KONVENSI ILO YANG DIRATIFIKASI
INDONESIA RECEIVED -I j ('" L U L.JI ki.J BIT
II I II
I
III I I I II II 45755
KATA PENGANTAR
Bangsa Indonesia saat mi sedang menata kehidupan baru melalui reformasi kebijaksanaan di bidang ekonomi, politik, sosial, dan hukum. Di bidang ketenagakerjaan, pemerintah secara bersungguh- sungguh dan konsisten telah melakukan berbagai upaya reformasi hukum ketenagakerjaan. Indonesia sampai dengan saat mi telah meratifikasi 14 Konvensi ILO (International Labour Organisation) yang 7 diantaranya adalah konvensi dasar mengenai HAM. Namun demikian, masyarakat belum sepenuhnya memperoleh informasi dan mengetahui secara Iengkap ratifikasi tersebut, sehingga dalam pelaksanaanya sering ditemui kendala dalam penerapan ketentuan-ketentuan dan prinsip-prinsip Konvensi dimaksud.
Agar masyarakat mengetahui dan menyadari pentingnya melaksanakan kewajiban ketentuanketentuari Konvensi ILO yang telah diratifikasi tersebut, maka Departemen Tenaga Kerja bekerjasama dengan ILO Jakarta
menerbitkan publikasi ni dengan harapan bermanfaat bagi para praktisi hukum, pemerhati bidang ketenagakerjaan, dan masyarakat luas. Jakarta, Agustus 1999 Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia
III
FOREWORD
Under its technical advisory assistance to Indonesia, the ILO Jakarta Office and the Department of Manpower have mounted a nation-wide awareness raising campaign on the fundamental human rights Conventions of the lLO. The purpose of the campaign is to increase sensitisation of the civil society regarding the fundamental principles and rights at work. To support the national awareness raising campaign, the ILO Jakarta Office encourages the efforts by Department of Manpower in compiling various parliamentary acts and presidential decrees which brought about the ratification of these Conventions and in the publication of this compilation. It is expected that
this publication will reach out to as large segment as possible of the civil society in order that this principles embodied in the Conventions can be comprehended, implemented and applied in law and in practice. In addition to the fundamental human
rights
Conventions, this publication includes other technical Conventions of the ILO which have also ratified by Indonesia. Therefore, it is essential that these other Conventions be disseminated to the civil society so that they are sensitised and made fully aware of these Conventions, so that the principles of the Conventions are put into practice. I would like to acknowledge the hard work and time put into this joint effort by the staff of the Bureau of Public Relations and International Cooperation of the Department of Manpower and my colleagues at the lv
office. Without their support and dedication, this publication would not have been possible. I hope that this publication will be useful as practical guide to all.
Jakarta, September 1999 Director ILO Jakarta Office
i-v
IftikIar Ahmed
V
DAFTAR ISI Hal.
KATA PENGANTAR
DAFTAR SI BAB I KONVENSI DASAR (HAM) ILO 1,
Konvensi ILO No. 29 tentang Kerja Paksa atau Kerja Wajib
Undang.Undang No. 18 tahun 1956 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No, 98 mengenai Ber lakunya DasarDasar Dan Hak Untuk Berorgani. sasi dan Untuk Berunding Bersama
55
Undang.undang No.80 Tahun 1957 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 100 mengenai Pengupahan Yang Sama Bagi Pekerja Laki-Laki dan Wanita Untuk Pekerjaan Yang Sama Nilainya;
91
Keputusan Presiden RI Nomor 83 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Nomor 87 tentang Kebebasan Berserikat Dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi
121
Undang.Undang No. 19 tahun 1999 tentang Pengesahan ILO Convention No.105 concerning
the Abolition of Forced Labour (Konvensi ILO mengenal Penghapusan Kerja Paksa)
153
Undang.Undang No. 20 tahun 1999 tentang Pengesahan ILO Convention No.138 concerning
Mlinimum Age for Admission to Employment (Konvensi ILO mengenai Usia Minimum Untuk Diperbolehkan Bekerja)
189
Undang.Undang No. 21 tahun 1999 tentang Pengesahan ILO Convention No.111 concerning
Discrimination in Respect of Employment and Occupation (Konvensi ILO mengenai Diskrimi nasi Dalam Pekerjaan dan Jabatan)
vi
253
CONTENTS Page iii
PREFACE
vi CONTENT PART I ILO FUNDAMENTAL HUMAN RIGHTS CON VEN11ONS
ILO Convention No. 29 on Forced Labour (Rat/fled by the Government of Nether/and on 31 March 1933, Ned. Stb/. No. 26, 1933 Jo Ned. Stb/.
No. 236. Brought into force for
Indonesia by State Gazette No.261 of 1933) .... Act No.18 of 1956 on the Ratification of
1
Convention No. 98 of the International Labour Organisation concerning the Application of the
Principles of the Rights to Organise and to Bargain Collectively
55
Act No. 80 of 1957 on the Ratification of Convention No. 100 of the International Labour Organisation concerning Equal Remuneration for
Men and Women Workers for Work of Equal Value
Presidential Decree No. 83 of 1998 of the Republic of Indonesia on the Ratification of Convention No. 87 concerning Freedom of
91
Asociation and Protection of the Rights to Organise
121
Act No. 19 of 1999 on the Ratification of Convention No.105 concerning the Abolition of Forced Labour 6,
153
Act No. 20 of 1999 on the Ratification of Convention No.138 concerning Mlinimum Age for Admission to Employment
7.
189
Act No. 21 tahun 1999 on the Ratification of Convention No.111 concerning Discrimination in Respect of Employment and Occupation VII
253
BAB II KONVENSI UMUM ILO Konvensi 1L0 No. 19 tentang Perlakuan Yang Sama Bagi Pekerja Nasional dan Asing Dalam 291
Hal Tunjangan Kecelakaan Kerja;
Konvensi ILO No, 27 tentang Pemberian Tanda Berat Pada Pengepakan Barang Barang Besar Yang Diangkut Dengan Kapal Konvensi ILO No. 45 tentang Kerja Bagi Wanita Pada Segala Macam Tambang di Bawah Tanah,.
303 313
11, UndangUndang RI No. 3 tahun 1961 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 106 Mengenai Istirahat Mingguan Dalam Perdagangan dan 323
Kantor-Kantor
UndangUndang RI No. 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 Mengenai Hygiene Kantor
Dalam
Perniagaan
Dan
Kantor
361
Keputusan Presiden RI Nomor 26 tahun 1990 tentang Pengesahan Konvensi ILO No. 144 me ngenai Konsultasi Tripartit Untuk Meningkatkan Pelaksanaan Standar Perburuhan Internasional
393
Keputusan Presiden RI. Nomor 4 tahun 1992 tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor 69 Mengenai Sertifikasi Bagi Juru Masak di Kapal
421
PART
ILO
II
NONFUNDAMENTAL
HUMAN
RIGHTS
CON VEN11ONS
ILO Convention No. 19 concerning Equality of Treatment ( Accident Compensation)
291
ILO Convention No. 27 concerning Marking Weight on Heavy Package Transported by Vessels
303
ILO Convention No. 45 concernig Employment of Women on Underground Work in Mines of All Kinds
313
Act No. 3 of 1961 on the Ratification of ILO Convention No. 106 concerning Weekly Rest in Commerces and Offices Act No. 3 of 1969 concerning the Ratification of ILO Convention No. 120 concerning Hygiene in Commerce and Offices
323
361
Presidential Decree No.26 of 1990 of the Republic of Indonesia on the Ratification of Convention No. 144 of the International Labour Organisation concerning Tripartite Consultations to Promote the Implementation of International Labour Standards Presidential Decree No. 4 of 1992 concerning
393
the Ratification of Convention No. 69 of the Labour Organisation concerning Certification of Ship's Cook International
421
BABI KONVENSI DASAR ILO TENTANG HAK AZASI MANUSIA
PART I ILO FUNDAMENTAL HUMAN RIGHTS CONVENTIONS
KONVENSI NO. 29 MENGENAI KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA
(Dirat/uikasi o/eh Pemerintab Belanda pada tangga/ 31 Maret 1933, Ned. StbL No.26, 1 933 Jo Ned. Stbt No 236, 1933. Dinyatakan ber/aku bag/
Indonesia dengan md. Stbi No. 261, 193S Konferensi Umum Organisasi Perburuhari Interna. sional.
Setelah diundang di Jenewa oleh Badan Pim. pinan Kantor Perburuhan Internasional, dan setelah mengadakan sidangnya yang keempat belas pada tanggal 10 Juni 1930,dan
Setelah memutuskan untuk menerima beberapa usul-usul mengenai kerja paksa atau wajib
kerja yang termasuk soal kesatu dan agenda sidang, dan
Setelah menetapkan bahwa usul mi harus berbentuk Konvensi internasional,
menerima pada tanggal 28 Juni 1930 Konvensi dibawah mi yang dapat disebut Konvensi mengenai Kerja Paksa, 1930 untuk diratifikasi oleh Anggota-anggota Organisasi Perburuhan Internasional sesuai dengan ketentuan-ketentuan Konstitusi Organisasi Perburuhan Internasional 1
CONVENTION No. 29 CONCERNING FORCED OR COMPULSORY LABOUR (Rat/fid by the Government of Nether/and on 31 March
1933, Ned Stbi No. 26, 1933jb Ned.Stbi No. 236. Brought into force for Indonesia by State Gaze tie
No.261 of 1933
The General Conference of the International Labour Organisation,
Having been convened at Geneva by the Gov. erning Body of the International Labour Office, and having met in its Fourteenth Session on 10 June 1930, and
Having decided upon the adoption of certain proposals with regard to the forced or compulsory
labour, which is included in the first item of the Agenda of the Session, and
Having determined that those proposals shall take the form of an International Convention,
adopts this twenty eight day of June of the year one thousand nine hundred and thirty the following Convention, which may be cited as the Forced La. bour Convention, 1930, for ratification by the Members of the International Labour Organisation in accordance with the provisions of the Constitu tion of the International Labour Organisation 2
Pasal 1
Setiap anggota organisasi perburuhan interna sional yang meratifikasi Konvensi mi menjamin untuk menghapus penggunaan kerja paksa atau wajib kerja dalam segala bentuk dalam waktu yang sesingkat mungkin. Mengingat akan penghapusan mi dalam keseluruhannya, maka penggunaan kerja paksa
atau wajib kerja dapat diadakan selama masa peralihan untuk keperluan umum saja dan sebagai tindakan pengecualian serta harus
tunduk pada syarat dan jaminan yang ditetapkan disini selanjutnya. Setelah lewat waktu lima tahun setelah Konvensi
mi berlaku dan pada waktu Badan Pimpinan Kantor Perburuhan Internasional menyiapkan laporan yang tercantum dalam Pasal 31 dibawah mi, maka Badan Pimpinan tersebut harus menganggap kemungkinan penghapusan kerja
paksa atau wajib kerja dalam segala bentuk tanpa adanya masa peralihan selanjutnya dan keinginan untuk menempatkan persoalan mi dalam agenda Konvensi.
3
Article 1
Each Members of the International Labour Or. ganisation which ratifies this Convention under. takes to suppress the use of forced or compulsory labour in all its forms within the shortest possible period.
With a view to this complete suppression, re source to forced or compulsory labour may be had, during the transitional period, for public purposes only and as an exceptional measure, subject to the conditions and guarantees here. inafter provided.
At the expiration of a period of five years after the coming into force of this Convention, and when the Governing Body of the International Labour Office prepares the report provided for in Article 31 below, the said Governing Body shall consider the possibility of the suppression of forced or compulsory labour in all its forms without a further transitional period and the de. si'rability of placing this question on the agenda of the Conference.
4
Pasal 2 Dalam Konvensi mi yang dimaksudkan dengan
"Kerja Paksa atau Wajib Kerja" ialah semua pekerjaan atau jasa yang dipaksakan pada setiap orang dengan ancaman hukuman apapun mana orang tersebut tidak untuk dan menyediakan din secara sukarela. Sekalipun demikian, maka dalam Konvensi mi yang dimaksudkan dengan istilah kerja paksa atau wajib kerja tidak termasuk: setiap pekerjaan atau jasa yang harus dilakukan berdasarkan undangundang. wajib dinas militer untuk pekerjaan yang khusus
bersifat militer; setiap pekerjaan atau jasa yang merupakan sebagian dan kewajiban biasa warga nega ra dan penduduk suatu negara yang mer deka sepenuhnya;
setiap pekerjaan atau jasa yang dipaksakan pada setiap orang sebagai akibat keputu san bahwa ketentuan pekerjaan atau jasa tersebut dilaksanakan dibawah perintah dan pengawasan pejabat
pengadilan
dengan
pemerintah dan orang tersebut tidak disewa atau ditempatkan untuk digunakan oleh perusahaan perseorangan secara pribadi, atau perkumpulan; 5
Article 2 For the purpose of this Convention the term "Forced or compulsory labour" shall mean all work or service which is exacted from any person under the menace of any penalty and for which the said person has not offered himself voluntarily.
Nevertheless, for the purposes of this Conven-
tion, the term "forced or compulsory labour" shall not include
any work or service exacted in virtue of com-
pulsory military service laws for work of a purely military character;
any work or service which forms part of the normal civil obligations of the citizens of a fully self-governing country;
any work or service exacted from any person as a consequence of a convention in a court of law, provided that the said work or service is carried out under the supervision and con-
trol of a public authority and that the said person is not hired to or placed at the disposal of private individuals companies or as sociations; 6
setiap pekerjaan atau jasa yang dipaksakan dalam keadaan darurat, ialah dalam keadaan perang atau bencana atau bencana yang mengancam seperti misalnya kebakaran, banjir, kekurangan makanan, gempa bumi, wabah yang
ganas atau wabah penyakit, serangan oleh binatang, serangga atau binatang yang merusak tumbuh-tumbuhan dan pada umumnya setiap dapat membahayakan keadaan hal yang kehidupan atau keselamatan dan seluruh atau sebagian penduduk; tugas kemasyarakatan dalam bentuk kecil semacam yang dilakukan oleh anggota masyarakat untuk kepentingan masyarakat ter-
sebut secara Iangsung dan oleb karenanya dapat dianggap sebagai kewajiban yang biasa dan warga negara yang dibebankan pada anggota
masyarakat,
dengan
ketentuan
bahwa
anggota masyarakat atau wakil mereka mempunyai hak untuk dimintakan pendapat tentang keperluan pekerjaan itu.
Pasal3 Yang dimaksud dalam Konvensi ml dengan istilah
"penguasa yang berwenang" ialah baik penguasa suatu negara yang menjajah maupun penguasa yang wilayah dalam pusat yang tertinggi bersangkutan. 7
any work or service exacted in cases of emergency, that is to say in the event of war or of a calamity or threatened calamity, such
as fire, flood, famine, earth quake, violent epidemic or epizootic diseases, invasion by animal, insect or vegetable pests, and in gen. eral any circumstance that would endanger the existence or the well.being of the whole or part of the population; minor communal service of a kind which, be.
ing performed by the members of the com munity in
the direct interest of the said
community can therefore be considered as normal civic obligations incumbent upon the members of the community provided that the Members of the community or their direct representatives shall have the right to be
consulted in regard to the need for such services.
Article
3
For the purpose of this Convention the term "competent authority" shall mean either an author. ity of the metropolitan country or the highest cen tral authority in the territory concerned, 8
PasaI4 Penguasa yang berwenang tidak boleh memak. sakan atau mengizinkan kerja paksa atau wajib kerja untuk keuntungan pribadi perorangan, perusahaan atau perkumpulan.
Dimana terdapat kerja paksa atau wajib kerja yang demikian untuk kepentingan pribadi per orangan, perusahaari atau perkumpulan pada tanggal ratifikasi Konvensi mi, oleh anggota telah didaftarkan pada Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional, maka anggota harus
menghapus seluruhnya kerja paksa atau wajib kerja demikian terhitung mulai tanggal Konvensi mi mulai berlaku untuk anggota itu. Pasal 5
1. Ijin yang diberikan kepada pribadi perorangan, perusahaan atau perkumpulan tidak boleh merupakan bentuk apapun dan kerja paksa atau wajib kerja untuk penghasilan atau pengumpulan hash yang dipergunakan atau diperdagangkan oleh pribadi perorangan, perusahaan atau perkumpulan itu.
9
Article 4
The competent authority shall not impose or permit the imposition of forced or compulsory labour for the benefit of private individuals, companies or associations.
Where such forced or compulsory labour for the benefit of private individuals, companies or
associations exists at the date on which a Member's ratification of this Convention is registered by the Director General of the International Labour Office, the Member shall
completely suppress such forced or compulsory labour from the date on which this Con. vention comes into force for that Member.
Article 5 1.
No concession granted to private individuals, companies or associations shall involve any
form of forced or compulsory labour for the production or the collection of products which such private individuals companies or associa tions utilise or in which they trade.
10
2. Dimana ada izin yang berisikan ketentuan yang menyangkut kerja paksa atau wajib kerja yang
demikian, maka ketentuan tersebut harus dicabut selekas mungkin agar dapat memenuhi Pasal 1 Konvensi mi.
PasaI6
Pejabat-pejabat pemerintah meskipun mereka bertugas untuk mendorong pénduduk yang ada dibawah pimpinan mereka untuk melakukan suatu bentuk pekerjaan tidak boleh melakukan paksaan terhadap penduduk tersebut atau terhadap warga perorangan untuk bekerja bagi pribadi perorangan, perusahaan atau perkumpulan. Pasal 7
Pembesar yang tidak melaksanakan tugas se bagai pelaksana dilarang untuk mengadakan kerja paksa atau wajib kerja.
Pembesar yang melaksanan tugas sebagai peIaksanan dengan izin istimewa dan penguasa yang berwenang dapat mengadakan kerja paksa
atau wajib kerja, asal memenuhi syarat pada ketentuan Pasal 10 Konvensi mi.
11
2. Where concessions exist containing provisions involving such forced or compulsory labour, such provisions shall be rescinded as soon as
possible, in order to comply with Article 1 of this Convention.
Article 6 Officials of the administration, even when they have the duty of encouraging the populations under their charge to engage in some form of labour, shall not put constraint upon the said populations or upon any individual members thereof to work for private individuals, companies or associations.
Article 7 Chiefs who do not exercise administrative functions shall not have resource to forced or compulsory labour.
Chiefs who exercise administrative functions may, with the express permission of the competent-authority have recourse to forced or compulsory labour, subject to the provisions of Article 10 of this Convention.
12
Pembesar yang mendapat pengakuan khusus dan yang tidak menerima ganti kerugian secukupnya dalam bentuk lain mendapat pelayanan
asal saja memenuhi peraturan untuk itu dan asalkan semua tindakan yang diperlukan telah diambil untuk mencegah hal-hal yang disalahgunakan.
PasaI8 Tanggung jawab atas setiap keputusan meng
adakan kerja paksa atau wajib kerja terletak pada pundak penguasa sipil yang tertinggi dalam wilayah yang bersangkutan.
Sekalipun demikian, penguasa tersebut dapat menyerahkan kekuasaannya kepada
penguasa tertinggi setempat untuk mengadakan kerja paksa atau wajib kerja yang tidak menyangkut
pemindahan buruh dan tempat kediaman yang tetap. Penguasa tersebut dapat pula, untuk
beberapa waktu dan sesuai dengan syarat seperti telah ditetapkan dalam peraturan yang tercantum dalam Pasal 25 Konvensi mi, menyerahkan kekuasaan kepada penguasa tertinggi setempat untuk mengadakan kerja
paksa atau wajib kerja yang menyangkut pemindahan buruh dan tempat kediaman yang tetap untuk memudahkan pemindahan pejabat pemerintah yang sedang bentugas dan untuk pengangkutan persediaan barang pemerintah. 13
Chiefs who are duly recognised and who do not receive adequate remuneration in other forms may have the enjoyment of personal services, subject to due regulation and provided that all necessary measures are taken to prevent abuses.
Article 8 The responsibility for every decision to have resource to forced or compulsory labour shall rest with the highest civil authority in the territory concerned. Nevertheless, that authority may delegate pow-
ers to the highest local authorities to exact forced or compulsory labour which does not involve the removal of workers from their place of
habitual residence. That authority may also delegate, for such periods and subject to such conditions as may be laid down in the regulations provided for in Article 23 of this Convention, powers to the highest local authorities to
exact forced or compulsory labour which involves the removal of the workers from their place of habitual residence for the purposes of facilitating the movement of officials of the ad. ministration, when on duty, and for the transport of Government stores. 14
Pasal 9 Kecuali jika ditentukan lain dan apa yang ditetapkan dalam Pasal 10 Konvensi mi, setiap penguasa yang berwenang untuk mengadakan kerja paksa atau wajib kenja, sebelum memutus. kan untuk mengadakan kerja paksa harus yakin, bahwa:
pekerjaan yang harus dikenjakan atau jasa yang merupakan diberikan kepentingan'
harus
langsung yang perlu bagi masyarakat yang dipanggil untuk melakukan memberikan jasa.
pekerjaan
atau
pekerjaan atau jasa itu adalah suatu keharusan yang mendesak atau yang akan datang;
sudah tidak mungkin untuk mendapat buruh secara sukarela untuk melakukan pekerjaan atau
memberikan jasa dengan tawaran upah dan syarat kerja yang tidak kurang dan pada yang terdapat dalam daerah itu untuk pekerjaan atau jasa yang sama; dan
pekerjaan atau jasa tidak akan memberikan beban yang terlalu berat kepada penduduk, mengingat buruh yang tersedia dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan itu. 15
Article 9 Except as otherwise provided for in Article 10 of this Convention, any authority competent to exact forced or compulsory labour shall, before de-
ciding to have resource to such labour, satisfy itself;
that the work to be done or the service to be rendered is of important direct interest for the community called upon to do the work or render the service;
that the work or service is of present or imminent necessity;
that it has been impossible to obtain voluntary labour for carrying out the work or rendering the service by the offer of rates of wages and conditions of labour not less favourable than those prevailing in the area concerned for similar work or service and that the work or service will not lay too heavy a burden upon the present population, having regard to the labour available and its capacity to undertake the work.
16
Pasal 10
Kerja paksa atau wajib kerja yang diharuskan sebagai penagihan pajak dan kerja paksa atau wajib kerja yang diharuskan guna pelaksanaan
pekerjaan umum oleh para pemimpin yang melakukan tugas pelaksanaan harus dihapus secara progresif.
Dalam pada itu, dimana kerja paksa atau wajib kerja ditagih sebagai pajak dan dimana diada. kan kerja paksa atau wajib kerja untuk pelak. sanaan pekerjaan umum oleh pemimpin yang melakukan tugas sebagai pelaksana, maka penguasa yang berkepentingan pertama tama harus yakin, bahwa pekerjaan yang
harus dilakukan atau jasa
yang harus diberikan merupakan kepenti. ngan tangsung yang perlu bagi masyarakat yang dipanggil untuk melakukan pekerjaan atau memberikan jasa itu;
pekerjaan atau jasa itu adalah suatu ke.
harusan yang mendesak atau yang akan datang; pekerjaan atau jasa tidak akan memberikan beban yang terlalu berat kepada penduduk, mengingat buruh yang tersedia dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan itu;
17
Article 10
1 Forced or compulsory labour exacted as a tax and forced or compulsory labour to which resource is had for the execution of public work by chiefs who exercise administrative functions shall be progressively abolished.
2 Meanwhile, where forced or compulsory labour is exacted as a tax, and where resource is had to forced or compulsory labour for the execution of public works by chiefs who exercise ad. ministrative functions, the authority concerned shall first satisfy itself.
that the work to be done or the service to be
rendered is of important direct interest for the community called upon to do the work or render the service;
that the work or the service is of present or imminent necessity;
(C) that the work or service will not lay to heavy a burden upon the present population, having regard to the labour available and its capacity to undertake the work;
18
pekerjaan atau jasa tidak akan mengakibatkan pemindahan buruh dan tempat kediaman yang tetap; pelaksanaan pekerjaan atau pemberian jasa harus terarah sesuai dengan keperluan agama, kehidupan sosial dan pertanian. Pasat 11
1. Hanya orang laki-laki dewasa bertubuh kuat dengan perkiraan umur tidak kurang dan 18 dan tidak Iebih dan 45 tahun dapat dipanggil untuk melakukan kerja paksa atau wajib kerja. Kecuali yang berhubungan dengan macam- macam
pekerjaan yang ditetapkan dalam Pasal 10 Konvensi mi, pembatasan dan persyaratan berlaku sebagai berikut: apabila mungkin maka sebelumnya harus ada keputusan dan pejabat kesehatan yang ditunjuk oleh pemerintah, bahwa orang yang bersangkutan tidak menderita suatu penyakit
yang menular dan bahwa mereka secara jasmaniah mampu untuk pekerjaan yang diperlukan dan untuk keadaan dimana pekerjaan harus dilaksanakan; pengecualian diadakan terhadap guru, murid dan pejabat pemerintah pada umumnya;
19
that the work or service will not entail the removal of the workers from their place of habitual residence; that the execution of the work or the render-
ing of the service will be directed in accordance with the exigencies of religion, social life and agriculture.
Article 11 1.
Only adult able-bodied males who are of an ap-
parent age of not less than 18 and not more that 45 years may be called upon for forced or compulsory labour. Except in respect of the kinds of labour provided for in Article 10 of this Convention, the following limitations and conditions shall apply: whenever possible prior determination by a
medical officer appointed by the administration that the persons concerned are not suffering from any infectious or contagious disease and that they are physically fit for the work required and for the conditions under which it is to be carried out;
exemption of school teachers and pupils and officials of the administration in general;
20
jumlah orang laki-laki dewasa yang bertubuh kuat dalam masyarakat masing-
(c) pemeliharaan
masing perlu sekali untuk keluarga dan kehidupan sosial;
Cd) menghormati ikatan perkawinan dan ikatan keluarga.
2. Untuk maksud ayat sub (c) dan ayat yang terdahulu, peraturan yang ditetapkan datam pasal 23 Konvensi ni menetapkan perbandingan orang laki-laki bertubuh
kuat yang berdiam setempat yang dapat diambil pada setiap waktu untuk kerja paksa atau wajib kerja asalkan saja perbandingan mi selalu tidak melebihi 25 persen dalam hal apapun. Dalam menentukan perbandingan mi penguasa yang berwenang harus memperhitungkan kepadatan penduduk, perkembangan sosial dan alam, musim dan
pekerjaan yang harus dikerjakan oleh órang orang bersangkutan untuk keperluan mereka sendiri dalam daerah mereka dan pada umumnya harus mengingat keperluan ekonomi dan sosial dalam kehidupan normal dan masyarakat yang bersangkutan.
Pasal 12 1. Jangka waktu paling ama untuk mana setiap orang
dapat diambil untuk kerja paksa atau wajib kerja dalam segala bentuk dalam setiap jangka waltu dua belas butan tidak boleh melebihi 60 han termasuk waktu yang dipergunakan dalam perjalanan pulang pergi ke tempat pekerjaan.
21
the maintenance in each community of the number of adult able bodied men indispensable for family and social life; respect for conjugal and family ties. 2. For the purposes of subparagraph (c) of the preceding paragraph the regulations provided for in
Article 23 of this Convention shall fix the proportion of the resident adult able-bodied males who may be taken at any one time for forced or
compulsory labour provided always that this proportion shall in no case exceed 25 percent in fixing this proportion the competent authority shall take account of the density of the population, of its social and physical development, of
the seasons, and of the work which must be done by the persons concerned on their own behalf in their locality, and generally, shall have regard to the economic and social necessities of the normal life of the community concerned.
Article 12 1. The maximum period for which any person may be taken for forced or compulsory labour of all kinds in any one a period of twelve months shall not exceed sixty days, including the time spent in going to and from the place of work.
22
2. Setiap orang yang melakukan kerja paksa atau wajib kerja harus diperlengkapi dengan surat keterangan yang menerangkan jangka waktu pekerjaan yang dia telah selesaikan.
Pasal 13
Jam kerja biasa bagi setiap orang yang mela. kukan kerja paksa atau wajib kerja harus sama dengan waktu kerja yang dilakukan dalam hal kerja sukarela dan jam kerja yang ber!ebihan dan jam kerja yang biasa harus diberikan ganti kerugian dalam perbandingan yang terdapat dalam hal sukarela.
kerja
lembur
untuk
pekerjaan
Satu han istirahat dalam satu minggu harus diberikan kepada semua orang yang melaku kan kerja paksa atau wajib kerja yang macam apapun dan han tersebut harus sedapat mungkin bersamaan waktunya dengan han yang ditetapkan oleh adat istiadat atau kebiasaan dalam wilayah atau daerah yang bersangkutan. Pasal 14 1. Sebagai pengecualian dan kerja paksa atau wajib kerja yang ditetapkan dalam Pasal 10 Konvensi ml, untuk segala macam kerja paksa atau wajib kerja harus dibenikan ganti kerugian secara tunai
dalam nilai tidak kurang dan apa yang terdapat untuk
macam
pekerjaan
23
yang
sama,
2. Every person from whom forced or compulsory labour is exacted shall be furnished with a certificate indicating the period of such labour which he has completed.
Article 13 The normal working hours of any person from whom forced or compulsory labour is exacted
shall be the same as those prevailing in the case of voluntary labour, and the hours worked in excess of the normal working hours shall be remunerated at the rates prevailing in the case of overtime for voluntary labour. A weekly day rest shall be granted to all persons from whom forced or compulsory labour of any kind is exacted and this day shall coin-
cide as far as possible with the day fixed by tradition or custom in the territories or regions concerned.
Article 14 1. With the exception of the forced or compulsory labour provided for in Article 10 of this Convention, forced or compulsory labour of all kinds shall be remunerated in cash at rates not less than those prevailing for similar kinds of work
24
balk
di
daerah
dimana
buruh
dipeker.
jakan maupun di daerah dimana buruh itu diterima yang mana saja terdapat kemung. kinan yang Iebih tinggi. Dalam hat pekerjaan yang telah diadakan oleh
pemimpin dalam melakukan tugas pelaksana pembayaran upah yang sesual dengan ketentuan dalam ayat terdahulu harus didahulukan selekas mungkin.
Upah harus dibayarkan pada setiap pekerja secara perorangan dan tidak kepada kepala suku atau kepada penguasa lain. Untuk maksud pembayaran upah, maka
han- han
yang dipergunakan dalam perjalanan pulang pergi ke tempat pekerjaan harus diperhitungkan sebagai han kerja. Hal-hal dalam pasal ni sama sekali tidak meng-
halangi pembagian biasa yang diberikan sebagai bagian upah, pembagian demikian harus sekurang -kurangnya sama dalam nilai uang pembayaran yang telah diambil sebagai penggantinya, tetapi pemotongan dan upah tidak boleh diadakan balk untuk pembayaran pajak maupun untuk makanan khusus, pakaian atau perumahan yang diberikan kepada pekerja dengan maksud untuk menjaga agar orang tersebut dalam keadaan sehat supaya dapat meneruskan pekerjaan dengan syarat- syarat khusus pada setiap pekerjaan atau untuk membeli alat-alat kerja.
25
either in the district in which the labour is em ployed or in the district from which the labour is recruited, whichever may be the higher. In the case of labour to which resource is had by
chiefs in the exercise of their administrative functions, payment of wages in accordance with the provisions of the preceding paragraph shall be introduced as soon as possible. The wages shall be paid to each worker individu-
ally and not to his tribal chief or to any other authority.
For the purpose of payment of wages the days spent in travelling to and from the place of work shall be counted as working days. Nothing in this Article shall prevent ordinary rations being given as a part of wages, such ra-
tions to be at least equivalent in value to the money payment they are taken to represent, but deductions from wages shall not be made either for the payment of taxes or for special food, clothing or accommodation supplied to a worker for the purpose of maintaining him in a fit condition to carry on his work under the special conditions of any employment, or for the supply of tools. 26.
Pasal 15 Setiap Undang-undang atau peraturan yang berhubungan dengan tunjangan kecelakaan kerja atau penyakit jabatan dan setiap Undang-undang atau peraturan yang menetapkan tunjangan kepada tanggungan pekerjaan yang meninggal atau peke na
yang tidak mampu bekerja yang sedang atau akan berlaku dalam wilayah bersangkutan harus berlaku sama terhadap orang yang melakukan kerja paksa atau wajib kerja dan terhadap pekerja biasa. Setidak-tidaknya hal itu harus merupakan kewajiban setiap periguasa yang mempekerjakan setiap pekerja untuk kerja paksa atau wajib kerja untuk menjamin penghidupan pekerja tersebut dalam hal kecelakaan atau sakit yang disebabkan jabatahnya, menjadi
tidak mampu sama sekali atau sebagan tidak mampu untuk mencari nafkah bagi dia sendiri dan harus mengambil tindakan guna menjamin perawatan siapa saja yang ternyata menjadi tanggungan pekerja
itu, dalam hal ia tidak mampu atau meninggal yang disebabkan oleh jabatan.
Pasal 16 1
Kecuali dalam hal-hal keperluan khusus, orang- orang yang harus melakukan kerja paksa atau wajib kerja tidak boleh dipindahkan ke daerah yang makanan dan iklimnya sangat berbeda dengan daerah yang mereka sudah sehingga dapat terbiasa, membahayakan mereka.
27
Article 15 Any laws or regulations relating to workmen's compensation for accidents or sickness arising out of the employment of the worker any laws or regulations providing compensation for the dependants of deceased or incapacitated work. ers which are or shall be in force in the territory
concerned shall be equally applicable to per. Sons from whom forced or compulsory labour is exacted and to voluntary workers.
In any case it shall be an obligation on any authority employing any worker on forced or compulsory labour to ensure the subsistence of any such worker who, by accident or sickness arising out of this employment, is rendered wholly or partially incapable of providing for him. self, and to take measures to ensure the main-
tenance of any persons actually dependent upon such a worker in the event of his incapacity or decease arising out of this employment.
1
Article 16 Except in cases of special necessity person from whom forced or compulsory labour is exacted shall not be transferred to districts where the food and climate differ so considerably from those to which they have been accustomed as to endanger their health.
28
Dalam hal apapun pemindahan pekerja yang sedemikian tidak boleh diijinkan kecuali jika semua tindakan yang berhubungan dengan kesehatan dan perumahan yang diperlukan guna menyesuaikan pekerja dengan keadaan dan guna menjaga kesehatan mereka dapat dilaksanakan dengan tepat.
Apabila pemindahan demikian tidak dapat di. hindarkan, maka langkah.langkah untuk mem biasakan din secara berangsur.angsur dengan keadaan makanan dan iklim baru harus diambil atas nasehat dokter yang berwenang.
Dalam hal.hal dimana pekerja tersebut diwa. jibkan untuk melakukan pekerjaan tetap yang mereka tidak biasa melakukan, maka tindakan harus diambil untuk menjamin agar mereka dapat membiasakan din dengan hal itu, terutama yang berhubungan dengan latihan kemajuan, jam kerja dan ketentuan waktu istira. hat serta setiap peningkatan perbaikan maka. nan yang mungkin diperlukan.
Pasal 17 Sebelum mengijinkan diadakan kerja paksa atau wajib kerja, guna pekerjaan bangunan atau pemeliharaan yang menyebabkan pekerja tetap tinggal di tempat
pekerjaan untuk jangka waktu ama, maka penguasa yang berwenang harus menjamin bahwa:
29
In no case shall the transfer of such workers be
permitted unless all measures relating to hygiene and accommodation which are necessary to adopt such workers to the conditions and so safeguard their heatth can be strictly applied.
When such transfer cannot be a voided, measures of gradual habituation to the new conditions of diet and of climate shall be adopted on competent medical advise.
In cases where such workers are required to perform regular work to which they are not accustomed, measures shall be taken to ensure their habituation to it especially as regards pro-
gressive, training, the hours of work and the provision of rest intervals, and any increase or amelioration of diet which may be necessary.
Article 17
Before permitting recourse to forced or compulsory labour for works of construction or mainte-
nance which entail the workers remaining at the workplaces for considerable periods, the competent authority shall satisfy itself;
30.
(1) semua tindakan yang diperlukan telah diambil untuk menjaga kesehatan pekerja serta me nanggung perawatan kesehatan yang diperlukan dan terutama
pekerja tetah diperiksa kesehatannya sebelum mulai bekerja dan dalam jangka-jangka waktu tertentu yang ditetapkan selama dalam masa kerja,
sudah tersedia cukup pegawai kesehatan yang diperlengkapi dengan apotik, tempat merawat, rumah sakit dan alat-alat yang diperlukan untuk memenuhi segala bahwa
kebutuhan, dan bahwa
keadaan kesehatan tempat kerja,
persediaan air minum, makanan, bahan bakar
dan alat-alat untuk memasak serta dimana perlu perumahan dan pakaian telah dipenuhi secara memuaskan.
(2) Persiapan yang tepat telah diadakan guna menjamin penghidupan keluarga pekerja, terutama dengan memudahkan pengiriman uang dengan
cara yang aman, yaitu sebagian upah dikirim kepada keluarganya atas dengan persetujuan pekerja.
31
permintaan
atau
(1) that all necessary measures are taken to safe. guard the health of the workers and guarantee the necessary medical care, and, in particular:
that the workers are medically examined before commencing the work and at fixed intervals during the period of services,
that there is an adequate medical staff, provided with dispensaries, infirmaries, hospi-
tals and equipment necessary to meet all requirements, and
that the sanitary conditions of the work. places, the supply of drinking water, food, fuel, and cooking utensils, and, where necessary, of housing and clothing are satisfactory; (2) that definite arrangements are made to ensure the subsistence of the families of the workers, in particular by facilitating the remittance, by a safe method, of part of the wages to the family, at the request or with the consent of the work. ers;
32
Perjalanan pekerja pulang pergi ke tempat kerja telah dilakukan atas biaya dan tanggung jawab pelaksana yang harus memudahkan perjalanan demikian dengan memanfaatkan segala sarana pengangkutan yang ada.
Dalam hal sakit atau kecelakaan yang menye babkan ketidakmampuan bekerja selama waktu tertentu, pekerja dipulangkan atas biaya pelaksana.
Setiap pekerja yang ingin tinggal sebagai pe kerja sukarela pada waktu berakhirnya kerja paksa
atau
wajib
kerja
diizinkan
berbuat
demikian untuk jangka waktu dua tahun tanpa kehilangan hak dipulangkan tanpa biaya sendiri. Pasal 18 1
Kerja paksa atau wajib kerja untuk pengang kutan orang atau barang, seperti pekerjaan mengangkut barang atau tukang perahu harus dihapus dalam waktu yang sesingkat mungkin. Dalam pada itu penguasa yang berwenarig harus
mengumumkan peraturan yang mene- tapkan antara lain:
33.
that the journeys of the workers to and from the workplaces are made at the expense and under the responsibility of the administration, which shall facilitated such journeys by making the fullest use of all available means of transport.
that in case of illness or accident causing incapacity to work of a certain duration, the worker is repatriated at the expense of the administration,
that any worker who may wish to remain as a
voluntary worker at the end of his period of forced or compulsory labour is permitted to do so without, for a period of two years, losing his right to repatriation free of expense to himself.
Article 18 1. Forced or compulsory labour for the transport of persons or goods, such as the labour of porters or boatmen, shall be abolished within the shortest possible period. Meanwhile the competent authority shall promulgate regulation determining, inter alia-
34
bahwa pekerjaan tersebut hanya dilakukan untuk tujuan memudahkan pemindahan pejabat pemerintah pada waktu sedang
bertugas atau untuk pengangkutan persediaan barang pemerintah atau dalam hal keperluan yang sangat mendesak, pengangkutan orang, bukan pejabat peme- rintah; bahwa pekerja yang dipekerjakan demi. kian,
harus dinyatakan sehat secara jasma- niah dokter apabila dimungkinkan oleh pemeriksaan kesehatan dan apabila peme riksaan
kesehatan
demikian
tidak
dapat
dilakukan, maka orang yang mempe- kerjakan buruh itu harus bertanggung jawab guna
menjamin bahwa mereka sehat seca- ra jasmaniah dan tidak penyakit yang menular;
menderita
sesuatu
beban maksimum yang boleh dipikul oleh pekerja untuk mengangkut;
jarak terjauh dan rumah mereka yang diperbolehkan untuk dikerahkan;
jumlah han terbanyak dalam sebulan atau jangka waktu lain yang diperbolehkan untuk membawa mereka, termasuk han-han yang dipergunakan mereka; dan
sewaktu
35
pulang
ke
rumah
that such labour shall only be employed for the purpose of facilitating the movement of officials of the administration, when on duty, or for the transport of Government stores or in cases of very urgent necessity, the trans. port of persons other than officials;
that the workers so employed shall be medi cally certified to be physically fit, where medical examination is possible, and that where such medical examination is not prac. ticable the person employing such workers
shall be held responsible for ensuring that they are physically fit and not suffering from any infectious or contagious disease; Cc) the maximum load which these workers may carry;
the maximum distance from their homes to which they may be taken;
the maximum number of days per month or other period for which they may be taken, in
cluding the days spent in returning to their homes; and
36.
(f)
orang-orang
yang
berhak
mengadakan
bentuk kerja paksa atau wajib kerja dan sampai dimana menuntut hal itu.
mereka
berhak
untuk
Dalam menentukan maksimum tersebut dalam sub (c), (d), dan (e) dalam ayat terdahulu, pe. nguasa yang berwenang harus memperhati. kan
semua faktor yang berhubungan, terma suk perkembangan
penduduk
yang
nyata
dan
tempat dimana pekerja tèlah dikerahkan, alam dan daerah yang haru,s mereka Ialui dalam perjalanan dan keadaan iklim.
Penguasa yang berwenang selanjutnya harus menetapkan agar perjalanan biasa sehanihari dan pekerja tersebut tidak melebihi jarak sesuai dengan rata-rata han kerja yang terdiri dan delapan jam dengan pengertian, bahwa harus diperhitungkan tidak saja beban yang dibawa
dan jarak yang harus ditempuh, tetapi juga keadaan jalan, musim dan semua faktor lain yang berhu. bungan dengan itu dan bahwa apabila waktu perjalanan itu melebihi perjalanan biasa seharihani yang ditakukan mereka harus memberikan ganti kerugian dalam nilai yang lebih tinggi dan nilai yang biasa.
37
(f) the persons entitled to demand this form of forced or compulsory labour and the extent to which they are entitled to. demand it.
In fixing the maxima referred to under (c), (d) and (e) the foregoing paragraph the competent authority shall have regard to all relevant fac. tors, including the physical development of the
population from which the workers are recruited, the nature of the country through which they must travel and the climatic conditions.
The competent authority shall further provide that normal daily journey of such workers shall not exceed a distance corresponding to an average working day of eight hours, it being understood that account shall be taken not only of the weight to be carried and the distance to be covered, but also of the nature of the road, the season and all other relevant factors, and that where hours of journey in excess of the normal daily journey are exacted, they shall be remunerated at rates higher than the normal rates.
38
Pasal 19
Penguasa yang berwenang hanya akan men sahkan mengadakan wajib tanani sebagai cara pencegahan terhadap kelaparan atau keku rangan persediaan makanan dan selalu dengan syarat, bahwa makanan atau hasil tetap akan menjadi milik perseorangan atau masyarakat yang menghasilkannya. Dalam pasal mi, tidak ada yang diartikan sebagai
membatalkan kewajiban anggota- anggota dan masyarakat dimana penghasilan telah diatur atas
dasar komunal berdasarkan undang- undang atau kebiasaan dan dimana hasil atau setiap keuntungan yang diperoleh dan penjualan itu tetap tinggal menjadi milik dan masyarakat untuk melakukan pekerjaan yang diminta oleh masyarakat berdasarkan undang-undang atau kebiasaan.
Pasal 20 Peraturan tentang hukuman bersama yang dapat menghukum suatu masyarakat untuk kejahatan yang dilakukan oleh salah seorang warganya tidak boleh memuat ketentuan bagi kerja
paksa atau wajib kerja oleh masyarakat sebagai salah satu cara untuk hukuman.
39
Article 19 The competent authority shall only authorise re-
course to compulsory cultivation as a method of precaution against famine or a deficiency of food supplies and always under the condition that the food or produce shall remain the property of the individuals or the community producing it.
Nothing in this Article shall be construed as abrogating the obligation on members of a com-
munity, where production is organised on a communal basis by virtue of law or custom and where the produce or any profit accruing from
the sale there of remain the property of the community, to perform the work demanded by the community by virtue of law or custom.
Article 20 Collective punishment laws under which a community may be punished for crimes committed by any of its members shall not contain provisions for forced or compulsory labour by the community as one of the methods of punishment.
40
Pasal 21 Kerja paksa atau wajib kerja dilarang diguna- kan untuk pekerjaan dalam tam bang dibawah tanah.
Pasal 22 Laporan tahunan yang oleh anggota yang telah
meratifikasi Konvensi mi telah disetujui untuk di. sampaikan kepada Kantor Perburuhan Internasional sesuai dengan ketentuan Pasal 22 Konstitusi Organisasi Perburuhan Internasional mengenai
tindakan yang telah diambil guna melaksanakan ketentuan mengenai Konvensi ml, harus memuat keterangan selengkap mungkin, setiap daerah bersangkutan, tentang sampai dimana kerja paksa
atau wajib kerja telah dilakukari dalam keadaan terpaksa didaerah tersebut, untuk maksud apa hat itu telah diadakan, angka sakit dan kematian, jam kerja, cara pemba- yaran upah dan tingkat upah serta setiap keterangan yang bertalian, Pasal 23
1. Untuk melaksanakan ketentuan Konpensi ml penguasa yang berwenang harus mengeluarkan peraturan yang. Iengkap dan tepat untuk mengatur penggunaan kerja paksa atau wajib ke rja.
41
Article 21 Forced or compulsory labour shall not be used for work underground in mines.
Article 22 The annual reports that Members which ratify this Convention agree to make to the International Labour Office pursuant to the provisions of article 22 of the Constitution of the International Labour Organisation on the measures they have taken to give effect to the provisions of this Convention, shall contain as full information as possible, in re spect of each territory concerned regarding the extent to which recourse has been had to forced or compulsory labour in that territory, the purpose for which it has been employed, the sickness and death rates, hours of work, methods of payment of wages and rates of wages, and any other relevant information.
Article 23 1, To give effect to the provisions of this Conven tion the competent authority shall issue complete and precise regulations governing the use of forced or compulsory labour.
