e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN TEKS ULASAN DI KELAS VIII 10 SMP NEGERI 2 SINGARAJA Komang Gede Wahyu gunawan1, IB Putrayasa2, I Wayan Wendra3 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) pola komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa (2) mendeskripsikan kecakapan komunikasi interpersonal guru dan siswa (3) kendala-kendala yang terjadi dalam komunikasi interpersonal guru dan siswa dalam pembelajaran teks ulasan di kelas VIII 10 SMP Negeri 2 singaraja. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa serta objeknya adalah komunikasi interpersonal. Data dikumpulkan menggunakan metode observasi dan wawancara. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif melalui tiga tahapan, yakni reduksi, penyajian, serta simpulan/verifikasi data. Hasil penelitian ini (1) pola komunikasi guru dan siswa adalah komunikasi banyak arah. (2) Kecakapan komunikasi interpersonal guru meliputi, berbicara, bertanya, membuka pintu komunikasi, menjaga sopan santun, cepat (tanggap, bertanggung jawab), perhatian dan kepedulian, memiliki empati, memberikan layanan, menyampaikan informasi, mendengarkan, dan sebagai konselor. Kecakapan komunikasi interpersonal siswa meliputi, berbicara, bertanya, membuka pintu komunikasi, menjaga sopan santun, meminta maaf, cepat (tanggap, bertanggung jawab), menyampaikan informasi, dan mendengarkan. (3) Kendala-kendala yang terjadi dalam komunikasi interpersonal guru meliputi, faktor komunikan rendah, tidak digunakan media yang tepat, perbedaan persepsi, komunikasi satu arah, waktu, dan suasana hati komunikan. Sementara itu, kendala yang dihadapi siswa meliputi, karakteristik komunikan, perbedaan persepsi, dan tidak ada respon. Kata kunci: komunikasi interpersonal, guru, siswa, teks ulasan Abstract In this research purposes to describe (1) communication patterns that occur between teachers and students (2) describe interpersonal communication skills of teachers and students and (3) constraints that occur in interpersonal communication of teachers and students in text review study in class VIII 10 SMP Negeri 2 singaraja. This research uses qualitative descriptive design. This research subject is teacher and student and the object is interpersonal communication. Data were collected using observation and interview methods. Data is analyzed descriptive qualitative through three stages, namely reduction, presentation, and conclusion / verification of data.The result of this research (1) communication pattern of teacher and student is the pattern of communication of many direction. (2) Interpersonal communication skills of teachers include speaking, asking, communication skills, keeping good manners, being quick (responsive, responsible), caring and caring, having empathy, providing services, conveying information, listening, and counseling. Interpersonal communication skills of students include, speaking, asking, opening communication doors, maintaining courtesy, apologizing, fast (responsive, responsible), conveying information, and listening. (3) Constraints that occur in teacher interpersonal communication include, low communicant factors, not used appropriate media, differences in perception, one-way communication, time, and mood communicant.
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017 Meanwhile, the constraints faced by students include, the characteristics communicants, differences in perception, and no response. Keyword: interpersonal communication, teacher, student, text review
PENDAHULUAN Pendidikan sangat penting dan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena berorientasi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Di dalam pendidikam terdapat transformasi nilai-nilai yang terus berkembang dari generasi satu ke generasi yang lainnya. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, pasal 3 ayat (6) menyatakan bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya bermakna sebagai pemeliharaan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan untuk dikembangakan sebagai sumber daya manusia yang berkualitas. Hali ini adalah wujud nyata dari tujuan pendidikan sebagai bekal untuk menghadapi tuntutan kenyataan masa kini dan masa depan. Sardiman (2007:13) menyatakan bahwa pendidikan dapat dirumuskan dari sudut normatif dan teknis. Sebagai rumusan yang bersifat normatif, pendidikan harus berpegang teguh terhadap nilai-nilai seperti, norma hidup, pandangan terhadap individu dan masyarakat, nilai-nilai moral, dan kesusilaan. Hal tersebut adalah aktualisasi pendidikan sebagai suatu peristiwa yang memiliki norma. Sedangkan rumusan pendidikan yang bersifat teknis adalah suatu kegiatan praktis yang memiliki tujuan dan berlangsung sedemikian rupa. Di dalam hal ini, rumusan pendidikan secara teknis adalah proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu konsep dari dua dimensi kegiatan (belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapain tujuan. Hal itu berarti, terdapat dua aktivitas yakni belajar dan mengajar secara bersamaan. Secara sederhana, istilah pembelajaran (instruction) bermakana sebagai upaya untuk membelajarakan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (efort) dan berbagai strategi, metode, dan, pendekatan
of
ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan (Majid, 2013). Senada dengan hal itu Mahmudah (2015) mengatakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan aktif siswa dan guru untuk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka “tahu” terhadap pengetahuan sehingga mereka “mampu” untuk melakukan sesuatu. Di dalam membelajarkan seseorang atau kelompok, perlu perencanaan yang matang dan efektif. Pengondisian secara terencana akan merangsang seseorag agar bisa belajar dengan baik. Hal itu akan berhubungan dengan keefektifan suatu proses (pembelajaran) terhadap rencana yang telah dibuat. Guru adalah fasilitator sekaligus ujung tombak dalam proses pembelajaran. Guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran diharapkan memiliki kualifikasi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Di dalam pembelajaran, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek belajar, dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam pengetahuan, kemampuan, sikap dan tata nilai, agar proses itu dapat berjalan dengan efektif dan efisien (Sardiman, 2007). Guru sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan, di samping memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus mengetahui dan melaksankan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang bersifat teknis ini, terutama kegiatan mengelola dan melaksanakan interaksi belajar mengajar. Di dalam mengelola kegiatan interaksi belajar mengajar, guru paling tidak harus memiliki dua modal dasar, yakni kemampuan mendesain program dan keterampilan mengomunikasikan program kepada siswa. Tidak hanya guru, dalam proses pembelajaran, siswa adalah salah satu yang menjadi tolak ukur pembelajaran. Siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
posisi sentral dalam proses belajar mengajar (Sardiman, 2011:111). Siswa adalah bagian penting dari pembelajaran. Hal tersebut berarti siswa adalah subjek yang harus melakukan aktivitas belajar. Di dalam siswa lah melekat tujuan pembelajan yang menjadi penentu arah pembelajaran. Karena sebagai subjek belajar, hal pertama kali yang harus diperhatikan dalam pembelajaran adalah siswa. Sehingga hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, seperti komponen pembelajaran akan sangat ditentukan oleh kemampuan dan karakteristik siswa. Begitu pula dengan komunikasi yang terjalin di dalam kelas saat proses belajar mengajar. Komunikasi yang terjalin dalam kegiatan belajar mengajar adalah guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lain. Di dalam pembelajaran, komunikasi memiliki peran penting untuk terwujudnya tujuan yang ingin dicapai. Komunikasi yang dilakukan guru kepada siswa, begitu juga sebaliknya, adalah kunci keberhasilan pembelajaran. Penggunaan komunikasi guru atau komunikasi yang terjadi saat pembelajaran harusnya membawa siswa untuk mau belajar bukan malah sebaliknya. Hal itu senada dengan pendapat Darmansyah (2011:52) yang menyatakan bahwa guru terbaik adalah guru yang mendahulukan interaksi (komunikasi) dalam lingkungan belajar, memerhatikan kualitas interaksi antar pelajar, antar pelajar dan guru, pelajar dan kurikulum. Jadi, komunikasi pembelajaran akan menentukan arah pembelajaran dan kemauan siswa untuk belajar. Komunikasi yang baik antara guru dan siswa akan mempererat jarak secara psikologis antara keduanya dan hal itu akan memperlancar proses transformasi pelajaran dari guru ke siswa. Guru dan siswa harus ada saling memercayai sehingga ada keseragaman dalam bertindak dan tidak ada saling membohongi (Soetomo, 1993). Pada dasarnya, kepercayaan siswa akan timbul saat komunikasi yang terjalin dengan guru tidaklah determinasi. Artinya, tidak harus guru yang memegang kendali dalam melakukan komunikasi saat pembelajaran. Ada kalanya guru mempertimbangkan
pendapat, masukan, serta komunikasikomunikasi yang dilakukan oleh siswa. Salah satu komunikasi yang terjadi adalah komunikasi interpersonal guru dan siswa. Devito (1997) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang memberikan umpan balik segera. Proses komunikasi interpersonal tersebut, akan lebih mendekatkan hubungan antara guru dan siswa. Hal itu di dukung oleh Cangara (2016) yang mengatakan bahwa fungsi komunikasi antarpribadi adalah berusaha meningkatkan hubungan insani (human relations), menghindari konflik, dan mengatasi konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Terdapat beberapa kecakapan komunikasi interpersonal yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu kecakapan komunikasi interpersonal yang sering dilakukan guru dan siswa adalah kecakapan bertanya serta kecakapan berbicara. Salah satu materi pembelajaran yang muncul pada kelas VIII kurikulum 2013 adalah teks ulasan. Teks ulasan adalah salah satu materi yang lebih menekankan pada keterampilan menulis siswa. Hal tersebut adalah salah satu penjabaran tujuan atau standar kompetensi lulusan kurikulum 2013 yakni mengubah pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif. Menulis adalah salah satu keterampilan yang membutuhkan aktivitas otak secara kompleks. Hal itu berarti, guru harus mampu membuat pembelajaran menulis menjadi efektif sesuai dengan tujuan pembelajaran Salah satu sekolah menengah pertama yang menerapkan kurikulum 2013 adalah SMP Negeri 2 Singaraja, Buleleng. SMP ini adalah salah satu sekolah menengah pertama yang memiliki siswa terbanyak. Di setiap kelas dari kelas VII ( 15 kelas), VIII (15 kelas), dan IX ( 15 kelas) terdapat sekitar 34-38 siswa. Peneliti memilih kelas VIII karena teks ulasan
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
