Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
Konflik Sosial Cerita Bersambung Wanita Buron Karya Sanijo Raf Edisi 14 Desember 2014 Sampai 1 Maret 2014 Oleh: Anggraeni Nita Lestariningsih Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Email:
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik cerita bersambung Wanita Buron; (2) aspek sosial cerita bersambung Wanita Buron; (3) konflik sosial cerita bersambung Wanita Buron. Jenis penelitian ini adalah deskripti kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa deskripsi kalimat serta kutipan dalam cerita bersambung Wanita Buron. Sumber data yaitu cerita bersambung Wanita Buronkarangan Sanijo Raf diterbitkan oleh majalah berbahasa Jawa Penjebar Semangat Surabaya tahun 2013 sampai 2014, dengan tebal 37 halaman. Teknik pengumpulan data teknik pustaka, teknik simak, dan catat. Instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri dengan alat bantu nota pencatat dan alat tulis, serta berupa buku-buku acuan tentang teori sastra, teori sosiologi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis isi.Teknik penyajian hasil analisis dengan metode penyajian informal. Hasil (1) analisis unsur intrinsik cerita bersambung Wanita Buron yaitu: (a) tema perjalanan cinta Hermanto; (b) tokoh utama yaitu Hermanto, dan tokoh tambahan Nyonya Sawitri, Aki Sontanu, Yuniar Susana Dewi, Biyung Sarah, Mandor Patoni, Bagarwanta, Baskara, Polisi, Pak Dirgo, Komandan Bancala, Basuki; (c) alur yang digunakan alur progresif (maju); (d) latar, meliputi latar tempat,latar waktu, dan latar sosial suasana; (e) sudut pandang yang digunakan orang ketiga serba tahu. (2) analisis sosiologi sastra (a) aspek pendidikan; (b) aspek keagamaan; (c) aspek kekerabatan; (d) aspek ekonomi; (e) aspek politik. (3) analisis konflik sosial (a) faktor penyebab konflik meliputi, perbuatan zina, ancaman pembunuhan, kecurigaan nyonya Sawitri, rahasia Biyung Sarah, dan pencarian jati diri ; (b) wujud konflik yakni, ; ancaman pembunuhan, balas dendam Nyonya Sawitri, tawuran; (c) penyelesaian konflik meliputi, penyesalan Hermanto karena telah meninggalkan ibunya, kejujuran biyung Sarah kepada putranya, berbicara baik-baik untuk memperoleh kesepakatan bersama. Kata kunci : konflik sosial, sosiologi, ceerita bersambung Wanita Buron
Pendahuluan Sastra merupakan suatu cabang ilmu kesenian yang selalu ada di tengah manusia yang tidak pernah terpisahkan ataupun ditolak keberadaannya. Menurut Sumardjo dan Saini (1991: 3) sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman pemikiran, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Karya fiksi adalah cerita yang dinikmati, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin serta untuk cerita yang dapat membangun struktur koheren, dan tetap mempunyai tujuan estetik. Fiksi merupakan hasil dialog kontemplasi, dan reaksi dari pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan (Nurgiyantoro, 2012:3).
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
170
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
Damono (1979: 1) mengungkapkankarya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat.Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, dan bahasa itu sediri suatu kenyataan sosial.Karya sastra merupakan ungkapan isi jiwa manusia yang berupa pengalaman, perasaan, ide, semangat keyakinan yang nyata dan dapat menumbuhkan pesona dalam bahasa. Analisis struktural karya sastra, dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan.Mula-mula diidentifikasi dan dideskripsikan, misalnya bagaimana keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain.Setelah di coba jelaskan bagaimana fungsi-fungsi masing-masing unsur itu dalam menunjang makna keseluruhannya dan bagaimana hubungan antar unsur sehingga secara bersama membentuk sebuah totalitas kemaknaan yang padu (Nurgiyantoro, 2012: 37). Cerita bersambung “Wanita Buron” memuat
aspek sosial yang meliputi
kekerabatan, pendidikan, ekonomi, keagamaan, dan politik. Aspek kekerabatan hal ini terbukti dari hubungan kekerabatan tokoh utama dengan para tokoh lainnya. Berdasarkan konflik sosial yang dialami oleh antartokoh cerita bersambung Wanita Buron karya Sanijo Raf, maka cerita bersambung ini sangat menarik untuk dikaji dengan
menggunakan
pendekatan
sosiologi
sastra.
