KONDISI TERNAK KERBAU DI KAWASAN AGROPOLITAN DATARAN TINGGI BUKIT BARISAN SUMATERA UTARA Prama Yufdy dan Lermansius Haloho Batai Pengkajian Teknotogi Pertanian Sumatera Utara
ABSTRAK Pada Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara (KADTBB SU) pemeliharaan Adanya ternak kerbau sangat dominan, karena kondisi sumberdaya alam sangat mendukung. keterkaitan yang kuat antara sistem pertanian dengan ternak kerbau; berfungsi sebagai alat transportast pertanian, hijauan/rumput yang ada disekitar lahan pertanian dan limbah pertanian sebagal pakan ternak, juga penghasit daging, tabungan, dan kelengkapan pada acara adat tertentu, terutama bagi suku Tapanult. Berdasarkan populasi, ternak kerbau di KADTBB SU sebanyak 133 .752 ekor (51%), ditkutt jumlah pemotongan sebanyak 13 .156 ekor (40%), dengan produkst daging 2 .848 ton (40%). Status teknologi ternak kerbau, umumnya dipelihara di Padang atom dan di sekitar lahan pertanian, sehingga sumber pakan berasal dart padang atom maupun dart limbah pertanian . Hijauan dart Padang Alam kekurangan Protein dan mineral, tetapt hijauan dart sekeliling lahan pertanian relatif mampu mencukupt kebutuhan nutrisi ternak Kerbau. Periode jarak beranak yang tertalu panjang, perlunya pejantan unggul dan pemberian pakan tambahan . Peluang pengembangan ternak kerbau di KADTBB sangat besar, karena keterkattan dengan pertanian dan budaya sangat besar serta di dukung agroekosistem yang sesuai, serta untuk memasok kebutuhan daging dalam rangka kecukupan daging 2010. Kata kund : Kerbau, agropotitan, status teknologi, dan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumut.
PENDAHULUAN ~t Propinsi Sumatera Utara, Dataran Tinggi Bukit Barisan merupakan suatu kawasan yang erhampar dari Barat sampai ke Timur, dengan agroekosystem yang relatif sama . Ada delapan kabupaten yang termasuk daerah ini, yaitu Kabupaten Karo, Simalungun, Tapanuti Utara, Dairi, Toba Samosir (TOBASA), Humbang Hasundutan (HUMBAHAS), Pakpak Barat dan Samosir . Dataran Tinggi ini mempunyai potensi sangat besar bagi pembangunan pertanian, perkebunan, peternakan dan kehutanan serta sebagai daerah tujuan wisata . Sebagian lahannya subur dan yang tainnya kurang subur sehingga diperlukan pengolahan dan pemberian bahan organik . Di Dataran Tinggi ini masih dijumpai tahan kosong yang pertu dibuka dan diusahai untuk pengembangan agribisnis sehingga kesejahteraan petani meningkat . Umumnya masyarakat bercocok tanam hortikultura sayuran dan buah, tanaman pangan, perkebunan, peternakan (ruminansia besar dan kecil serta unggas) dan perikanan tangkap dan budidaya . Pembangunan di Kawasan Dataran Tinggi ini tertinggat dibandingkan witayah Pantai Timur yang lebih maju . Agar laju pembangunan di daerah ini tebih cepat maka 8 pemkab dan 1 kota bersatu dalam Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara (KADTBB SU) untuk meningkatkan koordinasi, kerjasama dan perencanaan pembangunan yang lebih terarah dan sating mendukung . Satah satu kesepakatan yang diambit yaitu ditetapkan komoditas unggulan dan Pusat Kawasan, Pusat Distrik, Wilayah Distrik, Lokalitas (Desa) Agropolitan per KADTBB SU memiliki banyak masing-masing kabupaten dan kota (Anonimous, 2003) . Percepatan komoditas dan sosial budaya . kesamaan dalam hat agroekologi, jenis dari $ US 1 .000 KADTBB SU, ditargetkan pendapatan meningkat pembangunan dengan model produksi 2013 . Pengoptimalan menjadi $ US 3 .000/ kapita pada tahun pada tahun 2003 pengembangan berorientasi pasar serta metatui industri pengolahan komoditi utama wilayah Integrated farming livestock berbasis siklus. Sumber pendapatan diharapkan berasat dari on farm (sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan), off farm dan non farm . Juga dari jasa, perdagangan, agroindustri, wisata dan sumber pertumbuhan lainnya .
