2016/08/06 21:16 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan
KIPRAH AGUS ROCHDIANTO, PENYULUH PERIKANAN DI KABUPATEN TABANAN GETOL PROMOSIKAN PERIKANAN MELALUI MEDIA MASSA
TABANAN (6/8/2016) www.pusluh.kkp.go.id Agus Rochdianto yang saat ini menjadi Penyuluh Perikanan di Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, Bali, mengawali kariernya sejak pertengahan tahun 1983. Saat itu alumni SUPM Negeri Bogor ini begitu lulus langsung ditugaskan di Bali, tepatnya di Kecamatan Penebel, Tabanan. Sebagai seorang penyuluh perikanan pertama di Kecamatan Penebel, Agus yang berasal dari Jepara ini sempat bingung tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Namun berkat koordinasi dengan Kasiwil Perikanan Kecamatan Penebel, penyuluh pertanian dan tokoh masyarakat setempat, dirinya akhirnya bisa bekerja dengan nyaman. Penyuluh Teladan Saat bertugas di Kecamatan Penebel, prestasi yang cukup menonjol adalah mempopulerkan budidaya kodok unggul dan budidaya ikan di saluran irigasi. “Tahun 1984 saya ikut membidani tumbuhnya kelompok Pembudidaya Kodok “Rana Agung” di Desa Jegu. Selain itu, pada pertengahan tahun 1980-an juga bermunculan kelompok pembudidaya ikan di saluran irigasi di Kecamatan Penebel,” terangnya. Perikanan budidaya di Kecamatan Penebel yang semula biasa-biasa saja akhirnya bisa berkembang pesat. Tidak hanya budidaya kodok dan
budidaya ikan di saluran irigasi, perikanan budidaya lainnya juga berkembang pusat. Di antaranya adalah budidaya ikan karper/ikan mas di kolam dan sawah serta usaha pembenihannya. Dipandang sukses memberdayakan masyarakat dan kelompok perikanan di Kecamatan Penebel, pada tahun 1986 Agus akhirnya diusulkan oleh Dinas Perikanan Kabupaten Tabanan menjadi duta dalam lomba Penyuluh Perikanan . Dari lomba tersebut, Agus akhirnya meraih predikat sebagai Penyuluh Terbaik II Sub Sektor Perikanan Tingkat nasional. “Saya menerima piagam penghargaan dari Menteri Pertanian Acmad Affandi saat Penas di Simalungun, Sumatera Utara tahun 1986,” kenangnya. Selain prestasi tersebut, pada tahun 1993 Agus juga meraih prestasi sebagai PPL Teladan Pertanian II tingkat Provinsi Bali. Tujuh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2000 penghargaan dari Gubernur Bali kembali diraih sebagi PPL Pertanian Teladan I Provinsi Bali. Sebelumnya, pada tahun 1997 penghargaan nasional juga pernah diraihnya berkat prestasinya membina UPR “Mina Kebon Sari” di Desa Biaung yang meraih prestasi terbaik sebagai juara III nasional setelah tahun sebelumnya hanya mampu meraih juara II tingkat provinsi Bali. Selain itu, kelompok binaannya “Mina Karya” di Desa Penatahan dalam pengembangan Inmindi juga pernah sukses berprestasi di tingkat nasional pada tahun 2001. Menjadi Penulis Agus mengakui, berkembangnya perikanan budidaya di Kecamatan Penebel saat itu tidak bisa dilepaskan peran dari media massa utamanya koran dan majalah. Oleh karena itulah, dirinya memanfaatkan kedua media massa tersebut untuk berpromosi yang diistilahkan Agus penyuluhan melalui media massa. “Penyuluhan melalui media massa
sasarannya lebih luas sehingga lebih efektif dan efisien,” kilahnya. Menurut Agus, dirinya mulai menulis artikel ilimiah populer perikanan di koran dan majalah sejak tahun 1985. Tulisan pertama saya, berjudul “Belut untuk Menambah Gizi Keluarga” yang dimuat di Koran Bali Post tanggal 27 Januari 1985. “Dari tulisan pertama saya di koran tersebut, saat itu saya mendapat honor Rp 3.500,” katanya berterus-terang. Sejak saat itu, Agus lebih rajin menulis artikel ilmiah populernya tentang perikanan. Tidak saja di Koran Bali Post, namun juga di Koran lainnya di antaranya Sinar Tani, Suara Karya, Simponi, Wawasan dan di beberapa majalah seperti Trubus dan Techner. “Saat ini hampir setiap minggu tulisan saya tentang perikanan muncul di koran mingguan Manggala. Beberapa saya tulis di blog saya dan puluhan artikel di Cyber Extension yang dikelola Pusluhdaya,” paparnya. Selain sudah menulis ribuan artikel perikanan dan artikel lainnya, Agus yang juga lulusan terbaik APP Sidorajo tahun 1992 ini juga sudah menulis enam buah buku perikanan dan non perikanan. Buku budidaya kodok bullfrog yang diterbitkan Dinas Perikanan Provinsi Bali. Sedangkan buku Budidaya Ikan di Saluran Irigasi diterbitkan Kanisius Yogyakarta, misalnya, menurutnya merupakan dua buku yang ditulisnya berdasarkan pengalamannya membina kelompok Rana Agung dan beberapa kelompok pembudiaya ikan di saluran irigasi di lapangan. Demikian juga buku Budidaya Ikan Hias yang ditebitkan Dinas Perikanan Bali dan buku Budidaya Ikan Di Kantong Jaring Terapung srta buku Budiaya Ikan Mas di Lahan Kritis yang diterbitkan PT. Penebar Swadaya Jakarta, merupakan tulisan hasil pengalaman di lapangan yang dikombinasikan dengan sejumlah referensi buku. Sementara bukunya yang diterbitkan oleh Pustaka Ekspresi Bali tahun 2013 lalu amerupakan buku Biografi Kapolres Tabanan berjudul “AKBP