Sosiologi
secara
sederhanamempelajari hubungan antarmasyarakat.Analisis sosiologi memberikan perhatian yang besar terhadap fungsi-fungsi sastra, karya sastra sebagai produk masyarakat tertentu.Pendekatan sosiologi sastra sendiri adalah penelaahan sastra yang menekankan pada segi-segi sosial. Aspek sosial dalam cerita bersambung Wanita Buron ini meliputi kekerabatan, pendidikan, ekonomi, keagamaan, dan politik.Dari aspek konflik sosial meliputi wujud konflik, faktor-faktor penyebab konflik, dan penyelesaian konflik sosial. Konflik sosial adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antarmanusia, atau masalah-masalah yang muncul akibat adanya hubungan antarmanusia. Konflik sosial antara lain berwujud masalah perburuhan, penindasan,
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
171
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
percecokan, peperangan atau kasus- kasus hubungan sosial lain (Nurgiyantoro, 2012: 124). Konflik dalam cerita bersambung dapat berupa pertentangan antara kesetiaan dengan penghianatan, cinta kasih dengan cinta tanah air (atau cinta yang lain), kejujuran dengan keculasan, perjuangan tanpa pamrih dengan penuh pamrih, kebaikan dengan kejahatan, keberanian dengan ketakutan, kesucian moral dengan kebejatan moral, dan sebagainya. Konflik yang dikaji dalam cerita bersambung Wanita Buron ini adalah konflik yang menyaran pada permunculan konflik-konflik sosial. Berdasarkan pada wujud konflik di atas dalam penelitian ini hanya membahas konflik dalam diri seseorang (konflik internal) dan konflik antara manusia dengan manusia (konflik eksternal).
Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang kajian sosioligi sastra dalam cerita
bersambung Wanita Buron karangan Sanijo Raf adalah penelitian
deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek dan objek.Metode deskriptif kualitatif adalah sebagai prosedur pemecahan masalah yang di selidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian. Pada saat sekarang berdasarkan pada fakta-fakta yang tampak, dengan metode deskriptif kualitatif seorang peneliti sastra dituntut mengungkap fakta-fakta yang tampak atau data dengan cara memberi deskripsi. Sumber data atau subjek dalam penelitian ini adalah cerita bersambung karangan Sanijo Raf yang berjudul Wanita buron diterbitkan majalah penjebar semangat pada 14 desember 2013 sampai 1 Maret 2014 dengan 12 seri dan tebal keseluruhan 37 halaman. Data atau Objek dalam penelitian ini meliputi deskripsi kalimat serta kutipan stuktur, dan sosiologi sastra meliputi aspek sosial, dan konflik sosial yang terdapat dalam cerita bersambung Wanita buron karangan Sanijo Raf. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka, teknik simak, dan teknik catat. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sebagai instrumen, catatan tentang cerita bersambung Wanita Buron karya Sanijo Raf,
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
172
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
buku-buku yang berkaitan tentang struktur dan sosiologi sastra meliputi aspek sosial dan konflik sosial sastra, referensi lainya yang berkaitan dengan penelitian, alat tulis, serta kartu data. Teknik analisis dalam penelitian ini merupakan penelitian kualitatif denggan menggunakan metode Content analisis atau analisisisi.
Penyajian hasil
analisis data digunakan metode informal. Dengan metode informal penulis menyajikan hasil analisis yang berupa unsur intrinsik karya sastra, aspek sosial dan konflik sosial dalam sosiologi sastra. Dengan demikian laporan penelitian akan berisikutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian tersebut. Pada laporan penelit imenganalisis data sesuai dengan aslinya.
Hasil Penelitian 1. Unsur Intrinsik Cerita Bersambung Wanita Buron Karya Sanijo Raf Tema
dalam
cerita
bersambung
Wanita
Buron
karya
Sanijo
Raf
adalahperjalanan cinta Hermanto yang pada aalnya mengalami banyak liku-liku namun pada akhirnya berhasil menemukan cint sejatinya. Tokoh dan penokohan dalam cerita bersambung Wanit Buron meliputi tokoh utama Hermanto mempunyai sifat bijaksana, lugu, dan humoris. Sedangkan tokoh tambahan meliputi Nyonya Sawitri merupakan sosok pemberani,dan pandai merayu, Aki Sontanu sebagai sosok orang yang jujur, Yuniar susana dewi sosok wanita yang baik hati, dan berbakti pada suami, Biyung sarah sebagai seorang ibu yang baik hati dan sangat menyayangi putranya, Mandor patoni memiliki watak ceplasceplos dan baik hati , Bagarwanta sbagai orang jahat, Baskara sebagai seorang anak buah yang taat, Polisi sebagai sosok orang yang baik,Pak Dirgo diknl sebagai orang yang ramah, Komandan Bancala sebagai pria bijaksana, dan Basuki sebagai orang yang peduli. Alur dalam ceita bersambng Wanita Buron karya Sanijo Raf merupakan alur maju. Latar dalam cerita ini meiputi latar tempat, latar waktu, latar social.Sudut pandang dalam cerita ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
