e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
PENILAIAN GURU ATAS KOMPETENSI KETERAMPILAN MENULIS SISWA KELAS VII DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 2 SINGARAJA Md. Reniasih,I Ngh. Martha, IB. Putrayasa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:{
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan pelaksanaan penilaian guru atas kompetensi keterampilan menulis siswa kelas VII di SMP N 2 Singaraja dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan (2) mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan penilaian kompetensi keterampilan menulis kelas VII di SMP N 2 Singaraja. Penelitian ini menggunakan rancangan deskritif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia kelas VII disekolah tersebut dan objek penelitian adalah penilaian guru atas kompetensi keterampilan menulis siswa dan kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penilaian kompetensi keterampolan menulis. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode observasi, metode wawancara, dan metode dokumentasi.Data pelaksanaan penilaian guru atas kompetensi keterampilan menulis siswa kelas VII dalam pembelajaran bahasa Indonesia disekolah tersebut dikumpulkan dengan metode observasi dan metode dokumentasi serta data kendala pelaksanaan penilaian guru atas kompetensi keterampilan menulis siswa kelas VII dikumpulkan dengan metode wawancara dan metode observasi.Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data deskritif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan penilaian guru atas kompetensi keterampilan menulis siswa kelas VII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah tersebut menggunakan teknik tes, nontes (portofolio dan performasi).Walaupun penilaian sudah dilakukan dengan teknik tes dan nontes, penilaian tersebut masih berlangsung kurang maksimal karena memiliki kendala-kendala dalam pelaksanaannya. Kendala –kendala yang dialami guru kelas VII dalam pelaksanaan penilaian kompetensi keterampilan menulis siswa antara lain: (1) kesulitan dalam mengelola waktu, (2) kesulitan dalam mengelola kelas yang kurang kondusif, (3) kurangnya penguasaan guru terhadap sistem penilaian yang dilaksanakan. Peneliti lain hendaknya melakukan penelitian khususnya dari aspek kontekstualnya. Kata kunci: Penilaian, Kompetensi, Keterampilan menulis Abstract This assessment is done to: 1) to describe the implementation of teacher’s appraisal over the seventh grade student’s writing skill competency at SMP N 2 Singaraja for the subject of Bahasa Indonesia. And, 2) to describe the obstacles faced by Teacher to appraise the seventh grade student writing skill competency at SMP N 2 Singaraja. This assessment is constructed using the descriptive qualitative method. The subject of this assessment is the seventh grade teacher of bahasa Indonesia. The objects are the teacher’s appraisal over the seventh grade student’s writing skill competency and also the obstacles faced by teacher to give the appraisal to seventh grade student’s writing skill competency at SMP N 2 Singaraja. The method used to gather all data and information to this assessment are observation, interview and documentation method. The data and information about the implementation of teacher’s appraisal over the seventh grade student’s writing skill competency for the subject of bahasa Indonesia were collected using the observation and documentation method. Meanwhile, the data about obstacles faced by teacher to appraise seventh grade student’s writing skill competency were gathered using the
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
documentation and observation method. Descriptive qualitative method were used analyze all the data and information. The result of this assessment shows that the implementation of teacher’s appraisal over the seventh grade student’s writing skill and competency at the school were using a test and non-test. Even though the appraisal already done using test and non-test, the implementation is still not maximum yet because there were some obstacles. The obstacles faced by teacher to implement the appraisal to the seventh grade student are (1) difficulties in time management, (2) uncondcive classroom’s situation to manage, (3) teacher’s ability to master the appraisal implementation is still not maximum yet. Other researcher must conduct a special study of the contextual aspects. Key words : Assessment, competency, writing skill.
PENDAHULUAN Dalam Kurikulum 2013 ranah psikomotor tercantum dalam Kompetensi Inti 4 (KI 4), yakni keterampilan. Semua mata pelajaran memiliki aspek keterampilan sebagai kelanjutan dari aspek pengetahuan (Kompetensi Inti 3 atau KI 3). Ada perubahan yang cukup segnifikan dalam Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengenai ranah psikomotor. Jika dalam KTSP ranah psikomotor atau kompetensi keterampilan itu ditekankan pada mata pelajaran tertentu, seperti pendidikan jasmani olah raga dan kesehatan, seni budaya dan beberapa mata pelajaran sejenisnya, tetapi dalam Kurikulum 2013 semua mata pelajaran mengakomodasikan ranah psikomotor (keterampilan) yang merupakan satu kesatuan dengan aspek kognitif (pengetahuan). Itu artinya, dalam pembelajaran bahasa indonesia guru juga melakukan penilaian pada ranah psikomotor (keterampilan) dalam pelaksanaan pembelajaranya. Dalam proses pembelajaran, kompetensi keterampilan merupakan salah satu kompetensi yang sangat penting. Kunandar (2013:255) menyatakan bahwa kompetensi keterampilan sebagai implikasi dari tercapainya kompetensi pengetahuan dari peserta didik. Dalam hal ini, kompetensi keterampilan merupakan cerminan dari pemahaman siswa dalam menerima kompetensi pengetahuan.
