KONSEP NILAI MORAL DALAM ERA REFORMASI Nuraeni T. Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan Abstrak Manusia yang bermoral memiliki tatanan kehidupan yang berbudaya dan beradab. Manusia sesuai dengan potensi dan kodrat jasmani rohaniahnya senantiasa menghayati dan mengamalkan nilai-nilai tertentu; nilai budaya, filsafat hidup atau ideologi tertentu (seperti paham komunisme). Terlebih-lebih lagi bagi manusia yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Manusia berkembang di dalam alam semesta , khususnya di bumi sebagai alam lingkungan hidup dan sumber daya alam yang menjamin hidup dan kesejahteraannya. Secara geografis dan geopolitik, tata kenegaraan yang ditegakkan berdasarkan tatanan filosofis –ideologis dan konstutisional masing-masing kebangsaan. Kata kunci: nilai budaya, nilai moral, era reformasi
PENDAHULUAN Sepanjang sejarah budaya dab peradaban umat manusia diakui sebagai makhluk utama dan mulia (dibandingkan) di antara semua makhluk di alam semesta. Keunggulan manusia terpancar mulai dari kepribadian yakni bentuk dan struktur budayanya yang indah, kuat bahkan dapat berdiri tegak (di atas dua kaki) seraya mampu bergerak dinamis menghadapi tantangan alam sekitar sebagai tantangan hidup. Bagaimana manusia menghadapi dinamika dan tantangan hidup ditentukan oleh potensi kodrati martabat kemanusiaan yang menjelma ke dalam keyakinan (agama , pandangan hidup, cita karsa, cita-cita) sebagai landasan , kaidah pedoman atau norma dan tujuan hidup. Nilai dan norma merupakan tatanan kehidupan manusia berbudaya dan beradab , lebih-lebih manusia yang bermoral (ketuhanan dan keagamaan). Jadi manusia sesuai dengan potensi yang bermoral (ketuhanan dan keagamaan). Jadi manusia sesuai dengan potensi dan kodrat jasmani rohaniahnya senantiasa menghayati dan mengamalkan nilai-nilai tertentu ; nilai budaya,filsafat hidup atau ideology tertentu (seperti paham komunisme) lebih-lebih bagi manusia yang percaya pada Tuhan Yang Maha Esa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.
1 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=369:konsep-nilai-moral&catid=42:ebuletin&Itemid=215 Artikel E‐Buletin Edisi Juli 2015 ISSN 2355.3189
PEMBAHASAN 1. Nilai dan Norma Moral sebagai Tatanan Hidup Manusia Manusia berkembang di dalam alam semesta, khususnya di bumi sebagai alam lingkungan hidup dan sumber daya alam
(ALH-SDA) yang menjamin hidup dan
kesejahteraannya. ALH-SDA secara geografis dan geopolitik ialah tata kenegaraan yang ditegakkan berdasarkan tatanan filosofis –ideologis dan konstutisional masing-masing kebangsaan (nasionalisme). Umat manusia hidup sejahtra sepanjang sejarah berkat alam semesta,istimewa ALHSDA yang secara alamiah oleh maha pencipta yang maha rahman menganugerahkan semua nilai kehidupan manusia sebagai prawahana kesejahteraannya. Nilai alamiah ini, terutama meliputi unsur-unsur alam yang dan mutlak dibutuhkan manusia. Pertama, Cahaya = member terang, hangat, energy (tenaga). Kedua, Udara, demi ksehatan dan kekuatan kesehatan jasmani rohani (missal O2). Ketiga, Air, yang menjamin kehidupan , kebersihan dan kesehatan. Keempat, Tanah, tempat permukiman sekaligus sebagai bahan lahan pertanian dan perkebunan. Kelima, Tambang yang tersimpan didalam bumi, ( baca : tanah) sebagai unsureunsur budaya migas,besi, tembaga, perak, emas permata, dan berbagai logam lain termasuk uranium. Keenam, Flora, berbagai tumbuh-tumbuhan demi makanan yang mengandung nilai