e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia1 1 Vol. 3 No 1 tahun 2015
ANALISIS FAKTA DAN SARANA CERITA DALAM TEKS NILAI MORAL FABEL SISWA KELAS VIII A1 DI SMP NEGERI 1 SINGARAJA
Widiya Aprianti, Gede Gunatama, Made Sri Indriani Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id ABSTRAK Tujuan penggunaan sarana cerita adalah untuk memungkinkan pembaca melihat fakta sebagaimana yang dilihat pengarang. Bentuk penyampaian moral dalam karya fiksi bersifat langsung dan tidak langsung. Subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang tempat variabel melekat, dan yang dipermasalahkan dalam penelitian. Subjek penelitian ini adalah teks nilai moral fabel siswa kelas VIII A1 di SMP Negeri 1 Singaraja. Objek penelitian adalah hal yang ingin dipahami secara lebih mendalam yang terjadi di dalamnya (Wendra, 2013:32). Objek penelitian ini adalah fakta dan sarana cerita dalam teks nilai moral. Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri, karena penelitian ini tergolong penelitian deskriptif. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang bersumber pada tulisan seperti buku, majalah, dokumen, dan peraturan-peraturan. Data yang diperoleh dari hasil dokumentasi akan dianalisis melalui langkah-langkah, sebagai berikut (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penyimpulan. Pada bagian ini dimuat hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Pada bagian hasil penelitian diuraikan (1) fakta cerita yang digunakan dalam teks nilai moral fabel siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Singaraja, dan (2) sarana cerita yang digunakan dalam teks nilai moral fabel siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Singaraja. Temuan yang pertama, adalah fakta cerita yang digunakan siswa pada teks cerita moral (fabel), Temuan yang kedua, adalah sarana cerita pada teks cerita moral yang meliputi judul, sudut pandang, gaya bahasa, dan tema. Kata kunci : fakta, subjek, moral, fabel, dan penilitian
ABSTRACT Intended use of the means of the story is to enable the reader see the facts as seen from the author. Morality submission forms in fiction is direct and indirect. Subjects were objects, things, or places attached variable, and at issue in the study. The subjects were text moral fable A1 class VIII SMP Negeri 1 Singaraja. The object of research is the thing you want to understand more deeply what happens in it (Wendra, 2013: 32). The object of this study are the facts and means of stories in the text moral values. In this study, the main instrument is the researchers themselves, because these studies classified as descriptive research. Data collection method in this research is the method of documentation. Documentation methods used to obtain data that originates on the writings, including books, magazines, documents, and regulations. Data obtained from the documentation will be analyzed through the steps, as follows: (1) data reduction, (2) presentation of data, and (3) inference. In this section, published the results of research and discussion of research results. In the research described (1) the fact that the story is used in the text of the fable of morality values in the eighth grade students of SMP Negeri 1 Singaraja, and (2) the means used in the story text fable of moral values in the eighth grade students of SMP Negeri 1 Singaraja. The findings of the first, is the fact that students use the story in text morality stories (fables), the findings of the second, is a means of morality narrative story on the text which includes title, perspective, style, and themes. Keywords: fact, the subject, morality, fable, and thorough
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia1 2 Vol. 3 No 1 tahun 2015 PENDAHULUAN Karya sastra merupakan kesusastraan tulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya, drama, epik, dan lirik (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998: 786). Ada beberapa jenis karya sastra di antaranya, sastra daerah, sastra hiburan, sastra Indonesia. Sastra Indonesia terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu sastra lisan dan sastra tulisan. Karya sastra berisi mengenai pengalaman yang biasanya dialami oleh pengarang atau penulisnya. Ada bagian yang termasuk karya sastra, yaitu sajak, roman, novel, puisi, hikayat, legenda, fabel, dan cerpen. Dalam menganalisis karya sastra, ada dua aspek yang harus dibicarakan, masing-masing aspek ekstrinsik dan aspek intrinsiknya. Kedua aspek ini saling membantu dan menjelaskan persoalan. Tanpa analisis aspek ekstrinsiknya akan memberikan kesimpulan hanya berupa kemungkinan belaka pada analisis aspek intrinsiknya. Sebaliknya, tanpa analisis aspek intrinsiknya, susunan struktur suatu karya sastra tidak mungkin dijelaskan. Menurut Pradotokusumo (2002:16) sebuah cerita dilengkapi dengan fakta dan sarana cerita. Fakta cerita terdiri atas tokoh, latar, dan alur. Sarana cerita terdiri atas judul, sudut pandang, gaya bahasa, dan tema. Tujuan penggunaan sarana cerita adalah untuk memungkinkan pembaca melihat fakta sebagaimana yang dilihat pengarang, menafsirkan makna fakta sebagaimana yang ditafsirkan pengarang, dan merasakan pengalaman seperti yang dirasakan pengarang. Menurut Hill (dalam Pradopo, 1995: 1008), karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis. Menganalisis karya sastra berarti memahami fakta-fakta, dan tema yang menjadi unsurnya. Untuk dapat memahami fakta dan tema tersebut maka haruslah memahami teknik-teknik atau sarana yang digunakan pengarang menyampaikannya. Dengan demikian, menganalisis berarti mamahami fakta-fakta cerita dan sarana cerita dalam karya sastra.