Apabila kompetensi keterampilan siswa rendah, dapat dikatakan bahwa kompetensi pengetahuan siswa tersebut juga rendah. Dalam hal ini, dari ketiga kompetensi yang terdapat dalam kurikulum 2013, kompetensi keterampilan yang paling sulit. Artinya, dalam kompetensi keterampilan, siswa dituntut memahami kompetensi sikap dan pengetahuan agar hasil belajar dari kompetensi keterampilan lebih maksimal. Berdasarkan Kurikulum 2013 sekolah-sekolah diseluruh Indonesia menggunakan silabus yang sama. Melalui silabus tersebut guru merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.Dalam melaksanakan pembelajaran, hal yang paling penting dilakukan oleh guru adalah melaksanakan evaluasi.evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, memberikan nilai terhadap siswa dan memperbaiki proses pembelajaran. Pada prinsipnya, evaluasi yang dilakukan oleh guru berdasarkan Kurikulum 2013 adalah proses pengumpulan data dan pengelolaan informasi untuk mengukur tercapai tidaknya hasil belajar peserta didik. Hal itu sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Bloom, dkk (dalam Daryanto, 2005: 1) bahwa evaluasi pendidikan adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menentapkan apakah dalam kenyataan terjadinya perubahan
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri siswa. Pendapat lain datang dari Stufflebeam, dkk (dalam Daryanto, 2005: 2) mengatakan bahwa evaluasi pendidikan adalah proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. Setiap orang sering dihadapkan pada masalah pengambilan keputusan.Demikian juga pada kegiatan pembelajaran, guru diharuskan mengambil keputusan apakah peserta didik harus mengulang materi tertentu, apakah peserta didik pantas naik kelas, atau harus tidak naik kelas.Membuat keputusan tersebut bukanlah perkara yang mudah, karena diperlukan berbagai pertimbangan yang tepat dalam memutuskan yang benar dan tepat sehingga tidak merugikan peserta didik. Untuk mendapat keputusan yang benar dan tepat, diperlukan informasi yang cukup mengenai peserta didik, seperti penguasaan peserta didik terhadap materi, sikap dan perilakunya. Dalam hal ini, penilaian memegang peranan yang sangat penting, karena dari sinilah pendidik bisa mendapatkan umpan balikyang objektif tentang apa yang sudah peserta didik pelajari, bagaimana peserta didik belajar, dan bagaimana efektivitas pembelajaran. Penilaian hendaknya dilakukan secara berkelanjutan supaya dapat menggambarkan kemampuan siswa yang dinilai. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yang dinilai adalah keterampilan berbahasa siswa. Keterampilan tersebut meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis (Tarigan, 1981: 1). Menulis dirasakan sebagai kegiatan yang sangat kompleks karena untuk dapat menulis, sangat diperlukan menguasai topik yang akan ditulis.
