Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
KETERWAKILAN POLITIK KAUM PEREMPUAN PADA PEMILU LEGISLATIF DPRDDIKABUPATEN SAMBAS TAHUN 2014-2019 Oleh:
HASBI NIM. E02110056 Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak. Tahun 2015 E_mail :
[email protected]
Abstrak Penulisan jurnal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman mengenai Keterwakilan Politik Kaum Perempuan Pada Pemilu Legislatif DPRD Di Kabupaten Sambas Tahun 20142019.Permasalahan yang dihadapi adalah secara formal keanggotaan legislatif perempuan Kabupaten Sambas masih dibawah kuota 30% yang harus dipenuhi. Melalui penulisan jurnalini juga dimaksud agar kendala yang dihadapi dalam Keterwakilan Politik Kaum Perempuantersebut dapat diatasi dan mendapatkan solusi, sehingga kuota 30% dalam badan legislatif Kabupaten Sambas dapat terpenuhi. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya keterwakilan perempuan di legislatif DPRD Kabupaten Sambas adalah faktor sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan psikologis. Kata-kata Kunci : Keterwakilan Politik Legislatif, Kesetaraan Gender, Pemilu
POLITICAL REPRESENTATION OF WOMEN IN PARLIAMENT LEGISLATIVE ELECTIONS IN SAMBAS REGENCY YEAR 2014-2019 Abstract The purpose of this research is to explain the barriers to Political Representation of Women In legislative elections in Sambas district DRRD Year 2014-2019. Although formally legislative membership quota of women is still below 30% which must be met, but showed the presence of political representation (political representative) good. Patriarchal culture plays a role in the political administration, although difficult to change but little by little has experienced a shift in values regarding the status and role of women. Although not generally applicable to all elements of women who have high levels of education, economic level varies, but is affecting how the position of gender equality prevailing in the society. Of the four factors inhibiting women's political representation such as: political system constraints, socio-cultural, economic, psychological. Keywords: PoliticalRepresentationLegislative, Gender Equality, The Election
1 HASBI, NIM. E02110056 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
merekrut calon legislatif (caleg) yang
A. PENDAHULUAN
diusung oleh berbagai partai untuk duduk Menurut Undang-undang Nomor
sebagai anggota DPR, DPRD untuk masa
39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
bakti 2014-2019. Maka itu partai politik
Manusia, dalam penjelasannya pasal 46,
berperan sangat penting untuk melakukan
adanya penjelasan mengenai keterwakilan
rekrutmen
terhadap
perempuan yaitu “keterwakilan wanita
berkualitas
untuk
adalah
calegnya,
pemberian
kesempatan
dan
orang-orang
yang
diusungmenjadi
karena
kualitas
kedudukan yang sama bagi wanita untuk
akanberpengaruh
melaksanakan perannya dalam bidang
parlemen.
eksekutif, yudikatif, legislatif, kepartaian
Napitupulu (2005:70) yang menyatakan
dan pemilihan umum menuju keadilan dan
bahwa pemilu berarti rakyat melakukan
kesetaraan gender”(dalam Astrid 2009:8).
kegiatan-kegiatan
Salah satunya yaitu melalui partai politik
sekelompok orang yang menjadi wakil
yang merupakan bagian dari infrastruktur
rakyak atau pejabat pemerintah sehingga
politik yang memiliki fungsi politik yang
turut
penting, dalam proses untuk mendapatkan
menentukan keputusan nantinya. Hal ini
kursi di lembaga legislatif.
sesuai dengan proses keterwakilan yang
Pada
9
serta
ini
ditegaskan
memilih
dalam
oleh
orang
mengambil
atau
atau
berarti proses pengisian jabatan-jabatan
Dewan
pada lembaga-lembaga politik, termasuk
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
dalam jabatan birokrasi atau administrasi
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
negara
Daerah
secara
keterwakilan politik ini sangatlah penting
anggota Dewan
untuk menghasilkan pemimpin-pemimpin
pemilihan
yang
umum
diselenggarakan
serentak untuk memilih Perwakilan
April
Hal
kualitas
2014
dilakukan
tanggal
kepada
caleg
Rakyat
(DPR),
anggota
dan
partai
politik.
Fungsi
yang berkualitas sebagai wakil rakyat.
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), serta
Pemimpin
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
memberikan
(DPRD)
masyarakat yaitu suara rakyat terwakili,
Provinsi
yang
berkulitas
dampak
positif
akan bagi
maupun
DPRD
se-Indonesia
periode
kepentingan
anggota
terciptanya transparansi dan pemerintahan
DPRD di Kabupaten Sambas dilaksanakan
yang bersih. Fungsi partai politik disini
dengan sistem proporsional terbuka, dan
juga nantinya untuk menyiapkan kader-
diikuti oleh 12 partai politik. Pemilu
kader yang berkualitas untuk duduk dalam
Kabupaten/Kota 2014-2019.
Pemilihan
umum
rakyat
terakomodasi,
Legislatif 2014 ini merupakan ajang untuk 2 HASBI, NIM. E02110056 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
pemerintahan, seperti DPRD, DPD,DPR
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
dan lain-lain.
tentang
Dalam melakukan rekrutmen ini
partai
kepengurusan
politik partai
bahwa
politik
“
tingkat
juga ada yang harus diperhatikan yaitu
provinsi dan kabupaten/kota Sebagaimana
keterwakilan
dimaksud dalam pasal 19 ayat (2) dan ayat
perempuan.
