KONTRIBUSI FASILITAS BELAJAR, MINAT MASUK SEKOLAH KEJURUAN DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
PUBLIKASI ILMIAH Disusunsebagaisalahsatusyaratmenyelesaikan program studiPascasarjanapadaJurusan Magister AdministrasiPendidikan FakultasPascasarjana Oleh PARTONO Q100140060
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
i
ii
iii
KONTRIBUSI FASILITAS BELAJAR, MINAT MASUK SEKOLAH KEJURUAN DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menguji kontribusi fasilitas belajar terhadap kemandirian belajar. (2) Menguji kontribusi minat masuk SMK terhadap kemandirian belajar. (3) Menguji kontribusi linkungan belajar terhadap kemandirian belajar siswa kelas X SMK N 1 Jenar,Sragen tahun pelajaran 2015/2016 secara parsial maupun simultan. Jenis penelitian diskritif kuantitatif, penelitian ini dilakukan pada 129 responden. Pengambilan sampel dengan teknik sampling sistematis.Teknik pengumpulan data dengan angket dan pengambilan data dengan kuisioner.Teknik analisis data dengan regresi, uji ketepatan model, uji ketepatan parameter penduga, sumbangan relatif, dan uji asumsi klasik. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa 1) Kontribusi fasilitas belajar (X1) terhadap kemandirian belajar (Y) siswa kelas X SMK N 1 Jenar Sragen. Fasilitas belajar memberikan sumbangan efektif sebesar 17,40%,dan taraf signifikansi 5% diperkuat nilai sig 0,000< 0,05.2) Kontribusi minat masuk SMK (X2) terhadap kemandirian belajar (Y) siswa kelas X SMK N 1 Jenar Sragen.Minat masuk SMK memberikan sumbangan efektif sebesar 26,94%,dengan taraf signifikansi 5% diperkuat nilai sig 0,000< 0,05. 3) Kontribusi lingkungan belajar (X3) terhadap kemandirian belajar (Y) siswa kelas X SMK N 1 Jenar Sragen, Lingkungan memberikan sumbangan efektif sebesar 8,59%, dan taraf signifikansi 5% diperkuat nilai sig 0,000< 0,05. 4) Fasilitas, minat masuk SMK dan lingkungan secara simultan berpengaruh signifikan dan positif terhadap variabel kemandirian belajar, dengan Koesfisien Determinasi sebesar 52,9%, dengan taraf signifikansi 5% diperkuat nilai sig 0,000< 0,05. Kata kunci: fasilitas, kemandirian,. lingkungan, minat ABSTRACT This study aims to (1) examine the contribution of learning facility to learning independence.(2) Test the interest in vocational contribution towards independent learning. (3) Test the learning environments contribute to the independence of class X student of SMK N 1 jenar, Sragen 2015/2016 school year partially or simultaneously. Type diskritif quantitative research, the study was conducted on 129 respondents. Sampling techniques sistematis.Teknik sampling data collection by questionnaire and data retrieval with kuisioner.Teknik regression data analysis, test the accuracy of the model, test the accuracy of parameter estimators, relative contributions, and test assumptions klasik.Hasil this study stated that 1) Contributions facilities learning (X1) to independent learning (Y) class X SMK N 1 jenar Sragen. The learning facilities contribute effectively amounted to 17.40%,
1
and a significance level of 5% reinforced grades sig 0.000 <0,05.2) Contributions interest in SMK (X2) towards independent learning (Y) class X SMK N 1 jenar Sragen.Minat enter vocational contribute effectively amounted to 26.94%, with a significance level of 5% reinforced grades sig 0.000 <0.05. 3) Contribution learning environment (X3) against independent learning (Y) class X SMK N 1 jenar Sragen, Environment provides effective contribution of 8.59%, and a significance level of 5% reinforced grades sig 0.000 <0.05. 4) Facility, interest in vocational and environment simultaneously significant and positive impact on the independence of the variables studied, with Koesfisien Determination 52.9%, with a significance level of 5% reinforced grades sig 0.000 <0.05. Keywords: facilities, independence , environment, interest Pendahuluan Pendidikan pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Proses pendidikan di sekolah bergantung bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Belajar bagi siswa merupakan sesuatu yang sangat penting ,karena dengan belajar sesuatu dapat tercapai dan dapat meningkatkan kedewasaan berfikir,serta mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Menurut Haris Mudjiman belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah dan dibangun dengan bekal pengetahuan dan kompetensi yang telah dimiliki (HarisMudjiman, 2007:7) Menurut Sutari Imam Bernabid (ZainunMuktadin,2002) kemandirian meliputi “perilaku mampu berinisiatif,mampu mengatasi hambatan, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.Kemandirian belajar merupakan faktor yang penting yang harus dimiliki siswa dalam proses belajar.. Kemandirian belajar adalah perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percayadiri dan dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, hasrat untuk melakukan segala sesuatu bagi diri sendiri. menurut obesevasi awal penulis, fenomena yang terjadi saat ini banyak siswa yang mengerjakan ujian mencontoh temannya tanpa berusaha mengerjakan sendiri. Ketika siswa diberitugas individu dari guru mereka mencontoh pekerjaan temannya tanpa berpikir panjang. Hal ini menunjukkan bahwa sikap atau perilaku tersebut kurang mandiri dan tidak percaya diri terhadap
kemampuan
sendiri.