Bukan hanya itu saja, agar dapat menulis juga diperlukan penguasaan terhadap bahasa. Sejalan dengan itu, Kartono (2009: 7) menyatakan bahwa menulis merupakan aktivitas yang kompleks, bukan hanya sekedar menggunakan kalimatkalimat, melainkan lebih dari pada itu. Akan tetapi, dibalik kerumitanya, menulis memiliki manfaat yang besar dalam mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, kemampuan menemukan, mengumpulkan, dan mengelolah informasi. Dengan begitu, keterampilan menulis sangat penting untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa. Kemampuan menulis peserta didik dapat dilihat jika teknik penilaian yang digunakan oleh pendidik juga tepat. Teknik penilaian yang dilakukan hendaknya sesuai dengan indikator, dan tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, perlu diadakanya pengembangan sistem penilaian yang mampu mengukur kemampuasn siswa secara menyeluruh sebagai hasil belajar serta untuk mendorong peserta didik mengembangkan semua potensi dan kreativitasnya. Untuk melakukan penilaian, guru berpedoman pada petunjuk penilaian dalam Kurikulum 2013.Namun demikian, petunjuk yang ada hanyalah bersifat umum sehingga guru perlu melakukan penjabaran kembali sesuai dengan petunjuk dan pelatihan yang telah mereka ikuti.Keadaan semacam itu sangat memungkinkan terjadinya permasalahan dalam melakukan penilaian dari ketiga kompetensi tersebut.Kesalahan yang mungkin terjadi adalah pada penilaian kompetensi keterampilan menulis.Hal itu dikarenakan, dalam memberikan penilaian terhadap keterampilan menulis, seorang guru harus pandai dalam memilih teknik penilaian, sehingga penilaian yang dilakukan guru benar-benar valid.Menilai kompetensi
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
keterampilan, menuntut profesionalisme guru karena mengamati unjuk kerja peserta didik dalam kompetensi keterampilan diperlukan teknik yang bervariasi. Penilaian disetiap ranah kompetensi dalam Kurikulum 2013 mempunyai teknik yang berbedabeda. Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 menyebutkan bahwa “ Dalam melakukan penilaian Kompetensi Sikap pada Kurikulum 2013, pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian sejawat (peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Penilaian kompetensi pengetahuan, guru menilai kompetensi pengetahuan melalui tes lisan, tes tulis, dan penugasan.Sedangkan penilaian kompetensi keterampilan melalui tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Penilaian yang dilakukan dapat digunakan sebagai umpan balik untuk sebuah perbaikan.Penilaian tersebut berupa penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa.sesuai dengan Kurikulum 2013, semua guru termasuk guru bahasa Indonesia harus melaksanakan penilaian terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian ini bersifat kompleks dan komprehensif.Jadi, Karena itulah sangat memungkinkan terjadinya permasalahan dan kendala-kendala dalam pelaksanaan penilaian.Dari observasi awal yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 2 Singaraja, masalah yang muncul dalam penilaian adalah pengukuran aspek keterampilan.Selama ini guru sudah mengadakan penilaian terhadap ketiga aspek penilaia, yaitu aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Walaupun sudah mengadakan penilaian terhadap ketiga aspek tersebut, namun tetap saja aspek pengetahuanlah yang cenderung mendapat perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan
aspek keterampilan terutama untuk keterampilan menulis.Selama ini, penilaian terhadap keterampilan menulis guru sudah berupaya semaksimal mungkin.Namun, para guru masih mengalami kendala dalam melakukan penilaian terhadap keterampilan menulis siswa.hal itu dikarenakan guru masih belum tepat dalam menetapkan teknik penilaian. Selama ini, untuk mendapatkan nilai kompetensi keterampilan siswa, guru melakukan penilaian hanya dengan teknik penilaian observasipadasaat pembelajaran berlangsung.Jadi, belum tampak adanya penjabaran aspek penilaian kompetensi keterampilan menulis yang dikembangkan berdasarkan tujuan pembelajaran pokok bahasan. Terkait dengan hal itu, Desak Putu Partini, S.Pd selaku guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Singaraja mengatakan bahwa pada saat melakukan penilaian kompetensi keterampilan beliau mengalami kesulitan, salah satunya dikarenakan jumlah siswa dalam satu kelas terlalu banyak. Apalagi Penilaian kompetensi keterampilan dalam pembelajaran tidaklah semudah melakukan penilaian kompetensi pengetahuan.Penilaian kompetensi pengetahuan bisa dinilai hanya dengan melakukan tes maupun pemberian tugas.Sedangkan untuk penilaian kompetensi keterampilanterutama pada keterampilan menulis dibutuhkan kecermatan dalam melakukan pengamatan terhadap keterampilan menulis peserta didik dan memerlukan teknik yang bervariasi. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Guru belum melakukan penilaian kompetensi keterampilanmenulis dengan benar dikarenakan guru masih mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian dengan jumlah peserta didik yang relative banyak. Dengan jumlah peserta didik yang
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