173
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
2. Aspek-aspek sosial cerita bersambung “Wanita Buron” Karya Sanijo Raf Aspek sosial dalam penelitian cerita bersambung Wanita Buron yaitu: kekerabatan, perekonomian, agama. Aspek-aspek tersebut diuraikan sebagai berikut: a. Aspek pendidikan Aspek pendidikan dalam cerita bersambung Wanita Buron ini dapat di lihat dari bagaimana proses jenjang pendidikan yang di tempuh oleh antartokoh. Adapun permasalahan di atas dapat di lihat pada bukti kutipan di bawah ini . “Angkah kula anu kok pak, mangke taun ajaran ngajeng menika menawi dhik yuni kersa badhe kula ajak sareng-sareng kuliyah ngangge biaya niku” “Ngono ya luwih becik ngger, malah mesthine ya kudu ngono, jer yen rupa barang enteke gampang, nanging yen kepinteran rak angel dibuwang. Yuni kepiye?” “Menawi kula nggihh namung nderek kersanipun mas Manto kemawon.”(WB, 19 seri ke 11) Terjemahan: “Gagasan saya begini pak, nanti tahun ajaran baru kalau dhik yuni bersedia ingin saya ajak bersama-sama untuk kuliah dengan biaya itu.” “Begitu ya lebih baik nak, malah seharusnya ya memang begitu, seumpama berupa barang itu mudah habis, tetapi kalau berwujud pendidikan itu susah untuk dibuang. Yuni bagaimana?” “Kalau saya haya menuruti keinginan mas Manto saja.” Dari kutipan di atas dapat terlihat bahwa Hermanto dan Yuni mempuyai keinginan yang sama untuk melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi. Hal tersebut juga didukung oleh orang tuanya karena demi kebaikan, ilmu itu jauh lebih bermanfaat dibanding dengan benda ataupun barang berharga lainnya. b. Aspek keagamaan Aspek agama dalam cerita bersabung Wanita Buron digambarkan oleh tokoh utama Hermanto yang berpasrah kepada Tuhan dan mersa gelisah.Adapun kutipan sebagai berikut. “Sampeyan sajake kok kados sisah banget ta nak?Empun ta ditenangtenangke, mboten napa-napa kok, kita rak mboten lepat, percados mawon bilih Gusti Alloh menika tansah ngayomi tiyang-tiyang ingkang jujur”.(WB, 19 seri ke 8) Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
174
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
Terjemahan: “Kamu sepertinya kok seperti susah sekali nak?Sudah ditenangtenangkan, tidak apa-apa kok, kita tidak salah, percaya saja dengan Gusti Alloh itu suka melidungi orang-orang yang jujur. Data di atas menjelaskan aspek keagamaan yang ditunjukkan pada rasa keiklasan dan kepercayaan pada sang kuasa bahwa Alloh tidak akan meninggalkan kaumnya yang sedang kesulitan karena melakukan suatu hal kejujuran. Setiap orang seharusnya percaya bahwa Alloh akan selalu memberikan jalan keluar dalam setiap ujian. Seharusnya Hermanto tidak perlu gelisah karena memang tidak bersalah maka pasti akan ada bukti yang dapat membantunya karena Alloh akan mengayomi orang-orang yang baik dan jujur. Aspek keagamaan tokoh dalam cerita tersebut adalah islam. c. Aspek kekerabatan Kekerabatan dalam sebuah cerita dapat di lihat dari hubungan antartokoh yang terdapat dalam cerita tersebut. Dalam cerita bersambung Wanita Buron, penulis menampilkan hubungan kekerabatan antar tokoh. Hubungan kekerabatan Hermanto dan Yuniar.Kekerabatan antara Hermanto dan Yuniar dapat di lihat dari kelahiran tokoh tersebut dari hubungan tidak resmi. Adapun bukti kutipan disajikan brikut ini. “Pa ra kelingan yen lairku, lan lairmu kuwi gara-gara bapakmu tumindak sedheng, lan biyungku uga tumindak serong, dak kira yen ora ngono, bisa uga aku lan sliramu ora ana ing ndonya iki.”( WB,19 seri ke 12) Terjemahan: ‘Apa tidak ingat kalau lahirku, dan lahirmu itu gara-gara bapakmu bertindak melenceng, dan ibuku juga bertindak serong, saya kira kalau tidak seperti itu, bisa juga aku dan kamu tidak ada di dunia ini. Dari data di atas menjelaskan adanya aspek kekerabatan, hal ini ditunjukan pada penjelasan Hermanto dan Yuniar bahwa mereka sama-sama terlahir dari hasil hubungan gelap. Dari hal ini dapat diambil segi positifnya bahwa mereka dapat menjadi saudara yang baik.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
