KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA MENURUT Prof. Dr. HASAN LANGGULUNG SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh: FadlilatusSaniyah NIM: 211041
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAMNAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU) JEPARA 2015
DEKLARASI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Program S-1 Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar S-1 dari Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) Jepara maupun dari perguruan tinggi lain. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan yang saya kutip dari karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Jepara,
September 2015
Penulis
Fadlilatus Saniyah 131310000269
viii
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 2 (Dua) Eks Hal : Naskah Skripsi a.n. Sdri. Fadlilatus Saniyah Kepada : Yth. Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara Di Jepara Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah saya mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, maka bersama ini saya kirimkan skripsi Saudari: Nama : Fadlilatus Saniyah NIM
: 131310000269
Prodi : S.1/ Pendidikan Agama Islam Judul
: Konsep Pendidikan Islam dalam Keluarga menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung
Dengan ini saya mohon agar Skripsi Saudari tersebut dapat dimunaqosahkan. Dan atas perhatian Bapak saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jepara,
September 2015
Pembimbing
Drs. Abdul Rozaq Alkam, M.Ag.
ii
MOTTO
“Medan perang pertama adalah dirimu sendiri jika kamu telah mengalahkannya. Tentu kamu akan mengalahkan yang lain. Jika disana kamu kalah. Niscaya di tempat lain kamu akan lebih kalah. Jadi berjuanglah disana terlebih dahulu.” 1
“Ali bin Abi Thalib RA”
1
HasanLanggulung, ManusiadanPendidikanSuatuAnalisaPsikologi, FilsafatdanPendidikan, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986), hlm. 374
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi inikupersembahkan untuk: SemuakeluargakukhususnyaKedua
Orang
tuakutersayangBapakAsmunidanIbuSulimahsertaKakakdanAdikku Miftahul
Huda
danSaidaturRahmah
selalumemberikandukungan,
motivasi,
bantuan,
yang mendampingi,
mendo’akan, danmengiringidisetiaplangkahku. Sahabat-sahabatku
yang
selamainimendukung,
membantudanmemotivasikusehinggaterselesaikannyasekripsiini. Teman-temanseperjuangan
di
JeparakhususnyakelasTarbiyah A.2 angkatan 2011.
v
UNISNU
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan menyebut Nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kesehatan serta petunjuk bagi penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : ” Pendidikan Islam dalam Keluarga menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung”. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Nabiyyuna Wa Habibuna Muhammad SAW, Rasul mulia suri tauladan bagi manusia yang diharapkan syafa’atnya kelak di hari akhir. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi guna melengkapi syarat ujian akhir dan sekaligus persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) di UNISNU Jepara. Selama menyusun skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Bapak Prof. Dr. H. Muhtarom HM, selaku Rektor UNISNU Jepara
2.
Bapak Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara.
3.
Bapak Drs. Abdul Razaq Alkam, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah sabar, tulus, dan ikhlas dalam membimbing, mengarahkan, dan member petunjuk kepada penulis sehingga pada akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
vi
4.
Segenap Bapak /Ibu dosen yang telah mendidik, membimbing serta memberikan pengarahan kepada penulis
5.
Perpustakaan UNISNU Jepara yang telah membantu penulis dalam menyediakan buku-buku refrensi sebagai bahan-bahan utama skripsi ini.
6.
Segenap keluarga tercinta, khususnya Bapak, Ibu, kakak
dan adikku
tersayang yang telah senantiasa mendorong, memotivasi, membimbing, mengarahkan dan mendampingi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7.
Sahabat-sahabat senasib sepenanggungan yang telah memberikan motivasi, semangat dan bantuannya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
8.
Serta semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam memberikan motivasi dan sumbangsihnya kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk semuanya, penulis tidak dapat membalas atas segala bantuannya,
hanya dapat berdo’a kepada Allah semoga amal baik mareka dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat dan menambah pengetahuan baik bagi penulis sendiri khususnya dan bagi para pembaca sekalian pada umumnya.
Jepara, Oktober 2015 Penulis
Fadlilatus Saniyah
vii
ABSTRAK Fadlilatus Saniyah (NIM: 131310000269). “Konsep Pendidikan Islam dalam Keluarga menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung”. Skripsi : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara, 2015. Kata Kunci: Pendidikan Islam dan Keluarga Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Konsep Pendidikan Islam dalam Keluarga menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung. Pentingnya Keluarga dalam Pendidikan Islam menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung. Peran Keluarga dalam Pendidikan anak-anaknya menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung. Penelitian ini berupaya untuk mengungkap pemikiran Hasan Langgulung, maka jenis penelitian yang digunakan adalah kajian kepustakaan atau disebut library research yaitu penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya. Tegasnya riset pustaka membatasi kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan. Dalam hal ini penelitian difokuskan pada pendidikan Islam dalam keluarga menurut pemikiran Prof. Dr. Hasan Langgulung, sehingga dalam mencari data menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak cukup hanya mendeskripsikan data tetapi harus memberikan penafsiran atau interpretasi dan pengkajian secara mendalam setiap kasus dan mengikuti perkembangan kasus tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar bukan angka-angka. Karena bersifat library research maka dalam pengumpulan data penulis menggunakan teknik dokumentasi, artinya data dikumpulkan dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh penulis. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan content analisis, yaitu analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi yang ada, dan juga dengan analisis deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar bukan bentuk angkaangka. Hasil penelitian mengenai pemikiran Hasan Langgulung tentang pendidikan Islam dalam keluarga adalah : Pendidikan Islam dalam keluarga menurut Hasan Langgulung diawali dengan konsep keluarga. Keluarga adalah mileniu pertama dan pendidik pertama dan utama bagi anak berinteraksi dan sebagian besar bersifat hubungan-hubungan langsung. Dari sana akan terbentuk kepribadian anak yang akan berpengaruh pada kepribadian anak selanjutnya. Keluarga memegang tanggung jawab dan peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak, sehingga Islam sangat memperhatikan keluarga dari sebelum terbentuknya dan bagaimana meneguhkannya. Sebab dampak pendidikan keluarga tidak hanya pada individu tetapi juga kepada masyarakat.Islam telah mengatur berbagai hal yang dapat dilakukan dan diperankan oleh keluarga terhadap pendidikan anak-anak mereka.Adapun peran pendidikan keluarga tersebut adalah:1) pendidikan jasmani dan kesehatan, 2) pendidikan akal (intelektual), 3) pendidikan psikologi dan emosi, 4) pendidikan agama, 5) pendidikan akhlak, dan 6) pendidikan sosial. xii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN NOTA PEMBIMBING ..................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................
iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ v HALAMAN KATA PENGANTAR ....................................................................
vi
DEKLARASI.....................................................................................................
viii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
ix
ABSTRAKSI.....................................................................................................
xii
BAB I
BAB II
: PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ……………………………...…….
1
B. PenegasanIstilah ……………………………………...……
5
C. Rumusan Masalah ……………......………………..………
7
D. Tujuan Penelitian..…………………………………………..
8
E.
ManfaatPenelitian ……………………………………..…...
8
F.
Kajian Pustaka.....……………………………………….….
9
G. Metode Penelitian ................................................................
13
H. SistematikaPenulisanSkripsi ………………………………
17
: PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA A. Pendidikan Islam................…………………………………
20
1. PengertianPendidikan Islam...............………………...
20
2. TujuanPendidikan Islam...............…………………….
27
ix
BAB III
3. Fungsi Pendidikan Islam.............…...…………………
30
B. Keluarga....................................……………………………
32
1. PengertianKeluarga.................................……………...
32
2. Keluarga dalam Pendidikan Islam.......................……..
37
: Konsep Pendidikan Islam dalam Keluarga menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung A. Biografi Prof. Dr. Hasan Langgulung …………………...…
40
1. Riwayat Hidup Hasan Langgulung ................................
40
2. Perjalanan Karir Hasan Langgulung ..............................
42
3. Karya-karya Hasan Langgulung ....................................
43
B. Pokok-pokok
Pemikiran
Hasan
Langgulung
tentang
Pendidikan Islam dalam Keluarga ………......………………
37
1. Konsep Keluarga dalam Islam ......................................
45
2. Pentingnya Keluarga .....................................................
47
3. Fungsi Pendidikan Keluarga dalam Islam .....................
51
4. Peranan Keluarga dalam Pendidikan Islam Anak ..........
53
BAB IV : Analisis Konsep Pendidikan Islam dalam Keluarga menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung A. Analisis Pentingnya Keluarga dalam Pendidikan Islam menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung ………………………
66
B. Analisis Peran Keluarga dalam Pendidikan Islam Anak menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung ...…………………… BAB V
: PENUTUP
x
78
A. Kesimpulan …………………………………………………
104
B. Saran-saran ....…...……………………………………….....
106
C. Penutup …………….........………………………………….
107
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
BAB I PENDAHLUAN A. Latar Belakang Masalah Memperbincangkan dunia pendidikan pada hakikatnya merupakan perbincangan mengenai diri kita sendiri.Artinya, perbincangan tentang manusia sebagai pelaksana pendidikan, sekaligus sebagai pihak penerima pendidikan.1Sesungguhnya pendidikan adalah masalah penting yang aktual sepanjang zaman. Karena pendidikan orang menjadi maju, dengan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi orang mampu mengolah alam yang dikaruniakan Allah kepada manusia. Lebih-lebih dalam suasana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Di era global ini, terjadi krisis nilai-nilai kultural berkat pengaruh ilmu dan teknologi yang berdampak pada perubahan sosial dalam masyarakat.2 Disadari atau tidak saat ini terjadi berbagai macam persoalan dalam masyarakat yang mengkhawatirkan yang melanda anak-anak seperti pergaulan bebas, tawuran antar pelajar, pencurian dan perilaku-perilaku buruk lainya yang melanda generasi muda bangsa kita, yang sampai saat ini belum dapat diselesaikan. Pendidikan Islam masa kini dihadapkan kepada tantangan yang jauh lebih berat dari tantangan yang dihadapi pada masa permulaan penyebaran Islam. Tugas pendidikan Islam dalam proses pencapaian tujuannya tidak lagi 1
Baharuddin dan Moh. Makin, Pendidikan Humanistic, (Yogyakarta: Ae-Ruzzmedia, 2011), hlm. 11 2 Muzayyin Arifin, KapitaSelekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksar, 2014), Cet. 6, hlm.6
1
2
menghadapi problema kehidupan yang simplisitis, melainkan sangat kompleks.3 Menurut Abdullah Nashih Ulwan, diantara faktor yang banyak berpengaruh bagi timbulnya kenakalan anak, rusaknya akhlak dan hilangnya kepribadian mereka adalah keteledoran kedua orang tua dalam memperbaiki diri anak, mengarahkan dan mendidiknya.4 Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan amat
berpengaruh
atas
pendidikan
anak-anaknya.
Tanggung
jawab
pendidikan secara mendasar terpikul kepada orang tua, apakah tanggung jawab pendidikan itu diakuinya secara sadar atau tidak, diterima sepenuh hati atau tidak, hal itu merupakan fitrah yang telah dikodratkan Allah SWT kepada setiap orang tua.5 Sebagaimana firman Allah dalam surah At-Tahrim ayat 6: ( ٦: اﻟﺘﺤﺮﯾﻢ )
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At Tahrim : 6).6 Islam mengajarkan pendidikan itu mulai sebelum kedua calon suami istri menikah.Mereka mesti memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang
3
Ibid., hlm.7 Abdullah Nasih ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani, 1994),
4
hlm.145
5
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumu Aksara, 2009), Cet.8, hlm.36 DepartemenAgama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Pelita III, 1981), hlm. 951
6
3
bakal terjadi dalam rumah tangga kelak.7 Menurut Zakiah Daradjat pembentukan identitas anak menurut Islam, dimulai jauh sebelum anak itu diciptakan. Islam memberikan berbagai syarat dan ketentuan pembentukan keluarga.8 Menurut Ki Hajar Dewantara yang dikutip oleh Uyoh Sadulloh bahwa, alam keluarga adalah “pusat pendidikan” yang pertama dan terpenting, karena sejak munculnya peradaban kemanusiaan sampai sekarang, kehidupan keluarga selalu mempengaruhi atau merupakan tempat yang subur bagi tumbuhnya budi pekerti dalam diri manusia.9 Dalam pendidikan anak, kedua orang tua merupakan sosok manusia yang pertama kali dikenal anak. Yang karena perilaku keduannya akan sangat mewarnai terhadap proses perkembangan kepribadian anak selanjutnya, karena disanalah anak akan membangun fondasi bagi tegaknya kepribadian yang sempurna, sebab pendidikan yang diperolehnya pada masa kecil akan jauh lebih membekas dalam membentuk kepribadian anak dari pada pendidikan yang diperoleh ketika anak telah dewasa.10 Al Ghazali yang dikutip oleh Juwariyah mengatakan tentang bersih dan sucinya setiap anak yang lahir dari Rahim ibunya dengan mengatakan: Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya, hatinya yang bersih bagaikan mutiara yang kemilau sunyi dari setiap lukisan dan 7
Aat Syafaat dan Sohari Sahrani, Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja Juvenile Delinquency, (Jakarta: Rajawali Pres, 2008), hlm.5 8 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1994), Cet.1, hlm. 41. 9 Uyoh Sadulloh, Pedagogik (Ilmu Mendidik), (Bandung: Alfa Beta, 2011), Cet.2, hlm. 188. 10 Juwariyah, Dasar-Dasar Pendidikan Anak dalam Al-Qur’an, (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm. 69
4
gambar.Ia akan menerima setiap lukisan yang digoreskan kepadanya dan cenderung kearahmana saja ia diarahkan. Jika dibiasakan kepada yang baik dan diajarkannya kebaikan itumaka ia akan tumbuh dalam kebaikan dan menjadi sejahtera dunia akhirat dan kedua orang tua serta seluruh guru dan pembimbingnya akan turut menikmati pahalanya. Dan jika dibiasakan pada yang jelek-jelek dan diabaikanya sebagaimana mengabaikan hewan piaraan, maka ia akan celaka dan binasa, dan dosanya akan meliputi kedua orang tua dan para pengasuhnya pula.11 Dari hubungan dan tanggung jawab orang tua terhadap anak, maka tanggung jawab pendidikan itu pada dasarnya tidak bisa dipikulkan kepada orang lain, sebab guru dan pemimpin umat, umpamanya, dalam memikul tanggung jawab pendidikan hanyalah merupakan keikutsertaan.12 Lembagalembaga pendidikan berikutnya merupakan pengembangan dari pendidikan anak yang didapat dalam keluarga, dan merupakan tempat dari peralihan pendidikan dalam keluarga.13 Mengingat problem sosial masa kini yang terjadi di masyarakat bersumber dari interaksi keluarga. Apabila keluarga kuat maka masyarakat pun akankuat dan sebaliknya, apabila keluarga lemah, masyarakat pun akan lemah.14Maka pendidikan Islam di keluarga menjadi fokus untuk dikaji sebagai sarana fundamental mendidik anak. Pemikiran Hasan Langgulung tentang pendidikan Islam di rumah (keluarga)menjadi tema yang mendasar dalam merespon berbagai persoalan bangsa.Karena berbagai penyimpangan peserta didik menjadi salah satu
11
Juwariyah, Op.Cit., hlm. 71 Aat Syafaat dan Sohari Sahrani, Muslih, Op.Cit., hlm.65 13 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet.2, hlm. 227 14 Hasan Langgulung, Manusia danPendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986), hlm. 349 12
5
parameter tingkat keberhasilan dan kegagalan orang tua dalam mendidik anaknya di lingkungan pendidikan keluarga.Selain itu keluarga dipandang sebagai
unit
pertama
dan
institusi
pertama
dalam
masyarakat
dimanahubungan-hubungan yang terdapat didalamnya sebagian besar bersifat hubungan-hubungan langsung. Berkembang individu dan terbentuk tahapan awal proses pemasyarakatan (socialization) dan melalui interaksi didalamnya akan diperoleh pengetahuan, keterampilan, minat, nilai-nilai, emosi dan sikapnya dalam hidup untuk memperoleh ketenteraman dan ketenangan.15 Oleh karena itu, berdasarkan pemaparan di atas penulis mempunyai inisiatif untuk membahas skripsi dengan judul: “Pendidikan Islam dalam Keluarga Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung”.
B. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan persepsi dan interpretasi terhadap penulisan skripsi ini, serta memberikan batasan-batasan terhadap pembahasan judul di atas, sehingga pembahasan tema dalam skripsi ini akan dapat diarahkan. Perlu dikemukakan batasan-batasan judul dengan penjelasan dan penegasan istilah sebagai berikut:
15
Ibid, hlm. 346
6
1. Konsep Pendidikan Islam Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia konsep adalah rangkaian ide, gambaran, atau pengertian dari peristiwa konkret kepada abstrak dan sebuah obyek maupun proses.16 Sedangkan kata konsep disini merupakan rangkaian ide, gambaran, atau pengertian tentang pendidikan Islam dalam keluarga menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung. Pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.17 2. Keluarga Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari ayah, ibu dan anak, serta sanak saudara, kaum kerabat. Dapat pula berarti sekumpulan orang yang hidup dalam tempat tinggal bersama masing-masing anggota merasakan adanya pertalian batin, sehingga saling mempengaruhi, memperhatikan, menyerahkan diri, melengkapi dan menyempurnakan.18 Dalam pengertian lain, keluarga adalah ikatan laki-laki dengan wanita berdasarkan hukum atau undang-undang perkawinan yang sah. Di
16
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hlm. 959 17 Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, (Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2008), cet ke-2, hlm. 28-29 18 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 234
7
dalam keluarga ini lahirlah anak-anak. Disinilah terjadi interaksi pendidikan.19 3. Prof. Dr. Hasan Langgulung Hasan Langgulung diahirkan di Rappang Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Oktober 1934 dan wafat pada tanggal 2 Agustus 2008, di Kuala Lumpur Malaysia. Hasan Langgulung adalah salah satu tokoh pendidikan di Indonesia yang namanya cukup terkenal dan berkompeten dalam bidang pendidikan. Terlihat dari banyaknya hasil karya tulis yang ia hasilkan, terutama dalam bidang pendidikan Islam. Semasa hidup beliau aktif mendedikasikan dirinya untuk kemajuan pendidikan.20 Dengan penegasan istilah diatas,maka yang dimaksud dengan judul adalah rangkaian, ide atau gambaran dari Pendidikan Islam yang dilaksanakan dalam keluarga menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan uraian tentang penegasan istilah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1.
Bagaimana konsep pendidikan Islam dalam keluarga menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung?
2.
Bagaimana kedudukan keluarga dalam pendidikan Islam menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung?
19
hlm. 237
Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997),
20
Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 125-126
8
3.
Bagaimana peran keluarga dalam pendidikan Islam anak menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui konsep pendidikan Islam dalam keluarga menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung
2.
Untuk mengetahui kedudukan keluarga dalam pendidikan Islam menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung
3.
Untuk mengetahui peran keluarga dalam pendidikan Islam anak menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung
E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini, adalah: 1.
Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah: a.
Sebagai kontribusi dan tambahan pengetahuan tentang pendidikan Islam khususnya konsep pendidikan Islam dalam keluarga.
b.
