Klarifikasi Jus dengan Teknologi Membran Iyan Wanadi Kurniawan Teknik Kimia, ITB, Jalan Ganesa No. 10, Bandung, Indonesia iyanwanadi@students.itb.ac.id
Abstrak Makalah ini berkaitan dengan teknologi membran dalam pengolahan jus buah. Jus merupakan salah satu bentuk olahan dari buah dan sayuran. Selain untuk menambah masa simpan dari buah, jus buah memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari buah. Terdapat beberapa masalah dalam pengolahan jus buah.masalah dengan jus yang keruh dan fluks yang kecil. Untuk meningkatkan produksi jus digunakan perlakuan enzimatik untuk memecah atau mendekomposisi pektin. Untuk jus yang keruh digunakan membran untuk mengklarifikasi jus agar diperoleh permeat yang lebih bening. Lalu, digunakan membran lagi dalam proses pemekatan jus buah agar kadar jus buah dapat meningkat. Jenis membran yang digunakan pada pengolahan jus ialah mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, nanofiltrasi dan reverse osmosis. Jenis membran yang digunakan bergantung pada jus buah yang akan diklarifikasi maupun dipekatkan. Pada umumnya mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi digunakan untuk klarifikasi dan membran nanofiltrasi dan reverse osmosis digunakan untuk proses pemekatan. Namun, dalam penggunaan membran dalam pengolahan jus buah menimbulkan masalah fouling. Fouling disebabkan adanya materi dari buah yang dapat mengganggu proses filtrasi atau menurunkan kerja dari membran. Fouling dapat menurunkan fluks dari permeat.karena adanya fouling membran secara berkala harus dibersihkan. Untuk membersihkan membran dapat digunakan senyawa kimia, proses mekanik, dan hidrodinamik. Untuk mencegah terjadinya fouling dapat digunakan aliran crossflow atau merubah sifat dari permukaan membran. Kata kunci : jus buah, membran, filtrasi, fouling,pembersihan, klarifikasi
1.
Pendahuluan Buah dan sayuran merupakan sumber nutrisi seperti vitamin, mineral dan serat yang bagus bagi manusia. Di sisi lain, buah dan sayuran juga memiliki produktivitas yang tinggi [1]. Pada makalah ini akan dibahas tentang pengolahan jus dengan bantuan dari teknologi membran. Lalu, akan dibahas pula masalah fouling dan pencegahannya. Pengolahan buah menjadi jus buah dilatarbelakangi oleh masa simpan dari buah yang pendek setelah buah dipanen. Masa simpan buah rendah diakibatkan kandungan air pada buah yang mencapai 75-90%. Pada produksi jus buah pada umumnya, setelah pemetikan, buah mengalami pemisahan dari batang. Lalu buah dikupas dari kulitnya. pengkupasan buah biasanya dilakukan secara mekanik. Lalu buah diperas atau digerus sehingga menggeluarkan sari buah [2] ada juga pemrosesan awal buah dengan cara digiling dan ditekan sehingga sari buah dan daging buah membentuk selari [3]. Jus buah dikategorikan menjadi tanpa daging buah (terklarifikasi) dan dengan daging buah (puree, pulp) [3].
3.
Browning Peristiwa pencoklatan pada buah atau browning menjadi salah satu faktor yang menyebabkan turunnya kualitas pada pengolahan buah. Peristiwa browning ini dapat disebabkan oleh peristiwa enzymatic browning maupun non-enzymatic browning [4]. Browning secara ekonomi merupakan gangguan yang dapat mendegradasi sifat sensori dan menurunkan minat dari konsumen untuk membeli buah [1]. Peristiwa enzyymatic browning (EB) sangat sulit dihambat karena adanya kontak dengan oksigen selama pemrosesan buah [4]. EB terjadi akibat interaksi antara oksigen, senyawa fenolik, dan polifenol oksidase (PPO). [6] EB tidak hanya merusak tampilan dari jus maupun buah tetapi juga merusak rasa dari jus, aroma, tekstur, dan nutrisi pada jus dan buah. EB dapat dicegah dengan pengunaan anti-enzymatic browning. Salah satu contoh dari penggunaan anti-enzimatic browning adalah larutan kalsium askorbat yang digunakan pada pengolahan buah apel [4]. Asam sitrat dengan konsentrasi 0,5-2% juga sering digunakan untuk mencegah browning pada buah [1]. Peristiwa non-enzymatic browning (NEB) terjadi akibat pengunaan termperatur operasi yang tinggi atau efek dari pemanasan pada jus dan buah. NEB dapat terjadi karena reaksi antara nitrogen pada asam amino dengan gula pereduksi sesuai dengan reaksi Maillard.Reaksi Maillard dapat menguntungkan karena meningkatkan cita rasa dari buah seperti aroma, warna dan rasa. Namun reaksi ini dapat merugikan karena dapat menurunkan nutrisi dalam buah [4].