175
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
d. Aspek ekonomi Aspek ekonomi mengkaji tentang status ekonomi atau pekerjaan para tokoh didalam erita bersambung Wanita Buron. Adapun bukti kutipan tersebut disajikan berikut ini. “Anu, aku lagi ora kepenak awak.” “Gombal, saya katon belangmu Man, yen lara aku rak ya melu ngrungu gerengmu, ngrungu sambatmu. Iki ana orderan sip Man. Pokoke yen dina iki kowe tetep nulak rejeki, aja diarani aku minangka mandhor kejem lho.” (WB,19 seri ke 5) Terjemahan: ‘Itu, aku sedang tidak enak badan.” ‘Bohong, semakin terlihat bohongmu Man, kalau sakit aku ya ikut dengar gerengmu, dengar eluhanmu.Ini ada orderan bagus Man. Pokoknya kalau hari ini kamu tetap menolak rejeki, jangan dikira aku sebagai mandor kejam loh.” Dari kutipan di atas menunjukkan adanya aspek ekonomi hal ini dapat di lihat dari bagaimana kehidupan tokoh utama dalam mencari pekerjaan. Begitu sulit kehidupan di Kota yang membuatnya berfikir kembali ketika ia bermalasmalasan dalam bekerja maka harus mencari pekejaan yang baru. Begitu kerasnya kehidupan diperkotaan yang memaksa seseorang harus rela untuk bekerja dengan keras demi menyambung kehidupan. 3. Konflik Sosial cerita bersambung Wanita Buron karya Sanijo Raf a. Faktor penyebab konflik 1) Perbuatan Zina Faktor penyebab konflik sosial perbuatan zina ini digambarkan oleh para tokoh yaitu Hermato dan nyonya Sawitri tanpa rasa kesengajaan hal ini terjadi begitu saja.Adapun bukti kutipan sebagai berikut. Wengi kang tindhem, wengi kang nyenyet kuwi ana geni kobar ing njero kamar sumpeg. Semangat perang ora kaya sabaene.Apa maneh bareng rumangsa sing diperangi kuwi sajake uga kepengin nglawan, wis mesti solahe nganti kaya ora gantha, sakabehing kekuwatan ditumplek bleg dadi siji. Nganti wusanane Hermanto lemes, kentekan daya, kentekan tenaga. Nindakake pakarti sing sasuwene iki mung ana telenge angenangene, mung ana tapel watese lelamunane.(WB, 21 seri ke 1) Terjemahan:
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
176
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
Malam yang sunyi malam yang sepi itu ada api yang membara didalam kamar sumpek. Semangat perang tidak seperti biasanya.Apa lagi ketika sadar orang yang diajaknya bermain api tidak melawan, sudah pasti tingkahnya seperti tidak berkemauan, seluruh kekuatan ditumpahkan menjadi satu. Sampai hermanto merasa lemas, kehabisan kekuatan , kehabisan tenaga. Melakukan pekerjaan yang selama ini hanya ada dalam angan-angannya, hanya ada didalam batas lamunannya. Dalam kutipan di atas merupakan bukti bahwa terdapat faktor terjadinya konflik hal ini terbukti dengan tokoh utama yang melakukan perbuatan zina dengan seorang wanita paruh baya. Hermanto melakukan hubungan di luar nikah bersama nyonya Sawitri atas dasar rasa suka sama suka. Keduanya melewati malam itu bersama di dalam sebuah kamar kontrakan.Hubungan yang tidak semestinya dilakukan ini yang menyebabkan terjadinya konflik. 2) Rencana pembunuhan Dalam rencana pembunuhan ini dapat di lihat dari pak Bagarwanta yang menyuruh tangan kanannya. Baskara untuk mencari nyonya Sawitri yang menjadi sasaran korbanya setelah pembunuhan sebelumnya. Adapun kutipanya sebagai berikut. “Lajeng saniki dos pundi bos” “Ngene wae, kepiye yen mengko bengi jam sewelas munggah mbok deleng mrene, ben aja nganti ucul.Yen nganti lolos awas.Pokoke yen ngnti ketok ing njero kono sikepen karo anak buwahmu.”(WB, 19 seri ke 7) Terjemahan: “Lalu sekarang bagaimana bos” “Begini saja, bagaimana kalau jam sebelas malam lebih coba kamu ihat kemari, biar jangan sampai terlepas, kalau sampai lolos awas. Pokoknya kalau sampai kelihatan didalam sana ekuk dia bersama anak buahmu .” Dari kutipan di atas merupakan faktor terjadinya konfkik yaitu adanya rencana pembunuhan akibat rasa sakit hati yang mendalam. Sang direktur merasa terhina sehingga tega untuk mencoba melenyapkan seorang wanita. Sebuah rasa benci dan iri hati yang dialami pak Bagarwanta membuatnya semakin nekat. Beliau menyuruh beberapa orang penjahat yang di minta untuk menghabisi nyawa Nyonya Sawitri. Pak Bagarwanta engan melepaskan nyonya Sawitri begitu saja bahkan semakin berasumsi untuk membunuhnya. Hal ini merupakan faktor penyebab konflik yang berkepanjangan.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