42
2. Peraturan tersebut harus memuat antara lain aturan yang mengizinkan setiap orang yang diharuskan melakukan kerja paksa atau wajib kerja
semua
menyampaikan
keluhan
yang
menyangkut keadaan kerja kepada penguasa dan menjamin bahwa pengaduan tersebut akan diperiksa dan dipertimbangkan. Pasal 24 sesuai harus diambil dalam
Tindakan yang semua hal guna menjamin bahwa peraturan yang mengatur pekerjaan kerja paksa atau wajib kerja harus dilaksanakan secara tepat, baik dengan memperluas tugas lnspektorat Perburuhan yang ada yang telah dibentuk untuk mengawasi kerja sukarela yang meliputi pengawasan kerja paksa atau wajib kerja atau dalam cara lain yang Iayak. Tindakan harus juga diambil untuk menjamin, bahwa
peraturan telah diberitahukan kepada orang yang dikenakan melakukan pekerjaan ter- sebut. Pasat 25 Mengadakan kerja paksa atau wajib kerja yang tidak syah dapat dikenakan hukuman sebagai pelang- garan
hukum, dan menjadi kewajiban setiap anggota yang meratifikasi
konvensi
mi
untuk
menjamin,
bahwa
h'ikuman yang dikenakan oleh Undang-undang benar benar sesuai dan dilaksanakan dengan tegas.
43
2. These regulation shall contain, inter alia rules permitting any person from whom forced or compulsory labour is exacted to forward all complaints relative to the conditions of labour to the authorities and ensuring that such complaints will be examined and taken into consideration.
Article 24 Adequate measures shall in all cases be taken to ensure that the regulations governing the em-
ployment of forced or compulsory labour are strictly applied, either by extending the duties of any existing labour inspector which has been established for the inspection of voluntary labour to cover the inspection of forced or compulsory labour or in some other appropriate manner. Meas. ure shall also be taken to ensure that the regulations are brought to the knowledge of persons from whom such labour is exacted.
Article 25 The illegal exaction of forced of compulsory labour shall be punishable as a penal offence, and it shall be an obligation on any Member ratifying this
Convention to ensure that penalties imposed by law are really adequate and are strictly enforced.
44
Pasal 26
Setiap anggota dad Organisasi Perburuhan Internasional yang telah meratifiksi Konvensi mi, menjamin untuk melaksanakannya dalam wilayah dibawah kedaulatannya, daerah hu- kumnya, perlindungannya, kekukasaannya, perwaliannya atau yang dikuasasinya, sepan. jang Ia berhak
untuk menerima kewajiban yang menyangkut hal-hal wilayah kekuasaan. nya secara intern, kecuali jika anggota itu hendak memanfaatkan ketentuan Pasal 35 dan Konstitusi Organisasi Perburuhan Interna. sional, maka Ia akan menambahkan kepada ratifikasinya suatu pernyataan yang menyata- kan:
daerah-daerah terhadap mana Ia bermaksud untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan konvensi ml tanpa perubahan. daerah-daerah
terhadap mana Ia bermak. sud untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan Konvensi ml dengan perubahan-perubahan, sebut.
beserta
perincian
perubahan
ter-
daerah-daerah terhadap mana Ia menangguhkan keputusannya.
45
Article 26
1. Each member of the International Labour Organisat ion which ratifies this Convention Under, takes to apply it to the territories placed under its sovereignty, jurisdiction, protection sovereignty, tutelage or authority, so far as it has the right to accept obligations affecting matters of internal jurisdiction; provided that, if such Member may desire to take advantage of the provisions of article 35 of the Constitution of the International Labour Organisation, it shall append to its ratification a declaration stating: the territories to which it intends to apply the provisions of this Convention without modification; the territories to which it intends to apply the provisions of this Convention with modification together with details of the said modifications;
the territories in respect of which it reserves its decision.
46
2.
Pernyataan tersebut diatas akan dianggap merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dan fatifikasi dan berlaku sebagai ratifikasi. Hal mi akan terbuka bagi setiap anggota untuk membatalkan seluruh atau
sebagian pemba- tasan dalam keterangannya yang ash berdasarkan ketentuan ayat sub (2) dan (3) dan pasal ml dengan pernyataan yang diberikan kemudian. Pasal 27 Surat
ratifikasi
resmi
Konvensi
mi
dengan
syarat-syarat yang disebutkan dalam Konstitusi Organisasi Perburuhan Internasional harus disam-
paikan kepada Direktur Jenderal Kantor Perbu. ruhan Internasional untuk didaftarkan Pasal 28 Konvensi
mi
akan
hanya
mengikat kepada
anggota yang ratifikasinya telah
dmdaftarkan
pada Kantor Perburuhan Internasional.
Konvensi mi akan berlaku 12 bulan sesudah tanggal ratifikasi oleh dua anggota dan Organisasi Perburuhan Internasional di daftar. kan pada Direktur Jenderal,
47
2. The aforesaid declaration shall be deemed to be integrl part of the ratification and shall have the force øf ratification.
It shall be open to any Member, by a subsequent declaration to cancel in whole or in part the reservations made, in pursuance of the provisions of sub-paragraphs (2) and (3) of this Article in the original declaration.
Article 27 The formal ratification of this Convention under
the conditions set forth in the Constitution of the International Labour Organisation shall be communicated to the Director-General of the International Labour Office for registration.
Article 28
1.. This Convention shall be binding only upon those Members whose ratification have been registered with the International Labour Office.
2. It shall come into force twelve months after the date on which the ratification of two Members of the International Labour Organisation have been registered with the Director General.
48
3. Selanjutnya Konvensi mi akan mulai berlaku
terhadap tiap-tiap negara anggota 12 bulan sesu- dah tanggal ratifikasi anggota tersebut didaftarkan.
Pasal 29 Segera setelah ratifikasi oleh dua Anggota Organisasi Perburuhan Internasional telah didaf- tar pada Kantor Perburuhan Internasional, maka Direktur Jenderal Kantor Perburuhan tnternasio- nat harus memberitahukan hal tersebut kepada semua anggota Organisasi Perburuhan Inter- nasional. Begitupun juga ia harus memberitahu. kan mereka mengenai pendaftaran ratifikasi yang dapat disampaikan kemudian oleh Anggota lain dan Organisasi.
1. Anggota
yang
Pasal 30 telah meratifikasi
Konvensi,
setelah lewat waktu 10 tahun terhitung dan tanggal Konvensi mi mulai berlaku, dapat membatalkannya dengan menyampaikan sua- tu
keterangan kepada Direktur Jenderal Kan. tor Perburuhan Internasional untuk didaftar kan. Pembatalan demikian baru akan mulai berlaku satu tahun sesudah tanggal pendaf. tarannya.
49
3, Thereafter, this Convention shall come into force for any Member twelve months after the date on which the ratification has been registered.
Article 29
As soon as the ratification of two Members of the International Labour Organisation have been registered with the International Labour Office, the Director General of the International Labour Office shall so notify all the members of the International Labour Organisation. He shall likewise notify them
of the registration of ratification which may be communicated subsequently by other members of the Organisation Article 30
1. A Member which has ratified this Convention may denounce it after the expiration of ten years from the date on which the Convention first comes into force, by an act communicated to the Director General of the International Labour Office for registration. Such denunciation shall not take effect until one year after the date on which it is registered with the International Labour Office, 50
2. Tiap-tiap anggota yang telah meratifikasi Kon vensi mi dan tidak menggunakan hak pemba. talan menurut ketentuan pada ayat satu tersebut diatas dalam tahun berikutnya setelah lewat
sepuluh tahun seperti termaksud pada ayat diatas, akan terikat untuk 5 tahun lagi dan sesudah mi dapat membatalkan Konvensi mi pada waktu berakhirnya tiap-tiap masa 5 tahun menurut ketentuan yang tercantum dalam pasal In'-
Pasal 31
Pada waktu-waktu yang dipandang perlu, BaPimpinan Kantor Perburuhan menyerahkan laporan mengenai dan
Internasional pelaksanaan
Konvensi mi kepada Konferensi Umum dan harus mempelajari apakah soal peninjauan kembali Konvensi mi seluruhnya atau sebagian perlu ditempatkan dalam agenda Konferensi. Pasal 32
1. Jika Konferensi menerima Konvensi baru yang merubah sebagian atau seluruhnya Konferensi mi, dengan menyimpang dan ketentuan Pasal 30, ratifikasi Konvensi baru oleh anggota berarti pembatalan Konvensi mi tanpa syarat penundaan demi hukum, jika dan pada waktu Konvensi baru itu mulai berlaku; 51.
2. Each Member which has ratified this Convention
and which does not, within the year following the expiration of the period of ten years men tioned in the preceding paragraph, exercise the right of denunciation provided for in this Article, will be bound for another period of ten years and, thereafter, may denounce this Convention at the expiration of each period of ten years un der the terms provided for in this Article. Article 31 At such time as it may consider necessary the Governing Body of the International Labour Office shall present to the General Conference a report on the working of this Convention and shall examine the desirability of placing on the agenda of the Conference the question of its revision in whole or in part. 1.
Article 32 Should the Conference adopt a new Convention revising this Convention in whole or in part, the ratification by a Member of the new revising Convention shall ipso jure involve denunciation of this Convention without any requirement of delay, notwithstanding the provision of Article 5 above, if and when the new revising Convention shall have come into force.
52
Mulai pada tanggal Konvensi baru yang telah diubah berlaku, Konvensi ml tidak dapat dira tifikasi lagi oleh anggota.
Sekatipun demikian Konvensi ml akan tetap berlaku dalam bentuk dan isi yang ash bagi anggota yang telah meratifisikasinya, tetapi belum meratifikasi Konvensi baru. Pasal 33
Bunyi naskah Konvensi mi dalam bahasa Inggris dan Perancis kedua-duanya adalah resmi.
53
As from the date of the coming into force of the new revising Convention, the present Convention shall cease to be open to ratification by the Members.
Nevertheless, this Convention shall remain in force in its actual form and content for those Members which have ratified it but have not ratified the revising Convention.
Article 33 The French and English texts of this Convention shall both be authentic.
54
UNDANG-UNDANG NO 18 TAHUN 1956 TENTANG RATIFIKASI KONVENSI NO. 98 ORGANISASI PERBURUHAN INTERNASIONAL MENGENAI BERLAKUNYA DASAR.DASAR DARI HAK UNTUK BERORGANISASI DAN UNTUK BERUNDING BERSAMA
(Tambahan Lembaran Negara No.42, 1956)
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang:
.
bahwa Indonesia semenjak 12 Juli 1950 adalah anggota dan Orga nisasi Perburuhan Internasional;
bahwa Konvensi 98 tentang berIakunya dasar.dasar dan pada hak untuk berorganisasi dan untuk berunding bersama yang telah diteri. ma oleh wakil-wakil anggota Orga- nisasi Internasional dalam Perburuhan
sidangnya ke 32 di Jenewa (1949) dapat disetujui.
55
ACT NO.18 OF 1956 ON
THE RATIFICATION OF CONVENTION No. 98 OF THE INTERNATIONAL LABOUR ORGANISATION CONCERNING THE APPLICATION OF THE PRINCI; PLES OF THE RIGHT TO ORGANISE AND TO BAR. GAIN
COLLECTIVELY
(State Gazette No. 42 of 1956)
THE PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA,
Considering: . that since 1950 Indonesia is a mem
ber of the International Labour Or. ganisation;
that Convention No, 98 concerning the application of the principles of the right to organise and to bargain collectively which has been adopted by the representative of the mem bers of the International Labour Or ganisation,
in its Thirty second Session at Geneva (1949) may be
ratified.
56
Mengingat: Pasal 19 anggaran dasar dan Organi. sasi
Perburuhan
Internasional
serta
Pasal 120 Undang-undang Dasar Sementara. DENGAN PERSETUJUAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
MEMUTUSKAN Menetapkan: UNDANG- UNDANG TENTANG PER. SETUJUAN KONVENSI ORGANISASI PERBURUHAN INTERNASIONAL No. BERLAKUNYA MENGENAI 98 DASAR.DASAR
DARI
PADA
HAK
UNTUK BERORGANISASI DAN UNTUK BERUNDING BERSAMA.
Pasal 1
Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional No. 98 mengenai berlakunya dasar.dasar dan pada hak untuk berorganisasi dan untuk berunding bersama yang telah diterima oleh wakil-wakil anggota Organisasi Perburuhan Internasipnal dalam sidangnya ke 32 (1949) dan yang berbunyi sebagai
dilampirkan pada undang. undang mi dengan mi disetujui.
57
In view of : Article 19 of the Constitution of the In ternational Labour Organisation and article 120 of the Provisional Constitu. tion. WITH THE APPROVAL OF THE HOUSE OF REPRESENTATIVES
RESOLVES To enact: ACT ON THE RATIFICATION OF CON VEN
TION NO. 98 OF THE INTERNATIONAL LABOUR ORGANISATION CONCERNING THE APPLICATION OF PRINCIPLES OF THE RIGHT TO ORGANISE AND TO BAR GAIN COLLECTIVELY.
Article 1
Convention No. 98 of the International Labour Organisation concerning the principles of the right to organise and to bargain collectively which has been adopted by the representative of the mem bers of the International Labour Organisation in its Thirty-second Session (1949) and which reads as in.the text enclosed to this Act, is herewith ratified.
58
Pasal 2 Undang-undang mi mulai berlaku pada han di. Agar supaya setiap orang dapat menge- tahuinya, memenntahkan pengundangan Undang. undang mi dengan penempatan dalam undangkan.
Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal 29 Agustus 1956 Wakil Presiden Republik Indonesia MOHAMMAD HATTA Menteni Perburuhan SABILAL RASJAD
Menteri Luar Negeri a.i. ALl SASTROAMIDJOJO, SH
Diundangkan
pada tanggal 17 September 1956 Menteni Kehakiman MOELJATNO
59
Article 2
This Act shall come into force on the day of its promulgation. In order that everyone take cogni sance of this, the promulgation of this Act is here. with ordered by publication in the State Gazette of the Republic of Indonesia. Done in Jakarta
on 29 August 1956 Vice President of the Republic of Indonesia, signed MOHAMMAD HAUA
Minister of Labour,
signed SABILAL RASJAD
Minister of Foreign Affairs, al. signed ALl SASTROAMIDJOJO, SH
Promulgated on 17 September 1956
Minister of Justice signed MOEUATNO
60
MEMORI PENJELASAN
UNDANG.UNDANG NO. 18 TAHUN 1956 TENTANG PERSETUJUAN KONVENSI ORGANISASI PERBURUHAN INTERN ASIONAL NO. 98 MENGENAI BERLAKUNYA DASAR.DASAR DARIPADA HAK UNTUK BERORGANISASI DAN UNTUK BERUNDING BERSAMA
(Taniba/,an L embaran Negara No.1 O5
Semenjak tanggal 12. Juli adalah
anggota
1950 Indonesia
Organ isasi
Perburuhan
Interna sb na I.
Salah satu kewajiban dan Indonesia sebagai
ang gota
Perburuhan
Organisasi
Internasional
menurut pasal 19 ayat 5 dan anggaran dasar organisasi tadi ialah meratifisir 'Konvensi.konvensi' yang telah diteni- ma oleh Konferensi Perburuhan Internasional dan yang isinya dapat (sudah) dilaksanakan di Indonesia. Menurut Pasal 120 Undang.Undang Dasar Sementara Republik Indonesia ratifikasi demikian harus dilakukan dengan Undang-Undang (yaitu Pemeritah bersamasama Dewan dengan Perwakilan Rakyat). 61
ELUCIDATION
ACT NO. 18 OF 1956 ON
THE RATIFICATION OF CONVENTION No. 98 OF THE INTERNATIONAL LABOUR ORGANISA. TION CONCERNING THE APPLICATION OF THE PRINCIPLES OF THE RIGHT TO ORGANISE AND TO BARGAIN COLLECTIVELY
(Supplementaty State Gazette No. 1050)
Since 12 July 1950 Indonesia is a member of the International Labour Organisation.
One of the obligation of Indonesia as a Member of the International Labour Organisation, according to Article 19 (5) of the Constitution of that Organi-
sation is to ratify "Convention" which has been adopted by the International Labour Conference and which content can be or is already implemented in Indonesia.
According to Article 120 of the Provisional Con. stitution of the Republic of Indonesia such ratifica. tion must be made by an Act (that is the Government together with the Parliament).
62
Konvensi-konvensi' yang sekarang dianggap mengikat Indonesia (berjumlah empat Konvensi, yaitu Konven. si No.19, 27, 29 dan 45)* semuanya telah diratifisir oleh Pemerintah Belanda dahulu. Semenjak Indonesia menjadi anggota dan Organisa- si Perburuhan Internasional, Indonesia
belum pernah meratifisir suatu Konvensi.
Kalau diingat bahwa negara-negara tetangga kita sebagai India dan Pakistan yang dalam banyak hal keadaannya hampir serupa dengan negara kita, telah meratifisir lebih dan 20 Konvensi, maka teranglah bahwa dalam hal mi kita banyak ketinggalan. Rencana
Undang.Undang
untuk
meratifisir
Konvensi No.98 mengenai berlakunya hak-hak dasar untuk berorganisasi dan untuk berunding bersama dapat dianggap sebagai Iangkah pertama dalam menyusul ketinggalan mi.
*Convention No.19 mengenai Equality of Treatment (Accident Compensation). Convention No. 27 mengenai Marking of Weight (Pack- ages Transported by Vessels). Convention No.29 mengenai Forced Labour. Convention No.45 mengenai Underground Work (Women).
63
"Convention" which at present are considered to be binding upon Indonesia (in all four "Conventions"
*
those are Conventions No.19,27,29 and 45) which all have been ratified by the former Dutch Government.
Since Indonesia become a Member of the Inter. national Labour Organisation, Indonesia has never ratified a "Convention".
Having in mind, that our neighbour counties such as : India and Pakistan whose conditions in many cases are almost similar to our country, have ratified more than 20 'Convention' it is quite obvi. ous that in this case we are much behind.
The bill to ratify Convention No. 98 concerning the application of the principles of the right to or ganise and to bargain collectively may be consid ered as the first step to make up this delay.
* Convention No. 19 concerning Equality of Treatment (Accident) Compensation).
Convention No.27 concerning Marking of weight (Packages Transported by Vessels) Convention No.29 concerning Forced Labour Convention No.45 concerning Underground Work (Women).
64
Maksud Convention mi ialah
menjamin kebebasan buruh untuk masuk atau tidak masuk Serikat Buruh; melindungi buruh terhadap campur tangan majikan dalam soal mi;
melindungi Serikat Buruh terhadap campur tangan majikan dalam mendirikan cara bekerja serta cara mengurus organisasinya, khususnya mendirikan
organisasi
dibawah
pengaruh
majikan atau yang disokong dengan uang atau cara lain oleh maji- kan;
menjamin penghargaan hak berorganisasi;
menjamin perkembangan serta penggunaan
badan perundingan sukarela untuk mengatur syarat- syarat dan keadaan-keadaan dengan perjanjian perburuhan.
kerja
Dalam perundang-undangan kita hak setiap orang untuk mendirikan Serikat Kerja dan masuk ke dalamnya untuk memperlindungi dan memperjuangkan kepentingan, dijamin dalam Pasal 29 UndangUndang Dasar Sementara.
65
The purpose of this Convention is to Guarantee the freedom of workers to join or not to join atrade union;
Protect worker against any interference of em ployers in this matter; Protect trade unions against any interference of employers in the establishment functioning or administration under the domination of employ. ers;
Ensure respect for the right to organise;
Ensure the development and utilisation of ma chinery for voluntary negotiation for the regula. tion of terms and conditions of employment by means of collective agreements.
Under our law right of everyone to establish a Trade Union and to become a member thereof in pursuing the protection and the promotion of his
interest is guaranteed in Article 29 of the Provi sional Constitution.
66
Selanjutnya Undang.undang tentang Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dan Majikan
menyatakan tidak sah sesuatu aturan yang me wajibkan seorang majikan supaya hanya meneri ma atau menolak buruh atau mewajibkan seo rang buruh supaya hanya bekerja atau tidak boleh bekerja pada majikan dan sesuatu golo ngan, balk berkenaan dengan agama, golongan warga negara
atau bangsa, maupun karena keya kinan politik atau anggota dan sesuatu perkum- pulan (Pasal 1 ayat 3) Bahwasanya
Serikat
Buruh
harus
dibentuk
secara sukarela, jadi bebas dan tekanan majikan, dinyatakan pada Pasal 1 dan Peraturan Menteri Perburuhan ten- tang Pendaftaran Serikat Buruh.
Hak untuk berorganisasi dalam pelbagai perjanjian perburuhan dihargai dengan mem- berikan pelbagai kelonggaran kepada petugas- petugas tertentu dan Serikat Buruh untuk melakukan pekerjaan Serikat Buruh dalam waktu kerja untuk mengunjungi kongres disediakannya ruangan oleh majikan untuk kepentingan Serikat Buruh dan sebagainya. Dalam tata cara penyelesaian persehsihan perburuhan yang kini berlaku cukup dijamin perkembang- an serta penggunaan badan perundingan sukarela sehingga perantaraan oleh Badan-badan Pemerintah baru diberikan setelah ternyata bahwa perundingan sukarea itu menemui kegagalan.
67
Further the Act on Collective Labour Agreement
between Trade Union and Employers states that any stipulation obliging an employer to employ only
or refuse workers obliging a worker to work only or prohibiting him to work for employers who belong to a certain group either for reasons of religion, nationality or race or of political conviction or membership of a certain association shall be null and void. (Article 1 (3)).
Article 1 of the Regulation of the Minister of La-
bour on the Registration of Trade Unions states that a Trade Union must be voluntarily establish free from pressure of the employer.
The right to organise is respected in various collective labour agreements by the provisions of various opportunities to certain Trade Union Functionaries to perform union activities within working hours, to visit congresses, rooms made available by the employer for the interest of a Trade Union, etceteras. The procedure of settlement of labour disputes sufficiently guarantees the development and utilisation of machinery for voluntary negotiation so that mediation by Government machinery is only ren-
dered after it is evident that voluntary negotiation has met with failure.
68.
Berhubung
telah
azasazas Convention No. 98 dinegara kita, maka Conven. tion tersebut dapat diratifisir. dilaksanakannya
Diketahui: MENTERI KEHAKIMAN
ttd MOELJATNO
TERMASUK LEMBARAN NEGARA NO. 42
TAHUN 1956
69.
Because of the basic principles of Convention No. 98 has already been implemented in our coun. try, the Convention mentioned is ratified.
Understood Minister of Justice signed MOE UATNO
STATE GAZETTE NO. 42 OF 1956
70.
KONVENSI NO. 98 MENGENAI DASAR-DASAR DARI PADA HAK UNTUK BERORGANISASI DAN UNTUK BERUNDING BERSAMA
Sidang Umum Organisasi
Perburuhan
Interna.
sional.
Setelah
diundang
di
Jenewa
oleh
Badan
Pengurus Kantor Perburuhan Internasional, dan setelah mengadakan sidangnya yang ke-32 pada tanggal 8 Juni 1949 dan. Setelah memutuskan untuk menerima beberapa usul mengenai dasar-dasar dan pada hak untuk berorganisasi dan untuk berunding bersa- ma yang termasuk acara ke-4 dan agenda sidang, dan Setelah menetapkan, bahwa usul-usul mi harus berbentuk Konvensi internasional, menerima pada tanggal 1 Juli tahun 1949 Kon-
vensi dibawah mi, yang dapat disebut Konvensi mengenai Dasar-dasar daripada Hak Untuk Berorganisasi dan Untuk Berunding Bersama 1949;
71
CONVENTION NO. 98 CONCERNING THE APPLICATION OF THE PRINCIPLES OF THE RIGHT TO ORGANISE AND TO BARGAIN COLLECTIVELY
(Brought into force for Indonesia by State Gazette No. 42 of 1956) The General Conference of the International Labour Organisation, Having been convened at Geneva by the Governing Body of the International Labour Office, and having met in its Thirty-second Session on 8 June 1949, and
Having decided upon the adoption of certain proposals concerning the application of the principies of the right to organise and to bargain collectively, which is the fourth item on the agenda of the session, and Having determined that these proposals shall take the form of an international convention, adopts this first day of July of the year one thou. sand nine hundred and forty-nine the following Con.
vention, which may be cited, as the Right to Organise and Collective Bargaining Convention, 1949.
72
Pasal 1
Buruh harus dapat cukup perlindungan terhadap tindakan-tindakan pembedaan anti serikat buruh berhubung dengan pekerjaannya. Perlindungan demikian harus digunakan 'ter-
utama terhadap tindakan-tindakan yang bermaksud:
mensyaratkan kepada buruh, bahwa ia tidak akan masuk suatu serikat buruh atau harus metepaskan keanggotaannya;
menyebabkan pemberhentian, atau secara merugikan buruh berdasarkan keanggotaan serikat buruh atau karena turut serta dalam tindakan-tindakan serikat bu- ruh di lain
luar jam-jam bekerja atau dengan persetujuan majikan dalam waktu jam bekerja Pasal 2
1. Serikat buruh dan perserikatan majikan harus cukup mendapat perlindungan terhadap tiap-tiap campur tangan oleh masing-masing pihak atau oleh wakil atau anggota mereka dalam mendirikan organisasi mereka, cara bekerja atau cara mengurusnya
73
Article 1
Workers shall enjoy adequate protection against
acts of anti union discrimination in respect of their employment.
Such protection shall apply more particularly in respect of acts calculated to Make the employment of a worker subject to the condition that he shall not join a union or shall relinquish trade union membership; Cause the dismissal of or otherwise prejudice a worker by reason of union member.
ship or because of participation
in union
activities outside working hours or, with the
consent of the employer, within working hours.
Article 2
1. Workers' and employers' organisation shall enjoy adequate protection against any acts of interference by each other's agents or members in their establishment, functioning or administration.
74,
2. Khususnya tindakantindakan yang bermaksud memajukan berdirinya organisasi buruh dibawah pengaruh majikan atau organisasi majikan atau menyokong organisasi buruh dengan uang dengan menempatkan atau
cara lain dengan organisasi demikian
maksud dibawah
pengawasan majikan atau organisasi majikan, harus dianggap termasuk tindakan- tindakan campur tangan termaksud pada pasal mi. Pasal 3
Badan yang sesuai dengan keadaan nasional harus didirikan dimana pertama untuk menjamin penghargaan hak berorganisasi seperti ditetap- kan pada pasal-pasal tersebut di atas
PasaI4 Tindakan yang sesuai dengan keadaan nasional harus diambil dimana perlu untuk mendorong dan memajukari
sepenuhnya
perkembangan
dan
penggunaan badan perundingan sukarela antara organisasi majikan dan organisasi buruh dengan maksud mengatur syarat- syarat dan keadaankeadaan kerja dengan perjanjian perburuhan.
75
2.
In particular, acts which are designed to pro. mote the establishment of workers organisation under the domination of employer's organisations, or to support workers' organisation by fi-
nancial or other means, with the object of placing such organisations under the control of employers or employers' organisation, shall be deemed to constitute acts of interference within the meaning of this Article.
Article 3
Machinery appropriate to national conditions shall be established where necessary, for the purpose of ensuring respect for the right to organise as defined in the preceding Articles.
Article 4
Measure appropriate to national conditions shall be taken, where necessary to encourage and promote the full development and utilisation of machinery for voluntary negotiation between employers or employers organisations, with a view to the regulation of terms and conditions of employment by means of collective agreements.
76.
Pasal 5
Sampai dimana jaminan yang ditetapkan dalam
Konvensi mi akan berlaku untuk tentara dan polisi, harus ditetapkan dengan Undang- undang atau peraturan-peraturan nasional. Sesuai dengan azas yang ditentukan pada ayat 8 Pasal 19 Undang Undang Dasar Orga- nisasi Perburuhan Internasional, maka ratifika- si
Konvensi mi oleh setiap Anggota tidak akan dianggap mempengaruhi Undang-undang, tusan juru
pemisah,
kebiasaan atau
Pu.
perse-
tujuan yang ada, berdasarkan mana anggotaanggota tentara atau polisi mempunyai hak yang dijamin Konvensi mi.
PasaI6 Konvensi ni tidak menyinggung kedudukan pegawai negeri yang dipekerjakan pada tata usaha Negara dan bagaimanapun tidak akan ditafsirkan secara merugikan hak-hak atau kedudukan mereka.
Pasal 7
Suatu Ratifikasi Konvensi mi harus disampaikan kepada Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Interna- sional untuk didaftarkan.
77
Article 5
The extent to which the guarantees provided for in
this convention shall apply to the armed
forces and the police shall be determined by na tional laws or regulations.
In accordance with the principle set for in para graph 8 of article 19 of the Constitution of the International Labour Organisation the ratification of this Convention by any Member shall not be deemed to affect any existing law, award, custom or agreement in virtue of which members
of the armed forces or the police enjoy any right guaranteed by this Convention. Article 6
This Convention does not deal with the position of public servants engaged in the administration of the State, nor shall it be construed as prejudicing their rights or status in any way.
Article 7
The formal ratification of this Convention shall be communicated to the Director General of the In. ternational Labour Office for registration. 78
Pasal 8 Konvensi
mi
Organ isasi
hanya akan mengikat anggota Perburuhan
Internasional
ratifikasinya telah didaftarkan pada
yang Direktur
Je nderal.
Konvensi mi akan berlaku 12 bulan sesudah tanggal ratifikasi oleh dua anggota di daftar. kan pada Direktur Jenderal.
Selanjutnya Konvensi ml akan mulai berlaku anggota tersebut untuk tiaptiap anggota 12 bulan sesudah tanggal ratifikasi
terhadap
didaftarkan. Pasal 9
1. Keterangan yang disampaikan kepada Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional se-
suai dengan ayat 2 Pasal 35 dan Konstitusi Organisasi perburuhan menyatakan
Internasional
harus
daerah-daerah terhadap mana Anggota yang bersangkutan menanggung bahwa
ketentuanketentuan dan Konvensi mi akan dilaksanakan tanpa perubahan; daerandaerah terhadap mana Anggota yang bersangkutan menanggung bahwa
ketentuanketentuan dan Konvensi ml akan dilaksanakan dengan perubahan.peru- b'ahan, beserta hal ikh wal perubahan tersebut;
79
Article 8
This Convention shall be binding only upon those Members of the International Labour Or. ganisation whose ratification have been registered with the Director General. It shall come into force twelve months after the date on which the ratification of two Members have been registered with the Director General.
Thereafter, this Convention shall comes into force for any Member twelve months after the date on which its ratification has been registered.
Article 9
1. Declarations communicated to the Director General of the International Labour Office in accordance with paragraph 2 of article 35 of the Constitutions of the International Labour Organisation shall indicate The territories in respect of which the Mem-
ber concerned undertakes that the provisions of the Convention shall be applied without modification;
The territories in respect of which it under. takes that the provision of the Convention shall be applied subject to modifications, together with details of the said modifications;
80
daerahdaerah dimana Konvensi mi tak dapat dilaksanakan dan dalam hat demikian, alasan-alasan yang menyebabkan Konvensi mi tidak dapat dilaksanakan daerahdaerah terhadap mana anggota menangguhkan putusannya sambil me-
nunggu pertimbangan Iebih tanjut tentang keadaan di daerah itu
Tanggungan yang dimaksud pada sub a dan b ayat 1 pasal mi akan dianggap merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dan ratifikasi dan berlaku sebagai ratifikasi. Tiap-tiap Anggota sewaktu-waktu dapat mem-
batalkan seluruh atau sebagian tiap-tiap pem yang dicantumkan dalam ketera. ngannya yang ash berdasarkan ayat 1 Sub (b), batasan
(c) atau (d) pasal i, dengan pernyataan yang dibenikan kemudian.
Tiaptiap Anggota, pada setiap waktu Konvensi mi dapat dibatalkan menurut ketentuan. keten. tuan pada pasal 11, dapat menyampaikan kepada Direktur Jenderal suatu keterangan yang dalam hat lain merubah bunyi keterangan yang lalu dan memberitahukan keadaan sekarang dan daerah.daerah itu, jika dapat dengan uraian seperlunya.
81
The territories in respect of which the Con. vention is in applicable and in such cases the grounds on which it is in applicable; The territories in respect of which it reserves its decision pending further consideration of the position
The undertakings referred to in sub paragraphs (a) and (b) or paragraph 1 of this Article shall be deemed to be an integral part of the ratification and shall have the force or ratification;
Any Member may at any time by a subsequent declaration cancel in whole or in part any reser vation made in its original declaration in virtue of sub paragraph (b), (c) or (d) of paragraph 1 of this Article.
Any Member may, at any time at which the Con. vention is subject to denunciation in accordance with the provisions of Article 11, communicate to the Director General a declaration modifying in any other respect the terms of any former
declaration and stating the present ppsition in respect of such territories as it may specify. 82
Pasal 10 Keterangan yang disampaikan kepada Direk- tur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional sesuai
dengan ayat 4 atau 5 pasal 35 dan Konstitusi Organisasi
Perburuhan
Internasional
harus
menyatakan, apakah ketentuan Konven- Si ifli dilaksanakan di daerah yang bersangkutan tanpa perubahan atau dengan perubahan; jika keterangan itu menyatakan
akan
bahwa ketehtuan Konvensi mi akan
dilaksa-
nakan dengan perubahan, maka keterangan itu memuat juga hal ikhwal perubahan ter- maksud. Anggota atau penguasa internasional yang bersangkutan, sewaktu-waktu dapat melepaskan seluruh atau sebagian .haknya untuk mengadakan suatu perubahan yang telah dinyatakan dalam keterangan yang lalu dengan suatu keterangan yang disampaikannya kemudian. Anggota atau penguasa internasional yang bersangkutan, pada setiap waktu Konvensi mi dapat dibatalkan menurut ketentuan pasal 11, dapat menyampaikan kepada Direktur Jenderal keterangan yang dalam hal lain merubah bunyi
ketera- ngan yang keadaan sekarang Konvensi mi.
dan membermtahukan pelaksanaan mengenai
lalu
83
Article 10
Declarations communicated to the Director General of the International Labour Office in accordance with paragraph 4 or 5 of Article 35 of the Constitution of International Labour Organisation shall indicate whether the provisions of
the Convention will be applied in the territory concerned without modification or subject to modifications; when the declaration indicates that the provisions of the convention will be applied subject to modifications, it shall give details of the said modifications. Members or international The Member, authority concerned may at any time by a sub. sequent declaration renounce in whole or in part the right to have recourse to any modification indicated any former declaration. The Member, Members or international authority concerned may, at any time at which this Convention is subject to denunciation in accordance with the provisions of Article 11. communicate to the Director General a declaration modifying in any other respect the terms of any former declaration and stating the present position in respect of the application of the Convention..
84
Pasal 11
Anggota yang telah meratifikasi Konvensi mi, setelah lewat waktu 10 tahun terhitung dan tanggal Konvensi mi mulai bertaku, dapat membatalkannya dengan menyampaikan suatu keterangan kepada Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional untuk didaftarkan. Pembatalan demikian baru akan berlaku disatu tahun sesudah tanggal pendaftarannya. Tiap.tiap anggota yang telah meratifikasi Konvensi mi dan tidak menggunakan hak
pembatalan menurut ketentuan pada ayat satu tersebut diatas dalam tahun benikutnya setelah
lewat sepuluh tahun seperti termaksud pada ayat diatas, akan terikat untuk 10 tahun lagi dan
sesudah mi dapat membatalkan Konvensi mi pada waktu berakhirnya tiaptiap masa 10 tahun menurut ketentuan yang tercantum dalam pasal mi.
Pasal 12 1
Direktur Jenderal kantor Perburuhan International harus memberitahukan kepada segenap anggota
Organisasi
Perburuhan
International
tentang pendaftaran semua ratmfikasi, ketera. ngan dan pembataan yang disampaikan kepa. danya oleh anggota Organisasi.
85
Article 11
A Member which has ratified this Convention may denounce it after the expiration of ten years from the date on which the Convention first comes into force, by an act communicated to the Director General of the International La. bour Office for registration. Such denunciation shall not take effect until one year after the date on which it is registered. Each Member which has ratified this Convention
and which does not, within the year following the expiration of the period of ten years men tioned in the preceding paragraph, exercises the right of denunciation provided for in this Article, will be bound for another period of ten years and, there after, may denounce this Con. vention at the expiration of each period of ten years under the terms prov;ded for in this Arti. cle,
Article 12 1. The Director General of the International Labour
Office shall notify all Members of the Interna. tional Labour Organisation of the registration of all ratification, declarations, and denunciations
communicated to him by the Members of the Organisation
86
2. Pada waktu memberitahukan kepada anggota Organisasi tentang pendaftaran dan ratifikasi kedua yang disampaikan kepadanya, Direktur Jenderal harus memperingatkan anggota Or. ganisasi tanggal mulai berlakunya Konfensi ml. Pasal 13
Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional harus menyampaikan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa untuk didaftarkan, sesuai dengan Pasal 102 dan Pia- gam
Perserikatan Bangsa-bangsa ha! ikwal mengenai semua ratifikasi keterangan dan pem- batalan yang didaftarkannya menurut tersebut diatas.
ketentuan
pasal-pasal
Pasal 14
Pada waktu berakhirnya tiap-tiap masa sepuluh tahun setelah mulai berlakunya Konvensi ml Badan Pengurus Kantor Perburuhan Interna- sional harus menyerahkan laporan mengenai pelaksanaan Konvensi mi kepada Konferensi Umum dan harus mem- pertimbangkan apakah soal perubahan Konvensi ml seluruhnya atau sebagian ditempatkan dalam Agenda Konferensi.
87
perlu
2. When notifying the Member of this Organisation
of the registration of the second ratification communicated to him, the Director General shall draw the attention of the Members of the Organisation to the date upon which the Con. vention will come into force.
Article 13
The Director General of the International Labour Office shall communicate to the Secretary General of the United Nations for registration in accordance with the Article 102 of the Charter of the United Nations full particulars of all ratification,
declarations, and acts of denunciation registered by him in accordance with the provision of the preceding Article.
Article 14
At such times as may consider necessary the Governing Body of the International Labour Office shall present to the General Conference a report on the working of this Convention and shall examine the desirability of the placing on the agenda of the Conference the question of its revision in whole orin part. 88
Pasal 15
1. Jika Konferensi menerima Konvensi baru yang merubah sebagian atau seluruhnya Konferensi mi, kecuali jika Konferensi baru menentukan lain, maka;
dengan menyimpang dan ketentuan Pasal 11, ratifikasi Konvensi baru oleh anggota berarti pembatalan Konvensi mi pada saat itu
juga karena hukum, jika dan pada waktu Konvensi baru itu mulal berlaku;
mulai pada tanggal Konvensi baru berlaku, Konvensi mi tidak dapat diratifikasi lagi oleh anggota. 2.
Bagaimanapun juga Konvensi ml akan tetap berlaku dalam bentuk dan isi yang ash bagi
anggota yang telah meratifisirnya, tetapi belum meratifisir Konvensi baru. Pasal 16
Bunyl naskah Konvensi ml dalam bahasa lnggris dan Perancis kedua-duanya adalah resmi.
89
Article 15 1. Should the Conference adopt a new Convention
revising this Convention in whole or in part, then, unless the new Convention other wise provides,
The ratification by a Member of the new revising Convention shall ipso jure involve the immediate denunciation of this Convention, not with standing the provision of Article 11 above, if and when the new revising Convention shall have come into force;
As from the date when the new revising Convention comes into force this Convention shall cease to be open to ratification by the Member.
2. This Convention shall in any case remain in force in its actual form and content for those Members which have ratified it but have not ratified the revising Convention.
Article 16 The French and English texts of this Convention shall both be authentic.
90
UNDANG-UNDANG NO. 80 TAHUN 1957 TENTANG PERSETUJUAN KONVENSI ORGANISASI PERBURUHAN INTERNATIONAL NO. 100 MENGENAI PENGUPAHAN BAGI LAKI-LAKI DAN WANITA UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA
NILAINYA.
(LEMBARAN NEGARA NO.171 TAHUN 1957) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: a. bahwa Indonesia semenjak 12 Juli
1950 adalah anggota dan Organisasi Perburuhan Internasional; b.
bahwa Konvensi Organisasi Per. buruhan Internasional No.100 tentang pengupahan yang sama bagi buruh laki-laki dan wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya, yang telah diterima oleh wakil-wakil anggota-anggota Organisasi Perburuhan Internasional dalam sidangnya yang ke tiga- puluh empat di Jenewa (1951) dapat disetujui 91
ACT NO. 80 OF 1957 ON
THE RATIFICATION OF CONVENTION NO. 100 OF THE INTERNATIONAL LABOUR ORGANISATION CONCERNING EQUAL REMUNERATION FOR MEN AND WOMEN WORKERS FOR WORK OF EQUAL VALUE
State Gazette No. 171 of 1957 THE PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA,
Considering: a. that since 12 July 1950, Indonesia is a member of the International Labour Organisation;
b. that Convention No. 100 of the In. ternational Labour Organisation concerning equal remuneration for men and women worker for work
of equal value, which has been adopted by the representatives of the members of the International Labour Organisation in its Thirty.
fourth Session at Geneva 1951 may be ratified.
92
Mengingat: a. Pasal 19 Anggaran Dasar Organi. sas Perburuhan Internasional;
b. Pasalpasal 89
dan 120 Undang. Undang Dasar Sementara Repu. blik Indonesia
DENGAN PERSETUJUAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
MEMUTUSKAN Menetapkan:
UNDANG-UNDANG
TENTANG
PER-
SETUJUAN KONVENSI ORGANISA- SI PERBURUHAN INTERNASIONAL NO. 100 MENGENAI PENGUPAHAN YANG SAMA BAGI BURUH LAKI- LAKI DAN WANITA
UNTUK PEKERJMN YANG
NILAINYA
SAMA
Pasal 1
Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional No.100 mengenai pengupahan yang sama bagi buruh Iaki.Iaki dan wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya, yang telah diterima oleh wakiI wakil anggota .anggota
Organisasi
Perburuhan
In-
ternasional dalam sidangnya yang ke tigapuluh empat (1951) dan yang bunyinya sebagai dilampirkan pada disetujui.
Undang-Undang
93
mi,
dengan
mi
In view of: a. Article 19 of Constitution of the Inter. national Labour Organisation;
b. Articles 89 and 120 of the Provi. sional Constitution of the Republic of Indonesia, with .the approval of the House of Representatives: RESOLVES
To enact :ACT ON THE RATIFICATION OF CON yEN. TION NO. 100 OF THE INTERNATIONAL LABOUR ORGANISATION CONCERNING EQUAL REMUNERATION FOR MEN AND
WOMEN WORKERS FOR WORK OF EQUAL VALUE.
Article 1
Convention No. 100 of the International Labour
Organisation concerning equal remuneration for men and women workers for work of equal value which has been adopted by the representatives of the members of the International Labour Organisa. tion in its Thirty.fourth Session (1951) and which text reads as enclosed to this Act, is herewith rati fied.
94
Pasal 2
Undang-undang mi mulai berlaku pada han diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan
Undang- undang mi dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal 19 Desember 1957 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd SOEKARNO
Menteri Perburuhan,
ttd SAM liON 0
Menteri Luar Negeri
ttd SUBANDRIO
95
Article 2
This Act shall come into force on the day of its promulgation. In order that everyone shall take
cognisance of this, the promulgation áf this Act is herewith ordered by publication in the State Ga. zette of the Republic of Indonesia. Legalised in Jakarta On 19 December 1957 President of the Republic of lndone sia
signed SOEKARNO
Minister of Labour signed SAMIJONO
Minister of Foreign Affairs signed SUBANDRIO
96
MEMORI PENJELASAN MENGENAI UNDANG-UNDANG TENTANG PERSETUJUAN KONVENSI ORGANISASI PERBURUHAN INTERNASIONAL NO.100 MENGENAI PENGUPAHAN YANG SAMA BAGI BURUH LAKI-LAKI DAN WANITA UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA (TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA NO.1492) Dalam penjelasan Undang-Undang tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan
Internasional No.98 mengenai berlakunya dasardasar dan pada hak untuk berorganisasi dan untuk berunding bersama, telah diuraikan bahwa salah satu kewajiban dan Indonesia sebagai anggota Organisasi Perburuhan Internasional menurut Pasal
19 ayat (5) dan anggaran dasar Organisasi tadi ialah meratifisir 'Konvensi- Konvensi' yang telah
diterima oleh Konvensi Perburuhan Internasional dan yang isinya dapat (sudah) dilaksanakan di Indonesia. Menurut
120 Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia ratifikasi demikian harus disetujui dengan Undang- Undang. Pasal
Pokok-pokok dan pada Konvensi No.100 mi adalah sebagai benikut:
97
ELUCIDATION
ACT ON THE RATIFICATION OF CONVENTION NO. 100 OF THE INTERNATIONAL LABOUR OR. GANISATION CONCERNING EQUAL REMUNERA. lION FOR MEN AND WOMEN WORKERS FOR WORK OF EQUAL VALUE
(Supplementary State Gazette No. 1492)
In the elucidation of Act on the ratification of Convention No. 98 of the International Labour Or. ganisation concerning the application of the princi.
pIes of the right to organise and to bargain collectively, it is explained, that one of the obligations of Indonesia as a member of the Interna. tional Labour Organisation, according to Article 19 paragraph (5) of the organisation's Constitution is to ratify "Convention" which have been adopted by the International Labour Conference and which
contents may be or have been already implemented in Indonesia. According to Article 120 of the Provisional Con.
stitution of the Republic of Indonesia such ratification must be approved by law. The subject of Convention No. 100 are as fol-
lows:
98
negara yang meratifisir Konvensi ni harus men- jamin pengupahan yang sama bagi buruh laki-laki dan wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya; jaminan ni dapat dilakukan dengan Undangun dang, perjanjian perburuhan, oleh bidang peneta- pan upah atau dengan menggabungkan cara-cara mi; tindakan harus diambil untuk mengadakan penilaian pekerjaan yang obyektmp berdasarkan pekerjaan yang akan dijalankan;
nilai pengupahan yang berlainan antara buruh yang tanpa memandang jenis kelamin, didasarkan atas penilaian pekerjaan yang obyektip berdasarkan pekerjaan yang akan dijalankan, tidak akan dianggap melanggar azas-azas Konvensi nt.
Di negara kita azas pengupahan yang sama untuk pekerjaan yang sama telah dijamin oleh Pasal 28 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Sementara yang menyata- kan bahwa setiap orang yang melakukan pekerjaan yang sama dalam hal yang sama, berhak atas pengu- pahan yang sama dan atas perjanjian-perjanjian pe- kerjaan yang sama baiknya. Sesuai dengan azas mi dalam perundang- 'undangan perburuhan tidak pernah diadakan diskriminasi dalam hal pengupahan berda- sarkan jenis kelamin. TERMASUK LEMBARAN NEGARA NO.171 TAHUN 1957.
