i
KONDISI SOSIAL EKONOMI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI KUALA TUNGKAL JAMBI
NATALIA WIDYA SAGALA
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kondisi Sosial Ekonomi Usaha Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Pantai Kuala Tungkal Jambi adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Maret 2015 Natalia Widya Sagala NIM C44110063
v
ABSTRAK NATALIA WIDYA SAGALA. Kondisi Sosial Ekonomi Usaha Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Pantai Kuala Tungkal Jambi. Dibimbing oleh SUGENG HARI WISUDO dan EKO SRI WIYONO. Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi terkenal dengan usaha perikanan tangkapnya yang berlokasi di PPP Kuala Tungkal. Alat tangkap utama di PPP Kuala Tungkal adalah gillnet, trawl mini, dan togok. Sumberdaya perikanan yang menurun akibat penangkapan yang tidak diperhatikan akan mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi nelayan. Aspek sosial ditinjau dari pola operasi penangkapan, sumber yang berpengaruh dalam peminjaman modal serta jaminan sosial. Aspek ekonomi ditinjau dari tingkat pendapatan nelayan dalam usaha penangkapan. Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat nelayan di PPP Kuala Tungkal sangat penting untuk dikaji, agar dapat diketahui besarnya tingkat kesejahteraan masyarakat dan dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pola penangkapan di PPP Kuala Tungkal Jambi. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian dengan metode survei melalui wawancara nelayan untuk mengetahui kondisi sosial dan ekonomi nelayan di PPP Kuala Tungkal. Kondisi sosial dari pola operasi penangkapan dilakukan dalam satu hari dan tidak tetap, sumber modal yang paling diminati adalah touke, tidak ada jaminan sosial yang diterima oleh nelayan di PPP Kuala Tungkal. Kondisi ekonomi yang masih menguntungkan diukur dari besarnya investasi usaha, pendapatan, biaya, keuntungan, nilai R/C, dan nilai NPV. Usaha penangkapan gillnet dan trawl mini mendapatkan keuntungan karena nilai R/C>1 dan NPV>1 sehingga layak untuk dilanjutkan, sedangkan usaha penangkapan togok mendapatkan keuntungan dengan nilai R/C>1 tetapi nilai NPV<1 maka usaha penangkapan mengalami kerugian. Kata kunci : kondisi sosial, kondisi ekonomi, Kuala Tungkal, gillnet, trawl mini, togok
iii
ABSTRACT NATALIA WIDYA SAGALA. Social Economic Conditions Fisheries Business in the Coastal Fishing Port of Kuala Tungkal Jambi. Supervised by SUGENG HARI WISUDO and EKO SRI WIYONO. Tanjung Jabung Barat regency of Jambi province famous for their fisheries business, located on PPP Kuala Tungkal. The main fishing gear in PPP Kuala Tungkal are the gillnet, trawl mini, and togok. Declining fisheries resources due to uncontrollable will affect the fishermen social and economic life. Social aspect measured by fishing operation patterns, source affected by financial loan and social assurance. Economic aspect measured by fishermen income level in the fishing effort. Social and economic conditions of fishing communities around PPP Kuala Tungkal is very important to be studied in order to know the level of fishermen prosperity and used to fix fishing patterns system in PPP Kuala Tungkal Jambi. There for, the research conducted with survey methods through interviews with fishermen to know the social and economic conditions of fishermen in PPP Kuala Tungkal. Social conditions from the pattern of fishing operation carried out in one day and still, the most desirable source is touke, and there is no social assurance received by fishermen in PPP Kuala Tungkal. Economic conditions are still favorable, measured from the amount of venture investment, revenues, cost, profits, R/C value and NPV value. Business gillnet and trawl mini generate profits because R/C>1 and NPV>1, so that the business gillnet and trawl mini still feasible, while business of togok generate profits with R/C>1, but NPV<1, so that this business losses. Key word : social condition, economic condition, Kuala Tungkal, gillnet, trawl mini, togok
KONDISI SOSIAL EKONOMI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI KUALA TUNGKAL JAMBI
NATALIA WIDYA SAGALA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
v
vii
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah “Kondisi Sosial Ekonomi Usaha Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Pantai Kuala Tungkal Jambi.” Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2014. Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, MSi dan Dr Eko Sri Wiyono, SPi, MSi sebagai komisi pembimbing atas bimbingan dan pengarahannya yang telah diberikan kepada penulis. Terimakasih kepada Dr Ir Budi Wiryawan, MSc selaku dosen penguji dan Dr Mochammad Riyanto SPi, MSi selaku komisi pendidikan serta Ir M. Dahri Iskandar, MSi selaku pembimbing akademik. Terimakasih kepada kepala Ir Ainof selaku kepala PPP Kuala Tungkal Jambi, terimakasih kepada H Husaini, SE, ME selaku Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan H Saifuddin, AMK, SE selaku Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jambi, kepada para nelayan di PPP Kuala Tungkal yang telah membantu dalam penelitian. Terimakasih kepada mama, bapak, kakak, dan adik-adik atas doa, semangat dan dukungannya selama ini, serta terimakasih kepada sahabat-sahabat saya dan teman-teman seperjuangan PSP 48 atas dukungan dan semangatnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Bogor, Maret 2015 Natalia Widya Sagala
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE PENELITIAN
2
Tempat dan Waktu
2
Bahan dan Alat Penelitian
3
Metode Penelitian
3
Jenis dan Metode Pengambilan Data
4
Analisis Data Kondisi Sosial
5
Analisis Data Kondisi Usaha Perikanan
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Keadaan Unit Penangkapan di PPP Kuala Tungkal
7
Kondisi Sosial
9
Kondisi Usaha Perikanan
13
Konflik Alat Tangkap
16
SIMPULAN DAN SARAN
17
Simpulan
17
Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
19
RIWAYAT HIDUP
35
ix
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jumlah alat tangkap di PPP Kuala Tungkal tahun 2012 Jumlah dan ukuran kapal di PPP Kuala Tungkal tahun 2012 Jumlah nelayan di PPP Kuala Tungkal tahun 2012 Pola operasi penangkapan ketiga alat tangkap Jumlah ABK ketiga alat tangkap Persentasi sumber yang diminati nelayan dalam peminjaman modal Kriteria ekonomi usaha penangkapan gillnet tahun 2014 Kriteria ekonomi usaha penangkapan trawl mini tahun 2014 Kriteria ekonomi usaha penangkapan togok tahun 2014
7 8 8 9 10 12 14 15 15
DAFTAR GAMBAR 1 Peta lokasi penelitian di PPP Kuala Tungkal 2 Diagram alir sistem bagi hasil nelayan gillnet dan trawl mini di PPP Kuala Tungkal
3 11
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Desain alat tangkap gillnet di PPP Kuala Tungkal Desain alat tangkap trawl mini di PPP Kuala Tungkal Desain alat tangkap togok di PPP Kuala Tungkal Dokumentasi penelitian Jenis hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Kuala Tungkal Contoh perhitungan analisis usaha alat tangkap gillnet di PPP Kuala Tungkal Contoh perhitungan analisis usaha alat tangkap trawl mini di PPP Kuala Tungkal Contoh perhitungan analisis usaha alat tangkap togok di PPP Kuala Tungkal Contoh perhitungan cashflow alat tangkap gillnet Contoh perhitungan cashflow alat tangkap trawl mini Contoh perhitungan cashflow alat tangkap togok
19 19 20 20 22 23 25 27 29 31 33
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi Jambi yang terkenal dengan usaha perikanan tangkapnya yang terpusat pada Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kuala Tungkal sebagai tempat pendaratan hasil tangkapan. PPP Kuala Tungkal terletak di tepi Sungai Pengabuan, Kuala Tungkal, Desa Tungkal I Kec. Tungkal Ilir. Nelayan di PPP Kuala Tungkal masih melakukan operasi penangkapan ikan secara tradisional dengan alat tangkap utama yang digunakan adalah gillnet, trawl mini, dan togok dengan hasil tangkapannya antara lain : tenggiri (Scomberromo commersoni), sembilang (Neosilurus sp), malung (Muarenesox cinareus), senangin (Eletheronema tetradactylum), udang ketak (Thenus orientalis) dan lainnya. Penangkapan yang tidak terkendali akan mengakibatkan, sumberdaya perikanan berkurang (Rifki 2002). Hal ini akan mempengaruhi aspek kehidupan sosial dan ekonomi nelayan. Aspek sosial yaitu pemilihan sumber modal oleh nelayan serta jaminan sosial yang diterima. Aspek ekonomi yaitu tingkat pendapatan nelayan yang berkurang. Pola operasi penangkapan yang dilakukan oleh masyarakat nelayan setempat juga akan mempengaruhi kondisi sosial ekonomi kehidupan nelayan. Semakin tinggi operasi penangkapan yang dilakukan dan hasil tangkapan serta harga jual yang tinggi, maka kondisi ekonomi nelayan akan semakin tinggi. Jaminan sosial yang diterima oleh nelayan dan pemilihan sumber peminjaman modal yang tepat akan memperbaiki kondisi sosial nelayan di PPP Kuala Tungkal, Jambi. Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat nelayan sekitar PPP Kuala Tungkal, Jambi sangat penting untuk dikaji agar dapat diketahui seberapa besar tingkat ekonomi dan sosial masyarakat nelayan yang bermatapencaharian utama sebagai nelayan sehingga dapat mencukupi kebutuhan hidup, dan juga dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pola penangkapan yang dilakukan di PPP Kuala Tungkal, Jambi seperti meningkatkan teknologi penangkapan, pembatasan hasil tangkapan dan daerah penangkapan ikan oleh alat tangkap trawl mini serta jaminan sosial nelayan PPP Kuala Tungkal.
