KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor)
SKRIPSI FERRI FIRDAUS
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
RINGKASAN FERRI FIRDAUS. D34102033. Konvergensi Keefektivan Kepemimpinan (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing utama : Ir. Sutisna Riyanto, MS Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM, APU Aspek kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang turut menentukan perkembangan mutu suatu kelompok tani-ternak, maka upaya-upaya yang mengarah kepada peningkatan mutu kepemimpinan pada suatu kelompok tani-ternak patut dilakukan. Tujuan penelitian adalah : 1) Mengkaji persepsi ketua dan anggota tentang keefektivan kepemimpinan, 2) Mengkaji kesesuaian persepsi ketua dan anggota, 3) Mengkaji hubungan faktor situasi dengan keefektivan kepemimpinan, 4) Mengkaji hubungan faktor individu dengan keefektivan kepemimpinan. Penelitian ini berlangsung selama satu bulan dari tanggal 17 Juli sampai 17 Agustus 2006 di Desa Karehkel, Leuwiliang, Bogor. Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota gabungan kelompok tani Pandan Wangi yang berjumlah 100 orang. Sampel yang dipilih sebanyak 50 orang berdasarkan rumus Slovin, terdiri dari 5 orang ketua dan 45 orang anggota dengan metode penarikan sampel Proportional cluster random sampling. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Analisis data meliputi analisis deskriptif dan korelasi rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan petani-peternak menganggap bahwa ketua memiliki cukup kemampuan dalam keterampilan teknis dan keterampilan konseptual tetapi tidak pada keterampilan interaksi sosial. Terdapat konvergensi atau titik temu antara persepsi ketua dengan anggota tentang keefektivan kepemimpinan khususnya pada aspek keterampilan tehnis dan keterampilan konseptual tetapi tidak pada aspek ketrampilan interaksi sosial. Faktor situasi yang berhubungan keefektivan kepemimpinan adalah kondisi kerja dan tanggung jawab dengan keterampilan teknis, interaksi sosial dan konseptual. Faktor individu yang berhubungan dengan keefektivan kepemimpinan adalah umur dengan keterampilan interaksi sosial dan keterampilan konseptual, jumlah tanggungan keluarga dengan keterampilan konseptual, pendidikan formal dengan keterampilan konseptual dan tingkat interaksi dengan keterampilan konseptual. Kata kunci : konvergensi, keefektivan, kepemimpinan, keterampilan.
ABSTRACT The Convergency of The Leadership Effectivity (Case in The Member of Pandan Wangi Farmers Group Combination, Karehkel Village, LeuwiliangBogor) Firdaus, F., S. Riyanto, D. Susanto The leadership aspect is one of the factors which supports in the quality development of a farmer group, so the efforts to increase quality of the leadership in a farmer group have to be considered. The aims of this research were to know: (1) the perception of the leaders and the members about the leadership effectivity, (2) the perception of the leaders and the members of the leadership aspect, (3) the correlation between the situational factors and the leadership effectivity and (4) the correlation between the individual factors and the leadership effectivity. This research was carried out for one month, from July 17th to August 17th, 2006 at Karehkel village, Leuwiliang, Bogor. The population of this research were the whole leaders and members of the member of Pandan Wangi farmer group combination, that were 100 persons. The samples were 50 persons taken based on Slovin formula, consist of 45 members and 5 leaders. Sampling method used proportional cluster random sampling. The data consisted of primary and secondary data. The data were analyzed by descriptive analysis and rank Spearman correlation. The results of research showed that the whole farmers thought that the leader have enough ability in technical and conceptual skill but not in social interaction skill. There were convergency about the leadership effectivity between the leaders and the members perception, especially in technical and conceptual skill aspect but not in sosial interaction skill. The correlation between the individual factors and the leadership effectivity are the age with the social interaction skill and the conceptual skill, the family responsibility with the conceptual skill, the formal education with the conceptual skill and the interaction level with the conceptual skill. Key words : convergency, effectivity, leadership, skill.
KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor)
FERRI FIRDAUS D34102033
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor)
Oleh FERRI FIRDAUS D34102033
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 29 Januari 2007
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Sutisna Riyanto, MS NIP. 131 779 500
Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM, APU NIP. 140 020 648
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur. Sc NIP. 131 624 188
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Juni 1984. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan H. Achmad Fauzi dan Hj. Sumiati. Penulis memasuki pendidikan taman kanak-kanak pada tahun 1989 di TK AlIkhlas Condet, Jakarta Timur. Tahun 1990 penulis memasuki pendidikan dasar di SDN 011 Pagi, Batu Ampar dan lulus tahun 1996. Tahun 1996 penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 126 Jakarta Timur dan lulus tahun 1999. Pendidikan menengah atas, penulis melanjutkan di SMU 51 Jakarta Timur pada tahun 1999 sampai tahun 2002. Setelah lulus SMU tahun 2002, penulis diterima di Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan (SEIP) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan yaitu Koperasi Mahasiswa (KOPMA) dan Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP). Penulis menjadi anggota Koperasi Mahasiswa (KOPMA) pada tahun 2003 dan Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP) pada tahun 2005 dan berada dibawah Departemen Kesekretariatan.
KATA PENGANTAR Alhamdulillahhirabil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Penyusunan skripsi yang berjudul Konvergensi Keefektivan Kepemimpinan (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Leuwiliang-Bogor) merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi sangat membutuhkan pengetahuan yang mendalam mengenai keefektivan kepemimpinan. Pengetahuan yang memadai mengenai keefektivan kepemimpinan dalam sebuah kelompok tani-ternak sangat penting untuk meningkatkan keefektivan kerja ketua dengan anggota dalam kelompok tani-ternak. Oleh karena itu, tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui persepsi ketua dan anggota tentang keefektivan kepemimpinan dalam kelompok tani-ternak, mengetahui kesesuaian persepsi ketua dan anggota, mengetahui hubungan faktor situasi dengan keefektivan kepemimpinan dan mengetahui hubungan faktor individu dengan keefektivan kepemimpinan. Semua kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya, skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Saran, kritik dan masukan sangat diharapkan oleh penulis untuk perbaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Amien.
Bogor, Januari 2007
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ........................................................................................
i
ABSTRACT ...........................................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................
iv
RIWAYAT HIDUP ................................................................................
v
KATA PENGANTAR ............................................................................
vi
DAFTAR ISI ..........................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
xii
PENDAHULUAN ..................................................................................
1
Latar Belakang ............................................................................ Perumusan Masalah .................................................................... Tujuan Penelitian ........................................................................
1 2 3
KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................
6
Pemimpin dan Kepemimpinan .................................................... Teori Kepemimpinan .................................................................. Keefektivan Kepemimpinan ....................................................... Persepsi ....................................................................................... Proses Persepsi ............................................................... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi .................. Karakteristik Peternak ................................................................. Kelompok Tani Ternak ............................................................... Konvergensi ................................................................................
6 8 8 10 11 12 13 15 16
METODE PENELITIAN .......................................................................
17
Lokasi dan Waktu ....................................................................... Populasi dan Sampel ................................................................... Desain Penelitian ......................................................................... Data dan Instrumen ..................................................................... Validitas dan Reliabilitas Instrumen ........................................... Pengumpulan Data ...................................................................... Analisis Data ............................................................................... Definisi Operasional ...................................................................
17 17 18 18 19 19 20 20
KEADAAN UMUM LOKASI ...............................................................
24
Potensi Sumber Daya Alam ........................................................
24
Potensi Sumber Daya Manusia ................................................... Jumlah Penduduk ............................................................ Tingkat Pendidikan ......................................................... Mata Pencaharian ............................................................ Profil Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi ....................... Nama Kelompok ............................................................ Susunan Pengurus .......................................................... Produk Pertanian ............................................................ Visi dan Misi .................................................................. Profil Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi ......... Susunan Pengurus .......................................................... HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. Karakteristik Individu ................................................................. Umur .................................................................................. Jumlah Tanggungan Keluarga ........................................... Tingkat Pendapatan Usaha Tani-Ternak ........................... Pendidikan Formal ............................................................. Pendidikan Non Formal ..................................................... Pengalaman Bertani-beternak ............................................ Tingkat Interaksi ................................................................ Lama Keanggotaan ............................................................ Keefektivan Kepemimpinan ....................................................... Keterampilan Teknis ......................................................... Keterampilan Interaksi Sosial ........................................... Keterampilan Konseptual ................................................... Konvergensi (titik temu) Persepsi Pemimpin dan Anggota ........ Kesesuaian Prioritas Fungsi Kepemimpinan ..................... Kesesuaian Kualitas Fungsi Kepemimpinan ...................... Faktor Situasi Berhubungan dengan Keefektivan Kepemimpinan ............................................................................ Kondisi Kerja .... ................................................................. Tanggung Jawab ................................................................. Peraturan ............................................................................ Hubungan antara Faktor Individu dengan Keefektivan Kepemimpinan ............................................................................ Hubungan Umur dengan Keterampilan Interaksi Sosial .... Hubungan Umur dengan Keterampilan Konseptual .......... Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Keterampilan Konseptual .................................................. Hubungan Pendidikan Formal dengan Keterampilan Konseptual ......................................................................... Hubungan Tingkat Interaksi dengan Keterampilan Konseptual ......................................................................... KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. Kesimpulan ..................................................................................
25 25 25 26 26 26 27 27 27 28 28 29 29 34 32 32 32 33 33 33 34 34 35 36 38 39 39 41 42 43 44 45 46 46 47 47 47 47 49 49
Saran ............................................................................................
49
UCAPAN TERIMAKASIH ....................................................................
50
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
52
LAMPIRAN ...........................................................................................
55
DAFTAR TABEL Halaman
Nomor Populasi dan Sampel Kelompok Tani Ternak Pandan Wangi .............................................................................
17
Sebaran Luas Wilayah Pemanfaatan Lahan di Desa Karehkel .........................................................................
25
3
Sebaran Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ....
25
4
Sebaran Mata Pencaharian Penduduk Desa Karehkel ...
26
5
Sebaran Responden Menurut Karakteristik Anggota ....
29
6
Sebaran Responden Menurut Karakteristik Ketua .........
30
7
Sebaran Responden Menurut Karakteristik Anggota dan Ketua .......................................................................
31
Rataan Skor Persepsi Ketua Tentang Keefektivan Kepemimpinan ...............................................................
34
Rataan Skor Persepsi Ketua-Anggota Tentang Keefektivan Kepemimpinan Berdasarkan Keterampilan Teknis .......................................................
36
Rataan Skor Persepsi Ketua-Anggota Tentang Keefektivan Kepemimpinan Berdasarkan Keterampilan Interaksi Sosial ............................................................
37
Rataan Skor Persepsi Ketua Tentang Keefektivan Kepemimpinan Berdasarkan Keterampilan Konseptual
39
Konvergensi (titik temu) Persepsi Ketua dengan Anggota .........................................................................
40
13
Faktor Situasi dalam Kelompok Tani-Ternak ...............
43
14
Faktor yang Berhubungan dengan Keefektivan Kepemimpinan ...............................................................
43
Hubungan Faktor Individu dengan Keefektivan Kepemimpinan ...............................................................
46
1
2
8
9
10
11
12
15
DAFTAR GAMBAR Halaman
Nomor 1
Hubungan Persepsi Pemimpin dan Anggota dengan Faktor-faktor yang Menentukan dengan Efektivitas Kepemimpinan ...............................................................
5
2
Unsur-unsur yang Berkaitan dengan Kepemimpinan ....
7
3
Hubungan Keefektivan Individu, Kelompok dan Organisasi ......................................................................
9
4
Pembentukan Persepsi Berdasarkan Model Salomon ...
12
5
Keadaan Wilayah Desa Karehkel ..................................
25
6
Susunan Pengurus Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi .............................................................................
27
Susunan Pengurus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi ................................................................
28
7
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Nomor 1
Validitas dan Reliabilitas Instrumen .............................
56
2
Kuisioner Konvergensi Keefektivan Kepemimpinan (Anggota Kelompok) ......................................................
57
Kuisioner Konvergensi Keefektivan Kepemimpinan (Ketua Kelompok) .........................................................
62
Konvergensi Keterampilan Teknis dengan Uji Korelasi rank Spearman ...............................................................
67
Konvergensi Keterampilan Interaksi Sosial dengan Uji Korelasi rank Spearman ................................................
68
Konvergensi Keterampilan Konseptual dengan Uji Korelasi rank Spearman ................................................
69
7
Uji T Pada Keterampilan Teknis .................................
70
8
Uji T Pada Keterampilan Interaksi Sosial ....................
71
9
Uji T Pada Keterampilan Konseptual ...........................
72
3
4
5
6
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Goncangan perekonomian yang dialami Indonesia beberapa tahun lalu dan sampai sekarang, semakin menyadarkan pentingnya peranan pertanian terutama di daerah pedesaan yang mengalami langsung dampak kritis multidimensional. Sub sektor peternakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sektor pertanian, sudah saatnya menjadi arah pembangunan dengan menekankan pada penguatan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat peternak. Kemampuan manajerial yang handal saja ternyata tidak cukup untuk mewujudkan tujuan peternakan. Kotler (1997), menyatakan bahwa untuk dapat meraih keberhasilan peternakan tidak hanya berpegangan pada manajemen yang handal yang menyebabkan stabilitas dalam organisasi tersebut. Namun peternakan juga harus menciptakan perubahan yang membawa kepada kemajuan organisasi. Dengan alasan tersebut maka peternakan juga memerlukan seorang pemimpin yang mampu menciptakan perubahan, menentukan kebijakan untuk masa depan dan memotivasi anggota untuk menciptakan perubahan. Pemimpin adalah personil yang menduduki posisi penting dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Nawawi dan Hadari (2004), kepemimpinan sebagai suatu konsep manajemen dalam kehidupan organisasi mempunyai kedudukan yang strategis dalam organisasi dan selalu diperlukan dalam kehidupan kelompok. Keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun kelompok dalam organisasi
tertentu sangat tergantung pada mutu
kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan (Siagian, 1999). Mengingat aspek kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang turut menentukan perkembangan mutu suatu kelompok tani-ternak, maka upaya-upaya yang mengarah kepada peningkatan mutu kepemimpinan pada suatu kelompok taniternak patut dipertimbangkan. Hasil kajian tersebut diharapkan mampu memberikan masukan bagi pihak kelompok tani-ternak, terutama untuk strategi peningkatan dan pengembangan kepemimpinan dalam kelompok tani-ternak. Melalui sebuah pola kepemimpinan yang efektif serta didukung dengan kemampuan manajerial yang
1
handal diharapkan sebuah kelompok tani-ternak mampu merealisasikan tujuan atau target yang ditetapkan oleh kelompok dapat tercapai. Perumusan Masalah Kepemimpinan adalah fungsi dari kemampuan untuk mempengaruhi motivasi atau kompetensi individu-individu lainnya dalam suatu kelompok dan kemampuan membangkitkan semangat orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab terhadap usaha mencapai tujuan organisasi. Ketua memiliki pengaruh yang sangat kuat untuk menentukan bentuk hubungan dan pendelegasian tugas kepada bawahannya agar kegiatan dalam pencapaian tujuan perusahaan dapat dilakukan dengan optimal. Keefektivan kepemimpinan adalah penilaian pada pelaksanaan fungsi kepemimpinan pada suatu kelompok yang diukur berdasarkan persepsi responden tentang perilaku-perilaku kepemimpinan dalam kelompok, dengan indikator keterampilan teknis, keterampilan interaksi sosial dan keterampilan konseptual. Jadi keefektivan kepemimpinan sangat tergantung pada kemampuan persepsi seseorang. Tercapainya keefektivan dan keefisienan kerja anggota pada suatu kelompok sangat ditentukan oleh manajemen kepemimpinan. Manajemen kepemimpinan sangat diperlukan dalam kelompok, dengan demikian diperlukan pengkajian mengenai persepsi ketua dan anggota terhadap faktor-faktor yang menentukan keefektivan kepemimpinan. Dengan mengetahui berbagai faktor yang menentukan keefektivan kepemimpinan, diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak kelompok tani-ternak, terutama untuk strategi peningkatan dan pengembangan kepemimpinan dalam kelompok tani-ternak. Selama ini, penelitian tentang keefektivan kepemimpinan hanya dilihat dari sisi kepemimpinan atau anggota tidak kedua-duanya, namun pada penelitian ini dibahas dari dua sisi yakni dari sisi ketua dan anggota. Konvergensi merupakan kecenderungan dua atau lebih individu untuk bergerak menuju ke arah satu tujuan, atau menyatukan pengertian dalam satu pandangan atau fokus. konvergensi ini membandingkan dua persepsi antara ketua dan anggota, bagaimana titik temu antara persepsi keduanya mengenai keefektivan kepemimpinan, sedangkan keefektivan kepemimpinan bersifat spesifik dan kondisional. Keefektivan yang ditunjukkan oleh ketua yang sudah berusaha dalam menjalankan kepemimpinannya secara efektif ,
2
tetapi menurut anggotanya belum efektif. Jadi keefektivan kepemimpinan dapat ditentukan dengan adanya kesamaan pemahaman anggota dan ketua. Sejalan dengan acuan di atas, penelitian ini bermaksud menjawab permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi ketua dan anggota tentang keefektivan kepemimpinan ? 2. Apakah ada kesesuaian persepsi ketua dengan anggota ? 3. Apakah faktor situasi berhubungan dengan keefektivan kepemimpinan ? 4. Apakah faktor individu berhubungan dengan keefektivan kepemimpinan ? Tujuan Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Mengkaji persepsi ketua dan anggota tentang keefektivan kepemimpinan. 2. Mengkaji kesesuaian persepsi ketua dan anggota. 3. Mengkaji hubungan faktor situasi dengan keefektivan kepemimpinan. 4. Mengkaji hubungan faktor individu dengan keefektivan kepemimpinan.
