e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016)
PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN DI KELAS VIIIA9 SMP NEGERI 1 SINGARAJA Arista Ediawati, I Nym Sudiana, Ni Md Rai Wisudariani Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) perencanaan penilaian autentik, (2) pelaksanaan penilaian autentik, (3) kendala yang dihadapi oleh guru dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian autentik, dan (4) respons siswa terhadap pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran menulis teks ulasan di kelas VIIIA9 SMP Negeri 1 Singaraja. Subjek dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan siswa kelas VIIIA9 SMP Negeri 1 Singaraja. Objek penelitian ini adalah perencanaan dan pelaksanaan penilaian autentik, kendala yang dihadapi oleh guru dalam penilaian autentik, serta respons siswa terhadap penilaian yang dilakukan oleh guru. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode observasi, dokumentasi, wawancara, dan kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) perencanaan penilaian autentik dalam pembelajaran menulis teks ulasan tergolong baik karena penilaian yang dilakukan guru memenuhi ciri-ciri penilaian autentik, (2) pelaksanaan penilaian autentik dikembangkan dari perencanaan yang telah disiapkan, (3) terdapat beberapa kendala yang dialami oleh guru dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian autentik, yaitu kurangnya pemahaman mengenai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), kesulitan dalam menyusun instrumen dan pedoman penilaian, kesulitan menyesuaikan jumlah siswa dengan banyaknya penilaian yang harus dilakukan dan ketersediaan waktu, keterbatasan fasilitas atau sarana prasarana, (4) respons siswa terhadap penilaian tergolong positif dengan skor rata-rata 41,65. Peneliti lain dapat mengkaji aspek lain, seperti dampak psikologis peserta didik terhadap jenis penilaian autentik yang digunakan oleh pendidik, maupun dari aspek kekontekstualan dan kefektifan penilaian autentik dalam pembelajaran bahasa.
Kata kunci: teks ulasan, penilaian autentik, menulis
Abstract The purpose of qualitative descriptive research is to describe (1) planning of authentic assessment (2) the implementation of authentic assessment (3) the obstacles that experienced by educators in planning and implementing authentic assessment, and (4) response of student to the implementation of authentic assessment in learning to write the text reviews in class VIIIA9 SMP N 1 Singaraja. The object of this research is
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016)
planning and implementing authentic assessment, the obstacles that experienced by educator in authentic assessment, and the response of student to the assessment that made by the teacher. The method that used to collect the data is the method of observation, documentation, interviews and questionnaires. The results of this research is defined that (1) planning of authentic assessment in learning to write the text reviews are classified as good because the assessment that implemented by the teacher is identified as authentic assessment, (2) the implementation of authentic assessment is increasing from the planning in the files, (3) there are several obstacles that experienced by the teacher in planning and implementing authentic assessment, such as the lack of understanding about lesson plan, the difficulty in develop instruments and guidelines for assessment, the difficulty of adjusting the number of students with the number of assessment that should be doing and the available time, limited facilities or infrastructure, (4) response of the student to the assessment is positive with average ratings score 41.65. Other researchers could study otheraspects, such as psychological impact of student to the kind of authentic assessment used by educators, as well as from the contextual aspect and effectiveness of authentic assessment in language learning. Keywords: comment text, authentic assessment, writing
PENDAHULUAN Sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah terus mengadakan penyempurnaan pada setiap aspek. Salah satu aspek pendidikan yang terus-menerus mengalami perubahan adalah kurikulum. Perubahan kurikulum perlu dilakukan seiring dengan terjadinya perubahan pada sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat. Kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Untuk memenuhi tuntutan dan perubahan tersebut diperlukan lulusan yang andal dan beretika agar siap berkompetensi secara global. Tuntutan ini menjadi salah satu alasan dikeluarkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pengimplementasian Kurikulum 2013 dimulai dari pendidikan dasar dan menengah. Adanya perubahan kurikulum tentu saja berimplikasi pada perubahan penilaian. Standar penilaian pada Kurikulum 2013 menggunakan penilaian autentik. Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian dijelaskan bahwa penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai, mulai dari proses hingga keluaran pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar penilaian dapat menggambarkan kemampuan peserta didik yang dinilai, tidak hanya dari ranah pengetahuan, tetapi juga dari ranah sikap dan keterampilannya. Dengan begitu pendidik akan memperoleh informasi yang memadai tentang penguasaan materi, keterampilan, dan sikap peserta didik. Informasi ini nantinya dapat digunakan oleh pendidik sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Prosedur penilaian oleh pendidik meliputi kegiatan: (1) menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester, (2) mengembangkan indikator pencapaian kompetensi dasar dan memilih teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran, (3) mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih, (4) melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan, (5) mengolah hasil penilaian
