Naskah Publikasi Tesis
PENGARUH PELATIHAN MOTIVASI BERPRESTASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN “X” YOGYAKARTA
Program Magister Psikologi Profesi Konsentrasi Psikologi Pendidikan
Diajukan oleh Nurul Jariah, S. Psi 11915014
PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2016
NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH PELATIHAN MOTIVASI BERPRESTASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN “X” YOGYAKARTA
Telah Disetujui Pada Tanggal
03 Agustus 2016 -------------------------------------
Dosen Pembimbing Utama
Dr. H. Fuad Nashori, M.Si., Psikolog
The Influence Of Achievement Motivation Training To Improve Mathematics Learning Motivation Of Senior High School Students “X” Yogyakarta Nurul Jariah Fuad Nashori Sumedi P Nugraha
[email protected]
Abstract The mathematics learning motivation is one of the influence toward of mathematics student learning activity also the academic achievement itself. But in the fact, many students have low mathematics learning motivation. This research aimed to determine the effect of achievement motivation training on students mathematics learning motivation. Subject in this research were 12 students of class X Acounting SMK N 1 "X" Sleman Yogyakarta, which are divided into 6 students as the experimental group and 6 students as the control group. The data was collected using a scale of mathematics motivation to learn. The research design used was untreated control group design with dependent pretest and posttest samples. Analysis of the study were quantitative and qualitative analysis. Quantitative analysis technique used mixed anava. The qualitative analysis was done based on observation, interviews and worksheets. The results of the research showed that there was some increased mathematics learning motivation in the experimental group after training given, as indicated by F = 1.173 dan p = 0.310 (p < 0.05). The conclusion of this research is the achievement motivation training can increased students mathematics learning motivation class X Acounting SMK N 1 "X".
Key word : Achievement Motivation Training, Mathematics Learning Motivation, Senior High School.
Pengaruh Pelatihan Motivasi Berprestasi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Sekolah Menengah Kejuruan “X” Yogyakarta
Nurul Jariah Fuad Nashori Sumedi P Nugraha
[email protected]
Intisari
Motivasi belajar Matematika merupakan salah satu hal yang berpengaruh pada aktivitas belajar Matematika dan berdampak pada prestasi akademik. Namun dalam kenyataannya banyak siswa memiliki motivasi belajar Matematika yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan motivasi berprestasi pada motivasi belajar Matematika siswa. Subjek dalam penelitian ini adalah 12 siswa kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 ”X” Sleman Yogyakarta, yang dibagi menjadi 6 siswa sebagai kelompok eksperimen dan 6 siswa sebagai kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala motivasi belajar Matematika. Rancangan penelitian yang digunakan adalah untreated control group design with dependent pretest and posttest samples. Analisis kuantitatif dengan mengunakan uji statistic mixed anava. Analisis kualitatif dilakukan berdasarkan observasi, wawancara, dan lembar kerja. Hasil analisis mixed anava menunjukkan ada perubahan skor yang berbeda secara signifikan dari prates ke pasca tes antara kedua kelompok (eksperimen dan kontrol), dengan nilai F = 1.173 dan p = 0.310 (p < 0.05). Kelompok eksperimen mengalami peningkatan lebih tinggi dibandingkan kelompok control. Kesimpulan penelitian ini adalah pelatihan motivasi berprestasi dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa kelas X Akuntansi SMK N 1 ”X”.
Kata Kunci : Pelatihan Motivasi Berprestasi, Motivasi Belajar Matematika, Sekolah Menengah Kejuruan.