Perumusan Masalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang terletak di Provinsi Jambi memiliki sumberdaya perikanan tangkap yang besar yang berpusat di PPP Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebagai pusat usaha perikanan tangkap. Usaha perikanan tangkap yang dilakukan oleh nelayan PPP Kuala Tungkal masih tradisional dari segi alat tangkap dan teknologi yang digunakan masih sederhana. Berdasarkan uraian diatas, beberapa masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana kondisi sosial masyarakat nelayan PPP Kuala Tungkal, Jambi dilihat dari aspek pola operasi penangkapan, sumber yang berpengaruh dalam peminjaman modal, dan jaminan sosial yang diterima.
2
2) Bagaimana kondisi ekonomi usaha perikanan tangkap di daerah PPP Kuala Tungkal, Jambi dilihat dari aspek tingkat pendapatan dan kriteria ekonomi yang dinilai. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan kondisi sosial masyarakat nelayan PPP Kuala Tungkal, Jambi 2. Menilai kondisi ekonomi usaha perikanan tangkap di daerah PPP Kuala Tungkal, Jambi.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak pelabuhan untuk memperbaiki pola sistem usaha perikanan tangkap yang diterapkan di PPP Kuala Tungkal seperti meningkatkan teknologi penangkapan, pembatasan hasil tangkapan, dan daerah penangkapan oleh alat tangkap trawl mini, serta jaminan sosial yang diterima oleh masyarakat nelayan sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat nelayan dari segi sosial dan ekonominya.
METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2014 di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi (Gambar 1).
3
Gambar 1 Peta lokasi penelitian PPP Kuala Tungkal
Bahan Alat Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Kuisioner untuk nelayan 2. Kamera untuk dokumentasi
Metode Penelitian Metode yang digunakan berupa metode penelitian survei yang termasuk ke dalam metode deskriptif. Metode penelitian survei dilakukan dengan meneliti keadaan suatu kelompok individu atau populasi untuk mendapatkan gambaran objek yang diteliti. Nazir (1983) menjelaskan metode survei yaitu penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei dan perhitungan kelayakan usaha. Metode survei yaitu metode yang bertujuan untuk mengumpulkan data dari sejumlah variabel pada suatu kelompok masyarakat melalui wawancara langsung dan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya dengan berupa kuisioner sedangkan perhitungan kelayakan usaha adalah menggunakan beberapa parameter yang akan menghitung usaha penangkapan yang dilakukan di PPP Kuala Tungkal, Jambi. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu usaha untuk menggambarkan atau mendiskripsikan secara sistematis mengenai fakta-fakta serta hubungan antara
4
fenomena yang diteliti. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandanganpandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena (Nazir 1983)
Jenis dan Metode Pengambilan Data Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan cara purposive sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan tertentu dari peneliti dengan cara memastikan diperolehnya sejumlah sampel yang mewakili populasi yang akan diteliti (Eriyanto 2007). Mengingat keterbatasan sumberdaya penelitian (tenaga, waktu dan dana) jumlah sampel yang dikumpulkan untuk diwawancarai adalah 30 nelayan dari 3 alat tangkap yaitu, 10 nelayan gillnet meliputi 8 orang nelayan pemilik usaha dan 2 orang ABK, 10 nelayan trawl mini meliputi 7 orang nelayan pemilik usaha dan 3 orang ABK, dan 10 orang nelayan pemilik usaha togok. Data yang diolah merupakan data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari berbagai laporan dan literatur yang terkait dengan penelitian seperti: 1. Produksi ikan yang didaratkan, jenis ikan yang didaratkan di PPP Kuala Tungkal pada 3 alat tangkap yaitu gillnet, trawl mini, dan togok. 2. Jumlah alat tangkap yang dioperasikan, jumlah dan ukuran kapal serta jumlah nelayan di PPP Kuala Tungkal. 3. Pendapatan yang diterima oleh nelayan 3 alat tangkap gillnet, trawl mini, dan togok tersebut. 4. Investasi dan biaya operasional penangkapan ikan. Data primer diperoleh dengan melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian dan wawancara dengan nelayan, keluarga nelayan serta pelaku-pelaku perikanan yang terkait. Wawancara dilakukan berpedoman pada kuisioner yang telah dipersiapkan. Data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan nelayan dari 3 alat tangkap yaitu gillnet, trawl mini, dan togok dengan 10 nelayan untuk masing-masing alat tangkap, sehingga sampel yang diambil berjumlah 30 sampel. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu : 1. Aspek Sosial, yang meliputi : a. Pola operasi penangkapan; terdiri dari frekuensi penangkapan yang dilakukan dalam 1 bulan dan jumlah ABK yang ikut dalam setiap pengoperasian alat tangkap. b. Sumber modal yang digunakan oleh nelayan untuk peminjaman modal dalam usaha penangkapan. c. Jaminan sosial yang diperoleh oleh nelayan PPP Kuala Tungkal, Jambi; meliputi bentuk jaminan sosial yang diterima nelayan, besarnya jaminan sosial yang diterima, waktu penerimaan jaminan sosial, dan asal jaminan yang diterima, serta kriteria dalam penerimaan jaminan sosial.
5
2. Aspek Ekonomi, yang meliputi : a. Biaya investasi usaha yang dikeluarkan setiap tahunnya oleh nelayan. b. Jumlah pendapatan yang diterima nelayan setiap melakukan trip penangkapan. c. Jumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya variabel) yang dikeluarkan oleh nelayan. d. Keuntungan yang diterima oleh nelayan. e. Hasil tangkapan yang diperoleh meliputi; jumlah tangkapan, harga hasil tangkapan serta jenis ikan yang tertangkap selama 1 tahun.
Analisis Data Kondisi Sosial Kondisi sosial yang dianalisis yang meliputi; pola operasi penangkapan, jumlah ABK dalam setiap operasi penangkapan ikan, disamping itu juga dikaji tentang hambatan yang dialami oleh nelayan selama kegiatan operasi penangkapan. Aspek lain yang dianalisis adalah sumber modal serta jaminan sosial yang diterima oleh nelayan. a. Pola operasi penangkapan Pola operasi penangkapan merupakan faktor penting dalam usaha penangkapan. Pola operasi penangkapan dianalisis secara deskriptif dengan mendeskripsikan frekuensi penangkapan yang dilakukan, jumlah ABK setiap melakukan kegiatan operasi, hambatan setiap melakukan usaha penangkapan, serta sistem bagi hasil yang dilakukan oleh nelayan di PPP Kuala Tungkal. b. Sumber-sumber yang berpengaruh dalam peminjaman modal Analisis data yang digunakan untuk mengetahui sumber yang berpengaruh dalam peminjaman modal pada nelayan di PPP Kuala Tungkal adalah dengan pendekatan deskriptif. Mendeskripsikan sumber mana yang paling banyak diminati dan dipilih oleh nelayan dalam peminjaman modal dan alasan nelayan lebih memilih sumber tertentu untuk meminjam modal dengan cara membuat persentase terhadap masing-masing sumber modal. c. Jaminan sosial Jaminan sosial merupakan salah satu modal sosial yang diterima oleh nelayan untuk mendukung kegiatan usaha penangkapan ikan yang dilakukan di PPP Kuala Tungkal Jambi. Analisis yang digunakan adalah dengan mendeskripsikan apakah nelayan di PPP Kuala Tungkal mendapatkan jaminan sosial dari pemerintah atau tidak serta organisasi sosial seperti koperasi yang ada di PPP Kuala Tungkal. Kondisi Usaha Perikanan Analisis usaha diperlukan untuk mengetahui struktur ekonomi masyarakat nelayan di PPP Kuala Tungkal Jambi. Struktur ekonomi yang dianalisis meliputi analisis pendapatan usaha, analisis Revenue Cost Ratio (R/C), dan Net Present Value (NPV).
6
a. Analisis pendapatan usaha (π) Analisis ini bertujuan untuk mengukur apakah kegiatan usaha yang dilakukan pada saat ini berhasil atau tidak. Analisis ini dapat juga digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh. Keuntungan maksimum dicapai dari selisih antara penghasilan total dan pembiayaan total pada suatu kegiatan. Keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut (Hanafiah dan Saefuddin 2006) : π = Total Penerimaan (TR) – Total Biaya (TC) Keterangan : π : Keuntungan TR : Total revenue/total penghasilan TC : Total cost/total biaya Kriteria : 1. Apabila TR > TC, maka usaha mendapat keuntungan 2. Apabila TR < TC, maka usaha mengalami kerugian 3. Apabila TR = TC, maka usaha mengalami titik impas b.