Faktor-faktor
2
yang
mempengaruhi
perkembangan
kemandirian siswa adalah gen atau keturunan orangtua, polaasuh orangtua, system pendidikan di sekolah dan system kehidupan di masyarakat. Menurut Zakiah Daradjat fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Slameto dalam Arinto Sam (2008) belajar adalah proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri yang berinteraksi dengan lingkungan. Fasilitas belajar dibagi menjadi dua bagian yaitu fasilitas belajar dirumah dan fasilitas belajar di sekolah. Fasilitas belajar dirumah meliputi tersedianya : meja, kursi, ruang belajar, buku-buku pelajaran, biaya sekolah, biaya hidup dan suasana keluarga yang harmonis. Sedangkan fasilitas belajar disekolah meliputi tersedianya meja, kursi, papantulis, perpustakaan yang lengkap dengan buku pelajaran maupun buku penunjang, ruang kelas yang memenuhi syarat, hubungan antara siswa, guru dan siswaserta peran sekolah dalam mencukupi kebutuhan belajar siswa. Definisi minat dikemukan oleh Djaali (2008:126) yang menyatakanbahwa “minat kejuruan adalah kecenderungan sesorang untuk memilki prospek pekerjaan atau jabatan tertentu yang sesuai dengan karakteristik kepribadiannya. Minat kejuruan mengarah pada suatu pekerjaan atau profesi tertentu. Minat merupakan salah satu faktor utama untuk mencapai sukses dalam segala bidang, baik itu berupa studi, kerja, hobi atau aktivitas yang lain. Minat merupakan bentuk sikap ketertarikan atau sepenuhnya terlibat dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan tersebut (Sudarsono,2003:28). Faktorfaktor yang mempengaruhi minat siswa memilih Sekolah Menengah Kejuruan antara lain: kemauan, ketertarikan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan kondisi sekolah. Mariana (2010:17) menyatakan lingkungan belajar adalah keadaan yang mempengaruhi proses perubahan tingkah laku siswa. Lingkungan merupakan sumber belajar yang berpengaruh pada proses belajar dan perkembangan siswa.
Lingkungan
belajar merupakan lingkungan yang melingkupi terjadinya proses pembelajaran. Lingkungan belajar meliputi lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan belajar siswa dituntut untuk menciptakan iklim kehidupan sekolah yang kondusif. Lingkungan belajar yang yang kurang kondusif dapat menciptakan hambatan hambatan belajar siswa. Sebaliknya lingkungan belajar yang bagus dapat memperlancar dan
3
menumbuhkan kemandirian belajar siswa. Kondusif tidaknya lingkungan belajar siswa terlihat dalam interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, keteladanan perilaku guru, kualitas guru yang ditampilkan dalam melaksanakan tugas keprofesionalnya sehingga dapat menjadi model bagi siswanya. Penelitian yang terdahulu dilakukan oleh C.Kenneth Tanner and Jeffery A Lakcney yang menyatakan bahwa fasilitas sekolah berkorelasi dengan literature mengenai dampak lingkungan fisik.Strategi untuk menciptakan lingkungan fisik yang kondusif untuk belajar. Pencahayaan, kenyamanan, atmosfir yang menyenangkan dan kondusif untuk belajar. Penelitian lain dilakukan oleh Douglas Mattheu Monk (2006) mengemukakan bahwa hubungan antara kecukupan yang dirasakan dan dampak fasilitas ditingkat sekolah menengah. Tidak hanya konselor saja, tetapi juga orang tua dan anggota keluarga lain harus membantu siswa dengan eksplorasi yang lebih jauh guna meningkatkan kemandirian belajar siswa. Tujuan Penelitian ini untuk sekolah kejuruan
menguji kontribusi fasilitas belajar , minat masuk
danlingkungan belajarterhadap kemandirian belajar siswa kelas X
SMKN 1 Jenar Sragen tahun pelajaran 2015/2016 baik secara simultan dan parsial. Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena berlangsung saat ini, yang ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya tanpa melakukan manipulasi atau pemberian perlakuan tertentu terhadap objek. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dengan cara pengumpulandan pengukuran data yang berbentuk angka-angka (Sutama, 2012: 38). Yang dikaji adalah fasilitas belajar ,minat masuk skolah kejuruan dan lingkungan belajar sebagai variabel bebas terhadap kemandirian belajar sebagai variabel terikat. Lokasi penelitian ini di SMK N 1 Jenar Sragen dengan objek penelitian siswa kelas X (Sepuluh). Penelitian ini menguji kontribusi fasilitas , minat masuk sekolah kejuruan, dan lingkunganbelajar terhadap kemandirian belajar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswakelas X SMK N 1 Jenar Sragen sebanyak 190 peserta didik sedangkan sampel diambil sebanyak 129 yang dipilih berdasarkan pertimbangan : 1) praktis 2) ketepatan 3) non rsepon dan 4) analisis data.