Pendahuluan Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian, pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini dapat dilakukan baik melalui pendidikan formal di sekolah maupun melalui pendidikan informal. Proses pendidikan di sekolah merupakan kegiatan belajar yang bertujuan. Tujuan yang dimaksud adalah tercapainya hasil belajar yang optimal pada mata pelajaran yang dipelajari. Salah satunya adalah mata pelajaran matematika. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan perguruan tinggi. Lebih dari itu, matematika merupakan mata pelajaran yang diujikan pada ujian akhir nasional di setiap jenjang pendidikan. Menurut
Cockroft
(Abdurrahman,
2003)
mengemukakan
bahwa
matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) Selalu digunakan dalam segi kehidupan, (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas, (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan, (6) Memberi kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa matematika merupakan pelajaran dasar yang harus dikuasai oleh setiap siswa. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional, mengharuskan siswa memperoleh nilai sesuai dengan standar nilai matematika yang telah ditetapkan agar lulus sekolah. Oleh karena itu, diharapkan siswa memiliki semangat dalam belajar matematika, agar mampu memahami pelajaran matematika dengan baik dan berdampak pada nilai yang baik dalam Ujian Nasional. Akan tetapi, pada kenyataannya banyak siswa yang tidak menyukai bahkan menganggap matematika sebagai pelajaran yang menakutkan untuk dipelajari. Seperti yang dikemukakan Ruseffendi (2006), matematika (ilmu pasti) bagi anak – anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi, kalau bukan pelajaran yang paling dibenci. Hal ini dapat memengaruhi
perkembangan belajar matematika dan menurunnya motivasi belajar matematika siswa serta berdampak pada hasil belajarnya. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Menjamin kelangsungan belajar, demi mencapai satu tujuan dengan menciptakan kondisi sedemikian rupa. Dengan demikian siswa itu mau melakukan apa yang seharusnya dilakukan (Winkel, 1996). Hardre, dkk (2009) melakukan penelitian pada 414 siswa SMA yang tinggal di pedesaan Oklahoma, USA. Hasilnya menunjukkan bahwa motivasi sangat dipengaruhi oleh minat siswa dalam pelajaran, tujuan belajar, dan kompetensi, serta niat masa depan yang kuat untuk menyelesaikan sekolah yang tinggi, dan terus melanjutkan pendidikan. Peneliti memberikan intervensi berupa pelatihan motivasi berprestasi kepada siswa-siswa di SMK N 1 “X” sebagai upaya untuk mengatasi masalah rendahnya motivasi belajar Matematika siswa. Program pelatihan motivasi berprestasi merupakan suatu pelatihan yang berorientasi pada peningkatan motivasi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan individu berdasarkan kemampuan yang dimilikinya (McClelland, 1987). Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan kesadaran diri akan pentingnya achievement motivation, sehingga dapat menimbulkan perubahan pandangan dalam diri seseorang. Konsep yang dipelajari dalam motivasi berprestasi terbagi menjadi empat konsep yaitu achievement syndrome, self study, goal setting dan interpersonal support dimana keempat hal tersebut diharapkan dapat mengarahkan seseorang dalam mengenali diri berdasarkan kemampuannya dan meningkatkan motivasi dalam hal ini motivasi belajar siswa. Dengan demikian pelatihan motivasi berprestasi merupakan salah satu strategi yang dapat mengorganisir dan membantu siswa memaksimalkan kemampuannya dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Pelatihan efikasi diri ini diharapkan memberikan keterampilan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan kecakapan dan kemampuan mengenai efikasi diri siswa dalam melaksanakan serta menyelesaikan tugas – tugas akademik yang dihadapi terutama dalam pelajaran Matematika. Dengan demikian, siswa termotivasi untuk belajar Matematika agar dapat meraih hasil akademik sesuai harapannya.
Metode Penelitian Partisipan Partisipan pada penelitian ini adalah 12 siswa kelas X Akuntansi SMK N 1 “X” Sleman Yogyakarta. Penentuan subjek berdasarkan pada hasil skor motivasi belajar Matematika yang termasuk dalam kategori sedang – rendah. Dari 12 siswa, peneliti membagi menjadi dua kelompok berdasarkan kelas yaitu 6 siswa (kelas X AK 1, 2, 4) untuk kelompok eksperimen dan 6 siswa (kelas X 1, 2, 4) untuk kelompok kontrol. Subjek yang diberikan pelatihan diambil berdasarkan skor hasil pengisian alat ukur motivasi belajar Matematika. Pembagian kelompok dilakukan secara non random. Subjek dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan mempertimbangkan jumlah subjek dalam satu kelas yang termasuk dalam kategori rendah hingga sedang, serta atas saran dari guru BK. Peneliti mengambil subjek dengan skor yang hampir sama dalam satu kelas, sehingga asumsinya motivasi belajar Matematika siswa dinilai setara. Cara ini juga digunakan untuk menghindari atau menjaga agar perlakuan yang akan diberikan kepada siswa kelompok eksperimen tidak diketahui oleh siswa dari kelas lain yang tidak mendapat perlakuan (kelompok kontrol). Rancangan Penelitian Penelitian
ini
merupakan
penelitian
kuasi
eksperimen
dengan