muncul pada kelas tersebut. Kelas VIII 10 SMP Negeri 2 Singaraja dipilih peneliti dikarenakan jumlah siswa yang banyak. Pada kelas dengan jumlah siswa banyak, terdapat kebanyakan siswa diam atau pasif pada saat guru menjelaskan materi. Bahkan ada siswa yang asik mengobrol dengan temannya. Hal tersebut terjadi karena siswa yang banyak serta guru harus melakukan pendekatan secara pribadi maupun kelompok kecil sehingga siswa yang lain luput dari pengawasan guru. Pada saat kesempatan bertanya diberikan kepada siswa, banyak siswa yang tidak menggunakan kesempatan tersebut. Hal itu dikarenakan siswa yang bersifat pasif antara mengerti atau tidak dengan apa yang dipelajari pada hari itu. Namun, terdapat pula siswa yang bertanya sesuai dengan materi pembelajaran. Situasi seperti ini membuat tugas guru semakin berat pada saat pembelajaran berlangsung. Guru tidak hanya sebatas melakukan interaksi belajar semata, akan tetapi komunikasi yang lebih intensif terhadap siswa. Selain itu, salah satu Guru Bahasa Indonesia kelas VIII 10 SMP Negeri 2 Singaraja, Ibu Desak Ketut Kariani, S.Pd. mengatakan bahwa membuat siswa belajar di kelas VIII 10 sangatlah sulit. Beliau juga mengeluarkan banyak tenaga dalam proses pembelajaran, tidak hanya menjelaskan, tetapi juga melakukan pendekatan terhadap masing-masing siswa melalui komunikasi yang intensif. Komunikasi yang intensif tersebut, menurutnya akan lebih memudahkan membuat siswa belajar. Komunikasi intensif yang dilakukan Desak Ketut Kariani, S.Pd. adalah komunikasi interpersonal. Berdasarkan latar belakang yang dipaparka di atas, maka enelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan pola komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa di kelas VIII 10 SMP Negeri 2 Singaraja dan (2) mendeskripsikan kecakapan komunikasi interpersonal yang digunakan guru dan siswa di kelas VIII 10 SMP Negeri 2 Singaraja (3) kendalakendala yang terjadi dalam komunikasi interpersonal guru dan siswa di kelas VIII 10 SMP Negeri 2 singaraja. Penelitian ini diharapkan dapat memberi dua manfaat, yaitu secara teoritis
dan praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan konseptual terhadap kegiatan belajar mengajar, khususnya interaksi belajar mengajar. Selain itu, penelitian ini juga dapat memperkaya kecakapan komunikasi interpersonal manusia terhadap manusia lain. Secara praktis, Bagi Guru atau pengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia, termasuk bagi peneliti sendiri sebagai calon guru Bahasa Indonesia, hasil penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam kegiatan belajar mengajar serta menggunakan kecakapan komunikasi interpersonal sebagai media untuk membuat siswa belajar. Bagi siswa hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan untuk melakukan komunikasi yang baik dengan guru. Hal ini akan mempermudah siswa untuk belajar karena hubungan yang baik tercapai melalui komunikasi yang baik pula. Bagi sekolah hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai upaya pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Bahasa Indonesia. Bagi peneliti lain hasil penelitian ini bermafaat bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian sejenis sebagai bahan bandingan dan menambah wawasan penelitian yang dilakukan. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Rancangan penelitian deskriptif kualitatif memiliki tujuan untuk menggambarkan sesuatu sebagaimana adanya dengan menggunakan kata-kata sesuai pertanyaan-pertanyaan penelitian. Subjek dalam penelitian ini, Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa di kelas VIII 10 SMP Negeri 2 Singaraja. Adapun objek penelitian ini adalah pola komunikasi guru dan siswa, kecakapan komunikasi interpersonal guru dan siswa, serta kendala-kendala komunikasi interpersonal guru dan siswa dalam pembelajaran teks ulasan di kelas VIII 10 SMP Negeri 2 Singaraja. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi dan wanwancara. Metode observasi dan wawancara dipilih karena penelitian ini
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
meneliti proses pembelajaran di kelas. Adapun instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri dan lembar observasi yang berfungsi untuk mengamati hal-hal yang diperlukan. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode analisis data deskriptif kualitatif. Kegiatan analisis deskriptif kualitatif, meliputi reduksi data, penyajian data, dan simpulan. Reduksi data dilakukan dengan cara memilah dan meimilih data sesuai unsur yang diteliti. Penyajian data dilakukan untuk menunjukkan kondisi alamiah data. Terakhir adalah penarikan simpulan yang dilakukan dengan menjawab semua rumusan masalah. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini meliputi, (1) pola komunikasi dalam pembeljaran teks ulasan di Kelas VIII 10 SMP negeri 2 Singaraja, (2) kecakapan komunikasi interpersonal guru dan siswa di kelas VIII 10 SMP Negeri 2 Singaraja., dan (3) kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam komunikasi interpersonal guru dan siswa di kelas VIII 10 SMP Negeri 2 Singaraja. Pertama, pola komunikasi yang terjadi di kelas VIII 10 SMP negeri 2 Singaraja dalam pembelajaran teks ulasan adalah pola komunikasi banyak arah. Hal tersebut terlihat dari komunikasi terjadi tidak hanya antara guru dan siswa saja melainkan siswa dengan siswa lain ikut aktif dalam berkomunikasi. Guru dengan baik memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan diskusi agar hal yang dibahas bisa terpecahkan. Dalam konteks diskusi itulah, siswa dengan siswa lain saling beradu argumen menyampaikan hasil kerjanya. Walaupun antusias siswa tidaklah tinggi, akan tetapi beberapa siswa sudah menyampaikan argumen dengan baik. Pada saat itulah, komunikasi terjadi dengan baik antara siswa dengan siswa lain. Tidak hanya itu pula, dalam proses diskusi, secara tidak langsung siswa dengan siswa lain saling berkomunikasi untuk dapat memecahkan masalah. Hal itu berarti pola komunikasi yang terjadi pada saat itu adalah pola komunikasi transaski atau banyak arah.
