Pengolahan Limbah Cair Berminyak dengan Teknologi Membran Firmansyah Agil Saputra Teknik Kimia, ITB, Jl. Ganesha 10, Bandung, Indonesia
[email protected]
Abstrak Salah satu limbah yang dihasilkan oleh industri di Indonesia adalah limbah cair berminyak yang mengandung emulsi minyak-air. Limbah cair berminyak terdiri dari tiga kategori yakni limbah dengan minyak mengapung bebas, limbah dengan emulsi minyak tak stabil, dan limbah dengan emulsi minyak stabil. Komposisi yang kompleks dari limbah cair berminyak menyebabkan kesulitan dalam pengolahannya. Pengolahan limbah emulsi minyak-air dengan metode konvensional belum mampu mencapai batas minimum limbah sesuai dengan peraturan pemerintah. Selain itu, proses konvensional membutuhkan biaya operasi tinggi serta menimbulkan produk samping berupa sludge yang tidak diinginkan dalam volume besar. Membran telah menjadi sebuah teknologi baru untuk pengolahan limbah cair berminyak karena efisiensi yang tinggi dan proses operasional yang relatif lancar. membran juga dapat digunakan dalam sistem hybrid ketika dikombinasikan dengan sistem pengolahan kimia konvensional untuk memekatkan sludge. Penggunaan membran untuk mengolah emulsi minyak-air semakin meningkat, terutama dalam aplikasi untuk daur ulang bahan bernilai tinggi, misalnya zat pembersih larutan dan pendingin mesin. Ulasan ini membahas potensi, hambatan, serta teknologi membran yang dapat digunakan dalam pengolahan limbah cair berminyak. Kata kunci: pengolahan limbah, limbah cair berminyak, emulsi minyak-air, teknologi membran
Tabel 1. Batasan Air Limbah Industri [3]
1. Pendahuluan Limbah cair berminyak merupakan salah satu limbah yang dihasilkan oleh industri. Limbah ini mengandung emulsi minyak-air yang berasal dari berbagai proses industri seperti industri logam, otomotif, makanan, petrokimia, serta minyak dan gas bumi [1]. Limbah cair berminyak terdiri dari tiga kategori yakni limbah dengan minyak mengapung bebas, limbah dengan emulsi minyak tak stabil, dan limbah dengan emulsi minyak stabil [2].
Parameter COD BOD Minyak Nabati Minyak Mineral Zat Padat Tersuspensi (TSS) pH Temperatur Amonia bebas (NH3) Nitrat (NO3-N) Senyawa aktif biru metilen Sulfida (H2S) Fenol Sianida
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 18, tahun 1999 menetapkan bahwa emulsi minyak termasuk limbah B3 dari sumber yang spesifik. Demikian juga berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (KEP-51/MENLH/10/1995) tentang batasan air limbah untuk industri sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini.
2. Pengolahan Berminyak
Komposisi yang kompleks dari limbah cair berminyak menyebabkan kesulitan dalam penanganan beban COD yang tinggi, yang diyakini bahwa hal tersebut disebabkan karena adanya minyak. Pengolahan limbah cair berminyak dengan menggunakan proses konvensional atau secara proses kimia sangat sulit dilakukan karena mengandung konsentrasi suspended solid, COD, kandungan logam dan minyak yang tinggi [4].