nabati, termasuk hutan sebagai paru-paru dunia. Ketujuh, Fauna, berbagai hewan darat, di laut dan udara yang menjadi sumber makanan (gizi) hewani. Nyatalah bahwa nilai-nilai dalam kehidupan umat manusia bukanlah semata mata dalam makna konsepsional atau konseptual; bahkan bukan hanya normative dan idea. Nilai dalam kehidupan umat manusia umat komprehensif, universal, fundamental dan mutlak: mulai nilai alamiah, nilai social, cultural sampai nilai-nilai mental spiritual. Mengamati, menghayati, dan menikmati berbagai nilai dalam alam semesta merupakan bagian dari kehidupan dan kesadaran pribadi manusia yang berpendidikan dan bermartabat. Hanya dengan demikian, umat manusia akan makin menghayati hidupnya, keberadaannya, dan ketergantungannya (kepada) alam semesta…… yang pada hakikatnya sebagai karunia atau anugrah sekaligus amanat untuk dikelola umat manusia … dan juga disyukuri. Penghayatan demikian bersumber dari wawasan religius …istimewa penganut agama Islam… yang percaya atas petunjuk Maha Pencipta, antara lain: 1. Manusia sebagai khalifah di bumi : “ sesungguhnya Aku akan menciptakan sebagai khalifah ( Pemimpin, pengelola) di bumi”, ( AL-Qur’an 2 : 30) 2 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=369:konsep-nilai-moral&catid=42:ebuletin&Itemid=215 Artikel E‐Buletin Edisi Juli 2015 ISSN 2355.3189
2. Manusia mengerti misi “ …… dan Aku tidak menjadikan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah dan mengabdi kepada –Ku”, ( ALQur’an 1 : 5 dan 5:6) 3. Kategori dan derajat manusia termulia juga melalui berita ktab suci , al:”….manusia termulia adalah pribadi taqwa”. (AL-Qur’an 49: 13) 4. Allah juga menjanjikan kebahagiaan bagi mereka yang berkepribadian luhur dan mulia sebagai dilukiskan” ……. Manusia akan kebahagiaan berkat kemuliaan moral dan martabatnya sebagai dijanjikan Maha Pencipta”. ( AlQur’an 3 : 198). Jadi, kualitas kepribadian SDM bukan hanya diukur berdasarkan kualitas kecerdasan (intelegensi) terumus sebagai : IQ; ataupun EQ; terutama SQ maupun AQ; melainkan berpuncak dengan MQ (= manajemen qalbu, oleh KH A’A gymnastiar). Untuk tujuan fundamental dan hakiki ini, mulai orang tua, guru dan pendidik berkewajiban menanamkan asas moral sebagai nilai kebenaran hakiki bagi generasi penerus. 2. Batasan Nilai, Moral dan Reformasi Manusia hidup dalam sistem nilai secara integral mulai nilai alamiah, social kultur, sampai nilai kebangsaan dan kenegaraan: wawasan nasional, wawasan nusantara, wawasan konstitusional (hukum) Negara; berpuncak dengan kesadaran nilai dan moral ketuhanan dan keagamaan (theisme- religius). Secara teoritis dan filosofis makna dan konsepsi nilai, moral dan norma sesungguhnya terpadu (integral) sebagai integrasi kesadaran dan pengalaman kepada manusia untuk sesame manusia dengan keyakinan dapat dipertanggungjawabkan secara sosial budaya (horizontal) dan vertikel (spiritual, kerohanian) kehadapan Maha Pencipta secara formal konsepsional makna nilai diuraikan: a. Makna Nilai 1. Menurut Ralp Barton Perry:” Vale as object of any intersect”. ( ferm 1961; 469) maknanya : “Nilai sebagai suatu obyek dari suatu minat indiovidu”. 2. John Dewey menyatakan: “…….value is any object of social interect”. (ferm 1961 : 498) . Artinya: “……. Sesuatu bernilai sebagai minat sosial ( bila sesuatu disukai dan dibenarkan oleh sekelompok manusia, maka sesuatu itu bernilai ). Jadi, deweyy mengutamakan kesepakatan social ( masyarakat, antar manusia, termasuk Negara /bangsa).