Temuan pertama menunjukan pola komunikasi yang terjadi di kelas VIII 10 memang tergolong dalam pola komunikasi multi arah. Guru dengan senantiasa melakukan komunikasi yang baik dengan siswa agar komunikasi pembelajaran yang terjalin mampu memberikan hasil terbaik bagi tujuan pembelajaran. Hal tersebut senada dengan pendapat Majid (2013:289) yang menyatakan bahwa komunikasi yang dianggap efektif adalah komunikasi yang menimbulkan arus informasi dua arah, bahkan multi arah, yaitu dengan munculnya feedback dari penerima pesan. Siswa juga dengan aktif melakukan komunikasi dengan guru maupun siswa lain agar pembelajaran semakin kompleks. Guru dan siswa memiliki kesamaan dalam melakukan komunikasi dalam memecahkan masalah atau menemukan solusi dari permasalahan pembelajaran. Artinya, tidak ada pihak yang lebih dominan dalam berkomunikasi, melainkan memiliki kesamaan sebagai komunikan dan komunikator. Hal ini senada dengan penelitian Regina (2016) yang menyatakan bahwa guru telah menyiapkan strategi komunikasi banyak arah, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif serta terjadi interaksi dinamis antara guru dan siswa maupun siswa yang satu dengan lainnya. Kedua, kecakapan komunikasi interpersonal yang digunakan oleh guru dan siswa. Kecakapan berbicara digunakan oleh guru pada saat memulai pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Terdapat empat prinsip kecakapan berbicara yang digunakan oleh guru, yaitu prisnip motivasi, perhatian, ulangan, dan kegunaan. Pada saat menyampaikan materi teks ulasan, terlebih dahulu guru memberikan motivasi berupa tujuan yang akan dicapai ketika mempelajari teks ulasan. Motivasi tersebut berupa kegunaan ketika siswa mampu menguasai materi teks ulasan. Tidak hanya diawal pembelajaran, prinsip motivasi ini muncul saat pembelajaran berlangsung mencapai inti. Guru memberikan motivasi kepada siswa dalam hal pemahaman siswa terhadap materi. Kemudian, guru juga menggunakan prinsip perhatian. Prinsip perhatian digunakan oleh guru pada saat awal pembelajaran. Untuk membangun pemahaman siswa, guru meminta siswa
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
untuk mengamati dan menangkap makna puisi ”Surat kecil untuk Tuhan”. Tidak hanya itu, guru juga menanyakn kepada siswa buku apa yang pernah dibaca, film apa yang pernah ditonton. Hal itu dilakukan guru adalah untuk membangun konteks teks ulasan kepada siswa melalui prinsip perhatian. Guru juga menggunakan prinsip ulangan. Prinsip ulangan ini sering digunakan guru pada saat menjawab ataupun memberikan materi mengenai teks ulasan. Contohnya adalah ketika menjelaskan makna teks ulasan, guru menyampaikan maknanya lebih dari dua kali. Hal tersebut dilakukan agar siswa menangkap makna teks ulasan dengan baik. Prinsip terakhir yang digunakan guru adalah prinsip kegunaan. Contoh prinsip ini adalah ketika guru menjelaskan struktur teks ulasan. Guru hanya membicarakan mengenai struktur tersebut dengan intensif tanpa membicarakan hal di luar struktur teks ulasan. Kecakapan bertanya digunakan oleh guru dimulai sejak awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Seperti contoh yang disampaikan di atas, mengenai buku apa yang pernah dibaca atau film apa yang pernah ditonton. Hal tersebut adalah kecakapan bertanya guru untuk membangun konteks agar siswa bisa fokus atau memberi perhatian terhadap hal yang ditanyakan. Dalam bertanya kepada siswa guru juga memerhatikan prisip sopan santun. Hal itu terlihat dari kalimat yang digunakan oleh guru. Kecakapan membuka pintu komunikasi digunakan oleh guru pada saat masuk kelas. Pada saat itu, guru mengatakan kata ”Selamat siang”. Kata itu adalah kata untuk membuka pintu komunikasi kepada siswa. Tidak hanya dengan mengatakan selamat siang, guru juga tersenyum saat masuk kelas. Hal itu adalah kecakapan untuk membuka pintu komunikasi agar komunikasi bisa berjalan dengan baik. Keterampilan menjaga sopan santun digunakan oleh guru saat pembelajaran berlangsung. Hal itu terlihat dari bentuk komunikasi yang dilakukan atau sikap yang ditunjukan oleh guru. Komunikasi yang berifat sopan dan santun ditunjukan pada beberapa kalimat yang telah disampaikan di
atas. Guru menghargai setiap pertanyaan maupun pendapat yang disampaikan siswa dengan bentuk kecakapan menjaga sopan santun. Hal itu terbukti bahwa siswa menjadi lebih aktif untuk mengikuti proses pembelajaran. Kecakapan cepat, tanggap, bertanggung jawab digunakan guru saat menjawab pertanyaan siswa. Guru dengan cepat menjawab tanpa memerlukan jeda yang panjang, serta jawaban yang sesuai dengan pertanyaan siswa. Tidak hanya itu, guru juga meluruskan pertanyaan siswa yang berbelit menjadi pertanyaan yang dimengerti oleh siswa lain. Kemudian, guru juga mendatangi siswa yang kurang memahami materi dengan baik.. Tanggung jawab guru terlihat saat kembali menjawab setiap pertanyaan yang disampaikan oleh siswa. Kecakapan perhatian dan kepedulian digunakan oleh guru pada saat melakukan pertanyaan dan mendatangi siswa yang kurang dalam menangkap materi. Guru sudah paham mengenai karakteristik siswanya oleh karena itu guru mendatangi setiap siswa yang memiliki kekurangan dalam memahami materi. Hal itu adalah bentuk perhatian dan kepedulian guru terhadap siswa. Kecakapan memiliki empati digunakan oleh guru saat terdapat siswa yang kurang dalam memahami materi. Guru dengan cara mendatangi kemudian mengajak komunikasi secara individu kepada siswa tersebut. Kecakapan memberikan pelayanan digunakan saat diskusi berlangsung. Guru meberikan pertanyaan, menjawab, meluruskan, serta memberikan contoh lain atau informasi lain untuk memperjelas pemahaman siswa. Guru sering memberikan informasi tambahan kepada siswa, terutama kepada siswa yang kurang memahami materi. Informasi tersebut berupa contoh lain. Kemudian guru melakukan konsultasi kepada siswa yang ingin bertanya lebih jauh. Guru berada di meja guru, kemudian dalam waktu 10 menit memberikan kesempatan siswa maju ke meja guru untuk bertanya mengenai materi. Tidak hanya ke meja guru, guru juga sering