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik, (7) memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran. Meskipun pedoman kegiatan penilaian telah dirancang oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedemikian rupa, namun tidak semua pendidik mampu melakukan kegiatan penilaian sesuai dengan pedoman tersebut. Perubahan kurikulum secara terusmenerus tidak dapat dengan mudah diikuti oleh pendidik. Ketua Forum Diskusi Guru, Retno Listyarti (dalam Syarwan, 2014:102), mengutarakan bahwa pelatihan yang diberikan oleh kementerian selama 52 jam pada beberapa bulan pertama tahun pelajaran 2013/2014 tidak memadai untuk menyiapkan pendidik dalam menerapkan kurikulum baru. Bahkan Hasil penelitian Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) (2013) menyangkut pelatihan dan persiapan implementasi Kurikulum 2013 di 17 kabupaten/kota di 10 provinsi di tanah air menunjukkan bahwa pelatihan tidak merubah mindset pendidik, yaitu tetap menggunakan pendekatan tradisional, tutor berceramah, dan peserta mendengar. Hal ini menjadi alasan kurangnya kesiapan pendidik dalam menerapkan pembelajaran dan penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 di kelas, sehingga sering terjadi kesalahan pada saat melakukan penilaian. Jika sudah demikian, nilai menjadi tidak akurat dan merugikan peserta didik. Padahal hakikat dari penilaian autentik adalah penilaian yang asli, nyata, valid, dan reliabel (Sunarti dan Selly, 2014). Penilaian autentik ditekankan pada tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dijelaskan bahwa penilaian sikap dilakukan dengan observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal dengan instrumen berupa daftar cek atau skala. Penilaian pengetahuan dilakukan dengan tes tulis, lisan dan penugasan dan instrumennya berupa soal, daftar pertanyaan dan untuk penugasan
sesuai kriteria tugas yang dilengkapi dengan penskoran. Penilaian keterampilan dilakukan dengan tes praktik, projek dan portofolio serta instrumennya berupa daftar cek atau skala. Tidak mudah untuk melakukan pengukuran pada tiga ranah tersebut. Terlebih lagi pengaruh dari kebiasaan kurikulum sebelumnya membuat pendidik lebih fokus pada ranah pengetahuan saja. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Lili Absari (2015) dalam penelitiannya yang menyebutkan bahwa aspek pengetahuan cenderung mendapat porsi perhatian yang lebih besar karena menitikberatkan pada pemahaman konsep. Sementara ranah sikap dan keterampilan dikesampingkan karena dianggap sulit dinilai. Masalah penilaian serupa juga terjadi pada pelajaran bahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia menggunakan pendekatan berbasis teks yang menjadi wujud dari pengembangan fungsi bahasa. Bahasa Indonesia dianggap tidak hanya sebagai media komunikasi, tetapi juga sebagai alat mengembangkan kemampuan berpikir. Meina (2014) menyebutkan bahwa melalui mata pelajaran bahasa Indonesia, peserta didik diharapkan mampu memproduksi dan menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Namun, perubahan mata pelajaran bahasa Indonesia ke bentuk teks ini juga memiliki kelemahan. Banyak materi sastra yang dihilangkan, sehingga materi sastra hanya dapat dipelajari melalui teks. Selain itu, keempat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis tidak lagi diwujudkan dalam bentuk sub bab seperti pada kurikulum sebelumnya. Oleh sebab itu, pendidik harus pandai-pandai menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan penilaian yang mampu mencakup keempat keterampilan berbahasa dan bersastra tersebut. Perubahan pendekatan mata pelajaran bahasa Indonesia ke dalam bentuk teks ini juga memunculkan kendala bagi pendidik dalam melakukan penilaian. Meskipun pendidik telah mendapat pelatihan mengenai penilaian berdasarkan Kurikulum 2013, tetapi pada beberapa kesempatan pendidik tetap merasa kesulit-
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) an. Pelatihan yang diberikan dianggap belum mampu menjawab semua pertanyaan yang ada dibenak pendidik. Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan Ibu Luh Murtiningsih, S.Pd. pada observasi awal. Beliau mengaku kesulitan kerap terjadi saat mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian. Padahal pendidik dituntut untuk memberikan instrumen yang variatif, guna menghindari kejenuhan peserta didik yang selalu berhadapan dengan teks. Tidak hanya itu, pendidik juga harus menyiapkan pedoman penilaian yang nyata, sehingga nilai yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, keterampilan menulis dianggap sebagai kegiatan yang kompleks karena untuk menulis peserta didik harus memiliki penguasaan bahasa yang baik. Sejalan dengan itu, Kartono (2009:17) menyatakan bahwa, “Menulis merupakan aktivitas yang kompleks, bukan hanya sekadar mengguratkan kalimat-kalimat, melainkan lebih dari itu”. Sifat keterampilan menulis yang kompleks ini sangat sesuai jika dinilai dengan cara yang autentik karena mampu menggambarkan kemampuan peserta didik dalam tiga ranah kompetensi, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hanya saja, tidak mudah bagi pendidik untuk melakukan penilaian pada tiga ranah tersebut. Terdapat kendala-kendala pada saat merancang perencanaan seperti menentukan instrumen dan pedoman penilaian yang mampu menilai ketiga ranah dengan tepat. Oleh sebab itu, perlu diselidiki lagi mengenai kendala pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian autentik bahasa Indonesia, sehingga dapat menjadi gambaran bagi pendidik yang lain. Temuan masalah tersebut menjadi alasan peneliti melakukan penelitian dengan judul “Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Menulis Teks Ulasan di Kelas VIIIA9 SMP Negeri 1 Singaraja”. Dipilihnya SMP N 1 Singaraja sebagai tempat melakukan penelitian karena SMP Negeri 1 Singaraja merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang menerapkan Kurikulum 2013 dalam pembelajaran. Selain itu,
