KONTRIBUSI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MEMBINA DISIPLIN BELAJAR SISWA PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 59 JAKARTA
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
SEFTI AMINAH NIM: 1110018200038
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Kontribusi Layanan Bimbinngan dan Konseling daram Membina Disiptin Berajar siswa di sMIo{ 59 Jakarta, Jurusan Manajemen
Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakart4 5 Januari 2015
Yang mengesahkan, Pembimbing,
I- II
]VIBAR PENGESI\ I IAN
Skripsi ber-lLrtlul Ir.orrtribusi Lavanan Birnl;ingan dan I{onsglipg l)rrlarl )lentbirta Disiplin Bela.irtr Sisn'a Pada Sekolah N'lcnengaS Ke1uruap Negq.i 59 'lakartr ciisusttt-t oleh SEIrI I AN{INAH Non'rol lnclr-rk Mahasisrva l]100181000ig, tlriilukan kepacla Fakultas Ilnru Tarbiyah clan Keguruan UIN Sl,aril' Iliclar,ltLrllalr 'lilkat1a ciatr telah clittvatakart lLrlus clalam Lljian N,lunaclasah pacla tanggal l-i.jrrpuar.i l()I i cli haclaltatt tlervan pcngLrii. Karene ittr. pcnrrlis berhak n'rcprpcr.6lclr gclar. Sriljrna S I (S.Pd.) ditlanr birlans N,lana-jenren pendrclikan. .lakiiria. 27
.lanr-rar r
l0l5
Panitia LI.iian N,Iunat;asah KctLrn Panitia (KetLra
.lLrr-Lr.sltn,,
pr.ogrant Srudi)
f arrggal
Dr. I-las-r,irn As),'ar-i. Nl. Pcl. N IP. I 9(r(r 1009 199-l0l I 00.1
)?l
JOtb
Sckretatris (Sekertaris .lur-usnni pr-odi)
*/,
*'
It
Dr. ZahrLrdin. Lc..Vl.Pcl IP 1 97i0302 2(X)_i0l I 002
N
f'en-uLrjr
I
DLiltaudhahN l_S- 1VI. Pd. NIl) I9,sI0408 I98I0.1 2 00I Pcnuu-ji
ll
2B _ (_Q[K
Di'. N,lalzuki N,lahntucl. N,lA. NIP. 19560-504 le8 l0i I 003
Vlengetalrui Dekatr FakLrltas Ilntu Tarbiyah clarr Kegurtau
NIP
i 9591
020 | 98(r0l 2 001
-lancla 'l-irnglrn
SURAT PERNYATAAN KARYA
ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
SeftiAminah
NIM
11
Jurusan
Manajemen Pendidikan
Alamat
jl. Kutilang 1 No.70 RT.001 RW.05, Jurang Mangu Timur,
1001 8200038
Pondok Aren, Tangerang Selatan.
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul Kontribusi Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Membina Disiplin Belajar Siswa di SMKN 59 Jakarta adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen: Nama Pembimbing I
Dr. Salman Tumanggor, M.Pd.
NIP
r9550601 198103 I 005
Jurusan/Program Studi
Manajemen Pendidikan
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi
ini bukan
hasil
karya sendiri.
Jakarta,5 Januari 2015 Yang Menyatakan
ABSTRAK Sefti Aminah, NIM (1110018200038), Kontribusi Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Membina Disiplin Belajar Siswa di SMKN 59 Jakarta, Skripsi Program Strata Satu (S-1), Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kontribusi layanan bimbingan dan konseling yang meliputi empat aspek yaitu aspek layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual dan dukungan sistem yang ada di SMKN 59 Jakarta. Aspek-aspek layanan tersebut diharapkan dapat membentuk sikap disiplin siswa saat belajar dengan mematuhi aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu suatu metode yang bertujuan menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari fenomena objek yang diteliti, dan juga menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan presentasi. Untuk pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan angket dengan mewawancarai kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru BP/BK, guru piket, wali kelas, serta penyebaran angket kepada siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar di SMKN 59 Jakarta berada pada taraf baik 75,2% yang meliputi aspek kontribusi layanan bimbingan dan konseling sebesar 69,4% dengan taraf kategori baik, dan aspek disiplin belajar siswa sebesar 78,8% dengan taraf kategori baik. Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti memberi masukan agar SMKN 59 Jakarta lebih meningkatkan kerjasama dengan seluruh pihak sekolah agar layanan bimbingan dan konseling itu sendiri lebih bermanfaat dan dapat meningkatkan disiplin siswa ketika belajar di sekolah. Koordinasi dengan orangtua perlu lebih ditingkatkan agar penanganan masalah siswa dapat lebih mudah terselesaikan dan pelanggaran-pelanggaran dapat dicegah dan diminimalisir. Jumlah guru BK harus lebih ditingkatkan sesuai jumlah siswa yang ada di sekolah agar layanan bimbingan dan konseling untuk siswa bisa dapat dirasakan oleh seluruh siswa dan dapat menciptakan situasi belajar yang lebih kondusif. Kata kunci: Layanan Bimbingan dan Konseling, Disiplin Belajar
i
ABSTRACT
Sefti Aminah, NIM (1110018200038), the Contributions of Guidance and Counselling Services in Developing Student Learning Discipline at Vocational High School 59 Jakarta, Thesis Program Degree of Strata I (S1), Program Study of Management Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher’s Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. This research aims to describe the contribution of guidance and counselling service which are include four aspects; aspects of basic services, responsive service, individual planning service and support existing systems in Vocational High School 59 Jakarta. Those service aspects are expected to form the attitude of discipline when students learn by obey the rules and code at the school. The methods that used in this research is descriptive qualitative, which is a method that aims to describe the actual conditions of the researched object phenomenon, and also use a quantitative approach by using the presentation. For the collection of data, the writer use the method of interview and questionnaire with the interviewees are the principal, vice principal, guidance and counselling teacher, teachers on duty, homeroom teacher, and also questionnaire distribution to the students. The results showed that the contribution of guidance and counselling services in developing the discipline of learning in Vocational High School 59 Jakarta are at a good level 75,2% which includes the aspects contribution of guidance and counselling services amounted to 69.4% is at a good level, and aspects of the discipline of student learning amounted to 78,8% is at a good level. By doing this research, the writer give the advices to the Vocational High School 59 Jakarta to more enhance the cooperation with the stakeholders in order to services of the counseling and guidance itself is more useful and also can improve students discipline at learning activities at school. Coordination with the parent needs to be further improved so that in handling students problem can be more easily resolved and violations can be prevented and minimized. The number of guidance and counselling teachers should be further enhanced in according with the number of students in schools in order to the services of guidance and counselling for students can be felt by all students and can create a more conducive learning situation. Keywords: Services of Guidance and Counselling, Learning Discipline
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izinNya akhirnya penyusunan skripsi yang berjudul “KONTRIBUSI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MEMBINA DISIPLIN BELAJAR SISWA DI SMKN 59 JAKARTA” ini dapat penulis selesaikan. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menemukan kesulitan, namun dengan bantuan berbagai pihak, kesulitan tersebut dapat diatasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya pada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd., Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Salman Tumanggor, M. Pd., Dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan waktu, arahan, bimbingan, nasehat, motivasi, ilmu dan kritik yang sangat berarti bagi penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik. 4. Seluruh dosen jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan segenap ilmu dan keahlian kepada penulis selama belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Segenap karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu penulis dalam menyediakan buku-buku yang penulis butuhkan. 6. Drs. H. Ramli, M.Pd., Kepala SMKN 59 Jakarta yang telah mengizinkan mahasiswa untuk melakukan penelitian.
iii
7. Sudik Prayitno, S.Pd., Guru BP/BK serta semua guru dan staf SMKN 59 Jakarta yang telah menyediakan kesempatan dan waktunya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. 8. Kedua orangtua ku (Sugito dan Mahayu), terima kasih banyak atas segala dukungan baik moral maupun materil, doa, nasehat, kesabaran, kasih sayang serta pengorbanan yang tak pernah putus, serta kakak dan adik ku (Abdurrahman, Yanuar, Dewi, Siti), terima kasih untuk dukungan moral dan materil yang selalu diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Khrisna Andhika Putra, yang senantiasa memberikan dukungannya baik dalam bentuk tenaga mencari referensi, transportasi, motivasi serta doa. 10. Teman-teman Manajemen Pendidikan angkatan 2010 yang telah mendukung, penulis ucapkan terima kasih, terutama untuk Siti, Fay dan Mecca. Juga sahabat-sahabat
lainnya
yang
memberikan
motivasi,
arahan,
serta
dukungannya yaitu ade irma, windhy, dan yeti semoga persahabatan kita akan terus terjalin.
Penulis tak lupa dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya jika dalam penulisan skripsi ini terdapat hal yang kurang berkenan. Penulis hanya dapat mendoakan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dengan tulus dalam penyusunan skripsi ini dan semoga menjadi amal shaleh yang akan dibalas oleh Allah SWT. Karya tulis ini sangat sederhana ini tentunya masih belum sempurna oleh karena itu kritik dan saran penulis harapkan. Dan penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi diri pribadi khususnya dan para pembaca pada umumnya. Akhirnya kepada Allah SWT juga segala sesuatunya penulis kembalikan.
Jakarta, 5 Januari 2015
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................... v DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6 C. Pembatasan Masalah ................................................................... 6 D. Perumusan Masalah .................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6 F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
BAB II
KAJIAN TEORI A. Disiplin Belajar Siswa ................................................................ 8 1. Pengertian Disiplin ............................................................. 8 2. Macam-macam Disiplin ...................................................... 9 3. Fungsi Disiplin .................................................................... 10 4. Ciri-ciri Disiplin .................................................................. 11 5. Pengertian Belajar ............................................................... 12 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar .......................... 14 7. Pengembangan displin dalam belajar mengajar .................. 15 B. Bimbingan dan Konseling di Sekolah ...................................... 17 1. Pengertian bimbingan dan konseling .................................. 17 2. Tujuan bimbingan dan konseling........................................ 21 3. Fungsi bimbingan dan konseling ........................................ 22 4. Asas-asas bimbingan dan konseling ................................... 25
v
5. Prinsip bimbingan dan konseling........................................ 30 C. Kontribusi layanan dan kegiatan pendukung BK ..................... 33 1. Layanan bimbingan dan konseling ..................................... 33 2. Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling .................. 36 D. Penelitian yang Relevan ........................................................... 38 E. Kerangka Berpikir .................................................................... 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 41 B. Metode Penelitian ....................................................................... 42 C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 42 D. Instrumen Penelitian ................................................................... 43 E. Teknik Pengolahan Data ............................................................. 51 F. Teknik Analisis Data .................................................................. 52 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 54 1. Sejarah Singkat SMK Negeri 59 Jakarta ............................. 54 2. Identitas Sekolah .................................................................. 54 3. Visi dan Misi SMK Negeri 59 Jakarta ................................. 54 4. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa SMK Negeri 59 Jakarta ....................................................... 55 5. Struktur dan mekanisme kerja bimbingan dan konseling .... 57 B. Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................... 62 1. Data hasil wawancara .......................................................... 62 2. Data Hasil Angket................................................................ 76 C. Analisis dan Interpretasi Data ................................................... 98 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 104 B. Saran ........................................................................................... 104 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL Tabel 3.1
Waktu Penelitian ................................................................. 43
Tabel 3.2
Kisi-kisi Angket Penelitian Siswa ..................................... 45
Tabel 3.3
Pedoman Wawancara Kepala SMKN 59 Jakarta................ 47
Tabel 3.4
Pedoman Wawancara Wakasekbid. kesiswaan................... 47
Tabel 3.5
Pedoman Wawancara Guru BP/BK .................................... 48
Tabel 3.6
Pedoman Wawancara Guru Piket ....................................... 50
Tabel 3.7
Pedoman Wawancara Wali Kelas ....................................... 51
Tabel 3.8
Pedoman Wawancara Staf Kesiswaan ................................ 51
Tabel 4.1
Data Guru SMK Negeri 59 Jakarta ..................................... 55
Tabel 4.2
Data Karyawan SMK Negeri 59 Jakarta ............................. 56
Tabel 4.3
Data Siswa SMK Negeri 59 Jakarta.................................... 57
Tabel 4.4
Guru BK mengadakan kegiatan bimbingan dan konseling Di sekolah ........................................................................... 76
Tabel 4.5
Guru BK mengadakan layanan orientasi di sekolah ........... 77
Tabel 4.6
Guru BK menjelaskan tata tertib dan peraturan sekolah .... 78
Tabel 4.7
Guru BK menyampaikan materi BK di Sekolah................. 78
Tabel 4.8
Guru BK memberikan pelayanan di sekolah ...................... 79
Tabel 4.9
Warga sekolah terlibat dalam pelayanan BK ...................... 79
Tabel 4.10
Rutinitas guru BK memberikan layanan bimbingan ........... 80
Tabel 4.11
Banyaknya jumlah guru BK ............................................... 81
Tabel 4.12
Guru BK memberikan layanan BK kepada seluruh warga sekolah ................................................................................ 81
Tabel 4.13
Guru BK membantu permasalahan siswa ........................... 82
Tabel 4.14
Guru BK membantu kemajuan belajar ............................... 83
Tabel 4.15
Guru BK mengembangkan kelompok belajar..................... 83
Tabel 4.16
Guru BK mengadakan konseling kelompok ....................... 84
Tabel 4.17
Guru BK mengadakan konferensi kasus ............................. 84 vii
Tabel 4.18
Guru BK mengadakan kegiatan layanan penempatan dan penyaluran ........................................................................... 85
Tabel 4.19
Guru BK memberikan informasi yang bermanfaat saat belajar ................................................................................. 85
Tabel 4.20
Guru BK memberikan penjelasan cara memanfaatkan waktu belajar yang baik ...................................................... 86
Tabel 4.21
Guru BK mengadakan tes IQ .............................................. 86
Tabel 4.22
Guru BK memfasilitasi kerjasama dalam PKL................... 87
Tabel 4.23
Berpakaian rapi sesuai tata tertib ........................................ 87
Tabel 4.24
Memberikan surat keterangan ketika berhalangan hadir .... 88
Tabel 4.25
Membawa sesuatu yang tidak diperbolehkan sekolah ........ 88
Tabel 4.26
Makan di saat jam pelajaran berlangsung ........................... 89
Tabel 4.27
Keluar Sekolah tanpa ijin petugas piket.............................. 89
Tabel 4.28
Melaksanakan peraturan yang diberikan guru di kelas ....... 90
Tabel 4.29
Tidak keluar kelas saat jam pelajaran berlangsung............. 90
Tabel 4.30
Selalu datang tepat waktu ke sekolah ................................. 91
Tabel 4.31
Hadir di kelas sebelum kegiatan belajar dimulai ................ 91
Tabel 4.32
Memperhatikan guru saat menjelaskan materi pelajaran .... 92
Tabel 4.33
Aktif bertanya apabila ada materi yang tidak dimengerti ... 92
Tabel 4.34
Mengunjungi perpustakaan sekolah untuk membaca buku 93
Tabel 4.35
Tetap belajar meski guru berhalangan hadir ....................... 93
Tabel 4.36
Memanfaatkan waktu kosong untuk membaca buku .......... 94
Tabel 4.37
Memanfaatkan waktu luang dengan belajar bersama ........ 94
Tabel 4.38
Mengerjakan tugas yang diberikan guru di kelas ............... 95
Tabel 4.39
Mengikuti remedial mata pelajaran yang nilainya kurang Memenuhi standar .............................................................. 95
Tabel 4.40
Mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan guru .......... 96
Tabel 4.41
Berbuat usil dalam kelas ..................................................... 96
Tabel 4.42
Memainkan hp saat jam pelajaran berlangsung .................. 97
Tabel 4.43
Mengobrol ketika guru menjelaskan ................................... 97
Tabel 4.44
Hasil analisis Data............................................................... 98
viii
DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1
Struktur Organisasi SMK Negeri 59 Jakarta ....................... 58
Gambar 4.2
Mekanisme kerja Bimbingan dan konseling ....................... 59
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling ................... 60
ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Hasil Skor Angket Penelitian
Lampiran 2
Hasil Wawancara
Lampiran 3
Angket Penelitian
Lampiran 4
Kerangka Program Bimbingan dan Konseling
Lampiran 5
Fungsi BK dalam Peminatan Peserta Didik
Lampiran 6
Rekapan Daftar Penertiban Siswa (Razia) 2013/2014
Lampiran 7
Daftar Hadir Pemanggilan Orang Tua
Lampiran 8
Laporan Kunjungan Rumah
Lampiran 9
Angka Kredit Pelanggaran dan Poin Penghargaan
Lampiran 10
Buku Catatan Kasus
Lampiran 11
Hubungan Kolaboratif Guru BK dan Guru Mata Pelajaran
Lampiran 12
Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 13
Surat Izin Penelitian
Lampiran 14
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 15
Lembar Uji Referensi
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perubahan dan tantangan yang terjadi di masyarakat saat ini memberikan gambaran mengenai tuntutan terhadap perikehidupan manusia dan potensi yang ada pada diri manusia. Individu dituntut untuk mampu mengembangkan dan menyesuaikan diri terhadap masyarakat, dan untuk itu memang manusia telah diperlengkapi dengan berbagai potensi, baik potensi yang berkenaan dengan keindahan dan ketinggian derajat kemanusiaannya.1 Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sangat berperan penting dalam meningkatkan berbagai potensi yang dimiliki individu dengan mendidik individu untuk menghargai perbedaan dan persamaan antar sesama manusia, memenuhi kebutuhan sosial, mematuhi aturan yang mengikat, dan menghormati kehidupan beragama seseorang yang memungkinkannya untuk memenuhi tuntutan masyarakat tersebut. Pemenuhan terhadap tuntutan perkembangan masyarakat tentunya memerlukan pengembangan individu warga masyarakat agar individu tersebut mampu menyesuaikan diri baik itu di lingkungan pendidikan maupun di lingkungan masyarakat. Pemenuhan terhadap tuntutan di masyarakat terhadap seorang individu seringkali terjadi ketidaksesuaian dengan apa yang diharapkan dunia pendidikan saat ini. Para siswa dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan nilai dan norma yang ada, membuat suatu rancangan di masa depan agar bisa mencapai kesuksesan dalam keseluruhan proses belajar di sekolah dan mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan yang mereka miliki semaksimal mungkin. Akan tetapi fenomena yang terjadi berbeda dengan kenyataan, banyak di antara para siswa yang tidak dapat menyesuaikan diri dan memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut.
1
Prayitno & Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), h. 25.
1
2
Berbagai fenomena perilaku peserta didik dewasa ini seperti tawuran, penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan psikotropika, perilaku seksual menyimpang, degradasi moral, pencapaian hasil belajar yang tidak memuaskan, tidak lulus ujian, gagal UAN dan lain sebagainya, menunjukkan bahwa tujuan pendidikan yang salah satu upaya pencapaiannya melalui proses pembelajaran, belum sepenuhnya mampu menjawab atau memecahkan berbagai persoalan tersebut di atas.2 Saat ini, Fenomena perilaku peserta didik yang menyimpang dan marak terjadi yaitu tawuran, kasus tawuran yang belum lama ini terjadi yaitu tawuran antar pelajar yang terjadi di kawasan Warung Jambu, Kota Bogor, Jawa Barat. Polisi mengeluarkan tembakan peringatan untuk membubarkan massa, Gerombolan pelajar yang naik truk diserang dari belakang saat mobilnya terjebak lampu merah. Lalu mereka turun dan saling menyerang balik, terjadilah bentrokan, beberapa dari mereka membawa senjata tajam.3 Kasus lainnya pun ada 36 siswa yang sampai dikeluarkan dari sekolah wilayah Jakarta Selatan karena ikut tawuran dan membajak sebuah Kopaja untuk merencanakan tawuran. Pelajar seharusnya lebih disiplin setelah pulang sekolah langsung pulang kerumah tidak ikut andil dalam aksi tawuran yang berbahaya. Tugas seorang pelajar seharusnya belajar dan mengerjakan tugastugas yang telah diberikan di sekolah bukan ikut dalam aksi tawuran yang tentunya merugikan diri mereka sendiri. Kasus diatas merupakan berbagai masalah dalam dunia pendidikan yang terjadi di luar sekolah sedangkan kasus yang terjadi di dalam sekolah saat ini banyak siswa kurang disiplin dalam belajar seperti keluar kelas pada saat jam pelajaran, keluar tanpa ijin, memainkan handphone saat belajar merupakan
salah
satu
contoh
kurangnya
kesadaran
siswa
dalam
menyesuaikan diri dalam proses pembelajaran di sekolah. Dalam kondisi seperti itu, harusnya pihak sekolah memberikan bantuan dengan penerapan 2
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.2 3 http://news.detik.com/read/2014/02/28/134858/2511330/10/tawuran-pelajar-di-bogorpolisi-keluarkan-tembakan-peringatan
3
disiplin kepada para siswanya agar setiap siswa tersebut dapat menyesuaikan diri secara baik agar terhindar dari perilaku-perilaku menyimpang. Disiplin adalah adanya kesediaan untuk mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku. Kepatuhan bukan karena paksaan, tetapi kepatuhan atas dasar kesadaran tentang nilai dan pentingnya mematuhi peraturan-peraturan itu.4 Kesediaan mematuhi aturan-aturan tersebut sudah seharusnya dilakukan para siswa agar tidak terlibat perilaku menyimpang baik yang terjadi di luar sekolah maupun di dalam sekolah. Para siswa seharusnya memiliki kesadaran akan pentingnya mematuhi nilai dan norma baik yang berlaku di sekolah dan di masyarakat. Upaya memberikan bantuan kepada siswa agar mampu menyesuaikan diri secara baik dapat diwujudkan dengan kontribusi layanan bimbingan dan konseling. Pada dasarnya tujuan umum pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri sejalan dengan tujuan pendidikan karena bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Adapun tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 dijelaskan bahwa : Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5 Pengembangan potensi peserta didik sudah menjadi tujuan dari pendidikan nasional itu sendiri, karena pendidikan memegang prinsip terbuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi setiap individu tanpa memandang
status
sosial,
ekonomi,
budaya
dan
agama
dalam
mengembangkan segala potensinya. Pada umumnya sekolah memberikan bantuan kepada siswa dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan perbedaan individu dengan pola pemikiran, sikap dan perilaku yang berbeda4
H.M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.54. Dirjend Pendidikan Dasar dan Menengah, Undang-undang RI No 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: tnp, 2003). 5
4
beda secara individual dengan kontribusi layanan bimbingan dan konseling yang ada di sekolah. Berbagai masalah individu yang berbeda terutama dalam hal tingkah laku harus ditangani melalui layanan bimbingan dan konseling dalam rangka pemenuhan kebutuhan dalam belajar. Kegiatan belajar itu sendiri merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan di sekolah, bimbingan dan konseling di sekolah seringkali dihadapkan pada persoalanpersoalan mengenai kurangnya disiplin siswa terutama dalam hal belajar. Untuk itu diperlukan tenaga pendidik yang kompeten di bidang bimbingan dan konseling untuk membina siswa agar lebih disiplin baik itu di sekolah maupun di luar sekolah. Peran bimbingan dan konseling itu sendiri sangat penting terutama dalam meningkatkan mutu pendidikan, bagaimana bimbingan dan konseling itu sendiri dapat membangun manusia seutuhnya dari berbagai aspek potensi yang ada pada dalam diri peserta didik. Dengan adanya bimbingan dan konseling maka seluruh aspek potensi yang ada pada dalam diri peserta didik dapat dikembangkan, baik itu aspek akademik, pribadi, sosial, kematangan intelektual dan sistem nilai. Tenaga pendidik bimbingan dan konseling sendiri bertugas membimbing, mengajar dan/atau melatih pekerjaan bimbingan di sekolah yang merupakan salah satu tugas dari tenaga pendidik. Dengan kata lain, tugas pendidik salah satu di antaranya adalah membimbing agar peserta didik dapat mengembangkan segala potensinya. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194 dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah Hal tersebut menyatakan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan yang harus diemban oleh guru BK sebagai tenaga pendidik di sekolah. Dengan pelayanan bimbingan dan konseling pula peserta didik dapat dibantu untuk mengembangkan
5
seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin, sehingga ia dapat mengatasi kesulitannya dalam permasalahan belajar dan senantiasa mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang positif. Hal tersebut dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan kesadaran siswa dalam menerapkan disiplin belajar agar lebih mudah terwujud. Dengan demikian disiplin dapat dijadikan tolok ukur untuk meningkatkan kemampuan siswa dengan penerapan aturan moral dan prinsip dalam mematuhi segala aturan yang berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis dalam tata kehidupan.Disiplin juga dapat membantu siswa untuk membentuk kemampuan dan pola pikir dalam hidupnya. Berkaitan dengan
disiplin belajar siswa tersebut, berdasarkan
pengamatan yang penulis sudah lakukan, secara umum disiplin belajar di SMKN 59 Jakarta sudah cukup baik, hanya saja ada beberapa siswa di sekolah tersebut yang kurang memiliki kesadaran dalam disiplin belajar seperti, siswa sering ke kantin saat jam pelajaran berlangsung, keluar sekolah saat ada jam belajar, merokok di area sekolah, memainkan handphone saat guru sedang mengajar, bermain laptop dan tidak menyimak guru mengajar, mengumpulkan tugas tidak tepat waktu bahkan tidak mengumpulkan. Untuk mengatasi permasalahan disiplin belajar siswa di SMKN 59 Jakarta, bentuk kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan disiplin belajar siswa yang ada di sekolah tersebut yaitu dengan menggunakanempat aspek layanan berupa layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual serta dukungan sistem yang di dalamnya terdapat pelayanan bimbingan pribadi dan konseling kepada siswa yang bermasalah, melakukan kunjungan rumah, serta penerapan buku poin penghargaan dan pelanggaran siswa. Dalam hal ini BK bekerjasama dengan seluruh stakeholder sekolah dan orang tua siswa. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut bimbingan dan konseling sebagai karya ilmiah dengan
judul
“KONTRIBUSI
LAYANAN
BIMBINGAN
DAN
6
KONSELING DALAM MEMBINA DISIPLIN BELAJAR SISWA DI SMKN 59 JAKARTA”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini, yaitu: 1.
Kurang seimbangnya guru BK dengan banyaknya siswa.
2.
Kurangnya koordinasi antara pihak sekolah dengan orangtua dalam membina disiplin siswa.
3.
Rendahnya kesadaran siswa ikut serta dalam proses pembelajaran ketika guru menjelaskan.
4.
Rendahnya tingkat disiplin belajar siswa untuk tetap belajar ketika guru berhalangan hadir.
5.
Banyaknya siswa yang telat mengumpulkan tugas.
6.
Siswa ke kantin dan keluar sekolah saat jam pelajaran berlangsung
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan
identifikasi
masalah,
penulis
membatasi
masalah
penelitian pada “Kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa di SMKN 59 Jakarta”
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah yang dapat penulis rumuskan yaitu: “Bagaimana kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa di SMKN 59 Jakarta?”
E. Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa di SMKN 59 Jakarta Tahun Ajaran 2014/2015.
7
2.
Untuk
mengetahui
kontribusi
bimbingan
dan
konseling
dalam
meningkatkan disiplin belajar siswa di SMKN 59 Jakarta.
F. Manfaat Penelitian 1.
Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa.
2.
Bagi SMKN 59 Jakarta, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan perbaikan bagi sekolah dalam menerapkan disiplin belajar siswa berupa pengambilan keputusan yang tepat berkaitan dengan layanan bimbingan dan konseling yang tepat dalam membina disiplin siswa di sekolah. Penerapan kedisiplinan siswa dapat dijadikan acuan bagi kepala sekolah untuk meningkatkan mutu dan prestasi sekolah.
3.