Prosiding Peternakon 2006
205
Kondisi peternakan di KADTBB SU sudah menjadi bagian dari kehidupan dan tidak terpisahkan dari sistem pertanian, walaupun masih bersifat tradisional dan sambitan yang sudah turun-temurun . Pemeliharaan ternak apa adanya sehingga masukan teknologi belum begitu nyata datam produksi ternak, otomatis produktivitas ternak masih rendah . Pada KADTBB SU, ternak yang dominan dipelihara adatah kuda, kerbau, ayam buras, babi, sapi, domba, itik dan kambing (Tabet 1) . Khusus ternak kerbau sangat besar peranannya pada sistem pertanian di KADTBB SU disamping sebagai penghasit daging, juga digunakan sebagai pedati untuk mengangkut sarana produksi dan hasit pertanian . Disamping itu, ternak kerbau juga diperlukan untuk acara adat tertentu, terutama bagi suku Tapanuli ternak kerbau merupakan jenis ternak yang tertinggi dan biasa disebut "Gaja Toba " . Secara umum, sarana jatan ke tokasi sentra-sentra pertanian masih jatan tanah, yang relatif sutit ditalui kenderaan roda empat, sehingga peranan ternak kerbau sebagai pedati sangat dibutuhkan petani . Bagi ternak kerbau yang sudah tertatih untuk menarik pedati harganya akan jauh lebih tinggi, dibandingkan kerbau biasa . Dengan demikian, ternak kerbau sebagai satah satu atat transportasi mempunyai peranan yang sangat penting datam sistem pertanian di Dataran Tinggi . Pada makatah ini akan dipaparkan Kondisi Ternak Kerbau DI Kawasan Agropotitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara . Maka akan diperoleh manfaat guna mengoptimatkan peranan ternak kerbau bagi kehidupan masyarakat di KADTBB . Populasi dan Penyebaran Ternak di KADTBB SU Pada KADTBB SU, populasi ternak didominasi oteh ternak yang secara spesifik memang cocok di kembangkan di daerah tersebut . Berdasarkan statistik peternakan ada dua jenis ternak yang persentase populasinya di atas 50% dari jumlah ternak yang ada di Sumatera Utara, diantaranya Kuda (95%)' dan Kerbau (51%) . Sedangkan ternak yang tainnya di bawah 40%, yaitu Ayam buras (38%), Babi (34%), Sapi (28%), Domba (13%), Itik (10%) dan Kambing (7%) (Tabel 1) . Di lihat dari sisi penyebaran populasi, ternak besar seperti : Sapi didominasi oteh Kabupaten Simalungun 28 .804 ekor dan Karo 28 .225 ekor; Kerbau oleh Kabupaten Simatungun 41 .652 ekor, Toba Samosir 35 .652 ekor dan Tapanuli Utara 30 .198 ekor ; Kuda ada dua kabupaten yakni Tapanuti Utara 2 .947 ekor dan Toba Samosir 2 .104 ekor . Ternak kecil metiputi : Kambing di Kabupaten Simatungun 52 .050 ekor dan Toba Samosir 18 .601 ekor ; Domba didominasi Kabupaten Simatungun 20 .054 ekor; Ternak Babi ada 3 kabupaten yaitu Tapanuli Utara 154 .509 ekor, Toba Samosir 91 .948 ekor dan Simatungun 84 .030 ekor . Ternak unggas : Ayam Buras ada 3 kabupaten yaitu Simatungun 3 .903 .954 ekor, Karo 1 .872 .622 ekor dan Dairi 1 .150 .067 ekor ; Itik ada dua kabupaten Toba Samosir 150 .813 ekor dan Simalungun 110.970 ekor (Tabet 1) . Tabel 1 . Populasi dan penyebaran ternak di kabupaten/ kota KADTBB SU, Tahun 2003 1) . Babi Ayam Buras Kerbau Kuda Kambing Domba No. Kabupaten Sapi 2.751 154 .509 967 .592 4 .555 30.198 2 .947 9 .954 1 . TapanuliUtara 704 .334 2 .104 18.601 2 .825 91 .948 5 .331 35 .652 2 . Toba Samosir 3 .903 .954 19 52 .050 20 .054 84 .030 28 .804 41 .652 3 . Simatungun 7 .715 1 .163 25 .493 1 .150 .067 1 .785 7.994 91 4 . Dairi 2 .326 10 .252 1 .872 .622 18.095 225 11 .032 5 . Karo 28 .225 0 0 0 0 0 0 0 6 . H .Hasundutan2 0 0 0 0 0 0 0 7 . Pakpak Barat2 0 0 0 0 0 0 0 8 . Samosir2 741 265 .173 161 0 0494 140 155 9 . Pematang Siantar 53 .001 29 .259 291 .346 8 .863 .742 68 .855 133 .752 5 .386 Jumlah/ 13 34 38 51 95 7 Persentase 28 849 .240 23 .118780 261 .374 5 .668 712 .566 232 .391 Total Sumut 248 .673 Sumber : Buku Statistik Peternakan 2003" (Diotah) angka sementara Keterangan 2 masih bergabung dengan kabupaten induk j