Analisis revenue cost ratio (R/C) Dilakukan dengan tujuan untuk melihat keuntungan relatif dalam sebuah usaha perikanan yang diperoleh dalam 1 tahun terhadap biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha perikanam tersebut. R/C = Keterangan: 1. Bila R/C > 1, maka usaha dikatakan sangat layak 2. Bila R/C < 1, maka usaha dikatakan tidak layak 3. Bila R/C = 1, maka usaha dikatakan layak
c. Analisis net present value (NPV) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui nilai keuntungan bersih yang diperoleh selama umur usaha. Net present value (NPV) merupakan selisih antara nilai sekarang (present value) dari keuntungan dan nilai sekarang dari biaya, dinyatakan dalam rumus (Nurmalina et al 2010) : n
Keterangan : NPV Bt Ct n i t
NPV
I 0
Bt Ct 1 i
= Net Present Value = manfaat pada tahun ke-t = biaya pada tahun ke -t = umur ekonomis usaha = tingkat suku bunga = tahun kegiatan proyek (t = 0,1,2,3,..n tahun)
Kriteria: Jika NPV ≥ 0, maka usaha menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan Jika NPV < 0, maka usaha merugi dan tidak layak untuk dilanjutkan
7
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Unit Penangkapan Ikan di PPP Kuala Tungkal Alat Tangkap Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di PPP Kuala Tungkal rata-rata masih tergolong tradisional dan dalam skala kecil. Alat tangkap yang digunakan bermacam-macam (Tabel 1). Terdapat 3 unit penangkapan yang mendominasi usaha penangkapan, yaitu : gillnet (42%), trawl mini (19%), serta togok (12%), dan terdapat 3 unit penangkapan terendah yaitu rawai/pancing (3.2%), perangkap (3.1%) serta fishnet (0.4%). Gillnet atau jaring insang adalah salah satu dari bahan jaring monofilament atau multifilament yang dibentuk menjadi empat persegi panjang, kemudian pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung (floats) dan pada bagian bawahnya dilengkapi dengan pemberat (singkers) (Martasuganda 2008). Gillnet yang dioperasikan di PPP Kuala Tungkal (Lampiran 1) adalah jenis gillnet hanyut permukaan (drift gillnet) milenium. Trawl mini merupakan alat penangkap ikan yang terbuat dari jaring berbentuk kerucut yang menyapu dasar perairan atau menyaring kolom air dan ditarik oleh kapal. Trawl yang dioperasikan di PPP Kuala Tungkal (Lampiran 2) ukurannya kecil dibandingkan dengan ukuran trawl sebenarnya, sehingga disebut trawl mini. Togok (Lampiran 3) merupakan alat tangkap yang dibuat menggunakan batang nibung yang dibentuk seperti gawang dan diberi jaring berbentuk segitiga (Widarmanto et al 2006). Cara pengoperasian togok di PPP Kuala Tungkal adalah jaring togok dipasang ketika air bergerak surut, ketika arus air sungai mulai deras disaat itulah udang dan ikan masuk dan berakhir setelah air surut kembali dan jaring togok diangkat. Tabel 1 Jumlah alat tangkap di PPP Kuala Tungkal tahun 2012 Kecamatan No. Jenis alat tangkap Jumlah Tungkal Ilir Kuala Betara 1. Gillnet 340 125 465 2. Trawl mini 192 23 215 3. Togok 138 138 4. Sondong 52 80 132 5. Pengumpul Kerang 45 4 49 6. Belat 11 28 39 7. Rawai/pancing 29 7 36 8. Perangkap 25 10 35 9. Fishnet 5 5 Sumber: Data Statistik Perikanan Tangkap, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2012. Kapal Kapal merupakan salah satu modal investasi yang digunakan oleh nelayan untuk melakukan usaha penangkapan. Kapal yang digunakan kebanyakan berukuran kecil yaitu antara 0-5 GT (Tabel 2). Rata-rata kapal yang dioperasikan
8
di PPP Kuala Tungkal adalah kapal motor. Jumlah terbesar kapal yang beroperasi adalah tipe kapal motor 0-5 GT yaitu sebanyak 848 kapal. Tabel 2 Jumlah dan ukuran kapal di PPP Kuala Tungkal tahun 2012 Kecamatan No. Jenis kapal Ukuran kapal Jumlah Tungkal Ilir Kuala Betara 1. Kapal motor 0-5 GT 672 176 848 5-10 GT 9 9 10-20 GT 60 60 20-30 GT 30-50 GT 45 45 50-100 GT >100 GT 2. Perahu tanpa Kecil motor Sedang Besar 3. Motor tempel Sumber: Data Statistik Perikanan Tangkap, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2012. Nelayan Nelayan di PPP Kuala Tungkal rata-rata adalah nelayan asli yang tinggal di sekitar pelabuhan yaitu rata-rata nelayan suku Bugis. Nelayan di PPP Kuala Tungkal terbagi menjadi 2 kategori, yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh. Jumlah nelayan terbesar di PPP Kuala Tungkal adalah nelayan gillnet sebanyak 930 nelayan dan jumlah nelayan terkecil terdapat pada nelayan fishnet sebanyak 20 nelayan. Jumlah nelayan setiap alat tangkap di PPP Kuala Tungkal dapat ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah nelayan di PPP Kuala Tungkal tahun 2012 Kecamatan No. Nelayan Jumlah Tungkal Ilir Kuala Betara 1. Gillnet 680 250 930 2. Trawl mini 768 92 860 3. Togok 414 414 4. Sondong 104 160 264 5. Pengumpul Kerang 90 8 98 6. Belat 22 56 78 7. Rawai/pancing 58 14 72 8. Perangkap 25 10 35 9. Fishnet 20 20 Sumber: Data Statistik Perikanan Tangkap, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2012.
9
Kondisi Sosial Kondisi sosial masyarakat, dapat ditinjau dari sudut struktural dan dinamikanya. Sudut struktural disebut juga sebagai struktur sosial, yang memiliki arti sebagai jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok (Kusnadi 2002). Struktur sosial yaitu suatu pergaulan hidup manusia meliputi berbagai tipe kelompok yang terjadi dari banyak orang dan meliputi pula lembaga-lembaga di dalamnya dimana orang banyak tersebut ambil bagian. Dalam penelitian ini, dikaji kondisi sosial nelayan yang mengoperasikan alat tangkap utama di PPP Kuala Tungkal, Jambi. Kondisi sosial nelayan diteliti dari beberapa aspek meliputi pola pengoperasian alat tangkap, sumber-sumber yang berpengaruh dalam peminjaman modal serta jaminan sosial nelayan di PPP Kuala Tungkal, Jambi. Pola operasi penangkapan Pola operasi penangkapan yang dilakukan oleh nelayan di PPP Kuala Tungkal, Jambi yang diteliti meliputi aspek frekuensi penangkapan, jumlah pekerja, dan hambatan yang dialami oleh nelayan saat melakukan operasi penangkapan. Berdasarkan penelitian ini, pola operasi penangkapan yang dilakukan oleh nelayan ketiga alat tangkap tidak tetap. Hal ini diduga karena biaya yang dikeluarkan setiap melaut cukup besar dan hasil yang diperoleh juga tidak dapat diprediksi, sehingga nelayan lebih memilih di darat untuk melakukan pekerjaan yang lain seperti berkebun. Kurangnya motivasi nelayan untuk melakukan penangkapan karena hasil tangkapan yang didapat tidak menentu. Tabel 4 Pola operasi penangkapan ketiga alat tangkap No. Jenis alat tangkap Pola operasi penangkapan 1. Gillnet dilakukan secara one day fishing, sore pukul 16.00, nelayan turun kelaut, mencari daerah fishing ground, setting selama 2 jam, kemudian besok paginya pukul 10.00 nelayan pulang, dalam 1 bulan nelayan melakukan trip penangkapan antara 15-18 kali. 2.
Trawl mini
dilakukan secara one day fishing, sore pukul 15.0016.00, nelayan turun kelaut, besok paginya sekitar pukul 07.00-09.00 nelayan pulang, dalam 1 bulan nelayan melakukan trip penangkapan antara 12-15 kali. 3. Togok dilakukan secara one day fishing, pagi pukul 04.0005.00 nelayan turun kemuara sungai untuk melihat hasil tangkapan yang masuk ke jaring togok, kemudian hauling sekitar pukul 10.00-11.00, dalam 1 bulan nelayan melakukan trip penangkapan antara 1820 kali. Sumber: Diolah dari data primer, 2014 Selanjutnya hasil penelitian ini menyatakan bahwa jumlah ABK yang melakukan operasi penangkapan dalam jumlah optimum (tidak lebih dan tidak kurang). Hal ini dapat diketahui dari biaya yang dikeluarkan untuk setiap ABK
10
dalam operasi penangkapan tidak melebihi pendapatan, sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi ABK yang ikut dalam operasi penangkapan dikatakan relatif baik. Tabel 5 Jumlah ABK No. Alat tangkap Jumlah ABK 1. Gillnet 4-5 ABK + 1 Tekong (kapten) 2. Trawl mini 3-4 ABK + 1 Tekong (kapten) 3. Togok 1-2 orang nelayan Sumber: Diolah dari data primer, 2014 Namun demikian, dalam melakukan operasi penangkapan ikan, berdasarkan hasil penelitian ternyata nelayan di PPP Kuala Tungkal mengalami beberapa hambatan. Hambatan yang sering dialami antara lain : 1. Saat setting jaring koyak dan kapal rusak 2. Tidak ada biaya modal untuk melakukan operasi penangkapan 3. Hasil tangkapan menurun, nelayan tidak bisa mendapatkan keuntungan 4. Perubahan iklim yang tidak menentu menyebabkan meningkatnya badai dan gelombang ekstrim serta tingginya air pasang. Pada wilayah perairan PPP Kuala Tungkal gelombang ekstrim serta badai merupakan ancaman yang kerap kali datang ketika tiba musim angin barat serta musim penghujan. Sementara perahu dan sarana penangkapan ikan nelayan PPP Kuala Tungkal masih tradisional dan belum dalam kapasitas menghadapi badai ataupun gelombang besar. Air pasang yang menyebabkan nelayan tidak berani melaut adalah kisaran 0.05 m – 1 m (Isnaniah 2009). 5. Tidak ada jaminan sosial dari pemerintah ataupun lembaga koperasi di PPP Kuala Tungkal yang diberikan kepada para nelayan setiap alat tangkap. Apabila investasi usaha yang digunakan nelayan rusak, tidak ada biaya bantuan yang diberikan baik dari pemerintah ataupun koperasi. Nelayan PPP Kuala Tungkal banyak menggunakan biaya sendiri untuk memperbaiki investasi usaha mereka, sehingga terkadang nelayan tidak mempunyai dana untuk memperbaiki dan operasi penangkapanpun tidak dilakukan. Banyaknya hambatan yang dialami oleh nelayan dalam usaha penangkapan menyebabkan nelayan banyak mengalami kesulitan dalam menjalankan usaha penangkapannya, yang mengakibatkan nelayan di PPP Kuala Tungkal kondisi sosialnya masih rendah. Pendapatan yang diterima oleh nelayan di PPP Kuala Tungkal diatur dalam sistem bagi hasil perikanan. Sistem bagi hasil perikanan yang diterapkan di PPP Kuala Tungkal yaitu antara nelayan pemilik dan nelayan buruh. Sistem bagi hasil perikanan diatur dalam UU No. 19 tahun 1964 Bab II Pasal 2 yang berisi usaha perikanan laut maupun darat atas dasar perjanjian bagi hasil harus diselenggarakan berdasarkan kepentingan bersama dari nelayan pemilik dan nelayan penggarap serta pemilik tambak dan penggarap tambak yang bersangkutan, hingga mereka masing-masing menerima bagian dari hasil usaha itu sesuai dengan jasa yang diberikannya. Sistem bagi hasil yang diterapkan oleh nelayan gillnet dan trawl mini di PPP Kuala Tungkal (Gambar 2) adalah dengan cara sebaagai berikut: 1. Hasil tangkapan kotor (pendapatan kotor) dikurangi biaya operasional dan retribusi.