Sebagai tambahan khazanah keilmuan yang merupakan wujud sumbangan pemikiran dalam ilmu pendidikan Islam dan juga sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut dalam penelitian lanjutan yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian ini.
9
c.
Bagi peneliti, dengan meneliti konsep pendidikan Islam dalam keluarga menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung, maka akan menambah
pemahaman
yang
mendalam
mengenai
konsep
pendidikan tersebut. 2.
Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah: Memberikan bahan masukan kepada para pendidik khususnya orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak nya khususnya di lingkungan keluarga.
F. Kajian Pustaka Pada dasarnya kajian pustaka adalah suatu upaya untuk melakukan penelusuran karya ilmiah baik berupa buku, skripsi atau karya ilmiah lainnya dengan tujuan supaya tidak ada kesamaan antara tema yang akan dikaji dengan tema yang sudah ada. Selain itu, kajian pustaka digunakan untuk memperoleh informasi tentang teori-teori yang ada kaitanya dengan judul penelitian dan digunakan untuk memperoleh teori ilmiah. Pokok penelitian dalam skripsi ini difokuskan pada konsep pendidikan Islam dalam keluarga. Adapun kepustakaan yang relevan dengan konsep tersebut, diantaranya: 1.
Skripsi yang ditulis oleh Anik Listanti (229017), Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ Jepara tahun 2013. Dengan judul “Konsepsi Zakiah Daradjat tentang Pendidikan Islam pada Anak dalam Keluarga”. Hasil penelitian dalam
10
skripsi ini dijelaskan bahwa konsep pendidikan Islam pada anak dalam keluarga menurut Zakiah Daradjat, meliputi beberapa hal yaitu: a. Keluarga sebagai wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terlambatlah pertumbuhan anak tersebut. b. Pembentukan kepribadian anak meliputi pembinaan iman dan tauhid, pembinaan akhlak, pembinaan ibadah dan agama pada umumnya, dan pembinaan kepribadian dan sosial anak. c. Pendidikan agama dalam keluarga harus dilakukan oleh keluarga sejak anak lahir. d. Pembentukan
sifat-sifat
terpuji
dengan
menghayati
akhlakul
mahmudah e. Pendidikan anak secara umum dalam keluarga terjadi secara alamiah tanpa disadari oleh orang tua, namun pengaruh dan akibatnya amat besar.21 Dari segi judul skripsi di atas memang ada perbedaan, tetapi bagi penulis skripsi di atas mempunyai kesamaan yaitu dijelaskan bahwa pendidikan Islam dalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama dalam membentuk kepribadian anak. Namun, jika dalam skripsi di atas menekankan mengenai pendidikan Islam dalm keluarga menurut Zakiah Daradjat yang dilakukan sejak anak lahir, sedangkan 21
Anik Listanti, Skripsi, “Konsepsi Zakiah Daradjat tentang Pendidikan Islam pada Anak dalam Keluarga”, (Jepara: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah Unisnu Jepara, 2013), hlm. ii-iii t.d
11
dalam skripsi ini penulis menekankan pendidikan Islam dalam keluarga yang dipersiapkan sebelum pembentukan keluarga. 2.
Skripsi yang ditulis oleh Darmawan (206011000032), Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011. Dengan judul “Peran Pendidikan Islam dalam Keluarga untuk Menumbuhkan Kepribadian Anak Usia 6-12 Tahun”. Hasil penelitian dalam skripsi ini adalah kedudukan keluarga dalam pendidikan anak adalah penentu atau peletak dasar kepribadian anak. Anak dilahirkan dalam keadaan suci, dari lingkungan keluargalah salah satunya yang dominan kepribadian anak akan tumbuh dan proses pengajaran,
pembinaan,
pelatihan,
penanaman
nilai-nilai
agama,
pengasuhan dan tanggung jawab untu diarahkan kepada suatu arah dan kebiasaan yang baik, baik jasmani maupun rohani secara terus menerus dan bertahap. Adapun peran pendidikan Islam dalam membentuk kepribadian anak yaitu ditekankan pada aspek keimanan, ibadah dan akhlak yang diaplikasikan dalam bentuk keteladanan yang dilakukan oleh orang tua, dari keteladanan ini anak akan memahami bahwa pelaksanaan ajaran agama harus benar-benar dilaksanakan.22 Dari segi judul, skripsi di atas memang ada perbedaan tetapi bagi penulis skripsi di atas memiliki kesamaan sudut pandang yaitu mengenai pendidikan Islam dalam keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Namun, jika dalam skripsi di atas menekankan peran pendidikan Islam 22
Darmawan, Skripsi “Peran Pendidikan Islam dalam Keluarga untuk Menumbuhkan Kepribadian Anak Usia 6-12 Tahun”, (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), hlm. ii, t.d
12
dalam membentuk kepribadian anak yaitu ditekankan pada aspek keimanan, ibadah dan akhlak yang diaplikasikan dalam bentuk keteladanan yang dilakukan oleh orang tua, sedangkan dalam skripsi ini penulis menekankan fungsi pendidikan yang menjadi tanggung jawab keluarga untuk mendidik dan menumbuhkan segala aspek kepribadian anak melalui peran orang tua dalam pendidikan anak di tujuh bidang penting. 3.
Skripsi yang ditulis oleh Fitri Nuria Rivah (206011000042), Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011. Dengan judul “Konsep Pendidikan Agama Islam Anak dalam Keluarga Muslim”. Hasil penelitian dalam skripsi ini yang terkait dengan konsep pendidikan agama Islam untuk anak dalam keluarga muslim adalah keluarga merupakan peranan yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak. Yaitu menanamkan nilai-nilai aqidah anak, pembinaan ibadah pada anak, menanamkan nilai-nilai akhlak pada anak, membina kepribadian anak serta menanamkan intelektual pada anak. Dengan demikian anak akan mampu tumbuh dan berkembang dan mampu menghadapi tantangan zaman modern sekarang ini, serta mampu menjalani kehidupanya sebagai hamba Allah.23 Dari segi judul, skripsi di atas memang ada perbedaan tetapi bagi penulis skripsi di atas memiliki kesamaan sudut pandang yaitu, mengenai 23
Fitri Nuria Rivah, Skripsi “Konsep Pendidikan Agama IslamAnak dalam Keluarga Muslim”, (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), hlm. ii, t.d
13
pentignya pendidikan anak dalam keluarga sebagai institusi pendidikan yang pertama dan utama. Namun, dalam skripsi di atas menekankan pada pendidikan agama Islam pada anak, sedangkan dalam skripsi ini penulis menekankan pada peran orang tua dalam tujuh bidang pendidikan bagi anak, baik jasmani maupun rohani termasuk pendidikan agama.
G. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunan.24 1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
pendekatan
kualitatif.Penelitian
Kualitatif
adalah
penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonten khusus.25Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.26 Dalam penelitiam skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian “library reseach”, yaitu pemikiran yang didasarkan pada studi 24
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), Cet. Ke-3, hlm. 3 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet. Ke-32, hlm. 6 26 Sugiyono, Op. Cit, hlm. 15 25
14
literatureatau kajian kepustakaan.Dengan membatasi obyek studi dan sifat permasalahannya library research adalah termasuk jenis penelitian kualitatif. 2.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) maka
dalam
pengumpulan
data
penulis
menggunakan
teknik
dokumentasi. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.27Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data
dimanfaatkan
untuk
menguji,
menafsirkan,
bahkan
untuk
meramalkan.28 Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat mengunakan sumber primer, dan sumber sekunder.29 Adapun sumber data dalam skripsi ini adalah: a.
Data Primer Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.30Adapun data primer
27
Ibid, hlm. 326 Lexy J. Moleong, Op.Cit, hlm. 217 29 Sugiyono. Op.Cit, hlm. 187 30 Ibid, hlm. 308 28
15
dalam penelitian ini adalah buku karya Prof. Dr. Hasan Langgulung yang berjudul “Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan. b.
Data Sekunder Sumber data sekunder adalahsumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.31 Atau data yang mendukung dan melengkapi data-data primer. Adapun data yang relevan dengan penelitian diantaranya buku karya Prof. Dr. Hasan Langgulung yang berjudul Pendidikan Islam Abad 21. Buku Pendidikan Anak Dalam Islam karya Dr. Abdullah Nashih Ulwan, dalam buku ini penulis mengungkapkan beberapa hal yang berkaitan dengan pendidikan Islam anak, diantaranya yaitu perkawinan yang ideal dan kaitanya dengan pendidikan, serta beberapa tanggungjawab pendidikan oleh pendidik bagi pendidikan anak. Buku Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah karya Zakiah Daradjat, pada bab kedua buku ini penulis menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan konsep pendidikan Islam dalam keluarga. Buku Dasar-Dasar Pendidikan Anak dalam Al-Qur’an karya Dr. Juwariyah, M.Ag. Serta dari berbagai sumber lain seperti jurnal, internet dan buku-buku.
31
Ibid.
16
3.
Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif (Bogdan dan Biklen dalam Lexy: 2014) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskanya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.32Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.33 Selain itu, induktif adalah metode yang berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa khusus dan konkrit, digeneralisasikan menjadi kesimpulan yang bersifat umum.34 Dalam menganalisa skripsi ini , metode yang digunakan adalah.: a.
Metode Content Analysis (Analisis Isi) Untuk memanfaatkan dokumen yang padat isi biasanya digunakan teknik tertentu. Teknik yang paling umum digunakan adalah content analysis atau kajian isi. Menurut Holsti (dalam Lexy J. Moleong: 2014) kajian isi adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan, dan dilakukan secara objektif dan sistematis.35 Dalam metode content analysis ini menampilkan taiga syarat yaitu:
32
Lexy J. Moleong, Op.Cit, hlm. 248 Sugiyono. Op.Cit, hlm. 333 34 Sutrisno, Metode Reserch I, (Yogyakarta: Andi Offset, 1987), hlm. 42 35 Lexy J. Moleong, Op.Cit, hlm. 220 33
17
obyektivitas, pendekatan sistematis dan generalisasi, artinya haruslah mempunyai sumbangan teoritik.36 b. Metode Analisis Deskriptif Metode deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan pengambaran atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lainlain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.37Semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.
H. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memudahkan penulisan dan penyusunan serta pemahaman skripsi ini, maka peneliti menyususn sistematika sebagai berikut: 1. Bagian Awal Pada bagian ini terdiri dari : Halaman Judul, Halaman Nota Pembimbing, Halaman Pengesahan, Halaman Motto, Halaman Persembahan, Halaman Kata Pengantar, Deklarasi, Abstraksi dan Daftar Isi. 2. Bagian Isi Dalam bagian ini memuat beberapa bab-bab antara lain :
36
Noeng Muhadjir, Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rekasarasin, 1998), hlm. 49 Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998), hlm. 49 37
18
BAB I: Pendahuluan, terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka, Metodeologi Penelitian dan Sistematika Penulisan Skripsi. BAB II: Pendidikan Islam dalam Keluarga, terdiri dari: A. Pendidikan Islam, berisi tentang : Pengertian pendidikan Islam, Tujuan pendidikan Islam dan Fungsi pendidikan Islam B. Keluarga, berisi tentang : Pengertian Keluarga dan Keluarga dalam Pendidikan Islam BAB III: Konsep Pendidikan Islam dalam Keluarga Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung, terdiri dari: A. Biografi Prof. Dr. Hasan Langgulung, berisi tentang: Riwayat Hidup, Perjalanan Karir dan Karya-karya Prof. Dr. Hasan Langgulung. B. Pokok-pokok Pemikiran Prof. Dr. Hasan Langgulung tentang Pendidikan Islam dalam Keluarga, berisi tentang : Konsep Keluarga dalam Islam, Pentingnya Keluarga, Fungsi Pendidikan Keluarga dalam Islam, Peranan Keluarga dalam Pendidikan Islam Anak dan Kewajiban dan Hak Orang Tua terhadap Anak-anaknya. BAB IV: Analisis Konsep Pendidikan Islam dalam Keluarga menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung, terdiri dari : Analisis
19
Kedudukan Keluarga dalam Pendidikan Islam menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung dan Analisis Peran Keluarga dalam Pendidikan
Islam
Anak
menurut
Prof.
Dr.
Langgulung. BAB V : Penutup, terdiri dari : Kesimpulan, Saran dan Penutup. 3. Bagian akhir terdiri dari : Daftar Pustaka dan Lampiran-Lampiran.
Hasan
20
BAB II PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA A. Pendidikan Islam 1.
Pengertian Pendidikan Islam Sebelum menguraikan tentang pengertian Pendidikan Islam, perlu kiranya penulis terlebih dahulu mengungkapkan pengertian pendidikan dan Islam. Pendidikan secara bahasa berasal dari kata “didik” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti memelihara dan memberi latihan. Sedangkan secara istilah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.38 Beberapa ahli mendefinisikan pendidikan sebagai berikut: Menurut Ahmad Tafsir pendidikan adalah pengembangan pribadi dalam semua
aspeknya,
dengan
penjelasan
bahwa
yang
dimaksud
pengembangan pribadi ialah yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain (guru) yang mencakup seluruh aspek baik jasmani maupun rohani.39 Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara (Fuad Ihsan: 2008) dalam kongres taman siswa yang pertama pada tahun 1930 38
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hlm. 204 39 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 26
20
21
menyebutkan pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin/ karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak yang tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu untuk dapat memajukan kesempurnaan.40 Menurut John Dewey yang dikutip oleh Hasbullah pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.41 Berdasarkan pengertian pendidikan yang dikemukakan para ahli tersebut, dapat disimpulkan pendidikan berarti segala upaya yang dilakukan pendidik untuk mengembangkan pribadi dan karakter peserta didik dalam segala aspeknya baik jasmani maupun rohani, yang antara satu dan lainya tidak dapat dipisahkan guna mencapai kesempurnaan. Sedangkan
pengertian
pendidikan
menurut
Islam
yang
dirumuskan dalam Konferensi Internasional Pendidikan Islam Pertama (First World Conference On Muslim Education) yang diselenggarakan oleh Universitas King Abdul Aziz, Jeddah pada tahun 1977 adalah keseluruhan pengertian yang terkandung di dalam istilah tarbiyah, ta’lim dan ta’dib.42 Kata “pendidikan” yang umum digunakan sekarang adalah tarbiyah. Dalam bahasa Arab, kata tarbiyah memiliki tiga akar kebahasaan yaitu:Pertama, tarbiyah berasal dari kata rabaa, yarbu,
40
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm.5 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (PT Raja Grafindo Persada, 2011, hlm. 2 42 Ahmad Tafsir, Op.Cit, hlm.28 41
22
tarbiyatan yang memiliki makna tambah (zad) dan berkembang (numu).43 Pengertian ini misalnya terdapat dalam surat Ar-Rum ayat 39:
)اﻟﺮوم
(٣٩ :
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”44 (Ar-Rum: 39) Berdasarkan ayat tersebut makna tarbiyah adalah proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada diri peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual.45
Kedua, rabaa, yurbi, tarbiyatan, yang memiliki makna tumbuh (nasyaa) dan menjadi besar atau dewasa. Dari kata ini tarbiyah berarti usaha menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik baik secara fisik, sosial, maupun spiritual. Ketiga, rabba, yarubbu, tarbiyatan yang mengandung
arti
memperbaiki
(ashlaha),
menguasai
urusan,
memelihara dan merawat, memperindah, memberi makna, mengasuh memiliki, mengatur dan menjaga kelestarian maupun eksistensinya.46 Jika ketiga kata tersebut diintegrasikan , maka akan diperoleh pengertian 43 44
647
45
bahwa
ialah
proses
menumbuhkan
dan
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hlm. 8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta: Pelita III, 1981), hlm.
Abudin Nata, Loc.Cit. Ibid.,
46
tarbiyah
23
mengembangkan potensi (fisik, intelektual, sosial, estetika dan spiritual) yang terdapat pada peserta didik, sehingga dapat tumbuh dan terbina dengan optimal, melalui cara memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengaturnya secara terencana, sistematis dan berkelanjutan.47 Kata ta’lim berasal dari akar kata ‘allama. Sebagian para ahli menerjemahkan istilah ta’lim dengan pengajaran. Menurut Muhammad Rasyid Ridha yang dikutip Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir mengartikan ta’lim dengan proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Pengertian ini didasarkan atas fiman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 31 tentang allama Tuhan kepada nabi Adam as.48Kata allama pada ayat ini juga mengandung pengertian sekedar memberitahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan kepribadian.49 Kata ta’dib berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta’diban yang dapat berartipendidikan, disiplin, patuh dan tunduk pada aturan.50Ta’dib secara sempit dapat diartikan mendidik budi pekerti dan secara luas diartikan dengan meningkatkan peradaban. Muhammad Nuqaib AlAttas dengan gigih mempertahankan penggunaan istilah ta’dibuntuk konsep pandidikan Islam, bukan tarbiyah dengan alasan bahwa dalam
47
Ibid., Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op.Cit., hlm. 227 49 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Op.Cit., hlm. 27 50 Abudin Nata, Op.Cit, hlm.14 48
24
istilah ta’dib mencakup wawasan ilmu dan amal yang merupakan esensi pendidikan Islam.51 Namun sesungguhnya ketiga istilah tersebut adalah satu kesatuan yang yang saling terkait. Artinya, bila pendidikan dinisbatkan kepada ta’dib ia harus melalui pengajaran (ta’lim) sehingga dengannya diperoleh ilmu. Agar ilmu dapat dipahami, dihayati, dan selanjutnya diamalkan oleh peserta didik perlu bimbingan (tarbiyah).52 Sedangkan kata Islam dari segi bahasa berasal dari kata aslama, yuslima, islaman, yang berarti ketundukan, pengunduran, dan perdamaian. Kata aslama ini berasal dari kata salima berarti damai, aman, sentosa. Pengertian Islam yang demikian itu, sejalan dengan tujuan ajaran Islam, yaitu untuk mendorong manusia agar patuh dan tunduk kepada Tuhan, sehingga terwujud keselamatan dan kedamaian.53 Pengertian Islam yang lebih luas yaitu, sebagai agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Allah SWT untuk umat manusia melalui Rasul-Nya Muhammad SAW. Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW pada intinya untuk memelihara jiwa, agama, akal, harta dan keturunan manusia, karena kebutuhan manusia dalam berbagai bidang secara umum dapat dikembalikan kepada lima hal tersebut. Ajaran Islam juga mengajarkan kepada setiap umatnya agar
51
Ahmad Tafsir, Op.Cit., hlm 26-27 Achmadi, Op.Cit., hlm. 26 53 Abudin Nata, Op.Cit, hlm. 26 52
25
bersikap seimbang, yakni memperhatikan kebutuhan hidup di dunia dan akhirat, jasmani dan rohani, spiritual dan material, dan seterusnya.54 Menurut Mahmud Syaltut yang dikutip oleh Endang Syaifudin, Islam adalah agama Allah yang diperintahkan-Nya untuk mengajarkan tentang pokok-pokok serta peraturan-peraturan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW, dan menugaskanya untuk menyampaikan agama tersebut kepada seluruh manusia dan mengajak mereka untuk memeluknya.55 Islam merupakan sistem ilahi dan dengan sistem itulah Allah menentukan beberapa syariat. Allah menjadikan Islam sebagai sistem yang sempurna dan mencakup seluruh sistem kehidupan. Islam merupakan sistem yang didasarkan atas ketundukan dan penghambaan kepada Allah serta memegang teguh segala hal yang datangnya dari Rasul.56 Dari pendapat-pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Islam adalah agama Allah yang diturunkan kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan sehingga terwujud kehidupan yang damai dan selamat baik di dunia maupun di akhirat. Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Touny Al-Syaebani yang dikutip oleh Muzayyin Arifin menyatakan pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau 54
Abudin Nata, Op.Cit, hlm. 33-34 Endang Syaifudin Anshari, Kuliah Al-Islam, (Jakarta: CV. Rajawali, 1986), hlm. 74 56 Abdurahman An-Nahlawi, Op.Cit., hlm. 25 55
26
kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan.57 Prof. Dr. Achmadi menyatakan pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.58 Menurut Fatah Syukur pendidikan Islam adalah proses bimbingan dari pendidik yang mengarahkan anak didiknya kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan dan terbentuknya pribadi muslim yang baik.59 Sedangkan pendidikan Islam menurut Drs. Ahmad D. Marimba (Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi: 1997) adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam, yaitu kepribadian muslim.60 Dari uraian-uraian tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan secara garis besar, bahwa pendidikan Islam ialah segala usaha untuk membimbing, memelihara dan mengarahkan individu baik jasmani maupun rohani dalam kehidupan pribadinya maupun kemasyarakatanya sesuai dengan norma-norma Islam sehingga terbentuk manusia yang seutuhnya (insan kamil). 57
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 15 Achmadi, Op.Cit, hlm. 28-29 59 Fatah Syukur, Sejarah Pendidikan Islam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012), hlm. 3 60 Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi, Op.Cit., hlm. 9 58
27
2.