Secara umum, moral menyaran pada pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diterima untuk mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban, (KBBI, 1998:208). Pesan moral yang berwujud moral religius, termasuk di dalamnya yang bersifat keagamaan, dan kritik sosial banyak ditemukan dalam karya fiksi atau dalam genre sastra yang lain. Kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam sastra adalah cerita keberadaan sastra itu sendiri. Bentuk penyampaian moral dalam karya fiksi bersifat langsung dan tidak langsung. Fabel berasal dari kata bahasa latin “fabula” yang berarti sebuah cerita. Kata “fabula” sendiri diperoleh dari kata kerja “fari”, yang artinya berbicara dengan akhiran “ula” yang menandakan sedikit sehingga dapat diartikan sebagai cerita yang pendek. Secara umum, fabel biasa diartikan sebagai dongeng binatang. Akan tetapi, definisi lebih jelasnya tentang fabel adalah fabel yang berisi tokoh-tokoh binatang, tumbuhan, benda-benda yang tidak bergerak, ataupun kekuatan alam lainnya yang digambarkan memiliki kemampuan-kemampuan, seperti manusia misalnya berjalan, makan, berbicara, ataupun tertawa (Kompasiana.com : 2013). Fabel hadir bersamaan dengan dongeng tentang peri-peri atau biasa disebut dengan fairy tale dan telah ada dari zaman dahulu sekitar pertengahan abad ke enam. Penyebaran fabel dilakukan dari mulut ke mulut, diturunkan dari tiap generasi ke generasi selanjutnya, dan dari satu tempat ke tempat lainnya. Fabel dapat ditemukan hampir di setiap daerah dan dari sebuah fabel kita dapat kurang lebih mengetahui tentang keadaan dan kepercayaan yang berlaku di tempat dan pada masa itu (Kompasiana.com : 2013). Dalam sebuah fabel, binatang mewakili manusia dengan berbagai kesalahan dan kebijakannya. Alam yang merupakan habitat binatang memiliki peranan nomor dua. Umumnya, pengarang fabel tidak selalu tertarik untuk menempatkan tokoh-tokoh binatang tersebut sesuai dengan habitatnya. Mereka lebih tertarik untuk membahas tentang perilaku dengan tujuan untuk mengingatkan pembaca akan aturan-aturan kehidupan.
