LAYANAN INFORMASI TENTANG NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP BAHAYA PENYALAHGUNAAN NAPZA
Wardatul Djannah dan Isnaini Wahyuningtyas Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP Universitas Sebelas Maret ABSTRACT: The aim of this research was to know the effectiveness of information service to improve the comprehension students of the danger in misapplication narcotics, psychotropic, and addictive essence in Senior High School. This research was appearance experiment used different control group program, means that program that used two groups as experiment group and control group, gave pre test in each group, gave the action in experiment group, and the last was gave post test in each group, so the result can be known and compared of each group. The population were the students of tenth grade of SMA Negeri 8 Surakarta in the academic year 2011/2012, consists of tenth classes X 1 X 10. The sample were the students of class X-7 as experiment group consist of 28 students and class X-8 as control group consist of 23 students. Technique of the sampling was used purposive random sampling. The action was gave information service about narcotics, psychotropic, and addictive essence were held three meeting. The data of research was the comprehension students of the danger in misapplication NAPZA where student as source of data. The instrument of collecting data used questionnaire. The analysis of data uses technique of Wilxocon and Mann Whitney in application SPSS 17. The result of hypothesis based on the analysis data, the testing of pre test and post test in experiment group with significant 0.05%, so it can be known that Ho in this research was rejected. Whereas the testing of pre test and post test in control group with significant 0.05%, so it can be known that Ho in this research was accepted. After that, the testing of pre test in experiment and control group with significant 0.05%, so it can be known that Ho in this research was accepted. Whereas the testing of post test in experiment group and control group with significant 0.05%, it can be known that Ho in this research was rejected. The conclusion of this research was the effective of information service to improve the comprehension students of the danger in misapplication narcotics, psychotropic, and addictive essence (NAPZA) in SMA Negeri 8 Surakarta in the academic year 2011/2012.
Key words: Information service, the comprehension of the danger in misapplication NAPZA
PENDAHULUAN Masa remaja adalah masa yang paling indah dalam periodisasi perkembangan manusia.Masa remaja membuat seorang anak merasakan indahnya kehidupan mulai dari memiliki banyak teman bergaul dan mengalami rasa jatuh cinta. Sri Rumini dan Siti Sundari (2004:53) mengatakan ”masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa.” Paparan Sri Rumini dan Siti Sundari dapat diartikan bahwa masa remaja adalah suatu masa yang menunjukkan posisi seorang individu berada dalam masa peralihan yaitu dari masa kanak – kanak menuju masa dewasa. Kebanyakan dari remaja adalah mereka yang berusia duduk di bangku sekolah menengah. Senada dengan pendapat Sri Rumini dan Siti Sundari, Wakitri,dkk(2002:16) menjelaskan ”remaja adalah suatu tahap ketika alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Pematangan fisik berjalan ± 2 tahun dihitung mulai dari saat haid pertama bagi anak perempuan dan anak laki – laki sejak mengalami mimpi basah (polusio).”Hal tersebut dapat dimaknai bahwa seorang individu dapat dikatakan remaja apabila telah mengalami haid pada anak perempuan dan mimpi basah pada anak laki-laki serta tumbuhnya rambut di daerah kemaluan yang sering disebut masa pubertas. Seorang individu yang berada pada masa ini akan mengalami