Bagi guru bimbingan dan konseling, hasil penelitian ini dapat memudahkan guru BK untuk mengembangkan kontribusi layanan bimbingan konseling dalam rangka meningkatkan disiplin siswa.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Disiplin Belajar Siswa 1. Pengertian Disiplin Istilah disiplin berasal dari bahasa Latin “Disciplina” yang menunjuk kepada kegiatan belajar dan mengajar. Istilah tersebut sangat dekat dengan istilah dalam bahasa Inggris “Disciple” yang berarti mengikuti orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin. Dalam kegiatan belajar tersebut, bawahan dilatih untuk patuh dan taat pada peraturan-peraturan, yang dibuat oleh pemimpin.1 Menurut H.M. Alisuf Sabri, disiplin yaitu adanya kesediaan untuk mematuhi ketentuan atau peraturan-peraturan yang berlaku. Kepatuhan disini bukanlah karena paksaan, tetapi kepatuhan atas kesadaran tentang nilai dan pentingnya mematuhi peraturan-peraturan itu.2 Menurut Chester Harris disiplin didefinisikan sebagai berikut : “Dicipline refers fundamentally to the principle that each organism learns in some degree to control it self so as to conform to the forces around it with which it has experiences”. Definisi tersebut mengandung makna tertentu yang berisi ide. Ada beberapa unsur pengertian di dalam definisi di atas : 1.
Berisi moral yang mengatur tata kehidupan.
2.
Pengembangan
ego
dengan
segala
masalah
intrinsik
yang
mengharuskan orang untuk menentukan pilihan. 3.
Pertumbuhan kekuatan untuk memberi jawaban terhadap setiap aturan yang disampaikan
1
Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004). h. 30-31. 2 H.M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005).h. 54.
8
9
4.
Penerimaan autoritas eksternal yang membantu seseorang untuk membentuk kemampuan dan keterbatasan hidup.3 Dari keseluruhan pemaparan mengenai disiplin dapat disimpulkan
bahwa disiplin yaitu berupa aturan moral dan prinsip untuk mematuhi segala aturan yang berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis dalam tata kehidupan demi menciptakan kondisi yang tertib dan teratur.
2. Macam-Macam Disiplin Menurut Conny R. Semiawan, disiplin dapat terbagi dalam tiga macam, diantaranya, meliputi disiplin dalam waktu, belajar, dan bertata krama.4 a. Disiplin dalam waktu Kedisiplinan dalam hal ini berarti siswa harus belajar untuk terbiasa dalam mengatur waktu dalam kehidupan sehari-hari. Peraturan waktu ini bisa bermula dari perbuatan kecil seperti, datang tepat waktu ke sekolah, tidak membolos, dan lain-lain. b. Disiplin dalam belajar Siswa yang mempunyai kedisiplinan dalam belajar adalah siswa yang mempunyai jadwal serta motivasi belajar di sekolah dan rumah. Seperti dalam mengerjakan tugas dari guru dan membaca pelajaran. c. Disiplin dalam bertata krama Adapun maksud dari disiplin dalam bertata krama adalah disiplin yang berkaitan dengan sopan santun, akhlak atau etika siswa, baik kepada guru, teman, dan lingkungan. Berdasarkan beberapa macam disiplin diatas, dapat disimpulkan bahwa disiplin bermula dari hal-hal kecil seperti memanfaatkan waktu dengan baik, kemudian disiplin dengan memiliki jadwal untuk mengerjakan segala tugas belajar baik itu di sekolah maupun dirumah, 3
Piet Sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994). h. 123-124. 4 Conny R. Semiawan, Penerapan Pembelajaran Pada Anak, (Jakarta: PT. Index, 2008). h. 93.
10
serta disiplin dalam bertata krama dengan seluruh warga sekolah. Disiplin membantu anak untuk menyadari apa yang diharapkan oleh lingkungannya dan bagaimana mencapai apa yang diharapkan orang lain dari dirinya.
3. Fungsi Disiplin Berikut ini merupakan fungsi disiplin menurut Tulus Tu’u yaitu: a.
Menata kehidupan bersama, disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku. Ketaatan dan kepatuhan itu membatasi dirinya merugikan pihak lain, tetapi hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar.
b.
Membangun
kepribadian,
pertumbuhan
kepribadian
seseorang
biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin, seseorang dibiasakan mengikuti, mematuhi, menaati aturanaturan yang berlaku. Kebiasaan itu, lama-kelamaan masuk ke dalam dirinya sehingga akhirnya menjadi milik kepribadiannya. c.
Melatih kepribadian, sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk serta-merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk melalui satu proses yang membutuhkan waktu panjang. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui latihan.
d.
Pemaksaan, faktor yang mendorong terbentuknya kedisiplinan yaitu dorongan dari dalam (terdiri dari pengalaman, kesadaran, dan kemauan untuk berbuat disiplin) dan dorongan dari luar (perintah, larangan, pengawasan, pujian, ancaman, ganjaran). Disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Dikatakan terpaksa, karena melakukannya bukan berdasarkan kesadaran diri, melainkan karena rasa takut dan ancaman sanksi disiplin.
11
e.
Hukuman, ancaman sanksi/hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan mematuhinya, tanpa ancaman hukuman/sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah. Sanksi itu diharapkan mempunyai nilai pendidikan. Artinya, siswa menyadari bahwa perbuatan yang salah akan membawa akibat yang tidak menyenangkan dan harus ditanggung olehnya.
f.
Menciptakan
lingkungan
kondusif,
disiplin sekolah
berfungsi
mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru, dan bagi para siswa, serta peraturanperaturan lain yang dianggap perlu. Kemudian di implementasikan secara konsisten dan konsekuen. Dengan demikian sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tenteram, tertib dan teratur.5
4. Ciri-Ciri Disiplin Menurut Oteng Sutisna, “suatu syarat mutlak bagi disiplin positif ialah mengkomunikasikan syarat-syarat pekerjaan dan peraturan-peraturan kepada seluruh anggota. Setiap orang harus mengetahui apa yang diharapkan oleh manajemen dan atasan langsungnya dari dirinya. Standar perbuatan yang diharapkan itu biasanya meliputi hal-hal seperti kehadiran yang baik, pemberitahuan bila tak hadir yang bisa dibenarkan, ketepatan dalam waktu, kerja sama dengan atasan dan kawan sekerja, standar-standar sopan santun dan kesusilaan.”6 Adapun ciri-ciri kedisiplinan yang ada di sekolah, sebagai berikut: a. Patuh pada peraturan sekolah. b. Teratur dalam kelas c. Harus tiba pada waktu yang telah ditetapkan 5
Tulus Tu’u, Op. Cit, h. 38-43. Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan (dasar teoritis untuk praktik profesional), (Bandung: Angkasa, 1993), h.111. 6
12
d. Melaksanakan tugas yaitu belajar e. Mengerjakan pekerjaan rumah f. Tidak membuat onar dikelas7 Disiplin di sekolah apabila dikembangkan dan diterapkan dengan baik akan berdampak baik bagi sikap dan perilaku siswa. Dengan adanya disiplin di sekolah diharapkan dapat menciptakan suasana sekolah yang aman, tertib dan kondusif. Apabila disiplin diri pada siswa telah melekat maka dengan kesadaran dirinya siswa akan berhasil dalam belajar.
5. Pengertian Belajar Secara umum, belajar dapat dimaknai dengan suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Dalam perspektif psikologi pendidikan, belajar didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari sebuah pengalaman. Bahkan, Gagne pun mendefinisikan belajar sebagai suatu proses dimana organisma berubah perilakunya yang diakibatkan oleh pengalaman. Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan di dalam laboratorium maupun lingkungan alamiah.8 Thorndike, salah seorang pendiri aliran teori belajar tingkah laku, mengemukakan teorinya bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga bisa berupa pikiran, perasaan atau gerakan). Jelasnya, menurut Thorndike, perubahan tingkah laku dapat berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang nonkonkret (tidak bisa diamati).9
7
Emile Durkheim, Pendidikan Moral: Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1990), h.106. 8 Zurinal & Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan: Pengantar & Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 117. 9 Hamzah B. Uno, Teori motivasi & Pengukurannya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara), h. 11.
13
Belajar sebagai suatu kegiatan dapat didefinisikan ciri-ciri kegiatannya sebagai berikut: a.
Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik actual maupun potensial.
b.
Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
c.
Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).10 Menurut Sumadi Suryabrata, belajar itu di definisikan dengan hal-
hal pokok sebagai berikut: a. Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, aktual maupun potensial) b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru. c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).11 Secara singkat dari berbagai pandangan mengenai definisi belajar yang ada, dapat dirangkumkan bahwa yang dimaksud dengan perubahan dalam konteks belajar itu dapat bersifat fungsional atau struktural, material dan behavioral, serta keseluruhan pribadi. Secara serba singkat dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Belajar merupakan perubahan fungsional. Pendapat ini dikemukakan oleh penganut paham teori daya yang lebih luas lagi termasuk ke dalam paham Nativisme. Dalam konteks ini, belajar berarti melatih daya (mengasah otak) agar ia tajam sehingga ia berguna, untuk menyayat atau memecah persoalan-persoalan ataupun dalam hidup ini.
2.
Belajar merupakan perkayaan materi pengetahuan (material dan atau perkayaan pola-pola sambutan (response) perilaku baru (behavior). Pendapat ini dikemukakan oleh para penganut paham Ilmu Jiwa
10
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h.56. 11 Sumadi Suryabrata, Psikologi pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010). h. 232.
14
Asosiasi yang lebih jauh lagi paham empirisme. Oleh karena itu, dalam konteks ini belajar dapat diartikan sebagai suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan dan pengalaman yang sebanyakbanyaknya dengan melalui hafalam (memorizing). 3.
Belajar
merupakan
perubahan
perilaku
dan
pribadi
secara
keseluruhan. Pendapat ini dikemukakan oleh para penganut Ilmu Jiwa Gestalt, yang lebih jauh lagi bersumber pada paham organismic psychology. Dalam konteks teori ini, belajar bukan hanya bersifat mekanis dalam kaitan stimulus response (S-R bond), melainkan perilaku organism sebagai totalitas yang bertujuan.12 Berdasarkan pengertian belajar di atas, penulis menyimpulkan belajar merupakan perubahan tingkah laku, sikap, kemampuan, dan keterampilan individu secara keseluruhan
yang diakibatkan oleh
pengalaman dan latihan.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni: a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa; b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa; c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.13 Sedangkan menurut Alisuf Sabri, faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor 12
Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Pendidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 159-160 13 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 129.
15
internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis, sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. a.
Faktor lingkungan Faktor lingkungan siswa dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor lingkungan alam (non sosial) dan faktor lingkungan sosial. Yang termasuk faktor lingkungan alam (non sosial) ialah seperti: keadaan suhu, kelembaban udara, waktu, letak gedung sekolah, dsb. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
b.
Faktor instrumental Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi pengajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
c.
Faktor internal siswa Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis.Faktor kondisi fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran fisik dan kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran. Adapun
faktor
psikologis
yang
akan
mempengaruhi
keberhasilan belajar siswa adalah faktor: minat, bakat, intelegensi, motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti: kemampuan persepsi, ingatan, berpikir, dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan appersepsi) yang dimiliki siswa.14
7. Pengembangan Disiplin dalam Belajar Mengajar Secara
etimologis
disiplin
berarti
to
learn
(belajar).Jadi
pengembangan konsep disiplin melalui belajar mengajar dimaksudkan
14
M. Alisuf Sabri, Op. Cit, h. 59-60
16
bahwa melalui belajar mengajar anak dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Dalam bukunya Pedagogy of apprised, Paule Preire mengungkapkan sikap pendidik dalam menciptakan komunikasi semu dan komunikasi kreatif. Komunikasi semu akan timbul atas dasar paksaan. Hal itu nampak dalam situasi mengajar sebagai berikut: a.
Guru mengajar siswa belajar
b.
Guru mengetahui segala-galanya dan siswa tidak mengetahui apa-apa
c.
Guru berpikir siswa yang dipikirkan
d.
Guru berbicara dan siswa mendengarkan dengan setia.
e.
Guru memilih dan memaksakan pilihannya siswa menurut serta menyesuaikan dirinya dengan pilihan guru
f.
Guru mendisiplinkan dan siswa didisiplinkan
g.
Guru berinteraksi dan murid menyangka telah berinteraksi bila dia meniru aksi guru
h.
Guru memilih isi program dan siswa yang tidak diminta pertimbangan menyesuaikan dirinya
i.
Guru
mencampuradukkan
otoritas
ilmu
pengetahuan
dengan
kebebasan siswa j.
Guru merupakan subyek dan si terdidik merupakan obyek Sebaliknya dijelaskan pula bahwa komunikasi yang kreatif dan
disiplin yang timbul dari komunikasi dialogis. Wujud komunikasi dialogis itu sebagai berikut: a.
Guru belajar dari siswa dan siswa belajar dari guru
b.
Guru menjadi partner atau rekan bagi siswa yang melibatkan diri serta merangsang daya kritis; kreatif serta selektivitas siswa. Ini yang disebut proses saling memanusiawikan.
c.
Manusia dapat mengembangkan dirinya dan kemampuannya untuk mengerti secara kritis mengenai dirinya sendiri dan dunianya.
17
Cara ini selalu menyimakkan rahasia realitas yang menentang manusia dan kemudian menuntut sesuatu terhadap tantangan tersebut. Respon tersebut membawa manusia dedikasi yang seutuhnya. Jadi dari uraian di atas dapat terlihat bahwa disiplin tidaklah sekedar tata aturan belaka, tetapi maknanya menyentuh hakekat kemanusiaan. Oleh karena itu konsep dasar bagi disiplin adalah mengungkap penyedaran diri sebagai pribadi yang utuh yang sadar akan hidup bersama itu harus ada normanya. Implikasi dari dasar penilaian ini maka semua tata tertib sebaiknya tidak diterima saja tetapi harus mengerti mengapa harus demikian.15 Pengembangan disiplin dalam belajar mengajar lebih menekankan pada kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh anak sehingga mereka dapat mengembangkan disiplin diri sendiri.
B. Bimbingan dan Konseling di Sekolah 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer dan Stone (1966:3) mengemukakan bahwa guidance berasal dari kata guide yang meempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer, artinya: menunjukkan mengarahkan, menentukan, mengatur, atau mengemudikan. (Victoria Neufeldt, Ed., 1988:599).16 Rochman Natawidjaja (1987:37) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan umumnya.17 15
Piet A. Sahertian, Op. Cit, h. 128-129. Anas Salahudin, Bimbingan & Konseling, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), h. 13. 17 Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.6. 16
18
Bimbingan adalah memberikan informasi dengan cara menyajikan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan, atau
memberitahukan
sesuatu
sambil
memberikan
nasihat,
atau
mengarahkan, menuntun ke suatu tujuan.18 Bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terusmenerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan, yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya. (Moh.Surya, 1988:12).19 Bimbingan sebagai proses layanan yang diberikan kepada individuindividu
guna
membantu
mereka
memperoleh
pengetahuan
dan
keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihanpilihan, rencana-rencana, dan interpretasi-interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik. (Smith, dalam McDaniel, 1959)20 Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu untuk menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya sehingga individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.21 Bertolak dari definisi bimbingan di atas, penulis menyimpulkan bimbingan adalah suatu bantuan yang diberikan konselor kepada klien dalam rangka membantu menyelesaikan masalah, membantu dalam memperoleh
pengetahuan
agar
lebih
terampil
demi
tercapainya
kesejahteraan hidup. Sedangkan kata “counseling” berasal dari kata “to counsel” yang artinya memberikan anjuran atau nasihat kepada seseorang secara bertatap muka (face to face).Jadi counseling berarti pemberian nasihat kepada seseorang (yang dibimbing tersebut) secara individual dengan secara face 18
Abu Bakar Baraja, Psikologi Konseling, (Jakarta: Studia Press, 2007), h. 11. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008). h.37. 20 Prayitno & Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008), h. 94. 21 Bimo Walgito, Bimbingan & Konseling, (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), h. 7. 19
19
to face.Counseling/Konseling ini dikenal sebagai suatu cara dalam memberikan bimbingan. Sedangkan istilah konseling yang diadopsi dari bahasa Inggris “counseling” di dalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan ( to take counsel), berdasarkan arti di atas, konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.22 Konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada individu untuk memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.23 Robinson (M. Surya dan Rochman N., 1986:25) mengartikan konseling adalah “semua bentuk hubungan antara dua orang, di mana yang seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.”24 Selanjutnya
Rochman
Natawidjaja
mendefinisikan
bahwa:
Konseling merupakan satu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua individu, di mana yang seorang (yaitu konselor) berusaha membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya
sendiri
dalam
hubungan
dengan
masalah-masalah
yang
dihadapinya pada waktu yang akan datang. (Rochman Natawidjaja, 1987:32).25 Berdasarkan pengertian konseling tersebut, dapat dipahami, bahwa konseling adalah usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap
22
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h. 21-22. 23 Bimo Walgito, Op. Cit, h. 8. 24 Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, Op. Cit, h.7. 25 Dewa Ketut Sukardi, Op.Cit. h.38.
20
berbagai persoalan atau masalah khusus. Dengan kata lain teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli/klien. Dari keseluruhan pemaparan pengertian konseling, penulis menyimpulkan, konseling adalah usaha membantu pemecahan masalah klien secara bertatap muka agar masalah yang dihadapi dapat terselesaikan. Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia sering menghadapi
persoalan-persoalan
yang
silih
berganti
dalam
kehidupannya.Persoalan yang satu dapat diatasi, timbul persoalan lain. Persoalan lain dapat diatasi timbul pula persoalan lain; demikian seterusnya.26 Bimbingan dan konseling dapat diartikan sebagai seperangkat program pelayanan bantuan yang dilakukan melalui kegiatan perorangan dan kelompok untuk membantu peserta didik melaksanakan kehidupan sehari-hari secara mandiri dan berkembang secara optimal, serta membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya.27 Dari pengertian bimbingan dan konseling yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat dinyatakan bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seseorang yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat. Dari keseluruhan pengertian bimbingan dan konseling, penulis menyimpulkan bimbingan konseling adalah suatu pemberian bantuan kepada individu secara terus menerus dan sisstematis dengan suatu penyelesaian masalah sesuai keadaan klien demi mencapai kesejahteraan. 26
Anas Salahudin, Op. Cit, h. 18. Aip Badrujaman, Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT.Indeks, 2011). h. 28. 27
21
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling Tujuan umum pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri karena bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Adapun tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang dijelaskan dalam UndangUndang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 dijelaskan bahwa : Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.28 Adapun tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya itu. Masalah-masalah inidividu bermacam ragam jenis, intensitas, dan sangkut-pautnya, serta masingmasing bersifat unik. Oleh karena itu tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk masing-masing individu bersifat unik pula. Tujuan bimbingan dan konseling untuk seorang individu berbeda dari (dan tidak boleh disamakan dengan) tujuan bimbingan dan konseling untuk individu lainnya.29 Tujuan khusus bimbingan dan konseling di sekolah, diuraikan H.M. Umar, dkk., (1998:20-21) sebagai berikut: a.
Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi, hasil belajar, serta kesempatan yang ada.
b.
Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan motif-motif dalam belajar, sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti.
28
Dirjend Pendidikan Dasar dan Menengah ,Undang-undang RI No 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: tnp, 2003). 29 Prayitno & Erman Amti, Op. Cit, h. 114.
22
c.
Memberikan dorongan di dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan,
dan
keterlibatan
diri
dalam
proses
pendidikan. d.
Membantu siswa-siswa untuk memperoleh kepuasan pribadi dalam penyesuaian diri secara maksimum terhadap masyarakat.
e.
Membantu siswa-siswa untuk hidup di dalam kehidupan yang seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental, dan sosial.30 Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan
kesempatan untuk: a. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugasnya, b.
Mengenal dan memahami potensi-potensi yang ada di lingkungannya,
c. Mengenal dan memahami tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, d. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri, e. Menggunakan
kemampuannya
untuk
kepentingan
dirinya,
kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat.31 Berdasarkan keseluruhan tujuan bimbingan dan konseling tersebut, penulis menyimpulkan tujuan bimbingan konseling adalah untuk membantu individu dalam membuat pilihan secara komprehensif di situasi-situasi tertentu demi perkembangan pribadi siswa.
3. Fungsi Bimbingan dan konseling Uman Suherman (2008) menyatakan bahwa dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah/madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik, yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau
30
Anas Salahudin, Op. Cit, h. 22-23. Anak Agung Ngurah Adhiputra, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013). h.13-14. 31
23
mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).32 Fungsi bimbingan dan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat atau manfaat, ataupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan dapat dikelompokkan menjadi lima fungsi pokok, yaitu: a.
Fungsi pemahaman Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik, pemahaman itu meliputi: 1.
Pemahaman tentang diri peserta didik, terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan Guru Pembimbing.
2.
Pemahaman tentang lingkungan peserta didik (termasuk di dalamnya lingkungan keluarga dan sekolah), terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan Guru Pembimbing.
3.
Pemahaman tentang lingkungan “yang lebih luas” (termasuk di dalamnya informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan, dan informasi sosial dan budaya/nilai-nilai), terutama oleh peserta didik.33
b.
Fungsi Pencegahan Bagi konselor profesional yang misi tugasnya dipenuhi dengan perjuangan untuk menyingkirkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi perkembangan individu, upaya pencegahan tidak sekadar merupakan ide yang bagus, tetapi adalah suatu keharusan yang bersifat etis (Horner & McElhaney, 1993). Oleh karena itu, pelaksanaan fungsi pencegahan bagi konselor merupakan bagian dari tugas kewajibannya yang amat penting.
32
Anas Salahudin, Op. Cit, h. 24. Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 2000), h. 25. 33
24
c.
Fungsi Pengentasan Fungsi pengentasan melalui layanan bimbingan dan konseling berdimensi luas. Pelaksanaannya tidak hanya melalui bentuk layanan konseling perorangan saja, tetapi dapat pula dengan menggunakan bentuk-bentuk layanan lainnya, seperti konseling kelompok, programprogram orientasi dan informasi serta program-program lainnya yang disusun secara khusus bagi klien. Untuk semuanya itu konselor dituntut menguasai dengan sebaik-baiknya teori dan praktek bimbingan dan konseling.
d.
Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat membantu para siswa dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang positif dijaga agar tetap baik dan mantap. Dengan demikian, siswa dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Fungsi-fungsi
tersebut
diwujudkan
melalui
penyelenggaraan berbagai jenis layanan bimbingan dan pendukung bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana terkandung
di
dalam
masing-masing
fungsi
bimbingan
dan
konseling.34 e.
Fungsi advokasi Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal. Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana yang terkandung di dalam masingmasing fungsi tersebut. Setiap layanan dan kegiatan bimbingan
34
Dewa Ketut Sukardi, Op. Cit, h.43.
25
konseling yang dilaksanakan harus secara langsung mengacu kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil yang hendak dicapainya jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.35 Berdasarkan keseluruhan fungsi bimbingan dan konseling penulis menyimpulkan fungsi bimbingan dan konseling adalah pemahaman tentang diri seorang klien, menyingkirkan segala hambatan yang dialami klien dalam mencapai kesejahteraan, mengentaskan permasalahan yang dialami klien dan mengembangkan minat dan bakat yang dimliki klien.
4. Asas-asas bimbingan dan konseling Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan professional. Sesuai dengan makna uraian tentang pemahaman, penanganan, dan penyikapan (yang meliputi unsur-unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan) konselor terhadap kasus, pekerjaan professional itu harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan efektivitas proses dan lain-lainnya. Dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling kaidah-kaidah tersebut dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu. Asas-asas
yang
dimaksudkan
adalah
asas
kerahasiaan,
kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, keahlian, ahli tangan dan tut wuri handayani (Prayitno, 1987). a.
Asas Kerahasiaan Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan bimbingan dan konseling, kadang-kadang klien harus menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi/ rahasia kepada konselor. Oleh karena itu konselor harus menjaga kerahasiaan data yang diperolehnya dari kliennya.
35
Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005). h.57-58.
26
Sebagaimana firman Allah swt. Bahwa memelihara amanah dan menepati janji nerupakan salah satu karakteristik orang beruntung. Sebagaimana firman Allah dalam surat al Mu’minun/23:8);
Artinya; … Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.36 b.
Asas Kesukarelaan Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari pihak si terbimbing atau klien, maupun dari pihak konselor. Klien diharapkan secara suka dan rela tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa, menyampaikan masalah yang dihadapinya, serta mengungkapkan segenap fakta, data, dan seluk beluk berkenaan dengan masalahnya itu kepada konselor, dan konselor juga hendaknya dapat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa, atau dengan kata lain konselor memberikan bantuan dengan ikhlas.37
c.
Asas keterbukaan Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini Guru Pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta
didik
(klien).
Keterbukaan
ini
amat
terkait
pada
terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi sasaran layanan/kegiatan. Agar peserta didik dapat terbuka, Guru Pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
36 37
Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005). h. 63 Prayitno & Erman Amti, Op. Cit, h. 114-120.
27
d.
Asas Kekinian Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (klien) dalam kondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampaupun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang dapat diperbuat sekarang.38
e.
Asas kemandirian Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah agar konselor berusaha menghidupkan kemandirian di dalam klien. Pada tahap awal proses konseling, biasanya klien menampakkan sikap yang lebih tergantung dibandingkan pada tahap akhir proses konseling. Sebenarnya sikap ketergantungan klien terhadap konselor ditentukan respon-respon yang diberikan oleh konselor terhadap kliennya. Oleh karena itu konselor dan klien harus berusaha untuk menumbuhkan sikap kemadirian itu di dalam diri klien dengan cara memberikan respon yang cermat. Sebagaimana firman Allah swt.
Artinya : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Ia
mendapat
pahala
(dari
kebajikan)
yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya….” (QS.Al Baqarah/2 :286).39 f.
Asas kegiatan Usaha layanan bimbingan dan konseling akan memberikan buah yang tidak berarti, bila individu yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan. Hasil-hasil usaha
38
Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT.Mandiriabadi, 2000), h.
39
Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005). h.64-65
31-32.
28
bimbingan tidak tercipta dengan sendirinya tetapi harus diraih oleh individu yang bersangkutan. Para pemberi layanan bimbingan dan konseling hendaknya menimbulkan suasana individu yang dibimbing itu mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud. g.
Asas kedinamisan Upaya
layanan
bimbingan
dan
konseling
menghendaki
terjadinya perubahan pada diri individu yang dibimbing yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan tidaklah sekadar mengulang-ulang hal-hal lama yang bersifat monoton, melainkan perubahan yang selalu menuju ke suatu pembaruan, sesuatu yang lebih maju.40 h.
Asas keterpaduan Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjalin keterpaduan berbagai aspek dari individu yang dibimbing. Untuk itu konselor perlu bekerja sama dengan orang-orang yang diharapkan dapat membantu penanggulangan masalah yang dihadapi klien. Dalam hal ini peranan guru, orang tua dan siswa-siswa yang lain sering kali sangat menentukan. Konselor harus pandai menjalin kerja sama yang saling mengerti dan saling membantu demi terbantunya klien yang mengalami masalah.41
i.
Asas kenormatifan Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma adat, norma hukum/ negara, norma ilmu, maupun kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Seluruh isi layanan harus sesuai dengan norma-norma yang ada. Demikian pula prosedur,
40
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008). h.49. 41 Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005). h.66.
29
teknik, dan peralatan yang dipakai tidak menyimpang dari normanorma yang dimaksudkan.42 j.
Asas keahlian Asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya merupakan tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing (konselor) harus terwujud, baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
k.
Asas alih tangan Asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan siswa (klien) dapat mengalihtangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor) dapat menerima alih tangan kasus dari orangtua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor), dapat mengalihtangankan kasus kepada pihak yang lebih kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.43
l.
Asas tutwuri handayani Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara konselor dan klien.Lebihlebih di lingkungan di sekolah, asas ini makin dirasakan keperluannya dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso”. Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien mengalami masalah dan menghadap konselor saja, namun di luar hubungan proses bantuan
42
Prayitno & Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), h. 114-120. 43 Anas Salahudin, bimbingan dan konseling, (Bandung: Pustaka setia, 2010). h. 42.