11
2. Hasil tangkapan bersih dibagi 50% untuk nelayan pemilik dan 50% untuk nelayan buruh. 3. Bagi nelayan buruh dibagi 50% untuk tekong (kapten) dan 50% untuk seluruh ABK. Pendapatan kotor
Pendapatan bersih
Biaya operasional dan retribusi
Penerimaan 100% Tekong (kapten) (50%) Nelayan pemilik (50%)
Nelayan buruh (50%) ABK (50%)
Gambar 2 Diagram sistem bagi hasil nelayan gillnet dan trawl mini di PPP Kuala Tungkal Sistem bagi hasil yang diterapkan di PPP Kuala Tungkal, Jambi sama seperti yang diterapkan di Kabupaten Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Sistem bagi hasil yang diterapkan adalah 50% : 50%, yaitu 50% untuk nelayan pemilik dan 50% untuk nelayan buruh setelah dipotong biaya operasional dan retribusi (Ritonga 2012). Sedangkan untuk nelayan togok, tidak ada sistem bagi hasil yang diterapkan. Hal ini disebabkan, karena nelayan yang mengoperasikan togok adalah rata-rata nelayan pemilik, dan dalam mengoperasikan usaha penangkapan biasanya nelayan togok membawa saudaranya ataupun anaknya untuk ikut dalam usaha penangkapan, dan sistem pendapatan yang diterima adalah sepenuhnya oleh pemilik usaha togok. Nelayan yang ikut dalam pengoperasian biasanya dibayarkan seikhlasnya oleh pemilik usaha karena adanya sistem kekeluargaan yang diterapkan. Keluarga yang dibawa oleh pemilik usaha dalam operasi penangkapan biasanya masih tinggal dalam satu rumah ataupun dekat dengan rumah pemilik togok serta pendapatan yang diterima dalam operasi penangkapan dinikmati bersama. Sumber- sumber peminjaman modal Modal merupakan aspek utama dalam operasi penangkapan ikan. Nelayan PPP Kuala Tungkal, Jambi, bila kekurangan modal meminjam kepada touke dan koperasi. Berdasarkan penelitian ini, touke merupakan sumber modal yang paling banyak diminati oleh nelayan apabila mereka kekurangan uang dan saat musim paceklik atau hasil tangkapan sedikit (Tabel 6). Pada musim paceklik dari bulan Desember - April, biasanya nelayan tidak mendapatkan tangkapan saat melaut sehingga mereka banyak beralih pekerjaan menjadi berkebun. Nelayan lebih
12
memilih touke karena dalam sistem pembayarannya tidak sulit dan tidak memberatkan nelayan, biasanya tidak diberikan bunga, dan nelayan bebas untuk mengembalikan kapan saja, tanpa dipatok waktu sampai modal yang dipinjamkan kembali kepada touke tetapi harga beli touke pada hasil tangkapan nelayan yang meminjam uang lebih murah (Rp13 000/kg untuk udang rebon). Ada juga beberapa nelayan yang meminjam uang ke koperasi, karena koperasi membeli hasil tangkapan dengan harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan touke (Rp15 000/kg), tetapi dalam pembayaran, nelayan harus mengembalikan uang sesuai dengan waktu yang ditentukan dengan cara memotong uang hasil tangkapan setiap menjual ke koperasi. Koperasi Bina Nelayan Mandiri milik pelabuhan menetapkan bunga setiap bulan dalam peminjaman uang kepada nelayan sebesar 2%. Tabel 6 Persentasi sumber yang diminati nelayan dalam peminjaman modal No. Jenis alat tangkap Touke Koperasi 1. Gillnet 80% 10% 2. Trawl mini 90% 20% 3. Togok 100% 0% Sumber: Diolah dari data primer, 2014 Berdasarkan Tabel 6, togok paling banyak memilih touke sebagai tokoh yang paling berpengaruh dalam peminjaman modal diikuti dengan trawl mini dan gillnet. Hal ini disebabkan bahwa semakin rendah teknologi alat penangkapan yang digunakan dan semakin kecil usaha penagkapan yang dilakukan, maka semakin besar ketergantungan nelayan. Alat tangkap kecil lebih banyak memilih meminjam modal ke touke dibandingkan dengan koperasi, karena mudahnya persyaratan dan birokrasi dalam peminjaman dan pengembalian modal yang dipinjamkan. Jaminan sosial Jaminan sosial yang dibutuhkan masyarakat nelayan adalah tersedianya dana kesehatan dan dana paceklik. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanjung Jabung Barat hanya memberikan pinjaman seperti alat tangkap dan baju pelampung untuk nelayan dan dari lembaga seperti koperasi juga memberikan modal pinjaman dalam bentuk perahu sebanyak 3 buah untuk dipinjamkan kepada nelayan atau alat tangkap yang sering disebut pompom oleh warga nelayan di sekitar PPP Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Jaminan sosial seperti jaminan kesehatan dalam bentuk askes tidak diberikan kepada nelayan setiap alat tangkap yang melakukan operasi penangkapan di sekitar PPP Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat, sehingga nelayan di PPP Kuala dari segi jaminan sosialnya masih rendah, karena rendahnya rasa aman yang diterima oleh nelayan dalam melakukan setiap kegiatan penangkapan. Berdasarkan kriteria sosial usaha penangkapan ke-3 alat tangkap, maka nelayan di PPP Kuala Tungkal masih banyak yang terikat pada touke dalam peminjaman modal, jaminan sosial tidak diberikan oleh pemerintah dan banyaknya hambatan setiap melakukan operasi penangkapan yang banyak ditanggung oleh nelayan, sehingga rata-rata masih banyak nelayan di PPP Kuala Tungkal kondisi sosialnya masih rendah.
13
Organisasi sosial di PPP Kuala Tungkal salah satunya adalah Koperasi Bina Nelayan Mandiri. Koperasi Bina Nelayan Mandiri dengan Badan Hukum No.30 BH/KDK.52/VI/2000 dan didirikan pada tanggal 6 Juni 2000 yang terletak di Jl. Bangkinang Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi merupakan salah satu koperasi yang memberikan peminjaman modal kepada nelayan di PPP Kuala Tungkal. Struktur Organisasi Koperasi Bina Nelayan Mandiri (Lampiran 4) yang memegang keputusan paling penting yaitu terdapat pada rapat anggota. Pada rapat anggota beberapa hal yang dibahas antara lain: 1. Menetapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi. 2. Menetapkan kebijakan umum koperasi 3. Memilih, mengangkat dan memberhentikan pengurus dan badan pemeriksa koperasi. 4. Menetapkan dan mengesahkan rencana kerja serta rencana anggaran belanja koperasi, serta kebijakan pengurus dalam bidang organisasi dan usaha koperasi. 5. Mengesahkan laporan pertanggung jawaban pengurus dan badan pemeriksa dalam bidang organisasi dan usaha koperasi, dan rapat anggota diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun. Koperasi Bina Nelayan Mandiri melayani nelayan dalam penyaluran BBM, pengolahan perikanan hasil laut, perbengkelan, waserda (warung serba ada), industri, serta jasa transportasi.