177
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
3) Kecurigaan Nyonya Sawitri Faktor penyebab konflik sosial ini terlukiskan oleh Nyonya Sawitri bahwa ada kejanggalan pada luka suaminya yaitu luka mimis. Adapun bukti kutipan disajikan berikut ini. “Yen nitik kahanane patine mas Gunawan kuwi ora sabaene. Merga sakdurunge kaya sengaja ana sing milara. Sakdurunge sedan sing dititihi mas Gun kuwi nubruk wit johar ana pelor sing nrajang pilingane.” “kok nyonyah ngerti?” “Merga ing antarane tatu-tatu ing organe mas Gun, ana siji kang nyleneh. Tatu mimis.”(WB, 20 seri ke 4) Terjemahan: “kalau melihat keadaan keatian mas Gunawan itu serasa tidak wajar. Karena sebelunya seperti ada yang sengaja menganiaya.Sebelum sedan yang dikendarai oleh mas Gun itu menabrak pohon johar ada peluru yang menerjang bawah telinganya.” “Kok nyonya mengetahuinya?” “Karena diantara luka-luka di organ tubuhnya as Gun, ada satu yang aneh. Luka mimis.” Dari kutipan di atas dapat di lihat bawa faktor penyebab konflik sosial adalah kecurigaan yang dialami nyonya Sawitri atas luka-luka yang dialami suaminya. Nyonya Sawitri merasakan kejanggalan mengapa ada luka yang aneh yaitu luka mimis pada tubuh suainya. Hal ini menimbulkan kecuriggaan yang cukup nerarti sehingga menumbuhkan niatnya untuk mengetahui siapa dalang di balik pembunuhan pak Gunawan. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab konflik adalah kecurigaan yang dirasakan oleh Nyonya Sawitri. 4) Rahasia Biyung Sarah Pada masa lampau biyung Sarah pernah melakukan sebuah kesalahan yaitu melakukan hubungan tidak resmi dengan seorangg gerilyawan bernama gunawan. Adapun bukti kutipan yang menunjukkan
data tersebut seperti
berikut ini. “Sawise Hermanto nyritakake lelakone ing kutha, biyunge ganti crita bab pemuda pejuang Gunawan. Miturut dheweke nalika gerilya Gunawan keplantrang engga desa kono. Biyunge Hermanto ngakoni yen mambu ati karo Gunawan kang pidegsa lan nggantheng. Kanthi meneng-menengan Gunawan lan biyunge nglakoni ulah saresmi”. (WB, 39 seri ke 9) Terjemahan:
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
178
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
“Setelah Heranto menceritakan kehidupannya di Kota, bunyug Sarah bergantian menceritakan pemuda pejuang Gunawan.Menurut cerita darinya, ketika gerilya, Gunawan terlepar hingga sapai di Desa itu.Biyung Sarah mengakui kalau menyimpan rasa pada Gunawan yang gagah dan tampan.Dengan diam-diam keduanya melakukan hubungan diluar nikah. Dari data di atas dapat di lihat bahwa biyung Sarah selama ini menjaga rahasia bahwa dirinya pernah melakukan dosa dimasa lalu yang tidak diketahui oleh siapapun.Hanya pak Gunawan dan biyung Sarah yang mengetahui hal ini bahkan pak Ira Banu yang menjadi suaminya pun tidak mengetahui hal ini.Biyung Sarah menutupi segala aib yang pernah dilakukannya bersama pak Gunawan dengan baik, kehidupanya bersama pak Ira Banu berjalan lancar pada umumnya. Dari data tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa salah satu faktor penyebab konflik sosial adalah rahasia dibalik ketidakjujuran biyung sarah. 5) Pencarian jati diri Faktor penyebab konflik sosial ini tergambarkan dari diri Hermanto yang menanyakan kepada ibunya tentang siapa sebenarnya ayah kandungnya. Hal ini terbukti pada kutipan dibawah ini. “Mak sejatine sapa ta wong tuwaku lanang kuwi?” “Kowe ki kok aneh timen ta Man, kaya wong pikun wae sakjog mentas lunga. Wiwit mbiyen mula kowe rak wis mangerteni yen bojonne makmu kuwi pak Ira Banu”.(WB, 20 seri ke 9) Terjemahan: “Mak sebenarnya siapa sih bapakku itu?” “Kamu kok aneh sekali Man, seperti orang pikun yang baru saja pergi.Dari dulu kala kamu sudah tahu kalau suami mak itu pak Ira Banu”. Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa adanya faktor penyebab konflik yaitu bingung menentukan siapa sebenarnya jati diri tokoh utama.Tokoh utama Hermanto ingin mengetahui siapa sebenarnya ayahnya, keturunan siapa dia sebenarnya. Selama ini Hermanto hanya mengetahui kalau ayahnya adalah bapak Ira Banu, mengapa saat ini beberapa orang seperti Nyonya Sawitri dan Aki Sontanu juga memiliki pendapat yang sama bahwa Hermanto putra pak Gunawan. Dari berbagai macam kejadian yang tidak sengaja dialami Hermanto menuntun pemuda itu untuk memberanikan diri menanyakan siapa jati dirinyya yang sebenarnya kepada ibunya. Hal ini menjadikan konflik semakin memanjang. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
