Vol. / 07 / No. 03 / Oktober 2015
Analisis Deiksis Cerita Bersambung Evelyn karya Dyah Katrina dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2014 Oleh: Inarotul ‘Ainiyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan jenis dan bentuk deiksis yang terdapat dalam cerita bersambung Evelyn Karya Dyah Katrina, 2) mendeskripsikan pengacuan deiksis yang terdapat dalam cerita bersambung Evelyn Karya Dyah Katrina. Analisis data menggunakan teknik analisis isi atau content analysis. Hasil penelitian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) jenis dan bentuk deiksis yang ditemukan meliputi a) deiksis persona meliputi: (1) deiksis persona pertama tunggal: aku ‘aku’, kula ‘saya’. Deiksis persona tunggal bentuk terikat, yaitu –ku ‘-ku’ (enklitik) dan Dak- ‘ku-’ (proklitik). Selanjutnya, deiksis persona pertama jamak bentuk bebas: awake dhewe ‘kita’ dan dhewe ‘kita’. (2) Deiksis persona kedua tunggal bentuk bebas: kowe ‘kamu’, sampeyan ‘kamu’, jenengan ‘anda’, panjenengan ‘anda’, kok ‘kau/kamu’. Deiksis persona kedua bentuk terikat: kok- ‘kau/kamu’ (proklitik) dan ko‘kau/kamu’ (proklitik). (3) Deiksis persona ketiga tunggal bentuk bebas: dheweke ‘dia’. Deiksis persona ketiga tunggal bentuk terikat: bentuk –e ‘-nya’ (enklitik); b) deiksis spasial: deiksis spasial bentuk kene ‘sini’, mrene ‘ke sini’, kono ‘situ’, mrono ‘ke situ’, kana ‘sana’; c) deiksis temporal: deiksis temporal bentuk saiki ‘sekarang’,dina iki ‘hari ini’, wengi iki ‘malam ini’, minggu iki ‘minggu ini’, sesuk ‘besok’, besuk ‘besok’, mau ‘tadi’, wau ‘tadi’, nembe wae ‘baru saja’, kepungkur ‘silam’, rikala semana ‘pada saat itu’, biyen ‘dulu’. 2) Pengacuan yang ditemukan berupa pengacuan endofora (anafora dan katafora) dan eksofora pada pengacuan persona, spasial,dan temporal. Kata kunci : deiksis, cerita bersambung Evelyn
Pendahuluan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa berdiri sendiri. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi dan bekerjasama dalam kehidupan sehari-harinya. Bahasa dilihat dari penggunaannya dalam masyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk komunikasi langsung (lisan) dan komunikasi tak langsung (tulisan). Bentuk komunikasi langsung (lisan), misalnya pidato, dialog, ceramah, seminar, dan sebagainya, sedangkan komunikasi tak langsung (tulisan) dalam bentuk konkretnya dapat diwujudkan pada karya sastra seperti novel, cerpen, cerbung dan sebagainya. Aktivitas komunikasi bahasa dapat diaplikasikan penggunaannya dalam karya sastra termasuk juga cerbung Evelyn karya Dyah Katrina. Cerbung Evelyn tersebut menggunakan media bahasa tulis untuk menyampaikan pesan-pesan, pelukisan alur, tokoh, atau setting, serta unsur intrinsik lainnya kepada pembaca. Dengan banyaknya Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
92
Vol. / 07 / No. 03 / Oktober 2015
tokoh, tempat, dan waktu yang terdapat dalam cerbung Evelyn mengakibatkan perbedaan pemilihan bahasa dan penggunaan bentuk kata ganti. Upaya untuk menganalisis gejala tersebut adalah melalui analisis deiksis yang merupakan bidang kajian ilmu pragmatik. Deiksis adalah salah satu hal mendasar yang dilakukan dengan tuturan untuk menunjuk sesuatu (Yule, 2006: 13). Deiksis merupakan kata ganti atau kata penunjuk sebagai unsur yang sama namun memiliki acuan yang berubah-ubah atau bergantiganti tergantung pada penutur dan konteks pembicaraannya. Pengacuan kata-kata tersebut baru diketahui jika diketahui pula siapa, kapan, dan dimana kata-kata itu diucapkan. Pengacuan memiliki dua bentuk yaitu pengacuan endofora (anafora dan katafora) dan eksofora. Salah satu karya sastra bahasa Jawa yang di dalamnya menggunakan kata deiksis adalah Cerbung Evelyn karya Dyah Katrina edisi 15 Februari – 24 Mei 2014. Cerbung tersebut merupakan salah satu rubrik majalah Djaka Lodang yang beredar setiap minggu. Cerbung ini banyak menggunakan tokoh dan setting (tempat maupun waktu) sehingga menyebabkan banyak munculnya penggunaan klitika, kata, maupun frasa yang mengandung sifat deiksis pada percakapan antar tokoh cerita. Oleh sebab itu, peneliti memilih judul penelitian “Analisis deiksis cerita bersambung Evelyn karya Dyah Katrina dalam Majalah Djaka Lodang tahun 2014 ”. Analisis tersebut berpusat di aspek deiksis persona, deiksis spasial, dan deiksis temporal. Aspek tersebut berguna untuk menjelaskan pemahaman makna dalam suatu bahasa bagi pembaca pada isi cerbung.