Dekananto Eko Purwono, S.IK : Aman Harga Mati ”. Buku tersebut ditulisnya bersama dengan rekannya dua orang wartawan rekannya. Menjadi Jurnalis Selain rajin menulis artikel perikanan, pada tahun 1980 – 1990 an Agus yang pernah meraih penghargaan sebagai Kontributor Cyber Extension Terbaik tahun 2015 dari Kapusluh KP ini juga rajin menulis berita-berita tentang pembangunan di pedesaan yang ditulisnya di Koran Bali Post edisi pedesaan dan tabloid Surya Praja yang diterbitkan Humas Pemkab Tabanan. Berikutnya, mulai tahun 1992 Bali Post edisi Pedesaan terbit tersendiri menjadi koran mingguan Prima yang mendaulatnya sebagai koresponden, sehingga tulisannya tentang perikanan dan berita-berita pedesaan muncul setiap minggu di koran Prima. Setelah terbit selama sekitar delapan tahun bergabung sebagai koresponden di koran Prima, mulai awal tahun 2000-an Agus bergabung sebagai jurnalis free lance di koran mingguan Manggala. Di koran ini, Agus juga dipercaya untuk mengasuh halaman Agrobisnis. “Isinya berita agribisnis dan artikel tentang pertanian dan agribisnis secara umum. Termasuk artikel ilmiah popular perikanan,” jelasnya. Selain di media cetak koran Manggala, Agus juga bergabung sebagai jurnalis online di portal beritawww.kabarnusa.com sejak tahun 2012 lalu. Sama seperti di media cetak, di portal berita ini berita
yang
ditulisnya
sebagian
besar
juga
berita-berita
hasil
pembangunan di Kabupaten Tabanan. Baginya, “good news isi good news”. “Tapi untuk kritik membangun, sekali-sekali boleh dong menulis berita bad news,” katanya sambil tersenyum.
Sejumlah penghargaan Setelah lama bertugas di Kecamatan Penebel, sejak April 2012 Agus pindah tugas di Kecamatan Tabanan. Sebelum bertugas sebagai penyuluh di Kecamatan Tabanan, mulai Oktober 2001 dirinya ditarik ke struktural sebagai Kepala UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Kecamatan Penebel. Berikutnya menjadi Kepala Seksi Sarana Prasarana, kemudian Kepala Seksi Pengkajian Teknologi sebelum akhirnya kembali menjadi penyuluh. “Saya sengaja memohon pindah ke fungsional karena bertugas di lapangan merasa lebih enjoy dan nyaman,” kilahnya. Sama seperti saat bertugas di Kecamatan Penebel, saat bertugas di Kecamatan Tabanan ini dirinya juga mencoba mempopulerkan komoditas baru. Bila di Penebel komoditasnya berupa kodok, di Kecamatan Tabanan ini komoditasnya berupa Sidat. “Di Kecamatan Tabanan saat ini sudah terbentuk kelompok pembudidaya “Sidat Dewata”, kelompok pembudiaya sidat yang anggotanya berasal dari beberapa wilayah di Bali. Sekretariatnya ada di Desa Wanasari, Kecamatan Tabanan,” katanya. Pemberdayaan kelompok dan pelaku utama dilakukannya melalui penyuluhan, kunjungan lapangan dan bantuan akses permodalan. Untuk bantuan akses permodalan misalnya, lima pelaku utama di wilayah binaannya pada tahun 2013 lalu telah mampu memperoleh kredit bantuan modal dari BRI sejumlah Rp 550 juta.
Sementara untuk akses permodalan di luar perbankan, 22 orang pelaku utama di wilayah binaannya memperoleh kredit dari Koperasi Tani Panca Satya sekitar Rp 314 juta. “Selain itu ada juga beberapa orang pelaku utama yang memperoleh kredit untuk usaha perikanannya dari Koperasi Perikanan dan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang ada di setiap desa adat. Jumlah pastinya saya belum tahu karena mereka langsung berhubungan dengan koperasi dan LPD,” katanya berterus terang. Meski baru bertugas sekitar empat tahun, beberapa kelompok binaannya telah berhasil menorehkan prestasi yang cukup membanggakan di tingkat provinsi. Di antaranya adalah Pokmaswas Tirta Gangga yang meraih juara II dan Poklahsar Putri Gangga yang juga juara II di Provinsi Bali. Sedangkan Poklahsar “Karya Lestari” di Desa Dauh Pala, pada tahun 2014 berhasil meraih juara I tingkat Provinsi Bali. Sementara Kelompok Pengelola fasilitas Desalinasi Air Minum “Gangga Pawitra Jaya” yang berada di Desa Sudimara, meraih prestasi sebagai juara I Nasional dari Direktorat KP3K. Prestasi di tingkat nasional juga diraih Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti pada tahun 2014 yang meraih anugerah Adibakti Mina Widia dari BPSDM-KP. Sebelumnya, pada tahun 2009 Bupati Tabanan Nyoman Adi Wiryatama juga meraih prestasi Adibakti Mina Bahari. Terkait prestasi kedua bupati tersebut, Agus yang pernah meraih Satya Lencana Karya Satya 20 Tahun dari Presiden ini mengaku berada di belakang layar tidak terlibat secara langsung. “Saya hanya menyusun buku profil bupati sebagai salah satu perlengkapan lomba,” katanya sambil tersenyum.