KONTRIBUSI KRUS TERHADAP PERKEMBANGAN PENGETAHUAN DAN KESADARAN PENGUNJUNG TENTANG LINGKUNGAN HUTAN Nurhabibi1 dan Mustofa Agung Sardjono2 1
Fakultas Usuluddin, Bandar Lampung. Kehutanan Fahutan Unmul, Samarinda
2
Laboratorium Politik, Ekonomi dan Sosial
ABSTRACT. Contribution of Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) to the Development of Knowledge and Awareness of Visitors toward Forest Environment. The purpose of this research was to determine 1) the development of knowledge and awareness of visitors to the forest environment before and after visiting the KRUS; 2) the characteristics of visitors that affect their knowledge and awareness toward forest environment; 3) responses of visitors about the KRUS environment. Results of this research indicated that the trend of percentage average value of the development of knowledge of visitors about the forest environment after visiting the KRUS was 46%, whereas the value of the development of awareness of visitors about the forest environment after visiting the KRUS had a tendency of value to 49%. The characteristics of education level of respondents did not affect their knowledge and awareness about the forest environment significantly. KRUS visitors responses to informations about the circumstances of KRUS, situations and conditions and completness of KRUS categorized good enough. The suggestions of this research are as follows: First, aimed to the KRUS, to optimize the management, in improving human resources and improving the quality of facilities to be more representative as the area of transformation of information about the natural environment for the wider community. Second, to the Regional Government of East Kalimantan, Samarinda City Government, in particular, to optimize its policies towards KRUS, not only from the side of tourism or recreation, but also emphasize on aspects of rescue and preservation of the natural environment. Third, further research needs to be done regarding the contributions of KRUS as a location of environmental message transformation to the community. In this case the questionnaire should be adjusted to the education level of the visitors. Kata kunci: KRUS, kontribusi, perkembangan, pengetahuan, kesadaran, pengunjung, lingkungan hutan
Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) yang terletak di wilayah Pemerintahan Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur, merupakan areal yang dinilai cukup strategis untuk dikembangkan menjadi kawasan dalam mentransformasikan pesan-pesan kelestarian lingkungan alam kepada masyarakat. Oleh karena selain lokasinya tidak terlalu jauh dari pusat Pemerintahan Kota Samarinda, sehingga mudah dijangkau dengan menggunakan kendaraan darat, harga tiket masuk KRUS terjangkau oleh masyarakat luas, juga wilayahnya masih relatif alami, sehingga menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk berkunjung. Daya tarik KRUS tersebut diharapkan dapat menjadi pemacu pengembangan kawasan KRUS, sehingga benar-benar menjadi lokasi yang lebih baik, tidak hanya dari segi wisatanya saja, namun lebih daripada 84
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (1), APRIL 2010
85
itu adalah untuk mentransformasikan pesan-pesan kelestarian lingkungan alam kepada masyarakat secara langsung. Setelah hampir satu dasawarsa berjalan, diperlukan suatu penelitian mengenai sejauh mana kontribusi KRUS dalam mentransformasikan pesan-pesan kelestarian lingkungan alam tersebut kepada masyarakat. METODE PENELITIAN Penelitian lapangan dilaksanakan di KRUS Kelurahan Tanah Merah Kecamatan Samarinda Utara. Penelitian ini memakan waktu selama enam bulan efektif yaitu mulai bulan Maret hingga Agustus 2009. Penelitian ini menggunakan metode survei menurut Singarimbun (1995), yakni penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok, sedangkan sampel penelitian ini adalah sebagian dari jumlah pengunjung yang diwawancarai, dilakukan pada hari Senin sampai dengan Minggu selama waktu penelitian. Sampel diambil secara stratum teracak berdasarkan jenis kelamin yakni pria dan wanita, serta berdasarkan tingkat pendidikan yaitu: SMA, Diploma dan S1, dengan jumlah sampel sebesar 120 orang responden. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan prinsip kuesioner secara terstruktur. Selanjutnya penyusunan kuesioner dilakukan atas dasar 2 jenis data yang akan dikumpulkan. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti (responden) melalui kuesioner dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari hasil studi literatur dan laporan-laporan instansi terkait. Data primer meliputi: perkembangan pengetahuan pengunjung terhadap lingkungan hutan yang meliputi emosi, informasi dan pikiran. Kesadaran pengunjung terhadap lingkungan hutan meliputi perasaan, ide dan kepedulian. Karakteristik pengunjung dikelompokkan menurut jenis kelamin (pria dan wanita), tingkat pendidikan SMA, Diploma, Sarjana dan tanggapan pengunjung terhadap KRUS. Data sekunder meliputi letak KRUS, batas dan luas areal, topografi, koleksi flora (vegetasi), fauna (satwa), jumlah pengunjung, jumlah staf pengelola, struktur kepengurusan KRUS, sarana dan fasilitas serta peta lokasi KRUS. Jenis kuesioner terdiri dari 3 macam yakni kuesioner untuk pengelola, kuesioner untuk pengunjung tentang perkembangan pengetahuan dan kesadaran mereka terhadap lingkungan hutan dan kuesioner tentang tanggapan pengunjung terhadap KRUS. Data dan informasi yang telah diperoleh dari kuesioner, wawancara, studi literatur, dokumentasi dan pengamatan di lapangan setelah melalui proses pengeditan, kemudian diklasifikasikan dan ditabulasikan sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Data hasil kuesioner yang berkaitan dengan pertanyaan tentang pengetahuan dan kesadaran pengunjung terhadap lingkungan hutan diberi skor untuk setiap tanggapan atas pertanyaan berdasarkan skala Likert yang disebut juga sebagai method of summated ratings, yaitu pemberian nilai peringkat untuk setiap jawaban atau tanggapan, kemudian dijumlahkan sehingga mendapat nilai total (Soehartono, 2002). Selanjutnya untuk setiap jawaban atau tanggapan terhadap kuesioner diberi skor: sangat positif nilainya 5, positif nilainya 4, ragu-ragu nilainya 3, negatif
