikuatkan oleh judex yuris dan Mahkamah Agung mempertimbangkan 3 (tiga) pertimbangan, yaitu Pertimbangan yuridis ialah pertimbangan yang menentukan bersalah atau 15
Di Akses pada tanggal 6 Juni 2011 dari http://simta.uns.ac.id
10
tidaknya.16 Kedua pembahasan tersebut berbeda dengan skripsi yang akan penulis bahas karena penulis akan membahas mengenai “PANDANGAN HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN MAYAT” (Putusan Pengadilan Negeri Purbalingga Nomor 31/Pid.B/2003/PN.Pbg) Yang di dalamnya akan membahas mengenai dengan perbuatan dan sanksi tindak pidana pencuri mayat menurut Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam. E. Metode Penelitian Jenis penelitian yang penulis pergunakan adalah penelitian hukum normatif karena melihat hukum jenis penelitian kualitatif ditinjau dari putusan pengadilan.
1) Studi Kepustakaan (Library Research) ialah : Studi Kepustakaan (Library Research) adalah metode pengumpulan data yang dipergunakan bersama metode lain seperti wawancara, dan pengamatan (observasi) ialah Penelitian yang diperoleh di perpustakaan, yang berisi teori-teori dengan cara mengumpulkan sumber-sumber yang berkaitan dengan aspek permasalahan yang akan diteliti, dan mengkaji pendapat para ahli hukum yang terdapat dalam buku, KUHP, dan buku-buku fiqih lainnya.17
16 17
Di Akses pada tanggal 6 Juni 2011 dari http://www.perpus.upstegal.ac.id Bambang waluyo, Penelitian Hukum dalam praktek, (Jakarta, Sinar grafika,2006) cet. Ke-2
11
2) Penelitian Lapangan (Field Research) ialah : Penulis mencari lokasi ke purbalingga untuk melakukan penelitian deskriptif, yaitu berusaha menyajikan fakta-fakta yang obyektif sesuai dengan situasi dan kondisi yang sebenarnya terjadi pada saat penelitian dilakukan.18
3) Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi Dokumentasi, alat ini dipergunakan untuk melengkapi data yang penulis perlukan, yaitu melihat berkas putusan pengadilan Negeri di Purbalingga.
4) Sumber data : Data primer, yaitu sumber data utama yang dapat dijadikan jawaban terhadap
masalah
penelitian.19
Putusan
Pengadilan
Negeri
Nomor
31/Pid.B/2003/PN.Pbg. Buku-buku yang berkaitan dengan bahan penulisan antara Kitab Undang-undang Pidana (KUHP) dalam hal ini Pasal 180, 362, 363, AlQur‟an, Hadits, dan buku-buku lain yang berkaitan dengan pembahasan penulisan. Data skunder yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu, artikel-artikel dan makalah-makalah yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini.
18 19
Bambang waluyo, Penelitian Hukum dalam praktek, (Jakarta, Sinar grafika,2006) cet. Ke-2 Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 158.
12
5) Teknik Analisis Adapun cara yang digunakan penulis dalam menganalisa datanya adalah dengan dokumenter, yaitu data berdasarkan hasil putusan pengadilan mengambil pengolahan data melalui dengan internet. Dalam hal ini materi pokoknya adalah tindak pidana pencurian mayat perpekstif Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam.
6) Teknik penulisan Adapun teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.”20 Contoh Proposal Skripsi dari Akademik Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011.21
F. Sistematika Penulisan Skrispsi ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab terdiri dari sub bahasan, ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam penulisan dan pengambilan putusan pengadilan penulisan penelitian ini, dan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai materi pokok penulisan dan memudahkan para pembaca dalam mempelajari tata urutan penulisan skripsi ini, maka penulis menyusun
20
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007 21 Contoh Proposal Skripsi dari Akademik Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011
13
sistematika penulisan ini secara sistematis sebagai berikut : Bab Pertama pada bab ini menguraikan alasan dan ketertarikan penulis dalam meneliti masalah ini gambaran secara keseluruhan skrispi, seperti yang terdapat di dalam latar belakang masalah agar skripsi ini dapat tertuju pada masalah pokoknya maka perlu dibuat pembatasan dan perumusan masalah, serta tujuan dan manfaat penelitian, dan supaya penulisan skripsi ini lebih terarah maka penulis menggunakan metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab Kedua sebelum berbicara mengenai pencurian mayat menurut Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam maka penulis akan terlebih dahulu membahas sekilas tentang pencurian serta sanksi menurut Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam. Bab Ketiga dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai pengertian mayat, motif dan sanksi hukumannya dalam tindak pidana pencurian mayat di daerah purbalingga. Bab Keempat Pandangan Terhadap Putusan Pengadilan Purbalingga Tentang Pencurian Mayat terdiri yang pertama Sanksi Bagi Pelaku Tindak Pidana Pencurian Mayat Menurut Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam, analisis Putusan pengadilan Negeri Purbalingga Nomor 31/PID.B/2003/PN.PBG) Tentang pencurian Mayat. Bab Kelima bab terakhir yang memuat kesimpulan yang diperoleh dari teori yang menggambarkan secara umum tentang permasalahan yang dibahas untuk ditarik kesimpulannya, dalam bab ini juga mencakup saran-saran dari
14
penulis atas permasalahan yang diteliti sehingga tercapai upaya untuk mencapai tujuan dari yang dilakukan.
15
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN
A. Menurut Hukum Pidana Positif 1. Pengertian Pencurian Pencurian menurut KUHP diatur dalam Pasal 362 KUHP yaitu : “Barangsiapa mengambil sesuatu barang, yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum karena pencurian dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp 900,- (sembilan ratus rupiah)”.22
2. Unsur-unsur Berdasarkan rumusan Pasal 362 KUHP di atas, maka unsur-unsur tindak pidana pencurian (biasa) adalah sebagai berikut : A. Unsur obyektif 1) Perbuatan mengambil. 2) Obyeknya suatu benda. 3) Unsur keadaan yang menyertai atau melekat pada benda yaitu benda tersebut sebagian atau keseluruhan milik orang lain. B. Unsur Subyektif
22
R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor, 19 94, h.249
16
1) Adanya maksud. 2) Yang ditujukan untuk memiliki. 3) Dengan melawan hukum.
Tindak pidana ini oleh Pasal 362 KUHP dirumuskan sebagai mengambil barang, seluruhnya atau sebagian milik orang lain dengan tujuan memilikinya secara melanggar hukum.23 Sehingga patutlah kiranya dikemukakan, bahwa ciriciri khas tindak pidana pencurian adalah mengambil barang orang lain untuk memilikinya. a. Unsur obyektif 1) Mengambil Dilihat dari makna ketika aturan ini dibuat, perbuatan “mengambil” sebagaimana dirumuskan di dalam Pasal 362 KUHP telah mengalami perluasan makna. Terjadinya perluasan makna atas unsur “mengambil” dalam tindak pidana pencurian seiring dengan adanya perkembangan masyarakat. Pada awalnya, perbuatan “mengambil” itu bermakna sebagai “setiap perbuatan untuk membawa atau mengalihkan suatu barang ke tempat lain”. Perbuatan mengambil pada awalnya menunjuk pada “perbuatan dengan menggunakan sentuhan tangan”. Tetapi dalam pekembangannya, pengertian “mengambil” ini tidak hanya terbatas pada pengertian sebagaimana tersebut di atas. Perbuatan “mengambil” pada akhirnya mempunyai pengertian yang lebih 23
Wirjono Projodikoro, SH. DR, Tindak-Tindak Pidana tertentu di Indonesia, Eresco, Bandung, 1986, h.13
17
luas. Sekarang ini pengertian “mengambil” tidak hanya terbatas pada “membawa atau mengalihkan dengan sentuhan tangan”, tetapi termasuk juga perbuatan-perbuatan untuk mengalihkan atau memindahkan suatu barang dengan berbagai cara. 24
2) Suatu Barang atau Benda Sebagaimana pengertian mengambil, pengertian “barang” dalam Pasal 362 KUHP juga mengalami perkembangan makna. Pengertian
“barang”
dalam Pasal 362 KUHP ini pada awalnya menunjuk pada pengertian barang atau benda bergerak dan berwujud, termasuk binatang. Benda bergerak dan berwujud tersebut misalnya, radio, televisi, uang dan lain sebagainya. 25
3) Benda Tersebut Seluruhnya atau Sebagian Milik Orang lain Unsur ini mengandung suatu pengertian, bahwa benda yang diambil itu haruslah barang/benda yang dimiliki baik seluruhnya atau sebagian oleh orang lain. Jadi harus ada pemiliknya, sebab sebagaimana di atas disinggung, barang/benda yang tidak bertuan atau tidak ada pemiliknya tidak dapat menjadi objek pencurian.26 Dengan demikian dalam tindak pidana pencurian, tidak dipersyaratkan barang/benda yang diambil atau dicuri itu milik orang lain secara keseluruhan. 24
Wirjono Projodikoro, SH. DR, Tindak-Tindak Pidana tertentu di Indonesia, Eresco, Bandung, 1986, h.13 25 R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komemntar-komentarnya Lengkap Pasal demi Pasal, Politeia, Bogor, 1996. h.250 26 R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komemntar-komentarnya Lengkap Pasal demi Pasal, Politeia, Bogor, 1996. h.250
18
Pencurian tetap ada, sekalipun barang tersebut hanya sebagian saja yang dimiliki oleh orang lain dan sebagian yang dimiliki oleh pelaku sendiri.27
b. Unsur Subyektif 1) Dengan Maksud Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa unsur kesengajaan dalam, rumusan tindak pidana dirumuskan dengan berbagai istilah, termasuk di dalamnya adalah istilah “dengan maksud”. Dengan demikian, unsur “dengan maksud” dalam Pasal 362 KUHP menunjuk adanya unsur kesengajaan dalam tindak pidana pencurian. Persoalannya adalah, kesengajaan atau maksud itu harus ditujukan pada apa? Dalam hal ini kesengajaan atau maksud itu ditujukan “untuk menguasai benda yang diambilnya itu untuk dirinya sendiri secara melawan hukum”. Dengan demikian, berkaitan dengan unsur “dengan maksud” dimana maksud tersebut adalah untuk menguasai barang/benda yang diambil untuk dirinya sendiri secara melawan hukum maka, untuk melihat apakah pelaku mempunyai maksud atau tidak untuk menguasai barang tersebut untuk dirinya sendiri secara melawan hukum haruslah dibuktikan28: a) Bahwa maksud orang atau pelaku memang demikian adanya, artinya pelaku memang mempunyai maksud untuk menguasai barang itu untuk dirinya sendiri secara melawan hukum. 27
R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komemntar-komentarnya Lengkap Pasal demi Pasal, Politeia, Bogor, 1996. h.250 28 R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komemntar-komentarnya Lengkap Pasal demi Pasal, Politeia, Bogor, 1996. h. 256
19
b) Pada saat pelaku mengambil barang tersebut, harus mengetahui, barang yang diambilnya itu adalah milik orang lain baik secara melawan hukum keseluruhan atau sebagian. c) Bahwa dengan perbuatan yang dilakukannya itu, pelaku tahu, bahwa ia melakukan suatu perbuatan yang melawan atau bertentangan dengan hak orang lain. 29
2) Memiliki Untuk Dirinya Sendiri Unsur “memiliki” untuk dirinya sendiri dalam rumusan Pasal 362 KUHP merupakan terjemahan yaitu mempunyai makna yang lebih luas dari “memiilki”. Oleh beberapa sarjana, istilah tersebut diterjemahkan istilah “menguasai”.30 Secara pribadi istilah “menguasai” lebih baik dari pada istilah “memiliki”. Apabila seorang mengambil suatu barang milik orang lain secara melawan hukum, tidak secara otomatis hak kepemilikan dari barang tersebut beralih pada yang mengambil barang tersebut. Sebab, pada hakikatnya hak milik itu tidak dapat beralih dengan cara melawan hukum. Orang yang mengambil barang itu hakikatnya belum menjadi “pemilik” dari barang yang diambilnya, tetapi baru “menguasai” barang tersebut, yaitu bahwa orang
29
R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komemntar-komentarnya Lengkap Pasal demi Pasal, Politeia, Bogor, 1996. h. 256 30 R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komemntar-komentarnya Lengkap Pasal demi Pasal, Politeia, Bogor, 1996. h. 257
20
tersebut bertindak seolah-olah sebagai pemilik barang tersebut.31 3) Secara Melawan Hukum Unsur “melawan hukum” dalam tindak pidana pencurian ini erat dengan unsur menguasai untuk dirinya sendiri. Unsur “melawan hukum” ini akan memberikan warna pada perbuatan “menguasai”, agar perbuatan “menguasai” itu menjadi perbuatan yang dapat dipidana. 32 Terhadap pengertian “melawan hukum” itu sendiri sampai saat ini tidak ada kesatuan pendapat di antara para pakar hukum. Pompe misalnya, menyatakan, bahwa melawan hukum ada apabila ada sesuatu tindakan yang bertentangan dengan hukum, baik itu hukum subyektif (hak seseorang) maupun bertentangan dengan hukum pada umumnya, yang dapat berupa hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis.33
3.
Jenis-jenis Tindak Pidana Pencurian Jenis ini dibagi menjadi 3 bagian : 1) Pencurian Biasa Pencurian biasa ini perumusannya diatur dalam pasal 362 KUHP yang menyatakan : “Barangsiapa mengambil sesuatu barang, yang seluruhnya atau 31
sebagian
R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komemntar-komentarnya Lengkap Pasal demi Pasal, Politeia, Bogor, 1996. H.250 , h. 257 32 R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komemntar-komentarnya Lengkap Pasal demi Pasal, Politeia, Bogor, 1996. H.250 , h. 257 33 Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Rineka cipta edisi revisi 2008, Jakarta, h.132
21
milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak Sembilan ratus rupiah”.34
2) Pencurian Dengan Pemberatan Istilah “pencurian dengan pemberatan” biasanya secara doktrinal disebut
sebagai
“pencurian
yang
dikualifikasikan”.
Pencurian
yang
dikualifikasikan ini menunjuk pada suatu pencurian yang dilakukan dengan cara-cara tertentu atau dalam keadaan tertentu, sehingga bersifat lebih berat dan karenanya diancam dengan pidana yang lebih berat pula dari pencurian biasa.35 Pencurian dengan pemberatan atau pencurian yang dikualifikasikan diatur dalam pasal 363 dan 365 KUHPidana. Oleh karena pencurian yang dikualifikasikan tersebut merupakan pencurian yang dilakukan dengan caracara tertentu dan dalam keadaan tertentu yang bersifat memberatkan, maka pembuktian terhadap unsur-unsur tindak pidana pencurian dengan pemberatan harus di awali dengan membuktikan pencurian dalam bentuk pokoknya. Unsur-unsur tindak pidana pencurian dengan pemberatan dapat dipaparkan sebagai berikut : Pencurian dengan pemberatan diatur dalam Pasal 363 KUHPidana. 34
R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komemntar-komentarnya Lengkap Pasal demi Pasal, Politeia, Bogor, 1996,.h. 259 35 Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung, Eresco, 1986, h. 19
22
Pencurian yang diatur dalam Pasal 363 KUHPidana dirumuskan sebagai berikut : (1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun : 1. Pencurian Ternak : Pengertian ternak telah dijelaskan di dalam Pasal 101 kitab undangundang Hukum Pidana yang mempunyai makna : ternak adalah hewan-hewan yang berkuku satu, yang memamah biak dan babi”. Hewan yang berkuku satu itu adalah misalnya kuda, yang memamah biak adalah sapi dan kerbau, sedang mengenai babi kiranya tidak perlu dijelaskan.36 2. Pencurian Pada Waktu Ada Kebakaran, Letusan, Banjir, Gempa Bumi, atau Gempa laut, Gunung Meletus, Kapal Karam, Kapal Terdampar, Kecelakaan Kereta Api, Huru hara, Pemberontakan atau Bahaya Perang.37 3. Pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang adanya di situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak -
Malam Malam yang dimaksud menurut Kitab Undang-undang Pidana “
36
Lamintang dan Djisman Samosir, Delik-delik khusus kejahatan yang ditujukan Terhadap Hak Milik dan Lain-lain Hak yang Timbul dari Hak Milik, Tarsito, Bandung,1979, h.111 37 Lamintang dan Djisman Samosir, Delik-delik khusus kejahatan yang ditujukan Terhadap Hak Milik dan Lain-lain Hak yang Timbul dari Hak Milik, Tarsito, Bandung,1979, h.111
23
waktu antara Matarahari terbenam dan matahari terbit.38
-
Tempat Kediaman Pengertian ini bukan saja penting di dalam Hukum Pidana Formil menurut mentorie van antwoord adalah “suatu tempat dimana manusia itu menjalankan kehidupan rumah pribadinya dan yang karena mengikat dirinya memisahkan dirinya itu dari dunia luar.39
-
Di atas Sebuah Pekarangan Tertutup Yang Ada Rumahnya Yang dimaksudkan dengan “sebuah perkarangan tertutup”adalah sebidang tanah yang mempuyai batas-batas yang dapat dilihat dan batas-batas
membatasi
tanah
tersebut
dari
tanah-tanah
sekitarnya.40 -
Di luar Sepengetahuan Adalah bahwa si pembuat telah berada di dalam rumah atau pekarangan itu dengan tidak meminta izin terlebih dahulu dari orang-orang berhak atas rumah atau karangan tersebut.
4. Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersamasama. Mengenai pengertian ini “ oleh dua orang atau lebih bersama-sama 38
Lamintang dan Djisman Samosir, Delik-delik khusus kejahatan yang ditujukan Terhadap Hak Milik dan Lain-lain Hak yang Timbul dari Hak Milik, Tarsito, Bandung,1979, h.111 39 Lamintang dan Djisman Samosir, Delik-delik khusus kejahatan yang ditujukan Terhadap Hak Milik dan Lain-lain Hak yang Timbul dari Hak Milik, Tarsito, Bandung,1979, h.111 40 Lamintang dan Djisman Samosir, Delik-delik khusus kejahatan yang ditujukan Terhadap Hak Milik dan Lain-lain Hak yang Timbul dari Hak Milik, Tarsito, Bandung,1979, h. 113
24
Hoge Raad di dalam arrestnya tanggal 10 Desember 1894 (W. 6598) telah memberikan pendapatnya yaitu pencurian oleh dua orang atau lebih
secara
bersama-sama
itu
haruslah
dilakukan
dalam
hubungannya keturut-sertaan di dalam kejahatan. 41
5. Pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang diambilnya, dilakukan dengan membongkar, merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan (seragam) palsu. (2) Jika pencurian yang diterangkan dalam ke-3 disertai dengan salah satu tersebut ke-4 dan ke-5, maka dikenakan pidana paling lama Sembilan tahun.42
3) Pencurian Ringan Pencurian ringan adalah pencurian yang memiliki unsur-unsur dari pencurian di dalam bentuknya yang pokok, yang karena ditambah dengan unsur-unsur lain (yang meringankan), ancaman pidanaya menjadi diperingan. Jenis pencurian ini diatur dalam ketentuan Pasal 364 KUHPidana, yang menyatakan :43 Perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan Pasal 363 butir 4, 41
Lamintang dan Djisman Samosir, Delik-delik khusus kejahatan yang ditujukan Terhadap Hak Milik dan Lain-lain Hak yang Timbul dari Hak Milik, Tarsito, Bandung,1979, H.114 42 Lamintang dan Djisman Samosir, Delik-delik khusus kejahatan yang ditujukan Terhadap Hak Milik dan Lain-lain Hak yang Timbul dari Hak Milik, Tarsito, Bandung,1979, h.114 43 R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komemntar-komentarnya Lengkap Pasal demi Pasal, Politeia, Bogor, 1996
25
begitu juga perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 365 ke-5, apabila tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua puluh.
B.