Diketahui Menteri Kehakiman,
ttd G.A. MAENGKOM
99
a country which has ratified this Convention must guarantee equal remuneration for men and women workers for work of equal value;
this guarantee can be applied by collective labour agreements machinery, for wage determination or combination of these various means;
measures must be taken to provide objective appraisal of jobs on the basis of the work to be performed; differential rate between workers, without regard to sex are based upon the objective appraisal of jobs on the basis of the work to be performed shall not be considered as being contrary to the principles of this convention. In our country the principle of equal remunera-
tion for work is guaranteed by Article 28, paragraph (3) of the Provisional Constitution which states that everyone performing work in equal mat-
ters, is entitled to equal remuneration and labour contracts of equal value. In accordance with this principle, discrimination in labour legislation is never established in the case of remuneration on the basis of sex. Understood: Minister of Justice
signed GA. MAENGKOM
100
KONVENSI NO.100 MENGENAI PENGUPAHAN YANG SAMA BAGI BURUH LAKI-LAKI DAN WANITA UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA
Konvensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional, Setelah diundang di Jenewa oleh Badan Pengurus dan Biro Perburuhan Internasional dan setelah mengadakan sidangnya yang ke 34 tanggal 6 Juni 1951, dan
Setelah memutuskan untuk menerima bebera.
pa usulusul mengenai azas pengupahan yang sama bagi buruh laki-laki dan wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya, yang termasuk acara ke 7 dan agenda sidang, dan
Setelah menetapkan bahwa usulusul mi harus berbentuk Konvensi Internasionat,
menerima pada tanggal 29
Juni tahun 1951 Konvensi dibawah mi, yang dapat disebut Konvensi Pengupahan Yang Sama, 1951
101
CONVENTION NO. 100 CONCERNING REMUNERATION FOR MEN AND WOMEN WORKERS FOR WORK OF EQUAL VALUE
The General Conference of the International Labour Organisation,
Having been convened at Geneva by the Governing Body of the International Labour Office, and having met in its Thirty- Fourth Session on 6 June 1951, and
Having decided upon the adoption of certain proposals with regard to the principle of equal remuneration for men and women workers of work for equal value, which is the seventh item on the agenda of the session, and
Having determined that these proposals shall take the form of an international convention.
adopts this twenty-ninth day of June of the year one thousand nine hundred and fifty-one the following Convention, which may be cited, as the Equal Remuneration Convention 1951
102
Pasal 1
Untuk maksud Konvensi mi
Istilah 'pengupahan' meliputi upah atau gaji biasa, pokok atau minimum dan pendapatan pendapatan tambahan apapun Juga, yang harus
dibayar secara Iangsung atau tidak, maupun secara tunai atau dengan barang oleh majikan kepada buruh berhubung dengan pekerjaan buruh.
Dengan ilstilah 'pengupahan yang sama bagi buruh lakilaki dan wanita untuk pekerjaan yang "sama nilainya" dimaksud nilai pengupa- han yang diadakan tanpa diskriminasi berda- sarkan jenis kelamin. Pasal 2
Dengan jalan yang sepadan dengan cara yang berlaku untuk menetapkan nilai pengupahan, tiaptiap anggota harus memajukan dan sekedar sesuai dengan cara itu, menjamin pelaksanaan azas pengupahan yang sama bagi buruh laki-laki dan wanita untuk pekerjaan yang sama niilainya untuk semua buruh. Azas mi dapat dilaksanakan
103
Article 1 For the purpose of this Convention:
the term "remuneration" includes the ordinary, basis or minimum wage or salary and any additional emoluments whatsoever, payable directly or indirectly, whether in cash or in kind, by the employer to the worker and arising out of the worker's employment;
the term "equal remuneration for men and women workers of work for equal value" refers
to rate of remuneration established without discrimination based on sex.
Article 2
Each Member shall, by means appropriate to the methods in operation for determining rates of remuneration, promote and, in so far as is consistent with such method, ensure the application to all workers of the principle of equal re-
muneration for men and women workers for work of equal value.
This principle may be applied by means of:
104
dengan Undang-Undang atau peraturan na- sional;
oleh badan penetapan upah yang didirikan menurut peraturan yang berlaku atau yang diakui sah;
dengan perjanjian perburuhan atau dengan menggabungkan cara-cara ni.
Pasal 3 tindakan demikian akan membantu pelaksanaan ketentuan konvensi ml, tindakan harus diambil untuk memajukan penhlaian pe. kerjaan yang obyektip berdasarkan peker- jaan Dimana
yang akan dijalankan.
Cara yang akan ditempuh dalam penilaian ml dapat diputuskan oleh pengusaha yang ber. tanggung jawab untuk penetapan nilai pengupahan atau bila nilal pengupahan itu ditetap- kan dengan perjanjian perburuhan, oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
Nilal pengupahan yang berainan antara buruh yang, tanpa memandang jenis kelamin, sesuai dengan perbedaan sebagaiditetapkan dengan penilalan obyektif demikian dalam pekerjaan yang
akan
dijalankan
tidak
akan
dianggap
sebagai bertentangan dengan asas pengupahan yang sama bagi buruh laki-laki dan wanita untuk pekerjaan yang sama nhlainya.
105
national law or regulations; legally established or recognised machinery for wage determination;
collective agreements between employers and workers; or a combination these various means Article 3
Where such action will assist in giving effect to the provisions of this Convention measures shall be taken to promote objective appraisal of jobs on the basis of the work to be performed.
The methods to be followed in this appraisal may be decided upon by the authorities respon
sible for the determination of rates of remu neration, or, where such rates are determined collective thereto. by
agreements,
by
the
parties
Differential rates between workers which corre spond, without regard to sex, to difference, as determined by such objective appraisal, in the work to be performed shall not be considered as being contrary to the principle of equal remu neration for men and women workers for work of equal value.
106
Pasal 4 Tiap.tiap
anggota
harus
bekerja
sama
sepatutnya dengan organisasiorganisasi majikan dan buruh yang bersangkutan untuk melaksanakan ketentuan. ketentuan konvensi.
Pasal 5 Surat ratifikasi konvensi mi harus disampaikari kepada Direktur Jenderal Biro Perburuhan Interna. sional untuk didaftarkan. Pasal 6 1
Konvensi mi hanya akan mengikat anggota Orga. nisasi Perburuhan Internasional yang ratifikasinya telah didaftarkan pada Direktur Jenderal.
Konvensi mi akan berlaku dua belas bulan sesudah tanggal ratifikasi oleh dua anggota didaftarkan pada Direktur Jenderat.
Selanjutnya konvensi mi akan mulai berlaku untuk tiap.tiap anggota dua betas bulan sesu
dah tanggal ratifikasi anggota tersebut didaf. tarkan.
107
Article 4
Each Member shall cooperate as appropriate with employers' and workers' organisations con cerned for the purpose of giving effect to the proS visions of this Convention.
Article 5
The formal ratification of this Convention shall be communicated to the Director General of the International Labour Office for registration.
Article 6
This Convention shall be binding only upon those Members of the International Labour Or. ganisation whose ratification have been regis. tered with the Director General, It shall come into force twelve months after the date on which the ratification of two Members have been registered with the Director General.
Thereafter, this Convention shall comes into force for any Member twelve months after the date on which its ratification has been regis tered.
108
Pasal 7 1.
Keterangan yang disampaikan kepada Direktur Jenderal Biro Perburuhari Internasional sesuai dengan ayat 2 Pasal 35 dan Konstitusi Organisasi Perburuh3n menyatakan
Internasional
harus
daerah-daerah terhadap mana Anggota yang bahwa menanggung bersangkutan ketentuan-ketentuan dan Konvensi mi akan dilaksanakan tanpa perubahan; daerah-daerah terhadap mana Anggota yang bahwa menanggung bersangkutan
ketentuan-ketentuan dan Konvensi mi akan dilaksanakan dengan perubahan-perubah- an, beserta hal ikhwal perubahan tersebut; Cc) daerah-daerah dimana Konvensi mi tak dapat demikian, dalam hal dan dilakukan
alasan-alasan yang menyebabkan Konvensi mi tidak dapat dilaksanakan; (d)
daerah-daerah terhadap mana anggota menangguhkan putusannya sambil me
nunggu pertimbangan lebih lanjut tentang keadaan di daerah itu.
109
Article 7 1. Declarations communicated to the Director General of the International Labour Office in accor-
dance with paragraph 2 of article 35 of the Constitutions of the International Labour Organi. sation shall indicate:
The territories in respect of which the Mem-
ber concerned undertakes that the provisions of the Convention shall be applied without modification;
The territories in respect of which it undertakes that the provision of the Convention shall be applied subject to modifications, to. gether with details of the said modifications;
The territories in respect of which the Con. vention is in applicable and in such cases the grounds on which it is in applicable;
The territories in respect of which it reserves its decision pending further consideration of the position.
110
Tanggungan yang dimaksud pada sub a dan b ayat 1 pasal mi akan dianggap merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dan ratifikasi dan berlaku sebagai ratifikasi.
Tiap.tiap Anggota sewaktu.waktu dapat membatalkan seluruh atau sebagian tiap-tiap pemketedicantumkan dalam batasan yang rangannya yang ash berdasarkan ayat 1 Sub (b),
(c) atau (d) pasal mi, dengan pernyataan yang diberikan kemudian.
Tiap-tiap Anggota, pada setiap waktu Konvensi mi dapat dibatalkan menurut ketentuan-keten-
tuan pada pasal 9, dapat menyampaikan kepada Direktur Jenderal suatu keterangan yang dalam hal lain merubah bunyl keterangan yang lalu dan memberitahukan keadaan seka- rang dan daerah-daerah itu, jika dapat dengan uraian seperhunya.
Pasal 8 1. Keterangan yang disampaikan kepada Direktur Jenderal Biro Perburuhan Internasional sesuai dengan
ayat 4 atau 5 Pasal 35 dan Konstitusi Organisasi Perburuhan Internasional harus menyampaikan, apakah ketentuan Kon- vensi mi akan dilaksanakan di
daerah yang bersangkutan tanpa perubahan atau dengan perubahan; jika keterangan itu me- nyatakan bahwa ketentuan Konvensi mi akan dilak- sanakan
dengan perubahan, maka keterangan itu memuat juga hal ikhwal perubahan termaksud.
111
The undertakings referred to in sub paragraphs (a) and (b) or paragraph 1 of this Article shall be deemed to be an integral part of the ratification and shall have the force or ratification. Any Member may at any time by a subsequent declaration cancel in whole or in part any reservation made in its original declaration in virtue of sub paragraph (b), (c) or (d) of paragraph 1 of this Article. Any Member may, at any time at which the Con. vention is subject to denunciation in accordance with the provisions of Article 9, communicate to the Director General a declaration modifying in any other respect the terms of any former declaration and stating the present position in respect of such territories as it may specify. Article 8 1. Declarations communicated to the Director General of the International Labour Office in accordance with paragraph 4 or 5 of Article 35 of the Constitution of International Labour Organisation shall indicate whether the provisions of the Convention will be ap-
plied in the territory concerned without modification or subject to modifications; when the declaration indicates that the provisions of the convention will be applied subject to modifications, it shall give details of the said modifications.
112
Anggota atau penguasa internasional yang bersangkutan, sewaktu-waktu dapat melepaskan
seluruh mengadakan
atau sebagian haknya untuk suatu perubahan yang telah
dinyatakan dalam keterangan yang lalu dengan suatu keterangan kemudian.
yang
disampai-
kannya
Anggota atau penguasa
internasional yang bersangkutan, pada setiap waktu Konvensi mi dapat dibatalkan menurut ketentuan Pasal 9, dapat menyampaikan kepada Direktur Jen- deral keterangan yang dalam hal lain merubah bunyi
keterangan yang lalu dan memberi- tahukan keadaan sekarang mengenai pelak. sanaan Konvensi mi.
Pasal 9 1 Anggota yang telah meratifisir Konvensi mi, Setelah lewat waktu 10 tahun terhitung dan tanggal Konvensi mi mulai berlaku, dapat membatalkannya dengan menyampaikan sua- tu
keterangan kepada Direktur Jenderal Kan- tor Perburuhan Internasional untuk didaf- tarkan. Pembatalan démikian baru berlaku satu tahun sesudah tanggal pendaftarannya.
113
2. The Member, Members or international authority
concerned may at any time by a subsequent declaration renounce in whole or in part the right to have recourse to any modification indicated any former declaration.
3, The Member, Members or international authority concerned may, at any time at which this Con. vention is subject to denunciation in accordance with the provisions of Article 11. communicate to the Director General a declaration modifying
in any other respect the terms of any former declaration and stating the present position in respect of the application of the Convention..
Article 9
1. A Member which has ratified this Convention may denounce it after the expiration of ten years from the date on which the Convention first comes into force, by an act communicated to the Director Genera' of the International Labour Office for registration. Such denunciation shall not take effect until one year after the date on which it is registered.
114
2. Tiap-tap anggota yang telah meratifisir Konvensi
mi dan tidak menggunakan hak pembatalan menurut ketentuan yang ter. cantum pada pasal mi dalam tahun berikutnya setelah lewat sepuluh
tahun seperti termak. sud pada ayat 1, akan terikat untuk 10 tahun lagi dan sesudah itu dapat membatalkan Konvensi mi pada waktu berakhirnya tiap.tiap masa 10 tahun menurut ketentuan yang tercantum pada pasal mi. Pasal 10
Direktur Jenderal kantor Perburuhan Interna. sional harus memberitahukan kepada sege. nap negara anggota Organisasi Perburuhan International tentang pendaftaran semua ratifikasi, keterangan dan pembatalan yang
disampaikan kepadanya oleh negara anggota Organisasi.
Pada waktu memberitahukan kepada negara anggota Organisasi tentang pendaftaran dan ratifikasi kedua yang disampaikan kepadanya, Direktur Jenderal harus memperingatkan ne-
gara anggota Organisasi tanggal mulai ber Iakunya Konfensi mi.
115
2. Each Member which has ratified this Convention
and which does not, within the year following the expiration of the period of ten years mentioned in the preceding paragraph, exercises the right of denunciation provided for in this Article, will be bound for another period of ten years and, there after, may denounce this Con. vention at the expiration of each period of ten years under the terms provided for in this Article.
Article 10 The Director General of the International Labour
Office shall notify all Members of the International Labour Organisation of the registration of all ratification, declarations, and denunciations communicated to him by the Members of the Organisation
When notifying the Member of this Organisation
of the registration of the second ratification communicated to him, the Director General shall draw the attention of the Members of the Organisation to the date upon which the Convention will come into force.
116
Pasal 1i
Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Interna. sional harus menyampaikan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa untuk mendaftarkan, sesuai dengan Pasal 102 dan Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa hal ikwal mengenai semua ratifikasi keterangan dan
pembatalan yang didaftarkannya menurut ketentuan pasal- pasal tersebut diatas.
Pasal 12
Pada waktu-waktu yang dipandang perlu Badan Pengurus Kantor Perburuhan Internasional harus menyerahkan laporan
mengenai
pelak-
sanaan
Konvensi mi kepada Konferensi Umum dan harus mempelajari
apakah
soal
peninjalian
kembali
Konvensi mi seluruh- nya atau sebagian perlu ditempatkan dalam Agenda Konferensi. Pasal 13
1. Jika Konferensi menerima Konvensi baru yang merubah sebagian atau seluruhnya Konferensi mi, kecuali Konferensi baru menentukan lain, maka;
117
Article 11
The Director General of the International Labour Office shall communicate to the Secretary General of the United Nations for registration in accordance with the Article 102 of the Charter of the United Nations full particulars of all ratification, declarations, and acts of denunciation registered by him in accordance with the provision of the preceding Article.
Article 12
At such times as may consider necessary the Governing Body of the International Labour Office shall present to the General Conference a report on the working of this Convention and shall examine the desirability of the placing on the agenda of the Conference the question of its revision in whole or in part. Article 13 1. Should the Conference adopt a new Convention re- vising this Convention in whole or in part, then, unless the new Convention other wise provides,
118
dengan menyimpang dan ketentuan Pasal 9, ratifikasi Konvensi baru oleh negara anggota berarti pembatalan Konvensi mi pada saat itu
juga karena hukum, jika dan pada waktu Konvensi baru itu mulai berlaku; mulai
pada
tanggal
Konvensi
berlaku,
Konvensi ml tidak dapat diratifikasi lagi oleh negara anggota.
2. Bagaimana juga Konvensi mi akan tetap berlaku
dalam bentuk dan isi yang ash bagi negara anggota yang telah meratifisirnya, tetapi belum meratifisir Konvensi baru. Pasal 14
Bunyi naskah Konvensi mi dalam bahasa Inggris dan Perancis kedua-duanya adalah resmi.
119
The ratification by a Member of the new revising Convention shall ipso jure involve the immediate denunciation of this Convention, not with standing the provision of Article 9 above, if and when the new revising Convention shall have come into force; As from the date when the new revising Con-
vention comes into force this Convention shall cease to be open to ratification by the Member.
2. This Convention shall in any case remain in force
in its actual form and content for those Members which have ratified it but have not ratified the revising Convention,
Article 14 The French and English texts of this Convention shall both be authentic.
120
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 83 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION (NUMBER 87) CONCERNING FREEDOM OF ASSOCIATION AND PROTECTION OF THE RIGHT TO ORGANISE (KONVENSI NOMOR 87 TENTANG KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK UNTUK BERORGANISASI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: a. bahwa sebagai hasil sidang Governing Body International Labour Orgarüsa- tion
di San Francisco, Amerika Seri- kat, tanggal 17 Juni 1948 telah diterima Convention (Number 87) pada
concerning Freedom of Association and Protection of the Right to Organise, (Konvensi Nomor 87 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak Untuk Berorgani sasi); b. bahwa sehubungan dengan itu, dan sesuai dengan Amanat Presiden Republik Indonesia kepada Ketua Dewan Perwa kilan Rakyat Nomor 2826/HK/1960 tanggal 22 Agustus 1960 tentang Pembuatan Perjanjian-Perjanjian
dengan Negara Lain, dipandang perlu untuk mengesahkan Convention tersebut dengan Keputusan Presiden.
121
PRESIDENTIAL DECREE NO. 83 OF 1998 OF THE REPUBLIC OF INDONESIA ON
THE RATIFICATION OF CONVENTION NO. 87 CONCERNING FREEDOM OF ASSOCIATION AND PROTECTION OF THE RIGHT TO ORGANISE
(State Gazette No. 98 of 1998) THE PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA,
Considering: a. that Convention No. 87 of the International Labour Organisation concerning Freedom of Association and
Protection of the Right to Organise has been adopted by the Governing Body of the International Labour Office
at San Francisco, United States of America, on 17 June 1948.
b. that in relation thereof and in accordance with the Message of the Presi
dent of the Republic of Indonesia addressed to the Chairman of the Gotong Royang House of Representative
No. 2826/HK/ 1960 on 22 August 1960 on the Signing of International Agreement with Other Countries, it is deemed necessary to ratify that Convention by a Presidential Decree.
122
Mengingat:
4 ayat (1) dan Pasal Undang-Undang Dasar 1945; Pasal
11
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN CONVENTION (NUM BER 87) CONCERNING FREEDOM OF
ASSOCIATION AND PROTECT- ION OF
THE
RIGHT
TO
ORGANISE
(KONVENSI NOMOR 87 TEN. TANG KEBEBASAN
DAN
BERSERIKAT
PERLINDUNGAN HAK UNTUK BER. ORGANISASI).
Pasal 1
Mengesahkan Convention (Number 87) con. cerning Freedom of Association and Protection of the Right to Organise (Konvensi Nomor 87 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi),
yang
telah
diterima
di
San
Francisco, Amerika Serikat, pada tanggal 17 Juni 1948 sebagai hasil Sidang Governing Body International Labour Organisastion, yang naskah aslinya dalam bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebagaimana terlampir pada Keputusan Presiden mi.
123
In view of : Articles 4 paragraph (1) and Article 11 of the 1945 Constitution; RESOLVES
To enact: PRESIDENTIAL DECREE ON THE RATIFICATION OF CONVENTION NO. 87 CON. CERNING FREEDOM OF ASSOCIATION AND PROTECTION OF THE RIGHT TO ORGANISE
Article 1
Convention No. 87 of the International Labour Organisation concerning Freedom of Association and Protection of the Right to Organise which has been adopted by the Governing Body of the Inter-
national Labour Office at San Francisco, United States of America, on 17 June 1948 and which reads as in the text enclosed to this Presidential Decree, is herewith ratified,
124
Pasal 2 Apabila terjadi perbedaan penafsiran antara naskah terjemahan Convention dalam bahasa Inggeris dengan salman naskah aslinya dalam bahasa lnggeris sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1, maka yang berlaku adalah salman naskah aslinya dalam bahasa lnggeris.
Pasal 3 Keputusan
Presiden
mi
mulai
berlaku
pada
tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengeta. huinya, memerintahkan pengundangan Keputu- san Presiden mi dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 5 Juni 1998 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 5 Juni 1998 MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA
lid. AKBAR TANDJUNG LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1998 NOMOR 98
125
Article 2
In case of any different interpretation between the Indonesian language translation text and the copy of authentic text of Convention as meant in Article 1, shall it be referred to its authentic text. Article 3
This Presidential Decree shall come into force on the day of its promulgation. In order that everyone shall take cognisance of this, the promulgation of this Decree is herewith ordered by publication in the State Gazette of the Republic of Indonesia. Legalised in Jakarta on 5 June 1998 THE PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
signed BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE
Promulgated in Jakarta on 5 June 1998 THE STATE MINISTER/STATE SECRETARY
signed AKBAR TANJUNG
STATE GAZETTE OF THE REPUBLIC OF
INDONESIA NO. 98, 1998
126
KONVENSI ILO NO. 87 TENTANG KEBEBASAN BERSERIKAT DAN PERLINDUNGAN HAK BERORGANISASI
Sidang Umum Organisasi Perburuhan Internasio. nal.
Setelah diundang di San Fransisco oleh Badan Pengurus Kantor Organisasi Perburuhan Internasional, dan setetah mengadakan sidangnya yang ke 31 pada tanggal 17 Juni 1948.
Setelah memutuskan untuk menerima dalam bentuk Konvensi beberapa üsul tertentu tentang kebebasan untuk berserikat dan perlindungan atas
hak untuk berorganisasi yang menjadi agen- da sidang butir ke tujuh; Menim bang
bahwa
mukadimah
konstitusi
Organisasi Perburuhan Internasional menyatakan "penga- kuan atas prinsip kebebasan berserikat" merupakan alat untuk meningkatkan kondisi pekerja dan men- ciptakan ketenangan;
Menimbang bahwa Dekiarasi Philadelphia mengukuhkan
bahwa
"kebebasan
untuk
menge-
mukakan pendapat dan berserikat merupakan hat yang sangat penting untuk mencapai kemajuan";
127
CONVENTION NO. 87 CONCERNING FREEDOM OF ASSOCIATION AND PROTECTION OF THE RIGHT TO ORGANISE
The General Conference of the International La. bour Organisation, Having been convened at San Francisco by the Governing Body of the International Labour Office,
and having met in its Thirty-first Session on 17 June 1948; Having decided to adopt, in the form of Convention certain proposals concerning freedom of asso
ciation and protection of the right to organise, which is the seven item on the agenda of the ses-' sion;
Considering that Preamble to the Constitution of the International Labour Organisation declares "recognition of the principle of freedom of association" to be means of improving conditions of labour and of establishing peace; Considering that Declaration of Philadelphia reaffirms that "freedom of expression and of associa-, tion are essential to sustained progress"
128
Menimbang
bahwa
Konferensi
Perburuhan
Internasional pada sidangnya yang ke 31, secara akiamasi menerima prinsipprinsip yang merupakan dasar national;
bagi
terbentuknya
peraturan
inter.
Menimbang bahwa sidang umum Perserikatan Bangsa Bangsa pada sidangnya yang ke 2, mengajukan prinsip-prinsip tersebut dan meminta Organisasi Perburuhan Internasional untuk terus mengupayakan
agar
prinsip-prinsip
dimaksud
memungkinkan untuk dibuat menjadi satu atau beberapa Konvensi Internasional;
Menerima pada tanggal 9 Juli 1948 Konvensi berikut yang disebut sebagai Konvensi Kebe basan Berserikat dan Perlindungan Hak Berorga- nisasi tahun 1948.
BAB I KEBEBASAN BERSERIKAT
Pasal 1
Setiap anggota Organisasi Perburuhan Inter. nasional untuk mana konvensi mi berlaku harus melakukan Iangkah-Iangkah yang sesuai dengan ketentuan- ketentuan berikut.
129
Considering that International Labour Confer. ence in its Thirtieth Session unanimously adopted the principles which should form the basis for inter. national regulation;
General Assembly of the United Nations, at its Second Session, endorsed Considering that
these principles and requested the International La. bour Organisation to continue every effort in order that it may be possible to adopt one or several in. ternational Conventions;
adopts this ninth day of July of the year one thou.
sand nine hundred and forty.eight the following Convention, which may be cited, as the Freedom of Association and Protection of the Right to Or. ganise Convention, 1948:
PART I FREEDOM OF ASSOCIATION
Article 1
Each Member of the International Labour Or. ganisation for which this Convention is in force un dertakes to give effect to the following provisions. 130
Pasal 2
Para pekerja dan pengusaha, tanpa perbedaan
apapun, berhak untuk mendirikan dan, menurut bergabung aturan organisasi masing-masing, dengan organisasi-organisasi lain atas pilihan mereka sendiri tanpa pengaruh pihak lain.
Pasal3 Organisasi pekerja dan pengusaha berhak untuk membuat anggaran dasar dan peraturan-peraturan, secara bebas memilib wakil-wakilnya, mengelota administrasi dan aktifitas, dan merumuskan program.
Penguasa yang berwenang harus mencegah ada- nya campur tangan yang dapat membatasi hak- hak mi atau menghambat praktek-praktek hukum yang berlaku.
Pasal 4 Organisasi pekerja dan pengusaha tidak boleh bubarkan atau dilarang "penguasa administratif". di.
131
kegiatannya
oleh
Article 2
Workers and employers, without distinction whatsoever, shall have the right to establish and,
subject only to the rules of the organisations of their own choosing without previous authorisation.
Article 3
1 Workers' and employers' organisations shall have the right to draw up their constitutions and rules, to elect their representatives in full free. dom, to organise their administration and activi. ties and to formulate their programmes.
2. The public authorities shall refrain from any in terference which would restrict this right or im pede the lawful exercise thereof.
Article 4
Workers' and employers' organisations shall not be liable to be dissolved or suspended by ad. ministrative authority.
132
Pasal 5 Organisasi pekerja dan pengusaha berhak untuk fededengan bergabung dan mendirikan rasi-federasi dan konfederasi-konfederasi dan organisasi sejenis, dan setiap federasi atau konfederasi tersebut berhak untuk berafiliasi
dengan organisasi-organisasi pekerja dan pengu saha internasional.
Pasal 6 Ketentuanketentuan pasal 2, 3, dan 4 berlaku konfederasi dan untuk federasi nisasi-organisasi pekerja dan pengusaha.
orga-
Pasal 7 "Akuisisi keabsahan" oleh organisasi. organi sasi pekerja dan pengusaha, federasi dan
konfederasi tidak boleh dilakukan untuk maksud tertentu sehingga menghambat/membatasi pelaksanaan ketentuan- ketentuan pasal 2, 3 dan 4
Pasal 8 1. Dalam melaksanakan hak.haknya berdasarkan Konvensi mi para pekerja dan pengusaha serta halnya sebagaimana mereka, organisasi perseorangan atau organisasi perkumpulan Iainnya, harus tunduk pada hukum nasional yang berlaku.
133
Article 5
Workers' and employers' organisations shall have the right to establish and join federations and any such organisation, federation or confederation shall have the right to affiliate with international or ganisations of workers and employers. Article 6
The provisions of Articles 2, 3 and 4 hereof apply to federations and confederations of workers' and employers' organisations.
Article 7 The acquisition of legal personality by workers' and employers' organisations, federations and confederations shall not be subject to conditions of
such a character as to restrict the application of the provisions of Articles 2, 3 and 4 hereof. Article 8 1. In exercising the rights provided for in this Con.
vention workers and employers and their re spective organisations, like other persons or organised collectivities, shall respect the law of the land,
134
2.
Hukum nasional yang berlaku tidak boleh untuk diterapkan memperlemah atau memperlemah ketentuan-ketentuan yang dijamin dalam Kon. vensi. Pasai 9
Ketentuan yang dijamin sebagaimana dinya diberlakukan untuk angkatan bersenjata dan polisi harus diatur dengan hukum dan perundangan nasional.
takan
Konvensi
yang
Sesuai dengan prinsip yang tercantum dalam Pasal 19 Konstitusi Organisasi ayat 8 Perburuhan Internasional, ratifikasi Konvensi oleh negara anggota tidak boleh dianggap mempengaruhi hukum, penghargaan, kebiasaan atau kesepakatan yang ada dengan
mempertimbangkan bahwa anggota angkatan bersenjata atau potisi dapat menggunakan haknya sebagaimana dijamin Konvensi
Pasal 10
Dalam Konvensi mi yang dimaksud dengan "organisasi"
adalah
organisasi
pekerja
dan
pengusaha yang didirikan untuk melanjutkan dan membela kepentingan pekerja dan pengusaha.
135
2. The law of the land shall not be such as to impair, nor shall it be so applied as to impair, the guarantees provided for in this Convention.
Article 9
The extent to which the guarantees provided for in
this Convention shall apply to the armed
forces and the police shall be determined by national laws or regulations
In accordance with the principle set forth in paragraph 8 of Article 19 of the constitution of the International Labour Organisation the ratification of this Convention by any Member shall
not be deemed to affect any existing law, award, custom or agreement in virtue of which members of the armed forces or the police enjoy any right guaranteed by this Convention.
Article 10 In this Convention the term "organisation" means any organisation of workers or of employers for furthering and defending the interests of workers or of employers.
136
BAB II PERLINDUNGAN HAK BERORGANISASI
Pasal 11 Setiap negara anggota Organisasi Perburuhan Internasional untuk mana Konvensi mi berlaku harus
mengambil IangkahIangkah yang perlu dan tepat untuk menjamin bahwa para pekerja dan pengusaha dapat melaksanakan secara bebas hakhak berorganisasi.
BAB III
KETENTUAN LAINLAIN Pasal 12 dengan wilayah sebagaimana 1. Sehubungan dimaksud Pasal 35 Konstitusi Organisasi
Perburuhan Internasional sebagaimana diru. bah Konstitusi Perangkat Amandemen dengan Organisasi Perburuhan Internasional, 1946, selain daripada wilayah sebagaimana dimaksud Ayat 4 dan 5 daripada Pasal perubahan tersebut, setiap riegara anggota organisasi yang meratifikasi Konvensi mi harus menyampaikan kepada Direktur Jenderal Kantor Organisasi atau sional dengan Perburuhan Internasesegera mungkin setelah pernyataan ratifikasi menyatakan bahwa 137
PART II PROTECTION OF THE RIGHT TO ORGANISE
Article 11
Each Member of the International Labour Or. ganisation for which this Convention is in force un-
dertakes to take all necessary and appropriate measures to ensure that workers and employers may exercise freely the right to organise
PART Ill MISCELLANEOUS PROVISIONS
Article 12
1. In respect of the territories referred to in Article 35 of the Constitution of International Labour Or ganisation as amended by the Constitution of the International Labour Organisation Instrument of Amendment, 1946, other than the territories referred to paragraphs 4 or 5 of the said Article as so amended, the Member of the Organisation which ratifies this Convention shall communicate to the Director General of the International La. bour Office with or as soon as possible after its ratification a declaration stating 138
wilayah yang bersangkutan tunduk kepada ketentuan-ketentuan Konvensi yang diber. lakukan tanpa tam bahan apapun;
wilayah yang bersangkutan tunduk kepada ketentuan-ketentuan Konvensi dengan perubahan-perubahan,
dengan menyertakan peruba- han tersebut secara rind. wilayah yang bersangkutan tidak dapat menerapkan ketentuan Konvensi, dengan menyertakan alasannya
wilayah yang bersangkutan memutuskan mem- pertimbangkan kembali.
Langkah-Iangkah sebagaimana dimaksud sub. ayat (a) dan (b), ayat 1 Pasal mi harus diang. gap bagian integral daripada dan ratifikasi mempunyai kekuatan hukum ratifikasi.
Setiap negara anggota dapat sewaktu-waktu dengan pernyataan berikutnya menunda seluruh atau sebagian pertimbangan yang dibuat melalui naskah ash pernyataan dengan memperhatikan ketentuan sub-ayat (b), (c), atau (d) Ayat 1 Pasat mi.
139
The territories in respect of which it under. takes that the provisions of the Convention shall be applied without modification;
The territories in respect of which it under. takes that the provision of the Convention shall be applied subject to modifications, to. gether with details of the said modifications;
The territories in respect of which the Con. vention is in applicable and in such cases the grounds on which it is in applicable;
The territories in respect of which it reserves its decision pending further consideration of the position.
The undertakings referred to in sub paragraphs (a) and (b) or paragraph 1 of this Article shall be deemed to be an integral part of the ratification and shall have the force or ratification. Any Member may at any time by a subsequent declaration cancel in whole or in part any reser vation made in its original declaration in virtue of sub paragraph (b), (c) or (d) of paragraph 1 of this Article. 140
4. Setiap negara anggota dapat, sewaktu-waktu mencabut ratifikasi Konvensi mi sesuai de- ngan ketentuan Pasal 16, dan menyampai- kannya kepada Direktur Jenderal mengenai maksud perubahan atas syarat-syarat peru- bahan terdahulu dan menyatakan pendirian sekarang sehubungan dengan wilayah -wilayah tersebut. Pasal 13 Bilamana hal-hal pokok Konvensi dilaksanakan dalam suatu wilayah non-metropolitan yang
mempunyai kekuasaan mandiri, maka negara anggota yang bertanggung jawab atas hubungan internasional wilayah yang bersang- kutan dapat, dengan persetujuan pemerintah wilayah yang bersangkutan, menyampaikan kepada Direktur Jenderal Organisasi Perbu- ruhan Internasional pernyataan menerima
kewajiban-kewajiban Konvensi mi atas nama wilayah yang bersangkutan. Pernyataan menerima kewajiban-kewajiban Konvensi mi dapat disampaikan kepada Direktur Jenderal Organisasi Perburuhan Inter- nasional oleh-
(a) dua atau lebih negara anggota organisasi sehubungan dengan wilayah yang berada dalam kekuasaan gabungan; atau
141
4. Any Member may at any time at which this Con. vention is subject to denunciation in accordance with the provisions of Article 16, communicate to the Director General a Declaration modifying
in any other respect the terms of any former declaration and stating the present position in respect of such territories as it may specify.
Article 13
Where the subject matter of this Convention is within the self-governing powers of any nonmetropolitan territory, the Member responsible for international relations of that territory may, in agreement with the government of the territory, communicate to the Director General of the International Labour Office a declaration accepting on behalf of the territory of the obligations of this Convention.
A declaration accepting the obligation of this Convention may be communicated to the Director General of the International Labour Office(a)
by two or more Members of the Organisation in respect of any territory which is un der their joint authority; or 142
(b) penguasa internasional yang bertanggung jawab dengan wilayah, administrasi suatu atas mengingat Piagam Perserikatan Bangsa- Bangsa
atau sejenisnya, sehubu ngan dengan wilayah tersebut Pernyataan yang disampaikan kepada Direktur Jenderal Kantor Organisasi Perburuhan lnternasio- nal sesuai dengan ayat-ayat terdahulu Pasa) ni harus menyebutkan apakah ketentuan-ketentuan Konvensi akan diterapkan diwilayah yang bersang- kutan tanpa perubahan atau dengan perubahan; bilamana pernyataan menyebutkan bahwa ketentuan-ketentuan Konvensi akan diterapkan dengan perubahan, harus secara rinci perubahan-perubahan disebutkan dimaksud. Negara anggota, negara-negara anggota, atau
penguasa internasional yang bersangkutan dapat berikutnya dengan pernyataan sewaktu-waktu membatalkan seluruh atau sebagian hak untuk memperbaiki suatu perubahan yang disebutkan pada pernyataan terdahulu. Negara anggota, negara-negara anggota, atau
penguasa internasional yang bersangkutan dapat sewaktu-waktu, dimana ratifikasi Konvensi mi dapat dicabut sesuai dengan ketentuan Pasal 16, dan menyampaikannya
kepada
Direktur
Jendera)
mengenai maksud perubahan atas syarat-syarat perubahan sekarang
terdahulu dan menyatakan pendirian dengan wilayah-wilayah sehubungan
tersebut.
143
(b) by any international authority responsible for the administration of any territory, in virtue of the Charter of the United Nations or otherwise, in respect of any such territory Declarations communicated to the Director General of the International Labour Office in accor-
dance with the preceding paragraphs of this Article shall indicate whether the provisions of the Convention will be applied in the territory concerned without modification or subject to modifications; when the declaration indicates that the provisions of the convention will be applied subject to modifications, it shall give details of the said modifications, The Member, Members or international authority concerned may at any time by a subsequent declaration renounce in whole or in part the right to have recourse to any modification indicated any former declaration The Member, Members or international authority concerned may, at any time at which this Convention is subject to denunciation in accordance with the provisions of Article 16. communicate to the Director General a. declaration modifying
in any other respect the terms of any former declaration and stating the present position in respect of the application of the Convention.
144
-
BAB IV
KETENTUAN .KETENTUAN AKHIR
Pasal 14
Ratifikasi resmi Konvensi mi harus disam- paikan kepada Dire ktur Organisasi Perburuhan Internasional untuk didaftar Pasal 15
1, Konvensi mi mengikat hanya kepada negara ang- gota Organisasi Perburuhan Internasional yang ratifikasinya telah didaftarkan oleh Direktur Jenderal Konvensi mi mulai berlaku 12 bulan sejak tanggal dimana ratifikasi oleh dua negara anggota Organisasi Perburuhan Internasional didaftarkan pada Direktur Jenderal.
Selanjutnya Konvensi mi akan mulai berlaku terhadap setiap negara anggota setelah 12 bulan sejak tanggal ratifikasi dmdaftarkan.
145
PART IV FINAL PROVISIONS
Article 14
The formal ratification of this Convention shall be communicated to the Director-General of the International Labour Office for registration.
Article 15 This Convention shall be binding only upon those Members of the International Labour Of-
fice whose ratification have been registered with the Director-General. It shall come into force twelve months after the date on which the ratification of two Members have been registered with the Director General.
Thereafter, this Convention shall come into force for any Member twelve months after the date on which its ratification has been registered.
146
Pasal 16 anggota yang
meratifikasi telah Negara Konvensi mi, setelah lewat waktu 10 tahun terhitung dan tanggal Konvensi mi mulai berlaku,
dapat membatalkannya dengan menyampaikan suatu keterangan kepada Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Interna. sional untuk didaftarkan. Pembatalan demikian baru akan mulai berlaku satu tahun sesudah tanggal pendaftarannya.
Tiap-tiap negara anggota yang telah meratifikasi Konvensi ml dan tidak menggunakan hak pembatalan menurut ketentuan pada ayat satu tersebut diatas dalam tahin berikutnya setelah lewat sepuluh tahun seperti ter- maksud pada ayat diatas, akan terikat untuk 10 tahun lagi dan sesudah mi dapat mem- batalkan Konvensi mi pada waktu berakhirnya tiap-tiap masa 10 tahun menurut ketentuan yang tercantum dalam pasal sni.
Pasal 17 1. Direktur Jenderal kantor Perburuhan Interna- tional harus memberitahukan kepada segenap negara anggota
Organisasi
Perburuhan
Inter-
nasional
tentang pendaftaran semua rati- fikasi, keterangan dan pembatalan yang di- sampaikan kepadanya oleh negara anggota Organisasi.
147
Article 16 A Member which has ratified this Convention may denounce it after the expiration of ten years from the date on which the Convention first comes into force, by an act communicated to the Director General of the International La. bour Office for registration. Such denunciation shall not take effect until one year after the date on which it is registered. Each Member which has ratified this Convention
and which does not, within the year following the expiration of the period of ten years mentioned in the preceding paragraph, exercises the right of denunciation provided for in this Article, will be bound for another period of ten years and, there after, may denounce this Convention at the expiration of each period of ten years under the terms provided for in this Article.
Article 17 1. The Director General of the International Labour
Office shall notify all Members of the International Labour Organisation of the registration of all ratification, declarations, and denunciations communicated to him by the Members of the Organisation.
148
2. Pada waktu memberitahukan kepada negara anggota Organisasi tentang pendaftaran dan ratifikasi kedua yang disampaikan kepadanya, Direktur Jenderal harus memperingatkan negara
anggota Organisasi tanggal mulai berlakunya Konfensi mi.
Pasal 18 Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Inter nasional harus menyampaikan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa untuk didaftarkan, sesuai dengan pasal 102 dan piagam Perserikatan Bangsa-bangsa hal ikwal mengenai semua ratifikasi keterangan dan pembatalan yang didaftarkannya menurut keten tuan pasal.pasal tersebut diatas. Pasal 19
Pada waktu berakhirnya tiaptiap masa sepuluh tahun setelah mulai berlakunya Konvensi mi Badan Pengurus Kantor Perburuhan Inter. nasional harus menyerahkan
Iapo ran
mengenai
pelaksanaan
Konvensi mi kepada Konferensi Umum dan harus perubahan soal apakah mempertimbangkan perlu sebagian atau Konvensi mi seluruhnya ditempatkan dalam Agenda Konferensi.
149
2. When notifying the Member of this Organisation
of the registration of the second ratification communicated to him, the Director General shall draw the attention of the Members of the Organisation to the date upon which the Con. vention will come into force. Article 18
he Director General of the International La. bour Office shall communicate to the Secretary General of the United Nations for registration in ac cordance with the Article 102 of the Charter of the United Nations full particulars of all ratification, declarations, and acts of denunciation registered by him in accordance with the provision of the pre ceding Articles.
Article 19
At such times as may consider necessary the Governing Body of the International Labour Office shall present to the General Conference a report on the working of this Convention and shall exam me the desirability of the placing on the agenda of the Conference the question of its revision in whole orin part.
150
Pasal 20
1. Jika Konferensi menerima Konvensi baru yang merubali sebagian atau seluruhnya Konferensi ml, kecuali Konferensi baru menentukan lain, maka:
dengan menyimpang dan ketentuan pasal 11, ratifikasi Konvensi baru oleh negara anggota berarti pembatalan Konvensi mi
pada saat itu juga karena hukum, jika dan pada waktu Konvensi baru itu mulai berlaku;
mulai pada tangga Konvensi berlaku, Kon vensi mi tidak dapat diratifikasi tagi oleh negara anggota.
2. Bagaimana juga Konvensi mi akan tetap ber. laku
dalam bentuk dan isi yang ash bagi negara anggota yang telah meratifisirnya, tetapi belum meratifisir Konvensi baru. Pasal 21
Bunyi naskah Konvensi mi dalam bahasa Inggris dan Perancis kedua.duanya adalah resmi.
151
Article 20 1, Should the Conference adopt a new Convention revising this Convention in whole or in part, then, unless the new Convention other wise provides.
The ratification by.a Member of the new revising Convention shall ipso lure involve the immediate denunciation of this Convention, not with standing the provision of Article 16 above, if and when the new revising Convention shall have come into force; As from the date when the new revising Con.
vention comes into force this Convention shall cease to be open to ratification by the Member.
2. This Convention shall in any case remain in force
in its actual form and content for those Members which have ratified it but have not ratified the revising Convention.
Article 21 The French and English texts of this Convention shall both be authentic.
152
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO.105 CONCERNING THE ABOLITION OF FORCED LABOUR( KONVENSI ILO MENGENAI PENGHAPUSAN KERJA PAKSA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 adalah negara hukum yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta menjamin semua warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum, sehingga segala bentuk kerja paksa harus dihapuskan; b. bahwa bangsa Indonesia sebagai bagian masyarakat internasional menghormati, menghargai, dan menjunjurig tinggi prinsip dan tujuan Piagam Perserikatan Dekiarasi Universal Bangsa -Bangsa,
Hak-hak Asasi Manusia Tahun 1948, Dekiarasi Philadelphia Tahun 1944, dan Konstitusi Organisasi Ketenagakerjaan Internasional (ILO);
153
ACT NO. 19 OF 1999 ON
THE RATIFICATION OF CONVENTION NO. 105 OF THE INTERNATIONAL LABOUR ORGANISATION CONCERNING THE ABOLITION OF FORCED LABOUR WITH THE BLESSING OF ALMIGHTY GOD THE PRESIDENT OF REPUBLIC OF INDONESIA
Considering: a. that the State of the Republic of Indonesia, which is based on the Pancasila State Ideology and the 1945 Constitution, is a state based on the rule of law which up holds human dignity and values and guarantees all of its citizens equal position within the law, and therefore, all forms of forced labour
must be abolished;
b. that Indonesians as a nation and as part of the international community honour, respect and up hold the principles and objectives of the United Nations Char-
ter, the 1948 Universal Declaration of Human Rights, the 1944 Declaration of Philadelphia, and the International Labour Organisation Constitution;
154
bahwa Konferensi Ketenagakerjaan
Internasional keempat puluh tang gal 25 Juni 1957 di Jenewa,Swiss, telah
menyetujui
ILO
Convention
No.105 concernIng the Abolition of ILO Forced Labour (Konvensi mengenai
Penghapusan
Kerja
Paksa);
bahwa ketentuan Konvensi tersebut
selaras dengan keinginan bangsa Indonsia untuk secara terus mene rus menegakkan dan memajukan pelaksanaan hak-hak dasar pekerja dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut dalam huruf a, b, c, dan d, dipandang perlu mengesahkan ILO Convention No.105 concerning the Abolition of Forced Labour(Konvensi ILO mengenai Pengha pusan Kerja Paksa) dengan Undang.undang;
Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (1),Pasal 11, Pasal 20
ayat (1) dan Pasal 27 UndangUndang Dasar 1945;
155
that the Fortieth Session of International Labour Conference on June 25, 1957 in Geneva, Switzerland,
adopted the ILO Convention No. 105 concerning the Abolition of Forced Labour;
that the determination of the Con. vention accords with the will of In. donesians
as
a
nation
to
continuously uphold and advance the implementation of workers' rights in the life of the nation and state;
that based on the considerations mentioned in paragraphs a., b., c., and d., it is deemed necessary to
ratify the ILO Convention No.105 concerning the Abolition of Forced Labour;
In view of : 1. Article 5 , Paragraph (1); Article 11, Article 20, Paragraph (1), and Article 27 of the 1945 Constitution;
156
2. Ketetapan Majelis Perm usyawaratan Rakyat Republik Indonesia No. mor XVH/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia; DENGAN PERSETUJUAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK IN DON ES IA
MEMUTUSKAN
Menetapkan: UNDANG.UNDANG TENTANG PENGE
SAHAN ILO CONVENT/ON NO.105 CONCERMNG THE ABOLITION OF FORCED LABOUR ( KONVENSI ILO MENGENAI PENGHAPUSAN KERJA PAKSA)
Pasal 1
Mengesahkan ILO Convent/on No.. 105 concern-
hg the Abolition of Forced Labour (Konvensi
ILO
mengenai Penghapusan Kerja Paksa) yang salman naskah aslinya dalam bahasa lnggeris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia Se- bagaimana terlampir merupakan bagian tidak terpisahkan dan Undang-undang ml. 157
2. The Decree of the People's Consultative Assembly of the Republic of In. donesia Number XVII/MPR/1998 concerning Human Rights.