Tujuan Pendidikan Islam Tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Karena itu tujuan pendidikan Islam adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam. Tujuan harus dirancangkan agar sebuah rencana atau kegiatan dapat berjalan secara terarah dan menghasilkan sesuatu. Perumusan tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya: 61Pertama, tujuan dan tugas hidup manusia. Manusia hidup bukan karena kebetulan dan sia-sia, ia diciptakan dengan membawa tujuan dan tugas hidup tertentu yaitu tugas sebagai abd Allah (ibadah kepada Allah) dan tugas sebagai wakil-Nya di muka bumi (khalifah Allah). Kedua, memerhatikan sifatsifat dasar manusia, yaitu konsep tentang manusia sebagai makhluk unik yang mempunyai beberapa potensi bawaan, seperti potensi, fitrah, bakat, minat, sifat, yang berkecenderungan kepada al-hanief (rindu akan kebnaran dari Tuhan) berupa agama Islam sebatas kemampuan, kapasitas, dan ukuran yang ada. Ketiga, tuntutan masyarakat. Tuntutan ini baik berupa pelestarian nilai-nilai budaya yang telah melembaga dalam kehidupan suatu masyarakat, maupun pemenuhan terhadap tuntutan kebutuhan hidupnya dalam mengantisipasi perkembangan dunia modern. Keempat,
61
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op.Cit., hlm. 71-72
28
dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. Dimensi kehidupan dunia ideal Islam mengandung nilai yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di dunia untuk mengelola dan memanfaatkan dunia sebagai bekal kehidupan di akhirat, serta mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan di akhirat yang lebih membahagiakan, sehingga manusia dituntut agar tidak terbelenggu oleh rantai kekayaan duniawi atau materi yang dimiliki. Pada dasarnya tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan Islam tidak terlepas dari eksistensi dan tujuan manusia hidup di dunia ini yaitu dalam rangka beribadah kepada Allah. Hal ini sebagaimana dengan firman Allah dalam surat AD-Dzariyat ayat 56:
(٥٦ : اﻟﺬارﯾﺎت)
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. AD-Dzariyat : 56).62
Tujuan pendidikan Islam menurut Drs. Ahmad D. Marimba yang dikutip oleh Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi, terdiri dari tujuan sementara dan tujuan akhir. Adapun tujuan sementara pendidikan Islam adalah tercapainya berbagai kemampuan seperti kecakapan jasmaniah, pengetahuan
membaca,
menulis,
pengetahuan
ilmu-ilmu
kemasyarakatan, kesusilaan, keagamaan, kedewasaan jasmani rohani dan sebagainya. Adapun tujuan akhir pendidikan Islam adalah terwujudnya kepribadian muslim. Kepribadian muslim disini adalah
62
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta: Pelita III, 1981), hlm. 862
29
kepribadian
yang
seluruh
aspek-aspeknya
merealisasikan
atau
mencerminkan ajaran Islam.63 Sedangkan menurut Abd Al-Rahman Shaleh Abdallah yang dikutip oleh Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan menjadi empat dimensi, yaitu:64 1. Tujuan pendidikan jasmani (al-ahdaf al-jismiyah) Mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas khalifah di bumi, melalui ketrampilan-ketrampilan fisik. 2. Tujuan pendidikan rohani (al-ahdaf al-ruhaniyah) Meningkatkan jiwa dari kesetiaan yang hanya kepada Allah SWT semata dan melaksanakan moralitas islami yang diteladani oleh Nabi SAW, dengan berdasarkan pada cita-cita ideal dalam AlQur’an. 3. Tujuan pendidikan akal (al-ahdaf al-aqliyah) Pengarahan inteligensi untuk menemukan kebenaran dan sebab-sebabnya dengan telaah tanda-tanda kekuasaan Allah dan menemukan pesan-pesan ayat-ayat-Nya yang berimplikasi kepada peningkatan iman kepada Sang Pencipta. 4. Tujuan pendidikan sosial (al-ahdaf al-ijtimaiyah) Tujuan pendidikan sosial adalah pembentukan kepribadian yang utuh yang menjadi bagian dari komunitas sosial. Identitas
63 64
Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi, Op.Cit., hlm. 33-34 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op.Cit., hlm. 78-79
30
individu di sini tercermin sebagai “al-nas” yang hidup pada masyarakat yang plural (majemuk). Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, tujuan pendidikan Islam pada dasarnya adalah sesuai dengan tujuan hidup manusia yaitu beribadah kepada Allah dalam setiap gerak kehidupanya. Selain itu, pendidikan Islam juga bertujuan untuk mengembangkan segala potensi dan fitrah yang dimiliki manusia sehingga memiliki kepribadian muslim yang seluruh aspeknya mencerminkan dan merealisasikan nilai-nilai ajaran Islam, baik dalam hubunganya dengan Allah, sesama manusia, hubungan dengan dirinya sendiri dan lingkunganya.
3.
Fungsi Pendidikan Islam Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 BAB II Pasal 3 dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.65
65
Undang-undang tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaanya 2000-2004, hlm. 7
31
Menurut Kurshdi Ahmad yang dikutip oleh Ramayulis (Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir: 2008), fungsi pendidikan Islam adalah sebagai berikut:66 a. Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ideide masyarakat dan bangsa. b. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang secara garis besarnya melalui pengetahuan dan skill yang baru ditemukan, dan melatih tenaga-tenaga manusia yang produktif untuk menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi. Sedangkan menurut Prof. Dr. Achmadi fungsi pendidikan Islam adalah:67 a. Mengembangkan wawasan yang tepat dan benar mengenai jati diri manusia, alam sekitarnya dan mengenai kebesaran Ilahi, sehingga tumbuh kemampuan membaca fenomena alam dan kehidupan, serta memahami hukum-hukum yang terkandung di dalamnya. b. Membebaskan manusia dari segala hal yang dapat merendahkan martabat manusia (fitrah manusia), baik yang datang dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar.
66
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op.Cit., hlm. 69 Achmadi, Op.Cit., hlm. 36-37
67
32
c. Mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menopang dan memajukan kenidupan baik individu maupun sosial. Untuk mengembangkan
ilmu
pengetahuan
menurut
sinyal
yang
diberikan Al-Qur’an, hendaknya dimulai dengan memahami fenomena alam dan kehidupan dengan pendekatan empirik, sehingga mengetahui hukum-hukum-Nya. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, pada dasarnya fungsi pendidikan Islam adalah sebagai alat untuk memelihara, mengadakan perubahan, mengembangkan wawasan dan ilmu pengetahuan sesuai dengan sinyal yang ada dalam Al-Qur’an guna menuju terbentuknya kepribadian muslim yang seutuhnya.
B. Keluarga 1. Pengertian Keluarga Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia keluarga adalah satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat yang terdiri dari ibu, bapak dengan anak-anaknya.68 Secara etimologis, menurut Ki Hajar Dewantara (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati: 1997) kata keluarga berasal dari kata kawula dan warga, kawula berarti “abdi” yakni “hamba” dan warga berarti “anggota”. Sebagai abdi di dalam keluarga wajiblah seorang menyerahkan segala kepentingan-kepentinganya kepada keluarganya.
68
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op.Cit., hlm. 413
33
Sebaliknya sebagai warga atau anggota seorang berhak sepenuhnya untuk ikut mengurusi segala kepentingan keluarganya tadi.69 Secara umum keluarga merupakan suatu lembaga yang terdiri atas suami istri dan anak-anaknya yang belum menikah, hidup dalam sebuah kesatuan keluarga berdasarkan ikatan tertentu. Keluarga sebagai suatu kesatuan sosial terkecil merupakan kelompok kekerabatan yang bertempat tinggal sama, yang ditandai dengan adanya kerjasama ekonomi, memiliki fungsi menyosialisasikan atau mendidik anak sehingga anak berkembang dengan baik.70 Keluarga
berfungsi
untuk
membekali
setiap
anggota
keluarganya agar dapat hidup sesuai dengan tuntutan nilai-nilai agama, pribadi dan lingkungan. Demi perkembangan dan pendidikan anak, keluarga harus melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik dan seimbang. Menurut M.I Soelaeman yang dikutip oleh Uyoh Sadulloh, fungsi keluarga antara lain:71 a. Fungsi Edukasi Fungsi ini berkaitan dengan keluarga sebagai wahana pendidikan anak khususnya dan pendidikan anggota keluarga lainnya. Fungsi ini tidak sekedar menyangkut pelaksanaanya, melainkan menyangkut penentuan dan pengukuhan landasan yang mendasari upaya pendidikan, penyediaan sarananya, pengayaan
69
Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi, Op.Cit., hlm. 186-187 Muzayyin Arifin, Op.Cit., hlm. 186 71 Uyoh Sadulloh, Op.Cit., hlm. 188-192 70
34
wawasan, dan sebagainya yang berkaitan dengan upaya pendidikan keluarga. b. Fungsi Sosialisasi Kehidupan anak dan dunianya merupakan suatu kehidupan dua dunia yang utuh, terpadu dan dihayati anak sebagai suatu kesatuan hidup di dunia. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama kali memperkenalkan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam kehidupan sosial yang lebih luas. Lingkungan keluarga tidak hanya mengembangkan individu yang memiliki kepribadian utuh, namun juga mempersiapkan sebagai anggota masyarakat yang baik, berguna bagi kehidupan masyarakatnya. c. Fungsi Proteksi (Perlindungan) Keluarga berfungsi sebagai tempat memperoleh rasa aman, nyaman, damai dan tentram bagi seluruh anggota keluarga sehingga terpenuhi kebahagiaan batin, juga secara fisik keluarga harus melindungi anggotanya, memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan dan lainnya. d. Fungsi Afeksi (Perasaan) Fungsi afeksi mendorong keluarga sebagai tempat untuk menumbuh kembangkan rasa cinta dan kasih sayang antar sesama anggota keluarga dan masyarakat serta lingkunganya. Ikatan batin yang dalam dan kuat harus bisa dirasakan oleh setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang.
35
Dalam pelaksanaan fungsi perasaan yang terpenting adalah bahasa yang diiringi mimik yang serasi serta irama yang senada. Fungsi ini dilakukan oleh orang tua melalui kasih sayang dan kehangatan sehingga memberi suasana keluarga yang harmonis karena saling memberi kasih sayang di antara anggotanya. e. Fungsi Religius Fungsi
ini
mendorong
keluarga
sebagai
wahana
pembengunan insan-insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral, berakhlak dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan ajaran agamanya. Untuk melaksanakan fungsi ini keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak anak kepada kehidupan beragama dengan menciptakan iklim keluarga yang religius sehingga dapat dihayati oleh anggota keluarganya. Tujuannya bukan sekedar untuk mengetahui kaidah-kaidah keagamaan, melainkan menjadi insan beragama, sebagai hamba yang sadar akan kedudukanya sebagai makhluk yang diciptakan dan dilimpahi nikmat tanpa henti sehingga menggugah untuk mengisi dan mengarahkan kehidupannya kepada pengabdian kepada Tuhan. f. Fungsi Ekonomi Fungsi ini mendorong keluarga sebagai tempat pemenuhan kebutuhan ekonomi, fisik dan materil yang sekaligus mendidik keluarga hidup efisien, ekonomis dan rasional. Fungsi ekonomi
36
meliputi pencarian nafkah, perencanaan, serta pemanfaatan dan pembelajaranya. g. Fungsi Rekreasi Dalam menjalankan fungsi ini, keluarga harus menjadi lingkungan yang nyaman, menyenangkan, cerah, ceria, hangat dan penuh semangat. Keadaan ini harus dibangun melalui kerjasama diantara anggota keluarga yang diwarnai oleh hubungan insani yang disadari oleh adanya saling menghormati, mempercayai, saling mengerti serta adanya “take and give”. h. Fungsi Biologis Fungsi ini diarahkan untuk mendorong keluarga sebagai wahana menyalurkan kebutuhan reproduksi sehat bagi semua anggota keluarga. Kebutuhan biologis merupakan fitrah manusia, melibatkan fisik untuk melangsungkan kehidupannya. Fungsi biologis merupakan kumpulan dari beberapa fungsi, bermanfaat bagi keluarga supaya mengatur, membina dan mempersiapkan anggota keluarganya menghadapi berbagai macam tantangan serta kemampuan-kemampuan untuk tetap hidup di tengah masyarakat. Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, Keluarga adalah orang yang terus menerus bersama yang bertempat tinggal sama, dan ditandai dengan adanya kerjasama dan memiliki berbagai fungsi untuk membekali setiap anggotanya agar dapat hidup
37
sesuai dengan tuntutan nilai-nilai agama, pribadi dan lingkungan. Dalam bentuknya yang paling umum terdiri dari Ayah, Ibu dan anak.
2. Keluarga dalam Pendidikan Islam Dalam UU Perkawinan No 1 tahun 1974 dikatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa. Anak yang lahir dalam perkawinan ini adalah anak yang sah dan menjadi hak dan tanggungjawab kedua orang tua untuk memelihara dan mendidiknya dengan sebaik-baiknya.72 Dalam pendidikan Islam keluarga memiliki kedudukan yang sangat
penting.
Lingkungan
keluarga
merupakan
lingkungan
pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertamatama mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.73 Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.
72 73
Fuad Ihsan, Op.Cit., hlm.62 Hasbullah, Op.Cit., hlm. 38
38
Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan anggota keluarga lainya.74 Dalam konsepsi Islam keluarga adalah penanggungjawab utama terpeliharanya
fitrah
anak.
Dengan
demikian
penyimpangan-
penyimpangan yang dilakukan oleh anak-anak lebih disebabkan oleh ketidakwaspadaan orang tua atau pendidik terhadap perkembangan anak. Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua terhadap anak antara lain:75 a. Memelihara dan membesarkanya, tanggungjawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan karena si anak memerlukan makan, minum, dan perawatan agar ia dapat hidup secara berkelanjutan. b. Melindungi dan menjamin kesehatanya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya. c. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi kehidupanya kelak sehingga bila ia telah dewasa mampu berdiri sendiri dan membantu orang lain. d. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah SWT, sebagai tujuan akhir hidup muslim. 74
Ibid., Ibid., hlm. 88-89
75
39
Dari uraian di atas jelaslah bahwa dalam pendidikan Islam, keluarga merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak, sebagai lingkungan pertama yang dikenal anak pengalaman yang diperoleh anak merupakan faktor penting yang menentukan kepribadian maupun perkembangan
anak
berikutnya.
Sehingga
orang
tua
wajib
melaksanakan peran dan tanggungjawabnya sebagai pendidik utama bagi anak.
40
BAB III KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA MENURUT PROF. Dr. HASAN LANGGULUNG A. Biografi Prof. Dr. Hasan Langgulung 1. Riwayat Hidup Hasan Langgulung Hasan Langgulung dilahirkan di Rappang, Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Oktober 1934 dan Beliau meninggal pada tanggal 2 Agustus 2008 di Kuala Lumpur, Malaysia pada usia 74 tahun. Semasa hidup Hasan Langgulung aktif dan mendedikasikan dirinya untuk kemajuan pendidikan dan kemajuan bangsa ini. Beliau aktif mengajar di beberapa Universitas, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.76 Dalam meniti kehidupannya, Hasan Langgulung membina rumah tangga dengan memperistri Nur Amah binti Muhammad Yusuf. Dari buah pernikahanya tersebut Hasan Langgulung dikaruniai tiga orang anak yaitu: Ahmad Taufiq, Nurul Huda dan Siti Zakiyah. Riwayat pendidikan Hasan Langgulung dimulai dari pendidikan formalnya di Sekolah Dasar di Rappang. Setamat Sekolah Dasar beliau melanjutkan pendidikanya ke Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Islam di Ujung Pandang pada tahun 1949-1952. Pada tahun 1952-1955 beliau melanjutkan ke Sekolah Guru Islam di Ujung Pandang.77
76
A. Susanto,Op.Cit., hlm. 126 Ibid., hlm. 127
77
41
Setamat dari tingkat pendidikan dasar dan menengah, Hasan Langgulung melanjutkan studinya ke Mesir, yaitu di Islamic Studies pada Fakultas Dar Al-Ulum, Cairo University selesai pada tahun 1962 dan mendapatkan gelar Bachelor of Art (BA).78 Pada tahun 1963 mendapatkan gelar Diploma of Education (General) di Ein Shams University, Kairo. Pada tahun 1964 memperoleh gelar dalam bidang Sastra Arab Modern dari Institut of Hiegher Arab Studies, Arab Leage, Kairo.79 Pada tahun 1967 Hasan Langgulung berhasil merampungkan pendidikanya pada jenjang Strata 2 (S-2) dalam bidang Psikologi dan Mental Heygiene di Eins Shams University dengan gelar MA, tesis beliau
berjudul
“Al-Murahiqal-Indonesia:
Ittijahatuh
wa
Darjat
Tawafuq’Indahu. Tidak puas dengan kemampuanya yang telah diperoleh sebelumnya, kemudian beliau melanjutkan pendidikanya pada tingkat Strata 3 (S-3) masih dalam bidang psikologi University of Georgia, Amerika Serikat dengan gelar Ph.D dan tamat pada tahun 1971 dengan disertasinya yang berjudul: “A Cross Cultural Study of the Child Conception of Situational Causality in India, Western Samoa, Mexico, and the United State”.80
78
Ibid., Hasan Langgulung, Pendidikan Islam dalam Abad ke 21, (Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2003), Cet ke-3, hlm. 241 80 A. Susanto, Loc.Cit., 79
42
2.