Pencurian Menurut Hukum Pidana Islam 1. Pengertian Pencurian Mencuri atau dalam Etimologi disebut dengan sariqah ( ُ ) اَ نّسشِ قَحadalah suatu tindak kejahatan mengambil harta orang lain dengan cara sembunyisembunyi, baik dari pandangan pemilik hartanya yang dicuri atau pihak lain menurut anggapan orang yang mencurinya44. Secara terminologi sariqah berarti melakukan suatu tindakan terhadap orang lain secara sembunyi-sembunyi. Misalnya istiqraq al-sam‟a (mencuri dengar) dan musaraqah al-nadzara (mencuri pandang). 45 Menurut Abdul Qadir Audah mendefinisikan pencurian sebagai tindakan mengambil harta orang lain dalam keadaan sembunyi-sembunyi, yaitu mengambilnya tanpa sepengetahuan dan kerelaan pemiliknya, misalnya seorang mengambil harta dari sebuah rumah ketika pemiliknya sedang bepergian atau tidur.46 Adanya persyaratan “ dalam keadaan sembunyi-sembunyi” Seperti dalam definisi di atas menunjukan bahwa orang yang mengambil harta orang lain secara
44 45
Fauzan al-Ansari, Hukuman Bagi Pencuri, (Jakarta:khairul Bayan,2002), h.8 Muhammad Amin Summa, Pidana Islam di Indonesia, (Jakarta:Pustaka Firdaus,2001),
h.111 46
Abdul Qadir Audah, al-Tasyri‟ al-Jinai al-Salimi, al-Jami‟ al-Shahih Sunan al-Tirmidzi, Juz IV, (Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, t.th.), h.52 hadits nomor 1448
26
terang-terangan tidak termasuk kategori yang diancam hukuman had. Alasannya adalah hadits Rasullah yang menegaskan : ٍٍِسَ ػَهَٗ خَائْٛ ّْ ٔسَهَى قَالَ نِٛ صَهَٗ اهللُ ػَهِّْٙ ٔسَهَىَ قَالَ ػٍَِ انَُثَِٛ صَهًٗ اهللِ ػَهَِٙ اهلل ػَُُّْ ػٍَِ انَُثٙػٍَْ جَاتِشٍ سَض )ٌَ َٔاتٍُْ حِثَا، ٘ ُ ِ َٔصَحَحَُّ انتِشْيِز،ُ َٔانْؤَسْتَؼَح،َُٔنَا يُُْتَ ِٓةٍ نَا يُخْتَِهسٍ َقطْغٌ ( َسَٔاُِ أَحًَْذ Artinya :
“ Dari Jabir, Dari Nabi SAW bersabda Tidak ada potong tangan atas penghianatan harta (koruptor), perampok, dan pencopet” 47
2. Kriteria dan Unsur-unsur Pencurian Menurut Hukum Pidana Islam A. Kriteria Nishab Barang Yang Dicuri Menurut Para Ulama Sebagian mereka ada yang mengatakan (bahwa nishab pencurian itu) adalah 1 (satu) dinar atau 10 (sepuluh) dirham. Barangsiapa yang mencuri senilai satu nishab, maka ia dipotong berdasarkan kesepakatan. Dalam Shahihain dari shahabat Ibnu ‟Umar radliyallaahu ‟anhuma48: َ ثًََ ُُّ ثَهَاثَحُ دَسَاِْى،ٍٍَ يِجِّٙ ٔسهى َقطَغَ فَٛ صهٗ اهلل ػهِٙ أٌََ انَُث: َ انهَُّ ػًََُُْٓاَِٙٔػٍَِ اتٍِْ ػًَُشَ سَض Artinya : ”Dari Ibnu Bahwa Nabi S.A.W pernah memotong (tangan pencuri karena mencuri) perisai yang harganya tiga dirham”.49 Dalam riwayat Al-Bukhari, beliau shallallaahu „alaihi wasallam bersabda : )َُٗاسٍ فَصَؤ ػِذًا ( اخشخّ ا انُّسا ئِْٚ سُتُغِ دَٙذُ فْٛتَ ْقطَغُ ان Artinya : 47 48
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Beirut: Dar al-Fikr,2005), juz II, h. 365 Muhammad Ibnu Ali Ibnu Muhammad As-syaukani, Nailul Author, h.2127 hadits nomor
4067 49
Ibid Muhammad Ibnu Ali Ibnu Muhammad As-syaukani, Nailul Author, h.2127 hadits nomor 4067
27
“Tangan dipotong pada (pencurian) seperempat dinar ke atas 50
Seperempat dinar pada waktu itu adalah senilai tiga dirham : dan satu dinar itu senilai dengan dua belas dirham. Dan tidaklah seseorang itu disebut pencuri hingga ia mengambil harta dari tempat simpanannya. Adapun harta yang hilang dari pemiliknya, buah-buahan yang berada di pohon di padang pasir tanpa pagar, binatang ternak tanpa penggembala di sisinya, atau yang semisalnya : maka (orang yang mengambilnya) tidaklah dipotong. Akan tetapi baginya hukum ta‟zir, yaitu digandakan (dua kali lipat) baginya denda, sebagaimana terdapat dalam hadits. 51 Menurut Muhammad Ibnu Ali Ibnu Muhammad As-syaukani dalam Syarihnya Kitab Nailul Author berkata, apa yang telah ditetapkan oleh hadits-hadits dalam bab ini tentang keputusan dipotong pencuri karena mencuri barang seharga tiga dirham atau seperempat dinnar, telah dijadikan dasar oleh Jumhur, baik dari kalangan ulama salaf dan khalaf, di antaranya Khulafaur Rasyidin, namun mereka juga berbeda pendapat perihal barang yang dicuri itu (disuatu Negara) yang tidak mempergunakan standar perak dan emas. Menurut pendapat Imam Malik, yaitu harus dipergunakan standar dirham (perak), Menurut As-Syafi‟i, berkata standar nilai harga adalah emas, bukan standar dinar, karena emas merupakan pokok barang berharga di bumi ini. 52 Menurut pendapat Madhzab kesepuluh bahwa potong tangan itu berlaku
50
Muhammad Ibnu Ali Ibnu Muhammad As-syaukani, Nailul Author, h.2127 hadits nomor 4067 h., 2128 51 Muhammad Ibnu Ali Ibnu Muhammad As-syaukani, Nailul Author, h.2127 hadits nomor 4067 52 Muhammad Ibnu Ali Ibnu Muhammad As-syaukani, Nailul Author, h. 2129
28
dalam hal pencurian yang sedikit atau banyak. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh (Abu Hayyan) pengarang Al-Bahrul Muhith, dari al-Hasan al-Bashri, Daud (Zhahiri), dan Khawarij, Mereka berdalih dengan kemuliyaan Firman Allah : ٌىِٛضٌ حَكًََُِٚٓا جَضَاءً تًَِا َكّسَثَا َكَاالً يٍَِ انهَ ِّ َٔانهَُّ ػَضِْٚذَٚق َٔانّسَاسِقَحُ فَا ْقطَؼُٕا أ ُ َٔانّسَا ِس Artinya : Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs. AlMaidah : 38). 53 Oleh karena itu lah Nabi Shallallaahu ‟alaihi wasallam bersabda : َٗسَ ػَهْٛ ْ ِّ َٔسَهًى قَالَ نَِٛ صهٗ اهلل ػَهِّٙ ٔسهى قَالَ ػٍَِ انَُثِٛ صهٗ اهلل ػهِٙ اهلل ػٍَِ انَُثٙػٍَْ جَاتِشٍ سض )ٌَ َٔاتٍُْ حِثَا، ٘ ُ ِ َٔصَحَحَُّ انتِشْيِز،ُ َٔانْؤَسْتَؼَح،ُ َقطْغٌ ( َسَٔاُِ أَحًَْذ،ٍٍ َٔنَا يُُْتَِٓة ًٔنَا يُخْتَِهس ٍ ِخَائ Artinya :
“ Dari Jabir, Dari Nabi SAW bersabda Tidak ada potong
tangan atas penghianatan harta (koruptor), perampok, dan pencopet”54 a.
Unsur-unsur pencurian Untuk dapat dikategorikan pencurian yang dapat dikenakan hukuman
had, harus ada empat unsur dalam pencurian, yaitu : a) Pengambilan secara diam-diam. Terjadinya apabila pemilik harta tidak mengetahui terjadinya pengambilan barang tersebut dan ia tidak 53
Muhammad Ibnu Ali Ibnu Muhammad As-syaukani, Nailul Author, h.2127 hadits nomor
54
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Beirut: Dar al-Fikr,2005), juz II, h. 365
4067
29
merelakannya.55 Tindakan mengambil harta orang lain baru dianggap pencurian apabila mencukupi tiga syarat, pertama ; benda yang dicuri telah dikeluarkan dari tempat penyimpanan yang layak, yaitu tempat yang pantas untuk menyimpan sejenis harta sehingga sulit untuk diambil orang.56 Kedua ; benda tersebut diambil dan telah berada pada kekuasaan pencuri.57 b) Barang yang diambil berupa harta, yang dimaksud dengan harta adalah sesuatu yang dicenderungi oleh tabiat manusia dan mungkin disimpan sampai waktu yang dibutuhkan.58 Unsur kedua ini sempurna dikerjakan apabila memenuhi syarat : 1) Barang yang dicuri berupa mal mutaqawwim, yaitu barang yang dianggap bernilai menurut syara‟.59 Barang-barang yang tidak bernilai menurut pandangan syara‟ karena dzatnya haram, seperti bangkai, babi, minuman keras, dan lain-lain termasuk mal mutaqawwim dan orang yang mencurinya tidak dikenakan hukuman.60 2) Barang tersebut harus barang bergerak, hal ini karena pencurian itu memang menghendaki perpindahan barang dan mengeluarkannya dari tempat simpanannya. Suatu benda dianggap sebagai benda bergerak
55
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al Islami wa Adillatuh, h. 5423 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Beirut: Dar al-Fikr,2005), juz II, h. 368 57 Muhammad Amin Summa, Pidana Islam di Indonesia, h.114 58 Mustafa Ahmad al-Zarqa, al-Madkh. al-Fiqh al-Am, (Beirut; Dar al-Fikr, t.th), juz III, h. 56
114 59 60
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, h.5433 Ahmad Wardhi Muslih, Hukum Pidana Islam, (Jakarta; Sinar Grafika, 2005), h.84
30
apabila benda tersebut biasa dipindahkan dari suatu tempat ketempat lainnya, ini tidak berarti benda itu bergerak menurut tabiatnya melainkan cukup apabila benda itu dipindahkan oleh pelaku atau orang lain. 3) Barang tersebut tersimpan ditempat penyimpannya. 4) Barang tersebut mencapai nishab pencurian. Besarya ketentuan nishab ini didasarkan pada hadits Rasulullah SAW : )َُٗاسٍ فَصَؤ ػذًا ( اخشخّ ا انُّسا ئِْٚ سُتُغِ دَٙذُ فْٛتَ ْقطَغُ ان Artinya : “ Tangan pencuri tidak dipotong kecuali dalam pencurian 61 seperempat dinar ke atas”. 62
Berdasarkan hadits tersebut, jumhur fuqaha berpendapat bahwa hukuman potong tangan baru diterapkan pada pencuri apabila nilai barang yang dicuri mencapai seperempat dinar atau tiga dirham perak. Tetapi beberapa ulama seperti Imam Hasan al-Bashri, Abu Daud al-Zahiri dan kelompok khawarij berpendapat bahwa pencurian baik sedikit maupun banyak tetap dikenai hukuman potong tangan mereka. 63 Hal ini berpegang pada mutlaknya ayat 38 surat Al-maidah: ٌىِٛضٌ حَكًََُِٚٓا جَضَاءً تًَِا َكّسَثَا َكَاالً يٍَِ انهَ ِّ َٔانهَُّ ػَضِْٚذَٚق َٔانّسَاسِقَحُ فَا ْقطَؼُٕا أ ُ انّسَا ِس Artinya :
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai 61
Muhammad Ibnu Ali Ibnu Muhammad As-syaukani, Nailul Author, h.2127 hadits nomor
62
Muslim Ibnu al-Hujaj Abu al-Husaini al-Qusyairi al-Nishaburi, Shahih Muslim, (Beirut: Ibnu Rusd, Bidayatul Mujtahid, h.327
4067 63
31
siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs. Al-Maidah : 38)64 Juga berpegang teguh pada hadits Nabi : َُِذٚ ُّسْ ِشقُ انْحَثْمَ فَتُ ْقطَغَٚ َٔ ،َُِ ُذٚ ُضَحَ فَتُقَغَّٛسْ ِشقُ انْثَٚ ،َنَؼٍََ اهللُ انّسَّا ِسق Artinya :
”Allah melaknat pencuri yang mencuri sebutir telur kemudian tangannya dipotong, dan mencuri seutas tali kemudian tangannya dipotong” .65
Dikalangan jumhur ulama sendiri tidak terdapat kesepakatan mengenai nishab pencurian ini. Di samping nishab (batas minimal) yang dikemukakan oleh Imam Maliki, Imam Syafi‟I dan Imam Ahmad adalah seperempat dinar atau tiga dirham perak, Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa nishab pencurian itu adalah satu dinar atau setara dengan sepuluh dirham. Pendapat ini didasarkan pada hadits Nabi: َال ثهحَ دَصَْى َ ًَْتُُّ َثٛ يجٍَ قّٙسالَ وُ َقطَغَ ف ً ال ُج َٔاان َص ً ّْ اَنًَٛ ػَهٙا ًٌ انًُث Artinya : Sesungguhnya Nabi Rasulullah SAW memotong tangan pada (pencurian) satu tirai besi yang harganya tiga dirham).66 c) Harta tersebut milik orang lain. Dalam unsur ini yang penting adalah barang tersebut ada pemiliknya dan pemiliknya buka si pencuri melainkan
64
i Al-Bukhari, Shahih Bukhari, juz VI, h. 2493, hadits nomor 6414 dan al-Nishaburi, Shahih Muslim, h. 1311, Hadits nomor 1687 65 Al-Bukhari, Shahih Bukhari, juz VI, h. 2493, hadits nomor 6414 dan al-Nishaburi, Shahih Muslim, h. 1311, Hadits nomor 1687 66 Ibnu Rusyd , Bidayatul Mujtahid. h.642
32
orang lain. Orang yang mencuri tidak dikenakan hukuman had apabila ia mencuri harta yang dimiliki bersama-sama dengan orang yang menjadi korban karena hal itu sebagai subhat.67 d) Adanya niat melawan hukum. Adanya kesengajaan mengambil harta orang lain padahal ia tahu bahwa perbuatan itu dilarang. Pelaku pencurian tidak dikenakan pencurian apabila dilakukan karena terpaksa atau dipaksa oleh orang lain. Allah SWT firman : َْتَحًَْْٛكُىُ انََٛاُِ تَؼْثُذٌَُٔ ( اًََِا حَشَوَ ػَهِِٚثَاخِ يَا سَصَقَُْاكُ ْى َٔاشْكُشُٔاْ نِهِّّ اٌِ كُُتُىْ اٍََٛ آيَُُٕاْ كُُهْٕاْ يٍِ طَُِٚٓا انَزََٚا أٚ ٌىِِّْٛ اٌَِ انهََّ غَفُٕسٌ سَحَٛؽ َٔالَ ػَادٍ فَال اِثْىَ ػَه ٍ ْشَ تَاَٛضطُشَ غ ْ ْشِ انهَِّ فًٍََِ اَٛ ِش َٔيَا أُِْمَ تِِّ نِغَِٚٔانذَ َو َٔنَحْىَ انْخُِض
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baikbaik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang (ketika disembelih disebut nama selain Allah). Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa memakannya sedang ia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.68
67 68
Abu Dawud al-Sijistani, Sunan Abi Dawud, Juz II, h.541, hadits nomor 4387 Qs. Al-Baqarah (2) : 172 -173
33
B. Jenis-jenis Pencurian dan Sanksi Hukuman Pencurian dalam syariat Islam terbagi ke dalam dua macam, yaitu pencurian dengan hukuman had potong tangan dan pencurian dengan ta‟zir. 1. Pencurian dengan hukuman had, yaitu dibagi menjadi dua pencurian ringan dan pencurian berat. a. Pencurian ringan adalah mengambil harta milik orang lain dengan secara diam-diam yaitu dengan cara sembunyi-sembunyi.69 Pencurian ringan yang dikenakan had yaitu apabila tersebut mencapai nishab dan hukumannya adalah potong tangan. Dasar hukumnya adalah firman Allah dalam Al-Qur‟an surat al-Maidah 5 ayat 38. Hukuman had potong tangan tersebut kepada pencuri yang telah memenuhi syarat yaitu berakal, baligh, dapat membedakan mana yang baik dan benar serta mengetahui mana yang halal dan haram. Seorang anak kecil dan orang gila yang mencuri tidak dikenakan had potong tangan.70 Hal ini berdasarkan haditst Nabi SAW: َُؼْقِمٚ ََٗحْتَهِ َى َٔػٍَِ انًَْجٌُُِْٕ حَتٚ َٗظ َٔػٍَِ انصَثِِٗ حَت َ ْ ِقَّٛسْتَٚ َٗسُفِغَ انْقَهَىُ ػٍَْ َثالَثَحٍ ػٍَِ انَُائِىِ حَت Artinya : ” Bebas dari hukum tiga orang yaitu : orang yang tidur sampai ia bangun, anak-anak sampai dewasa, dan orang gila sehingga ia 69 70
Abdul Qodir Audah, Al-Tasyri‟ al Jinai al-Islami, juz II, h. 514 Wahbah al- Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillah. h.5431
34
berakal atau sadar71
b. Sedangkan yang dimaksud dengan pencurian berat adalah mengambil harta milik orang lain dengan kekerasan.72 Dalam pencurian berat pengambilan harta dilakukan secara terangterangan dan terdapat pula unsur kekerasan. Dalam istilah lain pencurian berat ini disebut juga dengan jarimah hirabah
atau
perampokan.
Fuqaha sepakat bahwa hirabah adalah mengangkat senjata dan menggangu lalu lintas di luar kota. Menurut Imam Malik, hirabah di dalam dan di luar kota itu sama saja. Dalam hal ini Imam Syafi‟I mensyaratkan adanya kekuatan, meski ia tidak mensyaratkan jumlah dan besarnya kekuatan itu. Kekuatan yang dimaksud adalah kekuatan untuk dapat mengalahkan.73 Menurut Ulama Hanafiah, Hirabah adalah keluar untuk mengambil harta dengan jalan kekerasan yang realisasinya menakutinakuti orang lewat di jalan atau mengambil harta atau membunuh orang. Sedangkan menurut Imam Malik Hirabah adalah mengambil harta dengan tipuan, baik menggunakan kekuatan atau tidak. 74
71
Abu Dawud al-Sijistani, Sunan Abi Dawud, h 546 haditst nomor 4403 Abdul Qadir Audah, al-Tasyri‟ al-Jinayat al-Islami, Juz II, h. 514 73 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, h. 373 74 Abdul Qadir Audah, al-Tasyri‟ al-Jinayat al-Islami, Juz II, h. 540 72
35
Dari pengertian di atas, dapat diketahui bahwa unsur jarimah hirabah adalah keluar untuk mengambil harta, baik dalam kenyataannya pelaku tersebut mengambil harta atau tidak. Di samping itu, bentuk tindak pidana perampokan ada empat : 1) Keluar untuk harta serta kekerasan, kemudian pelaku hanya mengintimidasi : Keluar untuk mengambil harta serta kekerasan, kemudian ia mengambil harta tanpa pembunuhan. 2) Keluar untuk mengambil harta serta kekerasan kemudian ia melakukan pembunuhan tanpa mengambil harta dan. 3) Keluar untuk mengambil harta secara kekerasan kemudian ia mengambil harta dan melakukan pembunuhan.
Hirabah dapat dilakukan secara perorangan atau kelompok yang mempunyai kekuatan atau pun kemampuan untuk melakukannya. Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad mensyaratkan bahwa pelaku tersebut harus memiliki dan menggunakan senjata, atau alat lain yang dipersamakan dengan senjata seperti kayu atau tongkat, batu dan lain-lain, Tetapi Imam Malik, Imam Syafi‟I dan Zahiriyah tidak mensyratkan adanya senjata, melainkan cukup dengan kekuatan dan kemampuan fisik, bahkan Imam Malik mencukupkan tipu daya.75
75
Qadir Audah, al-Tasyri‟ al-Jinayat al-Islami, Juz II, h. 540
36
2. Pencurian dengan Hukuman Ta 'zir adalah jarimah yang diancam dengan hukuman ta' zir. Pengertian menurut bahasa ialah ta'dib atau memberi pelajaran. Ta'zir juga diartikan Ar Rad wa Al Man'u, artinya menolak dan mencegah76. Akan tetapi menurut istilah, sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam Al Mawardi, pengertiannya adalah sebagai berikut َُْٓاانْحُ ُذْٔدِٛ رَُُٕبِ نًَْ ُتشْشُعْ فَٙةٌ ػَهْٚ ِْشُتَاْدَِٚٔانتًؼْض Artinya: Ta'zir itu adalah hukuman pendidikan atas dosa (tindak pidana) yang belum ditentukan hukumannya oleh syara' .77 Secara ringkas dapat dikatakan bahwa hukuman ta'zir itu adalah hukuman belum ditetapkan oleh syara' , melainkan diserahkan kepada ulil amri, baik penentuannya maupun pelaksanaannya. Dalam menentukan hukuman tersebut, penguasa hanya menetapkan hukuman' secara global saja. Artinya pembuat undang-undang tidak menetapkan hukuman untuk masing -masing jarimah ta'zir, melainkan Iya menetapkan sekumpulan hukuman, dari yang seringan-ringannya sampai yang seberat-beratnya.