WiTH THE APPROVAL OF THE HOUSE OF REPRE. SENTATIVES OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
RESOLVES
To enact: ACT CONCERNING THE RATIFICATION OF
THE ILO CONVENTION NO.105 CON. CERNING THE ABOLITION OF FORCED LABOUR
Article 1
Ratifies the ILO Convention No.105 concerning the Abolition of Forced Labour whose copy of the authentic English text and its Indonesian translation are appended as an inseparable part of this Act.
158
PasaI2 Undang-undang mi mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang mi dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal 7 Mei 1999 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ltd BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 7 Mei 1999 MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA
ltd AKBAR TANDJUNG
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESLA
TAHUN 1999 NOMOR 55
159
Article 2
This Act shall come into force on the day of its promulgation. In order that everyne take cogni sance of this, the promulgation of this Act is here with ordered by publication in the State Gazette of the Republic of Indonesia.
Enacted in Jakarta on May 7, 1999 The President of the Republic of Indonesia signed BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE
Promulgated in Jakarta on May, 1999
State Minister/State Secretary of the Republic of Indonesia
signed Akbar Tanjung
STATE GAZETTE OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
NO. 55, 1999
160
PENJELASAN AlAS UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CON VENT/ON NO.105 CONCERNING THE ABOLITION OF FORCED LABOUR( KONVENSI ILO MENGENAI PENGHAPUSAN KERJA PAKSA) I. UMUM
Manusia sebagai mahiuk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak asasi atau hak dasar sejak dilahirkan, sehingga tidak ada manusia atau pihak lain yang dapat
merampas hak tersebut. Hak asasi manusia diakui secara universal sebagaimana tercantum dalam piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia yang disetujui PBB Tahun 1948, Deklarasi ILO di Philadelphia Tahun 1944, dan Konstitusi ILO. Dengan demikian semua negara di dunia secara
moral dituntut untuk menghormati, menegakkan, dan melindungi hak tersebut. Salah satu bentuk hak asasi adalah kebebasan untuk secara sukarela melakukan suatu pekerjaan.Jaminan kebebasan tersebut sesuai dengan nilainilai Pancasila dan telah diatur dalam UUD
1945 pasal 27 ayat (2) yang menyebutkan bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan". Ketentuan tersebut telah pula diatur dalam Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia dan berbagai peraturan perundang-undangan Iainnya.
161
ELUCIDATION OF
ACT NO. 19 OF 1999 ON THE RATIFICA. lION OF CONVENTION NO. 105 OF THE INTERNATIONAL LABOUR ORGANISATION CONCERNING THE ABOLITION OF FORCED LABOUR 1. GENERAL
Human beings as a creation of God are endowed with human rights. These rights are inherent in every human being since his/her birth. So, no other human
beings or parties can deprive these rights. Human rights are universally acknowledged as stated in the United Nations Charter, the 1948 Universal Declaration of Human Rights, the 1944 International Labour Organisation (ILO) Declaration of Philadelphia and the ILO Con stitution. Hence, every country in the world is morally demanded that they hold and protect these rights. One aspect of human rights concerns freedom to willingly do a job. This freedom guarantee accords with the princi.
pies of Pancasila. This freedom guarantee has also been implied in Article 27, Paragraph (2) of the 1945 Constitution which says that "Every citizen s/ia//have the rig/it to work and to a living, befitting for human beings'. Such provision has also been stipulated in the Decision
of the People's Consultative Assembly No. XVI/MPR/ 1998 concerning Human Rights.
162
Sebagai anggota PBB dan Organisasi Ketenaga. kerjaan Internasional atau International Labour menghargai, Indonesia Organization (ILO), menjunjung tinggi dan berupaya menerapkan
keputusankeputusan kedua lembaga internasional dimaksud.
Konvensi ILO No.105 mengenai Penghapusan Kerja Paksa yang disetujui pada Konferensi Ketenagakerjaan Internasional keempat puluh
tanggal 25 Juni 1957 di Jenewa merupakan bagian dan perlindungan hak asasi pekerja. Konvensi mi mewajibkan setiap negara anggota ILO yang telah
meratifikasi untuk menghapuskan dan melarang kerja paksa yang digunakan sebagai:
alat penekanan atau pendidikan politik atau sebagai hukuman atas pemahaman atau peng ungkapan pandangan politik atau ideologi yang bertentangan dengan sistem politik, sosial, dan ekonomi yang berlaku; cara mengerahkan dan menggunakan tenaga kerja untuk tujuan pembangunan ekonomi; alat untuk mendisiplinkan pekerja; hukuman atas keikutsertaan dalam pemogokan;
cara melakukan diskriminasi atas dasar ras, sosial, kebangsaan, atau agama.
163
As a Member of the United Nations and the In ternational Labour Organisation (ILO), Indonesia re
spects, upholds and makes efforts to implement decisions made by these two international bodies. The ILO Convention No.105 concerning the Aboli. tion of Forced Labour, which the fortieth Interna.
tional Labour Conference of June 25, 1957 in Geneva adopted, is part of the protection of work. ers' rights. This Convention requires every ILO Member Country to abolish and prohibit forced la bour used: as a means of political coercion or education or as a punishment for holding or expressing politi. cal view or views ideologically opposed to the established political, social and economic system;
as method of mobilising and using labour for purposes of economic development; as a means of labour discipline;
as a punishment for strikes;
having
participated
in
as a means of racial, social, national or religious discrimination. 164
II.
POKOK-POKOK PIKIRAN YANG MENDORONG LAHIRNYA KONVENSI
29 Tahun 1930 mengenai Kerja Paksa meminta semua negara anggota ILO melarang semua bentuk kerja paksa atau wajib kerja kecuali melakukan pekerjaan yang Konvensi ILO No.
berkaitan dengan wajib militer, wajib kerja dalam rangka pengabdian sebagai warga negara, wajib kerja menurut keputusan pengadilan, wajib melakukan pekerjaan dalam keadaan darurat atau wajib kerja sebagai bentuk kerja gotong royong.
Dalam penerapan Konvensi No, 29 Tahun 1930
tersebut ditemukan berbagai bentuk penyimpangan. OIeh sebab itu dirasakan perlu menyusun dan mengesahkan konvensi yang secara khusus
melarang
siapapun
mempekerjakan
seseorang secara paksa dalam bentuk me wajibkan tahanan politik untuk bekerja, mengerahkan tenaga kerja dengan dalih untuk pembangunan ekonomi, mewajibkan kerja untuk mendisiplinkan pekerja, menghukum pekerja atas keikutsertaannya dalam pemogokan atau melakukan diskriminasi atas dasar ras, sosial, kebangsaan, atau agama.
165
UNDERLYING IDEAS OF THE ADOPTION OF CONVENTION 1
Convention
ILO No. 29 of 1930 concerning
The Abolition of Forced Labour requires every member of the International Labour Organisation to suppress all forms of forced or compulsory labour, except those work or service which
purely military character, work or service which forms part of the civil obligations of the citizens, work or service exacted from any person as a consequence of convention in a court of law, work or service exacted in case of is
emergency or minor communal service.
However, when the lLO Convention No. 29 was
implemented, various forms of violations had been found. Therefore it was deemed necessary to formulate and ratify a new Convention that does not permit any one to suppress and not to make use of any form or compulsory labour to anybody else such as forcing political prisoners to work, as a method of mobilising and using labour for purposes of economic development; a means of labour discipline; a pun-
ishment for having participated in strikes; a means or racial, social, national or religious discrimination. 166
III. ALASAN INDONESIA MENGESAHKAN KONVENSI
Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup
bangsa Indonesia dan Undang-Undang Dasar
1945 sebagai sumber dan landasan hukum nasional, menjunjung tinggi harkat dan martabat pekerja sebagaimana tercermin dalam Sila-sila Pancasila khususnya Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Azas mi merupakan amanat konstitutional bahwa bangsa Indoesia bertekad untuk mencegah, melarang, dan menghapuskan
segala bentuk kerja paksa sesual dengan ke. tentuan Konvensi mi.
Dalam rangka pengamalan Pancasila dan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia telah menetapkan peraturan perundang-undang-
an yang mengatur
pencegahan dan pelarangan segala bentuk kerja paksa yang tidak manusiawi dan merendahkan martabat pekerja.
167
Ill. REASONS WHY INDONESIA RATIFIES THE CON. VENTION
The Pancasiia (which literally means the F,iie Moral Principles) is the philosophy of the nation and is the way through which Indonesians as a nation sees life. The 1945 Constitution, as the source and basis/ foundation of national laws, upholds human dignity and values as reflected in one of the five principles of Pancas//a, which advocates the principle of "just and civilised hu. manity'. This principle constitutes a constitu. tional message that implies that Indonesians as a nation has pledged to prevent and prohibit any
forms of forced labour, in accordance with the determination of this Convention.
In order to practice the Pancas,/a's principles and to implement the 1945 Constitution, Indo. nesia has established statutory and legislative rules and regulations that directly prevent and prohibit any forms of forced labour, which is in humane and insults the dignity of the worker.
168
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indo nesia melalui Ketetapan Nomor XVH/MPR/1998 menugasi Presiden dan DPR untuk meratifikasi berbagai instrumen PBB yang berkaitan dengan hak asasi manusia. Disamping itu Presiden Republik Indonesia telah ikut menandatangani Keputusan Pertemuan Tingkat Tinggi mengenai Pembangunan Sosial di Kopenhagen Tahun
1995. Keputusan pertemuan tersebut antara lain mendorong PBB meratifikasi tujuh Konvensi ILO yang memuat hakhak dasar pekerja, terma suk Konvensi Nomor 105 Tahun 1957 mengenai Penghapusan Kerja Paksa.
ILO dalam Sidang Umumnya yang ke.86 di Jenewa bulan Juni 1998 tetah menyepakati Deklarasi ILO mengenai Prinsip dan Hak-Hak Da. sar di Tempat Kerja. Deklarasi tersebut menya-
takan bahwa setiap negara wajib menghormati dan mewujudkan prinsip-prinsip ketujuh Konvensi Dasar ILO.
Dalam pengamalan Pancasila dan penerapan peraturan perundang-undangan masih dirasakan adanya penyimpangan. OIeh karena itu pengesahan Konvensi mi dimaksudkan untuk meningkatkan perlindungan hukum secara efektif se
hingga akan lebih menjamin perlindungan hak pekerja dan setiap bentuk pemaksaaan kerja.
169
The People's Consultative Assembly of the Republic of Indonesia, by the issuance of Decree Number XVll/MPR/1998, appoints the President and the House of Representatives to ratify various United Nations instruments which concern human rights. In addition, the President of the Republic of Indonesia co-signed the decisions of the Social development Summit in Copenhagen in 1995. The decisions included, among others, a decision to urge United Nations Members to ratify the seven ILO Core Convention, which advocate workers' rights, including Convention No.105 of the Year 1957 concerning the Abolition of Forced Labour. The International Labour Organisation, in its
86th Session of International Labour Conference in Geneva on June 1998, has adopted the ILO Declaration concerning the Principles and Fundamental Rights at Workplace. The Declaration states that every country is obliged to honour and realise the principles of the seven ILO Core Convention. In the implementation of the Pancas,ia arid of legislative rules and regulations, violations in respect of the protection of workers' rights are still felt. Therefore,
the ratification of this Convention is aimed at enhancing legal protection effectively which in turn will guarantee more protection to workei-s' rights from any forms of forced labour.
170
6. Pengesahan Konvensi mi menunjukkan kesungguhan Indonesia dalam memajukan dan melin
dungi hakhak dasar pekerja khususnya hak untuk bebas dan kerja paksa. Hal mi akan lebih
meningkatkan citra positif Indonesia dan me mantapkan kepercayaan masyarakat internasional terhadap Indonesia.
IV. POKOK-POKOK KONVENSI
Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi mi harus melarang dan tidak boleh menggunakan setiap bentuk kerja paksa sebagai alat penekanan politik, alat pengerahan untuk tujuan pembangunan, alat mendisiplinkan pekerja, Se-
bagai hukuman atas keterlibatan dalam pemogokan dan sebagai tindakan diskriminasi.
Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi mi harus mengambil tindakan yang menjamin penghapusan kerja paksa dengan segera dan menyeluruh.
Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi harus melaporkan pelaksanaannya.
171
6. The ratification of this Convention demonstrates the seriousness of Indonesia in furthering and protecting workers rights, particularly the right to be free from forced labour. This will enhance the positive age of Indonesia and strengthen the confidence of international community in Indo nesia.
IV. THE FUNDAMENTALS OF THE CONVENTION.
The ILO member countries that ratify this Con vention must prohibit and are not allowed to use any forms of forced labour as a means of political repression, as a method of mobilising and using labour for purposes of economic develop. ment, as a means of labour discipline, as a punishment for having participated in strikes and as a means of discrimination.
The ILO member countries that ratify this Convention must take action to guarantee imrnediate and total abolition of forced labour. The lLO member countries that ratify this Convention must report its implementation.
172
V. PASAL DEMI PASAL Pasal
1
Apabila terjadi perbedaan penafsiran terhadap terjemahannya dalam bahasa Indonesia, maka yang berlaku adalah naskah ash Konvensi dalam bahasa Inggeris.
PasaI2 Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3836
173
V. ARTICLE BY ARTICLE.
Article 1
Should differences in interpretation of the Indo-
nesian translation of this Convention arise, the authentic English text or the Convention applies. Article 2 Sufficiently clear.
SUPPLEMENT TO THE STATE GAZETTE OF THE REPUBLIC OF INDONESIA NO. 3834.
174
KONVENSI NO. 105 TENTANG PENGHAPUSAN KERJA PAKSA
Konperensi Organisasi Perburuhan tnternasional,
Setelah diundang ke Jenewa oleh Badan Pengu rus Kantor Ketenagakerjaan Internasional, dan setelah mengadakan sidangnya yang keempat puluh pada tanggal 5 Juni 1957, dan
Setelah mempertimbangkan masalah kerja pak sa, yang merupakan acara keempat dalam agen da sidang itü, dan Setelah memperhatikan ketentuan.ketentuan Konvensi Kerja Paksa, 1930, dan
Setelah memperhatikan bahwa Konvensi Perbu. dakan 1926, bahwa semua tindakan yang perlu wajib diambil untuk mencegah wajib kerja atau kerja paksa berkembang menjadi kondisi yang
sama dengan perbudakan dan bahwa Konvensi tentang Penghapusan Perbudakan, Perdagangan Budak dan Lembaga-lembaga serta 1956, Perbudakan sejenis praktek-praktek menyatakan penghapusan menyeluruh kerja ijon
Tam bahan
dan penghambaan, dan
175
CONVENTION NO. 105 CONCERNING THE ABOLITION OF FORCED LABOUR
The General Conference of the International Labour Organisation,
Having been convened at Geneva by the Governing Body of the International Labour Office, and having met in its Fortieth Session on 5 June 1957, and
Having considered the question of forced labour, which is the fourth item on the agenda of the session, and
Having noted the provisions of the Forced La. bour Convention, 1930, and
Having noted that the Slavery Convention, 1926, provides that all necessary measures shall be taken to prevent compulsory or forced labour from developing into conditions analogous to slav. ery, the Slave Trade and Institutions and Practices Similar to Slavery, 1956, provides for the complete abolition of debt bondage and serfdom, and 176
Setelah memperhatikan bahwa Konvensi Perlindungan Upah, 1949, bahwa upah wajib dibayarkan teratur dan melarang cara-cara pembayaran yang meniadakan kemungkinan bagi pekerja menghentikan hubungan kerjanya, dan
Setelah memutuskan untuk menerima usulan selanjutnya yang berkaitan dengan penghapusan bentuk-bentuk tertentu kerja paksa atau wajib kerja yang merupakan pelanggaran hak.hak seo- rang manusia sebagaimana tercantum dalam Pia- gam Perserikatan Bangsa- Bangsa dan ditegaskan dalam Dekiarasi Universal Hak Azasi Manusia, dan
Setelah menetapkan bahwa usulan tersebut mi harus berbentuk Konvensi internasional, menyetujui, dua puluh lima bulan Juni tahun seribu sembilan ratus lima puluh tujuh Konvensi mi, yang disebut Konvensi Penghapusan Kerja Paksa 1957:
Pasal 1
Setiap
Anggota
Organisasi
Ketenagakerjaan
Internasional yang meratifikasi Konvensi mi wajib melarang dan tidak memanfaatkan segala bentuk kerja paksa atau wajib kerja :
177
Having noted that the protection of Wages Convention, 1949, provides that wages shall be paid regularly and prohibits methods of payment which deprive the worker of a genuine possibility of terminating his employment, and
Having decided upon the adoption of further proposals with regard to the abolition of certain forms of forced or compulsory labour constituting a violation of the rights of man referred to in the Charter of the United Nations and enunciated by the Universal Declaration of Human Rights, and
Having determined that these proposals shall take the form of an international Convention, adoptsthis twenty.fifth day of June of the Year one thousand nine hundred and fifty. seven the following Convention, which may be cited as the Abolition of Forced Labour Convention, 1957: Article 1
Each member of the International Labour Organisation which ratifies this Convention under. takes to suppress and not to make use of any form of forced or compulsary labour.
178
sebagal alat penekanan atau pendidikan politik atau sebagai hukuman atas pemahaman atau pengungkapan pandangan politik atau ideologi yang bertentangan dengan sistem politk sosial dan ekonomi yang berlaku. sebagai cara mengerahkan dan menggunakan tenaga kerja untuk tujuan pembangunan ekono mi;
sebagai cara untuk mendisiplinkan pekerja, sebagai hukuman atas keikutsertaan dalam pemogokkan; sebagai cara melakukan. diskriminasi atas dasar ras, sosial, kebangsaan atau agama Pasal 2 Setiap
anggota
Organisasi
Ketenagakerjaan
Internasional yang meratifikasi Konvensi mi harus mengambil tindakan efektif untuk menjamin penghapusan segera dan menyeluruh atas kerja paksa atau wajib kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Konvensi mi. Pasal 3
Ratifikasi resmi Konvensi ml harus disampaikan kepada Direktur Jenderal Kantor ketenagakerjaan Internasional untuk didaftar. 179
as a means of political coercion or education or as a punishment for holding or expressing political views or views ideologically opposed to the established political, social or economic system; as a method of mobilising and using labour for purposes of economic development; as a means of labour discipline;
as a punishment for having participated
in
strikes;
as a means or racial, social, national or religious discrimination.
Article 2
Each Member of the International Labor Or. ganisation which ratifies this Convention under.
takes to take effective measures to secure the immediate and complete abolition of forced or compulsory labour as specified in Article 1 of this Convention.
Article 3
The formal ratifications of this Convention shall be communicated to the Director-General of the International Labour Office for registration.
180
Pasal 4
Konvensi mi mengikat hanya bagiAnggota yang ratifikasinya telah didaftar oleh Direktur Jen deral.
Konvensi mi mulal berlaku duabelas bulan se telah tanggal ratifikasi oleh dua anggota Or. ganisasi ketenagakerjaan Internasioal didaftar oleh Direktur Jenderal.
Selanjutnya itu, Konvensi mi akan berlaku bagi setiap Anggota duabelas bulan setelah tanggal ratifikasinya didaftar.
Pasal 5
1. Anggota yang telah meratifikasi Konvensi ml dapat membatalkannya setelah melampaui wak tu sepuluh tahun terhitung sejak tanggal Kon. vensi mi mulal berlaku, dengan menyampaikan
keterangan kepada Direktur Jenderal Kantor Internasional untuk didaftar Ketenagakerjaan pembatalan itu. tidak akan berlaku hingga satu tahun setelah tanggal pendaftarannya.
181
Article 4 This Convention shall be binding only upon those
Member of the International Labour Organisation whose ratifications have been registered with the Director.General.
It shall come into force twelve months after the date on which the ratifications of the Members have been registered with the Director.General. Thereafter, this Convention shall come into
force for any member twelve months after the date on which registered.
its
ratification
has
been
Article 5
1. A Member which has ratified this Convention may denounce it after the expiration of ten years from the date on which the Convention first comes into force, by an act communicated to the Director.General of the International La. bour Office for registration. Such denunciation should not take effect until one year after the date on which it is registered.
182
2. Tiap Anggota yang telah meratifikasi Konvensi mi dan yang dalam waktu satu tabun setelah berakhirnya masa sepuluh tahun sebagaimana tersebut dalam ayat tersebut diatas tidak menggunakan hak pembatalan menurut keten. tuan dalam Pasal mi, akan terkait untuk sepuluh tahun lagi, dan sesudah itu, dapat membatalkan
Konvensi mi pada waktu berakhtrnya tiap.tiap masa sepuluh tahun sebagaimana diatur dalam pasal mi.
Pasat6
Direktur Jenderal Kantor ketenagakerjaan Inter nasional wajib memberitahukan kepada segenap anggota Organisasi Ketenagakerjaan lnternasional tentang pendaftaran semua pengesahari dan pembatalan yang disampaikan kepadanya oleh anggota Organisasi.
Pada saat memberitahukan para anggota Organisasi tentang pendaftaran ratifikasi kedua yang disampaikan kepadanya, Direktur Jenderal wajib meminta perhatian anggota Organisasi mengenai tanggal mulai berlakunya Konvensi mi.
183
2. Each Member which has ratified this Convention
and which does not, within the year following the expiration of the expiration of the period of ten years mentioned in the preceeding paragraph, exercise the right of denunciation provided for this Article, will be bound for another period of ten years under the terms provided for in this Article.
Article 6
The Director-General of the lnternaional Labour Office shall notify all Members of the International Labour Organisation of the registration of all ratifications and denunciation communicated to him by the Member of te Organisation.
When notifying the Members of the Organisation
of the registration of the second ratification communicated to him, the Director-General shall draw attention of the Member of the Organisation to the date upon with the Convention will come into force.
184
Pasal 7
Direktur Jenderal Kantor ketenagakerjaan Inter. nasional wajib menyampaikan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk didaf-
tarkan sesuai dengan pasal 102 Piagam Perseri. katan Bangsa.Bangsa, hal ihwal mengenai semua ratifikasi dan pembatalan yang didaftarkannya menurut ketentuan pasal-pasal tersebut diatas. Pasal 8
Pada waktu yang dianggap perlu, Badan Pengurus Kantor Ketenagakerjaan Internasional wajib menyampaikan kepada Konperensi suatu laporan mengenai pelaksanaan Konvensi mi dan wajib mempertimbangkan perlunya mengagendakan da. lam konvensi, perubahan konvensi mi seluruhnya atau sebagian.
Pasal9
1. Jika konferensi menyetujui konvensi baru yang memperbaiki konvensi mi secara keseluruhan atau sebagian, kecuali konvensi baru menentukan lain, maka
185
Article 7 The Director-General of the International Labour Office shall communicate to the Secretary General
of the United Nations in accordance with Article 102 of the Charter of the United Nations full particulars of all ratifications and acts of denunciation
registered by him in accordance with the provisions of the preceeding Articles.
Article 8
At such time as it may consider necessary the Governing Body of the International Labour Ofice shall present to the General Conference a report on the working of this Convention and shall examine the desirability of placing on the agenda of the Conference the question of its revision in.whole or in part.
Article 9
1. Should the Conference adopt a new Convention
revising this Convention in whole or in part, then, unless the new Convention otherwise provides -
186
ratifikasi oleh Anggota atas Konvensi baru
yang memperbaiki secara hukum berarti pembatalan atas Konvensi mi, tanpa me ngurangi ketentuan dalam Pasal (5) diatas, jika dan bilamana Konvensi baru yang mem perbaiki itu mulai berlaku; sejak tanggat Konvensi baru yang memper baiki itu berlaku, Konvensi mi tidak dapat disahkan lagi oleh anggota.
2. Konvensi mi akan tetap berlaku dalam bentuk dan isi aslinya bagi Anggota yang telah mera tifikasinya, tetapi belum mengesahkan Konvensi yang memperbaikinya.
Pasal 10
Naskah konvensi mi dalam bahasa Inggris dan bahasa Perancis samasama resmi.
187
the ratification by a Member of the new revising Convention shall ipso jure involve the immediate denunciation of this Convention,
notwhitstanding the provision of Article
5
above, if and when the new revising Conven. tion shall have come into force; as from the date when the new revising Con.
vention comes into force this Convention shall cease to be open to ratification by the Members,
2. This Convention shall in any case remain in force
in its actual form and content for those Members wiich have ratified it but have not ratified the revising Convention,
Article 10
The English and French version of the text of this Convention are equaly authoritative.
188
UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENT/ON NO.138 CONCERMNG M/MMUM AGE FOR ADMISSION TO EMPLOYMENT( KONVENSI ILO MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 ada.
Iah negara hukum yang menjun jung tinggi harkat dan martabat manusia sehingga anak sebagai generasi penerus bangsa wajib memperoleh jaminan perlindungan
agar dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dan wajar, balk jasmani dan rohani, maupun sosial dan intelektual;
189
ACT OF REPUBLIC OF INDONESIA
NO. 20 OF 1999 ON
RATIFICATION ILO CONVENTION NO. 138 CON. CERNING MINIMUM AGE FOR ADMISSION TO EMPLOYMENT
WITH THE BLESSING OF GOD THE PRESIDENT OF REPUBLIC OF INDONESIA
Considering: a. that the State of the Republic of ln donesia, which is based on the Pan. casila State Ideology and the 1945 Constitution, is a State based on
the rule of law which upholds hu man dignity and values. Hence, it is
compulsory that children as the continuing generation of the nation are entitled to receive a protection guarantee. Such a guarantee is necessary to enable children to grow up and develop in a healthy and normal way, physically, spiritu ally, socially and intellectually;
190
bahwa bangsa Indonesia sebagai masyarakat internasional menghormati, menghargai, dan bagian
menjunjung tinggi prinsip dan tu juan Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa, serta Deklarasi Universal Hakhak Asasi Manusia Tahun 1948, Deklarasi Philadelphia Ta.
hun 1944, dan Konstitusi Orga. nisasi Ketenagakerjaan lnternasio. nal (lLO), dan Konvensi Hak.hak Anak Tahun 1989; bahwa Konferensi Ketenagakerjaan lnternasional yang kelima puluh delapan tanggal 26 Juni 1973, telah Swiss, menyetujui ILO Convent/on No.138 concerning
M,n,,'nun Age for Admission to Employment (Konvensi ILO menge-
nai Usia Minimum untuk Diperbo. Iehkan Bekerja);
bahwa Konvensi tersebut selaras keinginan bangsa lndo nesia untuk secara terus menerus dengan
menegakkan
dan
meningkatkan
pelaksanaan hak-hak dasar anak dalam
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara;
191
that Indonesians as a nation and as part of the international community honours, respects and upholds the principles and the objectives of the Charter of the United Nations and
the 1948 Universal Declaration of Human Rights, the 1944 Declara tion of Philadelphia, the Constitu. tion of the International Labour Organisation (ILO) and the 1989 Children's Rights Convention;
that the 58th Session of Interna. tional Labour Conference on June
26, 1973 adopted the ILO ConS vention No.138 concerning Mini. mum Age for Admission to Employment;
that the Convention accords with the will of Indonesians as a nation to continuously uphold and make better efforts to enable children to
enjoy their rights and to ensure that their rights are respected in the life of the society, nation and state;
192
e. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut dalam huruf a, b, c, dan d, dipandang perlu mengesahkan ILO Convent/on No. 138 concern ing M,n,mun Age for Admission to Emp/oyinent(Konvensi ILO menge nai
Usia
Minimum
Diper.
untuk
bolehkan Bekerja) dengan Undang undang; Mengingat: 1 Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, Pasal 20 ayat
(1) Pasal 27, Pasal 31, dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945; Majelis Permusyawaratan 2. Ketetapan Nomor Indonesia Rakyat Republik XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia;
DENGAN PERSETUJUAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK IN DON ES IA
MEMUTUSKAN Menetapkan:
UNDANG-UNDANG
TENTANG
PENGE-
SAHAN ILO CONVENT/ON NO.138 CONCERMNG M/MMIJM AGE FOR ADMISSION ILO EMPLOYMENT (KONVENSI TO USIA MINIMUM MENGENAI DIPERBOLEHKAN BEKERJA)
193
UNTUK
e. that based on the considerations mentioned in paragraphs a., b., c., and d., it is deemed necessary to ratify the ILO Convention No.138 concerning Minimum Age for Admission to Employment by the is. suance of a law;
In view of: 1.
Article 5, Paragraph (1); Article 11, Article 20, Paragraph (1); Article
27, Article 31; and Article 34 of 2.
the 1945 Constitution; The Decree of the People's ConsulNumber Assembly tative XVII/MPR/1998 concerning Human Rights;
WITH THE APPROVAL OF THE HOUSE OF REPRESENTATIVES OF THE REPUBLIC OF INDONESIA RESOLVES
To enact : ACT ON THE RATIFICATION OF THE ILO CONVENTION NO.138 CONCERNING
MINIMUM AGE FOR ADMISSION TO EMPLOYMENT.
194
Pasal 1
Mengesahkan ILO Convention No. 138 con cernirig Minimun Age for Admission to Emp/oyment(Konvensi ILO mengenai Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja)
dengan membuat suatu pernyataan sesuai dengan ke tentuan Pasal 2 ayat (1) yang naskah aslinya dalam ba hasa Inggeris dan terjemahannya dalam bahasa ndo nesia sebagaimana terlampir merupakan bagian tidak terpisah kan dan Undang-undang mi. Pasal 2 Undang-undang ni mulai berlaku pada tanggal di undangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerin-
tahkan pengundangan Undang-undang ni dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta pada tanggal 7 Mei 1999 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 7 Mei 1999 MENTERI NEGARA/SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA
ftc! AKBAR TANDJUNG LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1999 NOMOR 56
195
Article 1 Ratifies the ILO Convention No.138 concerning
Minimum Age for Admission to Employment by making a declaration in accordance with what is stipulated in the Convention's Article 2 Paragraph (1) whose authentic English text and its Indonesian translation are appended to this ratification as an inseparable part of this Act, Article 2 This Act shall come into force on the day of its promulgation. In order that everyone take cognisance of this, the promulgation of this Act is herewith ordered by publication in the State Gazette of the Republic of Indonesia. Enacted in Jakarta on May 7, 1999 The President of the Republic of Indonesia si&ned BACHARUDDIN JUSUF 1-IABIBIE
Promulgated in Jakarta on May, 1999 State Minister/State Secretary of the Rqpublic of Indonesia signed AKBAR TANJUNG
STATE GAZETTE OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
NO. 56, 1999
196
PENJELASAN ATAS
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO.138 CONCERMNG MINIMUM AGE FOR ADMISSION TO EMPLOYMENT( KONVENSI ILO MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA)
I. UMUM
Anak sebagai mahiuk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak asasi atau hak dasar sejak dilahirkan, sehingga tidak ada manusia atau pihak lain yang
boleh merampas hak tersebut. Hak dasar anak diakui secara universal sebagaimana tercantum dalam Piagam Perserikatan BangsaBangsa (PBB), Deklarasi PBB Tahun 1948 tentang Hak.hak Asasi Manusia, Deklarasi ILO di Philadelphia Tahun 1944, Konstitusi ILO, Dekiarasi PBB Tahun 1959 tentang Hak.hak Anak, Konvensi PBB Tahun 1966 tentang
Hakhak Ekonomi, Sosial dan Budaya, dan Kon. vensi PBB Tahun 1989 tentang Hak-hak Anak, Dengan demikian semua negara di dunia secara morat dituntut untuk menghormati, menegakkan, dan melindungi hak tersebut.
197
ELUCIDATION OF
ACT NO. 20 OF 1999 ON THE RATIFICATION OF THE ILO CONVENTION NO.138 CONCERNING MINIMUM AGE FOR ADMISSION TO EMPLOYMENT.
1. GENERAL
Children as human beings created by God are endowed with fundamental rights since their birth.
No other human beings or parties can deprive these rights. Children's rights have been universally acknowledged as stated in the United Nations Charter, the 1948 Universal Declaration of Human Rights, the 1944 International Labour Organisation (ILO) Declaration of Philadelphia and the 1959 United Nations Declaration of Children's Rights. Such acknowledgement is also stated in the 1966 United Nations Convention on Economic? Social and Cultural Rights and in the 1989 United Nations Convention on Children's rights. Hence? every country in the world is morally demanded that they honour, uphold and protect children's rights.
198
Salah satu bentuk hak dasar anak adalah jaminan untuk tumbuh kembang secara utuh baik
fisik maupun mental. Jaminan perlindungan hak dasar tersebut sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UndangUndang Dasar 1945. Sebagai anggota PBB dan Organisasi Ketena.
gakerjaan Internasional atau International Labour Organization (ILO), Indonesia menghargai, menjun. jung tinggi, dan berupaya menerapkan keputusan. keputusan lembaga internasional dimaksud.
Konvensi ILO No.138 Tahun 1973 mengenai Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja yang disetujui pada Konferensi Ketenagakerjaan Inter.
nasional kelima puluh delapan tanggal 26 Juni 1973 di Jenewa merupakan salah satu Konvensi
yang melindungi hak asasi anak. Konvensi mi mewajibkan setiap negara anggota ILO yang telah meratifikasi, menetapkan batas usia minimum untuk diperbolehkan bekerja. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Kon. vensi, Indonesia melampirkan Pernyataan (Declara. tion) yang menetapkan bahwa batas usia minimum untuk diperbolehkan bekerja yang diberlakukan di wilayah Republik Indonesia adalah 15 (lima belas) tahun.
199
A particular form of children's rights is a protec. tion guarantee for children to grow up and develop
in whole, physically and mentally. The protection guarantee of children's rights is in harmony with the Principles of the Pancasila State Ideology and the objectives of the State as stated in the Pream. ble of the 1945 Constitution. As a member of the United Nations and the ln ternational Labour Organisation (ILO), Indonesia
re
spects, upholds and makes efforts to implement the decisions organisations.
made
by
these
international
The 58th Session of International Labour Con. ference in Geneva on June 26, 1973 adopted ILO Convention No.138 of the Year 1973 concerning Minimum Age for Admission to Employment, which is one of the Conventions for protecting children's rights. This Convention requires each Member country of the ILO that ratifies it to specify the minirn mum age for admission to employment.
In accordance with what is required in Article 2 Paragraph (1) of the Convention, to this ratification Indonesia attaches a Declaration stating that the minimum age for admission to employment within the territory of the Republic of Indonesia is 15 (fifteen) years.
200
II.
POKOK-POKOK PIKtRAN YANG MENDORONG LAHIRNYA KONVENSI
1. Konvensi No.5 Tahun 1919 mengenai Usia Minimum untuk sektor Industri, Konvensi No.7
Tahun 1920 mengenai Usia Minimum untuk Sektor Kelautan, Konvensi No.10 Tahun 1921 mengenai Usia Minimum untuk Sektor Agraria, dan Konvensi No.33 Tahun 1932 mengenai Usia Minimum untuk Sektor Non Industri, menetapkan
bahwa usia minimum untuk bekerja 14 (empat betas) tahun.
Selanjutnya Konvensi No.58 Tahun 1936 mengenai Usia Minimum untuk Kelautan,
Konvensi No. 59 Tahun 1937 mengenal Usia Minimum untuk Sektor Industri, Konvensi No. 60
Tahun 1937 mengenai Usia Minimum untuk Sektor Non Industri, dan Konvensi No. 112 Tahun 1959 mengenai Usia Minimum untuk Pelaut, mengubah usia minimum untuk bekerja menjadi 15 (lima betas) tahun.
201
II. UNDERLYING IDEAS OF THE ADOPTION OF CON. VENTION
1. A minimum age of 14 (fourteen) years is speci lied in the following Conventions:
Convention No.5 of 1919 concerning the Minimum Age (Industry),
Convention No.7 of 1920 concerning the Minimum Age (Sea),
Convention No.10 of 1921 concerning the Minimum Age (Agriculture) and
Convention No.33 of 1932 concerning the Minimum Age (Non.lndustrial Employment).
Furthermore, the following Conventions change
the specification of the minimum age to 15 years
Convention (Revised) No.58 of 1936 con cerning the Minimum Age (Sea),
Convention (Revised) No.59 of 1937 conS cerning the Minimum Age (Industry),
Convention (Revised) No.60 of 1937 con cerning the Minimum Age (Non.Industrial Employment),
Convention No.112 011959 concerning the Minimum Age (Fisherman).
202
2. Dalam penerapan berbagai Konvensi tersebut diatas di banyak negara masih ditemukan
berbagai ben- tuk penyimpangan batas usia minimum untuk bekerja. OIeh karena itu ILO merasa perlu me- nyusun dan mengesahkan konvensi yan secara khusus mempertegas batas usia minimum untuk diperbolehkan bekerja
yang berlaku di semua sektor yaitu 15 (lima belas) tahun.
III. ALASAN INDONESIA MENGESAHKAN KONVENSI
1. Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup
bangsa Indonesia dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai sumber dan landasan hukum nasional, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia seperti tercermin dalam SiIa.sa Pancasila khu- susnya Sila Kemanusiaan Yang AdiI dan Beradab. Untuk itu bangsa Indonesia
bertekad melindungi hak dasar anak sesuai dengan ketentuan Konvensi mi.
203
2. in practise, however, when the above-mentioned Conventions are implemented, various forms of violations against the specified minimum age for
admission to employment have been found in many countries. Therefore, the ILO finds it necessary to prepare and ratify another Convention that specifies firmly a minimum age of 15 (fifteen) years for all economic sectors.
Ill. REASONS WHY INDONESIA RATIFIES THE CON. VENTION
1. The Pancasila (which literally means the Five Principles) is the philosophy of the nation and the way through which Indonesians as a nation see life. The 1945 Constitution, as the source and basis a of national laws, upholds human dignity and values as implied in the Five Principies of Pancasila, particularly, in the principle of "just and civilised humanity". Therefore, the In.
donesian Nation pledges to protect children's fundamental rights in accordance with the provisions of this Convention.
204
Dalam rangka pengamalan Pancasila dan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945, Indo nesia telah menetapkan berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur perlindungan terhadap anak. Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia melalui Ketetapan Nomor XVII/MPR/1998 tentang hak asasi manusia ménugasi Presiden dan DPR untuk meratifikasi berbagai instrumen PBB yang berkaitan dengan hak asasi manusia. Indonesia telah meratifikasi Konvensi PBB tangal
30 September 1990 mengenai Hakhak Anak. Disamping itu Presiden Republik Indonesia telah ikut menandatangani Keputusan Pertemuan Tingkat Tinggi mengenai Pembangu- nan Sosial di Kopenhagen Tahun 1995. Keputu- san pertemuan tersebut antara lain mendorong
anggota PBB meratifikasi tujuh Konvensi ILO yang memuat hak-hak dasar pekerja, termasuk Konvensi No. 138 Tahun 1973 mengenai Usia Minimum un- tuk Diperbolehkan Bekerja.
ILO dalam Sidang Umumnya yang ke-86 di Jenewa bulan Juni 1998 telah menyepakati Dekiarasi ILO mengenai Prinsip dan Hak-Hak Dasar di Tempat Kerja.
205
In order to practice the Principles of the Pan. cas/la and to implement the 1945 Constitution, Indonesia has established various laws that gov em the protection of children.
The People's Consultative Assembly of the Re. public of Indonesia by the issuance of Decree No. XVII! MPR/1998 concerning Human Rights has appointed the President and the House of Representatives to ratify various United Nations instrument related to human rights. Indonesia has ratified the United Nations Convention on
Children's Rights on September 30, 1990. In addition, the President of the Republic of Indo. nesia has co.signed the decisions of the Social Development Summit in Copenhagen in 1995. The decisions of the summit include a decision
to push United Nations Members to ratify the seven ILO Conventions concerning workers' rights, including Convention No.138 of 1973 concerning the Minimum Age for Admission to Employment.
The International Labour Organisation in its 86th Session of International Labour Conference in Geneva
in
June
1998 has approved and
adopted the ILO Declaration concerning the Fundamental Principles and Rights at Work. This
206
Deklarasi tersebut menyatakan bahwa setiap negara wajib menghormati dan mewujudkan prinsipprinsip ketujuh Konvensi Dasar ILO.
Dalam pengamalan Pancasila dan penerapan peraturan perundang.undangan masih dirasakan adanya penyimpangan perlindurigan hak anak. Oleh karena itu pengesahan Konvensi mi dimak. sudkan untuk menghapuskan segala bentuk
praktek mempekerjakan anak serta mening. katkan perlindungan dan penegakan hukum Secara efektif sehingga akan Iebih menjamin perlindungan anak dan eksploitasi ekonomi, pekerjaan yang membahayakan keselamatan dan kesehatan anak, mengganggu pendidikan, serta
mengganggu perkembangan fisik dan mental anak.
Pengesahan Konvensi mi menunjukkan kesungguhan Indonesia dalam memajukan dan melin-
dungi hak dasar anak sebagaimana diuraikan pada butir 5. Hal mi akan lebih meningkatkan citra positif Indonesia dan memantapkan kepercayaan masyarakat internasional.
207
Declaration states that every country is required to honour and realise the principles of the seven ILO Core Conventions.
While practising the Principles of the Pancasila and implementing legislative rules and regula. tions, however, violations against the protection of children are still felt. There fore, the ratifica. tion of the Convention is aimed at eradicating any forms of child labour practices. The ratifica. tion is also aimed at improving protection and effective legal enforcement to ensure that chil. dren are safe from economic exploitation and
jobs that are detrimental to their safety and health, to their education and to their physical and mental development.
By ratifying this Convention, Indonesia demon. strates its seriousness in furthering the protec.
tion of children's rights as mentioned in the above mentioned paragraph 5. This will en hance Indonesia's image in international forums
and strengthen the confidence of the interna. tional community towards Indonesia.
208
IV. POKOK-POKOK KONVENSI
Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi mi wajib menetapkan kebijakan nasional untuk menghapuskan praktek mempekerjakan anak dan meningkatkan usia minimum untuk diperbolehkan bekerja.
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak harus diupayakan tidak boleb kurang dan 18 (delapan belas) tahun, kecuali untuk pekerjaan ringan tidak boleh kurang dan 16 (enam belas) tahun.
Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi mi wajib menetapkan usia minimum untuk diperbolehkan bekerja, aturan mengenai jam kerja, dan menetapkan hukuman atau sanksi guna menjamin pelaksanaannya.
Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi mi wajib melaporkan pelaksanaannya,
209
IV. THE FUNDAMENTALS OF THE CONVENTION.
The ILO member countries, which ratify this Convention, are obliged to establish a national policy that eradicates child labour practices and increases the minimum age for admission to employment.
A minimum age of no less than 18 (eightteen) years must be specified for admission to any type of employment or work which is likely to jeopardise the health, safety or morals of the young persons who carry it out. Whereas for light work, a minimum age of no less than 16 (sixteen) years must be specified.
The ILO member countries which ratify this Con. vention shall specify a minimum age for admis.
sion to employment, a regulation concerning working hours and specify a penalty to ensure its enforcement. The ILO member countries that ratify this Con. vention are obliged to report its implementation.
210
V. PASAL DEMI PASAL
Pasal
1
Apabila terjadi perbedaan penafsiran terhadap terjemahannya dalam bahasa Indonesia, maka yang berlaku adalah naskah ash Konvensi dalam bahasa Inggeris. Pasal 2
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3835
211
V. ARTICLE BY ARTICLE
Article 1 Should differences in interpreting the Indonesian
translation of this Convention arise, the authentic
text of the English version of this Convention applies
Article 2 Sufficiently clear
SUPPLEMENT TO THE STATE GAZETTE OF THE REPUBLIC OF INDONESIA NO. 3835.
212
LAMPIRAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CON VENT/ON NO. 138 CONCERNING MINIMUM AGE FOR ADMISSION TO EMPLOYMENT(KONVENSI ILO MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA)
PERNYATAAN MENGENAI
USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA
Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Konvensi, Pemerintah Republik Indonesia dengan mi menyatakan bahwa usia minimum untuk diperbolehkan bekerja adalah 15 (lima belas) tahun. PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
ttd BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE
213
ANNEX TO THE ACT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA NO. 20 OF 1999 ON RATIFICATION OF ILO CONVENTION NO. 138 CONCERNING MINIMUM AGE FOR ADMISSION TO EMPLOYMENT
DECLARATION
CONCERNING MINIMUM AGE FOR ADMISSION TO EMPLOYMENT
In accordance with Article 2 pargraph (1) of the Convention, the Government of the Republic of In. donesia, hereby, declares that the minimum age for admission to employment is 15 (fifteen) years old. PRESIDENT, REPUBLIC OF INDONESIA
signed BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE
214
KONVENSI NO.138 MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA
Konperensi sional,
Organisasi ketenagakerjaan
Interna-
Setelah diundang ke Jenewa oleh Badan pengurus Kantor ketenagakerjaan Internasional, dan Setelah mengadakan sidangnya yang ke Iimapuluh delapan pada tanggal 6 Juni 1973, dan
Setelah memutuskan untuk menerima beberapa usul mengenai usia minimum untuk diperbo. Iehkan bekerja, yang merupakan acara dalam keempat agenda sidang tersebut, dan Memperhatikan syaratsyarat dan Konvensi Usia Minimum (industri) tahun 1919, Konvensi Usia Mini-
mum (taut) tahun 1920, Konvensi Usia Minimum (pertanian) tahun 1921, Konvensi Usia Minimum (penghias dan juru api) tahun 1921, Konvensi Usia (pekerjaan non industri) tahun 1932, Minimum Konvensi (Revisi) Usia Minimum (laut) th 1936, (revisi) Usia Minimum industri tahun Konvensi 1937, Konvensi (revisi) Usia Minimum (pekerjaan non industri) tahun 1937, Konvensi Usia Minimum (nelayan) tahun 1959 dan Konvensi Usia Minimum (kerja bawah tanah) tahun 1965, dan
215
CONVENTION NO. 138 CONCERNING MINIMUM AGE FOR ADMISSION TO EMPLOYMENT
The General Conference of the International Labour Organisation, Having been convened at Geneva by the Governing Body of the International Labour Office, and
having met in its Fifty-eighth Session on 6 June 1973 and Having decided upon the adoption of certain proposals with regard to minimum age for admission to employment, which is the fourth item on the agenda of the session, and Noting the terms of the Minimum Age (Industry) Convention,1919, the Minimum Age (Sea)
Convention,1920, the Minimum Age (Agriculture) Convention, 1921, the Minimum Age (Trimmers and Stokers) Convention, 1921, the Minimum Age (NonIndustrial Employment) Convention, 1932, the Mini. mum Age (Sea) Convention (Revised),1936, the Minimum Age (Industry) Convention (Revised),
1937, the Minimum Age (Non-Industrial Employment) Convention (Revised),1937, the Minimum Age (Fishermen) Convention,1959, and the Mini. mum Age (Underground Work) Convention,1965, and
216
Menimbang bahwa tetah tiba waktunya untuk menetapkan suatu. naskah umum mengenai hal itu, yang secara berangsurangsur akan menggantikan naskah naskah yang berlaku pada sektor ekonomi
yang terbatas, dengan tujuan untuk melakukan penghapusan kerja anak secara menyeluruh,dan
Setelah menetapkan bahwa naskah mi harus berbentuk Konvensi internasional, menyetujui pada tanggal dua puluh enam bulan Juni tahun seribu sembilan ratus tujuh puluh tiga Konvensi mi, yang disebut Konvensi Usia Minimum tahun 1973:
Pasal 1
Setiap anggota yang memberlakukan Konvensi wajib membuat kebijakan nasional yang dirancang untuk menjamin penghapusan secara efektif pekerja anak secara bertahap meningkatkan usia minimum untuk diperbolehkan bekerja sampai pada suatu tingkat yang sesuai dengan perkembangan fisik dan mental sepenuhnya dan mi
orang muda,
217
Considering that the time has come to establish a general instrument on the subject, which would gradually replace the existing ones applicable to limited economic sectors, with a view to achieving the total abolition of child labour, and
Having determined that these proposals shall take the form of an international Convention,
adopts this twenty-sixth day of the Year one thou. sand nine hundred and seventy three, the following Convention, which may be cited as the Minimum Age Convention, 1973:
Article 1
Each member for which this Convention is in force undertakes to pursue a national policy designed to ensure the effective abolition of child labour and to raise progressively the minimum age for admission to employment or work to a level consistent with the fullest physical and mental development of young persons.