2.
Proses enzimatik Pada proses selanjutnya, jus buah akan diklarifikasi atau dibersihkan dari daging buah dengan cara disaring. Sebelum penyaringan atau proses ekstraksi buah diberikan perlakuan enzimatik.[4,5] Perlakuan enzimatik ini ditujukan untuk memecah molekul-molekul polisakarida pada buah. Pada umumnya, enzim yang digunakan adalah enzim pektinase dan selulase.[1] Perlakuan enzimatik juga dapat meningkatkan hasil jus yang diperoleh dari buah.[1] Secara umum enzim-enzim yang digunakan dapat bekerja secara optimum pada pH 3-5 [2, 4]. 1
Buah
Tabel 1 enzim dalam pengolahan buah [4] Pencucian
Enzim Poligalacturonase
Pektin lisase
Pektin metilestarase
Xilanase
Arabonase Ferulic acid eterase
Selulase Amilase
Keterangan Bertanggung jaawab pada hidorlisis ikatan α-1,4glucosidic antara residu asam galacturonic secara acak. Depolimerisasi pektin teresterifikasi rendah Memotong pektin, menggunakan reaksi eliminasi dan menghasilkan oligosakarida tanpa ikatan asam α-1,4-glucosidic residu, tanpa menggunakan pektin metilestararase Melepaskan metanol dari pektil metil ester, reaksi dibutuhkan agar poligalaktruronase dapat bekerja Campuran dari enzim hidrolitik yang mencakup xylan endo-1,3-xylosidase dan xylan 1,4-β-xylosidase, Mendegradasi hemiselulosa Menghidrolisis arabinans Memotong ikatan asam ferulik dan ikatan fenol lainnya diantara bukaan rantai xylan Mendegradasi selulosa Mendegradasi pati
Pengupasan, Pembersihan dari batang
Blanching
Pengecilan Ukuran (Pengerusan, Pemotongan)
Ekstraksi
Perlakuan enzimatik
Sentrifugasi
Penekanan
Jus keruh
Perlakuan enzimatik
Perlakuan Panas
Filtrasi, Klarifikasi
Jus murni
Jus murni
Sentrifugasi
Jus keruh
Pemekatan
Gambar 1 digram alir dari pembuatan jus (Diadaptasi dari [3]) 4.
Aplikasi membran Penggunaan membran pada pemrosesan jus dapat meningkatkan efisiensi dari industri. Penggunaan teknologi membran dapat mengurangi jumlah tenaga kerja dan energi yang dikonsumsi oleh industri [4,7]. teknologi membran digunakan pada proses klarifikasi jus dan proses pemekatan. Pada proses klarifikasi, membran digunakan untuk memisahkan molekulmolekul besar seperti protein dan pati dari konsentrat. Lalu, pada proses pemekatan membran digunakan 2
untuk mengurangi kadar air pada jus agar dapat diperoleh konsentrasi jus yang lebih pekat. [8] secara tradisional, proses pemekatan jus dilakukan menggunakan sistem berbasis panas. Proses ini dapat merusak cita rasa, warna, dan menimbulkan rasa buah yang dimasak. Dengan proses berbasis membran hal tersebut dapat dihindari [9]. Apalagi proses berbasis membran dapat mengurangi aroma buah yang hilang saat dilakukan pemekatan jus [10].