30
bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya pelayanan bimbingan dan konseling itu.44 Dari keseluruhan asas bimbingan konseling yang berjumlah 12 tersebut, penulis menyimpulkan pentingnya keseluruhan asas demi tercipta kemanan dan kenyamanan saat melakukan bimbingan dan konseling saat bersama konselor. Sehingga ada keterbukaan masalah dan adanya interaksi yang cukup baik antara klien dan konselor sehingga pemecahan masalah dapat lebih terselesaikan karena adanya hubungan yang lebih mendalam antara klien dan konselor.
5. Prinsip bimbingan dan konseling Dalam hal ini, yang dimaksud dengan prinsip-prinsip adalah halhal yang menjadi pegangan dalam proses bimbingan dan konseling. Seperti halnya dalam memberikan definisi mengenai bimbingan dan konseling, di dalamnya mengemukakan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pun masing-masing ahli mempunyai sudut pandang sendirisendiri terhadap titik berat permasalahannya. Sekedar sebagai bukti, akan dikemukakan pula beberapa pendapat dari para ahli mengenai masalah ini Adapun prinsip-prinsip yang menurut Bimo Walgito ajukan adalah sebagai berikut: 1.
Dasar bimbingan dan konseling di sekolah tidak dapat terlepas dari dasar pendidikan pada umumnya dan pendidikan di sekolah pada khususnya. Dasar dari pendidikan tidak dapat terlepas dari dasar negara tempat pendidikan itu dilaksanakan.
2.
Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah tidak dapat terlepas dari tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional di Indonesia tercantum dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1989 Bab II Pasal 4 yang berbunyi: “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
44
Prayitno & Erman Amti, Op. Cit, h. 114-120.
31
Maha Esa dan berbudi pekerti Luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Dengan demikian, tujuan bimbingan dan konseling di sekolah adalah membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional dan membantu individu untuk mencapai kesejahteraan. 3.
Fungsi bimbingan dan konseling dalam proses pendidikan dan pengajaran ialah membantu pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu, segala langkah bimbingan dan konseling harus sejalan dengan langkah-langkah yang diambil, serta harus sesuai dengan tujuan pendidikan. Dengan adanya bimbingan dan konseling itu, pendidikan akan berlangsung lebih lancar karena mendapatkan dukungan dari bimbingan dan konseling.
4.
Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua individu, baik anak-anak maupun orang dewasa. Jadi, bimbingan dan konseling tidak terbatas pada umur tertentu.
5.
Bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan dengan bermacammacam sifat, yaitu secara: a. Preventif, yaitu bimbingan dan konseling diberikan dengan tujuan untuk mencegah jangan sampai timbul kesulitan-kesulitan yang menimpa diri anak atau individu. b. Korektif, yaitu memecahkan atau mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh anak atau individu c. Preservatif, yaitu memelihara atau mempertahankan yang telah baik, jangan sampai mejadi keadaan-keadaan yang tidak baik.
6.
Bimbingan dan konseling merupakan proses yang kontinu. Bimbingan dan konseling harus diberikan secara kontinu dan diberikan oleh orang-orang yang mempunyai kewenangan dalam hal tersebut. Dengan demikian, tidak semua orang boleh memberikan bimbingan dan konseling.
32
7.
Sehubungan dengan hal itu, para guru perlu mempunyai pengetahuan mengenai bimbingan dan konseling karena mereka selalu berhadapan langsung dengan murid yang mungkin perlu mendapatkan bimbingan dan konseling. Kalau keadaan memungkinkan, ada baiknya persoalan yang dihadapi murid di selesaikan oleh guru sendiri, tetapi kalau tidak mungkin maka dapat diserahkan kepada pembimbing.
8.
Individu yang dihadapi tidak hanya mempunyai kesamaan-kesamaan, tapi juga mempunyai perbedaan-perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang terdapat pada masing-masing individu harus diperhatikan dalam memberikan bimbingan dan konseling.
9.
Tiap-tiap aspek dari individu merupakan faktor penting yang menentukan sikap ataupun tingkah laku. Oleh karena itu, pelaksanaan bimbingan dan konseling harus benar-benar memerhatikan segala aspek dari individu yang dihadapi.
10. Anak atau individu yang dihadapi adalah individu yang hidup dalam masyarakat. Oleh karena itu, tidak boleh memandang individu terlepas dari masyarakatnya, tetapi harus melihat individu beserta latar belakang sosial, budaya, dan sebagainya. 11. Anak atau individu yang dihadapi merupakan makhluk yang hidup berkembang dan bersifat dinamis. Oleh karena itu, harus diperhatikan segi dinamikanya. Segi dinamika inilah yang memungkinkan pemberian bimbingan dan konseling. 12. Dalam memberikan bimbingan dan konseling, haruslah selalu diadakan evaluasi. Dengan evaluasi, akan dapat diketahui tepattidaknya bimbingan dan konseling yang tekah diberikan. 13. Sehubungan dengan butir 10, pembimbing harus selalu mengikuti perkembangan situasi masyarakat dalam arti yang luas, yaitu perkembangan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya. 14. Dalam memberikan bimbingan dan konseling, pembimbing harus selalu ingat untuk menuju kepada kesanggupan individu agar dapat membimbing diri sendiri.
33
15. Karena pembimbing berhubungan secara langsung dengan masalahmasalah pribadi seseorang maka pembimbing harus dapat memegang teguh kode etik bimbingan dan konseling.45 Dari keseluruhan prinsip yang telah dipaparkan, penulis dapat mengambil kesimpulan prinsip dalam bimbingan konseling adalah aspekaspek yang harus dipegang teguh oleh konselor demi perkembangan anak atau individu agar segala langkah-langkah bimbingan dan konseling sejalan dengan tujuan pendidikan nasional.
C. Kontribusi Layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling 1. Layanan Bimbingan dan Konseling Suatu kegiatan bimbingan dan konseling disebut layanan apabila kegiatan tersebut dilakukan melalui kontak langsung dengan sasaran layanan (klien), dan secara langsung berkenaan dengan permasalahan ataupun kepentingan tertentu yang dirasakan oleh sasaran layanan itu. Kegiatan yang merupakan layanan itu mengemban fungsi tertentu dan pemenuhan
fungsi
tersebut
serta
dampak
positif
layanan
yang
dimaksudkan diharapkan dapat secara langsung dirasakan oleh sasaran (klien) yang mendapatkan layanan tersebut.46 a.
Layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap peserta didik (terutama orang tua) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru ini.47
45
Bimo Walgito, Bimbingan & Konseling, (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), h. 30-36. Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 2000), h.35. 47 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008). h.60. 46
34
b.
Layanan informasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien)
c.
Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh penempatan
dan
penempatan/penyaluran
penyaluran di
dalam
yang kelas,
tepat
(misalnya
kelompok
belajar,
jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstrakurikuler) sesuai dengan potensi, bakat dan minat, serta kondisi pribadinya. d.
Layanan bimbingan belajar (pembelajaran), yaitu layanan bimbingan dan
konseling
yang
memungkinkan
peserta
didik
(klien)
mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.48 e.
Layanan konseling perorangan, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan Guru Pembimbing
dalam
rangka
pembahasan
dan
pengentasan
permasalahan pribadi yang dideritanya. f.
Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama Guru Pembimbing) dan/atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-haru dan/atau untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun
48
Ibid, h.62.
35
sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan/atau tindakan tertentu. g.
Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Berdasarkan pada fungsi dan prinsip bimbingan, maka kerangka
kerja layanan bimbingan dan konseling itu dikembangkan dalam suatu program bimbingan dan konseling yang dijabarkan dalam empat kegiatan utama yaitu: pertama, layanan dasar bimbingan, kedua, layanan responsif, ketiga, layanan perencanaan individual, dan keempat, dukungan sistem. a. Layanan dasar bimbingan, untuk membantu seluruh peserta didik mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan hidupnya yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan peserta didik. b. Layanan responsif, untuk membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh peserta didik saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif. c. Layanan perencanaan individual, bertujuan untuk membantu seluruh peserta didik membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karir, dan sosial pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini untuk membantu peserta didik memantau dan memahami pertumbuhan
dan
perkembangannya
sendiri,
kemudian
merencanakan dan mengimplementasikan rencana-rencananya itu atas dasar hasil pemantauan dan pemahamannya itu. d. Dukungan
sistem,
yaitu
kegiatan-kegiatan
manajemen
yang
bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan profesional, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru,
36
staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian, dan pengembangan.49 Dalam konteks pelayanan BK, manajemen pelayanan BK dapat berarti proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan aktivitas-aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling dan penggunaan sumber daya-sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen pelayanan BK juga bisa berarti bekerja dengan orangorang untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan pelayanan bimbingan dan konseling dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading),dan pengawasan
(controlling).Pelayanan
bimbingan
dan
konseling
meniscayakan manajemen agar tercapai efesiensi dan efektivitas serta tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.50
2. Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling Selain kegiatan layanan tersebut di atas, dalam bimbingan dan konseling dapat dilakukan sejumlah kegiatan lain, yang disebut kegiatan pendukung. Kegiatan pendukung pada umumnya tidak ditujukan secara langsung untuk memecahkan atau mengentaskan masalah klien, melainkan untuk memungkinkan diperolehnya data dan keterangan lain serta kemudahan-kemudahan atau komitmen yang akan membantu kelancaran dan keberhasilan kegiatan layanan terhadap peserta didik (klien). Kegiatan pendukung ini pada umumnya dilaksanakan tanpa kontak langsung dengan sasaran layanan. Di sekolah sejumlah kegiatan pendukung yang pokok adalah sebagai berikut.
49
Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP, (Jakarta: PT. Grasindo, 2005). h. 18-19. 50 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h.272-273.
37
a.
Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik (klien), keterangan tentang lingkungan peserta didik dan “lingkungan yang lebih luas”. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumentasi, baik tes maupun non-tes.
b.
Penyelenggaraan himpunan data Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik (klien). Himpunan data perlu diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu, dam sifatnya tertutup.
c.
Konferensi kasus Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien) dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan tersebut.
d.
Kunjungan rumah Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik (klien) melalui kunjungan ke rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang penuh dari orang tua dan anggota keluarga lainnya.
e.
Alih tangan kasus Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik (klien) dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. 51
51
Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling pada Sekolah Menengah Kejuruan, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 2000), h. 35-39.
38
D. Penelitian yang relevan Di bawah ini akan disajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain: Hasil penelitian yang dilakukan oleh Syafrina Dariza dalam skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2011), dengan judul “Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Meningkatkan Disiplin Siswa di SMP AL-Ghazali Bogor” yang bertujuan untuk meneliti peran guru bimbingan dan konseling sebagai pembimbing, teladan, pengendali, dan pengawas menunjukkan bahwa kategori guru bimbingan dan konseling di sekolah tersebut cukup baik dalam meningkatkan disiplin siswa dengan hasil 11% siswa yang melakukan pelanggaran dan 89% siswa tidak melakukan pelanggaran. Hal tersebut menunjukan peran guru BK di sekolah sudah cukup baik meskipun kurangnya pelatihan dalam rangka meningkatkan kualitas guru BK itu sendiri. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Rusmah Rusnawati dalam skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2014), dengan judul “Peran Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Meningkatkan Disiplin siswa di Mts Darul Ma’arif Cipete Jakarta Selatan” yang bertujuan untuk meneliti peran guru bimbingan dan konseling dalam aspek pembimbing, teladan, pengendali, dan pengawas menunjukkan secara keseluruhan berada pada taraf “cukup baik” meskipun belum optimalnya kegiatan disiplin yang dilakukan oleh guru dikarenakan minimnya jumlah guru BK di sekolah. Penelitian ini memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dengan penelitian diatas. Persamaannya yakni sama-sama meneliti bimbingan dan konseling dan disiplin siswa. Namun ada beberapa perbedaan diantaranya: 1. Penelitian
terdahulu
meneliti
semua
aspek
peran
guru
sebagai
pembimbing, teladan, pengendali dan pengawas, sedangkan penelitian ini berfokus pada aspek layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual dan dukungan sistem di SMKN 59 Jakarta. 2. Penelitian terdahulu melakukan penelitian peran guru bimbingan dan konseling dan disiplin siswa, berbeda dengan penelitian ini meneliti dari
39
segi kontribusi layanan bimbingan dan konseling terutama dalam membina disiplin belajar siswanya.
E. Kerangka Berpikir Tugas guru BK yaitu membantu proses pengenalan diri oleh peserta didik beserta peluang dan tantangan yang ditemukannya dalam lingkungan, sehingga peserta didik mandiri dalam mengambil keputusan penting perjalanan hidupnya dalam rangka mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan bahagia, serta peduli kepada kemaslahatan umum, melalui pendidikan. Untuk mewujudkan peserta didik yang dapat mandiri dan dapat mencapai tugas perkembangan belajarnya dengan baik maka layanan bimbingan dan konseling diperlukan di sekolah. Siswa itu sendiri merupakan individu yang harus dibimbing menuju arah kedewasaan agar dapat berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan oleh lingkungannya. Namun dalam realitanya siswa banyak berperilaku melanggar aturan dan tata tertib, sehingga perkembangannya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, seperti kurang disiplin siswa pada saat belajar, sering keluar kelas tanpa ijin, mengobrol saat jam pelajaran, dll. Layanan BK dalam hal ini mengambil peran penting untung membuat siswa lebih disiplin dengan layanan orientasi guru BK bisa menjelaskan peraturan sekolah dan tata tertib yang berlaku di sekolah, dengan layanan responsif yaitu dengan membantu memenuhi kebutuhan peserta
didik
berupa
kegiatan
bimbingan
dan
konseling
dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan belajar, kemudian layanan perencanaan individual yang membantu seluruh peserta didik untuk membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana belajarnya, serta dukungan sistem untuk meningkatkan layanan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan disiplin siswa terutama dalam hal belajar.
40
Dalam melakukan layanan bimbingan dan konseling dibutuhkan koordinasi dan kerjasama seluruh pihak. Dalam menyelesaikan masalah siswa, seringkali orangtua bersikap kurang peduli terhadap masalah anaknya, padahal untuk penyelesaian masalah tersebut perlu bantuan dari pihak orangtua terlebih orangtua lebih mengetahui sikap dan perilaku anaknya dirumah. Sekolah telah mengupayakan pertemuan dengan orangtua murid untuk penyelesaian masalah dan dengan mengadakan pertemuan rutin kepada seluruh orangtua untuk menyelesaikan masalah-masalah siswa di sekolah. Jumlah guru BK yang hanya terdiri dari satu orang melayani 392 siswa di sekolah dirasa sangat kurang efektif, seharusnya satu guru BK melayani 150 siswa. Ketidaksesuaian jumlah guru BK dengan jumlah siswa dan kurangnya koordinasi dengan orangtua merupakan faktor penentu proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu guru pembimbing di dalam menjalankan tugasnya harus bisa berperan sebagai fasilitator yang dapat membangun semangat belajar siswa, mengidentifikasi kesulitan belajar siswa, memberikan layanan konseling akademik, bekerjasama dengan seluruh pihak sekolah dan orang yang berkompeten dalam menyelesaikan masalah anak didik. Oleh karena itu, untuk meminimalisir permasalahan dan mencapai tujuan yang diharapkan oleh sekolah, maka SMKN 59 Jakarta merencanakan beberapa strategi berupa strategi bimbingan individual, kelompok, klasikal dengan menggunakan instrument dan media yang relevan serta menggunakan empat jenis layanan yaitu layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual, dan dukungan sistem.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di SMKN 59 Jakarta, yang terletak di JL. Peninggaran Barat I, Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan. Adapun waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Agustus s/d November 2014.
Tabel 3.1 Waktu Penelitian No
Tanggal
Kegiatan
Sumber Data
1.
5 Agustus 2014
Izin Penelitian
Kepala
Sekolah,
Kepala
Tata Usaha. 2.
1 September 2014
pengumpulan
Guru BK
dokumen 3.
8 – 22 Oktober 2014
Persiapan instrumen
dan
revisi instrumen 4.
12 November 2014
Penyebaran angket
Siswa
5.
24 - 28 November Wawancara
Kepala Sekolah, Guru BK,
2014
Wakil
Kepala
bidang
Kesiswaan,
Piket dan Wali kelas 6.
1 Desember 2014
Analisis data dan penulisan laporan
41
Sekolah Guru
42
B. Metode Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
metode
deskriptif
kualitatif
yang
menggambarkan objek penelitian secara verbal melalui data yang telah terkumpul dan juga penyebaran angket kepada responden. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Teknik Wawancara Teknik ini digunakan untuk mewawancarai kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru BK, guru piket, dan wali kelas untuk menanyakan perihal kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa di SMKN 59 Jakarta. 2. Teknik Angket Teknik ini diberlakukan dengan tujuan untuk memperoleh data perwakilan dari seluruh jumlah murid di SMKN 59 Jakarta yang diambil sebagai sample yaitu 32 orang siswakelas XI jurusan multimedia dan pemasaran tentang kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa di SMKN 59 Jakarta.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang merupakan perhatian peneliti. Obyek penelitian dapat berupa makhluk hidup, benda-benda, sistem dan prosedur, fenomena, dan lain-lain. Adapun populasi yang dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMKN 59 Jakarta yang berjumlah 129 siswa. Siswa kelas XI sudah mengalami kestabilan dalam belajar, kelas XII sedang menghadapi persiapan
43
Ujian Nasional, sedangkan kelas X belum memiliki catatan kasus yang terlalu banyak. 2. Sampel Sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Dalam pengambilan sampel ini penulis menggunakan pengambilan sampel dengan cara random sampling yaitu dengan pengambilan sampel secara acak siswa kelas XI SMKN 59 Jakarta untuk mengambil kesimpulan terhadap hasil penelitian yang dilakukan. Dari keseluruhan siswa kelas XI yang berjumlah 129 siswa/i, yang dijadikan responden hanya 25%. Jadi, besar anggota sampel yang peneliti ambil yaitu: 25 x 129 = 32 orang 100
D. Instrumen Penelitian Tabel. 3.2 Kisi-Kisi Angket Penelitian Siswa Variabel 1. Bimbingan dan
Dimensi
Indikator
Butir Soal
a. Pelayanan
bimbingan kelas
1
Dasar
Layanan orientasi
2, 3
Layanan Informasi
4, 5, 6,
Konseling
Jumlah
7
7 b. Pelayanan responsif
Layanan
konseling 8, 9, 10, 11 perorangan Layanan bimbingan 12 kelompok
7
44
Layanan
konseling 13, 14
kelompok c. Layanan
Layanan
perencanaan
penempatan/penyalur
individual
an
15 3
Layanan penguasaan 16, 17 konten Aplikasi d. Dukungan sistem 2. Disiplin Belajar
a. Peraturan sekolah
18
instrumentasi
2
kerjasama/kolaborasi
19 Patuh pada peraturan 20, 21,
5
22, 23,
sekolah.
Siswa
24 Teratur dalam kelas
25, 26
2
Harus tiba pada waktu 27, 28
2
yang telah ditetapkan b. Proses pembelajaran
Melaksanakan yaitu belajar
tugas 29, 30, 31, 32,
6
33, 34 Mengerjakan pekerjaan rumah
35, 36,
3
37
Tidak membuat onar 38, 39, 40 dikelas
3
45
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Kepala SMK Negeri 59 Jakarta Fokus
Sub Fokus
Kontribusi Layanan
1. Kriteria guru BK di sekolah
Bimbingan dan Konseling
2. Fasilitas program layanan bimbingan
dalam Membina Disiplin Belajar Siswa di SMKN 59 Jakarta
dan konseling untuk siswa 3. Fasilitas
pendukung
program
bimbingan dan konseling 4. Pihak yang terlibat dalam membina disiplin 5. Anggaran
operasional
dalam
mengembangkan program bimbingan dan konseling 6. Hubungan kerjasama BK dengan pihak luar sekolah 7. Pengawasan terhadap kegiatan BK 8. Evaluasi
terhadap
program
kerja
bimbingan dan konseling
Tabel 3.4 Pedoman Wawancara Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan Fokus Kontribusi Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Membina Disiplin Belajar Siswa di SMKN 59
Sub Fokus 1. Kendala tidak disiplin siswa selama belajar 2. Penanganan kasus siswa yang kurang disiplin
46
Jakarta
3. Keterlibatan orangtua dalam kasus pelanggaran disiplin 4. Kendala dalam membina siswa agar lebih disiplin dalam belajar 5. Upaya preventif yang dilakukan agar siswa lebih disiplin dalam belajar 6. Penanganan siswa yang melakukan pelanggaran 7. Latar belakang pelanggaran oleh siswa 8. Pihak
yang
bekerjasama
dalam
membina disiplin 9. Evaluasi
dan
pengawasan
yang
dilakukan dalam membina disiplin
Tabel 3.5 Pedoman Wawancara Guru BP/BK Fokus Kontribusi Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Membina Disiplin Belajar Siswa di SMKN 59 Jakarta
Sub Fokus 1. Pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah 2. Konsultasi dengan kunjungan siswa ke ruang BK 3. Kendala
dalam
melaksanakan
pelayanan 4. Pendataan masalah siswa dengan buku penghubung 5. Upaya
kerjasama
mengembangkan kualitas layanan
dalam
47
6. Pelayanan bimbingan dan konseling di SMKN 59 7. Kriteria guru BK dengan latar belakang pendidikannya 8. Peran BK dalam membentuk disiplin 9. Kesesuaian guru BK dengan banyaknya siswa di sekolah 10. Pihak
yang
bekerjasama
dalam
mengembangkan kualitas layanan 11. Kendala dalam membina disiplin siswa 12. Peran
warga
sekolah
dalam
meningkatkan disiplin 13. Kerjasama guru mata pelajaran dengan guru BK terkait masalah disiplin belajar 14. Fasilitas
pendukung
dalam
meningkatkan disiplin 15. Standar pelaksanaan layanan BK 16. Sarana dan Prasarana pendukung dalam melayani kebutuhan siswa 17. Evaluasi guru BK dalam melayani kebutuhan siswa 18. Kunjungan rumah dalam penyelesaian kasus pelanggaran 19. Masalah belajar yang dialami siswa 20. Faktor yang melatarbelakangi kurang disiplin siswa 21. Upaya
preventif
sekolah
terhadap
48
pelanggaran 22. Upaya mengatasi pelanggaran disiplin 23. Tindak lanjut terhadap pelanggaran disiplin 24. Konseling kelompok di sekolah
Tabel 3.6 Pedoman Wawancara Guru Piket Fokus Kontribusi Layanan Bimbingan dan Konseling
Sub Fokus 1. Bentuk ketidakdisiplinan siswa saat jam belajar
dalam Membina Disiplin
2. Poin pelanggaran yang ada di sekolah
Belajar Siswa di SMKN 59
3. Kerjasama guru piket dengan guru BK di sekolah 4. Kendala dalam melaksanakan piket di sekolah 5. Mengatasi siswa yang tidak disiplin selama belajar 6. Upaya antisipasi selama jam pelajaran berlangsung 7. Tindak
lanjut
melanggar
bagi
siswa
yang
49
Tabel 3.7 Pedoman Wawancara Wali Kelas Fokus
Sub Fokus
Kontribusi Layanan
1. Pelanggaran siswa saat jam belajar
Bimbingan dan Konseling
2. Hal
dalam Membina Disiplin Belajar Siswa di SMKN 59
yang
melatarbelakangi
ketidakdisiplinan siswa 3. Upaya mengatasi siswa yang kurang disiplin 4. Kegiatan yang dilakukan agar siswa lebih disiplin 5. Kerjasama wali kelas dengan guru BK dalam mengatasi permasalahan siswa 6. Kendala wali kelas dan guru BK dalam mengatasi permasalahan siswa 7. Tindak lanjut apabila pelanggaran telah terjadi
Tabel. 3.8 Pedoman Wawancara Staf Kesiswaan Variabel 3. Pendidikan
Dimensi e. Religius
Karakter dalam
Butir
Indikator
Soal
Sikap dan perilaku yang patuh dalam
1
melaksanakan ajaran agama f. Jujur
Upaya agar selalu dapat dipercaya
membentuk
dalam
disiplin
pekerjaan.
perkataan,
tindakan
dan
2
50
g. Toleransi
Sikap dan tindakan dalam menghargai
3
perbedaan Perilaku tertib dan patuh pada berbagai
h. Disiplin
4
ketentuan dan peraturan. i. Kerja keras
Upaya
sungguh-sungguh
dalam
5
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas. Menghasilkan cara atau hasil baru dari
j. Kreatif
sesuatu yang telah dimiliki 7
Tidak bergantung pada orang lain
k. Mandiri l. Demokratis
Menilai sama hak dan kewajiban 8
dirinya dengan orang lain m. Rasa
6
ingin
Sikap
dan
berupaya
tahu
tindakan
yang
selalu
untuk
mengetahui
lebih
berpikir,
bertindak,
dan
9
mendalam n. Semangat kebangsaan o. Cinta
tanah
Cara
10
berwawasan kebangsaan Sikap kepedulian terhadap bangsa
11
air p. Menghargai prestasi q. Bersahabat
Mendorong diri untuk menghasilkan hal yang berguna
12
Upaya bekerja sama dengan orang lain 13
/komunikatif r. Cinta damai Sikap agar orang lain merasa senang s. Gemar membaca
dengan dirinya Menyediakan waktu untuk membaca
14
15
51
Upaya mencegah dan memperbaiki
t. Peduli lingkungan u. Peduli sosial
16
kerusakan alam Memberi bantuan kepada orang lain
17
yang membutuhkan v. Tanggung jawab
Melaksanakan tugas dan kewajiban yang seharusnya dia lakukan
w. Berani
Menghadapi masalah yang ada
x. Kritis
Menyikapi
hal
sebagai
19 bentuk
perbaikan
E. Teknik Pengolahan Data Setelah data terkumpul, maka selanjutnya data tersebut akan diolah dengan menggunakan teknik pengolahan data sebagai berikut: 1. Editing, yaitu memeriksa data yang telah diisi oleh responden dengan tujuan untuk validitas jawaban responden. 2. Skoring, yaitu memberikan skor terhadap butir-butir pertanyaan untuk mempermudah pengolahan data dalam menentukan scoring hasil penelitian. Pada kuesioner, peneliti menggunakan skala Likert dimana responden sudah diberikan alternative jawaban yaitu: SL : Selalu
=4
SR : Sering
=3
KD : Kadang-kadang = 2 TP : TidakPernah
18
=1
3. Tabulating, membuat tabel-tabel untuk memasukan jawaban responden kemudian dicari prosentase untuk dianalisa dan melakukan interpretasi data.
20
52
F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan agar data yang telah terkumpul dapat dianalisa dan ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis deskriptif untuk memaparkan hasil yang diperoleh. Langkah pertama adalah membuat table frekuensi dan kemudian dilengkapi dengan prosentase. Dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut:
P = F X 100% N Keterangan: P
: Angka prosentase
F
: Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya
N
: Number of case (responden)1
Setelah didapat hasil prosentase dari kuesioner yang disebarkan kepada siswa, maka yang perlu dibahas selanjutnya adalah nilai mean atau nilai rata-rata. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran (kondisi) masing-masing aspek yang diteliti berdasarkan jawaban responden. Untuk menentukan prosentase, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut: P = NS X 100% NH Keterangan : P
: Prosentase
NS
: Nilai Skor, dapat diketahui dengan membagi skor dengan jumlah responden.
NH : Nilai Harapan, dapat diketahui dengan mengalikan jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi.
1
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2003), h. 43
53
Untuk memberikan penilaian terhadap hasil nilai rata-rata dilakukan dengan memberikan angka yang kemudian dikonversikan nilai huruf yang diberi nilai bobot sesuai dengan pedoman interpretasi yang dilakukan Suharsimi Arikunto dengan kategori sebagai berikut: 1.
Sangat Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 81%-100%
2.
Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 61%-80%
3.
Cukup, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 41-60%
4.
Kurang, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 21-40%
5.