Konsentrasi (mg/L) 100 - 300 50 - 150 5 - 10 10 - 50 200 - 400
Konvensional
6-9 38 – 40 oC 1-5 20 - 30 5 - 10 0.05 – 0.1 0.5 - 1 0.05 – 0.5
Limbah
Cair
Ada beberapa metode untuk pemurnian limbah cair berminyak, termasuk metode fisik dan kimia konvensional sebagaimana dijelaskan pada Tabel 2. Selain metode-metode pengolahan limbah cair berminyak di atas, terdapat beberapa metode konvensional lain seperti pemisahan gravitasi dan skimming, flotasi udara terlarut, deemulsifikasi, koagulasi dan flokulasi. Pemisahan gravitasi yang diikuti oleh skimming efektif dalam menghilangkan gratis minyak dari air limbah. Pemisah minyak-air seperti pemisah API dan variasinya telah diterima sebagai langkah pengolahan primer yang efektif dengan biaya rendah. Namun, metode ini tidak efektif dalam menghilangkan emulsi dan tetesan kecil dari minyak. 1
Tabel 2. Metode Pengolahan Fisik dan Kimia untuk Penghilangan Limbah Cair Berminyak [5] Metode Pemurnian Ekstraksi pelarut
Kelebihan Metode ini efisien dengan proses yang cepat
Sentrifugasi
Proses yang mudah, tidak memerlukan pelarut dan aman untuk lingkungan
Flotasi langsung
Mudah diaplikasikan dan kebutuhan energi yang rendah Cepat dan efektif, tidak memerlukan bahan kimia Proses yang mudah dan aplikasi terbatas untuk logam berat
Irradiasi ultrasonik EOR Surfaktan
Pembekuan/pencairan Irradiasi gelombang mikro
Elektrokinetik Pirolisis Incinerasi Stabilisasi/solidifikasi
Oksidasi
Land farming
Landfill Biopile/compositing
Bioslurry
Proses cepat dan cocok untuk wilayah dingin Sangat cepat dan efisien, tidak memerlukan bahan kimia tambahan Tidak memerlukan bahan kimia tambahan dan proses yang cepat Kapasitas pengolahan besar, cepat dan efektif Penghilangan PHC di lumpur berminyak yang cepat dan sempurna Cepat dan efisien untuk membuat senyawa PHC stabil, biaya rendah dan menghilangkan logam berat Penghilangan PHC di lumpur berminyak yang cepat dan sempurna Biaya rendah dan tidak memerlukan perbaikan dan juga dapat digunakan untuk kapasitas besar Biaya rendah dan kapasitas pengolahan besar Kapasitas pengolahan besar, biaya rendah, lebih cept, dan tidak membutuhkan ruang besar Proses degradasi paling cepat, penghilangan PHC sangat baik
Minyak yang melekat pada permukaan partikel padat dapat secara efektif dihapus dengan sedimentasi [1].
Kekurangan Biaya tinggi dan tidak ramah lingkungan, logam berat tidak dapat dihilangkan dengan proses ini. Kebutuhan akan energi sangat besar, biaya tinggi dan molekul kecil sulit untuk dipisahkan. Limbah cair berminyak dengan viskositas tinggi tidak dapat diolah dengan proses ini Peralatan yang mahal, tidak dapat mengolah logam berat. Biaya tinggi, surfaktan yang digunakan beracun, proses alternatif diperlukan untuk menghilangkan surfaktan Kurang efektif dan proses harus dilakukan di daerah pesisir Peralatan harus didesain khusus, biaya mahal dan tidak cocok untuk proses skala besar Proses tidak mudah dan kurang efektif Biaya untuk modal, perbaikan, dan operasi yang tinggi Biaya peralatan tinggi dan proses alternatif diperlukan untuk penghilangan debu Energi tidak dapat didaur ulang dan proses yang kurang efektif Dibutuhkan bahan kimia dalam jumlah besar, biaya tinggi dan tidak ramah lingkungan Menimbulkan polusi tanah dan air lanah.
Proses yang sangat lambat membutuhkan ruang besar Digunakan dalam kondisi dingin
dan
Biaya tinggi dan hanya untuk skala kecil
Proses ini diikuti dengan asidifikasi dan penambahan polimer kationik/ tawas untuk menetralkan muatan negatif pada tetesan minyak, diikuti dengan menaikkan pH ke hingga bersifat basa untuk mendorong pembentukan flok garam anorganik. Flok yang dihasilkan dengan minyak terserap kemudian dipisahkan, diikuti oleh penebalan dan dewatering lumpur. Dalam beberapa kasus, lumpur akan diproses lebih lanjut. Flokulan dengan berat molekul tinggi seperti kopolimer akrilat-akrilamida dapat digunakan untuk meningkatkan penghilangan minyak dan mengurangi daya tampung flok. Peningkatan dalam pengolahan secara kimia terpusat pada pemilihan campuran yang tepat dari bahan kimia dan optimasi proses agar biaya operasi lebih rendah [6].