179
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
6) Lamaran Aki Sontanu Faktor lain dalam cerita bersambung Wanita Buron adalah lamaran Aki Sontanu. Niat Aki Sontanu melamarkan Hermato untuk disandingkan dengan putrinya Yuniar. Tujuan lamaran ini tidak lain adalah agar Hermanto dan Yuniar dapat merasakan apa yang menjadi milik pak Gunawan. Adapun bukti kutipan disajikan berikut ini. “Ki, kula dak matur rumiyin menawi kula ngaten kahananipun inggih kados ngaten niki.Kula ngaturaken gunging panuwun sanget dhumateng aki ingkang sampun nggadahi niyat sae. Kula ngertos dhumateng krenahipun aki, ngatena ki, dos pundhi kalihan adhik Yuni menika? Menapa piyambake purun sesemahan kalih kula, ing ngatase kula niki namung tiyang pidak pendarakan”. (WB, 43 seri ke 10) Terjemahan: “Ki, saya ingin berkata demikian terlebih dahulu, saya begini keadaannya ya hanya seprti ini adanya. Sayya engucapkan banyak terima kasih bayak kepada Aki, yang sudah mengutarakan niat baik ini.Saya mengerti dengan tujuan dan keinginan Aki, namun begini ki, bagaimana dengan adhik Yuni ini?Apa dia bersedia menikah dengan saya, yang hanya orang pidak pendarakan (orang yang hidupnya sederhana dipedesaan). Dari kutipan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa Aki Sontanu melamar Hermanto untuk Yuniar.Hermanto pun bersedia menikah dengan Yuniar setelah mengutarakan bagaiana kondisinya sebagai orang yang hidup dipedesaan. Dengan demikian aktor penyebab konlik sosial adalah lamaran Aki Sontanu . b. Wujud Konflik Sosial 1) Ancaman pembunuhan Wujud konflik sosial dalam cerita bersambug Wanita Buron terlihat dari ketakutan nyonya Sawitri ketika ditempat rekreasi dia dikejar-kejar oleh seorang pemuda yang mabuk dan berniat untuk membunuhnya.Hal ini tergambarkan pada bukti kutipan berikut ini. “Aku mau menyang ana papan rekreasi mas, ayake lakuku ana sing nitil. Wiwit budhal atiku melang-melang. Ora lidok ing papan rekreasi aku dioyak-oyak dening sakwehne sioman kang lagi mabuk. Ning katone dheweke arep nggarah patiku, ngancam nyawaku.Dheweke ngarahke glati nedya ngrampungi aku. Ning sajake seng gawe urip isih ngayomi aku.Nalika sinoman mabuk kuwi ngancapake glathine, ana satpam liwat papan kono lan banjur aweh pitulingan.(WB , 19-20 seri 3)
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
180
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
Terjemahan: “Aku tadi siang ketempat rekreasi mas, sepertinya langkahku seperti ada yang mengikuti.Dari mulai berangkat hatiku sudah kawatir.Tidak salah ditempat rekreasi aku dikejar-kejar oleh seorang pemuda yang sedang mabuk.Tetapi sepertinya dia sedang merancang kematianku, mengancam nyawaku.Dia mengarahkan glati untuk menghabisiku. Tetapi sepertinya Yang Maha Kuasa masih mengayomi aku. ketika pemuda mabuk itu menancapkan glathi, ada satpam melewati tempat itu dan memberikan pertolongan. Dari kutipan di atas terbukti bahwa ancaman pembunuhan merupakan wujud konflik yaitu akibat rasa kecewa karena jatuh cinta membuat siapa saja mampu melakukan tindakan keji. Hal inu terbukti dengan adanya orang suruhan sang direktur Bagrawanta yang mencoba untuk menghabisi nyawa nyonya Sawitri ketika ditempat rekreasi. Di tempat rekreasi itu untungnya nyonya Sawitri masih berhasil selamat dari ancaman karena ada petugas yang menolong janda cantik itu. 2) Balas dendam Nyonya Sawitri Faktor penyebab konflik ini di alami oleh Nyonya Sawitri yang tidak terima karena pak Bagarwanta telah tega melenyapkan suaminya.Adapun bukti kutipan tersebut seperti diawah ini. “Mas Manto ora perlu ngerti, sing baku saiki mas Manto kudu bali menyang omah kontrakan. Katone mas Manto sayah ngono”. “Akh ora kok nyah.” “Iya ning pisan iki aku aja dikancani.Lan becike mas Manto enggal ninggalake papan kene.”(WB, 50 seri ke 5) Terjemahan: “Mas Manto tidak perlu tahu, yang harus dilakukan sekarang mas Manto harus pulang kekontrakan. Sepertinya mas Manto terlalu capek.” “Akh tidak kok nyah.” “Iya, tetapi sekali ini saya jangan ditemani”. Dari kutipan di atas dapat di lihat bahwa Nyonya Sawitri sedang ingin pergi menemui pak Bagarwanta untuk menlancarkan asksinya. Beliau menemui pak Bagarwanta setelah mendapatkan pistol itu dan malam itu juga telah terjadi kontak senjata yang berhasil memusnahkan sang direktur Bank Bumidaya. Nyonya Sawitri pun ikut menjadi korban senjata Baskara dan gerombolannya, masing-masing dari mereka kemudian menjadi tersangka.Kemudian pagi harinya mereka semua tertangkap namun sayangnya polisi tidak datang lebih Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