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia1 3 Vol. 3 No 1 tahun 2015 Oleh karena itu, sebuah fabel mengandung suatu makna tersirat mengenai ajaran moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan bersosialisasi sehari-hari (Kompasiana.com : 2013). Bentuk penyampaian moral yang bersifat identik dengan cara pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian atau penjelasan. Bentuk penyampaian pesan moral yang bersifat tidak langsung, pesan itu hanya cerita, berpadu secara koherensif dengan unsur-unsur cerita yang lain. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dijelaskan bahwa sebuah karya sastra tidak bisa dilepaskan dari fakta dan sarana cerita yang menyertainya. Teks nilai moral merupakan salah satu jenis karya sastra yang mengandung ajaran-ajaran moral. Menurut Kemendikbud (2013:47), teks nilai moral disebut juga fabel karena pesan yang ada di dalam cerita fabel berkaitan erat dengan moral. Biasanya teks nilai moral memiliki tokoh seekor binatang. Teks nilai moral tidak hanya mengisahkan kehidupan binatang, tetapi juga kehidupan manusia dengan segala karakternya. Dengan kata lain, nilai moral merupakan cerita tentang kehidupan binatang yang berperilaku menyerupai manusia. Berdasarkan nilai moral, seseorang dapat belajar dan mencontoh karakter-karakter yang baik dari para tokoh sehingga nilai moral menjadi salah satu sarana belajar yang potensial dalam menanamkan nilai-nilai moral atau perilaku terpuji. Oleh karena itu, teks nilai moral menjadi salah satu materi pembelajaran di sekolah. Dalam pembelajaran teks nilai moral di sekolah, menurut (Alson, 2015:2) terdapat kompetensi dasar 3.1 yang tertuang dalam silabus berbunyi “Siswa diharapkan mampu memahami teks nilai moral/fabel, ulasan, diskusi, cerita prosedur, dan cerita biografi, baik melalui lisan maupun tulisan”. Peserta didik akan mendalami tentang pembentukan moral melalui nilai moral atau fabel yang digunakan oleh guru sebagai media pembelajaran. Selain itu, peserta didik akan menyusun teks nilai moral/fabel secara mandiri dengan menggunakan fakta dan sarana cerita yang sesuai. Salah satu contoh teks nilai moral fabel yang dibuat
oleh siswa adalah teks nilai moral fabel yang berjudul “Kura-Kura dan Monyet yang Rakus”. Pada teks nilai moral fabel tersebut, tampak jelas fakta dan sarana cerita yang digunakan. Fakta cerita yang meliputi tokoh, latar, alur dapat diidentifikasi dengan jelas. Tokoh dalam cerita tersebut adalah Kura-Kura dan Monyet yang rakus. Latar cerita yang digunakan adalah di tepi hutan dengan menggunakan alur maju ketika menceritakan jalannya cerita. Sedangkan, sarana cerita yang meliputi sudut pandang, gaya bahasa, judul dan tema tidak disampaikan secara eksplisit oleh penulis. Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga, yaitu menggunakan nama binatang sebagai tokoh utamanya. Tema cerita tersebut adalah persahabatan. Monyet yang rakus mendapat karma yang setimpal karena ia memakan pisang milik si KuraKura. Cerita tersebut mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan kepada pembacanya. Nilai kemanusiaan yang bisa dipetik adalah jika seseorang berbuat baik, maka kebaikan yang ia dapat, sebaliknya jika seseorang berbuat buruk, maka keburukan yang akan didapat. Dari analisis awal yang peneliti lakukan, tampak jelas bahwa teks nilai moral fabel yang dibuat siswa merupakan salah satu sarana yang potensial dalam menanamkan nilai-nilai moral karena ketika siswa membuat atau membaca teks nilai moral fabel, mereka akan mampu memahami dan mengamalkan nilai-nilai positif yang terkandung dalam teks nilai moral tersebut. Cerita fabel tidak hanya ditujukan kepada anak-anak, tetapi juga kepada orang dewasa. Tokoh binatang yang ada pada nilai moral memiliki karakter seperti manusia. Karakter mereka ada yang baik dan ada juga yang tidak baik. Mereka mempunyai sifat jujur, sopan, cerdik, senang bersahabat, dan selalu melakukan perbuatan terpuji. Mereka ada juga yang berkarakter licik, sombong, rakus, suka menipu, dan ingin menang sendiri. Namun, pada umumnya di akhir cerita siswa menyampaikan perubahan tingkah laku dari para tokoh serta amanat yang dapat diperoleh dari cerita moral tersebut. Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan, SMP Negeri 1 Singaraja,