86
Nurhabibi dan Sardjono (2010). Kontribusi KRUS terhadap Perkembangan Pengetahuan
nilainya 2 dan sangat negatif nilainya 1. Untuk membuktikan apakah karakteristik pengunjung (berupa tingkat pendidikan dan jenis kelamin) mempengaruhi pengetahuan dan kesadarannya terhadap lingkungan hutan, maka akumulasi skor untuk seluruh responden terhadap jenis kuesioner yang didistribusikan dianalisis menggunakan regresi dummy variabel yang bertujuan untuk mencari nilai b0, b1, b2 dan b3, dengan signifikansi ≤0,05 = signifikan dan >0,05 = tidak signifikan, rumusnya sebagai berikut: Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3. Y = nilai skor. b0 sampai b3 = koefisien regeresi. X1 dan X2 = dummy variabel untuk tingkat pendidikan dengan penjelasan sebagai berikut: SMA Diploma Sarjana
X1 0 1 0
X2 0 0 1
X3 = dummy variabel untuk gender dengan penjelasan sebagai berikut: Jenis kelamin Pria Wanita
X3 1 0
Signifikansi, dijelaskan sebagai berikut: ≤0,05 = signifikan. >0,05 = tidak signifikan, sehingga dari analisis regresi tersebut dapat diketahui tingkat signikansi perhitungan terhadap skor hasil penelitian, untuk membuktikan bahwa hasil penelitian tersebut bukan merupakan kesalahan sampling. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perkembangan Pengetahuan dan Kesadaran Pengunjung Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yakni untuk melihat perkembangan pengetahuan dan kesadaran pengunjung tentang lingkungan hutan sebelum dan sesudah berkunjung ke KRUS, maka dilakukan pendistribusian kuesioner terhadap para pengunjung, jenis kuesioner tersebut meliputi 2 hal, yakni perkembangan pengetahuan dan kesadaran pengunjung. Perkembangan Pengetahuan tentang Lingkungan Hutan Jenis kuesioner yang didistribusikan terdiri dari 3 unsur pengetahuan yaitu meliputi emosi, informasi dan pikiran. Penjelasan secara rinci adalah sebagai berikut: a. Emosi. Perkembangan pengetahuan pengunjung tentang lingkungan hutan khususnya emosi terdiri dari 4 pertanyaan yaitu: perburuan liar, penebangan liar, kebersihan dan penambangan batu bara. Skor rata-rata (dalam %) perkembangan emosi terhadap lingkungan hutan setelah berkunjung ke KRUS dari responden pria tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 menunjukkan bahwa responden pria tingkat pendidikan SMA memiliki skor lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (1), APRIL 2010
87
Diploma dan S1 dengan nilai rata-rata skor sebesar 36% yang memperlihatkan bahwa perkembangan emosi untuk tingkat pendidikan responden pria cenderung rendah. Berdasarkan analisis regresi, bahwa Y= 40,6 + 1,3X1 + 1,7X2 – 3,6X3, R² = 0,05 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (F-hitung = 0,12) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada level 95%. Hasil tersebut menunjukkan, bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap skor emosi. Dengan kata lain tingkat pendidikan responden pria terhadap emosi tidak menunjukkan perbedaan. Skor rata-rata perkembangan emosi tentang lingkungan hutan setelah berkunjung ke KRUS dari responden wanita tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 menunjukkan bahwa responden wanita tingkat pendidikan Diploma memiliki skor perkembangan emosi lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan S1 dan SMA dengan nilai rata-rata skor 44% yang memperlihatkan bahwa perkembangan emosi tingkat pendidikan responden wanita cenderung rendah. Berdasarkan analisis regresi, Y = 40,6 + 1,3X1 + 1,7X2 – 3,6X3, R² = 0,05 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (F-hitung = 0,12) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada level 95%. Hasil tersebut menunjukkan, bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap skor emosi. Dengan kata lain tingkat pendidikan responden wanita terhadap emosi tidak menunjukkan perbedaan. Tidak adanya pengaruh yang signifikan tersebut di atas kemungkinan disebabkan oleh faktor karakteristik kepribadian untuk jenis kelamin pria dan wanita dengan tingkat pendidikan baik SMA, Diploma maupun S1 terhadap emosi tidak menunjukkan perbedaan. Wahyuningsih (2004) dalam penelitiannya tentang hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mengemukakan, bahwa tinggi rendahnya emosi tidak ditentukan oleh gelar, pendidikan tertinggi dan IQ (Inteligence Quotient) yang bagus, tetapi lebih ditentukan oleh faktor kejiwaan dan kepribadian. b. Informasi. Perkembangan pengetahuan pengunjung tentang lingkungan hutan untuk informasi terdiri dari 4 pertanyaan yaitu manfaat dari koleksi hewan dan tumbuh-tumbuhan, manfaat koleksi flora fauna sebagai sarana transformasi pengetahuan serta papan informasi. Skor rata-rata perkembangan informasi terhadap lingkungan hutan dari responden pria tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 menunjukkan bahwa responden pria tingkat pendidikan S1 memiliki skor lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan SMA dan Diploma dengan nilai rata-rata skor 49% yang memperlihatkan bahwa perkembangan informasi untuk tingkat pendidikan responden pria agak sedang. Berdasarkan analisis regresi, Y = 54,3 – 13,5X1 + 2,5X2 – 0,4X3, R² = 0,14 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (F-hitung = 0,86) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada level 95%, hasil tersebut menunjukkan, bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap skor informasi. Dengan kata lain tingkat pendidikan responden pria terhadap informasi tidak menunjukkan perbedaan. Nilai rata-rata perkembangan informasi tentang lingkungan hutan setelah berkunjung ke KRUS dari responden wanita tingkat pendidikan SMA, Diploma dan
88
Nurhabibi dan Sardjono (2010). Kontribusi KRUS terhadap Perkembangan Pengetahuan
