Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
KEWIRAUSAHAAN INFORMASI (INFOPRENEUR) Kelompok Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Himma Dewiyana A. Ridwan Siregar Laila Hadri Nasution Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara
Abstract
The purpose of the community service program this student group is to provide assistance in science and technology (science and technology) in improving the skills of an independent entrepreneur, the entrepreneurial information to the Student Library Science Program, which is not economically productive, and yet confident to declare the existence of them, but a strong desire to become entrepreneurs rather Entrepreneurial Information (Infopreneur). The approach offered is, strengthening the soft skill and hard skills in the field of entrepreneurship information through: 1) Training Packaging and Packaging Information; 2) Entrepreneurship Training, and Marketing Information; and 3) Training Website Creation.The results of this study are: 1) Students are more confident entrepreneurs have a profession in the field of information, namely infopreneur; 2) Establishment of Information Services business unit engaged in the student-run information services; 3) Increasing the productivity of students in providing products / information packet; 4) Availability of a business plan as a first step to start a business and entrepreneurship development as guidance information; 5) Availability websiste for information product marketing / information package and Automation Services / Library Information System. Keywords: Infopreneur mengandalkan pekerjaan yang disiapkan oleh negara yaitu sebagai abdi negara, misalnya Pegawai Negeri Sipil (PNS), karena jumlah yang diperlukan sangat terbatas tidak sesuai dengan jumlah penduduknya, namun disiapkan juga dengan swasta dalam hal ini wirausahawan. (Hisrich, 2013)
PENDAHULUAN Negara yang maju pada umumnya adalah negara yang memiliki banyak wirausahawan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan, baik itu bagi diri sendiri maupun menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain, sehingga dapat mengurangi pengangguran dan banyak menyumbang pendapatan bagi, negara, berupa badan usaha perseorangan, persekutuan firma, persekutuan komanditer maupun dalam bentuk perseroan terbatas. Sehingga masyarakatnya tidak hanya
Pendidikan Tinggi Indonesia di pandang lebih banyak menciptakan sarjana pencari kerja, bukan pencipta lapangan kerja, itu membuat masyarakat Indonesia terbiasa memilih menerima gaji, sehingga tidak mandiri dan kreatif. Halaman 1
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
Berangkat dari hal tersebut, pemerintah melalui Perguruan Tinggi menanggapi permasalahan itu, agar lulusan perguruan tinggi bukan hanya mencari pekerjaan tetapi siap mendirikan atau menciptakan lapangan pekerjaan setelah selesai menempuh studinya. Salah satunya dengan memasukkan mata kuliah kewirausahaan di bangku kuliah di samping program-program yang lain, dengan harapan adanya mata kuliah kewirausahaan ini dapat memberikan ilmu pengetahuan kepada mahasiswa tentang wirausaha sehingga dapat menarik minat mahasiswa dalam berwirausaha. Namun tentunya modal atau bisa disebut status sosial ekonomi memiliki peranan yang sangat penting yang dapat menentukan minat mahasiswa untuk berwirausaha saat lulus nanti. Karena peluang hidup ditandai oleh peranan individu dalam produksi. Perguruan tinggi sudah memberinya ilmu mengenai kewirausahaan namun jika status sosial dan ekonomi tidak memungkinkan untuk mendirikan sebuah lapangan pekerjaan dalam hal ini berwirausaha maka mahasiswa tersebut akan berfikir ulang untuk berwirausaha.
Selama ini negara hanya mencetak begitu banyak sarjana yang hanya mengandalkan kemampuan akademis, tetapi tidak mampu menjadikan mereka lulusan yang kreatif. Hal ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi perekonomian bangsa. Dengan banyaknya sarjana yang menjadi pekerja dibanding menciptakan lapangan pekerjaan, membuat jumlah pengusaha di Indonesia tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Padahal kemakmuran suatu Negara dipengaruhi oleh jumlah pengusaha yang dimiliki oleh Negara tersebut. Lalu pertanyaannya, siapa yang salah, mahasiswa, para orang tua, atau pemerintah. Jawabannya tentu tergantung dari sudut mana kita memandang. Kita tidak dapat mengkambinghitamkan salah satu pihak. Masing-masing memiliki peran tersendiri, baik langsung maupun yang tidak langsung akibat pola pikir yang belum atau tidak mau diubah. Sekilas pandang dilihat bahwa mahasiswa sulit untuk mau dan memulai wirausaha dengan alasan mereka tidak diajari dan dirangsang untuk berusaha sendiri. Hal ini juga didukung oleh lingkungan budaya masyarakat dan keluarga yang dari dulu selalu ingin anaknya menjadi orang gajian alias pegawai. Disisi lain, para orang tua kebanyakan tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan untuk berusaha, oleh karena itu, mereka lebih cenderung mendorong anak-anak mereka untuk mencari pekerjaan atau menjadi karyawan. Orang tua juga merasa lebih bangga, bahkan sebagian merasa terbebas bila anaknya telah selesai kuliah mampu menjadi pegawai dan faktor yang tidak kalah pentingnya adalah tidak ada atau sulitnya memiliki modal untuk berwirausaha. (Minniti, 2006)
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa kondisi status sosial ekonomi orang tua baik dari ukuran ilmu pengetahuan, dan ukuran kekayaan mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan berbeda-beda. Misalnya saja beberapa orang tua dari mahasiswa tergolong berpendidikan tinggi ada yang S1, S2 dan D3. Namun tidak jarang beberapa diantaranya dari mahasiswa tergolong berpendidikan rendah ada yang lulusan SD bahkan ada yang tidak lulus SD. Persentase kondisi pendidikan orang tua mahasiswa berdasarkan angket dapat disimpulkan bahwa 3% orang tua mahasiswa lulus S2, 10% orang tua mahasiswa S1, 7% Halaman 2
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
kewirausahaan informasi akan membantu mahasiswa secara financial tanpa menggangu jam belajar atau perkuliahan mereka, karena dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja (paruh waktu/freelance).