3 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=369:konsep-nilai-moral&catid=42:ebuletin&Itemid=215 Artikel E‐Buletin Edisi Juli 2015 ISSN 2355.3189
Baik Perry maupun dewey menekankan interest (=minat, kepentingan) individu atau masyarakat . Sesungguhnya, makna nilai demikian cenderung relatif, dari segi pribadi dan subjetivitas, sikap itu baru benar sebagian, karena itu bagian dari hak manusia untuk menentukan pribadinya. Bagaimana kalau minat seorang individu berhadapan (berlawanan) dengan individu lain? Bagaimana kita menetapkan siapa diantara keduanya yang benar? Inilah watak atau sifat relatifnya pandangan filsafat Barat, baik Perry ( subjektif individu); maupun dewey (subjektif kelompok). Jadi, tidak ada kebenaran dan atau nilai asional apalagi universal . Itulah paham filsafat liberalisme, yang memberi kebebasan sepenuhnya kepada individu. Pribadi manusia juga menyadari nilai imperatif, wajib atau mengikat dan memaksa baik dari hukum (atas nama negara) maupun hukum agama (atas nama Tuhan Yang Maha Esa). 3. Nilai bersifat universal dan mutlak, diluar karsa manusia dan demi martabat manusia. Inilah hakikat nilai objektif universal bukan nilai subjektif relatif (individu dan kelompok); melainkan demi nilai universal yang lebih mendasar dan komprehensif. Sesungguhnya nilai mempunyai dimensi objektif dan subjektif, bahkan juga relative dan mutlak. Bukankah manusia memilih nilai terbaik bagi dirinya (keluarga); misalnya partai, unsur budaya, bahkan agama. Namun tetap diakui pula bahwa nilai mengandung makna imperatif dalam arti mengikat dan memaksa manusia baik secara sukarela ataupun dipaksa, baik dengan kemauan sendiri maupun karena kewajiban. b. Makna Moral Istilah moral disamakan dengan etika;dipakai dalam hubungan dengan kode, tingkah laku, tradisi suatu masyarakat. (Runes 1963 : 202) Makna etika antara lain sebagai
filsafat moral yang mempelajari pertimbangan
manusia dalam menerima dan menolak suatu keputusan tindakan, memilih benar atau salah, baik atau buruk, kebijakan atau kejahatan (Runes 1963 : 98) 1) Menurut ensiklopedia
Britannica: “Ethics is the branch of philosophy that is
conserned with what is morally good and bad, right and wrong; a synonym for it is moral philosophy. Traditionally, etnics has undertaken to analyse , evaluate, and develop normative moral criteria fo dealing with moral problem. (the New encylopadaedia Britannica, vol 6:976) 2) Menurut fer, et. Al : “ Ethies: (gr.Athika, costums) Moral Philosophy, the scientific or philosophical investigation
of moral judgments which pronounce conduct 4
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=369:konsep-nilai-moral&catid=42:ebuletin&Itemid=215 Artikel E‐Buletin Edisi Juli 2015 ISSN 2355.3189
“good”, “bad”, “right”, “wrong”, what “ought” atau etika berasal dari istilah Yunani bermakna kebiasaan. 3) Secara pikologis dan filosofis martabat sebagai makhluk utama yang luhur secara potensial mengembangkan amanat sebagai subjek moral sebagai tercermin dalam potensi: akal, rasa karsa dan budi nurani manusia. Artinya, secara kodrati dan potensial pribadi manusia senantiasa cenderung bersikap etis moral. Karenanya, bila manusia melanggar kaidah moral---walaupun tidak diketahui siapapun---pribadi manusia itu akan mengalami konflik
kejiwaan dan perasaan berdosa …. Baik
perasaan malu bila diketahui siapapun, maupun perasaan menyesal.
