Vol. / 10 / No. 01 / April 2017
Analisis Morfologi Bahasa Jawa dalam Wacan Bocah pada Majalah Djaka Lodang Tahun 2015 Oleh: Khilyatus Shiyam Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) proses morfologis Bahasa Jawa dalam Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015, (2) perubahan makna akibat proses morfologis Bahasa Jawa dalam Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015. Jenis penelitian yaitu deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian adalah Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015. Data penelitian adalah bentuk kata yang mengalami proses morfologis Bahasa Jawa dalam Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015. Teknik pengumpulan data meliputi teknik pustaka, teknik simak, dan teknik catat. Instrumen penelitian yaitu peneliti sendiri dan tabel. Teknik keabsahan data yaitu validitas logis dengan uji kredibilitas meningkatkan ketekunan. Analisis data dengan metode agih, dan data disajikan dengan teknik penyajian informal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) afiksasi meliputi prefiks {N-} {ny-, m-, ng-, n-} membentuk tembung kriya tanduk, {sa-} membentuk tembung wilangan, {pa-, paN-, pi-, pra-} membentuk tembung aran, {dak-/tak-, di-, ka-} membentuk tembung kriya tanggap, {ke-} membentuk tembung kriya tanggap, {a-} membentuk tembung kriya tanduk tanpa lesan dan {kuma-} membentuk tembung kaanan; infiks {-um-} membentuk tembung kriya tanduk tanpa lesan dan kaanan, {-in-} membentuk tembung kriya tanggap; sufiks {-e/-ne} membentuk tembung aran, {-an} tembung aran dan kriya, {-en, -i, -a, -ana, -na} membentuk tembung kriya; konfiks {ka- + -an} tembung aran, {ka- + (-ake,-ana,-en)} tembung kriya dan kaanan, {ke- + -en} membentuk tembung kaanan, {paN- + -an, pa- + -e, pra-+-an} membentuk tembung aran, {N- + -i/-ni, -ake/-aken} membentuk tembung kriya tanduk, {N- + a} tembung kriya, {N- + -ne} tembung aran, {di- + -i, -ni, -ake, -in- + -an-ake} tembung kriya tanggap, {sa- + (-e, -ne)} tembung katrangan; (2) reduplikasi: dwilingga membentuk tembung aran dan kriya, dwilingga salin swara membentuk tembung kriya dan kaanan, lingga semu membentuk tembung aran, dwipurwa membentuk tembung aran dan kriya, dwipurwa salin swara membentuk tembung kriya dan aran, dwiwasana tembung kriya; (3) komposisi meliputi camboran wutuh dan camboran tugel membentuk satu kesatuan kata dan memiliki makna yang berbeda dengan bentuk dasarnya. Kata kunci: morfologis, Wacan Bocah
Pendahuluan Bahasa merupakan alat bagi manusia untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Kedudukan bahasa sebagai alat interaksi sangatlah penting. Masyarakat dalam aktivitas kesehariannya tidak pernah bisa terlepas dari pemakaian bahasa, baik untuk berinteraksi, menyampaikan gagasan, dan lain-lain. Maka dari itu, masyarakat dituntut untuk menggunakan bahasa dengan baik dan benar, sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa yang berlaku.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
87
Vol. / 10 / No. 01 / April 2017
Bahasa Jawa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya. Bahasa Jawa merupakan bahasa ibu yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Jawa mempunyai keunikan yaitu dalam penggunaannya, seorang penutur harus memperhatikan tingkatan-tingkatan dalam berbahasa atau yang disebut dengan unggah-ungguh bahasa. Penggunaan Bahasa Jawa dapat berwujud lisan maupun tulisan. Salah satu contoh penggunaan Bahasa Jawa yang berwujud tulisan adalah dalam suatu karya sastra tulis yang terdapat dalam majalah Djaka Lodang yaitu Wacan Bocah. Seperti halnya dengan bahasa lisan, dalam suatu karya sastra tulis seperti Wacan Bocah juga terdapat aspek morfologi bahasa. Menurut Mulyana (2011: 1), morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari mengenai susunan atau bagian-bagian kata secara gramatikal. Dari penjelasan tersebut jelas bahwa morfologi mempelajari mengenai bagaimana proses pembentukan suatu kata yang berasal dari bentuk dasar yang mengalami proses morfologis