4
Teknik pengumpulan datapada penelitian ini adalah dengan angket dan dokumentasi.Teknik pengumpulan data dengan angket
instrumennya berupadaftar
pertanyaan (kuisioner) yang bersfat tertutup. Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi , penskoran pada angket dengan terlebih dahulu dibuat kisi-kisi untuk setiap variabel.. Teknik Analisis Data dilakukan pengujian instrument dengan asumsi klasik kuesioner atau angket, dengan tujuan untuk mendapatkan model regresi estimasi yang handal dan tidak bias dengan kaidah Best Linier Unbiased estimator (BLUE). Secara teoritis model yang digunakan dalam penelitian ini akan menghasilkan nilai parameter model pendugaan yang shahih dan akurat asumsi klasik regresi yaitu Normalitas, Linieritas, Multikolinearitas, Heteroskedastisitas dan Otokorelasi telah terpenuhi. Uji Hipotesis menggunakan Uji signifikansi simultan ( Uji F) untuk membuktikan kebenaran hipotesis secara keseluruhan pengaruh variabel bebas (X1,X2,…Xn) yang secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel terikat (Y) (Bambang, 2008:44). Uji hipotesis yang kedua menggunakan uji signifikansi parameter individual ( Uji t) untuk menguji apakah hubungan X1 dan Y adalah positif atau searah. Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan yang diberikan variabel independen (fasilitas belajar , minat masuk sekolah kejuruan,dan lingkungan belajar) terhadap variabel dependen (kemandirianbelajar) yang dinyatakan dalam persentase. Sumbangan relative dan efektif digunakan untuk mengetahui berapa kontribusi masing-masing variabel bebas. Jumlah sumbangan efektif untuk semuavariabel samadengan koefisien determinasi, sedangkan jumlahs umbangan relative untuk semua varibel bebasnya samadengan 1 atau 100% (Budiono, 2004: 293)
Hasil dan Pembahasan Kemandirian Belajar Variabel kemandirian siswa indikator dibuat 30 pertanyaan dan tiap pertanyaan diberi skor 1 – 4. Dari data tersebut ditentukan panjang interval kelas melalui selisih nilai skor tertinggi dikurangi skor terendah dan ditambah 1, hasilnya dibagi dengan banyak kelas. Panjang interval kelas =
( Xmaks − X min) + 1 k
5
=
(106 − 56 ) + 1 = 12 ,75 4
Berdasarkan perhitungan panjang interval kelas 12,75 sehingga diperoleh panjang interval kelas adalah 13. Hasil analisis dalam bentuk tabel : Tabel 1.Distribusi Frekuensi tentang Kemandirian Belajar
No
Interval Skor
Frekuensi F
%
%Komulati
Kriteria
f 1
56 – 68
10
7.8
7.8
Kurang
2
69 – 81
58
45.0
52.7
Sedang
3
82 – 94
48
37.2
89.9
Baik
4
95 – 107
13
10.1
100.0
Sangat Baik
129
100
Jumlah
Kemandirian Belajar siswa SMKN 1 Jenar Sragen masuk dalam kategori kurang sebanyak 10 siswa atau 7.8%,kategori sedang sebanyak 58 siswa atau 45%, kategori baik sebanyak 48 siswa atau 37.2 %, dan 13 siswa atau 10.1% termasuk dalam kategori sangat baik.. Mean atau rata 81, median 81 dan modus 79.Nilai standar deviasinya untuk kemandirian belajar diperoleh hasil sebesar10.Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar siswa kelas X SMKN 1 Jenar Sragen sebagian besar masuk dalam kategori Sedang. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil mean yang lebih besar daripada median dan modus ,ini berarti bahwa
terdapat hubungan empiris antara
mean,median, modus. Ini menunjukkan bahwa penyebaran data terhadap nilai rata-rata hitungnya bersifat tidak simetris, sehingga dapat digambarkan kurva condong kekanan.Hal ini menyatakan bahwa mayoritas data cenderung mendekati meannya. Hal ini didukung oleh penelitian Zita Bauzine dan Aldona Vosyliute(2014) menyatakan belajar mandiri sangat tergantung pada proses pengaturan diri yang diselenggarakan sekitar empat atau lebih fase bagi siswa untuk menyelesaikan termasuk:
6
perencanaan, pemantauan diri, mengendalikan kecepatan dan arah pekerjaan dan evaluasi. Hal ini bermakna bahwa kemandirin belajar yang baik dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah secara sistematis. Fasilitas Belajar. Fasilitas belajar diukur dengan menggunakan indikator alat-alat pelajaran,media pembelajaran, penerangan ruang belajar, perlengkapan sekolah, jalan menuju sekolah dan letak sekolah. Dari indikator tersebut dibuat 25 pertanyaan dengan skor 1 -4 juga untuk setiap pertanyaan. Panjang interval kelas = =
( Xmaks − X min) + 1 k
(87 − 40 ) + 1 = 12 4
Berdasarkan perhitungan diperoleh bahwa panjang interval kelas 12, maka ditentukan panjang interval kelas adalah 12. Hasil analisis disajikan dalam Tabel sebagai berikut: Tabel 2.Distribusi Frekuensi tentang Fasilitas Belajar
No
Interval
Kriteria
Frekuensi
Skor
F
%
%Komulatif
1
40 – 51
5
3.9
3.9
Kurang
2
52 – 63
25
19.4
23.3
Sedang
3
64 – 75
71
55.0
78.3
Baik
4
76 – 87
28
21.7
100.0
Sangat baik
Jumlah
129
100
Fasilitas Belajar siswa SMKN 1 Jenar Sragen masuk dalam kategori kurang sebanyak 5 siswa atau 3,9%, kategori sedang sebanyak 25 siswa atau 19.4%, kategori baik sebanyak 71 siswa atau 55 %, dan 28 siswa atau 21,7% termasuk dalam kategori sangat baik.Mean atau rata-rata 68,85, median 69,33, modus 69,70 dan standar deviasi sebesar 9,00. Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa fasilitas belajar siswa kelas X
7
SMKN 1 Jenar Sragen sebagian besar masuk dalam kategori Baik. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil mean yang lebih rendah dari pada median dan modus ,ini berarti bahwa terdapat hubungan empiris antara mean,median, modus . Ini menunjukkan bahwa penyebaran data terhadap nilai rata-rata hitungnya bersifat tidak simetris, sehingga dapat digambarkan kurva condong kekiri.Hal ini menyatakan bahwa mayoritas data cenderung mendekati modusnya. Hal ini sejalan dengan penelitian Behrooz Sahebzadeh Farhangian ( 2013 ) juga menyatakan bahwa penggunaan peralatan dan fasilitas yang tersedia dilingkungan alam dapat membuat proses belajar aktif dan memiliki dampak yang signifikan dan positif terhadap prestasi akademik siswa. Maknanya adalah dengan adanya fasilitias belajar yang baik mampu meningkatkan kemandirian serta prestasi akademik siswa. Minat Masuk Sekolah Kejuruan. Minat belajar diukur dengan menggunakan indikator cita-cita, pilihan pekerjaan, keamanan sekolah, kenyamanan kelas ,peran teman,orang tua,guru, hadiah, pujian ,semangat belajar, semangat lomba,dan prestasi. Dari indikator tersebut dibuat 27 pertanyaan dengan skor 1 -4 juga untuk setiap pertanyaan. Panjang interval kelas =
( Xmaks − X min) + 1 k =
(103 − 46 ) + 1 = 14 ,5 4
Dari hasil perhitungan panjang interval kelas 14,5 maka ditentukan panjang interval kelas adalah 15. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel berikut:
8
Tabel 3. Distribusi Frekuensi tentang Minat Belajar
No
Interval
Frekuensi
Skor
F
%
%Komulatif Kriteria
1
46 – 60
3
2.3
2.3
Kurang
2
61 – 75
30
23.3
25.6
Sedang
3
76 – 90
72
55.8
81.4
Baik
4
91 – 105
24
18.6
100.0
Sangat Baik
Jumlah
129
100
Minat Belajar siswa SMKN 1 Jenar Sragen masuk dalam kategori kurang sebanyak3 siswa atau 2.3%, kategori sedang sebanyak 30 siswa atau 23,3%, kategori baik sebanyak72 siswa atau 55,8 %, dan sebanyak 24 siswa atau 18.6% termasuk dalam kategori sangat baik. Meannya 81,60, median 82,06, modus 82,50 dan nilai standar deviasi
10,64.
Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa Minat belajar siswa SMKN 1 Jenar Sragen sebagian besar masuk dalam kategori Baik. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil mean yang lebih rendah dari pada median dan modus ,ini berarti bahwa terdapat hubungan empiris antara mean,median, modus . Ini menunjukkan bahwa penyebaran data terhadap nilai rata-rata hitungnya bersifat tidak simetris, sehingga dapat digambarkan kurva condong kekiri.Hal ini menyatakan bahwa mayoritas data cenderung mendekati modusnya. Penelitian yang mendukung dilakukan oleh Bernard dalam Sardiman
(2008)
mengatakan bahwa minat tidak timbul secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Hal ini bermakna bahwa minat yang ditimbulkan sejak dini melalui pengalaan, kebiasaan, dan proses belajar mampu menumbuhkan kemandirian belajar yang lebih baik. Lingkungan Belajar. Lingkungan belajar diukur dengan menggunakan
indikator cara orang tua mendidik,
keadaan ekonomi keluarga perhatian orang tua, suasana rumah, keadaan sekolah,
9
suasanakelas, keadaan ruang kelas, kegiatan masyarakat . Dari indikator tersebut dibuat 22 pertanyaan dengan skor 1 -4 juga untuk setiap pertanyaan. Panjang interval kelas = =
( Xmaks − X min) + 1 k (85 − 30 ) + 1 = 14 4
Dari hasil perhitungan panjang interval kelas 14, maka ditentukan panjang interval kelas adalah 14. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel 4..Distribusi Frekuensi tentang Lingkungan Belajar Interval
Frekuensi
Skor
F
%
%Komulatif
1
30 – 43
4
3.1
3.1
Kurang
2
44 – 57
32
24.8
27.9
Sedang
3
58 – 71
68
52.7
80.6
Baik
4
72 – 85
25
19.4
100.0
Sangat Baik
Jumlah
129
100
No
Kriteria
Lingkungan Belajar siswa SMKN 1 Jenar Sragen masuk dalam kategori kurang sebanyak 4 siswa atau 3,1%, kategori sedang sebanyak 32 siswa atau 24,8%, kategori baik sebanyak 68 siswa atau 52,7 %, dan sebanyak 25 siswa atau 19,4% termasuk dalam kategori sangat baik. Mean 62,87,median 63,37, modus 63,88 dan standar deviasi sebesar 10.41. Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar siswa kelas X SMKN 1 Jenar Sragen sebagian besar masuk dalam kategori Baik. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil mean yang lebih rendah dari pada median dan modus ,ini berarti bahwa terdapat hubungan empiris antara mean,median, modus . Ini menunjukkan bahwa penyebaran data terhadap nilai rata-rata hitungnya bersifat tidak simetris, sehingga
10
dapat digambarkan kurva condong kekiri. Hal ini menyatakan bahwa mayoritas data cenderung mendekati modusnya. Penelitian lain juga dilakukan oleh Alimi, Ehinola dan Alabi ( 2011 ) menyatakan bahwa suntikan dana dari pemerintah berkaitan dengan fasilitas belajar mengajar berpengaruh terhadap prestasi akademik. Hal ini dimaknai bahwa terciptanya lingkungan belajar yang baik, kenyamanan belajar dan iklim yang kondusif dapat menibgkatkan kemandirian belajar sehingga prestasi akademik dapat meningkat. Nilai signifikansi variabel kemadirian belajar sebesar 0,059 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 sehingga disimpulkan bahwa data Kemandirian Belajar berdistribusi normal. Fasilitas Belajar, minat, dan Lingkungan belajar yang masing-masing menunjukkan nilai signifikansi 0,079; 0, 200; dan 0, 055 lebih dari taraf signifikansi 0,05. Terlihat bahwa masing-masing variabel independent yaitu fasilitas belajar, Minat, dan lingkungan belajar masing-masing berdistribusi normal. Uji linieritas variabel dependen yaitu kemandirian belajar dengan variabel independent yaitu Fasilitas, Minat, dan Lingkungan belajar masing masing menunjukkan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 sehingga asumsi linieritas data terpenuhi. Penelitian ini juga didukung oleh Noordin Yahaya, Azizi Yahaya, Jamaludin Ramli, Shahrin Hashim (2010) menyatakan bahwa asosiasi orang tua dalam lingkungan keluarga berpengaruh signifikan terhadap kemandirian belajar dengan nilai sig 0,001 kurang dari taraf signifikansi 0,05. Hal ini bermakna bahwa pengaruh variabel independent antara lain lingkungan keluarga mempengaruhi perkembangan kemandirian siwa secara linier. Uji hipotesis menggunakan analisis regresi yang bertujuan untuk menguji pengaruh antara variabel bebas yaitu fasilitas, minat dan lingkungan terhadap variabel terikat yaitu kemandirian. Perhitungan menggunakan program SPSS 23, didapat persamaan regresinya sebagai berikut . Ŷ = 19,515 + 0,291 X1 + 0,394 X2 + 0,161 X3 Jika variabel minat masuk SMK meningkat satu poin sedangkan variabel fasilitas belajar dan lingkungan belajar dianggap konstan, maka kenaikan kemandirian belajar sebesar 0,394.Jika variabel lingkungan belajar meningkat satu poin sedangkan variabel fasilitas belajar dan minat masuk SMK dianggap konstan, maka kenaikan kemandirian