Metode Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategorinya untuk memperoleh kesimpulan (Ismawati, 2011: 112). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif karena data yang diteliti dan dikaji berupa klitika, kata, maupun frasa yang memiliki sifat deiksis beserta acuan (referensi) dan pengacuannya yang terdapat dalam cerita bersambung Evelyn karya Dyah Katrina
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
93
Vol. / 07 / No. 03 / Oktober 2015
Djaka Lodang 15 februari - 24 Mei 2014. Pada penelitian ini yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti sendiri yang berperan sebagai instrumen utama penelitian, yaitu sebagai instrumen pengumpul sekaligus penganalisis data. Pada pengumpulan data peneliti menggunakan nota pencatat data dan dibantu dengan instrumen lain berupa alat tulis, buku tentang deiksis, dan kamus Jawa – Indonesia. Kemudian, teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan: 1) teknik pustaka adalah teknik yang mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data (Subroto, 1992: 42), 2) teknik simak catat. Teknik simak adalah penyimakan yang bersifat sepontan dan teknik catat adalah pencatatan terhadap data relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian (Subroto, 1992: 41-42), dan 3) terjemah. Barried (1985: 65-66) menyatakan bahwa dalam menerjemahkan dapat digunakan metode harfiah apabila mungkin dan apabila mutlak diperlukan untuk menjaga segala kemurnian Selanjutnya, dalam menganalisis data penelitian peneliti menggunakan teknik analisis isi atau content analysis.
Hasil Penelitian 1. Jenis dan Bentuk Deiksis dalam Cerita bersambung Evelyn Karya Dyah Katrina Dari hasil analisis yang telah dilakukan, terdapat tiga jenis deiksis yang ditemukan pada cerita bersambung Evelyn karya Dyah Katrina, yaitu (1) deiksis persona, (2) deiksis spasial, (3) deiksis temporal, dan (4) pengacuan. a. Deiksis Persona dalam Cerita bersambung Evelyn Karya Dyah Katrina Jenis deiksis persona yang ditemukan dalam cerbung Evelyn karya Dyah Katrina yaitu (1) deiksis persona pertama, deiksis persona kedua, dan deiksis persona ketiga. Dari ketiga jenis deiksis tersebut terdapat deiksis persona yang memiliki bentuk bebas (kata dan frasa) dan bentuk terikat (klitika) baik dalam persona tunggal maupun persona jamak. (1) Deiksis persona pertama tunggal bentuk bebas, meliputi aku ‘aku’ dan kula ‘saya’. Kemudian pada deiksis persona tunggal bentuk terikat ditemukan bentuk –ku ‘-ku’ (enklitik) dan Dak- ‘ku-’ (proklitik). Selanjutnya, deiksis persona pertama jamak bentuk bebas, meliputi awake dhewe ‘kita’ dan dhewe ‘kita’. (2) Deiksis
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
94
Vol. / 07 / No. 03 / Oktober 2015
persona kedua tunggal bentuk bebas yang ditemukan yaitu kowe ‘kamu’, sampeyan ‘kamu’, jenengan ‘anda’, panjenengan ‘anda’, kok ‘kau/kamu’. Kemudian pada deiksis persona kedua bentuk terikat, yaitu kok- ‘kau/kamu’ (proklitik) dan ko- ‘kau/kamu’ (proklitik). (3) Deiksis persona ketiga tunggal bentuk bebas, yaitu dheweke ‘dia’. Selanjutnya pada deiksis persona ketiga tunggal bentuk terikat yaitu bentuk –e ‘-nya’ (enklitik). Dalam cerita bersambung Evelyn karya Dyah Katrina deiksis persona yang ditemukan ada 136 data, yaitu dari data nomor 1 sampai 136. Berikut ini diambil satu contoh penggunaan deiksis persona dalam cerita bersambung Evelyn karya Dyah Katrina. 1) Deiksis Persona Pertama Tunggal Bentuk Bebas “aku” Tuturan (1) Kontek: Alfredo menghentikan langkahnya kemudian menyuruh seorang anak kecil untuk tidak mengganggu Alfredo yang sedang ingin menyendiri. Indikator: “Alfredo ngendhekake jangkahe….” “He-eh. Aku lagi pengin ijen, aja diganggu ya?”