Kondisi Usaha Perikanan Usaha penangkapan ikan secara teknis ekonomi merupakan suatu proses produksi yang bersifat ekstraktif, yakni mengambil hasil alam tanpa mengembalikan sebagian hasilnya untuk pengambilan dikemudian hari (Abubakar 2004). Analisis usaha yang digunakan untuk menilai kondisi ekonomi nelayan PPP Kuala Tungkal meliputi aspek investasi usaha, pendapatan, dan biaya, kemudian dinilai dengan menggunakan aspek keuntungan, nilai R/C dan NPV. Investasi usaha yang dikeluarkan oleh nelayan untuk memulai usaha penangkapan yaitu terdiri dari kapal, alat tangkap, dan mesin. Biaya yang harus dikeluarkan selain biaya investasi yaitu biaya usaha. Biaya usaha merupakan pengeluaran dari kegiatan usaha penangkapan yang harus dikeluarkan. Biaya usaha tersebut terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabele cost). Albar (2012) menjelaskan bahwa biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan meskipun tidak melakukan penangkapan yang meliputi biaya penyusutan dan biaya pemeliharaan setiap tahunnya. Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan apabila akan melakukan kegiatan penangkapan. Biaya tidak tetap ini meliputi biaya operasional (perbekalan). Pendapatan merupakan selisih antara nilai produksi dengan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha penangkapan. Gillnet Kegiatan usaha perikanan tangkap di PPP Kuala Tungkal, Jambi dengan menggunakan alat tangkap gillnet mempunyai jumlah investasi, biaya total, pendapatan dan keuntungan yang rata-rata lebih besar dibandingkan dengan 2 alat
14
tangkap lainnya yaitu trawl mini dan togok. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 7. Usaha perikanan tangkap ini memberikan keuntungan yang sebanding dengan nilai investasi usaha dan nilai biaya yang dikeluarkan setiap tahun dalam operasi penangkapan. Rata-rata biaya investasi yang dikeluarkan adalah Rp73 300 000, sedangkan biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp157 213 333, pendapatan rata-rata yang diterima sebesar Rp218 933 535. Kegiatan usaha perikanan tangkap gillnet ini, layak untuk dilanjutkan, karena nilai Revenue Cost Ratio (R/C) telah diatas 1 (R/C>1) yaitu rata-rata sebesar 1.5428 yang artinya setiap satu rupiah biaya usaha yang dikeluarkan maka akan memperoleh Rp1.5428 sehingga usaha tersebut menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan. Nilai rata-rata NPV (Net Persent Value) sebesar 225 972 013, yang artinya bisnis tersebut menguntungkan dan memberi manfaat karena nilai NPV>1. Sehingga kondisi ekonomi usaha perikanan tangkap gillnet di PPP Kuala Tungkal, berdasarkan kriteria ekonomi telah memberikan keuntungan bagi nelayan dan layak untuk dilanjutkan. Usaha penangkapan gillnet di Kabupaten Pontianak Provinsi Kalimantan Barat mengeluarkan investasi usaha rata-rata sebesar Rp169 872 751 per tahunnya (Ghandi 2010). Hal ini hampir sama dengan rata-rata investasi usaha gillnet yang dikeluarkan di PPP Kuala Tungka Jambi. Tabel 7 Kriteria ekonomi usaha penangkapan gillnet tahun 2014 Kriteria Min (Rp) Max (Rp) Rata-rata (Rp) St. Dev Investasi usaha 59 000 000 83 000 000 73 300 000 8 680 118 Pendapatan 163 437 400 301 720 200 218 933 535 40 153 292 Biaya 102 600 000 172 310 000 157 213 333 24 161 667 Keuntungan 5 557 400 180 145 200 70 280 535 58 655 524 R/C 1.0352 2.4817 1.5428 0.5223 NPV -56 327 041 688 431 191 225 972 013 258 233 506 Sumber: Diolah dari data primer, 2014 Trawl mini Kegiatan usaha perikanan tangkap dengan menggunakan alat tangkap trawl mini di PPP Kuala Tungkal, Jambi mempunyai jumlah investasi, pendapatan dan total biaya yang dikeluarkan setiap operasi penangkapan menduduki posisi kedua dibandingkan dengan gillnet dan togok. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 8. Rata-rata biaya investasi yang dikeluarkan adalah Rp19 620 000 sedangkan biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 148 653 000 pendapatan rata-rata yang diterima sebesar Rp192 438 950. Keuntungan rata-rata yang diberikan setiap tahun dari usaha penangkapan ini sebesar Rp35 846 917 dengan Revenue Cost Ratio (R/C)>1 yaitu rata-rata sebesar 1.2346 yang artinya setiap satu rupiah biaya usaha yang dikeluarkan maka akan memperoleh Rp 1.2346 sehingga usaha tersebut menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan. Net Persent Value (NPV) > 1 sebesar 125 887 157 yang artinya usaha ini layak untuk dilanjutkan karena pendapatan yang diterima per tahunnya telah melebihi biaya yang dikeluarkan dan telah memberi manfaat dan mendapatkan keuntungan bagi nelayan trawl mini. Sehingga dari segi ekonomi kondisi usaha perikanan tangkap yang dilakukan dengan menggunakan trawl mini memberikan keuntungan bagi nelayan dan layak untuk dilanjutkan untuk memenuhi kebutuhan hidup nelayan. Usaha penangkapan trawl mini atau jaring arad di Blanakan, Kabupaten Subang juga mengeluarkan
15
investasi usaha rata-rata sebesar Rp159 581 080 per tahunnya dengan pendapatan yang diterima sebesar Rp183 752 000 per tahunnya dan dapat dinyatakan bahwa usaha penangkapan yang dilakukan di Blanakan, Kabupaten Subang layak untuk dilanjutkan (Janah 2010). Hal ini hampir sama dengan rata-rata investasi dan pendapatan yang diterima dari usaha penangkapan trawl mini yang dilakukan di PPP Kuala Tungkal Jambi. Tabel 8 Kriteria ekonomi usaha penangkapan trawl mini tahun 2014 Kriteria Min (Rp) Max(Rp) Rata-rata (Rp) Investasi usaha 16 800 000 22 900 000 19 620 000 Pendapatan 151 634 800 267 111 200 192 438 950 Biaya 120 791 667 179 651 667 148 653 000 Keuntungan 1 041 467 88 077 867 35 846 917 R/C 1.0069 1.4919 1.2346 NPV -22 986 705 344 810 972 125 887 157 Sumber: Diolah dari data primer, 2014
St. Dev 2 602 904.36 33 931 840.43 22 064 047.74 26 742 429.42 0.1756 113 076 596
Togok Usaha perikanan tangkap dengan menggunakan alat tangkap togok di PPP Kuala Tungkal Jambi dari kriteria ekonomi seperti investasi usaha, pendapatan yang diterima per tahunnya dan biaya yang dikeluarkan per tahun untuk operasi penangkapan mempunyai nilai yang rendah dibandingkan dengan 2 alat tangkap pembandingnya yaitu gillnet dan trawl mini. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 9. Rata-rata biaya investasi yang dikeluarkan adalah Rp11 181 000, sedangkan biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp38 432 833, pendapatan rata-rata yang diterima sebesar Rp40 333 350. Keuntungan yang diterima dari usaha ini rendah, hal ini dapat terlihat dari nilai R/C>1 yaitu rata-rata sebesar 1.0510 yang artinya setiap satu rupiah biaya usaha yang dikeluarkan maka akan memperoleh Rp1.0510. NPV yang dihasilkan kecil dari 1 (NPV<1) yaitu rata-rata -15 161 270, hal ini menunjukkan bahwa usaha ini belum memberikan manfaat dan dinyatakan rugi. Keuntungan yang diperoleh dari usaha adalah keuntungan saat sekarang, dan tidak untuk masa depan, sehingga di masa depan keuntungan yang dikumpulkan tidak bisa menutupi biaya yang dikeluarkan atau usaha togok ini mengalami kerugian. Tabel 9 Kriteria ekonomi usaha penangkapan togok tahun 2014 Kriteria Min (Rp) Max (Rp) Rata-rata (Rp) Investasi usaha 9 650 000 16 000 000 11 181 000 Pendapatan 33 315 000 48 532 500 40 333 350 Biaya 31 623 333 46 375 000 38 432 833 Keuntungan 196 833 4 415 333 1 900 517 R/C 1.0054 1.1193 1.0510 NPV -88 022 373 2 975 259 -11 287 339 Sumber: Diolah dari data primer, 2014
St. Dev 1 908 277.001 5 243 048.801 5 278 917.658 1 328 527.495 0.0381 26 394 625.1
Berdasarkan kriteria ekonomi dari ketiga alat tangkap, maka dapat dikatakan semakin besar biaya yang dikeluarkan, maka semakin besar pendapatan yang diterima oleh nelayan setiap alat tangkap. Hal ini diduga disebabkan oleh teknologi yang digunakan semakin canggih seperti mesin, ukuran alat tangkap,
16
jarak daerah penangkapan, dan jumlah ABK (Arindina 2014). Menurut Nugroho (1996), nilai pendapatan yang diterima oleh nelayan bergantung pada hasil tangkapan (produksi) dan harga dari komoditi tersebut dan jumlah hasil tangkapan nelayan bergantung pada teknologi yang digunakan dalam pengoperasian. Gillnet memiliki biaya dan pendapatan yang lebih tinggi dan keuntungan yang besar, kemudian diikuti oleh usaha penangkapan trawl mini, dan terakhir usaha penangkapan togok. Togok menghasilkan pendapatan yang lebih kecil dan bahkan merugi dibandingan kedua alat tangkap yang lain. Hal ini disebabkan karena alat tangkap togok merupakan alat tangkap yang pasif atau statis dan sejenis perangkap yang hanya memanfaatkan pasang surut muara sungai, ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan 2 alat tangkap pembedanya dan diletakkan di muara sungai, sehingga hasil tangkapan yang diperoleh juga sedikit, yang menyebabkan pendapatan dan keuntungan yang diperoleh lebih kecil, karena menunggu ikan yang masuk ke dalam perangkap, tidak ada usaha yang diberikan untuk menangkap ikan dalam setiap kegiatan operasi sehingga usaha ini tidak layak untuk dilanjutkan karena mengalami kerugian untuk masa yang akan datang. Gillnet dan trawl mini pengoperasiannya secara dinamis atau dapat berpindahpindah dengan bantuan kapal untuk menangkap ikan, sehingga hasil tangkapan yang diterima lebih besar yang mengakibatkan keuntungannya lebih besar juga dan memberikan manfaat yang besar kepada nelayan.