perubahan, baik perubahan fisik maupun psikis. Perubahan – perubahan yang dialami oleh remaja yang terlihat jelas adalah perubahan fisik, yaitu tubuh berkembang dengan pesat sehingga mencapai bentuk tubuh yang proporsional disertai dengan perkembangan alat reproduksi. Dalam masa remaja terdapat tahap - tahap perkembangan yang harus dipahami oleh seorang remaja dengan tujuan dapat meningkatkan pemahaman diri. Tahap – tahap perkembangan tersebut antara lain masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Petro Bloss (dalam Sarlito Wirawan 1994:24) mengemukakan bahwa ada tiga tahap perkembangan dalam masa remaja yaitu remaja awal ( usia 12 – 15 tahun), remaja pertengahan ( usia 15 – 18 tahun) dan remaja akhir ( usia 18 – 21 tahun ). Paparan tersebut dapat diartikan bahwa dalam masa remaja seorang individu akan mengalami perubahan yang terjadi sesuai dengan tahap perkembangan yang dilalui oleh remaja dan biasanya terjadi tanpa disadari. Berkaitan dengan tahap perkembangan masa remaja dan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern, membuat remaja semakin haus akan pengetahuan perkembangan yang terjadi. Rasa keingin tahuan remaja akan perkembangan jaman menuntut para remaja untuk dapat menyesuaikan diri. Dalam istilah psikologi penyesuaian diri disebut dengan istilah
adjustment.Davidoff (dalam Enung Fatimah 2006:194) menjelaskan ”adjustment merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri dan tuntutan lingkungan.” Hal tersebut dapat dimaknai bahwa penyesuaian diri merupakan suatu usaha individu dalam mencapai keselarasan antara diri sendiri dengan lingkungan sekitarnya, sebab dalam proses penyesuaian diri selalu terjadi interaksi antara dorongan – dorongan pemenuhan kebutuhan diri individu dengan tuntutan lingkungan sosial. Senada dengan pendapat Davidoff mengenai penyesuaian diri, Wakitri, dkk (20012:44), menjelaskan bahwa dalam proses penyesuaian diri terjadi suatu interaksi antara dorongan dalam diri individu dengan tuntutan lingkungan sosial yang dapat berkecenderungan positif maupun negatif. Kecenderungan dikatakan positif yaitu ketika individu mampu menyesuaikan diri dengan baik, sedangkan yang dimaksud dengan kecenderungan negatif yaitu ketidak mampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Hal tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut, bahwa yang dimaksud dengan kecenderungan positif yaitu adanya kecocokan antara dorongan pemenuhan kebutuhan individu dengan tuntutan lingkungan yang berupa aturan, adat atau norma dalam masyarakat, sehingga individu dapat meyesuaikan diri dengan baik (well-adjusted). Sedangkan kecenderungan negatif berarti tidak adanya kecocokan antara
pemenuhan kebutuhan individu dengan tuntutan lingkungan yang mengakibatkan individu melakukan penyesuaian diri yang salah, sehingga terjadi perilaku yang salah suai (maladjusted). Masyarakat luas memaknai perilaku yang salah suai sebagai suatu kenakalan remaja. Salah satu contoh dari perilaku yang salah suai pada diri remaja adalah adanya keinginan untuk mencoba hal - hal baru yang dirasa dapat mengurangi stress, memberikan kesenangan, dan ketenangan ketika mereka sedang merasakan tidak nyaman. Salah satu yang dianggap dapat menantang diri remaja adalah dengan mengkonsumsi NAPZA. Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional tahun 2010, jumlah pengguna narkotika dan psikotropika pada usia sekolah menengah pertama sebanyak 6.859 orang, usia sekolah menengah atas sebanyak 14.986 orang, dan usia perguruan tinggi sebanyak 975 orang. Hal tersebut mengindikasikan bahwa remaja indonesia telah banyak yang menyalahgunakan napza untuk kepentingan kesenangan atau mencari kenikmatan semata. NAPZA merupakan jenis obat – obatan yang sering digunakan dalam praktik dunia medis. Menurut Lydia Harlina Martono dan Satya Joewana (2009:5) menyatakan ”napza (Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif) adalah istilah kedokteran untuk sekelompok zat yang jika masuk ke dalam tubuh menyebabkan ketergantungan (adiktif) dan
berpengaruh pada kerja otak (psikoaktif).”hal tersebut berarti bahwa napza merupakan zat yang sangat berbahaya bila masuk dalam tubuh manusia. Sebab napza dapat menyebabkan seseorang menjadi ketergantungan serta mempengaruhi kerja otak.Istilah umum yang ada dimasyarakat dan penegak hukum adalah narkoba yang memiliki arti narkotik, psikotropika dan obat terlarang. Hal tersebut berarti bahwa istilah NAPZA atau narkoba memiliki maksud yang sama yaitu keduanya merupakan obat – obatan yang berbahaya dan terlarang apabila digunakan secara illegal atau tanpa resep dokter. Saat perang dunia ke II, narkoba atau NAPZA dimanfaatkan sebagai obat – obatan yang dikonsumsi oleh para prajurit perang dengan tujuan agar para prajurit tidak tertekan dan tidak merasa takut bila melihat kejadian sebelumnya, sehingga mereka akan tetap semangat untuk berperang hingga titik darah penghabisan. Selain itu NAPZA merupakan obat – obatan yang sering digunakan dalam dunia medis sebagai obat pengurang rasa sakit dan obat penenang.Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai keberadaan NAPZA menjadikan masyarakat menyalahgunaannya. Banyak masyarakat yang belum memahami betul mengenai manfaat dan akibat dari penggunaan NAPZA.Penggunaan NAPZA dalam dunia medis yang sesuai dengan dosis dan resep dokter dapat memberikan