‘Alfredo menghentikan langkahnya….’ ‘He-eh. Aku sedang ingin sendiri, jangan diganggu ya?’ Sumber : (DK/No.1/15.2.2014/H51/Data No. 1) Pada tuturan (1) terdapat jenis deiksis persona pertama tunggal bentuk bebas dengan bentuk aku ‘aku’. Dikatakan bebas karena kata tersebut digunakan dalam keadaan utuh tidak terikat oleh kata kerja (verba) dan kata benda (nomina), serta bertujuan untuk menunjuk atau mengacu pada dirinya sendiri secara tunggal (satu orang). Dari contoh kutipan di atas dapat diperoleh penjelasan bahwa kata aku ‘aku’ dalam tuturan (1) digunakan oleh penutur dalam keadaan atau situasi yang tidak formal, yaitu antara Alfredo (penutur) dengan seorang anak kecil (lawan tutur) yang mendekati Alfredo ketika Alfredo sedang bersantai di pinggiran pesisir pantai. Dalam tuturan (1) kata aku
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
95
Vol. / 07 / No. 03 / Oktober 2015
‘aku’ mengacu kepada Alfredo, karena kata aku ‘aku’ tersebut dituturkan oleh tokoh Alfredo. b. Deiksis Spasial dalam cerita bersambung Evelyn karya Dyah Katrina Cerita bersambung Evelyn karya Dyah Katrina memiliki tiga jenis deiksis spasial, yaitu (1) deiksis spasial untuk menunjukkan tempat yang dekat dengan penutur dengan bentuk kene ‘sini’, mrene ‘ke sini’, (2) deiksis spasial untuk menunjukkan tempat yang agak jauh dengan penutur dengan bentuk kono ‘situ’, mrono ‘ke situ’, (3) deiksis spasial untuk menunjukkan tempat yang jauh dengan penutur dengan bentuk kana ‘sana’. Dalam cerita bersambung Evelyn karya Dyah Katrina deiksis spasial yang ditemukan ada 23 data, yaitu dari data nomor 137 sampai 159. Berikut ini diambil satu contoh penggunaannya dalam cerita bersambung Evelyn karya Dyah Katrina. 1) Deiksis Spasial untuk Menunjukkan Tempat yang Dekat dengan Penutur bentuk “kene”
Tuturan (1) Konteks: Clara mengajak Alfredo naik kuda mengelilingi pesisir pantai sambil menunggu bis laste datang. Indikator:
….Nurut dawane pesisir sing kayoman wit-wit cemara urang. “Mubeng kene wae. Sedhela wae, sinambi ngenteni tekane bis laste,” Clara ngiling-ngilingi jam tangan sing nggubet ugel-ugel tangan kiwane.” ….Mengikuti panjangnya pesisir yang keteduhan pohonpohon cemara udang. ‘Keliling sini saja. Sebentar saja, sambil menunggu datangnya bis laste,” Clara melihat-lihat jam tangan yang melilit pergelangan tangan kirinya.’