3
KERANGKA PEMIKIRAN Keefektivan kepemimpinan tidak hanya diukur dari sisi ketua tetapi juga pada anggota kelompok. Kepemimpinan dikatakan efektif apabila semua anggota menyatakan puas terhadap semua yang diterapkan oleh ketua kelompok. Jadi, ketua kelompok harus dapat memperhatikan hubungan dan pembagian tugas dengan jelas bagi tiap-tiap anggota agar tercipta kesamaan persepsi. Penelitian ini membahas mengenai keefektivan kepemimpinan berdasarkan keterampilan kepemimpinan yang terdiri dari keterampilan teknis, interaksi sosial dan konseptual. Keefektivan kepemimpinan dilihat dari dua sudut persepsi, yaitu persepsi ketua dan persepsi anggota. Adanya dua persepsi antara ketua dan anggota diharapkan keefektivan kepemimpinan dapat dipahami dan dilihat dengan jelas. Menurut Tody dalam Desiyani (2003), Persepsi dapat dipengaruhi oleh ciri karakteristik individu. Adapun ciri faktor ketua yaitu umur, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendapatan, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman bertani-beternak, tingkat interaksi dan lama kepemimpinan. Faktor anggota yaitu umur, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendapatan, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman bertani-beternak, tingkat interaksi dan lama keanggotaan. Keterampilan kepemimpinan terdiri dari keterampilan teknis, keterampilan interaksi sosial dan keterampilan konseptual, sedangkan kondisi kerja, tanggung jawab dan peraturan merupakan faktor situasi. Keterampilan dalam kepemimpinan sangat erat dengan pengaplikasian tugas dalam
organisasi
perusahaan.
Keterampilan
kepemimpinan
dapat
berupa
keterampilan teknis (Technical skill), keterampilan manusiawi (Human skill) dan keterampilan konseptual (Conceptual skill). Keterampilan teknis (Technical skill) menunjukkan bahwa seseorang memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam setiap jenis proses atau teknis berhubungan dengan sarana. Keterampilan manusiawi (Human skill) yaitu kemampuan untuk bekerja dengan orang lain secara efektif dan membina kerjasama. Keterampilan konseptual (Conceptual skill) yaitu kemampuan untuk berpikir yang berkaitan dengan perencanaan jangka panjang, seperti kerangka kerja, model dan sebagainya. Keterampilan konseptual ini berkaitan dengan gagasangagasan (Hiks dan Gullet, 1975 dalam Wahjosumidjo, 1992).
4
Hubungan persepsi ketua dan anggota dengan faktor-faktor yang menentukan keefektivan kepemimpinan dapat dilihat pada Gambar 1. Faktor Situasi • • •
Kondisi Kerja Tanggung Jawab Peraturan
Keefektivan Kepemimpinan
Faktor Ketua • Umur • Jumlah tanggungan keluarga • Tingkat pendapatan usaha tani-ternak • Pendidikan formal • Pendidikan non formal • Pengalaman bertanibeternak • Tingkat interaksi kelompok • Lama kepemimpinan
Keterampilan Kepemimpinan • Keterampilan Teknis • Keterampilan Interaksi Sosial • Keterampilan Konseptual
Konvergensi
Faktor Anggota • Umur • Jumlah tanggungan keluarga • Tingkat pendapatan usaha tani-ternak • Pendidikan formal • Pendidikan non formal • Pengalaman bertanibeternak • Tingkat interaksi kelompok • Lama keanggotaan
Gambar 1. Hubungan Persepsi Ketua dan Anggota dengan Faktor-faktor yang Menentukan Keefektivan Kepemimpinan.
5
TINJAUAN PUSTAKA Pemimpin dan Kepemimpinan Siagian (1999), mendefinisikan kepemimpinan dalam pengertian terbatas adalah suatu pribadi yang mampu membimbing pengikutnya dengan bantuan kecakapan-kecakapan yang dimiliki serta mendapat dukungan dan pengakuan (legitimasi) dari pengikutnya. Pemimpin adalah seorang atau pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, sehingga mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian suatu tujuan bersama. Herbert dan Gullet (1996), menyebutkan bahwa seorang pemimpin memiliki fungsi yang kompleks dalam manajemen perusahaan, di antaranya adalah membangkitkan semangat para pekerja dengan cara meyakinkan pekerja agar mengetahui bahwa pekerjaannya sangat penting bagi perkembangan perusahaan. Pemimpin menggugah pekerja untuk menerima atau menyetujui tujuan-tujuan organisasi dengan antusias dan bekerja dengan efektif dalam rangka mencapai prestasi kerja. Pemimpin melakukan pengarahan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok. Proses ini didefinisikan oleh Stoner dan Edward (1992), sebagai kegiatan kepemimpinan. Kepemimpinan sebagai salah satu proses manajerial dapat diartikan sebagai suatu proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok. Tiga implikasi penting dalam kepemimpinan adalah: pertama kepemimpinan harus melibatkan orang lain, bawahan atau pengikut; kedua kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggota kelompok; ketiga kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan untuk mempengaruhi perilaku pengikut melalui berbagai cara. Pemimpin dalam melakukan kegiatan bertanggung jawab atas tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu. Hubungan antara unsur-unsur tersebut disajikan pada Gambar 2.
6
MANAJEMEN
MERENCANAKAN MENGORGANISASIKAN MEMIMPIN MENGAWASI
TUJUAN ORGANISASI YANG TELAH DITETAPKAN Gambar 2. Unsur-unsur yang Berkaitan dengan Kepemimpinan Sumber : Stoner dan Edward (1992)
Berdasarkan diagram di atas, kerangka manajemen menurut Stoner dan Edward (1992) dalam Wahjosumidjo (1992), sebagai suatu proses ada empat macam peranan penting bagi para pemimpin yaitu: 1. Kepemimpinan atau pemimpin pada hakikatnya merupakan salah satu fungsi manajer, di samping fungsi planning, organizing dan controlling. 2. Pemimpin dalam melaksanakan serangkaian fungsi manajemen harus selalu mampu memberikan petunjuk, bimbingan dan pengarahan pada bawahan. 3. Pemimpin tidak bisa bekerja sendiri tanpa adanya kerjasama dengan bawahan, pemimpin harus dapat bekerjasama dalam satu tim kerja. 4. Pemimpin harus mampu menciptakan suasana kerja sebaik-baiknya (proper atmosphere), harus memenuhi apa yang diharapkan bawahan, sehingga para bawahan dapat bekerja dengan sebaik-baiknya. Kepemimpinan menurut Tannenbaum et al., 1964 dalam Trimo (1995), merupakan suatu interpersonal influence yang dijalankan dalam suatu situasi dan diarahkan, melalui proses komunikasi kepada pencapaian suatu tujuan atau tujuantujuan tertentu. Menurut Schneider et al., dalam Effendi dan Uchjana (1992), pemimpin didefinisikan sebagai seseorang yang secara formal diberikan status tertentu melalui pemilihan, pengangkatan, keturunan, revolusi atau cara-cara lain. Kepemimpinan mengacu kepada perilaku yang ditujukan seseorang atau lebih individu dalam kelompok yang membantu kelompok mencapai tujuannya.
7
Teori Kepemimpinan Membahas tentang kepemimpinan akan terkait dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli. Terdapat tiga teori yang menonjol dalam menjelaskan kemunculan seseorang sebagai pemimpin yang dijabarkan oleh Herujito (1996), yaitu: 1. Teori Genetik (Heredity Theory) mengatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan. 2. Teori Sosial yang menjabarkan bahwa setiap orang dapat menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup. 3. Teori Ekologis yang merupakan gabungan teori genetik dan teori sosial mengatakan seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu kelahirannya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat-bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang dimiliki. Keefektivan Kepemimpinan Keefektivan berasal dari kata dasar efektif , artinya : 1) Ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya, kesannya) seperti: manjur;
mujarab;
mempan. 2) Penggunaan metode/cara, sarana/alat dalam melaksanakan aktivitas sehingga berhasil guna (mencapai hasil yang optimal). Kata dasar tersebut mendapat awalan ke dan akhiran an sehingga menjadi keefektivan. Keefektivan adalah penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok dan organisasi. Makin dekat prestasi yang dicapai terhadap prestasi yang diharapkan (standar), maka makin efektif dalam penilaian mereka (Gibson, 1979 dalam Suwarto, 1999). Menurut Gibson, 1979 dalam Suwarto (1999), Hubungan keefektivan individu, kelompok dan organisasi menggunakan tiga macam perspektif keefektivan yang diidentifikasi sebagai berikut : (1) Keefektivan individu, pada perspektif ini menekankan pelaksanaan tugas-tugas dan tanggung jawab individu anggota organisasi dari suatu organisasi. Tugas
8
dan tanggung jawab yang dilaksanakan merupakan bagian dari pekerjaan sesuai dengan peran/posisi individu dalam suatu organisasi. Keberhasilan individuindividu dalam organisasi lazimnya sangat berkaitan dengan kerja dalam kelompok sehingga individu-individu jarang bekerja terpisah dari pekerja lain dalam organisasi, maka harus dipertimbangkan perspektif lain yaitu keefektivan kelompok. (2) Keefektivan kelompok, merupakan jumlah sumbangan dari keseluruhan anggota kelompok. Salah satu contoh, sekelompok ilmuwan yang terkait dalam pekerjaan suatu proyek yang satu dengan yang lain tidak saling berkaitan. Ini berarti pekerjaan akan efektif apabila setiap ilmuwan bekerja sendiri secara efektif. Dalam hal ini keefektivan kelompok melebihi jumlah hasil sumbangan individual, seperti : produk perakitan, hasil barang jadi perakitan merupakan hasil dari sumbangan setiap individu. (3) Keefektivan organisasi, organisasi merupakan kumpulan dari individu dan kelompok sehingga keefektivan organisasi pada dasarnya merupakan fungsi dari keefektivan individu dan kelompok. Keefektivan organisasi dapat melebihi keefektivan individu dan kelompok, artinya organisasi memperoleh tingkat prestasi lebih tinggi dibanding dengan jumlah prestasi masing-masing bagian yang ada dalam organisasi. Hubungan keefektivan individu, kelompok dan organisasi disajikan pada Gambar 3.
Keefektivan Organisasi
Keefektivan Kelompok
Keefektivan Individu
Gambar 3. Hubungan keefektivan Individu, Kelompok dan Organisasi.
9
Hicks dan Gullet dalam Wahjosumidjo (1992), menyatakan bahwa ada tiga jenis keterampilan dalam kepemimpinan yaitu keterampilan teknis (Technical skill), keterampilan manusiawi (Human skill), keterampilan konseptual (Conseptual skill). Keterampilan teknis (Technical skill) yaitu kemampuan pemimpin dalam melakukan aktivitas teknis kepemimpinan yang diukur dengan indikator tugas-tugas teknis seorang pemimpin. Keterampilan manusiawi (Human skill) yaitu kemampuan pemimpin untuk bekerja dengan orang lain secara efektif dan untuk membina kerjasama yang menyangkut manusia. Keterampilan konseptual (Conceptual skill) yaitu kemampuan untuk berpikir yang berkaitan dengan perencanaan jangka panjang, seperti kerangka berpikir, model dan sebagainya. Keterampilan yang dimiliki pemimpin akan dapat menunjang keefektivan kepemimpinan dengan melalui penerapan dalam peternakan. Persepsi Persepsi dapat didefinisikan dari berbagai sudut pandang. Menurut pengertian psikologi, persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang terpadu dalam diri individu. Aktivitas yang terpadu dalam hal ini diartikan sebagai peran aktif semua hal yang ada dalam diri individu dalam mempengaruhi persepsi, seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acuan dan aspek-aspek lainnya (Davidoff, 1981 dalam Walgito, 2001). Persepsi
merupakan
suatu
proses
dimana
individu-individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera agar memberi makna kepada lingkungan sekitarnya (Robbins, 1996). Persepsi juga dapat diartikan sebagai proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan. Sebaliknya alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi (Sarwono, 1999). Menurut ilmu komunikasi, persepsi didefinisikan sebagai proses internal yang memungkinkan individu memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan sekitar. Proses itu kemudian akan mempengaruhi perilaku individu (Baron dan Paulus, 1991 dalam Mulyana, 2001). Objek persepsi dapat bermacam-macam, yaitu dapat berwujud benda-benda, situasi dan juga berwujud manusia. Bila objek persepsi berwujud benda-benda
10
disebut persepsi benda (things perception) atau disebut juga non-social perception, sedangkan bila objek persepsi berwujud manusia atau orang disebut persepsi sosial atau social perception (Heider, 1958 dalam Walgito, 2001). Proses Persepsi Persepsi dibentuk oleh serangkaian proses yaitu seleksi, organisasi dan interpretasi dimana ketiga proses tersebut merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi dengan cepat dan bersamaan. Seleksi adalah proses penyeleksian stimulus. Hanya stimulus yang sesuai dengan kebutuhan atau yang menarik saja yang kemudian akan diubah menjadi kesadaran. Organisasi merupakan suatu proses dimana seseorang membentuk penilaian-penilaian dan mengambil kesimpulan yang lebih dikenal dengan evaluasi dan identifikasi (Sugiyanto, 1996). Gibson dan Donely dalam Sugiharto (2001), menyatakan bahwa persepsi merupakan proses kognitif dan afektif yang dialami setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya melalui indera penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman yang diinformasikan kepada dirinya dari lingkungan tempat orang tersebut berada, sehingga dapat mempengaruhi keragaman perilakunya. Apabila kebutuhan seseorang sesuai dengan objek tertentu maka persepsi orang tersebut terhadap suatu objek akan negatif. Proses pembentukkan persepsi tidak lepas dari bantuan indera (sensasi) sebagai penanggap yang cepat terhadap stimuli dasar seperti cahaya, warna dan suara. Sedangkan persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli itu diseleksi, diorganisasikan dan diinterpretasikan (Salomon dalam Sutisna, 1999). Gambar 4 berikut mengambarkan bagaimana stimuli ditangkap melalui indera (sensasi) dan kemudian diproses oleh penerima stimuli (persepsi).
11
STIMULI
Indera
• Penglihatan
Penerima
• Suara
(Sensasi)
Perhatian
Interpretasi (Pemberian arti)
Tanggapan
• Bau • Rasa
PERSEPSI
• Tekstur
Gambar 4. Proses pembentukan persepsi berdasarkan Model Salomon (Sutisna, 1999). Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi Persepsi dibentuk dan terkadang diputar balikkan oleh sejumlah faktor. Faktor-faktor ini dapat berada pada pihak pelaku persepsi (perceiver), obyek atau target yang dipersepsikan dan konteks dari situasi terjadinya persepsi (Robbins, 1996). Persepsi dapat dipengaruhi oleh ciri karakteristik individu. Ciri tersebut dapat berupa umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status lamanya dalam suatu pekerjaan, jumlah anggota yang menjadi beban tanggungan, asal daerah dan jenis pekerjaan (Tody, 1984 dalam Desiyani, 2003). Sementara itu, Salmovar dan Porter dalam Mulyana (2001) mengemukakan bahwa terdapat enam unsur budaya yang secara langsung mempengaruhi persepsi, yaitu: 1. Kepercayaan (Belief), Nilai (Values), Sikap (Attitudes) Kepercayaan adalah anggapan subyektif bahwa suatu obyek atau peristiwa memiliki ciri atau nilai tertentu, dengan atau tanpa bukti. Sementara itu nilai biasanya bersumber dari isu filosofi yang lebih besar yang merupakan bagian dari lingkungan budaya, karena itu nilai bersifat stabil dan sulit berubah. 2. Pandangan Dunia (Worldview) Pandangan dunia adalah orientasi budaya terhadap Tuhan, kehidupan, kematian, alam semesta, kebenaran, materi (kekayaan) dan isu-isu filosofis lainnya yang berkaitan dengan kehidupan.