Sebagai contoh penggunaan membran dalam pemrosesan jus antara lain
Jus buah kiwi dengan membran ultrafiltrasi [11]
Jus nanas dengan menggunakan mikorfiltrasi dan ultrafiltrasi dengan membran tubular[12] klarifikasi jus bit gula dengan menggunakan ultrafiltrasi.[13] Klarifikasi jus apel menggunakan ultrafiltrasi [4,10.14] Jus anggur, stroberi, ceri, dan anggur hitam menggunakan membran ultrafiltrasi [5,15,16] Pemekatan dan klarifikasi jus jeruk dengan menggunakan membran reverse osmosis.[9,17] Klarifikasi jus delima menggunkana ultra filtrasi dan mikrofiltrasi [18] Pemekatan jus camu-camu menggunakan reverse osmosis. [19]
Tabel 2 klasifikasi proses membran [4] Karakteristik Membran Ketebalan
Mikro Filtrasi Simetrik-asimetrik Sub layer ≈ 10150 µm
Ukuran pori 0,1-10 µm Gaya dorong (beda <2 bar tekanan) Materi yang ditolak Patikel, bakteri
Material dari membran
Keramik, polipropilen, polisulfon,
Modul dari membran
Tubular, hollowfiber, spiralwound, plate and frame Aplikasi analisis Sterilisasi (makanan dan farmasi) Klarifikasi (minuman) Pemanenan sel (bioteknologi)
Aplikasi utama
Ultra Filtrasi Asimetrik Sub layer ≈ 150-250 µm; Top layer ≈ 1 µm 0,01-0,1 µm 1-10 bar
Nano Filtrasi Asimetrik Sub layer ≈ 150 µm; Top layer ≈ 1 µm
Reverse Osmosis Asimetrik-komposit Sub layer ≈ 150 µm; Top layer ≈ 1 µm
<0,001 µm 5-40 bar
<0,001 µm 10-100 bar
Makromolekul, protein, virus, polisakarida
Monosakarida, disakarida dan oligosakarida, HMWC Poliamida, poliamida aromatik, selulosa triasetat
HMWC,LMWC, klorida, natrium, asam amino
Poliakrilonitril, polisulfon, keramik (oksida zirconium, oksida alumunium) Tubular, hollow-fiber, Tubular, spiralspiral-wound, plate and wound, plate and frame frame
Poliamida, poliamida aromatik, selulosa triasetat
Pengolahan susu (keju, skim) Makanan (protein dan pati dari kentang) Klarifikasi (buah, sayuran dan minyak) Farmasi (enzim, antibiotik) Pengolahan air
Proses konsentrasi jus buah Proses konsentrasi gula Proses konsentrasi olahan susu Desalinasi air payau dan air laut Pembentukan air ultramurni
Proses konsentrasi jus buah Demineralisasi larutan gula dan skim Daur ulang nutrisis dalam proses fermentasi Pemisahan minyak biiji bunga matahari dari pelarut Pengloahan air limbah
Tubular, spiralwound, plate and frame
HMWC (High molecular weight compound): 100,000–1 million mol/g LMWC (Low-molecular weight compound): 1,000–100,000 mol/g, macromolecules: 1 million mol/g
3
Gambar 6 Keterangan untuk gambar 2-5 (diadaptasi dari [7])
5.
Jenis membran Jenis-jenis membran yang digunakan pada pengolahan jus pada umunya memiliki gaya dorong berupa perbedaan tekanan. Jenis membran tersebut adalah mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, nanofiltrasi, dan reverse osmosis.[20] Perbedaan dari membran tersebut adalah perbedaan tekanan yang digunakan dan molecular weight cut-off (MWCO).[4] MWCO adalah ukuran partikel yang ditolak oleh membran sebesar 90%. Untuk mementukan MWCO dari membran dapat digunakan campuran dari senyawa yang memiliki berbagai ukuran tetapi dengan perbedaan berat molekul yang kecil.[4] Reverse Osmosis (RO) mulai dikembangkan pada tahun 1965. [21] Membran yang digunakan pada RO memiliki ukuran pori kurang dari 0,001 µm. Lalu, beda tekan yang digunakan berkisar pada 10-100 bar.[4] Pada dasarnya RO hanya dapat melewatkan air. Materialmaterial lain yang ada akan ditolak oleh membran.[22] Mikro Filtrasi (MF) dikembangkan pada pertengahan tahun 1970an. [21] Beda tekan pada MF kurang dari 2 bar. Lalu, ukuran pori dai MF berkisar pada 0,1-10 µm.[4] MF hanya dapat menolak suspensi padat, bakteri, dan lemak. [22] Ultra Filtrasi (UF) dikembangkan pada awal tahun 1970an. [21] Senyawa garam, gula, asam-asam organik, dan peptida-peptida dengan ukuran kecil dapat diteruskan oleh UF. Sedangkan protein, lemak dan polisakarida akan ditolak. [22] Sistem operasi dari UF berkisar pada 1-10 bar dan ukuran pori yang digunakan berkisar pada 0,01-0,1 µm.