Dengan
demikian dapat dikatakan Indonesia telah
(3)
mengikatkan diri untuk melaksanakan
keterwakilan
kebijakan dan untuk menghapus segala
rendah 30 persen yang diatur dalam
bentuk diskriminasi terhadap perempuan,
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
antara lain mencantumkan prinsip hak dan
Tangga partai politik masing- masing.
kewajiban,
kedudukan,
peranan,
dan
disusun
dengan kaum
memperhatikan
perempuan
Keterwakilan
politik
paling
kaum
kesempatan bagi perempuan dan laki- laki
perempuan dalam pemilu tahun 2014,
dalam peraturan perundang- undangan,
menunjukan suatu kebijakan dalam rangka
terutama yang berkaitan dengan upaya
upaya
untuk
sejumlah calon kaum perempuan yang
meningkatkan
perempuan
dalam
keterlibatan
politik.
menarik
atau
mengumpulkan
Namun,
berpotensi mengisi jabatan yang kosong
kenyataannya politik di Indonesia masih
dalam lembaga atau kursi DPRD nantinya,
jauh dari idealisme tersebut. Di lihat dari
agar
proporsinya jumlah perempuan sebagai
perempuan, seperti memberikan suara
anggota parlemen masih belum signifikan.
dalam
dapat
menggagas
pemilihan
peran-peran
umum
(Pemilu),
Realitas di atas tampaknya ikut
menghindari rapat umum, menjadi anggota
melatarbelakangi akomodasi kuota 30
partai politik atau kelompok kepentingan
persen perempuan di lembaga parlemen
dan
melalui kebijakan yang diterapkan dari
penjabat pemerintah atau parlemen.
proses pembentukan partai politik melalui
mengadakan
Keterwakilan
hubungan
politik
dengan
kaum
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
perempuan pada lembaga legislatif DPRD
tentang partai politik, pada pasal 2 ayat (2)
Kabupaten Sambas dalam keikut sertaan
dinyatakan
dan
pada pemilu tahun 2014, merupakan hak
pembentukan paratai politik sebagaimana
aktif kaum perempuan adalah sebagai hak
dimaksud pada ayat (1) menyertakan 30
untuk memproleh kesempatan untuk ikut
persen (tiga puluh persen) keterwakilan
secara aktif baik langsung maupun tidak
perempuan”. Demikian juga halnya pada
langsung dalam kegiatan politik sedangkan
kepengurusan
tingkat
hak pasif kaum perempuan adalah hak
provinsi dan kabupaten/kota, diatur Pasal 2
untuk bisa di pilih, di tunjuk, atau pun di
bahwa
paratai
“pendirian
politik
3 HASBI, NIM. E02110056 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
angkat untuk melaksanakan tugas- tugas
Pemilu Legislatif Tahun 2014-2019 Di
kenegaraan. Sebagaimana yang sudah di
Kabupaten Sambas rendah?”
atur
dari
Undang-Undang
tentang
keterwakilan perempauan dalam partai politik pada saat mengikuti pemilihan
C. FOKUS PENELITIAN
umum sudah memenuhi syarat yang di atur dalam
Undang-Undang
Indonesia,No pemilihan
10
tahun
umum,
Republik 2008
Anggota
tetang Dewan
Agar
ruang
penelitihantidak
terlalu
lingkup luas,
Penulis
mencoba membatasi permasalahan tentang
perwakilan rakyat Daerah (DPRD), Dewan
rendahnya
Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan
perempuan di lembaga DPRD dalam
Perwakilan
pemilu legislative tahun 2014-2019 Di
Rakyat
(DPR),
pasal
53
menegaskan bahwa daftar bakal calon
keterwakilan
politik
kaum
Kabupaten Sambas.
legislatif memuat paling sedikit 30 persen keterwakilan perempuan. Namun pada kenyataannya, bahwa rekrutmen politik
D. TUJUAN PENELITIAN
kaum perempuan masih kurang 30 persen. Hal
tersebut
belum
Adapun tujuan dari penelitian ini
Undang-Undang
adalah : Untuk mengetahui penyebab
tentang keterwakilan perempuan di dunia
rendahnya serta minimnya keterwakilan
politik. Atas dasar permasalahan tersebut,
Politik kaum Perempuan di lembaga
penulis
DPRD Dalam Pemilu Legislatif Tahun
terpenuhinya
di
lihat
menurut
tertarik
untuk
dari
mengkaji
dan
meneliti masalah Keterwakilan Politik
2014-2019 Di Kabupaten Sambas.
Kaum Perempuan Di Lembaga Legislatif DPRD Kabupaten Sambas Tahun 2014. E. TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
B. RUMUSAN MASALAH
representasi Berdasarkan latar belakang yang menjadi
penelitian
atau
(representation)
sangat
bervariasi. Beberapa diantaranya adalah
adalah
seperti yang dikemukakan Haris (2008)
kaum
yang mendefinisikan representasi sebagai
Perempuan di lembaga DPRD Dalam
hubungan antara dua orang, wakil dengan
“Mengapa
perumusan
perwakilan
keterwakilan
Politik
pihak
yang mewakilinya
(konstituen), 4
HASBI, NIM. E02110056 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
dimana wakil memegang otoritas untuk
sulit dalam sistem pemerintahan, sehingga
melaksanakan
konsepsi
beberapa
aksi
yang
mendapat persetujuan dari konstituennya. Argument
tersebut
juga
perwakilan
mau
tidak
mau
menjadi pilihan yang sangat realistik.
menunjukkan
bahwa perempuan dekat dengan isu-isu
1.
Kuota 30 Persen Perempuan
kebijakan dan relevan untuk memiliki
Faktor
lain
yang
cukup
keterwakilan dalam jumlah yang signifikan
berpengaruh dalam keterwakilan kaum
dalam memperjuangkan isu-isu kebijakan
perempuan adalah sistem kuota. Dengan
publik dalam proses kebijakan, terutama di
sistem
lembaga
(Adinda,
perempuan dapat lebih terwakili. Hal ini
2008:1). Wakil bertindak sedemikian rupa
mengingat bahwa keputusan parlemen
sehingga diantara wakil dan pihak yang
mencakup
diwakili tidak terjadi konflik dan jika pun
Logikanya,
terjadi, maka harus mampu meredakan
perempuan yang masuk ke parlemen, maka
dengan penjelasan. Perwakilan adalah
kepentingan perempuan akan semakin
konsep
terakomodasi.
perwakilan
bahwa
kelompok
rakyat
seorang
mempunyai
atau
suatu
kuota
ini
diharapkan
semua
aspek
semakin
posisi
kehidupan.
banyak
suara
kemampuan
Ide inti dibalik sistem kuota adalah
ataukewajiban untuk bicara dan bertindak
merekrut perempuan untuk masuk kedalam
atas nama suatu kelompok yang lebih besar
posisi politik dan memastikan bahwa
(Budiardjo, 1991:175).