S1 menunjukkan bahwa responden wanita tingkat pendidikan Diploma memiliki skor lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan S1 dan SMA, dengan nilai ratarata skor 61% yang memperlihatkan bahwa perkembangan informasi untuk tingkat pendidikan adalah sedang. Berdasarkan analisis regresi, Y = 54,3 – 13,5X1 + 2,5X2 – 0,4X3, R² = 0,14 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (F-hitung = 0,86) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada level 95%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap skor informasi. Dengan kata lain tingkat pendidikan responden wanita terhadap informasi tidak menunjukkan perbedaan. Tidak adanya pengaruh yang signifikan tersebut di atas kemungkinan disebabkan oleh faktor perkembangan teknologi informasi yang memberikan kemudahan bagi setiap orang untuk mengakses informasi yang dibutuhkan, sehingga pertanyaan tentang lingkungan hutan untuk responden pria dan wanita dengan tingkat pendidikan baik SMA, Diploma maupun S1 terhadap informasi tidak menunjukkan perbedaan. Mutis (1995) mengemukakan, bahwa internet merupakan produk dari perkembangan teknologi informasi saat ini yang memudahkan seseorang untuk memperoleh berita atau informasi apa saja yang mereka inginkan. c. Pikiran. Perkembangan pengetahuan pengunjung tentang lingkungan hutan untuk pikiran terdiri dari 10 pertanyaan yaitu banjir, perlindungan hutan, kelestarian alam, sanksi penebang liar, fungsi hutan, pelibatan masyarakat, kelestarian hutan, longsor dan erosi, fungsi tata air, fauna. Skor rata-rata perkembangan pikiran terhadap lingkungan hutan setelah berkunjung ke KRUS dari responden pria tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 menunjukkan, bahwa responden pria tingkat pendidikan S1 memiliki skor perkembangan pikiran terhadap lingkungan hutan yang lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan SMA dan Diploma dengan nilai ratarata skor sebesar 41% yang memperlihatkan, bahwa perkembangan pikiran tingkat pendidikan responden pria adalah rendah. Berdasarkan analisis regresi, bahwa Y = 51,4 + 2,7X1 + 0,9X2 – 11,7X3, R² = 0,16 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (Fhitung = 0,14) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada level 95%, hasil tersebut menunjukkan, bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap skor pikiran. Dengan kata lain tingkat pendidikan responden pria terhadap pikiran tidak menunjukkan perbedaan. Skor rata-rata perkembangan pikiran tentang lingkungan hutan setelah berkunjung ke KRUS dari responden wanita tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 menunjukkan, bahwa responden wanita tingkat pendidikan Diploma memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan SMA dan S1 dengan nilai rata-rata skor 56% yang memperlihatkan, bahwa perkembangan pikiran tingkat pendidikan responden wanita adalah sedang. Berdasarkan analisis regresi Y = 51,4 + 2,7X1 + 0,9X2 – 11,7X3, R² = 0,16 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (F-hitung = 0,14) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada level 95%. Hasil tersebut menunjukkan, bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap skor pikiran. Dengan kata lain tingkat pendidikan responden wanita terhadap pikiran tidak menunjukkan perbedaan. Tidak adanya pengaruh yang signifikan tersebut di atas kemungkinan disebabkan oleh faktor pengetahuan untuk jenis kelamin pria dan wanita dengan
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (1), APRIL 2010
89
tingkat pendidikan, baik SMA, Diploma maupun S1 terhadap pikiran tidak menunjukkan perbedaan. Jogiyanto (2000) mengemukakan, bahwa teknologi informasi memiliki peranan yang besar dalam upaya mentransformasikan ilmu pengetahuan kepada setiap lapisan masyarakat. Perkembangan Kesadaran tentang Lingkungan Hutan Untuk mengetahui perkembangan kesadaran tentang lingkungan hutan, pengunjung sebelum dan sesudah berkunjung ke KRUS, maka jenis kuesioner yang didistribusikan terdiri dari 3 unsur kesadaran yaitu perasaan, ide dan kepedulian. Secara rinci dijabarkan sebagai berikut: a. Perasaan. Untuk perasaan terdiri dari 6 pertanyaan, yaitu perasaan ketika berada di KRUS, kerusakan hutan, flora dan fauna, perawatan hewan, manfaat KRUS, aktivitas hewan. Skor rata-rata perkembangan perasaan terhadap lingkungan hutan dari responden pria tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 menunjukkan bahwa responden pria tingkat pendidikan S1 memiliki skor dibandingkan tingkat pendidikan SMA dan Diploma dengan nilai rata-rata skor sebesar 60% yang memperlihatkan bahwa perkembangan perasaan tingkat pendidikan responden pria adalah sedang. Berdasarkan analisis regresi, bahwa Y = 71,4 – 1,5X1 – 2,1X2 – 11,9X3, R² = 0,16 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (F-hitung = 1,12) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada level 95%, hasil tersebut menunjukkan, bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin ttidak berpengaruh signifikan terhadap skor perasaan. Dengan kata lain tingkat pendidikan responden pria terhadap perasaan tidak menunjukkan perbedaan. Skor rata-rata perkembangan perasaan terhadap lingkungan hutan setelah berkunjung ke KRUS dari responden wanita tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 menunjukkan bahwa responden wanita tingkat pendidikan Diploma memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan SMA dan S1 dengan nilai rata-rata skor sebesar 73% yang memperlihatkan, bahwa perkembangan perasaan agak tinggi. Berdasarkan analisis regresi, bahwa Y = 71,4 – 1,5X1 – 2,1X2 – 11,9X3, R² = 0,16 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (F-hitung = 1,12) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada level 95%, hasil tersebut menunjukkan, bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap skor perasaan. Dengan kata lain tingkat pendidikan responden wanita terhadap perasaan tidak menunjukkan perbedaan. Tidak adanya pengaruh yang signifikan tersebut di atas kemungkinan disebabkan oleh faktor kejiwaan jenis kelamin pria dan wanita dengan tingkat pendidikan baik SMA, Diploma maupun S1 terhadap perasaan tidak menunjukkan perbedaan. Tinggi atau rendahnya perasaan yang dialami tidak tergantung pada faktor tinggi rendahnya tingkat pendidikan atau jenis kelamin, pada dasarnya setiap orang akan merasakan perasaan yang relatif sama jika menghadapi suatu hal yang menyenangkan, menggembirakan, menyedihkan, menyebalkan dan lain sebagainya. Menurut Goleman (1999), tinggi rendahnya tingkat perasaan lebih disebabkan oleh faktor kejiwaan, bukan pada faktor tinggi rendahnya tingkat pendidikan akademis dan jenis kelamin.