~
~
Itik 38 .958 150.813 110.970 17 .190 12 .625 0 0 0 3 .664 218 .876 10 2 .264 .221
j
20 6
Prama Yufdy don Lermansius Haloho
Pemotongan dan Produksi Daging Ternak Kerbau
Dalam rangka memenuhi kebutuhan daging di propinsi Sumatera Utara, pada tahun 1996 mengimpor sapi potong sebanyak 11 .500 ekor, pada tahun 1999 sebanyak 15 .000 ekor dari luar propinsi . Padahal potensi Sumut untuk memenuhi kebutuhan lokat sangat besar maupun sebagai pemasok ke luar Sumut, seperti daerah Batam, Singapura, Jepang, dan lain-lain . Tabel 2 menunjukkan bahwa populasi ternak kerbau di Sumatera Utara sebanyak 261 .374 ekor, sekitar 51% (133 .752 ekor) berada di KADTBB SU . Tabel 2 . Populasl, pemotongan (ekor) dan produksl daging (ton) temak kerbau per kabupatenl kota di Propinsi
Sumatera Utara, Tahun 2003'~ . No.
Kabupaten/Kota
Total (ekor)
Populasi 1 .383 1 . Nias 2 . Mandailing Natal 4.034 54.585 3 . TapanuliSelatan 14 .599 4 . TapanuliTengah 5 . Tapanuli Utara 30 .198 6 . Toba Samosir 35.652 2 .350 7 . Labuhan Batu 12 .781 8 . Asahan 9 . Simalungun 41 .652 10 . Dairi 7 .994 11 . Karo 18 .095 29 .761 12 . DO Serdang 13 . Langkat 7 .433 14 . Nias Selatan 2) 0 2) 0 15 . Humbang Hasundutan 16 . Pakpak Barat 2) 0 17 . Samosir 2) 0 2) 0 18 . Serdang Bedagai 0 19 . Sibolga 20 . Tanjung Balai 0 21 . Pematang Siantar 161 297 22 . Tebing Tinggi 271 23 . Medan 24 . Binjei 128 0 25 . Padang Sidempuan Jumlah 261 .374 Total dl KADTBB 133 .752 Persentase 51 Sumber : Buku Statistik Peternakan 2003 (Diolah) Keterangan :') masih bergabung dengan kabupaten induk 2) angka sementara
Pemotongan 90 294 1 .072 552 574 329 2 .220 2.192 5 .842 806 1 .203 1 .066 136 0 0 0 0 0 0 30 4.402 274 10.927 581 0 32.632 13.156 40
Produksi daging (ton) 19,45 63,57 232,02 119,57 124,36 71,35 480,46 474,44 1 .264,52 174,52 260,33 230,71 29,40 9,08
6,49 952,92 59,45 2 .365,00 125,88 0 7 .072,6 2 .848 40
Total pemotongan ternak kerbau di KADTBB SU pada tahun 2003 sebanyak 13 .156 ekor (40%), dengan produksi daging 2 .848 ton atau sekitar 40% dari yang ada di Sumut . Tentunya sumbangan ternak kerbau sebagai pemasok daging kerbau sebanyak 40% dari total produksi daging Kerbau yang ada di Sumut . Ini merupakan sumbangan yang cukup berarti bagi kecukupan daging di KADTBB SU khususnya dan Sumut umumnya . Status Teknologi Ternak Kerbau Kondisi agroekosistem KADTBB SU yang sangat sesuai untuk pengembangan peternakan termasuk kerbau, adanya lahan kosong dan lahan-lahan pertanian banyak ditumbuhi rumput alam sehingga kebutuhan hijauan pakan relatif tercukupi dan sebagai tempat penggembalaan . Was padang pengembalaan/ padang alam di Kabupaten Karo 6 .699 ha, Dairi 2 .308 ha, Simalungun 11 .227 ha dan Tapanuli Utara 40 .066 ha . Padang alam ini hanya ditumbuhi rumput alam dan leguminosa lain serta dimanfaatkan secara terus menerus secara alami tanpa ada usaha perbaikan dengan memasukkan hijauan unggul, tapi peranannya sebagai tempat penggembalaan bagi kehidupan ternak sangat besar .