[4] Nano Filtrasi (NF) mulai dikembangkan pada tahun 1989 [21]. Ukuran pori pada NF menyerupai RO melaikan beda tekanan opereasinya berkisar pada 5-40 bar [4] materi yang akan ditolak pada NF mirip juga dengan RO melainkan NF dapat melewatkan ion-ion dengan ukuran yang kecil [22]. Terdapat dua kemungkinan metode filltrasi yang digunakan yaitu filtrasi Dead-end dan Cross-flow. Metoda dead-end merupakan metoda lembih simpel jika dibandingkan dengna metoda Cross-flow [20]. Aliran umpan pada metode filtrasi dead-end tegak lurus dengan permukaan membran. Sehingga, aliran umpan menekan membran dan mengalami proses penyaringan yang menghasilkan permeat. Sedangkan, retentat akan
Gambar 2 Ilustrasi dari Mikro Filtrasi (diadaptasi dari [7])
Gambar 3 Ilustrasi dari Ultra Filtrasi (diadaptasi dari [7])
Gambar 4 Ilustrasi dari Nano Filtrasi (diadaptasi dari [7])
Gambar 5 Ilustrasi dari Reverse Osmosis (diadaptasi dari [7])
4
tertinggal dan terakumulasi pada permukaan membran dan membentuk sebuah lapisan. Lapisan ini biasa disebut dengan istilah cake atau filter cake. Ketika terjadinya peningkatan ketebalan lapisan tekanan operasi dan waktu penyaringan akan meningkat. Peristiwa ini biasa disebut dengan istilah fouling.[4] Jadi, untuk mengurangi peristiwa fouling yang mungkin terjadi digunakan aliran umpan yang paralel dengan permukaan membran dan aliran permeat. Metoda ini biasa disebut dengan metoda aliran crossflow [4,20]. Konsentrasi pada umpan berubah sebagai fungsi dari panjang modul. [20] Hal ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan proses pengolahan yang kontinu, kestabilan dari konsentrasi permeat, dan filtrasi yang otomatis.[22] Pada pengolahan jus buah lebih cenderung digunakan aliran cross-flow dibanding dengan metode dead-end. Dikarenakan pada pengolahan jus buah akan didapatkan fouling organik yang cukup banyak.[20] Juga cross-flow dipilih karena dapat menurunkan terjadinya fouling [4].
Resistansi total adalah jumlah dari resistansi yang terjadi pada proses. Rt = Rm + Rp + Rg + Rcp
(2)
Rm adalah resistansi dari membran itu sendiri. Rm akan selalu ada dalam proses filtrasi. Rp adalah resistansi yang diakibatkan oleh penutupan pori pada membran. Rg merupakan resistansi yang diakibatkan terbentuknya lapisan gel pada permukaan membran. Rcp adalah resistansi akbiat adanya polarisasi konsentrasi. Sedangkan Rt adalah resistansi total yang terbentuk dari penjumlahan resistansi yang terjadi [23].
Rm : membran Rg : lapisan gel Rcp : polarisasi konsentrasi Gambar 10 Berbagai jenis resistansi terhadap massa yang melewati membran. Rp: bloking pori, Ra: adsorpsi, Rm: membran, Rg: gel, Rcp: polarisasi konsentrasi. (Diadaptasi dari [24])
Gambar 7 Mekasisme cross-flow (diadaptasi dari [8])
Fluks kritikal merupakan hipotesis yang didasari pada terjadinya penurunan fluks ketika fluks mencapai nilai tertentu. Fluks kritikal didefinisikan sebagai fluks dari permeat ketika fouling terjadi. Berdasarkan definisi dari Fluks kritikal, fluks kritikal dipengaruhi oleh hidrodinamika dan posisi membran. [4] Aplikasi membran pada kenyataan memiliki dua masalah umum yang memnyebabkan turunnya flux aliran. Masalah-masalah tersebut ialah foulng pada membran dan polarisasi konsentrasi.[4] Polarisasi konsentrasi merupakan fenomena penurunan fluks permeat melewati membran yang disebabkan meningkatnya konsentrasi pada aliran permeat.[23] polarisasi konsentrasi lebih mudah diatasi dengan mengontrol laju alir, denyut atau medan listrik.[4] Di dalam filtrasi terkadang terbentuk lapisan pada permukaan membran. Jika lapisan ini masih berupa larutan peristiwa ini dapat disebut dengan polarisasi konsentrasi. Namun, ke tika lapisan ini tidak memiliki sifat sebuah larutan peristiwa ini disebut dengan pembentukan lapisan gel. Lapisan gel ini sangat sulit dibersihkan dan dapat muncul dalam waktu yang relatif singkat.[23]
Gambar 8 Mekanisme dead end (diadaptasi dari [8]) 6.