90
Nurhabibi dan Sardjono (2010). Kontribusi KRUS terhadap Perkembangan Pengetahuan
b. Ide. Perkembangan kesadaran pengunjung tentang lingkungan hutan untuk ide terdiri dari 7 pertanyaan yaitu kelestarian hewan, program pemerintah tentang hutan, lahan kosong, fungsi vegetasi, penyelamatan makhluk hidup, kelestarian hutan, sosialisasi untuk menjaga kelesatarian lingkungan alam. Skor rata-rata perkembangan ide tentang lingkungan hutan setelah berkunjung ke KRUS dari responden pria tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 menunjukkan bahwa responden pria tingkat pendidikan S1 memiliki skor lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan SMA dan Diploma dengan nilai rata-rata skor sebesar 40% yang memperlihatkan bahwa perkembangan ide tingkat pendidikan responden pria adalah rendah. Berdasarkan analisis regresi Y = 45,7 + 3,7X1 + 3,5X2 – 9,1X3, R² = 0,13 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (F-hitung = 0,7) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada level 95%, hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap skor ide. Dengan kata lain tingkat pendidikan responden pria terhadap ide tidak menunjukkan perbedaan. Skor rata-rata perkembangan ide tentang lingkungan hutan setelah berkunjung ke KRUS dari responden wanita tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan Diploma memiliki skor lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan SMA dan S1 dengan nilai rata-rata sebesar 54% yang memperlihatkan bahwa perkembangan ide tingkat pendidikan responden wanita adalah sedang. Berdasarkan analisis regresi, bahwa Y = 45,7 + 3,7X1 + 3,5X2 – 9, 1X3, R² = 0,13 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (F-hitung = 0,7) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada level 95%, hasil tersebut menunjukkan, bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap skor ide. Dengan kata lain tingkat pendidikan responden wanita terhadap ide tidak menunjukkan perbedaan. Tidak adanya pengaruh yang signifikan tersebut di atas kemungkinan disebabkan oleh faktor pikiran dan informasi jenis kelamin pria dan wanita dengan tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 terhadap ide tidak menunjukkan perbedaan. Hal ini diduga karena semakin mudahnya setiap orang mendapatkan akses informasi, sehingga informasi yang diinginkan akan mudah diperoleh, misalnya tentang lingkungan hidup. Menurut Mutis (1995), kekuatan ide seseorang ditentukan melalui pikiran, pertukaran informasi dan melalui proses sharing dan lain sebagainya c. Kepedulian. Perkembangan kesadaran pengunjung tentang lingkungan hutan untuk kepedulian terdiri dari 4 pertanyaan yaitu menjaga kebersihan lingkungan, gejala alam, pertambangan batu bara dan kelestarian lingkungan hutan. Skor ratarata perkembangan kepedulian terhadap lingkungan hutan setelah berkunjung ke KRUS dari responden pria tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1, menunjukkan bahwa responden pria tingkat pendidikan S1 memiliki skor lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan SMA dan Diploma dengan nilai rata-rata skor sebesar 41% yang memperlihatkan bahwa perkembangan kepedulian tingkat pendidikan responden pria adalah rendah. Berdasarkan analisis regresi, bahwa Y = 44,5 + 2,0X1 – 5,6X2 – 5,2X3, R² = 0,07 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (Fhitung = 0,24) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (1), APRIL 2010
91
level 95%, hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap skor kepedulian. Dengan kata lain tingkat pendidikan responden pria terhadap kepedulian tidak menunjukkan perbedaan. Skor rata-rata perkembangan kepedulian terhadap lingkungan hutan setelah berkunjung ke KRUS dari responden wanita tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 menunjukkan tingkat pendidikan Diploma memiliki skor lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan SMA dan S1 dengan nilai rata-rata skor sebesar 47% yang memperlihatkan, bahwa perkembangan kepedulian untuk tingkat pendidikan responden wanita adalah agak sedang. Berdasarkan analisis regresi bahwa Y = 44,5 + 2,0X1 – 5,6X2 – 5,2X3, R² = 0,07 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (F-hitung = 0,24) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada level 95%, hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap skor kepedulian. Dengan kata lain tingkat pendidikan responden wanita terhadap kepedulian tidak menunjukkan perbedaan. Tidak adanya pengaruh yang signifikan tersebut di atas kemungkinan disebabkan oleh faktor kepribadian jenis kelamin pria dan wanita dengan tingkat pendidikan baik SMA, Diploma maupun S1 terhadap kepedulian tidak menunjukkan perbedaan. Menurut Leksono (2008) dalam penelitiannya tentang pengembangan kurikulum pembelajaran konservasi, lingkungan hidup dan mitigasi bencana alam mengemukakan, bahwa kepedulian terhadap alam tidak tergantung pada jenis kelamin dan tingkat pendidikan, namun sangat tergantung pada kondisi kejiwaan dan kesadaran seseorang. Seseorang atau masyarakat yang sadar akan lingkungan hutan akan menyadari pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hutan dengan kata lain ia akan peduli terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan hutan. Selanjutnya dari seluruh penjelasan di atas, maka setelah dilakukan perhitungan berdasarkan persentase rataan terhadap skor perkembangan pengetahuan dan kesadaran pengunjung tentang lingkungan hutan sesudah berkunjung ke KRUS, dari semua pengunjung (120 