218
PasaI2
Setiap Anggota yang meratifikasi Konvensi mi, wajib menetapkan dalam sebuah dekiarasi yang dilampirkan pada ratifikasinya, usia minimum untuk diperbolehkan bekerja dalam wilayahnya dan pada sarana pengangkutan yang terdaftar diwilayahnya; sesuai dengan pasal 4 sampai dengan 8 Konvensi mi, tidak seorang pun di bawah usia itu yang diperbolehkan masuk dalam setiap jabatan;
Setiap Anggota yang t&ah meratifikasi Konvensi mi dapat memberitahukan kepada Direktur Jenderal Kantor ketenagakerjaan Internasional dengan dekiarasi selanjutnya bahwa ia menetapkan usia minimum yang Iebih tinggi dan yang telah ditetapkan sebelumnya; Usia minimum yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan ayat 1 Pasal mi, tidak boleh kurang dan usia tamat wajib belajar, yaitu tidak boleh kurang dan 15 tahun dalam keadaan apaPun;
Tanpa mengurangi ketentuan ayat (3) pasal mi, anggota yang perekonomian dan fasilitas pendidikannya tidak cukup berkembang,setelah berkonsultasi dengan organisasi pengusaha dan pekerja jika ada, sebagai permulaan dapat menetapkan usia minimum 14 tahun;
219
Article 2
Each Member which ratifies this Convention shall specify, in a declaration appended to its ratification, a minimum age for admission to employment or work within its territory and on means of transport registered in its territory subject to Articles 4 to 8 of this Convention, no one under that age shall be admitted to employ. ment or work in any occupation.;
Each Member who has ratified this Convention may subsequentily notify the Director-General of the International Labour Office, by further declarations, that it specifies a minimum age higher than that previously specified. 3.The minimum specified in pursuance of the paragraph 1 of this Article shall not be less than age of completion of compalsory schooling and, in any case, shall not be less than 15 years.
4. Notwithstanding the provisions of the paragraph 3of this Article, a Member whose economy and educatonal facilities are insuffiently developed may, after consultation with the organisations of employers and workers concerned, where such exist, initially specify a minimum age of 14 years.
220
5. Setiap Anggota yang telah menetapkan usia minimum 14 tahun sesuai dengan ketehtuan ayat itu, wajib mencantumkan, di dalam Iaporannya mengenai pelaksanaan Konvensi mi
yang diajukan berdasarkan pasal 22 Konstitusi Organisasi pernyataan;
ketenagakerjaan
Internasional,
bahwa alasan untuk melakukan hal itu memang ada; atau bahwa ia melepaskan haknya untuk melaksanakan ketentuan tersebut sejak tanggal penetapan.
Pasal 3 Usia
untuk
minimum
diperbolehkan
bekerja
disetiap jenis pekerjaan, yang karena sifat atau keadaan lingkungan tempat pekerjaan itu di. Iaku.kan
dapat
membahayakan
kesehatan,
keselamatan atau moral orang muda, tidak boleh kurang dan 18 tahun. Jenis pekerjaan atau kerja yang padanya ketentuan ayat 1 Pasal mi beriaku, harus ditetap. kan
dengan
peraturan
Perundang.undangan
nasional, atau oleh penguasa yang berwenang, setelah berkonsultasi dengan organisasi pengusaha dan pekerja yang berkepentingan jika ada.
221
5. Each Member which has specified a minimum age of 14 years in pursuance of the provisions of the preceding paragraph shall include in its reports on th application of this Convention sub.
milled under article 22 of the Constitution of the International Labour Organisation a state. ment
That its reason for doing so subsists ; or
That it renounces its right to avail itself of the provisions in question as from a stated date.
Article 3
The minimum age for admission for any type of employment or work which by its nature or the cicumstances in which it is carried out is likely
to jeopardise the health, safety or morals of young persons shall not be less than 18 years.
The types of employment or work to paragraph 1 of this Article applies shall be determined by national laws or regulations or by the compe. tent authority, after consultation with the organi. sations of employers and workers concerned, where such exist.
222
3. Tanpa mengabaikan ketentuan ayat 1 Pasat mi,
undangundang atau peraturan nasional atau penguasa yang berwenang, setelah berkonsul. tasi dengan organisasi pengusaha dan pekerja yang berkepentingan, jika itu ada, dapat memperbolehkan orang muda berusia 16 tahun ke atas bekerja, dengan syarat bahwa kesehatan, keselamatan dan moral mereka cukup dilindungi sepenuhnya dan mereka telah mendapat pendi dikan atau pelatihan kejuruan khusus mengenai cabang kegiatan yang bersangkutan.
Pasal 4
1. Apabila diperlukan, penguasa yang berwenang setelah berkonsultasi dengan organisasi pengu saha dan pekerja yang berkepentingan, jika ada, dapat mengecualikan pekerja atau kerja tertentu dan pemberlakuan konvensi jika pelaksanaan konvensi ml menimbulkan masalah sangat berat.
223
3. Notwithstanding the provisions of the paragraph 1 of this Article, nationat laws or regulations or the competent authority may, after consultation with the organisations of employers and workers concerned, where such exist, authorise employment or work as from the age of 16 years on condition that the health, safety and morals of the young persons concerned are fully protected and that the young persons have reinstruction or specific adequate ceived vocational training in the relevant branch of activity.
Article 4
1. In so far in a necessary, the competent author. ity, after consultation with the organisations of employers and workers concerned, where such exist, may exclude from the application of this Convention limited categories of employment or work in respect of which special and substantial problems of application arise.
224
Setiap Anggota yang meratifikasi Konvensi mi wajib membuat daftar dalam Japorannya yang pertama mengenai pelaksanaan Konvensi yang diajukan berdasarkan Pasal 22 dan Konstitusi Organisasi ketenagakerjaan Internasional, dan pengecualian menurut Ketentuan ayat 1 Pasal mi, harus memberikan alasan mengapa dikecualikan, dan dalam laporan berikutnya wajib menyebutkan kedudukan hukum dan kebiasaanriya dinegaranya mengenal jenis pengecualian tersebut, dan sejauh mana pengaruh dan Konvensi mi telah diberlakukan atau diusulkan untuk diberlakukari terhadap jenis pekerjaan tersebut. Pekerjaan atau kerja yang tercakup dalam Pasat
3 Konvensi mi tidak boleh dikecuatikan dan pelaksanaan Konvensi sesuai dengan ketentuan Pasal mi.
Pasal 5
1. Anggota yang perekonomian dan fasilitas administratifnya belum cukup berkembang, setelah berkonsultasi dengan organisasi pengusaha dan
pekerja yang berkepentingan, jika ada, pada awalnya dapat
membatasi ruang Iingkup ber-
Iakunya Konvensi mi.
225
Each Member which ratifies this Convention shall list in its first report on the application of the Convention submitted under Article 22 of the Constitution of the International Labour Or. ganisation any categories which may have been excluded in pursuance of paragraph 1 of this Article, giving the reasons for such exclusion, and shall state in subsequent reports the posi-
tion of its law and practice in respect of the categories excluded and the extent to which effect has been given or is proposed to be given to the Conventjon in respect of such categories..
Employment or work covered by Article 3 of tis Convention shall not be excluded from the application of the Convention in pursuance of this Article.
Article 5
1. A Member whose economy and administrative faclities are insuffiently developed may, after consultation with the organisations of employers and workers concerned, where such exist, initially limit Convention.
the scope of application of this
226
Setiap Anggota yang tunduk pada ayat (1) Pasal
ml, dalam suatu pernyataan yang dilampirkan wajib memperinci secara pada ratifikasinya, khusus cabang kegiatan ekonomi atau jenis usaha yang kepadanya
ketentuan Konvensi mi
berlaku.
Ketentuan Konvensi mi wajib diberlakukan sebagai minimum terhadap: pertambangan dan peng-
galian; pengolahan, bangunan, listrik, gas dan air, perusahaan sanitari, pengangkutan, pergudangan dan perhubungan, serta perkebunan dan
usaha pertanian Iainnya yang hasil utamanya untuk tujuan perdagangan, tetapi kecuali perusahaan keluarga dan usaha kecil yang mengha-
silkan barang untuk konsumsi lokal dan tidak secara teratur mempekerjakan tenaga bayaran. Setiap Anggota yang membatasi ruang Iirigkup berlakunya Konvensi mi sesuai dengan ketentuan dalam Pasal mi (a) wajib menunyebutkan dalam Iaporannya Se- suai dengan Pasal 22 Konstitusi Organisasi Ketenagakerjaan Internasional, kedudukan umum tentang pekerjaan orang muda dan anak-anak dalam cabang kegiatan yang dikecualikan dan ruang lingkup berlakunya Konvensi ni dan setiap kemajuan yang mung- kin dicapai ke arah pelaksanaan yang Iebih luas dan ketentuan Konvensi ni.
227
Each Member which avails itself of the provi. sions of paragraph 1 of this Article shall specify, in a declaration appended to its ratification, the
branches of economic activity or types of un. dertakings to which it will apply the provisions of the Convention. The provisions of the Convention shall applicable
as a minimum to the following
: mining and quarrying; manufacturing; construction; electric. ity, gas and water; sanitary servces ; transport, storage and communication ; and plantations and other agricultural undertakings mainly producing for commercial purposes, but excluding family and smallscale holding producing for lo-
cal consumption and not regularly employing hired workers. Each Member which has limited the scope of application of this Convention in pursuance of this Article (a) shall indicate in its reports under article 22 of the Constitution of the lnternatonal Labour Organisation the general position as regards the employ-
ment or work of young persons and children in the branches of activity which are excluded from the scope of application of this Convention and
any progress which may have been made towards wider application of the provisions of the Convention;
228
(b) dapat setiap waktu secara formal memperluas ruang Iingkup pemberlakuan melalul sebuah dekiarasi yang disampaikan kepada Direktur Jenderal Kantor Ketenagakerjaan Internasional. Pasal6
Konvensi mi tidak berlaku bagi pekerjaan yang dilakukan oleh anak dan orang muda di sekolah umum, kejuruan atau teknik atau di lembaga pe latihan lain, atau bagi pekerjaan yang dilakukan oleh orang muda yang sekurangkurangnya berusia 14
tahun dalam perusahaan, bila pekerjaan itu dila kukari sesuai dengan syaratsyarat yang ditetapkan oleh penguasa yang berwenang, setelah berkon sultasi dengan organisasi pengusaha dan pekerja yang berkepentingan, jika ada, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan. suatu program pendidikan atau pelatihan yang penanggung jawab utamanya adalah suatu sekolah atau lembaga pelatihan; program latihan yang untuk sebagian besar atau seluruhnya dilaksanakan dalam suatu perusaha. an, yang programmnya telah disetujui oleh penguasa yang berwenang; atau suatu program bimbingan atau orientasi yang disusun untuk mempermudah pemilihan jabatan atau suatu jalur pelatihan.
229
(b) may at any time formally extend the scope of application by a declaration addressed to the Director-General of the International Labour Office.
Article 6 This Convention does not apply to work done by children and young persons in schools for general, vocational or technical education or in other train-
ing institutions, or to work done by persons at least 14 years of age in undertakings, where such work is carried out in acco.rdance with conditions prescribed by the competent authority, after consultation with the organisations of employers and workers concerned, where such exist, and is an integral part of -.
a course of education or training for which a school or training responsible;
institution
is
primarily
a programme of trainig mainly or entirely in an undertaking, which programme has been approved by the competent authority; or
a programme of guidance or orientation designed to facilitate the choice of an accupation or of a line of training.
230
Pasal 7 1.
Peraturan atau perundangundangan nasional dapat memperbolehkan dipekerjakannya atau bekerjanya orang berusia 13 15 tahun dalam pekerjaan ringan yang tidak berbahaya bagi kesehatan dan perkembangan mereka; tidak mengganggu kehadiran mereka meng.
ikuti orientasi kejuruan atau program latihan yang disetujui oleh penguasa yang berwe. nang atau kemampuan mereka mendapat manfaat dan pelajaran yang diterima.
2
Peraturan atau perundang-undangan nasional dapat memperbolehkan mempekerjakan orang
yang berusia sekurang.kurangnya 15 tahun, akan tetapi belum meniyelesaikan pendidikan sekolah
wajib
dalam
pekerjaan
yang
telah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam sub (a) dan (b) ayat 1 Pasal mi.
3. Penguasa yang benwenang harus menetapkan kegiatan yang diperbolehkan pada pekerjaan berdasarkan ayat 1 dan 2 Pasal mi dan wajib menetapkan jumlah jam kerja dan kondisi yang harus dipenuhi dimaksud.
dalam
231
melakukan
pekerjaan
Article 7
1. National laws or regulations may permit the employment or work of persons 13 to 15 years of age on light work which is not likely to be harmful to their health or development; and not such as to prejudice their attendance at school, their participation in vocational orientation or training programmes approved by the competent authority or their capacity to benefit from the instruction received. 2. National laws or regulations may also permit the
emlpoyment or work of persons who are at least 15 years of age but have not yet com pleted their compalsory schooling on work which meet the requirements set fourth in subparagraphs (a) and (b) of paragraph 1 of this Article.
3. The competent athority shall determine the ac-
tivities in which employment or work may be permitted under paragraph 1 and 2 of this Article and shall prescribe the number of hours dur-
ing which and the conditions in which such employment or work may be undertaken.
232
4. Tanpa mengabaikan ketentuan ayat 1 dan 2 Pasal mi, Anggota yang telah menyatakan tunduk kepada ketentuan ayat 4 Pasal 2, selama masih dikehendaki dapat menggantikan usia 12 dan 14 tahun untuk usia 13 dan 15 tahun pada ayat 1 dan usia 14 tahun untuk usia 15 tahun pada ayat 2 Pasal mi.
Pasa8 Setelah berkonsultasi dengan organisasi pengu saha dan pekerja yang berkepentingan jika ada,
penguasa yang berwenang dengan izin yang diberikan untuk kasus individual, boleh menge cualikan larangan pekerjaan sebagaimana di-
maksud dalam Pasal 2 Konvensi
mi
untuk
maksud tertentu, seperti keikutsertaan dalam pertunjukkan kesenian.
zin yang diberikan itu harus membatasi jumlah
jam dan kondisi kerja untuk diperbolehkan bekerja
Pasal9
1. Segala tindakan yang perlu, termasuk penen tuan hukuman yang memadai harus diambil oleh penguasa yang berwenang untuk menjamin pelaksanaan yang efektif dan ketentuan Konvensi In,.
233
4. Notwithstanding the provisions of paragraphs 1
and 2 of this Article, a Member which has availed itself of the provisions of paragraph 4 of Article 2 may, for as long as it continues to do so, substitute the ages 12 and 14 for the ages
13 and 15 in paragraph 1 and the age 14 for the age 15 in paragraph 2 of this Article. Article 8
After consultation with the organisations of em ployers and workers concerned, where such ex
ist, the competent authority may, by permits granted in individual cases, allow exeptions to the prohibition of employment or work provided for in Article 2 of this Convention, for such pur poses as participation in artistic perlormances.
Permits so granted shall limit the number of hours during which and prescribe the conditions in which employment or work is allowed.
Article 9
1. All necessary measures, including the provision of appropriate penalties, shall be taken by the competent authority to ensure the effective enforcment of the provisions of this Convention.
234
Peraturan atau perundang.undangan nasional wajib menetapkan orangorang yang bertang. gung jawab Konvensi mi.
terhadap
penataan
ketentuan
Peraturan atau perundang-undangan nasional atau penguasa yang berwenang wajib menetap-
kan catatan atau dokumen lain yang harus di. simpan dan disediakan oleh pengusaha, catatan atau dokumen itu harus memuat nama dan usia atau tanggal lahir, yang disahkan, bila mungkin, mengenai orang-orang yang dipekerjakannya atau yang bekerja untuknya dan yang berusia dibawah 18 tahun. Pasal 10 1. Konvensi ml merevisi menurut ketentuan yang ditetapkan dalam Pasal mi, Konvensi Usia Minimum (Industri), tahun 1919, Konvensi Usia Minimum (Laut),
tahun 1920, Konvensi Usia Minimum (Pertanian), tahun 1921, Konvensi Usia Minimum (penghias dan juru api), tahun 1921, Konvensi Usia Minimum (Pekerjaan Non-Industri), tahun 1932, Konvensi (Revisi) Usia Minimum (Laut), tahun 1936, Konvensi (Revisi) Usia Minimum (Industri), tahun 1937, Konvensi ( Revisi ) Usia minimum (Pekerja non Industri) tahun 1937, Konvensi Usia Minimum
(Nelayan), tahun 1959, dan Konvensi Usia Minimum (Pekerjaan Dibawah Tanah), tahun 1965.
235
National laws or regulations or the competent authority shall define the persons resposible for compliance with the the provisions giving effect to the Convention.
National laws or regulations or the competent authority shall prescribe the registers or other documents which shall be kept and made avail. able by the employer; such registers or docu.
ments shall contain the names and ages or dates of birth, duly certified wherever possible, of persons whom he employs or who work for him and who are less than 18 years of age. Article 10 1. This Convention revises, on the terms set fourth in this Article, the Minimum Age (Industry) Con. vention, 1919, the Minimum Age (Sea) Conven.
tion, 1920, the Minimum Age (Agriculture), 1921, the Minimum Age (Trimmers and Stok. ers) Convention, 1921, the Minimum Age (Non. Industrial Employment) Convention, 1932, the Minimum Age (Sea), Conwention (Revised), 1936, the Minimum Age (Industry) Convention Revised), 1937, the Minimum Age (Non Indus. trial Employment) Convention (Revised), 1937, the Minimum Age (Fishermen), 1959, and the Minimum Age (Underground Work) Convention, 1965.
236
Pemberlakuan Konvensi mi tidak menutup ke. mungkinan untuk meratifikasi Konvensi (Revisi) Usia Minimum (Laut), tahun 1936, Konvensi (Re. visi) Usia Minimum (Industri), tahun 1937, Kon vensi (Revisi) Usia minimum (Pekerja non Industn) tahun 1937, Konvensi Usia Minimum (Nela. yan), tahun 1959, Konvensi Usia Minimum (Kerja Bawah Tanah), tahun 1965. Konvensi Usia Minimum (Industri), tahun 1919, Konvensi Usia Minimum (Laut), tahun 1920, Konvensi Usia Minimum (Pertanian), tahun 1921, dan Konvensi Usia Minimum (penghias dan juru
api), tahun 1921, akan tertutup untuk diratifikasinya selanjutnya, jika semua pihak yang telah
meratifikasinya telah setuju untuk menutupnya dengan jalan meratifikasi Konvensi mi atau dengan suatu dekiarasi yang disampaikan kepada Direktur Jenderal Kantor Ketenagakerjaan Internasional. Jika kewajiban-kewajiban Konvensi mi diterima-
(a) oleh Anggota yang merupakan pihak pada Konvensi (Revisi) Usia Minimum (Industri)
tahun 1937, dan telah menetapkan Usia Minimum tidak kurang dan 15 tahun menurut ketentuan Pasal 2 Konvensi mi, demi hukum hal tersebut dengan sendirinya membatalkan Konvensi itu dengan segera.
237
The coming into force of this Convention shall not close the Minimum Age (Sea) Convention (Revised), 1936, the Miinimum Age (industry) Convention (Revised), 1937, the Minimum Age (Non.lndustrial Employment) Convention (Re. vised), 1937, the Minimum Age (Fishermen) Convention, 1959, or the Minimum Age (Under. ground Work) Convention, 1965, to further ratification. The Minimum Age (IndustrY), Convention, 1919, the Minimum Age (Sea), Convention, 1920, the Minimum Age (Agriculture), Convention, 1921, the Minimum Age (Trimmers and Stokers), Convention,1921, shall be closed to further
ratification when all the parties thereto have consented to such closing by ratification of this Convention or by a declaration communicated to the Director-General of International Labour Office..
When the obligations of this Convention are accepted (a) by a Member which a party to the Minimum Age (Industry) Convention (Revised), 1937,
and a minimum age of not less than 15 years is specified in pursuance of Article 2 of this Convention, this shall ,oso lure involve of that denunciation immediate the Convention,
238
dalam hal pekerjaan non industri sebagaimana dimaksud dalam Konvensi Usia Minimum (Pekerjaan Non.Industri), tahun
1932, oleh Anggota yang merupakan pihak pada Konvensi itu, demi hukum hal tersebut dengan sendirinya membatalkan Konvensi itu dengan segera.
dalam hal pekerjaan non industri sebagai. mana ditetapkan dalam Konvensi (Revisi) Usia Minimum
(Pekerjaan
Non-Industri),
tahun
1937, oleh Anggota yang merupakan pihak pada Konvensi itu, dan telah menetapkan
Usia Minimum tidak kurang dan 15 tahun berdasarkan Pasal 2 Konvensi mi, demi tersebut dengan sendirinya membatalkan Konvensi itu dengan segera. hukum
hal
dalam hal pekerjaan maritim, oleh Anggota
yang merupakan pihak pada Konvensi (Revisi) Usia Minimum (Laut), tahun 1936, dan telah menetapkan Usia Minimum tidak kurang dan
15 tahun berdasarkan Pasal 2 Konvensi mi atau Anggota itu menetapkan bahwa Pasal 3 Konvensi mi berlaku bagi pekerjaan maritim, demi hukum hal tersebut dengan sendirinya membatalkan Konvensi itu dengan segera.
239
in respect of non-industrial employment as defined in the Minimum Age (Non-Industrial Employment) Convention,1932, by a Mem. ber which is a party to that Convention, this shall ipso lure involve the immediate denunciation of that Convention, in respect of non-industrial employment as defined in the Minimum Age (Non-Industrial Employment) Convention (Revised), 1937, by a Member which is a party to that Con. vention, and a minimum age of not less than 15 years is specified in pursuance of the Ar. tide 2 of this Convention, this shall ipso lure involve the immediate denunciation of that Convention,
In respect of maritime employment, by
a
Member which is a party to the Minimum Age
(Sea) Convention, (Revised)), 1936, and a minimum age of not less than 15 years is
specified in pursuance of Article 2 of this Convention or the Member specifies that Ar. tide 3 of this Convention applies to maritime employment, this shall Ipso jure involve the immediate denunciation of that Convention,
240
dalam hal pekerjaan maritim, oleh Anggota yang merupakan pihak pada Konvensi Usia Minimum (Nelayan), tahun 1959, dan telah menetapkan usia minimum tidak kurang dan 15 tahun berdasarkan Pasal 2 Konvensi mi atau Anggota itu telah menetapkan bahwa Pasal 3 Konvensi mi berlaku bagi pekerjaan maritim, demi hukum hal tersebut dengan sendirinya membatalkan Konvensi itu dengan segera.
oleh Anggota yang merupakan pihak pada Konvensi Usia Minimum (Kerja Bawah Tanah),
tahun 1965, dan telah menetapkan usia mini mum tidak kurang dan usia yang ditetapkan berdasarkan Konvensi itu juga ditetapkan berdasarkan Pasal 2 Konvensi atau Anggota itu menetapkan bahwa usia itu benlaku bagi pekerjaan di bawah tanah dalam pertam-
bangan berdasarkan Pasal 3 Konvensi itu pada saat itu juga karena hukum. jika dan bila Konvensi mi mulal berlaku.
5. Penerimaan kewajiban Konvensi mi berarti-
(a) harus membatalkan Konvensi Usia Minimum (Industri), tahun 1919, sesuai dengan Pasal 12 Konvensi itu;
241
in respect of employment in maritime fishing,
by a Member which is a party to the Minimum Age (Fishermen) Convention, 1959,
and a minimum age of not less than 15 years is specified in pursuance of Article 2 of this Convention or the Member specifies that
Article 3 of this Convention applies to employment in maritime fishing, this shall ipso jure involve the immediate denunciation of that Convention, by a Member which is a party to the Minimum Age (Underground Work) Convention, 1965, and a minimum age of not less than the age specified in pursuance of the Convention is
specified in pursuance of Article 2 of this Convention or the Member specifies that such an age applies to employment under. ground in mines in virtue of Article 3 of this Convention, this shall ipso Jure involve the immediate denunciation of that Convention,
If and when this Convention shall have come into force.
5. Acceptance of the obligation of this Convention. (a) shall involve the denunciation of the Minimum
Age (Industry) Convention, 1919, in accordance with Article 12 thereof,
242
dalam hal pertanian, harus membatalkan Konvensi Usia Minimum (Pertanian) tahun 1921, sesuai dengan Pasal 9 Konvensi itu;
dalam hat pekerjaan maritim, harus memba talkan Konvensi Usia Minimum (Laut), tahun
1920, sesuai dengan Pasal 10 Konvensi itu dan Konvensi Usia Minimum (Penghias dan Juru Api), tahun 1921, sesuai dengan Pasal 12 Konvensi itu; jika dan bila Konvensi mi mulai berlaku. Pasal 11
Ratifikasi resmi Konvensi mi harus disampaikan kepada Direktur Jenderal Kantor Ketenagakerjaan Internasional untuk didaftar.
Pasal 12
1. Konvensi mi mengikat hanya bagi anggota Or. ganisasi Ketenagakerjaan Internasional yang ratifi. kasinya tetah didaftar oleh Direktur Jende ral.
243
(b)in respect of agriculture shall, involve the denunciation of the Minimum Age (Agriculture) Convention, 1921, in accordance with Article 9 thereof, (c)in respect of maritime employment shall invalve the denunciation of the Minimum Age (Sea) Convention, 1920, in accordance with Article 10 thereof, and of the Minimum Age (Trimmers and Stokers) Convention, 1921, in accordance with Article 12 thereof,
if and when this Convention shall have come into force.
Article 11
The formal ratifications of this Convention shall be communicated to the Director-General of the International Labour Office for registration.
Article 12 1. This Convention shall be binding only upon those Members of the International Labour Organisa.
tion whose ratifications have been registered with the Director-General.
244
Konvensi ni mulai berlaku dua belas bulan setelah tanggal ratifikasi oleh dua anggota
Organisasi Ketenagakerjaan Internasional telah didaftar oleh Direktur ienderal. Selanjutnya, Konvensi mi akan berlaku bagi setiap anggota dua belas bulan setelah rati
fikasinya terdaftar. Pasal 13
Anggota yang telah meratifikasi Konvensi mi dapat membatalkannya setelah melampaui wak.
tu sepuluh tahun terhitung sejak tanggal Kon mulai berlaku, dengan menyampai vensi mm kan keterangan kepada Direktur Jenderal Kantor Ketenagakerjaan Internasional untuk didaftar,
Pembatalan itu tidak akan berlaku hingga satu tahun setelah tanggal pendaftarannya. Setiap Anggota yang t&ah meratifikasi Konvensi
mi dan yang dalam waktu satu tahun setelah berakhirnya masa sepuluh tahun sebagai mana
atas tidak menggunakan hak pembatalan menurut keten
tersebut dalam ayat tersebut
di
tuan dalam pasal mi, akan terikat untuk sepuluh tahun lagi, dan sesudah itu dapat membatalkan
Konvensi mi pada waktu berakhirnya tiap.tiap masa sepuluh tahun sebagaimana diatur dalam pasal mi.
245
It shall come into force twelfe mQnths after the date on which the ratifications of two Members have been registered with the Director-General.
Thereafter, this Convention shall come into force for any Member twelve months after the date on which registered.
its
ratifications
has
been
Article 13
A member which has ratified this Convention may denounce it after the expiration of ten years from the date on which the Convention first come into force, by an act communicated to the Director.General of the International Labour Office for registration. Such denounciation shall not take effect until one year after the date on which it is registered. Each Member which has ratified this Convention
and which does not, within the year following the expiration of the period of ten years men tioned in the preceeding paragraph, exercise the right of denunciation provided for in this Article, will be bound for another period of ten years and, thereafter, may denounce this Con. vention at the expiration of each period of ten
years under the terms provided for in this Article.
246
Pasal 14
Direktur Jenderal Kantor Ketenagakerjaan Inter. nasional wajib memberitahukan kepada segenap anggota Organisasi Ketenagakerjaan Interna. sional tentang péndaftaran semua ratifikasi dan pembatalan yang disampaikan kepadanya oleh anggota Organisasi.
Pada saat memberitahukan kepada anggota Organisasi tentang pendaftaran ratifikasi kedua yang disampaikan kepadanya, Direktur Jenderal
wajib meminta perhatian Anggota Organisasi mengenai tanggal mulai berlakunya Konvensi mi.
Pasal 15
Direktur Jenderal Kantor Ketenagakerjaan Inter. nasional wajib menyampaikan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk didat tarkan, sesuai dengan Pasal 102 Piagam Perse. rikatan Bangsa-Bangsa, hal ikhwal mengenai semua ratifikasi dan pembatalan yang didaftarkannya menurut ketentuan dalam Pasal yang terdahulu.
247
Article 14
The DirectorGeneral of the International Labour
Office shall notify all Members of the Interna. tional Labour Organisation of the registration of all ratifications and denunciations communi cated to him by the Members of the Organisation.
When notifying othe Members of the Organisa. tion of the registration of the second ratification communicated to him, the Director.General shall draw the attention of the Members of the Organisation to the date upon which the Con. vention will come into force.
Article 15 The Director.General of the International Labour Office shall communicate to the Secretary.General of the United Nations for registration in accordance
with Article 102 of the Charter of the United Na. tions full particulars of all ratifications and acts of denunciation registered by him in accordance with the provisions of the preeciding Articles.
248
Pasal 16
Pada waktuwaktu yang dianggap perlu, Badan Pengurus
Kantor Ketenagakerjaan
Internasional
wajib menyampaikan kepadfa Konferensi taporan mengenai pelaksanaan Konvensi mi dan wàjib mem pertimbangkan perlunya mengagendakan dalam Konvensi, perubahan Konvensi mi seluruhnya atau sebagian. Pasal 17
1. Jika Konferensi menyetujui sebuah Konvensi ba. ru yang memperbaiki Konvensi mi secara kese
luruhan atau sebagian, kecuali Konvensi baru menetapkan lain, maka
ratifikasi oleh anggota atas Konvensi baru yang memperbaiki, secara hukum berarti pembatatan atas Konvensi mi tanpa mengu rangi ketentuan dalam Pasal 5 di atas, jika dan bilamana Konvensi baru yang memperbaiki itu mulai berlaku;
sejak tanggal Konvensi baru yang memperbaiki itu berlaku, Konvensi mi tidak dapat
disyahkan lagi oleh anggota.
249
Article 16
At such time it may consider necessary the Governing Body of the International Labour Office shall present to the General Conference a report on the working of this Convention and shall exam me the desirability of placing on the agenda of the Conference the question of its revision in whole or in part.
Article 17 1. Should the Conference adopt a new Convention
revising this Convention in who;le or in part, then, unless the new Convention otherwise pro
vides. (a)the ratification by a Member of the new revis ing Convention shall ipso jure involve the im
mediate denunciation of this Convention, notwithstanding the provisions of Article 13 above, if and when the new revising Conven. tion shall have come into force; (b) as from the date when the new revising Con.
vention comes into force this Convention shall cease to be open to ratification by the members.
250
2. Bagaimanapun mi akan tetap berlaku dalam bentuk dan isi aslinya bagi anggota yang telah meratifikasinya tetapi belum Konvensi yang memperbaikinya.
meratifikasi
Pasal 18
Bunyi naskah Konvensi ml dalam bahasa Inggris dan Perancis samasama resmi.
251
2. This Convention shall in any case remain in force
in its actual form and content for those Mem. bers which have ratified it but have not ratified the revising Convention.
Article 18
The English and French versions of the text of this Convention are equallly authoritative.
252
UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CON yEN TION NO.111 CONCERNING 015CR/Al/NA 1/ON IN RESPECT OF EMPLO YMENT AND OCCUPA 1/ON (KONVENSI ILO MENGENAI DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 adaIah negara hukum yang menjun-
jung tinggi harkat dan martabat manusia serta menjamin semua warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum, sehingga segala bentuk diskriminasi terhadap pekerja berdasarkan ras, warkulit, jenis kelamin, agama, kebangsaan pandangan politik, na
atau asal usul keturunan harus dihapuskan;
253
ACT NO. 21 OF 1999 OF
THE REPUBLIC OF INDONESIA ON
THE RATIFICATION OF CONVENTION NO. 111 OF THE INTERNATIONAL LABOUR ORGANISATION CONCERNING DISCRIMINATION IN RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCUPATION
WITH THE BLESSING OF GOD THE PRESIDENT OF REPUBLIC OF INDONESIA
Considering: a. that the State of the Republic of Indonesia, based on he Pancas/la State Ideology and the 1945 Con. stitution, is a state based on the rule of law. It upholds human dig. nity and values. It ensures that every citizen is equal in the eyes
of the law. Hence, any forms of discrimination to workers on grounds of race, colour, sex, relig. ion, political orientation, nationality or creed must be abolished;
254
bahwa bangsa Indonesia sebagai bagian masyarakat internasional menghormati,
rnenghargai,
dan
menjunjung tinggi prinsip dan tujuan Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa, Dekiarasi Universal Hak Hak Asasi Manusia Tahun 1948, Deklarasi Philadelphia Tahun 1944,
dan Konstitusi Organisasi Ketena gakerjaan Internasional (ILO);
bahwa Konferensi Ketenagakerjaan Internasional dalam sidangnya
yang keempat puluh dua tanggal 25 Juni 1958, telah menyetujui ILO Convention No.111 concerning Discrimination in Respect of Employment and Occupation (Konvensi ILO mengenai Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan);
bahwa ketentuan Konvensi tersebut selaras dengan keinginan bangsa Indonsia untuk secara
terus merterus menegakkan dan memajukan pelaksanaan hak-hak dasar pekerja dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;
255
b. that Indonesians as a nation and
as part of the international community honours, respect and upholds
the
principles
and
the
objective of the Charter of the the 1948 Universal Declaration of Human Rights, Declaration of Philadelphia of the Year 1944 and the Constitutions of the International Labour United Nations,
Organisation;
that the Conference of the International Labour Organisation in its
42nd Session on June 25, 1958 has adopted the ILO Convention No.111 concerning Discrimination in
respect of Employment and
Occupation.
that the provisions of the Convention accords with the will of Indo-
nesian people who continuously seek to uphold and promote the implementation
of fundamental rights of workers' in the life of the State and the Nation.
256
e. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut dalam huruf a, b, c, dan d, dipandang perlu mengesahkan IL 0 Convent/on No.111 concerni
ng Discrimination in Respect of Employment and Occupation (Kon.
vensi ILO mengenai Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan) de. ngan Undangundang;
Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (1),Pasal 11, Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 27 Undang. Un. dang Dasar 1945; 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia; DENGAN PERSETUJUAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN Menetapkan:
UNDANGUNDANG TENTANG PENGE SAHAN ILO CONVENTION NO.111 CONCERMNG DISCRIMINATION/N RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCIJPA TION (KONVENSI ILO ME NGENAI DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN)
257
e that based on the considerations mentioned in paragraphs a., b., c., and d., it is deemed necessary to ratify the ILO Convention No.111 concerning Discrimination in re spect of Employment and Occupation.
In view of: 1. Article 5 Paragraph (1), Article 11, Article 20 Paragraph (1), Article 27,
Article 31 and Article 34 of the 1945 Constitution; 2. The Decree of the People's Consul. tative Assembly Number XVII/MPR/ 1998 concerning Human Rights;
WITH THE APPROVAL OF THE HOUSE OF REPRE. SENTATIVES OF THE REPUBLIC OF INDONESIA RESOLVES
To enact: ACT ON THE RATIFICATION OF THE ILO CONVENTION NO.138 CONCERNING
MINIMUM AGE FOR ADMISSION TO EMPLOYMENT.
258
Pasa 1
Mengesahkan ILO Convention No.111 concerning Discrimination in Respect of Employment and Occupa tiOn (Konvensi ILO mengenai Diskriminasi dalam Peker-
jaan dan Jabatan) yang salman naskah aslinya dalam bahasa lnggeris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebagaimana terlampir merupakan bagian tidak terpisahkan dan Undang- undang ni.
Pasal2 Undang-undang ni mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang mi dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta pada tanggal 7 Mei 1999 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA tEd BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 7 Mei 1999 MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA
ttd AKBAR TANDJUNG LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1999 NOMOR 57
259
Article 1 Ratifies the ILO Convention No.111 concerning Discrimination in respect of Employment and Occu-
pation whose the authentic text in English and its translation in Indonesia are herewith appended as an inseparable part of this Act.
Article 2 This Act shall come into force on the day of its promulgation. In order that everyone take cogni. sance of this, the promulgation of this Act is here. with ordered by publication in the State Gazette of the Republic of Indonesia. Enacted in Jakarta on May 7, 1999 The President of the Republic of Indonesia
signed BACHARUDDN JUSUF HABIBIE
Promulgated in Jakarta on May, 1999 State Minister/State Secretary of the Republic of Indonesia
signed Akbar Tanjung
STATE GAZETTE OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
NO. 57, 1999
260
PENJELASAN AlAS UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CON VEN TION NO.111 CONCERNING DISCRIMINATION/N RESPECT OF EMPLOYMENTAND OCCUPATION (KONVENSI ILO MENGENAI DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN) I. UMUM
Manusia sebagai mahiuk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak asasi atau hak dasar sejak dilahirkan, sehingga tidak ada manusia atau pihak lain yang dapat merampas hak tersebut. Hak asasi manusia diakui secara universal sebagaimana tercantum
dalam piagam Perserikatan Bangsa.Bangsa (PBB), Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia yang
disetujui PBB Tahun 1948, Deklarasi lLO di Philadelphia Tahun 1944, dan Konstitusi ILO. Dengan
demikian semua negara di dunia secara moral dituntut untuk menghormati, menegakkan, dan melindungi hak tersebut. Salah satu bentuk hak asasi adalah persamaan kesempatan, dan perlakuan dalam pekerjaan dan jabatan. Persamaan tersebut sesuai dengan nilainilai Pancasila dan telah diatur dalam UUD 1945 pasal 27. Ketentuan tersebut telah pula diatur
261
ELUCIDATION OF
ACT NO. 21 OF 1999 OF THE REPUBLIC OF INDONESIA ON THE RATIFICATION OF THE ILO CONVENTION NO.111 CONCERNING DISCRIMINATION IN RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCUPATION 1. GENERAL
Human beings as a creation of God are endowed with human rights. These rights are inherent in every human being right from birth. No other human beings or parties can seize these rights. Human rights are universally acknowledged as stated in the United Nations Charter, the 1948 Universal
Declaration of Human Rights, the 1944 International Labour Organisation (lLO) Declaration of Philadelphia and the ILO Constitution. Hence, every country in the world is morally demanded that they uphold and protect these rights. One aspect of human rights concerns equal opportunity and equal treatment with respect to employment and occupation. This equity accords with the Principles of the Pancasila and has been foreshadowed within Article 27 of the 1945 Constitution. The provisions of such equity have also been stipulated in the Decree of the People's
262
dalam Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia dan berbagai peraturan perundang-undangan Iainnya. Sebagai anggota PBB dan Organisasi Ketenaga- kerjaan Internasional atau International Labour Organization (ILO), Indonesia menghargai, menjunjung tinggi dan berupaya menerapkan keputusan keputusan kedua lembaga internasional dimaksud.
Konvensi ILO No.111 mengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan dan Jabatan yang disetujui pada Konferensi Ketenagakerjaan Internasional keempat puluh tanggal 25 Juni 1958 di Jenewa merupakan bagian dan perlindungan hak asasi pekerja. Konvensi mi mewajibkan setiap negara anggota ILO yang telah meratifikasi untuk menghapuskan segala bentuk diskniminasi dalam pekerjaan dan jabatan berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, pandangan politik, kebangsaan atau asal usul ketu. runan. II.
POKOK-POKOK PIKIRAN YANG MENDORONG LAHIRNYA KONVENSI
1. Konvensi ILO No. 100 Tahun 1951 mengenai kesamaan remunerasi dan pengupahan bagi pekerja lakilaki dan perempuan meminta semua negara untuk menjamin pelaksanaan prinsip pengupahan yang sama bagi pekerja laki-laki dan pekerja perempuan untuk pekerjaan yang sama nilainya.
263
Consultative Assembly of the Republic of Indonesia No. XVll/ MPR/1998 concerning Human Rights and
in other legislative rules and regulations. As a Member of the United Nations and the International Labour Organisation (ILO), Indonesia respects, up-
holds and makes efforts to implement decisions made by these two international bodies.
The ILO Convention No. 111 concerning Discrimination in respect of Employment and Occupa. tion was adopted at the forty-second International Labour Conference on June 25, 1958 in Geneva, which is part of the protection of workers' rights. This Convention obliges every ILO Member which has ratified it to eradicate any forms of discrimina. tion in respect of employment and occupation made on the basis of race, colour, sex, religion, political view/orientation, national extraction of creed. II. UNDERLYING IDEAS OF THE ADOPTION OF CON. VENTION
1. ILO Convention No. 100 of 1951 concerning Remuneration for Men and Women for Work of
Equal Value requires ILO member countries, which have ratified this Convention, undertake to ensure the principles of equal remuneration for men and women for work of equal value.
264
2. Kenyataan menunjukkan bahwa praktek diskri. minasi terjadi tidak hanya mengenai prinsip pengupahan yang sama bagi pekerja Iaki.Iaki dan pekerja perempuan, akan tetapi juga me ngenai perlakuan dan kesempatan dalam peker. jaan dan jabatan. OIeh sebab itu dirasakan perlu menyusun dan mengesahkan Konvensi yang se cara khusus melarang diskriminasi dalam pe kerjaan dan jabatan berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, pandangan politik, kebangsaan atau asal usul keturunan.
III. ALASAN INDONESIA MENGESAHKAN KONVENSI
1. Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup
bangsa Indonesia dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai sumber dan landasan hukum nasional, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagaimana tercermin dalam Sila-sila Pancasila khususnya Sila Kemanusiaan Yang Adil
dan Beradab. Untuk itu bangsa Indonesia bertekad untuk mencegah, melarang dan mengsegala bentuk diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan sesuai dengan ketentuan hapuskan
Konvensi mi.
265
2. Facts have shown that discriminatory practices not only happened in case of principles of remu-
neration for men and women for work of equal value, but also in the treatment and opportunity in
respect of employment and occupation.
Therefore it was deemed necessary to ratify a Convention which specifically prohibits discrimination in respect of employment and occupation made on the basis of race, colour, sex, religion, political opinion, national extraction or social origin
II. UNDERLYING IDEAS OF THE ADOPTION OF CONVENTION
1. The Pancas,ia is the philosophy of the nation and is the way through which Indonesians as a nation sees life. The 1945 Constitution, as the source and basis a of national laws, upholds hu-
man dignity and values as implied in the Five Principles of Pancasila particularly in the Princi-
ple of Just and Civilised Society (literally: Hu. Therefore, the Indonesian Nation pledges to protect children's fundamental rights in accordance with the provisions of this manity),
Convention.
266
2. Dalam rangka pengamalan Pancasila dan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia telah
menetapkan peraturan perundang-undangan yang mengatur dan pencegahan dan pelanggaran segala bentuk diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan. 3. Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indo- nesia
melalui Ketetapan Nomor XVII/MPR/ 1998 tentang Hak Asasi Manusia menugasi Presiden dan DPR untuk meratifikasi berbagai instrumen PBB yang berkaitan dengan hak asasi manusia. Indonesia telah meratifikasi Konvensi Perseri- katan Bangsa-Bangsa tanggal 18 Desember 1979 mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita dengan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1984. Disam- ping itu Presiden Republik Indonesia telah ikut menanda tangani Keputusan Pertemuan Tingkat Tiriggi mengenai Pembangunan Sosial di Kopenhagen Tahun 1995.
Keputusan pertemuan tersebut antara lain mendorong anggota PBB meratifikasi tujuh Konvensi ILO
yang memuat hak-hak dasar pekerja, termasuk Konvensi Nomor 111 Tahun 1958 mengenai Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan.
4. ILO dalam Sidang Umumnya yang ke-86 di Jenewa bulan Juni 1998 telah menyepakati Deklarasi ILO
mengenai Prinsip dan Hak-Hak Dasar di Tempat Kerja. Deklarasi tersebut me- nyatakan bahwa setiap negara wajib menghormati dan mewujudkan prinsipprinsip ketujuh Konvensi Dasar ILO.
267
In order to practice the Principles of the Pan. cas,ia and to implement the 1945 Constitution, Indonesia has established various laws that gov em the protection of children. The People's Consultative Assembly of the Re. public of Indonesia by the issuance of Decree No.XVII/ MPR/1998 concerning Human Rights has appointed the President and the House of Representatives to ratify various United Nations instruments related to human rights. Indonesia has ratified the United Nations Convention on
Children's Rights on September 30, 1990. In addition, the President of the Republic of Indo. nesia has co.signed the decisions of the Social Development Summit in Copenhagen in 1995. The decisions of the summit include a decision to push United Nations Members to ratify the seven ILO Conventions concerning workers' rights, including Convention No.138 of the Year 1973 concerning the Minimum Age for Admis. sion to Employment. The International Labour Organisation in its 86th Ses sion of International Labour Conference in Geneva in June 1998 has approved and adopted the ILO Dec laration concerning the Fundamental Principles and
'Rights at Work. This Declaration states that every country is required to honour and realise the princi pies of the seven ILO Core Conventions.
268.
Dalam pengamalan Pancasila dan penerapan" peraturan perundangundangan masih dirasakan adanya penyimpangan perlindungan hak pekerja. Oleh karena itu pengesahan Konvensi mi dimaksudkan untuk meningkatkan perlindungan dan penegakan hukum secara efektif sehingga akan Iebih menjamin perlindungan hak pekerja dan setiap bentuk diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan.