seperti
pengimbuhan
(afiksasi),
pengulangan
(reduplikasi),
dan
pemajemukan (kompositum), sehingga menciptakan suatu bentuk kata yang baru. Dalam Wacan Bocah ini banyak sekali kata yang mengalami proses morfologis Bahasa Jawa. Tujuan dilakukannya proses morfologis ini adalah untuk menyesuaikan setiap kata yang digunakan dalam Wacan Bocah, sehingga cerita yang disajikan dapat dimengerti oleh pembaca dan untuk mendukung keindahan Wacan Bocah tersebut dari segi kebahasaannya. Dari penjelasan di atas, jelas bahwa analisis morfologi Bahasa Jawa terhadap suatu karya sastra tulis sangat penting untuk dilakukan supaya pembaca mengetahui secara jelas asal-mula atau proses terbentuknya kata-kata yang menjadi pembangun kalimat dalam Wacan Bocah serta mengetahui secara jelas mengenai perubahan makna yang terjadi akibat proses morfologis, karena banyak pembaca yang masih belum mengerti atau faham tentang proses morfologis Bahasa Jawa dalam suatu karya sastra tulis. Selain itu, hal yang menjadi alasan penting mengapa Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015 yang menjadi objek penelitian dalam penelitian morfologi ini yaitu : (1) karena belum pernah ada peneliti yang mengkaji analisis
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
88
Vol. / 10 / No. 01 / April 2017
morfologi Bahasa Jawa dalam Wacan Bocah, (2) karena Wacan Bocah merupakan salah satu rubrik dalam majalah Djaka Lodang tahun 2015 yang bahasanya mudah dipahami, isi ceritanya menarik, (3) karena dalam penelitian terdahulu Wacan Bocah sering diteliti dari segi pesan moralnya saja, maka dalam penelitian ini peneliti memilih untuk mengkaji Wacan Bocah dilihat dari sudut bahasa yaitu tentang proses morfologis yang terjadi dalam Wacan Bocah, (4) dalam Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015 banyak terdapat kata-kata yang mengalami proses morfologis Bahasa Jawa yang meliputi afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan.
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan (Ismawati, 2011: 112). Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2013: 172). Sumber data penelitian ini berupa Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015. Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka (Arikunto, 2013: 161). Data dalam penelitian ini meliputi bentuk kata yang mengalami proses morfologis Bahasa Jawa yang meliputi afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan dalam Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pustaka, teknik simak, dan teknik catat. Menurut Arikunto (2013: 203), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Sugiyono (2015: 222) juga berpendapat bahwa dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dan dibantu dengan tabel guna mempermudah penyajian kata-kata yang mengalami proses morfologis Bahasa Jawa. Teknik keabsahan data menggunakan validitas logis dengan uji kredibilitas meningkatkan ketekunan. Validitas logis adalah validitas yang diperoleh dengan suatu usaha hati-hati melalui cara-cara yang benar sehingga menurut logika akan dicapai suatu tingkat validitas yang
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
89
Vol. / 10 / No. 01 / April 2017
dikehendaki (Arikunto, 2013: 212). Teknik analisis data menggunakan metode agih dengan teknik Bagi Unsur Langsung (BUL). Menurut Sudaryanto (1993: 31) teknik BUL adalah cara yang digunakan pada awal kerja analisis dengan membagi satuan data menjadi beberapa bagian atau unsur. Teknik penyajian hasil analisis dilakukan dengan menggunakan teknik informal. Menurut Sudaryanto (2015: 241), metode penyajian informal yaitu perumusan dengan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya.