Perjalanan Karir Hasan Langgulung Semasa hidupnya Hasan Langgulung aktif mendedikasikan dirinya untuk kemajuan pendidikan, beliau aktif mengajar dibeberapa Universitas baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pengalaman mengajar beliau diantaranya adalah menjadi kepala sekolah Indonesia di Kairo, dari tahun 1957-1968. Di Inggris sebagai Visiting Scholat pada Cambridge University pada tahun 1986. Menjadi Visiting Professor diUniversity of Riyadh, Saudi Arabia sejak tahun 1977-1978. Research Assistant, University of Georgia tahun 1970-1971. Menjadi Teaching Assistant University of Georgia tahun 1969-1970. Psychological Consultant, Stanford Research Institute Menlo Park, Callifornia.81 Selain pengalaman dalam hal mengajar beliau juga pernah menghadiri berbagai persidangan dan konferensi-konferensi di dalam dan di luar negeri seperti di Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah, Jepang, Austaralia, Fiji di samping di negara ASEAN sendiri. Selain itu beliau juga adalah pemimpin beberapa majalah seperti Pemimpin Redaksi Majalah Jurnal Akademika, diterbitkan oleh Universitas Kebangsaan Malaysia, anggota redaksi majalah Jurnal Akademika, diterbitkan oleh Universiti Kebangsaan Malaysia dalam bidang Sains Sosial. Anggota redaksi majalah Peidroprisse, Journal of Special Education yang diterbitkan di Illinois, Amerika Serikat.82
81
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan., Op.Cit, hlm. 408 82 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam dalam Abad ke 21, Op.Cit, hlm. 242
43
Dengan berbagai prestasi dan capaian yang berhasil beliau raih, tidak
salah
jika
namanya
tercatat
dalam
berbagai
buku-buku
penghargaan, diantaranya adalah Directry of American Psiychological Association, Who is Who in Malaysia, International Who’s Who of Intellectuals, Who’s Who in The World, Directory of International Biography, Directory of Cross-Cultural Research and Researches, Men of Achievement, The International Register Profiies, Who’s Who in The Commenwealth,
The
International
Book
of
Honour,
Directory
ofAmerican Educational Research Assosiation, Asia’s Who’s Who of Men and Women of Achievement and Distinction, Community Leaders of the World, Progressive Personalities in Profile.83
3.
Karya-Karya Hasan Langgulung Hasan Langgulung adalah seorang pakar dan ilmuan yang tidak diragukan lagi kemampuannya dalam bidang pendidikan dan psikologi. Hal ini terbukti dengan banyaknya karya yang beliau hasilkan. Beberapa buku yang pernah beliau tulis dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu bidang psikologi, bidang pendidikan dan bidang filsafat. 84 Karya-karya buku Prof. Dr. Hasan Langgulung yang diterbitkan oleh Pustaka Al-Husna antara lain:85 1. 83
Pendidikan dan Peradaban Islam
Ibid., A. Susanto, Loc.Cit., hlm. 127 85 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan., Op.Cit, hlm. 407 84
44
2.
Teori-teori Kesehatan Mental
3.
Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan
4.
Asas-asas Pendidikan Islam
5.
Pendidikan Islam menghadapi Abad ke 21 Adapun karya-karya buku Prof. Dr. Hasan Langgulung yang
diterbitkan oleh penerbit lainya, antara lain:86 1.
Pendidikan Islam suatu Analisa Sosio-Psikologikal. Pustaka Antara, Kuala Lumpur 1979.
2.
Falsafah Pendidikan Islam (Terjemahan). Bulan Bintang, Jakarta 1979.
3.
Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, PT Al-Ma’arif, Bandung, 1980.
4.
Beberapa Tinjauan dalam Pendidikan Islam. Pustaka Antara, Kuala Lumpur, 1981.
5.
Statistik dalam Psikologi dan Pendidikan, Pustaka Antara, Kuala Lumpur, 1983.
6.
Psikologi dan Kesehatan Mental di Sekolah-sekolah. Penerbit U.K.M Bangi, 1979.
7.
Pengenalan Tamaddun Islam dalam Pendidikan. Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 1986.
8.
Daya Cipta dalam Kurikulum Pendidikan Guru. Penerbitan U.K.M. Bangi, 1986.
86
Ibid.,
45
9.
Pendidikan Menjelang Abad ke 21. Penerbitan U.K.M. Bangi, 1988. Selain itu, ratusan artikel Prof. Dr. Hasan Langgulung sudah
diterbitkan dalam berbagai media di dalam maupun di luar negeri seperti: Journal of Cress-Cultural Psychology, Journal of Social Psychologi, International Education, Comparative Education Review, Muslim Education Quarterly, Islamix Quarterly, Amerivan Jornal of Islamic, Social Sciences, Akademika, Journal Pendidikan, Dewan Masyarakat, Dian, Mimbar Ulama, Amanah dan banyak lagi media lainya.87
B. Pokok-Pokok Pemikiran Hasan Langgulung tentang Pendidikan Islam dalam Keluarga 1.
Konsep Keluarga dalam Islam Pemikiran sosial dalam Islam setuju dengan pemikiran sosial modern yang mengatakan bahwa keluarga itu adalah unit pertama dan institusi pertama dalam masyarakat di mana hubungan-hubungan yang terdapat di dalamnya, sebagian besar bersifat hubunganhubungan langsung. Disitulah berkembang individu dan disitulah terbentuknya
tahap-tahap
awal
proses
pemasyarakatan
(socializition), dan melalui interaksi denganya ia memperoleh pengetahuan, ketrampilan, minat, nilai-nilai, emosi dan sikapnya
87
Ibid.,
46
dalam hidup dan dengan itu ia memperoleh ketentraman dan ketenangan.88 Pembentukan
keluarga
dalam
Islam
bermula
dengan
terciptanya hubungan suci yang menjalin seorang laki-laki dan seorang perempuan melalui perkawinan yang halal, memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat sahnya. Oleh sebab itu kedua suami istri itu merupakan dua unsur utama dalam keluarga. Jadi keluarga dalam pengertianya yang sempit merupakan suatu unit sosial yang terdiri dari seorang suami dan seorang istri, atau dengan kata lain keluarga adalah perkumpulan yang halal antara seorang lelaki dan seorang perempuan yang bersifat terus-menerus dimana yang satu merasa tenteram dengan yang lain sesuai dengan yang ditentukan oleh agama dan masyarakat. Dan ketika kedua suami istri itu dikaruniai seorang anak atau lebih, maka anak-anak itu menjadi unsur utama ketiga pada keluarga tersebut disamping dua unsur sebelumnya.89 Masing-masing unsur yang tiga ini, yaitu suami, istri dan anak mempunyai peranan penting dalam membina dan menegakkan keluarga, sehingga kalau salah satu unsur itu hilang, maka keluarga menjadi goncang dan keluarga kehilangan keseimbangan. Dalam
88
Ibid., hlm. 346 Ibid.,
89
47
pengertian Islam keluarga juga meliputi kaum kerabat termasuk saudara-saudara, kakek-nenek, paman-bibi, sepupu dan lainya.90
2.
Pentingnya Keluarga Islam memandang keluarga sebagai lingkungan atau millieu pertama bagi individu dimana ia berinteraksi, dari interaksi tersebut individu memperoleh unsur-unsur dan ciri-ciri dasar daripada kepribadianya. Keluarga menurut pandangan individu adalah simbol bagi ciri-ciri yang mulia seperti keimanan yang teguh kepada Allah, pengorbanan, cinta kepada kebaikan dan nilai-nilai mulia lainnya yang
denganya
keluarga
dapat
menolong
individu
untuk
menanamkan pada dirinya. Individu itu perlu kepada keluarga bukan hanya tingkat awal hidupnya dan pada masa anak-anak tetapi memerlukanya sepanjang hidupnya. Orang yang tidak sempat dipelihara dalam suatu keluarga sehat dan wajar pada masa-masa pertama akan mengalami akibat yang buruk pada keseluruhan hidupnya dan selalu dahaga kepada kasih sayang dan ketentraman.91 Pentingnya keluarga bukan hanya kepada individu tetapi juga kepada masyarakat. Masyarakat menganggap keluarga sebagai institusi sosial yang terpenting dan merupakan unit sosial yang utama melalui individu-individu, dipersiapkan kebiasaan dan nilai90
Ibid., 347-348 Ibid., 348-349
91
48
nilai kebudayaan, kebiasaan dan tradisinya dipelihara kelanjutanya, dipindahkan dari generasi ke generasi berikutnya. Dari segi lain pula keluarga menjadi ukuran kuat atau lemahnya suatu masyarakat, jika keluarga kuat maka masyarakat pun kuat, jika lemah masyarakat pun menjadi lemah, selanjutnya kehidupan akhlak dan sosialnya sendiri akan runtuh sebab runtuhnya dasar-dasar dan unsur-unsurnya yang terpenting.92 Menurut Hasan Langgulung tujuan pendidikan Islam dapat diringkas menjadi dua tujuan pokok yaitu, pembentukan insan yang saleh dan beriman kepada Allah dan agama-Nya, dan pembentukan masyarakat saleh yang mengikuti petunjuk agama Islam dalam segala urusannya.93 Oleh sebab kepentingan berganda yang dimiliki oleh keluarga maka masyarakat Islam berusaha keras untuk mengukuhkan, menguatkan dan mengusahakan segala jalan untuk menolong keluarga menjadi kuat dan berpadu. Hal ini supaya keluarga dapat menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya dalam hidup yang juga akan membawa kebaikan kepada individu dan masyarakat sekaligus. Menurut pandangan Islam usaha tersebut antara lain:94 a.
Islam memperhatikan dan mengusahakan keluarga sebelum berlangsungnya perkawinan, yaitu pada masa di mana wanita
92
Ibid., 349 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam dalam Abad ke 21, Op.Cit., hlm. 169 94 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan., Op.Cit, 349-358 93
49
masih berada di bawah walinya. Sebelum masa perkawinan, Islam membebani tanggung jawab kepada wali terhadap anak untuk menjaga, memelihara dan memberinya pendidikan yang baik supaya anak menjadi terasa dalam suatu keluarga yang baik. Jadi seakan-akan tanggungan pada masa ini adalah tanggungan penjagaan, pemeliharaan, dan pengawasan terhadap wanita dan sebagai pertolongan baginya atas segala yang diperlukan dalam kehidupannya dikemudian hari sebagai seorang istri dan Ibu yang baik. b.
Untuk mencari istri yang soleh dan mengambil keputusan yang bijaksana tentang memilih istri atau suami yang soleh, Islam memerintahkan orang-orang mukmin dan anggota-anggota umat manusia seluruhnya agar berpegang pada prinsip bijaksana yang jika mereka sanggup menepati dan memeliharanya niscaya mereka akan mencapai kebahagiaan dalam perkawinan yang dicita-citakanya. Pertama Islam memerintahkan agar berpegang pada prinsip pilihan bebas, memandang kepada pihak lain dalam batas-batas yang diperbolehkan agama. Kedua mementingkan sifat agama dan akhlak. Ketiga adanya keselarasan antara kedua belah pihak agar supaya terjamin keserasiaanya dan kekalnya perkawinan.
c.
Jika sudah betul-betul memutuskan untuk menikah maka haruslah itu berlangsung dengan syarat memiliki unsur-unsur
50
untuk kelanjutan dan kekekalan. Hal ini supaya tercapai buahnya yaitu kebahagiaan seperti disebutkan oleh Al-Qur’an, di samping itu untuk tujuan berkembang biak melanjutkan keturunan manusia di atas permukaan bumi. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 72:
(٧٢ :اﻟﻨﺨﻞ)
“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?". (QS. AN-Nahl : 72).95 d.
Keluarga adalah kelompok kecil manusia yang perlu kepada seseorang yang menjalankanya, memimpin dan menyediakan baginya segala kemudahan, pemeliharaan, penjagaan dan perlindungan. Oleh sebab itu perlulah keluarga memiliki seorang kepala atau penanggung jawab utama, menurut sistem Islam adalah suami. Dalam hal ini tidak berarti mengurangi hak wanita, atau merendahkan diri dan kehormatanya.
3. 95
Fungsi Pendidikan Keluarga dalam Islam
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta: Pelita III, 1981), hlm. 412
51
Fungsi pendidikan bagi keluarga bukanlah satu-satunya fungsi tetapi banyak fungsi-fungsi lainnya. Fungsi pendidikan merupakan fungsi yang akan kekal menjadi tanggung jawab pokok bagi keluarga. Hal ini tidak akan berubah karena berubahnya konsep-konsep dan pemikiran pendidikan, bertambahnya jumlah institusi pendidikan, lembaga-lembaga kesehatan, politik, agama, pengajaran, bimbingan dan lainnya, yang berlaku di sebagian besar masyarakat modern termasuk masyarakat Islam sendiri.96 Peranan pendidikan yang sepatutnya dipegang oleh keluarga terhadap anggota-anggotanya secara umum adalah peranan yang paling pokok dibanding peranan-peranan yang lain. Lembagalembaga lain dalam masyarakat tidak dapat memegang peranan itu. Barangkali lembaga-lembaga lain dapat menolong keluarga dalam tindakan pendidikan dan melaksanakan pembangunan atas dasar yang dipilihnya dalam bidang pendidikan, akan tetapi tidak akan sanggup mengantikan, kecuali dalam keadaan luar biasa seperti ketika Ibu dan Bapak meninggal dunia karena kecelakaan, rusak akhlak dan menyeleweng dari kebenaran, atau mereka acuh tak acuh dan tidak tahu cara yang betul dalam mendidik anak. Oleh sebab itu adalah menjadi hal yang lebih baik bagi anak-anak itu sendiri kalau mereka dididik di luar keluarga yang sudah menyeleweng, walaupun lembaga-lembaga ini tidak dapat menghidupkan ciri-ciri individual 96
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan., Op.Cit, 358-359
52
bagi anak-anak tetapi sekurang-kurangnya ia tidak mengajar anak berbohong dan mencuri.97 Jika kajian-kajian pendidikan dan psikologikal modern menekankan pentingnya peranan yang dipegang oleh keluarga dalam pendidikan anak-anak dan menyuapi jiwa mereka dengan rasa cinta, kasih sayang dan ketentraman, ahli-ahli ilmu jiwa dari kaum muslimin telah menekankan perkara ini jauh sebelum itu dalam tulisan-tulisan mereka. Ulama-ulama Islam dahulu kala menekankan pentingnya peranan pendidikan bagi keluarga dan pentingnya keluarga dalam memegang peranan itu terutama pada tahun-tahun pertama usia anak.98 Disamping fungsi pendidikan tadi, Islam juga mewajibkan keluarga
untuk
mendidik
dan
menumbuhkan
segala
aspek
kepribadian anak. Baik itu pertumbuhan jasmani, akal, rasa seni, emosi, spiritual, akhlak dan tingkah laku sosial untuk menyiapkan generasi muda menghadapi hidup di masyarakat.99 Karena pendidikan juga dianggap sebagai proses transaksi yaitu proses memberi dan mengambil antara manusia dan lingkungannya, yaitu proses di mana dan dengan itu manusia mengembangkan dan menciptakan
ketrampilan-ketrampilan
yang
diperlukan
untuk
merubah dan memperbaiki kondisi kemanusiaan dan lingkungannya, begitu juga pembentukan sikap yang membimbing usaha-usahanya 97
Ibid., hlm. 360 Ibid., hlm. 361 99 Ibid., hlm. 362-363 98
53
dalam
membina
kembali
sifat-sifat
kemanusiaan
dan
jasmaniyahnya.100
4.
Peranan Keluarga dalam Pendidikan Islam Anak Pendidikan Islam adalah suatu proses spiritual, akhlak, intelektual, dan sosial yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai dan prinsip serta teladan ideal dalam kehidupan yang bertujuan mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat.101 Untuk mencapai tujuan tersebut, bidang-bidang pendidikan di mana keluarga dapat memainkan peranan penting tersebut adalah dalam berbagai bidang pendidikan, yaitu pendidikan jasmani, kesehatan, akal (intelektual), keindahan, emosi dan psikologikal, agama dan spiritual, akhlak, sosial dan politik. Dalam kesemua bidang ini keluarga memegang peranan penting. a.
Peranan
Keluarga
dalam
Pendidikan
Jasmani
dan
Kesehatan bagi Anak-anaknya Keluarga mempunyai peranan penting untuk menolong pertumbuhan anak-anaknya dari segi jasmani, baik aspek perkembangan ataupun aspek perfungsian. Begitu juga dalam hal memperoleh pengetahuan, konsep-konsep, ketrampilanketrampilan, kebiasaan-kebiasaan, dan sikap terhadap kesehatan 100
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam dalam Abad ke 21, Op.Cit., hlm. 69-70 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Al-Husna Zikra, 2000), hlm.
101
3
54
yang harus dipunyai untuk mencapai kesehatan jasmani yang sesuai dengan umur, menurut kematangan dan pengamatan mereka.102 Peranan keluarga dalam menjaga kesehatan anakanaknya dapat dilaksanakan sebelum bayi lahir. Yaitu melalui pemeliharaan terhadap kesehatan Ibu dan memberinya makanan yang baik dan sehat selama mengandung, sebab itu berpengaruh pada anak dalam kandungan. Diantara cara-cara yang dapat menolong untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan anak-anak adalah:103 1) Memberi peluang yang cukup untuk menikmati susu Ibu, sebab pada susu Ibu terkandung makanan jasmani, psikologikal dan spiritual yang tidak terdapat pada susu botol. 2) Menjaga kesehatan dan kebersihan jasmani dan pakaiannya, melindungi dari serangan angin, panas, terjatuh, kebakaran, tenggelam, meminum bahan-bahan berbahaya dan lainnya. 3) Menyiapkan makanan yang cukup yang mengandung unsurunsur makanan pokok dan kalori yang sesuai dengan tingkat umur anak. 4) Suntikan melawan penyakit menular seperti, folio, difteria, campak, lumpuh anak-anak, batuk-batuk dan lainnya. 102
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan., Op.Cit, hlm. 363 103 Ibid., hlm. 364-365
55
5) Selalu mengadakan pemeriksaan dokter terhadap berbagai alat-alat tubuh, dan memberi peluang untuk bergerak, mengajarkan anak kegiatan dan permainan yang berfaedah 6) Memberi peluang bagi jasmani anak untuk istirahat yang diperlukan untuk kesehatan dan tidur yang cukup. 7) Memberi pengetahuan, konsep-konsep kesehatan yang baik dengan umurnya, dengan tauladan membentuk kebiasaan dan sikap kesehatan yang baik. 8) Mempersiapkan kediaman yang sehat yang cukup syaratsyarat kesehatanya dan selalu meneliti penyakit yang diidapnya semenjak awal pertumbuhannya dan berusaha mengobatinya. b. Peranan Keluarga dalam Pendidikan Akal (Intelektual) Anak-anaknya Walaupun pendidikan akal telah dikelola oleh institusi atau lembaga khusus semenjak dahulu, tetapi keluarga masih tetap memegang peranan penting dan tidak bisa dibebaskan dari tanggung jawab ini. Diantara tugas-tugas keluarga adalah menolong anak-anak menemukan, membuka dan menumbuhkan kesediaan,
bakat,
minat
dan
kemampuan
akalnya
dan
memperoleh kebiasaan-kebisaan dan sikap intelektual yang sehat dan melatih indra kemampuan-kemampuan akal tersebut.