12
3. Organisasi Sosial (Social organization) Organisasi-organisasi yang terdapat dalam masyarakat, baik formal maupun informal akan mempengaruhi persepsi seseorang mengenai dunia dan kehidupan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi perilaku. Lembaga informal contohnya keluarga, sedangkan lembaga formal contohnya pemerintah melalui aturanaturan. Sementara itu, lembaga-lembaga lain yang mempengaruhi persepsi adalah lembaga pendidikan, komunitas agama, komunitas etnik, kelas sosial dan partai politik. 4. Tabiat manusia (Human nature) Pandangan mengenai siapa saja, bagaimana sifat dan watak seseorang akan mempengaruhi cara orang tersebut mempersepsikan lingkungan fisik dan sosial. 5. Orientasi kegiatan (Activity orientation) Aspek lain yang mempengaruhi persepsi adalah pandangan terhadap aktivitas. Orientasi ini dianggap sebagai suatu rentang: dari Being (siapa seseorang) sehingga Doing (apa yang dilakukan seseorang). 6. Persepsi tentang diri dan orang lain (Perception of self and others) Masyarakat timur, pada umumnya adalah masyarakat kolektivis, dalam budaya kolektivis, diri (self) tidak bersifat unik atau otonom, melainkan lebur dalam kelompok (keluarga, klan, kelompok kerja, suku bangsa dan sebagainya), sementara diri dalam budaya individualistis (Barat) bersifat otonom. Karakteristik Peternak Karakteristik individu adalah sifat-sifat atau ciri-ciri yang dimiliki seseorang yang ditampilkan melalui pola pikir dan pola sikap terhadap lingkungannya. Karakteristik individu menurut Newcomb, et al dalam Rafinaldi (1992), meliputi: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, bangsa, agama dan lain-lain. Tono dalam Qodarudin (1993), menjelaskan bahwa karakteristik yang perlu diperhatikan adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, tambahan pekerjaan diluar usaha peternakan, pemakaian tenaga kerja luar keluarga dan jumlah pemilikan ternak. Menurut Zainun dalam Sari (1995), karakteristik individu akan dibawa kedalam pekerjaan seorang individu sehingga menimbulkan berbagai macam
13
maksud,
tujuan,
kepentingan,
kebutuhan,
kesukaan,
kesetiaan,
kesusahan,
kegemaran, kecakapan, kemampuan dan lain-lain. Karakteristik anggota kelompok dalam hubungannya dengan persepsi terhadap keefektivan kepemimpinan khususnya keterampilan kepemimpinan pada kelompok tani ternak Pandan Wangi akan dijabarkan di bawah ini : 1. Salah satu yang dapat menggambarkan produktivitas usaha seseorang adalah umur. Umur dapat menggambarkan pengalaman seseorang dalam kehidupan sehingga terdapat keragaman sikap dan perilaku berdasarkan umur yang dimiliki (Lumentha, 1997). 2. Pendidikan formal Pendidikan salah satu faktor yang menentukan dalam mendapatkan pengetahuan (Jahi, 1988). Pendidikan formal seseorang yang semakin tinggi semakin cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan dapat mempercepat cara berpikir seseorang (Lumentha, 1997). 3. Pendidikan non formal Pendidikan non formal dapat dilakukan sebagai usaha untuk menambah wawasan, pengalaman, keterampilan dan pengetahuan. Pendidikan ini dapat berupa seminar-seminar, kursus-kursus dan pelatihan-pelatihan. Pendidikan ini merupakan
suatu
proses
pengembangan
kepribadiaan
seseorang
yang
dilaksanakan secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan (Lumentha, 1997). 4. Pengalaman beternak Pengalaman merupakan pengetahuan yang sangat berarti dalam keberhasilan usaha yang dilakukan. Semakin lama seseorang bekerja pada satu bidang tertentu maka semakin berpengalaman orang tersebut dan semakin ahli bekerja dalam bidangnya. 5. Tingkat pendapatan Pendapatan merupakan penerimaan yang diperoleh peternak dengan hasil kegiatan usaha tani ternak setiap bulan setelah dikurangi biaya produksi.
14
6. Tujuan beternak Tujuan beternak merupakan tujuan dalam melakukan suatu kegiatan usaha taniternak. Tujuan beternak ini dapat dibagi kedalam kelompok usaha pokok dan usaha sambilan. 7. Lama menjadi anggota Lama menjadi anggota menentukan pengalaman seseorang terhadap kelompok. Banyaknya orang yang berpengalaman dalam suatu kelompok maka akan mempengaruhi tingkat kemajuan kelompok. 8. Tingkat interaksi Tingkat interaksi merupakan jumlah atau banyaknya pertemuan yang dilakukan oleh anggota dengan ketua kelompok dalam satu bulan, baik itu kunjungan yang dilakukan oleh ketua kelompok maupun anggota kelompok. Kelompok Tani Ternak Soekanto (1990), mendefinisikan kelompok sebagai himpunan atau kesatuankesatuan manusia yang hidup bersama, hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong-menolong. Kelompok tani ternak adalah kumpulan petani-peternak yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian-peternakan untuk bekerjasama meningkatkan produktivitas usaha tani-ternak dan kesejahteraan anggotanya baik anggotanya pria maupun wanita (Keputusan Menteri Pertanian, 1997). Kelompok dapat dibedakan menjadi kelompok formal dan kelompok informal. Menurut Soekanto (1990), kelompok formal adalah kelompok yang memiliki peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggotanya untuk mengatur hubungan antar sesama. Sedangkan kelompok informal adalah kelompok yang tidak memiliki struktur dan organisasi tertentu dengan pasti. Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulangkali, yang menjadi dasar pertemuan yaitu kepentingan-kepentingan dan pengalaman-pengalaman yang sama. Sedangkan Gibson dalam Marliati (1996), menjelaskan bahwa pembentukan suatu kelompok didasari atas beberapa alasan, diantaranya:
15
1. Pemuasan kebutuhan. Hasrat untuk mendapatkan kepuasan dengan terpenuhinya kebutuhan akan kesamaan, sosial dan penghargaan. 2. Kedekatan dan daya tarik. Kedekatan secara fisik serta daya tarik antara orang yang satu dengan yang lainnya karena mempunyai persamaan persepsi, sikap dan motivasi. 3. Tujuan kelompok. Seseorang berkeinginan untuk menjadi anggota kelompok karena tertarik pada tujuan kelompok. 4. Alasan ekonomi. Seseorang melalui kelompok akan memperoleh keuntungan ekonomis yang lebih besar. Konvergensi Konvergensi berasal dari bahasa inggris yaitu convergence atau convergency yang berarti tindakan bertemu atau bersatu di suatu tempat, pemusatan pandangan mata ke suatu tempat yang amat dekat (Echols dan Shadily, 1995). Salim dan Salim (1991), mengemukakan bahwa konvergensi adalah kecenderungan mengacu pada satu titik temu. Konvergensi (titik temu) berarti bahwa petunjuk dari berbagai sumber yang terkumpul dengan berbagai cara yang semuanya mengindikasikan arti yang sama atau mirip dari sumber tersebut. Petunjuk yang dihasilkan dari penerapan instrumen pengukur terhadap berbagai kelompok diberbagai tempat harus menghasilkan arti yang mirip atau jika tidak demikian harus dapat menerangkan perbedaan itu (Kerlinger, 1990). Memusat berarti bergerak menuju pertambahan pengertian bersama mengenai maksud atau pokok pandangan masing-masing. Pihak setelah terjadi pemusatan, maka tiap-tiap peserta akan mampu melihat dengan lebih jelas apa yang dimaksud oleh teman berkomunikasi (Kincaid dan Schramm, 1987). Menurut Rogers dan Kincaid (1981), konvergensi adalah kecenderungan dua atau lebih individu untuk bergerak menuju ke arah satu titik dan menyatukan pengertian dalam satu pandangan atau fokus umum. Tujuan dalam proses konvergensi sudah ada pada saat terjadinya komunikasi. Konvergensi bukanlah suatu konsep yang statis. Konvergensi selalu dinamis. Konvergensi selalu antara dua orang atau lebih.
16
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karehkel Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa desa tersebut terdapat anggota gabungan kelompok tani Pandan Wangi yang dibentuk oleh masyarakat, yang memiliki karakteristik umum dan diharapkan peka terhadap kepemimpinan dari kelompok tani-ternak tersebut. Penelitian yang berjudul konvergensi keefektivan kepemimpinan membahas dari sisi ketua dan anggota. Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti mengkaji keefektivan kepemimpinan. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 17 Juli sampai 17 Agustus 2006. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah seluruh ketua dan anggota dari anggota gabungan kelompok tani Pandan Wangi yang berada di Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Populasi responden berjumlah 100 orang dan menyebar dalam lima kelompok tani-ternak. Pengambilan sampel dilakukan secara proportional cluster random sampling dengan mengambil sampel dari masing-masing kelompok yang terdiri dari 5 kelompok tani-ternak. Selengkapnya disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Populasi dan Sampel Kelompok Tani Ternak Pandan Wangi. No.
Populasi
Nama
Sampel
Kelompok
Ketua
Anggota
Ketua
Anggota
Total
1.
Tani Maju
1
29
1
30/100 x 45 = 14
15
2.
Cadas Gantung
1
13
1
14/100 x 45 = 6
7
3.
Sugih Tani
1
13
1
14/100 x 45 = 6
7
4.
Mitra Tani
1
21
1
22/100 x 45 = 10
11
5.
Mekar Harapan
1
19
1
20/100 x 45 = 9
10
5
45
50
100
Berdasarkan pengamatan dan informasi ketua KTNA Leuwiliang, sebenarnya terdapat delapan kelompok tetapi tiga dari delapan kelompok bersifat kurang aktif
17
atau vakum, sehingga hanya terdapat lima kelompok yang diambil sebagai populasi. Kelima kelompok tersebut lebih aktif dalam kegiatan kelompok. Kelima kelompok ini diambil sampel sebanyak 50 orang secara acak berdasarkan rumus Slovin, terdiri dari 45 orang anggota dan 5 orang ketua dengan teknik pengambilan sampel Proportional cluster random sampling yang akan menjadi responden dalam penelitian ini. Rumus Slovin (Sevilla, 1993) : n=
N 1 + Ne 2
Keterangan : n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat di tolerir sebesar 10% Desain Penelitian
Penelitian ini dirancang sebagai sebuah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk memberikan gambaran lebih mendalam tentang gejala sosial tertentu atau aspek kehidupan tertentu dari kelompok masyarakat yang diteliti, sehingga dapat diungkapkan kaitan antara berbagai gejala sosial. Variabel bebas (X) adalah faktor ketua, faktor anggota dan faktor situasi, variabel tak bebas (Y) adalah keterampilan kepemimpinan. Data dan Instrumen
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak terkait. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner. Sedangkan data sekunder melalui dokumen diperoleh dari pihak kecamatan setempat untuk pengumpulan data tentang gambaran umum daerah penelitian. Sebelum pengumpulan data utama, terlebih dahulu dilakukan uji coba kuesioner untuk mengukur validitas dan reliabilitas kuesioner yang dibuat.
18
Instrumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang berisi pertanyaan dan pernyataan bagi responden. Ada dua perangkat kuesioner yang digunakan, meliputi: (1) Kuesioner untuk anggota kelompok ; •
Karakteristik anggota
•
Persepsi tentang faktor situasi
•
Persepsi tentang keefektivan kepemimpinan kelompok
(2) Kuesioner untuk ketua kelompok ; •
Karakteristik ketua
•
Persepsi tentang faktor situasi
•
Persepsi tentang keefektivan kepemimpinan kelompok Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan Corrected Item-Total Correlation dengan menggunakan program SPSS 12.0 for windows. Hasil reliabilitas kuisioner yang dilakukan pada pertengahan juli 2006 diperoleh nilai reliabiltas (rhitung) sebesar 0,7580 lebih besar daripada nilai rtabel 0,632 (Singarimbun, 1998). Nilai tersebut menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan reliabel untuk digunakan pada lokasi penelitian yang sesungguhnya. Bila nilai Alpha dan rhitung > rtabel maka instrumen dianggap reliabel dan valid. Pada lampiran 1 terlihat bahwa terdapat sebelas butir pertanyaan yang gagal (tidak valid) yaitu X213, X214, X215, X216, X231, X232, X234, X311, X3111,
X3123 dan X3125. Namun sebelas
pertanyaan tersebut telah direvisi dan diupayakan reliabel serta valid. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara terstruktur langsung dengan menggunakan kuesioner kepada responden dan pihak yang terkait dalam penelitian ini, serta melakukan pengumpulan data sekunder dari pihak kecamatan setempat yang dilaksanakan di wilayah Desa Karehkel, LeuwiliangBogor.
19
Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dan dianalisis dengan prosedur sebagai berikut: 1. Statistik deskriptif, yaitu untuk melihat keragaman karakteristik anggota dan ketua kelompok tani-ternak yang meliputi umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman bertani-beternak, tingkat interaksi, tingkat pendapatan, lama menjadi anggota, status dalam kelompok dan jumlah tanggungan keluarga. 2. Analisis hubungan, yaitu untuk mengukur hubungan antara karakteristik anggotapemimpin kelompok tani-ternak dan persepsi anggota-ketua kelompok dengan keterampilan kepemimpinan, menggunakan program SPSS 12,0 for windows dengan korelasi rank Spearman (Siegel, 1994) dengan rumus sebagai berikut:
n
rs = 1 −
6 ∑ di
2
t =1
N (N
2
− 1)
Keterangan : rs
= koefisien korelasi rank Spearman
n
= banyak jenjang
d
= selisih dua jenjang untuk indikator yang sama
3. Uji konvergensi, yaitu untuk melihat konvergensi persepsi tentang keefektivan kepemimpinan antara anggota dan ketua, menggunakan program SPSS 12,0 dengan uji korelasi rank Spearman (Siegel, 1994) dengan menggunakan rumus seperti diatas. Definisi Operasional
Definisi operasional dan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik Peternak adalah beberapa ciri pribadi kelompok tani-ternak yang meliputi umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman bertanibeternak, tingkat interaksi, tingkat pendapatan, lama menjadi anggota, status dalam kelompok, jumlah keluarga.
20
Umur merupakan usia responden pada saat penelitian dilakukan yang diukur
dari tahun kelahiran sampai penelitian ini dilakukan yang dihitung dengan pembulatan kearah ulang tahun terdekat, dimana untuk enam bulan lebih dihitung menjadi satu tahun. Jumlah Tanggungan Keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang
menjadi tanggung jawab, yang diukur dalam jumlah orang. Tingkat Pendapatan adalah penghasilan total yang diperoleh rumah tangga
anggota atau ketua kelompok setiap bulan dari sektor pertanian dan peternakan, diukur dalam rupiah. Pendidikan Formal adalah lamanya responden duduk di bangku sekolah
formal yang diselesaikan berdasarkan jenjang tidak sekolah, tamat SD/Sederajat, SLTP/Sederajat, SLTA/Sederajat dan Perguruan Tinggi. Pendidikan Non Formal adalah kursus/pelatihan dalam bidang pertanian
dan bidang peternakan yang pernah diikuti anggota maupun ketua kelompok. Pengalaman Bertani-Beternak adalah lamanya anggota/ketua kelompok
dalam usaha tani-ternak yang diukur dalam satuan tahun, baik sebagai usaha pokok maupun sambilan. Tingkat Interaksi adalah jumlah atau banyaknya pertemuan yang dilakukan
oleh anggota dengan ketua kelompok dalam satu bulan. Pengalaman Kelompok adalah lamanya individu menjadi anggota atau
ketua dalam kelompok 2. Faktor Situasi adalah aspek-aspek situasional yang berpotensi mempengaruhi kelompok dan kepemimpinan kelompok. Faktor situasi yang ada pada faktor ketua dan anggota adalah kondisi kerja, tanggung jawab dan peraturan. Kondisi Kerja adalah keadaan dan situasi tempat kerja responden berupa
keadaan fisik dan sosial yang berinteraksi dengan anggota atau ketua dalam kelompok lain dalam hal melakukan pekerjaannya. Tanggung jawab adalah suatu pekerjaan yang diberikan kelompok tani-
ternak kepada responden yang dapat berupa wewenang pekerjaan dan pekerjaan individu masing-masing responden. Peraturan adalah segala keputusan yang dibuat dan ditetapkan bersama oleh
kelompok tani-ternak yang berlaku bagi semua anggota dan ketua kelompok
21
tempat responden bekerja. Peraturan dapat berupa waktu kerja, sanksi dan ketidakhadiran. 3. Keefektivan Kepemimpinan adalah penilaian pelaksanaan fungsi pemimpin pada suatu kelompok yang diukur berdasarkan persepsi responden tentang perilaku-perilaku kepemimpinan dalam kelompok (Gibson, 1979 dalam Suwarto, 1999). Indikator yang digunakan keterampilan teknis, keterampilan interaksi sosial dan keterampilan konseptual. Keterampilan Kepemimpinan adalah kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh seorang pemimpin dalam memimpin. Keterampilan kepemimpinan diukur menggunakan tiga indikator, meliputi : keterampilan teknis (Technical skill), keterampilan interaksi sosial (Social interaction skill) dan keterampilan konseptual (Conceptual skill). 1. Keterampilan Teknis (Technical skill) menunjukkan seseorang memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam setiap jenis proses atau teknik berhubungan dengan sarana. Keterampilan teknis diukur dengan indikator tugas-tugas teknis seorang ketua kelompok, meliputi : ¾ Memberikan pendapat untuk mengatasi suatu masalah ¾ Penggunaan
media
komunikasi
sebagai
alat
bantu
untuk
memperlancar pekerjaan ketua maupun anggota. ¾ Memberikan pengetahuan/informasi kepada anggota kelompok dalam
melakukan pekerjaannya. ¾ Memimpin rapat dan pertemuan kelompok tani-ternak ¾ Menyelesaikan masalah yang dihadapi kelompok tani-ternak ¾ Mengarahkan pengambilan keputusan dalam pertemuan kelompok ¾ Menilai hasil kerja kelompok tani-ternak ¾ Mencoba cara-cara atau teknologi baru dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan kelompok. ¾ Menerima secara terbuka pendapat-pendapat anggota. ¾ Memberikan kesempatan kepada anggota untuk berperan serta dalam
kegiatan kelompok.