manfaat bagi tubuh, namun apabila disalahgunakan dapat berakibat buruk bagi pemakainya. Hal tersebut senada dengan pendapat Sudarsono (1990:65) bahwa penggunaan narkotika dengan dosis teratur dapat bermanfaat sesuai dengan tujuan, sedangkan penggunaan dengan dosis yang melebihi ukuran normal akan menimbulkan efek negatif yaitu menyebabkan kecanduandan peningkatan dosis penggunaan. Akibat terkecil dari penyalahgunaan NAPZA adalah menyebabkan ketergantungan dan apabila digunakan secara berlebihan atau over dosis dapat menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial bahkan hingga menyebabkan kematian. Lebih lanjut yang dimaksud dengan ketergantungan adalah keinginan untuk terus mengkonsumsi suatu zat, obat atau bahan lainnya yang diwujudkan dalam bentuk perilaku sebagai akibat dari pemakaian zat, obat atau bahan lainnya secara terus menerus maupun sesekali.Apabila keberadaan NAPZA yang disalahgunakan telah membuat pemakai menjadi ketergantungan dan ketika pecandu merasa sangat membutuhkan NAPZA untuk dikonsumsi, namun tidak tersedia atau tidak dimilikinya, maka dapat menyebabkan pemakai mengalami gejala putus zat. Lydia Harlina Martono dan Satya Joewana (2006:23) menyatakankan ”gejala putus zat adalah gejala yang timbul jika pemakaian zat dihentikan secara tiba – tiba atau dikurangi
dosisnya.” Dari pendapat ahli tersebut maka gejala putus zat dapat diindikasikan sebagai suatu gejala yang dirasakan oleh seorang pecandu seperti menderita sakit kepala, tangan gemetar, dan jantung bertambah cepat jika berhenti mengkonsumsi rokok, serta bagi pengguna heroin akan menderita influenza, mata berair, hidung beringus, dan menggigil ketika ingin berhenti mengkonsumsi obat – obatan atau dosis obat yang dikonsumsi dikurangi dari dosis yang biasa digunakan. Sebagai akibat karena telah mengalami ketergantungan dan tidak ingin mengalami gejala putus zat, maka pecandu akan selalu berusaha memperoleh NAPZA dengan cara apapun bahkan bisa melakukan tindak kriminal seperti mencuri dan merampok untuk mendapatkan NAPZA agar ia dapat melakukan kegiatannya sehari – hari secara normal. Salah satu contoh dari akibat penyalahgunaan NAPZA adalah terjadinya kecelakaan di kawasan tugu tani.Bilal Ramadhan (2012) menjelaskan bahwa Afriani Susanti (pengemudi mobil Daihatsu Xenia) yang sedang terpengaruh narkoba menabrak 12 pelajan kaki di Jalan M. Ridwan Rais, Jakarta Pusat. Kecelakaan terjadi sekitar pukul 11.00 WIB, ketika beberapa korban baru saja selesai berolahraga dikawasan monas. 12 korban tersebut diantaranya 9 orang meninggal dunia dan 3 orang lainnya dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah
Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) dalam kondisi kritis. Berdasarkan tes urine, Afriani dan 3 rekannya positif menggunakan narkoba yang mengandung metamphetamine. Sebelum kejadian, tersangka tidak hanya mengkonsumsi satu jenis narkoba, namun juga dimungkinkan menenggak wiski, ekstasi, ganja, dan shabu – shabu. Diduga penyebab tabrakan ialah pengemudi sedang terpengaruh narkoba.Afriani tidak dapat mengendalikan mobil yang dikemudinya karena efek dari miras dan ekstasi yang belum hilang. Sebagai upaya preventif, pemberian penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan NAPZA dapat dilakukan di rumah, di sekolah maupun di masyarakat.Salah satu contoh dalam memberikan penyuluhan tersebut dapat dilakukan melalui pemberian layanan informasi. Ifdil (2008) menyatakan ”layanan informasi adalah penyampaian berbagai informasi kepada sasaran layanan agar individu dapat menolah dan memanfaatkan informasi tersebut demi kepentingan hidup dan perkembangannya.” Hal tersebut berarti bahwa layanan informasi merupakan suatu bentuk kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh seorang informan terhadap sekelompok orang yang menerima informasi mengenai berbagai macam pengetahuan.Layanan informasi yang diberikan secara umum bertujuan agar terkuasainya informasi tertentu.Sedangkan secara khusus agar