Penurunan fluks dan fluks kiritkal Penurunan fluks adalah penurunan kemampuan permeasi pada membran sebagai fungsi waktu. Pada umumnya, penurunan fluks diakibatkan penurunan dari gaya dorong dan/atau peningkatan resistansi.[23] Fluks dari membran dapat dinyatakan dengan rumus (1) Gaya dorong (∆P,∆C,∆T) Fluks = 𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 ×𝑟𝑒𝑠𝑖𝑠𝑡𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (1) 5
Ada berbagai tipe dari membran fouling yang dibedakan atas dasar penyebab fouling. Untuk setiap penyebab fouling memiliki cara mengatasi yang berbeda.[12] fouling juga dibedakan menjadi reversibel dan ireversibel fouling berdasarkan kekuatan mengikat dari penyebab fouling dan membran. Reversibel fouling dapat dibersihkan menggunakan tegangan geser yang cukup kuat atau backwashing[4, 23]. Fouling koloid terbentuk karena koloid dari umpan mengendap dan terakumulasi pada permukaan atau pori membran yang akan menurunkan fluks membran. Fouling organik disebabkan oleh minyak, makromolekul, protein, dan agen antifoam yang cenderung menempel pada permukaan membran. Kerak atau fouling yang disebabkan pengendapan dari garam padat, oksida dan hidroksida dari larutan. Biofouling merupakan klasifikasi spesial dari fouling organik yang menghasilkan interaksi rumit antara material membran, material terlarut, dan mikroorganisme [23].
menggunakan kekuatan mekanik untuk membersihkan foulant. Metode-metode yang sering digunakan adalah backflush/forward flush/ reverse flush, scrubbing, air sparging, CO2 back permeation, vibrasi dan sonikasi. Sonikasi adalah pembersihan membran dengan menggunakan suara dengan berfrekuensi tinggi [4]. Pembersihan kimiawi merupakan metode pembersihan yang paling umum digunakan. Metode ini menggunakan senyawa kimia untuk membersihkan membran [4]. Pada RO jenis fouling dapat diidentifikasi secara kualitatif karena tidak terjadi pembentukan cake layer. Maka ketika terjadi perubahan parameter operasi dapat dilihat jenis fouling yang terbentuk. [23] Setelah jenis foulant diketahui dapat dilakukan pembersihan atau pencegahan terjadinya fouling yang sesuai dengan jenisnya [4]. Berdasarkan waktu terbentuk fouling, fouling dibagi menjadi overnight fouling, fouling menengah, dan fouling lambat. Overnight fouling terbentuk dalam waktu satu sampai dua malam. Fouling ini disebabkan oleh minyak, lumpur, dan endapan. Fouling menengah terjadi dalam rentang waktu 5 sampai 10 hari. Fouling ini disebabkan dari endapan mikrobiologis. Fouling menengah dapat juga diidentifikasi dengan adanya endapan berlendir pada filter. Sedangkan fouling lambat merupakan fouling yang paling umum terjadi dan paling sulit untuk diindentifikasi [25]. Ada berbagai cara untuk mengurangi terjadinya pembentukan fouling pada membran. Pertama, dengan melapisi permukaan membran dengan polimer yang dapat menolak partikel penyebab biofouling. Kedua, mengkoagulasi terlebih dahulu larutan yang akan disaring. Dengan mengkoagulasi dapat mengendapkan partikel non organik. Ketiga, dengan menggunakan konsep mekanik. Konsep mekanik ini dapat meliputi aliran umpan seperti crossflow, filtrasi dengan membran yang diputar, filtrasi dengan membran yang digetarkan [23].
7.