22
2. Keterampilan Interaksi Sosial (Social interaction skill) adalah kemampuan untuk bekerja dengan orang lain secara efektif dan membina kerjasama. Keterampilan interaksi sosial, meliputi kemampuan ketua dalam melakukan kegiatan sebagai berikut : ¾ Memberikan semangat kepada anggota agar lebih baik dalam kegiatan
kelompok. ¾ Memberikan penghargaan (pujian) kepada anggota atas pekerjaannya. ¾ Menunjukkan sikap akrab kepada anggota kelompok. ¾ Menangani konflik yang berkembang dalam kelompok tani-ternak ¾ Menghidupkan suasana di kalangan anggota, seperti dengan lelucon. ¾ Menawarkan jalan tengah dari suatu masalah dengan anggota
kelompok. ¾ Menunjukkan sikap netral/adil dalam menghadapi kelompok.
3. Keterampilan Konseptual (Conceptual skill) adalah kemampuan untuk berfikir yang berkaitan dengan perencanaan jangka panjang, seperti kerangka kerja, model dan sebagainya. Keterampilan konseptual berkaitan dengan gagasan-gagasan, meliputi kemampuan dalam hal-hal sebagai berikut: ¾ Mencetuskan gagasan atau ide untuk memulai suatu pekerjaan. ¾ Menganalisis masalah yang berkembang. ¾ Mencari penyelesaian terhadap masalah yang dihadapi. ¾ Menetapkan tujuan-tujuan yang harus dicapai kelompok. ¾ Menetapkan kriteria keberhasilan dalam kelompok. ¾ Menyusun jadwal kegiatan kelompok. ¾ Merancang aktivitas kelompok. ¾ Menilai kegiatan-kegiatan yang dilakukan kelompok.
23
KEADAAN UMUM LOKASI Potensi Sumber Daya Alam
Desa Karehkel merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Leuwiliang-Bogor. Luas wilayah kerja pemerintahan Desa Karehkel adalah seluas 499 Ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : •
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Leuwibatu Kecamatan Rumpin
•
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin
•
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gn. Galuga Kecamatan Cibungbulang
•
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Leuwiliang Kecamatan Leuwiliang
Gambar 5. Keadaan Wilayah Desa Karehkel.
Desa Karehkel berada 300 meter di atas permukaan laut dengan suhu harian rata-rata 25 – 300C dan curah hujan rata-rata 2495 mm per tahun. Sebagian besar lahan di Desa Karehkel dimanfaatkan untuk sawah (70,14%) yang terdiri dari sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Lahan lain dimanfaatkan untuk kehutanan (25,05%) yang termasuk ke dalam hutan produksi, dengan bambu hasil utamanya sebanyak 3.500 batang per tahun. Sebaran luas wilayah pemanfaatan lahan di Desa Karehkel disajikan pada Tabel 2.
24
Tabel 2. Sebaran Luas Wilayah Pemanfaatan Lahan di Desa Karehkel Jumlah (Ha)
Persentase (%)
1.
Pemanfaatan Lahan Sawah
350
70,14
2.
Tegal/Ladang
12
2,40
3.
Pemukiman
9
1,80
4.
Kehutanan
125
25,05
5.
Empang/Kolam
3
0,61
No.
Jumlah
499
100
Sumber : Monografi Desa Karehkel, 2004 (diolah). Potensi Sumber Daya Manusia Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Desa Karehkel pada tahun 2006 sebanyak 10254 jiwa atau 2793 kepala keluarga yang terdiri dari 47,73% laki-laki dan 52,27% perempuan. Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan di Desa Karehkel cukup beragam yakni tamat SD/Sederajat, tamat SLTP, tamat SLTA, tamat Perguruan Tinggi (lihat Tabel 3). Jumlah terbesar yakni 75,66% berpendidikan tamat SD, 16,17% tamat SLTP, 7,26% tamat SLTA dan 0,91% tamat Perguruan Tinggi. Mayoritas penduduk yang tamat SD dan SLTP karena lembaga pendidikan yang tersedia di Desa berjumlah enam unit Sekolah Dasar (SD) dan satu unit Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Tabel 3. Sebaran Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan. No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
4066
75,66
1.
Tamat SD/sederajat
2.
Tamat SLTP/sederajat
869
16,17
3.
Tamat SLTA/sederajat
390
7,26
4.
Tamat Perguruan Tinggi
49
0,91
5374
100
Jumlah Sumber : Monografi Desa Karehkel, 2004 (diolah).
25
Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di Desa Karehkel cukup bervariasi yaitu pegawai negeri, TNI/POLRI, karyawan, dagang/wiraswasta, petani-peternak, jasa/buruh, dan lainnya. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa penduduk Desa Karehkel umumnya bermata pencaharian sebagai pedagang/wiraswasta sebesar 37,19% dan jasa/buruh sebesar 34,80%. Barang yang diperdagangkan berupa komoditas pertanian dan peternakan yang dipasarkan di pasar Leuwiliang. Penduduk Desa Karehkel umumnya menjadi buruh angkutan ojek dan buruh pertanian atau buruh bangunan. Sebaran penduduk berdasarkan mata pencaharian disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Sebaran Mata Pencaharian Penduduk Desa Karehkel. No.
Jenis Pekerjaan
1.
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
Dagang/wiraswasta
964
37,19
2.
Jasa/buruh
902
34,80
3.
Petani-Peternak
386
14,89
4.
Karyawan
134
5,17
5.
Pegawai Negeri
36
1,39
6.
TNI/POLRI
3
0,12
7.
Lainnya
167
6,44
Jumlah
2592
100
Sumber : Monografi Desa Karehkel, 2004 (diolah). Profil Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi
Pandan Wangi merupakan sebuah gabungan kelompok terpadu yang mencakup bidang pertanian, peternakan dan perikanan. Kelompok ini didirikan dan aktif pada tahun 2002 berdasarkan Program Kerja UPTF (Unit Pelaksana Teknis Fungsional) yang sekarang menjadi UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) periode 2002 – 2007 wilayah Leuwiliang di bawah Departemen Pertanian. Nama Kelompok
Nama Pandan Wangi terdiri dari dua kata dan makna yang berbeda, Pandan adalah sejenis tumbuhan yang memiliki banyak kegunaan, sedangkan Wangi berarti harum yang selalu dibutuhkan. Dengan demikian gabungan kelompok ini merupakan kelompok tani-ternak yang memiliki banyak fungsi dan kegunaan yang selalu
26
dibutuhkan oleh para petani-peternak untuk membantu proses kegiatan sehari-hari agar kebutuhan hidup tercukupi dari hasil pertanian. Susunan Pengurus
Susunan pengurus gabungan kelompok tani Pandan Wangi terdiri dari pelindung, pembina, ketua, wakil ketua, sekretaris yang merangkap sebagai bendahara serta dibantu oleh seksi-seksi pertanian, peternakan, perikanan, humas dan usaha. PELINDUNG PEMBINA
KETUA SEKRETARIS & BENDAHARA SEKSI PERTANIAN
SEKSI PETERNAKAN
SEKSI PERIKANAN
WAKIL KETUA
SEKSI HUMAS
SEKSI USAHA
Gambar 6. Susunan Pengurus Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi. Produk Pertanian
Produk hasil pertanian gabungan kelompok tani Pandan Wangi sangat beragam, yaitu padi, sayur-sayuran (kangkung, bayam, selada, jamur tiram), hewan ternak (ayam buras, kambing, sapi, kelinci) dan perikanan (lele dan mujair). Semua hasil pertanian umumnya dikonsumsi sendiri. Pandan Wangi memiliki koperasi simpan pinjam untuk membantu para petani-peternak, yang bernama Koperasi Cahaya Tani Utama. Koperasi ini dikelola oleh para wanita tani di desa tersebut. Visi dan Misi
Visi dari gabungan kelompok tani Pandan Wangi adalah adanya pemberdayaan dan penyadaran petani menuju usahatani yang berwawasan lingkungan serta berorientasi kepada agribisnis. Sedangkan misi dari kelompok ini yakni meningkatkan ilmu pengetahuan petani dengan menggali dan mengembangkan potensi yang ada pada diri petani.
27
Profil Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi
Anggota gabungan kelompok tani Pandan Wangi terdiri dari delapan kelompok tani-ternak yaitu Kelompok Tani Maju, Cadas Gantung, Sugih Tani, Mitra Tani, Mekar Harapan, Tani Mukti, Sumber Usaha Tani dan Barokah Tani. Namun dari delapan kelompok hanya lima kelompok yang aktif yakni: Kelompok Pandan Wangi, Cadas Gantung, Sugih Tani, Mitra Tani dan Mekar Harapan. Total anggota kelima kelompok tani–ternak tersebut berjumlah 100 orang petani-peternak. Umumnya kelima kelompok tani-ternak melakukan pemilihan ketua kelompok tidak berdasarkan pada kemampuan ketua kelompok tetapi berdasarkan pada terkemukanya seorang calon ketua kelompok. Hal ini terlihat pada saat pelaksanaan kepemimpinan dalam kelompok, sebagian besar ketua kelompok kurang aktif dalam melakukan fungsi kepemimpinan. Kelima kelompok tani-ternak memiliki komoditas pertanian seperti, padi, jagung dan sayur-mayur, sedangkan pada komoditas peternakan, jenis ternak yang dipelihara adalah ayam buras (1250 ekor), kambing (53 ekor), kelinci (15 ekor), kerbau (12 ekor) dan sapi (8 ekor). Sebagian besar peternak memiliki ayam buras dengan telur sebagai produk utamanya sebanyak 125 kg per tahun. Umumnya komoditas pertanian dan peternakan dipasarkan di pasar Leuwiliang. Susunan Pengurus
Susunan pengurus anggota gabungan kelompok tani Pandan Wangi terdiri dari pelindung, pembina, ketua, anggota, bendahara dan sekretaris. Susunan pengurus anggota gabungan kelompok tani Pandan Wangi disajikan pada Gambar. Pelindung Pembina Ketua Anggota
Bendahara
Sekretaris
Gambar 7. Susunan Pengurus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi.
28
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Individu
Karakteristik individu yang diamati dalam penelitian ini adalah : umur, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendapatan, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman bertani-beternak, tingkat interaksi kelompok dan lama keanggotaan-kepemimpinan. Individu pada penelitian ini terdiri dari anggota dan ketua. Sebaran responden menurut karakteristik anggota disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Sebaran Responden Menurut Karakteristik Anggota (n = 45 orang) No
Karakteristik Anggota
1.
Umur (tahun)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kategori
Responden
Persentase (%)
Muda (24-39)
23
51
Sedang (40-55)
19
42
Tua
(56-70)
3
7
Jumlah tanggungan
Kecil
(1-3)
24
64
keluarga (orang)
Besar (4-6)
16
36
Tingkat pendapatan tani
Rendah (Rp.100.000-Rp.270.000)
25
56
ternak (Rp/bulan)
Sedang (Rp.271.000-Rp.441.000)
14
31
Tinggi (Rp.442.000-Rp.600.000)
6
13
Rendah (Tidak sekolah-Tamat SD)
36
80
Sedang (Tamat SLTP)
5
11
Tinggi (Tamat SLTA-Tamat PT)
4
9
Tidak pernah
41
91
Pernah
4
9
36
80
Pendidikan formal
Pendidikan non formal
Pengalaman bertani-
Sedang
beternak (tahun)
Berpengalaman (17-31)
9
20
Tingkat interaksi
Jarang (1-2 kali)
31
69
kelompok (kali/bulan)
Sering (3-4 kali)
14
31
Lama
Baru (1-5)
40
89
Lama (6-10)
5
11
keanggotaan
(tahun)
(1-16)
Keterangan : n = 45
29
Tabel 6. Sebaran Responden Menurut Karakteristik Ketua (n = 5 orang) No 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Karakteristik Ketua Umur (tahun)
Kategori
Responden
Persentase (%)
Muda (40-49)
3
60
Sedang (50-59)
-
-
Tua
(60-67)
2
40
Jumlah tanggungan
Kecil
(2-3)
4
80
keluarga (orang)
Besar (4)
1
20
Tingkat pendapatan tani-
Rendah (Rp.200.000-Rp.630.000)
2
40
ternak (Rp/bulan)
Sedang (Rp.631.000-Rp.1.061.000)
2
40
Tinggi (Rp.1.062.000-Rp.1.500.000)
1
20
Rendah (Tidak sekolah-Tamat SD)
3
60
Sedang (Tamat SLTP)
-
-
Tinggi (Tamat SLTA-Tamat PT)
2
40
Tidak pernah
1
20
Pernah
4
80
4
80
Pendidikan formal
Pendidikan non formal
Pengalaman bertani-
Sedang
beternak (tahun)
Berpengalaman (19-31)
1
20
Tingkat interaksi
Jarang (1-2 kali)
4
80
kelompok (kali/bulan)
Sering (3-4 kali)
1
20
Lama
Baru (1-7)
4
80
Lama (8-14)
1
20
kepemimpinan
(tahun)
(6-18)
Keterangan : n = 5
30
Tabel 7. Sebaran Responden Menurut Karakteristik Anggota dan ketua (n = 50 orang) Persentase (%) No. 1.
Karakteristik Anggota-Ketua Umur (tahun)
Kategori
Responden
Muda (24-39)
26
Ketua-Anggota (n = 50) 52
Sedang (40-55)
19
38
Tua
(56-70)
5
10
33
66
2.
Jumlah tanggungan keluarga (orang)
Kecil
(1-3)
Besar
(4-6)
17
34
3.
Tingkat pendapatan tani ternak
Rendah (Rp.100.000-Rp.570.000)
47
94
(Rp/bulan)
Sedang (Rp.571.000-Rp.1.041.000)
2
4
Tinggi (Rp.1.042.000-Rp.1.500.000)
1
2 78
4.
5.
6.
7.
8.