paham terhadap informasi yang diberikan dan memanfaatkan informasi dalam penyelesaian masalahnya. Sebagai salah satu usaha preventif untuk mencegah agar remaja yang sehat tidak terlibat dalam penyalahgunaan NAPZA, maka pemberian layanan informasi kepada sekelompok remaja dirasa sangatlah penting.Pemberian layanan tersebut bertujuan agar dapat meningkatkan pemahaman remaja mengenai akibat yang ditimbulkan dari penyalahgunaan NAPZA.Diharapkan setelah dipahaminya hal tersebut, remaja dapat mengurungkan niatnya untuk menyalahgunakan NAPZA serta dapat hidup sehat dan bahagia tanpa menyalahgunakan NAPZA. METODE PENELITIAN Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik purposive random sampling.Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri 8 Surakarta, kelas X yang terdiri dari 10 kelas, 5 kelas diantaranya yaitu kelas X3, X7, X8, X9 dan X10 sebagian besar siswanya melakukan penyimpangan sosial. Lebih lanjut, dipilih secara acak sejumlah 51 siswa dari kelas X7 dan X8 untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kemudian ditentukan jumlah siswa dari kelompok eksperimen sebanyak 28 siswa dan kelompok kontrol
sebanyak 23 siswa, yang diindikasikan memiliki penyimpangan perilaku dalam menyalahgunakan NAPZA. Pengumpulan data pada penelitian perlu dilakukan.Agar data dapat valid dan reliable, maka diperlukan teknik-teknik dalam pengumpulan data. Beberapa yang perlu dibahas dalam topik pengumpulan data pada penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut : a. Jenis data Menurut Purwanto (2008), data dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam berdasarkan klasifikasinya, antara lain yaitu sifat, sumber, cara pengumpulan, dan skala. Berdasarkan klasifikasinya, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data menurut skalanya.Menurut skalanya, data dapat dibagi menjadi empat, yaitu data nominal, ordinal, interval, dan rasio.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Sugiyono (2005:14) mengemukakan ”data interval adalah data berupa angka yang merupakan hasil dari pengukuran serta dapat diurutkan berdasarkan kriteria tertentu”. Lebih lanjut, data yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah pemahaman siswa
terhadap bahaya penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif sebelum dan sesudah diadakan treatment. Data tersebut berupa nilai tes awal (pretest) dan nilai tes akhir (posttest) yang masing– masing akan dianalisis menggunakan SPSS 17. Suharsimi Arikunto (2006: 129) menjelaskan ”sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh”. Sumber data diperlukan dalam melakukan penelitian.Agar penelitian eksperimen yang dilakukan mendapatkan hasil valid dan reliabel, kaitannya untuk mengetahui tingkat hubungan antar variabel, maka diperlukan sumber data. Agar mempermudah dalam mengidentifikasi sumber data, Suharsimi Arikunto (1973: 107) mengidentifikasikannya menjadi 3, yaitu sebagai berikut : P :Person, yaitu sumber data yang berupa orang, P :Place, yaitu sumber data yang berupa tempat, P :Paper, yaitu sumber data yang berupa symbol. Berdasarkan identifikasi diatas, maka dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
Person : yaitu orang yang dapat memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara, tertulis melalui angket. Place : yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. Diam misalnya ruangan, alat, wujud benda, atau warna. Sedangkan bergerak misalnya aktivitas, laju kendaraan, atau sajian sinetron. Paper : yaitu sumber data yang menyajikan tanda – tanda dalam bentuk huruf, angka, gambar, atau simbol – simbol lainnya. Pengertian paper yang dimaksudkan bukanlah hanya sekedar kertas, sebagaimana pengertian paper dalam bahasa inggris. Akantetapi dapat berwujud batu, kayu, tulang, atau daun. Berdasarkan uraian para ahli diatas, sumber data dalam penelitian ini adalah person, yaitu siswa kelas X-7 SMA Negeri 8 Surakarta.
HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan analisis data penelitian melalui uji hipotesis, terbukti bahwa ada perbedaan rata-rata skor angket pemahaman bahaya penyalahgunaan NAPZA pada kelompok eksperimen, yaitu antara nilai pre testdanpost test. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terbukti adanya perbedaan rata-rata skor angket pemahaman bahaya penyalahgunaan NAPZA. Adapun perbedaan rata-rata masing-masing skor dapat dijelaskan dengan menggunakan Wilcoxon dan Mann Whitney dengan memanfaatkan aplikasi SPSS 17 sebagai berikut: Pemberian layanan informasi tentang narkotika, psikotropika, dan zat adiktif terbukti efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap bahaya penyalahgunaan NAPZA dilihat dari perbedaan mean antara pre test dengan post test kelompok eksperimen. Mean pre test kelompok eksperimen adalah 135,929 dan mean post test kelompok eksperimen adalah 140,786. Selisih antara mean pre test dan post test ini menunjukkan adanya peningkatan pemahaman bahaya penyalahgunaan NAPZA, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian treatment berupa layanan informasi tentang narkotika, psikotropika, dan zat adiktif berpengaruh meningkatkan pemahaman bahaya penyalahgunaan NAPZA pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/ 2012.
Dilihat dari perbedaan mean antara pre test dengan post test kelompok kontrol, mean pre test kelompok kontrol adalah 135,826 dan mean post test kelompok kontrol adalah 136,739. Kenaikan yang tidak terlalu besar antara nilai pre test dan post test kelompok kontrol ini membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan hasil test kelompok kontrol yang tidak mendapatkan treatment. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan tidak adanya treatment terhadap kelompok kontrol tidak ada peningkatan pemahaman bahaya penyalahgunaan NAPZA. Dilihat dari perbedaan selisih mean antara post test - pre test kelompok eksperimen dengan post test - pre test kelompok kontrol, selisih mean post test-pre test kelompok eksperimen adalah 4,857 (140,786135,929) dan selisih mean post test-pre test kelompok kontrol adalah 0,913 (136,739–135,826). Dari selisih mean tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok kontrol yang tidak mendapatkan treatment mengalami kenaikan pemahaman bahaya penyalahgunaan NAPZA yang tidak cukup besar, sedangkan kelompok eksperimen mengalami peningkatan pemahaman bahaya penyalahgunaan NAPZA. Sehingga terbukti dengan adanya layanan informasi tentang narkotika, psikotropika, dan zat adiktif dapat meningkatkan pemahaman bahaya penyalahgunaan NAPZA pada siswa.