Kurang sekali, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 0-20%.2
2
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), h.44.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat SMK Negeri 59 Jakarta SMK Negeri 59 Jakarta didirikan tahun 2005, sebelumnya gedung SMK Negeri 59 ditempatkan di SMK Negeri 18. Kemudian setelah 2 tahun gedung SMK Negeri 59 dibangun di Jl. Peninggaran Barat no.1 Tanah Kusir Kebayoran Lama. Pada tanggal 29 Januari telah menempati gedung baru 4 lantai yang diresmikan Gubernur DKI Jakarta dengan SK Gubernur No. 1328 Tahun 2007 tanggal 10 September.
2. Identitas Sekolah Nama Sekolah : SMK Negeri 59 Jakarta Status
: Negeri
Akreditasi
:B
Alamat
: Jl. Peninggaran Barat I Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan
Kode pos
: 12240
Telepon
: 021 – 7292899
Fax
: 021 – 7292889
Email
:
[email protected]
Tanggal NSS : 18 Juli 2005
3. Visi dan Misi SMKNegeri 59 Jakarta a.
Visi Menjadi SMK unggul pembentuk SDM berkualitas, berteknologi, dan berakhlak mulia.
54
55
b.
Misi 1. Meningkatkan dan membudayakan pembelajaran akhlak mulia pada warga sekolah. 2. Meningkatkan penyelenggaraan diklat berkualitas. 3. Melaksanakan pembelajaran berbasis teknologi informasi. 4. Bekerja sama dengan DU/DI untuk meningkatkan kualitas kompetensi siswa dan keterserapan tamatan.
4. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa SMKNegeri 59 Jakarta a.
Data Guru dan Karyawan
Tabel 4.1 Data Guru SMK Negeri 59 Jakarta Tahun 2014 No.
Nama
L/P
Status Kepeg.
Tugas Mengajar
1 2 3 4 5
Drs. H. Ramli, M.Pd. Drs. Sukarno, M.M. Dr. H. Sumiyar, M.Pd. Unwanah, S.Pd. Supriyono, S.Pd., M.M.
L L L P L
PNS PNS PNS PNS PNS
Matematika Bahasa Indonesia Matematika Bahasa Indonesia IPS Terpadu
6
Wiwik Wijayanti, S.Pd.
P
PNS
Bahasa Inggris
7
Widya Milza, S.Pd.
L
PNS
Matematika
8 9
Megayarni Mukhtar, S.Pd. Elizar Kamal, S.Pd.
P P
PNS PNS
Produktif Pemasaran Bahasa Inggris
10
Winardi, S.Pd.
L
PNS
Penjaskes
11 12 13 14
Sudik Prayitno, S.Pd. Mulyakin, S.Kom. Drs. Mukhsin Sri Giyanti, S.Pd.
L L L P
PNS Honorer Honorer Honorer
BP / BK KKPI Penjaskes Fisika
15
Pambudi Nugroho, S.Kom
L
Honorer
Produktif Multimedia
16
Idha Nurhayati, S.Pd.
P
Honorer
Matematika
P
Honorer
Pend. Agama Kristen
L
Honorer
Pend. Agama Islam
17 18
Agustina D. Obadiri, S.PAK. Abdul Hadi, S.Ag.
Jabatan Tambahan Sebagai Kepala Sekolah Waka. Kesiswaan Waka. Kurikulum Kepala Perpustakaan Waka. Humas/DUDI Pembina OSIS (Staf Kesiswaan) & Wali Kelas Ka. Prog. Multimedia Ka. Prog. Pemasaran Waka. Sarpras Staf Kesiswaan & Wali Kelas
Wali Kelas Staf Kurikulum / Kepala IT Pembina 9K & Wali Kelas
Wali Kelas
56
19
Tomi Sukito, S.E.
L
Honorer
Produktif Pemasaran
20
Nisban Prayoga, S.Kom.
L
Honorer
Produktif Multimedia
21
Nugroho, A.Md.Par., S.Pd.
L
Honorer
Bahasa Inggris
22
Tien Martina, S.Pd.
P
Honorer
Bahasa Inggris
23
Firman Firdaus, S.Sos.I.
L
Honorer
Pend. Agama Islam
24 25 26
Marwati, S.Pd. Romlah Muslimah, S.Pd. Wawang Wangsih, S.Pd.
P P P
Honorer Honorer Honorer
PKn S. Produktif Pemasaran Seni Budaya
27
Rusdy Khalid, S.Kom.
L
Honorer
KKPI
Kepala Laboratorium Pemasaran & Wali Kelas Kepala Laboratorium Multimedia & Wali Kelas Kepala Laboratorium Bahasa Inggris & Wali Kelas Staf Kesiswaan & Wali Kelas Wali Kelas Wali Kelas Staf Sarpras & Wali Kelas
Tabel 4.2 Data Karyawan SMK Negeri 59 Jakarta Tahun 2014 No.
Nama
L/P
Status Kepeg
Ijazah Tingkat
Jurusan
Jabatan
1
H. Daryatno, S.E.
L
PNS
S1
Manajemen
Kasubag TU
2
Achmad
L
PNS
SMA
IPS
Bendaharawan
3
Shinta Ellisa, S.Sos.
P
Honorer
S1
Jurnalistik
Kepegawaian
4
Tantri Rasmayanti, S.E.
P
Honorer
S1
Ekonomi Mnj.
Persuratan
5
Fijiati Ningsih
P
Honorer
SMK
Sekretaris
Inventaris
6
Dwi Kurnia Rizki
P
Honorer
SMK
Akuntansi
Kesiswaan
7
Alina Usniyansyah
P
Honorer
SMK
Administrasi Perkantoran
Perpustakaan
8
Widodo
L
Honorer
SLTP
-
Caraka
9
Pepen
L
Honorer
MTs
-
Caraka
10
Hanafi
L
Honorer
SLTP
-
Satpam
11
Kusnan
L
Honorer
STM
Bangunan
Satpam
57
b. Data Siswa Dari data yang diperoleh, jumlah siswa di SMKN 59 Jakarta tahun ajaran 2014/2015 berjumlah 392 orang. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Data Siswa SMK Negeri 59 Jakarta Tahun Ajaran 2014/2015
KELAS
L
JULI JML P
OKTOBER
AGUSTUS JML L P
SEPTEMBER JML L P
L
P
JML
X MM 1
20
12
32
20
12
32
20
12
32
20
12
32
X MM 2
21
11
32
21
11
32
21
11
32
21
11
32
X PM 1
17
18
35
17
18
35
17
18
35
17
18
35
X PM 2
18
17
35
18
17
35
18
17
35
18
17
35
JML
76
58
134
76
58
134
76
58
134
76
58
134
XI MM 1
21
10
31
21
10
31
21
10
31
21
10
31
XI MM 2
21
11
32
21
11
32
21
11
32
21
11
32
XI PM 1
15
16
31
15
16
31
15
16
31
15
16
31
XI PM 2
19
16
35
19
16
35
19
16
35
19
16
35
JML
76
53
129
76
53
129
76
53
129
76
53
129
XII MM 1
26
10
36
26
10
35
26
10
36
26
10
36
XII MM 2
23
7
30
23
7
30
23
7
30
23
7
30
XII PM 1
11
21
32
11
21
32
11
21
32
11
21
32
XII PM 2
12
9
31
12
9
31
12
9
31
12
9
31
JML JML SELURUH
82
47
129
82
47
129
82
47
129
82
47
129
234
158
392
234
158
392
234
158
392
234
158
392
5. Stuktur dan Mekanisme Kerja Bimbingan dan Konseling Berikut ini merupakan struktur dan mekanisme kerja bimbingan dan konseling yang ada di SMKN 59 Jakarta, yaitu sebagai berikut:
58
1.
Struktur Organisasi SMK Negeri 59 Jakarta
STRUKTUR ORGANISASI SMK NEGERI 59 JAKARTA KEPALA SEKOLAH Drs.H. Ramli, M. Pd. KASUBAG TU H. Daryatno, S.E. HANAPI/KUSNAN Kepeg. Inventaris Shinta Ellisa, Fijiati Ningsih S.Sos
Juru Bayar Achmad
Persuratan Tantri Rasmayanti, S.E
Waka Sarpras Elizar Kamal , S.Pd.
Pembina 9K &UP Idha Nurhayati, S.Pd.
Waka Humas/Dudi Drs. Supriyono, MM
Kaprog Pemasaran Megayarni, S. Pd.
Wali Kelas X
Perpustakaan Alina Usniyansyah
Waka Kesiswaan Drs. Sukarno, MM.
Kaprog Multimedia Widya Milza, S. Pd.
Waka Kurikulum Dr. H. Sumiyar, M. Pd.
Pembina Kesiswaan Wiwik Wijayanti, S. Pd.
Wali Kelas XI
Guru Normatif, Guru Adaptif, Guru Produktif
Osis / Siswa
Gambar 4.1
Satpam Hanapi & Kusnan
Wali Kelas XII
Kesiswaan Dwi Kurnia Rizki
Caraka Widodo & Pepen
59
2.
Mekanisme Kerja Bimbingan dan Konseling MEKANISME KERJA BIMBINGAN DAN KONSELING TAHUN PELAJARAN : 2014/2015
GURU MATA
WALI KELAS
PELAJARAN DAFTAR NILAI
GURU
KEPALA
PEMBIMBING
SEKOLAH
KARTU
DAFTAR NILAI
AKADEMIS
SISWA
ANGKET SISWA
CATATAN
CATATAN
OBSERVASI
KONSELING
SISWA ANGKET ORANG
BUKU
TUA
KEPRIBADIAN DAN
DIKETAHUI
MAP PRIBADI CATATAN KEJADIAN
LAPORAN
(ANEKDOT)
OBSERVASI SISWA
CATATAN
DATA PSIKOTES
DIKETAHUI
ANEKDOT
DIKETAHUI
LAPORAN
LAPORAN
KEGIATAN
KEGIATAN
PELAYANAN
BULANAN BK
CATATAN
CATATAN
HOME VISIT
KONFERENSI
DIPERIKSA
DIPERIKSA
KASUS
CATATAN
NOTULA RAPAT
WAWANCARA
Gambar 4.2
DIPERIKSA
60
3.
Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling STRUKTUR ORGANISASI BIMBINGAN KONSELING
SEKOLAH : SMKN 59 JAKARTA
TAHUN PELAJARAN : 2014/2015
KOMITE SEKOLAH
KEPALA SEKOLAH
ABDUL AZIS SYAM, S. Ag. M.Pd
Drs. H. Ramli, M.Pd
KOORDINATOR BK
WAKIL KEPALA SEKOLAH Drs. Sukarno, MM.
KEPALA TU H. DARYATNO, SE
GURU MATA PELAJARAN
WALI KELAS
GURU PEMBIMBING Sudik Prayitno, S.Pd
SISWA
Keterangan: :
GARIS KOORDINASI
:
GARIS KOMANDO Gambar 4.3
Dalam pembuatan program disiplin siswa dimulai dengan perencanaan dan penyusunan tata tertib dan peraturan di sekolah. Kepala sekolah bekerjasama dengan komite sekolah membuat dan menerapkan tata tertib dan peraturan sekolah. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan secara menyeluruh, khususnya pelayanan bimbingan dan konseling bertugas untuk mengkoordinir segenap kegiatan
yang direncanakan, diprogramkan dan
61
berlangsung di sekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling menjadi suatu kesatuan yang terpadu, harmonis, dan dinamis. Kepala sekolah bersama dengan wakil kepala sekolah juga bertugas untuk menyediakan sarana dan prasarana, tenaga dan berbagai fasilitas untuk kemudahan terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien. Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program sebagai bentuk penilaian dan upaya tindak lanjut pelayanan bimbingan dan konseling. Guru BK sebagai pelaksana utama layanan bimbingan dan konseling, bertugas untuk merencanakan program bimbingan dan konseling terutama program-program layanan dan kegiatan pendukung kemudian melaksanakan segenap program yang telah direncanakan tersebut dengan pertanggungjawaban tugas dan kegiatan dalam pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh kepada Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah. Kepala Tata Usaha bertugas untuk membantu mempersiapkan seluruh kegiatan BK di sekolah dengan membantu mengadministrasikan seluruh kegiatan BK, membantu para konselor dalam memelihara data dan serta sarana dan fasilitas bimbingan dan konseling yang ada. Guru Mata pelajaran sendiri bertugas untuk membantu guru pembimbing mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut. Guru mata pelajaran juga berpartisipasi dalam penanganan siswa seperti membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya. Wali kelas sebagai penanggung jawab kelas bertugas untuk membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya untuk mengikuti dan menjalani layanan bimbingan dan konseling. Dalam penerapan peraturan sekolah atau tata tertib, adapun penerapan reward dan punishment dan sanksi poin pelanggaran dan poin penghargaan untuk para siswa yang berprestasi dan siswa yang mempunyai kasus pelanggaran.Guru
62
BK bekerjasama dengan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, guru mata pelajaran dan wali kelas. Dalam penanganan kasus pertama kali yang menangani siswa yang melanggar tata tertib diperingatkan oleh guru mata pelajaran, apabila belum bisa tertangani maka wali kelas yang akan menyelesaikan masalah tersebut. Apabila wali kelas tidak mampu juga menangani masalah maka guru BK yang akan mengatasi. Jika pelanggaran sudah dirasakan cukup berat maka wakil kepala sekolah bidang kesiswaan yang akan menangani masalah tersebut. Masalah yang sudah terlalu berat maka akan dikenakan sanksi dirumahkan ataupun dikeluarkan.
B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Data Hasil Wawancara Dalam pengumpulan data penulis menggunakan teknik wawancara dan angket. Sebagaimana teori yang telah dijelaskan dalam bab II, kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa di SMKN 59 Jakarta secara umum terbagi menjadi empat jenis yaitu layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual, serta dukungan sistem. a.
Layanan Dasar Bimbingan Pelayanan dasar di SMKN 59 Jakarta terdiri dari layanan
bimbingan klasikal, layanan orientasi, dan layanan pengumpulan data. 1. Layanan bimbingan klasikal Pada layanan bimbingan klasikal guru BK melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di kelas, secara terjadwal guru BK memberikan layanan bimbingan di kelas. Di SMKN 59 tidak ada jam pelajaran bimbingan dan konseling karena secara pengajaran di kurikulum 2013 tidak ada jadwal pelajarannya. Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan layanan dasar, menurut Bapak Sudik Prayitno selaku guru bimbingan dan konseling mengatakan bahwa: “Kalau secara umum sih untuk tahun ajaran ini ya hampir 50% layanan BK sudah dimanfaatkan, karena jumlah 390an siswa yang melayani BK nya cuma satu, saya sendiri
63
kewalahan.
Tapi
dari
keseluruhan
sejumlah
200
orang
sudah
memanfaatkan konseling individu. Untuk layanan bimbingan karir hampir semua kelas sudah diberikan. Secara pengajaran di kurikulum 2013 tidak masuk, pemanfaatannya sih sudah.”1 Pada layanan bimbingan klasikal, fasilitas yang diberikan oleh kepala sekolah untuk mendukung program kerja BK berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ramli selaku Kepala Sekolah, mengatakan bahwa: “Jelas fasilitas itu sendiri misalnya fasilitas konsultasi, jadi silahkan jam berapapun dia bisa konsultasi, kemudian BK juga mendampingi untuk mengatasi berbagai masalah.”2 Dari hasil data terkait bimbingan klasikal, penulis menyimpulkan bahwa sebagian besar layanan di sekolah berupa bimbingan klasikal hanya terpenuhi hampir 50% hal ini dikarenakan sudah tidak adanya jadwal mata pelajaran Bimbingan dan Konseling di dalam kurikulum 2013, guru BK hanya memanfaatkan jam-jam kosong apabila ada guru yang tidak masuk maka beliau yang menggantikan dengan jadwal bimbingan ke kelas-kelas. Untuk mendukung berjalannya layanan, Kepala Sekolah memfasilitasi jam konsultasi untuk para siswa datang ke ruang BK untuk berdiskusi ataupun mencurahkan pendapat dan masalah-masalahnya terutama masalah yang berkaitan dengan belajar. Seharusnya secara terjadwal bimbingan klasikal sendiri harus memfasilitasi seluruh siswa, apabila hanya memanfaatkan konsultasi ke ruang BK maka tidak semua siswa dapat memanfaatkan layanan bimbingan itu sendiri. 2. Layanan Orientasi Pada layanan orientasi bertujuan untuk memungkinkan peserta didik dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, berupa kerjasama pihak sekolah dalam pengenalan tata tertib yang ada di sekolah tersebut. Berdasarkan hasil wawancara terkait layanan orientasi 1
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BP/BK), SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014. 2 Hasil wawancara dengan Bapak Ramli (Kepala Sekolah), SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014.
64
terutama dalam hal sosialisasi dan penerapan tata tertib, menurut Bapak Ramli selaku Kepala Sekolah mengatakan bahwa: “Ya, saya kerjasamanya saya katakan bahwa kepada guru BK tolong diterapkan tata tertibnya kemudian juga reward dan punishment. Ada reward (penghargaan) kepada anak-anak yang berprestasi dan juga untuk anak-anak yang baik.”3 Pada layanan orientasi ada sosialisasi preventif agar siswa lebih disiplin dalam belajar, berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sukarno selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, mengatakan bahwa: “Kalau upaya pencegahan banyak ya, artinya setiap siswa diberi jadwal untuk diberikan pengarahan. Ada jadwal setiap siswa itu mungkin kalau jumlah siswanya sampai 400 itu mungkin jadwal pengarahannya secara pribadi itu satu bulan satu kali.”4 Dari hasil data terkait layanan orientasi, penulis menyimpulkan bahwa dalam melaksanakan layanan orientasi kerjasama antara kepala sekolah dengan guru BK dalam menerapkan tata tertib di sekolah sudah cukup baik sehingga siswa lebih mengenal dan memahami tata tertib yang ada di sekolah berupa sistem poin. Di SMKN 59 Jakarta itu sendiri diterapkan sistem poin penghargaan dan poin pelanggaran. Poin penghargaan diberikan kepada siswa yang berprestasi dan mampu melaksanakan tugas belajar mereka sebaik mungkin, kriteria poin ditentukan oleh sekolah. Sedangkan poin pelanggaran diberikan untuk siswa yang sering melanggar aturan sekolah, semakin banyak poin pelanggaran maka semakin banyak sanksi yang akan mereka dapat. Di SMKN 59 Jakarta sudah ada jadwal pengarahan dalam layanan orientasi dan sudah terjadwal pengarahan tersebut secara pribadi hingga satu bulan sekali.
3
Hasil wawancara dengan Bapak Ramli (Kepala Sekolah), SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014. 4 Hasil wawancara dengan Bapak Sukarno (Wakil Kepala Sekolah) SMKN 59 Jakarta, 28 November 2014.
65
3. Layanan Pengumpulan Data Pada layanan pengumpulan data yaitu berupa kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang pribadi peserta didik, dan lingkungan peserta didik. Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan layanan pengumpulan data apabila terjadi pelanggaran disiplin, menurut Bapak Sudik Prayitno selaku guru BK mengatakan bahwa: “Mengatasi pelanggaran disiplin dengan orangtua, dengan wakasek kesiswaan sebagai pelaporan, semua diberi tahu ini poin-poinnya bagaimana menurut pendapat mereka apakah perlu pembinaan atau diperlakukan sanksi. Dengan memantau surat perjanjian yang dilakukan wakasek kesiswaan. Apabila kasus sudah terkumpul dan orangtua sudah diberi tahu semua hukumannya diputuskan oleh wakasek kesiswaan. Guru BK memantau sejauh mana siswa melakukan perintah dari surat perjanjian. Koordinasi dengan orangtua yang paling utama.”5 Apabila ada siswa yang tidak disiplin terutama mengalami keterlambatan, maka data akan dikumpulkan dan hasilnya dilaporkan ke wali kelas seperti hasil wawancara dengan Ibu Wiwik, beliau mengatakan bahwa: “Misalnya masalah keterlambatan, saya kumpulkan di pos dan saya suruh jalan jongkok sekalian berolahraga biasanya dari 50 jadi 30 orang yang terlambat, berkurang lah istilahnya itu yang keterlambatan 15 menit. Biasanya yang datang lebih lama lagi saya suruh membantu membersihkan musholla apalagi di hari Jumat. Tapi kalau terlambat sudah berkali-kali dipanggil orangtua dan hasilnya dilaporkan ke wali kelas, dan ditindak lanjuti oleh wali kelasnya.”6 Dari hasil data terkait layanan pengumpulan data, penulis menyimpulkan bahwa layanan ini digunakan sebagai bentuk pelaporan siswa yang bermasalah serta sebagai wadah pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling. 5
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BK) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014. 6 Hasil wawancara dengan Ibu Wiwik Wijayanti (Guru Piket) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014.
66
Penanganan masalah siswa yang dirasa sudah terlalu berat dan memiliki catatan kasus yang sudah cukup banyak dalam pengumpulan data siswa bermasalah tersebut akandiupayakan tindak lanjutnya.
b. Layanan Responsif Layanan
responsif
digunakan
untuk
membantu
memenuhi
kebutuhan yang bersifat preventif dan kuratif. Tugas guru BK di SMKN 59 Jakarta yaitu membantu proses pengenalan diri oleh peserta didik beserta peluang dan tantangan yang ditemukannya dalam lingkungan, sehingga peserta didik mandiri mengambil keputusan penting perjalanan hidupnya (belajar, pribadi, sosial, dan karir) dalam rangka mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan bahagia serta peduli kepada kemaslahatan umum, melalui pendidikan. Layanan responsif di SMKN 59 Jakarta terdiri dari konseling individual dan kelompok, referal (rujukan/alih tangan), kolaborasi guru mata pelajaran/wali kelas, kolaborasi dengan orang tua, kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah/madrasah, konsultasi, konferensi kasus, kunjungan rumah. 1. Konseling Individual dan Kelompok Konseling individual dan kelompok merupakan layanan responsif yang ditujukan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dan hambatan dalam mencapai tugas perkembangannya. Melalui konseling, peserta didik (konseli) dibantu untuk menyelesaikan masalah dengan tepat. Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan konseling individual dan kelompok, menurut Bapak Ramli untuk mendukung program kerja BK, beliau mengatakan bahwa: “Jelas fasilitas itu sendiri misalnya fasilitas konsultasi, jadi silahkan jam berapapun siswa bisa konsultasi, kemudian BK juga mendampingi untuk mengatasi berbagai masalah.”7 Sedangkan menurut Bapak Sudik Prayitno mengatakan bahwa: 7
Hasil wawancara dengan Bapak Ramli (Kepala Sekolah) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014.
67
“kalau secara umum sih untuk tahun ajaran ini ya hampir 50% layanan sudah dimanfaatkan, karena jumlah 390an siswa yang melayani BK-nya cuma satu, saya sendiri kewalahan. Tapi dari keseluruhan sejumlah 200 orang sudah memanfaatkan konseling individu.”8 Berdasarkan hasil data diatas, penulis menyimpulkan konseling individu dilakukan dengan fasilitas konsultasi yang telah disediakan sekolah untuk siswa, jadi jam berapapun siswa bisa konsultasi dengan guru BK mengenai permasalahan individu siswa kemudian diselesaikan dengan konseling individu. Untuk konseling kelompok guru BK masuk ke kelaskelas untuk membantu siswa-siswa yang mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. 2. Layanan Referal (Rujukan/Alih Tangan) Layanan referal (rujukan/alih tangan) merupakan salah satu layanan yang dilakukan apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan
untuk
menangani
masalah
konseli
maka
dia
mereferal/mengalihtangankan konseli kepada pihak lain yang berwenang. Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan layanan referal/alih tangan, menurut Bapak Sukarno selaku wakil kepala sekolah bidang kesiswaan apabila menghadapi kasus penanganan siswa yang kurang disiplin, beliau mengatakan bahwa: “Tergantung kasusnya, misalkan pelanggaran berat langsung dikeluarkan misalnya minum-minuman keras, narkoba itu ya saya langsung keluarkan, tawuran langsung dikeluarkan. Siswa yang keluar kelas itu diperingatkan, kan pertama kali guru yang bersangkutan dulu menangani kalau tidak bisa diserahkan ke wali kelas, kalau wali kelas tidak bisa yang menangani BP. Kalau BP gagal menangani baru saya sebagai kesiswaan yang menangani kasusnya.”9 Berdasarkan data hasil wawancara, penulis menyimpulkan bahwa apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani 8
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BK) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014. 9 Hasil wawancara dengan Bapak Sukarno (Wakil Kepala Sekolah) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014.
68
masalah yang cukup berat maka konselor mengalihtangankan kasus tersebut ke Wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan untuk diselesaikan masalahnya lebih lanjut apakah siswa tersebut harus tetap dipertahankan dengan syarat menandatangani surat perjanjian dan tidak akan mengulangi pelanggaran, atau akan mendapatkan sanksi dirumahkan atau dikeluarkan apabila tidak ada perubahan pada diri siswa yang melanggar aturan sekolah tersebut. 3. Kolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran/ Wali Kelas Kolaborasi dengan guru mata pelajaran/wali kelas merupakan layanan responsif yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang peserta didik baik itu prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya. Kolaborasi guru BK di SMKN 59 Jakarta dalam penanganan siswa yaitu sebagaimana yang diungkapkan Ibu wiwik yang mengatakan bahwa: “bentuk kerjasama ya ada, penanganan siswa. Tindak lanjut 3x berturutturut melakukan pelanggaran dilakukan penanganan berupa pemanggilan orang tua.10” Sedangkan menurut Bapak Sudik Prayitno selaku guru BK yang bekerjasama dengan guru mata pelajaran, beliau mengatakan bahwa: “Ada, kerjasama bentuknya misalkan pelajaran produktif pemasaran ada siswa yang masuk tapi tidak masuk jam pelajaran tersebut. Di selesaikan dengan home visit oleh guru BK atas rekomendasi wali kelas dan guru mata pelajaran, orangtua dipanggil ke sekolah.”11 Hal senadapun diungkapkan Bapak Tomi Sukito selaku guru produktif pemasaran dan wali kelas, beliau mengatakan bahwa: “Dalam mengatasi permasalah siswa kita panggil siswa yang bermasalah alasannya apa, kita mencari solusinya dengan BK mau diapakan. Kan dia mau kesini tujuannya juga mau belajar tidak mungkin kita marahi. Anaknya kita
10
Hasil wawancara dengan IbuWiwik Wijayanti (Guru Piket) SMKN 59 Jakarta, 28 November 2014. 11 Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Gur`u BP/BK) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014
69
bicarakan terlebih dahulu baru kita bawa ke guru BK, lalu kita diskusikan sama-sama.”12 Berdasarkan hasil data diatas, penulis menyimpulkan, kerjasama dalam mengatasi permasalahan siswa antara guru piket, wali kelas, guru mata pelajaran dan guru BK sudah cukup baik. Dengan mengumpulkan data catatan kasus siswa yang ada di sekolah kemudian apabila dirasa sudah cukup berat maka guru BK bersama dengan wali kelas membicarakan masalah yang ada pada siswa tersebut kemudian samasama mencari solusi terbaik untuk siswa agar mau berubah. Apabila belum ada perubahan maka dilakukan konferensi kasus dengan pemanggilan orangtua sebagai upaya penyelesaian masalah secara bersama-sama. 4. Kolaborasi dengan Orangtua Kolaborasi dengan orangtua merupakan layanan responsif yang penting agar proses bimbingan terhadap peserta didik tidak hanya berlangsung di sekolah/madrasah, tetapi juga oleh orang tua dirumah. Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan kolaborasi dengan orang tua dalam hal kasus penanganan siswa yang tidak disiplin belajar, menurut Bapak Sukarno, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan mengatakan bahwa: “kasusnya itu misalnya terlambat sampai 3x berturut-turut itu dipanggil orang tua. Di sini maksimal tidak masuk itu 12x, kalau tidak masuk 12x sudah dikeluarkan oleh sekolah. Setiap 3x tidak masuk dipanggil orangtua, kalau sampai 12x dikeluarkan”.13 Menurut Bapak Sudik Prayitno pelayanan di sekolah belum cukup maksimal karena kurang koordinatifnya orangtua, beliau mengatakan bahwa: “Sepertinya belum maksimal, karena jumlah guru tidak memadai. Kadang-kadang waktu yang terbatas harus melayani sekian orang, kendala teknis. Orangtua tidak koordinatif juga, sekolah hanya dianggap seperti
12
Hasil wawancara dengan Bapak Tomi Sukito (Ketua Lab.Pemasaran & Wali kelas), 28 November 2014. 13 Hasil wawancara dengan Bapak Sukarno (Wakil Kepala Sekolah), SMKN 59 Jakarta, 28 November 2014.