Prosiding Peternakan 2006
20 7
Pemeliharaan ternak kerbau di KADTBB SU berada pada ekosistem tanaman pangan dan padang alam atau kombinasi keduanya, sistim pemeliharaan ekstensif (tradisionil), dengan tujuan pemeliharaan untuk ternak kerja, tabungan dan kebutuhan acara adat . Skala pemeliharaan berkisar 1-2 ekor, tergantung kemampuan petani . Pada pemeliharaan kerbau in! . beberapa hat perlu diperhatikan dan mendapat penanganan, antara lain : periode jarak beranak yang terlalu panjang . Salah satu penyebabnya menurut hasit penelitian adalah disebabkan pemenuhan nutrisi yang kurang memadai untuk mendukung proses reproduksi yang optimal . Oleh karena itu perlu penyuluhan pemberian pakan ternak kerbau sesuai rekomendasi dari lembaga penelitian . Khusus peternak kerbau di Tapanuti Utara dan Tobasa yang memanfaatkan susu kerbau menjadi "dadih" atau susu kerbau (Dali) . Hat ini diduga, mengakibatkan kebutuhan susu bagi anak kerbau tidak tercukupi sehingga pertumbuhan jadi tambat dan performance kerbau semakin kerdil . Satah satu program yang bisa ditempuh untuk meningkatkan produktivitas kerbau lokal adalah mengadakan perkawinan silang dengan kerbau perah (kerbau murrah) melalui inseminasi buatan disertal pemberian pakan yang memadai (Romjati, 2006) . Sedangkan hasit rumusan workshop "Rencana Tindak Program Menuju Kecukupan Daging Sap! 2010" yang dilaksanakan Puslitbang Peternakan bekerjasama dengan Direktorat Perbibitan dan Budidaya Ruminansia Ditjen Peternakan, Perguruan Tinggi pada tanggal 18-19 Mei 2006 di Bukittinggi, Sumatera Barat . Salah satu hasit rumusan yang diputuskan yaitu revitalisasi UPT Daerah dan Pusat, khusus bagi BPTU Si Borong-Borong melakukan program persilangan Kerbau Murah dan lumpur di BPTU ini harus segera dihentikan karena tidak produktif . Peningkatan mutu genetik ternak kerbau di BPTU ini dapat ditakukan dengan menjaring pejantan unggul dari daerah lain (misainya, dari Banten) . Padang alam yang ada juga-sudah tidak dapat mendukung produksi ternak, hat ini sejalan dengan hasil pengamatan Ibrahim, dkk (1995) bahwa di Tapanuli Selatan dan Tapanuli Utara, ternak ruminansia umumnya dilepas di Padang Penggembataan yang merupakan padang Dengan asumsi bahwa semua ternak ruminansia dipelihara dalam sistim rumput alam . penggembalaan, ratio ternak persatuan tuas mencapai 1 : 4 satuan ternak perhektar . Tingkat penggunaan ini terlalu tinggi mengingat rendahnya daya dukung padang penggembalaan yang ada . Selanjutnya dinyatakan bahwa kerbau yang digembatakan di Kecamatan Barumun Tengah dan Kabupaten Tapanuti Selatan masih kekurangan nutrisi dan mineral . Secara umum dapat ditaporkan bahwa status nutrisi, ditin jau dari segi mineral dan protein merupakan dua faktor pembatas utama bagi tingkat produksi ternak kerbau di daerah tersebut . Pada kerbau jantan yang digembatakan, pemberian mineral sa ja tidak cukup untuk menigkatkan pertambahan berat badan (PBB), tetapi penambahan pakan penguat meningkatkan PBB kerbau sebesar 49% . Walaupun demikian penambahan mineral ternyata sangat penting pada saat nutrisi kerbau balk, mineral meningkatkan PBB sebesar 