56
Diantara cara-cara yang dapat dilalui oleh keluarga untuk memainkan perananya dalam pendidikan adalah:104 1) Mempersiapkan rumah tangga dengan segala macam perangsang intelektual dan budaya, seperti permainanpermainan pengajaran, buku-buku, majalah dan lainnya. 2) Membiasakan anak-anak secara umum berfikir logis dalam menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi dan memberi contoh yang baik dan praktikal dalam pemikiran seperti ini. 3) Membiasakan mereka mengaitkan akibat-akibat dengan sebab-sebabnya juga kesimpulannya. 4) Membiasakan
berfikir
obyektif,
kejernihan
dalam
mengambil keputusan, terus terang dalam perkataan dan jangan membelok dalam pemikiran, harus praktikal dalam pemikiran. Sesudah anak-anak masuk sekolah tanggung jawab pendidikan intelektual keluarga menjadi bertambah luas, seperti menyiapkan suasana yang sesuai dan mengalakkan untuk belajar,
mengulangi
pelajaran,
mengerjakan
tugas
dan
sebagainya. c.
Peranan Keluarga dalam Pendidikan Psikologikal dan Emosi
104
Ibid., hlm. 367-368
57
Melalui pendidikan psikologikal dan emosi keluarga dapat menolong anak dan anggota-anggotanya secara umum untuk menciptakan pertumbuhan emosi yang sehat, menciptakan kematangan emosi sesuai dengan umurnya, menciptakan penyesuaian psikologi yang baik dengan dirinya sendiri dan orang lain disekelilingnya. Pentingnya peranan keluarga dalam pendidikan ini karena keluarga melibatkan anak-anak dalam tahap awal hidupnya di mana hubungan dan pengalaman-pengalaman sosialnya belum cukup luas. Penyesuaian psikologi dan kematangan emosi pada tingkat awal kehidupan anak, maka itulah masa depan psikologinya di kemudian hari. Peranan keluarga dalam pendidikan ini tidak terbatas pada tingkat anakanak saja, tetapi meliputi keseluruhan hidupnya.105 Langkah-langkah yang dapat ditempuh keluarga untuk mendidik dan memelihara anak-anak dari segi psikologi adalah: mengetahui segala keperluan psikologi dan sosial bagi anakanak tersebut serta mengetahui gejala-gejala dan sifat puas atau tidak puas dalam tingkah laku anak-anak. Memberi kesempatan bagi anak untuk bergerak, jangan sampai mereka merasa tidak tentram dan juga merasa tidak mendapat perhatian dan penghargaan.
105
Ibid., hlm. 369
Jangan
menggunakan
cara-cara
ancaman,
58
kekejaman dan siksaan badan, jangan ditimbulkan rasa diabaikan, kekurangan dan kelemahan. Jangan dilukai perasaan mereka dengan kritikan tajam, ejekan, cemoohan, menganggap enteng pendapat, membandingkan antara ia dengan anak-anak tetangga dan lainnya. Sebaiknya keluarga memberi mereka segala peluang untuk menyatakan diri, keinginan, fikiran dan pendapat mereka.106 d. Peranan Keluarga dalam Pendidikan Agama bagi Anakanaknya Pendidikan
agama
dan
spiritual
ini
berarti
membangkitkan kekuatan dan kesediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada anak-anak melalui bimbingan agama yang sehat dan mengamalkan ajaran-ajaran agama dan upacaraupacaranya. Membekali anak-anak dengan pengetahuan agama dalam bidang akidah, ibadah, muamalat dan kebudayaan Islam sesuai dengan umurnya. Diantara cara-cara praktis yang patut digunakan oleh keluarga untuk menanamkan semangat keagamaan pada diri anak-anak adalah sebagai berikut:107 1) Memberi tauladan yang baik kepada mereka tentang kekuatan iman kepada Allah dan berpegang dengan ajaran-
106
Ibid., hlm. 369-370 Ibid., hlm. 372
107
59
ajaran agama dalam bentuknya yang sempurna dalam waktu tertentu. 2) Membiasakan
mereka
menunaikan
syiar-syiar
agama
semenjak kecil sehingga penunaian itu menjadikebiasaan yang mendarah daging, mereka melakukanya dengan kemauan sendiri dan merasa tentram sebab mereka melakukanya. 3) Menyiapkan suasana agama dan spiritual yang sesuai di rumah di mana mereka berada. 4) Membimbing mereka membaca bacaan-bacaan agama yang berguna dan memikirkan ciptaan-ciptaan Allah dan makhlukmakhluk untuk menjadi bukti kehalusan sistem ciptaan itu dan atas wujud dan keagungannya. 5) Menggalakkan mereka turut serta dalam aktivitas-aktivitas agama, dan cara-cara lain lagi. e. Peranan Keluarga dalam Pendidikan Akhlak bagi Anakanaknya Pendidikan agama berkaitan erat dengan pendidikan akhlak, keduannya tidak dapat dipisahkan, sebab yang baik adalah yang dianggap baik oleh agama dan yang buruk dianggap buruk oleh agama. Sehingga nilai-nilai akhlak dan keutamaan akhlak dalam masyarakat Islam adalah akhlak dan keutamaan yang diajarkan oleh agama. Para filosof-filosof pendidikan
60
Islam sepakat bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. Oleh sebab itu haruslah keluarga mengajarkan kepada anak-anak mereka akhlak yang mulia yang diajarkan Islam. 108 Kewajiban keluarga dalam pendidikan akhlak anak antara lain:109 1) Memberi contoh yang baik bagi anak-anaknya dalam berpegang teguh kepada akhlak mulia. Sebab orang tua yang tidak berhasil menguasai dirinya tentulah tidak sanggup meyakinkan anak-anaknya untuk memegang akhlak yang diajarkannya. 2) Menyediakan bagi anak-anak peluang-peluang dan suasana di mana mereka dapat mempraktekkan akhlak yang diterima dari orang tuannya. 3) Memberi tanggung jawab yang sesuai kepada anak-anaknya supaya mereka merasa bebas memilih dalam tindaktanduknya. 4) Menunjukkan bahwa keluarga selalu mengawasi mereka dengan sadar dan bijaksana. 5) Menjaga mereka dari teman-teman yang menyeleweng dan tempat-tempat kerusakan. f.
108
Peranan Keluarga dalam Pendidikan Sosial Anak-anaknya
Ibid., hlm. 373 Ibid., hlm. 374-375
109
61
Keluarga belum melengkapi tugasnya dengan sempurna dalam pendidikan anak-anak jika belum memberikan pendidikan sosial bagi anak. Pertumbuhan sosial ini melibatkan pendidikan sosial, ekonomi, dan politik yang mengatakan bahwa kesediaankesediaan dan bakat-bakat asasi anak-anak dibuka dan dikeluarkan ke dalam kenyataan berupa hubungan-hubungan sosial dengan orang-orang sekelilingnya. Cara-cara
yang dapat
digunakan keluarga
dalam
mendidik anak-anaknya dari segi sosial, politik dan ekonomi antara lain:110 1) Memberi contoh yang baik kepada anak-anak dalam tingkahlaku sosial yang sehat berdasar pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai agama. 2) Menjadikan
rumah
sebagai
tempat
dimana
tercipta
hubungan-hubungan sosial yang berhasil 3) Membiasakan anak-anak secara berangsur-angsur mandiri dan memikul tanggung jawab dan membimbingnya jika mereka bersalah dengan lemah lembut. 4) Menjauhkan mereka dari sifat manja dan berfoya-foya, sebab sifat memenjakan dan kekerasan itu merusak kepribadian anak.
110
Ibid., hlm. 376-377
62
5) Memperlakukan mereka dengan lemah lembut dengan menghormatinya di depan kawan-kawanya tetapi jangan melepaskan kekuasaan kebapaan terhadap anak-anaknya. 6) Menolong anak-anaknya menjalin persahabatan yang baik dengan orang yang baik pula. 7) Menggalakkan mereka mendapatkan kerja yang dapat menolong mereka mandiri dari segi ekonomi dan emosi. 8) Membiasakan mereka hidup sederhana supaya lebih bersedia menghadapi kesulitan hidup sebelum terjadi. 9) Bersifat adil diantara mereka. 10) Membiasakan mereka cara-cara Islam dalam makan, minum, duduk, tidur, memberi salam, berziarah, masuk rumah dan sebagainya.
5.
Kewajiban dan Hak Orang Tua terhadap Anak-Anaknya Menurut Hasan Langgulung di antara kewajiban-kewajiban terpenting
orangtua
terhadap
anak-anaknya
adalah
sebagai
berikut:111 1) Calon Bapak memilih isteri yang bakal menjadi ibu bagi anakanaknya ketika sudah memutuskan untuk menikah. Karena ibu memiliki pengaruh besar pada pendidikan anak-anak dan pada tingkah laku mereka, terutama pada awal masa anak-anak, di
111
Ibid., hlm. 380-384
63
mana
ia
tidak
kenal
siapa-siapa
kecuali
ibunya
yang
menyediakan makanan, kasih sayang dan kecintaan. 2) Memilih nama yang baik bagi anak. Sebab nama baik itu mempunyai pengaruh positif atas kepribadian mausia, begitu juga atas tingkah laku, cita-cita dan angan-angannya. Rasulullah mengajar sahabat-sahabatnya cara dan pentingnya nama yang baik bagi anak-anak, beliau menetapkan pemilihan nama yang baik dan ekspressif berasal dari tujuan dan akhlak Islam. 3) Memperbaiki adab dan pengajaran anak-anaknya dan menolong mereka membina aqidah yang betul dan agama yang kukuh. Begitu juga dengan menerangkan kepada mereka prinsip-prinsip dan hukum-hukum agama dan melaksanakan upacara-upacara agama dalam waktunya yang tepat dengan cara yang betul. 4) Memuliakan anak dengan berbuat adil dan kebaikan diantara mereka. 5) Orang tua bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain dalam masyarakat yang berusaha menyadarkan dan memelihara anakanak dan remaja untuk memelihara anak-anaknya dari segi kesehatan, akhlak dan sosial. Juga melindungi mereka dari segala hal yang membahayakan badan dan akalnya. 6) Orang tua memberikan contoh yang baik dan tauladan yang saleh atas segala yang diajarkannya. Juga mereka harus menyediakan suasana rumah tangga yang saleh, penuh dengan perangsang-
64
perangsang budaya dan perasaan kemanusiaan yang mulia, bebas dari kerisauan, pertentangan dan pertarungan keluarga dalam soal-soal pendidikan anak. Disamping hak-hak anak terhadap orang tuanya dalam pendidikan Islam, maka orang tua juga mempunyai hak-hak terhadap anak-anaknyayang telah diterangkan dan diajak oleh Al-Qur’an dan Sunnah untuk mematuhinya. Hak-hak ini dikategorikan kepada tiga hak-hak pokok, yaitu:112 1) Anak-anak meladeni orang tuannya dengan baik, berkata lemah lembut, menyayangi kelemahannya, dan menimbulkan rasa hormat, penghargaan, dan syukur atas jasa-jasa mereka terhadapnya. Anak-anak juga harus mematuhi perintahperintahnya
kecuali
kalau
menyuruh
kepada
maksiat.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Luqman ayat 14:
ﻟﻘﻤﺎن)
(١٤:
“Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman : 14)113
112
Ibid., hlm. 384 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta: Pelita III, 1981), hlm.
113
655
65
2) Anak-anak merawat, memberi perbelanjaan dan memelihara kehormatan kedua orang tua tanpa mengharap bayaran mereka. Merawat kedua orang tua ketika dalam keadaan lemah dan uzur adalah termasuk yang pertama-tama diwajibkan oleh Islam supaya
keluarga
itu
memelihara
kesuciannya
dan
kehormatannya, tanpa itu keluarga tidak akan kekal dan hidup. Sebenarnya memberi nafkah itu bukanlah tujuan Islam dalam memelihara orang tua, tetapi yang terpenting adalah memelihara silaturrahmi, walaupun si anak berbuat kebaikan dan ihsan kepada orang tuanya belum dapat ia membalas kebaikannya. 3) Anak-anak harus mendoakan kedua orang tuanya semasa masih hidup maupun ketika sudah meninggal, dan selalu melanjutkan kebaikannya dengan orang-orang yang menjadi sahabat kedua orang tuanya.
BAB IV
66
ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA MENURUT PROF. Dr. HASAN LANGGULUNG A. Analisis Kedudukan Keluarga dalam Pendidikan Islam menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung Sebagaimana yang dikemukakan Hasan Langgulung keluarga adalah sebagai lingkungan atau millineu pertama bagi individu dimana ia berinteraksi, dan dari interaksi tersebut individu memperoleh unsur-unsur dan ciri-ciri dasar dari kepribadianya. Individu memerlukan keluarga bukan hanya pada tingkat awal kehidupanya yaitu pada masa anak-anak, tetapi memerlukan keluarga sepanjang hidupnya. Orang yang tidak sempat dipelihara dalam suatu keluarga sehat dan wajar pada masa-masa pertama akan mengalami akibat yang buruk pada keseluruhan hidupnya dan selalu dahaga kepada kasih sayang dan ketentraman.114 Menurut Abdurrahman An Nahlawi, pada dasarnya rumah keluarga muslim adalah benteng utama tempat anak-anak dibesarkan melalui pendidikan Islam. Yang dimaksud dengan keluarga muslim adalah keluarga yang mendasarkan aktivitasnya pada pembentukan keluarga yang sesuai dengan syariat Islam.
Salah satu tujuan terpenting dalam pembentukan
keluarga adalah melestarikan generasi muslim yang akan mempertahankan dan memperjuangkan agama Allah, memenuhi kebutuhan cinta kasih bagi anak-anaknyakarena naluri menyayangi anak merupakan potensi yang diciptakan Allah bersama penciptaan manusia dan bahkan binatang. Untuk 114
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan., Op.Cit, hlm. 348-349
66
67
menjaga fitrah anak agar tidak ternoda dengan melakukan perbuatanperbuatan yang menyimpang yang dilarang agama.115 Sebagaimana Allah berfirman:
(١٨٩ : اﻷﻋﺮف) “Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami terraasuk orang-orang yang bersyukur”. (QS. Al-A’raf : 189) 116 Sedangkan menurut Quraish Shihab keluarga adalah sekolah tempat putra-putri bangsa belajar. Dari sana mereka mempelajari sifat-sifat mulia, seperti kesetiaan, rahmat, kasih sayang, ghirah (kecemburuan positif), dan sebagainya.117 Dari beberapa pendapat di atas pada dasarnya, keluarga adalah lingkungan pertama bagi anak dimana ia berinteraksi secara langsung, dari interaksi tersebut seorang anak memperoleh pengalaman-pengalaman, belajar dan mempelajari sifat-sifat yang akan menjadi ciri-ciri dasar dari kepribadiannya. 115
Abdurrahman An Nahlawi, Op.Cit., hlm. 140-141 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, Op.Cit.,hlm. 253 117 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan Pustaka, 2014), Cet-Ke 2, hlm. 399 116
68
Hal ini juga sejalan dengan pendapat Juwariyah bahwa kepribadian seorang anak ketika dewasa akan sangat bergantung kepada pendidikan pada masa kecilnya terutama yang diperoleh dari orang tua atau keluarganya, di dalam keluarga anak akan membangun fondasi bagi tegaknya kepribadian yang sempurna, sebab pendidikan yang diperolehnya pada masa kecil akan jauh lebih membekas dalam membentuk kepribadiannya daripada pendidikan yang diperoleh ketika anak telah dewasa.118 Menurut Zakiah Daradjat kepribadian merupakan suatu mekanisme yang mengendalikan dan mengarahkan sikap dan perilaku seseorang. Apabila kepribadian seseorang kuat, maka sikapnya tegas, tidak mudah terpengaruh oleh bujukan dan faktor-faktor yang datang dari luar, serta ia bertanggung jawab atas ucapan dan perbuatanya. Pertumbuhan kepribadian anak terjadi melalui seluruh pengalaman yang diterima anak sejak dalam kandungan, dan terutama pada tahun-tahun pertama dari umurnya. Ibu yang baik, sejak semula sebelum mengandung telah memohon kepada Allah agar dikaruniai anak yang saleh, bila ia mulai mengandung, hatinya gembira menanti kelahiran bayinya. Sejak dalam kandungan, janin mendapat pengaruh sikap dan perasaan ibu terhadapnya, melalui saraf-saraf pada rahim ibu. Maka sikap positif ibu terhadap janin, dan ketentraman batinya dalam hidup, menyebabkan saraf-saraf bekerja lancar dan wajar, karena tidak ada kegoncangan jiwa yang menegangkan. Hubungan dengan suaminya baik, dengan orang lain pun baik. Kelahiran anak ditunggu dengan berbagai
118
Juwariyah, Op.Cit., hlm 69.