70
penitipan anak, anak tidak dipantau perkembangan belajarnya oleh orangtua.”14 Menjelaskan lebih lanjut mengenai hambatan dalam membina siswa agar lebih disiplin, Bapak Sukarno selaku wakil kepala sekolah mengatakan bahwa: “Hambatannya dari pihak orangtua, orangtua selama sekolah gratis tidak memperhatikan anak sama sekali. Jadi orangtua tidak pernah kontrol, dipanggil juga susah kadang-kadang. Karena sekolah gratis, orangtua kurang perhatian kepada anak dan kepada sekolah. Jadi seolah-olah semua persoalan ditangani sekolah, padahal itu persoalan anaknya sendiri, pihak orangtua lepas tangan”.15 Kolaborasi dengan orangtua dalam hal penanganan keterlambatan, menurut Ibu Wiwik selaku guru piket, mengatakan bahwa: “Ya, kalau terlambat lagi penanganannya maka kita datangkan orangtua kami mohon bantuan kepada orangtua untuk keberangkatan pagi tolong diingatkan oleh orangtua, anak ini dibangunkan pagi dengan sholat shubuh supaya datang ke sekolahan, apabila masih terlambat orangtua akan diberikan pengarahan.”16 Berdasarkan hasil data diatas, penulis menyimpulkan bahwa kolaborasi antara pihak sekolah dengan orangtua masih dirasa kurang. Hal ini dikarenakan sikap orangtua yang kurang peduli terhadap aktivitas belajar anaknya di sekolah. Orangtua menganggap anak mereka sudah menjadi tanggung jawab sekolah sepenuhnya apabila di sekolah, padahal peran orangtua dirumah juga menentukan kemajuan belajar siswa di sekolah. Seharusnya orangtua perlu bekerjasama dengan konselor agar proses bimbingan itu sendiri tidak hanya berlangsung di sekolah saja, tetapi harus dilakukan oleh orangtuanya dirumah. Orangtua diharapkan dapat memberitahu kemajuan anaknya dirumah ke sekolah terutama 14
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik (Guru BP/BK) SMKN 59 Jakarta, 24 November
2014. 15
Hasil wawancara dengan Bapak Sukarno (Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan) SMKN 59 Jakarta, 28 November 2014. 16 Hasil wawancara dengan Ibu Wiwik Wijayanti (Guru Piket) SMKN 59 Jakarta, 28 November 2014.
71
menyangkut kegiatan belajar dan perilakunya sehari-hari saat berada di rumah. 5. Kolaborasi dengan Pihak-Pihak Terkait Diluar Sekolah Kolaborasi merupakanlayanan sekolah/madrasah
dengan responsif untuk
pihak-pihak yang
menjalin
terkait berkaitan
kerjasama
diluar dengan
dengan
sekolah upaya
unsur-unsur
masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu pelayanan bimbingan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ramli selaku Kepala Sekolah terkait dengan kerjasama BK dengan lembaga di luar sekolah, beliau mengatakan bahwa: “BK secara formal mempunyai hubungan dengan pihak luar berupa tes IQ setiap tahun ada, BK juga membantu anak-anak untuk magang. Jadi BK ini membantu anak-anak agar proses magang disana mempunyai psikologis yang baik, kejiwaan yang baik.”17 Berdasarkan hasil data diatas, penulis menyimpulkan bahwa kolaborasi dengan pihak terkait diluar sekolah yaitu BK secara formal telah menjalin hubungan dengan pihak luar baik itu dalam mengadakan tes IQ untuk mengukur sejauh mana minat dan bakat siswa, melakukan tes toefl dan toafl untuk mengukur sejauh mana kemampuan bahasa para siswa, kemudian menjalin kerjasama dengan perusahaan magang. SMKN 59 Jakarta siswanya melaksanakan magang di kelas 2 di semester genap, dalam hal ini BK turut membantu proses magang siswa agar mempunyai psikologis yang baik dan kejiwaan yang baik. BK di sekolah menjalin kerjasama dengan pihak luar sebagai upaya peningkatan kualitas sekolah dan peningkatan mutu layanan bimbingan. 6. Kunjungan Rumah Kunjungan rumah merupakan layanan responsif berupa kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan tentang peserta didik tertentu yang sedang ditangani, dalam upaya mengentaskan masalahnya, melalui 17
Hasil wawancara dengan Bapak Ramli (Kepala Sekolah) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014.
72
kunjungan kerumahnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sudik terkait dengan kunjungan rumah, beliau mengatakan bahwa: “Tidak harus semua masalah dilakukan kunjungan rumah, kalau BK hanya memantau, untuk menyelesaikan bagian kesiswaan dan wali kelas. BK mengetahui, disitu ada unsur BK, kaitannya dengan pelanggaran, bagian kesiswaan yang terutama mengetahui.”18 Lebih lanjut Bapak Sudik menyelesaikan masalah disiplin belajar dengan home visit, beliau mengatakan bahwa: “Bentuknya misalkan pelajaran produktif pemasaran ada siswa yang masuk tapi tidak masuk jam pelajaran tersebut. Di selesaikan dengan home visit oleh guru BK atas rekomendasi wali kelas dan guru mata pelajaran, orangtua dipanggil ke sekolah.”19 Mengenai biaya operasional dalam kunjungan rumah berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ramli selaku Kepala Sekolah, mengatakan bahwa: “Ada ya untuk guru BK, jadi misalnya untuk kunjungan ke rumah siswa memang dari sekolah mengadakan, BK berapa kali kemana-mana sudah kita biayai.”20 Berdasarkan hasil data diatas, penulis menyimpulkan bahwa sebagai upaya memperoleh data atau keterangan tentang siswa maka guru BK mengadakan home visit (kunjungan rumah) dalam penyelesaian masalah. Umumnya masalah yang dihadapi siswa bisa dikarenakan masalah yang bersifat pribadi berupa masalah pada keluarganya sehingga memungkinkan guru BK untuk mengadakan kunjungan rumah sebagai langkah untuk mengentaskan masalah siswa tersebut. Kunjungan rumah juga
dilakukan
agar
kerjasama
dengan
pihak
orangtua
dalam
menyelesaikan masalah belajar siswa menjadi lebih mudah dan dapat teratasi. 18
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BP/BK) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014. 19 Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BP/BK) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014. 20 Hasil wawancara dengan Bapak Ramli (Kepala Sekolah) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014.
73
Layanan responsif dilakukan dengan konseling individu, setiap harinya 5-10 siswa konsultasi biasa dan datang langsung ke ruang BK. Dalam mengembangkan kualitas pelayanan guru BK bekerjasama dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru teman sejawat dan dari pihak orangtua yang memberi masukan-masukan. Dalam hal membentuk disiplin, guru BK memberikan penyadaran kepada siswa dengan pembinaan melalui pendidikan. Semuanya harus dilakukan secara tepat dan transparan artinya pendidikan itu dari belajar tentang disiplin berupa mengelola waktu21
c. Layanan Perencanaan individual Layanan perencanaan individual itu sendiri bertujuan untuk membantu
seluruh
perkembangannya
peserta sendiri,
didik
memahami
kemudian
pertumbuhan
merencanakan
dan dan
mengimplementasikan rencana-rencananya itu atas dasar hasil pemantauan dan pemahamannya. Dalam perencanaan individual konselor membantu peserta didik menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh. Pelayanan perencanaan individual ini dapat dilakukan
juga
melalui
pelayanan
penempatan
(penjurusan
dan
penyaluran), untuk membentuk peserta didik menempati posisi yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno terkait perencanaan individual dengan suatu evaluasi dalam melayani kebutuhan siswa, beliau mengatakan bahwa: “evaluasinya yaitu kita pakai layanan segera, dengan menanyakan bahwa konseling ini bermanfaat atau tidak untuk siswa. Untuk jangka panjangnya kita mempunyai ukuran-ukuran maksudnya adakah pemanfaatan dan
21
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BP/BK) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014.
74
apakah ada perubahan bermanfaat saat kelulusan. Harus terukur, kita ada laporan kegiatannya juga dengan pemanggilan dan tanda tangan.”22 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ramli selaku Kepala sekolah terkait dengan layanan perencanaan individual dan penyaluran, beliau mengatakan bahwa: “BK secara formal mempunyai hubungan dengan pihak luar berupa tes IQ setiap tahun ada, BK juga membantu anak-anak untuk magang. Jadi BK ini membantu anak-anak agar proses magang disana mempunyai psikologis yang baik, kejiwaan yang baik.”23 Fungsi BK di SMKN 59 Jakarta dalam perencanaan individual terutama dalam peminatan peserta didik yaitu: a. Memahami diri tentang potensi diri, peminatan belajar yang diselenggarakan di satuan pendidikan dan peluang pengembangannya. b. Pengembangan potensinya dan mencapai perkembangan optimal c. Penyaluran potensi yang dimiliki sesuai dengan program peminatan yang diselenggarakan di satuan pendidikan dan kesempatan lain yang ada. d. Menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi satuan pendidikan. e. Menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif sesuai peminatannya dan kondisi lingkungan pembelajarannya. f. Mencegah agar tidak mengalami kekeliruan pikiran, perasaan, dan perilaku yang menghambat kelancaran belajar. g. Mengentaskan masalahnya secara bertanggungjawab h. Memperbaiki kekeliruan berfikir, berperasaan dan bertindak atau berkehendak. i. Menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya
22
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BP/BK) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014. 23 Hasil wawancara dengan Bapak Ramli (Kepala Sekolah) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014.
75
j. Mengembangkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan kesempatan yang ada dan masa depannya.24 Berdasarkan hasil data diatas, penulis menyimpulkan bahwa layanan perencanaan individual dilakukan sebagai langkah penyaluran dan
penempatan
siswa
sesuai
dengan
minat,
bakat,
dan
kemampuannya. Dalam hal ini guru BK mengadakan evaluasi saat kelulusan, apakah siswa tersebut sudah masuk ke jenjang yang sudah diinginkan atau sudah bekerja sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Kepala
sekolah
bekerjasama
dengan
BK
juga
memfasilitasi pengadaan tes IQ, tes TOEFL dan TOAFL serta penempatan magang saat berada di kelas XI. Layanan perencanaan individual di SMKN 59 Jakarta sudah cukup baik, karena telah melaksanakan layanan penempatan (penjurusan dan penyaluran), untuk membentuk peserta didik menempati posisi yang sesuai dengan bakat dan minatnya.
d. Dukungan Sistem Dukungan sistem merupakan cara pengembangan profesi dengan memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya dengan melakukan penelitian,
mengikuti
kegiatan
profesi,
dan
mengikuti
aktivitas
peningkatan profesi serta kegiatan pada organisasi profesi. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Sudik Prayitno terkait dukungan sistem dalam mengembangkan kualitas layanannya, beliau mengatakan bahwa: “Ya dengan mengikuti kegiatan MGMP, mengikuti kegiatan pelatihan melalui divisi MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling). Ikatan Petugas Guru Bimbingan Sekolah, melalui Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia.25
24
Hasil Dokumentasi Layanan BK dalam implementasi kurikulum 2013 di SMKN 59
Jakarta. 25
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BP/BK) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014.
76
Dukungan sistem yaitu adanya buku penghubung yang bersifat pendataan diri siswa dan pemanggilan orangtua.26 Kemudian dukungan sistem juga berupa kerjasama dengan semua pihak terutama guru BP, Pembina OSIS, guru piket dan juga ketua kelas kemudian satpam, semuanya berkaitan satu sama lain.27 Berdasarkan hasil data diatas, penulis menyimpulkan bahwa dukungan sistem sudah memadai guru BK untuk memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya. Guru BK di SMKN 59 Jakarta telah mengembangkan kualitas layanannya dengan mengikuti kegiatan pelatihan melalui berbagai divisi dalam organisasi profesi dan aktif dalam kegiatankegiatan ilmiah seperti lokakarya, pelatihan, seminar, workshop. Saat ini guru BK di SMKN 59 Jakarta sedang melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi (Pascasarjana) sebagai bentuk proses pengembangan profesinya.
e. Pendidikan Karakter dalam Membentuk Disiplin Mulai tahun 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter. Nilai karakter yang terkandung dalam pendidikan karakter bangsa yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab, berani, dan kritis. Agar siswa lebih disiplin dalam belajar, siswa harus mempunyai motivasi dan kerja keras dalam belajar baik itu di sekolah maupun di rumah. Kerja keras sendiri merupakan salah satu nilai karakter yang menunjukkan
upaya
sungguh-sungguh
dalam
mengatasi
berbagai
hambatan belajar. Menurut Firman Firdaus selaku guru mata pelajaran 26
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BP/BK) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014. 27 Hasil wawancara dengan Bapak Sukarno (Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan), SMKN 59 Jakarta, 28 November 2014.
77
mengatakan bahwa: “Motivasi itu biasanya datang dalam diri sendiri ya, biasanya saya berusaha untuk memotivasi siswa dengan memberikan video dan games-games edukatif dalam belajar terutama video yang memotivasi sehingga siswa lebih tertarik untuk belajar.” Dalam membentuk disiplin sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain merupakan nilai karakter yang paling utama dalam membentuk pribadi individu. Di sekolah nilai religius sebagaimana dijelaskan oleh Firman Firdaus yang mengatakan bahwa: “Ya misalkan untuk membentuk sikap dan perilaku religius, setiap hari jumat anak perempuan selalu mengikuti keputrian saat siswa laki-laki shalat jumat, setiap pagi sebelum KBM juga ada kegiatan baca Al-Quran bersama.” Kemudian nilai karakter yang selalu ditekankan sebagai perilaku yang didasarkan pada menjadikan diri sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan yaitu nilai kejujuran. Dalam nilai kejujuran, Firman Firdaus selaku guru mata pelajaran mengatakan bahwa: “Saat saya memberikan tugas mata pelajaran kewirausahaan yaitu tugas product selling dalam pembuatan proposal dan pengajuan proposal harus ada rincian anggaran yang sesuai, siswa dituntut untuk jujur dalam hal tersebut.” Ya biar siswa jujur biasanya saat mata pelajaran saya terkait dengan tugas product selling siswa secara berkelompok saling berdiskusi membicarakan product yang akan mereka jual di sekolah. Dalam diskusi itu kan siswa saling mengutarakan pendapat mereka dan mereka harus menghargai pendapat satu sama lain. Untuk membentuk disiplin siswa yaitu berupa tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan, Firman Firdaus selaku guru mata pelajaran mengatakan bahwa: “Biasanya biar siswa lebih disiplin itu saya mengadakan razia saat jam belajar. Saya menerapkan sanksi poin kepada siswa yang melanggar
78
seperti makan saat jam belajar atau pulang sebelum bel sekolah berbunyi ya maka siswa tersebut akan saya kenakan sanksi poin pelanggaran” Banyaknya kasus-kasus yang terjadi di sekolah seperti kurang disiplin disebabkan karena runtuhnya karakter diri yang dimiliki oleh para siswa. Hal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki keadaan tersebut adalah dengan memperbaiki karakter dari masing-masing individu, melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter seharusnya dimulai sejak dini, mulai dari Play Group hingga perguruan tingi. Di sekolah pendidikan karakter dapat diimplementasikan melalui pembelajaran di kelas dan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Selain itu pihak sekolah harus dapat bekerja sama dengan orang tua agar penanaman pendidikan karakter dapat terlaksana dengan optimal. Untuk membentuk disiplin belajar di sekolah harus ada pembentukan karakter melalui sikap mandiri dan tanggung jawab siswa dalam belajar sehingga terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan. Menurut Firman Firdaus selaku guru mata pelajaran mengatakan bahwa: “Ya, menanamkan sikap mandiri yaitu dengan saat kerja kelompok dan mengerjakan tugas, pasti di dalam kelompok itu tiap-tiap individu mempunyai tanggung jawab masing-masing. Tanggung jawab setiap individu dalam kerja kelompok akan menimbulkan sikap mandiri dalam diri siswa tersebut untuk mengerjakan tugas yang memang sudah di bagibagi per individu dalam kelompok tersebut.” Untuk membentuk karakter yang baik dalam diri siswa, sekolah harus menanamkan sikap peduli lingkungan dan sikap peduli sosial. Menurut Firman Firdaus selaku guru mata pelajaran, mengatakan bahwa: “Sikap peduli lingkungan ya dengan mengadakan piket kelas setiap harinya, kemudian setiap hari jumat selalu mengadakan “jumat bersih” sehingga siswa lebih peduli terhadap kebersihan lingkungannya. Sekolah mengembangkan sikap peduli sosial kepada siswa misalkan setiap
79
memperingati hari anak yatim, sekolah biasanya memberikan santunan kepada siswa yang yatim/piatu.”28 Diharapkan melalui pembelajaran di kelas dan melalui kegiatan ekstrakurikuler sikap serta perilaku positif peserta didik dapat terwujud. Tentunya dengan bantuan dari orang tua masing-masing peserta didik. Dengan begitu akan dihasilkan generasi penerus bangsa yang bertanggung jawab, memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.
2. Data Hasil Angket
Tabel. 4.4 Guru BK mengadakan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah No
1
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
5
15,6%
b. Sering
3
15
46,9%
c. Kadang-kadang
2
12
37,5%
d. Tidak Pernah
1
0
0%
Jumlah
10
32
100%
Tabel di atas menunjukan bahwa sebesar 15,6% responden menyatakan kegiatan bimbingan dan konseling ada dalam mata pelajaran bimbingan dan konseling, 46,9% responden menyatakan ada di luar jam pelajaran, 37,5% responden menyatakan kegiatan bimbingan dan konseling ada hanya di waktu tertentu saja, 0% menyatakan tidak ada kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Data tersebut menunjukan bahwa guru BK sebagian besar melakukan kegiatan bimbingan dan konseling di luar jam pelajaran. Jam pelajaran BK sedang terdapat penyesuaian mulai dari adanya jam khusus untuk pelajaran BK hingga ditiadakannya jam pelajaran tersebut.
28
Hasil wawancara dengan Bapak Firman Firdaus (Staf Kesiswaan) SMKN 59 Jakarta, 19 Januari 2015.
80
Tabel. 4.5 Guru BK mengadakan layanan orientasi sekolah No
2
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
13
40,6%
b. Sering
3
3
9,4%
c. Kadang-kadang
2
7
21,9%
d. Tidak Pernah
1
9
28,1%
Jumlah
10
32
100%
Tabel di atas menunjukan bahwa sebesar 40,6% responden menyatakan selalu, 9,4%
responden menyatakan sering, 21,9% responden menyatakan
kadang-kadang, 28,1% menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar layanan orientasi sudah dilakukan oleh guru BK dengan memberikan pemahaman dan menjelaskan situasi dan kondisi berupa tata tertib dan peraturan sekolah yang harus dipatuhi agar siswa lebih mudah menyesuaikan diri. Pengenalan sanksi poin pelanggaran dan poin penghargaan pada saat orientasi dilakukan sebagai langkah membentuk siswa untuk lebih disiplin. Layanan orientasi tidak hanya dilakukan oleh guru BK saja, tetapi juga dilakukan oleh pihak kesiswaan danterutama oleh pihak OSIS.
Tabel. 4.6 Guru BK menjelaskan tata tertib dan peraturan sekolah No
3
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
16
50%
b. Sering
3
9
28,1%
c. Kadang-kadang
2
7
21,9%
d. Tidak Pernah
1
0
0%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 16 responden (50%) menyatakan selalu, 9 responden (28,1%) menyatakan sering, 7 responden (21,9%) responden menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK telah menjelaskan segala tata tertib
81
dan peraturan sekolah yang harus dipatuhi oleh para siswa saat berada di sekolah dan terutama pada saat jam belajar. Tata tertib di sekolah terdapat poin penghargaan untuk siswa yang berprestasi dan poin pelanggaran untuk siswa yang melanggar tata tertib sekolah.
Tabel. 4.7 Guru BK menyampaikan materi BK di sekolah No
4
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
11
34,4%
b. Sering
3
1
3,1%
c. Kadang-kadang
2
19
59,4%
d. Tidak Pernah
1
1
3,1%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 11 responden (34,4%) menyatakan guru BK menyampaikan materi lengkap secara sistematis dan runtut, 1 responden (3,1%) menyatakan guru BK menyampaikan materi lengkap secara acak, 19 responden (59,4%) menyatakan guru BK menyampaikan materi sesuai kebutuhan, 1% responden menyatakan guru BK menyampaikan materi secara insidental. Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK menyampaikan materi BK hanya sesuai dengan kebutuhan di waktu tertentu saja apabila ada jam kosong. Hal tersebut dikarenakan sudah tidak adanya jam pelajaran khusus untuk BK sehingga guru BK tidak dapat menyampaikan materi BK di sekolah.
82
Tabel. 4.8 Guru BK memberikan pelayanan di sekolah No
5
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
10
31,3%
b. Sering
3
17
53,1%
c. Kadang-kadang
2
4
12,5%
d. Tidak Pernah
1
1
3,1%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 10 responden (31,3%) menyatakan pelayanan BK sangat memuaskan, sebanyak 17 responden (53,1%) menyatakan pelayanan BK cukup memuaskan, 4 responden (12,5%) menyatakan pelayanan BK kurang memuaskan, 1 responden (3,1%) responden menyatakan tidak memuaskan. Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK sering memberikan pelayanan di sekolahdan pelayanannya sudah cukup memuaskan, hal tersebut dikarenakan pemecahan masalah yang ada sudah cukup terselesaikan dengan layanan BK. Pelayanan BK di sekolah sudah memfasilitasi konseling individu untuk para siswa di sekolah.
Tabel. 4.9 Warga sekolah terlibat dalam pelayanan BK No
6
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
17
53,1%
b. Sering
3
5
15,7%
c. Kadang-kadang
2
0
0%
d. Tidak Pernah
1
10
31,2%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 17 responden (53,1%) menyatakan seluruh warga sekolah terlibat dalam pelayanan BK, sebanyak 5 responden (15,7%) menyatakan wali kelas, guru BK dan guru mata pelajaran terlibat dalam pelayanan BK, 0 responden (0%) menyatakan wali kelas dan guru BK tidak terlibat dalam pelayanan BK, 10 responden (31,2%) menyatakan hanya
83
guru BK yang terlibat dalam pelayanan BK di sekolah. Data tersebut menunjukkan bahwa seluruh warga sekolah terlibat dalam pelayanan BK, terutama dalam penyelesaian masalah siswa. Guru BK bekerjasama dengan guru mata pelajaran, wali kelas, kesiswaan dan petugas piket dalam mencegah dan mengatasi pelanggaran siswa di sekolah.
Tabel. 4.10 Rutinitas guru BK memberikan layanan bimbingan No
7
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
30
93,8%
b. Sering
3
1
3,1%
c. Kadang-kadang
2
0
0%
d. Tidak Pernah
1
1
3,1%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 30 responden (93,3%) menyatakan guru BK memberikan layanan bimbingan setiap ada masalah, sebanyak 1 responden (3,1%) dilakukan seminggu sekali, 0 responden (0%) menyatakan pelayanan BK dilakukan 2 minggu sekali, 1 responden (3,1%) responden menyatakan pelayanan BK dilakukan sebulan sekali. Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK sering memberikan pelayanan di sekolah setiap ada masalah, terutama masalah yang berkaitan dengan disiplin siswa dan pelanggaran tata tertib, memberikan layanan penempatan, layanan kunjungan rumah danlayanan penyelesaian masalah lainnya.
84
Tabel. 4.11 Banyaknya jumlah guru BK No
8
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
5
15,6%
b. Sering
3
7
21,9%
c. Kadang-kadang
2
15
46,9%
d. Tidak Pernah
1
5
15,6%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 5 responden (15,6%) menyatakan bahwa mereka membutuhkan lebih banyak guru pembimbing sejumlah 3-4 orang lagi, sebanyak 7 responden (21,9%) menyatakan bahwa mereka membutuhkan lebih banyak guru pembimbing sejumlah 2-3 orang lagi, 15 responden (46,9%) menyatakan bahwa mereka membutuhkan guru pembimbing sejumlah 1-2 orang lagi, 5 responden (15,6%) responden menyatakan bahwa mereka puas dengan guru BK saat ini saja. Data tersebut menunjukkan bahwa dibutuhkan lebih banyak guru BK lagi untuk melakukan pelayanan. Idealnya satu guru pembimbing menangani 150 siswa dalam melakukan pelayanannya, sedangkan di SMKN 59 hanya terdapat satu guru BK yang menangani 390an siswa.
Tabel. 4.12 Guru BK memberikan layanan BK kepada seluruh warga sekolah No
9
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
18
56,2%
b. Sering
3
1
3,1%
c. Kadang-kadang
2
7
21,9%
d. Tidak Pernah
1
6
18,8%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 18 responden (56,2%) menyatakan layanan BK berlaku untuk seluruh warga sekolah, sebanyak 1 responden (3,1%) menyatakan layanan BK berlaku untuk guru dan siswa, 7
85
responden (21,9%) menyatakan layanan BK berlaku untuk siswa saja, 6 responden (18,8%) responden layanan BK berlaku hanya untuk siswa yang bermasalah. Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK sebagian besar telah memberikan layanan BK kepada seluruh warga sekolah terutama dalam konsultasi penyelesaian masalah siswa dan pelanggaran tata tertib.
Tabel. 4.13 Guru BK membantu permasalahan siswa No
10
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
15
46,9%
b. Sering
3
12
37,5%
c. Kadang-kadang
2
2
6,2%
d. Tidak Pernah
1
3
9,4%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 15 responden (46,9%) menyatakan pelayanan BK sangat membantu, sebanyak 12 responden (37,5%) menyatakan pelayanan BK cukup membantu, 2 responden (6,2%) menyatakan kurang membantu, 3 responden (9,4%) responden menyatakan tidak membantu. Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK sudah cukup membantu, hal tersebut dikarenakan pemecahan masalah yang ada sudah cukup terselesaikan dengan layanan BK, ada beberapa siswa yang merasa belum terbantu dengan guru BK, itu di sebabkan kurangnya tenaga pembimbing di sekolah yang hanya terdiri dari satu guru BK yang menangani 390an siswa.
86
Tabel. 4.14 Guru BK membantu kemajuan belajar No
11
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
7
21,9%
b. Sering
3
20
62,5%
c. Kadang-kadang
2
1
3,1%
d. Tidak Pernah
1
4
12,5%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 7 responden (21,9%) menyatakan layanan BK sangat membantu, sebanyak 20 responden (62,5%) menyatakan pelayanan BK cukup membantu, 1 responden (3,1%) menyatakan layanan BK kurang membantu, 4 responden (12,5%) responden menyatakan tidak membantu. Data tersebut menunjukan guru BK sudah cukup membantu kemajuan belajar siswa dengan mengadakan konseling individu apabila siswa mengalami masalah-masalah dalam belajar.
Tabel. 4.15 Guru BK mengembangkan kelompok belajar No
12
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
3
9,4%
b. Sering
3
5
15,6%
c. Kadang-kadang
2
11
34,4%
d. Tidak Pernah
1
13
40,6%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 3 responden (9,4%) menyatakan selalu, 5 responden (15,6%) menyatakan sering, 11 responden (34,4%) responden menyatakan kadang-kadang, 13% responden menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK kurang mengembangkan kelompok belajar, hal tersebut dikarenakan guru BK hanya bersifat membantu guru yang lain dalam mengembangkan kelompok belajar.