menggunakan variabel bebas berupa efikasi diri, variabel tergantung berupa motivasi belajar Matematika. Rancangan ekperimen yang digunakan adalah untreated control group design with dependent pretest and posttest samples. Desain ini memiliki dua kelompok yaitu kelompok ekperimen yang diberikan perlakuan dan kelompok kontrol yang digunakan sebagai pembanding sejauhmana pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan dengan menggunakan instrument yang sama (Shadish, Cook&Campbell, 2002). Rancangan eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : KE KK
NR NR
O1 O1
X
O2 O2
O3 O3
Keterangan : KE : Kelompok eksperimen KK : Kelompok kontrol NR : Random Assignment O1 : Pengukuran prates O2 : Pengukuran pascates O3 : Pengukuran tindak lanjut X : Perlakuan Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang akan dianalisis secara kuantitatif, alat ukur yang digunakan adalah skala motivasi belajar Matematika. Data untuk analisis kualitatif diperoleh berdasarkan hasil observasi partisipan selama mengikuti pelatihan motivasi berprestasi, data lembar kerja yang diberikan, dan data evaluasi partisipan setelah mengikuti pelatihan motivasi berprestasi. Skala motivasi belajar Matematika pada penelitian ini digunakan sebagai alat ukur untuk mengungkap motivasi belajar Matematika siswa. Skala motivasi belajar Matematika terdiri dari 37 pernyataan. Aspek-aspek yang diungkap adalah 1) keinginan atau inisiatif sendiri untuk belajar; 2) keterlibatan secara sungguh-sungguh dalam proses belajar dan tugas yang diberikan; 3) komitmen untuk terus belajar sehingga bertahan dalam pelajaran (McCown, 1996). Uji Coba Skala Koefisien validitas yang digunakan yaitu koefisien validitas ≥ 0,30. Pandangan tersebut didasarkan asumsi bahwa aitem yang valid adalah aitem yang memiliki validitas ≥ 0,30, dengan alasan seleksi aitem untuk mengungkap aspek non-kognitif adalah dengan menggunakan koefisien validitas aitem ≥ 0,30 (Azwar, 2012). Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1)
Skala motivasi belajar Matematika Hasil uji reliabilitas dari 37 aitem valid menunjukkan koefisien reliabilitas α = 0,952. Menurut Azwar (2012), reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada pada rentang 0 sampai 1,00. Semakin mendekati 0 semakin rendah reliabilitas skala dan semakin mendekati angka 1,00 semakin tinggi reliabiltas skala tersebut. Dengan angka koefisien reliabilitas α sebesar 0,952, maka dapat dikatakan bahwa hasil pengukuran skala motivasi belajar Matematika memiliki reliabilitas yang tinggi.
Intervensi Intervensi yang diberikan pada kelompok eksperimen berupa pelatihan motivasi berprestasi bagi siswa yang memiliki motivasi belajar Matematika sedang – rendah. Pelatihan motivasi berprestasi ini diharapkan memberikan keterampilan kepada siswa untuk menumbuhkan motivasi diri untuk berprestasi dan kemampuan siswa dalam melaksanakan serta menyelesaikan tugas – tugas akademik yang dihadapi terutama dalam pelajaran Matematika. Dengan demikian, siswa termotivasi untuk belajar Matematika agar dapat meraih hasil akademik sesuai harapannya.. Pelatihan dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan 6 sesi yaitu, pembukaan, my idola, potensi diri, goal setting, sharing pengalaman dan penutupan. Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan analisis statistik parametrik berupa Uji Mixed Anava untuk mengetahui apakah ada
pengaruh
dari
pemberian
pelatihan
motivasi
berprestasi
terhadap
peningkatan motivasi belajar Matematika sebelum dan sesudah diberi perlakuan pada kelompok ekperimen dan kelompok kontrol. Semua analisis data menggunakan bantuan SPSS for Windows versi 16,0. Analisis kualitatif dilakukan secara individual dan bertujuan untuk menjelaskan proses pelatihan motivasi berprestasi yang dialami masing-masing individu. Analisis ini dilakukan dengan mengolah data yang diperoleh dari observasi terhadap partisipan selama mengikuti pelatihan motivasi berprestasi, data lembar kerja yang diberikan dan data evaluasi partisipan setelah mengikuti pelatihan motivasi berprestasi. Hasil Penelitian Hasil Analisis Kuantitatif Analisis hasil dilakukan secara keseluruhan menggunakan analisis statistik uji Mixed Anava. Winarsunu (2007) mengatakan analisis varian pengukuran ulang merupakan jenis analisis statistik parametrik yang digunakan untuk menguji perbedaan kelompok - kelompok data hasil amatan ulang yang berasal dari satu variabel bebas atau dari dua variabel bebas. Analisis ini termasuk
analisis parametrik sehingga, perlu dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Perhitungan selengkapnya menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows versi 16,0. Rangkuman Uji Hipotesis test of within – subjects effects pada motivasi belajar Matematika, terlihat pada tabel berikut : Source
Type III Sum Of Square Pengukuran 567,389 Pengukuran*Kelompok 137,722 Error (Pengukuran) 1174,222
Df
1.133 1.133 11.334
Mean Square
F
Sig
500.593 121.509 103.599
4.832 1.173
0.046 0.310
Pada tabel, diketahui baris pengukuran*kelompok diketahui bahwa F = 0.046 dan p = 0.310 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara pengukuran (prates dan pasca tes) dan kelompok (eksperimen dan kontrol). Interaksi menunjukkan bahwa adanya peningkatan skor yang berbeda secara signifikan dari prates ke pasca tes antara kedua kelompok (eksperimen dan kontrol). Interaksi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat dari gambar berikut ini.