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
mendatangi siswa ke mejanya untuk memberikan pelayanan konsultasi. Kecakapan menyampaikan informasi digunakan oleh guru saat menjawab pertanyaan, menjelaskan, atau berdiskusi dengan siswa. Kecakapan ini sering dilakukan karena berorientasi terhadap arah pembelajaran. Guru saat menjawab dan memberi penjelasan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa. Guru menjelaskan dengan sedemikian rupa dengan kata yang lebih bisa dipahami oleh siswa. Kemudian guru juga beberapa kali mengulangi kalimat yang dianggap penting. Hal itu sering terlihat saat guru menjelaskan materi, serta saat guru tersebut berpendapat. Guru mengulangi informasi yang dianggap penting untuk menanamkan informasi tersebut kepada siswa dengan baik. Kecakapan mendengarkan digunakan guru saat siswa bertanya dan menyampaikan hasil diskusi. Guru dengan seksama mendengarkan apa yang disampaikan oleh siswa. Tidak hanya itu, guru juga dengan baik mendengarkan pendapat atau celetukan siswa yang sesuai dengan materi. Guru tidak dengan semenamena langsung menyetop pendapat atau pertanyaan siswa, melainkan mendengarkannya sampai selesai walaupun pertanyaan siswa berbelit-belit. Kecakapan sebagai konselor digunakan guru saat siswa memiliki masalah mengenai materi yang tidak dimengerti. Guru mendatangi siswa dan siswa yang mendatangi guru. Pada saat itu, akan ada diskusi mengenai hal-hal yang akan diluruskan oleh guru. Tidak hanya itu, guru dengan sengaja mengajak komunikasi siswa yang kurang dalam menerima materi untuk mencari solusi atas ketidakmengertiannya. Kecakapan berbicara digunakan oleh siswa pada saat mengajukan pertanyaan dan diskusi. Pada kecakapan berbicara ini, siswa hanya menggunakan satu prinsip kecakapan berbicara yakni prinsip kegunaan. Prinsip ini digunakan oleh siswa untuk mendapat informasi yang diinginkan oleh siswa tersebut. Pertanyaan biasanya mengenai hal-hal yang tidak dipahami mengenai kata ataupun istilah di
buku ajar. Prinsip kegunaan ini digunakan oleh semua siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru. Tidak hanya itu, prinsip kegunaan kecakapan berbicara ini digunakan oleh siswa pada saat melakukan diskusi. Siswa saling tanya jawab serta berkomentar terhadap siswa lain. Namun, siswa yang melakukan itu hanya beberapa saja. Kecakapan bertanya digunakan oleh siswa pada saat menyampaikan pertanyaan serta diskusi dengan siswa lain serta dengan guru. Kecakapan bertanya yang digunakan siswa adalah prinsip tenang dan sopan serta singkat dan jelas. Pertanyaan yang dilontarkan siswa memang beberapa memiliki prinsip yang disebutkan di atas. Namun, beberapa juga tidak terdapat pinsip kecakapan bertanya. Hal tersebut terlihat dari saat mengacungkan tangan sampai selesai menyampaikan pertanyaan. Pertanyaan disampaikan oleh siswa tanpa terlihat canggung ataupun membentak. Siswa dengan tenang dan terlihat sopan mengajukan pertanyaan dengan guru. Tidak hanya dengan guru, dengan siswa lain juga terlihat tenang dan sopan. Pada saat diskusi, siswa terlihat tidak saling mencela kekurangan ataupun tidak terkontrol dalam melakukan komentar dan bertanya. Siswa saling memberi komentar dan pertanyaan dengan sopan, tenang, dan terlihat baik. Namun, prinsip keterampilan ini terlihat digunakan hanya sekali dua kali. Kecakapan membuka pintu komunikasi digunakan siswa pada saat proses pembelajaran dimulai. Siswa yang dikomandoi oleh ketua kelas menyampaikan salam ”pangenjali umat hindu” untuk memberikan sambutan kepada guru. Salam tersebut menunjukan kecakapan membuka pintu komunikasi untuk komunikasi selanjutnya yang lebh baik. Tidak haya itu, siswa juga melakukan kecakapan membuka pintu komunikasi saat diskusi. Siswa menggunakan senyuman serta candaan yang sesuai dengan prinsip komunikasi. Kecakapan menjaga sopan santun digunakan oleh siswa saat mengajukan pertanyaan dan diskusi dengan guru maupun siswa lain. Kecakapan menjaga sopan santun ini dilakukan beberapa kali
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
oleh siswa yang bersangkutan. Intensitas pemakaiannya pun dilakukan dengan baik. Biasanya tidak hanya dari bentuk komunikasi yang bersifat sopan santun, sikap yang ditunjukan oleh siswa pun menunjukan sopan dan santun. Kecakapan meminta maaf dilakukan oleh siswa saat terjadi kesalahan dalam menyampaikkan pertanyaan atau pernyataan. Terdapat satu siswa yang meminta maaf saat bertanya kepada guru. Siswa tersebut meminta maaf karena penjelasan guru yang belum dimengertinya. Siswa tersebut ingin guru mengulangi penjelasan kepadanya. Siswa tersebut memulai komunikasinya dengan mengucapkan permintaan maaf terlebih dahulu. Hal itu menunjukan bentuk komunikasi yang membuat suasana menjadi tidak tegang. Kecakapan cepat, tanggap, dan bertanggung jawab digunakan oleh satu siswa saat menjawab pertanyaan guru. Guru menanyakan mengenai julukan Mohamad Hatta, salah satu siswa dengan cepat dan tanggap langsung menjawab ”Bapak Koperasi Indonesia”. Hal tersebut