Dilihat dari perbedaan mean antara pre test kelompok eksperimen dengan pre test kelompok kontrol, maka mean pre test kelompok eksperimen adalah 135,929 dan mean pre test kelompok kontrol adalah 135,828. Hal tersebut berarti bahwakedua kelompok sebagai data awal nilai test yang sama-sama belum mendapatkan perlakuan, memiliki tingkat pemahaman yang sama. Sehingga memiliki kesempatan yang samapula untuk meningkatkan pemahaman bahaya penyalahgunaan NAPZA pada siswa. Dilihat dari perbedaan mean antara post test kelompok eksperimen dengan post test kelompok kontrol, maka mean post test kelompok eksperimen adalah 140,786 dan mean post test kelompok kontrol adalah 136,739. Artinya berdasarkan nilai rata – rata post test pada kelompok eksperimen sebesar 140,786 dan 136,739 pada kelompok kontrol, maka 140,786>136,739. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian treatment terbukti efektif meningkatkan pemahaman. Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat diketahui bahwa pada penelitian ini layanan informasi tentang bahaya penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif perlu diberikan pada anak usia remaja. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa akan bahaya dari penyalahgunaan NAPZA, sehingga dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan NAPZA. Pernyataan
tersebut senada dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Dadang Hawari pada tahun 1990. Beliau menjelaskan bahwa 97% penyalahguna NAPZA berusia 13 – 17 tahun dan 90% berusia 13-25 tahun. Selain itu, pengguna NAPZA pada umumnya adalah remaja akibat dari pengaruh teman sebanyak 81,3%. Minimnya pengetahuan dan pemahaman remaja tentang bahaya penyalahgunaan NAPZA merupakan faktor utama seorang remaja menyalahgunakan NAPZA. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa layanan informasi tentang narkotika, psikotropika, dan zat adiktif terbukti efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap bahaya penyalahgunaan NAPZA pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dan implikasi, maka saran – saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut : 1. Bagi Kepala Sekolah a. Hendaknya kepala sekolah memberikan alokasi waktu mengajar masuk kelas bagi guru bimbingan dan konseling, sehingga dapat memahami keadaan dan karakter siswa lebih jauh dan lebih mendalam. b. Hendaknya kepala sekolah berkoordinasi dengan pihak lain
agar siswa dapat melakukan kunjungan belajar (studi banding) ke tempat rehabilitasi bagi para pecandu napza dengan tujuan siswa mendapatkan gambaran akibat dari penyalahgunaan obat. 2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling a. Guru bimbingan dan konseling hendaknya lebih mengembangkan penguasaan materi tentang napza, sehingga dapat diberikan secara mendalam dan menyeluruh kepada siswa sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa dan mencegah terjadinya penyalahgunaan napza. b. Hendaknya guru bimbingan dan konseling menjadwalkan pemberikan layanan informasi tentang bahaya penyalahgunaan napza, sehingga seluruh siswa mendapatkan informasi yang sama sebagai usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya. c. Hendaknya guru bimbingan dan konseling mengadakan kegiatan sosialisasi mengenai narkotika, psikotropika, dan zat adiktif pada saat masa orientasi siswa dengan melibatkan pihak medis dan pihak kepolisian. 3. Bagi Siswa a. Hendaknya siswa dapat mencari informasi yang tepat mengenai
napza dan bahaya penyalahgunaan NAPZA pada guru bimbingan dan konseling di sekolah atau pihak medis dan kepolisian. b. Siswa hendaknya dapat terbuka kepada guru bimbingan dan konseling ketika menjumpai masalah berkenaan dengan napza. 4. Bagi Orang Tua / Wali Murid a. Hendaknya orang tua / wali murid dapat bekerjasama dengan guru bimbingan dan konseling dan pihak sekolah untuk menyelamatkan anak dari penyalahgunaan NAPZA. b. Hendaknya orang tua / wali murid tetap memperhatikan perilaku anak ketika berada di rumah, tidak hanya bergantung dengan guru Bimbingan dan Konseling dan pihak sekolah atas perilaku anak.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Juntika Nurihsan. (2009). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT Refika Aditama. Anwar Sutoyo. (2009). Pemahaman Individu Observasi, Check list, Kuesioner dan Sosiometri. Semarang: CV. Widya Karya Bahar Mario. (2009). Jauhi Narkoba. Diperoleh 24 Maret 2012 dari http://jauhinarkoba.blogspot.com/2009/05/ pengertianpsikotropika.htmljam 06.13 WIB Cholid Narbuko dan Abu Achmadi.