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia1 4 Vol. 3 No 1 tahun 2015 sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah negeri yang masih menggunakan Kurikulum 2013. Oleh karena itu, pembelajaran masih berbasis teks dan mengutamakan pendidikan karakter dalam proses belajar-mengajar. Penanaman nilainilai karakter pada siswa di SMP Negeri 1 Singaraja dapat dilakukan dengan menggunakan teks-teks yang mengandung nilai-nilai karakter di dalamnya sebagai materi ajar. Siswa akan memahami struktur teks, ciri bahasanya, dan menerapkan nilai karakter yang terdapat pada teks tersebut jika sudah memahami fakta dan sarana yang ada pada teks nilai moral fabel. Dengan melakukan penelitian ini, peneliti akan mengetahui nilai-nilai moral yang sudah diketahui dan dipahami siswa melalui teks cerita moral yang telah dibuat. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian fakta dan sarana cerita pada teks nilai moral fabel berbasis pendidikan karakter di kelas VIII SMP Negeri 1 Singaraja penting untuk dilakukan. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini berkenaan dengan fakta dan sarana cerita. Secara lebih rinci dan operasional, permasalahan tersebut dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut. 1) Bagaimanakah fakta cerita yang digunakan dalam teks nilai moral fabel siswa kelas VIII A1 di SMP Negeri 1 Singaraja? 2) Bagaimanakah sarana cerita yang digunakan dalam teks nilai moral fabel siswa kelas VIII A1 di SMP Negeri 1 Singaraja? Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Mendeskripsikan fakta cerita yang digunakan dalam teks nilai moral fabel siswa kelas VIII A1 di SMP Negeri 1 Singaraja. 2) Mendeskripsikan sarana cerita yang digunakan dalam teks nilai moral fabel siswa kelas VIII A1 di SMP Negeri 1 Singaraja. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Manfaat Teoretis Penelitian ini dapat memberikan manfaat konseptual yang edukatif bagi pengembangan ilmu, khususnya fakta dan sarana cerita dalam teks nilai moral fabel. 2) Manfaat Praktis a. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat dijadikan cermin untuk refleksi diri, serta sebagai pedoman untuk menggunakan fakta dan sarana cerita dalam penulisan karya sastra, khususnya teks nilai moral fabel. b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran dalam mendeskripsikan fakta dan sarana cerita pada teks nilai moral fabel. c. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk informasi ketika ingin melakukan penelitian sejenis mengenai fakta dan sarana cerita dalam karya sastra. Penelitian deskriptif kualitatif sudah cukup banyak dilakukan di berbagai lokasi. Pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Pendidikan Ganesha terdapat beberapa penelitian deskriptif kualitatif. Berkaitan dengan penelitian yang di lakukan, peneliti menemukan beberapa penelitian yang relevan. Penelitian pertama, dilakukan oleh Sari Nur Saptanti dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Menyimak Fabel dengan Pembelajaran Produktif dan Multi Media Komputer” pada tahun 2008. Hasil penelitian Sari (2008: 95) menunjukkan bahwa menyimak dongeng dari (a) segi aspek isi tergolong sangat tinggi dengan pemerolehan rata-rata skor 8,75, (b) dilihat dari segi aspek pembelajaran menunjukkan kategori sangat tinggi dengan pemerolehan skor rata-rata 8,71. Kendala-kendala yang dihadapi saat menyimak cerita fabel yang diungkapkan beragam. Seperti, kurangnya konsentrasi siswa yang disebabkan oleh karena suara yang muncul dari komputer satu dengan yang lain tidak bersamaan. Selain kendala di atas, ada juga kendala yang lain seperti ketidaksamaan kecepatan belajar siswa satu dengan yang lain, apalagi jika ada siswa yang kurang kemampuannya dalam mengoperasikan komputer. Pertanyaanpertanyaan yang sering dilontarkan telah
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia1 5 Vol. 3 No 1 tahun 2015 mengurangi tingkat konsentrasi siswa yang lain. Penelitian Sari memiliki persamaan dengan penelitian yang di rancang dalam subjek penelitian. Penelitian Sari dengan penelitian yang di rancang sama-sama menggunakan teks fabel atau cerita moral sebagai subjek penelitian. Dari segi objek kajian penelitian, penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian Sari. Penelitian yang dilakukan oleh Sari dikaji dari pembelajaran produktif dan multimedia komputer, sedangkan penelitian yang peneliti rancang dikaji dari segi fakta dan sarana cerita. Penelitian kedua dengan judul “Kemampuan Menulis Cerita Fabel dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII di 6 Singaraja: Sebuah Kajian Struktur Gramatikal” dilakukan oleh I Wayan Sudiasa pada tahun 2015. Hasil penilitian Sudiasa menunjukan bahwa penulisan cerita fabel yang ditinjau dari, (a) unsur morfologi tergolong baik sekali dengan pemerolehan rata-rata skor 90, dan (b) unsur sintaksis dalam kategori sangat baik dengan pemerolehan rata-rata skor 99,48, 1) kendala-kendala yang dihadapi saat penulisan kembali cerita fabel yang diungkapkan beragam. Seperti, pemilihan kata dan pembentukan kalimat yang sesuai. Selain kendala di atas, kendala lain yang