terlalu banyak maka guru kurang mampu mengatur waktu untuk melakukan penilaian dengan tepat.Selain itu, guru juga kurang memahami teknik – teknik yang seharusnya digunakan dalam setiap hasil keterampilan menulis.Hal itu memungkinkan terjadinya permasalahan dalam menentukan teknik penilaian pada setiap hasil keterampilan menulis.Hal inilah yang sangat menarik untuk diteliti secara mendalam. Pemilihan SMP Negeri 2 Singaraja sebagai tempat penelitian dikarenakan SMP Negeri 2 Singaraja merupakan salah satu sekolah favorit di singaraja, selain siswanya tentu pengajarnya juga memiliki mutu yang baik. Hal ini berarti, pelaksanaan setiap komponen pembelajaran termasuk kegiatan penilaian telah diupayakan secara maksimal dan dilaksanakan dengan baik.Selain itu, alasan peneliti memilih SMP Negeri 2 Singaraja sebagai tempat penelitian adalah karena lokasi penelitian yang cukup dekat.Hal ini, dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga yang diperlukan dalam penelitian. Peneliti akan melakukan penelitian di kelas VII dengan guru yang berbeda. Hal tersebut sebagai bandingan hasil yang diperoleh siswa dalam penerapan teknik penilaian kompetensi keterampilan menulis siswa yang dilakukan oleh guru yang berbeda Ada beberapa penelitian sejenis yang telah dilakukan terkait dengan kompetensi Keterampilan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Ayu Komang Lili Absari pada tahun 2015 dengan judul “ Penilaian Autentik Guru Bahasa Indonesia Dalam Pembelajaran Menulis Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Singaraja”. Selain itu ada juga penelitian yang dilakukan oleh Rizeky Sita Purwati pada tahun 201 dengan judul “ Pelaksanaan Penilaian Autentik Keterampilan
Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP di Kecamatan Kalasan”.Semua itu membuktikan bahwa penilaian kompetensi keterampilan menulis sangat penting untuk dilakukan. Persamaan kedua penelitian ini dengan penelitian yang akandilakukan, yakni sama-sama meneliti tentang kompetensi keterampilan menulis. Akan tetapi terdapat perbedaan antara kedua penelitian tersebut dengan penelitian yang hendak dilakukan.Berbedaanya terlihat dari subjekpenelitian, lokasi penelitian, rumusan masalah penelitian, dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan bentuk penelitian deskritif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sehubungan dengan pemaparan pada bagian latar belakang diatas, masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana pelaksanaan penilaian guru atas kompetensi keterampilan menulis siswa kelas VII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Singaraja ? (2) Apasaja kendala-kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan penilaian kompetensi keterampilan menulis siswa kelas VII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Singaraja ? Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mendeskripsikan tentang pelaksanaan penilaian guru atas kompetensi keterampilan menulis siswa kelas VII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Singaraja. (2) Untuk mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan penilaian kompetensi keterampilan menulis siswa kelas VII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Singaraja.
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat, baik secara teoritis maupun praktis bagi beberapa pihak. Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang bahasa Indonesia, khususnya dalam perkembangan, pengembangan, dan pengetahuan dalam bidang penilaian kompetensi keterampilan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Bagi siswa Penilaian kompetensi keterampilan dalam pembelajaran bahasa Indonesia sangat penting dilakukan karena penilaian ini mencakup sikap belajar siswa saat pembelajaran bahasa Indonesia. Bagi guru bahasa Indonesia, hasil penilaian ini dapat dimanfaatkan sebagai bandingan atau pertimbangan guru dalam menerapkan teknik penilaian kompetensi keterampilan menulis. Bagi Sekolah hasil penelitian ini juga bermanfaat bagi lembaga atau sekolah terutama yang masih sulit melakukan penilaian kompetensi keterampilanmenulis dalam proses pembelajaran di sekolah tersebut. Bagi Peneliti Lain, hasil penelitian ini memberi bayangan dalam melaksanakan penilaian kompetensi keterampilan menulis, baik itu dengan penilaian unjuk kerja, penilaian proyek, penilaian portofolio, maupun dengan penilaian proyek dalam evaluasi pembelajaran yang akan dilaksanakan mahasiswa PPL (Program Pengalaman Lapangan) ataupun saat menjadi seorang pendidik. Selain itu, hasil penelitian ini kiranya dapat memberikan gambaran, bandingan, ataupun pedoman untuk melakukan penelitian sejenis bagi peneliti lain. METODE PENELITIAN Suatu penelitian memerlukan perencanaan dan rancangan agar dapat berjalan dengan lancar dan sistematis.Untuk mencapai tujuan
penelitian ini, peneliti menggunakan rancangan penelitian deskritif kualitatif dengan metode studi kasus.Rancangan ini bertujuan untuk memahami tentang rencana penilaian dan pelaksanaan penilaian guru atas keterampilan menulis siswa.Prosedur ini juga untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan fenomena yang terjadi dilapangan, tanpa unsur rekayasa dan secara ilmiah. Rancangan ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mendeskripsikan tentang pelaksanaanpenilaian guru atas kompetensi keterampilan menulis siswa kelas VIIdalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Singaraja, dan kendala-kendala yang dihadapi guru pada saat melakukan penilaian kompetensi keterampilan menulis siswa kelas VII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Singaraja. Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat variabel melekat dan yang dipermasalahkan dalam penelitian.Subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia kelas VII yang berjumlah 2 orang, yang mengajar di SMP Negeri 2 Singaraja. Peneliti mengunakan sumber data lebih dari satu yang bertujuan untuk mendapatkan data yang lebih akurat mengenai penilaian kompetensi keterampilan menulis siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang diterapkan pada sekolah tersebut. Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data.Objek penelitian dalam penelitian ini adalah teknik penilaian kompetensi keterampilan menulis yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia disekolah tersebut dan kendalakendala yang dihadapi guru dalam pelaksanaan penilaian kompetensi keterampilan menulis.