Berdasarkan data di atas terdapat interaksi prates dan pasca tes antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Terlihat pada skor mean prates
kelompok eksperimen 91.000 dan skor mean pasca tes kelompok eksperimen 104.1667. Skor mean prates kelompok kontrol 93.3333 dan skor mean pasca tes pada kelompok kontrol 97.3333. Hal ini menunjukkan adanya perubahan skor motivasi belajar Matematika pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mengalami perubahan skor yang lebih besar setelah mendapatkan pelatihan motivasi berprestasi dibandingkan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan pelatihan motivasi berprestasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian pelatihan
motivasi
berprestasi
terhadap
peningkatan
motivasi
belajar
Matematika. kelompok eskperimen, yaitu siswa yang diberikan pelatihan motivasi berprestasi mengalami peningkatan motivasi belajar Matematika dibandingkan kelompok kontrol, yaitu siswa yang tidak mendapatkan pelatihan motivasi berprestasi. Dari enam subjek pelatihan, ada lima subjek yang mengalami peningkatan motivasi belajar Matematika (kategori sedang ke kategori tinggi) setelah diberikan pelatihan (pascates) dan satu subjek dalam kategori yang sama yaitu kategori sedang. Dua minggu setelah pelatihan (tindak lanjut), empat subjek mengalami penurunan (kategori tinggi ke kategori sedang) walaupun tidak sampai dalam kondisi semula, dan dua subjek mengalami peningkatan skor dengan kategori tinggi dan kategori sangat tinggi. Hasil Analisis Kualitatif Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelatihan motivasi berprestasi terhadap peningkatan motivasi belajar Matematika pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan keberlanjutannya, yang terbagi dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan secara kuantitatif, menunjukkan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada saat pelaksanaan prates dan pasca tes diperoleh skor F = 1.173 dan p = 0.310 (p < 0.05). Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan skor yang berbeda secara signifikan dari prates ke pasca tes antara kedua kelompok (eksperimen dan kontrol). Peningkatan tersebut dapat dilihat dari rerata skor pasca tes kelompok eksperimen (104.1667) yang lebih tinggi dari skor rerata kelompok kontrol
(100.3333). Dengan demikian, hipotesis dalam penelitian ini diterima yaitu ada pengaruh pemberian pelatihan motivasi berprestasi terhadap peningkatan motivasi belajar Matematika. Setelah diberikan pelatihan motivasi berprestasi, skor motivasi belajar Matematika siswa pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan lebih yang besar dibandingkan pada siswa yang tidak diberikan pelatihan motif berprestasi (kelompok kontrol). Diterimanya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini mendukung pendapat McClelland (1987) bahwa motif untuk berprestasi (achievement motive) adalah motif yang mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran. Motivasi berprestasi (AMT) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menyemangati individu agar memiliki konsep berprestasi dalam merencanakan langkah untuk peningatan prestasi. Pelatihan motivasi berprestasi(AMT) memberikan kesadaran pada individu untuk mengetahui potensi yang dimilikinya serta menyuntikkan semangat pada individu tersebut untuk berprestasi semaksimal mungkin. Konsep pelatihan dari McClelland (1987) yaitu achievment syndrome, self study, goal setting, dan group support. McClelland banyak melakukan riset cukup banyak menggambarkan bagaimana orang-orang memiliki motivasi berprestasi tinggi maupun rendah, sehingga konsep motivasi berprestasi yang ingin diukur menjadi jelas. Pendekatan pelatihan dipilih karena pelatihan merupakan suatu metode pembelajaran yang bertujuan untuk mengubah aspek kognitif, afektif, serta hasil keterampilan atau keahlian (Kikpatrick dalam Salas dkk, 2001). Pelatihan motivasi
berprestasi
didasarkan
pada
teori
experiental
learning,
yang
menunjukkan bahwa pelatihan mampu mengubah struktur kognitif, sikap serta keterampilan yang dimiliki oleh peserta. Melalui pelatihan pertama-tama peserta diarahkan untuk menyadari suatu keterampilan dikuasai dan langkah-langkah yang perlu dilakukan agar suatu keterampilan dapat dikuasai dengan baik. Johnson dan Johnson (2001) menyatakan bahwa metode pelatihan berdasarkan prinsip experiental learning, yaitu bahwa perilaku manusia terbentuk berdasarkan hasil pengalaman yang terlebih dahulu dimodifikasi untuk menambah efektivitas. Semakin lama perilaku tersebut menjadi suatu kebiasaan dan berjalan otomatis, maka individu akan semakin berusaha memodifikasi perilaku yang sesuai dengan situasi yang dihadapinya.