Pendidikan formal
Pendidikan non formal
Pengalaman beternak (tahun)
Rendah (Tidak sekolah-Tamat SD)
39
Sedang (Tamat SLTP)
5
10
Tinggi (Tamat SLTA-Tamat PT)
6
12
Tidak pernah
42
84
Pernah
8
16
40
80
Berpengalaman (17-31)
Sedang
(1-16)
10
20
Tingkat interaksi kelompok
Jarang (1-2 kali)
35
70
(kali/bulan)
Sering (3-4 kali)
15
30
Lama keanggotaan-kepemimpinan
Baru (1-7)
47
94
(tahun)
Lama (8-14)
3
6
Keterangan : n = 50
Umur
Tabel 1 menunjukkan dari 50 petani-peternak berkategori muda (52%) berusia antara 24-39 tahun dengan rata-rata berusia 30 tahun, 38% berkategori sedang berusia antara 40-55 tahun dan 10% berkategori tua berusia antara 56-70 tahun. Secara umum tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar petani-peternak termasuk ke dalam kelompok berusia muda. Umumnya 60 % ketua berusia sedang (40-55 tahun) adalah orang yang sudah dikenal dan dihormati di lingkungan sekitarnya. Sedangkan kebanyakan anggota 51 % berusia muda (24-39 tahun). ketua diharapkan dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki anggota yang berusia muda agar dapat memberikan kontribusi dalam produktivitas kelompok. Umur dapat menggambarkan produktivitas dan pengalaman seseorang dalam kehidupan sehingga terdapat keragaman sikap dan perilaku berdasarkan umur yang dimilikinya (Lumentha, 1997). Mengacu pada pendapat tersebut, petani-peternak berusia muda menggambarkan produktivitas yang lebih dibanding dengan petani-peternak berusia
31
sedang dan petani-peternak berusia tua sehingga dapat dikatakan berpotensi besar dalam mengembangkan suatu kelompok. Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang menjadi tanggung jawab. Sebagian besar tanggungan keluarga petani-peternak (66%) tergolong kecil antara 1-3 orang, sisanya 34% tergolong besar antara 4-6 orang. Umumnya petani-peternak yang memiliki jumlah tanggungan keluarga kecil dalam melakukan usaha tani ternaknya hanya mencukupi kebutuhan keluarga (anak, istri) yang masih tergolong kecil. Walaupun demikian dalam membiayai seluruh anggota keluarga petani-peternak masih tidak cukup jika hanya mengandalkan hasil dari usaha tani ternak sehingga banyak petani-peternak yang membuka usaha tambahan di sekitar tempat tinggal. Tingkat Pendapatan usaha tani-ternak
Mayoritas tingkat pendapatan usaha tani-ternak petani-peternak rendah (94%) antara Rp.100.000-Rp.570.000. Sisanya tingkat pendapatan sedang (4%) dengan tingkat pendapatan sekitar Rp.5700.000-Rp.1.041.000 dan pendapatan tinggi (2%) antara Rp.1.042.000-Rp.1.500.000. Umumnya petani-peternak memiliki luas lahan garapan yang terbatas atau sedikit. Kebanyakan petani-peternak hanya sebagai buruh tani atau dengan kata lain tidak memiliki lahan sendiri untuk bertani-beternak sehingga pendapatannya masih rendah. Pendidikan Formal
Hasil penelitian terlihat bahwa mayoritas tingkat pendidikan formal petanipeternak umumnya tergolong rendah (78%) yaitu dari tidak sekolah atau buta huruf sampai tamat SD, 10% tergolong sedang yaitu tamat SLTP, sisanya 12% tergolong tinggi yaitu tamat SLTA sampai tamat Perguruan Tinggi. Rendahnya pendidikan petani-peternak akan mempengaruhi tingkat pemahaman tentang sesuatu hal yang akan dipelajarinya dan apa yang akan dikerjakan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, bahwa para petani-peternak mendapatkan keterampilan dalam bertaniberternak berbekal informasi seadanya dari orang tua dan petani-peternak lain. Namun para petani-peternak yakin mereka mampu melakukannya. Latar belakang
32
pendidikan formal petani-peternak umumnya tidak bisa baca tulis. Hal ini tentunya menghambat dalam mengembangkan dan membina sumberdaya kelompok. Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal kelompok tani-ternak merupakan kursus/pelatihan dalam bidang pertanian/peternakan yang diikuti petani-peternak. Umumnya sebagian besar anggota kelompok (84%) tidak pernah mengikuti pendidikan non formal, sisanya (16%) pernah mengikuti pendidikan non formal. Dengan demikian mayoritas petani-peternak sangat kurang pengalaman dalam mengikuti pelatihan tani-ternak. Pelatihan sangat diperlukan untuk menunjang usahanya. Sebagian besar ketua (80%) pernah mengikuti pelatihan tani-ternak, di antaranya kegiatan pelatihan agribisnis ayam buras dan pelatihan tani dewasa. Namun sangat disayangkan sebagian besar ketua tidak mengaplikasikan pengetahuan dan informasi yang didapat kepada seluruh anggotanya. Sehingga pelatihan tani ternak yang seharusnya dapat menunjang kemampuan petani-peternak dalam bertani dan beternak, kenyataannya tidak terjadi dalam kelompok tani-ternak. Pengalaman Bertani-beternak
Pengalaman
bertani-beternak
sebagian
besar
petani-peternak
(80%)
berkategori sedang dengan rata-rata pengalaman bertani-beternak selama 1-16 tahun, sedangkan pengalaman bertani-beternak berkategori berpengalaman sebesar 20% antara 17-31 tahun. Umumnya petani-peternak berkategori sedang karena dalam memulai bertani-beternak untuk meneruskan usaha keluarga yang mereka peroleh dari tradisi keluarga secara turun-temurun. Jadi petani-peternak sedang mendapatkan pengetahuan melalui petani-peternak yang sudah berpengalaman. Pengalaman yang didapat tentunya akan membantu para petani-peternak dalam mengambil segala keputusan yang berhubungan dengan usaha tani-ternak. Petani-peternak yang memiliki pengalaman bisa dengan cepat mencari solusi permasalahan yang dihadapi dibanding dengan petani-peternak dengan pengalaman yang rendah. Tingkat Interaksi Kelompok
Sebanyak 70% anggota-ketua kelompok menyatakan bahwa tingkat interaksi kelompok berkategori jarang yaitu 1-2 kali pertemuan/bulan dan sisanya 30% tingkat interaksi kelompok berkategori sering yaitu 3-4 kali pertemuan/bulan. Hal ini
33
menunjukkan bahwa sebagian besar anggota kurang tertarik untuk mengikuti kegiatan dalam kelompok. Hal ini dikarenakan sebagian besar anggota kelompok kecewa terhadap ketua dalam memberikan pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan usaha tani-ternak dalam kelompok. Lama Keanggotaan
Mayoritas lama keanggotaan petani-peternak berkategori baru sebesar 94% antara 1-7 tahun dan petani-peternak lama sebesar 6% yaitu antara 8-14 tahun. Hal ini memperlihatkan banyak petani-peternak baru yang menginginkan pengetahuan atau informasi lebih mengenai pertanian atau peternakan dengan berperan serta dalam kelompok tani-ternak. Keefektivan Kepemimpinan
Keefektivan Kepemimpinan adalah penilaian pelaksanaan fungsi pemimpin pada suatu kelompok yang diukur berdasarkan persepsi responden tentang perilakuperilaku kepemimpinan dalam kelompok (Gibson, 1979 dalam Suwarto, 1999). Keefektivan kepemimpinan dalam penelitian ini terdiri dari tiga unsur yaitu: 1) keterampilan teknis, 2) keterampilan interaksi sosial dan 3) keterampilan konseptual. Persepsi ketua terhadap keefektivan kepemimpinan disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8. Rataan Skor Persepsi Ketua Tentang Keefektivan Kepemimpinan. Rataan skor* No.
Indikator Keterampilan
Ketua
Anggota
Total
(n=5)
(n=45)
(n=50)
1.
Teknis
3,45
2,57
2,66
2.
Interaksi Sosial
3,77
2,85
3,22
3.
Konseptual
3,15
2,56
2,87
3,45
2,66
2,92
Keefektivan kepemimpinan
* : 1 = tidak mampu, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 =mampu
Secara umum ada perbedaan antara persepsi ketua-anggota tentang keefektivan kepemimpinan. ketua merasa bahwa keefektivan kepemimpinan sudah lebih dari cukup. Sementara menurut anggota masih kurang dari cukup. Keterampilan interaksi sosial pada persepsi ketua dan anggota lebih menonjol
34
dibanding dengan keterampilan teknis dan keterampilan konseptual. Hal ini disebabkan ketua memiliki ikatan kedekatan (rasa kekeluargaan) yang sudah terbentuk antara ketua dengan anggota sehingga kedua belah pihak mampu menciptakan hubungan yang harmonis dalam kelompok serta ketua selalu berusaha untuk menutupi kekurangannya dan menonjolkan kelebihannya sebagai ketua kelompok. Keterampilan Teknis
Secara umum ada perbedaan persepsi antara ketua dan anggota tentang keterampilan teknis. Ketua merasa sudah memiliki lebih dari cukup keterampilan teknis. Sementara menurut anggota masih kurang dari cukup. Aspek memberi pendapat dan penggunaan media komunikasi memiliki kesamaan antara persepsi ketua dan anggota dibanding sembilan aspek lainnya. Aspek keterampilan teknis pada persepsi ketua dan anggota yang masih dinilai kurang mampu adalah penggunaan media komunikasi dan mencoba teknologi baru. Hal ini disebabkan ketua sangat terbatas menggunakan media komunikasi dalam rapat seperti, penggunaan pengeras suara, selebaran dan white board. Hanya sebagian kecil ketua yang bisa menggunakannya. Serta kurangnya kegiatan-kegiatan yang dapat mengikutsertakan anggota kelompok di dalam maupun di luar kelompok. Kemampuan teknis ketua kelompok tidak lepas dari keikutsertaan ketua dalam mengikuti pelatihan-pelatihan mengenai peternakan yang dapat meningkatkan kemampuan teknis. Adapun dalam pelatihan tersebut hanya diikuti oleh ketua karena alasan kurangnya dana. Sebagian besar ketua tidak mencoba cara-cara/teknologi baru di dalam kelompok dikarenakan ketua kelompok kurang mengaplikasikan pelatihanpelatihan yang pernah didapat kepada anggotanya. Aspek keterampilan teknis menurut persepsi ketua seperti, memberi pengarahan,
memberi
pengetahuan/informasi,
memimpin
rapat,
mengambil
keputusan, menerima pendapat anggota dan memberi kesempatan berperan serta dianggap ketua yang paling mampu. Hal ini dikarenakan kemampuan teknis ketua kelompok tidak lepas dari keikutsertaan ketua dalam mengikuti pelatihan-pelatihan mengenai peternakan yang dapat meningkatkan kemampuan teknis serta sebagian besar ketua kelompok yang lebih menonjolkan kelebihan daripada kelemahan sebagai seorang ketua.
35
Aspek keterampilan teknis seperti memberi pendapat dan penggunaan media komunikasi memiliki kesamaan persepsi antara ketua dengan anggota. Ini berarti bahwa ketua memiliki cukup kemampuan dalam memberi pendapat sedangkan dalam menggunakan media komunikasi ketua kelompok dinilai masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 9. Tabel 9. Rataan Skor Persepsi Ketua-Anggota Tentang Keefektivan Kepemimpinan Berdasarkan Keterampilan Teknis. No.
Rataan Skor*
Aspek Keterampilan Teknis
Ketua
Anggota
masalah
2,80
2,73
2.
Penggunaan media komunikasi
1,80
1,71
3.
Memberi pengarahan
4,00
2,67
4.
Memberi pengetahuan/informasi
4,00
2,64
5.
Memimpin rapat
4,00
3,07
6.
Menyelesaikan masalah kelompok
3,40
2,82
7.
Mengarahkan pengambilan keputusan
3,60
2,53
8.
Menilai hasil kerja anggota
3,20
2,49
9.
Mencoba cara-cara/teknologi baru
2,20
1,62
10.
Menerima secara terbuka pendapat anggota
4,00
3,20
Memberi kesempatan berperan serta
4,00
2,98
Total Rataan Skor
3,45
2,57
1.
11.
Memberi pendapat untuk mengatasi
* : 1 = tidak mampu, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 =mampu Keterampilan Interaksi Sosial
Secara umum ada perbedaan persepsi antara ketua dan anggota tentang keterampilan interaksi sosial. Ketua merasa mampu dalam keterampilan interaksi sosial, sementara anggota menganggap cukup. Persepsi ketua sangat mendominasi ketujuh aspek dibandingkan dengan persepsi anggota. Aspek menghidupkan suasana memiliki kesamaan antara persepsi ketua dan anggota dibanding 6 aspek lainnya. Aspek keterampilan interaksi sosial pada persepsi anggota yang masih dinilai kurang dibanding aspek lain adalah memberi penghargaan atau pujian. Hal ini
36
dikarenakan sebagian besar ketua kelompok kurang memberikan apresiasi terhadap penghargaan atau pujian kepada anggota yang berprestasi sehingga tidak dapat memberikan motivasi kepada anggota untuk lebih meningkatkan kinerja dalam kelompok. Sebagian besar aspek keterampilan interaksi sosial pada persepsi ketua dan anggota
yang
dinilai
mampu
seperti,
memberi
semangat,
memberi
penghargaan/pujian, menunjukkan sikap akrab, menangani perselisihan, menawarkan jalan tengah suatu masalah dan menunjukkan sikap netral/adil. Hal ini dikarenakan adanya ikatan kedekatan (rasa kekeluargaan) yang sudah terbentuk antara ketua dengan anggota sehingga kedua belah pihak mampu menciptakan hubungan yang harmonis di dalam kelompok serta ketua kelompok selalu berusaha untuk menutupi kekurangan dan menonjolkan kelebihan sebagai ketua. Aspek keterampilan interaksi sosial seperti menghidupkan suasana memiliki kesamaan persepsi antara ketua dan anggota. Ini berarti bahwa ketua memiliki cukup kemampuan dalam menghidupkan suasana kelompok. Hal tersebut dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 10. Tabel 10. Rataan Skor Persepsi Ketua-Anggota Tentang Keefektivan Kepemimpinan Berdasarkan Keterampilan Interaksi Sosial. No.
Aspek Keterampilan Interaksi Sosial
Rataan Skor* Ketua 4,00
Anggota 2,82
1.
Memberi semangat
2.
Memberi penghargaan atau pujian
3,80
2,49
3.
Menunjukkan sikap akrab
4,00
3,13
4.
Menangani perselisihan
3,80
2,89
5.
Menghidupkan suasana seperti, lelucon
3,00
2,89
6.
Menawarkan jalan tengah suatu masalah
4,00
2,87
7.
Menunjukkan sikap netral/adil dalam menghadapi kelompok.
3,80
2,87
Total Rataan Skor
3,77
2,85
* : 1 = tidak mampu, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 =mampu
37
Keterampilan Konseptual
Secara umum ada perbedaan persepsi antara ketua dan anggota tentang keterampilan konseptual. Ketua merasa sudah memiliki lebih dari cukup keterampilan konseptual, sementara menurut anggota masih kurang dari cukup. Aspek menyusun jadwal kegiatan kelompok dan merancang aktivitas kelompok memiliki kesamaan antara persepsi ketua dan anggota dibanding 6 aspek lain. Aspek keterampilan konseptual pada persepsi ketua dan anggota yang masih dinilai kurang mampu yaitu dalam menyusun jadwal kegiatan dan merancang aktivitas kelompok. Hal ini dikarenakan sebagian besar ketua kelompok kurang dalam menerapkan kedisiplinan terutama pada pelaksanaan jadwal kegiatan dan perancangan aktivitas kelompok. Jadwal kegiatan dan rancangan aktivitas kelompok hanya bersifat tertulis. Kenyataannya kegiatan tersebut hampir tidak pernah
direalisasikan oleh ketua
kelompok. Namun, ada sebagian kecil ketua kelompok dapat menerapkan jadwal kegiatan dan mampu merancang aktivitas kelompok. Aspek keterampilan konseptual pada persepsi ketua dan anggota yang dinilai cukup mampu seperti memberikan gagasan/ide, menganalisis masalah, mencari penyelesaian masalah dan lain-lain. Hal ini dikarenakan sebagian besar ketua memiliki pendidikan yang lebih tinggi dan pengalaman yang cukup banyak dalam beberapa pelatihan yang diikuti, sehingga ketua lebih mampu dalam menciptakan gagasan/ide dalam kelompok. Sedangkan sebagian besar anggota memiliki pendidikan yang rendah dan pengalaman dalam berorganisasi dan pelatihan yang sangat kurang sehingga dominasi ketua sangat kuat. Hal tersebut dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 11.
38
Tabel 11. Rataan Skor Persepsi Ketua-Anggota Tentang Keefektivan Kepemimpinan Berdasarkan Keterampilan Konseptual. No.
1. 2. 3.
Aspek Keterampilan Konseptual
Mencetuskan gagasan atau ide untuk memulai suatu pekerjaan Menganalisis masalah yang berkembang
Rataan Skor* Ketua
Anggota
3,80 3,40
2,84 2,60
3,40
2,82
5.
Mencari penyelesaian terhadap masalah yang dihadapi Menetapkan tujuan-tujuan yang harus dicapai kelompok. Menetapkan kriteria keberhasilan dalam kelompok
3,40 3,20
2,73 2,56
6.
Menyusun jadwal kegiatan kelompok
1,80
2,04
7.
Merancang aktivitas kelompok
2,40
2,47
8.
Menilai kegiatan-kegiatan yang dilakukan kelompok
2,80
2,42
Total Rataan Skor
3,15
2,56
4.