87
Tabel. 4.16 Guru BK mengadakan konseling kelompok No
13
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
3
9,4%
b. Sering
3
4
12,5%
c. Kadang-kadang
2
11
34,4%
d. Tidak Pernah
1
14
43,7%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 3 responden (9,4%) menyatakan selalu, 4 responden (12,5%) menyatakan sering, 11 responden (34,4%) responden menyatakan kadang-kadang, 14 (43,7%) responden menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK kurang mengadakan konseling kelompok kepada siswa. Hal tersebut dikarenakan adanya penyesuaian masalah dengan bentuk konseling yang dilakukan, konseling yang lebih banyak diterapkan yaitu konseling individu agar penyelesaian masalah siswa yang bersifat pribadi dapat lebih mudah untuk diselesaikan.
Tabel. 4.17 Guru BK mengadakan konferensi kasus No
14
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
19
59,4%
b. Sering
3
10
31,2%
c. Kadang-kadang
2
3
9,4%
d. Tidak Pernah
1
0
0%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 19 responden (59,4%) menyatakan selalu, 10 responden (31,2%) menyatakan sering, 3 responden (9,4%) responden menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK selalu mengadakan konferensi kasus terhadap siswa yang melanggar tata tertib. Konferensi kasus dilakukan apabila pelanggaran tata tertib sudah melewati batas poin dan siswa harus diberi sanksi
88
dirumahkan atau di keluarkan, biasanya konferensi kasus dihadiri oleh wakil kepala sekolah bidang kesiswaan.
Tabel. 4.18 Guru BK melaksanakan kegiatan layanan penempatan dan penyaluran No
15
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
8
25%
b. Sering
3
8
25%
c. Kadang-kadang
2
8
25%
d. Tidak Pernah
1
8
25%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 8 responden (25%) menyatakan selalu, 8 responden (25%) menyatakan sering, 8 responden (25%) responden menyatakan kadang-kadang, 8 responden (25%) menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK melaksanakan kegiatan layanan penempatan dan penyaluran kepada siswa-siswa tertentu saja yang memiliki nilai cukup untuk dilakukan layanan penempatan dan penyaluran..
Tabel. 4.19 Guru BK memberikan informasi yang bermanfaat saat belajar No
16
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
11
34,4%
b. Sering
3
8
25%
c. Kadang-kadang
2
11
34,4%
d. Tidak Pernah
1
2
6,2%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 11 responden (34,4%) menyatakan selalu, 8 responden (25%) menyatakan sering, 11 responden (34,4%) responden
menyatakan
kadang-kadang,
2
responden
(6,2%)
responden
menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK sudah
89
cukup memberikan informasi yang bermanfaat selama belajar, terutama mengenai jenjang yang ditempuh setelah tamat sekolah.
Tabel. 4.20 Guru BK memberikan penjelasan cara memanfaatkan waktu belajar dengan baik No
17
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
12
37,5%
b. Sering
3
9
28,1%
c. Kadang-kadang
2
11
34,4%
d. Tidak Pernah
1
0
0%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 12 responden (37,5%) menyatakan selalu, 9 responden (28,1%) menyatakan sering, 11 responden (34,4%) responden menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK selalu memberikan penjelasan mengenai cara memanfaatkan waktu belajar dengan baik
Tabel. 4.21 Guru BK mengadakan tes IQ No
18
`
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
3
9,4%
b. Sering
3
2
6,2%
c. Kadang-kadang
2
19
59,4%
d. Tidak Pernah
1
8
25%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 3 responden (9,4%) menyatakan
selalu, 2 responden (6,2%) menyatakan sering, 19 responden (59,4%) responden menyatakan kadang-kadang, 8 responden (25%) menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK telah mengadakan tes IQ, tes IQ hanya diadakan 3 tahun sekali.
90
Tabel. 4.22 Guru BK memfasilitasi kerjasama dalam praktek kerja lapangan No
19
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
8
25%
b. Sering
3
4
12,5%
c. Kadang-kadang
2
10
31,25%
d. Tidak Pernah
1
10
31,25%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 8 responden (25%) menyatakan selalu, 4 responden (12,5%) menyatakan sering, 10 responden (31,25%) responden menyatakan kadang-kadang, 10 responden (31,25%) menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK kurang memfasilitasi kerjasama dalam praktek kerja lapangan, hal ini dikarenakan praktek kerja lapangan lebih difasilitasi oleh kepala prodi pemasaran dan kepala prodi multimedia.
Tabel. 4.23 Berpakaian rapi sesuai tata tertib No
20
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
28
87,5%
b. Sering
3
3
9,4%
c. Kadang-kadang
2
1
3,1%
d. Tidak Pernah
1
0
0%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 28 responden (87,5%) menyatakan selalu, 3 responden (9,4%) menyatakan sering, 1 responden (3,1%) responden menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan sebagian besar siswa sudah berpakaian rapi sesuai dengan tata tertib yang berlaku di sekolah.
91
Tabel. 4.24 Memberikan surat keterangan ketika berhalangan hadir di sekolah No
21
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
22
68,8%
b. Sering
3
3
9,4%
c. Kadang-kadang
2
7
21,8%
d. Tidak Pernah
1
0
0%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 22 responden (68,8%) menyatakan selalu, 3 responden (9,4%) menyatakan sering, 7 responden (21,9%) responden menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memberikan surat keterangan ketika berhalangan hadir walaupun ada beberapa siswa yang terkadang tidak memberikan surat keterangan kepada sekolah.
Tabel. 4.25 Membawa sesuatu yang tidak diperbolehkan sekolah No
22
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
1
0
0%
b. Sering
2
1
3,1%
c. Kadang-kadang
3
9
28,1%
d. Tidak Pernah
4
22
68,8%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 0 responden (0%) menyatakan selalu, 1 responden (3,1%) menyatakan sering, 9 responden (28,1%) menyatakan kadang-kadang, 22 responden (68,8%) menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa guru BK telah menjelaskan bahwa sebagian besar siswa tidak diperkenankan membawa sesuatu yang tidak diperbolehkan oleh sekolah.
92
Tabel. 4.26 Makan di saat jam pelajaran berlangsung No
1
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
1
0
0%
b. Sering
2
6
18,8%
c. Kadang-kadang
3
8
25%
d. Tidak Pernah
4
18
56,2%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 0% responden menyatakan selalu, 6 responden (18,8%) menyatakan sering, 8 responden (25%) responden menyatakan kadang-kadang, 18 responden (56,2%) menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak makan saat jam pelajaraan berlangsung dan ada beberapa siswa yang kadang-kadang makan di saat jam pelajaran berlangsung.
Tabel. 4.27 Keluar sekolah tanpa ijin petugas piket No
24
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
1
0
0%
b. Sering
2
8
25%
c. Kadang-kadang
3
7
21,9%
d. Tidak Pernah
4
17
53,1%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 0% responden menyatakan selalu, 8 responden (25%) menyatakan sering, 7 responden (21,9%) responden menyatakan kadang-kadang, 17 responden (53,1%) menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa keluar sekolah dengan ijin petugas piket, dan sebagian siswa lain kadang-kadang keluar sekolah tanpa ijin petugas piket.
93
Tabel. 4.28 Melaksanakan segala peraturan yang diberikan guru di kelas No
25
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
25
78,1%
b. Sering
3
7
21,9%
c. Kadang-kadang
2
0
0%
d. Tidak Pernah
1
0
0%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 25 responden (78,1%) menyatakan selalu, 7 responden (21,9%) menyatakan sering, 0% responden menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa siswa selalu melaksanakan segala peraturan yang diberikan oleh guru di kelas berupa aturan-aturan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan oleh guru mata pelajaran tersebut ketika jam pelajarannya berlangsung.
Tabel. 4.29 Tidak pernah keluar kelas saat jam pelajaran sekolah berlangsung No
26
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
4
12,5%
b. Sering
3
9
28,1%
c. Kadang-kadang
2
11
34,4%
d. Tidak Pernah
1
8
25%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 4 responden (12,5%) menyatakan selalu, 9 responden (28,1%) menyatakan sering, 11 responden (34,4%) responden menyatakan kadang-kadang, 8 responden (25%) menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa keluar kelas saat jam pelajaran berlangsung karena banyaknya jam pelajaran yang kosong dan banyak guru yang tidak masuk.
94
Tabel. 4.30 Selalu datang tepat waktu ke sekolah No
27
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
20
62,5%
b. Sering
3
7
21,9%
c. Kadang-kadang
2
5
15,6%
d. Tidak Pernah
1
0
0%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 20 responden (62,5%) menyatakan selalu, 7 responden (21,9%) menyatakan sering, 5 responden (15,6%) responden menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa siswa selalu datang tepat waktu ke sekolah, tetapi ada beberapa siswa yang tidak datang tepat waktu di sekolah.
Tabel. 4.31 Hadir di kelas sebelum kegiatan belajar dimulai No
28
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
22
68,8%
b. Sering
3
5
15,6%
c. Kadang-kadang
2
5
15,6%
d. Tidak Pernah
1
0
0%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 22 responden (68,8%) menyatakan selalu, 5 responden (15,6%) menyatakan sering, 5 responden (15,6%) responden menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa hadir di kelas sebelum kegiatan belajar dimulai.
95
Tabel. 4.32 Memperhatikan guru saat menjelaskan materi pelajaran No
29
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
19
59,4%
b. Sering
3
8
25%
c. Kadang-kadang
2
5
15,6%
d. Tidak Pernah
1
0
0%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 19 responden (59,4%) menyatakan selalu, 8 responden (25%) menyatakan sering, 5 responden (15,6%) responden menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memperhatikan guru saat menjelaskan, tetapi masih ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan dan menyimak saat guru menjelaskan.
Tabel. 4.33 Aktif bertanya apabila ada materi yang tidak dimengerti No
30
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
5
15,6%
b. Sering
3
6
18,8%
c. Kadang-kadang
2
21
65,6%
d. Tidak Pernah
1
0
0%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 5 responden (15,6%) menyatakan selalu, 6 responden (18,8%) menyatakan sering, 21 responden (65,6%) responden menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang aktif selama kegiatan belajar mengajar terutama kurang aktif apabila ada materi yang tidak dimengerti. Kurangnya kesadaran siswa untuk lebih mengerti pelajaran dengan bertanya kepada guru mata pelajaran saat belajar sangat rendah.
96
Tabel. 4.34 Mengunjungi perpustakaan sekolah untuk membaca buku No
31
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
8
25%
b. Sering
3
6
18,8%
c. Kadang-kadang
2
15
46,9%
d. Tidak Pernah
1
3
9,3%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 8 responden (25%) menyatakan selalu, 6 responden (18,8%) menyatakan sering, 15 responden (46,9%) responden menyatakan kadang-kadang, 3 responden (9,3%) responden menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa rendahnya minat siswa untuk belajar terutama dalam membaca buku di perpustakaan sekolah. Hal ini dikarenakan kurangnya tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk mencari referensi di perpustakaan sekolah.
Tabel. 4.35 Tetap belajar meski guru berhalangan hadir No
32
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
3
9,4%
b. Sering
3
5
15,6%
c. Kadang-kadang
2
23
71,9%
d. Tidak Pernah
1
1
3,1%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 3 responden (9,4%) menyatakan selalu, 5 responden (15,6%) menyatakan sering, 23 responden (71,9%) responden menyatakan kadang-kadang, 1 responden (3,1%) menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa rendahnya kesadaran siswa untuk tetap belajar meski guru berhalangan hadir. Siswa lebih memilih untuk mengobrol dan bermain dengan teman-temannya di kelas dibanding belajar dan meneruskan materi mata pelajaran yang sedang berlangsung tersebut.
97
Tabel. 4.36 Memanfaatkan waktu kosong untuk membaca buku No
33
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
4
12,5%
b. Sering
3
5
15,6%
c. Kadang-kadang
2
22
68,8%
d. Tidak Pernah
1
1
3,1%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 4 responden (12,5%) menyatakan selalu, 5 responden (15,6%) menyatakan sering, 22 responden (68,8%) responden menyatakan kadang-kadang, 1 responden (3,1%) menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kadangkadang kurang memanfaatkan waktu kosong untuk membaca buku.
Tabel. 4.37 Memanfaatkan waktu luang dengan belajar bersama teman No
34
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
7
21,9%
b. Sering
3
7
21,9%
c. Kadang-kadang
2
17
53,1%
d. Tidak Pernah
1
1
3,1%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 7 responden (21,9%) menyatakan selalu, 7 responden (21,9%) menyatakan sering, 17 responden (53,1%) responden menyatakan kadang-kadang, 1 responden (3,1%) menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang dapat memanfaatkan waktu luang yang ada dengan belajar bersama teman. Siswa lebih memilih untuk tidak belajar dan membuang-buang waktu kosong tersebut dengan bermain bersama teman-temannya.
98
Tabel. 4.38 Mengerjakan tugas yang diberikan guru di kelas No
35
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
17
53,1%
b. Sering
3
9
28,1%
c. Kadang-kadang
2
6
18,8%
d. Tidak Pernah
1
0
0%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 17 responden (53,1%) menyatakan selalu, 9 responden (28,1%) menyatakan sering, 6 responden (18,8%) responden menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa siswa selalu mengerjakan tugas yang diberikan guru di kelas. Siswa lebih disiplin dalam belajar dan mengerjakan tugas ketika ada guru di kelas.
Tabel. 4.39 Mengikuti remedial mata pelajaran yang nilainya kurang memenuhi standar No
36
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
18
56,2%
b. Sering
3
7
21,9%
c. Kadang-kadang
2
5
15,6%
d. Tidak Pernah
1
2
6,3%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 18 responden (56,2%) menyatakan selalu, 7 responden (21,9%) menyatakan sering, 5 responden (15,6%) responden menyatakan kadang-kadang, 2 responden (6,3%) menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengikuti remedial mata pelajaran yang nilainya kurang memenuhi standar, sedangkan beberapa siswa lainnya lebih memilih tidak mengikuti remedial.
99
Tabel. 4.40 Mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru No
37
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
4
16
50%
b. Sering
3
9
28,1%
c. Kadang-kadang
2
7
21,9%
d. Tidak Pernah
1
0
0%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 16 responden (50%) menyatakan selalu, 9 responden (28,1%) menyatakan sering, 7 responden (21,9%) responden menyatakan kadang-kadang, 0% responden menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan guru dan beberapa siswa ada yang kadang-kadang mengerjakan pekerjaan rumah tersebut.
Tabel. 4.41 Berbuat usil dalam kelas No
38
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
1
1
3,1%
b. Sering
2
1
3,1%
c. Kadang-kadang
3
17
53,1%
d. Tidak Pernah
4
13
40,7%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 1 responden (3,1%) menyatakan selalu, 1 responden (3,1%) menyatakan sering, 17 responden (53,1%) responden menyatakan kadang-kadang, 13 responden (40,7%) menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar terkadang siswa di saat belajar sering berbuat usil kepada teman lainnya, sehingga mengganggu efektivitas pembelajaran.
100
Tabel. 4.42 Memainkan hp saat jam pelajaran berlangsung No
39
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
1
1
3,1%
b. Sering
2
3
9,3%
c. Kadang-kadang
3
14
46,8%
d. Tidak Pernah
4
14
46,8%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 1 responden (3,1%) menyatakan selalu, 3 responden (9,3%) menyatakan sering, 14 responden (46,8%) responden menyatakan kadang-kadang, 14 responden (46,8%) menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa terkadang memainkan hp saat jam pelajaran berlangsung.
Tabel. 4.43 Mengobrol ketika guru menjelaskan No
40
Alternatif Jawaban
Skor Frekuensi Presentase
a. Selalu
1
2
6,2%
b. Sering
2
2
6,2%
c. Kadang-kadang
3
15
46,9%
d. Tidak Pernah
4
13
40,7%
Jumlah
10
32
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 2 responden (6,2%) menyatakan selalu, 2 responden (6,2%) menyatakan sering, 15 responden (46,9%) responden menyatakan kadang-kadang, 13 responden (40,7%) menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa terkadang mengobrol dan mendiskusikan hal-hal diluar pelajaran dengan teman-temannya ketika guru menjelaskan materi pada saat jam pelajaran berlangsug.
101
C. Analisis dan Interpretasi Data Berikut ini data hasil dari penyebaran angket terhadap 32 responden. Dari hasil penyebaran angket tersebut diperoleh data kontribusi bimbingan dan konseling yang terdiri dari 19 item dengan skor 1690, dan data disiplin belajar siswa yang terdiri dari 21 item dengan skor 2170. Selanjutnya data tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.44 Hasil Analisis Data Aspek Penelitian
Nilai Skor
Harap an
NS x100%
Kategori
(NS)
NH
Nilai
19 x 4 1690:32=
52,8 x100%= 69,4%
Layanan
=
76
Bimbingan
76
1. Kontribusi
1690
Nilai Skor
52,8
BAIK
dan konseling 21 x 4 2120:32=
66,25x100%= 78,8%
belajar
=
84
siswa
84
2. Disiplin
2120
66,25
Rata-rata
148,2% = 74,1%
BAIK
BAIK`
2
Secara keseluruhan pelaksanaan program bimbingan dan konseling dalam meningkatkan disiplin belajar siswa di SMKN 59 Jakarta dapat dikatakan baik, sesuai dengan rata-rata perhitungan berdasarkan rumus kategori tersebut di atas, yaitu : 74,3% + 76,1% = 75,2% (Baik) 2
102
Dengan ketentuan diatas maka dengan demikian dihasilkan data hasil angket kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa sebagai berikut: Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa aspek kontribusi layanan bimbingan dan konseling melalui nilai rentang rata-rata interval kontribusi bimbingan dan konseling sebesar 69,4% yang berada dalam kategori baik, dan nilai rentang rata-rata disiplin belajar siswa sebesar 78,8% yang berada dalam kategori baik. Sehingga secara keseluruhan rata-rata aspek penilaian mencapai 75,2% dan dapat disimpulkan bahwa kotribusi layanan bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa di SMKN 59 Jakarta berada pada taraf kategori baik karena besaran rata-rata aspeknya yaitu sebesar 75,2% berada pada taraf rentang interval 60-80% dengan kategori baik. Berdasarkan hasil wawancara, layanan bimbingan dan konseling di SMKN 59 Jakarta sudah cukup baik dan dari segi fasilitas sudah mencukupi untuk melakukan segala layanan yang dibutuhkan siswa. Dari keempat aspek layanan bimbingan dan konseling yaitu aspek layanan dasar bimbingan, layanan responsif, layanan perencanaan individual telah terlaksana. Dalam layanan responsif,koordinasi dengan orangtua perlu lebih ditingkatkan agar penanganan masalah siswa dapat lebih mudah terselesaikan
dan
pelanggaran-pelanggaran
dapat
dicegah
dan
diminimalisir. Berdasarkan hasil wawancara, jumlah guru BK di sekolah seharusnya 1:150, di SMKN 59 Jakarta hanya ada satu guru BK yang harus melayani siswa yang jumlahnya 392. Hal ini menunjukan kurangnya pemaksimalan layanan yang harus BK berikan, jumlah guru BK harus lebih ditingkatkan sesuai jumlah siswa yang ada di sekolah agar layanan bimbingan dan konseling untuk siswa bisa dapat dirasakan oleh seluruh siswa dan dapat menciptakan situasi belajar yang lebih kondusif. Dengan adanya layanan bimbingan dan konseling di sekolah, diharapkan disiplin siswa lebih dapat terbentuk terutama disiplin dalam
103
belajar. Dengan adanya layanan bimbingan juga memungkinkan siswa untuk bertatap muka secara langsung dengan guru pembimbing dalam rangka penyelesaian masalah terutama dalam hal masalah belajar
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai kontribusi
bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa di SMKN 59 Jakarta, yaitu meliputi pelaksanaan layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual serta dukungan sistem secara umum telah dilaksanakan secara baik dan telah menyesuaikan dengan standar program yang telah ditentukan sekolah. Berdasarkan hasil angket menunjukkan bahwa kontribusi bimbingan dan konseling yang ada di SMKN 59 telah berjalan dengan baik. Hal ini dapat diketahui melalui nilai rentang rata-rata interval kontribusi layanan bimbingan dan konseling sebesar 69,4% yang berada dalam kategori baik, dan nilai rentang ratarata disiplin belajar siswa sebesar 78,8% yang berada dalam kategori baik. Jadi, kontribusi bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa di SMKN 59 Jakarta rata-rata sebesar 75,2% berada dalam rentang interval kategori nilai baik. Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa di SMKN 59 Jakarta sudah cukup baik hanya saja masih ada beberapa kendala berupa kerjasama antar pihak sekolah.
B.
Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa saran yang perlu penulis
sampaikan sebagai bahan pertimbangan sekolah terkait dengan kontribusi bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa di SMKN 59 Jakarta, yaitu:
104
105
1. Bagi Kepala Sekolah, a. Diharapkan dapat menambah jumlah guru BK agar pelayanan yang dilakukan dapat lebih maksimal dan penyelesaian masalah dapat dilakukan lebih efektif. b. Hendaknya pihak sekolah lebih meningkatkan kerjasama dengan guru BK agar kegiatan sekolah dan aktivitas BK dapat berjalan sesuai dengan program yang telah ditetapkan sekolah. c. Diharapkan dapat menerapkan nilai-nilai karakter dalam setiap kegiatan belajar mengajar di sekolah agar perilaku disiplin di sekolah akan terbentuk dalam diri masing-masing peserta didik. 2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling, a. Diharapkan dapat melaksanakan semua jenis kegiatan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling agar siswa dapat lebih disiplin dalam belajar. b. Agar lebih meningkatkan kerjasama terutama kerjasama dengan kepala sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran, guru piket, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan seluruh stakeholder sekolah agar masalah siswa lebih cepat tertangani dan suasana di sekolah lebih kondusif. 3.
Bagi Siswa a. Diharapkan dapat memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling yang ada di sekolah berupa layanan konsultasi agar permasalahan yang ada pada siswa terutama masalah belajar dapat diatasi dan siswa memperoleh hasil belajar yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Anak Ngurah Adhiputra. Bimbingan dan Konseling, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013. Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005. Badrujaman, Aip. Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan Konseling, Jakarta: PT.Indeks, 2011. Bakar, Abu Baraja. Psikologi Konseling, Jakarta: Studia Press, 2007. Dirjend Pendidikan Dasar dan Menengah , Undang-undang RI No 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: tnp, 2003). Durkheim, Emile. Pendidikan Moral: Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga, 1990. Hallen. Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005. Juntika, Nurihsan & Akur Sudianto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP, Jakarta: PT. Grasindo, 2005. Ketut, Dewa Sukardi. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008. Prayitno. Pelayanan Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 2000. Prayitno & Erman Amti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008. Sabri, Alisuf H.M. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. Sabri, H.M. Alisuf. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007. Sahertian, Piet. Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional, 1994. Salahudin, Anas. Bimbingan & Konseling. Bandung: CV Pustaka Setia, 2010. Sayuti, Wahdi & Zurinal. Ilmu Pendidikan: Pengantar & Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Semiawan, Conny.R. Penerapan Pembelajaran Pada Anak. Jakarta: PT. Index, 2008. Sudjono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003. Suryabrata, Sumadi. Psikologi pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010. Sutisna, Oteng.
Administrasi
Pendidikan
(dasar teoritis
untuk praktik
profesional). Bandung: Angkasa, 1993. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011. Syamsuddin, Abin Makmun. Psikologi Pendidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007. Tu’u, Tulus. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004. Uno, B. Hamzah. Teori motivasi & Pengukurannya, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Walgito, Bimo. Bimbingan & Konseling, Yogyakarta: Andi Offset, 2010. Yusuf, Syamsu & Juntika Nurihsan. Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
.
Lampiran 1 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
1 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 2 4 2 2 2 2 3 4 2 2 2 4 3 3
2 3 1 2 2 2 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 2 3 4 2 1 1 4 2 4 4 1 3 2 4
3 3 2 3 2 2 2 2 2 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4
4 4 2 4 3 4 2 2 2 4 4 4 4 2 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 4 4 2
5 3 2 3 3 3 3 2 2 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 1 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4
6 1 1 1 4 4 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 4 3 1 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3
Nomor Item Soal 7 8 9 10 4 4 4 4 4 4 4 3 1 2 4 4 4 3 4 3 4 2 4 3 4 4 4 2 4 4 4 1 4 2 4 1 4 3 2 4 4 1 1 4 4 2 2 3 4 3 1 4 4 2 1 4 4 2 4 4 4 2 4 4 3 3 2 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 1 4 3 4 1 2 1 4 2 2 4 4 1 4 3 4 2 4 3 4 1 2 3 4 2 1 4 4 2 4 4 4 2 1 4 4 2 4 4 4 4 2 2 4 3 4 3 4 2 1 4 4 2 4 4 JUMLAH
11 3 1 3 3 3 1 1 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 1 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4
12 2 1 1 2 3 1 1 1 3 2 2 4 4 3 3 2 1 1 1 2 2 2 1 1 3 2 4 2 1 2 1 1
13 1 1 1 1 1 2 2 1 3 2 3 4 4 3 3 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 4 1 2 2 1
14 4 4 3 4 4 2 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 2 3 4 4 4 3 2 4 4 4
15 4 3 4 4 4 2 2 2 3 1 1 4 1 1 2 4 2 2 3 3 4 2 3 1 3 4 1 1 1 3 2 3
16 2 2 2 2 4 2 1 2 4 3 4 3 4 4 3 2 1 2 3 2 4 3 2 3 4 4 4 3 2 4 3 4
17 3 2 3 2 4 2 2 2 3 3 4 4 4 4 3 3 2 2 3 2 4 3 2 3 2 4 4 4 2 4 4 4
18 2 2 1 1 2 1 1 2 2 3 2 2 4 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 3 1 2 2 2 4 4
19 20 1 4 2 4 2 3 2 4 2 4 1 4 1 4 1 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4 4 4 1 4 1 4 1 4 2 4 1 4 2 4 3 4 3 4 2 3 2 4 4 4 2 4 1 4 2 3 1 4 4 4
54 44 46 51 58 40 38 38 65 57 63 67 63 66 62 57 45 45 45 43 57 48 45 42 55 60 57 56 41 62 57 63 1690
No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
21 4 3 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 2 3 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4
22 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4
23 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 2 3 3 3 4 4 3 4 2 3 4 3 2 3
24 4 4 4 3 3 4 4 4 2 2 4 3 2 3 2 4 4 4 3 2 4 4 2 2 4 4 3 3 4 4 2 4
25 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4
Nomor Item Soal 26 27 28 29 30 2 4 4 4 3 1 3 4 4 2 1 4 4 3 2 1 4 3 3 3 2 4 4 4 2 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 2 4 4 3 2 2 4 4 4 2 1 4 4 2 2 3 4 4 4 4 2 4 4 4 3 3 4 4 3 2 4 3 4 4 4 2 2 4 3 2 2 4 2 2 2 4 4 4 4 2 1 2 4 3 2 2 3 3 2 2 1 4 4 2 2 2 2 2 4 2 3 4 4 3 2 4 3 2 4 2 3 4 4 4 4 3 3 3 2 3 1 4 2 4 2 2 2 2 4 2 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 3 3 4 2 3 2 4 4 2 1 4 4 3 3 JUMLAH
31 4 4 1 2 2 4 4 3 3 2 2 2 3 3 4 2 2 3 1 4 2 3 2 4 2 2 1 2 2 2 2 4
32 2 2 2 2 2 4 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 4 1 2 2 3 2 2 2 2 4 2 2 2
33 3 2 2 2 2 4 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 4 2 2 2 4 2 2 2 2 4 2 2 3
34 4 4 4 2 2 4 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 4 2 2 2 3 2 2 4 2 1 2 4 3
35 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 2 4 4 2 2 4 3 4 3 3 4 4 3 2 4 2 4 3 2 4
36 4 4 3 4 1 4 4 2 3 3 4 4 2 2 3 2 4 4 4 1 3 4 2 4 3 4 4 4 4 3 4 4
37 4 4 3 2 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 2 2 3 4 2 4 4 4 3 2 2 4 4 3 2 4
38 4 4 3 3 1 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4
39 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 2 4 3 1 3 3 4 4 3 2 3 3 4 4 3 4
40 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 2 3 3 4 3 4 3 1 1 3 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 4
74 69 61 61 57 78 73 56 61 63 71 61 55 68 63 54 64 62 49 59 53 63 61 74 56 54 56 59 74 61 57 70 1997
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA Guru Bimbingan dan Konseling SMKN 59 Jakarta
INDIKATOR RESPONDEN Nama
: Sudik Prayitno, S.Pd
Jabatan
: Guru BP/BK
Pendidikan Terakhir : S1 Hari/Tanggal
: Senin, 24 November 2014
Tempat
: Meja Piket
1. Apakah para siswa telah memanfaatkan layanan BK? Kalau secara umum sih untuk tahun ajaran ini ya hampir 50% sudah dimanfaatkan, karena jumlah 390an siswa yang melayani BK nya cuma satu, saya sendiri kewalahan. Tapi dari keseluruhan sejumlah 200 orang sudah memanfaatkan konseling individu. Untuk layanan bimbingan karir hampir semua kelas sudah diberikan. Secara pengajaran di kurikulum 2013 BK tidak masuk, pemafaatannya sih sudah. 2. Apakah ruangan BK dikunjungi oleh para siswa setiap harinya? Iya, setiap harinya rata-rata 5-10 orang, mayoritas konsultasi biasa saja. 3. Apakah dalam pelaksanaan pelayanan, BK mengalami hambatan? Ya kalau hambatan pasti ada, pertama kurang koordinasi baik itu dengan orangtua dalam penyelesaian dengan wali kelas. Wali kelas juga tidak semua guru tetap itu juga jadi kendala itu yang menjadi masalah ya komunikasi.