menunjukan kesigapan dan kecepatan siswa untuk meresnpon pertanyaan dari guru. Siswa tersebut menerapkan kecakapan cepat, tanggap, dan bertanggung jawab untuk menjadikan komunikasi lebih dinamis. Bentuk lain yang dimunculkan oleh siswa tersebut adalah ketika menjawab pertanyaan kedua dari guru. Guru menanyakan mengenai julukan lain dari Ki Hajar Dewantara, kemudian siswa tersebut langsung menjawab ”tokoh pendidikan”. Hal itu menunjukan bahwa selain cepat dan tanggap, siswa tersebut bertanggung jawab dalam menjawab pertanyaan yang diberikan kepadanya. Siswa tersebut telah beberapa kali pula menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Namun, kecakapan cepat, tanggap dan bertanggung jawab hanya sekali ditunjukan oleh siswa tersebut. Kecakapan menyampaikan informasi digunakan oleh siswa saat menyampaikan pendapat. Pendapat tersebut disampaikan oleh siswa saat diskusi maupun menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Prinsip yang digunkan pada saat menyampaikan informasi oleh
siswa adalah bahasa yang dimengerti, tidak menggunakan istilah, dan mengulangi informasi penting. Prinsip ini digunakan oleh siswa dalam takaran yang berbeda. Prinsip bahasa yang dimengerti dan tidak menggunakan istilah asing lah yang paling sering digunakan oleh siswa. Sedangkan, prinsip mengulangi informasi hanya sekali dilakukan oleh satu siswa saja. Kecakapan komunikasi interpersonal yang terakhir digunakan siswa adalah kecakapan mendengar. Kecakapan mendengar digunakan oleh siswa saat mulai proses pembelajaran hingga selesai. Kecakapan ini adalah bentuk perhatian siswa atas kegiatan belajar mengajar di kelas tersebut. Siswa dengan baik mengikuti proses pembelajaran dengan memerhatikan guru atau siswa lain saat diskusi. Walaupun terdapat pula saat-saat siswa tidak memerhatikan guru atau siswa lain saat berpendapat. Namun, secara keseluruhan, semua siswa sudah menunjukan bentuk kecakapan komunikasi interpersonal mendengarkan. Temuan kedua menunjukan kecakapan komunikasi interpersonal yang digunakan guru adalah kecakapan berbicara, kecakapan bertanya, kecakapan membuka pintu komunikasi, kecakapan menjaga sopan santun, cepat tanggap, tanggung jawab, kepedulian, memberikan pelayanan, menyampaikan informasi, mendengar, konselor. Seluruh kecakapan ini senantiasa digunakan guru untuk menunjang proses pembelajaran yang baik. Intensitas penggunaan kecakapan ini pun berbeda. Namun, dari kesekian kecaapan, kecakapan berbicaralah yang paling dominan digunakan oleh guru. Hal tersebut senada dengan pendapat Wendra (2014:7) yang menyatakan bahwa melalui keterampilan berbicara mampu membakar emosi pendengar. Begitu pula dengan siswa, siswa menggunakan kecakapan berbicara, kecakapan bertanya, kecakapan membuka pintu komunikasi, keterampilan menjaga sopan santun, kecakapan meminta maaf, cepat, tanggap, bertanggung jawab, kecakapan menyampaikan informasi dan kecakapan mendengarkan. Dari segi siswa, kecakapan mendengarlah yang ebih dominan. Pada dasarnya pembelajaran menjadi lebih baik
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
apa bila komunikasi yang terjalin baik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Majid (2013:284) yang menyatakan bahwa keberhasilan kegiatan pembelajaran sangat tergantung pada efektivitas proses komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran tersebut. Terlebih lagi, keterampilan berbicara seorang guru akan mampu menggerakkan ataupun membuat siswa merasakan suatu yang baik untuk mengikuti serta menyerap informasi., pandai memanfaatkan situasi, ditambah penguasaanya terhadap ilmu jiwa masa, maka pembicara akan mampu menggerakkan pendengarnya. Itu artinya, komunikasi dalam pembelajaran menjadi salah satu faktor penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hal tersebut juga merupakan penjabaran dari proses penyampaian informasi dari guru kepada siswa dan siswa kepada siswa lain dengan tujuan agar pesan dapat diterima dengan baik dan berpengaruh terhadap pemahaman serta perubahan tingkah laku. Hal ini senada dengan penelitian Candra (2014) yang menyatakan bahwa 57% siswa setuju bahwa guru mau untuk berbicara dan terlebih lagi meluangkan waktu bagi siswa yang memiliki kendala dalam proses belajar. Maka dari itu, keterampilan berbicara yang dimiliki guru menjadi salah satu faktor keberhasilah pembelajaran. Yang ketiga adalah mengenai Kendala-kendala yang dihadapi. Yang pertama mengenai kendala guru. Faktor komunikan yang rendah adalah kendala pertama yang dihadapi oleh guru dalam melakukan komunikasi interpersonal. Komunikan yang dimaksud adalah siswa yang menjadi subjek belajar. Seringkali siswa dalam menerima informasi yang disampaikan guru tidak diterima dengan baik. Hal tersebut disebabkan oleh kemampuan intelektual siswa yang masih kurang. Kemampuan menyerap informasi siswa masih rendah sehingga informasi yang diterima tidak seutuhnya sama. Kerap kali guru harus mengulang informasi yang dianggap penting agar membiasakan siswa mengingatnya. Tidak hanya itu, jumlah siswa yang banyak membuat komunikan banyak pula. Terlebih lagi, masih banyak siswa yang memiliki kemampuan rendah dalam menyerap informasi. Siswa yang