Flotasi udara terlarut atau Dissolved Air Flotation (DAF) menggunakan udara untuk meningkatkan daya apung dari tetesan minyak dan meningkatkan pemisahan. Minyak teremulsi sebagai umpan DAF dihilangkan dengan deemulsifikasi menggunakan bahan kimia, energi termal atau keduanya. Unit DAF biasanya menggunakan bahan kimia untuk koagulasi dan meningkatkan ukuran flok untuk memfasilitasi pemisahan [1]. Air limbah dipanaskan untuk mengurangi viskositas, meningkatkan perbedaan kepadatan dan melemahkan lapisan antarmuka yang menstabilkan fasa minyak. 2
3
3. Teknologi Membran 3.1 Proses-Proses Membran
Secara definitif, membran dapat diartikan sebagai lapisan tipis semipermeabel yang berada diantara dua fasa dan berfungsi sebagai media pemisah selektif. Perpindahan massa melalui membran terjadi jika suatu gaya dorong (driving force) diberikan pada komponen dalam umpan [7]. Proses-proses berbasis membran dapat diklasifikasikan berdasarkan gaya dorongnya, antara lain
c.
a. Perbedaan tekanan Mikrofiltrasi (MF) Mikrofiltrasi mengacu pada proses filtrasi yang menggunakan membran berpori untuk memisahkanpartikel tersuspensi dengan diameter antara 0,1 dan 10 μm [8]. Ultrafiltrasi (UF) Ultrafiltrasi adalah varian dari filtrasi membran dimana tekanan hidrostatik memaksa cairan menembus membran semipermeabel. Padatan tersuspensi dan pelarut dengan berat molekul tinggi tertahan, sedangkan airdan pelarut dengan berat molekul rendah melewati membran [8]. Nanofiltrasi (NF) Nanofiltrasi adalah proses filtrasi membran yang relatif baru yang seringkali digunakan dengan air dengan jumlah total padatan terlarut yang sedikit seperti air permukaan dan air tanah, dengan tujuan untuk softening (penyisihan kation polivalen) dan penyisihan produk samping desinfektan seperti zat organik alam dan sintetik [8]. Reverse osmosis (RO) Reverse osmosis (osmosis balik) adalah sebuah metode filtrasi yang mampu menyisihkan banyak jenis molekul dan ion besar dari larutan dengan memberikan tekanan pada larutan yang berada pada salah satu sisi membran selektif [8]. b. Perbedaan konsentrasi Gas separation (GC) Membran pemisahan gas telah digunakan untuk berbagai macam aplikasi lain dari dehidrasi udara dan gas alam hingga penghilangan uap organik dari aliran udara dan nitrogen [9]. Pervaporasi (PV) Pervaporasi adalah proses membran dimana cairan murni atau campuran cairan kontak dengan membran di sisi umpan pada tekanan atmosferik sedangkan aliran permeat diambil sebagai uap karena sisi permeat memiliki tekanan uap yang lebih rendah [8]. Liquid membrane (LM) Membran cair (liquid membrane) memanfaatkan larutan reagen ekstraktif, tidak larut dengan air, stagnan atau mengalir diantara dua larutan (atau
d.