* : 1 = tidak mampu, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 =mampu
Konvergensi (Titik Temu) Persepsi Ketua dan Anggota
Konvergensi merupakan kecenderungan dua atau lebih individu untuk beraktivitas menuju ke arah satu tujuan atau menyatukan pengertian dalam satu pandangan atau fokus. konvergensi ini membandingkan dua persepsi antara ketua dan anggota, bagaimana titik temu persepsi kedua mengenai keefektivan kepemimpinan. Konvergensi antara persepsi ketua dengan anggota mengenai keefektivan kepemimpinan dapat dijelaskan dengan menggunakan dua pengujian yaitu uji rank Spearman dan uji T dua sampel satu sisi bawah. Pada uji rank Sperman menguji jenjang atau prioritas fungsi kepemimpinan sedangkan pada uji T menguji kualitas dari fungsi kepemimpinan. Kesesuaian Prioritas Fungsi Kepemimpinan
Meskipun ketiga aspek keterampilan kepemimpinan berbeda antara persepsi ketua dengan anggota, namun secara statistik tidak semua menunjukkan hubungan yang nyata. Hanya aspek keterampilan interaksi sosial yang terbukti tidak ada konvergensi antara persepsi ketua dengan anggota. Perbandingan dua persepsi antara
39
ketua
dan
anggota
tentang
keefektivan
kepemimpinan
dilakukan
dengan
menggunakan uji korelasi rank Spearman yang dapat disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Konvergensi (titik temu) Persepsi Ketua dengan Anggota Tentang Keefektivan Kepemimpinan. No.
Aspek Keterampilan
Nilai rs
Konvergensi atau titik temu
1.
Keterampilan teknis
0,72
Ada
2.
Keterampilan interaksi sosial
0,03
Tidak ada
3.
Keterampilan konseptual
0,95
Ada
Keterangan: melalui pengujian konvergensi persepsi ketua dan anggota. Keterampilan teknis dan konseptual sudah sesuai dengan harapan anggota kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa ketua kelompok memiliki banyak kelebihan yang dapat digunakan sebagai modal kepemimpinan. Namun keterampilan interaksi sosial tidak sesuai dengan harapan anggota kelompok, sehingga ketua kelompok harus mengembangkan keterampilan interaksi sosial. Hal ini disebabkan ketua kelompok kurang memanfaatkan waktu dan aktivitas yang dapat melibatkan interaksi antara ketua dengan anggota. Keterampilan teknis memiliki titik temu atau konvergensi antara persepsi ketua dengan anggota. Prioritas aspek keterampilan antara ketua dengan anggota yang tidak berbeda dan total rataan skor ketua dan anggota yang masih tergolong cukup, menjadi faktor tercapainya konvergensi atau titik temu. Keterampilan interaksi sosial tidak terdapat titik temu antara persepsi ketua dan anggota. Prioritas aspek keterampilan antara ketua dengan anggota yang cukup berbeda dan total rataan skor ketua dan anggota yang berbeda (mampu dan cukup mampu) menjadi faktor tidak terdapatnya konvergensi atau titik temu. Hal ini dikarenakan bahwa ketua kelompok selalu berusaha untuk menutupi kekurangan dan menonjolkan kelebihan sebagai ketua. Sehingga tidak terdapat kesamaan persepsi antara ketua dengan anggota. Keterampilan konseptual memiliki titik temu atau konvergensi antara persepsi ketua dengan anggota. Prioritas aspek keterampilan antara ketua dengan anggota yang tidak berbeda dan total rataan skor ketua dan anggota yang masih tergolong cukup, menjadi faktor tercapainya konvergensi atau titik temu. Hal ini
40
menunjukkan bahwa ketua kelompok memiliki kesamaan dalam hal kemampuan berpikir untuk perencanaan kerja dalam kelompok. Kesesuaian Kualitas Fungsi Kepemimpinan
Konvergensi dua persepsi antara persepsi anggota dengan ketua mengenai keefektivan kepemimpinan dapat dilakukan dengan menggunakan Uji T dua sampel satu sisi bawah seperti sebagai berikut: Hipotesis: •
Ho : Terdapat konvergensi antara persepsi ketua dengan anggota.
•
H1 : Tidak terdapat konvergensi antara persepsi ketua dengan anggota.
Pengambilan keputusan: •
Jika Pvalue > 0,05 maka Ho diterima, dengan asumsi kedua varian sama besar (equal variances assumed).
•
Jika Pvalue < 0,05 maka Ho ditolak, dengan asumsi kedua varian tidak sama besar (equal variances not assumed).
Keputusan: •
Keterampilan Teknis Fhitung = 19.893 Pvalue = 0,000 Pvalue < 0,05 Sehingga Ho ditolak, dengan kata lain asumsi kedua varian sama
besar tidak terpenuhi maka kita menggunakan asumsi varian tidak sama (equal variances not assumed). •
t = -5,761
•
df = 20,946
Pvalue = 0 ,
Pvalue = 0 dimana Pvalue < 0,05 maka Ho ditolak atau H1 diterima. 2
Jadi, tidak terdapat konvergensi antara persepsi ketua dengan anggota pada keterampilan teknis. •
Keterampilan Interaksi Sosial Fhitung = 6.182 Pvalue = 0,016
41
Pvalue < 0,05 Sehingga Ho ditolak, dengan kata lain asumsi kedua varian sama besar tidak terpenuhi maka kita menggunakan asumsi varian tidak sama (equal variances not assumed). •
t = -5,272
•
df = 11,673
Pvalue = 0 ,
Pvalue = 0 dimana Pvalue < 0,05 maka Ho ditolak atau H1 diterima. 2
Jadi, tidak terdapat konvergensi antara persepsi ketua dengan anggota pada keterampilan interaksi sosial. •
Keterampilan Konseptual Fhitung = 5.287 Pvalue = 0,026 Pvalue < 0,05 Sehingga Ho ditolak, dengan kata lain asumsi kedua varian sama
besar tidak terpenuhi maka kita menggunakan asumsi varian tidak sama (equal variances not assumed). •
t = -2.091
•
df = 6.614
Pvalue = 0,077 ,
Pvalue = 0,0385 dimana Pvalue < 0,05 maka Ho ditolak. 2
Jadi, tidak terdapat konvergensi antara persepsi ketua dengan anggota pada keterampilan konseptual. Secara umum hasil uji t menunjukkan bahwa tidak terdapat konvergensi atau titik temu antara persepsi ketua dengan anggota pada keterampilan teknis, interaksi sosial dan konseptual. Hal ini dikarenakan pada uji t lebih menjelaskan bagaimana perbedaan kualitas fungsi kepemimpinan dan total rataan skor antara persepsi ketua dengan anggota berbeda pada setiap aspek keterampilan.
Faktor Situasi yang Berhubungan dengan Keefektivan Kepemimpinan Faktor
situasi
merupakan
aspek-aspek
situasional
yang
berpotensi
mempengaruhi kelompok dan kepemimpinan kelompok. Faktor situasi terdiri dari kondisi kerja, tanggung jawab dan peraturan. Faktor situasi dalam kelompok taniternak dapat dijelaskan dan disajikan pada Tabel 13.
42
Tabel 13. Faktor Situasi dalam Kelompok Tani-Ternak.
No. Faktor situasi
Rataan Skor*
1.
Kondisi kerja
2,65
2.
Tanggung jawab
2,32
3.
Peraturan
1,80
Total Rataan Skor
2,26
* : 1 = buruk, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik Faktor situasi kelompok tani-ternak dianggap masih kurang dengan total rataan skor sebesar 2,26. Kondisi kerja kelompok seperti sarana pendukung, kelengkapan kerja, kenyamanan dan keamanan dalam lingkungan kelompok dinilai masih tidak mencukupi faktor situasi dalam kelompok. Hal ini dikarenakan sistem kekeluargaan yang masih kuat, mayoritas pendidikan petani-peternak yang masih rendah dan kedisiplinan sebagian besar petani-peternak masih kurang untuk mendukung kegiatan dalam kelompok tani-ternak sehingga peraturan-peraturan yang ada dalam kelompok melemah. Faktor situasi yang berhubungan situasi dengan keefektivan kepemimpinan dapat disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Faktor yang Berhubungan dengan Keefektivan Kepemimpinan.
Koefisien Korelasi rank Spearman No.
Faktor Situasi
Persepsi terhadap Keefektivan Kepemimpinan Teknis
Interaksi Sosial
Konseptual
1.
Kondisi Kerja
0,502**
0,542**
0,522**
2.
Tanggung Jawab
0,472**
0,436**
0,507**
3.
Peraturan
0,224
0,220
0,260
Keterangan : hasil analisis uji rank Spearman (rs) ** = berhubungan sangat nyata pada taraf ∝ 0,01 * = berhubungan nyata pada taraf ∝ 0,05
Kondisi Kerja Hasil analisis korelasi rank Spearman menunjukkan kondisi kerja mempunyai hubungan yang sangat nyata dan positif (α 0,01) dengan keterampilan teknis. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kondisi kerja dalam kelompok maka keterampilan teknis ketua kelompok akan meningkat. Artinya bahwa ketua akan lebih banyak melakukan keterampilan teknis apabila didukung dengan kondisi kerja yang
43
memadai. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa dengan kondisi kerja yang cukup baik meliputi, tersedianya sarana pendukung, kelengkapan kerja, kenyamanan
dan
keamanan
lingkungan
kelompok
akan
mendukung
dan
meningkatkan kemampuan ketua kelompok dalam menerapkan keterampilan teknis yang sangat berhubungan dengan sarana. Kondisi kerja mempunyai hubungan yang sangat nyata dan positif (α 0,01) dengan persepsi terhadap keefektivan kepemimpinan mengenai keterampilan interaksi sosial. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kondisi kerja dalam kelompok maka keterampilan interaksi sosial ketua akan meningkat. Artinya bahwa ketua akan lebih menerapkan keterampilan interaksi sosial apabila didukung dengan kondisi kerja yang baik. Kondisi kerja khususnya kenyamanan yang baik akan menyebabkan interaksi antara anggota dengan ketua menjadi semakin sering sehingga dengan tingkat interaksi yang cukup sering dapat menjalin
hubungan
interpersonal dan kerjasama yang baik antara ketua dengan anggota. Hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa kondisi kerja mempunyai hubungan yang sangat nyata dan positif (α 0,01) dengan persepsi terhadap keefektivan kepemimpinan mengenai keterampilan konseptual. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kondisi kerja maka keterampilan konseptual ketua kelompok juga meningkat. Artinya bahwa kondisi kerja khususnya
sarana
pendukung dan kelengkapan kerja yang memadai dapat menunjang ketua dalam menerapkan keterampilan konseptual.
Tanggung Jawab Hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa tanggung jawab mempunyai hubungan yang sangat nyata dan positif (α 0,01) dengan persepsi terhadap keefektivan kepemimpinan mengenai keterampilan teknis. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar tanggung jawab terhadap pekerjaan maka diperlukan kehandalan dalam keterampilan teknis. Ini berarti bahwa suatu pekerjaan yang memiliki tanggung jawab yang besar memerlukan banyak usaha/kegiatan teknis. Keterampilan teknis yang baik akan mempermudah dalam melakukan banyak usaha/kegiatan teknis. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tanggung jawab yang dimiliki ketua masih kurang sehingga keterampilan tehnis yang dimiliki
44
juga masih kurang. Hal ini disebabkan kedisiplinan yang diterapkan dalam kelompok masih kurang serta tingkat pendidikan sebagian besar petani-peternak masih rendah. Tanggung jawab mempunyai hubungan yang sangat nyata dan positif (α
0,01)
dengan
persepsi
terhadap
keefektivan
kepemimpinan
mengenai
keterampilan interaksi sosial. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar tanggung jawab terhadap pekerjaan maka diperlukan keterampilan interaksi sosial yang baik. Artinya bahwa suatu pekerjaan yang memiliki tanggung jawab besar melibatkan banyak kegiatan yang berhubungan langsung dengan interpersonal antara ketua dan anggota dalam membina kerjasama yang baik. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tanggung jawab yang dimiliki ketua masih kurang sehingga keterampilan interaksi sosial juga masih kurang. Hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa tanggung jawab mempunyai hubungan yang sangat nyata dan positif (α 0,01) dengan persepsi terhadap keefektivan kepemimpinan mengenai keterampilan konseptual. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar tanggung jawab terhadap pekerjaan maka diperlukan kehandalan dalam keterampilan konseptual. Ini berarti bahwa suatu pekerjaan yang memiliki tanggung jawab besar memerlukan perencanaan yang matang dan keterampilan ketua dalam merancang konsep kerja yang baik. Sehingga ketua kelompok dalam bekerja mampu merealisasikan tujuannya. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tanggung jawab yang dimiliki ketua masih kurang sehingga keterampilan konseptual juga masih kurang.
Peraturan Hasil analisis korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa peraturan mempunyai hubungan yang tidak nyata dan positif dengan persepsi terhadap keefektivan kepemimpinan mengenai keterampilan teknis, interaksi sosial dan konseptual. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat peraturan yang jelas dalam kelompok tani-ternak. Hal ini disebabkan dalam kelompok tani-ternak masih bersifat kekeluargaan dalam menjalankan kegiatan kelompok. Sehingga peraturan dalam kelompok tidak mempengaruhi peningkatan keterampilan teknis, interaksi sosial dan konseptual yang dimiliki oleh seorang ketua dalam kelompok.
45
Hubungan antara Faktor Individu dengan Keefektivan Kepemimpinan Hubungan antara faktor individu dengan keefektivan kepemimpinan dapat dilihat dari uji korelasi dengan menggunakan rank Spearman melalui Program SPSS 12,0 for windows. Peubah keefektivan kepemimpinan yang dikorelasikan dengan faktor individu adalah keterampilan teknis, interaksi sosial, dan konseptual. Hasil uji korelasi rank Spearman disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Hubungan Faktor Individu dengan Keefektivan Kepemimpinan. Keefektivan Kepemimpinan No.
Faktor Individu
Keterampilan Tehnis
Keterampilan Interaksi Sosial
Keterampilan Konseptual
1.
Umur
- 0,233
- 0,305*
- 0,365**
2.
Jumlah Tanggungan
- 0,259
- 0,243
- 0,360*
3.
Pendapatan
- 0,180
- 0,114
- 0,189
4.
Pendidikan Formal
0,212
0,263
0,314*
5.
Pendidikan Non Formal Pengalaman Bertanibeternak
- 0,033
0,099
0,071
- 0,157
- 0,250
- 0,250
6. 7.
Tingkat Interaksi
0,264
0,276
0,321*
8.
Lama Keorganisasian
0,026
0,104
0,071
Keterangan : ** = berhubungan sangat nyata pada taraf ∝ 0,01 * = berhubungan nyata pada taraf ∝ 0,05 Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa secara keseluruhan faktor individu tidak berhubungan dengan keefektivan kepemimpinan hanya umur dengan keterampilan interaksi sosial dan konseptual, jumlah tanggungan keluarga dengan keterampilan konseptual, pendidikan formal dengan keterampilan konseptual dan tingkat interaksi dengan keterampilan konseptual yang menunjukkan hubungan nyata dengan keefektivan kepemimpinan.
Hubungan Umur dengan Keterampilan Interaksi Sosial Hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata dan negatif yaitu antara umur dengan keterampilan interaksi sosial. Hal ini menunjukkan bahwa bertambahnya umur petani-peternak maka keterampilan interaksi sosial akan semakin menurun. Hal ini dikarenakan semakin tua umur petani-peternak maka aktivitas/kegiatan petani-peternak pun semakin berkurang sehingga intensitas interaksi dengan petani-peternak lain juga semakin berkurang.
46
Jadi, petani-peternak yang memiliki umur lebih muda dapat berinteraksi lebih sering dengan petani-peternak lain, sehingga memiliki kesempatan lebih banyak untuk membina hubungan kerjasama antar peternakan lainnya.
Hubungan Umur dengan Keterampilan Konseptual Hubungan antara umur petani-peternak dengan keterampilan konseptual memiliki hubungan yang sangat nyata dan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambahnya umur petani-peternak maka keterampilan konseptual semakin menurun. Hal ini disebabkan kemampuan berpikir petani-peternak yang memiliki umur lebih tua semakin menurun, sehingga petani-peternak muda lebih berpotensi dalam menerapkan keterampilan konseptual.
Hubungan Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Keterampilan Konseptual Hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata dan negatif antara jumlah tanggungan keluarga dengan keterampilan konseptual. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka keterampilan konseptual akan semakin menurun. Hal ini disebabkan petani-peternak yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang lebih banyak akan lebih banyak menguras pikiran untuk keluarga, daripada berpikir untuk perencanaan jangka panjang kelompok tani-ternak.