dihadapi oleh siswa antara lain sulit menentukan alur cerita dan memberikan tanda baca. Penelitian Sudiasa memiliki persamaan dengan penelitian yang di rancang dalam subjek penelitian. Penelitian Sudiasa dengan penelitian yang peneliti rancang sama-sama menggunakan teks fabel atau teks cerita moral sebagai subjek penelitian. Dari segi objek kajian penelitian, penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian Sudiasa. Penelitian yang dilakukan oleh Sudiasa dikaji dari segi struktur gramatikal, sedangkan penelitian yang di rancang dikaji dari segi fakta dan sarana cerita. Berdasarkan kedua judul penelitian tersebut, tampak bahwa belum ada yang meneliti tentang analisis fakta dan sarana cerita pada teks nilai moral fabel siswa kelas VIII A1 di SMP Negeri 1 Singaraja. Oleh sebab itu, penelitian ini akan menyediakan salah satu deskripsi fakta dan sarana pada teks nilai moral fabel yang dibuat oleh siswa. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Pengertian Karya Sastra, (2) Jenis-Jenis Karya Sastra, (3) Pengertian Teks Nilai Moral/Fabel, (4) Unsur Pembangun Karya Sastra, (5) Fakta Cerita, (6) Sarana Cerita, yang masingmasing akan digunakan pada data.
METODE Metode penelitian berisikan prosedur yang akan ditempuh dalam penyelenggaraan suatu penelitian. Metode penelitian akan memberikan gambaran langkah, cara, dan aspek penelitian. Oleh karena itu, dalam metode penelitian ini akan membahas tentang (1) rancangan penelitian, (2) subjek dan objek penelitian, (3) instrumen penelitian, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data (Wendra, 2009:31). Berikut ini akan dipaparkan lebih rinci mengenai metode penelitian. Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan deskriptif kualitatif. Rancangan deskriptif kualitatif digunakan untuk memperoleh data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik
data yang tampak. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna (Sugiyono, 2007:15). Dantes (2012:51) mengemukakan bahwa dalam penelitian deskriptif, biasanya peneliti berusaha mendeskripsikan suatu fenomena atau peristiwa secara sistematis sesuai dengan adanya. Rancangan ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu mendeskripsikan fakta dan sarana cerita pada teks nilai moral fabel siswa. Penelitian ini diharapkan mampu menggambarkan fakta dan sarana cerita yang dibuat oleh siswa. Subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang tempat variabel melekat, dan yang dipermasalahkan dalam penelitian. Subjek penelitian ini adalah teks nilai moral
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia1 6 Vol. 3 No 1 tahun 2015 fabel siswa kelas VIII A1 di SMP Negeri 1 Singaraja. Dalam penentuan subjek, peneliti menggunakan teknik sampling acak (random sampling), yaitu teknik sampling acak sederhana (simple random sampling). Peneliti memilih subjek dengan mengadakan lotre (undian) terhadap populasi, yaitu kelas VIII. Teknik sampling acak sederhana ini digunakan, karena semua subjek yang termasuk dalam populasi mempunyai hak untuk dijadikan anggota sampel. Masing-masing subjek diberikan nomor urut sesuai dengan nama kelasnya. Dengan kertas-kertas gulungan yang berisi nama kelas subjek, dilakukan lotre seperti cara lotre yang sudah umum dikenal. Setelah pengundian dilakukan, kelas VIII A1 terpilih sebagai subjek penelitian. Objek penelitian adalah hal yang ingin dipahami secara lebih mendalam yang terjadi di dalamnya (Wendra, 2013:32). Objek penelitian ini adalah fakta dan sarana cerita dalam teks nilai moral. Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri, karena penelitian ini tergolong penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono (2010:305), dalam penelitian deskriptif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Dalam penelitian deskriptif, data yang diperoleh tentunya harus dikumpulkan, diseleksi, dan ditafsirkan. Proses tersebut dalam penelitian deskriptif harus dilakukan oleh peneliti berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan wawasan peneliti tentang penelitian yang sedang dilakukan. Kemudian, peneliti dibantu dengan alat bantu, seperti pedoman observasi, pedoman kuesioner, pedoman wawancara dan dokumen-dokumen. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang bersumber pada tulisan seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan dan sebagainya (Arikunto, 2005:158). Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain oleh subjek. Dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan. Dengan metode dokumentasi, peneliti mengumpulkan data dari dokumen yang sudah ada sehingga penulis dapat memperoleh catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian, yaitu teks nilai moral fabel yang dibuat oleh siswa kelas VIII A1 di SMP Negeri 1 Singaraja. Metode dokumentasi digunakan dalam penelitian ini karena peneliti mendokumentasikan teks nilai moral fabel siswa, kemudian dianalisis yang disesuaikan dengan teori yang relevan. Selain itu, dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen utama penelitian, untuk meniadakan, setidaktidaknya mengurang, sekaligus memastikan data yang diperoleh, diperlukan usaha pemeriksaan keabsahan data. Sukardi (2007:75) menyatakan secara fungsional instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitan adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2007:222). Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu data. Kartu data ini bertujuan sebagai penunjang dari proses pencarian dan penganalisisan data. Data digunakan untuk melihat fakta cerita dan sarana cerita pada teks nilai moral fabel siswa kelas VIII A1 di SMP Negeri 1 Singaraja dan memberikan makna pada data yang ditinjau. Analisis data dilakukan setelah dilakukan pengumpulan data sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Data yang dianalisis adalah data yang dihasilkan melalui dokumentasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Teknik analisis deskriptif kualitatif adalah suatu teknik menganalisis data dengan cara menginterpretasikan data yang diperoleh dengan kata-kata. Teknik deskriptif kualitatif juga sering diartikan sebagai penelitian yang tidak menggunakan
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia1 7 Vol. 3 No 1 tahun 2015 “perhitungan” atau hanya menggunakan kata-kata. Teknik analisis kualitatif ini dilakukan untuk menggambarkan fakta dan sarana cerita pada teks nilai moral fabel siswa secara mendetail dan sejelasjelasnya. Data yang diperoleh dari hasil dokumentasi akan dianalisis melalui langkah-langkah, sebagai berikut (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penyimpulan. Dalam menganalisis data, hal yang pertama harus dilakukan adalah melakukan reduksi data sesuai dengan rumusan masalah penelitian. Reduksi data dilakukan karena besar kemungkinan banyak data yang tidak sesuai dengan permasalahan yang ingin dipecahkan. Mereduksi data berarti memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, mencari temannya serta polanya dan membuang yang tidak perlu, Sugiyono (2007:338). Apabila data yang ditemukan tidak valid, maka data tersebut dikumpulkan untuk diklarifikasi. Sejalan dengan uraian di atas, data berupa fakta dan sarana cerita pada teks nilai moral fabel siswa diidentifikasi, dipahami, dan diklasifikasi. Data yang dianggap relevan, diklasifikasikan sesuai dengan kepentingan dan data yang tidak relevan dapat disisihkan. Setelah data digolongkan sesuai dengan rumusan masalah, selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis untuk memperoleh jawaban yang tepat yang sesuai dengan rumusan masalah. Pada gilirannya, data tersebut dapat menjawab permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Data yang telah direduksi HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut ini merupakan kartu data yang telah peneliti isi setelah melaksanakan penelitian terhadap teks nilai moral (fabel) siswa kelas VIII A1 di SMP Negeri 1 Singaraja. A. No. Kartu Data : 01 B. Fakta Data Analisis Cerit a Tokoh 1. Ayam Ayam 2. Gagak adalah
digambarkan secara detail dan jelas. Dalam penyajian ini, data yang didapat akan dihubungkan dengan teori-teori yang relevan yang nantinya dapat menjawab permasalahan yang ingin dipecahkan. Pada tahap ini, data mengenai fakta dan sarana cerita yang dikumpulkan akan dipaparkan dengan jenis wacana deskripsi sesuai dengan rancangan penelitian. Data mengenai fakta dan sarana cerita yang menjadi data utama akan dipaparkan kemudian diklasifikasikan ke dalam jenis fakta dan jenis sarana cerita. Kemudian setelah diklasifikasikan, data tersebut akan dianalisis. Dengan demikian, permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini dapat terjawab. Penyimpulan sangat penting dilakukan dalam penelitian. Hal itu dikarenakan dengan penyimpulan dapat diketahui keakuratan penelitian. Penyimpulan yang dilakukan diharapkan dapat menjawab semua permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Kegiatan ini merupakan tahap akhir dalam analisis data. Penyimpulan dalam penelitian ini dilakukan setelah data yang diperoleh disajikan. Data yang disimpulkan berupa (1) fakta cerita pada teks nilai moral fabel siswa kelas VIII A1 di SMP Negeri 1 Singaraja, dan (2) sarana cerita pada teks nilai moral fabel siswa kelas VIII A1 di SMP Negeri 1 Singaraja. Hasil kegiatan tersebut berupa simpulan sementara. Oleh sebab itu, sebelum menyusun laporan penelitian, peneliti melakukan pengecekan kembali keseluruhan proses untuk mendapatkan hasil analisis dan simpulan yang meyakinkan.