3. Nilai Luhur Bangsa Indonesia Secara historis-sosiologis, dan sosio-kultural serta filosofis-religius bangsa Indonesia mewarisi nilai-nilai yang unggul sebagai system filsafat pancasila. Karena itulah the founding fathers dan khususnya pendiri Negara (PPKI) dengan mufakat mengamanatkan sistem kenegaraan pancasila sebagai tersurat didalam UUD 1945 seutuhnya , dan melembaga sebagai Negara proklamasi dalam bentuk Negara kesatuan RI (NKRI) berdasarkan pancasila – UUD 1945 menegakkan dan mengamanatkan asas fundamental yang menjadi sistem kenegaraan dan identitas Negara bangsa: 1. “… Negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat berdasarkan kepada… (=Pancasila)”. 2. Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (reshsstaat) tidak berdasarkan
atas
kekuasaan belaka (Machtsstaat). 3. Negara Indonesia adalah Negara bangsa (nation state), sebagai pelaksanaan asas nilai III dan ditegakkan dalam wawasan nusantara. 4. Negara Indonesia sebagai perwujudan kelembagaan dan kebudayaan Indonesia yang berasas kekeluargaan. 5. Bangsa dan negara Indonesia menegakkan dan mengembangkan asas keadilam social (sila V) dalam tatanan ekonomi Pancasila (=demokrasi ekonomi, pemberdayaan ekonomi rakyat). 4. Berdasarkan Reformasi Pembangunan Mengatasi krisis ekonomi dalam waktu sesingkatnya, menstabilkan moneter yang terhadap pengaruh g;obalisasi dan pemulihan aktivitas usaha nasional.
5 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=369:konsep-nilai-moral&catid=42:ebuletin&Itemid=215 Artikel E‐Buletin Edisi Juli 2015 ISSN 2355.3189
1) Mewujudkan kedaulatan rakyat dalam seluruh sendi kehidupan –BM, BB, BN melalui perluasan dan meningkatkan partisipasi politik rakyat secara tertib untuk untuk menciptakan stabilitas nasional. 2) Menegakkan hukum berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Hak asasi manusia menuju terciptanya ketertiban umum dan perbaikan sikap mental. 3) Meletakkan dasar-dasar kerangka dan agenda reformasi pembangunan agama dan social budaya dalam usaha mewujudkan masyarakat Madani. 5. Agenda Reformasi a. Bidang Ekonomi 1. Mewujudkan nilai tukar rupiahyang stabil dan wajar, otoritas moneter yang kuat melalui bank sentral yang independen dan dijamin UU. 2. Meningkatkan tingkat suku bungadan menekankan inflasi. 3. Menyehatkan perbankan melalui UU 4. Menyelesaikan utang luar negeri. 5. Menyediakan sembako yang cukup 6. Menghidupkan kegiatan produksi 7. Mendayagunakan potensi ekonomi dari SDA khususnya SD kelautan 8. Mewujudkan ekonomi makro dan mikro yang transparan. 9. Membebani lembaga keuangan terutama sektor perbankan. 10. Membuat perekonomian lebih efisien dan kompetitif, tidak monopolis. 11. Meningkatkan keterbukaan pemerintah, menghilangkan KKN 12. Melaksanakan deregulasi ketepatan yang menghambat investigasi, produksi distribusi dan perdagangan. 13. Menyelenggarakan otonomi daerah 14. Membentuk sistem pengawasan dan pemantauan utang luar negeri pemerintah dan swasta. b. Bidang Politik 1. Pembuatan UU politik yang sesuai dengan pendukung demokratis. 2. Melaksanakan pemilu yang jurdil dan luber. 3. Menumbuhkan pemerintah yang bersih dan berwibawa tunduk kepada UU 4. Mewujudkan stabilitas KANTIBNAS 5. Menegakkan kedaulatan rakyat, memberdayakan pengawasan lembaga negara politik dan kemasyarakatan. 6. Menghormati keragaman asas, aspirasi dan program orsopol dan ormas yang tidak bertentangan dengan Pancasila.