gas), sumber atau umpan dan penerima atau fasa pelucut [10] Dialisis Dialisis adalah proses dimana zat terlarut berdifusi dari salah satu sisi ke sisi lain membran bergantung gradien konsentrasinya [8]. Perbedaan temperatur Membrane distillation (MD) Distilasi membran adalah proses distilasi dimana fasa cair dan gas dipisahkan oleh membran berpori, porinya tidak terbasahkan oleh fasa cair [9]. Termodialisis Termodialisis adalah perpindahan materi selektif melalui membran hidrofobik berpori yang memisahkan dua larutan yang dijaga pada suhu berbeda [9]. Perbedaan petensial listrik Elektrodialisis (ED) Elektrodialisis adalah sebuah proses dimana ion dipindahkan melalui membran karena perbedaan potensial listrik yang diberikan dan sebagai konsekuensi dari aliran arus listrik. ED menggunakan membran yang selektif terhadap ion tertentu, yaitu membran kation yang dapat melewatkan kation dan menolak anion dan membran anion yang dapat melewatkan anion dan menolak kation [8]. Elektrodeionisasi (EDI) Elektrodeionisasi merupakan perpaduan antara elektrodialisis dengan penukar ion. Ion ditangkap oleh resin kemudian dibuang dengan memanfaatkan beda potensial listrik [11].
3.2 Membran untuk Pengolahan Limbah Cair Berminyak Proses membran seperti mikrofiltrasi (MF), ultrafltrasi (UF), nanofiltrasi (NF) dan reverse osmosis (RO) semakin sering diterapkan untuk mengolah limbah cair berminyak. Dari ketiga kategori limbah cair berminyak, Membran paling berguna pada emulsi yang stabil, terutama yang larut dalam limbah cair berminyak [2]. Di sisi lain, minyak-bebas dapat dengan mudah dihilangkan dengan perangkat pemisahan mekanis yang menggunakan gravitasi sebagai gaya pendorong. Emulsi minyak-air yang tidak stabil kemudian dipisahkan oleh gravitasi. Gambar 1 adalah skema umum dari sistem berbasis UF untuk pengolahan limbah cair berminyak. Pretreatment diperlukan untuk menghilangkan partikel besar dan minyak-bebas terutama jika selaput tipis membran digunakan. Unit membran biasanya dioperasikan dalam tangki semibatch. Umpan limbah ditambahkan ke tangki dengan laju yang sama dengan permeat yang keluar sehingga proses di dalam tangki tetap konstan. Retentat mengandung minyak dan lemak didaur ulang ke tangki. Ketika minyak dan lemak dan suspensi lainnya
4
mencapai konsentrasi tertentu dalam tangki, umpan dihentikan dan retentat akan terkonsentrasi. Biasanya, hasil ini dalam volume konsentrat akhir hanya 3-5 % dari volume awal limbah cair berminyak yang diumpankan ke tangki [1]. Membran diterima oleh banyak orang karena membran menghasilkan produk keluran berkualitas secara konsisten. Selain itu, membran memiliki proses yang dapat dikatakan sederhana dari pandangan operasional. Menurut Cheryan dan Rajagopalan (1998), membran memiliki beberapa kelebihan untuk pengolahan limbah cair berminyak, antara lain a. Teknologi ini banyak diterapkan di berbagai industri b. Membran adalah penghalang positif untuk menolak komponen. kualitas air (permeat) yang diolah lebih seragam terlepas dari variasi komponen. Variasi ini dapat menurunkan fluks membran, namun tidak mempengaruhi kualitas produk keluaran. c. Tidak diperlukan bahan kimia tambahan sehingga membuat proses recovery minyak lebih mudah dilakukan
d. Membran dapat digunakan dengan proses insitu untuk daur ulang limbah yang diinginkan. e. Konsentrat terdiri dari 40-70 % minyak dan padatan dapat diperoleh dengan menggunakan UF atau MF. Karena sebagian besar limbah cair berminyak mengandung minyak sebesar 0,1-1 %, volume limbah harus dibuah secara berkala atau dikurangi menjadi 1/40-1/200 dari volume umpan awal. f. Membran memiliki cetak kaki yang lebih kecil. g. Biaya energi yang lebih rendah dibandingkan dengan pengolahan secara termal h. Reaktor dapat dijalankan secara otomatis dan tidak diperlukan operator yang sangat terampil Di sisi lain juga terdapat beberapa keterbatasan dalam pengolahan limbah cair berminyak, antara lain a. Biaya pengolahan untuk produk dengan volume besar sangat tinggi. b. Membran polimetrik mengalami fouling dan degradasi seiring penggunaannya. Oleh karena itu, membran harus diganti secara rutin. Penggantian tersebut akan menyebabkan biaya operasional akan semakin tinggi.