perempuan tidak sekedar sedikit tanda
Bila dilihat dari sejarah politik dan proses
pembangunan
politik,
demokrasi
perwakilan
merupakan
jawaban
pertumbuhan
sesungguhnya
terhadap
dan
konsep
dalam kehidupan politik. Sistem kuota bertujuan
untuk
memastikan
bahwa
perempuan, paling tidak merupakan satu
kondisi
“minoritas kritis” (critical minority) yang
perkembangan
terdiri dari 30 atau 40 persen (dahlerup,
penduduk, baik secara kualitas maupun
dalam ballington, 2002:14).
kuantitas, sehingga sangat mustahil untuk
Keterlibatan
perempuan
dalam
tetap menerapkan mekanisme dan sistem
politik sebagian besar literature yang
demokrasi langsung. Pada sisi lain, konsep
mengkaji
perwakilan ini pun merupakan jawaban
tentang hambatan-hambatan yang dihadapi
terhadap kebutuhan negara modern yang
permpuan dalam politik. Ada kajian yang
pada umumnya memiliki wilayah yang
melihat
sangat besar. Kenyataan ini membuat
keterlibatan dalam politik dan dalam
demokrasi langsung menjadi pilihan yang
membutuhkan dukungan finansial serta
dan
berfokus
persoalanya
pada
ada
analisa
pada
isu
5 HASBI, NIM. E02110056 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
network yang kuat. Perempuan adalah pendatang
baru
yang
memiliki
Melibatkan bidang
politik
perempuan berarti
memperkuat
keterbatasan memobilisasi uang, informasi,
kapasitas
serta pendukung. Hambatan yang bersifat
hambatan struktural, kultural, individual.
structural ini menjadi penyebab minimnya
Kajian terhadap kaderisasi perempuan
atau tidak efektifnya keterlibatan mereka.
dalam politik selanjutnya akan dikaji
Ada pula kajian yang berfokus pada hambatan tata nilai, lembaga dan tradisi,
perempuan
dalam
untuk
merespon
aspirasi dari perempun terhadap politik dan partai politik.
serta kewajiban-kewajiban sepihak yang
Selain itu perwakilan perempuan
membuat gerak perempuan dalam politik
sebagai wakil atau yang diwakili. Dalam
menjadi terbatas. Tata nilai dalam keluarga
teori ini, menurut (Darwin 2005:53) dapat
dan masyarakat, tradisi dan lembaga yang
dijelaskan
menempatkan
aktor
kemungkinan hubungan dalammemaknai
wilayah publik akan membuat perempuan
relasi antara wakil dengan terwakil yaitu,
tidak memperolah dukungan simbolik dari
pertama trusthe model,delegation model,
perannya. Kewajiban-kewajiban domestic
mandat model dan politico model.
dan
laki-laki
cultural
sebagai
yang
adanya
empat
memberatkan
perempuan akan mengurangi kesempatan dan dukungan substansif bagi keterlibatan
2.
Faktor Penghambat Keterwakilan kaum Perempuan di Dunia Politik
perempuan.
Rendahnya
Selanjutnya
ada
pula
berbagai
perempuan
di
kajian yang melihat kapasitas individual
mengakibatkan
perempuan
partisipasi
sebagai
bentuk
faktor
yang
keterwakilan Lembaga
minimya
perempuan
Legislatif peran
dalam
dan setiap
menghambat aktivitasnya di dunia politik.
pengambilan keputusan. Oleh karena itu,
Minimnya kesempatan untuk menambah
sangatlah wajar ketika kebijakan-kebijakan
kapasitasnya
yang dibuat sangat maskulin dan kurang
dalam
politik.
Berbagai
kapasitas tersebut meliputi kemampuan
berperspektif
gender.
mengorganisasi
massa,
berkomunikasi,
perempuan tidak banyak terlibat dalam
mengorganisir
lembaga,
merancang
proses pembuatan keputusan. Menurut
program, mengelola keuangan, merancang
Ratnawati (2004:302) perempuan lebih
starategi kampanye, merancang kebijakan,
banyak
merancang sistem evaluasi kebijakan, dan
Padahal
lain-lainya.
seringkali
sebagai
penikmat
keputusan sangat
Dalam
yang bias
hal
ini
keputusan. dihasilkan
gender,
tidak
memperhatikan kepentingan perempuan. 6 HASBI, NIM. E02110056 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Melainkan
lebih
banyak
membuat
proporsional) yang akan menguntungkan
perempuan menenggelamkan diri pada
kaum perempuan. Kendala kedua adalah
sektor-sektor yang sangat tidak strategis.
menyangkut realitas sosial budaya yakni
Dalam
anggapan
jangka
panjang,
hal
ini
adanya
budaya
menempatkan
laki-laki
mengakibatkan posisi perempuan berada
patriarki
pada posisi marginal.
sebagai pusat kekuasaan baik di wilayah
Realitas politik yang menunjukkan masih
rendahnya
domestik maupun publik masih kuat,
kaum
sehingga menyebabkan adanya stereotip
perempuan di parlemen yaitu masih berada
terhadap perempuan yang ingin masuk atau
di bawah proporsi (under-represented)
berkarir di dunia politik. Kendala ketiga
mengindikasikan
adalah menyangkut hambatan psikologis,
perempuan
keterwakilan
yang
dominasi
bahwa
dalam
keterwakilan politik
yakni ketakutan perempuan untuk berkuasa
kurang diperhatikan. Hal ini sebagaimana
atau meraih kekuasaan. Dan, kendala
dinyatakan
keempat adalah hambatan sosial ekonomi
oleh
kehidupan
Sri
Lestari
Rahayu
(2004:69) bahwa terdapat empat kendala
yakni
yang
untuk
lemahnya sumber-sumber keuangan yang
terlibat di bidang politik antara lain dapat
memadai, buta huruf dan rendahnya akses
disimpulkan
pendidikan, termasuk pendidikan politik,
menghambat
perempuan
sebagai berikut:
Kendala
pertama adalah kendala sistem politik, meliputi:
(1)
model
maskulin
kemiskinan
dan
pengangguran,
serta beban ganda perempuan.