Pengesahan Konvensi mi menunjukkan kesung. guhan Indonesia dalam memajukan dan melin-
dungi hak-hak dasar pekerja khususnya hak mendapatkan persamaan kesempatan dan perlakuan dalam pekerjaan dan jabatan. Hal mi akan lebih meningkatkan citra positif Indonesia dan memantapkan kepercayaan masyarakat internasional. IV. POKOK-POKOK KONVENSI
1. Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi ml wajib melarang setiap bentuk diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan termasuk dalam memperoleh pelatihan dan keterampilan
yang didasarkan atas ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, pandangan politik, kebangsaan atau asal usul keturunan.
269
While practising the Principles of Pancasila and implementing legislative rules and regulations,
however, violations against the protection of children are still felt. Therefore, the ratification of the Convention is aimed at eradicating any forms of child Labour practices. The ratification is also aimed at improving protection and effective legal enforcement to ensure that children are safe from economic exploitation and jobs that are detrimental to their safety and health,
to their education and to their physical and mental development,
The ratification this Convention by Indonesia demonstrates its seriousness in furthering and protecting workers' rights, particularly the right to have equal opportunity and treatment in respect of employment and occupation. This will enhance the positive image of Indonesia and strengthen the confidence of international community. IV. THE FUNDAMENTALS OF THE CONVENTION
1. Each member of International Labour Organisation which ratifies this convention is obliged to suppress and not to make use any form of discrimination in re
spect of employment and occupation including access to training and skill development based on colour, sex, religion, political opinion, national extraction or social origin,
270
Negara anggota ILO yang mengesahkan Kon vensi mi wajib mengambil Iangkah-Iangkah kerja sama dalam peningkatan pentaatan pelaksana. annya, peraturan perundang undangan, administrasi, penyesuaian kebijaksanaan, pengawasan, pendidikan dan pelatihan. Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi mi wajib melaporkan pelaksanaannya.
V. PASAL DEMI PASAL Pasal 1
Apabila terjadi perbedaan penafsiran terhadap terjemahannya dalam bahasa Indonesia, maka yang berlaku adalah naskah ash Konvensi dalam bahasa Inggeris. Pasal 2
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3836
271.
Each member of International Labour Organisa. tion which ratifies this Convention is obliged to take cooperative steps in order to improve the implementation of and adherence to this Con. vention with regard to legislative rules and regu lations, administration, policy adjustments, control, education and training. Eaèh member of International Labour Organisa. tion which ratifies this Convention is obliged to report its implementation.
V. ARTICLE BY ARTICLE
Article
1
Should differences in the interpretation of the Indonesian translation of this Convention arise, the authentic English text of the Convention applies.
Article 2 Sufficiently clear SUPPLEMENT TO THE STATE GAZETTE OF THE REPUBLIC OF INDONESIA NO. 3836
272.
KONVENSI NO. 111 MENGENAI DISKRIMINASI DALAM HAL PEKERJMN DAN JABATAN
Konperensi Organisasi Ketenagakerjaan lnterna sionat,
Setelah diundang ke Jenewa oleh Badan Pengu. rus Kantor Ketenagakerjaan Internasional dan sete.
lah mengadakan sidangnya yang keempat puluh dua pada tanggal 4 Juni 1958, dan Setelah memutuskan untuk menerima beberapa
usul tentang diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan, yang merupakan acara keempat dalam agenda sidang, dan
Setelah menetapkan, bahwa usulan tersebut harus berbentuk Konvensi Internasional, dan
Menimbang, bahwa Dekiarasi Philadelphia me nyatakan, bahwa semua manusia tanpa meman dang ras, kepercayaan,atau jenis kelamin berhak mengejar baik kesejahteraan materiil maupun ke. majuan spirituil dalam suasana bebas dan bermar. tabat, kesejahteraan ekonomi, kesempatan yang sama, dan Menimbang lebih lanjut, bahwa diskriminasi merupakan pelanggaran hak yang dinyatakan dalam Dekiarasi Universal HakHak Asasi Manusia,
273
CON VENTIONI NO. 111 CONCERNING DISCRIMINATION IN RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCUPATION
The General Conference of the International Labour Organisation,
Having been convened at Geneva by the Governing Body of the International Labour Office, and having met in its Forty.second Session on 4 June 19958, and
Having decided upon the adoption of certain proposals with regard to discrimination in the field of employment and occupation, which is the fourth item on the agenda of the session, and Having determined that these proposals shall take the form of an International Convention, and Considering that the Declaration of Philadelphia affirms that all human beings, irrespective of race,
creed or sex, have the right to pursue both their material well-being and their spiritual development in conditions of freedom and dignity, of economic security and equal opportunity, and Considering further that discrimination constitutes a violation of rights enunciated by the Unu. versal Declaration of Human Rights,
274
menyetujui,pada tanggal duapuluhilma bulan Juni tahun seribu sembilanratus lima puluh detapan, Konvensi mi, yang disebut Konvensi Diskrimsnasi Pekerjaan dan Jabatan 1958: Pasaf 1
1. Untuk tujuan Konvensi mi istilah "diskriminasi" meliputi: setiap
pembedaan,
pengecualian,
atau
pengutamaan atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, keyakinan politik, kebangsaan atau asal-usul sosial yang berakibat meniadakan atau mengurangi persamaan kesempatan atau perlakuan dalam pekerjaan atau jabatan;
perbedaan, pengecualian atau pengutamaan yang berakibat meniadakan atau
lainnya
mengurangi persamaan kesempatan atau perlakuan
dalam
pekerjaan
atau
jabatan
sebagaimana ditentukan oleh anggota yang bersangkutan setelah berkonsultasi dengan wakil organisasi pengusaha dan pekerja, jika ada, dan dengan badan lain yang sesuai.
275
adopts this twenty-fifth day of June of the Year one thousand nine hundred and fifty-eight, the following Convention, which may be cited as the Discrimina-
tion (Employment and Occupation) Convention, 1958: Article 1
1. For the purpose of this Convention the term "discrimination" includes-
(a)any distinction, exclusion or preference made
on the basis of race, colour, sex, religion, political opinion, national extraction or social origin, which has the effect of nullifying or impairing equality of opportunity of treatment in employment or occupation;
(b)such other distinction, exclusion or preference which has the effect of nullifying or impairing equality of opportunity or treatment in employment or ocuppation as may be determined by the Member concerned after consultation with representative employers and workers organisations, where such exist, and with other appropriate bodies.
276
Setiap perbedaan, pengecualian atau penguta maan mengenai pekerjaan tertentu yang dida. sarkan pada persyaratan khas dan pekerjaan itu, tidak dianggap sebagai diskriminasi.
Untuk tujuan Konvensi mi, istilah "pekerjaan" dan
"jabatan" meliputi juga kesempatan mengikuti pelatihan ketrampilan,
memperoleh pekerjaan
dan jabatan tertentu, dan syaratsyarat serta kondisi kerja.
Pasal2
Setiap Anggota yang memberlakuakan Konvensi
mi wajib mengumumkan dan membuat kebijakan nasional yang bertujuan untuk memajukan dengan cara yang sesuai dengan keadaan dan kebiasaan nasional, persamaan kesempatan dan perlakuan dalam pekerjaan dan jabatan dengan tujuan untuk meniadakan diskriminasi dalam hal tersebut.
PasaI3 Setiap Anggota yang memberlakukan Konvensi mi, dengan cara yang sesual dengan keadaan dan kebiasaan nasional:
277
Any distinction, exclusion or preference in respect or a particular job based on inherent requirements thereof shall not be deemed to be discrimination.
For the purpose of this Convention the terms "employment" and "occupation" include access
to vocational training, acsess to employment and to particular occupations condition of employment.
,
and terms and
Article 2
Each Member for which this Convention is in force undertakes to declare and pursue a national policy designed to promote, by methods appropriate to national conditions and practice, equality of opportunity and treatment and respect of employ. ment and occupation, with a view eliminating any discrimination in respect thereof. Article 3
Each Member for which this Convention is in force undertakes, by methods appropriate to national conditions and practice-
278
berupaya untuk mengadakan kerjasama dengan organisasi pengusaha dan pekerja serta badan terkait Iannya dalam meningkatkan penerimaan dan penataan kebijakan ml
menetapkan peraturan perundangundangan dan
meningkatkan program pendidikan yang dipe kirakan dapat menjamin penerimaan dan pena taan kebijaksanaan itu.
mencabut setiap ketentuan peraturan dan mengubah setiap aturan administratif atau kebiasaan yang tidak sesuai dengan kebijaksanaan itu.
membuat kebijakan yang berkaitan dengan pekerjaan yang Iangsung dibawah pengawasan penguasa nasional; menjamin penataan kebijakan itu dalam kegiatan bimbingan kejuruan, pelatihan kejuruan, dan pelayanan penempatan dibawah pimpinan penguasa nasional.
menyatakan dalam laporan tahunan tentang pelaksanaan Konvensi mi, tindakan yang telah diambil untuk melaksanakan kebijaksanaan itu, dan hasil yang dicapal dengan tindakan itu.
279
to seek the co.operation of employers and workers orgartisations and other appropriate bodies in promoting the acceptance and observance of this policy;
to enact such legislation and to promote such educational programmes as may be calculate to secure the acceptance and observasion of the policy;
to repeal any statutory provisions and modify instructions or practices
any administrative
which are inconsistence with the policy;
to pursue the policy in respect of employment under the direct controle of national authority;
to ensure observance of the policy in the activities of vocational guidance, vocational training and placement services under the direction of a national authority; to indicate in its annual reports of the application of the Convention the action taken in pursuance
of the policy and the results secure by such action.
280
Pasal 4
Setiap tindakan terhadap seseorang yang patut
dicurigai atau terlibat dalam kegiatan, yang me rugikan keamanan negara, tidak dianggap sebagai diskriminasi, asalkan orang yang bersangkutan di. ben hak untuk membela din dihadapan badan yang berwenang, yang dibentuk sesuai dengan kebiasaan nasional.
Pasal 5 Langkah-Iangkah
khusus
untuk
perlindungan
atau bantuan yang telah diatur datam Konvensi atau Rekomendasi Iainnya yang telah disetujui oleh Konferensi Ketenagakerjaan Internasional, tidak dianggap sebagai diskrimasi.
Setiap Anggota, setelah berkonsultasi dengan organisasi pengusaha dan pekerja, jika ada, menetapkan bahwa Iangkah-tangkah khusus yang diambit untuk memenuhi keperluan khusus bagi orang-orang, yang karena alasan jenis kelamin, usia, kecacatan, tanggung-jawab keluarga,
status sosial atau budaya, yang secara umum diakui memerlukan penlindungan atau bantuan khusus, dianggap sebagai diskriminasi.
281
Article 4
Any measures affecting an individual who is
justifiably suspected of, or ingaged in, activities prejudicial to the security of the State shall not be deemed to be discrimination, provided that the in. dividual concerned shall have the right to appeal to a competent body established in accordance with national practice.
Article 5
Special measures of protection or assistance provided for in other Conventions or Recomen dations adopted by the International Labour Conference shall not be deemed to be discrimination. Any Member may, after consultation with repre sentative employers and workers organisations, where such exist, determine that other special
measures designed to meet the particular re quirements of persons who, for reasons such as sex, age, disablement, family responsibilities or social or cultural status, are generally recog.
nised to require special protection or assis tance, shall not be deemed to be discrimination.
282
PasaI6
Setiap Anggota yang meratifikasi Konvensi mi wajib menerapkannya di wilayah non-metropolitan sesuai dengan ketentuan dalam Konstitusi Organisasi Ketenagakerjaan Internasional. Pasal 7
Ratifikasi resmi Konvensi mi harus disampaikan kepada Direktur Jenderal Kantor Ketenagakerjaan Internasional untuk didaftar.
Pasal8 Konvensi mi mengikat hanya bagi anggota Organisasi Ketenagakerjaan Internasional yang ratifikasinya telah didaftar oleh Dire ktur Jenderal,
Konvensi mi mulai berlaku duabelas bulan seteIah tanggal ratifikasi oleh dua anggota Organisa. si Ketenagakerjaan Internasional didaftar oleh Direktur Jenderal.
Selanjutnya, Konvensi mi akan berlaku bagi se tiap anggota duabelas bulan setelah tangal ratifikasinya didaftar.
283
Article 6 Each Member which ratifies this Convention undertakes to apply it to non-metropolitan territories in accordance with the provisions of the Constitution of the International Labour Organisation.
Article 7
The formal ratification of this Convention shall be communicated to the Director-General of the International Labour Office for registration -
Article 8 This Convention shall be binding only upon those Members of the International Labour Organisa-
tion whose ratificatiions have been registered with the Director-General,
It shall come into force twelve months after the date on which the ratifications of two Members have been registered with the Director-General. Thereafter , this Convention shall come into force for any Member twelve months after the date on which registered.
its
284
ratification
has
been
PasaI9
Anggota yang telah meratfikasi Konvensi mi dapat
membatalkannya,
setelah
melampaui
waktu sepuluh tahun terhitung sejak tanggal Konvensi mi mulai berlaku, dengan menyampai kan keterangan kepada Direktur Jenderal Kantor Ketenagakerjaan Internasional untuk didaftar. Pembatalan itu tidak akan berlaku hingga satu tahun setelah tanggal pendaftarannya. hap Anggota yang telah meratifikasi Konvensi mi
dan yang dalam waktu satu tahun setelah berakhirnya masa sepuluh tahun sebagaimana tersebut dalam ayat tersebut diatas tidak menggunakan hak pembatalan menurut keten. tuan dalam Pasal mi, akan terikat untuk sepuluh tahun lagi, dan sesudah itu dapat membatalkan Konvensi mi pada waktu berakhirnya tiap-tiap masa sepuluh tahun sebagaimana diatur dalam Pasal mi.
Pasal 10 1. Direktur Jenderal Kantor Ketenagakerjaan Internasional wajib memberitahukan kepada segenap anggota Organisasi Ketenagakerjaan Internasional tentang pendaftaran semua pengesahan dan pembatalan yang disampaikan kepadanya oleh anggota Organisasi.
285
Article 9
A Member which has ratified this Convention may denounce it after the expiration of the ten years from the date on which the Convention first come into force by an act communicated to the Director-General of the International Labour Office for registration. Such denounciation should not take effect until one year after the date on which it is registered. ,
Each Member which has ratified this Convention,
and which does not , within the year after the expiration of the period of ten years memtioned in the preceeding paragraph, exercise the right of denounciation provided by for this Article, will be bound for another period of ten years and,
thereafter, may denounce this Convention at the expiration of each period of ten years under the terms provided for in this Article. Article 10 1. The Director-General of the International Labour Office shall notify all Members of the International Labour Organisation of the registration of all ratification and denounciations communi cated to him by the Members of the Organisation.
286
2. Pada saat memberitahukan kepada anggota Organisasi tentang pendaftaran ratifikasi kedua yang disampaikan kepadanya, Direktur Jenderal
wajib meminta, perhatian anggota Organisasi mengenai tanggal mulai berlakunya Konvensi mi.
Pasal 11
Direktur Jenderal Kantor Ketenagakerjaan Inter. nasional wajib menyampaikan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk didaf. tarkan sesuai dengan Pasal 102 Piagam Perserika. tan Bangsa-Bangsa, hal ihwal mengenai semua rati. fikasi dan pembatalan yang didaftarkannya menurut ketentuan pasal pasal tersebut diatas.
Pasal 12
Pada waktu-waktu yang dianggap perlu, Badan Pengurus Kantor Ketenagakerjaan Internasional wa jib menyampaikan kepada Konperensi laporan me ngenai pelaksanaan Konvensi mi dan wajib mem-
pertimbangkan perlunya mengagendakan dalam Konvensi, perubahan Konvensi mi seluruhnya atau sebagian.
287
2. When notifying the Members of the registration of the second ratification communicated to him, the Director.General shall draw the attention of the Members of the Organisation to the date upon which the Convention will come into force.
Article 11 The Director.General of the International Labour Office shall communicate to the Secretary.General of the United Nations for registration in accordance
with Article 102 of the Charter of the United Na. tions full particulars of all ratifications and acts of the denounciation registered by him in accordance with the provisions of the preceeding Articles.
Article 12 As such times as it may consider necessary the Governing Body of the International Labour Office shall present to the General Conference a report on the working of this Convention and shall exam me the desirability of placing on the agenda of the Conference the question of its revision in whole or in part
288
Pasal 13
1, Jka Konperensi menyetujui Konvensi baru yang mernperbaiki Konvensi ml secara keseluruhan atau sebagian, kecuali Konvensi baru menen tukan lain, maka
ratifikasi oleh anggota atas Konvensi baru yang memperbaiki, secara hukum berarti pembatalan atas Konvensi mi tanpa mengu rangi ketentuan dalam dalam Pasal (5) diatas, jika dan bilamana Konvensi baru yang memperbaiki itu mulai berlaku;
sejak tangga Konvensi baru yang memper-
baiki mi berlaku, Konvensi mi tidak dapat disahkan lagi oleh anggota.
2 Konvensi mi akan tetap berlaku dalam bentuk dan isi aslinya bagi anggota yang telab meratifikasinya, tetapi belum mengesahkan Konvensi yang memperbaikinya.
Pasa 14 Naskah Konvensi ml dalam bahasa lnggris dan bahasa Perancis sama-sama resmi.
289
Article 13 1. Should the Conference adopt a new Convention
revising this Convention in whole or in part, then, unless the new Convention otherwise providesthe ratification by a Member of the new revising Convenion shall ipso jure involve the immediate denounciation of this Convention, notwithstanding the provisions of Article 9 above, if and when the new revising Convention shall have come into force; as from the date when the new revising Con-
vention comes into force this Convention shall cease to be open to ratification by the Members.
2. This Convention shall in any case remain in force
in its actual form and content for those Members which have ratified it but have not ratified the revising Convention.
Article 14
The English and French Versions of the text of this Convention are equally authoritative..
290
BAB II NON
-
KONVENSI ILO HAK AZASI MANUSIA
PART II ILO NON - FUNDAMENTAL HUMAN RIGHTS CONVENTIONS
KONVENSI NO. 19 MENGENAI PERLAKUAN YANG SAMA DALAM HAL TUNJANGAN KECELAKAAN KERJA (D,ratifikasi 0/el? Pemerintab Be/anda pada tangga/ 13 September1927, Ned. StbI.. 1927 Dinyatakan ber/aku bag/Indonesia dengan Stb/. No.53, 1929)
Konferensi Umum Organisasi Perburuhan Interna. sional.
Setelah diundang di Jenewa oleh Badan Pimpi nan Kantor Organisasi Perburuhan Internasional, dan setelah mengadakan sidangnya yang ke.7 pada tanggal 19 Mei 1925 dan. Setelah memutuskan untuk menerima beberapa usul.usul mengenai perlakuan yang sama bagi pekerja nasional dan asing dalam hal tunjangan kece.
lakaan yang termasuk acara ke.2 dan agenda si dang, dan
Setelah menetapkan bahwa usulusul mi harus berbentuk Konvensi internasional,
menerima pada tanggal 5 Juni 1925 Konvensi dibawah mi yang dapat disebut Konvensi tentang Perlakuan yang Sama (Tunjangan Kecelakaan), 1925 untuk diiratifikasi oleh anggota organisasi perburuhan international sesuai dengan ketentuan. ketentuan konstitusi organisasi perburuhan inter. nasional.
291
CONVENTION NO. 19 CONCERNING EQUALITY 01: TREATMENT
(ACCIDENT COMPENSATION)
(Brought into force for Indonesia by State Gazette
No.53011929) The General Conference of the International Labour Organisation.
Having been convenedat Geneva by the Gov erning Body of the International Labour Office, and
having met in its Seventh Session on 19 May 1925, and
Having decided upon the adoption of certain proposals with regard to the equality of treatment for national and foreign workers as regards women's compensation for accidents, the second item in the Agenda of the Session, and
Having determined that these proposals shall take the form of an international Convention, adopts this fifth day of June of the year one thou.
sand nine hundred arid twenty.five the following Convention, which may be cited as the Equality of Treatment (Accident Compensation) Convention, 1925, for ratification by the Members of the Inter. national Labour Organisation in accordance wit:h the Provisions of the Constitution of the Interna. tional Labour Organisation
292
Pasal 1 Setiap anggota Organisasi Perburuhan interna- sional yang meratifikasi Konvensi ni menjamin supaya kepada warga negara dan setiap anggota lain yang telah meratifikasi Konvensi ni, yang menderita luka
disebabkan karena kecelakaan kerja yang terjadi wilayahnya atau kepada tanggungannya, diberikan perlakuan yang sama dalam hal tunjangan kecelakaan kerja sebagaimana halnya ia memberikannya kepada warga negaranya sendiri. Jaminan perlakuan yang sama mi harus diberi- kan kepada pekerja asing dan tanggungan mereka tanpa membedakan tempat tinggalnya. Mengenai pembayaran yang harus dilakukan ofeh Anggota atau warga negaranya diluar wilayah Anggota itu dalam pelaksanaan azas ml, maka tindakan yang akan diambil harus diatur, jika perlu dengan perjanjian khusus antara Anggota yang bersangkutan. dalam
Pasal 2 Perjanjian khusus dapat dibuat antara anggotaanggota yang bersangkutan untuk menentukan, bahwa ganti kerugian untuk kecelakaan kerja yang menimpa pekerja yang dipekerjakan untuk sementara waktu atau waktu-waktu tertentu dalam wilayah satu Anggota untuk
keperluan perusahaan yang terletak dalam wilayah Anggota lain harus diatur o!eh undang-undang dan peraturan dan Anggota yang tersebut terakhir.
293
Article 1
Each Member of the International Labour Or. ganisation which ratifies this Convention under
takes to grant to the nationals of any other Member which shall have ratified the Conven. tion, who suffer personal injury due to industrial accidents happening in its territory, or to their dependants, the same treatment in respect of workmen's compensation as it grants to its own nationals.
This equality of treatment shall be guaranteed of foreign workers and their dependants without any condition as to reside nce.With regard to the payments which a Member or its nationals would have to make outside that Member's terrn ritory in the application of this principle, the
measures to be adopted shall be regulated, if necessary by special arrangements between the Members concerned.
Article 2 Special agreements may be made between the Members concerned to provide that compensation for industrial accidents happening to workers whilst temporarily or intermittently employed in the territory or one Member on behalf of an undertaking situated in the territoryof another Member shall be governed by the laws and regulations of the latter Member.
294
Pasal3 Anggota yang telah meratifikasi Konvensi mi dan yang belum mempunyai suatu cara pemberian jangan kecelakan kerja, apakah dengan cara diper. tanggungkan atau dengan cara lain dapat menye. tujui untuk mengadakan satu cara sedemikian da. lam jangka waktu tiga tahun terhitung mulai tanggal ratifikasi. Pasal 4
Anggota yang telah meratifikasi Konvensi mi selanjutnya menjamin untuk memberikan bantuan secara timbal balik dengan maksud untuk memudahkan berlakunya Konvensi dan pelaksanaan Undang-undang dan peraturan mereka masing-masing
mengenai ganti kerugian kecelakaan dan memberitahukan Kantor Perburuhan Internasional yang harus memberitahukan Anggota.anggota lain yang Lersangkutan mengenai setiap perubahan dalam Undang-undang dan peraturan tentang ganti kerugian kecelakaan yang berlaku. Pasal 5
Surat ratifikasi mi dengan syarat-syarat yang disebutkan dalam Konstitusi Organisasi Perburuhan
Internasional harus disampaikan kepada Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional untuk didaftarkan.
295
Article 3
The Members which ratify this Convention and which do riot already posses a system, whether by insurance or otherwise, of workmen's compensa tion for industrial accidents agree to institute such
a system within a period of three years from the date of their ratification, Article 4
The Members which ratify this Convention fur. ther undertake to afford each other mutual assis tance with a view to facilitating the application of the Convention and the execution of their respec tive laws and regulations on workmen's compensa tion and to inform the International Labour Office, which shall inform the other Members concerned, of any modification in the laws and regulations in force on workmen's compensation.
Article 5 The formal ratification of this Convention, under
the conditions set forth in the Constitution of the International Labour Organisation, shall be commu nicated to the Director General of the International Labour Office for registration.
296
Pasal6 Konvensi mi mulai berlaku pada tanggai dimana raftifikasi oleh dua Anggota Organisasi Perburu ban Internasional telah didaftarkan pada Direktur Jenderal.
Konvensi mi hanya akan mengikat Anggota yang ratifikasinya telah didaftarkan pada Kantor Per. buruhan Internasional. Selanjutnya Konvensi mi akan mulai berlaku terhadap setiap Anggota pada tanggal ratifi.
kasinya telah didaftarkan pada Kantor Perbu. ruhan Internasional
Pasal 7
Segera setelah ratifikasi oleh dua Anggota Organisa. si Perburuhan Internasional telah didaftar pada Kantor Perburuhan Internasional, maka Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional harus memberitahukan hal tersebut kepada semua Anggota Organisasi Perburuhan Internasional. Be. gitupun juga ía harus memberitahukan mereka mengenai pendaftaran ratifikasi yang dapat disam. paikan kemudian oleh Anggota lain dan Orga. nisasi.
297
Article 6
1, This Convention shall come into force at the date on which the ratification of two Members of the International Labour Organisation have been registered by the Director General. It
shalt be binding only upon those Members
whose ratification have been registered with the International Labour Office. Thereafter, the Convention shalt come into
force for any Member at the date on which its ratification has been registered with the Interna. tional Labour Office.
Article 7
As soon as the ratification of two Members of the International Labour Organisation have been registered with the International Labour Office, the Director General of the International Labour Office shall so notify all the Members of the International Labour Organisation. He shall likewise notify them
of the registration of ratification which may be communicated subsequently by other Members of the Organisation.
298
Pasal 8
Dengan tidak menyimpang dan ketentuan pasal 6, maka setiap Anggot:a yang meratifikasi Konvensi
ni menyetujui untuk rnelaksanakan pasalpasal 1, 3, dan 4 selarnbatIarnbatnya pada tanggal Januari 1927 dan merigambil tindakan yang seper Iunya giiria rnelaksanakan ketentuanketentuan ni. 2,
I
I) i a,a
Setiap Anggota Organisasi Perburuhan Internasional yang meratifikasi Kanvensi mi berjanji untuk melaksana- kan hal mi terhadap daerah jajahannya, miliknya
dan
dibawah
perlindungannya
sesuai
dengan pasal 35 Konstitusi Organisasi Perburuhan Internasional.
Pasal 10
Anggota yang telah meratifikasi Konvensi ni setelah lewat aktu sepuluh tahun terhitung dan tanggal Konvensi ni rnulai herlaku dapal: mernbatalkannya dengan me nyarn paikan suat:u keterangan kepada Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Inter-
nasional untuk didaftarkan. Pembatalan demikian
baru akari berlaku satu lahun sesudah tanggal peiidaftarannya.
299
Article 8
Subject to the provisions of Article 6, each Members which ratifies this Convention agrees to bring the provisions 01: Articles 1 2, 3 and 4 into operation not later than 1 January 1927, and to ,
take such action as may be necessary to make these provisions effective, Article 9
Each Member of the International Labour Or. ganisation which ratifies this Convention engages to apply it to its colonies, possessions and protec torates in accordance with the provisions of article 35 of the Constitution of the International Labour Organisation
Article 10
A Member which has ratified this Convention may denounce it after the expiration of ten years from the date on which the Convention first comes into force, by an act: communicated to the Director General o the International Labour Office for regis tration. Such denunciation shall not take effect until
one years after the date on which it is registered with the International Labour Office.
300
Pasal 11
Pada waktuwaktu yang dipandang perlu, Badan Pimpinan Kantor Perburuhan Internasional harus menyerahkan
laporan
mengenai
pelaksanaan
Konvensi ni kepada Koriferensi Umum dan harus mempelajari apakah soal peninjauan kembali Konveiisi mi seluruhnya atan sebagian perlu ditempatkan dalam agenda Konferensi.
Pasal 12
Bunyi naskah Konvensi mi dalam bahasa Inggris dan Perancis kedua-duanya adalah resmi.
301
Article 11
At such times as it may consider necessary the Governing Body of the International Labour Office shall preseni: to the General Conference a report on the working of this convention and shall exam me the desirability of placing on the agenda of the Conference the question of its revision in whole or in part.
Article 12 The French and English texts of this Convention shall both be authentic.
302
KONVENSI NO. 27 MENGENAI PEMBERIAN TANDA BERAT PADA BARANG.BARANG BESAR YANG DIANGKUT DENGAN KAPAL (Dirat/fikas,' o/eh Pemerinta/i Belanda pada tangga/ 4
Januar/ 1933 (Ned. $tbi No.185, 1932; Ned Stbi No 34, 1933). Dinyatakan berlaku bag/Indonesia dengan md. Stbt No. 117, 1933
Konferensi Umum Organisasi Perburuhan Interna. sional.
Setelah diundang di Jenewa oleh Badan Pim. pinan Kantor Organisasi Perburuhan Interna. sional,
dan setelah mengadakan sidangnya yang kedua belas pada tanggal 30 Mei 1929 dan. Setelah memutuskan untuk menerima beberapa usulusul mengenai pemberian tanda berat pada barang.barang besar yang diangkut dengan kapal yang termasuk soal kesatu dan agenda sidang, dan
Setelah menetapkan bahwa usul mi tersebut harus berbentuk Konvensi internasional,
menenima pada tanggal 21 Juni 1929 Konvensi berikut yang disebut sebagai Konvensi Pemberian Tanda Berat (Barang.barang yang Diangkut dengan Kapal), 1929 untuk diratifikasi oleh Anggota. anggota Organisasi Perburuhan Internasional sesuai dengan Konstitusi:
303
CONVENTION NO.27 CONCERNING MARKING OF THE WEIGHT ON HEAVY PACKAGES TRANSPORTED BY VESSELS (Brought into force for Indonesia by State Gazette
No.117011933)
The General Conference of the International Labour Organisation. Having been convened at Geneva by the Governing Body of the International Labour Office, and having met in its Twelfth Session on 30 May 1929, and
Having decided upon the adoption of certain proposals with regard to the marking of weight of heavy packages transported by vessels, which is included in the first item of the Agenda of the Session, and
Having determined that these proposals shall take the form of an international Convention, adopts this twenty-first day of June of the year one thousand nine hundred and twenty-nine the following Convention, which may be cited as the Marking of weight (Packages Transported by Vessels) Con.
vention, 1929, for ratffication by the Members of the International Labour Organisation in accodarice with the provisions of the Constitution of the International Labour Organisation.
304
Pasal 1
1. Setiap barang atau benda yang berat kotor adalah 1.000 kg (satu metrik ton) atau lebih yang dikirim didalam wilayah setiap anggota yang meratifikasi Konvensi mi untuk diangkut melalul laut atau perairan dalam negeri harus memberikan tanda pada bagian luar barang tersebut secara jelas dan dapat tahan lama sebelum dimuat di atas kapal atau perahu. 2, Dalam hal-hal khusus dimana sukar untuk mene-
tapkan berat yang tepat, undang-undang atau peraturan nasional dapat mengijinkan memberi. kan tanda berat dengan angka yang mendeka. tinya.
Kewajiban untuk mengawasi bahwa syarat mi telah dipenuhi terletak semata-mata pada Peme. rintah
negara darimana barang atau benda
tersebut telah dikirim dan tidak pada pemerintah negara yang dilaluinya dalam perjalanan menuju tujuannya.
Hal mm terserah kepada. undang-undang atau peraturan nasional untuk menetapkan apakah kewajiban untuk memberikan tanda berat Sebagaimana tersebut di atas harus terletak pada si pengirim atau pada orang atau badan lain.
305
Article 1
Any package or object of one thousand kilo. grams (one metric ton) or more gross weight consigned within the territory of any Member which ratifies this Convention for transport by sea or inland water way shall have its gross weight plainly and durably marked upon it on the outside before it is loaded on a ship or vessel.
In exceptional cases where it is difficult to deter. mine the exact weight, national laws or regula.
tions may allow on approximate weight to be marked.
The obligation to see that this requirements is observed shall rest solely upon the Government of the country from which the package or object
is consigned and not on the Government of a country through which it passes on the way to its destination.
It shall be left to national laws or regulations to determine whether the obligation for having the
weight marked as aforesaid shall fall on the consignor or on some other person or body
306
Pasal 2
Surat ratifikasi Konvensi mi dengan syarat yang ditetapkan dalam Konstitusi Organisasi Perburuhan In- ternasional harus disampaikan kepada Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional untuk di daftarkan. Pasal 3 Konvensi mi hanya akan mengikat anggota Orga-
nisasi Perburuhan Internasional yang ratifikasi telah didaftarkan pada Kantor Perburuhan Internasional.
Konvensi mi akan berlaku 12 bulan sesudah tanggal ratifikasi di daftarkan pada Direktur Jenderal.
Selanjutnya Konvensi mi akan mulai berlaku tiap-tiap anggota 12 bulan sesudah tanggal ratifikasi anggota tersebut didaftarkan, Pasal 4 Segera setelah ratifikasi dan dua Anggota Organisasi Perburuhan Internasiontal telah didaftar- kan pada Kantor Perburuhan Internasional, maka Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional. harus memberitahukan hal
tersebut pada semua Anggota Organisasi Perburuhan Internasional. Begitupun juga ia harus memberitahukan mereka mengenai pendaftaran ratifikasi yang dapat disampaikan kemudian oleh Anggota lain dan organisasi.
307
Article 2 The formal ratification of this Convention under
the conditions set forth in the Constitution of the International Labour Organisation shall be communicated to the Director General of the International Labour Office for registration. Article 3
This Convention shall be binding only upon those Members whose ratification have been registered with the International Labour Office. It shall come into force twelve months after the
date on which the ratification of two Members of the International Labour Organisation have been registered with the Director General.
There after this Convention shall come into force for any Member twelve months after the date on which its ratification has been registered,
Article 4 As soon as the ratification of two Members of the International Labour Organisation have been registered with the International Labour Office, the Director General of the International Labour Office shall so notify all the members of the International Labour Organisation. He shall like wise notify them of the registration of ratifications which may be communicated sub sequently by other Members of the Organisation.
308
Pasal 5
Anggota yang telah meratifikasi Konvensi mi, setelah lewat waktu 10 tahun terhitung dan tanggal Konvensi mi mulai berlaku, dapat mem batalkannya dengan menyampaikan suatu keterangan kepada Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional untuk didaftarkan. Pembatalan demikian baru akan mulai berlaku satu tahun sesudah tanggal pendaftarannya. Tiap-tiap anggota yang telah meratifikasi Kon-
vensi mi dan tidak menggunakan hak pembatalan menurut ketentuan yang tercantum pada
pasa mi dalam tahun berikutnya setelah lewat sepuluh tahun seperti termaksud pada ayat satu, akan terikat untuk 10 tahun lagi dan sesudah itu
dapat membatalkan Konvensi mi pada waktu berakhirnya tiap.tiap masa 10 tahun menurut ketentuan yang tercantum pada pasal mi.
PasaI6 Pada waktu-waktu yang dipandang perlu, Badan
Pimpinan Kantor Perburuhan Internasional harus menyerahkan laporan mengenai pelaksanaan Konvensi mi kepada Konferensi Umum dan harus mempelajari apakah soal peninjauan kembali Konvensi mi seluruhnya atau sebagian perlu ditempatkan dalam agenda Konferensi.
309
Article 5
A Member which has ratified this Convention may denounce it after the expiration of ten years from the date on which the Convention first comes into force, by an act communicated to the Director General of the International La. bour Office for registration. Such denunciation shall not take effect until one year after the date on which it is registered with the International Labour Office. Each Member which has ratified this Convention
and which does not, within the year following the expiration of the period of ten years mentioned in the preceding paragraph, exercise the right of denunciation provided for in this Article,
will be bound for another period of ten years and, thereafter, may denounce this Convention at the expiration of each period of ten years under the terms provided for in this Article. Article 6
At such time as it may consider necessary the Governing Body of the International Labour Office shall present to the General Conference a report on the working of this Convention and shall examine the desirability of placing on the agenda of the Conference the question of its revision in whole or in part.
310
Pasal 7
Jika Konferensi menerima Konvensi baru yang merubah sebagian atau seluruhnya Konferensi ni, derigan menyimpang dan ketentuan Pasal 5 di atas,
ratifikasi baru oleh anggota berarti
pembatalan Konvensi tanpa syarat penundaan demi hukum, jika dan pada waktu Konvensi baru itu mulai berlaku.
Mulai pada tanggal Konvensi baru yang telah diubah berlaku, Konvensi mi tidak dapat diratifikasi lagi oleh anggota.
Bagaimanapun juga Konvensi mi akan tetap berlaku dalam bentuk dan isi yang ash bagi anggota yang t&ah meratifisikasinya, tetapi behum meratifikasi Konvensi baru.
PasaI8 Bunyi naskah Konvensi mi dalam bahasa Inggris dan Perancis keduaduanya adalah resmi.
311
Article 7
1 Should the Conference adopt a new Convention revising this Convention in whole or in part, the
ratification by a Member of the new revising Convention shall ipso jure involve denunciation of this Convention without any requirement of delay, notwithstanding the provisions of Article 5 above, if and when the new revising Conven. tion shall have come into force.
As from the date of the coming into force of the new revising Convention, the present Conven. tion shall cease to be open to ratification by the Members.
Nevertheless, this Convention shall remain in force in its actual form and content for those Members which have ratified it but have not rati. fied the revising Convention.
Article 8 The French and English texts of this Convention shall both be authentic.
312
KONVENSI NO. 45 TENTANG KERJA WANITA DALAM SEMUA MACAM TAMBANG DIBAWAH TANAH
'D,rat/fikasi o/eh Pemer,ntah Belanda pada tahun 193Z Ned.StbI.No. 15, 1937 Duiyatakan ber/aku bagi Indonesia dengan mci Stbi No. 219, 1937)
Konferensi Umum Organisasi Perburuhan Interna sional,
Setelah diundang di Jenewa oleh Badan Pengu
rus Kantor Organisasi Perburuhan Internasional, dan setelah mengadakan sidangnya yang kesem. bilan belas pada tanggat 4 Juni 1937 dan, Setelah memutuskan untuk menerima beherapa
usulusul mengenai pekerja wanita dalam semua macam tambang dibawah tanah yang termasuk soal kedua dan Agenda sidang, dan setelah mene tapkan, bahwa usul mi harus berbentuk Konvensi Internasional.
menerima pada tanggat 21 Juni 1935 Konvensi dibawah mi, yang dapat disebut Konvensi Kerja Dibawah Tanah (Wanita), 1935:
313
CONVENTION No. 45 CONCERNING EMPLOYMENT OF WOMEN ON UNDERGROUND WORK IN MINES OF ALL KINDS
(Brought into force for Indonesia by State Gazette
No.219 of 1937) The General Conference of the International La. bour Organisation,
Having been convened at Geneva by the Gay. erning Body of the International Labour Office, and
having met in its Nineteenth Session on 4 June 1935, and
Having decided upon the adoption of certain proposals with regard to the employment of women on underground work in mines of all kinds, which is included in the second item of the Agenda of the Session, and
Having determined that those proposals shall take form of an International Convention, adopts this twenty first day of June of the year one thousand nine hundred and thirtyfive the following
Convention, which may be cited as the Under. ground Work (Women) Convention, 1935,
314
Pasal 1
Yang dimaksud dalam Konvensi mi dengan istilah "tambang" termasuk setiap perusahaan, balk nega ra maupun swasta untuk mengambil benda apapuri dibawah permukaan tanah. Pasal 2
Setiap wanita tanpa memandang umurnya tidak boleh melakukan pekerjaan dalam tambang dibawah tanab. Pasal 3
Undang-undang atau peraturan nasional dapat mengecualikan larangan tersebut diatas untuk Wanita yang memegang jabatan pimpinan yang tidak melakukan pekerjaan tangan;
Wanita yang bekerja pada jabatan kesehatan dan kesejahteraan; Wanita yang berhubungan dengan pelajarannya harus berada dibagian tambang dibawah tanah dalam rangka latihan untuk waktu tertentu; dan Wanita yang kadang-kadang harus masuk kebagian-bagian tambang dibawah tanah untuk mak-
sud melakukan pekerjaan yang bukan bersifat pekerjaan tangan.
315
Article 1
For the purpose of this Convention, the term "mine" includes any undertaking, whether public of private, for the extraction of any substance from under the surface of the earth.
Article 2
No female, what ever her age, shall be em ployed on underground work in any mine.
Article 3
National laws or regulations may exempt from the above prohibition Females holding position of management who do not perform manual work; Females employed in health and welfare serv ice;
Females who, in the course of their studies, spend a period of training in the underground part of a mine; and Any other females who may occasionally have
to enter the underground parts of a mine for the purpose of a non manual occupation.
316
Pasal 4
Surat ratifikasi Konpensi mi harus disampaikan kepada Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional untuk didaftarkan. Pasal 5
Konvensi ml hanya mengikat Anggota Organisasi Perburuhan Internasional yang ratifikasinya telah didaftarkan pada Direktorat Jenderal, Konvensi mi akan berlaku duabelas bulan sesudah tanggal ratifikasi oleh dua Anggota didaftarkan pada Direktur Jenderal. Selanjutnya Konvensi liii akan mulai berlaku untuk tiap-tiap Anggota duabelas bulan sesudah tanggal ratifikasi Anggota tersebut didaftarkan. Pasal 6 ratifikasi oleh dua Anggota Organisasi Perburuhan Internasional telah didaftar. Segera
setelah
kan, maka Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional harus memberitahukan hal tersebut kepada semua Anggota Organisasi Perburuhan Internasional. Begitupun juga ia harus memberitahu-
kan mereka mengenai pendaftaran ratifikasi yang dapat disampaikan kemudian oleh Anggota lain dan Organisasi.
317
Article 4
The formal ratification of this Convention shall be communicated to the Director General of the In. ternational Labour Office for registration. Article 5
This Convention shall be binding only upon those Members of the International Labour Or. ganisation which ratification have been registered with the Director General. It shall come into force twelve months after the date on which the ratification of two Members have been registered with the Director General.
There after this Convention shall come into force for any Member twelve months after the date on which its ratification has been registered.
Article 6
As soon as the ratification of two Members of the International Labour Organisations have been registered, the Director General of the International Labour Office shall so notify all the Members of the International Labour Organisation. He shalt like wise notify them of the registration of ratification which
may be communicated subsequently by other Members of the Organisation.
318
Pasal 7
Anggota yang telah meratifikasi Konpensi mi, setelah lewat waktu sepuluh tahun terhitung dan tanggal Konpensi mi mulai benlaku dapat membatalkannya dengan menyampaikan suatu kete. rangan kepada Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional untuk didaftarkan. Pembatalan demikian baru berlaku satu tahun sesudah tanggal pendaftarannya.
Tiap-tiap anggota yang telah meratifikasi Konvensi mi dan tidak menggunakan hak pembatalan menurut ketentuan yang tercantum pada pasal ml
dalam tahun berikutnya setelah lewat sepuluh tahun seperti termaksud pada ayat diatas akan terikat untuk sepuluh tahun lagi dan sesudah itu dapat membatalkan Konvensi mi pada waktu berakhirnya tiap-tiap masa sepuluh tahun menurut ketentuan yang tercantum pada pasal mi, Pasal 8 Pada waktu-waktu yang dipandang perlu, Badan
Pimpinan Kantor Perburuhan Internasional harus menyerahkan laporan mengenai pelaksanaan Konvensi mi kepada Konperensi Umum dan harus mempelajari apakah soal peninjauan kembali Konpensi mi seluruhnya atau sebagian perlu ditempatkan dalam agenda Konperensi.
319
Article 7
A Member which has ratified this Convention may denounce it after the expiration of ten years from the date on which the Convention first comes into force, by an act communicated to the Director General of the International Labour Office for registration. Such denunciation shall not take effect until one year after the date on which it is registered. Each Member which has ratified this Convention
and which does not, within the year following the expiration of the period of ten years mentioned in the preceding paragraph, exercises the right of denunciation provided for in this Article, will be bound for another period of ten years and, there after, may denounce this Convention at the expiration of each period of ten years under the terms provided for in this Article.
Article 8 At such times as it may consider necessary the Governing Body of the International Labour Office
shall present to the General Conference a report on the working of this Convention and shall examine the desirability of placing on the agenda of the Conference the question of its revision in whole or in part.
320
PasaI9
1. Jika Konferensi menerima Konvensi baru yang mengubah sebagian atau seluruh Konvensi mi, kecuali jika Kovensi baru menentukan lain, maka
dengan menyimpang dan ketentuan Pasal 7, ratifikasi Konvensi baru, oleh Anggota berarti pembatalan Konvensi mi pada saat itu juga karena hukum, jika dan waktu Konvensi baru itu mulai berlaku; mulai pada tanggal Konvensi baru yang telah diubah berlaku, Konvensi mi tidak dapat diratifikasi lagi oleh Anggota.
2. Bagaimanapun juga Konvensi mi akan tetap berlaku dalam bentuk dan isi yang ash bagi Anggota yang telah meratifikasinya, tetapi belum meratifikasi Konvensi baru. Pasal 10
Bunyi naskah Konvensi mi dalam bahasa lnggris dan Perancis keduaduanya adalah resmi.
321
Article 9
1. Should the Conference adopt a new Convention
revising this Convention in whole or in part, then, unless the new Convention other wise provides,
The ratification by a Member of the new re vising Convention shall ipso jure involve the immediate denunciation of this Convention, not with standing the provision of Article 7 above, if and when the new revising Con. vention shall have come into force; As from the date when the new revising Con. vention comes into force this Convention shall cease to be open to ratifi. cation by the Member. 2. This Convention shall in any case remain in force
in its actual form and content for those Mem. bers which have ratified it but have not ratified the revising Convention.
Article 10 The French and English texts of this Convention shall both be authentic.
322
UNDANG.UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NO. 3 TAHUN 1961 TENTANG PERSETUJUAN KONVENSI ORGANISASI PERBURUHAN INTERNASIONAL NO.106 MENGENAI ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR-KANTOR
(Lembaran Negara No.14 Tahun 1961) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: a. bahwa Indonesia semenjak 12 Juli 1950 adalah anggota dan Organi sasi Perburuhan Internasional; b. bahwa Konvensi Organisasi Perbu ruhan Internasional No.106 me
ngenai istirahat mingguan dalam perdagangan dan kantor.kantor yang telah diterima oleh wakil.wakil anggota.anggota Organisasi Per. buruhan Internasional dalam si. dangnya yang keempat puluh (1957) di Jenewa, dapat disetujui. Mengingat:
a.
Pasal 19 Organisasi sional
anggaran dasar dan
323
Perburuhan
Interna
ACT NO. 3 OF 1961 ON
THE RATIFICATION OF CONVENTION NO. 106 OF THE INTERNATIONAL LABOUR ORGANISA-
lION CONCERNING WEEKLY REST IN COMMERCE AND OFFICES
(State Gazette No. 14 of 1961) THE PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA,
Considering: a. that since 12 July 1950, Indonesia
is a member of the International Labour Organisation;
b. that Convention No.106 of the In. ter. national Labour Organisation concern- ing weekly rest in com merce and offices, which has been adopted by the representa.
tive of the members of the Inter. national Labour Organisation in its Fortieth Session at Geneva (1957) may be ratified.