181
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
cepat sehingga nyawa Nyonya Sawitri tidak dapat tertolong.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa wujud konflik sosial di atas adalah balas dendam. 3) Tawuran Pelaku dalam tawuran biasanya lebih sering dilakukan oleh kaum anak muda yang suka berkelahi dan minum-minuman keras.Hal ini terjadi ketika Hermanto pergi menuju kesuatu tempat yakni komplek sarkem.Adapun bukti kutipan tersabut seperti dibawah ini. “Ing kene ya ngono mas meh saben dina ana bocah tawur, gelut kuwi perkara lumrah. Meh saben dina ana, dene sing dadi perkarane palingpaling ya soal ngombe, main kertu, utawa bal-balan.”( WB19-20 seri ke 2) Terjemahan: “Disini ya begitu mas hampir setiap hari ada anak tawuran, berkelahi itu masalah mudah. Hampir setiap hari ada, yang menjadi maslah palingpaling soal minuman, bermain kartu, atau sepak bola. Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa tawuran merupakan wujud konflik karena tawuran merupakan sebuah aksi yang menimbulkan perbuatan anarkis.Tawuran
itu
sendiri
sering
terjadi
dikalangan
anak
muda,
penyebabnyapun sepele hanya karena minuman keras, bermain kartu atau judi, dan sepak bola.Hal ini jelas terlihat pada saat Hermanto melintas dikomplek Sarkem. c. Penyelesaian konflik 1) Penyesalan Hermanto meninggalkan ibunya. Hermanto merasa sangat menyesali keputusannya meninggalkan ibunya yang hidup sendirian didesa, dia berjanji untuk tidak meninggalkan ibunya yang sudah tua renta sendiri lagi.Hal ini terlihat pada bukti kutipan berikut ini. “Sing tak ganhta saka sendang arum kene luput ing kana aku mung ketemu pegawean kasar mak, aku nguli batu. Kuwi wae esih untung ana singg ngajak nguli, jenenge Patoni. (WB 20 seri ke 9) Terjemahan: “Yang menjadi keinginanku dari sendangarum sini salah disana aku hanya menemukan pekerjaan kasar mak, menjadi kuli batu.Itu saja masih beruntung ada yang mengajak nguli, namanya Patoni. Dari kutipan di atas menunjukan bahwa adanya penyelesaian konflik yakni dengan adanya penyesalan yang dilakukan tokoh utama. Hermanto menyesali
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
182
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
perbuatannya ia tega untuk meninggalkan ibunya di desa dan mencari pekerjaan ketoka namun nasib tak membawanya kedalam keberuntungan. Langkah kaki Hermanto membawanya pada pekerjaan kasar yakni kuli batu. Hermanto merasa sangat bersalah mengapa harus pergi ke kota sedangkan di rumah juga ada pekerjaan disawah maupun kebun sudah cukup untuk menyambung hidup. 2) Kejujuran hati biyung Sarah pada Putranya Sebuah kejujuran merupakan salah satu kunci dalam keidupan setiap orang.Melalui kejujuran maka seseorang dapat dengan mudah dikenali dan disegani. Salah satu contoh kejujuran terlihat pada kejujuran Biyung sarah pada putranya. Berkat kejujuran Biyung Sarah kepada Hermanto melalui beberapa penjelasan akhirnya Hermanto bersedia memaklumi masa lalu ibunya.Adapun bukti kutipan disajikan seperti di bawah ini. “Sesasi candhake pemudha sing banget dak kasihi kuwi ninggal dhusun Sendang Arum kene. Rasa kedhuwungku kuwi dak buseg sarana pangarep-arep. Ning bareng rong sasi candhake aku ngrungu kabar yen para gerilyawan sing mapan ing Tegalreja lan kiwa tengene padha ditupes dening sedadu Landha, pangarep-arep Biyungmu ludhes. Kamangka kahanan ning njero weteng iki tansaya krasa.(WB, 39 seri ke 9) Terjemahan: Sebulan berikutnya, pemuda yang sangat dikasihi itu meninggalkan dhusun Sendang Arum ini.Rasa penyesalanku itu terhapus tanpa harapan.Setelah dua bulan berikutnya saya mendengar kabar bahwa para gerilyawan telah ditupas oleh serdadu Belanda.Harapan Biyungmu menjadi hilang.Sedangkan keadaan didalam perut semakin terasa. Dari kutipan di atas terbukti bahwa Biyung Sarah benar-benar mengungkapkan kebenaran kepada putranya.Siapa yang menjadi ayah kandung Hermanto
sebenarnya
adalah
pak
Gunawan
bukanlah
bapak
Ira
Banu.Sebenarnya biyung Sarah dan bapak Ira Banu memang tidak pernah mempunyai keturunan. Pernikahan Biyung Sarah dengan Bapak Ira Banu terjadi setelah dua bulan Biyung sarah mengandung Hermanto. Kenyataan bahwa Biyung Sarah dan pak Ira Banu tidak mempunyai keturunan ini tidak pernah dihiraukan oleh pak Ira Banu, kehidupan rumah tangga berjalan lancar bahkan tidak pernah bertengkar sampai pak Ira Banu meninggal. Hermanto sebagai Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