yang
mendominasi warna politik di mana lakilaki lebih menentukan standar untuk evaluasi
dan
permainan
memformulasi politik;
(2)
F. METODE PENELITIAN
aturan
kurangnya
a. Jenis Penelitian
dukungan partai dan lemahnya rekrutmen
Penentuan jenis penelitian yang
kader politik perempuan yang masih
akan digunakan adalah sesuai dengan
memberlakukan
bagi
masalah sifat dan tujuan penelitian Jenis
persyaratan
deskriptif yang digunakan dalam bentuk
perempuan
standar
di
ganda
mana
pencalonan masih diwarnai karakteristik
metode kualitatif.
laki-laki; (3) lemahnya kerjasama dengan organisasi perempuan; (4) ketiadaan sistem pelatihan dan pendidikan yang memadai
b. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini adalahDewan
bagi kaum atau kader perempuan; dan (5)
Perwakilan
sistem
Kabupaten Sambas dengan alasan bahwa
pemilihan
(distrik
atau
Rakyat
Daerah
(DPRD) 7
HASBI, NIM. E02110056 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
di Kabupaten Sambas khususnya anggota
e. Tekhnik Analisis Data
DPRD Kabupaten Sambas masih rendah
Menurut Nasution (Sugiono 2011)
bahkan belum memenuhi kuota 30%
melakukan analis adalah pekerjaan yang
keterwakilan perempuan.
sulit
memerlukan
kerja
kelas,
analis
memerlukan daya kreatif serta kemampuan c. Subjek dan Obyek Penelitian Dalam
penulis
Sebagai konsep dasar, langkah-
yaitu
langkah yang dilakukan dalam menganalis
memilih atau menunjuk orang atau sumber
kemudian disajikan untuk memperoreh
yang penulis anggap menguasai informasi
gambaran sistematis tentang kondisi dan
tentang masalah penelitian. Sumber data
situasi yang ada untuk selanjutnya diolah
dalam penelitian ini adalah subjek berupa
dan dieksplorasi secara mendalam yang
informan sebagai data primer dan lembaga
akan
sebagai objek untuk memperoleh data
menjelaskan masalah yang diteliti.
menggunakan
penelitian tekhnik
ini
intelektual yang tinggi.
purposiv
menghasilkan
kesimpulan
serta
sekunder dan yang menjadi obyek sumber data ada 6orang yang dapat diuraikan sebagai berikut: a.
Partai
G. PEMBAHASAN
Politik
Pengusung
Calon
Perempuan
1.
Kendala Sistem Politik
b.
Anggota Legislatif Kabupaten Sambas
Dalam implementasi UU Pemilu
c.
Caleg perempuang yang tidak terpilih
2003, banyak tantangan dan kendala yang
d.
Tokoh Perempuan (GOW)
harus
e.
Masyarakat
mengikuti Pileg. Adapun kendala-kendala
dihadapi
perempuan
dalam
sistem politik yang dialami oleh kaum perempuan adalah sebagai berikut:
d. Instrumen Penelitian Menurut
Sugiyono
(2007:59),
Tantangan pertama (1) adalah dari
dalam penelitian kualitatif yang dimaksud
sistem pemilu baru itu sendiri, yaitu dalam
instrumen
peneliti
hal bilangan pembagi pemilih (BPP), yakni
sendiri, selain itu penelitian ini dibantu
angka pendapatan suara di suatu wilayah
oleh instrument penelitian berupa pedoman
dibagi kursi yang diperebutkan. Disini
wawancara penelitian serta alat-alat yang
persaingan caleg perempuan akan berat
digunakan seperti kamera, dan perekam
menghadapi sesama caleg perempuan dari
suara.
partai lain dan dengan caleg laki-laki
penelitian
adalah
dalam memperebutkan sedikit kursi yang 8 HASBI, NIM. E02110056 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
tersedia. Perubahan wilayah pemilihan dan
Kendala
kedua
(2)
adalah
penempatan calon jadi di partai adalah hal
kurangnya dukungan partai politik. Seperti
lain yang harus di perhatikan karena tidak
diketahui bahwa perempuan memainkan
ada gunanya kalau calon legislatif berada
peran
di urutan bawah, sementara kursi yang
memobilisasi dukungan di partai-partai
diperebutkan di suatu pemilihan hanya tiga
politik dukungannya, tetapi mereka tidak
kursi.
caleg
memperoleh dukungan dari kegiatan yang
perempuan diuji, apalagi banyak daerah-
mereka lakukan. Sebagai contoh, proses
daerah yang budaya patriarkinya sangat
seleksi dan nominasi dalam partai-partai
kuat
terhadap
politik sangat bias terhadap kepentingan
perempuan yang berkiprah di dunia politik
dan keikutsertaan perempuan. Bias ini
sangat rendah.
dapat
Disinilah
dan
daya
Selain
kepiawaian
penerimaan
itu
ada
alasan
penting
kita
dalam
lihat
kampanye
dari
dan
penekanan
yang
karakteristik pria dalam kriteria rekrutmen
diungkapkan oleh Ibu YJ (Caleg Tidak
kandidat dari partai-partai politik yang
Terpilih) bahwa :
tengah berkompetensi.
1) Dengan sistem pemilu proporsional
Berdasarkan
hasil
wawancara
terbuka dalam pemilu 2014, calon
penulis dengan informan Ibu AM (Caleg
perempuan
Tidak Terpilih) menyatakan
harus
berjuang
agar
namanya masuk di dalam daftar jadi
“Saat
saya
mengikuti
Pemilu
partainya, pada urutan pertama atau
Legislatif kemarin, saya menempati nomor
kedua dalam daftar calon.
urut 5. Dalam proses penentuan nomor urut
2) Nama calon yang mencapai angka Bilangan jumlah
Pembagi suara
Pemilih
dibagi
kursi
caleg,
sangat
kecil
peluangnya
bagi
(BPP
perempuan untuk mendapat nomor urut
yang
teratas.