orang tua mahasiswa lulus D3, 50% orang tua mahasiswa lulus SMA, 10% orang tua mahasiswa lulus SMP, 15% orang tua mahasiswa lulus SD dan 5% orang tua mahasiswa tidak lulus SD. Dari ukuran kekayaan dapat ditarik kesimpulan bahwa orang tua dari mahasiswa ada yang berpenghasilan tinggi, Namun tidak jarang beberapa orang tua dari mahasiswa tergolong berpenghasilan rendah. Presentase ukuran kekayaan berdasarkan angket diperoleh hasil 30% orang tua berpenghasilan tinggi sedangkan 70%nya berpenghasilan rendah. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan bahwasanya sebagian besar mahasiswa Program Studi Pendidikan Ilmu Perpustakaan memiliki minat untuk berwirausaha, hal ini dapat dilihat dari tanggapan responden dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan minat berwirausaha yang menunjukkan responden memiliki minat untuk berwirausaha. Hasil presentase yang diperoleh dari angket bahwa sebanyak 80% mahasiswa berminat untuk berwirausaha, sedangkan 20% mahasiswa tidak berminat.
Kewirausahaan informasi sangat berpotensi dan memiliki peluang untuk dikembangkan, mengingat saat ini masyarakat informasi semakin luas, kelompok pengguna informasi (information customers) semakin berkembang. Seorang infopreneur memiliki kemampuan mengidentifikasi kebutuhan informasi, mengakses informasi secara efektif dan efisien, mengevaluasi informasi dan sumbersumbernya, menggunakan informasi untuk tujuan tertentu, dan memahami aspek ekonomi, hukum, dan sosial yang berkaitan dengan penggunaan informasi. Kemampuan ini tidak dimiliki semua orang, sementara informasi telah menjadi kebutuhan primer setelah pangan, sandang dan papan, disinilah peran seorang infopreneur. Infopreneur mengkhususkan diri dalam informasi. Mereka menyediakan, mempromosikan, mendistribusikan dan memasarkan informasi. Infopreneur mengumpulkan informasi dari beberapa sumber, dan mengemas dalam berbagai cara baru, dan bentuk/format baru untuk memenuhi kebutuhan informasi. Mereka mengambil peluang dari revolusi informasi yang telah menyebabkan ledakan informasi, dimana telah terjadi kesemrawutan informasi yang berdampak kepada sulitnya dan tidak efektifnya sistem temu kembali informasi. Informasi yang tepat lebih sulit diperoleh dikarenakan banyaknya ‘sampah informasi’ di internet. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan strategi yang tepat dalam pencarian dan penelusuran informasi. Keterampilan
Khalayak sasaran program ini adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan yang sosial ekonomi orangtuanya berpenghasilan rendah, namun berhasrat kuat menjadi wirausahawan. Memang saat ini belum produktif secara ekonomis, tetapi dengan membekali mereka softkill keterampilan wirausaha lebih tepatnya Wirausaha Informasi akan menjadikan mereka seorang Pengusaha Informasi tepatnya Infopreneur. Infopreneur merupakan salah satu profesi yang bekerja secara mandiri, walaupun saat ini belum begitu dikenal namun di luar negeri profesi ini dikenal dengan nama Information Suppliers, Information Broker dan Information Specialist. Pekerjaan
Halaman 3
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
dicantumkan bahwa: Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
menggunakan strategi yang tepat dalam pencarian dan penelusuran informasi adalah skill dari seorang Infopreneur. Tujuan Kegiatan Tujuan dari program antara lain: Memberikan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam upaya peningkatan keterampilan wirausaha mandiri yaitu kewirausahaan informasi; Meningkatkan literasi informasi yang akan membuat mahasiswa semakin kreatif dan inovatif dalam menciptakan produk informasi dan pengemasan paket informasi; Meningkatkan kemampuan memasarkan paket informasi secara online melalui website.