Gambar 1. Skema Umum Sistem Membran Pengolah Limbah Cair Berminyak [2].
Dari keempat membran yang telah disebutkan sebelumnya, UF merupakan proses pengolahan yang lebih efektif untuk limbah cair berminyak. Jika dibandingkan dengan metode konvensional, UF memiliki efisiensi penghilangan minyak lebih dengan tidak adanya penambahan bahan kimia dan biaya energi yang rendah [12]. Performa membran MF dan UF telah dibandingkan pada skala pilot dalam pengolahan air untuk produksi minyak di Laut Utara. Membran UF memiliki Molecular Weight Cut-Off (MWCU) antara 100000 hingga 200000 Da, menampilkan rejeksi sebesar 96 % untuk konsentrasi total hidrokarbon; benzena, toluena, dan xylena (BTX) sebesar 54 %; dan beberapa logam berat seperti Cu dan Zn sebesar 95 %. Efisiensi seperti ini tidak ditemukan dalam membran MF [13]. Membran MF telah digunakan untuk recovery surfaktan di dalam permeat. Membran MF memiliki
fluks tinggi, namun juga memiliki resiko tinggi minyak tidak dapat tersaring. Jika kandungan garam di dalam limbah cair berminyak terlalu tinggi, maka limbah tersebut dapat diolah menggunakan NF ataupun RO [1]. Disamping proses-proses membran yang telah disebutkan sebelumnya, forward osmosis (FO), membran dengan gaya dorong osmotik, juga digunakan dalam pengolahan limbah cair berminyak. Berbeda dengan NF dan RO, proses ini membutuhkan tekanan yang sangat rendah dan memiliki beberapa kelebihan seperti kecenderungan fouling lebih rendah, penghilangan fouling lebih mudah, tingkat recovery air lebih tinggi [14,15].
5
3.3 Sistem Membran Hybrid Baru-baru ini, dalam pengolahan limbah cair berminyak, metode hybrid menunjukkan hasil yang lebih menjanjikan. Dalam sistem hybrid, metode fisik, kimia, biologi dan membran reaktor fotokatalitik telah digunakan untuk pretreatment unit membran. Hal ini menunjukkan bahwa metode hybrid lebih efisien dalam pemurnian tetapi memiliki biaya proses yang tinggi. Untuk memenuhi standar kualitas air minum dari air limbah, pretreatment fisik dan kimia yang berbeda diperlukan sebelum pengolahan menggunakan membran RO. Optimized Pretreatment and Unique Separation (OPUS) adalah proses pengolahan fisik dan kimia yang digunakan untuk memproduksi air umpan boiler. De-gasifikasi, softening secara kimiawi, filtrasi medium, softening dengan pertukaran ion, dan filtrasi cartridge adalah beberapa pengolahan fisik dan kimia yang diikuti oleh pemisahan RO, adalah contoh dari teknologi OPUS. Limbah cair berminyak dapat diolah dengan adsorpsi sebagai proses pretreatment fisik sebelum MF dan RO untuk mengkonversi air garam ke air berkualitas irigasi. Penelitian mengungkapkan bahwa sistem ini menunjukkan proses penghilangan minyak lebih baik dari karbon aktif dan RO bisa menghilangkan lebih dari 95% TDS [16]. Pengolahan limbah cair berminyak juga dapat menggunakan adsorben, pengolahan biologis dengan karbon aktif dan sistem RO dalam metode hybrid. Surfactant Modified Zeolit SMZ) digunakan sebagai adsorben untuk menghilangkan hidrokarbon volatil. Pengolahan dengan membran bioreaktor MBR dan karbon aktif digunakan secara bersamaan untuk menghilangkan kandungan organik dan selanjutnya dilakukan pengolahan dengan membran RO digunakan untuk memurnikan air. Teknologi ini dikembangkan dalam skala pilot. Dalam reaktor pilot, air sintetis maupun air murni digunakan untuk mengevaluasi