Experiental learning sendiri ada lima tahapan, yaitu experiencing, publishing, processing, generalizing dan applying (Ariyani dan Supriyanto, 2003). Pada
pelatihan
motif
berprestasi
untuk
meningkatkan
motivasi
belajar
Matematika siswa, tahapan pertama experiencing, yaitu di mana individu atau kelompok melakukan aktivitas. Pada pelatihan motivasi berprestasi ini, peserta melakukan contoh permainan yang terkait dengan motivasi. Pada permainan ada target perilaku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta pelatihan, yaitu memiliki gambaran tentang kemampuan diri dalam belajar Matematika, membentuk keyakinan akan kemampuan diri dalam mencapai tujuan belajar Matematika, memiliki batas waktu, mempunyai langkah atau strategi agar tujuan dapat tercapai, dan komitmen terhadap tujuannya. Setelah melakukan permainan, peserta melakukan diskusi di mana peserta telah masuk pada tahapan publishing. Orang yang telah melakukan aktivitas akan membagikan pengalamannya, apa yang mereka rasakan selama melakukan kegiatan. Pada pelatihan ini peserta melakukan diskusi mengenai pelajaran apa saja yang dapat mereka ambil dari simulasi permainan yang sudah dilakukan. Sebagai contoh, permainan bola keranjang, peserta menceritakan strategi untuk memenuhi target waktu yang telah disepakati, perasaan saat mengalami kegagalan dan berhasil. Setelah tahapan publishing dilakukan, kemudian masuk pada tahapan processing di mana peserta saling memberikan masukan antar sesama peserta dari hasil diskusi sebelumnya. Pada akhirnya peserta menyadari bahwa mereka dapat melakukan perbaikan pada diri dan memiliki semangat untuk merubah diri. Tahapan selanjutnya yaitu generalizing. Peserta melihat pengalaman mereka dan bagaimana hal tersebut mengkaitkan
simulasi permainan
dapat
digunakan.