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
Untuk mendapatkan data yang akurat, maka dalam pencarian data penulis mengunakan tiga metode yaitu metode observasi, metodewawancara, dan metode dokumentasi. Metode observasi, dalam penelitian ini penulis gunakan untuk mengamati secara langsung proses evaluasi kompetensi keterampilan menulis siswa kelas VII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Singaraja, sedangkan Metode wawancara digunakan untuk memperoleh data langsung dari narasumber atau pelaksanaan evaluasi, dan metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data berupa tulisan siswa yang sudah dikoreksi oleh guru (portofolio) dan RPP yang berisikan rubrik penilaian mengenai tulisan siswa. Dengan demikian, peneliti akan mengetahui pelaksanaan penilaian guru atas kompetensi keterampilan menulis siswa kelas VII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Singaraja pada saat pembelajaran. Instrumen penelitian yang peneliti gunakan adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, dan daftar cocok.Pedoman observasi digunakan untuk mendapat gambaran sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang pertama yaitu menggambarkan pelaksanaan penilaian guru atas kompetensi keterampilan menulis siswa kelas VII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Singaraja.Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh gambaran tentang rumusan masalah dan tujuan yang kedua, yaitu mengenai kendala-kendala yang dihadapi guru saat melakukan penilaian kompetensiketerampilan menulis.Daftar cocok atau ceklist digunakan untuk mengumpulkan data-data mengenai rumusan masalah pertama, yaitu mengenai
pelaksanaan penilaian guru atas kompetensi keterampilan menulis. Metode analisis data dalam penelitian harus sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan.Berdasarkan metode ini, peneliti dapat menggunakan teori-teori relavan yang telah dipaparkan dalam landasan teori sebagai acuan bagi peneliti untuk mendalami objek penelitian. Analisis data deskritif kualitatif diarahkan pada identifikasi dan klasifikasi untuk mendapatkan deskripsi yang jelas, rinci, dan memadai, berkenaan dengan penggunaan teknik penilaian guru atas kompetesi keterampilan menulis siswa kelas VII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Singaraja. Teknik analisis data deskriptif kualitatif dapat dibagi menjadi empat langkah : identifikasi data, klasifikasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pada proses identifikasi data dilakukan reduksi data. Dalam hal ini, data yang dikurangi adalah data yang tidak dicari dalam penelitian. Reduksi data akan membatu peneliti dalam memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya jika sewaktu-waktu diperlukan. Dalam proses pengumpulan data dilapangan, tidak menutup kemungkinan data yang diperoleh berjumlah cukup besar. Selain itu, data yang diperoleh bisa saja diluar dari masalah yang hendak dipecahkan. Setelah diidentifikasi, data yang relavan diklasifikasikan berdasarkan rumusan masalah.Data digolong-golongkan berdasarkan sub-sub masalah tersebut kemudian dilakukan pengodean.Data dari hasil observasi dan wawancara disajikan dalam bentuk yang baik, dilanjutkan dengan mengklasifikasikan atau mengelompokan data-data tersebut berdasarkan kategori-kategori
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Penyajian data akan mempermudah peneliti dalam memahami yang terjadi dan merencanakan tahap kerja selanjutnya. Pengambilan kesimpulan yakni peneliti merumuskan simpulan berdasarkan data yang diperoleh dan menyajikan secara deskriptif kualitatif yakni menyajikan temuan dilapangan dengan katakata.Penarikan kesimpulan ini disesuaikan dengan temuan dilapangan yang disajikan dalam penyajian data dan berkaitan pula dengan rumusan masalah.