efisiensi dari sistem. Adsorben SMZ menunjukkan efisiensi tinggi dalam penghilangan baik senyawa organik yang volatil maupun semivolatil, seperti BTEX, aseton dan naftalena. Efisiensi penghilangan SMZ adalah 40% dari influen TOC (600 mg/L). Efluen kemudian diolah lebih lanjut dalam MBR untuk menghilangkan komponen asam organik dari TOC. Menariknya dalam MBR, membran digunakan untuk filtrasi air limbah secara biologis. Hasil dari sistem hybrid menunjukkan efisiensi dalam penghilangan konsentrasi BTEX dari 70-5 mg/L dengan unit SMZ hingga rata-rata 2 mg/L setelah MBR [17]. Membran reaktor fotokatalitik atau photocatalytic membrane reactor (PMR) dapat digunakan untuk pemisahan emulsi minyak-air. Reaktor fotokatalitik dikombinasikan dengan unit UF untuk memisahkan sisa minyak dan fotokatalis TiO2 tersuspensi. PMR adalah
metode yang sangat baru dalam pengolahan limbah cair berminyak dan menunjukkan kinerja yang sangat menjanjikan untuk degradasi senyawa hidrokarbon beracun dan memurnikan limbah cair berminyak [18]. 4. Potensi dan Hambatan dalam Pengolahan Limbah Cair Berminyak Penggunaan UF dan MF untuk pengolahan emulsi minyak-air akan mengalami peningkatan di masa depan. Peningkatan sebagian besar terjadi pada pengolahan limbah dengan nilai recovery tinggi, misalnya daur ulang pembersih larutan dan pendingin mesin. Dalam hal ini, membran berfungsi untuk memisahkan atau fraksionisasi komponen limbah menjadi komponen yang lebih berguna dan memiliki jumlah polutan sedikit, serta tidak membentuk polutan sekunder. Dibanding metode pengolahan lain, teknologi membran memiliki periode payback yang cepat, operasi yang sederhana, produk keluaran dengan kualitas bagus, dan juga dapat mengurangi penggunaan bahan kimia secara bertahap, meskipun tidak semuanya, tergantung jenis pretreatment yang diperlukan untuk minimimalkan fouling [1] RO dan NF berguna untuk menyempurnakan produk keluaran di pengolahan air limbah dalam volume besar, sementara UF dikombinasikan dengan RO sehingga pengolahan karbon cenderung meningkat di aplikasi volume kecil. Kecenderungan ini terjadi terutama pada peralatan yang menghasilkan produk keluaran akhir langsung ke air permukaan dan daerah pesisir, serta daerah krisis air [1]. Fouling sering disebut sebagai faktor utama yang paling membatasi pemanfaatan membran dalam pengolahan limbah. Beberapa pendekatan untuk mengurangi masalah ini telah dicoba, diantaranya penggunaan peralatan vibratory atau sentrifugal untuk meningkatkan gesekan pada permukaan membran sehingga konsentrasi polarisasi menurun, modifikasi permukaan membran untuk meningkatkan hidrofilisitas dan pretreatment dari umpan [2,19]. Namun, modul membran khusus tidak dapat mengalami peningakatan secara ekonomi. Sebaliknya, modul membran tersebut dapat dimasukkan dalam skema hybrid yang menggunakan desain polimer spiral atau tubular yang lebih murah pada proses awal, diikuti oleh modul khusus untuk mengonsentrasikan material pada skema pengolahan akhir dengan volume yang jauh lebih kecil. Hal ini dapat memperpanjang penerapan membran untuk umpan dengan padatan yang sangat tinggi dan mengandung minyak. Penggunaan pretreatment yang inovatif juga dapat memperpanjang volume pengolahan secara ekonomis. Peraturan lingkungan yang lebih ketat juga dapat membantu adopsi teknologi membran lebih cepat lagi [1].