Sumber : (DK/No.5/15.3.2014/H51/Data No. 137) Deiksis spasial kene ‘sini’ merupakan jenis deiksis yang digunakan untuk menunjukkan tempat yang dekat dengan penutur. Pada tuturan (1) di atas menunjukkan penerapan deiksis spasial bentuk kene ‘sini’ dalam situasi tuturan ragam bahasa Jawa ngoko. Dengan
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
96
Vol. / 07 / No. 03 / Oktober 2015
memperhatikan tuturan di atas, maka dapat diperoleh penjelasan bahwa deiksis spasial kene ‘sini’ dalam tuturan (1) dituturkan oleh tokoh Clara (penutur) saat berkuda dengan Alfredo (lawan tutur) mengelilingi pesisir pantai sambil menunggu datangnya bis laste. Kata kene ‘sini’ menunjuk pada tempat yang dekat dengannya (tempat penutur berada), yaitu pesisir pantai. c. Deiksis Temporal dalam cerita bersambung Evelyn karya Dyah Katrina Deiksis temporal yang ditemukan dalam cerita bersambung Evelyn karya Dyah Katrina terdiri dari tiga jenis, yaitu (1) deiksis temporal yang menunjukkan waktu kini atau sekarang dengan bentuk saiki ‘sekarang’, dina iki ‘hari ini’, wengi iki ‘malam ini’, minggu iki ‘minggu ini’, (2) deiksis temporal yang menunjukkan waktu lampau atau waktu yang telah terjadi dengan bentuk rikala semana ‘pada saat itu’, biyen ‘dulu’, (3) deiksis temporal yang menunjukkan waktu yang akan datang dengan bentuk sesuk ‘besok’, besuk ‘besok’, dan (4) deiksis temporal mau ‘tadi’, wau ‘tadi’, nembe wae ‘baru saja’, kepungkur ‘silam’ yang mengarah pada hal yang telah terjadi atau pada waktu sebelum tuturan terjadi. Dalam cerita bersambung Evelyn karya Dyah Katrina deiksis temporal yang ditemukan ada 48 data, yaitu dari data nomor 160 sampai 207. Berikut ini diambil satu contoh penggunaan deiksis temporal dalam cerita bersambung Evelyn karya Dyah Katrina. 1) Deiksis Temporal Bentuk “saiki”
Tuturan (1) Konteks : Philip mengajak Bismarck untuk mencari telur burung di rawarawa pesisir pantai. Indikator: “Piye nek saiki golek endhog manuk,” Philip nyawang raine Bismarck.” ‘Bagaimana kalau sekarang mencari telur burung,” Philip memandang wajah Bismarck.’ Sumber : (DK/No.7/29.3.2014/H51/Data No. 162) Pada kata yang bercetak tebal dalam tuturan (1) di atas menunjukkan jenis deiksis temporal yang menunjukkan waktu kini (sekarang) dengan bentuk saiki ‘sekarang’ yang digunakan untuk
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
97
Vol. / 07 / No. 03 / Oktober 2015
mengacu pada saat tuturan terjadi. Bentuk saiki ‘sekarang’ dalam tuturan (1) dituturkan oleh Philip saat mengajak Bismarck mencari telur burung di rawa-rawa pesisir pantai. Kata saiki ‘sekarang’ pada tuturan (1) digunakan untuk menunjuk waktu sekarang yang merujuk kepada jam atau menit, yaitu ketika Philip mengajak Bismarck mencari telur burung. Dari konteks situasi tutur tersebut dapat diketahui bahwa kata saiki ‘sekarang’ digunakan untuk mengacu pada saat tuturan terjadi dan untuk mengidentifikasikan suatu tindakan yang dilakukan pada waktu kini/sedang terjadi. 2. Pengacuan dalam cerita bersambung Evelyn karya Dyah Katrina Referensi (reference) adalah hubungan yang ditunjuk oleh unsur bahasa dengan lambang yang dipakai untuk mewakili atau menggambarkannya (Kushartanti, 2005: 110). Pengacuan yang ditemukan dalam cerita bersambung Evelyn karya Dyah Katrina berupa pengacuan endofora dan pengacuan eksofora. Pengacuan endofora terdapat pada deiksis persona, deiksis spasial, dan deiksis temporal. Tetapi pada pengacuan eksofora hanya ditemukan pada deiksis temporal. (1) Deiksis persona, ditemukan tokoh-tokoh yang menjadi acuan, yaitu Alfredo, Clara, Jane, Bismarck, Katrin, Sopir taksi, Pawongan, Tante Evelyn, Margaret, Philip, Marilyn, Bocah, Pawongan, David, Samson, Guru les, dan Tante Evelyn. (2) Deiksis spasial, ditemukan banyak tempat sebagai acuan yaitu pesisir ‘pesisir’, alas mangrove ‘hutan mangrove’, rawa ‘rawa’, Niihau, papan patunggon ‘tempat tidur’, pulo taman ‘pulau