69
persiapan dan perlengkapan sesuai kemampuan yang ada padanya. Dengan demikian unsur-unsur dalam pertumbuhan kepribadian anak yang akan lahir cukup baik dan positif, yang nanti menjadi dasar pertama dalam pertumbuhan selanjutnya setelah lahir.119 Teori Vygotsky yang dikutip oleh Juwariyah mengetakan bahwa kasih sayang dan perhatian orang dewasa memberikan pengaruh yang signifikan dalam perkembangan anak, dinamika kehidupan dan kebudayaan akan memberikan motivasi dan menjadi pranata untuk menjadi pribadi yang baik. Pada titik ini peran orang tua dan orang-orang terdekat anak, termasuk pendidik dan guru juga memberikan pengaruh tidak kalah pentingnya. Lingkungan yang dibangun atas dasar harmonitas kebaikan antara orang tua dan anak akan menghasilkan ledakan kekuatan yang penuh kemilau keindahan, yang memberikan pengaruh di dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.120 Kasih sayang orang tua yang tumbuh akibat dari hubungan darah dan diberikan kepada anak secara wajar atau sesuai dengan kebutuhan, mempunyai arti yang sangat penting bagi pertumbuhannya. Kekurangan belaian kasih sayang orang tua menjadikan anak keras kepala, sulit diatur, mudah memberintak dan lain-lain. Tetapi sebaliknya kasih sayang terlalu berlebihan menjadikan anak manja, penakut, tidak cepat untuk dapat hidup
119
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Op.Cit., hlm. 52-53 Juwariyah, Op.Cit., hlm. 80
120
70
mandiri. Karena itu harus pandai dalam memberikan kasih sayang kepada anak jangan kurang dan jangan lebih.121
Akan halnya dengan kepribadian mulia anak yang merupakan komponen penting dari cita-cita pendidikan Islam, maka lingkungan keluarga yang merupakan tempat pertama dan utama bagi pembentukan kepribadian anak perlu mendapatkan perhatian khusus dari segenap anggota keluarga terutama kedua orang tuanya yang secara langsung bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Menurut Hasan Langgulung pentingnya keluarga bukan hanya kepada individu tetapi juga kepada masyarakat. Masyarakat menganggap keluarga sebagai institusi sosial yang terpenting dan merupakan unit sosial yang utama melalui individu-individu, dipersiapkan kebiasaan dan nilai-nilai kebudayaan, kebiasaan dan tradisinya dipelihara kelanjutanya, dipindahkan dari generasi ke generasi berikutnya. Dari segi lain pula keluarga menjadi ukuran kuat atau lemahnya suatu masyarakat, jika keluarga kuat maka masyarakat pun kuat, jika lemah masyarakat pun menjadi lemah.122 Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung yaitu pembentukan insan shaleh dan pembentukan masyarakat saleh. Yang dimaksud insan saleh adalah manusia yang mendekati kesempurnaan. Pembentukan insan saleh berarti pengembangan manusia yang menyembah dan bertaqwa kepada Allah, manusia yang penuh 121
Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi, Op.Cit., hlm. 237 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan., Op.Cit, hlm.349 122
71
keimanan dan taqwa, berhubung dengan Allah memelihara dan menghadap kepada-Nya dalam segala perbuatan yang dikerjakan dan segala tingkah laku yang dilakukannya, segala fikiran yang tergores di hatinya dan segala perasaan yang berdetak di jantungnya. Ia adalah manusia yang mengikuti jejak langkah Rasul SAW dalam fikiran dan perbuatannya. 123 Insan saleh beriman dengan mendalam menyadari bahwa ia adalah khalifah
di
bumi,
ia
mempunyai
risalah
ketuhanan
yang
harus
dilaksanakannya, oleh sebab itu ia selalu menuju kesemurnaan walaupun kesempurnaan itu hanya milik Allah. Sebagai mana firman Allah SWT:
(٣٠: اﻟﺒﻘﺮة) “ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. ( QS. Al-Baqarah : 30)124 Diantara akhlak insan yang saleh dalam Islam adalah harga diri, perikemanusiaan, kesucian, kasih sayang, kecintaan, kekuatan jasmani dan
123
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam dalam Abad ke 21, Op.Cit., hlm. 169-170 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Op.Cit.,hlm. 13
124
72
rohani, menguasai diri, dinamisme, dan tanggung jawab. Ia juga bersifat benar, jujur, ikhlas, memiliki rasa keindahan dan memiliki keseimbangan.125 Sedangkan masyarakat saleh adalah masyarakat yang percaya bahwa ia mempunyai risalah atau massage untuk umat manusia, yaitu risalah keadilan, kebenaran, dan kebaikan, suatu risalah yang akan kekal selamalamanya, tidak terpengaruh oleh faktor-faktor waktu dan tempat. Masyarakat Islam berusaha sekuat tenaga memikul tanggung jawab yang dibebankan kepadanya kapan dan dimana saja. Tugas pendidikan Islam adalah menolong masyarakat mencapai maksud tersebut.126 Mengenai hal tersebut, sebagaimana juga Quraish Shihab berpendapat bahwa keluarga adalah jiwa masyarakat dan tulang punggungnya. Kesejahteraan lahir dan batin yang dinikmati suatu bangsa, atau sebaliknya, kebodohan atau keterbelakangannya, adalah cerminan dari keadaan keluargakeluarga yang hidup pada masyarakat bangsa tersebut.127 Selain itu keluarga juga unit terkecil yang menjadi pendukung dan pembangkit lahirnya bangsa dan masyarakat. Selama pembangkit itu mampu menyalurkan arus yang kuat lagi sehat, selama itu pula masyarakat bangsa akan menjadi sehat dan kuat. Memang keluarga mempunyai andil yang besar bagi bangun runtuhnya suatu masyarakat. Walaupun harus diakui pula bahwa masyarakat secara keseluruhan dapat mempengaruhi pula keadaan para keluarga. Maka pada hakikatnya tidaklah meleset bila dikatakan bahwa al-usrah ‘imad al-bilad
125
Ibid., hlm. 170 Ibid., hlm. 172 127 Quraish Shihab, Op.Cit., hlm. 395 126
73
biha tahya wa biha tamut (keluarga adalah tiang negara, dengan keluargalah negara bangkit atau runtuh).128 Sehingga inti dari beberapa pendapat di atas mengenai pentingnya keluarga dalam pendidikan anak memiliki inti yang sama yaitu keluarga adalah benteng utama dalam pendidikan Islam anak, sebab dari sanalah seorang anak berinteraksi secara langsung, memperoleh bimbingan, ajaran, nilai-nilai, dan pengalaman-pengalaman yang akan menjadi fondasi dasar kepribadiannya, yaitu kepribadian mulia yang merupakan cita-cita dari pendidikan Islam. Selain itu keluarga merupakan landasan terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan psikologis dan sosial anak, di mana kondisi keluarga, harmonitas, dan kasih sayang antara orang tua dan anak akan mempengaruhi kepribadiannya. Banyak anak yang cenderung melakukan penyimpangan-penyimpangan sebagai akibat dari kurangnya kasih sayang dan perhatian yang diberikan oleh orang tuanya. Dampak yang diharapkan dari pendidikan Islam dalam keluarga tidak hanya terhadap pembentukan kepribadian individu yang insan kamil, melainkan juga memiliki dampak yang besar terhadap masyarakat. Sebab dari keluargalah akan dihasilkan individu-individu yang akan diwariskan nilai-nilai, kebiasaan dan tradisi masyarakat dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sehingga jika keluarga baik maka masyarakatpun akan baik. Sebab besar sekali peran dan tanggung jawab yang dipikul oleh keluarga terhadap anak-anak mereka berupa pendidikan, bimbingan,
128
Ibid., hlm. 400
74
pemeliharaan, dan tujuan yang hendak dicapai. Islam mengatur dan cara meneguhkan keluarga bahkan sebelum keluarga itu terbentuk. Menurut Hasan Langgulung karena sebab kepentingan berganda yang dimiliki oleh keluarga maka masyarakat Islam berusaha keras untuk mengukuhkan, menguatkan dan mengusahakan segala jalan untuk menolong keluarga menjadi kuat dan berpadu. Hal ini supaya keluarga dapat menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya dalam hidup yang juga akan membawa kebaikan kepada individu dan masyarakat sekaligus. Menurut pandangan Islam yang dikemukakan oleh Hasan Langgulung usaha tersebut antara lain:129Pertama, pendidikan dan kasih sayang kepada wanita oleh orang tuanya terutama mengenai hal-hal yang diperlukan untuk menjadi seorang ibu dan istri yang baik. Diantara hal-hal yang harus diajarkan oleh orang tua kepada anak perempuan adalah bahwa masa depan seorang anak perempuan yang sebenarnya bukanlah di kedokteran atau bidang lainnya, tetapi sebagai seorang istri yang memiliki tanggung jawab pokok mengurus rumah tangga.130 Kedua, memegang prinsip pilihan bebas, mementingkan sifat agama dan akhlak, serta adanya keselarasan diantara kedua belah pihak. Ketiga, memiliki unsur untuk berkelanjutan dan kekekalan sehingga tercapai tujuanya yaitu berekembang biak dan melanjutkan keturunan. 129
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan., Op.Cit, hlm. 349 130 Abdul Mun’im Ibrahim, Mendidik Anak Perempuan, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hlm. 172
75
Hal ini juga dikuatkan oleh Quraish Shihab yang mengibaratkan keluarga sebagai satu bangunan, demi terpeliharanya bangunan itu dari hantaman badai dan guncangan gempa, makaia harus didirikan di atas satu fondasi yang kuat dengan bahan bangunan yang kokoh serta jalinan perekat yang lengket. Fondasi kehidupan kekeluargaan adalah ajaran agama, faktor keberagamaan calon pasangan harus menjadi faktor yang paling menentukan, disertai dengan kesiapan fisik dan mental calon-calon ayah dan Ibu. Bagi yang belum siap fisik, mental dan keuangannya, dianjurkan untuk bersabar dan tetap memelihara kesucian diri agar tidak terjerumus ke lembah kehinaan.131Sebagaimana firman Allah SWT:
(٣٣:ﻟﻨﻮر١) “Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. dan budak-budak yang kamu miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. dan 131
Quraish Shihab, Op.Cit., hlm. 396
76
janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, Karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. dan barangsiapa yang memaksa mereka, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu.”(QS. An-Nuur: 33)132 Itulah gambaran dari kekuatan fondasi bangunan kehidupan keluarga, sedangkan kekokohan bahan bangunannya tercermin antara lain dalam kewajiban memperhatikan buah perkawinan itu, yakni perhatian terhadap anak-anak sejak masih dalam kandungan sampai masa dewasanya. Adapun jalinan perekat bagi bangunan keluarga adalah hak dan kewajiban yang disyariatkan Allah terhadap ayah, ibu, suami, istri serta anak-anak.133 Keempat , keluarga harus memiliki pemimpin yang bertanggung jawab
menjalankan,
memimpin,
menyediakan
segala
kemudahan,
pemeliharaan, penjagaan dan perlindungan terhadap keluarga. Suatukeluarga tidak dapat hidup tenang dan bahagia tanpa suatu peraturan, kendali, dan disiplin yang tinggi. Kepincangan dalam menerapkan peraturan mengakibatkan kepincangan dalam kehidupan. Memimpin rumah tangga adalah suatu tanggung jawab. Tugas terbesar bagi seorang kepala keluarga adalah menanamkan akidah yang lurus kepada setiap anggota keluarganya. Membimbing dan membina istri beserta anak-anaknya, mengarahkan mereka kejalan tauhid dengan memurnikan penghambaan dan peribadahan kepada Allah.134
132
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Op.Cit.,hlm. 549 Quraish Shihab, Op.Cit., hlm. 398 134 Asadulloh Al-Faruq, Mendidik Balita Mengenal Agama, (Solo: Kiswah Media, 2010), 133
hlm. 56
77
Mengenai pentingnya keluarga,keluarga menduduki tempat terpenting diantara lembaga-lembaga pendidikan yang ada. Lembaga pendidikan apapun tidak akan mampu menggantikan posisi keluarga dalam pendidikan anak, lembaga-lembaga pendidikan lain hanyalah menerima limpahan tugas dari orang tua saja, tetapi di luar dari limpahan tersebut orang tua masih memiliki tanggung jawab yang besar bagi pendidikan anak-anaknya. Dengan beratnya amanah yang harus dipikul orang tua dalam tugas yang sangat mulia ini yaitu mendidik anak-anaknya dengan baik, maka keduanya harus mengetahui cara yang tepat dan efektif. Banyak persiapan dan latihan yang harus dilakukan para orang tua agar tujuan pendidikan ini bisa tercapai dengan baik. Diantaranya, dengan banyak membaca dan menelaah buku-buku pendidikan dan pengasuhan anak, berkonsultasi dengan pakar pendidikan, mengikuti pelatihan dan seminar-seminar tentang pendidikan anak. Selain itu dengan berkembangnya teknologi para orang tua bisa mengakses informasi lewat internet dan bisa berbagi pengalaman dengan orang tua lain tentang hal ini.135
B. Analisis Peran Keluarga dalam Pendidikan Islam Anak menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung Pendidikan adalah suatu proses seumur hidup untuk mempersiapkan seseorang agar dapat mengaktualisasikan peranannya sebagai khalifatullah di muka bumi. Di samping manusia sebagai khalifah, mereka juga termasuk 135
Imas Kurniasih, Mendidik SQ Anak Menurut Nabi Muhammad SAW, (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2010), hlm. 77-78
78
makhluk paedagogik yaitu makhluk Allah yang dilahirkan membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik. Menurut
Imas
Kurniasih,
sangatlah
beragam
hakikat
dalam
pendidikan Islam yang didefinisikan oleh para ahli, akan tetapi pengertian secara umum dapat di simpulkan bahwa pendidikan itu adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dalam mengaktualisasikan peran atau potensi anak didik, baik potensi jasmani maupun rohani.136 Sedangkan Hasan Langgulung berpendapat pendidikan Islam adalah suatu proses spiritual, akhlak, intelektual, dan sosial yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai dan prinsip serta teladan ideal dalam kehidupan yang bertujuan mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat.137 Tujuan pendidikan yang paling sederhana adalah memanusiakan manusia atau membantu manusia menjadi manusia. Menurut Hasan Langgulung salah satu tujuan akhir pendidikan dalam Islam adalah pembentukan pribadi khalifah bagi anak didik yang memiliki fitrah, jiwa di samping badan, kemauan yang bebas, dan akal. Manusia tidak dapat memegang tanggung jawab sebagai khalifah jika tidak dilengkapi dengan potensi-potensi tersebut. mengembangkan
keempat
Dengan kata lain tugas pendidikan adalah aspek
ini
pada
manusia
agar
dapat
menempatikedudukan sebagai khalifah.138 136
Ibid., hlm. 63-64 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, Log.Cit., 138 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan., Op.Cit, hlm. 67 137
79
Aktualisasi potensi-potensi pada diri anak merupakan satu keharusan yang tak dapat dielakkan, terutama bagi kedua orang tua. Sebagai penanggung jawab utama bagi pendidikan Islam anak. Menurut Jalaluddin, keluarga adalah lapangan pendidikan yang pertama dan pendidiknya adalah kedua orang tua. Orang tua adalah pendidik kodrati. Mereka pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrat ibu dan bapak diberikan anugrah oleh Allah berupa naluri orang tua. Karena naluri ini, timbul rasa kasih sayang para orang tua kepada anak-anak mereka, hingga secara moral keduanya merasa terbeban tanggung jawab untuk memelihara, mwngawasi, melindungi, serta membimbing keteurunan mereka.139 Seperti yang telah disinggung diatas bahwa peran keluarga dalam pendidikan dan pembentukan kepribadian anak sangat penting. Oleh sebab itu orang tua harus memperhatikan dan jangan mengabaikan peran dan tanggung jawabnya yang besar ini, sebagaiman firman Allah SWT:
(٩٣: اﻟﻨﺤﻞ) “Dan kalau Allah menghendaki, niscaya dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya.dan Sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang Telah kamu kerjakan.” (QS. An-Nahl : 93)140 Menurut Abdullah Nashih Ulwan bahwa, tanggung jawab seorang pendidik terhadap anak-anak yang berada di pundaknya, sesungguhnya 139
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 294 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Op.Cit.,hlm. 416
140
80
bukanlah tanggung jawab yang kecil dan ringan, karena tangung jawab dalam persoalan ini telah dituntut sejak anak dilahirkan hingga dewasa. Ketika seorang pendidik dalam hal ini orang tua melaksanakan tanggung jawabnya secara sempurna, melaksanakan kewajiban-kewajiban penuh dengan rasa amanat,
kesungguhan
serta
sesuai
dengan
petunjuk
Islam,
maka
sesungguhnya ia telah mengarahkan segala usahanya untuk membentuk individu yang penuh dengan kepribadian dan keistimewaan. Pokok-pokok tanggung jawab tersebut menurut kebanyakan pendidik meliputi pendidikan iman, moral, fisik, rasio (akal), kejiwaan, sosial dan seksual.141 Sebagaimana juga menurut Hasan Langgulung keluarga wajib untuk mendidik dan menumbuhkan segala aspek kepribadian anak-anak dapat dilakukan melalui berbagai bidang penting yang dapat diperankan oleh keluarga yang merupakan tanggung jawabnya yaitu melalui pendidikan jasmani dan kesehatan, akal (intelektual), psikologikal dan emosi, agama, akhlak dan sosial.142 a. Peranan Keluarga dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan bagi Anakanaknya Agar dapat tumbuh menjadi generasi yang kuat dan sehat baik jasmani maupun ruhani, orang tua harus memperhatikan kesehatan anak-
141
Abdullah Nashih Ulwan, Op.Cit., hlm. 157 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan., Op.Cit, hlm. 363 142
81
anaknya dan menjaga mereka dari penyimpangan-penyimpangan sejak kecil.143 Menurut Juwariyah, manusia merupakan makhluk dua dimensi yang terdiri dari jasmani dan ruhani, yang satu sama lain saling terkait dan masing-masing tidak akan dapat menjalankan fungsinya dengan baik tanpa yang lain. Kesehatan adalah anugrah terbesar Allah yang diberikan kepada manusia, akan tetapi mereka sering melupakanya. Karena itu sebagaimana ruhani perlu pendidikan maka raga juga perlu dijaga agar tetap sehat karena pada fisik yang sehat, dan dengan akal sehat orang akan dapat berfikir secara sehat dan jernih. Agar fisik anak dapat tumbuh dan berkembang secara baik Islam telah mengatur: Mengkonsumsi makanan dan minuman yang baik-baik dan halal yang dikaruniakan Allah SWT. Makan dan minum secara tidak berlebihan, menjaga kebersihan, makan secara teratur dan sewajarnya tidak melampaui batasbatas kewajaran.144Sebagaimana firman Allah SWT:
(٣١ :اﻷﻋﺮف) “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf : 31)145
143
86
Abdul Mustaqim, Menjadi Orang Tua Bijak, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2005), hlm.
144
Juwariyah, Op.Cit., hlm. 97-100 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Op.Cit.,hlm. 225
145
82
Jika Juwariyah menekankan pada pemberian makanan dan minuman yang halal lagi baik serta tidak berlebih-lebihan dalam menjaga jasmani dan kesehatan anak.Menurut Hasan Langgulung peranan keluarga dalam menjaga kesehatan anak-anaknya dapat dilaksanakan sebelum bayi lahir. Setelah anak lahir, cara-cara yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan anak-anak antara lain adalah: Memberi peluang yang cukup untuk menikmati susu Ibu, sebab pada susu Ibu terkandung makanan jasmani, psikologikal dan spiritual yang tidak terdapat pada susu botol.Menjaga
kesehatan
dan
kebersihan
jasmani
dan
pakaiannya.Menyiapkan makanan yang cukup dan mengandung unsurunsur makanan pokok dan kalori yang sesuai dengan tingkat umur anak.Memberikan suntikan/imunisasi dan menjauhkan dari penyakit menular seperti, folio, difteria, campak, lumpuh anak-anak, batuk-batuk dan lainnya.Selalu mengadakan pemeriksaan dokter terhadap kesehatan tubuh, dan memberi peluang untuk bergerak, mengajarkan anak kegiatan dan permainan yang bermanfaat.146 Rasulullah pernah memerintahkan umatnya agar mengajarkan memanah, berenang, naik kuda dan bela diri kepada putra-putrinya. Ini merupakan perintah kepada kita agarmengajarkan pendidikan jasmani kepada anak-anak. Tentu hal itu dengan memperhatikan batas umur,
146
Ibid., hlm. 364-365
83
kemampuan, aurat dan memisahkan antara anak laki-laki dan perempuan.147 Senada dengan Hasan Langgulung, menurut Abdullah Nashih Ulwan bahwa dalam menjaga jasmani dan kesehatan anak dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:148 1) Kewajiban memberi nafkah kepada keluarga dan anak Diantara nafkah
yang wajib diberikan ayah kepada
keluarganya itu adalah, menyediakan makanan, tempat tinggal dan pakaian yang baik, sehingga fisik mereka dapat terhindar dari berbagai macam penyakit. 2) Mengikuti aturan-aturan yang sehat dalam makan, minum dan tidur Hendaknya orang tua membiasakan dan membudayakan makan, minum, dan tidur kepada anak-anak berdasarkan aturanaturan yang sehat, diantara petunjuk Rasulullah dalam masalah makanan adalah menghindarkan makanan yang mengandung racun, dan melarang makan dan minum secara berlebih-lebihan. Ketika tidur Rasulullah menganjurkan supaya posisi badan ketika tidur miring ke sebelah kanan. 3) Melindungi dari penyakit menular 4) Pengobatan terhadap penyakit 5) Merealisasikan prinsip-prinsip “tidak boleh menyakiti diri sendiri dan orang lain” 147
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet Ke-3, hlm. 16 148 Abdullah Nashih Ulwan, Op.Cit., hlm. 245-252
84
Para pendidik khususnya para Ibu, wajib untuk membimbing anak-anaknya
agar
mengetahui
aturan
kesehatan
dan
cara
pencegahan penyakit, demi terpeliharanya kesehatan anak dan pertumbuhan kekuatan jasmaninya. Misalnya menjelaskan jika mengambil makanan dengan tangan kotor itu dapat menimbulkan penyakit, maka pendidik harus membimbing anak-anak mereka untuk menerapkan petunjuk Islam dalam mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. 6) Membiasakan anak berolah raga dan bermain ketangkasan Mengenai ASI pada bayi, para dokter sepakat bahwa cara terbaik dalam memberikan makanan pada bayi, pada usia dua tahun pertama adalah dengan memberikan air susu ibu (ASI) secara alami. Sebagaimana firman Allah SWT:
(٢٣٣: اﻟﺒﻘﺮة)
85
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan Karena anaknya dan seorang ayah Karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. AlBaqarah : 233)149 Dari segi kesehatan, ASI banyak mengandung manfaat yang tidak bisa ditemukan pada susu yang lain, khususnya bagi seorang bayi. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut: 1) Kaya dengan zat-zat makanan yang diperlukan oleh bayi
2) Sesuai dengan bayi dari segi kehangatan, kekentalan dan dari segi kemanisan atau kepahitan 3) Seteril dari berbagai bakteri atau kuman-kuman lainya 4) Mengandung anti biotik yang mampu mengusir mikroba yang berbahaya bagi bayi. Selain itu manfaat ASI bagi bayi dan ibu adalah dapat menguatkan ikatan batin antara bayi dan ibunya yang sekaligus memberikan cinta dan kasih sayang.150
149
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Op.Cit.,hlm. 57 Adil Fathi Abdullah, Menjadi Ibu Dambaan Umat, (Jakarta: Gema Insani, 2002), hlm.