11
belajar sebesar 0,161.Sehingga Hipotesis menyatakan “ada kontribusi antara
fasilitas
belajar, minat masuk SMK dan lingkungan belajar terhadap variabel kemandirian belajar siswa kelas X SMK N 1 Jenar, Sragen. Untuk membuktikan kebenaran hipotesis secara keseluruhan atau simultan, maka dilakukan uji F, yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (fasilitas, minat, dan lingkungan) yang terdapat dalam model secara bersama-sama atau simultan yang signifikan terhadap variabel terikat (kemandirian belajar): Tabel 5. Tabel hasil uji signifikansi simultan: uji
Fobs
signifikansisimultan Regresi
46.8 89
Ftabel
Keputusan
2,677
H0ditolak
Sumber : Hasil pengolahan menggunakan program SPSS versi 23.0 Berdasarkan tabel 5. uji signifikansi yang dianalisis secara bersama-sama diperoleh bahwa nilai F hitung sebesar 46,889 lebih besar dari nilai F tabel sebesar 2,667. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan liner ganda antara variabel independen yaitu Fasilitas, Minat, dan Lingkungan belajar terhadap variabel dependennya yaitu kemandirian belajar. . Uji signifikansi parameter individual ( Uji t). Untuk menguji hubungan fasilitas dan kemandirian belajar adalah positif atau searah: makin tinggi nilai fasilitas diduga mempengaruhi kemandirian belajar yang makin besar, demikian juga hubungan minat dan kemandirian belajar serta hubungan lingkungan dan kemandirian belajar. Tabel 6. Tabel hasil uji signifikansi parameter uji
signifikansi
tobs
ttabel
Keputusan
Fasilitas
3.018
1,657
H0ditolak
Minat
5.173
1,657
H0ditolak
Lingkungan
2.067
1,657
H0ditolak
parameter
Sumber : Hasil pengolahan menggunakan program SPSS versi 23.0
12
Berdasarkan tabel 6. masing-masing nilai dari t htung lebih besar dari ttabel, hal ini menunjukkan terdapat korelasi yang positif antara fasilitas dan kemandirian. Terdapat korelasi yang positif antara minat dan kemandirian. Terdapat korelasi yang positif antara lingkungan dan kemandirian , dengan demikian makin tinggi nilai lingkungan diduga mempengaruhi kemandirian yang makin besar. Penelitian ini didukung oleh Marko Radovan & Danijela Makovec (2015) mengatakan lingkungan belajar harus mencakup tiga komponen dasar untuk meningkatkan atau mengembangkan motivasi intrinsik yaitu kompetensi, otonomi dan kepuasan. Hal ini bermakna bahwa minat dan motivasi intrinsik memberikan korelasi positif terhadap kemandirian belajar. Analisis determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan yang diberikan variabel independen (fasilitas belajar ,minat belajar ,dan lingkungan belajar) terhadap variabel dependen (kemandirian belajar) diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,529, dimana senilai dengan 52,9%. Sedangkan 47,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Dengan ini penggunaan variabel bebas dalam menerangkan variasi variabel terikat sudah tepat. Hal ini sejalan dengan penelitian Qaiser Sulaiman,Ph.D (2014 ) mengatakan bahwa kelas yang dilengkapi dengan fasilitas fisik memiliki efek positif
yang signifikan pada nilai prestasi akademik siswa sekolah
menengah. Yang di tunujkkan dari nilai yang peroleh kelas eksperimen lebih tinggi dibanding dengan kelas kontrol. Hal ini bermakna bahwa penggunaan fasilitas belajar sebagai variabel bebas memberikan sumbangan efektif yang signifikan terhadap fasilitas belajar. Sumbangan efektif fasilitas belajar ( X1) terhadap kemandirian belajar (Y) sebesar 17,40%, minat belajar (X2) terhadap kemandirian belajar (Y) sebesar 26,94% dan lingkungan belajar (X3) terhadap kemandirian belajar (Y) sebesar 8,59%. Hal ini menunjukkan variabel minat belajar masuk SMK mempunyai sumbangan efektif paling besar terhadap kemandirian belajar. Sumbangan relatif fasilitas belajar ( X1) terhadap kemandirian belajar (Y) sebesar 32,89%, minat belajar (X2) terhadap kemandirian belajar (Y) sebesar 50,92% dan lingkungan belajar (X3) terhadap kemandirian belajar (Y) sebesar 16,24%. Hal ini menunjukkan variabel minat belajar masuk SMK mempunyai sumbangan relatif paling besar terhadap kemandirian belajar.