6
Daftar Pustaka REFERENCES [1] M. Cheryan, N. Rajagopalan, Membrane Processing of Oily Streams. Wastewater Treatment and Waste Reduction, Journal of Membrane Science 151 (1998) 13-28. [2] M. Cheryan, Ultrafiltration and Microfiltration Handbook, Technomic, Lancaster, PA, 1998. [3] Maria W., Cindika K.D., Potensi Membran Mikrofiltasi dan Ultrafiltrasi untuk Pengolahan Limbah Cair Berminyak, Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. Vol. 2, No. 2 (2013) 295-307. [4] Kim, B. R., Matz, M. J. & Lapari, F., Treatment of Metal-Cutting Fluid Wastewater Using An Anaerobic GAC Fluidized-bed Reactor, Journal Water Pollutant (1989) [5] M. Padaki, et al, Membrane Technology Enhancement in Oil–Water Separation. A Review, Desalination 357 (2015) 197–207. [6] K.E. Katnik, A.M. Pavilcius, A Novel Chemical Approach for The Treatment of Oily Wastewaters, In: Proceedings of The 33rd Purdue Industrial Waste Conference, West Lafayette, IN, Ann Arbor Science, Ann Arbor, MI (1978) 234. [7] I.G. Wenten. “Teknologi Membran: Prospek dan Tantangannya.” Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2015. [8] M. Mulder. Basic Principle of Membrane Technology, Kluwer Academic Publishers, Netherlands, 1996. [9] I.G. Wenten, Khoiruddin, P.T.P. Aryanti, A.N. Hakim. “Pengantar Teknologi Membran.” Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2010. [10] V.S. Kislik, Liquid Membranes. Elsevier, Amsterdam, 2010. [11] Demineralisasi dengan Membran RO, Available: http://nanosmartfilter.com/demineralisasi-denganmembran-ro, diakses 03-04-2016. [12] Y. He, Z.-W. Jiang, Technology Review: Treating Oilfield Wastewater, Filtr. Sep. 45 (2008) 14–16. [13] T. Bilstad, E. Espedal, Membrane Separation of Produced Water, Water Sci. Technol. 34 (1996) 239–246. [14] E.R. Cornelissen, et al, Membrane Fouling and Process Performance of Forward Osmosis Membranes on Activated Sludge, J. Membr. Sci. 319 (2008) 158–168. [15] B. Mi, M. Elimelech, Organic Fouling of Forward Osmosis Membranes: Fouling Reversibility and Cleaning Without Chemical Reagents, J. Membr. Sci. 348 (2010) 337–345. [16] M.A. Barrufet, D.B. Burnett, B. Mareth, Modeling and Operation of Oil Removal and Desalting Oilfield Brines With Modular Units, SPE Annual Technical Conference and Exhibition, Society of Petroleum Engineers, 2005.
[17] S. Kwon, E.J. Sullivan, L. Katz, K.A. Kinney, R.S. Bowman, Pilot Scale Test of A Produced WaterTreatment System For Initial Removal of Organic Compounds, SPE Annual Technical Conference and Exhibition, Society Of Petroleum Engineers, 2008. [18] A. Moslehyani, A.F. Ismail, M.H.D. Othman, B.C. Ng, S. Abdullah, M.A. Rahman, J. Jaafar, P.S. Goh, W.J. Lau, A. Piroozian, Photocatalytic Membrane Reactor For Oil in Water Emulsion Degradation and Separation, International Conference on Membrane Science and Technology (MST), Kuala Lumpur, Malaysia, 2013 [19] M. Belkacem, et al, New Results in Metal Working Wastewater Treatment Using Membrane Technology, J. Membr. Sci. 106 (1995) 195-205