responden), diperoleh nilai rata-rata perkembangan pengetahuan sebesar 46% dan nilai rata-rata perkembangan kesadaran sebesar 49%. Dengan kata lain perkembangan pengetahuan dan kesadaran pengunjung tentang lingkungan hutan sebagian besar telah terbentuk di luar KRUS. Karakteristik Pengunjung KRUS Untuk melihat karakteristik pengunjung KRUS yang mempengaruhi pengetahuan dan kesadaran mereka tentang lingkungan hutan sebelum dan sesudah berkunjung ke KRUS, jenis kuesioner yang didistribusikan meliputi 2 hal yakni pengetahuan dan kesadaran pengunjung, secara rinci dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengetahuan tentang lingkungan hutan. Untuk melihat karakteristik pengunjung KRUS yang mempengaruhi pengetahuannya tentang lingkungan hutan, maka jenis kuesioner yang didistribusikan terdiri dari 3 unsur pengetahuan yaitu emosi, informasi dan pikiran. Secara rinci dijabarkan sebagai berikut: a. Emosi. Pengetahuan pengunjung tentang lingkungan hutan khususnya emosi terdiri dari 4 pertanyaan, yaitu perburuan liar, penebangan liar, kebersihan dan
92
Nurhabibi dan Sardjono (2010). Kontribusi KRUS terhadap Perkembangan Pengetahuan
penambangan batu bara. Skor rataan dari jenis kelamin pria tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 terhadap emosi menunjukkan bahwa untuk responden jenis kelamin pria tingkat pendidikan SMA memiliki skor emosi yang lebih tinggi daripada tingkat pendidikan Diploma maupun S1 dengan nilai rata-rata 83% yang memperlihatkan bahwa skor emosi untuk tingkat pendidikan adalah tinggi. Berdasarkan analisis regresi Y= 16,6 – 0,5X1 – 0,1X2 + 0,5X3, R² = 0,18 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (F-hitung = 1,32) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada level 95%, hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap skor emosi. Dengan kata lain tingkat pendidikan responden pria terhadap emosi tidak menunjukkan perbedaan. Skor rataan dari jenis kelamin wanita tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 terhadap emosi menunjukkan bahwa tingkat pendidikan S1 memiliki skor emosi yang lebih tinggi daripada tingkat pendidikan SMA dan Diploma dengan nilai ratarata skor sebesar 82% yang memperlihatkan bahwa skor emosi pada tingkat pendidikan adalah tinggi. Berdasarkan analisis regresi Y = 16,6 – 0,5X1 – 0,1X2 + 0,5X3, R² = 0,18 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (F-hitung = 1,32) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada level 95%, hasil tersebut menunjukkan, bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap skor emosi. Dengan kata lain tingkat pendidikan responden wanita terhadap emosi tidak menunjukkan perbedaan. Tidak adanya pengaruh yang signifikan tersebut di atas kemungkinan disebabkan oleh faktor karakteristik kepribadian jenis kelamin pria dan wanita dengan tingkat pendidikan baik SMA, Diploma maupun S1 terhadap emosi tidak menunjukkan perbedaan. Suharsono (2002) mengemukakan, bahwa tinggi rendahnya tingkat emosional seseorang tidak ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat pendidikan ataupun jenis kelamin, melainkan emosi lebih ditentukan oleh faktor karakteristik kepribadian dan lingkungan, tetapi untuk lingkungan bukan faktor penentu yang bersifat absolut. b. Informasi. Pengetahuan pengunjung tentang lingkungan hutan khususnya untuk informasi terdiri dari 4 pertanyaan, yaitu manfaat dari koleksi hewan dan tumbuhtumbuhan, manfaat koleksi flora fauna sebagai sarana transformasi pengetahuan serta papan informasi. Skor rataan dari jenis kelamin pria tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 terhadap informasi menunjukkan bahwa tingkat pendidikan SMA dan S1 memiliki skor informasi lebih tinggi daripada pria tingkat pendidikan Diploma dengan nilai rata-rata skor 77% yang memperlihatkan bahwa skor informasi untuk tingkat pendidikan adalah agak tinggi. Berdasarkan analisis regresi, bahwa Y = 14,4 – 0,2X1 + 0,5X2 + 1,0X3, R² = 0,17 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (F-hitung = 1,24) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada level 95%, hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap skor informasi. Dengan kata lain tingkat pendidikan responden pria terhadap informasi tidak menunjukkan perbedaan. Skor rataan dari jenis kelamin wanita tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 terhadap informasi menunjukkan bahwa tingkat pendidikan S1 memiliki skor
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (1), APRIL 2010
93
informasi yang lebih tinggi daripada tingkat pendidikan SMA dan Diploma dengan nilai rata-rata skor sebesar 73% yang memperlihatkan bahwa skor informasi untuk tingkat pendidikan adalah agak tinggi. Berdasarkan analisis regresi Y = 14,4 – 0,2X1 + 0,5X2 + 1,0X3, R² = 0,17 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (F-hitung = 1,24) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada level 95%, hasil tersebut menunjukkan, bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap skor informasi. Dengan kata lain tingkat pendidikan responden wanita terhadap informasi tidak menunjukkan perbedaan. Tidak adanya pengaruh yang signifikan tersebut di atas kemungkinan disebabkan oleh faktor pengetahuan, karena: 1). Semakin mudahnya akses informasi yang dapat diperoleh oleh semua kalangan, baik wanita, pria dari tingkat pendidikan SMA, Diploma maupun S1 terhadap informasi. Dengan kemudahan akses tersebut memungkinkan semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan informasi apa saja yang mereka butuhkan, apalagi saat ini internet sudah menjadi kurikulum pokok yang diajarkan kepada para pelajar, bahkan dari tingkat pendidikan dasar (SD) sekalipun. 