2
AgroinovasI
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial untuk dikembangkan menjadi sentra pertumbuhan produksi padi. Total luas lahan rawa di Lampung mencapai 162.900 ha terdiri atas lahan rawa pasang surut (68.900 ha) dan rawa lebak (94.030 ha) tersebar di Kabupaten Tulang Bawang, Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Selatan, Lampung Barat dan Way Kanan. (Lampung Post, 2005). Di Kabupaten Tulang Bawang, khususnya di Desa Sungai Luar/Badarau Indah, Kecamatan Menggala Timur merupakan daerah bukaan baru dan sentra pengembangan padi di lahan rawa. Saat ini di lahan tersebut telah dimanfaatkan oleh petani untuk pertanaman padi menggunakan varietas lokal yang cenderung sudah adaptif, akan tetapi produktivitasnya relatif rendah (kurang lebih 2 ton/ha GKG). Rendahnya produktivitas tersebut dikarenakan petani belum menerapkan teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi rawa sesuai anjuran. Untuk meningkatkan produktivitas lahan tersebut telah dikembangkan budidaya padi rawa dengan menerapkan komponen PTT secara lengkap. Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: Varietas Unggul Baru Penggunaan varietas unggul baru (VUB) merupakan teknologi yang lebih nyata kontribusinya terhadap peningkatan produktivitas padi rawa dan lebih cepat diadopsi oleh petani, jika varietas tersebut dapat memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan varietas yang terbiasa digunakan oleh petani, bentuk gabah dan rasa sesuai dengan selera masyarakat setempat dan permintaan pasar. Adapun varietas yang diintroduksikan untuk dikembangkan di lahan rawa di Desa Sungai Luar/Badarau Indah, Kecamatan Menggala Timur, Kabupaten Tulang Bawang adalah Inpara 5 dan Cilamaya Muncul. Edisi 12-18 Juni 2013 No.3511 Tahun XLIII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
3
Benih Bermutu Penggunaan benih bersertifikat dan dengan vigor tinggi sangat disarankan, karena benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat, dengan akar yang banyak, pertumbuhannya seragam, dapat tumbuh lebih cepat dan tegar serta akan memperoleh hasil yang lebih tinggi. Benih bersertifikat belum tentu bermutu, oleh karenanya sebelum disemai, benih direndam dalam larutan garam 20 gram/liter air. Benih yang tenggelam dibilas dengan air untuk menghilangkan larutan garam, kemudian direndam selama 24 jam dan setelah itu ditiriskan selama 48 jam, kemudian benih siap disemai. Persemaian Bedengan persemaian dibuat dengan lebar 1-1,2 m dengan panjang sesuai dengan kebutuhan. Luas persemaian kurang lebih 400 m2/ha, cukup ditebari benih 20–25 kg atau setiap 1 kg benih disemai dengan luas kurang lebih 16 m2. Untuk memudahkan pencabutan bibit, pada saat penyiapan lahan persemaian untuk setiap 1 m2 diberi pupuk organik sebanyak 2 kg atau dicampur dengan sekam padi/serbuk kayu yang sudah melapuk. Umur Bibit Muda Keuntungan tanam pindah menggunakan bibit muda (< 21 hari) adalah lebih tahan menghadapi stres akibat pencabutan bibit di pesemaian, pengangkutan dan penanaman kembali dibandingkan dengan bibit yang lebih tua. Selain itu dengan bibit muda jumlah anakan lebih banyak. Jumlah Bibit dan Sistem Tanam Jumlah bibit yang ditanam 1–3 batang/rumpun. Rumpun yang hilang atau mati atau rusak karena hama segera disulam paling lambat 14 hari setelah tanam. Peningkatan populasi tanaman dilakukan dengan sistem tanam jajar legowo 4:1 dan 5:1 (12,5 x 25 x 50 cm). Jumlah rumpun tanaman yang optimal akan menghasilkan lebih banyak malai per meter persegi dan berpeluang besar untuk pencapaian hasil yang lebih tinggi. Pemupukan Spesifik Lokasi Pemupukan spesifik lokasi merupakan metode pemupukan berdasarkan Badan Litbang Pertanian
Edisi 12 Juni 2013 No.3511 Tahun XLIII
4
AgroinovasI
kebutuhan tanaman dan status hara tanah. Pemupukan N berdasarkan bagan warna daun (BWD), P dan K berdasarkan status hara tanah dengan menggunakan perangkat uji tanah sawah (PUTS). Berdasarkan hasil analisis tersebut, rekomendasi pemupukan/ha yang dianjurkan untuk MK I tahun 2010 adalah: 200 kg Urea, 150 kg SP-36, 100 kg KCl, 2.000 kg pupuk kandang, 1.500 kg kapur. Pemberian pupuk dilakukan 3 kali aplikasi yakni pemupukan dasar tanaman umur maksimal 14 hari setelah tanam (75 kg Urea, 150 kg SP-36, 100 kg KCl). Pemupukan susulan I berdasarkan BWD umur tanaman 23-28 hari (75 kg Urea). Pemupukan susulan II berdasarkan BWD umur tanaman 38–45 hari (50 kg Urea). Pupuk organik dan kapur diberikan pada saat pengolahan tanah. Sedangkan rekomendasi pemupukan untuk MH tahun 2010/2011 adalah: 100 kg Urea, 100 kg SP-36, 25 kg KCl, 300 kg Phonska, pupuk kandang 1.000 kg dan kapur 1.000 kg. Pemberian pupuk dilakukan 3 kali aplikasi yakni pada pemupukan dasar umur tanaman maksimal 14 hari setelah tanam (300 kg Phonska, 100 kg SP-36, 25 kg KCl). Pemupukan susulan I berdasarkan BWD umur tanaman 23-28 hari (50 kg Urea). Pemupukan susulan II berdasarkan BWD umur tanaman 38–45 hari (50 kg Urea). Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan dengan cara terpadu, yaitu kombinasi antara cara mekanis seperti gasrok atau landak dengan herbisida. Penggunaan gasrok sangat dianjurkan, karena dapat meningkatkan udara di dalam tanah dan merangsang pertumbuhan akar padi lebih baik. Pengendalian Hama dan Penyakit Permasalahan yang sering muncul dalam budidaya padi di lahan rawa adalah gangguan hama dan penyakit. Hama dan penyakit yang sering timbul pada usahatani di lahan rawa adalah tikus, penggerek batang, orong-orong dan penyakit blas. Pengendalian dilakukan dengan sistem terpadu, yaitu memanfaatkan perpaduan semua teknik dan metode yang dapat menekan populasi hama dan penyakit di bawah ambang ekonomi (perpaduan cara mekanis dengan pestisida).
Edisi 12 - 18 Juni 2013 No.3511 Tahun XLIII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
5
Panen dan Pasca Panen Panen dilakukan dengan menggunakan sabit bergerigi. Panen terlalu awal menyebabkan gabah hampa, gabah hijau dan butir kapur lebih banyak. Panen terlalu lambat menimbulkan kehilangan hasil karena banyak gabah yang rontok pada saat di lapangan. Selain itu dalam proses penggilingan jumlah gabah yang patah akan meningkat. Perontokan gabah sesegera mungkin, paling lama 1-2 hari setelah panen. Perontokan menggunakan powertresher. Untuk mendapatkan mutu gabah yang lebih baik dan harga yang lebih tinggi, gabah secepatnya dijemur. Analisis Usahatani Hasil pengkajian yang dilakukan oleh BPTP Lampung dalam optimalisasi pola tanam padi di lahan rawa (padi-padi) di Kabupaten Tulang Bawang menunjukkan bahwa pada MT II (musim kemarau) tahun 2010 dengan varietas Inpara 5 produktivitasnya mencapai 4.600 kg/ha GKG dan pendapatan bersih Rp. 8.356.000, kemudian pada MT I (musim hujan) tahun 2010/2011 dengan varietas Cilamaya Muncul produktivitasnya 5.485 kg/ha GKG dan pendapatan bersih Rp. 10.151.800. Untuk lebih jelasnya, sebagaimana disajikan dalam Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Analisis Usahatani Padi/Ha di Lahan Rawa pada MT II Varietas Inpara 5 di Kabupaten Tulang Bawang, Tahun 2010 No
Uraian
Volume
Harga Satuan
A
Input Produksi
(kg, ltr, HOK)
(Rp)
1
Benih
2
Nilai (Rp)
20 kg
9.000
180.000
Pupuk Urea
200 kg
1.700
340.000
3
Pupuk SP-36
150 kg
3.500
525.000
4
Pupuk KCl
100 kg
7.500
750.000
5
Kapur
1500 kg
1.000
1.500.000
6
Insek Furadan
8 kg
10.500
84.000
7
Insek Diametrin
1,5 ltr
90.000
135.000
Badan Litbang Pertanian
Edisi 12 - 18 Juni 2013 No.3511 Tahun XLIII
6
AgroinovasI
8
Pungisida Policur
9
Herbisida
0,1 cc
30.000
30.000
5 ltr
70.000
350.000
Jumlah I
3.894.000
B
Input Tenaga Kerja
1
Pengolahan Tanah
2
Popok galengan
200.000
3
Tanam
400.000
4
Cabut bibit
150.000
5
Nyaplak (garis)
100.000
6
Pemupukan
6 HOK
30.000
180.000
7
Penyiangan
8 HOK
30.000
240.000
8
Panen 1:9
1.840.000
Jumlah II
4.310.000
Total Input
8.204.000
1.200.000
C Output Produktivitas
4600 kg GKG
Harga/kg
3.600
Penerimaan
16.560.000
Pendapatan bersih
8.356.000
B/C Ratio
1,02
Tabel 2. Analisis Usahatani Padi/Ha di Lahan Rawa pada MT I Varietas Cilamaya Muncul di Kabupaten Tulang Bawang, Tahun 2010/2011 No
Uraian
Volume
Harga Satuan
A
Input Produksi
(kg, ltr, HOK)
(Rp)
Edisi 12-18 Juni 2013 No.3511 Tahun XLIII
Nilai (Rp)
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI 1
Benih
2
7
25 kg
9.000
225.000
Pupuk Urea
100 kg
1.700
170.000
3
Pupuk SP-36
100 kg
3.500
350.000
4
Pupuk KCl
25 kg
7.500
187.500
5
Pupuk Phonska
300 kg
2.400
720.000
6
Kapur
1.000 kg
1.000
1.000.000
7
Insek Furadan
5 kg
10.500
52.500
8
Insek Diametrin
1 ltr
90.000
90.000
9
Pungisida Policur
0,1 ltr
300.000
30.000
10
Herbisida
5 ltr
70.000
350.000
Jumlah I
3.175.000
B
Input Tenaga Kerja
1
Pengolahan Tanah
2
Popok galengan
200.000
3
Tanam
400.000
4
Cabut bibit
150.000
5
Nyaplak (garis)
100.000
6
Pemupukan
6 HOK
30.000
180.000
7
Penyiangan
8 HOK
30.000
240.000
8
Panen 1:9
1.755.200
Jumlah II
4.225.200
Total Input
7.400.200
C
1.200.000
Output Produktivitas
Badan Litbang Pertanian
5.485 kg GKG Edisi 12 Juni 2013 No.3511 Tahun XLIII
8
AgroinovasI
Harga/kg
3.200
Penerimaan
17.552.000
Pendapatan bersih
10.151.800
B/C Ratio
1,37
Dari tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa penanaman padi di lahan rawa pada MT II dan MT I dengan pendekatan PTT dapat memberikan pendapatan bersih cukup besar bagi petani. Oleh karenanya berdasarkan hasil analisis B/C Ratio yang nilainya lebih besar dari 1, menunjukkan bahwa secara finansial penanaman padi di lahan rawa dengan pendekatan PTT layak direkomendasikan dan dikembangkan dalam skala luas. Perlu diketahui bahwa biaya produksi usahatani padi di lahan rawa di Tulang Bawang terutama pada lahan bukaan baru masih membutuhkan biaya produksi cukup tinggi yaitu Rp. 7.400.200 - Rp. 8.204.000/ha. Tingginya biaya produksi tersebut dikarenakan pH tanah masih rendah berkisar 4, sehingga memerlukan pemberian kapur pertanian cukup tinggi 1.000 - 1.500 kg/ha. Selain itu ketersediaan hand traktor sebagai alat untuk pengolahan tanah masih langka dan harus mendatangkan dari luar desa, sehingga memerlukan biaya cukup tinggi mencapai Rp. 1.200.000/ha.Kiswanto BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN LAMPUNG
Edisi 12 - 18 Juni 2013 No.3511 Tahun XLIII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
9
Kondisi tanaman padi rawa menjelang panen pada MT II, tahun 2010
Badan Litbang Pertanian
Edisi 12 - 18 Juni 2013 No.3511 Tahun XLIII