76
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 19 77 Mawardi, Al Ahknm As Sulthaniyah, Maktabah Musthafa AI Baby Al H.aby, Mesir, 1973, cetakan \11, h. 236
37
Dengan demikian ciri khas darijarimah ta'zir itu adalah sebagai berikut. 1) Hukumannya Tidak Tertentu Dan Tidak Terbatas Artinya hukuman tersebut belum ditentukan oleh syara' dan ada batas minimal dan ada batas maksimal. 2) Penentuan Hukuman Tersebut Adalah Hak Penguasa Berbeda dengan jarimah hudud dan qishas maka jarimah ta'zir tidak ditentukan banyaknya. Hal ini oleh karena yang termasuk jarimah ta' zir ini adalah apa perbuatan maksiat yang tidak dikenakan hukuman had dan qishas, yang sangat banyak. Tentang jenis-jenis jarimah ta'zir ini Ibn Taimiyah mengemukakan: َُثَاسِشُ ِتالَّْٚٔحَ َأَِٛٗ َٔاْنًَشْأجَ انَْؤجَُْث ّ ُِقَثِمُّ انصَّثٚ ِْ٘ كَانًز، ٌَْٓا حَذٌ يُقَذَ ٌس َٔنَا كفًا َسجِٛسَ فْٛ َ نِٙ انًتِٙاَنًَْؼْص .....ِْتَحًََٛحِمُّ كَاانذَّ ِو َٔاْنَٚؤكُمُ يَانَاْٚٔ َا،ٍجًَِاع .َِٗشَاُِ اْنَٕانٚ تِقَذْسِيَا،ْثًاِْٚهًا َٔتَؤْرِْٛشًا َٔتَُْكُِٚؼاقَُثٌَْٕ تَؤْصٚ ِالء َ فَُٓئ Artinya : Perbuatan-perbuatan maksiat yang tidak dikenakan hukuman had tidak pula kifarat, seperti mencium anak-anak (dengan syahw mencium wanita lain yang bukan istri, tidur satu ranjang ta persetubuhan, atau memakan barang yang tidak halal seperti darah dan bangkai, maka semuanya itu
38
dikenakan hukuman ta 'zir sebagai pembalasan pengajaran, dengan kadar hukuman yang ditetapkan oleh penguasa.78 Tujuan diberikannya hak penentuan jarimah-jarimah ta'zir dan hukuman kepada penguasa adalah agar mereka dapat mengatur masyarakat dan memeli kepentingan-kepentingannya, serta bisa menghadapi dengan sebaik-baiknya setiap keadaan yang bersifat mendadak.79 Jarimah ta'zir di samping ada yang diserahkan penentuannya sepenuh kepada ulil amri, juga ada yang memang sudah ditetapkan oleh syara' , seperti riba dan suap. Di samping itu juga termasuk ke dalam kelompok ini, jarimahjarimah yang sebenarnya sudah ditetapkan hukumannya oleh syara' (hudud) akan tetap syarat-syarat untuk dilaksanakannya hukuman tersebut belum terpenuhi. Misalnya pencurian yang tidak sampai selesai atau barang yang dicuri kurang dari nis pencurian, yaitu seperempat dinar.80 Pentingnya Pembagian kepada Tiga Macam Jarimah Pembagian jarimah kepada hudud, qishas, dan ta' zir ini tampak penting dalam segi-segi berikut ini :81 1) Segi pengampunan 78
Taimiyah, Asyiyasah As Syari‟iyah, Maktabah Anshar As-Sunnah Al Muhamadiyah, Kairo, 1961, h. 112 79 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 20 80 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 20 81 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. 21
39
Pada jarimah hudud tidak ada pengampunan sama sekali, baik dari korban atau walinya maupun dari penguasa tertinggi (kepala negara). Akan tetapi pada jarimah qishas dan diat, pengampunan bisa diberikan oleh korban atas keluarganya. Pengampunan tersebut berpengaruh terhadap hukuman, sehingga hukuman pokok, yaitu qishas menjadi gugur dan diganti dengan hukum diat. Kalau diat dimaafkan juga maka dari segi hukuman yang berkaitan dengan hak manusia, dia sudah bebas. Akan tetapi, karena dalam jarimah qishas dan diat terdapat hak Allah (hak masyarakat) di samping hak manusia maka dalam hal ini hakim masih dibolehkan untuk menjatuhkan hukuman ta'zir sebagai imbangan dari hak Allah tersebut. Dalamjarimah ta'zir sifat pengampunannya lebih luas. Pengampunan tersebut bisa diberikan oleh korban dalani hal yang menyangkut hak individu dan bisa juga oleh penguasa dalam hal yang menyangkut hak masyarakat. 2) Segi kompetensi hakim Dalam jarimah hudud apabila sudah dapat dibuktikan maka hakim hanya tinggal memutuskan dan melaksanakan hukuman sesuai dengan ketentuan yang ada dalam syara‟. tanpa mengurangi, menambah, atau mengganti dengan Hukuman yang lain. Sedangkan dalam jarimah qishas dan diat prinsipnya sama dengan jarimah hudud. Hanya perbedaannya kalau korban memberikan pengampunan baik dari hukuman qishas maupun diat maka pengampunan tersebut bisa dipertimbangkan oleh hakim, sehingga keputusan hukuman (vonis) bisa diubah. Dalam jarimah ta'zir, hakim
40
mempunyai kekuasaan yang luas,mulai dari memilih macamnya hukuman yang sesuai, sampai kepada memberatkan atau meringankan hukuman atau membebaskannya, karena dalamjarimah ta'zir hakim mempunyai kebebasan untuk berijtihad. 3) Segi keadaan yang meringankan Dalam jarimah hudud dan qishas, hukuman tidak terpengaruh oleh keadaankeadaan tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan jarimah, kecuali apabila pelaku tidak memenuhi syarat-syarat taklif, seperti gila atau di bawah umur. Akan tetapi dalam jarimah-jarimah ta'zir, keadaan korban atau suasana ketika jarimah itu dilakukan dapat mempengaruhi berat ringannya hukuman yang akan dijatuhkan kepada pelaku. 4) Segi alat-alat pembuktian Saksi tertentu, apabila alat pembuktian yang digunakan berupa saksi. Dalam pembuktikan jarimah zina misalnya diperlukan empat orang saksi yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri terjadinya jarimah tersebut sedangkan untuk jarimah hudud yang lain dan jarimah qishas dan diat, hanya diperlukan minimal dua orang saksi, bahkan dalam jarimah ta'zir kadang kadang hanya diperlukan seorang saksi saja. C. Sanksi Hukuman Hukuman bagi pelaku hirabah dapat berbeda-beda sesuai dengan jenis perbuatan yang dilakukannya, yaitu dibedakan menjadi empat :
41
1) Menakut-nakuti lewat tanpa membunuh dan tanpa mengambil harta. Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad, demikian juga pendapat Imam Syafi‟I dan Syi‟ah Zaidiyah, hukumannya adalah ta‟zir atau pengasingan dengan alas an.82 َُصَهَُّثٕٓا۟ َأْٔ تُ َقطَّغٚ ُْٔقَتَُّهٕٓا۟ َأٚ ٌَّسْ َؼٌَْٕ فِٗ ٱنْؤَسْضِ َفّسَادًا أَٚ َٔ ُحَاسِتٌَُٕ ٱنهَّ َّ َٔ َسسُٕنَُّۥٚ ٍَِٚاًََِّا جَ ٓضَٰإُا۟ ٱنَّز ٌَا ۖ َٔنَُٓىْ فِٗ انْآَخِ َشجِ ػَزَابَُُُّْٛ َفْٕا۟ يٍَِ ٱنْؤَسْضِ ۚ رَِٰنكَ نَُٓىْ خِضٌْٖۭ فِٗ ٱنذَِٚٔٓ ْى َٔأَسْجُهُُٓى يٍِّْ خِهَٰفٍ أِْٚذَٚأ ٌىِٛػظ َ Artinya: Sesungguhnya
pembalasan
terhadap
orang-orang
yang
memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dibuang dari negara (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai)
suatu penghinaan untuk
mereka ada dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang pedih (QS. Al Maidah 5 : 33).83
Hukuman untuk pelaku hirabah yang mengambilnya harta tanpa membunuh. Menurut Imam Abu Hanifah, Imam Syafi‟I, Imam Ahmad dan Syiah Zaidiyah adalah dipotong tangan dan kakinya dengan bersilang yaitu dipotong kaki kiri dan tangan kanan.84
82
Qadir Audah, al-Tasyri‟ al-Jinayat al-Islami, Juz II, h. 548 Ahmad Mukri Aji, Rasionalitas Ijtihad Ibn.Rusyd, Kajian Atas Fiqih Jinayat dalam Kitab”Bidayatul Mujtahid wa Nihayat al-Muqtashid,Pustaka Pena Ilahi, Bogor 2010, h. 208 84 Abdul Qadir Audah, al-Tasyri‟ al-Jinayat al-Islami, Juz, h 650 83
42
Menurut Imam Malik untuk pencurian dengan kekerasan kelompok kedua ini tidak boleh lebih ringan daripada potong tangan. Hukuman bagi pelaku ada tiga pilihan yaitu hukuman mati, penyaliban, atau potong tangan dan kaki secara bersilang, tergantung kepada keputusan ijtihad penguasa.85 2) Hukuman bagi pembunuh tanpa mengambil harta, menurut Imam Abu Hanifah, Imam Syafi‟I dan satu riwayat dari Imam Ahmad, hukumannya adalah dibunuh sebagai hukuman had tanpa disalib. Sementara menurut riwayat lain dari Imam Ahmad dan salah satu pendapat Syi‟ah Zaidiyah, di samping hukuman mati, pelaku juga harus disalib.86 3) Hukuman bagi pelaku hirabah yang membunuh dan mengambil harta korban, menurut Imam Syafi‟I, Imam Ahmad, Syiah Zaidiyah, Imam Abu Yusuf dan Imam Muhammad dari kelompok Hanafi hukumannya adalah dibunuh (hukuman mati) dan disalib tanpa dipotong tangan dan kakinya. Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah beliau berpendat bahwa dalam kasus ini, hakim boleh memilih dari tiga hukuman alternatif yaitu : (1) potong tangan dan kaki, kemudian (2) dibunuh atau disalib dan tanpa potong tangan dan kaki, dan (3) disalib kemudian dibunuh.87
85
Abdul Qadir Audah, al-Tasyri‟ al-Jinayat al-Islami, Juz, h 650 Abdul Qadir Audah, al-Tasyri‟ al-Jinayat al-Islami, Juz, h 652 87 Abdul Qadir Audah, al-Tasyri‟ al-Jinayat al-Islami, Juz, h 650 86
43
BAB III Tindak Pidana Pencurian Mayat
A. Pengertian Mayat
Mayat adalah tubuh orang yang sudah mati dan masih utuh ataupun tinggal sebagian)88 dari kuburan atau tempat-tempat tertentu. Mayat adalah kekayaan si korban, Harga ini tidak selalu bersifat ekonomis, Misalnya barang yang diambil itu tidak mungkin akan dijual ke orang lain, tetapi si korban sangat dihargai sebagai kenang-kenangan. Van Bemmelen memberikan contoh berupa beberapa sehelai rambut atau beberapa halaman yang disobek dari suatu buku.89 Tentang res nullius ini, Van Bemmelen menceritakan suatu peristiwa yang sampai diputus oleh Hoge Raad Belanda pada tahun 1946 sebagai berikut :90 Di Amseterdam terdapat suatu laboratorium patologis-anatomis dimana mayat-mayat sering diperiksa. Kebiasaan seorang pegawai laboratorium di sana adalah mengambil gigi-gigi emas yang masih ada pada mayat untuk dimilikinya. Pada suatu saat, perbuatan itu diketahui dan selanjutnya si pegawai dituntut di
88
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasiona; Balai Pustaka, edisi ke3, Jakarta 2002, h.278 89 Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, edisi revisi 3, Bandung, 2003, PT, Revika Aditama, h. 16 90 Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, edisi revisi 3, Bandung, 2003, PT, Revika Aditama, h. 16
44
mukapengadilan karena melakukan pencurian gigi-gigi emas tadi.91 Terdakwa dalam pembelaannya mengemukakan bahwa mayat dan gigi-gigi itu tidak ada pemiliknya. Pembelaan ini oleh Hoge Raad karena Keluarga dan si mati mempunyai wewenang terhadap mayat sedemikian rupa sehingga gigi-gigi emas tadi alah milik keluarga.92
B. Motif Di balik Pencurian Mayat Mengingat ditengah arus modernisasi dan kemajuan teknologi masih ada sebagian masyarakat atau boleh dikatakan sebagian besar masyarakat yang masih sangat diliputi kepercayaan “takhayul”. Penulis katakan takhayaul karena motif dari tindak pidana pencurian mayat ini bermotif ekonomi yakni mencari kekayaan dengan cara tidak rasional atau dalam bahasa jawanya „nyupang‟. yang mana bermacammacam motifnya sebagai berikut : 1) Ilmu Hitam Seperti hilangnya jasad jasad bayi di sidoarjo, jawa timur, beberapa waktu lalu, mendapat tanggapan dari paranormal Ki Kusumo. Menurutnya, pencurian itu bermotif untuk mendalami ilmu hitam.93 “Pelaku pencurian jasad bayi itu adalah orang yang tengah memperdalam ilmu hitam. Orang yang mencuri mayat bayi itu menginginkan kekebalan tubuh 91
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, edisi revisi 3, Bandung, 2003, PT, Revika Aditama, h. 16 92 Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, edisi revisi 3, Bandung, 2003, PT, Revika Aditama, h. 16 93 Di Akses pada tanggal 10 September 2011 dari Https//.news.okezone.com. 23:58. WIB
45
secara sempurna. Di samping ada juga yang mencuri untuk syarat mencari pesugihan. Keduanya sama-sama penganut ilmu hitam,” ujarnya saat ditemui di Senayan City, Jakarta, kemarin. Produser film 13 Cara Memanggil Setan ini menambahkan, ilmu hitam tersebut sampai sekarang masih sering digunakan meski cara-caranya sudah kuno.“Ilmu itu berasal dari aliran sesat, sudah kuno sekali. Meski sesat itu bisa berhasil bila dilakukan dengan cara-cara yang benar sesuai aliran yang diajarkan kepada si pelaku,” paparnya.94 Mayat bayi yang diambil, katanya, tidak sembarangan. Untuk memiliki kekebalan yang sempurna, maka calon mayat tersebut harus dilihat bagaimana latar belakang kematiannya.“Biasanya yang diincar itu bayi yang usia kelahirannya tua seperti 13 bulan atau 14 bulan, bayi yang lahir terbalik, atau juga bayi yang meninggal bersama ibunya saat dilahirkan. Yang diambil itu harus mayat bayi yang masih dalam keadaan utuh atau belum dimakan tanah,” paparnya. Seperti diberitakan, aksi pencurian jasad bayi menghebohkan warga Sidoardjo, Jawa Timur sepekan terakhir. Terdapat 24 makam yang dirusak pelaku. Kasus pencurian itu sendiri sedang diselidiki oleh Polres Sidoarjo dan Polsek Sedati.95
2) Untuk di Jual Praktek ke Kedokteran Berbagai cara dilakukan para mafia jual-beli organ tubuh untuk 94 95
Di Akses pada tanggal 10 September 2011 dari Https//.news.okezone.com. 23:58. WIB Di Akses pada tanggal 10 September 2011 dari Https//.news.okezone.com. 23:58. WIB
46
mendapatkan keuntungan. Modus yang digunakan pun semakin beragam. Hal ini dipicu oleh keuntungan fantastis yang bisa didapatkan untuk penjualan sebuah organ tubuh manusia.96 Menurut Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Meutia Hatta, Kamis (9/01) di Jakarta, modus penjualan organ tubuh semakin beragam dewasa ini. Ia menuturkan salah satunya adalah motif pencurian organ tubuh lewat adopsi. Hal ini terkait dengan praktek jual-beli bayi yang marak terjadi. Bayi-bayi itu dijual dengan harga tiga juta rupiah - lima juta rupiah. Oleh si pembeli, bayi-bayi tersebut dipelihara hingga berusia tujuh tahun. Setelah beranjak remaja, kemudian mereka dibunuh dan organnya dijual hingga ratusan juta rupiah.97 Data Lembaga Cegah Kriminal Indonesia (LCKI) mengungkapkan Kejahatan terhadap anak Indonesia meningkat menjadi nomor tiga di dunia. “Kalau kita mendiamkannya, maka kita membiarkan masa depan bangsa ini hancur di tangan sindikat kriminalitas pada anak-anak,” kata ketua LCKI Da‟I Bachtiar. Selain itu Ia menyebutkan para mafia jual-beli
organ tubuh juga
menggunakan motif memanfaatkan organ tubuh tenaga kerja Indonesia (TKI) yang meninggal di luar negeri. Data Jurnal kesehatan The Lancet menyebutkan, harga ginjal di pasaran mencapai US$ 15.000. Sepotong hati manusia dihargai US$ 130.000, sama dengan harga sebuah jantung. Sedangkan harga paru-paru
96
Di Akses pada tanggal 10 September 2011 http://organkuberharga.blogspot.com/ 23:58
97
Di Akses pada tanggal 10 September 2011 http://organkuberharga.blogspot.com/ 23:58
WIB WIB
47
bisa mencapai US$ 150.000.Tinggi rendahnya harga organ tubuh manusia bergantung pada jumlah permintaan. Makin besar permintaan, maka makin melambung pula harganya, (Meilody).98
3) Untuk Sementara Motifnya Adalah Ingin Mencari Kekayaan dan Kedamaian Bagi Dirinya dan Bagi Si Mayat
Sabtu malam Minggu tanggal 11 Januari 2003 sekitar pukul 19.00 WIB atau di sekitar waktu itu dalam bulan Januari 2003 bertempat di Pemakaman Umum Dusun Srengseng Desa Majatengah Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga, Sumanto dengan tanpa ijin dari yang berhak langsung membongkar dan menggali makam Ny. Rinah dengan menggunakan kedua tangannya, dan setelah mayat Ny. Rinah terlihat terdakwa mengambil mayat Ny. Rinah yang terbungkus kain kafan dari dalam liang kubur dengan cara ditarik.99 Bahwa setelah mayat Ny. Rinah diambil dari dalam liang kubur, terdakwa melepas kain kafan mayat Ny. Rinah hingga telanjang bulat dan menjilat kedua matanya, kemudian terdakwa pulang ke rumah meninggalkan mayat tersebut mengambil peralatan berupa pisau, karung kandi dan sepeda ontel untuk membawa pulang mayat Ny. Rinah, lalu terdakwa kembali lagi ke makam (kuburan) untuk mengambil mayat Ny. Rinah namun sebelum sampai di kuburan
98
Di Akses pada tanggal 10 September 2011 http://organkuberharga.blogspot.com/ 23:58
99
Arsip Putusan Pengadilan Negeri Purbalingga Nomor 31/Pid.B/2003/PN.Pbg
WIB
48
terdakwa menaruh sepeda ontel di dekat rumah saksi Rasmadi.100 Bahwa setelah sampai di kuburan lagi terdakwa dengan menggunakan pisau memotong kedua ibu jari kaki mayat Ny. Rinah dan memakannya mentahmentah dengan cara ditelan, setelah memakan kedua ibu jari lalu terdakwa melipat kaki mayat Ny. Rinah yang sudah terbungkus dengan karung kandi dibawa pulang ke rumah terdakwa di Desa Pelumutan Kecamatan Kemangkon dengan menggunakan sepeda ontel.101 Bahwa sampai di rumah, terdakwa langsung mengambil golok dan daun pisang lalu menyayat daging kaki dan memotong kedua lulut mayat Ny. Rinah dengan menggunakan golok, sebelum menyayat terdakwa memasukkan sebagin kecil daging ibu jari kaki dan daging paha mayat Ny. Rinah ke dalam lengan terdakwa sebelah kiri.102 Bahwa setelah selesai menyayat daging kaki dan memotong kedua lulut mayat Ny. Rinah terdakwa memotong-motong daging mayat tersebut dan memakannya mentah-mentah dan sebagian lagi digoreng serta dipanggang atau disate.103 Setelah memakan daging mayat, terdakwa memotong kemaluan mayat Ny. Rinah lalu dibungkus dengan menggunakan kain warna merah dijadikan
100
Arsip Putusan Pengadilan Negeri Purbalingga Nomor 31/Pid.B/2003/PN.Pbg
101
Arsip Putusan Pengadilan Negeri Purbalingga Nomor 31/Pid.B/2003/PN.Pbg
102
Arsip Putusan Pengadilan Negeri Purbalingga Nomor 31/Pid.B/2003/PN.Pbg
103
Arsip Putusan Pengadilan Negeri Purbalingga Nomor 31/Pid.B/2003/PN.Pbg
49
bandul kalung benang warna kuning, sedangkan sisanya yang tidak termakan dimasukkan ke dalam karung kemudian di kubur di depan rumah terdakwa kecuali tulang betis di ruang dapur, tulang pergelangan kaki hingga ibu jari kaki ditaruh/disimpan di dalam beras.104 Bahwa daging
mayat Ny. Rinah selain dimakan, oleh terdakwa
sebagian juga digunakan untuk membungkus uang kertas Rp. 5.000 (lima ribu rupiah), Rp. 1.000,- (seribu rupiah) yang dicampur dengan pecahan kaca cermin dan untuk membungkus tembakau.105
C. Sanksi Hukum Sanksi hukum pencurian mayat diatur dalam Pasal 179, 180 dan 181 di dalam Kitab Undang-undang Pidana (KUHP) yaitu :
-
Pasal 179 Barangsiapa dengan sengaja menodai kuburan atau dengan sengaja dan
melawan hukum menghancurkan atau merusak tanda peringatan ditempat kuburan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan.106 bahwa mayat merupakan benda suci yang menurut keyakinan Agama yang dianut saksi serta keluarganya merupakan benda suci yang tidak ternilai secara ekonomis, dan patut dihormati dengan merawat kuburan serta mendo‟akan,
104
Arsip Putusan Pengadilan Negeri Purbalingga Nomor 31/Pid.B/2003/PN.Pbg
105
Arsip Putusan Pengadilan Negeri Purbalingga Nomor 31/Pid.B/2003/PN.Pbg
106
Andi Hamzah, KUHP & KUHAP edisi revisi 2008, Rineka cipta, Jakarta, h.72
50
menjaga dan merawat kuburannya, karena masih terdapat hubungan batin antara mayat dengan keluarganya. Dengan demikian mayat tersebut tidak dapat diperlakukan
oleh
orang
lain
secara
semena-mena
tanpa
persetujuan
keluarganya.107 -
Pasal 180 Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum menggali atau
mengambil jenazah atau memindahkan atau mengangkut jenazah yang sudah digali atau diambil, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.108 Bahwa oleh karena mayat tersebut merupakan benda berwujud yang bersifat suci dan tidak ternilai, walaupun dapat dinilai secara ekonomis namun memiliki nilai-nilai ritual dan sakral bagi yang memilikinya dalam hal ini yaitu keluarganya, dimana nilai-nilai ritual dan sakral bagi yang memilikinya dalam hal ini yaitu keluarganya, dimana nilai-nilai tersebut masih dipertahankan oleh masyarakat Indonesia.109 -
Pasal 181 Barangsiapa mengubur, menyembunyikan, membawa ke lain tempat atau
menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya, diancam dengan pidana penjara paling lama Sembilan bulan atau
107
Arsip Putusan Pengadilan Purbalingga dengan Nomor : 31/Pid.B/2003/PN.Pbg. Andi Hamzah, KUHP & KUHAP edisi revisi 2008, Rineka cipta, Jakarta, 109 Arsip Putusan Pengadilan Purbalingga dengan Nomor : 31/Pid.B/2003/PN.Pbg. 108
51
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.110 Dengan cara menafsirkan secara luas (Extensif Interpretatiei) Pengadilan berpendapat bahwa mayat termasuk pengertian benda yang dapat dijadikan obyek tindak pidana pencurian.111 Berdasarkan pasal yang dipaparkan di atas bahwa barangsiapa yang mengambil tanpa hak atau tanpa ijin dari Hak Milik (Keluarga) maka penulis berpandangan bahwa hukuman yang diberikan oleh Majelis Hakim menjatuhi hukuman Pasal 179, 180 dan 181 KUHP. Karena, mayat merupakan benda berwujud yang bersifat suci dan tidak ternilai.
110 111
Andi Hamzah, KUHP & KUHAP edisi revisi 2008, Rineka cipta, Jakarta, Arsip Putusan Pengadilan Purbalingga dengan Nomor : 31/Pid.B/2003/PN.Pbg.
52
BAB IV Pandangan Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Pengadilan Purbalingga Tentang Pencurian Mayat
A. Kronologi Perkara Di Pengadilan Purbalingga Kronologis kasus yang penulis sebutkan berikut ini adalah salinan dari Surat Dakwaan Nomor Reg. Perkara: PDM-20/PR.BAL/EP.1/03/2003112. Penulis salin sesuai dengan apa adanya, dengan maksud agar kronologisnya tersebut tidak ada penambahan maupun pengurangan. Kutipan kasus tersebut adalah sebagai berikut : Sebelum terlalu jauh dalam menganalisa dari tindak pidana ini, lalu dijabarkan secara kronologis tentang tindak pidana pencurian mayat yang dilakukan oleh terdakwa Sumanto Bin Nuryadikarta. Pada hari Sabtu tanggal 11 Januari 2003 sekitar telah terjadi Pencurian mayat dan memakan daging di Purbalingga Jawa Tengah di daerah pemakaman umum Dusun Srengseng Desa Majatengah.113 Bahwa Sumanto bin nuryadikarta terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan
tindak
pidana
“Pencurian
Dalam
Keadaan
Yang
Memberatkan.oleh Majelis Hakim Purbalingga. 114 Karena dinyatakan bersalah yaitu mengambil dari liang kubur. Bahwa 112
Arsip Putusan Pengadilan Purbalingga dengan Nomor : 31/Pid.B/2003/PN.Pbg. Arsip Putusan Pengadilan Purbalingga dengan Nomor : 31/Pid.B/2003/PN.Pbg. 114 Arsip Putusan Pengadilan Purbalingga dengan Nomor : 31/Pid.B/2003/PN.Pbg. 113
53
sesampainya di makam, dengan tanpa ijin dari yang berhak langsung membongkar dan menggali makam Ny. Rinah dengan menggunakan kedua tangannya, dan setelah mayat Ny. Rinah terlihat terdakwa mengambil mayat Ny. Rinah yang terbungkus kain kafan dari dalam liang kubur. Bahwa setelah mayatnya diambil dari dalam liang kubur, Sumanto memotong dan memakannya mentah-mentah dengan cara ditelan, setelah memakan kedua ibu jari lalu yang sudah terbungkus dengan karung kandi dibawa pulang ke rumah terdakwa di Desa Pelumutan Kecamatan Kemangkon dengan menggunakan sepeda ontel.115 Setelah memakan daging mayat, terdakwa memotong daging mayat kemaluan mayat Ny. Rinah lalu digoreng serta dipanggang atau disate, memakannya mentah-mentah sedangkan sisanya yang tidak termakan dimasukkan ke dalam karung kemudian di kubur di depan rumah terdakwa kecuali tulang betis di ruang dapur, tulang pergelangan kaki hingga ibu jari kaki ditaruh/disimpan di dalam beras.116 Sumanto melakukan perbuatan tersebut dengan maksud sebagai syarat untuk cepat kaya (istilah Jawa nyupang), dan untuk mempertebal diri dari goncangan penyakit.117 Setelah adanya pemeriksaan dilanjutkan, selanjutnya untuk membuktikan 115
Arsip Putusan Pengadilan Purbalingga dengan Nomor : 31/Pid.B/2003/PN.Pbg Arsip Putusan Pengadilan Purbalingga dengan Nomor : 31/Pid.B/2003/PN.Pbg. 117 Arsip Putusan Pengadilan Purbalingga dengan Nomor : 31/Pid.B/2003/PN.Pbg. 116
54
dakwaannya oleh Penuntut Umum telah diajukan bukti berupa saksi-saksi yg mana para saksi tersebut masing-masing di bawah sumpah memberikan keterangan. Majelis
Hakim
menimbang
dan
menyatakan
bahwa
Sumanto
Nuryadikarta terbukti bersalah karena telah melakukan kejahatan atau pelanggaran, yaitu sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 179, 180 dan 181. 118 Berdasarkan fakta-fakta di atas maka Majelis Hakim memutuskan terdakwa bersalah Menyatakan, Bahwa Sumanto bin nuryadikarta terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Pencurian Dalam Keadaan Yang Memberatkan”.119 Setelah melihat deskripsi kasus tindak pidana pencurian mayat tentang dakwaan tuntutan serta putusan Hakim di atas, untuk mengetahui bagaimana persoalan yang sebenarnya, sangatlah penting untuk menganalisa secara hukum terutama Penulis akan menggunakan pandangan analisa dalam Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam. B. Analisis Putusan Hakim Pengadilan Purbalingga Tentang Pencurian Mayat menurut Hukum Pidana Positif
118 119
Arsip Putusan Pengadilan Purbalingg a dengan Nomor : 31/Pid.B/2003/PN.Pbg Arsip Putusan Pengadilan Purbalingga dengan Nomor : 31/Pid.B/2003/PN.Pbg.