44% terhadap pertakuan pakan penguat . Sedangkan untuk kerbau betina, penambahan mineral saja juga tidak berpengaruh nyata terhadap PBB, pemberian pakan penguat saja meningkatkan PBB menjadi 50 kg/ 3 bin atau sekitar 35% lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol . Penambahan mineral terhadap pakan penguat hanya meningkatkan PBB sebesar 14% . Pada penelitian ini juga nampak bahwa pertambahan bobot jantan lebih cepat dibandingkan dengan betina . Hasil penelitian ini juga memberikan satu indikasi bahwa padang penggembalaan yang ada di Barumun Tengah ini tidak mampu memberikan protein dan mineral bagi kerbau . Sementara hasil penelitian Batubara, dkk (1992), menunjukkan bahwa pemberian pakan tambahan 0,5% dari bobot badan kerbau lumpur jantan memberikan pertambahan efisiensi penggunaan pakan tertinggi atau dua kali lipat dibanding hanya yang diberi rumput . Komposisi pakan adalah Bungkit Inti Sawit (BIS) sebanyak 91,50%, molases 7,15% dan mineral campuran 1,35% .
20 8
Proma Yufdy
don
Lermanslus Haloho
Peluang Pengembangan Ternak Kerbau Peternakan sebagai salah satu bagian penting pada kehidupan masyarakat KADTBB SU, selain pertanian . Pembangunan pertanian dan peternakan sating mendukung dan menguntungkan, sehingga sistim pertanian terpadu memberi manfaat yang besar bagi keduanya . Di satu sisi, hasil pertanian seperti : Jagung, Ubikayu, rumput-rumputan, limbah pertanian dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sehingga ada nilai tambahnya . Secara tidak langsung kebutuhan pakan (hijauan dan konsentrat) bagi ternak dapat dipenuhi . Di sisi lain, pupuk kandang sebagai limbah ternak sangat diperlukan sebagai sebagai sumber organik bagi tanaman guna menyuburkan tanah, sehingga produktivitas pertanian meningkat . Populasi ternak bertambah, otomatis produksi daging meningkat . Dampak berikutnya yang secara langsung dirasakan petani adalah peningkatan pendapatan dan kesejahteraannya . Salah satu faktor yang menentukan dalam peningkatan populasi kerbau adatah ketersediaan betina . Betina sebagai sumber caton bibit sehingga dihasilkan induk yang produktif . Berdasarkan Tabet 3, jumlah jantan sekitar 57 .438 ekor dan betina 76 .667 ekor . Berarti populasi betina yang lebih banyak maka ketersediaan caton induk Kerbau akan lebih banyak tersedia . Maka peluang pengembangan Kerbau akan selalu terjaga, apalagi tingkat pemotongan masih relatif kecil dibandingkan populasi yang ada per kabupaten/ kota . Dengan demikian, peluang pengembangan ternak kerbau di KADTBB SU sangat besar, karena keterkaitan dengan sistem pertanian dan budaya yang sangat besar serta di dukung agroekosistem yang ada . Tabel 3 . Perbandingan jantan dan betina ternak kerbau per kabupaten/ kota di Propinsi Sumatera Utara, Tahun 2003 'i . No . 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kabupaten/Kota TapanuliUtara Toba Samosir Simalungun Dairi Karo Humbang Hasundutan Pakpak Barat 21 Samosir 2) Pematang Siantar Total di KADTBB Persentase
21
Jumlah Sumut Sumber : Buku Statistik Petemakan 2003 (Diotah) . Keterangan : '1 masih bergabung dengan kabupaten induk . 2' Angka sementara .