150
23-24
86
Jadi, dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa peran orang tua dalam pendidikan jasmani dan kesehatan anak-anaknya sudah dimulai dari bayi sebelum lahir, setelah bayi lahir sebaiknya orang tua memeberikan ASI kepada anak-anaknya karena ASI memiliki manfaat yang besar pada bayi, memberikan tempat tinggal, pakaian, makanan yang halal dan baik, serta mengajarkan anak berbagai hal yang bermanfaat bagi tubuh mereka. b.
Peranan Keluarga dalam Pendidikan Akal (Intelektual) Anak-anaknya Akal merupakan anugrah Allah yang tidak diberikan kepada selai makhluk-Nya bernama manusia. Akal merupakan sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Karena itu akal perlu mendapatkan pendidikan dan bimbingan semenjak usia dini agar setelah dewasa anak dapatberfikir kreatif, sistematis, kritis analitis dan inofatif. Tujuan dari pendidikan akal itu bukan sekedar mendidik daya pikir anak, akan tetapi anak diarahkan agar memiliki keahlian dalam mengambil dan memberikan guna dan manfaat dengan pola-pola pikir yang diajarkannya itu, dan untuk sampai kepada tingkat keahlian itu diperlukan pelatihanpelatihan dalam kerja otak seperti melatihkan ketelitian, ketangkasan, kepekaan, keuletan dan lain sebagainya.151 Sebagaimana menurut Hasan Langgulung peran keluarga dalam pendidikan akal anak adalah untuk menolong anak-anak menemukan, membuka dan menumbuhkan kesediaan, bakat, minat dan kemampuan
151
Juwariyah, Op.Cit., hlm. 100-101
87
akalnya dan memperoleh kebiasaan-kebisaan dan sikap intelektual yang sehat dan melatih indra kemampuan-kemampuan akal tersebut. Supaya akal ini dapat berkembang dengan baik maka perlu dilatih dengan teratur dan sesuai dengan umur atau kemampuan anak. Diantara cara-cara yang dapat dilalui oleh keluarga untuk memainkan perananya dalam pendidikan akal adalah:152Mempersiapkan rumah tangga dengan segala macam perangsang intelektual dan budaya, seperti permainan-permainan pengajaran, buku-buku, majalah dan lainnya.Membiasakan anak-anak secara umum berfikir logis dalam menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi dan memberi contoh yang baik dan praktikal dalam pemikiran seperti ini. Membiasakan mereka mengaitkan akibat-akibat dengan sebab-sebabnya juga kesimpulannya.Membiasakan berfikir obyektif, kejernihan dalam mengambil keputusan, terus terang dalam perkataan dan jangan membelok dalam pemikiran, harus praktikal dalam pemikiran. Sementara itu menurut Adnan Hasan Shalih Baharits cara yang dapat dilakukan dalam pendidikan berpikir bagi anak-anak antara lain:153 1)
Pemberian nasihat. 2) Pengajaran bahasa. 3) Belajar membaca dan
menulis. 4) Melalui kisah dan cerita. 5) Berpikir tantang alam. Abdullah
Nashih
Ulwan
mengungkapkan
bahwa
dalam
pendidikan akal anak adalah terfokus dalam tiga permasalahan, yaitu:154 152
Ibid., hlm. 367-368 AdnanHasan Shalih Baharits, Tanggung Jawab Ayah terhadap Anak Laki-laki, Terj. Sihabbuddin,(Jakarta: Gema Insani Press, 1991), hlm. 294 154 Abdullah Nashih Ulwan, Op.Cit., hlm. 301-358 153
88
1) Kewajiban mengajar Sesungguhnya Islam telah membebani para pendidik dan orang tua dengan tanggung jawab yang besar alam mengajar anakanak, menumbuhkan kesadaran mempelajari ilmu pengetahuan dan budaya, serta memusatkan seluruh pikiran untuk mencapai pemahaman secara mendalam dan pertimbangan yang benar dan matang. Dengan demikian, pikiran mereka akan terbuka dan kecerdasan mereka akan tampak. 2) Menumbuhkan kesadaran berpikir Salah satu tanggung jawab yang besar yang dipukul oleh orang tua dalah menumbuhkan kesadaran berpikir anak sejak masihbalita hingga mencapai masa dewasa. Cara yang dapat di tempuh adalah dengan memberikan anak pengajaran yang hidup, teladan yang hidup, penelaahan yang hidup dan pergaulan yang hidup. Diharapkan orang tua dapat menyediakan perpustakaan sekalipun kecil untuk anak ketika mulai memasuki masa sekolah. 3) Pemeliharaan kesehatan rasio Tanggung jawab ini berkisar pada upaya menjauhkan anakanak dari kerusakan dan penyimpangan-penyimpangan yang tersebar di dalam masyarakat, karena kerusakan-kerusakan itu mempunyai dampak yang besar terhadap akal, ingatan, dan fisik manusia pada umumnya.
89
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa akal merupakan anugrah yang Allah berikan kepada manusia bukan makhluk yang lain. Orang tua berkewajiban untuk menumbuhkan dan mengembangkan akal anak dengan membiasakan anak untuk berfikir sejak kecil yaitu salah satunya dengan cara menyediakan berbagai fasilitas yang dapat merangsang perkembangan otak anak. c.
Peranan Keluarga dalam Pendidikan Psikologikal dan Emosi Suatu dimensi lain pada manusia yang tidak kalah pentingnya, dan mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan manusia adalah dimensi kejiwaan yang mengendalikan keadaan manusia agar dapat hidup sehat, tentram dan bahagia. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, masalah kejiwaan menjadi penentu dari berbagai aspek kehidupan manusia.Ia merupakan kekuatan dari dalam yang memadukan semua unsur pada diri manusia, ia menjadi pengerak dari dalam dan membawa manusia kepada pencapaian tujuannya, memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya, pribadi dan kelompok. Akibat dari penyakit dan gangguan kejiwaan adalah terganggunya kemampuan memanfaatkan kecerdasan, sehingga prestasi menurun, sulit berkonsentrasi, mudah lupa dan patah semangat. Akibat lain adalah terjadi penyimpangan kelakuan, yang menimbulkan berbagai kenakalan remaja dan kesehatan orang dewasa. Karena itu dimensi kejiwaan pada manusia perlu dibina dan
90
dikembangkan agar dapat menghadapi berbagai masalah, dengan cara yang tepat dan benar.155 Hasan Langgulung berpendapat melalui pendidikan psikologikal dan emosi keluarga dapat menolong anak dan anggota-anggotanya secara umum untuk menciptakan pertumbuhan emosi yang sehat, menciptakan kematangan emosi sesuai dengan umurnya, menciptakan penyesuaian psikologi
yang
baik
dengan
dirinya
sendiri
dan
orang
lain
disekelilingnya.156 Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh keluarga untuk mendidik dan memelihara anak-anak dari segi psikologi adalah: mengetahui segala keperluan psikologi dan sosial bagi anak-anak tersebut serta mengetahui gejala-gejala dan sifat puas atau tidak puas dalam tingkah laku anak-anak. Memberi kesempatan bagi anak untuk bergerak, jangan sampai mereka merasa tidak tentram dan juga merasa tidak mendapat perhatian dan penghargaan. Jangan menggunakan caracara ancaman, kekejaman dan siksaan badan, jangan ditimbulkan rasa diabaikan, kekurangan dan kelemahan. Jangan dilukai perasaan mereka dengan kritikan tajam, ejekan, cemoohan, menganggap enteng pendapat, membandingkan antara ia dengan anak-anak tetangga dan lainnya. Sebaiknya keluarga memberi mereka segala peluang untuk menyatakan diri, keinginan, fikiran dan pendapat mereka.157 155
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Op.Cit., hlm. 4-16 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan., Op.Cit, hlm. 368 157 Ibid., hlm. 369-367 156
91
Mengenai larangan melukai perasaan anak dengankritikan tajam, ejekan, cemoohan dan hinaan kepada anak oleh Hasan Langgulung. Abdullah Nashih Ulwan memberikan gambaran bahwahinaan dan celaan yang diterima oleh anak-anak merupakan salah satu faktor kejiwaan terburuk yang dapat menyebabkan penyimpangan kejiwaan anak. Bahkan ini merupakan faktor terbesar yang menyebabkan tingginya perasaan rendah diri pada anak-anak, juga mendorong anak untuk memandang orang lain menjadi penuh kebencian, dengki, dan melarikan diri dari kehidupan, tugas, dan tanggung jawab yang harus dijalani.158 Sedangkan sikap keluarga yang memberi anak-anak segala peluang untuk menyatakan diri, kenginan, fikiran dan pendapat mereka dapat menghilangkan rasa penakut pada diri anak. Sikap penakut merupakan situasi kejiwaan yang berjangkit pada anak-anak, orang dewasa laki-laki maupun perempuan.159 Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kejiwaan sesorang sangat berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan. Banyak penyimpangan-penyimpangan yang terjadi adalah akibat rusak dan sakitnya kejiwaan. Sehingga jiwa perlu untuk dididik, dibina agar dapat menghadapi masalah dengan tepat dan benar. Salah satunya adalah dengan kasih sayang dari kedua orang tua. Kejiwaan seseorang merupakan pengerak bagi manusia dalam mencapai tuannya. Kerusakan pada jiwa anak dapat menyebabkan 158
Abdullah Nashih Ulwan, Op.Cit., hlm. 382-383 Ibid., hlm. 372
159
92
timbulnya penyimpangan-penyimpangan,
peran dan tanggung jawab
orang tua dalam pendidikan ini agar tidak timbul penyimpangan adalah dengan memberikan kasih sayang, tidak menghina dan mencemooah anak,
serta
memberikan
kepercayaan
kepada
anak
dalam
mengekspresikan diri, dan menyatakan diri. d. Peranan Keluarga dalam Pendidikan Agama bagi Anak-anaknya Hasan Langgulung berpendapat pendidikan agama dan spiritual ini berarti membangkitkan kekuatan dan kesediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada anak-anak melalui bimbingan agama yang sehat dan mengamalkan ajaran-ajaran agama dan upacara-upacaranya. Selaras dengan hal tersebut Asadullah Al-Faruq mengungkapkan bahwa orang tua harus menyadari bahwa anak yang mereka didik sekarang ini merupakan amanah Allah. Ia dilahirkan dan dididik sebagai amanah yang harus ditunaikan dengan penuh tanggung jawab. Pendidikan anak nantinya akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah. “Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah”. Demikian sebuah hadits mengigatkan kepada orang tua. Anak terlahir ke dunia dalam keadaan fitrah Islamiyah. Ia lahir dengan membawa akidah benar di hatinya. Inilah fitrah Islam yang membekali setiap bayi saat terlahir di dunia. Adapun orang tua berkewajiban memelihara dan menyelamatkan fitrah tersebut.160 Sebagaimana firman Allah SWT:
160
hlm. 137
Asadulloh Al-Faruq, Mendidik Balita Mengenal Agama, (Solo: Kiswah Media, 2010),
93
(٣٠ : )اﻟﺮوم “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Ruum: 30)161 Fitrah Islamiyah anak hanya bisa selamat apabila kedua orang tuanya semaksimal mungkin berusaha untuk menyelamatkannya. Tanpa upaya nyata dari orang tua, maka fitrah Islamiyah anak dapat rusak dan menjadi kekufuran. Untuk mencegahnya, pendidikan agama menjadi hal yang harus diberikan kepada anak sejak sedini mungkin. Pendidikan agama kepada anak tidak bisa diabaikan begitu saja. Mengabaikannya sama artinya dengan mengabaikan fitrah Islamiyah yang dimiliki. Anakanak yang dibesarkan tanpa pendidikan agama akan tumbuh sebagai pribadi yang jauh dari Allah, tidak mengenal sunnah dan buta terhadap agama. Jika demikian keadaanya, maka orang tua yang paling bertanggung jawab di hadapan Allah.162buku tulis Materi pendidikan agama merupakan aspek penting yang harus mendapatkan prioritas dalam pendidikan anak, karena justru dengan pengetahuan tentang agamalah anak akan mengetahui hakekat dan tujuan 161
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Op.Cit.,hlm. 645 Abdullah Al-Faruq. Op.Cit., hlm. 138
162
94
hidupnya. Karena itu memberikan pendidikan agama kepada anak berarti mengembangkan fitrah dasar yang dibawanya semenjak dia dilahirkan. Fitrah dasar yang diibaratkan semaian benih itu jika tidak mendapatkan pemeliharaan dan perawatan yang cukup niscaya dia akan sulit berkembang dan bahkan bisa saja menjadi layu dan pada akhirnya mati.163 Diantara cara-cara praktis yang patut digunakan oleh keluarga untuk menanamkan semangat keagamaan pada diri anak-anak menurut Hasan Langgulung adalah sebagai berikut:164Memberi tauladan yang baik kepada mereka tentang kekuatan iman kepada Allah dan berpegang dengan ajaran agama. Membiasakan mereka menunaikan syiar-syiar agama semenjak kecil sehingga penunaian itu menjadikebiasaan yang mendarah daging. Menyiapkan suasana agama dan spiritual di rumah dan di mana mereka berada.Membimbing mereka membaca bacaan-bacaan agama yang berguna dan memikirkan ciptaan-ciptaan Allah dan makhluk-makhluk-Nya. Menggalakkan mereka turut serta dalam aktivitas-aktivitas agama. Hal yang hampir sama diungkapkan Zakiah Daradjat, bahwa penanaman pendidikan agama pada anak dimulai sejak pertemuan Ibu dan bapak yang membuahkan janin dalam kandungan, yang dimulai dengan do’a kepada Allah. Begitu anak lahir, dibisikkan ditelinganya kalimah adzan dan iqamah, kemudian kalimah-kalimah thayyibah yang 163
Juwariyah, Op.Cit., hlm. 95 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan., Op.Cit, hlm.hlm. 372 164
95
berisiskan jiwa agama akan sering didengar oleh anak melalui ibunya, waktu ia disusukan, dimandikan, ditidurkan dan digantikan pakaian oleh ibunya. Setelah anak dapat berjalan pada umur setahun atau lebih, pengalaman agama yang mereka peroleh dari kedua orang tuanya seperti meniru mereka sholat, berdo’a dan pergi ke masjid dengan memakai mukena atau sarung yang sama dengan orang tuanya akan menjadi dasar jiwa agama dalam diri anak. Melakukan latihan dan pembiasaan tentang agama sejak anak kecil, sesuai pertumbuhan dan perkembangan jiwanya. Anak mengenal Tuhan melalui ucapan ibunya waktu anak kecil, sehingga ibu perlu berhati-hati menjawab pertanyaan anak tentang Tuhan dan pokok-pokok keimanan lainnya. Dalam memperkenalkan sifat-sifat Allah kepada anak hendaklah didahulukan sifat-sifat Allah yang mendekatkan hatinya kepada Allah, misalnya Penyayang, Pengasih, adil dan sebagainya.165 Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah Islamiyah. Orang tua merupakan penanggung jawab utama dalam mengembangkan dan menumbuhkan jiwa keagamaan tersebut, yang dapat dilakukan oleh kedua orang tua semenjak sebelum bayi itu dilahirkan dengan cara membiasakan dan memberikan contoh dan latihan mengenai nilai-nilai dan ajaran agama. e.