Pembersihan membran Bagaimanapun diatasinya fouling pasti akan tetap terjadi. Sehingga perlu dilakukan pembersihan membran secara berkala. Pada proses pembersihan membran ada 4 faktor penting yang harus dipertimbangkan. Faktor-faktor tersebut yaitu: Agen pembersih, Tindakan mekanis, Temperatur, Durasi. Agen pembersih merupakan komponen utama dalam proses pembersihan membran. Pada umumnya agen pembersih memiliki batasan pH yang digunakan. Jenis- jenis agen pembersih yang dibagi berdasarkan pH adalah pembersih asam, pembersih netral, dan pembersih alkali. Penggunaan dari agen pembersih harus disesuaikan dengan tipe fouling. [23] Untuk membersihkan membran dapat juga digunakan tindakan mekanis untuk menghilangkan foulant. Namun, perlu diperhatikan ada beberapa metode yang dapat merusak permukaan membran [23]. Sedangkan untuk temperatur dan durasi pembersihan menyesuaikan dengan agen pembersih yang digunakan. Semakin lama durasi pembersihan dilakukan semakin bersih membran. Namun, semakin lama durasi juga meningkatkan kerugian dari industri karena produksi akan dihentikan ketika dilakukan pembersihan [23]. Ada tiga jenis cara pembersihan membran hidrolik, mekanis, dan kimia. Pemilihan cara pembersihan bergantung pada konfigurasi dari membran [4] metode pembersihan hidrolik meliputi backflushing yang terdiri dari proses penekanan dan penghisapan dengan frekuensi tertentu. Dengan cara ini endapan diam pada permukaan membran dapat terganggu dan terlepas dari membran. Backflushing dapat menggunakan permeat, fluida lain, atau gas.[4] Pembersihan mekanik hanya dapat dilakukan pada sistem tubular. Pembersihan mekanik pada umumnya
8.
Kesimpulan Aplikasi membran pada pengolahan jus dapat meningkatkan kualitas produk dan menurunkan konsumsi energi. Namun, penggunaan membran dapat terhambat akibat terjadinya fouling. Fouling yang terjadi dapat diakibatkan pektin dan protein yang terdapat pada buah. Sehingga perlu ada pengolahan awal seperti perlakuan enzimatik pada jus buah. Penggunaan membran pada pengolahan jus buah terdapat pada proses klarifikasi dan pemekatan jus buah. Sedangkan tipe dari membran yang digunakan memiliki gaya dorong berupa tekanan. Proses mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi digunakan pada proses klarifikasi jus. Lalu, nanofiltrasi dan reverse osmosis digunakan pada proses pemekatan.
6
Tabel 3 Tipe fenomena foulant dan pengaruhnya pada filtrasi [23] Tipe foulant Kalsium dan garam inorganik Oksida logam dan hidroksida Koloid Senyawa organik Boifouling
Aliran garam Meningkat 10-25%
Penurunan tekanan Meningkat 10-40%
Laju alir produk Menurun < 10%
Meningkat >2 kali secara cepat
Meningkat >2 kali secara cepat
Menurun 20-40%
Meningkat >2 kali secara bertahap Meningkat atau menurun Menurun >2 kali secara cepat
Meningkat >2 kali secara bertahap Sedikit meningkat Meningkat >2 kali secara cepat
Menurun >50% secara bertahan Menurun >50% Menurun>50%
Tabel 4 foulant dan cara mengontrolnya pada nano filtrasi dan reverse osmosis [4] Tipe foulant Umum Inorganik Organik Koloid Padatan biologis
Kontrol fouling Hidrodinamika/tegangan geser, operasi dibawah fluks kritikal, pembersihan kimiawi Operasi dibawah kelarutan, perlakuan awal, pH operasi 4-6, aditif Perlakuan awal dengan mengunakan proses biologis, karbon teraktivasi, penukar ion, ozon, koagulasi Perlakuan awal menggunakan koagulasi dan filtrasi Perlakuan awal dengan menggunakan desinfektan, filtrasi , koagulasi