HASIL DANPEMBAHASAN Hasil penelitian mencakup dua hal, yaitu (1) pelaksanaan penilaian guru atas kompetensi keterampilan menulis siswa kelas VII dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Singaraja, dan (2) kendala-kendala yang dialami guru bahasa Indonesia kelas VII dalam pelaksanaan penilaian kompetensi keterampilan menulis Pada pelaksanaan penilaian pembelajaran menulis, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai teori menulis kepada siswa. Ada banyak pertanyaan yang diajukan, akan tetapi pertanyaanpertanyaan tersebut ada yang tercantum di RPP dan ada juga yang tidak tercantum di RPP yang telah disusun. Guru hanya menyiapkan beberapa pertanyaan di RPP, kebanyakan pertanyaan secara langsung dilontarkan pada saat pembelajaran dan bersifat situasional. Pelaksanaan pembelajaran biasanya tercermin dari perencanaan pembelajaran
yang telah disusun. Dengan demikian, apapun yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran, baik itu penilaian dengan Tanya jawab, harus dituliskan secara eksplisit semua pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Akan tetapi, teknik ini juga memiliki kekurangan. Pengajuan pertanyaan seperti ini hanya dapat mengukur kompetensi pengetahuannya saja, sedangkan kompetensi keterampilan peserta didik tidak tersentuh sama sekali. Selain itu, jumlah peserta didik yang mau mengangkat tangan juga tidaklah banyak, hanya peserta didik yang itu-itu saja yang menjawab, sedangkan peserta didik yang lain terlihat kurang percaya diri untuk menjawab pertanyaan guru. Soal sebagai instrument penilaian biasanya dilengkapi dengan rubrik penilaian.Deskripsi dari rubrik penilaian yang dibuat guru belumlah eksplisit. Misalnya, diksi yang sempurna seperti apa, tidak cukup hanya skor angka dengan kategori sangat baik, baik, ataupun kurang. Penyusunan soal yang didukung dengan rubrik penilaian yang baik akan memudahkan guru mengadakan penilaian, perbaikan program, dan menentukan keputusan selanjutnya. Pelaksanaan penilaian guru atas kompetensi keterampilan menulis siswa kelas VII dalam pemebelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Singaraja menggunakan teknik tanya-jawab (tes) dalam melakukan penilaian pengetahuan, teknik portofolio untuk menilai keterampilan siswa dan teknik performasi untuk menilai kompetensi pengetahuan dan sekaligus kompetensi keterampilan siswa. Penilaian kompetensi pengetahuan hanya dilakukan dengan teknik Tanya jawab untuk mengefesiensikan waktu yang tersedia.Siswa hanya perlu menjawab secara langsung atau
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
lisan guru sudah dapat mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran.Untuk penilaian kompetensi keterampilan menulis siswa pada saat presentasi. Guru mengamati cara siswa presentasikan. Mulai dari cara siswa membaca hasil tulisan, dan mengamati penggunaan bahasa dan kaidah-kaidah bahasa pada tulisan yang dibuat. Sebelum memberikan penilaian, semua guru bahasa Indonesia kelas VII di SMP Negeri 2 Singaraja tidak menyampaikan sistem penilaian kepada siswa. Terlihat bahwa, semua siswa tidak mengetahui hal-hal yang akan dinilai sehingga lebih mempersiapkan kemampuannya secara maksimal. Seharusnya sistem penilaian disampaikan oleh guru kepada siswa karena akan mempermudah dalam melaksanakan penilaian karena yang ditonjolkan siswa cenderung hal-hal yang memang seharusnya dinilai. Selain itu, untuk mempermudah penilaian, guru menggunakan rubrik penilaian yang sudah dibuat.Penilaian yang dilakukan pun berdasarkan pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.Dalam penilaian tersebut, lebih menekankan pada jenis tagihan individu karena dalam pembelajaran menulis, siswa dianggap dapat menggali pengetahuan sendiri mengenai hal yang ditulisnya maupun keterampilan siswa dalam menulis di samping mengembangkan sikap yang dimiliki.Pada akhir pelajaran, guru memberikan komentarkomentar dari penampilan siswa.Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat memperbaiki kekeliruannya. Kendala dalam pelaksanaan penilaian kompetensi keterampilan menulis adalah pengelolaan waktu, pengelolaan situasi kelas, dan minimnya penguasaan tentang pelaksanaan penilaian kompetensi keterampilan oleh guru.