Jadi wirausaha itu mengarah kepada orang yang melakukan usaha/kegiatan sendiri dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan kewirausahaan menunjuk kepada sikap mental yang dimiliki seorang wirausaha dalam melaksanakan usaha/kegiatan.
Manfaat Kegiatan Manfaat utama ditujukan bagi mahasiswa yaitu: Mahasiswa menjadi seorang Wirausahawan Informasi (Infopreneur); Mahasiswa mampu membuat dan memiliki perencanaan bisnis (business plan) di bidang jasa informasi; Mahasiswa mampu memproduksi dan mengemas paket informasi 1. Mahasiswa mampu membuat dan mengelola situs web untuk memasarkan produk-produk informasi secara online.
Kewirausahaan dilihat dari sumber daya yang ada di dalamnya adalah seseorang yang membawa sumber daya berupa tenaga kerja, material, dan asset lainnya pada suatu kombinasi yang menambahkan nilai yang lebih besar daripada sebelumnya dan juga dilekatkan pada orang yang membawa perubahan, inovasi, dan aturan baru. Kewirausahaan dalam arti proses yang dinamis adalah kewirausahaan merupakan sebuah proses mengkreasikan dengan menambahkan nilai sesuatu yang dicapai melalui usaha keras dan waktu yang tepat dengan memperkirakan dana pendukung, fisik, dan resiko sosial, dan akan menerima reward yang berupa keuangan dan kepuasan serta kemandirian personal.
TINJAUAN PUSTAKA Kewirausahaan Informasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta memasarkannya. Dalam lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995,
Melalui pengertian tersebut terdapat empat hal yang dimiliki oleh seorang wirausahawan yakni: 1. Proses berkreasi yakni mengkreasikan sesuatu yang baru dengan Halaman 4
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (innovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih. 6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumbersumber melaui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
menambahkan nilainya. Pertambahan nilai ini tidak hanya diakui oleh wirausahawan semata namun juga audiens yang akan menggunakan hasil kreasi tersebut. 2. Komitmen yang tinggi terhadap penggunaan waktu dan usaha yang diberikan. Semakin besar fokus dan perhatian yang diberikan dalam usaha ini maka akan mendukung proses kreasi yang akan timbul dalam kewirausahaan. 3. Memperkirakan resiko yang mungkin timbul. Dalam hal ini resiko yang mungkin terjadi berkisar pada resiko keuangan, fisik dan resiko sosial. 4. Memperoleh reward. Dalam hal ini reward yang terpenting adalah independensi atau kebebasan yang diikuti dengan kepuasan pribadi. Sedangkan reward berupa uang biasanya dianggap sebagai suatu bentuk derajat kesuksesan usahanya.
Sejalan dengan pendapat di atas, Siagian (1999) mendefinisikan: Kewirausahaan adalah semangat, perilaku, dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan/masyarakat; dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan manajemen.
Dari beberapa konsep yang ada ada 6 (enam) hakekat penting kewirausahaan sebagai berikut (Suryana, 2004) yaitu: 1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis 2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) 3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan 4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth)
Untuk menjadi seorang wirausaha ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi antara lain: 1. Memiliki kemampuan modal yang kuat untuk berkarya dengan semangat kemandiriannya Halaman 5
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
Pencipta software mendapatkan royalti. Penyedia isi internet mendapat penghasilan dari iklan dan royalti. Infopreneur adalah orang yang bisnia utamanya berbagi dan menjual informasi elektronik dengan cara membuat blog / website dan memasarkan produk sendiri /orang lain. Umumnya seorang infopreneur menghasilkan uang dengan cara menjual informasi melalui internet. Profesi ini sudah ada sebelum internet berkembang pesat. Biasanya mereka menjual informasi melalui audio cd, cd rom, video, talk show, conference, namun dengan adanya internet, mereka bisa menjual informasi melalui internet dan mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas karena internet bisa diakses dari seluruh dunia.
2. Mampu memecahkan masalah dalam mengambil keputusan 3. Memiliki keberanian mengambil resiko 4. Mempunyai keingan yang kuat untuk belajar, dan bertindak inovatif kreatif 5. Bekerja keras, tekun dan teliti dan tidak pernah merasa puas 6. Mampu menghasilkan karya baru yang berlandaskan etika bisnis yang sehat. Menurut Zimmerer (2009) ada 7 (tujuh) langkah proses berpikir kreatif dalam kewirausahaan, yaitu: Tahap 1: Persiapan (Preparation) Tahap 2: Penyelidikan (Investigation) Tahap 3: Transformasi (Transpormation) Tahap 4: Penetasan (Incubation) Tahap 5: Penerangan (Illumination) Tahap 6: Pengujian (Verification) Tahap 7: Implementasi (Implementation)
Information Repackaging
Infopreneur
Informasi yang tersedia melimpah akhirakhir ini dapat memudahkan pengguna mendapatkan informasi yang diperlukan. Namun, informasi yang tersedia melimpah tersebut kadang dapat menyulitkan pengguna dalam memilih informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Informasi kadang juga disajikan sepotong-potong, kurang lengkap, bersifat umum atau kurang spesifik, atau menggunakan istilah yang sulit dipahami oleh masyarakat umum. Akibatnya, pengguna informasi, termasuk penyuluh dan petani, sulit memperoleh informasi yang tepat atau langsung dapat dimanfaatkan, sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya dan kemampuannya.