3. Kancil 4. Tupai
tokoh utama dalam cerita yang mempunyai sifat sombong, sedangkan Gagak, Kancil, dan Tupai merupakan tokoh
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia1 8 Vol. 3 No 1 tahun 2015 pembantu. Latar
Alur
C.Saran a Cerita Judul
Sudut Pandang
1. Hutan yang sangat lebat
1. Maju
Hutan yang sangat lebat merupakan latar tempat dalam fabel tersebut karena kehidupan para tokoh/binata ng tersebut diceritakan di hutan tersebut. Fabel ini menceritaka n jalan cerita secara kronologis menurut urutan waktu ke masa yang akan datang dengan menampilka n tahapan alur yang sesuai.
Ayam yang Judul fabel Sombong disampaika n secara eksplisit dalam teks Orang ketiga Pengarang di luar cerita menempatk an diri sebagai orang ketiga di luar cerita. Hal ini tampak jelas dari penggunaa n nama tokoh binatang
dalam teks fabel. Kutipan tersebut termasuk gaya bahasa litotes, yaitu suatu cara mengemuka kan sesuatu dengan cara merendahk an diri. Ayam merendahk an diri dengan cara mengatakan bahwa keindahan bulunya adalah sebuah keberuntun gan.
Gaya Bahasa
“Jangan kau heran melihat keindahan buluku ini, sebab ini sudah menjadi keberuntunga nku, keberuntunga nku yang diberikan Tuhan!”. Ayam mengatakan bahwa keindahan bulunya adalah keberuntunga n, bukan menggunaka n ramuan yang diberikan oleh Gagak.
Tema
Persahabatan Cerita dan tersebut Kemanusiaan menceritaka n kisahkisah binatang di dalam hutan yang mencermink an sifat-sifat kemanusiaa n. Pesan yanag terkandung dalam cerita adalah “Jika merasa diri paling hebat maka akan dijauhi oleh temanteman kita”.
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia1 9 Vol. 3 No 1 tahun 2015 Pada bagian ini dimuat hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Pada bagian hasil penelitian diuraikan (1) fakta cerita yang digunakan dalam teks nilai moral fabel siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Singaraja, dan (2) sarana cerita yang digunakan dalam teks nilai moral fabel siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Singaraja. Berikut ini merupakan kartu data yang telah peneliti isi setelah melaksanakan penelitian terhadap teks nilai moral (fabel) siswa kelas VIII A1 di SMP Negeri 1 Singaraja. Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan, ada beberapa temuan yang menarik untuk dibahas dalam penelitian ini. Temuan yang pertama, adalah fakta cerita yang digunakan siswa pada teks nilai moral (fabel). Fakta cerita yang dibuat meliputi tokoh, latar, dan alur. Tokoh yang diceritakan mempunyai watak seperti manusia. Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh Kemendikbud (2013:47), yaitu teks nilai moral tidak hanya mengisahkan kehidupan binatang, tetapi juga kehidupan manusia dengan segala karakternya. Latar tempat yang digunakan dalam teks nilai moral lebih banyak di alam karena menceritakan tentang binatang. Alur maju merupakan jenis alur yang digunakan dalam penulisan teks nilai moral oleh siswaa kelas VIII A1 di SMP Negeri 1 Singaraja. Artinya, rangkaian peristiwa diceritakan secara bertahap sesuai dengan urutan waktu ke masa yang akan datang. Temuan yang kedua, adalah sarana cerita pada teks nilai moral yang meliputi judul, sudut pandang, gaya bahasa, dan tema. Judul teks nilai moral disampaikan oleh pengarang secara eksplisit. Sudut pandang yang digunakan pengarang adalah sudut pandang orang ketiga, yaitu pengarang menempatkan dirinya sebagai narator yang berada di luar cerita, atau tidak terlibat dalam cerita. Gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam sudut pandang ini, narator menampilkan tokohtokoh cerita dengan menyebut namanya, atau kata gantinya; “dia” atau “ia”. Gaya bahasa yang meliputi pemakaian kata, frasa atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi-situasi tertentu sudah cocok dengan situasi cerita yang
diceritakan pengarang. Tema yang digunakan pengarang adalah pendidikan moral, kemanusiaan, dan persahabatan, karena teks ini berbasis pendidikan moral. Oleh karena itu, banyak pesan moral yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Fakta daan sarana cerita sangat mendukung terciptanya sebuah teks nilai moral. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan kepada Bab IV dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut mengenai fakta cerita yang digunakan dalam teks nilai moral fabel siswa kelas VIII A1 di SMP Negeri 1 Singaraja adalah fakta cerita yang digunakan siswa pada teks cerita moral (fabel). Fakta cerita yang dibuat meliputi tokoh, latar, dan alur. Tokoh yang diceritakan mempunyai watak seperti manusia. Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh Kemendikbud (2013:47), yaitu teks cerita moral tidak hanya mengisahkan kehidupan binatang, tetapi juga kehidupan manusia dengan segala karakternya. Latar tempat yang digunakan dalam teks cerita moral lebih banyak di alam karena menceritakan tentang binatang. Alur maju merupakan jenis alur yang digunakan dalam penulisan teks cerita moral oleh siswaa kelas VIII A1 di SMP Negeri 1 Singaraja. Artinya, rangkaian peristiwa diceritakan secara bertahap sesuai dengan urutan waktu ke masa yang akan datang. Sarana cerita yang digunakan dalam teks nilai moral fabel siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Singaraja adalah sarana cerita pada teks cerita moral yang meliputi judul, sudut pandang, gaya bahasa, dan tema. Judul teks cerita moral disampaikan oleh pengarang secara eksplisit. Sudut pandang yang digunakan pengarang adalah sudut pandang orang ketiga yaitu pengarang menempatkan dirinya sebagai narator yang berada di luar cerita, atau tidak terlibat dalam cerita. Gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam sudut pandang ini, narator menampilkan tokohtokoh cerita denganmenyebut namanya, atau kata gantinya; “dia” atau “ia”.Gaya bahasa yang meliputi pemakaian kata,
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia1 10 Vol. 3 No 1 tahun 2015 frasa atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi-situasi tertentu sudah cocok dengan situasi cerita yang diceritakan pengarang. Tema yang digunakan pengarang adalah pendidikan moral, kemanusiaan, dan persahabatan, karena teks ini berbasis pendidikan moral. Oleh karena itu, banyak pesan moral yang terkandung di dalamnya.Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Fakta daan sarana cerita sangat mendukung terciptanya sebuah teks cerita moral. Setelah penelitian ini dilaksanakan, peneliti dapat memberikan saran sebagai
DAFTAR PUSTAKA Alson. 2015. Silabus Bahasa Indonesia. http://silabus bhs indonesia-SMPKls8-semester1-kur2014. Diunduh pada tanggal 2 Februari 2015. Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kemendikbud. 2013. Buku Siswa Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Kompasiana.com . 2013. Fabel (Dongeng Hewan). Tersedia pada: http://edukasi.kompasiana.com/2013/ 06/11/fabel-dongeng-hewan567744.html. Diakses pada tanggal 10 oktober 2014. Pradotokusumo, Partini Sardjono. 2002. Pengkajian Sastra. Bandung: Wacana. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta. Sukardi. 2007. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasinya. Jakarta: Bumi Aksara. Wendra, I Wayan.2013. Penulisan Karya Ilmiah (Buku Ajar). Singaraja: Undiksha
berikut yang pertama, bagi siswa. Hasil penelitian ini dapat dijadikan cermin untuk refleksi diri, serta sebagai pedoman untuk menggunakan fakta dan sarana cerita dalam penulisan karya sastra, khususnya teks nilai moral fable. Yang kedua, bagi guru. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran dalam mendeskripsikan fakta dan sarana cerita pada teks nilai moral fabel. Yang terakhir bagi peneliti lain. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk informasi ketika ingin melakukan penelitian sejenis mengenai fakta dan sarana cerita dalam karya sastra.
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia1 11 Vol. 3 No 1 tahun 2015