55
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pencurian mayat yang dilakukan Sumanto dilatarbelakangi oleh alasan ekonomi atau kemiskinan yang dirasa sangat memberatkan hidupnya. Karena kemiskinan inilah Sumanto terobsesi untuk cepat kaya dengan jalan pintas tanpa perlu bekerja keras, yaitu dengan menguasai ilmu pesugihan. Dan salah satu syarat untuk menguasai ilmu pesugihan tersebut adalah dengan memakan mayat sebagaimana petunjuk dari gurunya yang bernama Taslim. Perbuatan mencuri dan memakan mayat ini dilakukan Sumanto dalam keadaan sadar dan direncanakan tanpa ada beban moral. Oleh karena hukuman yang lebih spesifikasi terhadap sumanto bin Nuryadikarta tentang pencurian mayat menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana adalah Pasal 180 yang menegaskan bahwa Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum menggali atau mengambil jenazah atau memindahkan atau mengangkut jenazah yang sudah digali atau diambil, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Sudah menjadi dasar pemidanaan atau tindakan dan pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari putusan disertai keadaan yang memberatkan dan meringankan, maka hakim hanya menjatuhkan hukuman 5 tahun penjara saja, dimana Sumanto Bin Nuryadikarta belum pernah menjalankan hukuman.120 Hal ini berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam
120
R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor, 19 94, h.249
56
persidangan, jadi walaupun di dalam KUHP disebutkan hukuman yang ditetapkan sangat memberatkan, tetapi di dalam prakteknya hukuman itu tidak meninggalkan efek jera bagi para pelaku kejahatan pencurian maupun tindak pidana lainnya.
C. Analisis Putusan Hakim Pengadilan Purbalingga Tentang Pencurian Mayat menurut Hukum Pidana Islam Dengan melihat kepada Dakwaan dan Putusan Pengadilan, Apabila dikaji secara hukum pidana Islam maka tindak Pidana pencurian mayat sebagaimana yang didakwakan kepada Sumanto Bin Nuryadikarta121 maka penulis berpendapat dapat dikategorikan kepada Tindak Pidana (Had)122 pencurian yaitu bentuk pencurian. Dalam hukum Islam pencurian adalah “mengambil barang orang lain secara sembunyi-sembunyi tanpa adanya amanat untuk menjaga barang tersebut. Memang kalau hukuman tersebut dilaksanakan dapat menimbulkan efek jera dalam menengah terjadinya kejahatan tersebut, apalagi pelaku sudah memenuhi syarat dan unsur-unsur untuk dilakukan hukuman had. Sedangkan pemaparan putusan di atas bahwa Sumanto Bin Nuryadikarta dikategorikan sebagai hukuman Pencurian berat. Tidak sesuai Hukum Pidana Islam, sedangkan Di dalam Islam sendiri dimaksud dengan pencurian berat adalah mengambil harta milik orang lain dengan kekerasan.123 Dalam pencurian 121
Arsip Putusan Pengadilan Purbalingga dengan Nomor : 31/Pid.B/2003/PN.Pbg. WAhbah Az-Zuhaili, Fiqih islam Wa Adilatahu, Jilid 7, Darul Fikir, Jakarta 2011 123 Abdul Qadir Audah, al-Tasyri‟ al-Jinayat al-Islami, Juz II, h. 514 122
57
berat pengambilan harta dilakukan secara terang-terangan dan terdapat pula unsur kekerasan. Dalam istilah lain pencurian berat ini disebut juga dengan jarimah hirabah atau perampokan. Karena itu disini penulis mempunyai pandangan bahwa hukuman yang diberikan oleh majelis hakim dalam kasus ini sudah belum sesuai yang ada, dan bukan dikategorikan sebagai pencurian berat melainkan pencurian hukuman ringan. Bahwa potong tangan itu berlaku dalam hal pencurian yang sedikit atau banyak. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh (Abu Hayyan) pengarang AlBahrul Muhith, dari al-Hasan al-Basshri, Daud (Zhahiri), dan Khawarij, Mereka berdalih dengan kemuliyaan Firman Allah : :ىِٛضٌ حَكًََُِٚٓا جَضَاءً تًَِا َكّسَثَا َكَاالً يٍَِ انهَ ِّ َٔانهَُّ ػَضِْٚذَٚق َٔانّسَاسِقَحُ فَا ْقطَؼُٕا أ ُ انّسَا ِس Artinya : Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs. Al-Maidah : 38)124 Perselisihan fuqaha juga terjadi pada “ kuburan” apakah kuburan itu bisa disebut tempat penyimpanan, sehingga tukang gali kuburan itu yang mencuri harus dikenai hukuman potong tangan, atau kuburan itu tidak dianggap tempat
124
Abdul Qadir Audah, al-Tasyri‟ al-Jinayat al-Islami, Juz II, h. 514
58
penyimpanan.125 Menurut Malik, Syafi‟i, Ahmad, dan segolongan Fuqaha, kuburan itu termasuk tempat penyimpanan. Karena itu, tukang gali kuburan yang mencuri dikenai hukuman potong tangan pendapat ini juga dipegangi oleh Umar bin Abdul Aziz.126 Bahwa dalam Al-Qur‟an Surat Al-Hujurat 12 dan Surat Al-Maidah disebutkan bahwa haram bagi kamu memakan bangkai.127 -
Bahwa menurut agama Islam memandikan, mengkafani, mensholati dan menguburkan mayat adalah diwajibkan sesuai Hadits Buchori dan setelah di kubur, mayat tidak boleh diambil begitu saja, jadi harus ada ijin dari keluarganya.128
.
Allah SWT firman : ٍْشَ تَاؽٍ َٔالَ ػَادَٛضطُشَ غ ْ ْشِ انهِّّ فًٍََِ اَٛ ِش َٔيَا أُِْمَ تِِّ نِغِْٚتَ َح َٔانذَ َو َٔنَحْىَ انْخُِضًَْْٛكُىُ انَٛاًََِا حَشَوَ ػَه ٌىِِّْٛ اٌَِ انهَّّ غَفُٕسٌ سَحَٛفَال اِثْىَ ػَه Artinya: Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah, Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampui batas, maka tidak ada 125
Ibnu Rusd, Bidayatul Mujtahid , h. -647 Ibnu Rusd, Bidayatul Mujtahid , h. -647 127 Putusan Pengadilan Purbalingga dengan Nomor : 31/Pid.B/2003/PN.Pbg 128 Putusan Pengadilan Purbalingga dengan Nomor : 31/Pid.B/2003/PN.Pbg 126
59
dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 129
Karena itu berdasarkan pemaparan di atas, penulis berpandangan bahwa hukuman yang diberikan oleh majelis hakim dalam kasus ini belum sesuai dengan ketentuan pidana dalam hukum Islam, karena seharusnya pelaku dikenai hukuman had berdasarkan ketentuan yang sudah ada di dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadits.
129
Ibnu Rusd, Bidayatul Mujtahid , h. -562
60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penguraian bahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan, antara lain sebagai berikut : 1. Pengertian pencurian mayat menurut Hukum Pidana Positif adalah perbuatan mengambil, menggali, memindahkan atau mengangkut jenazah yang masih utuh ataupun tinggal sebagian dari kuburan atau tempat-tempat tertentu. Menurut Hukum Pidana Positif pencurian mayat merupakan sebuah tindak pidana dan kejahatan sehingga harus ada sanksi bagi pelakunya. Sedangkan sanksi bagi pelaku pencurian mayat diatur dalam Pasal 180 KUHP. Menurut Pasal 180 KUHP sanksi bagi pencuri mayat adalah pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
2. Sedangkan dalam Hukum Pidana Islam pencurian mayat adalah mengambil mayat orang lain dari tempat penyimpanannya (kuburan) tanpa haknya secara sembunyi-sembunyi atau mengambilnya tanpa sepengetahuan dan kerelaan pemiliknya, dalam hal ini pemilik mayat adalah keluarga dari sang mayat tersebut. Mengenai sanksinya adalah hukuman potong tangan. Menurut Imam Malik, Imam Syafi‟I, Imam Ahmad, dan segolongan Fuqaha, kuburan itu
61
termasuk tempat penyimpanan. Karena itu, tukang gali kuburan atau siapapun yang mencuri mayat akan dikenai hukuman potong tangan pendapat ini juga dipegangi oleh Umar bin Abdul Aziz.
3. Pada putusan No: 31/Pid.B/2003/PN.Pbg Majelis Hakim menjatuhkan hukuman lima tahun penjara atas terdakwa Sumanto. Jika dilihat dari pandangan Hukum Pidana Positif, yaitu dalam Pasal 180 KUHP tentang pencurian mayat, sanksi bagi pelaku adalah pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan. Sehingga hukuman yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim tidaklah sesuai dengan sanksi hukum yang telah ditetapkan oleh UndangUndang. Namun karena berlandaskan pada faktor sosiologis, Hakim menilai bahwasanya terdakwa Sumanto sedemikian jauh telah melanggar etika, norma, serta nalar sehat dan telah melanggar ketentraman warga dan didasarkan pada keyakinan Hakim yang menilai Sumanto dalam keadaan sehat dan tidak terganggu jiwanya alias tidak gila maka Majelis Hakim menjatuhkan hukuman kepada terdakwa dengan hukuman lima tahun penjara. Seharusnya menurut Pasal 180 KUHP sanksi bagi Sumanto adalah dijatuhi hukuman 1 (satu) tahun 4 (empat) bulan saja. Sedangkan menurut Hukum Pidana Islam Hukuman yang dijatuhkan Majelis Hakim dalam Putusan tersebut tidak sesuai dengan sanksi yang dirumuskan dalam Hukum Pidana Islam, Karena menurut Hukum Pidana Islam sanksi bagi pelaku pencurian mayat adalah hukuman potong tangan, ini didasarkan pada pendapat Imam Malik, Imam Syafi‟I, dan Imam Ahmad.
62
B. Saran-saran Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, penulis ingin menyampaikan beberapa buah pikiran sebagai saran, yang memungkinkan bermanfaat bagi masyarakat atau aparat penegak hukum dalam menghadapi masalah tindak pidana kekerasan yang mengakibatkan kematian. Saran-saran tersebut adalah : Pertama, Agar tidak terjadi lagi kasus pencurian di Indonesia, Diharapkan Majelis Hakim benar-benar tegas menindak dan menjatuhi putusan yang akan dijatuhkan kepada pelaku. Agar hukuman yang dijatuhkan dapat memberikan efek jera bagi pelaku serta membuat masyarakat sadar untuk turut menegakan hukum sesuai dengan aturan-aturan hukum yang berlaku. Kedua, Perlu segera di undangkan Kitab Undang-Undang Pidana Nasional yang memuat pengaturan tentang tindak pidana pencurian mayat. Hal ini sesuai dengan pembaharuan dan perubahan hukum yang responsif terhadap fenomena dan perubahan masyarakat. Serta memasukkan kanibalisme sebagai tindak pidana dalam Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Nasional. Masyarakat Indonesia bagaimanapun masih diliputi alam pikiran magic sehingga persoalan-persoalan yang magic dan cenderung tidak rasional masih tetap ada sampai sekarang. Ketiga, Agar masalah pencuri tidak terus terjadi ada baiknya pemerintah beserta jajaran lainnya lebih memperhatikan perkembangan kejahatan khususnya pencurian mayat, yang mana mayat tersebut dijadikan uang dengan cara menjual organ atau pesugihan sebagai alternatif kekayaan dan ketentraman jiwa. Mayat masih merupakan benda berwujud yang bersifat suci dan tidak ternilai, dapat
63
dinilai secara ekonomis namun memiliki nilai-nilai ritual dan sakral bagi yang memilikinya dalam hal ini yaitu keluarganya, dimana nilai-nilai ritual dan sakral bagi yang memilikinya dalam hal ini yaitu keluarganya, dimana nilai-nilai tersebut masih dipertahankan oleh masyarakat Indonesia. Keempat, Harus selalu diupayakan pengertian dan kesadaran kepada masyarakat luas arti pentingnya tentang kontrol dan pengawasan terhadap setiap individu, masyarakat tidak boleh membiarkan bibit kejahatan. Dalam menghadapi kasus pencurian yang terjadi zaman modern saat ini, bukan hanya dalam hal barang ternilai saja (harta) melainkan benda pusaka, mayat, dan lain-lain yang mana tujuan pencuri yang mengarahkan ke hal magic, penjualan organ atau ketenangan jiwa. Bagaimanapun ternyata faktor utama terjadi kasus Sumanto adalah persoalan ekonomi yang tidak terselesaikan. Sehingga disini warga perlu tolong menolong untuk bisa mengatasi persoalan ekonomi warganya agar tidak tumbuh bibit-bibit baru kejahatan dan apabila menemukan h.hal yang aneh dari orang tersebut segera melaporkan kepada pihak setempat, atau pihak berwajib (Kepolisian).
64
DAFTAR PUSTAKA
Literature dan buku-buku Al-Qur‟an dan terjemahan. Audah, Abdul Qadir, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam III. PT Kharisma Ilmu Audah, Abdul Qadir, al-Tasyri‟ al-Jinai al-Salimi, al-Jami‟ al-Shahih Sunan al Tirmidzi, Juz IV, (Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, t.th.), Al-Bukhari, Shahih Bukhari, juz VI, h. 2493, hadits nomor 6414 dan al-Nishaburi, Shahih Muslim. Aji , Ahmad Mukri, Rasionalitas Ijtihad Ibn Rusyd, Kajian Fiqh Jinayat dalam Kitab “ Bidayatul Mujtahid wa Nilhayat al-Mustashid,Cet 1,( Bogor, 2010, Pustaka Pena Ilahi). al-Sijistani, Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, Juz II, h.541 Arsip Putusan Pengadilan Negeri Purbalingga Nomor 31/Pid.B/2003/PN.Pbg Ensiklopedia Sistematis,Ayat Al- Quran dan Hadits Jilid 7. Widya Cahaya Fauzan, al-Ansari, Hukuman Bagi Pencuri, (Jakarta:khairul Bayan,2002), Hamzah Andi, KUHP dan KUHAP, edisi revisi 2008, Jakarta, Rineka Cipta. Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional; Balai Pustaka, edisi ke-3, Jakarta 2002 Lamintang dan Samosir Djisman, Delik-delik khusus kejahatan yang ditujukan Terhadap Hak Milik dan Lain-lain Hak yang Timbul dari Hak Milik, Tarsito, Bandung,1979 Munawwir, Ahmad Warson, Al- Munawwir: Kamus Arab – Indonesia. (Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan,1984). Muhammad Ibnu Ali Ibnu Muhammad As-syaukani, Nailul Author, Mustafa Ahmad al-Zarqa, al-Madkhal al-Fiqh al-Am, (Beirut; Dar al-Fikr, t.th), juz III, Muslich, Ahmad Wardi, Hukum Pidana Islam. Cet.- 1, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005).
65
Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam; Fiqh Jinayah. Cet. I (Jakarata: Sinar Grafika, 2004). Muslim Ibnu al-Hujaj Abu al-Husaini al-Qusyairi al-Nishaburi, Shahih Muslim, Beirut: Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007 Pedoman Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Jakarta: Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2007. Projodikoro Wirjono, SH. DR, Tindak-Tindak Pidana tertentu di Indonesia, Eresco, Bandung, 1986 Prodjodikoro ,Wirjono, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, edisi revisi 3, Bandung, 2003, PT, Revika Aditama, Rusyd Ibnu, Bidayatul Mujtahid, (Beirut: Dar al-Fikr,2005), juz II Skripsi tentang putusan No : 32/Pid.B/2003/PN.Pbg. dengan terdakwa Sumanto. PUTRA FAJAR SUNJAYA, Universitas Pancasakti Tegal. Summa, Muhammad Amin Pidana Islam di Indonesia; peluang, prospek, dan tantangan, cet 1, 2001, Pustaka Firdaus. Saeban, Beni Ahmad , Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), Soesilo R., Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor, 19 94, Syarfin Pipin, Hukum Pidana Di Indonesia, Untuk Fakultas Syariah Komponen MKK, Cet-2, Pustaka Setia, Bandung, 2008 Samin Sabri, Pidana Islam Dalam Politik Hukum Pidana Indonesia Efektisme dan Pandangan Non Muslim, (Jakarta, Kholam Publising). Waluyo Bambang, Penelitian Hukum dalam praktek, (Jakarta, Sinar grafika,2006) cet. 1 Zuhaili, Wahbah al, al-Fiqh al Islami wa Adillatuh, Gema Insani Darul Fikir, Jakarta 2011
66
Sumber dari Internet (situs website)
Di Akses pada tanggal 6 Juni 2011 dari www.Majalah Tempo.com Di Akses pada tanggal 6 Juni 2011 dari www.Kompas com Di Akses pada tanggal 6 Juni 2011 dari http://simta.uns.ac.id Di Akses pada tanggal 10 September 2011 dari http://www.perpus.upstegal.ac.id Di Akses pada tanggal 10 September 2011 dari https//.news.okezone.com. 23:58. WIB Di Akses pada tanggal 10 September 2011 http://organkuberharga.blogspot.com/ 23:58 WIB
67
DAFTAR PUSTAKA
Sabri Samin, Pidana Islam Dalam Politik Hukum Pidana Indonesia Efektisme dan Pandangan Non Muslim, (Jakarta, Kholam Publising) Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, edisi revisi 2008, Jakarta, Rineka Cipta Skripsi tentang putusan No : 32/Pid.B/2003/PN.Pbg. dengan terdakwa Sumanto PUTRA FAJAR SUNJAYA, Universitas Pancasakti Tegal Al-Bukhari, Shahih Bukhari, juz VI, h. 2493, hadis nomor 6414 dan al-Nisaburi, Shahih Muslim, Muhammad amin suma, Pidana Islam di Indonesia; peluang, prospek, dan tantangan, cet 1, 2001, Pustaka Firdaus, Ahmad Mukri Aji, Rasionalitas Ijtihad Ibn Rusyd, Kajian Fiqh Jinayat dalam Kitab “ Bidayatul Mujtahid wa Nilhayat al-Mustashid,Cet 1,( Bogor, 2010, Pustaka Pena Ilahi) Muhammad amin suma, Pidana Islam di Indonesia; peluang, prospek, dan tantangan, 2001, Pustaka Firdaus Bambang waluyo, Penelitian Hukum dalam praktek, (Jakarta, Sinar grafika,2006) cet. 1 Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007 Pedoman Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Jakarta: Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2007. R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor, 19 94, Wirjono Projodikoro, SH. DR, Tindak-Tindak Pidana tertentu di Indonesia, Eresco, Bandung, 1986
68
Lamintang dan Djisman Samosir, Delik-delik khusus kejahatan yang ditujukan Terhadap Hak Milik dan Lain-lain Hak yang Timbul dari Hak Milik, Tarsito, Bandung,1979 Pipin Syarfin, Hukum Pidana Di Indonesia, Untuk Fakultas Syariah Komponen MKK, Cet-2, Pustaka Setia, Bandung, 2008 Fauzan al-Ansari, Hukuman Bagi Pencuri, (Jakarta:khairul Bayan,2002), Munawwir, Ahmad Warson, Al- Munawwir: Kamus Arab – Indonesia. (Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan,1984). Abdul Qadir Audah, al-Tasyri’ al-Jinai al-Salimi, al-Jami’ al-Shahih Sunan al Tirmidzi, Juz IV, (Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, t.th.), Muhammad Ibnu Ali Ibnu Muhammad As-syaukani, Nailul Author, Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al Islami wa Adillatuh, Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, (Beirut: Dar al-Fikr,2005), juz II, Mustafa Ahmad al-Zarqa, al-Madkhal al-Fiqh al-Am, (Beirut; Dar al-Fikr, t.th), juz III, Muslich, Ahmad Wardi, Hukum Pidana Islam. Cet.- 1, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005). Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam; Fiqh Jinayah. Cet. I (Jakarata: Sinar Grafika, 2004). Muslim Ibnu al-Hujaj Abu al-Husaini al-Qusyairi al-Nisaburi, Shahih Muslim, Beirut: Ibnu Rusd, Bidayatul Mujtahid, Al-Bukhari, Shahih Bukhari, juz VI, h. 2493, hadis nomor 6414 dan al-Nisaburi, Shahih Muslim, Hadits nomor 1687 Abu Dawud al-Sijistani, Sunan Abi Dawud, Juz II, h.541, hadits nomor Ensiklopedia Sistematis,Ayat Al- Quran dan Hadits Jilid 7. Widya Cahaya Abdul Qodir Audah, Al-Tasyri’ al Jinai al-Islami, juz II Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasiona; Balai Pustaka, edisi ke-3, Jakarta 2002
69
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, edisi revisi 3, Bandung, 2003, PT, Revika Aditama, Arsip Putusan Pengadilan Negeri Purbalingga Nomor 31/Pid.B/2003/PN.Pbg
Sumber dari Internet (situs website)
Di Akses pada tanggal 6 Juni 2011 dari www.Majalah Tempo.com Di Akses pada tanggal 6 Juni 2011 dari www.Kompas com Di Akses pada tanggal 6 Juni 2011 dari http://simta.uns.ac.id Di Akses pada tanggal 10 September 2011 dari http://www.perpus.upstegal.ac.id Di Akses pada tanggal 10 September 2011 dari https//.news.okezone.com. 23:58. WIB Di Akses pada tanggal 10 September 2011 http://organkuberharga.blogspot.com/ 23:58 WIB
1
PUTUSAN Nomor: 31/Pid.B/2003/PN.Pbg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Purbalingga yang mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam peradilan tingkat pertama, menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkaranya terdakwa: a. Nama lengakap
: Sumanto Bin Nuryadikarta
b. Tempat Lahir
: Purbalingga
c. Umur / Tanggal lahir
: 30 tahun / 3 Maret 1972
d. Jenis kelamin
: Laki-laki
e. Kebangsaan/Kewarganegaraan
: Indonesia
f. Tempat Tinggal
: Desa Plumutan RT 05/RW 05 Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga
g. Agama
: Islam
h. Pekerjaan
: Tani
i. Pendidikan
: S.D.
Terdakwa berada dalam tahanan, masing-masing: a. Oleh Penyidik: Sejak tanggal 23 Januari 2003 s/d. 22 Januari 2003. b. Pembantaran Penahanan oleh Penyidik: Sejak tanggal 23 Januari 2003 s/d. 4 Pebruari 2003. c. Penahanan Lanjutan oleh Penyidik: Sejak tanggal 5 Pebruari 2003 s/d. 16 Pebruari 2003. d. Perpanjangan Penahanan oleh Kepala Kejaksaan Negeri Purbalingga: Sejak tanggal 17 Pebruari 2003 s/d. 25 Maret 2003. e. Penuntut Umum: Sejak tanggal 26 Maret 2003 s/d. 7 April 2003.
2
f. Hakim: Sejak tanggal 8 April 2003 s/d. 7 Mei 2003. g. Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri Purbalingga: Sejak tanggal 8 Mei 2003 s/d. 6 Juli 2003. Di persidangan terdakwa didampingi oleh penasihat Hukumnya yaitu: 1. Nurcahyo, W., SH. 2. Budi Kiatno, SH. 3. Doddy Priyo Sembodo, SH. 4. Sangadi, SH. 5. Sarjono Harjosaputro, SH., MBA., M.Hum. 6. Waluyo, SH. 7. Fajar Susanto, SH. 8. Prasetyo, SH. 9. Nowo Nugroho, SH. 10. Harun Al Rasyid, SH 11. Irza Syahbanu Putra, SH. 12. Kopsah, SH. 13. Erna Titin Tresnowati, SH. 14. H. Supangkat, SH. Kesemuanya Pengacara/Penasihat Hukum yang tergabung dalam Tim Pembela Sumanto (TPS) dari IKADIN Purwokerto beralamat alamat kantor di sekretariat IKADIN Purwokerto, Jl. Tipar Baru Nomor 48 Purwokerto, Berdasarkan Surat Kuasa Khusus masing-masing tertanggal 16 April 2003 dan 24 April 2003 bertindak selaku penasihat hukum dari terdakwa. Pengadilan Negeri Tersebut: -
Telah membaca seluruh berkas perkara.