Hasil Penelitian 1. Afiksasi dalam Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015 Proses afiksasi adalah proses pengimbuhan dengan membubuhkan afiks pada bentuk dasar. Proses afiksasi dalam Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015 terdiri dari prefiks (ater-ater), infiks (seselan), sufiks (panambang), dan konfiks (imbuhan sesarengan). a) Prefiks (ater-ater) dalam Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015 jumlahnya sangat banyak yaitu 571 kata. Berikut akan dijelaskan salah satu contohnya: {N-} {ny-} + susuh ‘sarang’ → nyusuh ‘membuat sarang’ Semut ireng kang nyusuh ora adoh saka susuhe Blekithi. (DL, 7 Februari 2015, JWB ‘Blekithi Kang Kumlinthi 1’ : 6) Kata nyusuh di atas mengalami proses morfologis yaitu berupa prefiks {N} {ny-} + susuh ‘sarang’ → nyusuh ‘membuat sarang’. Kata nyusuh mengalami perubahan makna dari kata susuh ‘sarang’ merupakan tembung aran yang bermakna leksikal mendapat prefiks {ny-} menjadi nyusuh ‘membuat sarang’ berubah menjadi tembung kriya tanduk yang bermakna gramatikal. b) Infiks (seselan) dalam Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015 berjumlah 69 kata. Berikut ini akan dijelaskan salah satu contohnya: {-um-} + gedhe ‘besar’ → gumedhe ‘sombong’ Saiki wiwit nuduhake laku kibir lan gumedhe (DL 7 Februari 2015, JWB ‘Blekithi Kang Kumlinthi 1’ : 6)
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
90
Vol. / 10 / No. 01 / April 2017
Kata gumedhe di atas mengalami proses morfologis yaitu berupa infiks {um-} + gedhe ‘besar’ → gumedhe ‘sombong’. Kata gumedhe berasal dari kata gedhe ‘besar’ merupakan tembung kaanan yang bermakna leksikal mendapat infiks {-um-} menjadi gumedhe ‘sombong’, sehingga tetap merupakan tembung kaanan namun maknanya berubah menjadi makna gramatikal. c) Sufiks (panambang) dalam Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015 jumlahnya sangat banyak yaitu 574 kata. Berikut ini akan dijelaskan salah satu contohnya: gulu ‘leher’ + {-ne} → gulune ‘lehernya’ Yen banyak durung nyosorkake gulune kang dawa, durung padha leren anggone mbebedha. (DL 3 Januari 2015, JWB ‘Dendam Turunan’ : 1) Kata gulune di atas mengalami proses morfologis yaitu berupa gulu ‘leher’+ {-ne} → gulune ‘lehernya’. Kata gulune berasal dari kata gulu ‘leher’ merupakan tembung aran yang bermakna leksikal mendapat sufiks {-ne} menjadi gulune ‘lehernya’, sehingga tetap merupakan tembung aran namun berubah makna menjadi gramatikal. d) Konfiks (imbuhan sesarengan) dalam Wacan Bocah pada Majalah Djaka Lodang tahun 2015 terdapat 521 kata. Berikut akan dijelaskan contohnya: {pa-} + lungguh ‘duduk’ + {-ne} → palungguhane ‘tempat duduknya’ Sega sewungkus kang kabuntel tas kresek, isih sinandhing ing sisih palungguhane Rudi (DL 17 Januari 2015, JWB ‘Sega Sewungkus Kanggo Emak’ : 3) Kata palungguhane di atas mengalami proses morfologis yaitu berupa {pa-} + lungguh ‘duduk’ + {-ne} → palungguhane ‘tempat duduknya’. Kata palungguhane berasal dari kata lungguh ‘duduk’ merupakan tembung kriya yang bermakna leksikal mendapat konfiks {pa- + -ne} menjadi palungguhane ‘tempat duduknya’, sehingga menjadi tembung aran yang bermakna gramatikal.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
91
Vol. / 10 / No. 01 / April 2017
2. Reduplikasi dalam Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015 Reduplikasi yaitu perulangan bentuk dasar, baik perulangan penuh maupun sebagian, bisa dengan perubahan bunyi maupun tanpa perubahan bunyi. Proses reduplikasi dalam Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015 terdiri dari dwilingga, dwilingga salin swara, lingga semu, dwipurwa, dwipurwa salin swara, dan dwiwasana. a) Dwilingga dalam Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015 berjumlah 317 kata. Berikut akan dijelaskan salah satu contohnya: alon ‘pelan’→ alon-alon ‘pelan-pelan’ Kanthi langkah alon-alon dheweke ninggalake wit Mahoni iku. (DL 24 Januari 2015, JWB ‘Kethek lan Pemburu’ : 4) Kata alon-alon di atas mengalami proses morfologis yaitu berupa alon ‘pelan’ → alon-alon ‘pelan-pelan’. Kata alon-alon berasal dari kata alon ‘pelan’ merupakan tembung kaanan yang bermakna leksikal mengalami proses dwilingga menjadi alon-alon ‘pelan-pelan’, sehingga tetap merupakan tembung kaanan namun berubah makna menjadi gramatikal. b) Dwilingga salin swara dalam Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015 berjumlah 28 kata. Berikut ini akan dijelaskan contohnya: bali ‘pulang’ → bali-bali → bola-bali ‘berulang kali’ “Hem, Lutung, bola-bali Lutung! Kondhang yen murka, sarak, mbujung menange dhewe, janji weruh woh-wohan karepe dipek dhewe,” celathune manuk Deruk karo amping-amping godhong pelem papan pandhelikane ora adoh saka wit wuni (DL 10 Januari 2015, JWB ‘Kemaruk’ : 2) Kata bola-bali di atas mengalami proses morfologis yaitu berupa bali ‘pulang’ → bali-bali → bola-bali ‘berulang kali’. Kata bola-bali berasal dari kata bali ‘pulang’ merupakan tembung kriya yang bermakna leksikal mengalami proses dwilingga salin swara menjadi bola-bali ‘berulang kali’, sehingga tetap merupakan tembung kriya namun berubah makna menjadi gramatikal. c) Lingga semu dalam Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015 berjumlah 7 kata. Berikut akan dijelaskan salah satu contohnya: ali ‘ali’ → ali-ali ‘cincin’
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
92
Vol. / 10 / No. 01 / April 2017
Pranyata kantong saka kain mau isine ali-ali emas. (DL , 5 September 2015, JWB ‘Nggawa Getun Ora Nggawa Getun’ : 35) Kata ali-ali di atas mengalami proses morfologis yaitu berupa ali ‘ahli’ → ali-ali ‘cincin’. Kata ali-ali berasal dari kata ali ‘ahli’ merupakan tembung aran yang bermakna leksikal mengalami proses lingga semu menjadi ali-ali ‘cincin’, sehingga tetap merupakan tembung aran namun berubah makna menjadi gramatikal. d) Dwipurwa dalam Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015 berjumlah 6 kata. Berikut akan dijelaskan contohnya: wengkon ‘daerah’ → wewengkon ‘daerah kekuasaan’ Ing wewengkon susuh canthang kono saiki ora ana kewan sing wani saba (DL 7 Februari 2015, JWB ‘Blekithi Kang Kumlinthi 1’ : 6) Kata wewengkon di atas mengalami proses morfologis yaitu berupa wengkon ‘wilayah’ → wewengkon ‘wilayah yang dikuasai’. Kata wewengkon berasal dari kata wengkon ‘wilayah’ merupakan tembung aran yang bermakna leksikal mengalami perulangan pada silabe awal atau pertama menjadi wewengkon ‘wilayah yang dikuasai’, sehingga tetap merupakan tembung aran namun berubah makna menjadi gramatikal. e) Dwipurwa salin swara dalam Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015 berjumlah 47 kata. Berikut akan dijelaskan contohnya: tulung ‘tolong’ → tutulung → tetulung ‘memberi pertolongan’ Kabeh sato trenyuh, keduwung amarga ngrumangsani kasep anggone tetulung (DL 10 Januari 2015, JWB ‘Kemaruk’ : 2) Kata tetulung di atas mengalami proses morfologis yaitu berupa tulung ‘tolong’ → tutulung → tetulung ‘memberi pertolongan’. Kata tetulung berasal dari kata tulung ‘tolong’ merupakan tembung kriya yang bermakna leksikal mengalami perulangan pada silabe awal atau pertama dengan penggantian bunyi menjadi tetulung ‘memberi pertolongan’, sehingga tetap merupakan tembung kriya namun berubah makna menjadi gramatikal.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
93
Vol. / 10 / No. 01 / April 2017
f) Dwiwasana dalam Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015 berjumlah 1 kata. Berikut akan dijelaskan contohnya: cekak ‘pendek’ → cekakak → cekakak + {-an} → cekakakan ‘tertawa terbahakbahak’ Pemburu iku malah ngguyu cekakakan (DL 24 Januari 2015, JWB ‘Kethek lan Pemburu’ : 4) Kata cekakakan di atas mengalami proses morfologis yaitu berupa cekak ‘pendek’ → cekakak → cekakak + {-an}→ cekakakan ‘tertawa terbahak-bahak’. Kata cekakakan berasal dari kata cekak ‘pendek’ merupakan tembung kaanan yang bermakna leksikal mengalami perulangan pada suku kata terakhir menjadi cekakakan ‘tertawa terbahak-bahak’, sehingga berubah menjadi tembung kriya bermakna gramatikal. 