Sulitnya mengelolah waktu dikarenakan oleh peserta didik dalam satu kelas sangatlah banyak.Untuk mengejar tuntutan penilaian, guru harus mencari solusi dengan memilih menyampaikan materi pembelajaran menulis dengan singkat. Namun, cara ini kurang efektif dalam pelaksanaan belajar pembelajaran terutama dalam hal penilaian kompetensi keterampilan menulis. Justru penilaian akan mendapatkan nilai yang kurang memuaskan karena pengetahuan siswa yang dangkal dan kabur. Pengelolaan waktu memang menjadi kendala, tidak hanya pada pembelajaran menulis akan tetapi juga sering terjadi pada kompetensi dasar lain pada mata pelajaran bahasa indonesia, bahkan guru di SMP Negeri 2 Singaraja juga mengalami kendala dalam mengelolah waktu. Salah satunya dikarenakan pada saat mengerjakan tugas yang diberi, siswa sering mengulur-ngulur waktu. Dalam hal ini guru harus mencari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah waktu, yaitu dengan mengelolah waktu yang masih tersedia dengan sebaik mungkin.Hal yang dapat dilakukan guru untuk memanfaatkan waktu dengan baik iyalah, dengan membuat daftar kegiatan yang menunjang tujuan pembelajaran.kegiatan ini bisa berupa praktik menulis dengan waktu yang telah ditentukan dan menugaskan belajar dirumah sebelum memulai materi baru. Untuk mengelolah situasi kelas seharusnya guru lebih tegas dalam memberi teguran dan memberi motivasi agar siswa merasa perlu serius dalam mengikuti pembelajaran.sejalan dengan pendapat ini, Gagne (dalam Lili, 2015: 88) menyatakan bahwa proses belajar yang baik diawali dengan fase dorongan atau motivasi. Alasanya dari motivasi akan muncul harapan-harapan
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
terhadap apa yang dipelajari. Hal ini didukung juga oleh Mulyasa (2010: 196) yang menyatakan bahwa motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan dan keberhasilan pembelajaran karena peserta didik akan belajar dengan sungguhsungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Ketika seorang peserta didik memiliki motivasi dalam belajar maka iya akan dengan mudah mencapai hasil yang maksimal. Namun, apabila peserta didik tidak memiliki motivasi pada saat belajar, maka tidak dapat dipungkiri hasil belajar peserta didik tersebut tidak akan maksimal, sedangkan untuk teguran yang diberikan guru terhadap siswa yang tidak fokus dalam belajar maka peserta didik tersebut akan mengetahui kesalahan yang dilakukan dan besar kemungkinan mereka akan memperbaiki dan tidak akan mengulang kembali kesalahan yang dilakukan. Kemudian mengenai kebingungan guru dalam sistem penilaian kompetensi keterampilan seharunya tidak terjadi karena sudah mendapatkan pelatihan yang diadakan oleh dinas pendidikan terkait dengan setiap perubahan kurikulum yang terjadi. Kebingungan guru terjadi disebabkan karena banyaknya administrasi yang harus diselesaikan oleh guru. Guru tidak hanya memberikan informasi kepada peserta didik, tetapi juga melaksanakan penilaian dengan objektif. Penilaian yang dilakukan guru tidak boleh hanya mendugaduga dan memgira-gira, akan tetapi guru harus menilai secara objektif dan menyeluruh. Dengan aspek yang dinilai begitu banyak membuat guru mengalami kebingungan dalam melakukan penilaian.Kebingungan itu menyebabkan kekeliruan dalam melakukan penilaian kompetensi keterampilan. Kebingungan ini tidak hanya dilakukan oleh guru di SMP Negeri 2 Singaraja tetapi juga
dialami oleh seluruh guru diwilayah lain, seperti Medan. Hal ini dimuat dalam surat kabar Media Bisnis edisi 10 Desember 2014 yang mengungkapkan bahwa guru-guru mengalami kebingungan dengan banyaknya aspek yang harus dinilai. Selain itu, guru juga kurang paham dalam memberikan penilaian.Seharusnya pendidik menguasai teori tentang penilaian autentik dan keterampilan dalam melaksanakan pembelajaran. hal ini diperkuat dengan pendapat Ahmad Jafar (2013) yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik, maka pendidik harus memiliki dan menguasai perencanaan kegiatan belajar mengajar, melaksanakan kegiatan yang direncanakan, dan melakukan penilaian terhadap hasil dari proses belajar mengajar. PENUTUP Ada beberapa hal yang menjadi simpulan dalam penelitian ini.pertama teknik penilaian untuk kompetensi keterampilan menulis yang digunakan oleh kedua guru bahasa Indonesia kelas VII di SMP Negeri 2 Singaraja adalah sama, yaitu menggunakan teknik tes, yang berupa tanya jawab lisan dan teknik nontes, yaitu performasi (presentasi) dan portofolio. Teknik tes berupa tanya jawab digunakan untuk menilai kompetensi pengetahuan, sedangkan teknik nontes berupa portofolio digunakan untuk menilai kompetensi keterampilan dan teknik performasi digunakan untuk menilai kompetensi pengetahuan sekaligus kompetensi keterampilan. Pada saat peserta didik selesai melakukan presentasi, guru akan memberikan komentar, berupa kritik, saran, dan pujian mengenai kelemahan dan kelebihan dari penampilan peserta didik. Penilaian dari kedua aspek
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
tersebut sudah sangat seimbang. Penilaian kompentensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan dilakukan per individu karena hasil penilaian akan benar-benar mengukur kemampuan dari masingmasing individu peserta didik. Guru juga menggunakan rubrik penilaian yang telah dibuat di RPP dalam melaksanakan penilaian kompetensi keterampilan menulis. Serta secara keseluruhan, kedua guru bahasa Indonesia kelas VII di SMP Negeri 2 Singaraja sudah melaksanakan penilaian kompetensi keterampilan menulis. Akan tetapi, kedua guru bahasa indonesia kelas VII di SMP Negeri 2 Sinagaraja tidak satu pun yang menjelaskan mengenai sistem penilaian kepada peserta didik. Kedua, hambatan guru bahsa indonesia kelas VII SMP Negeri 2 Singaraja dalam melaksanakan penilaian kompetensi keterampilan, antara lain: (1) kesulitan dalam mengelola waktu, (2) kesulitan mengelola kelas yang tidak kondusif, (3) kurangnya penguasaan terhadap sistem penilaian yang dilaksanakan. Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, peneliti dapat menyampaikan beberapa saran, yaitu (1) Penilaian kompetensi keterampilan menulis yang sudah dilaksanakan guru bahasa Indonesi kelas VII di SMP Negeri 2 Singaraja sudah dilakukan dengan baik. Pelaksanaan penilaian kompetensi keterampilan menulis perlu dipertahankan dan sebisa mungkin ditingkatkan kembali dengan memperbaiki RPP yang telah disusun. Terutama dalam rubrik penilaian untuk kompetensi keterampilan, (2) Sehubungan dengan hambatan berupa sulitnya mengelola wktu pada pembelajar menulis, guru bahasa Indonesia kelas VII di SMP Negeri 2 Singaraja sebaiknya terlebih dahulu meminta peserta didik untuk mencari materi yang akan dibahasa pada keesokn harinya, dan meminta peserta didik
untuk mempelajari teorinya. Pada saat memulai pembelajaran, waktu yang digunakan untuk membahasa teori lebih seikit dibandingkan waktu untuk praktek menulis.Selain itu, guru harus memberikan batasanbatasan waktu pada saat memberikan tugas menulis pada peserta didik. Hal ini akan membuat peserta didik lebih serius dalam memikirkan hal yang akan ditulis. Hal ini, juga dapat mengurangi situasi kelas yang kurang kurang kondusif karena siswa tidak apat membicarakan hal lain selain masalah pelajaran. Mengenai kebingungan guru dalam melakukan penilaian kompetensi keterampilan, sebaiknya guru bersangkutan lebih aktif lagi dalam melakukan diskusi dengan guru lain agar kedepannya tidak terjadi kesalahan dalam melakukan penilaian terutama penilaian untuk kompetensi keterampilan menulis. (3) Penelitian ini hanya sebatas mengenai penilaian kompetensi keterampilan menulis. Dengan keterbatasan dan kekurangan ini, peneliti lain hendaknya mengkaji dari aspekaspek lain, khususnya dari aspek kontekstualannya. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Syarwan. 2013. “problematika Kurikulum 2013 dan Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah”. UIN Ar-Raniry, Volume *, Nomor 2 (hal. 98-108) Daryanto. 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Renika Cipta. Kartono.2009. Menulis Tanpa Rasa Takut Membaca Realitas dengan Kritis. Yogyakarta: Kanisius. Lili, I Gusti Ayu 2015.Penilaian Autentik Guru Bahasa Indonesia dalam Pembelajaran Menulis Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Singaraja.Skripsi (tidak diterbitka).Singaraja.Universitas Pendidikan Ganesha.
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
Mulyasa. 2013. Pengembangan dan ImplementasiKurikulum 2013. Bandung: Rosda karya. Tarigan, Hery Guntur. 1981. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Wendra, I Wayan. 2008. Buku Ajar Menulis Karya Ilmiah. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.