sekolah ini juga ditunjuk oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah sebagai pilot project penerapan Kurikulum 2013 bagi sekolah menengah di Kabupaten Buleleng. Tidak hanya itu, SMP Negeri 1 Singaraja juga dipandang sebagai sekolah menengah unggulan di Singaraja dengan tenaga pendidik profesional. Ini berarti pelaksanaan setiap komponen pembelajaran termasuk penilaian tentunya telah dilaksanakan secara maksimal dan diupayakan dengan baik. Oleh sebab itu, tepat jika peneliti melakukan penelitian di sekolah ini agar hasil penelitian dapat menjadi cerminan bagi sekolah lain. Adapun penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh peneliti lain, yaitu penelitian yang dilakukan oleh I Made Endra Danu Merta tahun 2015 yang berjudul “Analisis Penelitian Autentik Menurut Pembelajaran Kurikulum 2013 pada Kelas IV SD No. 4 Banyuasri”. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan perencanaan penilaian autentik, (2) mendeskripsikan pelaksanaan penilaian autentik, dan (3) mendeskripsikan hambatan yang dialami oleh guru dalam penilaian autentik menurut Kurikulum 2013 pada tema makananku sehat dan bergizi pada kelas IV SD No. 4 Banyuasri. Selain itu, penelitian sejenis juga dilakukan oleh I Gusti Ayu Komang Lili Absari tahun 2015 dengan judul “Penilaian Autentik Guru Bahasa Indonesia dalam Pembelajaran Menulis Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Singaraja”. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan pelaksanaan teknik penilaian autentik guru bahasa Indonesia kelas VII di SMP N 1 Singaraja dalam pembelajaran menulis dan (2) mendeksripsikan kendala-kendala yang dihadapi guru bahasa Indonesia kelas VII di SMP N 1 Singaraja dalam melakukan penilaian autentik. Kedua penelitian di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Persamaannya adalah sama-sama mengkaji penilaian autentik. Selain itu, penelitian yang peneliti lakukan juga memiliki persamaan lokasi dengan penelitian yang dilakukan oleh Lili Absari, yaitu di SMP Negeri 1 Singaraja. Meskipun berada pada lokasi yang sama,
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) namun kedua penelitian ini berbeda subjek, karena subjek penelitian peneliti adalah peserta didik kelas VIIIA9, sedangkan subjek penelitian Lili adalah kelas VII. Tidak hanya itu, perbedaan juga terdapat pada tujuan penelitian. Penelitian Lili bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan dan kendala yang dihadapi pendidik pada saat melaksanakan penilaian autentik, sedangkan pada penelitian yang peneliti lakukan selain bertujuan untuk mendeskripsikan kedua masalah tersebut juga dideskripsikan perencanaan pendidik dalam penilaian autentik. Hal ini dianggap penting untuk mengetahui perencanaan yang dilakukan pendidik sebelum melaksanakan penilaian autentik karena perencanaan memegang peran penting sebagai pedoman pada saat pelaksanaan penilaian autentik tersebut. Selain itu, penelitian yang peneliti lakukan juga bertujuan mendeskripsikan respons peserta didik terhadap penilaian yang dilakukan oleh pendidik. Dengan begitu dapat diketahui apakah penilaian yang dilakukan pendidik bersifat terbuka dan tepat. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya oleh I Gusti Ayu Komang Lili Absari pada tahun 2015. Sehubungan dengan pemaparan pada bagian latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana perencanaan penilaian autentik dalam pembelajaran menulis teks ulasan di kelas VIIIA9 SMP Negeri 1 Singaraja? (2) bagaimana pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran menulis teks ulasan di kelas VIIIA9 SMP Negeri 1 Singaraja? (3) apa saja kendala yang dialami oleh pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian autentik dalam pembelajaran menulis teks ulasan di kelas VIIIA9 SMP Negeri 1 Singaraja? (4) bagaimana respons peserta didik terhadap pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran menulis teks ulasan di kelas VIIIA9 SMP Negeri 1 Singaraja? Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan perencanaan penilaian autentik dalam pembelajaran menulis teks ulasan di kelas VIIIA9 SMP Negeri 1
Singaraja, (2) mendeskripsikan pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran menulis teks ulasan di kelas VIIIA9 SMP Negeri 1 Singaraja, (3) menemukan kendala yang dialami oleh pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian autentik dalam pembelajaran menulis teks ulasan di kelas VIIIA9 SMP Negeri 1 Singaraja, (4) menemukan respons peserta didik terhadap pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran menulis teks ulasan di kelas VIIIA9 SMP Negeri 1 Singaraja. Penelitian ini memberikan dua manfaat, yakni manfaat teoretis dan praktis. Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang penilaian autentik berupa model-model perencanaan dan pelaksanaan penilaian autentik. Manfaat praktisnya meliputi, (1) bagi sekolah, penelitian ini dapat menjadi masukan dalam melaksanakan penilaian, khususnya pada pelajaran bahasa Indonesia, (2) Bagi pendidik, penelitian ini dapat dijadikan umpan balik atas pelaksanaan penilaian autentik yang telah dilakukan. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan pendidik sebagai salah satu pedoman dalam melaksanakan penilaian autentik, (3) bagi mahasiswa calon guru bahasa Indonesia, penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan penilaian autentik berdasarkan Kurikulum 2013, dan (4) bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan referensi atau bandingan untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan penilaian autentik berdasarkan Kurikulum 2013.
METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang peneliti gunakan adalah rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan mengenai perencanaan dan pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran menulis teks ulasan di kelas VIIIA9 SMP Negeri 1 Singaraja. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah pendidik mata pelajaran bahasa Indonesia dan peserta didik kelas VIIIA9
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) SMP Negeri 1 Singaraja. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah perencanaan dan pelaksanaan penilaian autentik pembelajaran menulis teks ulasan, kendala yang dihadapi pendidik dalam penilaian autentik, serta respons peserta didik terhadap penilaian yang dilakukan oleh pendidik. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, dokumentasi, wawancara, dan kuesioner. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar ceklist dokumen, pedoman observasi, lembar kuesioner, dan pedoman wawancara. Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif. Aktivitas analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan simpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian mencakup empat hal, yaitu (1) perencanaan penilaian autentik pembelajaran menulis teks ulasan, (2) pelaksanaan penilaian autentik pembelajaran menulis teks ulasan, (3) kendala yang dihadapi pendidik dalam perencanaan dan pelaksanaan penilaian autentik, dan (4) respons peserta didik terhadap penilaian yang dilakukan oleh pendidik. Perencanaan penilaian autentik secara langsung tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh pendidik. Untuk mengetahui perencanaan penilaian autentik menurut Kurikulum 2013 pada kelas VIIIA9 di SMP Negeri 1 Singaraja dilakukan pengambilan data dengan menggunakan teknik studi dokumentasi dengan instrumen lembar ceklist dokumen. Berdasarkan hasil ceklist dokumen diketahui bahwa perencanaan penilaian autentik pada kelas VIIIA9 di SMP Negeri 1 Singaraja berada pada kategori cukup dengan nilai sebesar 75. Hasil data penilaian perencanaan penilaian autentik yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1 Hasil data Penilaian Perencanaan Penilaian Autentik No. Indikator Hasil
Penilaian 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. 8.
Kesesuaian penilaian pada RPP dengan silabus. Cakupan penilaian meliputi penilaian terhadap KI-1 dan KI-2, yaitu penilaian sikap. Cakupan penilaian melliputi penilaian terhadap KI-3, yaitu penilaian pengetahuan. Cakupan penilaian meiputi penilaian terhadap KI-4, yaitu penilaian keterampilan. Kesesuaian teknik penilaian dengan aspek yang dinilai. Ketepatan instrumen penilaian dengan teknik penilaian yang dipilih. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian. Kelengkapan pedoman pengeskoran. Total Nilai Konversi Total Nilai Pelaksanaan Penilaian Autentik ke Skala 100 Kategori Nilai
4
1
2
1
4
4 4 4 24 75 Cukup
Secara rinci hasil penilaian mengenai perencanaan penilaian autentik dideskripsikan sebagai berikut (1) penilaian yang dirancang oleh pendidik dalam RPP mandiri pada materi pokok teks ulasan sudah sesuai dengan penilaian yang terdapat pada silabus. Pada silabus, penilaian yang dicantumkan adalah penilaian sikap menggunakan teknik observasi, penilaian pengetahuan menggunakan tenik tes tulis, dan penilaian keterampilan menggunakan teknik unjuk kerja. Sama halnya dengan perencanaan penilaian yang disusun oleh pendidik dalam RPP, yaitu penilaian sikap menggunakan observasi, penilaian pengetahuan menggunakan tes tulis, dan penilaian keterampilan menggunakan unjuk kerja, (2) rancangan penilaian pada RPP sudah terdapat penilaian sikap yang dilakukan dengan teknik pengamatan sikap atau observasi berbantuan lembar
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) pengamatan atau lembar observasi. Perencanaan penilaian sikap yang telah disusun oleh pendidik dalam RPP juga telah dilengkapi dengan teknik, instrumen, dan rubrik penilaian. Terdapat 3 sikap yang dinilai oleh pendidik, yaitu religius, jujur, dan percaya diri. Sikap religius mengacu pada tuntutan KI-1 berhubungan dengan aspek spritual, sedangkan sikap jujur dan percaya diri mengacu pada tuntutan KI-2 berhubungan dengan aspek sosial. Dengan begitu perencanaan penilaian sikap yang disusun oleh pendidik pada RPP sudah mampu mengukur kompetensi sikap peserta didik. Hanya saja, dalam RPP Mandiri materi pokok teks ulasan yang telah disusun oleh pendidik, aspek sikap yang dinilai kurang lengkap. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2014) menyebutkan bahwa terdapat 7 sikap yang seharusnya dinilai, yaitu jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, santun, dan percaya diri. Selain itu, dalam RPP mandiri materi pokok teks ulasan yang telah disusun oleh pendidik juga hanya terdapat satu teknik penilaian sikap, yaitu pengamatan sikap atau observasi. Padahal pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dijelaskan bahwa penilaian sikap dilakukan dengan teknik observasi, penilaian diri, penilaian antarteman, dan jurnal. Dengan begitu penilaian yang dilakukan akan lebih autentik, (3) dalam RPP mandiri materi pokok teks ulasan yang telah disusun oleh pendidik telah terdapat penilaian pengetahuan yang dilakukan dengan teknik tes tulis. Teknik yang dipilih oleh pendidik adalah teknik tes tulis menentukan struktur dan menemukan unsur kebahasaan teks ulasan. Sebenarnya instrumen tersebut sudah tepat digunakan untuk menilai ranah pengetahuan, khususnya menggunakan teknik tes tulis, karena dalam pembelajaran telah dipelajari struktur dan unsur kebahasaan dari teks ulasan, sehingga teknik penilaian ini tepat digunakan untuk mengukur pengetahuan peserta didik mengenai struktur dan unsur kebahasaan teks ulasan. Hanya saja pada
bentuk instrumen yang dicantumkan oleh pendidik terdapat kesalahan. Bentuk instrumen yang dicantumkan oleh pendidik adalah menyusun dan menemukan kekurangan yang terdapat pada teks ulasan. Padahal dalam instrumen yang disusun oleh pendidik tidak terdapat perintah untuk menyusun teks ulasan. Selain itu, bentuk instrumen menyusun juga tidak tepat digunakan pada penilaian dengan teknik tes tulis yang bertujuan untuk mengukur pengetahuan peserta didik. Instrumen menyusun lebih tepat digunakan untuk mengukur keterampilan peserta didik, (4) dalam RPP mandiri materi pokok teks ulasan yang disusun oleh pendidik telah terdapat penilaian keterampilan berupa unjuk kerja. Penilaian keterampilan yang digunakan yaitu unjuk kerja dengan instrumen berupa perintah untuk menyusun teks ulasan dan meng-identifikasi unsur kebahasaan teks ulasan. Sementara bentuk instrumen yang dicantumkan adalah menyusun teks ulasan. Terjadi ketidaksesuaian antara bentuk instrumen yang dicantumkan dengan instrumen yang ada. Pendidik hanya mencantumkan bentuk instrumen menyusun teks ulasan secara mandiri, tetapi pada instrumen yang dicantumkan terdapat perintah untuk mengidentifikasi unsur kebahasaan teks ulasan. Selain itu, instrumen berupa perintah untuk meng-identifikasi unsur kebahasaan teks ulasan juga tidak tepat digunakan pada teknik penilaian unjuk kerja, karena instrumen tersebut tidak mampu digunakan untuk mengukur keterampilan peserta didik. Instrumen berupa perintah untuk meng-identifikasi unsur kebahasaan teks ulasan lebih tepat digunakan untuk mengukur pengetahuan peserta didik, (5) teknik penilaian yang digunakan dalam RPP mandiri materi pokok teks ulasan yang telah disusun oleh pendidik telah sesuai dengan aspek yang dinilai, (6) instrumen penilaian yang digunakan tepat dengan teknik penilaian yang dipilih, hanya saja terdapat kesalahan pada bentuk instrumen penilaian pengetahuan dan satu instrumen penilaian keterampilan, (7) pada RPP mandiri dengan materi pokok teks ulasan yang telah disusun oleh pendidik telah terdapat tindak lanjut hasil
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) penilaian berupa remedial dan pengayaan, namun tidak terdapat instrumen dan rubrik penilaiannya, (8) Masing-masing penilaian pada RPP mandiri dengan materi pokok teks ulasan yang telah disusun oleh pendidik telah terdapat rubrik penilaian dan pedoman pengeskoran. Pelaksanaan penilaian pembelajaran merupakan penerapan dari perencanaan pembelajaran yang telah dibuat oleh pendidik. Idealnya, sebuah pelaksanaan penilaian pembelajaran harus sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun, namun tidak menutup kemungkinan terjadi pengembangan tindakan sesuai dengan situasi kondisi belajar di kelas. Data pelaksanaan penilaian autentik pada penelitian ini diperoleh dengan observasi saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil observasi tersebut diketahui bahwa pelaksanaan penilaian autentik di Kelas VIIIA9 SMP Negeri 1 Singaraja berada pada kategori baik dengan nilai yang diperoleh sebesar 90. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pendidik kelas VIIIA9 sudah baik dalam melaksanakan penilaian autentik. Hasil data pelaksanaan penilaian autentik dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil Data Observasi Pelaksanaan Hasil No. Indikator Penilaian 1. Memberikan 4 penghargaan terhadap keaktifan peserta didik 2. Memberikan 4 penjelasan mengenai sistem penilaian. 3. Memberikan 2 penilaian terhadap keterampilan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran. 4. Menyelenggarakan 4 penilaian dan evaluasi hasil belajar. 5. Melakukan tindakan 4 refleksi untuk