memiliki kemampuan rendah tidak keseluruhan siswa yang berada di dalam kelas tersebut. Terdapat pula beberapa siswa yang memiliki kemampuan baik dalam menyerap informasi. Kendala yang kedua adalah tidak digunakan media yang tepat. Seperti contoh, saat pembelajaran mengenai teks ulasan, guru menggunakan media buku ajar dengan menekankan pada contoh teks ulasan laskar pelangi, guru ingin siswa mengulas dengan semampunya sesaui kemampuan siswa. Terdapat 20 siswa yang mampu membuat contoh ulasan dari teks laskar pelangi, akan tetapi terdapat 18 siswa yang tidak bisa membuat ulasan tersebut. Tidak hanya itu, bahkan terdapat siswa yang tidak menggubris permintaan yang dimintakan oleh guru. Siswa tersebut malah asyik mengobrol dengan teman sebangkunya. Guru tersebut kemudian menghampiri siswa ini dan menyuruh untuk membuat ulasan mengenai teks laskar pelangi. Kendala yang ketiga adalah peredaan persepsi yang terjadi antara guru dan siswa. Perbedaan pesepsi tersebut adalah ketidakmampuan siswa dalam menyerap informasi yang disampaikan guru dengan baik. Siswa kadang-kadang menafsirkan informasi guru dengan candaan ataupun hal yang berbeda. Hal tersebut dilakukan siswa disebabkan oleh informasi yang disampaikan guru mempunyai kemiripan dengan candaan siswa. Hal inilah yang membuat perbedaan tafsiran yang terjadi antara guru dan siswa. Akhirnya siswa memplesetkan atau membelokkan informasi tersebut menjadi candaan tanpa mementingkan esensi informasi tersebut. Kendala yang keempat adalah komunikasi yang terjadi cenderung satu arah. Kecenderungan ini berupa komunikasi yang hanya dilakukan oleh guru tanpa ada renspon dari siswa. Kecenderungan ini juga terjadi lantaran siswa hanya bersifat pasif atau hanya mendengarkan saja informasi yang disampaikan oleh guru. Contohnya ketika guru menyampaikan informasi pentingnya mempelajari teks ulasan, siswa cenderung diam dan hanya mendengarkan guru tersebut. Padahal guru sudah memberikan
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
kesempatan bagi siswa untuk menyampaikan pendapatnya. Akan tetapi, siswa hanya memandang guru dan membuat komunikasi yang terjadi bersifat satu arah. Kecenderungan ini membuat komunikasi menjadi tidak efektif karena informasi yang akan disampaikan tidak akan bisa diterima dengan baik. Informasi tersebut dalah penting untuk diterima siswa untuk mengetahuin informasi mengenai hal yang akan dipelajarinya saat itu. Kendala yang kelima adalah kekurangan waktu saat pembelajaran berlangsung. Penyampaian informasi yang dilakukan guru melalui komunikasi interpersonal menjadi tidak efektif ketika waktu tidak sesuai. Guru menyampaikan bahwa saat menjelaskan ataupun memberikan informasi, kerap kali waktu menjadi lebih cepat dan tidak sesuai dengan hal yang disampaikan. Artinya, saat informasi disampaikan tiba-tiba jam pelajaran telah selesai. Hal itu membuat informasi yang disampaikan menjadi setengah-setengah. Dan jika itu terjadi, guru juga akan mempercepat penyampaian informasi tanpa memerdulikan keadaan siswa. Guru junga menyampaikan bahwa jika informasi yang disampaikan kepada siswa berkejaran dengan waktu maka informasi tersebut akan kurang dari segi isinya. Kendala yang keenam adalah suasana hati dan keadaan komunikan. Guru menjelaskan bahwa saat melakukan komunikasi interpersonal kepada siswa harus memerhatikan keadaan siswa itu. Keadaan yang dimaksud adalah hal-hal yang berkaitan dengan susana hatinya, perasaan, dan keadaan fisiknya. Guru tersebut menjelaskan bahwa anak SMP kerapkali memiliki emosi yang sangat labil. Kadang-kadang emosi tersebut menjadi tidak terkontrol sehingga tidak dapat mengikuti atau menerima informasi dengan baik. Saat melakukan komunikasi dengan siswa, guru harus tahu keadaan siswa itu. Keadaan dan susana hati siswa menjadi faktor utama dalam penyerapan iformasi. Guru menambahkan bahwa hal tersebut seperti senjata. Ketika bisa memanfaatkan keadaan dan suasana hati siswa, maka hasilnya pun akan baik. Ketika salah memanfaatkannya, maka hasilnya
akan tidak baik. Guru menekankan pada cara penyampaian informasi dengan mempertimbangkan keadaan dan suasana hati siswa. Berikutnya adalah kendala yang di hadapi oleh siswa. Kendala pertama yang dialami siswa adalah kurang memahami karakteristik komunikan. Siswa mengatakan bahwa sering kali saat bertanya kepada guru, guru menjawab tidak sesaui dengan yang diinginkan. Informasi yang diterima siswapun menjadi rancu dan merasa kebingungan. Hal tersebut disebabkan oleh kurang pahamnya siswa mengenai karakteristik dari komunikan atau guru. Siswa hanya bertanya tanpa mempertimbangkan kemampuan guru ataupun keadaan perasaan guru. Begitu pula saat melakukan diskusi dengan guru. Siswa merasa guru terlalu banyak menjelaskan tanpa memberikan pemahaman. Hal tersebut sebenarnya terjadi pengetahuan siswa terhadap guru yang kurang. Siswa juga mengatakan bahwa dengan siswa lainpun mengalami hal yang sama. Perbedaan karakteristik antara siswa yang satu dan yang lainnya menyebabkan kegagalan penyerapan informasi. Kendala yang kedua adalah perbedaan persepsi. Perbedaan persepsi yang terjadi adalah kesalahpahaman siswa dalam menafsirkan dan menyampaikan informasi. Kesalahpahaman ini adalah pendapat yang dimiliki siswa dengan siswa lain berbeda. Informasi yang disampaikan pun akan berbeda kepada siswa lain. Hal tersebut disebabkan oleh kemampuan siswa lain yang kurang ataupun lebih baik. Artinya terdapat kesenjangan kemampuan diatara siswa. Siswa juga mengatakan bahwa siswa lain juga kurang memahami apa yang disampaikan olehnya. Perbedaan persepsi ini muncul ketika diskusi sedang berlangsung kemudian terdapat siswa yang tidak bisa mengikuti maka hasilnya tidak akan baik. Kendala yang ketiga adalah tidak adanya respon dari siswa lain. Hal ini berkaitan dengan respon yang disampaikan oleh siswa lain pada saat melakukan diskusi. Siswa mengatakan bahwa pada saat menyampaikan hasil diskusi ataupun memberikan masukan, siswa lain tidak ada