Ada
aspek
tertentu
masalah
peminatan
ada
yang
mengundurkan diri itu dari faktor luar, dari lingkungan, tidak cocok dengan yang dia minati. 4. Apakah setiap siswa memiliki buku pribadi atau buku penghubung?
Ada buku penghubung, tapi sifatnya itu hanya pendataan saja, untuk data diri. 5. Dengan siapa saja pihak BK bekerjasama dalam mengembangkan kualitas layanannya? Ya semua, dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru teman sejawat, terus juga dengan pihak orangtua ada masukan-masukan. 6. Menurut Bapak, apakah pelayanan di SMKN 59 ini sudah dilakukan dengan maksimal? Sepertinya belum, karena jumlah guru tidak memadai. Kadang-kadang waktu yang terbatas harus melayani sekian orang, kendala tekhnis. Orangtua tidak koordinatif juga sekolah hanya dianggap seperti penitipan anak, anak tidak dipantau perkembangan belajarnya oleh orangtua. 7. Berapa banyak guru BK di sekolah ini? Apa saja latar belakang pendidikannya? Guru BK disini hanya saya saja, melayani 390an orang. Padahal yang ideal guru BK melayani 1:150 siswa. 8. Apa bentuk peran BK dalam membentuk disiplin belajar pada siswa? Misalkan salah satunya
ya memberikan
penyadaran, kalau BK
memberikan penyadaran pada dasarnya dengan pembinaan melalui pendidikan. Itu harus dilaksanakan secara tepat dan transparan artinya pendidikan itu dari belajar tentang disiplin berupa mengelola waktu. 9. Apakah jumlah guru BK sudah sesuai dengan banyaknya siswa di sekolah? Belum sesuai, karena komposisi yang ideal 150, sedangkan disini jumlahnya 1:390. 10. Dengan siapa saja pihak BK bekerjasama dalam mengembangkan kualitas layanannya? Ya dengan mengikuti kegiatan MGMP, mengikuti kegiatan pelatihan melalui divisi MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling), Ikatan Petugas Guru Bimbingan sekolah, melalui Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia.
11. Apa masalah yang sering muncul terkait dengan disiplin belajar siswa? Masih adanya siswa yang terlambat, jarang masuk, tidak mengerjakan tugas. 12. Apa sajakah peran warga sekolah dalam meningkatkan disiplin siswa? Ya warga sekolah ikut menegur siswa yang tidak sesuai seragam, di luar kelas saat jam pelajaran, rambut yang tidak rapih, knalpot yang berisik. 13. Apakah ada kerjasama dari guru mata pelajaran dan guru BK terkait masalah disiplin belajar? Ada, bentuknya misalkan pelajaran produktif pemasaran ada siswa yang masuk tapi tidak masuk jam pelajaran tersebut. Di selesaikan dengan home visit oleh guru BK atas rekomendasi wali kelas dan guru mata pelajaran, orangtua dipanggil ke sekolah. 14. Bagaimana dengan fasilitas pendukung yang disediakan sekolah guna meningkatkan disiplin belajar siswa? Ada fasilitas dengan selalu koordinasi agar selalu guru-guru peduli terhadap anak melalui piket. 15. Apakah pelaksanaan BK di sekolah telah memenuhi standar? Harus memenuhi standar, kalau sasaran harus tercapai standar tetapi kita kadang-kadang juga ada kelemahan. 16. Apakah sarana dan prasarana di sekolah mendukung terjadinya kegiatan bimbingan dan konseling? Sudah memenuhi, sudah lengkap. Kalau di sekolah negeri rata-rata sudah lengkap. 17. Bagaimana bentuk evaluasi yang dilakukan guru bk dalam melayani kebutuhan siswa? Evaluasinya yaitu kita pakai layanan segera, dengan menanyakan bahwa konseling ini bermanfaat atau tidak untuk siswa. Untuk jangka panjangnya kita mempunyai ukuran-ukuran maksudnya adakah pemanfaatan dan apakah ada perubahan bermanfaat saat kelulusan. Harus terukur, kita ada laporan kegiatannya juga dengan pemanggilan dan tanda tangan. 18. Apakah dalam kasus pelanggaran disiplin dilakukan kunjungan rumah?
Tidak harus semua masalah dilakukan kunjungan rumah, kalau BK hanya memantau, untuk yang menyelesaikan bagian kesiswaan dan wali kelas. BK mengetahui, disitu ada unsur BK, kaitannya dengan pelanggaran, bagian kesiswaan yang terutama mengetahui. 19. Masalah belajar seperti apa yang sering dialami oleh siswa? Kalau masalah belajar sebetulnya siswa tidur di kelas, sampah berserakan karena tidak piket karena guru juga jarang hadir di kelas. Sering tidak masuk sekolah, tidak hadir ke sekolah, keterlambatan dan sering tidak mengerjakan tugas. 20. Faktor apa saja yang melatarbelakangi kurangnya disiplin belajar siswa tersebut? Karena kita inputnya sudah terbentuk, anak itu sudah terbentuk karakternya dari SMP, jadi sudah bawaan dari SMP, sistem pembelajaran di kami belum sangat efektif dari segi pengelolaan guru, banyak guru yang tidak hadir. 21. Apakah ada upaya preventif dari pihak sekolah terhadap pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh siswa? Preventifnya sosialisasi peraturan poin walupun banyak yang dilanggar. Panggilan orangtua, penerapan hukuman. Kalau sudah melebihi poin ada itu bisa di skors bisa dirumahkan. Preventifnya dengan ancaman, tetapi satu ada dua orang tidak jera juga. 22. Apa saja upaya mengatasi apabila pelanggaran disiplin telah terjadi? Mengatasinya ya koordinasi dengan wali kelas, itu penting banget. Dengan orangtua, dengan wakasek kesiswaan sebagai pelaporan. Semua diberi tahu ini poin-poinnya bagaimana menurut pendapat mereka apakah perlu pembinaan atau diperlakukan sanksi. 23. Apa bentuk tindak lanjut guru BK terhadap siswa yang melakukan pelanggaran disiplin? Ya memantau surat perjanjian yang dilakukan oleh wakasek kesiswaan. Apabila kasus sudah terkumpul dan orangtua sudah diberi tahu semua hukumannya diputuskan oleh wakasek kesiswaan. Guru BK memantau
siswa sejauh mana siswa melakukan perintah dari surat perjanjian. Koordinasi dengan orangtua yang lebih utama. 24. Apakah ada konseling kelompok di sekolah? Konseling kelompok ada, laporan-laporannya ada bentuknya ada bimbingan kelompok, kalau konseling kelompok itu masalah keluarga ibu bapaknya sering bertengkar. Itu ada rekamannya berupa file ya.
Jakarta, 24 November 2014 Interviewer
Interviewee,
Sefti Aminah
Sudik Prayitno, S.
PEDOMAN WAWANCARA Wali kelas XI SMKN 59 Jakarta
INDIKATOR RESPONDEN Nama
: Tomi Sukito, S.E
Jabatan
: Kepala Lab. Pemasaran & Wali Kelas
Pendidikan Terakhir : S1 Hari/Tanggal
: Jumat, 28 November 2014
Tempat
: Ruang Guru
1. Apa saja bentuk pelanggaran siswa ketika belajar di dalam kelas? Pelanggaran sih jarang, tapi yang biasanya suka ngobrol kalau guru lagi menerangkan, kadang ada sesuatu yang tidak perlu di bikin-bikin misalnya bercanda, ngobrol, berisik, itu aja sih. 2. Apa saja hal yang melatarbelakangi ketidakdisiplinan siswa? Kalau siang itu biasanya siang kan sudah capek, ngantuk, laper jam terakhir jadi berisik, jadi pengen pulang deh anak-anak. Kalau pagi relatif aman, kalau siang berisik. 3. Bagaimana upaya mengatasi siswa yang kurang disiplin dalam belajar? Biasanya kalau saya lagi ngajar terus anak saat siang itu kita kasih opsi ajak belajar yang menarik biar tidak bosan, caranya ya misalkan kita kasih berupa materi-materi yang tidak membosankan. Kan kalau materi ada RPP kita buat semenarik mungkin artinya bagian materinya tidak menyimpang dari RPP, misalkan topiknya negosiasi ya kita belajar komunikasi yang baik siswa kita ajak dialog saja. 4. Kegiatan seperti apa yang anda lakukan agar siswa lebih disiplin dalam belajar?
Biasanya yang paling sering saya suka bilang, kalau kamu mau belajar berarti kita harus mulai dari sekarang, kalau kamu tidak mau belajar ya sudah. Jadi kalau belajar dengan kondisi seperti ini tidak memungkinkan, motivasi belajar berupa nasehat. 5. Adakah kerjasama dengan guru BK dalam mengatasi permasalahan siswa dalam belajar? Kita panggil siswa yang bermasalah alasannya apa, kita mencari solusinya dengan BK mau diapakan. Kan dia mau kesini tujuannya juga mau belajar tidak mungkin kita marahi. Anaknya kita biacarakan terlebih dahulu baru kita bawa ke guru BK, lalu kita diskusikan sama-sama. 6. Adakah hambatan yang dialami oleh Anda dan guru BK dalam mengatasi permasalahan siswa? Tidak ada hambatan, lancar-lancar aja selama ini dengan Bpk. Sudik. 7. Apa bentuk tindak lanjut yang anda lakukan apabila pelanggaran tersebut sudah terjadi? Kita beri tugas yang bersifat mendidik, artinya tugas itu yang memungkinkan dia menambah motivasinya contohnya ketika saat pelajaran yang lain diberi soal latihan 5, siswa tersebut diberi soal 7/8. Kalau yang lain ada yang tidak presentasi, yang melanggar itu kita suruh merangkum powerpoint kemudian kita suruh presentasikan apa yang sudah dia rangkum. Sanksi itu tetap ada, kita kasih sanksi yang bisa membuat dia berubah lebih baik. Tetap ada monitoring untuk siswa yang melanggar.
Jakarta, 28 November 2014 Interviewer
Interviewee,
Sefti Aminah
Tomi Sukito, S.E
PEDOMAN WAWANCARA Kepala Sekolah SMKN 59 Jakarta
INDIKATOR RESPONDEN Nama
: Drs. H. Ramli, M.Pd
Jabatan
: Kepala Sekolah
Pendidikan Terakhir : S2 Hari/Tanggal
: Senin, 24 November 2014
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah
1. Ada berapa guru bk yang ada di sekolah ini? BK disini hanya satu, jadi kan harusnya normal itu 150 siswa per satu guru BK, sementara kita menangani 390an siswa per satu guru BK. 2. Menurut Bapak, apakah jumlah guru BK di sekolah ini cukup untuk memfasilitasi program bimbingan dan konseling untuk siswa? Saya kira kalau sempurna belum ya, namun sudah cukup lah memfasilitasi. Kalau kesempurnaan saya kira masih ada kekurangan karena kurangnya guru BK, untuk fasilitasi kami sudah memfasilitasi. 3. Fasilitas apa saja yang anda berikan guna mendukung program kerja BK? Jelas fasilitas itu sendiri misalnya fasilitas konsultasi, jadi silahkan jam berapapun dia bisa konsultasi, kemudian BK juga mendampingi untuk mengatasi berbagai masalah. 4. Apa bentuk kerjasama anda dengan guru BK, terutama dalam hal membina disiplin belajar siswa? Ya, saya kerjasamanya saya katakan bahwa kepada guru BK tolong diterapkan tata tertibnya kemudian juga reward dan punishment. Ada reward (penghargaan) kepada anak-anak yang berprestasi dan juga untuk anak-anak yang baik.
5. Adakah biaya operasional yang diberikan sekolah dalam mengembangkan program BK? Ada ya untuk guru BK, jadi misalnya untuk kunjungan ke rumah siswa memang dari sekolah mengadakan, BK berapa kali kemana-mana sudah kita biayai. 6. Hubungan kerjasama apa saja yang BK di sekolah ini dengan lembaga di luar sekolah? Bk secara formal mempunyai hubungan dengan pihak luar berupa tes IQ setiap tahun ada, Bk juga membantu anak-anak untuk magang. Jadi BK ini membantu anak-anak agar proses magang disana mempunyai psikologis yang baik, kejiwaan yang baik. 7. Bagaimana bentuk pengawasan anda terhadap kegiatan BK? Schedule ya, kita pengawasannya biasanya hampir satu bulan sekali. Guru Bknya apakah ada masalah-masalah yang krusial atau anaknya harus dikembalikan ke orangtuanya, karena masalah tidak boleh sampai berbulan-bulan dalam menangani masalah anak. 8. Adakah evaluasi yang anda lakukan terhadap program BK? Ya, misalnya evaluasinya itu kalau nanti guru Bknya sejauh mana guru BK melaksanakan program itu, biasanya evaluasi itu selama 3 bulan dari program itu. Jadi satu semester 2 kali evaluasi.
Jakarta, 24 November 2014 Interviewer
Interviewee,
PEDOMAN WAWANCARA
Guru Piket SMKN 59 Jakarta
INDIKATOR RESPONDEN Nama
: Wiwik Wijayanti, S.Pd
Jabatan
: Pembina OSIS
Pendidikan Terakhir : S1 Hari/Tanggal
: Jumat, 28 November 2014
Tempat
: Meja Piket
1. Apa
saja
bentuk
ketidakdisiplinan
siswa
selama
jam
pelajaran
berlangsung? Sering ijin, karena mereka mencari tempat-tempat PKL, akhirnya mereka ijin pada saat KBM, karena dari pihak perusahaan juga meminta jam sekian datang. Paling sering yang saya alami kalau PKL bisa pergi 5-6 orang paling sering saat KBM. 2. Apa saja poin pelanggaran yang kebanyakan siswa lakukan di sekolah? Merokok, merokok itu saya pernah mengeluarkan siswa selain itu ya berantem resikonya keluar. Kalau keluar sudah pelanggaran paling berat. Kalau terlambat disuruh jalan jongkok. 3. Apa bentuk kerjasama guru piket dengan guru BK di sekolah? Ada, penanganan siswa. Tindak lanjut 3x berturut-turut melakukan pelanggaran dilakukan penanganan berupa pemanggilan orangtua 4. Adakah hambatan selama melakukan piket di sekolah? Hambatannya banyak sekali, kurang SDM. Contohnya begini ya saya piket, saya kan harus keliling ke kelas-kelas, kalau saya keliling anak tidak tertangani. Saya tidak mungkin berada di dua tempat sedangkan sekolah ada 4 lantai. Anak tertangani tetapi kelas-kelas tidak tertangani begitu sebaliknya.
5. Bagaimana cara mengatasi siswa yang tidak disiplin selama belajar? Misalnya masalah keterlambatan, saya kumpulkan di pos dan saya suruh jalan jongkok sekalian berolahraga biasanya 50 jadi 30 orang yang terlambat, berkurang lah istilahnya itu yang keterlambatan 15 menit. Biasanya
yang
datang
lebih
lama
lagi
saya
suruh
membantu
membersihkan musholla apalagi di hari jumat. Tapi kalau terlambat sudah berkali-kali dipanggil orang tua dan hasilnya dilaporkan ke wali kelas, dan ditindak lanjuti oleh wali kelasnya. 6. Upaya antisipasi seperti apa yang guru piket lakukan selama jam pelajaran berlangsung agar tidak terjadi pelanggaran? Ya, kalau terlambat lagi penanganannya maka kita datangkan orangtua kami mohon bantuan kepada orang tua untuk keberangkatan pagi tolong di ingatkan oleh orang tua anak ini dibangunkan pagi dengan sholat shubuh supaya tepat datang ke sekolahan, apabila masih terlambat orangtua akan diberi pengarahan. 7. Bentuk tindak lanjut seperti apakah yang anda lakukan terhadap siswa yang telah melanggar? Kalau tidak ada perubahan yang dikeluarkan, tapi kalau ada perubahan kita pertahankan. Seperti yang merokok, 3x peringatan tidak ada perubahan dan orangtua sudah datang dan masih tidak ada perubahan, maka dikeluarkan. Kita ada pantauan, siswa yang melanggar sekarang berubah baik menjadi rajin sekarang sudah bagus. Ada komunikasi dengan orangtua dengan pantauan dari pihak kita jadi anak berubah menjadi lebih baik.
Jakarta, 28 November 2014 Interviewer
Interviewee,
PEDOMAN WAWANCARA Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan SMKN 59 Jakarta
INDIKATOR RESPONDEN Nama
: Drs. Sukarno, M.M
Jabatan
: Wakil Kepala Sekolah
Pendidikan Terakhir : S2 Hari/Tanggal
: Jumat, 28 November 2014
Tempat
: Ruang Wakil Kepala Sekolah
1. Apa saja bentuk tidak disiplinnya siswa selama belajar? Ya siswa keluar-keluar kelas, siswa tidak memperhatikan guru selama belajar dan sikapnya tidak memperdulikan. 2. Apa saja penanganan kasus siswa yang kurang disiplin? Tergantung
kasusnya,
misalkan
pelanggaran
berat
langsung
dikeluarkan misalnya minum-minuman keras, narkoba itu ya saya langsung keluarkan, tawuran langsung dikeluarkan. Siswa yang keluar kelas itu diperingatkan, kan pertama kali guru yang bersangkutan dulu menangani kalau tidak bisa diserahkan ke wali kelas, kalau wali kelas tidak bisa yang menangani BP. Kalau BP gagal menangani baru saya sebagai kesiswaan yang menangani kasusnya. 3. Adakah kasus tidak disiplin siswa selama belajar sampai ke pemanggilan orangtua? Kasus seperti apakah itu? Kasusnya itu misalnya terlambat sampai 3x beruturut-turut, kemudian tidak masuk 3x berturut-turut itu dipanggil orang tua. Di sini maksimal tidak masuk itu 12x, kalau tidak masuk 12x sudah dikeluarkan oleh sekolah. Setiap 3x tidak masuk dipanggil orang tua, kalau sampai 12x dikeluarkan. 4. Apa saja hambatan yang dialami dalam membina siswa agar lebih disiplin dalam belajar?
Hambatannya dari pihak orang tua, orangtua selama sekolah gratis, tidak memperhatikan anak sama sekali. Jadi orangtua tidak pernah kontrol, dipanggil juga susah kadang-kadang. Karena sekolah gratis, orangtua kurang perhatian kepada anak dan kepada sekolah. Jadi seolah-olah semua persoalan ditangani sekolah, padahal itu persoalan anaknya sendiri, pihak orang tua lepas tangan. 5. Apa upaya preventif yang bapak lakukan agar siswa lebih disiplin dalam belajar? Kalau upaya pencegahannya banyak ya, artinya setiap siswa itu diberi jadwal untuk diberikan pengarahan. Ada jadwal setiap siswa itu mungkin kalau jumlah siswanya sampai 400 itu mungkin jadwal pengarahannya secara pribadi itu satu bulan satu kali. 6. Apa saja hukuman yang diberikan kepada siswa yang melanggar? Mungkin hukumannya dikeluarkan dari sekolah kalau pelanggaran yang berat, skorsing ada. 7. Apa hal yang melatarbelakangi siswa melakukan pelanggaran tersebut? Semuanya tergantung dari pikiran masing-masing, dia ini mau maju atau tidak, mau jadi orang baik atau tidak, tergantung individu masingmasing. Jadi, bapak dan ibu guru tidak bisa menentukan kamu harus pandai, kamu harus pintarnya sekian, semuanya bergantung pada siswanya sendiri kalau siswanya mau berhasil dengan baik otomatis disiplin diri dengan kesadaran yang tinggi akan terbentuk. 8. Bentuk kerjasama seperti apa yang anda lakukan dengan pihak lain? Ya, saya kerjasama dengan semua pihak terutama guru BP, Pembina Osis, guru piket dan juga ketua kelas kemudian satpam, ya itu semuanya berkaitan. Jadi saya bagian kesiswaan tidak bisa mengerjakan sendiri. 9. Apa bentuk evaluasi dan pengawasan yang bapak lakukan agar siswa lebih disiplin dalam belajar?
Ya sebenarnya ada evaluasi. Misalnya begini, ada siswa yang melanggar tata tertib, apabila hukumannya masih dianggap masih kurang dapat menjerakan siswa ya tentunya kami evaluasi bagaimana supaya siswa itu jera tidak melakukan pelanggaran lagi. Sebenarnya kalau pengawasan itu relatif, pengawasan yang efektif itu pengawasan terhadap diri sendiri. Dengan kesadaran yang tinggi itu, kalau kita kerja dan belajar selalu diawasi kapan kita mandiri. Kalau dulu ada WASKAT (Pengawasan Melekat), kalau orang yang tidak diawasi tidak akan bekerja itu orang yang tidak mandiri.
`
Jakarta, 28 November 2014
Interviewer
Interviewee,
Sefti Aminah
Drs. Sukarno, M.
PEDOMAN WAWANCARA Guru SMKN 59 Jakarta
INDIKATOR RESPONDEN Nama
: Firman Firdaus, S.Sos.I.
Jabatan
: Guru mata pelajaran kewirausahaan
Pendidikan Terakhir : S1 Hari/Tanggal
: Jumat, 23 Januari 2015
Tempat
: Ruang perpustakaan
1. Bagaimana upaya anda dalam menumbuhkan sikap dan perilaku religius peserta didik di sekolah? Ya misalkan untuk membentuk sikap dan perilaku religius, setiap hari jumat anak perempuan selalu mengikuti keputrian saat siswa laki-laki shalat jumat, setiap pagi sebelum KBM juga ada kegiatan baca Al-Quran bersama. 2. Bagaimana cara menanamkan sikap jujur dalam bertindak dan berucap di sekolah? Saat saya memberikan tugas mata pelajaran kewirausahaan yaitu tugas product selling dalam pembuatan proposal dan pengajuan proposal harus ada rincian anggaran yang sesuai, siswa dituntut untuk jujur dalam hal tersebut. 3. Apa upaya yang anda lakukan agar siswa dapat saling menghargai satu sama lain? Ya biar siswa jujur biasanya saat mata pelajaran saya terkait dengan tugas product selling siswa secara berkelompok saling berdiskusi membicarakan product yang akan mereka jual di sekolah. Dalam diskusi itu kan siswa saling mengutarakan pendapat mereka dan mereka harus menghargai pendapat satu sama lain. 4. Apa saja kontribusi anda agar siswa lebih disiplin mematuhi tata tertib dan peraturan di sekolah? Biasanya biar siswa lebih disiplin itu saya mengadakan razia saat jam belajar. Saya menerapkan sanksi poin kepada siswa yang melanggar
seperti makan saat jam belajar atau pulang sebelum bel sekolah berbunyi ya maka siswa tersebut akan saya kenakan sanksi poin pelanggaran. 5. Bagaimana cara untuk memotivasi siswa agar lebih bekerja keras terutama dalam hal belajar? Motivasi itu biasanya datang dalam diri sendiri ya, biasanya saya berusaha untuk memotivasi siswa dengan memberikan video dan games-games edukatif dalam belajar terutama video yang memotivasi sehingga siswa lebih tertarik untuk belajar. 6. Apa saja hal-hal kreatif terbaru yang siswa hasilkan di sekolah? Di sekolah siswa biasanya secara mandiri membuat tugas berupa membuat pin, gelas, miniatur rumah betawi, miniatur ondel-ondel bahkan membuat web design hingga menjadi perwakilan juara antar sekolah. 7. Bagaimana cara menanamkan sikap mandiri kepada siswa di sekolah? Ya, menanamkan sikap mandiri yaitu dengan saat kerja kelompok dan mengerjakan tugas, pasti di dalam kelompok itu tiap-tiap individu mempunyai tanggung jawab masing-masing. Tanggung jawab setiap individu dalam kerja kelompok akan menimbulkan sikap mandiri dalam diri siswa tersebut untuk mengerjakan tugas yang memang sudah di bagibagi per individu dalam kelompok tersebut. 8. Apa upaya agar siswa lebih demokratis pada saat belajar? Agar siswa lebih demokratis, biasanya saat belajar setiap ada presentasi setiap siswa bebas untuk mengungkapkan pendapatnya mengenai hal yang berhubungan dengan materi pelajaran. 9. Bagaimana cara anda menanamkan sikap rasa ingin tahu kepada siswa terutama pada saat belajar? Ya dalam belajar setiap siswa saya bebaskan mencari sumber belajar melalui media mana saja, jadi siswa tidak berfokus pada guru saja. Ya sekarang kita memakai kurikulum 2013 jadi siswa dituntut lebih mandiri dalam mencari sumber belajar jadi sikap rasa ingin tahu siswa terutama saat belajar juga muncul.
10. Apa saja upaya dalam mengembangkan wawasan kebangsaan pada diri siswa? Pengembangan wawasan kebangsaan ya sudah ada dalam mata pelajaran kewarganegaraan. Siswa jadi tau apa saja yang berhubungan dengan pengetahuan kenegaraan. 11. Bagaimana upaya anda untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air kepada siswa? Ya menumbuhkannya dengan pelaksanaan upacara setiap hari senin dan setiap hari-hari nasional. Saat ini terdapat kegiatan pramuka juga agar siswa lebih mengetahui secara mendalam kegiatan terkait dengan rasa cinta tanah air tersebut. 12. Apa saja hal yang dilakukan agar siswa lebih berprestasi? Agar siswa lebih berprestasi tentunya harus ada motivasi dari dalam dirinya, apabila motivasi hanya dari guru maka akan percuma. Harus ada keinginan untuk maju terutama dalam hal belajar. 13. Apa saja kerjasama dan komunikasi siswa dengan siswa lain dalam hal belajar? Kerjasama antar siswa lebih kepada diskusi kelompok, terutama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Kerjasama juga bisa terlihat saat upacara sekolah yaitu setiap siswa saling membagi tugas untuk menjadi petugas upacara. 14. Bagaimana cara Anda menanamkan cinta damai kepada para siswa? Mengajarkan cinta damai yaitu dengan mengadakan lomba baik itu dalam hal akademik maupun non akademik 15. Apa saja upaya sosialisasi kepada siswa agar lebih menyediakan waktunya untuk membaca? Ya misalkan dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mencari referensi di perpustakaan agar dia mau membaca. 16. Bagaimana cara mengembangkan sikap peduli lingkungan kepada siswa?