Banyak
perlu
diperebutkan) ditetapkan sebagai calon
dipertimbangkan
terpilih.
penentuan nomor urut caleg. Seperti faktor
3) Daerah pemilihan. Semakin kecil kursi yang diperebutkan di suatu daerah pemilihan, semakin kecil perempuan
pendidikan,
dan
oleh
yang partai
eksistensi
dalam
caleg
di
masyarakat”. Akibatnya
terjadi
penyingkiran
akan terpilih. Sebaliknya, semakin
struktural terhadap kaum perempuan yang
besar daerah pemilihan, maka semakin
berniat turut andil dalam ruang-ruang
besar peluang perempuan caleg untuk
politik, yang selanjutnya mau tidak mau
terpilih asalkan kandidat perempuan
menghalangi mereka untuk didominasikan
ini berada pada nomor urutan jadi”.
sebagai kandidat di medan arena politik. 9
HASBI, NIM. E02110056 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Seringkali
juga
hanya
kerja yang jelas dan terfokus pada apa
dicantumkan dalam daftar partai agar
yang ingin mereka perjuangkan kepada
mereka tidak terpilih jika partainya secara
masyarakat. Jika mereka terpilih sebagai
tidak memadai dalam suatu pemilihan atau
anggota legislatif visi dan misi caleg
sering disebut bukan menduduki nomor-
perempuan sangat penting disampaikan
nomor urut jadi. Umumnya metode ini
kepada publik, untuk membantah tuduhan
digunakan sebagai daya pikat bagi para
yang menyatakan bahwa caleg perempuan
pemilih agar mencitrakan bahwa partai
memiliki kualitas yang rendah, tidak
politik tersebut amat peduli dengan kaum
mampu berpikir secara stategis, tidak
perempuan.
cerdas dan lannya.
Kendala
perempuan
ketiga
(3)
Kurangnya
Kurangnya promosi yang dilakukan
Promosi. Dengan sistem baru pemilihan
oleh partai politik terhadap setiap caleg
umum yang diterapkan, persaingan antar
khusunya perempuan juga dialami Ibu NJ
partai politik untuk memperoleh suara
(Caleg Tidak Terpilih)
terbanyak menjadi sangat ketat, hal ini
“Selama saya mengikuti Pileg
dikarenakan setiap partai politik berusaha
2014
memperoleh sebanyak mungkin kursi di
sepenuhnya mendukung kader-kadernya
legislatif,
kader-
yang ikut dalam Pileg kemarin. Jadi, saya
kadernya. Selain persaingan diantara partai
pribadi dituntut untuk mandiri dalam
politik, sistem baru pemilihan umum juga
berkampanye di publik. Seharusnya partai
menimbulkan persaingan didalam tubuh
mendukung saya agar pendapatan suara
partai, dimana setiap calon legislatif yang
dari dapil saya dapat terpenuhi”.
guna
menempatkan
diusung oleh partai politik akan bersaing
yang
kemarin,
Ibu
sama, untuk memperoleh simpati massa.
mengungkapkan bahwa
Guna memperoleh simpati massa mendukung
WD
(Caleg
“Partai
Tidak
belum
Terpilih)
maksimal
menjatuhkan
mendukung saya, sehingga saya belum
pilihannya kepada calon legislatif, salah
dikenal banyak oleh masyarakat. Dan
satu upaya yang harus dilakukan adalah
masih
promosi.
untuk
mengesampingkan caleg perempuan yang
memperkenalkan diri dan menyampaikan
dilakukan partai. Saya sudah melakukan
visi dan misi yang akan diperjuangkan
usaha yang maksimal secara individu
kepada masyarakat. Visi dan misi perlu
untuk
disampaikan sebagai platform dan agenda
masyarakat”.
Promosi
dan
belum
Hal serupa juga diungkapkan oleh
dengan calon lainnya dari partai yang
untuk
Partai
dilakukan
adanya
melakukan
sikap
pendekatan
yang
kepada 10
HASBI, NIM. E02110056 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Berdasarkan
penelitian
penulis
berkaitan dengan promosi yang dilakukan oleh
para
caleg
perempuan
tidak menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada di masyarakat.
pada
Berdasarkan
hasil
wawancara
pelaksanaan pemilihan umum tahun 2014
penulis dengan pimpinan salah satu partai
di Kabupaten Sambas diperoleh keterangan
politik di Kabupaten Sambas dikatakan
bahwa promosi yang dilakukan kurang
bahwa kebanyakan caleg perempuan tidak
maksimal, hal ini dikarenakan kesempatan
memiliki kemampuan untuk berkampanye
dan waktu yang kurang untuk melakukan
di
promosi, serta kendala di internal partai.
dimana
Keterangan di atas memberikan gambaran
memahami dan mengelola kampanye yang
bahwa promosi yang dilakukan menjadi
baik, ditambahkan oleh pimpinan partai
salah satu faktor yang menghambat dan
tersebut dalam beberapa kampanye terbuka
menutup peluang caleg perempuan untuk
yang dilakukan oleh partai politik caleg
terpilih menjadi anggota legislatif.
perempuan tidak dapat berorasi menarik
Kendala
para mereka
simpatisan/masyarakat kelihatan
belum
(4)
simpati masyarakat untuk memilih caleg
Perempuan.
yang bersangkutan dan berorasi tentang
Dalam masyarakat patriarki seperti di
bagaimana visi dan misi partai dan
Indonesia, perempuan harus berhadapan
program kerja yang akan mereka jalankan
dengan masalah kapasitasnya dalam hal
apabila mereka duduk di bangku legislatif.
Pengembangan
keempat
depan
Kapasitas
dunia politik, sementara itu kapasitas lakilaki
tidak
pernah
dipertanyakan.
Disamping seperti
diketahui
keterangan bahwa
diatas
pelaksanaan
Konsekuensinya adalah caleg perempuan
pemilu tahun 2014, selain caleg memiliki
harus
yang
tugas untuk memenangkan partai mereka,
terfokus dan jelas, serta harus dilengkapi
setiap caleg juga harus bersaing dengan
dengan
yang
sesama kandidat yang diusung partai,
dengan
untuk menarik simpati masyarakat untuk
memiliki
berbagai
dibutuhkan media,
program
kerja
keterampilan
untuk
berhadapan
berkampanye,
mengemas
isu
memilih mereka.
kampanye dan lain-lain. Disisi pemilih
Kendala kelima (5) Penominasian
atau masyarakat awam sebenarnya tidak
perempuan yang dilakukan oleh partai
keberatan bila perempuan berkiprah di
politik. Didalam tubuh sebagian partai
publik
politik
seperti
politik,
namun
bagi
masih
terlihat
kurangnya
masyarakat caleg perempuan harus dapat
demokrasi, dimana sebagian partai politik
membuktikan apakah dirinya layak atau
tidak memiliki kriteria nominasi kandidat
tidak dipilih, dan apakah mereka bisa atau
yang transparan, terukur dan terpercaya. 11
HASBI, NIM. E02110056 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Keputusan dalam proses nominasi dan
2.