Hubungan Pendidikan Formal dengan Keterampilan Konseptual Hasil uji korelasi rank Spearman antara pendidikan formal dengan keterampilan konseptual menunjukkan terdapat hubungan yang nyata dan positif. Hal ini menunjukkan bahwa petani-peternak yang memiliki pendidikan formal yang tinggi akan meningkatkan keterampilan konseptual. Hal ini disebabkan petanipeternak yang sudah mengecap pendidikan formal yang tinggi memiliki daya pikir, pengetahuan, dan wawasan yang baik, hal ini mendukung dalam menerapkan keterampilan konseptual.
Hubungan Tingkat Interaksi dengan Keterampilan Konseptual Hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang nyata dan positif antara tingkat interaksi dengan keterampilan konseptual. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sering tingkat interaksi berkumpul dengan kelompok maka keterampilan konseptual akan semakin meningkat. Hal ini berarti bahwa
47
semakin
sering
tingkat
interaksi
berkumpul
dengan
kelompok
maka
aktivitas/kegiatan yang harus dihadapi kelompok juga semakin banyak. Di dalam kelompok seorang ketua sangat dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir yang baik khususnya dalam perencanaan kerangka kerja.
48
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Secara keseluruhan petani-peternak menganggap bahwa ketua memiliki cukup kemampuan dalam keterampilan teknis dan konseptual tetapi tidak pada keterampilan interaksi sosial. 2. Terdapat konvergensi atau titik temu antara persepsi ketua dengan anggota tentang keefektivan kepemimpinan pada aspek keterampilan teknis dan keterampilan konseptual tetapi tidak pada keterampilan interaksi sosial. 3. Faktor situasi yang berhubungan dengan keefektivan kepemimpinan adalah kondisi kerja dan tanggung jawab dengan keterampilan teknis, interaksi sosial dan konseptual. 4. Faktor individu yang berhubungan dengan keefektivan kepemimpinan adalah umur dengan keterampilan interaksi sosial dan keterampilan konseptual, jumlah tanggungan keluarga dengan keterampilan konseptual, pendidikan formal dengan keterampilan konseptual dan tingkat interaksi dengan keterampilan konseptual.
Saran 1. Proses pemilihan ketua sebaiknya didasarkan pada kemampuan dan sesuai dengan harapan anggota kelompok. 2. Pemerintah khususnya Dinas Pertanian dan Peternakan hendaknya memberikan pembinaan kepada individu anggota kelompok agar mereka memahami pentingnya kemampuan interaksi sosial yang perlu dimiliki oleh ketua kelompok khususnya mengenai kepemimpinan dan keorganisasian dalam kelompok.
49
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillahirabbil’alamin... Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan hidayah-Nya yang telah melimpahkan nikmat yang tak terhingga dan hanya dengan pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Ir. Sutisna Riyanto, MS. dan Prof. Dr. Djoko Susanto, SKM. APU yang telah membimbing, mengarahkan dan memberi dorongan semangat dari awal penyusunan proposal hingga tahap akhir penulisan skripsi. Terimakasih juga disampaikan kepada Ir. Hadiyanto, MS. yang telah menjadi pembahas seminar hasil penelitian penulis dan Ir. H. Ismail Pulungan, MSc. dan Ir. Maman Duldjaman, MS. yang telah bersedia menjadi penguji pada ujian sidang penulis. Terimakasih juga disampaikan kepada Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc. Agr. yang telah menjadi panitia seminar serta kepada Ir. Lucia Cyrilla ENSD, Msi. yang telah menjadi panitia sidang. Penulis juga banyak mengucapkan terimakasih kepada Bapak H. Zulfakar beserta istri, Ibu Rosida (Ketua Kelompok Tani-Ternak Pandan Wangi) dan Bapak Sahuri yang telah banyak membantu penulis selama proses penelitian. Penulis mengucapkan terimakasih tak terhingga kepada Bapak H. Achmad Fauzi dan Mama Hj. Sumiati serta kakakku Rinni dan adikku Finny yang banyak membantu baik materi, motivasi, kasih sayang dan doa yang selalu tercurahkan kepada penulis. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada: Nisa, Roels, Achien, Martina (terima kasih persahabatannya), putri (thanks for being my moderator), momot (terima kasih untuk slidenya), Yoli, Sony (terima kasih untuk semangat dan keceriaan di kosan balebak), Mule, Heru, Moci, Babay, Agung dan penghuni AlAzhar Baru: Dudi dan Tompel (terima kasih untuk semua kegembiraan yang selalu tercipta), Rony (terima kasih untuk komputernya), Camay, Evoy (terima kasih untuk curhat dan cacatannya), Aulia, Yeni, Lia, Elyana (terima kasih untuk semangat dan doanya), Farrah, Endang, Tyo, Luky, Botak, April, Deazm, Tiar, Yunus, Ipul, Rushdi, Rasyid, Maya, Umi, Ugie, Rani, Rima, Nia, Ketut, Sari, Dita, Fajar, Nuni, Leny, Gondronx, Fani, Benjo, Hanum, Yusnita, Panji, Vifin, Khrisma, Vida, Ratna,
50
Obi, Ria, Erita.dan rekan-rekan Seipers 39, 40 dan 41 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Wa2 yang telah memberikan banyak kenangan dan arti dalam kehidupan serta dukungan moril yang sangat dibutuhkan penulis. Terakhir penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Pak Dodi, Umi Nyai, Pak Kamto, Mas Nana dan seluruh civitas akademika Fakultas Peternakan IPB. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya.
Bogor, Januari 2007
Penulis
51
DAFTAR PUSTAKA Desiyani, F. 2003. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap mahasiswa IPB tentang kepemimpinan laki-laki dan perempuan: suatu pendekatan analisis gender. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Echols, J.M. dan H. Shadily. 1995. Kamus Inggris-Indonesia. PT Gramedia. Jakarta. Effendi, M.A dan O. Uchjana. 1992. Kepemimpinan dan Komunikasi. Cetakan Ke-6. Penerbit Mandar Maju. Bandung. Herbert, G.H dan C. R. Gullet. 1996. Organisasi. Terjemahan. Bumi Aksara. Jakarta. Herujito, Y.M. 1996. Dasar-Dasar Manajemen: Pendekatan Proses, Fungsi, Sistem, Teknik dan Manusiawi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Jahi, A. 1998. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga Suatu Pengantar. PT. Gramedia. Jakarta. Keputusan Menteri Pertanian. 1997. Pedoman Pembinaan Kelompok Tani Kelompok Tani. Kerlinger, F.N. 1990. Asas-Asas Penelitian Behavioural. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Kincaid, D. L. dan W. Schramm. 1987. Asas-Asas Komunikasi Antar Manusia. LP3ES. Jakarta. Kotler, J. P. 1997. The Leaderships Factors. The Free Press. New York. Lumentha, L. 1997. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha ternak ayam buras di Kecamatan Cikeruk Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Marliati. 1996. Perilaku kepemimpinan kontak tani dan keefektivan kelompok tani dalam pelaksanaan intensifikasi ayam buras. Tesis. Program Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mulyana, D. 2001. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Qodarudin, Z. 1993. Persepsi peternak sapi perah anggota Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) pengalengan terhadap peranan dan fungsi penyuluhan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rafinaldy, N. H. 1992. Hubungan karakteristik sosial ekonomi dengan perilaku komunikasi anggota kelompok simpan pinjam KUD dan pemanfaatan kredit
52
pedesaan di Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Robbins, P. Stephen. 1996. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Penerjemah Hadyana Pujaatmaka. Prenhallindo. Jakarta. Rogers, E. M. Dan D. L. Kincaid. 1981. Communication Networks: Toward a New Paradigm For Research. The Free Press. New York. Salim, P dan Y. Salim. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Modern English Press. Jakarta. Sari, R. 1995. Hubungan karakteristik individu terhadap kepuasan kerja karyawan PT Lembu Perkasa. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sarwono, S. W. 1999. Psikologis Sosial: Individu dan Teori-teori Psikologis Sosial. Balai Pustaka. Jakarta. Sevilla, C. G, Jesus, A. D, Twila, G. P, Bella, P. R, Gabriel, G. U. 1993. Pengantar Metode Penelitian. UI-Prees. Jakarta. Siagian, Sondang. 1999. Teori dan Praktek Kepemimpinan. PT Rieka Cipta. Jakarta. Siegel, S. 1994. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu Sosial. PT Gramedia. Jakarta. Soekanto, S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grapindo Persada, Jakarta. Stoner, J. A. F dan F. Edward. 1992. Manajemen. Intermedia. Jakarta. Sugiharto, S. T. 2001. Persepsi anak jalanan terhadap bimbingan sosial melalui rumah singgah di Kotamadya Bandung. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sugiyanto. 1996. Persepsi masyarakat tentang penyuluhan pembangunan dalam pembangunan masyarakat pedesaan bogor. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sutisna. 1999. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Remaja Rosdakarya. Bandung. Suwarto, FX. 1999. Perilaku Keorganisasian : Buku Panduan Mahasiswa. Penerbitan Atma Jaya. Yogyakarta. Trimo, MLS. S. 1995. Analisis Kepemimpinan. Cetakan ke-10. Penerbit Angkasa. Bandung. Walgito, Bimo. 2001. Psikologis Sosial: Suatu Pengantar. Andi. Yogyakarta.
53
Wahjosumidjo. 1992. Kepemimpinan dan Motivasi. Ghalia Indonesia. Jakarta. Singarimbun, M dan Effendi, S. 1998. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.
54
LAMPIRAN
55
Lampiran 1. Validitas dan Reliabilitas Instrumen. VALIDITAS DAN REALIBILITAS INSTRUMEN total Statistics
Mean if Item
Scale Variance if Item
Deleted 161.0000 161.5000 160.7000 160.4000 160.4000 160.5000 161.1000 161.0000 160.9000 161.7000 161.9000 161.8000 160.4000 160.5000 160.5000 162.3000 160.7000 160.8000 160.4000 160.2000 160.6000 160.4000 160.5000 161.0000 160.7000 160.9000 161.1000 160.6000 160.5000 161.2000 160.6000 160.3000 161.1000 161.2000 161.8000 161.0000 160.1000 160.2000 81.5000
Scale
X211 X212 X213 X214 X215 X216 X221 X222 X231 X232 X233 X234 X311 X312 X313 X314 X315 X3 16 X317 X318 X319 X3110 X3 1 1 1 X3112 X3113 X3114 X3115 X3116 X3117 X3118 X3119 X3120 X3121 X3122 X3123 X3124 X3125 X3126 XTOT
Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
Alpha if Item Deleted
3255.5556 3254.7222 3312.9000 3368.0444 3334.7111 3342.5000 3235.6556 3255.5556 3268.5444 3328.9000 3287.8778 3278.1778 3312.7111 3277.3889 3252.2778 3319.7889 3264.2333 3265.2889 3277.3778 3322.6222 3249.3778 3272.2667 3352.5000 3243.5556 3269.5667 3236.3222 3237.8778 3256.9333 3282.5000 3222.6222 3251.6000 3297.3444 3222.9889 3247.7333 3280.4000 3253.5556 3348.1000 3322.6222 842.0556
.7807 .8337 .4983 -.0015 .5574 .4175 .8383 .7807 .7177 .3510 .7925 .7524 .6836 .8078 .9317 .8659 .8498 .8630 .9335 .9345 .9603 .8597 .1859 .8666 .8051 .8897 .9461 .8976 .8729 .8141 .9419 .9085 .8699 .9212 .7333 .8604 .5471 .9345 1.0000
.7497 .7496 .7543 .7586 .7559 .7566 .7481 .7497 .7508 .7556 .7522 .7515 .7542 .7514 .7493 .7547 .7503 .7504 .7513 .7549 .7491 .7510 .7574 .7487 .7508 .7481 .7482 .7497 .7518 .7472 .7493 .7529 .7471 .7490 .7517 .7495 .7570 .7549 .9801
Reliabilit Coefficients N of Items = 39 N of = 10.0 C Alpha = .7580 Std Dev Statistics for Mean Variance N SCALE 163.0000 3368.2222 58.0364
Item-
of V 39 i bl
56
Lampiran 2. Kuisioner Konvergensi Keefektivan Kepemimpinan (Anggota Kelompok).
KUISIONER A (Anggota Kelompok) KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor)
Responden Nomor Responden
: _______________________
Nama Responden
: _______________________
Jenis Kelamin
: _______________________
Pewawacara Nama
: _______________________
Tanggal Wawancara
: _______________________
Tanda Tangan
: _______________________
PANDUAN PENGISIAN KUISIONER
1. Kuisioner ini merupakan kuisioner penelitian mahasiswa yang bertujuan untuk mengetahui persepsi saudara/saudari terhadap keefektivan kepemimpinan. 2. Diharapkan anda mamberikan jawaban dengan jelas, lengkap dan jujur. Data anda akan dijaga kerahasiaannya. 3. Sebelum dan sesudahnya, saya ucapkan terima kasih atas kerjasama saudara/saudari dalam pengisian kuisioner ini.
57
Anggota Kelompok I. Karakteristik Responden 1. Umur Anda
: .............................................................
2. Tanggal Lahir Anda
: .............................................................
3. Jumlah Tanggungan Keluarga
: ................................................. Orang
4. Pendapatan Usaha tani-ternak per bulan : ................................................ Rupiah 5. Jenis tani-ternak yang diusahakan
: .............................................................
........................................................................................................................................ 6. Tingkat Pendidikan
Pendidikan Formal a. Perguruan Tinggi b. Lulus SLTA/Sederajat c. Lulus SLTP/Sederajat d. Lulus SD/Sederajat e. Tidak Sekolah/Buta Huruf
Pendidikan Non Formal a. Pernahkah Bpk/Ibu/Sdr mengikuti pelatihan/kursus pertanian/peternakan atau lainnya : ........................ (jika tidak, langsung ke pertanyaan berikut). b. Bila pernah mengikuti pelatihan/kursus pertanian/peternakan atau lainnya, sebutkan ? No.
Nama Pelatihan/Kursus
Tempat
Waktu
1. 2. 3.
7. Pengalaman Bertani/Beternak
: ................................ Tahun
8. Frekuensi berkumpul kelompok tai-ternak setiap bulan sebanyak ................. kali 9. Keanggotaan dalam kelompok
: ................................ Tahun
Apakah Anda pernah menjadi pengurus dalam kelompok : Ya/Tidak Jika Ya, Apa Jabatan Anda dalam kelompok : ............................................................................................................................
58
II. Persepsi tentang Faktor Situasi Kelompok A. Menurut pendapat Anda bagaimana aspek-aspek kondisi kerja berikut dalam kelompok ? 1. Pembagian kerja diantara sesama anggota dan pengurus kelompok. a. Baik
b. Cukup
c. Kurang
d.Buruk
c. Kurang
d.Buruk
2. Sarana pendukung dan kelengkapan kerja. a. Baik
b. Cukup
3. Kepuasan Anda terhadap aktivitas kelompok. a. Sangat memuaskan b. Memuaskan
c. Kurang
d.Tidak memuaskan
4. Kenyamanan suasana atau lingkungan kelompok. a. Sangat nyaman
b. Nyaman
c. Kurang
d.Tidak nyaman
c. Kurang
d.Buruk
c. Kurang
d.Tidak aman
5. Suasana hubungan antar anggota. a. Sangat baik
b.Baik
6. Keamanan lingkungan kelompok. a. Aman
b. Cukup
B. Menurut pendapat Anda bagaimana aspek-aspek tanggung jawab berikut dalam kelompok ? 1. Penempatan pekerjaan anggota sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. a. Baik
b. Cukup
c. Kurang
d.Buruk
2. Tanggung jawab pekerjaan dalam kelompok. a. Baik
b. Cukup
c. Kurang
d.Buruk
C. Menurut pendapat Anda bagaimana aspek-aspek peraturan berikut dalam kelompok ? 1. Pengaturan waktu untuk mengadakan musyawarah. a. Baik
b. Cukup
c. Kurang
d.Buruk
2. Penerapan pemberian sanksi terhadap ketidakdisiplinan kelompok. a. Baik
b. Cukup
c. Kurang
d.Buruk
3. Penerapan peraturan-peraturan dalam kelompok. a. Baik
b. Cukup
c. Kurang
d.Buruk
c. Kurang
d.Buruk
4. Peraturan yang berlaku dalam kelompok. a. Baik
b. Cukup
59
III. Persepsi tentang Keefektivan Kepemimpinan Kelompok Menurut pendapat Anda bagaimana Kemampuan ketua kelompok dalam melakukan hal-hal berikut ini ? Jawaban No.
Pernyataan
Mampu
Cukup
Kurang
Tidak Mampu
1.
Memberi pendapat dalam penyelesaian masalah kelompok
2.