In view of: a. Article 19 of Constitution of the Inter. national Labour Organisation;
324
Pasal 11, 5 ayat (1) dan 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar; Ketetapan MPRS No. I dan II Tahun 1960; DENGAN PERSETUJUAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG,
MEMUTUSKAN Menetapkan: UNDANG.UNDANG TENTANG PERSE. TUJUAN
KONVENSI
ORGANISASI
PERBURUHAN INTERNASIONAL No. 106 MENGENAI ISTIRAHAT MINGGU
AN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR.KANTOR.
Pasal 1
Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional No. 106 mengenai istirahat mingguan dalam perda gangan dan kantor-kantor yang telah diterima oleh wakil-wakil anggota-anggota Organisasi Perburuhan Internasional dalam sidangnya yang ke empat puluh (1957) dan yang bunyinya sebagaimana dilampirkan pada undang- undang mi, dengan mi disetujui.
325
Articles 11, 5 (1) and 20 (1) of the Provisional Constitution;
Decrees of the MPRS No. I and II
of 1960
WITH THE APPROVAL OF THE GOTONG ROYONG HOUSE OF REPRESENTATIVES RESOLVES
To enact : ACT ON THE RATIFICATION OF CON VEN
lION NO. 106 OF THE INTERNATIONAL LABOUR ORGANISATION CONCERNING WEEKLY REST IN COMMERCE AND OF. FICES
Article 1
Convention No. 106 of the International Labour Organisation concerning weekly rest in commerce and offices which has been adopted by the repre sentatives of the members of International Labour Organisation in its Fortieth Session (1957) and
which text reads as enclosed to this Act, is here. with ratified.
326
Pasal 2 Undang-undang mi mulai berlaku pada han diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Undang-undang mi dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta pada tanggal 25 Pebruari 1961 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd SOEKARNO
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 25 Pebruari 1961 Sekretaris Negara,
ttd MOHD. ICHSAN
327
Article 2
This Act shall come into force on the day of its promulgation. In order that everyone shall take
cognisance of this, the promulgation of this Act is herewith ordered by publication in the State Ga. zette of the Republic of Indonesia, Legalised in Jakarta On 25 February 1961 President of the Republic of Indonesia
signed SOEKARNO
Promulgated in Jakarta On 25 February 1961 The State Secretary,
signed MOHD. ICHSAN
328
PENJELASAN
AlAS UNDANGUNDANG NO.3 TAHUN 1961 TENTANG PERSETUJUAN KONVENSI ORGANISASI PERBURUHAN INTERNASIONAL NO.106 MENGENAI ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR-KANTOR
(Tambahan Lembaran Negara No.2153)
Ketika Indonesia menjadi anggota Organisasi Perburuhan Internasional pada tanggal 12 Juli 1950, Indonesia menyatakan terikat oleh empat konvensi, yang sebelumnya telah diratifisir oleh Pemerintah Belanda dan dinyatakan berlaku untuk Indonesia yaitu:
Konvensi No.19, 1925 mengenal Persamaan Perlakuan Dalam Hal Kompensasi Kecelakaan,
Staatsblad 1929, No. 53, Equality Treatment (Accident Compensation).
Konvensi No.27, 1929 mengenai Pemberian Tanda Berat Pada BarangBarang yang Dikirim dengan Kapal, Staatsblad 1933, No. 117, Marking of Weight (Packages Transported by Vessels).
Konvensi No. 29, 1930 mengenai Kerja Paksa, Staatsblad 1933, No.261 (Forced Labour).
329
ELUCIDATION
ACT NO. 3 OF 1961 ON
THE RATIFICATION OF CONVENTION NO. 106 OF THE INTERNATIONAL LABOUR ORGANISAlION CONCERNING WEEKLY REST IN COMMERCE AND OFFICES
(Supplementary State Gazette No. 2153 of 1961) When Indonesia became member of the International Labour Organisation on 12 July 1950, Indonesia has stated that it is bound by four
Conventions which was formerly ratified by the Dutch Government and brought into force for Indonesia which are as follows:
Convention No. 19 of 1925 concerning Equality
of treatment (Accident Compensation), State Gazette No. 53 of 1929. Convention No, 27 of 1929 concerning Marking Weight (Packages Transported by Vessels), State Gazette No. 117 of 1933. Convention No, 29 of 1930 concerning Forced Labour, State Gazette No. 261 of 1933.
330
Konvensi No. 45, 1935 mengenai Pekerjaan Dibawah Tanah Bagi Wanita, Staatsblad 1937, No. 219. Underground Work(Women) Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia telah
meratifisir dua Konvensi yaitu Konvensi No.98, 1949, mengenai Berlakunya Dasar-dasar daripada Hak Untuk Berorganisasi dan Untuk Berunding Ber-
sama (Lembaran Negara 1956, No.42). Rijht to Organ/se and Collective Bargaining. Konvensi No.100, 1951, mengenai Pengupahan Yang Sama Bagi Buruh Lakilaki dan Wanita Untuk Pekerjaan
Yang Sama Nilainya (Lembaran Negara 1957, No.171) Equal Remuneration.
Konvensi ketiga yang sekarang kita hendak ratifisir, yaitu Konvensi No.106, pokok-pokok sebagai berikut:
mengandung
dalam perusahaan perdagangan dan kantor.
kantor, semua buruh berhak atas istirahat mingguan terus menerus selama tidak kurang
dan 24 1am dalam tiap jangka waktu tujuh han, tanpa pengurangan upah.
pengecualian sementara diperkenankan da. lam hat fove majeure, pekerjaan yang sangat Iuar blase mendesak dan guna meøghindarkan kerugian barang yang mudah rusak. 331
Convention No. 45 of 1935 concerning Under. ground Work (Women), State Gazette No. 219 of 1937. After recognition of the sovereignty, Indonesia ratified the following two Conventions Convention No. 98 of 1949 concerning the Applihas
cation of the Principles of the Right to Organise and Bargain Collectively, State Gazette No. 42 of 1956. Convention No. 100 of 1951 concerning Equal Remuneration for Men and Women for Work of Equal Value, State Gazette No. 171 of 1957.
The third Convention which shall be ratified is Convention No. 106 containing the following fundamentals:
in commerce and offices all workers are entitled to an uninterrupted weekly rest period comprising not less than 24 hours in the course of ea period of seven days without reduction of the income.
temporary exemptions are permitted in case of force majeure, in the event of abnormal pressure of work and in order to prevent the loss of perishable goods.
332
Pikiran untuk memberikan istirahat mingguan mi,
adalah sesuai dengan apa yang terkandung pada
pasal 27 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945, serta telah pula dilaksanakan dalam pasal 10 ayat (3) Undangundang Kerja 1948 yang menentukan tiap minggu harus diadakan sedikitdikitnya satu han istirahat, sehingga untuk melaksanakan Kon vensi mi, Pemerintah tidak perlu menyusun peraturan baru tentang istirahat mi.
Dalam pada itu untuk mencegah pensalahgunaan pasal 5 ayat (a), istilah "Keluarga Majikan" harus ditafsirkan meliputi suami/istri beserta keluarga dalam turunan lurus derajat pertama. Kemudian sesuai dengan filsafah negara yaitu Pancasila, maka pasal 6 ayat (4) harus diartikan, bahwa penghormatan tradisi dan kebiasaan gob. ngan minoritet agama merupakan sifat yang khas dan
bangsa Indonesia yang menghormati dan
menjunjung tinggi tiap agama. TERMASUK LEMBARAN NEGARA
TAHUN 1961, NO. 14. Diketahui Sekretaris Negara
ttd MOCH. ICHSAN
333
The idea to grant weekly rest is in conformity with what is contained in Article 27 (2) of the 1945
Constitution and has been also implemented in Article 10 (3) of the Labour Act of 1948 which de. termines that in every week must be provided at least one day rest, so that to apply this Conven tion, Government needs not to draft a new regula. tion regarding rest. period. Furthermore, to avoid deviation of Article 5 (a), the term "members of the employer's family" must be interpreted as covering husband/wife and mem bers of the family according to the line of descent in the first grade. Furthermore, in accordance with the philosophy of the State, the Pancasila, Article 6 (4) must be interpreted that the deference to the traditions and customs of the religious minorities group constitutes a specific characteristic of the Indonesia nation who honours and respects every religion. INCLUDED IN THE STATE GAZETTE 1961 NO. 14
Understood State Secretary
signed MOHD. ICHSAN
334
KONVENSI NO.106 MENGENAI ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTORKANTOR
Konferensi Urnurn
Organisasi Perburqan Inter-
nasio nal.
Setelah diundang di Jenewa oleh Badan Pengu
rus Kantor Perburuhan Internasional dan setelah mengadakan sidangnya yang ke 40 pada tanggal 5 Juni 1957, dan Setelah memutuskan untuk menerima beberapa usul rnengenai istirahat mingguan dalam perdaga-
ngan dan kantor yang terrnasuk soal ke 5 dan agenda sidang, dan
Setelah menetapkaii bahwa usul-usul ni harus berbentuk Konvensi Internasional.
menerima pada tanggal 26 Juni tahun 1957 Korivensi dibawah mi, yang dapat disebut "Konvensi Istirahat Mingguan (Perdagangan dan Kantorkatitor), 1957.
335
CONVENTION NO. 106 CONCERNING WEEKLY REST IN COMMERCE AND OFFICES
The General Conference of the International Labour Organisation,
Hang been convened at Geneva by the Governing Body of the International Labour Office, and having met in its Fortieth Session on 5 June 1957, and
Having decided upon the adoption of certain proposals with regard to weekly rest in commerce and offices, which is the fifth item on the agenda of the session, and
Having determined that these proposals shall take the form of an international Convention.
adopts this twenty-sixth day of June of the year one thousand nine hundred and fifty-seven the fol-
lowing Convention, which may be cited, as the Equal Remuneration for Men and Weekly Rest ( Commerce and Offices) Convention, 1957
336
Ketentuan
Pasal 1 Konvensi mi, sejauh mana tidak
dilaksanakan secara lain oleh alat penetapan upah, berdasarkan perjanjian perburuhan, putusan arbitrase atau dengan cara lain menurut praktek
nasional yang sesuai dengan keadaan nasional, harus dilaksanakan dengan lJndang.Undang atau peraturan nasional. Pasal 2 Konvensi
berlaku terhadap semua orang, terrnasuk magang yang dipekerjakan pada perusa haan, lembaga atau kantor tata usaha, baik milik ni
pemerintah maupun partikelir, sebagai berikut perusahaan dagang; perusahaan lembaga dan kantor tata usaha,
dimana orang yang dipekerjakan terutama mengerjakan
pekerjaan
kantor,
termasuk
kantor orang yang melakukan pekerjaan be bas;
sejauh mana orang yang bersangkutan tidak dipekerjakan pada perusahaan tersebut pada
Pasal 3 dan tidak tunduk pada peraturan nasional
atau
ketentuan
lain
rnengenai
istirhat rningguan dalam industri, tambang, pengangkutan atau pertanian
337
Article 1 The provisions of this Convention shall in so far as they are not otherwise made effective by means of statutory wage fixing machinery, collective
agreements, arbitrative awards or in such other manner consistent with national practice as may be appropriate under national conditions, be given effect by national laws or regulations Article 2 This Convention applies to all persons, includ-
ing apprentices, employed in the following establishments, institution or administrative services, whether public or private
trading establishment establishments, institutions and administrative services, in which the persons employed are mainly engaged in office work, including of. fices of persons engaged in the liberal profes-
sions;
in so far as the persons concerned are not employed in establishments referred to in Article 3 and are not subject to national regulations or other arrangements concerning weekly rest in industry, mine, transport or agriculture
338
cabang dan perdagangan dan setiap peru. sahaan lain;
cabatig dan setiap perusahaan lain, di. mana orang yang dipekerjakan terutama melakukan pekerjaan kantor; perusahaan campuran perdagangan dan industri, Pasal 3 1. Konvensi mi harus berlaku pula terhadap orangorang yang dipekerjakan pada perusahaan sebagai berikut, sebagaimana diperinci oleh Anggota yang telah meratifisir Konvensi mi dalam suatu pernyataan yang rnenyertai ratifikasi Konvensi tersebut; perusahaan, lembaga dan kantor tata usaha yang memberikan jasa-jasa perseorangan; pos dan telekomunikasi; perusahaan surat kabar dan gedung pertunjukan dan tempat hiburan urnurn.
2. hap anggota yang teah meratifisir Konvensi mi, kernudian dapat menyampaikan kepada Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional, suatu pernyataan
penerimaan
kewajiban
Konvensi
mengenai perusahaan tersebut pada ayat yang lalit,
yang helum diperinci dalam pernyataan
sebelumnya.
339
the trading branches of any other establish. ments; the branches of any other establishments, in which the persons employed are mainly en gaged in office work; mixed commercial and industrial establish. ments.
Article 3
1. This Convention shall also apply to persons em ploy. ed in such of the following establishments
as the Member ratifying the Convention may specify in a declaration accompanying its ratifi cation establishments, institution and administrative services providing personal services; post and telecommunication services; Cc) newspaper undertaking; and (d) theatres and places of public entertainment.
2 Any Member which has ratified this Conven tion may subsequently communicate to the Di. rector General of International Labour Office a declaration accepting the obligations of the Con vention in respect of establishment referred to in
the preceding paragraph which are not ready specified in a previous declaration.
340
hap Anggota yang telah meratifisir Konvensi mi, harus menyatakan dalam laporan tahunannya
menurut Pasal 22 Konstitusi Organisasi Per. buruhan Internasional, sampai dimana ketentuan Konvensi mi telah dilaksanakan mengenai peru sahaan tersebut pada ayat 1 Pasal mi yang tidak diliputi oleh pernyataan yang dibuat, sesuai de. ngan ayat 1 atau 2 pasal ni, dan setiap kema-
juan yang dicapai, dengan maksud melaksanakan Konvensi ni dengan berangsurangsur pada perusahaan tersebut. Pasal 4
Dimana perlu, peraturan yang tepat harus di. adakan untuk menentukan batas yang memisah. kan perusahaan terhadap mana berlaku KonvenSi ml, dan perusahaan lainnya.
Dalam hal yang meragukan, apakah terhadap suatu perusahaan, lembaga atau kantor tata usaha berlaku Konvensi mi, maka soal itu harus diputuskan oleh penguasa yang berwenang Setelah berunding, diniana ada, dengan wakil orga-
nisasi majikan dan buruh yang bersangkutan atau dengan cara lain yang sesuai dengan Undang-Undang clan praktek nasional.
341
3 Each Member which has ratified this Convention shall indicate in its annual reports under Article 22 of the Constitution of the International Labour
Organisation to what extent effect has been given or is proposed to be given to the provisions of the Convention in respect of such es tablishments as referred to in paragraph 1 of this Article as are not covered in virtue of a declaration made in conformity with paragraphs 1
and 2 of this Article, and any progress which may have been made with a view to progressive application of the Convention in such establishments. Article 4
Where necessary, appropriate arrangements shall be made to define the line which separates the establishments to which this Convention applies from other establishments. In any case in which it is doubtful whether an establishment, institution or administrative service
is one to which this Convention applies, the question shall be settled either by the competent authority after consultation with the represéntative organisations of employers and workers concerned, where such exist, or in any other manner which is consistent with national law and practice.
342
Pasal 5
Laiigkah dapat diadakan oleh penguasa yang berwenang atau melalui yang tepat ditiap negara untuk mengecualikan dan ketentuan mi perusahaan dimana dipekerjakan hanya anggota
keluarga majikan yang bukan atau tidak dapat dianggap sebagal penerima upah; orang yang memegang jabatan pimpinan tinggi. Pasal 6
Semua orang, terhadap siapa Konvensi liii berlaku, kecuali jika ditentukan lain pada pasal berikut, berhak atas waktu istrirahat mingguan
terus menerus selama tidak kurangdari 24 jam dalam tiap-tiap jangka waktu tujuh han. Waktu istirahat rningguan, dimana mungkin, harus diberikan pada wafti yang sama kepada Semua orang yang bersangkutan dalarn tiap perusahaan.
Waktu istirahat mingguan, dimana mungkin, ha.
rus sama dengan ban
tibur mingguan yang
ditentukan sebagal han istrirahat menurut tradisi
atau kebiasaan dan negeri atau daerah yang bersangkutan.
343
Article 5
Measures may be taken by the competent authority or through the appropriate machinery in each country to exclude from the provisions of this Convention :
establishments in which only members of the employer's family who are or cannot be consid ered to be wage earners are employed; persons holding high managerial positions.
Article 6
All person to whom this Convention applies shall, except as otherwise provided by the fol. lowing Articles, be entitled to an uninterrupted weekly rest period comprising not less than 24 hours in the course of each period of seven days.
The weekly rest period shall, wherever possible
be granted simultaneously to all the persons concerned in each establishment. The weekly rest period shall, wherever possible, coincide with the day of the week established as a day of rest by the traditions or customs of the country or district.
344
Iradisi dan kebiasaan dan golongan minoritet igama, sedapat mungkin harus dihormati. Pasal 7
Dimana sifat pekerjaan, sifat pelayanan yang dilakukan oleh perusahaan, jumlah penduduk yang diayani atau jumlah orang yang bekerja ada sedemikian rupa, sehingga ketentuan Pasal 6 tidak dapat dilaksanakan, maka angkah dapat diadakan oeh penguasa yang berwenang atau rndalui alat yang tepat dalam tiap negara untuk rnelaksanakan skema khusus istirahat mingguan
yang tepat untuk orangorang dan golongan tertentu atau perusahaan dan jenis tertentu yang (liliputi oleh Konvensi mi, dengan memperhatikan segala kepeiitingan sosia dan pertimbangan ekonomi yang sewajarnya.
Semua orang, terhadap siapa berlaku skema khusus deniikian, rnengenai jangka waktu tujuh han, berliak atas waktu istirahat yang Iamanya sekurangkurangnya sama dengan jangka waktu sebagai ditetapkan pada Pasal 6.
Terhadap orang yang bekerja dalarn cabang perusahaan yang tunduk pada skema khusus, cabang mana jika berdiri sendiri tunduk pada ketentuan Pasal 6, berlaku ketentuan pasal itu.
345
The traditions and customs of religious minorities shall, as far as possible, be respected. Article 7 When the nature of the work, the nature of service performed by the establishment, the size of
the population to be served, or the number of persons employed is such that provisions of Ar-
ticle 6 cannot be applied, measures may be taken by the competent authority or through the appropriate machinery in each country to apply special weekly rest schemes, where appropriate, to specified categories of persons or speci-
fied types of establishments covered by the Convention, regard being paid to all proper social and economic considerations. All persons to whom such special schemes apply shall be entitled in respect of each period of
seven days, to rest a total duration at least equivalent to the period provided for in Article 6 Persons working in branches of establishments
subject to special schemes, which branches would, if independent, be subject to the provisions of Article 6, shall be subject to the provision of that Article.
346
4. Setiap langkah rnengenai pelaksanaan ketentuan
1, 2 dan 3 pasal mi harus diadakan dalam perundingan dengan wakil organisasi majikan dan buruh yang reprensentatip, jika ada. Pasal 8
1. Pengecualian sementara, seluruhnya atau seba.
gian (termasuk penundaan atau pengurangan waktu istirahat) dan ketentuan Pasal 6 dan 7 dapat diberikan dalam tiap negara oleh pengua. sa yang berwenang atau secara lain yang dise. tujul olehnya sesuai dengan Undang-Undang dan praktek nasional. dalam
hal
kecelakaan yang terjadi atau
mengancarn, dalam keadaan 'force majeure' atau pekerjaan niendesak pada gedung atau alat-alat, tetapi sekedar perlu untuk menghin-
darkan gangguan hebat dalam pekerjaan biasa di perusahaan.
dalam hal ada pekerjaan yang sangat luar biasa
mendesaknya
disebabkan keadaan khusus, hingga majikan biasanya tidak dapat diharapkan bertindak lain;
guna rnenghindarkan kerugian barang yang mudah rusak.
347
4. Any measure regarding the appljcation of the provisions of paragraph 1, 2 and 3 of this Article shall be taken in consultation with the representative employers' and workers' organisations concerned, where such exist. Article 8
1 Temporary exemptions, total or partial (including the suspension or reduction of the rest period ) from the provisions of Articles 6 and 7 may be granted in each country by the competent authority or in any other manner approved by the competent authority which is consistent with national law and practice.
in case of accident, actual or threatened, force majeure or urgent work to premises and equipment, but only so far as may be necessary to avoid serious interference with the ordinary working of the establishment;
in the event of abnormal pressure of work due to special circumstances, in so far as the employer can not ordinarily be expected to resort to other measures;
in order to prevent the loss of perishable goods.
348
Dalam menentukan keadaan dimana pengecuahan senientara dapat diberikan sesuai dengan ketentuan sub (b) dan (c) pada ayat yang lalu,
wakil organisasi majikan dan buruh yang bersangkutan dimana ada, hartis diajak beruding. Dirnana pengecuahian sernentara diadakan sesuai dengan ketentuan pasal itu, maka orangorang yang bersangkutan harus diberikan istirahat pengganti, yang Ianianya sekurang-kurang. nya sarna dengan jangka waktu yang ditetapkan pada Pasal 6. Pasal 9
Sekedar upah diatur dengan Undang-Undang dan peraturan atau tunduk kepada perigawasan
pe-
nguasa administrasi, maka tidak boleh ada pengurangan upah dan orang-orang yang diliputi oleh Konvensi mi, sebagai akibat pehaksanaan tindakan yang diambil sesuai dengan Konvensi tersebut. Pasal 10
1. Langkah yang tepat harus diadakan untuk menjamin penyelenggaraan yang sewajarnya dan ketentuan atau peraturan rnengenai istirahat mingguan, dengan jalan pengawasan. yang cukup atau deiigan cara lain,
349
In determining the circumstances in which temporary exemptions may be granted in accordance with the provisions of sub.paragraphs (b) and Cc) of the preceding paragraph, the employ. ers, and workers, organisations concerned, where such exist, shall be consulted.
Where temporary exemptions are made in accordance with the provisions concerned shall be granted compensatory rest of a total duration at least equivalent to the period provided for under Article 6.
Article 9
In so far as wages are regulated by laws and regulations or subject to the control of administra. tive authorities, there shall be no reduction of the income of persons covered by this Convention as a result of the application of measures taken in accordance with the Convention.
Article 10
1. Appropriate measures shall be taken to ensure the proper administration of regulations or provisions concerning the weekly rest, by means of adequate inspection or otherwise.
350
2. Dimana sesuai dengan cara pelaksanaan keten. tuan Konvensi ml Iangkah seperlunya berupa hu. kurnan harus diadakan untuk menjamin pelaksa. naan ketentuan tersebut.
Pasal ii Tiap anggota yang meratifisir Konvensi mi harus memasukkan dalam laporan tahunannya menurut Pasal 22 Konstitusi Organisasi Perburuhan Inter. nasional
daftar golongan orang-orang dan jenis peru. sahaan yang tunduk pada skema khusus istira. hat rningguan, sebagai diatur pada Pasal 7 ; dan keterangan mengenai keadaan dirnana penge. cualian sementara dapat diberikan sesuai dengan ketentuan Pasal 8. Pasal 12
Tidak satu pun dan ketentuan Konvensi mi dapat mempengaruhi Undang.Undang, putusan, kebiasa. an atau perjanjian yang menjamin syarat yang Iebih menguntungkan buruh yang bersangkiitan dan yang ditetapkan dalam Konvensi mi.
351
2. Where it is appropriate to the manner in which effect is given to the provisions of this Conven-. tion, the necessary measures in the form of penalties shall be taken to ensure the enforce. ment of its provisions.
Article 11
Each member which ratifies this Convention shall include in its annual reports under Article 22 of the Constitution of the International Labour Or. ganisation.
Lists the categories of persons and the types of establishment subject to special weekly rest schemes as provided for in Article 7; and Information concerning the circumstances in which temporary exemptions may be granted in accordance with the provisions of Article 8 Article 12 None of the provisions of this Convention shall affect any law, award, custom or agreement which ensure more favourable conditions to the workers concerned than those provided for in the Convention.
352
Pasal 13
Ketentuan Konvensi mi dapat ditunda dalam tiap
negara oleh Pemerintah dalam keadaan perang atau keadaan darurat lain yang berupa ancaman kepada keselamatan nasional.
Pasal 14
Surat ratifikasi konvensi mi harus disampaikan kepada Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional untuk didaftarkan. Pasal 15
Konvensi ni haiiya akan mengikat anggota Orga. nisasi Perburuhan Internasional yang ratifikasinya telah didaftarkan pada Direktur Jenderal. Konvensi mi akan berlaku dua belas bulan sesudali tanggal ratifikasi oleh dua anggota didaftarkan pada Direktur Jenderal.
Selanjutnya konvensi mi akan mulai berlaku un tuk tiap-tiap anggota dua belas bulan sesudah tanggal ratifikasi anggota tersebut didaftarkan.
353
Article 13 The provisions of this Convention may be suspended in any country by the government in the event of war or other emergency constituting a threat to the national safety.
Article 14
The formal ratification of this Convention shall be communicated to the Director General of the International Labour Office for registration. Article 15 This Convention shall be binding only upon those Members of the International Labour Organisation whose ratification have been registered with the Director General.
It shall come into force twelve months after the date on which the ratification of two Members have been registered with the Director General.
There after, this Convention shall comes into force for any Member twelve months after the date on which its ratification has been registered.
354
Pasat 16
Setelah lewat waktu 10 tahun, terhitung dan tanggal Konvensi mi mulai berlaku, Anggot yang telah meratifisir Konvensi mi dapat membatalkan dengan menyampaikan suatu keterangan kepada Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional untuk didaftarkan. Pembatalan demi.
klan baru berlaku satu tahun sesudah tanggal pendaftarannya.
Dalam tahun benikutnya setelah lewat sepuluh
tahun seperti terrnaksud pada ayat
1., tiap
Anggota yang telah meratifikasi Konvensi mi dan
tidak rnenggunakan hak pembatalan menurut ketentuan yang tercantum pada Pasal mi akan
terikat 10 tahun lagi dan sesudah itu dapat membatalkan Konvensi pada waktu berakhirnya tiap-tiap masa 10 tahun menurut ketentuan yang tercantum pada pasal mi. Pasal 17
1. Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internaslonal
harus memberitahukan kepada segenap
Organisasi Perburuhan Iriternasional tentang pendaftaran semua ratifikasi dan pembatalan yang disampaikan kepadanya oleh anggota organisasi. Anggota
355
Article 16
A Member which has ratified this Convention may denounce it after the expiration of ten years from the date on which the Convention first comes into force, by an act communicated to the Director General of the International Labour Office for registration. Such denunciation shall not take effect until one year after the date on which it is registered. Each Member which has ratified this Convention.
and which does not, within the year following, the expiration of the period of ten years mentioned in the preceding paragraph, exercises the right of denunciation provided for in this Article, will be bound for another period of ten years and, there after, may denounce this Con-
vention at the expiration of each period of ten years under the terms provided for in this Article.
Article 17 1 The Director General of the International Labour Office shall notify all Members of the International Labour Organisation of the registration of alt ratification, declarations, and denunciations
communicated to him by the Members of the Organisation.
356
2 Pada waktu niemberitahukan kepada Anggota Orga nisasi tentang pendaftaran dan ratifikasi kedua yang disampaikan kepadanya, Direktur Jende ral harus rnernperingatkan Anggota Orga nisasi, tanggal rnulai berlakunya Konvensi ml. Pasal 18
Dir ektur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional harus menyampaikan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa untuk didaftarkan, sesuai dengan Pasal 102 dan Piagam Per-
serikatan Bangsabangsa hal ikwal mengenai somua rat:ifikasi keterangan dan pembatalan yang di-
daftarkannya nieiiurut ketentuan pasalpasal tersebut diatas. Pasal 19
Pada waktu yang dipandang perlu Badan Pcngurus Kantor Perbiiruhan Internasional harus menyerahkan kepada Konferensi Umum laporan mengenai pelaksanaan Konvensi mi dan harus mernpelajari apakah peninjauan kembali Konvensi mi seluruhnya atau sebagian perlu ditempatkan dalam Agenda Konferensi.
357
2 When notifying the Member of this Organisation
of the registration of the second ratification communicated to him, the Director General shall draw the attention of the Members of the Organisation to the date upon which the Convention will come into force. Article 18
The Director General of the International La. bour Office shall communicate to the Secretary General of the United Nations for registration in accordance with the Article 102 of the Charter of the United Nations full particulars of all ratification, declarations, and acts of denunciation registered by him in accordance with the provision of the preceding Article.
Article 19
At such times as may consider necessary the Governing Body, of the International Labour Office shall present to the General Conference a report on the working of this Convention and shall examine the desirability of the placing on the agenda of the Conference the question of its revision in whole or in part.
358
P.sal 20 1. Jika Konferensi nienerirna Konvensi baru yang meru- bali sebagian atau seluruhnya Konferensi mi, kecitali jika Konferensi baru menentukan lain, m aka;
dengan menyimpang dan ketentuan Pasal 16, ratifikasi Konvensi baru oleh anggota berarti pembatalan Konvensi mi pada saat itu
juga karena hukurn, jika dan pada waktu Konvensi baru itti mulai berlaku;
mulai pada tanggal Konvensi baru berlaku, Konvensi ni tidak dapat diratifisir lagi oleh anggotaanggota. 2. Bagaimana juga Konvensi mi akan tetap berlaku dalam bentuk dan isi yang ash bagi anggota
yang tehah meratifisir. tetapi belum meratifisir Konvensi haru. Pasal 21
Naskah Konvensi ni dalarn bahasa hnggris dan Perancis kedna- duanya adalah resmi.
359
Article 20 1. Should the Conference adopt a new Convention
revising this Convention in whole or in part, then, unless the new Convention other wise provides,
The ratification by a Member of the new re vising Convention shall ipso jure involve the immediate denunciation of this Convention, notwithstanding the provision of Article 16 above, if and when the new revising Con. vention shall have come into force; As from the date when the new revising Convention comes into force this Conven. tion shall cease to be open to ratification by the Member.
2. This Convention shall in any case remain in force
in its actual form and content for those Mem. bers which have ratified it but have not ratified the revising Convention.
Article 21 The French and English texts of this Convention shall both be authentic.
360
UNDANGUNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1969 TENTANG. PERSETUJUAN KONVENSI ORGANISASI PERBURUHAN INTERNATIONAL NOMOR 120 MENGENAI HYGIENE DALAM PERNIAGAAN DAN KANTOR KANTOR
(Lembaran Negara No.14 Tahun 1969) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Meiiimbang: a. bahwa Indonesia sernenjak tanggal
12 Juli 1950 adalah anggota dan Organisasi Perburuhan
Internasio
ia I:
b. bahwa Konvensi Perburuhan Inter.
nasional No.120 tentang Hygiene Dalarn
Perniagaan
dan
Kantor
Kantor, yang telah diterirna oleh wakil.wakil anggota.anggota Organi sasi Perburuhan Internasional dalarn sidangnya ke empat puluh delapan di Jenewa 1964 dapat disetujui;
361
ACT NO. 3 OF 1969 ON
THE RATIFICATION OF CONVENTION NO. 120 OF THE INTERNATIONAL LABOUR ORGANISA lION CONCERNING HYGIENE IN COMMERCE AND OFFICES
(State Gazette No. 14 of] 965
WITH THE BLESSING OF ALMIGHTY GOD THE PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA,
Considering: a. that since 12 July 1950, Indonesia
is a member of the International Labour Organisation;
b. that Convention No.120 of the In ternational Labour Organisation concerning Hygiene in Commerce and Offices which has been
adopted by the representatives of the members of the International Labour Organisation in its Forty.
eight Session at Geneva (1964) may be ratified.
362
c. bahwa dengan pelaksanaan Kon vensi tersebut pada ayat b diatas, produktivitas kerja akan meningkat dan kegernbiraan kerja dapat dipu puk.
Mengingat: Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) 1Jndangundang Dasar 1945; Dengan persetujuan Dewaii Perwakibn Rakyat Gotong Royong,
MEMUTUSKAN Menetapkan: UNDANG.UNDANG TENTANG PERSE. TUJUAN KONVENSI ORGANISASI PER. BURUHAN INTERNASIONAL NO.120 MENGENAI HYGIENE DALAM PERNIA. GAAN DAN KAN. TORKANTOR. Pasal 1
Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional No. 120 mengenai Hygiene Dalam Perniagaan dan Kantor- Kantor, yang telah diterinia oleb wakilwakil anggotaanggota Organisasi Perburuhari Internasional dalarn sidangnya yang keenipat puluh delapan tahun 1964 dan yang bunyinya sebagaimana ter. lampir pacla Undang-Undang ni, dengan mi disc. tuju i
363
c.
that with the implementation of Convention as meant in paragraph
b. above, the labour productivity will increase and the joy of work may be maintained.
In view of : Articles 5 paragraph (1) and Article 20 paragraph (1) of the 1945 Constitution; WITH THE APPROVAL OF THE GOTONG ROYONG HOUSE OF REPRESENTATIVES RESOLVES
To enact : ACT ON THE RATIFICATION OF CONVENTION NO. 120 OF THE INTERNATIONAL LABOUR ORGANISATION CONCERNING HYGIENE IN COMMERCE AND OFFICES
Article 1
Convention No. 120 of the International Labour Organisation concerning Hygiene in Commerce and Offices which has been adopted by the representa-
tives of the members of International Labour Or. ganisation in its Forty-eight Session (1964) and which reads as in the text enclosed to this Act, is herewith ratified.
364
Pasal 2
Undang.Undang ml mulai berlaku pada han tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ml de ngan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal 5 April 1969 PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd SOEI-IARTO
Jenderiil TNI Ditindangkan di Jakarta pada tanggal 5 April 1.969 SE.KRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
ttd ALAMSYAH
Mayor Jenderal INI
365
Article 2
This Act shall come into force on the day of its
promulgation. ln order that everyone shall take cognisance of this, the promulgation of this Act is herewith ordered by publication in the State Gazette of the Republic of Indonesia. Legalised in Jakarta
on 5 April 1969 President of the Republic of Indonesia signed Soeharto General, TM
Promulgated in Jakarta On 5 April 1969 The State Secretary of Republic of Indonesia
signed ALAMSYAH
Major General, TN/
366
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1969 TENTANG PERSETUJUAN KONVENSI ORGANISAS1 PERBURUHAN INTERNASIONAL NOMOR 120 MENGENAI HYGIENE DALAM PERDAGANAN DAN KANTOR-KANTOR (Tambahan Lembaran Negara No.2889) PENJELASAN UMUM
Korivensi No.120 mi dalam garis besarnya me ngatur kebersihan, ventilasi, suhu, penerangan, persediaan air minurn, kakus, tempat mencuci, tempat tukar pakaian, dalarn tempat kerja. Selanjutnya konvensi mi hendak metindungi pe kerja terhadap bahaya di sekitarnya seperti ken. butan getaran dan sebagainya. Dengan tindakantindakan mi dapat diharapkan, bahwa produktivitas kerja akan meningkat dan kegembiraan kerja dapat dipupuk. Berdasarkan alasan-alasan mi pemerintah menganggap perlu untuk meratifisir konvensi tersebut. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 dan Pasal') Cukup jelas. LEMBARAN NEGARA TAHUN 1969 NO.14
367
ELUCIDATION OF ACT ON THE RATIFICATION OF CONVENTION NO. 120 OF THE INTERNATIONAL LABOUR OR. GAN SATION CONCERNING HYGIENE IN COMMERCE AND OFFICES
(STATE GAZETTE NO. 2889) GENERAL
Convention No. 120 regulates in broad outlines cleanliness, ventilation, temperature, lighting, sup. ply of drinking water, sanitary convenience, washstands, and changing rooms is workplaces.
Further this Convention wishes to protect the worker against the hazards in the environment such as noise, vibration etc. By these measures it may be expected, that the work productivity will in. crease and the work joy may be maintained.
On the ground of these reasons the Government considers it necessary to ratify the convention as meant. ARTICLE BY ARTICLE
Articles 1 and 2 Sufficiently clear STATE GAZETTE OF 1969 NO.14
368
KONVENSI NO.120 MENGENAI HYGIENE DALAM PERNIAGAAN DAN KANTOR - KANTOR
Konferensi Umtirn Organisasi Perburuhan Internasional
Setetah diundang di Jenewa oleh Badan Pengu
rus Kantor Perburuhan InernasionaI dan setelah mengadakan sidangnya yang ke 48 pada tanggal 17 Juni 1964, dan Setelah memutuskan untuk menerima beberapa usiiIusuI mengenai Hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor yang termasuk soal ke 4 dan agen da sidang, dan
Setelah rnenetapkan bahwa usul mi harus ber bentuk Konvensi Internasional,
Menerirna pada tanggal 8 Juli tahun 1964 Kon-
vensi dibawah mi, yang dapat disebut Konvensi mengenai Hygiene (Dalarn Perniagaan dan Kantorkantor) 1964.
369
CONVENTION NO. 120 CONCERNING HYGIENE IN COMMERCE AND OFFICES
The General Conference of the International Labour Organisation,
Having been convened at Geneva by the Gov erning Body of the International Labour Office, and having met in its Forty.eighth Session on 17 June 1964, and
Having decided upon the adoption of certain proposals with regard to Hygiene in Commerce and Offices, which is the fifth item on the agenda of the session, and
Having determined that these proposals shall take the form of an international Convention,
adopts this eight day of July of the year one thou. sand nine hundred and sixty-four the following Con.
vention, which may be cited, as the Hygiene in Commerce and Offices Convention, 1964
370
BAB I
KEWAJIBAN PIHAK.PHAK Pasal 1 Konvensi ni berlaku bagi badan-badan perniagaan;
bdari-badan, lembaga - lembaga dan kantor-kantor pemberi jasa dimana pekerja-pekerjanya terutarna melakukan pekerjaan kantor; setiap bagian dan badan, lembaga atau kantor pemben jasa dimana pekerjanya terutama melakukan pekerjaan dagang atau kantor sejauh mereka tidak tunduk pada Undang-Undang atau peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan lain yang hersifat nasional tentang hygiene dalarn industri, pertainbangan, pengangkutan atau pertanian.
Pasal 2 I'enguasa yang berwenang dapat setelah berkonsultasi dengan organisasi pengusaha dan buruh yang Iangsung berkepentingani bila ada mengecuahkan berlakuriya seluruh atau sebagian ketentuan-ketentuan Konvensi ni menurut golongan yang khusus dan badan,
lembaga afan kantor pemberi jasa atau bagian-bagiannya terrnaksud pada Pasal 1 dimana keadaan dan kondisi kerja adalah sedernikian rupa sehingga pelaksariaan seluruhnya atau sebagian ketentuan tersebut diatas menjadi tidak sesuai.
371
PART I. OBLIGATION OF PARTIES
Article 1. This Convention applies to trading establishments; establishments, institutions and administrative
services in which the workers are mainly engaged in office work; in so far as they are not subject to national laws or regulation or other arrangements concerning hygiene in industry, mine, transport or agriculture, any departments of other establishments,
institutions, or administrative service in which departments the workers are mainly engaged in commerce of office work. Article 2
The competent authority may, after consultation with the organisations of employers and workers directly concerned, where such exist, exclude from the application of all any of the provisions of this Convention specified classes of the establish-
ments, institutions or administrative services, or departments thereof, referred to in Article 1, where the circumstances and conditions of employment are such that the application to them of all or any of the said provisions would be inappropriate.
372
Pasal 3
Dalam setiap hal yang meragukan apakah untuk
suatu badan, lembaga atau kantor pemberi jasa ni berlaku, persoalannya harus diselesaikan baik oleh penguasa yang berwenang sesudab konsullasi dengan wakil organisasi pengurus dan pekerja yang bersangkutan apabila organisasi tersebut ada. niaupLin dengan cara lain yang sesuai
Konvensi
dengan Undang-Undang dan kebiasaan nasional.
Pasal 4
Setiap anggota yang meratifisir konvensi mi mengusahakan
supaya tetap memperlakukan Undang-Undang atau Peraturan yang menjamin berlakunya prin. sip-prinsip urnum yang tercantum dalarn Bab II, dan
menjarnin supaya ketentuan-ketentuan menge nai
Rekomendasi
Hygiene
(Perniagaan
dan
Kantor) 1964 atau ketentuan-ketentuan yang sarna ditaksanakan sekedar mi mungkin dan dikehendaki oleh kondisi nasional.
373
Article 3
In any case in which it is doubtful whether an establishment, institution or administrative service id one to which this Convention applies, the question shall be settled either by the competent
authority after consultation with the representative organisations of employers and workers concerned, where such exist, or in any other manner which is consistent with national law and practice.
Article 4
Each member which ratifies this Convention undertakes that it will:
maintain in force laws or regulation which ensure the application of the general principles set forth in Part II; and ensure that such effect as may be possible and desirable under national conditions is given to the provisions of the Hygiene (Commerce and Offices) Recommendation, 1964, or to equivalent provisions.
374
Pasal 5
UndangUndang atau peraturan-peraturan yang me laksanakan' ketentuanketentuan konvensi mi dan setiap Undang-Undang atau peraturan yang melaksanakan ketentuanketenWan rekomendasi hygiene (perniagaan dan kantorkantor) 1964 atau ketentuan-ketentuan yang sama sekedar mi mungkin dan dikehendaki oleh kondisi nasional harus direncanakan setelah konsultasi dengan wakil-wakil organisasiorganisasi niajikan dan buruh bila ada.
Pasal 6
Tindakan-tindakan yang tepat harus diambil dengan pengawasan yang memadai atau cara cara lain, untuk menjamin pelaksanaan yang tepat dan Undang-undang atau Peraturanperaturan tersebut ctalarn Pasal 5.
Jika sesitai dengan cara pelaksanaan konvensi ni, tindakan yang perlu daam bentuk hukuman menjamin pelaksanaan Undangundang atau peraturan-peraturan itu. harus
diambil
untuk
375
Article 5 The laws or regulations giving effect to the pro. visions of this Convention and any laws of regula-
tions giving such effect as may be possible and desirable under national conditions to the provisions of the Hygiene (Commerce and Offices) Rec-
ommendation, 1964, or to equivalent provisions, shall be framed after consultation with the representative organisations of employers and workers concerned, where such exist.
Article 6
Appropriate measures shall be taken, by adequate inspection or other means, to ensure the proper application of the laws or regulation referred to in Article 5.
Where it is appropriate the manner in which effect is given to this Convention, the necessary measures in the form of penalties shall be taken
to ensure the enforcement of such laws and regulations.
376
BAB II
AZAS-AZAS UMUM
Pasal 7
Semua bangunan yang digunakan oleh pekerja-
pekerja dan perlengkapannya harus selalu dipe lihara baik dan dijaga keborsihannya.
Pasal S
Semua bangunan yang digunakan oleh pekerja pekerja harus mempunyai ventilasi yang cukup dan
sesuai bersifat alami atau buatan atau kedua duanya, yang memberi udara segar atau yang dibersihkan.
Pasal 9
Semua bangunan yang digunakan oleh pekerjapekerja harus mernpunyai penerangan yang cukup dan sesuai, tempattempat kerja sedapat mungkin harus mendapat penerangan alarn.
377
PART II GENERAL PRINCIPLES
Article 7
All premises used by workers, and the equip. ment of such premises, shall be property maintained and kept clean.
Article 8
All premises used by workers shall have sufficient and suitable ventilation, natural or artificial or both, supplying fresh purified air.
Article 9
All premises used by workers shall have sufficient and suitable lighting; work-places shall, as far as possible, have natural lighting.
378
Pasal 10
- Suhu yang nyaman dan tetap sekedar keadaan
mungkiiikannya harus dipertahankan dalam
me
bangunan yang dipergunakan oleh pekerjapekerja.
Pasal 1.1
Semua tempat: kerja harus disusun serta sernua
tempat duduk harus diatur sedemikian sehigga tidak ada pengaruh yang berbahaya bagi kesehatan pekerja.
Pasal 12
Persediaan yang cukup dan air minum yang sehat atau minuman lain yang sehat harus ada bagi keperluan pekerjapekerja.
Pasal 13
Penlengkapan untuk mencuci dan saniter yang cukup dan sesual hantis disediakan dan terpelihara balk.
379
Article 10
As comfortable and steady a temperature as circumstances permit shall be maintained in all premises used by workers.
Article 11
All workplace shall be so laid out and workstations so arranged that there in no harmful effect on the health of the worker.
Article 12
A Sufficient supply of wholesome drinking wa-
ter or of some other wholes some drink shall be made available to workers.
Article 13
Sufficient and suitable washing facilities and sanitary conveniences shall be provided and prop erly maintained.
380
Pasal 14
Ternpattempat duduk yang cukup dan sesuai harus disediakan untuk pekerjapekerja dan peker
ja-pekerja harus diberi kesempatan yang cukitp untuk menggunakaniiya. Pasal 15
FasiRas yang sesuai iintuk mengganti, menyim. pan dan mengeringkan pakatan yang tidak dipakai pada waktu bekerja harus disediakan dan dipelihara dengan baik. Pasal 16
Bangunan dibawah tanah atau tidak berjendela dirnana biasanya dijalankan pekerjaan harus rneme nuhi standar hygiene yang Iayak. Pasal 17
Para pekerja harus dilindungi dengan tindakan yang tepat dan dapat dilaksanakan terhadap bahan, proses dan tehnik yang berbahaya, tidak sehat atau beracun atau untuk suatu alasan membahayakan. Apabila sifat pekerjaan menghendakinya, pe. nguasa yang berwenang harus rnenierintahkan penggunaan alat perlindungan din. 381
Article 14
Sufficient and suitable seats shall be supplied for workers shall be given reasonable opportunities of using them.
Article 15 Suitable facilities for changing, leaving and drying clothing which is not worn at work shall be provided and properly maintained.
Article 16
Underground or windowless premises in which work is normally performed shall comply with appropriate standards of hygiene.
Article 17
Workers shall be protected by appropriate and practicable measures against substances, processes and techniques which are obnoxious, unhealthy or toxic or for any reason harmful. Where the nature of the work so requires, the competent authority shall prescribe personal protective equipment.
382
Pasal 18
Kegaduhan dan getaran-getaran yang mungkin mernpunyai pengaruh-pengaruh yang berbahaya kepada pekerja harus dikurangi sebanyak mungkin dengan tindakan-tindakan yang tepat dan dapat dilaksanakan.
Pasai 19
Setiap badan, lembaga atau dinas pemberi jasa,
atau bagiannya, yang tunduk pada konvensi mi, dengan memperhatikan besarnya dan kemungkinan bahaya harus
a. mernelihara apotik atau pos PPPK sendiri ata u
h. mernelihara apotik atau pos PPPK bersarnasarna dengan badan, lembaga atau kantor pemberi jasa atan bagiannya; c. rnempunyai satu atau lebih lernari, kotak atau perlengkapan PPPK.