-
Telah mendengar seluruh keterangan saksi-saksi, baik saksi yang memberatkan terdakwa maupun keterangan ahli yang diajukan oleh Penasihat hukum terdakwa serta keterangan terdakwa di persidangan.
3
-
Telah membaca surat-surat bukti yang diajukan oleh Penuntut Umum di persidangan.
-
Telah memperhatikan seluruh barang bukti di persidangan.
-
Telah mendenganr tuntutan :Penuntut Umum atas diri terdakwa pada tanggal 16 Juni 2003 yang pada pokoknya menyatakan bahwa terdakwa Sumanto Bin Nuryadikarta, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana kejahatan Pencurian dalam keadaan yang memberatkan. Menuntut oleh karenanya agar Pengadilan menjatuhkan pidana penjara selama 6 (enam) tahun dikurangi masa terdakwa selama berada dalam tahanan, dengan perintah agar terdakwa tetap berada dalam tahanan.
-
Menetapkan barang bukti berupa:
-
7 (tujuh) kain kafan, 6 utas tali kain, 2 buah kayu nisan, 1 buah dangka kayu randu, 1 potong daging vagina, 1 potong daging paha kiri, tulang belulang kaki dari bagian lutut ke bawah, masing-masing dikembalikan kepada ahli waris almarhumah Ny. Rinah yaitu saksi Sapir alias Hadi Suwarjo Bin Martadi.
-
1 setel pakaian, 1 buah sepeda ontel, uang Rp. 18.000,- masing-masing dikembalikan kepada terdakwa Sumanto Bin Nuryadikarta.
-
1 buah pisau, 1 buah golok, 1 buah karung kandi, 1 potong tali kawat, 1 buah wajan, 1 kaleng bekas cat, masing-masing dirampas untuk dimusnahkan.
-
1 buah cangkul dikembalikan kepada saksi Saliman bin Kasroni.
-
Membebani terdakwa membayar beaya perkara sebesar Rp. 2.000,- (Dua ribu rupiah).
-
Telah mendengar nota pembelaan (pledoi) yang diajukan oleh Penasihat Hukum terdakwa pada tanggal 19 Juni 2003 yang pada pokoknya berpendapat bahwa dalam diri terdakwa terdapat gangguan jiwa yang dapat dijadikan dasar untuk menghapuskan pidana, sedangkan Pasal 363 ayat (1) KUHP menurut Penasihat Hukum terdakwa tidak terpenuhi. Sedangkan Pasal 180 KUHP menurut Penasihat Hukum terdakwa semua
4
unsurnya terpenuhi dalam perbuatan terdakwa. Dengan demikian maka Penasihat Hukum terdakwa meminta agar Pengadilan menyatakan bahwa terdakwa Sumanto Bin Nuryadikarta terbukti mengalami gangguan jiwa psikopat. Melepaskan terdakwa dari segala dakwaan, dan agar terdakwa tersebut dimasukkan ke dalam perawatan Rumah Sakit Jiwa sampai dengan dinyatakan sembuh atas biaya dari Negara. Dan membebankan beaya perkara kepada Negara. Menimbang, bahwa terdakwa di persidangan telah pula menyampaikan pembelaan secara tertulis yang pada pokoknya terdakwa berkeberatan dengan tuntutan Penuntut Umum yang menyatakan terdakwa dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana pencurian dalam keadaan yang memberatkan, sebab barang yang dicuri oleh terdakwa tersebut menurut terdakwa merupakan kotoran yang telah dibuang oleh keluarganya sehingga apa yang dilakukan oleh terdakwa bukan merupakan tindak pidana pencurian. Menimbang, bahwa atas nota pembelaan yang diajukan Penasihat Hukum terdakwa serta terdakwa tersebut, Penuntut Umum telah mengajukan repliek pada tanggal 22 Juni 2003 yang pada pokoknya menolak pledoi dari Penasihat Hukum terdakwa maupun terdakwa sendiri, selanjutnya Penuntut Umum berpendapat bahwa sesuai dengan hasil pemeriksaan ahli kedokteran jiwa RSU Banyumas terdakwa adalah sehat jasmani dan rohani, dengan demikian
terdakwa
dapat
dipertanggungjawabkan
atas
perbuatannya.
Sedangkan terhadap pledoi Penasihat Hukum terdakwa yang menyatakan terdakwa tidak dapat dijerat dengan pasal pencurian, dengan alasan bahwa mayat bukan/tidak termasuk pengertian benda yang dapat dikenakan objek pencurian maka Penuntut Umum tidak sependapat dengan mengemukakan pendapat seorang ahli yang diajukan di persidangan perkara ini, maupun doktrin/pendapat para sarjana yang berpendapat mayat termasuk pengertian benda yang dapat dijadikan objek pencurian.
5
Terhadap keberatan terdakwa yang berkeberatan terhadap tingginya tuntutan Penuntut Umum terhadap pidana yang mohon dijatuhkan Pengadilan, Penuntut Umum berpendapat bahwa besarnya tuntutan tersebut sesuai dengan perbuatan serta sikap terdakwa sendiri yang di persidangan menunjukkan tidak merasa bersalah telah melakukan perbuatan makan mayat dan memperlakukan secara tidak senonoh mayat Ny. Rinah sesuai norma-norma Agama, susila dan adat istiadat masyarakat. Menimbang, bahwa atas Replik Penuntut Umum tersebut maka Penasihat Hukum terdakwa menyatakan tetap pada dalil atau pendapatnya seperti tersebut dalam pledoinya. Menimbang, bahwa terdakwa telah dajukan di persidangan oleh Penasihat
Umum
dengan
dakwaan,
Nomor
Reg.
Perkara:
PDM-
20/PR.BAL/EP.1/03/2003. tertanggal 8 April 2003. sebagai berikut: D a k w a a n: Pertama: Bahwa dia terdakwa Sumanto Bin Nuryadikarta pada hari Sabtu malam Minggu tanggal 11 Januari 2003 sekitar pukul 19.00 WIB atau di sekitar waktu itu dalam bulan Januari 2003 atau setidak-tidaknya dalam tahun 2003 bertempat di Pemakaman Umum Dusun Srengseng Desa Majatengah Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga atau setidak-tidaknya di suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Purbalingga, dengan maksud untuk memiliki sesuatu barang secara melawan hukum, telah mengambil barang berupa seorang mayat Ny. Rinah dari dalam liang kubur, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan ahli waris almarhum Ny. Rinah yaitu saksi Sapir alias Hadi Suwarjo Bin Martadi atau setidak-tidaknya kepunyaan orang lain bukan kepunyaan terdakwa sendiri, untuk masuk ke tempat atau untuk sampai pada barang yang diambil dengan cara merusak, yang dilakukan dengan cara sebagai berikut:
6
Pada hari Sabtu tanggal 11 Januari 2003 sekitar pukul 17.00 WIB ketika terdakwa melewati kuburan/pemakaman umum Dusun Srengseng Desa Majatengah melihat beberapa warga Dusun Srengseng Desa Majatengah sedang memakamkan jenasah Ny. Rinah di Pemakaman Umum Dusun Srengseng Desa Majatengah. Lalu terdakwa pulang ke rumah dan pada malam harinya yaitu hari Sabtu pada tanggal 11 Januari 2003 sekitar pukul 18.45 WIB terdakwa timbul niat untuk mengambil mayat Ny. Rinah, kemudian terdakwa berangkat menuju ke makam Ny. Rinah. Bahwa sesampainya di makam, terdakwa dengan tanpa ijin dari yang berhak langsung membongkar dan menggali makam Ny. Rinah dengan meneggunakan kedua tangannya, dan setelah mayat Ny. Rinah terlihat terdakwa mengambil mayat Ny. Rinah yang terbungkus kain kafan dari dalam liang kubur dengan cara ditarik. Bahwa setelah mayat Ny. Rinah diambil dari dalam liang kubur, terdakwa melepas kain kafan mayat Ny. Rinah hingga telanjang bulat dan menjilat kedua matanya, kemudian terdakwa pulang ke rumah meninggalkan mayat tersebut mengambil peralatan berupa pisau, karung kandi dan sepeda ontel untuk membawa pulang mayat Ny. Rinah, lalu terdakwa kembali lagi ke makam (kuburan) untuk mengambil mayat Ny. Rinah namun sebelum sampai di kuburan terdakwa menaruh sepeda ontel di dekat rumah saksi Rasmadi. Bahwa setelah sampai di kuburan lagi terdakwa dengan menggunakan pisau memotong kedua ibu jari kaki mayat Ny. Rinah dan memakannya mentah-mentah dengan cara ditelan, setelah memakan kedua ibu jari lalu terdakwa melipat kaki mayat Ny. Rinah yang sudah terbungkus dengan karung kandi dibawa pulang ke rumah terdakwa di Desa Pelumutan Kecamatan Kemangkon dengan menggunakan sepeda ontel. Bahwa sampai di rumah, terdakwa langsung mengambil golok dan daun pisang lalu menyayat daging kaki dan memotong kedua lulut mayat Ny.
7
Rinah dengan menggunakan golok, sebelum menyayat terdakwa memasukkan sebagian kecil daging ibu jari kaki dan daging paha mayat Ny. Rinah ke dalam lengan terdakwa sebelah kiri. Bahwa setelah selesai menyayat daging kaki dan memotong kedua lulut mayat Ny. Rinah terdakwa memotong-motong daging mayat tersebut dan memakannya mentah-mentah dan sebagian lagi digoreng serta dipanggang atau disate. Setelah memakan daging mayat, terdakwa memotong kemaluan mayat Ny. Rinah lalu dibungkus dengan menggunakan kain warna merah dijadikan bandul kalung benang warna kuning, sedangkan sisanya yang tidak termakan dimasukkan ke dalam karung kemudian dikbur di depan rumah terdakwa kecuali tulang betis di ruang dapur, tulang pergelangan kaki hingga ibu jari kaki ditaruh/disimpan di dalam beras. Bahwa daging mayat Ny. Rinah selain dimakan, oleh terdakwa sebagian juga digunakan untuk membungkus uang kertas Rp. 5.000 (lima ribu rupiah), Rp. 1.000,- (seribu rupiah) yang dicampur dengan pecahan kaca cermin dan untuk membungkus tembakau. Bahwa terdakwa melakukan perbuatan tersebut dengan maksud sebagai syarat untuk cepat kaya (istilah Jawa nyupang), dan untuk mempertebal diri dari goncangan penyakit. Akibat perbuatan terdakwa, ahli waris almarhum Ny. RinaH yaitu saksi Sapir alias Hadi Suwarjo Bin Martadi atau ahli waris yang lain mengalami kerugian yang tidak terukur, karena orang yang telah meninggal dunia dan dikubur adalah sebagai pepundi atau leluhur bagi ahli warisnya. Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 363 (1) ke-5 KUH Pidana,
8
Atau Kedua Primair: Bahwa dia terdakwa Sumanto Bin Nuryadikarta pada haru Sabtu malam Minggu tanggal 11 Januari 2003 sekitar pukul 19.00 WIB atau di sekitar waktu itu dalam bulan Januari 2003 atau setidak-tidaknya dalam tahun 2003 bertempat di Pemakaman Umum Dusun Srengseng Desa Majatengah Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga atau setidak tidaknya di suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Purbalingga, dengan sengaja dan melawan hukum menggali atau mengambil jenasah atau memindahkan atau mengangkut jenasah yang sudah digali atau diambil, yang dilakukan dengan cara sebagai berikut: Pada hari Sabtu tanggal 11 Januari 2003 sekitar pukul 17.00 WIN ketika terdakwa melewati kuburan/pemakaman umum Dusun Srengseng Desa Majatengah melihat beberapa warga Dusun Srengseng Desa Majatengah sedang memakamkan jenasah Ny. Rinah di Pemakaman Umum Dusun Srengseng Desa Majatengah. Lalu terdakwa pulang ke rumah dan pada malam harinya yaitu hari Sabtu pada tanggal 11 Januari 2003 sekitar pukul 18.45 WIB terdakwa timbul niat untuk mengambil mayat Ny. Rinah, kemudian terdakwa berangkat menuju ke makam Ny. Rinah. Bahwa sesampainya di makam, terdakwa dengan tanpa ijin dari yang berhak langsung membongkar dan menggali makam Ny. Rinah dengan menggunakan kedua tangannya, dan setelah mayat Ny. Rinah terlihat terdakwa mengambil mayat Ny. Rinah yang terbungkus kain kafan dari dalam liang kubur dengan cara ditarik. Bahwa setelah mayat Ny. Rinah diambil dari dalam liang kubur, terdakwa melepas kain kafan mayat Ny. Rinah hingga telanjang bulat dan menjilat kedua matanya, kemudian terdakwa pulang ke rumah meninggalkan
9
mayat tersebut mengambil peralatan berupa pisau, karung kandi dan sepeda ontel untuk membawa pulang mayat Ny. Rinah, lalu terdakwa kembali lagi ke makam (kuburan) untuk mengambil mayat Ny. Rinah namun sebelum sampai di kuburan terdakwa menaruh sepeda ontel di dekat rumah saksi Rasmadi. Bahwa setelah sampai di kuburan lagi terdakwa dengan menggunakan pisau memotong kedua ibu jari kaki mayat Ny. Rinah dan memakannya mentah-mentah dengan cara ditelan, setelah memakan kedua ibu jari lalu terdakwa melipat kaki mayat Ny. Rinah yang sudah terbungkus dengan karung kandi dibawa pulang ke rumah terdakwa di Desa Pelumutan Kecamatan Kemangkon dengan menggunakan sepeda ontel. Bahwa sampai di rumah, terdakwa langsung mengambil golok dan daun pisang lalu menyayat daging kaki dan memotong kedua lulut mayat Ny. Rinah dengan menggunakan golok, sebelum menyayat terdakwa memasukkan sebagin kecil daging ibu jari kaki dan daging paha mayat Ny. Rinah ke dalam lengan terdakwa sebelah kiri. Bahwa setelah selesai menyayat daging kaki dan memotong kedua lulut mayat Ny. Rinah terdakwa memotong-motong daging mayat tersebut dan memakannya mentah-mentah dan sebagian lagi digoreng serta dipanggang atau disate. Setelah memakan daging mayat, terdakwa memotong kemaluan mayat Ny. Rinah lalu dibungkus dengan menggunakan kain warna merah dijadikan bandul kalung benang warna kuning, sedangkan sisanya yang tidak termakan dimasukkan ke dalam karung kemudian dikbur di depan rumah terdakwa kecuali tulang betis di ruang dapur, tulang pergelangan kaki hingga ibu jari kaki ditaruh/disimpan di dalam beras. Bahwa daging mayat Ny. Rinah selain dimakan, oleh terdakwa sebagian juga digunakan untuk membungkus uang kertas Rp. 5.000 (lima ribu
10
rupiah), Rp. 1.000,- (seribu rupiah) yang dicampur dengan pecahan kaca cermin dan untuk membungkus tembakau. Bahwa terdakwa melakukan perbuatan tersebut dengan maksud sebagai syarat untuk cepat kaya (istilah Jawa nyupang), dan untuk mempertebal diri dari goncangan penyakit. Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 180 KUH Pidana. Subsidair: Bahwa dia terdakwa Sumanto Bin Nuryadikarta pada hari Sabtu malam Minggu tanggal 11 Januari 2003 sekitar pukul 19.00 WIB atau sekitar waktu itu dalam bulan Januari 2003 atau setidak-tidaknya dalam tahun 2003 bertempat di Pemakaman Umum Dusun Srengseng Desa Majatengah Kecamatan Kemangkon kabupaten Purbalingga atau setidak-tidaknya di suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Purbalingga, dengan sengaja menodai kuburan atau dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan tanda peringatan di tempat kuburan, yang dilakukan dengan cara sebagai berikut: Pada hari Sabtu tanggal 11 Januari 2003 sekitar pukul 17.00 WIB ketika terdakwa melewati kuburan/pemakaman umum Dusun Srengseng Desa Majatengah melihat beberapa orang warga Dusun Srengseng Desa Majatengah sedang memakamkan jenasah Ny. Rinah di Pemakaman Umum Dusun Srengseng Desa Majatengah. Lalu terdakwa pulang ke rumah dan pada malam harinya yaitu hari Sabtu pada tanggal 11 Januari 2003 sekitar pukul 18.45 WIB terdakwa timbul niat untuk mengambil mayat Ny. Rinah yang terbungkus kain kafan dari dalam liang kubur dengan cara ditarik. Bahwa setelah mayat Ny. Rinah diambil dari dalam liang kubur, terdakwa melepas kain kafan mayat Ny. Rinah hingga telanjang bulat dan menjilat kedua matanya, kemudian terdakwa pulang ke rumah meninggalkan
11
mayat tersebut mengambil peralatan berupa pisau, karung kandi dan sepeda ontel untuk membawa pulang mayat Ny. Rinah, lalu terdakwa kembali lagi ke makam (kuburan) untuk mengambil mayat Ny. Rinah namun sebelum sampai di kuburan terdakwa menaruh sepeda ontel di dekat rumah saksi Rasmadi. Bahwa setelah sampai di kuburan lagi terdakwa dengan menggunakan pisau memotong kedua ibu jari kaki mayat Ny. Rinah dan memakannya mentah-mentah dengan cara ditelan, setelah memakan kedua ibu jari lalu terdakwa melipat kaki mayat Ny. Rinah yang sudah terbungkus dengan karung kandi dibawa pulang ke rumah terdakwa di Desa Pelumutan Kecamatan Kemangkon dengan menggunakan sepeda ontel. Bahwa sampai di rumah, terdakwa langsung mengambil golok dan daun pisang lalu menyayat daging kaki dan memotong kedua lulut mayat Ny. Rinah dengan menggunakan golok, sebelum menyayat terdakwa memasukkan sebagin kecil daging ibu jari kaki dan daging paha mayat Ny. Rinah ke dalam lengan terdakwa sebelah kiri. Bahwa setelah selesai menyayat daging kaki dan memotong kedua lulut mayat Ny. Rinah terdakwa memotong-motong daging mayat tersebut dan memakannya mentah-mentah dan sebagian lagi digoreng serta dipanggang atau disate. Setelah memakan daging mayat, terdakwa memotong kemaluan mayat Ny. Rinah lalu dibungkus dengan menggunakan kain warna merah dijadikan bandul kalung benang warna kuning, sedangkan sisanya yang tidak termakan dimasukkan ke dalam karung kemudian dikbur di depan rumah terdakwa kecuali tulang betis di ruang dapur, tulang pergelangan kaki hingga ibu jari kaki ditaruh/disimpan di dalam beras. Bahwa daging mayat Ny. Rinah selain dimakan, oleh terdakwa sebagian juga digunakan untuk membungkus uang kertas Rp. 5.000 (lima ribu
12
rupiah), Rp. 1.000,- (seribu rupiah) yang dicampur dengan pecahan kaca cermin dan untuk membungkus tembakau. Bahwa terdakwa melakukan perbuatan tersebut dengan maksud sebagai syarat untuk cepat kaya (istilah Jawa nyupang), dan untuk mempertebal diri dari goncangan penyakit. Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 179 KUH Pidana. Menimbang, bahwa karena pemeriksaan dilanjutkan, selanjutnya untuk membuktikan dakwaannya oleh Penuntut Umum telah diajukan bukti berupa saksi-saksi di mana para saksi tersebut masing-masing di bawah sumpah memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut: 1. Saksi Rasmadi bin Ripangi - Bahwa pada hari Sabtu, tanggal 11 Januari 2003 sekitar jam 17.00 WIB. Terdakwa datang sewaktu saksi sedang memperbaiki antena TV. Di rumah saksi, terdakwa menanyakan “man kae ana wong mati”, maksudnya itu ada orang mati, terus dijawab “ya”. - Bahwa benar, di Desa Majatengah ada orang meninggal yaitu Ny. Rinah yang dimakamkan sekitar jam 16.00 WIB. Di kuburan Srengseng Desa Majatengah. - Bahwa saksi melihat kuburan karena rumah saksi dekat kira-kira jarak 60 meter dan sewaktu terdakwa menanyakan membawa sepeda ontel, waktu itu juga mau pinjam cangkul tetapi tidak boleh, dan untuk apa cangkul tersebut saksi tidak tahu. - Bahwa pada hari Minggunya di kuburan Ny. Rinah banyak orang, dan istri saksi menyatakan katanya mayat Ny. Rinah hilang. - Bahwa saksi ke kuburan melihat benar mayatnya tidak ada dan ada mori tergeletak, kuburannya juga rusak.
13
- Bahwa pada malam Rabu sekitar jam 20.00 WIB. Mayatnya ditemukan, saksi melihat di halaman rumah terdakwa. - Bahwa barang bukti sepeda ontel ada, betul sepeda milik terdakwa. - Bahwa terdakwa selama ini baik, sehat dan tidak pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa. - Bahwa atas keterangan saksi, terdakwa menyatakan tidak meminjam cangkul. 2. Saksi Sapir alias Hadi Suwarjo bin Martadi - Bahwa benar, ibu saksi bernama Ny. Rinah, saksi adalah anak nomor 3 dari 7 bersaudara dengan bapaknya bernama Martadi. - Bahwa benar Ny. Rinah mempunyai 7 orang anak, masing-masing Kisem, Korman, Sapir, Kirwan, Surkini, Mutirah dan Mairah. - Bahwa benar ibunya meninggal dunia pada hari sabtu tanggal 11 Januari 2003 sekitar jam 02.00 WIB. karena sakit liver, lalu dimakamkan sekitar jam 16.00 WIB. di kuburan Srengseng Desa Majatengah Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga. - Bahwa pada hari Minggu tanggal 12 Januari 2003 sekitar jam 13.00 WIB, saksi diberitahu oleh Birin kalau mayat ibunya hilang curi orang, lalu saksi mengecek kekuburan dan ternyata benar mayat ibunya sudah tidak ada. - Bahwa kuburan Ny. Rinah sudah rusak, tanahnya berlubang bekas dicangkul, kayu dangka diangkat, kayu nisan dan kain mori sudah tergeletak. - Bahwa saksi kemudian berusaha mencari kemana-mana tidak ada, yang akhirnya ditemukan di Desa Pelumutan dikubur di depan rumah terdakwa pada hari Selasa malam Rabu dan sekitar jam 24.00 WIB. dibongkar, saks melihat sendiri mayatnya terbungkus karung kandi lalu dibuka, ternyata benar mayat ibu saksi. - Bahwa keadaan mayat tulang kaki dari lutut ke bawah sudah tidak ada, tulang paha ada tetapi dagingnya sudah tidak ada, sedang kepala, tangan
14
masih ada lalu dikafani lagi selanjutnya dimakamkan lagi di tempat kuburan semula di Srengseng Majatengah sekitar jam 01.00 WIB. - Bahwa sewaktu mayat ditemukan, tanah yang digunakan untuk mengubur mayat ibunya ditanami pohon pisang dan terlihat tanahnya baru digali, saksi melihat karena terang ada petromak. - Bahwa saksi mengenali mayat ibunya tersebut karena tahu ciri-ciri dari kulit, rambut, hidung dan mukanya/wajahnya. - Bahwa yang mengambil mayat ibunya benar tidak ada ijin, mayatnya benar-benar sudah pindah karena diambil tersebut. - Bahwa benar saksi dan saudaranya sebagai ahli waris sangat merasa kehilangan, merasa sakit hati, sangat sedih dan sangat dirugikan karena mayat ibunya hilang dan dipotong-potong. - Bahwa benar mayat ibu saksi mempunyai nilai bagi ahli waris yang masih ada hubungan melalui do‟a maupun perawatan kuburannya. - Bahwa benar setelah ibunya meninggal, mayatnya telah dirawat dengan hati-hati yaitu diulesi (dibetulkan), dimandikan, dikafani, disholatkan dan dikuburkan. - Bahwa do‟a-do‟a dilakukan pada selamatan yang dilakukan pada hari ke 3, 7, 40, 100, 1 tahun, 2 tahun, 1000 dan juga ziarah ke kuburan dengan siraman air dan bunga, kemudian pada selamatan tersebut diberikan makan dan minum bagi yang ikut mendo‟akan sebagaimana umumnya kebiasaan yang dilakukan di Desa Majatengah dari dulu hingga sekarang. - Bahwa mayat juga merupakan pepundi yang selalu dido‟akan oleh ahli warisnya maupun oleh saudara-saudaranya. - Bahwa benar dengan perawatan yang hati-hati, pemberian do‟a-do‟a maupun ziarah tersebut merupakan nilai tersendiri yang tidak putus begitu saja setelah dikubur. - Bahwa bukti kain mori, patok kayu nisan, kayu penutup (dangka) adalah betul.