2). Untuk informasi tentang lingkungan hutan, pemerintah telah menetapkan pendidikan tentang lingkungan hidup (hutan) menjadi mata pelajaran pokok yang diajarkan pada semua tingkat pendidikan, bahkan dari tingkat Sekolah Dasar. Pada tanggal 5 Juli 2005 Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan SK bersama untuk pembinaan dan pengembangan pendidikan lingkungan hidup. Di dalam keputusan bersama ini sangat ditekankan bahwa pendidikan lingkungan hidup dilakukan secara integrasi dengan mata ajaran yang telah ada, dari tingkat SD sampai dengan SMA (Yunianto, 2008). c. Pikiran. Pengetahuan pengunjung tentang lingkungan hutan untuk pikiran terdiri dari 10 pertanyaan, yaitu banjir, perlindungan hutan, kelestarian alam, sanksi penebang liar, fungsi hutan, pelibatan masyarakat, kelestarian hutan, longsor dan erosi, fungsi tata air, fauna. Skor rataan dari jenis kelamin pria tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 terhadap pikiran menunjukkan, bahwa tingkat pendidikan SMA memiliki skor pikiran yang lebih tinggi daripada tingkat pendidikan Diploma maupun S1 dengan nilai rata-rata skor 85% yang memperlihatkan bahwa skor pikiran tingkat pendidikan adalah tinggi. Berdasarkan analisis regresi Y = 43,7 2,9X1 1,9X2 + 0,9X3, R² = 0,27 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (F-hitung = 3,23) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada level 95%, hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap skor pikiran. Dengan kata lain tingkat pendidikan responden pria terhadap pikiran tidak menunjukkan perbedaan. Skor rataan dari jenis kelamin wanita tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 terhadap pikiran menunjukkan bahwa tingkat pendidikan SMA memiliki skor lebih tinggi daripada wanita tingkat pendidikan S1 dan Diploma dengan nilai rata-rata skor sebesar 83% yang memperlihatkan bahwa skor pikiran tingkat pendidikan responden wanita adalah tinggi. Berdasarkan analisis regresi, Y = 43,7 2,9X1 1,9X2 + 0,9X3, R² = 0,27 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (F-hitung = 3,23) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada level 95%, hasil
94
Nurhabibi dan Sardjono (2010). Kontribusi KRUS terhadap Perkembangan Pengetahuan
tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap skor pikiran. Dengan kata lain tingkat pendidikan tidak menunjukkan perbedaan. Tidak adanya pengaruh yang signifikan tersebut di atas kemungkinan disebabkan oleh faktor pengetahuan jenis kelamin pria dan wanita dengan tingkat pendidikan baik SMA, Diploma maupun S1 terhadap pikiran tidak menunjukkan perbedaan, karena selain oleh kemudahan mengakses informasi tentang lingkungan hidup, juga adanya transformasi ilmu pengetahuan tentang lingkungan hidup pada kurikulum pendidikan tingkat SMA, bahkan dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi akibat adanya transformasi ilmu tentang lingkungan hidup dan mudahnya mengakases informasi oleh berbagai kalangan. Yunianto (2008) mengemukakan dalam tulisannya tentang Peduli Hutan Sejak Dini, bahwa keputusan bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional yang tertuang dalam SK bersama nomor 07/MenLH/06/2005 dan nomor 05/VI/KB/2005 untuk pembinaan dan pengembangan pendidikan lingkungan hidup pada kurikulum SD, SMP dan SMA menjadi salah satu upaya evektif dalam mentransformasikan pengetahuan tentang lingkungan hidup. 2. Kesadaran pengunjung tentang lingkungan hutan. Kesadaran ini memiliki unsur yang meliputi perasaan, ide dan kepedulian. Jenis kuesioner yang didistribusikan terdiri dari 3 unsur kesadaran yaitu meliputi perasaan, ide dan pikiran. Secara rinci dijabarkan sebagai berikut : a. Perasaan. Kesadaran pengunjung tentang lingkungan hutan untuk perasaan terdiri dari 6 pertanyaan yaitu perasaan ketika berada di KRUS, kerusakan hutan, flora dan fauna, perawatan hewan, manfaat KRUS, aktivitas hewan. Skor rataan dari jenis kelamin pria tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 menunjukkan bahwa responden jenis kelamin pria tingkat pendidikan SMA memiliki skor perasaan yang lebih tinggi daripada pria tingkat pendidikan Diploma maupun S1 dengan nilai rata-rata 78% yang memperlihatkan bahwa skor perasaan agak tinggi. Berdasarkan analisis regresi Y = 23,5 0,7X1 + 0,05X2 + 0,2X3, R² = 0,12 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (F-hitung = 0,60) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada level 95%, hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap skor perasaan. Dengan kata lain tingkat pendidikan responden pria terhadap perasaan tidak menunjukkan perbedaan. Skor rataan dari responden jenis kelamin wanita tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 untuk perasaan menunjukkan bahwa tingkat pendidikan S1 memiliki skor yang lebih tinggi daripada tingkat pendidikan SMA maupun Diploma dengan nilai rata-rata skor 77% yang memperlihatkan bahwa skor perasaan untuk tingkat pendidikan responden wanita agak tinggi. Berdasarkan analisis regresi Y = 23,5 0,7X1 + 0,05X2 + 0,2X3, R² = 0,12 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (Fhitung = 0,60) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada level 95%, hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap skor perasaan. Dengan kata lain tingkat pendidikan responden wanita terhadap perasaan tidak menunjukkan perbedaan.