Peserta disini
dengan kegiatan mereka
di sekolah,
bagaimana belajar mereka di sekolah terutama dalam pelajaran Matematika. Peserta mulai mengungkapkan perasaannya mengenai permasalahan dalam belajar Matematika selama ini. Semua peserta diberi kesempatan untuk berbicara dan saling memberi tanggapan serta masukan kepada peserta lain. Pada tahap ini, peserta mendapatkan umpan balik yang positif dari peserta lain, pelatih atau asisten pelatih. Rose (Musyafik, 2005) menjelaskan bahwa umpan balik adalah proses memberikan kesempatan pada individu untuk memberikan informasi, observasi, dan kesan tentang penampilan seseorang atau sikap umum
dalam kehidupan sebenarnya atau dalam suatu permainan peran. Peserta diharapkan menyadari perilakunya dan memperbaiki ke arah yang lebih baik. Goldstein (Musyafik, 2005) menjelaskan bahwa umpan balik bertujuan agar individu mengetahui bagaimana ia mengikuti langkah-langkah yang diajarkan, pada saat ia keluar dari langkah tersebut dan pada saat ia melakukan langkahlangkah dengan baik. Selain itu, umpan balik diberikan untuk mengeksplorasi pengaruh psikologis melalui permainan peran dan memberi dorongan pada klien untuk mencoba perilaku baru yang didapatkan selama perlakuan pada situasi kehidupan nyata. Tahapan terakhir adalah applying. Pelatih membantu peserta menerapkan apa yang sudah digeneralisasikan pada tahap sebelumnya ke dalam keadaan nyata. Pada tahap ini, pelatih mulai mengkerucutkan pendapat-pendapat peserta dan membuatnya menjadi satu harapan kecil yang ingin dicapai bersama untuk meningkatkan motivasi belajar Matematika mereka. Disini peserta mulai membuat
komitmen
pada
diri
mereka
kemudian
menuliskan
dan
membacakannya. Peserta melakukan komitmen dan perilaku mereka yang baru saat sudah berada di sekolah, sehingga setelah dua minggu pelatihan dilakukan pengukuran kembali. Peserta juga diberi kesempatan untuk belajar membuat tujuan yang spesific, measurable, action related, time-based. Dari hal ini peserta dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika mereka karena peserta dapat belajar langsung dari simulasi yang sudah dilakukan kemudian dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari
dan
akhirnya
peserta
mendapatkan
insight
dari
pemaknaan permainan, pengungkapan perasaan dan kisah inspiratif. Hal ini juga sesuai dengan yang diungkapkan Ancok (2002) bahwa metode belajar dari pengalaman merupakan siklus belajar yang efektif, di mana ada pembentukan pengalaman, perenungan pengalaman, pembentukan konsep, dan pengujian konsep. Berangkat dari rendahnya motivasi belajar Matematika, diperlukan adanya intervensi untuk meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional, mengharuskan siswa memperoleh nilai sesuai dengan standar nilai matematika yang telah ditetapkan agar lulus sekolah. Oleh karena itu, harapannya siswa SMK jurusan Akuntansi dapat semangat dalam belajar Matematika, mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh
guru, sehingga siswa mampu memahami pelajaran Matematika dengan baik dan akan berdampak pada nilai yang baik dalam ujian sekolah dan ujian nasional (UN) saat mereka sudah naik ke kelas XII. Salah satu faktor yang berperan dalam pencapaian prestasi siswa adalah adanya motivasi belajar. Siswa juga membutuhkan motivasi belajar agar dapat mencapai prestasi akademik (Syafitri, 2004). Pada penelitian ini, peneliti memilih pelatihan motif berprestasi sebagai intervensi untuk meningkatkan motivasi belajar matematika siswa. Berdasarkan
hasil
wawancara
yang
dilakukan
setelah
pelatihan
berlangsung didapat keterangan dari peserta bahwa mereka merasa senang mendapat pengalaman dan pandangan baru menyelesaikan suatu permasalahan terutama dalam belajar Matematika. Pelatihan motivasi berprestasi yang diberikan kepada peserta eksperimen telah menambah dan rasa percaya diri peserta dalam menghadapi tugas Matematika serta dalam mencapai nilai UN Matematika sesuai harapannya. Faktor yang juga mendukung keberhasilan pemberian pelatihan motivasi berprestasi selain modul materi yang diberikan kepada siswa disusun secara sistematik dan menarik adalah keterlibatan pelatih. Pelatih dapat menyampaikan materi pelatihan dengan jelas dan dapat dimengerti oleh siswa. Pengalaman, penguasaan materi, kualitas interpersonal yang baik, kerjasama antara pelatih dan asisten pelatih merupakan modal utama yang mendukung pelatih dalam menjalankan pelatihan dengan baik. Pelatih mampu memimpin proses pelatihan dengan baik, mampu menumbuhkan suasana keterbukaan dan keakraban di antara peserta, mampu menjelaskan materi dan menjawab pertanyaan dengan bahasa yang mudah dipahami peserta sehingga menimbulkan rasa ketertarikan peserta terhadap pelatihan efikasi diri ini. Suasana keakraban yang sudah dibangun dari awal pelatihan efikasi diri dengan menggunakan ice breaking memberikan dampak yang positif bagi peserta sehingga membuat suasana hangat, lebih semangat, dan tumbuh keakraban antara peserta dan pelatih. Permasalahan motivasi belajar Matematika pada siswa sering mucul di sekolah. Hal ini dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor eksternal antara lain kondisi sekolah yang kurang mendukung baik sarana dan prasarana belajar Matematika, metode guru mengajar, teman sebaya, dan pola asuh. Sedangkan faktor internal yaitu, tujuan belajar, cita – cita, persepsi siswa mengenai
kecerdasannya,
kemampuan
siswa
dan
keyakinan
akan
kemampuannya. Dalam penelitian ini, didapatkan sebagian besar peserta mengalami penurunan skor setelah dua minggu pelatihan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor lain, seperti kondisi internal siswa (tingkat kecerdasan, karakter, dan daya tahan) maupun dukungan sosial yang diterima siswa baik dari orang tua, sekolah maupun teman sebaya..