6 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=369:konsep-nilai-moral&catid=42:ebuletin&Itemid=215 Artikel E‐Buletin Edisi Juli 2015 ISSN 2355.3189
7. Pembagian secara tegas wewenang kekuasaan antara eksekutif , legislatif, dan yudikatif 8. Menyesuaikan implementasi fungsi ABRI dengan paradigm baru peran ABRI dalam masyarakat, berbangsa, dan bernegara. c. Bidang Hukum 1. Pemisahan secara tegas fungsi dan wewenang aparat penegak hukum untuk mencapai proporsional, profesionalitas, integritas yang utuh. 2. Meningkatkan dukungan perangkat, sarana dan prasarana hukum untuk kelancaran penegak hukum. 3. Menetapkan penghormatan HAM melalui penegak hukum. 4. Membentuk UU keselamatan dan keamanan Negara. 5. Pemisahan yang tegas antara eksekutif dan yudikatif . 6. Mewujudkan system hukum nasional melalui program legislasi nasional secara terpadu. 7. Menghormati dan menjunjung tinggi hukum bagi masyarakat dan penyelenggara Negara. d. Agama dan Sosial Budaya 1. Peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha esa yang dilaksanakan melalui pendidikan 2. Pengadaan peningkatan sarana dan prasarana ibadah dan peningkatan penyelenggaraan naik haji. 3. Melakukan program JPS, pangan dan kesehatan. 4. Pengamanan ancaman putus sekolah bagi siswa dan sekolah 5. Melakukan penyelamatan sosial melalui program khusus bagi yang putus kerja dan kemiskinan 6. Meningkatkan akhlak mulia dan budi luhur 7. Menyiapkan perundang-undangan untuk tubuhnya etika usaha, etika profesi dan etika pemerintah 8. Menumbuhkan suasana unuk visi bersama ke depan 9. Melakukan reformasi sikap mental bangsa 10. pembinaan kerukunan antar umat beragama 11. Meningkatkan pembangunan akhlak mulia, moral mulia.
7 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=369:konsep-nilai-moral&catid=42:ebuletin&Itemid=215 Artikel E‐Buletin Edisi Juli 2015 ISSN 2355.3189
PENUTUP Umat manusia hidup sejahtra sepanjang sejarah berkat alam semesta, yang secara alamiah oleh maha pencipta yang maha rahman menganugerahkan semua nilai kehidupan manusia sebagai prawahana kesejahteraannya. Nilai alamiah ini, terutama meliputi unsurunsur alam yang dan mutlak dibutuhkan manusia. Nilai-nilai dalam kehidupan umat manusia bukanlah semata-mata dalam makna konsepsional atau konseptual; bahkan bukan hanya normative dan idea. Nilai dalam kehidupan umat manusia, universal, fundamental dan mutlak: mulai nilai alamiah, nilai sosial, kultural sampai nilai-nilai mental spiritual.
8 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=369:konsep-nilai-moral&catid=42:ebuletin&Itemid=215 Artikel E‐Buletin Edisi Juli 2015 ISSN 2355.3189
DAFTAR PUSTAKA
Bambang, Sugiarti. 1996. Postmodernisme Tantangan Bagi Filsafat. Cetakan ke -5, Yogyakarta, Penerbit Kanisius.
Center For civic Education. 1994. National Stansart For civic and Government, Calivornia, center for civic Education.
HB Jasin. 1978. Al-Quran Bacaan Mulia, Jakarta PT. Berdikari Sari Utama Flour Mills Djambatan Iman Ar Razi. 2000. Ruh dan Jiwa. Tinjauan filosofia dalam perspektif Islam. Surabaya, Penerbit Risalah Gusti
9 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=369:konsep-nilai-moral&catid=42:ebuletin&Itemid=215 Artikel E‐Buletin Edisi Juli 2015 ISSN 2355.3189