Kendala Sosial Budaya
penempatan dalam daftar dibuat hanya
Sumber
dari
permasalahan
oleh beberapa elit partai, dan ini pun tidak
keterwakilan perempuan terletak pada
dilakukan
Terkait
budaya patriarki, yaitu nilai-nilai yang
dengan hal tersebut, terdapat bahaya juga
hidup dimasyarakat yang memosisikan
bahwa partai politik yang tidak mampu
laki-laki sebagai superior dan perempuan
menarik perempuan tidak akan dapat
sebagai subordinate. Budaya patriarki
memenuhi penempatan angka nominasi
seperti ini tercermin dalam kehidupan
minimal 30%. Sebagai implikasinya, harus
berkeluarga,
adanya tekanan untuk memastikan agar
bernegara,
proses nominasi kandidat mengadopsi
pembenaran terhadap sistem distribusi
kriteria yang transparan, terpercaya, dan
kewenangan,
terukur, serta untuk memastikan adanya
keputusan, sistem pembagian kerja, sistem
dorongan
kepemilikan, dan sistem risorsi yang bias
secara
bagi
transparan.
partai
politik
untuk
merekrut perempuan yang berada dari luar
bermasyarakat, dan
maupun
menjadi
sistem
sumber
pengambilan
gender.
keanggotaan partai.
Seperti diungkapkan bahwa pria
Ketua DPC Partai Golkar Bapak
secara luas mendominasi arena ruang
AD mengungkapkan Besarnya jumlah
publik politik. Pria sangat dominan dalam
partai politik yang ikut bersaing di
memformulasikan aturan-aturan permainan
pemilihan untukmemenangkan kursi di
politik dan pria pulalah yang sering
parlemen
tingkat
mendefenisikan standar evaluasi untuk
setiap
ruang publik tersebut, sehingga pada
partai bisa berharap untuk memperoleh
akhirnya kehidupan politik sering diatur
sejumlahkursi di parlemen.
sesuai dengan norma, nilai, dan kekuatan
mempengaruhi
representasiperempuan,
karena
Terkait hal tersebut diatas dari hasil
yang dimiliki oleh kaum pria. Bahkan
wawancara yang penulis lakukan terhadap
dalam politik, kaum pria sering kali
beberapa caleg perempuan yang ikut dalam
bercara pandang paralogiasme seperti:
pemilu tahun 2014, di peroleh informasi
pemenang
bahwa
demikian tidak ada lagi politik berdasar
dalam
menentukan
proses
penominasian caleg perempuan, pimpinan
saling
partai
konsensus.
dominan
dalam
mengambil
atau
pecundang.
menghormati, Iklim
Dengan
kolaborasi,
politik
ini
dan sering
keputusan dan perlu adanya pertimbangan
bertentangan dengan iklim politik yang
yang sangat besar.
dibanyangkan oleh kaum perempuan. 12
HASBI, NIM. E02110056 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Keberadaan model politik yang diformulasikan dan diidentifikasi oleh kaum
pria
menyebabkan
apabila
dalam
perempuan
politik
melakukanya
Ibu MM (Caleg Tidak Terpilih) sangat
sulit
untuk
mengimbangi popularitas caleg pria. Hal ini lah yang sangat berat saya rasakan
dan
ketika terjun ke dunia politik. Selain faktor
perempuan juga muncul berkenaan dengan
pengalaman caleg pria yang lebih dominan
isi dan prioritas pembuatan keputusan yang
di Pileg kemarin, saya baru pertama kali
biasanya ditentukan oleh kepentingan, latar
ikut dalam Pileg kemarin. Jadi dengan
belakang, dan pola kerja kedua jenis
tidak terpilihnya saya, maka saya jadikan
kelamin
acuan
warna
ini.
memberikan
setengah
“Memang
hati.
Perbedaan
dengan
cenderung
juga
Begitu juga yang diungkapkan oleh
berpartisipasi
mereka
dan
infrastruktur.
perempuan
menolak konsepsional politik bergaya pria, jadi
pendidikan,kesehatan,
politik
Perempuan prioritas
pada
pria
cenderung masalah-
masalah kemasyarakatan. Berdasarkan
sebagai
pembelajaran
untuk
kedepannya bila ingin terlibat dalam pemilu legislatif mendatang”.
hasil
wawancara
Sedangkan hasil wawancara yang
penulis terhadap Ibu MJ (Caleg tidak
penulis lakukan dengan ibu SR organisasi
Terpilih) bahwa pada umumnya
wanita di Kabupaten Sambas (GOW) di
“Pertama, faktor maskulinitas lah
peroleh keterangan
yang paling berpengaruh selama mengikuti
“Bahwa kaum wanita di Kabupaten
Pileg 2014. Saya harus berjuang melawan
Sambas masih sangat sulit berpartisipasi
dominasi caleg pria yang sudah dikenal
dalam politik lebih dikarenakan pada
luas
Sambas.
organisasi politik terutama partai politik,
Kedua, masih banyaknya caleg yang
umumnya masih didominasi kaum pria
menggunakan cara cara “kotor” dengan
sehingga untuk ikut dalam organisasi
menyewa jasa preman untuk menakuti
politik
masyarakat agar memilih salah satu calon.
dengan laki-laki, kenyataan menunjukkan
Ketiga, bermodalkan pengalaman saya
bahwa kaum perempuan selalu kalah
yang sudah pernah duduk di dewan
bersaing dengan kaum laki-laki”.
masyarakat
khususnya
sehingga saya masih lebih dikenal di masyarakat.