Peranan Keluarga dalam Pendidikan Akhlak bagi Anak-anaknya
165
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Op.Cit., hlm. 64-65
96
Pendidikan akhlak merupakan bagian pokok dari materi pendidikan agama, karena sesungguhnya agama adalah akhlak, sehingga kehadiran
Rasul
Muhammad
ke
muka
bumi
dalam
rangka
menyempurnakan akhlak manusia yang ketika itu sudah mencapai titik nadir.166 Sebagaimana dikemukakan Hasan Langgulung bahwa Pendidikan agama berkaitan erat dengan pendidikan akhlak, keduannya tidak dapat dipisahkan, sebab yang baik adalah yang dianggap baik oleh agama dan yang buruk dianggap buruk oleh agama. Sehingga nilai-nilai akhlak dan keutamaan akhlak dalam masyarakat Islam adalah akhlak dan keutamaan yang diajarkan oleh agama. Para filosof-filosof pendidikan Islam sepakat bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. Oleh sebab itu haruslah keluarga mengajarkan kepada anak-anak mereka akhlak yang mulia yang diajarkan Islam.167 Dalam kaitanya dengan pendidikan akhlak tersebut para pakar pendidikan Islam mengatakan bahwa tujuan pendidikan dan pengajaran bukanlah sekedar mentransfer berbagai macam ilmu pengetahuan ke dalam otak anak tetapi lebih dari pada itu, yaitu mendidik akhlak mereka.168 Materi pendidikan akhlak merupakan latihan membangkitkan nafsu-nafsu rububiyyah (ketuhanan) dan meredam atau menghilangkan 166
Juwariyah, Op.Cit., hlm. 96 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan., Op.Cit, hlm. 373 168 Juwariyah, Op.Cit., hlm. 97 167
97
nafsu-nafsu syaithaniyah. Pada materi ini peserta didik dikenalkan atau dilatih mengenai: 1) Perilaku akhlak yang mulia (akhlakul karimah), seperti jujur, rendah hati, sabar dan sebagainya. 2) Perilaku akhlak yang tercela (akhlakul madzmumah), seperti dusta, takabur, khianat, dan sebagainya.169 Akhlak adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku. Di antara contoh akhlak yang diajarkan oleh Luqman kepada anaknya adalah: 1) Akhlak terhadap kedua ibu bapak, dengan berbuat baik dan berterima kasih kepada keduanya. 2) Akhlak terhadap orang lain adalah adab, sopa santun dalam bergaul, tidak sombong dan tidak angkuh, serta berjalan sederhana dan bersuara lembut. 3) Akhlak terhadap penampilan diri/diri sendiri. Sebagaimana firman Allah SWT:
(١٨ :ﻟﻘﻤﺎن) “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman : 18)170 Menurut Hasan Langgulung salah satu tanggung jawab orang tua bagi pendidikan akhlak anak-anak adalah memberikan contoh dan teladan akhlak yang mulia. Sama halnya dengan Zakiah Daradjat
169
Heri Juhari Muchtar, Op.Cit., hlm. 19 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Op.Cit.,hlm. 655
170
98
pendidikan akhlak di dalam keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orang tua. Perilaku dan sopan santun orang dalam hubungan dan pergaulan antara ibu bapak, perlakuan orang tua terhadap anak-anak mereka dan perlakuan orang tua terhadap orang lain di dalam lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat, akan menjadi teladan bagi anakanak.171 Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah kebaikan dan kerusakan anak-anak akan mengikuti kebaikan dan kerusakan orang tuanya, karena bagi anak kebenaran adalah apa yang bisa diterima oleh kedua orang tuanya dan kesalahan menurut anak adalah apa yang ditolak oleh orang tua.172 Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah pokok pendidikan agama. Peran orang tua dalam pendidikan agama adalah menumbuhkan akhlak mulia anak kepada Allah, orang lain, dan dirinya sendiri. Salah satu cara yang paling efektif dalam pendidikan akhlak anak adalah contoh dan teladan yang baik dari kedua orang tuanya. f.
Peranan Keluarga dalam Pendidikan Sosial Anak-anaknya Keluarga belum melengkapi tugasnya dengan sempurna dalam pendidikan anak-anak jika belum memberikan pendidikan sosial bagi anak. Pendidikan sosial adalah mendidik anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan perilaku sosial yang utama, dasar-dasar kejiwaan yang 171 172
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Op.Cit., hlm. 58-60 Imas Kurniasih, Op.Cit., hlm. 79
99
mulia yang bersumber pada akidah Islamiyah yang kekal dan kesadaran iman yang mendalam, agar ditengah-tengah masyarakat nanti ia mampu bergaul dan berperilaku sosial baik, memiliki keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana.173 Hasan Langgulung mengungkapkan bahwa cara-cara yang dapat digunakan keluarga dalam mendidik anak-anaknya dari segi sosial, politik dan ekonomi antara lain:174Memberi contoh yang baik kepada anak-anak dalam tingkahlaku sosial yang sehat berdasar pada prinsipprinsip dan nilai-nilai agama. Menjadikan rumah sebagai tempat dimana tercipta hubungan-hubungan sosial. Membiasakan anak-anak secara berangsur-angsur mandiri dan memikul tanggung jawab. Menjauhkan mereka dari sifat manja dan berfoya-foya, sebab dapat merusak kepribadian anak.Memperlakukan mereka dengan lemah lembut dengan menghormatinya di depan kawan-kawanya. Menolong anak-anaknya menjalin persahabatan yang baik. Mengenai memberi contoh yang baik kepada anak-anak dalam tingkahlaku sosial yang sehat berdasar pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai agama. Abdullah Nashih Ulwan menyebutkan bahwa dalam pendidikan jiwa sosial anak hal pertama kali yang perlu dilakukan oleh pendidik adalah dengan penanaman prinsip dasar kejiwaan yang mulia, yaitu taqwa. Keseluruhannya saling terkait di dalam membentuk kepribadian muslim. Pendidikan atau pembinaan yang tidak berpijak pada prinsip 173
Abdullah Nashih Ulwan, Op.Cit., hlm. 435 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan Pendidikan., Op.Cit, hlm.hlm. 376-377 174
100
dasar kejiwaan yang telah ditetapkan oleh Islam akan senantiasa mengalami kegagalan, serta menjadikan pertalian antara individu dengan masyarakat lebih lemah dibanding bangunan sarang laba-laba. Sehingga penting sekali bagi orang tua dan pendidik untuk menanamkan akidah, iman dan taqwa ke dalam jiwa anak, sehingga ketika mereka telah mencapai usia dewasa yang memungkinkan untuk mengarungi kehidupan,
mereka
dapat
melaksanakan
tanggung jawab
tanpa
mewakilkan kepada orang lain, bahkan pergaulan, tingkah laku, dan akhlak sosial terlihat sangat baik dan luhur oleh masyarakat.175 Salah satu cara mendidik jiwa sosial pada anak menurut Hasan Langgulung adalah dengan memperlakukan mereka dengan lemah lembut dengan menghormatinya di depan kawan-kawanya. Hal ini sebagaimana diungkapkan Zakiah Daradjat bahwa perkembangan sikap sosial pada anak terbentuk mulai di dalam keluarga. Orang tua yang penyayang, lemah lembut, adil dan bijaksana, akan menumbuhkan sikap sosial yang menyenagkan pada anak. Ia akan terlihat ramah, gembira dan segera akrab dengan orang lain. Karena ia merasa diterima dan disayang oleh orang tuanya, maka akan tumbuh padanya rasa percaya diri dan percaya terhadap lingkunganya, hal yang menunjang terbentuknya pribadinya
yang
menyenagkan
dan
suka
bergaul,
begitupun
sebaliknya.176
175 176
Abdullah Nashih Ulwan, Op.Cit., hlm. 436 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Op.Cit., hlm. 67
101
Menurut Imas Kurniasih salah satu cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam pendidikan sosial anak adalah mengajarkan anak tentang jiwa sosial, yang diwujudkan dalam membayar zakat.Masa kecil adalah masa di mana para orang tua dengan mudah untuk membentuk kepribadian dan karakter anak. Termasuk untuk membentuk kepribadian dengan kematangan jiwa sosial yang tinggi. Semuanya tentu dengan arahan dan contoh dari kedua orang tua.Orang tua bisa menjelaskan kepada anak “tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah”. Bagaimana orang tua memberikan contoh dengan beramal memberikan zakat atau sedekahkepada orang yang membutuhkan. Banyak ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang zakat, karena kedudukan zakat dalam Islam sangat fundamental. Zakat bukan hanya kebaikan orang-orang kaya terhadap orang-orang miskin, tapi zakat adalah hak Tuhan dan hak orang-orang miskin yang terdapat dalam harta orang-orang kaya yang wajib dikeluarkan.177 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan sosial bertujuan untuk menjadikan anak mampu menjalankan kehidupanya dan berhubungan dengan orang lain dengan baik. Hal utama yang ditekankan pada pendidikan sosial anak adalah contoh yang baik dari kedua orang tua berdasarkan nilai-nilai dan prinsip ajaran agama. Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan Islam adalah yang mengajari manusia bagaimana berinteraksi dengan para saudara terdekat, handai taulan,
177
Imas Kurniasih, Op.Cit., hlm. 146-147
102
sahabat, dan tetangga dengan interaksi yang islami, yaitu untuk berbuat kebaikan dan ketakwaan. Seandainya rumah tangga muslim dipimpin dengan benar maka akan menjadi bata bangunan yang kuat pada komunitas manusia yang Islami sehingga mampu untuk hidup dengan penuh kemanusiaan yang mulia.178 Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa, anak adalah amanah yang diberikan oleh Allah kepada orang tua, yang dilengkapi dengan fitrah dan berbagai potensi-potensi. Di pundak kedua orang tuanyalah diletakkan tanggung jawab besar berupa pendidikan, bimbingan, dan pemeliharaan terhadap anak-anak mereka supaya menjadi insan yang kamil. Islam telah mengatur berbagai hal yang dapat dilakukan dan diperankan oleh kedua orang tua terhadap pendidika anak-anak mereka, dalam rangka mengembangkan dan mengaktualisasikan segala potensi yang ada padanya. Dalam kesemua bidang ini keluarga memegang peranan penting yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk menyiapkan anggota-anggotanya memasuki kehidupan yang berhasil, mengenal Allah SWT dengan sebaikbaiknya, berpegang teguh kepada ajaran-ajaran agama, memiliki akhlak yang mulia, dan pergaulan yang baik dengan sesama manusia dan cinta tanah air, karena pada dasarnya setiap orang tua mengiginkan agar anak-anak mereka tumbuh dan berkembang secara sempurna, sehat jasmani ruhani, terampil, cerdas, beriman dan berbudi luhur. Namun di satu sisi terkadang orang tua lupa bahwa keinginan-keinginannya itu tidak akan terwujud begitu saja tanpa
178
Ali Abdul Halim Mahmud, Pendidikan Ruhani, (Jakarta: Gema Insani, 2000), hlm. 34
103
adanya perjuangan dan upaya-upaya yang dilakukan dengan sungguhsungguh untuk mencapainya.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari pemaparan bab sebelumnya, dapat dilihat secara jelas bagaimana konsep pendidikan Islam dalam Keluarga menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung. Uraian berikut merupakan kesimpulan terhadap semua pemaparan yang telah disajikan pada bab-bab sebelumnya: 1.
Konsep Pendidikan Islam dalam Keluarga menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung diawali dengan konsep keluarga. Keluarga adalah mileniu
104
pertama dan pendidik pertama dan utama bagi anak di mana anak berinteraksi dan hubungan-hubungan yang terdapat di dalamnya sebagian besar bersifat hubungan-hubungan langsung. Dari sana akan terbentuk kepribadian anak yang akan berpengaruh pada kepribadian anak selanjutnya. Keluarga memegang tanggung jawab dan peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak, sehingga Islam sangat memperhatikan keluarga dari sebelum terbentuknya dan bagaimana meneguhkannya. Sebab dampak dari pendidikan keluarga tidak hanya pada individu tetapi juga kepada masyarakat. 2.
KedudukanKeluarga dalam Pendidikan Islam menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung yaitu keluarga adalah benteng utama dalam pendidikan Islam anak, sebab dari sanalah seorang anak berinteraksi secara langsung, memperoleh bimbingan, ajaran, nilai-nilai, dan pengalaman-pengalaman yang akan menjadi fondasi dasar kepribadiannya, yaitu kepribadian mulia yang merupakan cita-cita dari pendidikan Islam. Selain itu keluarga merupakan landasan terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan psikologis dan sosial anak, di mana kondisi keluarga, harmonitas, dan kasih sayang antara orang tua dan anak akan mempengaruhi kepribadiannya. Dampak yang diharapkan dari pendidikan Islam dalam keluarga tidak hanya terhadap pembentukan kepribadian individu yang insan kamil, melainkan
juga memiliki dampak yang besar terhadap
masyarakat. Sebab dari keluargalah akan dihasilkan individu-individu yang akan diwariskan nilai-nilai, kebiasaan dan tradisi masyarakat dari
104
105
satu generasi ke generasi berikutnya. Sehingga jika keluarga baik maka masyarakatpun akan baik. 3.
Peran Keluarga dalam Pendidikan Islam anak menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung adalah keluarga wajib untuk mendidik dan menumbuhkan segala aspek kepribadian anak-anak karena di pundak kedua orang tuanyalah diletakkan tanggung jawab besar berupa pendidikan, bimbingan, dan pemeliharaan terhadap anak-anak mereka, Islam telah mengatur berbagai hal yang dapat dilakukan dan diperankan oleh kedua orang tua terhadap pendidikan anak-anak mereka, dalam rangka mengembangkan dan mengaktualisasikan segala potensi yang ada padanya melalui berbagai bidang
pendidikan yaitu melalui peran
keluarga dalam pendidikan jasmani dan kesehatan, akal (intelektual), psikologikal dan emosi, agama, akhlak dan sosial.
B. Saran-saran 1.
Anak lahir dengan berbagai fitrah dan potensi. Orang tua sebagai pendidik utama dalam keluarga merupakan penentu dari berkembang atau tidaknya potensi dan fitrah anak. Orang tuahendaknya mampu menciptakan suasana kehidupan yang menyenangkan bagi anggota keluarganya. Kasih sayang dan teladan dari orang tua akan sangat berpengaruh bagi pembentukan dan pengembangan kepribadian seorang anak. Kurangnya kasih sayang dan perhatian orang tua dapat menimbulkan kenakalan dan penyimpangan pada anak-anak yang akhir-
106
akhir ini semakin menjadi.Orang tua sebaiknya bersungguh-sungguh dan tidak mengabaikan dalam berupaya untuk melaksanakan peran dan tanggung jawabnya terhadap pendidikan anak-anak mereka. 2.
Sinergi dan kerjasama yang optimal diantara pendidik, keluarga, sekolah dan masyarakat dalam mengupayakan pendidikan dan pengajaran bagi anak yang dilaksanakan dengan penuh amanah, tanggung jawab dan kesungguhan serta sesuai dengan petunjuk Islam, maka sesungguhnya mereka telah mengerahkan segala usahanya untuk membentuk individu yang penuh dengan kepribadian istimewa.
3.
Pada dasarnya pendidikan agama, moral, fisik, akal, jiwa dan sosial saling berkaitan erat dalam proses pembentukan kepribadian anak yang integral dan sempurna. Alangkah indahnya iman jika dibarengi dengan pemikiran yang cerdas dan alangkah mulianya jika akhlak dibarengi dengan kesehatan fisik. Sehingga sebagai pendidik terutama orang tua dapat menyiapkan dan memberikan pengarahan, bimbingan dalam berbagai bidangbagi anak-anak.
C. Penutup Dengan segala kerendahan hati penulis senantiasa memanjatkan segala puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Berkehendak dan Maha Kuasa. Tidak lupa, Shalawat serta salam semoga tetap tercurah dalam rengkuhan Nabi Muhammad SAW sebagai the best teacher yang patut menjadi
inspirasi
bag
seluruh
pendidik.
Dan
tidak
lupa
penulis
107
menghantarkan segala terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dengan tulus baik berupa material maupun spiritual, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnan, karena masih banyak kekurangan di dalamnya. Hal ini tak lain adalah karena keterbatasan penulis sendiri. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini.Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Halim Mahmud, Ali. 2000. Pendidikan Ruhani. Jakarta: Gema Insani. Achmadi. 2008. Ideologi Pendidikan Islam. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. cet ke-2. Al-Faruq, Asadulloh. 2010. Mendidik Balita Mengenal Agama. Solo: Kiswah Media. Arifin, Muzayyin. 2010. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Arifin, Muzayyin. 2014. KapitaSelektaPendidikan Islam.Jakarta: PT BumiAksar. BaharuddindanMoh.Makin. 2011. Ruzzmedia.
Pendidikan Humanistic. Yogyakarta: Ae-
Daradjat, Zakiah. 1994. Pendidikan Islam dalamKeluargadanSekolah.Jakarta: Ruhama. . 2009. IlmuPendidikan Islam. Jakarta: BumuAksara. Darmawan. 2011. Skripsi “Peran Pendidikan Islam dalam Keluarga untuk Menumbuhkan Kepribadian Anak Usia 6-12 Tahun”. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Departemen Agama RI. 1981. Al-Qur’an danTerjemahnya. Jakarta: Pelita III. DepartemenPendidikandanKebudayaan.1989. Indonesia.Jakarta: BalaiPustaka.
KamusBesarBahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. 2003.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka. Fathi Abdullah, Adil. 2002. Menjadi Ibu Dambaan Umat. Jakarta: Gema Insani. Fitri Nuria Rivah, Fitri. 2011. Skripsi “Konsep Pendidikan Agama Islam Anak dalam Keluarga Muslim”. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasan Shalih Baharits, Adnan. 1991. Tanggung Jawab Ayah terhadap Anak Lakilaki, Terj. Sihabbuddin. Jakarta: Gema Insani Press.
Hasbullah. 2011. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Bandung: PT Raja Grafindo Persada. Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. J. Moleong, Lexy. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014). Cet. Ke-32 Jauhari Muchtar, Heri. 2012. Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Juwariyah. 2010. Dasar-DasarPendidikanAnakdalam Al-Qur’an. Yogyakarta: Teras. Kurniasih, Imas. 2010. Mendidik SQ Anak Menurut Nabi Muhammad SAW. Yogyakarta: Pustaka Marwa. Langgulung, Hasan. 1986. ManusiadanPendidikanSuatuAnalisaPsikologi, FilsafatdanPendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna. . 2000. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: Al-Husna Zikra. . 2003. Pendidikan Islam dalam Abad ke 21. Jakarta: Pustaka Al Husna Baru. Listanti, Anik. 2013. Skripsi, “Konsepsi Zakiah Daradjat tentang Pendidikan Islam pada Anak dalam Keluarga”. Jepara: Fakultas Tarbiyah Unisnu Jepara. Muhadjir, Noeng. 1998. Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rekasarasin. Mujib, Abdul danJusufMudzakkir. 2008. IlmuPendidikan Islam. Jakarta: KencanaPrenada Media Group. Cet.2. Mun’im Ibrahim, Abdul. 2005. Mendidik Anak Perempuan. Jakarta: Gema Insani. Mustaqim, Abdul. 2005. Menjadi Orang Tua Bijak. Bandung: PT Mizan Pustaka. Nasih
Ulwan, Abdullah. PustakaAmani.
1994.
PendidikanAnakdalam
Islam.Jakarta:
Nata, Abudin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Group. Nawawi, Hadari. 1998. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Shihab, Quraish. 2014. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan Pustaka. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta. Cet. Ke-3 Susanto. 2009. Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.
Sutrisno. 1987. Metode Reserch I. Yogyakarta: Andi Offset. Syafaat, AatdanSohariSahrani, Muslih. 2008. PerananPendidikan Agama Islam dalamMencegahKenakalanRemaja Juvenile Delinquency. Jakarta: Rajawali Pres. Syaifudin Anshari, Endang. 1986. Kuliah Al-Islam. Jakarta: CV. Rajawali, 1986 Syukur, Fatah. 2012. Sejarah Pendidikan Islam. Semarang: Pustaka Rizki Putra. Tafsir, Ahmad. 2000. Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Uhbiyati, Nur dan Abu Ahmadi. 1997.Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. Undang-undang tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaanya 2000-2004. UyohSadulloh, Uyoh. 2011. Pedagogik (IlmuMendidik). Bandung: Alfa Beta.
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
Nama
: Fadlilatus Saniyah
NIM
: 131310000269
Tempat, Tgl Lahir
: Jepara, 8 September 1994
JenisKelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Djayadirejo Randusari RT 03 RW 01 Tahunan Jepara
Jenjang Pendidikan: 1.
MI Masalikil Huda 01 Tahunan Jepara Lulus Tahun 2005
2.
MTS Masalikil Huda Tahunan Jepara Lulus Tahun 2008
3.
SMA Negeri 1 Tahunan Jepara Lulus Tahun 2011.
Demikian Riwayat Pendidikan Penulis ini dibuat dengan sesungguhnya, agar menjadikan maklum adanya.
Jepara, September 2015 Penulis,
Fadlilatus Saniyah