Simpulan dan Rekomendasi Simpulan Pelatihan motivasi berprestasi dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa kelas X AK SMK N 1 ”X”. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan motivasi berprestasi memberikan pengaruh bagi perubahan motivasi belajar Matematika siswa. Berdasarkan analisis kualitatif didapatkan bahwa siswa tidak mudah putus asa, mempunyai semangat dan yakin akan dapat mendapatkan nilai ujian yang sesuai dengan diharapkan dan lebih termotivasi untuk belajar Matematika. Siswa mulai menyukai pelajaran Matematika, dan termotivasi untuk belajar Matematika. Siswa mengetahui potensi yang dimiliki dalam Belajar Matematika, membuat rencana belajar Matematika untuk menghadapi ujian, mendapat masukan atau umpan balik dari orang lain. Rekomendasi 1. Rekomendasi kepada pihak sekolah Disarankan kepada pihak sekolah supaya guru mengikuti pelatihan motivasi berprestasi (training of trainer) sehingga, guru memiliki teknik memotivasi
siswa
dalam
mengajar.
Selain
itu,
guru
diharapkan
mengembangkan pengalaman belajar dan strategi pembelajaran Matematika yang menyenangkan seperti menggunakan teknik jembatan keledai dalam memahami rumus Matematika. Pemberian kalimat yang positif maupun positive reinforcement atas perkembangan siswa dalam pembelajaran Matematika juga diperlukan. Dorongan, sambutan hangat, penghargaan, dan pengakuan akan menumbuhkan motivasi berprestasi dan motivasi internal yang sangat bermanfaat dalam kegiatan belajar berikutnya.
2. Rekomendasi kepada penelitian selanjutnya Penelitian
selanjutnya
diharapkan
dapat
mempertimbangkan
pemilihan waktu pelatihan dan sebaiknya tidak dilaksanakan setelah selesai kegiatan sekolah saat puasa guna meminimalisir kondisi siswa yang sudah lelah karena aktivitas kegiatan di sekolah. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat menyempurnakan penelitian dengan melakukan analisis lebih mendalam melalui penelitian ulang (replikasi penelitian) menggunakan subjek penelitian, pembuatan modul yang lebih variatif. Berdasarkan hasil evaluasi, peneliti selanjutnya dapat mengembangkan atau menambah variabel lain dalam penelitian motivasi beprestasi, seperti jenis kelamin.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Ancok, D. (2002). Outbond Management Training. Yogyakarta : UII Press. Ariyani, D., & Supriyanto, S. (2003). Peningkatan Efektivitas Tim Kerja Asuhan Keperawatan Melalui Metode Arung Alam. Jurnal Administrasi, kebijakan, kesehatan 1 (3), 140-145. Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hardre, P.L, David, W.S., & Michael, C. (2009). Student Characteristics and Motivation in Rural High Schools. Journal of Research in Rural Education, 24 (16). Johnson, D. W & Johnson, F. P. (2001). Joining Together : Group Theory and Group Skills. Boston : Allyn & Bacon McClelland, D, C. (1987). Human Motivation. New York : Cambridge Univerrsity Press. McCown, R., Priscaoll, M., & Ropp, P. G. (1996). Education Psychology : Learning Centered Classical Approach. Second Edition. Massachussetts : A Simon and Schuster Company. Musyafik, M. (2005). Peningkatan Efikasi Diri Melalui Pelatihan Outbond Pada Mahasiswa Tingkat Awal. Tesis (Tidak diterbitkan). Yogyakarta : Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Ruseffendi, E. T. 2006. Pengantar Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito Salas, E.; Fowlkes, J. E.; Stout, R. J.; Milanovich, D. M.; Prince, C. 2001. Does CRM Training Improve Teamwork Skills in the Cockpit?:Two Evaluation Studies.The Journal of the Human Factors and Ergonomics Society June 1999, 41 (2), 326 – 343 Syafitri, A. (2004). Gambaran Aspek-aspek yang Mempengaruhi Prestasi Akademik Pada Siswa SMUN 106 Jakarta yang Berprestasi Akademik Rendah. Jurnal Psikodinamik, 6, 39-57. Winarsunu, T. (2007). Statistik: Dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang: UMM Pres