Dalam bukunya yang berjudul Multiple Stream of Income and Five pipeline for Growth Rich, R. G. Allen dan B. Hedges seperti dikutip Waringin (2005). Infopreneur skill : Mengorganisasi, menata, menyederhanakan, mengajar. Seorang infopreneur adalah mereka yang mendapatkan uang dari menjual informasi. Produk utama mereka adalah data, pengetahuan, skill, atau informasi khusus. Di sini, mereka mengubah ide, pengetahuan, dan pengalaman menjadi uang kontan. Misalnya: Pengarang buku bisa mendapatkan royalti dari bukubuku yang ditulisnya. Konsultan marketing mendapatkan persentase tertentu dari laba atau penghasilan. Pemilik waralaba mendapatkan biaya franchise.
Untuk mendayagunakan informasi yang ada serta menyediakan informasi yang sesuai bagi penyuluh dan petani maka informasi yang dihasilkan oleh lembagaHalaman 6
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
sasaran agar tujuan informasi tercapai.
lembaga penelitian, perguruan tinggi serta sumber informasi lain perlu dipilih, kemudian dikemas ulang. Pengemasan informasi merupakan salah satu upaya mempercepat penyampaian dan pemanfaatan informasi.
pengemasan
Tahapan Pengemasan Informasi Agar informasi yang dikemas sesuai dengan kebutuhan pengguna, pengemasan informasi dilakukan mengikuti tahapan sebagai berikut:
Pengemasan informasi merupakan kegiatan menyeleksi informasi yang berasal dari berbagai sumber, dilanjutkan dengan mendata, menganalisis, mensintesis, dan menyajikannya dalam kemasan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pengemasan informasi akan memudahkan pengguna memperoleh informasi yang tepat, lengkap, dan sesuai serta dapat dengan mudah diaplikasikan.
Identifikasi kebutuhan pengguna. Kebutuhan pengguna dapat diketahui melalui wawancara dengan pengguna maupun pihak terkait, pengamatan langsung di lapangan, serta mempelajari laporan atau dokumen yang ada, seperti hasil PRA. Dengan mengetahui kebutuhan pengguna maka tujuan pengemasan informasi akan lebih tepat sasaran.
Jenis Kemasan Informasi
Pengumpulan informasi serta pemilihan sumber informasi. Berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan pengguna, selanjutnya dilakukan pengumpulan informasi yang relevan. Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain perpustakaan, diskusi dengan pakar/ahli, dan internet. Namun demikian, pengemas informasi perlu memperhatikan sumber informasi tersebut. Pemilihan sumber informasi penting untuk menjamin kebenaran informasi yang dikumpulkan. Untuk informasi tentang inovasi teknologi pertanian, pengemas dapat mengakses lembaga-lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan sumber lain yang relevan. Informasi yang bersumber dari kearifan lokal dapat pula dimanfaatkan bila relevan.
Agar kemasan informasi berdaya guna, maka kemasan informasi dibuat berdasarkan jenis dan kebutuhan pengguna. Informasi yang dikemas haruslah mengacu kepada kebutuhan pengguna, yang dapat diketahui berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan pengguna. Berdasarkan jenisnya, kemasan informasi dapat berupa: Media tercetak, seperti brosur, folder, petunjuk teknis, poster, buku saku, warta (newsletters), serta buku panduan/pedoman. Media elektronis, seperti CD, VCD, DVD, dan internet serta pangkalan data. Setiap bentuk kemasan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, termasuk kelebihan dan kekurangannya sebagai media komunikasi. Begitu pula, rambu-rambu atau aturan mengemas informasi dalam setiap jenis/bentuk kemasan tersebut juga berbeda. Oleh karena itu, para pengemas informasi perlu memperhatikan karakteristik masing-masing media serta pengguna
Evaluasi informasi yang dikumpulkan. Informasi yang telah dikumpulkan selanjutnya dipilih dan ditelaah sesuai dengan topik yang ditentukan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan pengguna. Halaman 7
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
tingkat kecerdasan pengguna, menggunakan istilah atau kata-kata yang sederhana yang dapat dipahami oleh penggunanya, dengan gaya bahasa yang tidak formal. 6. Ringkas, yaitu langsung ke permasalahan yang dibahas, tidak panjang-lebar agar ide pokok tidak kabur. 7. Terbuka, yaitu informasi yang disajikan memungkinkan untuk diperbarui bila ada perkembangan baru. 8. Bermanfaat bagi sasaran yang dituju.