3. Pemajemukan dalam Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015 Pemajemukan adalah proses bergabungnya dua atau lebih morfem asal, baik dengan imbuhan atau tidak. Dalam Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015 ini wujud pemajemukan ada dua macam, yaitu camboran wutuh dan camboran tugel. a) Camboran wutuh dalam Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015 terdapat 16 kata. Berikut ini akan dijelaskan salah satu contohnya: adus ‘mandi’ + kringet ‘keringat’ → adus kringet ‘bekerja sangat keras’ “Lho kok malah ora sinau?” pitakone simbok adus kringet ana ngarep keren (DL 10 Oktober 2015, JWB ‘Omah Suwung’ : 40) Kata adus kringet di atas mengalami proses morfologis yaitu adus ‘mandi’ + kringet ‘keringat’ → adus kringet ‘bekerja sangat keras’. Kata adus kringet mengalami perubahan makna dari kata adus ‘mandi’ merupakan tembung kriya bermakna leksikal dan kringet ‘keringat’ merupakan tembung aran yang bermakna leksikal, mengalami proses camboran wutuh menjadi adus kringet ‘bekerja sangat keras’, sehingga membentuk tembung kriya yang bermakna gramatikal.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
94
Vol. / 10 / No. 01 / April 2017
b) Camboran tugel dalam Wacan Bocah pada majalah Djaka Lodang tahun 2015 terdapat 3 kata. Berikut ini akan dijelaskan salah satu contohnya: bapak ‘bapak’ + cilik ‘kecil’ → paklik ‘adik laki-laki orang tua kita’ Kuwi mau merga anggonku dolan kerepe bareng karo paklikku, Samsul kang umure sapantaran (DL 3 Januari 2015, JWB ‘Dendam Turunan’ : 1) Kata paklik di atas mengalami proses morfologis yaitu bapak ‘bapak’ + cilik ‘kecil’ → paklik ‘adik laki-laki orang tua kita’. Kata paklik mengalami perubahan makna dari kata bapak ‘bapak’ merupakan tembung aran bermakna leksikal dan cilik ‘kecil’ merupakan tembung kaanan yang bermakna leksikal, mengalami proses camboran tugel menjadi paklik ‘adik laki-laki orang tua kita’, sehingga membentuk tembung aran yang bermakna gramatikal.
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa (1) proses afiksasi yang ditemukan meliputi: (a) prefiks (ater-ater) yang meliputi {N-} {ny-} 62 indikator, {N-} {m-} 42 indikator, {N-} {ng-} 134 indikator, {N-} {n-} 62 indikator, {sa-} 36 indikator, {pa-} 3 indikator, {paN-} 9 indikator, {pi-} 5 indikator, {pra-} 3 indikator, {dak-/tak-} 28 indikator, {di-} 131 indikator, {ka-} 32 indikator, {ke-} 20 indikator, {a-} 3 indikator, dan {kuma-} 1 indikator; (b) infiks (seselan) yang meliputi {-um-} 47 indikator dan {-in-} 22 indikator; (c) sufiks (panambang) yang meliputi {-e/-ne} 453 indikator, {-an} 80 indikator, {-en} 7 indikator, {-i} 5 indikator, {-a} 13 indikator, {-ana} 3 indikator, dan {na} 13 indikator; (d) konfiks (imbuhan sesarengan) meliputi {ka- + -an} 34 indikator, {ka- + (-ake, -a, -ana, -na, -en)} 4 indikator, {ke- + -en} 5 indikator, {paN- + -an} 4 indikator, {pa- + (-e, -ne)} 4 indikator, {pra- + -an} 1 indikator, {N- + -i/-ni} 152 indikator, {N- + -ake/-aken} 117 indikator, {N- + -a} 1 indikator, {N- + -ne} 1 indikator, {di- + (-i, ni)} 86 indikator, {di- + -ke/-ake} 78 indikator, {-in- + (-an, -ake)} 8 indikator, dan {sa- + (-e, -ne)} 26 indikator; (2) proses reduplikasi yang ditemukan meliputi : dwilingga 317 indikator, dwilingga salin swara 28 indikator, lingga semu 7 indikator, dwipurwa 6 indikator, dwipurwa salin swara 47 indikator, dan dwiwasana 1 indikator; (3) proses
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
95
Vol. / 10 / No. 01 / April 2017
pemajemukan yang ditemukan meliputi : tembung camboran wutuh 16 indikator dan tembung camboran tugel 3 indikator.
Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa Dan Sastra. Surakarta: Yuma Pustaka Mulyana. 2011. Morfologi Bahasa Jawa (Bentuk dan Struktur Bahasa Jawa dilengkapi Peristilahan Paramasastra Jawa). Yogyakarta: Kanwa Publisher Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis). Yogyakarta: Duta Wacana University Press _________. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis). Yogyakarta: Sanata Dharma University Press Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo
96