Abror, A. R. 2003. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Tiara Wacana Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press Ariyani, D., & Supriyanto, S. 2003. Peningkatan Efektivitas Tim Kerja Asuhan Keperawatan Melalui Metode Arung Alam. Jurnal Administrasi, kebijakan, kesehatan 1 (3), 140-145 Azwar, S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Bandura, A. 1993. Perceived self Efficacy In Cognitive Development and Functioning. Journal of Educational Psychology, 28(2), 117-148 Bandura, A. 1997. Self Efficacy The Exercise of Control. New York : W.H Freeman and Company Dewanto, S.P. 2008. Peranan Kemampuan Akademik Awal, Self Efficacy, dan Variabel Nonkognitif Lain Terhadap Pencapaian Kemampuan Representasi Multipel Matematis Mahasiswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Educationist, 2 (2), 123 - 133 Gaskill, P.J dan Murphy, P.K. 2004. Effects on a Memory Strategy on Second Graders Performance and Self Efficacy. Contemporary Educational Psychology, 29(1), 27-49 Hamdu, G & Agustina, L. 2011. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan, 12 (1), 81 – 86 Hariyanto, E., Purnomo, R., Bawono, I.R., 2011. Desain Pelatihan, Dukungan Organisasional, Dukungan Supervisor dan Self Efficacy Sebagai Faktor Penentu Keefektifan Transfer Pelatihan. Jurnal Siasat Bisnis, 15 (2), 213 227 Hasan, A. B. P; & Istiqomah. 2011. Hubungan Religiusitas dan Self Efficacy Terhadap Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Cipinang Jakarta. Jurnal Psikologi, 4 (2), 165 – 188 Mc Cown, R., Priscaoll, M., Ropp, P. G.,1996. Education Psychology : Learning Centerd Classical Approach Edition 2. Massachussetts : A Simon and Schuster Companis Novariandhini, D. A & Latifah, M. 2012. Harga Diri, Efikasi Diri, Motivasi Belajar, dan Prestasi Akademik Siswa SMA Pada Berbagai Model Pembelajaran. Jur.Ilm.kel & Kons., 5 (2),138 – 146 Pajares, P. 2002. Self Efficacy Belief In Academic Contexts : An Outline. http://des.emory.edu/mfp/efftalk.html (diakses pada tanggal 9 Maret 2015) Pajares, F & Usher, E.L. 2008. Sources of Self-Efficacy in school : Critical Review of the Literature and Future Directions. Riview of Educational Research, 78 (4), 751 – 796
Ruseffendi, E. T. 2006. Pengantar Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito Salas, E.; Fowlkes, J. E.; Stout, R. J.; Milanovich, D. M.; Prince, C. 2001. Does CRM Training Improve Teamwork Skills in the Cockpit?:Two Evaluation Studies.The Journal of the Human Factors and Ergonomics Society June 1999, 41 (2), 326 - 343 Santrock, J. W. 2008. Educational Psychology. Third Edition. New York : McGraw – Hill Companies Schunk, D. H. 1991. Self Efficacy and Academic Motivation. Educational Psychologist. 26, (3&4), 207 – 231 Shadish, W.R., Cook, T.D., Campbell, D.T. 2002. Experimental and Quasi Experimental Design for Generalized Causal Inference. New York : Houghton Mifflin Company Syafitri, A. 2004. Gambaran Aspek-aspek yang Mempengaruhi Prestasi Akademik Pada Siswa SMUN 106 Jakarta yang Berprestasi Akademik Rendah. Jurnal Psikodinamik, 6, 39-57 Syah. 2007. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Winarsunu, T. (2007). Statistik: Dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang: UMM Pres Zimmerman, B. J. 2000. Self efficacy : an essential motive to learn. Contemporary Educational Pscychology, 25, 82 – 91
BIODATA PENULIS Nama Jenis kelamin Tempat, tanggal lahir Agama Alamat Asal Alamat Sekarang Telepon, HP Email Pendidikan S1
: Nurul Jariah, S. Psi : Perempuan : Jakarta, 02 September 1988 : Islam : Jln Mambruk, No 08. Fakfak Papua Barat : Jl. S. Hartono Gang Gandok Tambakan, Sleman, DIY : 085244010591 :
[email protected] : Universitas Islam Indonesia