Memberi semangat kepada anggota agar lebih baik dalam kegiatan kelompok.
3.
Gagasan/ide untuk menyelesaiankan suatu masalah dalam kelompok.
4.
Menggunakan media komunikasi (Pengeras suara, selebaran dsb.) untuk memperlancar kegiatan kelompok.
5.
Memberikan penghargaan (pujian) kepada anggota atas pekerjaannya.
6.
Menilai masalah yang terjadi atau sedang berkembang.
7.
Memberikan pengarahan mengenai cara bertani/beternak.
8.
Menunjukkan sikap akrab kepada anggota kelompok.
9.
Mencari cara penyelesaian terhadap suatu masalah dalam kelompok.
10.
Memberikan pengetahuan/informasi mengenai cara bertani/beternak.
11.
Menangani perselisihan yang terjadi di kalangan anggota.
12.
Menetapkan tujuan-tujuan yang harus dicapai kelompok.
13.
Memimpin rapat dan pertemuan kelompok tani/ternak.
14.
Menghidupkan suasana di kalangan anggota seperti, lelucon.
15.
Menetapkan kriteria keberhasilan
60
dalam kelompok. 16.
Menyelesaikan masalah yang dihadapi kelompok.
17.
Menawarkan jalan tengah untuk menyelesaikan perbedaan pendapat di kalangan anggota.
18.
Menyusun jadwal kegiatan kelompok.
19.
Mengarahkan pengambilan keputusan dalam pertemuan.
20.
Menunjukkan sikap netral/adil dalam menghadapi kelompok.
21.
Merwancang aktivitas kelompok.
22.
Menilai hasil kerja anggota kelompok.
23.
Mencoba cara-cara/teknologi baru pada kegiatan kelompok.
24.
Menilai kegiatan-kegiatan yang dilakukan kelompok.
25.
Menerima secara terbuka pendapatpendapat anggota.
26.
Memberikan kesempatan kepada anggota untuk berperan serta dalam kegiatan kelompok.
61
Lampiran 3. Kuisioner Konvergensi Keefektivan Kepemimpinan (Ketua Kelompok).
KUISIONER B (Ketua Kelompok) KONVERGENSI KEEFEKTIVAN KEPEMIMPINAN (Kasus Anggota Gabungan Kelompok Tani Pandan Wangi Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor)
Responden Nomor Responden
: _______________________
Nama Responden
: _______________________
Jenis Kelamin
: _______________________
Pewawacara Nama
: _______________________
Tanggal Wawancara
: _______________________
Tanda Tangan
: _______________________
PANDUAN PENGISIAN KUISIONER
1. Kuisioner ini merupakan kuisioner penelitian mahasiswa yang bertujuan untuk mengetahui persepsi saudara/saudari terhadap keefektivan kepemimpinan. 2. Diharapkan anda mamberikan jawaban dengan jelas, lengkap dan jujur. Data anda akan dijaga kerahasiaannya. 3. Sebelum dan sesudahnya, saya ucapkan terima kasih atas kerjasama saudara/saudari dalam pengisian kuisioner ini.
62
Ketua Kelompok I. Karakteristik Responden 1. Umur Anda
: .............................................................
2. Tanggal Lahir Anda
: .............................................................
3. Jumlah Tanggungan Keluarga
: ................................................. Orang
4. Pendapatan Usaha tani-ternak per bulan : ................................................ Rupiah 5. Jenis tani-ternak yang diusahakan
: .............................................................
.................................................................................................................................. 6. Tingkat Pendidikan
Pendidikan Formal a. Perguruan Tinggi b. Lulus SLTA/Sederajat c. Lulus SLTP/Sederajat d. Lulus SD/Sederajat e. Tidak Sekolah/Buta Huruf
Pendidikan Non Formal a. Pernahkah Bpk/Ibu/Sdr mengikuti pelatihan/kursus pertanian/peternakan atau lainnya : ........................ (jika tidak, langsung ke pertanyaan berikut). b. Bila pernah mengikuti pelatihan/kursus pertanian/peternakan atau lainnya, sebutkan ? No.
Nama Pelatihan/Kursus
Tempat
Waktu
1. 2. 3. 4. 5.
7. Pengalaman Bertani/Beternak
: ................................ Tahun
8. Frekuensi berkumpul kelompok tai-ternak setiap bulan sebanyak ................. kali 9. Keanggotaan dalam kelompok
: ................................ Tahun
Apakah Jabatan Anda dalam kelompok sebelum menjadi ketua kelompok : ............................................................................................................................
63
II. Persepsi tentang Faktor Situasi Kelompok D. Menurut pendapat Anda bagaimana aspek-aspek kondisi kerja berikut dalam kelompok ? 1. Pembagian kerja diantara sesama anggota dan pengurus kelompok. a. Baik
b. Cukup
c. Kurang
d.Buruk
c. Kurang
d.Buruk
2. Sarana pendukung dan kelengkapan kerja. a. Baik
b. Cukup
3. Kepuasan Anda terhadap aktivitas kelompok. a. Sangat memuaskan b. Memuaskan
c. Kurang
d.Tidak memuaskan
4. Kenyamanan suasana atau lingkungan kelompok. a. Sangat nyaman
b. Nyaman
c. Kurang
d.Tidak nyaman
c. Kurang
d.Buruk
c. Kurang
d.Tidak aman
5. Suasana hubungan antar anggota. a. Sangat baik
b.Baik
6. Keamanan lingkungan kelompok. a. Aman
b. Cukup
E. Menurut pendapat Anda bagaimana aspek-aspek tanggung jawab berikut dalam kelompok ? 3. Penempatan pekerjaan anggota sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. a. Baik
b. Cukup
c. Kurang
d.Buruk
4. Tanggung jawab pekerjaan dalam kelompok. a. Baik
b. Cukup
c. Kurang
d.Buruk
F. Menurut pendapat Anda bagaimana aspek-aspek peraturan berikut dalam kelompok ? 1. Pengaturan waktu untuk mengadakan musyawarah. a. Baik
b. Cukup
c. Kurang
d.Buruk
2. Penerapan pemberian sanksi terhadap ketidakdisiplinan kelompok. a. Baik
b. Cukup
c. Kurang
d.Buruk
3. Penerapan peraturan-peraturan dalam kelompok. a. Baik
b. Cukup
c. Kurang
d.Buruk
c. Kurang
d.Buruk
4. Peraturan yang berlaku dalam kelompok. a. Baik
b. Cukup
64
III. Persepsi tentang Keefektivan Kepemimpinan Kelompok Menurut pendapat Anda bagaimana Kemampuan Anda sebagai ketua kelompok dalam melakukan hal-hal berikut ini ? Jawaban No.
Pernyataan
Mampu
Cukup
Kurang
Tidak Mampu
1.
Memberi pendapat dalam penyelesaian masalah kelompok
2.
Memberi semangat kepada anggota agar lebih baik dalam kegiatan kelompok.
3.
Gagasan/ide untuk menyelesaiankan suatu masalah dalam kelompok.
4.
Menggunakan media komunikasi (Pengeras suara, selebaran dsb.) untuk memperlancar kegiatan kelompok.
5.
Memberikan penghargaan (pujian) kepada anggota atas pekerjaannya.
6.
Menilai masalah yang terjadi atau sedang berkembang.
7.
Memberikan pengarahan mengenai cara bertani/beternak.
8.
Menunjukkan sikap akrab kepada anggota kelompok.
9.
Mencari cara penyelesaian terhadap suatu masalah dalam kelompok.
10.
Memberikan pengetahuan/informasi mengenai cara bertani/beternak.
11.
Menangani perselisihan yang terjadi di kalangan anggota.
12.
Menetapkan tujuan-tujuan yang harus dicapai kelompok.
13.
Memimpin rapat dan pertemuan kelompok tani/ternak.
14.
Menghidupkan suasana di kalangan anggota seperti, lelucon.
15.
Menetapkan kriteria keberhasilan
65
dalam kelompok. 16.
Menyelesaikan masalah yang dihadapi kelompok.
17.
Menawarkan jalan tengah untuk menyelesaikan perbedaan pendapat di kalangan anggota.
18.
Menyusun jadwal kegiatan kelompok.
19.
Mengarahkan pengambilan keputusan dalam pertemuan.
20.
Menunjukkan sikap netral/adil dalam menghadapi kelompok.
21.
Merwancang aktivitas kelompok.
22.
Menilai hasil kerja anggota kelompok.
23.
Mencoba cara-cara/teknologi baru pada kegiatan kelompok.
24.
Menilai kegiatan-kegiatan yang dilakukan kelompok.
25.
Menerima secara terbuka pendapatpendapat anggota.
26.
Memberikan kesempatan kepada anggota untuk berperan serta dalam kegiatan kelompok.
66
Lampiran 4. Konvergensi Keterampilan Teknis dengan Uji Korelasi rank Spearman. Rataan Skor No.
Peringkat
di
di2
Aspek Keterampilan Teknis Ketua
Anggota
Ketua
Anggota
masalah
2,80
2,73
9
5
4
16
2.
Penggunaan media komunikasi
1,80
1,71
11
10
1
1
3.
Memberi pengarahan
4,00
2,67
3
6
-3
9
4.
Memberi pengetahuan/informasi
4,00
2,64
3
7
-4
16
5.
Memimpin rapat
4,00
3,07
3
1
2
4
6.
Menyelesaikan masalah kelompok
3,40
2,82
7
4
3
9
7.
Mengarahkan pengambilan keputusan
3,60
2,53
6
8
-2
4
8.
Menilai hasil kerja anggota
3,20
2,49
8
9
-1
1
9.
Mencoba coba cara-cara/teknologi baru
2,20
1,62
10
11
-1
1
10.
Menerima secara terbuka pendapat anggota
4,00
3,20
3
2
1
1
Memberi kesempatan berperan serta
4,00
2,98
3
3
0
0
Total Rataan Skor
3.45
2,57
1.
11.
Memberi pendapat untuk mengatasi
Σdi2 =62
n
rs = 1 −
6∑ di 2 t =1
(
)
N N 2 −1
= 1−
6(62) (11)3 − 11
= 1−
372 1320
= 0,71
Korelasi Kuat (Terdapat Konvergensi/Titik Temu)
67
Lampiran 5. Konvergensi Keterampilan Interaksi Sosial dengan Uji Korelasi rank Spearman. Rataan Skor No.
Peringkat
di2
di
Aspek Keterampilan Interaksi Sosial Ketua
Anggota
Ketua
Anggota
1.
Memberi semangat
4,00
2,82
2
6
-4
16
2.
Memberi penghargaan atau pujian
3,80
2,49
5
7
-1
4
3.
Menunjukkan sikap akrab
4,00
3,13
2
1
1
1
4.
Menangani perselisihan
3,80
2,89
5
2,5
2,5
6,25
5.
Menghidupkan suasana seperti, lelucon
3,00
2,89
7
2,5
4,5
20,25
6.
Menawarkan jalan tengah suatu masalah
4,00
2,87
2
4,5
-2,5
6,25
7.
Menunjukkan sikap netral/adil dalam 3,80
2,87
5
4,5
-0,5
menghadapi kelompok. Total Rataan Skor
3,77
Σdi = 54
2,85
n
rs = 1 −
6∑ di 2 t =1
(
)
N N 2 −1
= 1−
6(54 ) (7 )3 − 7
= 1−
324 336
= 0,03
0,25 2
Korelasi Sangat Lemah (Tidak Terdapat Konvergensi/Titik Temu)
68
Lampiran 6. Konvergensi Keterampilan Konseptual dengan Uji Korelasi rank Spearman. Rataan Skor No.
Peringkat
di
di2
0
0
Aspek Keterampilan Konseptual Ketua
Anggota
Ketua
Anggota
memulai suatu pekerjaan
3,80
2,84
1
1
2.
Menganalisis masalah yang berkembang
3,40
2,60
3
4
-1
1
3.
Mencari penyelesaian terhadap masalah 3,40
2,82
3
2
1
1
3,40
2,73
3
3
0
0
kelompok
3,20
2,56
5
5
0
0
6.
Menyusun jadwal kegiatan kelompok
1,80
2,04
8
8
0
0
7.
Merancang aktivitas kelompok
2,40
2,47
7
6
1
1
8.
Menilai kegiatan-kegiatan yang dilakukan kelompok
2,80
2,42
6
7
-1
1
Total Rataan Skor
3,15
2,56
1.
Mencetuskan gagasan atau ide untuk
yang dihadapi 4.
Menetapkan tujuan-tujuan yang harus dicapai kelompok.
5.
Menetapkan kriteria keberhasilan dalam
Σdi2 = 4
n
rs = 1 −
6∑ di 2 t =1
(
)
N N 2 −1
= 1−
6(4 ) (8)3 − 8
= 1−
24 504
= 0,95
Korelasi Sangat Kuat (Terdapat Konvergensi/Titik Temu)
69
Lampiran 7. Uji T Pada Keterampilan Teknis. Group Statistics
KetTeknis
Persepsi anggota pemimpin
N 45 5
Mean 2.5720 3.4520
Std. Deviation .79543 .21534
Std. Error Mean .11858 .09630
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F KetTeknis Equal variances assumed Equal variances not assumed
• •
19.893
Sig. .000
t-test for Equality of Means
t
Mean Std. Error Sig. (2-tailed) Difference Difference
df
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
-2.443
48
.018
-.88000
.36020
-1.60423
-.15577
-5.761
20.946
.000
-.88000
.15276
-1.19772
-.56228
Ho : Terdapat kesamaan persepsi antara ketua dengan anggota Hi : Tidak terdapat kesamaan persepsi antara ketua dengan anggota
Pvalue : 0,000 < 0,05, sehingga Ho ditolak, dengan kata lain asumsi kedua varian sama besar (equal variances assumed) tidak terpenuhi, sehingga kita menggunakan asumsi variance tidak sama (equal variances not assumed).
70 70
• •
t : -5,761 df : 20,946 Jadi, P value : 0,000 karena melakukan uji t 2 sampel satu sisi bawah maka Pvalue dibagi dua : 0,000/2 = 0 P value = 0 dimana 0<0,05 maka Ho ditolak, Hi diterima.
Lampiran 8. Uji T Pada Keterampilan Interaksi Sosial.
Group Statistics
KetIntraksiSos
Persepsi anggota pemimpin
N 45 5
Mean 2.8518 3.7720
Std. Deviation .76703 .29491
Std. Error Mean .11434 .13189
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F KetIntraksiSos Equal variances assumed Equal variances not assumed
•
6.182
Sig. .016
t-test for Equality of Means
t
Mean Std. Error Sig. (2-tailed) Difference Difference
df
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
-2.640
48
.011
-.92022
.34850
-1.62094
-.21951
-5.272
11.673
.000
-.92022
.17455
-1.30172
-.53873
Ho : Terdapat kesamaan persepsi antara ketua dengan anggota
71
71
•
Hi : Tidak terdapat kesamaan persepsi antara ketua dengan anggota
Pvalue : 0,016 < 0,05, sehingga Ho ditolak, dengan kata lain asumsi kedua varian sama besar (equal variances assumed) tidak terpenuhi, sehingga kita menggunakan asumsi variance tidak sama (equal variances not assumed). • •
t : -5,272 df : 11,673 Jadi, P value : 0,000 karena melakukan uji t 2 sampel satu sisi bawah maka Pvalue dibagi dua : 0,000/2 = 0 P value = 0 dimana 0<0,05 maka Ho ditolak, Hi diterima Lampiran 9. Uji T Pada Keterampilan Konseptual.
Group Statistics
KetKonseptual
Persepsi anggota pemimpin
N 45 5
Mean 2.5633 3.1520
Std. Deviation .89646 .55414
Std. Error Mean .13364 .24782
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F KetKonseptual Equal variances assumed Equal variances not assumed
5.287
Sig. .026
t-test for Equality of Means
t
Mean Std. Error Sig. (2-tailed) Difference Difference
df
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
-1.430
48
.159
-.58867
.41157
-1.41618
.23885
-2.091
6.614
.077
-.58867
.28155
-1.26240
.08507
72
72
• •
Ho : Terdapat kesamaan persepsi antara ketua dengan anggota Hi : Tidak terdapat kesamaan persepsi antara ketua dengan anggota
Pvalue : 0,026 < 0,05, sehingga Ho ditolak, dengan kata lain asumsi kedua varian sama besar (equal variances assumed) tidak terpenuhi, sehingga kita menggunakan asumsi variance tidak sama (equal variances not assumed). • •
t : -2,091 df : 6,614 Jadi, P value : 0,077 karena melakukan uji t 2 sampel satu sisi bawah maka Pvalue dibagi dua : 0,077/2 = 0,0385 P value = 0,0385 dimana 0,0385<0,05 maka Ho ditolak, Hi diterima
73
73