Konflik Alat Tangkap Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan tiga alat tangkap utama di PPP Kuala Tungkal Jambi meliputi alat tangkap gillnet, trawl mini, dan togok. Alat tangkap trawl mini merupakan salah satu alat tangkap yang berpotensi mempunyai konflik sosial untuk nelayan di PPP Kuala Tungkal walaupun dari kondisi ekonomi menguntungkan bagi nelayan untuk saat ini. Trawl mini berpotensi mempunyai konflik sosial untuk beberapa tahun yang akan datang, karena trawl mini dalam pengoperasiannya menyapu seluruh ikan yang ada di perairan tanpa melihat ukuran spesies ikan yang tertangkap. Hal ini juga terjadi di perairan Rembang yang umumnya nelayan masih mengoperasikan jaring cotok/arad yang berpeluang besar merusak jaring nelayan lain ketika perahu yang mengoperasikan cotok/arad melintas. Kendati pemerintah telah mengeluarkan Kepres 39 tahun 1980 yang melarang penggunaan trawl, penggunaan berbagai alat tangkap trawl masih rnerajalela di perairan Rembang. Pada saat terlalu banyak perahu cotok/arad beroperasi, terjadilah konflik diantara sesama nelayan. Dampaknya adalah over fishing di perairan Rembang dan hal inilah yang rnendorong konflik yang diakibatkan dalam penggunaan teknologi penangkapan ikan (Boesono et al 2010). Konflik sosial disini dapat menyebabkan hasil tangkapan akan habis dan kebanyakan nelayan tidak mendapatkan hasil tangkapan untuk beberapa tahun kemudian, karena telah habis ditangkap untuk saat ini, sehingga perlu adanya pembatasan jumlah hasil tangkapan yang diperbolehkan untuk ditangkap oleh nelayan dan pembagian daerah penangkapan, sehingga tidak menimbulkan konflik pada alat tangkap trawl mini.
17
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kondisi sosial nelayan di PPP Kuala Tungkal masih di bawah harapan, pola operasi penangkapan ikan secara umum dilakukan dalam waktu 1 hari (one day fishing) dan jumlah tripnya tidak tetap. Nelayan lebih memilih touke sebagai sumber modal dibandingkan koperasi karena kemudahan dalam peminjaman modal, jaminan sosial tidak ada, sehingga nelayan di PPP Kuala Tungkal dari kondisi sosialnya masih rendah. 2. Usaha penangkapan ikan di PPP Kuala Tungkal masih tergolong menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan karena memberi manfaat walaupun rata-rata keuntungan yang mereka dapat kecil.
Saran 1. Perlu adanya perhatian tentang konflik besar dari alat tangkap trawl mini yang dioperasikan di PPP Kuala Tungkal, Jambi. 2. Pemerintah diharapkan memperhatikan kondisi sosial nelayan dari jaminan sosial. Agar adanya rasa aman dari nelayan untuk melakukan kegiatan operasi penangkapan
DAFTAR PUSTAKA Abubakar MBS. 2004. Analisis Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tangkap Kota Ternate [disertasi]. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Albar AB. 2012. Pengembangan Perikanan Purse Seine di PPI Blanakan Subang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Arindina R. 2014. Keragaan Unit Penangkapan Mini Purse Seine di PPP Lempasing [skripsi]. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Boesono H, Yulianto T, Santosa W, Wibowo BA. 2006. Studi Pemetaan Daerah Konflik Alat Tangkap Nelayan Sarang Kabupaten Rembang Jawa Tengah Di dalam: Yulianto T, editor. Seminar Nasional Perikanan Tangkap; 2006 Mei 5. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hlm 334-341. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan. 2012. Statistik Perikanan Tangkap Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Departemen Perikanan. Jambi. Eriyanto. 2007. Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta (ID): LkiS Yogyakarta. Ghandi M. 2010. Analisis Pengembangan Perikanan Gillnet di Kabupaten Pontianak Provinsi Kalimantan Barat [disertasi]. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
18
Hanafiah M, Saefuddin AM. 2006. Tata Niaga Hasil Perikanan. Jakarta (ID): UI Pr. Isnaniah. 2009. Pengembangan Perikanan Tangkap Berbasis Sumberdaya Ikan Demersal di Perairan Kota Dumai Provinsi Riau [disertasi]. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Janah E. 2010. Karakteristik Usaha Perikanan Jaring Arad di PPI Blanakan Kabupaten Subang Jawa Barat [skripsi]. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. [KUB] Kelompok Usaha Bersama. 2013. Laporan Perkembangan Kegiatan Operasional Kabupaten Tanjung Jabung Barat Bulan Maret. Departemen Perikanan. Jambi. Koperasi LEPP Mitra Mandiri. 2013. Laporan Perkembangan Kegiatan Operasional Kabupaten Tanjung Jabung Barat Bulan Januari. Departemen Perikanan. Jambi. [KUB] Kelompok Usaha Bersama Mina Karya Jaya. 2013. Laporan Perkembangan Kegiatan Operasional Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Departemen Perikanan. Jambi. [KUB] Kelompok Usaha Bersama Mina Lestari. 2013. Laporan Perkembangan Kegiatan Operasional Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Departemen Perikanan. Jambi. Kusnadi. 2002. Konflik Sosial Nelayan Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Perikanan. Yogyakarta (ID): LkiS Yogyakarta. Martasuganda S. 2008. Jaring Insang (Gillnet). Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Nazir M. 1983. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. hlm 63-65. Nugroho T. 1996. Studi Pengaruh Aspek Sosial Ekonomi terhadap Kualitas Usaha Penangkapan Ikan Laut Kabupaten Pandeglang, Jawa Barat [skripsi]. Bogor. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Departemen Agribisnis FEM IPB. Rifki M. 2002. Analisis Kebijakan Pengembangan Perikanan Wilayah Pesisir Kabupaten Padang Pariaman. [tesis]. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ritonga BB. 2012. Analisis Sistem Usaha Perikanan Gillnet Millenium di Karangsong, Kabupaten Indramayu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Widarmanto N, Adriani SN, Krismono. 2006. Karakteristik Alat Tangkap Di Danau Teluk Jambi. Di dalam: Amula N, editor. Loka Riset Pemacuan Stok Ikan dan Seminar Nasional Ikan IV; 2006 Agst 29-30; Jatiluhur, Indonesia. Jatiluhur (ID): Jatiluhur. Hlm 239-244.
19
LAMPIRAN Lampiran 1 Desain alat tangkap gillnet di PPP Kuala Tungkal
Lampiran 2 Desain alat tangkap trawl mini di PPP Kuala Tungkal
20
Lampiran 3 Desain alat tangkap togok di PPP Kuala Tungkal
Lampiran 4 Dokumentasi penelitian
Jaring togok
Perahu togok
Hasil tangkapan togok
Jaring gillnet
21
Pelampung gillnet
UPTD PPP Kuala Tungkal
Koperasi di PPP Kuala Tungkal
Pemberat gillnet
Kapal trawl mini
Rumah nelayan PPP Kuala Tungkal
Koperasi di PPP Kuala Tungkal
22
Lampiran 5 Jenis hasil tangkapan yang didaratkan di PPP Kuala Tungkal Kecamatan No.
Jenis Ikan
Nama Ilmiah
Tungkal Ilir
Kuala Betara
19 521 000 14 604 000 13 870 500 7 372 000 5 576 400 17 139 500 21 973 000 3 166 000 6 232 000 940 800
Jumlah (ton) 221.8 147.4 154.7 212.8 270.4 184.5 340.8 45.3 322.7 55.6
393.4 136.2 102.4 249.7 68.4 98.6 124.3 386.5 9.6 45.3 535.2 884.5
7 081 000 5 175 600 1 024 000 3 745 500 684 000 986 000 4 350 500 4 638 000 192 000 543 600 9 633 600 26 535 000
95.1 111.9 18.3 91.1 49.0 18.0 113.5 273.8 8.3 18.7 236.4 410.5
1 711 000 4 252 200 183 000 1 366 500 490 000 180 000 3 972 500 3 285 600 166 000 224 400 4 255 200 12 315 000
Penaeus merguiensis Penaeidae sp. Thenus orientalis Metapenaeus ensis Portunus pelagicus
413.3 154.2 632.8 575.1 1 446
6 199 500 2 313 000 9 492 000 8 626 500 57 868 000
231.0 197.4 421.6 45.8 313.7
3 465 000 2 961 000 6 324 000 6 687 000 12 548 000
Anadara granosa Loligo sp. -
921 631.8 661.6 664.0
5 526 000 12 636 000 6 616 000 9 960 000
1 037 110.5 572.0 429.4
6 223 000 2 210 000 5 720 000 6 441 000
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Tenggiri Bawal Hitam Bawal Putih Sebelah Gulamah Senangin Kakap Merah Alu-Alu Parang-parang Selangat
Scomberromo sp. Formioniger sp. Pampus argentus Psetodes erumeri Scianidae sp. Eletheronema sp. Lutjanidae sp. Sphyraena jello Chiroentrus dorab Anadontosto machacunda
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Kembung Gerot Talang-talang Belanak Selar Sembilang Bambangan Malung Kerapu Layur Pari Udang Dogol
Rastrelliger sp. Pomadasydae sp. Scomberoides sp. Mugil sp. Caranx sp Neosilurus sp. Lutjanidae sp. Muarenesox cinareus Chromileptes sp. Trichiurus sp. Dasyatis sp. Metapenaeus Monoceros
23. 24. 25. 26. 27.