Pengemasan informasi. Kemampuan pengemas informasi sangat menentukan nilai guna kemasan informasi yang dihasilkan. Oleh karena itu, pengemas informasi perlu memahami materi yang akan dikemas, bentuk kemasan, serta cara mengemasnya. Seyogianya, pengemas informasi adalah orang yang ahli di bidangnya. Namun, pengemasan dapat pula dilakukan oleh bukan ahlinya bekerja sama dengan yang ahli di bidangnya. Evaluasi produk dan proses pembuatannya. Evaluasi terhadap kemasan informasi bertujuan untuk mengetahui manfaat informasi bagi pengguna serta efektivitas media yang digunakan. Evaluasi terhadap proses pembuatan juga penting, terutama berkaitan dengan efisiensi waktu, tenaga, dan biaya.
Rambu-Rambu Informasi
Jenis
Kemasan
Rambu-rambu jenis kemasan informasi dapat diuraikan sebagai berikut: Poster Poster adalah media cetak berupa satu lembar kertas dengan ukuran biasanya 60 cm x 90 cm. Informasi yang disajikan bertujuan menarik perhatian sasaran. Menonjolkan informasi atau ilustrasi sebagai penangkap pandangan (eye catcher). Huruf hendaknya dapat dibaca pada jarak 5 m. Informasi yang disajikan ringkas, dapat dibaca sambil lalu. Dicantumkan nama dan alamat institusi untuk memudahkan pengguna berkomunikasi lebih lanjut.
Prinsip Pengemasan Informasi Agar kemasan informasi menarik, benar, dan tepat sasaran, pengemas informasi perlu memahami beberapa prinsip sebagai berikut: 1. Benar dan logis, artinya dapat dipercaya dan dapat diterima akal sehat. 2. Sistematis. Informasi disajikan secara runut, bertahap, dan berkesinambungan sesuai dengan alur pikir. 3. Aplikatif atau dapat diterapkan pengguna. 4. Tuntas dan menyeluruh. Informasi berasal dari berbagai sumber yang kompeten dan telah melalui proses penelaahan, sehingga dapat menjamin kebaruan dan kelengkapan informasi yang disajikan. 5. Jelas, yaitu mudah dipahami pengguna serta tidak menimbulkan salah tafsir. Oleh karena itu, pengemasan perlu memperhatikan
Leaflet Adalah media cetak yang berbentuk satu lembar kertas lepas ukuran A4. Bertujuan menggugah perhatian atau membangkitkan motivasi sasaran untuk mengetahui lebih lanjut informasi yang disampaikan. Memuat informasi tentang teknologi praktis atau informasi lain. Halaman 8
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
Menggunakan ilustrasi agar informasi yang disajikan menarik, serta untuk memperjelas isi informasi. Dicantumkan nama penyusun dan alamat institusi untuk memudahkan pengguna berkomunikasi lebih lanjut.
Pustaka yang durujuk tidak perlu dicantumkan dalam teks, tetapi dicantumkan pada akhir tulisan. Dicantumkan nama penyusun dan alamat institusi untuk memudahkan pengguna berkomunikasi lebih lanjut
Folder Adalah media cetak berbentuk lembaran kertas yang dilipat menjadi 2, 3 atau 4, biasanya kertas yang dipakai berukuran A4. Jika kertas tidak dilipat disebut pamflet. Lipatan pertama adalah kulit depan, biasanya memuat judul. Halaman ini harus dirancang semenarik mungkin (tata letak, ilustrasi, warna, huruf). Halaman berikutnya memuat informasi yang akan disajikan, dapat dibagi-bagi ke dalam beberapa bagian sesuai dengan kronologi dan kepentingannya. Dianjurkan menggunakan ilustrasi (foto, gambar garis) dengan menganut prinsip kepantasan dan kesederhanaan. Dalam mengatur tata letak, sebaiknya lebih banyak menyisakan ruangan kosong. Fungsi dan isi folder sama dengan leaflet. Bedanya, isi folder lebih panjang dibanding leaflet Dicantumkan nama penyusun dan alamat institusi untuk memudahkan pengguna berkomunikasi lebih lanjut
Kerangka Pemecahan Masalah
METODE
Pemecahan masalah dilakukan dengan pendekatan penguatan kemampuan softskill dan hardskill di bidang kewirausahaan informasi melalui: 1) Pelatihan Pengemasan dan Pembuatan Paket Informasi; 2) Pelatihan Kewirausahaan dan Pemasaran Informasi; dan 3) Pelatihan Pembuatan Website.
Gambar 1. Kerangka Pemecahan Masalah 4.2 Realisasi Pemecahan Masalah
Pembuatan Website
Booklet Berbentuk buku kecil, umumnya berukuran 13,5 cm x 18 cm. Jumlah halaman tidak dibatasi, minimal 24 halaman. Disusun mengikuti kaidah penulisan ilmiah popular. Informasi disajikan dalam beberapa bagian sesuai dengan kronologi dan kepentingannya.