taman’, gunung mauna loa, plataran gudang suwung ing sapinggire pesisir ‘halaman gudang kosong di pinggirnya pesisir’, oyot mangrove ing pesisir ‘akar mangrove di pesisir’, omah billiard ‘rumah billiard’, ngarep omah ‘depan rumah’, ngisor wit sariusit ‘bawah pohon sariusit’, gisik ‘pesisir’, pesta ‘pesta’, dalan sangarep makam ‘jalan di depan makam’, omahe Tante Evelyn ‘rumahnya Tante Evelyn’, kisik ‘pesisir’, jeglongan jero ‘lubang dalam’. Selanjutnya, pada pengacuan eksofora ditemukan dalam penggunaan deiksis temporal, yaitu saiki ‘sekarang’, mau ‘tadi’,wau ‘tadi’, nembe wae ‘baru saja’, kepungkur ‘silam’, sesuk ‘besok’, dina iki ‘hari ini’, wengi iki ‘malam ini’, minggu iki
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
98
Vol. / 07 / No. 03 / Oktober 2015
‘minggu ini’, besuk ‘besok’, biyen ‘dulu’. (3) Deiksis temporal, hanya ditemukan pada kata rikala semana ‘pada saat itu’ yang mengacu pada taun 1942 ‘tahun 1942’. Berikut diambil masing-masing satu contoh dari pengacuan endofora dan eksofora yang terdapat dalam cerita bersambung Evelyn karya Dyah Katrina. a. Pengacuan Endofora
Tuturan (1) Konteks : Clara memberitahu Alfredo bahwa bunga bougainville menurut teman Clara tidak baik ditanam di depan rumah. Indikator : “….Clara manthuk-manthuk.” “Aku seneng kembang bougainville, nanging kanca sekolah Mince nate kandha, nek kembang iki ora becik ditandur ing ngarep omah.” ‘….Clara mengangguk-angguk.’ ‘Aku suka bunga bougainville, tetapi teman sekolah Mince pernah bercerita, kalau bunga ini tidak baik ditanam di depan rumah.’ Sumber : (DK/No.5/15.3.2014/H51/Data No. 7) Pada tuturan (1) di atas terdapat jenis pengacuan endofora pada pronomina persona pertama tunggal bentuk bebas. Tuturan (1) kata aku ‘aku’ mengacu pada tokoh Clara yang sudah disebutkan sebelumnya. Kata aku ‘aku’ pada tuturan (1) merupakan pengacuan endofora jenis anafora, karena kata aku ‘aku’ mengarah pada tokoh Clara yang disebutkan sebelum kata aku ‘aku’.
b. Pengacuan Eksofora
Tuturan (1) Konteks
: Bismarck dan Philip mencari batu untuk memecahkan barang temuan mereka.
Indikator
: “He-eh ya, yuk saiki golek watu dhisik,” “Yuk,” bocah loro banjur mlaku bareng golek watu kanggo mecah barang sing wujud wesi mau.” ‘He-eh ya, yuk sekarang mencari batu dulu,’ ‘Yuk,” dua anak itu kemudian berjalan bersama mencari batu untuk memecah barang yang berwujud besi tadi.’
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
99
Vol. / 07 / No. 03 / Oktober 2015
Sumber
: (DK/No.8/5.4.2014/H51/Data No. 164)
Pada tuturan (1) terdapat jenis pengacuan eksofora karena pronomina demonstratif waktu saiki ‘sekarang’ acuannya terletak pada konteks situasional yang berada di luar wacana yang tidak langsung ditampakkan secara eksplisit sehingga memerlukan pemahaman antara penutur dan lawan tutur, yaitu pada saat tuturan terjadi. Acuan pada tuturan (1) tersebut mengarah kepada waktu sekarang atau waktu saat Philip (penutur) mengajak Bismarck (lawan tutur) mencari batu untuk memukuli barang temuan mereka di rawa pesisir pantai dekat rumah mereka. Simpulan Hasil penelitian menunjukkan: Jenis dan bentuk deiksis yang ditemukan dalam cerita bersambung Evelyn karya Dyah Katrina yaitu (1) deiksis persona, (2) deiksis spasial, dan (3) deiksis temporal. Pengacuan yang ditemukan dalam cerita bersambung Evelyn karya Dyah Katrina berupa pengacuan endofora dan eksofora. Pengacuan endofora terbagi menjadi dua jenis, yaitu pengacuan anafora dan katafora, pengacuan tersebut ditemukan dalam penggunaan deiksis persona, deiksis spasial, dan deiksis temporal.
Daftar Pustaka Baried Siti Baroroh, dkk. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Depdikbud. Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra. Surakarta: Yuma Pustaka. Kushartanti, at. Al. 2005. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Subroto, Edi. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
100