15
- Atas keterangan saksi, terdakwa mengatakan kuburannya tidak dicangkul tetapi digali dengan tangan dan bantuan kayu nisan. 3. Saksi agus Budiyanto bin Idris Joyomartono: - Bahwa saksi tahu terdakwa disidangkan karena kasus pencurian mayat. - Bahwa benar pada hari Minggu tanggal 12 Januari 2003 saksi diberi tahu oleh Sunarji yang mengatakan mayat Ny. Rinah yang dikuburkan di Dusun Srengseng Desa Majatengah telah hilang. - Bahwa benar saksi mengecek ke kuburan yang berbatasan dengan Desa Pelumutan, ternyata kuburan Ny. Rinah telah berlubang dan mayatnya tidak ada. - Bahwa mengetahui hal tersebut, saksi melaporkan ke Polsek Kemangkon, sehingga Polisi juga mengecek kuburan Ny. Rinah. - Bahwa benar Ny. Rinah meninggal pada hari Sabtu tanggal 11 Januari 2003 sekitar jam 02.00 WIB dan dikubur hari Sabtu sekitar jam 16.00 WIB di kuburan Dusun Srengseng Desa Majatengah, Ny. Rinah meninggal karena sakit liver dan malaria, usianya kira-kira 80 tahun. - Bahwa setelah mayat Ny. Rinah diketahui hilang dan baru ditemukan setelah 3 hari kemudian yaitu pada hari Selasa malam Rabu sekitar jam 23.00 WIB di depan rumah terdakwa. - Bahwa keadaan mayat wajahnya masih utuh, tulang paha ada tetapi dagingnya sudah tidak ada, kain mori tidak ada. - Bahwa keluarga Ny. Rinah, ahli warisnya juga melihat dan membenarkan bahwa mayat yang ditemukan adalah ibunya, bahkan ada yang sampai pingsan, lalau pada malam itu juga sekitar jam 02.00 WIB dikuburkan kembali dengan dikafani kain mori lagi. - Bahwa benar ahli warisnya ikut mencari atas hilangnya mayat Ny. Rinah dan melaporkannya kepada saksi. - Bahwa di rumah terdakwa, saksi melihat ada sobekan daging di dalam botol yang berisi cairan kekuning-kunhingan.
16
- Bahwa saksi juga melihat wajan berisi daging bekas dimasak, ada kuah santan dan baunya tidak enak. - Bahwa ahli warisnya merasa kaget sehingga terus mencari mayat ibunya yang hilang. - Bahwa mayat Ny. Rinah masih ada pemiliknya yaitu ahli warisnya, setelah meninggal mayatnya masih dido‟akan dengan tahlilan selama 1 minggu selamatan hari k 3, 7, 40, 100, 1 tahun, 2 tahun, 1000 hari juga ziarah ke kuburan sebagai leluhurnya. - Bahwa benar mayat Ny. Rinah dimandikan, dikafani, disholati, dikuburkan, hal-hal tersebut merupakan kebiasaan di Desa Majatengah. - Bahwa barang bukti karung kandi, wajan adalah betul dilihat saksi. - Bahwa saksi juga melihat kuburan Ny. Rinah rusak dan berlubang, kain kafan berserakan. - Atas keterangan saksi, terdakwa mengatakan daging yang ada di botol adalah daging ambing, sedang yang lainnya benar. 4. Saksi Nawirja alias Sana bin Mawirya: - Bahwa keterangan saksi dalam BAP Penyidik sudah benar dan dibacakan. - Bahwa saksi tahu terdakwa disidangkan karena kasus pencurian mayat Ny. Rinah. - Bahwa semula pada hari Minggu tanggal 12 Januari 2003 sekitar jam 08.00 WIB, sedang nderes gula kelapa di dekat rumah terdakwa, waktu itu juga ketemu terdakwa dan saksi menanyakan kok belanja banyak yang dijawab terdakwa sedang punya lawuh (yang dimaksud adalah makanan) - Bahwa saksi juga sempat menginjak bungkusan kandi yang dikubur dengan tanah karena rasanya waktu menginjak empuk, ada tanaman pohon pisang yang masih baru. - Bahwa saksi mendengar dari banyak orang yang mengatakan ada kuburan di Srengseng Majatengah terbongkar.
17
- Bahwa setelah mendenganr kuburan Ny. Rinah terbongkar, saksi juga mengecek ke kuburan, ternyata benar terbongkar, kuburannya rusak, ada kain mori juga ada kayu dangka. - Bahwa setelah menginjak tanah yang rasanya empuk di depan rumah terdakwa dan benar kuburan Ny. Rinah terbongkar, saksi mendapat informasi dari Samikarta bahwa terdakwa pada waktu malam Minggu membawa karung kandi yang dinaikkan sepeda ontel. - Bahwa benar pada hari Selasa malam Rabu lalu tanah yang diinjak saksi (yang terasa empuk) oleh masyarakat digali sampai kedalaman ½ meter ditemukan bungkusan karung kandi, setelah dibuka berisi mayat seorang perempuan yang sudah tidak ada kain kafannya. - Bahwa keadaan mayat setelah dibuka karungnya, daging betis sudah tidak ada, bagian kemaluannya tidak ada. - Bahwa barang bukti kandi adalah betul ditemukan di tanah pekarangan terdakwa dan berisi mayat. - Bahwa mengenai perilaku terdakwa sehari-harinya biasa saja seperti masyarakat lainnya, terdakwa juga ikut kerja mencangkul di sawah, kadang-kadang mencari pasir, sedang mengenai jimat saksi tidak tahu. - Atas keterangan saksi, terdakwa mengatakan bahwa kemaluan mayat Ny. Rinah dibuat kalung oleh terdakwa. 5. Saksi Rusmawiarto alias Ngadiman bin Nuryasin: - Bahwa pada haris Selasa tanggal 14 Januari 2003 sekitar jam 18.30 WIB saksi ikut bersama temannya Marsin, Warso mencari dan menemukan mayat yang dikubur di depan kanan rumah terdakwa di Desa Pelumutan Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga. - Bahwa saksi ikut mencari mayat setelah terdakwa dibawa polisi ke Polsek Kemangkon, saksi melihat ada tanaman pohon pisang kecil yang baru ditanam, lalu melaporkan ke Polisi dan setelah Polisi datang terus membongkar dan ternyata benar ditemukan karung kandi berisi mayat. - Bahwa galian tanahnya kedalaman ½ meter dan lebar kira-kira 1 meter.
18
- Bahwa setelah karung dibuka, kain kafan tidak ada, mayat sudah tidak utuh, telapak kaki dua-duanya tidak ada, bagian paha, bagian pinggul dagingnya sudah tidak ada. - Bahwa
setelah
ditemukan
mayatnya,
juga
ditunjukkan
kepada
keluarganya Ny. Rinah, apa betul mayat tersebut mayat Ny. Rinah? Ternyata betul, lalu mayat tersebut dibungkus/dikafani lagi dan selanjutnya dikubur lagi pada malam itu dikuburkan tempat semula di Srengseng Desa Majatengah. - Bahwa anak Ny. Rinah merasa kehilangan karena mayat Ny. Rinah masih dipelihara misalnya kuburannya dibersihkan, diziarahi dan dido‟akan. - Bahwa barang bukti karung kandi dan tali adalah betul yang saksi lihat sewaktu ditemukian mayat. - Atas keterangan saksi, terdakwa mengatakan benar semua. 6. Saksi Munarja bin Partawi: - Bahwa pada hari Minggu tanggal 12 Januari 2003 sekitar jam 08.00 WIB, saksi bersama Yasawikarta berangkat menderes gula kelapa, jalan melewati kuburan Srengseng Desa Majatengah, tahu-tahu melihat kuburan Ny. Rinah yang masih baru, telah berlubang lalu segera memberitahu pihak keluarganya kepada Sdr. Kirwan bahwa mayat ibunya hilang. - Bahwa lubang kuburan Ny. Rinah tersebut kira-kira ½ meter, 1 buah dangka sudah berada di luar dan kain kafan juga ada yang tergeletak di luar. - Bahwa benar saksi tahu Ny. Rinah meninggal dunia pada hari Sabtu tanggal 11 Januari 2003 sekitar jam 02.00 WIB, lalu di kubur sekitar jam 16.00 WIB di kuburan Srengseng Desa Majatengah. - Bahwa setelah mengetahui kuburan Ny. Rinah berlubang, saksi mengintip lubang liang lahat dan ternyata mayat Ny. Rinah tidak ada.
19
- Bahwa jarak pohon kelapa yang saksi ambil air kelapanya (nderes) dengan kuburan Ny. Rinah kira-kira 5 meter. - Bahwa saksi mendengar dari Pak Martaji, mayatnya Ny. Rinah sudah diketemukan di Desa Pelumutan. - Atas keterangan saksi, terdakwa tidak keberatan. 7. Saksi samikarta alias Samo bin Warsawi: - Bahwa saksi tahu terdakwa disidang karena disangka mencuri mayat Ny. Rinah yang meningal dunia pada hari Sabtu tanggal 11 Januari 2003 sekitar jam 02.00 WIB yang dikubur sekitar jam 16.00 WIB di kuburan Dusun Srengseng Desa Majatengah. - Bahwa rumah saksi dekat dengan tempat kejadian kira-kira jaraknya 50 meter dan kuburan Srengseng adalah sebelah kiri depan rumah saksi. - Bahwa mayat Ny. Rinah ditemukan pada hari Selasa malam Rabu tanggal 14 Januari 2003 sekitar jam 18.00 WIB di depan rumah terdakwa di Desa Pelumutan Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga. - Bahwa saksi kenal dengan terdakwa karena terdakwa sering lewat sewaktu lagi main-main. - Bahwa pada waktu malam Minggu tanggal 12 Januari 2003 sekitar jam 01.30 WIB saksi kebetulan bangun tidur dan mengintip dari kaca jendela depan melihat terdakwa membawa bungkusan kandi yang ada isinya, kandi tersebut diboncengkan sepeda ontel. - Bahwa saksi melihatnya pada jarak yang dekat jadi jelas, terdakwa memakai kaos kuning, karena ada lampu penerangan bolam 5 watt. - Bahwa barang bukti karung kandi, sepeda ontel dan kaos kuning adalah betul. - Atas keterangan saksi, terdakwa mengatakan tangan kiri terdakwa memegang setang dan tangan kanan memegang karung. 8. Saksi Yasawikarta bin Murtani: - Bahwa keterangan saksi dalam BAP Penyidik adalah sudah benar.
20
- Bahwa pada hari Minggu tanggal 12 Januari 2003 sekitar jam 08.00 WIB saksi bersama Munarja sedang menderes kelapa di sebelah kuburan Srengseng Desa Majatengah sedang baik di atas pohon kelapa yang jaraknya kira-kira 5 meter, saksi menoleh ke arah kuburan tahu-tahu melihat kuburan Ny. Rinah lubang, lalu saksi turun, Munarja juga mengatakan kuburan itu lubang (mlongo). - Bahwa saksi terus menyuruh Munarja supaya memberitahukan kepada Martadi suami Ny. Rinah. - Bahwa kemudian Martadi dan banyak orang datang ke kuburan Ny. Rinah untuk melihat kuburan yang berlubang tersebut. - Bahwa Martadi lalumelaporkankejadian tersebut ke Desa dan Polisi, bahwa keadaan kuburan sudah rusak, kayu dangka randu tergeletak di atas kuburan, kain mori tergeletak berserakan di lubang kuburan. - Bahwa benar Ny. Rinah meninggal dunia pada hari Sabtu tanggal 11 Januari 2003 sekitar jam 02.00 WIB dan dimakamkan sekitar jam 16.00 WIB di kuburan Srengseng. - Bahwa lebar lubang kira-kira 80 cm. Dan kedalaman lubang kira-kira 2 meter, lubangnya di tengah, kayu nisan juga dibongkar dan ada bekas cangkulan. - Bahwa mayat Ny. Rinah ditemukan pada hari Selasa malam Rabu tanggal 14 Januari 2003 pada malam hari. - Bahawa mayat yang sudah dikubur dibongkar dan diambil mayatnya itu tidak boleh. - Bahwa kebiasaan mayat di Desa Majatengah dimandikan dahulu, disholati dan dikubur, dan ahli warisnya mengadakan selamatan 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun, 1000 hari serta ziarah kubur. - Bahwa barang bukti kain mori, kayu nisan, kayu dangka adalah betul. - Atas keterangan saksi, terdakwa mengatakan terdakwa tidak memakai cangkul untuk mebongkar kuburan, menggalinya dengan bantuan nisan (patok).
21
9. Saksi Sumaryo bin Martawi: - Bahwa keterangan saksi dalam BAP Penyidik sudah benar. - Bahwa saksi tahu, terdakwa disidangkan karena ada masalah pencurian mayat. - Bahwa setahu saksi, mayat yang dicuri yaitu mayat Ny. Rinah yang dikubur di kuburan Srengseng. - Bahwa saksi kenal dengan terdakwa, karena terdakwa pernah jadi muridnya sewaktu di SD.bahwa yang saksi kenal juga orangnya baik, tidak nakal, rajin sekolah dan termasuk tidak bodoh, tidak pernah tidak naik kelas. - Bahwa saksi dengan terdakwa dalam bicara baik, maksudnya biasa-biasa saja, sehari-harinya kerja pancakan apa yang ada seperti kerja disawah. - Bahwa kejadian mayat Ny. Rinah hilang, kemudian ketemu di halaman rumah terdakwa. - Bahwa hal ini baru terjadi, padahal di desa kuat adatnya, sebab mayat juga merupakan pepundi oleh ahli warisnya, dengan hati-hati dimandikan, dikafani, disholati dan dikubur. - Bahwa karena ada mayat hilang, masyarakat menjadi takut kalau-kalau terjadi lagi dan sekarang masyarakat sudah tenang karena tredakwa ditahan. - Bahwa masyarakat merasa khawatir kalau terdakwa pulang, akan terjadi ada mayat jilang lagi. - Bahwa seorang mayat masih mempunyai nilai dan masih ada hubungan batin, yaitu dengan dilakukan ziarah, dido‟akan, dirawat dengan dibersihkan kuburannya, begitu seterusnya. - Bahwa sebelum kejadian ini, saksi tidak mendengar bahwa terdakwa Sumanto itu gila. - Atas keterangan saksi, terdakwa membenarkan. 10. Saksi Muslihun bin Achmadi:
22
- Bahwa benar saksi tahu di Desa Majatengah ada orang meninggal dunia dan terdakwa disidangkan karena mencuri mayat seorang perempuan. - Bahwa pada hari Minggu tanggal 12 Januari 2003 saksi mendengar dari masyarakat yang membicarakan mayat Ny. Rinah hilang, lalu pada hari Selasa tanggal 14 Januari 2003 sekitar jam 23.00 WIB saksi ikut melihat pembongkaran mayat yang dikubur di depan rumah terdakwa di Desa Pelumutan dan yang ditemukan adalah mayat Ny. Rinah, di dalam karung. - Bahwa benar saksi di Desa Pelumutan sebagai guru ngaji di Masjid dan Mushola-Mushola kira-kira sudah 13 tahun. - Bahwa terdakwa di Desa Pelumutan adalah wajar-wajar saja, saksi pernah melihat terdakwa ikut sholat tarawih. - Bahwa dalam Al Qur‟an Surat Al Hujurat 12 dan Surat Al Maidah disebutkan bahwa haram bagi kamu memakan bangkai. - Bahwa menurut agama Islam memandikan, mengkafani, mensholati dan menguburkan mayat adalah diwajibkan sesuai Hadist Buchori dan setelah dikubur, mayat tidak boleh diambil begitu saja, jadi harus ada ijin dari ahli warisnya. - Bahwa hubungan mayat dengan ahli warisnya ada hubungan batin dengan kewajiban yaitu menurut Islam diajarkan supaya ziarah dibersihkan kuburannya, yang paling wajib pertama keluarganya dan yang kedua yang seiman. - Bahwa cara selamatan yang dilakukan yaitu 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari. - Bahwa ketentuan dan nilai-nilai Al Qur‟an tersebut untuk mayat Ny. Rinah sudah dilaksanakan. - Bahwa dengan hilangnya mayat Ny. Rinah, saksi tahu yaitu keluarganya merasa kehilangan, kemudian mencari dan minta bantuan warga untuk ikut mencarinya, lalu setelah mayat Ny. Rinah ditemukan telah dimakamkan kembali dan juga dengan cara ritual selamatan. - Atas keterangan saksi, terdakwa tidak keberatan.
23
11. Saksi Saliman alias Sanardi bin Kasroni: - Bahwa terdakwa diajukan di persidangan ini karena telah memakan mayat Ny. Rinah yang meninggal dan sudah dikubur di kuburan Srengseng Desa Majatengah. - Bahwa saksi mendengar dari banyak warga yang membicarakan mayat Ny. Rinah hilang pada hari Minggu Tanggal 12 Januari 2003. - Bahwa ayat Ny. Rinah yang hilang tersebut sudah ditemukan di halaman depan rumah terdakwa di Desa Pelumutan. - Bahwa saksi punya cangkul yang pernah hilang sudah 3 bulan tidak ditemukan, lalu pada hari Minggu tanggal 12 Januari 2003 sekitar jam 06.00 WIB dikembalikan dari terdakwa kepada kakak saksi yang bernama Warsini. - Bahwa atas cangkul tersebut, saksi menanyakan kepada anaknya Warsini yang bernama Pardi siapa yang mengembalikan cangkul dan dijawab Sumanto, setelah saksi lihat ternyata betul karena ada cirinya dari kayunya. - Bahwa keadaan cangkul yang dikembalikan oleh terdakwa tidak bersih banyak tanahnya (kotor). - Bahwa barang bukti cangkul ini adalah betul milik saksi dan mengenai barang bukti sepeda ini adalah milik terdakwa. - Bahwa terdakwa waras yang maksudnya sehat, karena kadang-kadang kalau ketemu ditanya mau kemana dijawab ajeng ngode yang maksudnya mau kerja. - Atas keterangan saksi, terdakwa mengatakan cangkul punya kakaknya saksi, karena terdakwa pinjam pada bulan lalu, sedang terdakwa mengembalikan cangkul adalah betul. 12. Saksi Sarwono bin Tirtasuwita: - Bahwa saksi bersama-sama temannya antara Sdr. Marwin telah menemukan mayat yang dikubur di pekarangan milik Nureng, ayah
24
kandung Sumanto pada hari Selasa tanggal 14 Januari 2003 sekitar jam 19.00 WIB. - Bahwa saksi berama temannya mencari mayat setelah terdakwa diamankan Polisi, yang dalam pencarian menemukan tanda-tanda penggalian tanah yang masih baru, dan setelah dibongkar terdapat mayat yang terbungkus karung kandi yang kemudian dilaporkan kepada Kades Sukomiarjo. - Bahwa mayatnya sudah berbau busuk, bagian kaki kanan dan kiri sudah tidak ada, bagian paha tinggal tulangnya. - Bahwa mayat yang ditemukan tersebut kemungkinan mayat orang dari Dusun Srengseng yang pada hari Minggu tanggal 12 Januari 2003 dinyatakan hilang diambil orang. - Atas keterangan saksi, terdakwa mengatakan tidak tahu karena terdakwa di Kepolisian dan benar mayat ditaruh di pekarangan Nureng dan dibungkus karung kandi juga benar.
Keterangan terdakwa: -
Bahwa tas dakwaan yang sudah dibacakan pada persidangan pertama, terdakwa sudah menjadi dan membenarkan isi surat dakwaan Penuntut Umum.
-
Bahwa terdakwa mengerti karena atas kesalahan terdakwa telah membongkar kuburan dan negambil mayatnya.
-
Bahwa terdakwa sebagai anak tunggal dari Ibu Samen dan ayah Nuryadikarta yang masih hidup, terdakwa sekolah lulus SD.
-
Bahwa terdakwa belum pernah dihukum dan terdakwa menikah 2 kali sudah cerai semua, terdakwa mempunyai 2 anak, pertama Suprianto, kedua Titis Wahyudianti tinggal di Lampung. Istri pertama di Desa Purwodadi IX Kecamatan Rumbia Lampung Tengah, istri keduanya di Desa Binangun Kecamatan Rumbia Lampung Tengah.
25
-
Bahwa benar terdakwa diperiksa Polisi 3 kali dengan didampingi Penasehat Hukum dan keterangannya di BAP sudah benar semua.
-
Bahwa benar pada hari sabtu malam Minggu tanggal 11 malam 12 Januari 2003 sekitar jam 19.00 WIB telah membongkar kuburan dan mengambil mayat seorang perempuan sampai sekitar jam 02.00 WIB malam di kuburan Dukuh Srengseng Desa Majatengah Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga, terdakwa tahu jam karena membawa jam dan waktu terang bulan.
-
Bahwa sore harinya sekitar jam semula terdakwa sedang lewat, sewaktu mau menawarkan kacamata, melihat ada penguburan mayat di kuburan Srengseng lalu menanyakan kepada seorang perempuan yang terdakwa tidak tahu namanya di dekat kuburan, siapa yang meninggal, yang dijawab Ny. Rinah.
-
Bahwa benar terdakwa timbul maksud untuk mengambil mayat dengan niat dari rumah untuk dimakan memenuhi janji guru terdakwa Sdr. Taslim yang sudah ganti nama Salim supaya terdakwa bisa cepat jaya dan bisa memenuhi kehidupan sehari-hari.
-
Bahwa ajarannya supaya mayat Ny. Rinah bisa hidup dalam tubuh terdakwa dengan cara memasukkan sebagian daging mayat sebesar pentol korek ke dalam lengan kiri, terdakwa sebelumnya juga pernah memasukkan daging menjangan dan kijang hasil dari berburu, bisa hidup dengan pengertian dagingnya dimasukkan ke tubuh terdakwa.
-
Bahwa terdakwa berangkat ke kuburan sampai sekitar jam 19.00 WIB dengan membawa pisau, karung kandi dan sepeda, membawa air mineral VIT. Dalam botol, lalu sepedanya disandarkan di bambu tiang jemuran.