383
Article 18
Noise and vibrations likely to have harmful effects on workers shall be reduced as far as possible by appropriate and practicable measures. Every establishment, institution or administrative service, or department there of, to which this Con. vention applies shall, having regard to its size and the possible risk
Article 19
Every establishment, institution or administra. tive service, or department thereof, to which this Convention applies shall, having regard to this size and possible risk maintain its own dispensary or first aid-post; or
maintain a dispensary or first.aid post jointly with other establishments, institutions or admin istrative services, or departments thereof; or
have one or more Iirst.aid cupboards, boxes or kits.
384
BAB II KETENTUANKETENTUAN TERAKHIR
Pasal 20
Surat ratifikasi konvensi mi harus disampaikan kepada Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Inter. nasional untuk didaftarkan.
Pasal 21
(1) Koriveiisi liii hanya akan mengikat anggota Organisasi Perburuhan Internasional yang ratifi
kasiiiya telah didattarkan pada Direktur Jende. ra I
(2) Konvensi mi akan berlaku duabelas bulan sesu dah tanggal ratifikasi oleh dua Anggota didaftar kan pada Direktur Jenderal. (3) Selanjutnya Konvensi ni akan mulai berlaku un tuk tiap Anggota 12 bulan sesudah tanggal rati fikasi anggota tersebut didaftarkan.
385
PART Ill
FINAL PROVISIONS
Artide 20 The formal ratification of this Convention shall be communicated to the Director General of the In. ternational Labour Office for registration.
Article 21 1
This Convention shall be binding only upon those Members of the International Labour Or. ganisation whose ratification have been registered with the Director General.
It shall come into force twelve months after the date on which the ratffication of two Members have been registered with the Director General.
Thereafter, this Convention shall comes into force for any Member twelve months after the date on which its ratification has been regis. te red.
386
Pasal 22
Anggota yang telah meratifisir konvensi mi, setelah lewat waktu 10 tahun terhitung dan tanggal konvensi mi mulai berlaku, dapat mem batalkannya dengan menyampaikan suatu kete rangan kepada Direktur Jenderal Kantor Perbti ruhan Internasional untuk didaftarkan. Pemba-
talan dernikian baru akan berlaku satu tahun sesudah tanggal pendaftaraniiya. Tiap Anggota yang telah meratifisir konvensi liii dan tidak menggunakan hak pembatalan menurut ketentuan pada ayat (1) tersebut diatas da-
lam tahun berikutnya setelah lewat 10 tahun seperti termaksud pada ayat diatas, akan tenkat untuk 10 tahun lagi dan sesudah mi, dapat; membatalkan konvensi ni pada waktu berakhir-
nya masa 10 tahun menurut ketentuaii yang tercantum dalam pasal mi. Pasal 23
(1) Direktur Jenderal Kantor Perburuhan lnternasional
harus memberitahukan kepada segenap
Organisasi Perburuhan Internasional tentang pendaftaran semua ratifikasi, dan pembatalan yang disampaikan kepadanya oleh anggota-anggota organisasi. Anggota
387
Article 22
A Member which has ratftied this Convention may denounce it after the expiration of ten years from the date on which the Convention first comes into force, by an act communicated to the Director General of the International Labour Office for registration. Such denunciation shall not take effect until one year after the date on which it is registered. Each Member which has ratified this Convention
and which does not, within the year following the expiration of the period of ten years mentioned in the preceding paragraph, exercises the right of. denunciation provided for in this Article, will be bound for another period of ten years and, there after, may denounce this Convention at the expiration of each period of ten years under the terms provided for in this Article.
Article 23 1, The Director General of the International Labour
Office shall notify all Members of the International Labour Organisation of the registration of all ratification, declarations, and denunciations communicated to him by the Members of the Organisation
388
(2) Pada waktu memberitahukan kepada anggota anggota organisasi tentang pendaftaran dan ratifikasi kedua yang disampaikan kepadanya, Direktur Jenderal harus memperingatkan ang gotaanggota organisasi tanggal rnulai berla. kunya konvensi mi.
Pasal 24
Direktur Jenderal Kantor Perburuhan lnterna harus menyampaikan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa untuk didaf tarkan, sesuai dengan Pasal 102 dan Piagarn sional
Perserikatan Bangsa- Bangsa hal ikhwal mengenai semua ratifikasi dan pelaksanaan dan pembatalan yang didaftarkannya menurut ketentuan pasal-pasal tersebut diatas.
Pasal 25
Pada waktuwaktu yang dianggap perlu, Badan PengurLis Kantor Perburuhan lnternasioal menyarnpaikan kepada Konferensi Umum laporan mengenai
pelaksanaan konvensi mi dan harus mempelajari apakah soal peninjauan kembali konvensi mi seluruhnya atau sebagian perlu diternpatkan dalarn agenda konvensi.
389
2. When notifying the Member of this Organisation
of the registration of the second ratification communicated to him, the Director General shall draw the attention of the Members of the Organisation to the date upon which the Convention will come into force.
Article 24 The Director General of the International Labour Office shall communicate to the Secretary General of the United Nations for registration in accordance
with the Article 102 of the Charter of the United Nations full particulars of all ratification, declarations, and acts of denunciation registered by him in accordance with the provision of the preceding Article.
Article 25
At such times as may consider necessary the Governing Body of the International Labour Office shall present to the General Conference a report on the working of this Convention and shall examine the desirability of the placing on the agenda of the Conference the question of its revision in whole or in part.
390
Pasal 26
(1) Jika konferensi menerirna konvensi baru yang rnerubah sebagian atau seluruhnya konvensi mi, kecuai jika konvensi baru menentukan lain, maki dengan menyimpang dan ketentuan Pasal 22 dia. tas, ratitikasi konvensi baru oleh anggota berarti pembatalan konvensi mi pada saat itu juga karena hukum, jika dan pada waktu kon vensi baru itu mulai berlaku;
mulai pada tinggaI konvensi baru berlaku, kon vensiini tidak dapat diratifisir lagi oleh anggota.
(2) Bagaimaiiapun juga konvensi mi akan tetap herlaku dalam bentuk dan si yang ash bagi anggota yang telah meratifisirnya, tetapi belum meratifisir kon- vensi haru. Pasal 27
Bunyi naskah konvensi ni dalam bahasa lnggris dan Perancis kedua-duanya adalah resmi.
391
Article 26 1. Should the Conference adopt a new Convention
revising this Convention in whole or in part, then, unless the new Convention otherwise pro vides,
The ratification by a Member of the new re vising Convention shall ipso jüre involve the immediate denunciation of this Convention, notwithstanding the provision of Article 22 above, if and when the new revising Conven. tion shall have come into force; As from the date when the new revising Con. vention comes into force this Convention, shall cease to be open to ratification by the Member.
2. This Convention shall in any case remain in force
in its actual form and content for those Mem. bers which have ratified it but have not ratified the revising Convention.
Article 27 The French and English texts of this Convention shall both be authentic.
392
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 26 TAHUN 1990 FENTANG
PENGESAHAN CONVENTION 144, CON VENTION CONCERNING TRIPARTITE CONSULTATIONS TO PROMOTE THE IMPLEMENTATION OF INTERNATIONAL LABOUR STANDARDS (KONVENSI ORGANISASI PERBURUHAN INTERNASIONAL NOMOR 144 MENGENAI KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR PERBURUHAN INTERNASIONAL)
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Meiiimbang: a. bahwa Lembaga Kerjasama Tripartit di Indonesia telah melembaga dan berjalan dengan baik dalam rnena ngani masalah ketenagakerjaan dan pelaksanaan standar ketenagakerja an Internasional;
393
PRESIDENTIAL DECREE NO. 26 OF 1990 OF THE REPUBLIC OF INDONESIA ON
THE RATIFICATION OF CONVENTION NO. 144 OF THE INTERNATIONAL LABOUR ORGANISATION CONCERNING
TRIPARTITE CONSULTATIONS TO PROMOTE THE IMPLEMENTATION OF INTERNATIONAL LABOUR STANDARDS.
THE PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA,
Considering:
a.
that the Tripartite Cooperation Body in Indonesia has become a well operated institution in handling labour and employment issues and implementation of international Ia bour standards;
394
bahwa di Jenewa, Swis, pada tanggal 21 Juni 1976 telah diterima Convention 144 Convention Concerning Tripartite
Consultations to Promote the Implementation of International Labour Standards (Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional Nomor 144 rnengenai Konsultasi Tripartit Untuk Meningkatkan Pelaksanaan Standar Perburuhan Internasional), sebagai hasil dan Konferensi Limum Organisasi Perburuhan Internasional ke 61;
bahwa ketentuan Konvensi tersebut dapat menurnbuhkan, mengembangkan dan memantapkan Lembaga Kerjasarna
Tripartit yang bertujuan mewujudkan ketentraman
bekerja,
meningkatkan
produksi dan produktivitas, memperbaiki pendapatan dan kesejahteraan keluarga serta menjamin kelangsungan dan kelancaran usaha
bahwa sehubungan dengan itu dan sesuai dengan Amanat Presideri Repu-
blik Indonesia kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Nomor 2826/HK/ 1960 tanggal 22 Agustus 1960, diperlu
pandang
untuk rnengesahkan
Konvensi tersebut dengan Keputusan Presideri.
395
that Convention No.144 of the International Labour Organisation concern ing Tripartite Consultations to ProImplementation of mote the International labour Standards has been adopted by the representatives
of the members of the International Labour Organisation in its sixty-one Session at Geneva on 7 June 1976; that the provisions of Convention could develop and strengthen the Tripartite
Cooperation Body which has objectives to create a peaceful working atmosphere, improve products and productivity, improve income and welfare of workers and their families, and
ensure business continuity and certainty;
that in relation thereof and in accordance with the Message of the Presi-
dent of the Republic of Indonesia addressed to the Chairman of the Gotong RoyongHouse of Representative
No. 2826/HK/ 1960 on 22 August 1960 on the Signing of International Agreement with Other Countries, it is deemed necessary to ratify that Convention by a Presidential Decree.
396
Mengingat: Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 11 UndangUndang Dasar 1945 MEMUTUSKAN Menetapkan: KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGESAHAN CONVENT-
144, CONVENTON CONCERNING TRIPARTITE CONSULTATIONS TO PROION
MC)TE THE. IMPLEMENTATION OF INTER-
NATIONAL LABOUR STANDARDS (KONVENSI ORGANI SASI PERBURUHAN INTERNASINOAL NOMOR 144 MENGENAI KONSU LTASI TRIPARTIT UNTU K MENINGKATKAN PELAKSANMN STANDAR PERBURUHAN INTERNA- SIONAL).
Pasal 1 Mengesahkan Convention 144, Convention Concerning Tripartite Consultations To Promote The Implementation of International Labour Standards (Konvensi Organisasi Perburuhan Intemasional Nomor 144 mengenar Konsultasi Tripartit Untuk Meningkatkan Pelaksanaan Standar Perburuhan Internasional), yang telah diterima di Jeriewa, Swis, pada tanggal 21 Juni 1976 sebagai hasil Konferensi Umurn Organisasi Perburuhan Internasional ke 61 yang salman naskah aslinya dalam hahasa
Inggeris dan Perancis sebagaimana terlampir pada Keputusan Presiden ni.
397
In view of: Articles 4 paragraph (1) and Article 11 of the 1945 Constitution;
RESOLVES
To enact: PRESIDENTIAL DECREE ON THE RATIFICATION OF CONVENTION NO. 144 OF THE
INTERNATIONAL LABOUR OR.
GANISATION CONCERNING TRIPARTITE
CONSULTATIONS TO PROMOTE THE IMPLEMENTATION OF INTERNATIONAL LABOUR STANDARDS.
Article 1
Convention No.144 of the International Labour Organisation concerning Tripartite Consultations to
Promote the Implementation of International La. bour Standards adopted by the representatives of the members of International Labour Organisation in its sixty-one Session on 21 June 1976 which its authentic French and English texts is as enclosed to this Act, is herewith ratified.
398
Pasal 2
Keputusan Presiden tanggal ditetapkan.
mi
mulai
berlaku
pada
Agar setiap orang mengetahuinya, mernerintahkan pengundangan Keputusan Presiden mi dengan penem- patannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di .Jakarta
pada tanggal 18 Juni 1990 PRESIDEN REPUF3LIK INDONESIA
ltd. SOEHARTO
Diundangkari di Jakarta pada tanggal 18 Juni :1990 MENTERI/SEKRLTARIS NEGARA RE.PUBL.IK INDONESIA
ttd. MOERDIONO
LEMBARAN NEGARA RLPUBLIK INDONESIA TAHUN 1990 NOMOR 30
399
Article 2
This Presidential Decree shall come into force on the day of its promulgation. In order that everyone shall take cognisance of this, the promulgation of this Presidential Decree is herewith ordered by publication in the State Gazette of the Republic of Indonesia.
Legalised in Jakarta
on 18June 1990 THE PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
signed SOEHARTO
romulgated in Jakarta on 18 June 1990 The Minister/State Secretary signed MOERDIONO
STATE GAZETTE OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
NO. 30 OF 1990
400
KONVENSI NOMOR 144 TENTANG KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDARD PERBURUHAN INTERNATIONAL Kotiferetisi Umurn Organisasi Perburuhan Internasional, yang diadakan di Jenewa oleh Badan Pengurus Kantor Perburuhan Internasional, dan setelah mengadakari sidangnya yang ke enampuluh satu pada tanggal 2 Juni 1976, dan
Memperhatikan ketentuan ketentuan Konvensi-kon-
vensi dan rekornendasi-rekomendasi Perburuhan Internasional, terutama ketentiian -ketentuan kebebasan berserikat dan perlindungan hak-hak untuk berorganisasi, Konvensi 1.948, tentang Hak Berserikat dan Berunding Bersaina, Konvensi 1949, dan Rekomendasi
tentang Konsultasi di tingkat perusahaan dan tingkat nastonaf, Rekorneridasi 1960 yang menjamin hak para pengusaha dan pekerja untuk niembentuk suatu organisasi yang bebas dan mandiri serta mengambil IangkahIangkah untuk rnengetnbangkan konsultasi yang efektif di tingkat nasional antara pejabat pernerintah dan organisasi-organisasi pengusaha dan pekerja, serta adanya
sejumlah ketentuanketentuan Konvensi dan Rekomendasi perburuhan internasiona yang memerlukan konsultas bagi organisasi-organisast pengusaha dan pekerja tentang Iangkah-Iangkah yang memberikan pengaruh terhadap ketentuan ketentuan tersebut, dan
401
CONVENTION NO. 144 OF THE INTERNATIONAL LABOUR ORGANISAlION CONC ERING TRIPARTITE CONSULTA-
TIONS TO PROOTE THE IGPLEENTATION OF INTERNATIONAL LABOUR STANDARDS.
The General Conference of the International Labour Organisation, Having been convened at Geneva by the Governing Body of the International Labour Office, and
having met in its Sixty-first Session on 2 June 1976, and Recalling the terms of existing international labour Conventions and Recommendation in par. ticular the Freedom of Association and Protection of the Right to Organise Convention, 1949, and the Consultation (Industrial and National Levels) Recommendation, 1960 - which affirm the right of employers and workers to establish free and independent organisations and call for measures to promote effective consultation at the national level between public authorities and employers' and workers' organisations, as well as the provisions of numerous international labour Conventions and Recommendations which provide for the consultation of employers' and workers' organisations. on measures to give effect thereto, and -
402
., Setelah rnempertimbangkan butir keempat mengenai agenda sidang yang berjudul pembentukari mekanisme tripartit untuk meningkatkan pelaksanaan standar- standar perburuhan internasionat, dan
penetapan usul- usul tertentu Memutuskan tentang konsultasi tripartit untuk meningkatkan
pelaksanaan standar-standar perburuhan internasional, dan
Menetapkan bahwa usul-usut mi akan berbentuk suatu konvensi internasional, menerima keputusan mi pada tanggal dua puluh satu bulan Juni tahun seribu' sembilan ratus tujuh puluh enam, konvensi berikut, yang dapat disebut sebagai suatu Konvensi Konsultasi Tri-partit, 1976 (Standard Perburuhan Internasional), 1976.
Pasal 1
Dalarn konvensi mi istilah "organisasi-organisasi perwakitan" berarti perwakilan organisasi-organisasi
pe- ngusaha dan pekerja yang paling menikmati kebebasan berserikat.
403
Having considered the fourth item on the agenda of the session which is entitled "Establishment of tripartite machinery to promote the implementation of international labour standards", and having decided upon the adoption of certain proposals concerning tripartite consultations to promote the implementation of international labour standards, and
Having determined that these proposals shall take the form of an international Convention,
adopts this twenty-seventh day of June of the year one thousand nine hundred and forty-six the following Convention, which may be cited, as the Certification of Ship's Cook Convention, 1946
Article 1
In this Convention the term "representative or-
ganisatiorts" means the most representative organisations of employers and workers enjoying the right of freedom of association
404
Pasal 2
1. Setiap anggota Organisasi Perburuhan Interna. sional yang meratifikasi konvensi mi bersedia membentuk Iembaga/badan.badan yang menjamm konsutasi secara efektif, berkenaan dengan kegiatan -kegiatan Organisasi Perburuhan Internasional sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 5, ayat (1) dibawah mi, antara wakiIwakiI dan pemerintah, pengusaha dan pekerja. 2
Sifat dan bentuk lembaga yang dimaksudkan dalam ayat 1 pasal mi akan ditetapkan di setiap negara sesual dengan apa yang berlaku secara nasional, setelah berkonsultasi denga organisasi-organisasi perwakilan, dimana organisasi
yang dimaksud berada dan lembagalembaga/badan-badan tersebut belum dibentuk.
Pasal 3
1. Perwakilan pengusaha dan pekerja untuk lembaga/badan -badan
yang
ditetapkan
dalam
koiivensi mi harus dipilih secara bebas oleh organisasi-organisasi perwakilannya organisasi-organisasi dirnaksud ada,
405
dim ana
Article 2
1 Each Member of the International labour Organi. sation which ratifies this Convention undertakes
to operate procedures which ensure effective consultations, with respect to the matters conS cerning the activities of the International Labour Organisation set out in Article 5, paragraph 1, below, between representatives of the govern. ment, of employers and of workers. 2. The nature and form of the procedures provided for in paragraph 1 of this Article shall be deter. mined in each country in accordance with na tional practice, after consultation with the
representative organisations, where such or ganisation exist and such procedures have not yet been established. Article 3
1. The representatives of employers and workers for the purpose of the procedures provided for in this Convention shall be freely chosen by their
representative organisations, where such or ganisations exist.
406
2. Pengusaha dan pekerja harus diwakili berdasar. kan kedudukan yang sama di setiap badan-ba. dan melalui mana konsultasi-konsultasi diadaka n,
Pasal 4
Penguasa yang berwenang akan bertanggung jawab untuk memberikan bantuan administrasi bagi lembaga/badan-badan yang dinyatakan daarn konvensi mi.
Pengaturan-pengaturan yang sesuai akan dibuat
antara penguasa yang berwenang dan organisasi-organisasi perwakilan dimana organisasiorganisasi tersebut ada, untuk pembiayaan Iatihan yang perlu bagi anggota di lembagalembaga/badan. badan mi.
Pasal 5
1. Tujuan dan lembaga yang dinyatakan dalam Konvensi
ml
akan
rnelaksanakan
tentang: 407
konsultasi
2. Employers and workers shall be represented on an equal footing on any bodies through which consultations are undertaken.
Article 4
The competent authority shall assume responsibility for the administrative support of the procedures provided for in this Convention.
Appropriate arrangement shall be made be. tween the competent authority and the representative organisations, where such organisations exist, for the financing of any nec-
essary training of participants in these procedure s
-
Article 5
1. The purpose of the procedures provided for in this Convention shall be consultations on
408
jawaban .jawaban pemerintah terhadap pertapokok-pokok tentang nyaan-pertanyaan agenda dan Konferensi Perburuhan Internasional dan komentar-komentar/tanggapan-
tanggapan pemerintah terhadap rancangan yang didiskusikan oleh konferensi.
Usul-usul yang dibuat untuk penguasa yang berwenang sehubungan dengan penyampaian Konvensi dan Rekomendasi sesuai dengan
Pasal 19 Konstitusi Organisasi Perburuhan Interansional.
Penelaahan ulang pada tenggang waktu yang Lepat dan konvensi-konvensi yang belum di. Rekornendasi-rekomendasi dan ratifikasi
yang belurn memberikan pengaruh untuk inempertimbangkannya IangkahIangkah apa yang mungkin diambil secara tepat untuk rneningkatkan pelaksanannya dan ratifikasi iiya.
laporanlaporan yang dibuat untuk Kantor Perburuhan Internasional sesuai dengan Pasal 22 Konstitusi Organisasi Perburuhan Interna
Masalah yang diungkapkan dan
siona I
409
government replies to questionnaires con cerning items on the agenda of the Interna. tional Labour Conference and government
comments on proposed texts to be dis. cussed by the Conference;
the proposals to be made to the competent authority or authorities in connection with the submission of Conventions and Recommen. dations pursuant to article 19 of the Consti. tution of the International Labour Organisation;
the reexamination at appropriate intervals of unratified Conventions and of Recommenda. tions to which effect has not yet been given, to consider what measures might be taken to promote their implementation and ratification as appropriate;
questions arising
out of reports to be
made to the International Labour Office under article 22 of the Constitution of the Inter. national Labour Organisation;
410
e. Usulusul pembatalan konvensi-konvensi yang telah diratifikasi,
2. Untuk menjarnin pertimbangan yang matang dan masalah-masalah yang disebutkan dalam ayat (1) dan pasal mi, konsultasi harus diadakan pada jangka waktu yang tepat dan ditetapkan dengan perse tujuan, tetapi sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun.
Pasal 6 Apabila hal mi telah dipertimbangkan secara
masak setelah koiisultasi dengan organisasi- organisasi perwakilan yang ada, penguasa yang berwenang akan menerbitkan suatu laporan tahunan tentang kerja dan lembaga yang ditetapkan dalam konvensi mi.
Pasal 7
Surat ratifikasi konvensi mi harus disampaikan kepada Direktur Jenderal Biro Perburuhan Internasional untuk didaftarkan.
411
e. proposals for the denunciation of ratified Conventions.
2. In order to ensure adequate consideration of the
matters referred to in paragraph 1 of this Article, consultations shall be undertaken at appropriate intervals fixed by agreement, but at least once a year.
Article 6
When this is considered appropriate after consultation with the representative
organisations,
where such organisations exist, the competent authority shall issue an annual report on the work. ing of the procedures provided for in this Convention.
Article 7
The formal ratification of this Convention shall be communicated to the Director General of the international Labour Office for registration.
412
Pasal 8 Konvensi mi hanya akan mengikat anggota Orga.
nisasi Perburuhan Internasional yang ratifikasi nya telah diclaftarkan pada Direktur Jenderat. Konvensi ni akan berlaku dua belas bulan
sesudah tanggal ratifikasi oleh dua anggota didaftarkan pada Direktur Jenderal. Selanjutnya konvensi mi akan mulai berlaku untuk tiaptiap anggota dua belas bulan sesudah tanggal ratifikasi anggota tersebut didaftarkan Pasal 9
Anggota yang telah meratifikasi Konvensi mi, setelah lewat waktu 10 tahun terhitung dan tanggal Konvensi mi mulai berlaku, dapat membatalkannya dengan menyampaikan suatu
keterangan kepada Direktur Jenderal Kantor Perburuhan
Internasional
untuk
didaftarkan.
Pembatalan demikian baru akan mulai berlaku satu tahun sesudah tanggal pen daftarannya. Tiap-tiap negara anggota yang telah rneratifikasi Konvensi mi dan tidak menggunakan hak pembatalan
menurut ketentuan pada ayat satu tersebut diatas dalam tahun berikutnya setelah lewat sepuluh tahun seperti termaksud pada ayat 1,, akan terikat untuk 10 tahun lagi dan sesudah mi dapat membatalkan Konvensi ni pada waktu berakhirnya tiaptiap rrrasa 10 tahun menurut ketentuan yang tercanturn dalam pasal ni.
413
Article 8 This Convention shall be binding only upon those Members of the International Labour Organisa.
tion whose ratification have been registered with the Director General. It shall come into force twelve months after the date on which ratification of two Members have been registered with the Director General.
Thereafter, this Convention shall comes into force for any Member six months after the date on which its ratification has been registered. Article 9 A Member which has ratified this Convention may denounce it after the expiration of ten years from the date on which the Convention first comes into force, by an act communicated to the Director General of the International Labour Office for registration. Such denunciation shall not take effect until one year after the date on which it is registered. Each Member which has ratified this Convention and which does not, within the year following the expiration of the period of ten years mentioned in the preceding paragraph, exercises the right of denunciation provided for in this Article, will be bound for another period of ten years and, there after, may denounce this Convention at the expiration
of each period of ten years under the terms provided for in this Article.
414
Pasal 10
Direktur Jenderal kantor Perburuhan Internasio nal hartis memberitahukan kepada segenap ne gara anggota Organisasi Perburuhan Internasio nal tentang pendaftaran semua ratifikasi, keterangan dan pembatalan yang disampaikan kepa. danya oleh negara anggota Organisasi.
Pada waktu memberitahukan kepada negara anggota Organisasi tentang pendaftarari dan ratifikasi kedua yang disampaikan kepadanya, Direktur Jenderal harus rnernperingatkan negara anggota Organi- sasi tanggal mulai berlakunya Konfensi mi.
Pasal 11
Direktur Jenderal Kantor Perburuhan lnternasional harus menyampaikan kepada Sekretaris Jen-
deral Perserikatan Bangsa Bangsa untuk didaftarkan, sesuai dengan Pasal 102 dan Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa hal ikwal rnengenai sernua ratifikasi keterangan dan pembatalan yang didaftarkannya menurut ketentuan pasal-pasal ter sebut diatas.
415
Article 10
The Director General of the International Labour
Office shall notify aD Members of the lnterna. tional Labour Organisation of the registration of all ratification, declarations, and denunciations communicated to him by the Members of the Organisation
When notifying the Member of this Organisation
of the registration of the second ratification communicated to him, the Director General shall draw the attention of the Members of the Organisation to the date upon which the Con. vention will come into force. Article 11
The Director General of the International La. bour Office shall communicate to the Secretary General of the United Nations for registration in ac cordance with the Article 102 of the Charter of the United Nations full particulars of all ratification, declarations, and acts of denunciation registered by him in accordance with the provision of the pre ceding Article.
416
Pasal 12
Pada waktu berakhirnya tiap-tiap masa sepuluh ta hun setelah mulai berlakunya Konvensi mi Badan Pengu. rus Kantor Perburuhan Internasional harus menyerah- kan laporan mengenai pelaksanaan Konvensi mi kepada Konferensi Umum dan harus mempertimbangkan apakali soal perubahan Kon-
vensi mi seluruhnya atau sebagian perlu ditempatkan dalam Agenda Konferensi.
Pasal 13
1. Jika Konferensi menerima Konvensi baru yang rnerubah sebagian atau seluruhnya Konferensi mi, kecuali Konferensi baru nienentukan fain, maka;
dengan menyimpang dan ketentuan Pasal 9, ratifikasi Konvensi baru oleh negara anggota berarti pembatalan Konvensi mi pada saat itu
juga karena hukurn, jika dan pada waktu Kon vensi baru itu mulai berlaku;
mulai pada tanggal Konvensi berlaku, Kon
vensi mi tidak dapat diratifikasi lagi oleh negara anggota,
417
Article 12
At such times as may consider necessary the Governing Body of the International Labour Office shall present to the General Conference a report on the working of this Convention and shall examme the desirability of the placing on the agenda of the Conference the question of its revision in whole or in part. Article 13 1. Should the Conference adopt a new Convention revising this Convention in whole or in part,
then, unless the new Convention otherwise provides,
The ratification by a Member of the new revising Convention shall ipso jure involve
the immediate denunciation of this Convention, notwithstanding the provision of Article 9 above, if and when the new revising Convention shall have come into force; As from the date when the new revising Convention comes into force this Convention shall cease to be open to ratification by the Member.
418
2. Bagaimana juga Konvensi ml akan tetap beriaku dalam bentuk dan isi yang ash bagi negara anggota yang telah meratifisirnya, tetapi behurn. meratifisir Konvensi baru. Pasal 14
Bunyi naskah Konvensi liii dalam bahasa Inggris dan Perancis keduaduanya adalah resmi.
419
2. This Convention shall in any case remain in force
in its actual form and content for those Members which have ratified it but have not ratified the revising Convention.
Article 14 The English and French versions of the texts of this Convention are equally authoritative.
420
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION 69, CONVENTION CONCERNING THE CERTIFICATION OF SHIP'S COOKS (KONVENSI ORGANISASI PERBURUHAN INTERNASIONAL NOMOR 69 MENGENAI SERTIFIKASI BAGI JURU MASAK DI KAPAL) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: a. bahwa juru masak di kapal merupa.
kan suatu profesi jabatan peker jaan yang memerlukan peningkatan keterampilan dan keahlian sebagai upaya bagi perliiasan kesempatan kerja dan perlindungan bagi tenaga kerja juru masak Indonesia; b. bahwa di Jenewa, Swis, pada tang.
gal 6 Juni 1946 telah diterima Convention 69, Convention Con. cerning the Certification of Ship's Cooks (Konvensi Organisasi Perbu.
ruhan Internasional Nomor 69 me ngenai Sertifikasi bagi Juru Masak di Kapal), sebagai hasil dan Kon. ferensi Umum Organisasi Perburu. han Internasional ke 28;
421
PRESIDENTIAL DECREE NO. 4 OF 1992 OF THE REPUBLIC OF INDONESIA ON THE RATIFICATION OF CONVENTION NO.69 OF THE INTERNATIONAL LABOUR ORGANISATION
CONCERNING THE CERTIFICATION OF SHIP'S COOK
(State Gazette No.4 of 1992) THE PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA,
Considering: a. that ship's cook on board ship constitutes a professional occupation which needs improvement of skills
and expertise in the efforts of expansion of employment and protection of Indonesian ship's cooks;
b. that Convention No.69 of the International Labour Organisation concerning the Certification of Ship's Cook which has been adopted by
the representatives of the members of the International Labour Organisation
in
its
twenty-eight
Session at Seattle on 27 June 1946.
422
C. bahwa ketentuan Konvensi tersebut
dapat mengernbangkan dan me, ningkatkan keahlian dan keterampilan juru masak Indonesia secara profesional, memperluas kesempatan kerja, rneningkatkan pendapatan dan kesejahteraan serta perlindungan bagi juru masak Indonesia pada pelayaran Internasional;
d. bahwa sehubungan dengan itu dan
sesuai dengan Amanat Presiden Republik Indonesia kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong
Royong Nomor 2826/HK/1960 tanggal 22 Agustus 1960 tentang Pembuatan Perjanjian dengan Negara-Negara Lain, dipandang perlu untuk mengesahkan Konvensi terSe but dengan Keputusan Presiden.
Mengingat: Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 11 UndangUndang Dasar 1945
423
that the provisions of Convention could develop and improve skills and expertise of Indonesian ship's cooks professionally, expand employment opportunities, improve income and welfare and provide protection to them on international sea journey.
that in relation thereof and in accordance with the Message of the President of the Republic of Indonesia addressed to the Chairman of the Gotong Royong House of Representative N. 2826/HK/1960 on 22 August 1960 on the Signing of International Agreement with Other Countries, it is deemed necessary to ratify that Convention by a Presidential Decree.
In view of: Articles 4 paragraph (1) and Article 11 of the 1945 Constitution;
424
MEMUTUSKAN
Menetapkan: KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGESAHAN CONVENTION NO. 69, CONVENTION CONCERNING THE CERTIFICATION
OF SHIP'S COOKS, (KONVENSI OR GANISASI PERBURUHAN INTERNA. SIONAL NOMOR 69 MENGENAI SER. TIFIKASI BAGI JURU MASAK DI KA PAL).
Pasal 1
Mengesahkan Convention 69, Convention Con. cerning the Certification of Ship's Cooks (Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional Nomor 69
mengenai Sertifikasi Bagi Juru Masak di Kapal), yang telah diterima di Jenewa, Swis, pada tanggal 6
Juni 1946 sebagai hasil Konlerensi Umurn Orga nisasi Perburuhan Internasional ke 28 yang salman naskah aslinya dalam bahasa Inggeris dan Perancis sebagaimana terlampir pada Keputusan Presiden in i
425
RESOLVES
To enact: PRESIDENTIAL DECREE ON THE RATIFICATION OF CONVENTION NO. 69 OF
THE INTERNATIONAL LABOUR OR. GANISATION CONCERNING THE CERTI. FICATION OF SHIP'S COOK
Article 1
Convention No. 69 of the International Labour Organisation concerning Ship's Cook which has been adopted by the representatives of the members of International Labour Organisation in its twenty.eight Session on 6 June 1946 and which reads as in the text enclosed to this Presidential Decree, is herewith ratified.
426
Pasal 2 Keputusan Presiden mi rnulai beriaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, mernerintahkan pengundangan Keputusan Presiden mi dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Repubhk Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 Januari 1992 Presiden Republik Indonesia ttd. SOEHARTO
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 4 Januari 1992 Menteri/Sekretaris Negara Republik Indonesia ttd. MOERDIONO
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1992 NOMOR 4
427
Article 2 This Presidential Decree shall come into force on the day of its promulgation. In order that every one shall take cognisance of this, the promulgation of this Act is herewith ordered by publication in the State Gazette of the Republic of Indonesia, Legalised in Jakarta
on 4 January 1992 The President of the Republic of Indonesia signed SOEHARTO
Promulgated in Jakarta on 4 January 1992 The Minister/State Secretary signed MOERDIONO
STATE GAZETTE OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
NO. 4 OF 1992
428
KONVENSI ILO NOMOR 69 TENTANG SERTIFIKASI BAGI JURU MASAK DI KAPAL (CERTIFICATION OF SHIP'S COOKS)
Konferensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional,
Setelandiiindang di Seattle oleh Badan Pimpinan Kantor Perburuhan Internasional dan setelah mengadakan sidangnya yang ke duapuluh delapan pada tanggal 6 Juni 1946, dan
Setelah memutuskan untuk menerirna usul-usul
tertentu mengenai sertifikasi bagi juru masak di kapal yang termasuk soal keempat dan agenda sidang, dan
Setelah menetapkan bahwa usul-usul mi harus berbentuk Konvensi Internasional,
menerima pada tanggal 27 Juni 1946 Konvensi di bawah mi yang dapat disebut sebagai Konvensi Sertifikasi Juru Masak di Kapal, 1946.
429
CONVENTION NO. 69 CONCERNING THE CERTIFICATION OF SHIP'S' COOK
The General Conference of the International Labour Organisation,
Having been convened at Geneva by the Governing Body of the International Labour Office, and having met in its Twenty-eighth Session on 6 June 1946, and
Having decided upon the adoption of certain proposals with regard to the Certification of Ship's Cook, which is the fourth item on the agenda of the session, and
Having determined that these proposals shall take the form of an international Convention. adopts this twenty-seventh day of June of the year one thousand nine hundred and forty-six the following Convention, which may be cited, as the Certification of Ship's Cook Convention, 1946
430
Pasal
1
Konvensi mi berlaku bagi kapal laut, apakah kapal tersebut milik Pemerintah atau Swasta, sebagai pegangkut barang atau penumpang untuk tujuan perdagangan dan terdaftar di wilayah dimana Kon vensi ml berlaku. Hukum atau peraturan perundangundangan
nasional atau dalam hal tidak ada hukurn atau peraturan perundang-undangan yang demikian, maka KKB antara pengusaha dan pekerja (pelaut) harus menetapkan kapal-kapal atau jenis. jenis kapal yang ada kaitarrnya dengan kapal laut seperti dirnaksudkan oleh Konvensi ml. Pasal
2
Yang dimaksud dengan "Ship's Cook" dalam Konvensi mi adalah setiap orang yang bertanggung jawab secara Iangsung rnenyiapkan makanan bagi awak kapal. Pasal
3
(1) Tidak seorangpun boleh dipekerjakan sebagai Ship's Cook pada kapal dimana Konvensi mi berlaku atasnya kecuali dia mempunyai sertifikat kwalifikasi sebagai Ship's Cook seperti ditentukan dalam pasal-pasal berikut.
431
Article 1
This Convention applies to seagoing vessels, whether publicly or privately owned, which are engaged in the transport of cargo or passen gers for the purpose of trade and registered in a territory for which this Convention is in force. National laws or regulations or, in the absence of such laws or regulations, collective agree ments between employers and workers shall determine the vessels or classes of vessels which are to be regarded as sea going.vessels for the purpose of this Convention. Article 2
For the purpose of this Convention the term ship's cook " means the person directly responsi ble for the preparation of meals for the crew of the ship.
Article 3
1. No person shall be engaged as ship cook on board any vessel to which this Convention ap. plies unless he holds a certificate of qualification
as ship's cook granted in accordance with the provisions of the following Articles;
432
(2) Ditentukan bahwa pejabat yang berwenang
diperbolehkan memberikan pengecualian terha dap ketentuanketentuafl pasal mi apabila dia berpendapat kurang tenaga ship's cook yang mempunyai sertifikat.
PasaI4
(1) Pejabat yang berwenang harus menetapkan ketentuan ketentuan untuk menyelenggarkan pengujian danpemberian sertifikat kwalifikasi.
(2) Tidak seorang pun boleh diberikan sertifikat kwalifi kasi kecuali: telah mencapai usia minimum seperti ditetapkan oleh pejabat berwenang; telah bekerja di kapal minimum dalam waktu yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang;
telah Iiilus ujian seperti ditetapkan oleh pejabat berwenang.
(3) Ketentuan pengujian harus memberikan test kemampuan praktek bagi calon dalarn menyiapkan makanan termasuk test pengetahuan mengenai mutu makanan, menyusun jenis dan
keseimbangan menu serta penanganan dan penyimpanan makanan di kapal.
433
2. Provided that the competent authority may grant exemptions from the provisions of this Article if in its opinion there is an inadequate supply of certificated ship's cooks. Article 4
The competent authority shall make arrange. ments for the holding of examinations and for the granting of certificates of qualification. No person shall be granted a certificate of quail. fication unless.
he has reached a minimum age to be pre scribed by the competent authority; he has served at sea for a minimum period to be prescribed by the competent authority; and
he has passed an examination to be pre. scribed by the competent authority 3 The prescribed examination shall provide a prac.
tical test of the candidate's ability to prepare meals; it shall also include a test of his knowl. edge of food values, the drawing up of varied and properly balanced menus, and the handling and storage of food on board ship.
434
(4) Ketentuan pengujian dan pemberian sertifikat bisa dilakukan secara langsung oleh pejabat berwenang atau dibawah pengawasannya mela. Iui sekolah juru masak (cook) yang telah diakui oleh badan Iainnya. Pasal 5
Pasal 3 konvensi mi harus dilaksanakan paling lam- bat 3 (tiga) tahun sejak tanggal konvensi mi diberlaku kan di negara dimana kapal terdaftar. Ditentukan bahwa apabila seorang pelaut bekerja dengan baik sebagai ship's cook selama dua tahun sebelurn berakhirnya jangka waktu seperti tersebut di
atas, hukum dan peraturan nasional diper
bolehkan menetapkan ketentuan -ketentuan pembenan sertifikat kwalifikasi bagi hasil kerja yang demikian.
Pasal 6
Pejabat berwenang dapat mengakui sertifikat kwa lifikasi yang dikeluarkan oleh negara lain. Pasal 7
Surat ratifikasi resmi konivensi mi harus disampaikan kepada Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional untuk didaftarkan.
435
4 The prescribed examination may be conducted and certificates granted either directly by the competent authority or, subject to its control, by an approved school for the training of cooks or other approved body. Article 5. Article 3 of this Convention shall apply after expiration of period not exceeding three years from the date of entry into force of the Convention for the territory where vessel is registered: Provided that, in case of a seaman who has had satisfactory record of two years' service as cook before the expiration of the aforesaid period, national laws or regulations may provide for the acceptance of a certificate of such service as equivalent to a certificate of qualification. Article 6. The competent authority may provide for the recognition of certificates of qualification issued in other territories. Article 7 The formal ratification of this Convention shall be communicated to the Director General of the International Labour Office for registration.
436
Pasal 8
Konvensi mi hanya akan mengikat anggotaanggota Organisasi Perburuhan lnternasioal yang ratifikasinya telah didaftar pada Direktur Je ride ra I.
Konvensi ml berlaku enam bulan setelah tanggal pendaftaran Konvensi mi oleh sembilan negara
dan negaranegara berikut: Amerika Serikat, Australia, Belgia, Brazil, Canada, Chilie, China, Denmark, Finlandia, Perancis, lnggris dan Irlandia Utara, Yunani, India, Irlandia, Italia Belanda, Norwegia, Polandia, Portugal, Swedia, Turki dan Yugoslavia termasuk lima
Argentina,
negara yang mempunyai paling sedikit satu juta ton berat kapal. Kemudian konvensi mi berlaku bagi setiap nega. ra anggota enam bulan setelah tanggal konvensi mi didaftar. Pasal 9
(1) Anggota yang telah meratifikasi konvensi mi dapat membatalkannya setelah lewat waktu sepuk&b tahun terhitung dan tanggal konvensi mi mulai berlaku dengan menyampaikan suatu keterangan kepada Direktur Jenderal Kantor Perhuruhan lnternasional untuk didaftarkan. Pembatasan demikian baru beraku satu tahun setelah tanggal pendaftarannya.
437
Article 8 This Convention shall be binding only upon those Members of the International Labour Organisation whose ratification have been registered with the Director General.
It shall come into force six months after the date on which there have been registered ratification by nine of the following countries: United States of America, Argentine Republic, Australia, Belgium, Brazil, Canada, Chile, China, Denmark, Finland, France, United Kingdom of the Great Britain and Northern Ireland, Greece, India, Ireland, Italy, Netherlands, Norway, Po-
land, Portugal, Sweden, Turkey and Yugoslavia, including at least five countries each of which has at least one million gross register tons of shipping. This provision is included in for the purpose of facilitating and encouraging early ratification of the Convention by Member States. Thereafter, this Convention shall comes into force for
any Member six months after the date on which its ratification has been registered. Article 9 1. A Member which has ratified this Convention may de-
nounce it after the expiration of ten years from the date on which the Convention first comes into force, by an act communicated to the Director General of the International Labour Office for registration. Such denunciation shall not take effect until one year after the date on which it is registered.
438
(2) Setiap anggota yang telah meratifikasi konvensi
mi dan tidak menggunakan hak pembatalan menurut ketentuan yang tercantum pada pasal mi dalam tahun berikutnya, setelah lewat sepu Iuh tahun seperti termaksud pada ayat terdahulu akan terikat untuk sepuluh tahun lagi dan setelah itu, dapat membatalkan konvensi mi pada waktu berakhirnya setiap jangka waktu
sepuluh tahun menurut ketentuan yang ditetapkan dalarn pasal mi.
PasallO
Direktur Jenderal Kantor Perburuhan Internasional harus memberitahukan kepada semua anggota ILO tentang pendaftaran semua ratifikasi dan pembatalan yang disampaikan kepa danya oleh anggota-anggota Organisasi ILO.
Pada waktu memberitahukan kepada anggota organisasi tentang pendaftaran dan ratifikasi yang terakhir diminta untuk memberlakukan Konvensi tersebut, Direktur Jenderal harus memperingatkan anggota organisasi mengenai tanggal mulai berlaku- nya Konvensi mi,
439
2. Each Member which has ratified this Convention
and which does not, within the year following the expiration of the period often years mentioned in the preceding paragraph, exercises the right of denunciation provided for in this Article, will be bound for another period of ten years and, there after, may denounce this Con. vention at the expiration of each period of ten years under the terms provided for in this Article
-
Article 10
The Director General of the International La. bour Office shall notify all Members of the International Labour Organisation of the registration of all ratification, declarations, and denunciations communicated to him by the Members of the Organisation.
When notifying the Member of this Organisation
of the registration of the second ratification communicated to him, the Director General shall draw the attention of the Members of the Organisation to the date upon which the Convention will come into force.
440
Pasal 11 Direktur Jenderal ILO harus menyampaikan kepada Sekretaris Jenderal PBB untuk mendattar
kan sesuai dengan Pasal 102 Piagam PBB, ke terarigan selengkapnya mengenai semua ratifikasi dan
tindakan
pembatalan
yang
didaftarkannya
sesuai dengan ketentuanketentuan dalam pasal pasal terdahulu.
Pasal 12
Pada waktu berakhirnya setiap jangka waktu 10 tahun setelah konvensi mi diberlakukan, Badan Pimpinan Kantor Perburuhan Internasional menyerahkan laporan mengenai pelaksanaan Konvensi mi kepada konferensi umum dan harus mempertimbangkan apakah soal revisi Konvensi mi seluruhnya
atau sebagian perlu ditempatkan dalam agenda konferensi.
Pasal 13 (1) Jika konferensi menerima konvensi baru yang mengubah seluruh atau sebagian dan konvensi mi, kecuali jika Konvensi baru menentukan lain, maka
441
Article 11 The Director General of the International Labour Office shall communicate to the Secretary General of the United Nations for registration in accordance
with the Article 102 of the Charter of the United Nations full particulars of all ratification, declarations, and acts of denunciation registered by him in accordance with the provision of the preceding Article.
Article 12
At such times as may consider necessary the Governing Body of the International Labour Office shall present to the General Conference a report on the working of this Convention and shall examine the desirability of the placing on the agenda of the Conference the question of its revision in whole or in part. Article 13 1. Should the Conference adopt a new Convention
revising this Convention in whole or in part, then, unless the new Convention otherwise provides,
442
dengan menyimpang dan ketentuan Pasal 9 di atas, ratifikasi konvensi baru oleh anggota berarti Konvensi. mi batal demi hukum, jika dan pada waktu konvensi baru tersebut mulai berlaku.
mulai dan tanggal konvensi baru benlaku, Konvensi mi tidak dapat diratifikasi lagi oleh anggota.
(2) Konvensi mi dalam hal apapun akan tetap berlaku dalam bentuk dan isi yang ash bagi anggota yang telah meratifikasinya, tetapi belum meratifisir Konvensi baru.
Pasal 14 Bunyi naskah konvensi mi dalam bahasa Inggris dan Perancis kedua.duanya adalah resmi,
443
The ratification by a Member of the new revising Convention shall ipso lure involve the immediate denunciation of this Convention,
notwithstanding the provision of Article 9 above, if and when the new revising Convention shall have come into force;
As from the date when the new revising Convention comes into force this Convention shall cease to be open to ratification by the Member. 2. This Convention shall in any case remain in force in its actual form and content for those Members which have ratified it but have not ratified the revising Convention,
Article 14 The English and French versions of the texts of this Convention are equally authoritative.
444