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (1), APRIL 2010
95
Tidak adanya pengaruh yang signifikan tersebut di atas kemungkinan disebabkan oleh faktor kejiwaan untuk jenis kelamin pria dan wanita dengan tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 terhadap perasaan tidak menunjukkan perbedaan. Tinggi atau rendahnya perasaan yang dialami tidak tergantung pada faktor tinggi rendahnya tingkat pendidikan atau jenis kelamin, pada dasarnya setiap orang akan merasakan perasaan yang relatif sama jika menghadapi suatu hal yang menyenangkan, menggembirakan, menyedihkan, meyebalkan dan lain sebagainya. Menurut Goleman (1999), tinggi rendahnya tingkat perasaan lebih disebabkan oleh faktor kejiwaan, bukan pada faktor tinggi rendahnya tingkat pendidikan akademis dan jenis kelamin. b. Ide. Kesadaran pengunjung tentang lingkungan hutan untuk ide terdiri dari 7 pertanyaan yaitu kelestarian hewan, program pemerintah tentang hutan, lahan kosong, fungsi vegetasi, penyelamatan makhluk hidup, kelestarian hutan, sosialisasi untuk menjaga kelesatarian lingkungan alam. Skor rataan dari jenis kelamin pria tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 untuk ide menunjukkan bahwa untuk pendidikan SMA memiliki skor lebih tinggi daripada tingkat pendidikan Diploma maupun S1 dengan nilai rata-rata 77% yang memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan agak tinggi. Berdasarkan analisis regresi Y = 27,2 0,3X1 0,5X2 + 0,1X3, R² = 0,09 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (F-hitung = 0,32) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada level 95%, hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap skor ide. Dengan kata lain tingkat pendidikan responden pria terhadap ide tidak menunjukkan perbedaan. Skor rataan dari responden jenis kelamin wanita tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 untuk ide menunjukkan bahwa pendidikan SMA memiliki skor lebih tinggi daripada tingkat pendidikan Diploma dan S1 dengan nilai rata-rata 77% yang memperlihatkan bahwa skor ide untuk tingkat pendidikan agak tinggi. Berdasarkan analisis regresi Y = 27,2 0,3X1 0,5X2 + 0,1X3, R² = 0,09 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (F-hitung = 0,32) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada level 95 %, hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap skor ide. Dengan kata lain tingkat pendidikan responden wanita terhadap ide tidak menunjukkan perbedaan. Tidak adanya pengaruh yang signifikan tersebut di atas kemungkinan disebabkan oleh faktor pikiran dan informasi untuk jenis kelamin pria dan wanita dengan tingkat pendidikan baik SMA, Diploma maupun S1 terhadap ide tidak menunjukkan perbedaan. Hal ini diduga karena semakin mudahnya setiap orang mendapatkan akses informasi, sehingga informasi yang diinginkan mudah diperoleh, misalnya tentang lingkungan hidup. Dalam hal kemudahan akses informasi tentang lingkungan hidup, ada tiga hal yang perlu digarisbawahi, yakni: 1). Pengetahuan tentang lingkungan hidup telah diintegrasikan di kurikulum pendidikan dari tingkat dasar sampai dengan SMA, sehingga dimungkinkan terjadinya transformasi ilmu pengetahuan tentang lingkungan hidup terhadap para pelajar.
96
Nurhabibi dan Sardjono (2010). Kontribusi KRUS terhadap Perkembangan Pengetahuan
2). Setiap orang mendapatkan kemudahan dalam mengakses informasi yang mereka inginkan apalagi saat ini melalui internet yang sangat terjangkau, sehingga para pelajar SMA atau bahkan SMP dan SD sekalipun mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengakses informasi apapun dengan mudah. 3). Kalimantan Timur merupakan basis hutan tropis yang memungkinkan seseorang untuk kontak secara langsung dengan hutan. Cornell (1979) mengemukakan, bahwa ide merupakan hasil respon organisme sistem sel saraf otak terhadap suatu objek. Tinggi rendahnya suatu ide ditentukan oleh pengalaman dan kontak langsung dengan suatu objek. c. Kepedulian Kesadaran pengunjung tentang lingkungan hutan untuk kepedulian terdiri dari 4 pertanyaan yaitu menjaga kebersihan lingkungan, gejala alam, pertambangan batu bara, kelestarian lingkungan hutan. Skor rataan dari jenis kelamin pria tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 untuk kepedulian menunjukkan bahwa pendidikan S1 memiliki skor kepedulian yang lebih tinggi daripada pria tingkat pendidikan Diploma maupun S1 dengan nilai rata-rata skor 68% yang memperlihatkan bahwa skor kepedulian agak tinggi. Berdasarkan analisis regresi Y = 13,2 + 0,3X1 + 0,3X2 + 0,2X3, R² = 0,07 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (Fhitung = 0,22) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada level 95%, hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap skor kepedulian. Dengan kata lain tingkat pendidikan responden pria terhadap kepedulian tidak menunjukkan perbedaan. Skor rataan dari responden jenis kelamin wanita tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 untuk kepedulian menunjukkan bahwa pendidikan Diploma memiliki skor kepedulian yang lebih tinggi daripada tingkat pendidikan S1 dan SMA dengan nilai rata-rata 68% yang memperlihatkan bahwa skor kepedulian untuk tingkat pendidikan agak tinggi. Berdasarkan analisis regresi Y = 13,2 + 0,3X1 + 0,3X2 + 0,2X3, R² = 0,07 lemah dan hasil uji-F untuk regresi (F-hitung = 0,22) serta hasil uji-t untuk koefisien regresi tidak ada yang signifikan pada level 95%, hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap skor kepedulian. Dengan kata lain tingkat pendidikan terhadap kepedulian tidak menunjukkan perbedaan. Tidak adanya pengaruh yang signifikan tersebut di atas kemungkinan disebabkan oleh faktor kepribadian untuk jenis kelamin pria dan wanita dengan tingkat pendidikan baik SMA, Diploma maupun S1 terhadap kepedulian tidak menunjukkan perbedaan. Leksono (2008) mengemukakan, bahwa kepedulian tidak tergantung pada jenis kelamin dan tingkat pendidikan, namun sangat tergantung pada kondisi kejiwaan dan kesadaran seseorang. Seseorang atau masyarakat yang sadar akan lingkungan hutan akan menyadari pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hutan, dengan kata lain ia akan peduli terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan hutan.