-
Bahwa terdakwa membongkar kuburan dengan dibantu dengan kayu nisan (patok) yang besar ini ditonjok-tonjokkan, tanahnya dinaikkan dengan tangan sampai lubang kedalaman setinggi 1 kepala, 1 tangan (sededeg pengawe).
-
Bahwa setelah kayu dangka dibuka, kelihatan mayatnya lalu ditarik dan ibu jari kaki kanan dan kiri diisap dengan tujuan meminta maaf yang juga
26
sebagai syarat untuk menghidupkan mayat, dan ibu jari kaki kemudian dipotong lalu ditelan dua-duanya. -
Bahwa kemudian mayat Ny. Rinah di tempat ke atas, kain kafan 2 sampai 3 lembar dibuka ditinggal lalu mayatnya dimasukkan ke dalam karung kandi posisi ditekuk kedua kakinya tidak masuk semua, kepala dan kakinya masih kelihatan terus diikat yang masuk saja dengan posisi kepala ogel-ogel.
-
Bahwa mayatnya terus dipanggul, tengok kanan-kiri kalau-kalau ada orang lewat, dibawa ke arah sepeda ditaruh di samping rumah Rasmadi, bahkan sempat istirahat di bangku risban sambil merokok habis 1 batang lalu mayatnya dinaikkan ke atas boncengan sekitar jam 02.00 WIB untuk selanjutnya mayat tersebut dibawa pulang ke rumahnya.
-
Bahwa sesampainya di rumah mengambil golok memotong daun pisang lalu mayatnya dibuka, ditelentangkan di depan rumah dan mulailah dipotong, diiris-iris dagingnya dari paha ke bawah, setelah habis dagingnya tinggal tulangnya dari bagian lutut ke bawah dipotong.
-
Bahwa dagingnya digoreng, ada yang dipanggang (sate) dengan bambu garam terus dimakan dengan ditelan sampai habis 3 piring dan sempat memberikannya kepada orang tuanya Nuryadikarta kalau-kalau kepingin.
-
Bahwa karena waktyunya keburu pagi kalau-kalau ada orang tuanya atau tetangga yang lalu, mayatnya dari paha ke atas dikubur di depan rumah, sedang tulang betisnya dikubur di dalam rumah.
-
Bahwa terdakwa juga mengiris kemaluan mayat Ny. Rinah bagian kanan kiri lalu dibungkus dengan kain dan benang kuning terus digunakan untuk bandul.
-
Bahwa terdakwa percaya dengan ajaran dari gurunya Taslim, karena kesulitan ekonomi sehingga coba-coba ajaran tersebut dilakukan apakah bisa cepat kaya, di samping itu untuk bahaya dan segala penyakit.
-
Bahwa benar ada uang terdakwa sebesar Rp. 18.000,- yang dibungkus dengan kulit paha mayat Ny. Rinah, yaitu dengan maksud biar enak mencari duit.
27
-
Bahwa benar tulang ibu jari dipotong ditaruh dalam beras, dengan maksud biar beras selalu ada dan bisa membeli.
-
Bahwa dalam memotong tulang kaki yang dikubur dalam rumah dengan menggunakan golok.
-
Bahwa sebagian tulang kaki/tulng kering dan sebagian dagingnya ada yang dibuang di sungai.
-
Bahwa terdakwa menggoreng daging menggunakan wajan dan setelah menggoreng daging, wajannya digunakan untuk menggoreng kopi, karena kopinya hangus sehingga wajannya bolong.
-
Bahwa rasa daging mayat Ny. Rinah tidak enak, alot, memakannya daging tidak dikunyah tetapi ditelan karena persyaratan.
-
Bahwa karena waktunya mepet dalam memotong-motong daging dan memakannya sampai jam 05.00 WIB pagi dan mengubur kembali sekitar jam 05.30 WIB, diurug sampai tanahnya rata.
-
Bahwa terdakwa pernah mengaji pelajaran agama, pernah sholat berjamaah di masjid dan terdakwa tahu Ny. Rinah punya anak sebagai ahli waris, dalam mengambil mayat kalau ijin atau secara baik-baik pasti tidak akan diperbolehkan.
-
Bahwa ajaran tolak bala dari gurunya Taslim juga supaya membaca do‟a Nurbuat, agar dibaca 100 kali dan mayat yang diambil yang matinya hari Jum‟at.
-
Bahwa benar waktu membongkar kuburan membawa mayat dengan sepeda, terdakwa memakai kaos kuning kaos Golkar.
-
Bahwa terdakwa pernah waktu di Lampung dirampok, karena terdakwa menclurit perampoknya, maka perampoknya roboh, terus dicincang dagingnya dibawa pulang ke rumah. Juga pernah di rel kereta api, terdakwa menemukan orang bekas tertabrak kereta dan dagingnya dibawa pulang dan dimakan.
-
Bahwa terdakwa membongkar mayat di kuburan, terdakwa tidak takut.
-
Bahwa terdakwa sering ikut upacara adat sehingga tidak takut.
28
-
Bahwa benar sekarang terdakwa menyesal, merasa bersalah, kapok tidak akan mengulangi lagi, terdakwa ingin jadi orang baik-baik.
-
Bahwa benar terdakwa sekarang tidak percaya lagi dengan ajaran gurunya Taslim, karena tidak ada buktinya, terdakwa sakit-sakitan yaitu masih sering terserang demam.
-
Bahwa benar terdakwa diperiksa 3 kali di BAP, keterangannya benar semua, juga yang di Pengadilan ini tidak ada kekurangan dan benar didampingi Penasihat Hukum.
-
Bahwa benar di Desa Pelumutan, terdakwa tahu adat apabila ada orang yang meninggal harus dimandikan, dikafani, disholatkan, dikubur lalu dido‟akan juga ziarah dan selamatannya 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun dan 1000 hari dan seterusnya.
-
Bahwa barang bukti kain kafan, pisau, karung kandi, sepeda ontel, kawat, kemaluan, betis, jari-jari, pergelangan kaki, benang, cangkul, kaos, wajan, kaleng, dangka, kayu nisan, uang Rp. 18.000,- adalah betul terdakwa mengenalnya.
Barang bukti: Menimbang, bahwa di persidangan telah diajukan barang bukti, yaitu: a. 7 lembar kain kafn beserta 6 utas tali kain, 2 buah kayu nisan, 1 buah dangka kayu randu, 1 potong daging vagina, 1 potong daging paha kanan dan 1 potong daging paha kiri, tulang belulang kaki dari bagian lutut ke bawah. b. 1 stel pakain, 1 buah sepeda ontel, 1 buah pisau, 1 buah golok, 1 buah karung kandi, 1 potong tali kawat, uang Rp. 18.000,- 1 buah wajn, 1 buah bekas kaleng cat. c. 1 buah cangkul. Barang bukti tersebut telah disita secara sah menurut hukum dan telah ditunjukkan kepada saksi-saksi maupun terdakwa dan telah dibenarkan, oleh karena itu dapat digunakan sebagai barang bukti dalam perkara ini.
29
S u r a t: Bahwa dalam persidangan ini telah diajukan bukti berupa surat-surat, yaitu: 1.
Visum et Repertum dari Puskesmas Kecamatan Kemangkon No. VER/01/1/2003/KMK tanggal 16 Januari 2003 yang dibuat dan dtandatangani oleh dr. Widiyati Poesoko, yang telah memeriksa mayat seorang perempuan dengan identitas nama Ny. Rinah, umur 75 tahun, jenis kelamin perempuan, pekerjaan tani, alamat Desa Majatengah RT 01 RW 05 Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga, bahwa bagian kepala, leher ada, bagian dada, perut, pungung kulitnya mengelupas, pada anggota gerak terlihat kedua tulang paha, tungkai bawah kanan dan kiri tidak ada. Kesimpulan, bahwa mayat seorang perempuan dengan keadaan kulit tubuh mengelupas, terlihat kedua tulang paha, tungkai bawah kanan dan kiri serta kemaluan tidak ada.
2.
Laporan hasil pemeriksaan psikologi Dinas Psikologi Jawa Tengah tanggal 22 Januari 2003 yang dibuat dan ditandatangani oleh Tim Psikologi Pemeriksa Drs. Poernomo, Dra. Dwi Suryaningati, Drs. Christofel Wibowo dengan kesimpulan: a. Subyek
memiliki
mengalami
intelegensi
gangguan
cukup/rata-rata
kepribadian
yang
normal,
tergolong
dan jenis
psikopath/anti sosial yaitu tipisnya atau kurang berfungsinya super ego sebagai fungsi kontrol terhadap perilakunya atau norma-norma sosial yang berlaku. b. Perilaku subyek makan daging manusia/mayat dilakukan dalam keadaan sadar, tanpa kecemasan dan halusinasi maupun symptom psikotik lainnya. c. Perilaku subyek lebih dilatarbelakangi oleh kesulitan ekonomi, kurang terpenuhinya kebutuhan afeksi pada masa kanak-kanak dan lingkungan yang salah sehingga membentuk perilaku ingin cepat
30
sukses, kaya dan terpandang dengan jalan pintas melalui ritual magis. d. Kepada tesangka dapat dikenakan tindakan hukum sesuai ketentuan yang berlaku. 3.
Surat Keterangan Kedokteran Ahli Jiwa RSUD Banyumas No. 440/079/2003 tanggal 5 Pebruari yang dibuat oleh Tim Pemeriksa Kasus Sumanto IVb dan ditandatangani oleh Psikiater/Ketua Tim Dokter yang memeriksa yaitu dr. Basiran, Sp.Kj. serta diketahui oleh Direktur RSUD Banyumas dr. Hartono, Sp.A., yang telah melakukan observasi dan pemeriksaan terhadap
Sumanto bin
Nuryadikarta, dengan hasil
pemeriksaan antara lain pada: a. Status internis
: dalam batas normal
b. Status neurology
: dalam batas normal
c. Status psikiater
:
Kesan umum tidak nampak sakit jiwa, kesadaran compos mentis, rawat diri cukup, orientasi orang/waktu/tempat/situasi-baik, sikap kooperatif, tingkah laku dalam batas normal, bentuk pikir non realistik, isi pikir pikiran magic mistik, bentuk pikir dan isi pikir merupakan pengaruh kepercayaan dan budaya, progresi pikir dalam batas nmormal, afek normo afek, roman muka normo mimik, hubungan jiwa dapat ditarik dapat dicantum, persepsi tidak ada gangguan, kepribadian cenderung depresi, kesulitan adaptasi. d. Pemeriksaan tambahan: -
Gambaran electro cahce palogarfi dan brain dalam batas normal.
-
Test Psikologi:
Overa chieving ekshibisionist
Obssive compulsive
Terdapat pikiran magic mistik,isolasi diri, rendah diri
31
-
Pemeriksaan sosiologi, mengalami kegagalan masa remaja, kegagalan perkawinan, kesulitan ekonomi sehingga mendorong berperilaku aneh, sebagai jalan pintas untuk kaya dan berhasil sebagai laki-laki yang berpotensi.
e. Diagnosis: selama diobservasi selama 14 hari, tidak ditemukan adanya gangguan jiwa. Kesimpulan : -
Kemampuan memaksudkan suatu tujuan yang sadar.
-
Kemampuan mengarahkan kemauan.
Atas surat yang dibacakan tersebut, terdakwa tidak keberatan. Keterangan Ahli: Menimbang, bahwa dalam persidangan ini atas permintaan Penasihat Hukum terdakwa telah didenganr keterangan seorang ahli Dr. Nyoman Serikat Putrajaya, SH., MH., yang di persidangan di bawah sumph menerangkan sebagai berikut: -
Bahwa saksi mengajar sejak tahun 1976 s/d sekarang, sebagai dosen di Universitas
Diponegoro
Semarang
dan
saksi
menyandang
gelar
kesarjanaan di bidang Hukum, Magister Hukum dan Doktor Ilmu Hukum Pidana. -
Bahwa saksi tidak kenal dengan terdakwa, hanya tahu kasus terdakwa dari Koran, saksi bersedia memberikan pendapat menurut pengetahuan saksi sebaik-baiknya.
-
Bahwa sistem dalam KUHP, tentang kejahatan sudah dikelompokkan dalam Buku Kedua dan pengertian barang adalah yang menjadi obyek kejahatan.
-
Bahwa pengertian barang dalam pasal 363 KUHP tentang pencurian adalah sesuatu hal yang dibebani dengan hak yang menjadi obyek dari tindak pidana, seperti barang yang dapat diperdagangkan atau dapat diwariskan.
32
-
Bahwa sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan hukum, maka pengertian benda atau barang telah diperluas meliputi barang bergerak dan barang tidak bergerak juga barang yang berwujud (kongkrit) dan tidak berwujud (tidak kongkrit).
-
Bahwa pengertian benda dalam tindak pidana pencurian, disamping benda yang mempunyai nilai ekonomis, maka benda yang tidak mempunyai nilai ekonomi bisa saja termasuk dalam pengertian benda yang dapat dikenakan objek pencurian, contohnya barang yang mempunyai nilai ritual seperti di Bali ada alat-alat yang suci walaupun tidak mempunyai nilai ekonomis namun mempunyai nilai ritual dan mempunyai hubungan batin dengan pemiliknya maka dapat dikenakan sebagai objek pencurian.
-
Bahwa menurut azas legalitas, dalam menerapkan hukum pidana hakim tidak semata-mata berpatokan kepada pasal 1 ayat (1) KUHP melainkan hakim dapat menggali nilai-nilai hukum yang hidup di masyarakat namun harus tetap dalam koridor menggunakan metoda penafsiran pasal-pasal KUHP. Dengan menggunakan metoda penafsiran yang diperbolehkan.
-
Bahwa Hakim bisa menyimpang dari azas legalitas asal dengan pertimbangan yang matang, misalnya karena masyarakat menganggap bahwa perbuatan itu tercela.
-
Bahwa dalam Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman, hakim wajib menggali hukum yang hidup di dalam masyarakat, apabila suatu perbuatan itu tidak diatur dalam Undang-Undang, maka bisa dicari dalam Yurisprudensi ataupun Doktrin.
-
Bahwa suatu mayat yang dimandikan, dikafani, disholati, dikubur, dido‟akan, diziarahi menurut kebiasaan setempat seperti mayat Ny. Rinah yang dilakukan menurut Agama Islam dan perlakuan terhadap mayat tersebut tidak terputuskan serta terus-menerus adalah benar merupakan nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat.
33
Menimbang, bahwa bedasarkan keterangan saksi-saksi dihubungkan dengan keterangan terdakwa serta keterangan ahli, dihubungkan pula dengan bukti surat-surat berupa: -
Surat visum et repertum atas nama Ny. Rinah yang diterbitkan oleh Puskesmas Kemangkon tertanggal 16 Januari 2003.
-
Laporan hasil pemeriksan psikologi Dinas Psikologi Polda Jawa Tengah tanggal 22 Januari 2003 yang dibuat dan ditanda tangani oleh TIM Psikologi pemeriksa Drs. Poernomo, dkk atas diri terdakwa. dan.
-
Surat Keterangan Ahli Kedokteran Jiwa RSUD Banyumas tertanggal 5 Pebruari 2003 yang dibuat oleh Tim Pemeriksa Kasus Sumanto, yaitu Dr. Basiran Sp.Kj.
serta: Serta barang bukti yang diajukan di persidangan, maka Pengadilan akan menghubungkannya satu sama lainnya sehingga dapat diperoleh satu fakta, selanjutnya dari fakta tersebut Pengadilan akan mengkonstatier dengan unsur-unsur delik pasal yang didakwakan di mana apabila perbuatan terdakwa memenuhi unsur-unsur pasal yang didakwakan, terdakwa dapat dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan, dan apabila sebaliknya dapat dijadikan alasan untuk membedakan terdakwa dari segala dakwaan. Menimbang, bahwa terdakwa telah diajukan di persidangan dengan dakwaan sebagai berikut: Pertama: Melanggar pasal 363 ayat (1) ke-5 KUHP. Yang unsur-unsurnya sebagai berikut: Unsur Subyektif: met het oogmerk om het zich wederrechtlelijk toe teeigenen atau dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum. Unsur objektif: 1. Hij atau barang siapa. 2. Wegnemen atau mengambil. 3. Eenig goed atau sesuatu benda.
34
4. Dat geheel of gedeeltelijk aan een ander toebehoort atau yang sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain. 5. Dilakukan dengan jalan membongkar. Dsb. Atau: Kedua: Primair:
Melanggar pasal 180 KUHP yang unsur-unsurnya sebagai berikut: a) Barang siapa. b) Dengan sengaja mnegeluarkan mayat dari kuburan, atau mengambil atau memindahkan atau mengangkat mayat tersebut.
Subsidair: Melanggar Pasal 179 KUHP yang unsur-unsurnya sebagai berikut: a. Barang siapa. b. Dengan sengaja merusak hukum. Menimbang. Bahwa oleh karena dakwaan Penuntut Umum bersifat alternatif, yaitu dengan adanya kata “atau” antara dakwaan pertama dengan kedua, sedangkan dakwaan kedua bersifat subsideritas yaitu dengan disusunnya dakwaan secara primair subsidair, maka setelah meneliti dengan seksama akan fakta-fakta yang terungkap di persidangan berdasarkan persesuaian alat bukti satu sama lain serta dalam kaitannya dengan barang bukti yang diajukan dalam persidangan, Pengadilan akan memilih salah satu dakwaan alternatif yaitu dakwaan pertama yang menurut Pengadilan unsurunsurnya lebih bersesuaian dengan fakta yang terungkap di persidangan. Menimbang, bahwa tindak pidana pencurian sebagaimana diatur dalam Pasal 363 KUHP adalah suatu: “gedualifiseerd diefstal” yakni pencurian yang mempunyai unsur-unsur dari pencurian dalam bentuk pokok (Pasal 362 KUHP) yang ditambah unsur-unsur lain yang bersifat memperberat. Menimbang, unsur subjektif pertama dakwaan pertama yaitu: “dengan maksud untuk menguasai benda itu dengan cara melawan hukum”. Pembentuk Undang-Undang menyatakan bahwa pencurian harus dilakukan dengan
35
sengaja, dengan demikian tidak ada pencurian yang dilakukan dengan tidak sengaja atau “culpoos diefsial”. Pengertian dengan sengaja adalah opzet atau willens etnd wettens atau menghendaki dan mengetahui. Untuk membuktikan unsur ini maka di Pengadilan harus dibuktikan bahwa pelaku: a. Telah menghendaki atau bermaksud untuk melakukan perbuatan mengambil. b. Mengetahui bahwa yang diambilnya itu ialah suatu benda. c. Mengetahui bahwa benda yang diambilnya itu sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain. d. Telah bermaksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum. Menimbang, bahwa untuk dapat mengetahui adanya unsur kesengajaan terdakwa tersebut hanya dapat diketahui setelah dipertimbangkan unsur-unsur selanjutnya, maka unsur ini akan diuraikan setelah unsur objektif dipertimbangkan.