13
Desain Teruji Empiris terlihat pada kontribusi fasilitas, minat masuk SMK dan lingkungan belajar terhadap kemandirian belajar peserta didik kelas X SMK N 1 Jenar secara simultan . Hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai kemandirian belajar yang baik diperlukan fasilitas yang lengkap, minat masuk SMK yg kuat dan lingkungan belajar yang baik. Ada Kontribusi fasilitas terhadap kemandirian belajar siswa kelas X SMK N 1 Jenar yang memberikan sumbangan relative terhadap kemandirian belajar sebesar 32,89%. Adanya
kontribusi minat masuk SMK terhadap kemandirian
belajar memberikan
sumbangan relatif sebesar 50,92%. .Lingkungan belajar memberikan sumbangan relative sebesar 16,24% terhadap kemandirian belajar.Lingkungan belajar yang baik secara tidak langsung membantu pelaksanaan pembelajaran sehingga hasil dan tujuan pendidikan tercapai dengan baik.Sebaliknya lingkungan yang tidak terkelola dengan baik justru dapat menghambat jalannya pembelajaran dan sulit untuk mewujudkan kemandirian belajar. Dari variabel terikat fasilitas belajar, minat masuk SMK, dan lingkungan belajar, variabel terikat minat masuk SMK
memberi kontribusi yang paling besar terhadap
kemandian belajar.Hal ini menunjukkan bahwa minat yang kuat dalam diri siswa dapat menmbuhkan kemandirian belajar siswa. Penutup Ada kontribusi fasilitas belajar (X1) terhadap kemandirian belajar (Y) siswa kelas X SMK N 1 Jenar Sragen. Ini berarti semakin baik fasilitas belajar yang ada baik dirumah, disekolah maupun dimasyarakat maka kemandirian belajar siswa semakin baik.Siswa yang mempunyai kemandirian belajar yang baik hendaknya diusahakan fasilitas yang baik pula sehingga kemampuan siswa dapat dioptimalkan.Untuk itu agar tercapai prestasi belajar yang baik dan tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka harus didukung oleh fasilitas belajar yang memadahi. Fasilitas belajar memberikan sumbangan efektif sebesar 17,40%.Dengan taraf signifikansi 5% diperkuat nilai sig 0,000< 0,05. Peranan fasilitas pendidikan semakin dirasakan sangat penting sekali mengingat semakin ketat pula persaingan diantara lembaga- lembaga sekolah yang ada.Jika kelengkapan fasilitas secara parsial memberikan kontribusi terhadap kemandirian belajar siswa, maka guru dalam menyampaikan materi pelajaran akan mudah diterima oleh para
14
siswa sehingga kemandirian belajar akan terbentuk. Karena kelengkapan fasilitas belajar merupakan faktor penting yang mempengaruhi kemandirian belajar siswa. Ada kontribusi minat masuk SMK (X2) terhadap kemandirian belajar (Y) siswa kelas X SMK N 1 Jenar Sragen. Yang artinya makin kuat minat siswa maka semakin meningkat pula kemandirian belajar siswa. Pada penelitian ini minat masuk SMK memberikan sumbangan yang terbesar dari variabel bebas yang lain yaitu fasilitas belajar dan lingkungan belajar.Pentingnya keberadaan minat pada diri manusia adalah karena minatmerupakan sumber motivasi yang kuat, ia menjadi faktor pendorong untukmelakukan sesuatu. Minat masuk SMK memberikan sumbangan efektif sebesar 26,94% .Dengan taraf signifikansi 5% diperkuat nilai sig 0,000< 0,05. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda,kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Ada kontribusi lingkungan belajar (X3) terhadap kemandirian belajar (Y) siswa kelas X SMK N 1 Jenar Sragen, Yang berarti makin baik lingkungan belajar , baik lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat semakin meningkat pula kemandirian belajar peserta didik. Fungsi sekolah adalah mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan, spesialisasi, efisiensi, sosialisasi, konservasi, dan transmsi kultur, transmisi dari rumah kemasyarakat, sedang peranan sekolah adalah membantu lingkungan keluarga dalam mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarga. Lingkungan memberikan sumbangan efektif sebesar 8,59%. Dengan taraf signifikansi 5% diperkuat nilai sig 0,000< 0,05 terhadap kemandirian belajar. Guru
dapat mengolah dan mengatur lingkungan dengan baik, maka kondisi
lingkungan sekolah dapat menjadi sahabat bagi pendidik yang mana secara tidak langsung dapat membantu dalam pelaksanaan pendidikan sehingga tujuan pendidikan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Ada kontribusi secara simultan variabel fasilitas belajar (X1), minat masuk SMK (X2), lingkungan belajar (X3) terhadap kemandirian belajar (Y) siswa kelas X SMK N 1 Jenar Sragen.