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
yang menanggapi dengan serius. Artinya, siswa lain hanya menanggapi dengan senyuman atau candaan. Tidak ada bentuk respon komunikasi yang baik antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Padahal respon yang menjadi timbal balik komunikasi perlu dilakukan untuk mengukur tingkat informasi yang diberikan. Selain itu, kesenjangan kemampuan yang terjadi membuat beberapa siswa tidak mampu mengikuti diskusi dengan baik. Memang terdapat beberapa siswa yang aktif dalam melakukan diskusi, tetapi juga banyak siswa yang tidak mengikuti diskusi dengan baik. Hal tersebut membuat beberapa siswa tidak dapat merespon hasil diskusi ataupun pendapat yang dilontarkan oleh siswa lain. Temuan ketiga menunjukan kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam melakukan komunikasi interpersonal. Dalam melakukan komunikasi interpersonal guru dan siswa menghadapi kendala berupa faktor komunikan rendah, tidak digunakan media yang tepat, perbedaan persepsi yang terjadi, komunikasi yang terjadi cenderung satu arah, waktu yang kurang dalam pembelajaran, dan suasana hati serta keadaan komunikan. Sedangkan, kendala yang dihadapi siswa saat melakukan komunikasi interpersonal adalah kurang memahami karakteristik komunikan, perbedaan persepsi, dan tidak ada respon dari siswa lain. Kendala ini senantiasa dihadapi guru dan siswa karena dalam komunikasi menjelma ke dalam sikap yang secara otomatis berfungsi sebagai filter bagi masing-masing individu. Suranto (2011:88) menyatakan bahwa kalau sikap yang menonjol adalah prasangka buruk, mengabaikan karakteristik lawan bicara dan yang telah disebutkan di atas, maka hal itu akan menjadi penghambat proses komunikasi interpersonal. Oleh karena itu perlu disadari bahwa komunikasi interpersonal sangat penting bagi pembeajaran. Hal ini senada denagn pendapat Regina (2016) yang menyatakan bahwa komunikasi interpersonal yang komunikatif antara guru dan siswa maka proses pembelajaran pun akan berjalan efektif tanpa suatu hambatan. SIMPULAN DAN SARAN
Pertama, pola komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran teks ulasan di kelas VIII 10 SMP Negeri 2 Singaraja adalah pola komunikasi banyak arah atau multi arah. Hal tersebut dibuktikan oleh komunikasi yang terjadi adalah guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lain. Kedua, kecakapan komunikasi interpersonal yang digunakan oleh guru adalah keterampilan berbicara, kecakapan bertanya, membuka pintu komunikasi, menjaga sopan santun, cepat, perhatian dan kepedulian, memiliki empati, kecakapan memberikan pelayanan, kecakapan menyampaikan informasi, kecakapan mendengar, dan kecakapan sebagai konselor. Sedangkan kecakapan komunikasi interpersonal yang digunakan siswa adalah kecakapan berbicara, kecakapan bertanya, membuka pintu komunikasi, keterampilan menjaga sopan santun, meminta maaf, cepat, tanggap, bertanggung jawab, kecakapan menyampaikan informasi, dan kecakapan mendengar Ketiga, kendala-kendala yang dihadapi guru dalam melakukan komunikasi interpersonal adalah faktor komunikan yang rendah, tidak digunakan media yang tepat, perbedaan persepsi yang terjadi, komunikasi yang terjadi cenderung satu arah, waktu yang kurang dalam pembelajaran, dan suasana hati serta keadaan komunikan. Sedangkan kendalakendala yang dihadapi siswa dalam melakukan komunikasi interpersonal adalah kurang memahami karakteristik komunikan, perbedaan persepsi, dan tidak ada respon dari siswa lain. Adapun saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran serta pedoman bagi guru, siswa, serta sekolah untuk melakukan komunikasi interpersonal yang lebih efektif. Selain itu, penelitian ini menganalisis komunikasi interpersonal dalam pembelajaran teks ulasan. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya perlu dikaji komunikasi interpersonal dalam pembelajaran teks lainnya, seperti teks boiografi, teks fabel, serta teks diskusi, serta yang lainnya.
e-Journal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
UCAPAN TERIMAKASIH Peneliti menyadari bahwa penelitiannya tidak akan terwujud tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh sebab itu, melalui kesempatan ini, disampaikan ucapan terimakasih kepada Prof. Dr. Ida Bagus Putrayasa, M.Pd., selaku pembimbing I dan Drs. I Wayan Wendra, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi, serta masukan yang sangat berarti dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA A.Devito, Joseph. 1997. Komunikasi Antarmanusia:Edisi Kelima. Jakarta: Professional Books. AW, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu. Candra, Putra Gema. 2014. Pengaruh Komunikasi Interpersonal Guru Dan Siswa Terhadap Aktivitas Siswa Di SMP Negeri 4 Pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Sosial Dan Politik Vol 1, No 1. Cangara, H. Hafied. 2016. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada. Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya. Regina, Yolanda. 2016. Pengaruh Komunikasi Interpersonal Guru Dan Pembelajaran Kontekstual Terhadap Komitmen Belajar Siswa. Jurnal Kultur Demokrasi Vol 4, No 4. Sardiman, A.M. 2011. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Soetomo. 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional. S.T, Darmansyah. 2011. Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor. Jakarta: PT Bumi Aksara Wendra. 2011. Keterampilan Berbicara. Singaraja: Undiksha.