Jantan 12 .935 15 .398 17 .861 3 .424 7 .751 0 0 0 69 57 .438 51 112 .100
Betina 17 .263 20 .594 23 .801 4 .570 10 .347 0 0 0 92 76 .667 51 149 .634
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan 1.
Pada KADTBB SU, ternak kerbau sangat besar peranannya bagi kehidupan masyarakat, disamping sebagai penghasil daging, juga digunakan sebagai alat transportasi pertanian dan untuk acara adat . 2 . Populasi ternak kerbau di Sumatera Utara sebanyak 261 .374 ekor, sedangkan di KADTBB SU, sekitar 51% (133 .752 ekor), jumlah pemotongan sebanyak 13 .156 ekor (40%), dengan produksi daging 2 .848 ton (40%) . 3 . Status teknotogi ternak kerbau, umumnya dipelihara di Padang Alam, di sekitar lahan pertanian dan limbah pertanian sebagai sumber pakan . Wataupun kebutuhan nutrisi dan mineral masih kurang, periode jarak beranak yang tertatu panjang, sehingga pertu pejantan unggul dan pemberian pakan tambahan .
Prosiding Peternakan 2006
20 9
4.
Petuang pengembangan ternak kerbau di KADTBB SU sangat besar, karena keterkaitan yang erat dengan sistem pertanian dan budaya serta dukungan agroekosistem yang sesuai .
Implikasi Kebijakan Pengembangan ternak kerbau di KADTBB SU sangat sesuai dan didukung oleh agroekosistem, sistem pertanian yang terintegrasi dengan peternakan dan kebutuhan adat . Sebaran populasi ternak kerbau di KADTBB SU sekitar 133 .752 ekor (51%), jumlah pemotongan sebanyak 13 .156 ekor (40%), dengan produksi daging 2 .848 ton (40%) . Sejalan dengan hat di atas, maka inovasi teknologi untuk mendukung pengembangan ternak kerbau perlu menjadi perhatian, sehingga populasi dan produktivitasnya meningkat . Dukungan kebijakan sangat dibutuhkan balk datam peningkatan mutu hijauan pakan, pemberian pakan tambahan, introduksi bibit unggut dan pencegahan penyakit . DAFTAR PUSTAKA
Master Plan Agropolitan Kawasan Agropolitan Dataran Tingg! Bukit Barlsan Sumatera Utara . BAPPEDA Sumatera Utara .
Anonimous . 2003 .
Anonimous . 2006 . Rumusan Workshop "Rencana Tindak Program Menuju Kecukupan Dosing Sap! 2010" . Dilaksanakan Puslitbang Peternakan bekerjasama dengan Direktorat Perbibitan dan Budidaya Ruminansia Ditjen Peternakan, Perguruan Tinggi pada tanggal 18-19 Mei 2006 di Bukittinggi, Sumatera Barat . Batubara, L . P, Mursal Boer dan Simon Elieser . Jurnal Penelitian Peternakan Sunset Put1h (JPPS) Vol 1 (1) . Sub Balai Penelitian Ternak Sungei Putih . Dinas Peternakan Propinsi . 2003 . Buku Statistik Peternakan Tahun 2003 . Pemerintah Propinsi Sumatera Utara . Romjali, R . 2005 . Agribisnis Peternakan Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara . Prosiding Seminar Nasional . BPTP Sumatera Utara, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian . Ibrahim, T, L .P . Batubara, D . Sihombing, M . Doloksaribu, L . Haloho dan P .M . Horne . 1995 . Produktivitas Ternak Ruminansia di Padang Penggembalaan Sumatera Utara. Prosiding Seminar Sehari Strategi dan Komunikasi hasil Penelitian Peternakan "Strategi Penelitian dan Pengembangan Peternakan Datam Menunjang Agribisnis di Sumatera Utara . Sub Balitnak Sei Putih, Badan Litbang Pertanian .
210
Prama Yufdy don Lermanslus Haloho