183
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
seorang anak mampu memahami apa yang dialami ibunya. Bagaimanapun juga segala sesuatu yang telah terjadi tidak bisa untuk diputar kebali. 3) Berbicara baik-baik untuk memperoleh kesepakatan bersama. Penyelesaian konflik sosial yang dibicarakan dalam cerita bersambung ini adalah mengenai gedong kuna dan peninggalan belanda lainya berupa emas picis yang akhirnya menjadi milik bersama.Adapun bukti kutipan disajikan berikut ini. “Terbela sing isi mas picis kuwi durung dak critakake marang nduk Yuni” “kok makaten Ki?” “Ngene ya nak Manto ya, aku kuwi nduwe etungan, muga-muga sliramu lan biyungmu padha dene nyetujoni lan ora owel. Iki kanggo karaharjan kita kabeh.(WB, 20 seri ke 10) Terjemahan: “Peti kayu yang berisi emas batangan itu belum saya ceritakan kepada nduk Yuni”. “Kok seperti itu Ki” “Begini nak Manto ya, saya memiliki perhitungan, semoga kamu dan biyungmu sama-sama menyetujui.Ini demi kebahagiaan bersama. Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa didalamnya terdapat penyelesaian konflik yakni berbicara dengan baik-baik untuk memperoleh kebahagiaan bersama. Bukti kejujuran Aki Sontanu untuk memberitahu Hermanto dan Biyung Sarah tentang harta karun yang berupa mas picis itu semata-mata untuk menyelamatkan semua harta warisan itu. Agar seluruh kekeyaan yang dimiliki oleh Yuniar tidak menjadi rebutan, karena ibu kandung Yuniar masih menjadi istri resmi pak Gunawan. Pak Gunawan sendiri merupakan ayah dari Hermanto, maka hubungan suami istri antara Yuniar dan Hermanto segera dilangsungkan. 4) Musyawarah untuk memperoleh hasil yang sesuai demi kelangsungan hidup. Penyelesaian konflik sosial dalam cerita bersambung Wanita Buron karya Sanijo Raf ini adalah musyawarah unyuk mencari titik penyelesaian. Adapun bukti kutipan disajikan berikut ini. Dados gendhuk niki aslinipun pancen tetes kula sinaosa pun angger Manto aslinipun taksih tetes turunipun mbakyu kaliyan pak Gunawan kula kok gadhah etangan menawi lare-lare niki kita semahaken. Mergi Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
184
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
menawi dipun tingali umuripun inggih sampun sami nyekapi. Dados gamblangipun menawa mbakyu Sarah badhe kula ajak bebesanan”.(WB, 43 seri ke 10) Terjemahan: Jadi gendhuk ini aslinya masih keturunan saya walaupun nak Manto aslinya masih keturunan mbakyu dengan pak Gunawan saya kok memiliki gagasan bagaimana kalau anak-anak ini kita nikahkan.Apalagi kalau dihitung-hitung dari umur sudah mencukupi. Jadi lebih jelasnya mbakyu Sarah ingin sya ajak untuk bebesanan” Dari kutipan di atas terbukti adanya penyelesaian konflik yaitu melalui musyawarah. Hal ini terbukti dari kedua belah pihak saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing sehingga tidak ada rasa kecewa sedikitpun untuk melakukan hidup bersama.Kedua belah pihak sama-sama saling menyetujui untuk melakukan pernikahan. Dari
pihak orang tua
mempelai wanita yakni Aki Sontanu dan pihak mempelai laki-laki Biyung Sarah sudah sepakat. Dari kedua anak itu baik Yuniar maupun Hermanto juga sudah mulai saling menyukai demikian juga dari segi umur keduanya sudah cukup usia untuk menikah.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
185
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
Simpulan Berdasarkan pembahasan yang terdapat pada konflik sosial cerita bersambung Wanita Buron karya Sanijo Raf mengambil: (1) Unsur intrinsik cerita bersambung Wanita Buron karya Sanijo Raf meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar dan sudut pandang; (2)Aspek sosial cerita bersambungg Wanita Buronkarya Sanijo Raf meliputi aspek pendidikan, aspek ekonomi, aspek keagamaan, aspek kekerabatan dan aspek politik; (3) Konflik sosial cerita bersambung Wanita Buron karya Sanijo Raf meliputi penyebab konflik, wujud konflik, dan penyelesaian konflik. Daftar Pustaka Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Depdikbud. Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Panuti, Sudjiman. 1990. Kamus Istilah Bahasa. Jakarta: UI Press. Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sumardjo, Jakub dan Saini K.M. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
186