INFOPRE
Kewirausah aan dan Pemasaran Informasi
Pengemasan dan Pembuatan Paket
Gambar 2. Realisasi Metode yang Ditawarkan Halaman 9
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
menghadiri acara secara langsung. Menuliskan rekaman dan menjualnya sebagai laporan khusus atau e-book. Langkah 3. Merekam proses belajar mengajar jarak jauh (teleclasses), kemudian menjual copy CD dan Laporan. Langkah 4. Mengambil sebuah artikel majalah yang sudah Anda tulis dan tambahkan narasi sebagai pelengkap untuk mendapatkan sebuah bab untuk sebuah buku, atau sebaliknya ambil bagian dari buku Anda dan mengubahnya menjadi artikel majalah). Langkah 5. Membangun website dan menawarkan koleksi berharga artikel, link, template, bentuk, atau mingguan kepada pengunjung web, baik bentuk tercetak maupun elektronik, dan meminta orang untuk membayar sedikit biaya berlangganan bulanan untuk mengaksesnya. Langkah 6. Mengambil serangkaian tips, wawasan atau teknik dari salah satu buku atau laporan khusus, dan membagi-baginya ke dalam potongan. Gunakan autoresponden untuk mengirimkan satu potongan isi email setiap minggu selama 6 atau 8 minggu (e-course). Untuk menambahkan nilai pelanggan, pertimbangkan bundling di beberapa e-mail. Langkah 7. Jika buku Anda berisi langkahlangkah atau suatu prosedur, kembangkanlah menjadi bentuk lain dengan cara memperluas
Realisasi metode yang ditawarkan dapat diuraikan sebagai berikut: Pelatihan dan Pendampingan Pengemasan dan Pembuatan Paket Informasi Pelatihan ini dirancang untuk mitra yaitu mahasiswa calon Wirausahawan Informasi. Pelaksanaan pelatihan dilakukan selama 3 (tiga) minggu, tanggal 15 September s.d 3 Oktober 2014, dengan cara pemberian materi dan pendampingan tugas mandiri. Materi yang diberikan adalah penerapan Model Literasi Informasi dan Perancangan dan Pengembangan Pembuatan Produk Informasi. Model Literasi Informasi yang diterapkan adalah: 1. Pengidentifikasian kebutuhan informasi 2. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien 3. Mengevaluasi informasi dan sumbersumbernya 4. Penggunaan informasi untuk tujuan tertentu 5. Pemahaman aspek ekonomi, hukum, dan sosial yang berkaitan dengan penggunaan informasi Perancangan dan pengembangan pembuatan produk informasi (the design and development of information products) yang diberikan kepada mitra meliputi 9 (sembilan) langkah yaitu: Langkah 1. Mengumpulkan dan menawarkan informasi mengenai satu topik isu dan menjualnya dalam bentuk bundel atau e-booklets. Langkah 2. Merekam ceramah pada berbagai seminar atau workshop, kemudian menjual copy CD untuk mereka yang tidak dapat
Halaman 10
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
atau mengubahnya menjadi buku kerja/petunjuk teknis. Langkah 8. Mengalihmediakan rekaman CD ke file audio streaming atau video lalu menawarkan kepada pengunjung yang mendaftar, bonus untuk ke mengakses informasi milik Anda, dan masukkan mereka sebagai "audio artikel", atau menggunakan mereka sebagai alat promosi. Langkah 9. Menawarkan artikel majalah yang sama untuk beberapa publikasi cetak yang berbeda. Mereka tidak akan keberatan selama khalayak target mereka semua berbeda.
Pelatihan dan Pendampingan Pembuatan Website Produk informasi dapat menjadi salah satu cara yang paling menguntungkan membuat uang secara online. Menjual produk melalui website adalah cara mudah untuk mengirimkan produk informasi dalam format elektronik. Konten digital memungkinkan orang untuk mendapatkan informasi tentang topik tertentu melalui bentuk dokumen PDF atau aplikasi perangkat lunak. Bentuk yang paling umum adalah ebooks. Pelaksanaan pelatihan ini dilakukan 4 hari, dari tanggal 7 s.d 10 Oktober 2014. Ada beberapa cara untuk menjual produk informasi. Namun sebelumnya perlu melakukan promosi terlebih dahulu. Tujuan dasar dari promosi adalah untuk menarik perhatian klien, membuat klien menyadari produk informasi yang ada, memposisikan produk informasi di benak klien potensial dalam cara yang unik dan menguntungkan, memotivasi klien untuk benar-benar membeli produk. Berikut cara memasarkan produk informasi: 1. Website Sendiri atau Webpage Menjual produk di situs Web atau halaman web dengan membuat beberapa jenis sistem shopping cart untuk menerima pembayaran dan memberikan produk atau mengambil pelanggan ke halaman download. 2. Toko Online menawarkan kemampuan untuk membayar afiliasi untuk memasarkan dan mempromosikan produk informasi 3. eBay Banyak pemasar membuat uang menjual produk informasi mereka di eBay. 4. Iklan
Pelatihan dan Pendampingan Kewirausahaan dan Pemasaran Informasi Pelatihan kewirausahaan dan pemasaran informasi ditujukan bagi mitra yaitu mahasiswa agar mampu membuat dan memiliki perencanaan bisnis (business plan) di bidang jasa informasi. Business plan meliputi marketing plan, human resource plan, operation plan, dan financing plan selama setahun dan di breakdown secara rinci untuk setiap bulannya ditambah dengan cara pengeksekusian planning tersebut. dengan business plan, semua rincian strategi, aktifitas, dan sistem sudah siap dijalankan. Pelatihan ini dilaksanakan selama 4 hari, dari tanggal 22 September s.d. 25 September 2014. Hasil dari pelatihan ini adalah mahasiswatelah memiliki business plan sebagai langkah awal memulai usaha dan sebagai pedoman pengembangan kewirausahaan informasi yang mulai dirintis.