peningkatan kualitas pembelajaran. Total Nilai Konversi Total Nilai Pelaksanaan Penilaian Ke Skala 100 Kategori Nilai
18 90 Baik
Secara rinci hasil penilaian mengenai perencanaan penilaian autentik dideskripsikan sebagai berikut (1) dari hasil observasi diketahui bahwa pendidik memberikan penghargaan kepada peserta didik berupa pujian sebagai bentuk penghargaan terhadap aktivitas peserta didik. Pujian ini diberikan pada saat peserta didik berhasil menjawab pertanyaan pendidik terkait materi yang dipelajari secara lisan. Selain itu penghargaan juga diberikan pada saat peserta didik berhasil mempresentasikan tugasnya dengan baik. Pujian diberikan dengan tujuan untuk memotivasi peserta didik. Sejalan dengan pendapat ini, Gagne (dalam Kosasih, 2014:122) menyatakan bahwa proses belajar yang baik diawali dari fase dorongan atau motivasi. Alasannya, dari motivasilah akan muncul harapan-harapan terhadap apa yang dipelajari. Hal ini didukung juga oleh Mulyasa (2010:196) yang menyatakan bahwa motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan dan keberhasilan pembelajaran karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi, (2) pendidik memberikan penjelasan mengenai sistem penilaian kepada peserta didik sebelum peserta didik mengerjakan tugas yang diberikan oleh pendidik dan sebelum peserta didik mempresentasikan tugasnya di depan kelas. Pendidik menyebutkan hal-hal yang akan dinilai dari tugas yang diberikan dan hal-hal yang akan dinilai pada saat peserta didik mempresentasikan tugasnya di depan kelas. Penilaian tersebut berpedoman pada rubrik penilaian yang telah dibuat pendidik dalam RPP. Penyampaian sistem penilaian yang dilakukan oleh pendidik tersebut memiliki manfaat bagi pendidik maupun bagi peserta didik. Bagi pendidik,
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) dengan penyampaian sistem penilaian tersebut akan lebih mudah menilai peserta didik karena yang lebih ditonjolkan oleh peserta didik adalah hal-hal yang masuk dalam penilaian. Sementara bagi peserta didik, dengan penyampaian penilaian tersebut dapat lebih mempersiapkan diri untuk menunjukkan kemampuannya secara maksimal sesuai dengan yang diharapkan oleh pendidik. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Kurinasih (2014:52) bahwa penyampaian sistem penilaian akan menuntut perubahan perilaku dan kesediaan seseorang memeriksa diri secara berkelanjutan. Kesediaan memeriksa diri lalu memperbaikinya akan berdampak pada perubahan perilaku untuk menjadi positif. Ini berarti, penyampaian sistem penilaian akan bermanfaat bagi kesiapan peserta didik dalam menghadapi pelaksanaan penilaian, (3) penilaian terhadap keterampilan peserta didik meliputi penilaian terhadap kompetensi sikap dan keterampilan. Penilaian sikap dilakukan pendidik dengan menggunakan teknik observasi. Namun, penilaian sikap yang dilakukan pendidik belum maksimal karena penilaian sikap hanya dilakukan dengan mengingat sikap peserta didik yang paling menonjol saja. Misalnya peserta didik dengan sikap sangat baik atau peserta didik dengan sikap tidak baik. Sementara peserta didik yang tidak masuk dalam kedua kategori tersebut akan dimasukkan pada kategori baik. Penilaian sikap selama pembelajaran berlangsung juga dilakukan tanpa rubrik penilaian. Rubrik penilaian baru diisi menjelang pengumpulan nilai raport. Padahal, untuk mendapatkan nilai yang autentik perlu dilakukan penilaian secara hati-hati, melalui perencanaan yang matang, dan dapat dipertanggungjawabkan. Penilaian keterampilan dilakukan oleh pendidik di kelas VIIIA9 SMP Negeri 1 Singaraja menggunakan teknik proyek dan portofolio. Teknik ini berbeda dengan yang telah dirancang pada RPP. Pada RPP pendidik menyiapkan instrumen serta rubrik penilaian dengan teknik penilaian unjuk kerja, sedangkan pada pelaksanaannya di kelas pendidik menggunakan teknik penilaian keterampilan proyek dan portofolio. Penilaian proyek