Sikap peduli lingkungan ya dengan mengadakan piket kelas setiap harinya, kemudian setiap hari jumat selalu mengadakan “jumat bersih” sehingga siswa lebih peduli terhadap kebersihan lingkungannya. 17. Apakah sekolah telah mengembangkan sikap peduli sosial dengan pemberian bantuan kepada orang yang membutuhkan? Sekolah mengembangkan sikap peduli sosial kepada siswa misalkan setiap memperingati hari anak yatim, sekolah biasanya memberikan santunan kepada siswa yang yatim/piatu. 18. Apakah setiap siswa telah melaksanakan tugas dan kewajiban terutama dalam hal belajar? Belum sepenuhnya, karena masih ada sebagian siswa yang telat dan bahkan tidak menyerahkan tugas. 19. Bagaimana upaya mengembangkan sikap menghadapi masalah dalam diri siswa? Misalkan ada perselisihan baik antara siswa dengan siswa ataupun guru dengan siswa maka menghadapi masalahnya dengan penyelesaian oleh pihak BK. Dari hal tersebut siswa juga harus bisa menghadapi masalah yang sedang dihadapi. 20. Apa saja hal yang anda lakukan agar siswa lebih kritis dalam hal belajar? Ya, agar lebih kritis siswa pada saat diskusi di kelas saya tuntut untuk harus lebih mengeluarkan pendapat apabila ada hal yang ingin disampaikan.
Jakarta, 23 Januari 2015 Interviewer
Interviewee,
Sefti Aminah
Firman Firdaus, S.
Lampiran 3
ANGKET PENELITIAN UNTUK SISWA “Kontribusi Bimbingan dan Konseling dalam Membina Disiplin Belajar Siswa di SMKN 59 Jakarta”
IDENTITAS RESPONDEN Nama
:
Jenis Kelamin : Kelas
:
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET 1. Sebelum Anda menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan, terlebih dahulu isi daftar identitas yang telah disediakan. 2. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan, kemudian beri tanda silang (X) dengan cara memilih salah satu jawaban yang paling sesuai menurut Anda. 3. Pengisian angket ini tidak akan mempengaruhi nilai Anda dan dijamin kerahasiaannya. 4. Terimakasih atas bantuan dan kesediaan Anda dalam mengisi angket penelitian ini.
A. Kontribusi Bimbingan dan Konseling 1. Adakah kegiatan bimbingan dan konseling di sekolahmu? a. Ada, dalam mata pelajaran bimbingan dan konseling b. Ada, di luar jam pelajaran. c. Ada, hanya waktu tertentu saja d. Tidak ada 2. Apakah pada tahun ajaran baru terdapat layanan orientasi sekolah dari guru BK? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
3. Apakah guru BK menjelaskan pentingnya tata tertib dan peraturan di sekolah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 4. Bagaimana sistem penyampaian materi BK di sekolahmu? a. Guru BK menyampaikan materi lengkap secara sistematis dan runtut b. Guru BK menyampaikan materi lengkap secara acak c. Guru BK menyampaikan materi sesuai kebutuhan d. Guru BK menyampaikan materi secara insidental 5. Bagaimana pelayanan BK di sekolahmu? a. Sangat memuaskan b. Cukup memuaskan c. Kurang memuaskan d. Tidak memuaskan 6. Siapa saja yang terlibat dalam pelayanan BK di sekolahmu? a. Seluruh warga sekolah b. Wali kelas, Guru BK dan Guru Mapel c. Wali kelas dan Guru BK d. Hanya guru BK 7. Berapa kali guru BK memberikan layanan bimbingan kepada Anda? a. Setiap ada masalah b. Seminggu sekali c. Dua minggu sekali d. Sebulan sekali 8. Apakah Anda memerlukan lebih banyak guru pembimbing? a. Ya, (3-4 orang) b. Ya, (2-3 orang) c. Ya, (1-2 orang)
d. Cukup guru BK saat ini saja 9. Layanan BK berlaku untuk siapa saja a. Seluruh warga sekolah b. Guru dan siswa c. Siswa saja d. Siswa yang bermasalah 10. Apakah dengan layanan BK membantu permasalahan Anda? a. Sangat membantu b. Cukup membantu c. Kurang membantu d. Tidak membantu 11. Apakah dengan adanya layanan BK membantu Anda dalam kemajuan belajar? a. Sangat membantu b. Cukup membantu c. Kurang membantu d. Tidak membantu 12. Apakah guru BK mengembangkan kelompok belajar kepada siswa? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 13. Apakah guru BK mengadakan konseling kelompok kepada siswa? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 14. Apakah guru BK mengadakan konferensi kasus terhadap siswa yang melanggar tata tertib? a. Selalu b. Sering
c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 15. Bagaimana pelaksanaan kegiatan layanan penempatan dan penyaluran yang ada di sekolahmu? a. Setiap ada penyampaian materi BK dalam kelas b. Sesuai kebutuhan dilaksanakan pada saat jam pelajaran BK dalam kelas c. Sesuai kebutuhan dilaksanakan diluar jam pelajaran BK d. Layanan penempatan dan penyaluran hanya dilakukan di ruang BK saja. 16. Apakah guru BK memberikan informasi yang bermanfaat saat belajar? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 17. Apakah
guru
BK
memberikan
penjelasan
bagaimana
cara
memanfaatkan waktu dalam belajar dengan baik? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 18. Apakah guru BK mengadakan tes IQ kepada Anda? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 19. Apakah guru BK memfasilitasi Anda terutama kerjasama dengan pihak lain dalam praktek kerja lapangan? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
B. Disiplin Belajar 20. Saya selalu berpakaian rapi sesuai tata tertib sekolah a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 21. Saya memberikan surat keterangan ketika berhalangan hadir di sekolah a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 22. Saya membawa sesuatu yang tidak diperbolehkan oleh sekolah (rokok, minuman keras, majalah, dll) a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 23. Saya makan di saat jam pelajaran berlangsung a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 24. Saya sering keluar sekolah tanpa ijin petugas piket a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 25. Saya melaksanakan segala peraturan yang diberikan oleh guru di kelas. a. Selalu
b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 26. Saya tidak pernah keluar kelas saat jam pelajaran sekolah berlangsung a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 27. Saya selalu datang tepat waktu ke sekolah a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 28. Saya selalu hadir di kelas sebelum kegiatan belajar dimulai a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 29. Saya memperhatikan guru saat menjelaskan materi pelajaran a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 30. Saya aktif bertanya kepada guru apabila ada materi yang tidak dimengerti a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 31. Saya mengunjungi perpustakaan sekolah untuk membaca buku a. Selalu
b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 32. Saya tetap belajar meski guru berhalangan hadir a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 33. Saya memanfaatkan waktu kosong untuk membaca buku a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 34. Saya memanfaatkan waktu luang dengan belajar bersama dengan teman a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 35. Saya mengerjakan tugas yang diberikan guru di kelas a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 36. Saya mengikuti remedial mata pelajaran yang nilainya kurang memenuhi standar a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
37. Saya mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 38. Saya berbuat usil dalam kelas a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 39. Saya memainkan hp saat jam pelajaran berlangsung a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 40. Saya mengobrol ketika guru menjelaskan a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
Lampiran 4
Kerangka Program Bimbingan dan Konseling daiarn I m plementasi Ku rlkr,ri u m ZAL3 Membantu proses pengenalan diri oleh peserta didik beserta peluing dan tantangan yang ditemukannya dalam !:::gkungan, iehingga peserta didik mandiri mengambil keputusan pentin6 *erjaranan hidupnya (betajar, pribadi, sosial dan karir) dalam rangka n:ewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan bahagia serta peduli kepada kemaslahatan umum, melalui pedidikan
Tugas Guru BK
,i]:i:ii.].]:;:i:::jil:1.iii;il::l.li,i,]i:].::.:].:::...''.-
Fokus tayapan,BK
:*ianu o.umtlemoan[rin,komnetensi,ygmr;aiti:an pEi.iii,did-ilGb-TE-t-T ,'' ... :.
Program layanan BK
Disusun berdasarkan hasit anatisis need.s kebutuhan dan perkembangan peserta didik serta potensi iingkungan yang mendukung pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Kontribusi program bimbingan dan konseling dalam satuan pendidikan tidak diukur dengan rasio guru bimbingan dan konseling, namun diukur melalui kadar proporsi layanan bimbingan Can konseling belajar, pribadi, sosial, dan karir
.
?
,
BK
.',
,r;;;;n
*
Jenis Layanan
, ,,,.:,:,.:1,.:',.:'t'i.-.
individual, kelompok, dan klasikal clengan menggunakan instrument dan media yang releva layanan dasaq layanan responsif, layanan perencanaan individual, dukungan sistem dan kolaboratif
72
Lampiran 5
Fungsi BK dalam Peminatan peserta Didik
*
:
Lampiran 6
REKAPAN DAFTAR PENERTIBAN SISW A (RAZTA)
59 JAKARTA TAHUN AJARAN ?013/2OT4 5,1/1KN
LANJUT
seluruA €t
- Fai't a
kdti
Xt
tlAOWl.{uU; tL)(
rr4\
Mengetohui, Bimbingon dqn konseling SMKN
59 Jokqrto
Lampiran 7
DATTiIR HJIDIR PEMAIIIGqILft"N OBANG TUA
Nur
llttlara
N
A{aurtrah
'*L t 1l126r
vrrr
of /
I q,7,t1 ,1 .)u Sif r"r '--v*--7--'-
2
3-Jci!
ta:s/ tG lv/ht
st 2J/t/ rA3
r**s,o y:'t41scv47-
'Mengetahui, Kepala SMKN 59 Jakarta
Drs. H. A. Svamsiar
llK SMKN
59 Jakqrta
--v*fu* Evi Fitriyanti, S.Pd
:
LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH SMK Negeri 59 JAKARTA TAHUN 2013lt2014
'' 6 uN TutZ B
,+C> ah4h
Saht +q,qa dt
Mengetahui Kepala Sekolah
Jakarta, 14 Februari 20, Guru Bimbingan dan Konsr
Dra. Ani Kristiani. M.pd Nip. 1 96905 231994122001
Sudik Pravitno. S.'pd N
..*b
lP.1 9701 2202010081001
Lampiran 9
ANGI$.ffiEDI.pErANccARAN DAN pOrNT PENGHARGMN SMK NEGERI 59 JAKARTA ' TAHUN PEIA.IARAN 2O13/2A14
STSWA
Nama : ALF)(/.NDER NIS :7708
terlunbae c.mbat
tert..mtq
t
JUMLAH
GOSAT
i{-+/"au t
1o,
f
eo$
)a
ovtf,,f
B{-A
{
(FLL/\Q,
Lr]t-D tV L
(:t,,"1 ldly* xtr MMI
Getsi Kqtitcr Hof+Yo
391._"lte!l
_C
\9::!
DV
)*r)
( dqn tango3o )
!_.B
,------:'
r5
t
C)
B{
2ey
F;iJti;;,.'
itrcr.i", Sw*lr,
Ntns'u'1i-'.ti SrvlPTM f
et.icl
tlv
l,'r,it;qrtciuir fil*rcrr--,vAlen
r$*.t*t'
l
,,r ;;.1" mlo-^l
s/orneJ
iv\Larhi"u?
F
r,),Le-i-?o
6.a-L4-:.
#
Zr>Z< ,\
f,q *-a-a/a4 bt,zn
A'4*
il.,t<-z<-<-4-z-
K6L
f-r-A-4 ^*9r-",4
'
Lampiran
ll
Hubungan Kolaboratif Guru BK dan Guru Mata pelajaran
4 T
Lampiran 12
\ I j
a. r. Ft
FORM (FR)
a.aaaailogs6ifrrritririthaedlr
Dokumen
:
Tgl.
Terbit :
FITK-FR-AKD085 1 Maret 2010
No.
Revisi: :
01
No.
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK
l.lal
_.-/_-
PERI'OHONAN SURAT BftIBIHGAH SKRIPSI
Istimewa
Nomor Lampiran
: : SatuberkasProposal
Psihal
:
Jakarta, 3Januari 2014
Bimbingan Skripsi
Kepda Yth. Ka. Subbag Akademft &Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di
Tempt Asssl omu' al a ikum
w
r.
w b.
Yanghnanda tangan di bawah ini
Hryna NIM
: Sefti Aminah
:IIIU0I82UUU38 Jurusan/Prodi : Manajemen Pendidikan Semester : VII (Tujuh) A
krgarr ini mergajukan permohonan surat bimbiugan stripsu sebagai salah satu syaiat meRyelesaihan pro$am S- t (Strata 1 ) UII\[ Syarif Ffidayatullah Jakarta. Adapun judul skripsi yang diajukan adalah:
Kontribusi Bimbingan Konseling dalam membina disiplin belajar siswa di SMKN J9 Jakarta
*usen Peffibimbing Skipsi yang rliusulkan:
I
Pembimbing
: Salman Tumanggor, M.Pd.
bahan pertimbangan saya lampirkan propoeal, D€n*kicn p€scncherrsn ini seya wmpeiken, e&s per{mtiarar5n dirreapkan
Sfbapl
terirna kasih. *Vsssslswu' als ikttm wn
*s b.
Mengetahui, Ketua Jurusan
h3'.
Dr.
Has,l\\
As,,,'ori, ['1 Pd
NIP. 19661009 199303
Tembusan: 1. Eoscn Peirasehat Akademik
I 004
l l 10018200038
Lampiran 13
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK Jl.
lr. H.
FORM (FR)
:
No.
Dokumen
Tgl.
Terbit :
FITK-FR-AKD-082 1 Maret 2010
Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesh
SUNNT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN Nomor : Un.0'l/F.1 /KM.O1 3.ln?1201 4
Lamp.
Hat
Jakarta, 5 Agustus 2014
:-
: Permohonan lzin Penelitian
Kepada Yth.
Kepala SMKN 59 Jakarta di Tempat Assal amu' al aikum wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa, : SeftiAminah Nama : 1110018200038 NIM Jurusan : Manajemen Pendidikan Semester : lX (Sembilan)
Judul Skripsi :"Kontribusi Bimbingan dan Konseling Terhadap Disiplin Belajar Siswa di SMKN 59 Jakarta' yang adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta
sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset)
di
instanii/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.
Untuk
itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan
mahasiswa tersebut
melaksanakan penelitian dimaksud'
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassal am u' al ai ku m wr.wb. Pendidikan
Asy'ari, M.Pd 9661009 199303 Tembusan: 1. Dekan FITK 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Mahasiswa Yang bersangkutan
I
004
Larnpkan
14 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
"5JAt
DINAS PENDIDIKAN
!.*
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)NEGERI 59 JAKARTA BIDANG KEAHLIAN : BISNIS DAN MANAJEMAN & TEKNIK INFORMA DAN KOMUNIKASI Jl. Ciputat Raya- Pd. Pinang
-
Keb. Lama- Jakarta Selatan
-
Telp. 7513729
SURAT KETERANGAN Nomor Yang bertanda tangan di bawah
Negeri 59 Jakarta
ini
: 486./1.85L.72
Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
:
Nama
Drs. H. Ramli, M.Pd
NIP/NRK
19650503 199703 1002
Pangkat/Gol./Ruang Jabatan
Pembina, IV/a
Menerangkan bahwa
Kepala Sekolah
)
Nama
Tempat, tgl. Lahir NIM
Fakultas/lurusan Semester
Sefti Aminah Jakarta, 19 Maret 1993 i 1 10018200038 Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IX (Sembilan)
/ Manajemen
Pendidikan
Nama tersebut di atas telah mengadakan penelitian pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 59 Jakarta, sejak bukan Oktober s.d. Desember 2014. Dalam rangka pembuatan Skripsi yang berjudul: KONTRIBUSI BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MEMBINA DISIPLIN BEIA]AR SISWA DI SMKN 59 JAKARTA.
Demikian surat keterangan ini diberikan, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Jakarta, 16 Desember 20L4
UJI REFERENSI
Seluruh ref,erensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul
"Kontribusi Layanan Bimtringan dan Konseling dalam Membina Disiplin Belajar Siswa di SMKN 59 Jakarta'yang dilakukan oleh Sefti Aminah,l[[M 1110018200038, Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jaliarta, telah diuji kebenarannya oleh Dosen Pembimbing Skripsi I pada tanggal 5 Januari 2015.
Jakart4 5 Januari 2015 Dosen Pembimbing,
Dr. Salman Tumanggor. M.Pd
MP. 195707L0 197903 I
002
Lampiran 15
LEMBAR fUI REFEREi\SI
No.
No. Footnote
I
1
2.
2.
3.
Bu
ku Referensi/Ruj
u
kan
BAB I Prayitno & Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konselins- (lakarta: PT. Rineka Ciota- 2008)- h.25. Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. ( Iakarta: Raiawali Pers. 2009)^ h.2 http://news. detik. com/r ead/20 I 4 102/28 I 13 4858125 I 13 3 0 I I 0 I tawuran-pelaj ar-di-bo gor-po li s i -keluarkan-
Ilalaman Skrinsi
Halaman Referensi
1
25
2
2
2
1
Paraf Pembimbins
1 l--
tembakan-peringatan
H.M. Alisuf Sabri, Pengantar llmu
Pendidikan,
4.
4.
(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 54.
3
54
5.
5.
Dirjend Pendidikan Dasar dan Menengah , Undangundang RI No 20 Tahun 200i, Tentang Sistem
3
1
8
30-31
8
54
9
123-r24
Pendidikan Nasional (Jakarta: tno. 2003).
BAB
II
Tulus Tu'u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan 1
1
Prestasi Siswa, (Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004), h.30-3
1.
H.M. Alisuf Sabri, Pengantar llmu 2.
2.
).
J.
Pendidikan,
(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005).h. 54.
Piet
Sahertian, Dimensi-Dirnensi Administrasi
Pendidikan
di
Sekolah" (Surabava: Usaha Nasional"
J
4.
4.
5.
5.
6.
6.
7.
7.
8.
8.
9.
9.
10.
10.
11
11
1994). h. 123-124. Conny R. Semiawan, Penerapan Pembelaiaran Pada Anak,(Jakarta: PT. Index, 2008), h.93.
Tulus Tu'u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004). h.38-43 Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan (dasar teoritis untuk praktik profesional), (Bandung: Anskasa. 1993). h.111. Emile Durkheim, Pendidikan Moral: Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1990), h. 106. Zurinal & Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan: Pengantar & Dasar-Dasar Pelal$onaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 117. Hamzah B. Uno, Teori motivasi & Pengukurannya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara), h. 11. M, Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007)" h. 56. Sumadi Suryabrata, Psikologi pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010). h.232. Syamsuddin Makmun, Psikologi Pendidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: Remaia Rosdakarva. 2009), h. 159-160
I
93
1
11
38-43
(
l1
111
1,2
106
\ t2
t17
t2
11
l3
56
l3
232
t4
159-160
Abin
12.
t2.
-illlry
t3.
13.
14,
14.
15
15.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaia Rosdakarya, 2011), h, 1,29. H.M. Alisuf Sabri, Pengantar llmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press. 2005). h. 59-60 Piet Sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional,
14
t29
\
l5
s9-60
I I
t7
128-t29
\
t994).h. 128-129. 16.
17.
16.
t7.
Anas Salahudin, Bimbingan & Konseling, (Bandung: CV Pustaka Setia.2010), h. 13.
Syamsu Yugyf & Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Remaja
t7
13
L7
6
18
1l
18
37
18
94
18
7
19
21,-22
t9
8
t9
7
w:
Rosdakary a, 2006\, h.6.
Abu Bakar Baraja, Psikologi Konseling, 18.
t9.
(Jakarta:
Studia Press, 2007), h.
19.
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan K.onseling di Sekolah,
20.
20.
2t.
2t.
22.
22.
23. .A
11.
18.
24.
i
(Jakarta: PT.Rineka Cipta. 2008). h.37. Prayitno & Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konselins. Jakarta: PT.Rineka Cipta" 2008)" h.94. Bimo Walgito, Bimbingan & Konseling, (Yogyakarta: Andi Offset.2010). h. 7. Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madr as ah, (I akarta: Raj aGrafindo Persada, 2007 ), h.
2t-22. Bimo Walgito, Bimbingan & Konseling, (Yogyakarta: Andi Offset.2010). h. 8. Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, , Landasan
\
I
tsimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarva.2006). h,7, 25. 26.
25. 26.
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelalrsanaan Program Birnbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: PT.Rineka Cipta. 2008). h.38. Anas Salahudin, Bimbingan & Konseling, (Bandung: CV Pustaka Setia.2010). h. 18. Badrujaman, Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT.Indeks,
20
38
20
18
20
28
\
Aip
27.
27.
28.
28.
29.
29.
2011).h.28. Dirjend Pendidikan Dasar dan Menengah , UndangNo 20 Tahun 2003, Tentang Sistem undang (Jakarta: tnp, 2003). Nasional Pendidikan Prayitno & Erman Amti, (Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling), Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008, h.
N
\V%*, _c-qf(/
<+
2l
1
2l
114
22
22-23
))
t3-14
23
24
z)
25
24
43
rt4. 30.
30.
31.
31.
Anas Salahtdin, Bimbingan & Konseling, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), h.22-23. Anak Agung Ngurah Adhiputra, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013). h.13'14'
33.
JJ.
Anas Salahudrn, Bimbingan & Konseling, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), h.24. ' Prayitno, Pelayanart Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 2000), h. 25.
34.
34.
Dewa Ketut Sukardi. Penpantar
32.
Pelaksanaan
Program Bimbingan dan Konseling
di
Sekolah,
1
(Jakarta: PT.Rineka Ciota. 200B). h.43. 35.
35.
36.
36.
37.
37.
38.
38.
39.
39.
40
44.
Hallen, Bimbingan dun Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Ciota. 2005). h.57-58. Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta" 2005). h, 63. Prayitno & Ennan Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008), h. 114t20. Prayitno, Pelayanan Bimbingan dan Konseling, 0 akarta'. PT. Mandiriabadi" 2000). h. 3 1 -32. Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jaftarta: PT. Rineka Ciota. 2005). h.64-65
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
25
57-58
26
63
26
rt4-120
27
3t-32
27
64-65
28
49
28
66
28
tt4-120
29
42
29
tL4-120
33
30-36
(Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008). h.49.
Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:
PT.
41.
4t.
42.
42.
43.
43.
Rineka Cipta. 2005). h.66. Prayitno & Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), h. 114r20. Anas Salahudin, bimbingan dan konsellng, (Bandung: Pustaka setia, 2010). h. 42.
44.
Prayitno & Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakar&a: PT.Rineka Cipta, 2008),, h. 114-
44.
120.
4s.
45.
WKonseling,
tl
ru
Andi Offset,2010), h. 30-36.
\
Prayitno, Peloyanan Bimbingan dan Konseling, 46.
47.
46.
(Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 2000), h.35.
JJ
35
47.
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelalrsanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
33
60
(Jakarta: PT.Rineka Cipta. 2008). h.60. 48.
48.
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelalaanaan Program Bimbingan dan K.onseling di Sekolah,
1 I
34
62
36
t8-19
36
272-273
39
3s-39
(Jakarta: PT,Rineka Cipta. 2008). h.62. 49.
49.
Achmad Juntika Nurihsan dan Akur , Sudianto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP, Oakarta: PT. Grasindo.2005). h. l8-19.
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan 50.
50.
Madras ah, (Jakarta: PT. Raj aGrafindo Persa da, 2A07),
h.272-273 Prayitno, Pelayanbn Bimbtngan dan Konseling pada 51.
51
Sekolah Menengah Kejuruan, (Jakarta: PT. Ikrar
Yzrt^ /'4V
Mandiriabadi. 2000). h. 35-39.
1
1
2.
2.
1
I
BAB III Anas Sudjono, Pengantar Statisttk Pendidikan, (Jakarta: Raia Grafindo Persada,2003), h. 43 Suharsimi Arikunto, Manaj emen P e.nel it ian, (J akarla'. PT. Rineka Ciota.2005). h.44. BAB TV Hasil rvawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BP/BK), SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014.
52
43
53
44
63
)
Hasil wawancara dengan Bapak Ramli (I(epala 2.
Sekolah), SMKN 59 Jakarta,24 November2014.
Hasil wawancara dengan Bapak Ramli
(Kepala
J.
Sekolah), SMKN 59 Jakarta, 24 November 2A14.
4.
4.
Hasil wawancara dengan Bapak Sukarno (Wakil Kepala Sekolah) SMKN 59 Jakarta, 28 November
5,
5.
6.
6.
J.
63
2014. Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BK) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014. Hasil wawarLcara dengan Ibu Wiwik Wijayanti (Guru Piket) SMKN 59 Jakarta,24 November 2014.
64
64
65
65
Hasil wawancara dengan Bapak Ramli 7,
7.
(Kepala Sekolah) SMKN 59 Jakarta,24 November2014.
66
8.
8.
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BK) SMKN 59 Jakarta, 24 lrlovember 2014.
67
9.
9.
Hasil wawancara dengan Bapak Sukarno (Wakil Kepala Sekolah) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014.
67
10.
t0.
Hasil wawancara dengan Ibu Wiwik Wijayanti (Guru Piket) SMKN 59 Jakarta,2S November 2014.
68
1
11
t2,
11
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BPiBK) StrrffN 59 Jakarta,24 November2014
68
12.
Hasil wawanoara dengan Bapak Tomi Sukito (Ketua Lab.Pemasarar. & Wali kelas), 28 November 20t4.
69
a
Hasil wawancara dengan Bapak Slrkarno (Wakil 13.
14.
13.
14.
Kepala Sekolah), SMKN 59 Jakarta, 28 November 2014.
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik (Guru BP/BK) SMKN 59 Iakrta,24 Novernber2014.
69
\ 70
Hasil wawancara dengan Bapak Sukarno (Wakil 15.
t6.
15.
16.
Kepala Sekolah bidang Kesiswaan) SMKN 59 lakarta, 28 November 2014.
Hasil wawancara dengan Ibu Wiwik Wijayanti (Guru Pike| SMKN 59 Jakarta, 28 November 2014.
7o
70
Hasil wawancara dengan Bapak Ramli t7.
(Kepala Sekolah) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014.
7t
18.
18.
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BP/BK) SMKN 59 Jakarta,24 November2}l{.
72
19.
19.
17.
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BPIBK) SMKN 59 Jakarta, 24 Novernber 20t4.
72
Hasil wawanoara dengan Bapak Ramli 24.
2t.
22.
20.
(Kepala Sekolah) SMKN 59 Jakarta,24 November2014.
72
2t.
Hasil wawarrcara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BP/BK) SMKN 59 Jakarta,24 November2}l4.
73
22.
Hasil wawarrcara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BP/BK) SMKN 59 lakarta,24 Novemb er 2014.
74
Hasil wawancara dengan Bapak Ramli
24.
25.
26
(Kepala
23.
Sekolah) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014.
74
24.
Hasil Dokumentasi Layanan BK dalam implementasi kurikulum 2013 di SMKN 59 Jakarta.
75
25.
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Pralritno (Guru BPIBK) SMKN 59 Jakarta, 24 November 2014.
75
26
Hasil wawancara dengan Bapak Sudik Prayitno (Guru BPIBK) SMKN 59 Jakarfa,24 Novernber2014.
76
Hasil wawancara dengan Bapak Sukarno (Wakil 27
27
28
28
Kepala Sekolah bidang Kesiswaan) SMKN 59 lakarta, 28 November 2014. Has
I wawancara dengan Bapak Firman Firdaus (Staf
Kes swaan) SMKN 59 Jakarta, 19 Januari 2015
76
\,
Untuk memenuhi validasi skripsi yang berjudul Kontribusi Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Membina Disiplin Belajar Siswa di SMKN 59 Jakarta, maka perlu pengujian daftar referensi untuk mengetahui sumber data yang diperoleh.
Jakarta,6 Januari 2015 Dosen Pembimbing
(
-{'zz2
*/
Dr. Salman Tumanggor, M.Pd. NrP. 19s70710 197903 1 002