15
Fasilitas, minat masuk SMK dan lingkungan secara simultan berpengaruh signifikan dan positif terhadap variabel kemandirian belajar, dengan Koesfisien Determinasi sebesar 52,9%,. Dengan taraf signifikansi 5% diperkuat nilai sig 0,000< 0,05 sedangkan 47,1% dipengaruhi faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Sedangkan analisis regresi ganda menunjukkan bahwa bila nilai fasilitas naik 1 skor maka pengaruh variable tersebut naik sebesar 0,291,dan jika nilai minat masuk SMK naik 1 skor maka pengaruh variable tersebut naik sebesar 0,394, sedang nilai lingkungan naik 1 skor maka pengaruh variable tersebut naik sebesar 0,161. Sehingga Hipotesis menyatakan “ada kontribusi antara
fasilitas, minat masuk SMK dan lingkungan terhadap variabel
kemandirian belajar siswa kelas X SMK N 1 Jenar, Sragen. Variabel penelitian menunjukkan bahwa minat masuk SMK member kontribusi yang paling dominan jika dibandingkan dengan variabel lain, sehingga minat siswa perlu ditanamkan agar siswamempunyai kemandirian belar yang maksimal. Minatmasuk SMK member kontribusi yang besar menurut peneliti disebabkan para lulusan SMK dipersiapkan untuk bekerja, sehingga akan mengurangi pengangguran yang sekaligus menjadi beban pemerintah. Kemandirian Belajar dapat diartikan sebagai sifat serta kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh motif untuk menguasai sesuatu kompetensi yang telah dimiliki. Seorang siswa dikatakan mempunyai kemandirian belajar apabila mempunyai kemauan sendiri untuk belajar, siswa mampu memecahkan masalah dalam proses belajar, siswa mempunyai tanggung jawab dalam proses belajar, dan siswa mempunyai rasa percaya diri dalam setiap proses belajar. Kemandirian Belajar dapat terlihat pada
kebiasaan-kebiasaan belajar siswa
sehari-hari seperti cara
siswa
merencanakan dan melakukan belajar. Kemandirian Belajar yang tinggi dari siswa sangat diperlukan, karena akan berpengaruh terhadap terciptanya semangat diri untuk belajar . DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Alimi, et,al. 2012. “School Types, Facilities and Academic Performance of Students in Senior Secondary Schools in Ondo State, Nigeria”. International Education Studies.5(3) : 44.
16
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rieneka Cipta. Asrori, M. 2007. Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima. Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta . Bank Tachelle. 2013.”Creates a Positive Learning Environment : Strategies Introduction to review Managing Student Behavior & Classroom Environmen.Creative Education”.5(1): 519-524 . Behrooz Sahebzadeh, et al. 2013.” Effect of environmental factors for teaching of science on academic achievement and interest of students and on their teachers’ job statisfaction”. In international journal on new trends in education and their implications. 4(2) : 08. BonganiKhumalo&AndileMji. 2014. “Exploring Educators’ Perceptions of the Impact of Poor Infrastructure on Learning and Teaching in Rural South African Schools.Mediterranean” Journal of Social Sciences. 5( 20) : 1521 Dimyati dan Mudjiono. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djali.2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Djamarah, S.B. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta . Ghorbani Somayeh. 2013. “Investigating the Effect of Positive Discipline on theLearning Process and its Achieving Strategies with Focusing on the Students' Abilities” International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences.3( 5) :305-325. Hamalik, O. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hasbullah. 2013. Dasar - dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada Islamuddin, H. 2011. Psikologi pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Janis M, Harmon. 2012. “Teaching Independent Word Learning Strategies to Struggling Reades “. Jounal of Adolescent & Adult literacy. 45(7) : 606. . Kavita Nagpal; Ms. Priyamakhija; dr. Leena James. 2013. “Independent Learning and Student Development”. International Journal of Social Science & Interdisciplinary 2(2) : 27-34 Kompri. 2014. Manajemen Sekolah Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
17
Purwanto, N. 2009. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya. Qaiser Suleman, Ph. D. Ishtiaq Hussain. 2014. “Effects of Classroom Physical Environ ment on the Academic Achievement Scores of Secondary School Students in Kohat Division”. Pakistan.International Journal of Learning & Development. 4 ( 1) : 5174 Riduwan, et.al. 2013. Cara Mudah belajar SPSS dan Aplikasi Statistika Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sahilu wendensen, et.al. 2011. “Platform Independent Mobile Learning Tool (M-LT)” International Journal Of Computer application, 19(2) :32-37. Sanaz Ahmadpoor Samani, Ph. D Student. 2012. “The Impact of Indoor Lighting on Students Learning Performance in Learning Environments” International Journal of Business and Social Science , 3(24) :127 Sardiman A. M. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudjana, N. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda. Sugiyono. 2005. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sutama. 2015. Metode Penelitian Pendidikan: Kuntitatif, Kualitatif, PTK, Kartosuro: Fairuz Media.
R & D.
Syah, M. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Tirtarahardja, U dan S. L. Lasulo. 2015. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
18