Selanjutnya
Apabila
akan
terdapat
berhadapan
seorang
MJ
perempuan yang berkehendak untuk ikut
menambahkan bahwa selama beliau duduk
andil dan aktif dalam ruang politik maka
di dewan selalu memperjuangkan aspirasi
imagenya dituntut untuk bersifat aseksual
masyarakat
dalam berbagai sikap dan pernyataan,
baik
dalam
Ibu
perempuan
bidang
13 HASBI, NIM. E02110056 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
sehingga ia akan semakin berperilaku
domestik
jantan. Hal ini yang mengakibatkan pada
menggurus
umumnya politisi perempuan dalam ruang
makanan untuk suami dan anak-
politik
anaknya
berkuantitas
sedikit.
Hal
ini
rumah
tangga
anak,
dan
seperti:
menyiapkan
lain
sebagainya.
disebabkan oleh diharuskannya mereka
Sedangkan di sisi lain, pria adalah
untuk mengatasi kesulitan tentang perasaan
mahluk yang kuat, siap berjibaku,
tidak menyenangkan dalam ruang politik
tangguh dan seterusnya sehingga ia
yang
itu
pantas bekerja di luar rumah pada
seolah-olah berada di suatu tempat yang
ruang-ruang publik. Sebagai dampak
bukan tempat bagi dirinya.
dari
membuat
kaum
perempuan
Ketua DPC Partai PDIP bapak HD mengungkapkan representasi
yaitu
perempuan
kurangnya dalam
bidang
pemahaman
ini
adalah
dibelakangkannya kajian perempuan karena mereka sama sekali tidak akan pernah
politik antara lain disebabkan oleh kondisi
persoalan
budaya yang patriakal yang berarti tidak
kenegaraan.
bersinggungan
dengan
pemerintahan
dan
diimbangi kemudahan akses dalam bantuk
2) Adanya argument kalau perempuan
tindakan afirmatif bagi perempuan, seperti
merupakan mahluk yang tidak lengkap,
pemberian kuota.
sehingga mereka tidak percaya diri untuk bersaing dengan kelompok laki-
3.
laki, sehingga manakala mereka diberi
Kendala Psikologis Kurangnya rasa kepercayaan diri
pekerjaan yang sama dengan kaum pria
adalah suatu penyebab utama atas kurang
mereka merasa tidak cukup mampu
keterwakilan perempuan dalam ruang-
dalam mengerjakanya. Oleh sebab itu,
ruang publik politik: parlemen, yudikatif,
perempuan hanya baik dan sukses
pemerintahan, hingga partai-partai politik.
apabila menjalankan kodratnya sebagai
Kekurangan
manluk reproduksi semata dan bukan
perempuan
atau ini
ketidakpercayaan
dapat
kita
telusuri
bekerja pada bidang pemerintahan.
penyebabnya. Antara lain disebabkan oleh:
Hal serupa juga diungkapkan oleh
1) Adanya argument yang mengatakan
narasumber Ibu UF (Caleg Terpilih) yang
bahwa perempuan adalah mahluk yang
penulis wawancarai, bahwa
lemah dan harus dilindungi, oleh
“Psikologis merupakan faktor yang
karena lemahnya perempuan maka
paling berat saya rasakan ketika turut serta
pekerjaan yang cocok bagi mereka
dalam
adalah
Bagaimana saya meminta dukungan moril
pekerjaan
dalam
lingkup
Pemilu
Legislatif
saat
ini. 14
HASBI, NIM. E02110056 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
terutama suami, anak-anak saya serta
secara finansial, seperti terpilih menjadi
Orang tua saya agar dapat mendukung
anggota legislatif.
saya, dan juga bagaimana saya dapat membagi waktu dengan keluarga dan
4.
Kendala Sosial Ekonomi
pekerjaan saya.
Kondisi sosial ekonomi memainkan
Begitu juga yang diungkapkan oleh
peran yang menetukan dalam rekrutmen
Ibu FV (Caleg Tidak Terpilih) yang
anggota laegislatif perempuan pada ruang
menyatakan bahwa
publik baik dalam demokrasi yang baru
“Bagi saya yang paling berat ketika
berkembang maupun dalam demokrasi
saya terjun langsung dalam dunia politik
yang sudah mantap. Tidak perlu dikatakan
adalah faktor Psikologis. Karena saya
lagi
harus mendapatkan restu dari suaminya
perempuan dalam masyarakat mempunyai
dan anak-anak saya. Sejauh ini, keluarga
pengaruh
saya mengijinkan saya untuk tejun ke
perempuan dalam lembaga-lembaga publik
dunia politik. Tapi, di sinilah sebenarnya
formal.
seorang perempuan diuji secara mental.
bahwa
status
langsung
Persoalan
sosial
pada
budget
ekonomi
keterwakilan
tidak
dapat
Bagaimana dia mengurus rumah tangga
dipungkiri sebagai aspek yang berpengaruh
dan terjun ke dunia politik”.
bagi sesorang untuk menjadi seorang calon legislatif, diperlukan biaya yang cukup
Menurut Ketua DPC Partai PAN
besar, untuk itu calon legislatif perlu
Bapak MH Wanita berkeluarga sering
mempersiapkan anggaran yang besar pula,
mengalami hambatan-hambatan tertentu,
karena sistem pemilu langsung oleh rakyat,
khususnya persoalan izin dari pasangan
menuntut setiap calon anggota legislatif
mereka. Banyak suami cenderung menolak
harus melakukan berbagai upaya menarik
pandangan-pandangan mereka dan aktifitas
simpati massa agar dapat dipilih. Kesedian
tambahan mereka diluar rumah. Kegiatan-
anggaran dana yang besar menurunkan hal
kegiatan politik biasanya membutuhkan
yang mutlak harus dimiliki. Karena untuk
tingkat
dan
menjalankan proses pemilihan umum,
penyediaan waktu dan uang yang besar,
seperti kampanye, promosi dan kegiatan-
dan banyak perempuan sering memegang
kegiatan lainnya diperlukan dana yang
jabatan-jabatan yang tidak menguntungkan
banyak, ditambah lagi kontribusi biaya
secara
terhadap partai.
keterlibatan
finansial.