dilakukan oleh pendidik dengan instrumen meminta peserta didik untuk menyusun teks ulasan dalam bentuk cerpen. Sementara pada penilaian keterampilan dengan teknik portofolio, pendidik meminta peserta didik untuk membaca novel di perpustakaan kemudian me-nyusun teks ulasan dari novel yang telah dibaca. Penilaian proyek dilakukan pendidik selama 3 kali pertemuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Daryanto (2014) bahwa penilaian proyek (Project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu, (4) pelaksanaan penilaian dan evaluasi meliputi penilaian pengetahuan, pemberian soal latihan atau tugas di akhir pembelajaran, dan pengukuran menggunakan rubrik/pedoman penilaian. Pelaksanaan penilaian pengetahuan dilakukan pendidik dengan teknik tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Pelaksanaan penilaian autentik yang dilakukan pendidik berbeda dengan perencanaan yang telah disusun pada RPP. Pada RPP, pendidik merancang penilaian pengetahuan hanya dengan menggunakan teknik tes tulis saja, sedangkan dalam pelaksanaannya pendidik menambahkan teknik tes lisan dan penugasan. Penilaian pengetahuan dengan menggunakan teknik tes tulis dilaksanakan pendidik sesuai dengan yang terdapat pada RPP. Sementara pelaksanaan penilaian pengetahuan dengan menggunakan teknik penugasan dilakukan pendidik tanpa perencanaan instrumen dan rubrik penilaian. Penilaian pengetahuan dengan teknik penugasan dilakukan dengan memberikan tugas kepada peserta didik membaca buku di perpustakaan, kemudian menyusun teks ulasan dari novel yang telah dibaca. Pada pertemuan berikutnya, pendidik meminta peserta didik untuk maju satu per-satu membacakan hasil teks ulasannya. Setelah peserta didik membacakan teks ulasan yang telah disusunnya, pendidik meminta peserta didik yang lain untuk memberikan komentar, (5) pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VIIIA9 di SMP Negeri 1 Singaraja, pendidik selalu memberikan konfirmasi atau komentar terhadap hasil belajar peserta didik sebagai bentuk refleksi.
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) Tidak semua kegiatan akan berlangsung lancar. Begitu pula dengan perencanaan dan pelaksanaan penilaian autentik. Berdasarkan paparan di atas, kendala-kendala yang dihadapi pendidik bahasa Indonesia kelas VIIIA9 di SMP Negeri 1 Singaraja adalah (1) kurangnya pemahaman mengenai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (2) penyusunan instrumen dan pedoman penilaian, (3) penyesuaian jumlah peserta didik dengan banyaknya penilaian yang harus dilakukan dan ketersediaan waktu, (4) fasilitas atau sarana prasarana yang kurang mendukung. Berdasarkan skor rata-rata yang diperoleh dari hasil kuesioner, dapat dikatakan bahwa respons peserta didik terhadap pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran menulis teks ulasan di kelas VIIIA9 SMP Negeri 1 Singaraja adalah positif dengan skor rata-rata 41,65. Hal ini menunjukkan bahwa respons yang diberikan kepada peserta didik terhadap 10 pernyataan adalah positif. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa penilaian yang dilakukan oleh pendidik dalam pembelajaran menulis teks ulasan bersifat berbuka dan dapat diterima oleh peserta didik. Penilaian memang seharusnya bersifat terbuka. Dengan begitu akan timbul saling percaya antara peserta didik dengan pendidik, sehingga penilaian lebih mudah dilakukan. Hal ini sejalan dengan tujuan penilaian autentik dalam Kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan yang menyatakan bahwa pelaksanaan penilaian peserta didik harus dilakukan secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya. Selain itu, pelaporan hasil penilaian peserta didik juga harus dilakukan secara objektif, akuntabel, dan informatif. PENUTUP Ada empat hal yang menjadi simpulan dalam penelitian ini. Pertama, Perencanaan penilaian autentik dalam pembelajaran menulis teks ulasan di kelas VIIIA9 SMP Negeri 1 Singaraja berada pada kategori baik dengan nilai 90. Pada RPP yang disusun oleh pendidik telah
terdapat ketiga penilaian autentik, yakni penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian sikap menggunakan teknik observasi, penilaian pengetahuan menggunakan teknik tes tulis, dan penilaian keterampilan menggunakan teknik unjuk kerja. Masingmasing penilaian telah dilengkapi dengan instrumen dan pedoman penilaian. Hanya saja pada masing-masing penilaian hanya terdapat satu teknik penilaian. Penilaian pengetahuan dilakukan dengan penilaian tertulis, lisan, dan penugasan. Penilaian keterampilan dilakukan dengan unjuk kerja, proyek, dan portofolio. Selain itu, tindak lanjut hasil penilaian berupa remedial dan pengayaan. Hanya saja tindak lanjut hasil penilaian tersebut direncanakan dan dijelaskan dengan sangat minim. Tidak terdapat instrumen dan rubrik penilaian. Kedua, Pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran menulis teks ulasan di kelas VIIIA9 SMP Negeri 1 Singaraja berada pada kategori cukup dengan nilai 75. Pada pelaksanaan penilaian telah terdapat ketiga penilaian autentik, yakni penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian sikap menggunakan teknik observasi, penilaian pengetahuan menggunakan teknik tes tulis, tes lisan, dan penugasan, dan penilaian keterampilan menggunakan teknik proyek dan portofolio. Pelaksanaan penilaian yang dilakukan oleh pendidik berbeda dengan perencanaan yang terdapat pada RPP. Dalam pelaksanaan pendidik juga memberikan penjelasan mengenai sistem penilaian sebelum memberikan tugas dan konfirmasi dan komentar terhadap tugas yang dikerjakan peserta didik. Ketiga, Kendala yang dialami oleh pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian autentik pada pembelajaran menulis teks ulasan di kelas VIIIA9 SMP Negeri 1 Singaraja adalah adalah (1) kurangnya pemahaman mengenai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (2) penyusunan instrumen dan pedoman penilaian, (3) penyesuaian jumlah peserta didik dengan banyaknya penilaian yang harus dilakukan dan ketersediaan waktu, (4) fasilitas atau
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) sarana prasarana yang kurang mendukung. Keempat, Respons peserta didik terhadap pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran menulis teks ulasan di kelas VIIIA9 SMP Negeri 1 Singaraja tergolong positif dengan skor rata-rata 41,65. Ada beberapa saran yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak terkait berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, yaitu (1) Pendidik perlu memahami konsep Kurikulum 2013, sehingga pendidik dapat menyusun perencanaan pembelajaran dengan lebih baik. Perencanaan yang disusun diupayakan lebih lengkap dan melalui pertimbangan yang matang tentang karakteristik peserta didik, sehingga penilaian autentik dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Sehubungan dengan kendala yang dialami oleh pendidik dalam perencanaan dan pelaksanaan penilaian autentik, pendidik hendaknya mengadakan diskusi dengan pendidik lain dan mengikuti berbagai seminar agar diperoleh persamaan presepsi dan pemahaman yang lebih mendalam, (2) Pemimpin sekolah diharapkan untuk lebih tanggap dengan menyediakan sarana dan prasarana yang dapat digunakan oleh pendidik dalam pembelajaran. Dukungan sarana prasarana dari sekolah akan meningkatkan semangat pendidik untuk melaksanakan pembelajaran dan penilaian secara maksimal. Selain itu, sekolah juga harus memfasilitasi pendidik untuk dapat memperoleh pemahaman lebih mendalam mengenai penilaian dalam Kurikulum 2013 dengan cara mengikutsertakan staf pendidik dalam seminar-seminar dan diskusi, (3) Peneliti lain diharapkan dapat mengkaji aspekaspek lain yang belum dikaji dalam penelitian ini. Penelitian ini hanya sebatas mengenai perencanaan dan pelaksanaan penilaian autentik saja. Dengan keterbatasan dan kekurangan ini, peneliti lain hendaknya mengkaji penilaian dari aspek-aspek lain seperti dampak psikologis peserta didik terhadap jenis penilaian autentik yang digunakan oleh pendidik, maupun dari aspek kekontekstualan dan kefektifan penilaian autentik dalam pembelajaran bahasa.
DAFTAR PUSTAKA Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan, 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Penddikan Dasar dan Pendidikan Menengah, 2014. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarya: Gava Media. Ahmad, Syarwan. 2014. “Problematika Kurikulum 2013 dan Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah”. UIN Ar-Raniry, Volume 8, Nomor 2 (hlm. 98--108) Kartono. 2009. Menulis Tanpa Rasa Takut Membaca Realitas dengan Kritis. Yogyakarta: Kanisius. Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran (Implementasi Kurikulum 2013). Bandung: IKAPI. Kurniasih, dkk. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Surabaya: Kata Pena. Absari, I Gusti Ayu Komang Lili. 2015. “Penilaian Autentik Guru bahasa Indonesia dalam Pembelajaran Menulis Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Singaraja”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Ganesha. Sunarti, Selly Rahmawati. 2014. Penilaian dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Penerbit Andi.
e-Journal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Vol: 5 No: 3 Tahun:2016) Merta,
I Made Endra Danu. 2015. “Analisis Penilaian Autentik Menurut Pembelajaran Kurikulum 2013 pada Kelas IV SD No. 4
Banyuasri”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha.