KODEFIKASI
RPI 23
Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu
LEMBAR PENGESAHAN
RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF (RPI) TAHUN 2010 ‐ 2014
PEREKAYASAAN ALAT DAN SUBSTITUSI BAHAN PEMBANTU
Jakarta, Februari 2010 Disetujui Oleh:
Kepala Pusat,
Koordinator,
Wesman Endom, M.Sc. NIP. 19540327 198101 1 001
Dr. Ir. Maman Mansyur Idris, MS. NIP. 19500703 197903 1 001 Mengesahkan : Kepala Badan,
Dr.Ir.Tachrir Fathoni M.Sc NIP. 19560929 198202 1 001
Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu
629
Daftar Isi Lembar Pengesahan.................................................................................629 Daftar Isi.....................................................................................................631 Daftar Tabel.............................................................................................. 633 I. ABSTRAK.......................................................................................... 635 II.
LATAR BELAKANG........................................................................... 635
III.
RUMUSAN MASALAH......................................................................640
IV. HIPOTESIS........................................................................................ 641 V.
TUJUAN DAN SASARAN.................................................................. 641
VI. LUARAN........................................................................................... 642 VII. RUANG LINGKUP............................................................................. 642 VIII. METODOLOGI..................................................................................643 IX.
RENCANA TATA WAKTU .................................................................645
X.
RENCANA LOKASI...........................................................................647
XI.
RENCANA ANGGARAN....................................................................648
XII. ORGANISASI....................................................................................649 XIII. DAFTAR PUSTAKA...........................................................................650 XIV. KERANGKA KERJA LOGIS ............................................................... 652
Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu
631
Daftar Tabel Table 1. Luaran dan kegiatan..................................................................643 Table 2. Kegiatan dan metode pendekatan untuk pencapaian luaran.........................................................................................644 Table 3. Rencana Tata Waktu .................................................................646 Table 4. Rencana lokasi ..........................................................................647 Table 5. Rencana anggaran....................................................................648 Table 6. Organisasi pelaksana penelitian..............................................649 Table 7. Indikator dan verifikasi dari masing-masing aktivitas ............. 652
Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu
633
I. ABSTRAK Sejalan dengan perkembangan kemajuan teknologi, tersedianya tenaga kerja terdidik dan terampil serta sarana kerja bengkel /laboratorium di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan semakin lengkap, maka bukan suatu keniscayaan bahwa institusi riset di kehutanan juga mampu untuk melakukan terobosan teknologi dan perekayasaan alat-alat kehutanan termasuk dalam hal penyediaan substitusi bahan pembantu paket industri kehutanan. Pada RPI periode 2010-2014 ini akan dilakukan kegiatan perekayasaan alat dan penyediaan substitusi bahan pembantu industri kehutanan dengan kegiatan antara lain dapat membangun mesin pengolah biodisel, teknologi pengolahan madu, alat identifikasi kayu, alat bantu pengeluaran kayu pada medan sulit, alat pengunduh buah, alat ekstraktor resorsinol, alat deteksi cacat pohon dan alat deteksi mutu gaharu. Di sisi lain juga akan dilakukan kegiatan penelitian/ rekayasa mengenai substitusi bahan pembantu industri pengolahan, yang dinilai hingga kini masih lemah karena sangat tergantung kepada impor. Misalnya bahan perekat resorsinol, bahan pengawet dan stabilisasi dimensi kayu dan bambu. Diharapkan dengan kegiatan tersebut dapat meningkatkan nilai tambah kayu dan hasil hutan bukan kayu, efisiensi pemanfaatan hutan, membuka kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta perbaikan lingkungan. Kata kunci : terobosan, teknologi, perekayasaan, bahan substitusi.
II. LATAR BELAKANG Untuk mencapai kemajuan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang lebih merata, pembangunan nasional yang telah dicanangkan oleh pemerintahan pada periode 2010-2014 di antaranya ialah melakukan kegiatan yang terkait dengan berbagai inovasi teknologi. Bidang ini dinilai penting mengingat dalam banyak hal Indonesia masih sangat banyak tergantung kepada impor, yang bila tidak ada perubahan akan banyak menghabiskan cadangan devisa negara. Di sisi lain, permasalahan kekurangan bahan baku kayu dan kelangkaan sumber hayati akibat konversi hutan dan kebakaran juga mulai nampak lebih jelas sehingga selayaknya pemerintah bersama masyarakat secepatnya dapat melakukan antisipasi agar sumberdaya hutan itu tidak menjadi semakin parah kerusakannya. Hal lain yang juga dinilai penting adalah agar ada upaya untuk semakin hemat dan luas dalam pemanfaatan hutan dengan hasil-hasil ikutannya. Untuk itu, perlu dilakukan berbagai upaya konkrit dengan antara lain ditempuh melalui peningkatan pemanfaatan kayu berdiameter kecil sebagai sumber bahan baku tambahan, pemanfaatan hasil hutan ikutan
Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu
635
seperti nyamplung sebagai biofuel, mendapatkan bahan pengawet dan finishing kayu dan bambu, peningkatan mutu madu, menemukan bahan perekat resorsinol, serta berbagai peralatan yang praktis dan efisien untuk membantu dalam pengeluaran kayu dalam meningkatkan fungsi hutan dan jasa hutan, termasuk pengolahan hasil-hasil hutan lain beserta turunannya, serta berbagai alat untuk meningkatkan kemudahan dalam pengambilan benih saat sudah masak di pohon, dengan cara mengunduh buah yang praktis dan efisien. Dalam kaitan lain sebagai dukungan sosial yang langsung berpengaruh terhadap sendi kehidupan adalah diperlukannya alat deteksi mutu gaharu agar tidak ada pengelabuan kualitas dan alat deteksi cacat pohon yang juga diperlukan untuk mengurangi resiko tumbang diluar kontrol yang dapat mengakibatkan kerusakan terhadap bangunan, sarana jaringan telpon, litrik dan lainnya termasuk jiwa manusia. Dari berbagai permasalahan itu atas, pada acara “Silaturahmi & berbuka puasa bersama 101 Inovasi Indonesia dengan ”Bussiness Innovation Center (BIC) yakni sebuah institusi yang memiliki kompetensi dalam mendorong penemuan terobosan teknologi dan perekayasaan alat untuk meningkatkan efisiensi bahan baku, bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Undangan Ristek Jakarta 26 Agustus 2009). Dalam upaya itu, dengan tujuan dan harapan dapat menjadi cikal bakal bagi pengembangan perekayasaan alat yang sangat diperlukan dalam pembangunan di Indonesia, lebih dari sembilan ratus pengusul inovasi telah diajukan kepada BIC, dan dari jumlah tersebut dipilih 101 karya terbaiknya, Santoso, yang diunduh dari www.tanadisantoso.com/v50 /BookReview/ index.php tanggal 8 September 2009, menyebutkan bahwa kreativitas adalah proses timbulnya ide yang baru, sedangkan inovasi adalah pengimplementasian ide sehingga dapat merubah dunia. Kreativitas membelah batasan dan asumsi, dan membuat koneksi pada hal-hal lama yang tidak berhubungan menjadi sesuatu yang baru. Inovasi sangat diperlukan untuk menumbuhkan ide yang dapat membuahkan produk jasa atau proses yang membuat sesuatu nilai menjadi lebih bertambah tinggi. Oleh karena itu, dorongan, pemacuan kreativitas dan inovasi sudah saatnya ditumbuh kembangkan, termasuk juga di Badan Litbang Kehutanan ini, sehingga diharapkan dapat mempercepat pembangunan dan peningkatan manfaat hutan beserta hasil ikutannya secara yang lebih baik dan berkelanjutan. Di sisi lain, pengelolaan terhadap jasa lingkungan hutan kini juga semakin berkembang. Berdasarkan sifatnya, pengelolaan terhadap jasa lingkungan hutan dibedakan ke dalam dua bagian yaitu yang bersifat (1) instrumental yakni kebendaan atau obyek itu mempunyai nilai bagi pihak
636
RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
yang lain dan (2) intrinsik yakni obyek itu sendiri sudah punya nilai walau bersifat relatif. Nilai intrinsik ini belum atau tidak ada standar bakunya, dengan nilai sangat tergantung kepada banyak faktor antara lain kondisi, letak, besar atau jumlah yang dikandung, tingkat kebutuhan/keperluan, kepuasan dan kenyamanan (Anonim, 2009). Dalam kenyataan yang ada, sebenarnya nilai kayu hanya 5% dari total potensi dibanding jasa lingkungan yang dapat mencapai 95% (Laporan hasil rapat pada Dinas Kehutanan Jawa Barat, 2009). Oleh karena itu, aspek lain selain kayu, sebenarnya juga memerlukan antisipasi baik penelitian menyangkut rekayasa peralatan maupun substitusi pengolahannya, sehingga kemudian keduanya mampu memberikan kontribusi manfaat yang luas. Untuk mengelola nilai non kayu berupa jasa hutan, diperlukan 4 syarat yaitu (a) ada bukti ilmiah (b) penikmat teridentifikasi secara jelas dan siapa yang menjadi penyedianya, (c) terorganisasinya penikmat dan penyedia dan ada kerangka legal secara jelas, (d) hak atas tanah/lahan jelas, dan pemanfaat lahan punya akses (Anonim, 2009). Pengembangan jasa lingkungan merupakan obyek yang bersifat trade off yang untuk pengembangannya perlu memperhatikan isu distribusi, biaya transaksi dan biaya operasi termasuk pengadaan peralatannya yang dikelola secara efektif dan efisien (Santoso, 2009). Untuk keperluan pengadaan peralatan itu sebaiknya juga sudah dapat dibangun sendiri di dalam negeri. Di sisi lain, dalam proses pemanfaatan nilai limbah, khususnya dari pembuatan arang atau juga pada industri pembuatan batu bata dan genting, hasil temuan memperlihatkan bahwa proses itu tidak hanya sekedar jadi arang, melainkan juga menghasilkan cuka kayu, yang dalam proses itu selama ini kebanyakan masih sering dianggap sebagai masalah. Terkait dengan itu, kini asap pengarangan yang di masa lalu menjadi masalah kini dapat menjadi berkah karena dapat dibuatnya menjadi cuka kayu. Ahmad et al, 1980 menyatakan bahwa senyawa fenolik dalam asap cair sudah diidentifikasi dan sebagian besar sudah digunakan dalam industri farmasi, kosmetik dan makanan, karena aktivitas biologi yang dimiliki asap cair/ cuka kayu, yaitu sebagai antimikroba, antioksidan, anti metanogenesis dan antimutagenesis. Kendati demikian agar pemanfaatan itu lebih lanjut dimungkinkan dapat menjadi lebih efektif baik sebagai bahan pupuk dan bio-insektisida, maka diperlukan kajian formulasinya yang tepat. Dalam hal lain, bila pengadaan alat dan proses pengolahan kayu serta pengeluaran kayu hasil panen masih terus saja diimpor, maka selain mahal dan banyak menghabiskan cadangan devisa, juga menjadi tidak efisien
Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu
637
karena adanya ketergantungan. Dalam banyak hal ini dapat menimbulkan kerawanan dan risiko tinggi terhadap kinerja dan produktivitas kerja. Dengan nilai kurs rupiah yang juga tidak stabil serta pengadaan suku cadang yang tidak menentu, maka ketidak stabilan nilai tukar ini akan dapat berimbas pada kondisi ekonomi, sosial dan politik nasional, sehingga lebih jauh hal ini berpotensi dapat menimbulkan kurang berkembangnya dunia usaha. Finne dalam Elias (1988) menyebutkan bahwa banyak sekali faktorfaktor yang harus diperhatikan oleh pemilih usaha bidang kehutanan agar dapat terhindar dari kesalahan dalam melakukan pilihan cara penanganan pengeluaran kayu. Bila pada kegiatan silvikultur termasuk pemanenan masih menggunakan banyak tenaga kerja manusia, maka sangat perlu diperhatikan agar pelibatan tenaga setempat harus diperhatikan (Hakilla, 1989). Namun demikian, alat secanggih apapun akan menjadi tidak efektif dan efisien bila akses ke lokasi tebangan tidak memadai (Endom dan Sugilar, 2009). Terkait dengan uraian di atas, sebenarnya tenaga yang memiliki keahlian dan keterampilan dalam berbagai bidang kini cukup banyak jumlahnya. Sementara itu manufaktur besi baja di Indonesia juga sudah berjalan dengan kapasitas produksi cukup besar, sehingga keberadaannya sebagai pemasok untuk keperluan pembangunan industri peralatan dapat diandalkan. Juga demikian halnya dengan bahan pembantu industri perkayuan yang selama ini diimpor, dimungkinkan juga dapat dicari bahan substitusinya di Indonesia, yakni karena luar biasaya keragaman kekayaan alam Indonesia. Disinyalir dari keragaman yang sangat tinggi itu salah satu di antaranya ialah yakni dari jenis kayu matoa, memiliki kandungan bahan resorsinol cukup besar, sehingga keberadaannya merupakan potensi dan peluang yang sangat besar bagi pengurangan impor resorsinol. Oleh karena itu, dorongan dan motivasi penelitian yang mengarah pada perekayasaan alat dan bahan substitusi sangat diperlukan. Di pihak lain, pengeringan kayu yang murah dan efisien menggunakan sumber dari panas sinar matahari yang demikian melimpah sangat potensial untuk dimanfaatkan. Penelitian lanjutan mengenai hal ini pada tahun 2010 yakni berupa penyempurnaan pengumpul panas (solar collector) yang hasil sementara memperlihatkan masih belum maksimal, baru sekitar 600 C, fluktuatif dan sulit disimpan dalam waktu lama masih menjadi masalah (Basri dan Karnita , 2005). Oleh karena itu akan dicoba pengeringan kayu dengan menggunakan media air yang dipanaskan dengan sel surya, yang dinilai lebih baik dibanding cara pertama. Berkaitan dengan itu untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan enerji surya dengan perlakuan prapengeringan (pengukusan) dan proses pengeringan, maka diharapkan
638
RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
sudah dapat mentuntaskan penelitian tersebut sehingga segera dapat diaplikasikan di masyarakat luas. Dalam hal identifikasi jenis kayu, yang juga dinilai memegang peranan penting dalam proses pengolahan kayu, diketahui bahwa hingga saat ini hanya petugas yang telah terlatih dan berpengalaman saja yang dapat melakukannya. Keadaan ini menjadi permasalahan dikarenakan sangat terbatasnya jumlah personil yang memiliki kemampuan ini sehingga dapat berakibat pada lamanya waktu melakukan identifikasi. Untuk itu, pengembangan prototipe perangkat lunak untuk identifikasi kayu berdasarkan citra struktur makroskopis kayu diharapkan dapat dibuat sehingga proses identifikasi dapat dilakukan secara cepat, otomatis dan akurat. Kegiatan kajian proses identifikasi otomatis ini akan dilakukan melalui analisis citra yang diambil melalui tahap penyayatan dan pemindaian yang kemudian diekstrak melalui beberapa tahap untuk mendapatkan ciri khusus dari tiap citra. Dengan menggunakan Jaringan Saraf Tiruan (JST) data hasil ekstraksi kemudian akan dijadikan data input dalam pembuatan data sembilan komponen citra yaitu warna merah (R), warna hijau (G), dan warna biru (B), serta enam citra grayscale, yaitu standar deviasi, energi, kontras, homogenitas, entropy, dan derajat keabuan, dan kemudian menyatukannya dalam sebuah sistem identifikasi menggunakan jaringan syaraf tiruan (JST). Dengan metoda ini, suatu jenis kayu dapat diidentifikasi secara otomatis, mudah, cepat dan akurat, dengan menggunakan bantuan alat sederhana berupa loupe dan komputer ((Jain dan Ramesh, 1995) dan (Haralic, 1973). Dalam pemanfaatan kayu dan bahan berlignoselulosa sebagai bahan konstruksi, sifat fisis dan mekanis (kekuatan dan kekakuan) serta sifat keawetan perlu diperhatikan. Banyak sifat yang berhubungan dengan fisis kayu, diantaranya kerapatan atau berat jenis (BJ), kadar air, kembang dan susut atau stabilisasi dimensi. Tiga sifat yang disebutkan pertama merupakan sifat fisis yang penting karena banyak berhubungan dengan pengerjaan atau pertukangan kayu (Sadiyo et al. 2003). Dari persyaratan kegunaan kayu pertukangan terlihat faktor BJ kayu memegang peranan penting. Kekuatan kayu meningkat dengan betambahnya BJ dan BJ berpengaruh terhadap sifat kembang susut, meskipun hubungannya tidak linear seperti hubungannya dengan kekuatan (Karnasudirdja & Kadir, 1989). Hampir semua penggunaan kayu memerlukan persyaratan kekuatan (Dumanau, 1982). Namun demikan, nilai suatu jenis kayu untuk keperluan bangunan juga ditentukan oleh sifat keawetannya karena meskipun kuat penggunaannya tidak akan banyak berarti jika umur pakainya pendek (Martawijaya,1996).
Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu
639
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan ialah keberadaan terhadap organisme perusak keawetan, karena sesuatu jenis kayu yang tahan terhadap jamur misalnya belum tentu tahan terhadap rayap atau serangga, demikian juga sebaliknya. Selain karena jenis mahluk perusaknya yang berlainan, hal ini mungkin pula disebabkan oleh faktor lingkungan yang berbeda seperti temperatur dan kelembaban udara. Faktor tersebut dapat mempengaruhi kehidupan organisme perusak kayu. Di sisi lain, penyebab kurang maksimalnya kemampuan produksi kayu adalah terkendala oleh kemampuan untuk mengumpulkan kayu pada lahanlahan miring berjarak pendek antara 20-50 m, padahal jalan atau sarana untuk mengeluarkan kayu berada di atas bukit atau lereng bukit tersebut. Akibat ketidak mampuan itu, pohon yang telah ditumbang dibiarkan bergeletakan di lembah, atau tidak ditebang sama sekali. Dalam penelitian ini akan dicoba dibuat suatu rekayasa alat bantu ekstraksi kayu untuk operasi kabel layang dengan cara pengangkutan kayu mendatar (horizontal) sehingga kayu yang cukup panjang sekalipun tidak akan menyentuh tanah. Ini sangat penting untuk mencegah kerusakan lahan akibat penggusuran kayu. Dengan rekayasa ini diharapkan pengeluaran kayu menjadi lebih mudah, aman, dan cepat serta lebih manusiawi dan kayu menjadi lebih tinggi nilainya. Dari uraian di atas maka diharapkan adanya pemacuan dan pengembangan kreativitas perekayasaan alat dan substitusi bahan, sehingga ketergantungan akan keduanya dapat terus dikurangi. Selain itu, kesempatan kerja dan tumbuhnya ekonomi berantai yang positif juga dapat terus berkembang, sehingga upaya mencapai kesejahteraan dan kemakmuran bersama dapat lebih dipercepat.
III. RUMUSAN MASALAH Urgensi dan relevansi rumusan masalah ini ialah dilandasi oleh semangat yang mengedepankan misi bahwa selayaknya terobosan penelitian mengenai rekayasa alat dan substitusi bahan pembantu tidak ditunda-tunda, mengingat beberapa pertimbangan yang cukup mendasar, antara lain alat dan bahan pembantu industri pengolahan produk kayu selama ini masih banyak diimpor, termasuk dengan persediaan suku cadang (spareparts). Pada RPI periode 2010-2014 ini akan dilakukan kegiatan penelitian perekayasaan dan substitusi bahan pembantu yang secara keseluruhan mencakup bidang perkayuan dan non kayu. Bidang tersebut selain hasilnya
640
RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
dapat mendukung efisiensi penggunaan dan pemanfaatan kayu, juga akan mampu menghasilkan peningkatan lapangan kerja, percepatan pengeluaran kayu, pengenalan kayu baik untuk tujuan komersil maupun pembuktian di pengadilan secara cepat dan akurat, dan meningkatkan kualitas kayu yang berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengelolaan hutan yang lestari.
IV. HIPOTESIS Kreativitas dan terobosan teknologi perekayasaan alat di sektor kehutanan dan substitusi bahan pembantu industri perkayuan dalam lima tahun ke depan diharapkan telah dapat mengantisipasi kesulitan akan bahan baku kayu maupun non kayu, memperluas kesempatan kerja, perbaikan lingkungan dan sumber daya hutan serta mampu meningkatkan nilai tambah produk. Kelambatan tersedianya berbagai peralatan dan bahan substitusi akan mengakibatkan kesulitan dalam meredam gejolak pemanfaatan tebangan liar yang semakin merajalela akibat kebutuhan kayu yang terus semakin banyak jumlahnya. Hasil perekayasaan alat dan bahan substitusi yang akan dan telah diperoleh juga dapat diaplikasikan di masyarakat dengan biaya pembuatan alat yang relatif murah, kuat dan mudah dalam pemeliharannya.
V. TUJUAN DAN SASARAN Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari terobosan perekayasaan alat dan teknologi substitusi bahan pembantu industri perkayuan dalam upaya meningkatkan efisiensi biaya, bahan baku peningkatan nilai tambah langsung maupun tidak langsung serta produktivitas kerja yang tinggi dalam memanfaatkan bahan baku kayu dan non kayu secara berkesinambungan, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan manfaat hutan. Sasaran yang ingin dicapai yaitu mendapatkan teknologi dan metode yang praktis, tepat guna dan aman dalam meningkatkan pemanfaatan hasil hutan dan turunannya secara berkelanjutan, sesuai UU Kehutanan No 41, baik pada saat pelaksanaan pemanfaatan (penebangan/pemanenan) maupun pasca pemanenan, sehingga menghasilkan manfaat yang tinggi bagi kesejahteraan masyarakat. Di samping itu juga diperoleh temuantemuan baru yang menghasilkan teknologi yang bersifat paten, selain sebagai karya yang produktif juga bernilai ekonomis yang dapat menekan ketergantungan pada produk luar negeri.
Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu
641
VI. LUARAN Luaran dari kegiatan penelitian ini ialah untuk mencari terobosan teknologi dan prototipe perekayasaan alat dalam upaya meningkatkan efisiensi biaya, bahan baku serta produktivitas kerja yang tinggi dalam memanfaatkan sumber-sumber bahan baku kayu maupun non kayu dan jasa wisata alam secara berkesinambungan, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan manfaat hutan.
VII. RUANG LINGKUP 1. Komoditas a. kayu berdiameter kecil termasuk limbah cabang b. buah nyamplung c. madu lebah d. Anatomi kayu, bahan kimia kayu dan non kayu e. berbagai jenis pohon 2. Area/geografis : Propinsi Jawa Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat. 3. Tipe/Fungsi hutan : Hutan alam, hutan tanaman dan hutan rakyat 4. Sifat kegiatan Langsung mengangani kegiatan yang diajukan oleh Institusi Pusat Litbang Hasil Hutan atau berupa penugasan bekerjasama dengan Balai yang ada di daerah. 5. Aspek Kegiatan penelitian rekayasa alat dan substitusi bahan pembantu ini mencakup bidang kerja/aspek Kegiatan Internal Pusat Litbang Hasil Hutan sebagai berikut : 23.1.1.3 Rekayasa alat bantu pengeluaran kayu pada operasi pemanenan sistem kabel layang 23.2.1.3 Rekayasa alat kupas dan meja gergaji mobile untuk meningkatkan pemanfaaan kayu berdiameter kecil (Lanjutan) 23.2.2.3 Rekayasa alat penghasil biodisel 23.2.3.3 Rekayasa alat deteksi cacat pohon 23.2.4.3 Penyempurnaan alat steaming pengeringan kayu (Lanjutan) 23.2.5.3 Rekayasa alat spindless rotary lathe 23.2.6.3 Rekayasa alat ekstraktor resorsinol 23.2.7.3 Rancangan sistem identifikasi kayu secara otomatis 23.2.8.3 Rekayasa alat deteksi mutu gaharu
642
RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
23.2.9.3 Rekayasa alat dehumidifier untuk penurunan kadar air madu 23.3.1.3 Rekayasa formulasi bahan pengawet dan stabilitas dimensi kayu dan bambu
VIII. METODOLOGI A. Luaran dan kegiatan Table 1. Luaran dan kegiatan Luaran Penelitian
Rencana Kegiatan
Unit Penelitian
Luaran 1. Spesifikasi teknis dan prototipe alat pemanenan hasil hutan
23.1.1.3. Rekayasa alat bantu pemanenan kayu dan non kayu : Alat bantu ekstraksi di daerah curam
P3HH
Luaran 2.
A. Puslitbang Hasil Hutan
P3HH
Rekayasa alat pengolahan hasil hutan kayu dan non kayu
23.2.1.3. Rekayasa alat kupas dan meja gergaji mobile untuk meningkatkan pemanfaaan kayu berdiameter kecil (Lanjutan)
P3HH
23.2.2.3. Rekayasa alat penghasil biodisel
P3HH
23.2.3.3. Rekayasa alat deteksi cacat pohon
P3HH
23.2.4.3. Penyempurnaan alat steaming pengeringan kayu (Lanjutan)
P3HH
23.2.5.3. Rekayasa alat spindless rotary lathe
P3HH
23.2.6.3. Rekayasa alat ekstraktor resorsinol
P3HH
23.2.7.3. Rancangan sistem identifikasi kayu secara otomatis
P3HH
23.2.8.3. Rekayasa deteksi mutu gaharu
P3HH
B. Penugasan dari Institusi (P3HKA, BPTH, Kuok, Mataram) 23.2.9.1. Rekayasa alat dehumidifier untuk penurunan kadar air madu 23.2.9.8. 23.2.9.13. 23.2.10.10. Rekayasa alat pengunduh benih
P3HKA, BPHPS Kuok , BPK Mataram, BPTP Bogor
Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu
643
Luaran Penelitian Luaran 3. Bahan substitusi pengolahan kayu dan bambu
Rencana Kegiatan 23.3.1.3. Formulasi bahan pengawet dan stabilitas dimensi kayu dan bambu
Unit Penelitian P3HH
B. Pendekatan Pelaksanaan/Metode Untuk Pencapaian Luaran Pendekatan dilakukan sesuai dengan masing-masing luaran dengan metode secara ringkas dijelaskan pada Tabel 2. Table 2. Kegiatan dan metode pendekatan untuk pencapaian luaran Kode
Kegiatan
Metode Untuk Pencapaian Luaran
23 Luaran 1 23.1.1.3
Rekayasa alat bantu ekstraksi di daerah curam
Melakukan studi berat kayu pada berbagai ukuran panjang dan diameter, kebutuhan standar ukuran kabel, desain alat bantu ekstraksi yang relatif kecil, efektif dan efisien, desain teknis proses pengeluaran kayu ke arah atas lereng dengan cara gantung horizontal, mengadakan bahan dan peralatan (mesin kecil) yang dibutuhkan , melakukan pembuatan rekayasa alat dan uji coba
23.2.1.3
Rekayasa alat kupas dan meja gergaji mobile untuk meningkatkan pemanfaaan kayu berdiameter kecil (Lanjutan
Melakukan studi standar pada alat kupas dan penggergajian yang telah ada; pengukuran dan penempatan ulang pisau kupas ; penetapan pilihan blade dengan mata gergaji yang lebih minimal serta perbaikan alas dan dudukan pembatas kayu yang akan dibelah; mencoba ulang pengupasan secara otomatis dan manual pada berbagai kayu; mencoba ulang penggergajian bilah pada berbagai jenis kayu.
23.2.2.3
Rekayasa alat penghasil biodiesel
Melakukan studi jenis pemanfaatan, ukuran kebutuhan standar buah, alat ringan, kecil, efektif dan efisien, desain teknis proses pengujian yang dibutuhkan , melakukan pembuatan rekayasa alat dan uji coba
23.2.3.3
Rekayasa alat Melakukan studi bentuk cacat pohon, karakteristik deteksi cacat pohon sifat kayu, pembuatan alat deteksi, uji coba
Luaran 2
644
RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
Kode
Kegiatan
Metode Untuk Pencapaian Luaran
23.2.4.3
Penyempurnaan alat steaming pengeringan kayu (Lanjutan)
Melakukan studi jenis kayu, kebutuhan standar ukuran alat kecil, efektif dan efisien, desain teknis proses pengujian yang dibutuhkan , melakukan pembuatan rekayasa alat dan uji coba
23.2.5.3
Rekayasa alat spindless rotary lathe
Melakukan studi jenis kayu, mesin spindles, kebutuhan standar ukuran alat kecil, efektif dan efisien, desain teknis proses pengujian yang dibutuhkan , melakukan pembuatan rekayasa alat dan uji coba
23.2.6.3
Rekayasa alat ekstraktor resorsinol
Melakukan studi jenis kayu, kebutuhan standar ukuran alat kecil, efektif dan efisien, desain teknis proses pengujian yang dibutuhkan , melakukan pembuatan rekayasa alat dan uji coba
23.2.7.3
Rancangan sistem identifikasi kayu secara otomatis
Melakukan studi jenis kayu, kebutuhan standar ukuran alat kecil, efektif dan efisien, desain teknis proses pengujian yang dibutuhkan , melakukan pembuatan rekayasa alat dan uji coba
23.2.8.3
Rekayasa deteksi mutu gaharu
Melakukan studi klasifikasi mutu gaharu, peralatan deteksi, membuat alat dan uji coba
23.2.9.1 23.2.9.8 23.2.9.13
Rekayasa alat dehumidifier untuk penurunan kadar air madu
Melakukan studi jenis kayu, kebutuhan standar ukuran alat kecil, efektif dan efisien, desain teknis proses pengujian yang dibutuhkan, melakukan pembuatan rekayasa alat dan uji coba
23.2.10.10
Rekayasa alat pengunduh benih
Melakukan studi jenis kayu, ukuran kebutuhan standar buah, alat ringan, kecil, efektif dan efisien, desain teknis proses pengujian yang dibutuhkan , melakukan pembuatan rekayasa alat dan uji coba
Formulasi bahan pengawet dan stabilitas dimensi kayu dan dan bambu
Melakukan studi ukuran kebutuhan standar proses, desain formula teknis proses pengujian yang dibutuhkan, melakukan pembuatan rekayasa alat dan uji coba
Penugasan
Luaran 3. 23.3.1.3
IX. RENCANA TATA WAKTU Rencana tata waktu direncanakan berjalan hingga 5 tahun ke depan dengan catatan bahwa setiap kegiatan akan diprogramkan 3 tahun pertama sebagai awal kegiatan sedang dua tahun berikutnya akan dilihat kemudian, apakah 3 tahun sudah dinilai cukup atau masih perlu dilakukan. Dengan
Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu
645
demikian 2 tahun berikutnya dapat dipakai untuk membuat kegiatan baru yang diperlukan atau masih melanjutkan sesuai kebutuhan. Table 3. Rencana Tata Waktu Luaran/Kegiatan Luaran 1. Spesifikasi teknis dan prototipe alat pemanenan hasil hutan Kegiatan : 23.1.1.3 Rekayasa alat bantu pemanenan kayu dan non kayu. Rekayasa alat bantu ekstraksi di daerah curam Luaran 2. Rekayasa alat pengolahan hasil hutan kayu dan non kayu Kegiatan : A. Internal P3HH 23.2.1.3 Rekayasa alat kupas dan meja gergaji mobile untuk meningkatkan pemanfaaan kayu berdiameter kecil 23.2.2.3 Rekayasa alat penghasil biodiesel 23.2.3.3 Rekayasa alat deteksi cacat pohon 23.2.4.3 Penyempurnaan alat steaming pengeringan kayu 23.2.5.3 Rekayasa alat spindless rotary lathe 23.2.6.3 Rekayasa alat ekstraktor resorsinol 23.2.7.3. Rancangan sistem identifikasi kayu secara otomatis 23.2.8.3. Rekayasa deteksi mutu gaharu B. Penugasan 23.2.9.1. Rekayasa alat dehumidifier untuk penurunan kadar air madu 23.2.9.8 23.2.9.13 23.2.10.10 Rekayasa alat pengunduh benih Luaran 3. Bahan substitusi pengolahan kayu dan bambu Kegiatan :
646
RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
Tahun 2010
2011
2012
2013
2014
Tahun
Luaran/Kegiatan
2010
2011
2012
2013
2014
23.12.3 Formulasi bahan pengawet dan stabilitas dimensi kayu pertukangan
X. RENCANA LOKASI Table 4. Rencana lokasi Luaran penelitian Luaran 1. Spesifikasi teknis dan prototipe alat pemanenan hasil hutan Luaran 2 Rekayasa alat pengolahan hasil hutan kayu dan non kayu
Kegiatan 23.1.1.3 Rekayasa alat bantu pemanenan kayu dan non kayu (Rekayasa alat bantu ekstraksi di daerah curam )
Jawa Barat
A. Internal P3HH 23.2.1.3 Rekayasa alat kupas dan meja gergaji mobile untuk meningkatkan pemanfaaan kayu berdiameter kecil
Jawa Barat
23.2.2.3 Rekayasa alat penghasil biodiesel
Jawa Barat
23.2.3.3 Rekayasa alat deteksi cacat pohon
Jawa Barat
23.2.4.3 Penyempurnaan alat steaming pengeringan kayu
Jawa Barat
23.2.5.3 Rekayasa alat spindless rotary lathe
Jawa Barat
23.2.6.3 Rekayasa alat ekstraktor resorsinol
Jawa Barat
23.2.7.3. Rancangan sistem identifikasi kayu secara otomatis
Jawa Barat
23.2.8.3 Rekayasa deteksi mutu gaharu
Jawa Barat
B. Penugasan 23.2.9.1 Rekayasa alat dehumidifier untuk penurunan kadar air madu 23.2.9.8 23.2.9.13 23.2.10.10 Rekayasa alat pengunduh benih Luaran 3. Bahan substitusi pengolahan kayu dan bambu
Lokasi
23.3.1.3 Formulasi bahan pengawet dan stabilitas dimensi kayu dan bambu
Mataram
Jawa Barat Jawa Barat
Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu
647
XI. RENCANA ANGGARAN Table 5. Rencana anggaran Luaran/Kegiatan
Tahun 2010
2011
2012
85
85
85
23.2.1.3 Rekayasa alat kupas dan meja gergaji mobile untuk meningkatkan pemanfaaan kayu berdiameter kecil
100
110
120
23.2.2.3 Rekayasa alat penghasil biodiesel
85
100
100
2013
2014
Luaran 1. Spesifikasi teknis dan prototipe alat pemanenan hasil hutan Kegiatan : 23.1.1.3 Rekayasa alat bantu pemanenan kayu dan non kayu. (Rekayasa alat bantu ekstraksi di daerah curam) Luaran 2. Rekayasa alat pengolahan hasil hutan kayu dan non kayu Kegiatan : A. Internal P3HH
23.2.3.3 Rekayasa alat deteksi cacat pohon 23.2.4.3 Penyempurnaan alat steaming pengeringan kayu
125
60
65
95
23.2.5.3 Rekayasa alat spindless rotary lathe
120
135
145
23.2.6.3 Rekayasa alat ekstraktor resorsinol
110
115
120
120
120
23.2.7.3. Rancangan sistem identifikasi kayu secara otomatis
70
120
23.2.8.3 Rekayasa deteksi mutu gaharu
80
90
100
B. Penugasan
70
75
80
50
55
60
23.2.9.1. Rekayasa alat dehumidifier untuk penurunan kadar air madu 23.2.9.8 23.2.9.13 23.2.10.10 Rekayasa alat pengunduh benih Luaran 3. Bahan substitusi pengolahan kayu dan bambu Kegiatan :
648
RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
Tahun
Luaran/Kegiatan 23.3.1.3 Formulasi bahan pengawet dan stabilitas dimensi kayu pertukangan dan bambu
2010
2011
2012
124
120
120
2013
2014
XII. ORGANISASI Susunan organisasi terdiri dari: Penanggung Jawab
: Kepala Pusat Litbang Hasil Hutan
Koordinator merangkap pelaksana
: Wesman Endom, M.Sc,
Pelaksana kegiatan
: Dr.Gustan Pari, M.S, Ir. Isa Iskandar MM Jamaludin Malik S Hut, MT. Dr. Adi Santoso, MSi. Dra. Sri Rulliaty, MSc. Barly BSc, SH, MPd. Djeni Hendra,MSi. Ratih D. S Hut, Ir.Efrida Basri
Table 6. Organisasi pelaksana penelitian
Pelaksana Kegiatan
Unit penelitian (Unit kerja)
23.1.1.3 Rekayasa alat bantu ekstraksi di daerah curam
Wesman Endom, M.Sc.
P3HH
A. Internal P3HH
Ir. MI.Iskandar, MM dan Tim Keteknikan Hutan
P3HH
23.2.2.3 Rekayasa alat penghasil biodiesel
Djenis Hendra, MS
P3HH
23.2.3.3 Rekayasa alat deteksi cacat pohon
Wesman Endom, MSc.
P3HH
23.2.4.3 Penyempurnaan alat steaming pengeringan kayu
Ir. Efrida Basri
P3HH
23.2.5.3 Rekayasa alat spindless rotary lathe
Ir. M .I.Iskandar serta Tim Keteknikan Hutan
P3HH
Kegiatan penelitian
23.2.1.3 Rekayasa alat kupas dan meja gergaji mobile untuk meningkatkan pemanfaaan kayu berdiameter kecil
Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu
649
Kegiatan penelitian
Pelaksana Kegiatan
Unit penelitian (Unit kerja)
23.2.6.3 Rekayasa alat ekstraktor resorsinol
Jamaludin Malik, S Hut MT, Dr.Adi Santoso, MSi
P3HH
23.2.7.3 Rancangan sistem identifikasi kayu secara otomatis
Dra. Sri Rulliaty, MSc.,Ratih D.,S Hut.
P3HH
23.2.8.3 Rekayasa deteksi mutu gaharu
Wesman Endom,MSc
P3HH
23.3.1.3 Formulasi bahan pengawet dan stabilitas dimensi kayu dan bambu
Barly BSc, SH,MPd.
P3HH
B. Penugasan 23.2.9.1 Rekayasa alat dehumidifier untuk penurunan kadar air madu
Pm
P3HKA/ Mataram
Pm
BPTP
23.2.9.8 23.2.9.13 23.2.10.10 Rekayasa alat pengunduh benih
XIII. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, S.A, A. Tochidi dan S.Effendi. 1980. Ilmu Kimia Organik. Penerbit Angkasa Bandung. Anonim 2009. Surat Undangan silaturahmi & Berbuka Puasa Bersama “101” Inovasi Indonesia. Tidak duterbitkan. Anonim. 2009. Draft Laporan mengikuti rapat di Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat tanggal 31 Maret 2008 di Ciater Subang . Tidak diterbitkan Basri, E. And K.Yuniarti. 2005. The combination of solar energy and heating stoves system for drying wood. Proceed of the 6 th International Wood Science Sysmposium, August 29-31, 2005. LIPI-JSPS Core University Program in the Field of wood Science.pp 151-155. Dumanau, J.F. 1982. Mengenal kayu. PT Gramedia, Jakarta. Endom, Wesman dan Y. Sugilar. 2009. Penggunaan tehnik Two in one dalam ekstraksi kayu sistem Kabel Layang. Naskah. Jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor. Haralick, RM., K. Shanmugam and I. Dinstein. 1973. Textural Features for Image Classification. IEEE Transaction On System, Man and Cybernetics. 3 (6): p. 610-621.
650
RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
I. Gusti M. Tantra. 2001. Flora Indonesia: Keragaman dan berbagai aspeknya. Materi kuliah Ilmu Lingkungan II. Unversitas Pakuan. Bogor. Jain, Ramesh. 1995. Machine Vision. McGraw-ill. Karnasudirdja, S. dan Kosasi Kadir, 1989. Suatu Kajian Mengenai Jenis Kayu HTI untuk Pertukangan. Prosiding Diskusi Sifat dan Kegunaan Kayu HTI, 23 Maret di Jakarta: p.117-118. Badan Litbang Kehutanan, Jakarta. Kartasujana, I. dan A. Martawijaya.1979. Kayu Perdagangan Indonesia. Sifat dan kegunaannya. Penerbitan ulang gabungan Pengumuman No.3 Tahun 1973 dan No. 56 Tahun 1975. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor. Martawijaya, A. 1989. Keawetan kayu yang berasal dari hutanan alam dan hutan tanaman. Prosiding Diskusi Sifat dan kegunaan Kayu HTI, 23 Maret 1989 di Jakarta : 281. Martawiajay, A. 1994. Formulasi dan efikasi bahan pengawet CCA type 2. Makalah Diskusi Hasil Penelitian, Cipayung 24-25 Maret 1994. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan. Martawijaya, A. 1996. Keawetan kayu dan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Petunjuk Teknis. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan. Sadiyo, S., Suryono Suryokusumo dan Naresworo Nogroho, 2003. Kayu Sebagai Bahan Bangunan: Sifat fisik, kekuatan dan keawetannya. Makalah pada pertemuan Pelatihan Pertukangan, LPPM-UIKA, tanggal 12 Juli di Bogor. 8 pp. Santoso, Tanadi 2009 . Kreativitas adalah proses timbulnya ide yang baru, sedangkan inovasi adalah pengimplementasian ide itu sehingga dapat merubah dunia. Diambil dari internet pada tanggal 8 September 2009. www.tanadisantoso.com/v50 /BookReview/index.php?..
Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu
651
XIV. KERANGKA KERJA LOGIS Table 7. Indikator dan verifikasi dari masing-masing aktivitas No
Narasi
Indikator capaian Output
Outcome
Cara verifikasi
Asumsi
Goal/Tujuan Umum: Menghasilkan informasi dan prototipe berbagai alat untuk mendukung program pembangunan kehutanan, meningkatkan nilai tambah hasil hutan dan HBK, mengurangi bahan kebutuhan impor industri pengolahan kayu, dan tanggap sosial dalam antisipasi bencana alam serta pemasyarakatan hasilhasil penelitian.
12 buah 5 prototipe Laporan Hasil laporan ilmiah alat yang siap Penelitian yang memuat pakai (LHP) informasi hasil pengujian prototipe alat
Sumberdaya penelitian cukup dan tepat waktu dan support industri kuat
Tujuan khusus 1: meningkatan nilai tambah hasil hutan
652
Basis teknis dan ekonomis yang aplikatif dan ramah lingkungan
1 unit prototipe alat kupas dan penggergajian mobile, 1 unit pengeringn, 1 unit penghasil biodisel, 1 unit alat ekstraksi resorsinol, 1 unit spindless rotary lathe dan 1 alat deteksi mutu gaharu
RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
Data kajian, rekomendasi rekayasa industri peralatan rakyat
Sumberdaya penelitian cukup, dukungan dan partisipasi berbagai stake holders kuat
No
Narasi
Indikator capaian Output
Outcome
Cara verifikasi
Asumsi
Data kajian, rekomendasi rekayasa prototipe industri rumah tangga
Sumberdaya penelitian cukup, dukungan dan partisipasi berbagai stake holders kuat
Tujuan khusus 2: Peningkatan nilai tambah kayu dan bambu serta efisiensi identifikasi kayu dan mutu bibit
Basis teknis dan ekonomis cepat dan aplikatif untuk umum
1 formula bahan pengwet, 1 unit sistem identifikasi kayu dan 1 unit alat pengunduh buah
Luaran 1 Spesifikasi teknis dan prototipe alat kehutanan
1 buah laporan 1 paket ilmiah rekayasa rekayasa siap alat pakai oleh industri skala UKM
LHP Sumberdaya prototipe alat penelitian, cukup bahan tersedia
10 buah 3 paket laporan ilmiah pengolahan rekayasa alat kayu siap pakai oleh industri skala UKM dan teknologi hasil hutan
LHP prototipe alat dan teknologi proses
Aktivitas 23.1.1.3 Rekayasa alat bantu pemanenan kayu dan non kayu. (Rekayasa alat bantu pengumpul kayu dalam operasi pemanenan hutan sistem kabel layang ) Luaran 2 Rekayasa alat pengolahan hasil hutan kayu dan non kayu
Sumberdaya penelitian, cukup bahan tersedia
Aktivitas 23.2.1.3 Rekayasa alat kupas dan meja gergaji mobile untuk meningkatkan pemanfaaan kayu berdiameter kecil Aktivitas 23.2.2.3 Rekayasa alat penghasil biodiesel
Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu
653
No
Narasi
Indikator capaian Output
Outcome
Cara verifikasi
Asumsi
Aktivitas 23.2.3.3 Rekayasa alat deteksi cacat pohon Aktivitas 23.2.4.3 Penyempurnaan alat steaming pengeringan kayu Aktivitas 23.2.5.3 Rekayasa alat spindless rotary lathe Aktivitas 23.2.6.3 Rekayasa alat ekstraktor resorsinol Aktivitas 23.2.7.3
Sumberdaya penelitian, cukup bahan tersedia
Rancangan sistem identifikasi kayu secara otomatis Aktivitas 23.2.8.3 Rekayasa deteksi mutu gaharu Penugasan Aktivitas 23.2.9.1 23.2.9.8 23.2.9.13 Rekayasa alat dehumidifier untuk penurunan kadar air madu Aktivitas 23.2.10.10 Rekayasa alat pengunduh benih Luaran 3.
1 buah laporan ilmiah rekayasa Bahan substitusi pengolahan kayu dan alat bambu
654
1 paket LHP pengolahan prototipe alat kayu siap pakai oleh industri skala UKM dan teknologi hasil hutan
RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014
Sumberdaya penelitian, cukup bahan tersedia
No
Narasi
Indikator capaian Output
Outcome
Cara verifikasi
Asumsi
Aktivitas 23.3.1.3 Formulasi bahan pengawet dan stabilitas dimensi kayu pertukangan dan bambu
Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu
655