(2002) .Metodelogi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara Dafid Prawito. (2010). Perawatan Pemulihan Ketergantungan Napza. Diperoleh 12 Maret 2012 dari http://daffmoxe.blogspot.com/2010/05/perawatanpemulihan-ketergantungan.html jam 15.00 WIB Dwimaria.(2011). Pengertian Pemahaman. Diperoleh 12 Maret 2012 dari http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2200774-pengertianpemahaman/ jam 15.00 WIB Dwi Priyatno. (2009). 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta: C.V Andi Offset Enug Fatimah. (2006). Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung: CV Pustaka Setia Firsty Ayyu Dea Anindhitta.(2010). Pengertian dan penggolongan zat adiktif. Diperoleh 24 Maret 2012 darihttp://orangkalem.blogspot.com/2010/04/zatadiktif-dan-psikotropika.html jam 06.20 WIB Ifdil.(2008). Layanan Informasi.Diperoleh 21 Maret 2012 dari http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_alphacontent§io n=19&cat=79&task=view&id=22&Itemid=144 jam 13.03 WIB Bilal Ramadhan.(2012, 24 Januari).Terancam Pasal Berlapis, Republika, hlm. 1. John W Santrock. (2003). Adolesence (Perkembangan Remaja). Jakarta: Erlangga Joko P. (2007). Hindari Napza. Surakarta: Meditama
July Natalia.(2010). Dampak Narkoba Pada Tubuh.Diperoleh 12 Maret 2012 darihttp://nataliajuly.blogspot.com/ 2010/12/dampak-narkoba-padatubuh.html jam 20.26 WIB Ketut
Sukardi. (1983). Dasar-Dasar Sekolah.Surabaya : Usaha Nasional
Bimbingan
Dan
Penyuluhan
Di
Lydia Harlina Martono dan Satya Joewana.(2006a). Pencegahan Dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah.Jakarta: Balai Pustaka Lydia Harlina Martono dan Satya Joewana.(2009b). Membantu Pemulihan Pecandu Narkoba dan Keluarganya.Jakarta: Balai Pustaka Muhammad Zainal Abidin.(2011). Definisi Pemahaman Menurut Para Ahli.Diperoleh 12 Maret 2012 dari http://www.masbied.com/2011/09/02/definisi-pemahaman-menurut-paraahli/ jam 15.00 WIB Prayitno.(2004). Layanan Informasi. Universitas Negeri Padang Priyatno dan Erman Anti.(1994). Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Puati.(2010). Populasi Dan Sampel.Diperoleh 23 Juni 2012 dari http://spupe07.wordpress.com/2010/01/23/populasi-dan-sampel/ jam 23.30 WIB Raymond Tambunan. (2001). Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA.Diperoleh 13 Maret 2012 dari http://www.epsikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id=363 jam 15.40 WIB Rizki
hidayat.(2009). Psikotropika.Diperoleh 24 Maret 2012 http://rizkihidayat09.wordpress.com/saka-bhayangkara/krida-sakabhyangkara/krida-tptkp/psikotropika/ jam 06.15 WIB
dari
Romeal Abdalla.(2008). Narkoba dan Bahaya Pemakaiannya di Kalangan Remaja.Diperoleh 21 Maret 2012 dari http://www.wikimu.com/News/DisplayNewsRemaja.aspx?id=5691 jam 07.09 WIB Sarlito Wirawan Sarwono. (1994). Psikologi Remaja.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Soeharto dan Sutarno.(2009). Bimbingan dan Konseling. Surakarta: Yuma Pustaka
Sri Rumini dan Siti Sundari.(2004). Perkembangan Anak Dan Remaja.Jakarta: PT Asdi Mahastya Sudarianto. (2012). Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja. Diperoleh 23 Juni 2012 dari http://bnnpsulsel.com/pencegahan/upayapencegahaan-penyalahgunaan-narkoba-pada-remaja/jam 23.30 WIB Sudarsono.(1990). Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta Sugiyono.(2005a).Statistika untuk Penelitian.Jawa Barat: CV.Alfabeta Sugiyono. (2009b). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV.Alfabeta Suharsimi Arikunto. (2002a). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto. (2006b). Prosedur Penelitian.Jakarta: PT Rineka Cipta. Sutarno.(2010). Metodelogi Penelitian Pendidikan Dan Bimbingan. Surakarta
Sutrisno Hadi. (1983a). Statistik. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. Sutrisno Hadi. (1987b). Metodelogi Research I, untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis dan Desertasi.Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM Tina Afiatin. (2008). Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Dengan Program AJI. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Wakitri, Chasiyah dan Didik.Surakarta
Siti
Mardiyati.(2002).
Perkembangan
Peserta
Wakitri, Sri Anitah Wiryawan, Chasiyah, Edy Legowo. (1990). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta: Universitas Terbuka Wikipedia.(2011). Narkoba.Diperoleh12 http://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba
Maret jam
2012 15.00
dari WIB