Halaman 11
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
4. Meningkatkan kualitas hubungan bisnis antara pelanggan dan perusahaan, dimana pelangan akan semakin mudah untuk melakukan kontak dengan perusahaan melalui fitur – fitur pada website.
Dapat menjual produk informasi melalui situs atau iklan baris di televisidan media berita lainnya 5. Penjual Buku Menjual e-books di situs seperti Amazon.com yang tentu saja tempat yang bagus karena pembeli buku adalah pasar utama mereka .
Tahapan Pelaksanaan: Tahap Perencanaan Tahap Persiapan Menyiapkan surat perintah kerja untuk tim pelaksana proyek, sebagai persiapan administrasi Briefing tim untuk melaksanakan proyek Mobilisasi tim Tahap Definisi Proyek Pemaparan proyek Tahap Survey Pengambilan data Tahap Perencanaan Kegiatan Pelaksanaan Pengumpulan data Penyusunan langkah pelaksanaan proyek Tahap Analisis Analisis data yang terkumpul Analisis Software Analisis Hardware Tahap Pembuatan Website Perancangan desain Pemrograman web Pemrograman database Penambahan fitur website Tahap Testing Pengujian terhadap web melalui jaringan lokal Tahap Penyediaan Infrastruktur Pemilihan distributor Daftar pembelian barang Pengiriman barang Tahap Instalasi Infrakstruktur Penentuan desain topologi jaringan Menyiapkan hardware dan software Menyiapkan tempat instalasi
Kegiatan pelatihan pembuatan website dimaksudkan untuk memasarkan produk informasi secara online. Untuk memenuhi maksud tersebut pembuatan dan perancangan website diarahkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut : 1. Meningkatkan mutu kualitas layanan kepada konsumen informasi 2. Memudahkan konsumen dalam melakukan pemesanan 3. Memudahkan konsumen dalam melakukan kontak / interaksi ke perusahaan Kegiatan ini mempunyai tujuan yang meliputi 2 aspek utama, yaitu : 1. Aspek Perusahaan 2. Aspek Pelanggan Dalam aspek tujuan perusahaan, terdepat empat tujuan, yaitu : 1. Meningkatkan jumlah penjualan 2. Menambah area pemasaran 3. Meningkatkan image dan mutu serta nilai bisnis perusahaan 4. Meningkatkan kualitas hubungan bisnis antara perusahaan dan pelanggan Dalam aspek tujuan pelanggan, terdapat empat tujuan, yaitu : 1. Meningkatkan kualitas layanan terhadap pelanggan 2. Memudahkan cara belanja dan transaksi untuk pelanggan 3. Memudahkan pelanggan dalam mendapat informasi produk dan informasi menarik lainnya.
Halaman 12
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015 Pengetesan jaringan Tahap Implementasi Pengetesan website diakses pada jaringan yang sudah terinstal Integrasi website ke internet Tahap Pelatihan Pelatihan secara teori Pelatihan secara praktek Tahap Pengechekan Performa Pengechekan performa website Pengechekan performa sistem jaringan Tahap Maintenance Maintenance website Maintenance sistem jaringan Tahap Dokumentasi Dokumentasi desain website Dokumentasi petunjuk teknis pengelolaan dan operasional Dokumentasi petunjuk perawatan website Dokumentasi petunjuk perbaikan website Dokumentasi petunjuk prosedur keamanan website Tahap Analisis Hasil Review hasil proyek Proyek selesai Tahap Antisipasi Kendala Identifikasi masalah Perbaikan masalah
pembuatan paket-paket informasi, baik dari segi jumlah/kuantitas dan juga kualitas, dan (3) Meningkatnya keterampilan mahasiswa dalam penerapan dan pembangunan Sistem Informasi Manajemen Perpustakaan dan Automasi Perpustakaan. Berikut contoh beberapa paket
informasi yang dibuat oleh Mahasiswa.