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (1), APRIL 2010
97
Tanggapan Pengunjung Tanggapan yang diperoleh dari pengunjung tentang KRUS meliputi info, situasi dan kondisi serta kelengkapan KRUS dijelaskan sebagai berikut: a. Info tentang KRUS. Tanggapan pengunjung tentang KRUS khususnya info tentang KRUS terdiri dari 5 pertanyaan yaitu lokasi KRUS, status KRUS, kebutuhan informasi, pemenuhan kebutuhan informasi dan manfaat KRUS. Skor rataan tanggapan pengunjung KRUS terhadap info tentang KRUS dari responden dengan jenis kelamin pria tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 menunjukkan skor sebesar 71%. Skor rataan tanggapan pengunjung KRUS terhadap info KRUS dari responden dengan jenis kelamin wanita tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 adalah sebesar 72%. Skor di atas memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan responden pria dan wanita terhadap info tentang KRUS cukup informatif. b. Situasi dan kondisi KRUS. Tanggapan pengunjung tentang KRUS khususnya situasi dan kondisi terdiri dari 5 pertanyaan yaitu tujuan datang ke KRUS, kontribusi pengunjung, kepuasan pengunjung, kondisi lingkungan dan keindahan. Skor rataan tanggapan pengunjung KRUS dari responden dengan jenis kelamin pria tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 menunjukkan skor sebesar 74%. Skor rataan tanggapan pengunjung KRUS terhadap situasi dan kondisi KRUS dari responden dengan jenis kelamin wanita tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 adalah 70%. Skor di atas memperlihatkan, bahwa tingkat pendidikan responden pria dan wanita terhadap situasi dan kondisi KRUS adalah cukup baik. c. Kelengkapan KRUS. Tanggapan pengunjung KRUS terhadap kelengkapan KRUS terdiri dari 5 pertanyaan, yaitu kelengkapan fasilitas pendidikan, kelengkapan fasilitas rekreasi, perawatan fauna, tata ruang dan keramahan staf. Skor rataan tanggapan pengunjung KRUS terhadap kelengkapan KRUS dari responden dengan jenis kelamin pria tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 menunjukkan skor 63%. Skor rataan tanggapan pengunjung KRUS terhadap kelengkapan KRUS dari responden dengan jenis kelamin wanita tingkat pendidikan SMA, Diploma dan S1 adalah 62%. Skor di atas memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan responden pria dan wanita tentang kelengkapan KRUS cukup lengkap. Selanjutnya skor rata-rata dari seluruh responden yang memberikan tanggapan untuk info tentang KRUS yang meliputi lokasi KRUS, status KRUS, kebutuhan informasi, pemenuhan kebutuhan informasi dan manfaat KRUS adalah sebesar 72%. Dengan kata lain info KRUS menurut penilaian pengunjung dikategorikan cukup informatif. Skor rata-rata dari seluruh responden yang memberikan tanggapan untuk situasi dan kondisi tentang KRUS yang meliputi tujuan datang ke KRUS, kontribusi pengunjung, kepuasan pengunjung, kondisi lingkungan dan keindahan adalah 72%.
98
Nurhabibi dan Sardjono (2010). Kontribusi KRUS terhadap Perkembangan Pengetahuan
Dengan kata lain situasi dan kondisi KRUS menurut penilaian pengunjung dikategorikan cukup baik. Skor rata-rata dari seluruh responden yang memberikan tanggapan untuk kelengkapan KRUS meliputi kelengkapan fasilitas pendidikan, kelengkapan fasilitas rekreasi, perawatan fauna, tata ruang dan keramahan staf adalah sebesar 63%. Artinya kelengkapan KRUS menurut pengunjung dikategorikan cukup baik. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Nilai persentase rata-rata perkembangan pengetahuan dari seluruh responden tentang lingkungan hutan yang terbentuk sesudah mengunjungi KRUS adalah sebesar 46%, sedangkan nilai rata-rata perkembangan kesadaran sebesar 49%, artinya perkembangan pengetahuan dan kesadaran pengunjung tentang lingkungan hutan sebagian besar telah terbentuk di luar KRUS. Tingkat pendidikan dan jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan dan kesadaran pengunjung tentang lingkungan hutan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor di antaranya keperibadian, mudahnya akses informasi dan adanya upaya pemerintah untuk mengintegrasikan mata pelajaran tentang lingkungan hidup di kurikulum pendidikan, baik tingkat SD, SMP, SMA, sehingga pengetahuan dan kesadaran tingkat pendidikan responden terhadap lingkungan hutan tidak menunjukkan perbedaan. Tanggapan terhadap info tentang KRUS yang meliputi 5 pertanyaan yaitu lokasi KRUS, status KRUS, kebutuhan informasi, pemenuhan kebutuhan informasi dan manfaat KRUS menurut penilaian pengunjung dikategorikan cukup informatif. Tanggapan terhadap situasi dan kondisi yang meliputi 5 pertanyaan yaitu tujuan datang ke KRUS, kontribusi pengunjung, kepuasan pengunjung, kondisi lingkungan dan keindahan menurut penilaian pengunjung dikategorikan cenderung cukup baik. Tanggapan terhadap kelengkapan KRUS yang meliputi 5 pertanyaan yaitu kelengkapan fasilitas pendidikan, keramahan staf, perawatan fauna, tata ruang dan kelengkapan fasilitas rekreasi menurut penilaian pengunjung dikategorikan cukup lengkap. Saran Di KRUS perlu dilakukan pengelolaan yang lebih optimal, baik berupa peningkatan manajerial sumberdaya manusianya maupun peningkatan kualitas fasilitas agar lebih representatif sebagai areal transformasi informasi tentang lingkungan alam. Untuk Pemerintah Daerah Kalimantan Timur, khususnya Pemerintah Kota Samarinda agar lebih mengintensifkan kebijakannya terhadap KRUS, tidak hanya dari sisi wisata atau rekreasinya saja, namun lebih ditekankan kepada aspek penyelamatan dan kelestarian lingkungan alam. Perlu penelitian lanjutan tentang kontribusi KRUS sebagai lokasi transformasi pesan lingkungan kepada masyarakat dengan catatan kuesioner agar disesuaikan dengan tingkat pendidikan pengunjung.
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 3 (1), APRIL 2010
99
DAFTAR PUSTAKA Cornell, J. 1979. Pendidikan Lingkungan Hidup sebagai Salah Satu Mata Pelajaran di Sekolah. http://www.agtamrinstafffkipuns.co.id. 22 h. Goleman, D. 1999. Working with Emotional Intelligence. Bantam Books, New York. Jogiyanto. 2000. Sistem Informasi Berbasis Komputer. BPFE, Yogyakarta. Leksono, S.M. 2008. Pengembangan Kurikulum Pembelajaran Konservasi, Lingkungan Hidup dan Mitigasi Bencana Alam. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten. Mutis, T. 1995. Jurus Jitu Memenangkan Persaingan. Grasindo, Jakarta. Singarimbun. 1995. Metode Penelitian Survei. PT Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta. Soehartono, I. 2002. Metode Penelitian Sosial. Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Suharsono. 2002. Melejitkan IQ, IE dan IS. Inisiasi Press, Depok. Wahyuningsih, A.S. 2004. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas II SMU Lab School Jakarta Timur. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia. Y.A.I, Jakarta. 73 h. Yunianto, E. 2008. Peduli Hutan Sejak Dini. http://www.kabarindonesia.com. 10 h.