References Daftar Pustaka [1] Sharma, H. P., Patel, H., & Sugandha. (2015). Enzymatic Extraction and Clarification of Juice from Various Fruits–A Review. Critical reviews in food science and nutrition, (just-accepted), 00-00. [2] Kumar, S. (2015). Role of Enzymes in Fruit Juice Processing and Its Quality Enhancement, Advances In Applied Science Research 6.6: 114-24. [3] Lozano, Jorge E. Fruit Manufacturing: Scientific Basis, Engineering Properties, and Deteriorative Reactions of Technological Importance. New York: Springer, 2006. [4] Echavarría, A. P., Torras, C., Pagán, J., & Ibarz, A. (2011). Fruit juice processing and membrane technology application. Food Engineering Reviews,3(3-4), 136-158. [5] Zimmer, E. (2007). Membrane filtration: practical experience with fruit juice pre-treatment and filtration of coloured juices. Fruit processing: journal for the fruit processing and juice producing european and overseas industry, 17(3), 153-158. [6] He, Q., & Luo, Y. (2007). Enzymatic browning and its control in fresh-cut produce. Stewart Postharvest Review, 3(6), 1-7. [7] Wenten, I.G.; Aryanti, P.T.P.; (2014).“Ultrafiltrasi dan Aplikasinya.” Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2014. [8] Alfa Laval, Alfa Laval - membrane filtration, http://www.alfalaval.com/globalassets/documents/industries/pulpand-paper/al-membranefiltration.pdf, diakses 26-03-2016. [9] Hameed, K.W. Concentration of Orange Juice Using Forward Osmosis Membrane Process, Iraqi Journal of Chemical and Petroleum Engineering 14.4 (2013): 71-79. [10] Alvarez, S., et al. (2000). A new integrated membrane process for producing clarified apple juice and apple juice aroma concentrate. Journal of Food Engineering 46.2: 109-125. [11] Cassano, A., Donato, L., & Drioli, E. (2007). Ultrafiltration of kiwifruit juice: operating parameters, juice quality and membrane fouling. Journal of Food Engineering, 79(2), 613-621. [12] Carvalho, L. M. J. D., & Silva, C. A. B. D. (2010). Clarification of pineapple juice by microfiltration. Food Science and Technology (Campinas), 30(3), 828-832. [13] Zita Seres, Julianna Gyura, Mirjana Djuric, Gyula Vatai dan Matild Eszterle (2008). The Application of Membrane Separation Processes as Environmental Friendly Methods in the Beet Sugar Production, Environmental Technologies, E. Burcu Ozkaraova Gungor (Ed.), ISBN: 978-3-902613-10-3, InTech, [14] Riedl, Ken. Microfiltration of Apple Juice, Membrane Structure and Foulant Morphology Effects on Flux Resistance. Thesis. The University of Guelph, 1996. Ottawa: n.p., 1996. 7
[15] Wenten, G., Koenhen, D., Roesink, H. D., Rasmussen, A., & Jonsson, G. (1997). Method for the removal of components causing turbidity, from a fluid, by means of microfiltration. Biotechnology Advances, 15(2), 453-453. [16] Wenten, I.G.; Aryanti, P.T.P.; (2014). “Teknologi Membran dalam Pengolahan Pangan.” Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung. [17] Conidi, C., Destani, F., & Cassano, A. (2015). Performance of Hollow Fiber Ultrafiltration Membranes in the Clarification of Blood Orange Juice. Beverages, 1(4), 341-353. [18] Valero, M., Vegara, S., Martí, N., & Saura, D. (2014). Clarification of pomegranate juice at industrial scale. Journal of Food Processing & Technology, 5(5), 1. [19] Souza, A. L., Pagani, M. M., Dornier, M., Gomes, F. S., Tonon, R. V., & Cabral, L. M. (2013). Concentration of camu–camu juice by the coupling of reverse osmosis and osmotic evaporation processes. Journal of Food Engineering, 119(1), 7-12. [20] Casani, S. D., & Bagger-Jørgensen, R. (2000). Cross-flow filtration of Fruit Juice. Danish Environmental Protection Agency. [21] ISPT, Prevention and control of membrane fouling: practical implications and examining recent innovations, http://www.ispt.eu/media/CS-01-02-Final-report-Prevention-and-reduction-of-membrane-fouling.pdf, diakses 26-03-2016. [22] Alfa Laval, Optimizing juice processing, http://www.alfalaval.com/globalassets/documents/industries/fooddairy-and-beverage/beverage/fruits-and-vegetable-processing/membrane_filtration_juice.pdf, diakses 26-032016. [23] ITM-CNR – Italy, Membrane Research, Membrane Production and Membrane Application in China, http://150.145.60.6/data/section/CHINA_Report.pdf, diakses 26-03-2016. [24] Wenten, I.G.; Hakim, A.N.; Khoiruddin; Aryanti, P.T.P.; (2013). “Polarisasi Konsentrasi dan Fouling pada Membran.” Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung. [25] Wenten, I.G.; Khoiruddin; Hakim, A.N.; (2014). “Osmosis Balik.” Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung.
8