HASIL
Gambar 4. Paket Informasi Hardcopy dalam bentuk buku dan Softcopy dalam Kemasan Compact Disk (CD)
Pelatihan dan Pendampingan Pengemasan dan Pembuatan Paket Informasi
Pembangunan Automasi perpustakaan menggunakan aplikasi SLiMS (Senayan Library Management System), yaitu Open Source Software (OSS) berbasis web untuk memenuhi kebutuhan automasi perpustakaan (library automation) skala kecil hingga skala besar. Dengan fitur yang cukup lengkap dan masih terus aktif dikembangkan, SENAYAN sangat cocok digunakan bagi perpustakaan yang memiliki
Hasil kegiatan Pelatihan pengemasan dan pembuatan paket informasi antara lain: (1) Tumbuhnya rasa percaya diri pada mahasiswa dengan mencantumkan profesi sebagai infopreneur pada kartu nama mereka; (2) Meningkatkanya kompetensi mahasiswa baik hardskill maupun softskill dalam memproduksi informasi yaitu pengemasan dan
Halaman 13
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
koleksi, anggota dan staf banyak di lingkungan jaringan, baik itu jaringan lokal (intranet) maupun Internet. Keunggulan SENAYAN lainnya adalah multiplatform, yang artinya bisa berjalan secara natif hampir di semua Sistem Operasi yang bisa menjalankan bahasa pemrograman PHP (http://www.php.net) dan RDBMS MySQL (http://www.mysql.com). SENAYAN sendiri dikembangkan di atas platform GNU/Linux dan berjalan dengan baik di atas platform lainnya seperti Unix* BSD dan Windows. Senayan awalnya digagas oleh Perpustakaan Depdiknas dan sekarang terus dikembangkan dengan kontribusi banyak orang melalui internet.
yang telah dibuat oleh kelompok mahasiswa di bidang Kewirausahaan Informasi dapat dilihat pada Lampiran: 1. Perusahaan FA2 (FAST & ACCURATE): Jasa Pencarian, Pengolahan dan Pengemasan Informasi, dimana Mitra sebagai pelaksana 2. Perusahaan LIB TECHNO: Pelayanan Jasa Informasi, pembuatan web/blog, Automasi Perpustakaan dan Instalasi/upgrade komputer, dimana Mitra sebagai pelaksana Pelatihan Pendampingan Pembuatan Website Hasil pelatihan ini mahasiswa mampu membuat dan mengelola website ecommerce untuk memasarkan produk/paket informasi. Berikut adalah template dan Orders administration untuk e-commerce.
Gambar 5. Aplikasi SLiMS Pelatihan dan Pendampingan Kewirausahaan dan Pemasaran Informasi Pelatihan kewirausahaan dan pemasaran informasi telah meningkatkan kemampuan mahasiswa membuat dan merencanakan bisnis (business plan) di bidang jasa informasi. Business plan
Gambar 6. Template dan Orders administration untuk e-commerce Halaman 14
Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 11, No. 1, Juni 2015
Global Venture (Google eBuku). SAGE Publications. Minniti, Maria dkk. 2006. Entrepreneurship: The Engine of Growth. Greenwood Publishing Group Scarborough, Norman M., Wilson, Douglas L., dan Zimmerer, Thomas. 2010. Essentials of Entrepreneurship and Small Business Management. Prentice Hall, Suryana. 2004. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat & Proses Menuju Sukses (ed. 3). Jakarta: Salemba Empat. Siagian, Salim, 1999, Peranan Kewirausahaan Pengembangan Koperasi, Usahawan No. 07 THXXVIII Juli. Timmons, Jeffry dan Spinelli, Stephen.2008. New Venture Creation: Entrepreneurship for the 21st Century. McGraw-Hill Education Waringin, Tung Desem. 2005. Financial Revolution. Jakarta: Gramedia Zimmerer, Thomas W. ; Scarborough, Norman M. dan Wilson, Doug. 2009 . Essentials of Entrepreneurship and Small Business Management: Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil 2 (ed.5). Jakarta: Salemba Empat
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari program pengabdian pada masyarakat ini adalah: 1. Mahasiswa lebih percaya diri memiliki profesi Wirausahawan di bidang Informasi yaitu INFOPRENEUR. 2. Terbentuknya usaha Unit Jasa Informasi yang bergerak di bidang jasa informasi yang dikelola mahasiswa 3. Meningkatnya produktivitas mahasiswa dalam menghasilkan produk/paket informasi 4. Tersedianya business plan sebagai langkah awal memulai usaha dan sebagai pedoman pengembangan kewirausahaan informasi 5. Tersedianya websiste untuk pemasaran produk informasi/paket informasi dan Layanan Automasi/Sistem Informasi Perpustakaan. 6. Setelah menjadi seorang Infopreneur diharapkan kesejahteraan mahasiswa dapat meningkat. Hal ini dapat dilihat dari adanya permintaan dan pemesanan dari konsumen terhadap paket informasi yang telah diciptakan mitra. DAFTAR PUSTAKA Hisrich, Robert D.; Peters, Michael P. dan Shepherd Dean A. 2013. Entrepreneurship, ed. 9. McGraw-Hill Education. Hisrich, Robert D. 2012. International Entrepreneurship: Starting, Developing, and Managing a
Halaman 15