Udang Peci Udang Rebon Udang Ketak Udang Pepay Kepiting/Rajungan
28. 29. 30. 31.
Kerang Darah Cumi-cumi/Sotong Ikan Lainnya Udang Lainnya
Jumlah (ton) 650.7 486.8 396.3 368.6 464.7 489.7 627.8 158.3 623.2 78.4
Nilai (Rp)
Nilai (Rp) 6 654 000 4 422 000 5 414 500 4 256 000 3 244 800 6 457 500 11 928 000 906 000 3 227 000 667 200
1
Lampiran 6 Contoh perhitungan analisis usaha alat tangkap gillnet di PPP Kuala Tungkal Analisis usaha nelayan gillnet responden 1 No. 1.
I. 1. 2. 3. 4. 5. II. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Keterangan Investasi Kapal (umur teknis 10 tahun) Mesin (umur teknis 5 tahun) Alat Tangkap (umur teknis 5 tahun) Total Investasi Biaya Tetap Biaya Penyusutan Kapal Mesin Alat Tangkap Biaya Perawatan Kapal (1 kali x Rp 493.000,00) Mesin (0) Alat Tangkap (1 kali x Rp. 150.000,00) Total Biaya Tetap Biaya Tidak Tetap Solar Es Oli Konsumsi ABK Upah ABK Rokok Total Biaya Tetap Total Biaya (Biaya Tetap + Biaya TidakTetap)
Unit
Satuan
Harga (Rp)
Jumlah (Rp)
1 1 1
Unit Unit Unit
65 000 000 10 000 000 8 000 000
65 000 000 10 000 000 8 000 000 83 000 000
1 1 1
Unit Unit Unit
6 500 000 2 000 000 1 600 000
6 500 000 2 000 000 1 600 000
1 1 1
Unit Unit Unit
493 000 0 150 000
493 000 0 150 000 10 718 000
96 3600 12 96 96 96
Trip Balok Kaleng Kai Kali Kali
225 000 11 000 37 500 112 500 525000 360 000
21 600 000 39 600 000 3 600 000 10 800 000 50 400 000 34 560 000 160 560 000 171 278 000 23
24
2
2.
III. Penerimaan 1. Hasil Penangkapan Musim Panen Hasil Tangkapan Musim Paceklik Total Penerimaan Keuntungan R/C NPV
106 747 900 86 543 700 193 291 600 22 013 600 1.13 2 057 607.21
1.
Keuntungan usaha (π) π
= Total Penerimaan (TR) – Total Biaya (TC) = Rp193 291 600 – Rp171 278 000 = Rp22 013 600
Imbangan penerimaan dan biaya (Revenue cost ratio) R/C
= = = Rp1.13
4
3
Lampiran 7 Contoh Perhitungan analisis usaha alat tangkap trawl mini di PPP Kuala Tungkal Analisis usaha nelayan trawl mini responden 1 No. 1.
1. 2. 3. 4. 5.
1. 2. 3. 10 4. 5.
Keterangan Investasi Kapal (umur teknis 8 tahun) Mesin (umur teknis 4 tahun) Alat Tangkap (umur teknis 3 tahun) Total Investasi Biaya Tetap Biaya Penyusutan Kapal Mesin Alat Tangkap Biaya Perawatan Kapal (1 kali x Rp 500.000,00) Mesin (0) Alat Tangkap (1 kali x Rp. 200.000,00) Total Biaya Tetap Biaya Tidak Tetap Solar Es Oli Konsumsi ABK Upah ABK Rokok Total Biaya Tetap Total Biaya (Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap)
Unit
88 2880 12 88 88 88
Satuan
Harga (Rp)
Jumlah (Rp)
1 Unit 1 Unit 1 Unit
15 000 000 1 000 000 1 000 000
15 000 000 1 000 000 1 000 000 17 000 000
1 Unit 1 Unit 1 Unit
1 875 000 250 000 266 667
1 875 000 250 000 266 667
1 Unit 1 Unit 1 Unit
500 000 0 200 000
500 000 0 200 000 3 091 667
130 909 11 000 150 000 409 090 954 545 122 727
11 520 000 31 680 000 1 800 000 36 000 000 88 000 000 10 800 000 175 800 000 1 781 661
Trip Balok Kaleng Kali Kali Kali
25
4
26
1. 2.
Penerimaan Hasil Penangkapan Musim Panen Hasil Tangkapan Musim Paceklik Total Penerimaan Keuntungan R/C NPV
Keuntungan usaha (π) π = Total Penerimaan (TR) – Total Biaya (TC) = Rp224 113 000– Rp178 891 667 = Rp45 221 333 Imbangan penerimaan dan biaya (Revenue cost ratio) R/C
= = = Rp1.25
125 356 700 98 756 300 224 113 000 45 221 333 1.25 155 460 526
5
Lampiran 8 Contoh perhitungan analisis usaha alat tangkap togok di PPP Kuala Tungkal Analisis usaha nelayan togok responden 1 No. Keterangan Unit Satuan Harga (Rp) I. Investasi 1. Kapal (umur teknis 5 tahun) 1 Unit 10 000 000 Mesin (umur teknis 2 tahun) 1 Unit 150 000 Alat Tangkap (umur teknis 3 tahun) 1 Unit 800 000 Total Investasi Biaya Tetap Biaya Penyusutan Kapal 1 Unit 1 875 000 Mesin 1 Unit 2 000 000 Alat Tangkap 1 Unit 75 000 Biaya Perawatan Kapal (1 kali x Rp 300.000,00) 1 Unit 300 000 2 Mesin (1 kali x Rp 150.000,00) 1 Unit 150 000 3 Alat Tangkap (0) 1 Unit 0 Total Biaya Tetap II. Biaya Tidak Tetap 6. Solar 125 Trip 51 200 7. Es 0 Balok 0 8. Oli 5 Kaleng 25 000 11 Konsumsi ABK 125 Kali 32 000 9. Upah ABK 125 Kai 160 000 10. Rokok 125 Kali 48 000 Total Biaya Tetap Total Biaya (Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap) III. Penerimaan
Jumlah (Rp) 10 000 000 150 000 800 000 10 950 000
2 000 000 75 000 266 666 300 000 150 000 0 2 791 666 11 520 000 0 100 000 4 000 000 20 000 000 6 000 000 36 500 000 39 291 666
27
6 28
2. 3.
Hasil Penangkapan Musim Panen Hasil Tangkapan Musim Paceklik Total Penerimaan Keuntungan R/C NPV
Keuntungan usaha (π) π = Total Penerimaan (TR) – Total Biaya (TC) = Rp224 113 000 – Rp39 291 666 = Rp43 707 000 Imbangan penerimaan dan biaya (Revenue cost ratio) R/C
= = = Rp1.11
38 670 000 5 037 000 224 113 000 43 707 000 1.11 1 687 422
7
Lampiran 9 Contoh perhitungan cash flow unit penangkapan gillnet di PPP Kuala Tungkal Responden 1 Gillnet Outflow I. Investasi No. 1 2 3 Total Investasi II. Biaya Tetap 1
Keterangan Kapal gillnet Mesin Alat tangkap
0 65 000 000 10 000 000 8 000 000 83 000 000
1 -
2 -
3 -
4 -
5 10 000 000 8 000 000 18 000 000
6 -
7 -
8 -
9 -
10 -
Penyusutan Perahu
6 500 000
6 500 000
6 500 000
6 500 000
6 500 000
6 500 000
6 500 000
6 500 000
6 500 000
6 500 000
2
Penyusutan Mesin
2 000 000
2 000 000
2 000 000
2 000 000
2 000 000
2 000 000
2 000 000
2 000 000
2 000 000
2 000 000
3
Penyusutan Tangkap
1 600 000
1 600 000
1 600 000
1 600 000
1 600 000
1 600 000
1 600 000
1 600 000
1 600 000
1 600 000
4
Perawatan Perahu
493 000
493 000
493 000
493 000
493 000
493 000
493 000
493 000
493 000
493 000
5
Perawatan Mesin
6
Perawatan Tangkap
Total Biaya Tetap III. Biaya Tidak Tetap 1 2 3 4
-
5 6 Total Biaya Tidak Tetap Total Outflow Inflow IV. Penjualan Hasil Tangkapan
Upah ABK Rokok
Alat
-
Alat
Solar Es Oli Konsumsi ABK
83 000 000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
125 000
125 000
125 000
125 000
125 000
125 000
125 000
125 000
125 000
125 000
10 718 000
10 718 000
10 718 000
10 718 000
10 718 000
10 718 000
10 718 000
10 718 000
10 718 000
10 718 000
21 600 000 39 600 000 3 600 000 10 800 000
21 600 000 39 600 000 3 600 000 10 800 000
21 600 000 39 600 000 3 600 000 10 800 000
21 600 000 39 600 000 3 600 000 10 800 000
21 600 000 39 600 000 3 600 000 10 800 000
21 600 000 39 600 000 3 600 000 10 800 000
21 600 000 39 600 000 3 600 000 10 800 000
21 600 000 39 600 000 3 600 000 10 800 000
21 600 000 39 600 000 3 600 000 10 800 000
21 600 000 39 600 000 3 600 000 10 800 000
50 400 000 34 560 000 160 560 000
50 400 000 34 560 000 160 560 000
50 400 000 34 560 000 160 560 000
50 400 000 34 560 000 160 560 000
50 400 000 34 560 000 160 560 000
50 400 000 34 560 000 160 560 000
50 400 000 34 560 000 160 560 000
50 400 000 34 560 000 160 560 000
50 400 000 34 560 000 160 560 000
50 400 000 34 560 000 160 560 000
171 278 000
171 278 000
171 278 000
171 278 000
171 278 000
171 278 000
171 278 000
171 278 000
171 278 000
171 278 000
29
30
8
1 2
Hasil tangkapan pada musim panen Hasil tangkapan pada musim paceklik
Total Penjualan Hasil Tangkapan Total Inflow Net Benefit Discount rate 20% Present value
106 747 900
106 747 900
106 747 900
106 747 900
106 747 900
106 747 900
106 747 900
106 747 900
106 747 900
86 543 700
86 543 700
86 543 700
86 543 700
86 543 700
86 543 700
86 543 700
86 543 700
86 543 700
86 543 700
193 193 291 600 193 193 291 600 193 193 291 600 193 193 291 600 193 193 291 600 193 193 291 600 193 193 291 600 193 193 291 600 193 193 291 600 193 193 291 600
(83 000 000) 1.00 (83 000 000)
NPV
106 747 900
2 057 607
193 291 600 22 013 600
193 291 600 22 013 600
193 291 600 22 013 600
193 291 600 22 013 600
193 291 600 22 013 600
193 291 600 22 013 600
193 291 600 22 013 600
193 291 600 22 013 600
193 291 600 22 013 600
193 291 600 22 013 600
0.83
0.69
0.58
0.48
0.40
0.33
0.28
0.23
0.19
0.16
18 344 667
15 287 222
12 739 352
10 616 127
1 612 976
7 372 310
6 143 592
5 119 660
4 266 383
3 555 319
9
Lampiran 9 Contoh perhitungan cash flow unit penangkapan trawl mini di PPP Kuala Tungkal Responden 1 Trawl mini Outflow I. Investasi No. 1 2 3 Total Investasi II. Biaya Tetap 1
Keterangan Kapal trawl mini Mesin Alat tangkap
0 15 000 000 1 000 000 1 000 000 17 000 000
1 -
2 -
3 1 000 000 1 000 000
4 1 000 000 -
5 1 000 000
6 -
7 -
8 -
Penyusutan Perahu
1 875 000
1 875 000
1 875 000
1 875 000
1 875 000
1 875 000
1 875 000
1 875 000
2
Penyusutan Mesin
250 000
250 000
250 000
250 000
250 000
250 000
250 000
250 000
3
Penyusutan Tangkap
266 667
266 667
266 667
266 667
266 667
266 667
266 667
266 667
4
Perawatan Perahu
500 000
500 000
500 000
500 000
500 000
500 000
500 000
500 000
5
Perawatan Mesin
6
Perawatan Tangkap
Total Biaya Tetap III. Biaya Tidak Tetap 1 2 3 4
-
5 6 Total Biaya Tidak Tetap Total Outflow
Alat
-
Alat
-
-
-
-
-
-
-
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
200 000
3 091 667
3 091 667
3 091 667
3 091 667
3 091 667
3 091 667
3 091 667
3 091 667
Solar Es Oli Konsumsi ABK
11 520 000 31 680 000 1 800 000
11 520 000 31 680 000 1 800 000
11 520 000 31 680 000 1 800 000
11 520 000 31 680 000 1 800 000
11 520 000 31 680 000 1 800 000
11 520 000 31 680 000 1 800 000
11 520 000 31 680 000 1 800 000
11 520 000 31 680 000 1 800 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
36 000 000
Upah ABK Rokok
84 000 000 10 800 000
84 000 000 10 800 000
84 000 000 10 800 000
84 000 000 10 800 000
84 000 000 10 800 000
84 000 000 10 800 000
84 000 000 10 800 000
84 000 000 10 800 000
175 800 000
175 800 000
175 800 000
175 800 000
175 800 000
175 800 000
175 800 000
175 800 000
178 891 667
178 891 667
178 891 667
178 891 667
178 891 667
178 891 667
178 891 667
178 891 667
17 000 000
Inflow
31
IV. Penjualan Hasil Tangkapan 1 2
32
10
Hasil tangkapan pada musim panen Hasil tangkapan pada musim paceklik
Total Penjualan Hasil Tangkapan Total Inflow
125 356 700
125 356 700
125 356 700
125 356 700
125 356 700
125 356 700
125 356 700
125 356 700
98 756 300
98 756 300
98 756 300
98 756 300
98 756 300
98 756 300
98 756 300
98 756 300
224 113 000
224 113 000
224 113 000
224 113 000
224 113 000
224 113 000
224 113 000
224 113 000
224 113 000
224 113 000
224 113 000
224 113 000
224 113 000
224 113 000
224 113 000
224 113 000
45 221 333
45 221 333
45 221 333
45 221 333
45 221 333
45 221 333
45 221 333
45 221 333
Net Benefit (17 000 000) Discount rate 20% Present value
1.00 (17 000 000)
NPV
155 460 526
0.83 37 684 444
0.7 31 403 704
0.58 25 591 049
0.48 21 325 874
0.40 18 173 440
0.33 15 144 533
0.28 12 620 444
0.23 10 517 037
11
Lampiran 9 Contoh perhitungan cash flow unit penangkapan togok di PPP Kuala Tungkal Responden 1 Togok Outflow Inflow No. 1 2 3 Total Investasi II. Biaya Tetap 1
Keterangan Kapal trawl mini Mesin Alat tangkap
0 10 000 000 150 000 800 000 10 950 000
1 -
2 150 000 -
3 -
150 000
800 000 800 000
4 -
5 -
Penyusutan Perahu
2 000 000
2 000 000
2 000 000
2 000 000
2 000 000
2
Penyusutan Mesin
75 000
75 000
75 000
75 000
75 000
3
Penyusutan Tangkap
266 666
266 666
266 666
266 666
266 666
4
Perawatan Perahu
300 000
300 000
300 000
300 000
300 000
5
Perawatan Mesin
150 000
150 000
150 000
150 000
150 000
6
Perawatan Tangkap
-
-
-
-
-
Total Biaya Tetap III. Biaya Tidak Tetap 1 2 3 4
-
2 791 666
2 791 666
2 791 666
2 791 666
2 791 666
Solar Es Oli Konsumsi ABK
6 400 000 100 000
6 400 000
6 400 000
6 400 000
6 400 000
100 000
100 000
100 000
100 000
4 000 000
4 000 000
4 000 000
4 000 000
4 000 000
5 6 Total Biaya Tidak Tetap Total Outflow Inflow
Upah ABK Rokok
20 000 000 6 000 000
20 000 000 6 000 000
20 000 000 6 000 000
20 000 000 6 000 000
20 000 000 6 000 000
36 500 000
36 500 000
36 500 000
36 500 000
36 500 000
39 291 666
39 291 666
39 291 666
39 291 666
39 291 666
Alat
Alat
10 950 000
33
IV. Penjualan Hasil Tangkapan 1 2
34
12
Hasil tangkapan pada musim panen Hasil tangkapan pada musim paceklik
Total Penjualan Hasil Tangkapan Total Inflow
38 670 000
38 670 000
38 670 000
38 670 000
38 670 000
5 037 000
5 037 000
5 037 000
5 037 000
5 037 000
43 707 000
43 707 000
43 707 000
43 707 000
43 707 000
4 415 334
4 415 334
4 415 334
4 415 334
4 415 334
4 415 334
4 415 334
4 415 334
4 415 334
4 415 334
0.83 3 679 445
0.7 2 962 038
0.58 2 092 207
0.48 2 129 308
0.40 1 774 424
Net Benefit (10 950 000) Discount rate 20% Present value NPV
1.00 (10 950 000) 1 687 422
1 35
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 13 Juni 1993 dari Bapak Drs. Nukman Sagala dan Ibu Epfirhita Agnes Br. Nadeak. Penulis merupakan putri kedua dari lima bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 8 Jambi pada tahun 2011 dan pada tahun yang sama lulus Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur Undangan di IPB pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap sebagai angkatan 48. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten mata kuliah Avertebrata Air tahun ajaran 2013/2014, asisten mata kuliah Eksploratori Penangkapan Ikan tahun ajaran 2013/2014, asisten mata kuliah Oseanografi Umum tahun ajaran 2014/2015, dan asisten mata kuliah Manajemen Operasi Penangkapan Ikan tahun ajaran 2014/2015, penulis juga aktif dalam anggota kepengurusan HIMAFARIN (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan) Divisi Badan Internal Kesekertariatan periode 2013-2014 dan periode 2014-2015. Pada tahun 2013, penulis memenangkan juara ke 2 dari Lomba Musikalisasi Puisi PORIKAN dan pada tahun 2014 penulis ikut serta menjadi anggota Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Karya Cipta (KC) bersama timnya. Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Kondisi Sosial Ekonomi Usaha Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kuala Tungkal Jambi”