1. Unsur Barang Siapa Menimbang,
unsur
objektif
pertama
“hij”
atau
lazim
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai “barang siapa”. Kata hij tersebut menunjuk pada orang, yang apabila ia memenuhi semua unsur tindak pidana yang diatur dalam Pasal 362 KUHP, maka karena bersalah melakukan tindak pidana pencurian ia dapat dijatuhi pidana sesuai Pasal yang didakwakan. Menimbang, bahwa dipersidangan unsur barang siapa ini menurut Penuntut Umum telah menunjuk pada diri terdakwa Sumanto Bin Nuryadikarta yang sesuai identitas lengkapnya sebagaimana tersebut dalam syarat formal dakwaan Penuntut Umum ternyata telah diakui dan dibenarkan oleh terdakwa sebagai subjek yang dimaksud, dengan demikian di persidangan apabila terbukti terdakwa tersebut yang telah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan, maka apabila tidak
36
terdapat
alasan
pembenar
serta
pemaaf
dan
terdakwa
dapat
dipertanggungjawabkan menurut hukum maka terdakwa dapat dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan. 2. Unsur Mengambil Menimbang, unsur objektif kedua dari pidana pencurian tersebut ialah “wegmen” atau mengambil. Tentang pengertian “perbuatan” mengambil ternyata baik KUHP maupun M.V.T. tidak memberikan definisi pengertian tentang bilamana suatu perbuatan “mengambil” itu dipandang sebagai telah terjadi. Menimbang, bahwa Penuntut Umum telah menguraikan perbuatan materiil terdakwa “mengambil” tersebut dalam uraian dakwaannya terdakwa sebagai bukan pemilik mayat telah mengambil mayat Ny. Rinah. Menimbang, bahwa dari keterangan para saksi yang diajukan di persidangan yang masing-masing memberikan keterangan dengan di bawah sumpah, ternyata tidak seorang saksipun yang mengetahui terdakwa saat mengambil mayat Ny. Rinah. Akan tetapi dari keterangan saksi-saksi yang masing-masing keterangannya berdiri sendiri-sendiri, namun setelah dihubungkan satu sama lain, dihubungkan dengan barang bukti ternyata dapat ditarik satu kesimpulan fakta sehingga merupakan alat bukti petunjuk (Vide: Pasal 188 ayat (1) KUHAP menyatakan: Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya. Ayat (2) menyatakan: Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diperoleh dari: keterangan saksi, surat keterangan terdakwa). Adapun fakta kesimpulan yang mempunyai nilai sebagai bukti petunjuk tersebut diperoleh dari keterangan saksi-saksi sebagai berikut:
37
Bahwa pada hari Sabtu tanggal 11 Januari 2003 sekitar pukul 17.00 WIB ketika saksi Rasmadi membetulkan antena TV, terdakwa telah menanyakan kepada saksi siapa yang meninggal dunia dan dikuburkan di dekat rumah saksi, selanjutnya saksi Munarja dan Yasawikarta pada hari Minggu tanggal 12 Januari 2003 sekitar pukul 08.00 WIB telah melihat bahwa tanah kuburan Ny. Rinah yang dimakamkan pada hari Sabtu telah terbongkar, kain kafannya tergeletak di atas tanah, kayu dangkanya tergeletak, sedangkan mayat yang terkubur didalam telah raib. Saksi Samikarta menyatakan pada hari Minggu dini hari tanggal 12 Januari 2003 Pukul 02.00 WIB dari dalam rumahnya, saksi melihat terdakwa yang memakai baju kaus warna kuning dengan cap partai Golkar dalam jarak sekitar tiga meter dari arahnya dari arah pekuburan Srengseng telah memboncengkan bungkusan kandi dengan sepeda milik terdakwa menuju arah rumah terdakwa. saksi Nawireja yang bertetangga dekat dengan terdakwa pada hari Minggu tanggal 12 Januari 2003 sekitar pukul 08.00 WIB melihat bahwa terdakwa lagi masak daging di rumahnya akan tetapi saksi tidak mengetahui daging apa yang dimasak oleh terdakwa. ketika saksi hendak pulang ke rumahnya saksi sempat menginjak tanah di halaman rumah terdakwa yang dalam keadaan gembur dan di atasnya ditancapkan pohon pisang baru ditanam, ketika saksi pada hari Selasa melihat tanah yang pernah diinjaknya ternyata di dalamnya ditemukan kandi yang berisi mayat Ny. Rinah. Saksi Saliman pada hari Minggu tanggal 12 Januari 2003 sekitar pukul 06.00 WIB menyaksikan terdakwa secara tiba-tiba saja telah mengembalikan sebuah cangkul yang dalam keadaan kotor karena habis dipakai dan belum dibersihkan kepada kakaknya Warsini, padahal cangkul tersebut menurut kakaknya telah tiga bulan yang lalu hilang tidak ditemukan. Saksi Agus Budiyanto, menerangkan mengetahui Ny. Rinah meninggal dunia dan dikuburkan di Kuburan Grumbul Srengseng Desa Majatengah pada hari Sabtu tanggal 11 Januari 2003 pukul 16.00 WIB. Tenyata kubur Ny. Rinah pada hari
38
Minggu tanggal 12 Januari ditemukan dalam keadaan habis dibongkar dan mayatnya tidak diketemukan, selanjutnya pada hari Selasa 14 Januari 2003 sekitar pukul 23.00 WIB, saksi melihat masyarakat Desa Majatengah menggali tanah di halaman depan rumah terdakwa di dalamnya ditemukan bungkusan kandi dalam keadaan terikat yang setelah dibuka di dalamnya ditemukan mayat Ny. Rinah yang hilang, bahwa kondisi mayat saat diketemukan daging paha kaki sudah dalam keadaan hilang bekas sayatan tinggal belulang manusia dan sisa daging dalam keadaan membusuk. Saksi Sapir menerangkan bahwa ia adalah anak kandung dari Ny. Rinah yang meninggal dunia pada hari Sabtu tanggal 11 Januari 2003 dan dimakamkan pada hari itu juga di pemakaman umum Srengseng. Saksi pada hari Minggu tanggal 12 Januari 2003 menyaksikan bahwa makam ibunya sudah dibongkar orang dan mayat Ny. Rinah hilang dicuri. Saksi bersama ahli waris lainnya mencari mayat ibunya dan baru pada hari Selasa tanggal 14 Januari 2003 pukul 23.00 WIB, saksi melihat mayat ibunya diketemukan di dalam karung kandi yang digali dari lubang di halaman rumah terdakwa. saksi merasa kehilangan mayat ibunya karena saksi ataupun ahli waris lainnya tidak pernah memberi ijin kepada terdakwa untuk mengambil baik mayat ibunya ataupun merelakan mayat ibunya dipotong dan dimakan oleh terdakwa. bahwa saksi beserta ahli waris lain dari Ny. Rinah merasa sangat dirugikan akibat perbuatan terdakwa karena bagi saksi maupun ahli waris lainnya mayat ibunya sangat berharga dan tidak ternilai karena adanya hubungan batin dan kewajiban agama saksi yaitu Islam mewajibkan saksi untuk memuliakan dan menjaga mayat ibunya. Menimbang, bhwa di persidangan terdakwa membenarkan telah Ny. Rinah yang bukan milik terdakwa di pekuburan Srengseng pada hari Sabtu tanggal 11 Januari 2003 mulai pukul 19.00 WIB hingga selesai yang dilakukan dengan cara membongkar kuburannya dengan menggunakan kayu nisan, setelah mayat terlihat maka terdakwa mengambil mayat
39
mengambil keluar dengan cara memasukkan ke dalam karung kandi, memboncengkannya dengan menggunakan sepeda ontel melewati samping dan depan rumah saksi Sawikarta dan membawanya ke rumah terdakwa. adapun perihal motif/niat terdakwa mengambil mayat Ny. Rinah adalah untuk maksud dimiliki, yang hal itu disebabkan ajaran guru terdakwa yaitu Taslim yang mengajarkan untuk mendapat kekayaan secara mudah dan tahan terhadap penyakit maka terdakwa harus memakan 7 (tujuh) mayat manusia perempuan yang meninggal pada hari Jumat. Oleh karena terdakwa sangat mempercayai ajaran gurunya itu serta didorong oleh keadaan ekonomi (kemiskinan), dan sosial terdakwa yang serba kekurangan serta didorong oleh pengalaman terdakwa yang pernah merasa kuat setelah makan daging hewan, yang menurut kepercayaan terdakwa kekuatan tersebut diperoleh dari daging hewan yang telah dimakannya maka terdakwa dengan sadar melakukan perbuatanya mencuri dan memakan mayat Ny. Rinah. Menimbang, bahwa oleh karena keterangan terdakwa tersebut diajukan di muka persidangan, maka merupakan alat bukti sah (Vide: Pasal 184 ayat (1) menyebutkan alat bukti yang sah ialah: a. Keterangan saksi, b. Keterangan ahli, c. Surat, d. Petunjuk dan e. Keterangan terdakwa. Pasal 189 ayat (1) menyatakan bahwa keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui atau alami sendiri) dikuatkan dengan alat bukti petunjuk sebagaimana dipertimbangkan di muka, maka bedasarkan minimal dua alat bukti yang sah di persidangan Pengadilan berpendapat bahwa unsur “mengambil” ini terpenuhi. Menimbang, bahwa dikaitkan fakta bahwa mayat yang hilang tersebut ternyata diketemukan di halaman rumah terdakwa yang menurut terdakwa memang sengaja dikubur di tempat itu supaya tidak diketahui orang lain, maka perbuatan mengambil itu telah selesai pada saat terdakwa telah secara bebas selaku seolah-olah pemiliknya telah menguasai secara
40
nyata menguasai mayat, memotong dan memakannya mentah-mentah dan sebagian digoreng atau disate untuk dimakan oleh terdakwa dan sebagian telah diberikannya kepada orang lain yaitu ayahnya untuk dimakan. (Bandingkan dengan putusan Hoge Raad dalam arestnya tanggal 12 November 1894 W. 6578 dan tanggal 4 Maret 1935, NJ 1935 hal. 681. W. 12932 yang menyatakan bahwa perbuatan mengambil itu telah selesai, jika benda yang diambilnya itu sudah berada dalam penguasaannya, walaupun benar bahwa pelaku tersebut kemudian telah melepaskannya kembali, misalnya perbuatannya itu telah diketahui orang). 3. Unsur Suatu Benda Menimbang, unsur objektif ketiga, dari tindak pidana pencurian itu ialah “eenig goed” atau “suatu benda”. Menimbang, bahwa ternyata baik KUHP maupun Memori van Toelichting (MVT) tidak memberikan batasan definisi tentang apa yang dimaksud sebagai “benda”, serta batasan benda apa saja yang dapat dijadikan objek tindak pidana pencurian. Menimbang, bahwa dalam perkara ini yang menjadi benda objek pencurian adalah berupa mayat, yang tidak tercantum dalam KUHP sebagai salah satu objek yang dapat dijadikan objek tindak pidana pencurian. Menimbang, bahwa oleh karena tidak tercantum dalam KUHP, maka secara filosofi dapat dinyatakan bahwa perbuatan seseorang yang mencuri mayat di luar kuburan, misalnya di kamar mayat atau di mobil ambulance tidak dapat dihukum, karena unsur-unsur Pasal 180 KUHP atau Pasal 179 KUHP juga tidak dapat diterapkan dalam kasus seperti itu sebab Pasal 180, 179 KUHP mensyaratkan adanya unsur di makam atau pekuburan.
41
Apabila Pengadilan membebaskan terdakwa dalam kasus seperti di atas maka putusan yang demikian terkesan legalistik sehingga di sini hukum akan kehilangan pertimbangan akar moralnya. Menimbang, bahwa gudang ilmu pengetahuan hukum telah membuka bagi para hakim untuk melakukan metode Interpretasi untuk mengaktualkan pasal-pasal Undang-Undang KUHP warisan Hindia Belanda tersebut. Yang dimaksud dengan Interpretasi adalah penafsiran terhadap teks Undang-Undang dengann tetap berpegang pada bunyi teks itu, sedang Konstruksi adalah hakim menggunakan penalaran logis untuk mengembangkan lebih lanjut suatu teks Undang-Undng, tanpa berpegang lagi pada teks tersebut. Menimbang, bahwa oleh karena menurut ahli waris Ny. Rinah yaitu saksi sapir alias Hadi Suwarjo Bin Martadi, di persidangan menyatalan bahwa ahli waris Ny. Rinah yaitu anak-anaknya Kisem, Kirman, saksi (sapir), Kirwan, Surkini, Mutirah, Mairah tidak menerima perlakuan terdakwa terhadap mayat ibunya yaitu memakan, memotong alat vital untuk dijadikan jimat dan sebagianya. Menurut saksi tersebut bahwa mayat ibunya merupakan benda suci yang menurut keyakinan Agama yang dianut saksi serta ahli warisnya merupakan benda suci yang tidak ternilai secara ekonomis, dan patut dihormati dengan merawat kuburan seta mendo‟akan, menjaga dan merawat kuburannya, karena masih terdapat hubungan batin antara mayat dengan ahli warisnya. Dengan demikian mayat ibunya tersebut tidak dapat diperlakukan oleh orang lain termasuk terdakwa secara semena-mena tanpa persetujuan ahli warisnya. Menimbang, bahwa oleh karena mayat tersebut merupakan benda berwujud yang bersifat suci dan tidak ternilai, walaupun dapat dinilai secara ekonomis namun memiliki nilai-nilai ritual dan sakral bagi yang memilikinya dalam hal ini yaitu ahli warisnya, di mana nilai-nilai ritual dan sakral bagi yang memilikinya dalam hal ini yaitu ahli warisnya, di
42
mana nilai-nilai tersebut masih dipertahankan oleh masyarakat Indonesia dan Desa Maja Tengah Kabupaten Purbalingga pada khususnya. Sehingga pelanggaran norma tersebut dipandang sebagai pelanggaran norma hukum Agama, Adat dan Susila sehingga melanggar hukum materiil. Dengan demikian maka mayat bukanlah termasuk benda bebas yang tidak ada pemiliknya atau “Res Nullius” atau benda-benda yang semula ada pemiliknya kemudian dilepaskan haknya sebagai oemilik, misalnya sepatu yang tidak terpakai, burung yang terlepas dari sangkarnya, buah-buahan yang jatuh di tanah atau benda-benda yang menurut hukum dinamakan “Res Derelictae”, yang tidak dapat menjadi objek tindak pidana Pencurian. Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka dengan cara menafsirkan secara luas (Extensif Interpretatiei) Pengadilan Negeri berpendapat bahwa mayat termasuk pengertian benda yang dapat dijadikan obyek tindak pidana pencurian. Menimbang, bahwa dengan demikian unsur obyektif ketiga yaitu Benda Barang telah terpenuhi.
4. Unsur Sebagian atau seluruhnya milik orng lain Mengenai benda-benda kepunyaan orang lain itu menurut Simons, tidak perlu orang lain tadi harus diketahui secara pasti, akan tetapi cukup jika pelaku tadi tahu bahwa benda tadi bukan miliknya. Menimbang, bahwa barang yang diambil terdakwa tersebut berdasar fakta-fakta dalam persidangan adalah milik orang lain (vide: keterangan saksi Sapir alias Hadi Suwarjo bin Martadi, Munarja bin Partiwi dan Yasawikarta bin Murtani) dengan demikian unsur obyektif keempat terbukti menurut hukum. 5. Unsur Dilakukan dengan cara membongkar atau merusak
43
Menimbang, unsur selanjutnya merupakan unsur pemberatan dari tindak pidana pencurian yaitu: tindak pidana pencurian tersebut dilakukan dengan jalan membongkar atau merusak. Yang dimaksud dengan membongkar ialah “merusak barang yang agak besar”, di sini harus ada barang yang rusak, putus, atau pecah. Menimbang, bahwa dari fakta di persidangan terbukti tedakwa untuk mengambil mayat Ny. Rinah tersebut dilakukan dengan cara merusak kuburan dengan jalan membongkar tanah kuburan, membongkar kayu dangka serta merusak kain kafan mayat sehingga kuburan yang semula tertutup tanah menjadi berlubang di tengahnya, dengan demikian unsur membongkar ini terpenuhi. Unsur Subyektif: Dengan maksud untuk menguasai memiliki benda tersebut secara melawan hukum Menimbang, bahwa sebagaimana dipertimbangkan di atas bawa unsur tersebut akan dipertimbangkan setelah selesai mempertimbangkan unsur obyektif, maka kini akan dipertimbangkan unsur subyektif dimaksud. Menimbang,
bahwa
unsur
dengan
sengaja
sebagaimana
dipertimbangkan di muka adalah sebagai Willens yaitu menghendaki melakukan perbuatan tertentu dan mengetahui atau mneyadari perbuatan tersebut berakibat sebagaimana dikehendaki. Menimbang, bahwa terdakwa dalam persidangan menyatakan bahwa jika pengambilan mayat Ny. Rinah tersebut diambil dengan meminta ijin, terdakwa pasti tidak diperbolehkan, sehingga terdakwa mengambil pada malam hari, begitu juga setelah diambil dikuliti mayat dikubur agar tidak diketahui orang lain, sedang pengambilan mayat oleh terdakwa adalah memang ia kehendaki atas ajaran gurunya untuk mencapai kekayaan dengan mudah tanpa kerja keras, dengan demikian
44
gradasi kesengajaan terdakwa termasuk kesengajaan dengan maksud (Dolus Directus Oogmerki). Menimbang, bahwa tentang unsur menguasai/memiliki secara melawan hukum, sesuai fakta-fakta dan persidangan terdakwa setelah mengambil mayat dari kuburan sesampainya di rumah mayat diiris, dipotong di bagian paha kanan dan kiri sampai habis, kemudian daging tersebut ada yang dimakan mentah, dimasak kemudian dimakan lagi, bahkan sebagian diberikan kepada bapak terdakwa, kemudian daging bagian kelamin dipotong seluruhnya dibuat bandul kalung oleh terdakwa. Menimbang,
bahwa
perilaku
terdakwa
tersebut
menurut
Pengadilan Negeri Purbalingga sebagai manifestasi dari unsur menguasai atau memiliki benda/barang tersebut seolah-olah milik ia sendiri sedang benda tersebut terbukti milik ahli waris mayat ny. Rinah yaitu saksi Sapir alias Hadi Suwarjo bin Martadi, yang mana pengambilan, menguliti, memasak, menelan daging mayat tersebut tidak seijin ahli waris mayat ny. Rinah. Menimbang, bahwa dengan demikian unsur subyektif dengan maksud memiliki atau menguasai suatu benda secara melawan hukum terbukti menurut hukum. Menimbang, bahwa oleh karena seluruh unsur tindak pidana pencurian, baik unsur subyektif maupun unsur obyektif telah terpenuhi, maka terdakwa harus dinyatakan terbukti melakuan tindak pidana “pencurian dalam keadaan yang memberatkan”. Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur Pasal 363 ke 5e KUHP sebagaimana termuat dalam Dakwaan Alternatif Pertama telah terpenuhi, selanjutnya oleh karena dakwaan jaksa Penuntut Umum bersifat Alternatif Subsidaritas, dengan telah tebuktinya Dakwaan Alternatif
45
Pertama tersebut, maka dakwaan-dakwaan selebihnya tidak akan dipertimbangkan. Menimbang, bahwa kini Pengadilan akan mempertimbangan ada tidaknya alasan pembenar yang dapat menghapus pertanggungan jawab pidana terdakwa. Menimbang, bahwa sebelum hal tersebut dipertimbangkan terlebih dahulu Majelis Hakim akan dipertimbangkan perihal terdakwa yang telah memakan daging mayat (canibal) Ny. Rinah. Menimbang, bahwa untuk mengetahui keadaan kejiwaan terdakwa terdapat dua bukti surat-surat yaitu: 1. Laporan hasil pemeriksaan psikologi atas diri terdakwa yang dibuat dan diterbitkan oleh Polda Jawa Tengah Dinas Psikologi, tertanggal 22 Januari 2003 yang salah satu kesimpulannya menyatakan bahwa: Subjek memiliki intelegensi cukup/rata-rata normal, dan mengalami gangguan kepribadian yang tergolong jenis Psikopath/anti social, yaitu tipisnya atau kurang berfungsimya super ego sebagai fungsi kontrol terhadap perilaku atas norma-norma sosial yang berlaku, perilaku subjek makan daging manusia/mayat, dilakukan dalam keadaan sadar, tanpa adanya kecemasan dan halusinasi ataupun sympton psikotik lainnya. Perilaku subyek dilatarbelakangi oleh kesulitan ekonomi, kurang terpenuhinya
kebutuhan
afeksi
pada
masa
kanak-kanak,
dan
lingkungan yang salah, sehingga membentuk perilaku ingin cepat sukses, kaya dan terpandang, dengan jalan pintas melalui ritual magis. Kepada tersangka (terdakwa) dapat dikenakan tindakan hukum yang berlaku. 2. Surat keterangan ahli kedokteran jiwa dari RSU Banyumas yaitu Dr. Basiran, Sp.Kj., tertanggal 5 Pebruari 2003 dengan hasil diagnosis
46
setelah diobservasi selama 14 hari tidak diketemukan adanya gangguan jiwa. Menimbang, bahwa dua buah surat bukti tersebut telah dibuat atas permintaan penyidik, dan keduanya telah dibuat oleh Instansi Umum dan pejabat yang berwenang untuk menentukan kesehatan jiwa seseorang dibuat atas dasar kekuatan sumpah jabatan yang sah. Dengan demikian menurut Pasal 187 huruf (a) KUHAP kedua surat tersebut memenuhi syarat sebagai alat bukti surat sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 184 ayat (1) huruf c KUHAP. Menimbang, bahwa oleh karena pada pokoknya kedua bukti surat tersebut berkesimpulan bahwa terdakwa sesuai hasil diagnosis masingmasing dinyatakan tidak diketemukan adanya gangguan jiwa sedangkan surat-surat tersebut dibuat oleh pejabat yang bewenang sesuai sumpah jabatannya, maka sesuai ketentuan Pasal 184 ayat (1) huruf c KUHAP Pengadilan berkesimpulan bahwa terdakwa tidak mengalami gangguan penyakit jiwa (gila) sampai dapat dibuktikan sebaliknya. Menimbang, bahwa terhadap bunyi kesimpulan yang dibuat oleh Tim Psikologi dari Polda Jawa Tengah c.q. Dinas Psikologi yang menyebutnya terdakwa mengalami gangguan kepribadian yang tergolong jenis psikopat, di mana menurut Penasihat Hukum terdakwa, terdakwa harus dinyatakan sakit jiwa dan tidak dapat dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan Pasal 44 ayat (1) KUHP tidak dapat diterima, karena terhadap kesimpulan tersebut menurut Pengadilan harus dibaca bahwa pengertian psikopat
yang
dialami
terdakwa
adalah
diwujudkan
dalam
sikap/perilakunya yang tergolong anti sosial, bukan dalam pengertian mengalami gangguan penyakit jiwa, dan ternyata dalam kesimpulan butir ke-4 nya disimpulkan bahwa kepada terdakwa dapat dikenakan tindakan hukum sesuai ketentuan yang berlaku.
47
Menimbang, bahwa selain hal di atas selama berlangsungnya persidangan menurut Pengadilan tidak diketemukan tanda-tanda bahwa terdakwa mengalami gangguan jiwa, terhadap perbuatan terdakwa makan mayat yang menurut ukuran manusia pada umumnya dipandang hal yang menjijikkan ternyata menurut keterangan terdakwa dilakukan secara sadar dengan direncanakan terdorong oleh latar belakang pengetahuan pendidikan, agama, kemiskinan, serta dorongan ajaran guru terdakwa yang mengajarkan hak tersebut supaya cepat kaya dengan jalan pintas tanpa perlu bekerja keras. Dengan demikian Pengadilan memperoleh keyakinan bahwa terdakwa tidak mengalami gangguan penyakit jiwa. Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa mampu bertanggung jawab, maka terdakwa harus dinyatakan bersalah dan mampu bertanggung jawab atas perbuatannya sehingga harus dijatuhi hukuman yang dipandang adil. Menimbang, Bahwa oleh karena terdakwa dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana, oleh karena pidana yang dijatuhkan lebih lama dari masa tahanan yang telah dijalankan terdakwa, maka terdakwa harus dinyatakan tetap berada dalam tahanan dan kepada terdakwa harus dibebankan untuk membayar biaya perkara. Menimbang, bahwa terhadap barang bukti dalam perkara ini maka terhadap barang bukti berupa: - 7 lembar kain kafan, 6 utas tali kain, 2 buah kayu nisan, 1 buah dangka kayu randu, 1 potong daging kemaluan wanita, 1 potong daging paha kanan, 1 potong daging paha kiri, tulang belulang kaki dan bagian lutut ke bawah, semuanya harus dikembalikan kepada ahli waris Ny. Rinah yaitu saksi Sapir alias Hadi Suwarjo Bin Martadi - 1 stel pakaian, 1 buah sepeda ontel, uang Rp. 18.000,- masing-masing dikembalikan kepada terdakwa Sumanto. - 1 buah cangkul dikembalikan kepada saksi Saliman Bin Kasroni.
48
- 1 buah pisau, 1 bilah golok, 1 buah karung kandi, 1 potong tali kawat, 1 buah wajan, 1 buah kaleng bekas cat, dirampas untuk dimusnahkan. Menimbang, bahwa sebelum menjatuhkan pidana terdakwa
maka
oleh
Pengadilan
dipertimbangkan
kepada
hal-hal
yang
memberatkan dan yang meringankan terdakwa sebagai berikut: Hal-hal yang memberatkan: - Perbuatan terdakwa sangat mengusik dan meresahkan masyarakat dan Desa Majatengah pada khususnya untuk hidup berdampingan dengan terdakwa. - Perbuatan terdakwa mencuri dan memakan mayat tidak mengindahkan sama sekali norma-norma Agama, Adat dan susila masyarakat Indonesia dan Purbalingga pada khususnya yang menghormati mayat sebagai benda suci dan memiliki niali-nilai ritual dengan ahli warisnya. - Bahwa perbuatan terdakwa tersebut dilakukan semata-mata untuk mencapai kemudahan mencari kekayaan secara tidak wajar tanpa harus bekerja keras. - Perbuatan terdakwa membongkar kubur, mencuri dan memakan mayat Ny. Rinah sangat merugikan dan menyakitkan ahli waris Ny. Rinah. - Terdakwa
tidak
merasa
terbebani
moralnya
saat
melakukan
perbuatannya memotong, memasak dan memakan, serta mnggunakan organ mayat Ny. Rinah untuk jimat. - „ Mengingat, Peraturan Perundang-Undangan yang bersangkutan
MENGADILI 1. Menyatakan, Bahwa terdakwa Sumanto bin nuryadikarta terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Pencurian Dalam Keadaan Yang Memberatkan”
49
2. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada ia terdakwa dengan pidana penjara selama 5 (lima) tahun. 3. Menetapkan bahwa masa penahanan yang telah dijalankan oleh terdakwa dikurangkan sepenuhnya dengan pidana yang dijatuhkan. 4. Menetapkan, terdakwa tetap berada dalam tahanan. 5. Menyatakan bahwa barang bukti berupa: - 7 lembar kain kafan, 6 utas tali kainm, 2 buah kayu nisan, 1 buah dangka kayu randu, 1 potong kemaluan wanita, 1potong daging paha kanan, 1 potong daging paha kiri, tilang belulang kaki fari bagian lutut ke bawah, kesemuanya dikembalikan kepada ahli waris Ny. Rinah yaitu saksi Sapir alias Hadi Suwarjo Bin Martadi. - 1 stel pakaian, 1 sepeda ontel, uang Rp. 18.000,- dikembalikan kepada terdakwa. - 1 bilah pisau, 1 bilah golok, 1 buah karung kandi, 1 potong tali kawat, 1 buah wajan, 1 buah kaleng bekas cat, kesemuanya dirampas untuk dimusnahkan. - 1 buah cangkul, dikembalikan kepada saksi Saliman Bin Kasroni. 6. Membebankan biaya perkara kepada terdakwa sebesar Rp. 2.000,00 (dua ribu rupiah)