yang
tinggi
Pengecualian
terjadi
ketika kaum perempuan mendapat jabatanjabatan yang dianggap menguntungkan 15 HASBI, NIM. E02110056 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Berdasarkan
wawancara
penulis
pendidikan,
dan
kurangnya
akses
terhadap Ibu SS (Caleg Tidak Terpilih)
informasi. Harus diakui bahwa adalah sulit
berpendapat bahwa
bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam
“Yang paling berat saya rasakan dalam
kehidupan
politik
perhatian
mengikuti
Pemilu
Legislatif
utamanya
adalah
masalah
ekonomi.
keluarga. Dan mereka tidak mempunyai
Dikarenakan bahwa saya harus mendanai
pilihan kecuali adalah untuk meluangkan
diri saya sendiri dan juga saat ini saya juga
waktu lebih banyak guna mengusahakan
sebagai pimpinan partai politik yang
pemenuhan kebutuhan dasar keluarga.
memerlukan biaya sebagai partai peserta
Kaum
Pemilu. Namun, banyaknya biaya yang
memikirkan bagaimana mereka turut serta
saya keluarkan selama saya mengikuti
dalam ruang-ruang publik oleh karena
Pileg kemarin, tidak didukung oleh kader-
kesibukan
kader partai saya”.
mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup
kemarin
Sama halnya yang diungkapkan
sumber
kelangsungan
perempuan
dengan
tidak
kegiatan
hidup
mampu
karikatif
keluarga.
oleh Ibu ML (Caleg Terpilih) bahwa “Kurangnya
adalah
ketika
Disamping itu ada beberapa caleg
pendanaan
perempuan yang ikut mencalonkan diri
terlihat dari kondisi ekonomi beberapa
pada pemilihan legislatif, tidak didukung
caleg
oleh suami mereka. Umumnya mereka
termasuk
saya,
yang
kurang
mendukung. Selain itu kelemahan caleg
yang
perempuan dibandingkan caleg laki-laki
mengandalakan
adalah caleg perempuan kurang memiliki
Berdasarkan
kemampuan
sumber-
dengan salah seorang masyarakarat yang
mendukung
berinisial ES, diperoleh keterangan sebagai
sumber
dalam
pendanaan
pencalonannya
mencari untuk
sebagai
caleg.
Faktor
lainnya yang menjadi kelemahan caleg perempuan
adalah
hemat
sebagai
caleg
hanya
dari
pribadi.
wawancara
penulis
motivasi
hasil
berikut: “Sebenarnya tidak ada halangan
yang
bagi istri untuk ikut mencalonkan diri
dimilikinya, sehingga menjadi penghalang
dalam pemilihan umum, namun apakah
apabila
dengan
dirinya sanggup untuk memainkan peran
kenyataan harus mengeluarkan biaya yang
ganda, artinya disatu sisi harus fokus
banyak”.
terhadap pencalonan tersebut, namun disisi
harus
sifat
ikut
berhadapan
Kurangnya pendanaan dan beban
lain harus tetap menjalankan tugasnya
ganda partisipasi perempuan dalam ruang
sebagai Ibu Rumah Tangga, mengurus
publik
anak dan sebagainya”.
politik
dibatasi
juga
oleh
16 HASBI, NIM. E02110056 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
mendapatkan hak dalam partisipasi
H. PENUTUP
politiknya. 1.
3. Kendala Ekonomi
Kesimpulan Dari
keempat
terhambatnya
faktor
penyebab
keterwakilan
politik
Dalam dunia politik sangat dipastikan membutuhkan
sejumlah
dana.
perempuan, seperti faktor sistem politik,
Seharusnya setiap caleg perempuan
sosial budaya, ekonomi dan psikologis.
yang
Penulis
legislatif, sudah mempersiapkan budget
menyimpulkan
sistem
politik
lah
bahwa
yang
faktor
berpengaruh
terhadap keterwakilan perempuan dalam dunia politik di Kabupaten Sambas.
turut
yang
akan
serta
pemilu
dikeluarkan
selama
mengikuti pemilu tersebut. 4. Kendala Psikologis Pemberdayaan
2.
dalam
perempuan
di
Kabupaten Sambas perlu ditingkatkan,
Saran Berdasarkan
kesimpulan
diatas,
terutama
pendidikan
politik
maka pada kesempatan ini penulis ingin
perempuan. Untuk itu peran ormas-
memberikan beberapa saran antara lain
ormas perempuan perlu memanfaatkan
adalah sebagai berikut:
sebagai wadah bagi kaum perempuan
1. Kendala Sistem Politik.
guna memperoleh pengetahuan yang
Perlu
adanya
evaluasi
terhadap
banyak
tentang
politik.Penerapan
pelaksanaan sistem pemilihan umum
pengarusutamaan gender dalam setiap
yang
kegiatan
dinilai
diskriminatif
dan
dirasakan
terhadap
kaum
termasuk
politik,
dengan
dalam
kegiatan penerapan
perempuan sistem yang digunakan
pengarusutamaan gender merupakan
justru
bagi
strategi utama untuk menjamin agar
perempuan untuk duduk di kursi
perempuan mendapatkan akses yang
Legislatif.
sama dalam partisipasi di bidang
menjadi
penghalang
2. Kendala Sosial-Budaya
politik.
Budaya patriarki yang selama ini mengakar dalam sistem politik yang
I. REFERENSI
didominasi oleh kaum laki-laki perlu
Anugrah, Astrid. 2009. Keterwakilan Perempuan Dalam Politik. Jakarta: Pancuran Alam.
dihapus
karena
budaya
patriarki
memiliki dampak negatif yang besar bagi
upaya
perempuan
untuk
Budiarjo, Meriam. 1991. Partisipasi Dan Partai Politik, Gramedia: Jakarta. 17
HASBI, NIM. E02110056 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 3 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Haris, Andi, 2008. Di Balik Optimisme Perwakilan Politik. Jakarta: Pancuran Alam. Muchtar, Adinda Tenriangke, 2008. Mendorong Keterwakilan Perempuan dalam Politik. Jakarta: Bumi Aksara. Napitupulu, Paimin, 2005. Peran Dan Pertanggungjawaban DPR : Kajian di DPRD Provinsi DKI Jakarta. Bandung. Alumni. Sri Lestari Rahayu, 2004. RintanganRintangan Pemberlakuan Kuota 30% bagi Perempuan. Surakarta: UNS Press.
18 HASBI, NIM. E02110056 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN